peran kader dalam mengaktifkan pemanfaatan …
TRANSCRIPT
PERAN KADER DALAM MENGAKTIFKAN PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU DI DUSUN SRANDU BANJARHARJO KALIBAWANG
KULON PROGO
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan STIKES Achmad Yani Yogyakarta
Disusun oleh: Meilani Nauli NPM 1308075
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
YOGYAKARTA
2011
iii
HALAMAN PERNYATAAN
“Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperolah gelar Ahli Madya di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Apabila kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini benar, maka saya sanggup menerima hukuman atau sangsi apapun sesuai peratutan yang berlaku.
Yogyakarta, 09 Agustus 2011
Mahasiswa
Meilani Nauli
iv
HALAMAN MOTTO
Bergeraklah, maka Allah Rosul dan orang-orang yang beriman akan membantumu
Kemudian jadikanlah masalah sebagai penggugah jiwa yang terlelap
Hentakanlah pikiran yang terbelenggu-Jangan kalah oleh masalah
Yakinlah dibalik 1 kesulitan ada 2 kemudahan
Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk ALLAH
subhanallahu wata’ala
“Be a good midwife”
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala puji bagi Allah Robb semesta alam, tiada daya dan upaya selain karena pertolongan Allah
Kepada kedua orang tua, sanak saudara (nenek, kakek, kakak, adik, abang) kalian adalah semangat tersendiri buat saya
Terima kasih banyak atas bimbingan ibu Ratih, ibu Alexandra dan Ibu Supiyati, semoga Allah membalas kebaikan ibu
Bu mekar sekeluarga dan teman ‘lingkaran’ yang telah menjadi bagian dari perjalanan ini
Teman-teman dipenghujung penyelesaian KTI, senang bisa bertemu dan berbagi dengan kalian. Semoga ilmu ini dapat bermanfaat untuk kita
Teman-teman seperjuangan UKI (Unit Kerohanian Islam) BIROHMAH A.Yani, tetap semangat perjalanan ini tidak mengenal lelah persiapkan fisik dan mental
Teman-teman se Azzahro (mbak-mbak dan adik-adik) banyak belajar dari setiap perbedaan
Kelas Bhe, tiga tahun bersama tidak akan terlupa, dari kelas kita belajar berdiskusi dan berpikir kritis, Bidan menyongsong masa depan
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT. Atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Peran Kader Dalam Mengaktifkan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Di Dusun Srandu Banjarharjo Kalibawang Kulon Progo.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk tugas akhir bagi penulis sebagai mahasiswa Progam Studi Diploma III Kebidanan STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta. Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. dr. Edy Purwoko, Sp. B. selaku Ketua STIKES Jenderal A. yani Yogyakarta.
2. Tri sunarsih, S. ST., M. Kes. selaku Ketua Prodi D III Kebidanan STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta.
3. Ratih Kumoro Jati, S.SiT., M. Kes. selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
4. Alexandra, SH., M.Hum. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
5. Dosen D III Kebidanan STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan materi kepada penulis.
6. dr. Riyanto C. Selaku kepala Puskesmas Kalibawang Kulon Progo. 7. Fifianti, M.Kes. bagian promosi kesehatan Puskesmas Kalibawang yang
telah memberikan penulis kesempatan untuk mengambil data. 8. Ibu Aminah selaku ketua dukuh dan kader di Dusun Srandu Kalibawang
Kulon Progo. 9. Kedua orang tua yang selalu mendoakan.
Penulis menyadari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari sempurna maka penulis mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah.
Yogyakarta, 09 Agustus 2011
penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN SAMPUL DEPAN. .......................................................................... HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iii HALAMAN MOTO .......................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xii ABSTRACT ..................................................................................................... xiii ABSTRAK ....................................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1 B. Fokus Penelitian ............................................................................... 5 C. Identifikasi Masalah ......................................................................... 4 D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4 E. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5 F. Keaslian Penelitian ........................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis .............................................................................. 8 B. Kerangka Teori............................................................................... 17 C. Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ........................................................................... 20 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 20 C. Data dan Sumber Data .................................................................. 20 D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 21 E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ........................................... 23 F. Metode Pengolahan dan Analisis Data ......................................... 24 G. Etika Penelitian ............................................................................. 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ......................................................... 26 A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ............................................. 26 B. Karakteristik Responden ................................................................ 27 C. Hasil Penelitian. ............................................................................. 29
D. Pembahasan Penelitian. .................................................................. 36 E. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ........................................................... 43 A.Kesimpulan .................................................................................... 43
viii
B.Saran ............................................................................................... 44 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 46 LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................................
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian.............................................................................6 Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur...................................25 Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.... .................25 Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan..........................26 Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan.............................26 Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menjadi Kader..........26 Tabel 4.6 Hasil FGD Peran Kader Dalam Mengaktifkan Ibu Bayi Dalam
Memanfaatkan Pelayanan Posyandu................................................27 Tabel 4.7 Hasil Wawancara Mendalam Peran Kader Dalam Mengaktifkan Ibu
Bayi Dalam Memanfaatkan Pelayanan Posyandu............................29 Tabel 4.8 Hasil FGD Peran Kader Dalam Mengaktifkan Ibu Balita Dalam
Memanfaatkan Pelayanan Posyandu................................................30 Tabel 4.9 Hasil Wawancara Mendalam Peran Kader Dalam Mengaktifkan Ibu
Balita Dalam Memanfaatkan Pelayanan Posyandu..........................32 Tabel 4.10 Hasil FGD Peran Kader Dalam Mengaktifkan Ibu Hamil Dalam
Memanfaatkan Pelayanan Posyandu................................................33 Tabel 4.11 Hasil Wawancara Mendalam Peran Kader Dalam Mengaktifkan Ibu
Hamil Dalam Memanfaatkan Pelayanan Posyandu..........................35
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori...................................................................................17
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Time Schedule Penyusunan KTI Lampiran 2 : Ijin Studi Pendahuluan Ke Puskesmas Kalibawang Lampiran 3 : Ijin Studi Pendahuluan Ke Kepala Dusun Srandu Lampiran 4 : Surat Keterangan Izin Sekretariat Daerah Lampiran 5 : Surat Keterangan Izin BAPPEDA Lampiran 4 : Permohonan Menjadi Responden FGD Lampiran 5 : Pernyataan Menjadi Responden FGD Lampiran 6 : Identitas Responden Lampiran 7 : Pedoman FGD atau DKT (Diskusi Kelompok Terarah) Lampiran 8 : Permohonan Menjadi Responden Wawancara Mendalam Lampiran 9 : Pernyataan Menjadi Responden Wawancara Mendalam Lampiran 10 : Pedoman Wawancara Mendalam Lampiran 11 : Hasil Fosus Group Discussion Lampiran 12 : Hasil Wawancara Mendalam Pada Partisipan Pertama Lampiran 13 : Hasil Wawancara Mendalam Pada Partisipan Kedua Lampiran 15 : Hasil Wawancara Mendalam Pada Partisipan Kelima Lampiran 16 : Hasil Wawancara Mendalam Pada Partisipan Keenam Lampiran 17 : Dokumentasi Hasil Penelitian Lampiran 18 : Lembar Konsultasi KTI
xii
DAFTAR SINGKATAN
AKB (Angka Kematian Balita) AKI (Angka Kematian Ibu) APE (alat Permaianan edukatif) BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) BKR (Bina Keluarga Remaja) FGD (Focus Group Discussion) IMR (Indeks Mortality Rate) IHP (Indeks Health Pos) IUD (Intra Uterin Device) JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat) KB (Keluarga Berencana) KESRA (Kesejahteraan Rakyat) KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) KMS (Kartu Menuju Sehat) NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) PKK (Perkumpulan Keterampilan Kesenian) PMT (Pemberian Makanan Tambahan) Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) PUS (Pasangan Usia Subur) PSM (Peran Serta Masyarakat) SDKI (Survey Demografi Kesehatan Indonesia) TTD (Tablet Tambah Darah) TT (Tetahus Toxoid) UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyaratkat) WUS (Wanita Usia Subur)
xiii
ABSTRACT
ROLE OF CADRES IN ACTIVATING THE USE OF SERVICE INTEGRATED HEALTH POS (IHP) IN HAMLET SRANDU BANJARHARJO KALIBAWANG
KULON PROGO
Meilani Nauli1, Ratih Kumoro Jati2, Alexandra3
Background: MMR and IMR in Indonesia is still the highest in Asia. Government efforts to reduce MMR and IMR one of them with the implementation of community-based health services such as IHP. IHP is a form of public participation in the health sector which is managed by a trained cadre of community health center. Cadre is the motor of IHP, cadres also have a role to enable the target to take advantage of IHP.
Method: To determine the role of cadres in activating service utilization in the hamlet Srandu Posyandu Banjarharjo Kalibawang Kulon Progo.
Research Methods: The research using a qualitative research with interpretive approach. Methods of data collection is done by FGD at 6 cadres and in-depth interviews on four cadres. Validity of data with triangulasion resource and analized data with thema analized
Result: The role of cadres in the integrated health service utilization among enable others to do home visits to targets that do not come IHP but in mothers of infants and toddlers mother has not been implemented; Inform and take advantage of every opportunity in the village to the target groups to visit during the day open IHP has been done through the PKK, dasawisma, religious events and meet on the street; Improving the quality of IHP in infants and toddlers with PMT and APE, in pregnant women by making a bed check; Conduct outreach on the benefits of IHP using the leaflets are still rare.
Conclusion: The role of cadres in activating service utilization IHP has been performed in accordance with their duties. Except in infants and toddlers have never done a home visit when it does come IHP, and extension by using the leaflet is rarely done. Key words: the role of cadres, integrated health pos (IHP).
1. Student of Diploma of Midwifery Study Programme A. Yani Yogyakarta, School of Health Sciences 2. Lecturer STIKES A. Yani Yogyakarta 3. Lecturer STIKES A. Yani Yogyakarta
xiv
ABTRAK
PERAN KADER DALAM MENGAKTIFKAN PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU DI DUSUN SRANDU BANJARHARJO KALIBAWANG KULON
PROGO
Meilani Nauli1, Ratih Kumoro Jati2, Alexandra3
Latar Belakang : AKI dan AKB di Indonesia masih tertinggi di Asia. Upaya pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB salah satunya dengan pelaksanaan pelayanan kesehatan berbasis masyarakat seperti Posyandu. Posyandu merupakan bentuk partisipasi masyarakat dibidang kesehatan yang dikelola oleh kader yang mendapat pelatihan dari Puskesmas. Kader merupakan motor penggerak Posyandu, kader juga memiliki peran untuk mengaktifkan sasaran untuk memanfaatkan Posyandu
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui peran kader dalam mengaktifkan pemanfaatan pelayanan Posyandu di Dusun Srandu Banjarharjo Kalibawang Kulon Progo.
Metode Penelitian : Penelitiaan ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan interpretive. Metode pengumpulan data dilakukan dengan FGD pada 6 kader dan wawancara mendalam pada 4 kader. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan analisis data menggunakan analisis tema.
Hasil Penelitian : Peran kader dalam dalam mengaktifkan pemanfaatan pelayanan Posyandu antara lain melakukan kunjungan rumah terhadap sasaran yang tidak datang Posyandu namun pada ibu bayi dan ibu balita belum dilaksanakan; Memberitahukan dan memanfaatkan setiap kesempatan di desa kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka Posyandu telah dilakukan melalui PKK, dasawisma, acara keagamaan dan bertemu di jalan; Meningkatkan kualitas dari Posyandu pada bayi dan balita dengan PMT dan APE, pada ibu hamil dengan pembuatan tempat tidur periksa; Melakukan penyuluhan tentang manfaat Posyandu dengan menggunakan leaflet masih jarang.
Kesimpulan : Peran kader dalam mengaktifkan pemanfaatan pelayanan Posyandu telah dilakukan sesuai dengan tugasnya. Kecuali pada bayi dan balita belum pernah dilakukan kunjungan rumah ketika tidak datang Posyandu, dan penyuluhan dengan menggunakan leaflet jarang dilakukan.
Kata kunci : peran kader, Posyandu
1. Mahasiswi Diploma III Kebidanan STIKES A.Yani Yogyakarta 2. Dosen STIKES A.Yani Yogyakarta 3. Dosen STIKES A.Yani Yogyakarta
1
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajat kesehatan perempuan. Angka Kematian Ibu juga
merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan
pembangunan millenium (MDG’s) yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan
kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah
mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu.
Angka Kematian Ibu telah menunjukkan penurunan dari waktu ke
waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan MDG’s
masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus. AKI
di Indonesia secara nasional dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007,
menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan
SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000
Kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di
Asia (www.menegpp.go.id).
Departemen Kesehatan mengungkapkan rata-rata per tahun terdapat
401 bayi baru lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum umurnya genap
1 tahun. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2007 menunjukan Angka Kematian Balita sebesar 401 pertahun.
(bataviase.co.id).
2
Pemerintah Indonesia telah merumuskan beberapa kebijakan untuk
menekan AKI serta yang mendukung peningkatan kesehatan serta
kelangsungan hidup ibu dan bayi. Pemerintah juga telah membentuk
beberapa kebijakan tentang pelaksanaan pelayanan berbasis masyarakat
sebagai wadah dari pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu dan anak, dalam
hal ini adalah Posyandu. Posyandu memiliki satu kebijakan yang target
sasaranya adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak (Widagdo dan
Husodo, 2009).
Sejak dicanangkan Posyandu pada tahun 1986, berbagai hasil telah
dapat dicapai. Angka kematian ibu dan bayi telah berhasil diturunkan dan
umur harapan hidup rata-rata bangsa Indonesia telah meningkat bermakna
(Meilani dkk, 2009:141-142). Posyandu merupakan salah satu bentuk
pendekatan partisipasi masyarakat di bidang kesehatan yang dikelola oleh
kader Posyandu yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari
Puskesmas. Kader Posyandu memiliki peran yang penting karena
merupakan pelayan kesehatan (health provider) yang berada didekat
kegiatan sasaran Posyandu dan memiliki frekuensi tatap muka kader lebih
sering dibandingkan dengan petugas kesehatan lainya (Widagdo dan
Husodo, 2009).
Kader kesehatan memiliki peran yang sangat penting dalam
pelayanan Posyandu, sebab kader merupakan orang yang terdekat
ditengah-tengah masyarakat, yang diharapkan dapat memegang pekerjaan
penting khususnya setiap permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan.
3
Dalam hal ini, kader juga disebut penggerak atau promotor kesehatan.
Kader kesehatan tidak bekerja dalam sistem yang tertutup, tetapi mereka
bekerja dan berperan sebagai seorang pelaku sistem kesehatan. Oleh sebab
itu, mereka harus dibina serta didukung oleh pembimbing yang terampil
dan berpengalaman (syafrudin dan Hamidah, 2009:177).
Kader adalah orang yang paling dekat dengan masyarakat
dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang ada seperti bidan, dokter atau
perawat. Kader lebih berpotensi untuk mengawasi masalah kesehatan di
masyarakat dan mengaktifkan sasaran untuk memanfaatkan pelayanan
Posyandu. Kader Posyandu di Dusun Srandu dengan jumlah kader 6
orang. Posyandu Dusun Srandu Desa Banjarharjo berada di wilayah kerja
Puskesmas Kalibawang Kulon Progo. Walaupun Dusun Srandu sudah
memiliki 6 kader namun cakupan D/S, KIA, KB belum menunjukan
angka tertinggi dibanding dusun lain. Dusun Srandu sendiri Cakupan D/S
90 %, cakupan KIA (K4) 89 %, cakupan KB 65 %. Dusun Srandu juga
memiliki program tambahan yaitu Posyandu lansia dan BKR (Bina
Keluarga Remaja).
Hasil tanya jawab peneliti saat melakukan studi pendahuluan dengan
ketua dukuh yang sekaligus sebagai kader di Dusun Srandu, beliau
mengatakan terkadang kader mengingatkan sasaran Posyandu saat
berpapasan dijalan, sengaja didatangi ke rumah bagi ibu hamil yang belum
pernah periksa kehamilanya kepada tenaga kesehatan. Namun, kader
belum pernah melakukan kunjungan rumah pada bayi dan balita.
4
Berdasarkan latar belakang yang terurai tersebut peneliti ingin
meneliti Peran Kader Dalam Mengaktifkan Pemanfaatan Pelayanan
Posyandu di Dusun Srandu Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon.
B. Fokus Penelitian
Pada penelitian ini terfokus pada kader Posyandu di Dusun Srandu yang
berjumlah 6 orang.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dapat dirumuskan masalah pokok dalam penelitian ini
yaitu “Bagaimana Peran Kader Dalam Mengaktifkan Pemanfaatan
Pelayanan Posyandu di Dusun Srandu Banjarharjo Kalibawang Kulon
Progo?.”
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui peran kader dalam mengaktifkan pemanfaatan pelayanan
Posyandu di Dusun Srandu Banjarharjo Kalibawang Kulon Progo.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui peran kader posyandu dalam mengaktifkan ibu bayi
(0-1 tahun) untuk memanfaatkan pelayanan Posyandu di Dusun
Srandu Banjarharjo Kalibawang Kulon Progo.
5
b. Mengetahui peran kader posyandu dalam mengaktifkan ibu balita
(1-5 tahun) untuk memanfaatkan pelayanan Posyandu di Dusun
Srandu Banjarharjo Kalibawang Kulon Progo.
c. Mengetahui peran kader posyandu dalam mengaktifkan ibu hamil
untuk memanfaatkan pelayanan Posyandu di Dusun Srandu
Banjarharjo Kalibawang Kulon Progo.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang ilmu
komunitas kebidanan, khususnya mengenai peran kader dalam
mengaktifkan pemanfaatan pelayanan Posyandu.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat/Responden
Sebagai bahan masukan untuk menyadarkan kader Posyandu dalam
peranya sebagai ujung tombak dari Posyandu.
b. Bagi Petugas Kesehatan/Bidan
Sebagai bahan masukan untuk peningkatan pemberdayaan dan
penggerakan kader Posyandu, sehingga Posyandu yang telah
berlangsung dapat aktif dimanfaatkan oleh masyarakat.
c. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menambah wawasan, pengalaman, dan
melaksanakan penelitian mengenai peran kader Posyandu.
6
d. Bagi Peneliti Lain
Sebagai acuan atau referensi untuk penelitian selanjutnya dengan
penelitian yang sejenis.
7
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Peneliti Tahun Judul Hasil Persamaan Perbedaan
Efapriani
2002 Peran kader lansia dan kader balita dalam pelaksanaan Posyandu di RW I, RT IV dan RW VII Kelurahan Terban wilayah kerja Puskesmas Gondokusuman II Yogyakarta
Posyandu kegiatan rutinitas meliputi 3 meja terdiri dari pendaftaran, penimbangan, pemeriksaan kesehatan serta pencatatan pada Posyandu lansia. Pada Posyandu balita terdiri dari pendaftaran, penimbangan, serta pencatatan pada Posyandu balita.
Metode penelitian kualitatif
- Instrument penelitian dengan wawancara mendalam,kuesioner, observasi. - Tempat penelitian
Pratiwi 2010 Peran kader kesehatan dalam upaya deteksi dini komplikasi kehamilan di Posyandu Desa Girirejo Imogiri, Bantul, Yogyakarta
Persepsi kader akan tugas dan tanggungjawabnya dalam deteksi komplikasi kehamilan adalah menimbang berat badan, memberi PMT, kunjungan rumah, dan penyuluhan. Motivasi kader melakukan deteksi dini komplikasi kehamilan adalah melaksanakan program P4K dan DB4MK. Tindakan kader dalam deteksi dini komplikasi kehamilan sudah terlaksana dengan baik
Metode penelitian kualitatif
- Metode penelitian dengan FGD, wawancara mendalam dan observasi.
- Tempat penelitian
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Dusun Srandu berada di Desa Banjarharjo Kecamatan Kalibawang Kabupaten
Kulon Progo Jogjakarta. Luas wilayah Dusun Srandu yaitu 33 Ha2 dengan jumlah KK
111, dan jumlah penduduk 427 jiwa, Dusun Srandu terdapat 6 RT, yaitu RT 46, RT 47,
RT 48, RT 49, RT 50, RT 51. Pada masing-masing RT terdapat satu kader jadi jumlah
kader di Dusun Srandu ada 6 orang. Batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Beku dan dusun Ngemplak
b. Sebelah barat berbatasan dengan Dusun Beku.
c. Sebelah Utara berbatasan dengan Dusun Raju.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Ngemplak dan Duwet I.
Posyandu di Dusun Srandu dilaksanakan setiap bulan satu kali, yaitu setiap hari
Kamis pada minggu kedua setiap bulannya. Posyandu di Dusun Srandu memiliki kader
sejumlah 6 orang. Warga secara suka rela mengajukan dirinya menjadi kader dan
kemudian kader dilatih oleh pihak Puskesmas. Pertemuan kader dilakukan setiap sebulan
sekali (setiap 35 hari dalam kalender jawa) kader di Dusun Srandu khususnya di Desa
Banjarharjo ada kumpulan kader sedesa, yaitu pada Jumat Wage. Dalam pertemuan kader
sedesa ini dibahas masalah seputar kesehatan, keterampilan, tugas dan evaluasi seputar
peran dan tugas kader selama sebulan. Pertemuan dilakukan di balai desa, adapun
pembicara pada pertemuan kader sedesa tersebut bergantian terkadang dari kepala desa,
dari Puskesmas dan dari kantor kecamatan.
28
B. Karakteristik Responden
a. Berdasarkan Umur
Bersadarkan hasil penelitian diperoleh gambaran karakteristik responden
berdasarkan umur sebagai berikut :
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi Presentase (%) < 50 tahun 1 16,66
50-60 tahun 4 66,66 > 61 tahun 1 16,66
Jumlah 6 100 Sumber data : data primer 2011
Tabel diatas menunjukan bahwa mayoritas responden berumur 50-60 tahun
sebanyak 4 orang (66,66%).
b. Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut :
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin Frekuensi Presentasi (%) Perempuan 6 100 Laki-laki 0 0 Jumlah 6 100
Sumber data : data primer 2011 Tabel diatas menunjukan bahwa semua responden berjenis kelamin perempuan
yaitu sebanyak 6 orang (100%).
c. Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran karakteristik responden
berdasarkan pendidikan sebagai berikut :
29
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Frekuansi Presentase
SD 3 50 SMP 2 33,33 SMA 1 16,66
Jumlah 6 100 Sumber data : data primer 2011
Tabel diatas menunjukan bahwa responden paling tinggi berpendidikan SD
sebanyak 3 orang (50%).
d. Berdasarkan Pekerjaan Pokok
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan pokok sebagai berikut :
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Presentase Petani 6 100
Lain-lain - 0 Jumlah 6 100
Sumber data : data primer 2011
Tabel diatas menunjukan bahwa pekerjaan semua kader adalah petani yaitu
sebanyak 6 orang (100%).
e. Berdasarkan Lama Menjadi Kader
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran karakteristik responden
berdasarkan lama menjadi kader sebagai berikut :
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menjadi Kader
Lama Menjadi Kader Frekuensi Presentase <10 tahun 2 33,33
10-20 2 33,33 >20 tahun 2 33,33 Jumlah 6 100
Sumber data : data primer 2011
Tabel diatas menunjukan bahwa presentase lama menjadi kader sama antara <10
tahun, 10-20 tahun, dan >20 tahun yaitu sebesar 33,33%.
30
C. Hasil Penelitian
1. Peran Kader Dalam Mengaktifkan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Oleh Ibu Bayi
(0-1 tahun)
Tabel 4.6 Hasil FGD (Focus Group Discussion)
Peran Kader Dalam Mengaktifkan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Oleh Ibu Bayi (0-1 tahun)
No Peran Kader Kata Kunci 1 Melakukan tindak lanjut terhadap sasaran
yang tidak datang Posyandu “...Bayi dan balita tidak pernah kita lakukan kunjungan rumah....” (P6)
2 Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka Posyandu
“...Kita umumin...dasawisma... ketemu di jalan atau pas di pasar...mujadahan....” (P2)
3 Memanfaatkan setiap kesempatan di desa agar kelompok sasaran berkunjung ke Posyandu saat hari buka Posyandu
“...Perkumpulan ibu-ibu PKK atau dasawisma....” (P5)
4 Meningkatkan kualitas dari Posyandu sendiri “...Alat permainan edukatif... makan tambahan....” (P5)
5 Melakukan penyuluhan yang berkaitan dengan manfaat Posyandu, dengan menggunakan alat bantu (media)
“Em menggunakan leaflet pernah.” (P4)
(Data Primer, 2011)
Berbagai peran kader dalam mengaktifkan ibu bayi ke Posyandu di atas dikutip dari
pernyataan dari partisipan. Seperti berikut ini :
P6 : “Kalau misalkan ada sasaran itu ibu bayi dan ibu balita juga ibu hamil tidak datang saat hari buka Posyandu, seharusnya kader itu melakukan kunjungan rumah sasaran yang tidak datang. Namun pada kenyataanya tidak seperti itu, apalagi kalau yang tidak datang itu yang bayi dan balita tidak pernah kita lakukan kunjungan rumah. Kecuali pada ibu hamil soalnya dalam satu dusun itu paling yang hamil 3 orang paling banyak 5 orang, kalau ibu hamil baru kita lakukan kunjungan rumah.” (Hasil FGD tanggal 12 Mei 2011) P2 : “Ya macem-macem Mbak, biasane ki kita umumin pas arisan dasawisma dusun atau dasawisma desa, atau saat ketemu di jalan atau pas di pasar, kalau ditempat saya itu ada mujadahan kita sampaikan ‘jangan lupa datang ya Posyandu besok di rumah bu dukuh, pokoknya kita beritahu dimana saat bertemu dengan sasaran.” (Hasil FGD tanggal 12 Mei 2011) P5 : “Ia kan melalui perkumpulan ibu-ibu PKK atau dasawisma. Di sini kan ada dasawisma dusun dan daswisma RT soalnya pertemuan-pertemuan seperti ini kan ibu-ibunya hampir semua pada datang, sekalian kita sampaikan agar datang Posyandu dan biasanya juga kita sampaikan agar mengajak yang lain sekalian.” (Hasil FGD tanggal 12 Mei 2011)
31
P5 : “Kalau pada saat Posyandu itu kan ada alat permainan edukatif, itu dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk bayi, kita berikan sesuai dengan umurnya, selain itu juga saat pemberian makan tambahan kalau untuk bayi yang belum bisa makan nasi kita sediakan bubur susu yang di warung kemudian yang buat ibunya kami menyediakan air hangat.” (Hasil FGD tanggal 12 Mei 2011) P2 : “Em menggunakan leaflet pernah.” (Hasil FGD tanggal 12 Mei 2011)
Kemudian dilakukan wawancara mendalam pada kader yang lebih aktif dan memiliki jawaban
yang lebih menonjol saat FGD (Focus Group Discussion). Adapun hasil wawancara
mendalam hampir sama dengan pernyataan saat FGD (Focus Group Discussion), sebagai
berikut hasilnya:
Tabel 4.7 Hasil Wawancara Mendalam
Peran Kader Dalam Mengaktifkan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Oleh Ibu Bayi (0-1 tahun)
No Peran Kader Kata Kunci 1 Melakukan tindak lanjut terhadap sasaran
yang tidak datang Posyandu “...Bayi...tidak pernah dilakukan kunjungan rumah....” (P1)
2 Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka Posyandu
“...Berpasasan di jalan....” (P2)
3 Memanfaatkan setiap kesempatan di desa agar kelompok sasaran berkunjung ke Posyandu saat hari buka Posyandu
“...Dasawisma dan pertemuan PKK... barzanjinan....”(P6)
4 Meningkatkan kualitas dari Posyandu sendiri “...Alat Permainan Edukatif....” (P1) 5 Melakukan penyuluhan yang berkaitan
dengan manfaat Posyandu, dengan menggunakan alat bantu (media)
“...Penyuluhan...biasanya leaflet....”(P5)
(Data Primer, 2011)
Berbagai peran kader di atas dikutip dari pernyataan dari partisipan. Seperti berikut ini :
P1 : “Nek bayi dan balita di dusun ini kan banyak jadi tidak pernah dilakukan kunjungan rumah, kalau tidak salah ada 25. Tapi kalau pada ibu hamil yang tidak pernah Posyandu dan kader juga tahu bahwa ibu itu belum periksa ke Puskesmas padahal umur kehamilanya sudah lanjut. Itu yang kita lakukan kunjungan rumah.” (Hasil wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011) P2 : “Dengan berpasasan di jalan juga sering karena lebih mudah dan lebih santai juga perbincanganya sambil menyapa.” (Hasil wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011) P6 : “Em ya kadang dasawisma dan pertemuan PKK itu kan hampir semua ibu-ibu datang, atau biasa di RT tempat saya setiap Kamis Legi barzanjinan itu juga kita sampaikan pokoknya setiap kegiatan selalu kita ingatkan.” (Hasil wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011) P1 : “Kalau di sini kan ada Alat Permainan Edukatif itu yang diberikan oleh desa untuk setiap dusun, permainan itu kita olah dan kita pergunakan untuk mengasah
32
perkembangan bayi dan balita sesuai umurnya. Anak-anak juga kelihatanya senang dan betah di Posyandu.” (Hasil wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011) P5 : “ Penyuluhan pakai kalau ada biasanya leaflet dari Puskesmas tapi jarang soalnya itu kan kader nggak bisa buat sendiri.” (Hasil wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011)
2. Peran Kader Dalam Mengaktifkan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Oleh Ibu Balita (1-5
tahun)
Tabel 4.8 Hasil FGD (Focus Group Discussion)
Peran Kader Dalam Mengaktifkan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Oleh Ibu Balita (1-5 tahun)
No Peran Kader Kata Kunci 1 Melakukan tindak lanjut terhadap sasaran
yang tidak datang Posyandu “...Balitanya... sapa di jalan kalau ketemu tidak pernah kunjungan rumah.” (P2)
2 Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka Posyandu
“Bertemu di jalan...kumpulan PKK...” (P1)
3 Memanfaatkan setiap kesempatan di desa agar kelompok sasaran berkunjung ke Posyandu saat hari buka Posyandu
“...Perkumpulan ibu-ibu PKK atau dasawisma....” (P5)
4 Meningkatkan kualitas dari Posyandu sendiri
“...Permainan...makanan....” (P2)
5 Melakukan penyuluhan yang berkaitan dengan manfaat Posyandu, dengan menggunakan alat bantu (media)
“Em menggunakan leaflet pernah.”
(P4)
(Data Primer, 2011)
Berbagai peran kader dalam mengaktifkan ibu bayi ke Posyandu di atas dikutip dari
pernyataan dari partisipan. Seperti berikut ini :
P2 : “Kalau bayi dan balitanya kita kunjungi ke rumah semua, sepertinya kader tidak sanggup sedangkan kader cuma 6 dan anak bayi dan balita jumlahnya 20-an, jadi hanya kita sapa di jalan kalau ketemu tidak pernah kunjungan rumah.” (Hasil FGD tanggal 12 Mei 2011) P1 : “Em bertemu di jalan sama pas kumpulan PKK kan ibu yang mengikuti Posyandu itu biasanya pada rajin ikut PKK ya pas itu disampaikan kapan Posyandu ya diingatkan.” (Hasil FGD tanggal 12 Mei 2011) P5 : “Ia kan melalui perkumpulan ibu-ibu PKK atau dasawisma. Di sini kan ada dasawisma dusun dan daswisma RT, soalnya pertemuan-pertemuan seperti ini kan ibu-ibunya hampir semua pada datang, sekalian kita sampaikan agar datang Posyandu dan biasanya juga kita sampaikan agar mengajak yang lain sekalian.” (Hasil FGD tanggal 12 Mei 2011) P2 : “Selain permainan biar nggak cepat bosan juga yang makanan untuk balita ini tentunya agak berbeda dengan yang bayi, karena yang balita kan makanya sudah nasi,
33
jadi kalau nasi itu kita buat bergizi dan seimbang, ada empat sehat lima sempurna.” (Hasil FGD tanggal 12 Mei 2011) “P4 : “Em menggunakan leaflet pernah.” (FGD tanggal 12 Mei 2011)
Kemudian dilakukan wawancara mendalam pada kader yang lebih aktif dan memiliki jawaban
yang lebih menonjol saat FGD (Focus Group Discussion). Adapun hasil wawancara
mendalam hampir sama dengan pernyataan saat FGD (Focus Group Discussion), sebagai
berikut hasilnya:
Tabel 4.9 Wawancara Mendalam
Peran Kader Dalam Mengaktifkan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Oleh Ibu Balita (1-5 tahun)
No Peran Kader Kata Kunci 1 Melakukan tindak lanjut terhadap sasaran yang
tidak datang Posyandu “...Bayi dan balita...tidak pernah melakukan kunjungan rumah.” (P6)
2 Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka Posyandu.
“...Pengajian, di kumpulan PKK, dan di dasawisma....” (P2)
3 Memanfaatkan setiap kesempatan di desa agar kelompok sasaran berkunjung ke Posyandu saat hari buka Posyandu
“...Habis pengajian...saat PKK dusun... bertemu di jalan.” (P5)
4 Meningkatkan kualitas dari Posyandu sendiri. “...Ada permainan... PMT itu.” (P2) 5 Melakukan penyuluhan yang berkaitan dengan
manfaat Posyandu, dengan menggunakan alat bantu (media)
“...Penyuluhan dengan menggunakan leaflet....” (P1)
(Data Primer, 2011)
Berbagai peran kader di atas dikutip dari pernyataan dari partisipan. Seperti berikut ini :
P6 : “Tidak pernah, Karena kalau bayi dan balita itu kan banyak jumlahnya sedangkan ibu hamil paling banyak lima orang, jadi kader tidak pernah melakukan kunjungan rumah.” (Hasil wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011) P2 : “Kerap kali kader umumkan di pengajian, di kumpulan PKK, dan di dasawisma, kebetulan saya kan ketua dasawisma di RT saya Mbak, saya sampaikan agar datang saat Posyandu tanggal sekian malam sekian.”(Hasil wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011) P5 : “Kalau di pedesaan gini kan paling mudah ya dari mulut ke mulut ya Mbak jadi kalau diundang acara apa, apalagi kalau yang kumpul-kumpul kan mudah sekali mengajaknya, saya ajak saja misalnya saat habis pengajian di masjid, kan pada kumpul semua, atau saat PKK dusun itu juga dapat disampaikan, kumpulan-kumpulan gitu mudah memberitahunya, tapi yang paling sering itu bertemu di jalan karena kan sekalian menyapa agar kader tidak dibilang sombong.” (Hasil wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011)
34
P2 : “Ya disinikan ada permainan untuk mengasah kemampuan balita, ada perosotan juga kemarin habis kita cat ulang, ada banyak susunan balok jadinya kader bisa mengetahui tumbuh kembang balita sesuai umur kan mainanya itu sesuai dengan umur balita. Selain itu juga ada pemberian makanan tambahan atau PMT itu.” (Hasil wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011) P1 : “Ya pernah penyuluhan dengan menggunakan leaflet, di sini kalau penyuluhan memang seringnya leaflet, penyuluhan setelah Posyandu biasanya.” (Hasil wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011)
3. Peran Kader Dalam Mengaktifkan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Oleh Ibu hamil
Tabel 4.10 Hasil FGD (Focus Group Discussion)
Peran Kader Dalam Mengaktifkan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Oleh Ibu Hamil
No Peran Kader Kata Kunci 1 Melakukan tindak lanjut terhadap sasaran
yang tidak datang Posyandu yaitu melalui kunjungan rumah.
“...Dari kader...melakukan kunjungan rumah ibu hamil....” (P5)
2 Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka Posyandu
“...Kita umumin...dasawisma... ketemu di jalan atau pas di pasar...mujadahan....” (P2)
3 Memanfaatkan setiap kesempatan di desa agar kelompok sasaran berkunjung ke Posyandu saat hari buka Posyandu
“...Perkumpulan ibu-ibu PKK atau dasawisma....”
4 Meningkatkan kualitas dari Posyandu sendiri
“...Ibu hamil kita sediakan tempat tidur....” (P2)
5 Melakukan penyuluhan yang berkaitan dengan manfaat Posyandu, dengan menggunakan alat bantu (media)
“Em menggunakan leaflet pernah.” (P4)
Data Primer, 2011)
Berbagai peran kader dalam mengaktifkan ibu bayi ke Posyandu di atas dikutip dari
pernyataan dari partisipan. Seperti berikut ini :
P5 : “Mungkin kalau ada yang tetangga, dari kader itu yang kita utus melakukan kunjungan rumah ibu hamil. Di sini kan jarak rumah satu dengan yang lain lumayan jauh dan jalanya itu kan nggak koyok neng Yujo sudah datar, di sini ya begini Mbak masih gunung.” (Hasil FGD tanggal 12 Mei 2011) P2 : “Ya macem-macem Mbak, biasane ki kita umumin pas arisan dasawisma dusun atau dasawisma desa, atau saat ketemu di jalan atau pas di pasar, kalau ditempat saya itu ada mujadahan kita sampaikan ‘jangan lupa datang ya Posyandu besok di rumah bu dukuh, pokoknya kita beritahu dimana saat bertemu dengan sasaran.” (Hasil FGD tanggal 12 Mei 2011) P2 : “Ia kan melalui perkumpulan ibu-ibu PKK atau dasawisma. Di sini kan ada dasawisma dusun dan dasawisma RT soalnya pertemuan-pertemuan seperti ini kan ibu-ibunya pada datang, sekalian kita sampaikan agar datang Posyandu dan biasanya juga kita sampaikan agar mengajak yang lain sekalian.” (Hasil FGD tanggal 12 Mei 2011)
35
P2 : “Pada ibu hamil kita sediakan tempat tidur, di dalam ada 1 bad untuk periksa ini hasil dari iuran Posyandu tiap bulan, ya lumayan dapat kita belikan bad yang buat juga orang dusun sini jadi tidak terlalu mahal biayanya.” (Hasil FGD tanggal 12 Mei 2011) P4 : “Em menggunakan leaflet pernah.” (Hasil FGD tanggal 12 Mei 2011)
Kemudian dilakukan wawancara mendalam pada kader yang lebih aktif dan memiliki jawaban
yang lebih menonjol saat FGD (Focus Group Discussion). Adapun hasil wawancara
mendalam hampir sama dengan pernyataan saat FGD (Focus Group Discussion), sebagai
berikut hasilnya:
Tabel 4.11 Wawancara Mendalam
Peran Kader Dalam Mengaktifkan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Oleh Ibu Hamil
No Peran Kader Kata Kunci 1 Melakukan tindak lanjut terhadap sasaran
yang tidak datang Posyandu yaitu melalui kunjungan rumah.
“...Ibu hamil biasanya dengan mengunjungi ke rumah....” (P5)
2 Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka Posyandu
“Melalui pertemuan PKK atau dasawisma.” (P6)
3 Memanfaatkan setiap kesempatan di desa agar kelompok sasaran berkunjung ke Posyandu saat hari buka Posyandu
“...Arisan ibu-ibu PKK atau saat dasawisma... wiridan....(P1)
4 Meningkatkan kualitas dari Posyandu sendiri. “Anak balita juga dapat PMT....”(P2) 5 Melakukan penyuluhan yang berkaitan
dengan manfaat Posyandu, dengan menggunakan alat bantu (media)
“...Pernah kita menggunakan leaflet itu....” (P6)
(Data Primer, 2011)
Berbagai peran kader di atas dikutip dari pernyataan dari partisipan. Seperti berikut ini :
P5 : “Em yang dilakukan jika ibu bayi tidak datang Posyandu, tidak pernah kita lakukan tindak lanjut hanya dengan ibu hamil biasanya dengan mengunjungi ke rumah, itu yang dekat rumahnya misal saya dengan tetangga saya yang hamil soalnya kan orang hamil cuma sedikit .” (Hasil wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011) P6 : “Melalui pertemuan PKK atau dasawisma.” (Hasil wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011) P1 : “Ya itu tadi di masyarakat di arisan ibu-ibu PKK atau saat dasawisma, pernah juga saat acara wiridan ibu-ibu itu kalau ketemu ibu yang bawa bayi kita sampaikan langsung, ‘bu sesuk yandu nggeh, ki nimbangke putrane men sehat’.” (Hasil wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011) P2 : “Anak balita juga dapat PMT, kadang balita suka nangis kan kalau Posyandu minta pulang dengan ada mainan juga PMT jadi betah, makanan gitu tho dimakan rame-rame mesti anak anak senang makanya lebih banyak habisnya.” (Hasil wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011)
36
P6 : “Ya pernah kita menggunakan leaflet dalam melakukan penyuluhan em tentang mafaat Posyandu.” (Hasil wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011)
Peran kader daam mengaktifkan pemanfaatan pelayanan Posyandu pada ibu bayi
dan ibu balita hampir sama dalam konteks melakukan tindak lanjut terhadap sasaran
yang tidak datang Posyandu, yaitu hanya dengan disapa atau ditegur saat berpapasan di
jalan, berbeda dengan ibu hamil yang dilakukan kunjungan rumah. Seperti hasil FDG :
P1 : “Paling hanya kita sapa di jalan kalau untuk ibu bayi dan balita, kalau yang sering nggak datang kan orangnya itu-itu saja, ya kita ingatkan saat ketemu misal di jalan saja. Biasanya kalo yang jarang datang itu, memang jarang kumpul diacara-acara masyarakat atau tidak mau bermasyarakat.” (Hasil FGD tanggal 12 Mei 2011)
Peran kader dalam mengaktifkan Pemanfaatan pelayan Posyandu oleh ibu
hamil, ibu bayi dan ibu balita dalam konteks memberitahukan kepada kelompok
sasaran agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka Posyandu dan memanfaatkan
setiap kesempatan di desa agar kelompok sasaran berkunjung ke Posyandu saat hari
buka Posyandu hampir sama adalah dengan diumumkan saat pertemuan PKK,
dasawisma, acara keagamaan contohnya pengajian, mujadahan dan saat bertemu atau
berpapasan di jalan. Seperti hasil wawamcara mendalam:
P2 : “Kerap kali kader umumkan di pengajian, di kumpulan PKK, dan di dasawisma, kebetulan saya kan ketua dasawisma di RT saya Mbak, saya sampaikan agar datang saat Posyandu tanggal sekian malam sekian.” P2 : “Selalu saya sampaikan disetiap kesempatan seperti kalau ada pertemuan PKK atau dasawisma itu kan per10 rumah tho nah itu saya sampaikan terus agar Posyandu itu benar-benar dimanfaatkan oleh sasaran.”
Peran kader dalam mengaktifkan Pemanfaatan pelayan Posyandu oleh ibu
hamil, ibu bayi dan ibu balita dalam konteks meningkatkan kualitas dari Posyandu,
berbeda antara bayi, balita, ibu hamil. Pada ibu hamil dengan membuat tempat tidur
periksa, kepada balita dengan meningkatkan kualitas APE (Alat Permainan Edukatif),
37
kualitas PMT semakin bervariasi dan bergizi, pada bayi dengan meyediakan bubur
susu. Seperti hasil wawancara mendalam berikut:
P6 : “Untuk ibu hamil kami sediakan tempat tidur periksa.” P6 : “Apa ya, mungkin ini kita merawat alat permainan edukatif itu agar menjadi permainan yang menarik untuk balita sehingga balita tidak apa namanya cepat bosan gitulah mungkin. Selain itu juga kita mengupayakan agar makan PMT itu setiap pertemuan bervariasi dan semakin bernilai gizi.” P6 : “Bayi kita berikan makanan bubur susu kita belikan dari warung, mainan juga ada.”
Peran kader dalam mengaktifkan pemanfaatan pelayan Posyandu oleh ibu
hamil, ibu bayi dan ibu balita dalam konteks melakukan penyuluhan yang berkaitan
dengan manfaat Posyandu, dengan menggunakan alat bantu (media) hampir sama
yaitu kader menggunakan leaflet karena leaflet dapat membantu saat penyuluhan
sehingga masyarakat lebih mudah memahami karena ada bahan yang dibaca. Seperti
hasil wawancara mendalam berikut :
P2 : “Untuk mengajak sasaran hadir Posyandu, penyuluhan bisa. Apalagi menggunakan leaflet. Leaflet itu memudahkan kami kader dalam melakukan penyuluhan, yang mendengarkan pun enak karena penyuluhanya terarah kan ada lembaranya bisa dibawa pulang, sewaktu-waktu dapat dibaca.”
D. Pembahasan Penelitian
1. Peran Kader Dalam Mengaktifkan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Oleh Ibu Bayi
(0-1 tahun)
Kader merupakan motor penggerak dari Posyandu, kader memiliki peran
penting untuk mengaktifkan pemanfaatan pelayanan Posyandu oleh ibu bayi, Peran
kader dalam mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam memanfaatkan
pelayanan Posyandu oleh sasaran (DepKes, 2009:8) salah satunya melakukan tindak
lanjut terhadap sasaran yang tidak datang Posyandu dan sasaran yang memerlukan
penyuluhan lanjutan, yaitu melalui kunjungan rumah.
38
Namun hasil FGD dan wawancara mendalam kader belum pernah melakukan
kunjungan rumah ketika bayi tidak hadir Posyandu, dengan alasan bayi di Dusun
Srandu jumlahnya banyak, sedangkan kader hanya 6 orang.
P6 : “Kalau misalkan ada sasaran itu ibu bayi dan ibu balita juga ibu hamil tidak datang saat hari buka Posyandu, seharusnya kader itu melakukan kunjungan rumah sasaran yang tidak datang. Namun pada kenyataanya tidak seperti itu, apalagi kalau yang tidak datang itu yang bayi dan balita tidak pernah kita lakukan kunjungan rumah. Kecuali pada ibu hamil soalnya dalam satu dusun itu paling yang hamil 3 orang paling banyak 5 orang, kalau ibu hamil baru kita lakukan kunjungan rumah.” (Hasil FGD 12 Mei 2011)
P1 : “Nek bayi dan balita di dusun ini kan banyak jadi tidak pernah dilakukan kunjungan rumah kalau tidak salah 25. Tapi kalau pada ibu hamil yang tidak pernah Posyandu dan kader juga tahu bahwa ibu itu belum periksa ke Puskesmas padahal umur kehamilanya sudah lanjut. Itu yang kita lakukan kunjungan rumah.” (wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011)
Kader di Dusun Srandu semuanya berjenis kelamin perempuan, namun dalam
teori Yulifah & Yuswanto, 2009:143, dijelaskan bahwa kader bisa laki-laki dan
perempuan, hal tersebut dapat disebabkan karena pekerjaan kader sukarela, sedangkan
laki-laki bertugas menjadi kepala rumah tangga, akan kesulitan jika pekerjaan mereka
menjadi penghalang untuk mewujudkan kesehatan masyarakat. Seperti yang di
sampaikan oleh partisipan pertama saat wawancara mendalam berikut ini:
P1 : “Ia Mbak tapi tetap kendalanya kadernya kurang, apa mungkin karena tenaga sukarela jadi pada sulit jika dimintai tolong bantu-bantu di dusun.” (wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011)
Selain alasan tersebut di atas, alasan lain yang dapat menjadi sebab kader itu
perempuan semua karena, mayoritas pekerjaan warga di dusun Srandu adalah buruh,
atau petani, yang penghasilanya kurang tetap setiap bulanya, sedangkan salah satu
syarat untuk menjadi kader adalah mempunyai pekerjaan tetap (Library.usu.ac.id).
Kader di Dusun Srandu aktif selalu memberitahukan kepada kelompok sasaran
agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka Posyandu dengan memanfaatkan setiap
kesempatan di desa (Depkes, 2009:8).
39
P2 : “Ya macem-macem Mbak, biasane ki kita umumin pas arisan dasawisma dusun atau dasawisma desa, atau saat ketemu di jalan atau pas di pasar, kita sampaikan ‘jangan lupa datang ya Posyandu besok di rumah bu dukuh, pokoknya kita beritahu dimana saat bertemu dengan sasaran.” (Hasil FGD 12 Mei 2011)
Kader di dusun Srandu ada memiliki tugas ganda di dusun, seperti partisipan
kelima selain menjadi kader beliau juga sebagai ketua dasawisma di RT. Oleh sebab
itu, memudahkan untuk mengaktifkan sasaran untuk datang ke Posyandu melalui
pertemua dasawisma. Seperti hasil wawancara mendalam berikut ini :
P5 : “Kadang kader umumkan di pengajian, di kumpulan PKK, dan di dasawisma, kebetulan saya kan ketua dasawisma di RT saya Mbak.” (wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011)
Meningkatkan kualitas Posyandu termasuk peran bidan untuk mengajak
masyarakat untuk berperan aktif dalam memanfaatkan pelayanan Posyandu oleh
sasaran. Peningkatan kualitas pelayanan Posyandu untuk bayi dilakukan dengan
penyediaan bubur susu. sebagaimana hasil FGD berikut ini :
P5 : “Kalau pada saat Posyandu itu kan ada alat permainan edukatif, itu dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk bayi, kita berikan sesuai dengan umurnya, selain itu juga saat pemberian makan tambahan kalau untuk bayi yang belum bisa makan nasi kita sediakan yang di warung kemudian yang buat ibunya kami menyediakan air hangat.”(Hasil FGD 12 Mei 2011)
Dusun Srandu sendiri memiliki dua sumber APE (Alat Permainan Edukatif),
pada awalnya hanya ada dari PAUD dan semakin bertambah melalui pemberian dari
kepala desa sehingga APE dapat mencukupi jumlah balita yang ada.
P5 : “Ia, ya kita tingkatkan makanannya dan mainanya itu juga kemarin sudah nambah dari kepala desa kan awalnya hanya dari PAUD sini saja jadi setiap anak tidak rebuta kalau dulu sedikit kan mah do rebutan.” (wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011)
Media merupakan alat bantu saat melakukan penyuluhan. Media yang mudah
dibuat sendiri dan berbahan dasar yang mudah dicari salah satunya leatlet (Machfoedz
dan Suryani, 2006:126). Kader di Dusun Srandu juga menggunakan leaflet untuk
melakukan penyuluhan.
40
P2 : “Em menggunakan leaflet pernah.” (Hasil FGD tanggal 12 Mei 2011)
Kendalanya terdapat pada leaflet hanya didapatkan dari Puskesmas saja, kader
belum pernah membuat leaflet sendiri, mungkin karena pendidikan terakhir kader
paling banyak SD dan usia kader yang rata-rata di atas 50 tahun sehingga kader tidak
dapat membuat leaflet sendiri, ketika hendak melakukan penyuluhan yang
membutuhkan leaflet sehingga harus menunggu dari Puskesmas.
P2 : “Sebenarnya sangat bisa ya dengan ada alat bantu seperti leaflet yang memudahkan sasaran untuk membaca dan kalau leaflet itu kan dibawa pulang juga bisa dibaca-baca. Ada manfaatnya dan keuntunganya sudah jelas disitu. Kita juga mudah menyampaiakan, namun kita sebagai kader hanya menunggu leaflet dari pihak Puskesmas saja.” (Hasil FGD 12 Mei 2011)
Terdapat salah seorang kader yang SMA namun umurnya telah 56 tahun, saat
dilakukan wawancara mendalam partisipan tersebut mengatakan juga tidak bisa
menggunakan komputer. Seperti hasil wawancara mendalam berikut :
P2 : “Ya saya tapikan jaman sekolah dulu Mbak, sekarang sudah tidak bisa, sudah tua pakai kacamata.” (wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011)
2. Peran Kader Dalam Mengaktifkan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Oleh Ibu Balita
(1-5 tahun)
Peran kader di Dusun Srandu dalam mengajak masyarakat untuk berperan aktif
dalam memanfaatkan pelayanan Posyandu oleh ibu balita hampir sama dengan bayi.
Kader belum pernah melakukan kunjungan rumah apabila ada balita yang tidak datang
Posyandu. Alasan kader karena jumlah balita lebih banyak dari kader, sedangkan
jumlah kader hanya 6, disetiap satu RT hanya ada satu kader, sehingga tangan kader
tidak sampai menjangkau kesemua balita.
Namun, Sebenarnya kader menyadari tugas mereka yaitu melakukan tindak
lanjut pada sasaran yang tidak Posyandu termasuk balita, sebab dari pihak Puskesmas
41
sendiri saat peneliti lakukan triangulasi data, pihak Puskesmas memberi penjelasan
bahwa itu merupakan program dari KESRA. Seperti hasil triangulasi dan wawancara
mendalam berikut ini :
T : “Ya ia di sini memang ada program dari KESRA itu pertahun dana turun ke masing-masing Posyandu sebesar Rp 600.000 ya itu dikelola oleh pamong desa untuk apa saja, nanti dialokasikan juga buat kunjungan rumah seperti uang lelah kemungkinan kader mendapat sekitar RP 3.000 sampai Rp 5.000 setiap kunjungan.” (Triangulasi tanggal 16 Mei 2011) P5 : “Sebenarnya harus, karena dari pihak Puskesmas sendiri sudah menjatahkan uang lelah kepada kader itu, kalau sakali kunjungan ke rumah itu diberi tiga ribu rupiah.”
Selain itu juga kader berperan aktif untuk mengingatkan ibu balita untuk
datang saat hari buka Posyandu, kader selalu memanfaatkan pertemuan di desa seperti
pertemuan PKK, dasawisma, atau saat pengajian, saat berpapasan di jalan juga efektif
untuk mengaktifkan sasaran untuk Posyandu.
P1 : “Ya itu tadi di masyarakat di arisan ibu-ibu PKK atau saat dasawisma, pernah juga saat acara wiridan ibu-ibu itu kalau ketemu ibu yang bawa bayi kita sampaikan langsung, ‘bu sesuk yandu nggeh, ki nimbangke putrane men sehat’.” (Wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011)
Semua kader berpendapat cara meningkatkan kualitas Posyandu adalah dengan
adanya APE (Alat Permainan Edukatif), APE sangat berfungsi untuk menghilangkan
rasa jenuh balita. PMT (Pemberian Makanan Tambahan) juga kader perbaiki gizi dan
makanan yang semakin bervariasi, semua upaya tersebut merupakan upaya untuk
menjadikan balita aktif berangkat Posyandu (Yulifah dan Yuswanto, 2009:147).
P6 : “Apa ya, mungkin ini kita merawat alat permainan edukatif itu agar menjadi permainan yang menarik untuk balita sehingga balita tidak apa namanya cepat bosan gitulah mungkin. Selain itu juga kita mengupayakan agar makan PMT itu setiap pertemuan bervariasi dan semakin bernilai gizi.” (Wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011) Selain itu, manfaat dari datang ke Posyandu juga dirasakan oleh ibu balita. Seperti hasil triangulasi berikut ini :
42
T : “Mungkin karena ada mainan buat anak-anak ya Mbak sama makanan tambahan. Soale karang neng ndeso ki (soalnya di desa) jarang ada mainan dan jarang makan yang enak.” (triangulasi pada ibu balita)
Penggunaan leaflet juga sangat membantu kader untuk melakukan penyuluhan,
sasaran lebih mudah paham (Machfoedz dan Suryani, 2006:126). Ketika sasaran telah
paham akan pentingnya berkunjung Posyandu maka diharapkan sasaran mampu
melakukan perilaku kesehatan tersebut, dalam hal ini sasaran datang setiap hari buka
Posyandu.
P4 : “Em menggunakan leaflet pernah.” (Hasil FGD 12 Mei 2011)
Adapun yang masih jadi kendala karena leaflet harus menunggu dari pihak
Puskesmas dan kader tidak ada yang bisa buat leaflet. Jika dikaitkan dengan
karakteristik responden, umur kader dan pendidikan kader bisa menjadi alasan
mengapa kader tidak membuat leaflet sendiri. Padahal leaflet sangat membantu dalam
melakukan penyuluhan.
P1 : “Ya dengan leaflet diharapkan mereka tahu dan memahami manfaat dari Posyandu, setelah tahu kemudian setiap Posyandu bisa datang terus.” (FGD tanggal 12 Mei 2011)
3. Peran Kader Dalam Mengaktifkan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Oleh Ibu Hamil
Peran kader dalam mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam
memanfaatkan pelayanan Posyandu oleh sasaran (DepKes, 2009:8) adalah dengan
melakukan tindak lanjut terhadap sasaran yang tidak datang Posyandu dan sasaran
yang memerlukan penyuluhan lanjutan, yaitu melalui kunjungan rumah. Hal tersebut
sesuai dengan hasil wawancara mendalam :
P2 : “Pada ibu hamil biasanya kita lakukan kunjungan rumah dan kita tanyakan kenapa kemarin tidak Posyandu, kita tanyakan juga kendala atau semacam hambatan yang dirasakan saat kehamilan ini, tapi pada bayi dan anak balita belum pernah saya lakukan kunjungan rumah.” (Wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011)
43
Kader juga aktif mengajak ibu hamil untuk datang saat hari buka Posyandu dan
kader selalu memanfaatkan kegiatan di desa untuk memberitahukan hari buka
Posyandu pada sasaran, misalnya ketika pertemuan PKK, dasawisma atau acara
keagamaan.
P2 : “Kerap kali kader umumkan di pengajian, di kumpulan PKK, dan di dasawisma, kebetulan saya kan ketua dasawisma di RT saya Mbak, saya sampaikan agar datang saat Posyandu tanggal sekian malam sekian.” (Wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011)
Peran kader semakin terlihat manakala kader berinisiatif untuk membuat
tempat tidur untuk periksa ibu hamil. Kader menyadari hal tersebut akan menjadi
sesuatu yang dapat menarik perhatian ibu hamil, seperti saat dilakukan wawancara
mendalam:
P1 : “Ya lumayanlah, dulukan pada ditanya kenapa ibu hamil tidak pernah Posyandu, katanya tidak bisa diperiksa, sekarang semenjak ada tempat tidurnya lumayan ibu hamil datang periksa.” (Wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011)
Ketika dilakukan triangulasi sumber pada ibu hamil juga mengatakan dengan
upaya kader melakukan peningkatan sarana Posyandu, ibu hamil jadi merasa yakin ke
Posyandu untuk periksa.
T : “Kalau dulu itu kan tidak ada tempat tidur, sekarang ada, jadi enak periksa hamil mudah. Dulu saya malas ke Posyandu kan karena tidak diperiksa hanya didemek-demek saja Mbak.” (Triangulasi pada ibu hamil G2)
Media dapat membantu kader untuk melakukan penyuluhan manfaat Posyandu
untuk ibu hamil. Media yang sering digunakan adalah leaflet dimana mudah dibuat
dan mudah dicari bahan pembuatnya. Kalau hanya dengan kata-kata kadang sasaran
mudah lupa namun jika ada yang dibawa pulang sehinggan dapat dibaca-baca.
P6 : “Ya tentu lebih efektif dengan menggunakan leaflet karena penggunaan leaflet itu kan mereka juga bisa membacanya sedangkan kalau penyuluhan biasa mereka hanya mendengar, masuk terus keluar lagi tapi kalau dibaca bisa dibawa pulang.” (Wawancara mendalam tanggal 13 Mei 2011).
44
Terjadi kesamaan dalam beberapa peran kader, antara kader yang satu dengan
yang lain peran yang mereka lakukan hampir sama, ini dapat disebabkan karena lama
menjadi kader sudah lebih dari 10 tahun. Sehingga dalam waktu yang sedemikian
lama itu kader yang pemula dalam hal ini lebih dari 10 tahun melihat dan mempelajari
dari yang lebih senior (lama menjadi kader 20-30 tahun atau > 30 tahun).
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif memerlukan waktu yang lebih lama dan
memerlukan kemampuan untuk menggali setiap item pertanyaan. Pengambilan data
Focus Group Discussion dilakukan setelah Posyandu dimana kader sudah kelelahan
jadi ada kader yang kurang berpatisipasi aktif didalam melakukan Focus Group
Discussion (FGD). Dalam penelitian kualitatif juga peneliti melakukan penelitian
secara berulang-ulang sehingga peneliti terlebih dahulu harus melakukan janjian
pertemuan pada partisipan sehingga membutuhkan manajemen waktu yang baik.
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Peran Kader Dalam Mengaktifkan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu
Oleh Ibu Bayi (0-1 tahun) ada yang telah dilakukan seperti
memberitahukan kepada ibu bayi hari buka Posyandu melalui setiap
kesempaatan di desa, seperti PKK, dasawisma, acara keagamaan dan
bertemu di jalan. Kader pernah melakukan penyuluhan manfaat
Posyandu dengan menggunakan leaflet pada ibu bayi namun jarang,
peningkatan kualitas Posyandu dengan APE dan PMT seperti bubur
susu. Terdapat pula hal yang belum dilakukan seperti kader belum
pernah melakukan tindak lanjut atau kunjungan rumah pada ibu bayi
yang tidak datang Posyandu.
2. Peran Kader Dalam Mengaktifkan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu
Oleh Ibu Balita (1-5 tahun) hampir sama dengan peran kader pada ibu
bayi, ada hal yang telah dilakukan seperti dengan memberitahukan
kepada ibu balita hari buka Posyandu melalui setiap kesempaatan di
desa, seperti PKK, dasawisma, acara keagamaan dan bertemu di jalan.
Peningkatan kualitas Posyandu untuk balita dengan APE dan PMT
seperti makanan keluarga. Kader pernah melakukan penyuluhan
manfaat Posyandu dengan menggunakan leaflet pada ibu balita namun
jarang. Hal yang belum dilakukan adalah kader belum pernah
45
46
melakukan tindak lanjut atau kunjungan rumah pada ibu balita yang
tidak datang Posyandu.
3. Peran Kader Dalam Mengaktifkan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu
Oleh Ibu Hamil telah dilakukan dengan lengkap seperti melakukan
tindak lanjut atau kunjungan rumah pada ibu hamil yang tidak datang
Posyandu, memberitahukan kepada ibu hamil hari buka Posyandu
melalui setiap kesempaatan di desa, seperti PKK, dasawisma, acara
keagamaan dan bertemu di jalan. Meningkatkan kualitas dari Posyandu
dengan membuat tempat tidur periksa, melakukan penyuluhan yang
berkaitan dengan manfaat Posyandu dengan menggunakan leaflet.
B. Saran
1. Bagi Petugas Kesehatan
a. Perlu adanya penambahan jumlah kader sebanyak empat orang,
supaya satu orang kader dapat membina paling sedikit 10 KK
untuk meningkatkan keadaan kesehatan.
b. Perlu adanya laporan kunjungan rumah oleh kader kepada petugas
Puskesmas sehingga bukan hanya ibu hamil yang dilakukan
kunjungan rumah tetapi juga ibu bayi dan ibu balita.
c. Perlu dilakukan penyegaran kepada kader akan pentingnya peran
kader dalam mengaktifkan pemanfaatan pelayanan Posyandu.
46
46
d. Diharapkan lebih sering memberikan media yang lebih bervariatif
sebagai alat bantu saat penyuluhan misalnya booklet, pamflet dan
lembar balik.
2. Bagi Kader
Diharapkan dapat melakukan kunjungan rumah pada ibu bayi dan ibu
balita, sehingga cakupan D/S dapat semakin meningkat.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan untuk pemilihan partisipan dapat dipilih bervariatif
karakteristiknya dan jumlah partisipan lebih banyak sehingga
didapatkan hasil dan pengalaman yang lengkap dan bervariasi pula.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E.R., Rismintari, Y.S. (2009). Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika.
Anonim. 2009. Angka Kematian Bayi di Indonesia Masih Tinggi. http://bataviase . co.id/content/angka-kematian-bayi-di-indonesia-tinggi. dikases pada tanggal 21 April 2011.
Anonim. Angka Kematian Ibu Melahirkan. http://www.menegpp.go.id/ aplikasidata/index.php?option=com_docman&task=doc_download&gid=290 &Itemid=111. Diakses pada tanggal 25 April 2011
Depkes RI. (2009). Buku Pegangan Kader. Jakarta:Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Machfoedz, I., Suryani, E. (2006). Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya.
Maryam, R.S., Widyastuti, R.H., Prio, A.Z., Bakar, H.A., Iskandar, A., Akhmadi. (2010). Buku Panduan Bagi Kader Posbindu lansia. Jakarta Timur : CV. Trans Info Medika.
Meilani, N., Setiyawati, N., Estiwidani, D., Sumarah. (2009). Kebidanan komunitas. Yogyakarta : Fitramaya.
Moleong, L.J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Pratiwi. (2010). Peran kader kesehatan dalam Upaya Deteksi Dini Komplikasi Kehamilan di Posyandu Desa Girirejo Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Roeshadi, R.H. (2006). Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan Angka Kematian Ibu Penderita Pre0eklamsia dan Eklamsia. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/721/1/Haryono.pdf
Saryono, Anggraeni, M.D. (2010). Metodelogi Penelitian kualitatif Dalam Bidang kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Syafrudin, Hamdani. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.
Syafrudin, Theresia, Jomima. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media.
Wahyuningsih, H.N., Ircham, Indriyani, A., Santi, M.Y. (2009). Dasar-Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.
Yulifah, R., Yuswanto, T.J.A. (2009). Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika.
Widiastuti, I., G., A., M., Kristiani. 2006. Pemanfaatan pelayanan posyandu di Kota Denpasar. http://lrc-kmpk.ugm.ac.id/id/UP-PDF/_working/ No.15_ widiastuti_07_06.pdf. Diakses pada tanggal 10 April 2011.
Widagdo, L., dan Husodo, B.T. (2009). Pemanfaatan Buku KIA Oleh Kader Posyandu:Studi Pada Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem Kabupaten Bojonegoro. Makara, Kesehatan, Vol. 13, No. 1. Di akses tanggal 10 Maret 2011 dari http://journal.ui.ac.id/ upload/artikel /08 _Laksmono_Layout_2.pdf.
Zulkifli. (2003). Posyandu dan Kader Kesehatan. http://library.usu.ac.id/ down load/fkm/fkm-zulkifli1.pdf. Diakses tanggal 09 Agustus 2011
TIME SCHEDULE PENYUSUNAN KTI
NO Jenis Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1. Pengajuan Judul 2. Studi Pendahuluan 3. Penyusunan BAB I 4. Penyusunan BAB II 5. Penyusunan BAB III 6. Revisi BAB I, BAB
II, BAB III
7. Seminar Proposal 8. Revisi Proposal 9. Penelitian 10. Penyusunan Laporan
Penelitian
11. Ujian Hasil KTI 12. Revisi dan Penjilidan 13. Pengumpulan KTI
yang telah disyahkan dewan penguji (2 eksemplar) dan inti sari (3 eksemplar)
Lampiran 4
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN FGD
Yth............
Di tempat
Dengan Hormat,
Saya mahasiswi program studi D III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta bermaksud melakukan penelitian dengan judul “PERAN KADER DALAM MENGAKTIFKAN PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU DI DUSUN SRANDU BANJARHARJO KALIBAWANG KULON PROGO”.
Data yang diperoleh dari Saudari dijamin kerahasiaanya hanya digunakan untuk keperluan penelitian saya. Kami memohon kesedian Saudari untuk membantu jalanya penelitian ini dengan menjadi responden penelitian. Atas perhatian dan kesedian Saudara untuk menjadi responden penelitian, saya mengucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Meilani Nauli
Lampiran 5
PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN FGD
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk turut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian dalam penelitian dengan judul “PERAN KADER DALAM MENGAKTIFKAN PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU DI DUSUN SRANDU BANJARHARJO KALIBAWANG KULON PROGO”.
Nama :
Alamat :
Saya mengetahui bahwa keterangan yang saya berikan akan bermanfaat bagi penelitian ini.
Srandu, .....................
( )
Lampiran 6
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama (boleh inisial) : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : laki-laki/perempuan* : 4. Pendidikan terakhir**
SD SMP SMU/SMK PERGURUAN TINGGI LAIN – LAIN
5. Pekerjaan pokok : 6. Lama menjadi kader :
Keterangan :
*: Coret yang tidak perlu
**: Beri tanda check (V) pada jawaban yang dipilih
Lampiran 7
PEDOMAN DISKUSI KELOMPOK TERARAH (FOCUS GROUP DISCUSSION) PERAN KADER POSYANDU DALAM
MENGAKTIFKAN PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU DI DUSUN SRANDU BANJARHARJO KALIBAWANG KULON
PROGO
I. Pembukaan
1. Mengucapkan salam
2. Mengucapkan terima kasih kepada peserta DKT atas kehadiran.
II. Penjelasan
1. Memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan pertemuan diskusi kelompok terarah. Para peserta diharapkan pada pertemuan ini dapat memberikan kontribusi pemikiran yang berkaitan dengan peran kader dalam mengaktifkan pemanfaatan pelayanan posyandu.
2. Informasi yang diberikan oleh peserta sangat berarti, semata-mata hanya untuk kepentingan penelitian, kerahasiaan jawaban peserta sangat dijamin.
3. Untuk itu melalui kesempatan yang baik ini, kami ingin mengetahui bagaimana peran kader dalam mengaktifkan pemanfaatan pelayanan posyandu menurut peserta.
4. Para peserta diskusi boleh berbeda pendapat dan semua perbedaan itu menjadi bahan masukan bagi kami.
5. Kami percaya bahwa peserta memiliki banyak kegiatan yang berkaitan denga mengaktifkan sasaran posyandu untuk hadir ke posyandu.
III. Prosedur
1. Diskusi dipimpin oleh moderator (peneliti) dan dibantu dengan asisten sebagai dokumenter (teman sejawat).
2. Moderator akan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan peran kader dalam mengaktifkan Posyandu.
3. Kepada peserta diskusi dipersilahkan untuk memberikan pendapat tanpa menunggu ditunjuk.
4. Kepada peserta diharapkan dalam memebrikan pendapat secara bergantian dan tidak saling memotong pendapat dari peserta lain. Kegiatan ini tidak bermaksud mencari pendapat yang sama (kata sepakat) sehingga pendapat yang berbeda – beda mungkin dapat terjadi.
IV. Perkenalan peserta
1. Sebelum diskusi dimulai moderator menyiapkan papan nama yang ditaruh di atas meja di depan peserta sesuai dengan nama peserta, gunanya agar mempermudah moderator dalam menghafal peserta.
2. Peserta tidak perlu khawatir dengan identitas dirinya, hal ini karena identitas peserta dirahasiakan dan hal ini hanya untuk kepentingan pencarian data penelitian.
V. Pertanyaan
Catatan : dimohon berpendapat atau menjawab sesuai dengan apa yang masing-masing peserta ketaahui dan lakukan di lapangan.
1. Umur berapa sampai berapa saja yang dikatakan bayi ?
2. Umur berapa sampai berapa saja yang dikatakan balita?
3. Apakah yang Saudari lakukan jika ibu bayi (0–1 tahun), ibu balita (1-5 tahun) dan ibu hamil tidak datang saat hari buka Posyandu? Jelaskan?
4. Bagaimana upaya Saudari memberitahukan kepada ibu bayi (0–1 tahun), ibu balita (1-5 tahun) dan ibu hamil agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka Posyandu? Jelaskan?
5. Apakah Saudari memanfaatkan setiap kesempatan di desa agar ibu bayi (0–1 tahun), ibu balita (1-5 tahun) dan ibu hamil berkunjung ke Posyandu saat hari buka Posyandu? Jelaskan?
6. Bagaimana upaya Saudari untuk meningkatkan kualitas dari sarana Posyandu untuk ibu bayi (0–1 tahun), ibu balita (1-5 tahun) dan ibu hamil? Jelaskan?
7. Apakah pernah Saudari memberikan penyuluhan dengan menggunakan alat bantu yang berkaitan dengan manfaat Posyandu ibu bayi (0–1 tahun), ibu balita (1-5 tahun) dan ibu hamil? Jelaskan?
8. Apakah penggunaan media efektif untuk mengaktifkan ibu bayi (0–1 tahun), ibu balita (1-5 tahun) dan ibu hamil untuk datang ke Posyandu? Jelaskan?
Lampiran 8
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN WAWANCARA MENDALAM
Yth............
Di tempat
Dengan Hormat,
Saya mahasiswi program studi D III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta bermaksud melakukan penelitian dengan judul “PERAN KADER DALAM MENGAKTIFKAN PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU DI DUSUN SRANDU BANJARHARJO KALIBAWANG KULON PROGO”.
Data yang diperoleh dari Saudari dijamin kerahasiaanya hanya digunakan untuk keperluan penelitian saya. Kami memohon kesedian Saudari untuk membantu jalanya penelitian ini dengan menjadi responden penelitian. Atas perhatian dan kesedian Saudara untuk menjadi responden penelitian, saya mengucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Meilani Nauli
Lampiran 9
PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN WAWANCARA MENDALAM
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk turut
berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian dalam penelitian dengan judul “PERAN KADER DALAM MENGAKTIFKAN PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU DI DUSUN SRANDU BANJARHARJO KALIBAWANG KULON PROGO”.
Nama :
Alamat :
Saya mengetahui bahwa keterangan yang saya berikan akan bermanfaat bagi penelitian ini.
Srandu, .....................
( )
Lampiran 10
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
PERAN KADER DALAM MENGAKTIFKAN PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU DI DUSUN SRANDU KALIBAWANG
KULON PROGO
1. Apakah yang Saudari lakukan jika ibu bayi (0–1 tahun), ibu balita (1-5 tahun) dan ibu hamil tidak datang saat hari buka Posyandu? Jelaskan?
2. Apakah upaya yang Saudari lakukan efektif untuk mengaktifkan ibu bayi (0–1 tahun), ibu balita (1-5 tahun) dan ibu hamil datang saat hari buka Posyandu? Jelaskan?
3. Bagaimana upaya Saudari memberitahukan kepada ibu bayi (0–1 tahun), ibu balita (1-5 tahun) dan ibu hamil agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka Posyandu? Jelaskan?
4. Apakah Saudari memanfaatkan setiap kesempatan di desa agar ibu bayi (0–1 tahun), ibu balita (1-5 tahun) dan ibu hamil berkunjung ke Posyandu saat hari buka Posyandu? Jelaskan?
5. Bagaimana upaya Saudari untuk meningkatkan kualitas Posyandu untuk ibu bayi (0–1 tahun), ibu balita (1-5 tahun) dan ibu hamil? Jelaskan?
6. Apakah upaya peningkatan kualitas Posyandu yang Saudari lakukan efektif untuk mengaktifkan ibu bayi (0–1 tahun), ibu balita (1-5 tahun) dan ibu hamil datang saat hari buka Posyandu? Jelaskan?
7. Apakah pernah Saudari memberikan penyuluhan dengan menggunakan alat bantu (media) yang berkaitan dengan manfaat Posyandu ibu bayi (0–1 tahun), ibu balita (1-5 tahun) dan ibu hamil? Jelaskan?
8. Apakah penggunaan media efektif untuk mengaktifkan ibu bayi (0–1 tahun), ibu balita (1-5 tahun) dan ibu hamil untuk datang ke Posyandu? Jelaskan?
Lampiran 11
HASIL TRANSKRIP FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)
PERAN KADER DALAM MENGAKTIFKAN PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU DI DUSUN SRANDU BANJARHARJO KALIBAWANG KULON PROGO
Srandu, 12 Mei 2011
NO URAIAN TRIANGULASI
1
5
10
15
20
25
30
MN : “Sebelumnya assalamu’alaykum warahmatullahi
wabarokatuh, em baiklah Ibu-Ibu, sebelumnya saya
berterimakasih ya kepada Ibu-Ibu semua yang telah
meluangkan waktunya untuk dapat memenuhi
undangan saya. Sebelumnya Bu, maaf ini apakah
Ibu-Ibu sudah mengerti maksud dan tujuan saya
mengumpulkan Ibu-Ibu semua di sini?”
P1 dan P2 : “Penelitian.”
P3 : “Em penelitian to Mbak.”
P4 : (mengangguk)
P5 : “Wawancara ya Mbak.”
MN : “Em, begini Ibu-Ibu saya sengaja mengumpulkan Ibu-
Ibu di sini kita akan sama-sama berdiskusi ya Bu
tentang penelitian saya yang bertemakan tentang
peran kader. Saya mengharapkan Ibu-Ibu semua
nanti memberikan tanggapan terhadap tema
pertanyaan yang saya berikan, jadi ya Ibu-Ibu
sistemnya ini saya tidak menunjuk tapi Ibu-Ibu
yang tahu langsung angkat tangan dan
menjawabnya gantian ya Bu!”
P1 P2 P3 P4 P5 P6 : (mengangguk).
MN : “O ya satu lagi Bu, pendapat Ibu-Ibu semua tidak ada
yang salah ya Bu jadi jangan ragu untuk menjawab
nanti. Ibu-Ibu jangan khawatir nanti nama-nama Ibu
akan dirahasiakan. Em Ibu-Ibu maaf ini saya
menggunakan alat perekam atau kamera tidak apa-
apa ya Bu?”
P1 P2 P3 : “Nggak apa apa Mbak.”
MN : “Em baiklah ya Bu, mungkin ada yang ingin
ditanyakan?”
35
40
P1 P2 P5 : “Nggak Mbak.”
MN : “Jika tidak ada, kita berkenalan dulu ya Bu, biar
akrab. Kita mulai dari sebelah kanan saya ya Bu”
P1 : “Saya kalo di dusun lebih dikenal dengan ibu ‘Jo’ tapi
nama sebenarnya ibu ‘Sj’, “Jg” itu nama suami saya.”
P2 : “Saya ‘Am’.”
P3: “Saya ‘Sk’.”
P4 : “Saya ‘Km’.”
P5 : “Saya ‘Ma’.”
P6 : “Saya ‘Ks’.”
45
50
55
60
65
MN : “Namun sebelumnya saya ingin bertanya pada Ibu-
Ibu semua ya Bu, yang dinamakan bayi itu umur
berapa saja Bu?”
P3 : “0-1 tahun.”
P2 : “Ia 0-1 tahun.”
MN : “Kalau balita bu?
P5 : “1-5 tahun.”
MN : “Ia ya Bu, bayi 0-1 tahun, dan balita 1-5 tahun.”
MN : “Bu kita mulai diskusinya ya Bu, apa yang lakukan
jika ibu bayi, ibu balita, dan ibu hamil tidak datang
saat hari buka Posyandu?
P6 : “Kalau misalkan ada sasaran itu ibu bayi dan ibu
balita juga ibu hamil tidak datang saat hari buka
Posyandu, seharusnya kader itu melakukan
kunjungan rumah sasaran yang tidak datang.
Namun pada kenyataanya tidak seperti itu,
apalagi kalau yang tidak datang itu yang bayi dan
balita tidak pernah kita lakukan kunjungan
rumah. Kecuali pada ibu hamil soalnya dalam
satu dusun itu paling yang hamil 3 orang paling
banyak 5 orang, kalau ibu hamil baru kita
lakukan kunjungan rumah.”
P2 : “Kalau bayi dan balitanya kita kunjungi ke rumah
semua, sepertinya kader tidak sanggup sedangkan
kader Cuma 6 dan anak bayi dan balita jumlahnya 30-
an.”
MN : “Jadi selama ini apa yang kader lakukan jika ada bayi
MN : “Bu, apakah di kehamilan ini
pernah didatangi kader ke rumah?”
T : “Ia Mbak.”
MN : “Itu mengapa ya Bu?”
T : “Ya karena saya tidak datang
Posyandu dan tidak periksa ke
Puskesmas juga, em gimana ya
Mbak.”
MN : “Gimana Bu?
T: “Karena saya malu nanti pasti
ditanya lagi kok bisa hamil lagi
padahal anak saya masih kecil.”
(Triangulasi pada ibu hamil
trimester tiga 52-62)
MN : “Bu apakah kader pernah
mengumumkan hari buka
Posyandu pada saat pertemuan
PKK atau dasawisma?”
T : “Ya selalu Mbak, kader tidak
bosan-bosanya mengingatkan,
biasanya di malam mujadahan
juga disampaikan.”
MN : “Selain itu Bu?”
T : “kalau ketemu di masjid juga
kadang saya dengar itukan
kadernya menyampaiakn untuk
70
75
80
85
90
95
100
yang tidak Posyandu Bu?”
P1 : “Paling hanya kita sapa di jalan kalau untuk ibu bayi
dan balita, kalau yang sering nggak datang kan
orangnya itu-itu saja, ya kita ingatkan saat ketemu
misal di jalan saja. Biasanya kalo yang jarang datang
itu, memang jarang kumpul diacara-acara masyarakat
atau tidak mau bermasyarakat.”
P5 : “Mungkin kalau ada yang tetangga, dari kader itu
yang kita utus melakukan kunjungan rumah ibu
hamil. Di sini kan jarak rumah satu dengan yang
lain lumayan jauh dan jalanya itu kan nggak
koyok neng Yujo sudah datar, di sini ya begini
Mbak masih gunung.”
MN : “Ada yang ingin berpendapat lain Bu?
P5 : “Kayaknya sudah Mbak.”
MN : “Kalau begitu kita lanjutkan ke tema yang selanjutkan
ya Bu?”
MN : “Bagaimana cara Ibu-Ibu semua memberitahukan
kepada ibu bayi, ibu balita dan ibu hamil agar
berkunjung ke Posyandu saat hari buka Posyandu?
P2 : “Ya macem-macem Mbak, biasane ki kita umumin
pas arisan dasawisma dusun atau dasawisma desa,
atau saat ketemu di jalan atau pas di pasar, kalau
ditempat saya itu ada mujadahan kita sampaikan
‘jangan lupa datang ya Posyandu besok di rumah
bu dukuh, pokoknya kita beritahu dimana saat
bertemu dengan sasaran.”
P6 : “Itu juga Mbak biasane juga kita umumkan di masjid
saat ada pengajian Mbak.”
P5 : “Ya paling sering ya saat ketemu di jalan.”
P1 : “Em bertemu di jalan sama pas kumpulan PKK
kan ibu yang mengikuti Posyandu itu biasanya
pada rajin ikut PKK ya pas itu disampaikan
kapan Posyandu ya diingatkan.”
MN : “Apakah sama Bu cara memberitahukan untuk ibu
bayi, ibu balita dan ibu hamil?”
P1 : “Sama-sama saja Mbak, tidak ada berbeda.”
ke Posyandu.”
(Triangulasi pada salah seorang
warga 87-94)
MN : “Bu kalau datang ke Posyandu
itu senang apanya Bu?”
T : “Senang kan dapat timbang anak
tau berat badanya banyak
manfaatnya.”
MN : “Selain bisa timbang Bu, kalau
timbang itu kan memang
manfaatnya ya Bu, tapi ini tu ibu
datang Posyandu yang disenangi
apanya Bu?”
T : “Mungkin karena ada mainan buat
anak-anak ya Mbak sama
makanan tambahan. Soale karang
neng ndeso ki (soalnya di desa)
jarang ada mainan dan jarang
makan yang enak.”
MN : “Dengan adanya APE (Alat
Permainan Edukatif) apakah
menjadi daya tarik tersendiri
untuk Ibu untuk datang ke
Posyandu Bu?
T : “Ya Mbak jadi dengan adanya
mainan anaknya saya juga senang
ke Posyandu, anak saya juga
betah di Posyandu.”
MN : “Kalau makanan tambahan?”
T : ”Makanan tambahan itu juga bisa
Mbak soalnya kan makananya
beda sama kayak di rumah
maklum di sini kan di desa Mbak
jadi makan kadang seadanya.
(Triangulasi data pada ibu balita
135-150)
105
120
125
130
135
140
145
150
MN : “O ya ya Bu, Bu apakah ibu memanfaatkan setiap
kesempatan di desa agar kelompok sasaran
berkunjung ke Posyandu saat hari buka Posyandu?”
P5 : “Ia kan melalui perkumpulan ibu-ibu PKK atau
dasawisma. Di sini kan ada dasawisma dusun dan
daswisma RT, soalnya pertemuan-pertemuan
seperti ini kan ibu-ibunya hampir semua pada
datang, sekalian kita sampaikan agar datang
Posyandu dan biasanya juga kita sampaikan agar
mengajak yang lain sekalian.”
P6 : “Setiap malam jumat itu kalau di RT saya 51 ada
mujadahan, selalu saya sampaikan secara langsung
pada sasaran baik ibu bayi, ibu balita dan ibu hamil
jika ada.”
P3 : “Atau saat pengajian.”
MN : “Ada Ibu-Ibu yang ingin berpendapat lain lagi?”
P3 : “Tidak ada kayaknya Mbak.”
MN : “Baik, saya lanjutkan ya Bu. Bagaimana cara Ibu-Ibu
untuk meningkatkan kualitas dari Posyandu untuk ibu
bayi, ibu balita dan ibu hamil?
P5 : “Kalau pada saat Posyandu itu kan ada alat
permainan edukatif, itu dapat menjadi daya tarik
tersendiri untuk bayi, kita berikan sesuai dengan
umurnya, selain itu juga saat pemberian makan
tambahan kalau untuk bayi yang belum bisa
makan nasi kita sediakan yang di warung
kemudian yang buat ibunya kami menyediakan
air hangat.”
P6 : “Pada ibu balita juga sama ada alat permainan
sehingga balita-balitanya tidak cepat bosan.”
P2 : “Selain permainan biar nggak cepat bosan juga
yang makanan untuk balita ini tentunya agak
berbeda dengan yang bayi, karena yang balita
kan makanya sudah nasi, jadi kalau nasi itu kita
buat bergizi dan seimbang, ada empat sehat lima
sempurna.”
P2 : “Pada ibu hamil kita sediakan tempat tidur, di
MN : “Bu pernah ke Posyandu Bu
periksa?”
T : “Pernah Mbak sering kan di
Posyandu itu gratis samalah
periksanya dengan di Puskesmas.”
MN : “Ini anak yang keberapa Bu?
T : “Kedua.”
MN : “Perbedaan dengan Posyandu
yang lalu apa Bu?”
T : “Kalau dulu itu kan tidak ada
tempat tidur, sekarang ada, jadi enak
periksa hamil mudah. Dulu saya malas
ke Posyandu kan karena tidak
diperiksa hanya didemek-demek saja
Mbak.”
(Triangulasi pada ibu hamil G2 151-
155)
MN : “Ibu pernah diberi leaflet
tentang manfaat Posyandu untuk
bayi Bu?”
T1 : “Pernah Mbak.”
MN : “Leflet itu membantu Ibu untuk
mengerti manfaat Posyandu Bu?”
T1: “Ya membantu, kalau sudah
dibaca ya tau manfaatnya.
MN : “Selain itu Bu, manfaat leaflet
yang lain apa Bu yang ibu
rasakan?”
T1 : “Jadi mengetahui manfaat
Posyandu ternyata Posyandu itu
baik tho, jadi kalau tidak yandu
itu terasa rugi kan sebulan tho
Mbak bayi ditimbang, kita tahu
bayi kita sehat atau tidak.”
MN : “Karena tau manfaatnya jadi
rugi ya Bu kalau tidak
155
160
165
170
175
180
185
dalam ada 1 bad untuk periksa ini hasil dari
iuran Posyandu tiap bulan, ya lumayan dapat kita
belikan bad yang buat juga orang dusun sini jadi
tidak terlalu mahal biayanya.”
P4: “Bad nya kan mempermudah ibu hamil diperiksa.”
MN : “Ada Ibu yang ingin berpendapat lagi?”
MN : “Ya jika tidak ada saya lanjutkan ya Bu? Apakah Ibu
semua pernah Melakukan penyuluhan yang berkaitan
dengan manfaat Posyandu, dengan menggunakan alat
bantu? Misalnya leaflet, lembar balik atau apa?”
P4 : “Em menggunakan leaflet pernah.”
MN : “Leaflet tentang manfaat Posyandu untuk bayi, balita
atau ibu hamil Bu?”
P4 : “Ya pernah semuanya digabung jadi satu semacam
kertas itu tho.”
P2 : “Ia pernah tapi itu jarang.
P6 : “Pernah tapi sudah lama juga kalau pake leaflet, lebih
sering dengan omongan saja. kalau hanya menunggu
Puskesmas kadang lama nggak mesti ada leafletnya.”
P1 : “Ya dengan leaflet diharapkan mereka tahu dan
memahami manfaat dari Posyandu, setelah tahu
kemudian setiap Posyandu bisa datang terus.”
MN : “Selain dengan leaflet apalagi Bu?”
P3 : “Selain leaflet itu ada poster dulu sudah lama tapi
sekarang sudah tidak ada Mbak, sudah robek kan itu
ditempel, kadang kena matahari kan hilang
gambarnya. Memang kalo yang dapat mengajak
selain omong-omong tadi itu ya leaflet, soalnya kan
dibawa pulang sampai rumah bisa dibaca.”
MN : “Kalau penggunaan leaflet itu untuk mengaktifkan ibu
bayi, ibu balita dan ibu hamil untuk datang ke
Posyandu bisa tidak Bu?
P2 : “Sebenarnya sangat bisa ya dengan ada alat bantu
seperti leaflet yang memudahkan sasaran untuk
membaca dan kalau leaflet itu kan dibawa pulang
juga bisa dibaca-baca. Ada manfaatnya dan
keuntunganya sudah jelas disitu. Kita juga mudah
Posyandu?”
T1 : “Ia Mbak karena banyak
manfaatnya, kalau timbang itu
kan tidak mesti sebulan sekali ke
Puskesmas ke Puskesmas pas
imunisasi saja jarang.”
(Triangulasi pada ibu bayi 171-173)
190
195
menyampaiakan, namun kita sebagai kader hanya
menunggu leaflet dari pihak Puskesmas saja.”
P5 : “Selain itu juga memudahkan kami kader melakukan
penyuluhan pada sasaran, namun ya itu kendalanya
leafletnya, yo dong-dongan kadang ada kadang tidak,
mungkin biar masyarakat tidak bosan jadi kadang
diganti temanya tidak hanya tentang Posyandu ada
yang lain juga.”
MN : “Mungkin ada yang ingin berpendapat lain?”
P1 : “Tidak Mbak.”
Lampiran 12
HASIL WAWANCARA MENDALAM PADA PARTISIPAN KEDUA
PERAN KADER DALAM MENGAKTIFKAN PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU DI DUSUN SRANDU BANJARHARJO KALIBAWANG KULON PROGO
Srandu, 13 Srandu 2011
NO URAIAN TRIANGULASI
1
5
10
15
20
25
MN : “Kita mulai ya Bu wawancaranya Bu?”
P2 : “O ya ya Mbak, silahkan.”
MN : “Bu, apa yang ibu lakukan jika ibu bayi, ibu
balita, dan ibu hamil tidak datang saat hari
buka Posyandu?
P2 : “Pada ibu hamil biasanya kita lakukan
kunjungan rumah dan kita tanyakan kenapa
kemarin tidak Posyandu, kita tanyakan juga
kendala atau semacam hambatan yang
dirasakan saat kehamilan ini, tapi pada bayi
dan anak balita belum pernah saya lakukan
kunjungan rumah.”
MN : “Kenapa pada ibu hamil saja Bu yang
dilakukan kunjungan rumah?”
P2 : “Karena jumlah kader yang sedikit dan
jumlah bayi dan balita banyak
sedangkan pada ibu hamil paling
banyaklah itu lima orang saja.”
MN : “ Yang sebenarnya Bu?.”
P2 : “Ya yang sebenarnya harus, seperti ibu hamil
tadi, tapi kan bayi dan anak balitanya
banyak e di Srandu ini, kalau kadernya
Cuma 6 orang nggak cukup satu-satu tapi
kalau ibu hamil kan hanya 3 sampai 5 orang
saja.”
MN : “O begitu ya Bu?, tapi kalau semua sasaran
itu dilakukan kunjungan rumah jika tidak
MN : “Bu, apakah di kehamilan
ini pernah didatangi kader ke
rumah?”
T : “Ia Mbak.”
MN : “Itu mengapa ya Bu?”
T : “Ya karena saya tidak datang
Posyandu dan tidak periksa ke
Puskesmas juga, em gimana ya
Mbak.”
MN : “Gimana Bu?
T: “Karena saya malu nanti pasti
ditanya lagi kok bisa hamil lagi
padahal anak saya masih kecil.”
(Triangulasi pada ibu hamil 7-
13)
MN : “Bu, kader pernah ke
rumah nggak Bu melakukan
kunjungan rumah, atau
mengajak ibu Posyandu
dengan mendatangi rumah
ibu?”
T : “Ke rumah terus ngajak yandu
belum pernah, belum pernah
ke rumah kalo kader itu.”
MN : “Misal ya Bu, ibu tidak
berangkat Posyandu terus
30
35
40
45
50
55
60
Posyandu itu kira-kira gimana Bu?”
P2 : “Pastinya itu angka timbang bayi dan balita
mencapai 100 % itu yang diharapkan, ibu
hamil juga sehat karena rutin periksa.”
MN : “Itu apakah sasaran akan mau datang
Posyandu Bu kalau ibu datangi ke rumah?”
P2 : “Ya pastinya Mbak, mereka juga akan
merasa diperhatikan oleh kader nya.”
MN : “Em gitu ya Bu, mungkin Ibu ada yang
ingin ditambahkan?”
P2 : “Tidak.”
MN : “Bagaimana cara Ibu memberitahukan
kepada ibu bayi, ibu balita dan ibu hamil
agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka
Posyandu Bu?
P2 : “Kerap kali kader umumkan di
pengajian, di kumpulan PKK, dan di
dasawisma, kebetulan saya kan ketua
dasawisma di RT saya Mbak, saya
sampaikan agar datang saat Posyandu
tanggal sekian malam sekian.”
MN : “Apa setiap pertemuan-pertemuan itu diberi
pengumuman terus?”
P2 : “Ia, kita beritahu terus, soalnya ibu-ibu kan
suka lupa Mbak. Apalagi kita kan Posyandu
nya juga ada lansianya, wah kalo nggak
diberitahu si mbah- si mbah itu bisa lupa.
Wong diberitahu terus aja kadang do podho
nggak berangkat.”
MN : “Selain dengan diingatkan saat pengajian
pertemuan PKK dan dasawisma apalagi
Bu?”
P2 : “Dengan berpasasan di jalan juga sering
kader datang ke rumah ibu
terus mengajak Posyandu itu
gimana Bu, Ibu mau
berangkat?
T : “Ya kalo sampai didatangi ya
berangkat Mbak, masak
sudah didatangi mboten
menyang ki yo isin (tidak
datang ya malu).”
(Triangulasi pada ibu bayi
yang Posyandu bulan April
tidak datang 35-36)
MN : “Bu apakah kader pernah
mengumumkan hari buka
Posyandu pada saat
pertemuan PKK atau
dasawisma?”
T : “Ya selalu Mbak, kader tidak
bosan-bosanya
mengingatkan, biasanya di
malam mujadahan juga
disampaikan.”
MN : “Selain itu Bu?”
T : “kalau ketemu di masjid juga
kadang saya dengar itukan
kadernya menyampaikan
untuk ke Posyandu.”
(Triangulasi pada salah
seorang warga 44-49)
MN : “Bu kalau datang ke
65
70
75
80
85
90
karena lebih mudah dan lebih santai juga
perbincanganya sambil menyapa.”
MN : “Untuk ibu hamil juga gitu Bu?”
P2 : “Ia sama saja baik bumi ibu bayi dan ibu
balita.”
MN : “Jadi sama ya Bu antara ibu bayi, ibu balita
dan ibu hamil?”
P2 : “Ya sama saja.”
MN : “Oh begitu ya Bu? Mungkin ada yang lain
Bu?”
P2 : “Em tidak Mbak.”
MN : “O ya ya Bu, Bu apakah ibu memanfaatkan
setiap kesempatan di desa agar kelompok
sasaran berkunjung ke Posyandu saat hari
buka Posyandu?”
P2 : “Selalu saya sampaikan disetiap kesemapatan
seperti kalau ada pertemuan PKK atau
dasawisma itu kan per10 rumah tho nah itu
saya sampaikan terus agar Posyandu itu
benar-benar dimanfaatkan oleh sasaran.”
MN : “Mungkin ada cara yang lain Bu?”
P2 : “Em saat mujadahan juga ya kita jemput
bola, itu malah lebih efektif sambil kita beri
tahu tanggalnya lagi, walaupun sudah pada
tahu biar semakin ingat Mbak.”
MN : “Baik, saya lanjutkan ya Bu. Bagaimana
cara Ibu untuk meningkatkan kualitas dari
Posyandu untuk ibu bayi, ibu balita dan ibu
hamil?
P2 : “Ya disinikan ada permainan untuk
mengasah kemampuan balita, ada
perosotan juga kemarin habis kita cat
ulang, ada banyak susunan balok
Posyandu itu senang apanya
Bu?”
T : “Senang kan dapat timbang
anak tau berat badanya
banyak manfaatnya.”
MN : “Selain bisa timbang Bu,
kalau timbang itu kan
memang manfaatnya ya Bu,
tapi ini tu ibu datang
Posyandu yang disenangi
apanya Bu?”
T : “Mungkin karena ada mainan
buat anak-anak ya Mbak
sama makanan tambahan.
Soale karang neng ndeso ki
(soalnya di desa) jarang ada
mainan dan jarang makan
yang enak.”
MN : “Dengan adanya APE (Alat
Permainan Edukatif) apakah
menjadi daya tarik tersendiri
untuk Ibu untuk datang ke
Posyandu Bu?
T : “Ya Mbak jadi dengan adanya
mainan anaknya saya juga
senang ke Posyandu, anak
saya juga betah di
Posyandu.”
MN : “Kalau makanan
tambahan?”
T : ”Makanan tambahan itu juga
bisa Mbak soalnya kan
makananya beda sama kayak
95
100
105
110
115
120
125
jadinya kader bisa mengetahui tumbuh
kembang balita sesuai umur kan
mainanya itu sesuai dengan umur balita.
Selain itu juga ada pemberian makanan
tambahan atau PMT itu.”
MN : “Selain permainan apalagi Bu?”
P2 : “Pada ibu hamil ada kita sediakan tempat
tidur periksa, tempat tidur itu sudah kita
namai juga ‘dusun Srandu’ karena kalau
lagi ada acara di balai desa dan pakai
pinjam itu suka ketukar.”
MN : “Selain itu Bu?”
P2 : “Anak balita juga dapat PMT, kadang
balita suka nangis kan kalau Posyandu
minta pulang dengan ada mainan juga
PMT jadi betah, makanan gitu tho
dimakan rame-rame mesti anak anak
senang makanya lebih banyak
habisnya.”
MN : “Bu apakah dengan upaya yang ibu lakukan
itu efektif Bu untuk mengajak sasaran ke
Posyandu?”
P2 : “Tentu karena memang kalau di desa ini ya
Mbak jarang makan yang enak. Pada ibu
hamil juga kita buat tempat tidur, jadi ibu
hamil itu kalau datang Posyandu juga
ditimbang dan benar-benar diperiksa, jadi
mereka yakin kalau periksa di Posyandu.
MN : “O gitu ya Bu, mungkin ada yang lain tidak
Bu?”
P2 : “Kayak e nggak Mbak.”
MN : “Bu apakah Ibu pernah melakukan
penyuluhan yang berkaitan dengan manfaat
di rumah maklum di sini kan
di desa Mbak jadi makan
kadang seadanya.
(Triangulasi data pada ibu
balita 91-99)
MN : “Bu pernah ke Posyandu
Bu periksa?”
T : “Pernah Mbak sering kan di
Posyandu itu gratis samalah
periksanya dengan di
Puskesmas.”
MN : “Ini anak yang keberapa
Bu?
T : “Kedua.”
MN : “Perbedaan dengan
Posyandu yang lalu apa Bu?”
T : “Kalau dulu itu kan tidak ada
tempat tidur, sekarang ada, jadi
enak periksa hamil mudah. Dulu
saya malas ke Posyandu kan
karena tidak diperiksa hanya
didemek-demek saja Mbak.”
(Triangulasi pada ibu hamil G2
116-121)
MN : “Ibu pernah diberi leaflet
tentang manfaat Posyandu
untuk bayi Bu?”
T1 : “Pernah Mbak.”
130
135
140
145
150
155
Posyandu?”
P2 : “Pernah.”
MN : “Penyuluhan tentang manfaat Posyandu
Bu?”
P2 : “Ya pernah manfaat posyandu untuk bayi,
balita dan bumil,.”
MN : “Efektif tidak Bu dengan menggunakan
leaflet?”
P2 : “Untuk mengajak sasaran hadir
Posyandu, penyuluhan bisa. Apalagi
menggunakan leaflet. Leaflet itu
memudahkan kami kader dalam
melakukan penyuluhan, yang
mendengarkan pun enak karena
penyuluhanya terarah kan ada
lembaranya bisa dibawa pulang,
sewaktu-waktu dapat dibaca.”
MN : “Ada kendalanya tidak Bu?”
P2 : “Kendalanya itu karena kami tidak ada yang
bisa menggunakan komputer.”
MN : “Maaf Ibu, Ibu kan satu-satunya kader yang
berpendidikan SMA Bu?”
P2 : “Ya saya tapikan jaman sekolah dulu
Mbak, sekarang sudah tidak bisa, sudah
tua pakai kacamata.”
MN : “Manfaat leaflet yang lain Bu?”
P2 : “Pokoknya membantu lah kalau
penyuluhan.”
MN : “ O gitu ya Bu?
P2 : “Ia Mbak.”
MN : “Gimana Bu ada yang ingin disampaikan
lagi?”
P2 : “Tidak Mbak.”
MN : “Leflet itu membantu Ibu
untuk mengerti manfaat
Posyandu Bu?”
T: “Ya membantu, kalau sudah
dibaca ya tau manfaatnya.
MN : “Selain itu Bu, manfaat
leaflet yang lain apa Bu yang
ibu rasakan?”
T : “Jadi mengetahui manfaat
Posyandu ternyata Posyandu
itu baik tho, jadi kalau tidak
yandu itu terasa rugi kan
sebulan tho Mbak bayi
ditimbang, kita tahu bayi kita
sehat atau tidak.”
MN : “Karena tau manfaatnya
jadi rugi ya Bu kalau tidak
Posyandu?”
T : “Ia Mbak karena banyak
manfaatnya, kalau timbang
itu kan tidak mesti sebulan
sekali ke Puskesmas ke
Puskesmas pas imunisasi
saja jarang.”
(Triangulasi pada ibu bayi 135-
143)
Lampiran 11
HASIL WAWANCARA MENDALAM PADA PARTISIPAN PERTAMA
PERAN KADER DALAM MENGAKTIFKAN PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU DI DUSUN SRANDU BANJARHARJO KALIBAWANG KULON PROGO
Srandu, 13 Srandu 2011
NO URAIAN TRIANGULASI
1
5
10
15
20
25
MN : “Ibu masih ingat saya Bu?.”
P1 : “Yo masih Mbak, Mbak Meilani. Gimana
Mbak?.”
MN : “Ini mau melanjutkan wawancara yang
kemarin Bu?.”
MN : “Bu, apa yang ibu lakukan jika ibu bayi, ibu
balita, dan ibu hamil tidak datang saat hari
buka Posyandu?
MN : “Belum pernah sampai dilakukan kunjungan
rumah ya Bu?”
P1 : “Nek bayi dan balita di dusun ini kan
banyak jadi tidak pernah dilakukan
kunjungan rumah kalau tidak salah 25.
Tapi kalau pada ibu hamil yang tidak
pernah Posyandu dan kader juga tahu
bahwa ibu itu belum periksa ke
Puskesmas padahal umur kehamilanya
sudah lanjut. Itu yang kita lakukan
kunjungan rumah.”
MN : “Ibu pernah melakukan kunjungan rumah
tidak Bu pada ibu hamil.”
P1 : “Ya pernah, sama tetangga belakang rumah
saya kemarin itu anaknya sudah banyak jadi
malas untuk periksa atau malu, kurang
paham juga saya.”
MN : “Bu kalau kader melakukan kunjungan
rumah pada sasaran yang tidak hadir
MN : “Bu, apakah di kehamilan
ini pernah didatangi kader ke
rumah?”
T : “Ia Mbak.”
MN : “Itu mengapa ya Bu?”
T : “Ya karena saya tidak datang
Posyandu dan tidak periksa ke
Puskesmas juga, em gimana ya
Mbak.”
MN : “Gimana Bu?
T: “Karena saya malu nanti pasti
ditanya lagi kok bisa hamil lagi
padahal anak saya masih kecil.”
(Triangulasi pada ibu hamil 11-
19)
MN : “Bu, kader pernah ke
rumah nggak Bu melakukan
kunjungan rumah, atau
mengajak ibu Posyandu
dengan mendatangi rumah
ibu?”
T : “Ke rumah terus ngajak
yandu belum pernah, belum
pernah ke rumah kalo kader
itu.”
MN : “Misal ya Bu, ibu tidak
30
35
40
45
50
55
60
Posyandu itu sebenarnya efektif tidak Bu
untuk mengajak sasaran untuk Posyandu?”
P1 : “Ia itu sebenernya itu baik ya untuk mengajak
masyarakat untuk berperan aktif pada
Posyandu tapi gimana balita itu terlalu
banyak tenaga kader tidak menjangkau. Ibu
hamil saja contohnya kalau kemarin
tetangga saya besoknya Posyandu datang ya
mungkin karena tidak enak kan sudah
didatangi, kalau ibu balita dan ibu bayi
diseperti itukan mungkin juga akan
berangkat Posyandu dipertemuan
berikutnya”
MN : “Oh gitu ya Bu?”
P1 : “Ia Mbak tapi tetap kendalanya kadernya
kurang, apa mungkin karena tenaga
sukarela jadi pada sulit jika dimintai
tolong bantu-bantu di dusun.”
MN : “Bagaimana cara Ibu memberitahukan
kepada ibu bayi, ibu balita dan ibu hamil
agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka
Posyandu Bu?
P1 : “Biasanya dengan pertemuan PKK,
dasawisma, dan bertemu dijalan ini yang
paling sering.”
MN : “Selain itu Bu?”
P1 : “ Kenapa saat dasawisma, PKK, atau saat
kumpulan warga, karena di desa ya warga
itu jika ada kegiatan kemasyarakatan
mereka lebih berpartisipasi. Disaat warga
banyak yang hadir disitu kita beri ajakan
agar datang Posyandu ya tanggal sekian-
sekian. Soalnya di PKK itu hampir semua
berangkat Posyandu terus
kader datang ke rumah ibu
terus mengajak Posyandu itu
gimana Bu, Ibu mau
berangkat?
T : “Ya kalo sampai didatangi ya
berangkat Mbak, masak
sudah didatangi mboten
menyang ki yo isin (tidak
datang ya malu).”
(Triangulasi pada ibu bayi
yang Posyandu bulan April
tidak datang 30-40)
MN : “Bu apakah kader pernah
mengumumkan hari buka
Posyandu pada saat
pertemuan PKK atau
dasawisma?”
T : “Ya selalu Mbak, kader tidak
bosan-bosanya
mengingatkan, biasanya di
malam mujadahan juga
disampaikan.”
MN : “Selain itu Bu?”
T : “kalau ketemu di masjid juga
kadang saya dengar itukan
kadernya menyampaiakn
untuk ke Posyandu.”
(Triangulasi pada salah
seorang warga 49-59)
65
70
75
80
85
90
ibu-ibu datang yandu.”
MN : “Kalau ibu hamil juga datang saat
perkumpulan masyarakat gitu Bu?”
P1 : “Ia biasanya karena pedesaan begini kalau
diundang ya pada datang.”
MN : “Jadi sama ya Bu antara ibu bayi, ibu balita
dan ibu hamil?”
P1 : “Ya sama saja, hanya melakui kegiatan yang
ada di masyarakat mengingatkannya, seperti
PKK dan dasawisma, kita sampaikan
tanggal buka Posyandu.”
MN : “Oh begitu ya Bu? Mungkin ada yang lain
Bu?”
P1 : “Em tidak Mbak.”
MN : “O ya ya Bu, Bu apakah ibu memanfaatkan
setiap kesempatan di desa agar kelompok
sasaran berkunjung ke Posyandu saat hari
buka Posyandu?”
P1 : “Ya itu tadi di masyarakat di arisan ibu-
ibu PKK atau saat dasawisma, pernah
juga saat acara wiridan ibu-ibu itu kalau
ketemu ibu yang bawa bayi kita
sampaikan langsung, ‘bu sesuk yandu
nggeh, ki nimbangke putrane men
sehat’.”
MN : “Mungkin ada cara yang lain Bu?”
P1 : “Em tidak Mbak.”
MN : “Baik, saya lanjutkan ya Bu. Bagaimana
cara Ibu untuk meningkatkan kualitas dari
Posyandu untuk ibu bayi, ibu balita dan ibu
hamil?
P1 : “Kalau di sini kan ada Alat Permainan
Edukatif itu yang diberikan oleh desa
MN : “Bu kalau datang ke
Posyandu itu senang apanya
Bu?”
T : “Senang kan dapat timbang
anak tau berat badanya
banyak manfaatnya.”
MN : “Selain bisa timbang Bu,
kalau timbang itu kan
memang manfaatnya ya Bu,
tapi ini tu ibu datang
Posyandu yang disenangi
apanya Bu?”
T : “Mungkin karena ada
mainan buat anak-anak ya
Mbak sama makanan
tambahan. Soale karang
neng ndeso ki (soalnya di
desa) jarang ada mainan
dan jarang makan yang
enak.”
MN : “Dengan adanya APE (Alat
Permainan Edukatif) apakah
menjadi daya tarik tersendiri
untuk Ibu untuk datang ke
Posyandu Bu?
T : “Ya Mbak jadi dengan adanya
mainan anaknya saya juga
senang ke Posyandu, anak
saya juga betah di
Posyandu.”
MN : “Kalau makanan
tambahan?”
T : ”Makanan tambahan itu juga
95
100
105
110
115
120
125
untuk setiap dusun, permainan itu kita
olah dan kita pergunakan untuk
mengasah perkembangan bayi dan balita
sesuai umurnya. Anak-anak juga
kelihatanya senang dan betah di
Posyandu.”
MN : “Selain permainan apalagi Bu?”
P1 : “Kalau ibu hamil itu kita sediakan tempat
tidur periksa, dan PMT untuk balita.”
MN : “Tempat tidur itu inisiatif dukuh sini sendiri
ya Bu, tidak dari kepal desa disediakan?”
P1 : “Em tidak Mbak itu kita sendiri uangnya dari
iuran Posyandu itu, yang buat juga warga
sini, warga sini ada yang bisa nukang.”
MN : :Semenjak ada tempat tidur itu tambah aktif
tidak bu, ibu hamil utnuk Periksa?”
P1 : “Ya lumayanlah, dulukan pada ditanya
kenapa ibu hamil tidak pernah
Posyandu, katanya tidak bisa diperiksa,
sekarang semenjak ada tempat tidurnya
lumayan ibu hamil datang periksa.”
MN : “O gitu ya Bu, mungkin ada yang lain tidak
Bu?”
P1 : “Kayak e nggak Mbak.”
MN : “Bu apakah Ibu pernah melakukan
penyuluhan yang berkaitan dengan manfaat
Posyandu?”
P1 : “Pernah sering.”
MN : “Penyuluhan dengan menggunakan alat
bantu gitu Bu, misal dengan leaflet?
P1 : “Ya pernah penyuluhan dengan
menggunakan leaflet, di sini kalau
penyuluhan memang seringnya leaflet,
bisa Mbak soalnya kan
makananya beda sama kayak
di rumah maklum di sini kan
di desa Mbak jadi makan
kadang seadanya.
(Triangulasi data pada ibu
balita 91-98)
MN : “Bu pernah ke Posyandu
Bu periksa?”
T : “Pernah Mbak sering kan di
Posyandu itu gratis samalah
periksanya dengan di
Puskesmas.”
MN : “Ini anak yang keberapa
Bu?
T : “Kedua.”
MN : “Perbedaan dengan
Posyandu yang lalu apa Bu?”
T : “Kalau dulu itu kan tidak ada
tempat tidur, sekarang ada, jadi
enak periksa hamil mudah. Dulu
saya malas ke Posyandu kan
karena tidak diperiksa hanya
didemek-demek saja Mbak.”
(Triangulasi pada ibu hamil G2
104-113)
MN : “Ibu pernah diberi leaflet
tentang manfaat Posyandu
untuk bayi Bu?”
T : “Pernah Mbak.”
MN : “Leflet itu membantu Ibu
130
135
140
145
150
penyuluhan setelah Posyandu biasanya.”
MN : “Penyuluhanya tentang manfaat Posyandu
untuk bayi, balita atau ibu hamil Bu?”
P1 : “Semuanya Mbak, biasanya satu leaflet itu
semua manfaat, untuk bayi, balita dan ibu
hamil.”
MN : “Efektif tidak Bu dengan menggunakan
leaflet?”
P1 : “Sebenarnya sangat bagus, untuk
mengajak sasaran hadir Posyandu.
Membuat masyarakat mengetahui
manfaat Posyandu sehingga diharapkan
setelah tahu mereka mau dengan mudah
datang ke Posyandu, apalagi itu kalau
leaflet kan dibaca-baca dan bisa dibawa
pulang, orangkan kalau sudah paham
jadi nggak ada alasan nggak datang
Posyandu.”
MN : “Kader pernah buat leaflet sendiri tidak
Bu?”
P1 : “Tidak pernah, selain butuh modal tidak ada
yang bisa buat juga Mbak.”
MN : “ O gitu ya bu jadi dana menjadi kendala ya
Bu?
P1 : “Ia Mbak dana itu penting dalam setiap
kegiatan.”
MN : “Gimana Bu ada yang ingin disampaikan
lagi?”
P1 : “Tidak Mbak.”
untuk mengerti manfaat
Posyandu Bu?”
T: “Ya membantu, kalau sudah
dibaca ya tau manfaatnya.
MN : “Selain itu Bu, manfaat
leaflet yang lain apa Bu yang
ibu rasakan?”
T : “Jadi mengetahui manfaat
Posyandu ternyata Posyandu
itu baik tho, jadi kalau tidak
yandu itu terasa rugi kan
sebulan tho Mbak bayi
ditimbang, kita tahu bayi
kita sehat atau tidak.”
MN : “Karena tau manfaatnya
jadi rugi ya Bu kalau tidak
Posyandu?”
T : “Ia Mbak karena banyak
manfaatnya, kalau timbang
itu kan tidak mesti sebulan
sekali ke Puskesmas ke
Puskesmas pas imunisasi
saja jarang.”
(Triangulasi pada ibu bayi 134-
143)
Lampiran 13
HASIL WAWANCARA MENDALAM PADA PARTISIPAN KELIMA
PERAN KADER DALAM MENGAKTIFKAN PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU DI DUSUN SRANDU BANJARHARJO KALIBAWANG KULON PROGO
Srandu, 13 Srandu 2011
NO URAIAN TRIANGULASI
1
5
10
15
20
25
MN : “Bu kita muali ya Bu wawancaranya Bu?”
P5 : “O ya ya Mbak, silahkan.”
MN : “Bu, apa yang ibu lakukan jika ibu bayi, ibu
balita, dan ibu hamil tidak datang saat hari
buka Posyandu?
P5 : “Em yang dilakukan jika ibu bayi tidak
datang Posyandu, tidak pernah kita
lakukan tindak lanjut hanya dengan ibu
hamil biasanya dengan mengunjungi ke
rumah, itu yang dekat rumahnya misal
saya dengan tetangga saya yang hamil
soanya kan orang hamil cuma sedikit.”
MN : “Kalau pada ibu balita?”
P5 : “Ya tidak pernah juga.”
MN : “ Yang sebenarnya Bu?.”
P5 : “Sebenarnya harus, karena dari pihak
Puskesmas sendiri sudah menjatahkan uang
lelah kepada kader itu, kalau sakali
kunjungan ke rumah itu diberi tiga ribu
rupiah.”
MN : “O begitu ya Bu?”
P5 : “Ia seperti itu, jadi sebenarnya itu memang
program dari pemerintah kesehatan tho, tapi
kami belum pernah melakukan kunjungan
ke rumah bayi dan ibu balita.”
MN : “Itu apakah sasaran akan mau datang
Posyandu Bu kalau ibu datangi ke rumah?”
MN : “Bu, apakah di kehamilan
ini pernah didatangi kader ke
rumah?”
T5 : “Ia Mbak.”
MN : “Itu mengapa ya Bu?”
T5 : “Ya karena saya tidak
datang Posyandu dan tidak
periksa ke Puskesmas juga, em
gimana ya Mbak.”
MN : “Gimana Bu?
T5: “Karena saya malu nanti
pasti ditanya lagi kok bisa hamil
lagi padahal anak saya masih
kecil.”
(Triangulasi pada ibu hamil 6-
12)
MN : “Bu, kader pernah ke
rumah nggak Bu melakukan
kunjungan rumah, atau
mengajak ibu Posyandu
dengan mendatangi rumah
ibu?”
T2 : “Ke rumah terus ngajak
yandu belum pernah, belum
pernah ke rumah kalo kader
itu.”
30
35
40
45
50
55
60
P5 : “Kayaknya ia soalnya kan mereka merasa
tidak enak pertama, lalu merasa
diperhatikan juga, kalau hanya dengan
bertemu di jalan kan biasa tidak formalah
hanya tegur sapa tapi kalau ini kan
kelihatanya formal.”
MN : “Em gitu ya Bu, mungkin Ibu ada yang
ingin ditambahkan?”
P5 : “Tidak Mbak.”
MN : “Bagaimana cara Ibu memberitahukan
kepada ibu bayi, ibu balita dan ibu hamil
agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka
Posyandu Bu?
P5 : “Kadang kader umumkan di pengajian, di
kumpulan PKK, dan di dasawisma,
kebetulan saya kan ketua dasawisma di
RT saya Mbak.”
MN : “Selain dengan diingatkan saat pengajian,
pertemuan PKK dan dasawisma apalagi
Bu?”
P5 : “Paling saat berpapasan di jalan kan mudah
tho disapa dan diberitahu, ‘besok Posyandu
ya, jangan tidak berangkat sayang anaknya
balitanya agar pertumbuhan dan
perkembanganya dapat diketaui’.”
MN : “Untuk ibu hamil juga gitu Bu?”
P5 : “Ya sama saja disapa di jalan atau bertemu
dimana tempat umum.”
MN : “Oh begitu ya Bu? Mungkin ada yang lain
Bu?”
P5 : “(menggeleng).”
MN : “O, Bu apakah ibu memanfaatkan setiap
kesempatan di desa agar kelompok sasaran
MN : “Misal ya Bu, ibu tidak
berangkat Posyandu terus
kader datang ke rumah ibu
terus mengajak Posyandu itu
gimana Bu, Ibu mau
berangkat?
T2 : “Ya kalo sampai didatangi
ya berangkat Mbak, masak
sudah didatangi mboten
menyang ki yo isin (tidak
datang ya malu).”
(Triangulasi pada ibu bayi
yang Posyandu bulan April
tidak datang 28-33)
MN : “Bu apakah benar kalau
kader melakukan kunjungan
rumah itu merupakan program
dari puskesmas Bu?”
T : “Ya ia di sini memang ada
program dari KESRA itu
pertahun dana turun ke masing-
masing Posyandu sebesar Rp
600.000 ya itu dikelola oleh
pamong desa untuk apa saja,
nanti dialokasikan juga buat
kunjungan rumah seperti uang
lelah kemungkinan kader
mendapat sekitar RP 3.000
sampai Rp 5.000 setiap
kunjungan.”
MN : “O gitu ya Bu, jadi setiap
kunjungan kader memang ada
65
70
75
80
85
90
berkunjung ke Posyandu saat hari buka
Posyandu?”
P5 : “Kalau di pedesaan gini kan paling mudah
ya dari mulut ke mulut ya Mbak jadi
kalau diundang acara apa, apalagi kalau
yang kumpul-kumpul kan mudah sekali
mengajaknya, saya ajak saja misalnya
saat habis pengajian di masjid, kan pada
kumpul semua, atau saat PKK dusun itu
juga dapat disampaikan, kumpulan-
kumpulan gitu mudah memberitahunya,
tapi yang paling sering itu bertemu di
jalan karena kan sekalian menyapa agar
kader tidak dibilang sombong.”
MN : “Mungkin ada yang lain Bu?”
P5 : “Em tidak.”
MN : “Baik, saya lanjutkan ya Bu. Bagaimana
cara Ibu untuk meningkatkan kualitas dari
Posyandu untuk ibu bayi, ibu balita dan ibu
hamil?
P5 : “Biasa saja disini Mbak paling kalau bayi dan
balita itu ada mainan yang edukatif apa
itu?.”
MN : “Alat permainan Edukatif Bu APE.
P5 : “Ia, ya kita tingkatkan makanannya dan
mainanya itu juga kemarin sudah
nambah dari kepala desa kan awalnya
hanya dari PAUD sini saja, jadi setiap
anak tidak rebuta kalau dulu sedikit kan
mah do rebutan.”
MN : “Selain permainan apalagi Bu?”
P5 : “Hanya itu saja eh kalau untuk ibu hamil itu
ada kita kemarin buatkan tempat tidur untuk
uang lelah dan itu merupakan
program?”
T : “Ia Mbak kan kader juga
memiliki tugas untuk memamtau
kesehatan di desanya.”
(Triangulasi pada petugas
PROMKES PKM Kalibawang
16-20)
MN : “Bu apakah kader pernah
mengumumkan hari buka
Posyandu pada saat
pertemuan PKK atau
dasawisma?”
T : “Ya selalu Mbak, kader tidak
bosan-bosanya
mengingatkan, biasanya di
malam mujadahan juga
disampaikan.”
MN : “Selain itu Bu?”
T : “kalau ketemu di masjid juga
kadang saya dengar itukan
kadernya menyampaikan
untuk ke Posyandu.”
(Triangulasi pada salah
seorang warga 63-74)
MN : “Bu kalau datang ke
Posyandu itu senang apanya
Bu?”
T3 : “Senang kan dapat timbang
anak tau berat badanya
banyak manfaatnya.”
95
100
105
110
115
120
125
periksa hamil.”
MN : “Dengan upaya yang telah ibu lakukan
seperti itu sasaran ada perubahan tidak Bu?”
P5 : “Ada, karena kalau ibu hamil tidak ada
tempat tidur periksanya bagaimana mau
diperiksa, ada salah seorang ibu hamil yang
sekarang rutin Posyandu karena sekarang
ada tempat tidurnya, bidanya pun periksa
mudah daripada dulu hanya duduk saja.”
MN : “Bu apakah Ibu pernah melakukan
penyuluhan yang berkaitan dengan manfaat
Posyandu?”
P5 : “Pernah.”
MN : “Kalau penyuluhan itu biasanya pakai alat
bantu kayak leaflet gitu Bu?”
P5 : “ Penyuluhan Pakai kalau ada biasanya
leaflet dari Puskesmas tapi jarang
soalnya itu kan kader nggak bisa buat
sendiri.”
MN : “Tidak pernah buat sendiri ya Bu?
P5 : “Tidak ada yang bisa Mbak kan kader
sudah tua-tua rata-rata SD semua, tidak
ada yang mau menggantikan karena kan
tenaganya suka rela juga, kalau yang
muda kan mestinya masih ingat bangku
sekolah agak modern belajar komputer
kalau sekarang yang jadi kader yang
muda-muda kan pasti pada masih bisa
kalau disuruh buat leaflet.”
MN : “Efektif tidak Bu dengan menggunakan
leaflet untuk mengajak sasaran ke
Posyandu?”
P5 : “Penggunaan leaflet itu membantu kalau saat
MN : “Selain bisa timbang Bu,
kalau timbang itu kan
memang manfaatnya ya Bu,
tapi ini tu ibu datang
Posyandu yang disenangi
apanya Bu?”
T3 : “Mungkin karena ada
mainan buat anak-anak ya
Mbak sama makanan
tambahan. Soale karang
neng ndeso ki (soalnya di
desa) jarang ada mainan dan
jarang makan yang enak.”
MN : “Dengan adanya APE (Alat
Permainan Edukatif) apakah
menjadi daya tarik tersendiri
untuk Ibu untuk datang ke
Posyandu Bu?
T3 : “Ya Mbak jadi dengan
adanya mainan anaknya saya
juga senang ke Posyandu,
anak saya juga betah di
Posyandu.”
MN : “Kalau makanan
tambahan?”
T3 : ”Makanan tambahan itu juga
bisa Mbak soalnya kan
makananya beda sama kayak
di rumah maklum di sini kan
di desa Mbak jadi makan
kadang seadanya.
(Triangulasi data pada ibu
balita 81-88)
130
135
penyuluhan, sasaran juga membacanya
karena ada kertasnya, lebih mudah mereka
memahami dibanding tanpa alat bantu.”
MN : “Yang diharapkan dari leaflet apa Bu?”
P5 : “Setelah membaca mereka bisa paham dan
ketika ada jadwal Posyandu tentunya
datang, timbang bayi, periksa hamil.”
MN : “ O gitu ya Bu?
P5 : “Ia Mbak.”
MN : “Gimana Bu ada yang masih akan
disampaikan lagi?”
P5 : “Tidak Mbak.”
MN : “Bu pernah ke Posyandu
Bu periksa?”
T : “Pernah Mbak sering kan di
Posyandu itu gratis samalah
periksanya dengan di
Puskesmas.”
MN : “Ini anak yang keberapa
Bu?
T : “Kedua.”
MN : “Perbedaan dengan
Posyandu yang lalu apa Bu?”
T : “Kalau dulu itu kan tidak ada
tempat tidur, sekarang ada, jadi
enak periksa hamil mudah. Dulu
saya malas ke Posyandu kan
karena tidak diperiksa hanya
didemek-demek saja Mbak.”
(Triangulasi pada ibu hamil G2
95-100)
MN : “Ibu pernah diberi leaflet
tentang manfaat Posyandu
untuk bayi Bu?”
T1 : “Pernah Mbak.”
MN : “Leflet itu membantu Ibu
untuk mengerti manfaat
Posyandu Bu?”
T1: “Ya membantu, kalau sudah
dibaca ya tau manfaatnya.
MN : “Selain itu Bu, manfaat
leaflet yang lain apa Bu
yang ibu rasakan?”
T1 : “Jadi mengetahui manfaat
Posyandu ternyata Posyandu
itu baik tho, jadi kalau tidak
yandu itu terasa rugi kan
sebulan tho Mbak bayi
ditimbang, kita tahu bayi
kita sehat atau tidak.”
MN : “Karena tau manfaatnya
jadi rugi ya Bu kalau tidak
Posyandu?”
T1 : “Ia Mbak karena banyak
manfaatnya, kalau timbang
itu kan tidak mesti sebulan
sekali ke Puskesmas ke
Puskesmas pas imunisasi
saja jarang.”
(Triangulasi pada ibu bayi 123-
130)
Lampiran 12
HASIL WAWANCARA MENDALAM PADA PARTISIPAN KEENAM
PERAN KADER DALAM MENGAKTIFKAN PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU DI DUSUN SRANDU BANJARHARJO KALIBAWANG KULON PROGO
Srandu, 13 Srandu 2011
NO URAIAN TRIANGULASI
1
5
10
15
20
25
MN : “Ibu saya mau melanjutkan wawancara
yang kemarin Bu?”
P6 : “Silahkan Mbak, saya jawab sebisa saya.”
MN : “Bu, apa yang ibu lakukan jika ibu bayi, ibu
balita, dan ibu hamil tidak datang saat hari
buka Posyandu?
P6 : “Dusun Srandu ini yang jarang datang
Posyandu paling yang memang tidak mau
atau jarang bermasyarakat, kalau ibu hamil
ya itu-itu saja kalau balita dan ibu bayi
paling yang jarang datang itu yang sudah
banyak anak atau malu karena ada balita 2
di rumah, padahal sebenarnya tidak
masalah.”
MN : “ Kira-kira kenapa itu ya Bu?.”
P6 : “Saya juga kurang tau kenapa itu, tapi yang
selama ini memang karena malu anaknya
banyak, kalau ibu hamil sama saja malu
karena hamil lagi.”
MN : “O begitu ya Bu?, belum pernah dilakukan
kunjungan rumah ya Bu?”
P6 : “Belum baru ibu hamil saja.”
MN : “Ibu hamil pernah ya Bu?”
P6 : “Ya pernah.”
MN : “Kalau ibu balita dan bayi tidak pernah ya
Bu?”
P6 : “Tidak pernah, Karena kalau bayi dan
MN : “Bu, apakah di kehamilan
ini pernah didatangi kader ke
rumah?”
T : “Ia Mbak.”
MN : “Itu mengapa ya Bu?”
T : “Ya karena saya tidak datang
Posyandu dan tidak periksa ke
Puskesmas juga, em gimana ya
Mbak.”
MN : “Gimana Bu?
T: “Karena saya malu nanti pasti
ditanya lagi kok bisa hamil lagi
padahal anak saya masih kecil.”
(Triangulasi pada ibu hamil 22)
MN : “Bu, kader pernah ke rumah
nggak Bu melakukan
kunjungan rumah, atau
mengajak ibu Posyandu
dengan mendatangi rumah
ibu?”
T : “Ke rumah terus ngajak yandu
belum pernah, belum pernah
ke rumah kalo kader itu.”
MN : “Misal ya Bu, ibu tidak
berangkat Posyandu terus
kader datang ke rumah ibu
30
35
40
45
50
55
60
balita itu kan banyak jumlahnya
sedangkan ibu hamil paling banyak lima
orang, jadi kader tidak pernah
melakukan kunjungan rumah.”
MN : “Kalau kader melakukan kunjungan rumah
juga pada ibu bayi dan balita itu kira-kira
efektif tidak Bu untuk mengajak mereka ke
Posyandu?”
P6 : “Ia, mestinya jadi berangkat kan malu sudah
didatagi samapai didatangi tidak berangkat,
tidak enak, tapi disini memang tidak pernah
kita lakukan kunjungan rumah bayi dan
balita.”
MN : “Em gitu ya Bu, mungkin Ibu ada yang
ingin ditambahkan?”
P6 : “Tidak ada Mbak.”
MN : “Bagaimana cara Ibu memberitahukan
kepada ibu bayi, ibu balita dan ibu hamil
agar berkunjung ke Posyandu saat hari
buka Posyandu Bu?
P6 : “Melalui pertemuan PKK atau
dasawisma.”
MN : “Selain dengan diingatkan saat pengajian
pertemuan PKK dan dasawisma apalagi
Bu?”
P6 : “Ya kadang dengan ditegur disapa saat di
jalan atau bertemu dipasar, ditanya sebentar
tentang kesehatan bayinya baru kemudian
disampaikan, agar jangan lupa Posyandu.”
MN : “Untuk ibu hamil dan balita juga gitu Bu?”
P6 : “Ia sama saja baik bumil ibu bayi dan ibu
balita.”
MN : “Oh begitu ya Bu? Mungkin ada yang lain
terus mengajak Posyandu itu
gimana Bu, Ibu mau
berangkat?
T : “Ya kalo sampai didatangi ya
berangkat Mbak, masak
sudah didatangi mboten
menyang ki yo isin (tidak
datang ya malu).”
(Triangulasi pada ibu bayi yang
Posyandu bulan April tidak
datang 36-40)
MN : “Bu apakah kader pernah
mengumumkan hari buka
Posyandu pada saat
pertemuan PKK atau
dasawisma?”
T : “Ya selalu Mbak, kader tidak
bosan-bosanya
mengingatkan, biasanya di
malam mujadahan juga
disampaikan.”
MN : “Selain itu Bu?”
T : “kalau ketemu di masjid juga
kadang saya dengar itukan
kadernya menyampaikan
untuk ke Posyandu.”
(Triangulasi pada salah
seorang warga 48-55)
MN : “Bu kalau datang ke
Posyandu itu senang apanya
Bu?”
65
70
75
80
85
90
Bu?”
P6 : “Apa ya tidak Mbak.”
MN : “O ya ya Bu, Bu apakah ibu memanfaatkan
setiap kesempatan di desa agar kelompok
sasaran berkunjung ke Posyandu saat hari
buka Posyandu?”
P6 : “Itu tadi kan kita sampaikan tanggal buka
Posyandu kapan dan diingatkan jangan lupa
untuk Posyandu datang, timbang anaknya.”
MN : “Disampaikan saat PKK dan dasawisma ya
Bu?”
P6 : “Em ya kadang dasawisma dan
pertemuan PKK itu kan hampir semua
ibu-ibu datang, atau biasa di RT tempat
saya setiap kamis legi barzanjinan itu
juga kita sampaikan pokoknya setiap
kegiatan selalu kita ingatkan.”
MN : “Baik, saya lanjutkan ya Bu. Bagaimana
cara Ibu untuk meningkatkan kualitas dari
Posyandu untuk ibu bayi, ibu balita dan ibu
hamil?
P6 : “Apa ya, mungkin ini kita merawat alat
permainan edukatif itu agar menjadi
permainan yang menarik untuk balita
sehingga balita tidak apa namanya cepat
bosan gitulah mungkin. Selain itu juga
kita mengupayakan agar makan PMT
itu setiap pertemuan bervariasi dan
semakin bernilai gizi.”
MN : “Kalau untuk ibu bayi Bu?”
P6 : “Bayi kita berikan makanan bubur susu kita
belikan dari warung, mainan juga ada.”
MN : “Kalau mainan itu Bu efektif tidak Bu
T : “Senang kan dapat timbang
anak tau berat badanya
banyak manfaatnya.”
MN : “Selain bisa timbang Bu,
kalau timbang itu kan
memang manfaatnya ya Bu,
tapi ini tu ibu datang
Posyandu yang disenangi
apanya Bu?”
T : “Mungkin karena ada mainan
buat anak-anak ya Mbak
sama makanan tambahan.
Soale karang neng ndeso ki
(soalnya di desa) jarang ada
mainan dan jarang makan
yang enak.”
MN : “Dengan adanya APE (Alat
Permainan Edukatif) apakah
menjadi daya tarik tersendiri
untuk Ibu untuk datang ke
Posyandu Bu?
T : “Ya Mbak jadi dengan adanya
mainan anaknya saya juga
senang ke Posyandu, anak
saya juga betah di
Posyandu.”
MN : “Kalau makanan
tambahan?”
T : ”Makanan tambahan itu juga
bisa Mbak soalnya kan
makananya beda sama kayak
di rumah maklum di sini kan
di desa Mbak jadi makan
95
100
105
110
115
120
125
untuk mengaktifkan bayi?”
P6 : “Oh ya Mbak karena dengan mainan kan
anak-anaknya betah, permainan yang
ada di sini itu juga sekarang sudah mulai
banyak dan bervariasi karena PAUD
ada dari kepala desa juga kemarin
diberi, kita bagikan sesuai umurnya,
yang masih kecil banget ya yang kicing-
kicing kalau sudah agak balita kita beri
susun warna.”
MN : “Selain permainan apalagi Bu?”
P6 : “Untuk ibu hamil kami sediakan tempat
tidur periksa.”
MN : “Dengan tempat tidur periksa itu ada
perubahan nggak Bu dengan kunjungan ibu
hamil?”
P6 : “Pernah ada yang cerita ibu hamil yang
selalu periksa ke Posyandu. Kebetulan
ibunya itu tetangga saya, saya tanya kan
sebagai kader, ‘kok saiki priso ne teng
yandu?’, tetangga saya itu bilang, ‘ya
sekarang periksanya pakai dengar denyut
jantung e janin e. Sing wingi ki mong di
dhemok-dhemok.’ Dipegang-pegang
maksudnya Mbak, kan karena tidak ada
tempat tidur jadi periksanya tidak lengkap.”
MN : “Selain itu Bu?”
P6 : “Kayak e sudah Mbak.”
MN : “Bu apakah Ibu pernah melakukan
penyuluhan yang berkaitan dengan manfaat
Posyandu?”
P6 : “Pernah manfaat Posyandu untuk sasaran ada
ibu hamil, ibu balita dan ibu bayi.”
kadang seadanya.
(Triangulasi data pada ibu
balita 81-102)
MN : “Bu pernah ke Posyandu
Bu periksa?”
T : “Pernah Mbak sering kan di
Posyandu itu gratis samalah
periksanya dengan di
Puskesmas.”
MN : “Ini anak yang keberapa
Bu?
T : “Kedua.”
MN : “Perbedaan dengan
Posyandu yang lalu apa Bu?”
T : “Kalau dulu itu kan tidak ada
tempat tidur, sekarang ada, jadi
enak periksa hamil mudah. Dulu
saya malas ke Posyandu kan
karena tidak diperiksa hanya
didemek-demek saja Mbak.”
(Triangulasi pada ibu hamil G2
109-118)
MN : “Ibu pernah diberi leaflet
tentang manfaat Posyandu
untuk bayi Bu?”
T : “Pernah Mbak.”
MN : “Leflet itu membantu Ibu
untuk mengerti manfaat
Posyandu Bu?”
T : “Ya membantu, kalau sudah
dibaca ya tau manfaatnya.
130
135
140
145
150
MN : “Pernah tidak Bu penyuluhan dengan
menggunakan leaflet atau alat bantu
penyuluhan yang lain?”
P6 : “Ya pernah kita menggunakan leaflet
dalam melakukan penyuluhan em
tentang mafaat Posyandu.”
MN : “Efektif tidak Bu dengan menggunakan
leaflet bedanya dengan tidak menguunakan
leaflet?”
P6 : “Ya tentu lebih efektif dengan
menggunakan leaflet karena penggunaan
leaflet itu kan mereka juga bisa
membacanya sedangkan kalau
penyuluhan biasa mereka hanya
mendengar, masuk terus keluar lagi tapi
kalau dibaca bisa dibawa pulang.”
MN : “Manfaat leaflet yang lain Bu?”
P6 : “Ya dengan leaflet diharapkan mereka
tahu dan memahami manfaat dari
Posyandu, setelah tahu kemudian setiap
Posyandu bisa datang terus, tapi leaflet
itu jarang ada karena kan kita kader
tidak ada yang bisa buat mau tidak mau
hanya menunggu dari Puskesnas saja.”
MN : “ O gitu ya Bu?
P6 : “Ia Mbak.”
MN : “Gimana Bu ada yang ingin disampaikan
lagi?”
P6 : “Tidak Mbak.”
MN : “Selain itu Bu, manfaat
leaflet yang lain apa Bu yang
ibu rasakan?”
T : “Jadi mengetahui manfaat
Posyandu ternyata Posyandu
itu baik tho, jadi kalau tidak
yandu itu terasa rugi kan
sebulan tho Mbak bayi
ditimbang, kita tahu bayi kita
sehat atau tidak.”
MN : “Karena tau manfaatnya
jadi rugi ya Bu kalau tidak
Posyandu?”
T : “Ia Mbak karena banyak
manfaatnya, kalau timbang
itu kan tidak mesti sebulan
sekali ke Puskesmas ke
Puskesmas pas imunisasi
saja jarang.”
(Triangulasi pada ibu bayi 134-
148)
Lampiran 17
DOKUMENTASI HASIL FOCUS GROUP DISCUSSION
PERAN KADER DALAM MENGAKTIFKAN PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU DI DUSUN SRANDU BANJARHARJO
KALIBAWANG KULON PROGO
Perkenalan dan pengarahan FGD Satu partisipan menjawab pertanyaan
wawancara mendalam dengan P1 Wawancara mendalam dengan p2
Wawancara mendalam dengan P5 wawancara mendalam dengan P6