peran komisi penyiaran indonesia daerah lampung …digilib.unila.ac.id/54664/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG
DALAM PENGAWASAN DAN PENERAPAN REGULASI ISI SIARAN
TELEVISI NASIONAL BERJARINGAN DI LAMPUNG
(Studi Pada Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung)
(SKRIPSI)
Oleh
RIZKIYANI JUNINDA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG
DALAM PENGAWASAN DAN PENERAPAN REGULASI ISI SIARAN
TELEVISI NASIONAL BERJARINGAN DI LAMPUNG
(Studi pada Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung)
Oleh
Rizkiyani Juninda
Regulasi siaran televisi berjaringan berusaha diwujudkan dalam semangat
demokratisasi melalui kebijakan desentralisasi di bidang penyiaran. Adapun
lembaga yang bertugas dalam mengawasi bagaimana pelaksanaan penyiaran
televisi di Lampung adalah KPI Daerah Lampung. KPID Provinsi Lampung ada
karena Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang menjadi
dasar hokum pembentukan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) di
Lampung beserta perangkat-perangkat hukumnya yang diatur pada (PP) Nomor
50 tahun 2005, aturan ini juga dituangkan pada Pasal 68 Program Lokal Dalam
Sistem Stasiun Jaringan dalam Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar
Program Siaran (SPS) tahun 2012, dan ikut dituangkan dalam Peraturan Daerah
Provinsi Lampung No. 10 tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Penyiaran
Televisi di Daerah yaitu Pasal 7 dan Pasal 8. Berdasarkan regulasi tersebut, maka
penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimanakah pelaksanaan peran Komisi
Penyiaran Indonesia Daerah Lampung dalam mengawasi penerapan regulasi isi
siaran konten daerah pada televisi nasional berjaringan di Lampung.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang bersifat
menerangkan dalam bentuk uraian. Informan dalam penelitian ini adalah orang-
orang yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang diperlukan. Informan dari
Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Anggota dan Staf Monitoring
Bidang Pembinaan dan Pengawasan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah
Lampungyaitu Sri Wahyuni, Thabrani dan Heni Bestiana. Sedangkan dari televisi
lokal di Bandar Lampung yaitu Kepala Stasiun Televisi Transmisi RCTI
Lampung Timtim Indriyanto. Selanjutnya, data penelitian diperoleh dengan cara
melakukan wawancara mendalam, pengamatan secara langsung atau observasi,
dan dokumentasi.
Upaya KPID Lampung dalam optimalisasi siaran lokal melalui apresiasi (reward)
dan juga sanksi (punishment) yang diberikan oleh KPID Provinsi Lampung
kepada stasiun televisi nasional berjaringan. Berdasarkan hasil wawancara dan
observasi yang telah peneliti lakukan, dalam hal ini KPID Lampung harus
memastikan tindakan apa yang dilakukan ketika ada lembaga penyiaran di
Lampung yang melakukan kesalahan, sehingga dengan tindakan yang diambil
tersebut diharapkan lembaga penyiarandikemudian hari tidak melakukan
pelanggarankembali. Upaya-upaya yang dilakukan oleh KPID Lampung dalam
mengambil keputusan ketika ada lembaga penyiaran yang melakukan pelanggaran
maka pihak KPID Lampung akan memberikan sanksi admisitratif berupa teguran
tertulis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KPID Lampung sebagian besar
pengawasannya belum berperan dengan maksimal, terutama pada aspek
pengawasan terhadap isi, sdm, durasi dan jam siar, serta sarana pengawasan di
kantor KPID Lampung. Serta belum maksimalnya peran KPID Lampung dalam
mengawasi televisi nasional berjaringan ditandai dengan berbagai kondisi
diantaranya, kurangnya sanksi yang tegas terhadap televisi nasional berjaringan di
Lampung, yang tidak sesuai dengan regulasi yang ada. Beberapa pelanggaran
PERDA Provinsi Lampung No 10 Tahun 2015 yang dilakukan oleh stasiun
televisi berjaringan di Lampung tidak terawasi sepenuhnya oleh pihak KPID
Lampung. Kurangnya peran KPID Lampung dalam mengawasi televisi nasional
berjaringan disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya, minimnya sumber dana
dari pemerintah untuk pengawasan televisi nasional berjaringan, sarana
pengawasan di kantor KPID yang masih belum lengkap, kurangnya tenaga SDM
di KPID Lampung untuk pengawasan televisi nasional berjaringan, serta belum
adanya kebijakan pemerintah terhadap pembagian waktu kerja untuk malam hari
di kantor KPID Lampung.
Kata kunci : KPID, Pengawasan Siaran, Regulasi Siaran, Televisi Nasional
Berjaringan.
ABSTRACT
THE ROLE OF INDONESIAN BROADCASTING COMMISSION IN
LAMPUNG REGION IN SUPERVISING AND APPLICATION OF
NETWORK TELEVISION CONTENT REGULATIONS IN LAMPUNG
(Study on the Indonesian Regional Broadcasting Commission in Lampung)
By
Rizkiyani Juninda
Network television broadcast regulations are trying to be realized in a spirit of
democratization through decentralization policies in the broadcasting sector. The
institution in charge of supervising how the television broadcasting is carried out
in Lampung is the Indonesian Broadcasting Commission (KPI) Lampung. KPID
Lampung Province exists because the Law Number 32 of 2002 concerning
Broadcasting which is the legal basis for the establishment of the Regional
Indonesian Broadcasting Commission (KPID) in Lampung and its legal
instruments set in (PP) Number 50 of 2005, this rule is also stated in Article 68
Local Programs in Network Station Systems in the Broadcasting Behavior
Guidelines (P3) and Broadcast Program Standards (SPS) in 2012, and are
included in the Lampung Provincial Regulation No. 10 of 2015 concerning the
Implementation of Television Broadcasting in Regions, namely Article 7 and
Article 8.Based on these regulations, this study aims to see how the role of the
Lampung Regional Indonesian Broadcasting Commission plays in overseeing the
implementation of the regulation of regional content broadcasts on national
television networks in Lampung.
This study uses qualitative research methods, which are explained in the form of
descriptions. The informants in this study are people who fit the required criteria.
The informant from the Coordinator for Guidance and Supervision, Members and
Monitoring Staff of the Lampung Regional Indonesian Broadcasting
Commission's Guidance and Supervision Division, namely Sri Wahyuni, Thabrani
and Heni Bestiana. While from local television in Bandar Lampung, the Head of
the Lampung RCTI Transmission Station Timtim Indriyanto. Furthermore,
research data is obtained by conducting in-depth interviews, direct observation or
observation, and documentation.
The efforts of Lampung KPID in optimizing local broadcasts through appreciation
(reward) and also sanctions (punishment) given by KPIDLampung Province to
national television networks. Based on the results of interviews and observations
that researchers have done, in this case the KPIDLampung must ensure what
actions are taken when there are broadcasters in Lampung who make mistakes, so
that the actions taken are expected to not infringe the broadcasters in the future.
Efforts made by the KPIDLampung in making decisions when a broadcasting
institution commits a violation, the KPID Lampung will provide administrative
sanctions in the form of a written warning.
The results of this study indicate that the Lampung KPID has largely the
supervision not maximal, especially from aspects of supervision to contents,
human resources, duration and broadcast time, then the means af controlled at
KPID Lampung to controlled the national television networks marked by various
conditions such as the lack of scrot sanctions to national television networks in
Lampung, which was not in accordance with existing regulations. Some violations
the rules in the Lampung Provincial regulation No 10 of 2015 which is conducted
by station of television networks in Lampung not supervised completely by KPID
Lampung, the lack of human resources at KPID Lampung for national television
network monitoring, and the absence of government policy on the distribution of
work time for the night at the Lampung KPID office.
Keywords: KPID, Supervision Broadcast, Regulation Broadcast, National
Television Networked.
PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH LAMPUNG
DALAM PENGAWASAN DAN PENERAPAN REGULASI ISI SIARAN
TELEVISI NASIONAL BERJARINGAN DI LAMPUNG
(Studi Pada Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung)
Oleh
RIZKIYANI JUNINDA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA ILMU KOMUNIKASI
Pada
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis mempunyai nama lengkap Rizkiyani Juninda. Penulis
dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 08 Juni 1993 dari
pasangan Bihani D Kurnain dan Marfalinda. Penulis
merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
Penulis telah menyelesaikan pendidikan di TK Pertiwi Bandar Lampung pada
tahun 1999, SDN 02 Rawalaut Bandar Lampung pada tahun 2006. Kemudian,
penulis melanjutkan pendidikan di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung dan lulus
tahun 2009. Lalu, penulis meneruskan pendidikan di SMAN 10 Bandar Lampung
dan lulus pada tahun 2012. Selanjutnya, di tahun 2012 penulis terdaftar sebagai
mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung.
Pada saat kuliah, penulis menjalankan kegiatan Praktek Kuliah Lapangan (PKL)
di Radio Republik Indonesia (RRI) Bandar Lampung serta menjadi anggota
Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Komunikasi Bidang Broadcasting
selama tahun periode 2013-2014. Penulis juga menyelesaikan kegiatan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) periode Januari 2016 di Desa Margasari Kecamatan Labuhan
Maringgai Lampung Timur.
MOTTO
“Mulailah dari tempatmu berada, gunakan yang kau punya, lakukan yang kau
bisa”
(Arthur Ashe)
“Sukses adalah saat persiapan dan kesempatan bertemu”
(Bobby Unser)
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan kelulusan ini untuk
kedua orang tua ku,
Alm. Papa dan Mama
serta,
Keluarga tercinta yang selalu
bersama dalam suka dan duka...
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... iii
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 11
2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................... 11
2.2 Tinjauan Tentang Televisi sebagai Media Massa ....................... 16
2.3 Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Televisi
di Indonesia ................................................................................ 17
2.4 Kegiatan Penyiaran Televisi di Indonesia ................................... 20
2.4.1 Persaingan Industri Televisi di Indonesia ........................... 20
2.4.2 Proses Produksi Acara Televisi Berjaringan ...................... 21
2.4.3 Pengawasan Penyiaran Televisi Nasional Berjaringan ....... 23
2.4.4 Regulasi Televisi Berjaringan di Indonesia ........................ 24
2.5 Landasan Teori ............................................................................ 29
2.5.1. Teori Regulasi Media ......................................................... 29
2.5.2. Teori Pers Tanggung Jawab Sosial .................................... 30
2.6 Kerangka Pemikiran .................................................................... 31
III. METODE PENELITIAN ................................................................ 37
3.1 Tipe Penelitian ............................................................................. 37
3.2 Pendekatan Kualitatif ................................................................... 37
3.3 Lokasi Penelitian .......................................................................... 38
3.4 Penetuan Informan ....................................................................... 38
3.5 Fokus Penelitian ........................................................................... 40
3.6 Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 43
3.7 Teknik Pengolahan Data .............................................................. 45
3.8 Teknik Analisa Data .................................................................... 47
3.9 Teknik Keabsahan Data ............................................................... 48
IV. GAMBARAN UMUM ..................................................................... 50
4.1 KPID Provinsi Lampung ............................................................. 50
4.1.1 Latar Belakang Terbentuknya KPID Provinsi Lampung .... 50
4.1.2 Kedudukan KPID Provinsi Lampung ................................. 50
4.1.3 Visi & Misi KPID Provinsi Lampung ................................ 51
4.1.3.1 Visi KPID Provinsi Lampung .............................. 51
4.1.3.2 Misi KPID Provinsi Lampung ............................. 51
4.1.4 Tugas, Kewajiban, Tujuan, Wewenang, Sasaran, Strategi,
Kebijakan KPID Provinsi Lampung .................................. 52
4.1.4.1 Tugas & Kewajiban ............................................ 52
4.1.4.2 Wewenang ........................................................... 52
4.1.4.3 Kedudukan .......................................................... 53
4.1.4.4 Tujusn .................................................................. 53
4.1.4.5 Sasaran ................................................................ 54
4.1.4.6 Strategi ................................................................ 55
4.1.4.7 Kebijakan ............................................................ 56
4.2 Struktur Organisasi Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID)
Provinsi Lampung Massa Jabatan 2015-2018 ............................. 57
4.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Komisioner KPID Provinsi
Lampung ............................................................................. 58
4.2.1.1 Ketua KPID .......................................................... 58
4.2.1.2 Wakil Ketua KPID ................................................ 58
4.2.1.3 Anggota KPID ...................................................... 58
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 61
5.1 Hasil ............................................................................................ 61
5.1.1 Identitas Informan ................................................................ 61
5.1.2 Hasil Wawancara ................................................................. 62
5.1.3 Aspek Isi Siaran Lokal ......................................................... 63
5.1.4 Aspek SDM .......................................................................... 65
5.1.5 Aspek Metode Pengawasan ................................................. 68
5.1.6 Aspek Durasi ........................................................................ 69
5.1.7 Aspek Sarana ....................................................................... 71
5.1.8 Aspek Apresiasi dan Sanksi ................................................. 73
5.2 Pembahasan .................................................................................. 76
5.2.1 Peran KPID Lampung dalam Mengawasi Isi Siaran Lokal
Televisi Berjaringan di Lampung ....................................... 76
5.2.2 Peran KPID Lampung dalam Mengawasi Penggunaan
SDM Lokal Televisi Berjaringan di Lampung ................... 80
5.2.3 Peran KPID Lampung dalam Metode Pengawasan Siaran
Televisi Berjaringan di Lampung ....................................... 83
5.2.4 Peran KPID Lampung dalam Mengawasi Durasi & Pola
Siaran Televisi Berjaringan di Lampung ............................ 86
5.2.5 Peran KPID Lampung dalam Mengawasi Sarana yang
digunakan Stasiun Televisi Berjaringan ............................ 90
5.2.6 Peran KPID Lampung dalamn Pemberian Apresiasi &
Sanksi yang berlaku untuk Televisi Berjaringan di
Lampung .............................................................................. 92
5.2.7 Peran KPID Lampung terhadap Pengawasan Televisi
Berjaringan dalam Perspektif Teori Regulasi Media & Pers
Tanggung jawab Sosial ....................................................... 95
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 99
6.1 Kesimpulan ................................................................................. 99
6.2 Saran ........................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Daftar Program SiaranLokal Televisi Nasional ....................... 6
Tabel 2. PenelitianTerdahulu ................................................................. 14
Tabel 3. Profil Informan ......................................................................... 62
Tabel 4. Hasil Wawancara dengan KPID terntang Isi Siaran Televisi
Bejaringan ................................................................................. 64
Tabel 5. Hasil Wawancara dengan Pihak Televisi Tentang Isi Siaran
Televisi Berjaringan ................................................................ 65
Tabel 6. Hasil Wawancara dengan KPID Tentang Aspek SDM Televisi
Berjaringan ................................................................................ 66
Tabel 7. Hasil Wawancara dengan Pihak Televisi Tentang Aspek
SDM Televisi Berjaringan ..... ................................................. 67
Tabel 8. Hasil Wawancara dengan Pihak KPID Tentang Metode
Pengawasan Televesi Berjaringan ............................................ 68
Tabel 9. Hasil Wawancara dengan Pihak KPID tentang Durasi Siaran
Televisi Berjaringan ................................................................. 69
Tabel 10. Hasil Wawancara dengan Pihak Televisi tentang Durasi
Siaran Televisi Berjaringan ...................................................... 70
Tabel 11. Hasil Wawancara dengan Pihak KPID tentang Sarana
Televisi Berjaringan ................................................................. 71
Tabel 12. Hasil Wawancara dengan Pihak Televisi tentang Sarana
Televisi Berjaringan ................................................................ 72
Tabel 13. Hasil Wawancara dengan Pihak KPID tentang Apersiasi &
Sanksi Televisi Berjaringan ...................................................... 73
Tabel 14. Hasil Wawancara dengan Pihak Televisi tentang Apresiasi
& Sanksi Televisi Berjaringan .................................................. 74
Tabel 15. Durasi Siaran Konten Lokal ...................................................... 88
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir ................................................................................... 36
2. Struktur Organisasi ............................................................................ 57
3. Contoh Siaran Konten Lokal pada Stasiun Televisi RCTI ................ 76
4. Program Konten Lokal ....................................................................... 82
5. Program Konten Lokal ....................................................................... 82
6. Ruang Monitoring KPID Lampung ................................................... 89
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT
yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peran Komisi Penyiaran Indonesia
Daerah Lampung Dalam Pengawasan dan Penerapan Regulasi Isi Siaran
Televisi Nasional Berjaringan di Lampung (Studi Pada Komisi Penyiaran
Indonesia Daerah Lampung)” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Lampung.
Penyelesaian skripsi ini tidak hanya berbekal pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki penulis. Tanpa adanya bantuan, motivasi, dukungan dan semangat dari
berbagai pihak tidak mungkin skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh sebab itu, dalam
kesempatan ini penulis ingin mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih
kepada :
1. Allah SWT, atas segala berkat, rahmat, hidayah-Nya serta kesehatan dan
petunjuk yang selalu engkau berikan kepada kami. Maafkan hamba- Mu
ini yang sering melakukan kesalahan dihadapan-Mu.
2. Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) Universitas Lampung.
3. Ibu Dhanik Sulistyarini, S. Sos., MComn&MediaSt selaku Ketua Jurusan
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung.
4. Ibu Wulan Suciska, S.I.Kom, M.Si Selaku Sekertaris Jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung,
untuk segala kesabaran, keramahan untuk membantu mahasiswa selama
ini.
5. Ibu Hestin Oktiani,S.Sos.,M.S.i selaku Dosen pembimbing yang
senantiasa sabar dalam memberikan bimbingan, motivasi, kritik dan saran
yang membangun serta berbagi ilmu dalam proses pengerjaan skripsi.
6. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo,M.S.i selaku Dosen penguji yang telah
bersedia membantu serta memberikan saran dan masukan dalam penulisan
skripsi penulis serta keramahannya dalam memberikan ide-idenya.
7. Seluruh jajaran dosen dan staf Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas
Lampung.
8. Seluruh anggota dan staf jajaran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah
Lampung yang telah bersedia membantu dan mengizinkan penulis dalam
penelitian dan menerima dengan sangat ramah.
9. Mama tercinta, Marfalinda mama terbaik, mama tersabar yang tak pernah
lelah memberikan penulis semangat, yang menjadi salah satu alasan
penulis untuk tidak bermalas-malasan, yang selalu menjadi tempat
mencurahkan segala cerita senang sedih dalam hidup penulis. Dirasa tak
cukup untuk menuliskan bagaimana penulis sangat bangga dalam
menyayangi mama terimakasih atas segalanya.
10. Papa tercinta, Bihani D Kurnain (Alm). Lantunan Doa dan AL-Fatihah,
selalu penulis kirimkan untuk papa, karya kecil ini penulis persembahkan
untuk papa. Pengorbanan yang papa berikan hingga penulis bisa sampai di
titik ini, menjadi Sarjana. Terimalah bukti kecil ini sebagai kado
keseriusan penulis untuk membalas semua pengorbanan papa, dalam hidup
papa ikhlas mengorbankan segala perasaan, dalam lapar berjuang separuh
nyawa untuk membahagiakan anak-anaknya, semoga papa bahagia selalu
di surga Allah Amin.
11. Untuk Budiono alias si Monster, terimakasih selalu mendukung
menyemangati dan menghibur dengan sabar dan kasih sayang yang
diberikan kepada penulis dalam mengerjakan penelitian ini, semoga cita-
cita kita apapun itu bisa terwujud dan sukses bersama, Amin!
12. Untuk Tim Hore ku Tarra, Anny, Eno, Firda, Umi, Indah, Opi, Dinda,
Nita. Terimakasih atas keceriaan yang kita buat bersama dan saling
menyemangati satu sama lain untuk sukses bersama hehe.
13. Untuk Sahabat Perkuliahan, Riska, Murti, Uri, Eci, Nisa. Terimakasih
sudah membuat masa perkuliahan penulius penuh dosa, canda dan juga
tawa. Kapan kita Meet Up? Kangeeeeen
14. Teman-teman Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung
khususnya angkatan 2012.
15. Untuk Teman Kampusku Yunita, Deska, Adel, Astra, Febri, Kak Adi,Mba
Riski, Penyuk, Meilin, Kakak-kakak dan Adik-adik jurusan Ilmu
Komunikasi, terimakasih atas kebersamaannya. Semoga kita bisa selalu
membawa nama baik jurusan Ilmu Komunikasi.
16. Keluarga besar HMJ Ilmu Komunikasi Unila yang telah memberikan
pembelajaran dan pengalaman yang paling berarti bagi penulis. Sukses
untuk HMJ Ilmu Komunikasi.
17. Terakhir untuk Pembaca Skripsi ini, semoga dapat berguna dan
bermanfaat bagi pembaca.
Bandar Lampung, 11 Oktober 2018
Penulis,
Rizkiyani Juninda
NPM. 1216031100
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi televisi telah melahirkan
masyarakat informasi yang makin besar tuntutannya, akan hak untuk mengetahui,
dan hak untuk mendapatkan informasi. Informasi telah menjadi kebutuhan pokok
bagi masyarakat dan telah menjadi komoditas penting dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dapat dikatakan televisi merupakan
salah satu media masa yang efektif dalam menjalin suatu komunikasi. Khususnya
di Republik Indonesia, televisi saat ini telah menjadi barang biasa di rumah,
kantor bisnis, maupun institusi, khususnya sebagai sumber kebutuhan akan
hiburan, berita, serta menjadi media periklanan.
Di Indonesia, sistem siaran televisi berjaringan berusaha diwujudkan dalam
semangat demokratisasi melalui kebijakan desentralisasi di bidang penyiaran.
Sistem siaran televisi berjaringan diidentikkan dengan pemenuhan diversity of
content dan diversity of ownership sebaxzsgai prasyarat penyiaran yang
demokratis. Undang-Undang No 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
mengamanatkan kepada semua lembaga penyiaran, Khususnya televisi nasional
untuk melakukan siaran berjaringan dengan lokal. Kebijakan ini dikeluarkan
untuk menstimulus keikut sertaan sebanyak-banyak orang untuk berusaha di dunia
2
penyiaran serta membangkitkan potensi lokal melalui penyiaran televisi (Mufid,
2005: 147)
Adapun aturan tentang televisi Nasional berjaringan sebagai konsekuensi dari
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 50 tahun 2005 (https://ppidkemkominfo.-
files.wordpress.com), diakses pada 14 November 2017). Sistem jasa penyiaran
televisi telah diatur pada Pasal 36 PP Nomor 50 Tahun 2005. Televisi Nasional
berjaringan di Indonesia sudah ada sejak tahun 2000 awal. (K.B Primasanti,
Jurnal Ilmu Komunikasi Studi Eksplorasi Sistem Siaran Televisi Berjaringan Di
Indonesia, 2009). Namun belum adanya peraturan atau regulasi yang tepat
membuat siaran televisi berjaringan ditangguhkan dan diberi periode tenggang
sampai tahun 2007. Adapun Televisi Nasional berjaringan di Lampung sudah ada
sejak tahun 2008 dimana yang menyiarkan siaran dengan konten lokal pertama
kali adalah TV ONE yang dulu masih bernama Lativi (Rekomendasi Kelayakan,
No:013/RK-Lampung/KPI/01/09). Adapun dalam pelaksanaan televisi nasional
berjaringan tersebut, timbul pertanyaan apakah sudah sesuai dengan peraturan
yang telah diberlakukan atau tidak. Hal ini tentu saja memerlukan pengawasan
oleh lembaga terkait.
Dalam menjalankan fungsinya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), KPI
mempunyai wewenang:
a. Menetapkan standar program siaran;
b. Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran;
c. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta
standar program;
3
d. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku
penyiaran serta standar program siaran;
e. Melakukan koordinasi atau kerjasama dengan Pemerintah, lembaga
penyiaran, dan masyarakat.
Pasal 50 Undang-undang Republik Indonesia tentang Penyiaran:
1. KPI wajib mengawasi pelaksanaan pedoman perilaku penyiaran;
2. KPI wajib menerima aduan dari setiap orang atau kelompok yang mengetahui
adanya pelanggaran terhadap pedoman perilaku penyiaran;
3. KPI wajib menindaklanjuti aduan resmi mengenai hal-hal yang bersifat
mendasar;
4. KPI wajib meneruskan aduan kepada lembaga penyiaran yang bersangkutan
dan memberikan kesempatan hak jawab;
5. KPI wajib menyampaikan secara tertulis hasil evaluasi dan penilaian kepada
pihak yang mengajukan aduan dan Lembaga Penyiaran yang terkait.
Berangkat dari data dan fenomena diatas yang telah ditunjukkan, dengan telah
adanya Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, tidak menutup peluang bagi lembaga
penyiaran melakukan pelanggaran melalui isi siaran lokal berjaringan, sama
halnya dengan yang akan penulis temui pada penelitian ini, untuk mengetahui
bagaimana peran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah terhadap penerapan regulasi
isi siaran televisi nasional berjaringan di Lampung sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002. Hal inilah yang menjadi alasan kuat
mengapa peneliti melakukan penelitian ini.
Adapun lembaga yang bertugas dalam mengawasi bagaimana pelaksanaan
penyiaran televisi di Lampung adalah KPI Daerah Lampung. KPID Provinsi
Lampung ada karena Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
yang menjadi dasar hukum pembentukan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah
(KPID) di Lampung beserta perangkat-perangkat hukumnya. Komisi Penyiaran
4
Indonesia Daerah (KPID) Lampung merupakan lembaga yang didirikan sesuai
dengan tujuan dan maksud Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun
2002 Tentang Penyiaran. KPID Lampung berkedudukan di ibukota Provinsi
Lampung. KPID Lampung memiliki kewenangan tugas diseluruh wilayah hukum
di Provinsi Lampung.
Adapun konsep dalam penelitian ini akan membahas tentang regulasi yang
dibuat oleh KPI. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), membuat regulasi berupa
Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) yang
dimasukan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran. Tujuannya adalah untuk menegakkan aturan-aturan mengenai
pelanggaran program siaran, merusak nilai-nilai, dan budaya yang berlaku di
masyarakat. Sehingga diharapkan masyarakat mendapatkan siaran yang sehat dan
bermartabat. Masyarakat berhak mendapatkan siaran yang sehat dan bermartabat,
karena frekuensi adalah milik publik bukan milik individu atau golongan.
Ketentuan yang dimaksut di atas, lebih lanjut dituangkan pada Pasal 68 tentang
Program Lokal Dalam Sistem Stasiun Jaringan yang terdapat pada Pedoman
Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) tahun 2012, selain itu
terdapat juga regulasi untuk mengukur standar program siaran lokal televisi
berjaringan yang menjadi pedoman oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah
Lampung (KPID), mengenai siaran konten lokal yang dituangkan pada Peraturan
Daerah Provinsi Lampung No. 10 tahun 2015, Tentang Penyelenggaraan
Penyiaran Televisi di Daerah yaitu pada Pasal 7 dan Pasal 8.
5
Dalam kenyataannya, banyak lembaga penyiaran tidak menjalankan ketentuan isi
siaran sesuai dengan Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program
Siaran (SPS) dengan baik. Televisi nasional haruslah mempunyai konten siaran
lokal yang ditayangkan di waktu tertentu untuk memperkenalkan kearifan lokal
atau budaya yang ada di daerah Lampung. selain itu, Permasalahan yang sering
dihadapi adalah mengenai kanal frekuensi siaran, dimana kanal yang tersedia bagi
lembaga penyiaran khususnya televisi jumlahnya sangat terbatas, namun
banyaknya stasiun televisi yang mengajukan permohonan kanal cukup banyak
sehingga perlu dilakukan seleksi.
Sebagai contoh pada tahun 2011 lalu, ketika itu muncul kasus Kompas TV
menjalin kerjasama dengan 10 stasiun televisi lokal yakni, MOS TV Palembang,
Komedi TV Banten, STV Bandung, Borobudur TV Semarang, Art TV Purworejo,
BCTV Surabaya, Agropolitan TV Batu, Dewata TV Bali, Selain muncul di 10
stasiun televisi lokal itu, Kompas TV juga hadir di sejumlah saluran tv
berlangganan yakni pada saluran Telkom Vision Jakarta, Citra TV/ Aora TV
Jakarta, Centrin Cable Bandung dan First Media TV Jakarta. Di kanal televisi
berbayar ini, Kompas TV mengklaim sebagai televisi berbayar pertama yang
memiliki kualitas High Definition (HD). Kualitas High Definition menyajikan
gambar dengan resolusi tinggi sehingga pemirsa dapat menikmati detail gambar
dengan kontur jelas dan warna yang lebih tajam. Kualitas High Definition ini juga
yang menjadi standart tayangan pada sistem digital nantinya. Kesamaan prinsip
operasional inilah yang kemudian memunculkan reaksi keras di sejumlah
kalangan (Kominfo, 2011, siaran pers No. 65/PIH/Kominfo/9/-2011).
6
Berbicara mengenai televisi nasional berjaringan di daerah Lampung dan jumlah
siarannya, terdapat berbagai diversitas atau keragaman isi siaran lokal Lampung
yang disiarkan oleh televisi nasional berjaringan yang ada di daerah Lampung.
Secara garis besar, televisi nasional berjaringan di daerah Lampung
menanyangkan siaran dengan tema news yang menanyangkan berbagai peristiwa
hangat yang terjadi di Lampung. Selain itu, televisi nasional berjaringan di daerah
Lampung juga tidak ketinggalan menanyangkan tayangan hiburan serta
dokumenter yang isinya memperkenalkan kekayaan alam daerah Lampung.
Berikut daftar program siaran lokal yang disiarkan televisi nasional berjaringan
di Provinsi Lampung, yang peneliti dapatkan dari hasil pengamatan awal dan
peneliti amati selama satu minggu (16 Oktober – 22 Oktober 2017):
Tabel 1. Daftar Program Siaran Lokal Televisi Nasional
No. Televisi Program Siaran Jenis Siaran Durasi Siaran Persentase
1. Trans 7 Warna Lampung Hiburan 03.15 – 05.15 WIB
06.00 – 07.00 WIB 15 %
2. Trans TV Pesona Lampung Hiburan 02.00 – 05.30 WIB 12 %
3. Indosiar
Santri
Jelajah Masjid
Teropong
Religi
Hiburan 03.30 – 06.00 WIB 12%
4. SCTV Lorong Waktu
Mata Air Hiburan 03.30 – 06.00 WIB 12%
5. MNC TV
Jendela
Plesir
Mata Pancing
Adventure
Feature 04.00 – 06.00 WIB 9%
6. Metro TV Expedition Lampung
Lampung Sepekan
Adventure
News
04.00 – 04.55 WIB
13.00 – 13.50 WIB 15 %
7. GTV Unique Journey Adventure 05.15 – 06.00 WIB 2%
8. ANTV
Panorama Lampung
Bincang Tokoh
Cahaya Hati Lampung
Hiburan
Talk Show
Religi
01.40 – 04.40 WIB 12%
9. NET TV
Lentera Indonesia
Lampung
Indonesia Bagus
Lampung
Adventure
Education
05.00 – 06.00 WIB
10.00 - 11.00 WIB 15%
10. TVRI Berita: Warta Lampung,
Monitor Olahraga,
News
Hiburan 15.00 – 19.00 WIB 18%
7
No. Televisi Program Siaran Jenis Siaran Durasi Siaran Persentase
Bincang Petang
Hiburan: Anak Ceria,
Dunia Pendidikan,
Informasi Sehat, Pesona
Andalas
Musik: Musik Islami,
Lagu Pop Daerah,
Kompilasi Seni Budaya
Kuis: ABC (Anak
Bangsa Ceria)
Agama: Jalan-jalan
Islami
Religi
11. TV ONE
Documentary One
Lampung
Damai Indonesiaku
Lampung
`News
Hiburan 12.30 – 14.00 WIB 6%
12. RCTI
Dua Sisi
Urban
Bicara Islam
Assalamualaikum
Ustadz
Seputar Lampung
Dokumenter
Feature
Religi
03.50 – 06.00 WIB 10%
13. Kompas TV
Lampung
Kompas News Lampung
Gerbang Lampung
Bincang Inspiratif
StandUp Seru Lampung
News
Talk Show
Hiburan
04.30 - 08.30 WIB 18%
14. iNews TV
Lampung
iNews Lampung
Advetorial Sai Bumi
Senior & Junior
Cekal
Spesial Report
Tabik pun
News
Talk Show 15.00 – 17.00 WIB 10%
(Sumber: Pengamatan Peneliti dan KPID Lampung)
Keragaman isi siaran lokal televisi nasional berjaringan di daerah Lampung
merupakan kewenangan dari pihak KPID Lampung dalam mengawasinya. Komisi
Penyiaran Indonesia Daerah Lampung (KPID) selaku perpanjangan tangan dari
KPI Pusat mengawasi isi siaran lokal melalui pakem P3SPS, dan juga Peraturan
Daerah Provinsi Lampung (Perda) No. 10 tahun 2015 yang telah ditetapkan
pemerintah melalui KPI Pusat dan Pemerintah Daerah.
8
Berdasarkan hal diatas, menurut UU No 32 Tahun 2002 pasal 46 ayat (8), konten
lokal yang disiarkan Televisi Nasional diatur sebagaimana berikut:
1. Produksi program muatan lokal sekurang-kurangnya diselenggarakan dalam
jumlah 10% dari total waktu siar;
2. Pelaksana produksi program muatan lokal diutamakan mengambil sumber
daya manusia dan potensi-potensi penyiaran dari daerah setempat dengan
mempertimbangkan profesionalisme;
3. Program muatan lokal adalah isi siaran yang memuat hal-hal yang bersumber
dari daerah dalam bidang sosial, politik, ekonomi dan budaya;
4. Durasi siaran lokal dapat ditingkatkan dari tahun ke tahun menjadi maksimal
30% disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan.
Dari ketentuan diatas, sudah dengan jelas diatur dan ditetapkan peraturan yang
membahas tentang konten siaran lokal daerah di televisi berjaringan dengan
ketentuan yang dimaksud diatas, lebih lanjut dituangkan pada Pasal 68 perihal
Program Lokal Dalam Sistem Stasiun Jaringan yang ada pada Pedoman Perilaku
Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) tahun 2012, selain itu terdapat
juga regulasi daerah yang dituangkan pada Peraturan Daerah Provinsi Lampung
No. 10 tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi di Daerah yaitu
Pasal 7 dan Pasal 8.
Urgensi dari adanya penelitian ini, yaitu penulis berharap penelitian ini dapat
dijadikan perbandingan atau tolak ukur terhadap berjalan atau tidaknya regulasi
yang ditetapkan pemerintah tersebut. Selain itu, dengan adanya penelitian ini
untuk menjamin ketersediaan sumber informasi bagi masyarakat di Lampung,
9
karena jangan sampai televisi nasional yang berjaringan di daerah Lampung isi
kontennya tidak berisikan tentang kearifan lokal di Lampung, dan tidak
berkontribusi bagi pembangunan daerah khususnya di Provinsi Lampung.
Hal ini yang membuat penulis melakukan sebuah penelitian mengenai “Peran
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung Dalam Pengawasan dan
Penerapan Regulasi Isi Siaran Televisi Nasional Berjaringan di Lampung
(Studi pada Komisi Penyiaran Indonesia Derah Lampung).”
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah
pada penelitian ini yaitu Bagaimanakah Pelaksanaan Peran Komisi Penyiaran
Indonesia Daerah Lampung dalam Mengawasi Penerapan Regulasi Isi Siaran
Konten Daerah pada Televisi Nasional Berjaringan di Lampung?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
Mengetahui bagaimanakah pelaksanaan peran Komisi Penyiaran Indonesia
Daerah Lampung dalam Mengawasi Penerapan Regulasi Isi Siaran Konten
Daerah pada Televisi Nasional Berjaringan di Lampung.
10
1.4. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Secara Keilmuan
a. Bagi Pengembangan Ilmu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
gambaran berjalan atau tidaknya regulasi pemerintah melalui Lembaga
penyiaran Televisi Nasional berjaringan di Lampung. Selain itu, untuk
menjamin kepentingan publik akan sumber informasi.
b. Bagi Ilmu Komunikasi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
kajian di bidang penyiaran televisi khususnya Televisi berjaringan.
2. Secara Praktis
a. Bagi Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan pemikiran sebagai
masukan dalam rangka meningkatkan Peran Komisi Penyiaran Indonesia
Daerah Dalam Pelaksanaan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar
Program Siaran.
b. Bagi Lembaga Penyiaran, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
salah satu sumbangan pemikiran sebagai masukan dalam rangka
meningkatkan mutu penyiaran lokal ataupun daerah.
c. Bagi Masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
sumbangan pemikiran sebagai masukan bagi masyarakat agar dapat ikut
turut serta mengawal agar terwujudnya siaran lokal yang bermutu baik.
d. Bagi Pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
tentang kajian penyiaran televisi lokal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai
pembanding dan tolak ukur serta mempermudah peneliti dalam menyusun
penelitian ini. Peneliti harus belajar dari peneliti lain agar menghindari duplikasi
dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti penelitian
sebelumnya. Dalam penelitian ini peneliti telah menganalisis beberapa penelitian
yang berkaitan dengan bahasan di dalam penelitian ini, yang mencakup tentang
pengawasan dan penerapan regulasi isi siaran penyiaran televisi.
1. Penelitian pertama berjudul Studi Eksplorasi Sistem Siaran Televisi
Berjaringan Di Indonesia yang dilakukan oleh K.B. Primasanti, mahasiswa
Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu KomunikasiUniversitas Kristen
Petra, tahun 2009. Penelitian K.B. Primasanti memfokuskan sistem televisi
berjaringan yang telah ada selama ini. Pada penelitian ini terlihat perbedaan
antara skripsi penulis yang memfokuskan pengawasan dan penerapan regulasi
siaran Televisi berjaringan di Indonesia, sedangkan didalam skripsi K.B.
Primasanti memfokuskan Analisis pada persiapan regulasi televisi berjaringan
di Indonesia pada 2009 silam. Penelitan ini menggunakan metode penelitian
12
kualitatif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh K.B.Primasanti yaitu
Penerapan sistem siaran berjaringan yang berbeda-beda merupakan
konsekuensi dari keragaman tujuan dan pilihan cara menerapkan beberapa
aspek dalam sistem siaran berjaringan, yakni: pola berjaringan (model sistem
siaran berjaringan), cara pendanaan, mekanisme kontrol dan pengawasan serta
pemrograman sebagai persiapan menuju televisi berjaringan di Indonesia.
2. Penelitian yang kedua tentang Penerapan Standar Program Siaran Dalam
Tayangan Pesbukers yang dilakukan oleh Rifky Nur Putri, mahasiswa Jurusan
Ilmu Komunikasi, Fakultas ISIP, Universitas Diponegoro 2013. Perbedaan
skripsi ini dengan skripsi penulis terletak pada fokus penelitian, lalu
persamaan terletak pada peraturan pemerintah atau undang-undang yang
digunakan.Jika dibandingkan dengan penelitian yang peneliti lakukan,
kesamaannya penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis angkat saat
ini adalah penggunaan P3SPS yang juga digunakan peneliti.Perbedaannya dari
penelitian yang penulis angkat saat ini lebih fokus kepada Peran KPID
Lampung, sedangkan penelitian yang Rifky Nur Putri susun lebih kepada
peran KPI Pusat.
3. Penelitian ketiga tentang Konsistensi Penerapan Regulasi Penyiaran Program
Lokal Pada Media Televisi Berjaringan di Acehyang dilakukan oleh Juni
Saputri, Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Syah Kuala, Tahun
2016. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti susun terletak
pada tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui konsistensi penerapan regulasi
penyiaran program lokal pada media televisi berjaringan di Aceh. Jika
13
dibandingkan dengan penelitian yang peneliti lakukan, kesamaannya
penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis angkat saat ini adalah
sama-sama penelitian tipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Adapun kontribusi penelitian ini untuk penelitian yang akan peneliti
susun adalah Memberi masukan skripsi kepada penulis tentang Peran KPI
dalam pengawasan dan penerepan regulasi isi siaran televisi.
4. Penelitian Keempat tentang Keberadaan Program Siaran Lokal di Televisi
Berjaringan Studi Implementasi Kebijakan Media Terhadap Protv yang
dilakukan oleh Eva Ratna Hari Putri. Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi,
Fakultas ISIP, Universitas Diponegoro, Tahun 2014, perbedaan terletak pada
Terletak pada objek penelitian, dimana penelitian ini mengkaji implementasi
kebijakan televisi berjaringan pada Pro TV Semarang. Jika dibandingkan
dengan penelitian ini sama sama menggunakan pendekatan kualitatif dalam
menganalisis sitem televisi berjaringan. Adapun kontribusi penelitian ini
untuk penelitian yang akan peneliti susun adalah Memberi masukan skripsi
kepada penulis tentang Peran KPI dalam pengawasan dan penerepan regulasi
isi siaran televisi.
14
Berikut peneliti sajikan data mengenai penelitian terdahulu dalam bentuk tabel:
Tabel 2. Penelitian Terdahulu
No. Judul Persamaan Perbedaan Kontribusi Hasil Penelitian
1
Studi Eksplorasi
Sistem Siaran
TelevisiBerjaring
an Di Indonesia
(K.B. Primasanti,
mahasiswa
Jurusan Ilmu
Komunikasi,
Fakultas Ilmu
Komunikasi
Universitas
Kristen Petra,
tahun 2009).
Sama sama
menggunakan
pendekatan
kualitatif
dalam
menganalisis
sitem televisi
berjaringan.
Perbedaan
obyek
penelitian
antara
persiapan dan
regulasi
televisi
berjaringan.
Memberi
masukan
kepada penulis
untuk
mendapatkan
informasi
mengenai
pembahasan
mengenai
televisi nasional
berjaringan.
Hasil penelitian yang
dilakukan oleh
K.B.Primasanti yaitu
Penerapan sistem siaran
berjaringan yang
berbeda-beda merupakan
konsekuensi dari
keragaman tujuan dan
pilihan cara menerapkan
beberapa aspek dalam
sistem siaran berjaringan,
yakni: pola berjaringan
(model sistem siaran
berjaringan), cara
pendanaan, mekanisme
kontrol dan pengawasan
serta pemrograman
sebagai persiapan menuju
televisi berjaringan di
Indonesia.
2
Penerapan
Standar Program
Siaran Dalam
Tayangan
Pesbukers. (Rifky
Nur Putri,
mahasiswa
Jurusan Ilmu
Komunikasi,
Fakultas ISIP,
Universitas
Diponegoro,tahun
2013).
Persamaan
terletak pada
peraturan
pemerintah
atau undang-
undang yang
digunakan
(P3SPS).
Perbedaan
skripsi ini
dengan skripsi
penulis
terletak pada
fokus
penelitian
Memberi
masukan skripsi
kepada penulis
tentang Peran
KPI dalam
pengawasan
dan penerepan
regulasi isi
siaran televisi.
Jika dibandingkan dengan
penelitian yang peneliti
lakukan, kesamaannya
penelitian terdahulu
dengan penelitian yang
penulis angkat saat ini
adalah penggunaan
P3SPS yang juga
digunakan peneliti.
Perbedaannya dari
penelitian yang penulis
angkat saat ini lebih
fokus kepada Peran KPID
Lampung, sedangkan
penelitian yang Rifky
Nur Putri susun lebih
kepada peran KPI Pusat.
3
Konsistensi
Penerapan
Regulasi
Penyiaran
Program Lokal
Pada Media
Televisi
Berjaringan Di
Sama-sama
penelitian
tipe deskriptif
dengan
menggunakan
pendekatan
kualitatif.
Perbedaan
terletak pada
Tujuan
Penelitian ini,
yaitu untuk
mengetahui
konsistensi
penerapan
Memberi
masukan skripsi
kepada penulis
tentang Peran
KPI dalam
pengawasan
dan penerepan
regulasi isi
Aktivitas anggota
jaringan lembaga
penyiaran televisi swasta
Aceh dalam proses
ekonomi dikontrol pusat
secara mutlak. Dimana
proses ekonomi dalam
hal ini berupa output
15
No. Judul Persamaan Perbedaan Kontribusi Hasil Penelitian
Aceh (Juni
Saputri,
Mahasiswa Prodi
Ilmu Komunikasi,
Universitas Syah
Kuala, Tahun
2016)
regulasi
penyiaran
program lokal
pada media
televisi
berjaringan di
Aceh.
siaran televisi. media yakni program
atau konten. Serta seluruh
lembaga penyiaran yang
menjadi objek penelitian
tidak konsisten dalam
menayangkan program
lokal, Inkonsistensi
tersebut dilihat dari
proses produksi program
lokal, persentase jam siar,
dan jam tayang program
lokal yang di siarkan.
4
Keberadaan
Program Siaran
Lokal Di Televisi
Berjaringan
(Studi
Implementasi
Kebijakan Media
Terhadap Protv).
(Eva Ratna Hari
Putri. Mahasiswa
Jurusan Ilmu
Komunikasi,
Fakultas ISIP,
Universitas
Diponegoro,
Tahun 2014)
Sama sama
menggunakan
pendekatan
kualitatif
dalam
menganalisis
sitem televisi
berjaringan.
Terletak pada
objek
penelitian,
dimana
penelitian ini
mengkaji
implementasi
kebijakan
televisi
berjaringan
pada Pro TV
Semarang
Memberi
masukan
kepada penulis
untuk
mendapatkan
informasi
mengenai
pembahasan
mengenai
televisi nasional
berjaringan.
Hasil penelitian yang
didapatkan adalah
implementasi sistem
stasiun jaringan di
PROTV sebagai anggota
jaringan SINDOTV
belum berjalan dengan
ideal. Faktor
kepemilikan
menyebabkan adanya
dominasi kekuasaan dari
pemilik modal melalui
berbagai keputusan yang
memengaruhi
keberadaan program
siaran lokal. Terjadi
pengurangan slot time
bagi program siaran
lokal dan pergeseran
prime time program
siaran lokal di PROTV
(Sumber: e-journal Undip, Repository Petra, etd Unsyiah, dan Portal Garuda, diakses
tanggal 24 November 2017)
16
2.2 Televisi Sebagai Media Massa
Pada hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula
dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan gagasan seorang
mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, menemukan
sistem penyaluran sinyal gambar, untuk mengirim gambar melalui udara dari
suatu tempat ke tempat lain. Sistem ini dianggap praktis, sehingga diadakan
percobaan pemancaran serta penerimaan sinyal televisi tersebut. Hal ini terjadi
antara tahun 1883-1884. Akhirnya Nipkov diakui sebagai ‘Bapak’ televisi.
Televisi sudah mulai dapat dinikmati oleh publik Amerika Serikat pada tahun
1939, yaitu ketika berlangsungnya World’s Fair di New York Amerika serikat,
tetapi Perang Dunia II telah menyebabkan kegiatan dalam bidang televisi itu
terhenti. Baru setelah itu, tahun 1946 kegiatan dalam bidang televisi dimulai lagi.
Pada waktu itu di seluruh Amerika Serikat hanya terdapat beberapa buah
pemancar saja, tetapi kemudian teknologi berkembang dengan pesat, jumlah
pemancar TV meningkat dengan hebatnya. Tahun 1948 merupakan tahun penting
dalam dunia pertelevisian karena pada tahun tersebut ada perubahan dari televisi
eksperimen ke televisi komersial di Amerika.
Seperti halnya dengan media massa lain, televisi pun tidak dapat dimonopoli oleh
Amerika Serikat saja. Sewaktu Amerika giat mengembangkan Menurut Skormis
(Kuswandi, 1996 : 8) dalam bukunya “Television and Society : An Incuest and
Agenda “, dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah,
buku, dan sebagainya). Televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa.
17
Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat
informatif, hiburan, dan pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur
tersebut. Informasi yang disampaikan oleh televisi, akan mudah dimengerti karena
jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual. Media masa sendiri
mempunyai fungsi diantaranya; memberikan informasi, informasi pewarisan
budaya, pendidikan, hiburan.
2.3 Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Televisi di
Indonesia
Tahun 1948 merupakan tahun penting dalam dunia pertelevisian karena pada
tahun tersebut ada perubahan dari televisi eksperimen ke televisi komersial di
Amerika. Seperti halnya dengan media massa lain, televisi pun tidak dapat
dimonopoli oleh Amerika Serikat saja. Sewaktu Amerika giat mengembangkan
media massa itu, negara-negara Eropalain pun tidak mau ketinggalan.
Perkembangan televisi sangat cepat sehingga dari waktu ke waktu media ini
memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari. (Menurut
Kuswandi,1996:8), dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat
kabar, majalah, buku, dan sebagainya) Televisi tampaknya mempunyai sifat
istimewa.
Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat
informatif, hiburan, dan pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur
tersebut.Informasi yang disampaikan oleh televisi, akanmudah dimengerti karena
jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual.
18
Bersamaan dengan kemajuan media cetak, muncul media lain sebagai sumber
informasi bagi khalayak yaitu media elektronik mulai dari TV berwarna hingga
teknologi internet. Seperti surat kabar, saat ini hampir setiap orang memiliki
televisi di tempat tinggalnya.Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran
bergambar.Kata televisi berasal dari kata teledan vision; yang mempunyai arti
masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision).Jadi televisi berarti tampak atau
dapatmelihat dari jarak jauh.Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan
roda, karena penemuan inimampu mengubah peradaban dunia.Di Indonesia
'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.Televisi untuk
umum menyiarkan programnya secara universal, tetapi fungsi utamanya tetap
hiburan.Kalaupun ada program-program yang mengandung segi informasi dan
pendidikan, hanya sebagai pelengkap saja dalam rangka memenuhi kebutuhan
alamiah manusia.
Inovasi terpenting yang terdapat pada televisi ialah kemampuan menyajikan
komentar atau pengamatan langsung saat suatu kejadian berlangsung. Namun
demikian banyak peristiwa yang perlu diketahui publik telah direncanakan
sebelumnya, maka penambahan kadar aktualitas juga terbatas. Media televisi di
Indonesia bukan lagi sebagai barang mewah.Kini media layar kaca tersebut sudah
menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat untuk
mendapatkan informasi. Dengan kata lain, informasi sudah merupakan bagian
dari hak manusia untuk aktualisasi diri Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia
dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya
pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan.Sejak
19
itupula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai
panggilan status sampai sekarang.
Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan
segala kesederhanaannya. TVRI yang berada di bawah Departemen Penerangan,
kini siarannya sudah dapat menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia.Sejak
tahun 1989 TVRI mendapat saingandari stasiun TVlainnya, yakni (RCTI)
Rajawali Citra Televisi Indonesia yang bersifat komersial.Kemudian secara
berturut-turut berdiri stasiun televisi (SCTV) Surya Citra Televisi Indonesia,
(TPI) Televisi Pendidikan Indonesia dan (ANTEVE) Andalas Televisi (Ardianto,
2004 : 127).
Dengan kehadiran RCTI, SCTV, dan TPI maka dunia pertelevisian di Indonesia
telah mengalami banyak perubahan, baik dalam hal mutu siarannya maupun
waktu penayangannya.Untuk lebih meningkatkan mutu siarannya pada
pertengahan tahun 1993, RCTI telah mengudara secara nasional dan membangun
beberapa stasiun transmisi di berbagai kota besar di Indonesia , seperti: Jakarta,
Bandung, Surabaya, Medan, Batam, dan daerah-daerah lain.
Kemudian stasiun-stasiun televisi swasta bertambah lagidengan kehadiran
Indosiar, Trans TV, Trans 7, Global TV, Metro TV, dan TV One. Seperti telah
kita ketahui perkembangan pertelevisian di Indonesia semakin meningkat, dulu
hanya ada satu stasiun televisi nasional di Indonesia yakni TVRI, kini telah ada
lebih dari 10 TV swasta nasional tambahan yang mendapatkan izin melakukan
siaran, yakni RCTI, SCTV. ANTV, Indosiar, Global TV, MNCTV, TV One,
Metro TV, Trans TV dan Trans 7.Belum lagi stasiun berjaringan seperti Kompas
20
TV dan NET, lalu TV-TV berbayar dan stasiun TV lokal yang tersebar di
berbagai daerah di Indonesia.
2.4 Kegiatan Penyiaran Televisi di Indonesia
2.4.1 Persaingan Industri Televisi Indonesia
Sebagaimana diketahui oleh duniapenyiaran, televisi adalah medium yang
diciptakan untuk menjual.Bisnis televisi mulai marak setelah keluarnya Surat
Keputusan Menteri Penerangan No. 111 Tahun 1990. Diawali pada tahun 1987-
1988 ketika RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) diizinkan siaran dengan
menggunakan decoder, diikuti SCTV (Surya Citra Televisi) pada tahun 1989. TPI
(Televisi Pendidikan Indonesia) menyusul awal tahun 1991. Pada tahun 1993 AN-
TV (Andalas Televisi) mengudara secara nasional dariJakarta dan tahun 1994
televisi Indosiar Mandiri milik Indo Salim Group pun mengudara (Ishadi SK.
1997: 18).
Dalam perekonomian yang sehat, stasiun televisi dapat menjadi tambang emas
bagi pemiliknya, namun dalam perekonomian yang lemah stasiun televisi hanya
akan menghabiskan dana pemiliknya. Menjalankan stasiun televisi memerlukan
imajinasi dan gairah, karenanya para pengelola televisi haruslah terdiri dari orang-
orang yang kaya gagasan dan penuh energi. Selain itu, televisi menggunakan
gelombang udara publik, sehingga televisi mempunyai tanggung jawab kepada
pemirsanya melebihi bisnis lainnya dalam masyarakat (Morrisan, 2006: 1).
21
2.4.2 Proses Produksi Acara Televisi Berjaringan di Indonesia
Proses Produksi Acara Televisi Berjaringan di Indonesiadiatur dalam UU No
32 Tahun 2002 pasal 46 ayat (8), mengenai konten lokal yang disiarkan
Televisi Nasional Berjaringan diatur sebagaimana berikut:
a. Produksi program muatan lokal sekurang-kurangnya diselenggarakan dalam
jumlah 10% dari total waktu siar;
b. Pelaksana produksi program muatan lokal diutamakan mengambil sumber
daya manusia dan potensi-potensi penyiaran dari daerah setempat dengan
mempertimbangkan profesionalisme;
c. Program muatan lokal adalah isi siaran yang memuat hal-hal yang bersumber
dari daerah dalam bidang sosial, politik, ekonomi dan budaya;
d. Durasi siaran lokal dapat ditingkatkan dari tahun ke tahun menjadi maksimal
30% disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan.
Selain itu, terdapat pula peraturan daerah, yang menjadi standarisasi pedoman
pihak Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung (KPID), mengenai
Penyelenggaraan Penyiaran Televisi di Daerah yang dituangkan dalam Peraturan
Daerah Provinsi Lampung (Perda) No. 10 tahun 2015 pada pasal 7 dan pasal 8.
Adapun isi dari Perda pasal 7 sebagai berikut:
1. Dalam sistem stasiun jaringan, setiap stasiun penyiaran lokal wajib memuat
program siaran lokal dengan durasi paling sedikit 10% dari seluruh waktu
siaran berjaringan per hari.
2. Program siaran lokal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatas paling
sedikit 30% diantaranya wajib ditayang serentak pada pukul 17.00 – 18.00
WIB dengan sisanya dapat ditayangkan antara pukul 05.00 – 22.00 WIB.
22
3. Berdasarkan perkembangan kemampuan daerah dan lembaga penyiaran
swasta harus memuat siaran lokal sebagaimana dimaksud ayat (1) secara
bertahap naik menjadi paling sedikit 50% dari seluruh waktu siaran perhari.
4. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib dilakukan selama 6
tahun dengan ketentuan dilakukan secara bertahap menaikkan konten lokal
sebanyak 25% selama 3 tahun pertama dan 25% selanjutnya selama 3 tahun
berikutnya.
Sedangkan isi dari Perda pasal 8 adalah sebagai berikut:
1. Siaran lokal sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1), ayat (2) dan ayat
(3) adalah siaran dengan muatan lokal pada daerah setempat sesuai dengan
wilayah layanan siaran dari masing-masing lembaga siaran jaringan.
2. Siaran lokal sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan siaran muatan lokal
dengan sekurang-kurangnya memenuhi kriteria:
a. Disiarkan oleh stasiun anggota di masing-masing wilayah layanan provinsi
Lampung;
b. Proses produksi siaran dilakukan di provinsi Lampung;
c. Proses penyelenggaran siaran lokal baik teknis maupun non teknis
mengutamakan sumber daya manusia (SDM) di provinsi Lampung;
d. Format siaran lokal harus memperhatikan keragaman isi siaran dengan
mengutamakan kepentingan masyarakat dan dalam rangka peningkatan
pembangunan daerah;
e. Keragaman isi siaran sebagaimana dimaksud huruf d meliputi aspek:
informasi daerah, seni dan budaya, pariwisata, pendidikan, pembangunan
di daerah, Bahasa Lampung dan hiburan yang sehat.
23
Berdasarkan pada regulasi di atas, pada pasal 46 ayat(8) dalam UU No. 32 Tahun
2002 dan Perda No. 10 tahun 2015 Tentang Ketentuan Konten Lokal yang
Disiarkan Televisi Nasional Berjaringan, seharusnya proses produksi konten atau
isi siaran lokal setidaknya mencakup siaran kearifan lokal yang durasinya
sekurang-kurangnya 10 % dari total siaran. Dari pasal tersebut juga, diatur bahwa
produksi isi siaran lokal, mengutamakan sumber daya daerah tempat siaran lokal
itu dibuat. Selain itu, isi siaran lokal pun tidak terbatas pada segmen manapun,
selagi isi siaran lokal tersebut masih menginformasikan tentang informasi yang
ada dalam daerah tersebut. Pada akhirnya, durasi isi siaran konten lokal dapat
ditingkatkan semaksimal mungkin sampai 30% disesuaiakan dengan kemampuan
stasiun televisi bersangkutan serta kebutuhan informasi pada daerah tersebut.
Kesemua proses tersebut harus dilakukan di daerah dimana isi siaran konten lokal
tersebut disiarkan.
2.4.3 Pengawasan Penyiaran Televisi Nasional Berjaringan di Indonesia
Di Indonesia lembaga yang diberikan wewenang untuk mengawasi bagaimana
pelaksanaan penyiaran adalah Komisi Penyiaran Indonesia(KPI), sebagaimana
diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran. Adapun isi pasalnya adalah sebagai berikut:
Pasal 7 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran:
1. Komisi penyiaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) disebut
Komisi Penyiaran Indonesia, disingkat KPI;
2. KPI sebagai lembaga negara yang bersifat independen mengatur hal-hal
mengenai penyiaran;
3. KPI terdiri atas KPI Pusat dibentuk di tingkat pusat dan KPI Daerah
dibentuk di tingkat provinsi.
24
Pasal 8 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran:
1. KPI sebagai wujud peran serta masyarakat berfungsi mewadahi aspirasi
serta mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran;
Dalam menjalankan fungsinya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), KPI
mempunyai wewenang:
a. Menetapkan standar program siaran;
b. Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran;
c. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta
standar program;
d. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku
penyiaran serta standar program siaran;
e. Melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengan Pemerintah, lembaga
penyiaran, dan masyarakat.
Pasal 50 Undang-undang Republik Indonesia tentang Penyiaran:
1. KPI wajib mengawasi pelaksanaan pedoman perilaku penyiaran;
2. KPI wajib menerima aduan dari setiap orang atau kelompok yang
mengetahui adanya pelanggaran terhadap pedoman perilaku penyiaran;
3. KPI wajib menindaklanjuti aduan resmi mengenai hal-hal yang bersifat
mendasar;
4. KPI wajib meneruskan aduan kepada lembaga penyiaran yang
bersangkutan dan memberikan kesempatan hak jawab;
2.4.4 Regulasi Televisi Berjaringan di Indonesia
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), membuat regulasi berupa Pedoman Perilaku
Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) tahun 2012, mengenai konten
siaran lokal yang terdapat pada pasal 68 tentang Program Lokal dalam Sistem
25
Stasiun Jaringan. Tujuannya adalah untuk menegakkan aturan-aturan mengenai
pelanggaran program siaran, merusak nilai-nilai, dan budaya yang berlaku di
masyarakat.Sehingga diharapkan masyarakat mendapatkan siaran yang sehat dan
bermartabat.Masyarakat berhak mendapatkan siaran yang sehat dan bermartabat,
karena frekuensi adalah milik publik bukan milik individu atau golongan.KPI
wajib menyampaikan secara tertulis hasil evaluasi dan penilaian kepada pihak
yang mengajukan aduan dan Lembaga Penyiaran yang terkait. Adapun isi dari
Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) tahun 2012
pasal 68 yaitu sebagai berikut:
1. Program siaran lokal wajib diproduksi dan ditayangkan dan ditayangkan
dengan durasi paling sedikit 10% untuk televisi dan paling sedikit 60% untuk
radio dari seluruh waktu siaran berjaringan perhari.
2. Program siaran lokal sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) di atas paling
sedikit 30% di antaranya wajib ditayangkan pada waktu primetime waktu
setempat.
3. Program siaran lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara bertahap
wajib ditingkatkan hingga paling sedikit 50% untuk televisi dari seluruh
waktu siaran berjaringan per hari.
Televisi nasional berjaringan di Indonesia sudah ada sejak tahun 2000 awal (K.B
Primasanti, Jurnal Ilmu Komunikasi Studi Eksplorasi Sistem Siaran Televisi
Berjaringan Di Indonesia, 2009).Namun belum adanya peraturan atau regulasi
yang tepat membuat siaran televisi berjaringan ditangguhkan dan diberi periode
tenggang sampai tahun 2007. Selain itu, adapun Televisi Nasional berjaringan di
Lampung sudah ada sejak tahun 2008 dimana yang menyiarkan siaran dengan
26
konten lokal pertama kali adalah TV ONE yang dulu masih bernama Lativi
(Rekomendasi Kelayakan, No:013/RK-Lampung/KPI/01/09). Adapun dalam
pelaksanaan televisi nasional berjaringan tersebut, timbul pertanyaan apakah
sudah sesuai dengan peraturan yang telah diberlakukan atau tidak.Hal ini tentu
saja memerlukan pengawasan oleh lembaga terkait.Seluruh lembaga penyiaran
tersebut menjalankan sistem stasiun jaringan yang artinya mereka harus
menjalankan peraturan tentang penyelenggaraan sistem stasiun jaringan yang ada.
Selain itu, adapun televisi nasional yang sudah berjaringan di Lampung
diantaranya adalah, TRANS7, TRANSTV, INDOSIAR, SCTV, MNCTV,
METROTV, GLOBALTV, ANTV, NET TV, TVRI, TVONE, RCTI,
KOMPASTV, INEWS TV.
Adapun aturan tentang televisi Nasional berjaringan sebagai konsekuensi dari
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 50 tahun 2005 (https://ppidkemkominfo.-
files.com, diakses pada 14 November 2017). Sistem jasa penyiaran televisi telah
diatur pada Pasal 36 PP Nomor 50 Tahun 2005 yang berisikan sebagai berikut:
Lembaga Penyiaran Swasta jasa penyiaran televisi dapat menyelenggarakan
siaran melalui sistem stasiun jaringan dengan jangkauan wilayah terbatas diatur
sebagai berikut:
a. Induk stasiun jaringan merupakan Lembaga Penyiaran Swasta yang terletak di
Ibukota provinsi;
b. Anggota stasiun jaringan merupakan Lembaga Penyiaran Swasta yang
terletak di Ibukota provinsi, kabupaten dan/atau kota;
c. Untuk kesamaan acara, siaran stasiun jaringan dapat dipancarluaskan melalui
stasiun relai ke seluruh wilayah dalam satu provinsi;
d. Khusus untuk provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta tidak diizinkan mendirikan stasiun relai;
e. Jangkauan wilayah siaran dari suatu sistem stasiun jaringan dibatasi paling
banyak 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah provinsi di Indonesia.
27
f. Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf e
memungkinkan terjangkaunya wilayah siaran menjadi paling banyak 90%
(sembilan puluh perseratus) dari jumlah provinsi di Indonesia, hanya untuk
sistem stasiun jaringan yang telah mengoperasikan sejumlah stasiun relai
yang dimilikinya sehingga melebihi 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari
jumlah provinsi sebelum ditetapkannya peraturan pemerintah ini;
g. Paling banyak 80% (delapan puluh perseratus) dari jumlah sebagaimana
dimaksud pada huruf e atau huruf f terletak di daerah ekonomi maju yang
lokasinya dapat dipilih oleh lembaga penyiaran yang bersangkutan, dan
paling sedikit 20% (dua puluh perseratus) sisanya berada di daerah ekonomi
kurang maju dan lokasinya ditetapkan oleh Menteri.
h. Penentuan daerah ekonomi maju dan daerah ekonomi kurang maju
sebagaimana dimaksud pada huruf g ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Berdasarkan pada aturan yang telah di tentukan di atas, standarisasi yang
digunakan oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung (KPID) untuk
mengawasi siaran lokal televisi nasional berjaringan di Lampung di ukur melalui,
UU No. 32 Tahun 2002, P3SPSpasal 68 tahun 2012, PP No. 50 tahun 2005, dan
PERDA Provinsi Lampung No. 10 tahun 2015 pasal 7 dan 8. Berdasarkan pada
regulasi yang ada maka, timbulah beberapa aspek penelitian yang akan peneliti
amati untuk mengukur berjalan atau tidaknya regulasi siaran televisi nasional
berjaringan di Lampung, yaitu sebagai berikut:
1. Isi Siaran
Pada aspek ini, peneliti mengamati seperti apakah isi siaran konten lokal
televisi nasional berjaringan yang disiarkan tersebut sudah sesuai atau tidak
dengan regulasi yang ada.
2. Sumber Daya Manusia (SDM)
Pada aspek ini, peneliti mengamati apakah SDM atau sumber daya manusia
yang digunakan dalam proses produksi isi siaran konten lokal televisi nasional
berjaringan tersebut sudah sesuai dengan regulasi yang ada atau tidak.
28
3. Metode Pengawasan
Pada aspek ini, peneliti mengamati metode pengawasan yang dilakukan oleh
KPID Lampung dalam mengawasi isi siaran konten lokal televisi nasional
berjaringan di Daerah Lampung.
4. Durasi dan Pola Siaran
Pada aspek ini, peneliti melihat dan membandingkan durasi dan pola
siaranyang di tayangkan dengan durasi yang seharusnya di penuhi oleh siaran
konten lokal televisi nasional berjaringan, dan durasi serta pola pengawasan di
KPID..
5. Sarana untuk Mengawasi
Dalam aspek ini, peneliti melihat sarana atau fasilitas yang digunakan oleh
KPID Provinsi Lampung dalam mengawasi isi siaran konten lokal televisi
nasional berjaringan di Lampung.
6. Upaya KPID Lampung dalam Optimalisasi Siaran Lokal
Dalam aspek ini, peneliti mengamati upaya KPID Lampung dalam optimalisasi
siaran lokal melalui apresiasi (reward) dan juga sanksi (punishment) yang
diberikan oleh KPID Provinsi Lampung kepada Stasiun Televisi Nasional
Berjaringan yang bersangkutan. (Pasal 36 PP No. 50 Tahun 2005 dan Pasal 46
ayat 8 UU No. 32 Tahun 2002, P3SPS pasal 68 tahun 2012, dan Perda No. 10
pasal 7 & 8 tahun 2015).
29
2.5 Landasan Teori
2.5.1 Teori Regulasi Media
Saat ini regulasi penyiaran mencangkup 3 hal, yakni;
a. Regulasi struktur,Regulasi struktur berisi tentang kepemilikan media oleh
pasar.
b. Tingkah laku, Regulasi tingkah laku dimaksudkan untuk mengatur tata
laksana penggunaan properti dalam kaitannya dengan kompetitor.
c. Regulasi isi, adalah regulasi isi yang berisi tentang batasan material siaran
yang boleh dan tidak boleh disiarkan (Mike Feintuck 2006: 235. E-Book
Media Regulation, Public Interest and The Law.)
Ada 3 hal yang membuat regulasi penyiaran ini dipandang penting;
Pertama, dalam iklim demokrasi saat ini, salah satu urgensi yang mendasari
penyusunan regulasi penyiaran adalah hak asasi manusia tentang kebebasan
berbicara, yang menjamin kebebasan seseorang untuk mengemukakan
pendapatnya tanpa ada intervensi, bahkan dari pemerintah.
Kedua, demokrasi menghendaki adanya peraturan yang menjamin keberagaman
politik dan kebudayaan, dengan menjamin kebebasan aliran ide dan posisi dari
semua kalangan dan kelompok.Regulasi penyiaran bisa menjadi jaminan agar
seluruh keberagaman politik dan budaya bisa terangkat dan dilestarikan secara
merata.
30
Ketiga adalah alasan ekonomi mengapa regulasi diperlukan. Tanpa adanya
regulasi media yang jelas, maka akan berpotensi terjadinya monopoli media.
Pemasukan terbesar dari lembaga penyiaran adalah pemasangan iklan. Dengan
adanya peraturan tentang sistem stasiun jaringan, maka pemasukan dari iklan
tidak hanya akan dinikmati oleh pusat, tapi juga harus di distribusikan ke daerah.
Hal ini akan berdampak pada pengembangan ekonomi di daerah tempat sistem
stasiun jaringan dijalankan.
Regulasi Isi sendiri menjelaskan bahwa, batasan material siaran yang boleh atau
tidak boleh disiarkan, dimana batasan tersebut sesuai dengan regulasi yang ada
pada P3SPS Tahun 2012 yang berarti batasan tersebut adalah, program-program
siaean yang mengandung: nilai-nilai kesukuan, keagamaan, ras dan antar
golongan, norma kesopanan, etika profesi, kepentingan publik, program layanan
publik, hak privasi, perlindungan kepada anak, perlindungan kepada masyarakat,
muatan seksualitas, muata kekerasan, penggolongan siaran, program siaran
jurnalistik, hak siar, sensor, siaran lokal dalam jaringan, sanksi dan penanggung
jawaban.
2.5.2 Teori Pers Tanggung Jawab Sosial
Teori Pers Tanggung Jawab Sosial diungkapkan oleh Fred S. Siebert (dalam
Masduki, 2007: 66), dinyatakan sebagai pergeseran dari teori liberal. Pergesaran
yang dimaksud adalah teori liberal berawal dari kemerdekaan negatif yang dapat
didefinisikan sebagai kebebasan dari pengekangan eksternal (pemerintah) yang
sebelumnya berlaku dalam teori otoriter. Kebebasan dalam nuansa negatif tersebut
31
dalam negara demokratis kemudian bergeser menjadi teori tanggung jawab sosial
yang berdasarkan pada kebebasan positif.
Dasar pemikiran utama dari teori ini adalah bahwa kebebasan dan kewajiban
berlangsung secara beriringan dan berkewajiban bertanggung jawab kepada
masyarakat dalam melaksanakan fungsi-fungsi yang hakiki (Masduki, 2007: 66).
Teori tanggung jawab sosial ini termasuk kedalam Four Theories of The Press
yang terdiri dari: Teori Pers Otoriter, Teori Pers Liberal dan Teori Pers Komunis.
Pada mulanya teori tanggung jawab sosial dan ketiga teori pers lainnya, memang
merupakan teori pers, tetapi kemudian seirama dengan perkembangan media
massa yang meliputi radio, televisi dan film, maka teori ini menjadi teori media
massa. Dengan kata lain teori pers yang semula hanya teori pers dalam arti sempit
kini menjadi pers dalam pengertian luas, tidak hanya sekedar media cetak tetapi
juga media elektronik (dalam Masduki, 2007: 66).
Sebagaimana telah dikemukan pada penjelasan diatas, dalam teori tanggung jawab
sosial ini, media massa dalam melakukan aktivitasnya berkewajiban bertanggung
jawab kepada masyarakat dengan menjalankan fungsi pers sebagaimana mestinya,
fungsi pers menurut Fred S. Siebert (dalam Masduki, 2007: 66) yakni :
a. Fungsi menyiarkan informasi: Untuk memberikan informasi kepada
masyarakat atau khalayak.
b. Fungsi mempengaruhi: Untuk mempengaruhi baik secara eksplisit maupun
implisit.
c. Fungsi mendidik: Untuk mendidik khalayak, memang merupakan hal yang
abstrak tetapi khalayak dapat merasakannya.
32
d. Fungsi menghibur: Memberi hiburan kepada khalayak agar merasa senang
dan terhibur, sehingga khalayak akan merasa senang dengan keberadaaan
media massa itu sendiri.
2.6 Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar
obyek yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar
obyek.Bila dalam penelitian ada obyek penjelas atau pelengkap lainnya, maka
juga perlu dijelaskan, mengapa obyek itu ikut dilibatkan dalam penelitian.
Pertautan antar obyek tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk
paradigma penelitian.Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma
penelitian harus didasarkan pada kerangka berpikir (Sugiyono, 2010:60).
Pada penelitian ini, yang pertama akan dijelaskan adalah adanya regulasi
pengawasan isi siaran lokal di Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang
No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang mengamanatkan kepada semua
lembaga penyiaran, Khususnya televisi nasional untuk melakukan siaran
berjaringan dengan konten lokal oleh pemerinath pusat melalui KPI. Kebijakan ini
dikeluarkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang
mengatur keikut sertaan sebanyak-banyak orang untuk berusaha di dunia
penyiaran serta membangkitkan potensi lokal melalui penyiaran televisi.Adapun
UU ini dikleuarkan pada tahun 2002 sebagai regulasi untuk mengatur segala
penanyangan oleh TV nasional berjarinagan.
33
Serta adanya aturan yang mengatur tentang televisi Nasional berjaringan sebagai
konsekuensi dari Peraturan Pemerintah yang di atur pada (PP) Nomor 50 tahun
2005. Dan kesemua peraturan tersebut diatur oleh lembaga pemerintah yaitu
Komisi penyiaran Indonesia dan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung,
lembaga tersebut mempunyai Tugas, Fungsi, dan Pengawasan terhadap penerapan
regulasi isi siaran Televisi Nasional yang sudah berjaringan. Selain itu, aturan ini
juga dituangkan pada Pasal 68 Program Lokal Dalam Sistem Stasiun Jaringan
dalam Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) tahun
2012, dan ikut dituangkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Lampung No. 10
tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi di Daerah yaitu Pasal 7
dan Pasal 8.
Kemudian, peneliti akan melanjutkannya dengan membahas dinamika televisi
berjaringan. Dimana sistem televisi di Indonesia yang mengharuskan televisi-
televisi yang memiliki daya frekuensi siaran nasional, agar melepaskan frekuensi
terhadap daerah-daerah siaran mereka dan menyerahkan pada orang/ lembaga/
organisasi daerah yang ingin menggunakannya untuk dikembangkan.
Selanjutnya, peneliti akan melihat bagaimana siaran konten daerah Lampung,
dimana KPID Lampung sebagai lembaga pengawasan penyiaran yang ada di
daerah Lampung, mempunyai fungsi secara umum untuk mengawasi penerapan
penyiaran apakah sudah sesuai dengan regulasi yang ada atau sebaliknya. Adapun
regulasi isi siaran yang ada dalam UU No. 32 Tahun 2002 salah satunya adalah
keharusan televisi berjaringan untuk menampilkan isi siaran berkonten lokal,
dalam hal ini konten daerah Lampung.
34
Selain aturan-aturan tersebut, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung tidak
membuat standarisasi lain untuk menilai apakah televisi berjaringan tersebut
melanggar atau tidak regulasi isi siaran konten lokal televisi berjaringan. KPID
hanya mengacu kepada regulasi-regulasi tersebut, dan tidak ada aturan-aturan
ataupun kriteria dan standarisasi lain yang digunakan oleh pihak KPID Lampung
dalam mengawasi. (hasil wawancara dengan Bapak Thabrani M.T., tanggal 8
Februari 2018).
Aspek-aspek yang dilihat dari adanya penelitian ini adalah pengawasan regulasi
yang mengatur konten lokal ini adalah sebagai berikut:
a. Isi siaran konten lokal seperti apa yang di tayangkan oleh televisi nasional
berjaringan di Lampung.
b. SDM atau sumber daya manusia seperti apa yang di sajikan dalam proses
produksi isi siaran konten lokal televisi nasional berjaringan di Lampung.
c. Metode Pengawasan seperti apa yang ada di Komisi Penyiaran Indonesia
(KPI) Daerah Lampung, terutama pada Bidang Pengawasan televisi
nasional berjaringan.
d. Sarana pengawasan yang digunakan oleh Komisi Penyiaran Indonesia
(KPI) Daerah Lampung dalam mengawasi isi siaran konten lokal televisi
nasional berjaringan di Lampung.
e. Durasi dan pola siaran konten lokal, apakah sudah mencakup waktu siaran
yang sesuai dengan regulasi yang telah di tetapkan oleh Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI) Daerah Lampung.
f. Peneliti mengamati upaya KPID Lampung dalam optimalisasi siaran lokal
melalui apresiasi (reward) dan juga sanksi (punishment) yang diberikan
35
oleh KPID Provinsi Lampung kepada Stasiun Televisi Nasional
Berjaringan yang bersangkutan. (Pasal 36 PP No. 50 Tahun 2005, Pasal 46
ayat 8 UU No. 32 Tahun 2002, Pasal 68 P3SPS, serta Pasal 7 dan Pasal 8
Perda No. 10 tahun 2015).
Dari langkah-langkah diatas, akan peneliti simpulkan mengenai apa saja isi siaran
lokal yang diawasi oleh KPID Lampung dalam mengawasi isi siaran lokal yang
ada di daerah Lampung. Kemudian peneliti akan mengidentifikasi siapa saja yang
mengawasi isi siaran lokal yang ada di daerah Lampung. Dan juga bagaimana
cara KPID Lampung dalam mengawasi isi siaran lokal tersebut. Selanjutnya
peneliti akan mengawasi kapan saja waktu yang dibutuhkan oleh KPID Lampung
dalam mengawasi isi siaran lokal yang dilakukan di KPID Lampung. Hal ini
peneliti lakukan dengan tujuan untuk mengetahui pelaksanaan peran Komisi
Penyiaran Indonesia Daerah Lampung dalam Mengawasi Penerapan RegulasiIsi
Siaran Konten Daerah pada Televisi Nasional Berjaringan di Lampung.
Dari adanya proses diatas, akan menghasilkan kesimpulan mengenai Pelaksanaan
Peran KPID Lampung dalam Pengawasan Penerapan Regulasi Isi Siaran Televisi
Nasional Berjaringan di Lampung. Dan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan Teori Regulasi Media, dan Teori Pers Tanggung Jawab Sosial.
Berdasarkanuraian diatas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah:
36
(Teori Regulasi Media, dan Teori
Pers Tanggung Jawab
Sosial)
Gambar 1. Kerangka Pikir
(Sumber: Modifikasi Peneliti)
Pelaksanaan Peran KPID
Lampung dalam
Pengawasan Penerapan
Regulasi Isi Televisi
Nasional Berjaringan di
Lampung
Aspek yang Diamati:
1. Isi
2. SDM
3. Metode Pengawasan
4. Durasi dan Pola Siaran
5. Sarana
6. Apresiasi dan Sanksi
Regulasi Penyiaran di Provinsi Lampung
1. UU No. 32 Tahun 2002
2. PP No. 50 Tahun 2005 3. P3SPS tahun 2012
4. Perda No. 10 tahun 2015
Dinamika Televisi Nasional
Berjaringan
KPI / KPID
Tugas, Fungsi, dan
Pengawasan
Siaran Konten Daerah
Lampung
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Jenis Penelitian pada skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Bogdan
dan Taylor mendefinisikan penelitian deskriptif sebagai penelitian yang
menggambarkan secara keseluruhan fenomena dari sebuah objek yang diteliti
(Moleong, 2002). Dalam penelitian deskriptif, peneliti perlu mengethaui secara
keseluruhan proses ataupun tahapan-tahapan yang terjadi pada sebuah objek
tersebut. Dengan mengetahui tahapan proses ini, maka diharapkan peneliti dapat
menggambarkan secara jelas dan akurat tentang bahasan yang diteliti dalam
penelitian yang disusunnya.
3.2 Pendekatan Kualitatif
Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi
tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari (Moleong, 2002). Pendekatan
kualitatif, lebih lanjut mementingkan proses dibandingkan dengan hasil akhir.
Oleh karena itu, urutan-urutan kegiatan dapat berubah sewaktu-waktu
tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan.
Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh).
38
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena, penelitian ini
mendeskripsikan Peran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung Dalam
Pengawasan dan Penerapan Regulasi Isi Siaran Televisi Nasional Berjaringan di
Lampung.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dalam skripsi ini adalah Komisi Penyiaran Indonesia
Daerah Lampung (KPID). Alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini
dikarenakan KPID Lampung sebagai lembaga yang mempunyai hak untuk
mengawasi semua lembaga penyiaran pertelevisian yang ada di Provinsi
Lampung.
3.4 Penentuan Informan
Informan adalah orang yang memiliki informasi tentang subjek yang ingin
diketahui oleh peneliti. Secara teknis, informan adalah orang yang dapat
memberikan penjelasan yang kaya warna, detail, dan komprehensif menyangkut
apa, siapa, dimana, kapan, bagaimana dan mengapa dalam satu peristiwa yang
terjadi atau justru tidak terjadi. Lebih jauh, ia juga dapat membuat
konseptualisme atau induksi tentang apa yang selama ini diteliti atau diamati.
Informan menempati kedudukan yang sangat penting dalam penelitian kualitatif.
Ia adalah sumber informasi bagi peneliti. Tanpa informan, tidak ada informasi,
dan tanpa informasi jelas tidak akan ada studi.
39
Teknik pemilihan informan adalah teknik sampling purposif (purposive
sampling). Teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria
kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitin. Sedangkan
orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak
dijadikan sampel. Informan menempati kedudukan yang sangat penting dalam
penelitian kualitatif. Ia adalah sumber informasi bagi peneliti. Tanpa informan,
tidak ada informasi, dan tanpa informasi jelas tidak akan ada studi. Ada
beberapa kriteria dalam menentukan informan menurut Spradley (1990: 78)
yaitu:
1. Subjek yang telah lama intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau medan
aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian dan ini biasanya
ditandai oleh kemampuan memberikan informasi diluar kepala tentang
sesuatu yang ditanyakan.
2. Subjek masih terikat penuh serta aktif pada lingkungan dan kegiatan yang
menjadi sasaran penelitian.
3. Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai
informasi.
4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau
dikemas terlebih dahulu dan mereka relatif masih lugu dalam memberikan
informasi.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka informan yang akan peneliti tetapkan serta
peneliti ambil datanya untuk dijadikan informan penelitian adalah sebagai
berikut:
40
1. Koordinator atau Kasie Bidang Pengawasan dan Pembinaan (KPID).
Alasan peneliti mengambil data pada Koordinator atau Kasie Bidang
Pengawasan karena yang bersangkutan adalah ketua bidang pengawasan
televisi berjaringan di Lampung, dan mengetahui tentang aturan serta
metode pengawasan isi siaran konten lokal televisi nasional berjaringan
di Daerah Lampung.
2. Anggota Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung
(KPID) Bidang Pengawasan dan Pembinaan.
Alasan peneliti mengambil data pada anggota komisioner bidang
pengawasan karena anggota pada bidang ini melaksanakan tugas untuk
mengawasi regulasi tentang isi siaran lokal di Daerah Lampung.
3. Staf di Bagian Pengawasan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah
Lampung. Alasan peneliti mengambil data dari staff di bagian
pengawasan karena merekalah yang mengamati secara langsung isi
siaran konten lokal di Daerah Lampung.
4. Pimpinan atau Staf Televisi Nasional Berjaringan yang berkantor di
Lampung. Alasan peneliti mengambil data dari televisi nasional tersebut,
untuk mengecek kembali informasi yang di dapat dari KPID Lampung
dengan informasi yang di peroleh di salah satu televisi tersebut.
3.5 Fokus Penelitian
Penelitian ini akan difokuskan pada Peran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah
Lampung Dalam Pengawasan Penerapan Regulasi Isi Siaran Televisi Nasional
Berjaringan di Lampung. Adapun peran KPID Lampung dalam pengawasan
41
regulasi isi siaran TV berjaringan adalah sebagai fungsi pengawasan Pemerintah
melalui lembaga Daerah dalam hal ini KPID Lampung. Adapun regulasi siaran
TV berjaringan merupakan aturan yang ditetapkan Pemerintah Pusat melalui
pelaksana daerah dalam hal ini KPID Lampung dalam pengawasan konten atau
isi siaran lokal atau daerah yang ada di daerah Lampung.
Stasiun TV berjaringan sendiri merupakan televisi swasta yang mempunyai
jaringan yang terafiliasi dengan stasiun TV lokal, atau bahkan memiliki stasiun
TV daerah sendiri. Pengawasan terhadap siaran lokal inilah yang menjadi tugas
dalam pengawasan oleh KPID Lampung. KPID Lampung dalam mengawasi isi
siaran lokal inilah yang menjadi tanggung jawab dalam melaksanakan regulasi
siaran yang ditetapkan Pemerintah Pusat.
Adapun fungsi pengawasan KPI/KPID adalah sebagai berikut:
Pasal 8 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran:
1. KPI sebagai wujud peran serta masyarakat berfungsi mewadahi aspirasi
serta mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran;
Dalam menjalankan fungsinya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), KPI
mempunyai wewenang:
a. Menetapkan standar program siaran;
b. Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran;
c. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran
serta standar program;
42
d. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman
perilaku penyiaran serta standar program siaran;
e. Melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengan Pemerintah, lembaga
penyiaran, dan masyarakat (Pasal 8 UU No. 32 Tahun 2002).
Berdasarkan Pasal 36 PP No 50 tahun 2005 tentang televisi nasional berjaringan
dan Pasal 46 ayat 8 UU 32 tahun 2002 tentang penyiaran, P3SPS Pasal 68 tahun
2012 tentang program lokal dalam sistem stasiun jaringan, dan PERDA No 10
Pasal 7 dan 8 tahun 2015 tentang penyelenggaraan penyiaran televisi di daerah,
terkait dengan fungsi pengawasan yang dilakukan oleh KPID terhadap siaran
lokal televisi berjaringan, maka aspek penelitian yang akan diteliti mengacu
kepada regulasi tersebut adalah:
a. Isi dan Pola Siaran televisi nasional berjaringan lokal Lampung.
b. SDM yang digunakan, serta di tayangkan oleh siaran lokal televisi
nasional berjaringan di Lampung.
c. Metode Pengawasan seperti apa yang ada di Komisi Penyiaran Indonesia
Daerah Lampung (KPID).
d. Sarana yang digunakan oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah
Lampung (KPID) dalam mengawasi televisi nasional berjaringan lokal
lampung.
e. Durasi dan pola siaran lokal, apakah mencakup waktu siaran lokal yang
sesuai dengan regulasi yang ada.
f. Apresiasi seperti apa yang diberikan kepada Stasiun Televisi yang
konsisten menanyangkan siaran lokal Lampung yang berkualitas. Selain
itu, seperti apa Sanksi yang diberikan kepada stasiun televisi yang tidak
43
melaksanakan regulasi yang telah ditetapkan Komisi Penyiaran
Indonesia Daerah Lampung.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara Mendalam
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) sebagai pengaju pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) sebagai pemberi jawaban (Moleong, 2005: 186). Teknik
wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (in-depth interview),
yaitu proses tanya jawab yang mendalam antara pewawancara dan informan
yang bertujuan untuk mendapatkan informasi terperinci sesuai dengan tujuan
penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menyiapkan pertanyaan yang akan diberikan
kepada Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung, dan Anggota
Komisioner KPID Lampung, terutama pada bidang Pengawasan dan orang-
orang disekitarnya yang mengetahui mengenai regulasi dan pengawasan siaran
lokal di daerah Lampung.
2. Observasi
Teknik observasi yang digunakan adalah observasi partisipan, yaitu kegiatan
observasi dimana observer terlibat dalam lingkungan kehidupan subyek
penelitian. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menyajikan gambaran realistik
perilaku atau kejadian, untuk memahami perilaku manusia, untuk menjawab
44
pertanyaan, dan untuk mengukur aspek tertentu sebagai umpan balik terhadap
pengukuran tersebut (Zainal, 2012: 170).
Adapun peneliti sempat turun lapang untuk melakukan observasi untuk
melakukan Pra-riset pada bulan Oktober 2017 lalu, untuk mencocokan data
yang peneliti punya dengan data yang ada di KPID Lampung. Alasan
menggunakan metode pengambilan data ini adalah karena peneliti ingin
memperoleh informasi dan pemahaman dari aktivitas, kejadian, serta
pengalaman hidup seseorang yang tidak dapat diobservasi secara langsung.
Dengan metode ini peneliti dapat mengeksplorasi informasi dari subjek secara
mendalam. Sehingga nantinya diperoleh gambaran yang komprehensif.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu yang dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang (Sugiyono, 2012: 329). Dokumen terbagi menjadi
dua, yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dalam mengolah dokumen,
peneliti dapat menggunakan kajian isi untuk mengetahui makna dan isi dari
dokumen tersebut (Moleong, 2005: 216).
Dokumentasi yang dilakukan merupakan metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengambil data-data, baik dari KPID Lampung yang
berupa gambaran umum dan foto-foto kegiatan pengawasan konten lokal
televisi berjaringan di KPID Lampung.
45
3.7 Teknik Pengolahan Data
Pada Jenis penelitian kualitatif ini, pengolahan data tidak harus dilakukan
setelah data terkumpul atau pengolahan data selesai. Dalam hal ini, data
sementara yang terkumpulkan, data yang sudah ada dapat diolah dan dilakukan
analisis data secara bersamaan. Pada saat analisis data, dapat kembali lagi ke
lapangan untuk mencari tambahan data yang dianggap perlu dan mengolahnya
kembali. Suyanto dan Sutinah (2006: 173), mengatakan pengolahan data dalam
penelitian kualitatif dilakukan dengan cara mengklasifikasikan atau
mengkategorikan data berdasarkan beberapa tema sesuai fokus penelitannya.
Pengolahan data pada penelitian ini terdiri dari:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan lapangan (Miles dan Huberman, 1992: 16).
Langkah-langkah yang dilakukan adalah menajamkan analisis, menggolongkan
atau pengkategorisasian ke dalam tiap permasalahan melalui uraian singkat,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data
sehingga dapat ditarik dan diverifikasi. Data yang direduksi antara lain seluruh
data mengenai permasalahan penelitian.
Data yang di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik dan
mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari
data tambahan jika diperlukan. Semakin lama peneliti berada di lapangan maka
jumlah data akan semakin banyak, semakin kompleks dan rumit. Oleh karena
46
itu, reduksi data perlu dilakukan sehingga data tidak bertumpuk agar tidak
mempersulit analisis selanjutnya.
2. Display Data
Tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. (Miles dan Huberman, 1992: 17). Penyajian data
diarahkan agar data hasil reduksi terorganisaikan, tersusun dalam pola hubungan
sehingga makin mudah dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori serta diagram alur. Penyajian data
dalam bentuk tersebut mempermudah peneliti dalam memahami apa yan terjadi.
Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga
informasi yang didapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu untuk
menjawab masalah penelitian. Penyajian data yang baik merupakan satu
langkah penting menuju tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal.
Dalam melakukan penyajian data tidak semata-mata mendeskripsikan secara
naratif, akan tetapi disertai proses analisis yang terus menerus sampai proses
penarikan kesimpulan. Langkah berikutnya dalam proses analisis data kualitatif
adalah menarik kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data.
3. Verifikasi atau Penarikan Kesimpulan
Sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman, proses analisis tidak sekali jadi,
melainkan interaktif, secara bolak-balik diantara kegiatan reduksi, penyajian dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi selama waktu penelitian. Setelah
melakukan verifikasi maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hasil
47
penelitian yang disajikan dalam bentuk narasi. Penarikan kesimpulan
merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis data.
3.8 Teknis Analisa Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam
pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moloeng, 2006:
103).
Teknik analisis data dalam penelitian ini mengacu pada teori yang dikemukan
oleh Miles dan Huberman (1992, dalam Moloeng, 2006: 103) bahwa analisis
dilakukan secara bersamaan yang mencakup empat kegiatan, yaitu pengumpulan
data, reduksi data, Untuk memberikan gambaran data hasil penelitian maka
dilakukan prosedur sebagai berikut:
1. Tahap penyajian data; data disajikan dalam bentuk deskripsi yang
terintegrasi.
2. Tahap komparasi : merupakan proses membandingkan hasil analisis data
yang telah deskripsikan dengan interprestasi data untuk menjawab masalah
yang diteliti. Data yang diperoleh dari hasil deskripsi akan dibandingkan
dan dibahas berdasarkan landasan teori, yang dikemukakan pada bab 2.
3. Tahap penyajian hasil penelitian : tahap ini dilakukan setelah tahap
komparasi, yang kemudian dirangkum dan diarahkan pada kesimpulan
untuk menjawab masalah yang telah dikemukakan peneliti.
48
3.9 Teknik Keabsahan Data
Setelah menganalisis data, peneliti kemudian menggunakan teknik triangulasi
sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Pengertian triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam
membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian.
Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda yaitu
wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk
mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Triangulasi
juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data,
karena itu triangulasi bersifat reflektif. Membedakan empat macam triangulasi
diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan
teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut. (Moleong,
2011: 330).
Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif. Adapun untuk mencapai kepercayaan itu,
maka ditempuh langkah sebagai berikut:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan
dengan masalah penelitian.
49
c. Membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara untuk
memperoleh hasil yang sesuai dengan fakta yang ada.
Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui
sumber lain. Model triangulasi diajukan untuk menghilangkan dikotomi antara
pendekatan kualitatif dan kuantitatif sehingga benar-benar ditemukan teori yang
tepat. Tujuan umum dilakukan triangulasi adalah untuk meningkatkan kekuatan
teoritis, metodologis, maupun interpretatif dari sebuah riset.
Dalam penelitian ini, triangulasi yang penulis lakukan adalah triangulasi
sumber. Triangulasi sumber di lakukan dengan cara mencari hal-hal yang
bersinggungan antara informan. Hal tersebut di lakukan untuk menguji apakah
data yang dapatkan absah atau tidak.
Jawaban yang didapatkan pada saat wawancara, peneliti bandingkan antara
jawaban informan saat dengan jawaban informan yang lainnya sehingga
didaptakan informasi yang akurat dan absah. Selain dengan membandingkan
hasil wawancara informan satu dan informan yang lain, peneliti juga
membandingkan hasil wawancara dengan dokumentasi sumber tertulis lainnya.
Selain itu, triangulasi yang dilakukan adalah triangulasi metode yaitu dengan
menggunakan beberapa metode. Dalam penelitian ini metode yang digunakan
adalah wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Peneliti
membandingkan data yang di dapat dari hasil wawancara, hasil observasi dan
hasil studi pustaka atau dokumen.
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 KPID Provinsi Lampung
4.1.1 Latar Belakang Terbentuknya KPID Provinsi Lampung
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) merupakan Lembaga Negara
Independen yang dibentuk melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran dengan tujuan untuk mengatur berbagai hal yang berkenaan
dengan penyiaran di Indonesia. Adapun maksud dan tujuan dibentuknya KPID
Provinsi Lampung sebagaimana tersebut di atas, adalah dalam rangka
melaksanakan perintah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang
Penyiaran. Pasal 6 ayat (4) dan pasal 7 ayat (3) menghendaki terbentuknya Komisi
Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Lampung dalam rangka
melaksanakan perintah pasal 8 ayat (1), (2) dan (3) tentang, fungsi, wewenang,
tugas dan kewajiban Komisi Penyiaran Indonesia.
4.1.2 Kedudukan KPID Provinsi Lampung
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran Pasal 7
Ayat (3) dan Ayat (4), KPID berkedudukan di ibukota provinsi serta diawasi oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi, dan Anggarannya berasal
dari APBD Provinsi. Keberadaan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID)
Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan surat keputusan (SK) Gubernur Provinsi
51
Lampung Nomor: G/118/IV.02/HK/2008. Dalam rangka membantu dan
memfasilitasi Komisioner KPID dalam melaksanakan program kerjanya, maka
dibentuk sekretariat KPID Provinsi Lampung yang dikepalai oleh seorang kepala
seketariat dengan eselon III melalui Peraturan Daerah (PERDA) Nomor:12 Tahun
2009.Anggota KPID berjumlah 7 (tujuh) orang yang merupakan Pejabat Negara
dengan Masa Jabatan 3 (tiga) Tahun. Komisioner KPID Provinsi Lampung dalam
melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsinya dibagikedalam 3 bidang kerja, yaitu :
- Bidang Kelembagaan
- Bidang Pembinaan dan Pengawasan
- Bidang Perizinan
4.1.3 Visi dan Misi KPID Provinsi Lampung
4.1.3.1 Visi KPID Provinsi Lampung
Terwujudnya sistem penyiaran nasional dan daerah yang berkeadilan dan
bermartabat untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.
4.1.3.2 Misi KPID Propinsi Lampung
a. Membangun dan memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata
dan seimbang;
b. Membantu mewujudkan infrastruktur bidang penyiaran dan teratur, serta arus
informasi yang harmonis antara pusatdan daerah, antar wilayah Indonesia,
juga antara Indonesia dan dunia internasional;
c. Membangun iklim persaingan usaha di bidang penyiaran yang sehat dan
bermartabat;
52
d. Mewujudkan program siaran yang sehat, cerdas dan berkualitas, watak,
moral, kemajuan bangsa, persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-
nilai dan budaya Indonesia;
Menetapkan perencanaan dan peraturan serta pengembangan sumber daya
manusia yang menjamin profesionalitas penyiaran.
4.1.4 Tugas, Kewajiban, Tujuan, Wewenang, Sasaran, Strategi, Kebijakan
KPID Provinsi Lampung.
4.1.4.1 TUGAS & KEWAJIBAN
a. Menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan
benar sesuai dengan hak asasi manusia;
b. Ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran;
c. Ikut membangun iklim persaingan yang sehat antara lembaga
penyiaran dan industri terkait;
d. Memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata dan
seimbang;
e. Menampung, meneliti dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta
kritik dan apresiasi masyarakat;
f. Menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang
menjamin profesionalitas di bidang penyiaran.
4.1.4.2 WEWENANG
a. Menetapkan standar program siaran;
b. Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku siaran;
53
c. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran
serta standar program siaran;
d. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan perilaku
penyiaran serta standar program siaran.
e. Melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengen pemerintah,
lembaga penyiaran dan masyarakat.
4.1.4.3 KEDUDUKAN
KPID berfungsi sebagai lembaga perwujudan partisipasi masyarakat
dalam bidang penyiaran yakni mewadahi aspirasi dan mewakili
kepentingan masyarakat akan penyiaran.
4.1.4.4 TUJUAN
a. Membangun koordinasi kelembagaan dalam kaitannya dengan
perizinan dan isi siaran;
b. Pengembangan sarana dan prasarana sistem informasi;
c. Pengembangan sumberdaya manusia;
d. Mewujudkan program pengawasan serta pengendalian lembaga
penyiaran;
e. Mewujudkan pengembangan sarana pengawasan lembaga penyiaran;
f. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam
mengevaluasi program;
g. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dalam menganalisis
perizinan;
54
h. Mewujudkan pengembangan sumber daya manusia pada bidang
pengawasan lembaga penyiaran;
i. Mewujudkan program evaluasi dan pelaporan dalam sistem
pengawasan;
j. Mewujudkan advokasi dan literasi media;
k. Mewujudkan informasi yang terbuka dengan masyarakat;
l. Mewujudkan Koordinasi antar KPI dan KPID, Lembaga Penyiaran
serta lembaga terkait;
m. Mengoptimalkan sistem jaringan yang ada dan terpadu antar
lembaga penyiaran;
n. Meningkatkan evaluasi program penyiaran serta penyelenggaraan
siaran radio dan tv swasta;
o. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan lembaga penyiaran;
p. Mewujudkan hubungan antar lembaga terkait;
q. Mewujudkan data informasi pelaksanaan kegiatan
4.1.4.5 SASARAN
a. Terciptanya koordinasi dengan lembaga penyiaran di tingkat Provinsi;
b. Meningkatnya pembangunan sumberdaya manusia yang handal dalam
peraturan/perundang-undangan tentang penyiaran dan menguasai
sistem informasi pendukung;
c. Terlaksanannya standarisasi terhadap program P3 dan SPS;
d. Tersedianya sarana pendukung pembinaan dan pengawasan lembaga
penyiaran;
e. Meningkatnya kemampuan analis perizinan;
55
f. Terwujudnya pembangunan sumber daya manusia yang menguasai
IPTEK pengawasan;
g. Terwujudnya program evaluasi dan pelaporan dalam sistem
pengawasan;
h. Terselenggaranya advokasi dan literasi media;
i. Terwujudnya informasi yang terbuka dengan masyarakat;
j. Terwujudnya koordinasi lembaga penyiaran;
k. Terwujudnya pelayanan prima terhadap lembaga penyiaran;
l. Terciptanya evaluasi program penyiaran;
m. Tersedianya program dan jadwal pembinaan dan pengawasan lembaga
penyiaran;
n. Terwujudnya hubungan kemitraan antar lembaga;
o. Mewujudkan data informasi pelaksanaan kegiatan.
4.1.4.6 STRATEGI
a. Peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Penyiaran Daerah Provinsi
Lampung;
b. Peningkatan mutu penyelenggara bidang penyiaran Daerah Provinsi
Lampung;
c. Pemberdayaan lembaga-lembaga penyiaran demi kepentingan
masyarakat Lampung;
d. Peningkatan koordinasi dan sinergitas program pembangunan
penyiaran dengan stakeholders terkait;
e. Peningkatan kesadaran, partisipasi masyarakat dalam pengawasan
penyelenggaraan penyiaran daerah Provinsi Lampung;
56
4.1.4.7 KEBIJAKAN
a. Pengembangan sumberdaya manusia dan sumberdaya organisasi
melalui penyusunan rencana, program pendataan, pelaporan dan
evaluasi serta standar kinerja; penataan organisasi, pengelolaan
administrasi kepegawaian dan perkantoran; administrasi keuangan
serta pembinaan SDM aparatur pemerintah maupun lembaga
penyiaran.
b. Penyusunan peraturan dan penetapan program perilaku penyiaran,
mengembangkan sarana pendukung serta mengembangkan
kemampuan sumber daya manusia.
c. Membangun iklim kewirausahaan yang sehat melalui pola koordinasi
terpadu dan evaluasi program melalui kinerja sumberdaya manusia
dan sosialisasi peraturan.
d. Membangun kemampuan sumberdaya manusia serta peningkatan
sarana pengawasan untuk menciptakan program pengawasan dan
evaluasi program isi siaran yang optimal.
e. Membangun sistem evaluasi dan pengembangan sektor penyiaran
melalui hubungan kelembagaan
f. Sistem informasi yang terbuka dan pendataan yang baku dalam rangka
penyebarluasan informasi pembangunan.
57
4.2 Struktur Organisasi Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID)
Provinsi Lampung Masa Jabatan 2015 – 2018
Sebagai sebuah organisasi yang bersifat independen, dengan mengembangkan
fungsi-fungsi pengawasan, perizinan, serta kelembagaan di KPID Lampung.
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung (KPID) mempunyai tujuh orang
anggota Komisioner, yang terbagi atas bebrapa bagian yaitu; Ketua, Wakil Ketua,
serta anggota bidang Kelembagaan, Pembinaan dan Pengawasan dan Perizinan.
Hal tersebut dapat dilihat pada Bagan Struktur Organisasi dibawah ini:
Gambar 2. StrukturOrganisasi
(Sumber: Profil Selayang Pandang KPID Lampung 2015-108)
KETUA
TAMRI, S.Hut.
WAKIL KETUA
FEBRIYANTO, S.Kom.
Bidang Kelembagaan
1. Agung Wibawa,
S.Sos.I., M.Si.
(Koordinator)
2. Wirdayati, S.Pd.I.
Bidang Perizinan
1. M. Iqbal Rasyid,
S.H., M.Hum.
(Koordinator)
2. Tamri, S.Hut.
Bidang Pembinaan Dan
Pengawasan
1. Sri Wahyuni, S.T.P.,
M.Sos. (Koordinator)
2. Ahmad Riza Faizal,
S.Sos., Imdll.
3. Febriyanto, S.Kom.
58
4.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Komisioner KPID Provinsi Lampung
4.2.1.1 Ketua KPID
a. Melakukan koordinasi dan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan
KPID
b. Mengawasi, dan mengevaluasi kinerja KPID secara keseluruhan
c. Menjaga dan meningkatkan agar Visi dan Misi KPID dijalankan
secara utuh
d. Menjalankan tugasnya ketua KPID dapat melimpahkan tugasnya
kepada wakil ketua KPID atau salah seorang anggota, jika wakil ketua
KPID berhalangan.
4.2.1.2 Wakil Keta KPID
a. Membantu ketua KPID dalam mengkoordinasikan seluruh kegiatan
KPID
b. Melakukan pengawasan terhadap pematuhan tata tertib KPID
c. Menjaga dan meningkatkan agar Visi dan Misi KPID dijalankan
secara utuh
d. Apabila ketua KPID berhalangan tetap, penandatanganan surat,
keputusan dan peraturan dilakukan oleh wakil ketua atas nama ketua
KPID.
4.2.1.3 Anggota KPID
1. Bidang Perizinan:
a. Bertugas memimpin, mengkoordinasikan, mengawasi dan
mengevaluasi program dan kegiatan KPID yang berkaitan dengan
59
b. Perizinan penyiaran
c. Layak dan benar sesuai hak asasi manusia
d. Pengaturan infrastruktur penyiaran
e. Pembangunan iklim persaingan yang sehat antar lembaga
penyiaran dan industri terkait.
2. Bidang Pengawasan Isi Siaran:
a. Menyusun peraturan dan keputusan KPID yang menyangkut isi
penyiaran
b. Pengawasan terhadap pelaksanaan dan penegakan peraturan KPID
menyangkut isi
c. Menyusun peraturan dan keputusan KPID yang menyangkut isi
penyiaran
d. Pengawasan terhadap pelaksanaan dan penegakan peraturan KPID
menyangkut isi
e. siaran
f. Pemeliharaan tatanan informasi daerah yang adil, merata, dan
seimbang
g. Menampung, meneliti dan menindaklanjuti aduan, sanggahan,
kritik, dan apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan
penyiaran.
3. Bidang Kelembagaan:
a. Memimpin, mengkoordinasikan, mengawasi dan mengevaluasi
program dan kegiatan KPID
b. Penyusunan, pengelolaan dan pengembangan lembaga KPID
60
c. Penyusunan peraturan dan keputusan KPID yang berkaitan
kelembagaan
d. Kerjasama dengan pemerintah, lembaga penyiaran dan masyarakat
serta pihak-pihak nasional dan perencanaan pengembangan sumber
daya manusia yang profesional di bidang penyiaran.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dibahas sebelumnya, maka
peneliti menyimpulkan bahwa :
1. KPID berperan dalam mengawasi siaran lokal televisi nasional berjaringan di
Lampung, namun beberapa aspek pengawasan tersebut belum berjalan
dengan maksimal, terutatama pada pengawasan terhadap: isi, sdm, durasi dan
jam siar, dan sarana siaran. Metode pengawasan KPID Lampung juga belum
berjalan dengan optimal.
2. Belum maksimalnya peran KPID dalam mengawasi televisi nasional
berjaringan ditandai dengan berbagai kondisi diantaranya, kurangnya sanksi
yang tegas terhadap televisi nasional berjaringan terutama di Lampung, yang
tidak sesuai dengan regulasi yang ada.
3. Beberapa pelanggaran PERDA Provinsi Lampung No 10 Tahun 2015 yang
dilakukan oleh stasiun televisi berjaringan di Lampung tidak terawasi oleh
KPID Lampung.
4. Kurangnya peran KPID Lampung dalam mengawasi televisi nasional
berjaringan disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu: Minimnya
sumber dana dari pemerintah untuk pengawasan televisi nasional berjaringan,
100
sarana pengawasan di kantor KPID yang masih belum lengkap, kurangnya
tenaga SDM di KPID Lampung untuk pengawasan televisi. nasional
berjaringan, serta belum, adanya kebijakan pemerintah terhadap pembagian
waktu kerja untuk malam hari di kantor KPID Lampung.
6.2 Saran
1. Untuk Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Lampung, penulis menyarankan
bahwa untuk adanya Penambahan tim monitoring di kantor KPID
Lampung,perlu adanya kebijakan tentang pembagian jam kerja di kantor
KPID Lampung untuk petugas monitoring di malam hari, penambahan dan
pembaruan televisi monitoring dari analog ke digital di kantor KPID
Lampung, Adanya kunjungan langsung ke stasiun televisi berjaringan di
Lampung dari pihak KPID Lampung untuk melakukan pengawasan.
2. Untuk Pemerintah setempat, penulis menyarankan bahwa adanya penegasan
regulasi tentang siaran konten lokal pada televisi berjaringan dari pemerintah,
penambahan regulasi tentang tayangan ulang atau batasan tayang untuk
televisi berjaringan, pemberian sanksi tegas untuk televisi berjaringan di
Lampung yang tidak sesuai regulasi, perlu adanya perhatian lebih dari
pemerintah dan pihak KPID Lampung untuk lebih mengawasi siaran konten
lokal pada stasiun televisi berjaringan.
3. Untuk Pihak Stasiun Televisi Berjaringan di Lampung, penulis menyarankan
bahwa pihak stasiun televisi agar lebih mengikuti regulasi yang ada dalam
memproduksi konten lokal, untuk lebih menginformasikan kearifan lokal
lampung dan menggunakan SDM Lampung dalam menyiarkan konten lokal.
101
4. Untuk Masyarakat, penulis menyarankan bahwa untuk bersama-sama
mengawasi konten siaran lokal dan melek media untuk mengadukan
pelanggaran kepada KPID Lampung jika menemui kesalahan pada siaran
konten lokal.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Aqib. Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual. (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Ardianto. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media
Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan - Metode dan Paradigma Baru.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Effendy, Uchjana Onong. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Prkatek. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Ishadi SK. 1997. Bisnis Televisi di Tengah Persaingan Antar Media. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi.
Jakarta: Rineka Cipta
Masduki. 2007. Regulasi Penyiaran: Dari Otoriter Ke Liberal. Yogyakarta:
LKiS.
Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.
Mufid, Muhammad. 2005. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. Jakarta: Prenada
Media Group.
Morissan, M.A. 2006. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: Media Grafika.
Spradley dan Faisal. 1990. Format-format Penelitian Sosial. PT Rajawali Press.
Jakarta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suyanto dan Sutinah. 2006. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Prenada Media Group
Internet
Mike Feintuck 2006. E-Book Media Regulation, Public Interest and The Law.
Kominfo. 2011. Peringatan Kementrian Kominfo Terhadap Kehadiran Kompas
TV. Siaran Pers No. 65/PIH/KOMINFO/9/- 2011.
K.B Primasanti. 2009. Studi Eksplorasi Sistem Siaran Televisi Berjaringan Di
Indonesia.
Rifky Nur Putri. 2013. Penerapan Standar Program Siaran Dalam Tayangan
Pesbukers.
Saputri, Juni. 2016. Konsistensi Penerapan Regulasi Penyiaran Program Lokal Pada
Media Televisi Berjaringan Di Aceh.
Hari Putri, Eva Ratna. 2014. Keberadaan Program Siaran Lokal Di Televisi
Berjaringan (Studi Implementasi Kebijakan Media Terhadap Protv).
Rekomendasi Kelayakan, No:013/RK-Lampung/KPI/01/09
https://ppidkemkominfo.files.com, diakses 14 November 2017
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/783/1/SITI%20AISAH-
FDK.pdf/, diunduh pada tanggal 24 November 2017
Sumber Lainnya
Undang-undang No. 32 Tahun 2002 .
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2005.