peran kader juru pemantau jentik

Upload: nurul-kholifah

Post on 17-Feb-2018

254 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Peran Kader Juru Pemantau Jentik

    1/12

    Lintas Minat eterminan Sosial Kesehatan

    Artikel Ilmiah

    1 Fakultas Kesehatan Masyarakat | Universitas Airlangga

    GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PERAN KADER JURU

    PEMANTAU JENTIK (JUMANTIK) PADA KESUKSESAN PROGRAM

    PEMBERANTASAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI

    INDONESIA

    Nurul Kholifah101211133013

    Abstrak

    Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi beban kesehatan

    masyarakat di Indonesia. Jumlah kasus DBD mengalami kenaikan tiap tahunnya.

    Sebagai contoh, di Surabaya DBD meningkat dari tahun 2012 dan 2013 tercatat

    sejumlah 1.091 kasus dan 2.207 kasus. Tindakan penanggulangan DBD yang

    paling efektif adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Program jumantik

    diselenggarakan untuk mendukung kesuksesan program PSN di masyarakat.

    Kesuksesan kinerja seorang jumantik tidak terlepas dari dukungan sosial yang

    didapatkan dari lingkungannya. Artikel ini mengkaji gambaran dukungan sosial

    terhadap peran jumantik pada kesuksesan pemberantasan DBD di Indonesia

    berdasarkan studi literatur. Di Indonesia, telah terdapat dukungan sosial yang

    diberikan pada seorang jumantik dari berbagai pihak seperti puskesmas atau

    pemerintah, sesama kader jumantik, keluarga maupun masyarakat sekitar yang

    perlu dikembangkan lagi.

    Kata Kunci: DBD, Jumantik, Dukungan Sosial

    Pendahuluan

    Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit akibat virus

    dengue yang ditularkan melalui beberapa spesies nyamuk Aedes. Penyakit ini

    ditemukan pertama kali di Indonesia pada tahun 1968 di Surabaya dengan jumlah

    58 kasus dan menjadi 158.912 kasus di tahun 2009. Dari awal ditemukannya,

    DBD mengalami perluasan persebaran di berbagai provinsi di Indonesia. Saat ini,

    seluruh provinsi di Indonesia telah ditemukan kasus DBD tiap tahunnya.

    Pada tahun 2014 Jawa Timur menjadi tiga besar provinsi dengan jumlah

    kasus DBD terbanyak di Indonesia setelah Jawa Barat dan Jawa Tengah

    (Kemenkes RI, 2015). Meskipun angka CFR (Case Fatality Rate)hanya sebesar

    1,15, DBD masih menjadi beban masyarakat tiap tahunnya karena angka

  • 7/23/2019 Peran Kader Juru Pemantau Jentik

    2/12

    Lintas Minat eterminan Sosial Kesehatan

    Artikel Ilmiah

    2 Fakultas Kesehatan Masyarakat | Universitas Airlangga

    kesakitan terus meningkat. Kota Surabaya merupakan kota dengan angka kasus

    DBD terbanyak yakni sejumlah 1.091 kasus dengan CFR tertinggi yakni 0,55% di

    tahun 2012 (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2013). Pada tahun 2013, angka

    DBD di Surabaya sejumlah 2.207 orang dengan angka CFR 0,86% (Dinas

    Kesehatan Kota Surabaya, 2014). Dari kedua data tersebut, menunjukkan

    terjadinya peningkatan jumlah kasus DBD di Surabaya dari tahun 2012 ke 2013

    sebanyak lebih dari dua kali lipat.

    Hingga saat ini, belum terdapat vaksin dalam upaya mencegah penyakit

    DBD. Pengobatan DBD hanya bersifat simtomatik atau mengobati sesuai gejala

    yang muncul. Oleh karena itu, upaya pencegahan yang tepat adalah dengan

    mengendalikan nyamuk yang berperan penting terhadap penularan penyakit DBD

    (Gubler et al., 2014). Upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) adalah langkah

    yang tepat dalam pencegahan dan pengendalian DBD karena penyakit ini

    ditularkan melalui vektor berupa nyamuk Ae. aegypti dan beberapa spesies lain

    sepertiAe.albopictus.

    Keberhasilan upaya PSN juga tidak terlepas dari besar partisipasi

    masyarakat dalam melakukan upaya mengurangi populasi nyamuk seperti

    menjaga kebersihan rumah, melakukan upaya 3M dan menjalankan PHBS. Suatu

    rumah dengan kontainer yang digenangi air akan dijadikan tempat

    perkembangbiakan nyamuk. Selain itu, perilaku penghuni rumah yang tidak

    menjaga kesehatan dan kebersihan dapat menjadikan nyamuk betah untuk tinggal

    di rumah yang berpotensi menimbulkan penyakit bagi penghuni rumah tersebut.

    Rumah yang sehat sangat berperan terhadap status kepadatan jentik suatu rumah

    yang dapat mendukung capaian status ABJ (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

    Timur, 2013).Program pemberantasan sarang nyamuk pada masyarakat seringkali tidak

    efektif berjalan karena kurangnya partisipasi masyarakat dalam mencegah

    perkembangbiakan nyamuk. Dalam rangka mendukung kesuksesan program PSN

    dibentuk program Jumantik (Juru Pemantau Jentik) yang bertugas melakukan

    observasi kepadatan jentik pada tiap rumah warga, menghitung ABJ dan CI, serta

    sebagai inisiator 3M Plus pada masyarakat (Rini et al., n.d.). Jumantik seringkali

    berasal dari ibu-ibu PKK dibawah arahan puskesmas setempat. Jika terjadi kasus

  • 7/23/2019 Peran Kader Juru Pemantau Jentik

    3/12

    Lintas Minat eterminan Sosial Kesehatan

    Artikel Ilmiah

    3 Fakultas Kesehatan Masyarakat | Universitas Airlangga

    DBD, Jumantik bertugas untuk melaporkan kasus tersebut pada puskesmas

    setempat. Indikator kesuksesan PSN ditentukan dengan angka bebas jentik (ABJ)

    yang tercacat dari hasil observasi jumantik di lapangan (Pratamawati, 2012).

    Angka bebas jentik dapat digunakan sebagai cerminan prediksi besar kasus

    DBD yang akan terjadi di suatu tempat. Jika ABJ sama dengan atau lebih dari

    95%, angka DBD dapat dicegah atau dikurangi Dinkes RI (2010) dalam

    (Mubarokah, 2013). Pada tahun 2013, jumlah rumah yang diperiksa keberadaan

    jentik sebesar 90,27% dengan angka bebas jentik sebesar 89,77%. Apabila

    dibandingkan dengan tahun sebelumnya, ABJ menunjukkan peningkatan sebesar

    4% (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2014).

    Dari paparan diatas, diketahui bahwa pada tahun 2012 hingga tahun 2013,

    Surabaya mengalami peningkatan kasus DBD tetapi juga mengalami peningkatan

    capaian status ABJ. Idealnya, peningkatan status ABJ dibarengi dengan

    menurunnya besar kasus DBD karena ABJ merupakan suatu indikator

    keberhasilan upaya pencegahan DBD melalui PSN.

    Jumantik dalam menjalankan perannya tidak terlepas dari aspek dukungan

    sosial. Secara teori, dukungan sosial dalam berbagai bentuk baik verbal maupun

    non verbal dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang dalam menjalankan

    suatu hidup sehat (Mattson & Hall, 2011). Dukungan sosial pada jumantik perlu

    ditinjau lebih dalam untuk menentukan nilai kinerja di lapangan. Dukungan sosial

    dibentuk dengan dasar komunikasi suportif yang diberikan dari orang lain

    (Mattson & Hall, 2011). Jika dukungan sosial tidak berjalan baik, maka

    dikhawatirkan dapat mempengaruhi capaian kinerjanya.

    Berdasarkan latar belakang diatas, muncul pertanyaan bagaimana aspek

    dukungan sosial pada peran jumantik dalam kesuksesan program pemberantasanDBD di Indonesia selama ini? Artikel ini berusaha mengkaji permasalahan

    tersebut berdasarkan studi literatur dengan tujuan mengidentifikasi dukungan

    sosial pada kader jumantik terhadap kesuksesan program pemberantasan DBD di

    Indonesia.

    Dukungan Sosial

    Berbagai pengertian atau definisi dukungan sosial telah dipaparkan oleh

    banyak ilmuwan dunia. Dukungan sosial merupakan proses komunikasi baik

  • 7/23/2019 Peran Kader Juru Pemantau Jentik

    4/12

    Lintas Minat eterminan Sosial Kesehatan

    Artikel Ilmiah

    4 Fakultas Kesehatan Masyarakat | Universitas Airlangga

    verbal maupun nonverbal dengan tujuan meningkatkan rasa dicintai, diperhatikan,

    percaya diri, dan mampu menjalankan suatu tugas pada seseorang. Terdapat dua

    aspek yang harus dipelajari dalam dukungan sosial yakni actual social support

    dan perceived social support. Actual social support adalah dukungan yang

    diterima oleh seseorang berupa apa yang dikatakan, apa yang diberikan dan apa

    yang telah dilakukan untuk dirinya. Perceived social support merupakan

    keyakinan seseorang akan tersedianya dukungan bagi dirinya (Mattson & Hall,

    2011).

    Jenis Dukungan Sosial

    Dukungan sosial dapat berupa verbal maupun non verbal. Schaefer, Coyne,

    dan Lazarus (1981) dalam Mattson & Hall (2011) mengatakan bahwa dukungan

    sosial dibagi menjadi beberapa macam yakni: emotional support, esteem support,

    network support, information support, dan tangible support.

    Jenis dukungan sosial yang pertama adalah emotional support. Emotional

    support merupakan dukungan yang berhubungan dengan kebutuhan perasaan atau

    afeksi seseorang. Emotional support tidak dapat menyelesaikan suatu

    permasalahan seseorang secara langsung, tetapi memberikan perbaikan persepsi

    seseorang terhadap masalah yang dialami.

    Jenis dukungan sosial yang kedua adalah esteem support. Esteem support

    merupakan dukungan kepada seseorang yang dapat meningkatkan kepercayaan

    dirinya bahwa dia mampu dalam mengatasi permasalahan atau mengerjakan tugas

    tertentu. Jenis dukungan ini adalah meyakinkan pada seseorang bahwa dia

    memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi atau

    menjalankan suatu keputusan dengan baik.

    Jenis dukungan sosial yang ketiga adalah network support. Jenis ini sedikit

    berbeda dengan jenis pertama dan kedua karena tidak fokus pada aspek emosional

    seseorang, tetapi pada komunikasi yang mengindikasikan bahwa seseorang

    merupakan bagian dari suatu jaringan, perkumpulan atau persahabatan. Network

    supportmerupakan dukungan sosial yang menunjukkan bahwa seseorang tersebut

    tidak sendirian dalam menanggung sebuah permasalahan melainkan terdapat

    sebuah jaringan yang siap memberi dukungan dan turut merasakan, memikul

    beban masalah yang sedang dialami.

  • 7/23/2019 Peran Kader Juru Pemantau Jentik

    5/12

    Lintas Minat eterminan Sosial Kesehatan

    Artikel Ilmiah

    5 Fakultas Kesehatan Masyarakat | Universitas Airlangga

    Jenis dukungan sosial yang lain adalah information support. Information

    support merupakan dukungan yang menyediakan informasi yang dibutuhkan dan

    berguna dalam suatu permasalahan. Terkadang dalam menghadapi suatu

    permasalahan, dibutuhkan ketersediaan informasi yang mendukung untuk

    menentukan sebuah keputusan. Ketidaktersediaan informasi dapat mengurangi

    pilihan alternatif yang ada dan dapat meningkatkan stress seseorang.

    Jenis dukungan sosial yang kelima adalah tangible support. Jenis dukungan

    ini adalah memberikan tindakan secara nyata pada seseorang. Dukungan ini

    diberikan pada seseorang yang berharap bantuan langsung baik berupa materi

    maupun tindakan pada situasi yang sedang dihadapi.

    Manfaat Dukungan Sosial

    Manfaat dukungan sosial terhadap kesehatan secara lebih spesifik terbukti

    dengan dukungan sosial yang kuat dapat menurunkan angka mortalitas, lebih

    cepat sembuh dari fungsi kognitif, fisik serta kesehatan emosi (Khoirunnisa,

    2013). Dukungan sosial tidak hanya membuat kita merasa lebih baik tetapi juga

    membantu kita dalam menghadapi sebuah tantangan. Dukungan sosial mendorong

    peningkatan derajat kesehatan termasuk fisik, psikologis dan hidup sehat secara

    keseluruhan (Mattson & Hall, 2011).

    Selain manfaat diatas, terdapat beberapa penjabaran manfaat lain dukungan

    sosial yakni dapat mengembangkan (Wahono, 2010):

    a. Produktivitas. Dukungan sosial dapat meningkatkan prestasi dan kerberhasilan

    dalam pemecahan masalah dan kegigihan dalam menghadapi masalah meski

    dalam kondisi stress.

    b. Penyesuaian yang sehat. Dukungan sosial dapat meningkatkan kepercayaan

    diri dan menghindari psikopatologi dan neurotisme.

    c. Kesehatan fisik. Dukungan sosial dapat mempercepat proses penyembuhan

    penyakit.

    d.

    Membangun manajemen stress. Memberikan rasa peduli, informasi akurat dan

    umpan balik membantu menahan laju stress pada seseorang.

  • 7/23/2019 Peran Kader Juru Pemantau Jentik

    6/12

    Lintas Minat eterminan Sosial Kesehatan

    Artikel Ilmiah

    6 Fakultas Kesehatan Masyarakat | Universitas Airlangga

    Kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik)

    Kader jumantik adalah kelompok kerja pemberantasan DBD di tingkat desa

    dibawah payung Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Pengadaan

    kader jumantik bertujuan untuk menggerakkan partisipasi masyarakat dalam

    usaha pemberantasan DBD terutama dalam upaya pemberantasan jentik nyamuk

    sehingga DBD di tingkat desa dapat dicegah atau dibatasi.

    Menurut Depkes RI (2005) dalam (Pambudi, 2009) peran kader kesehatan

    dalam menanggulangi DBD adalah:

    a.

    Sebagai anggota Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di rumah-rumah dan tempat

    umum.

    b.

    Memberikan penyuluhan kepada keluarga dan masyarakat.

    c. Mencatat dan melaporkan hasil PJB kepada Kepala Dusun atau puskesmas

    secara rutin minimal setiap minggu dan bulanan.

    d. Mencatat dan melaporkan kasus kejadian DBD kepada RW/Kepala Dusun atau

    puskesmas.

    e. Melakukan PSN dan pemberantasan DBD secara sederhana seperti pemberian

    bubuk larvasida dan ikan pemakan jentik.

    Pola Kinerja Jumantik di Indonesia

    Kader jumantik adalah kelompok kerja tingkat desa dibawah naungan

    Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) dalam upaya pemberantasan

    DBD. Jumantik adalah masyarakat sekitar yang secara sukarela bertanggungjawab

    memantau jentik nyamuk secara rutin di lingkungannya dan melakukan pelaporan

    pada kelurahan secara rutin dan berkesinambungan (Pratamawati, 2012).

    Susunan organisasi jumantik terdiri dari kelompok kerja kegiatan

    pemberantasan DBD dan kepala desa sebagai ketua umum. Susunan organisasi

    jumantik tergantung situasi dan kebutuhan setempat berdasarkan ketentuan yang

    ada. Tugas dan fungsi kader jumantik adalah melakukan koordinasi kegiatan-

    kegiatan jumantik; memimpin dan menyelenggarakan pertemuan; menetapkan

    jadwal waktu pertemuan berkala; menetapkan langkah-langkah pemecahan

    masalah; melaporkan hasil kegiatan; menyiapkan penyelenggaraan pertemuan;

    menyiapkan laporan berkala kegiatan pokja kepada ketua LKMD; menyiapkan

    bahan pertemuan; memberikan bimbingan teknis pelaksanaan pemeriksaan jentik;

  • 7/23/2019 Peran Kader Juru Pemantau Jentik

    7/12

    Lintas Minat eterminan Sosial Kesehatan

    Artikel Ilmiah

    7 Fakultas Kesehatan Masyarakat | Universitas Airlangga

    memberikan penyuluhan dan bimbingan teknis penyuluhan kepada para

    penyeluruh; mencatat kegiatan-kegiatan penyuluhan dan lain-lain; melaksanakan

    pemeriksaan jentik di 30 rumah secara acak di tiap RW; sekurang-kurangnya tiap

    3 bulan menyampaikan hasilnya kepada ketua LKMD; membantu pelatihan kader

    jumantik; merencanakan kegiatan masyarakat secara bersama-sama untuk

    melaksanakan PSN; serta menyiapkan masyarakat dalam pelaksanaan

    penanggulangan penyakit DBD (Pratamawati, 2012).

    Pada praktiknya, jumantik mendapatkan pelatihan khusus jumantik dan

    tinggal di daerah pantau jentik nyamuk. Pemantauan dilakukan setiap satu minggu

    sekali. Jika ditemukan jentik, jumantik berhak memberikan peringatan kepada

    pemilik rumah untuk membersihkan atau menguras tempat penampungan air.

    Selanjutnya, jumantik menulis catatan dan apa saja yang perlu dilaporkan kepada

    kelurahan. Kemudian kelurahan melaporkan tersebut pada instansi terkait

    (Pratamawati, 2012).

    Selain kader jumantik, masyarakat setempat juga turut bertanggungjawab

    terhadap kesuksesan program pemberantasan penyakit DBD dengan cara

    berpartisipasi dalam pemberantasan sarang nyamuk. Upaya pemberantasan sarang

    nyamuk yang diperkenalkan pada masyarakat adalah budaya 3M (Menguras,

    Menutup dan Mengubur). Seiring berkembangnya waktu, program 3M

    dikembangkan menjadi program 3M Plus. Plus dalam program 3M dimaknai

    mengembangkan upaya menguras, menutup dan mengubur dengan perilaku lain

    ynag mendukung pengurangan tempat perkembangbiakan nyamuk (Pratamawati,

    2012).

    Selain itu, ditambahkan kegiatan pencegahan seperti penggunaan obat

    nyamuk atau antinyamuk sesuai dosis dan petunjuk; menggunakan kelambu saattidur; menanam tanaman pengusir nyamuk; memelihara ikan pemakan jentik;

    tidak menggantung pakaian di rumah dan lainnya (Pratamawati, 2012).

  • 7/23/2019 Peran Kader Juru Pemantau Jentik

    8/12

    Lintas Minat eterminan Sosial Kesehatan

    Artikel Ilmiah

    8 Fakultas Kesehatan Masyarakat | Universitas Airlangga

    Dukungan Sosial Kader Jumantik

    Diagram 1. Ilustrasi Dukungan Sosial Terhadap Kader Jumantik

    Berdasarkan diagram 1 diatas, kita dapat mengetahui bahwa seorang kader

    jumantik dapat mendapatkan dukungan sosial dari berbagai pihak yakni keluarga,

    puskesmas, masyarakat setempat maupun rekan sesama kader jumantik. Seperti

    yang disajikan sebelumnya, bahwa dukungan sosial dapat berupa verbal maupun

    non verbal yang mampu meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan

    seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Kader jumantik dalam menjalankan

    perannya tidak dapat terlepas dari dukungan sosial agar kegiatan pemberantasan

    DBD tetap konsisten dilakukan dan mencapai tujuan capaian angka DBD.

    Keluarga merupakan salah satu pihak yang dapat memberikan dukungan

    sosial pada kader jumantik. Individu dalam keluarga seperti suami dan anak

    mampu memberikan dukungan terhadap kelancaran peran seorang jumantik.

    Misalnya, seorang kader jumantik akan senantiasa menjalankan tugasnya dengan

    baik jika suaminya mengijinkan untuk melakukan pekerjaan tersebut dan anak-

    anaknya tidak rewel ditinggal selama menjalankan tugas. Keluarga dapat

    memberikan emotional supportkepada kader jumantik yang dapat meningkatkan

    motivasi dan kepercayaan diri dalam bertugas. Misalnya, suami memberikan

    motivasi berupa nasehat kata-kata pekerjaan sebagai jumantik adalah sebuah

    peran mulia untuk masyarakat maka istri selaku kader jumantik tersebut akan

    Keluarga

    Puskesmas

    Rekan sesama

    Kader

    Masyarakat

    setempat

    Kader

    Jumantik

    Penurunan

    Kejadian DBD

  • 7/23/2019 Peran Kader Juru Pemantau Jentik

    9/12

    Lintas Minat eterminan Sosial Kesehatan

    Artikel Ilmiah

    9 Fakultas Kesehatan Masyarakat | Universitas Airlangga

    merasa lebih ringan beban kerjanya dan mendapat tanggapan yang baik dari

    suami.

    Puskesmas atau Pemerintah setempat selaku pembina dari kader-kader

    jumantik dapat memberikan dukungan sosial dalam berbagai bentuk. Sebagai

    contoh, puskesmas memberikan pelatihan pada kader untuk meningkatkan

    kualitas kinerja jumantik. Selain itu, puskesmas juga dapat memberikan dukungan

    network support yakni berupa pertemuan berkala dengan pemberian rewardpada

    kader jumantik terbaik. Sebagai contoh, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

    memberikan penghargaan pada 1.200 kader jumantik yang telah mengabdikan diri

    selama 5 tahun untuk mendapat kartu sehat guna berobat gratis di puskesmas

    maupun rumah sakit (Pemprov DKI Jakarta, 2012).

    Peran seorang jumantik juga tidak luput dari dukungan masyarakat setempat

    dalam pelaksanaan program pemberantasan DBD. Pada dasarnya, program

    pemberantasan DBD akan berhasil jika partisipasi masyarakat tinggi dalam

    menjalankan PSN. Peningkatan partisipasi masyarakat ini dapat diperoleh dengan

    dorongan seorang jumantik. Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Salawati

    dan Wardani di tahun 2008, Program PSN di masyarakat tidak berjalan

    berkelanjutan jika tidak dioyak-oyak seorang jumanttik. Masyarakat

    menganggap adanya kader jumantik sangat diperlukan sebagai faktor reinforcing

    perilaku PSN pada mereka (Salawati & Wardani, 2008).

    Rekan sesama kader jumantik juga dapat memberikan dukungan dalam

    rangka meningkatkan kinerja seorang jumantik. Rasa kebersamaan dapat terjalin

    diantara kader jumantik yang menjadi motivasi tambahan dalam menjalankan

    tugas. Sebagai contoh, 55 kader jumantik di Pademangan Timur mengadakan

    road show untuk mengadakan pemeriksaan jentik secara door to door padamasyarakat. Kegiatan ini dapat menimbulkan semangat kebersamaan dan

    dorongan pada kader jumantik dalam mendorong upaya PSN di masyarakat

    (Anon., 2012).

    Berbagai ilustrasi dukungan sosial di atas dapat mempengaruhi kinerja

    seorang jumantik dalam mendukung upaya pemberantasan DBD di suatu daerah.

    Kinerja seorang jumantik akan mempengaruhi capaian ABJ suatu wilayah dimana

    ABJ tersebut merupakan indikator PSN. Sudah saatnya seorang kader jumantik

  • 7/23/2019 Peran Kader Juru Pemantau Jentik

    10/12

    Lintas Minat eterminan Sosial Kesehatan

    Artikel Ilmiah

    10 Fakultas Kesehatan Masyarakat | Universitas Airlangga

    mendapat perhatian yang istimewa mengingat langkah tersebut amat mendukung

    kesuksesan pemberantasan DBD.

    KesimpulanDukungan sosial merupakan proses komunikasi baik verbal maupun

    nonverbal dengan tujuan meningkatkan rasa dicintai, diperhatikan, percaya diri,

    dan mampu menjalankan suatu tugas pada seseorang. Dukungan sosial dibagi

    menjadi beberapa macam yakni: emotional support, esteem support, network

    support, information support, dan tangible support.Dukungan sosial mendorong

    peningkatan derajat kesehatan termasuk fisik, psikologis dan hidup sehat secara

    keseluruhan.

    Jumantik adalah masyarakat sekitar yang secara sukarela bertanggungjawab

    memantau jentik nyamuk secara rutin di lingkungannya dan melakukan pelaporan

    pada kelurahan secara rutin dan berkesinambungan. Seorang kader jumantik dapat

    mendapatkan dukungan sosial dari berbagai pihak yakni keluarga, puskesmas,

    masyarakat setempat maupun rekan sesama kader jumantik. Kader jumantik

    dalam menjalankan perannya tidak dapat terlepas dari dukungan sosial agar

    kegiatan pemberantasan DBD tetap konsisten dilakukan dan mencapai tujuan

    capaian angka DBD.

    Saran

    1. Puskesmas bekerjasama dengan Kelurahan atau RT-RW dalam

    melaksanakan pembinaan terhadap jumantik.

    2. Puskesmas melakukan pertemuan rutin dengan jumantik untuk menjalin

    keakraban kerjasama dan melakukan evaluasi kinerja jumantik.

    3.

    Koordinator jumantik yang telah dipilih melakukan inisiasi pertemuanrutin kader jumantik untuk bertukar pengalaman sesama kader.

    4. Peran jumantik dapat dikembangkan sebagai garda awal kewaspadaan dini

    DBD dengan peningkatan dan pembaruan kinerja.

  • 7/23/2019 Peran Kader Juru Pemantau Jentik

    11/12

    Lintas Minat eterminan Sosial Kesehatan

    Artikel Ilmiah

    11 Fakultas Kesehatan Masyarakat | Universitas Airlangga

    Referensi

    Anon., 2012. 55 Anggota Jumantik Pademangan Timur'Road Show'. [Online]

    Available at: http://poskotanews.com/2012/02/03/55-anggota-jumantik-

    pademangan-timur-road-show/ [Accessed 22 Oktober 2015].

    Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2013. Profil Dinas Kesehatan Kota Surabaya

    2012. Surabaya: Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

    Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2014. Profil Dinas Kesehatan Kota Surabaya

    Tahun 2013. Surabaya: Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

    Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa

    Timur Tahun 2012. Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

    Gubler, D.J., Ooi, E.E., Vasudevan, S. & Farrar, J., eds., 2014. Dengue and

    Dengue Hemorrhagic Fever. 2nd ed. London: CABI.

    Kemenkes RI, 2015. Data dan Informasi Tahun 2014 (Profil Kesehatan

    Indonesia). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

    Khoirunnisa, N., 2013. Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Keaktifan

    Lansia dalam Mengikuti Kegiatan Posyandu Lansia Aisiyah di Desa

    Pakisan Cawas Klaten. Naskah Publikasi. Surakarta: Fakultas Ilmu

    Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

    Mattson, M. & Hall, J.G., 2011. Health As Communication Nexus. Kendall Hunt

    Publishing Company.

    Mubarokah, R., 2013. Upaya Peningkatan Angka Bebas Jentik Demam BerdarahDengue (ABJ-DBD) Melalui Penggerakan Juru Pemantau Jentik

    (JUMANTIK) di RW I Kelurahan Danyang Kecamatan Purwodadi

    Kabupaten Grobogan 2012. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu

    Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

    Pambudi, 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Kader Jumantik

    dalam Pemberantasan DBD di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari

    Kabupaten Boyolali Tahun 2009. Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu

    Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

    Pemprov DKI Jakarta, 2012. 1.200 Jumantik Gratis Berobat di Rumah Sakit.[Online] Available at: http://www.jakarta.go.id/v2/news/2012/02/1.200-

    jumantik-gratis-berobat-di-rumah-sakit#.VijgIGPD_1U [Accessed 22

    Oktober 2015].

    Pratamawati, D.A., 2012. Peran Juru Pantau Jentik dalam Sistem Kewaspadaan

    Dini Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jurnal Kesehatan

    Masyarakat Nasional, 6(6), pp.243-48.

    Rini, A.S., Efendi, F. & Has, E.M., n.d. Hubungan Pemberdayaan Ibu Pemantau

    Jentik (BUMANTIK) dengan Indikator Keberhasilan Pemberantasan

    Sarang Nyamuk (PSN) di Kelurahan Wonokromo Surabaya.

  • 7/23/2019 Peran Kader Juru Pemantau Jentik

    12/12

    Lintas Minat eterminan Sosial Kesehatan

    Artikel Ilmiah

    12 Fakultas Kesehatan Masyarakat | Universitas Airlangga

    Salawati, T. & Wardani, R.S., 2008. Identifikasi Peranan Kader dalam

    Pencegahan DBD di Kelurahan Srondol Kulon Kecamatan Banyumanik

    Kota Semarang. InProsiding Seminar Nasional UNIMUS 2008. Surakarta,

    2008.

    Wahono, H., 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan

    Posyandu Lansia di Gantungan Makamhaji. Skripsi. Surakarta: Fakultas

    Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.