peran laskar hizbullah dalam mempertahankan … novia-fah.pdfa. latar belakang masalah jauh sebelum...
TRANSCRIPT
PERAN LASKAR HIZBULLAH DALAM MEMPERTAHANKAN
KEMERDEKAAN RI PADA PERANG 10 NOVEMBER 1945 DI
SURABAYA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Disusun oleh:
Winda Novia
1113022000044
JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/ 1439
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil A‟lamiin, ucapan syukur yang mampu penulis
panjatkan berkat rahmat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesehatan,
dan kepercayaan kepada penulis dalam proses penulisan skripsi. Shalawat serta
salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, dan kita sebagai umatnya hingga hari akhir.
Penulisan skripsi ini sebagai syarat untuk menyelesaikan studi dan
mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Maka dari itu penulis menyusun skripsi dengan judul
“PERAN LASKAR HIZBULLAH DALAM MEMPERTAHANKAN
KEMERDEKAAN RI PADA PERANG 10 NOVEMBER 1945 DI
SURABAYA”.
Jakarta, 22 Maret 2018
Winda Novia
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak sekali hambatan dan tantangan
yang penulis alami. Namun, hambatan dan tantangan tersebut dapat dilewati
berkat dukungan semangat dan doa dari berbagai pihak yang telah banyak
membantu. Sewajarnya penulis berterimakasih kepada berbagai pihak baik
perseorangan ataupun lembaga yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan
skripsi ini. Terimakasih penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada MA selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M. Ag selaku Dekan Fakultas Adab
dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyetujui
skripsi ini.
3. Bapak H. Nurhasan M. A, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan
Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu proses kelancaran skripsi
ini.
4. Ibu Sholikhatus Sa‟diyah M. Pd, selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan
Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis khususnya dalam
urusan surat menyurat selama ini.
5. Bapak Prof. Dr. Budi Sulistiono M.Hum selaku Dosen Pembimbing
skripsi yang telah meluangkan waktunya, bimbingannya, dan
dukungannya selama kurang lebih dua semester hingga penulis dapat
menyelesaikannya.
6. Bapak Drs. Ma‟ruf Misbah selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses mengambil
tema skripsi ini.
7. Bapak Drs. Tarmizi Idris, MA dan bapak Drs. Imam Subchi, MA
selaku Dosen Penguji Skripsi.
vi
8. Seluruh dosen Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab dan
Humaniora yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah
mendidik, mengajar, dan memberikan motivasi kepada penulis selama
ini.
9. Lembaga yang telah membantu memberikan sumber data kepada
penulis, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Arsip Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Nasional
Indonesia, Perpustakaan Daerah Jakarta, Pusat Sejarah TNI,
Perpustakaan Sejarah TNI, Perpustakaan Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama, Museum Sepuluh Nopember Surabaya, Museum Nahdlatul
Ulama, dan Kantor Berita Antara.
10. Bapak Carsam Asnawi dan Ibu Masri selaku orangtua yang telah lelah
bekerja keras dan memberikan dukungan serta doa restu sehingga
penulis mampu menyelesaikan perkuliahaan hingga skripsi ini.
11. Indra Triana selaku adik laki-laki, Andriana dan Hariyani selaku kakak
penulis yang selalu memberikan semangat serta Zultan Syahrul
Ramadhana dan Zulfia Talita Dzikra yang telah menghibur dikala
penulis kurang semangat dalam menyelesaikan skripsi.
12. Vicky Haryadi Pranoto selaku sahabat terdekat yang tiada henti
mendengarkan keluh kesah penulis dalam proses penulisan skripsi.
13. Indah Wardatul Maula, Siti Syarah, Farhah Milati Camelia, Fitri Naylil
Fadlilah, Malihatul Maula, Elya Faridah, dan Syifa Fauzia sahabat
penulis yang selalu memberikan dukungan dan semangatnya. Serta
almarhum Auliya Nufus sahabat yang telah memberikan semangat,
motivasi, dan inspirasinya mulai dari proses pembuatan proposal
skripsi.
14. Pengurus Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (PP
IPPNU) 2015-2018, Forsilawan-forsilawati Forum Silaturahim Buntet
Pesantren Cirebon (Forsila BPC) Jakarta Raya dan Sahabat-sahabati
vii
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Komisariat Fakultas Adab dan
Humaniora (PMII Komfaka) Cabang Ciputat.
15. Mahasiswa Sejarah daan Peradaban Islam angkatan 2013 khususnya
Khairunnisa Maulida, Teti Tresnawati, Dyah Diu Djembawati, Yulia
Hilma, Listinawati, Patimah Batubara, Furqaan Novianto, Akhmad
Angga Saputra, dan seluruh teman-teman Sejarah dan Peradaban Islam
Asia Tenggara B yang selama ini belajar bersama hingga membantu
proses pencarian data penulis.
16. Semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT selalu memberikan balasan yang berlipat ganda
kepada semuanya. Mohon maaf atas segala kekurangan penulis. Demi perbaikan
selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang
hati. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya semoga
skripsi in bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi kita
semua.
viii
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Peran Laskar Hizbullah dalam Mempertahankan
Kemerdekaan RI pada Perang 10 November 1945 di Surabaya”. Penelitian ini
dilakukan sebagai upaya mengungkapkan sejarah perjuangan dan sikap
nasionalisme dari kalangan ulama, kiai, dan santri. Tidak banyak diungkap dalam
sejarah mengenai perjuangan dari kalangan bersarung dan tradisional tersebut.
Yang disebut dengan Laskar Hizbullah pun mungkin tidak banyak yang tahu,
terlebih ketika Laskar Hizbullah berada pada barisan dalam pertempuran 10
November di Surabaya, yang dikomandoi oleh para ulama. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah politik, sejarah dan teori peran. Menurut
Soekanto (2009) peran adalah proses dinamis kedudukan (status). Apabila
seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,
maka dia telah menjalankan suatu peranan.
Dalam kajian sebelumnya, Ayuhanafiq (2013) menjelaskan sejarah lahirnya
Hizbullah hingga sepak terjangnya dalam mempertahankan kemerdekaan RI.
Menurut Ilham (2015) perlu adanya historiografi sejarah yang imbang antara
tokoh-tokoh yang berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan RI. Penelitian
ini akan memaparkan peran Laskar Hizbullah yang berjuang dalam
mempertahankan kemerdekaan RI khususnya pada perang 10 November 1945 di
Surabaya. Temuan pada penelitian ini adalah bahwa tidak hanya dari golongan
tertentu saja Indonesia mampu mempertahankan kemerdekaannya, Hizbullah
merupakan salah satu kelompok penting pada masa perjuangan bangsa Indonesia.
Kata Kunci: Hizbullah, 10 November 1945, Mempertahankan Kemerdekaan
RI
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................ ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .............................................................................. iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................... iv
UCAPAN TERIMAKASIH............................................................................................ v
ABSTRAK .................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ix
BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1
B. Masalah ................................................................................................................ 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
D. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................................ 7
E. Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 8
F. Kerangka Teori ................................................................................................... 11
G. Metode Penelitian ............................................................................................... 12
H. Sistematika Penulisan ......................................................................................... 13
BAB II: LASKAR HIZBULLAH .............................................................................. 14
A. Sejarah dan Latar Belakang Terbentuknya Laskar Hizbullah ............................. 14
B. Perkembangan Laskar Hizbullah ......................................................................... 22
1. Latihan Hizbullah ......................................................................................... 22
2. Hizbullah Karesidenan Surabaya ................................................................. 28
C. Tujuan Laskar Hizbullah ..................................................................................... 33
BAB III: PERISTIWA 10 NOVEMBER 1945 .......................................................... 36
A. Kondisi Surabaya ............................................................................................... 36
B. Latar Belakang Perang 10 November 1945 ....................................................... 42
C. Kronologi Perang 10 November 1945 ............................................................... 47
D. Laskar atau Organisasi yang Terlibat pada Perang 10 November 1945 ............ 55
1. BKR ............................................................................................................. 56
2. TKR .............................................................................................................. 58
3. Laskar-Laskar ............................................................................................... 58
x
4. Badan Pemerintahan ..................................................................................... 59
5. Tokoh Pribadi ............................................................................................... 59
BAB IV: PERAN HIZBULLAH ................................................................................. 62
A. Tokoh-tokoh Hizbullah dalam Perang 10 November 1945 ............................... 62
1. KH Zainul Arifin ......................................................................................... 63
2. KH Abbas Buntet ........................................................................................ 64
B. Peran Hizbullah dalam Perang 10 November 1945 ........................................... 65
1. Peran Hizbullah pada Perang 10 November 1945 Fase Pertama ................ 66
2. Peran Hizbullah pada Perang 10 November 1945 Fase Kedua ................... 67
C. Dampak Peran Hizbullah Pasca Perang 10 November 1945 ............................. 68
BAB V: PENUTUP ...................................................................................................... 71
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 71
B. Saran ................................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 73
LAMPIRAN ................................................................................................................... 77
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jauh sebelum Jepang masuk dan menduduki Indonesia, telah lama negeri ini
dijajah oleh bangsa Barat di antaranya Belanda, Portugis, dan Inggris. Jepang
masuk ke wilayah-wilayah Indonesia pada tahun 1942. Namun sejak saat Jepang
masuk Indonesia, keadaan berbalik dengan apa yang sebelumnya diharapkan.
Jepang tidak lagi bisa merebut wilayah-wilayah yang berhasil didudukinya.
Di Pasifik, pada bulan Februari 1944 kedudukan Jepang di Kwajalein,
Kepulauan Marshall, dihancurkan pasukan Amerika Serikat. Pada Juni 1944,
Angkatan Laut Jepang juga mengalami kekalahan di Filipina. Jatuhnya kepulauan
Saipan yang posisinya begitu dekat dan berhadapan langsung dengan Jepang ke
tangan Amerika Serikat pada Juli 1944, telah menimbulkan kegoncangan di
internal Jepang.1
Situasi Perang Dunia II sudah memasuki babak akhir. Di Eropa, Jerman
sudah menyerah pada 7 Mei 1945 sementara Italia telah jauh hari menyatakan
menyerah yakni di tahun 1943. Sedangkan Jepang tetap belum menyerah meski
mereka mulai menyadari bahwa kekalahan adalah sesuatu yang niscaya dan
kedatangannya hanya persoalan waktu. Pendudukan terhadap pulau Saipan dan
serangkaian aksi pemboman dari Angkatan Udara Amerika Serikat terhadap
Tokyo dan kota-kota lain tetap masih belum berhasil memaksa Jepang untuk
menyerah.2
Pada 9 Agustus 1945, Soekarno sebagai ketua PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia), Muhammad Hatta sebagai wakil ketua, dan Radjiman
Wedyodiningrat dipanggil oleh Panglima Tentara Selatan, Marsekal (Darat)
Terauchi Hisaichi ke Dalat-Vietnam untuk membicarakan tentang kemerdekaan
Indonesia. Tiga hari sebelumnya tanggal 6 Agustus 1945 Hiroshima, diserang
1 M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Penerjemah Tim Penerjemah
Serambi, (Serambi: Jakarta) 2008, h. 437. 2 Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad, (Pustaka Compass:
Tangerang) 2014, h. 168.
2
bom atom oleh Amerika Serikat, dan tepat di hari itu Soekarno, Hatta, dan
Radjiman berangkat ke Dalat, bom atom kedua menyerang kota Nagasaki yang
membuat Jepang semakin luluh lantak. Meski dengan penyerangan bom tersebut,
Jepang belum menyerah secara resmi. Pernyataan menyerah tanpa syarat Jepang
terjadi pada 14 Agustus 1945 dan diumumkan secara resmi keesokan harinya.
Dengan keluarnya pernyataan menyerah dari Jepang maka Indonesia mengalami
situasi kekosongan kekuasaan (vacuum of power).3
Jepang menyerah tanpa syarat pada tanggal 15 Agustus, dan dengan
demikian para pemimpin Indonesia menghadapi suatu masalah yang berat. Karena
pihak Negara-negara Sekutu4 tidak menaklukkan kembali Indonesia, maka kini
terjadi suatu kekosongan politik: pihak Jepang masih tetap berkuasa namun telah
menyerah, dan tidak tampak kehadiran pasukan Sekutu yang akan menggantikan
mereka. Rencanarencana bagi kemerdekaan yang disponsori pihak Jepang secara
teratur kini tampaknya terhenti, dan pada hari berikutnya Gunseikan telah
mendapat perintahperintah khusus supaya mempertahankan status quo sampai
kedatangan Sekutu.5
Menurut Moh. Hatta bahwa soal kemerdekaan Indonesia datanganya dari
pemerintah Jepang atau dari hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri tidaklah
menjadi soal karena Jepang sudah kalah. Yang harus dihadapi adalah Sekutu yang
yang berusaha mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Oleh karena itu,
untuk memproklamasikan Indonesia diperlukan revolusi yang terorganisasi yaitu
dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sikap inilah yang
tidak disetujui oleh golongan muda, yang menganggap PPKI adalah badan buatan
Jepang yang tunduk pada kemauan Jepang.6
Adanya perbedaan paham yang mendorong golongan muda untuk membawa
Soekarno dan Moh. Hatta ke laur kota. Rengasdengklok7 dipilih untuk
mengamankan Soekarno-Hatta berdasarkan perhitungan militer. Antara anggota
3 Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad..., h. 169.
4 Anggota negara-negara Sekutu pada Perang Dunia II adalah Amerika Serikat, Uni Soviet,
Britania Raya atau Inggris Raya dan Tiongkok. 5 M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern..., h.443-444
6 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia
VI, (Balai Pustaka: Jakarta) 2008, h. 137. 7 Rengasdengklok adalah sebuah kecamatan di kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat.
3
PETA8 Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak
mereka mengadakan pelatihan bersama-sama. Di samping itu, Rengasdengklok
letaknya terpencil yakni 15km dari Kedunggede, Karawang pada jalan raya
Jakarta-Cirebon. Dengan demikian, deteksi dapat dengan mudah dilaksanakan
terhadap setiap gerakan tentara Jepang yang hendak datang ke Rengasdengklok,
baik dari arah Jakarta maupun dari arah Bandung atau Jawa Tengah. Karena
pastilah mereka harus melalui Kedunggede, di mana pasukan Peta telah bersiap-
siap untuk menahannya.9
Kalangan politisi di Jakarta kemudian mengutus Ahmad Subardjo untuk
menyusulnya sambil berusaha mencari titik temu dengan para pemuda tersebut
sehingga pada 16 Agustus 1945 keduanya berhasil dibawa kembali. Begitu sampai
di Jakarta segera kumpul para tokoh politik dan perwakilan pemuda untuk
mendiskusikan kemerdekaan di rumah seorang perwira penghubung Angkatan
Laut Jepang, Laksamana Maeda, di Jalan Imam Bonjol no. 1 Menteng. Rapat
menyepakati segera mengumumkan kemerdekaan pada esok hari. Pada tanggal 17
Agustus 1945 bertepatan dengan tanggal 9 Ramadhan 1364 H., naskah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia diumumkan pada pukul 10:00 di rumah Soekarno yang
terletak di Pegangsaan Timur no. 56.10
Tidak lama setelah kemerdekaan, terjadi beberapa pergolakan di berbagai
wilayah daerah di tanah air, sehingga lahirlah para pembela para laskar dari
rakyat. Perjuangan tidak hanya dari kalangan politisi secara diplomasi saja, tetapi
rakyat kecilpun ikut maju melawan ke medan perang. Kalangan santri, para ulama
dan pihak-pihak yang ada di pesantren ikut andil dalam mempertahankan tanah
air.
Salah satu yang melatar belakangi terbentuknya Laskar Hizbullah adalah
ketika Jepang secara khusus, melalui orang Jepang yang beragama Islam yaitu
Abdul Hamid Ono meminta kepada KH. Wahid Hasyim agar mengerahkan para
santri untuk membantu Jepang bergabung dengan Heiho. Namun permintaan itu
8 Tentara Pembela Tanah Air.
9 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia
VI, h. 139. 10
Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad...., h. 170
4
ditolak, KH. Wahid Hasyim mengusulkan agar para santri diberi latihan militer
saja untuk pertahanan dalam negeri. Akhirnya Jepang menyetujui hal tersebut dan
secara resmi pada tanggal 14 Oktober 1944 pemerintah pendudukan Jepang
menyetujui dibentuknya Laskar Hizbullah di Jakarta.11
Faktor lain yang melatarbelakangi timbulnya keinginan tokoh-tokoh Islam
untuk mendirikan Hizbullah ialah bahwa berperang untuk mempertahankan agama
Allah hukumnya wajib.12
Pada tanggal 15 Desember 1944 diresmikan pembentukan barisan semi
militer lainnya, yakni Hizbullah (Tentara Allah) yang dalam bahasa Jepang
disebut Kaikyo Seinen Taishintai. Jika Barisan Pelopor dan Barisan Pelopor
Istimewa milik Jawa Hokokai,13
lain halnya dengan Hizbullah yang berada di
bawah naungan Masyumi. Pimpinan keseluruhan barisan ini ialah Zainal Arifin,14
seorang tokoh NU. Melalui Hizbullah , Jepang masih berharap agar propaganda
tentang “perang suci” akan mendapatkan dukungan dari pemuda-pemuda Islam.
Pemuda-pemuda yang diterima sebagai anggota Hizbullah adalah mereka yang
berumur antara 17 dan 25 tahun dan belum berkeluarga. Mereka dilatih oleh
beberapa perwira Peta dari golongan Islam karena Hizbullah dimaksudkan sebagai
korps cadangan Peta. Setiap Syu15
di Jawa diharuskan mengirimkan 25 calon
untuk dilatih. Pelatihan yang dipercayakan kepada Kapten Yanagawa, yang
berhasil melatih pemuda di Seinen Dojo dan kemudian di pelatihan Peta, dimulai
pada bulan Februari 1945 di Cibarusah, Jawa Barat dan diikuti oleh 500 orang.
11
Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa Timur, (Pustaka Tebuireng:
Jombang) 2015., h. 33-34. 12
Hasyim Latief, Laskar Hizbullah, (LTN PBNU: Jakarta) 1995., h. 16-17. 13
Himpunan Kebaktian Jawa. 14
Zainal Arifin adalah anak tunggal dari pasangan keturunan raja Barus, Sultan Ramali bin
Tuangku Raja Barus Sultan Sahi Alam Pohan (ayah) dengan bangsawan asal Kotanopan,
Mandailing Natal, Siti Baiyah br, Nasution. Pendidikannya dimulai Hollands Indische School
(HIS) dan sekolah menengah calon guru, Norman School. Bergabung dengan Gerakan Pemuda
Anshor, beliau piawai dalam berpidato, berdebat, dan berdakwah sehingga menarik perhatian
tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama diantaranya KH. Wahid Hasyim. Zainul Arifin ikut mewakili NU
dalam kepengurusan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan terlibat dalam
pembentukan pasukan semi militer Hizbullah. Beliau dipercaya sebagai panglima Hizbullah
dengan tugas utama mengkoordinasi pelatihanpelatihan semi militer di Cibarusah dekat Bogor.
(Isno el- Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa Timur, h. 55-56). 15
Wilayah Karisidenan.
5
Setelah mengikuti pelatihan selama dua bulan, mereka dikembalikan ke daerah
untuk melatih calon-calon anggota Hizbullah di daerah masing-masing.16
Perjuangan para santri tergabung dalam laskar Hizbullah. Saat kemerdekaan
RI diproklamirkan, laskar Hizbullah baik secara moral maupun organisasional
dalam keadaan utuh dan penuh semangat juang tinggi. Secara organisasional,
Hizbullah dalam keadaan solid hingga masa-masa setelah Proklamasi
Kemerdekaan. Bahkan Laskar Hizbullah menjadi salah satu kesatuan bersenjata
yang paling siap dalam menyongsong satu era baru yakni era Revolusi
Kemerdekaan.17
Saat kemerdekaan diproklamirkan, Peta membutuhkan adanya inisiatif moril
negara untuk menyatukan mereka ke dalam wadah tentara nasional. Sedangkan
para laskar lainnya masih terpecah-pecah dalam berbagai aliran dan ideologi, serta
butuh inisiatif dari pemerintah untuk penyatuan visi. Berbeda halnya dengan
Hizbullah yang tersatukan dalam satu komando para Kiai dan solid, sehingga
tidak membutuhkan suatu forum kongres guna mencari titik temu dalam visi
perjuangan seperti yang dilakukan para laskar lainnya. Karenanya dapat dikatakan
jika Laskar Hizbullah merupakan organisasi militer sejati setelah Proklamasi
Kemerdekaan.18
Para kiai dan alim ulama dari berbagai tempat di Pulau Jawa berduyun-
duyun menyerahkan darma bakti mereka ke Surabaya, sehingga tidak sedikit
menambah keberanian pemuda dan rakyat yang percaya akan kekuatan gaib.19
Tidak hanya kalangan nasionalis saja yang ikut dalam perjuangan rakyat
dalam mempertahankan RI ini, tetapi juga kalangan ulama dan santri ikut juga
dalam perjuangan tersebut, khususnya pada pertempuran 10 November 1945 di
Surabaya ini. Semua kalangan tidak takut untuk melawan sekutu.
16
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia
VI, h. 49-50. 17
Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad...., h. 186. 18
Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad...., h. 188. 19
Bung Tomo (Sutomo), Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian & Pengalaman
Seorang Aktor Sejarah, (Visi Media: Jakarta) 2008 cetakan kedua, h.146.
6
Penelitian yang berjudul “Peran Laskar Hizbullah dalam Mempertahankan
RI pada Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya” mengungkap para pejuang
yang berasal dari kalangan ulama, kiai, dan santri yang menjunjung tinggi
nasionalisme.
Kalangan ulama, kiai dan santri yang hanya dianggap sebagai kaum
bersarung yang tradisional ternyata memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi, hanya
bermodalkan senjata tradisional seadanya dan hanya mengharapkan pertolongan
dari Yang Maha Kuasa saja. Mereka mampu menjadi laskar terdepan bersama
kaum nasionalis. Ini yang akan menjadi suri tauladan baik bagi kaum dari semua
kalangan untuk menjunjung tinggi nasionalisme dan keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
B. Masalah
Merunut pada latar belakang permasalahan diatas, maka peneliti menangkap
sejumlah masalah diantaranya adalah:
1. Dari data apa saja Indonesia mendapatkan kemerdekaan?
2. Situasi dan kondisi apa saja ketika Sukarno-Hatta membacakan
kemerdekaan proklamasi?
3. Situasi dan kondisi apa saja yang mendorong Sekutu silih berganti datang
ke Indonesia?
4. Kenapa perang meletus besar-besaran terjadi di Surabaya?
5. Siapa saja yang duduk sebagai panglima dan komandan lapangan dari
negara-negara Sekutu yang datang silih berganti ke Indonesia?
6. Siapa sajakah tokoh-tokoh yang terlibat dalam gerakan mempertahakan
kemerdekaan Republik Indonesia di Indonesia?
7. Organisasi masyarakat, gerakan, laskar apa saja yang tergerak untuk
melawan Sekutu di Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui pasukan yang tergabung dalam Laskar Hizbullah
beserta tokoh-tokoh di dalamnya.
7
2. Untuk mengetahui latar belakang terjadinya pertempuran 10 November
1945 di Surabaya.
3. Untuk mengetahui peran Laskar Hizbullah dalam mempertahankan
kemerdekaan RI pada perang 10 November 1945 di Surabaya.
Penelitian yang berjudul “Peran Laskar Hizbullah dalam Mempertahankan
Kemerdekaan RI pada Perang 10 November 1945 di Surabaya ” ini dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Mengetahui bahwa adanya pasukan yang disebut dengan Laskar Hizbullah
beserta tokoh-tokoh di dalamnya.
2. Mengetahui informasi tentang perang 10 November 1945 di Surabaya.
3. Mengetahui peran Laskar Hizbullah dalam mempertahankan kemerdekaan
RI pada perang 10 November 1945 di Surabaya.
D. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Untuk memperjelas dan memfokuskan pembahasan ini, maka penulis akan
membatasi pembahasan ini. Batasan masalah meliputi pembahasan mengenai
perjuangan para santri yang tergabung dalam Laskar Hizbullah dalam
mempertahankan kemerdekaan RI khususnya pada peristiwa 10 November 1945
di Surabaya.
2. Rumusan Masalah
Dari masalah-masalah yang telah penulis ambil maka muncullah rumusan-
rumusan masalah sebagai berikut:
a. Pasukan yang tergabung dalam Laskar Hizbullah adalah mereka laki-
laki yang beragama Islam yang belum menikah yang dilatih oleh
tentara Jepang dalam kurun waktu yang telah ditentukan kemudian
mereka akan kembali ke daerahnya masing-masing untuk melatih para
pemudanya.
8
b. Latar belakang terjadinya 10 Nopember 1945 di Surabaya dan
kronologis perang tersebut secara runtut akan dipaparkan dalam bab
berikutnya.
c. Hizbullah berperan dalam mempertahankan kemerdekaan RI pada
perang 10 Nopember 1945 di Surabaya dengan fakta-fakta dan
sumber-sumber akurat.
E. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari plagiarisme perlu adanya kejujuran dalam penulisan
baik itu dari sumber-sumber ataupun penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Dalam penelitian ini sebelumnya pernah ditulis oleh Mochammad Ilham
mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya program studi Sejarah dan Kebudayaan
Islam, dalam skripsinya yang berjudul “Historiografi Peran Laskar Hizbullah Pada
Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya” yang disahkan pada tahun 2015. Di
dalam skripsinya ia memfokuskan kepada permasalahan yaitu penulisan sejarah
yang tidak banyak membahas mengenai peran Hizbullah pada pertempuran 10
November 1945 di Surabaya. Namun penelitian kali ini memfokuskan lebih
kepada ingin mengungkapkan peran Hizbullah beserta tokoh-tokohnya yang
berkiprah dalam pertempuran 10 November 1945.
Kajian dalam penelitian ini telah ditulis oleh beberapa peneliti, diantaranya
oleh Zainul Milal Bizawie dalam bukunya Laskar Ulama Santri dan Resolusi
Jihad: Garda Depan Menegakkan Indonesia (1945-1949). Buku yang ditulis oleh
Zainul Milal Bizawie ini, ingin menunjukkan bahwa sejarah seharusnya mengkaji
dengan jernih adanya kepentingan politik. Buku ini memaparkan lebih jauh
pergerakan ulama-santri melawan kolonial Belanda dengan politik etisnya yang
membuat kalangan pesantren begitu terpinggirkan. Datangnya Jepang yang
memposisikan diri sebagai saudara tua menghadirkan penjajahan baru yang tak
kalah kejamnya hingga akhirnya ulama santri membentuk laskar Hizbullah.
Terbentuknya Hizbullah berawal dari keinginan Jepang merangkul umat Islam
seluruh Indonesia untuk dilatih militer dan dikirim ke Jepang bergabung dengan
Heiho melawan tentara sekutu, namun dengan gagasan brilian KH. Hasyim
Asy‟ari laskar santri tersebut terpisah dengan Heiho dan membentuk barisan
tersendiri yaitu Laskar Hizbullah. Laskar ini dibentuk Mbah Hasyim untuk
9
mempersiapkan kemerdekaan RI sekaligus mempertahankannya. Buku ini terlihat
sangat jelas ingin mengungkapkan sejarah bahwa santri dan ulama memiliki peran
yang penting dalam proses kemerdekaan Indonesia hingga perang melawan
Sekutu dalam mempertahankan Indonesia.
Kemudian buku Frank Palmos berjudul Surabaya 1945: Sakral Tanahku
yang diterjemahkan oleh Johannes Nugroho, buku ini bercerita tentang kisah-
kisah para pelaku sejarah terutama di Surabaya dalam kurun waktu 40 hari.
Rakyat Surabaya yang berperan penuh dalam perlawanan melawan tentara Inggris
dan Jepang. Telah disebutkan dibeberapa sumber bahwa dari semua kalangan turut
serta dalam pertempuran ini. Di dalam buku ini juga diceritakan semasa
penjajahan Jepang ke Indonesia, hingga Indonesia meraih kemerdekaan.
Diceritakan pula pergolakan-pergolakan setelah merdeka di berbagai wilayah
seperti di Bandung, Bogor, Cirebon dan Semarang melawan tentara Inggris dan
Jepang. Diceritakan secara detil juga perjuangan rakyat Surabaya untuk
menggagalkan Belanda menduduki wilayah Indonesia, dan berhasil melawan
tentara Inggris dan Jepang. Dikatakan pula bahwa wilayah Indonesia yang
pertama kali mengecap kemerdekaan secara riil adalah Surabaya.
Buku karya Bung Tomo (Sutomo) berjudul Pertempuran 10 November
1945: Kesaksian & Pengalaman Seorang Aktor Sejarah. Buku ini menceritakan
pertempuran 10 November 1945 di Surabaya secara jujur dan detil tanpa tendensi
demi kepentingannya sendiri. Diceritakan suka duka para pejuang mengatur
strategi perang hingga kisah para rakyat kecil yang mengorbankan segala harta
benda yang tidak seberapa, mengorbankan segala air mata, darah, dan perjuangan.
Ada juga kisah lucu dari rakyat kecil yang berjuang yang tidak tahu dengan alat-
alat canggih seperti cara penggunaan granat yang dimiliki Jepang dan Inggris
hingga membuat rakyat menjadi korbannya.
Buku berjudul Pertempuran Surabaya November 1945 Catatan Julius Pour:
Mallaby Dibunuh atau Terbunuh? karya Des Alwi. Ia merupakan aktor sejarah
yang menyaksikan peristiwa tersebut. Di buku ini penulis mengungkapkan
pengalaman pribadinya di masa sekitar kemerdekaan Indonesia khususnya di
Surabaya, dan sebagai sumbangsih penulisan sejarah Indonesia.
10
Buku berjudul 10 Nopember 1945 terbitan Angkasa Bandung tahun 1976
karya Dr. A. H. Nasution seorang Jenderal TNI. Karya sejarah ini ditinjau dari
segi militer. Meskipun seorang TNI tapi penulis mencoba untuk seobjektif
mungkin dalam memaparkan peristiwa peperangan 10 Nopember 1945 di
Surabaya. Dalam bagian pertama buku ini diceritakan tentang penjajahan yang
dialami Indonesia hingga mencapai kemerdekaan. Di bab selanjutnya diceritakan
keadaan militer menjelang 10 Nopember 1945 hingga pertempuran tersebut
terjadi. Bab terakhir tentang siasat yang dilakukan pemerintah terhadap Sekutu
dengan cara diplomasi yang gagal hingga meledaklah pertempuran.
Garis Depan Pertempuran Lasykar Hizbullah 1945-1950 buku karya
Ayuhanafiq diterbitkan oleh Azzagrafika. Menceritkan sejarah berdirinya Laskar
Hizbullah, kemudian diceritakan bangaimana cara untuk menjarah senjata-senjata
Jepang untuk bekal Hizbullah. Diceritakan secara detail juga sepak terjang
Hizbullah Mojokerto. Karya ini juga meyadarkan bahwa kelompok Jam‟iyah
Nahdlatul Ulama adalah salah satu komunitas yang berjuang dan ikut
mempertahankan Kemerdekaan RI, memang porsi yang tidak banyak dalam
penulisan sejarah bahwa para ulama telah menjadi garda terdepan melawan
penjajah.
Buku KH. Zainul Arifin Pohan, Panglima Santri; Ikhlas Membangun
Negeri karya Ario Helmy. Ario Helmy merupakan cucu dari tokoh KH. Zainul
Arifin Pohan. Buku ini menceritakan riwayat hidup tokoh tersebut. KH. Zainul
Arifin Pohan merupakan Panglima Laskar Hizbullah sekaligus Pahlawan Nasional
yang ditetapkan tahun 1963. Buku ini merupakan buku revisi yang berjudul KH.
Zainul Arifin: Berdzikir Menyiasati Angin.
Buku Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa Timur karya Isno el- Kayyis
diterbitkan oleh Pustaka Tebuireng, berisi tentang sejarah berdirinya Laskar
Hizbullah, perjuangannya untuk mempertahankan kemerdekaan sampai melawan
sekutu, hingga bercerita tentang bubarnya Laskar Hizbullah. Dalam buku ini
diceritakan sepak terjang perjuangan Hizbullah khususnya di Jawa Timur. Buku
ini menjadi penyeimbang dalam memandang sejarah dari sisi lain, khususnya dari
sudut Nahdliyin.
11
F. Kerangka Teori
Pada penelitian ini diperlukan pendekatan teori. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan sejarah dan politik. Dalam pendekatan
sejarah bisa diketahui latar belakang ataupun sejarah terjadinya peristiwa. Ketika
penulis akan mengungkap bagaimana terbentuknya Laskar Hizbullah dan
mengapa peristiwa 10 November 1945 di Surabaya itu bisa terjadi, dengan
pendekatan atau teori sejarah. Pendekatan politik akan mengungkap bagaimana
kronologi perpolitikan sekitar paska kemerdekaan khususnya pada peristiwa 10
November 1945 di Surabaya tersebut.
Pada mulanya politik adalah tulang punggung sejarah (politics is the
backbone of history). Oleh karenanya, buku-buku teks sejarah berisi rentetan
kejadian-kejadian mengenai raja, negara, bangsa, pemerintahan, parlemen,
kelompok-kelompok kepentingan (militer, partai, ulama, bangsawan, petani), dan
interaksi antara kekuatan-kekuatan itu dalam memperebutkan kekuasaan. Ada
ungkapan “history is past politics, politics is present history” (ucapan Sir John
Robert Seeley, sejarawan Inggris, 1834-1895) yang dengan pasti menunjukkan
keterkaitan antara politik dan sejarah. Dominasi politik dalam penulisan sejarah
itu menjadi kewajaran untuk waktu yang lama.20
Dengan judul penelitian yaitu Peran Laskar Hizbullah dalam
Mempertahankan Kemerdekaan RI pada Perang 10 November 1945, maka penulis
akan menekankan pendekatan teori dari arti kata “peran” tersebut. Menurut
Soerjono Soekanto (2009), peran adalah proses dinamis kedudukan (status).
Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka dia telah menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara
kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang
lain dan sebaliknya.21
Dalam hal ini, Hizbullah melaksanakan perannya dalam
mempertahankan kemerdekaan RI karena telah melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya.
20
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah,, (Tiara Wacana: Yogyakarta), 2003, edisi kedua, h.
174. 21
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Rajawali Pers: Jakarta) 2009, edisi baru,
h. 213
12
G. Metode Penelitian
Tahapan dalam penelitian sejarah menurut Kuntowijoyo, mempunyai lima
tahapan yaitu: pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi (kritik sejarah,
keabsahan sumber), intrepretasi: analisis dan sintesis, dan penulisan.22
Dari uraian tahap-tahap penelitian di atas dapat disederhanakan menjadi,
heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan penulisan. Dalam heuristik penulis telah
mencoba mencari sumber baik sumber primer maupun sumber sekunder ke Arsip
Nasional Republik Indonesia di jalan Ampera Raya no. 7 Cilandak Timur, Pasar
Minggu Jakarta Selatan. Ke beberapa perpustakaan seperti Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia yang awalnya berada di jalan Salemba no. 28 A, Jakarta Pusat
hingga saat ini penulis masih melakukan penelitian gedung Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia berpindah ke jalan Merdeka Selatan no. 11 Jakarta Pusat,
Perpustakaan PBNU di jalan Kramat Raya no. 164 Jakarta Pusat, Perpustakaan
Umum Provinsi DKI Jakarta di Gedung Nyi Ageng Serang jalan H. R. Rasuna
Said Kav. C22 Jakarta Selatan, ataupun Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora. Museum
Sepuluh Nopember jalan Pahlawan, Alun-alun Contong, Bubutan, Kota Surabaya
dan Museum Nahdlatul Ulama, jalan Gayungsari, Gayungan, Kota Surabaya.
Kantor Berita Antara, yang merupakan kantor berita nasional, beralamat di Wisma
Antara jalan Medan Merdeka Selatan No. 17 Jakarta Pusat. Mencari buku-buku
terbitan lama ataupun buku-buku terbitan baru, kemudian juga memanfaatkan
teknologi di era sekarang ini untuk mencari sumber dengan akses internet.
Melakukan wawancara dengan Bapak Agustiono23
. Betapa masih sangat
terbatasnya pencarian sumber ini, dan penulis akan berusaha untuk mencari
sumber-sumber lain seperti dokumen, surat kabar pada masanya, ataupun
wawancara kepada narasumber terkait dengan metode sejarah lisan.
Mengenai kritik sumber, penulis menilai terlebih dahulu sumber-sumber
yang telah didapat melalui kritik ekstern dan kritik intern. Dalam kritik ekstern
penulis dapat menilai sumber manakah yang memang diperlukan, apakah sumber
22 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Tiara Wacana: Yogyakarta), 2013, edisi baru,
h. 69. 23
Sub. Unit Konservasi Reparasi dan Bimbingan Edukasi Museum Sepuluh Nopember
Surabaya.
13
tersebut asli ataupun tidak asli, kritik ekstern dapat menilai keakuratan sumber.
Sedangkan mengenai kritik intern, penulis menilai kredibilitas data dalam sumber.
Tujuan dalam kritik sumber ini adalah untuk menyeleksi data sehingga diperoleh
fakta yang akurat.
Setelah fakta didapat dan dinilai layak untuk diteliti maka dilakukan
interpretasi, yaitu penafsiran atau dituangkannya fakta yang telah diseleksi dengan
objektif selaku penulis sejarah, agar menghasilkan sejarah yang benar dan
dijauhkan dari kepentingan belaka.
Tahap terakhir yaitu historiografi atau tahap penulisan sejarah. Dalam hal ini
penulis akan menuangkan tulisan sejarah secara kronologis dan sistematis. Tulisan
ini besifat karya ilmiah sehingga harus ditulis dengan kaidah-kaidah penulisan
karya ilmiah yang berlaku.
H. Sitematika Penulisan
Secara garis besar pembahasan dalam penelitan ini terbagi dalam tiga bagian
yaitu, pendahuluan, isi pembahasan, dan kesimpulan. Tiga bab tersebut dibagi
menjadi lima bab yang masing-masing bab berisi sub-sub bab. Bab-bab tersebut
meliputi:
Bab I, yaitu pendahuluan yang meliputi, latar belakang masalah, masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, batasan dan rumusan masalah, tinjauan pustaka,
kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II, berisi mengenai latar belakang, sejarah, perkembangan, dan tujuan
Laskar Hizbullah.
Bab III, menjelaskan tentang kondisi Surabaya pada masa Jepang, latar
belakang terjadinya peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan kronologinya.
Bab IV, meliputi penjelasan mengenai peranan Laskar Hizbullah dalam
mempertahankan kemerdekan RI terfokus pada peristiwa 10 November 1945 di
Surabaya dan dampak peran Hizbullah dalam perang tersebut.
Bab V, merupakan bab terakhir sebagai penutup yaitu berisi kesimpulan dari
keseluruhan bab yang telah diuraikan.
14
BAB II
LASKAR HIZBULLAH
A. Sejarah dan Latar Belakang Terbentuknya Laskar Hizbullah
Awal kedatangan Jepang disambut baik oleh rakyat Indonesia. Mereka
bersuka cita karena Jepang telah membantu melepaskan penjajahan Belanda atas
Indonesia kurang lebih selama 350 tahun. Bahkan Jepang melabeli diri sebagai
Jepang cahaya Asia, Jepang pemimpin Asia, dan Jepang pelindung Asia. Jepangpun
berjanji akan memerdekakan rakyat Indonesia setelah perang pasifik melawan
sekutu usai.
Hal tersebut berbalik pada 20 Maret 1942 ketika Jepang melarang rakyat
Indonesia untuk terjun dalam politik atau berorganisasi. Hanya ada beberapa saja
yang diperbolehkan untuk membuat organisasi sebagaimana organisasi bentukan
Jepang sebagai alat propaganda. Misalnya Gerakan 3A, organisasi yang berdiri
pada 24 April 1942 dipimpin oleh Mr. Sjamsuddin yang bertujuan agar rakyat
Indonesia suka rela menjadi tenaga bagi perang Jepang. Namun organisasi ini
kurang mendapat simpati dari rakyat Indonesia, hingga akhirnya pada 20 November
1942 organisasi ini dibubarkan. Kemudian Jepang membentuk PUTERA (Pusat
Tenaga Rakyat), untuk menarik simpati rakyat, pemerintah militer Jepang
menawarkan kerjasama dengan para pemimpin Indonesia, diantaranya Soekarno,
Mohammad Hatta, K.H. Mas Mansyur dan Ki Hajar Dewantara. Empat serangkai
tersebut memimpin organisasi PUTERA. Tujuan didirikannya PUTERA pada
intinya adalah membantu Jepang dalam rangka menyukseskan Perang Asia Timur
Raya. Seiring perkembangannya PUTERA lebih banyak dimanfaatkan untuk
perjuangan dan kepentingan bangsa Indonesia. Mengetahui hal ini, Jepang
membubarkan PUTERA kemudian pada 1 Januari 1944 Jepang mendirikan Jawa
Hokokai. Organisasi ini diperintah langsung oleh kepala pemerintah militer Jepang.
Jawa Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah. Tujuan
15
didirikannya Jawa Hokokai adalah agar mencangkup semua golongan masyarakat
termasuk Cina dan Arab.24
Pada Mei 1942 Jepang mengalami kekalahan pertama dalam pertempuran
Laut Koral. Dalam medan pertempuran Jepang terus tedesak dan menyerah kalah
di Irian dan Morotai, Maluku serta Filipina. Jatuhnya Filipina membuat sekutu
bisa mengontrol lalu lintas Laut Cina Selatan. Maka putuslah jalur distribusi
Jepang dengan wilayah kekuasaannya di selatan. Kekalahan itu memaksa
penguasa Jepang untuk mengubah kebijakan politiknya dengan berusaha
mendapatkan bantuan penduduk pribumi untuk mempertahankan diri dari
serangan sekutu. Oleh karena itu Jepang mengambil hati rakyat Jawa yang
mayoritas Islam, Jepang segera membebaskan KH. Hasyim Asy‟ari dan KH.
Mahfudz Shidiq dari tahanan di penjara Bubutan Surabaya. Sebagai bentuk
penghormatan kepada ulama yang pernah dipenjarakan, Jepang mengundang KH.
Hasyim Asy‟ari dan KH. Mahfudz Sidiq serta 30 ulama NU se-Jawa dan Madura
ke Istana Gubernur Batavia pada 7 Desember 1942, undangan semacam ini belum
pernah ada pada masa Belanda. Pada pertemuan tersebut, Letnan Jenderal
Okazaki, mewakili pemerintah militer Jepang, mengatakan bahwa Jepang akan
melindungi dan akan mempelajari agama Islam agar dapat menyesuaikan diri
dengan umat Islam Indonesia. Pada 10 September 1943, secara resmi Jepang
mengizinkan dan mengakui aktivitas Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.
Kemudian disusul pengakuan Persyarikatan Umat Islam. Pengakuan itu membuat
kekuatan organisasi Islam berkembang di Jawa, sehingga ormas-ormas tersebut
diperkenankan Jepang untuk membentuk organisasi federasi bernama Majelis
Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) pada 24 Oktober 1943, sebagai pengganti
dari Majelis Islam A‟la Indonesia (MIAI). Masyumi diketuai oleh KH. Hasyim
Asy‟ari yang juga merupakan rois akbar NU, wakilnya diambil dari organisasi
Islam lainnya. Selain itu, bersama Soekarno, KH. Hasyim Asy‟ari juga diangkat
menjadi penasehat utama organisasi Jawa Hokokai.25
24
Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah, (Pustaka Tebuireng:Jombang), 2015,
h.12-17. 25
Ayuhanafiq, Garis Depan Pertempuran Lasykar Hizbullah 1945-1950, (Azza Grafika:
Yogykarta) 2013., h.19-21.
16
Sebelumya pada sekitar April 1942, Jepang menahan KH. Hasyim Asy‟ari
dan KH. Mahfudz Sidiq dan dipenjara selama empat bulan. Mereka ditangkap
karena tidak mau melakukan „saikere‟, yakni upacara menghormat Tenno Haika
dengan membungkukkan badan seperti rukuk ke arah Tokyo saat matahari terbit.
Perintah ini bukan hanya ditolak oleh KH. Hasyim Asy‟ari, namun beliau juga
menyerukan kepada rakyat muslim Indonesia untuk tidak melakukannya karna
dianggap menyekutukan Tuhan.26
Pada bulan pertama Masyumi yang berada di bawah kekuasaan Jepang
menjalankan gerakan “melipat gandakan hasil bumi” untuk kepentingan Jepang.
Untuk menyelamatkan Masyumi agar tidak menjadi alat propaganda Jepang,
Wachid Hasyim, Mochammad Nasir, Prawoto Mangkusaswito, Zainul Arifin dan
beberapa orang tokoh muda masuk kedalam pengurusan Masyumi untuk
menyelamatkan Masyumi, dan mereka kemudian berhasil mengendalikan
Masyumi dari dominasi campur tangan Jepang yang memang semula ingin
menjadikan salah satu alat perjuangannya. Pada bulan-bulan akhir tahun 1944
Jepang mulai terjepit, keadaan telah berubah secara cepat dan sekutu mulai
berkuasa di beberapa tempat karena menang di beberapa tempat. Untuk menarik
simpati rakyat Indonesia agar membantu Jepang untuk mencapai kemenangan,
Perdana Menteri Kaiso di Tokyo mengumumkan bahwa Jepang akan segera
memerdekakan Indonesia. Namun janji untuk memerdekakan Indonesia tidak
jelas. Kemudian pada 12-14 Oktober 1944 Masyumi mengadakan rapat di Jakarta
yang dihadiri oleh seluruh pengurus Masyumi atas utusan-utusan istimewa dari
pengurus besar Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persatuan Umat Islam
Indonesia, dan Persarikatan Umat Islam. Masyumi berpendapat bahwa
kemerdekaan Indonesia adalah keerdekaan umat Islam Indonesia. Dan
kemerdekaan Indonesia adalah salah satu syarat yang penting untuk mencapai
kemerdekaan umat Islam Indonesia dalam menjalankan syariat agamanya.27
Kekalahan Jepang secara beruntun di beberapa wilayah pendudukan seperti
di Pulau Bougainvile dan hancurnya Armada Kekaisaran I di Kepulauan
26
Abdul Latif Bustami dan Tim Sejarah Tebuireng, Resolusi Jihad “Perjuangan Ulama:
dari Menegakkan Agama hingga Negara”, (Pustaka Tebuireng: Jombang), 2015, h.133. 27
Hasyim Latief, Laskar Hizbullah, (LTN PBNU: Jakarta) 1995, h.14-15.
17
Guadalcanal, Komandan Ryukugun 16 terpaksa cepat-cepat melibatkan rakyat
Jawa untuk mendukung perang. Sementara itu, Koran Asia Raja, edisi 13
September 1943 mempublikasikan, tuntutan sepuluh ulama pada pemerintah
Jepang di Jakarta. Tuntutan itu berisi permintaan para ulama agar Jepang segera
membentuk tentara sukarela yang akan membela tanah air. Kesepuluh ulama itu
adalah KH. Mas Mansoer, Tuan Guru H. Mansoer, Tuan Guru H. Jacob, H. Moh
Sadri, KH. Adnan, Tuan Guru H. Cholid, KH. Djoenaedi, DR.H. Karim
Amrullah, H. Abdoel Madjid dan U. Mochtar. Akhirmya, pada 3 Oktober 1943,
pemerintah Jepang meresmikan Peta (Tentara Sukarela Pembela Tanah Air) di
Bogor Jawa Barat. Keanggotaan Peta didominasi kalangan santri dan ulama,
termasuk sepuluh ulama diatas yang dicatat sebagai pendiri sekaligus komandan
Peta di wilayahnya msing-masing. KH. Hasyim Asy‟ari sebagai pendiri NU dan
ketua Masyumi dipercaya sebagai penasihat Peta.28
Masih dalam situasi berkecamuknya Jepang dengan Sekutu pada tahun
1943, para ulama antara lain KH. Wahid Hasyim, KH. Abdul Wahab Hasbullah,
Ki Bagus Hadikusumo, KH. Farid Ma‟ruf, KH. Abdul Halim, KH. Ahmad Sanusi,
Zainal Arifin, Mr. Mohammad Rum, Abi Kusno Cokrosuyoso, KH. Agus Salim
dan Abdul Hamid Ono (seorang muslim Jepang yang selalu mengikuti KH. Wahid
Hasyim) beliau mengadakan pertemuan untuk membahas tentang persiapan
pembentukan Peta dan Hizbullah. Rencana tersebut terealisasi. Namun yang
menjadi masalah apakah Peta dan Hizbullah disatukan atau dipisahkan. Jika
disatukan, maka potensi nasioanl kuat, utuh dan tidak terpecah belah.Jika
dipisahkan, maka pihak musuh mudah menguasai dan memecah belah internal
atau dari dalam Peta dan Hizbullah tersebut. Akhirnya, demi utuhnya dan
tegaknya kedua laskar tentara tersebut diambil keputusan dipisahkan dalam
pendiriannya. Setelah pertemuan usai, kemudian rapat memutuskan untuk
menugaskan tiga orang yaitu Muhammad Syahid dari Blitar, Ahmad Fathoni dari
Jakarta, dan Syaifuddin Zuhri dari Jawa Tengah untu bertugas menghadap kepada
ulama diseluruh Jawa dan Madura guna memberikan penjelasan tentang persiapan
28
Gugun El-Guyanie, “Resolusi Jihad Paling Syar‟i”, (Pustaka Pesantren: Yogyakarta)
2010, h. 44.
18
pembentukan Peta dan Hizbullah serta menyiapkan para tentara yang masuk ke
dalam Peta dan Hizbullah.29
Pembentukan Peta merupakan respon dari tuntutan tokoh-tokoh Islam yang
mengusulkan pada Letnan Jenderal Kumshiki Harada agar dibentuk Barisan
Pembela Islam yang bertujuan untuk mempertahankan Jawa. Secara keseluruhan,
kekuatan Peta berjumlah 69 batalyon dengan jumlah 38.000 anggota. Keinginan
yang sama muncul dari perwira muslim Jepang Abdul Hamid Ono yang datang
kepada KH. Wahid Hasyim untuk melatih para pasukan muslim atau santri agar
masuk ke dalam Heiho, untuk membantu Jepang. Namun usulan itu ditolak,
alasan KH. Wahid Hasyim adalah pertama sebaiknya para pasukan muslim
berperang untuk membela tanah air sendiri karna akan menggunggah semangat
para anggota muslim, kedua sebaiknya dijadikan anggota cadangan saja, ketiga
para santri yang kurang terlatih akan menyulitkan Jepang sendiri jika dikirim ke
garis perang. Berdasarkan usulan tadi, Jepang memutuskan membentuk Hizbullah
yang dalam bahasa Jepang adalah „Kaikyo Sainen Teishintai‟ pada 15 Desember
1944.30
Pembentukan Hizbullah sebenarnya sudah diajukan oleh para ulama setahun
sebelumnya bersamaan dengan pembetukan Peta. Namun Jepang tidak langsung
menyetujui pembentukan Hizbullah secara resmi. Sedangkan Peta sendiri
disetujui dengan alasan bahwa para pemuda telah mengetahui akan dibukanya
pendaftaran pasukan Peta dan Hizbullah, terkebih ketika Jepang menjanjikan akan
memberikan kemerdekaan untuk bangsa Indonesia maka para pemuda
berbondong-bondong mendaftar untuk menjadi pasukan sukarela.
Pada bulan Oktober 1943 disetujuinya pembetukan Peta atas usulan Gatot
Mangunprojo, maka dilatihnya para calon pasukan Peta tersebut. Ternyata banyak
diantara pasukan tersebut dari kalangan ulama diantaranya, KH. Sam‟un dari
Banten, Mr. Kasman Singdimedjo dari Jakarta, KH. Basyuni dari Sukabumi, dan
masih banyak ulama lainnya. Namun pendaftaran Peta tidak lama ditutup,
sedangkan masih banyak para pemuda yang belum terlatih kemiliterannya. Para
29
Tanpa Nama, Hizbullah, Peranan dan Perjuangan dalam Menegakkan Kemerdekaan
Republik Indonesia (Semarang, tanpa tahun) Bab 1 tanpa halaman. 30
Ayuhanafiq, Garis Depan Pertempuran Lasykar Hizbullah 1945-1950...., h. 23-24.
19
ulama terus berusaha guna memenuhi hajat para pemuda dan santrinya untuk terus
memperjuangkan kemerdekaan. Akhirnya dengan perantara sepuluh ulama
Hizbullah diresmikan pada 14 Oktober 1944 dan baru mengadakan pelatihan
militer pada 2 Februari 1945-15 Mei 1945. Setelah usul sepuluh ulama pada 13
September 1943 baru disetujui pada 14 Oktober 1944.31
Pada tahun 1944 situasi pertempuran Jepang semakin terpojok, dengan
semakin berkurangnya pasukan Jepang maka untuk mempertahankan Indonesia
dari Sekutu satu-satunya cara yaitu menambah pasukan lokal. Barangkali itu yang
menjadi pertimbangan Jepang dalam menyetujui adanya pasukan Hizbullah.
Berbeda ketika tokoh nasionalis Gatot Mangunprojo mengusulkan pembentukan
Peta yang tidak membutuhkan waktu hingga satu tahun.
Menurut BJ. Boland dalam bukunya Pergumulan Islam di Indonesia,
menyebutkan bahwa ada tiga manfaat yang bisa diambil bagi umat Islam pada
masa pendudukan Jepang yaitu, dibentuknya Kantor Urusan Agama Indonesia,
didirikannya Masyumi, serta pembentukan Hizbullah.
Berbalik pada masa pendudukan Belanda, kalangan moderen Islam terutama
yang begerak di bidang politik ditolak oleh pemerintah Belanda untuk mendirikan
suatu pemerintahan yang bertanggungjawab kepada lembaga perwakilan.
Pemerintah Belanda hanya mendekati golongan kepala tradisi ataupun priyayi.
Sehingga dapat dikatakan adu domba terjadi antar golongan tersebut.32
Bahkan
pada masa itu, Belanda dianggap pemerintahan kafir, yang menjajah agama dan
bangsa mereka. Pesantren yang merupakan pusat pendidikan Islam bersikap anti
kolonialisme. Gaji yang diberikan pemerintah Belanda dianggap uang haram,
celana dan dasi dianggap haram, karena sebagian dari identitas Belanda.33
Kantor Urusan Agama dalam bahasa Jepang disebut Shumubu, sebelumnya
pada masa pendudukan Jepang adalah Kantoor voor het Inlandsche Zaken
dipimpin oleh Kolonel Hori. Kantor tersebut membawahi bidang Departemen
31
Tanpa Nama, Hizbullah, Peranan dan Perjuangan dalam Menegakkan Kemerdekaan
Republik Indonesia....... 32
Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, (LP3ES: Jakarta), 1982,
edisi ke 2., h. 334. 33
H. Aqieb Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, (LP3ES: Jakarta), 1985., h. 50.
20
Dalam Negeri, Kehakiman, Pendidikan, dan Peribadatan. Dimulai tanggal 1
Agustus 1944 kantor tersebut dipimpin oleh KH. Hasyim Asyari. Kantor ini yang
kemudian menjadi Kementrian Agama hingga pada tahun 1950, Wahid Hasyim
menjadi menteri Agama dalam kabinet pertama Republik Indonesia Serikat.
Kemudian Masyumi, yang disebut sebagai pengganti MIAI (Majelis Islam A‟la
Indonesia). Pembubaran MIAI ini disebabkan karena MIAI sendiri terbentuk atas
prakarsa umat Islam Indonesia melalui kongres. MIAI dianggap sebagai anti
kolonial dan tidak mau bekerjasama dengan pemerintah kolonial. Muhammadiyah
yang berdiri tahun 1912 dan NU berdiri tahun 1926, masuk sebagai anggota
Masyumi yang diketuai oleh KH. Hasyim Asy‟ari. Pada akhir tahun 1944, Jepang
menyetujui adanya pasukan Hizbullah (Tentara Allah, atau golongan Allah sesuai
dengan surat 5 ayat 56 dan surat 58 ayat 22), merupakan organisasi militer bagi
para pemuda muslim.34
Dengan didirikannya Kantor Urusan Agama, Masyumi, dan Hizbullah, umat
Islam Indonesia memang telah diberikan beberapa manfaat. Namun tidak bisa
dinafikan juga bahwa pada masa pendudukan Jepang, Indonesia mengalami
kemiskinan dikarenakan semua harta benda, hasil bumi penduduk diambil oleh
Jepang bahkan dikerja paksa atau disebut dengan Romusha.
Dengan semangat keagamaan yang kental, Hizbullah menjadi kesatuan yang
memiliki tujuan berbeda dengan apa yang diinginkan oleh Jepang. Berbeda
dengan Peta yang pembentukannya bertujuan melayani kepentingan Jepang,
Hizbullah sejak awal pembentukannya berkaitan dengan aspirasi ke arah
Indonesia merdeka. Menurut Cornelius Van Dijk, Hizbullah atau Tentara Allah
didirikan pada akhir pendudukan Jepang untuk memberikan kepada umat Muslim
Jawa pasukan pertahanannya sendiri. Pemimpin-pemimpin Islam telah
mengusulkan pembentukan pasukan yang demikian sudah sejak September 1943.
Dalam bulan itu mereka mengajukan permohonan kepada pihak Jepang
untuk mendirikan korp sukarela muslim yang dapat menjadi pelopor dalam usaha
menghancurkan Amerika dan Inggris. Setelah disetujui oleh Jepang, Masyumi
langsung mengumpulkan para pemuda Islam untuk masuk ke dalam Hizbullah
34
BJ. Boland, Pergumulan Islam di Indonesia, (Grafiti Pers: Jakarta) 1985, hl.11-15.
21
dan mengirimkan 25 pemuda untuk dilatih militer oleh Jepang. Keanggotaannya
terbuka bagi pemuda Islam terutama siswa madrasah atau pesantren yang berumur
17-25 dengan syarat sehat fisik, bujangan, dan mendapat izin orang tua atau
wali.35
Setelah disetujui Hizbullah maka segerelah para ulama pengusul
membentuk Dewan Pengurus Hizbullah Pusat di Jakarta sebagai berikut:36
STRUKTUR ORGANISASI DEWAN PENGURUS PUSAT HIZBULLAH
Ketua : KH. Zainal Arifin (Nahdlatul Ulama)
Ketua Muda : Mr. Muhammad Rum (Jong Islamieten Bond)
Urusan Umum : S. Surowijoyo (Jong Islamieten Bond)
Suyono Hadisudiro
Penerangan : Anwar Cokroaminoto (Sarekat Islam)
KH. Imam Zarkasyi (Pesantren)
Masyhadi
Urusan Rencana : Sunaryo Mangun Puspito
Mr. Yusuf Wibisono (Jong Islamieten Bond)
Muhammad Junaidi (Ayah Mahbub Junaidi)
Urusan Keuangan : R.H.O. Junaidi
Prawoto Mangkusaswito (Muhammadiyah)
Anggota : H. Abdul Mukti (Muhammadiyah)
Ahmad Fathoni
Muhammad Syahid
KH. Mukhtar (Muhammadiyah)
Amir Fatah (Muhammadiyah)
Urusan Politik : KH. Wahid Hasyim (Nahdlatul Ulama)
KH. Abdul Wahab Hasbullah (Nahdlatul Ulama)
Ki Bagus Hadikusumo (Muhammadiyah)
KH. Masykur (Muhammadiyah)
35
Ayuhanafiq, Garis Depan Pertempuran Lasykar Hizbullah 1945-1950...., h. 24-25. 36
Tanpa Nama, Hizbullah, Peranan dan Perjuangan dalam Menegakkan Kemerdekaan
Republik Indonesia......
22
Pembentukan Hizbullah pada awalnya memang murni atas keinginan dari
pihak ulama dan dengan tujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Berbeda dengan pasukan lain seperti Peta yang awal mulanya dibentuk untuk
membantu Jepang dalam perang melawan Sekutu.
B. Perkembangan Laskar Hizbullah
Hizbullah telah memainkan perannya dalam organisasi militer yang
beranggotakan para pemuda Islam, santri bahkan kiai. Saat Jepang menyutujui
didirikannya Peta dan mulai melatih militer, anggota Peta yang dilatih Jepang
ternyata banyak diantaranya adalah kiai. Yang kemudian saat pulang para kiai
tersebut kelak menjadi komandan-komandan Hizbullah. Juga melatih para santrinya
yang kemudian masuk dalam Hizbullah di masing-masing daerah atau wilayah
karesidenan.
1. Latihan Hizbullah
Pada bulan Oktober 1943 setelah disetujuinya usulan Gatot Mangunprojo untuk
membentuk Peta, maka segeralah diadakan pelatihan untuk Peta. Ternyata banyak
diantara anggota latihan Peta berasal dari ulama, cendikiawan muslim, dan tokoh-
tokoh masyarakat, diantaranya:
1. Kyahi H. Sam‟un dari Banten
2. Kyahi H. Khotib dari Banten
3. Mr. Kasman Singdimedjo dari Jakarta
4. Kyahi H. Basyuni dari Sukabumi
5. Arudji Kartawinata dari Bandung
6. H. Sudirman dari Purwokerto
7. Kyahi H. Iskandar Edris dari Pekalongan
8. Kyahi H. Yunus Anis dari Jogyakarta
9. Kyahi H. Edris dari Surakarta (Solo)
10. R. Mulyadi Joyomartono dari Surakarta
11. Iskandar Sulaiman dari Jawa Timur
12. Kyahi H. Abdul Khaliq dari Tebuireng (Jawa Timur)
23
13. Kyahi H. Wahib Wahab dari Surabaya
14. Kyahi H. Makhfudz dari Surabaya
15. Dan lain-lain37
Pada awalnya memang pihak Jepang melalui Abdul Hamid Ono meminta
kepada KH. Wahid Hasyim untuk melatih para santri dalam bidang militer agar
masuk ke dalam Heiho, guna membantu Jepang dalam menghadapi sekutu. Namun
permintaan itu ditolak karna membela tanah air adalah wajib hukumnya. Maka
segeralah Wahid Hasyim dari Masyumi untuk mengajukan pendirian Hizbullah
kepada Jepang. Usul itupun diterima Jepang walaupun dengan waktu yang cukup
lama.
Setelah Hizbullah terbentuk, Masyumi dengan cepat langsung membuat
pengurus pusat yang dikomandoi oleh Zainul Arifin. Pimpinan pusat langsung
menyiapkan asrama dan tempat untuk latihan yaitu di Cibarusah Jawa Barat.
Pendaftaran calon Hizbullah dibuka disetiap daerah. Banyak sekali para pemuda
yang tergerak dan berbondong-bondong untuk mengikuti pelatihan Hizbullah. Hal
tersebut dikarenakan para pemuda dan santri telah tergerak hatinya dan menyadari
bahwa penting untuk membela dan memperjuangkan tanah air.
Pada latihan pertama di Cibarusah, Bogor, Jawa Barat tercatat diikuti 500 orang
pemuda muslim dari Jawa dan Madura. Kota-kota karesidenan yang mengirimkan
utusannya, yaitu Jakarta, Banten, Surabaya, Sukabumi, Priangan, Purwokerto,
Bogor, Pakalongan, Kedu, Surakarta, Semarang, Pati, Jogjakarta, Madiun, Kediri,
Bojonegoro, Malang, dan Besuki. Latihan dimulai pada tanggal 28 Februari 1945
dengan dihadiri oleh Gunseiken, para perwira balatentara Dai Nippon, pimpinan
pusat Masyumi, pangeran praja dan lain-lain. Para angota Hizbullah mengikuti
upacara dengan berseragam biru dengan kopyah hitam putih dan bersimbul bulan
sabit dan bintang. Acara dimulai dengan pemeriksaan barisan oleh Gunseiken yang
kemudian dilanjutkan dengan pidato Gunseiken:
37
Tanpa Nama, Hizbullah, Peranan dan Perjuangan dalam Menegakkan Kemerdekaan
Republik Indonesia.............
24
“Berhubung dengan nasib Asia Timur Raya, maka masa sekarang adalah masa yang amat
penting seperti yang belum pernah dialami atau terjadi di dalam sejarah. Dalam saat yang
demikian itu telah bangkit segenap umat Islam di Jawa serta berjanji akan berjuang luhur
bersama dan lebur bersama balatentara Dai Nippon. Buktinya ialah pembentukan barisan
muda Islam yang bernama Hizbullah. Dengan demikian lahirlah tujuan untuk
manghancurkan musuh yang lazim dan perjuangan dengan segenap jiwa dan raga, maka saya
merasa sangat gembira membuka latihan pusat barisan Hizbullah..........”
KH. Zainul Arifin sebagai ketua markas tertinggi Hizbullah dan KH. Wahid
Hasyim sebagai ketua muda Masyumi juga ikut memberikan sambutan. Kedua
tokoh itu mengingatkan kepada laskar Hizbullah agar serius mengikuti latihan
militer. Agar kelak berguna untuk membela agama Islam dan meraih cita-cita
perjuangan bangsa Indonesia. 38
Mengenai latihan militer, Hasyim Latief mengungkapkan dalam sebuah
website yang berasal dari yayasan yang didirikannya, berikut pengakuannya:
“Hasyim Latief merasakan beratnya pendidikan kemiliteran di Cibarusah. Namun, ia
mengakui gemblengan yang dilakukan Pemerintah Jepang sangat hebat. Sejak berangkat ke
tempat latihan para peserta telah digembleng secara fisik dan mental. Mereka diberangkatkan
dengan kereta api. Sesuai rencana awal keberangkatan, para peserta akan diturunkan di
Jakarta. Tetapi, ternyata diturunkan di stasiun Cikampek. Setelah beristirahat sejenak di
Cikampek, pada pukul 17.30 mereka naik kereta api jurusan Bandung. Tetapi, mereka tidak
ke Bandung, melainkan menuju arah selatan hingga turun di stasiun terakhir.
Saat itulah gemblengan dimulai. Untuk mencapai tempat latihan yang terletak di tepi sebuah
hutan, peserta dinaikkan lori, kereta pengangkut tebu, tetapi tidak ditarik dengan mesin loko.
Untuk menjalankan lori, para peserta mendorong secara bergantian. Padahal, kondisi tanah
tidak datar, tetapi bergelombang. Setelah semua berada di atas lori, tiga orang mendorong,
dan ketika lori sudah melaju, mereka naik. Ketika berada di jalan menanjak, semua peserta
ikut mendorong lori. Bila telah sampai di posisi yang tinggi dan hendak menurun, mereka
semua naik beramai-ramai.
Sekitar pukul 23.00 mereka sampai di tempat latihan, di tepi sebuah hutan jauh dari
perkampungan. Mereka ditempatkan di barak yang panjangnya kurang lebih 50 m dengan
lebar 10 m. Barak tersebut terbuat dari bambu dengan atap welit. Tempat tidurnya juga
38
Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa Timur....., h. 35-37.
25
terbuat dari bambu yang disebut bayang dan di bagian atasnya diberi tikar. Di atas bayang
diberi gawang untuk tempat pakaian.Ada tempat untuk mandi, tetapi tidak ada tempat buang
air. Kalau buang air harus ke sawah yang letaknya cukup jauh.
Barak tersebut terletak di tengah lapangan yang dikelilingi pagar kawat berduri, sehingga
orang yang berada di dalam barak tidak bisa keluar. Tanahnya liat sekali, berwarna kemerah-
merahan. Jika diguyur air hujan tanah menjadi becek. Jika diinjak tanah melekat ke bagian
bawah bakiak. Bakiak pun tidak bisa digunakan lagi dan harus ganti.
Tiap hari latihan dimulai dengan melakukan lari pagi. Hasyim Latif memiliki kenangan
menarik ketika mengikuti lari pagi. Saat itu Sa'dullah belum mendapat sepatu karena sepatu
yang disediakan ukurannya kurang besar bagi kaki Sa'dullah. Sementara sepatu kiriman dari
Jakarta belum juga datang. Ketika berlari menuju Karawang harus melalui jalanan yang
kerikilnya tajam. Karena tidak bersepatu, Sa'dullah pun kesakitan hingga ia misuh-misuh
(mengumpat-umpat).
Seusai berlari melakukan apel dan gerak badan ala Jepang yang disebut taiso. Sebelum apel
peserta membaca ikrar sebagai berikut: Rodhiitu billahi rabba, wabil Islaamidina, wabi
Muhammadin Nabiyya wa Rasula. Mereka membaca ikrar tersebut dengan serentak dan
suara keras. Setelah gerak badan mereka istirahat, makan, kemudian mengikuti pelajaran.
Setelah latihan berlangsung sekitar dua bulan, hampir seluruh peserta latihan kemiliteran
Lasykar Hizbullah terserang wabah disentri. Penyakit ini seperti penyakit kolera, dan ketika
buang air penderita merasa sakit dan kotorannya bercampur lendir. Setelah dilaporkan kepada
Pemerintah Jepang di Jakarta, diinstruksikan agar para peserta tidak diberi makan nasi. Sejak
saat itu para peserta diberi makan wortel dan lobak.
Semua peserta menderita karena tidak makan nasi. Namun, Hasyim Latief lebih menderita
karena hanya makan wortel dan tidak tahan terhadap bau lobak, karena bau lobak sangat
busuk. Hasyim Latief selalu muntah bila mencium bau lobak. Selain itu, setiap orang disuruh
makan gula batu. Jadi, setiap orang diberi kantongan untuk membawa gula batu. Ketika ke
kamar mandi, gerak badan, apel, dan latihan mereka tidak pernah melepaskan kantongan gula
batu karena harus terus-menerus makan gula batu. Setelah sebulan makan gula batu, mereka
berangsur-angsur sembuh.
Pada malam hari mereka diberi bekal pendidikan kerohanian yang disampaikan oleh KH
Wahid Hasyim, KH Zarkasi (Ponorogo), KH Mustofa Kamil (Singaparna), KH Mawardi
(Solo), KH Mursyid (Kediri), dan KH Abdul Halim (Majalengka). Selain memberikan
ceramah agama, KH Abdul Halim juga memberikan teknik membuat alat peledak.
26
Selama 4 bulan latihan Laskar Hizbullah di Cibarusah dengan materi latihan meliputi baris-
berbaris, bongkar pasang senjata,perang gerilya,dan sebagainya. Akhir Mei 1945, latihan
ditutup dengan upacara kebesaran dan sekaligus melantik 500 orang opsir Hizbullah yang
diberi tugas untuk memimpin Laskar Hizbullah di daerah masing-masing. Setelah dilantik
para opsir Hizbullah mengadakan acara perpisahan yang sangat mengharukan. Mereka
bersalam-salaman sambil mengucapkan kata-kata, Selamat berpisah, sampai bertemu lagi di
surga.”39
Dewan pelatihan yang dilakukan di daerah Cibarusah dipimpin langsung oleh
Kapten Yanagawa Meichiro, yang ditunjuk sebagai Direktur Seinendojo dan
Penyusun Yugekitai (Hizbullah) yang dibantu oleh Shodancho (komandan) muslim
di antaranya:
1. Bargowo shodancho (Semarang)
2. Sudibyo shodancho (Kedu)
3. Abdullah Sajad shodancho (Surakarta)
4. Moch. Zidni Noeri shodancho (Yogyakarta)
5. Bambang Sunaryo shodancho (Pati)
6. Kismun shodancho (Madiun)
7. Khazinu shodancho (Bojonegoro)
8. Abdur Rahman shodancho (Jakarta)
9. Kemal Edris shodancho (Priyangan)
10. Abdul Qahar shodancho (Bogor)
11. Dan lain-lain40
Nugroho Notosusanto menjelaskan bahwa Kapten Yanagama melatih
50.000 pasukan Hizbullah. Hizbullah berperan sebagai tentara pembantu tentara
Pembela Tanah Air.41
Latihan tersebut dilaksanakan selama tiga bulan dan berakhir pada tanggal
30 Mei 1945. Latihan ditutup dengan sambutan tertulis oleh KH Hasyim Asy‟ari
39
http://ypm.ac.id/html/index.php?id=artikel&kode=108 40
Tanpa Nama, Hizbullah, Peranan dan Perjuangan dalam Menegakkan Kemerdekaan
Republik Indonesia....... 41
Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah Jilid Kedua, (Surya Dinasti: Bandung) 2017,
edisi revisi., h. 202.
27
selaku Shumubucho (Kepala Jawatan Agama), yang dibacakan oleh Abdul Kahar
Muzakkir, yang isinya sebagai berikut:
“Saya yakin bahwa pemuda yang telah rela memasuki barisan Hizbullah dan yang sabar
mengatasi segala kesukaran dalam latihan ini, adalah pemuda-pemuda Islam pilihan di
seluruh Jawa. Maka pada saat bangsa Indonesia meghadapi suatu kejadian yang penting
sekali, yakni timbulnya bangsa yang merdeka, yang dapat menegakkan agama Allah,
sungguh besar kewajibanmu sebagai harapan bangsa. Bangsa-bangsa Indonesia kini sedang
berjuang, untuk membentuk dan menyelenggarakan Negara Indonesia yang merdeka. Kamu
harus menjadi tenaga yang sebaik-baiknya untuk mencapai cita-cita itu. Buktikanlah kepada
segenap dunia, bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang masih hidup dan umat Islam di
Indeonesia adalah umat yang masih hidup pula.”42
Selain dibentuk pengurus untuk melatih para anggota Hizbullah, dibentuk juga
pengurus bagian yang khusus untuk melatih keruhanian para anggota Hizbullah
diantaranya adalah:
1. KH. Mustafa Kamil dari Garut Jawa Barat
2. KH. Mawardi dari Surakarta Jawa Tengah
3. KH. Zarkasi dari Ponorogo Jawa Timur
4. KH. Mursid dari Pacitan
5. KH. Syahid dari Kediri
6. KH. Abdul Halim dari Majalengka Jawa Barat
7. KH. Thohir Dasuki dari Surakarta Jawa Tengah
8. Kiai Roji‟un dari Jakarta
9. KH. Abdullah43
Dari pelatihan keruhanian ini mereka terus melaksanakan tugasnya
sebagaimana yang telah direncanakan oleh panitia kabupaten masing-masing baik
mengenai jadwal kegiatan pelatihan waktu ataupun tempat. Mereka disamping
42
Agus Sunyoto, Fatwa dan Resolusi Jihad: Sejarah Perang Rakyat Semesta di Surabaya
10 November 1945, (Lesbumi PBNU: Jakarta), 2017, h. 77-78. 43
Tanpa Nama, Hizbullah, Peranan dan Perjuangan dalam Menegakkan Kemerdekaan
Republik Indonesia......
28
memberikan basic militer kepada para pemuda calon Hizbullah juga memberikan
motivasi untuk jihad fisabilillah.
Para pemuda yang telah tergabung dalam Laskar Hizbullah kemudian
pulang ke daerahnya masing-masing. Mereka kemudian melatih Laskar Hizbullah
di tingkat desa, kelurahan, maupun kecamatan. Pendidikan dan latihan kemiliteran
yang disertai juga dengan gemblengan jasmani dan rohani selama di Cibarusah
membuat para pemuda itu sadar terhadap keberadaanya sebagai pemuda Islam
Indonesia dan benar-benar memiliki kesiapan untuk menghadapi segala
kemungkinan yang akan terjadi untuk mempertahankan negara dan agama Allah.
Para pemuda yang berangkat ke Cibarusah datang dengan dorongan semangat
jihad patriotisme. Semangat itu semakin menggelora pada saat mereka kembali ke
daerah masing-masing dengan menyandang predikat sebagai Tentara Allah.44
2. Hizbullah Karesidenan Surabaya
a. Hizbullah Surabaya
Pendaftaran Hizbullah di Surabaya mendapat antusias yang luar biasa.
Upacara pembukaan sekaligus latihan dilaksanakan di halaman masjid
Kemayoran pada tanggal 3 Februari 1945, dihadiri tokoh ulama,
masyarakat, dan para pembesar Jepang. Pada tanggal 25 September
1945 di Markas jalan Kepanjen disusunlah struktur organisasi Hizbullah
Surabaya.
Ketua Umum : KH Abdunnafik
Ketua I : KH Thohir Bakri
Ketua II : KH Anwar Zein
Sekretaris : Moh. Rofiie
Bagian Keuangan : Ja‟far
Bagian Perlengkapan : Abd. Mutolib
Bagian Perbekalan : Sariyan
Kepala Barisan : Abdul Majid Asmara
Wakil Kepala Barisan : Mustakim Zen
44
Suratmin, Perjuangan Laskar Hizbullah dalam Pertempuran Surabaya 10 Nopember
1945, (Matapadi Presindo: Jakarta), 2017, h. 28-29
29
Kepala Seksi I : Abdul Manan Nahrawi
Kepala Seksi II : Sidik Said
Kepala Seksi III : Umar Chaban Wirtak
Kepala Seksi IV : Achiyat
Kepala Seksi V : Achiyar
Kepala Seksi VI : Syamsul Anam
Kepala Seksi VII : Abu Bakar Alwi
Untuk memperluas gerakan Hizbullah Surabaya, pada awal Oktober
1945 setelah terjadinya perobekan bendera di Hotel Yamato dan
pertempuran di Kempetai dibentuklah cabang-cabang:
1) Hizbullah Surabaya, dipimpin oleh KH. Abdunnafik Achyar,
bermarkas di jalan Nyamplungan.
2) Hizbullah Surabaya Tengah, dipimpin oleh Husaini Tiway dan
Moh. Moehadjir, bermarkas di Madrasah NU Kawatan.
3) Hizbullah Surabaya Barat, dipimpin oleh Damiri Ichsan dan A.
Hamid Has, bermarkas di pondok Sidoresmo.
4) Hizbullah Surabaya Timur, dipimpin oleh Mastakim Zein, Abdul
Manan, dan Achyat bermarkas di Sidokapasan. Setekah Achyat
pindah ke BKR45
dipimpin oleh Mustakim Zein dan Syaban
Abbas.
b. Hizbullah Gresik
Tokoh-tokoh ulama di Gresik dengan cepat merespon intruksi untuk
mengirimkan pemuda untuk dilatih di Cibarusah. Hasil musyawarah ulama
di Gresik dipilihlah dua orang pemuda yaitu Rodhi As‟ad dan Muhammad
Ghozali, mereka merupakan cikal bakal lahirnya Hizbullah Gresik.
Mereka dilepas oleh KH. A. Manab Murtadho dan tokoh masyarakat
Gresik lainnya. Tibalah kepulangan mereka dari latihan di Cibarusah dan
disambut dengan suka cita juga dengan jamuan di rumah makan Lasykar
jalan Samanhudi, Gresik. Di antara tokoh ulama yang menyambutnya
45
BKR adalah Badan Keamanan Rakyat yang dibentuk oleh PPKI, tugasnya memelihara
keamaanan bersama dengan rakyat.
30
adalah KH Faqih Usman (Menteri Agama Kabinet Natsir). Segera setelah
kepulangan mereka dibentuklah Hizbullah kabupaten Gresik. Untuk
menggalang kekuatanm Hizbullah Gresik bekerja sama dengan PRI
(Pemuda Republik Indonesia). Hizbullah Gresik dipimpin oleh Abdullah
Latif. Ketika pecahnya perang 10 November 1945, Hizbullah Gresik telah
siap membantu para pejuang Surabaya.
c. Hizbullah Sidoarjo
Para ulama di Sidoarjo mengirim lima orang pemudanya untuk latihan di
Cibarusah sebanyak lima orang yaitu: Farchan Achmadi, Djowaini
Mustahal, Abdul Manan, Masyudi, dan Abdurrachim. Mereka dilepas oleh
para ulama dan tokoh masyarakat Sidoarjo yaitu, Kiai Sahal Mansur,
Achyad Usmani, dan Anwar Bek. Setelah kepulangan mereka dibentuklah
Hizbullah Sidoarjo, berikut adalah susunan pengurusnya.
Ketua : H. Anwar Bek
Wakil Ketua : Farchan Achmadi
Bagian Pembelaan : Djuwaeni Mustahal
Pelatih : Abdul Manan, Masyudi, dan Abd. Rochim
d. Hizbullah Mojokerto
Berdirinya Hizbullah Mojokerto diprakarsai oleh Kiai Achyat Chalimi,
Mansur Sholihin, Munasir, Munadi, Mustakim, dan Abdul Halim. Setelah
diadakan rapat di langgar Achyat Chalimi, di desa Mentikan Mojokerto,
para ulama mengumpulkan para pemuda Islam dari semua kecamatan di
Mojokerto untuk dilatih oleh dua orang yang dilatih di Cabarusah yaitu
Mulyadi dan Achmad Qosim (Mat Yatim).
e. Hizbullah Jombang
Hizbullah Jombang didirikan atas desakan KH Hasyim Asy‟ari kepada KH
Wahab Hasbullah. Pemuda Jombang yang dikirim ke Cibarusah berjumlah
empat orang yaitu, Hasyim Latief, Sa‟dullah, Moh. Noer, dan Ma‟sum.
Diadakan latihan militer di pondok Seblak, Diwek Jombang yang diikuti 40
31
pemuda dari beberapa pondok pesantren Tebuireng, Tambakberas, Deanyar,
dan Rejoso.
Kemudian dibentuklah pengurus Hizbullah Jombang:
Komandan : A. Wahib Wahab
Sekretaris : Sa‟dullah dan H. Zaini Dahlan
Perlengkapan : H. Affandi, Harun dan Machfudz
Kesehatan : Hadikusumo, Farchan, dan Abd. Syukur
Pelatih : Hasyim Latief dan Ahmad Zubair
Kerohanian : KH Fatah, Kiai Achmad dan H. Ridwan
Bagian dapur : Masukri
f. Hizbullah Divisi Sunan Ampel
Hizbullah di Jawa Timur disetiap karesidenan dikumpulkan dalam satu
divisi sehingga tersusun:
1) Hizbullah Karesidenan Surabay menjadi divisi Sunan Ampel dipimpin
oleh A. Wahib Wahab.
2) Hizbullah Karesidenan Malang menjadi divisi Sunan Giri dipimpin oleh
H. Saidu.
3) Hizbullah Kediri menjadi satu resimen dipimpin oleh H. Machfudz dan
H. A Faqih.
4) Hizbullah Karesidenan Besuki menjadi satu resimen dipimpin oleh
Sofwan Nyoto.
5) Hizbullah Karesidenan Bojonegoro menjadi satu resimen dipimpin oleh
Sofwan Badi.
6) Hizbullah Karesidenan Madiun menjadi satu resimen dipimpin oleh Kun
Sarwani.
Hizbullah Karesidenan Surabaya yang telah menjadi Divisi Sunan Ampel,
dibentuklah kepengurusan:
Komandan Divisi: A. Wahib Wahab
Kepala Staf I : M. Rachmad Arif
32
Kepala Staf II : M. Sami‟un Somadi
Sekretaris : Muhamsa (HM. Madchan)
Staf Sekretaris : 1. M. Mas‟ud Noor
2. M. Said Noor
Bagian Organisasi
Personalia : M. Alwi
Staf Organisasi/ Personalia : 1. Abdul Isroqi
2. M. Ma‟shum Irsyad
Bagian Penerangan : Husaini Tiway
Staf Perlengkapan/ Perbekalan : M. Adnan Ismail
Anggota : Achmad Ponijan
Bagian Siasat : M. Munasir
Staf Bagian Siasat : 1. M. Cara Amin
2. M. Shohib
Bagian Kendaraan : M. Harun
Staf Bagian Kendaraan : 1. M. Suhud
2. M. Kasah
3. M. Machfiz
4. M. Romli
Dokter Divisi : dr. Angka Nitisastro.
Hizbullah Divisi Sunan Ampel terdiri dari empat resimen:
1) Resimen I, berkedudukan di Mojokerto dipimpin oleh Mansur Solichy.
2) Resimen II, berkedudukan di Sidoarjo dipimpin oleh Samiun Samadi.
3) Resimen III, berkedudukan di Jombang dipimpin oleh Sa‟dullah
dengan kepala staf Hasyim Latif.
4) Resimen IV, berkedudukan di Gresik, dipimpin oleh Abdul Majid
Asmara. Resimen IV terdiri atas Hizbullah Gresik dan Surabaya.46
46
Hasyim Latief, Laskar Hizbullah....., h 24-43.
33
C. Tujuan Laskar Hizbullah
Pada era politik etis kolonial Belanda, kalangan pesantren begitu terpinggirkan,
sehingga tidak mendapatkan perhatian dari kebijakan pendidikan bahkan terkesan
dirugakan. Meskipun demikian, pesantren merupakan pendidikian yang khas yang
mempunyai karakter di kalangan Islam. Jejaring ulama dan santri yang kemudian
lahirlah NU, MIAI atau Masyumi. Tradisi perlawanan terhadap kolonial terus
dijaga melalui ormas-ormas Islam tersebut. Pergerakan ulama dan santri melawan
kolonial bemula dari terbentuknya laskar Hizbullah.
Ketika Perang Dunia II meletus, dan Jepang menguasai Hindia Belanda, para
ulama terus berijtihad agar kemerdekaan RI segera terwujud. Dengan
memanfaatkan kelemahan Jepang yang terus terdesakoleh sekutu, para ulama
bersiap untuk menyongsong kemerdekaan. Jepang memahami bahwa kalangan
Islam sangant penting dan memiliki posisi strategis karenanya Jepang berupaya
merangkul Islam khususnya dunia pesantren. Maka dengan disetujuinya
pembentukan laskar Hizbullah. Dalam hal ini Hizbullah memang dibentuk untuk
persiapan kemerdekaan Indonesia dan mempertahakannya.47
Secara fungsional status dari Hizbullah ini adalah sebagai kesatuan yang akan
membantu Peta dalam upaya membela tanah air. Sementara secara ideologis
maksud dan tujuan atas keberadaan Hizbullah ini adalah menjunjung tinggi perintah
agama, menginsyafkan seluruh umat Islam serta berusaha meningkatkan upaya dan
membulatkan segenap tenaga untuk berjuang bersama pasukan Jepang dengan
semboyan “Luhur bersama-sama dan lebur bersama-sama di jalan Allah untuk
menghancurkan musuh yaang zalim yakni Amerika Serikat dan Belanda”. 48
Hizbullah dibentuk untuk mempertinggi derajat dan kehormatan Islam,
tentunya juga untuk menjunjung tinggi hak kedaulatan bngsa Indonesia dalam
menyongsong kemerdekaan Indonesia. Kewajiban seorang muslim khususnya
47
Zainul Milal Bizawie, Masterpice Islam Nusantara Sanad dan Jejaring Ulama-Santri
(1830-1945), (Pustaka Compass: Tangerang Selatan), 2016, h.26. 48
Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad, (Pustaka Compass:
Tangerang Selatan), 2014, h. 139.
34
pasukan Hizbullah adalah untuk menciptakan perdamaian dunia dan untuk
mempertahankan agama Allah. Di zaman perang sudah barang tentu Hizbullah
berperang membela tanah air. Jelas bahwa persoalan agama dan tanah air tidak
dapat dipisahkan, melainkan sudah satu jiwa.49
Jelas bahwa tujuan utama didirikannya Hizbullah adalah murni untuk
memperjuangkan kemerdaan RI. Hizbullah bukan pasukan yang dipersiapkan untuk
membantu tentara Jepang. Hizbullah adalah sebagai akibat dari berkobarnya
semangat bela tanah air dari kalangan ulama dan santri.
Berikut adalah Mars Hizbullah:
Mars Hizbullah
Barisan Hizboellah Tentara Toehan
Penegak agamanya
Bagi Kepentingan Noesa dan Bangsa
Negara Indonesia
Sekarang soedah tibalah waktoenya
Menggempoer moesoeh kita
Jang akan memperboedak bangsa kita
Dengan hati jang moerka
Reff:
Madjoelah pahlawan bangsaku
Serboe „kan moesoehmu
Mesti pasti kamoe djaja
Moesoehlah jang binasa 2x
49
Soeara Asia, edisi 16 Desember 1944.
35
Biasanya mars Hizbullah dinyanyikan ketika sedang berlatih, atau juga
ketika berjalan bergerombol ketika akana berperang. Mars Hizbullah diciptakan
oleh Asrori Arif dari Yogyakarta.50
50
Soepanto, Hizbullah Surakarta 1945-1950, tanpa tahun, h. 19.
36
BAB III
PERISTIWA 10 NOVEMBER 1945
A. Kondisi Surabaya
Surabaya memiliki ikon tugu Pahlawan serta ikan Sura dan Baya atau
Buaya. Jelas tugu Pahlwan tersebut berdiri sebagai simbol perjuangan rakyat
Surabaya dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari jajahan
Sekutu, yang dikenal dengan pertempuran 10 November 1945 di Surabaya atau
disebut dengan Hari Pahlawan. Banyak legenda yang menceritakan tentang ikan
Sura dan Buaya tersebut. Namun dalam penelitian kali ini tidak akan
menceritakan asal usul legenda tersebut secara detail.
Suatu organisasi khas masyarakat Surabaya adalah Sinoman, merupakan
wadah kegiatan bersama secara gotong royong seperti acara khitanan, pernikahan,
pemakaman, atau acara perayaan umum. Sinoman ini pernah diperjuangkan oleh
Dokter Soetomo dengan menggalakkan dan mempersatukannya ke dalam Dewan
Sinoman dengan harapan dapat mengatasi dan menandingi usaha-usaha Kotapraja
Surabaya yang didominasi oleh Eropa, hal tersebut sama sekali tidak
mementingkan rakyat Surabaya. Selain itu, Dokter Soetomo juga pernah
mendorong pembentukan Surya Wirawan yang merupakan anak cabang partainya
yaitu Parindra yang ada di masyarakat. Dengan usahanya Dokter Soetomo
berharap agar para pemuda menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah airnya.51
Sejak saat itu para pemuda dan masyarakat sudah ditanamkan rasa mencintai
tanah air dan siap untuk membela tanah aih dari para penjajah.
Sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia, sudah terlihat jelas bahwa
para pemuda yang masuk dalam pasukan tentara sukarela menyadari pentingnya
membela dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Menjelang akhir Perang
Dunia II, banyak sudah pemuda Indonesia yang dididik dan dilatih sebagai militer
yang semula diperlukan oleh Jepang untuk mendukung kepentingan pertahanan
51
Barlan Setiadijaya, Merdeka atau Mati di Surabaya 1945 jilid 1 (Widyaswara Kewiraan:
Jakarta) 1985, h. 74-75.
37
Jepang dalam menangkal dan menghadapi pendaratan tentara Sekutu. Mereka
yang dilatih itu adalah Peta, Heiho, Barisan Pelopor, Hizbullah, Seinenden,
Gakutai dan lain sebagainya.52
Jauh sebelum masa kemerdekaan, Surabaya merupakan sebuah kota tua
yang terletak di tepian muara Sungai Brantas, yang kemudian menjadi Kalimas.
Sejak tahun 1906 Surabaya tumbuh sebagai kota modern. Selain sebagai pusat
administrasi pemerintahan Jawa Timur, Surabaya juga menjadi pusat industri dan
bandar yang terbesar di Indonesia. Pada masa kolonial, Surabaya tidak hanya
menjadi pusat industri, juga menjadi pangkalan utama Angkatan Laut Belanda di
Indonesia. Penduduk Surabaya yang majemuk, kecuali orang-orang asing dan
kolonial yang beasal dari berbagai negara. Mereka menyebut dirinya Arek
Surabaya (putra Surabaya), kecuali kelompok elite dan bangsa asing. Dilihat dari
mata pencahariannya penduduk Surabaya terdiri dari beberapa kelompok sosial
yaitu, kelompok buruh, kelompok Petani, kelompok pedagang, kelompok pelaut,
kelompok tukang, dan kelompok elite pribumi. Perkembangan kota Surabaya
merupakan cermin daripada kemajuan ekonomi kolonial. Justru bagi masyarakat
Surabaya situasi ini menyebabkan kemiskinan, karena sangat terlihat antara si
penjajah dan yang dijajah. Pada awal 1930 depresi ekonomi yang melanda dunia
berpengaruh bagi perdagangan dan industri di Surabaya. Ditambah situasi politik
yang tidak menentu di Eropa sejak berkuasanya Hitler di Jerman, perang Dunia II
telah nampak. Demikian pula hubungan Belanda dengan Jepang memburuk sejak
pecahnya perang Eropa, sampai pecahnya Perang Pasifik. Surabaya mulai
diserang oleh Jepang sejak tanggal 3 Februari 1942. Sasaran utamanya adalah
markas besar Angkatan Perang Belanda dan Gedung Nirom di Embong Malang.
Akhirnya pada bulan Maret 1942 kota Surabaya jatuh ke tangan Jepang. 53
Jepang telah berhasil menguasai pelabuhan terpenting di Indonesia yaitu
Surabaya. Ada perbedaan antara Jepang dan Belanda dalam memerintah Indonesia
yaitu pada pertahanan. Jika Belanda membatasi bidang militer terhadap Indonesia,
52
R.S. Achmad, Surabaya Bergolak, (CV. Haji Masagung: Jakarta) 1990, h.1-2. 53
Nugroho Notosusanto, ed., Pertempuran Surabaya, (Mutiara Sumber Widya: Jakarta)
1985, h.1-6.
38
justru Jepang melatih para pemuda Indonesia dalam bidang militer. Banyak para
pemuda Indonesia yang dilatih yaitu sekitar puluhan ribu pemuda. Mereka dilatih
dalam hal fisik, diajari tentang teknik milliter, bahkan mereka dilatih cara
menggunakan senjata api maupun senjata sederhana seperti bambu runcing.54
Untuk mewujudkan konsep baru dalam pertahanan, Jepang membentuk Peta
(Pembela Tanah Air), terdiri atas beberapa Batalyon pasukan infentari. Setiap
batalyon merupakan kesatuan militer yang berdiri sendiri , tidak memiliki
organisasi yang lebih besar. Batalyon dipimpin oleh seorang Daidancho (mayor)
dengan tugas menerima fungsi taktis operasional dari seorang perwira Jepang.
Tugas lainnya bersifat administratif logistik. Di seluruh Jawa dibentuk 66 Daidan
(Batalyon). Kemudian selain Peta, Jepang juga membentuk pasukan Hizbullah,
satuan semi militer Masyumi dengan anggota 30.000 orang. Ada juga barisan
Pelopor yang bersifat propaganda, walaupun para anggotanya dilatih secara
militer. Kemudian atas permintaan beberapa politisi Indonesia, Jepang kemudian
membentuk Barisan Berani Mati (Jibaku Tai), namun mereka sengaja tidak
diberikan senjata oleh Jepang yang menimbulkan kekecewaan bagi para politisi
Indonesia.55
Faktor yang membuat Jepang membentuk pasukan militer beranggotakan
para pemuda Indonesia yang dilatih oleh para mayor Jepang adalah, pertama
untuk menarik simpati dan memikat hati para pemuda Surabaya pada khususnya.
Kemudian seiring berjalannya waktu tanpa disadari bahwa posisi Jepang mulai
terancam pada Perang Pasifik atau Perang Asia Timur Raya menurut istilah
Jepang. Kota-kota yang diduduki oleh Jepang pada waktu itu ternyata sudah
berhasil ditaklukan oleh Negara Sekutu. Untuk mengatasi kondisi tersebut maka
makin gencarlah Jepang melatih dan kemudian mengirim para pemuda Indonesia
tersebut yang sudah tergabung dalam masing-masing pasukan untuk membantu
dan membela Jepang.
54
Frank Palmos, Surabaya 1945 Sakral Tanahku, penerjemah Johannes Nugroho (Yayasan
Pustaka Obor Indonesia: Jakarta) 2016, h. 95-96. 55
Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945, (Bhuana Ilmu Populer: Jakarta) 2012,
h.61-62.
39
Jepang menguasai Indonesia tidak membutuhkan waktu cukup lama,
setidaknya hanya tiga setengah tahun. Jepang menyerah terhadap Negara Sekutu.
Meski demikian, Jepang memiliki pengaruh bagi sejarah Indonesia, bahwa bangsa
Asia mampu mengusir bangsa Eropa sekaligus memberi harapan baru bagi
negara-negara yang dijajah oleh bangsa Eropa. Namun akibat dari kekejaman
rezim Jepang sendiri yang mengakibatkan nilai positif tersebut luntur. Negara-
negara dibawah jajahan Jepang mengalami kemorosoton ekonomi. Indonesia
merupakan salah satu negara yang mengalami kemiskinan akut dan kelaparan
masal pada saat itu, disebabkan Jepang merampoki seluruh kekayaan bangsa
Indonesia. Disisi lain, ketika Jepang menguasai Indonesia, Jepang melatih lebih
dari seratus ribu lebih pemuda secara militer. Walaupun dari awal para pemuda
tersebut dipersiapkan untuk membela Jepang melawan sekutu, pada akhirnya para
pasukan yang dilatih ini dimanfaatkan oleh para tokoh kemerdekaan untuk
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. 56
Ketika situasi Jepang mulai tertekan, kota-kota industri Jepang hancur oleh
negara Sekutu yaitu Amerika Serikat, terdengar kabar bahwa Jepang akan
menyerah. Pada malam tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat
kepada Indonesia yang diumumkan oleh Kaisar Hirohito. Berita ini didengar oleh
tokoh-tokoh Indonesia. Tanggal 14-17 Agustus 1945 merupakan tiga hari yang
dramatis dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, Sukarno dan para
pemimpin lainnya memperdebatkan prosedur dan waktu untuk menyatakan
kemerdekaan. Sebagian masih ingin merundingkan hal tersebut dengan Jepang,
sedangkan yang lainnya terutama golongan pemuda menganggap tidak perlu lagi
karena Jepang telah menyerah.57
Keaadaan di Jakarta, sebelum proklamasi dibacakan khususnya bagi para
pemimpin negeri saat itu penuh dengan pertentangan antara golongan tua dan
golongan muda. Mereka disebut juga sebagai pemuda revolusioner.
56
Frank Palmos, Surabaya 1945 Sakral Tanahku, h.60. 57
Batara R. Hutagalung, 10 November „45: Mengapa Inggris Membom Surabaya?
(Millennium Publisher: Jakarta) 2001, h. 100-101.
40
Berita tentang proklamasi di Surabaya pertama kalinya diketahui oleh
Markonis Domei, Soewandi dan Jakob, ketika mereka bertugas di kantornya pada
17 Agustus 1945. Pihak Jepang tidak terima dan melarang penyebaran berita
tersebut. Akan tetapi berita tersebut telah diketahui oleh ketiga orang di atas serta
wartawan lainnya dari Soeara Asia, Warta Soerabaya Syu, Madura Syu, dan surat
kabar terbitan karesidenan Jawa Timur. Mereka kemudian berhasil memuat
proklamsi dalam bahasa daerah yang tidak bisa dipahami oleh Jepang, kemudian
diterbitkan dalam Warta Syurabaya Syu yang berbahasa Jawa sebagai berikut:
“Bajawara”
Kita bangsa Indonesia sarana iki, nelakake
Kamardikaning Indonesia.
Bab-bab kang ngenani pemindahan penguwasa lan liya-
liyane ditindakake klawan tjara kang teliti lan ing dalam
tempo kang saenggal-enggale.
Djakarta, tanggal 17 sasi 8 tahoen 2605
Atas namaning Bangsa Indonesia
SOEKARNO/HATTA
Dengan dimuatnya berita proklamasi kemerdekaan dalam Warta Soerabaya Syu
pada tanggal 17 Agustus 1945, dapat dicatat dalam sejarah bahwa media cetak
yang pertama di seluruh dunia yang memuat naskah proklamasi dalam bahasa
Jawa. Seperti diketahui bahwa harian yang pertama menerbitkan proklamasi
dalam bahasa Indonesia adalah harian Tjahaja pada tanggal 18 Agustus 1945 di
Bandung.58
Siaran radio pada saat itu dilarang oleh Sekutu. Bung Tomo mulai
mengudarakan Radio Pemberontakan, dia merintisnya dengan susah payah. Kabar
58
Barlan Setiadijaya, 10 November 1945: Gelora Kepahlawanan Indonesia (Yayasan 10
November 1945: Jakarta) 1992, h. 81.
41
tentang Radio Pemberontakan mulai diumumkan melalui surat kabar di Surabaya,
hingga kemudian radio tersebut memenuh syarat dan kewajibannya sebagai
pemancar Revolusi Nasional. Siaran pertamanya dengan meminjam pemancar
Radio Surabaya dengan meminta ijin kepada Residen Surabaya dan Ketua KNI,
Dul Arnowo, karena pemancar milik sendiri Radio Pemberontakan belum selesasi
dibuat. Akhirnya setaleh diijinkan, Bung Tomo memulai siarannya dengan
berpidato.59
Pada tanggal 19 Agustus 1945 pukul 08.00 pagi, di asrama Polisi Istimewa
(Tokubetsu Keisatsu Tai) di Reiniersz Boulevard (kemudian Jl. Sutomo) No. 7
Agen Polisi III, Nainggolan bersama kawan-kawannya mengganti bendera Jepang
dengan bendera Merah Putih. Instruktur Jepang yang berusaha menggantinya
kembali dengan bendera Jepang, dibawah ancaman pejuang Indonesia terpaksa
membiarkan bendera Indonesia berkibar. Korps Polisi inilah yang pertama
menyatakan berpihak kepada Indonesia.60
Proklamasi kemerdekaan Indonesia hanya diketahui oleh orang-orang
tertentu saja dari penduduk Surabaya pada hari Minggu 20 Agustus 1945.
Keesokan harinya, Senin 21 Agustus 1945, proklamasi diketahui secara luas oleh
rakyat, karena teks proklamasi dimuat di dalam surat kabar Soeara Asia terbitan
hari itu. Surat kabar Soeara Asia adalah satu-satunya surat kabar yang ada di Jawa
Timur pada waktu itu.61
Bendera Indonesia pertama kali berkibar di gedung pemerintahan pada
tanggal 1 September 1945, yaitu di gedung Syuchokan (kemudian menjadi Kantor
Gubernur). Bersamaan dengan pengangkatan RMTA Suryo sebagai Gubernur
Jawa Timur pada tanggal 19 Agustus 1945, Sudirman, yang waktu pendudukan
Jepang menjabat Wakil Residen, diangkat menjadi Residen Surabaya. Rajamin
Nasution yang berasar dari Tapanuli, Sumatera Utara, diangkat menjadi Walikota
59
Sutomo (Bung Tomo), Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian & Pengalaman
Seorang Aktor Sejarah. (Visi Media: Jakarta) 2008. Cetakan kedua., h. 83. 60
Batara R. Hutagalung, 10 November „45: Mengapa Inggris Membom Surabaya?..., h.
121-122. 61
Nugroho Notosusanto, ed., Pertempuran Surabaya...., h.15.
42
Surabaya. Komite Nasioan Indonesia Daerah Surabaya dibentuk tanggal 27
Agustus 1945, diketuai oleh Doel Arnowo. Hari Senin, 3 September 1945,
Residen Sudirman secara resmi menyatakan terbentuknya Pemerintahan Republik
Indonesia daerah Surabaya.62
B. Latar Belakang Perang 10 November 1945
Pada mulanya berita kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 di
Surabaya belum dapat diketahui secara luas dan menyeluruh oleh rakyat. Namun
tidak membutuhkan waktu cukup lama untuk menyebarkannya karena radio-radio
daerah termasuk Surabaya sudah mulai menyiarkan berita tentang kemerdekaan.
Rakyat di perkotaan melihat para tentara Jepang dengan berwajah pucat pasi yang
berarti bahwa mereka telah sadar dengan kekalahannya. Namun Jepang tidak
semudah itu untuk menyerah, mereka tidak hentinya untuk menolak kemerdekaan
Indonesia.
Para pemuda yang tergabung dalam Panitia Angkatan Muda, yang dipimpin
oleh Doel Arnowo, mulai bergerak. Mereka menyalin teks proklamasi dan
menempelnya di tempat-tempat yang ramai dikunjungi orang, sehingga
kemerdekaan dengan cepat dan mudah diketahui rakyat. Angkatan Muda juga
menyatakan diri bahwa mereka siap mengawal RI dan KNI (Komite Nasional
Indonesia) dan menjaga keamanan. Para pemimpin pergerakan mulai sibuk, di
Jakarta dibentuk PNI (Partai Nasional Indonesia), di daerah-daerah dibentuk KNI.
Seluruh anggota KNI Karesidenan Surabaya berjumlah 32 orang.
Berikut adalah anggota KNI Surabaya:
Ketua : Doel Arnowo
Wakil Ketua : Bambang Suparto
Mr. Dwidjosewo
Penulis : Ruslan Abdulgani
Anggota-anggota : R.A.A Suryadi, Subekti, Puspanoto, Sutiono, Rajamin
Nasution, Mr. Masmuin, Gusti Mayur, J. H.W. Tampi,
62
Batara R. Hutagalung, 10 November „45: Mengapa Inggris Membom Surabaya?...., h.
122.
43
Dr. Siwabessy, Liem Twan Tik, Alaydrus, Ir. Darmawan
Mangunkusumo, Dr. Sumono, Kustur, Anwar Zen, dr.
Angka Nitisastra, H.M. Tohir Bakri, H. Abdul Karim, H.
Zarkasyi, Soedomo, Notohamiprodjo, Abdul Wahab, Ny.
Sumantri, Supomo, Suji.
KNI Surabaya mengintruksikan rakyat untuk mengibarkan bendera merah
putih selama tiga hari berturut-turut dari tanggal 29-31 Agustus 1945 untuk
menyambut sidang pertama KNI pertama di Jakarta. Kemudian KNI pada akhir
Agustus membubarkan badan-badan yang dibuat oleh Jepang seperti Jawa
Hokokai, Keibodan, Seinenden, Badan Pembantu Prajurit, Romukyokai, dan lain-
lain. Reaksi Jepang terhadap Proklamasi sangat keras, pemerintah Jepang
mengeluarkan pengumuman yang memperingatkan rakyat dan keturunan Belanda
agar tetap menjaga keamanan, berikut pengumumannya:
MEMPERINGATKAN
Kepada sekalian penduduk dan sebagainya, sekalian Belanda peranakan, bahwa tentara Dai
Nippon wajib menjaga keamanan. Harus diperhatikan:
1. Jangan mengganggu keamanan.
2. Menyiarkan kabar bohong, seingga membikin kalut penduduk.
3. Jangan bertingkah sombong dan menghina.
Jika melanggarakan diambil tindakan hukuman keras.
Dai Nippon Kempetei
Pengumuman ini sama sekali tidak menyebut mengenai kekalahan Jepang
dan kemerdekaan Indonesia.63
Dengan adanya pengumam dari Jepang tersebut, rakyat mulai
mengumpulkan kekuatan untuk terus mempertahankan kemerdekan Indonesia.
Penduduk Surabaya sudah mengibarkan bendera merah putih tersebar di seluruh
penjuru Surabaya atas perintah KNI. Sementar pihak Jepang terus melarang
rakyat dan keturunan Belanda untuk merayakan kemerdekaan secara terbuka
termasuk pegibaran bendera merah putih disetiap rumah penduduk Surabaya.
63
Nugroho Notosusanto, ed., Pertempuran Surabaya..., h.15-18.
44
Semula, persenjataan yang dimiliki oleh pemuda Indonesia hanya yang
dimiliki oleh Polisi Indonesia dan pemuda yang tergabung dalam Peta dan Heiho
yang tidak menyerahkan kembali senjatanya setelah dibubarkan. Kemudian
setelah pembentukan BKR dan berbagai laskar, mereka membutuhkan senjata.
Maka mulailah perebutan senjata dari tentara Jepang. Dilihat dari kekalahan
Jepang dan takut akan balas dendam yang akan dilakukan pemuda Indonesia
kepada tentara Jepang, maka banyak juga diantara tentara Jepang yang
menyerahkan secara sukarela bahkan ada juga yang bergabung dengan pemuda
Indonesia dalam pertempuran melawan negara Sekutu.64
Situasi yang rentan sekali terjadinya perang berjalan hingga pada 2
September 1945 rakyat Surabaya memulai untuk perebutan kekuasaan dan
perebutan senjata dari tangan Jepang. Para pemuda di kampung-kampung dan di
pabrik menyusun kekuatan dan penjagaan keamanan. Sebagian besar pemuda
tidak memiliki senjata api, hanya dengan senjata tradisional bambu runcing,
pedang, celurit dan lain-lain. Dibawah intruksi KNI dan pemerinah daerah, para
pemuda mulai melucuti senjata tentara Jepang. Sasaran utamanya adalah gudang-
gudang penyimpanan senjata Jepang. Gudang penyimpanan terbesar terletak di
Sawahan di gedung Don Bosco. Gudang senjata ini dikuasai oleh Dai 10360
Butai Kaisutiro Butai, yang dipimpin oleh Mayor Hazimoto. Personil Jepang 16
orang dan Heiho 1 peleton65
. Karyawan sipil 150 orang yang sudah diberhentikan
tapi masih dipekerjakan untuk menginventarisasi senjata yang akan diserahkan
kepada serikat. Melalui karyawan inilah keterangan tentang keadaan arsenal66
Dos
Bosco disebarluaskan. Pada 16 September 1945, Don Bosco dikepung oleh para
pemuda, pelajar dan rakyat. Mereka berdiplomasi diantaranya yang maju untuk
menemui pemimpinnya adalah Subianto Notowardojo, Mamahit, adalah guru
Sekolah Teknik Don Bosco, dan Sutomo (Bung Tomo) seorang wartawan, agar
arsenal tersebut diserahkan kepada mereka. Mayor Hazimoto menyetujuinya
64
Batara R. Hutagalung, 10 November „45: Mengapa Inggris Membom Surabaya?..., h.
136-137 65
Satuan pasukan yang terdiri atas 20-40 orang. 66
Bangunan permanen tempat penyimpanan, pembuatan dan perbaikan senjata, amunisi,
dan alat-alat perang lainnya.
45
dengan syarat yang menerima harus Polisi Moh. Yasin beserta anggotanya dan
Polisi Istmewa yang ada disana saat itu. Serah terima dilakukan dan
ditandatangani, Bung Tomo menjadi saksi bersama para rakyat. Jumlah senjata
tidak terhitung, bahkan Bung Tomo pernah mengirim senjata ke Jakarta sebanyak
empat gerbong dari arsenal ini.67
Usaha mendapatkan senjata masih berlanjut. Semekto Kardi bersama Isa
Edris dan rombongannya menuju ke bekas Daidan tentara Peta di Gunungsari.
Dari gudang ini diambil sebanyak 514 pucuk senjata, yang terdiri dari 400 pucuk
karaben, 14 pucuk pistol vickers, 50 pucuk mortir, 50 pucuk tekidanto, dan 30
pucuk senapan ringan dan berat. Selain itu Pangkalan Udara Marokrembangan
diambil ali oleh para pemuda bersama polisi Ali Jayengrono berdiplomasi dengan
pimpinan pangkalan dan berhasil mendapatkan beberapa pucuk senjata.68
Sementara itu terdengar kabar bahwa Surabaya akan dibom oleh Jepang.
Ketua KNI Doel Arnowo pada malam hari memberitahu drg. Moestopo (Ketua
BKR Jawa Timur) tentang kabar itu. Moestopo tidak mempercayai kabar tersebut,
Doel Arnowo mendesak agar Moestopo mendatangi Syucokan malam itu juga.
Akhirnya pukul dua dini hari Moestopo menemui Syucokan dan meminta
penjelasan mengenai kabar bahwa surabaya akan dibom Jepang. Syucokan
membantah dan Moestopo meminta senjata kepada Syucokan, tapi ditolak oleh
Syucokan. Moestopo kembali ke BKR, Doel Arnowo kembali mendesak
Moestopo agar menemui Jenderal Iwabe untuk berdiplomasi sebab pada pagi itu
markas Tobu Jawa Boetai dikepung oleh pemuda. Moestopo berangkat bersama
Wahab, Suyono, Mudjoko, Moh. Jasin, dan Rahman. Ia meminta waktu sampai
pukul 10:00 agar rakyat tidak menembak. Moestopo bertemu Jenderal Iwabe dan
meminta untuk menyerahkan senjata, namun kembali ditolak Iwabe. Tepat pukul
10:00 rakyat mulai menembaki dan menyerang markas Iwabe. Jenderal Iwabe
meminta agar serangan tersebut dihentikan kemudian dilakukan diplomasi dengan
Moestopo dan seluruh stafnya. Akhirnya jenderal Iwabe memberikan naskah
67
Nugroho Notosusanto, ed., Pertempuran Surabaya...., h. 20-21. 68
Nugroho Notosusanto, ed., Pertempuran Surabaya...., h. 22.
46
berbahasa Jepang dan langsung ditandatangani Moestopo dan stafnya. Jenderal
Iwabe hanya akan memberika senjata tersebut kepada orang yang
bertanggungjawab kepada Serikat jika sewaktu-waktu datang, maka Moestopo
yang bertanggungjawab. Para pemuda berhamburan memasuki gudang untu
mengambil senjata, Markas ini kemudian diambil alih menjadi markas BKR Jawa
Timur dan Kementrian Pertahanan dibawah pimpinan Moestopo.69
Perjalanan perebutan senjata belum selesai, dipimpin oleh Isa Edris dan
Suprapto pada 12 September 1945. Sasaran selanjutnya adalah Kitahama Butai,
yang semula adalah Kantor Lindeteves. Dari sini berhasil direbut 23 tank,
Marmout, Vickers, Bedford, dan Isuzu. Dari 23 tank itu hanya 8 yang dapat
berjalan dan 3 masih diperbaiki. Sisanya dalam keadaan rusak. Satu panser-wagen
buatan Braat merek Ford dalam keadaan baik. Senjata berat 18 pucuk penangkis
udara terdiri dari 6 pucuk Watermantel.70
Seluruh kota Surabaya bergolak, para pemuda sedang dihinggapi demam
senjata. Sementara pada tanggal 19 September 1945 terjadi insiden bendera.
Bermula ketika orang Belanda menduduki Hotel Orange atau Jepang
menyebutnya Hotel Yamato.71
Mereka ditugaskan untuk membantu para tawanan.
Mereka tidak menghormati kemerdekaan Indonesia. Pada 18 September 1945 sore
hari mereka mengibarkan bendera merah putih biru. Sontak peristiwa tersebut
menjadi perhatian rakyat. Residen Sudirman yang menerima laporan tersebut
meminta orang Belanda untuk menurunkan bendera tersebut, namun ditolak.
Rakyat mulai mengamuk dan perkelahian terjadi. Beberapa pemuda berhasil naik
ke atas hotel, mereka adalah Koesnowibowo, seorang pegawai kota madya, Y.
Hariono, Sutrisno berhasil menurunkan bendera dan merobek warna biru.
Kemudian dikibarkan kembali merah puih, rakyat bersorak dengan pekikan
meredeka. 72
69
Nugroho Notosusanto, ed., Pertempuran Surabaya..., h.23-24. 70
Nugroho Notosusanto, ed., Pertempuran Surabaya..., h.24. 71
Saat ini hotel tersebut bernama Hotel Majapahit bertempat di jalan Tunjungan, Surabaya.
Hotel tersebut didirikan pada tahun 1910 oleh Sarkies Bersaudara dari Armenia. 72
Nugroho Notosusanto, ed., Pertempuran Surabaya..., h. 24-25.
47
Rentetan peristiwa tersebut yang melatarbelakangi terjadinya perang 10
November 1945 di Surabaya. Memang yang pertama dihadapi rakyat Surabaya
adalah Jepang, ketika Jepang tidak mau menerima kemerdekaan Indonesia.
Hingga akhirnya para pemuda dan rakyat Indonesia berhasil menyerbu gudang
persenjataan Jepang karena rakyat tidak memiliki persenjataan yang canggih.
Sementara orang Belanda juga nampaknya tidak suka dengan kemerdekaan
Indonesia hingga terjadilah perobekan bendera di Hotel Orange.
C. Kronologi Perang 10 November 1945
Ketika para pemuda Surabaya dilanda demam mempertahankan
kemerdekaan Republik Indonesia, ramai perbincangan dengan datangnya orang
Belanda dan Inggris dari rombongan Palang Merah Jakarta ke Surabaya pada
pertengahan September 1945. Mereka datang tanpa izin pemerintah RI yang ada
di Surabaya, tetapi langsung berhubungan dengan penguasa Jepang dengan alasan
untuk tugas sosial yang akan mengurusi tawanan-tawanan orang Belanda dan
orang asing lainnya. Mereka ditempatkan di Hotel Oranye. Sifat provokatif orang-
orang Belanda tersebut semakin menjadi pada 19 September 1945 ketika seorang
Indo Belanda bernama Ploegman telah berani mengibarkan bendera merah putih
biru di atas Hotel Oranye yang mereka tempati. Residen Soedirman sudah
memerintahkan agar bendera tersebut segera diturunkan namun tidak
dilaksanakan perintah tersebut. Akhirnya terjadi perkelahian antar pemuda dan
orang Belanda. Salah seorang pemuda yaitu Kusnowibowo berhasil naik ke atas
hotel dan berhasil merobek warna biru sehingga berkibar kembali bendera merah
putih. Pada 19 September 1945 di Jakartapun terjadi insiden yang tak kalah
pentingnya, saat itu para pemuda Jakarta berkumpul di lapangan Ikada guna
mendengarkan pidato Soekarno. Dua peristiwa tersebut telah menjadi penyulut api
revolusi bagi para pemuda Indonesia yang siap mempertahankan kemerdekaan
Indonesia.73
Secara umum, pada peristiwa perobekan bendera tersebut terdapat empat
kelompok yang terlibat. Pertama para tentara dan komandan-komandan Jepang
73
R.S. Achmad, Surabaya Bergolak...., h.12-16.
48
yang menyerah pada sekutu. Kedua para prajurit Belanda dan Inggris yang
mendarat menggunakan parasut yang tinggal di dalam hotel. Ketiga para anggota
Organisasi Indo-Belanda, sebuah perkumpulan orang Belanda yang lahir di
Indonesia dan hasil pernikahan Indonesia Belanda. Keempat kelompok para intel
muda dari BKR Surabaya yang menyamar menjadi staf hotel yang mengerti
bahasa Belanda. Mereka adalah mahasiswa Fakultas Dikter Gigi yang
menggunakan bahasa Belanda di kampusnya. Para intel tersebut mendapatkan
informasi dari kelompok Organisasi Indonesia-Belanda yang akan menggagalkan
kemerdekaan Indonesia salah satunya adalah dengan mengibarkan bendera merah
putih biru.74
Peristiwa perobekan bendera warna biru yang dilakukan oleh pemuda
Surabaya adalah dimulainya perlawanan dengan Sekutu. Peristiwa tersebut
menjadi bukti bahwa panji-panji kepahlwanan pemuda Surabaya sudah tumbuh.
Para pemuda telah mempunyai persenjataan hasil dari penyerbuan di gudang-
gudang Jepang. Para pemuda telah siap menyerbu markas yang masih diduduki
oleh Jepang. Para sejarah Indonesiapun menyimpulkan bahwa pecahnya perang
10 November dimulai ketika peristiwa perobekan bendera tersebut terjadi.
Sasaran para pemuda adalah markas Kempetai. Pada akhir September 1945,
pasukan BKR dipimpin oleh Cudanco Abdul Wahab Saimin bersama dengan
pemuda Surabaya menyerbu markas KemPetai dengan senjata api beserta bambu
runcing. Jepang terus melawan walaupun pada akhirnya KemPetai bisa ditaklukan
oleh pemuda Surabaya. Namun banyak juga diantara pemuda Surabaya yang
terluka termasuk Cudanco Abdul Wahab yang terkena temak dikakinya. Setelah
peristiwa KemPetai, pertempuran terus menjalar ke seluruh pelosok Surabaya.75
Dalam pertempuran ini tercatat 40 orang gugur (25 pemuda Surabaya dan 15
pasukan Jepang), luka-luka 81 orang (60 pemudaSurabaya, 14 pasukan Jepang, 2
Cina dan 5 Belanda).76
74
Frank Palmos, Surabaya 1945 Sakral Tanahku, penerjemah Johannes Nugroho..., h. 138-
140. 75
R.S. Achmad, Surabaya Bergolak..., h.25. 76
Nugroho Notosusanto, ed., Pertempuran Surabaya..., h. 28.
49
Penyerbuan dilakukaan kembali tanggal 2 Oktober 1945, sasarannya adalah
Markas Besar Armada Kaigun di Embong Wungu. Pasukan yang menyerbu 700
orang, mereka menyerbu untuk mengambil senjata. Namun menurut Laksamana
Shibata, seluruh senjata telah diserahkan kepada polisi Indonesia dan akan
diserahkan kepada Residen Sudirman. Kemudian pada sore harinya penyerbuan
kembali dilakukan, sasarannya adalah markas Kaigun di Gubeng. Senjata berhasil
didaptkan, dalam diplomasi pihak Surabaya menyatakan bahwa penyerbuan
dimaksudkan bukan karena membenci Jepang tapi karna hanya ingin senjata yang
akan dipersipkan dalam melawan sekutu. 77
Pada tanggal 25 Oktober 1945, Brigade 49 di bawah pimpinan Brigadir
A.W.S. Mallaby mendarat di Surabaya. Brigade ini adalah bagian dari Divisi
India ke-23 di bawah pimpinan Mayor Mayor Jenderal D.C. Hawthorn. Mereka
mendapat tugas dari Panglima ANFEI (Allied Forces Netherlands East Indies)
untuk melucuti serdadu Jepang dan menyelamatkan para interniran Sekutu.
Setelah diadakan pertemuan antara pemerintah RI dan Brigadir A.W.S. Mallaby
dicapai kesepakatan:
1. Inggris berjanji bahwa di antara tentara mereka tidak terdapat Angkatan Perang
Belanda.
2. Kedua belah pihak akan bekerja sama untuk menjamin keamanan dan ketentraman.
3. Akan segera dibentuk “Kontact Bureau” (Kontak Biro) agar kerja sama dapat
terlaksana sebaik-baiknya.
4. Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang.
Kemudian pihak RI memperkenankan tentara Inggris memasuki kota, dengan
syarat hanya objek-objek yang sesuai dengan tugasnya yang boleh diduduki,
seperti kamp-kamp tawanan.78
Pihak Inggris menyatakan bahwa diantara mereka
tidak terdapat tentara Belanda. Dalam perkembangannya ternyata pihak Inggris
mengingkarinya.
77
Nugroho Notosusanto, ed., Pertempuran Surabaya...., h. 30. 78
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia
VI..., h. 187-188.
50
Pada tanggal 26 Oktober 1945 peleton dari Field Security dibawah
pimpinan Kapten Shaw melakukan penyergapan ke penjara Kalisosok dan
membebaskan Kolonel Huiyer seorang kolonel Angkatan Laut Belanda bersama
kawan-kawannya. Kemudian keesokan harinya pihak Inggris menduduki
Pangkalan Udara Tanjung Perak, Kantor Pos Besar, Gedung Internatio, dan objek-
objek vital lainnya. Pesawat Inggris menyebarkan pamflet yang berisi perintah
agar rakyat Surabaya dan Jawa Timur menyerahkan senjata rampasan dari Jepang.
Pemerintah RI kemudian menanyakan perihal tersebut kepada Mallaby, namun
Mallaby menampiknya. Kontak senjatapun terjadi antara pemuda Surabaya dan
pihak Sekutu. Perang terjadi dibeberapa titik selama dua hari. Pada tanggal 30
Oktober 1945 dilakukan diplomasi antara pemerintah RI dengan Mallaby, kontak
senjatapun dihentikan namun dibeberapa titik masih terjadi peperangan.79
Gencatan senjata terus dilakukan hingga sampailah pada titik tearkahir
yaitu Gedung Bank Internatio di Jembatan Merah. Gedung ini masih diduduki
Inggris, para pemuda mengepungnya. Para pemuda Surabaya menuntut agar
Mallaby menyerah, namun Mallaby tidak dapat menerima tuntutan tersebut.
Terjadilah kontak senjata, para pasukan Inggris menyelamatkan diri masing-
masing.
Tiga orang pengawal Mallaby masing-masing Kapten Shaw, Kapten R.C.
Smith dan Letnan Laughland yang diperintahkan oleh Kolonel L.H.O Pugh untuk
mendampingi Mallaby menyelamtkan diri masuk Kalimas. Setelah menunggu
sekitar 5 jam merekapun kembali ke pasukannya. Jenderal Mallaby kembali
duduk di dalam mobil bersama pengawalnya. Kapten Smith mendengar bahwa
ada dua pemuda yang mendekati mobil Mallaby dan terjadilah percakapan
diantaranya. Mallaby meminta untuk diantarkan kepada pimpinan pemuda
tersebut. Kedua pemuda tersebut pergi untuk membicarakan hal ini, salah seorang
pemuda kembali menemui Mallaby di dalam mobilnya dan tidak disangka
pemuda tersebut menembak Mallaby. Setelah menembaknya, pemuda tersebut
79
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia
VI..., h.188-192.
51
mendudukkan Mallaby di mobil. Melihat kejadian tersebut Smith mencabut
granat. Sementara itu pemuda tersebut muncul lagi dan menembak hingga
tembakannya mengenai bahu Letnan Laughland. Smith kemudian melemparkan
granatnya kearah pintu mobil yang terbuka dekat Mallaby. Ledekan terjadi.
Mallaby tewas.80
Pada tanggal 31 Oktober 1945, Letnan Jenderal Sir Philip Christison
sebagai Panglima Besar Sekutu meminta pertanggunggjawaban atas tewasnya
Mallaby, Presiden Sukarno berpidato memberikan tanggapannya. Dalam waktu
singkat setelah ancaman tersebut, Inggris menambah kekuatan mereka di
Surabayaa dalam jumlah sangat besar. Pada tanggal 1 November, Laksamana
Muda Sir W. Patterson, berangkat dari Jakarta tiba di Surabaya dengan HMS
Sussex mendaratkan 1500 Marinir. Mayor Jenderal Mansergh, Panglima 5th
British-Indian Division, berangkat dari Malaysia, tiba di Surabaya tanggal 3
November 1945. Masuknya Divisi 5 yang berjumlah 24.000 tentara secara
berangsur-angsur, sangat dirahasiakan. Divisi 5 ini sangat terkenal karena ikut
dalam pertempuran di El Alamien, di mana pasukan Marsekal Rommel, Perwira
Jerman yang legendaris dikalahkan. Mansergh juga diperkuat dengan sisapasukan
Brigade 49 dari Divisi 23, kini di bawah pimpinan Kolonel Pugh, yang
menggantikan Mallaby.81
Sebagai reaksi atas ancaman Letnan Jenderal Sir Philip Christison,
Presiden Sukarno menugaskan Menteri Penerangan, Mr. Amir Syarifuddin
Harahap ke Surabaya untuk meneliti kebenaran tuduhan Inggris tersebut. Amir
Syarifuddin menyampaikan hasil penyelidikannya kepada Presiden Sukarno
sebagai berikut:
1. Tidak benar tuduhan Inggris bahwa yang telah membunuh Brigadir Mallaby itu pasti
fihak Indonesia. Dari hasil penyelidikan yang teliti, meninggalnya beliau itu tidak
pasti dilakukan oleh fihak Indonesia.
2. Yang dapat dipastikan sekarang ialah bahwa pada mobil yang dinaiki Brigadir
Mallaby itu telah timbul peledakan dan ini disebabkan oleh adanya alat ledakan.
80
Nugroho Notosusanto, ed., Pertempuran Surabaya..., h.73-75. 81
Batara R. Hutagalung, 10 November „45: Mengapa Inggris Membom Surabaya?.., h. 280.
52
Seorang dari angkatan laut yang berdekatan dengan mobil itu telah mendapat luka-
luka dan diangkut ke rumah sakit oleh pemimpin-pemimpin kita.
Setelah mendapat laporan ini, Presiden Soekarno sendiri mengirim surat kepada
Fenner Brockway, seorang anggota Parlemen Inggris dari Partai Buruh pada 9
November 1945 yang berisi bahwa bukan pihak Indonesai yang membunuh
Mallaby, tapi diduga mobil yang di naiki Mallaby rusak karena meledak dengan
sendirinya. Namun segala upaya untuk mencegah niat tentara Inggris
menghancurkan Surabaya tidak berhasil, karena Inggris bertekad untuk balas
dendam atas kematian Mallaby dan ingin menghancurkan militer Indonesia.82
Presiden Soekarno berpidato yang isinya adalah maklumat untuk
menghentikan peperangan dengan pihak Sekutu. Soekarno mengatakan bahwa
musuh Indonesia adalah NICA83
bukan Sekutu. Karena NICA telah menentang
kemerdekaan RI, sementara Sekutu dapat membantu dalam hal keamanan. Pada
saat itu, insiden-insiden di Surabaya tidak ada namun suasana sangat genting,
karen Sekutu terus meminta pertanggungjawaban rakyat Surabaya. Pasukan-
pasukan Inggris terus berdatangan dari seluruh angkatan darat, laut, dan udara.84
Pada pagi tanggal 10 November 1945 perang meletus, pesawat-pesawat
tempur Sekutu melayang-layang di udara kota Surabaya. Abdul Wahab Saleh
sebagai wartawan mengabadikan berbagai peristiwa penting dalam pertempuran
di Surabaya. Sementara itu, Sutomo, wartawan Antara dan kepala departemen
penerangan Pemuda Republik Indonesia (PRI), membakar semangat rakyat
Surabaya melalui Radio Pemberontak yan dipimpinnya. Pidato Bung Tomo,
menegaskan tekad untuk terus merdeka, ”Saudara-saudara, lebih baik kita hancur
82
Batara R. Hutagalung, 10 November „45: Mengapa Inggris Membom Surabaya?..., h.
281-284. 83
NICA adalah kepanjangan dari Nederlandsch Indie Civil Administratie, (Pemerintahan
Sipil Hindia Belanda) organisasi semi militer yang dibentuk pada 3 April 1944 yang bertugas
mengembalikan pemerintahan sipil dan hukum pemerintah kolonial Hindia Belanda selepas
kapitulasi pasukan pendudukan Jepang di wilayah Hindia Belanda (Indonesia). 84
A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan RI Jilid 2, (Disjarah AD dan Angkasa:
Bandung), 1977., h. 368.
53
lebur dari pada tidak merdeka. Semboyan kita, tetap merdeka atau mati!” Pidato
Bung Tomo menggebu-gebu membakar semangat para pejuang Surabaya.85
Menurut Frederick, Bung Tomo merupakan seorang taat beragama namun
tidak terlalu fanatik, juga memiliki hubungan khusus dengan kelompok Islam.
Menurut Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Pengurus Cabang NU
Kota Surabaya Riadi Ngasirin mengatakan, Bung Tomo memobilisasi kekuatan
rakyat dengan meminta dukungan KH Hasyim Asy‟ari. Riadi adalah penulis data
dan dokumentasi Sejarah Kaum Santri dalam Revolusi Indonesia untuk peresmian
Monumen Resolusi Jihad, yang berlokasi di bekas Hoofdbestuur Nahdlatoel
Oelama di Bubutan Surabaya. Menurutnya, dua hari sebelum terjadinya insiden
perobekan bendera di hotel Yamato, Bung Tomo pergi ke pondok pesantren
Tebuireng untuk memohon doa, KH Hasyim Asy‟ari memberikan secarik kertas
berisi fatwa jihad melawan Belanda dalam huruf Arab Pegon kepada Bung Tomo
untuk disebarkan kepada seluruh umat Islam. Bung Tomo sering sowan86
kepada
KH Hasyim Asy‟ari sebagai sumber kekuatan spiritual. Bung Tomo juga
mendapatkan bacaan wirid atau mantra agar meneriakan “Allahu Akbar” ketika
memulai dan mengakhiri pidato.87
Tembakan-tembakan dari udara, darat ataupun laut menggempur tiada henti
menghancurkan kota Surabaya. Para pejuang Surabay sudah siap melawan, dari
pemerintah, tentara resmi, tentara rakyat ataupun para laskar siap berjuang dengan
senjata yang dimilikinya. Perang ini lebih dahsyat dari pada perang sebelumnya.
Strategi yang telah direncakan diterapkan demi mempertahankan Surabaya.
Namun pasukan musuh ternyata berlipat ganda dari kedatangan sebelumnya. Pola
pertempuran pada perang pertama dilakukan kembali oleh para pejuang, yaitu
dengan mengepung tentara musuh, tapi terpisah dari pusat pertahanan. Hasilnya
gerakan yang dilakukan oleh para tentara TKR ataupun laskar lainnya adalah tidak
berhasil dan selalu menimbulkan korban. Hal itu disebabkan karena pasukan
85
Antara, 80, (Antara: Jakarta) 2017., h.57. 86
Bertamu atau mengunjungi Kiai. 87
Tempo, Seri Buku Tempo: Bung Tomo Soerabaja di Tahun 45, (KPG:Jakarta) 2017., h.
38-42.
54
Inggris jumlahnya berlipat ganda ditambah dengan pasukan NICA yang telah
dilatih di Amerika Serikat disertai dengan alat-alat perang canggih. Setelah perang
berlangsung selama tiga minggu dan para pejuang berperang tanpa henti, akhirnya
para pejuang terpaksa harus mundur dan mengalami kekalahan.88
Para pejuang tidak hanya dari pemuda saja yang turun dalam medan perang.
Namun para wanita tentu juga berperan walaupun tidak secara langsung angkat
senjata. Dipelopori oleh Ibu Esdariyah, beliau mendirikan divisi dapur umum dan
tim medis. Tim dapur umum membantu para pejuang dalam hal amunisi. Tentu
saja perang yang dilakukan dalam waktu yang lama tanpa henti membutuhkan
makanan. Obat-obat juga dipersiapkan bagi para pejuang yang terluka. Eksistensi
Ibu Esdariyah tiada henti. Beliau tetap berjuang dalam setiap peperangan hingga
Agresi Militer.89
Perang 10 November 1945 di Surabaya secara singkat sebenarnya terjadi
dalam dua fase. Dikatakan perang 10 November 1945 merupakan puncak
pertempuran. Dalam fase pertama, pasca kedatangan pasukan Sekutu pada tanggal
25 Oktober 1945, perang terjadi akibat pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan
oleh tentara Sekutu. Perang tersebut terjadi tanggal 27-29 Oktober 1945 yang
dinamakan sebagai Perang Tiga Hari dengan pasukan Sekutu berjumlah 5000-
6000 tentara. Dalam fase pertama Indonesia memperoleh kemenangan. Namun
kemenangan tersebut justru diakali oleh Mallaby yang mengakibatkan terjadilah
gencatan senjata. Ketika dilakukan sosialisasi gencatan senjata, ironisnya Mallaby
tewas dalam waktu dan tempat yang tidak tepat. Peristiwa tersebut mengakibatkan
Sekutu memborbardir Surabaya pada tanggal 4 November 1945 dengan jumlah
pasukan sebanyak 24.000.90
Indonesia khususnya rakyat Surabaya pada saat itu diminta untuk menyerah,
namun ditolaknya. Akhirnya terjadilah ultimatum, pamflet-pamflet bertebaran di
88
R.S.Achmad, Surabaya Bergolak...., h.86-89. 89
Wawancara dengan Bapak Agustiono, Sub. Unit Konservasi Reparasi dan Bimbingan
Edukasi Museum 10 Nopember Surabaya, pada tanggal 27 Februari 2018 jam 13.45. 90
Wawancara dengan Bapak Agustiono, Sub. Unit Konservasi Reparasi dan Bimbingan
Edukasi Museum 10 Nopember Surabaya, pada tanggal 27 Februari 2018 jam 13.50.
55
penjuru Surabaya. Ada dua pilihan bagi Indonesia antara diplomasi dan
berperang. Diplomasi sudah dilakukan ketika Presiden Soekarno datang ke
Surabaya pada tanggal 29 Oktober 1945, kemudian tanggal 30 Oktober 1945
dilakukannya perundingan dengan pihak Sekutu. Namun bertepatan dengan itu
Mallaby tewas akhirnya Sekutu menyerang. Dari Jakarta atau pusat pemerintahan,
keputusan untuk berperang ada ditangan Surabaya. Pimpinan tertinggi Surabaya,
Gubernur Suryo dalam pidatonya menetang habis-habisan ultimatum tersebut.
Inggris mempunyai target dalam mengalahkan rakyat Surabaya dalam waktu 3-5
hari. Namun perang berlanjut hingga 21 hari tepatnya tanggal 30 November 1945.
Hasilnya rakyat Surabaya mengalami kekalahan karena sudah mundur terlalu jauh
dari titik pusat medan perang tepatnya di Tugu Pahlawan saat ini dan berhadapan
dengan kantor Gubernur Jawa Timur, ke arah Surabaya yaitu Wonokromo hingga
Sepanjang. Yang dimaksud kalah dalam pertempuran adalah kalah dalam hal
logistik maupun senjata yang tidak memadai. Namun semangat perang terus
berkobar dan tidak akan kalah. Dengan semboyan “ Kalah dalam Pertempuran,
Menang dalam Peperangan”. Dimata internasional, duniapun mengakui
kemerdekaan Indonesia, bahwa Indonesia adalah negara yang berdaulat.91
D. Laskar atau Organisasi yang Terlibat dalam Perang 10 November
1945
Perang 10 November 1945 merupakan peristiwa heroik pada masa itu
yang membuat para pemuda bangkit semangatnya untuk membela dan
mempertahankan keutuhan kemerdekaan negaranya. Para pemuda dari penjuru
kota manapun berbondong-bondong pergi ke Surabaya dalam peperangan
tersebut. Mereka datang dari berbagai kalangan, termasuk dari kalangan santri.
Ada yang datang atas nama pribadi, laskar ataupun organisasi.
Di Surabaya, revolusi pemuda sudah terdengar gaungnya. Mereka mulai
menyelidiki tentang kemerdekaan negaranya yang masih diduduki oleh penjajah.
Para pemuda melawan dengan memasang poster-poster sebagai bentuk pengusiran
91
Wawancara dengan Bapak Agustiono, Sub. Unit Konservasi Reparasi dan Bimbingan
Edukasi Museum 10 Nopember Surabaya, pada tanggal 27 Februari 2018 jam 13.55.
56
terhadap penjajah. Pada tanggal 21 Agustus 1945 para pekerja di penyulingan
minyak telah membentuk organisasi mereka sendiri. Pada tanggal 25 Agustus
1945 organisasi Angkatan Muda dibentuk di bawahnya, dipimpin oleh Sumarsono
dan Ruslan Widjaya.92
Di masing-masing rukun kampung atau rukun tetangga, rakyat dan para
pemuda sudah siap menjaga kampung masing-masing dan siap berkoordinasi
dengan badan-badan militer atau laskar-laskar. Kecurigaan rakyat dan pemuda
Surabaya muncul ketika mendengar berita yang telah tersebar luas di kalangan
masyarakat, bahwa di Surabaya telah ada gerakan orang Belanda yang bernama
“Anti Indonesia Merdeka” dengan semboyan Dood Alle Inlanders (bunuhlah
semua orang Indonesia). Gerakan tersebut kemudian dibantu oleh orang-orang
Jepang anggota “Kipas Hitam‟‟ atau The Black Fan. Kecurigaan tersebut ternyata
mengobarkan semangat juang rakyat dan pemuda Surabaya untuk terus
memperahankan kemerdekan negara.93
Berikut adalah nama-nama yang terlibat dalam peperangan 10 November
1945 di Surbaya:
1. BKR (Badan Keamanan Rakyat)
Bermula pada kegelisahan para generasi tua yang beranggapan
bahwa kekuatan militer Indonesia belum cukup untuk mengahadapi
militer Jepang dan Sekutu yang masih menduduki Indonesia. Maka
melalui sidang ketiga Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) dibentuklah tiga badan sebagai wadah perjuangan yaitu Komite
Nasioanl Indonesia (KNI), Partai Nasional Indonesia (PNI), dan Badan
Keamanan Rakyat (BKR) sebagai bagian dari Badan Penolong
Keluarga Korban Perang (BPKKP). BKR bertugas memelihara
keamanan dan ketertiban umum di daerah masing-masing.
Pembentukan BKR diumumkan bersamaan dengan pembentukan KNI
92
Ben Anderson, Revolusi Pemuda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-
1946. (Pustaka Sinar Harapan:Jakarta) 1988., h. 149. 93
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Revolusi Kemerdekaan (1945-1949)
Daerah Jawa Timur, (Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta) 1991, h. 84-85.
57
dan PNI pada tanggal 23 Agustus 1945. Presiden Soekarno dalam
pidatonya menyatakan kepada mantan anggota Peta, Heiho, dan
pemuda lainnya untuk bergabung kepada BKR. BKR pun tumbuh
diberbagai karesidenan atau wilayah dan menjelma menjadi badan
revolusi perjuangan.94
Pembentukan BKR diberbagai wilayah terjadi sangat pesat baik
BKR unsur Darat ataupun Laut. Pada BKR unsur Darat di Surabaya
pada tanggal 24 Agustus 1945 diadakan rapat pembentukan BKR,
yang dihadiri antara lain oleh dr. Moestopo, Jonosewojo, Soengkono,
dan Bung Tomo. Keputusan rapat bahwa pada tanggal 10 September
1945 diadakan pemanggilan terhadap mantan anggota Peta, Heiho, dan
para pemuda lainnya untuk disusun menjadi tanggota BKR.
Markasnya ditentukan di Hotel Antos Surabaya, kemudian
dipindahkan ke Gedung Sekolah HBS di Jalan Wijayakusuma.
Susunan BKR Karesidenan Surabaya dipimpin oleh Jonosewojo,
kemudian digantikan berturut-turut oleh dr.Moestopo dan Soengkono.
Untuk BKR unsur Laut berdiri banyak BKR Jawa Timur karena
Surabaya berperan sebagai pangkalan utama Angkatan Laut pada masa
Hindia Belanda dan masa pendudukan Jepang.95
2. TKR (Tentara Keamanan Rakyat)
Akibat kedatangan Inggris dan situasi negara yang dirasa tidak
aman, maka melalui maklumat yang dikeluarkan pemerintah pada
tanggal 5 Oktober 1945, terbentuklah Tentara Keamanan Rakyat. Pada
seorang tokoh pemberontakan Peta di Blitar menjadi Menteri
Keamanan Rakyat. Namun dalam beberapa waktu, Supriyadi tidak
pernah muncul dan diduga dibunuh oleh Jepang, TKR pun tidak
mempunyai pemimpin tertinggi. Berikut adalah susunan organisasi
TKR dan komandemen-komandemennya:
a. Markas Tertinggi TKR
94
Nugroho Notosusanto ed., Pejuang dan Prajurit, (Sinar Harapan: Jakarta) 1984, h. 37. 95
Markas Besar TNI Pusat Sejarah dan Tradisi TNI, Sejarah TNI Jilid 1, (Markas Besar
TNI: Jakarta) 2000., h. 1-8.
58
b. Markas Besar Umum TKR terdiri atas Bagian Umum
Administrasi, Bagian Keuangan, Bagian Persenjataan, Bagian
Perhubungan dan Bagian Kesehatan, Bagian Umum Kereta Api,
Bagian Pendidikan, Bagian Perlengakapan, dan Bagian
Penyelidikan.
c. Komandemen I Jawa Barat yang dipimpin oleh Jenderal Mayor
Didi Kartasasmita dengan Kepala Staf Kolonel A. H. Nasution.
d. Komandemen II Jawa Tengah di bawah pimpinan Jenderal Mayor
Suratman.
e. Komandemen III Jawa Timur di bawah pimpinan Jenderal Mayor
Muhammad.
Setiap komandemen membawahi masing-masing divisi. Untuk
komandemen Jawa Timur terdapat divisi yang meliputi daerah
Bojonegoro, Surabaya, dan Madura. Markas berkedudukan di
Mojokerto, di bawah pimpinan Jenderal Mayor Sungkono. Resimen
Surabaya di bawah pimpinan Letnan Kolonel Marhadi.96
3. Laskar- Laskar
a. Laskar Hizbullah
b. Laskar Pemuda Republik Indonesia (PRI)
c. Laskar Barisan Pemberontak Indonesia (BPI)
d. Laskar Pemoeda Republik Indonesia Soelawesi (Perisai).
e. Laskar Pemoeda Indonesia Maluku (PIM).
f. Laskar Indonesia Pemoeda Kalimantan (PIK).
g. Laskar Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA).
h. Laskar Angkatan Moeda PTT.
i. Laskar Angkatan Moeda PAL.
j. Laskar Barisan Berani Mati (BBI).
k. Laskar Pasoekan Liar (Pas.L).
l. Laskar Angkatan Moeda Penerbangan Indonesia (AMPI).
96
Markas Besar TNI Pusat Sejarah dan Tradisi TNI, Sejarah TNI Jilid 1...., h. 17-22.
59
m. Laskar Penerbangan Angkatan Oedara Soerabaja (PAOS).
n. Laskar Tentara Angkatan Laoet (TAL).
o. Laskar Angkatan Moeda Soerabaja (AMS).
p. Laskar Angkatan Pemoeda Indonesia (API).
q. Laskar Pasoekan Choesoes.
r. Laskar Gabungan Sekolah Menengah (Gasema).
s. Laskar Barisan Bamboe Roentjing.
t. Laskar-Laskar Wanita.
4. Badan Pemerintahan
a. Komite Nasional dan Pemerintahan.
b. Dewan Pertahanan Daerah.
c. Kepolisian Daerah.
d. Polisi Istimewa Karesidenan Soerabaja.
e. Polisi Istimewa Kota Soerabaja.
5. Tokoh Pribadi
a. Abdul Moerod.
b. J.M. Tamboto.
c. Sooparman.
d. J. Soelamet.
e. R.T.M. Soerjo.
f. R. Soedirman.
g. Radjiman Nasoetion.
h. Doel Arnowo.
i. R.M. Jonosewojo.
j. Dr. Soegiri.
k. Katam Hadi.
l. R. Koen Kijat.
m. R. Mohammad Mangoendiprodjo.
n. Soetjipto Danukoesumo.
o. Soengkono.
p. Abd. Wahab Siamin.
60
q. Moh. Jasin.
r. R.Soemero.
s. Afandi.
t. Atmadji.
u. Mas Isman.
v. Oemarsaid.
w. Abdoel Soekoer.
x. Aniroen.
y. Soemarsono.
z. Wahib Wahab.
aa. Achjat.
bb. Sidik Arselan.
cc. Soetomo (Bung Tomo).
dd. J. Warrouw.
ee. M Sapija.
ff. Loekitaningsih.
gg. Drg. Moestopo.
hh. Roeslan Abdul Gani.
ii. Djarot Subiantoro
jj. Isbandijah.
kk. Hasanoeddin.
ll. Soeharjo K.
mm. Soewarno.
nn. Riamoen.
oo. Rivai.
pp. Iswahjoedi.
qq. Soedjarwo.
rr. Isaedris.
ss. Moersia.
tt. Koendan.
uu. Minggu.
61
vv. Asmanoe.
ww. Abdoellah.
xx. Rambe Janssen.
yy. Tohir Bakri.
zz. Jetty Zein.
aaa. Soejono.
bbb. Abdul Majid.
ccc. Moestakim. Z.
ddd. Dr. Soewandi.
eee. Dr. Koesnoel Jakin.
fff. Dr. Soetopo.
ggg. Barlan.97
97
Koleksi Museum Sepuluh Nopember Surabaya.
62
BAB IV
PERAN HIZBULLAH
A. Tokoh-tokoh Hizbullah pada Perang 10 November 1945 di Surabaya
Hizbullah mulai memainkan perannya setelah anggotanya tersebar di
berbagai wilayah. Para anggota yang dilatih secara militer di Cibarusah dari
berbagai wilayah tersebut kembali melatih para pemuda di kampungnya sehingga
anggotanya terus bertambah. Tokoh-tokoh yang dilatih tersebut merupakan tokoh
penting yang berperan di daerahnya. Mereka merupakan ulama atau tokoh agama
di daerahnya sehingga memudahkan para santri atau pengikutnya untuk mengikuti
pelatihan tersebut.
Tokoh menjadi sangat penting dalam sebuah organisasi, terlebih organisasi
pergerakan rakyat seperti Hizbullah. Tokoh sebagai pemimpin yang berperan
sangat penting bagi anggotanya, menjadi komandan yang tegas bagi prajuritnya,
bahkan tokoh yang juga kiai yang selalu mendoakan dan memberi nasihat kepada
santrinya sebagai kekuatan batin, tidak hanya dilatih secara fisik saja.
Resolusi Jihad fii Sabilillah atau disebut juga dengan Resolusi Jihad
menggema di seluruh Jawa. Resolusi tersebut dikeluarkan oleh KH Hasyim
Asy‟ari sebagai pemimpin Nahdlatul Ulama pada saat itu. Dengan semangat
nasionalisme ditambah dengan Resolusi Jihad tersebut mendorong para pejuang
syahid yang terdiri dari para santri dan rakyat di seluruh Jawa ikut
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Resolusi itupun dipertegas oleh Muktamar Umat Islam Indonesia di
Yogyakarta, 7-8 November 1945. Muktamar bersejarah bagi lahirnya Partai Islam
Masyumi, juga mengeluarkan resolusi perag sabil melawan imperialisme. Bahwa
setiap bentuk penjajahan adalah suatu kedzaliman dan haram menurut Islam.
Karena itu, wajib bai setiap muslim berjuang dengan jiwa raganya membasmi
imperialisme tersebut guna kemerdekaan agama, bangsa, dan negara.98
98
Choirul Anam, Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama, (Duta Aksara
Media: Surabaya) 2010, h. 131, cetakan ketiga.
63
Berikut adalah tokoh-tokoh yang dianggap penting dalam pergerakan
Hizbullah dalam peristiwa 10 November 1945:
1. KH Zainul Arifin
Merupakan panglima tertinggi Hizbullah, beliau mengirimkan seluruh
pasukannya ke medan tempur untuk melawan tentara Sekutu. KH Zainul
Arifin pada saat itu menjadi Kepala Bagian Umum Masyumi sehingga
dengan mudah menandatangani “Program 14”. Program tersebut berisi agar
seruan Barisan Pekerja Islam mengambil langkah-langkah sistematis dalam
merekrut sebanyak-banyaknya laskar hingga ke seluruh daerah pelosok.
Dikeluarkannya Program 14 juga ternyata sebagai taktik untuk
menghindarkan banyak pemuda desa pengangguran dari paksaan untuk
bergabung sebagai tenaga kerja romusha. Dengan dikeluarkannya Program
14, para pemuda produktif lulusan sekolah atau pesantren diarahkan untuk
dapat ditampung ke dalam Barisan Pekerja Islam atau ke Hizbullah dan
terhindar dari rekrutmen paksa tenaga romusha.99
Beliau lahir di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara pada tanggal 2
September 1909. Beliau putera dari tunggal dari pasangan keturunan Raja
Barus, Sultan Ramli bin Tuangku raja Barus Sultan Sahi Alam Pohan
dengan bangsawan asal Kotanopan, Mandailing natal, Siti Baiyah br.
Nasution. KH Zainul Arifin merupakan tokoh Nahdlatul Ulama yang ahli
diplomasi.100
Pada tahun 1950-an beliau menjadi salah seorang pemimpin politik
tertimggi NU, menjadi Wakil Perdana Menteri kabinet Ali Sastroamidjojo
Pertama (1953-1954). Setelah Soekarno membubarkan Dewan Konstituante
99
Ario Helmy, KH Zainul Arifin Pohan: Panglima Santri; Ikhlas Membangun Negeri,
(Pustaka Compass: Tangerang) 2015, h. 44, edisi revisi. 100
Munawir Aziz, Pahlawan Santri: Tulang Punggung Pergerakan Nasional, (Pustaka
Compass: Tangerang) 2016, h. 95.
64
dan menggantikannya dengan DPRGR101
, beliau terpilih sebagai ketuanya.
Zainul Arifin wafat pada tahun 1963.102
2. KH Abbas Buntet
Beliau adalah putra sulung KH Abdul Jamil yang dilahirkan pada hari
Jumat, 24 Dzulhijjah 1300H/ 1879 di Cirebon. Awalnya beliau belajar
kepada ayahnya sendiri terutama pengetahuan dasar ilmu agama. Kemudian
belajar ke beberapa guru di Cirebon diantaranya adalah Kiai Nasuha,
Sukansari Plered Cirebon, lalu pindah ke pesantren Salaf di Jatisari dibawah
asuhan Kiai Hasan. Dalam bidang tauhid beliau belajar kepada Kiai
Ubaedah pengasuh pondok pesantren Giren Tegal. Kemudain Kiai Abbas
bersama adiknya KH Anas pindah ke pondok pesantren Tebuireng Jombang
diasuh oleh KH Hasyim Asy‟ari yang merupakan ulama kharismatik pendiri
Nahdlatul Ulama. Kiai Abbas merupakan santri angkatan pertama bersama
KH Wahab Chasbullah yang juga merupakan ulama kharismatik pendiri
NU. Setelah Kiai Abbas berkeluarga, beliau bergurur ke Makkah dan
berguru kepada Syekh Machfudz At-Termasi yang juga merupakan guru
dari KH Hasyim Asy‟ari. Setelah dirasa cukup mumpuni, Kiai Abbas
menjadi guru di Mekkah diantara muridnya adalah Kiai Cholil Balarante
dan Kiai Sulaeman Babakan Ciwaringin.103
Pada saat puncak perang 10 November 1945 akan meledak, seluruh rakyat
Surabaya dan para pejuang menunggu kedatangan ulama dari Jawa Barat.
Karena menurut KH Hasyim Asy‟ari, perlawanan akan dimulai nanti kalau
ulama dari Cirebon sudah datang, yang dimaksud adalah KH Abbas.
Menurut Abdul Wachid, salah satu pengawal KH Abbas, tanggal 6
November 1945 KH bersama pasukan Hizbullah Resimen XII Divisi 1
Syarif Hidayat pergi menuju medan perang di Surabaya. Setibanya disana
101
DPRGR kepanjangan dari Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, adalah
pembantu Presiden atau mandataris MPRS dan memberi sumbangan kepada Presiden untuk
melaksanakan segala sesuatu yang ditetapkan MPRS. 102
Martin van Bruinessen, NU: Tradisi, Relasi-relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru,
(LkiS: Yogyakarta) 1994., h.279. 103
Ahmad Zaini Hasan, Perlawanan dari Tanah Pengasingan: Kiai Abbas, Pesantren
Buntet dan Bela Negara, (LKiS: Yogyakarta) 2014, h. 67-70.
65
dan setelah dilakukan musyawarah yang diikuti sekitar 15 ulama,
ditentukanlah KH Abbas sebagai pemimpin pertempuran tersebut.104
Senjata yang digunakan oleh KH Abbas adalah diluar nalar, seperti tasbih,
bakiak ataupun serban. Alat tersebut digunakan untuk menghancurkan tank-
tank dan pesawat Inggris. Penulis ketika masih mondok di Buntet Pesantren,
mendapatkan cerita dari cucu KH Abbas yaitu almarhumah Nyai Hj. Iim
Imroatul Azizah, beliau menunjukkan kain serban putih lusuh kepunyaan
KH Abbas kepada penulis. Serban tersebut dipercaya sebagai senjata yang
digunakan KH Abbas pada perang 10 November 1945. Kisah tersebut
diceritakan kepada penulis sebanyak dua kali sekitar tahun 2009-2010. Pada
waktu itu Buntet menjadi markas latihan pasukan Hizbullah dan Sabilillah,
bahkan KH Abbas mendirikan pasukan Athfal dan Asybal yang
beranggotakan prajurit cilik.105
B. Peran Hizbullah dalam Perang 10 November 1945
Pesantren menjadi sayap terpenting yang banyak mengirimkan pasukannya
pada perang 10 November 1945. Setelah dikeluarkannya fatwa Resolusi Jihad
oleh KH Hasyim Asy‟ari, para santri ataupun seluruh pemuda dari berbagai
kalangan melebur bersatu dalam perang melawan Sekutu. Membela tanah air
hukumnya wajib dan mati di medan perang adalah syahid dan masuk surga.
Menjadi faktor psikologis bagi para pejuang tersebut dan menambah semangat
mereka.
Hizbullah yang mengirimkan pasukannya ke medan perang Surabaya adalah,
Hizbullah Mojokerto mengirimkan pasukan sebanyak 120 orang dipimpin oleh
Ahmad Efendi; Hizbullah Malang mengirimkan pasukannya 168 orang dipimpin
oleh KH Nawawi Thohir dan Abbas Sato; Hizbullah Situbondo mengirimkan
pasukannya berjumlah 100 orang dipimpin oleh KH As‟ad Syamsul Arifin;
104
Munib Rowandi Amsal Hadi, Kisah-kisah dari Buntet Pesantren, (Kalam: Cirebon)
2012, h. 49. Cetakan kedua. 105
Disampaikan langsung oleh Nyai Hj. Iim Imroah Azizah (almh) merupakan cucu dari
KH. Abbas kepada penulis ketika penulis masih mondok di Buntet Pesantren Cirebon pada tahun
2009 dan 2011. Kisah tersebut menyebar secara turun temurun.
66
Hizbullah Bondowoso mengirimkan pasukan 90 orang dipimpin oleh Kiai
Moedzakkir; Hizbullah Gresik mengirimkan 100 pasukannya yang dipimpin oleh
Rodhi As‟ad; Hizbullah Blitar dan Tulungagung mengirimkan 170 pasukannya
yang bergabung menjadi satu kompi dipimpin oleh KH Mudawari dan Mu‟min;
Hizbullah Pasuruan mengirimkan 160 pasukannya yang dipimpin oleh KH Djufri
dan Mahfudz; dan Hizbullah Gempol yang terdiri dari empat kompi.106
Hizbullah Jember juga mengirimkan 145 pasukannya di bawah pimpinan Haji
Syech dan Sulthon Fadjar Njoto. Hizbullah Jember menempati front pertempuran
di Kapasari. Setelah bertempur mereka terpaksa mundur ke Gubeng dan terakhir
ikut mempertahankan jembatan Wonokromo.107
1. Peran Hizbullah pada Perang 10 November 1945 Fase pertama.
Ketika Sekutu menyebarkan pamflet berupa ultimatum di atas kota
Surabaya, Hizbullah, Polisi, TKR,oooooo dan seluruh laskar atau organisasi
melakukan serangan pos-pos vital yang telah diduduki pasukan Inggris.
Markas Hizbullah yang terletak di jalan Kepanjen dikosongkan sore hari itu
karena berhadapan langsung dengan markas tentara Inggris di Gedung
Sekolah Kristen Gatotan. Rencananya gedung sekolah tersebut akan
diserang oleh para pejuang Surabaya, kemudian markas Hizbullah
dipindahkan ke Mesjid Kemayoran. Gedung Internatio merupakan pusat
Komando Besar Tentara Inggris diserang oleh Hizbullah Surabaya dibawah
pimpinan Mustakim Zen, Abdul Manan, dan Achyat. Pasukan Inggris yang
menduduki BPM, Stasiun Kereta SS, dan kantor-kantor Kawedanan
Wonokromo dikepung oleh Hizbullah Surabaya Selatan dibawah komando
Achmad, Syafi‟i, dan Abdul Saleh. Laskar Hizbullah dari Sepanjang yang
dipimpin oleh Chamim Thohari dan Abdul Mukti bersama TKR dan PRI
menyerbu Inggris yang menduduki Stasiun Trem OJS, Joyoboyo. Inggris
melakukan pertahanan dengan menambah enam truk pasukan. Namun
meraka dicegat dan diserang oleh anggota Hizbullah Surabaya Tengah, truk-
106
Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa Timur...., h.189. 107
Ayuhanafiq, Garis Depan Pertempuran Lasykar Hizbullah 1945-1950...., h.67.
67
truk kemudian dibakar dan semua pasukannya terbunuh. Truk dan tank
pasukan Inggris yang mengirim bantuan makanan ke White Way (sekarang
Siola), tertahan dan dilumpuhkan oleh TKR dibantu oleh Hizbullah Tegah.
Hizbullah Surabaya Barat bersama TKR mengepung kedudukan pasukan
Inggris yang bertempat di kamp tawanan nyonya-nyonya Belanda yang
terletak di jalan Diponegoro. Dalam pertempuran ini seorang anggota
Hizbullah bernama Sukardi gugur. Pada waktu itu Hizbullah Barat dibagi
menjadi dua bagian, sebanyak 67 anggota mengikuti A. Hamid Has dan
sebanyak 53 anggota mengikuti Damiri Ichsan yang kemudian masuk TKR.
Pada tanggal 30 Oktober 1945, Hizbullah dan pemuda-pemuda kembang
Jepun dan kampung Pakis bergabung dengan pasukan lain berhasil
mendobrak dan masuk kedalam tawanan yang dikawal oleh satu peleton
tentara Sekutu. Beberapa pucuk senjata dirampas oleh pejuang, sebanyak 24
orang tentara Sekutu ditawan dan 5 orang tewas tertembak.108
Hizbullah mulai menunjukkan eksistensinya dalam perang melawan
Inggris atau pasukan Sekutu dimulai dari perang 10 November 1945 pada
fase pertama. Perang tersebut dinamakan Perang Tiga Hari. Pasukan
Hizbullah yang turun ke medan perang adalah dari Hizbullah dari berbagai
wilayah, tidak hanya Hizbullah Surabaya saja. Berlanjut kepada perang 10
November 1945, perang tersebut terjadi akibat dari tewasnya Mallaby
sehingga pihak Sekutu meminta pertanggungjawaban rakyat Surabaya.
Hingga akhirnya pihak Sekutu mengeluarkan ultimatumnya dan meminta
rakyat Surabaya untu menyerah. Akhirnya perang terjadi, pertempuran
terjadi karena Surabaya menolak untuk menyerah.
2. Peran Hizbullah pada Perang 10 November 1945 Fase Kedua
Pada tanggal 10 November 1945 terjadi kontak senjata antara Hizbullah
Surabaya melawan tentara Sekutu. Mulanya Hizbullah Surabaya yang
berada di Markas jalan Kepanjen menyerbu markas musuh. Mereka
digerakkan menuju sasaran musuh dengan mengambil garis awal jalan
108
Hasyim Latief, Laskar Hizbullah...., h. 56-57.
68
jurusan Jembatan Merah ke barat hingga ke jalan Gresik. Sasaran serangan
musuh berada di Tanjung Perak. Hingga pasukan musuh bisa menerobos
barisan pasukan Hizbullah, namun dengan semangat yang tinggi Hizbullah
Surabaya bisa mempertahankannya. Pasukan Hizbullah pada saat itu
berjumlah 300 orang. Sasaran tembakan musuh sebagian diarahkan ke
markas Hizbullah yang ditempati oleh regu kesehatan, sehingga anggotanya
banyak yang gugur dan cidera di antaranya Azhari Zein.109
C. Dampak Peran Hizbullah Pasca Perang 10 November 1945 di
Surabaya
Peristiwa 10 November 1945 yang begitu hebat hingga diabadikan menjadi
Hari Pahlawan tersebut telah menguncang Indonesia bahkan dunia. Perang
tersebut menjadi awal perjuangan rakyat Indonesia di berbagai penjuru daerah.
Laskar Hizbullah bersama para pasukan dan laskar lainnya bahu membahu dalam
pertempuran 10 November di Surabaya. Selain peristiwa 10 November 1945 di
Surabaya, Hizbullah juga terus berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan RI
di beberapa daerah. Berkat gemblengan dari para kiai dan latihan militer, para
pejuang Hizbullah tidak hentinya berjuang dan rela menaruhkan nyawanya.
Pada tanggal 20 November 1945, pesawat Inggris menjatuhkan pamflet
berisi perintah untuk meninggalkan kota karena pasukan Inggris akan membom
tempat-tempat yang diduga sebagai pemberontak. Semarang tidak
menghiraukannya walaupun pesawat-pesawat Inggris menjatuhkan bom-bom
sehingga terjadi kebakaran, kerusakan hingga korban. Para pejuang Indonesia
yang bertempur adalah TKR dan Hizbullah, namun dari segi jumlah pasukan
Hizbullah lebih dominan. Hizbullah Demak Bintoro di bawah pimpinan Moch.
Muchdi berkoordinasi dengan pasukan-pasukan TKR dari kesatuan-kesatuan TKR
Divisi IV Resimen Pati pimpinan Letkol Sunandar.110
Tidak hanya di Semarang, Inggris juga menyerang Yogyakarta dan
Surakarta. Di Magelang terjadi baku tembak dengan pasukan Inggris.
109
Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa Timur...., h. 184. 110
Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad...., h.244.
69
Pertempuran terjadi sangat sengit, Inggris terjepit oleh tentara TKR, Hizbullah,
dan pejuang lainnya. Koordinasi terus dilakukan oleh berbagai pasukan yang ada.
Perkembangan ini membuat organisasi tentara di Jawa Tengah dan Yogyakarta
memiliki tingkat koordinasi, organisasi, solidaritas, dan persebaran yang sangat
baik. Hizbullah Yogyakarta mengirim Batalyon Bachron Edress di peperangan
Ambarawa.111
Laskar Hizbullah terus memperjuangkan dan mempertahankan
kemerdekaan RI di beberapa wilayah dengan berperang. Mereka bersatu padu,
bahu membahu dengan para pasukan tentara yang lainnya. Dalam koran Soeara
Merdeka edisi 2 November 1946 menerangkan maklumat oleh Markas Tertinggi
Sabilillah, Hizbullah dan Gerakan Pemoeda Islam Indonesia agar dibentuknya
Dewan Mobilisasi Pemoeda Islam Indonesia. Dewan ini menjadi Pimpinan
Tertinggi dalam melaksanakan mobilasasi Pemoeda Islam yang dibentuk di pusat
dan daerah-daerah.112
Pasca terjadinya peperangan 10 November 1945 di Surabaya, dampak
positif bagi Hizbullah adalah eksistensinya dalam militer Indonesia pada saat itu.
Pada masa perjuangan lahir berbagai pasukan yang resmi secara pemerintahan
ataupun dari laskar-laskar perjuangan rakyat. Namun Hizbullah tidak akan
berhenti semangatnya dalam berjuang. Walaupun pada akhirnya Hizbullah tidak
bertahan lama hingga akhirnya melebur kepada Tentara Nasional Indonesia, ada
pula Hizbullah yang membubarkan diri, bahkan adapula yang membubarkan
Hizbullah kemudian membentuk laskar-laskar ilegal. Seperti yang terjadi pada
Hizbullah Bangil.113
Setelah diangkatnya Sudirman menjadi Panglima Besar sejak Januari 1946,
TKR mengalami dua kali perubahan menjadi TKR kemudian menjadi TRI
(Tentara Republik Indonesia). Untuk mengorganisir badan-badan perjuangan,
tanggal 23 Februari 1947 Pemerintah mengeluarkan peraturan tentang bentuk
111
Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad..., h.247-249. 112
Soeara Merdeka, edisi 2 November 1946. 113
ANRI, Pembubaran Laskar Hizbullah di Jawa Timur, (Kementrian Pertahanan:
Jakarta), 1947. No. XIX.
70
kementrian pertahanan, bentuk kekuatan serta organisasi tentara, dan kedudukan
laskar atau badan-badan perjuangan di bawah satu biro pertahanan. Dan sebagai
kelanjutan ketetapan tersebut, pada tanggal 5 Mei 1947 pemerintah memutuskan
untuk mempersatukan TRI dengan badan-badan kelaskaran yang setelah melalui
proses pada tanggal 3 Juni 1947 disahkan berdirinya TNI (Tentara Nasional
Indonesia). Dengan adanya keputusan tersebut, Hizbullah bersama badan
kelaskaran lainnya bergabung dengan unsur TRI.114
Hizbullah memberikan dampak begitu besar setelah peristiwa besar pula
yaitu 10 November 1945. Sebagai laskar yang memiliki anggota berjumlah
puluhan ribu ditiap-tiap daerah. Mereka mampu menjadi garda terdepan dalam
perjuangan dan pertahanan.
114
Hasyim Latief, Laskar Hizbullah...., h.63.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan dalam skripsi ini, dapat disimpulkan bahwa
Hizbullah adalah Laskar perjuangan yang pernah dimiliki bangsa Indonesia yang
berperan besar dalam mempertahankan kemerdekaan RI. Hizbullah dapat
dikatakan besar karena anggotanya terdiri dari santri-santri yang ada di pesantren.
Hizbullah mempunyai peran yang besar juga dalam perang 10 November 1945 di
Surabaya. Namun tidak banyak diungkap dalam sejarah bahwa Hizbullah
merupakan Laskar besar dalam mempertahankan kemerdekaan RI.
Ada beberapa temuan dalam skripsi ini diantaranya adalah:
1. Peristiwa perang 10 November 1945 di Surabaya secara kronologis.
Perang 10 November 1945 juga merupakan awal revolusi perjuangan
bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan RI.
2. Pesantren mempunyai andil besar dalam mempertahankan
kemerdekaan RI. Terbukti dengan para ulama yang maju ke medan
perang ditambah dengan pasukan Hizbullah yang menjadi garda depan
perjuangan dan mayoritas anggotanya berasal dari santri.
3. Bung Tomo yang merupakan tokoh nasionalis ternyata adalah murid
dari KH Hasyim Asy‟ari. Ketika akan melakukan peperangan Bung
Tomo menemui KH Hasyim Asy‟ari untuk meminta restu beliau. KH
Hasyim Asy‟ari dapat dikatakan sebagai guru spiritual Bung Tomo.
4. Hizbullah merupakan bagian dari cikal bakal TNI. Dalam hal ini
dalam beberapa kajian terdapat tiga pendapat yaitu pertama; Hizbullah
bukan merupakan cikal bakal TNI, dalam buku-buku pemerintah tidak
disebutkan bahwa Hizbullah adalah cikal bakal TNI, ini akibat dari
agama Islam yang tidak diberikan ruang oleh pemerintah; yang kedua
adalah Hizbullah merupakan cikal bakal TNI, dalam hal ini adalah
semua anggota TNI adalah berasal dari Hizbullah, pandangan tersebut
72
berasal dari golongan tertentu yang mempunyai kepentingan pribadi
ataupun kepentingan golongan; yang ketiga adalah Hizbullah
merupakan bagian dari cikal bakal TNI, bahwa anggota TNI berasal
dari beberapa badan militer ataupun laskar, semua bersatu dengan
tujuan yang sama yaitu menjaga keamanan negara. Penulis
menguatkan temuan yang ketiga bahwa semua unsur militer termasuk
Hizbullah adalah bagian dari cikal bakal lahirnya TNI.
B. Saran
Dalam skripsi ini penulis memiliki beberapa saran yaitu:
1. Kajian-kajian tentang tema kepesantrenan memang masih jauh dari
kesempurnaan. Kalangan pesantren baik para kiai ataupun santri tidak
terbiasa untuk menuliskan hal-hal atau kejadian sejarah yang telah
terjadi. Kalangan pesantren harus lebih memperhatikan dan
melestarikan naskah-naskah pesantren.
2. Tidak dipungkiri juga memang dewasa ini sedang gencar proses
digitalisasi naskah-naskah kepesantrenan. Hal tersebut yang mungkin
menjadi alasan tidak banyaknya historiografi tentang Hizbullah yang
berperang dalam mempertahankan kemerdekaan RI. Namun hal
tersebut tidak mengurangi semangat penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini. Upaya digitalisasi naskah pesantren harus terus dilakukan.
3. Sungguh jauh dari sempurna skripsi ini, penelitian yang kurang
sempurna karena terbatasnya sumber, informan, ataupun naskah-
naskah pesantren mengenai Hizbullah. Penulis berharap akan ada
penelitian lanjutan mengenai tema ini guna memperbanyak dan
melestarikan khazanah sejarah keislaman di Indonesia.
73
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Primer:
ANRI, Pembubaran Laskar Hizbullah di Jawa Timur, Jakarta: Kementrian
Pertahanan, 1947, No. XIX
Peran Kiai Abbas dalam Perang 10 November 1945 di Surabaya. Disampaikan
langsung oleh Nyai Hj. Iim Imroah Azizah (almh) merupakan cucu dari KH.
Abbas kepada penulis ketika penulis masih mondok di Buntet Pesantren
Cirebon pada tahun 2009 dan 2011. Kisah tersebut menyebar secara turun
temurun.
Hasyim Latief, Laskar Hizbullah, Jakarta: LTN PBNU, 1995
Tanpa Nama, Hizbullah, Peranan dan Perjuangan dalam Menegakkan
Kemerdekaan Republik Indonesia (Semarang, tanpa tahun) Bab 1 tanpa
halaman. (Koleksi Perpustakaan PBNU).
Soeara Asia, edisi 16 Desember 1944
Soeara Merdeka, edisi 2 November 1946
Sutomo, Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian & Pengalaman Seorang
Aktor Sejarah. Jakarta: Visi Media. Cetakan kedua, 2008
Sumber Sekunder:
Agus Sunyoto, Fatwa dan Resolusi Jihad: Sejarah Perang Rakyat Semesta di
Surabaya 10 November 1945, Jakarta: Lesbumi PBNU, 2017
Antara, 80, Jakarta: Antara, 2017.
Ario Helmy, Edisi revisi. K.H. Zainul Arifin Pohan Panglima Santri; Ikhlas
Membangun Negeri, Tangerang: Pustaka Compass, 2015
Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, Jakarta: LP3ES, 1985
Ayuhanafiq, Garis Depan Pertempuran Lasykar Hizbullah 1945-1950,
Yogyakarta: Azza Grafika, 2013
A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan RI Jilid 2, Bandung: Disjarah AD dan
Angkasa, 1977
Barlan Setiadijaya, Merdeka atau Mati di Surabaya 1945 jilid 1, Jakarta:
Widyaswara Kewiraan, 1985
74
,10 November 1945: Gelora Kepahlawanan Indonesia,
Jakarta: Yayasan 10 November 1945, 192
Batara R. Hutagalung, 10 November „45: Mengapa Inggris Membom Surabaya?
Jakarta: Millennium Publisher, 2001
Ben Anderson, Revolusi Pemuda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa
1944-1946, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1988
Bizawie Zainul Milal, Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad, Tangerang:
Pustaka Compass, 2014
, Masterpice Islam Nusantara Sanad dan Jejaring Ulama-Santri
(1830-1945), Tangerang Selatan: Pustaka Compass, 2016
Bruinessen Martin van, NU: Tradisi, Relasi-relasi Kuasa, Pencarian Wacana
Baru, Yogyakarta: LkiS, 1994
Bustami Abdul Latif, dan Tim Sejarawan Tebuireng, Resolusi Jihad “Perjuangan
Ulama: dari Menegakkan Agama hingga Negara”. Jombang: Pustaka
Tebuireng, 2015
B.J Boland, Pergumulan Islam di Indonesia, Jakarta: Grafiti Pers, 1985
Choirul Anam, Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama, Surabaya:
Duta Aksara Media. cetakan ketiga. 2010
Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES,
edisi ke 2, 1982
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Revolusi Kemerdekaan (1945-
1949) Daerah Jawa Timur, Jakarta: Depertemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1991
Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer,
2012
Frank Palmos, Surabaya 1945 Sakral Tanahku, penerjemah Johannes Nugroho,
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016
Gugun El-Guyanie, Resolusi Jihad Paling Syar‟i, Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2010
Hadi Munib Rowandi Amsal, Kisah-kisah dari Buntet Pesantren. Cirebon: Kalam.
Cetakan kedua, 2012
75
Hasan Ahmad Zaini, Perlawanan dari Tanah Pengasingan: Kiai Abbas,
Pesantren Buntet dan Bela Negara, Yogyakarta: LkiS, 2014
Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa Timur. Jombang: Pustaka
Tebuireng. 2015
Kuntowijoyo, Edisi kedua. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003
,Edisi baru. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
2013
Markas Besar TNI Pusat Sejarah dan Tradisi TNI, Sejarah TNI Jilid 1, Jakarta:
Markas Besar TNI, 2000
Munawir Aziz, Pahlawan Santri: Tulang Punggung Pergerakan Nasional,
Tangerang: Pustaka Compass, 2016
M.C Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Penerjemah Tim
Penerjemah Serambi, Jakarta: Serambi, 2008
Nugroho Notosusanto, ed., Pejuang dan Prajurit, Jakarta: Sinar Harapan, 1984
, Pertempuran Surabaya, Jakarta: Mutiara Sumber
Widya, 1985
Poesponegoro Marwati Djoened, dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional
Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka, 2008
R.S Achmad, Surabaya Bergolak, Jakarta: CV. Haji Masagung, 1990
Soepanto, Hizbullah Surakarta 1945-1950. Surakarta, tanpa tahun
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, edisi baru,
2009
Suratmin, Perjuangan Laskar Hizbullah dalam Pertempuran Surabaya 10
Nopember 1945, Jakarta: Matapadi Presindo, 2017
Suryanegara Ahmad Mansur. Api Sejarah Jilid Kedua. Bandung: Surya Dinasti.
edisi revisi, 2017
Tempo, Seri Buku Tempo: Bung Tomo Soerabaja di Tahun 45, Jakarta: KPG,
2017
Internet:
http://ypm.ac.id/html/index.php?id=artikel&kode=108 diakses pada 26 Mei 2017
20.15 wib
76
Wawancara:
Wawancara dengan Bapak Agustiono, Sub. Unit Konservasi Reparasi dan
Bimbingan Edukasi Museum 10 Nopember Surabaya, pada tanggal 27
Februari 2018 jam 13.50.
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90