peran komisi penyiaran indonesia daerah lampung …digilib.unila.ac.id/54664/3/skripsi tanpa bab...

86
PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG DALAM PENGAWASAN DAN PENERAPAN REGULASI ISI SIARAN TELEVISI NASIONAL BERJARINGAN DI LAMPUNG (Studi Pada Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung) (SKRIPSI) Oleh RIZKIYANI JUNINDA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG

DALAM PENGAWASAN DAN PENERAPAN REGULASI ISI SIARAN

TELEVISI NASIONAL BERJARINGAN DI LAMPUNG

(Studi Pada Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung)

(SKRIPSI)

Oleh

RIZKIYANI JUNINDA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

ABSTRAK

PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG

DALAM PENGAWASAN DAN PENERAPAN REGULASI ISI SIARAN

TELEVISI NASIONAL BERJARINGAN DI LAMPUNG

(Studi pada Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung)

Oleh

Rizkiyani Juninda

Regulasi siaran televisi berjaringan berusaha diwujudkan dalam semangat

demokratisasi melalui kebijakan desentralisasi di bidang penyiaran. Adapun

lembaga yang bertugas dalam mengawasi bagaimana pelaksanaan penyiaran

televisi di Lampung adalah KPI Daerah Lampung. KPID Provinsi Lampung ada

karena Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang menjadi

dasar hokum pembentukan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) di

Lampung beserta perangkat-perangkat hukumnya yang diatur pada (PP) Nomor

50 tahun 2005, aturan ini juga dituangkan pada Pasal 68 Program Lokal Dalam

Sistem Stasiun Jaringan dalam Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar

Program Siaran (SPS) tahun 2012, dan ikut dituangkan dalam Peraturan Daerah

Provinsi Lampung No. 10 tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Penyiaran

Televisi di Daerah yaitu Pasal 7 dan Pasal 8. Berdasarkan regulasi tersebut, maka

penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimanakah pelaksanaan peran Komisi

Penyiaran Indonesia Daerah Lampung dalam mengawasi penerapan regulasi isi

siaran konten daerah pada televisi nasional berjaringan di Lampung.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang bersifat

menerangkan dalam bentuk uraian. Informan dalam penelitian ini adalah orang-

orang yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang diperlukan. Informan dari

Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

Bidang Pembinaan dan Pengawasan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah

Lampungyaitu Sri Wahyuni, Thabrani dan Heni Bestiana. Sedangkan dari televisi

lokal di Bandar Lampung yaitu Kepala Stasiun Televisi Transmisi RCTI

Lampung Timtim Indriyanto. Selanjutnya, data penelitian diperoleh dengan cara

melakukan wawancara mendalam, pengamatan secara langsung atau observasi,

dan dokumentasi.

Upaya KPID Lampung dalam optimalisasi siaran lokal melalui apresiasi (reward)

dan juga sanksi (punishment) yang diberikan oleh KPID Provinsi Lampung

kepada stasiun televisi nasional berjaringan. Berdasarkan hasil wawancara dan

observasi yang telah peneliti lakukan, dalam hal ini KPID Lampung harus

memastikan tindakan apa yang dilakukan ketika ada lembaga penyiaran di

Page 3: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

Lampung yang melakukan kesalahan, sehingga dengan tindakan yang diambil

tersebut diharapkan lembaga penyiarandikemudian hari tidak melakukan

pelanggarankembali. Upaya-upaya yang dilakukan oleh KPID Lampung dalam

mengambil keputusan ketika ada lembaga penyiaran yang melakukan pelanggaran

maka pihak KPID Lampung akan memberikan sanksi admisitratif berupa teguran

tertulis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KPID Lampung sebagian besar

pengawasannya belum berperan dengan maksimal, terutama pada aspek

pengawasan terhadap isi, sdm, durasi dan jam siar, serta sarana pengawasan di

kantor KPID Lampung. Serta belum maksimalnya peran KPID Lampung dalam

mengawasi televisi nasional berjaringan ditandai dengan berbagai kondisi

diantaranya, kurangnya sanksi yang tegas terhadap televisi nasional berjaringan di

Lampung, yang tidak sesuai dengan regulasi yang ada. Beberapa pelanggaran

PERDA Provinsi Lampung No 10 Tahun 2015 yang dilakukan oleh stasiun

televisi berjaringan di Lampung tidak terawasi sepenuhnya oleh pihak KPID

Lampung. Kurangnya peran KPID Lampung dalam mengawasi televisi nasional

berjaringan disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya, minimnya sumber dana

dari pemerintah untuk pengawasan televisi nasional berjaringan, sarana

pengawasan di kantor KPID yang masih belum lengkap, kurangnya tenaga SDM

di KPID Lampung untuk pengawasan televisi nasional berjaringan, serta belum

adanya kebijakan pemerintah terhadap pembagian waktu kerja untuk malam hari

di kantor KPID Lampung.

Kata kunci : KPID, Pengawasan Siaran, Regulasi Siaran, Televisi Nasional

Berjaringan.

Page 4: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

ABSTRACT

THE ROLE OF INDONESIAN BROADCASTING COMMISSION IN

LAMPUNG REGION IN SUPERVISING AND APPLICATION OF

NETWORK TELEVISION CONTENT REGULATIONS IN LAMPUNG

(Study on the Indonesian Regional Broadcasting Commission in Lampung)

By

Rizkiyani Juninda

Network television broadcast regulations are trying to be realized in a spirit of

democratization through decentralization policies in the broadcasting sector. The

institution in charge of supervising how the television broadcasting is carried out

in Lampung is the Indonesian Broadcasting Commission (KPI) Lampung. KPID

Lampung Province exists because the Law Number 32 of 2002 concerning

Broadcasting which is the legal basis for the establishment of the Regional

Indonesian Broadcasting Commission (KPID) in Lampung and its legal

instruments set in (PP) Number 50 of 2005, this rule is also stated in Article 68

Local Programs in Network Station Systems in the Broadcasting Behavior

Guidelines (P3) and Broadcast Program Standards (SPS) in 2012, and are

included in the Lampung Provincial Regulation No. 10 of 2015 concerning the

Implementation of Television Broadcasting in Regions, namely Article 7 and

Article 8.Based on these regulations, this study aims to see how the role of the

Lampung Regional Indonesian Broadcasting Commission plays in overseeing the

implementation of the regulation of regional content broadcasts on national

television networks in Lampung.

This study uses qualitative research methods, which are explained in the form of

descriptions. The informants in this study are people who fit the required criteria.

The informant from the Coordinator for Guidance and Supervision, Members and

Monitoring Staff of the Lampung Regional Indonesian Broadcasting

Commission's Guidance and Supervision Division, namely Sri Wahyuni, Thabrani

and Heni Bestiana. While from local television in Bandar Lampung, the Head of

the Lampung RCTI Transmission Station Timtim Indriyanto. Furthermore,

research data is obtained by conducting in-depth interviews, direct observation or

observation, and documentation.

The efforts of Lampung KPID in optimizing local broadcasts through appreciation

(reward) and also sanctions (punishment) given by KPIDLampung Province to

national television networks. Based on the results of interviews and observations

that researchers have done, in this case the KPIDLampung must ensure what

actions are taken when there are broadcasters in Lampung who make mistakes, so

Page 5: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

that the actions taken are expected to not infringe the broadcasters in the future.

Efforts made by the KPIDLampung in making decisions when a broadcasting

institution commits a violation, the KPID Lampung will provide administrative

sanctions in the form of a written warning.

The results of this study indicate that the Lampung KPID has largely the

supervision not maximal, especially from aspects of supervision to contents,

human resources, duration and broadcast time, then the means af controlled at

KPID Lampung to controlled the national television networks marked by various

conditions such as the lack of scrot sanctions to national television networks in

Lampung, which was not in accordance with existing regulations. Some violations

the rules in the Lampung Provincial regulation No 10 of 2015 which is conducted

by station of television networks in Lampung not supervised completely by KPID

Lampung, the lack of human resources at KPID Lampung for national television

network monitoring, and the absence of government policy on the distribution of

work time for the night at the Lampung KPID office.

Keywords: KPID, Supervision Broadcast, Regulation Broadcast, National

Television Networked.

Page 6: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG

DALAM PENGAWASAN DAN PENERAPAN REGULASI ISI SIARAN

TELEVISI NASIONAL BERJARINGAN DI LAMPUNG

(Studi Pada Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung)

Oleh

RIZKIYANI JUNINDA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA ILMU KOMUNIKASI

Pada

Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 7: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring
Page 8: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring
Page 9: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring
Page 10: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

RIWAYAT HIDUP

Penulis mempunyai nama lengkap Rizkiyani Juninda. Penulis

dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 08 Juni 1993 dari

pasangan Bihani D Kurnain dan Marfalinda. Penulis

merupakan anak kedua dari dua bersaudara.

Penulis telah menyelesaikan pendidikan di TK Pertiwi Bandar Lampung pada

tahun 1999, SDN 02 Rawalaut Bandar Lampung pada tahun 2006. Kemudian,

penulis melanjutkan pendidikan di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung dan lulus

tahun 2009. Lalu, penulis meneruskan pendidikan di SMAN 10 Bandar Lampung

dan lulus pada tahun 2012. Selanjutnya, di tahun 2012 penulis terdaftar sebagai

mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung.

Pada saat kuliah, penulis menjalankan kegiatan Praktek Kuliah Lapangan (PKL)

di Radio Republik Indonesia (RRI) Bandar Lampung serta menjadi anggota

Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Komunikasi Bidang Broadcasting

selama tahun periode 2013-2014. Penulis juga menyelesaikan kegiatan Kuliah

Kerja Nyata (KKN) periode Januari 2016 di Desa Margasari Kecamatan Labuhan

Maringgai Lampung Timur.

Page 11: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

MOTTO

“Mulailah dari tempatmu berada, gunakan yang kau punya, lakukan yang kau

bisa”

(Arthur Ashe)

“Sukses adalah saat persiapan dan kesempatan bertemu”

(Bobby Unser)

Page 12: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan kelulusan ini untuk

kedua orang tua ku,

Alm. Papa dan Mama

serta,

Keluarga tercinta yang selalu

bersama dalam suka dan duka...

Page 13: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... iii

I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 9

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 9

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 11

2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................... 11

2.2 Tinjauan Tentang Televisi sebagai Media Massa ....................... 16

2.3 Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Televisi

di Indonesia ................................................................................ 17

2.4 Kegiatan Penyiaran Televisi di Indonesia ................................... 20

2.4.1 Persaingan Industri Televisi di Indonesia ........................... 20

2.4.2 Proses Produksi Acara Televisi Berjaringan ...................... 21

2.4.3 Pengawasan Penyiaran Televisi Nasional Berjaringan ....... 23

2.4.4 Regulasi Televisi Berjaringan di Indonesia ........................ 24

2.5 Landasan Teori ............................................................................ 29

2.5.1. Teori Regulasi Media ......................................................... 29

2.5.2. Teori Pers Tanggung Jawab Sosial .................................... 30

2.6 Kerangka Pemikiran .................................................................... 31

III. METODE PENELITIAN ................................................................ 37

3.1 Tipe Penelitian ............................................................................. 37

3.2 Pendekatan Kualitatif ................................................................... 37

3.3 Lokasi Penelitian .......................................................................... 38

3.4 Penetuan Informan ....................................................................... 38

3.5 Fokus Penelitian ........................................................................... 40

3.6 Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 43

3.7 Teknik Pengolahan Data .............................................................. 45

3.8 Teknik Analisa Data .................................................................... 47

3.9 Teknik Keabsahan Data ............................................................... 48

Page 14: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

IV. GAMBARAN UMUM ..................................................................... 50

4.1 KPID Provinsi Lampung ............................................................. 50

4.1.1 Latar Belakang Terbentuknya KPID Provinsi Lampung .... 50

4.1.2 Kedudukan KPID Provinsi Lampung ................................. 50

4.1.3 Visi & Misi KPID Provinsi Lampung ................................ 51

4.1.3.1 Visi KPID Provinsi Lampung .............................. 51

4.1.3.2 Misi KPID Provinsi Lampung ............................. 51

4.1.4 Tugas, Kewajiban, Tujuan, Wewenang, Sasaran, Strategi,

Kebijakan KPID Provinsi Lampung .................................. 52

4.1.4.1 Tugas & Kewajiban ............................................ 52

4.1.4.2 Wewenang ........................................................... 52

4.1.4.3 Kedudukan .......................................................... 53

4.1.4.4 Tujusn .................................................................. 53

4.1.4.5 Sasaran ................................................................ 54

4.1.4.6 Strategi ................................................................ 55

4.1.4.7 Kebijakan ............................................................ 56

4.2 Struktur Organisasi Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID)

Provinsi Lampung Massa Jabatan 2015-2018 ............................. 57

4.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Komisioner KPID Provinsi

Lampung ............................................................................. 58

4.2.1.1 Ketua KPID .......................................................... 58

4.2.1.2 Wakil Ketua KPID ................................................ 58

4.2.1.3 Anggota KPID ...................................................... 58

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 61

5.1 Hasil ............................................................................................ 61

5.1.1 Identitas Informan ................................................................ 61

5.1.2 Hasil Wawancara ................................................................. 62

5.1.3 Aspek Isi Siaran Lokal ......................................................... 63

5.1.4 Aspek SDM .......................................................................... 65

5.1.5 Aspek Metode Pengawasan ................................................. 68

5.1.6 Aspek Durasi ........................................................................ 69

5.1.7 Aspek Sarana ....................................................................... 71

5.1.8 Aspek Apresiasi dan Sanksi ................................................. 73

5.2 Pembahasan .................................................................................. 76

5.2.1 Peran KPID Lampung dalam Mengawasi Isi Siaran Lokal

Televisi Berjaringan di Lampung ....................................... 76

5.2.2 Peran KPID Lampung dalam Mengawasi Penggunaan

SDM Lokal Televisi Berjaringan di Lampung ................... 80

5.2.3 Peran KPID Lampung dalam Metode Pengawasan Siaran

Televisi Berjaringan di Lampung ....................................... 83

5.2.4 Peran KPID Lampung dalam Mengawasi Durasi & Pola

Siaran Televisi Berjaringan di Lampung ............................ 86

5.2.5 Peran KPID Lampung dalam Mengawasi Sarana yang

digunakan Stasiun Televisi Berjaringan ............................ 90

5.2.6 Peran KPID Lampung dalamn Pemberian Apresiasi &

Sanksi yang berlaku untuk Televisi Berjaringan di

Lampung .............................................................................. 92

Page 15: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

5.2.7 Peran KPID Lampung terhadap Pengawasan Televisi

Berjaringan dalam Perspektif Teori Regulasi Media & Pers

Tanggung jawab Sosial ....................................................... 95

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 99

6.1 Kesimpulan ................................................................................. 99

6.2 Saran ........................................................................................... 100

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Daftar Program SiaranLokal Televisi Nasional ....................... 6

Tabel 2. PenelitianTerdahulu ................................................................. 14

Tabel 3. Profil Informan ......................................................................... 62

Tabel 4. Hasil Wawancara dengan KPID terntang Isi Siaran Televisi

Bejaringan ................................................................................. 64

Tabel 5. Hasil Wawancara dengan Pihak Televisi Tentang Isi Siaran

Televisi Berjaringan ................................................................ 65

Tabel 6. Hasil Wawancara dengan KPID Tentang Aspek SDM Televisi

Berjaringan ................................................................................ 66

Tabel 7. Hasil Wawancara dengan Pihak Televisi Tentang Aspek

SDM Televisi Berjaringan ..... ................................................. 67

Tabel 8. Hasil Wawancara dengan Pihak KPID Tentang Metode

Pengawasan Televesi Berjaringan ............................................ 68

Tabel 9. Hasil Wawancara dengan Pihak KPID tentang Durasi Siaran

Televisi Berjaringan ................................................................. 69

Tabel 10. Hasil Wawancara dengan Pihak Televisi tentang Durasi

Siaran Televisi Berjaringan ...................................................... 70

Tabel 11. Hasil Wawancara dengan Pihak KPID tentang Sarana

Televisi Berjaringan ................................................................. 71

Tabel 12. Hasil Wawancara dengan Pihak Televisi tentang Sarana

Televisi Berjaringan ................................................................ 72

Tabel 13. Hasil Wawancara dengan Pihak KPID tentang Apersiasi &

Sanksi Televisi Berjaringan ...................................................... 73

Tabel 14. Hasil Wawancara dengan Pihak Televisi tentang Apresiasi

& Sanksi Televisi Berjaringan .................................................. 74

Tabel 15. Durasi Siaran Konten Lokal ...................................................... 88

Page 17: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir ................................................................................... 36

2. Struktur Organisasi ............................................................................ 57

3. Contoh Siaran Konten Lokal pada Stasiun Televisi RCTI ................ 76

4. Program Konten Lokal ....................................................................... 82

5. Program Konten Lokal ....................................................................... 82

6. Ruang Monitoring KPID Lampung ................................................... 89

Page 18: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT

yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peran Komisi Penyiaran Indonesia

Daerah Lampung Dalam Pengawasan dan Penerapan Regulasi Isi Siaran

Televisi Nasional Berjaringan di Lampung (Studi Pada Komisi Penyiaran

Indonesia Daerah Lampung)” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas

Lampung.

Penyelesaian skripsi ini tidak hanya berbekal pengetahuan dan kemampuan yang

dimiliki penulis. Tanpa adanya bantuan, motivasi, dukungan dan semangat dari

berbagai pihak tidak mungkin skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh sebab itu, dalam

kesempatan ini penulis ingin mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih

kepada :

1. Allah SWT, atas segala berkat, rahmat, hidayah-Nya serta kesehatan dan

petunjuk yang selalu engkau berikan kepada kami. Maafkan hamba- Mu

ini yang sering melakukan kesalahan dihadapan-Mu.

2. Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (FISIP) Universitas Lampung.

Page 19: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

3. Ibu Dhanik Sulistyarini, S. Sos., MComn&MediaSt selaku Ketua Jurusan

Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lampung.

4. Ibu Wulan Suciska, S.I.Kom, M.Si Selaku Sekertaris Jurusan Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung,

untuk segala kesabaran, keramahan untuk membantu mahasiswa selama

ini.

5. Ibu Hestin Oktiani,S.Sos.,M.S.i selaku Dosen pembimbing yang

senantiasa sabar dalam memberikan bimbingan, motivasi, kritik dan saran

yang membangun serta berbagi ilmu dalam proses pengerjaan skripsi.

6. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo,M.S.i selaku Dosen penguji yang telah

bersedia membantu serta memberikan saran dan masukan dalam penulisan

skripsi penulis serta keramahannya dalam memberikan ide-idenya.

7. Seluruh jajaran dosen dan staf Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas

Lampung.

8. Seluruh anggota dan staf jajaran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah

Lampung yang telah bersedia membantu dan mengizinkan penulis dalam

penelitian dan menerima dengan sangat ramah.

9. Mama tercinta, Marfalinda mama terbaik, mama tersabar yang tak pernah

lelah memberikan penulis semangat, yang menjadi salah satu alasan

penulis untuk tidak bermalas-malasan, yang selalu menjadi tempat

mencurahkan segala cerita senang sedih dalam hidup penulis. Dirasa tak

cukup untuk menuliskan bagaimana penulis sangat bangga dalam

menyayangi mama terimakasih atas segalanya.

Page 20: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

10. Papa tercinta, Bihani D Kurnain (Alm). Lantunan Doa dan AL-Fatihah,

selalu penulis kirimkan untuk papa, karya kecil ini penulis persembahkan

untuk papa. Pengorbanan yang papa berikan hingga penulis bisa sampai di

titik ini, menjadi Sarjana. Terimalah bukti kecil ini sebagai kado

keseriusan penulis untuk membalas semua pengorbanan papa, dalam hidup

papa ikhlas mengorbankan segala perasaan, dalam lapar berjuang separuh

nyawa untuk membahagiakan anak-anaknya, semoga papa bahagia selalu

di surga Allah Amin.

11. Untuk Budiono alias si Monster, terimakasih selalu mendukung

menyemangati dan menghibur dengan sabar dan kasih sayang yang

diberikan kepada penulis dalam mengerjakan penelitian ini, semoga cita-

cita kita apapun itu bisa terwujud dan sukses bersama, Amin!

12. Untuk Tim Hore ku Tarra, Anny, Eno, Firda, Umi, Indah, Opi, Dinda,

Nita. Terimakasih atas keceriaan yang kita buat bersama dan saling

menyemangati satu sama lain untuk sukses bersama hehe.

13. Untuk Sahabat Perkuliahan, Riska, Murti, Uri, Eci, Nisa. Terimakasih

sudah membuat masa perkuliahan penulius penuh dosa, canda dan juga

tawa. Kapan kita Meet Up? Kangeeeeen

14. Teman-teman Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung

khususnya angkatan 2012.

15. Untuk Teman Kampusku Yunita, Deska, Adel, Astra, Febri, Kak Adi,Mba

Riski, Penyuk, Meilin, Kakak-kakak dan Adik-adik jurusan Ilmu

Komunikasi, terimakasih atas kebersamaannya. Semoga kita bisa selalu

membawa nama baik jurusan Ilmu Komunikasi.

Page 21: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

16. Keluarga besar HMJ Ilmu Komunikasi Unila yang telah memberikan

pembelajaran dan pengalaman yang paling berarti bagi penulis. Sukses

untuk HMJ Ilmu Komunikasi.

17. Terakhir untuk Pembaca Skripsi ini, semoga dapat berguna dan

bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, 11 Oktober 2018

Penulis,

Rizkiyani Juninda

NPM. 1216031100

Page 22: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi televisi telah melahirkan

masyarakat informasi yang makin besar tuntutannya, akan hak untuk mengetahui,

dan hak untuk mendapatkan informasi. Informasi telah menjadi kebutuhan pokok

bagi masyarakat dan telah menjadi komoditas penting dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dapat dikatakan televisi merupakan

salah satu media masa yang efektif dalam menjalin suatu komunikasi. Khususnya

di Republik Indonesia, televisi saat ini telah menjadi barang biasa di rumah,

kantor bisnis, maupun institusi, khususnya sebagai sumber kebutuhan akan

hiburan, berita, serta menjadi media periklanan.

Di Indonesia, sistem siaran televisi berjaringan berusaha diwujudkan dalam

semangat demokratisasi melalui kebijakan desentralisasi di bidang penyiaran.

Sistem siaran televisi berjaringan diidentikkan dengan pemenuhan diversity of

content dan diversity of ownership sebaxzsgai prasyarat penyiaran yang

demokratis. Undang-Undang No 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

mengamanatkan kepada semua lembaga penyiaran, Khususnya televisi nasional

untuk melakukan siaran berjaringan dengan lokal. Kebijakan ini dikeluarkan

untuk menstimulus keikut sertaan sebanyak-banyak orang untuk berusaha di dunia

Page 23: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

2

penyiaran serta membangkitkan potensi lokal melalui penyiaran televisi (Mufid,

2005: 147)

Adapun aturan tentang televisi Nasional berjaringan sebagai konsekuensi dari

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 50 tahun 2005 (https://ppidkemkominfo.-

files.wordpress.com), diakses pada 14 November 2017). Sistem jasa penyiaran

televisi telah diatur pada Pasal 36 PP Nomor 50 Tahun 2005. Televisi Nasional

berjaringan di Indonesia sudah ada sejak tahun 2000 awal. (K.B Primasanti,

Jurnal Ilmu Komunikasi Studi Eksplorasi Sistem Siaran Televisi Berjaringan Di

Indonesia, 2009). Namun belum adanya peraturan atau regulasi yang tepat

membuat siaran televisi berjaringan ditangguhkan dan diberi periode tenggang

sampai tahun 2007. Adapun Televisi Nasional berjaringan di Lampung sudah ada

sejak tahun 2008 dimana yang menyiarkan siaran dengan konten lokal pertama

kali adalah TV ONE yang dulu masih bernama Lativi (Rekomendasi Kelayakan,

No:013/RK-Lampung/KPI/01/09). Adapun dalam pelaksanaan televisi nasional

berjaringan tersebut, timbul pertanyaan apakah sudah sesuai dengan peraturan

yang telah diberlakukan atau tidak. Hal ini tentu saja memerlukan pengawasan

oleh lembaga terkait.

Dalam menjalankan fungsinya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), KPI

mempunyai wewenang:

a. Menetapkan standar program siaran;

b. Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran;

c. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta

standar program;

Page 24: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

3

d. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku

penyiaran serta standar program siaran;

e. Melakukan koordinasi atau kerjasama dengan Pemerintah, lembaga

penyiaran, dan masyarakat.

Pasal 50 Undang-undang Republik Indonesia tentang Penyiaran:

1. KPI wajib mengawasi pelaksanaan pedoman perilaku penyiaran;

2. KPI wajib menerima aduan dari setiap orang atau kelompok yang mengetahui

adanya pelanggaran terhadap pedoman perilaku penyiaran;

3. KPI wajib menindaklanjuti aduan resmi mengenai hal-hal yang bersifat

mendasar;

4. KPI wajib meneruskan aduan kepada lembaga penyiaran yang bersangkutan

dan memberikan kesempatan hak jawab;

5. KPI wajib menyampaikan secara tertulis hasil evaluasi dan penilaian kepada

pihak yang mengajukan aduan dan Lembaga Penyiaran yang terkait.

Berangkat dari data dan fenomena diatas yang telah ditunjukkan, dengan telah

adanya Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, tidak menutup peluang bagi lembaga

penyiaran melakukan pelanggaran melalui isi siaran lokal berjaringan, sama

halnya dengan yang akan penulis temui pada penelitian ini, untuk mengetahui

bagaimana peran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah terhadap penerapan regulasi

isi siaran televisi nasional berjaringan di Lampung sesuai dengan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002. Hal inilah yang menjadi alasan kuat

mengapa peneliti melakukan penelitian ini.

Adapun lembaga yang bertugas dalam mengawasi bagaimana pelaksanaan

penyiaran televisi di Lampung adalah KPI Daerah Lampung. KPID Provinsi

Lampung ada karena Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

yang menjadi dasar hukum pembentukan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah

(KPID) di Lampung beserta perangkat-perangkat hukumnya. Komisi Penyiaran

Page 25: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

4

Indonesia Daerah (KPID) Lampung merupakan lembaga yang didirikan sesuai

dengan tujuan dan maksud Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun

2002 Tentang Penyiaran. KPID Lampung berkedudukan di ibukota Provinsi

Lampung. KPID Lampung memiliki kewenangan tugas diseluruh wilayah hukum

di Provinsi Lampung.

Adapun konsep dalam penelitian ini akan membahas tentang regulasi yang

dibuat oleh KPI. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), membuat regulasi berupa

Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) yang

dimasukan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002

tentang Penyiaran. Tujuannya adalah untuk menegakkan aturan-aturan mengenai

pelanggaran program siaran, merusak nilai-nilai, dan budaya yang berlaku di

masyarakat. Sehingga diharapkan masyarakat mendapatkan siaran yang sehat dan

bermartabat. Masyarakat berhak mendapatkan siaran yang sehat dan bermartabat,

karena frekuensi adalah milik publik bukan milik individu atau golongan.

Ketentuan yang dimaksut di atas, lebih lanjut dituangkan pada Pasal 68 tentang

Program Lokal Dalam Sistem Stasiun Jaringan yang terdapat pada Pedoman

Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) tahun 2012, selain itu

terdapat juga regulasi untuk mengukur standar program siaran lokal televisi

berjaringan yang menjadi pedoman oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah

Lampung (KPID), mengenai siaran konten lokal yang dituangkan pada Peraturan

Daerah Provinsi Lampung No. 10 tahun 2015, Tentang Penyelenggaraan

Penyiaran Televisi di Daerah yaitu pada Pasal 7 dan Pasal 8.

Page 26: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

5

Dalam kenyataannya, banyak lembaga penyiaran tidak menjalankan ketentuan isi

siaran sesuai dengan Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program

Siaran (SPS) dengan baik. Televisi nasional haruslah mempunyai konten siaran

lokal yang ditayangkan di waktu tertentu untuk memperkenalkan kearifan lokal

atau budaya yang ada di daerah Lampung. selain itu, Permasalahan yang sering

dihadapi adalah mengenai kanal frekuensi siaran, dimana kanal yang tersedia bagi

lembaga penyiaran khususnya televisi jumlahnya sangat terbatas, namun

banyaknya stasiun televisi yang mengajukan permohonan kanal cukup banyak

sehingga perlu dilakukan seleksi.

Sebagai contoh pada tahun 2011 lalu, ketika itu muncul kasus Kompas TV

menjalin kerjasama dengan 10 stasiun televisi lokal yakni, MOS TV Palembang,

Komedi TV Banten, STV Bandung, Borobudur TV Semarang, Art TV Purworejo,

BCTV Surabaya, Agropolitan TV Batu, Dewata TV Bali, Selain muncul di 10

stasiun televisi lokal itu, Kompas TV juga hadir di sejumlah saluran tv

berlangganan yakni pada saluran Telkom Vision Jakarta, Citra TV/ Aora TV

Jakarta, Centrin Cable Bandung dan First Media TV Jakarta. Di kanal televisi

berbayar ini, Kompas TV mengklaim sebagai televisi berbayar pertama yang

memiliki kualitas High Definition (HD). Kualitas High Definition menyajikan

gambar dengan resolusi tinggi sehingga pemirsa dapat menikmati detail gambar

dengan kontur jelas dan warna yang lebih tajam. Kualitas High Definition ini juga

yang menjadi standart tayangan pada sistem digital nantinya. Kesamaan prinsip

operasional inilah yang kemudian memunculkan reaksi keras di sejumlah

kalangan (Kominfo, 2011, siaran pers No. 65/PIH/Kominfo/9/-2011).

Page 27: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

6

Berbicara mengenai televisi nasional berjaringan di daerah Lampung dan jumlah

siarannya, terdapat berbagai diversitas atau keragaman isi siaran lokal Lampung

yang disiarkan oleh televisi nasional berjaringan yang ada di daerah Lampung.

Secara garis besar, televisi nasional berjaringan di daerah Lampung

menanyangkan siaran dengan tema news yang menanyangkan berbagai peristiwa

hangat yang terjadi di Lampung. Selain itu, televisi nasional berjaringan di daerah

Lampung juga tidak ketinggalan menanyangkan tayangan hiburan serta

dokumenter yang isinya memperkenalkan kekayaan alam daerah Lampung.

Berikut daftar program siaran lokal yang disiarkan televisi nasional berjaringan

di Provinsi Lampung, yang peneliti dapatkan dari hasil pengamatan awal dan

peneliti amati selama satu minggu (16 Oktober – 22 Oktober 2017):

Tabel 1. Daftar Program Siaran Lokal Televisi Nasional

No. Televisi Program Siaran Jenis Siaran Durasi Siaran Persentase

1. Trans 7 Warna Lampung Hiburan 03.15 – 05.15 WIB

06.00 – 07.00 WIB 15 %

2. Trans TV Pesona Lampung Hiburan 02.00 – 05.30 WIB 12 %

3. Indosiar

Santri

Jelajah Masjid

Teropong

Religi

Hiburan 03.30 – 06.00 WIB 12%

4. SCTV Lorong Waktu

Mata Air Hiburan 03.30 – 06.00 WIB 12%

5. MNC TV

Jendela

Plesir

Mata Pancing

Adventure

Feature 04.00 – 06.00 WIB 9%

6. Metro TV Expedition Lampung

Lampung Sepekan

Adventure

News

04.00 – 04.55 WIB

13.00 – 13.50 WIB 15 %

7. GTV Unique Journey Adventure 05.15 – 06.00 WIB 2%

8. ANTV

Panorama Lampung

Bincang Tokoh

Cahaya Hati Lampung

Hiburan

Talk Show

Religi

01.40 – 04.40 WIB 12%

9. NET TV

Lentera Indonesia

Lampung

Indonesia Bagus

Lampung

Adventure

Education

05.00 – 06.00 WIB

10.00 - 11.00 WIB 15%

10. TVRI Berita: Warta Lampung,

Monitor Olahraga,

News

Hiburan 15.00 – 19.00 WIB 18%

Page 28: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

7

No. Televisi Program Siaran Jenis Siaran Durasi Siaran Persentase

Bincang Petang

Hiburan: Anak Ceria,

Dunia Pendidikan,

Informasi Sehat, Pesona

Andalas

Musik: Musik Islami,

Lagu Pop Daerah,

Kompilasi Seni Budaya

Kuis: ABC (Anak

Bangsa Ceria)

Agama: Jalan-jalan

Islami

Religi

11. TV ONE

Documentary One

Lampung

Damai Indonesiaku

Lampung

`News

Hiburan 12.30 – 14.00 WIB 6%

12. RCTI

Dua Sisi

Urban

Bicara Islam

Assalamualaikum

Ustadz

Seputar Lampung

Dokumenter

Feature

Religi

03.50 – 06.00 WIB 10%

13. Kompas TV

Lampung

Kompas News Lampung

Gerbang Lampung

Bincang Inspiratif

StandUp Seru Lampung

News

Talk Show

Hiburan

04.30 - 08.30 WIB 18%

14. iNews TV

Lampung

iNews Lampung

Advetorial Sai Bumi

Senior & Junior

Cekal

Spesial Report

Tabik pun

News

Talk Show 15.00 – 17.00 WIB 10%

(Sumber: Pengamatan Peneliti dan KPID Lampung)

Keragaman isi siaran lokal televisi nasional berjaringan di daerah Lampung

merupakan kewenangan dari pihak KPID Lampung dalam mengawasinya. Komisi

Penyiaran Indonesia Daerah Lampung (KPID) selaku perpanjangan tangan dari

KPI Pusat mengawasi isi siaran lokal melalui pakem P3SPS, dan juga Peraturan

Daerah Provinsi Lampung (Perda) No. 10 tahun 2015 yang telah ditetapkan

pemerintah melalui KPI Pusat dan Pemerintah Daerah.

Page 29: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

8

Berdasarkan hal diatas, menurut UU No 32 Tahun 2002 pasal 46 ayat (8), konten

lokal yang disiarkan Televisi Nasional diatur sebagaimana berikut:

1. Produksi program muatan lokal sekurang-kurangnya diselenggarakan dalam

jumlah 10% dari total waktu siar;

2. Pelaksana produksi program muatan lokal diutamakan mengambil sumber

daya manusia dan potensi-potensi penyiaran dari daerah setempat dengan

mempertimbangkan profesionalisme;

3. Program muatan lokal adalah isi siaran yang memuat hal-hal yang bersumber

dari daerah dalam bidang sosial, politik, ekonomi dan budaya;

4. Durasi siaran lokal dapat ditingkatkan dari tahun ke tahun menjadi maksimal

30% disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan.

Dari ketentuan diatas, sudah dengan jelas diatur dan ditetapkan peraturan yang

membahas tentang konten siaran lokal daerah di televisi berjaringan dengan

ketentuan yang dimaksud diatas, lebih lanjut dituangkan pada Pasal 68 perihal

Program Lokal Dalam Sistem Stasiun Jaringan yang ada pada Pedoman Perilaku

Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) tahun 2012, selain itu terdapat

juga regulasi daerah yang dituangkan pada Peraturan Daerah Provinsi Lampung

No. 10 tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi di Daerah yaitu

Pasal 7 dan Pasal 8.

Urgensi dari adanya penelitian ini, yaitu penulis berharap penelitian ini dapat

dijadikan perbandingan atau tolak ukur terhadap berjalan atau tidaknya regulasi

yang ditetapkan pemerintah tersebut. Selain itu, dengan adanya penelitian ini

untuk menjamin ketersediaan sumber informasi bagi masyarakat di Lampung,

Page 30: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

9

karena jangan sampai televisi nasional yang berjaringan di daerah Lampung isi

kontennya tidak berisikan tentang kearifan lokal di Lampung, dan tidak

berkontribusi bagi pembangunan daerah khususnya di Provinsi Lampung.

Hal ini yang membuat penulis melakukan sebuah penelitian mengenai “Peran

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung Dalam Pengawasan dan

Penerapan Regulasi Isi Siaran Televisi Nasional Berjaringan di Lampung

(Studi pada Komisi Penyiaran Indonesia Derah Lampung).”

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah

pada penelitian ini yaitu Bagaimanakah Pelaksanaan Peran Komisi Penyiaran

Indonesia Daerah Lampung dalam Mengawasi Penerapan Regulasi Isi Siaran

Konten Daerah pada Televisi Nasional Berjaringan di Lampung?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

Mengetahui bagaimanakah pelaksanaan peran Komisi Penyiaran Indonesia

Daerah Lampung dalam Mengawasi Penerapan Regulasi Isi Siaran Konten

Daerah pada Televisi Nasional Berjaringan di Lampung.

Page 31: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

10

1.4. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Secara Keilmuan

a. Bagi Pengembangan Ilmu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

gambaran berjalan atau tidaknya regulasi pemerintah melalui Lembaga

penyiaran Televisi Nasional berjaringan di Lampung. Selain itu, untuk

menjamin kepentingan publik akan sumber informasi.

b. Bagi Ilmu Komunikasi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

kajian di bidang penyiaran televisi khususnya Televisi berjaringan.

2. Secara Praktis

a. Bagi Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung, hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan pemikiran sebagai

masukan dalam rangka meningkatkan Peran Komisi Penyiaran Indonesia

Daerah Dalam Pelaksanaan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar

Program Siaran.

b. Bagi Lembaga Penyiaran, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

salah satu sumbangan pemikiran sebagai masukan dalam rangka

meningkatkan mutu penyiaran lokal ataupun daerah.

c. Bagi Masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu

sumbangan pemikiran sebagai masukan bagi masyarakat agar dapat ikut

turut serta mengawal agar terwujudnya siaran lokal yang bermutu baik.

d. Bagi Pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

tentang kajian penyiaran televisi lokal.

Page 32: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai

pembanding dan tolak ukur serta mempermudah peneliti dalam menyusun

penelitian ini. Peneliti harus belajar dari peneliti lain agar menghindari duplikasi

dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti penelitian

sebelumnya. Dalam penelitian ini peneliti telah menganalisis beberapa penelitian

yang berkaitan dengan bahasan di dalam penelitian ini, yang mencakup tentang

pengawasan dan penerapan regulasi isi siaran penyiaran televisi.

1. Penelitian pertama berjudul Studi Eksplorasi Sistem Siaran Televisi

Berjaringan Di Indonesia yang dilakukan oleh K.B. Primasanti, mahasiswa

Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu KomunikasiUniversitas Kristen

Petra, tahun 2009. Penelitian K.B. Primasanti memfokuskan sistem televisi

berjaringan yang telah ada selama ini. Pada penelitian ini terlihat perbedaan

antara skripsi penulis yang memfokuskan pengawasan dan penerapan regulasi

siaran Televisi berjaringan di Indonesia, sedangkan didalam skripsi K.B.

Primasanti memfokuskan Analisis pada persiapan regulasi televisi berjaringan

di Indonesia pada 2009 silam. Penelitan ini menggunakan metode penelitian

Page 33: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

12

kualitatif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh K.B.Primasanti yaitu

Penerapan sistem siaran berjaringan yang berbeda-beda merupakan

konsekuensi dari keragaman tujuan dan pilihan cara menerapkan beberapa

aspek dalam sistem siaran berjaringan, yakni: pola berjaringan (model sistem

siaran berjaringan), cara pendanaan, mekanisme kontrol dan pengawasan serta

pemrograman sebagai persiapan menuju televisi berjaringan di Indonesia.

2. Penelitian yang kedua tentang Penerapan Standar Program Siaran Dalam

Tayangan Pesbukers yang dilakukan oleh Rifky Nur Putri, mahasiswa Jurusan

Ilmu Komunikasi, Fakultas ISIP, Universitas Diponegoro 2013. Perbedaan

skripsi ini dengan skripsi penulis terletak pada fokus penelitian, lalu

persamaan terletak pada peraturan pemerintah atau undang-undang yang

digunakan.Jika dibandingkan dengan penelitian yang peneliti lakukan,

kesamaannya penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis angkat saat

ini adalah penggunaan P3SPS yang juga digunakan peneliti.Perbedaannya dari

penelitian yang penulis angkat saat ini lebih fokus kepada Peran KPID

Lampung, sedangkan penelitian yang Rifky Nur Putri susun lebih kepada

peran KPI Pusat.

3. Penelitian ketiga tentang Konsistensi Penerapan Regulasi Penyiaran Program

Lokal Pada Media Televisi Berjaringan di Acehyang dilakukan oleh Juni

Saputri, Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Syah Kuala, Tahun

2016. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti susun terletak

pada tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui konsistensi penerapan regulasi

penyiaran program lokal pada media televisi berjaringan di Aceh. Jika

Page 34: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

13

dibandingkan dengan penelitian yang peneliti lakukan, kesamaannya

penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis angkat saat ini adalah

sama-sama penelitian tipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan

kualitatif. Adapun kontribusi penelitian ini untuk penelitian yang akan peneliti

susun adalah Memberi masukan skripsi kepada penulis tentang Peran KPI

dalam pengawasan dan penerepan regulasi isi siaran televisi.

4. Penelitian Keempat tentang Keberadaan Program Siaran Lokal di Televisi

Berjaringan Studi Implementasi Kebijakan Media Terhadap Protv yang

dilakukan oleh Eva Ratna Hari Putri. Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi,

Fakultas ISIP, Universitas Diponegoro, Tahun 2014, perbedaan terletak pada

Terletak pada objek penelitian, dimana penelitian ini mengkaji implementasi

kebijakan televisi berjaringan pada Pro TV Semarang. Jika dibandingkan

dengan penelitian ini sama sama menggunakan pendekatan kualitatif dalam

menganalisis sitem televisi berjaringan. Adapun kontribusi penelitian ini

untuk penelitian yang akan peneliti susun adalah Memberi masukan skripsi

kepada penulis tentang Peran KPI dalam pengawasan dan penerepan regulasi

isi siaran televisi.

Page 35: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

14

Berikut peneliti sajikan data mengenai penelitian terdahulu dalam bentuk tabel:

Tabel 2. Penelitian Terdahulu

No. Judul Persamaan Perbedaan Kontribusi Hasil Penelitian

1

Studi Eksplorasi

Sistem Siaran

TelevisiBerjaring

an Di Indonesia

(K.B. Primasanti,

mahasiswa

Jurusan Ilmu

Komunikasi,

Fakultas Ilmu

Komunikasi

Universitas

Kristen Petra,

tahun 2009).

Sama sama

menggunakan

pendekatan

kualitatif

dalam

menganalisis

sitem televisi

berjaringan.

Perbedaan

obyek

penelitian

antara

persiapan dan

regulasi

televisi

berjaringan.

Memberi

masukan

kepada penulis

untuk

mendapatkan

informasi

mengenai

pembahasan

mengenai

televisi nasional

berjaringan.

Hasil penelitian yang

dilakukan oleh

K.B.Primasanti yaitu

Penerapan sistem siaran

berjaringan yang

berbeda-beda merupakan

konsekuensi dari

keragaman tujuan dan

pilihan cara menerapkan

beberapa aspek dalam

sistem siaran berjaringan,

yakni: pola berjaringan

(model sistem siaran

berjaringan), cara

pendanaan, mekanisme

kontrol dan pengawasan

serta pemrograman

sebagai persiapan menuju

televisi berjaringan di

Indonesia.

2

Penerapan

Standar Program

Siaran Dalam

Tayangan

Pesbukers. (Rifky

Nur Putri,

mahasiswa

Jurusan Ilmu

Komunikasi,

Fakultas ISIP,

Universitas

Diponegoro,tahun

2013).

Persamaan

terletak pada

peraturan

pemerintah

atau undang-

undang yang

digunakan

(P3SPS).

Perbedaan

skripsi ini

dengan skripsi

penulis

terletak pada

fokus

penelitian

Memberi

masukan skripsi

kepada penulis

tentang Peran

KPI dalam

pengawasan

dan penerepan

regulasi isi

siaran televisi.

Jika dibandingkan dengan

penelitian yang peneliti

lakukan, kesamaannya

penelitian terdahulu

dengan penelitian yang

penulis angkat saat ini

adalah penggunaan

P3SPS yang juga

digunakan peneliti.

Perbedaannya dari

penelitian yang penulis

angkat saat ini lebih

fokus kepada Peran KPID

Lampung, sedangkan

penelitian yang Rifky

Nur Putri susun lebih

kepada peran KPI Pusat.

3

Konsistensi

Penerapan

Regulasi

Penyiaran

Program Lokal

Pada Media

Televisi

Berjaringan Di

Sama-sama

penelitian

tipe deskriptif

dengan

menggunakan

pendekatan

kualitatif.

Perbedaan

terletak pada

Tujuan

Penelitian ini,

yaitu untuk

mengetahui

konsistensi

penerapan

Memberi

masukan skripsi

kepada penulis

tentang Peran

KPI dalam

pengawasan

dan penerepan

regulasi isi

Aktivitas anggota

jaringan lembaga

penyiaran televisi swasta

Aceh dalam proses

ekonomi dikontrol pusat

secara mutlak. Dimana

proses ekonomi dalam

hal ini berupa output

Page 36: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

15

No. Judul Persamaan Perbedaan Kontribusi Hasil Penelitian

Aceh (Juni

Saputri,

Mahasiswa Prodi

Ilmu Komunikasi,

Universitas Syah

Kuala, Tahun

2016)

regulasi

penyiaran

program lokal

pada media

televisi

berjaringan di

Aceh.

siaran televisi. media yakni program

atau konten. Serta seluruh

lembaga penyiaran yang

menjadi objek penelitian

tidak konsisten dalam

menayangkan program

lokal, Inkonsistensi

tersebut dilihat dari

proses produksi program

lokal, persentase jam siar,

dan jam tayang program

lokal yang di siarkan.

4

Keberadaan

Program Siaran

Lokal Di Televisi

Berjaringan

(Studi

Implementasi

Kebijakan Media

Terhadap Protv).

(Eva Ratna Hari

Putri. Mahasiswa

Jurusan Ilmu

Komunikasi,

Fakultas ISIP,

Universitas

Diponegoro,

Tahun 2014)

Sama sama

menggunakan

pendekatan

kualitatif

dalam

menganalisis

sitem televisi

berjaringan.

Terletak pada

objek

penelitian,

dimana

penelitian ini

mengkaji

implementasi

kebijakan

televisi

berjaringan

pada Pro TV

Semarang

Memberi

masukan

kepada penulis

untuk

mendapatkan

informasi

mengenai

pembahasan

mengenai

televisi nasional

berjaringan.

Hasil penelitian yang

didapatkan adalah

implementasi sistem

stasiun jaringan di

PROTV sebagai anggota

jaringan SINDOTV

belum berjalan dengan

ideal. Faktor

kepemilikan

menyebabkan adanya

dominasi kekuasaan dari

pemilik modal melalui

berbagai keputusan yang

memengaruhi

keberadaan program

siaran lokal. Terjadi

pengurangan slot time

bagi program siaran

lokal dan pergeseran

prime time program

siaran lokal di PROTV

(Sumber: e-journal Undip, Repository Petra, etd Unsyiah, dan Portal Garuda, diakses

tanggal 24 November 2017)

Page 37: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

16

2.2 Televisi Sebagai Media Massa

Pada hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula

dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan gagasan seorang

mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, menemukan

sistem penyaluran sinyal gambar, untuk mengirim gambar melalui udara dari

suatu tempat ke tempat lain. Sistem ini dianggap praktis, sehingga diadakan

percobaan pemancaran serta penerimaan sinyal televisi tersebut. Hal ini terjadi

antara tahun 1883-1884. Akhirnya Nipkov diakui sebagai ‘Bapak’ televisi.

Televisi sudah mulai dapat dinikmati oleh publik Amerika Serikat pada tahun

1939, yaitu ketika berlangsungnya World’s Fair di New York Amerika serikat,

tetapi Perang Dunia II telah menyebabkan kegiatan dalam bidang televisi itu

terhenti. Baru setelah itu, tahun 1946 kegiatan dalam bidang televisi dimulai lagi.

Pada waktu itu di seluruh Amerika Serikat hanya terdapat beberapa buah

pemancar saja, tetapi kemudian teknologi berkembang dengan pesat, jumlah

pemancar TV meningkat dengan hebatnya. Tahun 1948 merupakan tahun penting

dalam dunia pertelevisian karena pada tahun tersebut ada perubahan dari televisi

eksperimen ke televisi komersial di Amerika.

Seperti halnya dengan media massa lain, televisi pun tidak dapat dimonopoli oleh

Amerika Serikat saja. Sewaktu Amerika giat mengembangkan Menurut Skormis

(Kuswandi, 1996 : 8) dalam bukunya “Television and Society : An Incuest and

Agenda “, dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah,

buku, dan sebagainya). Televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa.

Page 38: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

17

Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat

informatif, hiburan, dan pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur

tersebut. Informasi yang disampaikan oleh televisi, akan mudah dimengerti karena

jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual. Media masa sendiri

mempunyai fungsi diantaranya; memberikan informasi, informasi pewarisan

budaya, pendidikan, hiburan.

2.3 Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Televisi di

Indonesia

Tahun 1948 merupakan tahun penting dalam dunia pertelevisian karena pada

tahun tersebut ada perubahan dari televisi eksperimen ke televisi komersial di

Amerika. Seperti halnya dengan media massa lain, televisi pun tidak dapat

dimonopoli oleh Amerika Serikat saja. Sewaktu Amerika giat mengembangkan

media massa itu, negara-negara Eropalain pun tidak mau ketinggalan.

Perkembangan televisi sangat cepat sehingga dari waktu ke waktu media ini

memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari. (Menurut

Kuswandi,1996:8), dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat

kabar, majalah, buku, dan sebagainya) Televisi tampaknya mempunyai sifat

istimewa.

Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat

informatif, hiburan, dan pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur

tersebut.Informasi yang disampaikan oleh televisi, akanmudah dimengerti karena

jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual.

Page 39: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

18

Bersamaan dengan kemajuan media cetak, muncul media lain sebagai sumber

informasi bagi khalayak yaitu media elektronik mulai dari TV berwarna hingga

teknologi internet. Seperti surat kabar, saat ini hampir setiap orang memiliki

televisi di tempat tinggalnya.Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran

bergambar.Kata televisi berasal dari kata teledan vision; yang mempunyai arti

masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision).Jadi televisi berarti tampak atau

dapatmelihat dari jarak jauh.Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan

roda, karena penemuan inimampu mengubah peradaban dunia.Di Indonesia

'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.Televisi untuk

umum menyiarkan programnya secara universal, tetapi fungsi utamanya tetap

hiburan.Kalaupun ada program-program yang mengandung segi informasi dan

pendidikan, hanya sebagai pelengkap saja dalam rangka memenuhi kebutuhan

alamiah manusia.

Inovasi terpenting yang terdapat pada televisi ialah kemampuan menyajikan

komentar atau pengamatan langsung saat suatu kejadian berlangsung. Namun

demikian banyak peristiwa yang perlu diketahui publik telah direncanakan

sebelumnya, maka penambahan kadar aktualitas juga terbatas. Media televisi di

Indonesia bukan lagi sebagai barang mewah.Kini media layar kaca tersebut sudah

menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat untuk

mendapatkan informasi. Dengan kata lain, informasi sudah merupakan bagian

dari hak manusia untuk aktualisasi diri Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia

dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya

pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan.Sejak

Page 40: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

19

itupula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai

panggilan status sampai sekarang.

Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan

segala kesederhanaannya. TVRI yang berada di bawah Departemen Penerangan,

kini siarannya sudah dapat menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia.Sejak

tahun 1989 TVRI mendapat saingandari stasiun TVlainnya, yakni (RCTI)

Rajawali Citra Televisi Indonesia yang bersifat komersial.Kemudian secara

berturut-turut berdiri stasiun televisi (SCTV) Surya Citra Televisi Indonesia,

(TPI) Televisi Pendidikan Indonesia dan (ANTEVE) Andalas Televisi (Ardianto,

2004 : 127).

Dengan kehadiran RCTI, SCTV, dan TPI maka dunia pertelevisian di Indonesia

telah mengalami banyak perubahan, baik dalam hal mutu siarannya maupun

waktu penayangannya.Untuk lebih meningkatkan mutu siarannya pada

pertengahan tahun 1993, RCTI telah mengudara secara nasional dan membangun

beberapa stasiun transmisi di berbagai kota besar di Indonesia , seperti: Jakarta,

Bandung, Surabaya, Medan, Batam, dan daerah-daerah lain.

Kemudian stasiun-stasiun televisi swasta bertambah lagidengan kehadiran

Indosiar, Trans TV, Trans 7, Global TV, Metro TV, dan TV One. Seperti telah

kita ketahui perkembangan pertelevisian di Indonesia semakin meningkat, dulu

hanya ada satu stasiun televisi nasional di Indonesia yakni TVRI, kini telah ada

lebih dari 10 TV swasta nasional tambahan yang mendapatkan izin melakukan

siaran, yakni RCTI, SCTV. ANTV, Indosiar, Global TV, MNCTV, TV One,

Metro TV, Trans TV dan Trans 7.Belum lagi stasiun berjaringan seperti Kompas

Page 41: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

20

TV dan NET, lalu TV-TV berbayar dan stasiun TV lokal yang tersebar di

berbagai daerah di Indonesia.

2.4 Kegiatan Penyiaran Televisi di Indonesia

2.4.1 Persaingan Industri Televisi Indonesia

Sebagaimana diketahui oleh duniapenyiaran, televisi adalah medium yang

diciptakan untuk menjual.Bisnis televisi mulai marak setelah keluarnya Surat

Keputusan Menteri Penerangan No. 111 Tahun 1990. Diawali pada tahun 1987-

1988 ketika RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) diizinkan siaran dengan

menggunakan decoder, diikuti SCTV (Surya Citra Televisi) pada tahun 1989. TPI

(Televisi Pendidikan Indonesia) menyusul awal tahun 1991. Pada tahun 1993 AN-

TV (Andalas Televisi) mengudara secara nasional dariJakarta dan tahun 1994

televisi Indosiar Mandiri milik Indo Salim Group pun mengudara (Ishadi SK.

1997: 18).

Dalam perekonomian yang sehat, stasiun televisi dapat menjadi tambang emas

bagi pemiliknya, namun dalam perekonomian yang lemah stasiun televisi hanya

akan menghabiskan dana pemiliknya. Menjalankan stasiun televisi memerlukan

imajinasi dan gairah, karenanya para pengelola televisi haruslah terdiri dari orang-

orang yang kaya gagasan dan penuh energi. Selain itu, televisi menggunakan

gelombang udara publik, sehingga televisi mempunyai tanggung jawab kepada

pemirsanya melebihi bisnis lainnya dalam masyarakat (Morrisan, 2006: 1).

Page 42: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

21

2.4.2 Proses Produksi Acara Televisi Berjaringan di Indonesia

Proses Produksi Acara Televisi Berjaringan di Indonesiadiatur dalam UU No

32 Tahun 2002 pasal 46 ayat (8), mengenai konten lokal yang disiarkan

Televisi Nasional Berjaringan diatur sebagaimana berikut:

a. Produksi program muatan lokal sekurang-kurangnya diselenggarakan dalam

jumlah 10% dari total waktu siar;

b. Pelaksana produksi program muatan lokal diutamakan mengambil sumber

daya manusia dan potensi-potensi penyiaran dari daerah setempat dengan

mempertimbangkan profesionalisme;

c. Program muatan lokal adalah isi siaran yang memuat hal-hal yang bersumber

dari daerah dalam bidang sosial, politik, ekonomi dan budaya;

d. Durasi siaran lokal dapat ditingkatkan dari tahun ke tahun menjadi maksimal

30% disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan.

Selain itu, terdapat pula peraturan daerah, yang menjadi standarisasi pedoman

pihak Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung (KPID), mengenai

Penyelenggaraan Penyiaran Televisi di Daerah yang dituangkan dalam Peraturan

Daerah Provinsi Lampung (Perda) No. 10 tahun 2015 pada pasal 7 dan pasal 8.

Adapun isi dari Perda pasal 7 sebagai berikut:

1. Dalam sistem stasiun jaringan, setiap stasiun penyiaran lokal wajib memuat

program siaran lokal dengan durasi paling sedikit 10% dari seluruh waktu

siaran berjaringan per hari.

2. Program siaran lokal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatas paling

sedikit 30% diantaranya wajib ditayang serentak pada pukul 17.00 – 18.00

WIB dengan sisanya dapat ditayangkan antara pukul 05.00 – 22.00 WIB.

Page 43: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

22

3. Berdasarkan perkembangan kemampuan daerah dan lembaga penyiaran

swasta harus memuat siaran lokal sebagaimana dimaksud ayat (1) secara

bertahap naik menjadi paling sedikit 50% dari seluruh waktu siaran perhari.

4. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib dilakukan selama 6

tahun dengan ketentuan dilakukan secara bertahap menaikkan konten lokal

sebanyak 25% selama 3 tahun pertama dan 25% selanjutnya selama 3 tahun

berikutnya.

Sedangkan isi dari Perda pasal 8 adalah sebagai berikut:

1. Siaran lokal sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1), ayat (2) dan ayat

(3) adalah siaran dengan muatan lokal pada daerah setempat sesuai dengan

wilayah layanan siaran dari masing-masing lembaga siaran jaringan.

2. Siaran lokal sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan siaran muatan lokal

dengan sekurang-kurangnya memenuhi kriteria:

a. Disiarkan oleh stasiun anggota di masing-masing wilayah layanan provinsi

Lampung;

b. Proses produksi siaran dilakukan di provinsi Lampung;

c. Proses penyelenggaran siaran lokal baik teknis maupun non teknis

mengutamakan sumber daya manusia (SDM) di provinsi Lampung;

d. Format siaran lokal harus memperhatikan keragaman isi siaran dengan

mengutamakan kepentingan masyarakat dan dalam rangka peningkatan

pembangunan daerah;

e. Keragaman isi siaran sebagaimana dimaksud huruf d meliputi aspek:

informasi daerah, seni dan budaya, pariwisata, pendidikan, pembangunan

di daerah, Bahasa Lampung dan hiburan yang sehat.

Page 44: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

23

Berdasarkan pada regulasi di atas, pada pasal 46 ayat(8) dalam UU No. 32 Tahun

2002 dan Perda No. 10 tahun 2015 Tentang Ketentuan Konten Lokal yang

Disiarkan Televisi Nasional Berjaringan, seharusnya proses produksi konten atau

isi siaran lokal setidaknya mencakup siaran kearifan lokal yang durasinya

sekurang-kurangnya 10 % dari total siaran. Dari pasal tersebut juga, diatur bahwa

produksi isi siaran lokal, mengutamakan sumber daya daerah tempat siaran lokal

itu dibuat. Selain itu, isi siaran lokal pun tidak terbatas pada segmen manapun,

selagi isi siaran lokal tersebut masih menginformasikan tentang informasi yang

ada dalam daerah tersebut. Pada akhirnya, durasi isi siaran konten lokal dapat

ditingkatkan semaksimal mungkin sampai 30% disesuaiakan dengan kemampuan

stasiun televisi bersangkutan serta kebutuhan informasi pada daerah tersebut.

Kesemua proses tersebut harus dilakukan di daerah dimana isi siaran konten lokal

tersebut disiarkan.

2.4.3 Pengawasan Penyiaran Televisi Nasional Berjaringan di Indonesia

Di Indonesia lembaga yang diberikan wewenang untuk mengawasi bagaimana

pelaksanaan penyiaran adalah Komisi Penyiaran Indonesia(KPI), sebagaimana

diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang

Penyiaran. Adapun isi pasalnya adalah sebagai berikut:

Pasal 7 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang

Penyiaran:

1. Komisi penyiaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) disebut

Komisi Penyiaran Indonesia, disingkat KPI;

2. KPI sebagai lembaga negara yang bersifat independen mengatur hal-hal

mengenai penyiaran;

3. KPI terdiri atas KPI Pusat dibentuk di tingkat pusat dan KPI Daerah

dibentuk di tingkat provinsi.

Page 45: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

24

Pasal 8 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang

Penyiaran:

1. KPI sebagai wujud peran serta masyarakat berfungsi mewadahi aspirasi

serta mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran;

Dalam menjalankan fungsinya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), KPI

mempunyai wewenang:

a. Menetapkan standar program siaran;

b. Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran;

c. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta

standar program;

d. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku

penyiaran serta standar program siaran;

e. Melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengan Pemerintah, lembaga

penyiaran, dan masyarakat.

Pasal 50 Undang-undang Republik Indonesia tentang Penyiaran:

1. KPI wajib mengawasi pelaksanaan pedoman perilaku penyiaran;

2. KPI wajib menerima aduan dari setiap orang atau kelompok yang

mengetahui adanya pelanggaran terhadap pedoman perilaku penyiaran;

3. KPI wajib menindaklanjuti aduan resmi mengenai hal-hal yang bersifat

mendasar;

4. KPI wajib meneruskan aduan kepada lembaga penyiaran yang

bersangkutan dan memberikan kesempatan hak jawab;

2.4.4 Regulasi Televisi Berjaringan di Indonesia

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), membuat regulasi berupa Pedoman Perilaku

Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) tahun 2012, mengenai konten

siaran lokal yang terdapat pada pasal 68 tentang Program Lokal dalam Sistem

Page 46: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

25

Stasiun Jaringan. Tujuannya adalah untuk menegakkan aturan-aturan mengenai

pelanggaran program siaran, merusak nilai-nilai, dan budaya yang berlaku di

masyarakat.Sehingga diharapkan masyarakat mendapatkan siaran yang sehat dan

bermartabat.Masyarakat berhak mendapatkan siaran yang sehat dan bermartabat,

karena frekuensi adalah milik publik bukan milik individu atau golongan.KPI

wajib menyampaikan secara tertulis hasil evaluasi dan penilaian kepada pihak

yang mengajukan aduan dan Lembaga Penyiaran yang terkait. Adapun isi dari

Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) tahun 2012

pasal 68 yaitu sebagai berikut:

1. Program siaran lokal wajib diproduksi dan ditayangkan dan ditayangkan

dengan durasi paling sedikit 10% untuk televisi dan paling sedikit 60% untuk

radio dari seluruh waktu siaran berjaringan perhari.

2. Program siaran lokal sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) di atas paling

sedikit 30% di antaranya wajib ditayangkan pada waktu primetime waktu

setempat.

3. Program siaran lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara bertahap

wajib ditingkatkan hingga paling sedikit 50% untuk televisi dari seluruh

waktu siaran berjaringan per hari.

Televisi nasional berjaringan di Indonesia sudah ada sejak tahun 2000 awal (K.B

Primasanti, Jurnal Ilmu Komunikasi Studi Eksplorasi Sistem Siaran Televisi

Berjaringan Di Indonesia, 2009).Namun belum adanya peraturan atau regulasi

yang tepat membuat siaran televisi berjaringan ditangguhkan dan diberi periode

tenggang sampai tahun 2007. Selain itu, adapun Televisi Nasional berjaringan di

Lampung sudah ada sejak tahun 2008 dimana yang menyiarkan siaran dengan

Page 47: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

26

konten lokal pertama kali adalah TV ONE yang dulu masih bernama Lativi

(Rekomendasi Kelayakan, No:013/RK-Lampung/KPI/01/09). Adapun dalam

pelaksanaan televisi nasional berjaringan tersebut, timbul pertanyaan apakah

sudah sesuai dengan peraturan yang telah diberlakukan atau tidak.Hal ini tentu

saja memerlukan pengawasan oleh lembaga terkait.Seluruh lembaga penyiaran

tersebut menjalankan sistem stasiun jaringan yang artinya mereka harus

menjalankan peraturan tentang penyelenggaraan sistem stasiun jaringan yang ada.

Selain itu, adapun televisi nasional yang sudah berjaringan di Lampung

diantaranya adalah, TRANS7, TRANSTV, INDOSIAR, SCTV, MNCTV,

METROTV, GLOBALTV, ANTV, NET TV, TVRI, TVONE, RCTI,

KOMPASTV, INEWS TV.

Adapun aturan tentang televisi Nasional berjaringan sebagai konsekuensi dari

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 50 tahun 2005 (https://ppidkemkominfo.-

files.com, diakses pada 14 November 2017). Sistem jasa penyiaran televisi telah

diatur pada Pasal 36 PP Nomor 50 Tahun 2005 yang berisikan sebagai berikut:

Lembaga Penyiaran Swasta jasa penyiaran televisi dapat menyelenggarakan

siaran melalui sistem stasiun jaringan dengan jangkauan wilayah terbatas diatur

sebagai berikut:

a. Induk stasiun jaringan merupakan Lembaga Penyiaran Swasta yang terletak di

Ibukota provinsi;

b. Anggota stasiun jaringan merupakan Lembaga Penyiaran Swasta yang

terletak di Ibukota provinsi, kabupaten dan/atau kota;

c. Untuk kesamaan acara, siaran stasiun jaringan dapat dipancarluaskan melalui

stasiun relai ke seluruh wilayah dalam satu provinsi;

d. Khusus untuk provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta tidak diizinkan mendirikan stasiun relai;

e. Jangkauan wilayah siaran dari suatu sistem stasiun jaringan dibatasi paling

banyak 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah provinsi di Indonesia.

Page 48: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

27

f. Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf e

memungkinkan terjangkaunya wilayah siaran menjadi paling banyak 90%

(sembilan puluh perseratus) dari jumlah provinsi di Indonesia, hanya untuk

sistem stasiun jaringan yang telah mengoperasikan sejumlah stasiun relai

yang dimilikinya sehingga melebihi 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari

jumlah provinsi sebelum ditetapkannya peraturan pemerintah ini;

g. Paling banyak 80% (delapan puluh perseratus) dari jumlah sebagaimana

dimaksud pada huruf e atau huruf f terletak di daerah ekonomi maju yang

lokasinya dapat dipilih oleh lembaga penyiaran yang bersangkutan, dan

paling sedikit 20% (dua puluh perseratus) sisanya berada di daerah ekonomi

kurang maju dan lokasinya ditetapkan oleh Menteri.

h. Penentuan daerah ekonomi maju dan daerah ekonomi kurang maju

sebagaimana dimaksud pada huruf g ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

Berdasarkan pada aturan yang telah di tentukan di atas, standarisasi yang

digunakan oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung (KPID) untuk

mengawasi siaran lokal televisi nasional berjaringan di Lampung di ukur melalui,

UU No. 32 Tahun 2002, P3SPSpasal 68 tahun 2012, PP No. 50 tahun 2005, dan

PERDA Provinsi Lampung No. 10 tahun 2015 pasal 7 dan 8. Berdasarkan pada

regulasi yang ada maka, timbulah beberapa aspek penelitian yang akan peneliti

amati untuk mengukur berjalan atau tidaknya regulasi siaran televisi nasional

berjaringan di Lampung, yaitu sebagai berikut:

1. Isi Siaran

Pada aspek ini, peneliti mengamati seperti apakah isi siaran konten lokal

televisi nasional berjaringan yang disiarkan tersebut sudah sesuai atau tidak

dengan regulasi yang ada.

2. Sumber Daya Manusia (SDM)

Pada aspek ini, peneliti mengamati apakah SDM atau sumber daya manusia

yang digunakan dalam proses produksi isi siaran konten lokal televisi nasional

berjaringan tersebut sudah sesuai dengan regulasi yang ada atau tidak.

Page 49: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

28

3. Metode Pengawasan

Pada aspek ini, peneliti mengamati metode pengawasan yang dilakukan oleh

KPID Lampung dalam mengawasi isi siaran konten lokal televisi nasional

berjaringan di Daerah Lampung.

4. Durasi dan Pola Siaran

Pada aspek ini, peneliti melihat dan membandingkan durasi dan pola

siaranyang di tayangkan dengan durasi yang seharusnya di penuhi oleh siaran

konten lokal televisi nasional berjaringan, dan durasi serta pola pengawasan di

KPID..

5. Sarana untuk Mengawasi

Dalam aspek ini, peneliti melihat sarana atau fasilitas yang digunakan oleh

KPID Provinsi Lampung dalam mengawasi isi siaran konten lokal televisi

nasional berjaringan di Lampung.

6. Upaya KPID Lampung dalam Optimalisasi Siaran Lokal

Dalam aspek ini, peneliti mengamati upaya KPID Lampung dalam optimalisasi

siaran lokal melalui apresiasi (reward) dan juga sanksi (punishment) yang

diberikan oleh KPID Provinsi Lampung kepada Stasiun Televisi Nasional

Berjaringan yang bersangkutan. (Pasal 36 PP No. 50 Tahun 2005 dan Pasal 46

ayat 8 UU No. 32 Tahun 2002, P3SPS pasal 68 tahun 2012, dan Perda No. 10

pasal 7 & 8 tahun 2015).

Page 50: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

29

2.5 Landasan Teori

2.5.1 Teori Regulasi Media

Saat ini regulasi penyiaran mencangkup 3 hal, yakni;

a. Regulasi struktur,Regulasi struktur berisi tentang kepemilikan media oleh

pasar.

b. Tingkah laku, Regulasi tingkah laku dimaksudkan untuk mengatur tata

laksana penggunaan properti dalam kaitannya dengan kompetitor.

c. Regulasi isi, adalah regulasi isi yang berisi tentang batasan material siaran

yang boleh dan tidak boleh disiarkan (Mike Feintuck 2006: 235. E-Book

Media Regulation, Public Interest and The Law.)

Ada 3 hal yang membuat regulasi penyiaran ini dipandang penting;

Pertama, dalam iklim demokrasi saat ini, salah satu urgensi yang mendasari

penyusunan regulasi penyiaran adalah hak asasi manusia tentang kebebasan

berbicara, yang menjamin kebebasan seseorang untuk mengemukakan

pendapatnya tanpa ada intervensi, bahkan dari pemerintah.

Kedua, demokrasi menghendaki adanya peraturan yang menjamin keberagaman

politik dan kebudayaan, dengan menjamin kebebasan aliran ide dan posisi dari

semua kalangan dan kelompok.Regulasi penyiaran bisa menjadi jaminan agar

seluruh keberagaman politik dan budaya bisa terangkat dan dilestarikan secara

merata.

Page 51: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

30

Ketiga adalah alasan ekonomi mengapa regulasi diperlukan. Tanpa adanya

regulasi media yang jelas, maka akan berpotensi terjadinya monopoli media.

Pemasukan terbesar dari lembaga penyiaran adalah pemasangan iklan. Dengan

adanya peraturan tentang sistem stasiun jaringan, maka pemasukan dari iklan

tidak hanya akan dinikmati oleh pusat, tapi juga harus di distribusikan ke daerah.

Hal ini akan berdampak pada pengembangan ekonomi di daerah tempat sistem

stasiun jaringan dijalankan.

Regulasi Isi sendiri menjelaskan bahwa, batasan material siaran yang boleh atau

tidak boleh disiarkan, dimana batasan tersebut sesuai dengan regulasi yang ada

pada P3SPS Tahun 2012 yang berarti batasan tersebut adalah, program-program

siaean yang mengandung: nilai-nilai kesukuan, keagamaan, ras dan antar

golongan, norma kesopanan, etika profesi, kepentingan publik, program layanan

publik, hak privasi, perlindungan kepada anak, perlindungan kepada masyarakat,

muatan seksualitas, muata kekerasan, penggolongan siaran, program siaran

jurnalistik, hak siar, sensor, siaran lokal dalam jaringan, sanksi dan penanggung

jawaban.

2.5.2 Teori Pers Tanggung Jawab Sosial

Teori Pers Tanggung Jawab Sosial diungkapkan oleh Fred S. Siebert (dalam

Masduki, 2007: 66), dinyatakan sebagai pergeseran dari teori liberal. Pergesaran

yang dimaksud adalah teori liberal berawal dari kemerdekaan negatif yang dapat

didefinisikan sebagai kebebasan dari pengekangan eksternal (pemerintah) yang

sebelumnya berlaku dalam teori otoriter. Kebebasan dalam nuansa negatif tersebut

Page 52: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

31

dalam negara demokratis kemudian bergeser menjadi teori tanggung jawab sosial

yang berdasarkan pada kebebasan positif.

Dasar pemikiran utama dari teori ini adalah bahwa kebebasan dan kewajiban

berlangsung secara beriringan dan berkewajiban bertanggung jawab kepada

masyarakat dalam melaksanakan fungsi-fungsi yang hakiki (Masduki, 2007: 66).

Teori tanggung jawab sosial ini termasuk kedalam Four Theories of The Press

yang terdiri dari: Teori Pers Otoriter, Teori Pers Liberal dan Teori Pers Komunis.

Pada mulanya teori tanggung jawab sosial dan ketiga teori pers lainnya, memang

merupakan teori pers, tetapi kemudian seirama dengan perkembangan media

massa yang meliputi radio, televisi dan film, maka teori ini menjadi teori media

massa. Dengan kata lain teori pers yang semula hanya teori pers dalam arti sempit

kini menjadi pers dalam pengertian luas, tidak hanya sekedar media cetak tetapi

juga media elektronik (dalam Masduki, 2007: 66).

Sebagaimana telah dikemukan pada penjelasan diatas, dalam teori tanggung jawab

sosial ini, media massa dalam melakukan aktivitasnya berkewajiban bertanggung

jawab kepada masyarakat dengan menjalankan fungsi pers sebagaimana mestinya,

fungsi pers menurut Fred S. Siebert (dalam Masduki, 2007: 66) yakni :

a. Fungsi menyiarkan informasi: Untuk memberikan informasi kepada

masyarakat atau khalayak.

b. Fungsi mempengaruhi: Untuk mempengaruhi baik secara eksplisit maupun

implisit.

c. Fungsi mendidik: Untuk mendidik khalayak, memang merupakan hal yang

abstrak tetapi khalayak dapat merasakannya.

Page 53: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

32

d. Fungsi menghibur: Memberi hiburan kepada khalayak agar merasa senang

dan terhibur, sehingga khalayak akan merasa senang dengan keberadaaan

media massa itu sendiri.

2.6 Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar

obyek yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar

obyek.Bila dalam penelitian ada obyek penjelas atau pelengkap lainnya, maka

juga perlu dijelaskan, mengapa obyek itu ikut dilibatkan dalam penelitian.

Pertautan antar obyek tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk

paradigma penelitian.Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma

penelitian harus didasarkan pada kerangka berpikir (Sugiyono, 2010:60).

Pada penelitian ini, yang pertama akan dijelaskan adalah adanya regulasi

pengawasan isi siaran lokal di Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang

No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang mengamanatkan kepada semua

lembaga penyiaran, Khususnya televisi nasional untuk melakukan siaran

berjaringan dengan konten lokal oleh pemerinath pusat melalui KPI. Kebijakan ini

dikeluarkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang

mengatur keikut sertaan sebanyak-banyak orang untuk berusaha di dunia

penyiaran serta membangkitkan potensi lokal melalui penyiaran televisi.Adapun

UU ini dikleuarkan pada tahun 2002 sebagai regulasi untuk mengatur segala

penanyangan oleh TV nasional berjarinagan.

Page 54: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

33

Serta adanya aturan yang mengatur tentang televisi Nasional berjaringan sebagai

konsekuensi dari Peraturan Pemerintah yang di atur pada (PP) Nomor 50 tahun

2005. Dan kesemua peraturan tersebut diatur oleh lembaga pemerintah yaitu

Komisi penyiaran Indonesia dan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung,

lembaga tersebut mempunyai Tugas, Fungsi, dan Pengawasan terhadap penerapan

regulasi isi siaran Televisi Nasional yang sudah berjaringan. Selain itu, aturan ini

juga dituangkan pada Pasal 68 Program Lokal Dalam Sistem Stasiun Jaringan

dalam Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) tahun

2012, dan ikut dituangkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Lampung No. 10

tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi di Daerah yaitu Pasal 7

dan Pasal 8.

Kemudian, peneliti akan melanjutkannya dengan membahas dinamika televisi

berjaringan. Dimana sistem televisi di Indonesia yang mengharuskan televisi-

televisi yang memiliki daya frekuensi siaran nasional, agar melepaskan frekuensi

terhadap daerah-daerah siaran mereka dan menyerahkan pada orang/ lembaga/

organisasi daerah yang ingin menggunakannya untuk dikembangkan.

Selanjutnya, peneliti akan melihat bagaimana siaran konten daerah Lampung,

dimana KPID Lampung sebagai lembaga pengawasan penyiaran yang ada di

daerah Lampung, mempunyai fungsi secara umum untuk mengawasi penerapan

penyiaran apakah sudah sesuai dengan regulasi yang ada atau sebaliknya. Adapun

regulasi isi siaran yang ada dalam UU No. 32 Tahun 2002 salah satunya adalah

keharusan televisi berjaringan untuk menampilkan isi siaran berkonten lokal,

dalam hal ini konten daerah Lampung.

Page 55: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

34

Selain aturan-aturan tersebut, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung tidak

membuat standarisasi lain untuk menilai apakah televisi berjaringan tersebut

melanggar atau tidak regulasi isi siaran konten lokal televisi berjaringan. KPID

hanya mengacu kepada regulasi-regulasi tersebut, dan tidak ada aturan-aturan

ataupun kriteria dan standarisasi lain yang digunakan oleh pihak KPID Lampung

dalam mengawasi. (hasil wawancara dengan Bapak Thabrani M.T., tanggal 8

Februari 2018).

Aspek-aspek yang dilihat dari adanya penelitian ini adalah pengawasan regulasi

yang mengatur konten lokal ini adalah sebagai berikut:

a. Isi siaran konten lokal seperti apa yang di tayangkan oleh televisi nasional

berjaringan di Lampung.

b. SDM atau sumber daya manusia seperti apa yang di sajikan dalam proses

produksi isi siaran konten lokal televisi nasional berjaringan di Lampung.

c. Metode Pengawasan seperti apa yang ada di Komisi Penyiaran Indonesia

(KPI) Daerah Lampung, terutama pada Bidang Pengawasan televisi

nasional berjaringan.

d. Sarana pengawasan yang digunakan oleh Komisi Penyiaran Indonesia

(KPI) Daerah Lampung dalam mengawasi isi siaran konten lokal televisi

nasional berjaringan di Lampung.

e. Durasi dan pola siaran konten lokal, apakah sudah mencakup waktu siaran

yang sesuai dengan regulasi yang telah di tetapkan oleh Komisi Penyiaran

Indonesia (KPI) Daerah Lampung.

f. Peneliti mengamati upaya KPID Lampung dalam optimalisasi siaran lokal

melalui apresiasi (reward) dan juga sanksi (punishment) yang diberikan

Page 56: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

35

oleh KPID Provinsi Lampung kepada Stasiun Televisi Nasional

Berjaringan yang bersangkutan. (Pasal 36 PP No. 50 Tahun 2005, Pasal 46

ayat 8 UU No. 32 Tahun 2002, Pasal 68 P3SPS, serta Pasal 7 dan Pasal 8

Perda No. 10 tahun 2015).

Dari langkah-langkah diatas, akan peneliti simpulkan mengenai apa saja isi siaran

lokal yang diawasi oleh KPID Lampung dalam mengawasi isi siaran lokal yang

ada di daerah Lampung. Kemudian peneliti akan mengidentifikasi siapa saja yang

mengawasi isi siaran lokal yang ada di daerah Lampung. Dan juga bagaimana

cara KPID Lampung dalam mengawasi isi siaran lokal tersebut. Selanjutnya

peneliti akan mengawasi kapan saja waktu yang dibutuhkan oleh KPID Lampung

dalam mengawasi isi siaran lokal yang dilakukan di KPID Lampung. Hal ini

peneliti lakukan dengan tujuan untuk mengetahui pelaksanaan peran Komisi

Penyiaran Indonesia Daerah Lampung dalam Mengawasi Penerapan RegulasiIsi

Siaran Konten Daerah pada Televisi Nasional Berjaringan di Lampung.

Dari adanya proses diatas, akan menghasilkan kesimpulan mengenai Pelaksanaan

Peran KPID Lampung dalam Pengawasan Penerapan Regulasi Isi Siaran Televisi

Nasional Berjaringan di Lampung. Dan dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan Teori Regulasi Media, dan Teori Pers Tanggung Jawab Sosial.

Berdasarkanuraian diatas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah:

Page 57: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

36

(Teori Regulasi Media, dan Teori

Pers Tanggung Jawab

Sosial)

Gambar 1. Kerangka Pikir

(Sumber: Modifikasi Peneliti)

Pelaksanaan Peran KPID

Lampung dalam

Pengawasan Penerapan

Regulasi Isi Televisi

Nasional Berjaringan di

Lampung

Aspek yang Diamati:

1. Isi

2. SDM

3. Metode Pengawasan

4. Durasi dan Pola Siaran

5. Sarana

6. Apresiasi dan Sanksi

Regulasi Penyiaran di Provinsi Lampung

1. UU No. 32 Tahun 2002

2. PP No. 50 Tahun 2005 3. P3SPS tahun 2012

4. Perda No. 10 tahun 2015

Dinamika Televisi Nasional

Berjaringan

KPI / KPID

Tugas, Fungsi, dan

Pengawasan

Siaran Konten Daerah

Lampung

Page 58: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Jenis Penelitian pada skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Bogdan

dan Taylor mendefinisikan penelitian deskriptif sebagai penelitian yang

menggambarkan secara keseluruhan fenomena dari sebuah objek yang diteliti

(Moleong, 2002). Dalam penelitian deskriptif, peneliti perlu mengethaui secara

keseluruhan proses ataupun tahapan-tahapan yang terjadi pada sebuah objek

tersebut. Dengan mengetahui tahapan proses ini, maka diharapkan peneliti dapat

menggambarkan secara jelas dan akurat tentang bahasan yang diteliti dalam

penelitian yang disusunnya.

3.2 Pendekatan Kualitatif

Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi

tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari (Moleong, 2002). Pendekatan

kualitatif, lebih lanjut mementingkan proses dibandingkan dengan hasil akhir.

Oleh karena itu, urutan-urutan kegiatan dapat berubah sewaktu-waktu

tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan.

Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh).

Page 59: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

38

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena, penelitian ini

mendeskripsikan Peran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung Dalam

Pengawasan dan Penerapan Regulasi Isi Siaran Televisi Nasional Berjaringan di

Lampung.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dalam skripsi ini adalah Komisi Penyiaran Indonesia

Daerah Lampung (KPID). Alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini

dikarenakan KPID Lampung sebagai lembaga yang mempunyai hak untuk

mengawasi semua lembaga penyiaran pertelevisian yang ada di Provinsi

Lampung.

3.4 Penentuan Informan

Informan adalah orang yang memiliki informasi tentang subjek yang ingin

diketahui oleh peneliti. Secara teknis, informan adalah orang yang dapat

memberikan penjelasan yang kaya warna, detail, dan komprehensif menyangkut

apa, siapa, dimana, kapan, bagaimana dan mengapa dalam satu peristiwa yang

terjadi atau justru tidak terjadi. Lebih jauh, ia juga dapat membuat

konseptualisme atau induksi tentang apa yang selama ini diteliti atau diamati.

Informan menempati kedudukan yang sangat penting dalam penelitian kualitatif.

Ia adalah sumber informasi bagi peneliti. Tanpa informan, tidak ada informasi,

dan tanpa informasi jelas tidak akan ada studi.

Page 60: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

39

Teknik pemilihan informan adalah teknik sampling purposif (purposive

sampling). Teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria

kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitin. Sedangkan

orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak

dijadikan sampel. Informan menempati kedudukan yang sangat penting dalam

penelitian kualitatif. Ia adalah sumber informasi bagi peneliti. Tanpa informan,

tidak ada informasi, dan tanpa informasi jelas tidak akan ada studi. Ada

beberapa kriteria dalam menentukan informan menurut Spradley (1990: 78)

yaitu:

1. Subjek yang telah lama intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau medan

aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian dan ini biasanya

ditandai oleh kemampuan memberikan informasi diluar kepala tentang

sesuatu yang ditanyakan.

2. Subjek masih terikat penuh serta aktif pada lingkungan dan kegiatan yang

menjadi sasaran penelitian.

3. Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai

informasi.

4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau

dikemas terlebih dahulu dan mereka relatif masih lugu dalam memberikan

informasi.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka informan yang akan peneliti tetapkan serta

peneliti ambil datanya untuk dijadikan informan penelitian adalah sebagai

berikut:

Page 61: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

40

1. Koordinator atau Kasie Bidang Pengawasan dan Pembinaan (KPID).

Alasan peneliti mengambil data pada Koordinator atau Kasie Bidang

Pengawasan karena yang bersangkutan adalah ketua bidang pengawasan

televisi berjaringan di Lampung, dan mengetahui tentang aturan serta

metode pengawasan isi siaran konten lokal televisi nasional berjaringan

di Daerah Lampung.

2. Anggota Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung

(KPID) Bidang Pengawasan dan Pembinaan.

Alasan peneliti mengambil data pada anggota komisioner bidang

pengawasan karena anggota pada bidang ini melaksanakan tugas untuk

mengawasi regulasi tentang isi siaran lokal di Daerah Lampung.

3. Staf di Bagian Pengawasan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah

Lampung. Alasan peneliti mengambil data dari staff di bagian

pengawasan karena merekalah yang mengamati secara langsung isi

siaran konten lokal di Daerah Lampung.

4. Pimpinan atau Staf Televisi Nasional Berjaringan yang berkantor di

Lampung. Alasan peneliti mengambil data dari televisi nasional tersebut,

untuk mengecek kembali informasi yang di dapat dari KPID Lampung

dengan informasi yang di peroleh di salah satu televisi tersebut.

3.5 Fokus Penelitian

Penelitian ini akan difokuskan pada Peran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah

Lampung Dalam Pengawasan Penerapan Regulasi Isi Siaran Televisi Nasional

Berjaringan di Lampung. Adapun peran KPID Lampung dalam pengawasan

Page 62: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

41

regulasi isi siaran TV berjaringan adalah sebagai fungsi pengawasan Pemerintah

melalui lembaga Daerah dalam hal ini KPID Lampung. Adapun regulasi siaran

TV berjaringan merupakan aturan yang ditetapkan Pemerintah Pusat melalui

pelaksana daerah dalam hal ini KPID Lampung dalam pengawasan konten atau

isi siaran lokal atau daerah yang ada di daerah Lampung.

Stasiun TV berjaringan sendiri merupakan televisi swasta yang mempunyai

jaringan yang terafiliasi dengan stasiun TV lokal, atau bahkan memiliki stasiun

TV daerah sendiri. Pengawasan terhadap siaran lokal inilah yang menjadi tugas

dalam pengawasan oleh KPID Lampung. KPID Lampung dalam mengawasi isi

siaran lokal inilah yang menjadi tanggung jawab dalam melaksanakan regulasi

siaran yang ditetapkan Pemerintah Pusat.

Adapun fungsi pengawasan KPI/KPID adalah sebagai berikut:

Pasal 8 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang

Penyiaran:

1. KPI sebagai wujud peran serta masyarakat berfungsi mewadahi aspirasi

serta mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran;

Dalam menjalankan fungsinya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), KPI

mempunyai wewenang:

a. Menetapkan standar program siaran;

b. Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran;

c. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran

serta standar program;

Page 63: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

42

d. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman

perilaku penyiaran serta standar program siaran;

e. Melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengan Pemerintah, lembaga

penyiaran, dan masyarakat (Pasal 8 UU No. 32 Tahun 2002).

Berdasarkan Pasal 36 PP No 50 tahun 2005 tentang televisi nasional berjaringan

dan Pasal 46 ayat 8 UU 32 tahun 2002 tentang penyiaran, P3SPS Pasal 68 tahun

2012 tentang program lokal dalam sistem stasiun jaringan, dan PERDA No 10

Pasal 7 dan 8 tahun 2015 tentang penyelenggaraan penyiaran televisi di daerah,

terkait dengan fungsi pengawasan yang dilakukan oleh KPID terhadap siaran

lokal televisi berjaringan, maka aspek penelitian yang akan diteliti mengacu

kepada regulasi tersebut adalah:

a. Isi dan Pola Siaran televisi nasional berjaringan lokal Lampung.

b. SDM yang digunakan, serta di tayangkan oleh siaran lokal televisi

nasional berjaringan di Lampung.

c. Metode Pengawasan seperti apa yang ada di Komisi Penyiaran Indonesia

Daerah Lampung (KPID).

d. Sarana yang digunakan oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah

Lampung (KPID) dalam mengawasi televisi nasional berjaringan lokal

lampung.

e. Durasi dan pola siaran lokal, apakah mencakup waktu siaran lokal yang

sesuai dengan regulasi yang ada.

f. Apresiasi seperti apa yang diberikan kepada Stasiun Televisi yang

konsisten menanyangkan siaran lokal Lampung yang berkualitas. Selain

itu, seperti apa Sanksi yang diberikan kepada stasiun televisi yang tidak

Page 64: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

43

melaksanakan regulasi yang telah ditetapkan Komisi Penyiaran

Indonesia Daerah Lampung.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) sebagai pengaju pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) sebagai pemberi jawaban (Moleong, 2005: 186). Teknik

wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (in-depth interview),

yaitu proses tanya jawab yang mendalam antara pewawancara dan informan

yang bertujuan untuk mendapatkan informasi terperinci sesuai dengan tujuan

penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti menyiapkan pertanyaan yang akan diberikan

kepada Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung, dan Anggota

Komisioner KPID Lampung, terutama pada bidang Pengawasan dan orang-

orang disekitarnya yang mengetahui mengenai regulasi dan pengawasan siaran

lokal di daerah Lampung.

2. Observasi

Teknik observasi yang digunakan adalah observasi partisipan, yaitu kegiatan

observasi dimana observer terlibat dalam lingkungan kehidupan subyek

penelitian. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menyajikan gambaran realistik

perilaku atau kejadian, untuk memahami perilaku manusia, untuk menjawab

Page 65: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

44

pertanyaan, dan untuk mengukur aspek tertentu sebagai umpan balik terhadap

pengukuran tersebut (Zainal, 2012: 170).

Adapun peneliti sempat turun lapang untuk melakukan observasi untuk

melakukan Pra-riset pada bulan Oktober 2017 lalu, untuk mencocokan data

yang peneliti punya dengan data yang ada di KPID Lampung. Alasan

menggunakan metode pengambilan data ini adalah karena peneliti ingin

memperoleh informasi dan pemahaman dari aktivitas, kejadian, serta

pengalaman hidup seseorang yang tidak dapat diobservasi secara langsung.

Dengan metode ini peneliti dapat mengeksplorasi informasi dari subjek secara

mendalam. Sehingga nantinya diperoleh gambaran yang komprehensif.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu yang dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang (Sugiyono, 2012: 329). Dokumen terbagi menjadi

dua, yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dalam mengolah dokumen,

peneliti dapat menggunakan kajian isi untuk mengetahui makna dan isi dari

dokumen tersebut (Moleong, 2005: 216).

Dokumentasi yang dilakukan merupakan metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengambil data-data, baik dari KPID Lampung yang

berupa gambaran umum dan foto-foto kegiatan pengawasan konten lokal

televisi berjaringan di KPID Lampung.

Page 66: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

45

3.7 Teknik Pengolahan Data

Pada Jenis penelitian kualitatif ini, pengolahan data tidak harus dilakukan

setelah data terkumpul atau pengolahan data selesai. Dalam hal ini, data

sementara yang terkumpulkan, data yang sudah ada dapat diolah dan dilakukan

analisis data secara bersamaan. Pada saat analisis data, dapat kembali lagi ke

lapangan untuk mencari tambahan data yang dianggap perlu dan mengolahnya

kembali. Suyanto dan Sutinah (2006: 173), mengatakan pengolahan data dalam

penelitian kualitatif dilakukan dengan cara mengklasifikasikan atau

mengkategorikan data berdasarkan beberapa tema sesuai fokus penelitannya.

Pengolahan data pada penelitian ini terdiri dari:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari

catatan-catatan lapangan (Miles dan Huberman, 1992: 16).

Langkah-langkah yang dilakukan adalah menajamkan analisis, menggolongkan

atau pengkategorisasian ke dalam tiap permasalahan melalui uraian singkat,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data

sehingga dapat ditarik dan diverifikasi. Data yang direduksi antara lain seluruh

data mengenai permasalahan penelitian.

Data yang di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik dan

mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari

data tambahan jika diperlukan. Semakin lama peneliti berada di lapangan maka

jumlah data akan semakin banyak, semakin kompleks dan rumit. Oleh karena

Page 67: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

46

itu, reduksi data perlu dilakukan sehingga data tidak bertumpuk agar tidak

mempersulit analisis selanjutnya.

2. Display Data

Tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. (Miles dan Huberman, 1992: 17). Penyajian data

diarahkan agar data hasil reduksi terorganisaikan, tersusun dalam pola hubungan

sehingga makin mudah dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk

uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori serta diagram alur. Penyajian data

dalam bentuk tersebut mempermudah peneliti dalam memahami apa yan terjadi.

Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga

informasi yang didapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu untuk

menjawab masalah penelitian. Penyajian data yang baik merupakan satu

langkah penting menuju tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal.

Dalam melakukan penyajian data tidak semata-mata mendeskripsikan secara

naratif, akan tetapi disertai proses analisis yang terus menerus sampai proses

penarikan kesimpulan. Langkah berikutnya dalam proses analisis data kualitatif

adalah menarik kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data.

3. Verifikasi atau Penarikan Kesimpulan

Sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman, proses analisis tidak sekali jadi,

melainkan interaktif, secara bolak-balik diantara kegiatan reduksi, penyajian dan

penarikan kesimpulan atau verifikasi selama waktu penelitian. Setelah

melakukan verifikasi maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hasil

Page 68: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

47

penelitian yang disajikan dalam bentuk narasi. Penarikan kesimpulan

merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis data.

3.8 Teknis Analisa Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam

pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moloeng, 2006:

103).

Teknik analisis data dalam penelitian ini mengacu pada teori yang dikemukan

oleh Miles dan Huberman (1992, dalam Moloeng, 2006: 103) bahwa analisis

dilakukan secara bersamaan yang mencakup empat kegiatan, yaitu pengumpulan

data, reduksi data, Untuk memberikan gambaran data hasil penelitian maka

dilakukan prosedur sebagai berikut:

1. Tahap penyajian data; data disajikan dalam bentuk deskripsi yang

terintegrasi.

2. Tahap komparasi : merupakan proses membandingkan hasil analisis data

yang telah deskripsikan dengan interprestasi data untuk menjawab masalah

yang diteliti. Data yang diperoleh dari hasil deskripsi akan dibandingkan

dan dibahas berdasarkan landasan teori, yang dikemukakan pada bab 2.

3. Tahap penyajian hasil penelitian : tahap ini dilakukan setelah tahap

komparasi, yang kemudian dirangkum dan diarahkan pada kesimpulan

untuk menjawab masalah yang telah dikemukakan peneliti.

Page 69: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

48

3.9 Teknik Keabsahan Data

Setelah menganalisis data, peneliti kemudian menggunakan teknik triangulasi

sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Pengertian triangulasi adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam

membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian.

Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda yaitu

wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk

mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Triangulasi

juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data,

karena itu triangulasi bersifat reflektif. Membedakan empat macam triangulasi

diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan

teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut. (Moleong,

2011: 330).

Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda dalam penelitian kualitatif. Adapun untuk mencapai kepercayaan itu,

maka ditempuh langkah sebagai berikut:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan

dengan masalah penelitian.

Page 70: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

49

c. Membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara untuk

memperoleh hasil yang sesuai dengan fakta yang ada.

Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui

sumber lain. Model triangulasi diajukan untuk menghilangkan dikotomi antara

pendekatan kualitatif dan kuantitatif sehingga benar-benar ditemukan teori yang

tepat. Tujuan umum dilakukan triangulasi adalah untuk meningkatkan kekuatan

teoritis, metodologis, maupun interpretatif dari sebuah riset.

Dalam penelitian ini, triangulasi yang penulis lakukan adalah triangulasi

sumber. Triangulasi sumber di lakukan dengan cara mencari hal-hal yang

bersinggungan antara informan. Hal tersebut di lakukan untuk menguji apakah

data yang dapatkan absah atau tidak.

Jawaban yang didapatkan pada saat wawancara, peneliti bandingkan antara

jawaban informan saat dengan jawaban informan yang lainnya sehingga

didaptakan informasi yang akurat dan absah. Selain dengan membandingkan

hasil wawancara informan satu dan informan yang lain, peneliti juga

membandingkan hasil wawancara dengan dokumentasi sumber tertulis lainnya.

Selain itu, triangulasi yang dilakukan adalah triangulasi metode yaitu dengan

menggunakan beberapa metode. Dalam penelitian ini metode yang digunakan

adalah wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Peneliti

membandingkan data yang di dapat dari hasil wawancara, hasil observasi dan

hasil studi pustaka atau dokumen.

Page 71: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 KPID Provinsi Lampung

4.1.1 Latar Belakang Terbentuknya KPID Provinsi Lampung

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) merupakan Lembaga Negara

Independen yang dibentuk melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002

tentang Penyiaran dengan tujuan untuk mengatur berbagai hal yang berkenaan

dengan penyiaran di Indonesia. Adapun maksud dan tujuan dibentuknya KPID

Provinsi Lampung sebagaimana tersebut di atas, adalah dalam rangka

melaksanakan perintah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang

Penyiaran. Pasal 6 ayat (4) dan pasal 7 ayat (3) menghendaki terbentuknya Komisi

Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Lampung dalam rangka

melaksanakan perintah pasal 8 ayat (1), (2) dan (3) tentang, fungsi, wewenang,

tugas dan kewajiban Komisi Penyiaran Indonesia.

4.1.2 Kedudukan KPID Provinsi Lampung

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran Pasal 7

Ayat (3) dan Ayat (4), KPID berkedudukan di ibukota provinsi serta diawasi oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi, dan Anggarannya berasal

dari APBD Provinsi. Keberadaan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID)

Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan surat keputusan (SK) Gubernur Provinsi

Page 72: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

51

Lampung Nomor: G/118/IV.02/HK/2008. Dalam rangka membantu dan

memfasilitasi Komisioner KPID dalam melaksanakan program kerjanya, maka

dibentuk sekretariat KPID Provinsi Lampung yang dikepalai oleh seorang kepala

seketariat dengan eselon III melalui Peraturan Daerah (PERDA) Nomor:12 Tahun

2009.Anggota KPID berjumlah 7 (tujuh) orang yang merupakan Pejabat Negara

dengan Masa Jabatan 3 (tiga) Tahun. Komisioner KPID Provinsi Lampung dalam

melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsinya dibagikedalam 3 bidang kerja, yaitu :

- Bidang Kelembagaan

- Bidang Pembinaan dan Pengawasan

- Bidang Perizinan

4.1.3 Visi dan Misi KPID Provinsi Lampung

4.1.3.1 Visi KPID Provinsi Lampung

Terwujudnya sistem penyiaran nasional dan daerah yang berkeadilan dan

bermartabat untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.

4.1.3.2 Misi KPID Propinsi Lampung

a. Membangun dan memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata

dan seimbang;

b. Membantu mewujudkan infrastruktur bidang penyiaran dan teratur, serta arus

informasi yang harmonis antara pusatdan daerah, antar wilayah Indonesia,

juga antara Indonesia dan dunia internasional;

c. Membangun iklim persaingan usaha di bidang penyiaran yang sehat dan

bermartabat;

Page 73: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

52

d. Mewujudkan program siaran yang sehat, cerdas dan berkualitas, watak,

moral, kemajuan bangsa, persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-

nilai dan budaya Indonesia;

Menetapkan perencanaan dan peraturan serta pengembangan sumber daya

manusia yang menjamin profesionalitas penyiaran.

4.1.4 Tugas, Kewajiban, Tujuan, Wewenang, Sasaran, Strategi, Kebijakan

KPID Provinsi Lampung.

4.1.4.1 TUGAS & KEWAJIBAN

a. Menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan

benar sesuai dengan hak asasi manusia;

b. Ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran;

c. Ikut membangun iklim persaingan yang sehat antara lembaga

penyiaran dan industri terkait;

d. Memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata dan

seimbang;

e. Menampung, meneliti dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta

kritik dan apresiasi masyarakat;

f. Menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang

menjamin profesionalitas di bidang penyiaran.

4.1.4.2 WEWENANG

a. Menetapkan standar program siaran;

b. Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku siaran;

Page 74: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

53

c. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran

serta standar program siaran;

d. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan perilaku

penyiaran serta standar program siaran.

e. Melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengen pemerintah,

lembaga penyiaran dan masyarakat.

4.1.4.3 KEDUDUKAN

KPID berfungsi sebagai lembaga perwujudan partisipasi masyarakat

dalam bidang penyiaran yakni mewadahi aspirasi dan mewakili

kepentingan masyarakat akan penyiaran.

4.1.4.4 TUJUAN

a. Membangun koordinasi kelembagaan dalam kaitannya dengan

perizinan dan isi siaran;

b. Pengembangan sarana dan prasarana sistem informasi;

c. Pengembangan sumberdaya manusia;

d. Mewujudkan program pengawasan serta pengendalian lembaga

penyiaran;

e. Mewujudkan pengembangan sarana pengawasan lembaga penyiaran;

f. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam

mengevaluasi program;

g. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dalam menganalisis

perizinan;

Page 75: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

54

h. Mewujudkan pengembangan sumber daya manusia pada bidang

pengawasan lembaga penyiaran;

i. Mewujudkan program evaluasi dan pelaporan dalam sistem

pengawasan;

j. Mewujudkan advokasi dan literasi media;

k. Mewujudkan informasi yang terbuka dengan masyarakat;

l. Mewujudkan Koordinasi antar KPI dan KPID, Lembaga Penyiaran

serta lembaga terkait;

m. Mengoptimalkan sistem jaringan yang ada dan terpadu antar

lembaga penyiaran;

n. Meningkatkan evaluasi program penyiaran serta penyelenggaraan

siaran radio dan tv swasta;

o. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan lembaga penyiaran;

p. Mewujudkan hubungan antar lembaga terkait;

q. Mewujudkan data informasi pelaksanaan kegiatan

4.1.4.5 SASARAN

a. Terciptanya koordinasi dengan lembaga penyiaran di tingkat Provinsi;

b. Meningkatnya pembangunan sumberdaya manusia yang handal dalam

peraturan/perundang-undangan tentang penyiaran dan menguasai

sistem informasi pendukung;

c. Terlaksanannya standarisasi terhadap program P3 dan SPS;

d. Tersedianya sarana pendukung pembinaan dan pengawasan lembaga

penyiaran;

e. Meningkatnya kemampuan analis perizinan;

Page 76: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

55

f. Terwujudnya pembangunan sumber daya manusia yang menguasai

IPTEK pengawasan;

g. Terwujudnya program evaluasi dan pelaporan dalam sistem

pengawasan;

h. Terselenggaranya advokasi dan literasi media;

i. Terwujudnya informasi yang terbuka dengan masyarakat;

j. Terwujudnya koordinasi lembaga penyiaran;

k. Terwujudnya pelayanan prima terhadap lembaga penyiaran;

l. Terciptanya evaluasi program penyiaran;

m. Tersedianya program dan jadwal pembinaan dan pengawasan lembaga

penyiaran;

n. Terwujudnya hubungan kemitraan antar lembaga;

o. Mewujudkan data informasi pelaksanaan kegiatan.

4.1.4.6 STRATEGI

a. Peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Penyiaran Daerah Provinsi

Lampung;

b. Peningkatan mutu penyelenggara bidang penyiaran Daerah Provinsi

Lampung;

c. Pemberdayaan lembaga-lembaga penyiaran demi kepentingan

masyarakat Lampung;

d. Peningkatan koordinasi dan sinergitas program pembangunan

penyiaran dengan stakeholders terkait;

e. Peningkatan kesadaran, partisipasi masyarakat dalam pengawasan

penyelenggaraan penyiaran daerah Provinsi Lampung;

Page 77: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

56

4.1.4.7 KEBIJAKAN

a. Pengembangan sumberdaya manusia dan sumberdaya organisasi

melalui penyusunan rencana, program pendataan, pelaporan dan

evaluasi serta standar kinerja; penataan organisasi, pengelolaan

administrasi kepegawaian dan perkantoran; administrasi keuangan

serta pembinaan SDM aparatur pemerintah maupun lembaga

penyiaran.

b. Penyusunan peraturan dan penetapan program perilaku penyiaran,

mengembangkan sarana pendukung serta mengembangkan

kemampuan sumber daya manusia.

c. Membangun iklim kewirausahaan yang sehat melalui pola koordinasi

terpadu dan evaluasi program melalui kinerja sumberdaya manusia

dan sosialisasi peraturan.

d. Membangun kemampuan sumberdaya manusia serta peningkatan

sarana pengawasan untuk menciptakan program pengawasan dan

evaluasi program isi siaran yang optimal.

e. Membangun sistem evaluasi dan pengembangan sektor penyiaran

melalui hubungan kelembagaan

f. Sistem informasi yang terbuka dan pendataan yang baku dalam rangka

penyebarluasan informasi pembangunan.

Page 78: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

57

4.2 Struktur Organisasi Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID)

Provinsi Lampung Masa Jabatan 2015 – 2018

Sebagai sebuah organisasi yang bersifat independen, dengan mengembangkan

fungsi-fungsi pengawasan, perizinan, serta kelembagaan di KPID Lampung.

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung (KPID) mempunyai tujuh orang

anggota Komisioner, yang terbagi atas bebrapa bagian yaitu; Ketua, Wakil Ketua,

serta anggota bidang Kelembagaan, Pembinaan dan Pengawasan dan Perizinan.

Hal tersebut dapat dilihat pada Bagan Struktur Organisasi dibawah ini:

Gambar 2. StrukturOrganisasi

(Sumber: Profil Selayang Pandang KPID Lampung 2015-108)

KETUA

TAMRI, S.Hut.

WAKIL KETUA

FEBRIYANTO, S.Kom.

Bidang Kelembagaan

1. Agung Wibawa,

S.Sos.I., M.Si.

(Koordinator)

2. Wirdayati, S.Pd.I.

Bidang Perizinan

1. M. Iqbal Rasyid,

S.H., M.Hum.

(Koordinator)

2. Tamri, S.Hut.

Bidang Pembinaan Dan

Pengawasan

1. Sri Wahyuni, S.T.P.,

M.Sos. (Koordinator)

2. Ahmad Riza Faizal,

S.Sos., Imdll.

3. Febriyanto, S.Kom.

Page 79: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

58

4.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Komisioner KPID Provinsi Lampung

4.2.1.1 Ketua KPID

a. Melakukan koordinasi dan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan

KPID

b. Mengawasi, dan mengevaluasi kinerja KPID secara keseluruhan

c. Menjaga dan meningkatkan agar Visi dan Misi KPID dijalankan

secara utuh

d. Menjalankan tugasnya ketua KPID dapat melimpahkan tugasnya

kepada wakil ketua KPID atau salah seorang anggota, jika wakil ketua

KPID berhalangan.

4.2.1.2 Wakil Keta KPID

a. Membantu ketua KPID dalam mengkoordinasikan seluruh kegiatan

KPID

b. Melakukan pengawasan terhadap pematuhan tata tertib KPID

c. Menjaga dan meningkatkan agar Visi dan Misi KPID dijalankan

secara utuh

d. Apabila ketua KPID berhalangan tetap, penandatanganan surat,

keputusan dan peraturan dilakukan oleh wakil ketua atas nama ketua

KPID.

4.2.1.3 Anggota KPID

1. Bidang Perizinan:

a. Bertugas memimpin, mengkoordinasikan, mengawasi dan

mengevaluasi program dan kegiatan KPID yang berkaitan dengan

Page 80: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

59

b. Perizinan penyiaran

c. Layak dan benar sesuai hak asasi manusia

d. Pengaturan infrastruktur penyiaran

e. Pembangunan iklim persaingan yang sehat antar lembaga

penyiaran dan industri terkait.

2. Bidang Pengawasan Isi Siaran:

a. Menyusun peraturan dan keputusan KPID yang menyangkut isi

penyiaran

b. Pengawasan terhadap pelaksanaan dan penegakan peraturan KPID

menyangkut isi

c. Menyusun peraturan dan keputusan KPID yang menyangkut isi

penyiaran

d. Pengawasan terhadap pelaksanaan dan penegakan peraturan KPID

menyangkut isi

e. siaran

f. Pemeliharaan tatanan informasi daerah yang adil, merata, dan

seimbang

g. Menampung, meneliti dan menindaklanjuti aduan, sanggahan,

kritik, dan apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan

penyiaran.

3. Bidang Kelembagaan:

a. Memimpin, mengkoordinasikan, mengawasi dan mengevaluasi

program dan kegiatan KPID

b. Penyusunan, pengelolaan dan pengembangan lembaga KPID

Page 81: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

60

c. Penyusunan peraturan dan keputusan KPID yang berkaitan

kelembagaan

d. Kerjasama dengan pemerintah, lembaga penyiaran dan masyarakat

serta pihak-pihak nasional dan perencanaan pengembangan sumber

daya manusia yang profesional di bidang penyiaran.

Page 82: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dibahas sebelumnya, maka

peneliti menyimpulkan bahwa :

1. KPID berperan dalam mengawasi siaran lokal televisi nasional berjaringan di

Lampung, namun beberapa aspek pengawasan tersebut belum berjalan

dengan maksimal, terutatama pada pengawasan terhadap: isi, sdm, durasi dan

jam siar, dan sarana siaran. Metode pengawasan KPID Lampung juga belum

berjalan dengan optimal.

2. Belum maksimalnya peran KPID dalam mengawasi televisi nasional

berjaringan ditandai dengan berbagai kondisi diantaranya, kurangnya sanksi

yang tegas terhadap televisi nasional berjaringan terutama di Lampung, yang

tidak sesuai dengan regulasi yang ada.

3. Beberapa pelanggaran PERDA Provinsi Lampung No 10 Tahun 2015 yang

dilakukan oleh stasiun televisi berjaringan di Lampung tidak terawasi oleh

KPID Lampung.

4. Kurangnya peran KPID Lampung dalam mengawasi televisi nasional

berjaringan disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu: Minimnya

sumber dana dari pemerintah untuk pengawasan televisi nasional berjaringan,

Page 83: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

100

sarana pengawasan di kantor KPID yang masih belum lengkap, kurangnya

tenaga SDM di KPID Lampung untuk pengawasan televisi. nasional

berjaringan, serta belum, adanya kebijakan pemerintah terhadap pembagian

waktu kerja untuk malam hari di kantor KPID Lampung.

6.2 Saran

1. Untuk Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung, penulis menyarankan

bahwa untuk adanya Penambahan tim monitoring di kantor KPID

Lampung,perlu adanya kebijakan tentang pembagian jam kerja di kantor

KPID Lampung untuk petugas monitoring di malam hari, penambahan dan

pembaruan televisi monitoring dari analog ke digital di kantor KPID

Lampung, Adanya kunjungan langsung ke stasiun televisi berjaringan di

Lampung dari pihak KPID Lampung untuk melakukan pengawasan.

2. Untuk Pemerintah setempat, penulis menyarankan bahwa adanya penegasan

regulasi tentang siaran konten lokal pada televisi berjaringan dari pemerintah,

penambahan regulasi tentang tayangan ulang atau batasan tayang untuk

televisi berjaringan, pemberian sanksi tegas untuk televisi berjaringan di

Lampung yang tidak sesuai regulasi, perlu adanya perhatian lebih dari

pemerintah dan pihak KPID Lampung untuk lebih mengawasi siaran konten

lokal pada stasiun televisi berjaringan.

3. Untuk Pihak Stasiun Televisi Berjaringan di Lampung, penulis menyarankan

bahwa pihak stasiun televisi agar lebih mengikuti regulasi yang ada dalam

memproduksi konten lokal, untuk lebih menginformasikan kearifan lokal

lampung dan menggunakan SDM Lampung dalam menyiarkan konten lokal.

Page 84: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

101

4. Untuk Masyarakat, penulis menyarankan bahwa untuk bersama-sama

mengawasi konten siaran lokal dan melek media untuk mengadukan

pelanggaran kepada KPID Lampung jika menemui kesalahan pada siaran

konten lokal.

Page 85: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Aqib. Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran

Kontekstual. (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.

Ardianto. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa

Rekatama Media

Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan - Metode dan Paradigma Baru.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Effendy, Uchjana Onong. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Prkatek. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Ishadi SK. 1997. Bisnis Televisi di Tengah Persaingan Antar Media. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi.

Jakarta: Rineka Cipta

Masduki. 2007. Regulasi Penyiaran: Dari Otoriter Ke Liberal. Yogyakarta:

LKiS.

Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku

Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.

Mufid, Muhammad. 2005. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. Jakarta: Prenada

Media Group.

Morissan, M.A. 2006. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: Media Grafika.

Page 86: PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/54664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring

Spradley dan Faisal. 1990. Format-format Penelitian Sosial. PT Rajawali Press.

Jakarta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suyanto dan Sutinah. 2006. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif

Pendekatan. Jakarta: Prenada Media Group

Internet

Mike Feintuck 2006. E-Book Media Regulation, Public Interest and The Law.

Kominfo. 2011. Peringatan Kementrian Kominfo Terhadap Kehadiran Kompas

TV. Siaran Pers No. 65/PIH/KOMINFO/9/- 2011.

K.B Primasanti. 2009. Studi Eksplorasi Sistem Siaran Televisi Berjaringan Di

Indonesia.

Rifky Nur Putri. 2013. Penerapan Standar Program Siaran Dalam Tayangan

Pesbukers.

Saputri, Juni. 2016. Konsistensi Penerapan Regulasi Penyiaran Program Lokal Pada

Media Televisi Berjaringan Di Aceh.

Hari Putri, Eva Ratna. 2014. Keberadaan Program Siaran Lokal Di Televisi

Berjaringan (Studi Implementasi Kebijakan Media Terhadap Protv).

Rekomendasi Kelayakan, No:013/RK-Lampung/KPI/01/09

https://ppidkemkominfo.files.com, diakses 14 November 2017

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/783/1/SITI%20AISAH-

FDK.pdf/, diunduh pada tanggal 24 November 2017

Sumber Lainnya

Undang-undang No. 32 Tahun 2002 .

Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2005.