peran dinas sosial dalam pembinaan anak putus …
TRANSCRIPT
PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS
SEKOLAH DI KABUPATEN ENREKANG
SKRIPSI
OLEH
YASRI DEVI Y NIM 105721111316
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS
SEKOLAH DI KABUPATEN ENREKANG
SKRIPSI
OLEH
YASRI DEVI.Y NIM 105721111316
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Rangka Menyelesaikan Studi
Pada Program Studi Strata 1 Manajemen
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
MOTTO
“Bangunlah Suatu Dunia Di mana Semuanya Bangsa Hidup Dalam Damai Dan
Persaudaraan”
( Ir. Soekarno )
“Kalau Kau Tidak Tahan Dengan Lelahnya Belajar Maka Kau Harus Sanggup
Menahan Perihnya Kebodohan”
( Imam Syafi’i)
“Tidak Apa-Apa Untuk Merayakan Kesuksesan Tapi Lebih Penting Untuk
Memperhatikan Pelajaran Tentang Kegagalan”
( Bill Gates)
“Sekali Dalam Hidupmu, Cobalah Bekerja Keras Dalam Sesuatu Hal, Cobalah
Berubah Tak Ada Hal Buruk Yang Bisa Terjadi”
( Jack Ma )
PERSEMBAHAN
Untuk kedua orang tua yang tak henti-hentinya memberikan bimbingan doa
dalam setiap langkah ku, mendidik dan memotivasi sehingga menjadi pribadi
yang lebih baik dan untuk saudara/i ku yang tak hentinya memberikan semangat
dan dukungan
iii
iv
v
vi
vii
ABSTRAK
Yasri devi. Y 2016, “Peran Dinas Sosial Dalam Pembinaan Anak Putus
Sekolah Di Kabupaten Enrekang”. Skripsi. Jurusan Manajemen. Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh
pembimbing I Dr Edi Jusriadi, S. E, M. M dan pembimbing II Dr Muchriady
Muchran, S. Kom. M. M.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini ada tiga yakni pelaksanaan
pembinaan di Kabupaten Enrekang, Evaluasi program pembinaan dan
pembinaan anak putus sekolah di Kabupaten Enrekang. Metode yang digunakan
adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi,
wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam menganalisa Peran
Dinas Sosial dalam pembinaan anak putus sekolah di Kabupaten Enrekang.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa peran Dinas Sosial sangat
berpengaruh terhadap anak-anak putus sekolah di Kabupaten Enrekang karena
proses pembinaan terdiri dari (1) bimbingan mental, pembekalan anak dengan
nilai-nilai riligius, penanaman kedisiplinan dan kemandirian (2) faktor penyebab
anak putus sekolah (a) faktor internal antara lain faktor malas atau kurangnya
minat anak untuk bersekolah (b) faktor eksternal antara lain faktor ekonomi
keluarga, faktor keadaan lingkungan (3) faktor penghambat dan pendukung (a)
penghambat antara lain mental yang lemah, adanya sifat malas dan belum
terbiasa menerima hal baru (b) pendukung antara lain keinginan untuk berubah
dan tenaga pendidik yang memadai
Kata Kunci : Pembinaan, Dinas Sosial, Anak Putus Sekolah
viii
ABSTRACT
Yasri devi.Y 2016, "The Role of Social Services in Fostering School
Dropout Children in Enrekang Regency". Essay. Management major. Faculty of
Economics and Business. Muhammadiyah University of Makassar. Supervised
by my, Mr. Edi Jusriadi and II, Mr. Muchriady Muchran.
There are three problems examined in this research, namely the
implementation of coaching in Enrekang Regency, evaluation of the program of
guidance and guidance for school dropouts in Enrekang Regency. The method
used is descriptive qualitative method with data collection techniques of
observation, interviews and documentation. The theory is used in analyzing the
role of the Social Service in fostering school dropouts in Enrekang District
From the results of this study it was found that the role of the Office of
Social Affairs was very influential on children dropping out of school in Enrekang
Regency because the coaching process consisted of (1) mental guidance,
provision of children with religious values, discipline and independence (2) factors
causing children to drop out. school (a) internal factors include laziness or a lack
of interest in children to attend school (b) external factors include family economic
factors, environmental factors (3) inhibiting and supporting factors (a) inhibiting
factors include mental weakness, laziness and not accustomed to accepting new
things (b) supporting, among others, the desire to change and adequate teaching
staff
Keywords: Development, Social Service, School Dropout Children
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warrahmatullahi Wabarakatub
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan
HidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini demi memenuhi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dalam rangka menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan dari segala pihak baik dari segi material maupun spiritual. Olehnya itu
melalui kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih dan rasa
hormat yang setinggi-tingginya kepada :
1. Kepada kedua orang tua tercinta atas pengorbanan mereka yang tidak
bisa dihitung dan tidak bisa dinilai, sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag, selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Ismail Rosulong, SE, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar..
4. Bapak Muh. Nur R, SE, MM Selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis
5. Bapak Dr. Edi Jusriadi, S. E., M. M Dan Bapak Dr. Muchriady Muchram,S.
Kom. MM Selaku Pembimbing 1 Dan 2
x
6. Kepala Dinas Sosial Kabupaten Enrekang, serta staf yang telah
memberikan bantuanya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
7. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf dan pegawai Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unismuh Makassar yang telah memberikan
ilmu dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
8. Teman-teman seperjuangan mahasiswa/I jurusan manajemen fakultas
ekonomi dan bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar angkatan 2016
yang selalu memberikan semangat dan dorongan sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan.
9. Sahabat-sahabatku yang tercinta yang selalu menemani dan membantu
penulis dalam penyusunan skripsi berupa tenaga,waktu dan fikiran
10. Teman-teman dari hpmm komisariat unismuh yang selalu memberikan
semangat
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan Kritik dari semua pihak tetap
diharapkan untuk perbaikan yang akan datang.
Akhirnya penulis hanya bisa mengucapkan mudah-mudahan skripsi ini
ada manfaatnya terutama bagi penulis sendiri dan pembaca, semoga Allah SWT,
senantiasa memberikan rahmat dan taufik-Nya kepada kita semua. Amin.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar, Oktober 2020
Penulis
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... iii
ABSTRAK .......... .................................................................................................. iv
ABSTRACT ........ .................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi
DAFTAR ISI ....... ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8
A. Manajemen Sumber Daya Manusia ..................................................... 8
B. Peran Dinas Sosial ............................................................................... 10
C. Pembinaan ............................................................................................ 12
D. Anak Putus Sekolah ............................................................................. 25
E. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 31
xii
F. Kerangka Konsep.................................................................................. 37
BAB III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 38
A. Jenis Dan Tipe Penelitian ..................................................................... 38
B. Fokus Penelitian ................................................................................... 39
C. Waktu Dan Lokasi Penelitian ............................................................... 39
D. Sumber Data ......................................................................................... 39
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 41
F. Instrumen Penelitian ............................................................................. 42
G. Teknik Analisis Data ............................................................................. 43
H. Pengabsahan Data ............................................................................... 44
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 46
A. Gambaran Penelitian Dan Pembahasan .............................................. 46
B. Deskripsi Fokus Dan Dimensi Penelitian ............................................. 59
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 66
A. Kesimpulan ........................................................................................... 66
B. Saran .. .................................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konsep 37
Gambar 2.2 Struktur organisasi 53
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor judul Halaman
Tabel 1.1 Angka Putus Sekolah 6
Tabel 1.2 Daftar Informan Penelitian 40
Tabel 1.3 Kisi-Kisi Instrumen 42
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman modern menjadi salah satu pemicu
bertambahnya anak putus sekolah Di Kabupaten Enrekang. Seperti pada saat
ini di berbagai Kecamatan Enrekang banyak anak-anak yang lebih memiliki
untuk tidak bersekolah baik itu jenjang SD, SMP DAN SMA sehingga perlu
adanya tindak lanjut dari Dinas sosial untuk memberikan pemahaman betapa
perlunya pendidikan.
Setiap orang tua menginginkan anak-anaknya cerdas, berwawasan
luas dan bertingkah laku baik, berkata sopan dan kelak suatu hari anak-anak
mereka bernasib lebih baik daripada mereka baik dari aspek kedewasaan
pikiran maupun kondisi ekonomi. Oleh karena itu, tanggung jawab orang tua
terhadap anaknya tampil dalam bentuk yang bermacam-macam.
Secara garis besar, tanggung jawab orang tua terhadap anak adalah
bergembira menyambut kelahiran anak, memberikan nama yang baik,
memperlakukan dengan lemah lembut dan kasih sayang, memberikan
pendidikan-pendidikan dengan melatih anak untuk mengerjakan shalat,
berlaku adil, mendidik bertetangga dan bermasyarakat.
Menurut Helmawati (2016) menyatakan bahwa keluarga sebagai
lingkungan pendidikan yang pertama sangat berpengaruh dalam membentuk
pola kepribadian anak. Di dalam keluarga anak pertama kali berkenalan
dengan nilai dan norma. Pendidikan keluarga memberikan pengetahuan dan
2
keterampilan dasar, agama, kepercayaan, nilai-nilai moral, norma sosial dan
pandangan hidup yang diperlukan anak.
Setelah keluarga, lingkungan kedua bagi anak adalah sekolah. Di
sekolah guru merupakan penanggung jawab pertama terhadap pendidikan
anak sekaligus sebagai suri tauladan. Sikap maupun tingkah laku guru sangat
berpengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan pribadi anak.
Pada prespektif lain, kondisi ekonomi masyarakat tentu saja berbeda,
tidak semua keluarga memiliki kemampuan ekonomi yang memadai dan
mampu memenuhi segala kebutuhan keluarga, salah satu pengaruh yang
ditimbulkan oleh kondisi ekonomi seperti ini adalah orang tua tidak sanggup
menyekolahkan anaknya pada jenjang yang lebih tinggi walaupun mereka
mampu membiayai ditingkat sekolah dasar.
Jelas bahwa kondisi ekonomi keluarga merupakan faktor pendukung
yang paling besar bagi kelanjutan pendidikan anak-anak, sebab juga
membutuhkan dana besar. Hampir di setiap tempat banyak anak-anak yang
tidak mampu melanjutkan pendidikan, atau pendidikan putus di tengah jalan
disebabkan karena kondisi ekonomi keluarga yang memprihatinkan.
Menurut Slameto (2015) menjelaskan bahwa keadaan ekonomi
keluarga erat hubungannya dengan keberhasilan prestasi anak. Kondisi
ekonomi seperti ini menjadi penghambat bagi seseorang untuk memenuhi
keinginan dalam melanjutkan pendidikan. Sementara kondisi ekonomi seperti
ini disebabkan berbagai faktor, di antaranya orang tua tidak mempunyai
pekerjaan tetap, tidak mempunyai khusus, keterbatasan kemampuan dan
faktor lainnya.
3
Putus sekolah bukan merupakan persoalan baru dalam sejarah
pendidikan. Persoalan ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan, sebab
ketika membicarakan solusi maka tidak ada pilihan lain kecuali memperbaiki
ekonomi keluarga. Ketika membicarakan peningkatan ekonomi keluarga
terkait bagaimana meningkatkan sumber daya manusianya. Sementara
semua solusi yang diinginkan tidak akan lepas dari kondisi ekonomi nasional
secara menyeluruh, sehingga kebijakan pemerintah berperan penting dalam
mengatasi segala permasalahan perbaikan kondisi masyarakat.
Berbagai macam faktor yang menyebabkan anak putus sekolah
seperti tidak bisa terhentikan hingga saat ini seperti permasalahan ekonomi
dalam keluarga, biasanya anak ini mencari tambahan uang untuk kebutuhan
keluarga karena keluarga mereka dapat dikategorikan sebagai keluarga
miskin, ada juga untuk pemenuhan kebutuhan pribadi yang di mana mereka
hidup sebatang kara sehingga kalau mereka tidak turun jalan untuk mencari
nafkah mereka tidak akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Keluarga merupakan permasalahan internal yang dapat menentukan
jalan hidup anak di dalamnya, keluarga yang tidak harmonis dapat menjadi
alasan mereka lari hingga turun ke jalanan dan memutuskan tidak
melanjutkan sekolahnya karena suasana yang tidak kondusif di rumah dan
berdampak tak adanya rasa nyaman. Setelah itu ada juga sebagian dari
mereka turun ke jalan karena pergaulan yang salah, ingin ikut bersenang-
senang bersama teman, hingga mereka melakukan tindakan yang bersifat
kriminal.
Menurut Kurniawan (2017) pendidikan adalah mengalihkan nilai-nilai,
pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kepada generasi muda sebagai
4
usaha generasi tua dalam menyiapkan fungsi hidup generasi selanjutnya.
Menurut Nurkholis (2017) Pendidikan merupakan salah satu hal penting
dalam memajukan manusia di mana pendidikan juga merupakan suatu bentuk
untuk memajukan suatu negara, di mana pendidikan menghasilkan atau
mencetak orang-orang yang terampil, cerdas, berpengetahuan, berprestasi,
bermoral dan etika yang baik. Pendidikan merupakan aktivitas yang bertautan
dan meliputi berbagai unsur yang berhubungan erat antara unsur yang satu
dengan unsur yang lain (Sutrisno 2016)
Pendidikan adalah hak yang sangat fundamental dan wajib untuk
dipenuhi dengan kerja sama dari orang tua, masyarakat dan pemerintah. Hal
tersebut diatur dalam Undang-Undang Pendidikan No.2 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional pasal 34 ayat 1-3 telah ditetapkan bahwa :
1. Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti wajib
belajar.
2. Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib
belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.
3. Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan
oleh lembaga pendidikan,pemerintah dan masyarakat.
Hal tersebut mengisyaratkan bahwa tujuan pendidikan hendaknya
hanya semata untuk menjadi orang yang berilmu, pembelajar, pendengar dan
pencinta ilmu. Jangan pernah mencapai tujuan yang sifatnya hanya
sementara, jabatan, pangkat dan kekayaan. Hal ini diisyaratkan dalam hadist
berikut
5
نْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أرََادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَ فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ نْ أرََادَهُمَا مَنْ أرََادَ الدُّ
Rasulullah SAW bersabda:“Jadilah engkau orang yang beriman (pandai) atau
orang yang belajar, atau orang yang mendengarkan ilmu atau yang mencintai
ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan
celaka.”( H.R Baihaqi).
Hadist tersebut mengajak kita untuk menjadi orang yang berilmu, atau
orang yang mencari ilmu, atau yang mendengar ilmu atau pencinta ilmu. Itulah
hakikat tujuan dari pendidikan yakni memiliki ilmu yang dapat diajarkan atau
yang menjadi pencinta ilmu. Bukan tujuan lain, maksudnya jangan jadi selain
dari yang empat tersebut. Selain dari yang empat tersebut meliputi pemalas,
pembenci ilmu, perusak ilmu dan lain sebagainya.
Pemerintah telah menerapkan program pendidikan wajib belajar
selama sembilan bulan dan sekolah gratis untuk masyarakat indonesia guna
untuk meningkatkan mutu pendidikan, selain itu pemerintah juga memberikan
keringanan biaya berupa dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS),
beasiswa bagi masyarakat yang kurang mampu, Kartu Indonesia Pintar (KIP).
Adanya kebijakan pemerintah tersebut seharusnya dapat meringankan beban
para orang tua untuk menyekolahkan anak mereka hingga tamat. Namun
program-program dari pemerintah tersebut belum sepenuhnya dapat
mencegah terjadinya putus sekolah dalam masyarakat.
Dinas Sosial Kependudukan Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Enrekang merupakan salah satu Perangkat Daerah yang
mempunyai tugas dan fungsi yang sangat strategis dalam mendukung dan
mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten enrekang sebagai
bagian yang integral dari pemerintah daerah Kabupaten Enrekang. Dinas
6
Sosial Kependudukan Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam mendukung
pencapaian visi Kabupaten Enrekang yang bernuansa riligius yang
berlandaskan iman dan taqwa dan Dinas Sosial mendukung pencapaian visi
melalui pelayanan teknis administrasi kependudukan, ketenagakerjaan
kepada seluruh masyarakat.
Tabel 1.1 Angka Putus Sekolah di Kabupaten Enrekang
Tahun 2014-2018
No Indikator Satuan 2014 2015 2016 2017 2018
1 SD/MI Persen 0,15 0,05 0,10 0,07 0,20
2 SMP/MTs Persen 0,30 0,03 0,30 0,15 0,90
3 SMA/MA/SMK Persen 0,10 0,33 0,10 0,09 -
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Enrekang 2019
Dengan fenomena seperti diatas maka peneliti tertarik untuk
mengangkat masalah ini dalam penelitian yang berjudul “Peran Dinas Sosial
Dalam Pembinaan Anak Putus Sekolah Di Kabupaten Enrekang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimana peran Dinas Sosial dalam pembinaan anak putus sekolah di
Kabupaten Enrekang?
2. Apa faktor penyebab anak anak putus sekolah di Kabupaten Enrekang?
3. Apa faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi Dinas Sosial
dalam pembinaan anak putus sekolah di Kabupaten Enrekang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas adapun tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
7
1. Untuk mengetahui peran dinas sosial dalam pembinaan anak putus
sekolah di Kabupaten Enrekang.
2. Untuk mengetahui apa faktor penyebab anak anak putus sekolah di
Kabupaten Enrekang
3. Untuk mengetahui apa faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi
Dinas Sosial dalam pembinaan anak putus sekolah di Kabupaten
Enrekang
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Akademis
a. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
secara teoritis dalam mengetahui peran dinas sosial.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi bagi
penelitian selanjutnya.
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan menambah
wawasan bagi pembaca baik dari kalangan akademis maupun
masyarakat umum tentang peran pemerintah terhadap anak putus
sekolah.
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi kepada pihak-pihak
terkait yang membutuhkan, sekaligus untuk mengetahui peran
pembinaan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Manajemen Sumber Daya Manusia
a. Pengertian MSDM
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan
bidang strategi dari organisasi. Manajemen sumber daya manusia
harus dipandang sebagai perluasan dari pandangan tradisional untuk
mengelolah orang secara efektif dan untuk itu membutuhkan
pengetahuan tentang perilaku manusia dan kemampuan
mengelolahnya.
Menurut Simamora (2016:5) manajemen sumber daya
manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian,
pemberian balas jasa dan pengelola individu anggota organisasi atau
kelompok pekerja. Menurut Hasibuan ( 2017) manajemen sumber
daya manusia adalah ilmu dan seni yang mengatur hubungan dan
peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya
tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.
b. Fungsi MSDM
Terdapat beberapa macam fungsi MSDM menurut Human
Capital Development yaitu:
1) Perencanaan untuk kebutuhan MSDM
Fungsi perencanaan kebutuhan MSDM meliputi:
9
a) Perencanaan dan peramalan permintaan tenaga kerja
organisasi baik dalam jangka pendek maupun panjang.
b) Analisis jabatan dalam organisasi untuk menentukan tugas,
tujuan keahlian, pengetahuan dan kemampuan yang
dibutuhkan.
2) Staffing sesuai dengan kebutuhan organisasi
Setelah kebutuhan SDM ditentukan, langkah selanjutnya adalah
mengisi formasi yang tersedia. Dalam tahap pengisian staf ini
terdapat dua kegiatan yang diperlukan yaitu:
a) Penarikan (rekrutmen) calon atau pelamar pekerjaan
b) Pemilihan (seleksi) para calon atau pelamar yang dinilai paling
memenuhi syarat
c. Penilaian kinerja
Kegiatan ini dilakukan setelah calon atau pelamar
dipekerjakan dalam kegiatan organisasi. Organisasi menentukan
bagaimana baiknya bekerja dan kemudian memberi penghargaan
atau kinerja yang dicapai. Dalam penilaian kinerja ini dilakukan dua
kegiatan utama yaitu:
1) Penilaian dan pengawasan perilaku pekerja
2) Analisis dan pemberian kinerja ini dinilai sangat sulit baik bagi
penilai maupun yang dinilai
d. Perbaikan kualitas pekerja dan lingkungan kerja
Saat ini pusat perhatian MSDM mengarah pada tiga kegiatan
strategis yaitu:
10
1) Menentukan, merancang dan mengimplementasikan program
pelatihan dan pengembangan SDM guna meningkatkan
kemampuan dan kinerja karyawan.
2) Memperbaiki kualitas lingkungan kerja, khususnya melalui kualitas
kehidupan kerja dan program-program perbaikan produktivitas.
3) Memperbaiki kondisi fisik kerja guna memaksimalkan kesehatan
dan keselamatan pekerja.
e. Pencapaian efektivitas hubungan kerja
Setelah tenaga kerja yang dibutuhkan dapat terisi, memberi gaji
dan memberi kondisi yang akan membuatnya merasa tertarik dan
nyaman bekerja. Dalam hal ini terdapat tiga kegiatan utama yaitu:
1) Mengakui dan menaruh rasa hormat terhadap hak-hak pekerja
2) Melakukan tawar-menawar dan menetapkan prosedur bagaimana
keluhan pekerja disampaikan
3) Melakukan penelitian tentang kegiatan-kegiatan MSDM
B. Peran Dinas Sosial
Pemerintah lokal khususnya di Kabupaten Enrekang mempunyai
tanggung jawab penuh terhadap permasalahan sosial yang terjadi di
Kabupaten Enrekang yang melibatkan anak putus sekolah sebagai subjek
dampak negatif sebagai kaum yang termarginalisasi seiring pesatnya arus
modernisasi dan pembangunan.
Dinas sosial merupakan instansi pemerintah yang diperlukan untuk
melakukan tugas-tugas pemerintah dalam usaha kesejahteraan sosial. Dinas
Sosial dan Tenaga Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan
rumah tangga daerah dan tugas pembantuan dalam bidang pembinaan
11
kesejahteraannya sosial, rehabilitasi sosial, pembinaan kesejahtera sosial dan
pembinaan tenaga kerja.
Pelaksanaan tugas, Dinas sosial dibantu oleh pekerja sosial. Pekerja
sosial adalah Petugas Khusus dari Departemen Sosial yang mempunyai
keterampilan khusus dan jiwa pengabdian dibidang usaha kesejahteraan
sosial. Pekerja Sosial adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas
melaksanakan kegiatan Usaha Kesejahteraan Sosial secara penuh oleh
pejabat yang berwenang pada lingkungan Departemen Sosial dana Unit
Pelayanan Kesejahteraan Sosial pada Instansi lainnya.
Pemberdayaan terhadap anak putus sekolah ini dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, kecakapan, keterampilan sehingga
membentuk inisiatif, kreatif, kompeten, inovatif, untuk mengantarkan mereka
kepada kemandirian. Dalam pemberdayaan tersebut Dinas Sosial sebagai
mediator memberikan kegiatan pemberdayaan guna membangkitkan kembali
rasa percaya diri, agar dapat aktif dalam kehidupan sosial, serta terciptanya
kesejahteraan social.
Pemberdayaan anak putus sekolah merupakan program untuk
meminimalisir keberadaan anak putus sekolah yang dilaksanakan Dinas
Sosial. Adapun program pemberdayaan yang diberikan berupa bimbingan
agama, bimbingan orang tua, anak jalanan, bimbingan kesehatan dan
bimbingan keterampilan. Program Dinas Sosial dalam penanggulangan anak
putus sekolah bertujuan memberikan perlindungan terhadap anak yang
memerlukan perlindungan khusus,dan mengalami masalah sosial dan atau
yang rentan mengalami masalah sosial. Melalui program tersebut diharapkan
masalah anak putus sekolah dapat dituntaskan.
12
Pelaksanaan program penanggulangan anak putus sekolah ini adalah
sebuah pelaksanaan program yang ditujukan kepada anak putus sekolah
yang tergabung dalam program Penyandang Kesejahteraan Sosial Anak di
mana dalam pelaksanaan tersebut memerlukan manajemen yang baik
sebagai upaya pemenuhan tujuan yang ditetapkan dan sebagai ketetapan
sasaran. Di dalam pelaksanaan tersebut memerlukan langkah-langkah yang
perlu ditempuh agar semua yang ditetapkan dapat tercapai dan penerapannya
dilapangan dapat berjalan dengan baik.
C. Pembinaan Anak Putus Sekolah
1. Pengertian Pembinaan
Kata pembinaan diambil dari kamus Besar Bahasa Indonesia
sendiri yaitu usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya
guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik,
meningkat, dan mendapatkan manfaat yang positif.
Pembinaan diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh hasil yang maksimal dan memiliki manfaat yang positif.
Pembinaan adalah suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secara berdaya guna berhasil guna untuk memperoleh hasil yang baik”.
Secara lebih luas, pembinaan bukan hanya diartikan sebagai
bentuk kegiatan yang dilaksanakan demi tercapainya hasil yang baik
namun pembinaan dapat diartikan sebagai pengelolaan kegiatan dari awal
sampai akhir kegiatan. Pengelolaan kegiatan dari awal sampai akhir
kegiatan dapat berupa perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada
setiap kegiatan yang dilakukan.
13
Menurut Marzuki (2015) menyatakan bahwa, ”Pembinaan adalah
sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku seseorang dalam
meningkatkan kemampuan, sehingga tercapai apa yang diharapkan. Di
sisi lain Pembinaan dapat diartikan bukan hanya proses perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi kegiatannya melainkan adanya unsur
organisasi yang saling terkait dan terkoordinasi sehingga tujuan yang ingin
dicapai dapat terwujud dengan baik.
Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2016) yaitu” Pembinaan
dapat diartikan sebagai rangkaian upaya pengendalian secara
professional terhadap semua unsur organisasi agar unsur-unsur tersebut
berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai
tujuan dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna. Unsur-
unsur organisasi itu mencakup peraturan, kebijakan, tenaga
penyelenggara, staf dan pelaksana, bahan dan alat (material), biaya
perangkat lainnya.
Pembinaan adalah suatu upaya, usaha kegiatan yang terus
menerus mempelajari, meningkatkan, menyempurnakan, mengarahkan,
mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar sasaran
pembinaan mampu menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai
pola kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga
maupun kehidupan keluarga masyarakat.
Pembinaan adalah segala upaya pengelolaan berupa merintis,
meletakkan dasar, melatih, membiasakan, memelihara, mencegah,
mengawasi, menyantuni, mengarahkan, serta mengembangkan
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan, mewujudkan manusia
14
sejahtera dengan mengadakan dan menggunakan segala daya dana yang
dimiliki.
Pembinaan adalah suatu proses di mana seseorang mencapai
kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh
karena itu, proses ini terkait dengan berbagai tujuan organisasi.
2. Bentuk Pembinaan
Pembinaan dibagi menjadi lima bentuk atau tahapan kegiatannya.
Menurut B2P3KS menyatakan bahwa, ”tahap pembinaan dan bimbingan
sosial yaitu pembinaan fisik, bimbingan mental psikologik, bimbingan
moral keagamaan, bimbingan sosial dan pelatihan keterampilan usaha
dan kerja”. Bentuk pembinaan sendiri meliputi kegiatan yang dilakukan
oleh individu, masyarakat atau lembaga terkait dalam kegiatan pelayanan
yang diberikan.
Lebih luas Departemen Sosial menguraikan tahapan pelayanan
pelaksanaan dalam rehabilitasi sosial adalah”bimbingan fisik, bimbingan
mental spiritual, bimbingan sosial, bimbingan kecerdasan dan
keterampilan kerja, bimbingan belajar kerja atau usaha, bimbingan
kesiapan dan partisipasi keluarga, bimbingan kesiapan partisipasi
masyarakat, penyaluran, pembinaan lanjut.
3. Unsur-Unsur Pembinaan
Unsur pembinaan di sini adalah kelompok kecil ( dari kelompok
yang lebih besar) yang masing-masing dapat dipisahkan yang mempunyai
fungsi tertentu dan langsung berkaitan dengan apa yang digambarkan.
Beberapa unsur dalam pembinaan bagi remaja putus sekolah,
antara lain.
15
a. Materi pembinaan
Materi pembinaan adalah bahan ajar sesuatu yang diberikan
kepada warga binaan dalam hal ini remaja putri putus sekolah yang
dijadikan sebagai pendukung terlaksananya pembinaan yang meliputi:
1) Aktualisasi pemahaman Agama secara Rasional.
Pertumbuhan pemikiran remaja sudah mencapai taraf
berfikir abstrak dan tidak lagi terkait dengan hal-hal yang bersifat
konkrit. Oleh karena itu pendidikan agama dalam dunia remaja
harus disesuaikan dengan usia dan tingkat berfikir. Daya kritis
intelektual pada remaja harus diimbangi oleh pendidikan dengan
materi penyajian agama yang lebih bersifat rasional.
Hendaklah pendidikan agama yang disajikan harus
membangkitkan pemikiran remaja untuk membahas dan
memahami ajaran agama yang diterimanya, setelah diterangkan
sebab-sebab dan hikmah yang terkandung didalamnya. Dengan
demikian efektivitas pembinaan agama pada remaja hanya dapat
dikembangkan dengan mengubah metodologi pendidikan agama
selaras dengan pertumbuhan dan perkembangan akal remaja.
2) Pendidikan Pencegahan Perilaku Menyimpang
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
menghadapi remaja, Salah satunya yaitu jiwa yang penuh gejolak
dan lingkungan sosial remaja juga ditandai dengan perubahan
sosial yang cepat. Untuk mengurangi benturan antar gejolak dan
untuk memberikan kesempatan agar remaja dapat
16
mengembangkan dirinya, perlu diciptakan kondisi lingkungan
terdekat yang stabil, khususnya lingkungan keluarga.
Di samping faktor keluarga, pengembangan pribadi remaja
yang optimal juga perlu diusahakan melalui pendidikan sekolah
yang dalam hal ini adalah melalui pendidikan dari lembaga
Sekolah atau lembaga selain berfungsi sebagai sarana
pengajaran (mencerdaskan anak didik), juga pendidikan
(transformasi normal).Untuk mengurangi kemungkinan terjadi
perilaku menyimpang, bisa dilakukan usaha-usaha untuk
meningkatkan kemampuan remaja dalam bidang-bidang tertentu
sesuai dengan kemampuan khusus ini, maka remaja dapat
mengembangkan kepercayaan dirinya karena dia menjadi
terpandang (mendapat status di mata kawan-kawannya). Dia tidak
perlu bergantung pada orang lain untuk mendapatkan perhatian
dari lingkungannya.
b. Metode Pembinaan
Metode atau cara akan membantu peserta pembinaan dalam
berfikir dan mengungkapkan dirinya, yaitu mampu memberikan
macam-macam jawaban dalam berbagai pemecahan masalah.
1) Pemikiran dan Prasangka Terbuka
Cara yang paling sederhana untuk merangsang pemikiran
adalah dengan mengajukan pertanyaan yang memberikan
kesempatan timbulnya berbagai macam jawaban sebagai
ungkapan pikiran dan perasaan, serta dengan membantu peserta
pembinaan untuk mengajukan pertanyaan Sebelumnya telah
17
ditekankan betapa pentingnya seorang guru atau pembina mampu
mengajukan pertanyaan-pertanyaan menantang untuk
membentengkan imajinasi dan cakrawala mental peserta.
2) Kreatifitas yang harus Dipupuk
Kreativitas dapat terwujud di mana saja oleh siapa saja,
tidak bergantung pada usia, jenis kelamin, keadaan sosial-
ekonomi, atau tingkat pendidikan tertentu. Sesungguhnya bakat
kreatif dimiliki oleh semua orang tanpa pandang bulu, dan yang
lebih penting lagi ditinjau dari segi pendidikan ialah bahwa bakat
kreatif dapat ditingkatkan dan karena itu perlu dipupuk sejak dini
Memang harus diakui bahwa setiap orang berbeda dalam
macam bakat yang dimiliki serta derajat atau tingkat dimilikinya
bakat tersebut Adanya perbedaan bakat tentu dialami oleh setiap
guru atau pembinaan mempunyai dan orang tua peserta
pembinaan. Semua peserta pembinaan mempunyai bakat
tertentu, tetapi masing-masing dalam bidang yang berbeda dan
yang satu lebih menonjol dari pada yang lain. Walaupun setiap
orang mempunyai bakat kreatif, namun jika tidak dipupuk bakat
tersebut tidak akan berkembang, bahkan bisa menjadi bakat yang
tidak dapat diwujudkan.
3) Dialog dan Diskusi
Sesungguhnya orang tua dan pendidik atau pembina
mempunyai kemampuan memberikan perintah dan larangan
secara langsung kepada anak atau peserta pembinaan, namun
sedikit diantara mereka yang mampu memberikan perintah
18
dengan dialog dan diskusi. Tidak diragukan lagi, diskusi
merupakan prinsip islam yang murni,karena Allah telah
mensyariatkan dalam perkara antara hakim dan terdaqwa, antara
pimpinan dan pegawainya dan antara guru atau pembimbing
dengan peserta didikannya.
c. Peran Lembaga dalam Pembinaan
Masyarakat sifatnya sangat kompleks dan urgen sehingga sulit
untuk memprediksikan dengan tepat, apa yang akan terjadi pada
kehidupan masyarakat pada saat ini dan waktu yang akan datang.
Kondisi ini dipengaruhi oleh rentetan dinamika pada kawasan
masyarakat yang tidak jelas ujung pangkalnya (fisik).
Lembaga sebagai lahan pemenuhan kebutuhan sangat
berguna dan luas sehingga bentuk dan tujuan lembaga sangat
bervariasi, walaupun lembaga memiliki keragaman, tujuan dan bentuk
yang bervariasi tetapi setiap lembaga selalu tidak lepas dengan dua
fungsi dasar yaitu fungsi latten dan fungsi manifest
1) Fungsi yang tidak diharapkan oleh masyarakat (latten)
Fungsi latten merupakan suatu fungsi yang kehadirannya
ditolak oleh sebagian besar masyarakat, sebab lembaga
semacam ini memiliki tujuan. Lembaga tidak ditolak, tetapi yang
ditolak adalah tujuannya, misalnya lembaga pendidikan
meningkatkan pengangguran intelektual atau drop out, lembaga
keluarga sebagai wahana broken home, lembaga reaksi
kebugaran sebagai tempat penyimpangan perilaku seksual
19
2) Fungsi yang diharapkan oleh masyarakat (manifest)
Fungsi manifest merupakan suatu fungsi yang diharapkan
oleh masyarakat sehingga kehadiran dari tujuan lembaga diterima
oleh masyarakat. Contoh masjid dan gereja sebagai lembaga
agama di fungsikan sebagai tempat ibadah, bank lembaga
perekonomian sebagai tempat menyimpan uang masyarakat
secara aman.
Peranan panti sebagai sebuah lembaga sosial adalah
sebagai berikut:
a) Sebagai suatu lembaga yang menghantarkan warga binaan
untuk menghasilkan manusia yang bernilai sosial, mempunyai
harkat, martabat dan kualitas hidup yang tinggi yang memiliki
hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat yang lain.
b) Sebagai tempat penyebaran pelayanan kesejahteraan social.
c) Sebagai tempat informasi usaha kesejahteraan sosial .
d. Peran Instruktur dalam Pembinaan.
Mengajar atau memberikan ilmu pengetahuan diperlukan
penguasaan terhadap ilmu (bahan ajar) yang akan diberikan dan juga
penguasaan terhadap keterampilan di dalam memberikan bahan ajar
tersebut. Dengan demikian seorang pengajar (guru, dosen, instruktur,
tutor) memerlukan keahlian dalam memilih dan melaksanakan cara
mengajar terbaik agar ilmu dapat diberikan dengan baik dan dapat
diterima dengan baik pula.
20
Hamachek dalam bukunya Characteristics of good teachers
and implications for teacher educators, yang memberikan karakteristik
profil seorang pengajar yang baik. Adapun profil tersebut adalah:
1) Dalam memberikan bahan ajar, ia harus fleksibel, tidak kaku
dalam bahan ajar yang ia berikan. Misalnya ada contoh tambahan,
membandingkan dengan pendapat ahli yang lain, diberikan
dengan menggunakan model instruksi yang bervariasi
2) Dapat menerima pendapat atau usulan dari siswa yang belajar
apakah itu pendapat yang benar atau salah
3) Mampu menunjukkan kepribadian yang baik
4) Bersedia melakukan tentang ilmu pengetahuan yang diajarkan,
kemudian hasil penelitian dipakai sebagai bahan dari bahan ajar
5) Mempunyai keterampilan atau cara yang spesifik dalam membuat
pertanyaan-pertanyaan di kelas untuk mendorong motivasi siswa.
Bila motivasi ini terjadi, maka penyampaian bahan ajar menjadi
menarik dan siswa menjadi lebih berpartisipasi dalam mengikuti
pengajaran
6) Menguasai ilmu pengetahuan yang diberikan. Pengajar harus siap
dengan bahan ajar yang diberikan,diatur sistematis sesuai dengan
satuan acara pengajaran yang telah diterapkan
7) Menyiapkan bahan evaluasi secara jelas dan menerangkan kriteria
yang dipakai dalam melakukan evaluasi
8) Meluangkan waktu untuk membantu siswa yang belajar, bila yang
bersangkutan mendapatkan kesulitan di dalam memahami isi
bahan ajar yang diberikan
21
9) Mempunyai sikap yang menarik dan ramah. Misalnya tersenyum,
memberikan komentar yang baik dan sebagainya
10) Menggunakan cara Tanya jawab
4. Pembinaan anak putus sekolah melalui dinas sosial
a. Pendampingan
Proses pendampingan membutuhkan seseorang pendamping
untuk melakukan kegiatan pendampingan. Departemen Sosial
mengemukakan bahwa pendampingan adalah”pekerja sosial yang
dengan ahli atau pekerjaanya mendahulukan tugas pendampingan di
mana yang bersangkutan bekerja sesuai dengan prinsip, metode dan
pekerjaan sosial.
Menurut Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang
kesejahteraan sosial menyatakan bahwa”pekerja sosial propesional
adalah seseorang yang bekerja baik dilembaga pemerintah maupun
swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial dan
kepedulian dalam pekerjaan yang diperoleh melalui pendidikan,
pelatihan dan atau pengalaman praktek pekerjaan sosial untuk
melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah
sosial”.
Peran pekerja sosial sendiri tak kalah penting untuk
melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah
sosial. Peran pendamping yang dikemukakan departemen sosial
sebagai berikut:
22
1) Pembela (advocator)
Pendamping melakukan pembelaan pada korban yang
mendapatkan perlakuan tidak adil. Pendamping sebagai pembela
pada dasarnya berfokus pada korban, mendampingi korban dalam
proses hukum, mengembangkan peranan, tugas dan system yang
berlaku
2) Penghubung (mediator)
Pendamping berperan sebagai penghubung klien dengan
sistem sumber yang ada baik formal maupun informal, dalam
rangka merujuk dan sebagai tindak lanjut dari pelayanan yang
diberikan RPTC.
3) Pemungkin (enabler)
Pendamping berperan dalam mengindentifikasi permasalahan
korban kebutuhan dan menjaga langkah-langkah menghadapi
permasalahannya.
4) Penjangkauan (outteacher)
Pendamping berperan dalam melakukan penjangkauan
kepada kelompok-kelompok yang rentan terhadap kekerasan dan
korban tindak kekerasan yang membutuhkan layanan perlindungan
awal dan pemulihan psikolososial
5) Pemberi motivasi (motivator)
Pendamping berperan dalam memberikan rangsangan dan
dorongan semangat kepada klien untuk dapat bersikap positif, pola
dan mengembangkan potensi sebagai upaya pemulihan korban.
23
5. Tahapan pembinaan
Pelaksanaan suatu kegiatan pembinaan, hendaknya didasarkan
pada berbagai tahap, agar pelaksanaan kegiatan tersebut dapat berjalan
sesuai dengan perencanaan dan dapat mengenai sasaran pembinaan.
Secara umum, suatu kegiatan pembinaan harus mencerminkan
tahapan, sebagai berikut:
a. Tahap sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer
kebiasaan atau nilai dan aturan dari suatu generasi ke generasi
lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai, peran dan
semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan
berpartisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial.
Adapun manfaat adanya sosialisasi terbagi menjadi dua
tahap, bagi individu, sosialisasi berfungsi sebagai pedoman dalam
belajar mengenal dan menyesuaikan diri dengan lingkungan , baik
nilai, norma, dan struktur sosial yang ada pada masyarakat
dilingkungan tersebut. Bagi masyarakat, sosialisasi berfungsi
sebagai alat untuk melestarikan, penyebaran, dan mewariskan nilai,
norma, serta kepercayaan yang ada pada masyarakat.
Pembelajaran yang dilakukan individu dalam mengenal
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun sosial.
Berdasarkan jenisnya sosialisasi dibagi menjadi dua.
Adapun jenis tersebut adalah:
24
1) Sosialisasi primer
Sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang
dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota
masyarakat ( keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat
anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah.
Anak akan mengenal keluarga dan secara bertahap akan mulai
mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar
keluarganya.
2) Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi
lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan
individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Bentuk-
bentuk adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses
resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru.
Sedangkan dalam desosialisasi, seseorang mengalami
perbuatan identitas dari yang lama.
b. Tahap Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi adalah pengembalian seperti semula atas
kemampuan yang pernah dimiliki seseorang. Oleh karena suatu hal
(musibah), banyak orang harus kehilangan kemampuannya.
Kemampuan yang hilang inilah yang dikembangkan agar kondisinya
seperti semula, yaitu kondisi yang dikembalikan seperti semula
sebelum musibah terjadi.
Rehabilitasi sosial adalah pemulihan korban dari gangguan
psikososial, seperti yang diungkapkan oleh Helen Haris Parlemen,
25
yaitu usaha untuk memiliki kembali rasa harga diri, kecintaan
terhadap kerja, kesadaran dan tanggung jawab terhadap masa
depannya, keluarga maupun masyarakat dalam lingkungan sosial.
Dengan hal itu harapannya adalah pulihnya kemampuan untuk dapat
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar baik terhadap dalam
keluarga maupun dalam masyarakat.
Pendukung dalam Pelayanan Rehabilitasi Sosial Menurut
Departemen Sosial RI tahun 1997, proses rehabilitasi sosial didukung
oleh beberapa faktor. Adapun faktor tersebut adalah:
1) Subjek pelaksanaan rehabilitasi adalah pejabat pemerintah yang
mempunyai amanat dan kapasitas untuk melakukan hal tersebut.
Pejabat pemerintah tenaga administrasi, tenaga operasional,
tenaga fungsional, dan pihak lain yang diajak bekerja sama saling
menguntungkan
2) Objek rehabilitasi sosial, adalah mereka para wanita penyandang
masalah kesejahteraan sosial.
3) Metode pelaksanaan rehabilitasi, adalah hal yang mencakup
teknis dari tahapan
D. Anak Putus Sekolah
1. Pengertian Putus Sekolah
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk
anak yang masih dalam kandungan terdapat dalam undang-undang No.
23 tahun 2002 tentang perlindungan anak menjelaskan bahwa anak
adalah siapa saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang
masih didalam kandungan yang berarti segala kepentingan akan
26
pengupayaan perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak anak
tersebut berada dalam kandungan hingga berusia 18 tahun.
Anak putus sekolah adalah keluar dari sekolah sebelum waktunya
atau sebelum lulus (Ali Imron, 2015;159). Putus sekolah dipandang
sebagai masalah pendidikan dan sosial yang amat serius selama
beberapa dekade terakhir ini. Dengan meningkatnya sekolah sebelum
lulus, banyak individu putus sekolah yang tidak mendapatkan pendidikan
yang cukup sehingga kesejahteraan ekonomi dan sosialnya menjadi
terbatas sepanjang hidup sebagai orang dewasa.
Pendidikan diperlukan dalam upaya pembinaan dan
pengembangan potensi, minat dan bakat generasi muda. Oleh sebab itu,
remaja harus mendapatkan perhatian khusus dam pendidikan dan
partisipasi dalam masyarakat agar mereka dapat meneruskan perjuangan
bangsa dan pembangunan kreativitas mereka melalui pendidikan.
Menurut Sugianto (2017) menjelaskan bahwa pendidikan adalah
suatu usaha yang dilakukan manusia untuk membina dan membangun
kepribadian sesuai dengan nilai-nilai yang ada dilingkup masyarakat dan
didalam kebudayaan yang berlaku. Setiap individu tidak terkecuali remaja
tentunya ingin memperoleh pendidikan agar dapat mencapai cita-cita.
Diperlukan usaha, sarana dan prasarana untuk memperoleh pendidikan.
Namun kenyataannya untuk memenuhi kondisi tersebut tidak
mudah dengan berbagai kendala dan keterbatasan yang ada pada
sebagian individu, keluarga maupun masyarakat. Ketika kendala tersebut
tidak dapat diselesaikan maka akan menyebabkan remaja putus sekolah.
Padahal sekolah merupakan salah satu sarana untuk memperoleh
27
pendidikan, pengetahuan dan pengalaman yang menunjang kehidupan di
masa mendatang.
2. Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah
Putus sekolah menjadi masalah yang cukup serius. Putus
sekolah merupakan jurang yang menghambat anak untuk
mendapatkan haknya.
a. Faktor internal
1) Malas atau kurang minat bersekolah
Menurut Desca (2015) penyebab anak putus sekolah
diutamakan karena rasa minat untuk bersekolah tidak ada
(malas).
Ada kemauan dari dalam diri anak untuk bersekolah
yang sangat kurang, karena kemampuan belajarnya yang
rendah. Karena faktor kejenuhan, kebosanan untuk bersekolah.
Percaya dirinya yang sangat jauh darinya, serta karena
keluarga dan perhatian orang tua menjadikan alasan untuk
meninggalkan sekolah.
Menurut Wassahua ( 2016) yang menyebabkan anak
putus sekolah adalah rendahnya atau kurangnya minat untuk
bersekolah, rendahnya minat anak dapat disebabkan oleh
perhatian orang tua yang kurang dan ada pengaruh dari
lingkungan luar. Adapun anak putus sekolah karena merasa
minder, tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan
sekolahnya
28
b. Faktor eksternal
1) Ekonomi keluarga
Tingkat kemiskinan yang masih tinggi diIndonesia
mempengaruhi anak untuk bisa melanjutkan pendidikan yang
lebih tinggi. Anak yang berasal dari keluarga yang kurang
mampu.
Walaupun pemerintah sudah membuat pembebasan biaya
sekolah, namun kebutuhan perlengkapan sekolah yang begitu
banyak seperti tas, sepatu, buku, seragam dan lainnya
membuat sulit mencukupi kebutuhan anaknya dalam
menempuh pendidikan yang mengakibatkan putus sekolah.
2) Kondisi lingkungan tempat tinggal
Lingkungan tempat tinggal anak mempengaruhi terjadinya
kegiatan dan proses belajar atau pendidikan. Lingkungan
tempat tinggal anak atau lingkungan masyarakat ini dapat
berperan dan ikut serta di dalam membina kepribadian anak-
anak ke arah yang lebih positif.
Menurut Waidi (2019) bahwa anak putus sekolah adalah
karena ekonomi yang membuat orang tua tidak bisa membiayai
anaknya, ada juga karena pola fikir orang tua yang kurang
mengetahui pentingnya pendidikan, jarak lokasi rumah ke
sekolah yang jauh dan akses jalur menuju sekolah juga
transportasi kendaraan yang kurang memadai.
Menurut Suyanto (2016) bahwa penyebab anak putus
sekolah adalah seseorang siswa dikatakan putus sekolah
29
apabila ia tidak dapat menyelesaikan program suatu sekolah
secara utuh yang berlaku sebagai suatu sistem Penyebab anak
putus sekolah menurut Ali Imron (2015:159) yaitu :
a) Ketidakmampuan mengikuti pelajaran. Ini menjadi
penyebab peserta didik merasa berat untuk menyelesaikan
pendidikannya. Oleh karena itu, mereka ini perlu
mendapatkan perlakuan yang berbeda dengan peserta
didik kebanyakan.
b) tidak memiliki biaya untuk bersekolah. Ini banyak terjadi di
daerah pedesaan. Di pedesaan jangankan biaya pendidikan
untuk kebutuhan sehari-hari saja peserta didik bersama
keluarga merasa tidak cukup
c) Sakit parah. Ini menyebabkan siswa tidak sekolah sampai
dengan batas waktu yang tidak ditentukan. Lantaran sudah
jauh tertinggal dengan peserta didik lainnya maka kemudian
ia lebih memilih tidak bersekolah.
d) Anak-anak terpaksa bekerja. Pada negara-negara
berkembang jumlah pekerja anak sangat banyak. Tidak
jarang, anak-anak ini juga bekerja pada sektor formal yang
terikat oleh waktu atau aturan. Waktu yang ditetapkan oleh
perusahaan tempat kerja berbenturan dengan waktu
sekolah. Oleh karena itu, lambat laun ia tidak dapat sekolah
lagi karena harus bekerja.
e) Membantu orang tua diladang. Di daerah agraris dan
kantong kemiskinan putra laki-laki di pandang sebagai
30
pembantu terpenting ayahnya untuk bekerja di ladang,
untuk membantu di ladang dibutuhkan waktu yang relatif
banyak sehingga seringkali menjadikan peserta didik tidak
bisa mengikuti pelajaran di sekolah
f) Dikeluarkan dari sekolah. Hal ini terjadi karena yang
bersangkutan memang sudah tidak mungkin dapat di didik
lagi.
3. Dampak Putus Sekolah
Beberapa dampak yang akan dialami atau diterima baik bagi anak
itu sendiri, masyarakat dan bangsa dimasa yang akan datang. Beberapa
dampak anak putus sekolah sebagai berikut.
a. Menambah jumlah pengangguran
b. Kerugian bagi masa depan anak
c. Menjadi beban orang tua
d. Menambah kemungkinan terjadinya kenakalan anak dan tindak
kejahatan dalam kehidupan sosial bermasyarakat
Individu putus sekolah tidak mendapatkan pendidikan yang layak
sehingga kesejahteraan ekonomi dan sosialnya menjadi terbatas
sepanjang hidupnya ketika menjadi orang dewasa. Remaja yang
melangkah keluar dari tangga pendidikan jauh sebelum mereka mencapai
tingkat yang professional, akan membuat remaja harus menggunakan
cara mereka sendiri untuk mencapai pekerjaan.
Kondisi kehidupan yang harus dihadapi setelah mengalami putus
sekolah, antara lain adalah keterbatasan pengetahuan, keterbatasan
akses informasi, keterbatasan akses sosialisasi, dan kesempatan kerja
31
yang terbatas karena tidak mempunyai ijazah sebagai syarat administrasi.
Kondisi tersebut mengakibatkan remaja yang mengalami putus sekolah
tidak percaya diri untuk melakukan aktivitas tertentu karena merasa tidak
mempunyai bekal pengetahuan, tidak mempunyai harga diri.
E. Penelitian Terdahulu
Jessica (2015)Mapping the biopolitics of school dropout ang youth
resistance. Artikel ini akan memuat argument pengantar dan bukti untuk
sekolah non-penyelesaian sebagai suatu bentuk biopower dan tidak masuk
sekolah yang dianggap sebagai bentuk penolakan remaja biopolitik di
Amerika Serikat (as). Dimulai dengan tinjauan singkat tentang singkat
tentang hubungan empiris dari pendidikan untuk kesehatan dan tingkat
kelulusan saat ini di Amerika Serikat, bagian pertama kemudian
menghubungkan data ini untuk menjelaskan kerangka kerja pendidikan
sebagai bentuk biopower.
Menggunakan kelompok-kelompok fokus dan metode pemetaan
kognitif yang disebut x-ray maps. Penelitian secara kualitatif ini, para remaja
melakukan penelitian dengan berpartisipasi remaja usia. Temuan
mengungkapkan apa yang kebijakan pendidikan lakukan terhadap tubuh,
bagaimana dan dengan cara apa kaum muda menolak kekuatan-kekuatan
ini. Bagian terakhir mengemukakan teori untuk mempertimbangkan putus
sekolah sebagai bentuk penolakan remaja biopolitik.
Fariz (2020) the tweezers are so high elementary school dropouts a
motivation view of consteuctivist informed teaching international journal of
science education. Putus sekolah adalah fenomena masalah yang saat ini
masih sering kita temui, masalah ini berlangsung selama beberapa waktu
32
dan cukup sulit untuk menemukan solusi sebagai pemecahan dari fenomena
masalah tersebut.
Banyak penyebab faktor-faktor yang menjadi penyebab dari masalah
ini seperti faktor internal yang merupakan faktor dari siswa sendiri, dan juga
eksternal yang berasal dari keluarga dan pengaruh lingkungan. Saat ini
masih banyak kita jumpai kasus anak putus sekolah khususnya di bangkuh
pendidikan dasar. Tujuan dari penelitian berikut adalah mengetahui faktor
yang menjadi penyebab tingginya putus sekolah pada pelajar.
Metode kualitatif ini dipilih untuk memberikan pemahaman dan visual
secara mendalam mengenai penyebab dari tingginya fenomena. Dalam
menghimpun data, digunakan metode wawancara dari partisipan, dan studi
pustaka dengan cara mempelajari data sekunder yang berupa dokumen,
arsip, hasil riset hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya
Mahardi (2018) Pembinaan, Dinas Sosial, Anak Jalanan, Dramaturgi
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini ada tiga yakni pelaksanaan
pembinaan di Kampung Anak Negeri, evaluasi program pembinaan dan
pembinaan anak jalanan dan anak putus sekolah di Kampung Anak Negeri
dalam kajian dramaturgi.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan
teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori
yang digunakan dalam menganalisis Peran Dinas Sosial Dalam Pembinaan
Anak Jalanan dan Anak Putus Sekolah (Studi Kasus di Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD) Kampung Anak Negeri Kelurahan Wonorejo
Kecamatan Rungkut Kota Surabaya) ialah teori Dramaturgi Erving Goffman.
33
Hasil penelitian ini ditemukan bahwa : (1) Dinas Sosial Surabaya
bagian dari tata pemerintah Kota Surabaya mempunyai misi menuntaskan
masalah kesejahteraan sosial khususnya anak jalanan dan anak putus
sekolah. Karenanya dibentuk UPTD Kampung Anak Negeri sebagai tempat
pembinaan untuk anak jalanan dan anak putus sekolah.
Pembinaan tersebut meliputi bimbingan mental spiritual, kedisiplinan,
kemandirian, jasmani, sosial, minat, dan kognitif. (2) Kendala dan evaluasi
dilakukan Kampung Anak Negeri bertujuan untuk mengetahui permasalahan
serta keberhasilan pembinaan terhadap anak jalanan dan anak putus
sekolah. Dan bila anak telah selesai dan berhasil menjalani kegiatan
pembinaan, Kampung Anak Negeri akan membantu memberikan akses dan
fasilitas bagi anak tersebut. (3) Dramaturgi harus dilakukan saat pelaksanaan
pembinaan anak jalanan dan anak putus sekolah, jalanan yang menjadi asal
anak-anak menambah tenaga ekstra yang harus dikeluarkan dalam
pembinaan. Dramaturgi termasuk dalam strategi yang digunakan oleh
pembina atau pembimbing dalam membina anak jalanan di Kampung Anak
Negeri.
Satriani (2016) Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
kenyataannya pemerataan yang didapatkan anak putus sekolah belum
sepenuhnya merata. Karena pemerintah dalam memberikan seleksi dalam
penerimaan peserta pelatihan secara bertahap dan keterbatasan daya
tampung.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan saran untuk
meningkatkan pemberdayaan masyarakat khususnya anak putus sekolah
pemerintah daerah harus cepat tanggap, berkoordinasi, dengan instansi
34
pemerintah lainnya dalam mengatasi permasalahan yang terjadi mengenai
pelaksanaan program pengentasan anak putus sekolah agar bisa menjamin
kesejahteraan masyarakat.
Siti (2017) Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pengelolaan di
PKBM Bustanul Muslimin yaitu meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi program. (2) Upaya PKBM Bustanul Muslimin dalam membina
masyarakat putus sekolah yaitu: menyelenggarakan program kesetaraan
(paket A, B, dan C), Life Skile, KBU, mendirikan program pembelajaran yang
beragam, mempersiapkan fasilitas yang memadai, serta mempersiapkan
tenaga pendidik yang semi terampil. (3) Penghambat dan pendorong PKBM
Bustanul Muslimin dalam membina masyarakat putus sekolah yaitu, faktor
penghambat dalam pelaksanaan program di PKBM Bustanul Muslimin
meliputi kurangnya kesadaran warga belajar untuk rajin berangkat, sumber
dana untuk keterampilan yang terkadang kurang, dan pendistribusian hasil
usaha yang terkadang sulit. Sedangkan faktor pendorongnya yaitu
ketersediaannya tempat belajar, antusias warga untuk belajar serta
kesadaran tutor untuk mengajar.
Rosa (2019) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan
pusat kegiatan belajar mengajar (PKBM) dalam mengatasi anak putus
sekolah di kecamatan suhaid. Pengelolaan PKBM Dalam Mengatasi anak
putus sekolah meliputi: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Sumber penelitian ini adalah ketua PKBM atau pengelola tutor
PKBM .
35
Metode pengumpulan data menggunakan wawancara untuk
menunjukkan keabsahan data maka digunakan teknik pengamatan lapangan
dan trianggulasi sumber data. Pengumpulan data yang digunakan dengan
cara ,menggali informasi yang sama dari sumber data yang berbeda dengan
sumber data, diantaranya PKBM atau pengelola dan tutor. Data yang
diperoleh di analisis secara kualitatif dengan tahapan pengumpulan data,
reduksi data, pengajian data dan penarikan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan PKBM
dalam mengatasi anak putus sekolah dengan tahapan menyusun
kepengurusan PKBM, melakukan sosialisasi, pentingnya pendidikan,
menentukan program yang akan dilaksanakan oleh PKBM.
Wardania (2020) angka putus sekolah selalu bertambah setiap tahun
dan banyak faktor yang menyebabkan anak memutuskan untuk berhenti
sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab anak putus
sekolah di Desa Tumbang Kaminting Kecamatan Bukti Santui. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriftif yang melakukan analisis data bertahap yaitu
reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan dengan melakukan
wawancara kepada anak putus sekolah sebagai subjek penelitian.
Dan untuk uji keabsahan data menggunakan teknik triagulasi dan
teman sebaya subjek penelitian. Hasil analisis menunjukkan bahwa
penyebab anak putus sekolah karena sakit parah dan karena sekolah
dianggap tidak menarik.
Edi syukur (2016) komparasi pemahaman konsep bangun datar siswa
antara yang diajar dengan model pembelajaran advance organizer dengan
peta konsep dan model pembelajaran yang mengadopsi teori van. Jenis
36
penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui
hasil belajar, aktivitas dan respons siswa terhadap model pembelajaran
advance organizer dengan peta konsep dan modal pembelajaran yang
mengadopsi teori van hiele pada pokok bahasan bangun datar khususnya
segiempatkelas Vll SMPN 2 Sinjai Timur, (2) mengetahui bagaimana
pemahaman konsep bangun datar siswa antara yang diajar dengan model
pembelajaran advance organizer dengan peta konsep dan model
pembelajaran yang mengadopsi teori van hiele.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 2
Sinjai Timur dan sampai terdiri dari dua kelas keduanya sebagai kelas
eksperimen yang dipilih menggunakan teknik purposive rondam sampling.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data atas hasil belajar siswa, data aktivitas
siswa dalam pembelajaran dan data respons siswa terhadap perangkat dan
pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor hasil belajar matematika
siswa pada kelas eksperimen 1 dengan mean 20,36 dan standar deviasi
2,164 mencapai tingkat ketuntasan secara klasikal sebesar 89,29%, serta
aktivitas siswa dalam pembelajaran berada pada kategori aktif dan respons
siswa terhadap perangkat dan pembelajaran adalah positif.
Secara umun disimpulkan bahwa model pembelajaran advance
organizer dengan peta konsep untuk diterapkan dikelas VII SMPN 2 Sinjai
Timur dengan kategori cukup efektif. Secara umum disimpulkan bahwa
model pembelajaran yang mengadopsi teori Van Hiele untuk diterapkan di
kelas VII SMPN 2 Sinjai Timur dengan kategori cukup efektif.
37
Hasil uji hipotesis pada taraf signifikan dengan uji menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan pemahaman konsep bangun datar siswa antara
yang diajar dengan model pembelajaran advance organizer dengan peta
konsep dan model pembelajaran yang mengadopsi teori Van Hiele.
F. Kerangka Konsep
Putus sekolah adalah ketika anak atau peserta didik memutuskan
untuk berhenti dan tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang atau
tingkat selanjutnya dengan alasan tertentu. Putus sekolah dapat terjadi
karena adanya beberapa faktor-faktor, Menurut Wassahua dua faktor yang
menyebabkan anak putus sekolah yaitu faktor internal dan eksternal.
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep
PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK
PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN ENREKANG
Faktor internal
Dampak anak putus sekolah
Faktor eksternal Penyebab anak putus
sekolah
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan ini adalah melalui penelitian
deskriptif kualitatif, alasan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif
karena peneliti langsung bertatap muka dengan informan penelitian untuk
mengetahui secara langsung penyebab anak putus sekolah sedangkan
deskriptif kualitatif itu sendiri adalah penelitian yang dapat menghasilkan
data deskriptif seperti ucapan atau tulisan serta sifat-sifat seseorang yang
harus diamati. Hal ini menunjukkan bahwa data yang dihasilkan bukan
angka-angka tetapi data tersebut adalah berupa naskah wawancara,
catatan lapangan, dokumen pribadi serta dokumen resmi lainnya.
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus
dalam penelitian ini ialah mengenai manusia (dapat suatu kelompok,
organisasi, maupun individu). Artinya suatu kesatuan dalam mekanisme
penelitian yang dilakukan dengan menganalisis secara cermat suatu
program, peristiwa, aktivitas dan proses yang bertujuan untuk
memperoleh informasi mengenai peran Dinas Sosial dalam pembinaan
anak jalanan di Kabupaten Enrekang.
39
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini bertujuan untuk membatasi masalah yang akan
diteliti. Fokus penelitian untuk memudahkan peneliti agar dapat memperoleh
data secara akurat dan objek yang diteliti tidak meluas. Pembahasan ini
disesuaikan dengan kepentingan, keterbatasan dana, waktu dan tenaga
yang dibutuhkan.
Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mendalam
tentang faktor internal dan faktor eksternal yang menyebabkan anak putus
sekolah serta untuk mengetahui dampak yang di alami anak setelah putus
sekolah.
Fokus penelitian penulis pada peran Dinas Sosial dalam pembinaan
anak putus sekolah di Kabupaten Enrekang yaitu (1). Kurangnya perhatian
atau dorongan dari orang tua (2). Kurangnya biaya (3). Adanya faktor
pergaulan.
C. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan dari bulan Agustus sampai
September setelah seminar proposal selesai. Dalam penelitian ini berlokasi
Di Kantor Dinas Sosial Kabupaten Enrekang. Tujuan penelitian ini dilakukan
karena kondisi anak putus sekolah yang sangat memprihatinkan yang ada di
Kabupaten Enrekang.
D. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapatkan langsung dari
lapangan atau tempat penelitian. Data primer ini merupakan sumber data
40
yang utama dalam penelitian kualitatif yang berupa kata-kata dan perilaku
para informan pada saat di wawancarai peneliti mengenai Peran Dinas
Sosial dalam pembinaan anak putus sekolah di Kabupaten Enrekang.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang didapatkan tidak langsung tetapi
ada penelitian sebelumnya, seperti dokumen, buku-buku laporan,
peraturan-peraturan pemerintah,dan data yang bersifat informasi tertulis
yang digunakan dalam penelitian. Data sekunder tersebut adalah hal-hal
yang berkaitan dengan peran Dinas Sosial di Kabupaten Enrekang.
3. Informan Penelitian
Informan merupakan orang yang digunakan untuk memberi
informasi tentang suatu kondisi dan keadaan latar penelitian sebelum
peneliti melakukan pemilihan informan, maka terlebih dahulu ditetapkan
situasi sosial penelitian, yang merupakan tempat di mana permasalahan
yang terjadi betul-betul ada. Untuk menghasilkan informasi yang benar,
peneliti memilih informan secara purposive sampling, di mana peneliti
melakukan pemilihan informan dengan tidak acak atau secara sengaja
mengambil informan tersebut. Cara ini dilakukan dengan pertimbangan
bahwa informan yang telah terpilih adalah orang-orang yang benar-benar
mengetahui atau terlibat langsung dalam fokus penelitian. Adapun
informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 1.2 Daftar Informan Penelitian
No. Informan Jumlah
1. Kepala Kantor Dinas Sosial 1 Orang
2. Sekretaris Kantor Dinas 1 Orang
3. Staf Dan Pegawai Kantor Dinas Sosial 3 Orang
Jumlah 5 Orang
41
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi
sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan, menjadi kegiatan pusat perhatian
pada suatu hal yang berkaitan dengan permasalahan menggunakan
seluruh panca indra. Observasi yang dimaksud adalah peneliti terlebih
dahulu melihat kondisi di lapangan baik dalam lingkungan penelitian
maupun lingkungan narasumber yang akan diwawancarai secara lebih
lanjut dan sistematis.
2. Wawancara
Wawancara dilangsungkan dalam bentuk Tanya jawab secara
langsung, direkam atau ditulis oleh peneliti ke dalam lembar kertas. Tipe
recorder dapat digunakan untuk merekam segala hal telah dipersiapkan
peneliti. Wawancara, dilakukan peneliti secara terbuka dengan beberapa
informan, saat melakukan wawancara selama penelitian, peneliti
diberikan kebebasan untuk memperoleh data dan informasi serta jawaban
dari subjek peneliti sesuai dengan kemampuan dan kemauannya. Namun
demikian, tetap peneliti berusaha mengarahkan dan menafsirkan sesuai
keperluan. Wawancara dilakukan kepada Kepala Kantor Dinas Sosial,
Kepada Sub Bagian Umum atau Staf dan anak putus sekolah untuk
menjaga netralitas peneliti agar hasil yang diperoleh memperoleh hasil
yang optimal.
42
3. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi digunakan sebagai teknik pengumpulan data
dengan mencari dokumen yang bersifat pribadi dan resmi sebagai
sumber data yang dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan
dalam penelitian. Penulis menggunakan metode dokumentasi dengan
menggunakan beberapa alat dokumentasi sebagai media untuk
membuktikan secara nyata bahwa penelitian ini benar-benar dilakukan.
F. Instrumen Penelitian
Penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat peneliti adalah
peneliti memodifikasi instrumen dari Dinas Sosial Kabupaten Enrekang
mengenai” identifikasi pembinaan anak putus sekolah dalam bentuk laporan.
Dalam penelitian kualitatif segala bentuk data yang dicari masih belum
tuntas kebenarannya, untuk itu disini peneliti melakukan tindakan yang lebih
mendalam lagi dalam pengumpulan data dengan cara observasi ke
lapangan dengan menggunakan alat seperti kamera,alat perekam, alat tulis
dll
43
Tabel 1.3 Kisi Kisi Instrumen
NO Informasi yang dikaji (
Fokus penelitian)
Indikator Sub indikator
1 Peran dinas sosial Pembinaan Bimbingan mental
Nilai-nilai religius
Penanaman kedisiplinan dan kemandirian
2 Faktor penyebab anak putus sekolah
Faktor internal
Malas atau kurang minat
Faktor eksternal
Ekonomi keluarga Kondisi lingkungan tempat lingkungan
3 Faktor penghambatan faktor pendukung
Penghambat Mental yang lemah
Adanya sifat malas
Belum terbiasa menerima sesuatu hal yang baru
Pendukung Keinginan untuk berubah
Tenaga pendidik yang memadai
G. Teknik Analisis Data
Penelitian menggunakan deskriptif kualitatif sebagai metode analisis
data. Adapun yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah suatu cara
mengembangkan data tersebut dalam bentuk kata-kata atau kalimat
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dilapangan jumlahnya telah menumpuk.
Oleh sebab itu, seharusnya secara teliti dan rinci. Seperti telah
44
dikemukakan makin lama peneliti berada dilokasi, maka data semakin
banyak, kompleks, selain itu perlu secepatnya dilakukan analisis data
menggunakan reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum,
memisahkan hal-hal yang penting, memfokuskan pada hal yang pokok,
dicari topik dan model dan membuang yang tidak perlu.
2. Penyajian Data
Sajian data merupakan kumpulan beberapa informasi yang sudah
tersusun berupa informasi yang sistematis. Melalui sajian data
memungkinkan peneliti mengambil kesimpulan.
3. Verifikasi
Langkah ketiga dalam menganalisis data kualitatif yaitu verifikasi.
Kesimpulan pertama yang dijelaskan masih bersifat sementara, serta
dapat berubah jika tidak didapatkan bukti-bukti jelas, yang dapat
membantu dalam tahap pengumpulan data selanjutnya. Tetapi apabila
data kesimpulan yang dijelaskan pada tahap pertama, dapat mendukung
kembalinya bukti-bukti yang ada dan tetap sesuai dengan apa yang
peneliti dapat di lokasi penelitian. Maka kesimpulan yang dikemukakan
adalah kesimpulan yang kredibel.
H. Pengabsahan Data
Pengabsahan data dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan
data yang kredibel yang berhubungan dengan fenomena judul tersebut.
Pengabsahan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan teknik
triagulasi. Menurut Sugiyono (2014) ada tiga macam triagulasi yaitu:
45
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber digunakan dengan cara memeriksa kembali
data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber. Untuk itu peneliti
melakukan pengambilan dan pemeriksaan data yang telah didapatkan
melalui hasil pengamatan, wawancara, dan pengujian data. Kemudian
peneliti membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, dan
membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik yaitu dilakukan dengan cara melihat kembali
data kepada sumber yang sama dengan cara yang berbeda. Dalam hal
ini data yang didapatkan dengan wawancara, kemudian diperiksa kembali
dengan observasi dan dokumen. Apabila dengan tiga cara pemeriksaan
kebenaran data tersebut, memperoleh data yang berlainan, maka peneliti
menyelenggarakan diskusi mendalam ke pada sumber data yang
bersangkutan atau yang lain, untuk menguatkan data mana yang
dianggap benar atau mungkin saja semuanya benar karena sudut
pandangannya berbeda-beda.
3. Triagulasi Waktu
Waktu juga dapat mempengaruhi kebenaran data. Data yang
diperoleh dengan cara wawancara di pagi hari pada saat narasumber
masih segar, belum banyak masalah, dapat menyampaikan data yang
valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu, dalam rencana memeriksa
kredibelitas data dengan melakukan pemeriksaan data dengan
wawancara, observasi atau cara lain, dalam keadaan atau situasi yang
tidak sama. Bila pemeriksaan menghasilkan data yan berbeda, maka
46
dilakukan secara berulang kali sehingga sampai menentukan kepastian
datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara memeriksa hasil
penelitian, dari tim penelitian lain yang diberi kewenangan melakukan
pengumpulan data.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kantor Dinas Sosial
1. Keadaan Kabupaten Enrekang
a. Letak Geografi
Letak Geografi Kabupaten Enrekang antara 30’14’36-
030’50’0’’ Lintang Selatan dan 119 40’53-120 6’33 Bujur Timur, Tinggi
rata-rata 0,80 meter diatas permukaan laut dengan luas batas-batas
wilayah Kota Enrekang adalah sebagai berikut
Sebelah Utara : Kabupaten Tana Toraja
Sebelah Timur : Kabupaten Luwu
Sebelah Selatan : Kabupaten Sidenreng Rappang
Sebelah Barat : Kabupaten Pinrang
b. Luas Wilayah
Adapun wilayah Administrasi Kabupaten Enrekang meliputi 12
kecamatan, 17 Kelurahan, 112 desa. Kabupaten Enrekang seluas
1.786.06 km2 terbagi dalam 12 kecamatan yaitu : Kecamatan Maiwa
seluas 392.87 km2, Kecamatan Enrekang seluas 291.19 km2,
Kecamatan Baraka seluas 159.15 km2, Kecamatan Anggeraja seluas
125.34 km2, Kecamatan Alla seluas 34,66 km2, Kecamatan Bungin
seluas 178,51 km2, Kecamatan Malua seluas 40,36 km2, Kecamatan
Buntu Batu seluas 126,65 km2, Kecamatan Masalle seluas 68,35
km2, Kecamatan Baroko seluas 41,08 km2
47
c. Kondisi fotografi
Wilayah ini juga sering terkenal dengan sebutan
“MASSENREMPULU” yang bermakna wilayah yang terletak di lereng
pengunungan. Hal ini memang tepat sebab pada kenyataannya
tofografi Kabupaten Enrekang sekitar 85% merupakan medan yang
bergelombang, berbukit sampai curam dan hanya sekitar 15% yang
merupakan medan berombak sampai landai. Sedangkan ketinggian
daerah dari permukaan laut bervariasi antara 47 sampai 3,329 meter
diatas laut.
2. Sejarah Singkat Kantor Dinas Sosial
Kantor Dinas Sosial Kabupaten Enrekang yang terletak di Jl. Jend
Sudirman No. 01 di Kota Enrekang. Pembangunan kantor Departemen Sosial
Dati II Enrekang pelita sosial diresmikan pembangunan pada tanggal 28
November 1997 oleh bapak Menteri Sosial R.I yaitu Bapak H.M.S.Mintaredja
S.H
Kantor Dinas Sosial Kabupaten Enrekang sebagai salah satu
perangkat daerah (SKPD) wajib membantu bupati Enrekang dalam hal
penyelenggaraan pemerintah dalam urusan wajib sosial, untuk
merealisasikan pencapaian tujuan sebagaimana ditetapkan dalam rencana
pembangunan jangka menengah daerah Kabupaten Enrekang menuju
pencapaian tujuan kesejahteraan sosial.
Sejalan dengan hal tersebut, maka eksistensi Dinas Sosial Kabupaten
Enrekang leading sektor ”pembangunan bidang sosial kependudukan, tenaga
kerja dan transmigrasi Kabupaten Enrekang berupaya untuk melaksanakan
program sesuai daerah.
48
Isu penting dalam penyelenggaraan sosial tenaga kerja dan
transmigrasi lima tahun kedepan di daerah ini dapat di repleksikan dari visi
pembangunan jangka menegah kabupaten Enrekang yaitu mewujudkan
kabupaten Enrekang sebagai kabupaten agropolitan yang mandiri dan
berkelanjutan pada tahun 2014.
Kabupaten Enrekang dalam melaksanakan pembangunan
kesejahteraan social merupakan tugas dan tanggung jawab Dinas Sosial,
tenaga kerja dan transmigrasi Kabupaten Enrekang. Tentu saja masyarakat
menginginkan agar kinerja aparat Dinas Sosial, tenagakerja dan transmigrasi
Kabupaten Enrekang menghasilkan pembangunan kesejahteraan social yang
merata, terutama harapan masyarakat penyandang masalah sosial tentang
peningkatan kesejahteraan hidup mereka.
Masalah sosial seperti remaja penyandang masalah sosial memang
tidak dapat ditangani sepenuhnya tetapi dengan memaksimalkan kinerja
Dinas Sosial, tenaga kerja dan transmigrasi Kabupaten Enrekang diharapkan
dapat menyelesaikan masalah sosial tersebut, namun kenyataannya kinerja
sosial,tenaga kerja dan transmigrasi Kabupaten Enrekang masih menyimpan
banyak permasalahan seperti masalah sosial yang membutuhkan perhatian
cukup serius, kemudian aparat kinerja para aparat pemerintah yang masih
perlu dikembangkan agar penanganan masalah sosial dapat lebih maksimal
Bentuk tolak dari pemikiran tersebut diatas, Dinas Sosial menetapkan
rencana strategis tahun 2009-2013 yang berisi visi, misi serta pencapaian
tujuan dengan melalui kebijakan program yang tetap memperhitungkan
potensi dan kendala serta mengantisipasi tuntutan perkembangan masa
depan
49
Dinas Sosial kabupaten Enrekang yang sebelumnya hanya
merupakan kantor kesejahteraan sosial, sehingga dalam penyampaian
evaluasi pada kesempatan hanya berkisar program dan kegiatan yang
dilaksanakan Dinas Sosial tahun anggaran 2013
Program kegiatan Dinas Sosial tahun anggaran 2013 dapat dikatakan
bahwa semua dapat terlaksana dengan kriteria sangat baik sesuai dengan
yang telah direncanakan seperti pemberdayaan sosial dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial
(PMKS) Komunitas Adat Terpencil (KAT) Penyandang cacat, anak terlantar,
lanjut usia dan kelompok rentan lainnya, dalam mengelola usaha produktif
yang dikelola dengan sistem pengembangan kelompok usaha (KUBES)
Di samping itu juga pemberdayaan potensi sumber kesejahteraan
sosial (PSKS) TKSK Tenaga Kerja Sosial Kecamatan dalam bentuk
kelembagaan, kemampuan bagi organisasi sosial, diharapkan mampu
mencapai peningkatan professional manajemen pelayanan terhadap
penyandang masalah kesejahteraan sosial serta menjalin hubungan sosial
dalam peningkatan sarana dan prasarana pelayanan terhadap penduduk
miskin panti, jompo, anak terlantar, orang terpinggirkan penyandang masalah
kesejahteraan sosial lainnya.
Pelaksanaan program kegiatan Dinas Sosial Tenaga kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Enrekang di masa yang akan datang akan
mengadakan penyesuaian dengan program kantor kesejahteraan sosial yang
lalu, walaupun masih terjadi masalah pengusulan program kegiatan. Untuk itu
Dinas Sosial Tenaga Kerja dan transmigrasi dalam hal ini sebagai
50
pelaksanaan secara review rancangan kinerja pelaksanaan kegiatan dinas
sosial tenaga kerja dan transmigrasi tahun lalu 2013.
Meningkatnya permasalahan sosial seperti pengangguran,
kemiskinan, permasalahan keluarga, terlantar, ketunaan sosial, kecacatan,
korban napza, HIV/AIDS Dan bencana. Sebagai dampak kemajuan IPTEK
dan globalisasi dari satu sisi lain terbatasnya kemampuan pemerintah serta
terbatasnya modal kerja yang dimiliki dinas sosial tenaga kerja dan
transmigrasi kabupaten Enrekang seperti dana, tenaga, sarana dan prasaran,
organisasi dan kelembagaan adalah merupakan permasalahan mendasar
dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Dari data analisis
Verifikasi oleh kelompok Dasa Wisma ( ibu PKK) pada tahun 2010 telah
tercatat 8.111 rumah tangga miskin kategori penduduk penyandang keluarga
miskin 31,85% dari data statistik sebelumnya. Dan diadakan pendataan ulang
oleh kelompok asa Wisma (ibu PKK) yang menghasilkan data sebanyak
5.832 RTM pada tahun 2012 sampai sekarang.
Besarnya permasalahan kesejahteraan sosial seperti kemiskinan,
komunitas adat terpencil (KAT), Penyandang cacat, lanjut usia, anak
terlantar, wanita rawan sosial ekonomi, korban bencana alam, lingkungan
kumuh dan lain-lain. Menunjukkan bahwa pemberian otonomi tersebut tidak
sepenuhnya berjalan dengan mulus karena masih sering ditemui adanya
akses negatif yang mengakibatkan terjadinya hambatan dalam pelaksanaan
pembangunan di bidang kesejahteraan sosial.
1. Rendahnya profesionalisme manajemen terhadap penyandang masalah
kesejahteraan sosial dan ketenagakerjaan dengan penekanan profesi
metode kesejahteraan sosial dan metode lainnya
51
2. Kurangnya pemberdayaan sosial dalam rangka meningkatkan kualitas
hidup penyandang masalah kesejahteraan sosial keluarga miskin,
komunitas adat terpencil (KAT), penyandang cacat, anak terlantar, lanjut
usia, kelompok rentan lainnya, dalam pengelolaan usaha ekonomi
produktif ( UEP) yang dikelola dengan sistem pengembangan kelompok
usaha bersama (KUBE)
3. Terbatasnya sarana prasarana pelayanan seperti panti sosial
4. Belum adanya sistem perlindungan dan jaminan kesejahteraan sosial
yang terintegrasi
5. Belum maksimal pembinaan potensi sumber kesejahteraan sosial
menangani masalah kesejahteraan sosial secara professional
6. Kecenderungan pembangunan lebih menekan kepada pembangunan fisik
ketimbang pembangunan non fisik termasuk pembangunan SDM
penyandang masalah kesejahteraan sosial
7. Melemahnya sosial capital yaitu modal masyarakat nilai-nilai sosial dan
norma-norma informal seperti sistem gotong royong, tolong menolang,
kejujuran, kesetiaan kawanan sosial dalam tanggung jawab sosial ditelan
oleh proses modernisasi akibat kemajuan IFTEK dan era globalisasi
8. Ilmu pengetahuan teknologi, globalisasi dan arus refarasi yang
berdampak terhadap munculnya permasalahan, narkoba, HIP/AIDS dan
pergeseran nilai-nilai masyarakat
9. Kecenderungan pemerintah daerah lebih memproritaskan pembangunan
fisik ketimbang pembangunan non fisik
10. Potensi sumber kesejahteraan sosial (PSKS) di berdayakan secara
maksimal
52
3. Visi Dan Misi
a. Visi
Terwujudnya masyarakat kreatif yang inovatif membangun
kesejahteraan sosial serta meningkatkan kualitas ketenagakerjaan
dan transmigrasi menuju Enrekang yang maju, aman dan sejahtera
b. Misi
1) Meningkatnya pembangunan kesejahteraan sosial
2) Mengembangkan kemitraan, perguruan tinggi, komunitas lokal,
LSM, dan komponen lainnya dalam membangun kesejahteraan
sosial
3) Peningkatan pengembangan profesi pekerja sosial
4) Peningkatan pemberdayaan terhadap karang taruna
5) Peningkatan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial,
ketenagakerjaan dan transmigrasi
6) Perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pelayanan
penempatan tenaga kerja serta penguatan informasi pasar kerja
dan bursa kerja
7) Peningkatan kompetensi keterampilan dan produktivitas tenaga
kerja dan masyarakat transmigrasi
8) Peningkatan pembinaan hubungan industrial serta perlindungan
sosial tenaga kerja transmigrasi
9) Percepatan dan pemerataan pembangunan wilayah
10) Peningkatan pengawasan ketenagakerjaan
53
11) Pengembangan pola koordinasi dengan dinas/badan instansi
terkait dengan pembangunan sosial, ketenagakerjaan dan
transmigrasi
4. Struktur Organisasi
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Dinas Sosial Kabupaten
Enrekang sebagaimana Peraturan daerah Kabupaten Enrekang Nomor 6
Tahun 2008 Tentang pembentukan, susunan Organisasi dan Tata Kerja
Badan Sosial memiliki sumber daya aparatur berjumlah 17 orang yang
terdiri dari pejabat struktural dibantu beberapa staf sebanyak 6 orang dan
tenaga kontrak/ tenaga sukarela sebanyak 20 orang.
54
Gambar 2.2 struktur organisasi
KABID REHABILITAS SOSIAL SUKMAWATI MUSTAFA T, SE
NIP : 19651231 199003 1 098
KABID PEMBERDAYAAN SOSIAL Dra. NIAR
NIP : 19621231 199003 2 043
KABID PENANGANAN FAKIR MISKIN & INFORMATIKA DATA HJ. RAHMAWATI, S.Pd
NIP : 19671231 199203 2 051
KEPALA DINAS M.ZULKARNAIN KARA, AP,M.Si NIP : 19740429 199311 1 002
SEKRETARIS
SUKMA, S.Pd, M.Si NIP : 19630817 198602 1 012
19
KASUBAG UMUM & KEPEG MUHTAR JANNA, S.Pd, M.A.P NIP : 19740816 200212 1 007
KASUBAG PERENCANAAN A.SULTAN MATAKALI, SE
NIP : 19791231 200604 1 045 045
KASUBAG KEUANGAN HAMIDA BOKKO, S.Sos,M.A.P NIP : 19681206 199803 2 007
KABID PERLINDUNGAN JAMSOS H.DULMAN, S.Pd, MM
NIP : 19730413 199303 1 006
KASI JAMINAN SOSAL KELUARGA RUSI, S.Pd
NIP : 19651231 198602 1 055
KASI LINSOS KORBAN BENCANA ALAM DAN BENCANA SOSIAL
SYAMSIAR, ST,M.A.P
NIP : 19790527 201101 2 009
KASI REHSOS ANAK PENYANDANG DISABILITAS DAN REHSOS LANSIA
M. DARMAN, S.Kom NIP : 19790527 201001 1 011
KASI REHABILITAS TUNA SOSIAL KORBAN PERDAG & PENYALAHGUN NAPZA
HJ.JUMRIATI, S.SOS NIP : 19661231 198703 2 078
KASI PEMBERDSOSIAL
PERORANGAN KELUARGA
KELEMBAGAAN SERTA PENGEL SDBS
HJ.JARMANI, S.Pd
KASI KEPAHLAWANAN KEPERINTISAN KESETIAKAWANAN
DAN RESTORASI SOSIAL ABD.JALAL ISHAK, S.Pd
NIP : 19630525198602 1 009
KASI PENANGANAN FAKIR MISKIN PEREKOTAAN & PEDESAAN
ACHMAD FADHIL HIDAYAT. SST
KASI PENGELOLAAN DAN INFORMATIKA DATA
MUNAWIR DERING, S.IP NIP : 19810316 200201 1001
55
Tugas dan tanggung jawab
1. Kepala Dinas
Dinas Sosial dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui Sekretaris daerah
yang mempunyai tugas membantu bupati dalam melaksanakan urusan
pemerintah dibidang sosial
2. Sekretaris
Sekretaris dipimpin oleh seorang sekretaris berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada kepala dinas dan mempunyai tugas
membantu kepada dinas menyiapkan bahan dalam rangka
penyelenggaraan dan koordinasi pelaksanaan sub bagian umum dan
kepegawaian, perencanaan dan keuangan dan fungsional kepada semua
unsur dalam lingkup dinas sosial
3. Sub bagian umum dan kepegawaian
Sub bagian umum dan kepegawaian dipimpin oleh seorang kepala sub
bagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada sekretaris
dalam menyelenggarakan ketatausahaan, rumah tangga dan
perlengkapan serta pengelolaan administrasi kepegawaian
4. Sub bagian perencanaan
Sub bagian perencanaan dipimpin oleh seorang kepala
bertanggungjawab kepada sekretaris dan mempunyai tugas pokok
melaksanakan perencanaan, pengendalian data, pembinaan evaluasi
program/kegiatan dinas
5. Sub bagian keuangan
56
Sub bagian keuangan dipimpin oleh seorang kepala sub bagian yang
berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada sekretaris dan
mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan administrasi keuangan
serta merumuskan dokumen pelaksanaan anggaran (dpa) dinas,
melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas di sub
bagian serta membuat laporan secara berkala
6. Kabid perlindungan jamsos
Bidang perlindungan dan jasmani dipimpin oleh seorang kepala bidang
yang mempunyai tugas pokok membantu kepala dinas dalam
melaksanakan kegiatan di bidang perlindungan dan jasmani sosial
7. Kabid rehabilitasi sosial
Bidang rehabilitasi sosial dipimpin oleh seorang kepala bidang yang
mempunyai tugas pokok membantu kepala dinas sosial dalam
melaksanakan kegiatan dibidang rehabilitasi sosial serta
menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan sosial
8. Kabid pemberdayaan sosial
Bidang pemberdayaan sosial dipimpin oleh seorang kepala bidang
mempunyai tugas pokok membantu kepala dinas dalam melaksanakan,
merencanakan operasionalisasi, memberi tugas, memberi petunjuk,
menyediakan, mengatur, mengevaluasi, dan melaporkan
penyelenggaraan tugas bidang pemberdayaan sosial
9. Kabid penanganan fakir miskin dan informatika data
Kabid penanganan fakir miskin dan informatika data dipimpin oleh
seorang kepala bidang yang mempunyai tugas pokok membantu kepala
57
dinas dalam melaksanakan, pembinaan dan mengkoordinir kepala seksi
dilingkup bidang penanganan fakir miskin dan informatika data
10. Kepala seksi jaminan sosial keluarga
Seksi jaminan sosial keluarga dipimpin oleh kepala seksi yang
mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam melaksanakan
kegiatan pembinaan dan bimbingan dibidang jaminan sosial keluarga
11. Seksi rehabilitasi anak penyandang di sabilitas dan rehabilitasi sosial
lanjut usia
Seksi rehabilitasi anak penyandang disabilitasi dan rehabilitasi sosial
lanjut usia dipimpin oleh seorang kepala seksi yang mempunyai tugas
membantu kepala bidang dalam melaksanakan pembinaan dan
bimbingan dibidang rehabilitasi sosial anak, penyandang di sabilitasi dan
rehabilitasi sosial lanjut usia
12. Seksi pemberdayaan sosial perorangan, keluarga dan kelembagaan serta
pengelolaan sumber daya bantuan sosial
Seksi pemberdayaan sosial perorangan, keluarga dan kelembagaan serta
pengelolaan sumber daya bantuan sosial dipimpin oleh seorang kepala
seksi yang mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam
merencanakan, melaksanakan, kegiatan, memberi petunjuk, memberi
tugas, membimbing, memeriksa/mengecek dan membuat laporan tugas
seksi pemberdayaan sosial perorangan, keluarga dan kelembagaan serta
pengelolaan sumber dana bantuan sosial
13. Seksi penanganan fakir miskin perkotaan dan fakir miskin pedesaan
Seksi penanganan fakir miskin perkotaan dan fakir miskin pedesaan
dipimpin oleh seorang kepala seksi yang mempunyai tugas membantu
58
kepala bidang dalam merencanakan, melaksanakan pembinaan dan
bimbingan di bidang penanganan fakir miskin perkotaan dan pedesaan
14. Seksi perlindungan sosial korban bencana alam dan korban bencana
sosial
Seksi perlindungan sosial korban bencana alam dan korban bencana
sosial dipimpin oleh kepala seksi yang mempunyai tugas membantu
kepala bidang perlindungan dan jaminan sosial dalam melaksanakan
pembinaan dan bimbingan di bidang perlindungan sosial korban bencana
alam dan bantuan sosial
15. Seksi rehabilitasi tuna sosial korban perdagangan orang dan
penyalahgunaan napza
Seksi rehabilitasi tuna sosial korban perdagangan orang dan penyala
gunaan napza dipimpin oleh kepala seksi yang mempunyai tugas
membantu kepala bidang dalam melaksanakan pembinaan dan
bimbingan di bidang rehabilitasi tuna sosial korban perdagangan dan
penyalah gunaan napza
16. Seksi kepahlawanan keperintisan kesetiakawanan dan restorasi sosial
Seksi kepahlawanan keperintisan kesetiakawanan dan restorasi sosial
dipimpin oleh kepala seksi yang mempunyai tugas membantu kepala
bidang dalam merencanakan, melaksanakan kegiatan, memberi petunjuk,
memberi tugas, membimbing, memeriksa/mengecek dan membuat
laporan tugas seksi kepahlawanan keperintisan kesetiakawanan dan
restorasi sosial
17. Seksi pengelolaan data informasi
59
Seksi pengelolaan data informasi dipimpin oleh kepala seksi yang
mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam merencanakan
melaksanakan pembinaan dan bimbingan di bidang penanganan
informasi data program
B. Deskripsi fokus dan dimensi penelitian
1. Peran Dinas Sosial Dalam Pembinaan Anak Putus Sekolah
Beberapa fenomena menarik perhatian dalam pembahasan
kesejahteraan sosial yakni anak putus sekolah. Bagaimana anak yang
diharapkan menjadi agen perubahan dimasa mendatang, harus
bertempur untuk mencukupi kebutuhan hidup. Oleh sebab itu pembinaan
harusnya dilakukan sedini mungkin supaya pembangunan bangsa dan
negara bisa mencapai batas maksimal. Peranan dinas sosial sangat
berpengaruh penting terhadap anak-anak putus sekolah di Kabupaten
Enrekang. Keberadaan organisasi pemerintah ini membawa manfaat
besar terutama pada anak putus sekolah itu sendiri. Dengan ini mata
rantai kebodohan dapat diputus, serta dapat menumbuhkan motivasi
serta semangat terhadap anak jalanan untuk menjadi anak yang berguna
bagi bangsa dan negara.
Pembinaan diharapkan dapat membangun karakter mental, sikap
yang kuat terhadap anak putus sekolah. Agar nantinya mereka tidak
putus semangat terus maju ke depan dan bisa menggapai cita-cita sesuai
yang diharapkan. Melalui berbagai program kegiatan yang ada di dinas
sosial dapat di rasakan manfaatnya yang diperoleh dan nantinya berguna
dimasa depan.
60
Proses pembinaan kegiatan ini terdiri dari
a. Bimbingan mental
Terutama yang meliputi bidang mental, spritual, budi
pekerti, baik secara individual maupun sosial atau kelompok dan
penyampaian motivasi diri untuk membentuk pembiasaan perilaku
dan kepribadian sesuai dengan nilai, norma dan peraturan yang
berlaku. Seperti yang dikutip berdasarkan hasil wawancara
dengan bapak Zulkarnain zara kepada peneliti bahwa
“Orang tua sering kali tidak menyadari akan adanya sikap yang berlebihan kepada anak, sebagai contoh anak yang marah dibiarkan begitu saja oleh orang tuanya justru anak membuat anak terbiasa anak sikap tersebut, kebiasaan ini tentu saja berpengaruh pada kesehatan mental mereka”(wawancara pada tanggal 10 Agustus 2020)
Pembinaan diharapkan membangun karakter, mental,
sikap yang kuat terhadap anak putus sekolah. Agar nantinya
mereka tidak putus semangat terus maju ke depan dan bisa
menggapai cita-cita sesuai yang diharapkan.
b. Pembekalan anak dengan nilai-nilai riligius
Salah satu pembinaan yang dilakukan dinas sosial adalah
memberi bekal dan menanamkan nilai-nilai religius di dalam fikiran
anak-anak, yakni selain memberikan pengetahuan mengenai
agama islam juga diberikan pemberian pengetahuan dalam akidah
akhlak, ibadah muamalah, sejarah islam, membaca al quran,
hafalan ayat-ayat al-quran dilanjutkan menerapkan nilai-nilai
agama dikehidupan sehari-hari. Hal tersebut tentu saja dilakukan
karena setiap insan manusia butuh tuhan dan allah, serta supaya
61
anak-anak mempunyai bekal pengetahuan tentang ajaran agama
yang fungsinya sebagai bekal amalan dalam hidupnya dalam
proses pembinaan tentunya dalam hal keagamaan sendiri tidaklah
mudah, perlu adanya kesabaran pada diri pembina masing-
masing, mengingat proses penangkapan otak anak-anak yang
berbeda, mengingat pembinaan di ibaratkan seperti merawat
tanaman, seperti yang dikutip berdasarkan hasil wawancara
dengan Bapak sukma jika kita serius dalam perawatan, maka hasil
rawatan kita akan cantik dan bagus hasilnya
“Untuk perkembangan anak di sini seperti ibarat merawat tanaman, kalau kita merawat tanaman kita harus memupuk, menyiram dan rawat. Pasti ada yang tumbuh dengan baik ada juga yang jelek itu seperti anak-anak disini, semua tidak bisa sama tapi kita tetap harus berusaha
”Terkadang juga sikap tegas harus dilakukan ketika ada
penolakan atau ketidak patuhan dari aturan yang dibuat seperti klasik, yaitu malas. Kewajiban sholat subuh pagi bagi seorang muslim, dirasa hal berat bagi anak-anak sehingga harus ada sedikit pemaksaan yang harus dilakukan agar ketentuan peraturan tersebut dapat terlaksana dengan semestinya”. (wawancara pada 10 agustus 2020)
Terkadang juga sikap tegas harus dilakukan tatkala ada
penolakan dari aturan seperti kewajiban shalat pagi bagi seorang
muslim. Seperti yang dikutip berdasarkan wawancara dengan
bapak Sukma
“Kalau permasalahan di bidang agama sering diwaktu shalat terutama subuh, jika satu dua atau tiga di guga masih belum melaksanakan, yaa kita arahkan. Hal ini kenapa dilakukan, harapannya menjadi anak yang sholeh yang nantinya dapat diterima masyarakat
Terkait dengan ilmu pengetahuan anak yang diajarkan dalam
pembinaan anak putus sekolah lebih memfokuskan pada praktek.
62
Seperti pembiasaan kewajiban. Itu semua merupakan strategi
yang dilakukan untuk membentuk perilaku anak. Sehingga jika
anak terbiasa berperilaku baik maka terbentuk perilaku baik
tersebut. Jadi pemberian ilmu pengetahuan agama dalam
pembinaan anak putus sekolah diharapkan tidak hanya
menjadikan anak putus sekolah pintar akan tetapi menjadikan
anak mempunyai moral dan perilaku selayaknya harapan
masyarakat.
c. Penanaman kedisiplinan dan kemandirian
Terkait dengan penanaman kedisiplinan dan kemandirian,
berangkat mengenai gambaran awal anak putus sekolah yang
masih tergolong liar. Penanaman kedisiplinan dan kemandirian di
fokuskan kepada masing-masing diri anak, dengan tujuan
nantinya jadwal kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Dan jika
dalam pelaksanaan pembinaan masih ada anak yang dapat
dikatakan sulit di nasehati akan ada penanganan khusus yang
dilakukan. Seperti apa yang di kutip bapak Sukma saat
diwawancarai oleh peneliti.
“Saya sendiri dari pembina disiplin, perilaku (karakter) dan juga pelatih yang selalu fokus pada prosedur yang sifatnya kepada ketertiban, kerapian. Kan gambaran anak-anak ini berasal dari jalanan yang sifatnya bebas dan kurangnya pengawasan sehingga mereka mengerti tatanan kemandirian. Saya dan teman-teman ( tim) fungsinya memback up dari pendamping yang sering menemukan kendala atau masalah yang tidak diatasi. Kita juga memberikan instruksi yang agak extra kepada anak-anak yang istilanya ndablek lah, disitulah saya bermain peran memberikan kedisiplinan pada mereka bahwa mereka telah melakukan pelanggaran. Dan apabila mereka masih tidak ngerekan. Yah kita beri sanksi, sanksinya macam-macam sesuai pelangarannya. Untuk masalah-masalah yang sering anak-anak lakukan seperti berkelahi, bully seperti melakukan intimidasi anak-anak yang
63
lemah untuk kasusu yang agak sedang, pertama pemberian teori, terus pemberian pengarahan, terus kita beri tindakan sanksi karena kalau anak-anak cuman diomongin tok, yaa gak bisa, tapi bukan kita sakitin ya. Untuk kasus yang ringan seperti tidak mau memakai sandal, kita suruh membersihkan kamar mandi, mengepel ruangan atau lari-lari yang sifatnya mendidik, ini fungsinya agar anak-anak tersebut menjadi pribadi yang baik sesuai dengan keinginan masyarakat”.(wawancara pada 10 agustus 2020)
Dari pernyataan bapak Sukma diatas sangat jelas dengan
menanamkan nilai disiplin dan mandiri kepada anak-anak putus
sekolah di Kabupaten Enrekang dilaksanakan secara terjadwal akan
sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan dan kemandirian itu
sendiri. Hal ini sangat terbukti ketika peneliti mengajak salah satu
anak putus sekolah ( adit ) ke kanti pada saat proses pembinaan,
anak tersebut tidak mau ikut dengan alasan takut menerima
konsekuensi karena nantinya dianggap melakukan pelanggaran.
kedisiplinan dan kemandirian yang diajarkan secara tegas
semata-mata hanya bersifat mendidik dan bukan untuk membuat
trauma. Dengan ini diharapkan penanaman kedisiplinan dan
kemandirian sejak masih dini diharapkan.
2. Faktor penyebab anak putus sekolah
Putus sekolah dipandang sebagai penghambat bagi anak untuk
berkembang secara maksimal dan memperoleh kesempatan untuk
berkembang dan memperoleh kesempatan untuk menuntut ilmu dan
keterampilan yang memadai. Putus sekolah dapat pula berdampak pada
hilangnya kesempatan bagi anak untuk memperoleh pekerjaan
Berdasarkan wawancara dengan responden sebelumnya diketahui faktor-
faktor yang menyebabkan putus sekolah di Kabupaten Enrekang yaitu faktor
64
dari dalam diri anak dan keadaan ekonomi keluarga. Selanjutnya penelitian ini
penulis akan menganalisis faktor-faktor penyebab anak putus sekolah
1. faktor internal
a. Faktor malas atau kurangnya minat anak untuk sekolah
Penyebab anak putus sekolah bukan hanya disebabkan oleh latar
belakang orang tua, juga lemahnya ekonomi keluarga tetapi juga datang
dari dirinya sendiri yaitu kurangnya minat anak untuk bersekolah. Anak
usia wajib belajar semestinya menggebu-gebu ingin menuntut ilmu
pengetahuan namun karena sudah terpengaruh oleh lingkungan yang
kurang baik terhadap perkembangan pendidikan anak, sehingga minat
anak untuk bersekolah kurang mendapat perhatian sebagaimana
mestinya. Seperti yang dikutip Bapak usman bahwa
“Salah satu yang menyebabkan anak putus sekolah adalah anak kurang mendapat perhatian dari orang tua terutama tentang pendidikan, juga karena kurangnya orang-orang terpelajar sehingga mempengaruhi anak kebanyakan adalah orang yang tidak sekolah sehingga minat anak untuk sekolah sangat kurang( wawancara pada 11 Agustus 2020)
Selain itu tinggi rendahnya minat untuk meneruskan sekolahnya
juga dipengaruhi oleh prestasi belajar anak itu sendiri. Anak yang
berprestasi rendah tentu anak mempengaruhi cara belajar dari seorang
siswa
2. Faktor eksternal
a. Faktor ekonomi keluarga
Ekonomi orang tua yang rendah dapat mempengaruhi pendidikan
anak, ketidakmampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan
pendidikan bagi anaknya akan berdampak pada kelangsungan
pendidikan anak. Seperti yang dikutip Bapak Usman bahwa
65
“Masih banyak orang tua yang tidak dapat membiayai sekolah anaknya, meskipun telah ada program pemerintah yaitu wajib belajar sembilan tahun,namun untuk membeli buku, seragam sekolah dll. Hal tersebut sangat membebani orang tua yang tingkat ekonominya rendah, sehingga terpaksa membiarkan anak mengalami putus sekolah karena tidak dapat membiayai anaknya”(wawancara pada 11 Agustus 2020)
b. Faktor keadaan lingkungan
Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak mereka
termasuk teman-teman anak di luar sekolah. Kondisi orang-orang di
desa atau di kota tempat tinggal juga memperingati perkembangan.
Lingkungan pergaulan anak di masyarakat berperan penting sebagai
pendukung keluarga dan sekolah termasuk peran pendidikan. Seperti
yang dikutip berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak usman bahwa
“Suasana lingkungan sebenarnya sangat mempengaruhi proses belajar mengajar bagi anak. Lingkungan yang tentram,nyaman,damai anak mempunyai pengaruh yang baik kepada anak. Dan sebaiknya lingkungan yang tidak nyaman, hingar bingar akan menimbulkan proses anak disekolah”(wawancara pada 11 Agustus 2020)
3. Faktor Penghambat dan pendukung Pembinaan di Kabupaten Enrekang
Dalam proses pembinaan anak putus sekolah di Kabupaten Enrekang
tidak terlepas dari adanya faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan. Seperti dalam kehidupan problematika yang ditemui bukanlah
menjadi hal yang baru lagi, dan juga pasti ada dukungan yang membuat
sesuatu ini bisa dicapai. Berikut adalah faktor dukungan dan faktor
penghambat.
1. Penghambat
a. Mental yang lemah
66
Penghambat yang pertama berasal dari anak-anak sendiri, rasa
takut mereka dalam ketegasan pembinaan di Kabupaten Enrekang
yang diungkapkan oleh bapak Darman saat diwawancarai oleh peneliti
“Kendala kalau kita beri sanksi terlalu tegas mereka akan kabur atau melarikan diri bisa juga mereka mengundurkan diri seperti pulang ke orang tua karena tidak terasa kalau terlalu kita push”.
Hal ini seperti membuat pr tersendiri, di mana pembinaan yang
terlalu tegas dapat membuat anak tidak nyaman, namun pembinaan
yang terlalu longgar juga seringkali dianggap mudah bagi anak-anak
dalam melakukan pelanggaran. Oleh sebab pembimbing dan pembina
perlu adanya tarik ulur mengenai kondisi pembinaan.
b. Adanya sifat malas
Untuk kendala berikutnya masih berangkat dari anak-anak
sendiri, untuk beradaptasi dalam hal baru memang merupakan
tantangan tersendiri bagi para anak putus sekolah. Kegiatan yang
berulang-ulang menjadikan anak-anak mengalami kejenuhan yang
berimbas pada kemalasan seperti keterangan Bapak darman
“Kalau permasalahan di bidang agama malasnya anak-anak itu, seringnya di waktu sholat dek terutama subuh,,jika satu dua dan tiga kali diguga masih belum bangun, ya tak siram atau ditakut-takuti ”.(wawancara pada 11 Agustus 2020)
Berdasarkan uraian diatas kemalasan merupakan fokus serius,
terlebih lagi kemalasan dalam bidang keagamaan. Dari sini perlu
adanya stimulasi agar semangat anak-anak di Kabupaten Enrekang
tetap terjaga, agar tidak menghambat proses pembinaan.
c. Belum terbiasa menerima sesuatu hal yang baru
Penghambat ketiga berasal dari anak-anak sendiri, untuk
melatih kebiasaan atau hal baru yang diterapkan di Kabupaten
67
Enrekang dalam pembinaan. Dinas sosial perlu mengkaji ulang
berbagi hal baru yang nantinya diberikan kepada anak-anak, akan
tetapi harus juga ada sikap tegas dan konsekuensi bersama lahirnya
hal baru tersebut. Jika ada pelanggaran yang dirasa tidak bisa diterima
maka sanksi juga harus diberikan sesuai dengan apa yang
disampaikan Ibu Sitti Rahma saat bersama peneliti:
“Seperti antusias anak-anak terhadap sesuatu yang baru. Ada juga yang sampai dikeluarkan seperti andi 16 tahun, beberapa kasus yang dilakukan ia melawan pembimbing, terus menjadi penadah barang curian, disini juga kita memberi peringatan berkali-kali tapi tetap tidak bisa. Ya sudah terpaksa kami lepas saja. Kita serahkan ke orang tuanya dan kita beri tahu orang tuanya bahwa andi sudah tidak bisa mengikuti aturan”(wawancara tanggal 10 agustus)
Berdasarkan uraian diatas semua harus ada konsekuensi,
bagaimanapun peraturan yang sudah ada haruslah dipatuhi. Sulit
memang menerima hal-hal baru di dalam diri, apalagi untuk anak
putus sekolah. Butuh namanya kesabaran dalam proses pembinaan
tapi tidak serta merta meninggalkan peraturan yang dibuat. Dan jika
pengulangan kesalahan sudah melebihi batas maksimum terpaksa
haruslah ada tindakan lebih
2. Pendukung
a. Keinginan untuk berubah
Kesadaran ingin berubah agar bermanfaat bagi diri sendiri dan
orang lain adalah kunci utama perubahan didalam pembinaan di
kabupaten enrekang seperti yang dikutip dalam bapak usman dalam
wawancara bersama peneliti:
“Perubahan itu yang pertama ya berasal dari diri sendiri” Anak-anak bisa memahami bahwa diri mereka adalah titik sentral perubahan itu sendiri. Oleh sebab itu perlu adanya intropeksi diri
68
dan mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang dimiliki anak-anak di kabupaten enrekang”.(wawancara pada 11 Agustus 2020)
b. Tenaga pendidik yang memadai
Selain keinginan diri untuk berubah, adanya tenaga pendidik
yang memadai di Kabupaten Enrekang juga merupakan faktor penting
untuk mendukung pembinaan secara baik. Kelengkapan tenaga
pendidik mulai dari tenaga edukasi, pendamping anak asuh, sampai
pelatih pengembangan minat dan bakat. Merupakan bukti
kesungguhan dinas sosial dalam penyelesaian masalah kesejahteraan
sosial.
Selain mempunyai pendidik yang memadai beberapa keunikan
didapat oleh peneliti, yakni perbedaan strategi pendekatan oleh
beberapa pendidik seperti ibu Hilda yang melakukan dengan
kesabaran dan pengertian. Bapak Rendi melakukan pendekatan
dengan peran antagonis. Hal ini merupakan strategi oleh para tenaga
pendidik untuk melancarkan proses pembinaan di Kabupaten
Enrekang.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas yang telah dipaparkan, maka peneliti dapat
menyimpulkan ini sebagai berikut:
1. Dinas sosial yang berada DiKabupaten Enrekang ditugaskan untuk
melakukan pembinaan terhadap anak putus sekolah seperti pembinaan
berupa bimbingan mental, penanaman nilai religius, kedisiplinan,
kemandirian. Diharapkan setelah anak putus sekolah dituntas
melaksanakan pembinaan oleh dinas sosial, diharapkan dapat membentuk
pribadi yang berperilaku sosial yang baik, kreatif, tanggung jawab, mandiri
serta layak menjadi teladan dan sesuai dengan apa yang diharapkan
masyarakat pada umumnya.
2. Adapun faktor yang menyebabkan anak putus sekolah disebabkan karena
adanya faktor internal dan faktor eksternal di mana faktor internal itu
berasal dari anak itu sendiri atau kurangnya minat untuk belajar dan faktor
eksternal itu sendiri berasal dari faktor ekonomi keluarga dan keadaan
lingkungan
3. Beberapa penghambat yang dihadapi dinas sosial dalam pembinaan anak
putus sekolah adalah mental yang lemah, adanya sifat malas, belum
terbiasa menerima sesuatu hal yang baru. Ketiga penghambat tersebut
berasal dari anak-anak sendiri, untuk itu perlu adanya selalu sikap ekstra,
keseriusan, dan evaluasi dalam pembinaan anak putus sekolah
67
B. Saran
Adapun beberapa masukan yang peneliti berikan untuk Dinas Sosial,
anak putus sekolah, orang tua dan masyarakat terkait mengenai pembinaan
anak putus sekolah sebagai berikut:
1. Dinas Sosial
Diharapkan selalu aktif dalam melakukan pembinaan bagi anak-anak
putus sekolah, pantang menyerah walaupun banyak kendala yang
dihadapi. Selalu memberikan evaluasi program baru untuk melakukan
perubahan dan menyambung relasi lebih banyak lagi agar lebih
mudah akses berkegiatan untuk anak-anak putus sekolah
2. Anak-anak putus sekolah
Harus selalu bersemangat dalam menjalankan program pembinaan
DiKabupaten Enrekang, aktif dan disiplin mengenai waktu dan kegiatan
agar lancar sesuai planning. Jadikan sebagai rumah sendiri agar
terasa nyaman, karena bila kita nyaman dan senang, niscaya akan
mudah untuk melakukan itu
3. Orang tua
Hendaknya orang tua memperhatikan kebutuhan anak-anaknya jangan
sampai karena diri anak terlantar, anak adalah rezeki dari Allah swt
yang harus dijaga dan dirawat dengan sebaik-baiknya dan dukungan
orang tua menjadi kunci kesuksesan dari anak-anaknya
67
68
DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Budaya Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta, Balai
Pustaka, 1990) Departemen Sosial Pedoman Umum Penanganan Anak Yang Memerlukan
Perlindungan Khusus (AMPK) Melalui Panti Sosial Anak (Jakarta Depsos RI, 2007)
Departemen Sosial R, Pedoman Pelaksanaan Dan Rehabilitasi, Sosial Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Dipanti Sosial (Jakarta : Departemen Sosial RI ,2006)
Dessler 2016. Human Behanion, Inproving Performance At Word. Virgia. Restor Publishing Compony.http://scholar.unand.ac.id/ideprint/5281
Hasibuan 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cef,Delapan Belas. Remaja Rosdakarya
Helmawati. 2016. Pendidik Sebagai Model. Bandung, Pt Remaja Rosadakarya http://dx.doi.org/10.2491/jk.2127 Imron,A. 2015. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta : Bumi
Aksara. Jessica.2015 International Journal Of Qualitative Studies In Educatioan. Kurniawan. 2017. Pendidikan Karakter Konsep Dan Impementasi Secara
Terpadu Di Lingkungan Keluarga,Sekolah,Perguruan Tinggi Dan Masyarakat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Mahardi,O.K (2018), Peran Dinas Sosial Dalam Pembinaan Anak Jalanan Dan Anak Putus Sekolah (Studi Kasus Di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kampung Anak Negeri Kelurahan Wonorejo Kecamatan
69
Rungkut Kota Surabaya), Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.
Majid,N. 2017. Lembaran masyarakat : jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 3 (1), 41-55.
Marzuki. 2015. Pendidikan Karakter Islam, Jakarta : Amzah. H 95.http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id.
Mujahidin,W.S. 2019” Pengaruh Motivasi Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Siswa, Studi Kasus Di Mts Al-Azhar Tuwel” Jurnal Pendidikan Islam Vol.08 No,02.
Nana,S. 2016. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Pt Remaja Rosdakarya.
Purnama,D.T. 2015. Fenomena Anak Putus Sekolah Dan Faktor Penyebab Di Kota Pontianak. Jurnal Eksekutif.
Rosa, N.O (2020) Pengelolan Anak Putus Sekolah Melalui PKBM Pusat Kegiatan Belajar Mengajar Di Kecamatan Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu( Studi Kasus Pada Anak Tingkatan SD).Jurnal ilmu pemerintahan
Sarfa,W 2016, Analisis Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Di Kampung Wara Negeri Hative Kecil Kota Ambon. Jurnal Lainambon. Ac. Id.
Satriani, M (2016),Peran Dinas Sosial Dalam Pemeberdayaan Masyarakat Di Kabupaten Bintan Tahun 2014 (Studi Kasus Pengentasan Anak Putus Sekolah Kecamatan Gunung Kijang).
Siti,A. (2017).Peran Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Dalam Membina Masyarakat Putus Sekolah (Studi Kasus PKBM Bustanul Muslimin Desa Genting Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang).
Slameto. 2015. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Rineka Cipta. Jakarta
Sugianto. Scholaria : Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan 7 (2) H 178-187. 2017. SUMBER LAIN Sutrisno. 2016, Manajemen Sumber Daya: Kencana Prenada Media Group.
Jakarta Suyanto. 2016 Masalah Sosial Anak. Jakarta : Prenada Media Group. H 361. Undang- Undang Pendidikan No. 2 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidkan
Nasional Pasal 34 Ayat 1-3 Wardania (2020) Penyebab Anak Putus Sekolah Di Desa Tumbang Kaminting
Kecamatan Bukit Santuai