peran dinas kebudayaan dan pariwisata dalam …repository.ub.ac.id/6750/1/pradipta wiraloka.pdf ·...

85
PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM PENGEMBANGAN OBJEK WISATA (Studi Pada Pengembangan Objek Wisata Kayangan Api Oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro) SKRIPSI Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Pradipta Wiraloka 135030201111105 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS KONSENTRASI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA MALANG 2017

Upload: others

Post on 06-Dec-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM

PENGEMBANGAN OBJEK WISATA (Studi Pada Pengembangan Objek Wisata Kayangan Api Oleh Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana

Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Pradipta Wiraloka

135030201111105

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS

KONSENTRASI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

MALANG

2017

Page 2: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

TANDA PENGESAHAN SKRIPSI

Telah dipertahankan di depan majelis penguji skripsi, Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya, pada:

Hari : Senin

Tanggal : 18 September 2017

Jam : 08.00

Skripsi atas nama : Pradipta Wiraloka

Judul : Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dalam

Pengembangan Objek Wisata (Studi pada

Pengembangan Objek Wisata Kayangan Api oleh Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro)

dan dinyatakan

LULUS

MAJELIS PENGUJI

Ketua,

Drs. Mochammad Djudi Mukzam, M.Si

NIP. 19520607 198010 1 001

Anggota, Anggota,

Dr. M. Al Musadieq, MBA

NIP. 19580501 198403 1 001

Drs. M. Soe’oed Hakam, M.Si

NIP. 19490717 197903 1 002

Page 3: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan

saya dalam naskah ini tidak terdapat karya ilmiah yang diajukan oleh pihak lain

untuk mendapatkan suatu gelar atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain, kecuali secara tertulis dalam naskah ini dan disebut dalam sumber

kutipan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat

unsur-unsur jiplakan, saya bersedia skripsi ini digugurkan dan gelar akademik

yang telah saya peroleh (S-1) dibatalkan secara proses sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan

pasal 70).

Malang, 11 Agustus 2017

Pradipta Wiraloka

NIM. 135030201111105

Page 4: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

Daftar Riwayat Hidup

Data Pribadi

Nama : Pradipta Wiraloka

Tempat, Tanggal Lahir : Bojonegoro, 30 Juli 1995

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Soentoro, Ds. Sumberarum, Kab. Bojonegoro

No. Telp/Hp : 085746138881

Latar Belakang Pendidikan

2001 – 2007 SDN Negeri 1 Sumberarum

2007 – 2010 SMP Negeri 3 Bojonegoro

2010 – 2013 SMA Negeri 1 Dander

2013 – 2017 Universitas Brawijaya Malang

Pengalaman Organisasi

2011 – 2013 PSHT Rayon Sumberarum, Sebagai

Pelatih Rayon

2013 – 2015 Brawijaya Student From

Bojonegoro (BSB), Sebagai Anggota

2014 – 2015 PSHT Komisariat Brawijaya, Sebagai

Ketua Divisi Kepelatihan Luhur

Page 5: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

RINGKASAN

Pradipta Wiraloka, 2017, Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dalam

Pengembangan Objek Wisata (Studi pada Pengembangan Objek Wisata

Kayangan Api oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro),

Drs. Mochamad Djudi Mukzam, M.Si.94 halaman.

Majunya industri pariwisata dalam suatu daerah sangat bergantung

terhadap jumlah peningkatan dan pemanfaatan Daerah Tujuan Wisata (DTW),

sehingga dengan banyaknya wisatawan maka lokasi wisata akan berkembang

dengan baik, dan hal tersebut terjadi di Kabupaten Bojonegoro yang memiliki

potensi wisata. Salah satu objek wisata unggulan adalahKayangan Api. Kayangan

Api merupakan ikon Kabupaten Bojonegoro yang perlu dikembangkan. Maka dari

itu, diperlukan upaya-upaya dalam pengembangan objek wisata Kayangan Api

agar dapat meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi

pedoman wawancara, pedoman dokumentasi, alat rekam dan kamera.Validitas

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode triangulasi data. Teknik

analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif yang terdiri atas

empat komponen yaitu pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkanperan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Bojonegoro adalah melaksanakan penyusunan, pendataan,

perencanaan, pengkoordinasiaan kegiatan dan program kerja di bidang pariwisata.

Serta melaksanakan pembinaan, pengembangan objek wisata, pemberdayaan

usaha pariwisata, dan promosi pariwisata. Upaya ini dilakukan oleh Pemerintah

Daerah sehingga memberikan dukungan pengembangan potensi wisata di wilayah

obyek wisata Kayangan Api. Upaya pengembangan sarana dan prasarana

pariwisata sebagai upaya pemgembangan strategi pada prinsipnya berkaitan

dengan persoalan kebijakan pelaksanaan, penentuan tujuan yang hendak dicapai,

dan penentuan cara-cara atau metode penggunaan sarana-prasarana.Faktor

pendukung dan penghambat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Bojonegoro dalam Pengembangan Objek Wisata Kayangan Api dapat diketahui

bahwa faktor pendukung internal yaitu tersedianya SDM, kedua tersedianya akan

dana. Adapun yang menjadi faktor penghambat yaitu mengenai rendahya

sumberdaya manusia, terutama tenaga yang terampil dan profesional dalam hal

manajerial di bidang pariwisata.

Kata Kunci: Pengembangan Pariwisata, Kayangan Api, Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata

Page 6: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

SUMMARY

Pradipta Wiraloka, 2017, The Role of The Departement of Culture and

Tourism in Development of Tourism Object (Study on Development of

Kayangan Api Tourism Object by Department of Culture and Tourism of

Bojonegoro), Drs. Mochamad Djudi Mukzam, M.Si. 94 pages.

The development of tourism industry in an area is very dependent on the

increasing number and utilization of the Tourism Destination (DTW), so that with

the number of tourists the tourist location will develop well, and it happens in

Bojonegoro Regency which has tourism potential. One of the leading tourist

attraction is Kayangan Api. Kayangan Api is an icon of Bojonegoro Regency that

needs to be developed. Therefore, it is necessary efforts in the development of

attractions Kayangan Api in order to increase the interest of tourists to visit.

The research method used in this research is descriptive qualitative

research method. Data was collected by observation, interview, and

documentation. Research instruments used include interview guides,

documentation guides, recorder and camera. The validity of data used in this

research is data triangulation method. Data analysis technique used is an

interactive analysis technique consisting of four components of data collection,

data condensation, data presentation and drawing conclusions.

The results of this study indicate the role of the Department of Culture and

Tourism Bojonegoro Regency is implementing the preparation, data collection,

planning, coordinating activities and work programs in the field of tourism. As

well as carrying out coaching, tourism development, tourism business

empowerment, and tourism promotion. This effort is done by the Regional

Government so as to provide support for the development of tourism potential in

the area of attractions Kayangan Api. Efforts to develop tourism facilities and

infrastructures as a strategy development effort in principle related to

implementation policy issues, determining the objectives to be achieved, and

determining ways or methods of using facilities. The supporting and inhibiting

factors of Culture and Tourism Office of Bojonegoro Regency in Development of

Kayangan Api Tourism Objects can be seen that internal support factors are the

availability of human resources, the second is the availability of funds. As for the

inhibiting factor that is about the low human resources, especially skilled and

professional personnel in terms of managerial in the field of tourism.

Keywords: Tourism Development, Kayangan Api, Departement of Culture

and Tourism

Page 7: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, yang telah

meluapkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi yang berjudul Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dalam

Pengembangan Objek Wisata (Studi pada Pengembangan Objek Wisata

Kayangan Api oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Bojonegoro).

Skiripsi ini merupakan tugas akhir individu yang diajukan untuk

memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Bisnis pada

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.Penulis menyadari

bahwa penyusunan Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan

bantuan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, M.S, selaku dekan Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

2. Bapak Dr. Mochammad Al Musadieq, MBA, selaku Ketua Jurusan

Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

3. Mohammad Iqbal S.Sos, M.IB D.BA selaku Sekretaris Jurusan

Administras Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

4. Bapak Dr. Wilopo, MAB, selaku Ketua Program Studi Administrasi Bisnis

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

5. M. Kholid Mawardi, Ph.D selaku Sekretaris Program Studi Administrasi

Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

6. Bapak Drs. Mochammad Djudi, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi

yang telah memberikan kritikan, dukungan, dan saran dalam penyusunan

Skripsi penulis.

7. Seluruh Dosen Pengajar Administrasi Bisnis yang telah memberikan ilmu

yang bermanfaat bagi penulis.

Page 8: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

8. Pimpinan, staf dan karyawan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Bojonegoro yang telah memberikan ijin dan bantuan selama

penulis melakukan penelitian.

9. Kepada kedua orang tua saya Bapak Leksono Wahyudi, S.H. dan Ibu Siti

Rukmini terima kasih atas kasih sayang yang tiada henti,berikut saran,

fasilitas, segala bentuk dukungan baik moral maupun spiritual dan doa

yang selalu terpanjatkan untuk terselesaikannya penulisan skripsi.

10. Kepada kekasih tercinta Listiani Ria Anggarwati, A.Md.Keb. terima kasih

atas cinta dan kasih sayang yang luar biasa, serta dukungan dan doa yang

tiada henti untuk menyelesaikan Skripsi penulis.

11. Kepada sahabat-sahabat (Ari, Aris, Baihaqi, Candra, Dhani, Dimas, Ega,

Ezra, Fanizar, Fandy, Faris, Fial, Isyak, Joko, Katon, Melza, Putra, Rafi,

Tama) terima kasih untuk canda, tawa dan dukungan tiada henti sehingga

penulis selalu semangat untuk menyelesaikan Skripsi hingga selesai.

12. Seluruh teman-teman Administrasi Bisnis 2013 Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya. Terima kasih atas bantuan maupun

dukungan yang diberikan sehingga terselesaikan skripsi ini.

13. Serta semua pihak yang telah membantu terselesainya Skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebut satu persatu.

Demi kesempurnaan Skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Semoga Skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan

saran yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Harapan penulis agar Skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan

menambah wawasan serta pengetahuan khususnya mengenai Peran Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Dalam Pengembangan Objek Wisata.

Malang, 07 Juni 2017

Pradipta Wiraloka

Page 9: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ............................................................................................................. i

SUMMARY .................................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR..... ........................................................................................... iii

DAFTAR ISI.................................................................................................. ............. iv

DAFTAR TABEL............................................................................................... ....... v

DAFTAR GAMBAR................................................................... ............................... vi

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... .......... vii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8

D. Kontribusi Penelitian ............................................................................ 8

E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 11

A. Pengertian Peran................................................................................... 11

B. Pariwisata ............................................................................................. 12

1. Pengertian Pariwisata ....................................................................... 12

2. Pengertian Obyek Wisata ................................................................ 13

3. Jenis Pariwisata ................................................................................ 14

4. Peran Pariwisata ............................................................................... 16

C. Strategi Pengembangan Pariwisata ...................................................... 18

1. Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata .............................. 19

2. Pengembangan Sarana dan Prasarana ............................................ 19

3. Pemasaran dan Promosi Pariwisata ................................................ 21

4. Pengembangan Sumber Daya Manusia .......................................... 22

5. Tahapan Pengembangan Pariwisata ............................................... 23

D. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 25

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 26

A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 26

B. Fokus Penelitian ................................................................................... 26

C. Lokasi dan Situs Penelitian .................................................................. 27

D. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 30

F. Instrumen Penelitian............................................................................. 31

Page 10: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

G. Analisis Data ........................................................................................ 32

H. Keabsahan Data .................................................................................... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 38

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 38

1. Gambaran Umum Kabupaten Bojonegoro ..................................... 38

2. Potensi Wisata di Kabupaten Bojonegoro ..................................... 40

3. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro ........... 42

4. Kayangan Api................................................................................. 50

B. Data Fokus Penelitian .......................................................................... 52

C. Pembahasan .......................................................................................... 62

BAB V PENUTUP .................................................................................................. 69

A. Kesimpulan .......................................................................................... 69

B. Saran ..................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 95

Page 11: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Objek Wisata Rintisan Kabupaten Bojonegoro .............................................. 41

Tabel 2 Objek Wisata Unggulan Kabupaten Bojonegoro ............................................ 42

Page 12: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

DAFTAR GAMBAR

Gambar1 Siklus Kehidupan Pariwisata ........................................................................ 23

Gambar 2 Komponen Dalam Analisis Data ................................................................. 33

Gambar 3 Peta Wilayah Kabupaten Bojonegoro ......................................................... 39

Gambar 4 Bagan Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ................... 45

Page 13: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara ............................................................................... 72

Lampiran 2 Pedoman Dokumentasi ............................................................................. 73

Lampiran3 Hasil Wawancara ....................................................................................... 74

Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 85

Page 14: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pariwisata merupakan sektor yang memiliki potensi untuk

dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha untuk

memperbesar pendapatan asli daerah maka dalam program pengembangan dan

pendayagunan sumber daya dan potensi pariwisata di daerah dapat memberikan

sumbangan bagi pembangunan ekonomi dan suatusistem yang multikompleks,

denganberbagaiaspek yang salingterkaitdalam upaya pengembangan potensi

wisata (Pitana, I Gde&Gayatri, 2005).

Peningkatan jumlah wisatawan yang terus naik tidak terlepas dari

pengembangan pengelolaan wisata oleh daerah masing-masing. Terbentuk

kelompok ekowisata yang akan mengatur mengenai peran dan tugas anggota

dalam melakukan pelayanan terhadap wisatawan (Undang-undang No 10 Tahun

2009). Diharapkan dengan adanya kelompok ini, semua anggota masyarakat

mempunyai kesempatan yang sama dalam hal melayani pengunjung, sehingga

terjadi pemerataan pendapatan di antara anggota masyarakat tersebut.

Majunya industri pariwisata dalam suatu daerah sangat bergantung

terhadap jumlah peningkatan dan pemanfaatan Daerah Tujuan Wisata (DTW)

sehingga dengan banyaknya wisatawan maka lokasi wisata akan berkembang

dengan baik dan hal tersebut juga yang terjadi di Kabupaten Bojonegoro yang

memiliki potensi wisata. Kabupaten Bojonegoro memiliki beberapa lokasi yang

dapat dijadikan objek wisata.

Page 15: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

2

Struktur pemerintahan Kabupaten Bojonegoro, Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata memiliki tugas pokok dalam bidang pariwisata yang secara umum

yaitu menyusun rencana, kebijakan operasional, mengendalikan dan

menyelenggarakan kegiatan dalam bidang pariwisata yang meliputi

ketatausahaan, sarana pariwisata, obyek dan daya tarik wisata, promosi dan

pemasaran pariwisata. Visi dari dinas Pariwisata Bojonegoro yaitu“ Terwujudnya

Pembangunan yang berkualitas, ramah lingkungan, berwawasan budaya serta

melibatkan peran serta masyarakat secara luas”, dengan demikian upaya dalam

mengembangkan potensi pariwisata daerah tidak hanya dilakukan oleh pemerintah

tetapi partisipasi masyarakat juga sangat diperlukan.

Kabupaten Bojonegoro memiliki banyak potensi wisata yang khas, namun

masih banyak memiliki kelemahan. Bentuk-bentuk kelemahan yaitu terkait

dengan proses pengelolaan dan pengembangan obyek wisata yang terdapat di

Kabupaten Bojonegoro. Ada beberapa hal yang mendasar yang dianggap penting

untuk diperhatikan karena hal ini dapat mempengaruhi perkembangan objek

wisata: 1) masih kurangnya sarana dan prasarana penunjang kebutuhan berwisata

yang disediakan oleh dinas kebudayaan dan pariwisata 2) Masih rendahnya

pengawasan pelaksanaan aktivitaspariwisata 3) masih rendahnya pelayanan

kepada wisatawan yang berkunjung pada suatu daerah berkaitan dengan

meningkatnya orang-orang melakukan perjalanan wisata, baik domestik maupun

mancanegara. Kondisi ini menjadikan aktivitas operasional dalam pengelolaan

tempat wisata sehingga memberikan dukungan dalam proses pengelolaan potensi

wisata di Kabupaten Bojonegoro.

Page 16: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

3

Kurangnya kesadaran pariwisata yang dimiliki masyarakat menjadi salah

satu kelemahan yang sangat menonjol. Karena kurang sadarnya masyarakat akan

pariwisata tentu berdampak besar terhadap wisatawan yang mendapatkan

perlakuan langsung ataupun tidak langsung dari masyarakat. Sehingga timbul

keluhan dari parawisatawan yang tidak mendapatkan pelayanan yang memuaskan

dari masyarakat. Keluhan yang dilontarkan oleh wisatawan antara lain kurang

ramahnya para pelaku wisata seperti kusir andong dan tukang becak, pedagang

kaki lima yang tidak menjaga kebersihan lingkungan sekitar objek wisata

sehingga lingkungan terlihat kumuh dan kotor, tariff parkir yang terlalu mahal dan

tidak sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku, serta fasilitas umum

penunjang wisata yang kurang memadai. Fasilitas umum yang kurang memadai

dilihat dari belum tersedianya toilet umum yang memenuhi standard kelayakan

untuk wisatawan.

Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur

yang memiliki potensi tempat wisata alam maupun buatan, dimana potensi yang

dimiliki ini memberikan dukungan dalam peningkatan sumber pendapatan daerah.

Terdapat 8 (delapan) tempat wisata yang terdapat di Kabupaten Bojonegoro yaitu

Wisata Tirtawana Dander, Kayangan Api di Sendangharjo, Bendungan Gerak,

Agrowisata Belimbing, Waduk Pacal, Negeri Atas Angin, Kedung Maor, dan Air

Terjun Krondonan (dinbudpar.bojonegorokab.go.id). Salah satu tempat wisata

yang memiliki potensi yang besar dalam mendukung pendapatan daerah yaitu

Kayangan Api adalah salah satu obyek wisata yang sangat populer di Bojonegoro.

Page 17: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

4

Kayangan Api yang merupakan sumber api abadi yang tak pernah padam

sekalipun ini terletak di desa Sendangharjo, kecamatan Ngasem, sebuah desa yang

memiliki area hutan seluas 42,29% dari luas desa. Setiap bulannya wisata

Kayangan Api abadi Bojonegoro dikunjungi wisatawan sebanyak kurang lebih

berjumlah 2.000 orang dengan pendapatan Rp 16.915 juta.

Pariwisata di Kabupaten Bojonegoro, khususnya pada lokasi obyek wisata

Kayangan Api dapat berkembang cukup baik, bahkan beberapa kawasan dan

obyek pariwisata yang telah terkenal hingga ke mancanegara. Kawasan wisata

Kayangan Api yang memiliki api abadi dan tidak pernah padam ini menjadi daya

tarik para wisatawan lokal maupun mancanegara untuk melakukan kunjungan.

Semakin berkembangnya wisata Kayangan Api di Bojonegoro kini mulai menjadi

ikon wisata di Kabupaten Bojonegoro, sehingga dengan semakin

berkembangannya wisata Kayangan Api yang ada di Bojonegoro maka

Pemerintah dari Dinas Pariwisata melakukan pembangunan untuk pengembangan

lokasi.

Pembangunan harus dilakukan terencana dan terus menerus karena

kebutuhan masyarakat selalu meningkat dari waktu ke waktu. Pembangunan

pariwisata merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai

tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditentukan sebelumnya. Upaya-upaya

pembangunan tersebut antara lain daya tarik pariwisata, sarana dan prasarana

pariwisata, promosi pariwisata, dan sumber daya manusia.Pengelolaan objek

wisata harus memiliki beberapa aspek yang harus dikembangkan agar dapat

memberikan manfaat dan mengeluarkan potensi secara maksimal. Pengelolan

Page 18: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

5

objek wisata maka terdapat beberapa strategi pengelolaan dan pengembangan

guna memberdayakan masyarakat sekitar diantaranya; pengembangan obyek dan

daya tarik wisata, pengembanan ini dapat dilakukan dengan mengembangkan

objek wisata yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih,

pengembanan objek yang memiliki ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka,

yang tidak ada pada daerah lain, membangun aksesbilitas yang banyak untuk

dapat menjangkau obyek wisata di Kabupaten Bojonegoro.

Pengembangan lokasi wisata yang dilakukan untuk menaikkan jumlah

pengunjung dapat dilakukan dengan meningkatan jumlah sarana dan prasarana.

Sarana dalam kepariwisataan dilakukan dengan memberikan pelayanan kepada

wisatawan untuk metode pengembangan selanjutnya yang dilakukan dengan

melakukan pengembangan dalam pemasaran dan promosi. Metode pemasaran

yang merupakan proses dalam manajemen yang dilakukan oleh organisasi untuk

meningkatkan lokasi jumlah wisatawan yang akan datang kelokasi wisata dan

upaya selanjutnya yang dilakukan dengan pengembangan sumber daya manusia.

Apabila pengembangan objek wisata dan sumber daya manusia sekitar

objek wisata baik maka dapat dipastikan akan memberikan dampak positif bagi

kesejahteraan, ekonomi, dan pendidikan masyarakat sekitar. Adanya suatu

destinasi wisata adalah harus siap menerima dampak pariwisata yang terjadi baik

dari aspek sosial budaya maupun ekonomi. Diperlukan kerjasama antara

pemerintah daerah, investor, maupun masyarakat sekitar untuk meminimalkan

dampak pariwisata yang akan terjadi. Tantangan perkembangan zaman saat ini

maka dinas kebudayaan dan pariwisatan haruslah melakukan pengelolaan objek

Page 19: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

6

wisata yang dapat digunkan untuk meningkatan sumber daya manusia yang

profesional khusunya SDM disekitar objek wisata Kayangan Api Bojonegoro.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Bojonegoro antara lain adalah dengan melakukanpendekatan dan

sosialisasi sadar wisata terhadap beberapa paguyuban yangada di Kabupaten

Bojonegoro khusunya yang berhubungan dengan bidangkebudayaan dan

pariwisata seperti paguyuban pedagang kali lima di kawasanwisata, paguyuban

pengelola parkir, paguyuban becak dan paguyuban kusirandong. Hal tersebut

merupakan salah satu upaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Bojonegoro dalam rangka membina kesadaran wisata parapelaku wisata di

Kabupaten Bojonegorountuk mengelola objek wisata. Belum optimalnya

pengelolaan menjadikan adanya peningkatan keluhan yang masih dirasakan

olehwisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bojonegoro.

Berbagai upaya harus dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan

PariwisataKabupaten Bojonegoro sebagai pihak pemerintah yang

bertanggungjawab dalam bidang kebudayaan dan pariwisata untukmenciptakan

iklim yang kondusif dan partisipasi masyarakat yang aktifdalam rangka

pencapaian good tourism governance atau tata kelolakepariwisataan yang baik,

kondisi ini menjadikan aktivitas pengelolaan yang dilakukan sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan.

Hasil penelitian Muis (2016) dapat diketahui bahwafaktor pendukung yang

menjadikan aktivitas dalam pengelolaan tempat wisata yaitu adanya potensi alam,

potensi budaya, potensi manusia serta sistem informasi yang akurat, pengadaan dan

Page 20: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

7

pengawasan sarana prasarana dan adanya dukungan masyarakat sekitar mengenai

pengawasan keberadaan sarana prasarana di objek wisata. Faktor penghambatnya

berasal dari letak objek wisata yang sulit dijangkau, persepsi atau pandangan negatif,

kurangnya sistem informasi pariwisata, promosi wisata dilakukan tidak terarah dan

tidak fokus oleh faktor dana dan kurangnya kesadaran masyarakat, ketersediaan

sarana prasarana yang belum mencukupi dibeberapa obyek wisata serta kurangnya

pengadaan sarana prasarana pada objek wisata.

Hasil penelitian yang dilakukan Sri Puspa Nilam (2016), menjadikan hasil

penelitian menunjukkan bahwa peranan pemberian pembimbingan dan pembinaan

sudah di laksanakan sesuai dengan tugas dari dinas kebudayaan dan pariwisata,

peranan pemantau dan pengendali pelaksanaan pokoknya perencanaan program

yang dilaksanakan sebelum program itu di lakukan merupakan cara untuk

mengendalikan tugas pokok agar sesuai, peranan sebagai pelaksana kebijakan

teknis pengembangan seni budaya daerah dengan adanya kegiatan teknis yang

telah dilaksanakan sudah sesuai dengan penanganannya secara langsung selain itu

peranan melaksanakan penyuluhan pemasaran wisata masih belum maksimal

dalam hal promosi karena hanya di lakukan di daerah saja tidak secara global.

Tata kelola kepariwisataan yang baik merupakanharapan maupun cita-cita

dari seluruh pihak baik pemerintah, masyarakatmaupun swasta agar pariwisata di

Kabupaten Bojonegoro semakin maju danberkembang pesat.Berdasarkan latar

belakang ini, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Peran

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam Pengembangan Objek Wisata

(Studi pada Pengembangan Objek Wisata Kayangan Api oleh Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro)”

Page 21: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan

masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara pengembangan Objek Wisata Kayangan Api yang dilakukan

oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupateen Bojonegoro?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Bojonegoro dalam Pengembangan Objek Wisata Kayangan Api?

C. Tujuan Penelitian

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis cara pengembangan Objek Wisata

Kayangan Api yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Bojonegoro.

2. Mendeskripsikan dan menganalisis faktor pendukung dan penghambat Dinas

Kebudayaan dan pariwisata dalam pengembangan Objek Wisata Kayangan

Api Bojonegoro.

D. Kontribusi Penelitian

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan

antara lain:

1. Secara Akademis

Bagi Peneliti sendiri yaitu dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta

dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh

selama perkuliahan. Bagi peneliti selanjutnya yaitu sebagai bahan banding

Page 22: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

9

dan referensi yang bermanfaat apabila diperlukan bagi peneliti-peneliti lain

yang berminat dalam rangka mengadakan penelitian serupa di daerah lain.

2. Secara Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi

maupun masukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Bojonegoro dalam rangka pengembangan potensi pariwisatanya di

Kabupaten Bojonegoro.

b. Masyarakat umum, dalam memahami dinamika pembangunan daerah

khususnya pengembangan potensi pariwisata di Kabupaten Bojonegoro

yang nantinya diperuntukkan hiburan dan kesejahteraan masyarakat.

c. Investor, dalam memperoleh gambaran mengenai peluang dan prospek

investasi yang cukup menjanjikan di Kabupaten Bojonegoro.

E. Sistematika Penulisan

Sitematika penulisan berfungsi untuk menyusun skripsi secara sistematis

agar mudah dipahami dan dimengerti oleh pembaca. Penelitian ini terbagi menjadi

3 (tiga) bab dan setiap bab terdiri beberapa sub bab, untuk itu peneliti telah

menyusun sistematikanya sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Kontribusi Penelitian, dan Sitematis Penulisan. Latar belakang berisikan tentang

uraian latar belakang masalah dan alasan penulis mengambil topik. jkil Rumusan

masalah menjadi dasar penulisan atau masalah yang akan diteliti. Pada bagian

tujuan penelitian berisikan tentang tujuan yang hendak dicapai dari penulisan

Page 23: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

10

penelitian ini. Kontribusi penelitian menjelaskan manfaat apa yang didapat dari

penelitian ini. Serta sistematika pembahasan yang menguraikan setiap bab yang

ada di penelitian ini.

BAB II : TINJUAN PUSTAKA

Bab ini terdiri dari teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini yang

digunakan sebagai landasan. Teori-teori yang diuraikan pada bab ini

yaitu:Administrasi Bisnis, Sumber Daya Manusia, dan Pariwisata.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang metode apa yang digunakan penulis untuk

melakukan penelitian yang terdiri dari : Jenis Penelitian, Fokus Penelitian, Lokasi

dan Situs Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data,

Instrumen Penelitian dan Analisis Data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum lokasi penelitian, hasil

penelitian serta pembahasan yang dilakukan oleh peneliti.

BAB V : PENUTUP

Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan yang merupakan ringkasan dari

hasil penelitian yang dilakukan dan saran dari permasalahan yang ada dalam

penelitian ini.

Page 24: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Peran

Definisi peran secara umun adalah kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi dalam

menjalankan hak untuk memenuhi kegiatan lembaga-lembaga yang berkepentingan.

Soekanto (1987:221),mengemukakan “definisi peranan lebih banyak menunjukkan pada

fungsi,penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, jadi tepatnya adalah bahwa

seseorangmenduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan

suatuperanan”.

Menurut Poerwodarminta (2005:571),“peran merupakan tindakan yang dilakukan

seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa”. Artinya, seperangkat tingkah laku

yang diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang berkedudukan di masyarakat.

Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,“peran adalah seperangkat tingkat yang

diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat”.

Berdasarkan definisi dan konsep di atas dapat disimpulkan bahwa peran merupakan

fungsi penyesuaian yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang mempunyai kedudukan

dalam masyarakat.Apabila konsep tersebut dikaitkan

dengan fungsi pemerintah maka, dapat disimpulkan definisi peran adalah

organisasi pemerintah yang menjalankan tugas-tugas negara dan fungsi-fungsi

pemerintahan daerah di Kabupaten Bojonegoro dalam hal ini adalah Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Bojonegoro.

DinasKebudayaan dan Pariwisatamemiliki peran penting, terutama melakukan

koordinasiterhadap semua potensi dan sumber-sumber daya yang terdapat di daerah

itu,sehingga harapan terhadap pariwisata sebagai katalisator bagi pembangunandaerah dapat

menjadi kenyataan dan dapat meningkatkan kesejahteraan bagimasyarakat di daerah itu.

B. Pariwisata

Page 25: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

12

1. Pengertian Pariwisata

Istilah pariwisata (tourism) baru muncul di masyarakat kira-kira pada abad ke-18,

khususnya sesudah revolusi industri di Inggris. Istilah pariwisata berasal dari

dilaksanakannya kegiatan wisata (tour), yaitu suatu aktivitas perubahan tempat tinggal

sementara dari seseorang, di luar tempat tinggal sehari-hari dengan suatu alasan apapun

selain melakukan kegiatan yang bisa menghasilkan upah atau gaji.

Menurut Yoeti (1991:103), “Kata pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu pari

dan wisata. pari berarti banyak, berkali-kali dan berputar-putar, sedangkan wisata berarti

perjalanan atau bepergian”. Jadi pariwisata berarti perjalanan atau bepergian yang

dilakukan secara berkali-kali atau berkeliling

Damanik & Weber (2006:1), mendefinisikan “Pariwisata adalah kegiatan rekreasi

di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain”.

Sedangkan menurut Kuncoro, (2006:295). “Kata pariwisata dapat diartikan perjalanan

penuh, mulai dari berangkat dari suatu tempat ke satu atau beberapa tempat lain dan

singgah, kemudian kembali ke tempat semula”.

World Tourism Organizations (WTO) dalam Muljadi(2009:8-9), mendefinisikan

“Pariwisata adalah berbagai aktivitas yang dilakukan orang-orang yang mengadakan

perjalanan untuk dan tinggal di luar kebiasaan lingkungannya dan tidak lebih dari satu

tahun berturut-turut untuk kesenangan, bisnis dan keperluan lain”.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah

segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan

tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek

dan daya tarik wisata.

2. Pengertian Obyek Wisata

Pengertian Obyek wisata menurut Marpaung (2002:78), adalah “Suatu bentukan

dari aktivitas dan fasilitas yang berhubungan dan dapat menarik minat wisatawan atau

pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu”. Jadi obyek wisata dapat

Page 26: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

13

menarik perhatian wisatawan untuk datang karena wisatawan ingin mengunjungi dan

mendapatkan suatu pengalaman tertentu dalam kunjungannya.Menurut Undang-Undang

RI No. 10 Tahun 2009 Bab I Pasal I Tentang Kepariwisataan, menjelaskan “Obyek

wisata/daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan

nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia

yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisata”.

Berdasarkan pengertian dari Marpaung dan menurut Undang-Undang RI No. 10

Tahun 2009, jadi obyek wisata merupakan suatu keunikan dan keistimewaan yang

dimiliki suatu daerah wisata sehingga bisa menarik perhatian dan menjadi sasaran atau

tempat kunjungan wisata.

Menurut Cooper (1995:81), terdapat 4 (empat) komponen yang harus dimiliki

oleh sebuah objek wisata, yaitu:

1. Atraksi (attraction), seperti alam yang menarik, kebudayaan daerah yang

menawan dan seni pertunjukan.

2. Aksesibilitas (accessbilities), seperti adanya transportasi lokal.

3. Fasilitas (facility), seperti tersedianya akomodasi, rumah makan, dan agen

perjalanan.

4. Ancillary services, yaitu organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan untuk

pelayanan wisata seperti destination marketing management organization,

conventional and visitor bureau.

Berdasar komponen yang dijelaskan oleh Cooper, maka daerah yang menjadi

obyek wisata harus memiliki sumber daya alam dan kebudayaan yang menarik,

transportasi lokal, fasilitas yang memadai serta juga organisasi kepariwisataan atau

kelompok wisata yang ada disuatu daerah wisata itu.

3. Jenis Pariwisata

Seorang wisatawan mengadakan perjalanan wisata karena didorong oleh berbagai

motif yang tercermin dalam berbagai macam jenis pariwisata. Bagi daerah sangat perlu

mempelajari motif ini karena berhubungan dengan fasilitas yang perlu disiapkan dan

program-program pomosinya.

Page 27: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

14

Menurut Pendit (2005:56-58), pariwisata dapat dikelompokkan menurut motif

wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Jenis-jenis paiwisata tersebut adalah sebagai

berikut, yaitu:

1) Pariwisata budaya, pariwisata yang didasari rasa ingin tahu wisatawan akan

budaya lain, kebiasaan yang dilakukan, kepercayaan serta atraksi budaya lain.

2) Pariwisata kesehatan, adalah suatu kegiatan wisata yang dilakukan untuk

penyegaran jasmani maupun rohani, seperti berkunjung ke tempat pemandian

air panas.

3) Pariwisata olahraga, pariwisata yang dilakukan dalam rangka olahraga, seperti

bepergian dalam rangka perwakilan negara dalam pertandingan olahraga

antarnegara.

4) Pariwisata komersial, pariwisata yang dikomersilkan dapat berupa pameran-

pameran.

5) Pariwisata industri, erat kaitannya dengan pariwisata komersil, hanya saja

objek yang dituju berupa lingkungan industri.

6) Pariwisata politik, pariwisata yang berkenaan dengan kegiatan politik suatu

negara.

7) Pariwisata konvensi, pariwisata yang menyediakan fasilitas tempat pertemuan-

pertemuan atau acara antar negara.

8) Pariwisata sosial, adalah kegiatan wisata yang diperuntukkan bagi kelas

menengah ke bawah. Kegiatan wisata ini biasanya disponsori oleh lembaga-

lembaga tertentu.

9) Pariwisata pertanian, adalah pariwisata yang memanfaatkan kegiatan pertanian

(agriculture) dan produknya.

10) Pariwisata maritim, kegiatan wisata yang memanfaatkan pesona alam laut.

11) Pariwisata cagar alam, adalah kegiatan wisata dengan bepergian ke tempat

cagar alam.

12) Pariwisata buru, adalah pariwisata yang menyediakan tempat untuk melakukan

kegiatan berburu.

Sementara jenis-jenis pariwisata menurut Spillane (2005:29-30), didasarkan pada

motif tujuan perjalanan, yaitu :

1) Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism).Jenis pariwisata ini

dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk

berlibur, mencari udara segar, memenuhi kehendak ingin-tahunya,

mengendorkan ketegangan syaraf, melihat sesuatu yang baru, menikmati

keindahan alam, mengetahui hikayat rakyat setempat, mendapatkan

ketenangan.

2) Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism). Pariwisata ini dilakukan untuk

pemanfaatan hari-hari libur untuk beristirahat, memulihkan kembali kesegaran

jasmani dan rohaninya, dan menyegarkan diri dari keletihan dan kelelahannya.

Dapat dilakukan pada tempat yang menjamin tujuan-tujuan rekreasi yang

menawarkan kenikmatan yang diperlukan seperti tepi pantai, pegunungan,

pusat-pusat peristirahatan dan pusat-pusat kesehatan.

Page 28: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

15

3) Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism). Jenis ini ditandai oleh

adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat

pengajaran dan riset, mempelajari adat-istiadat, kelembagaan, dan cara hidup

masyarakat yang berbeda-beda, mengunjungi monumen bersejarah,

peninggalan masa lalu, pusat-pusat kesenian dan keagamaan, festival seni

musik, teater, tarian rakyat dan lain-lain.

4) Pariwisata untuk olahraga (Sports Tourism). Pariwisata ini dapat dibagi lagi

menjadi dua kategori:

(1) Big sports events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti

Olympiade Games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju dunia, dan lain-lain

yang menarik perhatian bagi penonton atau penggemarnya.

(2) Sporting tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi

mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri seperti pendakian

gunung, olahraga naik kuda, berburu, memancing dan lain-lain.

5) Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Business Tourism). Pariwisata ini

adalah bentuk profesional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan

pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada seseorang untuk

memilih tujuan maupun waktu perjalanan.

6) Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism). Pariwisata ini banyak

diminati olehnegara-negara karena ketika diadakan suatu konvensi atau

pertemuan maka akan banyak peserta yang hadir untuk tinggal dalam jangka

waktu tertentu dinegara yang mengadakan konvensi. Negara yang sering

mengadakan konvensi akan mendirikan bangunan-bangunan yang menunjang

diadakannya pariwisata konvensi.

Berdasarkan jenis-jenis wisata di atas maka dapat dikatakan bahwa jenis

pariwisata maka Kayangan Api merupakan obyek wisata alam yang dimiliki oleh

Kabupaten Bojonegoro. Obyek wisata ini memiliki potensi wisata yang besar dimana

wilayah Bojonegoro mendukung atas keberadaan tempat wisata tersebut. Kayangan

Api juga menjadi salah satu ikon tempat wisata dengan berbagai keunggulan yang

dimiliki.

4. Peran Pariwisata

Pariwisata mulai dikenal banyak orang setelah keputusan dari presiden pada

tanggal 9 Agustus 1964 dengan istilah industri pariwisata. Berdasarkan keputusan dari

Presiden, di Indonesia mulai diadakan upaya pengembangan industri pariwisata agar

tujuannya tercapai.Kegiatan pariwisata sungguh memberi peranan berarti terhadap

keseluruhan kinerja perekonomian Indonesia. Peranan suatu sektor dalam perekonomian

selain dapat dilihat dari kontribusi sektor tersebut dalam penciptaan output, juga dapat

Page 29: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

16

dilihat dari besaran nilai tambah yang dihasilkan. Nilai tambah yang dihasilkan tidak

hanya dipengaruhi oleh kemampuan suatu sektor dalam menciptakan output namun juga

oleh biaya yang dikeluarkan dalam menciptakan output tersebut.

Menurut Yoeti (2008:27-28), berikut adalahperan-peran pariwisata diantaranya:

a. Peningkatan kegiatan perekonomian sebagai akibat dibangunnya prasarana dan

sarana demi pengembangan pariwisata, sehingga memungkinkan orang-orang

melakukan aktivitas ekonominya dari suatu tempat ke tempat lainnya, baik

dalam suatu wilayah negara tertentu, maupun dalam kawasan internasional

sekalipun.

b. Meningkatkan industri-industri baru yang erat kaitannya dengan pariwisata,

misalnya: Transportation, Accomodation (Hotel, Motel, Holiday Village,

Camping ites, dll).

c. Meningkatkan hasil pertanian dan peternakan untuk kebutuhan hotel dan

restoran, seperti sayur, buah-buahan, bunga, telur, daging, dll. Karena semakin

banyaknya orang-orang melakukan perjalanan wisata.

d. Meningkatkan permintaan terhadap: Handicraft, Souvenir Goods, Art

Painting, dll.

e. Memperluas barang-barang lokal untuk lebih dikenal oleh dunia internasional

termasuk makanan dan minuman.

f. Meningkatkan perolehan devisa negara sehingga dapat mengurangi beban

defisit neraca pembayaran.

g. Memberikan kesempatan berusaha, kesempatan kerja, peningkatan penerimaan

pajak bagi pemerintah dan peningkatan pendapatan nasional.

h. Membantu membangun daerah-daerah terpencil yang selama ini tidak

tersentuh pembangunan.

i. Mempercepat perputaran perekonomian pada negara-negara penerima

kunjungan wisatawan (tourist receiving countries).

j. Dampak penggandaan yang ditimbulkan pengeluaran wisatawan, sehingga

memberi dampak positif bagi pertumbuhan daerah tujuan wisata (DTW) yang

dikunjungi wisatawan.

Berdasarkan beberapa peran pariwisata tersebut maka dapat diketahui pentingnya

pariwisata yang bermanfaat bagi berbagai macam pihak yang ikut merasakan manfaat

dari pariwisata yang ada di suatu daerah obyek wisata. Manfaat atau dampak tempat

wisata terkait dengan upaya peningkatan kondisi ekonomi masyarakat dan untuk dampak

yang lebih luas yaitu sebagai upaya peningkatan pendapatan daerah.

Pariwisata memang sangat berpotensi untuk dijadikan instrumen peningkatan

perolehan devisa. Bahkan lebih dari itu, sebagai suatu fenomena yang ditimbulkan oleh

perjalanan dan persinggahan manusia ke tempat-tempat yang bukan tempat tinggalnya.

Page 30: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

17

Pariwisata mempunyai potensi untuk dijadikan instrument guna meningkatkan kualitas

hidup masyarakat, dalam artian meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bukan hanya

kesejahteraan materiil dan spiritual, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan kultural dan

intelektual. Dan tidak kalah pentingnya, pariwisata juga berpotensi untuk diijadikan

instrument guna meningkatkan kualitas lingkungan hidup, baik lingkungan fisik atau

alam, maupun kebudayaan.

C. Strategi Pengembangan Pariwisata

Sesungguhnya dengan adanya kegiatan kepariwisataan akan timbul hasrat dan

keinginan untuk memelihara semua aset wisata agar tetap bertahan dengan baik. Pentingnya

perencanaan dalam pengembangan pariwisata pada suatu daerah tertentu.Para pengambil

kebijakan hendaklah sebelumnya melakukan penelitian atau pengkajian terhadap semua

aspek yang berkaitan dengan pariwisata tersebut. Mulai dari potensi yang dimiliki daerah itu,

kebiasaan hidup masyarakat sekitar, kepercayaan yang di anutnya, sampai dengan tingkah

laku atau kebiasaan yang direncanakan akan ditarik untuk berkunjung ke daerah tersebut.

(Yoeti,2008)

1. Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata

Menurut Yoeti (2008:2),“daya tarik pariwisata adalah suatu obyek ciptaan Tuhan

maupun hasil karya manusia yang menarik minat orang untuk berkunjung dan

menikmatinya”. Suatu obyek wisata keberadaannya harus memenuhi beberapa syarat yang

dikemukakan oleh Yoeti (2008:3), yaitu:

a) Something to see yaitu segala sesuatu yang dapat dilihat pada suatu obyek wisata

misalnya di tempat tersebut harus ada obyek wisata dan atraksi wisata yang

berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain.

Page 31: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

18

b) Something to do yaitu segala sesuatu yang dapat dilakukan di suatu obyek wisata

misalnya disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan betah

tinggal lebih lama di tempat itu.

c) Something to buy yaitu segala sesuatu yang dapat dibeli misalnya tempat tersebut

harus tersedia fasilitas untuk berbelanja (shopping), terutama barang-barang

souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat

asal wisatawan.

Daya tarik wisata yang juga disebut obyek wisata merupakan potensi yang menjadi

pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Adapun unsur pokok yang

harus diperlihatkan dalam menunjang pengembangan obyek dan daya tarik wisata menurut

Yoeti (2008:7), yaitu:

a) Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan

bersih.

b) Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka, yang tidak ada pada daerah

lain.

c) Adanya aksesbilitas yang banyak untuk dapat menjangkau obyek wisata tersebut.

2. Pengembangan Sarana dan Prasarana

Menurut Yoeti (2008:179),“Sarana kepariwisataan dapat diartikan semua bentuk

perusahaan yang dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan tetapi hidup dan kehidupan

tidak selamanya tergantung kepada wisatawan”. Menurut Yoeti (2008:180), Sarana

kepariwisataan terbagi menjadi tiga dimana semuanya saling melengkapi dan tidak dapat

dipisahkan antara lain:

a. Sarana pokok kepariwisataan, yaitu perusahaan-perusahaan yang hidup dan

kehidupannya tergantung kepada lalu lintas wisatwan yang melakukan wisata,

yang fungsinya mempersiapkan dan merencanakan wisatawan. Termasuk dalam

kelompok ini adalah hotel, losmen, wiswa, restoran, dan lain-lain.

b. Sarana perlengkapan kepariwisataan, adalah fasilitas-fasilitas yang dapat

melengkapi sarana pokok, sehingga fungsinya membuat wisatawan lebih lama

tinggal di daerah atau tempat yang dikunjunginya, yang termasuk dalam

kelompok ini adalah fasilitas-fasilitas untuk bermain, olahraga, dan beribadah.

c. Sarana penunjang kepariwisataan, adalah fasilitas yang diperlukan untuk

menunjang sarana prasarana pokok sarana pelengkap yang berfungsi agar

wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjungi

tersebut, yang termasuk dalam kelompok ini adalah keberadaan pasar yang

menjual berbagai hasil kerajianan dari masyarakat setempat.

Page 32: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

19

Prasarana menurut Yoeti (2006:344),“adalah fasilitas yang memungkinkan proses

perekonomian dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan

manusia untuk memenuhi kebutuhannya”. Menurut Lother A. Kreek yang dikutip Yoeti

(2004:346), membagi prasarana menjadi dua kelompok yaitu, prasarana perekonomian dan

prasarana sosial.

a. Prasarana perekonomian, terdiri dari :

1) Pengangkutan (transportasi), yang dapat membawa para wisatawan dari

tempat dimana ia tinggal, ke tempat atau Negara yang merupakan daerah

tujuan wisata.

2) Prasarana komunikasi, yang bermanfaat agar mendorong para wisatawan

untuk mengadakan perjalanan perjalanan jarak jauh. Dengan tersedianya

prasarana komunikasi, wisatawan dapat berkomunikasi dengan keluarganya di

Negara asal, yang termasuk dalam prasarana ini antara lain, telepon, telegram

radio, TV, dan lain-lain.

3) Perbankan, pelayanan bank yang lancar dan baik berarti wisatawan

memndapat jaminan untuk memudahkan mengirim dan menerima uangnya.

4) Kelompok prasarana yang tergolong utilitas, maksudnya adalah kelompok

prasaranan yang sifatnya sangat mendasar, yang termasuk dalam kelompok ini

adalah penerangan listrik dan persediaan air minum.

b. Prasarana sosial

Prasarana sosial adalah semua faktor yang menunjang kemajuan atau

menjamin kelangsungan prasarana perekonomian yang ada. Termasuk dalam

prasarana ini adalah:

1) Faktor keamanan, perasaan aman selama tinggal di daerah tujuan wisata

2) Petugas yang langsung melayani wisatwan termasuk ke dalam kelompok ini

seperti: polisi, pramuwisata dan lain-lain.

3) Pelayanan kesehatan dengan adanya jaminan bahwa di daerah tujuan wisata

tersedia pelayanan bagi suatu penyakit yang mungkin diderita oleh wisatawan,

misalnya didirikan Rumah Sakit atau Rumah Sakit Pembantu.

Berdasarkan penjelasan Yoeti, dapat diambil kesimpulan bahwa dengan adanya

sarana pelengkap dan penunjang serta sarana perekonomian dan sosial akan mendukung

sarana prasarana pokok kepariwisataan, dan itu berarti adanya saling keterkaitan antara satu

dengan yang lain dan saling mengisi.

3. Pemasaran dan Promosi Pariwisata

Menurut Wahab yang dikutip oleh Yoeti (2006:2),“Pemasaran pariwisata adalah

suatu proses manajemen yang dilakukan oleh organisasi pariwisata nasional untuk

melakukan identifikasi terhadap wisatawan yang sudah punya keinginan untuk melakukan

Page 33: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

20

perjalanan wisata”. Sedangkan J Krippendorf dalam Yoeti (2006:2),“Pemasaran pariwisata

adalah suatu sistem dan koordinasi yang harus dilakukan sebagai kebijaksanaan bagi

perusahaan-perusahaan kelompok industri pariwisata, baik milik swasta atau pemerintah

dalam ruang lingkup lokal, regional, nasional atau internasional untuk mencapai kepuasan

wisata dengan memperoleh keuntungan yang wajar”.

Pemasaran sebagai suatu kebijakan dalam pengembangan pariwisata memiliki empat

fungsi menurut Yoeti (2006:4), yaitu:

a) Perumusan pasar baik yang nyata maupun potensial dan pengkajian yang dalam

mengenai analisis kebutuhan selera dan konsumen.

b) Komunikasi, untuk memikat permintaan dengan cara meyakinkan wisatawan,

bahwa daerah tujuan wisata tersedia dengan daya tarik, fasilitas, dan jasa-jasanya

akan memenuhi selera wisatawan.

c) Pengembangan, merencanakan dan mengembangkan atraksi-atraksi dan jasa-jasa

wisata yang dapat memberikan peluang penjualan serta dapat memenuhi

permintaan wisatawan.

d) Pengawasan, untuk mengevaluasi, mengukur dan menghitung hasil-hasil serta

pendapatan yang diperoleh.

4. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Menurut Siagian (2013:200),“Pengembangan sumber daya manusia adalah proses

untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam membantu tercapainya

tujuan”. Kemampuan sumber daya manusia dalam instansi pemerintah dapat

ditingkatkan melalui program-program atau pelatihan-pelatihan dan pendidikan.

Pelatihan akan dilakukan bagi sumber daya manusia yang dinilai kurang memiliki

pengetahuan dalam pekerjaannya. Secara umum, pelatihan dapat dilakukan di dalam

(internal) dan diluar organisasi (eksternal), serta dapat juga melalui pelatihan online

melalui e-learning.Sedangkan metode on-the-jobtraining dan metode off-the-job-

training.

Pengembangan sumber manusia di bidang pariwisata sangat penting dilakukan

agar daerah yang akan mengembangkan pariwisata dapat menyediakan sendiri kebutuhan

akan tenaga-tenaga pariwisata yang terlatih, sehingga dapat menyerap tenaga-tenaga

Page 34: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

21

lokal, disamping itu akan dapat meningkatkan apresiasi dan pengertian terhadap

pariwisata dan dapat memberikan pelayanan sesuai dengan standar internasional.

5. Tahap Pengembangan Pariwisata

Upaya pengembangan pariwisata baik dalam upaya pengembangan destinasi,

kawasan pariwisata, maupun objek daya tarik wisata pada umumnya mengikuti alur atau

siklus hidup pariwisata. Adapun tujuannya adalah untuk menentukan posisi pariwisata

yang akan dikembangkan. Tahapan pengembangan pariwisata (tourism life cycle)

mengacu pada pendapat Butler (2000) dalam Cooper et all.(2008) dapat dilihat pada

Gambar 1.

Gambar 1 : Siklus Kehidupan Pariwisata

Sumber : Butler. R. W. (2000). “The Concept of a Tourist Area Cycle of Evolution

Implications for Management of Resources”. Canadian Geographer, 14 pp 5-12.

Menurut Butler (2000:5-12), Adapun tahapan pengembangan pariwisata (tourism life

cycle) terdiri dari:

1. Tahap eksplorasi (exploration) yang berkaitan dengan discovery yaitu suatu tempat

sebagai potensi wisata baru ditemukan baik oleh wisatawan, pelaku pariwisata,

maupun pemerintah. Biasanya jumlah pengunjung sedikit, wisatawan tertarik pada

daerah yang belum tercemar dan sepi, lokasinya sulit dicapai namun diminati oleh

sejumlah kecil wisatawan yang justru menjadi berminat karena belum ramai

dikunjungi.

2. Tahap keterlibatan (involvement) yang diikuti oleh kontrol lokal (local control),

dimana biasanya oleh masyarakat lokal. Pada tahapan ini terdapat inisiatif dari

Page 35: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

22

masyarakat lokal, objek wisata mulai dipromosikan oleh wisatawan, jumlah

wisatwan meningkat, dan infrastruktur mulai dibangun.

3. Tahap pengembangan (development) dan adanya kontrol lokal (local control)

menunjukkan adanya peningkatan jumlah kunjungan wisata secara drastis.

Pengawasan oleh lembaga lokal agak sulit membuahkan hasil, masuknya industri

wisata dari luar dan kepopuleran kawasan wisata menyebabkan kerusakan

lingkungan alam dan sosial budaya sehingga diperlukan adanya campur tangan

kontrol penguasa lokal maupun nasional.

4. Tahap konsolidasi (consolidation) dengan constitutionalism ditunjukkan oleh

penurunan tingkat pertumbuhan kunjungan wisatawan. Kawasan wisata dipenuhi

oleh berbagai industri pariwisata berupa hiburan dan berbagai macam atraksi

wisata.

5. Tahap kestabilan (stagnation) dan masih diikuti oleh adanya institutionalism,

dimana jumlah wisatawan tertinggi telah tercapai dan kawasan ini telah tercapai

dan kawasan ini telah mulai ditinggalkan karena tidak mode lagi, kunjungan ulang

dan para pebisnis memanfaatkan fasilitas yang telah ada. Pada tahapan ini terdapat

upaya untuk menjaga jumlah wisatawan secara intensif dilakukan oleh industri

pariwisata dan kawasan ini kemungkinan besar mengalami masalah besar yang

terkait dengan lingkungan alam maupun sosial budaya.

6. Tahap penurunan kualitas (decline) hampir semua wisatwan telah mengalihkan

kunjungannya ke daerah tujuan wisata lain. Kawasan ini telah menjadi objek

wisata kecil yang dikunjungi sehari atau akhir pekan. Beberapa fasilitas pariwisata

telah diubah bentuk dan fungsinya menjadi tujuan lain. Dengan demikian pada

tahap ini diperlukan upaya pemerintah untuk meremajakan kembali (rejuvenate).

7. Tahap peremajaan kembali (rejuvenate), dimana dalam tahapan ini perlu dilakukan

pertimbangan mengubah pemanfaatan kawasan pariwisata, mencari pasar baru, dan

mereposisi atraksi wisata ke bentuk lain. Oleh sebab itu diperlukan modal baru atau

kerjasama antara pemerintah dengan pihak swasta.

Berdasarkan tahapan pengembangan pariwisata oleh Butler, menunjukkan bahwa

peran lingkungan sangat penting dalam keberlanjutan pariwisata. Adanya faktor kerusakan

lingkungan alam maupun sosial budaya, mempengaruhi penurunan kualitas dari daerah

tujuan wisata. Namun sebaliknya, jika daerah tujuan wisata tetap terpelihara dengan baik dari

segi lingkungan, sosial maupun budaya, maka peningkatan jumlah wisatawan maupun tingkat

perekonomian pariwisata semakin meningkat.

D. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran ini menggambarkan model konseptual mengenai teori yang

berhubungan dengan berbagai faktor-faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah.

Kerangka pemikiran ini sebagai penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi

pokok penelitian.

Page 36: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

23

Sumber: Data Diolah

Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Bojonegoro

a. Pengembangan obyek dan peningkatan

daya tarik wisata

b. Pengembangan sarana dan prasarana

pariwisata

c. Pemasaran dan promosi pariwisata

d. Pengembangan sumber daya manusia

Faktor pendukung dan

penghambat

a. Internal

b. Eksternal

Kurangnya kesadaran masyarakat akan potensi

wisata

Page 37: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian

deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang

dilakukan untuk mengetahui dan memaparkan karakteristik dari beberapa variabel

dalam suatu situasi. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat

deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.Penelitian

kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi

objek yang alamiah. Penelitian kualitatif merupakan instrumen kunci dengan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara triangulasi (gabungan), dan

analisis yang digunakan bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian ini melakukan

mendeskripsikan peran dinas kebudayaan dan pariwisata dalam pengembangan

obyek wisata di Kabupaten Bojonegoro.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdapat beberapa

fokus yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, adapun fokus dalam penelitian

ini sebagai berikut:

1. Cara Pengembangan objek wisata Kayangan Api oleh Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Bojonegoro

Page 38: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

25

a. Pengembangan obyek dan peningkatan daya tarik wisata

b. Pengembangan sarana dan prasarana pariwisata

c. Pengembangan pemasaran dan promosi pariwisata

d. Pengembangan sumber daya manusia

2. Faktor pendukung dan penghambat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Bojonegoro terhadap pengembangan objek wisata Kayangan Api.

a. Faktor pendukung eksternal dan internal

b. Faktor penghambat eksternal dan internal

C. Lokasi dan Situs Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dikenal istilah populasi dan sampel. Istilah yang

digunakan adalah setting atau lokasi penelitian. Lokasi penelitian merupakan

tempat dimana peneliti melakukan penelitian, sehingga peneliti dapat memperoleh

informasi sesuai dengan tema, masalah serta fokus penelitian yang telah

ditetapkan. Lokasi penelitian ini di Kabupaten Bojonegoro. Pertimbangan peneliti

memilih lokasi ini adalah karena menurut peneliti, keberadaan wisata Kayangan

Api yang ada di Kabupaten Bojonegoro semakin berkembang sehingga

membutuhkan pengelolaan yang harus semakin ditingkatkan. Situs penelitian

merupakan tempat dimana seharusnya peneliti menangkap keadaan sebenarnya

dari objek yang diteliti. Adapun yang menjadi situs dalam penelitian ini, meliputi :

1. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro

2. Kawasan hutan lindung di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten

Bojonegoro.

3. Kantor Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro.

Page 39: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

26

D. Jenis dan Sumber Data

Salah satu pertimbangan dalam memilih masalah penelitian adalah

ketersediaan sumber data. Sumber data adalah bagaimana peneliti memperoleh

data yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan analisis. Berkaitan dengan

hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan,

sumber data tertulis, foto dan statistik. Sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain :

1. Orang atau pelaku atau informan (pengalaman, pemikiran, perilaku,

percakapan, perasaan, persepsi dan sebagainya). Pelaku yang menjadi sumber

data dalam penelitian ini meliputi perangkat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro serta masyarakat di sekitar

kawasan wisata Kayangan Api. Data diperoleh langsung dari hasil wawancara

terhadap pemerintah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Bojonegoro dan masyarakat lokal sehubungan dengan objek yang diteliti. Data

tersebut berupa hasil rekaman wawancara terhadap Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Bojonegoro serta masyarakat lokal kawasan wisata

Kayangan Api.

2. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di lokasi wisata Kayangan Api. Peneliti

memperoleh data dari informasi malalui pengamatan langsung yang

bersumber dari peristiwa atau fenomena yang dianggap cocok dan bermanfaat

untuk mengungkapkan permasalahan atau fokus penelitian. Data tersebut

berupa foto-foto peristiwa yang terjadi di lokasi wisata Kayangan Api.

Page 40: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

27

4. Dokumen. Data ini berupa dokumen terkait judul penelitian yang dilakukan,

catatan-catatan resmi misalnya skema dan bagan keorganisasian, serta

peraturan-peraturan yang tertulis ataupun arsip-arsip yang relevan dengan

penelitian ini. Data tersebut diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Bojonegoro.

Berdasarkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, maka data

yang diperoleh peneliti dapat digolongkan menjadi dua jenis:

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung

atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumbernya atau kata-kata

dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai dan digunakan

sebagai data utama, misalnya dengan cara wawancara dan atau dengan

melakukan observasi secara langsung. Data primer dalam penelitian ini yaitu

hasil wawancara yang dilakukan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Bojonegoro, pengelola kawasan hutan lindung di Desa

Sendangharjo dan Kepala Kantor Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem,

Kabupaten Bojonegoro mengenai peran dinas kebudayaan dan pariwisata

dalam pengembangan obyek wisata di Kabupaten Bojonegoro.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah ada dan penyusunannya tidak

dilakukan oleh peneliti. Data sekunder dapat diperoleh dari Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro berupa buku

Page 41: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

28

catatan, laporan, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen dan

arsip-arsip yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dalam penelitian ini.

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Chaterin Marshall dan Gretchen B. Rossman dalam Sugiyono

(2010:63) dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang lebih banyak

digunakan adalah observasi berperan serta wawancara yang mendalam dan

dokumentasi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam skripsi ini

adalah :

1. Observasi

Merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti dengan cara

mengamati kegiatan yang terjadi pada kawasan wisata Kayangan Api

Kabupaten Bojonegoro. Observasi peneliti melibatkan diri secara langsung

pada situasi yang diteliti serta melakukan pemotretan peristiwa yang terjadi di

lokasi kawasan wisata Kayangan Api.

2. Interview (wawancara)

Merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memperoleh suatu data

atau informasi yang dibutuhkan dengan cara mengadakan tanya jawab secara

langsung dengan pihak yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan

tersebut. Sasaran Interview dalam kegiatan ini dilakukan pada masyarakat

sekitar kawasan wisata Kayangan Api Kabupaten Bojonegoro serta beberapa

orang dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro.

Page 42: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

29

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan mencatat dan memanfaatkan data

yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro

Kabupaten Bojonegoro yang berkaitan dengan penelitian yang berupa

dokumen-dokumen, buku catatan, laporan, peraturan perundang-undangan,

dan arsip-arsip.

F. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, mengolah, menganalisa

dan menyajikan data secara sistematis secara objektif dengan tujuan memecahkan

suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Peneliti harus datang sendiri ke

lokasi penelitian untuk memperoleh gambaran-gambaran yang sebenarnya dari

objek yang diteliti dan kemudian menganalisis data yang diperoleh.

Sehubungan dengan teknik pengumpulan data tersebut, maka instrumen

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebagai alat dalam melakukan

pengumpulan data antara lain:

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara merupakan pedoman berupa daftar pertanyaan

yang telah disusun sebelumnya dan akan dijadikan untuk memperoleh

informasi yang diperlukan. Pedoman wawancara ini ditulis secara struktur

berdasarkan pertanyaan yang terkait dengan pengelolaan kawasan wisata

Kayangan Api oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro.

Page 43: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

30

2. Pedoman Dokumentasi

Pedoman dokumentasi merupakan pedoman berupa dokumen-dokumen

yang telah ada dan digunakan dalam kegiatan operasional di tempat penelitian

serta berisi data-data pendukung yang dapat digunakan sebagai sumber

penelitian.

3. Alat Rekam

Alat rekam yang digunakan adalah handphone (HP), untuk menyimpan

hasil wawancara, agar hasil wawancara yang telah dilakukan dapat terekam

dengan baik. Dapat juga digunakan sebagai bukti otentik atas hasil wawaancara

sehingga apabila ada masalah dikemudian hari dapat dibuktikan kebenarannya.

4. Kamera

Kamera digunakan untuk mendokumentasikan kondisi fisik kawasan

wisata Kayangan Api saat ini sebagai objek dari penelitian dengan lebih akurat.

Hasil yang didapatkan berupa gambar atau foto digital.

G. Analisis Data

Suatu penelitian seringkali peneliti membutuhkan proses analisis data hasil

penelitian untuk menarik suatu kesimpulan dari hipotesis penelitian yang

dilakukan. Analisis data merupakan tahap yang sangat menentukan dalam

keseluruhan proses penelitian, hal ini karena analisis data menyangkut kekuatan

analisis dan kemampuan dalam mendeskripsikan data dan situasi, peristiwa dan

konsepsi yang merupakan bagian dari objek peneliti. Jadi semua penelitian

diharuskan untuk menganalisis data agar dapat memecahkan masalah. Menurut

Arikunto (2010) data kualitatif, maka pengolahannya dibandingkan dengan

Page 44: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

31

standar atau kriteria yang telah dibuat oleh peneliti, sedangkan data yang bersifat

kuantitatif dapat bersifat statistik dan non-statistik.

Penelitian ini menggunakan metode derskriptif dengan analisa kualitatif

yaitu analisa dengan cara memberikan penjelasan dengan kata-kata atau kalimat

yang menerangkan data mengenai pengelolaan objek wisata Kayangan Api oleh

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro.

Tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis pengelolaan objek wisata Kayangan Api

oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro.

2. Mendeskripsikan dan menganalisis faktor pendukung dan penghambat dari

pengelolaan objek wisata Kayangan Api oleh Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Bojonegoro.

Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2010:337) menyatakan bahwa

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

secara terus menerus sampai tuntas. Analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari empat kegiatan, yaitu:

Gambar 2Komponen Dalam Analisis Data Miles, Huberman dan Saldana

(2014)

Page 45: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

32

1. Pengumpulan data (Data collection)

Proses pengumpulan data dari lapangan dengan menggunakan instrument

penelitian seperti wawancara, studi pustaka dan dokumentasi.

2. Kondensasi Data (Data Condensation)

Kondensasi data merujuk pada proses memilih, menyederhanakan,

mengabstrakkan, dan atau mentransformasikan data yang mendekati

keseluruhan bagian dari catatan-catatan lapangan secara tertulis, transkip

wawancara, dokumen-dokumen, dan materi-materi empiris lainnya. Data yang

diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak sehingga perlu adanya

pencatatan secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan

polanya.

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan

kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Setelah proses

reduksi data langkah selanjutnya adalah penyajian data yang merupakan

sekumpulan informasi yang telah tersusun dan dapat memberikan kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data, maka

data akan terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan

semakin mudah dipahami. Penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan flowchart.

3. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data adalah sebuah pengorganisasian, penyatuan dari infomasi yang

memungkinkan penyimpulan dan aksi. Penyajian data membantu dalam

Page 46: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

33

memahami apa yang terjadi dan untuk melakukan sesuatu, termasuk analisis

yang lebih mendalam atau mengambil aksi berdasarkan pemahaman. Sugiyono

menyatakan, yang paling sering dignakan untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif. Langkah ketiga dalam

analisi data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kegiatan

penarikan kesimpulan merupakan langkah lebih lanjut setelah proses reduksi

dan penyajian data. Setelah data direduksi dan disajikan secara sistematis pada

dasarnya sudah memberikan arahan bagi kegiatan penarikan kesimpulan.

4. Penarikan Kesimpulan (Conclusions Drawing)

Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan

verifikasi. Proses pengumpulan data penganalisis kualitatif mulai mencari arti

benda-benda, mencatat keteraturan penjelasan, konfigurasi-koritigurasi yang

mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Kesimpulan-kesimpulan “final”

mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data berakhir, tergantung pada

besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya,

penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan

peneliti, dan tuntutan-tuntutan pemberi dana.

H. Keabsahan Data

Sugiyono (2015:267) menyatakan bahwa uji keabsahan data dalam

penelitian ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas. Validitas merupakan

ukuran ketepatan antara data yang terjadi di objek penelitian dengan yang dapat

dilaporkan oleh peneliti, sedangkan reliabilitas merupakan ukuran konsistensi dan

Page 47: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

34

stabilitas data atau temuan. Jadi, uji keabsahan data digunakan sebagai ukuran

kesepakatan antara data dan temuan dalam penelitian.

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas

data, uji transferability, uji dependability, dan uji confirmability. Pada penelitian

ini digunakan uji kredibilitas untuk menguji keabsahan dan validitas data. Uji

kredibilitas data dilakukan dengan teknik triangulasi data/sumber dan teknik

pernyataan kesediaan informasi.

1. Triangulasi Data/Sumber

Triangulasi data menggunakan beberapa sumber data seperti arsip,

dokumen, hasil wawancara dan hasil observasi. Peneliti dalam penelitian ini

menggunakan metode triangulasi data dimana peneliti membandingkan

sumber informasi dan jenis data yang dikeluarkan oleh pihak tertentu,

sehingga dapat ditemukan pendapat yang apa adanya dan sesuai dengan

penelitian. Peneliti melakukan wawancara dengan 3 (tiga) narasumber dalam

penelitian ini. Narasumber yaitu pihak-pihak yang berkaitan dengan

pengembangan obyek wisata Kayangan Api. Selanjutnya metode triangulasi

dilakukan menurut:

1. Sudut pandang dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebagai pihak yang

memberikan informasi terkait pengembangan obyek wisata yang terdapat

di Kabupaten Bojonegoro.

2. Sudut pandang Kepala Desa Sedangharjo sebagai pelopor

masyarakatdalam mengelola kegiatan pengembangan wisata Kayangan

Api.

Page 48: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

35

3. Sudut pandang dari masyarakat lokal atau pengunjung obyek wisata

Kayangan Api sebagai informan yang berhubungan langsung dengan

obyek wisata Kayangan Api.

Analisis terhadap metode triangulasi sumber menjadikan informasi

yang diberikan benar-benar sesuai dengan ketentuan dan informasi yang

diberikan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan tujuan penelitian

yang dilakukan yaitu mengenai pengembangan objek wisata Kayangan

Api.

2. Pernyataan Kesediaan Informan (Consent Form)

Bandur (2014:244) menyatakan “Consent Form digunakan dalam menjaga

informasi kejujuran narasumber sehingga dapat meningkatkan tingkat kredibilitas

selama proses penelitian”. Consent form berisi data informan beserta pernyataan

kesediaan informan untuk menjadi narasumber tanpa ada paksaan dari pihak

manapun.

Page 49: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Bojonegoro

Kabupaten Bojonegoro memiliki luas 230,76 Ha, dengan jumlah

penduduk sebesar 1.453.880 jiwa merupakan bagian dari wilayah provinsi

Jawa Timur dengan jarak ± 110 Km dari ibu kota provinsi Jawa Timur.

Topografi Kabupaten Bojonegoro menunjukan bahwa di sepanjang daerah

aliran sungai Bengawan Solo merupakan daerah rendah, sedangkan di bagian

Selatan merupakan dataran tinggi di sepanjang Gunung Pandan, kramat dan

Gajah. Bengawan solo mengalir dari Selatan menjadi batas alam dari Provinsi

Jawa Tengah, kemudian mengalir kearah Timur, di sepanjang wilayah Utara

Kabupaten Bojonegoro. Bagian Utara merupakan daerah Aliran Sungai

Bengawan Solo yang cukup subur dengan pertanian yang sangat ekstensif.

Bagian Selatan adalah pegunungan kapur, bagian dari pegunungan Kendeng.

Bagian Barat laut (berbatasan dengan Jawa Tengah) adalah bagian dari

rangkain pegunungan Kapur Utara. Kabupaten Bojonegoro adalah Kabupaten

yang memiliki iklim tropis dan hanya ada dua musim yaitu musim kemarau

dan musim penghujuan. Batas-batas wilayah kabupaten Bojonegoro sendiri

antara lain:

1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Tuban

2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Lamongan

Page 50: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

39

3. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Madiun, Ngajuk,

dan Jombang

4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Nagwi dan Blora

(Jawa Tengah)

Kabupaten Bojenegoro merupakan kota minyak sejak adanya 2 blok

pengeboran minyak bumi di daerah Bojonegoro, yaitu Blok Sukowati yang

berada di kecamatan Bojonegoro dikelola oleh Joint Operation Body

Pertamina Petrochina East Java (JOB PPEJ) dan Blok Cepu yang berada

pada Kecamatan Gayam dikelola oleh Mobile Cepu Limited (MCL). Blok

yang berada di Kecamatan Kota Bojonegoro berada di Desa Campurejo, Desa

Sambiroto dan Desa Ngampel. Tahun 2016 wilayah Kabupaten Bojonegoro

secara administratif Kabupaten Bojonegoro pada saat telah terbagi menjadi

28 Kecamatan dengan 419 desa dan 11 kelurahan. Peta wilayah Kabupaten

Bojonegoro dapat disajikan pada gambar 3.

Gambar 3. Peta Wilayah Kabupaten Bojonegoro

Sumber: Website Resmi Pemkab Bojonegoro

Page 51: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

40

Populasi Penduduk yang ada di daerah Kabupaten Bojonegoro

pada tahun 2016 mencapai dengan 1.453.880 jiwa serta dengan jumlah

KK mencapai 453.726 dibandingkan dengan tahun 2015 mengalami

peningkatan sebesar 0,05%. Selain jumlah penduduk yang berdasarkan

dengan jenis kelamin, sex ratio dan kepadatan penduduk dari masing-

masing kecamatan yang berada di wilayah Bojonegoro, jumlah penduduk

menurut kelmopok umur merupakan salah satu aspek dalam aspek

demografi di suatu wilayah.

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bojonegoro dengan adanya

Migas pada tahun 2015 sangat berkembang pesat serta ekonomi mampu

tumbuh sebesar 19,87% mengalami peningkatan yang cukup signifikan

dibanding pada tahun 2014 hanya memcapai 2,36%. Sedangkan untuk

tingkat pertumbuhan ekonomi tanpa adanya Migas di daerah Bojonegoro

mencapai 5,99%, sedikit terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi

dibandingkan dengan tahun sebelumnya hanya mencapai 6,19%. Sebagai

pembanding untuk menigkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa

Timur mencapai 5,44% dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di

tingkat Nasional mencapai 4,79%.

2. Potensi Wisata di Kabupaten Bojonegoro

Obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Bojonegoro pada

dasarnya terbagi menjadi 2 kelompok atau kategori, dimana kelompok tersebut

yaitu obyek wisata rintisan dan unggulan. Adapun nama wisata dan nama-nama

Page 52: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

41

lokasi wisata yang masuk dalam kriteria obyek wisata rintisan secara lengkap

disajika pada tabel 1.

Tabel 1. Objek Wisata Rintisan di Kabupaten Bojonegoro

No. Nama Wisata Lokasi Kategori Wisata

1 Agrowisata Belimbing Mojo Ds.Mojo Kec. Kalitidu Wisata Buatan

2 Agrowisata Salak Ds.Tanjungharjo Kec.

Kapas

Wisata Buatan

3 Agrowisata Jambu Biji Ds. Mayanggeneng

Kec.Kalitidu

Wisata Buatan

4 Petilasan Angling Dharma Wotanngare Kec.

Kalitidu

Wisata Budaya

5 Kampung Kreatif Mojodeso Kec. Kapas Wisata Buatan

6 Desa Budaya Jono Jono Kec. Temayang Wisata Budaya

7

Kedung Maor

Kedungsumber Kec.

Temayang

Wisata Alam

8

Watu Gandul

Sambongrejo

Kec.Gondang

Wisata Alam

9 Wisata Krondonan Krondonan Kec.Gondang Wisata Alam

10

Wali Kidangan

Desa Sumberjo Kec.

Malo

Wisata Budaya

11

Wisata Blok M Semawot

Desa Semawot

Kec.Sukosewu

Wisata Alam

12

Kampung Budaya Samin

Desa Margomulyo Kec.

Margomulyo

Wisata Budaya

13

Wisata Gunung Kapur Gajahan

Desa Gajahan Kec.

Baureno

Wisata Alam

14

Sendang Gong

Ds. Gunungsari

Kec.Baureno

Wisata Alam

15 Kubur Kalang Ds. Tanggir Kec. Malo Wisata Budaya

16

Wisata Hutan Konservasi

Ds. Malingmati

Kec.Tambakrejo

Wisata Alam

17 Sendang Sampang & Sendang

Templek Ds. Jono Kec.Temayang

Wisata Alam

18

Waduk Pedang

Ds. Kepohkidul

Kec.Kedungadem

Wisata Buatan

19 Bendung Gerak & Perahu Kuno Ds. Padang Kec.Trucuk Wisata Buatan

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro

Nama-nama wisata lokasi wisata yang masuk dalam kriteria obyek

wisata unggulan secara lengkap disajika pada tabel 2.

Page 53: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

42

Tabel 2. Objek Wisata Unggulan di Kabupaten Bojonegoro

No. Nama Wisata Lokasi Kategori Wisata

1 Khayangan Api Ds. Sendangharjo Kec.Ngasem Wisata Alam

2 Waterpark Dander Ds.Dander Kec.Dander Wisata Buatan

3

Waduk Pacal

Ds. Kedungsumber

Kec.Temayang

Wisata Buatan

4 Agrowisata

Belimbing Ds.Ngringinrejo Kec. Kalitidu

Wisata Buatan

5 Teksas Wonocolo Ds. Wonocolo Kec.Kedewan Wisata Buatan

6 Negeri Atas Angin Deling Kec. Sekar Wisata Alam

7 Wisata Edukasi

Gerabah Rendeng Kec. Malo

Wisata Buatan

8 Go Fun Theme Park Jl. Veteran Bojonegoro Wisata Buatan

9 AGROGUNA Jl. Ahmad Yani Bojonegoto Wisata Buatan

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro

3. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro

a. Gambaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten

Bojonegoro yang awalnya hanya sebuah kantor yang menangani berbagai

budaya, seni, maupun wisata. Kemudian pada bulan Februari tahun 2001

berubah menjadi kantor Pariwisata dan Kebudayaan. Karena fokus yang

diutamakan adalah sektor Pariwisata, maka pada tahun 2009 sampai

sekarang berubah menjadi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Bojonegoro.

Bangunan satu lantai yang berdiri di atas tanah seluas 1.252

meter persegi di Jl. Teuku Umar no. 80 kota Bojonegoro ini berbentuk

sangat unik sesuai dengan fungsi kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

tersebut. Saat pertama kali memasuki Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Bojonegoro, tepat pada bagian depan pintu masuk ada sebuah

pendopo untuk berbagai kegiatan yang sudah dijadwalkan oleh Dinas

Page 54: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

43

Kebudayaan dan Pariwisata. Mulai dari pertunjukkan wayang yang selalu

dilakukan 2 sampai 4 kali dalam sebulan. Kemudian Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata juga berfungsi sebagai tempat berkumpulnya para seniman

yang mengharumkan nama Kabupaten Bojonegoro. Selain itu juga

digunakan sebagai tempat berkumpulnya para duta daerah atau yang

disebut “Kange” dan “Yune” Bojonegoro.

b. Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro

Visi :

“Menjadi Dinas yang Profesional dalam Mewujudkan Bojonegoro sebagai

Daerah Tujuan Wisata dan Budaya”

Misi :

1. Meningkatkan daerah tujuan wisata melalui penggalian dan

pengembangan obyek wisata

2. Mewujudkan daerah tujuan budaya melaluip enggalian, pelestarian

dan pengembangan budaya lokal

c. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

1. Tugas Pokok

Tugas pokok Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Bojonegoro sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro

Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas di

Kabupaten Bojonegoro, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Bojonegoro mempunyai tugas “Melaksanakan urusan Pemerintahan

Daerah dan tugas pembantuan bidang Kebudayaan dan Pariwisata.”

Page 55: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

44

2. Fungsi

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana disebutkan dan sesuai dengan

Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 3 Tahun 2009,

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro mempunyai

fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Kebudayaan dan

Pariwisata;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di

bidang Kebudayaan dan Pariwisata;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Kebudayaan dan

Pariwisata;

d. Pelaksanaan pengembangan pembangunan di bidang Kebudayaan

dan Pariwisata;

e. Pengawasan dan pengendalian teknis bidang Pariwisata;

f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan

bidang tugasnya.

3. Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Bojonegoro

Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Bojonegoro berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro

Nomor 3 Tahun 2008 dapat disajikan pada gambar 4.

Page 56: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

45

Gambar 4. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Bojonegoro

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro

4. Uraian Jabatan

a. Kepala Dinas

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bertanggung jawab kepada

Bupati melalui Sekretaris Daerah. Kepala Dinas mempunyai tugas

memimpin Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam melaksanakan

urusan Pemerintahan Daerah dan tugas pembantuan bidang

Kepala Dinas

Sekretaris

Kasubag

umum dan

kepegawaian

Kasubag

keuangan

Kasubag

Program dan

Laporan

Kabid Bina Sarana

Pariwisata

Seksi Pengembangan

dan Pemeliharaan

Objek Wisata

Kabid Pengembangan

Objek Wisata

Kabid Pengembangan

Usaha Seni dan Budaya

Kabid Pelestarian dan

Pengembangan

Budaya

Seksi Pengembangan

Daya Tarik Wisata

Jabatan Fungsional

Seksi Bina Hotel,

Rumah Makan dan

Tempat Hiburan

Seksi Hubungan

Antar Lembaga

Pariwisata

Seksi Pelestarian

Budaya Tradisional

Seksi Bina Sumber

Daya manusia

Pariwisata

Seksi Kepurbakalaan

Dan Cagar Budaya

Seksi Pengembangan

Budaya

UPTD

Seksi Bina Usaha, Seni

dan Budaya

Seksi Promosi

Pariwisata, Seni dan

Budaya

Page 57: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

46

Kebudayaan dan Pariwisata. Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas

mempunyai fungsi :

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang Kebudayaan dan Pariwisata;

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di

bidang Kebudayaan dan Pariwisata;

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Kebudayaan dan

Pariwisata;

4. Pelaksanaan pengembangan pembangunan di bidang Kebudayaan

dan Pariwisata;

b. Sekretaris

Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris yang dalam

melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.

Sekretaris mempunyai tugas menyiapkan bahan koordinasi dan

memberikan pelayanan administratif. Sekretaris dalam

melaksanakan tugas mempunyai fungsi :

1. Penyiapan bahan koordinasi dan pengendalian rencana program

kerja ;

2. Penghimpunan, pengelolaan, penilaian dan penyimpanan

laporan kinerja;

3. Penyusunan bahan data dalam rangka pembinaan teknis

fungsional;

4. Penyusunan, penginventarisasian dan pengkoordinasian data

dalam rangka penatausahaan;

Page 58: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

47

Sekretariat Dinas terdiri dari :

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian ;

Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas

memberikan pelayanan administratif urusan umum dan urusan

kepegawaian Untuk melaksanakan tugas ini.

b. Sub Bagian Keuangan;

Kepala Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas memberikan pelayanan

administrasi keuangan.

c. Sub Bagian Program dan Laporan

Kepala Sub Bagian Program dan Laporan mempunyai tugas pelayanan

administratif dalam menyiapkan bahan penyusunan, penghimpunan,

pengolahan, penyimpanan, evaluasi Program dan Laporan.

d. Kepala Bidang Pengembangan Obyek Wisata

Bidang Pengembangan Obyek Wisata dipimpin oleh Kepala Bidang yang

dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas

melalui Sekretaris Dinas. Kepala Bidang Pengembangan Obyek Wisata

mempunyai tugas menyiapkan bahan pembinaan, pengembangan dan

pemeliharaan obyek serta pengembangan daya tarik wisata. Untuk

menyelenggarakan tugasnya Kepala Bidang Pengembangan Obyek Wisata

mempunyai fungsi :

1. Pelaksanaan pembinaan dan upaya pengembangan obyek wisata

serta pelaksanaan pemeliharaan sarana dan prasarana obyek wisata;

Page 59: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

48

2. Pelaksanaan pembinaan dan upaya pengembangan daya Tarik

wisata;

3. Pembinaan rekomendasi bidang pengembangan obyek wisata dalam

rangka pengembangan daya tarik wisata;

4. Pelaksanaan fungsi-fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

sesuai dengan bidang tugasnya.

Bidang Pengembangan Obyek Wisata terdiri dari :

a. Seksi Pengembangan dan Pemeliharaaan Obyek Wisata;

Kepala Seksi Pengembangan dan Pemeliharaan Obyek Wisata,

mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang pengembangan

obyek wisata pada bagian Pengembangan dan Pemeliharaaan Obyek

Wisata.

b. Seksi Pengembangan Daya Tarik Wisata

Kepala Seksi Pengembangan Daya Tarik Wisata, mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas bidang pengembangan obyek wisata pada

bagian Pengembangan Daya Tarik Wisata.

c. Bidang Bina Sarana Pariwisata

Bidang Bina Sarana Pariwisata dipimpin oleh Kepala Bidang yang dalam

melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Kepala Dinas melalui

Sekretaris Dinas. Kepala Bidang Bina Sarana Pariwisata mempunyai tugas

menyiapkan bahan dan melaksanakan pembinaan, pengembangan dan

pemantauan sarana pariwisata sumber daya manusia pariwisata dan

hubungan antar lembaga pariwisata.

Page 60: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

49

Bina Sarana Pariwisata terdiri dari:

1. Seksi Bina Hotel, Rumah Makan dan Tempat Hiburan;

Kepala Seksi Bina Hotel Rumah Makan dan Tempat Hiburan

mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang Bina Sarana

Pariwisata pada bagian Bina Hotel Rumah Makan dan Tempat

Hiburan.

2. Seksi Hubungan Antar Lembaga Pariwisata

Kepala Seksi Hubungan Antar Lembaga Pariwisata mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas bidang Bina Sarana Pariwisata pada

bagian Hubungan Antar Lembaga Pariwisata.

3. Seksi Bina Sumber Daya Manusia Pariwisata

Kepala Seksi Bina Sumber Daya Manusia Pariwisata mempunyai

tugas melaksanakan sebagian tugas bidang Bina Sarana Pariwisata

pada bagian Sumber Daya Manusia Pariwisata.

d. Bidang Pelestarian Dan Pengembangan Budaya

Bidang Pelestarian dan Pengembangan Budaya dipimpin oleh Kepala

Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada

Kepala Dinas melalui Sekretaris Dinas.

e. Bidang Pengembangan Usaha Seni Dan Budaya

Bidang Pengembangan Usaha Seni dan Budaya dipimpin oleh Kepala

Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada

Kepala Dinas melalui Sekretaris Dinas. Kepala Bidang Pengembangan

Usaha Seni dan Budaya mempunyai tugas menyiapkan bahan pembinaan

Page 61: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

50

dan pengembangan promosi, usaha pariwisata dan seni budaya, pemantuan

dan evaluasi pariwisata, seni dan budaya.

4. UPT Dinas

UPT Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas dinas Kebudayaan dan Pariwisata sesuai

dengan nomenklaturnya serta tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala

Dinas. UPT Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dibentuk dan ditetapkan

dengan peraturan perundang-undangan berdasarkan kebutuhan daerah

serta telah memenuhi kriteria dan ketentuan yang telah ditetapkan dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Kayangan Api

Seperti halnya lokasi wisata Kayangan Api yang berada di Desa

Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro. Sekarang saja (2017)

infrastruktur jalan menuju Lokasi Api abadi Kayangan Api, sudah diperbaiki.

Jadi, untuk akses lokasi menuju wisata tersebut tidak akan menjumpai jalan yang

dulu rusak, karena kini jalan sudah mulai bagus dengan betonnya yang kokoh.

Sepanjang perjalanan, wisatawan akan dimanjakan dengan hijaunya

pepohonan. Karena memang lokasi wisata Kayangan Api ini juga berada di

tengah-tengah kawasan hutan Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Bojonegoro.

Begitu masuk ke lokasi wisata, pengunjung dikenakan biaya Rp 7.500 per orang.

Sebenarnya wisata ini sudah dari dulu ada, setelah ditemukannya semburan api

dari tanah. Api abadi ini juga diklaim sebagai sumber api dari alam terbesar se-

Page 62: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

51

Asia Tenggara. Hebatnya, api ini tak pernah padam meski saat itu hujan deras

terjadi.

Sebuah gapura dengan ciri seni Majapahit berdiri kokoh sebagai gerbang

masuk ke lokasi wisata ini. Tidak jauh dari gapura tersebut dibagian dalam,

tampak beberapa tiang berwarna merah berjajar rapi dengan sebuah dinding

rendah berupa lingkaran batu berdiameter +/- 5 meter. Didalam lingkaran dinding

batu terasa sekali ada gelombang hawa panas, sementara warna dan bentuk apinya

sendiri terlihat samar-samar di bawah terjangan sinar matahari. Jika dilihat secara

sepintas, seolah tidak ada api sama sekali di bagian tengah lingkaran tersebut.

Namun kalau diperhatikan secara seksama akan nampak sekali lidah api berwarna

kuning menyambar-nyambar keluar dari celah-celah batu yang ada dibawahnya.

Dari informasi petugas jaga yang ada dilokasi ini menyatakan bahwa saat yang

paling bagus melihat api tersebut adalah di sore atau malam hari.

Tidak jauh dari sumber Kayangan, Api kurang lebih 80 meter ke arah

timur laut anda akan menjumpai sebuah kolam air kecil berwarna abu-abu muda

dengan gelembung udara yang timbul dari dasar kolam tersebut. Penduduk

setempat menamakannya Kolam Blukuthuk (Jawa, blukuthuk = gelembung air

yang mengeluarkan suara). Meskipun nampak seperti air mendidih, namun

tidaklah panas suhu airnya. Hal ini dimungkinkan gelembung udara yang ada

berasal dari sumber gas yang sama seperti ayang terdapat pada Api Khayangan.

Penduduk setempat mempercayai bahwa air tersebut berkhasiat untuk

menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit, rematik dan gigi.

Page 63: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

52

Tidak jauh dari lokasi Air Blukutuk yang masih di kawasan lokasi

Kayangan Api, wisatawan juga akan dibuat kagum dengan adanya Pohon Cinta.

Pohon Cinta ini sangat unik. Satu batang dengan dua perakaran dan menyerupai

pintu gerbang. mitos pohon cinta ini menurut Mbah Juli Juru kunci Kayangan api

bahwa pohon cinta merupakan gerbang masuk kayangan api pada saat Empu Supo

pindah ke hutan dan masuk melewati gerbang khayangan api, yang terbuat dari 2

akar yang menyatu dalam satu pohon. Karena keunikan akar tersebut masyarakat

menyebutnya pohon cinta

Disekitar Air Blukutuk dan Pohon Cinta, juga disediakan pusat pedagang

makanan, minuman dan souvenir. Ada banyak gazebo yang sudah dibangun untuk

wisatawan yang ingin istirahat. Secara umum, objek wisata ini telah dikelola

dengan cukup baik. Bangunan-bangunan yang ada di lokasi beserta sarana

permainan anak-anak tampak masih kokoh dan terawat cukup baik.

B. Data Fokus Penelitian

1. Cara Pengembangan obyek wisata Kayangan Api oleh Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro

a. Pengembangan obyek dan peningkatan daya tarik wisata

Pengembangan obyek wisata merupakan bentuk aktivitas yang

dilakukan oleh dinas dalam rangka untuk menjalankan aktivitas dalam

pelaksanaan atau implementasi potensi atau daya tarik wisata dengan

upaya untuk menciptakan rentang waktu, berapa langkah sistematis yang

dapat mengarah pada pencapaian hasil, dan hasil yang dicapai diharapkan

Page 64: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

53

pada perencanaan manajemen dengan kegiatan yang sangat spesifik

untuk mencapai tujuan visi, tujuan, dan sasaran dari rencana tersebut.

Pengembangan obyek wisata di Kabupaten Bojonegoro dapat

ditunjukkan dari hasil wawancara dengan Kepala Desa Sendangharjo

yaitu Bapak Prasetyo terkait dengan pengembangan Objek Wisata

Kayangan Api dapat diuraikan sebagai berikut:

Ya, itu yang masih kita bahas, kita kembangkan. Jadi yang sekiranya

membuat lebih nyaman lebih asri kan perlu kerjasama antara dinas

pariwisata dan desa, tapi sementara ini memang sebagian besar

diambil alih langsung oleh dinas pariwisata, dan dari desa hanya

mendukung gerakan-gerakan nyata disana. Yang jelas

mengkondisikan kericuhan atau mungkin keamanannya, tempat

parkir yang lebih asri dan rapi kita atur. Yang jelas ikut mengayomi

dan ikut memiliki kayangan api itu.

(Wawancara pada tanggal 19 Juni 2017, pukul 14:29 WIB)

Pernyataan Pak Prasetyo tersebut sejalan dengan pernyataan Pak

Yanto selaku Kepala Bidang Destinasi dan Industri Pariwisata yang

ditunjukkan dari hasil wawancara berikut:

Yang pertama tentang regulasinya, karena kita tahu obyek tersebut

merupakan milik perhutani, bagaimana saya bisa membangun

disana dikawasan tanahnya orang. Jadi itu regulasi yang kami

keluarkan dengan adanya MoU dengan pehutani dan dibarengi oleh

surat perintah perintah kerjasama dengan perhutani untuk

pengelolaan itu nanti bagi hasil. Yang kedua bagaimana

meningkatkan tata kelola sarana prasarana dibenahi sebagaimana

untuk mendukung bahwa wisata ini sebagai wisata mistis. Kita juga

mendukung adanya sumber daya manusianya, tata kelolanya

bagaimana dan yang tak kalah pentingnya adalah promosi. Tiap

bulan purnama kita gelar seni tari disana dan kita kirim ke YouTube

dan juga tempat informasi wisata.

(Wawancara pada tanggal 21 Juni 2017, pukul 13:31 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat dikatakan bahwa

pemerintah desa ikut menjalankan program-program pengembangan

Page 65: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

54

wisata dan berupaya untuk memaksimalkan potensi wisata yang dimiliki

oleh daerah. Peranan kepala desa akan sangat penting apabila mereka aktif

untuk mendatangi masyarakat, sering menghadiri pertemuan terkait

pengembangan potensi wisata daerah dan dalam setiap kesempatan selalu

menjelaskan manfaat pengembangan wisata daerah, serta mengajak

masyarakat untuk mengelola kegiatan pengembangan wisata daerah.

Pemerintah desa selalu bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata untuk mengembangkan potensi wisata Kayangan Api karena

wisata tersebut menjadi ikon di Kabupaten Bojonegoro, dimana obyek

wisata ini merupakan fenomena geologi alam berupa api abadi yang tak

kunjung padam.

b. Pengembangan sarana dan prasarana pariwisata

Pengelolaan dalam tempat wisata juga dilakukan dengan

memberikan dukungan dalam pengelolaan tempat wisata yang dilakukan,

hal tersebut dapat ditunjukkan dari hasil wawancara dengan Pak Yanto

selaku Kepala Bidang Destinasi dan Industri Pariwisata sebagai berikut:

Perlu kita ketauhi bahwa di Kayangan api ini merupakan link dari

beberapa wisata, maka sarana prasarana terutama adalah sarana

jalan, kita tidak bisa membangun jalan, karena bukan dimensi

kami untuk membangun, maka kami harus saling kerjasama

dengan dinas terkait. Yang kedua adalah jaringan listrik, perlu

sekali. Yang ketiga adalah dengan BUMD, yaitu tentang air untuk

memenuhi kebutuhan disana. Yang tak kalah pentingnya tiap tahun

kita anggarkan bagaimana untuk mempercantik dan menciptakan

sapta pesona itu harus betul-betul tertanam di lokasi tersebut. Dan

tidak kalah pentingnya juga, disamping tiap tahun kita adakan

pengembangan-pengembangan kami juga akan mengembangkan

dan dimaksimalkan selama 5 tahun kedepan rintisan itu akan terus

kita benahi. Untuk tahun ini saja kita akan membangun pagar

keliling untuk bisa membedakan mana yang harus masuk ke tanah

Page 66: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

55

budaya mana yang harus masuk wisata umum dan juga akan kami

buatkan jalan setapak itu nanti mengarah kepada kenyamanan

pengunjung dari sudut satu ke sudut lain bisa tercover dalam suatu

kawasan.

(Wawancara pada tanggal 21 Juni 2017, pukul 13:31 WIB)

Pernyataan Pak Yanto tersebut di sejalan dengan pernyataan Pak

Hasta selaku pengunjung obyek wisata Kayangan Api yang ditunjukkan

dari hasil wawancara berikut:

Saya melihat Dinas Pariwisata akhir-akhir ini lebih giat dan lebih

peduli dengan pariwisata yang ada di kabupaten Bojonegoro,

mungkin karena banyak pariwisata yang ada di luar kota semakin

banyak dan terkenal, dan juga permintaan masyarakat akan

kebutuhan rekreasi yang semakin meningkat. Kayangan api ini kan

letaknya strategis mas, oleh karena itu saya juga senang mas kalo

akses jalan menuju wisata kayangan api sudah bagus gak kayak

dulu. Sekarang saya dan keluarga sudah tidak enggan lagi kalo

mau mengunjungi tempat ini, soalnya sekalian juga kayangan api

letaknya juga tidak jauh dari wisata tirtawana dander dan juga

wisata Negeri Atas Angin. Jadi dengan sarana dan prasarana yang

baik, kita sebagai pengunjung akan lebih nyaman dan senang

untuk datang lagi kesini.

(Wawancara dilakukan pada 3 Juli 2017, pukul 15:36 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa adanya upaya

pengembangan sarana dan prasarana pariwisata sebagai upaya

pemgembangan strategi pada prinsipnya berkaitan dengan persoalan

kebijakan pelaksanaan, penentuan tujuan yang hendak dicapai, dan

penentuan cara-cara atau metode penggunaan sarana-prasarana. Strategi

selalu berkaitan dengan 3 hal yaitu tujuan, sarana, dan cara. Oleh karena

itu, strategi juga harus didukung oleh kemampuan untuk mengantisipasi

kesempatan yang ada. Dalam melaksanakan fungsi dan peranannya dalam

pengembangan pariwisata daerah, pemerintah daerah harus melakukan

berbagai upaya dalam pengembangan sarana dan prasarana pariwisata.

Page 67: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

56

c. Pengembangan pemasaran dan promosi pariwisata

Pengembangan aktivitas pemasaran dan promosi pariwisata

dilakukan untuk memberikan informasi kepada wisatawan dengan tujuan

akhir yaitu untuk memberikan pengaruh agar mengunjungi tempat wisata

yang ditawarkan. Langkah yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Bojonegoro dalam aktivitas pengembangan

pemasaran dan promosi pariwisata dapat diketahui dari hasil wawancara

dengan Pak Hasta selaku pengunjung obyek wisata Kayangan Api sebagai

berikut:

Dalam hal ini Dinas Pariwisata harus melakukan promosi dengan

memanfaatkan berbagi media, entah itu media cetak atau elektronik.

Mengingat sekarang ini juga banyak media sosial yang digunakan

oleh masyarakat kita saat ini. Selain itu juga harus dibuatkan peta

wisata atau arahan-arahan yang jelas untuk menuju lokasi wisata

yang ada. Percuma mas kalau ada banyak potensi tapi masyarakat

malah tidak mengetahui lokasi wisata itu dimana. Kan jadi susah

mas. Untuk pengembangan pemasarannya itu kerjasama lah intinya

dengan pihak-pihak yang terkait pemasaran.

(Wawancara pada tanggal 3 Juli 2017, pukul 15:36 WIB)

Pernyataan Pak Hasta sejalan dengan pernyataan Pak Yanto selaku

Kepala Bidang Destinasi dan Industri Pariwisata yang ditunjukkan dari

hasil wawancara berikut:

Yang tidak kalah pentingnya dalam hal ini yang sudah dilakukan

dinas adalah promosi, promosi disini kita menekankan pada dua

dimensi yaitu media, media cetak maupun media elektronik. Kita

kerjasama dengan kominfo selaku mitra kita dan dispenda selaku

mitra kita dalam hal perijinan. Kominfo sebagai woro-woro lewat

media dan dari dispenda nanti kita membuat baliho-baliho. Kami

juga buat pusat informasi wisata di situs internet, ini bagian dari

promosi kita. Dan tidak kalah pentingnya tiap bulan kita selalu

menampilkan sanggar tari kayangan api tiap bulan purnama, dan

tiap 19 oktober kita lakukan pengambilan api abadi. Disitulah

merupakan bagaimana cara kita memperkenalkan kayangan api di

Page 68: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

57

masyarakat, lambat laun akan makin terkenal, ini strategi kita untuk

promosinya.

(Wawancara dilakukan pada tanggal 21 Juni 2017, pukul 13:31 WIB)

Aktivitas pengembangan pemasaran dan promosi pariwisata

merupakan bentuk kebijakan dari pemerintah daerah dalam upaya untuk

pengembangan wisata yang terdapat di wilayah Kabupaten Bojonegoro.

Hasil wawancara yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tujuan

pengembangan dan promosi pariwisata yaitu sebagai upaya untuk

memberikan informasi, mempengaruhi, dan meningkatkan nilai jual dari

suatu tempat wisata supaya wisatawan dapat menikmati dan mengunjungi

tempat wisata yang ada.

Jadi dapat dikatakan bahwa pengembangan pemasaran dan promosi

pariwisata di Kabupaten Bojonegoro bertujuan untuk memberikan

dukungan dalam upaya untuk menarik perhatian masyarakat, memberikan

pemahanan dan mengembangkan pemahaman tentang keuntungan paket

wisata yang ditawarkan. Selain itu dinas kebudayaan dan pariwisata

berupaya untuk menciptakan sikap yang positif tentang apa yang

dipromosikan, berupaya untuk mengembangkan preferensi wisatawan

yang dipromosikan, menjadikan aktivitas wisatawan untuk mengikuti

setiap aktivitas wisata yang dilakukan dan memberikan jaminan bahwa

kepuasan wisatawan dapat secara maksimal diberikan kepada pengunjung.

Page 69: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

58

d. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Upaya pengelolaan tempat wisata di Kayangan Api dalam upaya

untuk dapat ditunjukkan dari hasil wawancara dengan Pak Prasetyo

selaku Kepala Desa Sendangharjo sebagai berikut:

Memang pengaruh besar di masyarakat kami, terutama mereka yang

suka berbisnis, kategori rata-rata disana itu makanan dan minuman,

itu jelas untuk menunjang ekonomi dan menambah perekonomian

karena ada pengrajin juga seperti kaos dan batik. Sama ibu-ibu

PKK membuat tape ketan yang dikemas dengan daun, juga ada

krupuk kayangan api karena pedas itu tadi.

(Wawancara pada tanggal 19 Juni 2017, pukul 14:29 WIB)

Kebijakan yang ditetapkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Bojonegoro dalam rangka pengembangan sumber daya

manusia sebagai upaya untuk mendukung untuk melakukan pengelolaan

tempat wisata dapat ditunjukkan dari hasil wawancara dengan Bapak

Yanto selaku Kepala Bidang Destinasi dan Industri Pariwisata sebagai

berikut:

Kalau dalam hal ini dinas ada dua kongsi, yang pertama adalah

regulasi secara yuridis formal kita ketahui bahwa kayangan api itu

milik perhutani tanahnya, maka kita harus formalkan yuridisnya itu

bagaimana kami bisa mengelola tanpa menyalahi haknya orang

lain. Dari segi perencanaan SDM, pelaku-pelaku wisata kita

adakan suatu diklat dua kali, dan meningkatkan lembaga di desa

untuk bagaimana mengelola desa, dalam hal ini pokdarwis

bagaimana untuk mengelola hiburan di desa. Yang terakhir dalam

hal ini kita juga akan kunjungan menghadirkan teman-teman dari

biro perjalanan dan biro travel untuk melihat dari sana dan setelah

ini kami sodorkan pada pelaku-pelaku wisata untuk meningkatkan

SDM. Dalam hal ini kami lakukan untuk meningkatkan SDM kita

lakukan diklat dua kali.

(Wawancara pada tanggal 21 Juni 2017, pukul 13:31 WIB)

Hasil wawancara pengembangan sumber daya manusia sebagai

upaya untuk mendukung untuk melakukan pengelolaan tempat wisata,

Page 70: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

59

masalah SDM merupakan tantangan yang cukup berat bagi pengembangan

pariwisata, karena SDM sangat menentukan segala sesuatu yang

perhubungan dengan pariwisata. Pariwisata sangat mementingkan

profesionalisme baik dalam pengelolaan investasi maupun dalam bidang

perhotelan, transportasi, komunikasi dan informasi. Selain itu, walaupun

pariwisata telah membuka peluang pasar bagi sektor-sektor lain, akibat

dari rendahnya SDM peluang tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara

optimal. SDM yang rendah dapat menyebabkan mutu barang-barang

kerajinan menurun, teknik pemasaran kurang tepat, kurang tepat membaca

trend pasar, dan lain-lain.

a. Faktor Pendukung dan Penghambat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Bojonegoro Dalam Pengembangan Objek Wisata Kayangan

Api

Faktor pendukung merupakan faktor yang memberikan dukungan

terkait dengan upaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Bojonegoro dalam Pengembangan Objek Wisata Kayangan Api dalam

menjalankan sistem dan prosedur yang ditetapkan oleh dinas. Faktor

pendukung dalam aktivitas yang dilakukan oleh dinas dapat diuraikan sebagai

berikut:

a. Faktor Pendukung Eksternal dan Internal

Faktor eksternal dan internal yang menjadi pendukung Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro terhadap pengembangan

Page 71: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

60

objek wisata Kayangan Api dapat ditunjukkan dari hasil wawancara dengan

Pak Hasta selaku pengunjung obyek wisata Kayangan Api sebagai berikut:

Kalau menurut saya, keunikan kayangan api sendiri itulah yang

menjadi faktor pendukung internal mas. Ditambah lagi dengan

adanya air blukuthuk dan pohon cinta, serta pemandangan hutan

jati yang luas dan indah. Yang menjadi faktor pendukung eksternal

itu adanya campur tangan dari pemerintah desa dan masyarakat

lokal yang mendukung perkembangan Kayangan api lebih baik lagi

dan lebih ramai.

(Wawancara pada tanggal 3 Juli 2017, pukul 15:36 WIB)

Pernyataan Pak Hasta tersebut sejalan dengan pernyataan Pak Yanto

selaku Kepala Bidang Destinasi dan Industri Pariwisata yang ditunjukkan

dari hasil wawancara berikut:

faktor pendukung internal adalah dari kita yang pertama adalah

tersedianya SDM, kedua tersedianya akan dana. SDM nya ada dua,

SDM teknis bagaimana pengembangan visi, yang kedua adalah

SDM pengelola, ini yang mendukung kami. Faktor eksternal yang

bisa mendukung adalah keterbukaan dari pihak perhutani. Kalau di

awal-awal kita sulit, ternyata dengan adanya MoU kita bisa

mendukung kesana. Yang kedua adalah potensi lain yang tidak ada

selain kita, yang ketiga adalah dukungan dari lembaga masyarakat

desa dan tersedianya air bersih untuk mendukung ini.

(Wawancara pada tanggal 21 Juni 2017, pukul 13:31 WIB)

Hasil wawancara menunjukkan bahwa aktivitas yang terkait dengan

upaya peningkatan potensi tempat wisata yang ada sehingga upaya untuk

meningkatkan potensi wisata yang dimiliki oleh potensi wisata. Potensi

wisata yang dimiliki oleh tempat wisata yang dimiliki sehingga aktivitas

operasional sehingga memberikan dukungan pengelolaan sumber daya

yang digunakan untuk memberikan jaminan pengembangan potensi wisata.

Page 72: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

61

b. Faktor Penghambat Eksternal dan Internal

Faktor eksternal dan internal yang menjadi penghambat Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro terhadap

pengembangan objek wisata Kayangan Api dapat ditunjukkan dari hasil

wawancara dengan Pak Prasetyo selaku Kepala Desa Sendangharjo

sebagai berikut:

Faktor penghambat internalnya adalah dari orang-orang yang

mengambil barang berharga di kayangan api, intinya adanya unsur

kejahatan dari segelintir orang yang suka bikin onar. Faktor

eksternalnya rata-rata adalah orang dari luar daerah yang suka

iseng sehingga membuat pengunjung kurang nyaman.

(Wawancara pada tanggal 19 Juni 2017, pukul 14:29 WIB)

Pernyataan Pak Prasetyo tersebut sejalan dengan pernyataan Pak

Yanto selaku Kepala Bidang Destinasi dan Industri Pariwisata yang

ditunjukkan dari hasil wawancara berikut:

Untuk faktor penghambat internalnya dari kami belum ada

perencanaan induk, namun tahun ini kita mulai, dan kedua kami

selalu ada pasang surutnya kebijakan walaupun bukan kesalahan

kami namun itu semuanya strategi bagaimana dalam membangun

obyek itu kan kita punya poin-poin mana dulu yang harus

didahulukan. Faktor eksternalnya ya itu tadi bila tiap tahun masih

harus memperbaiki MoU tersebut dengan perhutani ini menghambat

kita. Dan yang tidak kalah pentingnya kita juga harus

mempersiapkan masyarakat disekitar harus siap menjadi daerah

tujuan wisata.

(Wawancara pada tanggal 21 Juni 2017, pukul 13:31 WIB)

Rendahya sumber daya manusia, terutama tenaga yang terampil dan

profesional dalam hal manajerial di bidang pariwisata merupakan kendala

yang seringkali muncul dalam proses pengelolaan wisata sehingga menjadi

faktor penghambat dalam proses pengelolaan tempat wisata. Faktor

Page 73: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

62

penghambat menjadikan potensi wisata yang dimiliki tidak dapat berjalan

sesuai dengan ketentuan atau program-program yang telah ditetapkan.

C. Pembahasan

1. Cara Pengembangan objek wisata Kayangan Api oleh Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro

Upaya mengembangkan obyek wisata perlu segera dilaksanakan

inventarisasi terhadap potensi nasional obyek wisata alam secara bertahap

sesuai prioritas dengan memperhatikan nilai keunggulan saing dan

keunggulan banding, kekhasan obyek, kebijaksanaan pengembangan serta

ketersediaan dana dan tenaga. Potensi daerah obyek wisata alam yang

sudah ditemukenali segera diinformasikan dan dipromosikan kepada calon

penanam modal. Dalam rangka optimalisasi fungsi obyek wisata alam

perlu diupayakan pengembangan pendidikan konservasi melalui

pengembangan sistem interprestasi obyek wisata alam dan kerjasama

dengan instansi terkait termasuk lembaga-lembaga pendidikan, penelitian,

penerangan masyarakat, dan lain-lain. Upaya-upaya yang dilakukan ini

terkait dengan aktivitas pengelolaan tempat wisata yang dilakukan.

Pengelolaan tempat wisata ini bertujuan untuk memberikan dukungan

alam proses pengembangan tempat wisata yang dilakukan.

Menurut Nurmawati (2006), pengembangan wisata alam dan

wisata budaya dalam perspektif kemandirian lokal merupakan perwujudan

dalam pengembangan tatanan masyarakat yang dilakukan secara mandiri

oleh tatanan itu sendiri guna meningkatkan kualitas tatanan dengan tetap

Page 74: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

63

memelihara kelestarian alam dan nilai-nilai budaya lokal, serta obyek

wisata alam dan wisata budaya yang ada. Selama ini pengembangan

pariwisata daerah ditujukan untuk mengembangkan potensi lokal yang

bersumber dari alam, sosial budaya ataupun ekonomi guna memberikan

kontribusi bagi pemerintah daerah, sekaligus meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, saat ini perencanaan

pengembangan pariwisata dengan menggunakan pengembangan fasilitas

dan peningkatan sarana maupun prasarana sehingga mendukung upaya

memaksimalkan potensi wisata yang ada. Dalam hal ini masyarakat lokal

yang akan membangun, memiliki dan mengelola langsung fasilitas wisata

serta pelayanannya, sehingga dengan demikian masyarakat diharapkan

dapat menerima secara langsung keuntungan ekonomi dan mengurangi

urbanisasi (Nurhayati, 2005).

Menurut Panji (2005), usaha-usaha pengembangan pariwisata

yang berorientasi pada masyarakat lokal masih minim. Hal ini

dikarenakan masyarakat tidak memiliki kemampuan secara finansial dan

keahlian yang berkualitas untuk mengelolanya atau terlibat langsung

dalam kegiatan pariwisata yang berbasiskan alam dan budaya. Sehingga

perlunya partisipasi aktif masyarakat untuk menjadi tuan rumah yang baik,

menyediakan sesuatu yang terbaik sesuai kemampuan, ikut menjaga

keamanan, ketentraman, keindahan dan kebersihan lingkungan,

memberikan kenangan dan kesan yang baik bagi wisatawan dalam rangka

Page 75: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

64

mendukung program sapta pesona, serta menanamkan kesadaran

masyarakat dalam rangka pengembangan tempat wisata. Pengembangan

tempat wisata ini menjadikan seluruh aktivitas yang dilakukan pengelola

dalam pengendalian aktivitas atau pengelolaan potensi wiasata yang ada.

Pariwisata adalah sebuah kegiatan dimana dilakukan oleh

beberapa orang atau seseorang kondisi ini didukung oleh kondisi terkait

dengan keberadaan tempat wiusata tersebut. Menurut Spilane (2007:21),

dalam arti luas “pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat

lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai

usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan

lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu”.

Ditambahkan pula bahwa pariwisata terbagi atas beberapa jenis, yaitu: a)

pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism), b) pariwisata

untuk berekreasi (recreation tourism) , c) pariwisata untuk kebudayaan

(culture tourism), d) pariwisata untuk olahraga (sports tourism), e)

pariwisata untuk urusan usaha dagang (business tourism), f) pariwisata

untuk berkonvensi (convention tourism).

Pengembangan pariwisata adalah segala sesuatu yang berkaitan

dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek daya tarik wisata serta usaha-

usaha yang terkait di bidang tersebut. Dijelaskan pula bahwa wisata

merupakan suatu kegiatan bepergian dari suatu tempat ke tempat tujuan

lain di luar tempat tinggalnya, dengan maksud bukan untuk mencari

nafkah, melainkan untuk menciptakan kembali kesegaran baik fisik

Page 76: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

65

maupun psikis agar dapat berprestasi lagi. Pariwisata merupakan suatu

sektor yang kompleks, yang juga melibatkan industri-industri klasik,

seperti kerajinan tangan dan cinderamata, serta usaha-usaha penginapan

dan transportasi. Ditambahkan pula bahwa pariwisata terdiri 10 unsur

pokok, yaitu : 1) politik pemerintah, 2) perasaan ingin tahun, 3) sifat

ramaha tamah, 4) jarak dan waktu, 5) atraksi, 6) akomodasi, 7)

pengangkutan, 8) harga-harga, 9) publisitas dan 10) kesempatan

berbelanja.

Menurut Joyosuharto (2005:46), bahwa “pengembangan

pariwisata memiliki tiga fungsi, yaitu: 1) menggalakkan ekonomi, 2)

memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi dan mutu

lingkungan hidup, 3) memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa”. Untuk

menjalankan ketiga fungsi tersebut maka diperlukan pengembangan obyek

wisata dan daya tarik wisata, meningkatkan dan mengembangan promosi

dan pemasaran, serta meningkatkan pendidikan dan pelatihan

kepariwisataan. Pengembangan pariwisata mampu menghasilkan

pertumbuhan ekonomi, karena dapat menyediakan lapangan kerja,

menstimulasi berbagai sektor produksi, serta memberikan kontribusi

secara langsung bagi kemajuan-kemajuan dalam usaha-usaha pembuatan

dan perbaikan pelabuhan, jalan raya, pengangkutan, serta mendorong

pelaksanaan program kebersihan dan kesehatan, proyek sasana budaya,

pelestarian lingkungan hidup dan sebagainya yang dapat memberikan

Page 77: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

66

keuntungan dan kesenangan baik kepada masyarakat setempat maupun

wisatawan dari luar.

Upaya selanjutnya yang dilakukan oleh dinas Kebudayaan dan

Pariwisata yaitu melalui kegiatan promosi wisata. Kegiatan promosi yang

dilakukan oleh dinas yaitu dengan mendistribusikan berbagai kegiatan

yang didasarkan pada pengelolaan tempat wisata. Promosi pariwisata yang

dimaksud di sini adalah kampanye dan propaganda kepariwisataan yang

didasarkan atas rencana atau program yang teratur dan secara kontinyu.

Kegiatan promosi wisata dilakukan untuk membeirkan pandangan

masyarakat agar mempunyai kesadaran akan kegunaan pariwisata baginya,

sehingga industri pariwisata di negeri ini memperoleh dukungan dalam

rangka mendukung untuk aktivitas pemberian informasi kepada

masyarakat.

Menurut Pendit (2006: 23) yang memberikan pandangan bahwa

komunikasi atau kegiatan promosi wisata dapat dibagi dalam tiga bagian

penting, dalam hal ini yaitu mengenai 1) Harus ada komunikator yang

bertindak sebagai memberikan informasi wisata, 2) Harus ada reciever

yang akan menerima berita dari komunikator dalam hal ini terkait dengan

kualitas informasi mengenai wisata dan 3) adanya media untuk

memberikan informasi terkait dengan upaya dalam pemberian informasi

tentang kualitas tempat wisata.

Page 78: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

67

2. Faktor pendukung dan penghambat Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Bojonegoro dalam Pengembangan Objek

Wisata Kayangan Api

Sebagai penyelenggara kegiatan kepariwisataan, peranan sumber

daya manusia sangat penting. Dengan memanfaatkan sumber daya

manusia yang berkualitas tinggi, maka kegiatan-kegiatan kepariwisataan

dapat menghasilkan pelayanan yang profesional. Sebagai penyelenggara

kegiatan kepariwisataan, peranan sumber daya manusia sangat penting.

Dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi,

maka kegiatan-kegiatan kepariwisataan dapat menghasilkan pelayanan

yang profesional. Untuk itu perlu ditempuh kebijaksanaan-kebijaksanaan

sebagai berikut: 1) Mengembangkan lembaga pendidikan dan latihan Guna

menghasilkan sumber daya manusia yang mampu memberikan pelayanan

secara profesional di bidang kepariwisataan, perlu dikembangkan model

pendidikan dan latihan dengan memberikan fasilitas fisik dan non-fisik

dan memanfaatkan iptek modern. 2) Memperbanyak jumlah pemandu

wisata dan penyedia profesional Pelayanan jasa kepariwisataan juga

bertumpu pada profesionalnya pemandu wisata dan penyedia. Peningkatan

kemampuan profesional ini mencakup penguasaan dalam memahami dan

menggunakan bahasa sehingga perlu dilakukan akreditasi terhadap

lembaga penyelenggara pendidikan dan latihan di bidang kepariwisataan.

Ada banyak cara sebenarnya untuk memajukan pariwisata negara

kita. Memang untuk memajukan pariwisata budaya bukan hanya tugas

Page 79: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

68

pemerintah tetapi juga masyarakat kita. Namun tentunya Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata, serta Dinas Pariwisata di seluruh daerah di

Indonesia, sebagai instansi pemerintah yang bertugas memajukan

kebudayaan dan pariwisata Indonesia, memiliki tanggung jawab yang

lebih besar. Pertama, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sesuai

dengan fungsinya yang hanya sebagai perumus kebijakan, harus berani dan

tegas menentukan konsep, visi, dan misi pariwisata budaya Indonesia.

Keberanian untuk menyepakati konsep pariwisata dan budaya juga harus

dilakukan karena dalam dunia akademik tidak akan pernah disepakati

kedua konsep tersebut yang disebabkan oleh selalu adanya dialektika

antara temuan dan pemikiran cendekiawan satu dengan yang lainnya.

Page 80: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,

maka dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro yaitu

melaksanakan penyusunan, pendataan, perencanaan, pengkoordinasiaan

kegiatan dan program kerja di bidang pariwisata. Serta melaksanakan

pembinaan, pengembangan objek wisata, pemberdayaan usaha pariwisata,

dan promosi pariwisata. Upaya ini dilakukan oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten Bojonegoro sehingga memberikan dukungan pengembangan

potensi wisata di wilayah obyek wisata Kayangan Api. Upaya pengembangan

sarana dan prasarana pariwisata sebagai upaya pemgembangan strategi pada

prinsipnya berkaitan dengan persoalan kebijakan pelaksanaan, penentuan

tujuan yang hendak dicapai, dan penentuan cara-cara atau metode

penggunaan sarana-prasarana. Strategi selalu berkaitan dengan 3 hal yaitu

tujuan, sarana, dan cara. Oleh karena itu, strategi juga harus didukung oleh

kemampuan untuk mengantisipasi kesempatan yang ada. Dalam

melaksanakan fungsi dan peranannya dalam pengembangan pariwisata

daerah, pemerintah daerah harus melakukan berbagai upaya dalam

pengembangan sarana dan prasarana pariwisata.

Page 81: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

70

2. Faktor pendukung dan penghambat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Bojonegoro dalam Pengembangan Objek Wisata Kayangan Api

dapat diketahui bahwa faktor pendukung internal yaitu tersedianya SDM,

kedua tersedianya akan dana. Adapun yang menjadi faktor penghambat yaitu

mengenai rendahya sumberdaya manusia, terutama tenaga yang terampil dan

profesional dalam hal manajerial di bidang pariwisata merupakan kendala

yang seringkali muncul dalam proses pengelolaan wisata sehingga menjadi

faktor penghambat dalam proses pengelolaan tempat wisata.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,

maka Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro disarankan

untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Harus melakukan penguatan regulasi tentang pariwisata, karena obyek

wisata Kayangan Api merupakan obyek wisata yang berada di wilayah

perhutani. Jadi, dengan adanya MoU dengan pehutani dan diperkuat oleh

surat perintah kerjasama dari Pemerintah Kabupaten antara Dinas dengan

perhutani, maka obyek wisata kayangan Api dapat dikembangkan dan

dikelola dengan baik.

2. Perlu adanya pengelolaan pariwisata sinergitas antara pemerintah,

masyarakat, dan dunia usaha yang mengarah pada pemberdayaan.

Diharapkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mampu menjalin kerjasama

dan kemitraan dengan berbagai pihak seperti lembaga pariwisata, asosiasi,

himpunan, komunitas, kelompok, swasta, perbankan, perusahaan,

Page 82: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

71

perhotelan, media dan sebagainya untuk menundukung orgnisasi

pendukung wisata.

3. Perlu adanya peningkatan perawatan sarana prasarana dan kebersihan di

lokasi obyek wisata Kayangan Api dengan cara memanbahkan beberapa

tenaga kebersihan pada lokasi wisata, memaksimalkan kinerja tenaga

kebersihan yang ada melalui sistem reward and punish, dan menambah

sarana kebersihan pada lokasi wisata.

Page 83: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

DAFTAR PUSTAKA

A, Yoeti, Oka. Edisi Revisi 2008, Pengantar Ilmu Pariwisata, Penerbit Angkasa,

Bandung.

A.Sihotang.2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:Pradnya Paramita

Ambita, 2013, Pengaruh Pendidikan, Pelatihan, dan Pembinaan Sumber Daya

Manusia terhadap Kinerja Pegawai, Management Analysis Journal 2

Vol 2 No. 2.

Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi

Revisi). Jakarta : Rineka Cipta

Bappenas, BPS, UNDP (2004), “Laporan Pembangunan Manusia Indonesia

2004, Menuju Konsensus Baru Demokrasi dan pembangunan Manusia

Di Indonesia”, Bappenas, BPS, UNDP. Jakarta

Bryant dan White. 2006. Manajemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang,

Cetakan Pertama, Alih Bahasa Rusyanto L. Simatupang, LP3ES, Jakarta

Cooper et all. 2008. Tourism Principles and Practice. England: Longman.

Creswell, John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan

Mixed.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Damanik, Janianton. & Weber, Helmut. 2006. Perncanaan ekowisata dari teori ke

aplikasi. Yogyakarta: PUSPAR UGM dan ANDI

Deddy Rustiono. 2008. Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan

Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi

Jawa Tengah. Tesis, Universitas Diponegoro

Esti R dan Bambang P.S Brodjonegoro. 2011. Simulasi Penyerapan Tenaga Kerja

dengan Pendekatan Demometrik. Jurnal Ekonomi Pembangunan

Indonesia. Vol. 3. No. 2

James.J.Spillane DR, 2007, ”Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya”,

Yogyakarta: Kanisius.

Kuncoro, Mudrajad. 2006. Strategi: Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.

Jakarta: Erlangga.

Kuncoro, Mudrajad. 2009. Ekonomi Pembangunan: Teori, masalah dan

Kebijakan, Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Page 84: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

Mathis, Robert L. dan John H. Jackson. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia,

Edisi Pertama Salemba Empat, Jakarta

Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya.

Muljadi, A.J. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Patton, Michael Quinn. 2009. Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Pendit, Nyoman.S. 2005. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta :

Pradya Paramita.

Poerwodarminta. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Putong, 2007, Daya beli dan sikap pelanggan terhadap pemakaian (usage)

telpon) diakses dari

http://repository.upi.edu/operator/upload/t_mmb__0708028_chapter1.pdf

pada tanggal 3 Maret 2017

Remi, Sutyastie Soemitro dan Prijono Tjiptoherijanto. 2009. Kemiskinan dan

Ketidakmerataan di Indonesia. Edisi 2 Cet. 2. Jakarta: Penerbit Rineka

Cipta.

Siagian ,Sondang P. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi

Aksara

Siagian, Sondang P. 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan ketiga

belas, Bumi Aksara, Jakarta.

Simanjuntak, Payaman, J. 2010. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.

Spillane, James J. 2005. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya.

Yogyakarta: Kanisius.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sumihardjo.T. 2008. Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Melalui

Pengembangan Daya Saing Berbasis Potensi Daerah. Penerbit Fokus

media

Page 85: PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM …repository.ub.ac.id/6750/1/Pradipta Wiraloka.pdf · perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal

Suparmoko, 2009, Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pembangunan, ANDI,

Yogyakarta

Supawi Pawenang, 2016, Modul Perkuliahan Lingkungan Ekonomi Bisnis,

Surakarta: Program Pascasarjana, UNIBA.

Susilo, Martoyo. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kedelapan.

BPFE. Yogyakarta.

Tangkilisan, Hessel Nogi. 2005. Manajemen Publik. Gramedia Widia. Jakarta

Tri Wahyu Rejekiningsih. 2007. Mengukur Besarnya Peranan Industri Kecil

dalam Perekonomian di Propinsi Jawa Tengah. Jurnal Dinamika

Pembangunan Vol. 1. No. 2

Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Yoeti Oka A. 2004. Strategi Pemasaran Hotel. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka

Utama.

Yoeti, A. Okta. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta:

Pradnya Paramitha.

Yoeti,Oka A. 2006. Pemasaran Pariwisata. Edisi Revisi. Bandung: Angkasa