peran kelompok sel yonggi cho dalam...
TRANSCRIPT
PERAN KELOMPOK SEL YONGGI CHO DALAM
PERKEMBANGAN GEREJA PANTEKOSTA DI KOREA
SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh
Mursanah
NIM: 1113032100037
PROGRAM STUDI AGAMA- AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017/2018
iv
ABSTRAK
Kristen merupakan agama terbesar kedua di Korea Selatan. Salah satu
faktor kesuksesan Kristen adalah keberadaan Kelompok Sel yang berperan aktif
dalam penyebaran Kristen di Korea Selatan. Jika dipahami lebih lanjut, Korea
pada dasarnya memiliki agama lokal yang cukup jauh perbedaannya dengan
Kristen.
Paul Yonggi Cho merupakan pendeta yang memunculkan gerakan
Kelompok Sel tersebut. Salah satu pemikirannya adalah membuat ajaran Kristen
semakin diterima oleh masyarakat Korea Selatan. Dengan kata lain Paul Yonggi
Cho meredominasi Kristen lebih diterima oleh masyarakat Korea Selatan.
Penelitian ini bertujuan menggali bagaimana pengaruh Paul Yonggi Cho
sehingga Kristen bisa diterima di Korea Selatan menjadi agama terbesar kedua.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pengolahan datanya secara
analisis-deskriptif. Adapun data diambil dari buku-buku atau library research.
Hasil penelitian ini secara umum terbagi menjadi tiga bagian. Pertama
kelompok sel merupakan inti gerakan dan kehidupan dalam perkembangan gerejai
tusendiri. Kedua Paul Yonggi Cho meredominasiajaran Kristen sehingga diterima
oleh masyarakat Korea melalui gereja Pantekosta. Terakhir kontribusi kelompok
sel adalah hasil pemikiran Paul Yonggi Cho yang diwujudkan dalam kelompok
sel yang menghidupi sekaligus menentukan tumbuh kembangnya Gereja di Korea
Selatan.
Kata kunci :
Paul Yonggi Cho, Kelompok Sel, Pantekosta.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT,
Tuhan yang Maha Esa, Atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi
ini. Salah satu tujuan Penulis skripsi ini yaitu sebagai syarat menyelesaikan
strata S1, Fakultas Ushuluddin, Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam semoga semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir, yang telah membwa umatnya dari
zaman jahiliyah menuju alam terang menerang seperti sekarang ini.
Dengan penuh rasa hormat Penulis menyampaikan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Dosen Pembimbing, baik akademik maupun skripsi, Drs. M.Nuh
Hasan, MA yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dengan
penuh rasa sabar dan penuh keseriusan serta banyak memberikan
masukan-masukan dalam proses penulisan skripsi.
2. Orang tua tercinta, Bapak Baedih dan ibu Aminah, yang tiada henti
memberi doa serta dukungan, dan kerja kerasnya selalu menjadi
motivasi Penulis untuk menyelesaikan penulisan ini.
3. Ketua jurusan dan sekertaris jurusan, Dr. Media Zainul Bahri M.A., dan
Dra.Halimah M.A., yang banyak membantu menyelesaikan proses
akademik.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin yang telah memberi ilmu dalam
kuliah menjadi bekal dan sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.
vi
5. Kakak-kakak tercinta, yang selalu memberikan nasehat tiada henti yang
membangkitkan semangat kepada Penulis untuk menyelesaiakn skripsi
ini.
6. Agung Prasetia,S.Pd. yang selalu meluangkan waktu dan memberikan
arahan dan motivasi kepada Penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Rizky Yazid, S.Th.I yang telah memberikan sumber referensi sehingga
Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan Perbandingan Agama Angkatan 2013,
Novi, Pipit, Fuji, Yuli, yang memberi motivasi dan menemani
perkuliahan selama ini.
9. Kakak Senior Siti Anisa Amalia, Tuti Aliyah, yang telah memberi
dukungan tiada henti sehingga Penulis ingin menyelesaikan skripsi ini
Penulis hanya dapat memohon kepada Allah SWT kiranya dapat
membalas amal baik untuk kita semua dengan balasan yang berlipat ganda
serta selalu mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua. amiin.
Ciputat, 2 Januari 2018
Penulis,
Mursanah
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ............................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
D. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 6
E. Metode Penelitian ..................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 8
BAB II PERKEMBANGAN GEREJA KRISTIANI DI KOREA
SELATAN. .................................................................................... 10
A. Latar Belakang Keagamaan di Korea ....................................... 10
B. Perkembangan Gereja di Korea Selatan ................................... 14
C. Perkembangan Gereja Pantekosta ............................................ 18
BAB III BIOGRAFI PAUL YONGGI CHO .............................................. 22
A. Riwayat Hidup Paul Yonggi Cho ............................................. 22
B. Karya-Karya Paul Yonggi Cho ................................................ 29
C. Teologi Paul Yonggi Cho ......................................................... 35
BAB IV PERAN KELOMPOK SEL PAUL YONGGI CHO DI
KOREA SELATAN ...................................................................... 40
A. Kelompok Sel dalam Pertumbuhan Gereja .............................. 40
B. Perkembangan Kelompok Sel .................................................. 48
C. Metode Baru dalam Penyebaran Kristen Gereja Pantekosta di
Korea Selatan............................................................................ 51
viii
D. Kontribusi Kelompok Sel terhadap Pertumbuhan Gereja
Pantekosta di Korea Selatan. .................................................... 55
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 62
A. Kesimpulan ............................................................................... 62
B. Saran ......................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korea selatan merupakan negara dengan tingkat pengaruh agama dan
kepercayaan yang sangat tinggi. Agama dan kepercayaan di Korea Selatan
dapat membentuk sekaligus mengembangkan budaya, karakter masyarakat
yang kuat. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari tingkah laku masyarakat
dalam persoalan perkembangan keyakinan, salah satunya adalah
perkembangan gereja (Kristen) di Korea Selatan. Perkembangan tersebut
disebabkan adanya ketidakpuasan jemaat terhadap gereja yang tidak mampu
menjawab persoalan hidup.1
Kristen merupakan agama yang masih berkembang di Korea Selatan.
Kristen mencoba hadir dalam rangka memahami serta mencari jawaban atas
persoalan hidup dalam perbedaan budaya dan sosial. Sebab, pada umumnya
di Korea Selatan agama yang dianutnya adalah Budha, Konfusianisme,
Kristen, dan Katolik.2 Hal tersebut menjadikan Kristen harus berhadapan
langsung dengan agama yang asli. Secara umum menurut Yawonge di Asia
gereja menghadapi agama-agama yang kuat yang menjadi darah daging
bangsa masing-masing yang memiliki pengruh perkembangan gereja.3
Selain agama, kepercayaan juga hal yang berhadapan langsung dengan
1L. Sugiri, Gerakan Kharismatik; Apakah Itu? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982),
h.108. 2Paul Yonggi Cho, Kehidupan yang Berhasil (Malang: Gandum Mas, 2001), h. 112.
3 Yewangoe, Theologia Curis di Asia (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1989), h.17.
2
Kristen. Kepercayaan masyarakat yang cenderung tidak disebut sebagai
agama, tetapi keberadaannya sangat kental di dalam kehidupan Korea
kepercayaan tersebut adalah Shamanisme dan Taoisme. Shamanisme adalah
kepercayaan asli rakyat Korea yang menggabungkan berbagai kepercayaan
dan praktik yang dipengaruhi agama Korea, sedangkan Taoisme merupakan
filosofi mistik yang prinsip-prinsip ajarannya menitik beratkan pada
keselarasan bahwa karena Allah begitu sempurna, begitu murni dan indah
maka Allah berada berjuta-juta mil jauh dari umat manusia.4
Antara agama dan keyakinan menjadi tantangan bagi perkembangan
Kristen di Korea Selatan. Agama dan kepercayaan seolah memiliki peran dan
fungsi masing-masing. Tidak seperti agama besar pada umumnya, agama bagi
masyarakat Korea Selatan hanya bagian dari keyakinan dan menjalankan
ibadah yang diajarkannya. Sedangkan kepercayaan menjadi unsur utama
sebagai budaya dan karakter dalam berpedoman bertingkah laku. Hal tersebut
berbeda dengan Kristen yang merupakan agama yang memiliki ajaran praktik
ibadah serta memiliki kitab suci sebagai pedoman tingkah laku.
Salah satu ajaran dan pedoman Kristen adalah dalam persoalan
keselamatan. Menurut Gereja, keselamatan seseorang tidak cukup hanya
dengan keyakinan dan amal baik, namun juga harus berbuat baik kepada
gereja. Sebab gereja merupakan wali Tuhan yang turut serta menentukan
keselamatan manusia. Bentuknya sebagaimana dengan membeli surat
penghapusan dosa dari pejabat gereja sesuai ukuran dosanya pengampunan
4 Yonggi Cho, Kehidupan yang Berhasil, h.112.
3
yang disediakan Allah lewat pengorbanan Kristus.5
Lahirnya kekristenan atau gereja tidak lepas dari peran serta tiga
negara besar yang berpengaruh pada masa gereja, ketiga negara itu adalah
Yunani, Yahudi, dan Romawi. Di bidang kebudayaan, gereja dipengaruhi
oleh kebudayaan Helenisme, yaitu kebudayaan yunani yang disebarkan di
seluruh wilayah kekuasaan Romawi. Dan terjemahan dalam bahasa yunani ini
diperuntukkan bagi bangsa yahudi yang ada di perantauan yang tidak bisa lgi
berbahasa Ibrani atau Aram, bahasa Yunani membuat Injil terbuka bagi
segala bangsa karena bahasa yunani menjadi bahasa internasional atau bahasa
umum yang berlaku di berbagai belahan bumi.6
Negeri Korea adalah semenanjung di bagian selatan dari Asia Timur
Laut, Semenanjung di bagian timur di batasi oleh Laut Timur dan sebelah
baratnya di batasi oleh Laut Kuning. Sedangkan di sebelah utara di batasi
oleh wilayah negeri Cina dan Rusia dan sebelah selatan di batasi oleh
kepulauan Jepang. Oleh karena itu, secara geografis, negara korea menjadi
penghubung antara Jepang dan benua Asia. Kekristenan lebih berkembang di
Korea dan penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Korea sangat menentukan
dalam proses perkembangan kekristenan di Korea.7
Gereja Protestan di Korea dipandang sebagai suatu contoh yang indah
bagi Gereja Kristen di seluruh dunia. Sumbangan uang kepada Gereja luar
5 Aritonang,BerbagaiAliran di dalam dan sekitar Gereja (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2008), h.24. 6 Jonar Situmorang, Sejarah Gereja Umum (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2004), h.14.
7 Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia(Jakarta: BPK Gunung Mulia,) h.192.
4
biasa besarnya, walaupun kebanyakan anggota jemaat orang sederhana. Pada
tahun 1937 tiap-tiap rumah tangga menyerahkan gaji kepada pekerjaan
gereja. Hingga kini Korea Selatan tercatat mempunyai 3500 gedung gereja
yang sudah berdiri sendiri sejak tahun 1907 dan terus mengusahakan sendiri
tugas perkabaran injil.8
Kondisi di atas tidak berlebihan mengingat Korea Selatan merupakan
bagian dari “macan Asia”. Secara perekonomian Korea Selatan mengalami
kemajuan pasca perang dunia II. Setelah menghadapi kesengsaraan,
masyarakat Korea Selatan berlomba-lomba mencari kemakmuran. Pada
kesempatan inilah, Kristen di Korea Selatan ikut mengembangkan ajaran
kemakmuran.
Ajaran kemakmuran sebagaimana yang diajarkan oleh Paul Yonggi
Cho. Menurutnya menegaskan bahwa hidup miskin merupakan suatu
kutukan, hidup kaya merupakan suatu keharusan bagi orang Kristen yang
beriman. Yonggi Cho menjelaskan bahwa keberhasilan kelompok sel
bergantung kepada pimpinan gembala sidang atau pendeta, kepemimpinan
kaum awam yang terlatih dan persekutuan dengan Roh Kudus.9 Selain itu,
bila manusia mengutamakan Allah dalam hidupnya maka orang itu tidak akan
diperhamba oleh berkat tersebut dan senantiasa mengutamakan Allah dalam
kehidupannya.10
Atas dasar ajaran inilah masyarakat Korea Selatan semakin
8H. Berkhof& Enklar, Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), h.363.
9David Cho Yonggi. Kelompok Sel yang Berhasil(Malang: Gandum Mas, 1981), h.
138. 10
Paul Yonggi Cho, Selamat Sehat dan Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas,
2001), h. 120.
5
maju dalam perekonomiannya. Mengingat dalam ajaran Kristen ternyata juga
sangat mendukung.
Dalam hal lain bangsa Korea tetap memepertahankan bahasanya
sendiri serta mitos-mitos kuno yang menceritakan asal-usulnya, sehingga
kesadaran akan kepribadian nasional tetap terpelihara.Pengaruh agama-agama
luar terlihat sebagai tambahan animism berbeda dari negara-negara Asia lain.
Pekabar-pekabar Injil di Korea menghadapi agama institusional dengan
struktur yang kuat, yang sudah mendarah daging dalam adat dan masyarakat
korea.11
Kondisi tersebut membentuk ajaran Kristen yang menyatu dengan
tradisi yang berlaku. Selain itu Kristen juga mempengaruhi besar sebagai
motivasi hidup dan bangkit dari kesengsaraan yang melanda. Dengan
demikian Kristen tidak hanya hadir sebagai dogma, namun juga menjadi
pedoman serta dorongan motivasi hidup bagi pemeluk Kristen di Korea.
Dari penjelasan di atas penulis tertarik untuk meneliti peran kelompok
sel Paul Yonggi Cho dalam perkembangan gereja Pantekosta di Korea
Selatan sebagai judul skripsi.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas Penulis membatasi
penelitian ini pada Peran Kelompok Sel Dalam Perkembangan Gereja
Protestan Pantekosta. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: Bagaimana Peran Kelompok Sel Yonggi Cho dalam
11
Anne Ruck, Sejarah Gereja, Asia, h.176.
6
Perkembangan Gereja di Korea Selatan?
C. Tujuan Penelitian
Ada tiga tujuan yang ingin dicapai oleh Penulis dengan penelitian
skripsi ini Pertama, penulisan skripsi ini ditunjukan untuk memenuhi tugas
Akademis yang merupakan syarat dan kewajiban bagi setiap mahasiswa
dalam rangka menyelesaikan studi tingkat Sarjana program Strata 1 (S1) di
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuluddin,
Program Studi Agama-Agama dengan gelar Sarjana Agama (S.Ag); Kedua,
memahami secara langsung Peran Kelompok Sel Yonggi Cho dalam
Perkembangn Gereja Pantekosta dan kelompok sel dalam perkembangannya;
Ketiga, Penulisan ini dihrapkan menjadi langkah awal bagi pihak-pihak yang
ingin mengkaji lebih jauh dan terperinci tentang Peran Kelompok Sel Yonggi
Cho.
D. Tinjauan Pustaka
Sejauh Penelusuran yang Penulis lakukan belum ada yang
mengangkat mengenai tema yang saya ambil Peran Kelompok Sel Yonggi
Cho dalam Perkembangan Gereja Pantekosta di Korea Sealatan, demikian
peneliti menemukan tema yang hampir terkait mengenai judul yang penulis
ambil. Yang di tulis oleh Rizky Yazid dari UIN Syarif Hidayatullah “Teologi
Sukses di Asia Analisis Ajaran Sukses di Korea dan Indonesia” dalam
penelitian ini di ungkapkan mengenai Teologi Sukses yang di kembangkan
oleh Paul Yonggi Cho yang mendirikan gereja terbesar di korea selatan.
7
E. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian ini terbagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu jenis
penelitian, sumber data, pengolahan data, dan pedoman penulisan. Adapun
rinciannya sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari suatu objek yang dapat diambil dan diteliti.12
2. Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari dokumen
perpustakaan tertulis (library research). Adapun pengumpulannya
ialah degan cara menelusuri kitab-kitab, buku ilmiah dan referensi
tertulis lainnya.
Adapun sumber primernya terdiri dari Karya Paul Yonggi Cho berupa
Kelompok Sel Yang Berhasil (Malang Jatim: Gandum Mas, 1981.),
Kehidupan Yang Berhasil (Malang Jatim: Gandum Mas, 2001),
Pemecahan Problema Hidup (Malang Jatim: Gandum Mas, 1995),
Selamat Sehat Dan Berkelimpahan (Malang Jatim: Gandum Mas,
2001), Teologi Sukses (Jakarta: Gunung Mulia, 2012), Dimensi
Keempat Dr. Yonggi Cho (Bandung: PT. Visi Anugerah Indonesia,
2014) dan Bermain Api (Jakarta: Gunung Mulia, 2007).
12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif(Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), h. 3.
8
Adapun sumber skundernya terdiri dari Sejarah GerejaAsia yang
ditulis oleh Anne Ruck (Jakarta: Gunung Mulia, 2010), Gerakan
Kharismatik; Apakah Itu? yang ditulis oleh L. Sugiri, Theologia Curis
di Asia ditulis oleh Yewangoe,BerbagaiAliran di dalam dan sekitar
Gereja, ditulis oleh Aritonang dan Sejarah Gereja, ditulis oleh H.
Berkhof & Enklar serta jurnal terkait penelitian mengenai Kelompok
Sel Yonggi Cho.
3. Pengolahan Data
Penelitian ini diolah dengan cara Deskriptif-Analisis, yakni
mendeskripsikan penelitian dari mulai permasalahan, teori yang
digunakan serta hasil penelitian. Adapun analisisnya merupakan
pengolahan masalah yang diteliti dan menghubungkannya dengan
teori yang digunakan.
4. Pedoman Penulisan
Adapun mengenai teknik penulisan penulis merujuk pada Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan
oleh CeQDA (Center for Quality Development Ana Assurance)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.
F. Sistematika Penulisan
Agar skripsi lebih terarah, pembahasan dibagi menjadi lima bab
dengan rincian sebagai berikut:
9
Bab I merupakan pendahuluan yang sedikit memaparkan masalah
Gereja Pantekosta dan Kelompok sel serta memuat latar belakang, rumusan
masalah, dan tujuan penelitian.
Bab II Perkembangan Gereja Kristiani di Korea Selatan, Latar
Belakang Sosial Keagamaan, Masuk dan Berkembangnya Gereja, Yonggi
Cho, Perkembangan Gereja Protestan Pantekosta.
Bab III Biografi singkat Paul Yonggi Cho dan Riwayat Hidup Yonggi
Cho, karya-karya Paul Yonggi Cho dan Teologi Yonggi Cho.
Bab IV berisi pembahasan dari permasalahan skripsi ini, yaitu Peran
Kelompok Sel Yonggi Cho dalam Perkembangan Gereja Pantekosta di Korea
Selatan dengan beberapa analisa yang penulis buat.
Bab V Ditutup dengan kesimpulan, Kesimpulan merupakan jawaban
dari rumusan masalah yang telah penulis uraikan, yang menjadi pembahasan
penulis.
10
BAB II
PERKEMBANGAN GEREJA KRISTIANI DI KOREA SELATAN
A. Latar Belakang Keagamaan di Korea Selatan
Perkembangan agama di Korea selatan mencakup agama pertama yang
dianut hingga agama terbesar yang dianut oleh masyarakat Korea selatan. Pada
awalnya masyarakat Korea menganut agama nenek moyang berupa
Shamanisme. Shamanisme berarti percaya kepada dewa yang berhubungan
dengan manusia. Hubungan tersebut terwujud dalam bentuk dewa sebagai
penentu nasib manusia sekaligus penentu kejadian alam.1
Adapun dewa-dewa digambarkan seperti matahari, bulan dan bintang.
Jelmaan dewa tersebut kemudian yang disembah bagi penganut Shamanisme.2
Penyembahan dilakukan melalui berbagai ritual yang telah ditentukan. Dengan
kepercayaan inilah yang membentuk doktrin bahwa antara dewa dan manusia
memiliki hubungan. Dewa sebagai penentu nasib manusia, maka manusia
harus menyembah dewa.
Selain Shamanisme, Konghucu juga berkembang di Korea. Akan tetapi
Konghucu bagi masyarakat Korea bukanlah agama, melainkan ajaran, ilmu,
filsafat etika saja. Hal ini terwujud dalam sikap dan tingkah laku serta cara
berpikir sebagaimana Konghucu. Pada tataran praktis dapat dilihat dalam
1 Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013), h. 177.
2 Anne Ruck, Sejarah Gereja, h. 178.
11
perilaku praktik perdukunan untuk memperbaiki nasib, mencari keberuntungan
atau dijauhkan dari penyakit.3
Dengan demikian dapat dipahami bahwa di Korea secara umum
membedakan antara agama dan keyakinan. Dalam ritus keagamaan, agama
tertua adalah Shamanisme, namun dalam keyakinannya bisa mengikuti
Konghucu.
Perkembangan agama selanjutnya di Korea adalah Budhisme.
Budhisme disebut sebagai agama pendatang sebab sebelumnya telah ada
agama nenek moyang. Budhisme masuk ke Korea pada tahun 372 M yang
dikuasai oleh Raja Sosurim. Budhisme yang masuk ke Korea adalah aliran
Mahayana.4Aliran Mahayana dianggap lebih mudah diterima sebab bisa
beradaptasi dengan ajaran sebelumnya. Budhisme Mahayana tidak
bertentangan dengan adat istiadat maupun kepercayaan asli masyarakat Korea.
Faktor inilah yang kemudian menjadi penguat Budhisme Mahaya sangat
diterima masyarakat Korea. Dampak terbesar penerimaan Budhisme adalah
Budha menjadi agama negara pada masa kerajaan Shila dan Kerajaan Koryo.
Bahkan agama Budha Mahayana ini menjadi agama mayoritas masyarakat
Korea dengan penganut lebih dari 40% dari total masyarakat Korea.5
3 H. Berkhof & Enklar, Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), h. 25.
4 Secara umum Budhisme terbagi menjadi dua golongan, Mahayana (kendaraan besar)
dan Hinayana (Theravada atau kendaraan kecil). Perbedaan di antara keduanya adalah Budha
Mahayana lebih bisa beradaptasi dengan adat dan budaya lokal, sedangkan Hinayana lebih
dekat dengan ajaran Budha yang asli. Lihat Anne Ruck, Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2013), h. 196. 5 Anne Ruck, Sejarah Gereja, h. 302.
12
Prinsip adapatasi agama Budha terhadap budaya lokal menjadi kunci
diterimanya Budha di Korea. Hal ini menjadi kunci beberapa agama
selanjutnya yang masuk ke Korea. Sebab ketika agama masuk dan
bertentangan dengan budaya lokal maka agama tersebut akan mendapatkan
tantangan dan sulit berkembang.
Sebagaimana yang terjadi dengan masuknya Katolik ke Korea. Katolik
datang pada abad ke 18 M melalui partai Namin pada masa kerajaan Chosum.
Masuknya Katolik ke Korea juga disertai dengan gerakan mandiri yang
dilakukan dengan cara permintaan pengiriman penyebar Injil.6 Hal tersebut
menjadi berbeda dengan penyebaran Katolik di wilayah lain. Sebab di wilayah
lain penyebaran Katolik langsung dari Barat dan dikirim penyebar Injil tanpa
harus diminta.
Tantangan terberat masuknya Katolik berupa adanya kebijakan isolir
terhadap Katolik oleh Raja Chosum. Katolik dianggap agama yang menentang
kebijakan negara. Kebijakan tersebut menekan penganut Katolik, bahkan
memakan banyak korban. Dampaknya Katolik hanya mendapatkan penganut
sebanyak 20% dari masyarakat Korea.7
Kedatangan Katolik menjadi tantangan bagi Korea. Faktor utamanya
adalah dibawakan oleh partai oposisi pemerintah. Diperkuat kedatangan
Katolik merupakan permintaan sehingga terkesan ada perlawanan melalui
6 H. Barkhof & Enklar, Sejarah Gereja, h. 25.
7 H. Barkhof & Enklar, Sejarah Gereja, h. 25.
13
agama. Hal inilah yang membuat Katolik bisa dikatakan kurang diterima
masyarakat Korea.
Perkembangan Agama selanjutnya adalah masuknya Protestan ke
Korea. Protestan masuk pada tahun 1884.8Kedatangan Protestan merupakan
harapan sekaligus kebangkitan bagi Korea khususnya masa sulit di Korea yang
berada dibawah penjajahan Jepang. Kehadirannya memberi semangat bahkan
menjadi salah satu faktor kemerdekaan masyarakat Korea. Keberhasilan
Protestan masuk ke Korea Selatan berdampak pada jumlah penganutnya.
Hingga kini Protestan menduduki urutan ke dua sebagai agama paling banyak
dianut di Korea Selatan.9
Perkembangan agama selanjutnya adalah masuknya Islam ke Korea
Selatan. Kehadiran Islam di Korea berhubungan juga dengan penjajahan
Jepang. Beberapa warga Korea mengungsi ke Murcia, Spanyol. Adapun
masyarakat Murcia juga sudah beragama Islam. Selain itu ada pendapat bahwa
masuknya Islam melalui tentara Turki yang mengikuti perang Korea dibawah
komando PBB pada tahun 1955. Hal ini dibuktikan dengan adanya Masjid
pertama di Hannam, Seoul serta lahirnya Asosiasi Islam Korea pada tahun
1970an.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan agama
di Korea Selatan merupakan prosesi masuknya agama baru. Korea memiliki
8
9 Anne Ruck, Sejarah Gereja, h. 303.
14
agama nenek moyang, namun mereka juga bisa menerima bahkan menganut
agama pendatang. Adaptasi serta penerimaan budaya lokal terhadap agama
merupakan kunci diterimanya agama di Korea. Selain penerimaan terhadap
budaya, kehadiran agama yang memberikan semangat serta harapan juga
menjadi kunci agama tersebut bisa diterima oleh masyarakat Korea.
Terbukti dengan diterimanya Budha Mahayana yang menerima budaya
lokal menjadi agama mayoritas masyarakat Korea. Sedangkan Protestan
menjadi penyemangat kemerdekaan Korea Selatan menjadikannya agama
terbesar ke dua setelah Budha.
B. Perkembangan Gereja di Korea Selatan
Penganut Protestan berkembang dua kali lipat setiap dawarsanya
semenjak masuk ke Korea. Punckanya terjadi pada masa penjajahan Jepang
atau masa sulit. Protestan menjadi salah satu penyemangat kemerdekaan Korea
Selatan. Hal ini berbeda dengan Katolik, meski datang 100 tahun lebih awal
namun hasilnya lebih besar Protestan. Kondisi tersebut mempengaruhi tumbuh
kembangnya Gereja di Korea Selatan. Sebgaimana diketahui baik Katolik
maupun Protestan sama-sama menggunakan gereja sebagai tempat ibadahnya.
Faktor lain adalah setelah selesai Perang Dunia II Kristen (Protestan
dan Katolik) menyebar cepat di Korea Selatan. Hal ini ditandai dengan
Presiden pertama, Syngman Rhee, maupun sejumlah besar pejabat tinggi
menganut agama Kristen. Kemudian pengaruh Amerika dan ancaman Komunis
15
di Korea Utara membuat penganut Kristen berpindah ke Korea Selatan.
Ditambah beberapa lembaga misi baru, di daerah Korea baratdaya jumlah
anggota gereja Misi Presbiterian Selatan berkembang menjadi tiga kali lipat
antra tahun 1948 dan 1958.10
Pada dasarnya gereja diyakini sebagai tubuh Kristus, tempat Allah
berdiam melalui Roh dengan serangkaian ketetapan ilhi dalam rangka
memenuhi amanat agung, setiap orang percaya yang lahir oleh Roh, adalah
bagian integral dari gereja yang merupakan anak sulung yang di selamatkan
dan namanya telah tertulis di sorga.
Tantangan Gereja Kebanyakan masyarakat perkotaan memiliki cara
hidup ke agamaan dan rasa persaudaraan yang kuat, kesulitan untuk
menemukan tempat, dimana mereke bisa diterima, dan perasaan kehilangan
identitas diri dapat membuat manusia memiliki kerinduan mendalam untuk
lebih dekat dengan Tuhan. Kenyataan-kenyataan yang mengejutkan yang di
alami di kota, dan dampak ketidak adilan sosial yang dirasakan membuat
mereka ingin berlindung kepada Yang Mahakuasa, dengan perasaan bingung
dan gelisah, banyak orang yang kemudian datang ke gereja dengan tujuan
untuk menemukan jawaban atas kebutuhan keagamaan dan kebutuhan sosial
mereka dan gereja ditantang untuk melakukan sesuatu dalam menjawab
kebutuhan ekonomi, sosial (persahabatan), dan kondisi mental warga
10
Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, h. 300-308.
16
jemaatnya. Gereja hendaknya memperhatikan sistem kepercayaan para
pendatang.11
Selain itu pendukung pembangunan Gereja yang mahal dan mewah
dikemukakan bahwa gereja adalah rumah Allah atau Bait Suci bahkan di mata
ajaran kemakmuran, dimilikinya gedung gereja yang besar dan mewah
menunjukan bahwa gereja di berkati Tuhan, Motivasi pembangunan gedung-
gedung mewah lainnya adalah sebagai reklame untuk menarik pengunjung
Khususnya pengunjung kaya, itulah sebabnya menyaksikan banyak
pengunjung gereja yang manja dan pengelana pada saat ini selalu berpindah-
pindah gedung mencari yang terbaru.
Gereja yang dibangunkan akan hidup kembali seperti tulang-tulang
yang berserakan akan hidup kembali menjadi suatu bala tentara yang besar
yang siap untuk maju berperang (Yeh.37). Ciri-ciri gereja yang hidup dapat
digambarkan seperti apa yang terjadi sesudah hari pentakosta, di mana Roh
Tuhan dicurahkan Kepada umat beriman.12
Penduduk daerah pertambangan korea hanya terdiri dari 30 keluarga
dan sejak industri pertambangan dibuka, daerah tersebut lebih kurang 12 ribu
buruh yang mengadu nafkahnya dalam dunia pertambangan.usaha Pertama
dalam Gereja mengadakan penginjilan bukan dengan cara berkhotbah, akan
tetpi untuk membangun gedung gereja, agar nyata ada jamaat Kristen di daerah
11
Herlianto, Teologi Sukses, h.147. 12
Herlianto, Teologi Sukses, h. 207-255.
17
industri, dengan hrapan bahwa tentu saja orang Kristen yang di antara buruh itu
masuk gereja, banyak kesempatan untuk pelayanan yang paling mengharukan
bahwa ada suatu keinginan antara kaum buruh sendiri untuk berkawan. Semua
ini diperkembangkan menjadi rencana pembangunan jemaat Kristen secara
baru, mulai dengan kelompok-kelompok kecil, sekalipun daerah pertambangan
letaknya sangat terpencil, dan pada umumnya masyarakat Korea sendiri tidak
tahu dimana letaknya sehingga kurang memperhatikan pada waktu itu jemaat-
jemaat dengan pendeta-pendetanya sendiri.13
Secara umum terdapat tiga kelompok gereja, Kharismatik, Pantekosta,
dan Kelompok Baptis. Ketiganya memiliki corak yang berbeda dalam
perkembangan di berbagai wilayah. Kelompok Kharismatik dan Pantekosta
adalah arus utama yang berkembang di berbagai negara. Gereja-gereja yang
berkembang di Korea Selatan berupa kelompok-kelompok Kharismatik,
Pentakosta dan beberapa kelompok Baptis yang kebanyakan dari kelompok-
kelompok etnis tengah. Adapun di Korea Selatan sendirilebih banyak
dipengaruhi oleh gerakan Kharismatik dan Pentakosta. Hal tersebut ditandai
dengan adanya gereja raksasa di ibu kota Seoul.14
Salah satu faktor pendorong perkembangan Gereja di Korea adalah
tersedia Alkitab dalam bahasa korea sebelum para pekabar Injil msuk. Alkitab
dan buku nyanyian rohani disebarkan secara luas. Perkembangan Gereja
13
Mitimoe, Pembangunan Jemaat Misioner (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1978), h.
138. 14
Th.Van Den End. Harta dalam Bejana Sejarah Gereja Ringkas (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1997), h. 327.
18
Protestan pada awal abad ke 20 luar biasa cepatnya pada tahun1894
diperkirakan 236 orang Kristen Protestan sudah dibaptis di Korea. Pada tahun
1910 jumlahnya sudah bertambah menjadi 30.000 orang, dengan jumlah semua
umat Kristen Protestan termasuk yang belum dibaptis diperkirakan 167.352
orang. Anggota Gereja Katolik Roma bertumbuh dari 60.000 pada tahun 1900
menjadi 75.000 pada tahun 1910. Pertumbuhan Gereja Protestan yang terbesar
terjadi di pedalaman terutama di daerah pedesaan di sekitar kota Pyongyang,
Korea Utara yang merupakan pusat penginjilan Gereja Presbiterian, para
penginjil Gereja Presbiterian Church adalah salah satu denominasi di
lingkungan gereja-gereja Protestan. Selain itu didukung Amerika yang
memprioritaskan penginjilan langsung ketimbang pendidikan atau pelayanan
medis, Metode tersebut tentu saja merupakan salah satu faktor yang
menentukan bagi perkembangan jemaat.15
C. Perkembangan Gereja Pantekosta
Aliran Pantekosta merupakan sebuah gerakan di Protestanisme yang
sangat menekankan peranan karunia-karunia Roh Kudus. Dan aliran pantekosta
merupakan “rahim” di mana gerakan Kharismatik lahir. Kejadian pemenuhan
Roh Kudus awal-mulanya dialami oleh murid yesus, pada hari pesta
Pentakosta, murid-murid Yesus dipenuhi Roh Kudus sehingga berbicara Roh
dan memberi kesaksian-kesaksian kepada orang banyak mengenai karunia-
karunia Roh sebagai bukti kebenaran Tuhan.Peristiwa pemenuhan Roh Kudus
15
Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, h.183-184.
19
diterangkan dalam Kitab Kis 2: 1-4 “ pada saat hari pentakosta semua orang
percaya berkumpul dan penuhlah mereka dengan Roh Kudus.16
Aliran Pentakostal kadang menyebut diri Pentekosta atau Pantekosta,
merupakan salah satu di antara berbagai aliran gereja yang kemunculan dan
perkembangannya semakin spektakuler pada abad ini. Dalam waktu kurang
dari setengah abad ini, telah tersebar keseluruh dunia dan berhasil menghimpun
jutaan penganut, dan tidaklah mudah menyebut jumlah warga pentakostal di
seluruh dunia pada penghujung abad ke 20 ini, sebab banyak di antara gereja-
gereja pentakostal yang tidak suka atau tidak cermat menyusun statistik, atau
tidak terbiasa mendaftarkan anggotanya, atau malah melebih-lebihkan angka
jumlah penganutnya, menurut sejarawan Pentakostal tertentu (misalnya Synan,
1971:214) pada tahun 1970 jumlah warga Pentakostal berkisar 15 juta, akan
tetapi tanpa mengikut sertakan kaum Kharismatik.17
Gereja Pentakosta dan non Pentakosta umumnya mengutamakan
beribadat dengan mengalami langsung Roh Kudus, sedangkan gereja non
Pentakosta biasanya beribadat dengan Khotbah yang bersifat rutinitas
mingguan, penekanan karunia-karunia Roh merupakan bentuk dari pengalaman
iman. Dan gerakan kharismatik lebih menekankan mengalami Allah dalam
kehidupan dibandingkan pengajaran doktrin-doktrin Alkitabiah.18
16
Rizky Yazid, “Teologi Sukses di Asia Analisis Ajran Sukses di Korea dan
Indonesia” Skripsi Fakultas Ushulddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015, h. 16. 17
Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2010), h. 166. 18
Wilfred J. Samuel, Kristen Kharismatik (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), h. 5.
20
Dan gerakan Kharismatik yang biasa di sebut “ Gerakan Pentakosta
Baru” yang merupakan kelanjutan dari aliran pentakosta yang mana bercirikan
penekanan terhadap baptisan Roh Kudus, dan berbicara dalam bahaasa Roh
dengan peryataan tersebut sebagai bukti Roh Kudus untuk menolong orang
Kristen yang Percaya. Pentakosta aliran yang menekankan karunia Roh dan
mengutamkan beribadat dengan mengalami langsung Roh Kudus, dan
berbicara dengan bahasa Roh.19
Kalangan Pantekostal pada umunya mengidentikkan diri dengan Gereja
sesuai dengan Perjanjian Baru pada zaman modern. Ini adalah strategi
memulihkan gereja perjanjian baru dalam gereja Pentakostal termsuk jenis
jabatan dan pola pemerintahan (organisasi) gereja eribadah secara teratur pada
hari minggu di tambah dengan beberapa pertemuan ibadah pada hari lainnya,
tidak di perlukan ibadah yang sangat rinci dan baku.20
Sebab tantangan Gereja
Kebanyakan masyarakat perkotaan memiliki cara hidup ke agamaan dan rasa
persaudaraan yang kuat, kesulitan untuk menemukan tempat, dimana mereka
bisa diterima, dan perasaan kehilangan identitas diri dapat membuat manusia
memiliki kerinduan mendalam untuk lebih dekat dengan Tuhan.
Dengan kondisi tersebut, geraja yang berkembang di Korea Selatan
pada akhirnya memilih pada sisi dimana bisa hadir menjawab pertanyaan
19
Baptisan Roh Kudus dalam pernyataan Yohanes Pembaptis kepada Yesus, yang di
terangkan dalam Kitab Markus 1:8. Lihat L. Sugiri, Gerakan Kharismatik; Apakah Itu?
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982), h. 173. 20
Aritonang, Berbagai Aliran, h. 192.
21
umatnya. Hal tersebut mendukung munculnya gereja Pentakosta di Korea
Selatan.
Gereja Protestan di Korea boleh di pandang sebagai suatu contoh yang
indah bagi Gereja Kristen di seluruh dunia. Dan anggotanya berjumlah 8 juta
orang protestan di antara 50 juta penduduk. Dan anggota-anggota jamaat
sendiri sangat mementingkan dalam membantu usaha Gereja dan
mementingkan pelajaran Alkitab, masing- masing dalam rumah tangganya, dan
sumbangan uang kepada Gereja luar biasa besarnya, walaupun kebanyakan
anggota jemaat orang sederhana, pada tahun 1907 setiap rumah tangga
menyerahkan pukul rata 10% dari gaji ke pada pekerjaan Gereja. dan Gereja
Korea mempunyai 3500.21
Dengan demikian semakin jelaslah Kristen Protestan merupakan agama
terbesar ke dua di Korea Selatan. Adapun gereja yang berkembang di Korea
Selatan adalah aliran Pentakosta. Sebab aliran Pentakosta inilah yang mampu
mengintegralkan kehidupan masyarakat Korea Selatan dengan adat serta
budaya yang ada.
21
Berkhof dan Enklaar. Sejarah Gereja, h.363.
22
BAB III
BIOGRAFI PAUL YONGGI CHO
A. Riwayat Hidup Paul Yonggi Cho
Paul Yonggi Cho merupakan pendeta sekaligus Pastor senior dan
pendiri gereja Injili Penuh Yoido (gereja sidang-sidang jemaat Allah). Gereja
tersebut merupakan kongregasi terbesar di dunia dengan jumlah pengikut
830.000 orang. Paul Yonggi Cho lahir tahun 1936 atau bersamaan masa
kekuasaan Jepang atas Korea.1
Sejak kecil Paul Yonggi Cho dibesarkan sebagai seorang Buddha. Ayah
Paul Yonggi Cho sendiri merupakan tokoh agama Buddha. Pengaruh dari
aspek sosial, politik, dan spiritual inilah yang mempengaruhi kehidupan dan
pemikiran Paul Yonggi Cho terutama pandangan mengenai penderitaan,
kemiskinan, sakit, kelaparan, dan juga kesulitan dalam hidup. Penderitaan yang
berlarut-larut justru yang kemudian menanamkan sikap di dalam diri Cho
untuk menolak berbagai macam penderitaan dalam bentuk apapun baik berupa
miskin dan penyakit, sehingga dengan sikap tersebut yang melatar belakangi
ajaran Teologi Sukses yang dikembangkan oleh Paul Yonggi Cho. Terlebih
setelah Cho berhasil melewati masa-masa sulitnya melawan penyakit TBC
yang menyerangnya dan Paul Yonggi Cho berhasil mengalami kesembuhan
1David Paul Yonggi Cho, Kelompok Sel yang Berhasil (Malang: Gandum Mas, 1981),
h. 6.
23
dari penyakit parahnya itu setelah dia masuk agama Kristen.2
Paul Yonggi Cho pindah agamaKristen pada usia 17 tahun, setelah
seorang gadis mengunjunginya setiap hari dan menceritakannya tentang Yesus
Kristus. Paul Yonggi Cho Percaya bahwa Allah telah memanggilnya untuk
melayani-Nya. Paul Yonggi Cho mulai bekerja sebagai penerjemah untuk
penginjil Inggris Ken Tize. Pada 1956, ia mendapatkan beasiswa untuk
mempelajari teologi di Kolese Alkitab Injili Penuh di Seoul. Paul Yonggi Cho
bertemu dengan Choi Ja-Shil yang menjadi ibu iparnya dan orang yang terikat
dengan pelayanannya dan lulus pada Maret 1958.3
Paul Yonggi Cho merupakan pendeta muda yang cukup aktif dalam
kegiatan keagaam Kristen di Korea. Pada tahun 1961 langkah awal Paul
Yonggi Cho merintis pembangunan sebuah gereja terbesar di Korea. Paul
Yonggi Cho membangun sebuah gereja megah dan mewah yang diberi nama
“Yoido Full Gospel Church” merupakan suatu cerminan dari ambisi yang
melatar belakangi penderitaan yang Paul Yonggi Cho alami. Paul Yonggi Cho
sangat berambisi untuk menjadi orang yang terkenal dan berhasil, serta
berkelimpahan dari materi.4
Meskipun sudah menjadi pendeta, Paul Yonggi Cho tidak melepaskan
pemikiran Budha maupun Shamanisme (perdukunan) nya. Sebagaimana
2 Herlianto, Teologi Sukses Antara Allah dan Mamon (Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia, 2012), h. 27. 3https://id.wikipedia.org/wiki/David Yonggi_Cho, di akses pada 30 Maret 2017
4 David Yonggi Cho dan Harold Hostetler, Kelompok Sel yang Berhasil (Malang:
Gandum Mas, 2004), h. 3.
24
kebiasaan meditasi mistis, ritual penyembahan kepada nenek moyang masih
dilakukannya. Menurutnya penghormatan kepada orang tua maupun leluhur
harus dilakukan ketika masih hidup atau setelah mati. Di sisi lain ajaran
mengenai penghormatan tersebut merupakan ajaran Budha maupun
Konghucu.5 Dengan kata lain, meskipun sudah menjadi pendeta di Kristen,
Paul Yonggi Cho tetap memakai tradisi lama berbau ajaran lain.
Pemikiran di atas tidak hanya untuk pribadi saja, akan tetapi Paul
Yonggi Cho juga memperkenankan kepada para jemaatnya untuk melakukan
penghormatan kepada leluhur meskipun mengikuti Budha dan Konghucu.
Ajaran ini kemudian mendapat kritikan keras dari beberapa jemaatnya sendiri
yang tidak setuju. Sebab secara jelas Paul Yonggi Cho telah
mengkombinasikan ajaran Budha dengan Kristen dan dianggap menodai ajaran
Kristen.
Paul Yonggi Cho mulai merintis "gereja tenda" di luar Seoul". Dengan
dibantu oleh calon ibu mertuanya (Jashel Choi), Paul Yonggi Cho yang masih
menderita TBC, memberikan pelayanan mengenai iman, harapan, dan
kesembuhan kepada kaum miskin dan teraniaya.6 Adapun aliran gereja yang
diikuti Paul Yonggi Cho adalah Pantekosta. Selain itu Paul Yonggi Cho juga
masuk sekolah Alkitab sidang jemaat Allah.7
Aliran gereja Pantekosta serta pendidikan Alkitab Sidang Jemaat Allah
5 Herlianto, Teologi Sukses, h. 28.
6Yonggi Cho, Kelompok Sel yang Berhasil, h. 8.
7Yonggi Cho, Kelompok Sel yang Berhasil, h. 9
25
berpengaruh sangat kuat dalam diri Paul Yonggi Cho. Terlebih kondisi masa
itu adalah masa sulit di Korea. Namun dengan prinsip kesetaraan serta
pengelolaan gereja dengan model “kelompok sel” yang digagas membuahkan
hasil perkembangan pesat gereja yang dipimpinnya. Adapun prinsip kesetaraan
yang dimaksud sebagaimana kutipan di bawah ini:
“Banyak jaminan bagi para anggota dalam kelompok sel, setiap
orang menjadi anggota keluarga orang lain dalam semacam masyarakat
yang saling berhubungan lebih dari masyarakat biasa. Jika seseorang
menjadi anggota suatu kelompok sel, maka setiap orang itu tahu bahwa
ia mengasihi dan memberikan perhatian satu sama lain, dan ini
merupakan jaminan kesejahteraan banyak orang yang didapat di dalam
gereja-gereja yang tidak mempunyai kelompok sel.”8
Atas dasar kesetaraan di atas memciptakan semangat dan menjadi fakor
pengembangan gereja yang dipimpin Paul Yonggi Cho.
Mengenai “kelompok sel” pada dasarnya penataan berdasarkan zona
atau wilayah. Hal ini terjadi sebagaimana perkembangan gereja yang
dipimpinnya. Tahun 1961 Paul Yonggi Cho mendirikan gereja Daejo di
Seodaemun, Seoul. Semenjak berdirinya gereja tersebut semakin lama jemaat
semakin banyak. Menyadari semakin banyak, suami Kim Sung-Hye (murid
Paul Yonggi Cho) kemudian membagi gereja tersebut menjadi 20 zona yang
kemudian disebut “sel”. Selanjutnya Paul Yonggi Cho melatih jemaatnya untuk
dijadikan pemimpin di setiap sel. Kemudian setiap pemimpin sel yang sudah
terlatih kemudian diharuskan melatih orang untuk menjadi asisten. Gerakan ini
mendapat keberhasilan yang mengejutkan sekaligus membuat optimis bagi
8 David Yonggi Cho, Kelompok Sel, h. 52-53.
26
gereja lain. Keberhasilannya terlihat dengan jumlah jemaat mencapai 8.000
orang pada tahun 1968. Kemudian Paul Yonggi Cho melebarkan sayap ke
Yoido di kawasan sungai Han. Keberhasilan selanjutnya adalah munculnya
gereja dengan aula berkapasitas 10.000 orang di Korea Selatan pada tahun
1973.9
Paul Yonggi Cho melakukan gerakan berdasarkan pemikiran, prinsip
serta manajemen yang matang. Prinsip kesetaraan serta pemikiran lainnya
menjadi dasar gerakan penyebaran melalui gereja. Penataan, bimbingan serta
pengantisipasiannya merupakan strategi yang menjadi tonggak keberhasilan
Paul Yonggi Cho dalam mengembangkan gereja.
Selain prinsip kesetaraan, Paul Yonggi Cho memiliki pemikiran
mengenai iman yang diimplementasikan dengan “harapan yang jelas”. Iman
berarti harus jelas. Berdoa harus dengan fasilitasnya, jika tidak maka doa
tersebut tidak akan sampai kepada Tuhan.10
Prinsip keimanan di atas diwujudkan dalam bentuk penataan kamar di
Gereja Yoido. Kini kamar yang diberi nama Gunung Doa itu dikunjungi sekitar
1 juta orang setiap tahunnya, termasuk 10.000 jemaat asing. Paul Yonggi Cho
telah menghabiskan masa 44 tahun untuk mengampanyekan betapa pentingnya
pendirian Dinaspemerintah untuk mengatur kelompok sel gereja tersebut. Paul
Yonggi Cho berkeyakinan, dinas pemerintah merupakan kunci sukses
9 https:// a Lovely Fantasy PAUL YONGGI CHO, diakses pada 25 mei 2017
10 Paul Yonggi Cho, Dimensi Keempat (Bandung: Visi Anugerah Indonesia, 2014), h.
23.
27
perkembangan gereja di Korsel. Selain Konsep yang dikembangkannya, Paul
Yonggi Cho berhasil melakukan domestifikasi ajaran Kristen di Korsel dengan
baik. Salah satu buktinya adalah penggunaan istilh Hananim untuk Tuhan
dalam bahasa Korea, dengan menghindari istilah yang diambil dari Cina yang
digunakan umat Katolik. Penggunaan istiah hananim sangat tepat untuk misi
Kristen di Korsel. Mereka melakukan penginjilan di rumah-rumah, kota-kota,
dan di desa-desa.11
Prinsip-prinsip yang diajarkan menjadi penyemangat bagi para
jemaatnya. Pengorbanan dan hati orang-orang mulai berubah dengan mulai
memberi persembahan pembangunan gereja. Beberapa dari merekamenjual
rumah dan pindah ke apartemen kecil, dan ada pasangan muda yang
memberikan upah setahun penuh untuk gereja, dan memilih untuk hidup
dengan iman selama setahun, dan gerakan yang luar biasa ini membawa hasil
yang baik dan segera uang mulai tercukupi di gereja.dan saat gereja selesai
sempurna dan di persembahkan kepada Allah, dan tidak hanya melunasi
pinjaman dari bank, Allah juga bahkan menyediakan uang sebesar 20 miliar
untuk menyelesaikan pembangunan gereja dan apartemen. Banyak orang
berpikir bahwa saat memiliki iman, segala sesuatu akan mudah terpenuhi dan
hanya sedikit masalah yang akan ditemui.12
Jenis pertumbuhan yang dilami di korea dapat berlaku bagi semua
gereja, ada beberapa pendapat bahwa keadaan di korea sajalah yang dapat
11
Paul Yonggi Cho, Dimensi Keempat,h. 24. 12
Paul Yonggi Cho, Dimensi Keempat, h. 161.
28
menyebabkan gereja bertumbuh berkembang dan tidak bisa terjadi di Amerika
dan Eropa Barat, prinsip- prinsip pertumbuhan gereja ini sudah terbukti dan
hanya didemonstrasikan oleh gereja Paul Yonggi Cho di korea, tidak ada
alasan mengapa gereja lain tidak bisa bertumbuh atau berkembang dengan
jumlah yang sama, prinsip-prinsip pertumbuhan gereja ini sifatnya Universal
dan pertumbuhan gereja internasional benar-benr telah membuktikan dirinya
sebagi gerakan Roh Kudus.13
Adapun mengenai Pentakosta merupakan perbedaan pendapat mengenai
kejadian pembaptisan. Perbedaan pendapat mengenai lahirnya aliran
Pentakosta yang lebih penting adalah kejadian yang menyebabkan lahirnya
aliran pentakosta berupa kejadian pembaptisan. “Baptisan dengan Roh Kudus”
atau yang biasa disingkat “baptisan Roh” pada awalnya disaksikan oleh Petrus
di rumah Kornelius. Petrus merupakan salah satu murid Yesus yang bersasksi
mengenai turunnya Roh Kudus saat hari Pentakosta. Kesaksian Petrus
diperjelas juga dalam kitab Kis 11: 15-16:
“ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama
seperti dahulu ke atas kita, maka teringatlah aku akan perkataan yesus:
Yohanes membaptis dengan air, tetapi kamu akan dibaptis dengan Roh
Kudus”.
Dari pernyataan itu jelas, bahwa apa yang dialami Kornelius maupun
13
David Yonggi Cho, Kelompok Sel, h. 103.
29
peristiwa Pentakosta adalah baptisan Roh.14
B. Karya-Karya Paul Yonggi Cho
Paul Yonggi Cho merupakan Gembala Sidang Full Gospel Central
Church yang cukup produktif dalam menulis. Karya tulis Paul Yonggi Cho
banyak yang telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia seperti Kelompok
Sel. Adapun karya-karya Yonggi Cho yang berkenaan dengan pembahasan
penulis antara lain:
1. Dimensi Keempat (2014)
Dalam buku ini, Paul Yonggi Cho berupaya menjelaskan
keberadaan dunia dimensi keempat yang dapat menguasai alam
dunia dimensi ketiga, yaitu dunia manusia. Dunia dimensi keempat
merupakan dunia roh, dimana Roh Kudus bersemayam. Roh Kudus
berperan untuk membimbing orang Kristen yang beriman dalam visi
dan misi yang gamblang sehingga dapat menggapai kehidupan yang
berhasil bersama bimbingan Roh Kudus.Salah satu poin menarik
dalam buku ini yaitu bagaimana mewujudkan keinginan menjadi
suatu kenyataan. Perlu proses “inkubasi”, yaitu benar-benar
membayangkan apa yang diinginkan dengan penuh keimanan
kepada Allah. Percaya bahwa apa yang diinginkan tersebut akan
menjadi suatu kenyataan dengan perantara iman.
14
L. Sugiri, Gerakan Kharismatik; Apakah Itu? Ed. JJ. Matulesy, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1982), h. 173.
30
2. Kelompok Sel yang Berhasi, 2004
Buku tersebut menjelaskan perjalanan hidup Paul Yonggi Cho
dalam merintis sebuah gereja Yoido Full Gospel Church yang
megah, tentunya tidak dicapai dengan angan-angan saja, ada kerja
keras untuk mewujudkan keinginan tersebut. Paul Yonggi Cho yang
menjabat sebagai pengembala di gerejanya, merasa kesulitan
mengembalakan para jemaat gerejanya yang jumlahnya tidak
sedikit, sekitar 850.000 anggota gereja Yoido Full Gospel Church.
Peran aktif sangat diperlukan antara pendeta dan para anggota
jemaatnya. Untuk mengefektifkan kegiatan penginjilan, diperlukan
keterlibatan langsung dari para anggota jemaat untuk berpartisipasi
aktif. Di dalam buku ini diterangkan bagaimana membina suatu
kader anggota gereja yang militan dalam rangka penginjilan, yang
mana kelompok tersebut dinamakan kelompok sel.
3. Kehidupan yang Berhasi, 2001
Paul Yonggi Cho menegaskan dalam buku ini orang Kristen yang
beriman harus sukses dalam kehidupan. Karena pada dasarnya
Allah menghendaki kelimpahan bagi orang Kristen yang
mengimani-Nya, dan percaya akan penebusan Yesus di kayu salib.
Penebusan di sini berarti terbebas dari dosa, yang mana dosa itu
merupakan kutukan dan lambang penderitaan. Penderitaan harus
dibebaskan, karena penderitaan merupakan cerminan dari kegagalan
31
hidup. Dan kegagalan dalam hidup bukan tujuan dari penciptaan
manusia. Untuk menghindari kegagalan hidup buku ini memaparkan
bagaimana untuk mencapai kehidupan yang berhasil dan apa kiat-
kiat menuju kehidupan yang berhasil.
4. Selamat, Sehat, dan Berkelimpahan, 2001
Salah satu ajaran dari Teologi Sukses adalah bahwa Allah
menghendaki kehidupan manusia yang berhasil, dan kegagalan
manusia merupakan suatu dosa dan kutuk yang harus dibebaskan.
Di dalam buku ini membahas bagaimana Allah merupakan Allah
yang baik dan mengasihi setiap manusia, dan tentunya Allah tidak
menginginkan anak-anak-Nya untuk menderita dalam menjalani
kehidupan di dunia. Di dalam buku ini dijelaskan bagaimana kasih
Allah terhadap manusia dalam upaya membebaskan anak-anak-Nya
dari kegagalan dan penderitaan yang diakibatkan oleh dosa. Yesus
datang menebus penderitaan seluruh umat manusia yang
diakibatkan oleh dosa.Hasil dari pembebasan dosa tersebut adalah
keselamatan, sehat, dan hidup penuh dengan kelimpahan.
5. Pemecahan Problema Hidup, 2000
Buku karangan Paul Yonggi Cho ini merupakan refleksi terhadap
fenomena kehidupan yang selalu diintai oleh berbagai macam
permasalahannya. Di dalam buku ini dijelaskan bahwa hidup tidak
32
selalu berjalan dengan mulus sesuai dengan apa yang diinginkan.
Dengan kata lain problem dalam kehidupan sudah merupakan
sesuatu yang akan menghampiri manusia. Dalam buku ini Paul
Yonggi Cho berupaya untuk menjelaskan bagaimana mengatasi
kesulitan-kesulitan dalam kehidupan dan bagaimana cara menyikapi
suatu kegagalan dan suatu keberhasilan. Karena tidak selamanya
kegagalan itu merupakan suatu keburukan, dan tidak pula
selamanya keberhasilan merupakan sesuatu kedamaian. Buku ini
banyak membahas permasalah-permasalahan tersebut.
6. Lompatan Iman, 1989
Buku lompatan iman ini berisikan khotbah-khotbah pribadi Paul
Yonggi Cho yang awalnya ditulis hanya untuk arsip pribadinya saja.
Di sini Paul Yonggi Cho mengungkapkan prinsip-prinsip
pribadinya, karena prinsip tersebut memungkinkan bagi Paul
Yonggi Cho untuk mengembangkan iman dan mencapai tujuan
hidupnya.Dalam buku ini Paul Yonggi Cho membahas mengenai
permasalahan manusia dalam sifat keegoan masing-masing dalam
urusan dunia sehingga mengenyampingkan sisi rohaniahnya.Dengan
mengetahui permasalahan itu, Paul Yonggi Cho berupaya
menemukan jawabannya dalam firman Allah.Dengan firman
tersebut yang memperkaya Paul Yonggi Cho dan mengukuhkan
iman.Dalam buku ini Paul Yonggi Cho menerangkan bagaimana
33
mengunakan iman dalam kehidupan ini sehingga iman tersebut
membimbing kearah kehidupan yang berhasil. Prinsip iman tersebut
akan bekerja sama dalam diri manusia untuk menuju hidup yang
berhasil.
7. DR. Cho Kami Ingin Sebuah Mobil Volkswagen,1989
Buku ini berisikan beberapa kunci menuju kehidupan Kristen yang
penuh kemenangan dan keberhasilan. Untuk berhasil, sekedar ingin
saja tidaklah cukup, perlu adanya doa. Akan tetapi doa tanpa adanya
kejelasan dari apa yang diinginkan juga merupakan sesuatu yang
sia-sia. Dalam buku ini Paul Yonggi Cho memperkenalkan proses
“inkubasi” saat berdoa agar apa yang diinginkan benar-benar akan
terwujud oleh iman yang aktif dalam pribadi orang Kristen.
Menurut Yonggi Cho doa tanpa proses inkubasi sama halnya
dengan menginginkan sesuatu yang tidak jelas. Tentunya doa dan
inkubasi bukanlah semata-mata langkah menggapai kesuksesan,
perlu adanya bimbingan dari Roh Kudus untuk mengetahui
kehendak Allah dalam kesuksesan hidup. Buku ini menjeaskan
bagaimana mewujudkan doa agar dikabulkan.
8. Mengapa Saya Menderita, 1980
Pengalaman hidup Paul Yonggi Cho sebagai seorang yang
menderita penyakit TBC bukanlah hal yang mudah. Perlu adanya
34
perjuangan-perjuangan untuk mengobati penyakitnya dan berjuang
melawan rasa sakit yang dideritanya. Buku ini merupakan buku
yang menjelaskan bagaimana perjalanan hidup Paul Yonggi Cho
dalam menghadapi penyakit TBC yang hampir merenggut nyawa
dan impiannya. Salah satu poin penting dalam buku ini yaitu buku
ini menjelaskan asal mula penyakit, dan apa kedudukan penyakit
bagi orang Kristen yang beriman. Dan yang sedikit ditekankan pada
buku ini adalah masalah kesembuhan Ilahi. Karena kesembuhan
ilahi memainkan peran yang penting dalam menjelaskan arti dari
suatu penyakit.
9. Mengalami Kristus Sepenuhnya, 2008
Jawaban dari suatu penderitaan adalah bagaimana menyikapi dan
merasakan peran dari penebusan yang Yesus alami di kayu salib.
Karena dengan mengalami sepenuhnya makna penyaliban Yesus
itu, orang Kristen mampu untuk menjawab arti penderitaan yang
dialami dalam kehidupan. Tentulah salib bukanlah akhir dari
penderitaan, karena setelah penyaliban terjadi kebangkitan.
Kebangkitan di sinilah yang harus ditekankan bahwa dengan
penebusan Yesus ada manfaat bagi orang Kristen yang
mengimaninya, yakni kesuksesan. Bangkit berarti bangun dari
keterpurukan. Dalam buku ini dijelaskan bagaimana menuju jalan
keberhasilan di dalam Kristus yaitu dengan cara merubah cara
35
berfikir. Di dalam buku ini dijelaskan hidup haruslah dengan iman,
berani bermimpi untuk berhasil dalam naungan Allah, Dan
keberhasilan seorang dipengaruhi oleh perkataannya yang
dituturkan dalam hidupnya.
10. Melampaui Sekat, 2012
Paul Yonggi Cho adalah seorang Pendeta Pantekostal yang tentunya
mempunyai pandangan yang tipikal pantekostal yaitu pentingnya
mengalami kuasa Roh Kudus dalam hidup orang Kristen, namun
Paul Yonggi Cho mempunyai penekanan yang unik. Yang pertama
adalah berita Keselamatan yang meliputi roh, jiwa, dan tubuh.
C. Teologi Paul Yonggi Cho
Teologi Paul Yonggi Cho mempunyai daya tarik bagi orang korea, juga
disebabkan karena teologi tersebut mengadaptasi cara pandang (Worldview)
orang korea yang telah lama dibentuk oleh Shamanisme. Dalam pandangan
orang-orang shamanis dunia ini sangat di pengaruhi oleh roh-roh yang hidup di
sekitar manusia. Roh-roh itulah yang menyebabkan orang mengalami
keberuntungan dan kemalangan kesehatan dan kesakitan.orang-orang yang
percaya kepada Shamanisme mementingkan ibadah untuk berhubungan dengan
roh-roh agar selamat dan terhindar dari malapetaka. Teologi Paul Yonggi Cho
yang memberitakan tentang kesembuhan dan berkat-berkat merupakan
jawaban terhadap kebutuhan orang-orang Shamanis, seringkali dikatakan
36
bahwa kelemahan teologi Paul Yonggi Cho adalah menghasilkan kekeristenan
yang hanya mengejar berkat-berkat material dan berpusat pada diri sendiri (self
centered christianity) 15
Paul Yonggi Cho menegaskan bahwa hidup miskin merupakan suatu
kutukan hidup kya merupakan suatu keharusan bagi orang Kristen yang
beriman, Paul Yonggi Cho menjelaskan bahwa keberhasilan kelompok sel
bergantung kepada pimpinan gembala sidang atau pendeta, kepemimpinan
kaum awam yang terlatih dan persekutuan dengan Roh Kudus, persyaratan
yang lain bila ingin kelompok sel berjalan dengan baik persyaratan tersebut
yaitu motivasi tau dorongan, pemimpin kaum awam yang baik perlu didorong
dan untuk menyentuh batin orang awam agar bergabung dengan pendeta atau
gembala sidang untuk melaksanakan penginjilan Paul Yonggi Cho menyentuh
kepribadian dengan penghargaan karena menurut Paul Yonggi Cho setiap
orang ingin dihargai, memberikan pujian dan kasih yang ikhlas.16
Paul Yonggi Cho mengenal praktek penyembuhan, penyembuhan
tersebut di bawah gerakan Sokogakki, yang merupakan gerakan suatu
keagamaan Buddha dalam hal praktek penyembuhan orang sakit. Biasanya
praktek dilaksanakan oleh seorang biksu di dalam gua, Paul Yonggi Cho
menemukan praktek penyembuhan, namun Paul Yonggi Cho menganggap
meditasi mistik. Maksudnya, kemampuan yang dimiliki seorang biksu
diperoleh dengan kuasa Iblis. Paul Yonggi Cho yakin bahwa meditasi mistik
15
Minggus M. Pranoto, Pentakostalisme dan Dialog Atar Agama (Semarang: Komisi
Dialog Antar Agama Sinode Gereja Isa Almasih, 2012), h. 7. 16
Paul Yonggi Cho, Kelompok Sel, h.138.
37
jauh berbeda dengan karunia Roh, hasilnya adalah kesembuhan palsu, dan
penderitaan terus melekat dalam diri Paul Yonggi Cho, dan penderitaan yang
terus Paul Yonggi Cho alami menanamkan sikap dalam dirinya untuk menolak
berbagai penderitaan hidup dan Paul Yonggi Cho yakin, bahwa kesembuhan
yang diperolehnya merupakan mukjizat.17
Paul Yonggi Cho adalah salah satu tokoh yang mempengaruhi
kemunculan Teologi Sukses. Paul Yonggi Cho mengajarkan bahwa kehidupan
agama harus berpusat pada kuasa doa da Sekitar tiga puluh tahun lalu, teologi
“Roh” dan praktek-praktek yang mistis yang mirip dengan gerakan-gerakan
Roh yang lebih awal (Monoteisme, Shakers, dan lain-lain) telah sangat
mempengaruhi gereja-gereja yang ada melalui penghargaan mereka terhadap
Gerakan Kharismtik, secra langsung mungkin terkait pada Gerakan Kesucian
dari abad ke-19 dan gerakan Pentakosta dari abad ke-20 Beberapa Sejarawan
menyebut hubungan historis sebagai sebuah pandangan dunia Providensial
dengan bias kebarat-baratan, dalam sejarah modern, suatu bias anti-barat.
Memiliki harta yang berkelimpahan bukan jaminan kebahagiaan hidup.
Bagi orang Kristen yang mengimani Kristus menurut Paul Yonggi Cho, akan
mendapatkan kebahagiaan sejati yaitu damai sejahtera akan dirasakan apabila
mereka senantiasa berada dekat dengan Allah di dalam hidupnya, dan
menjadikan Allah semata-mata tujuan dalam kehidupan di dunia. Karena
dengan menjadikan Allah sebagai tujuan utama hidup kata Paul Yonggi Cho,
17
Paul Yonggi Cho, Dimensi Keempat, h. 52.
38
dengan itu Allah selalu membimbing anak-anak-Nya dalam kehidupan.
Dengan mendapatkan bimbingan Allah dalam hidup, bagi orang Kristen akan
mendapatkan segala kemudahan hidup untuk mencapai kesuksesan.18
Menurut Paul Yonggi Cho, membayangkan dengan iman bisa
digambarkan dengan sesuatu yang jelas dalam hati. Iman bagi Paul Yonggi
Cho merupakan dasar dari hal-hal yang jelas yang diharapkan, karena itu harus
memiliki sasaran yang jelas ketika berdoa, jika berdoa tanpa memiliki tujuan
maka menurut Paul Yonggi Chodoa tersebut tidak akan samapi kepada Allah.
Paul Yonggi Cho menegaskandoa (keinginan) yang sampai kepada Allah
hanya doa yang jelas.19
Pandangan Paul Yonggi Cho memang di contohkan dengan gerejanya
sendiri, yaitu Yoido Full Gospel Church. Gereja ini dipromosikan sebagai
gereja terbesar di dunia, dan perkembangaan jemaatnya cukup pesat sejak
tahun 1960, setelah Paul Yonggi Cho lulus sekolah Alkitab, Paul Yonggi Cho
menetapkan hati bahwa Allah adalah sumber segalanya bagi Paul Yonggi Cho
dan menemukan bahwa Allah tinggal di hati dengan semua yang Paul Yonggi
Cho butuhkan dan bergantung pada Tuhan saja dalam semua situasi, Tuhan
meneyediakan apa yang Paul Yonggi Cho butuhkan gedung, mengirim
misionaris dari gereja ke negara-negara lain dan membangun sekolah Alkitab,
ketika membangun gereja Korean Assemblies of God Bible College.20
16
Paul Yonggi Cho, Kehidupan yang Berhasil (Malang: Gandum Mas, 2001),h. 130. 19
Paul Yonggi Cho, Dimensi Keempat, h. 23. 20
Paul Yonggi Cho, Dimensi keempat, h.195.
39
Paul Yonggi Cho menunjukkan perbedaan keadaan manusia yang
diberkati dan yang jauh dari berkat Allah. Allah memberkati manusia dengan
dipenuhinya segala kebutuhan hidup manusia ketika di Eden. Tempat yang
manusia huni setelah mereka diusir dari Taman Eden ungkap Cho, merupakan
tempat yang penuh dengan kesusahan hidup. Sehingga keadaan itu
memposisikan manusia dalam penderitaan dan keputusasaan. Dari penjelasan
di atas mengenai kodrat manusia sebagai makhluk yang penuh dengan berkat
dari Allah, Paul Yonggi Cho berpendapat bahwa Allah sebenarnya tidaklah
menginginkan anak-anak-Nya berada dalam kesusahan hidup dan kemiskinan.
Namun manusia sendirilah menurut Cho yang berpaling dari berkat Allah
dengan melanggar larangan Allah untuk memakan buah terlarang sehingga
manusia terusir dari taman yang penuh dengan berkat berlimpah.21
Jadi menurut Paul Yonggi Cho, Alkitab dianggap bukan sebagai firman
tuhan untuk didengar, dihayati dan ditaati, melainkan kumpulan kata-kata
mutiara yang bila diucapkan mempunyai kekuatan magis. Jelas ini adalah
konsep mantra mengatakan bahwa Yesus menggunakan kata-kata bertuah
untuk menghasilkan sesuatu. Maka dari itu Paul Yonggi Cho ingin
membangkitkan manusia yang berada dalam penderitaan bahwa hidup bisa
untuk di rubah menjadi lebih baik.22
Paul Yonggi Cho pernah berpendapat bahwa kemiskinan mempunyai
suatu nilai moral yang amat besat, para pendeta korea mengajarkan bahwa para
21
Paul Yonggi Cho, Selama, tSehat, Berkelimpahan Berkah (Malang: Gandum Mas,
2001),h.14. 22
Herlianto, Teologi Sukses (Jakarta : Gunung Mulia 2012), h. 136.
40
kaum miskin adalah kelompok yang menuai pengalaman hidup yang paling
banyak. Namun pendeta-pendeta yang sama juga senantiasa meminta demi
gereja persembahan yang lebih banyak dari jemaat mereka. Yang mengajarkan
nilai-nilai kemiskinan dan mengajarkan tentang pahala karena memberi lebih
banyak persembahan, kemudian Cho sadar bahwa kemiskinan bukanlah suatu
berkat Tuhan. Bahwa ajaran tuhan mengenai kemiskinan bertentangan dengan
apa yang diajarkan di greja-greja tradisional Korea, Tuhan tidak pernah
menciptakan suatu kemiskinan.23
Pemikiran Paul Yonggi Cho telah mempengaruhi banyak orang, tidak
saja di Korea Selatan, namun juga di berbagai penjuru dunia. Beberapa teolog
menyebutkan bahwa keberhasilan Paul Yonggi Cho antara lain disebabkan
oleh kontekstualisasi ajaran Kristen dengan kebudayaan Asia, khususnya
Korea. dampak religious yang diberikan oleh agama-agama tradisional Korea
terhadap mega church karismatik bukan tidak berhubungan dengan
pertumbuhan mereka: Budisme, Konfusianisme, dan Shamanisme. Dan yang
paling besar pengaruhnya diantara ketiganya adalah Shamanisme. Mega-
church karismatik Korea memiliki dasar yang sama dengan Shamanisme
Korea, yang tidak perlu harus negatif.24
Paul Yonggi Cho menjelaskan mengenai sehat jasmani sebagai tanda
dari keimanan, sehat jasmani yang dimaksud Paul Yonggi Cho ialah bebas dari
23
Paul Yonggi Cho, Pemecahan Problema Hidup (Malang: Gandum Mas, 2000), h.
25. 24
Hong Young-Gi, “The background and characteristics of the Chrismatic Mega
Churches in Korea”, AJPS 3/1 (2000) pp. 108. Diambil dari URL: http://www.apts.edu
41
penyakit, bagi Paul Yonggi Cho pengorbanan Yesus di kayu salib merupakan
suatu penebusan dosa untuk orang Kristen.
42
BAB IV
PERAN KELOMPOK SEL PAUL YONGGI CHO DI KOREA SELATAN
A. Kelompok Sel dalam Pertumbuhan Gereja
Kelompok sel merupakan kumpulan-kumpulan orang yang percaya
kepada Yesus Kristus dan memberikan hidupnya untuk kemuliaan Tuhan.
Kelompok sel juga sangat berpengaruh untuk pertumbuhan gereja karena
dimana tidak ada kelompok sel maka gereja tidak dapat bertumbuh. Artinya
kelompok sel sangat mempengaruhi pertumbuhan gereja, karena kelompok sel
merupakan bagian dari program/pelayanan gereja. Dalam gereja Paul Yonggi
Chomem beritakan Injil kepada orang-orang sekitar atau tetangga terlebih
dahulu, di kotadan di desa di mana tuhan menempatkan, inilah penginjilan
yang di lakukan oleh Full Gospel Central Church di Seoul.1
Sistem kelompok sel pertama ditemukan diinspirasi dan dipimpin oleh
Roh Kudus (Tuhan Yesus Kristus). Kelompok Sel pertama kali dimulai pada
hari Pentakosta, hari pada saat melayani Tuhan dengan doa. Allah telah
menunjukan bahwa Roh Kudus merupakan oknum yang tinggal dalam diri
manusia dan Roh kudus adalah gembala pertama dalam gereja pengelola kasih
Allah dan anugerah Yesus Kristus.2
1Paul Yonggi Cho, Kelompok Sel yang Berhasil (Malang: Gandum Mas,1981), h.58.
2Paul Yonggi Cho, KelompokSel yang Berhasi, h.128.
43
Kelompok sel merupakan bagian terpenting dalam gereja. Sebagaimana
tanaman, Misalnya, suatu tumbuhun dapat bertumbuh dengan baik bila terdapat
ketersediaan media dan sari makanan yang cukup. Demikian pula gereja dapat
bertumbuh dengan baik bila kehidupan orang-orang percaya di dalamnya
memiliki kehidupan dan memaknai dan menghayati kebenaran firman Allah
sebagai makanan rohani bagi pertumbuhan tersebut. Demikian pula
pertumbuhan gereja tidak dapat didasarkan pada karya tangan manusia.
Megahnya sebuah gedung ibadah, peralatan musik, dan meriahnya suasana
perkumpulan bukan sebuah indikator utama dalam sebuah pertumbuhan gereja.
Orang-orang yang percaya tersebut inilah yang kemudian disebut dengan
kelompok sel. Sebagaimana penjelasan langsung Paul Yonggi Cho:
“Tubuh manusia memerlukan pembaharuan dan diisi dengan makanan
secara tetap agar tetap hidup. Salah satu keperluan gereja tetap dinamis dan
berkembang (bertumbuh), adalahpenginjilan yang sungguh-sunguh agar tetap
hidup dan hidup berkelimpahan adalah hidup dalam kasih karunia Allah.”3
Dengan demikian semakin jelas keberadaan kelompok sel bagi Paul
Yonggi Cho bagian terpenting dalam tumbuh kembangnya Gereja. Ada
punprinsip yang dipegang kelompok sel terdapat lima butir.
Pertama sel adalah "gaya hidup", bukan metode. Orang hanya dapat
menjadi anggota sel yang sehat, bila telah menerima hidup Yesus dalam
bimbingan secara pribadi. Kedua Pemuridan yang sesungguhnya terjadi terus-
3Herlianto, Teologi Sukses (Jakarta: Gunung Mulia 2012), h.241.
44
menerus.Pemuridan adalah suatu proses yang berlangsung terus-menerus
(Yohanes 15:1-8). Di dalam sel yang terbina dengan baik, setiap anggota akan
terus-menerus mengalami perubahan dan proses pembinaan dan terus ditambah
dari hari ke hari, sehingga menjadi murid yang memuliakan Tuhan.
Ketiga Sel adalah sarana mobilisasi jemaat seutuhnya. Proses
pemuridan yang sehat pasti mendorong setiap orang keluar untuk
memberitakan Injil kepada dunia yang berdosa. Semakin dekat hubungan
seseorang dengan Allah dan terus bertumbuh dalam anugerah-Nya, semakin ia
dikuatkan untuk bergerak keluar dengan kasih dan kuasa Allah. Inilah wujud
pertumbuhan alamiah yang dikerjakan Roh Allah dalam setiap orang percaya
dengan demikian, bila gereja ingin memiliki kekuatan mobilisasi total, dimana
setiap orang bergerak bagi Kristus, Alkitab mengatakan “orang benar hidup
oleh iman, dan jadilah menurut imanmu.” Untuk mencapai jalan keimanan.4
Keempat Bila setiap orang giat memberitakan Injil, maka setiap bulan,
bahkan mungkin setiap hari ada jiwa yang dimenangkan kepada Tuhan melalui
sel. Sistem penjangkauan ini dikuatkan dengan doa yang difokuskan pada
sasaran yang khusus. Selain itu, terjadi kerja sama yang aktif antara anggota
dengan Roh Kudus, sehingga kesaksian setiap anggota akan sangat berguna
untuk mendorong yang lain, sebab kuasa yang nyata dialam. Inilah kekuatan
sel dalam membawa orang datang dan percaya kepada Yesus.
4Paul Yonggi Cho, Kelompoksel yang Berhasil, h. 153.
45
Kelima Memberi tempat pada Roh Kudus untuk memakai setiap orang.
Sistem yang berlaku dalam sel ialah memberdayakan setiap orang agar dapat
dipakai Tuhan. Dengan demikian, setiap orang sadar bahwa ia sendiri tidak
memiliki kemampuan untuk membawa orang datang kepada Yesus, kecuali ia
sungguh berpegang pada Firman Allah dan bergantung pada kuasa Roh Kudus
terus-menerus. Jadi, semua orang bergerak bersama bagi Tuhan dan bukan
tergantung pada orang tertentu yang berkarunia hebat, dan seorang pemimpin
harus memiliki persekutuan yang nyata dengan Roh Kudus.5
Paul Yonggi Cho memang mencontohkan dengan gerejanya sendiri,
yaitu Yoido Full Gospel Church. Gereja ini dipromosikan sebagai gereja
terbesar di dunia, dan perkembangaan jemaatnya cukup pesat sejak tahun 1960,
setelah Paul Yonggi Cho lulus sekolah Alkitab, Paul Yonggi Cho menetapkan
hati bahwa Allah adalah sumber segalanya bagi Paul Yonggi Cho dan
menemukan bahwa Allah tinggal di hati dengan semua yang Paul Yonggi Cho
butuhkan dan bergantung pada Tuhan saja dalam semua situasi, Tuhan
meneyediakan apa yang Paul Yonggi Cho butuhkan gedung, mengirim
misionaris dari gereja ke negara-negara lain dan membangun sekolah Alkitab,
ketika membangun gereja Korean Assemblies of God Bible College.6
Gereja Paul Yonggi Cho telah menjadi suatu organisme yang hidup,
kelompok sel merupakan sel-sel yang hidup dan fungsinya sama seperti sel
dalam tubuh manusia. Dan penginjilan adalah pintu belakang gereja, banyak
5Paul Yonggi Cho, Kelompok sel yang Berhasil, h. 117.
6Paul Yonggi Cho, Dimensi Keempat (Bandung: Visi Anugerah Indonesia, 2014),
h.195.
46
gereja yang mengeluh bahwa banyak orang yang mundur dari kebaktian
melalui pntu belakang sewaktu jiwa-jiwa yang lain dimenangkan melalui
kebangunan rohani, dan gereja-gereja tersebut tidak berkembang dan pada
prakteknya tidak ada pintu belakang alasannya bahwa setiap kelompok sel itu
seperti lingkungan keluarga. Melalui lingkungan keluarga ini maka setiap
anggota mempunyai perasaan saling memiliki dan mereka tetap setia ke gereja
dan gereja Paul Yonggi Cho menjalankan penginjilan yang sebenarnya para
pemimpin kelompok yang penuh semangat itu secara teratur mencari orang-
orang yang belum percaya, dan setelah mendapatkan orang-orang itu, mereka
memenuhi keperluan orang-orang tersebut dengan baik dan sagat sedikit sekali
yang akan lolos atau hilang melalui pintu belakang.7
Kekristenan sebagai pembebasan gereja terhadap pembangunan muncul
dari keperihatinan terhadap kaum miskin di sebabkan terutama oleh struktur-
struktur yang tidak adil yang menyebabkan sumber-sumber dan kekuasaan
untuk mengambil kepuutusan tentang pemanfaatan melalui komitmen dan
penelitian tindakan pentingnya kekuasaan pembangunan yang di pahami
sebagai suatu proses membebaskan yang diarahkan pada keadilan sosial,
kemandirian, dan pertumbuhan ekonomi, sebagian gereja adalah pemilik tanah
yang berkaitan dengan struktur-struktur feudal, kapitalistis dan neo-kapitalistis,
hal ini mengasingkan dari kaum miskin dan tertindas, berbagai gereja
7Paul Yonggi Cho, Kelompok Sel yang Berhasil, h.71.
47
merupakan unsur-unsur berpengaruh dari kekuasaan politik, baik sebagai agen-
agen yang aktif atau sebagai media kemapanan.8
Gereja yaitu meyakinkan dunia, seperti yang kita ucapkan dalam
pengakuan iman rasuli, bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat
dunia. Karena itulah Yesus tidak bosan mengajarkan agar murid-muridnya
saling mengasihi, karena dengan saling mengasihi mereka menjadi satu, seperti
yang di katakana oleh ungkapan berikut.” Kita tidak mungkin bersatu, kalau
tidak saling mengasihi; kita tidak saling mengasihi kalau tidak saling
mengenal;kita tidak mungkin saling mengenal, kalau kita tidak saling
bertemu.” Dalam Yohanes 13:34-35, yesus mengajak murid-muridnya untuk
saling mengasihi. Dia mengatakaan, “aku memberikan perintah baru kepada
kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti aku telah mengasihi
kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua
orang-orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridku, yaitu jikalau
kamu saling mengasihi.”9
Dengan demikian semakin jelaslah bahwa kelompok sel menjadi bagian
terpenting dalam gereja tidak bisa dihilangkan. Paul Yonggi Cho menjadikan
gereja semakin hidup dengan menghidupkan kesadaran para jemaat melalui
kelompok sel. Kelompok sel yang berperan dan masuk dalam gereja secara
otomatis menjadi sel-sel pertumbuhan gereja itu sendiri.
8 Norman E. Thomas.Teks-Teks Klasik Tentang Misi dan Kekeristenan Sedunia
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), h.277. 9Daulay Richard M, Firman Hidup (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), h.114.
48
Lima prinsip serta apa yang dilakukan oleh Paul Yonggi Cho memiliki
tujuan Adapun tujuan unggulan dari adanya kelompok sel adalah sebagai
berikut: Pertama Saling Memperhatikan dalam kelompok sel yang sehat, Allah
bekerja, sehingga kesatuan sejati dan kesehatian yang tulus (Kisah Para Rasul
3:32a) terwujud tanpa kemunafikan. Inilah yang menunjang pertumbuhan
rohani setiap anggota, saling menguatkan untuk membawa kasih itu kepada
orang lain.
Kedua Menjangkau kepada yang di luar. Tugas ini dapat dikerjakan
oleh setiap orang, tetapi akan lebih efektif bila dilaksanakan dalam kelompok
sel. Dalam kelompok sel setiap orang didoakan, disiapkan, dan dilatih untuk
diutus keluar menjangkau orang yang belum percaya bagi Allah sebagai bukti
pekerjaan Kristus dalam hidupnya.10
Ketiga Mengembangkan karunia
rohani.Berdasarkan kebenaran Firman Tuhan, setiap orang yang sudah
bertobat, menerima Kristus dan dilahirkan kembali, memiliki Roh Kudus
(Efesus 1:13-14). Roh Kudus itulah yang membagikan karunia bagi setiap
orang percaya (Kisah Para Rasul 2:38; 1Korintus 12:4-13).
Keempat Menyiapkan gereja di masa sulit. Bila orang tidak diajarkan
secara sistematis dan tidak dilatih untuk melayani menurut karunianya,
imannya mudah goyah. Itulah sebabnya, bila datang tantangan iman, mereka
mudah menjadi lemah dan berbalik kepada kepercayaan yang sia-sia.
Kelompok sel bukan hanya mempersiapkan orang Kristen agar hidup dalam
10
Paul Yonggi Cho, Kelompok Sel yang Berhasil, h. 146.
49
anugerah Allah, tetapi juga menolong orang Kristen agar dapat bertahan terus
di masa-masa sulit sebab tidak bergantung pada gedung tertentu.
Dengan adanya empat tujuan di atas maka keberadaan sel semakin kuat.
Tidak hanya menghidupi gereja semata, akan tetapi kelompok sel juga
menentuka perkembangan gereja kedepannya. Terlebih pada tujuan di butir
keempat, menyiapkan gereja pada masa sulit berarti kelompok sel menyiapkan
segala kemungkinan yang akan terjadi. Tidak hanya sebatas berorientasi
mendakwahkan ajaran Kristus, bahkan menyiapkan segala yang dibutuhkan
untuk menghadapi tantangan yang ada.
B. Perkembangan Kelompok Sel
Sejak Full Gospel Central Church mulai terkenal karena
perkembangannya yang pesat melalui kelompok sel, Paul Yonggi Cho
mendapatkan undangan untuk mengadakan ceramah-ceramah di berbagai
pertemuan taupun konsperensi-konsperensi di seluruh dunia, dan begitu banyak
gereja-gereja yang kehilangan anggotanya, jika tidak kehilangan anggotanya
maka gereja tidak berkembang dan Paul Yonggi Cho menekankan tentang
sistem kelompok sel.11
Paul Yonggi Cho menganggap kelompok-kelompok kecil, model
kelompok Wesley dan Gereja Metodis, merupakan faktor yang menentukan
dalam perkembangan gereja. pemimpin kelompok harus dewasa dalam iman
11
Paul Yonggi Cho, Kelompok sel yang berhasil, h. 73.
50
dan kebanyakan berbahasa lidah. Pada tahun 1990 di Seoul ada 40.000
kelompok kecil umtuk penelitian Alkitab dan doa. Kebaktian di gereja pusat
bersifat spektakuler, menekankan pekabaran injil, berkat jasmani dan
penyembuhan ilahi. AjaranPaul Yonggi Cho mengenai teologi kemakmuran di
kecam oleh tokoh-tokoh Kristen non-Pentekostal. Antara tahun 1972 dan 1982
gereja pusat mengutus 100 pekabar injil ke luar negri dan Paul Yonggi Cho
diajak membawa ceramah pada konferensi pertumbuhan gereja di berbagai
negri termasuk indonesia pada tahun 1989.12
Para pelayan injil nampaknya sudah puas dengan apa yang di capai itu
dan mulai kehilangan visi penginjilan, dan selanjutnya pekerjaan Roh Kudus
mulai dingin. dengan kelompok sel yang aktif dalam penginjilan, maka gereja
dapat melanjutkan dan berkembang tidak menjadi masalah yang dihadapi
mereka Paul Yonggi Cho mempunyai masalah minyak karena situasi di Timut
Tengah, bila suatu tempat menghadapi kekurangan minyak, dan masalah
transport menjadi sulit, yang hadir di gereja menjadi menurun, kecuali yang
hadir itu hanya orang-orang yang tinggal di dekat gereja saja.akan tetapi itu
tidak menjadi masalah bagi gereja Paul Yonggi Cho, jika orang-orang itu tidak
mendapat transport untuk pergi ke gereja pada hari minggu, mereka masih
mendapat pelayanan dalam kelompok sel, dan melanjutkan seperti bagian dari
gereja sebagaimana mereka ada di gereja induk pada setiap hari minggu.dan di
korea jika pecah perang dan seoul dikuasai oleh komunis, maka salah satu yang
paling utama yang mereka lakukan ialah menutup gereja-gereja dan membunuh
12
Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013), h.310.
51
para pendeta, jika Paul Yonggi Cho membangun gereja yang berpusatkan
kepada Paul Yonggi Cho gereja itu akan dimusnahkan dan Cho disingkirkan
akan tetapi cho membentuk gerejanya dengan sistim kelompok sel, maka
gereja tersebut tidak mungkin musnah.13
Dalam melaksanakan penginjilan dan mengadakan kelompok sel, setiap
kelompok menjadi pusat kebangunan rohani bagi tetangga di sekitarnya, sebab
dalam kelompok itu terdapat kehidupan yang sebenarnya. Gereja menjadi suatu
organisme yang hidup, kelompok sel merupakan sel-sel yang hidup, fungsinya
sama seperti fungsi sel dalam tubuh manusia. Dan di dalam organisme yang
hidup, sel-sel itu akan tumbuh berbiak jika semula hanya ada satusel, maka
akan berbiak menjadi dua. Jika ada empat akan menjadi delapan, dan demikian
seterusnya. Sel bukan hanya sebagai tambahan di dalam tubuh tetapi sel-sel itu
akan menjadi banyak dan berlipat ganda. Inilah sebenarnya apa yang terjadi
pada kelompok sel, jika sebuah kelompok sel mencapai ke anggotaan lebih dari
15 keluarga, maka terbagi menjadi dua.setelah itu, dua kelompok yang baru itu
akan mengundang orang baru lagi sampai kedua-duanya mencapai lebih dari
15 keluarga lagi, dan kemudian akan terbagi menjadi empat kelompok.14
Paul Yonggi Cho telah mengajarkan prinsip-prinsip kepada jamaat dan
telah mempraktekannya sendiri dalam kehidupan mereka, seperti dalam
kepemimpinan gereja, pengembangan gereja melalui kelompok-kelompok sel
dan Paul Yonggi Cho tidak perlu menjadi orang fasih bicara kenyataan Paul
13
Yonggi Cho. Kelompok Sel yang Berhasil, h. 83. 14
Yonggi Cho,Kelompok Sel yang Berhasil, h. 65.
52
Yonggi Cho tidak minat menjadi orang fasih sebab Paul Yonggi Cho telah
mengubah mimbar menjadi tempat untuk berkonsultasi. Jadi, metode
berkhotbah ialah memberikan nasihat kepada orang-orang yang memerlukan
pertolongan yang selalu datang ke gereja dengan keperluan yang sungguh-
sungguh akan tetapi seorang pengkhotbah hanya berbicara tentang teologi,
sejarah dan politik, maka orang-orang itu kehidupan pribadinya tidak tertolong
sedangkan mereka memerlukan berita injil.15
C. Metode Baru Dalam Penyebaran Kristen Gereja Pantekosta di Korea
Selatan
Pikiranberdasarkan Firman Allah setiap hari Allah adalah terang dan
tidak ada kegelapan dan tidak ada Pikiran yang negatif dan isi pikiran dengan
firman Allah yang positif dan pikiran yang akan terus diperbarui dan jika
menerima firman Allah tidak hanya berpikir berfokus pada cara berpikir
tradisi, beranilah mempercayai Allah dalam situasi yang sulit dan jadilah
revolusioner, beranilah mempercayai Allah untuk hal-hal yang besar dan
membawa kemuliaan dan banyak orang menjadi terbatas karena mereka hanya
berpikir dengan cara tradisionil dan negatif, oleh karena itu Allah tidak bisa
menyempurnakan pekerjaan yang besar dan saat seseorang menerima firman
Allah pikirannya akan diubahkan dapat mencapai hal-hal besar di luar keadaan
yang terbatas.16
15
Yonggi Cho, Kelompok Sel yang Berhasil, h. 155. 16
Yonggi Cho, DimensiKeempat, h. 147.
53
Ibadat perjanjian lama bercirikan lahiriah, hubungan dengan tuhan jauh
dan tercerai, tuhan berada di sorga dan baru sewaktu-waktu hadir di rumah
Tuhan; hubungan manusia dengan tuhan di jalin melalui upacara kurban dan
persembahan yang dipimpin oleh para imam. maka di nubuatkan bahwa
perjanjian lama akan diperbarui, di mana ibadat dimurnikan menjadi ibadat
batin, dan fungsi Taurat dan peraturan-peraturan diganti dengan kesadaran
dalam batin/hati manusia dan Roh Tuhan akan mendiami hati manusia. dalam
perjanjian baru telah terjadi pembaruan dari “ibadat insani” kepada “ ibadat
hati nurani” dan persembahan Taurat” diganti dan dilunaskan oleh
persembahan diri Kristus.
Yesus Kristus bukan saja menggantikan fungsi imam, tetapi menjadi
domba paskah dan menjadi kurban itu sendiri, ingatlah dalam Perjanjian Baru,
tidak ada lagi jabatan imam dan konsep rumah tuhan juga sudah berubah,
dalam Perjanjian Baru, setelah kenaikan Yesus ke sorga, tiap-tiap orang
percaya menjadi rumah Tuhan (Yeh.36:27// Yoh.14:16-17//1Kor.3:16-17;
6:19-20), dan orang Kristen akan menyembah Tuhan bukan dengan ritus-ritus
agama di tempat-tempat atau dengan cara-cara tertentu, tetapi akan “
menyembah dengan roh (secara rohani), dan kebenaran. Dengan perubahan ini,
dapatlah dimengerti mengapa Yesus tidak mengajarkan ibadat yang lahiriah,
tetapi mengajarkan ibadat batin yang rohaniah.17
17
Herlianto, Teologi Sukses, h. 197.
54
Dengan menggunakan bahasa bangsa Korea, bahasa han-gul,
Kekristenan menjadi agama rakyat, yaitu agama yang kitab Sucinya dapat
dimengerti oleh semua orang, termasuk rakyat kecil, Sedangkan bahasa Jepang
dan Bahasa Cina hanya dimengerti oleh orang terpelajar saja, hal ini berarti
bahwa dari permulaanya gereja mendukung seta mengembangkan kebudayaan
khas bangsa Korea, sehingga kekristenan dianggap mendukung pergumulan
bangsa Korea. Berbeda dengan gereja di negara-negara lainnya, gereja Korea
tidak disamakan dengan penjajah.18
Bertobat dengan mengakui kesalahan secara tulus, segala penderitaan
dan kutuk juga akan di cabut dari kehidupan. Ada lima langkah untuk
memahami kehendak Allah atau menerima perkataan firman Allah tentang
keputusan tersebut.
1. Menanti, harus bertobat dengan sungguh-sungguh hingga menerima
pengampunan dan menempatkan diri kedalam “ gigi netral” tidak
kedepan tu kebelakang tetapi bersikap tenang di dalam hati.
2. Keinginan yang suci meminta tuhan mengungkapkan kehendaknya
melalui keinginan, Allah biasanya datang melalui keinginan yang
suci “dan bergembiralah karena tuhan karena, maka akan diberikan
kepadamu apa yang diinginkan hatimu.
18
Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, h. 181.
55
3. Menyaringnya melalui Alkitab, keinginan suci dari Roh Kudus
datang dengan fokus yang jelas dan tajam, jadi semua keinginan
seharusnya disaring secara hati-hati melalui Alkitab.
4. Adanya sebuah tanda, meminta tanda kepada Allah dalam segala
keadaan.
5. Menyadari waktu Tuhan, berdo’a sampai mengetahui waktunya
Allah.19
Paul Yonggi Cho menganjurkan agar mengirimkan gembala sidang ke
seminar yang diadakan oleh pertumbuhan gereja internasional yang diadakan
untuk seluruh dunia, seminar langsung yang dilaksanakan di Full Gospel
Central Church. Banyak gereja yang berusaha mengadakan kelompok sel tanpa
keterlibatan sang gembala sidang, untuk membangun kelompok sel lebih
berkembang di tekan kan pada gembala sidang yang yakin akan kebutuhan
mereka di dalam gereja yang mempunyai hubungan yang aktif dengan para
pemimpin kelompok sel trsebut dan kelompok sel bukan hanya sekedar alat.di
Amerika Dr. Robert Schuller mempunyai jemaat yang besar di seluruh negara
karena berkhotbah dengan “cara berpikir positif” dengan menaruhi iman,
pengharapan dan kasih kepada jemaatnya.20
19
Yonggi Cho, Dimensi Keempat, h. 126-127. 20
YonggiCho, Kelompok Sel yang Berhasil, h. 157.
56
D. Kontribusi Kelompok Sel terhadap Pertumbuhan Gereja Pantekosta di
Korea Selatan.
John Wesly membuka sarana Sel grup sebagai pertumbuhan gereja
yang dinamakan teori miracle of multiplication (Mukjizat Pelipat gandaan) dan
setiap anggota membawa satu anggota baru, maka jumlah mereka sudah
bertambah dua kali lipat dan satu sel sudah lebih dari 20 orang maka sel grup
harus dipecah dua, dengan demikian dapat dilihat mukjizat pelipatgandaan
melalui sel grup dan pertumbuhan pesat di korea sekarang ini dengan melalui
teori mukjizat pelipat gandaan melalui sel grup.21
Struktur yang sama ditemukan di kisah para rasul saat Paulus pergi
dalam pelayanan penanaman gereja, paulus membawa beberapa rekannya yang
di kenal sebagai “Paul’s missionary band” atau kelompok misi Paulus. Bentuk
ini adalah sodality. Paulus meninggalkan jemaat lainnya (modality) di gereja.
Bentuk modality sodality ini terbukti sangat efektif dalam misi. World Harvest
memberikan dampak pada dunia melalui pelayanan kreatif dalam bidang
komunitas, pendidikan dan media, atau sesuai pernyataan misi “impacting the
world through creative community, educationn and media services.” Melalui
pelayanan komunitas, bertujuan untuk mentransformasikan komunitas pra
sejahtera melalui pemberian beasiswa, pengobatan gratis, pembagian makanan
bergizi, dan penyediaan lapangan kerja.22
21
Richard Maruli Daulay, Mengenal Gereja Methodist Indonesia (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2003), h.157. 22
Jimmy Oentoro D.Th,Gereja Impian (Jakarta: Gramedia, 2013), h.97.
57
Korea selatan mengalami transformasi dari sebuah negara miskin dan
hancur pada tahun 1953 menjadi negara dengan perekonomian terbesar
kesebelas di dunia melalui industrialisasi dan modernisasi yang cepat, sebagian
besar industri canggih berorientasi ekspor digerakan oleh para konglomerat
chaebol sebutan untuk konglomerat besar seperti Samsung, LG, Hyundai dan
lain lain. yang luar biasa, dan komitmen terhadap doa yang berkelanjutan,
penuh pengorbanan dan dilandasi kerinduan mendalam, baik secara kelompok
maupun perorangan, merupakan karakteristik sebagian besar gereja protestan
korea. dan kekristenan korea merupakan salah satu kekristenan terbaik, enam
dari sepuluh gereja terbesar di dunia berada di korea, demikian pula dengan
sekolah tinggi teologi, pelayanan pembaptisan, dan pertemuan-pertemuan
kristen dan injil terbesar di dunia sepanjang sejarah. Puji Tuhan, bukan atas
besarnya peristiwa-peristiwa tersebut, melainkan atas pertumbuhan dan
kekuatan yang ditunjukannya. Gerakan pengutus misionaris korea telah
meluas, sehingga menjadikan korea selatan sebagai negara pengutus misionaris
ke luar negri terbesar kedua di dunia, lebih dari 20.000 pekerja misi telah
diutus dari korea selatan, bahkan dalam jangka panjang ada lebih banyak lagi
misionaris di targetkan untuk di utus.23
Protestanisme Amerika ditandai oleh keprihatinan terhadap sosial, akan
tetapi bentuk cara dan hal yang menguatkan keprihatinan ini secara theologis
sangat banyak ragamnya, pada zaman penjajahan keprihatinan ini sebagian
besar adalah warisan gereja negara atau perjanjian kewajiban masyarakat
23
Jason Mandryk, Operation World (Inggris: Bulsrode, 2010), h.736.
58
hingga pemeliharaan tertib msyarakat. Kebangunan Rohani juga menyampikan
keprihatinannya terhadap perkara-perkara sosial dan motif sosial diartikan
dalam cara individualistis seperti ungkapan dalam tindakan kebajikan
seseorang yang bangkit kembali sebagai orang Kristen dan sering mempunyai
motof injili dalam keprihatinan yang menyangkut soal ethis. Gereja-gereja
pantekosta yang aktif dalam pekerjaan pekabaran injil.
Dari kelompok inilah timbul pandangan dan ajaran yang khas yang
dikenal sebagai “Social Gospel” pemimpin sosial Gospel adalah pengabar-
pengabar injil yang liberal orang-orang dengan sadar membiarkan diri terbuka
terhadap ilmu pengetahuan dunia sebagai sumber bimbingan yang penting
untuk kehidupan Kristen dalam generasinya.24
Munculnya aliran Pentakosta merupakan “rahim” di mana gerakan
Kharismatik lahir. Ada keserupaan pemahaman dengan kelompok sel,
mengenai baptisan roh. Istilah ini pertama di gunakan oleh Yohanes pembaptis,
ketika bernubuat tentang Yesus. Dijelaskan dalam Kitab Markus 1:8 “Aku
membaptis kamu dengan air, tetapi ia akan membaptis kamu dengan Roh
Kudus”. Nubuat ini diulangi kembali oleh Yesus pada saat sebelum penyaliban.
Dijelaskan dalam Kitab Kis 1:5 Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak
lama lagi kamu akan dibaptis oleh Roh Kudus”. Nubuat mengenai Baptisan
Roh, terjadi pada saat hari Pentakosta.Hidup kaya tidak ditekankan oleh
gerakan Kharismatik.
24
Thomson, Gereja Kristen di Amerika Utara (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1973),
h.111-113.
59
Gerakan Kharismatik atau yang biasa disebut “Gerakan Pantekosta
Baru” (Neo-pentacostal) merupakan kelanjutan dari pendahuluannya yaitu
aliran pentakosta. Baik gerakan Kharismatik maupun aliran Pentakosta,
mempunyai penekanan yang sama yaitu pengalaman pemenuhan oleh Roh
Kudus. Anggapan gejala kharismatik pujian dan penyembahan yang timbul
sesudah tahun 1960 merupakan pencurahan Roh Kudus yang sama dengan
pencurahan Roh Kudus pada hari pentakosta di Yarussalem. Itulah sebabnya
gejala Kharismatik di sebut Juga dengan Neo-pantekostal (Pantekosta Baru).25
Ikatan keluarga merupakan jaringan sosial yang sangat kuat di Korea,
dan jaringan tersebut dipakai sebagai jalan penyebaran Injil. Orang Korea yang
menjadi Kristen menyampaikan Injil secara pribadi kepada sanak-saudaranya
dan kepada teman-teman sekampung. Jemaat-jemaat baru muncul di desa
sebagai hasil dari penginjilan keluarga melalui pertemuan ramah-tamah yang
dilaksanakan orang Korea. Pembaruan rohani menimbulkan semangat
penginjilan yang kuat. Kebaktian penginjilan atau pembangunan rohani mulai
diadakan setiap tahun sekali oleh gereja-gereja Korea. Dan semua gereja
Protestan dan misi Protestan bergabung melaksanakan kampanye penginjilan
nasional, dengan tujuan menenangkan “Sejuta Jiwa untuk Kristus”.26
Dunia mengenal Gerakan Zaman Baru (New Age Movement) yang
berlandaskan panteisme Timur dan bernapaskan perdukunan/kebatinan (mistik)
yang mempunyai kesamaan menarik antara Gerakan Pentakosta Yerusalem
25
Herlianto, Teologi Sukses,h.13. 26
Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, h.184.
60
dengan dengan gerakan masa kini yang menekankan kharismata, sukses pujian
dan penyembahan. Perbedaan yang jelas terlihat mengenai praktik berbahasa
lidah yang dalam peristiwa di Yerusalem merupakan terobosan dinding-
dinding bahasa yang semula memisah-misahkan manusia sehingga umat dari
berbagai bahasa dapat mendengar dan mengerti dengan jelas, tetapi dalam
praktik karunia lidah dan penyembahan yang disertai nyanyian dalam roh tidak
ada bahasa yang mengasingkan.27
Dengan beriman kepada Yesus Kristus maka situasi yang serba miskin
baik jasmani, mental maupun rohani teratasi.Dengan adanya kelompok sel
yang menghadapi puluhan ribu orang yang mereka hadapi kegagalan dalam
hidup, suatu hidup tanpa arah adalah hidup yang sia-sia, dan suatu hidup yang
sia-sia adalah pintu keputusasaan. Para ilmuan menyatakan bahwa seseorang
hanya memakai 10% dari kemampuan sepanjang hidupnya. Sehingga
sepanjang hidup memerlukan suatu tujuan yang pasti dan kekal.tujuan kekal
yang dimaksud ialah hidup yang kekal di surga melalui iman di dalam yesus
Kristus dan hidup di dunia demi kemuliaan Tuhan.28
Masalah hidup kaya dan miskin merupakan masalah yang selalu timbul
dalam sejarah kehidupan manusia, tetapi sejak zaman dahulu sering orang
beranggapan bahwa kekayaan itu merupakan hak atau status istimewa yang
diberikan kepada kaum bangsawan atau orang-orang yang dekat dengan
penguasa, sebaliknya kaum miskin dianggap orang yang jauh dari kehidupan
27
Herlianto, Teologi Sukses,h.15. 28
Yonggi Cho, Pemecahan Problema Hidup (Malang Jatim: Gandum Mas, 2000),
h. 25.
61
kaum bangsawan. dan di kalangan kepercayaan-kepercayaan tertentu, termasuk
kepercayaan perdukunan atau kebatinan, ada anggapan bahwa kekayaan itu
merupakan status ilahi. akibatnya, ada kesan seakan akan orang kaya adalah
orang yang diberkati dewa-dewa,sedangkan orang yang miskin adalah orang
yang tidak disukai atau dikutuk oleh para dewa.dalam kalangan Kristen juga
sering timbul kesan seakan-akan hidup kaya adalah hidup yang diberkati Tuhan
sedang hidup miskin tidak diberkati Tuhan.dalam Alkitab juga ada sebab-sebab
baik yang menghasilkan kekayaan maupun kemiskinan, akan tetapi ada faktor
campur tangan Allah yang ikut bekerja dalam proses tersebut, sejrah kerajaan
Allah yang diliputi dalam Alkitab banyak menyajikan hal-hal yang mengenai
kaya dan miskin29
Melihat perkembangan selama satu dekade tersebut, Pendeta Paul
Yonggi Cho membuat tujuan untuk meningkatkan jumlah pelayanan adalah
tujuan utama dari pertumbuhan gereja. Hal tersebut merupakan strategi
pertumbuhan gerejanya. dalam rangka menyebarkan strategi pertumbuhan
gerejanya itu, Paul Yonggi Cho mendirikan Church Growth International. Paul
Yonggi Cho melakukan perjalanan secara ekstensif untuk mengadakan seminar
di berbagai negara, mendorong para pendeta untuk menerapkan prinsip-prinsip
kelompok selnya di gereja masing-masing.
29
Herlianto, Teologi Sukses, h. 159.
62
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Paparan diatas dapat di simpulkan bahwa Peran Kelompok Selsangat
penting dalam pertumbuhan gereja, untuk melihat bahwa gereja sel tidak
hanya sebuah struktur biasa dalam menerap kan nilai-nilai dan prinsip
alkitabiah. Peranan itu ditunjukan pada gereja yang merupakan sarana untuk
melengkapi jemaat dalam melaksanakan pelayanan penginjilan dengan cara
mengadakan kelompok sel. Gereja Yonggi Cho telah menjadi organisme yang
hidup dan kelompok sel merupakan sel-sel yang hidup.
Argumentasi kelompok sel lebih mudah untuk dipahami sama seperti
sel dalam tubuh manusia, di dalam organisme yang hidup, sel-sel itu akan
tumbuh dan berbiak, jika semula hanya ada satu sel, maka akan berbiak
menjadi dua, jika ada empat akan menjadi delapan dan seterusnya, Sel bukan
hanya tambahan di dalam tubuh akan tetapi sel-sel itu akan menjadi
berkembang dan berlipat ganda, maka dari itu perkembangan kelompok sel
sangat membantu bagi pertumbuhan gereja.
Seseorang menjadi anggota suatu kelompok sel, maka setiap orang itu
telah mengasihi dan memberikan perhatian satu sama lain, dan ini merupakan
jaminan kesejahteraan, gereja berkembang dengan cepat yang telah di
kembangkan dalam gereja Yonggi Cho menghasilkan pertumbuhan yang luar
biasa. Dalam kegiatan kelompok sel, setiap orang percaya memperhatikan,
63
menghormati, melayani, menanggungbeban, menopang satu dengan yang
lainnya,saling melengkapi antar kelompok sel, dan menekankan pengalaman
agar dapat membawa tetangga dan teman-teman kepada Kristus, Yonggi Cho
telah mempengaruhi banyak orang, tidak saja di Korea Selatan, namun juga di
berbagai penjuru dunia. Dan keakraban dengan Roh Kudus adalah
pengalaman terbesar dalam hidupnya. Dan gereja menjadi organisme yang
hidup dan sel-sel itu akan tumbuh dan berkembang.
B. Kritik dan Saran
Kritik dalam penelitian Paul Yonggi Cho dan kelompok sel secara
umum masih menyasar pada wilayah luar Indonesia. Dengan kata lain
kelompok sel yang berkembang pesat di Korea Selatan tidak memberi
dampak kepada lainnya. Seharusnya kelompo ksel yang bergerak masih
berpengaruh kenegara lain seperti Korea Utara, Jepang bahkan Asia. Namun
Kelompok sel masih terkesan berkembang pesat di Korea, khususnya Korea
Selatan.
Saran untuk peneliti selanjutnya adalah perlu digali seberapa jauh
pengaruh Paul Yonggi Cho selain di Korea Selatan. Sebab beberapa bukunya
yang diterjemahkan (salah satunya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia)
menunjukkan penyebaran Kelompok Sel ada dimana-mana. Oleh karena itu,
penting sekiranya untuk peneliti selanjutnya untuk mencaritahu dan menggali
sejauh mana serta dimana saja pengaruh Paul Yonggi Cho atau
perkembangan kelompok sel.
64
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang. Berbagai Aliran di dalam dan sekitar Gereja. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2008.
Berkhof, H. & Enklar. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999.
Cho, Paul Yonggi. Dimensi Keempat. Bandung: Visi Anugerah Indonesia, 2014.
______________.Kehidupan yang Berhasil, 11 th ed. Malang: Gandum Mas,
2001.
______________. Kelompok Sel yang Berhasil. Malang: Gandum Mas, 1981.
______________. Kelompok Sel yang Berhasil. Malang: Gandum Mas, 1981.
______________. Pemecahan Problema Hidup. Malang: Gandum Mas, 2000.
______________. Selamat Sehat dan Berkelimpahan (Malang Jatim:
GunungMulia, 2001.
______________.Selamat Sehat dan Berkelimpahan. 4th ed. Malang: Gandum
Mas, 2001.
Daulay, Richard Maruli. Mengenal Gereja Methodist Indonesia (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2003.
End, Th.Van Den. Harta dalam Bejana Sejarah Gereja Ringkas. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1997.
Herlianto.Teologi Sukses Antara Allah dan Mamon. Jakarta: GunungMulia, 2012.
https:// a Lovely Fantasy PAUL YONGGI CHO, diakses pada 25 mei 2017.
https://id.wikipedia.org/wiki/David Yonggi_Cho, di akses pada 30 Maret 2017.
Johnstone, Patrick. Berdoa Bagi Dunia. Jakarta: Yayasan Glosaria, 2014.
M,Daulay Richard. Firman Hidup. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
M. Pranoto,Minggus.Pentakostalisme dan Dialog Atar Agama. Semarang: Komisi
Dialog Antar Agama Sinode Gereja Isa Almasih, 2012.
Mandryk, Jason.Operation World, ed. 7th
. Inggris: Bulsrode, 2010.
65
Mitimoe. Pembangunan Jemaat Misioner. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1978.
Moleong,Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
karya, 2002.
Norman E. Thomas.Teks-Teks Klasik Tentang Misi dan Kekeristenan Sedunia.
Jakarta: BPK GunungMulia, 2000.
OentoroD.Th, Jimmy. Gereja Impian. Jakarta: Gramedia, 2013.
Ruck, Anne. Sejarah Gereja Asia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013.
Samuel,Wilfred J. Kristen Kharismatik. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.
Situmorang, Jonar.Sejarah Gereja Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2004.
Sugiri,L. Gerakan Kharismatik; Apakah Itu? Ed. JJ. Matulesy. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1982.
Thomson.Gereja Kristen di Amerika Utara. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1973.
Yazid,Rizky. “Teologi Sukses di Asia Analisis Ajran Sukses di Korea dan
Indonesia” Skripsi Fakultas Ushulddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2015.
Yewangoe. Theologia Curis di Asia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989.
Yonggi Cho, Paul.Kehidupan yang Berhasil. Malang: Gandum Mas, 2001.