peran dan kepentingan aktor dalam perumusan kebijakan upah...

23
PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH MINIMUM KOTA (UMK) TANJUNGPINANG TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Oleh: FENDI SETYOKO RAMADHANI SETIAWAN DIAN PRIMA SAFITRI PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016

Upload: doanthuan

Post on 11-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penetapan upah minimum tersebut dapat diarahkan

PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN

KEBIJAKAN UPAH MINIMUM KOTA (UMK) TANJUNGPINANG

TAHUN 2016

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

FENDI SETYOKO

RAMADHANI SETIAWAN

DIAN PRIMA SAFITRI

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2016

Page 2: PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penetapan upah minimum tersebut dapat diarahkan

1

SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi Mahasiswa yang disebut

dibawah ini :

Nama : FENDI SETYOKO

NIM : 110563201084

Jurusan Prodi : Ilmu Administrasi Negara

Alamat : Jln.R..H.Fisabilillah Km.8 atas Gg.Menur No.91

Nomor Telp : 082284319499

Email : [email protected]

Judul Naskah : PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM

PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH MINIMUM KOTA

(UMK) TANJUNGPINANG TAHUN 2016

Menyatakan bahwa judul tersebut sudah selesai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan untuk

dapat diterbitkan.

Tanjungpinang, 03 Agustus 2016

Yang menyatakan

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

RAMADHANI SETIAWAN, M.SOC , SC. DIAN PRIMA SAFITRI, M.AP.

NIDN. 1026058301 NIDN. 1001068503

Page 3: PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penetapan upah minimum tersebut dapat diarahkan

2

PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH

MINIMUM KOTA (UMK) TANJUNGPINANG TAHUN 2016

FENDI SETYOKO

RAMADHANI SETIAWAN

DIAN PRIMA SAFITRI

Program studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Proses kebijakan penetapan Upah Minimum Kota (UMK) di setiap tahun nya hampir

mengalami perubahan dan konflik antar setiap pihak yang terkait dalam perumusan kebijakan, hal

tersebut dikarenakan adanya perbedaan kepentingan antar pihak yang terkait dan juga adanya

prosedur kebijakan baru yang ditetapkan oleh pemerintah. Dalam perumusan kebijakan penetapan

Upah Minimum Kota (UMK) Tanjungpinang dilakukan oleh Dewan Pengupahan Kota

Tanjungpinang. Lembaga ini terdiri dari 3 unsur, yaitu perwakilan unsur pemerintah, pengusaha,

dan serikat pekerja/buruh ditambah dengan 1 orang dari unsur akademisi.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran dari setiap aktor atau unsur yang terlibat

dalam perumusan kebijakan upah minimum kota (UMK) Tanjungpinang tahun 2016 dan juga

untuk mengetahui bagaimana mekanisme dalam proses perumusan kebijakan tersebut.Metode

penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitiatif yaitu suatu metode

penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai data yang ada dilapangan tentang peran dan kepentingan aktor dalam perumusan

kebijakan upah minimum kota tanjungpinang tahun 2016. Pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara wawancara dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 (lima) orang

yang terdiri dari 2 (dua) unsur pemerintah, 1 (satu) unsur pengusaha dan 2 (dua) unsur serikat

pekerja.

Dalam proses pembahasan penetapan angka UMK dilaksanakan oleh perwakilan

pemerintah, perwakilan pengusah dan perwakilan serkat pekerja atau buruh. Dalam proses

perumusan kebijakan penetapan UMK Tanjungpinang tahun 2016 diawali dengan adanya

peraturan pemerintah yang baru yaitu Peraturan Pemerintah No.78 Tahun 2015 yang akan menjadi

acuan dalam penetapan angka UMK Tanjungpinang Tahun 2016. Terjadi beberapa perbedaan

antara masing-masing unsur, akan tetapi dangan adanya peraturan pemerintah no.78 tahun 2015

tersebut telah tercantum bahwa dalam penetapan angka UMK tersebut telah menggunakan formula

perhitungan upah minimum. Setelah melakukan beberapa kali rapat, pada rapat terakhir telah

disepakati besaran angka UMK Tanjungpinang Tahun 2016 yang disetujui oleh semua pihak

melalui formula perhitungan pengupahan yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No.78

Tahun 2015. Dalam hal ini dalam proses perumusan kebijakan upah minimum kota tanjungpinang

dengan menggunakan Peraturan Pemerintah No. 78 tahun 2015 tidak dapat menampung aspirasi

dari pekerja dan besaran angka UMK belum sesuai dengan nilai Kehidupan Hidup Layak (KHL)

dan juga memperkecil peran dari setiap aktor yang terlibat dalam perumusan kebijakan UMK Kota

Tanjungpinang. Seharusnya proses yang dijalani bisa mendapatkan kesepakatan bersama dan dapat

memuaskan semua pihak baik pemerintah, pengusaha maupun serikat pekerja/buruh.

Kata Kunci : Upah Minimum Kota (UMK)

Page 4: PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penetapan upah minimum tersebut dapat diarahkan

3

ABSTRACT

The determination of process of policy minimum wage city every year almost changed

and conflict between each parties related to the formulation of policy this because the different of

interests between related parties and also the procedure new policy set by the government. In the

formulation the determination of minimum wage of tanjungpinang city performed by the board

remuneration of tanjungpinang city. This institution consisting of three elements, it is government

representatives, bussinesmen, and trade union/labour union and one person from academic. The

research alms to look at the role of any actor or elemental involved in the formulation of policy

regarsting the minimum wage of tanjungpinang city at 2016 and also to know how it in the

mechanisms process of the formulation of this policy.

This study aims to look at the role of each actor or elements involved in policy

formulation city minimum wage (UMK) Tanjungpinang 2016 and also to know how the

mechanism in the policy formulation process. The method used is descriptive method Qualitative

research is a research method that aims to outline a systematic, factual and accurate information

on the existing data in the field of the role and interests of actors in policy formulation

Tanjungpinang city minimum wage in 2016. Data collection was done by interview and

documentation. The informant in this research consisted of 5 (five) people consisting of 2 (two)

government, 1 (one) element of businessmen and two (2) elements of the union.

In the process of discussions to determine the minimum wage rates implemented by the

city government representatives, representatives of the employer and the workers or workers'

representatives serkat. In the process of setting a minimum wage policy formulation

Tanjungpinang 2016 begins with new government regulations that Government Regulation No.78

Year 2015 will be the reference in setting the minimum wage rates Tanjungpinang 2016. There

were some differences between each of the elements, but the invitation of government regulations

78 in 2015, has stated that in setting the minimum wage figures the city has been using a formula

calculating the minimum wage. After conducting several meetings, the last meeting of the agreed

amount of minimum wage rates Tanjungpinang 2016 agreed by all parties through wage

calculation formula set forth in Government Regulation No.78 Year 2015. In this case the policy

formulation process Tanjungpinang city minimum wage using Government Regulation No. 78

2015 can not accommodate the aspirations of workers and the amount of UMK numbers have not

matched the value of the Life of the Living and also minimize the role of each actor involved in

policy formulation Tanjungpinang city minimum wage. Supposedly process that can get a deal

together and can satisfy all parties including government, employers and unions / labor.

KeyWord : City Minimum Wage

Page 5: PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penetapan upah minimum tersebut dapat diarahkan

4

A. PENDAHULUAN

Dalam pembukaan Undang-undang dasar

1945 pada Alinea ke-IV telah disebutkan

secara tegas bahwa Pemerintah Negara

Indonesia di bentuk untuk melindungi

segenap bangsa Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, dan mencerdaskan

kehidupan bangsa Indonesia. Penjelasan

tersebut menggambarkan bahwa salah satu

tujuan dari dibentuknya pemerintahan

Negara Indonesia adalah guna untuk

memajukan kesejahteraan masyarakat

Indonesia.

Selanjutnya dijelaskan juga dalam

undang-undang dasar 1945, mengenai

Warga Negara dan Penduduk pada Bab X

pasal 28D ayat 2 bahwa “setiap orang

berhak untuk bekerja serta mendapat

imbalan dan perlakuan yang adil dan layak

dalam hubungan kerja”. Hal ini berarti setiap

orang berhak mendapatkan pekerjaan, dan

orang yang bekerja tersebut harus mendapat

imbalan yang proporsional dalam melakukan

hubungan pekerjaan.

Dalam mendorong kesejahteraan rakyat,

maka pemerintah Indonesia haruslah

membuka lebar masalah lapangan pekerjaan.

Apalagi di zaman sekarang pembangunan

ekonomi sudah mengarah ke arah

Industrialisasi, dimana banyak sekali

Industri atau perusahaan-perusahaan yang

membutuhkan banyak tenaga kerja. Progres

masalah ketenagakerjaan Indonesia sampai

saat ini sudah mencapai peningkatan yang

cukup lumayan.

Selain itu tingkat kesejahteraan

masyarakat suatu bangsa dapat dilihat dari

seliseh antara tingkat pendapatan masyarakat

tersebut dengan biaya kebuthan hidup rata-

rata masyarakat tersebut. Di negara

berkembang seperti indonesia yang mana

kegiatan industri sedang tumbuh,

kesejahteraan masyarakat sangat tergantung

dengan perkembangan kegiatan industri

tersebut. Dimana tenaga kerja banyak

mendistribusikan kedalam sektor-sektor

industri yang menciptakan kelas pekerja atau

buruh yang menggantungkan kehidupan

mereka pada upah yang diperoleh dari pihak

pengusaha. Faktor utama yang menjadi tolak

ukur bagi kesejahteraan tenaga kerja adalah

faktor upah. Semakin tinggi upah yang

diterima pekerja , maka otomatis akan

semakin besar pula kesempatan pekerja

untuk menikmati kehisupan layak dan

sejahtera.

Pengupahan termasuk sebagai salah satu

aspek penting dalam perlindungan

pekerja/buruh. Dalam hal ini secara tegas

diamanatkan pada pasal 88 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003, bahwa :

“Setiap pekerja atau buruh berhak

memperoleh penghasilan yang

memenuhi penghidupan yang layak

bagi kemanusiaan”

Pengupahan merupakan salah satu

permasalahan yang sering terjadi karena

menyangkut dua kepentingan yang saling

bertentangan antara dua pihak yang berbeda,

yakni pengusaha dan buruh. Disatu sisi

pengusaha yang selalu berorientasi dan

mendapatkan keuntungan yang sebesar-

besarnya dengan berusaha menekan tingkat

upah. Sedangkan disisi lain pihak pekerja

berusaha memperjuangkan kenaikan upah

untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

hidup layak bagi mereka. Untuk itu sebagai

Page 6: PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penetapan upah minimum tersebut dapat diarahkan

5

upaya menyelesaikan permasalahan

pengupahan, pemerintah membuat kebijakan

mengenai upah minimum yang berlaku,

yaitu Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 Tentang Keternagakerjaan.

Kebijakan yang diambil pemerintah

dalam upaya penyelesaiaan penetepan upah

minimum sebaiknya dapat disesuaikan ciri-

ciri dan peraturan kebijakan sehingga dapat

tercapai peraturan kebijakan yang baik dan

dapat diterima masyarakat. Dan kebijakan

penetapan upah minimum tersebut dapat

diarahkan kepada pencapaian kebutuhan

hidup layak.

Sedangkan pengertian Kebutuhan Hidup

Layak (KHL) menurut

PERMENAKERTRANS Nomor

17/MEN/VII/2005 adalah : standart

kebutuhan yang harus dipenuhi seseorang

pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layk

baik secar fisik, non fisik dan sosial, untuk

kebutuhan 1 (satu) bulan. Survei KHL

dilakukan oleh tim yang terdiri tripartit yang

dibentuk oleh Ketua Dewan Pengupahan

Provinsi dan/atau kabupaten/Kota.

Sedangkan yang dimaksud Dewan

Pengupahan Provinsi/Kabupaten/Kota

menurut peraturan diatas : suatu lembaga

non struktural yang bersifat tripartit dibentuk

oleh Gubernur/Walikota/Bupati dan

memberikan saran serta pertimbangan

kepada Gubernur/Walikota /bupati dalam

penetapan upah minimum. Dan Lembaga

Kerjasama (LKS) tripartit adalah forum

komunikasi, konsultasi dan musyawarah

tentang maslah ketenagakerjaan yang

anggotanya terdiri dari unsur organisasi

pengusaha, serikat pekerja dan pemerintah.

Sesuai ketentuan, bahwa besaran upah

minimum ditentukan, bahwa besararan upah

minimum ditentukan oleh lembaga tripartit

dalam hal ini dewan pengupahan dimana

fungsi pemerintah hanya sebagai fasilitator,

sedangkan hasil akhir sepenuhnya

ditentukan melalui kesepakatan antara pihak

pekerja melalui wakilnya dalam serikat

buruh/pekerja dengan pihak pengusaha yang

diwakili Asosiasi Pengusaha Indonesia

(APINDO), kemudian rekomendasi tersebut

disahkan oleh Gubernur untuk ditetapkan

menjadi kebijakn upah minimum yang sah

dan berlaku.

Masalah pengupahan banyak terjadi

dihampir semua provinsi yang ada

diindonesia, begitu juga dengan provinsi

Kepulauan Riau yang merupakan Provinsi

ke-32 yang terbentuk pada tanggal 24

september 2002 berdasarkan Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2002. Provinsi

Kepulauan Riau yang terdiri dari 2 (dua)

kota, yaitu : Batam dan Tanjungpinang serta

5 (lima) kabupaten, yaitu : Bintan, Karimun,

Natuna, Kepulauan Anambas dan Lingga.

Provinsi Kepulauan Riau mimiliki wilayah

yang terdiri dari 95,7 persen lautan dan

hanya 4,21 persennya yang berupa daratan.

Kota Tanjungpinang adalah salah satu kota

sekaligus merupakan ibu kota dari Provinsi

Kepulauan Riau, Indonesia. Berdasarkan

sensus penduduk tahun 2014 oleh Badan

Pusat Statistik (BPS) Kota Tanjungpinang

memiliki luas wilayah 251,810,71 km

dengan 96 persennya adalah perairan dengan

pulau besar dan kecil dengan jumlah

penduduk 199 723 jiwa. Kota tanjungpinang

memiliki banyak potensi dibidang pariwisata

maupun industri swasta. Kawasan kota

Tanjungpinang yang sangat terkenal adalah

Page 7: PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penetapan upah minimum tersebut dapat diarahkan

6

Pulau Penyengat yang hanya berjarak

kurang lebih 2 mil dari pelabuhan laut

Tanjungpinang. Sedangkan kawasan industri

Kota Tanjungpinang memiliki kawasan

industri seperti perusahaan-perusahaan

swasta. Tercatat pada tahun 2013 terdapat 14

perusahaan yang berdiri dan menyerap 1.552

tenaga kerja dibidang sektor industri.

Kota Tanjungpinang termasuk kota yang

memiliki kawasan industri terendah di

bandingkan batam bintan dan karimun, akan

tetapi Tanjungpinang memiliki potensi yang

tak kalah dengan Batam, Bintan, dan

Karimun. Namun melihat daya beli

masyarakat Tanjungpinang saat ini terbilang

tinggi meskipun industri hanya sedikit

sehingga daoat memicu konflik dalam

penetapan upah minimumnya. Hal tersebut

dikarenakan kawasan industri biasanya

memiliki Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

yang diatas daerahnya. Sesuai dengan survei

yang telah dilakukan oleh tim survei harga

komponen Kebutuhan Hidup layak (KHL)

Kota Tanjungpinang tealah disepakati bahwa

besaran angka KHL di Kota Tanjungpinang

pada tahun 2016 adalah Rp2.186.837,- (dua

juta seratus delapan puluh enam ribu delapan

ratus tiga puluh tujuh). Berdasarkan angka

KHL tersebut maka Dewan Pengupahan

mengusulkan Upah Minimum Kota (UMK)

Kota Tanjungpinang tahun 2016 sebesar

Rp2.179.825,- (satu juta seratus tujuh

sembilan ribu delapan ratus dua puluh lima).

Bila dibandingkan dengan besaran Upah

Minimum Kota (UMK) Tanjungpinang

tahun 2015 yaitu sebesar Rp 1.955.000,-

(satu juta sembilan ratus lima puluh lima

ribu), maka usulan UMK Kota

Tanjungpinang tahun 2016 mengalami

kenaikan sebesar Rp 224.825,- (dua ratus

dua puluh empat delapan ratus dua puluh

lima).

Usulan UMK Kota Tanjungpinang tahun

2015 yang hanya Rp2.179.825,- lebih kecil

dibandingkan angka KHL yang sebesar

Rp2.186.837,- membuat para

karyawan/buruh di Kota Tanjungpinang

tidak terima sehingga mereka meminta

pemerintah untuk menaikkan UMK

Tanjungpinang sesuai dengan angka KHL

Kota Tanjungpinang. Sehingga para

pekrja/buruh sepakat untuk melakukan aksi

agar impian mereka dapat terwujud. Hal ini

dapat dilihat dari gejala-gejala maupun

fenomena-fenomena peristiwa unjuk rasa

terkait penetapan upah minimum yang

terjadi di kota tanjungpinang. Pada bulan

oktober, november dan desember terdapat

aksi ujuk rasa yang dilakukan ribuaan buruh

yang tergabung dalam serikat buruh, mereka

berunjuk rasa terkait UMK dan hidup layak

di Kantor Gubernur Provinsi Kepulauan

Riau Dompak Kota Tanjungpinang.

Berdasarkan latar belakang diatas maka

dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk

mengambil judul Peran Dan Kepentingan

Aktor Dalam Perumusan Kebijakan Upah

Minimum Kota Tanjungpinang.

Melihat apa yang dijelaskan di latar

belakang diatas tentang pengupahan. Maka

rumusan masalah yang di angkat adalah :

1. Bagaimana peran dan kepentingan

aktor dalam perumusan kebijakan

upah minimum Kota Tanjungpinang

?

Adapun Tujuan dan Kegunaan Penelitian

adalah :

Page 8: PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penetapan upah minimum tersebut dapat diarahkan

7

a. Untuk mengetahui peran dan

kepentingan aktor dalam perumusan

kebijakan upah minimum Kota

Tanjungpinang.

Adapun Kegunanan penelitian ini

diharapkan agar dapat :

a. Secara akademis, menjadi refrensi

bagi kepustakaan pada bidang

jurusan administrasi Negara dan

kalangan yang tertarik dalam

melakukan kajian penelitian

dibidang ini pada masa

mendatang.

b. Secara subjektif, sebagai suatu

tahap untuk melatih dan

mengembangkan cara berfikir

penulis ilmiah dan memenuhi

salah satu syarat guna memenuhi

studi dan memperoleh gelar

sarjana dari FISIP UMRAH.

A. KONSEP TEORITIS

1. Kebijakan Publik

Untuk dapat memberikan penjelasan

mengenai peran dan kepentingan aktor

dalam perumusan kebijakan upah minimum

kota tanjungpinang serta menjelaskan

gejolak-gejolak yang terjadi terkait masalah

perumusan kebijakan upah minimum Kota

Tanjungpinang (UMK), untuk itu perlu

kiranya memberikan penjelasan tentang

konseptualisasi yang bisa membantu

memberikan gambaran secara nyata tentang

bagaimana peran dan kepentingan aktor

dalam perumusan kebijakan upah minimum

Kota Tanjungpinang dengan menjelaskan

beberapa teori dan konsep tentang kebijakan

publik.

Kebijakan adalah prinsip atau cara

bertindak yang telah dipilih dan ditetapkan

untuk mengarahkan pengambilan keputusan.

Menurut Richard Rose sebagaimana dikutip

Budi Winarno(2007: 17),” menyarankan

bahwa kebijakan hendaknya dipahami

sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit

banyak berhubungan beserta konsekuensi-

konsekuensi bagi mereka yang bersangkutan

daripada sebagai keputusan yang berdiri

sendiri ”.

Sedangkan menurut Anderson dalam

buku Budi Winarno (2007:16),” secara

umum, istilah “kebijakan” atau „policy”

digunakan untuk menunjuk prilaku seorang

aktor (misalnya seorang pejabat, suatu

kelompok, maupun suatu lembaga

pemerintah) atau sejumlah aktor dalam

dalam suatu bidang kegiatan tertentu ”.

Menurut Suharto (2008:7) menyatakan

bahwa “kebijakan adalah suatu ketetapan

yang memuat prinsip-prinsio untuk

mengarahkan cara-cara bertindak yang

dibuat secara terencana dan konsisten dalam

mencapai tujuan tertentu”. Sehingga bisa

dikatakan bahwa setiap kebijakan yang

diambil adalah untuk membuat kinerja

pegawai menjadi efektif dan efisien.

Sedangkan mustopadidjaja (2002)

mendefinisikan “kebijakan adalah suatu

kepeutusan yang dimaksud untuk tujuan

mengatasi permasalahan yang muncul dalam

suatu kegiatan tertentu yang dilakukan oleh

instansi pemerintah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintah”. Banyak

sekali definisi dari kebijakan, menurut

winarno (2012:20) mengatakan bahwa

“secara luas kebijakan publik dapat

didefinisikan sebagai hubungan suatu unit

pemerintah dengan linkungannya”,

sedangkan menurut (2007:30) mengatakan

Page 9: PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penetapan upah minimum tersebut dapat diarahkan

8

bahwa “kebijakan publik merupakan arah

tindakan yang dilakukan oleh pemerintah”.

Selanjutnya Dunn (2000:22) membagi

proses pembuatan kebijakan dalam beberapa

fase yaitu, fase penyusunan agenda, fase

formulasi kebijakan, fase adopsi kebijakan,

fase implementasi kebijakan dan fase

penilaian kebijakan.

Dari berbagai definisi tentang kebijakan

publik tersebut, maka dapat ditarik sebuah

kesimpulan yaitu : bahwa kebijakan publik

merupakan tindakan yang telah diputuskan

pemerintah untuk dilakukan ataupun tidak

dilakukan dalam memecahkan dan

mengatasi masalah-masalah yang terjadi

dalam rangka memberikan peningkatan

terhadap kondisi sosial dan ekonomi

masyarakat.

2. Perumusan Kebijakan

Perumusan kebijakan publik adalah inti

dari kebijakan publik karena disini

dirumuskan batasan-batasan itu sendiri.

Menurut winarno (2007:120) tahap-tahap

perumusan kebijakan meliputi : (a)

permusan kebijakan, (b) Agenda kebijakan,

(c) Alternatif pemecahan masalah, (d)

penetapan kebijakan.

a. Perumusan Kebijakan

Mengenali dan merumuskan

masalah merupakan langkah yang

paling fundamental dan perumusan

kebijakan. Untuk dapat merumuskan

kebijakan dengan baik, maka

masalah-masalah publik harus

dikenali dan diidefinisikan dengan

baik pula. Rushefky dalam Winarno

(2007:121) menyatakan secara

eplisit bahwa kita sering gagal

menemukan pemecahan masalah

yang tepat dibandingkan

menemukan masaah yang tepat.

Ada beberapa karakteristik penting

yang perlu diperhatikan dalam mengenali

adanya masalah kebijakan

(Darwin,1995:2-4), yaitu :

1.menyangkut kepentingan

masyarakat luas.

2.Serius dimana suatu situasi dapat

diangkat sebagai masalah kebijakan

jika situasi tersebut berada di atas

ambang toleransi untuk diabaikan

begitu saja.

3.Potensial menjadi serius dalam arti

bahwa suatu masalah mungkin pada

saat ini belum berkembang cukup

serius, tetapi dalam jangka panjang

akan menjadi sangat serius.

4.Ada peluang untuk memperbaiki.

Menurut winarno (2007:79) biasanya

suatu masalah sebelum masuk ke dalam

agenda kebijakan, masalah tersebut

menjadi isu terlebih dahulu. Isu dalam

hal ini, tidak hanya mengandung

ketidaksepakatan pertentangan

pandangan mengenai arah tindakan

aktual dan potensial, tetapi juga

mencerminkan pertentangan pandangan

mengenai sifat masalah itu sendiri.

Isu-isu yang beredar dalam

masyarakat akan bersaing satu sama

lain untuk mendapatkan perhatian

dari para elite politik sehingga isu

yang mereka perjuangkan dapat

masuk ke agenda kebijakan. Oleh

karna itu, kelompok-kelompok

dalam masyarakat akan

menggunakan berbagai cara untuk

Page 10: PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penetapan upah minimum tersebut dapat diarahkan

9

memperjuangkan suatu isu agar

masuk ke agenda kebijakan.

b. Penyusunan Agenda

Agenda kebijakan didefinisikan

sebagai tuntutan-tuntutan agar

pembuat kebijakan memilih atau

merasa terdorong untuk melakukan

tindakan tertentu. Tahap agenda

kebijakan juga biasa dikatan sebagai

langkah kunci yang harus dilewati

sebuah isu sosial sebelum isu

tersebut dimasukkan kedalam

agenda kebijakan pemerintah dan

akhirnya dijadikan sebuah

kebijakan. Menurut Nelson dalam

Winarno (2007:80) menyatakan

bahwa proses agenda kebijakan

berlangsung ketika pejabat publik

belajar mengenai maslah-masalah

baru, memutuskan untuk

memberikan perhatian secara

personal dan membolisisasi

organisasi yang mereka miliki untuk

merespon masalah tersebut.

Selanjutnya jika sebuah isu sosial

telah masuk kedalam agenda

kebijakan pemerintah maka isu

tersebut menjadi masalah publik

yang akan dipecahkan dengan

sebuah kebijakan pemerintah.

Sedangkan Mark Rushlefky

dalam Winarno (2007:82)

menyatakan bahwa suatu isu akan

menjadi agenda memalui konjungsi

(3) tiga urutan. Yaitu :

1. Pengidentifikasian, yakni tahap

pengidentifikasian masalah yang

didiskusikan sebelumnya.

2. Menitikberatkan pada kebijakan

atau pemecahan masalah.

Urutan kedua ini biasanya

terdiri dari para spesialis

dibidang kebijakan, seperti

misalnya para birokrat, staff

legislatif, akademisi, para ahli

dalam kelompok-kelompok

kepentingan, dan proposal yang

dibawa oleh komunitas-

komunitas tersebut.

3. Merupakan urutan politik

(political stream), pada urutan

ini biasanya disusun dari

perubahan-perubahan dalam

opini publik, hasil pemilihan

umum, perubahan dalam

administrasi dan partisipan atau

ideologi dalam lembaga

legislatif.

c. Alternatif pemecahan masalah/

perumusan usulan kebijakan

Setelah masalah-masalah publik

didefinisikan dengan baik dan para

perumus kebijkan sepakat untuk

memasukkan masalah tersebut

kedalam agenda kebijakan, maka

langkah selanjutnya adalam membuat

pemecahan masalah. Menurut

William N. Dunn (1999) alternatif

kebijakan (policy alternatives) adalah

arah tindakan yang secara potensial

tersedia yang dapat memberi

sumbangan kepada pencapaian nilai

dan karena itu kepada pemecahan

masalah kebijakan. Brewer dan De

Leon menggambarkan alternatif

kebijakan sebagai pilihan diantara

alternatif-alternatif kebijakan yang

Page 11: PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penetapan upah minimum tersebut dapat diarahkan

10

telah berhasil diusulkan bagi

pemecahan masalah yang sudah

diperkirakan.

Seperti yang diungkapkan oleh

Winarno (2012:93), bahwa untuk

memahami siapa yang sebenarnya

yang merumuskan kebijakan lebih

dahulu harus dipahami sifat-sifat

semua pemeran serta (partisipants),

bagian atau peran yang mereka

lakukan, wewenang atau bentuk

kekuasaan yang mereka miliki dan

bagaimana mereka saling

berhubungan serta saling mengawasi.

Sehingga pada tahap ini para

perumus kebijakan akan dihadapkan

pertarungan kepentingan antar

berbagai aktor yang terlibat dalam

perumusan kebijakan.

d. Penetapan Kebijakan

Setelah salah satu dari sekian

alternatif kebijakan diputuskan

diambil sebagai cara untuk

memecahkan masalah kebijakan,

maka tahap paling akhir dalam

pembentukan kebijakan adalah

menetapkan kebijakan yang dipilih

tersebut sehingga mempunyai

kekuatan hukum yang mengikat.

Menurut winarno (2007:122)

menyatakan alternatif kebijakan

yang diambil pada dasarnya

merupakan kompromi dari berbagai

kelompok kepentingan yang terlibat

dalam pembentukan kebijakan

tersebut.

Selanjutnya menurut Anderson

dalam Islami (2000:100)

menyatakan bahwa alternatif

kebijakan yang diambil biasanya

akan melewati kegiatan persuasion

dan juga bargaining. Persuasion

adalah usaha-usaha untuk

menyakinkan orang lain tentang

sesuatu kebenaran atau nilai

kedudukan seseorang sehingga

mereka mau menerimanya sebagai

miliknya sendiri. Sedangkan

bargaining adalah suatu proses dua

orang atau lebih yang mempunyai

kekuasaan atau otoritas mengatur

atau menyesuaikan setidak-tidaknya

sebagian tujuan yang tidak mereka

sepakati agar dapat merumuskan

serangkaian tindakan yang

dapatditerima bersama-sama akan

tetapi tidak perlu terlalu ideal bagi

mereka.

Dari bebrapa definisi tentang

kekuasaan diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa kekuasaan

adalah : kemampuan yang dimiliki

oleh seseorang ataupun kelompok

yang dapat mempengaruhi orang

atau kelompok lain agar mau

melakukan sesuatu sesuai dengan

yang diinginkan oleh orang atau

kelompok tersebut. Karena

kekuasaan yang dimiliki akan dapat

membuat kepentingan-kepentingan

daripada aktor lain jadi terabaikan.

3. Aktor-aktor Dalam Perumusan

Kebijakan

Aktor dalam perumusan kebijakan

adalah orang-orang yang terlibat baik

secara langsung maupun tidak

langsung dalam proses kebijakan itu.

Menurut winarno (2007:123) aktor-

Page 12: PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penetapan upah minimum tersebut dapat diarahkan

11

aktor yang terlibat dalam proses

kebijakan dapat dibedakan menjadi

aktor-aktor remi maupun tidak resmi.

Aktor-aktor resmi meliputi : Presiden

(eksekutif), DPR (legislatif), yudikatif

dan badan-badan administrasi/birokrasi

(agen-agen pemerintah). Mereka

dikatan resmi karena mempunyai

kekuasaan yang secara sah dan diakui

oleh konstitusi dan mengikat.

Sedangkan aktor-aktor yang dikatakn

tidak resmi karena tidak mempunyai

wewenang yang sah, seperti misalnya

partai-partai politik, warganegara

individu dan kelompok-kelompok

kepentingan.

Menurut Kuper dan Kuper

(2000:510) menyatakan “Keberadaan

kelompok kepentingan biasanya,

meskipun tidak selalu, bermanfaat

karena mereka membuka perdebatan

umum tentang kebijakan publik yang

menyangkut kepentingan banyak

orang”. Sedangkan Islami (2000:90)

mengartikan kelompok sebagai “...a

shared attidute group that makes

certain claims upon other in the

society”... yang artinya: suatu

kelompok yang memiliki sikap yang

sama yang mengajukan tuntunan-

tuntunan terhadap kelompok lain dalam

masyarakat... kelompok kepentingan

akan mempunyai arti politis jika

mempunyai kelompok kepentingan itu

mengajukan tuntunan terhadap suatu

lembaga pemerintah.

Dari beberapa definisi diatas, maka

dapat disimpulkan bahwa kelompok

kepentingan adalah suatu kelompok

yang ada dimasyarakat yang

mempunyai tuntunan-tuntunan

terhadap pemerintah dengan tujuan

untuk mempengaruhi suatu kebijakan

pemerintah agar kebijakan tersebut

sesuai dengan kepentingan dan tujuan

yang diinginkan oleh kelompoknya.

Dalam proses kebijakan perumusan

kebijakan UMK Tanjungpinang tahun

2016 selalu melibatkan 3 (tiga) aktor

yang terdiri dari Pemerintah,

Pengusaha (APINDO), dan Serikat

Pekerja/Buruh. Setiap aktor

mempunyai tujuan serta motivasi yang

berbeda-beda dalam masalah ini.

Selanjutnya para aktor tersebut akan

saling berinteraksi dan berkomunikasi

untuk dapat mempengaruhi aktor

lainnya dengan menggunakan

kekuasaan yang mereka miliki agar

kebijakan yang diambil dapat

memenuhi kepentingan dan tujuan

kelompoknya.

4. Upah Minimum

Pengertian upah minimum adalah

upah sebulan terendah yang terdiri atas

upah pokok termasuk tunjangan tetap

yang ditetapkan oleh gubernur sebagai

jaringan pengaman (Pasal 1 angka 1

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi nomor 7 Tahun 2013

tentang Upah Minimum).

Selanjutnya, berdasarkan ketentuan

Pasal 1 angka 2 dan 3 Peraturan

Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Nomor 7 tahun 2013,

jangkauan wilayah berlakunya upah

minimu meliputi :

Page 13: PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penetapan upah minimum tersebut dapat diarahkan

12

a. Upah Minimum Provinsi (UMP)

berlaku diseluruh kabupaten/kota

dalam suatu wilayah provinsi.

b. Upah Minimum Kabupaten/ Kota

(UMK) berlaku dalam suatu

wilayah kabupaten/kota.

Disamping itu, upah minimum

berdasarkan Kelompok Lapangan

Usaha Indonesia(KLUI) disebut Upah

Minimum Sektoral, yang terbagi

menjadi Upah Minimum Sektoral

Provinsi (UMSP) dan Upah Minimum

Sektoral Kabupaten/Kota (UMSK).

Dalam penetapan Upah Minimum

tidak terlepas dari Kebutuhan Hidup

Layak (KHL). Yang dimaksud

Kebutuhan Hidup Layak (KHL) adalah

standar kebutuhan yang harus dipenuhi

oleh seorang pekerja/buruh lajang

untuk dapat hidup layak baik secara

fisik, non fisik dan sosial, untuk

kebutuhan 1 (satu) bulan. Angka KHL

menjadi patokan dalam penetapan

Upah Minmu. Seperti yang tertuang

dalam peraturan pemerintah No.25

Tahun 2000 pasal 2 ayat (3) angka 9

huruf c, menyebutkan kebutuhan fisik

minimm tetapi dalam prakteknya

ditafsirkan sebagai Kebutuhan Hidip

Minimum (KHM) atau bahkan

Kebutuhan Hidup Layak (KHL).

Sesuai pasal 3 ayat (5) angka 8 huruf b,

penetapan dan pengawasan

pelaksanaan Upah Minimum menjadi

kewenangan Provinsi,KHL sebagai

dasar dalam penetapan Upah Minimum

merupakan peningkatan dari

Kebutuhan Hidup Minimum (KHM)

yang besarnya diperoleh melalui survei

harga. Dan survei harga dilakukan oleh

tim yang terdiri dari unsur tripartit

yang dibentuk oleh Dewan

Pengupahan.

B. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini adalah penilatian yang

bersifat deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang berusaha mendeskripsi¬kan

suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi

saat sekarang.Penelitian deskriptif

memusatkan perhatian kepada masalah-

masalah aktual sebagaimana adanya pada

saat penelitian berlangsung. Melalui

penelitian deskriptif, peneliti berusaha

mendeskripsikan peristiwa dan kejadian

yang menjadi pusat perhatian tanpa

memberikan perlakukan khusus terhadap

peristiwa tersebut.Variabel yang diteliti bisa

tunggal (satu variabel) bisa juga lebih dan

satu variabel.

Lokasi penelitian dipilih dan ditentukan

diwilayah Kota Tanjungpinang, dengan

alasan karena Tanjungpinang merupakan

ibukota provinsi riau dan merupakan daerah

yang sedang berkembang di sektor industri.

Selain itu kota tanjungpinang merupakan

wilayah dengan jumlah upah minimum

terendah di kepri sehingga banyak

menimbulkan konflik dan demo

buruh/pekerja.

Menurut sugiyono (2013:216) dalam

penelitian kualitatif tidak menggunakan

populasi karena penelitian kualitatif

berangkat dari kasus tertentu yang ada pada

situasi sosial tetentu dan hasil kajiannya

tidak akan diberlakukan kepopulasi, tetapi

ditransferkan ketempat lain pada situasi

sosial yang memiliki kesamaan dengan

Page 14: PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penetapan upah minimum tersebut dapat diarahkan

13

situasi sosial pada kasus yang dipelajari.

Sampel dalam penilitian kualitatif bukan

dinamankan responden, tetapi sebagai

narasumber, atau partisipan, informan,

teman dan guru dalam penelitian.sampel

dalam penelitian kualitatif, juga bukan

disebut statistik, tetapi sempel toritis, karena

tujuan penelitian kualitatif adalah untuk

menghasilkan teori. Adapun dalam

penulisan ini yang menjadi informan adalah:

a. Kabid Hubungan Industrial Dan

Pengawasan Dinas Sosial dan Tenaga

Kerja Kota Tanjungpinang

b. Staff Hubungan Industrial Dan

Pengawasan Dinas Sosial dan Tenaga

Kerja

c. Perwakilan Konfederasi Serikat

Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI)

Tanjungpinang

d. Perwakilan Dewan Perwakilan

Cabang – Serikat Buruh Sejahtera

Indonesia (DPC-SBSI 92) Kota

Tanjungpinang

e. Perwakilan Asosiasi Pengusaha

Indonesia (APINDO) Kota

Tanjungpinang.

Menurut Arikunto (2010:172) sumber

data dalam penelitian adalah subjek dari

mana data tersebut diperoleh. Untuk

memperoleh data yang diperlukan maka

dalam penelitian ini penulis menggunakan

teknik sebagai berikut :

a. Data primer

Menurut Sugiyono (2010:137) yang

menyatakan bahwa sumber primer

adalah sumber data yang langsung

memberikan daya pada pengumpul data.

Data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian yang mengenakan alat ukur

atau pengambilan data langsung pada

subjek sebagai sumber informasi yang

dicari yaitu studi lapangan. Biasanya

berupa pengumpulan data yang diperoleh

melalui penelitian dengan turun kelokasi

penelitian untuk mencari fakta yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti.

b. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2010:137) data

sekunder adalah data yang diperoleh

secara tidak langsung diperoleh oleh

peneliti dari subjek penelitiannya yaitu

studi kepustakaan. Biasanya berupa

teknik pengumpulan data atau informasi

yang menyangkut masalah yang diteliti

dengan mempelajari dan menelaah buku,

majalah dan surat kabar dan bentuk-

bentuk tulisan lainnya yang ada

relevansinya dengan masalah.

Untuk mengumpulkan data, fakta dan

informasi di lapangan penulis menggunakan

tekhnk pengumpulan data yaitu:

a. Interview (wawancara)

Menurut Burhan Bungin

(2011:155) wawancara adalah proses

percakapan dengan maksud untuk

mengonstruksi mengenai orang,

kejadian, organisasi, motivasi,

perasaan dan sebagainya yang

dilakukan dua pihak yaitu

pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dengan orang

yang diwawancarai (interviewee)

.Interview adalah suatu cara

pengumpulan data dengan bertanya

langsung kepada responden untuk

memperoleh keterangan lebih lanjut

mengenai masalah-masalah

penelitian. Alat pengumpulan datanya

Page 15: PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penetapan upah minimum tersebut dapat diarahkan

14

adalah pedoman wawancara yaitu

suatu catatan mengenai hal-hal yang

akan ditanyakan kepada informan.

b. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2013:240)

dokumen merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-

karya monumental dari seorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan

misalnya catatan harian, sejarah

kehidupan , kriteria , biografi,

peraturan, kebijakan. Dokumen yang

berbentuk gambar misalnya foto,

gambar hidup, sketsa dan lain-lain.

Dokumen yang berbentuk karya

misalnya karya seni, yang dapat berupa

gambar, patung, film dan lain-lain.

C. SEJARAH SINGKAT DINAS SOSIAL

DAN TENAGA KERJA KOTA

TANJUNGPINANG

Dinas Tenaga Kerja sebagaimana

dimaksud, mempunyai tugas

menyelenggarakan urusan Pemerintah

Daerah berdasarkan atas otonomi dan tugas

pembantuan di bidang tenaga kerja

Berdasarkan Peraturan Walikota

Tanjungpinang Nomor 49 Tahun 2102

tentang perubahan atas peraturan Walikota

No. 10 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas

Pokok dan Fungsi Susunan Organisasi dan

Tata Kerja Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

Kota Tanjungpinang adalah sebagai berikut:

• Perumusan kebijakan teknis di bidang

tenaga kerja.

• Penyelenggaraan pelayanan dibidang

tenaga kerja.

• Pembinaan pelasanaan tugas dibidang

tenaga kerja.

• Pelaksanaan urusan kesekretariatan

dinas.

• Pelaksanaan tugas yang diberikan oleh

Walikota.

Visi merupakan cara pandang jauh ke

depan ke mana instansi pemerintah harus

dibawa dan diarahkan agar dapat berkarya

secara konsisten dan tetap teknis, antisipatif,

inovatif serta produktif. Visi adalah suatu

gambaran menantang tentang keadaan masa

depan yang berisikan cita dan citra yang

ingin diwujudkan instansi pemerintah.

Berdasarkan konsepsi visi diatas dan

mengacu pada visi Visi Kota Tanjungpinang

dan Visi Dinsosnaker Kepri, maka

dirumuskanlah Visi Dinsosnaker Kota

Tanjungpinang sebagai berikut :

“Terwujutnya Kemampuan Penanganan

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Dan

Tenaga Kerja yang Profesional Memiliki

Daya Saing Dalam Rangka Terciptanya

Masyarakat Kota Tanjungpinang yang

Sejahtera “

Yaitu suatu keadaan yang ingin dicapai di

mana angkatan kerja Kota Tanjungpinang

dihrapkan : Mempunyai keahlian dan

keterampilan untuk menempati lowongan

kerja yang tersedia baik dibidang industri,

jasa maupun perdagangan atau bahkan

mampu mengelola usaha secara mandiri dan

mempunyai disiplin etika kerja yangbaik

sehingga dapat dihargai dan disegani pekerja

lain.

Dengan dimilikinya kahlian dan

keterampilan serta disiplin dan etika kerja,

diharapkan produktivitas yang tinggi dapat

dicapai dan keluarga yang sejahtera dapar

terwujud.

Page 16: PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penetapan upah minimum tersebut dapat diarahkan

15

Misi adalah sesuatu yang harus dieman

atau dilaksanakan oleh instansi pemerintah,

sebagai penjabaran visi misi yang telah

ditetapkan. Dengan pernyataan misi

diharapkan seluruh anggota organisasi dan

pihak yang berkepentingan dapat

mengetahui serta mengenal keberadaan dan

peran instansi pemerintah dalam

penyelenggaraan pemerintah.

Berangkat dari suatu tekad untuk

mewujudkan Visi yang telah dirumuskan,

maka Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota

Tanjungpinang menetapkan Misinya sebagai

berikut :

• Penanganan masalah kesejahteraan

sosial melalui pembinaan dan

pengembangan kemitraan dengan

masyarakat agar terwujudnya kehidupan

masyarakat yang sejahtera.

• Meningkatkan kesejahteraan hidup

masyarakat melalui pemberdayaan

ekonomi local dan program pengentasan

kemiskinan.

• Mempersiapkan angkatan kerja yang

professional dan memiliki daya saing

agar produktif dan mandiri.

• Mengoptimalkan pengawasan untuk

meningkatkan pelayanan sektor

ketenagakerjaan dan kesejahteraan

sosial.

• Terwujudnya tempat kerja yang aman,

sehat dan kondusif melalui pembinaan

dan koordinasi dengan penyediaan

lapangan kerja.

D. PEMBAHASAN

1. Aktor dan Peran Dalam Perumusan

Kebijakan UMK Kota

Tanjungpinang.

a. Komposisi Setiap Unsur

Proses kebijakan upah minimum

kota tanjungpinang tahun 2016,

diawali dengan dibentuknya dewan

pengupahan kota tanjungpinang,

Dewan pengupahan merupakan tim

ahli yang dibentuk oleh walikota

dalam rangka untuk merumuskan

besarnya nilai upah minimium kota

tanjungpinang. Adapun

keanggotaan dewan pengupahan

kota tanjungpinang terdiri dari 3

(tiga) unsur, yakni unsur

pemerintah, unsur pengusaha yang

diwakili oleh APINDO dan unsur

serikat pekerja, ditambah dengan 1

kalangan akademisi yang dianggap

netral, diambil dari kalangan

universitas daerah. Dalam proses

pembentukan Dewan Pengupahan

Kota Tanjungpinang, baik dari

unsur pemerintah, unsur pengusaha

maupun unsur pekerja untuk

memutuskan keterwakilannya

dalam dewan pengupahan tersebut.

Perwakilan unsur serikat pekerja

dalam keanggotaan dewan

pengupahan telah diatur dalam UU

Nomor : 21 Tahun 2000 tentang

serikat pekerja dan Keputusan

Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi nomor :

Kep.201/Men/2001 tentang

keterwakilan serikat pekerja/buruh

dalam kelembagaan hubungan

industrial dalam lembaga

ketenagakerjaan, harus dilakukan

pendataan jumlah anggota serikat

pekerja yang bersangkutan.

Keterwakilan suatu serikat

Page 17: PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penetapan upah minimum tersebut dapat diarahkan

16

pekerja/buruh dalam keanggotaan

dewan pengupahan kota

Tanjungpinang. Keterwakilan

anggota dewan pengupahan dari

unsur serikat pekerja/buruh harus

sesuai dengan keputusan Menteri

Tenaga Kerja Republik Indonesia

Nomor 201 Tahun 2001 tentang

keterwakilan dalam kelembagaan

Hubungan Industrial.

b. Peran Setiap Unsur Dalam

Peraturan Pemerintah No 78 Tahun

2015 Tentang Pengupahan

Dalam proses perumusan upah

minimum kota tanjungpinang tahun

2016 saat ini telah menggunakan

Peraturan Pemerintah No 78 Tahun

2015 yang baru dikeluarkan guna

memberikan kemudahan dewan

pengupahan dalam menentukan

nilai upah minimum tahun 2015.

Peraturan pemerintah No 78

tahun 2015 dikeluarkan guna

memudahkan dewan pengupahan

dalam menetapkan upah minimum.

Menurut PP No 78 tahun 2015,

penetapan upah minimum

dilakukan berdasarkan kebutuhan

hidup layak dan dengan

memperhatikan produktivitas dan

pertumbuhan ekonomi. Komponen

sebagaimana yang dimaksud dan

jenis kebutuhan hidup sebagaimana

yang dimaksud ditinjau dalam

jangka waktu lima tahun, bunyi

pasal 43 ayat 5.

Peninjauan komponen dan jenis

kebutuhan hidup sebagaimana yang

dikemukakan oleh bapak Drs H

Syarifuddin (kabid industrial dari

unsur pemerintah) sesuai dengan

PP No 78 Tahun 2015 dengan

mempertimbangkan hasil kajian

yang dilaksanakan dewan

pengupahan Nasional yang

menggunakan data dan informasi

yang bersumber dari lembaga yang

berwenang di bidang statistik.

Adapun penetapan upah

minimum melaui Peraturan

Pemerintah No 78 tahun 2015 di

hitung dengan menggunakan

formula perhitungan Upah

Minimum, yaitu : UMn = UMt x

(% Inflasit + % ∆ PDBt). Dari

hasil observasi yang peneliti

lakukan menyatakan bahwa untuk

menentukan Kebutuhan Hidup

Layak (KHL) dan penetapan Upah

Minimum kota tanjungpinang tahun

2016 berdasarkan Peraturan

pemerintah No 78 Tahun 2015.

Adapun dengan adanya

Peraturan Pemerintah No 78 Tahun

2015 ini terjadi pembahasan yang

intern di setiap unsur-unsur tripartit,

baik dari unsur pemerintah, unsur

pengusaha dan unsur pekerja untuk

lebih mempelajari peraturan

pemerintah tersebut.

peran pemerintah dalam

penetapan umk tahun 2015 setelah

adanya peraturan pemerintah no 78

tahun 2015 ini adalah menjadi

menciptakan kondisi pengupahan

yang adil dan berkeadilan, unsur

pengusaha memiliki peran dan

Page 18: PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penetapan upah minimum tersebut dapat diarahkan

17

kepentingan yang yang mendasar

yang independent dan profesional.

Jadi dapat disimpulkan bahwa

setiap unsur sebenarnya memiliki

kepentingan dalam penetapan upah

minimum tersebut, akan tetapi

dengan adanya peraturan

pemerintah no 78 tahun 2015, peran

dan kepentingan yang mereka

miliki sedikit berkurang dan hanya

mengikuti prosedur yang telah

tercantum didalam peraturan

pemerintah No 78 tahun 2015.

2. Proses Pembahasan Upah Minimum

Setelah terbentuknya dewan

pengupahan kota tanjungpinang maka

tahapan selanjutnya adalah melakukan

rapat pembahasan mengenai

perhitungan nilai UMK 2016. Dalam

pembahasan perhitungan nilai UMK

2016 dewan pengupahan melakukan

rapat sebanyak 3 (tiga) kali yang

dilakukan pada bulan oktober tahun

2015 hingga menghasilkan kesepakan

untuk nilai UMK tahun 2016.

Adapun isi peraturan pemerintah No

78 Tahun 2015 Pasal 44 tentang

pengupahan, dimana guna

menghasilkan acuan yang lebih valid

dalam pelaksanaan penetapan Upah

Minimum Tahun 2016 sebagai berikut:

1. Penetapan upah minimum

sebagaimana yang dimaksud

dalam pasal 43 ayat 1 dihitung

menggunakan formula

perhitungan upah minimum.

2. Formula perhitungan upah

minimum sebagaimana yang

dimaksud pada ayat 1 sebagai

berikut : UMn = UMt + {UMt

x ( Inflasit + % ∆ PDBt)}

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai

perhitungan upah minimum

dengan menggunakan formula

sebagaimana pada ayat 2 diatur

dengan peraturan menteri.

Pembahasan mengenai besaran

upah minimum kota tanjungpinang

tahun 2016. Tahap awal dalam

pemabahasan besaran UMK adalah

menetapkan nilai Kebutuhan Hidup

Layak (KHL) yang menjadi acuan

dalam penetapan nilai UMK. Akan

tetapi dalam penetapan nilai KHL ini

harus sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015.

Sehingga berdasarkan peraturan

pemerintah tersebut, dewan

pengupahan kota tanjungpinang

mengadakan rapat untuk pertama

kalinya untuk membahas penetapan

upah minimum kota tanjungpinang

tahun 2016, rapat pertama tersebut

dihadiri oleh seluruh anggota dewan

pengupahan kota tanjungpinang. Dan

dalam rapat tersebut membahas

tentang peraturan pemerintah (PP)

yang baru. Dalam rapat tersebut

disepakati bahwa dikarenakan

keterlambatan pengesahan peraturan

pemerintah yang baru tentang

pengupahan sehingga dewan

pengupahan belum dapat menentukan

nilai upah minimum secara langsung.

Rapat pertama yang berjalan dengan

lancar membuat semua pihak meras

lega dan memiliki harapan yang baik

tentang pembahsan nilai UMK

Page 19: PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penetapan upah minimum tersebut dapat diarahkan

18

Tanjungpinang tahun 2016

nantinya.Dan pada rapat tersebut

dewan pengupahan sepakat untuk

menunggu hasil peraturan pemerintah

yang baru tentang upah minimum.

Dan selanjutnya akan menetapkan

upah minimum sesuai dengan

peraturan pemerintah no 78 tahun

2015 tentang pengupahan.

Rapat kedua dewan pengupahan yang

disepakati sesuai dengan jadwal yang

telah ditetapkan. Pada rapat keda ini

baru benar-benar dibahas tentang

peraturan pemerintah No 78 Tahun

2015 tentang Upah Minimum Tahun

2016.

Pada rapat kedua ini telah membahas

tentang hal-hal sebagai berikut :

1. Harga barang/komoditasS

2. Tingkat inflasi

3. Pertumbuhan ekonomi

4. Kemapuan perusahaan

Pada rapat kedua tersebut didapatkan

nilai KHL yang dilakukan oleh

Badan Pusat Statistik melalui formula

perhitungan sesuai dengan Peraturan

Pemerintah No 78 Tahun 2015,

sebagai berikut :

UM2016 = UM2015 + {UM2015 x

(% Inflasi2015 + % ∆ PDB2015)}

• UM2015 : Rp. 1.955.000,-

• Inflasi2015 : 6.90%

• ∆ PDB2015 : 4.98%

UM2016 = Rp. 1.955.000,- + {Rp.

1.955.000,- x ( 6.90 +

4.98)}

= Rp. 1.955.000,- + {Rp.

1.955.000 ,- x ( 11,88

%)}

= Rp. 1.955.000,- + Rp.

231837,-

= Rp. 2.186.837,-

rapat kedua dewan pengupahan

berjalan dengan lancar dan mulus

dikarenakan belum memutuskan nilai

UMK kota tanjungpinang 2016. Akan

tetapi hanya sekedar membahas

tentang Peraturan Pemerintah No 78

Tahun 2015 dan membahas tentang

perhitungan nilai UMK dengan

menggunakan sistem pengupahan

baru berdasarkan perhitungan inflasi

dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Pada rapat ketiga membahas

mengenai usulan UMK

tanjungpinang tahun 2016 yang

dilakukan oleh setiap anggota dewan

pengupahan. Adapun nilai yang

ditetapkan berdasarkan Peraturan

Pemerintah No 78 Tahun 2015

dengan menggunakan formula

perhitungan yaitu Rp2.186.837. dari

hasil perhitungan tersebut terjadi

perdebatan disetiap unsur mengenai

besaran nilai UMK Tanjungpinang

tahun 2016.

Maka pada hari itu, Dewan

Pengupahan telah memutuskan untuk

mengusulkan angka Rp2.186.837

yang telah disepakati oleh anggota

Dewan Pengupahan sebagai angka

UMK Tanjungpinang tahun 2016

yang akan direkomendasikan kepada

Walikota Tanjungpinang.

3. Penetapan Kebijakan UMK

Tanjungpinang Tahun 2016

Setelah mendapatkan hasil nilai

perhitungan KHL tersebut, setiap unsur

Page 20: PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penetapan upah minimum tersebut dapat diarahkan

19

menyepakati hasil tersebut dengan nilai

Rp2.186.837. yang dihitung

berdasarkan sistem pengupahan baru

berdasarkan perhitungan inflasi dan

pertumbuhan ekonomi nasional. Dari

hasil tersebut dewan pengupahan kota

tanjungpinang menyetujui angka

tersebut sesuai dengan peraturan

pemerintah no 78 tahun 2015 tentang

pengupahan.

Jadi bisa dapat disimpulkan kalau rapat

yang ketiga tersebut merupakan rapat

terakhir bagi mereka untuk menetapkan

angka UMK Tanjungpinang tahun 2016,

sehingga semua unsur terlibat

didalamnya berusaha mempertahankan

kepentingan yang telah diamanatkan

setiap organisasi, akan tetapi dengan

peraturan pemerintah no 78 tahun 2015

tesebut setiap unsur berusaha mau

menerima dengan hasil keputusan

tersebut.

Setelah terjadi pembahasan yang

cukup panjang oleh anggota dewan

pengupahan menegenai masalah

penetapan angka upah minimum kota

tanjungpinang (UMK) tahun 2016, yaitu

rapat dengan ini dewan pengupahan

mengirimkan berita acara bersama

tentang rekomendasi besaran angka

upah minimum kota tanjungpinang

tahun 2016 tanggal 28 oktober 2015.

Setelah berita acara yg telah diberikan

oleh dewan pengupahan kepada

walikota tanjungpinang., selanjutnya

walikota tanjungpinang mengirimkan

surat kepada gubernur provinsi

kepulauan riau perihal usulan upah

minimum kota tanjungpinang.

Menanggapi surat walikota terkait

masalah upah minimum kota

tanjungpinang tahun 2016 tersebut. Ada

sebagian organisasi yang merasa tidak

puas dengan angka yang telah

direkomendasikan oleh walikota

tersebut.

Kemudian berdasarkan berita acara

hasil pembahasan penetapan upah

minimum kota tanjungpinang tahun

2016. Gubernur Provinsi Kepulauan

Riau No 1733 Tahun 2015 tentan Upah

Minimum Kota Tanjungpinang tahun

2016 tanggal 16 November 2016 yaitu

sebesar Rp. 2.179.825,- (Dua Juta

Seratus Tujuh Puluh Sembilan Ribu

Delapan Ratus Dua Puluh Lima Rupiah)

per bulan. Besaran Upah Minimum

Kota (UMK) sebagaimana dimaksud

pada diktum KESATU diberlakukan

hanya bagi pekerja yang mempunyai

masa kerja kurang dari satu tahun,

sedangkan untuk pekerja dengan masa

kerja di atas satu tahun dilakukan

kenaikan melalui perundingan bersama

antara pengusaha dan pekerja/wakil

pekerja dengan sebaik-baiknya sesuai

dengan struktur dan skala upah yang

telah diberlakukan diperusahaan.

Setelah dikeluarkan surat keputusan

keputusan gubernur diatas, maka

walikota tanjungpinang

mengintruksikan kepada perusahaan

dalam wilayah kota tanjungpinang

untuk melaksanakan keputusan

gubernur provinsi kepulauan riau

sebaimana diatas tentang Upah

Minimum Kota Tanjungpinang tahun

2016 bagi tenaga kerja yang masa kerja

Page 21: PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penetapan upah minimum tersebut dapat diarahkan

20

nya dibawah 1 (satu) tahun. Dan bagi

tenaga kerja yang sudah bekerja diatas 1

(satu) tahun maka perusahaan dihimbau

untuk membayar upah diatas ketentuan

Keputusan Gubernur Provinsi

Kepulauan Riau tersebut.

Dengan dikeluarkannya Surat keputusan

Gubernur Provinsi Kepulauan Riau

Nomor : 1733 Tahun 2015 Tentang

Upah Minimum Kota Tanjungpinang

tanggal 16 november 2015 yaitu

sebesar Rp. 2.179.825,- (dua juta seratus

tujuh puluh sembilan delapan ratus dua

puluh lima) dan tidak adanya peolakan

dari buruh ataupun perusahaan

mengenai hala diatas tersebut, maka

proses penetapan kebijakan upah

minimum kota tanjungpinang telah

selesai dilaksanakan.

E. PENUTUP

Pada bab ini penulis akan membuat

kesimpulan dan saran mengenai hasil

penelitian yang telah dilakukan. Sehingga

penelitian ini dapat berguna bagi orang lain

nantinya. Berdasarkan pengamatan dan juga

wawancara mendalam yang dilakukan

peneliti, maka dapat disimpulkan beberapa

hal sebagai berikut :

1. Dalam perumusan kebijakan

penetapan upah minimum kota

tanjungpinang tahun 2016 telah

dilakukan sesuai dengan prosedur

yang seharusnya. Ada 3 (tiga) unsur

yang terlibat dalam perumusan

kebijakan upah minimum kota

tanjungpinang tahun 2016, yaitu

unsur perwakilan pemerintah yaitu

dewan pengupahan kota

Tanjungpinang, unsur perwakilan

pengusaha (APINDO) dan unsur

perwakilan serikat pekerja/buruh.

Walaupun pada akhirnya hasil dari

proses tersebut ditentukan oleh

Peraturan Pemerintah No.78 tahun

2015, dimana besaran angka UMK

ditentukan melalui formula

perhitungan dan tidak sesuai dengan

KHL-nya, akan tetapi pemerintah

tetap menampung dan

memperhatikan aspirasi mereka.

2. Pada proses perumusan kebijakan

upah minimum telah ditentukan

dengan peraturan pemerintah tersebut

dan menyebabkan peran dari setiap

unsur pemerintah, unsur pengusaha

dan unsur serikat pekerja berkurang

dan juga tidak dapat menyuarakan

kepentingan-kepentingan yang

mereka ingin suarakan, karna dalam

penentuan upah minimum tahun 2016

telah ditentukan oleh prosedur

peraturan pemerintah No 78 Tahun

2015 tersebut. Akan tetapi setelah

menjalani proses perundingan, dapat

dicapai kesepakatan antara pihak

serikat pekerja, pihak pengusaha dan

pihak pemerintah mengenai besaran

angka UMK Tanjungpinang tahun

2016.

3. Proses penetapan UMK

tanjungpinang sebenarnya sangat

ditentukan oleh hasil perundingan

yang dilakukan oleh Dewan

Pengupahan Kota Tanjungpinang

yang kemudian direkomendasikan

kepada Walikota Tanjungpinang,

untuk selanjutnya diteruskan kepada

gubernur provinsi kepulauan riau dan

Page 22: PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penetapan upah minimum tersebut dapat diarahkan

21

ditetapkan melalui Keputusan

Kebijakan. Walaupun pada akhirnya

keputusan tersebut tidak sesuai

dengan hasil rekomendasi yang sudah

diberikan oleh dewan pengupahan

kota tanjungpinang, akan tetapi

gubernur dan walikota mempunyai

hak prerogratif untuk merubah kajian

secara sepihak. Yang dimaksudkan

agar tercapai situasi kerja yang

kondusif di wilayah Kota

Tanjungpinang.

Berikut adalah saran yang dapat penulis

berikan dalam pembahasan tersebut :

1. Dewan Pengupahan Kota

Tanjungpinang seharusnya membuat

mekanisme kerja menjadi lebih

rasional dan demokratis, caranya

yaitu dengan menampung semua

aspirasi pakerja dan pengusaha yang

masuk lalu dirundingkan kembali

untuk mencari penyelesaian masalah

tersebut, walaupun dalam penetapan

tersebut telah menggunakan

peraturan pemerintah no 78 tahun

2015. Sehinga dalam perumusan

kebijakan tersebut peran dari pihak

pekerja/buruh dan pihak pengusaha

dapat lebih berperan besar dan

menuangkan kepentingannya masing-

masing dalam perumusan kebijakan

upah minimum tersebut.

2. Kepada semua pihak yang terlibat

dalam perumusan kebijakan upah

minimum untuk dapat menerima dan

menjalankan hasil dari kebijakan

tersebut walaupun tidak sesuai

dengan keinginan mereka. Hal

tersebut agar dapat menjaga

keamanan dan kenyamanan di dunia

ketenagakerjaan dan industri.untuk

itu lebih baik apabila kita

menjalankan peraturan pemerintah

dan kebijakan tersebut dengan baik,

sehingga dapat menciptakan hal yang

positif bagi ketenagakerjaan dan

industri dalam negeri, sehingga dapat

menarik investor untuk menanamkan

modalnya didaerah kita.

3. Dalam hal ini pemerintah telah

berusaha semaksimal mungkin untuk

dapat menampung semua aspirasi

yang berhubungan dengan upah.

Pemerintah ingin menciptakan

keadaan dimana pengusaha dapat

menjalankan usahanya dengan baik

dan pekerja juga dapat bekerja dan

memperoleh haknya dengan baik.

Dan juga pemerintah telah

melaksanakan proses perumusan

kebijakan upah minimum sudah

sesuai dengan prosedur yang telah

ditetapkan

4. Penelitian ini belum komprehensif

karna hanya melihat peran dan

kepentingan dari setiap aktor dalam

perumusan, maka untuk kebutuhan

penelitian berikutnya bagi yang

berminat meneliti tentang upah

minimum dapat melihat dari segi

output , yaitu bagaimana mengukur

bagaimana besaran angka UMK yang

dihasilkan oleh pemerintah

berdasarkan tingkat kepuasan dan

ekpektasi masyarakat.

Page 23: PERAN DAN KEPENTINGAN AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN UPAH ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penetapan upah minimum tersebut dapat diarahkan

22

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi

Penelitian Kualitatif. Jakarta:

Rajawali pers.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi

Pendekatan Kualitatif untuk Ilmu-

Ilmu Sosial, Jakarta, Salemba

humanika.

Hanafi, Harsono. 2002. Implementasi

Kebijakan dan Politik. Bandung :

Puataka Buana.

Khakim, Abdul. 2014. Dasar-dasar

Hukum Ketenagakerjaan

Indonesia,Bandung. PT Citra Aditya

Bakti.

Poerwadarminta, W.J.S, 1990, Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :

Depdikbud.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian

kuanitatif, kualitatif, dan R &D.

Bandung: Alfabet.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian

Administrasi. Bandung: Alfabet.

Sunggono, Bambang. 1994. Hukum dan

Kebijaksanaan Publik. Jakarta: Sinar

Grafika.

Wahab, Solichin Abdul. 1997. Analisis

Kebijakan: Dari Formulasi ke

Implementasi Kebijaksanaan Negara.

Jakarta : Bumi Aksara.

Winarno, Budi. 2007. Teori dan Proses

Kebijakan Publik, Yogyakarta: Media

Pressindo.

Dokumen :

Undang-Undang Republik Indonesia No.

13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi nomor 7 Tahun 2013

tentang Upah Minimum.

Peraturan Pemerintah No 78 Tahun

2015.

Keputusan Gubernur Kepulauan Riau

Nomor 1733 Tahun 2015 Tentang

Upah Minimum Kota Tanjungpinang

Tahun 2016.

Badan Pusat Statistik Kota

Tanjungpinang Tahun 201

Web :

http://andikajack.blogspot.co.id/2013/11/

kebijakan-publik-

mengenaituntutan.html

http://www.kepridays.com/pt-aska-pura-

gaji-karyawan-dibawah-umk/