peran dan capain ojk dalam rezim apu ppt sektor jasa ... dan... · •tugas dan fungsi ojk ......
TRANSCRIPT
1
Oleh:
Grup Penanganan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan PendanaanTerorisme
2018
Peran dan Capain OJK dalam Rezim APU PPT Sektor Jasa Keuangan -
Presentasi Dalam Rangka Penyusunan Indeks Persepsi Publik
Terhadap TPPU dan TPPT Tahun 2018
Outline Pembahasan
2
• Tugas dan Fungsi OJK
• Tugas dan Fungsi OJK Terkait APU PPT
Latar Belakang
• Peraturan APU PPT terintegrasi & Risk Based Approach / RBA Pengawasan program APU PPT
• Penyusunan Sectoral Risk Assesment (SRA) Sektor jasa keuangan
• Pengawasan Penerapan Program APU PPT di Sektor Jasa Keuangan
• Pembangungan Sistem Informasi Program APU PPT (SIGAP)
• Sosialisasi Program APU PPT dalam rangka Peningkatan Awareness Sektor Jasa Keuangan
Capaian OJK
LATAR BELAKANG
3
Transisi Otoritas Jasa Keuangan
4
Latar Belakang Berdirinya OJK
5
Tujuan dibentuknya OJK
6
7
Tugas dan Fungsi OJK
Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel1
Mampu melindungi kepentingan Konsumen dan masyarakat3
OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:
Tumbuh Kembang Industri
Perlindungan konsumen
2 Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan & stabil
Pasal 5 UU No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan“OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadapkeseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.”
Tugas dan Wewenang OJK
8
Tugas dan Fungsi OJK
9
Tugas dan Fungsi OJK - UU No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
10
PERBANKAN PASAR MODAL IKNB LKM
1. Bank Umum• Konvensional;• Syariah
2. BPR• Konvensional;• Syariah
1. SRO• BEI • KPEI • KSEI
2. Perusahaan Efek• Perantara
Pedagang Efek• Penjamin Emisi
Efek • Manajer Investasi
3. Lembaga Penunjang• BAE• Kustodian• Wali Amanat• Pemeringkat Efek
Beroperasi secarakonvensional maupun syariah
1. Asuransi :• Konvensional• Syariah
2. Dana Pensiun3. Lembaga Pembiayaan
• Konvensional• Syariah
4. LJK Lainnya• Konvensional• Syariah
Lembaga Keuangan Mikro
Industri Keuangan yang Diawasi oleh OJK
Pengaturan:
• Peraturan pelaksanaan UU OJK;
• Peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
• Peraturan mengenai pengawasan;
• Peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis.
Pengawasan:
• Melakukan pengawasan dan perlindungan konsumen sektor industri jasa keuangan
• Memberikan dan atau mencabut izin usaha; pengesahan; persetujuan atau penetapan pembubaran;
• Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan dan menunjuk pengelola statuter;
• Menetapkan sanksi administratif.
Wewenang: Mengatur dan Mengawasi
Ketua
Wakil (Ketua Komite Etik)
Anggota (Ex Officio BI)
Anggota (Ex Officio
Kemenkeu)
Anggota (Ketua Dewan
Audit)
Anggota (Bid. Edukasi &
Perlindungan Konsumen)
Anggota (Kepala Eksekutif
Pengawas IKNB)
Anggota (Kepala Eksekutif Pengawas
Pasar Modal)
Anggota (Kepala Eksekutif Pengawas
Perbankan)
DK OJK• Bersifat kolektif dan
kolegial
• Memiliki hak suara yang sama
• Melaksanakan tugaspengaturan
• Mengawasi pelaksanaantugas Kepala eksekutif
KOMITE ETIK
Mengawasi kepatuhan Anggota Dewan Komisioner, Pejabat dan Pegawai OJK terhadap Kode Etik OJK
DEWAN AUDIT
Melakukan evaluasi atas pelaksanaan tugas OJK, menyusun standar audit, manajemen risiko dan pengendalian kualitas Otoritas Jasa Keuangan
KOMITE LAIN
Kelembagaan Otoritas Jasa Keuangan
DKI Jakarta dan
Banten (R1)
Jawa Barat (R2)• Cirebon
• Tasikmalaya
Jawa Timur (R4)• Malang
• Jember
• Kediri
Jawa Tengah dan
Daerah Istimewa
Yogyakarta (R3)• Provinsi DI
Yogyakarta
• Solo
• Purwokerto
• Tegal
Sumatera Bagian
Utara (R5)• Provinsi Aceh
• Provinsi Sum-Bar
• Provinsi Riau
• Provinsi Kep. Riau
9 KANTOR REGIONAL
26 KANTOR OJKKalimantan (R9)• Provinsi Kal-Bar
• Provinsi Kal-Tim
• Provinsi Kal-Teng
Sulawesi, Maluku,
dan Papua (R6)• Provinsi Sul-Utara
• Provinsi Papua
• Provinsi Sul-Tengah
• Provinsi Sul-Tenggara
• Provinsi Maluku
Bali dan Nusa Tenggara
(R8)
• Provinsi Nusa Tenggara
Barat
• Provinsi Nusa Tenggara
Timur
Sumatera Bagian
Selatan (R7)• Provinsi Lampung
• Provinsi Jambi
• Provinsi Bengkulu
Jaringan Kantor Regional dan Kantor OJK
Dasar Hukum Pengawasan Program APU PPT
OJK mendapatkan mandat untuk melakukan pengawasan pada penerapan program APU PPT berdasarkanUU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)
Pasal 18 ayat (1) dan ayat (4)
“Lembaga Pengawas dan Pengatur (LPP) menetapkan
ketentuan prinsip mengenali Pengguna Jasa (nasabah) dan
melaksanakan pengawasan kepatuhan Pihak Pelapor dalam
menerapkan prinsip mengenali nasabah”.
Pasal 31
“Pengawasan kepatuhan atas kewajiban pelaporan bagi
Pihak Pelapor dilakukan oleh LPP dan atau PPATK.”
Selain itu, berdasarkan UU No. 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pendanaan Terorisme (TPPT) diatur bahwa
Pasal 12
“LPP menetapkan ketentuan prinsip mengenali Pengguna Jasa
Keuangan, termasuk Pengguna Jasa Keuangan yang terkait
tindak pidana pendanaan terorisme, adapun ketentuan
sebagaimana dimaksud diatur tersendiri oleh LPP dan wajib
diterapkan oleh PJK.”
Pasal 14
“Pengawasan kepatuhan PJK atas kewajiban pelaporan
Transaksi Keuangan Mencurigakan terkait Pendaaan
Terorisme dilakukan oleh PPATK dan LPP yang
berwenang.”
15
16
UU No.8 Tahun 2010
Tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang
UU No.9 Tahun 2013
Tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak
Pidana PendanaanTerorisme
UU No.8 Tahun 2010
Ps 1 (17) Lembag a Pengawas dan Pengatur adalah
lembaga yang memiliki kewenangan pengawasan,
pengaturan dan/atau pengenaan sanksi terhadap
Pihak Pelapor
Ps 18 (1) Lembaga Pengawas dan Pengatur
menetapkan ketentuan prinsip mengenali Pengguna
Jasa
Ps 18 (4) Lembaga Pengawas dan Pengatur wajib
melaksanakan pengawasan atas kepatuhan Pihak
Pelapor dalam menerapkan prinsip mengenali
Pengguna Jasa
Ps 31 (3) Hasil pelaksanaan Pengawasan Kepatuhan
yang dilakukan oleh Lembaga Pengawas dan
Pengatur disampaikan kepada PPATK
UU No.9 Tahun 2013
Ps 1 (12) Lembaga Pengawas dan Pengatur yang
selanjutnya disingkat LPP adalah lembaga yang
memiliki kewenangan pengawasan, pengaturan
dan/atau pengenaan sanksi terhadap PJK
1
2
Jasa Keuangan = Pihak Pelapor =
Penyedia Jasa Keuangan
(Ps 17 (a) UU No.8 Tahun 2010)
Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme
menggunakan jasa keuangan sebagai sarana
melakukan tindak pidana
1. Bank
2. Perusahaan pembiayaan
3. Perusahaan asuransi dan
perusahaan pialang asuransi
4. Dana Pensiun lembaga
keuangan
5. Perusahaan efek
6. Manajer investasi
7. Kustodian
8. Wali amanat
9. Perposan sebagai penyedia jasa
giro
10.Pedagang valuta asing
11.Penyelenggara alat pembayaran
menggunakan kartu
12.Penyelenggara e-money
dan/atau e-wallet
13.Koperasi yang melakukan
kegiatan simpan pinjam
14.Perusahaan yang bergerak di
bidang perdagangan berjangka
komoditi
15.Penyelenggara kegiatan usaha
pengiriman uang
UU No.21 Tahun 2011 Tentang
Otoritas Jasa Keuangan
1 Ps 5 OJK berfungsi
menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan
kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan
2Ps 6 OJK melaksanakan tugas
pengaturan dan pengawasan
terhadap kegiatan jasa keuangan
di sektor (a) perbankan, (b) pasar
modal dan (c) perasuransian,
Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa
Keuangan lainnya
3 Ps 7 (c) pengaturan dan
pengawasan mengenai aspek
kehati-hatian bank, meliputi :
Butir 3: Prinsip mengenal nasabah
dan anti pencucian uang
Butir 4. Pencegahan pembiayaan
terorisme dan kejahatan
perbankan
1 Pengawasan
2 Pengaturan
3Kerjasama
(Koordinasi)
4Ps 47 (1) OJK dapat melakukan
kerjasama dengan otoritas
pengawas Lembaga Jasa
Keuangan di negara lain serta
organisasi internasional lainnya
Butir C : Kerja sama dalam
rangka pemeriksaan dan
penyidikan serta pencegahan
kejahatan di sektor keuangan
3 besaran tugas
Akhir Thn 2015 pembentukan
Grup Penanganan Anti
Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan
Terorisme (APU PPT)*)
Satgas APU PPT
KDK OJK No.KEP-04/D.01/2014 tgl
19/11/2014 tentang Pembentukan
Satuan Tugas Pencegahan
TPPU/TPPT di Sektor Jasa
Keuangan
*) dibawah Manajemen Strategis I C
Peran OJK dalam Upaya Penanggulangan Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme
Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)
Jenis Pihak Pelapor
Jenis Pihak Pelapor (Sesuai UU TPPU)
1. Penyedia Jasa Keuangan (PJK)2. Penyedia Barang
dan Jasa
BANK
P. PEMBIAYAAN
ASURANSI &
PIALANG ASURANSI
DPLK
P. EFEK
MNJ INVESTASI
KUSTODIAN
WALI AMANAT
PEGADAIAN
PROPERTI
KEND. MOTOR
PERMATA DLL
SENI/ANTIK
BALAI LELANG
PVA
APMK
E-MONEY
KUPU
KOMODITI
KOPERASI SP
PERPOSAN
PERUSAHAAN
MODAL VENTURA
LKM
LP EKSPOR
PP Nomor 43 Tahun
2015 tentang Pihak
Pelapor dalam PPTPPU
17
LP INFRASTRUKTUR NOTARIS
PPAT
AKUNTAN
AKUNTAN
PUBLIK
Profesi
berdasarkan PP Nomor 43
Tahun 2015 tentang Pihak
Pelapor dalam PPTPPU
PERENCANA
KEUANGAN
ADVOKAT
3. Profesi
18
Posisi Komite Koordinasi Nasional
Rezim APU PPT
Pentingnya Penanganan APU PPT pada Sektor Jasa Keuangan
Pengaturan terkait Penerapan Program APU PPT
19
PERBANKAN PASAR MODAL IKNB
POJK Nomor 12/POJK.01/2017 diundangkan tanggal 21 Maret 2017
tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan
SEOJK No. 32/SEOJK.03/2017
tanggal 22 Juni 2017
tentang Penerapan Program Anti
Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme di Sektor
Perbankan
SEOJK No. 38/SEOJK.01/2017 tanggal 18 Juli 2017
tentang Pedoman Pemblokiran Secara Serta Merta Atas Dana Nasabah di Sektor Jasa Keuangan yang Identitasnya
Tercantum Dalam Daftar TerdugaTeroris dan Organisasi Teroris
SEOJK No. 47/SEOJK.04/2017
tanggal 6 September 2017
tentang Penerapan Program Anti
Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme di Sektor Pasar
Modal
SEOJK No. 37/SEOJK.05/2017
tanggal 17 Juli
tentang Pedoman Penerapan Program
Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme di Sektor Industri
Keuangan Non-Bank
Melakukan CDD danEDD
Melakukan identifikasi dan penilaian risiko
TPPU dan menerapkan program APU PPT berdasarkan RBA
Melakukanpemantauan danpengkinian data
Melaporkan sebagaiLTKM dan/atau LTKT
kepada PPATK
Memelihara data statistik atas rekeningyang telah dilaporkan
20
Peran Sektor Jasa Keuangan untuk Rezim Anti Pencucian Uang (APU)
21
Melakukan identifikasiterhadap seluruh nasabahapakah ada yg namanya
mirip/sama dengan DTTOT
Melakukan pembekuanrekening terhadap
nasabah yang namanyamirip/sama dengan
DTTOT
Membuat danMenyampaikan Berita
Acara kepadaKepolisian
Melaporkan sebagaiLTKM kepada PPATK
Memelihara data statistik atas rekening
yang dibekukan
Melakukan identifikasi dan penilaian risiko
TPPT dan menerapkan program APU PPT berdasarkan RBA
Peran Sektor Jasa Keuangan untuk Rezim Pencegahan PendanaanTerorisme (PPT)
Pentingnya Penanganan APU PPT pada Sektor Jasa Keuangan
Fungsi dan Peran LJK atau PJK sebagai Pihak Pelapor
UU No.8 Tahun 2010
22
Pentingnya Penanganan APU PPT pada Sektor Jasa Keuangan
Fungsi dan Peran LJK sebagai Pihak Pelapor
23
❑ Pencucian uang dan Pendanaan Terorisme menggunakan jasa keuangan sebagai
sarana untuk melakukan tindak pidana yang dapat berdampak pada stabilitas
perekonomian dan kedaulatan suatu negara
DAMPAK 1. Mengancam stabilitas perekonomian dan integritas sistem
keuangan.
2. Membahayakan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
3. Mengganggu rasa aman dan kedaulatan negara mengingat tindak
pidana terorisme dan aktivitas yang mendukung terjadinya aksi
terorisme merupakan salah satu bentuk ancaman bagi
kedaulatan negara.
Pentingnya Penanganan APU PPT pada Sektor Jasa Keuangan
DampakTPPU TPPT
24
Sektor Jasa Keuangan
1. Risiko ReputasiRisiko yang disebabkan adanyapublikasi negatif yang terkait dengankegiatan usaha Penyedia JasaKeuangan (PJK) atau persepsi negatifterhadap PJK.
2. Risiko Hukum
Risiko akibat tuntutan hukum
dan/atau kelemahan aspek yuridis.
3. Risiko Operasional (Oprisk)
Risiko akibat ketidakcukupan
dan/atau tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan
sistem, dan/atau adanya kejadian-
kejadian eksternal yang
mempengaruhi operasi PJK.
Masyarakat
UU No. 8Tahun 2010 Pasal 3, 4, dan 5
UU No. 9 Tahun 2013 Pasal 4, 5, dan 6
1. Tindak Pidana Pencucian Uang Aktif
2. Tindak Pidana Pencucian Uang Pasif
Pentingnya Penanganan APU PPT pada Sektor Jasa Keuangan
I. Menghindari sektor jasa
keuangan digunakan sebagai
sarana untuk pencucian uang
dan pendanaan terorisme
II. Berperan aktif mendukung
upaya pemerintah
memberantas
korupsi/kejahatan keuangan
dan memerangi terorisme
PENERAPAN PROGRAM
APU PPT
PADA SEKTOR JASA
KEUANGAN
25
CAPAIAN OJK
26
CAPAIAN OJK – PERATURAN APU PPT
TERINTEGRASI & RISK BASED APPROACH / RBA
PENGAWASAN PROGRAM APU PPT
27
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 12/POJK.01/2017
tentang Penerapan Program APU dan PPT di Sektor Jasa Keuangan
Peraturan Bank
Indonesia Nomor
12/20/PBI/2010 tentang
Penerapan Program Anti
Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan
Terorisme bagi Bank
Perkreditan Rakyat dan
Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah
Peraturan Bank
Indonesia Nomor
14/27/PBI/2012 tentang
Penerapan Program Anti
Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan
Terorisme bagi Bank
Umum
Peraturan OJK
Nomor
22/POJK.04/2014
tentang Prinsip
Mengenal Nasabah oleh
Penyedia Jasa Keuangan
di Sektor Pasar Modal
Peraturan OJK
Nomor
39/POJK.05/2015
tentang Penerapan
program Anti Pencucian
Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme
oleh Penyedia Jasa
Keuangan di Sektor
Industri Keuangan Non-
Bank
Pengaturan APU dan PPT
28
Belum adanya keseragaman dan harmonisasi pengaturan yang mengatur penerapan
program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme (APU dan PPT) oleh
Penyedia Jasa Keuangan (PJK) di sektor jasa keuangan, yang berpotensi menimbulkan gap
pengaturan antar sektor jasa keuangan
Pemenuhan standar internasional sebagaimana direkomendasikan oleh The Financial
Action Task Force on Money Laundering (FATF) yang didasarkan pada pendekatan berbasis
risiko (risk based approach/RBA)
✓ Hasil self assessment PPATK yaitu 5 rekomendasi dengan nilai Non Compliant
dan 22 rekomendasi dengan nilai Partially Compliant, salah satunya adalah
Rekomendasi 10 (Customer Due Diligence) yang merupakan Rekomendasi Inti.
✓ Hasil FSAP AML/CFT
• Indonesia telah memiliki National Risk Assessment dan telah merumuskan
strategi APU PPT, namun otoritas terkait belum mengintegrasikan identifikasi
risiko APU PPT tersebut dalam prioritas dan programnya.
• OJK belum mewajibkan PJK untuk menerapkan APU dan PPT berbasis risiko.
Perkembangan kompleksitas produk dan layanan jasa keuangan, termasuk
pemasarannya (multi channel marketing) serta peningkatan penggunaan teknologi informasi
pada industri jasa keuangan
Latar Belakang Penyusunan POJK APU dan PPT
29
Sebagai peraturan pelaksanaan dari POJK Nomor 12/POJK.01/2017 tentang Penerapan Program
APU PPT di Sektor Jasa Keuangan (POJK APU PPT),
OJK telah menerbitkan peraturan pelaksanaan dalam bentuk SEOJK sebagai berikut:
SEOJK Nomor
32/SEOJK.03/2017 tentang
Penerapan Program Anti
Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme di Sektor
Perbankan
SEOJK Nomor
37/SEOJK.05/2017 tentang
Penerapan Program Anti
Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan
Terorisme di Sektor IKNB
SEOJK Nomor
47/SEOJK.04/2017 tentang
Penerapan Program Anti
Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan
Terorisme di Sektor Pasar
Modal
Penerapan Risk Based Approach di Sektor Jasa Keuangan
Dasar Hukum Pelaksanaan
SEOJK Nomor 38/SEOJK.01/2017
tentang Penerapan Pedoman Pemblokiran Secara Serta Merta Atas Dana Nasabah di
Sektor Jasa Keuangan yang Identitasnya Tercantum Dalam DTTOT
30
Pasal 4 POJK APU PPT
PJK wajib menerapkan program APU dan PPT untuk mengelola dan memitigasi risiko yang telah diidentifikasi
berdasarkan penilaian risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan yang telah memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.
Pasal 2 POJK APU PPT
PJK wajib mengidentifikasi, menilai, dan memahami risiko tindak pidana Pencucian Uang
dan/atau tindak pidana Pendanaan Terorisme terkait dengan nasabah, negara atau area geografis,
produk, jasa, transaksi atau jaringan distribusi (delivery channels), termasuk kewajiban untuk:
a. mendokumentasikan penilaian risiko;
b. mempertimbangkan seluruh faktor risiko yang relevan sebelum menetapkan tingkat keseluruhan
risiko, serta tingkat dan jenis mitigasi risiko yang memadai untuk diterapkan;
c. mengkinikan penilaian risiko secara berkala; dan
d. memiliki mekanisme yang memadai terkait penyediaan informasi penilaian risiko kepada instansi yang
berwenang.
Penerapan Risk Based Approach di Sektor Jasa Keuangan
POJK APU PPT – Risk Based Approach
31
PJK harus:
• Memahami tingkat risiko TPPU dan TPPT yang dihadapi PJK yang bersangkutan.
• Mengembangkan dan menerapkan kebijakan APU PPT (termasuk kebijakan APU PPT pada konglomerasi keuangan), pengendalian
internal dan upaya mitigasi risiko TPPU dan TPPT yang memadai.
✓ melakukan penyesuaian atas kebijakan dan prosedur APU PPT yang disampaikan kepada OJK selambat-lambatnya akhir
bulan September 2017 (6 bulan sejak POJK APU PPT diterbitkan)
• Menerapkan CDD untuk melakukan identifikasi dan verifikasi atas data nasabah (termasuk pemilik manfaat/beneficial owners),
dan melakukan ongoing monitoring.
• Melakukan deteksi dan pelaporan transaksi keuangan mencurigakan secara memadai.
• Mematuhi ketentuan terkait APU PPT lainnya.
Ekspektasi OJKPenyedia Jasa Keuangan (PJK) menerapkan program penanganan APU PPT
berbasis risiko (RBA) secara memadai sesuai dengan risiko yang dihadapi.
Penerapan Risk Based Approach di Sektor Jasa Keuangan
Tindakan-tindakan tersebut diharapkan dapat mengurangi tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana
pendanaan terorisme pada industri jasa keuangan.
32
Prinsip
Umum
Dalam penerapan
RBA, PJK wajib
mengidentifikasi,
menilai, dan
memahami risiko
tindak pidana
Pencucian Uang
dan/atau tindak pidana
PendanaanTerorisme
Risiko
Tinggi
Risiko
Rendah
Enhanced measures to manage
and mitigate those risks
Simplified measures may be
permitted*)
*)tidak berlaku jika ada kecurigaan
TPPU TPPT
Dengan menerapkan RBA, Otoritas dan PJK dapat:
1. Memastikan tindakan pencegahan TPPU dan TPPT yang dilakukan telah
tepat atau sepadan dengan risiko yang telah diidentifikasi; dan
2. Mengalokasikan sumber daya secara efektif.
Penerapan Program APU PPT Berdasarkan Pendekatan Berbasis Risiko
(Risk-based Approach/RBA)
33
Kewajiban PJK dalam Penerapan RBA
Penilaian Risiko
2. Manajemen dan Mitigasi Risiko✓ Memiliki kebijakan dan prosedur yang disetujui oleh Dewan Komisaris
✓ Melakukan pengawasan penerapan program APU PPT
Produk, jasa,
transaksiNasabah
Negara atau
area geografis
jaringan distribusi
(delivery channels)
PJK wajib:
a. mendokumentasikan penilaian risiko
b. mempertimbangkan seluruh faktor risiko yang relevan
c. mengkinikan penilaian risiko secara berkala
d. memiliki mekanisme yang memadai terkait penyediaan informasi penilaian risiko kepada
instansi yang berwenang.
▪ PJK wajib mengidentifikasi, menilai, dan memahami risiko TPPU TTPT terkait dengan:
Penerapan Program APU PPT Berdasarkan Pendekatan Berbasis Risiko
(Risk-based Approach/RBA)
34
CAPAIAN OJK – PENYUSUNAN SECTORAL RISK
ASSESMENT (SRA) SEKTOR JASA KEUANGAN
35
Struktur Penilaian RisikoTPPU dan TPPT di Indonesia
36
TINGKAT
PENILAIANPELAKSANA FOKUS
National Risk Assessment (NRA)
Sectoral Risk Assessment
(SRA)
Institutional
Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK)
OJK – Satker yang bertugas
menangani APU PPT
OJK – Satker yang bertugas
mengawasi PJK
Ancaman, kerentanan, dan
dampak TPPU dan TPPT
secara nasional
Ancaman, kerentanan, dan
dampak TPPU dan TPPT
secara sektoral
Temuan indikasi TPPU dan
TPPT pada OJK
SECTORAL RISK ASSESSMENT PROCESS
Indonesia Financial Service Authority 2
EvaluationIdentification
Collecting
data & information
An
aly
sis
Risk Mapping
Priorities/Strategies
Risk Prevention Risk Mitigation
CO
NS
EQ
UE
NC
ES
Hig
h
MEDIUM RISK
HIGHER RISK
HIGHEST RISK
Mediu
m
LOWER RISK
MEDIUM RISK
HIGHER RISK
Low
LOWEST RISK
LOWER RISK
MEDIUM RISK
0% 100%
Unlikely Likely Very Likely
LIKELIHOOD
(Threat + Vulnerabilities)
(Medium Risk)
Address as soon as
possible
(Higher Risk)
Address Immediately
(Lower Risk)
Monitor
(Medium Risk)
Address in due
courseLikelihood
Co
nse
quence
s
Recommendation
Points of Corncer
n
Customer Risk
Products &
ServiaesRisk
Geogra-phicalRisk
Delivery Channel
Risk
Modus Operandi Risk
Latar Belakang Sectoral Risk Assessment (SRA) - Sektor Jasa Keuangan
38
❑ Rekomendasi FATF No. 1 mengharuskan setiap negara untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan
mengevaluasi risiko TPPU dan TPPT negara tersebut dalam rangka untuk mengambil tindakan serta
memutuskan Otoritas yang akan mengkoordinasikan kegiatan penilaian atas risiko dan pendayagunaan
sumber daya efektif sehingga memastikan risiko yang ada telah dimitigasi dengan baik
❑ OJK telah menyiapkan Sectoral Risk Assessment TPPU sebagai penopang utama perekonomian Negara yang
mencakup SRA di sektor Perbankan, SRA di sektor Pasar Modal, dan SRA di sektor IKNB.
❑ Hasil SRA tersebut diharapkan dapat memitigasi setiap risiko sehingga pengaruh atas setiap risiko tersebut
dapat diminimalisir. Penyusunan SRA ini juga sejalan dengan Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan TPPU, di mana salah satu rekomendasi adalah penilaian risiko TPPU di masing-masing
sektor, termasuk SRA di sektor jasa keuangan.
❑ SRA ini penting bagi Penyedia Jasa Keuangan (PJK) sebagai Pihak Pelapor, khususnya dalam menyusun skala
prioritas terkait pengalokasian sumber daya yang dimiliki pada area yang memiliki tingkat risiko TPPU
lebih tinggi.
❑ Proses SRA mencakup identifikasi, penilaian serta pemahaman terhadap risiko TPPU menjadi bagian yang
penting dalam perwujudan rezim Anti Money Laundering (AML) baik terkait dengan ancaman, kerentanan
dan dampak dari aspek hukum untuk memitigasi SJK terhadap TPPU yang tipologinya semakin
berkembang dan semakin kompleks.
Sectoral Risk Assessment (SRA) - Sektor Jasa Keuangan
39
Berdasarkan hasil identifikasi, analisis dan pemetaan terhadap variasi potensi ancaman TPPU, kerentanan
beserta dampak yang dapat ditimbulkannya dalam aspek sosial, ekonomi maupun politik adalah
Hasil penilaian risiko TPPU - Sektor Perbankan
a. Pejabat lembaga pemerintahan (eksekutif, legislatif, dan yudikatif), pengusaha/wiraswasta (orang
perseorangan), pengurus partai politik, dan korporasi menjadi nasabah yang berisiko tinggi dalam
melakukan TPPU.
b. Transfer dana dalam negeri, layanan prioritas (wealth management), transfer dana dari dan ke luar negeri,
safe deposit box dan correspondent banking menjadi produk/layanan yang berisiko tinggi digunakan sebagai
sarana TPPU.
c. DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Tengah menjadi provinsi yang paling
berisiko terjadinyaTPPU karena memiliki tingkat risiko tinggi.
d. Cash deposit machine (CDM) menjadi saluran distribusi (delivery channel) yang berisiko tinggi digunakan
sebagai sarana transaksi untuk tujuanTPPU.
Penilaian Risiko TPPU ………Sectoral Risk Assessment 2017 pada Sektor Perbankan
Menurut Jenis Profil Nasabah
► PejabatLembagaPemerintahan(eksekutif, legislatif, danyudikatif)
► Pengusaha/Wiraswasta (orang perseorangan)
► PengurusPartai Politik
► Korporasi
► Pegawai Negeri Sipil (termasuk pensiunan
► Pegawai Swasta
► Profesional
► Ibu Rumah Tangga
► Pegawai Bank
► Pegawai BUMN/BUMD
► Pegawai pedangan Valuta Asing
► Pengurus/Pegawai yayasan/ Lembaga Berbadan Hukum
Sumber: SRA 2017-OJK
40
Menurut Area Geografis/Wilayah pada Sektor Perbankan
► DKI Jakarta► Jawa Timur► Jawa Barat► Sumatera Utara► Banten► Jawa Tengah
► Sulawesi Selatan► Kepulauan Riau► Bali► Kalimantan Timur► Sumatera Selatan► Riau► Lampung► Daerah Istimewa
Yogyakarta► Bengkulu
► Naggroe Aceh Darussalam
► Kalimantan Tengah► Kalimantan Barat► Papua► Nusa Tenggara
Timur► Nusa Tenggara Barat► Sulawesi Utara► Sulawesi Tengah► Kalimantan Selatan► Maluku Utara► Sulawesi Tenggara► Bangka Belitung► Gorontalo
Sumber: SRA 2017-OJK
Penilaian Risiko TPPU ………Sectoral Risk Assessment 2017 pada Sektor Perbankan
41
Menurut Jenis Produk/Layanan
► Transfer Dana dalam Negeri
► Layanan Prioritas (Wealth Management)
► Transfer Dana dari dan ke Luar Negeri
► Safe Deposit Box► Correspondent
Banking
► Tabungan► Jual/Beli Valuta
Asing► Kartu Kredit► Kartu Debit► Deposito► Cek/Giro► Tarik Tunai► Transaksi Derifatif► Skema Pembelian
Piutang► Trust► Custodian/Penitip
an Harta
► Trade Finance (termasuk Letter of Credit dan Bank Draft)
► Travel Cheque► Referensi Bank► Pembayaran
Pajak► Inkaso► Penitipan
Zakat/Infaq► Jaminan/Gadai► Virtual Account► Bank Garansi
Sumber: SRA 2017-OJK
Penilaian Risiko TPPU ………Sectoral Risk Assessment 2017 pada Sektor Perbankan
42
Menurut Jenis Saluran Distribusi pada Sektor Perbankan
► Cash Deposit Machine(CDM)
► Electronic Banking
► Automatic Teller Machine (ATM)
► Electronic Data Capture (EDC)
► Teller
Sumber: SRA 2017-OJK
Penilaian Risiko TPPU ………Sectoral Risk Assessment 2017 pada Sektor Perbankan
43
Sectoral Risk Assessment (SRA) - Sektor Jasa Keuangan
44
Hasil penilaian risiko TPPU pada sektor Perusahaan Efek adalah sebagai berikut:
a. Pengusaha/wiraswasta (orang perseorangan), Pejabat lembaga pemerintahan (eksekutif, legislatif, dan yudikatif),
pengurus partai politik, pengurus/pegawai dari yayasan/lembaga berbadan hukum, dan pegawai swasta menjadi nasabah
yang berisiko tinggi dalam melakukan TPPU.
b. Efek bersifat ekuitas dan efek bersifat utang menjadi produk/layanan yang berisiko tinggi digunakan sebagai sarana
TPPU.
c. DKI Jakarta menjadi provinsi yang paling berisiko terjadinya TPPU karena memiliki tingkat risiko tinggi.
d. Remote trading menjadi saluran distribusi (delivery channel) yang berisiko tinggi digunakan sebagai sarana transaksi
untuk tujuan TPPU.
Hasil penilaian risiko TPPU pada sektor Sektor Manajer Investasi adalah sebagai berikut:
a. Pejabat lembaga pemerintahan (eksekutif, legislatif, dan yudikatif), pengurus partai politik, dan korporasi menjadi
nasabah yang berisiko tinggi dalam melakukan TPPU.
b. Dalam penilaian risiko terhadap produk/layanan di sektor manajer investasi, tidak ada produk/layanan yang memiliki
tingkat risiko tinggi, tetapi untuk produk /layanan yang memiliki tingkat risiko sedang adalah reksa dana saham,
reksadana pasar uang, dan kontrak pengelolaan dana (KPD).
c. DKI Jakarta menjadi provinsi yang paling berisiko terjadinya TPPU karena memiliki tingkat risiko tinggi.
d. Semua saluran distribusi (delivery channel) memiliki tingkat risiko sedang, yaitu agen penjual perbankan, penjualan
internal (baik online maupun konvensional), agen penjual online/elektronik (khusus agen melalui penjualan online), dan
agen penjual perusahaan efek.
Sectoral Risk Assessment (SRA) - Sektor Jasa Keuangan
45
Hasil penilaian risiko TPPU pada sektor Perusahaan Asuransi adalah sebagai berikut:
a. Pejabat lembaga pemerintahan (eksekutif, legislatif, dan yudikatif), pengurus partai politik, dan pengusaha/wiraswasta
(orang perseorangan) menjadi nasabah yang berisiko tinggi dalam melakukan TPPU.
b. Unit link menjadi produk/layanan yang berisiko tinggi digunakan sebagai sarana TPPU.
c. DKI Jakarta, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Bali, dan Banten menjadi provinsi yang paling berisiko terjadinya TPPU
karena memiliki tingkat risiko tinggi.
d. Direct selling (termasuk melalui agen) dan indirect melalui bank menjadi saluran distribusi (delivery channel) yang
berisiko tinggi digunakan sebagai sarana transaksi untuk tujuan TPPU.
Hasil penilaian risiko TPPU pada sektor Perusahaan Pembiayaan adalah sebagai berikut:
a. Pengusaha/wiraswasta (orang perseorangan), Pejabat lembaga pemerintahan (eksekutif, legislatif, dan yudikatif), dan
pengurus partai politik menjadi nasabah yang berisiko tinggi dalam melakukan TPPU.
b. Pembiayaan multiguna-financing installment menjadi produk/layanan yang berisiko tinggi digunakan sebagai sarana TPPU.
c. DKI Jakarta menjadi provinsi yang paling berisiko terjadinya TPPU karena memiliki tingkat risiko tinggi.
d. Transfer bank menjadi saluran distribusi (delivery channel) yang berisiko tinggi digunakan sebagai sarana transaksi untuk
tujuan TPPU.
Rekomendasi Sectoral Risk Assessment (SRA) - Sektor Jasa Keuangan
46
Berdasarkan hasil identifikasi, kerentanan/celah, kebijakan pencegahan, pengawasan
transaksi lintas batas, analisis dan pemetaan terhadap variasi potensi ancaman TPPU, telah
disusun rekomendasi–rekomendasi pokok yang relevan dalam upaya meminimalisasi risiko
TPPU berdasarkan sektor jasa keuangan, yaitu:
1. Perlunya peningkatan awareness PJK terkait kemungkinan PJK digunakan sebagai sarana
atau alat melakukan tindak pidana pencucian uang.
2. Perlunya koordinasi antara OJK dengan instansi pemerintah lain dalam rangka
meningkatkan pertukaran informasi antara lain dengan PPATK dan KPK terkait dengan
informasi Politically Exposed Person (PEP), dan dengan Kementerian Hukum dan HAM
terkait dengan informasi mengenai beneficial owner dari korporasi.
CAPAIAN OJK – PENGAWASAN PROGRAM APU PPT
– SEKTOR JASA KEUANGAN
47
Pengawasan Penerapan Program APU PPT di Sektor Jasa Keuangan
48
❑ Pelaksanaan penerapan program APU PPT dilakukan melalui penilaian risiko TPPU/TPPT terhadap LJKyang berada di bawah pengawasan OJK. Berdasarkan penilian risiko TPPU/TPPT akan menentukantindakan pengawasan lebih lanjut yaitu pemeriksaan dalam bentuk pengawasan on-site supervision.
❑ Pemeriksaan program APU PPT mencakup aspek penerapan prinsip mengenali pengguna jasa yaitukecukupan pemenuhan aspek-aspek:
1. Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris;2. Kebijakan dan Prosedur;3. Pengendalian Intern;4. Sistem Informasi Manajemen, dan5. Sumber Daya Manusia dan Pelatihan.Dan aspek pelaporan yaitu pengujian transaksi keuangan untuk melihat adanya transaksi keuanganmencurigakan (TKM) dan transaksi keuangan tunai (TKT) yang tidak atau belum dilaporkan.
Pengawasan Penerapan Program APU PPT di Sektor Jasa Keuangan
49
Pengawasan Program APU PPT Berbasis Risiko / Risk Based Approach atau RBA :
Metodologi RBA bertujuan untuk menentukan frekuensi dan intensitas pengawasan program APU PPT dalam
rangka peningkatan efektivitas pengawasan dengan alokasi sumber daya dan SDM secara efektif, sejalan
Rekomendasi FATF No. 1.
OJK telah mengembangkan metodologi pengawasan program APU PPT berbasis risiko untuk Bank Umum,
Perusahaan Efek dan Manajer Investasi (MI). Hal tersebut mengingat Sektor Perbankan (Bank Umum) dan
Pasar Modal (Lembaga Efek dan MI) sebagai sektor yang dinilai memiliki risiko TPPU sesuai National Risk
Assessment PPATK yaitu dalam Pedoman Pengawasan sbb:
• SE DK No. 1/SEDK.04/2017 Tentang Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko Dalam Penerapan Program
Anti Pencucian Uang Dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Pada Perusahaan Efek Yang Melakukan
Kegiatan Usaha Sebagai Penjamin Emisi Efek Dan Perantara Pedagang Efek tanggal 20 Juni 2017.
• SE DK No. 5/SEDK.03/2017 Tentang Pedoman Penilaian Tingkat Risiko Tindak Pidana Pencucian Uang Dan
Tindak Pidana Pendanaan Terorisme Berdasarkan Pendekatan Berbasis Risiko Bagi Bank Umum tanggal 10
Juli 2017.
• SE DK No. 2/SEDK.04/2017 tentang Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko dalam Penerapan Program Anti
Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme pada Manajer Investasi tanggal 6 Oktober 2017.
OJK melakukan pengawasan
pemenuhan kewajiban pemblokiran
serta merta oleh PJK terkait Daftar
Terduga Orang dan Organisasi
Teroris (DTTOT) dan Daftar
Pendanaan Proliferasi Senjata
Pemusnah Masal
Off-site
Supervision
On-site
Supervision
Dalam kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh OJK, dilakukan
pemeriksaan terhadap:
1. Kegiatan pemblokiran PJK,
2. Sistem informasi yang dimiliki PJK dalam membantu
mempercepat dan mempermudah proses identifikasi dan
pencocokan data Nasabah dan BO dalam database PJK
dengan DTTOT dan Daftar Pendanaan Proliferasi Senjata
Pemusnah Masal,
3. Pengkinian data yang dilakukan oleh PJK untuk memastikan
apakah data Nasabah dan BO yang telah dikinikan
tercantum dalam DTTOT dan Daftar Pendanaan Proliferasi
Senjata Pemusnah Massal,
4. Pengkinian database DTTOT dan Daftar Pendanaan
Proliferasi Senjata Pemusnah Massal yang dimiliki PJK
Pengawasan oleh OJK – terkait Daftar Terduga Orang dan Organisasi Teroris
(DTTOT) dan Dafter Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal
50
1. Mengukur kerentanan Penyedia Jasa Keuangan (PJK) terhadap potensi terjadinya TPPU dan TPPT;
2. Memastikan dan memantau secara berkala efektivitas penerapan program APU dan PPT yang dilakukan oleh
PJK; dan
3. Menyusun strategi dan perencanaan pengawasan yang terkait dengan pengawasan terhadap penerapan
program APU dan PPT.
OJK telah menerapkan mekanisme pengawasan program Anti Pencucian
Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme yang berbasis risiko (Risk Based
Approach) dimana tujuan penilaian tingkat risiko TPPU TPPT adalah:
Merupakan tools bagi Pengawas dalam melakukan penilaian tingkat risiko tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana
pendanaan terorisme berdasarkan pendekatan berbasis risiko dan digunakan dalam menentukan rencana pemeriksaan
terhadap penerapan program APU dan PPT pada PJK.
51
Tujuan Penilaian Tingkat Risiko TPPU dan TPPT – RBA Tools
Dalam menetapkan tingkat risiko PJK - Bank terhadap potensi terjadinya pencucian uang dan pendanaan terorisme,
Pengawas menggunakan pendekatan berbasis risiko (risk based approach) yang terdiri dari 3 aspek utama, yaitu :
Risiko Bisnis
(Inherent Risk/IR)
Pengendalian Internal
(Internal Control
Environment/ICE)
Kelembagaan
(Structural Factor/SF)
Risk Based Apporach (RBA) APU dan PPT – PJK Perbankan
52
3. Faktor Kelembagaan (Structural Factor atau SF),
Analisa terhadap lima faktor untuk mengukur kerentanan terhadap potensi dijadikannya PJK Bank sebagai sarana kegiatan TPPU dan
TPPT, yaitu volume usaha; wilayah operasional Bank; struktur perusahaan; struktur kepemilikan; dan komposisi risiko nasabah
Tiga Aspek Utama dalam Penilaian Risiko TPPU dan TPPT
1. Risiko Bisnis atau Inherent Risk (IR),
Analisa terhadap tiga faktor untuk mengukur kerentanan PJK Bank terhadap potensi terjadinya kegiatan TPPU dan TPPT, yaitu
melalui aktivitas utama (core banking); produk dan jasa yang ditawarkan; dan kanal transaksi (delivery channel)
2. Pengendalian Internal (Internal Control Environment atau ICE),
Merupakan faktor penting dalam pengawasan penerapan program APU dan PPT berbasis risiko. Pengawasan terhadap efektivitas ICE
dilakukan melalui identifikasi, pengukuran, dan penilaian terhadap lima faktor, yaitu Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris,
Kebijakan dan Prosedur, Pengendalian Internal, Sistem Informasi Manajemen, dan Sumber Daya Manusia dan Pelatihan.
ICE yang efektif dapat memitigasi dampak risiko yang muncul pada PJK Bank, khususnya terkait dengan risiko aktivitas utama (core
banking activities).
53
Nilai dari faktor IR dipengaruhi oleh 3 faktor penilaian utama, yaitu aktivitas utama PJK Bank, produk dan jasa lainnya, dan
delivery channel; penilaian ketiga aspek tersebut diukur dengan menggunakan 10 parameter.
Risk Based Apporach (RBA) APU dan PPT – PJK Bank
Inherent Risk
Inherent Risk/IR
Aktivitas Utama PJK Bank
(Core Banking)
Produk dan
Jasa PJK Bank - LainnyaDelivery Channel
Dana Pihak Ketiga
Dana Nasabah PEP
Dana Nasabah Prima
Jenis DPK
Transfer Dana
Electronic Banking
Cross Border
Tatap Muka/Direct
Tidak Tatap Muka/Indirect
54
Faktor SF mencakup 5 faktor penilaian utama, yaitu volume usaha, wilayah geografis operasional, struktur organisasi,
kepemilikan, dan komposisi risiko nasabah.
Risk Based Apporach (RBA) APU dan PPT – PJK Bank
Structural Factor
Volume Usaha (dilihat dr modal inti PJK Bank)
Wil. Geografis operasional PJK Bank (RI/LN/keduanya)
Struktur Organisasi (Bdn Hukum, jml. KC, KC di LN, status konglomerasi keu.)
Kepemilikan (jenis PS)
Komposisi Risiko Nasabah (Low, Medium, High)
55
3. Struktur Perusahaan (Badan Hukum PJK Bank),
Penilaian dilakukan untuk mengukur potensi PJK Bank digunakan sebagai sarana TPPU dan TPPT berdasarkan struktur
perusahaan dan/atau keterkaitan PJK Bank dengan perusahaan lain (konglomerasi), baik yang berada di dalam negeri atau
luar negeri.
Semaking kompleks struktur semakin tinggi risikonya.
Lima Aspek dalam Structural Factor (SF)
1. Volume Usaha,
Modal inti PJK Bank diklasifikasikan melalui Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 1, BUKU 2, BUKU 3, dan BUKU 4
2. Wilayah Geografis Operasional PJK Bank,
Penilaian terhadap wilayah operasional PJK Bank beserta kantor cabang dan/atau perusahaan anak, baik yang berada di
dalam negeri maupun diluar negeri, dengan mengukur besar potensi PJK Bank digunakan sebagai sarana TPPU dan TPPT
berdasarkan luas jangkauan operasional.
Semakin luas jangkauan operasional maka semakin besar pula potensi PJK Bank tersebut digunakan untuk sarana TPPU
dan TPPT (mengacu ke National Risk Assessment (NRA) PPATK tahun 2015 terkait dengan area geografis berisiko tinggi
dan menengah).
56
5. Komposisi Nasabah berdasarkan Profil,
Penilaian dilakukan untuk mengukur potensi PJK Bank digunakan sebagai sarana TPPU dan TPPT berdasarkan
komposisi nasabah dan Walk in Customer (WIC) berdasarkan risiko yang diklasifikasikan dalam tiga risiko, yaitu:
(1) Rendah, sehingga terhadap yang bersangkutan diterapkan prosedur Customer Due Diligence (CDD) Sederhana;
(2) Sedang, sehingga terhadap yang bersangkutan diterapkan prosedur CDD; dan
(3) Tinggi, sehingga terhadap yang bersangkuran diterapkan prosedur Enhanced Due Diligence (EDD).
Lima Aspek dalam Structural Factor (SF) – cont’d
4. Struktur Kepemilikan PJK Bank,
Penilaian dilakukan untuk mengukur potensi PJK Bank digunakan sebagai sarana TPPU dan TPPT berdasarkan
pemegang saham mayoritas dan/atau pengendalinya.
57
Faktor ICE memiliki 5 faktor yang perlu dinilai oleh Pengawas; nilai dari masing-masing aspek penilaian ICE diperoleh dari
hasil penilaian pada LHP APU dan PPT PJK Bank.
Risk Based Apporach (RBA) APU dan PPT – Perbankan
Internal Control Environment
Pengawasan
Aktif Dewan
DireksiSistem Informasi
Manajemen Kebijakan
dan
ProsedurPengendalian
InternalSDM &
PelatihanAspek
58
Tindak Lanjut Pengawasan
Pemeriksaan Risiko APU dan PPT
PRO
FIL
RISIK
O
HIGH
MODERATE
Setiap tahun untuk PJK Bank dengan profil risiko pencucian uang dan pendanaan
teroris tinggi.
Setiap dua tahun untuk PJK Bank dengan profil risiko pencucian uang dan
pendanaan teroris tinggi.
Setiap tiga tahun untuk PJK Bank dengan profil risiko pencucian uang dan
pendanaan teroris tinggi.LOW
Pengawas dapat melakukan penilaian dan/atau pemeriksaan tersebut tanpa harus menunggu jangka waktu yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam hal:
• ditemukan potensi peningkatan risiko TPPU dan TPPT,
• terdapat perubahan yang signifikan dan/atau terdapat alasan lain dimana Pengawas merasa perlu untuk
melakukan penilaian dan/atau pemeriksaan terhadap penerapan program APU dan PPT
Kewajiban pemeriksaan terhadap penerapan program APU dan PPT mengikuti hasil penilaian
terakhir yang dilakukan oleh Pengawas.
59
Tindak Lanjut Pengawasan
Pendekatan Pemeriksaan Risiko APU dan PPT
F U L L S C O P E
E X A M I N AT I O N
A R E A F O C U S
E X A M I N AT I O N
Pemeriksaan yang dilakukan secara menyeluruh dalam
rangka menilai semua aspek kegiatan Bank yang berkaitan
dengan Program APU dan PPT meliputi tidak terbatas pada
pada 5 (lima) pilar.
Apabila diperlukan, Pengawas juga dapat melakukan
pemeriksaan terhadap hal-hal yang terkait dengan
kewajiban pelaporan yang dilakukan oleh Bank.
Pemeriksaan yang difokuskan pada area
tertentu dengan memperhatikan dampak
dari permasalahan yang ada terhadap kondisi
usaha Bank atau pada area yang menjadi
fokus pengawasan
60
Statistik Pengawasan On-Site Program APU PPT
61Sumber: data hasil pengawasan program APU PPT OJK, diolah
Jenis PJK
Periode Data
Mar 2016 -
Des 2016
Jan 2017 –
Des 2017
PERBANKAN
Bank Umum
Konvensional106 88
Bank Umum Syariah 13 12
Bank Perkreditan
Rakyat 1.625 1.611
Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah294 166
Total 2.038 1.877
PASAR MODAL
Perusahaan Efek 29 16
Manajer Investasi 14 22
Bank Kustodian 5 2
Total 48 40
Jenis PJKPeriode Data
Mar 2016 - Des 2016 Jan 2017 – Des 2017
IKNB
Perusahaan Pialang Asuransi 17 33
Perusahaan Asuransi 13 24
Perusahaan Asuransi Syariah 0 1
Perusahaan Pembiayaan 26 32
Perusahaan Pembiayaan Syariah 2 1
Perusahaan Modal Ventura 19 18
Perusahaan Modal Ventura
Syariah1 0
Perusahaan Pembiayaan
Infrastruktur0 0
Dana Pensiun Lembaga
Keuangan4 6
Pergadaian 1 3
Lembaga Pembiayaan Ekspor 1 1
Total 84 119
62
Buku Laporan Kompilasi Hasil Pengawasan Program APU PPT
TAHUN
2014-2015
SEMESTER I
2016
TAHUN
2016
SEMESTER I
2017
TAHUN
2017
Buku Laporan Kompilasi Hasil Pengawasan Program APU PPT diterbitkan sebanyak dua kali dalam setahun :
• Buku Laporan Semesteran, yang merupakan kompilasi hasil pengawasan program APU PPT dari bulan Januari s.d Juni.
• Buku Laporan Tahunan, yang meriupakan kompilasi hasil pengawasan program APU PPT dari yang menyeluruh dari bulan Januari s.d Desember.
CAPAIAN OJK – PEMBANGUNAN SISTEM
INFORMASI PROGRAM APU PPT (SIGAP)
63
Latar Belakang SIGAP
64
Menjawab kebutuhan
pengawasan program APU PPT
di OJK
Pemenuhan Rekomendasi
FATF No. 33 dan
Immediate Outcome
mendukung implementasi
pengawasan penerapan
program APU PPT oleh PJK
berdasarkan POJK No.
12/POJK.01/2017
dibutuhkan adanya sistem
informasi hasil pengawasan
Program APU PPT yang
memiliki fitur-fitur yang
memadai dalam rangka
mendukung pengawasan dan
menjawab kebutuhan
kecukupan statistik.
▪ terintegrasi untuk Sektor Pengawasan
Perbankan, Pasar Modal, dan IKNB
▪ mempermudah proses pengawasan
dan tindak lanjut hasil pengawasan
▪ mempermudah penyediaan statistik
untuk memenuhi kebutuhan penilaian
serta dalam rangka menyusun
Laporan Hasil Pengawasan
▪ sumber informasi bagi pimpinan
Pengertian SIGAP
65
SIGAP merupakan sarana yang berguna untuk menyajikan informasi
secara lebih cepat kepada penggunanya dan memiliki pilar fungsional
sebagai berikut
1. Business Analytical Tools: dirancang untuk melakukan pelaporan data hasil pengawasan program APU PPT,
mendukung analisa, dan mengambil kesimpulan
2. Report Generator: dapat menghasilkan laporan dari data yang tercakup dalam sistem, baik data hasil pengawasan
program APU PPT maupun data lainnya sebagai data pendukung bagi Pengawas dalam melakukan pengawasan program
APU PPT
3. Data Query: Statistical Query dapat menghasilkan data yang bersifat reguler, yang kebutuhannya bersifat rutin.
Sedangkan Ad-Hoc Query dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan data dalam keadaan tertentu (insidentil)
Pengertian SIGAP
66
SIGAP merupakan sarana yang berguna untuk menyajikan informasi
secara lebih cepat kepada penggunanya dan memiliki pilar fungsional
sebagai berikut
4. Integration Facility: sistem yang dapat mengintegrasikan hasil pengawasan program APU PPT yang berasal dari
sektor Perbankan, Pasar Modal, dan IKNB.
5. Information Discovery: dilengkapi dengan fasilitas pencarian informasi pada beberapa modul melalui penggunaan
kata kunci
6. Data Summary: mengakomodasi ringkasan data-data yang telah dimasukkan ke dalam sistem untuk mempermudah
pengguna dalam mengetahui progress dari proses input data dan menjadi pengingat dalam penyampaian data sebelum
masuk ke batas waktu penyampaian
CAPAIAN OJK – SOSIALISASI PROGRAM ANTI
PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN
PENDANAAN TERORISME KE SEKTOR JASA
KEUANGAN
67
Sosialisasi
68
Dalam rangka meningkatkan pemahaman PJK terhadap program APU dan PPT, OJK melakukan beberapa program.
Penyusunan program dimaksud dilakukan bersinergi dengan stakeholder terkait, termasuk dengan asosiasi industri
jasa keuangan.
a. Pembentukan Forum Komunikasi dan Koordinasi
Sektor Jasa Keuangan (FKKSJK)
• FKKSJK ini yang merupakan wadah dari seluruh
sektor jasa keuangan (Perbankan, Pasar Modal, dan
IKNB) untuk berkoordinasi dalam rangka penerapan
program APU PPT, antara lain pertukaran informasi,
edukasi/sosialisasi, penyusunan ketentuan, riset dan
pengembangan.
• Salah satu kontribusi signifikan dari FKKSJK adalah
dalam proses rule making penyempurnaan Peraturan
OJK mengenai Program APU PPT di sektor jasa
keuangan dan pembahasan questionnaires dalam
rangka pelaksanaan Mutual Evaluation Review (MER)
2017.
b. Program sosialisasi kepada PJK
• Program sosialisasi dilakukan dalam bentuk seminar,
Training of Trainer, workshop, pelatihan, serta distribusi
poster dan banner.
• Untuk memperluas target sosialisasi, kegiatan sosialisasi
dilakukan tidak hanya oleh OJK, namun juga secara
berkala dilakukan oleh asosiasi industri jasa keuangan.
• Sosialisasi diselenggarakan tidak hanya di tingkat pusat,
namun juga dilakukan di daerah melalui Kantor OJK di
daerah, sehingga PJK di daerah juga memiliki
pemahaman APU PPT yang lebih baik.
69
Sosialisasi
No Tahun Jenis Pelatihan Jumlah Kegiatan Peserta
1 2015 Seminar Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme 3 262
2 2016 Sosialisasi dan Edukasi Penerapan Program APU PPT terhadap Penyedia Jasa Keuangan 17 1.020
Pelatihan FKDKP Angkatan ke-3 “Peran Bank Mencegah dan Memberantas Kejahatan Perbankan” 1 50
Train of Trainers (ToT) Penerapan Program APU PPT pada Industri 2 102
3 2017 Sosialisasi dan Edukasi Penerapan Program APU PPT terhadap Penyedia Jasa Keuangan (sebelum ditetapkannya POJK 12 Tahun
2017)1 50
Sosialisasi POJK Nomor 12 /POJK.01/2017 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan
Terorisme di Sektor Jasa Keuangan22 2.816
Pelatihan Rutin Forum Komunikasi Direktur Kepatuhan Perbankan (FKDKP) 2 215*)
Diseminasi Kebijakan dan Regulasi di Bidang Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal. 1 300
Seminar Internalisasi National Risk Assessement (NRA) TPPU/TPPT dalam rangka Penguatan Penerapan Program APU PPT
Berbasis Risiko di Sektor Jasa Keuangan1 171
Pelaksanaan Public/Private Financial Integrity Forum 1 -
Workshop Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Terhadap Seluruh Compliance
Officer PT Bank Mandiri & Grup1 -
Workshop Pendampingan Penerapan Progam APU PPT Berbasis Risiko bagi Sektor Jasa Keuangan 3 193
4 2018 Sosialisai Perkembangan Terkini dalam Penerapan Program APU PPT 8 766*)
Indonesia International Chamber of Commerce (ICC) Banking Commission Meeting terkait Trade Finance Compliance 1 -
Workshop Pendampingan Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT) Berbasis
Risiko bagi Bank Pembangunan Daerah (BPD)1 51
TOTAL 65 5.996*)
Selama tahun 2015-2018, telah dilakukan 65 kegiatan Sosialisasi APU PPT kepada para Pelaku Industri Jasa Keuangan (Perbankan, Pasar Modal, dan IKNB) di
beberapa kota dengan total peserta sekitar 5.996 peserta.
*) jumlah perkiraan
70
Selama tahun 2016-2018, telah dilakukan 7 kegiatan Sosialisasi APU PPT kepada masyarakat dan pihak lain yang
salah satunya merupakan penerapan dari Program Budaya GPUT
Sosialisasi
No Tanggal Lokasi Keterangan Peserta
1 6 September 2016 Kupang Training of Trainers dan Training of Community kepada Perangkat dan Masyarakat Desa,
Jemaat Gereja, serta UMKM di Kupang
Perangkat dan
Masyarakat Desa
2 12 Januari 2017 Surabaya Kunjungan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang - Studi Klinis
Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan PPT)
Mahasiswa dan
Dosen
3 22 Maret 2018 Jakarta Sosialisasi Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT) Dalam Rangka Program Budaya OJK Mengajar – Fakultas Hukum Unversitas Indonesia
Mahasiswa
4 26 Maret 2018 Jakarta Sosialisasi Peran Otoritas Jasa Keuangan Dalam Mendukung Pemulihan Asset Kejaksanaan Negeri
5 9 April 2018 Jakarta Sosialisasi Peran Otoritas Jasa Keuangan Dalam Mendukung Penelusuran Asset Kejaksanaan Negeri
6 28 Juni 2018 Jakarta Sosialisasi APU PPT kepada Komunitas Bidang Kajian Aksi dan Strategis Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) UI.Mahasiswa
7 28 Juni 2018 Bogor Sosialisasi kepada mahasiswa/i Institut Pertanian Bogor (IPB) yang tergabung dalam
organisasi Generasi Baru Indonesia-IPB (GenBI IPB), sebuah komunitas mahasiswa/I IPB
yang menjadi penerima beasiswa Bank Indonesia
Mahasiswa
Sosialisasi
71
Selama tahun 2015-2018, telah dilakukan 61 kegiatan Sosialisasi APU PPT kepada para Pelaku Industri Jasa
Keuangan (Perbankan, Pasar Modal, dan IKNB) di beberapa kota dengan total peserta sekitar 5.603 peserta.
No Tanggal Lokasi Keterangan Jumlah Peserta
1 12 November 2015 Jakarta Seminar Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme
112 Peserta
2 9 November 2015 Surabaya Seminar Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme
81 Peserta
3 26 November 2015 Bali Seminar Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme
69 Peserta
4 2-3 Maret 2016 Denpasar Sosialisasi dan Edukasi APU PPT pada Pelatihan Penanganan dan Penyelesaian Perkara
Tindak Pidana Perikanan yang Berindikasi Tindak Pidana Pencucian Uang
60 Peserta
5 21 Maret 2016 Kendari Sosialisasi dan Edukasi APU PPT pada Training of Trainers bagi para Penyuluh BKKBN di
Kota Kendari
50 Peserta
6 6 April 2016 Jakarta Sosialisasi dan Edukasi Penerapan APU PPT pada Pelatihan Forum Komunikasi Direktur
Kepatuhan Perbankan (FKDKP) Angkatan 1
56 Peserta
7 14-15 April 2016 Medan Sosialisasi dan Edukasi Penerapan APU PPT Khususnya yang Berhubungan dengan
BPR/BPRS dalam Acara Evaluasi Kinerja BPR/BPRS serta Peresmian APEX 5BPR/BPRS se-
Provinsi Sumatera Utara
80 Peserta
8 19 April 2016 Makassar Sosialisasi dan Edukasi APU PPT kepada Sektor IKNB 50 Peserta
Sosialisasi
72
No Tanggal Lokasi Keterangan Jumlah Peserta
9 25 April 2016 Banjarmasin Sosialisasi dan Edukasi APU PPT dalam Acara Evaluasi dan Sosialisasi Ketentuan BPR dan
Pelatihan Complaint Handling bagi Pengurus BPR, Pemimpin Cabang Bank Umum, dan
Perusahaan Pembiayaan
60 Peserta
10 26 Mei 2016 Yogyakarta Sosialisasi Ketentuan Pedoman Pemeriksaan Berdasarkan Risiko Perbankan, APU PPT,
dan Mekanisme Koordinasi
40 Peserta
11 19 Agustus 2016 Jakarta Seminar Penerapan Program APU PPT oleh PJK di Industri Asuransi Umum 70 Peserta
12 24-25 Agustus
2016
Yogyakarta Pelatihan Penerapan Program APU PPT bagi para Pejabat Bank 50 Peserta
13 26 Agustus 2016 Tasikmalaya Sosialisasi Penerapan Program APU PPT kepada Lembaga Jasa Keuangan se-Kota
Tasikmalaya
65 Peserta
14 26 September
2016
Malang Sosialisasi Penerapan Program APU PPT kepada pegawai BPR/BPRS di Wilayah Kerja
KOJK Malang
50 Peserta
15 29 September
2016
Bondowoso Sosialisasi Penerapan Program APU PPT kepada pegawai BPR/BPRS di Wilayah Kerja
KOJK Jember
110 Peserta
16 30 September
2016
Bengkulu Sosialisasi Penerapan Program APU PPT kepada LJK di Wilayah Kerja KOJK Provinsi
Bengkulu
50 Peserta
17 28 Oktober 2016 Padang Sosialisasi Program APU PPT kepada LJK di Wilayah Kerja Kantor OJK Provinsi Sumatera
Barat
54 Peserta
Sosialisasi
73
No Tanggal Lokasi Keterangan Jumlah Peserta
18 9-10 November 2016 Batam Pelatihan FKDKP Angkatan ke-3 “Peran Bank Mencegah dan Memberantas Kejahatan
Perbankan”
50 Peserta
19 15 November 2016 Aceh Capacity Building Ketentuan APU PPT kepada Perbankan di Aceh 70 Peserta
20 1 Desember 2016 Lampung Sosialisasi Penerapan Program APU PPT kepada Lembaga Jasa Keuangan di Wilayah
Kerja Kantor OJK Lampung
54 Peserta
21 5-6 Desember 2016 Jakarta Train of Trainers (ToT) Penerapan Program APU PPT pada Industri Pasar Modal 55 peserta
22 7-8 Desember 2016 Jakarta Train of Trainers (ToT) Penerapan Program APU PPT bagi BPR/BPRS 47 Peserta
23 8 Desember 2016 Palu Sosialisasi Penerapan Program APU PPT bagi para Pejabat/Staf Bank Umum dan
BPR/BPRS di Kota Palu dan sekitarnya
51 Peserta
24 6 Maret 2017 Jakarta Sosialisasi Penerapan Program APU PPT bagi BPR/BPRS di Wilayah Kerja Kantor Regional
1 DKI Jakarta dan Banten
50 Peserta
25 28 April 2017 Jakarta Sosialisasi POJK Nomor 12 /POJK.01/2017 tentang Penerapan Program Anti Pencucian
Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan Kepada Industri
Pasar Modal
322 Peserta
26 2-3 Mei 2017 Jakarta Sosialisasi POJK Nomor 12 /POJK.01/2017 tentang Penerapan Program Anti Pencucian
Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan Kepada Industri
Keuangan Non Bank (IKNB)
633 Peserta
27 3 Mei 2017 Jakarta Pelatihan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT)
kepada Working Group Legal Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI)
60 Peserta
Sosialisasi
74
No Tanggal Lokasi Keterangan Jumlah Peserta
28 4 Mei 2017 Jakarta Sosialisasi POJK Nomor 12 /POJK.01/2017 tentang Penerapan Program Anti Pencucian
Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan Kepada Industri
Perbankan
183 Peserta
29 16 Mei 2017 Bali Sosialisasi POJK Nomor 12 /POJK.01/2017 tentang Penerapan Program Anti Pencucian
Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan Kepada PJK BPR/S
137 Peserta
30 18-19 Mei 2017 Medan Sosialisasi POJK Nomor 12 /POJK.01/2017 tentang Penerapan Program Anti Pencucian
Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan dalam Acara
Peningkatan Kulaitas Analisis Kredit, Pencegahan dan Deteksi serta Tindak Lanjut Fraud
72 Peserta
31 18 Mei 2017 Semarang Sosialisasi POJK Nomor 12 /POJK.01/2017 tentang Penerapan Program Anti Pencucian
Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan Kepada PJK BPR/S
48 Peserta
32 22 Mei 2017 Palembang Sosialisasi POJK Nomor 12 /POJK.01/2017 tentang Penerapan Program Anti Pencucian
Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan Kepada PJK BPR/S
50 Peserta
33 13 Juni 2017 Surabaya Sosialisasi POJK Nomor 12 /POJK.01/2017 tentang Penerapan Program Anti Pencucian
Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan Kepada PJK
39 Peserta
34 19 Juni 2017 Palembang Sosialisasi POJK Nomor 12 /POJK.01/2017 tentang Penerapan Program Anti Pencucian
Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan Kepada PJK di
Industri IKNB
61 Peserta
75
Sosialisasi
No Tanggal Lokasi Keterangan Jumlah Peserta
35 18 Juli 2017 Jakarta Sosialisasi Penerapan Program APU PPT pada Workshop Manajemen Pergadaian bagi
Pelaku Jasa Pergadaian Swasta
70 Peserta
36 27 Juli 2017 Yogyakarta Sosialisasi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 12/POJK.01/2017 Tentang
Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di
Sektor Jasa Keuangan Kepada Industri Keuangan.
160 Peserta
37 9-10 Agustus 2017 Bandung Pelatihan Rutin Forum Komunikasi Direktur Kepatuhan Perbankan (FKDKP) dengan topik
“Peran Bank : Mencegah & Memberantas Kejahatan Perbankan (Modus, Deteksi Dini,
Pencegahan dan Penanganannya).
115 Peserta
38 10 Agustus 2017 Jakarta Diseminasi Kebijakan dan Regulasi di Bidang Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata
Pemusnah Massal.
300 Peserta
39 15 Agustus 2017 Palangka
Raya
Sosialisasi Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU
PPT) dan SLIK kepada Seluruh Lembaga Jasa Keuangan di Provinsi Kalimantan Tengah
85 Peserta
40 21 Agustus 2017 Pekan Baru Sosialisasi Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU
PPT) kepada BPR/BPRS Keuangan di Provinsi Riau
70 Peserta
41 21-22 Agustus 2017 Jakarta Workshop Pendampingan Penerapan Program APU PPT Berbasis Risiko bagi Industri
Perbankan
65 Peserta
42 23-24 Agustus 2017 Jakarta Workshop Pendampingan Penerapan Program APU PPT Berbasis Risiko bagi Industri
Pasar Modal
61 Peserta
76
Sosialisasi
No Tanggal Lokasi Keterangan Jumlah Peserta
43 28-29 Agustus 2017 Jakarta Workshop Pendampingan Penerapan Program APU PPT Berbasis Risiko bagi Industri
Keuangan Non-Bank (IKNB)
67 Peserta
44 19 September 2017 Jakarta Pelaksanaan Public/Private Financial Integrity Forum - Peserta
45 26 September 2017 Makassar Kegiatan Capacity Building kepada Penyedia Usaha Jasa Keuagan di Kota Makassar dan
Sekitarnya
95 Peserta
46 28 September 2017 Bandung Sosialisasi Ketentuan POJK Nomor 12/POJK.01/2017 tentang Penerapan Program Anti
Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT) di Sektor Jasa
Keuangan bagi Direksi/Komisaris/Pemimpin Wilayah/Cabang BPR dan BPRS pada
wilayah Regional 2 Jawa Barat
150 Peserta
47 28 September 2017 Jakarta Seminar Internalisasi National Risk Assessement (NRA) TPPU/TPPT dalam rangka
Penguatan Penerapan Program APU PPT Berbasis Risiko di Sektor Jasa Keuangan
171 Peserta
48 14 Oktober 2017 Jakarta Sosialisasi Ketentuan POJK Nomor 12/POJK.01/2017 untuk Legal & Compliance Officer
Penyedia Jasa Keuangan di sektor Pasar Modal
200 Peserta
49 25 Oktober 2017 Yogyakarta Pelatihan “Penerapan Prinsip Kehati-hatian dalam Bisnis Perbankan” Angkatan 3 Forum
Komunikasi Direktur Kepatuhan Perbankan (FKDKP).
100 Peserta
50 26 Oktober 2017 Jakarta Workshop Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan
Terorisme Terhadap Seluruh Compliance Officer PT Bank Mandiri & Grup
- Peserta
51 31 Oktober 2017 Jakarta Sosialisasi Ketentuan POJK Nomor 12/POJK.01/2017 untuk Legal & Compliance Officer
Penyedia Jasa Keuangan di sektor Perbankan, Asuransi dan Pasar Modal
50 Peserta
77
Sosialisasi
No Tanggal Lokasi Keterangan Jumlah Peserta
52 20 November 2017 Cirebon Sosialisasi Ketentuan POJK Nomor 12/POJK.01/2017 bagi Direksi/Komisaris/Pemimpin
Wilayah/Cabang BPR pada Wilayah Regional Kota Cirebon
70 Peserta
53 30 November 2017 Jayapura Capacity Building kepada Pelaku Usaha Jasa Keuangan di Jayapura 100 Peserta
54 21 Desember 2017 Bekasi Workshop penerapan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme 70 Peserta
55 27 Desember 2017 Jakarta Sosialisasi Perkembangan Terkini Rezim APU PPT kepada Perusahaan Efek - Anggota
Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI)
91 Peserta
56 30 Januari 2018 Jakarta Sosialisasi Perkembangan Terkini Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme (APU PPT) kepada Perusahaan Pembiayaan - Anggota Asosiasi
Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI)
203 Peserta
57 9 Februari 2018 Jakarta Sosialisasi Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan PendanaanTerorisme (APU dan PPT) bagi Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI)
170 Peserta
58 14 Februari 2018 Jakarta Indonesia International Chamber of Commerce (ICC) Banking Commission Meetingterkait Trade Finance Compliance
- Peserta
59 26 Februari 2018 Jakarta Sosialisasi Perkembangan Terkini Program Anti Pencucian Uang dan PencegahanPendanaan Terorisme (APU PPT) Dalam Rangka Pendidikan Berkelanjutan (PPL) WakilPerantara Perdagangan Efek (WPPE) dan Wakil Penjamin Emisi Efek (WPEE) bagiKaryawan Perusahaan Efek Anggota Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI)
- Peserta
78
Sosialisasi
No Tanggal Lokasi Keterangan Jumlah Peserta
60 3 Maret 2018 Jakarta Sosialisasi Perkembangan Terkini Program Anti Pencucian Uang dan PencegahanPendanaan Terorisme (APU PPT) Dalam Rangka Pendidikan Berkelanjutan (PPL) WakilPenjamin Emisi Efek (WPEE) bagi Karyawan Perusahaan Efek Anggota AsosiasiPerusahaan Efek Indonesia (APEI)
130 Peserta
61 11 April 2018 Jakarta Sosialisasi Penerapan Program APU PPT pada Sektor Industri Jasa Keuangan Non Bank
(IKNB)
115 Peserta
62 12 April 2018 Jakarta Sosialisasi Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan PendanaanTerorisme (APU PPT) pada Perusahaan Modal Ventura Anggota Asosiasi Modal VenturaUntuk Startup Indonesia (AMVESINDO)
40 Peserta
63 18-19 April 2018 Jakarta Workshop Pendampingan Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan PencegahanPendanaan Terorisme (APU PPT) Berbasis Risiko bagi Bank Pembangunan Daerah (BPD)
51 Peserta
64 14 Mei 2018 Pontianak Sosialisasi Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan PendanaanTerorisme bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembangunan Daerah KalimantanBarat Tahun 2018
48 Peserta
65 5 Juni 2018 Medan Sosialisasi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 12/POJK.01/2017 tentang PenerapanProgram APU PPT untuk Sektor Jasa Keuangan kepada seluruh Perusahaan Pembiayaandi Wilayah Kantor Regional 5 OJK Sumbagut
60 Peserta
Distribusi Poster dan Banner APU PPT
79
▪ GPUT telah menyampaikan desain poster dan banner APUPPT kepada Forum Komunikasi Direktur Kepatuhan (FKDKP)dan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) yang bertujuanuntuk menghimbau LJK untuk memperbanyak danmempublikasikan poster dan banner dimaksud di tiapkantornya apabila memiliki dana/anggaran.
▪ Hal tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkanawareness Sektor Jasa Keuangan dan masyarakatterhadap penerapan program APU PPT.
80
TERIMA KASIH