peran dinas sosial dalam pembinaan anak putus …

89
PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN ENREKANG SKRIPSI OLEH YASRI DEVI Y NIM 105721111316 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Upload: others

Post on 14-Feb-2022

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS

SEKOLAH DI KABUPATEN ENREKANG

SKRIPSI

OLEH

YASRI DEVI Y NIM 105721111316

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

i

PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS

SEKOLAH DI KABUPATEN ENREKANG

SKRIPSI

OLEH

YASRI DEVI.Y NIM 105721111316

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Rangka Menyelesaikan Studi

Pada Program Studi Strata 1 Manajemen

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 3: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

ii

MOTTO

“Bangunlah Suatu Dunia Di mana Semuanya Bangsa Hidup Dalam Damai Dan

Persaudaraan”

( Ir. Soekarno )

“Kalau Kau Tidak Tahan Dengan Lelahnya Belajar Maka Kau Harus Sanggup

Menahan Perihnya Kebodohan”

( Imam Syafi’i)

“Tidak Apa-Apa Untuk Merayakan Kesuksesan Tapi Lebih Penting Untuk

Memperhatikan Pelajaran Tentang Kegagalan”

( Bill Gates)

“Sekali Dalam Hidupmu, Cobalah Bekerja Keras Dalam Sesuatu Hal, Cobalah

Berubah Tak Ada Hal Buruk Yang Bisa Terjadi”

( Jack Ma )

PERSEMBAHAN

Untuk kedua orang tua yang tak henti-hentinya memberikan bimbingan doa

dalam setiap langkah ku, mendidik dan memotivasi sehingga menjadi pribadi

yang lebih baik dan untuk saudara/i ku yang tak hentinya memberikan semangat

dan dukungan

Page 4: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

iii

Page 5: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

iv

Page 6: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

v

Page 7: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

vi

Page 8: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

vii

ABSTRAK

Yasri devi. Y 2016, “Peran Dinas Sosial Dalam Pembinaan Anak Putus

Sekolah Di Kabupaten Enrekang”. Skripsi. Jurusan Manajemen. Fakultas

Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh

pembimbing I Dr Edi Jusriadi, S. E, M. M dan pembimbing II Dr Muchriady

Muchran, S. Kom. M. M.

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini ada tiga yakni pelaksanaan

pembinaan di Kabupaten Enrekang, Evaluasi program pembinaan dan

pembinaan anak putus sekolah di Kabupaten Enrekang. Metode yang digunakan

adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi,

wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam menganalisa Peran

Dinas Sosial dalam pembinaan anak putus sekolah di Kabupaten Enrekang.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa peran Dinas Sosial sangat

berpengaruh terhadap anak-anak putus sekolah di Kabupaten Enrekang karena

proses pembinaan terdiri dari (1) bimbingan mental, pembekalan anak dengan

nilai-nilai riligius, penanaman kedisiplinan dan kemandirian (2) faktor penyebab

anak putus sekolah (a) faktor internal antara lain faktor malas atau kurangnya

minat anak untuk bersekolah (b) faktor eksternal antara lain faktor ekonomi

keluarga, faktor keadaan lingkungan (3) faktor penghambat dan pendukung (a)

penghambat antara lain mental yang lemah, adanya sifat malas dan belum

terbiasa menerima hal baru (b) pendukung antara lain keinginan untuk berubah

dan tenaga pendidik yang memadai

Kata Kunci : Pembinaan, Dinas Sosial, Anak Putus Sekolah

Page 9: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

viii

ABSTRACT

Yasri devi.Y 2016, "The Role of Social Services in Fostering School

Dropout Children in Enrekang Regency". Essay. Management major. Faculty of

Economics and Business. Muhammadiyah University of Makassar. Supervised

by my, Mr. Edi Jusriadi and II, Mr. Muchriady Muchran.

There are three problems examined in this research, namely the

implementation of coaching in Enrekang Regency, evaluation of the program of

guidance and guidance for school dropouts in Enrekang Regency. The method

used is descriptive qualitative method with data collection techniques of

observation, interviews and documentation. The theory is used in analyzing the

role of the Social Service in fostering school dropouts in Enrekang District

From the results of this study it was found that the role of the Office of

Social Affairs was very influential on children dropping out of school in Enrekang

Regency because the coaching process consisted of (1) mental guidance,

provision of children with religious values, discipline and independence (2) factors

causing children to drop out. school (a) internal factors include laziness or a lack

of interest in children to attend school (b) external factors include family economic

factors, environmental factors (3) inhibiting and supporting factors (a) inhibiting

factors include mental weakness, laziness and not accustomed to accepting new

things (b) supporting, among others, the desire to change and adequate teaching

staff

Keywords: Development, Social Service, School Dropout Children

Page 10: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warrahmatullahi Wabarakatub

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan

HidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini demi memenuhi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dalam rangka menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bantuan dari segala pihak baik dari segi material maupun spiritual. Olehnya itu

melalui kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih dan rasa

hormat yang setinggi-tingginya kepada :

1. Kepada kedua orang tua tercinta atas pengorbanan mereka yang tidak

bisa dihitung dan tidak bisa dinilai, sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag, selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Ismail Rosulong, SE, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan

Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar..

4. Bapak Muh. Nur R, SE, MM Selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi Dan Bisnis

5. Bapak Dr. Edi Jusriadi, S. E., M. M Dan Bapak Dr. Muchriady Muchram,S.

Kom. MM Selaku Pembimbing 1 Dan 2

Page 11: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

x

6. Kepala Dinas Sosial Kabupaten Enrekang, serta staf yang telah

memberikan bantuanya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan

baik.

7. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf dan pegawai Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unismuh Makassar yang telah memberikan

ilmu dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

8. Teman-teman seperjuangan mahasiswa/I jurusan manajemen fakultas

ekonomi dan bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar angkatan 2016

yang selalu memberikan semangat dan dorongan sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan.

9. Sahabat-sahabatku yang tercinta yang selalu menemani dan membantu

penulis dalam penyusunan skripsi berupa tenaga,waktu dan fikiran

10. Teman-teman dari hpmm komisariat unismuh yang selalu memberikan

semangat

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan Kritik dari semua pihak tetap

diharapkan untuk perbaikan yang akan datang.

Akhirnya penulis hanya bisa mengucapkan mudah-mudahan skripsi ini

ada manfaatnya terutama bagi penulis sendiri dan pembaca, semoga Allah SWT,

senantiasa memberikan rahmat dan taufik-Nya kepada kita semua. Amin.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, Oktober 2020

Penulis

Page 12: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... iii

ABSTRAK .......... .................................................................................................. iv

ABSTRACT ........ .................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi

DAFTAR ISI ....... ................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8

A. Manajemen Sumber Daya Manusia ..................................................... 8

B. Peran Dinas Sosial ............................................................................... 10

C. Pembinaan ............................................................................................ 12

D. Anak Putus Sekolah ............................................................................. 25

E. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 31

Page 13: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

xii

F. Kerangka Konsep.................................................................................. 37

BAB III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 38

A. Jenis Dan Tipe Penelitian ..................................................................... 38

B. Fokus Penelitian ................................................................................... 39

C. Waktu Dan Lokasi Penelitian ............................................................... 39

D. Sumber Data ......................................................................................... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 41

F. Instrumen Penelitian ............................................................................. 42

G. Teknik Analisis Data ............................................................................. 43

H. Pengabsahan Data ............................................................................... 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 46

A. Gambaran Penelitian Dan Pembahasan .............................................. 46

B. Deskripsi Fokus Dan Dimensi Penelitian ............................................. 59

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 66

A. Kesimpulan ........................................................................................... 66

B. Saran .. .................................................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konsep 37

Gambar 2.2 Struktur organisasi 53

Page 15: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor judul Halaman

Tabel 1.1 Angka Putus Sekolah 6

Tabel 1.2 Daftar Informan Penelitian 40

Tabel 1.3 Kisi-Kisi Instrumen 42

Page 16: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring berkembangnya zaman modern menjadi salah satu pemicu

bertambahnya anak putus sekolah Di Kabupaten Enrekang. Seperti pada saat

ini di berbagai Kecamatan Enrekang banyak anak-anak yang lebih memiliki

untuk tidak bersekolah baik itu jenjang SD, SMP DAN SMA sehingga perlu

adanya tindak lanjut dari Dinas sosial untuk memberikan pemahaman betapa

perlunya pendidikan.

Setiap orang tua menginginkan anak-anaknya cerdas, berwawasan

luas dan bertingkah laku baik, berkata sopan dan kelak suatu hari anak-anak

mereka bernasib lebih baik daripada mereka baik dari aspek kedewasaan

pikiran maupun kondisi ekonomi. Oleh karena itu, tanggung jawab orang tua

terhadap anaknya tampil dalam bentuk yang bermacam-macam.

Secara garis besar, tanggung jawab orang tua terhadap anak adalah

bergembira menyambut kelahiran anak, memberikan nama yang baik,

memperlakukan dengan lemah lembut dan kasih sayang, memberikan

pendidikan-pendidikan dengan melatih anak untuk mengerjakan shalat,

berlaku adil, mendidik bertetangga dan bermasyarakat.

Menurut Helmawati (2016) menyatakan bahwa keluarga sebagai

lingkungan pendidikan yang pertama sangat berpengaruh dalam membentuk

pola kepribadian anak. Di dalam keluarga anak pertama kali berkenalan

dengan nilai dan norma. Pendidikan keluarga memberikan pengetahuan dan

Page 17: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

2

keterampilan dasar, agama, kepercayaan, nilai-nilai moral, norma sosial dan

pandangan hidup yang diperlukan anak.

Setelah keluarga, lingkungan kedua bagi anak adalah sekolah. Di

sekolah guru merupakan penanggung jawab pertama terhadap pendidikan

anak sekaligus sebagai suri tauladan. Sikap maupun tingkah laku guru sangat

berpengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan pribadi anak.

Pada prespektif lain, kondisi ekonomi masyarakat tentu saja berbeda,

tidak semua keluarga memiliki kemampuan ekonomi yang memadai dan

mampu memenuhi segala kebutuhan keluarga, salah satu pengaruh yang

ditimbulkan oleh kondisi ekonomi seperti ini adalah orang tua tidak sanggup

menyekolahkan anaknya pada jenjang yang lebih tinggi walaupun mereka

mampu membiayai ditingkat sekolah dasar.

Jelas bahwa kondisi ekonomi keluarga merupakan faktor pendukung

yang paling besar bagi kelanjutan pendidikan anak-anak, sebab juga

membutuhkan dana besar. Hampir di setiap tempat banyak anak-anak yang

tidak mampu melanjutkan pendidikan, atau pendidikan putus di tengah jalan

disebabkan karena kondisi ekonomi keluarga yang memprihatinkan.

Menurut Slameto (2015) menjelaskan bahwa keadaan ekonomi

keluarga erat hubungannya dengan keberhasilan prestasi anak. Kondisi

ekonomi seperti ini menjadi penghambat bagi seseorang untuk memenuhi

keinginan dalam melanjutkan pendidikan. Sementara kondisi ekonomi seperti

ini disebabkan berbagai faktor, di antaranya orang tua tidak mempunyai

pekerjaan tetap, tidak mempunyai khusus, keterbatasan kemampuan dan

faktor lainnya.

Page 18: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

3

Putus sekolah bukan merupakan persoalan baru dalam sejarah

pendidikan. Persoalan ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan, sebab

ketika membicarakan solusi maka tidak ada pilihan lain kecuali memperbaiki

ekonomi keluarga. Ketika membicarakan peningkatan ekonomi keluarga

terkait bagaimana meningkatkan sumber daya manusianya. Sementara

semua solusi yang diinginkan tidak akan lepas dari kondisi ekonomi nasional

secara menyeluruh, sehingga kebijakan pemerintah berperan penting dalam

mengatasi segala permasalahan perbaikan kondisi masyarakat.

Berbagai macam faktor yang menyebabkan anak putus sekolah

seperti tidak bisa terhentikan hingga saat ini seperti permasalahan ekonomi

dalam keluarga, biasanya anak ini mencari tambahan uang untuk kebutuhan

keluarga karena keluarga mereka dapat dikategorikan sebagai keluarga

miskin, ada juga untuk pemenuhan kebutuhan pribadi yang di mana mereka

hidup sebatang kara sehingga kalau mereka tidak turun jalan untuk mencari

nafkah mereka tidak akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Keluarga merupakan permasalahan internal yang dapat menentukan

jalan hidup anak di dalamnya, keluarga yang tidak harmonis dapat menjadi

alasan mereka lari hingga turun ke jalanan dan memutuskan tidak

melanjutkan sekolahnya karena suasana yang tidak kondusif di rumah dan

berdampak tak adanya rasa nyaman. Setelah itu ada juga sebagian dari

mereka turun ke jalan karena pergaulan yang salah, ingin ikut bersenang-

senang bersama teman, hingga mereka melakukan tindakan yang bersifat

kriminal.

Menurut Kurniawan (2017) pendidikan adalah mengalihkan nilai-nilai,

pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kepada generasi muda sebagai

Page 19: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

4

usaha generasi tua dalam menyiapkan fungsi hidup generasi selanjutnya.

Menurut Nurkholis (2017) Pendidikan merupakan salah satu hal penting

dalam memajukan manusia di mana pendidikan juga merupakan suatu bentuk

untuk memajukan suatu negara, di mana pendidikan menghasilkan atau

mencetak orang-orang yang terampil, cerdas, berpengetahuan, berprestasi,

bermoral dan etika yang baik. Pendidikan merupakan aktivitas yang bertautan

dan meliputi berbagai unsur yang berhubungan erat antara unsur yang satu

dengan unsur yang lain (Sutrisno 2016)

Pendidikan adalah hak yang sangat fundamental dan wajib untuk

dipenuhi dengan kerja sama dari orang tua, masyarakat dan pemerintah. Hal

tersebut diatur dalam Undang-Undang Pendidikan No.2 tahun 2003 tentang

sistem pendidikan nasional pasal 34 ayat 1-3 telah ditetapkan bahwa :

1. Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti wajib

belajar.

2. Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib

belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.

3. Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan

oleh lembaga pendidikan,pemerintah dan masyarakat.

Hal tersebut mengisyaratkan bahwa tujuan pendidikan hendaknya

hanya semata untuk menjadi orang yang berilmu, pembelajar, pendengar dan

pencinta ilmu. Jangan pernah mencapai tujuan yang sifatnya hanya

sementara, jabatan, pangkat dan kekayaan. Hal ini diisyaratkan dalam hadist

berikut

Page 20: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

5

نْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أرََادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَ فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ نْ أرََادَهُمَا مَنْ أرََادَ الدُّ

Rasulullah SAW bersabda:“Jadilah engkau orang yang beriman (pandai) atau

orang yang belajar, atau orang yang mendengarkan ilmu atau yang mencintai

ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan

celaka.”( H.R Baihaqi).

Hadist tersebut mengajak kita untuk menjadi orang yang berilmu, atau

orang yang mencari ilmu, atau yang mendengar ilmu atau pencinta ilmu. Itulah

hakikat tujuan dari pendidikan yakni memiliki ilmu yang dapat diajarkan atau

yang menjadi pencinta ilmu. Bukan tujuan lain, maksudnya jangan jadi selain

dari yang empat tersebut. Selain dari yang empat tersebut meliputi pemalas,

pembenci ilmu, perusak ilmu dan lain sebagainya.

Pemerintah telah menerapkan program pendidikan wajib belajar

selama sembilan bulan dan sekolah gratis untuk masyarakat indonesia guna

untuk meningkatkan mutu pendidikan, selain itu pemerintah juga memberikan

keringanan biaya berupa dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS),

beasiswa bagi masyarakat yang kurang mampu, Kartu Indonesia Pintar (KIP).

Adanya kebijakan pemerintah tersebut seharusnya dapat meringankan beban

para orang tua untuk menyekolahkan anak mereka hingga tamat. Namun

program-program dari pemerintah tersebut belum sepenuhnya dapat

mencegah terjadinya putus sekolah dalam masyarakat.

Dinas Sosial Kependudukan Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Kabupaten Enrekang merupakan salah satu Perangkat Daerah yang

mempunyai tugas dan fungsi yang sangat strategis dalam mendukung dan

mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten enrekang sebagai

bagian yang integral dari pemerintah daerah Kabupaten Enrekang. Dinas

Page 21: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

6

Sosial Kependudukan Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam mendukung

pencapaian visi Kabupaten Enrekang yang bernuansa riligius yang

berlandaskan iman dan taqwa dan Dinas Sosial mendukung pencapaian visi

melalui pelayanan teknis administrasi kependudukan, ketenagakerjaan

kepada seluruh masyarakat.

Tabel 1.1 Angka Putus Sekolah di Kabupaten Enrekang

Tahun 2014-2018

No Indikator Satuan 2014 2015 2016 2017 2018

1 SD/MI Persen 0,15 0,05 0,10 0,07 0,20

2 SMP/MTs Persen 0,30 0,03 0,30 0,15 0,90

3 SMA/MA/SMK Persen 0,10 0,33 0,10 0,09 -

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Enrekang 2019

Dengan fenomena seperti diatas maka peneliti tertarik untuk

mengangkat masalah ini dalam penelitian yang berjudul “Peran Dinas Sosial

Dalam Pembinaan Anak Putus Sekolah Di Kabupaten Enrekang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana peran Dinas Sosial dalam pembinaan anak putus sekolah di

Kabupaten Enrekang?

2. Apa faktor penyebab anak anak putus sekolah di Kabupaten Enrekang?

3. Apa faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi Dinas Sosial

dalam pembinaan anak putus sekolah di Kabupaten Enrekang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas adapun tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Page 22: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

7

1. Untuk mengetahui peran dinas sosial dalam pembinaan anak putus

sekolah di Kabupaten Enrekang.

2. Untuk mengetahui apa faktor penyebab anak anak putus sekolah di

Kabupaten Enrekang

3. Untuk mengetahui apa faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi

Dinas Sosial dalam pembinaan anak putus sekolah di Kabupaten

Enrekang

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Akademis

a. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

secara teoritis dalam mengetahui peran dinas sosial.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi bagi

penelitian selanjutnya.

2. Secara Praktis

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan menambah

wawasan bagi pembaca baik dari kalangan akademis maupun

masyarakat umum tentang peran pemerintah terhadap anak putus

sekolah.

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi kepada pihak-pihak

terkait yang membutuhkan, sekaligus untuk mengetahui peran

pembinaan.

Page 23: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Manajemen Sumber Daya Manusia

a. Pengertian MSDM

Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan

bidang strategi dari organisasi. Manajemen sumber daya manusia

harus dipandang sebagai perluasan dari pandangan tradisional untuk

mengelolah orang secara efektif dan untuk itu membutuhkan

pengetahuan tentang perilaku manusia dan kemampuan

mengelolahnya.

Menurut Simamora (2016:5) manajemen sumber daya

manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian,

pemberian balas jasa dan pengelola individu anggota organisasi atau

kelompok pekerja. Menurut Hasibuan ( 2017) manajemen sumber

daya manusia adalah ilmu dan seni yang mengatur hubungan dan

peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya

tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.

b. Fungsi MSDM

Terdapat beberapa macam fungsi MSDM menurut Human

Capital Development yaitu:

1) Perencanaan untuk kebutuhan MSDM

Fungsi perencanaan kebutuhan MSDM meliputi:

Page 24: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

9

a) Perencanaan dan peramalan permintaan tenaga kerja

organisasi baik dalam jangka pendek maupun panjang.

b) Analisis jabatan dalam organisasi untuk menentukan tugas,

tujuan keahlian, pengetahuan dan kemampuan yang

dibutuhkan.

2) Staffing sesuai dengan kebutuhan organisasi

Setelah kebutuhan SDM ditentukan, langkah selanjutnya adalah

mengisi formasi yang tersedia. Dalam tahap pengisian staf ini

terdapat dua kegiatan yang diperlukan yaitu:

a) Penarikan (rekrutmen) calon atau pelamar pekerjaan

b) Pemilihan (seleksi) para calon atau pelamar yang dinilai paling

memenuhi syarat

c. Penilaian kinerja

Kegiatan ini dilakukan setelah calon atau pelamar

dipekerjakan dalam kegiatan organisasi. Organisasi menentukan

bagaimana baiknya bekerja dan kemudian memberi penghargaan

atau kinerja yang dicapai. Dalam penilaian kinerja ini dilakukan dua

kegiatan utama yaitu:

1) Penilaian dan pengawasan perilaku pekerja

2) Analisis dan pemberian kinerja ini dinilai sangat sulit baik bagi

penilai maupun yang dinilai

d. Perbaikan kualitas pekerja dan lingkungan kerja

Saat ini pusat perhatian MSDM mengarah pada tiga kegiatan

strategis yaitu:

Page 25: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

10

1) Menentukan, merancang dan mengimplementasikan program

pelatihan dan pengembangan SDM guna meningkatkan

kemampuan dan kinerja karyawan.

2) Memperbaiki kualitas lingkungan kerja, khususnya melalui kualitas

kehidupan kerja dan program-program perbaikan produktivitas.

3) Memperbaiki kondisi fisik kerja guna memaksimalkan kesehatan

dan keselamatan pekerja.

e. Pencapaian efektivitas hubungan kerja

Setelah tenaga kerja yang dibutuhkan dapat terisi, memberi gaji

dan memberi kondisi yang akan membuatnya merasa tertarik dan

nyaman bekerja. Dalam hal ini terdapat tiga kegiatan utama yaitu:

1) Mengakui dan menaruh rasa hormat terhadap hak-hak pekerja

2) Melakukan tawar-menawar dan menetapkan prosedur bagaimana

keluhan pekerja disampaikan

3) Melakukan penelitian tentang kegiatan-kegiatan MSDM

B. Peran Dinas Sosial

Pemerintah lokal khususnya di Kabupaten Enrekang mempunyai

tanggung jawab penuh terhadap permasalahan sosial yang terjadi di

Kabupaten Enrekang yang melibatkan anak putus sekolah sebagai subjek

dampak negatif sebagai kaum yang termarginalisasi seiring pesatnya arus

modernisasi dan pembangunan.

Dinas sosial merupakan instansi pemerintah yang diperlukan untuk

melakukan tugas-tugas pemerintah dalam usaha kesejahteraan sosial. Dinas

Sosial dan Tenaga Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan

rumah tangga daerah dan tugas pembantuan dalam bidang pembinaan

Page 26: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

11

kesejahteraannya sosial, rehabilitasi sosial, pembinaan kesejahtera sosial dan

pembinaan tenaga kerja.

Pelaksanaan tugas, Dinas sosial dibantu oleh pekerja sosial. Pekerja

sosial adalah Petugas Khusus dari Departemen Sosial yang mempunyai

keterampilan khusus dan jiwa pengabdian dibidang usaha kesejahteraan

sosial. Pekerja Sosial adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas

melaksanakan kegiatan Usaha Kesejahteraan Sosial secara penuh oleh

pejabat yang berwenang pada lingkungan Departemen Sosial dana Unit

Pelayanan Kesejahteraan Sosial pada Instansi lainnya.

Pemberdayaan terhadap anak putus sekolah ini dimaksudkan untuk

meningkatkan kemampuan intelektual, kecakapan, keterampilan sehingga

membentuk inisiatif, kreatif, kompeten, inovatif, untuk mengantarkan mereka

kepada kemandirian. Dalam pemberdayaan tersebut Dinas Sosial sebagai

mediator memberikan kegiatan pemberdayaan guna membangkitkan kembali

rasa percaya diri, agar dapat aktif dalam kehidupan sosial, serta terciptanya

kesejahteraan social.

Pemberdayaan anak putus sekolah merupakan program untuk

meminimalisir keberadaan anak putus sekolah yang dilaksanakan Dinas

Sosial. Adapun program pemberdayaan yang diberikan berupa bimbingan

agama, bimbingan orang tua, anak jalanan, bimbingan kesehatan dan

bimbingan keterampilan. Program Dinas Sosial dalam penanggulangan anak

putus sekolah bertujuan memberikan perlindungan terhadap anak yang

memerlukan perlindungan khusus,dan mengalami masalah sosial dan atau

yang rentan mengalami masalah sosial. Melalui program tersebut diharapkan

masalah anak putus sekolah dapat dituntaskan.

Page 27: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

12

Pelaksanaan program penanggulangan anak putus sekolah ini adalah

sebuah pelaksanaan program yang ditujukan kepada anak putus sekolah

yang tergabung dalam program Penyandang Kesejahteraan Sosial Anak di

mana dalam pelaksanaan tersebut memerlukan manajemen yang baik

sebagai upaya pemenuhan tujuan yang ditetapkan dan sebagai ketetapan

sasaran. Di dalam pelaksanaan tersebut memerlukan langkah-langkah yang

perlu ditempuh agar semua yang ditetapkan dapat tercapai dan penerapannya

dilapangan dapat berjalan dengan baik.

C. Pembinaan Anak Putus Sekolah

1. Pengertian Pembinaan

Kata pembinaan diambil dari kamus Besar Bahasa Indonesia

sendiri yaitu usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya

guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik,

meningkat, dan mendapatkan manfaat yang positif.

Pembinaan diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk

memperoleh hasil yang maksimal dan memiliki manfaat yang positif.

Pembinaan adalah suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan

secara berdaya guna berhasil guna untuk memperoleh hasil yang baik”.

Secara lebih luas, pembinaan bukan hanya diartikan sebagai

bentuk kegiatan yang dilaksanakan demi tercapainya hasil yang baik

namun pembinaan dapat diartikan sebagai pengelolaan kegiatan dari awal

sampai akhir kegiatan. Pengelolaan kegiatan dari awal sampai akhir

kegiatan dapat berupa perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada

setiap kegiatan yang dilakukan.

Page 28: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

13

Menurut Marzuki (2015) menyatakan bahwa, ”Pembinaan adalah

sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku seseorang dalam

meningkatkan kemampuan, sehingga tercapai apa yang diharapkan. Di

sisi lain Pembinaan dapat diartikan bukan hanya proses perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi kegiatannya melainkan adanya unsur

organisasi yang saling terkait dan terkoordinasi sehingga tujuan yang ingin

dicapai dapat terwujud dengan baik.

Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2016) yaitu” Pembinaan

dapat diartikan sebagai rangkaian upaya pengendalian secara

professional terhadap semua unsur organisasi agar unsur-unsur tersebut

berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai

tujuan dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna. Unsur-

unsur organisasi itu mencakup peraturan, kebijakan, tenaga

penyelenggara, staf dan pelaksana, bahan dan alat (material), biaya

perangkat lainnya.

Pembinaan adalah suatu upaya, usaha kegiatan yang terus

menerus mempelajari, meningkatkan, menyempurnakan, mengarahkan,

mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar sasaran

pembinaan mampu menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai

pola kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga

maupun kehidupan keluarga masyarakat.

Pembinaan adalah segala upaya pengelolaan berupa merintis,

meletakkan dasar, melatih, membiasakan, memelihara, mencegah,

mengawasi, menyantuni, mengarahkan, serta mengembangkan

kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan, mewujudkan manusia

Page 29: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

14

sejahtera dengan mengadakan dan menggunakan segala daya dana yang

dimiliki.

Pembinaan adalah suatu proses di mana seseorang mencapai

kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh

karena itu, proses ini terkait dengan berbagai tujuan organisasi.

2. Bentuk Pembinaan

Pembinaan dibagi menjadi lima bentuk atau tahapan kegiatannya.

Menurut B2P3KS menyatakan bahwa, ”tahap pembinaan dan bimbingan

sosial yaitu pembinaan fisik, bimbingan mental psikologik, bimbingan

moral keagamaan, bimbingan sosial dan pelatihan keterampilan usaha

dan kerja”. Bentuk pembinaan sendiri meliputi kegiatan yang dilakukan

oleh individu, masyarakat atau lembaga terkait dalam kegiatan pelayanan

yang diberikan.

Lebih luas Departemen Sosial menguraikan tahapan pelayanan

pelaksanaan dalam rehabilitasi sosial adalah”bimbingan fisik, bimbingan

mental spiritual, bimbingan sosial, bimbingan kecerdasan dan

keterampilan kerja, bimbingan belajar kerja atau usaha, bimbingan

kesiapan dan partisipasi keluarga, bimbingan kesiapan partisipasi

masyarakat, penyaluran, pembinaan lanjut.

3. Unsur-Unsur Pembinaan

Unsur pembinaan di sini adalah kelompok kecil ( dari kelompok

yang lebih besar) yang masing-masing dapat dipisahkan yang mempunyai

fungsi tertentu dan langsung berkaitan dengan apa yang digambarkan.

Beberapa unsur dalam pembinaan bagi remaja putus sekolah,

antara lain.

Page 30: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

15

a. Materi pembinaan

Materi pembinaan adalah bahan ajar sesuatu yang diberikan

kepada warga binaan dalam hal ini remaja putri putus sekolah yang

dijadikan sebagai pendukung terlaksananya pembinaan yang meliputi:

1) Aktualisasi pemahaman Agama secara Rasional.

Pertumbuhan pemikiran remaja sudah mencapai taraf

berfikir abstrak dan tidak lagi terkait dengan hal-hal yang bersifat

konkrit. Oleh karena itu pendidikan agama dalam dunia remaja

harus disesuaikan dengan usia dan tingkat berfikir. Daya kritis

intelektual pada remaja harus diimbangi oleh pendidikan dengan

materi penyajian agama yang lebih bersifat rasional.

Hendaklah pendidikan agama yang disajikan harus

membangkitkan pemikiran remaja untuk membahas dan

memahami ajaran agama yang diterimanya, setelah diterangkan

sebab-sebab dan hikmah yang terkandung didalamnya. Dengan

demikian efektivitas pembinaan agama pada remaja hanya dapat

dikembangkan dengan mengubah metodologi pendidikan agama

selaras dengan pertumbuhan dan perkembangan akal remaja.

2) Pendidikan Pencegahan Perilaku Menyimpang

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

menghadapi remaja, Salah satunya yaitu jiwa yang penuh gejolak

dan lingkungan sosial remaja juga ditandai dengan perubahan

sosial yang cepat. Untuk mengurangi benturan antar gejolak dan

untuk memberikan kesempatan agar remaja dapat

Page 31: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

16

mengembangkan dirinya, perlu diciptakan kondisi lingkungan

terdekat yang stabil, khususnya lingkungan keluarga.

Di samping faktor keluarga, pengembangan pribadi remaja

yang optimal juga perlu diusahakan melalui pendidikan sekolah

yang dalam hal ini adalah melalui pendidikan dari lembaga

Sekolah atau lembaga selain berfungsi sebagai sarana

pengajaran (mencerdaskan anak didik), juga pendidikan

(transformasi normal).Untuk mengurangi kemungkinan terjadi

perilaku menyimpang, bisa dilakukan usaha-usaha untuk

meningkatkan kemampuan remaja dalam bidang-bidang tertentu

sesuai dengan kemampuan khusus ini, maka remaja dapat

mengembangkan kepercayaan dirinya karena dia menjadi

terpandang (mendapat status di mata kawan-kawannya). Dia tidak

perlu bergantung pada orang lain untuk mendapatkan perhatian

dari lingkungannya.

b. Metode Pembinaan

Metode atau cara akan membantu peserta pembinaan dalam

berfikir dan mengungkapkan dirinya, yaitu mampu memberikan

macam-macam jawaban dalam berbagai pemecahan masalah.

1) Pemikiran dan Prasangka Terbuka

Cara yang paling sederhana untuk merangsang pemikiran

adalah dengan mengajukan pertanyaan yang memberikan

kesempatan timbulnya berbagai macam jawaban sebagai

ungkapan pikiran dan perasaan, serta dengan membantu peserta

pembinaan untuk mengajukan pertanyaan Sebelumnya telah

Page 32: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

17

ditekankan betapa pentingnya seorang guru atau pembina mampu

mengajukan pertanyaan-pertanyaan menantang untuk

membentengkan imajinasi dan cakrawala mental peserta.

2) Kreatifitas yang harus Dipupuk

Kreativitas dapat terwujud di mana saja oleh siapa saja,

tidak bergantung pada usia, jenis kelamin, keadaan sosial-

ekonomi, atau tingkat pendidikan tertentu. Sesungguhnya bakat

kreatif dimiliki oleh semua orang tanpa pandang bulu, dan yang

lebih penting lagi ditinjau dari segi pendidikan ialah bahwa bakat

kreatif dapat ditingkatkan dan karena itu perlu dipupuk sejak dini

Memang harus diakui bahwa setiap orang berbeda dalam

macam bakat yang dimiliki serta derajat atau tingkat dimilikinya

bakat tersebut Adanya perbedaan bakat tentu dialami oleh setiap

guru atau pembinaan mempunyai dan orang tua peserta

pembinaan. Semua peserta pembinaan mempunyai bakat

tertentu, tetapi masing-masing dalam bidang yang berbeda dan

yang satu lebih menonjol dari pada yang lain. Walaupun setiap

orang mempunyai bakat kreatif, namun jika tidak dipupuk bakat

tersebut tidak akan berkembang, bahkan bisa menjadi bakat yang

tidak dapat diwujudkan.

3) Dialog dan Diskusi

Sesungguhnya orang tua dan pendidik atau pembina

mempunyai kemampuan memberikan perintah dan larangan

secara langsung kepada anak atau peserta pembinaan, namun

sedikit diantara mereka yang mampu memberikan perintah

Page 33: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

18

dengan dialog dan diskusi. Tidak diragukan lagi, diskusi

merupakan prinsip islam yang murni,karena Allah telah

mensyariatkan dalam perkara antara hakim dan terdaqwa, antara

pimpinan dan pegawainya dan antara guru atau pembimbing

dengan peserta didikannya.

c. Peran Lembaga dalam Pembinaan

Masyarakat sifatnya sangat kompleks dan urgen sehingga sulit

untuk memprediksikan dengan tepat, apa yang akan terjadi pada

kehidupan masyarakat pada saat ini dan waktu yang akan datang.

Kondisi ini dipengaruhi oleh rentetan dinamika pada kawasan

masyarakat yang tidak jelas ujung pangkalnya (fisik).

Lembaga sebagai lahan pemenuhan kebutuhan sangat

berguna dan luas sehingga bentuk dan tujuan lembaga sangat

bervariasi, walaupun lembaga memiliki keragaman, tujuan dan bentuk

yang bervariasi tetapi setiap lembaga selalu tidak lepas dengan dua

fungsi dasar yaitu fungsi latten dan fungsi manifest

1) Fungsi yang tidak diharapkan oleh masyarakat (latten)

Fungsi latten merupakan suatu fungsi yang kehadirannya

ditolak oleh sebagian besar masyarakat, sebab lembaga

semacam ini memiliki tujuan. Lembaga tidak ditolak, tetapi yang

ditolak adalah tujuannya, misalnya lembaga pendidikan

meningkatkan pengangguran intelektual atau drop out, lembaga

keluarga sebagai wahana broken home, lembaga reaksi

kebugaran sebagai tempat penyimpangan perilaku seksual

Page 34: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

19

2) Fungsi yang diharapkan oleh masyarakat (manifest)

Fungsi manifest merupakan suatu fungsi yang diharapkan

oleh masyarakat sehingga kehadiran dari tujuan lembaga diterima

oleh masyarakat. Contoh masjid dan gereja sebagai lembaga

agama di fungsikan sebagai tempat ibadah, bank lembaga

perekonomian sebagai tempat menyimpan uang masyarakat

secara aman.

Peranan panti sebagai sebuah lembaga sosial adalah

sebagai berikut:

a) Sebagai suatu lembaga yang menghantarkan warga binaan

untuk menghasilkan manusia yang bernilai sosial, mempunyai

harkat, martabat dan kualitas hidup yang tinggi yang memiliki

hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat yang lain.

b) Sebagai tempat penyebaran pelayanan kesejahteraan social.

c) Sebagai tempat informasi usaha kesejahteraan sosial .

d. Peran Instruktur dalam Pembinaan.

Mengajar atau memberikan ilmu pengetahuan diperlukan

penguasaan terhadap ilmu (bahan ajar) yang akan diberikan dan juga

penguasaan terhadap keterampilan di dalam memberikan bahan ajar

tersebut. Dengan demikian seorang pengajar (guru, dosen, instruktur,

tutor) memerlukan keahlian dalam memilih dan melaksanakan cara

mengajar terbaik agar ilmu dapat diberikan dengan baik dan dapat

diterima dengan baik pula.

Page 35: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

20

Hamachek dalam bukunya Characteristics of good teachers

and implications for teacher educators, yang memberikan karakteristik

profil seorang pengajar yang baik. Adapun profil tersebut adalah:

1) Dalam memberikan bahan ajar, ia harus fleksibel, tidak kaku

dalam bahan ajar yang ia berikan. Misalnya ada contoh tambahan,

membandingkan dengan pendapat ahli yang lain, diberikan

dengan menggunakan model instruksi yang bervariasi

2) Dapat menerima pendapat atau usulan dari siswa yang belajar

apakah itu pendapat yang benar atau salah

3) Mampu menunjukkan kepribadian yang baik

4) Bersedia melakukan tentang ilmu pengetahuan yang diajarkan,

kemudian hasil penelitian dipakai sebagai bahan dari bahan ajar

5) Mempunyai keterampilan atau cara yang spesifik dalam membuat

pertanyaan-pertanyaan di kelas untuk mendorong motivasi siswa.

Bila motivasi ini terjadi, maka penyampaian bahan ajar menjadi

menarik dan siswa menjadi lebih berpartisipasi dalam mengikuti

pengajaran

6) Menguasai ilmu pengetahuan yang diberikan. Pengajar harus siap

dengan bahan ajar yang diberikan,diatur sistematis sesuai dengan

satuan acara pengajaran yang telah diterapkan

7) Menyiapkan bahan evaluasi secara jelas dan menerangkan kriteria

yang dipakai dalam melakukan evaluasi

8) Meluangkan waktu untuk membantu siswa yang belajar, bila yang

bersangkutan mendapatkan kesulitan di dalam memahami isi

bahan ajar yang diberikan

Page 36: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

21

9) Mempunyai sikap yang menarik dan ramah. Misalnya tersenyum,

memberikan komentar yang baik dan sebagainya

10) Menggunakan cara Tanya jawab

4. Pembinaan anak putus sekolah melalui dinas sosial

a. Pendampingan

Proses pendampingan membutuhkan seseorang pendamping

untuk melakukan kegiatan pendampingan. Departemen Sosial

mengemukakan bahwa pendampingan adalah”pekerja sosial yang

dengan ahli atau pekerjaanya mendahulukan tugas pendampingan di

mana yang bersangkutan bekerja sesuai dengan prinsip, metode dan

pekerjaan sosial.

Menurut Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang

kesejahteraan sosial menyatakan bahwa”pekerja sosial propesional

adalah seseorang yang bekerja baik dilembaga pemerintah maupun

swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial dan

kepedulian dalam pekerjaan yang diperoleh melalui pendidikan,

pelatihan dan atau pengalaman praktek pekerjaan sosial untuk

melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah

sosial”.

Peran pekerja sosial sendiri tak kalah penting untuk

melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah

sosial. Peran pendamping yang dikemukakan departemen sosial

sebagai berikut:

Page 37: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

22

1) Pembela (advocator)

Pendamping melakukan pembelaan pada korban yang

mendapatkan perlakuan tidak adil. Pendamping sebagai pembela

pada dasarnya berfokus pada korban, mendampingi korban dalam

proses hukum, mengembangkan peranan, tugas dan system yang

berlaku

2) Penghubung (mediator)

Pendamping berperan sebagai penghubung klien dengan

sistem sumber yang ada baik formal maupun informal, dalam

rangka merujuk dan sebagai tindak lanjut dari pelayanan yang

diberikan RPTC.

3) Pemungkin (enabler)

Pendamping berperan dalam mengindentifikasi permasalahan

korban kebutuhan dan menjaga langkah-langkah menghadapi

permasalahannya.

4) Penjangkauan (outteacher)

Pendamping berperan dalam melakukan penjangkauan

kepada kelompok-kelompok yang rentan terhadap kekerasan dan

korban tindak kekerasan yang membutuhkan layanan perlindungan

awal dan pemulihan psikolososial

5) Pemberi motivasi (motivator)

Pendamping berperan dalam memberikan rangsangan dan

dorongan semangat kepada klien untuk dapat bersikap positif, pola

dan mengembangkan potensi sebagai upaya pemulihan korban.

Page 38: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

23

5. Tahapan pembinaan

Pelaksanaan suatu kegiatan pembinaan, hendaknya didasarkan

pada berbagai tahap, agar pelaksanaan kegiatan tersebut dapat berjalan

sesuai dengan perencanaan dan dapat mengenai sasaran pembinaan.

Secara umum, suatu kegiatan pembinaan harus mencerminkan

tahapan, sebagai berikut:

a. Tahap sosialisasi

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer

kebiasaan atau nilai dan aturan dari suatu generasi ke generasi

lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.

Sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai, peran dan

semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan

berpartisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial.

Adapun manfaat adanya sosialisasi terbagi menjadi dua

tahap, bagi individu, sosialisasi berfungsi sebagai pedoman dalam

belajar mengenal dan menyesuaikan diri dengan lingkungan , baik

nilai, norma, dan struktur sosial yang ada pada masyarakat

dilingkungan tersebut. Bagi masyarakat, sosialisasi berfungsi

sebagai alat untuk melestarikan, penyebaran, dan mewariskan nilai,

norma, serta kepercayaan yang ada pada masyarakat.

Pembelajaran yang dilakukan individu dalam mengenal

lingkungannya baik lingkungan fisik maupun sosial.

Berdasarkan jenisnya sosialisasi dibagi menjadi dua.

Adapun jenis tersebut adalah:

Page 39: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

24

1) Sosialisasi primer

Sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang

dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota

masyarakat ( keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat

anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah.

Anak akan mengenal keluarga dan secara bertahap akan mulai

mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar

keluarganya.

2) Sosialisasi sekunder

Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi

lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan

individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Bentuk-

bentuk adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses

resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru.

Sedangkan dalam desosialisasi, seseorang mengalami

perbuatan identitas dari yang lama.

b. Tahap Rehabilitasi Sosial

Rehabilitasi adalah pengembalian seperti semula atas

kemampuan yang pernah dimiliki seseorang. Oleh karena suatu hal

(musibah), banyak orang harus kehilangan kemampuannya.

Kemampuan yang hilang inilah yang dikembangkan agar kondisinya

seperti semula, yaitu kondisi yang dikembalikan seperti semula

sebelum musibah terjadi.

Rehabilitasi sosial adalah pemulihan korban dari gangguan

psikososial, seperti yang diungkapkan oleh Helen Haris Parlemen,

Page 40: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

25

yaitu usaha untuk memiliki kembali rasa harga diri, kecintaan

terhadap kerja, kesadaran dan tanggung jawab terhadap masa

depannya, keluarga maupun masyarakat dalam lingkungan sosial.

Dengan hal itu harapannya adalah pulihnya kemampuan untuk dapat

melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar baik terhadap dalam

keluarga maupun dalam masyarakat.

Pendukung dalam Pelayanan Rehabilitasi Sosial Menurut

Departemen Sosial RI tahun 1997, proses rehabilitasi sosial didukung

oleh beberapa faktor. Adapun faktor tersebut adalah:

1) Subjek pelaksanaan rehabilitasi adalah pejabat pemerintah yang

mempunyai amanat dan kapasitas untuk melakukan hal tersebut.

Pejabat pemerintah tenaga administrasi, tenaga operasional,

tenaga fungsional, dan pihak lain yang diajak bekerja sama saling

menguntungkan

2) Objek rehabilitasi sosial, adalah mereka para wanita penyandang

masalah kesejahteraan sosial.

3) Metode pelaksanaan rehabilitasi, adalah hal yang mencakup

teknis dari tahapan

D. Anak Putus Sekolah

1. Pengertian Putus Sekolah

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk

anak yang masih dalam kandungan terdapat dalam undang-undang No.

23 tahun 2002 tentang perlindungan anak menjelaskan bahwa anak

adalah siapa saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang

masih didalam kandungan yang berarti segala kepentingan akan

Page 41: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

26

pengupayaan perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak anak

tersebut berada dalam kandungan hingga berusia 18 tahun.

Anak putus sekolah adalah keluar dari sekolah sebelum waktunya

atau sebelum lulus (Ali Imron, 2015;159). Putus sekolah dipandang

sebagai masalah pendidikan dan sosial yang amat serius selama

beberapa dekade terakhir ini. Dengan meningkatnya sekolah sebelum

lulus, banyak individu putus sekolah yang tidak mendapatkan pendidikan

yang cukup sehingga kesejahteraan ekonomi dan sosialnya menjadi

terbatas sepanjang hidup sebagai orang dewasa.

Pendidikan diperlukan dalam upaya pembinaan dan

pengembangan potensi, minat dan bakat generasi muda. Oleh sebab itu,

remaja harus mendapatkan perhatian khusus dam pendidikan dan

partisipasi dalam masyarakat agar mereka dapat meneruskan perjuangan

bangsa dan pembangunan kreativitas mereka melalui pendidikan.

Menurut Sugianto (2017) menjelaskan bahwa pendidikan adalah

suatu usaha yang dilakukan manusia untuk membina dan membangun

kepribadian sesuai dengan nilai-nilai yang ada dilingkup masyarakat dan

didalam kebudayaan yang berlaku. Setiap individu tidak terkecuali remaja

tentunya ingin memperoleh pendidikan agar dapat mencapai cita-cita.

Diperlukan usaha, sarana dan prasarana untuk memperoleh pendidikan.

Namun kenyataannya untuk memenuhi kondisi tersebut tidak

mudah dengan berbagai kendala dan keterbatasan yang ada pada

sebagian individu, keluarga maupun masyarakat. Ketika kendala tersebut

tidak dapat diselesaikan maka akan menyebabkan remaja putus sekolah.

Padahal sekolah merupakan salah satu sarana untuk memperoleh

Page 42: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

27

pendidikan, pengetahuan dan pengalaman yang menunjang kehidupan di

masa mendatang.

2. Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah

Putus sekolah menjadi masalah yang cukup serius. Putus

sekolah merupakan jurang yang menghambat anak untuk

mendapatkan haknya.

a. Faktor internal

1) Malas atau kurang minat bersekolah

Menurut Desca (2015) penyebab anak putus sekolah

diutamakan karena rasa minat untuk bersekolah tidak ada

(malas).

Ada kemauan dari dalam diri anak untuk bersekolah

yang sangat kurang, karena kemampuan belajarnya yang

rendah. Karena faktor kejenuhan, kebosanan untuk bersekolah.

Percaya dirinya yang sangat jauh darinya, serta karena

keluarga dan perhatian orang tua menjadikan alasan untuk

meninggalkan sekolah.

Menurut Wassahua ( 2016) yang menyebabkan anak

putus sekolah adalah rendahnya atau kurangnya minat untuk

bersekolah, rendahnya minat anak dapat disebabkan oleh

perhatian orang tua yang kurang dan ada pengaruh dari

lingkungan luar. Adapun anak putus sekolah karena merasa

minder, tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan

sekolahnya

Page 43: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

28

b. Faktor eksternal

1) Ekonomi keluarga

Tingkat kemiskinan yang masih tinggi diIndonesia

mempengaruhi anak untuk bisa melanjutkan pendidikan yang

lebih tinggi. Anak yang berasal dari keluarga yang kurang

mampu.

Walaupun pemerintah sudah membuat pembebasan biaya

sekolah, namun kebutuhan perlengkapan sekolah yang begitu

banyak seperti tas, sepatu, buku, seragam dan lainnya

membuat sulit mencukupi kebutuhan anaknya dalam

menempuh pendidikan yang mengakibatkan putus sekolah.

2) Kondisi lingkungan tempat tinggal

Lingkungan tempat tinggal anak mempengaruhi terjadinya

kegiatan dan proses belajar atau pendidikan. Lingkungan

tempat tinggal anak atau lingkungan masyarakat ini dapat

berperan dan ikut serta di dalam membina kepribadian anak-

anak ke arah yang lebih positif.

Menurut Waidi (2019) bahwa anak putus sekolah adalah

karena ekonomi yang membuat orang tua tidak bisa membiayai

anaknya, ada juga karena pola fikir orang tua yang kurang

mengetahui pentingnya pendidikan, jarak lokasi rumah ke

sekolah yang jauh dan akses jalur menuju sekolah juga

transportasi kendaraan yang kurang memadai.

Menurut Suyanto (2016) bahwa penyebab anak putus

sekolah adalah seseorang siswa dikatakan putus sekolah

Page 44: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

29

apabila ia tidak dapat menyelesaikan program suatu sekolah

secara utuh yang berlaku sebagai suatu sistem Penyebab anak

putus sekolah menurut Ali Imron (2015:159) yaitu :

a) Ketidakmampuan mengikuti pelajaran. Ini menjadi

penyebab peserta didik merasa berat untuk menyelesaikan

pendidikannya. Oleh karena itu, mereka ini perlu

mendapatkan perlakuan yang berbeda dengan peserta

didik kebanyakan.

b) tidak memiliki biaya untuk bersekolah. Ini banyak terjadi di

daerah pedesaan. Di pedesaan jangankan biaya pendidikan

untuk kebutuhan sehari-hari saja peserta didik bersama

keluarga merasa tidak cukup

c) Sakit parah. Ini menyebabkan siswa tidak sekolah sampai

dengan batas waktu yang tidak ditentukan. Lantaran sudah

jauh tertinggal dengan peserta didik lainnya maka kemudian

ia lebih memilih tidak bersekolah.

d) Anak-anak terpaksa bekerja. Pada negara-negara

berkembang jumlah pekerja anak sangat banyak. Tidak

jarang, anak-anak ini juga bekerja pada sektor formal yang

terikat oleh waktu atau aturan. Waktu yang ditetapkan oleh

perusahaan tempat kerja berbenturan dengan waktu

sekolah. Oleh karena itu, lambat laun ia tidak dapat sekolah

lagi karena harus bekerja.

e) Membantu orang tua diladang. Di daerah agraris dan

kantong kemiskinan putra laki-laki di pandang sebagai

Page 45: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

30

pembantu terpenting ayahnya untuk bekerja di ladang,

untuk membantu di ladang dibutuhkan waktu yang relatif

banyak sehingga seringkali menjadikan peserta didik tidak

bisa mengikuti pelajaran di sekolah

f) Dikeluarkan dari sekolah. Hal ini terjadi karena yang

bersangkutan memang sudah tidak mungkin dapat di didik

lagi.

3. Dampak Putus Sekolah

Beberapa dampak yang akan dialami atau diterima baik bagi anak

itu sendiri, masyarakat dan bangsa dimasa yang akan datang. Beberapa

dampak anak putus sekolah sebagai berikut.

a. Menambah jumlah pengangguran

b. Kerugian bagi masa depan anak

c. Menjadi beban orang tua

d. Menambah kemungkinan terjadinya kenakalan anak dan tindak

kejahatan dalam kehidupan sosial bermasyarakat

Individu putus sekolah tidak mendapatkan pendidikan yang layak

sehingga kesejahteraan ekonomi dan sosialnya menjadi terbatas

sepanjang hidupnya ketika menjadi orang dewasa. Remaja yang

melangkah keluar dari tangga pendidikan jauh sebelum mereka mencapai

tingkat yang professional, akan membuat remaja harus menggunakan

cara mereka sendiri untuk mencapai pekerjaan.

Kondisi kehidupan yang harus dihadapi setelah mengalami putus

sekolah, antara lain adalah keterbatasan pengetahuan, keterbatasan

akses informasi, keterbatasan akses sosialisasi, dan kesempatan kerja

Page 46: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

31

yang terbatas karena tidak mempunyai ijazah sebagai syarat administrasi.

Kondisi tersebut mengakibatkan remaja yang mengalami putus sekolah

tidak percaya diri untuk melakukan aktivitas tertentu karena merasa tidak

mempunyai bekal pengetahuan, tidak mempunyai harga diri.

E. Penelitian Terdahulu

Jessica (2015)Mapping the biopolitics of school dropout ang youth

resistance. Artikel ini akan memuat argument pengantar dan bukti untuk

sekolah non-penyelesaian sebagai suatu bentuk biopower dan tidak masuk

sekolah yang dianggap sebagai bentuk penolakan remaja biopolitik di

Amerika Serikat (as). Dimulai dengan tinjauan singkat tentang singkat

tentang hubungan empiris dari pendidikan untuk kesehatan dan tingkat

kelulusan saat ini di Amerika Serikat, bagian pertama kemudian

menghubungkan data ini untuk menjelaskan kerangka kerja pendidikan

sebagai bentuk biopower.

Menggunakan kelompok-kelompok fokus dan metode pemetaan

kognitif yang disebut x-ray maps. Penelitian secara kualitatif ini, para remaja

melakukan penelitian dengan berpartisipasi remaja usia. Temuan

mengungkapkan apa yang kebijakan pendidikan lakukan terhadap tubuh,

bagaimana dan dengan cara apa kaum muda menolak kekuatan-kekuatan

ini. Bagian terakhir mengemukakan teori untuk mempertimbangkan putus

sekolah sebagai bentuk penolakan remaja biopolitik.

Fariz (2020) the tweezers are so high elementary school dropouts a

motivation view of consteuctivist informed teaching international journal of

science education. Putus sekolah adalah fenomena masalah yang saat ini

masih sering kita temui, masalah ini berlangsung selama beberapa waktu

Page 47: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

32

dan cukup sulit untuk menemukan solusi sebagai pemecahan dari fenomena

masalah tersebut.

Banyak penyebab faktor-faktor yang menjadi penyebab dari masalah

ini seperti faktor internal yang merupakan faktor dari siswa sendiri, dan juga

eksternal yang berasal dari keluarga dan pengaruh lingkungan. Saat ini

masih banyak kita jumpai kasus anak putus sekolah khususnya di bangkuh

pendidikan dasar. Tujuan dari penelitian berikut adalah mengetahui faktor

yang menjadi penyebab tingginya putus sekolah pada pelajar.

Metode kualitatif ini dipilih untuk memberikan pemahaman dan visual

secara mendalam mengenai penyebab dari tingginya fenomena. Dalam

menghimpun data, digunakan metode wawancara dari partisipan, dan studi

pustaka dengan cara mempelajari data sekunder yang berupa dokumen,

arsip, hasil riset hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya

Mahardi (2018) Pembinaan, Dinas Sosial, Anak Jalanan, Dramaturgi

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini ada tiga yakni pelaksanaan

pembinaan di Kampung Anak Negeri, evaluasi program pembinaan dan

pembinaan anak jalanan dan anak putus sekolah di Kampung Anak Negeri

dalam kajian dramaturgi.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan

teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori

yang digunakan dalam menganalisis Peran Dinas Sosial Dalam Pembinaan

Anak Jalanan dan Anak Putus Sekolah (Studi Kasus di Unit Pelaksana

Teknis Daerah (UPTD) Kampung Anak Negeri Kelurahan Wonorejo

Kecamatan Rungkut Kota Surabaya) ialah teori Dramaturgi Erving Goffman.

Page 48: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

33

Hasil penelitian ini ditemukan bahwa : (1) Dinas Sosial Surabaya

bagian dari tata pemerintah Kota Surabaya mempunyai misi menuntaskan

masalah kesejahteraan sosial khususnya anak jalanan dan anak putus

sekolah. Karenanya dibentuk UPTD Kampung Anak Negeri sebagai tempat

pembinaan untuk anak jalanan dan anak putus sekolah.

Pembinaan tersebut meliputi bimbingan mental spiritual, kedisiplinan,

kemandirian, jasmani, sosial, minat, dan kognitif. (2) Kendala dan evaluasi

dilakukan Kampung Anak Negeri bertujuan untuk mengetahui permasalahan

serta keberhasilan pembinaan terhadap anak jalanan dan anak putus

sekolah. Dan bila anak telah selesai dan berhasil menjalani kegiatan

pembinaan, Kampung Anak Negeri akan membantu memberikan akses dan

fasilitas bagi anak tersebut. (3) Dramaturgi harus dilakukan saat pelaksanaan

pembinaan anak jalanan dan anak putus sekolah, jalanan yang menjadi asal

anak-anak menambah tenaga ekstra yang harus dikeluarkan dalam

pembinaan. Dramaturgi termasuk dalam strategi yang digunakan oleh

pembina atau pembimbing dalam membina anak jalanan di Kampung Anak

Negeri.

Satriani (2016) Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada

kenyataannya pemerataan yang didapatkan anak putus sekolah belum

sepenuhnya merata. Karena pemerintah dalam memberikan seleksi dalam

penerimaan peserta pelatihan secara bertahap dan keterbatasan daya

tampung.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan saran untuk

meningkatkan pemberdayaan masyarakat khususnya anak putus sekolah

pemerintah daerah harus cepat tanggap, berkoordinasi, dengan instansi

Page 49: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

34

pemerintah lainnya dalam mengatasi permasalahan yang terjadi mengenai

pelaksanaan program pengentasan anak putus sekolah agar bisa menjamin

kesejahteraan masyarakat.

Siti (2017) Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pengelolaan di

PKBM Bustanul Muslimin yaitu meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi program. (2) Upaya PKBM Bustanul Muslimin dalam membina

masyarakat putus sekolah yaitu: menyelenggarakan program kesetaraan

(paket A, B, dan C), Life Skile, KBU, mendirikan program pembelajaran yang

beragam, mempersiapkan fasilitas yang memadai, serta mempersiapkan

tenaga pendidik yang semi terampil. (3) Penghambat dan pendorong PKBM

Bustanul Muslimin dalam membina masyarakat putus sekolah yaitu, faktor

penghambat dalam pelaksanaan program di PKBM Bustanul Muslimin

meliputi kurangnya kesadaran warga belajar untuk rajin berangkat, sumber

dana untuk keterampilan yang terkadang kurang, dan pendistribusian hasil

usaha yang terkadang sulit. Sedangkan faktor pendorongnya yaitu

ketersediaannya tempat belajar, antusias warga untuk belajar serta

kesadaran tutor untuk mengajar.

Rosa (2019) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan

pusat kegiatan belajar mengajar (PKBM) dalam mengatasi anak putus

sekolah di kecamatan suhaid. Pengelolaan PKBM Dalam Mengatasi anak

putus sekolah meliputi: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Penelitian

ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan

kualitatif. Sumber penelitian ini adalah ketua PKBM atau pengelola tutor

PKBM .

Page 50: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

35

Metode pengumpulan data menggunakan wawancara untuk

menunjukkan keabsahan data maka digunakan teknik pengamatan lapangan

dan trianggulasi sumber data. Pengumpulan data yang digunakan dengan

cara ,menggali informasi yang sama dari sumber data yang berbeda dengan

sumber data, diantaranya PKBM atau pengelola dan tutor. Data yang

diperoleh di analisis secara kualitatif dengan tahapan pengumpulan data,

reduksi data, pengajian data dan penarikan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan PKBM

dalam mengatasi anak putus sekolah dengan tahapan menyusun

kepengurusan PKBM, melakukan sosialisasi, pentingnya pendidikan,

menentukan program yang akan dilaksanakan oleh PKBM.

Wardania (2020) angka putus sekolah selalu bertambah setiap tahun

dan banyak faktor yang menyebabkan anak memutuskan untuk berhenti

sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab anak putus

sekolah di Desa Tumbang Kaminting Kecamatan Bukti Santui. Penelitian ini

merupakan penelitian deskriftif yang melakukan analisis data bertahap yaitu

reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan dengan melakukan

wawancara kepada anak putus sekolah sebagai subjek penelitian.

Dan untuk uji keabsahan data menggunakan teknik triagulasi dan

teman sebaya subjek penelitian. Hasil analisis menunjukkan bahwa

penyebab anak putus sekolah karena sakit parah dan karena sekolah

dianggap tidak menarik.

Edi syukur (2016) komparasi pemahaman konsep bangun datar siswa

antara yang diajar dengan model pembelajaran advance organizer dengan

peta konsep dan model pembelajaran yang mengadopsi teori van. Jenis

Page 51: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

36

penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui

hasil belajar, aktivitas dan respons siswa terhadap model pembelajaran

advance organizer dengan peta konsep dan modal pembelajaran yang

mengadopsi teori van hiele pada pokok bahasan bangun datar khususnya

segiempatkelas Vll SMPN 2 Sinjai Timur, (2) mengetahui bagaimana

pemahaman konsep bangun datar siswa antara yang diajar dengan model

pembelajaran advance organizer dengan peta konsep dan model

pembelajaran yang mengadopsi teori van hiele.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 2

Sinjai Timur dan sampai terdiri dari dua kelas keduanya sebagai kelas

eksperimen yang dipilih menggunakan teknik purposive rondam sampling.

Data yang dikumpulkan terdiri dari data atas hasil belajar siswa, data aktivitas

siswa dalam pembelajaran dan data respons siswa terhadap perangkat dan

pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor hasil belajar matematika

siswa pada kelas eksperimen 1 dengan mean 20,36 dan standar deviasi

2,164 mencapai tingkat ketuntasan secara klasikal sebesar 89,29%, serta

aktivitas siswa dalam pembelajaran berada pada kategori aktif dan respons

siswa terhadap perangkat dan pembelajaran adalah positif.

Secara umun disimpulkan bahwa model pembelajaran advance

organizer dengan peta konsep untuk diterapkan dikelas VII SMPN 2 Sinjai

Timur dengan kategori cukup efektif. Secara umum disimpulkan bahwa

model pembelajaran yang mengadopsi teori Van Hiele untuk diterapkan di

kelas VII SMPN 2 Sinjai Timur dengan kategori cukup efektif.

Page 52: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

37

Hasil uji hipotesis pada taraf signifikan dengan uji menunjukkan

bahwa tidak ada perbedaan pemahaman konsep bangun datar siswa antara

yang diajar dengan model pembelajaran advance organizer dengan peta

konsep dan model pembelajaran yang mengadopsi teori Van Hiele.

F. Kerangka Konsep

Putus sekolah adalah ketika anak atau peserta didik memutuskan

untuk berhenti dan tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang atau

tingkat selanjutnya dengan alasan tertentu. Putus sekolah dapat terjadi

karena adanya beberapa faktor-faktor, Menurut Wassahua dua faktor yang

menyebabkan anak putus sekolah yaitu faktor internal dan eksternal.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep

PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK

PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN ENREKANG

Faktor internal

Dampak anak putus sekolah

Faktor eksternal Penyebab anak putus

sekolah

Page 53: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ini adalah melalui penelitian

deskriptif kualitatif, alasan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif

karena peneliti langsung bertatap muka dengan informan penelitian untuk

mengetahui secara langsung penyebab anak putus sekolah sedangkan

deskriptif kualitatif itu sendiri adalah penelitian yang dapat menghasilkan

data deskriptif seperti ucapan atau tulisan serta sifat-sifat seseorang yang

harus diamati. Hal ini menunjukkan bahwa data yang dihasilkan bukan

angka-angka tetapi data tersebut adalah berupa naskah wawancara,

catatan lapangan, dokumen pribadi serta dokumen resmi lainnya.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus

dalam penelitian ini ialah mengenai manusia (dapat suatu kelompok,

organisasi, maupun individu). Artinya suatu kesatuan dalam mekanisme

penelitian yang dilakukan dengan menganalisis secara cermat suatu

program, peristiwa, aktivitas dan proses yang bertujuan untuk

memperoleh informasi mengenai peran Dinas Sosial dalam pembinaan

anak jalanan di Kabupaten Enrekang.

Page 54: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

39

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini bertujuan untuk membatasi masalah yang akan

diteliti. Fokus penelitian untuk memudahkan peneliti agar dapat memperoleh

data secara akurat dan objek yang diteliti tidak meluas. Pembahasan ini

disesuaikan dengan kepentingan, keterbatasan dana, waktu dan tenaga

yang dibutuhkan.

Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mendalam

tentang faktor internal dan faktor eksternal yang menyebabkan anak putus

sekolah serta untuk mengetahui dampak yang di alami anak setelah putus

sekolah.

Fokus penelitian penulis pada peran Dinas Sosial dalam pembinaan

anak putus sekolah di Kabupaten Enrekang yaitu (1). Kurangnya perhatian

atau dorongan dari orang tua (2). Kurangnya biaya (3). Adanya faktor

pergaulan.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan dari bulan Agustus sampai

September setelah seminar proposal selesai. Dalam penelitian ini berlokasi

Di Kantor Dinas Sosial Kabupaten Enrekang. Tujuan penelitian ini dilakukan

karena kondisi anak putus sekolah yang sangat memprihatinkan yang ada di

Kabupaten Enrekang.

D. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapatkan langsung dari

lapangan atau tempat penelitian. Data primer ini merupakan sumber data

Page 55: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

40

yang utama dalam penelitian kualitatif yang berupa kata-kata dan perilaku

para informan pada saat di wawancarai peneliti mengenai Peran Dinas

Sosial dalam pembinaan anak putus sekolah di Kabupaten Enrekang.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang didapatkan tidak langsung tetapi

ada penelitian sebelumnya, seperti dokumen, buku-buku laporan,

peraturan-peraturan pemerintah,dan data yang bersifat informasi tertulis

yang digunakan dalam penelitian. Data sekunder tersebut adalah hal-hal

yang berkaitan dengan peran Dinas Sosial di Kabupaten Enrekang.

3. Informan Penelitian

Informan merupakan orang yang digunakan untuk memberi

informasi tentang suatu kondisi dan keadaan latar penelitian sebelum

peneliti melakukan pemilihan informan, maka terlebih dahulu ditetapkan

situasi sosial penelitian, yang merupakan tempat di mana permasalahan

yang terjadi betul-betul ada. Untuk menghasilkan informasi yang benar,

peneliti memilih informan secara purposive sampling, di mana peneliti

melakukan pemilihan informan dengan tidak acak atau secara sengaja

mengambil informan tersebut. Cara ini dilakukan dengan pertimbangan

bahwa informan yang telah terpilih adalah orang-orang yang benar-benar

mengetahui atau terlibat langsung dalam fokus penelitian. Adapun

informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 1.2 Daftar Informan Penelitian

No. Informan Jumlah

1. Kepala Kantor Dinas Sosial 1 Orang

2. Sekretaris Kantor Dinas 1 Orang

3. Staf Dan Pegawai Kantor Dinas Sosial 3 Orang

Jumlah 5 Orang

Page 56: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

41

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi

sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan, menjadi kegiatan pusat perhatian

pada suatu hal yang berkaitan dengan permasalahan menggunakan

seluruh panca indra. Observasi yang dimaksud adalah peneliti terlebih

dahulu melihat kondisi di lapangan baik dalam lingkungan penelitian

maupun lingkungan narasumber yang akan diwawancarai secara lebih

lanjut dan sistematis.

2. Wawancara

Wawancara dilangsungkan dalam bentuk Tanya jawab secara

langsung, direkam atau ditulis oleh peneliti ke dalam lembar kertas. Tipe

recorder dapat digunakan untuk merekam segala hal telah dipersiapkan

peneliti. Wawancara, dilakukan peneliti secara terbuka dengan beberapa

informan, saat melakukan wawancara selama penelitian, peneliti

diberikan kebebasan untuk memperoleh data dan informasi serta jawaban

dari subjek peneliti sesuai dengan kemampuan dan kemauannya. Namun

demikian, tetap peneliti berusaha mengarahkan dan menafsirkan sesuai

keperluan. Wawancara dilakukan kepada Kepala Kantor Dinas Sosial,

Kepada Sub Bagian Umum atau Staf dan anak putus sekolah untuk

menjaga netralitas peneliti agar hasil yang diperoleh memperoleh hasil

yang optimal.

Page 57: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

42

3. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi digunakan sebagai teknik pengumpulan data

dengan mencari dokumen yang bersifat pribadi dan resmi sebagai

sumber data yang dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan

dalam penelitian. Penulis menggunakan metode dokumentasi dengan

menggunakan beberapa alat dokumentasi sebagai media untuk

membuktikan secara nyata bahwa penelitian ini benar-benar dilakukan.

F. Instrumen Penelitian

Penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat peneliti adalah

peneliti memodifikasi instrumen dari Dinas Sosial Kabupaten Enrekang

mengenai” identifikasi pembinaan anak putus sekolah dalam bentuk laporan.

Dalam penelitian kualitatif segala bentuk data yang dicari masih belum

tuntas kebenarannya, untuk itu disini peneliti melakukan tindakan yang lebih

mendalam lagi dalam pengumpulan data dengan cara observasi ke

lapangan dengan menggunakan alat seperti kamera,alat perekam, alat tulis

dll

Page 58: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

43

Tabel 1.3 Kisi Kisi Instrumen

NO Informasi yang dikaji (

Fokus penelitian)

Indikator Sub indikator

1 Peran dinas sosial Pembinaan Bimbingan mental

Nilai-nilai religius

Penanaman kedisiplinan dan kemandirian

2 Faktor penyebab anak putus sekolah

Faktor internal

Malas atau kurang minat

Faktor eksternal

Ekonomi keluarga Kondisi lingkungan tempat lingkungan

3 Faktor penghambatan faktor pendukung

Penghambat Mental yang lemah

Adanya sifat malas

Belum terbiasa menerima sesuatu hal yang baru

Pendukung Keinginan untuk berubah

Tenaga pendidik yang memadai

G. Teknik Analisis Data

Penelitian menggunakan deskriptif kualitatif sebagai metode analisis

data. Adapun yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah suatu cara

mengembangkan data tersebut dalam bentuk kata-kata atau kalimat

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dilapangan jumlahnya telah menumpuk.

Oleh sebab itu, seharusnya secara teliti dan rinci. Seperti telah

Page 59: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

44

dikemukakan makin lama peneliti berada dilokasi, maka data semakin

banyak, kompleks, selain itu perlu secepatnya dilakukan analisis data

menggunakan reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum,

memisahkan hal-hal yang penting, memfokuskan pada hal yang pokok,

dicari topik dan model dan membuang yang tidak perlu.

2. Penyajian Data

Sajian data merupakan kumpulan beberapa informasi yang sudah

tersusun berupa informasi yang sistematis. Melalui sajian data

memungkinkan peneliti mengambil kesimpulan.

3. Verifikasi

Langkah ketiga dalam menganalisis data kualitatif yaitu verifikasi.

Kesimpulan pertama yang dijelaskan masih bersifat sementara, serta

dapat berubah jika tidak didapatkan bukti-bukti jelas, yang dapat

membantu dalam tahap pengumpulan data selanjutnya. Tetapi apabila

data kesimpulan yang dijelaskan pada tahap pertama, dapat mendukung

kembalinya bukti-bukti yang ada dan tetap sesuai dengan apa yang

peneliti dapat di lokasi penelitian. Maka kesimpulan yang dikemukakan

adalah kesimpulan yang kredibel.

H. Pengabsahan Data

Pengabsahan data dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan

data yang kredibel yang berhubungan dengan fenomena judul tersebut.

Pengabsahan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan teknik

triagulasi. Menurut Sugiyono (2014) ada tiga macam triagulasi yaitu:

Page 60: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

45

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber digunakan dengan cara memeriksa kembali

data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber. Untuk itu peneliti

melakukan pengambilan dan pemeriksaan data yang telah didapatkan

melalui hasil pengamatan, wawancara, dan pengujian data. Kemudian

peneliti membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, dan

membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik yaitu dilakukan dengan cara melihat kembali

data kepada sumber yang sama dengan cara yang berbeda. Dalam hal

ini data yang didapatkan dengan wawancara, kemudian diperiksa kembali

dengan observasi dan dokumen. Apabila dengan tiga cara pemeriksaan

kebenaran data tersebut, memperoleh data yang berlainan, maka peneliti

menyelenggarakan diskusi mendalam ke pada sumber data yang

bersangkutan atau yang lain, untuk menguatkan data mana yang

dianggap benar atau mungkin saja semuanya benar karena sudut

pandangannya berbeda-beda.

3. Triagulasi Waktu

Waktu juga dapat mempengaruhi kebenaran data. Data yang

diperoleh dengan cara wawancara di pagi hari pada saat narasumber

masih segar, belum banyak masalah, dapat menyampaikan data yang

valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu, dalam rencana memeriksa

kredibelitas data dengan melakukan pemeriksaan data dengan

wawancara, observasi atau cara lain, dalam keadaan atau situasi yang

tidak sama. Bila pemeriksaan menghasilkan data yan berbeda, maka

Page 61: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

46

dilakukan secara berulang kali sehingga sampai menentukan kepastian

datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara memeriksa hasil

penelitian, dari tim penelitian lain yang diberi kewenangan melakukan

pengumpulan data.

Page 62: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kantor Dinas Sosial

1. Keadaan Kabupaten Enrekang

a. Letak Geografi

Letak Geografi Kabupaten Enrekang antara 30’14’36-

030’50’0’’ Lintang Selatan dan 119 40’53-120 6’33 Bujur Timur, Tinggi

rata-rata 0,80 meter diatas permukaan laut dengan luas batas-batas

wilayah Kota Enrekang adalah sebagai berikut

Sebelah Utara : Kabupaten Tana Toraja

Sebelah Timur : Kabupaten Luwu

Sebelah Selatan : Kabupaten Sidenreng Rappang

Sebelah Barat : Kabupaten Pinrang

b. Luas Wilayah

Adapun wilayah Administrasi Kabupaten Enrekang meliputi 12

kecamatan, 17 Kelurahan, 112 desa. Kabupaten Enrekang seluas

1.786.06 km2 terbagi dalam 12 kecamatan yaitu : Kecamatan Maiwa

seluas 392.87 km2, Kecamatan Enrekang seluas 291.19 km2,

Kecamatan Baraka seluas 159.15 km2, Kecamatan Anggeraja seluas

125.34 km2, Kecamatan Alla seluas 34,66 km2, Kecamatan Bungin

seluas 178,51 km2, Kecamatan Malua seluas 40,36 km2, Kecamatan

Buntu Batu seluas 126,65 km2, Kecamatan Masalle seluas 68,35

km2, Kecamatan Baroko seluas 41,08 km2

Page 63: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

47

c. Kondisi fotografi

Wilayah ini juga sering terkenal dengan sebutan

“MASSENREMPULU” yang bermakna wilayah yang terletak di lereng

pengunungan. Hal ini memang tepat sebab pada kenyataannya

tofografi Kabupaten Enrekang sekitar 85% merupakan medan yang

bergelombang, berbukit sampai curam dan hanya sekitar 15% yang

merupakan medan berombak sampai landai. Sedangkan ketinggian

daerah dari permukaan laut bervariasi antara 47 sampai 3,329 meter

diatas laut.

2. Sejarah Singkat Kantor Dinas Sosial

Kantor Dinas Sosial Kabupaten Enrekang yang terletak di Jl. Jend

Sudirman No. 01 di Kota Enrekang. Pembangunan kantor Departemen Sosial

Dati II Enrekang pelita sosial diresmikan pembangunan pada tanggal 28

November 1997 oleh bapak Menteri Sosial R.I yaitu Bapak H.M.S.Mintaredja

S.H

Kantor Dinas Sosial Kabupaten Enrekang sebagai salah satu

perangkat daerah (SKPD) wajib membantu bupati Enrekang dalam hal

penyelenggaraan pemerintah dalam urusan wajib sosial, untuk

merealisasikan pencapaian tujuan sebagaimana ditetapkan dalam rencana

pembangunan jangka menengah daerah Kabupaten Enrekang menuju

pencapaian tujuan kesejahteraan sosial.

Sejalan dengan hal tersebut, maka eksistensi Dinas Sosial Kabupaten

Enrekang leading sektor ”pembangunan bidang sosial kependudukan, tenaga

kerja dan transmigrasi Kabupaten Enrekang berupaya untuk melaksanakan

program sesuai daerah.

Page 64: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

48

Isu penting dalam penyelenggaraan sosial tenaga kerja dan

transmigrasi lima tahun kedepan di daerah ini dapat di repleksikan dari visi

pembangunan jangka menegah kabupaten Enrekang yaitu mewujudkan

kabupaten Enrekang sebagai kabupaten agropolitan yang mandiri dan

berkelanjutan pada tahun 2014.

Kabupaten Enrekang dalam melaksanakan pembangunan

kesejahteraan social merupakan tugas dan tanggung jawab Dinas Sosial,

tenaga kerja dan transmigrasi Kabupaten Enrekang. Tentu saja masyarakat

menginginkan agar kinerja aparat Dinas Sosial, tenagakerja dan transmigrasi

Kabupaten Enrekang menghasilkan pembangunan kesejahteraan social yang

merata, terutama harapan masyarakat penyandang masalah sosial tentang

peningkatan kesejahteraan hidup mereka.

Masalah sosial seperti remaja penyandang masalah sosial memang

tidak dapat ditangani sepenuhnya tetapi dengan memaksimalkan kinerja

Dinas Sosial, tenaga kerja dan transmigrasi Kabupaten Enrekang diharapkan

dapat menyelesaikan masalah sosial tersebut, namun kenyataannya kinerja

sosial,tenaga kerja dan transmigrasi Kabupaten Enrekang masih menyimpan

banyak permasalahan seperti masalah sosial yang membutuhkan perhatian

cukup serius, kemudian aparat kinerja para aparat pemerintah yang masih

perlu dikembangkan agar penanganan masalah sosial dapat lebih maksimal

Bentuk tolak dari pemikiran tersebut diatas, Dinas Sosial menetapkan

rencana strategis tahun 2009-2013 yang berisi visi, misi serta pencapaian

tujuan dengan melalui kebijakan program yang tetap memperhitungkan

potensi dan kendala serta mengantisipasi tuntutan perkembangan masa

depan

Page 65: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

49

Dinas Sosial kabupaten Enrekang yang sebelumnya hanya

merupakan kantor kesejahteraan sosial, sehingga dalam penyampaian

evaluasi pada kesempatan hanya berkisar program dan kegiatan yang

dilaksanakan Dinas Sosial tahun anggaran 2013

Program kegiatan Dinas Sosial tahun anggaran 2013 dapat dikatakan

bahwa semua dapat terlaksana dengan kriteria sangat baik sesuai dengan

yang telah direncanakan seperti pemberdayaan sosial dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial

(PMKS) Komunitas Adat Terpencil (KAT) Penyandang cacat, anak terlantar,

lanjut usia dan kelompok rentan lainnya, dalam mengelola usaha produktif

yang dikelola dengan sistem pengembangan kelompok usaha (KUBES)

Di samping itu juga pemberdayaan potensi sumber kesejahteraan

sosial (PSKS) TKSK Tenaga Kerja Sosial Kecamatan dalam bentuk

kelembagaan, kemampuan bagi organisasi sosial, diharapkan mampu

mencapai peningkatan professional manajemen pelayanan terhadap

penyandang masalah kesejahteraan sosial serta menjalin hubungan sosial

dalam peningkatan sarana dan prasarana pelayanan terhadap penduduk

miskin panti, jompo, anak terlantar, orang terpinggirkan penyandang masalah

kesejahteraan sosial lainnya.

Pelaksanaan program kegiatan Dinas Sosial Tenaga kerja dan

Transmigrasi Kabupaten Enrekang di masa yang akan datang akan

mengadakan penyesuaian dengan program kantor kesejahteraan sosial yang

lalu, walaupun masih terjadi masalah pengusulan program kegiatan. Untuk itu

Dinas Sosial Tenaga Kerja dan transmigrasi dalam hal ini sebagai

Page 66: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

50

pelaksanaan secara review rancangan kinerja pelaksanaan kegiatan dinas

sosial tenaga kerja dan transmigrasi tahun lalu 2013.

Meningkatnya permasalahan sosial seperti pengangguran,

kemiskinan, permasalahan keluarga, terlantar, ketunaan sosial, kecacatan,

korban napza, HIV/AIDS Dan bencana. Sebagai dampak kemajuan IPTEK

dan globalisasi dari satu sisi lain terbatasnya kemampuan pemerintah serta

terbatasnya modal kerja yang dimiliki dinas sosial tenaga kerja dan

transmigrasi kabupaten Enrekang seperti dana, tenaga, sarana dan prasaran,

organisasi dan kelembagaan adalah merupakan permasalahan mendasar

dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Dari data analisis

Verifikasi oleh kelompok Dasa Wisma ( ibu PKK) pada tahun 2010 telah

tercatat 8.111 rumah tangga miskin kategori penduduk penyandang keluarga

miskin 31,85% dari data statistik sebelumnya. Dan diadakan pendataan ulang

oleh kelompok asa Wisma (ibu PKK) yang menghasilkan data sebanyak

5.832 RTM pada tahun 2012 sampai sekarang.

Besarnya permasalahan kesejahteraan sosial seperti kemiskinan,

komunitas adat terpencil (KAT), Penyandang cacat, lanjut usia, anak

terlantar, wanita rawan sosial ekonomi, korban bencana alam, lingkungan

kumuh dan lain-lain. Menunjukkan bahwa pemberian otonomi tersebut tidak

sepenuhnya berjalan dengan mulus karena masih sering ditemui adanya

akses negatif yang mengakibatkan terjadinya hambatan dalam pelaksanaan

pembangunan di bidang kesejahteraan sosial.

1. Rendahnya profesionalisme manajemen terhadap penyandang masalah

kesejahteraan sosial dan ketenagakerjaan dengan penekanan profesi

metode kesejahteraan sosial dan metode lainnya

Page 67: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

51

2. Kurangnya pemberdayaan sosial dalam rangka meningkatkan kualitas

hidup penyandang masalah kesejahteraan sosial keluarga miskin,

komunitas adat terpencil (KAT), penyandang cacat, anak terlantar, lanjut

usia, kelompok rentan lainnya, dalam pengelolaan usaha ekonomi

produktif ( UEP) yang dikelola dengan sistem pengembangan kelompok

usaha bersama (KUBE)

3. Terbatasnya sarana prasarana pelayanan seperti panti sosial

4. Belum adanya sistem perlindungan dan jaminan kesejahteraan sosial

yang terintegrasi

5. Belum maksimal pembinaan potensi sumber kesejahteraan sosial

menangani masalah kesejahteraan sosial secara professional

6. Kecenderungan pembangunan lebih menekan kepada pembangunan fisik

ketimbang pembangunan non fisik termasuk pembangunan SDM

penyandang masalah kesejahteraan sosial

7. Melemahnya sosial capital yaitu modal masyarakat nilai-nilai sosial dan

norma-norma informal seperti sistem gotong royong, tolong menolang,

kejujuran, kesetiaan kawanan sosial dalam tanggung jawab sosial ditelan

oleh proses modernisasi akibat kemajuan IFTEK dan era globalisasi

8. Ilmu pengetahuan teknologi, globalisasi dan arus refarasi yang

berdampak terhadap munculnya permasalahan, narkoba, HIP/AIDS dan

pergeseran nilai-nilai masyarakat

9. Kecenderungan pemerintah daerah lebih memproritaskan pembangunan

fisik ketimbang pembangunan non fisik

10. Potensi sumber kesejahteraan sosial (PSKS) di berdayakan secara

maksimal

Page 68: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

52

3. Visi Dan Misi

a. Visi

Terwujudnya masyarakat kreatif yang inovatif membangun

kesejahteraan sosial serta meningkatkan kualitas ketenagakerjaan

dan transmigrasi menuju Enrekang yang maju, aman dan sejahtera

b. Misi

1) Meningkatnya pembangunan kesejahteraan sosial

2) Mengembangkan kemitraan, perguruan tinggi, komunitas lokal,

LSM, dan komponen lainnya dalam membangun kesejahteraan

sosial

3) Peningkatan pengembangan profesi pekerja sosial

4) Peningkatan pemberdayaan terhadap karang taruna

5) Peningkatan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial,

ketenagakerjaan dan transmigrasi

6) Perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pelayanan

penempatan tenaga kerja serta penguatan informasi pasar kerja

dan bursa kerja

7) Peningkatan kompetensi keterampilan dan produktivitas tenaga

kerja dan masyarakat transmigrasi

8) Peningkatan pembinaan hubungan industrial serta perlindungan

sosial tenaga kerja transmigrasi

9) Percepatan dan pemerataan pembangunan wilayah

10) Peningkatan pengawasan ketenagakerjaan

Page 69: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

53

11) Pengembangan pola koordinasi dengan dinas/badan instansi

terkait dengan pembangunan sosial, ketenagakerjaan dan

transmigrasi

4. Struktur Organisasi

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Dinas Sosial Kabupaten

Enrekang sebagaimana Peraturan daerah Kabupaten Enrekang Nomor 6

Tahun 2008 Tentang pembentukan, susunan Organisasi dan Tata Kerja

Badan Sosial memiliki sumber daya aparatur berjumlah 17 orang yang

terdiri dari pejabat struktural dibantu beberapa staf sebanyak 6 orang dan

tenaga kontrak/ tenaga sukarela sebanyak 20 orang.

Page 70: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

54

Gambar 2.2 struktur organisasi

KABID REHABILITAS SOSIAL SUKMAWATI MUSTAFA T, SE

NIP : 19651231 199003 1 098

KABID PEMBERDAYAAN SOSIAL Dra. NIAR

NIP : 19621231 199003 2 043

KABID PENANGANAN FAKIR MISKIN & INFORMATIKA DATA HJ. RAHMAWATI, S.Pd

NIP : 19671231 199203 2 051

KEPALA DINAS M.ZULKARNAIN KARA, AP,M.Si NIP : 19740429 199311 1 002

SEKRETARIS

SUKMA, S.Pd, M.Si NIP : 19630817 198602 1 012

19

KASUBAG UMUM & KEPEG MUHTAR JANNA, S.Pd, M.A.P NIP : 19740816 200212 1 007

KASUBAG PERENCANAAN A.SULTAN MATAKALI, SE

NIP : 19791231 200604 1 045 045

KASUBAG KEUANGAN HAMIDA BOKKO, S.Sos,M.A.P NIP : 19681206 199803 2 007

KABID PERLINDUNGAN JAMSOS H.DULMAN, S.Pd, MM

NIP : 19730413 199303 1 006

KASI JAMINAN SOSAL KELUARGA RUSI, S.Pd

NIP : 19651231 198602 1 055

KASI LINSOS KORBAN BENCANA ALAM DAN BENCANA SOSIAL

SYAMSIAR, ST,M.A.P

NIP : 19790527 201101 2 009

KASI REHSOS ANAK PENYANDANG DISABILITAS DAN REHSOS LANSIA

M. DARMAN, S.Kom NIP : 19790527 201001 1 011

KASI REHABILITAS TUNA SOSIAL KORBAN PERDAG & PENYALAHGUN NAPZA

HJ.JUMRIATI, S.SOS NIP : 19661231 198703 2 078

KASI PEMBERDSOSIAL

PERORANGAN KELUARGA

KELEMBAGAAN SERTA PENGEL SDBS

HJ.JARMANI, S.Pd

KASI KEPAHLAWANAN KEPERINTISAN KESETIAKAWANAN

DAN RESTORASI SOSIAL ABD.JALAL ISHAK, S.Pd

NIP : 19630525198602 1 009

KASI PENANGANAN FAKIR MISKIN PEREKOTAAN & PEDESAAN

ACHMAD FADHIL HIDAYAT. SST

KASI PENGELOLAAN DAN INFORMATIKA DATA

MUNAWIR DERING, S.IP NIP : 19810316 200201 1001

Page 71: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

55

Tugas dan tanggung jawab

1. Kepala Dinas

Dinas Sosial dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berkedudukan di

bawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui Sekretaris daerah

yang mempunyai tugas membantu bupati dalam melaksanakan urusan

pemerintah dibidang sosial

2. Sekretaris

Sekretaris dipimpin oleh seorang sekretaris berkedudukan di bawah dan

bertanggung jawab kepada kepala dinas dan mempunyai tugas

membantu kepada dinas menyiapkan bahan dalam rangka

penyelenggaraan dan koordinasi pelaksanaan sub bagian umum dan

kepegawaian, perencanaan dan keuangan dan fungsional kepada semua

unsur dalam lingkup dinas sosial

3. Sub bagian umum dan kepegawaian

Sub bagian umum dan kepegawaian dipimpin oleh seorang kepala sub

bagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada sekretaris

dalam menyelenggarakan ketatausahaan, rumah tangga dan

perlengkapan serta pengelolaan administrasi kepegawaian

4. Sub bagian perencanaan

Sub bagian perencanaan dipimpin oleh seorang kepala

bertanggungjawab kepada sekretaris dan mempunyai tugas pokok

melaksanakan perencanaan, pengendalian data, pembinaan evaluasi

program/kegiatan dinas

5. Sub bagian keuangan

Page 72: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

56

Sub bagian keuangan dipimpin oleh seorang kepala sub bagian yang

berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada sekretaris dan

mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan administrasi keuangan

serta merumuskan dokumen pelaksanaan anggaran (dpa) dinas,

melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas di sub

bagian serta membuat laporan secara berkala

6. Kabid perlindungan jamsos

Bidang perlindungan dan jasmani dipimpin oleh seorang kepala bidang

yang mempunyai tugas pokok membantu kepala dinas dalam

melaksanakan kegiatan di bidang perlindungan dan jasmani sosial

7. Kabid rehabilitasi sosial

Bidang rehabilitasi sosial dipimpin oleh seorang kepala bidang yang

mempunyai tugas pokok membantu kepala dinas sosial dalam

melaksanakan kegiatan dibidang rehabilitasi sosial serta

menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan sosial

8. Kabid pemberdayaan sosial

Bidang pemberdayaan sosial dipimpin oleh seorang kepala bidang

mempunyai tugas pokok membantu kepala dinas dalam melaksanakan,

merencanakan operasionalisasi, memberi tugas, memberi petunjuk,

menyediakan, mengatur, mengevaluasi, dan melaporkan

penyelenggaraan tugas bidang pemberdayaan sosial

9. Kabid penanganan fakir miskin dan informatika data

Kabid penanganan fakir miskin dan informatika data dipimpin oleh

seorang kepala bidang yang mempunyai tugas pokok membantu kepala

Page 73: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

57

dinas dalam melaksanakan, pembinaan dan mengkoordinir kepala seksi

dilingkup bidang penanganan fakir miskin dan informatika data

10. Kepala seksi jaminan sosial keluarga

Seksi jaminan sosial keluarga dipimpin oleh kepala seksi yang

mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam melaksanakan

kegiatan pembinaan dan bimbingan dibidang jaminan sosial keluarga

11. Seksi rehabilitasi anak penyandang di sabilitas dan rehabilitasi sosial

lanjut usia

Seksi rehabilitasi anak penyandang disabilitasi dan rehabilitasi sosial

lanjut usia dipimpin oleh seorang kepala seksi yang mempunyai tugas

membantu kepala bidang dalam melaksanakan pembinaan dan

bimbingan dibidang rehabilitasi sosial anak, penyandang di sabilitasi dan

rehabilitasi sosial lanjut usia

12. Seksi pemberdayaan sosial perorangan, keluarga dan kelembagaan serta

pengelolaan sumber daya bantuan sosial

Seksi pemberdayaan sosial perorangan, keluarga dan kelembagaan serta

pengelolaan sumber daya bantuan sosial dipimpin oleh seorang kepala

seksi yang mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam

merencanakan, melaksanakan, kegiatan, memberi petunjuk, memberi

tugas, membimbing, memeriksa/mengecek dan membuat laporan tugas

seksi pemberdayaan sosial perorangan, keluarga dan kelembagaan serta

pengelolaan sumber dana bantuan sosial

13. Seksi penanganan fakir miskin perkotaan dan fakir miskin pedesaan

Seksi penanganan fakir miskin perkotaan dan fakir miskin pedesaan

dipimpin oleh seorang kepala seksi yang mempunyai tugas membantu

Page 74: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

58

kepala bidang dalam merencanakan, melaksanakan pembinaan dan

bimbingan di bidang penanganan fakir miskin perkotaan dan pedesaan

14. Seksi perlindungan sosial korban bencana alam dan korban bencana

sosial

Seksi perlindungan sosial korban bencana alam dan korban bencana

sosial dipimpin oleh kepala seksi yang mempunyai tugas membantu

kepala bidang perlindungan dan jaminan sosial dalam melaksanakan

pembinaan dan bimbingan di bidang perlindungan sosial korban bencana

alam dan bantuan sosial

15. Seksi rehabilitasi tuna sosial korban perdagangan orang dan

penyalahgunaan napza

Seksi rehabilitasi tuna sosial korban perdagangan orang dan penyala

gunaan napza dipimpin oleh kepala seksi yang mempunyai tugas

membantu kepala bidang dalam melaksanakan pembinaan dan

bimbingan di bidang rehabilitasi tuna sosial korban perdagangan dan

penyalah gunaan napza

16. Seksi kepahlawanan keperintisan kesetiakawanan dan restorasi sosial

Seksi kepahlawanan keperintisan kesetiakawanan dan restorasi sosial

dipimpin oleh kepala seksi yang mempunyai tugas membantu kepala

bidang dalam merencanakan, melaksanakan kegiatan, memberi petunjuk,

memberi tugas, membimbing, memeriksa/mengecek dan membuat

laporan tugas seksi kepahlawanan keperintisan kesetiakawanan dan

restorasi sosial

17. Seksi pengelolaan data informasi

Page 75: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

59

Seksi pengelolaan data informasi dipimpin oleh kepala seksi yang

mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam merencanakan

melaksanakan pembinaan dan bimbingan di bidang penanganan

informasi data program

B. Deskripsi fokus dan dimensi penelitian

1. Peran Dinas Sosial Dalam Pembinaan Anak Putus Sekolah

Beberapa fenomena menarik perhatian dalam pembahasan

kesejahteraan sosial yakni anak putus sekolah. Bagaimana anak yang

diharapkan menjadi agen perubahan dimasa mendatang, harus

bertempur untuk mencukupi kebutuhan hidup. Oleh sebab itu pembinaan

harusnya dilakukan sedini mungkin supaya pembangunan bangsa dan

negara bisa mencapai batas maksimal. Peranan dinas sosial sangat

berpengaruh penting terhadap anak-anak putus sekolah di Kabupaten

Enrekang. Keberadaan organisasi pemerintah ini membawa manfaat

besar terutama pada anak putus sekolah itu sendiri. Dengan ini mata

rantai kebodohan dapat diputus, serta dapat menumbuhkan motivasi

serta semangat terhadap anak jalanan untuk menjadi anak yang berguna

bagi bangsa dan negara.

Pembinaan diharapkan dapat membangun karakter mental, sikap

yang kuat terhadap anak putus sekolah. Agar nantinya mereka tidak

putus semangat terus maju ke depan dan bisa menggapai cita-cita sesuai

yang diharapkan. Melalui berbagai program kegiatan yang ada di dinas

sosial dapat di rasakan manfaatnya yang diperoleh dan nantinya berguna

dimasa depan.

Page 76: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

60

Proses pembinaan kegiatan ini terdiri dari

a. Bimbingan mental

Terutama yang meliputi bidang mental, spritual, budi

pekerti, baik secara individual maupun sosial atau kelompok dan

penyampaian motivasi diri untuk membentuk pembiasaan perilaku

dan kepribadian sesuai dengan nilai, norma dan peraturan yang

berlaku. Seperti yang dikutip berdasarkan hasil wawancara

dengan bapak Zulkarnain zara kepada peneliti bahwa

“Orang tua sering kali tidak menyadari akan adanya sikap yang berlebihan kepada anak, sebagai contoh anak yang marah dibiarkan begitu saja oleh orang tuanya justru anak membuat anak terbiasa anak sikap tersebut, kebiasaan ini tentu saja berpengaruh pada kesehatan mental mereka”(wawancara pada tanggal 10 Agustus 2020)

Pembinaan diharapkan membangun karakter, mental,

sikap yang kuat terhadap anak putus sekolah. Agar nantinya

mereka tidak putus semangat terus maju ke depan dan bisa

menggapai cita-cita sesuai yang diharapkan.

b. Pembekalan anak dengan nilai-nilai riligius

Salah satu pembinaan yang dilakukan dinas sosial adalah

memberi bekal dan menanamkan nilai-nilai religius di dalam fikiran

anak-anak, yakni selain memberikan pengetahuan mengenai

agama islam juga diberikan pemberian pengetahuan dalam akidah

akhlak, ibadah muamalah, sejarah islam, membaca al quran,

hafalan ayat-ayat al-quran dilanjutkan menerapkan nilai-nilai

agama dikehidupan sehari-hari. Hal tersebut tentu saja dilakukan

karena setiap insan manusia butuh tuhan dan allah, serta supaya

Page 77: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

61

anak-anak mempunyai bekal pengetahuan tentang ajaran agama

yang fungsinya sebagai bekal amalan dalam hidupnya dalam

proses pembinaan tentunya dalam hal keagamaan sendiri tidaklah

mudah, perlu adanya kesabaran pada diri pembina masing-

masing, mengingat proses penangkapan otak anak-anak yang

berbeda, mengingat pembinaan di ibaratkan seperti merawat

tanaman, seperti yang dikutip berdasarkan hasil wawancara

dengan Bapak sukma jika kita serius dalam perawatan, maka hasil

rawatan kita akan cantik dan bagus hasilnya

“Untuk perkembangan anak di sini seperti ibarat merawat tanaman, kalau kita merawat tanaman kita harus memupuk, menyiram dan rawat. Pasti ada yang tumbuh dengan baik ada juga yang jelek itu seperti anak-anak disini, semua tidak bisa sama tapi kita tetap harus berusaha

”Terkadang juga sikap tegas harus dilakukan ketika ada

penolakan atau ketidak patuhan dari aturan yang dibuat seperti klasik, yaitu malas. Kewajiban sholat subuh pagi bagi seorang muslim, dirasa hal berat bagi anak-anak sehingga harus ada sedikit pemaksaan yang harus dilakukan agar ketentuan peraturan tersebut dapat terlaksana dengan semestinya”. (wawancara pada 10 agustus 2020)

Terkadang juga sikap tegas harus dilakukan tatkala ada

penolakan dari aturan seperti kewajiban shalat pagi bagi seorang

muslim. Seperti yang dikutip berdasarkan wawancara dengan

bapak Sukma

“Kalau permasalahan di bidang agama sering diwaktu shalat terutama subuh, jika satu dua atau tiga di guga masih belum melaksanakan, yaa kita arahkan. Hal ini kenapa dilakukan, harapannya menjadi anak yang sholeh yang nantinya dapat diterima masyarakat

Terkait dengan ilmu pengetahuan anak yang diajarkan dalam

pembinaan anak putus sekolah lebih memfokuskan pada praktek.

Page 78: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

62

Seperti pembiasaan kewajiban. Itu semua merupakan strategi

yang dilakukan untuk membentuk perilaku anak. Sehingga jika

anak terbiasa berperilaku baik maka terbentuk perilaku baik

tersebut. Jadi pemberian ilmu pengetahuan agama dalam

pembinaan anak putus sekolah diharapkan tidak hanya

menjadikan anak putus sekolah pintar akan tetapi menjadikan

anak mempunyai moral dan perilaku selayaknya harapan

masyarakat.

c. Penanaman kedisiplinan dan kemandirian

Terkait dengan penanaman kedisiplinan dan kemandirian,

berangkat mengenai gambaran awal anak putus sekolah yang

masih tergolong liar. Penanaman kedisiplinan dan kemandirian di

fokuskan kepada masing-masing diri anak, dengan tujuan

nantinya jadwal kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Dan jika

dalam pelaksanaan pembinaan masih ada anak yang dapat

dikatakan sulit di nasehati akan ada penanganan khusus yang

dilakukan. Seperti apa yang di kutip bapak Sukma saat

diwawancarai oleh peneliti.

“Saya sendiri dari pembina disiplin, perilaku (karakter) dan juga pelatih yang selalu fokus pada prosedur yang sifatnya kepada ketertiban, kerapian. Kan gambaran anak-anak ini berasal dari jalanan yang sifatnya bebas dan kurangnya pengawasan sehingga mereka mengerti tatanan kemandirian. Saya dan teman-teman ( tim) fungsinya memback up dari pendamping yang sering menemukan kendala atau masalah yang tidak diatasi. Kita juga memberikan instruksi yang agak extra kepada anak-anak yang istilanya ndablek lah, disitulah saya bermain peran memberikan kedisiplinan pada mereka bahwa mereka telah melakukan pelanggaran. Dan apabila mereka masih tidak ngerekan. Yah kita beri sanksi, sanksinya macam-macam sesuai pelangarannya. Untuk masalah-masalah yang sering anak-anak lakukan seperti berkelahi, bully seperti melakukan intimidasi anak-anak yang

Page 79: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

63

lemah untuk kasusu yang agak sedang, pertama pemberian teori, terus pemberian pengarahan, terus kita beri tindakan sanksi karena kalau anak-anak cuman diomongin tok, yaa gak bisa, tapi bukan kita sakitin ya. Untuk kasus yang ringan seperti tidak mau memakai sandal, kita suruh membersihkan kamar mandi, mengepel ruangan atau lari-lari yang sifatnya mendidik, ini fungsinya agar anak-anak tersebut menjadi pribadi yang baik sesuai dengan keinginan masyarakat”.(wawancara pada 10 agustus 2020)

Dari pernyataan bapak Sukma diatas sangat jelas dengan

menanamkan nilai disiplin dan mandiri kepada anak-anak putus

sekolah di Kabupaten Enrekang dilaksanakan secara terjadwal akan

sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan dan kemandirian itu

sendiri. Hal ini sangat terbukti ketika peneliti mengajak salah satu

anak putus sekolah ( adit ) ke kanti pada saat proses pembinaan,

anak tersebut tidak mau ikut dengan alasan takut menerima

konsekuensi karena nantinya dianggap melakukan pelanggaran.

kedisiplinan dan kemandirian yang diajarkan secara tegas

semata-mata hanya bersifat mendidik dan bukan untuk membuat

trauma. Dengan ini diharapkan penanaman kedisiplinan dan

kemandirian sejak masih dini diharapkan.

2. Faktor penyebab anak putus sekolah

Putus sekolah dipandang sebagai penghambat bagi anak untuk

berkembang secara maksimal dan memperoleh kesempatan untuk

berkembang dan memperoleh kesempatan untuk menuntut ilmu dan

keterampilan yang memadai. Putus sekolah dapat pula berdampak pada

hilangnya kesempatan bagi anak untuk memperoleh pekerjaan

Berdasarkan wawancara dengan responden sebelumnya diketahui faktor-

faktor yang menyebabkan putus sekolah di Kabupaten Enrekang yaitu faktor

Page 80: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

64

dari dalam diri anak dan keadaan ekonomi keluarga. Selanjutnya penelitian ini

penulis akan menganalisis faktor-faktor penyebab anak putus sekolah

1. faktor internal

a. Faktor malas atau kurangnya minat anak untuk sekolah

Penyebab anak putus sekolah bukan hanya disebabkan oleh latar

belakang orang tua, juga lemahnya ekonomi keluarga tetapi juga datang

dari dirinya sendiri yaitu kurangnya minat anak untuk bersekolah. Anak

usia wajib belajar semestinya menggebu-gebu ingin menuntut ilmu

pengetahuan namun karena sudah terpengaruh oleh lingkungan yang

kurang baik terhadap perkembangan pendidikan anak, sehingga minat

anak untuk bersekolah kurang mendapat perhatian sebagaimana

mestinya. Seperti yang dikutip Bapak usman bahwa

“Salah satu yang menyebabkan anak putus sekolah adalah anak kurang mendapat perhatian dari orang tua terutama tentang pendidikan, juga karena kurangnya orang-orang terpelajar sehingga mempengaruhi anak kebanyakan adalah orang yang tidak sekolah sehingga minat anak untuk sekolah sangat kurang( wawancara pada 11 Agustus 2020)

Selain itu tinggi rendahnya minat untuk meneruskan sekolahnya

juga dipengaruhi oleh prestasi belajar anak itu sendiri. Anak yang

berprestasi rendah tentu anak mempengaruhi cara belajar dari seorang

siswa

2. Faktor eksternal

a. Faktor ekonomi keluarga

Ekonomi orang tua yang rendah dapat mempengaruhi pendidikan

anak, ketidakmampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan

pendidikan bagi anaknya akan berdampak pada kelangsungan

pendidikan anak. Seperti yang dikutip Bapak Usman bahwa

Page 81: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

65

“Masih banyak orang tua yang tidak dapat membiayai sekolah anaknya, meskipun telah ada program pemerintah yaitu wajib belajar sembilan tahun,namun untuk membeli buku, seragam sekolah dll. Hal tersebut sangat membebani orang tua yang tingkat ekonominya rendah, sehingga terpaksa membiarkan anak mengalami putus sekolah karena tidak dapat membiayai anaknya”(wawancara pada 11 Agustus 2020)

b. Faktor keadaan lingkungan

Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak mereka

termasuk teman-teman anak di luar sekolah. Kondisi orang-orang di

desa atau di kota tempat tinggal juga memperingati perkembangan.

Lingkungan pergaulan anak di masyarakat berperan penting sebagai

pendukung keluarga dan sekolah termasuk peran pendidikan. Seperti

yang dikutip berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak usman bahwa

“Suasana lingkungan sebenarnya sangat mempengaruhi proses belajar mengajar bagi anak. Lingkungan yang tentram,nyaman,damai anak mempunyai pengaruh yang baik kepada anak. Dan sebaiknya lingkungan yang tidak nyaman, hingar bingar akan menimbulkan proses anak disekolah”(wawancara pada 11 Agustus 2020)

3. Faktor Penghambat dan pendukung Pembinaan di Kabupaten Enrekang

Dalam proses pembinaan anak putus sekolah di Kabupaten Enrekang

tidak terlepas dari adanya faktor pendukung dan penghambat dalam

pelaksanaan. Seperti dalam kehidupan problematika yang ditemui bukanlah

menjadi hal yang baru lagi, dan juga pasti ada dukungan yang membuat

sesuatu ini bisa dicapai. Berikut adalah faktor dukungan dan faktor

penghambat.

1. Penghambat

a. Mental yang lemah

Page 82: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

66

Penghambat yang pertama berasal dari anak-anak sendiri, rasa

takut mereka dalam ketegasan pembinaan di Kabupaten Enrekang

yang diungkapkan oleh bapak Darman saat diwawancarai oleh peneliti

“Kendala kalau kita beri sanksi terlalu tegas mereka akan kabur atau melarikan diri bisa juga mereka mengundurkan diri seperti pulang ke orang tua karena tidak terasa kalau terlalu kita push”.

Hal ini seperti membuat pr tersendiri, di mana pembinaan yang

terlalu tegas dapat membuat anak tidak nyaman, namun pembinaan

yang terlalu longgar juga seringkali dianggap mudah bagi anak-anak

dalam melakukan pelanggaran. Oleh sebab pembimbing dan pembina

perlu adanya tarik ulur mengenai kondisi pembinaan.

b. Adanya sifat malas

Untuk kendala berikutnya masih berangkat dari anak-anak

sendiri, untuk beradaptasi dalam hal baru memang merupakan

tantangan tersendiri bagi para anak putus sekolah. Kegiatan yang

berulang-ulang menjadikan anak-anak mengalami kejenuhan yang

berimbas pada kemalasan seperti keterangan Bapak darman

“Kalau permasalahan di bidang agama malasnya anak-anak itu, seringnya di waktu sholat dek terutama subuh,,jika satu dua dan tiga kali diguga masih belum bangun, ya tak siram atau ditakut-takuti ”.(wawancara pada 11 Agustus 2020)

Berdasarkan uraian diatas kemalasan merupakan fokus serius,

terlebih lagi kemalasan dalam bidang keagamaan. Dari sini perlu

adanya stimulasi agar semangat anak-anak di Kabupaten Enrekang

tetap terjaga, agar tidak menghambat proses pembinaan.

c. Belum terbiasa menerima sesuatu hal yang baru

Penghambat ketiga berasal dari anak-anak sendiri, untuk

melatih kebiasaan atau hal baru yang diterapkan di Kabupaten

Page 83: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

67

Enrekang dalam pembinaan. Dinas sosial perlu mengkaji ulang

berbagi hal baru yang nantinya diberikan kepada anak-anak, akan

tetapi harus juga ada sikap tegas dan konsekuensi bersama lahirnya

hal baru tersebut. Jika ada pelanggaran yang dirasa tidak bisa diterima

maka sanksi juga harus diberikan sesuai dengan apa yang

disampaikan Ibu Sitti Rahma saat bersama peneliti:

“Seperti antusias anak-anak terhadap sesuatu yang baru. Ada juga yang sampai dikeluarkan seperti andi 16 tahun, beberapa kasus yang dilakukan ia melawan pembimbing, terus menjadi penadah barang curian, disini juga kita memberi peringatan berkali-kali tapi tetap tidak bisa. Ya sudah terpaksa kami lepas saja. Kita serahkan ke orang tuanya dan kita beri tahu orang tuanya bahwa andi sudah tidak bisa mengikuti aturan”(wawancara tanggal 10 agustus)

Berdasarkan uraian diatas semua harus ada konsekuensi,

bagaimanapun peraturan yang sudah ada haruslah dipatuhi. Sulit

memang menerima hal-hal baru di dalam diri, apalagi untuk anak

putus sekolah. Butuh namanya kesabaran dalam proses pembinaan

tapi tidak serta merta meninggalkan peraturan yang dibuat. Dan jika

pengulangan kesalahan sudah melebihi batas maksimum terpaksa

haruslah ada tindakan lebih

2. Pendukung

a. Keinginan untuk berubah

Kesadaran ingin berubah agar bermanfaat bagi diri sendiri dan

orang lain adalah kunci utama perubahan didalam pembinaan di

kabupaten enrekang seperti yang dikutip dalam bapak usman dalam

wawancara bersama peneliti:

“Perubahan itu yang pertama ya berasal dari diri sendiri” Anak-anak bisa memahami bahwa diri mereka adalah titik sentral perubahan itu sendiri. Oleh sebab itu perlu adanya intropeksi diri

Page 84: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

68

dan mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang dimiliki anak-anak di kabupaten enrekang”.(wawancara pada 11 Agustus 2020)

b. Tenaga pendidik yang memadai

Selain keinginan diri untuk berubah, adanya tenaga pendidik

yang memadai di Kabupaten Enrekang juga merupakan faktor penting

untuk mendukung pembinaan secara baik. Kelengkapan tenaga

pendidik mulai dari tenaga edukasi, pendamping anak asuh, sampai

pelatih pengembangan minat dan bakat. Merupakan bukti

kesungguhan dinas sosial dalam penyelesaian masalah kesejahteraan

sosial.

Selain mempunyai pendidik yang memadai beberapa keunikan

didapat oleh peneliti, yakni perbedaan strategi pendekatan oleh

beberapa pendidik seperti ibu Hilda yang melakukan dengan

kesabaran dan pengertian. Bapak Rendi melakukan pendekatan

dengan peran antagonis. Hal ini merupakan strategi oleh para tenaga

pendidik untuk melancarkan proses pembinaan di Kabupaten

Enrekang.

Page 85: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas yang telah dipaparkan, maka peneliti dapat

menyimpulkan ini sebagai berikut:

1. Dinas sosial yang berada DiKabupaten Enrekang ditugaskan untuk

melakukan pembinaan terhadap anak putus sekolah seperti pembinaan

berupa bimbingan mental, penanaman nilai religius, kedisiplinan,

kemandirian. Diharapkan setelah anak putus sekolah dituntas

melaksanakan pembinaan oleh dinas sosial, diharapkan dapat membentuk

pribadi yang berperilaku sosial yang baik, kreatif, tanggung jawab, mandiri

serta layak menjadi teladan dan sesuai dengan apa yang diharapkan

masyarakat pada umumnya.

2. Adapun faktor yang menyebabkan anak putus sekolah disebabkan karena

adanya faktor internal dan faktor eksternal di mana faktor internal itu

berasal dari anak itu sendiri atau kurangnya minat untuk belajar dan faktor

eksternal itu sendiri berasal dari faktor ekonomi keluarga dan keadaan

lingkungan

3. Beberapa penghambat yang dihadapi dinas sosial dalam pembinaan anak

putus sekolah adalah mental yang lemah, adanya sifat malas, belum

terbiasa menerima sesuatu hal yang baru. Ketiga penghambat tersebut

berasal dari anak-anak sendiri, untuk itu perlu adanya selalu sikap ekstra,

keseriusan, dan evaluasi dalam pembinaan anak putus sekolah

Page 86: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

67

B. Saran

Adapun beberapa masukan yang peneliti berikan untuk Dinas Sosial,

anak putus sekolah, orang tua dan masyarakat terkait mengenai pembinaan

anak putus sekolah sebagai berikut:

1. Dinas Sosial

Diharapkan selalu aktif dalam melakukan pembinaan bagi anak-anak

putus sekolah, pantang menyerah walaupun banyak kendala yang

dihadapi. Selalu memberikan evaluasi program baru untuk melakukan

perubahan dan menyambung relasi lebih banyak lagi agar lebih

mudah akses berkegiatan untuk anak-anak putus sekolah

2. Anak-anak putus sekolah

Harus selalu bersemangat dalam menjalankan program pembinaan

DiKabupaten Enrekang, aktif dan disiplin mengenai waktu dan kegiatan

agar lancar sesuai planning. Jadikan sebagai rumah sendiri agar

terasa nyaman, karena bila kita nyaman dan senang, niscaya akan

mudah untuk melakukan itu

3. Orang tua

Hendaknya orang tua memperhatikan kebutuhan anak-anaknya jangan

sampai karena diri anak terlantar, anak adalah rezeki dari Allah swt

yang harus dijaga dan dirawat dengan sebaik-baiknya dan dukungan

orang tua menjadi kunci kesuksesan dari anak-anaknya

Page 87: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

67

Page 88: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

68

DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Budaya Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta, Balai

Pustaka, 1990) Departemen Sosial Pedoman Umum Penanganan Anak Yang Memerlukan

Perlindungan Khusus (AMPK) Melalui Panti Sosial Anak (Jakarta Depsos RI, 2007)

Departemen Sosial R, Pedoman Pelaksanaan Dan Rehabilitasi, Sosial Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Dipanti Sosial (Jakarta : Departemen Sosial RI ,2006)

Dessler 2016. Human Behanion, Inproving Performance At Word. Virgia. Restor Publishing Compony.http://scholar.unand.ac.id/ideprint/5281

Hasibuan 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cef,Delapan Belas. Remaja Rosdakarya

Helmawati. 2016. Pendidik Sebagai Model. Bandung, Pt Remaja Rosadakarya http://dx.doi.org/10.2491/jk.2127 Imron,A. 2015. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta : Bumi

Aksara. Jessica.2015 International Journal Of Qualitative Studies In Educatioan. Kurniawan. 2017. Pendidikan Karakter Konsep Dan Impementasi Secara

Terpadu Di Lingkungan Keluarga,Sekolah,Perguruan Tinggi Dan Masyarakat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Mahardi,O.K (2018), Peran Dinas Sosial Dalam Pembinaan Anak Jalanan Dan Anak Putus Sekolah (Studi Kasus Di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kampung Anak Negeri Kelurahan Wonorejo Kecamatan

Page 89: PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK PUTUS …

69

Rungkut Kota Surabaya), Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

Majid,N. 2017. Lembaran masyarakat : jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 3 (1), 41-55.

Marzuki. 2015. Pendidikan Karakter Islam, Jakarta : Amzah. H 95.http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id.

Mujahidin,W.S. 2019” Pengaruh Motivasi Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Siswa, Studi Kasus Di Mts Al-Azhar Tuwel” Jurnal Pendidikan Islam Vol.08 No,02.

Nana,S. 2016. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Pt Remaja Rosdakarya.

Purnama,D.T. 2015. Fenomena Anak Putus Sekolah Dan Faktor Penyebab Di Kota Pontianak. Jurnal Eksekutif.

Rosa, N.O (2020) Pengelolan Anak Putus Sekolah Melalui PKBM Pusat Kegiatan Belajar Mengajar Di Kecamatan Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu( Studi Kasus Pada Anak Tingkatan SD).Jurnal ilmu pemerintahan

Sarfa,W 2016, Analisis Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Di Kampung Wara Negeri Hative Kecil Kota Ambon. Jurnal Lainambon. Ac. Id.

Satriani, M (2016),Peran Dinas Sosial Dalam Pemeberdayaan Masyarakat Di Kabupaten Bintan Tahun 2014 (Studi Kasus Pengentasan Anak Putus Sekolah Kecamatan Gunung Kijang).

Siti,A. (2017).Peran Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Dalam Membina Masyarakat Putus Sekolah (Studi Kasus PKBM Bustanul Muslimin Desa Genting Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang).

Slameto. 2015. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Rineka Cipta. Jakarta

Sugianto. Scholaria : Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan 7 (2) H 178-187. 2017. SUMBER LAIN Sutrisno. 2016, Manajemen Sumber Daya: Kencana Prenada Media Group.

Jakarta Suyanto. 2016 Masalah Sosial Anak. Jakarta : Prenada Media Group. H 361. Undang- Undang Pendidikan No. 2 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidkan

Nasional Pasal 34 Ayat 1-3 Wardania (2020) Penyebab Anak Putus Sekolah Di Desa Tumbang Kaminting

Kecamatan Bukit Santuai