peran lembaga widyo budoyo dalam pelestarian...

120
1 PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN WARISAN BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar S1 Sarjana Humaniora Oleh : NUR SIROJUDIN NIM. 21613015 JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN HUMANIORA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017

Upload: dodat

Post on 09-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

1

PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN WARISAN

BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

S1 Sarjana Humaniora

Oleh :

NUR SIROJUDIN

NIM. 21613015

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2017

Page 2: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

2

Page 3: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

3

Page 4: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

4

Page 5: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

5

Page 6: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

6

Halaman Motto

“Ilmu pada awalnya pahit rasanya, tapi manis melebihi madu pada

akhirnya.

Takkan ada yang sia sia jika kita mau berusaha”

“Dan Perlu Di Ingat, Seseorang Tak

Akan Pernah Berhasil Ketika Dia Hidup

Dalam Kesendirian Tanpa Ada Usaha

Untuk Membuka Ruang Pada Orang

Lain”

by. judhin

Page 7: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

7

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis ini Kupersembahkan Untuk :

Bapak dan ibuku tercinta yang telah mendidik, membesarkan buah hatinya

dan motivasi serta do’anya demi keberkasilan putra tercintanya

Kepada keluarga besarku terutama kakak-kakak ku dan adekku tercinta

Spesial buat Allah SWT

“kata syukur saya haturkan kepada Mu yang telah membimbing dan

memberikan Hidayah Nya sehingga saya tetap berada dalam jalan benar,

tetap tuntun hamba sampai persimpangan jalan yang terakhir”

Page 8: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

8

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-

Nya saya bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Lembaga Tepas Widyo

Budoyo Dalam Pelestarian Warisan Budaya Islam Jawa Di Keraton Yogyakarta

Tahun 1941-1989” sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar

Sarjana Humaniora dari program Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, Fakultas

Ushuluddin Adab dan Humaniora IAIN Salatiga. Saya menyadari betul bahwa

tanpa ada dukungan dan dorongan selama masa perkuliahan hingga penyusunan

skripsi ini, tentunya skripsi ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Oleh

karena itu pada kesempatan kali ini saya ingin mengucapkan banyak-banyak

terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora IAIN Salatiga

2. Ketua dan ekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas

Ushuluddin Adab dan Humaniora IAIN Salatiga

3. Bapak Haryo Aji Nugroho. M Sos selaku ketua Progdi SPI dan

pembimbing akademis penulisan skripsi

4. Bapak Adif Fahrizal Arifyadipura. M Hum yang telah mencurahkan

waktu, tenaga dan ilmunya dalam mendampingi penulis dengan penuh

kesabaran hingga akhir penulisan skripsi ini

5. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam

yang telah mencurahkan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama

menempuh studi di fakultas ushuuddin adab dan humaniora IAIN Salatiga

Page 9: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

9

6. Staf dan karyawan Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora IAIN

Salatiga yang telah membantu penulis selama menempuh perkuliyahan

maupun dalam penyusunan skripsi

Page 10: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

10

Page 11: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

11

INTISARI

PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN WARISAN

BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989

Nur Sirojudin

NIM: 21613015

Prodi Sejarah Peradaban Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peran dari tepas Widya

Budoyo dalam pelestarian budaya Islam Jawa di Keraton Yogyakarta pada masa

Hamengku Buwono IX, pada penelitian ini akan sedikit dibahas mengenai

bagaimana perjumpaan Islam dengan budaya Keraton, sejarah Keraton

Yogyakarta, gambaran umum tepas widya budaya dan seberapa besar peran tepas

widya budaya dalam pelestarian budaya Islam Jawa di Keraton Yogyakarta. Pada

penelitian ini akan diulas mengenai seberapa besar peran dari tepas widya budaya

Keraton Yogyakarta dalam tradisi upacara Sekaten, upacara Labuhan dan upacara

Gerebeg Mulud. Peran tepas Widya Budaya terhadap pelestarian warisan budaya

Keraton Yogyakarta pada tahun 1941-1989 banyak mengalami perubahan yang

signifikan. Hal tersebut disebabkan karena adanya deskriminasi sosial yang

dilakukan oleh kepedudukan Jepang serta perkembangan di zaman modernisasi

yang menyebabkan melemahnya budaya. Jenis penelitian ini adalah penelitian

kualitatif dengan menggunakan metode sejarah yaitu heuristik, verifikasi,

interpretasi dan historiografi. Pengumpulan sumber pada penelitian ini

menggunakan literatur buku, arsip-arsip yang sezaman dan dokumentasi.

Informan penelitian ini adalah abdi dalem dari tepas widya budaya Keraton

Yogyakarta. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa seberapa besar

pengaruhnya tepas widya budaya dalam pelestarian budaya Islam Jawa di

Keraton Yogyakarta. Peran dari tepas widya budaya terlihat dalam beberapa

rangkaian upacara-upacara budaya Keraton seperti upacara sekaten, upacara

labuhan dan upacara gerebeg baik dalam segi persiapan maupun pelaksanaannya

yang kemudian memberikan dampak yang cukup signifikan bagi kebudayaan

Keraton Yogyakarta dimasa Hamengku Buwono IX.

Kata kunci: Keraton Yogyakarta, Tepas Widyo Budoyo, Budaya Keraton

Page 12: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

12

ABSTRACT

THE ROLE OF INSTITUTIONS WIDYO BUDOYO IN THE PRESERVATION

OF JAVANESE ISLAMIC CULTURE IN THE PALACE OF YOGYAKARTA

IN 1941-1989

Nur Sirojudin

NIM: 21613015

Sejarah Peradaban Islam Institute Agama Islam Negeri Salatiga

This research aims to fid out how farthe role of the Tepas widya Budaya in

preservation of Javanese Islamic culture in the Yogyakarta palace in the era of

hamengku buwono IX, In this research will be discussed about how the encounter

of Islam with the culture of the palace, History of Yogyakarta palace,Overview of

the broad of the Tepas widya budaya and how far the role of the Tepas widya

budaya in the preservation of Javanese Islamic culture in yogyakarta Palace. In

this research will be discussed about how far the role of the Tepas widya budaya

yogyakarta in the tradition of sekaten ceremony, labuhan ceremony and grebeg

mulud ceremony. This type of the research is qualitative research with use

historical method that is heuristic, verification, interpretation and historigraphy.

The collection of sources in this research used the literature of the books, archives

of the contemporaries and documentation. The informant of this research is the

courtier from the Tepas widya budaya of Yogyakarta. The results of the research

indicate that how far influence the Tepas widya budaya in the preservation of

Javanese Islamic culture in the yogyakarta Palace. The role of the Tepas widya

budaya seen in the series of cultural ceremonies of the palace such as sekaten

ceremony, labuhan ceremony and grebeg ceremony in terms of preparation and

implementation which then gives a significant impact for culture Yogyakarta

palace in the era hamengkubuwno IX.

Keyword : Yogyakarta Palace, Tepas Widyo Budoyo, Palace culture

Page 13: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

13

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

ABSTRAKS ................................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ...........................................................5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .........................................................6

D. Tinjauan Pustaka .................................................................................8

E. Kerangka Konseptual ..........................................................................11

F. Metode Penelitian ................................................................................14

G. Sistematika Penulisan ..........................................................................17

BAB II ISLAM DAN KEBUDAYAAN JAWA ........................................... 20

A. Sejarah Perjumpaan Islam dan Kebudayaan Jawa .............................. 20

B. Pengaruh Islam dan Kebudayaan Jawa................................................ 21

1. Tata Nilai ................................................................................. 21

Page 14: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

14

2. Tradisi Ritual ............................................................................24

C. Pengaruh Islam Dalam Keraton Yogyakarta ....................................... 29

BAB III SELAYANG PANDANG TENTANG KERATON

YOGYAKARTA.............................................................................................33

A. Sejarah Berdirinya Keraton Yogyakata .............................................. 34

B. Batas Pembagian Wilayah dan Struktur Pemerintahan Keraton

Yogyakarta ...........................................................................................42

1. Pembagian Wilayah Keraton Yogyakarta ................................42

2. Struktur Pemerintahan Keraton Yogyakarta ............................45

BAB IV GAMBARAN UMUM LEMBAGA TEPAS WIDYO BUDOYO

KERATON YOGYAKARTA ..........................................................................50

A. Latar Belakang Pembentukan dan Kondisi Lembaga Tepas Widyo

Budoyo Keraton Yogyakarta ................................................................ 50

1. Latar Belakang Pembentukan Lembaga Tepas Widyo Budoyo

Keraton Yogyakarta ................................................................. 50

2. Perkembangan Lembaga Tepas Widya Budaya Keraton

Yogyakarta ............................................................................... 52

B. Tujuan Pembentukan Lembaga Tepas Widyo Budoyo Keraton

Yogyakarta ........................................................................................... 55

C. Struktur Organisasi Lembaga Tepas Widyo Budoyo Di Keraton

Yogyakarta ........................................................................................... 56

D. Tugas Lembaga Tepas Widyo Budoyo Keraton Yogyakarta .............. 61

BAB V PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN

WARISAN BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA ....... 64

Page 15: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

15

A. Peran Lembaga Tepas Widyo Budoyo dalam Tradisi Sekaten .............. 65

B. Peran Lembaga Tepas Widyo Budoyo dalam Tradisi Labuhan ............. 71

C. Peran Lembaga Tepas Widyo Budoyo dalam Tradisi Gerebeg Mulud... 75

BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 81

A. Kesimpulan ............................................................................................. 81

B. Saran ....................................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 86

LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................. 89

Page 16: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

16

Daftar Bagan

A. Bagan Struktur Pemerintahan Keraton Yogyakarta

B. Bagan Struktur Organisasi Tepas widya Budaya Keraton Yogyakarta

Page 17: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

17

DAFTAR LAMPIRAN

A. Lampiran Foto Keraton Yogyakarta

B. Lampiran Foto Kantor Tepas Widya Budaya Keraton Yogyakarta

C. Lampiran Foto Abdi Dalem Keraton Yogyakarta

D. Lampiran Foto Upacara Sekaten, Labuhan dan Gerebeg Keraton

Yogyakarta

E. Lampiran Arsip-arsip Keraton Yogyakarta tahun 1941- 1989

F. Lampiran Surat Kabar Kegiatan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta

Page 18: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah provinsi tertua kedua setelah

di pulau Jawa setelah Jawa Timur.1 Provinsi ini memiliki status istimewa

atau otonomi khusus yang merupakan sebuah warisan dari zaman sebelum

kemerdekaan. Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualam sebagai

cikal bakal atau asal usul Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki status

sebagai “Kerajaan Vasal atau Negara bawahan (dependent state)” selama

dalam pemerintahan penjajah, mulai dari VOC, Hindia Prancis (Republik

Bataav Belanda-Perancis), India Timur/EIC (Kerajaan Inggris), Hindia

Belanda (Kerajaan Naderland) dan terakhir Tentara Angkatan Darat XVI

Jepang (Kekaisaran Jepang). Oleh Belanda status tersebut disebut sebagai

Zelfbestuurende Lanschappen dan oleh Jepang disebut Koti atau Kooti.

Status ini membawa konskuensi hukum dan politik berupa kewenangan

khusus untuk mengatur dan mengurus wilayah atau negaranya sendiri di

bawah pengawasan pemerintahan penjajahan Belanda. Status ini pula yang

kemudian juga diakui dan diberi payung hukum oleh bapak pendiri bangsa

1 Jawa timur menjadi provinsi pertama di tanah Jawa yang dibentuk pada tahun 1947

setelah agresi militer Belanda. Namun disahkan pada tahun 1950 oleh RI yang saat itu dipimpin

oleh Ario Soeryo. https://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur sumber diakses pada tanggal 24 Juli

2017

Page 19: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

19

Indonesia, Soerkarno, yang duduk dalam BPUPKI dan PPKI sebagai

sebuah daerah, bukan sebagai sebuah negara.2

Keberadaan Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualam sebagai

cikal bakal terwujudnya Daerah Istimewa Yogyakarta banyak memberikan

nilai-nilai budaya tersendiri bagi Yogyakarta. Kesultanan Yogyakarta

merupakan kerajaan Islam di bagian selatan Jawa yang masih bertahan

sampai sekarang. Keberlangsungan Keraton Yogyakarta disebabkan

karena kuatnya masyarakat Yogyakarta dalam mempertahankan

feodalisme3 berupa dukungan secara formal maupun kultural. Kesultanan

Yogyakarta menjadi sosok kerajaan yang berdiri kuat di tengah desakan

modernisasi di era reformasi.4

Dalam menjalankan kekuasaannya atas kesultanan, seorang sultan

dibantu oleh Nayaka reh jero5 dan Nayaka reh jobo

6. Nayaka reh jero

terdiri dari empat komponen atau Kenayakan7 yaitu kanayakan kaparak

kiwo dan kanayakan kaparak tengen yang keduanya bertugas mengurusi

yayasan, pekerjaan umum, dan pesuruh sri Sultan. Adapun dua buah

2Langgeng Wahyu Santoso. 2015. Keistimewaan Yogyakarta Dari Sudut Pandang

Geomorfologi. Yogyakarta. Gajah Mahda University Press. Hal. 1 3 Hiro tugiman. Budaya jawa dan mundurnya presiden soeharto. Yogyakarta. Kanicius.

1999. Hal. 93-94. Feodalisme tak lain adalah suatu mental ettitude, sikap mental terhadap sesama

dengan mengadakan sikap khusus karena adanya perbedaan dalam usia atau kedudukan 4 Sri Lestari. Skripsi. Kehidupan Para Abdi Dalem Dalam Lingkungan Keraton

Yogyakarta. Universitas sunan kalijaga. Yogyakarta. 2008. Hal. 42 5 Nayaka reh jero merupakan bahasa keraton yang magsudnya adalah lembaga yang

bertugas untuk mengurus segala urusan yang ada di dalam keratin. Sri Wintala Akhmad dan

Krisna Bayu Adji. 2014. Geger Bumi Mataram. Yogyakarta. Araska Yogayakarta. Hal. 126 6 Nayaka reh jobo merupakan bahasa keraton yang magsudnya adalah lembaga yang

bertugas untuk mengurus segala urusan yang ada di luar keratin. Ibid : 126 7 Kanayakan adalah istilah kepegawaian yang digunakan oleh keraton Hadiningrat

Yogyakarta. Ibid : 126

Page 20: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

20

kanayakan yang lain adalah kayanakan Gedhong Kiwo dan kayanakan

Gedhong Tengen yang keduanya mengurusi hasil bumi dan keungan

keratin. Keberadaan abdi dalem tak terlepas dari 8 Tepas Parentah

Hageng Keraton8 yang mendapat perintah dari sultan untuk mengurusi

para abdi dalem. Pada dasarnya, abdi dalem keraton bermula atau muncul

bersamaan dengan berdirinya keraton Yogyakarta. Akan tetapi

terbentuknya suatu tepas dalam keraton baru berdiri pada akhir masa

pemerintahan Hamengkubuwono II.9

Dalam menjalankan tradisi atau budaya keraton Yogyakarta,

upacara tradisi budaya Keraton tidak pernah lepas dari peran lembaga

tepas Widyo Budoyo keraton Yogyakarta. Lembaga tepas Widyo Budoyo

bertugas untuk menjaga dan mengurusi tradisi budaya yaitu bagian

kebudayaan dan upacara Keraton. KHP Widyo Budoyo atau tepas widyo

budoyo muncul pada masa-masa akhir pemerintahan Hamengkubuwono

II, dengan kepandaian yang dimiliki Sultan peran para abdi dalem menjadi

terstruktur dalam menjalankan tugas-tugasnya begitu pula dengan para

tugas abdi dalem Widyo Budoyo. Widyo Budoyo merupakan salah satu

lembaga atau tepas yang sangat berperan penting dalam menjalankan

tradisi ritual keraton. Widyo Budoyo adalah tepas atau lembaga yang

ditugaskan oleh sultan untuk mengurus dan menjaga tradisi kebudayaan

yang ada di keraton Yogyakarta, bukan hanya tradisi ritual sekaten,

8 Lembaga atau kantor tertinggi dalam keraton Yogyakarta

9 P.J. Soerwarno. Hamengkubuwono IX dan Sistem Birokrasi Pemerintahan Yogyakarta

1942-1974. Yogyakarta. Kanisius. 1994. Hal. 69

Page 21: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

21

larungan dan tradisi malam satu Suro yang dijaga dan dilestarikan oleh

tepas widyo budoyo tetapi semua hal yang mencangkup kebudayaan

keraton, misalnya pementasan wayang kulit yang dilakukan di dalam

keraton ketika ada kunjungan wisatawan dan lain-lain.

Dalam era modernisasi pada masa Hamengku Buwono IX.

Pelestarian kebudayaan dianggap sangat penting apabila dibandingkang

dengan masa-masa zaman dahulu. Pelestarian kebudayaan yang dilakukan

oleh Keraton Yogyakarta pada masa Hamengku Buwono IX diamanatkan

kepada lembaga tepas widyo budoyo. Pada masa Hamengku Buwono IX

Keraton telah memasuki era modernisasi, yang berdampak pada

keberadaan budaya Jawa yang makin melemah dan perlahan-lahan mulai

tergerus dengan kemajuan teknologi. Mengingat kebudayaan Jawa yang

termasuk dalam warisan budaya, Sultan Hamengku Buwono IX mencoba

melestarikan kebudayaan-kebudayaan Jawa yang ada di keraton

Yogyakarta. Selain sebagai pelestarian warisan budaya, kebudayaan Jawa

yang akan terus terlihat dapat memberikan pengetahuan kepada

masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya. Kebudayaan Jawa yang ada di

keraton Yogyakarta memang sangatlah banyak jumlahnya, salah satu

budaya keraton Yogyakarta yang bernilai Islam yang sampai sekarang

masih terus dilestarikan adalah sekaten, grebeg dan tradisi larungan.

Keberlangsungan tradisi atau ritual budaya Keraton Yogyakarta

tidaklah terlepas dari para abdi dalem dan tepas Widyo Budoyo keraton

Yogyakarta. Hal itulah yang menarik minat peneliti untuk melakukan

Page 22: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

22

sebuah penelitian tentang bagaimana peran dari lembaga atau tepas Widyo

Budoyo dalam melangsungkan tradisi ritual yang di laksanakan setiap

tahunnya oleh keraton Yogyakarta. Dari berbagai penjelasan diatas,

peneliti menemukan sebuah permasalahan yang cukup menarik untuk di

jadikan sebuah penelitian yaitu mengenai bagaimana peran lembaga

Widyo Budoyo dalam menjaga, melestarikan dan melangsungkan tradisi

budaya keraton Yogyakarta.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

a. Batasan Masalah

Pada penelitian ini, peneliti membatasi pokok

permasalahan-permasalahan mengenai tema “Peran Lembaga

Widyo Budoyo Dalam Pelestarian Warisan Budaya Islam Jawa Di

Keraton Yogyakarta Tahun 1941-1989” serta bagaimana tepas

Widyo Budoyo dalam melestarikan dan menjaga budaya islam

Jawa di Keraton Yogyakarta. Pada penulisan ini, peneliti akan

membatasi pokok kajian yang akan dijadikan obyek penelitian

yaitu dalam tradisi Sekaten, Labuhan, Malam Satu Suro, dari tiga

hal tersebut sekiranya cukup bagi peneliti untuk dijadikan sebuah

obyek penelitian. Pada batasan spasial, peneliti mencoba

membatasi wilayah penelitian di Daerah Yogyakarta. Disertai

dengan batasan temporal atau waktu yang dalam kurun tahun 1941

sampai tahun 1989 dalam wilayah Keraton Yogyakarta Propinsi

Page 23: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

23

Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal tersebut peneliti merujuk pada

masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono IX.

b. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang permasalah tersebut, maka

penulis merumuskan beberapa pokok permasalahan penelitian sebagai

berikut:

1. Seperti apakah perjumpaan Islam dengan kebudayaan Jawa?

2. Bagaimanakah sejarah terbentuknya Keraton Yogyakarta?

3. Bagaimanakah gambaran umum Tepas Widyo Budoyo keraton

Yogyakarta?

4. Bagaimanakah peran lembaga widyo budoyo dalam menjaga dan

melestarikan budaya Islam di keraton Yogyakarta?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

a. Tujuan

Penelitian tentang peran lembaga Widyo Budoyo terhadap

warisan budaya islam di keraton Yogyakarta mempunyai tujuan

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui seperti apakah perjumpaan Islam dengan

budaya Jawa.

2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah Keraton Yogyakarta

terbentuk

Page 24: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

24

3. Untuk mengetahui bagaimanakah pembentukan dan

gambaran umum struktur organisasi Tepas Widyo budoyo

keraton Yogyakarta.

4. Untuk mengetahui bagaimana peran dari tepas Widyo

Budoyo dalam menjaga tradisi budaya islam di Keraton

Yogyakarta.

b. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan di bidang

sejarah maupun budaya bahwa suatu fenomena budaya itu

dapat berakibat besar bagi perkembangan kehidupan

masyarakat dan dapat menjadi inspirasi bagi penelitian

selanjutnya terkait struktur keraton-keraton islam di

Nusantara

2. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat umum yang

ingin mengetahui tentang warisan ilmu budaya Keraton

Yogyakarta terutama dalam peran lembaga tepas Widyo

Budoyo dalam melestarikan dan menjaga warisan budaya

Islam di Keraton Yogyakarta.

Page 25: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

25

D. Tinjauan Pustaka

Kepustakaan merupakan bahan-bahan yang dapat dijadikan acuan

dan berhubungan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas pada

sebuah penulisan skripsi maupun karya tulis. Pada tema diatas,

pembicaraan mengenai seluk beluk keraton Yogyakarta dan para abdi

dalem keraton Yogyakarta memang bukan merupakan suatu hal yang baru,

akan tetapi karya tulis yang meneliti tentang peran lembaga tepas Widyo

budoyo terhadap warisan budaya islam di keraton Yogyakarta sejauh ini

belum ditemukan.

Diantara beberapa karya ilmiah yang pernah mengupas tentang

keraton Yogyakarta dan para abdi dalem keraton Yogyakarta adalah Dwi

Ratna Nurhajarini dkk (2012) dalam bukunya yang berjudul Yogyakarta

Dari Hutan Beringin Ke Ibukota Daerah Istimewa. Yogyakarta. Balai

Pelestarian Sejarah. Menjelaskan mengenai sejarah terbentuknya suatu

daerah pada masa Mataram sekitar tahun 1755 M, dan dalam buku ini pula

dijelaskan bagaimana perkembangan kota Yogyakarta yang semula hanya

sebuah hutan belantara menjadi sebuah kota yang penuh dengan

kebudayaan untuk saat ini. Dalam buku ini hanya menjelaskan tentang

terbentuknya kota Yogyakarta dan belum menyinggung mengenai keraton

dan para abdi dalem keraton Yogyakarta.

Buku karangan Noto Suroto terbitan Departemen Pendidikan tahun

1985 banyak menjelaskan mengenai Kasultanan Yogyakarta yang pada

awalnya menjelaskan tentang Kerajaan Mataram Islam dan dalam

Page 26: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

26

perkembangan waktu kerajaan tersebut terpecah menjadi dua kerajaan

besar yaitu kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Buku ini

hanya menjelaskan bagaimana terbentuknya Kasultanan Yogyakarta dan

dinamika keraton Yogyakarta.

Buku lain adalah buku karangan dari P.J. Soerwarno. 1994 yang

berjudul Hamengkubuwono IX dan Sistem Birokrasi Pemerintahan

Yogyakarta 1942-1974. Yogyakarta. Kanisius. 1994. Banyak menjelakan

mengenai gambaran keraton Yogyakarta baik dari masa-masa pertama

yaitu masa pangeran Mangkubumi dalam membangun kerajaan atau

kasultanan Yogyakarta dan menggambarkan sedikit tentang para abdi

dalem keraton dalam menjalankan tugas dikeraton Yogyakarta atas

perintah perintah dari Sultan, dalam buku ini pula telah dijelaskan adanya

pembagian tugas dari sultan untuk para abdi dalem agar lebih mudah

dalam menjalankan setiap tugasnya masing-masing dari setiap abdi dalem.

Akan tetapi dalam buku yang ditulis oleh P.J Soewarno belum

menyinggung mengenai peran lembaga tepas widyo budoyo terhadap

warisan budaya islam di keraton Yogyakarta.

Inajati Adrisinjanti dalam jurnal Penelitian yang diterbitkan pada

tahun 2007 UGM yang berjudul Kota Yogyakarta Sebagai Kawasan

Pusaka Budaya Potensi Dan Permasalahannya, banyak memberikan

gambaran mengenai bagaimana Yogyakarta menjaga dan melestarikan

kebudayaan masa lalu yang kemudian menjadi daya terik tersendiri bagi

wisatawan lokal maupun asing, dalam jurnal ini dijelaskan bagaimana

Page 27: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

27

tradisi yang telah lama tersebut masih dilakukan atau dijalankan didaerah

keraton Yogyakarta seperti halnya sekaten, malam satu suro dan lain

sebagainya.

Septiani Rahayu dalam skripsi yang berjudul Konsep Nerimo

Dalam Ranah Kerja Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, Universitas Sunan

Kalijaga. Yogyakarta. 2015, banyak menjelaskan tentang bagaimana

kinerja para abdi dalem keraton Yogyakarta dalam penjalankan segala

perintah dari sultan. Disertai dengan bagaimana para abdi dalem bertindak

dalam menerima perintah dari sultannya yang kemudian disebut dengan

konsep nerimo.

Sri Lestari dalam skripsi nya yang berjudul Kehidupan Para Abdi

Dalem Dalam Lingkungan Keraton Yogyakarta. Universitas sunan

kalijaga. Yogyakarta. 2008, telah banyak memberi gambaran tentang

kehidupan para abdi dalem dalam lingkup lingkungan keraton Yogyakarta,

dan dalam karya tulis ini pula Sri Lestari sedikit menjelaskan tentang

tugas-tugas para abdi dalem dalam kesehari-hariannya sesuai dengan apa

yang telah diperintah oleh raja atau Sultan.

Nurani Siti Ansyori. Jurnal yang berjudul MAKNA KERJA

(Meaning of Work) Suatu Studi Etnografi Abdi Dalem Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat Daerah Istimewa Yogyakarta menjelaskan

tentang bagaimana kinerja orang-orang abdi dalem dalam menjalankan

tugas yang diberikan oleh Sultan.

Page 28: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

28

Atmakusumah. 1982 dalam bukunya yang berjudul tahta untuk

rakyat. Jakarta. Gramedia. 1982, menjelaskan bagaimana nama awal mula

terbentuknya Yogyakarta yang diusung oleh HB II. Buku karangan Agnes

koen dkk yang berjudul Profil daerah kabupaten dan kota. Jakarta. Buku

kompas. 2003, terdapat penjelasan mengenai bagaimana awal mula

terbentuknya Kasultanan Yogyakarta yang di bangun oleh raja pertama

yaitu raja Mangkubumi atau yang biasa dipanggil dengan sebutan HB I.

Pembeda dari penelitian sebelumnya, penulisan skripsi ini lebih

memfokuskan pada bagaimana peran dari lembaga tepas Widyo Budoyo

terhadap warisan budaya Islam di keraton Yogyakarta dalam bidang

kebudayaan seperti sekaten, tradisi larungan, tradisi malam satu suro dan

lain sebagainya.

E. Kerangka Konseptual

Dalam perkembangan metodologi sejarah, peneliti harus berusaha

untuk bisa saling mengkaitkan atau mendekatkan antara sejarah dengan

ilmu-ilmu yang lain, maka ketika akan menganalisis berbagai suatu

peristiwa atau fenomena masa lampau, peneliti menggunakan konsep-

konsep dari berbagai ilmu-ilmu sosial yang relevan dengan pokok kajian.

Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan suatu pendekatan

dengan ilmu bantu lain yaitu tentang pendekatan sosial dan pendekatan

patron klien. pendekatan sosial adalah suatu ilmu yang mempelajari

tentang kehidupan seseorang dalam masyarakat atau dalam suatu

Page 29: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

29

lingkungan tertentu dan merupakan keseluruhan pengetahuan manusia

tentang kehidupan mayarakat.10

Dalam lingkup kehidupan para abdi dalem

keraton Yogyakarta, Keberadaan dan keterbukaan keraton Yogyakarta

membuat semua orang merasa memilikinya termasuk para abdi dalem

keraton. Keterbukaan akan kesejahteraan sosial11

itulah yang kemudian

menjadi cara pandang bagi semua abdi dalem keraton Yogyakarta merasa

memiliki loyalitas yang tinggi terhadap keraton. Oleh karena itu, teori

sosial menjadi dasar yang relevan dari penelitian ini karena penempatan

dan peranan abdi dalem dalam lingkungan keraton yang membuat adanya

hubungan antara Sultan dan para abdi dalem itu sendiri.

Pendekatan patron klien menurut James C. Scott. patron klien

merupakan suatu kasus khusus dalam ikatan (dyadic) dua pihak yang

menyangkut suatu persahabatan, di mana seorang individu dengan status

sosial-ekonomi yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan

sumber-sumber yang dimilikinya untuk memberikan perlindungan dan

atau keuntungan bagi seseorang yang statusnya lebih rendah (klien), yang

sebaliknya membalas dengan memberikan dukungan dan bantuan secara

umum, termasuk pelayanan pribadi kepada patron tadi12

. Secara

sederhana, relasi patron klien dapat ditandai dengan ada dua posisi yang

berbeda dan saling membutuhkan, dimana dalam masing-masing posisi

10

George Ritzer, Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda, Pt RajaGrafindo Persada, Jakarta,

2009, halaman 1 – 2 11

George Ritzer menuturkan adalah konsep sosial ialah dengan adanya hubungan

(komunikasi) antara instansi satu dengan yang lainnya atau individu satu dengan yang lainnya 12

James C. Scott, 1972, Patron Client, Politics and Political Change in South Asia dalam

Yujiro Hayami dan Masao Kikuchi, Dilema Ekonomi Desa : Suatu Pendekatan Ekonomi terhadap

Perubahan Kelembagaan di Asia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1987, hlm.14

Page 30: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

30

tersebut terlekat konsekuensi bagi orang atau individu yang ada di

dalamnya.

Patron klien menjadi suatu bentuk relasi atau hubungan yang khas.

Pada dasarnya relasi sosial tersebut mengandung keterlibatan dua aktor

yang berasal dari posisi atau kedudukan yang berbeda. Karena merekalah

yang akhirnya berperan sebagai patron dan klien. Antara keduanya terkait

oleh konsekuensi peran masing-masing, dimana patron berkewajiban

menyediakan bantuan ataupun perlindungan bagi klien dan klien pun

wajib membalasnya dengan dukungan dan jasa-jasa tertentu sesuai yang

dibutuhkan patron.

Dalam konteks ini, peneliti mencoba mengungkap mengenai

bagaimana relasi hubungan sosial antara Keraton Yogyakarta dengan

lembaga-lembaga yang menjalankan keseluruhan kegiatan-kegiatan

keraton Yogyakarta khususnya lembaga tepas Widyo Budoyo Keraton

Yogyakarta dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya islam di

Keraton Yogyakarta. Pendekatan patron klien sangatlah cocok dalam

penelitian ini dikarenakan terdapatnya suatu hubungan timbal balik antara

patron dan klien yaitu antara Keraton dengan lembaga-lembaga yang ada

di Keraton Yogyakarta termasuk kehidupan dan kegiatan para abdi dalem

Keraton Yogyakarta.

Page 31: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

31

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian sejarah, peneliti menggunakan metode penelitian

sejarah di antaranya yaitu:

1. Heuristik

Tahap pertama adalah heuristik atau mencari sumber. Sumber

sejarah dapat berupa bukti yang ditinggalkan manusia yang

menunjukkan segala aktifitasnya di masa lampau baik berupa

peninggalan-peninggalan maupun catatan-catatan.13

Pada tahap ini,

peneliti akan mencari sumber yang berkaitan dengan abdi dalem,

peran abdi dalem dan juga tentang tradisi ritual Keraton itu sendiri.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk

mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan untuk

menyusun penelitian ini yakni:

Lokasi atau tempat penelitian berada di Daerah Yogyakarta

pada umumnya dan di Keraton Yogyakarta pada khususnya.

Peneliti menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat penelitian

dikarenakan tempat tersebut merupakan tempat diadakannya atau

diselenggarakannya tradisi ritual budaya keraton seperti sekaten,

larungan, dan tradisi satu Suro. Alasan lain peneliti mengadakan

penelitian di daerah tersebut adalah dikarenakan sumber-sumber

yang berkaitan dengan penelitian berada di daerah tersebut.

13

Prof. A. Daliman, M. Pd. Metode penelitian sejarah, Ombak, Yogyakarta, 2012, hal. 27

Page 32: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

32

Adapun untuk mencari sumber dokumen dalam penelitian

ini, penulis akan mengunjungi perpustakaan Daerah Salatiga,

disana menemukan berbagai buku tentang kota Yogyakarta.

Perpustakaan kota Yogyakarta penulis menemukan buku mengenai

Keraton Yogyakarta yang berjudul sistem birokrasi kota

Yogyakarta pada masa Hamengkubuwono IX. Perpustakaan

Universitas Gajah Mada, perpustakaan Universitas Sunan Kalijaga,

peneliti menemukan berbagai sumber pendukung lainnya.

perpustakaan Keraton Yogyakarta, Perpustakaan Mangkunegaran,

BPAD Yogyakarta dan Badan Arsip Keraton Yogyakarta.

2. Verifikasi

Dalam penulisan sejarah dikenal ada dua macam jenis

sumber yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer

adalah kesaksian dari seseorang dengan mata kepala sendiri atau

saksi dengan panca indra yang lain atau dengan alat mekanis.

Sumber sekunder, adalah merupakan kesaksian dari siapapun yang

bukan saksi mata, yakni dari orang yang tidak hadir pada peristiwa

yang dikisahkan. Dalam tahab ini, peneliti akan mencoba memilah

dan memilih sumber-sumber yang telah ditemukan dan akan

dilakukan kritik terhadap sumber tersebut. Hal ini dilakukan untuk

menguji kebenaran dan kredibilitas sumber tersebut terhadap suatu

peristiwa tertentu, selain itu penulis juga akan mengklarifikasikan

Page 33: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

33

atau mengelompokan sumber yang telah dikritik kedalam bentuk

sumber primer dan sekunder.14

Yang mana pada tahab sebelumnya

peneliti telah menemukan berbagai sumber mengenai gambaran

tentang Keraton Yogyakarta dan para abdi dalem Keraton

Yogyakarta.

3. Interpretasi

Tahap selanjutnya adalah interpretasi atau penafsiran

sejarah. Dalam tahap ini dilakukan analisis berdasarkan data-data

atau sumber-sumber yang diperoleh yang akhirnya dihasilkan suatu

sintesis dari seluruh hasil penulisan yang utuh atau disebut dengan

historiografi. Setelah peneliti mengkomunikasikan hasil

penelitiannya maka disebut tulisan atau karya sejarah. Interpretasi

adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut

hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal.15

Dalam interpretasi akan dilakukan mengenai penafsiran terhadap

sumber-sumber baik itu sumber primer dan sumber sekunder guna

menyelesaikan penelitian ini.

14

Prof. A. Daliman, M. Pd. Metode penelitian sejarah, Ombak, Yogyakarta, 2012, hal.

29-30 15

Prof. A. Daliman, M. Pd. Metode penelitian sejarah, Ombak, Yogyakarta, 2012, hal.

31-32

Page 34: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

34

4. Historiografi

Setelah melakukan proses analisis dan sintesis pada tahab-

tahab sebelumnya, proses kerja mencapai tahap akhir yaitu

historiografi atau penulisan sejarah. Proses penulisan dilakukan

agar fakta-fakta yang sebelumnya terlepas satu sama lain dapat

disatukan, sehingga menjadi satu perpaduan yang logis dan

sistematis dalam bentuk narasi kronologis. Pada tahab ini, akan

dilakukan mengenai penulisan sejarah dengan menyusun fakta-

fakta sejarah dan berbagai sumber yang telah diseleksi dan

dilakukan interpretasi ke dalam sebuah bentuk penulisan sejarah.

Historiografi adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah

dan berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk

penulisan sejarah mengenai peran abdi dalem widyo budoyo dalam

tradisi ritual keraton Yogyakarta tahun 1989-1998. Oleh karena itu,

pada tahab ini diperlukan dipertimbangkan berbagai struktur dan

gaya bahasa penulisannya. Peneliti harus menyadari dan berusaha

agar orang lain dapat mengerti pokok-pokok pemikiran yang

diajukan pada penelitian ini.

G. Sistematika Penulisan

Pada sistematika penelitian, peneliti akan membahas beberapa hal

yang sekiranya penting dan bersangkutan dengan tema atau judul dalam

penelitian ini. Pada bab satu, peneliti akan membahas mengenai latar

Page 35: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

35

belakang permasalahan, rumusan masalah yang ada dalam penelitian

tersebut, tujuan dan ruang lingkup penelitian, kerangka konseptual yang

digunakan dalam penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan

sistematika penelitian.

Bab dua pada penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh

islam dalam kebudayaan Jawa. Pada bab ini akan dibahas tiga sub bab

penting yang ada hubungannya dengan topik penelitian yaitu tantang

daerah asal kebudayaan Jawa, tata nilai kebudayaan Jawa, dan ritual

kebudayaan jawa dalam pandangan islam, dan juga pengaruh Islam dalam

Keraton Yogyakara.

Pada bab tiga ini lebih memfokuskan terhadap gambaran umum

keraton Yogyakarta diantaranya ada tiga sub bab yang akan menjelaskan

tentang keraton Yogyakarta yaitu dimulai dengan sejarah berdirinya

keraton Yogyakarta, filosofi keraton Yogyakarta dan yang terakhir adalah

struktur pemerintahan keraton Yogyakarta. Ketiga sub bab tersebut dirasa

cukup bagi peneliti untuk memberikan gambaran terhadap keraton

Yogyakarta.

Bab empat pada penelitian ini banyak menjelaskan tentang tepas

Widyo Budoyo. Pada bab ini akan dibahas empat sub bab yang sekiranya

penting dan berhubungan dengan bab tersebut salah satunya ialah latar

belakang terbentuknya lembaga tepas Widyo Budoyo di Keraton

Yogyakarta, Tujuan terbentuknya Lembaga Widyo Budoyo Di Keraton

Yogyakarta, Struktur Organisasi Tepas Widyo Budoyo Keraton

Page 36: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

36

Yogyakarta dan bagaimana Tugas Tepas Widyo Budoyo Terhadap

Warisan Budaya Islam Di Keraton Yogyakarta

Pada bab lima peneliti akan membahas mengenai peran lembaga

widyo budoyo dalam pelestarian warisan budaya Islam Jawa di Keraton

yogyakarta, yang mana pada bab ini banyak menjelaskan mengenai peran

dari lembaga tepas Widyo budoyo dalam menjaga dan melestarikan

budaya-budaya islam di keraton Yogyakarta diantaranya Peran Lembaga

Tepas Widyo budoyo Dalam Tradisi Sekaten, Peran Lembaga Tepas

Widyo budoyo Dalam Tradisi Labuhan, Peran Lembaga Tepas Widyo

budoyo Dalam Tradisi Gerebeg Mulud. Ketiga sub bab diata sekiranya

cukup untuk bisa menjelaskan tentang lembaga tepas Widyo Budoyo

dalam berperan menjaga dan melestarikan warisan budaya islam di

Keraton Yogyakarta.

Bab yang terakhir adalah penutup, pada bab ini akan dijelaskan

mengenai kesimpulan terhadap suatu keseluruhan penelitian yang telah

terlaksana dan pada bab ini pula akan ditambahkannya mengenai saran-

saran terhadap peneliti guna menjadi koreksi dan intropeksi diri apabila

akan melakukan suatu penelitian lainnya.

Page 37: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

37

BAB II

ISLAM DAN KEBUDAYAAN JAWA

A. Sejarah Perjumpaan Islam Dan Kebudayaan Jawa

Penyebaran agama Islam oleh penyiar agama di daerah pedalaman

sudah dimulai sejak ekspansi militer yang dilancarkan oleh kerajaan

Demak. Para penyiar agama melakukan perjalanan dengan menjadi guru

agama dan menjadi tokoh-tokoh agama dalam suatu wilayah. Meluasnya

agama islam ke daerah pedalaman pulau Jawa memberikan dampak yang

signifikan bagi perkembangan masyarakat pedesaan baik itu dalam bidang

pendidikan agama maupun dalam bidang kebudayaan lokal.

Persinggungan antara kebudayaan Jawa dengan Islam bermula ketika

kerajaan-kerajaan islam di Jawa mulai berkembang. Kerajaan Demak yang

merupakan salah satu kerajaan terbesar di pulau Jawa memberikan banyak

pengaruh dalam kebudayaan Jawa. Salah satu contoh adanya

persinggungan antara kebudayaann Jawa dengan Islam adalah ketika

sunan Kalijaga seorang wali dari kerajaan Demak melakukann metode

dakwah dengan memasukkan nilai-nilai islam di dalam kebudayaan Jawa.

Dan dari peran para wali dan sunan di pulau Jawa itulah kebudayaan islam

dan Jawa dapat bersinggungan dengan baik tanpa adanya perlawanan. 16

Pada dasarnya karakteristik kebudayaan Jawa pada zaman Kewalen

(islam), baik dimulai pada zaman kerajaan Demak, Pajang maupun

Mataram di kemudian hari masih tetap mempertahankan tradisi hindu-

16

Yudhi AW. 2013. Babad Walisongo. Narasi Yogyakarta. Yogyakarta. Hal. 241

Page 38: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

38

Budha masa Majapahit, termasuk juga tradisi animisme dinamisme dengan

diperkaya dan disesuaikan dengan suasana Islam, selain itu juga nampak

juga karakter Keraton sentris dan sifat mistisnya. Ciri lain yang menonjol

dalam kebudayaan Jawa selain itu adalah kepercayaan atas suratan nasib

(takdir Tuhan, kodrat Alam) dan ramalan sangat mempengaruhi kehidupan

masyarakat jawa. Hal ini berkaitan dengan falsafah mistik yang

mempercayai adanya orang-orang pilihan (para wali Allah) yang mampu

menyikap rahasia alam gaib serta dapat mengetahui suratan nasib yang

telah digariskan Tuhan.17

B. Pengaruh Islam Dalam Kebudayaan Jawa

Agama islam merupakan salah satu agama yang menjunjung tinggi

nilai-nilai toleransi antar umat beragama, selain itu agama islam yang

berkembang di tanah Jawa seringkali memberikan corak atau karakteristik

nilai keislaman dalam kebudayaan Jawa, dan dari sebab itulah islam

banyak memberikan pengaruh yang amat penting dalam kebudayaan Jawa.

Berikut adalah pengaruh islam dalam kebudayaan Jawa :

a) Tata Nilai

Bentuk agama islam orang Jawa yang disebut agami Jawi atau

Kejawen adalah suatu kompleks keyakinan dan konsep-konsep Hindu-

Budha yang cenderung ke arah mistik, yang tercampur menjadi satu

sebagai agama yang diakui sebagai agam islam. Varial agami Islam

17

Simuh. 2016. Sufisme Jawa, Transformasi Tasawuf Islam Ke Mistik Jawa. Narasi-

Pustaka Promethea. Yogyakarta. Hal. 156

Page 39: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

39

Santri yang walaupun juga tidak sama sekali bebas dari unsur-unsur

animisme dan unsur-unsur Hindu Budha lebih dekat pada dogma-

dogma ajaran Islam yang sebenarnya. Walaupun Agami Jawi

kelihatannya lebih dominan di daerah-daerah Nagariagung di Jawa

Tengah, di Bagelan dan di daerah Mancanagari, sedangkan varian

agama Islam Santri lebih dominan di daerah Banyumas dan daerah

pesisir, Surabaya, daerah pantai utara, ujung timur pulau Jawa serta

daerah-daerah pedesaan di lembah sungai Solo dan sungai Brantas,

tidak ada daerah-daerah yang khusus membatasi daerah tempat tinggal

para penganut dari dua varian tersebut. Orang Kejawen dan Santri

terdapat dalam segala lapisan masyarakat Jawa. Tempat-tempat yang

di dominasi oleh orang-orang Kejawen juga di diami oleh orang-orang

Santri yang tinggal disuatu daerah khusus yang dinamakan Kauman.

Namun sebaliknya yang di dominasi oleh orang-orang Santri

umumnya tidak ada bagian-bagian khusus di dalam suatu kota tempat

tinggal orang-orang beragama Kejawen.18

Ketika dalam paroh kedua abad ke 16 pengaruh Islam dari

daerah pantai timur laut berhasil masuk ke daerah pedalaman dengan

munculnya kerajaan Pajang yang berhaluan Iislam di daerah lembah

sungai Solo di Jawa Tengah, pengaruh agama Iislam tersebut pada

waktu itu tentu dianggap oleh penduduk sebagai suatu agama yang

asing, karena penduduk di daerah itu tidak mendapat kesempatan

18

Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Balai Pustaka. Jakarta. Hal. 312

Page 40: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

40

untuk mengenalnya dengan baik dan menerimanya kedalam

kehidupan mereka. Bahkan kekuatan Islam belum cukup besar di

Pajang, terbukti dengan adanya serangan dari kerajaan Mataram yang

kemudian merupakan penghalang terhadap proses meluasnya agama

islam. Walaupun demikian raja Mataram tidak pula mengabaikan

usaha untuk membina hubungan baik dengan para penguasa Islam,

demi perdagangan dan hubungan politik persahabatan dengan negara-

negara Islam di luar pulau Jawa. Dengan meningkatnya kekuasaan

dalam paroh pertama abad ke 17 Mataram senantiasa berusaha

mengacaukan dan merongrong pusat-pusat kekuatan islam di daerah

delta sungai Brantas dan Surabaya dan berhasil menghalangi

meluasnya kekuatan pulitik agama islam untuk sementara. Dengan

demikian penduduk Jawa di pedalaman pulau Jawa berhasil

mempertahankan unsur-unsur yang paling utama dari peradaban Jawa

Hindu-Budha.19

Para penguasa-penguasa kerajaan Islam telah mengutus sang

wali agama Islam dan berhasil memulai proses penyebaran islam

dengan memanfaatkan sistem pendidikan kuno, yaitu lembaga

pendidikan agama mandala di daerah pedesaan yang kemudian diubah

menjadi komuniti pondhok pesantren. Dengan demikian muncullah

sejumlah besar pesantren di daerah lembah sungai Solo dan Brantas

yang pada waktu itu merupakan jalan utama ke daerah lembah di

19

Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Balai Pustaka. Jakarta. Hal. 315

Page 41: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

41

antara gunung-gunung berapi di pedalaman Jawa Tengah yang subur

dimana tempat kerajaan Mataram berada dan melindungi kehidupan

peradaban kuno hindu-Budha. Agama Islam yang diajarkan oleh wali

dalam pondok pesantren pada waktu itu mengandung unsur-unsur

mistik sehingga memudahkan hubungan dengan penduduk yang sejak

lama terbiasa sengan konsep-konsep dan pikiran-pikiran mistik.

Disertasi P.J Zoetmulder yang berjudul Pantheisme en Mpnisme in de

Javaansche Soeloek Litteratuur (1935) dapat memberikan pengertian

yang lebih mendalam mengenai kesusasteraan suluk dan cara berfikir

mistik para penyebar agama islam di pesantren-pesantren, para imam,

para guru dan para muridna dalam abad ke 17 dan ke 18. Di dalam

buku ini menjelaskan bagaimana hasil dari suatu aktifitas

kesusanteraan dalam lingkungan pondok pesantren di daerah

pedesaan. 20

b) Tradisi Ritual

Agama Islam mengajarkan para pemeluknya melakukan kegiatan-

kegiatan ritualistik tertentu, yang dimagsud dengan kegiatan ritualistik

meliputi berbagai bentuk ibadah yang tertera dalam rukun iman dan Islam

yaitu syahadat, solat, puasa, zakat, dan haji. Khusus mengenai salat dan

puasa, di samping terdapat solat wajib dan puasa wajib terdapat pula solat

dan puasa-puasa sunah. Intisari dari salat adalah doa, oleh karena itu

20

Ibid : 317

Page 42: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

42

harfiah solat juga doa yang ditujukan kepada Allah, sedangkan puasa

adalah suatu bentuk pengendalian nafsu dalam rangka penyucian rohani.

Aspek doa dan puasa tampak mempunyai pengaruh yang sangat luas,

mewarnai berbagai bentuk upacara tradisional orang Jawa.21

Bagi orang Jawa, hidup ini penuh dengan upacara, baik upacara-

upacara yang berkaitan dengan lingkaran hidup manusia sejak dari

keberadaanya dalam perut ibu, lahir, kanak-kanak, remaja, dewasa, sampai

dengan saat kematiannya atau juga upacara-upacara yang berkaitan dengan

aktivitas kehidupan sehari-hari. Upacara itu semula dilakukan dalam

rangka menangkal pengaruh buruk dari daya kekuatan gaib yang tidak

diketahui yang akan membahayakan bagi kelangsungan hidup manusia.

Dalam kepercayaan lama, upacara dilakukan dengan mengadakan sesaji

atau semacam korban yang disajikan kepada daya-daya kekuatan gaib

tertentu. Secara luwes Islam memberikan warna baru pada upacara-

upacara itu dengan sebutan kenduren atau slametan. Pokok di dalam

upacara slametan ini adalah pembacaan do’a yang dipimpin oleh orang

yang dipandang memiliki pengetahuan tentang Islam. Dengan pola ini

serupa itulah nilai-nilai Islam telah merasuki pelaksanaan upacara

slametan dalam berbagai bentuk.22

Berkaitan dengan lingkaran hidup terdapat berbagai jenis upacara,

antara lain:

21

H. Abdul Jamil, Abdurrahman Mas’ud dkk. 2000. Islam Dan Kebudayaan Jawa.

Gama Media Yogyakarta. Yogyakarta. Hal. 130

22 Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Balai Pustaka. Jakarta. Hal. 344-346

Page 43: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

43

a. Upacara mitoni

Upacara mitoni dilakukan pada saat janin berusia tujuh

bulan dalam kandungan. Dalam tradisi santri pada upacara seperti

ini dilakukan di daerah Bagelan dengan dibacakan nyanyian

berjanjen23

dengan alat musik tabuhan kecil.

b. Upacara kelahiran

Upacara kelahiran dilakukan pada saat anak diberi nama

dan pemotongan rambut (bercukur) pada waktu bayi berumur tujuh

hari atau sepasar, karena itu slametan pada upacara ini disebut juga

dengan slametan nyepasari. Dalam tradisi Islam santri upacara ini

disebut dengan korban aqiqah yang diucapkan dalam lidah jawa

kekah ditandai dengan penyembelihan hewan aqiqah berupa

kambing.24

c. Upacara sunatan

Upacara sunatan dilakukan ada saat anak laki-laki dikhitan.

Pelaksanaan khitan ini sebagai bentuk perwujudan secara nyata

tentang pelaksanaan hukum Islam. Sunatan atau khitanan ini

merupakan pernyataan pengukuhan sebagai orang Islam, oleh

karena itu seringkali sunatan disebut selam, sehingga

23

nyanyian ini sesungguhnya merupakan riwayat Nabi Muhammad yang bersumber dari

kitab al Barzanji

24 Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Balai Pustaka. Jakarta. Hal. 354

Page 44: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

44

mengkhitankan dikatakan nyelamaken yang mengandung makna

mengislamkan (ngislamaken).

d. Upacara perkawinan

Upacara perkawinan dilakukan pada saat pasangan muda

mudi akan memasuki jenjang kerumah tangga. Upacara ini ditandai

secara khas dengan pelaksanaan syari’at Islam yakni akad nikah

yang dilakukan oleh pihak wali mempelai wanita dengan pihak

mempelai pria dan disaksikan oleh dua orang saksi. Slametan yang

dilakukan berkaitan dengan upacara perkawinan ini sering

diaksanakan dalam beberapa tahap akad nikah dan tahap sesudah

aqad nikah (ngunduh manten, resepsi pengantin). Antara upacara

aqad nihah dengan resepsi dari segi waktu pelaksanaannya dapat

secara beruntun atau secara terpisah.

e. Upacara kematian

Upacara kematian, pada saat mempersiapkan penguburan

orang mati yang ditandai dengan memandikan, mengkafani,

menshalati, dan pada akhirnya menguburkan. Setelah penguburan

itu selama sepekan, tiap malam hari diadakan slametan mitung

dino (tujuh hari) yaitu kirim doa dengan didahului bacaan tasybih,

tahmid, takbir, tahlil dan shalawat nabi yang secara keseluruhan

rangkaian bacaan itu disebut tahlilan. Isltilah tahlil itu sendiri

berarti membaca dzikir dengan bacaan laa ilaaha illallaah.

Slametan yang sama dilakukan pada saat kematian itu sudah

Page 45: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

45

mencaai 40 hari (matang puluh), 100 hari (nyatus), satu tahun

(mendhak sepisan), dua tahun (mendhak pindo), dan tiga tahun

(nyewu). Tahlilan kirim do’a kepada leluhur terkadang dilakukan

juga oleh keluarga secara bersama-sama pada saat ziarah kubur,

khususnya pada waktu menjelang bulan ramadhan. Upacara zairah

kubur ini disebut dengan upacara nyadran.25

Sementara itu, masih terdapat jenis upacara tahunan yaitu upacara yang

dilaksanakan sekali setahun, termasuk dalam jenis upacara ini adalah

perngatan hari Nabi Muhammad tanggal 12 bulan Mulud biasa disebut

Muludan. Berkenaan dengan muludan ini dibeberapa keraton dirayakan

pesta Sekaten dan Grebeg Mulud. Upacara ini terdapat di masjid dan

halaman kraton Yogyakarta, Surakarta, dan Cirebon. Pada upacara ini

dimainkan seperangkat gamelan sejak dari jam enam pagi hingga jam dua

belas malam tanpa henti, dan menjadi tontonan orang-orang yang datang

dri berbagai daerah. Pada malam 11 Mulud, Sultan Yogyakarta dan Sunan

Surakarta yang diiringi oleh para membesar dan pengawal Keraton

masing-masing berjalan dalam suatu prosesi menuju kemasjid untuk

melakukan sembahyang, mendengarkan khotbah, dan akhirnya makan

bersama. Puncak dari perayaan sekaten ini adalah saat dibagikannya

makanan makanan keramat yang dinamakan gunungan kepada rakyat,

yang terdiri atas 10 sampai 12 tumpengan raksasa. Pada awalnya upacara

ini merupakan kreasi dari para wali sebagai media dakwah dalam upaya

25

H. Abdul Jamil, Abdurrahman Mas’ud dkk. 2000. Islam Dan Kebudayaan Jawa.

Gama Media Yogyakarta. Yogyakarta. Hal. 134

Page 46: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

46

menarik orang Jawa masuk Islam. Kata Sekaten berasal dari syahadatain,

dua kalimat syahadat yang diucapkan sebagai tanda persaksian bahwa

seseorang dinyatakan sebagai pemeluk agama Islam.26

C. Pengaruh Islam Di Keraton Yogyakarta

Pengaruh islam dalam Keraton Yogyakarta dapat ditemukan dalam

serat Kyai Suryaraja sebagai salah satu benda pusaka di Keraton

Yogyakarta yang ditulis pada hari senin legi atas dasar saran dari

Hamengku Buwono II sewaktu masih menjadi putera Mahkota. Sultan

Hamengku Buwono I sang pendiri Keraton Yogyakarta memerintah antara

tahun 1755-1792 yang sementara itu Sultan Hamengku Buwono

Iiresminya memerintah antara tahun 1792-1828 M. Masa pemerintahan

Hamengku Buwono I sering disebut sebagai masa pembentukan Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat maka dalam lahirnya karya sastra yang

berwujud Kyai Suryaraja ini tentu memiliki nilai kesejarahan yang cukup

penting. Sebeb, sekalipun perjanjian Gianti 1755 telah ditandatangani,

namun masa-masa ketegangan hubungan antara Sultan Hamengku

Buwono III plus VOC masih terus berlangsung setelah itu, dan dalam

masa seperti itulah serat Kyai Suryaraja ditulis. 27

Dalam serat Kyai Suryaraja menggambarkan tentang interaksi

ajaran islam dengan tradisi besar Keraton Yogyakarta yang terlihat jelas

26

Ibid : 135

27 Muhammad Damami dkk. 2002. Kanjeng Kyai Surya Raja, Kitab Pusaka Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat. Yayasan Kebudayaan Islam Indonesia dan IAIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta. Hal. 22

Page 47: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

47

beberapa peristilahan keislaman berhasil masuk dalam khazanah budaya

kerohanian Keraton Yogyakarta. dalam tulisan serat tersebut misalnya

istilah almulku lilahi (al mulku lillahi)28

datolah sifatolah afngalolah

(dzatullah shifatullah af’alullah)29

sarak, tauhid (syara, taqlid)30

dan

tanajul, tarki (tanazzul, taraqqy)31

, hanya saja patut dicatat bahwa ajaran

keislaman yang diserap diatas tidak secara utuh dalam arti tidak dituliskan

ajaran Islam dalam hal tertentu secara tuntas sekalipun istilah teknisnya

dicuplik dan dipakai. Contoh dalam Kyai Suryaraja dicuplik istilah sarak

(syara) tetapi didalamnya tidak dijelaskan apa pengertian istilah tersebut

secara definitif. Malahan terdapat gambaran yang sangat jelas bahwa

pencomotan istilah-istilah keislaman ternyata diramu sedemikian rupa

sehingga tidak terkesan cukup disiplin dalam menggunakannya.

Magsudnya terdapat kecenderungan istilah dalam disiplin ilmu tertentu

dicomot dan diramu dengan iistilah dalam disiplin ilmu lain, istilah dalam

ilmu fiqih dan diramu pula dengan istilah dalam ilmu tasawuf dan

sebagainya. Cara pemakaian seperti ini tidak lazim dipakai di kalangan

tradisi besar pesantren atau masyarakat santri pada umumnya.

Sungguhpun begitu, hal semacam ini dappat dimaklumi karena, pertama

Serat Kyai Suryaraja bukanlah dimaksudkan sebagai karya sastra yang

dikhususkan bermuatan ajaran agama atau dalam istilahnya disebut karya

sastra kitab melainkan menitik beratkan sebagai karya cerita sejarah.

28

Serapan dari Al Qur’an 29

Serapan dari ilmu tauhid 30

Serapan dari ilmu fiqih 31

Serapan dari ilmu Tasawuf

Page 48: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

48

Sungguhpun dalam naskah serat Kyai Suryaraja memberikan pesan-pesan

keislaman yang dapat terlihat, namun kalau menengok aspek lain yakni

dari sudut sejarah nampaknya hubungan islam dengan Keratoj Jawa jelas

kuat, seperti diketahui lahirnya Kasultanan Yogyakarta adalah hasil

perjuangan yang panjang dari Pangeran Mangkubumi, dalam perjuangan

tersebut unsur dukungan umat Islam tidaklah sedikit. Diantara tanda

betapa pihak Keraton Yogyakarta dalam menaruh perhatian terhadap umat

Islam adalah dibangunnya pathok negeri dengan wujud bangunan masjid

dan kemudian terkenal dengan sebutan masjid pathok negeri.32

Sejauh ini yang diketahui sebagai masjid pathok negeri yang

pertama adalah masjid yang terletak di plosokuning, Babadan, Mlangi dan

Dongkela. Masjid-masjid ini selain sebagai sarana ibadah juga berfungsi

sebagai pusat pertahanan keamanan rakyat terhadap kerajaan Islam

Ngayogyakarta Hadiningrat. Di samping itu masjid-masjid tersebut juga

sebagai tempat dilaksanakannya peradilan agama ditengah masyarakat

sebagai kepanjangan dari Mahkamah al Kabirah Masjid Gede yang

dikepalai oleh adbi dalem penghulu Keraton. Diantara ciri masjid pathok

adalah atapnya tumpang gasal, denah bujur sangkar dengan lantai pondasi

yang lebih tinggi dari bangunan lain dan sekitarnya bermihrab, mimbar,

maksura, pesantren, serambi dan lain sebagainya. Fungsi lain dari

dibangunnya masjid ini adalah untuk mengekalkan sulahturahmi keluarga

32

Muhammad Damami dkk. 2002. Kanjeng Kyai Surya Raja, Kitab Pusaka Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat. Yayasan Kebudayaan Islam Indonesia dan IAIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta. Hal. 29

Page 49: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

49

nerandra Kasultanan Yogyakarta dengan nerandra Kasunanan Surakarta

yang suka cinta damai dan tidak suka perselisih memperebutkan

kekuasaan pilitik yang sangat dipengaruhi oleh kompeni VOC.33

Keeratan Islam dengan Keraton Kasultanan Yogyakarta terlihat

jelas dalam sejarah Jawa, yakni dalam masa perang Diponegoro pada

tahun 1825-1830. Seperti yang diketahui pengeran Diponegoro adalah

salah satu seorang pengeran dari keluarga besar Kasultanan Yogyakarta.

Sikap pangeran Diponegoro juga mirip dengan pengeran Mangkubumi

atau Hamengku Buwono I yang anti terhadap VOC.34

33

Muhammad Damami dkk. 2002. Kanjeng Kyai Surya Raja, Kitab Pusaka Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat. Yayasan Kebudayaan Islam Indonesia dan IAIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta. Hal. 30 34

Ibid. Hal. 31

Page 50: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

50

BAB III

SELAYANG PANDANG TENTANG KERATON YOGYAKARTA

Keraton Yogyakarta didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I

beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton

ini adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati.

Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja

Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri.

Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul

Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati

Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I tinggal di Pesanggrahan

Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping

Kabupaten Sleman.35

Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh

kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan

Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan,

Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul

(Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai

warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno

dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu

lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah

35

Sri Wintala Achmad dan Krisna Baju Adji. 2014. Geger Bumi Mataram. Araska.

Yogyakarta. Hal. 122

Page 51: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

51

mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi

Keraton Yogyakarta.36

Berikut ini adalah berbagai penjelasan mengenai Keraton

Yogyakarta atau Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

1. Sejarah Berdirinya Keraton Yogyakarta

Dari empat kerajaan di Jawa yaitu Paku Buwono, Hamengku

Buwono, Mangkunegaran dan Paku Alam, kesemuanya merupakan

kesatuan dari Dinasti Mataram. Para raja Yogyakarta berasal dari

Hamengku Buwono. Sejarah Keraton Yogyakarta dimulai tahun 1755

tanggal 13 Pebruari pada saat penandatanganan perjanjian Gianti, yang

memisahkan Kerajaan Mataram menjadi dua kerajaan yaitu sebagian

menjadi Kerajaan Surakarta dengan pimpinannya Susuhunan dan yang lain

menjadi Kerajaan Yogyakarta dengan pimpinannya Sultan Yogyakarta.37

Ketika Susuhunan Paku Buwono II menyerahkan kerajaan

Mataram kepada kompeni, pangeran Mangku Bumi menggunakan gelar

Paku Buwono Senopati Mataram, ini oleh beliau dianggap penting dan

perlu karena diadakannya transaksi antara Susuhunan dan fihak Kompeni.

Pangeran Mangku Bumi kemudian melakukan pendekatan dengan paman

dan penasehatnya yang bernama Raden Mas Said. Bahkan pangeran

36

Witton, P.; Elliott, M. (2003). Indonesia (7th ed.). Footscray: Lonely Planet

Publications. pp. hlm. 217

37 Noto Suroto. 1985-1986. Kesultanan Yogyakarta. Balai Kajian Sejarah dan Nilai

Tradisional. Yogyakarta. Hal 1

Page 52: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

52

Mangku Bumi berhasil mempersunting putri sulung Raden Mas Said, yang

dapat mengkokohkan hubungan diantara mereka. Pada tahun 1750

pecahlah peperangan melawan kompeni dan pada akhirnya dimenangkan

oleh pangeran Mangku Bumi, dengan waktu yang sama Raden Mas Said

yang gigih dalam berperang juga mengalami banyak kemenangan-

kemenangan. Pada tahun 1751 Mangku Bumi berhasil menaklukkan De

Clercq di Kedu dan Raden Mas Said berhasil memporak-porandakan bala

tentara Mayor Hoff. Pihak kompeni kemudian meminta bantuan dari

orang-orang Madura dan dari Batavia. Pengangkatan para Bupati dari

Ponorogo dan Madiun menyebabkan percecokan antara mangku Bumi dan

Raden Mas Said. Diadakan perundingan dari pihak kompeni dengan

Raden Mas Said dan ada syarat yang harus diajukan oleh Raden Mas Said

yakni, bahwa pihak belanda harus meninggalkan Sukowati lalu terjadilah

apa yang diinginkan. Kesempatan yang bagus untuk memutuskan

hubungan kompeni yang berada di Surakarta dan sekitarnya membuahkan

rujuk antara Mangku Bumi dan Raden Mas Said tetapi mereka berdua

masih terjadi peperangan. 38

Maka perundingan antara Raden Mas Said dan pihak kompeni

diadakan lagi. Begitu keadaan perang dan damai silih berganti, Raden Mas

Said makin lama makin takabur sikapnya. Pihak Mangku Bumi mulai

menunjukkan tanda-tanda pendekatan oleh pihak Kompeni, Mangku Bumi

dijanjikan separo dari kerajaan Mataram bila Mangku Bumi mau

38

Ibid : 8

Page 53: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

53

membantu kompeni melawan Raden Mas Said. Wakil dari Kompeni

Hartingh berhasil merujukkan kembali hubungan antara Sri Susuhunan

dan Mangku Bumi. Sebelum peristiwa itu, tepatnya pada tanggal 13

Pebruari 1755 telah ditanda tangani surat perjanjian di Gianti antara

Mangku Bumi dan pihak Kompeni, lalu dengan demikian Mangku Bumi

menerima Gelar Sultan Hamengku Buwono dan sebagian dari tanah Jawa

dari pihak Kompeni. Dalam Babad Tanah Jawa pembagian ini dikenal

sebagai “Palihan Nagari”.39

Dengan demikian terjadilah kerajaan Jawa kedua dengan sebutan

Kesultanan Yogyakarta disamping kerajaan Susuhunan Surakarta. Di sebut

Yogya karena Mangku Bumi telah mengangkat dirinya sebagai Susuhunan

di tempat itu pada tahun 1749 dan sebagai analogi dengan Surakarta nama

lengkanya menjadi Ngayogyakarta Adiningrat.40

Sultan yang pertama adalah Pangeran Mangku Bumi yang bertahta

dari 13 Februari 1755 hingga 24 Maret 1792 M dengan nama Hamengku

Buwono 1. Penobatan Hamengku Buwono 1 sebagai sultan ialah tanggal

11 Oktober 1755 nama yang terkenal bagi para sejarawan ialah “sultan

Swargi”. Hamengku Buwono 1 dilahirkan pada tanggal 6 Agustus 1717

sebagai putera Amangkurat IV (Sunan Prabu), dan merupakan dari

kerajaan Mataram. Hamengku Buwono 1 terkenal sebagai raja yang kuat,

angkuh dan cerdik, sangat sopan dan jujur, memiliki watak berkuasa,

39

Ibid : 9

40 Ibid : 9

Page 54: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

54

teguh pada pendirian sendiri, tetapi juga peka dan terbuka untuk pendapat-

pendapat yang masuk akal.41

Di bawah pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I, kerajaan

Yogyakarta mengalami banyak kemajuan-kemajuan yang berupa

kemakmuran yang dialami oleh seluruh masyarakat daerah kekuasaan

Kerajaan Yogyakarta, kemajuan yang dicapai oleh Hamengku Buwono I

salah satunya adalah adanya pembayaran terhadap kerusakan-kerusakan

dan ganti rugi selama peperangan-peperangan yang terjadi antara kerajaan

Yogyakarta dan Kerajaan Surakarta dalam perebutan wilayah kekuasaan

yang oleh Hamengku Buwono I dibayar lunas sehingga tidak nampak

adanya kerusakan-kerusakan dan kerugian-kerugian yang diterima oleh

kerajaan Yogyakarta. Pada tahun 1792 M Sultan Hamengku Buwono I

wafat pada usia 82 tahun dan sejak tahun 1758, putera Hamengku Buwono

I yang bernama Raden Mas Sendoro42

dianggat menjadi Pangeran Adipati

Anom. Akan tetapi sifat dan ulah Raden Mas Sendoro memberikan

simpatik yang kurang berkenan dihati Hamengku Buwono I, maka ketika

itu pula Hamengku Buwono I berencana mengangkat puteranya yang

kedua yang bernama Pangeran Noto Kusumo, tetati pada saat yang tepat

untunglah Hamengku Buwono I sadar bahwa ketika Raden mas Sendoro

digantikan oleh adinya Pangeran Noto Kusumo bisa menimbulkan perang

41

Ibid : 12

42 Nama lain dari Raden Mas Sendoro adalah Sindoro yang diberi nama menurut Gunung

Sindoro diberikannya nama tersebut karena sayng pangeran dilahirkan di daerah desa Telahap kaki

Gunung Sindoro. Ibid : 17

Page 55: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

55

saudara diantara keduanya. Pergantian tahta kekuasaan yang terjadi di

Kasultanan Yogyakarta merupakan suau peristiwa yang sangat luar biasa

dan pentingnya menggegerkan seluruh daerah kekuasaan Keraton

Yogyakarta untuk menyaksikan pergantian tahta kekuasaan antara

Hamengku Buwono I dengan Raden Mas Sendoro atau yang biasa disebut

Pangeran Adipati Anom. Pada tanggal 2 April 1792 terjadilah pergantian

kekuasaan di kasultanan Yogyakarta dan pangeran Adipati Anom resmi

menyandang gelar sebagai Hamengku Buwono II.43

Perjalanan panjang keraton Yogyakarta tidak terlepas dari para

pemimpin-pemimpin tertingggi yang memimpin kerajaan. Berikut adalah

daftar-daftar nama para Sultan Yogyakarta

a. Hamengku Buwono I = Sultan Swargi, yang dilahirkan

pada tanggal 6 Agustus 1717, putera dari Amangku Rat IV,

Hamengku Buwono I dinobatkan menjadi Sultan

Yogyakarta pada tanggal 11 Oktober 1755. Sebelum itu,

Hamengku Buwono I bernama pangeran Mangku Bumi.

Hamengku Buwono I wafat pada tahun 1792 dan

memerintah Kasultanan Yogyakarta selama 1755-1792 M.

b. Hamengku Buwono II = Sultan Sepuh, dilahirkan pada

tahun 1750 putera dari Hamengku Buwono I, pada tahun

1810 Hamengku Buwono II diturunkan dari Kasultanan dan

pada tahun 1811 Hamengku Buwono II diperbolehkan

43

Ibid : 17

Page 56: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

56

tinggal di dalam Keraton. Masa pemerintahannya dimulai

pada tahun 1792-1810 M

c. Pangeran Adipati Anom Hamengku Buwono, lahir pada

tahun 1770, putera dari Hamengku Buwono II. Pangeran

Adipati Anom memulai masa pemerintahannya pada tahun

1810-1877

d. Hamengku Buwono III = Sultan Raja, Hamengku Buwono

III wafat pada tahun 1814 dan menjabat menjadi sultan

Yogyakarta mulai dari tahun 1812-1814

e. Hamengku Buwono IV = Sultan jarot atau Sedo Pasiar,

lahir ada tahun 1804, dan putera dari Hamengku Buwono

III. Terpaksa dibawah perwalian Sri Paku Alam (putera

Hamengku Buwono I), pada tanggal 27 Januari 1820 baru

dinyatakan cukup umur untuk kemudian memerintah

kekuasaannya sendiri. Hamengku Buwono IV wafat pada

tahun 1822 dan masa pemerintahannya dimulai dari tahun

1814-1822.

f. Hamengku Buwono V = Sultan Menol lahir pada tahun

1820, Sultan Menol putera dari Hamengku Buwono IV.

Semula Sultan Menol berada dibawah perwalian neneknya,

ibunya, pakdhenya, yang bernama Pangeran Mangku Bumi

putera dari Hamengku Buwono II dan pamannya yang

bernama Pangeran Dipo Negoro putera dari Hamengku

Page 57: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

57

Buwono III. Keduanya kemudian digantikan oleh Murda-

ning-Rat putera dari Hamengku Buwono II dan Panular

putera dari Hamengku Buwono I yang kemudian keduanya

gugur dalam perang pada tahun 1826 M di desa Lengkong.

Masa pemerintahan Hamengku Buwono V dimulai pada

tahun 1822-1826

g. Hamengku Buwono V (diulang kembali) dibawah

perwalian Mangku Kusumo putera dari Hamengku Buwono

I yang diangkat menjadi wali pada tanggal 21 Januari 1828

dan Pangeran Adiwinoto putera dari Hamengku Buwono II

dan kemudian sejak tanggal 20 April 1830 setelah Dipo

Nagoro ditangkap pada tanggal 28 Maret yang bertindak

sebagai wali ketiga, tetapi pertama dalam urutan

pemangkatan. Wali Pangeran Mangku Bumi kini diangkat

menembahan Mangkurat dan pada tangggal 26 November

1836 dinyatakan sudah dewasa, kemudian Pangeran

Mangku Bumi wafat pada tahun 1855. Pangeran Mangku

Bumi menjadi Sultan keraton sejak tahun 1828-1855 M

h. Hamengku Buwono VI = Sultan Mangku Bumi, putera

Hamengku Buwono IV adik dari Hamengku Buwono V.

Hamengku Buwono VI wafat pada tahun 1877 dan

menjalani masa pemerintahannya dari tahun 1855-1877

Page 58: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

58

i. Hamengku Buwono VII dilahirkan pada tanggal 4 Februari

1839, putera dari Hamengku Buwono VI sebelum

menyandang gelar Hamengku Buwono VII, Hamengku

Buwono VII bernama asli Pangeran Ngabehi. Pada tanggal

17 April 1872 Hamengku Buwono VII diangkat menjadi

pangeran Adipati Anom. Hamengku Buwono VII menjalani

masa pemerintahan selama 1877-1921 M.44

j. Hamengku Buwono VIII yang memiliki nama asli GPH

Puruboyo banyak melakukan rehabilitasi bangunan

dikomplek Keraton Yogyakarta diantaranya adalah Bangsal

Pagelaran, Tratag Siti Higil, Gerbang Donopratopo dan

Masjid Gedhe. Hamenghu Buwono VIII meninggal pada

tanggal 22 Oktober 1939 di rumah sakit Pantirapih

Yogyakarta.45

k. Hamengku Buwono IX

Hamengku Buwono IX lahir pada tangal pada tanggal 12

April 1912. Hamengku Buwono IX menjadi Sultan

menggantikan Hamengku Buwono VIII dan memerintah

dari tahun 1941 sampai 1988. Hamengku Buwono IX

44

Noto Suroto. 1985-1986. Kesultanan Yogyakarta. Balai Kajian Sejarah dan Nilai

Tradisional. Yogyakarta. Hal. 53

45 Sri Wintala Akhmad dan Krisna Bayu Adji. 2014. Geger Bumi Mataram. Yogyakarta.

Araska Yogayakarta. Hal. 144

Page 59: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

59

meninggal di Amerika pada tangggal 2 Oktober 1988 di

usia 76 tahun.46

l. Hamengku Buwono X

Bendara Raden Mas Herjuno Darpito atau Sri Sultan

Hamengkubuwana X lahir pada tanggal 2 April 1946.

Hamengku Buwono X adalah putera dari Hamengku

Buwono IX dan memimpin keraton sejak tahun 1989

sampai sekarang. Hamengku Buwono X mengenyam

pendidikan di Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

2. Pembagian Wilayah Dan Struktur Pemerintahan Keraton Yogyakarta

1. Pembagian Wilayah Kasultanan Yogyakarta

Wilayah Kasultanan Yogyakarta bukanlah wilayah yang utuh,

namun banyak enklave dan eksklave wilayah Kasunanan Surakarta dan

Mangkunegaran. Wilayah-wilayah tersebut merupakan hasil dari

perjanjian palihan nagari yang ditandatangani di Giyanti. Dalam

perjalanan waktu wilayah tersebut berkurang akibat perampasan oleh

Deendels dan Raffles. Setelah perang Diponegoro selesai pada tahun 1830,

pemerintah Hindia Belanda akhirnya merampas seluruh wilayah Manca

Nagara dan pada tanggal 27 September 1830, ditandatangani pula sebuah

perjanjian Klaten yang menegaskan wilayah dan batas-batas kasultanan

Yogyakarta dengan kasunanan Surakarta. Wilayah Kasultanan Yogyakarta

46

Tempo. 1988. Sri Sultan Hari-Hari Hamengku Buwono IX. Grafirypers. Hal. 188

Page 60: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

60

hanya meliputi Mataram dan Gunung Kidul dengan luas 2.902.54 km.

Diwilayah tersebut terdapat enklave Surakarta yaitu (kotagede dan

imogiri), Mangkunegaran (Ngawen), dan Paku Alaman (Kabupaten kota

Paku Alaman)47

. Wilayah kasultanan Yogyakarta sendiri dibagi menjadi

beberapa lapis yaitu Nagari Ngayogyakarta, Nagari Agung, dan Manca

Nagara. Total luas keseluruhan Nagari Ngayogyakarta dan Nagari Agung

adalah 53.000 karya ( 309.864500 km). Total luas keseluruhan Nagara

adalah 33.950 karya atau 198.488.675 km. Selain itu, Kasultanan

Yogyakarta masih memiliki tambahan wilayah dari Danurejo I di

Banyumas, yakni seluas 1.600 karya.48

Berikut adalah penjelasan tentang Nagari Ngayogyakarta, nagara

Agung, dan Manca Nagara:

1. Nagari Ngayogyakarta adalah wilayah ibukota Kasultanan

Yogyakarta yang daerah-daerahnya meliputi:

1) kota tua Yogyakarta yang berada di antara sungai code dan

sungai winongo.

2) Daerah sekitarnya dengan batas Masjid Pathok Nagara

47

Sri Wintala Akhmad dan Krisna Bayu Adji. 2014. Geger Bumi Mataram. Bantul

Yogyakarta. Araska. Hal. 122

48 Ibid : 123

Page 61: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

61

2. Nagara Agung adalah wilayah utama dari Kasultanan

Yogyakarta yang meliputi:

1) Daerah Siti Ageng Mlaya Kusuma yaitu yang berada di

wilayah Siti Ageng49

bagian timur yang tidak jelas batasnya

dengan wilayah kasunanan.

2) Daerah Siti Bumijo yang terletak diwilayah Kedu dari

Sungai Progo sampai Gunung Merbabu.

3) Daerah Siti Numpak Anyar yaitu wilayah Bagelan antara

sungai Bagawanta dan sungai Progo.

4) Daerah Siti Panekar yaitu wilayah pajang bagian timur dari

sungai samin ke selatan sampai Gunung Kidul, ke timur

sampai Kaduwang.

5) Daerah Siti Gadhing Mataram meliputi wilayah Mataram

Yogyakarta50

3. Manca Nagara merupakan wilayah terluar dari Kasultanan

Yogyakarta. wilayah-wilayah terluar dari Kasultanan

Yogyakarta meliputi:

1) Wilayah Madiun yang terdiri dari daerah-daerah Madian

kota, Magetan, Caruban, dan setengah dari wilayah Pacitan.

2) Wilayah Kediri yang terdiri dari wilayah-wilayah

Kertosuro, Kalangbret, dan Ngrowo Tulung Agung

49

Wilayah Siti Ageng merupakan wilayah yang berada di daerah antara Pajang dengan

Demak. Ibid : 123

50 Daerah atau wilayah di antara Gunung Berapi sampai dengan Samudera Hindia. Ibid :

123

Page 62: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

62

3) Wilayah Surabaya yang meliputi daerah Japan Mojokerto

4) Wilayah Rembang yang meliputi daerah-daerah Jipang

(Ngawen), dan Teras Karas (Ngawen)

5) Wilayah Semarang yang meliputi daerah-daerah Selo atau

Seselo (makam nenek moyang raja Mataram), Warung

(kuwu, Wirosari), dan sebagian Grobogan.51

Selain pembagian-pembagian wilayah di atas, pembagian wilayah

kasultanan Yogyakarta berdasarkan perjanjian Palihan Nagari dengan

pembagian adbi dalem52

dan kawulo dalem53

yang menggunakan wilayah

keraton Yogyakarta. Hal ini sangat berkaitan dengan sistem penggunaan

tanah yang pada waktu itu menggunaan sistem pelungguh.54

Diperkirakan

penduduk Kasultanan Yogyakkarta sewaktu perjanjian Giyanti berjumlah

522.300 jiwa. Dalam starta sosial, penduduk diklarifikasikan kedalam 3

golongan, bandara55

, abdi dalem, dan kawulo dalem. Maka saat itu sultan

merupakan anggota lapisan bangsawan terpuncak dalam sistem sosial.

2. Struktur Pemerintahan Keraton Yogyakarta

Nagari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat adalah negara

independen yang berbentuk kerajaan. Kedaulatan dan kekuasaan

51

Sri Wintala Akhmad dan Krisna Bayu Adji. 2014. Geger Bumi Mataram. Bantul

Yogyakarta. Araska. Hal.123-124

52 Pegawai Kerajaan

53 Rakyat Jelata

54 Tanah Jabatan

55 Kaum bangsawan

Page 63: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

63

pemerintahan diatur dan dilaksanakan menurut perjanjian atau kontrak

politik yang dibuat oleh negara induk kerajaan Belanda bersama-sama

dengan negera dependen kesultanan Ngayogyakarta. Kontrak politik

terakhir antara negara induk dengan Kasultanan adalah perjanjian politik

194056

sebagai konsekuensi dari bentuk negara kesatuan yang dipilih oleh

kesatuan Republik Indonesia sebagai negara induk, maka pada tahun 1950

status negara dependen Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat diturunkan

menjadi daerah istimewa Yogyakarta.57

Berikut adalah susunan pemerintahan dalam negeri Kasultanan

Yogyakarta.58

56

Perjanjian politik kasultanan Ngayogyakarta dengan Hindia Belanda tertanggal 18

Maret 1940 merupakan perjanjian politik terakhir yang dilakukan oleh kasultanan Yogyakarta

dengan pemerintah Hindia Belanda. Perjanjian ini juga diakui dan digunakan pleh pemerintah

indonesia sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan daerah Kasultanan Yogyakarta dan

daerah Paku Alam menjadi daerah Istimewa setingkat Provinsi. Ibid. 124

57 KPH. Mr. Soedarisman Poeworkoesosmo. 1985. Kesultanan Yogyakarta Suatu

Tinjauan Tentang Kontrak Politik (1877-1940). Yogyakarta. Gajah Mada Press. Hal. 13

58 Sumber arsip keraton Yogyakarta. struktur pemerintahan Keraton Yogyakarta . nomor

1596 .diakses pada tanggal 17 April 2017

Page 64: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

64

susunan pemerintahan dalam negeri Kasultanan Yogyakarta

Bagan 1

Page 65: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

65

Penjelasan bagan struktur pemerintahan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat59

1) Jabatan Ngarsa Dalem Sampejan Dalem Ingkan Sinoewoen adalah Sri

Sultan yang dalam konteks ini adalah pemimpin Keraton Yogyakarta yang

bertugas untuk memimpin dan menjaga Keraton.

2) Papatih Dalem merupakan wakil dari Sri Sultan. Tugas dari wakil sultan

atau Ratu adalah memonitoring dan menjalankan urusan-urusan Keraton

dengan dibantu lembaga-lembaga kepengurusan Keraton diantaranya yaitu

Kepanitraan, Ratjana dan Pentjarwan, Ajahan Oemoem, Wijata Praja dan

lain Sebagainya

3) Kapanitraan merupakan lembaga keraton yang bertugas untuk mengurusi

keluar masuknya dan penyaluran atau penyebaran surat Keraton

Yogyakarta

4) Ratjana dan Pentjarwan merupakan lembaga keraton yang bertugas untuk

menyusun dan membuat rencana dan propaganda kegiatan Keraton

Yogyakarta. Salah satu kegiatannya adalah mengelola arsip dan dokumen-

dokuman lama Keraton Yogyakarta serta menjaga tradisi budaya Keraton

Yogyakarta

59

Arsip Keraton Yogyakarta. Senerai Arsip HB IX. Sistem Birokrasi Pemerintahan

Yogyakarta 1942-1944,1945-1956 Masa HB IX. Nomor Arsip 1597 tahun 1951 diakses pada

tanggal 17 April 2017 beserta penjelasan dari kantor lembaga Widya Budaya Keraton Yogyakarta

Page 66: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

66

5) Ajahan Oemoem atau urusan umum adalah lembaga keraton yang bertugas

untuk menjaga tempat-tempat Keraton Yogyakarta misalnya prajurit atau

polisi Keraton Yogyakarta

6) Wijata Praja atau Pengajaran, bertugas untuk memberikan pembelajaran

kepada masyarakat Keraton Yogyakarta yang berupa ilmu pengetahuan

7) Ekonomi, Keraton Yogyakarta membentuk lembaga perekonomian rakyat

dengan tujuan untuk mengatur masyarakat dalam kebutuhan ekonomi,

misalnya kepada para petani, pedagang, pekerja dan lain sebagainya

8) Jajasan oemoem atau yayasan umum Keraton Yogyakarta bertugas untuk

menyediakan dan merawat gedung-gedung pertemuan yang ada di daerah

sekitar Keraton untuk keperluan masyarakat.

Page 67: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

67

BAB IV

GAMBARAN UMUM LEMBAGA TEPAS WIDYO BUDOYO KERATON

YOGYAKARTA

A. Latar Belakang Pembentukan dan Kondisi Lembaga Tepas Widyo Budoyo

Di Keraton Yogyakarta

1. Latar Belakang Pembentukan Lembaga Tepas Widyo Budoyo

Keraton Yogyakarta

Keraton Yogyakarta dibangun pada jaman pemerintahan

Sultan Hamengku Buwono I, yaitu pada 1756 Masehi atau tahun

Jawa 1682 yang ditandai dengan adanya perjanjian Giyanti

menjadi titik awal berdirinya Kerajaan Kasultanan Yogyakarta atau

yang biasa disebut Ngayogyakarta Hadiningrat. Segera setelah

memperoleh wilayah Yogyakarta yang merupakan setengah dari

kerajaan Mataram. Hamengku Buwono I atau yang lebih dikenal

dengang nama Pangeran Mangkubumi mendirikan Kasultanan

Yogyakarta dan mengkukuhkan dirinya sebagai raja pertama

Kasultanan Yogyakarta.60

Keraton Yogyakarta yang memiliki berbagai warisan

budaya baik dalam bentuk upacara maupun benda-benda kuno dan

bersejarah. Di sisi lain Keraton juga merupakan institusi tradisional

60

Haryadi Baskoro dan Sudomo Sunaryo. 2010. Catatan Perjalanan Keistimewaan

Yogya. Pustaka Pelajar Yogyakarta. Yogyakarta. Hal. 125

Page 68: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

68

lengkap dengan pemangku kepentingan adat. Nilai-nilai filsafat

serta mitologi mengelilingi Keraton Yogyakarta sehingga Keraton

Yogyakarta menjadi pusat tradisi dan menjadi kiblat dari

masyarakat sekitar untuk menggunakan kearifan lokal dalam

melakukan nilai-nilai kehidupan.61

Setelah berdirinya Keraton Yogyakarta di tahun 1755,

Hamengku Buwono I mulai membentuk perangkat kepengurusan

Keraton Yogyakarta. Pada tahun 1755 Hamengku Buwono I

membentuk beberapa lembaga salah satunya adalah Kawedanan

Hageng Punakawan Parasraya budaya yang terdiri dari KHP

wahana sarta kriya (kendaraan, kebersihan dan pemeliharaan)

dann KHP widya budaya (upacara Keraton).62

Kawedanan Hageng punakawan atau yang disingkat

dengan KHP Widya Budoyo berada dibawah pimpinan Kawedanan

Hageng Nitya Budaya. KHP Widya Budoyo merupakan lembaga

atau tepas yang menjaga dan melestarikan budaya-budaya Keraton

Yogyakarta. Budaya-budaya Keraton yang dijaga dan dilestarikan

diantaranya adalah budaya gerebeg mulud, sekaten, larungan,

budaya labuhan, siraman pusaka, pementasan wayang dan lain

sebagainya. Budaya-budaya Keraton itulah yang kemudian di jaga

61

Deon Kurniawan. 2003. Skripsi. Upacara keagamaan gerebeg mulud di keraton

Yogyakarta. Universitas Negeri Surakarta. Hal 32 62

Noto Suroto. 1985-1986. Kesultanan Yogyakarta. Balai Kajian Sejarah dan Nilai

Tradisional. Yogyakarta. Hal. 38

Page 69: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

69

dan dilestarikan oleh tepas Widya Budoyo atas dasar perintah dari

Keraton.

Tepas Widya Budaya juga merupakan tempat penyimpanan

koleksi manuskrip, arsip-arsip Keraton dan buku-buku langka

Keraton. Koleksi tersebut merupakan koleksi-koleksi naskah kuno

Keraton Yogyakarta. Naskah kuno Keraton Yogyakarta yang

disimpan di ruang arsip Widya Budaya diperlakukan sebagaimana

benda-benda pusaka yang dikeramatkan. Beberapa diantaranya

bahkan tidak dapat diakses kecuali oleh ngarsa dalem atau abdi

dalem Keraton, seperti naskah Surya Raja. Naskah ini mendapat

gelar kehormatan khusus dengan sebutan Kanjeng Kyai Surya Raja

dan hanya dikeluarkan setahun sekali pada bulan syura untuk

diadakan upacara siraman atau pembersihan. Naskah lain yang

dikeramatkan seperti naskah Bratayuda dan Kanjeng Kyai Al-

Qur’an.63

2. Perkembangan Lembaga Tepas Widya Budaya Keraton

Yogyakarta

Pada masa Hamengku Buwono IX, ketika Sri Sultan

menjabat sebagai raja Keraton Yogyakarta di tahun 1941,

kebijakan terhadap kepengurusan tepas widya budaya berubah.

Perubahan dilakukan oleh Hamengku Buwono IX dengan

63

Dureau J, Clements D. 1990. Dasar-dasar pelestarian dan pengawetan bahan pustaka.

Yogyakarta. Arsip Yogyakarta. Hal 11-12

Page 70: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

70

menambahkan tugas pengelolaan arsip Keraton yang ketika masa

Hamengku Buwono VIII dijadikan satu tempat dengan

perpustakaan Keraton. Kebijakan itu dilakukan oleh Sultan guna

memberikan ruang tersendiri terhadap penyimpanan dan

pengelolaan arsip-arsip Keraton Yogyakarta.64

Pada tahun 1962

tepas widya budaya meminta penambahan ruangan penyimpanan

benda-benda pusaka Keraton dan balai pengkajian arsip.65

Lingkungan KHP Widya Budaya merupakan tempat yang

tersembunyi dari hingar bingar pengunjung Keraton Yogyakarta.

wisatawan tidak diperkenankan masuk karena ditakutkan ada

koleksi atau benda-benda pusaka yang hilang atau rusak. Selain itu

yang diperbolehkan masuk hanyalah peneliti yang memiiki izin

dari pihak Keraton. Demi menjaga keamanan dan isi intelektual

Keraton Yogyakarta, maka KHP Widya Budaya tidak diperuntukan

untuk masyarakat umum yang tidak memiliki kepentingan umum.66

Pada tahun 1977 tepas Widya Budaya menjadi satu

kompleks tersendiri yang berada dibelakang kantor tepas

keamanan dengan tujuan atas keamanan manuskrip Keraton dan

benda-benda pusaka Keraton Yogyakarta. Dimasa-masa akhir

64

Larasati purwaningtias. 2012. Skripsi. Pelestarian Manuskrip Berdasarkan Kearifan

Lokal Di KHP Widya Budaya Keraton Yogyakarta. Jurusan Ilmu Perpustakaan. Fakultas Ilmu

Pengetahuan Budaya. Universitas Indonesia. Depok. Hal. 47 65

Larasati purwaningtias. 2012. Skripsi. Pelestarian Manuskrip Berdasarkan Kearifan

Lokal Di KHP Widya Budaya Keraton Yogyakarta. Jurusan Ilmu Perpustakaan. Fakultas Ilmu

Pengetahuan Budaya. Universitas Indonesia. Depok. Hal. 48 66

Penjelasan abdi dalem Widyo Candra selaku carik tepas widyo budoyo. Pada tanggal 7

Juni 2017. Pukul 10.00 wib

Page 71: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

71

kepemimpinan Hamengku Buwono IX tahun 1980 sampai tahun

1989, kondisi tepas Widya Budoyo tidak banyak mengalami

perubahan sampai pada masa peralihan kekuasaan dari Hamengku

Buwono IX kepada Hamengku Buwono X, kondisi lingkungan

tepas Widya Budaya tidak mengalami banyak perubahan yang

berarti.67

Di lingkungan KHP Widya Budaya sendiri terdapat

beberapa bangunan. Bangunan pertama adalah tepas keamanan

yang merupakan kantor para abdi dalem yang bekerja di bidang

keamanan. Bangunan KHP Widya Budaya tidak berdiri sendiri,

melainkan terdapat beberapa bangunan yang mengelilinginya.

Walaupun terdapat dalam satu lingkaran namun pada dasarnya

tepas Widya Budaya dan tepas Keamanan merupakan bangunan

yang berbeda. Namun karena tepas Widya Budaya tidak

diperkenankan untuk umum maka didampingi dengan tepas

Keamanan yang juga tidak diperkenankan untuk umum. KHP

widya budaya merupakan tempat yang cukup megah namun tetap

terlihat sisi tradisional Jawa nya karena bantuk bangunannya.

Bangunan yang cukup luas dan nyaman sering kali digunakan

untuk mengkaji dan mempersiapkan kegiatan-kegiatan Keraton.68

67

Larasati purwaningtias. 2012. Skripsi. Pelestarian Manuskrip Berdasarkan Kearifan

Lokal Di KHP Widya Budaya Keraton Yogyakarta. Jurusan Ilmu Perpustakaan. Fakultas Ilmu

Pengetahuan Budaya. Universitas Indonesia. Depok. Hal. 35 68

Ibid. Penjelasan abdi dalem Keraton

Page 72: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

72

B. Tujuan Pembentukan Lembaga Tepas Widyo Budoyo Keraton

Yogyakarta

Sebagai sebuah Kerajaan, Kasultanan Yogyakarta mempunyai

sistem pemerintahan tersendiri. Dimana Kasultanan Yogyakarta dapat

mengatur dan menjalankan pemerintahannya atas dasar perintah dari Sri

Sultan. Lembaga tepas Widyo Budoyo yang merupakan salah satu

organisasi Keraton Yogyakarta yang dibentuk oleh Hamengku Buwono I

dengan tujuan untuk menjaga dan melestarikan budaya Keraton

Yogyakarta. Pentingnya untuk menjaga dan melestarikan budaya Keraton

memanglah sudah ada sejak pemerintahan Hamengku Buwono I.

Kebudayaan Keraton yang telah ada sejak masa Hamengku Buwono I

itulah yang menjadi karakteristik atau nilai tersendiri bagi Keraton

Yogyakarta apabila dibandingkan dengan Keraton-keraton lain di tanah

air.69

Selain menjaga dan melestarikan budaya Keraton, perawatan buku

dan arsip-arsip Keraton merupakan tujuan lain dari tepas Widyo Budoyo.

Selain budaya, pentingnya menjaga arsip-arsip Keraton menjadi prioritas

untuk melakukan perawatan atas naskah kuno yang menjadi suatu bukti

keberadaan Keraton pada masa lalu. Naskah kuno yang disimpan di

penyimpanan arsip tepas Widyo Budoyo diantaranya adalah sistem

birokrasi pemerintahan Hamengku Buwono I sampai dengan Hamengku

Buwono IX, dokumen-dokumen Keraton, perjalanan Keraton Yogyakarta,

69

Wawancara dengan abdi dalem KHP Tepas Widyo Budoyo Keraton Yogyakarta.

Widyo Candra. Pada tanggal 7 Juni 2017. Pukul 10.00 wib

Page 73: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

73

kegiatan-kegiatan Keraton yang dibukukan, surat-surat Keraton dan lain

sebagainya.70

C. Struktur Organisasi Lembaga Tepas Widyo Budoyo Di Keraton

Yogyakarta

Perubahan besar dalam pemerintahan Yogyakarta terjadi saat Sri

Sultan Hamengku Buwono IX naik tahta pada tahun 1940, khususnya

selama kependudukan Jepang di tahun 1942-1945. Secara perlahan sultan

melakukan restorasi dan membentuk badan-badan pemerintahan baru

untuk menampung urusan pemerintahan yang diserahkan oleh tentara

pendudukan Jepang. Badan tersebut dinamakan Paniradya yang masing-

masing dikepalai oleh Paniradyapati. Paniradyapati tidak lagi berada di

bawah kekuasaan patih melinkan angsung berada dibawah kekuasaan

Sultan. Pada akhirnya Sultan dapat memulihkan kembali kekuasaannya

selaku kepala pemerintahan dan pada saat itulah Sultan membentuk

birokrasi kesultanan yang dibedakan menjadi dua bagian, yakni urusan

dalam dan urusan luar istana.71

Urusan dalam istana ditangani oleh parentah ageng Keraton yang

mengkoordinir seluruh badan maupun kantor pemerintahan di istana.

Urusan dalem Keraton tersebut langsung di pimpin oleh saudara atau

70

Wawancara dengan abdi dalem KHP Tepas Widyo Budoyo Keraton Yogyakarta. Widyo

Candra selaku carik tepas widyo budoyo. Pada tanggal 7 Juni 2017. Pukul 10.00 wib 71

Sri Wintala Ahmad, Krisna Bayu Adji. 2014. Geger Bumi Mataram. Yogyakarta. Araska.

Hal 128

Page 74: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

74

putera Sultan, sementara Sultan memimpin lembaga luar Keraton. Di

dalam melaksanakan tugasnya, putera Sultan dibantu oleh para lembaga-

lembaga Keraton, salah satunya adalah tepas Widya Budaya. Tepas Widya

Budaya dalam menjalankan tujuan maupun tugas-tugasnya Keraton

Yogyakarta dibentuklah susunan atau struktur kepengurusan tepas Widya

Budaya. Struktur kepengurusan tepas Widya Budaya adalah sebagai

berikut:72

Struktur Kepengurusan Lembaga Tepas Widya Budaya Keraton Yogyakarta

Bagan 2. Struktur Organisasi Tepas Widya Budaya

72

Badan arsip tepas widya budaya Keraton Yogyakarta.Sistem Kepengurusan Tepas Widya

Budaya Keraton Yogyakarta. diakses pada tanggal 7 juni 2017

PENGHAGENG II (A)

WAKIL PENGHAGENG II (B

CARIK (C)

KAHARTAKAN (D)

Page 75: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

75

Keterangan Struktur kepengurusan lembaga tepas Widya Budaya

Keraton Yogyakarta, adalah sebagai berikut:73

A. Penghageng II

Penghageng II merupakan pimpinan dari tepas Widya Budaya yang

bertugas mengatur dan memberikan masukan dari tepas Widya Budaya

atas dasar perintah dari Sultan. Penghageng II ini dipimpin oleh KRT

Purwadiningrat. Tugas dari penghageng II ialah memberikan instruksi

atau arahan kepada anggota tepas Widya Budaya dalam menjalankan

tugas-tugasnya dalam mempersiapkan berbagai hal dalam kegiatan

budaya.

73

Penjelasan dari abdi dalem tepas widya budaya. Bpk.Widya candra. Dalam studi

pendahuluan di tepas widya budaya pada tanggal 7 Juni 2017

UPACARA (E)

KAPUSTAKAN

(F)

KAPUJANGGAN

(G)

PASINAON (H)

Page 76: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

76

B. Wakil penghageng II

Dalam menjalankan tugasnya penghageng II dibantu oleh wakil

penghageng II yang dipegang KRT Rinta Iswara. Tugas dari wakil

penghageng ialah membantu dan mengingatkan penghageng II dalam

menjalankan tugas-tugasnya.

C. Carik

Carik tepas widya budaya dikoordinasi oleh KRT Widyacandra

Ismadiningrat. Posisi carik disini merupakan sekretaris tepas Widya

Budaya yang bertugas membuat laporan, surat-surat, dan lain sebagainya.

D. Kahartakan

Kahartakan ialah bendahara dalam struktur kepanitiaan saat ini.

Kahartakan di tepas Widya Budaya dipegang oleh abdi dalem RW

Budyarusmandaru. Tugas dari kahartakan tepas Widya Budaya ialah

mengelola pemasukan dan pengeluaran tepas widya budaya.

E. Upacara

Devisi upacara tepas Widya Budaya yang dikoordinasi oleh R. Ry

Widya Bayukusuma bertugas dalam mempersiapkan beberapa upacara

Keraton Yogyakarta seperti upacara gerebeg, upacara siraman pusaka,

upacara labuhan dan lain sebagainya. Semua budaya yang berkaitan

dengan upacara diatur oleh tepas Widya Budaya bagian kepengurusan

upacara.

F. Kapustakan

Page 77: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

77

Kepusakaan tepas Widya Budaya dikoordinasi oleh Drs. R. Ry

Widya Darukusuma, yang bertugas mengatur dan merawat naskah-naskah

kuno Keraton.

G. Kapujanggan

Kapujanggan tepas Widya Budaya dikoordinasi oleh KRT Rinto

Iswara. Tugas dari kapujanggan ialah melakukan perawatan terhadap

bangunan-bangunan lama Keraton dan melestarikan adat istiadat Keraton

Yogyakarta.

H. Pasinaon

Pasinaon merupakan tempat untuk mengadakan pembelajaran dan

diskusi para abdi dalem dan masyarakat umum yang ingin mengetahui

tentang Keraton. Pasinaon tepas widya budaya di koordinasi oleh R. Ry

Hanantianegara, yang bertugas untuk memberikan kajian terhadap naskah-

naskah kuno Keraton Yogyakarta.

D. Tugas Lembaga Tepas Widyo Budoyo Terhadap Warisan Budaya Di

Keraton Yogyakarta

Setiap lembaga dalam Keraton selain memiliki sejarah dan tujuannya

masing-masing juga memiliki tugas. Tugas dari tepas Widyo Budoyo

dalam keberadaannya didalam Keraton Yogyakarta dibagi dalam empat

bagian dengan tujuan untuk mempermudah dalam menjalankan tugasnya

antara menjaga kebudayaan Keraton dan perawatan naskah kuno Keraton

Page 78: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

78

Yogyakarta. Berikut adalah tugas dari tepas Widyo Budoyo yang dibagi

dalam empat bagian.74

1) Pengadaan Upacara

upacara kebudayaan yang dilakukan keraton Yogyakarta

dalam melakukan ritual budayanya menjadi tugas tepas Widyo

Budoyo untuk mempersiapkannya. Salah satu budaya yang

mengadakan upacara yaitu upacara gerebeg mulud, uacara siraman

pusaka, upacara labuhan dan upacara pameran kebudayaan

Yogyakarta. upacara-upacara tersebut dilaksanakan atas dasar

waktu yang berbeda-beda tergantung dengan waktunya budaya

tersebut.75

2) Kapujanggan atau Adat Istiadat

Keraton Yogyakarta yang terkenal dengan adat Jawanya

sangat memperhatikan betul nilai-nilai dan tradisi adat istiadat

tersebut, hal ini bisa dilihat dari cara berpakaian seorang Sri Sultan

maupun para abdi dalem Keraton yang selalu mengenakan busana

adat istiadat Jawa. Selain itu, adat istiadat seperti rumah Jawa

(Joglo) menjadi perhatian tersendiri dalam merawat dan menjaga

bangunan tua yang ada di dalam Keraton maupun diluar Keraton.

Dalam hal kapujanggan, tugas dari tepas widyo budoyo adalah

74

Badan arsip tepas widya budaya Keraton Yogyakarta. Sistem Kepengurusan Tepas

Widya Budaya Keraton Yogyakarta. Nomor arsip 1597 tahun 1951. Di akses pada tanggal 7 Juni

2017 75

Wawancara dengan abdi dalem KHP Tepas Widyo Budoyo Keraton Yogyakarta. Widyo

purwadiningrat selaku penghageng tepas widyo budoyo. Pada tanggal 7 Juni 2017. Pukul 11.00

wib

Page 79: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

79

menjaga dan melestarikan adat istiadat Keraton, baik itu dalam segi

budaya, kesenian maupun penyusunan naskah Jawa.76

3) Kapustakaan atau Kearsipan

Pentingnya naskah-naskah kuno Keraton Yogyakarta

menjadi tugas tersendiri bagi lembaga tepas widyo budoyo dalam

merawat dan menjaga arsip-arsip dan naskah kuno Keraton

Yogyakarta. Naskah-naskah kuno Keraton bisa dilihat di kantor

widyo budoyo dan bisa diakses oleh kalangan umum.77

4) Pasinaon atau pengkajian naskah kuno

Selain merawat dan menjaga naskah kuno, tugas lain dari

tepas Widyo Budoyo adalah untuk mengkaji ulang naskah kuno

dan menterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang kemudian

bisa di pahami oleh banyak orang, khususnya bagi pelajar sejarah

yang ingin mengenal Keraton Yogyakarta secara mendalam.78

76

Wawancara dengan abdi dalem KHP Tepas Widyo Budoyo Keraton Yogyakarta. Widyo

purwadiningrat selaku penghageng tepas widyo budoyo. Pada tanggal 7 Juni 2017. Pukul 11.10

wib 77

Penjelasan abdi dalem Widyo Candra selaku carik tepas widyo budoyo. Pada tanggal 7

Juni 2017. Pukul 10.00 wib 78

ibid

Page 80: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

80

BAB V

PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN WARISAN

BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA

Keraton Yogyakarta dengan segala adat istiadat dan budayanya menjadi

ruh kehidupan bagi masyarakat Yogyakarta. Keraton Yogyakarta menjadi obyek

wisata di Kota Yogyakarta baik dari sisi peninggalan bangunannya maupun adat

istiadat yang ada di dalamnya. Di Kraton Yogyakarta di samping dapat dinikmati

keindahan masa lalu melalui arsitektur bangunannya, dapat juga dinikmati

kesenian tradisional yang disajikan setiap harinya di Bangsal Manganti. Saat ini

Keraton Yogyakarta ditempati oleh keluarga Sultan Hamengku Buwana X yang

menjadi raja sekaligus gubernur di Yogyakarta. Selain itu Keraton Yogyakarta

juga memiliki berbagai warisan budaya yang berbentuk upacara maupun benda-

benda kuno dan bersejarah. Selain itu, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu

lembaga adat istiadat yang cukup lengkap dengan pemangku adatnya.

Kebudayaan Islam Keraton Yogyakarta yang telah ada sejak masa berdirinya

Keraton Yogyakarta merupakan hasil dari peninggalan sejarah yang cukup lama.

Pelaksanaan budaya atau tradisi Islam Jawa Keraton Yogyakarta seperti upacara

Sekaten, upacara Gerebeg Mulud dan upacara labuhan menjadi tanggung jawab

tersendiri dari Kasultanan Yogyakarta.79

Berlangsungnya upacara dan tradisi

Kraton tidaklah lepas dari lembaga KHP Widya Budaya. Ada beberapa upacara

79

http://kratonjogja.id/pariwisata/hari-besar-islam diakses pada tanggal 3 Agustus 2017.

Jam 22.00 wib

Page 81: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

81

dan tradisi Kraton yang dilestarikan oleh KHP Widya Budaya diantaranya adalah

sebagai berikut:

A. Peran Lembaga Tepas Widyo Budoyo Dalam Tradisi Sekaten

a. Gambaran Umum Tradisi Sekaten

Ketika kerajaan Mataram pecah menjadi dua kerajaan

dengan perjanjian Giyanti, yang kemudian dikenal dengan istilah

Jawa Paliyan Nagari pada tahun 1755, maka kerajaan dibagi

menjadi dua wilayah yaitu wilayah Kasunanan Surakarta dan

Kasultanan Yogyakarta bukan hanya wilayah yang dibagi menjadi

dua melainkan segala warisan kerajaan termasuk benda-benda

pusaka dan gamelan sekaten juga dibagi dua. Kasunanan Surakarta

mendapatkan gamelan pusaka kyai sekati dan kasultanan

Yogyakarta Hadiningrat mendapatkan gamelan pusaka nyai sekati.

Karena gamelan sekaten itu lengkapnya harus sejodoh atau satu

pasang, maka Surakarta lalu membuat tiruan Nyai Sekati dan

Yogyakarta membuat tiruan Kyai Sekati. Dengan demikian

Kerajaan Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta

memiliki dua perangkat gamelan sekaten. Pada masa Hamengku

Buwono I gamelan sekaten Keraton Yogyakarta dinamakan Kyai

Gunturmadu dan Nyai Nagawilaga.80

Upacara sekaten merupakan upacara ritual Keraton

Yogyakata yang diselenggarakan setiap setahun sekali yaitu pada

80

Drs. Suratmin. 1991. Upacara Tradisional Sekaten Daerah Istimewa Yogyakarta.

Yogyakarta. Departemen Penddikan dan Kebudayaan. Hal. 34

Page 82: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

82

saat menjelang peringatan maulud Nabi Muhammad saw. Upacara

sekaten adalah suatu tradisi yang telah ada sejak jaman kerajaan

Demak dan sampai saat ini masih dilestarikan oleh Keraton

Yogyakarta dan Surakarta. Dalam tradisi kerajaan Demak upacara

sekaten diselenggarakan sebagai usaha untuk memperluas serta

memperdalam rasa keislaman bagi segenap masyarakat. Usaha ini

dilaksanakan oleh para wali yang dikenal dengan sebutan wali

sanga. Para wali memahami dan yakin bahwa rakyat menggemari

bunyi gamelan. Sunan Giri salah satu dari seorang Wali Sanga

memahami teknik dari pembuatan gamelan, kemudian membuat

seperangkat gamelan yang telah dinamakan Kyai Seketi yang

kemudian dibunyikan setiap tahunnya untuk memerihkan

peringatan hari lahirnya Nabi Muhammad saw.81

Nama dari sekaten ternyata memuat beberapa macam

tafsiran dan pendapat orang. Diantaranya ialah:

1. Ada orang yang berpendapat bahwa sekaten berasal dari

kata sekati yang mempunyai arti nama dari dua perangkat

gamelan pusaka Keraton yang ditabuh atau dibunyikan

dalam rangkaian acara peringatan hari maulid Nabi

Muhammad saw.82

81

Suyami. 2008. Upacara Ritual Di Keraton Yogyakarta Refleksi mitologi Dalam

Budaya Jawa. Kepel Press Yogyakarta. Yogyakarta. Hal. 30 82

Drs. Suratmin. 1991. Upacara Tradisional Sekaten Daerah Istimewa Yogyakarta.

Departemen Penddikan dan Kebudayaan. Hal. 37

Page 83: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

83

2. Pendapat lain mengemukakan bahwa kata sekaten diambil

dari kata syahadatain yang magsudnya dua kalimat sahadat.

Syahadat yang pertama disebut syahadat taukid, berbunyi

asyhadu alla ila ha illalah yang mempunyai arti saya

bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT. Dan

yang kedua disebut syahadat Rosul yang berbunyi

Waashadu anna Muhammadarrosulullah yang artinya saya

bersaksi bahwa Nabi Muhammad itu adalah utusan Allah.83

Upacara Sekaten yang diselenggarakan selama tujuh hari,

ialah dari tanggal 5 sampai tanggal 11 bulan Mulud atau

Robiulawal. Selanjutnya tentang waktu-waktu penyelenggaraan

acara sekaten ialah sebagai berikut.84

1) Tahab gamelan sekaten mula-mula dibunyikan sebagai

pertanda dimulainya upacara sekaten yang dimulai dari

pukul 16.00 sampai pukul 23.00 pada tanggal 5

robiulawal.

2) Tahab gamelan sekaten dipindahkan ke pagongan

dihalaman masjid besar. Di pagongan ini gamelan

sekaten dipukul pada waktu siang dan malam

3) Tahab Sri Sultan dan pengiringnya hadir di serambi

masjid besar untuk mendengarkan pembacaan riwayat

83

Ibit. Hal. 38 84

Ibit. Hal. 41

Page 84: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

84

maulid nabi Muhammad saw yang dimulai pukul 20.00

sampai 23.00 pada tanggal 11 robiulawal.

4) Tahab dikembalikannya gamelan sekaten dari halaman

masjid besar ke keraton sebagai pertanda diakhirinya

upacara sekaten pada tanggal 11 robiul awal pukul

23.00 wib.

Pada dasarnya penyelenggaraan upacara Sekaten dilakukan di

komples Keraton Yogyakarta dan masjid besar dengan dihadiri semua

pihak-pihak yang ada dalam ikatan Keraton Yohyakarta.85

b. Peran Tepas Widyo Budoyo Dalam Tradisi Sekaten

Tradisi sekaten menjadi salah satu budaya Keraton Yogyakarta

yang terbentuk sejak Sultan Hamengku Buwno I. Tradisi sekaten

menjadi salah satu budaya Keraton Yogyakarta yang terbentuk sejak

Sultan Hamengku Buwno I. Ketika Hamengku Buwono IX menjadi

Sultan Keraton Yogyakarta ditahun 1942 upacara sekaten

dilaksanakan secara sederhana di kawasan Keraton, dikarenakan pada

saat itu wilayah kekuasaan Keraton sedang tidak baik akibat dari

kependudukan Jepang di Indonesia. Tahun 1950 upacara sekaten

dilaksanakan didaerah Keraton sampai dengan alun-alun utara

Keraton Yogyakarta hal tersebut disebabkan oleh kurangnya tepas

Widya Budaya dalam mempersiapkan pelaksanaan upacara sekaten

85

Ibit. Hal. 43

Page 85: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

85

yang bersamaan dengan upacara gerebeg. Perubahan terjadi di tahun

1970, persiapan upacara sekaten tidak lagi dilakukan oleh tepas Widya

Budaya sendiri, melainkan dibantu oleh semua anggota abdi dalem

Keraton Yogyakarta dalam persiapan maupun pelaksanaannya.86

Kebijakan tersebut berjalan hingga kekuasaan Sultan Hamengku

Buwono X sampai dengan sekarang. Peran Widya Budaya secara

umum yang dibantu oleh abdi dalem Keraton dalam mempersiapkan

upacara sekaten ialah sebagai berikut: Di dalam penyelenggaraan

upacara sekaten, diadakanlah dua jenis persiapan yaitu persiapan fisik

dan persiapan non fisik. Persiapan fisik berwujud benda-benda dan

perlengkapan-perlengkapan yang diperlukan dalam penyelenggaraan

upacara, sedangkan persiapan non fisik berwujud sikap dan perbuatan

yang harus dilakukan pada waktu sebelum pelaksanaan upacara

sekaten.87

Sejak beberapa waktu menjelang penyelenggaraan upacara

sekaten, tepas Widya Budaya perintah bahwasanya bagi para abdi

dalem yang nantinya terlibat di dalam penyelenggaraan upacara untuk

mempersiapkan diri terutama mempersiapkan mental mereka untuk

mengemban tugas yang dianggap sakral. Lebih-lebih para abdi dalem

yang akan bertugas memukul gamelan sekaten diharuskan untuk

86

Rita yulilestari. 1999. Upacara Tradisional Sekaten di Keraton Yogyakarta Dalam

Tinjauan Historis. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. IKIP Yogyakarta. Hal. 47 87

Drs. Suratmin. 1991. Upacara Tradisional Sekaten Daerah Istimewa Yogyakarta.

Departemen Penddikan dan Kebudayaan. Hal. 45

Page 86: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

86

melakukan penyucian diri dengan cara berpuasa.88

Adapun persiapan

yang berupa fisik ialah berwujud benda-benda dan perlengkapan yang

akan diperlukan dalam penyelenggaraan upacara sekaten. Benda-

benda tersebut adalah benda-benda upacara, benda-benda pusaka

Keraton dan perlengkapan para penabuh gamelan sekaten.89

c. Nilai-nilai Islam Dalam Tradisi Sekaten

Niai-nilai islam yang muncul dalam tradisi Sekaten bahwa

upacara sekaten berpaduan antara kegiatan dakwah dan seni.

Perangkat gamelan sekaten dan gending-gending sekaten yang

memiliki seni yang indah sehingga sanggup memberikan daya tarik

kepada masayarakat. Di sini islam menambah kekayaan keindahan

seni gamelan seperti adanya laras pelog dan beberapa alat baru yang

sebelumnya belum ada. Di samping itu gending yang bernilaikan

rohani mulai dialirkan kedalam sekaten. Para wali memadukan nilai

keindahan dengan kebenaran. Para wali menyebarkan agama yang

mempunyai nilai kebenaran melalui unsur kesenian karawitan

(gamelan) yang mempunyai nilai keindahan. Ternyata kebenaran yang

dipadukan dengan keindahan memiliki daya tarik yang sangat kuat

88

Wawancara dengan abdi dalem KHP Tepas Widyo Budoyo Keraton Yogyakarta. KRT

Rinta Iswara selaku penghageng II tepas widyo budoyo. Pada tanggal 21 Juni 2017. Pukul 13.00

wib 89

Suyami. 2008. Upacara Ritual Di Keraton Yogyakarta Refleksi mitologi Dalam Budaya

Jawa. Kepel Press Yogyakarta. Yogyakarta. Hal. 59

Page 87: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

87

sehingga dengan ikhlas dan senang hati rakyat memeluk islam tanpa

adanya rasa terpaksa.90

B. Peran Lembaga Tepas Widyo budoyo Dalam Tradisi Labuhan

a. Gambaran Umum Tradisi Labuhan

Kata labuhan berasal dari kata labuh yang artinya sama

dengan larung yaitu membuang sesuatu kedalam air sungai atau

laut. Dalam konteks ini yang di magsud upacara labuhan adalah

memberi sesaji kepada roh halus yang berkuasa disuatu tempat.

Khusus di Keraton Yogyakarta, upacara labuhan juga sering

disebut dengan istilah labuh dalem. Kata dalem dipakai untuk

menyebut Sri Sultan sebagai penguasa atau raja di Keraton

Yogyakarta.91

Upacara labuhan diselenggarakan serangkaian dengan

upacara selametan sugengan tinggalan dalem yaitu upacara

selametan untuk memperingati hari penobatan Sri Sultan sebagai

raja di Keraton Yogyakarta. Upacara labuhan dilaksanakan oleh

Keraton Yogyakarta sejak berdirinya Keraton Kasultanan

Yogyakarta, yaitu pada masa pemerintahan Hamengku Buwono I.

Sejak masa pemerintahan hamengku Buwono I upacara labuhan di

Keraton Yogyakarta dilaksanakan setiap tahun, yaitu satu hari

90

Drs. Suratmin. 1991. Upacara Tradisional Sekaten Daerah Istimewa Yogyakarta.

Departemen Penddikan dan Kebudayaan. Hal. 39 91

Suyami. 2008. Upacara Ritual Di Keraton Yogyakarta Refleksi mitologi Dalam

Budaya Jawa. Kepel Press Yogyakarta. Yogyakarta. Hal. 101

Page 88: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

88

setelah peringatan jumenengan dalem92

. Sejak kemerdekaan RI

pada tahun 1950 yaitu pada masa pemerintahan Sri Sultan

Hamengku Buwono IX, upacara labuhan di Keraton Yohyakarta

tidak lagi dilaksanakan dalam kaitannya dengan peringatan

penobatan (jumenengan) melainkan dengan peringatan hari

kelahiran Hamengku Buwono IX yaitu satu hari setelah peringatan

hari kelahiran Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang disebut

tinggalan wiyosan atau tinggalan dalem tahunan. Perubahan

jadwal penyelenggaraan upacara labuhan tersebut karena Sri Sultan

Hamengku Buwono IX tidak mau memperingati hari penobatannya

sebagai raja sebab penobatannya dilakukan oleh imperialis

Belanda.93

Sejak masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono X

yang dinobatkan pada tanggal 7 Maret 1989, pelaksanaan upacara

labuhan kembali dilaksanakan dalam rangka tinggalan jumenengan

dalem (peringatan penobatan), yaitu dilaksanakan satu hari setelah

sugengan tinggalan jumenengan dalem (selametan peringatan

penobatan) berdasarkan perhitungan tahun Jawa. Oleh karena hari

penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono X pada tanggal 7 Maret

1989 tersebut bertepatan pada tanggal 29 Rajab, maka pelaksanaan

upacara labuhan dilaksanakan satu hari setelah tanggal 29 Rajab

92

Arti dari kata jumenengan dalem adalah penobatan raja yang sedang berkuasa 93

Suyami. 2008. Upacara Ritual Di Keraton Yogyakarta Refleksi mitologi Dalam

Budaya Jawa. Kepel Press Yogyakarta. Yogyakarta. Hal. 102

Page 89: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

89

yaitu bertepatan pada tanggal 30 Rajab. Upacara lanuhan yang

diselenggarakan Kraton Yogyakarta ada dua macam, yaitu labuhan

alit dan labuhan agung. Labuhan alit diadakan tiap tahun,

diselenggarakan ditiga tempat yaitu pantai parangkusumo, gunung

merapi dan gunung lawu. Sedangkan labuhan agung diadakan

setiap delapan tahun sekali, yaitu pada setiap tahun Dal,

diselenggarakn di empat tempat yaitu parangkusuma, gunung

merapi, gunung lawu dan dlepih kayangan. Penyelenggaraan

upacara labuhan di keempat tempat tersebut berkaitan dengan

sejarah pendiri dinasti Mataram, yaitu penembahan senopati.

Konon sebelum menduduki tahta raja Mataram, panembahan

senopati sering melakukan tapa brata (bertapa) untuk memohon

petunjuk dan kemurahan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Magsud

dan tujuan diselenggarakannya upacara labuhan adalah sebagai

persembahan kepada makhluk halus yang telah berjasa kepada

dinasti Mataram.94

b. Peran Tepas Widyo Budoyo Dalam Tradisi Labuhan

Tradisi labuhan menjadi salah satu budaya Keraton

Yogyakarta yang terbentuk sejak Sultan Hamengku Buwno I.

94

Ibit. Hal. 103

Page 90: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

90

Pelestarian dan penjagaan budaya Keraton menjadi sangat penting

bagi Keraton Yogyakarta. ketika dimasa Hamengku Buwono IX

menjabat sebagai sultan 1941-1989 tidak banyak memberikan

perubahan terhadap peran dari tepas Widya Budaya itu sendiri.

Akan tetapi pada tahun 1970 Hamengku Buwono IX memberikan

amanat kepada tepas Widya Budaya untuk melestarikan budaya

atau tradisi labuhan baik dari segi persiapan tempat,

penyelenggaraan teknis upacara dan mengatur pihak-pihak yang

terlibat dalam upacara labuhan tersebut tanpa melibatkan anggota

abdi dalem lainnya.95

sampai dengan berakhirnya masa Hamengku

Buwono IX di tahun 1989, tradisi labuhan sampai dengan sekarang

dipersiapkan sendiri oleh tepas Widya Budaya.

c. Nilai-nilai Islam Dalam Tradisi Labuhan

Upacara labuhan yang merupakan budaya Keraton

Yogyakarta dan telah ada sejak pada masa Hamengku Buwono I

merupakan sebuah upacara syukuran atas keberhasilan raja-raja

Yogyakarta selama memerintah kerajaannya. Selain memberikan

nilai rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa, upacara labuhan

juga memberikan penghormatan kepada maghluk-maghluk gaib

yang ada di tiga tempat yaitu pantai Parangkusuma, Gunung

95

Wawancara dengan abdi dalem KHP Tepas Widyo Budoyo Keraton Yogyakarta. KRT

Rinta Iswara selaku penghageng II tepas widyo budoyo. Pada tanggal 21 Juni 2017. Pukul 13.00

wib

Page 91: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

91

Merapi dan Gunung Lawu. Rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha

Esa atas keberhasilan penobatan Sultan menjadi cermin

bahwasanya upacara labuhan mengandung unsur-unsur nilai

keislaman.96

C. Peran Lembaga Tepas Widyo Budoyo Dalam Tradisi Gerebeg Mulud

a. Gambaran Umum Tradisi Gerebeg Mulud

Upacara gerebeg mulud ialah upacara tradisional yang telah

sejak lama dikenal di Jawa. Sebelum agama Islam masuk dan

berkembang di Jawa, upacara semacam itu hidup di dalam

kebudayaan Jawa. Dalam kitab Nagarakartagama, pupuh nomor

36, terdapat adanya uraian tentang upacara sesaji pasadran agung

yaitu upacara suci yang diselenggarakan oleh Maharaja

Hayamuruk untuk menghornmati arwah leluruhnya. Setelah

kerajaan Majapahit yang beragama Budha jatuh, muncullah

kerajaan Demak yang berada di bawah pemerintahan Raden Patah

dan pada saat itulah agama islam pun mulai berkembang. Dengan

kebijaksanaan para wali maka upacara sesaji pasadran agung

tersebut pada saat penyelenggaraannya ditempatkan pada hari-hari

besar Islam, ialah Maulid Nabi Muhammad saw, Idul Fitri, dan

Idul Adha yang sedikit banyak mengandung unsur persamaan.

Dengan cara seperti yang ditempuh oleh para wali itulah

96

Suyami. 2008. Upacara Ritual Di Keraton Yogyakarta Refleksi mitologi Dalam Budaya

Jawa. Kepel Press Yogyakarta. Yogyakarta. Hal. 110

Page 92: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

92

penyebaran agama Islam di Jawa dapat terlaksana dengan pesat

serta karena masuknya Islam tidak dihadapi dengan sikap

menentang dari rakyat yang telah lebih dulu memeluk agama

budha.97

Dalam kata bahasa Jawa gerebeg bermakna suara angin

menderu. Sedangkan kata gerebeg di Kraton Yogyakarta

mempunyai makna khusus yaitu upacara kerajaan yang

diselenggarakan untuk keselametan negara (wilujengan nagari)

yaitu berupa keluarnya gunungan dari Kraton untuk diperbutkan

oleh para pengunjung sebagai kucah dalem (sedekah raja) untuk

rakyatnya. Upacara gerebeg yang dilaksanakan oleh Kraton

Yogyakarta terdiri dari tiga macam, yaitu upacara Gerebeg Mulud

untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw, upacara

Gerebeg Syawal untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri, upacara

Gerebeg Besar untuk merayakan hari raya idul adha. Jadi setiap

tahun Kraton Yogyakarta menyelenggarakan upacara gerebeg

sebanyak tiga kali yaitu upacara Gerebeg Mulud, upacara Gerebeg

Syawal, dan upacara Gerebeg Besar.98

Berdasarkan etimologi tersebut arti atau pengertian dari

upacara gerebeg ialah menunjuk pada adanya suatu keramaian atau

perayaan dalam pengertian sekarang. Dapat dipahami bahwa suatu

97

Drs. Suratmin. 1991. Upacara Tradisional Sekaten Daerah Istimewa Yogyakarta.

Departemen Penddikan dan Kebudayaan. Hal. 35 98

Suyami. 2008. Upacara Ritual Di Keraton Yogyakarta Refleksi mitologi Dalam

Budaya Jawa. Kepel Press Yogyakarta. Yogyakarta. Hal. 55

Page 93: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

93

perayaan akan diikuti atau akan menimbulkan suatu riuh, bising,

ramai atau seperti deru angin. Istilah gerebeg disini masih

merunjuk pada makna fisik dari upacara gerebeg yang memang

hingga kini sekalipun dalam zaman modern tetap dihadiri ribuan

orang yang menimbulkan riuh gemuruh pada saat perebutan

gunungan dihalaman masjid Agung Kraton Yogyakarta.99

b. Peran tepas Widyo Budoyo Dalam Tradisi Gerebeg Mulud

Selain mempersiapkan upacara sekaten dan labuhan, tepas

Widya Budaya juga harus mempersiapkan upacara gerebeg.

Selama perang pasifik atau pada zaman pendudukan Jepang tahun

1942-1945 tidak diselenggarakan upacara gerebeg, melainkan

diganti dengan hajad dalem yang berupa selametan atau kenduri

dengan tujuan yang sama.100

Pelaksanaan selametan sebagai

pengganti upacara gerebeg mulud Keraton Yogyakarta berlangsung

sampai pada tahun 1960 an, dari beberapa tahun itulah peran dari

tepas Widya Budaya terhadap upacara gerebeg Keraton

Yogyakarta diurus sendiri tanpa melibatkan anggota abdi dalem

lainnya.101

Pada tahun 1970 Sultan Hamengku Buwono IX

memerintahkan tepas Widya Budaya untuk mempersiapkan uacara

99

Martinah PW dkk. 1994. Laporan Penelitian. Upacara Gerebeg Di Yogyakarta Arti

Dan Sejarahnya. IKIP Yogyakarta. Hal. 25 100

Hartinah dkk. 1994. Upacara Gerebeg Di Yogyakarta, Arti dan Sejarahnya. Fakultas

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. IKIP Yogyakarta. Hal. 26 101

Ibid. Hal 28

Page 94: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

94

gerebeg dan upacara sekaten secara terbuka di Keraton Yogyakarta

dengan sifat sederhana. Tahun 1974 tepas Widya Budaya

mendapat mandat dari Sultan untuk mempersiapkan upacara

gerebeg secara penuh dengan melibatkan abdi dalem Keraton

secara keseluruhan.102

Dalam melaksanakan tugasnya, tepas Widya Budaya

dibantu oleh seluruh abdi dalem Keraton dalam mempersiapkan

upacara gerebeg, dikarenakan upacara gerebeg ini membutuhkan

tenaga yang banyak baik dimulai dari persiapan pembuatan

tumpeng dan penyelenggaraan teknis upacara. Perlengkapan-

perlengkapan yang harus dipersiapkan oleh tepas Widya Budaya

dalam menjalankan upacara gerebeg ialah perlengkapan masing-

masing prajurit kesatuan Keraton, termasuk panji-panji, senjata dan

alat-alat musik untuk setiap kesatuan prajurit Keraton. Dalam

penyelenggaraan upacara gerebeg, tepas Widya Budaya

menghimbau kepada semua abdi dalem yang bertugas dalam

menjalankan upacara agar mereka bersikap dan bertindak serius,

tidak main-main, upacara dan perbuatan yang tercela harus

dihindari selama persiapan dan selama berlangsungnya

penyelenggaraan upacara gerebeg.103

102

Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Balai Pustaka. Jakarta. Hal . 368 103

Wawancara dengan abdi dalem KHP Tepas Widyo Budoyo Keraton Yogyakarta. KRT

Rinta Iswara selaku penghageng II tepas widyo budoyo. Pada tanggal 21 Juni 2017. Pukul 13.00

wib

Page 95: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

95

c. Nilai-nilai Islam Dalam Tradisi Gerebeg Mulud

Upacara gerebeg yang telah ada sejak lahirnya Kraton

Yogyakarta bahkan telah ada sejak kerajaan Demak banyak

memberikan nilai-nilai positif terhadap kerajaan dan masyarakat.

Keterlibatan para penyebar agama Islam (Wali Sanga) dalam

menyebarkan agama Islam yang salah satunya menggunakan

budaya sebagai media dakwahnya banyak memasukkan nilai-nilai

Islam dalam upacara gerebeg. Upacara Gerebeg yang dilakukan

oleh Kraton Yogyakarta sebagai wujud rasa syukur atau meminta

keselametan bagi Kraton dan sekitarnya dengan mengeluarkan

gunungan tumpeng sebagai gambaran dari rasa syukur kepada

Yang Maha Esa. Selain untuk mengungkapkan rasa syukur,

upacara gerebeg mulud dilakukan untuk memperingati hari

lahirnya Nabi Muhammad saw104

104

Martinah PW dkk. 1994. Laporan Penelitian. Upacara Gerebeg Di Yogyakarta Arti

Dan Sejarahnya. IKIP Yogyakarta. Hal. 35

Page 96: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

96

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyebaran agama Islam di pulau Jawa yang dilakukan oleh para

penyiar agama dimasa Kerajaan Demak banyak memberikan pengaruh

terhadap budaya Jawa. Pasalnya para penyiar agama Islam memanfaatkan

betul situasi dan kondisi masyarakat Jawa terhadap kepekaan budaya

mereka. Para penyiar agama memanfaatkan budaya sebagai salah satu cara

penyebaran agama Islam di pulau Jawa. Budaya yang menjadi metode

dakwah para penyebar Islam dengan cara memasukkan nilai-nilai ajaran

agama Islam dalam sebuah kebudayaan. Setelah Islam mulai berkembang

dipulau Jawa, para penyebar agama Islam mulai mendirikan pondok-

pondok pesantren sebagai tempat pembelajaran agama Islam.

Kepengaruhan Islam terhadap kebudayaan Jawa sangatlah jelas terlihat

dalam konteks tata nilai Islam dalam budaya Jawa dan tradisi ritual Islam

terhadap kebudayaann Jawa. Penyebaran agama Islam di pulau Jawa juga

banyak memberikan pengaruh terhadap keberadaan kerajaan-kerajaan

Islam di pulau Jawa. Salah satunya adalah Kerajaan Ngayogyakarta

Hadiningrat (Keraton Yogyakarta) selain budaya, pengaruh Islam terhadap

Keraton terlihat pada arsitektur bangunan dan tata letak kerajaan.

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau yang lebih dikenal

dengan sebutan Keraton Yogyakarta didirikan oleh Sultan Hamengku

Page 97: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

97

Buwono I melalui perjanjian Giyanti pada tahun 1755 yang memisahkan

Kerajaan Islam Mataram menjadi dua kerajaan besar yaitu Kasunanan

Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Pangeran Mangku Bumi atau yang

lebih dikenal dengan Hamengku Buwono I mendirikan Kasultanan

Yogyakarta sekaligus menjadi Sultan pertama pada tahun 1755-1792 M.

Penobatan Hamengku Buwono I sebagai Sultan pada tanggal 11 oktober

1755. Setelah Hamengku Buwono I wafat pada tahun 1792, kemudian

gelar Sultan digantikan oleh Hamengku Buwono II yang mulai berkuasa

dari tahun 1792-1810 M dan seterusnya sampai dengan Hamengku

Buwono X di tahun 1989 sampai sekarang.

Setelah Keraton Yogyakarta berdiri pada tahun 1755, pada saat itu

pula Hamengku Buwono I langsung membentuk beberapa kepengurusan

Keraton, salah satunya adalah tepas Widya Budaya. Tepas Widya Budaya

yang dibentuk oleh Hamengku Buwono I pada tahun 1755 bertujuan untuk

mengurus dan menjaga tradisi-tradisi budaya Jawa Keraton Yogyakarta.

keberadaan tepas Widya Budaya dalam Keraton Yogyakarta dianggap

cukup penting. Pasalnya selain untuk mengurusi tradisi budaya Keraton,

tugas lain dari tepas Widya Budaya ialah merawat dan menjaga benda-

benda pusaka dan manuskrip Keraton Yogyakarta. oleh karena itu

penjagaan terhadap kantor tepas Widya Budaya sangatlah diperhatikan.

Keberadaan lembaga tepas Widya Budaya yang berada dibelakang tepas

Keamanan Keraton Yogyakarta dirasa cukup aman untuk menjaga dan

merawat benda-benda Keraton. Selain menjaga dan merawat benda-benda

Page 98: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

98

Keraton, tugas lain dari tepas Widya Budaya ialah melestarikan budaya

Keraton. Salah satu kebudayaan Islam Jawa Keraton Yogyakarta adalah

tradisi Sekaten, tradisi Labuhan, dan tradisi Gerebeg. Kebudayaan atau

tradisi upacara Keraton tersebut dilakukan setiap tahun oleh Keraton

Yogyakarta. Berlangsungnya tradisi Keraton tidak terlepas dari peran

lembaga tepas Widya Budaya. Peran tepas Widya Budaya dalam

melaksanakan tradisi upacara Keraton baik dimulai dari persiapan,

pelaksanaan dan lain sebagainya dengan dibantu oleh para abdi dalem

Keraton. Akan tetapi ketika masa Hamengku Buwono IX pada tahun

1942-1989 perubahan tradisi upacara dilakukan oleh Hamengku Buwono

IX, hal tersebut dikarenakan pada tahun 1942-1945 masa kependudukan

Jepang kondisi Keraton Yogyakarta sedikit kurang baik. Tradisi upacara

dilakukan seperti biasa ketika tahun 1977, dimana Sultan Hamengku

Buwono IX memberikan tugas terhadap tepas Widya Budaya untuk

mempersiapkan upacara-upacara kebudayaan Keraton seperti Sekaten,

Gerebeg Mulud dan Labuhan dilakukan secara besar-besaran dengan

melibatkan keseluruhan anggota kerajaan. Berpengaruhnya tepas Widya

Budaya terhadap pelestarian budaya Keraton sangatlah jelas terlihat

sampai sekarang, yang mana kebudayaan Islam Jawa yang telah ada sejak

masa Hamengku Buwono I hingga Hamengku Buwono X masih dapat

dilihat dan dinikmati oleh masyarakat Yogyakarta dan masyarakat luar

Yogyakarta.

Page 99: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

99

B. Saran

Berdasarkan data yang ditemukan dalam penelitian ini, maka peneliti

mengajukan beberapa saran yaitu:

1. Bagi Keraton Yogyakarta

Saran peneliti untuk pihak Keraton Yogyakarta, teruslah tingkatkan pengelola

dan pelestarian budaya-budaya Jawa yang telah ada dalam Keraton Yogyakarta

dan jangan sampai budaya-budaya tersebut hilang karna budaya-budaya tersebut

adalah simbol dan karakteristik adanya sebuah kerajaan di pulau Jawa

2. Bagi Tepas Widya Budaya Keraton Yogyakarta

Saran peneliti bagi widya budaya dalam hal ini hendaknya para abdi dalem widya

budaya tetap menjaga dan menjalankan tugas-tugas yang telah ada dalam tepas

widya budaya atas dasar dari Keraton Yogyakarta

3. Bagi Masyarakat Pada Umumnya

Saran peneliti bagi masyarakat adalah hendaknya kita dapat belajar dan

mengambil inspirasi dari sejarah Keraton Yogyakarta dalam hal betapa

pentinggya menjaga dan melestarikan budaya-budaya Jawa baik yang ada pada

Keraton itu sendiri maupun yang berada diluar Keraton itu sendiri

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Saran peneliti bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan

tema budaya Islam Jawa Keraton Yogyakarta hendaknya dapat menemukan

sumber-sumber yang menjadi acuan penulisan sejarah agar tidak menyimpang

dari tema yang akan dibahas. Untuk peneliti yang berbasis sejarawan hendaknya

Page 100: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

100

mau melakukan penelitian dengan tema pelestarian budaya Islam Jawa Keraton

Yogyakarta hendaknya menggunakan metode penelitian sejarah dengan

melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu

Page 101: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

101

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Pranowo. Memahami Islam Jawa. Pustaka Alvabet. Jakarta Timur.

2009

Deon Kurniawan. Skripsi. Upacara keagamaan gerebeg mulud di keraton

Yogyakarta. Universitas Negeri Surakarta. 2003

Drs. Suratmin. Upacara Tradisional Sekaten Daerah Istimewa Yogyakarta.

Departemen Penddikan dan Kebudayaan. 1991.

Dureau J, Clements D. Dasar-dasar pelestarian dan pengawetan bahan pustaka.

Yogyakarta. Arsip Yogyakarta. 1990.

George Ritzer, Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda, Pt Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2009

H. Abdul Jamil, Abdurrahman Mas’ud dkk. Islam Dan Kebudayaan Jawa. Gama

Media Yogyakarta. Yogyakarta. 2000

Haryadi Baskoro dan Sutomo Sunaryo. Catatan Perjalanan Keistimewaan Yogya.

Pustaka pelajar Yogyakarta. Yogyakarta. 2010

Heddy Shri Ahimsa Putra. Hubungan Parton Klien Di Sulawesi Selatan. Gajah

Mada Press. Yogyakarta. 1988

Hiro tugiman. Budaya jawa dan mundurnya presiden soeharto. Yogyakarta.

Kanicius. 1999

Koentjaraningrat. Kebudayaan Jawa. Balai Pustaka. Jakarta. 1984

KPH. Mr. Soedarisman Poeworkoesosmo. Kesultanan Yogyakarta Suatu Tinjauan

Tentang Kontrak Politik (1877-1940). Yogyakarta. Gajah Mada Press. 1985

Langgeng Wahyu Santoso. Keistimewaan Yogyakarta Dari Sudut Pandang

Geomorfologi. Yogyakarta. Gajah Madha University Press. 2015

Page 102: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

102

Martinah PW dkk. Laporan Penelitian. Upacara Gerebeg Di Yogyakarta Arti Dan

Sejarahnya. IKIP Yogyakarta. 1994.

Muhammad Damami dkk. Kanjeng Kyai Surya Raja, Kitab Pusaka Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat. Yayasan Kebudayaan Islam Indonesia dan

IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2002.

Muhammad Roem dkk. Tahta Untuk Rakyat Celah-celah Kehidupan Sultan

Hamengku Buwono IX. PT Gramedia Jakarta. Jakarta. 1982

Noto Suroto. Kesultanan Yogyakarta. Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.

Yogyakarta. 1985-1986

P.J. Soerwarno. Hamengkubuwono IX dan Sistem Birokrasi Pemerintahan

Yogyakarta 1942-1974. Yogyakarta. Kanisius. 1994

Prof. A. Daliman, M. Pd. Metode penelitian sejarah, Ombak, Yogyakarta, 2012

Prof. H. Asymuni A. Rahman. Khasanah Budaya Keraton Yogyakarta II.

Yayasan Kebudayaan Islam Indonesia bekerja sama dengan IAIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta. 2001

Rita yulilestari. Upacara Tradisional Sekaten di Keraton Yogyakarta Dalam

Tinjauan Historis. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. IKIP

Yogyakarta. 1999.

Simuh. Sufisme Jawa, Transformasi Tasawuf Islam Ke Mistik Jawa. Narasi-

Pustaka Promethea. Yogyakarta. 2016

Sri Lestari. Skripsi. Kehidupan Para Abdi Dalem Dalam Lingkungan Keraton

Yogyakarta. Universitas sunan kalijaga. Yogyakarta. 2008

Sri Wintala Ahmad, Krisna Bayu Adji. Geger Bumi Mataram. Yogyakarta.

Araska. 2014

Subardi DL. Museum Pribadi Sultan Hamengku Buwono IX. Djaka Lodang

Yogyakarta. Yogyakarta. 1990

Page 103: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

103

Suyami. Upacara Ritual Di Keraton Yogyakarta Refleksi mitologi Dalam Budaya

Jawa. Kepel Press Yogyakarta. Yogyakarta. 2008.

Tempo. Sri Sultan Hari-Hari Hamengku Buwono IX. Grafirypers. 1988

Witton, P.; Elliott, M. Indonesia (7th ed.). Footscray: Lonely Planet Publications.

pp. 2003

Yudhi AW. Babad Walisongo. Narasi Yogyakarta. Yogyakarta. 2013

Daftar Arsip

Senerai Arsip HB IX. Sistem Birokrasi Pemerintahan Yogyakarta 1934-

1940 Masa HB IX. Nomor Arsip 1596 tahun 1951

Senerai Arsip HB IX .Sistem Birokrasi Pemerintahan Yogyakarta 1942-

1944,1945-1956 Masa HB IX. Nomor Arsip 1597 tahun 1951

Senerai Arsip HB IX. Surat Kegiatan Tepas Widya Budaya 1988. Nomor

Arsip 1600 Tahun 1988

Senerai Arsip HB IX. Sistem Birokrasi Keraton Yogyakarta. Nomor Arsip

1052 tahun 1874

Perpustakaan Rekso Budoyo. Kebudayaan Posisi Keraton Ditegah

Perubahan Zaman. Nomor 1828. Surakarta. Tahun 1992

Arsip Mangku Negaran. Nomor Arsip B. 944 Surat Kabar. Sejarah. Sultan

Hamengku Buwono I Arsitek Kang Mumpini. Mekar Sari 29 April 1992

Arsip Mangku Negaran. Nomor Arsip B. 946 Surat Kabar. Sejarah. Sultan

Hamengku Buwono I Arsitek Kang Mumpini. Mekar Sari 9 Mei 1992

Arsip Mangku Negaran. Nomor Arsip B. 945 Surat Kabar. Sejarah. Sultan

Hamengku Buwono I Arsitek Kang Mumpini. Mekar Sari 8 Mei 1990

Page 104: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

104

Lampiran 1 koleksi foto Keraton Yogyakarta

Koleksi foto Keraton Yogyakarta tahun 1980

Page 105: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

105

Koleksi foto Keraton tahun 1988

Page 106: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

106

Page 107: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

107

Lampiran 2. Kondisi Kantor Tepas Widya Budaya

Pintu Kantor Widya Budaya

Page 108: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

108

Halaman Depan Kantor Tepas Widya Budaya

Page 109: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

109

Page 110: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

110

Ruangan Tepas Widya Budaya

Page 111: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

111

Lampiran 3

Abdi Dalem Keraton Yogyakarta105

Abdi Dalem Keraton Yogyakarta tahun 1977

105

Sumber foto. Koleksi tepas Widya Budaya Keraton Yogyakarta

Page 112: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

112

Abdi Dalem Keraton dalam rangka upacara Gerebeg tahun 1966

Pemindahan Kendaraan Keraton Oleh para abdi dalem Tepas widya budaya tahun 1989

Page 113: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

113

Pengumpulan abdi dalem Keraton oleh Sultan Hamengku Buwono IX

Page 114: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

114

Lampiran 4

tradisi upacara budaya Keraton Yogyakarta106

Gerebeg Mulud Keraton Yogyakarta tahun 1949

106

Arsip Keraton Yogyakarta. Senerai Arsip HB IX. Koleksi Foto Keraton Yogyakarta masa HB

IX nomor 1251

Page 115: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

115

Perayaan Sekaten dan Gerebeg Mulud Keraton Yogyakarta tahun 1950

Foto prajurit dalam pagelarang upacara Sekaten Keraton Yogyakarta tahun 1973

Page 116: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

116

Perebutan tumbeng dalam upacara Gerebeg mulud Keraton Yogyakarta tahun 1973

Persiapan pagelaran upacara gerebeg mulud dan sekaten Keraton Yogyakarta tahun 1989

Page 117: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

117

Prosesi upacara labuhan Keraton Yogyakarta tahun 2001107

107

http://kratonjogja.id/ diakses pada tanggal 6 Agustus 2017

Page 118: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

118

DAFTAR BAGAN

BAGAN 1. Struktur Pemerintahan Keraton Yogyakarta

Page 119: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

119

BAGAN 2.

Struktur Organisasi Tepas Widya

Budoyo

Page 120: PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2563/1/kumpulan skripsi.pdf · BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 SKRIPSI

120