peran abuya kh. abdurrahman nawi dalam...

131
PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM DI PONDOK PESANTREN AL-AWWABIN DEPOK Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: MUHAMMAD DHIYA HABIBI 1112011000065 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2016 M

Upload: lythu

Post on 03-Apr-2019

306 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM

MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM DI

PONDOK PESANTREN AL-AWWABIN DEPOK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

MUHAMMAD DHIYA HABIBI

1112011000065

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2016 M

Page 2: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang
Page 3: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang
Page 4: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang
Page 5: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang
Page 6: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

i

ABSTRAK

Nama : Muhammad Dhiya Habibi

NIM : 1112011000065

Judul : Peran Abuya KH. Abdurrahman Nawi Dalam Mengembangkan

Pendidikan Islam di Pondok Pesantren Al-Awwabin Depok

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Abuya KH. Abdurrahman

Nawi dalam mengembangkan pendidikan Islam dancara beliau menerapkan peran

tersebut di pondok pesantren Al-Awwabin Depok.Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif, dengan menggambarkan

suatu keadaan, kondisi, situasi, peristiwa maupun kegiatan yang dilakukan oleh

Abuya KH. Abdurrahman Nawi dalam kaitannya dengan pengembangan

pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok.

Peran Abuya yang diteliti disini adalah tentang pengembangan pendidikan

Islam di pondok pesantren Al-Awwabin Depok dari segi lembaga yang beliau

dirikan dan ide serta gagasan yang berhubungan dengan pengembangan

pendidikan itu sendiri. Teknik analisa data yang didapat dan ditelaah dari hasil

wawancara, observasi dan dokumentasi pada tempat penelitian kemudian diolah,

dipelajari dan dideskripsikan menjadi sebuah hasil kesimpulan.

Hasil penelitian yang dapat disimpulkan adalah Abuya membangun

lembaga pendidikan Islam dan beliau menjadi seorang inovator dalam

memberikan ide serta gagasan yang dapat diterapkan di pondok pesantren Al-

Awwabin Depok. Dalam membangun lembaga pendidikan Islam beliau

membangun pendidikan formal (sekolah) dan non formal (pondok). Adanya

lembaga pendidikan formal dan non formal ini dimaksudkan agar peserta didik

tidak hanya cerdas dalam sisi keagamaan, namun peserta didik pun cerdas dalam

ilmu umum dan teknologi yang sedang berkembang sekarang ini. Selanjutnya

dalam hal ide dan gagasan, beliau melakukan beberapa inovasi seperti:

membentuk organisasi santri, mendirikan saluran radio Islam, mengasah bakat

santri, menekankan pemahaman kitab kuning, mengadakan pelatihan muballigh

(muhadhoroh) serta, membuat rapor dan ijazah pesantren. Semua ini beliau

terapkan di pondok pesantren Al-Awwabin bertujuan agar para santri dapat

berkembang menjadi sosok multi talenta yang berakhlakul karimah, sehingga

ketika mereka terjun ke masyarakat nanti mereka tidak canggung dan mampu

membimbing masyarakat agar selalu berada di jalan syariat agama Islam.

Page 7: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

ii

ABSTRACT

Name : Muhammad Dhiya Habibi

NIM : 1112011000065

Title : The Role of Abuya KH. Abdurrahman Nawi in Developing Islamic

Education in Al-Awwabin Islamic Boarding School.

This research aims to determine the role of Abuya KH. Abdurrahman Nawi

in developing Islamic education and how he applied the role of the pesantren Al-

Awwabin Depok. The method used in this research is qualitative descriptive,

describing a situation, condition, situation, event or activity conducted by Abuya

KH. Abdurrahman Nawi in relation to the development of Islamic education in

pesantren Al-Awwabin Depok.

Abuya role researched here is on the development of Islamic education in

boarding school Al-Awwabin Depok terms of institutions that he founded and

ideas as well as ideas related to the development of education itself. Mechanical

analysis of data obtained and analyzed from interviews, observation and

documentation at the point of the study and then processed, studied and described

into a results conclusion.

The results of research can be concluded is Abuya build Islamic institutions,

and he became an innovator in providing ideas and ideas that can be applied at

boarding school Al-Awwabin Depok. In building the Islamic educational

institutions he built formal education (schools) and non-formal (huts). Their

formal educational institutions and non-formal is intended that learners are not

just smart in the religious side, but the students were smart in general science and

technology that is now unfolding. Furthermore, in terms of ideas and concepts, he

made several innovations such as: forming an organization of students, founded

the Islamic radio channel, hone talents of students, emphasizing understanding of

yellow books, training muballigh (muhadhoroh) as well, report cards and

diplomas boarding. All of this, he applied at boarding school Al-Awwabin

intended that the students can develop into a multi-talented figure who

berakhlakul karimah, so that when they plunge into the community later they were

awkward and able to guide people to always be in the way of Islamic religious

laws.

Page 8: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah,

taufiq serta rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga senantiasa teriring kepada suri tauladan kita

Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari zaman kegelapan terhadap

ilmu pengetahuan menuju ke zaman yang penuh dengan ilmu pegetahuan seperti

saat ini.

Pada kesempatan kali ini, penulis berhasil menyelesaikan tugas skripsi yang

diberi judul “PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM

MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM DI PONDOK PESANTREN AL-

AWWABIN DEPOK”.

Tugas skripsi ini dikerjakan dan diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana

Pendidikan Agama Islam (PAI) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama penyusunan skripsi ini,penulis banyak mendapatkan bantuan,

motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan

ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., selaku ketua jurusan Pendidikan Agama

Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Dr. Armai Areif, M.Ag., Dosen Pembimbing, yang dengan penuh

keikhlasan membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Drs. Ghufron Ihsan, MA.,Dosen Akademik, yang selalu memberi nasihat dan

motivasi dalam membimbing prosesi akademik hingga penulis mampu

menyelesaikan seluruh tugas akademik

Page 9: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

iv

5. Nenek penulis, Hj. Aliyah serta keluarga tercinta yang senantiasa memberi

semangat, doa, kasih sayang, serta berbagai dorongan yang tak terhingga,

sehingga terselesaikan penulisan skripsi ini.

6. Kakanda Syifa Hanifah S.Hum, Adinda Sundus Silvia, dan Bukrota Safaril

Ibadah, yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan hingga penulisan

skripsi ini selesai.

7. Abuya KH. Abdurrahman Nawi, Pimpinan Umum Pondok Pesantren Al-

Awwabin, dengan doa dan keikhlasan beliau yang telah memberikan

kesempatan bagi penulis untuk mengadakan penelitian di pesantren miliknya.

8. KH. Fathurrahman, MA., Musyrif Tholabah (lurah pondok), yang selalu

mendoakan serta memberikan masukan kepada penulis. Serta para asatidz dan

guru-guru pondok pesantren Al-Awwabin yang telah memberikan informasi

yang sangat berarti bagi penulis.

9. Para sabahat terbaik penulis: Ray, Agus, Fattah, Afrijal, Jeis, Maula, Saifu,

Eriico, Abdurrahman, dan Zulham yang telah menemani serta memberikan

motivasi kepada penulis dikala penulis menemui hambatan dalam

penyelesaian skripsi ini.

10. Segenap teman-teman PAI angkatan 2012 khususnya kelas B, yang telah

menemani dan memberikan kenangan-kenangan indah semasa perkuliahan di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Semoga

Allah SWT membalas kebaikan kalian dengan pahala yang berlipat ganda. Dan

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca

umumnya.

Jakarta, 23 November 2016

Penulis

Muhammad Dhiya Habibi

Page 10: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

v

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI

ABSTRAK .............................................................................................................................. i

ABSTRACT ........................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... v

DAFTAR TABEL DAN LAMPIRAN ........................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................. 8

C. Pembatasan Masalah ........................................................... 9

D. Perumusan Masalah ............................................................. 9

E. Tujuan Penelitian ................................................................. 9

F. Manfaat Penelitian ............................................................... 9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Peran ..................................................................................... 11

1. Pengertian Peran ............................................................. 11

2. Peran Ulama (Kyai) ........................................................ 12

3. Peran Pesantren .............................................................. 13

B. Pesantren ............................................................................. 15

1. Pengertian dan Tujuan Pesantren..................................... 15

2. Unsur-unsur Pesantren ..................................................... 16

a. Kyai............................................................................ 16

Page 11: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

vi

b. Santri .......................................................................... 17

c. Masjid ........................................................................ 18

d. Pondok/Asrama.......................................................... 19

e. Pengajian Kitab-kitab Islam Klasik (Kuning) ........... 20

f. Madrasah (Sekolah) ................................................... 21

3. Model-model Psantren ..................................................... 22

a. Pondok Pesantren Tradisional (Salaf) ....................... 22

b. Pondok Pesantren Modern (Khalaf) .......................... 23

c. Pondok Pesantren Komprehensif (Kombinasi) ......... 24

4. Metode Pembelajaran di Pesantren .................................. 26

a. Sorogan ...................................................................... 26

b. Bandongan ................................................................. 27

c. Weton ......................................................................... 28

C. Pendidikan Islam ................................................................. 29

1. Pengertian Pendidikan ..................................................... 29

2. Tujuan Pendidikan ........................................................... 31

3. Pengertian Pendidikan Islam ........................................... 33

4. Tujuan Pendidikan Islam ................................................. 35

5. Dasar Pendidikan Islam ................................................... 37

D. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................. 38

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu, dan Tempat Penelitian ............................................. 40

1. Waktu Penelitian .............................................................. 40

2. Tempat Penelitian ............................................................ 40

B. Metode Penelitian ................................................................. 40

C. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 41

1. Observasi ......................................................................... 41

2. Wawancara ...................................................................... 41

3. Dokumentasi .................................................................... 41

D. Teknik Pengelolaan Data ..................................................... 42

Page 12: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

vii

E. Teknik Analisis Data ............................................................ 42

1. Reduksi Data .................................................................... 42

2. Triangulasi ....................................................................... 43

3. Penarikan Kesimpulan ..................................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Abuya KH. Abdurrahman Nawi ........................................... 45

1. Biografi Abuya KH. Abdurrahman Nawi ...................... 45

2. Kegiatan di Dunia Dakwah dan Pendidikan ................... 49

3. Paham Keagamaan dan Keahliannya ............................. 54

B. Pondok Pesantren Al-Awwabin ........................................... 56

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Awwabin ...... 56

2. Struktur Organinasi ........................................................ 59

3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Al-Awwabin ............... 60

a. Visi Pondok Pesantren Al-Awwabin ........................ 60

b. MisiPondok Pesantren Al-Awwabin ........................ 60

C. Peran Abuya KH. Abdurrahman Nawi ................................. 61

1. Kelembagaan .................................................................. 62

a. Lembaga Pendidikan Formal .................................... 62

b. Lembaga Pendidikan Non Formal ............................ 65

2. Ide dan Gagasan ............................................................. 73

a. Membentuk Organisasi Santri .................................. 71

b. Mendirikan Saluran Radio Islam .............................. 74

c. Mengasah Bakat Santri ............................................. 75

d. Menekankan Pemahaman Kitab Kuning .................. 77

e. Mengadakan Pelatihan Muballigh (Muhadhoroh) ... 79

f. Membuat Rapor dan Ijazah Pesantren ...................... 80

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 84

B. Saran ...................................................................................... 84

Page 13: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

viii

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 86

Page 14: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

ix

DAFTAR TABEL DAN LAMPIRAN

A. Tabel

Tabel 4.1: Daftar Siswa pondok pesantren Al-Awwabin I Tahun 2016/2017

Tabel 4.2: Daftar Siswa pondok pesantren Al-Awwabin II Tahun 2016/2017

Tabel 4.3: Daftar Rincian Mata Pelajaran Santri MI Tahun 2016/2017

Tabel 4.4: Daftar Rincian Mata Pelajaran Santri 1 MTs Tahun 2016/2017

Tabel 4.5: Daftar Rincian Mata Pelajaran Santri 2 MTs Tahun 2016/2017

Tabel 4.6: Daftar Rincian Mata Pelajaran Santri 3 MTs Tahun 2016/2017

Tabel 4.7: Daftar Rincian Mata Pelajaran Santri 1 MA Tahun 2016/2017

Tabel 4.8: Daftar Rincian Mata Pelajaran Santri 2 MA Tahun 2016/2017

Tabel 4.9: Daftar Rincian Mata Pelajaran Santri 3 MA Tahun 2016/2017

B. Lampiran-lampiran

Lampiran 1 : Wawancara

Lampiran 2 : Dokumentasi

Page 15: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Problematika pendidikan agama bagi siswa Madrasah Aliyah di Indonesia

sesungguhnya hampir secara umum sama. Tipologi kesamaan dari problematika

dimaksud terlebih adalah yang terjadi seputar kurang terinternalisasi nilai-nilai

agama dalam diri siswa. Siswa baru pada tahap diajari agama tapi belum sampai

pada tingkat bagaimana siswa diajari untuk beragama. Untuk mengeliminir

prolematika yang ada, maka di samping pendekatan yang selama ini telah dicoba

untuk dilakukan seperti, perbaikan dan penyusuaian kurikulum yang senafas

dengan itu, juga perlu adanya solusi alternatif yang lebih bersifat penyadaran dan

pemahaman kembali secara komprehensif akan makna dan aplikasi dari inti

pelajaran agama dan bagaimana cara beragama. Oleh karena itu, tauhid sebagai

inti dari agama, yang pada akhirnya akan berubah taqwa perlu dirumuskan pada

rel yang sebenar-benarnya untuk dipahamkan pada siswa. Apapun pelajaran yang

diajarkan pada pendidikan komprehensif akan sangat berpengaruh kuat terhadap

pembentukan karakter dan sikap siswa.1

Siswa hanya belajar tentang materi pengetahuan tertentu melalui proses

transfer of knowledge (penyampaian pengetahuan) dari orang yang dipandang

lebih tau, yaitu guru. Idiom guru itu “digugu dan ditiru” termanifestasi dalam

pengetahuannya yang dianggap final, bahwa apa yang disampaikan oleh guru itu

pastilah benar. Sementara itu, dimensi sikap (afektif) dan keterampilan

(psikomotorik) kurang diperhatikan. Penekanan pada aspek kognitif inilah yang

menyebabkan proses pendidikan berjalan monoton, intelektualisme, dan

verbalisme. Padahal, pendidikan itu sendiri berdimensi ketiga ranah tersebut.

1 Afif HM & Haidlor Ali Ahmad (eds), Bunga Rampai Pendidikan Agama dan Keagamaan,

(Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2005), h. 33

Page 16: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

2

Bukan hanya transfer of knowledge, melainkan juga transfer of values

(internalisasi nilai) dan transfer of methodology (aplikasi metodologi).2

Pendidikan agama yang dilaksanakan di sekolah dirasakan tidak dapat

memberikan bekas yang cukup dalam memperbaiki moral generasi bangsa.

Kekurangan jam pelajaran agama dan di sekolah-sekolah umum terutama sekolah

negeri dianggap sebagai faktor utama dalam memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran agama. Karena itu para pelajar tidak mempunyai bekal yang

cukup memadai untuk mengcaunter dan membentengi diri dari berbagai pengaruh

negatif globalisasi yang ada saat ini.3

Fungsi lembaga pendidikan hendaknya tidak hanya memberikan

kesempatan kepada subjek didik untuk mengembangkan pengetahuan. Fungsi

penting lainnya ialah menciptakan setting sosial yang memungkinkan

implementasi pengetahuan yang diperoleh untuk memecahkan masalah yang ada

dalam masyarakat. Pendidikan yang mengabaikan masalah-masalah sosial tidak

akan efektif. Oleh karena itu, lembaga pendidikan seharusnya merupakan contoh

kehidupan masyarakat yang ideal.4

Pesantren mengemban beberapa peran, utamanya sebagai lembaga

pendidikan. Jika ada lembaga pendidikan Islam yang sekaligus juga memainkan

peran sebagai lembaga bimbingan keagamaan, keilmuan, kepelatihan,

pengembangan masyarakat, dan sekaligus menjadi simpul budaya, maka itulah

pondok pesantren.5

Sistem pendidikan pesantren ketika dinilai parameter modernisasi selalu di

pandang negatif karena terlalu mempertahankan tradisi dan kurang tanggap

2 Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam Fakta Teoriti-Filosofis & Aplikatif-Normatif, (Jakarta:

Amzah, 2013), h. xii

3 Jazuli Juwaini, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bening Citrakreasi Indonesia,

2011), h. 164

4 Darmiyati Zuchdi, Humanisasi Pendidikan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 6

5 M. Dian Nafi‟, dkk., Praksis Pembelajaran Pesantren,. (Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi

Aksara, 2007), h. 11

Page 17: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

3

terhadap perkembangan dan perubahan zaman. Tetapi, belakangan ini ada aspek

tertentu yang secara jujur diakui sebagai kelebihan pesantren.6

Meskipun tidak ada pengakuan secara eksplisit dari para pakar pendidikan

di Indonesia, karakter budaya pendidikan pesantren telah diadopsi ke dalam

sistem pendidikan nasional. Gejala ini terlihat jelas pada kemunculan „sekolah-

sekolah unggul‟ atau boarding school sejak tiga dasawarsa terakhir. Sekarang ini

sudah banyak bermunculan sekolah unggulan yang menerapkan „sistem

pesantren‟ meskipun di bungkus dengan nama lain seperti boarding school,

sekolah internal atau lainnya. Jika boarding school (sekolah berasrama umum)

mengadopsi pendidikan pesantren secara diam-diam, maka Departement Agama

mengembangkannya secara terbuka.7

Dengan sistem 24 jam atau sistem pendidikan sepanjang hari (full day

educational system) yang dijalani, pesantren akan menjadi incaran para orang tua

lantaran kesibukannya tidak lagi mempunyai waktu yang cukup untuk

memberikan perhatian dan kontrol kepada putra-putrinya setelah pulang sekolah.

Dari sudut pertimbangan ini sistem pendidikan pesantren lebih di percaya orang

tua dari pada sitstem pendidikan formal terutama bagi orang tua karier yang

memiliki komitment tinggi untuk menanamkan akhlak pada putra-putrinya.

Pesantren dinilai mampu membentengi para santri dari pengaruh-pengaruh negatif

arus globalisasi yang menghadirkan kebudayaan Barat di tengah-tengah

kebudayaan kita.8

Dibandingkan dengan lingkungan pendidikan parsial yang ditawarkan

sistem pendidikan sekolah umum di Indonesia sekarang ini, sebagai budaya

pendidikan nasional, pondok pesantren mempunyai kultur yang unik. Karena

keunikannya, pondok pesantren digolongkan ke dalam subkultur tersendiri dalam

6 Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi ,

(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 82

7 Ibid., h. 83

8 Ibid., h. 84

Page 18: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

4

masyarakat Indonesia. 5000 buah pondok pesantren yang tersebar di 68.000 desa

merupakan bukti tersendiri untuk menyatakannya sebagai sebuah subkultur.9

Belakangan ini, seperti halnya pengalaman lembaga-lembaga lainnya,

pesantren sedang menghadapi berbagai tantangan secara multidimensional:

pertama, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berjalan dengan

super cepat. Perkembangan IPTEK ini mempengaruhi pola pikir, pola pandang,

pola sikap, dan pola hidup masyarakat modern; kedua, perkembangan IPTEK ini

terutama teknologi informasi mengakibatkan terbentuknya arus globalisasi yang

menjamah seluruh penjuru dunia sehingga dunia ini terasa tanpa batas. Apa yang

dipegerakan oleh orang-orang yang berada dipojok Barat, dalam waktu sekejap

bisa diketahui oleh orang-orang yang berada di pojok paling Timur, dan begitu

pula sebaliknya; ketiga, tuntunan masyarakat kontemperer semakin meningkat

dan lebih mengarah pada pemenuhan kebutuhan duniawi yang serba materialitis;

dan keempat, perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem pendidikan

nasional.10

Dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut, setidaknya pesantren

harus bisa bertahan hidup (survival). Ketahanan hidup pesantren di Indonesia ini

hingga sekarang telah terbuktikan. Abdurrahman Wahid membuat perbandingan

bahwa pada masa silam, pesantren di Indonesia dapat merespons tantangan-

tantangan zamannya dengan sukses. Sedangkan sistem pesantren yang

dikembangkan oleh kaum sufi baik di Malaysia maupun Thailand bagian Utara

sekarang ini senantiasa merana ditekan sistem sekolah model Barat. Ketahanan

hidup pesantren ini tidak lepas dari berbagai faktor, salah satunya adalah

keluwesan pesantren menghadapi tantangan-tantangan tersebut dengan cara

mengubah bentuk (transformasi), kendatipun perubahan yang dilakukan pesantren

tergolong lamban. Nurcholish Masjid pernah membuat pengandaian, jika

pesantren mampu merespons tantangan-tantangan zaman itu dengan cepat,

niscaya yang terjadi bukan Universitas Gajahmada tetapi Univertitas Krapyak,

9 Said Aqiel Siradj, Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan Transformasi

Pesantren, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), h. 13

10

Mujamil Qomar, Menggagas Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014),

h. 45

Page 19: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

5

bukan Universitas Airlangga tetapi Univertitas Tebuireng, dan sebagainya. Akan

tetapi karena perubahan bentuknya lambat, maka pesantren belum mampu

mencapai idealisme itu. Hanya saja perubahan bentuk (transportasi) yang lambat

ini perlu dicermati secara seksama karena menyentuh berbagai dimensi

kepesantrenan.11

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang sudah berdiri sejak ratusan

tahun yang lalu. Di lembaga inilah diajarkan dan dididikkan ilmu dan nilai-nilai

agama kepada santri. Pada tahap awal pendidikan di pesantren tertuju semata-

mata mengajarkan ilmu-ilmu agama saja lewat kitab-kitab klasik atau kitab

kuning. Pada tahap awal juga sistemnya berbentuk nonformal, tidak dalam bentuk

klasikal, serta lamanya santri di pesantren tidak ditentukan oleh tahun, tetapi oleh

kitab yang dibaca.12

Pada masa awal kelahirannya, pondok pesantren tidaklah selengkap saat ini;

dimana ada ruangan khusus tempat para santri tinggal, ada tim pengurus, ada

sistem administrasi dengan jadwal pembacaan kitab, lengkap dengan peraturan-

peraturan yang harus ditaati oleh para santri.

Tumbuhnya pesantren di masa dahulu, terutama di masyarakat pedesaan,

dimulai dengan adanya pengakuan suatu lingkungan, masyarakat tertentu terhadap

kelebihan seorang ulama di bidang ilmu agama (Islam) dan kesalehannya,

sehingga penduduk lingkungan itu banyak yang datang untuk belajar menuntut

ilmu pada ulama tersebut.13

Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam Indonesia yang

bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkan sebagai

pedoman hidup keseharian. Pesantren telah hidup sejak ratusan tahun yang lalu,

serta telah menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat muslim. Pesantren

telah diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut mencerdaskan kehidupan

bangsa. Pada masa kolonialisme berlangsung, pesantren merupakan lembaga

11 Ibid., h. 46

12

Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), h. 63

13

Nasaruddin Umar. Rethingking Pesantren, (Jakarta: PT Elex Media Kompetindo, 2014), h.

9

Page 20: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

6

pendidikan agama yang sangat berjasa bagi masyarakat dalam mencerahkan dunia

pendidikan.

Sebagai lembaga pendidikan keagamaan sekaligus lembaga

kemasyarakatan, pesantren pada saat ini juga diharapkan mampu berfungsi

sebagai pelopor pembaharuan (agent of change). Dalam arti, keberadaanya

diharapkan mampu memberikan alternatif pemikiran dan tindakan. Sebab

didirikannya lembaga pendidikan pesantren adalah didasarkan atas panggilan

kepada manusia untuk menjadi subyek yang selalu sadar dengan kemampuannya,

dan agar berpegang teguh pada nilai-nilai etika dan moralitas universal yang

bersumber dari mata air Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.14

Pondok pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Islam berbeda dengan

pendidikan lainnya baik dari aspek sistem pendidikan maupun unsur pendidikan

yang dimilikinya. Perbedaan dari segi sistem pendidikannya terlihat dari proses

belajar mengajarnya yang cenderung sederhana dan tradisional, sekalipun juga

terdapat pesantren yang bersifat memadukannya dengan sistem pendidikan

modern. Yang mencolok dari perbedaan itu adalah perangkat-perangkat

pendidikannya baik perangkat lunak (software) maupun perangkat keras

(hardware) nya. Keseluruhan perangkat pendidikan itu merupakan unsur-unsur

dominan dalam keberadaan pondok pesantren. Bahkan unsur-unsur dominan itu

merupakan ciri-ciri (karakteristik) khusus pondok pesantren.15

Disamping itu, pesantren ternyata menawarkan materi pendidikan yang

sangat varian. Ada pesantren yang menekankan ilmu alat, ilmu fiqh, tasawuf, ilmu

Al-Quran dan lain-lain. Penekanan pada materi tertentu didasarkan pada keahlian

kyainya, dan kebebasan kyai untuk menawarkan pola-pola pendidikan sesuai

dengan seleranya. Bahkan variasi pesantren itu tidak hanya menyangkut

penekanan materi pendidikannya, tetapi juga menyangkut kepemilikan lembaga,

pola kepemimpinan, sikap terhadap modernisasi, sikap terhadap ilmu-ilmu umum

14 Zainal Arifin Thoha. Runtuhnya Singgasana Kiai. (Yogyakarta: KUTUB, 2003), h. 36

15

M. Bahri Ghazali. Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta: CV. Prasasti, 2002), h. 17

Page 21: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

7

hingga keterlibatan dalam perpolotokan nasional. Sehubungan dengan bergamnya

variasi tersebut, pesantren tidak dapat digeneralisasi.16

Masyarakat biasanya mengharapkan seorang kyai dapat menyelesaikan

persoalan-persoalan keagamaan praktis sesuai dengan kedalaman ilmu

pengetahuan yang dimilikinya. Semakin tinggi kitab-kitab yang ia ajarkan, ia akan

semakin dikagumi. Ia juga diharapkan dapat menunjukkan kepemimpinannya,

kepercayaannya kepada diri sendiri dan kemampuannya, karena banyak orang

datang meminta nasehat dan bimbingan dalam banyak hal. Ia juga diharapkan

untuk rendah hati, menghormati semua orang, tanpa melihat tinggi rendah kelas

sosialnya, kekayaan dan pendidikannya, banyak prihatin dan penuh dengan

pengabdian kepada tuhan dan tidak pernah berhenti memberikan kepemimpinan

keagamaan, seperti memimpin sholat lima waktu, memberikan khutbah jum‟at

dan menerima undangan perkawinan, kematian dan lain-lain.17

Salah satu peranulama (kyai) sebagai pemuka agama Islam yang patut

dicatat adalah posisi mereka sebagai kelompok terpelajar yang membawa

pencerahan kepada masyarakat sekitarnya. Berbagai lembaga pendidikan telah

dilahirkan oleh mereka, baik dalam bentuk sekolah maupun pondok pesantren.

Lembaga-lembaga tersebut memiliki konstribusi yang besar dalam meningkatkan

tingkat melek huruf bangsa Indonesia, baik dalam bidang agama maupun dalam

bidang ilmu pengetahuan umum. Para tokoh umat Islam tersebut juga telah

berperan dalam memajukan ilmu pengetahuan, khususnya Islam lewat karya-

karya yang telah ditulis atau jalur dakwah mereka.18

Namun dalam dasawarsa belakangan ini banyak ulama sudah tidak

produktif dalam penulisan lektur keagamaan, ulama yang terjun ke politik praktis

menjadi anggota DPR, sehingga cenderung peran mereka dalam mengembangkan

pendidikan Islam menjadi berkurang.

16 Mujamil Qomar, Menggagas Pendidikan Islam, op. cit., h. 2

17

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:

LP3ES, 1984), h. 60

18

Rosehan Anwar & Andi Bahruddin Malik (eds), Peran dan Fungsi Ulama Pendidikan,

(Jakarta: Proyek Pengkajian dan Pengembangan Lektur Pendidikan Agama, 2003), h. 129

Page 22: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

8

Abuya KH. Abdurrahman Nawi adalah merupakan sosok kyai yang ramah

dan gigih di dalam mengajar serta mendidik para santrinya di pondok pesantren

Al-Awwabin, dengan segenap ide serta gagasannya, beliau berusaha memajukan

pondok pesantren tersebut dalam bidang keilmuan, agar dapat bermanfaat bagi

masyarakat, agama maupun bangsa.

Tentang pesantren yang didirikan, Abuya KH. Abdurrahman Nawi

bermaksud untuk membina kader-kader muslim yang menguasai ilmu agama

dengan baik, dalam rangka membantu pemerintah dalam bidang pendidikan.

Abuya mengutamakan penguasaan ilmu-ilmu alat bagi santri-santrinya, yaitu

dengan pengajaran ilmu nahwu, shorof dan bahasa Arab. Maka diluar kurikulum

sekolah yang mengikuti kurikulum dari Departemen Agama, santri yang mukim

pada sore dan malam hari diharuskan mengikuti halaqah mengaji kitab-kitab di

bidang nahwu, shorof, bahasa Arab, tauhid, fiqh, tafsir, hadist dan akhlaq.

Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

terhadap Abuya. Oleh karena itu penulis menulis sebuah karya ilmiah yang

berbentuk skripsi dengan judul : “PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN

NAWI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM DI

PONDOK PESANTREN AL-AWWABIN DEPOK”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diindentifikasi

permasalahannya sebagai berikut :

1. Peran Abuya KH. Abdurrahman Nawi di pondok pesantren Al-Awwabin

Depok banyak yang belum terungkap.

2. Ide maupun gagasan Abuya KH. Abdurrahman Nawi dalam mengembangkan

pondok pesantren Al-Awwabin Depok yang masih terpendam.

3. Masyarakat luas banyak yang belum mengenal sosok Abuya KH.

Abdurrahman Nawi.

4. Kontribusi Abuya KH. Abdurrahman Nawi dalam pengembangan pendidikan

Islam tidak banyak diketahui oleh masyarakat luas.

Page 23: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

9

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis perlu memberikan batasan

masalah hanya pada bagaimana peran Abuya KH. Abdurrahman Nawi yakni di

bidang kelembagaan pendidikan dan seputar ide maupun gagasan beliau dalam

mengembangkan pendidikan Islam di pondok pesantren Al-Awwabin Depok.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apa saja peran Abuya KH. Abdurrahman Nawi dalam memajukan pondok

pesantren Al-Awwabin Depok?

2. Bagaimana peran Abuya KH. Abdurrahman Nawi dalam mengembangkan

pendidikan Islam di pondok pesantren Al-Awwabin Depok?

E. Tujuan Penelitian

Setiap karya ilmiah tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai, begitu juga

dengan penulisan ini. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas,

maka tujuan yang diharapkan tercapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peran Abuya KH. Abdurrahman Nawi dalam

mengembangkan pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok.

2. Untuk mengetahui cara penerapan peran yang dilakukan Abuya KH.

Abdurrahman Nawi dalam mengembangkan pondok pesantren Al-Awwabin

Depok.

F. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan mengenai dunia pesantren

dan pendidikan Islam, umumnya bagi masyarakat khususnya bagi penulis.

Page 24: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

10

2. Untuk memberikan informasi lengkap mengenai peran serta gagasan Abuya

KH. Abdurrahman Nawi di pondok pesantren Al-Awwabin khususnya bagi

kalangan sendiri (intern) dan umumnya kalangan luar (ekstern).

3. Dapat dijadikan bahan bacaan baik bagi santri pondok pesantren Al-Awwabin

Depok maupun masyarakat.

Page 25: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

11

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Peran

1. Pengertian Peran

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, peran adalah “Perangkat tingkah yang

diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat”.19

Peran

tidak dapat dipisahkan dengan status (kedudukan), walaupun keduanya berbeda,

akan tetapi saling berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya, karena yang

satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Peran diibaratkan seperti dua sisi

mata uang yang berbeda, akan tetapi kelekatannya sengat terasa sekali. Seseorang

dikatakan berperan atau memiliki peranan karena dia (orang tersebut) mempunyai

status dalam masyarakat, walaupun kedudukan itu berbeda antara satu orang

dengan orang lain, akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai dengan

statusnya.

Sedangkan menurut Wahjosumijo, peran adalah “Sejumlah tanggung jawab

atau tugas yang dibebankan dan harus dilaksanakan oleh seseoang”.20

Selanjutnya, Soerjono soekanti mengatakan, “Penanan (role) merupakan aspek

dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu

peranan”.21

Sarlito Wirawan Sarwono juga mengemukakan hal yang sama bahwa

harapan tentang peran adalah harapan-harapan orang lain pada umumnya tentang

prilaku-prilaku yang pantas, yang seyogyanya ditentukanoleh seseorang yang

mempunyai peran tertentu.22

19 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2002), h. 854

20

Wahjosumijo, Kepemimpinan Kepada Sekolah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h.

155

21

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h.

243

22

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, (Jakarta: CV. Rajawali, 1984), h.

235

Page 26: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

12

Dikutip oleh Soleman B. Toneko dari pendapat Koentjaraningrat tentang

peran ia mengatakan, “Adapun segala cara berlaku dari individu-individu untuk

memenuhi kewajiban dan untuk mendapatkan hak-hak tadi, merupakan aspek

dinamis dari status atau kedudukan. Cara-cara berlaku itu disebut peranan, yang

dalam bahasa asingnya disebut role.23

Dari penjelasan yang dipaparkan di atas terlihat suatu gambaran bahwa yang

dimaksud dengan peran adalah seperangkat prilaku, sikap, kewajiban dan hak-hak

khusus yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status tertentu.

2. Peran Ulama (Kyai)

Ulama (Kyai) adalah orang yang memiliki pengetahuan agama Islam yang

luas yang berfungsi sebagai pengayom, panutan, dan pembimbing di tengah umat

atau masyarakat.Sejarah bangsa Indonesia telah mengukir berbagai peran yang

mengadumkan yang dimainkan ulama (kyai). Kerukunan umat beragama pada

dekade 1970-1980-an telah berhasil dan terbina dengan baik berkat dukungan

ulama, sehingga kerukunan itu dapat mengokohkan peraturan dan kesatuan

bangsa yang menjadi modal melalui komunikasi interpersonal yang dilakukan

melalui ceramah-ceramah agama dan khutbah Jum‟at di masjid-masjid.24

Peran sosial adalah refleksi autentik dari semangat amar ma‟ruf nahi munkar.

Karena itu, setiap manusia diminta untuk melakukan kerja-kerja kemanusiaan

(„amal shalih) demi memperoleh dua kebahagiaan hidup: „dunia maupun akhirat.‟

Di dalam banyak tempat, Al-qur‟an selalu mengingatkan umatnya agar berlomba-

lomba kalian dalam berbuat baik jika ingin tampil menjadi umat terbaik dalam

menciptakan sejarah. Kelanjutan logisnya, berbuat baik merupakan tindakan

bermakna bagi manusia untuk menentukan derajat dirinya dihadapan Allah

SWT.25

Salah satu peran ulama (kyai) sebagai tokoh Islam yang patut dicatat adalah

posisi mereka sebagai kelompok terpelajar yang membawa pencerahan

23 Soleman B. Taneko, Struktur dan Proses Sosial, Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan,

(Jakarta: Rajawali, 1990), h. 88

24

Rosehan Anwar op. cit., h. 1

25

Khaeroni, Peran Sosial Santri dan Abangan, (Jakarta: Penamadani, 2007), h. v

Page 27: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

13

(enllightenment) kepada masyarakat di sekitarnya. Berbagai lembaga pendidikan

keagamaan telah mereka dirikan, baik dalam bentuk sekolah maupun pondok

pesantren. Semua lembaga itu ikut mengantarkan bangsa Indonesiamenjadi

bangsa yang terpelajar. Mereka telah berperan dalam memajukan ilmu

pengetahuan khususnya Islam lewat karya-karya yang telah ditulis atau jalur

dakwah yang mereka tempuh dengan gigih. Disamping berbagai fungsi dan peran

di atas, para ulama (kyai) sebagai tokoh Islam telah mewariskan sejumlah

khazanah keagamaan menomental, misalnya, berupa kitab-kitab keagamaan yang

bernilai tinggi. Karya tulis tersebut merupakan media penting untuk

mengkomunikasikan pemikiran mereka sekaligus mencerminkan kualitas

keilmuan dibidang yang mereka geluti.

Salain itu lewat ormas-ormas keagamaan, mereka juga telah berperan dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sepanjang sejarah tanah air

dengan mendirikan organisasi-organisasi keagamaan kemasyarakatan seperti

Peraturan Tarbiyah Islamiyah, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persatuan

Islam dan sebagainya. Dibawah kepemimpinanmeraka yang punya perhatian besar

terhadap masalah sosial telah membantu pemerintah dalam mengangkat tingkat

pendidikan dan kesejahteraan rakyat Indonesia melalui lembaga-lembaga

pendidikan, panti asuhan dan kegiatan sosial lainnya.26

Selanjutnya, berkaitandengan fungsi ulama sebagai pewaris nabi pada fungsi

tabligh maka ulama harus mengacu beberapa tugas yaitu memberi keteangan jiwa

dan motivasi yang ikhlas. Materi penyampaian dapat membangkitkan intensitas

imaniah, kemudian direalisasikan dalam bentuk perbuatan. Sebagai fungsi tibyan,

dalam penyampaiannya ulama memerlukan nalar untuk memaparkan ajaran

agama secara jelas dan mudah dipahami. Kemudian sebagai uswatun hasanah,

ulama harus menjadi suri tauladan dan pemimpin yang baik bagi masyarakat.

3. Peran Pesantren

Pesantren mengemban beberapa peran utamanya sebagai lembaga

pendidikan. Jika ada lembaga pendidikan Islam yang sekaligus juga memainkan

26 Rosehan Anwar, op. cit., h. 113

Page 28: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

14

peran sebagai lembaga bimbingan keagamaan, keilmuan, kepelatihan,

pengembangan masyarakat, dan sekaligus menjadi simpul budaya, maka itulah

pondok pesantren. Biasanya peran-peran itu tidak langsung terbentuk, melainkan

melewati tahap demi tahap. Setelah sukses sebagai lembaga pendidikan pesantren

bisa pula menjadi lembaga keilmuan, kepelatihan dan pemberdayaan

masyarakat.27

Dari pondok pesantren lahir para juru dakwah, para mualim, dan ustadz, para

kyai pondok pesantren, tokoh-tokoh masyarakat, bahkan yang memiliki profesi

sebagai pedagang, pengusaha ataupun bidang-bidang lainnya yang banyak. Hal ini

tidak lain karena di dalam kegiatan pondok pesantren, terdapat nilai-nilai yang

sangat baik bagi berhasilnya suatu kegiatan pendidikan. Sehingga, bisa dinyatakan

sesungguhnya pendidikan pondok pesantren terletak pada sisi dan nilai tersebut,

yaitu proses pendidikan yang mengarahkan pada pembentukan kekuatan jiwa,

mental ataupun rohaniah. Selama beberapa dekade, pondok pesantren telah

memberikan pendidikan rohaniah yang sangat berharga bagi para santri untuk

menjadi kader-kader umat yang bergerak dalam berbagai bidang kehidupan di

atas. Di dalam pendidikan itulah terbentuk jiwa yang kuat yang sangat

menentukan filsafat hidup para santri.28

Di samping itu pesantren juga berperan dalam berbagai bidang lainnya secara

multidimensional baik berkaitan langsung dengan akitvitas-aktivtas pendidikan

pesantren maupun di luar wewenangnya. Dimulai dari upaya mencerdaskan

bangsa, hasil berbagai observasi menunjukkan bahwa pesantren tercatat memiliki

peranan penting dalam sejarah pendidikan di tanah air dan telah banyak

memberikan sumbangan dalam mencerdaskan rakyat.

Pesantren telah terlibat dalam menegakkan negara dan mengisi pembangunan

sebagai pusat perhatian pemerintah. Hanya saja dalam kaitan dengan peran

tradisionalnya, sering diidentifikasi memiliki tiga peran penting dalam masyarakat

Indonesia: 1) Sebagai pusat berlangsungnya transmisi ilmu-ilmu Islam tradisional,

27 M. Dian Nafi‟, dkk.,loc. cit., h. 11

28

Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h. 121

Page 29: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

15

2) sebagai penjaga dan pemelihara keberlangsungan Islam tradisional, dan 3)

sebagai pusat reproduksi ulama.29

B. Pesantren

1. Pengertian dan Tujuan Pesantren

Pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe dan akhiran anyang

berarti tempat tinggal santri.30

Istilah “santri” berasal dari bahasa sangsekerta

“shastri”, artinya orang yang belajar kalimat suci dan indah. Para wali songo

kemudian mengadopsi istilah tersebut sebagai “santri”. Salah pengucapan dalam

hal ini biasa, misalnya, kata “syahadatayn” di jawa menjadi “sekaten” dan

seterusnya. Jadi, “shastri” atau “santri” adalah orang yang belajar kalimat suci dan

indah, yang menrut pandangan Wali Songo berarti kitab suci Al-qur‟an dan

Hadits. Kalimat-kalimat suci tersebut kemudian diajarkan, dipahami dan

dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari.31

Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk

memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan

pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-

hari.32

Tujuan umum pesantren adalah membina warga negara agar berkepribadian

muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam dan menanamkan rasa

keagamaan tersebut pada semua segi kehidupannya serta menjadikannya sebagai

orang yang berguna bagi agama, masyarakat, dan negara.

Adapun tujuan khusus pesantren ialah:

a. Mendidik siswa/santri anggota masyarakat untuk menjadi seorang muslim

yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki kecerdasan,

keterampilan dan sehat lahir batin sebagai warga negara yang

berpancasila;

29 Mujamil Qomar, op. cit., h. 26

30

Haidar, op. cit., h. 18

31

Tim Penulis Rumah Kitab, Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren, (Jakarta:

Renebook, 2014), h. ix

32

Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 1996), h. 40

Page 30: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

16

b. Mendidik siswa/santri untuk menjadikan manusia muslim selaku kader-

kader ulama dan mubaligh yang berjiwa ikhlas, tabah, tangguh, wiraswasta

dalam mengamalkan sejarah Islam secara utuh dan dinamis;

c. Mendidik siswa/santri untuk memperoleh kepribadian dan mempertebal

semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia

pembangunan yang dapat membangun dirinya dan bertanggungjawab

kepada pembangunan bangsa dan negara;

d. Mendidik tenaga-tenaga penyuluh pembangunan mikro (keluarga) dan

regional (pedesaan/masyarakat lingkungannya);

e. Mendidik siswa/santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap dalam

berbagai sektor pembangunan, khususnya pembangunan mental-spiritual;

f. Mendidik siswa/santri untuk membantu meningkatkan kesejahteraan sosial

masyarakat lingkungan dalam rangka usaha pembangunan masyarakat

bangsa.33

2. Unsur-unsur Pesantren

Sebuah lembaga pendidikan dapat disebut sebagai pondok pesantren apabila

di dalamnya terdapat sedikitnya lima unsur, yaitu:

a. Kyai

Kyai adalah tokoh sentral dalam suatu pesantren, maju mundurnya

suatu pesantren di tentukan oleh wibawa dan karisma sang kyai.34

Kyai

adalah komponen paling penting yang amat menentukan keberhasilan

pendidikan di pesantren. Kyai merupakan key person, kunci

perkembangan lembaga yang bernama pondok pesantren. Ini terkait erat

dengan keberadaan sang kyai yang umumnya adalah pendiri atau

merupakan keturunan pendiri pesantren. Dengan demikian pertumbuhan

dan perkembangan suatu pondok pesantren amat bergantung pada figur

kyai makanya, tidak heran apabila fitur seorang kyai dijadikan salah satu

pertimbangan dalam memilih pondok pesantren. Apalagi kalau dikaitkan

dengan kedalaman ilmu, keberkahan, serta kemasyhuran sang kyai.

33 Ibid., h. 7

34

Haidar Putra Daulay, op. cit., h. 22

Page 31: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

17

Maklum, kyai merupakan sosok yang dijadikan rujukan oleh para

santri, tidak hanya dari kelebihan ilmu agamanya, tetapi juga dari

tindakannya. Selain sebagai orang tua, para santri sering memandang

sang kyai sebagai orang yang patut diteladani dan diikuti segala tindak

tanduknya. Jelasnya, kyai tidak hanya dirujuk sebagai pengajar, tetapi

juga sebagai pendidik yang dapat memberikan ketauladanan hidup dan

kehidupan.35

Kyai dalam pesantren merupakan figur sentral, otoritatif, dan pusat

seluruh kebijakan dan perubahan.36

Kemasyhuran, perkembangan dan

kelangsungan hidup suatu pesantren banyak bergantung pada keahlian

dan ke dalam ilmu, kharismatik, wibawa dan keterampilan kyai yang

bersangkutan dalam mengelola pesantrennya.37

Para kyai/nyai selalu memberikan wejangan kepada para santri

sebagai calon pemimpin dan agen perubahan di masa depan, sehingga

dalam jiwa mereka tertanam kesadaran untuk mempersiapkan diri

menjalankan hal tersebut sekembalinya mereka di tengah-tengah

masyarakat di kampung. Kepemimpinan yang dimaksudkan oleh

pesantren bukanlah dalam makna jabatan formal dan politik, melainkan

kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya, di mana

mereka harus memandu dan mencerahkan masyarakat menuju ke arah

yang lebih baik.38

b. Santri

Santri merupakan sebutan bagi para siswa yang belajar mendalami

agama di pesantren. Para santri tinggal di pondok yang menyerupai

asrama. Mereka melakukan kegiatan sehari-hari seperti mencuci,

memasak dan lain sebagainya di tempat tersebut. Walaupun ada juga

35 Mahmud, Model-model Pembelajaran di Pesantren, (Ciputat: Media Nusantara, 2006), h. 6

36

Muhammad M. Basyuni, Revitalisasi Spirit Pesantren;Gagasan, Kiprah, dan Refleksi,

(Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat Jenderal Pendidikan Islam

Departemen Agama Republik Indonesia, 2006), h. 35

37

Hasbullah, op. cit., h. 49

38

Tim Penulis Rumah Kitab, op. cit., h. xii

Page 32: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

18

santri yang bekerja, dan santri yang tidak menginap di pondok.39

Santri

ini dapat digolongkan kepada dua kelompok:

1) Santri mukim, yaitu santri yang berdatangan dari tempat-tempat

yang jauh yang tidak memungkinkan dia untuk pulang kerumahnya,

maka dia mondok (tinggal) di pesantren. Sebagai santri mukim

mereka memiliki kewajiban-kewajiban tertentu.

2) Santri kalong, yaitu siswa-siswa yang berasal dari daerah sekitar

yang memungkinkan mereka pulang ke tempat kediaman masing-

masing. Santri kalong ini mengikuti pelajaran dengan cara pulang

pergi antara rumahnya dengan pesantren.

Yang membedakan antara pesantren besar dengan pesantren kecil

biasanya terletak pada komposisi atau perbandingan antara kedua

kelompok santri tersebut. Biasanya pesantren-pesantren besar

mempunyai santri mukim yang lebih besar dibandingkan santri kalong,

sedang pesantren yang tergolong kecil, mempunyai lebih banyak santri

kalong.40

c. Masjid

Masjid diartikan secara harfiah adalah tempat sujud, karena di

tempat ini setidak-tidaknya seorang muslim lima kali sehari semalam

melaksanakan shalat. Fungsi masjid tidak saja untuk shalat, tetapi juga

mempunyai fungsi lain seperti pendidikan dan lain sebagainya. Di zaman

Rasulullah masjid berfungsi sebagai tempat ibadah dan urusan-urusan

sosial kemasyarakatan serta pendidikan.41

Di masa perkembangan awal Islam, masjid berfungsi juga sebagai

institusi pendidikan. sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rasul

bersama sahabatnya ketika hijrah ke Madinah, yang dibangun pertama

kali adalah masjid. Di tempat inilah para sahabat nabi tersebut

39 Nur Efendi, Menejemen Perubahan di Pondok Pesantren, (Yogyakarta: Teras, 2014), h. 127

40

Hasbullah, loc. cit., h. 49

41

Haidar Putra Daulay, op. cit., h. 20

Page 33: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

19

mencurahkan perhatiannya untuk mempelajari Islam lebih jauh bersama

Rasulullah.42

Tradisi yang dipraktekan Rasulullah ini terus dilestarikan oleh

kalangan pondok pesantren. Para kyai selalu mengajar santri-santrinya di

masjid atau mushalla. Mereka menganggap masjid atau mushalla sebagai

tempat yang paling tepat untuk menanamkan nilai-nilai keislaman kepada

para santri, terutama ketaatan dan kedisiplinan. Penanaman sifat disiplin

kepada para santri dilakukan melalui kegiatan shalat jama‟ah setiap

waktu di masjid atau mushalla, bangun pagi, serta yang lainnya. Oleh

karena itu masjid dan mushalla merupakan bangunan yang pertama kali

dibangun sebelum didirikan bangunan dan fasilitas lainnya.43

d. Pondok/Asrama

Kata pondok berarti kamar, gubuk, rumah kecil yang dalam bahasa

Indonesia menekankan kesederhanaan bangunan. Tetapi ada juga yang

mengatakan bahwa pondok itu berasal dari bahasa Arab funduq yang

berarti ruang tidur, wisma, atau motel sederhana.44

Pada beberapa pesantren yang telah maju, asrama pesantren

dibangun layaknya sebuah kompleks yang dikelilingi pagar pembatas. Ini

dilakukan supaya proses keluar masuknya para santri bisa diawasi.

Dalam komplek itu, biasanya terdapat batas pemisah yang jelas antara

perumahan kyai dan keluarganya dengan asrama santri, baik putra

maupun putri.

Pertanyaan, kenapa harus ada asrama? Setidaknya ada empat alasan

utama pesantren membangun pondok (asrama) untuk para santrinya,

yaitu: pertama, ketertarikan santri untuk belajar kepada seorang kyai

dikarenakan kemasyhuran atau kedalaman serta keluasan ilmunya yang

mengharuskannya untuk meninggalkan kampung halamannya untuk

menetap pada tempat yang selalu dekat dengan kyai; kedua, pondok

pesantren umumnya tumbuh dan berkembang di daerah yang jauh dari

42 Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRDS Press, 2005), h. 109

43

Mahmud, op. cit., h. 10

44

Nur Efendi, op. cit., h. 123

Page 34: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

20

keramaian pemukiman penduduk sehingga tidak terdapat perumahan

yang cukup memadai untuk menampung para santri dengan jumlah

banyak; ketiga, terdapat sikap timbal balik terhadap kyai dan santri yang

berupa terciptanya hubungan kekerabatan seperti halnya hubungan ayah

dan anak. Sikap timbal balik ini menimbulkan keakraban dan kebutuhan

untuk saling berdekatan secara terus menerus dalam jangka waktu yang

lama; keempat, untuk memudahkan pengawasan dan pembinaan secara

intensif dan istiqomah. Dan, hal ini dimungkinkan jika tempat tinggal

antara kyai dan santri berada dalam satu lingkungan yang sama.45

e. Pengajian Kitab-kitab Islam Klasik (Kuning)

Kitab kuning yang merupakan khazanah Islam produk ulama al-salaf

al-shalih, dijadikan panduan oleh para kyai, nyai dan santri untuk

memahami substansi ajaran yang ada dalam Al-qur‟an dan Hadits.46

Kepintaran dan kemahiran seorang santri diukur dari kemampuannya

membaca serta mensyarahkannya (menjelaskan) isi kitab-kitab tersebut.

Untuk tahu membaca sebuah kitab dengan benar, seorang santri dituntut

untuk mahir di dalam ilmu-ilmu bantu, seperti nahwu, sharaf, balaghah,

ma‟ani, bayan, dan lain sebagainnya.

Kitab kitab klasik biasanya ditulis atau dicetak di kertas berwarna

kuning dengan memakai huruf arab dalam bahasa Arab, Melayu, Jawa

dan sebagainya. Huruf-hurufnya tidak diberi vokal, atau biasa disebut

dengan kitab gundul.47

Kriteria kemampuan membaca dan mensyarahkan kitab bukan hanya

merupakan kriteria diterima atau tidaknya seseorang sebagai ulama atau

kyai pada zaman dahulu saja, melainkan juga sampai saat sekarang.

Salah satu persyaratan seseorang telah memenuhi kriteria sebagai kyai

atau ulama adalah kemampuannya membaca serta menjelaskan isi kitab-

kitab tersebut.

45 Mahmud, op. cit., h. 11

46

Tim Penulis Rumah Kitab, loc. cit., h. ix

47

Nur Efendi, op. cit., h.129

Page 35: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

21

Karena sedemikian tinggi posisi kitab-kitab Islam klasik tersebut,

maka setiap pesantren selalu mengadakan pengajian “kitab-kitab

kuning”. Kendatipun saat sekarang telah banyak pesantren yang

memasukan pelajaran umum, namun pengajian kitab-kitab klasik tetap

diadakan.48

Pelajaran dimulai dengan kitab-kitab yang sederhana, kemudian

dilanjutkan dengan kitab-kitab tentang berbagai ilmu yang mendalam.

Tingkatan suatu pesantren dan pengajarannya, biasanya diketahui dari

jenis kitab-kitab yang diajarkan.49

Dalam praktiknya, pesantren umumnya memisah tempat pengajian

kitab bagi santri putra dan putri. Mereka diajar ditempat yang berbeda

dan tidak jarang oleh guru yang berbeda pula. Meski terkadang guru laki-

laki mengajar santri putri, namun keadaan ini tidak berlaku untuk

sebaliknya. Namun, ada juga pesantren yang menyelenggarakan kegiatan

pendidikan secara bersama (co education) antara santri putra dan putri, di

dalam tempat yang sama. Hanya saja, antara santri putra dan putri

dipasang hijab (pembatas) berupa kain atau dinding kayu.50

Apabila jenis pesantrennya dikatagorikan khalafiah atau kombinasi,

ciri pesantren bertambah satu, yaitu ada ruang kelas untuk pembelajaran

formal.

f. Madrasah (Sekolah)

Madrasah merupakan ”isim makan” kata “darasa” dalam bahasa

arab, yang berarti “tempat duduk untuk belajar” atau populer dengan

sekolah. Lembaga pendidikan Islam ini mulai tumbuh di Indonesia pada

awal abad ke-20.51

Pada beberapa pondok pesantren yang telah melakukan

pembaharuan, di samping masjid dan mushalla yang menjadi tempat

belajar, juga disediakan madrasah atau sekolah sebagai tempat untuk

48 Haidar Putra Daulay, op. cit., h. 23

49

Hasbullah, op. cit., h. 50

50

Mahmud, op. cit., h. 12

51

Hasbullah, op. cit., h. 66

Page 36: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

22

mendalami ilmu-ilmu agama maupun ilmu-ilmu umum yang dilakukan

secara klasikal. Madrasah atau sekolah ini biasanya juga terletak di dalam

lingkungan pesantren.

Madrasah yang dikhususkan untuk mendalami ilmu-ilmu agama

biasa disebut pendidikan diniyah. Sedangkan madrasah atau sekolah yang

di dalamnya diajarkan pula ilmu-ilmu umum, maka penyelenggaraannya

mengikuti pola yang telah ditentukan oleh Departemen Agama atau

Departemen Pendidikan Nasional. Madasah atau sekolah ini dilengkapi

dengan sarana dan prasarana sebagaimana lazimnya pendidikan sistem

sekolah, seperti ruang kelas proses belajar mengajar, perpustakaan,

laboratorium, lapangan olahraga, dan lainnya. Jadi, pondok pesanten

yang juga yang menyelenggarakan sistem pendidikan sekolah, akan

mempunyai dua macam kegiatan pembelajaran, yaitu pembelajaran ala

pesantren dan pembelajaran ala sekolah.52

3. Model-model Pesantren

Secara umum, pesantren dapat diklasifikasikan menjadi tiga model,

yakni: pesantren tradisional (salaf), pesantren modern (khalaf), dan pesantren

komprehensif (kombinasi).

a. Pondok Pesantren Tradisional (Salaf)

Pondok pesantren ini masih tetap mempertahankan bentuk aslinya

dengan semata-mata mengajarkan kitab yang ditulis oleh ulama abad ke 15

dengan menggunakan bahasa Arab. Pola pengajarannya dengan

menerapkan sistem “halaqoh” yang dilaksanakan di masjid atau surau.

Hakekat dari sistem pengajaran halaqoh adalah penghafalan yang titik

akhirnya dari segi metodologi cenderung kepada terciptanya santri yang

menerima dan memiliki ilmu. Artinya ilmu itu tidak berkembang ke arah

paripurnanya ilmu itu, melainkan hanya terbatas pada apa yang diberikan

oleh kyainya. Kurikulumnya tergantung sepenuhnya kepada para kyai

52 Mahmud, op. cit., h. 14

Page 37: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

23

pengasuh pondoknya. Santrinya ada yang menetap di dalam pondok (santri

mukim), dan santri yang tidak menetap di dalam pondok (santri kalong).53

Pesantren salafi, pesantren yang masih tetap mempertahankan nilai-

nilai tradisionalnya dalam arti tidak mengalami transformasi yang berarti

dalam sistem pendidikannya atau tidak ada inovasi yang menonjol dalam

corak ini masih eksis di daerah-daerah pedalaman atau pedesaan. Sehingga

bisa dikatakan bahwa desa adalah benteng terakhir dalam mempertahankan

tradisi-tradisi keislaman.

Materi pelajaran yang dikemukakan di pesantren ini adalah mata

pelajaran agama yang bersumber dari kitab-kitab klasik. Metode

penyampaian adalah wetonan dan sorogan, tidak memakai sistem klasikal.

Santri dinilai dan diukur berdasarkan kitab yang mereka baca. Mata

pelajaran umum tidak diajarkan, tidak mementingkan ijazah sebagai alat

untuk mencari kerja. Yang paling dipentingkan adalah pendalaman ilmu-

ilmu agama semata-mata melalui kitab-kitab klasikal.54

b. Pondok Pesantren Modern (Khalaf)

Pondok pesantren ini merupakan pengembangan tipe pesantren karena

orientasi belajarnya cenderung mengadopsi seluruh sistem belajar secara

klasik dan meninggalkan sistem belajar tradisional. Penerapan sistem

belajar modern ini terutama nampak pada penggunaan kelas-kelas belajar

baik dalam bentuk madrasah maupun sekolah. Kurikulum yang dipakai

adalah kurikulum sekolah atau madrasah yang berlaku secara nasioanl.

Santrinya ada yang menetap ada yang tersebar di sekitar desa itu.

Kedudukan para kyai sebagai koordinator pelaksana proses belajar

mengajar dan sebagai pengajar langsung di kelas. Perbedaannya dengan

sekolah dan madrasah terletak pada porsi pendidikan agama dan bahasa

Arab lebih menonjol sebagai kurikulum lokal.55

Pesantren modern (khalaf) adalah pesantren yang selain

bermateriutamakan pendalaman agama Islam (tafaqquh fi al-din), tetapi

53 M. Bahri Ghazali. op. cit., h. 14

54

Haidar Putra Daulay, op. cit., h. 24

55

M. Bahri Ghazali. op. cit., h. 15

Page 38: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

24

juga memasukan unsur-unsur modern, seperti penggunaan sistem klasikal

atau sekolah dan pembelajaran ilmu-ilmu umum dalam muatan

kurikulumnya.56

Pesantren corak ini telah mengalami transformasi yang

sangat signifikan baik dalam sistem pendidikannya maupun unsur-unsur

kelembagaannya. Materi pelajaran dan metodenya sudah sepenuhnya

menganut sistem modern. Pengembangan bakat dan minat sangat

diperhatikan sehingga para santri dapat menyalurkan bakat dan hobinya

secara proporsional. Sistem pengajaran dilaksnakan dengan porsi sama

antara pendidikan agama dan umum, penguasaan bahasa asing (bahasa

Arab dan Inggris) sangat ditekankan.

Pada pola ini materi pelajaran telah dilengkapi dengan mata pelajaran

umum, dan ditambah pula dengan memberikan aneka macam pendidikan

lainnya, seperti keterampilan, kepramukaan, olahraga, kesenian dan

pendidikan berorganisasi, dan sebagian telah melaksanakan program

pengembangan masyarakat.57

c. Pondok Pesantren Komprehensif (Kombinasi)

Pondok pesantren ini disebut komprehensif karena merupakan sistem

pendidikan dan pengajaran gabungan antara yang tradisional dan yang

modern. Artinya di dalamnya diterapkan pendidikan dan pengajaran kitab

kuning dengan metode sorogan, bandongan dan wetonan, namun secara

reguler sistem persekolahan terus dikembangkan. Bahkan pendidikan

keterampilan pun diaplikasikan sehingga menjadikannya berbeda dari

tipologi kesatu dan kedua. Lebih jauh dari pada itu pendidikan masyarakat

pun menjadi garapannya. Dalam arti yang sedemikian rupa dapat

dikatakan bahwa pondok pesantren telah berkiprah dalam pembangunan

sosial kemasyarakatan.58

Pesantren komprehensif (kombinasi) merupakan gabungan antara

pesantren salaf dengan pesantren khalaf. Artinya, antara pola pendidikan

56 Mahmud, op. cit., h. 16

57

Haidar Putra Daulay, loc. cit., h. 24

58

M. Bahri Ghazali. loc. cit., h. 15

Page 39: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

25

modern sistem madrasah/sekolah dan pembelajaran ilmu-ilmu umum

dikombinasikan dengan pola pendidikan pesantren klasik. Jadi, pesantren

modern dan kombinasi merupakan pesantren yang diperbaharui atau yang

dipermodern pada segi-segi tertentu untuk disesuaikan dengan sistem

sekolah dengan tetap memelihara pola pengajaran asli pesantren dalam

pembelajaran kitab-kitab salafi (kitab kuning).59

Corak pendidikan pada

pesantren ini sudah mulai mengadopsi sistem pendidikan modern, tetapi

tidak sepenuhnya. Prinsip selektifitas untuk menjaga nilai tradisional

masih terpelihara. Misalnya, metode pengajaran dan beberapa rujukan

tambahan yang dapat menambah wawasan para santri sebagai penunjang

kitab-kitab klasik. Manajemen dan administrasi sudah mulai ditaati secara

modern meskipun sistem tradisionalnya masih dipertahankan. Sudah ada

semacam yayasan, biaya pendidikan sudah mulai dipungut. Alumni

pesantren corak ini cenderung melanjutkan pendidikannya kesekolah atau

perguruan tinggi formal. proses belajar mengajar dilaksanakan secara

klasikal dan nonklasikal, juga didikkan keterampilan dan pendidikan

berorganisasi. Pada tingkat tertentu diberikan sedikit pengetahuan umum.

Santri dibagi jenjang pendidikan mulai dari tingkat ibtidaiyah, tsanawiyah,

aliyah. Metode: wetonan, sorogan, hafalan, dan musyawarah.60

Berdasarkan pengelompokan diatas, menurut Mahmud, tipologi

pesantren secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pesantren tipe salafiyah, memiliki ciri-ciri:

a. Para santri belajar dan menetap di pesantren.

b. Kurikulum tidak tertulis secara eksplisit, tetapi berupa hidden

kurikulum (kurikulum tersembunyi yang ada pada benak kyai).

c. Pola pembelajaran mengunakan metode pembelajaran asli milik

pesantren (sorogan, bandongan, dan lainnya).

d. Tidak menyelenggarakan pendidikan dengan sistem madrasah.

2. Pesantren tipe khalafiyah, memiliki ciri-ciri:

59 Mahmud, loc. cit., h. 16

60

Haidar Putra Daulay, loc. cit., h. 24

Page 40: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

26

a. Para santri tinggal dalam pondok/asrama.

b. Pemaduan antara pola pembelajaran asli pesantren dengan sistem

madrasah/sistem sekolah.

c. Terdapat kurikulum yang jelas.

d. Memiliki tempat khusus yang berfungsi sebagai sekolah/madrasah.

3. Pesantren tipe kombinasi, memiliki ciri-ciri:

a. Pesantren hanya semata-mata tempat tinggal (asrama) bagi para

santri.

b. Para santri belajar di madarasah atau sekolah yang letaknya di luar

dan bukan milik pesantren.

c. Waktu belajar dipesantren biasanya malam atau siang hari pada

saat santri tidak belajar disekolah atau madrasah (ketika mereka

berada di pondok/asrama).

d. Umumnya pembelajaran tidak terprogram dalam kurikulum yang

jelas dan baku.61

4. Metode Pembelajaran di Pesantren

Secara garis besar metode pembelajaran yang dilaksanakan di pesantren,

dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, di mana di antara masing-masing

metode mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu:

a. Sorogan

Kata sorogan berasal dari bahasa Jawa yang berarti “sodoran atau

yang disodorkan”. Maksudnya suatu sistem belajar secara individual di

mana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, terjadi interaksi

saling mengenal di antara keduanya. Seorang kyai atau guru menghadapi

santri satu per satu, secara bergantian. Pelaksanaannya, santri yang banyak

itu datang bersama, kemudian mereka antri menunggu giliran masing-

masing. Dengan sistem pengajaran secara sorogan ini memungkinkan

hubungan kyai dengan santri sangat dekat, sebab kyai dapat mengenal

kemampuan pribadi santri secara satu persatu. Kitab yang disorogkan

kepada kyai oleh santri yang satu dengan santri yang lain tidak harus sama.

61 Mahmud, op. cit., h. 17-18

Page 41: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

27

Karenanya kyai yang menangani pengajian secara sorogan ini harus

mengetahui dan mempunyai pengetahuan yang luas, mempunyai

pengalaman yang banyak dalam membaca dan mengkaji kitab-kitab.62

Sistem pengajaran dengan pola sorogan dilaksanakan dengan jalan

santri yang biasanya pandai menyorogkan sebuah kitab kepada kyai untuk

dibaca dihadapan kyai itu. Dan kalau ada salahnya kesalahan itu langsung

dihadapi oleh kyai itu. Di pesanten besar “sorogan” dilakukan oleh dua

atau tiga orang santri saja, yang biasa terdiri dari keluarga kyai atau santri-

santri yang diharapkan kemudian hari menjadi orang alim.63

Metode sorogan ini merupakan bagian yang paling sulit dari

keseluruhan metode pendidikan Islam tradisional, sebab sistem ini

menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi santri.

Kendatipun demikian, metode ini diakui paling intensif, karena dilakukan

seorang demi seorang dan ada kesempatan untuk tanya jawab langsung.

Sistem sorogan ini menggambarkan bahwa seorang kyai di dalam

memberikan pengajarannya senantiasa berorientasi pada tujuan, selalu

berusaha agar santri yang bersangkutan dapat membaca dan mengerti serta

mendalami isi kitab.

b. Bandongan

Sistem bandongan ini sering disebut dengan halaqah, di mana dalam

pengajian, kitab yang dibaca oleh kyai hanya satu, sedangkan para

santrinya membawa kitab yang sama, lalu santri mendengarkan dan

menyimak bacaan kyai. Para santri memperoleh kesempatan untuk

bertanya atau meminta penjelasan lebih lanjut atas keterangan kyai.

Sementara catatan-catatan yang dibuat santridi atas kitabnya membantu

untuk melakukan telaah atau mempelajari lebih lanjut isi kitab tersebut

setelah pelajaran selesai.64

Orientasi pengajaran secara bandongan atau halaqoh itu lebih banyak

pada keikut sertaan santri dalam pengajian. Sementara kyai berusaha

62 Hasbullah, op. cit., h.51

63

M. Bahri Ghazali. op. cit., h. 29

64

Mujamil Qomar, op. cit., h. 145

Page 42: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

28

menanamkan pengertian dan kesadaran kepada santri bahwa pengajian itu

merupakan kewajiban bagi mukallaf. Kyai tidak memperdulikan apa yang

dikerjakan santri dalam pengajian, yang penting ikut mengaji. Kyai dalam

hal ini memandang penyelenggaraan pengajian halaqoh dari segi ibadah

kepada Allah, dari segi pendidikan terhadap santri, dari kemauan dan

ketaatan para santri, sedangkan segi pengajaran bukan merupakan hal yang

utama.65

c. Weton

Sistem pengajaran dengan jalan wetonan dilaksanakan dengan jalan

kyai membaca suatu kitab dalam waktu tertentu dan santri dengan

membawa kitab yang sama mendengarkan dan menyimak bacaan kyai.

Dalam sistem pengajaran yang semacam itu tidak dikenal absensinya.

Santri boleh datang boleh tidak, juga tidak ada ujian.66

Istilah weton berasal dari bahasa Jawa yang diartikan berkala atau

berwaktu. Pengajian weton tidak merupakan pengajian rutin harian, tetapi

dilaksanakan pada saat-saat tertentu, misalnya pada setiap selesai sholat

jum‟at dan sebagainya.

Apa yang dibaca kyai tidak bisa dipastikan, terkadang dengan kitab

biasanya atau dipastikan dan dibaca secara berurutan, tetapi kadang-

kadang guru hanya memetik di sana sini saja, peserta pengajian weton

tidak harus membawa kitab. Cara penyampaian kyai kepada peserta

pengajian bermacam-macam, ada yang dengan diberi makna, tetapi ada

juga yang hanya diartikan secara bebas.67

Metode sorogan dan wetonan sama-sama memiliki ciri pemahaman yang

sangat kuat pada pemahaman tekstual atau literal. Bersamaan dengan penggunaan

metode ini berkembang pula tradisi hafalan. Bahkan di pesantren, keilmuan hanya

dianggap sah dan kokoh bila melalui transmisi dan ‟hafalan‟, baru kemudian

menjadi keniscayaan. Lebih jauh lagi, parameter kealiman seeorang dinilai

65 Hasbullah, loc. cit., h.51

66

M. Bahri Ghazali. loc. cit., h. 29

67

Hasbullah, op. cit., h. 52

Page 43: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

29

berdasarkan kemampuannya menghafal teks-teks. Dengan begitu, tidak

mengherankan jika lulusan pesantren menunjukan profil penyampai ilmu agama

kepada masyarakat.68

C. Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup

dan kehidupan manusia. Bagaimanapun sederhana komunitas manusia

memerlukan pendidikan. Maka dalam pengertian umum, kehidupan dan

komunitas tersebut akan ditentukan oleh aktivitas pendidikan di dalamnya.

Sebab pendidikan secara alami sudah merupakan kebutuhan hidup manusia.69

Istilah pendidikan adalah terjemah dari bahasa Yunani paedagogie yang

berarti “pendidikan”, orang yang tugasnya membimbing atau mendidik dalam

pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri disebut paedagogos, Istilah ini

berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin).70

Beberapa ahli mengartikan pendidikan sebagai berikut:

a. M. Alisuf Sabri: Pendidikan itu adalah usaha sadar dari orang dewasa

untuk membantu atau membimbing pertumbuhan dan perkambangan

anak/peserta didik secara teratur dan sistematis kearah kedewasaan.71

b. M. Ngalim Purwanto: Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa

dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan

jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.72

c. Nurani Soyomukti: Pendidikan adalah segala suatu dalam kehidupan

yang memengaruhi pembentukan berfikir dan bertindak individu.

Kurun waktu kehidupan yang panjang dan saling berkaitan dengan

68 Mujamil Qomar, op. cit., h. 144

69

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), h. 28

70

Armai Arief, op. cit., h. 17

71

M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), h. 7

72

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,(Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011), h. 11

Page 44: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

30

perubahan-perubahan cara berfikir masyarakat juga turut menjadi

pembentuk seorang individu.73

d. Hasbullah: Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai

usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-

nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangan,

istilah pendidikan atau peadagogie berarti bimbingan atau pertolongan

yang diberikan secara sengaja oleh orang dewasa agar dia menjadi

dewasa.74

e. Syaiful Sagala: Pendidikan itu dapat dipahami sebagai proses melatih

peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan melalui sejumlah

pengalaman belajar sesuai bidangnya dan pikiran, sehingga peserta

didik memilliki karakter unggul menjunjung tinggi nilai etis dalam

berinteraksi dengan masyarakat sebagai bagian dari pengabdiannya

dan dalam memenuhi kebutuhan hidup dirinya maupun keluarganya.

Fungsi utama pendidikan memberikan layanan akademik melalui

proses ketatalaksanaan pendidikan yang dipandu oleh kaidah atau

aturan yang berlaku.75

Sejalan dengan definisi-definisi yang dikemukakan para ahli di atas, ada

yang berpendapat bahwa dalam pengertian pendidikan itu harus terkandung

hal-hal yang pokok sebagai berikut:

a. Bahwa pendidikan itu tidak lain merupakan usaha dari manusia.

b. Bahwa usaha itu dilakukan dangan sengaja atau secara sadar.

c. Bahwa usahanya itu dilakukan oleh orang-orang yang merasa

bertanggungjawab kepada masa depan anak.

d. Bahwa usahanya berupa bantuan atau bimbingan rohani dan dilakukan

secara teratur dan sistematis.

73 Nurani Soyomukti, Teori-teori Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2010), h. 29

74

Hasbullah, op. cit., h. 1

75

Syaful Sagala, Etika dan Moralitas Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,

2013), h. 43

Page 45: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

31

e. Bahwa yang menjadi objek pandidikan itu adalah anak/peserta didik

yang masih dalam pertumbuhan/perkembangan atau masih

memerlukan pendidikan.

f. Bahwa batas/sasaran akhir pendidikan adalah tingkat dewasa atau

kedewasaan.76

Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan

kemanusiaanya, dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan

nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar

nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggungjawab atas tugas-tugas

hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan hakikat dan ciri kemanusiaanya.77

Pendidikan dalam sejarah peradaban anak manusia adalah salah satu

komponen kehidupan yang paling urgen. Aktivitas ini telah dan akan terus

berjalan semenjak manusia pertama ada di dunia sampai berakhirnya

kehidupan di muka bumi ini. Bahkan kalau ditarik mundur lebih jauh lagi,

kita mendapatkan bahwa pendidikan telah berproses semenjak Allah

menciptakan manusia pertama, Adam yang berada di surga, di mana Dia

mengajarkan nama-nama yang para malaikat sendiri pun sama sekali belum

mengenalinya.78

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan itu

adalah tuntunan/pimpinan/bimbingan yang dilakukan secara sadar oleh

seseorang kepada orang lain. Tuntunan/pimpinan/bimbingan itu harus dapat

merealisasikan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak didik yang bersifat

menumbuhkan serta mengembangkan baik jasmani maupun rohani.

2. Tujuan Pendidikan

Tujuan adalah merupakan sasaran atau maksud yang ingin dicapai.79

Dalam pendidikan kita tak dapat mencapai sesuatu sebelum kita

menjadikannya tujuan. Itu sebabnya tujuan itu sangat penting dalam

76 M. Alisuf Sabri, loc. cit., h. 7

77

Djunaidatul Munawwaroh & Tanenji, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat: UIN Jakarta

Press, 2003), h. 5

78

Sri Minarti, loc. cit., h. 17

79

Mudyo Ekosusilo, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang, Effahar, 1990), h. 39

Page 46: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

32

pendidikan, apakah itu pendidikan oleh orang tua, lembaga pendidikan atau

oleh negara dalam rangka pendidikan nasional.80

Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya

juga menempatkan tujuan sebagai suatu yang hendak dicapai, baik tujuan

yang dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang

dibentuk secara khusus untuk memudahkan pencapaian tujuan yang lebih

tinggi. Begitu juga dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan terhadap

perkembangan manusia menuju kearah cita-cita tertentu, maka yang

merupakan masalah pokok bagi pendidikan ialah memilih arah atau tujuan

yang ingin dicapai.81

Pendidikan bertujuan mewujudkan manusia yang beriman, bertakwa,

cerdas, sehat jasmani dan rohani, memiliki keterampilan memadai, berakhlak

mulia, memiliki kesabaran yang tinggi dan selalu introspeksi diri, tanggap

terhadap persoalan, mampu memecahkan masalah dengan baik dan rasional,

dan memiliki masa depan yang cerah, baik di dunia maupun di akhirat.82

Tujuan pendidikan adalah pertumbuhan diri, bersama-sama dengan tujuan

hidup manusia.83

Menurut UU No 4 tahun 1950 pada bab II pasal 3 ditulis bahwa, “Tujuan

pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan

warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab tentang kesejahteraan

masyarakat dan tanah air.84

Sedangkan di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989, secara jelas disebutkan

tujuan pendidikan nasional, yaitu :

“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan

dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang

80 Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 16

81

Hasbullah, op. cit., h. 10

82

Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012), h. 67

83

Nurani Soyomukti, op. cit., h. 30

84

Mudyo Ekosusilo, op. cit., h. 40

Page 47: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

33

mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan”85

Menurut Hasan Langgulung, “Tujuan pendidikan sama seperti tujuan

hidup manusia, sebab pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan oleh

manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya (survival), baik sebagai

individu maupun sebagai masyarakat. Manusia, dalam usahanya memelihara

kelanjutan hidupnya mewariskan berbagai nilai budaya dari suatu generasi ke

generasi berikutnya. Dengan demikian masyarakatnya bisa hidup terus86

.

Menurut Tatang, “Tujuan pendidikan adalah membangun karakter anak

didik yang kuat menghadapi berbagai cobaan dalam kehidupan dan telaten,

sabar, serta cerdas dalam memecahkan masalah yang dihadapi”.87

Di dalam buku Pendidikan Karakter secara umum orang memahami

bahwa tujuan pendidikan adalah mengarahkan manusia agar berdaya,

berpengetahuan, cerdas, serta memiliki wawasan dan keterampilan agar siap

menghadapi kehidupan dengan potensi-potensinya yang telah diasah dalam

proses pendidikan.88

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan

pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa yang berpegang teguh

pada pancasila dan agar membentuk peserta didik yang memiliki karekter

yang baik.

3. Pengertian Pendidikan Islam

Dalam konteks Islam, pendidikan secara bahasa (lughatan) ada tiga kata

yang digunakan. Ketiga kata tersebut, yaitu (1) “at-tarbiyah”, (2)”al-ta‟lim”,

dan (3)”al-ta‟dib”. Ketiga kata tersebut memiliki makna yang saling

berkaitan saling cocok untuk pemaknaan pendidikan dalam Islam. Ketiga kata

itu mengandung makna yang amat dalam, menyangkut manusia dan

85 Hasbullah, op. cit., h. 11

86

Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-husna, 1988), h. 305

87

Tatang, op. cit., h. 64

88

Fatchul Mu‟in, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik & Praktik, (Jogjakarta: Ar-ruzz

Media, 2011), h. 289

Page 48: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

34

masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling

berkaitan satu sama lain.89

Pendidikan Islam menurut istilah dirumuskan oleh pakar pendidikan

Islam, sesuai dengan perspektif masing-masing. Diantara rumusan tersebut

adalah sebagai berikut :

a. Haidar Putra Daulay: Pendidikan Islam adalah proses pembentukan

manusia kearah yang dicita-citakan Islam.90

b. Sri Minarti: Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang secara khas

memiliki ciri Islami, berbeda dengan konsep pendidikan yang lain

yang kajiannya lebih menfokuskan pada pemberdayaan umat

berdasarkan Al-qur‟an dan hadis.91

c. Arifin: Pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang

mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba

Allah. Oleh karena Islam mempedomani seluruh aspek kehidupan

manusia muslim baik duniawi maupun ukhrawi.92

d. Sutrisno dan Muhyidin Albarobis: Pendidikan Islam adalah usaha

sadar untuk membimbing manusia menjadi pribadi beriman yang kuat

secara fisik, mental dan spiritual, serta cerdas, berakhlak mulia, dan

memiliki keterampilan yang diperlukan bagi kebermanfaatan dirinya,

masyarakatnya, dan lingkungannya.93

Dikutip oleh Sri Minarti dari Sajjad Husain dan Syed Ali Asraf

mendefinisikan pendidikan Islam sebagai pendidikan yang melatih perasaan

murid-muridnya dengan cara-cara tertentu sehingga dalam sikap hidup,

tindakan, keputusan, dan pendekatan terhadap segala jenis pengetahuan

sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual dan sadar akan nilai etis Islam.94

89 Ramayulis, op. cit., h. 33

90

Haidar Putra Daulay, op. cit., h. 3

91

Sri Minarti, loc. cit., h. 25

92

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 11

93

Sutrisno & Muhyidin Albarobis, Pendidikan Islam Berbasis Problem Sosial, (Jogjakarta:

Ar-ruzz Media, 2012), h. 22

94

Sri Minarti, loc. cit., h. 26

Page 49: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

35

Karekteristik pendidikan Islam dalam kenyataannya memperlihatkan

bentuk implementasinya yang khas di Indonesia. Memiliki sejarah

pertumbuhan dan perkembangannya yang panjang, dalam perkembangan

terakhir, pendidikan Islam di Indonesia menjadi bagian dari sistem

pendidikan nasional.95

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

Islam adalah pendidikan yang diberikan oleh seorang guru, ustad, maupun

orang yang mumpuni dibidang agama Islam kepada seseorang maupun murid

(siswa) yang berasaskan Al-qur‟an dan sunnah nabi Muhammad.

4. Tujuan Pendidikan Islam

Pendidikan Islam pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan untuk

membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi

manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani. Menumbuhsuburkan

hubungan yang harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan alam

semesta.96

Pendidikan Islam sebagai sebuah protes memiliki dua tujuan, yaitu tujuan

akhir (tujuan umum) yang disebut sebagai tujuan primerdan tujuan antara

(tujuan khusus) yang disebut tujuan sekunder. Tujuan akhir pendidikan Islam

adalah penyerahan dan penghambaan diri secara total kepada Allah. Tujuan

ini bersifat tetap dan berlaku umum, tanpa memerhatikan tempat, waktu, dan

keadaan. Tujuan antara pendidikan Islam merupakan penjabaran tujuan akhir

yang diperoleh melalui usaha ijtihad para pemikir pendidikan Islam, yang

karenanya terikat oleh kondisi locus dan tempus. Tujuan antara harus

mengandung perubahan-perubahan yang diharapkan subjek didik setelah

melakukan proses pendidikan, baik yang bersifat individual, sosial, maupun

profesional. tujuan antara ini perlu jelas keberadaannya sehingga pendidikan

Islam dapat diukur keberhasilannya tahap demi tahap. Tujuan antara inilah

95 Said Aqiel Siradj, dkk., Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan Transformasi

Pesantren, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), h. 191

96

Haidar Putra Daulay, op. cit., h. 65

Page 50: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

36

yang biasanya dijabarkan dalam bentuk kurikulum atau program

pendidikan.97

Menurut Armai Arief, “Tujuan pendidikan Islam adalah untuk

mempersiapkan anak didik atau individu dan menumbuhkan segenap potensi

yang ada, baik jasmani maupun rohani, dengan pertumbuhan yang terus

menerus agar dapat hidup dan berpenghidupan sempurna, sehingga ia dapat

menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi dirinya dan umatnya”98

.

Menurut Arifin, “Tujuan akhir pendidikan Islam pada hakikatnya adalah

realisasi dari cita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi bagi

kesejahteraan umat manusia sebagai hamba Allah lahir dan batin, dunia dan

akhirat”.99

Menurut Sri Minarti, “Tujuan pendidikan Islam antara lain sebagai

berikut”:

a. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah di muka bumi yang

memakmurkan dan mengelola bumi sesuai dengan kehendak Tuhan.

b. Mengarahkan manusia agar seluruh tugas kekhalifahannya

dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah sehingga

pelaksaannya terasa ringan.

c. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga tidak

menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya.

d. Membina dan mengarahkan potensi akal jasmaniah untuk mendukung

tugas pengabdian dan kekhalifahannya.

e. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat.100

Sedangkan menurut Tatang, “Tujuan pendidikan Islam adalah

mewujutkan :

a. Insan akademi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah.

97 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam Menguatkan Epistimologi Islam dalam Pendidikan,

(Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2014), h. 89

98

Armai Arief, op. cit., h. 21

99

Arifin, op. cit., h. 40

100

Sri Minarti, loc. cit., h. 40

Page 51: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

37

b. Insan kamil, yang berakhlakul karimah.

c. Manusia yang berkpribadian.

d. Manusia yang cerdas dalam mengkaji ilmu pengetahuan.

e. Anak didik yang bermanfaat bagi kehidupan orang lain.

f. Anak didik yang sehat jasmani dan rohani.

g. Karakter anak didik yang menyebarkan ilmunya kepada sesama

manusia.101

Dari pendapat-pendapat yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan

bahwa tujuan dari pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang

perilakunya didasari dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Allah, yaitu

manusia dapat “merealisasikan idealitas Islam”, yang menghambakan

sepenuhnya kepada Allah.

5. Dasar Pendidikan Islam

Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar dapat

berdiri kokoh. Dasar suatu bangunan, yaitu fundamen yang menjadi landasan

bangunan tersebut agar tegak dan kokoh berdiri. Demikian pula dasar pendidikan

Islam, yaitu fundamen yang menjadi landasan atau asas agar pendidikan Islam

dapat tegak berdiri dan tidak mudah roboh karena tiupan angin kencang berupa

ideologi yang muncul, baik di era sekarang maupun yang akan datang.102

Dasar pendidikan Islam adalah identik dengan dasar ajaran Islam itu sendiri.

Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Al-qur‟an dan Hadits. Kemudian

dasar tadi dikembangkan dalam pemahaman para ulama dalam bentuk qiyas

syar‟i, ijma‟ yang diakui, ijtihad dan tafsir yang benar dalam bentuk hasil

pemikiran yang menyeluruh dan terpadu tentang jagat raya. Manusia, masyarakat

dan bangsa, pengetahuan kemanusiaan dan akhlaq, dengan merujuk kepada kedua

sumber asal (Al-qur‟an dan Hadits) sebagai sumber utama.103

101 Tatang, op. cit., h. 65

102

Sri Minarti, op. cit., h. 41

103

Jalaluddin& Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1996), h. 37

Page 52: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

38

Dikutip oleh Sutrisno & Muhyiddin Albarobis dari Muhammad Shafiq ia

mengatakan pendidikan Islam harus diarahkan menurut konsep tauhid. Hal ini

mengingat pentinnya tauhid sebagai fondasi yang harus dibangun di atas ilmu

pengetahuan dan nilai-nilai yang ditransfer kepada anak didik melalui proses

pendidikan.104

Bagi orang mukmin, standar nilai yang harus diacu tentu saja sengat jelas,

yaitu wahyu. Apa yang diperintahkan oleh Allah pastilah baik dan yang dilarang-

Nya tentulah buruk. Apa yang menurut Allah benar pastilah benar dan apa yang

menurut-Nya salah tentulah salah. Di sinilah konsep tauhid memainkan perannya

yang sangat sentral sebagai penyatu pandangan kaum mukminin. Oleh karena itu,

pendidikan Islam mutlak harus dibangun diatas tauhid sebagai fondasinya.105

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Yeni Rahmawati seorang mahasiswa jurusan

Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010. Tentang “Sejarah Berdirinya dan

Berkembangnya Pondok Pesantren Al-Awwabin Kota Depok Tahun 1962-2008”,

Dia menyimpulkan bahwa pondok pesantren Al-Awwabin terletak pada satu

kota tetapi berada di dua kecamatan yang berbeda yakni berada di Jl. Raya

Sawangan No.21 Pancoran Mas Depok dan Jl. H. Sulaiman No. 12 Sawangan

Depok, serta perkembangan yang dilakukan pondok pesantren Al-Awwabin

diantaranya: bidang pendidikan, bidang dakwah, dan bidang sosial keagamaan.

Persamaannya adalah tempat penelitian yang telah diteliti, namun penelitian

ini lebih fokus membahas tentang seluk beluk sejarah Al-Awwabin dan kota

Depok serta perkembangan pondok pesantren Al-Awwabin secara umum,

sedangkan yang penulis teliti adalah tentang bagaimana peran Abuya sebagai

pendiri dan pimpinan umum dalam mengembangkan pendidikan Islam di

pesantren Al-Awwabin serta upaya apa saja yang beliau lakukan untuk

memajukan pondok pesantren Al-Awwabin.

104 Sutrisno & Muhyidin Albarobis, op. cit., h. 23

105

Ibid., h. 24

Page 53: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

39

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Darmuji seorang mahasiswa

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. Tentang “Peran

KH. Abdurrahman Nawi dalam Pengembangan Dakwah di Kota Depok”.

Persamaannya adalah tempat penelitian yang telah diteliti, namun penelitian

ini lebih memfokuskan tentang pengembangan dakwah yang dilakukan oleh

Abuya KH. Abdurrahman Nawi dalam ruang lingkup kota Depok serta beberapa

peran Abuya dalam strategi dakwah khususnya di kota Depok. Namun yang

penulis teliti tidak hanya segi dakwah yang telah dilakukan oleh Abuya KH.

Abdurrahman Nawi, melainkan apa saja peran Abuya dalam memperkembangan

pendidikan Islam serta ide dan gagasan apa saja yang telah beliau lakukan dalam

memajukan pondok pesantren Al-Awwabin.

Page 54: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu, dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian yang dilakukan penulis adalah mulai tanggal 17 Juni

2016.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di pondok pesantren Al-Awwabin Depok dan

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

B. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian metode merupakan hal yang sangat penting, karena

dengan metode yang baik dan benar akan memungkinkan tercapainya tujuan

penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis

yaitu metode yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi,

berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat

yang menjadi objek penilaian, dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan

sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, gambaran tentang kondisi, situasi,

ataupun fenomena tertentu106

.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang hasil penelitiannya

disimpulkan secara deskripsi, agar dapat memudahkan penulis dalam memperoleh

data dan menyimpulkan hasil data yang diperoleh di lapangan nanti. Penelitian

kualitatif sendiri adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi,

motivasi, tindakan, dll.107

Dengan metode ini, penulis akan menggambarkan

mengenai peran serta gagasan Abuya KH. Abdurrahman Nawi dalam

mengembangkan pendidikan Islam di pondok pesantren Al-Awwabin.

106 Pedoman Penulisan Skripsi, (Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Syarif Hidayatullah Jakarta 2015), h. 63

107

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2010), h. 6

Page 55: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

41

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah berbagai cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data, menghimpun, mengambil, atau menjaring data penelitian.108

Pada umumnya seseorang yang ingin memperoleh data, menggunakan teknik

pengumpulan data yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas. Maka

dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik, yaitu :

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

gejala yang tampak pada objek penelitian.109

Observasi yaitu penulis melakukan pengamatan dan pencatatan yang

sistematis terhadap objek yang dipandang dapat dijadikan sumber data.

Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi lapangan. Hasil

pengamatan tersebut akan menjadi salah satu data untuk bahan rujukan yang

selanjutnya akan dianalisis dalam penelitian.

2. Wawancara

Wawancara adalah cara menjaring informasi atau data melalui interaksi

verbal/lisan.110

Wawancara ini dilakukan dalam bentuk dialog langsung

dengan informan baik itu tenaga pendidik, anak dari Abuya KH.

Abdurrahman Nawi, tata usaha, maupun alumni yang telah menyelesaikan

pendidikannya di Al-Awwabin.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang

sudah berlalu. Dokumen tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa,

atau kejadian dalam situasi sosial yang sesuai dan terkait dengan fokus

penelitian adalah sumber informasi yang sangat berguna dalam penelitian

kualitatif. Dokumen itu dapat berbentuk teks tertulis, artefac, gambar maupun

foto. Dokumen tertulis dapat pula berupa sejarah kehidupan (life histories),

biografi, karya tulis, dan cerita. Di samping itu ada juga material budaya, atau

108 Suwartono, Dasar-dasar Metodologi Peneltian, (Yogyakarta: ANDI, 2014), h. 41

109

Pedoman Penulisan Skripsi, op. cit., h. 66

110

Suwartono, op. cit., h. 48

Page 56: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

42

hasil karya seni yang merupakan sumber informasi dalam penelitian

kualitatif.111

Teknik dokumentasi menjadi salah satu teknik penunjang validnya suatu

data penelitian, karena penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, maka

penulis menggunakan ini sebagai pembantu dalam mengambil hasil

kesimpulan dalam penelitian.

D. Teknik Pengelolaan Data

Setelah data-data terkumpul lengkap, berikutnya yang penulis lakukan adalah

membaca, mempelajari, meneliti, menyeleksi, dan mengklarifikasi data-data yang

relevan dan yang mendukung pokok bahasan, untuk selanjutnya penulis analisis,

simpulkan dalam satu pembahasan utuh.

E. Teknik Analisis Data

Teknis analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini memakai tiga

jalur kegiatan, yakni:

1. Reduksi Data

Reduksi data menunjukan kepada proses pemilihan, pemokusan,

penyederhanaan, pemisahan, pentransformasian data “mentah” yang terlihat

dalam catatan tertulis lapangan (writer-up field noters). Oleh karena itu

reduksi data berlangsung selama kegiatan penelitian dilaksanakan. Ini berarti

pula reproduksi data telah dilakukan sebelum pengumpulan data di lapangan,

yaitu pada waktu penyusunan proposal, pada saat menentukan kerangka

konsepsual, tempat, perumusan pertanyaan penelitian, dan pemilihan

pendekatan dalam pengumpulan data. Juga dilakukan pada waktu

pengumpulan data, seperti membuat kesimpulan, pengkodean, membuat

tema, membuat cluster, membuat pemisahan dan menulis memo. Reduksi

data dilanjutkan sesudah kerja lapangan, sampai laporan akhir penelitian

lengkap dan selesai disusun.112

111 Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, (Jakarta:

Prenadamedia, 2014), h. 391

112

Pedoman Penulisan Skripsi, op. cit., h. 407

Page 57: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

43

Reduksi data sangatlah penting dilakukan agar memudahkan peneliti

dalam melakukan kegiatan penyimpulan dari hasil data penelitian dan demi

menghindari kesalahan dalam rangka penarikan kesimpulan.

2. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling

penting banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dalam penelitian kualitatif.113

Hal itu dapat dicapai dengan

jalan:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi;

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu;

d. Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berbeda, orang pemerintahan;

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

Data yang ditringulasikan adalah data yang bersifat sekunder seperti

wawancara. Konsep triangulasi ini merupakan cara tepat untuk memperoleh

data hasil penelitian, dengan mengeksplorasi data dari sumber key informan

baik dari pelakuobjek peneliti, maupun lingkungan sekitar yang ada

hubungan langsung dengan si objek peneliti, hal ini diharapkan sang peneliti

memiliki hasil data yang baik dan jelas dari berbagai sumner agar dalam

proses penarikan kesimpulan nanti, peneliti dapat menyimpulkan hasil

penelitiaannya dengan baik dan cermat.

113 Lexy J. Moleong, op. cit., h. 330

Page 58: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

44

3. Penarikan Kesimpulan

Setelah data yang terkumpul direduksi dan selanjutnya disajikan, maka

langkah yang terakhir dalam menganalisis data adalah menarik kesimpulan

atau verifikasi.114

Kegiatan utama ketiga dalam analisis data yaitu penarikan

kesimpulan/verifikasi. Sejak pengumpulan data, peneliti telah mencatat dan

memberi makna sesuatu yang dilihat atau diwawancarainya. Memo dan

memo telah ditulis, namun kesimpulan akhir masih jauh. Penelitian harus

jujur dan menghindari bias subjektivitas dirinya.115

114 Pedoman Penulisan Skripsi, op. cit., 71

115

Muri Yusuf, op. cit., h. 409

Page 59: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Abuya KH. Abdurrahman Nawi

1. Biografi Abuya KH. Abdurrahman Nawi

Pada hari Rabu 08 Desember 1920 di Tebet Melayu Besar, lahir seorang

bayi laki-laki dari pasangan H. Nawi bin Su‟iddan dengan „Aini binti Rudin.

Anak kesembilan dari pasangan tersebut diberi nama Abdurrahman. Dia adalah

salah satu dari tiga putra H. Nawi diantara 10 bersaudara.

Tebet saat itu merupakan perkampungan masyarakat Betawi.

Sebagaimana lazimnya masyarakat Betawi yang secara turun temurun fanatik

memeluk Islam dan kuat menjalankan syariatnya, Abdurrahman tumbuh dalam

lingkungan kampung Tebet yang juga sarat dengan nilai-nilai dan budaya

keagamaan. Ada mushalla yang menjadi tempat berkumpul anak-anak untuk

menjalankan shalat lima kali dalam sehari semalam. Di sana juga sering

diadakan pengajian dan perayaan hari-hari besar Islam seperti maulid, isra‟

mi‟raj dan lain-lain. Dalam masyarakat pun acara-acara perkawinan, nujuh

bulan kehamilan, kelahiran anak, kematian dan ngirim arwah selalu di isi

dengan bacaan-bacaan barzanji, shalawat, tahlil, dan membaca Al-qur‟an. Di

samping itu, ada pula ceramah agama dari seorang guru atau ulama yang

dihormati karena penguasaannya yang mumpuni terhadap ajaran-ajaran Islam.

H. Nawi maupun istrinya „Aini bukan seorang tokoh agama bagi

masyarakatnya,juga bukan keturunan dari ulama. Mereka hanyalah seorang

yang taat beragama dan senang kepada ulama. Sehari-hari mereka dikenal

sebagai pedagang nasi ulam di warung pedok. Pada waktu-waktu tertentu H.

Nawi selalu menyempatkan diri untuk mengikuti pengajian yang diadakan oleh

para ulama dan habib di kampung Melayu atau di kampung Kwitang. Di Tebet

tak ada ulama besar atau habib yang mengadakan pengajian rutin dengan

dihadiri oleh ratusan kaum muslimin dari berbagai kampung Jakarta dan

Page 60: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

46

sekitarnya. Juga tidak ada madrasah atau sekolah Islam tingkat dasar sekalipun,

yang menjadi tempat belajar bagi anak-anak dan remaja. Tempat belajar yang

lazim bagi anak-anak dan remaja kampung saat itu adalah ta‟lim atau pengajian

intensif tentang ilmu agama dan bahasa Arab dengan memakai kitab-kitab

tertentu yang diselenggarakan di rumah guru (mu‟allim). Besar kecilnya ta‟lim

diukur dari materi dan kitab yang diajarkan, yang biasanya sesuai dengan

ke‟aliman (penguasaan) guru terhadap ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab.

H. Nawi yang pedagang itu mendidik putranya Abdurrahman untuk rajin

shalat dan mengaji sebagaimana saudara-saudaranya yang lain. Mula-mula

Abdurrahman belajar mengaji dengan guru yang ada di Tebet, yaitu Mu‟allim

Ghazali dan Mu‟allim Syarbini. Di sini ia belajar membaca Al-qur‟an serta

dasar-dasar akidah dan praktek ibadah. Ketekunan Abdurrahman untuk

mengaji nampak lebih giat dibanding saudara-saudara dan anak-anak yang lain.

Maka H. Nawi terus mendorongnya untuk belajar dan mengaji serta

memperingatkannya untuk tidak main-main. Dengan dorongan orang tua dan

didikan para gurunya, lama-kelamaan Abdurrahman merasakan nikmatnya

belajar dan hausnya mencari ilmu. Dalam hatinya tumbuh himmah dan ghirah

yang kuat untuk belajar agar mampu menguasai ilmu-ilmu keislaman yang

begitu luas. Gurunya yang lain, KH. Muh. Zain bin Sa‟id, pernah suatu saat

memberinya wejangan, bahwa manusia itu akan dipandang karena 3 hal:

jagoan, kekayaan dan ilmu. Ketika ia ditanya: “kamu mau jadi apa?”, maka

jawabnya spontan “mau menjadi orang yang berilmu”. Lantas sarannya, untuk

itu tak ada jalan lain kecuali kamu harus rajin belajar.

Jadilah Abdurrahman sebagai remaja yang pekerjaannya setiap saat

hanya mengaji dan belajar. Di Tebet saat itu belum ada sekolah. Di Bali

Matraman, beberapa kilometer dari Tebet, ada madrasah Asy-Syafi‟iyyah tapi

hanya tingkat Ibtidaiyyah. Ada madrasah tingkat Tsanawiyyah Jam‟iyyatul

Khaer di Tanah Abang, namun cukup jauh untuk pulang pergi bagi

Abdurrahman menurut ukuran saat itu.

Hal demikian tetap tidak menjadi penghalang bagi Abdurrahman untuk

mewujudkan cita-citanya, menguasai ilmu-ilmu agama, bahasa Arab maupun

Page 61: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

47

pengetahuan umum. Dari pergaulannya sesama teman yang suka mengaji dan

petunjuk guru serta orang tua, dia tidak kehabisan guru di sekitar Tebet yang di

rumahnya membuka pengajian mengajarkan ilmu-ilmu agama dan bahasa

Arab.

Di Bukit Duri ia belajar mengaji kepada KH. Muhammad Yunus, KH.

Basri Hamdani, KH. Muhammad Ramli dan Habib Abdurrahman As-Segaf.

Dia juga mengaji kepada KH. Muh. Zain, Kebon Kelapa, Tebet, KH. M.

Arsyad bin Musthofa, Gg Pedati, Jatinegara, KH. Mahmud, Pancoran, KH.

Musannif, Menteng Atas, KH. Ahmad Djunaedi, Pedurenan, KH. Abdullah

Husein, Kebon Baru Tebet, KH. Abdullah Syafi‟I, Bali Matraman serta Habib

Husein Al-Haddad, Kampung Melayu. Agak jauh lagi dia juga mengaji kepada

KH. Hasbiyallah, Klender, KH. Mu‟allim, Cipete, KH. Khalid, Pulo Gadung,

Habib Ali Jamlullail dan Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi, Kwitang,

Habib Abdullah bin Salim Al-Attas, Kebon Nanas, Habib Muhammad bin

Ahmad Al-Haddad, Kramat Jati, Habib Ali bin Husein al-Attas, Kemayoran,

dan Ustadz Abdullah Arifin, di Pekojan.

Meski Abdurrahman Tidak pernah belajar di sekolah maupun di

pesantren, namun dia mengaku cara belajarnya tidak kalah dengan cara belajar

santri di pesantren. Dalam sehari dia biasa mengikuti pengajian di tiga tempat,

yang masing-masing 2 atau 3 mata pelajaran. Sistem belajar yang ia ikuti,

biasanya memakai kitab. guru membaca „ibarah dalam kitab dan

menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia, kemudian menerangkan

maksud dari „ibarah tersebut dengan penjelasan yang sangat luas dan

mendalam. Tidak jarang seorang guru menyuruh murid untuk membaca,

menanyakan i‟rab, terjemah dan maksudnya kepada murid. Pelajaran tentang

nahwu atau sharaf juga memakai sisem tamrin (latihan) untuk mengetahui

sejauh mana murid memahami setiap materi pelajaran. Kitab-kitab yang

disusun dalam bentuk nadzam (sya‟ir) juga disuruh dihafal oleh setiap murid.

Semangat Abdurrahman memahami dan menguasai pelajaran memang

sangat tinggi. Setelah mendengarkan penjelasan-penjelasan guru, dia mencatat

dengan baik apa yang perlu. Setelah pengajian usai, dia pun tidak segan-segan

Page 62: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

48

bertanya dan bermusyawarah dengan teman-temannya untuk mengulang dan

mendalami pelajaran yang sudah lewat. Dan dia selalu berusaha memuthala‟ah

(mengulangi) pelajarannya sendiri di rumah bila dia belum menguasai benar

suatu pelajaran. Dia tidak pernah mau ketinggalan dari teman-temannya dalam

menguasai pelajaran. Jika suatu saat dia merasa ketinggalan, maka dia pun

berjanji “awas, tunggu besok, saya pasti kalahkan dia”. Dan, malamnya dia pun

tak mau tidur sebelum benar-benar menguasai pelajaran besok.

Guru-guru di mana Abdurrahman belajar memang mempunyai latar

belakang yang beragam. Ada yang berasal dari pesantren salafiyah, ada pula

yang dari madrasah dan Arab. Maka Abdurrahman selain kitab-kitab yang

diajarkan di pesantren, dia juga belajar kitab-kitab baru („ashriyyah) yang

diajarkan di madrasah. Dalam ilmu nahwu dan sharaf misalnya selain dia

belajar kitab-kitab Al-jurumiyah, „Imrithy, Kawakib, Ibn „Aqil, Syudzur adz-

Dzahab, Mughnil Labib, dia juga belajar Nahwul Wadhih dan Qawa‟id al-

Lughah al-„Arabiyyah, kitab baru yang dipakai di madrasah. Bahkan ia juga

belajar Balaghah, Badi‟, Ma‟ani, Manthiq serta Nushush Adabiyyah, syi‟ir dan

sastra Arab kepada para Habaib, seperti Habib Abdurrahman As-Segaf, Habib

Husein bin Ali, Habib Abdullah bin Salim Al-Attas dll.

Selain Ilmu nahwu, sharaf dan bahasa Arab sebagai ilmu alat benar-benar

dia pelajari dan kuasai dengan baik, Abdurrahman yang mengaku terus belajar

mengaji sampai umur 30-an telah menekuni juga pengajian dalam ilmu-ilmu

Fiqh, Ushul Fiqh, Tauhid, Tafsir, Hadits bahkan juga ilmu-ilmu umum. Satu

kitab tidak cukup sekali ia pelajari, tetapi bisa berkali-kali kepada beberapa

orang guru.

Kitab Taqrib, Fathul Mu‟in, Fathul Wahhab, Bughyatul Mustarsyidin,

I‟anatut Thalibin, Asybah wan Nazhair, Tijanud Durar, Jawahir Kalamiyah,

Sanusi, Maraqil „Ubudiyah, Nashaih ad-Diniyah, Ihya „Ulumiddin, Tafsir

Jalalain, Tafsir Munir, Qami‟ut Tughyan, Jawahir Bukhari, Shahih Bukhari

sudah beberapa kali dia pelajari.

Meski pada umur 18 tahun dia sudah menikah, namun kegiatan belajar

tidak terhenti,serta dia juga berdagang untuk mencari nafkah. Orang tuanya

Page 63: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

49

yang kemudian hari berdagang emas dan ekonominya berkecukupan juga tetap

membantu kebutuhan belajarnya. Ibunya membantu membelikan kitab-kitab

yang diperlukan, sementara bapaknya membantu kebutuhan-kebutuhan yang

lainnya. Dia percaya bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha dan doa

hamba-Nya, dan akan menolong hamba-Nya yang berjuang menegakkan

agama-Nya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW “Atas setiap orang

akan diberi pertolongan menuju keahlian/bakat yang diciptakan” (kullun

muyassarun lima khuliqa lahu).

Dengan sistem belajar tidak formal selama kurang lebih 25 tahun itu,

memang dia tidak memperoleh ijazah atau syahadah. Tetapi hasil dari

belajarnya tidak di ingkari telah mencapai tingkat pengajaran yang tinggi

dalam sistem sekolah formal. Karenanya, dia pun akhirnya diakui telah

menguasai ilmu-ilmu bahasa Arab dan syari‟ah yang mumpuni.

Suatu saat, dihadapan ulama besar Kyai Abdurrahman Tua, Kampung

Melayu, Abdurrahman Nawi mengikuti semacam ujian terbuka diikuti oleh

sekitar 30-an peserta dari beberapa kampung di Jakarta dan sekitarnya. Kyai

memanggil satu per satu peserta, kemudian dibukakan kitab tertentu dan

disuruhnya membaca. Setelah itu dibukakan lagi kitab yang lain dan

disuruhnya membaca, sampai beberapa kali. Setelah selesai, Kyai

Abdurrahman Tua mengumumkan, hanya ada dua peserta yang dinyatakan

lulus, yaitu Abdurrahman Nawi, Tebet, dan Turmudzi, Bukit Duri. Dari sini

Abdurrahman Nawi merasa memperoleh pengakuan atas penguasaan ilmu yang

ia pelajari.116

2. Kegiatan di Dunia Dakwah dan Pendidikan

Sebagaimana tradisi masyarakat Betawi, KH. Abdurrahman Nawi yang

oleh para murid dan keluarganya dipanggil dengan “Abuya” ini, pada tahun

1962 membuka pengajian di rumahnya, Tebet Barat VI H. Pengajian yang

diberi nama As-Salafi itu mengajarkan kitab-kitab tertentu sesuai dengan

kemampuan dan minat para pesertanya. Untuk bapak-bapak dan ibu-ibu di

116 Kawiyan (ed), Berdakwah Tanpa Kenal Lelah, (Biografi KH. Abdurrahman Nawi), h. 1-3

Page 64: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

50

bacakan kitab Taqrib, Tijan Durar, Nashaih Diniyah. Sedangkan untuk

pemuda dan para ustadz di bacakan kitab Qawa‟idul Lughah, Ibnu „Aqil,

Fathul Mu‟in, Bughyah Mustarsyidin, Asybah wan-Nazhair, Qami‟ut Tughyan.

Pesertanya datang dari beberapa kampung di Jakarta dan sekitarnya, seperti

Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Menteng Dalam, Bukit Duri, Kp. Melayu,

Pancoran, Pangadegan, Tangerang, Bekasi dan terutama pemuda Tebet sendiri.

Melihat perkembangan pengajian yang semakin ramai, pada tahun 1976

di atas tanah milik pribadi dan orang tuanya seluas 360 m2

dibangun gedung

majelis ta‟lim/madrasah 2 lantai dan mushalla. Pada tahun 1979 setelah

bangunan selesai, maka diresmikanlah penggunaannya oleh Dr. KH. Idham

Khalid, dan nama As-Salafi diganti dengan nama „Al-Awwabin‟. Selain untuk

kegiatan pengajian, juga diselenggarakan pendidikan formal Madrasah

Tsanawiyah.

Minat masyarakat untuk belajar kepada Abuya KH. Abdurrahman Nawi

semakin tinggi. Mereka ingin anak-anak mereka bisa nyantri (mukim dan

belajar) di Al-Awwabin. Maka, sekitar tahun 1981/1982 bersama beberapa

tokoh masyarakat, Abuya KH. Abdurrahman Nawi berusaha mencari lokasi

yang mungkin untuk didirikan pesantren, di mana ada madrasah dan asrama.

Akhirnya didapat sebuah lokasi di kampung Sengon, Kel. Pancoran Mas,

Depok I. Mula-mula dibebaskan tanah seluas 4.200 m2. Pada akhir tahun 1982

berhasil didirikan 1 unit gedung sekolah 5 lokal dan 1 unit asrama, dan

diresmikanlah berdirinya pondok pesantren Al-Awwabin di atas lokasi sekitar

8.000 m2. Hingga kini pesantren tersebut telah berhasil membangun 4 unit

gedung sekolah, 1 unit masjid/mushalla, 1 unit aula, 2 unit asrama santri serta 4

rumah pengasuh dan guru. Di sana ada Madrasah Ibtidaiyyah, Tsanawiyah dan

Aliyyah, dengan jumlah murid sekitar 400 anak, 180 di antaranya mukim

(tinggal) di asrama.

Pesantren Al-Awwabin pada tahun 1992 membuka lagi cabang di

Bedahan, Sawangan, Depok di atas tanah seluas 2,5 ha. Di sana juga dibuka

Madrasah Tsanawiyah dan Aliyyah dengan santri sekitar 160 anak.

Page 65: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

51

Tentang pesantren yang didirikan, Abuya KH. Abdurrahman Nawi

bermaksud untuk membina kader-kader muslim yang menguasai ilmu agama

dengan baik, dalam rangka membantu pemerintah dalam bidang pendidikan.

Abuya mengutamakan penguasaan ilmu-ilmu alat bagi santri-santrinya, yaitu

dengan pengajaran ilmu nahwu, sharaf dan bahasa Arab. Maka diluar

kurikulum sekolah yang mengikuti kurikulum dari Departemen Agama, santri

yang mukim pada sore dan malam hari diharuskan mengikuti halaqah mengaji

kitab-kitab di bidang nahwu, sharaf, bahasa Arab, tauhid, fiqh, tafsir, hadist

dan akhlaq. nahwu, sharaf dan bahasa Arab masing-masing diajarkan 4 kali

dalam seminggu. Siswa Tsanawiyah harus hafal 181 kaidah dalam Nahwul

Wadhih, sementara siswa Aliyah mulai belajar Ibnu „Aqil. Abuya sendiri

mengajar pada halaqah 1 kali dalam seminggu, selain dibantu para guru yang

dipercaya.

Dalam mengajar, Abuya memang cukup cermat dan sabar. Dalam setiap

pengajian (majlis ta‟lim) ia hanya mengajar dengan kitab, agar pengajian

terarah Abuya membacakan „ibarah suatu kitab dengan menjelaskan i‟rab

seperlunya, kemudian menerjemahkan kedalam bahasa Indonesia secara bebas,

tidak memakai sistem ‟bermula‟ untuk mubtada, „itu‟ untuk khabar dsb.

Berdasarkan pengalamannya belajar kepada beberapa guru dan merujuk

berbagai macam kitab, Abuya berusaha menyampaikan ilmu secara sederhana

agar mudah ditangkap oleh para muridnya. Abuya juga mampu memberikan

penjelasan-penjelasan yang cukup luas sehingga menjadi mantap dan menarik.

Prinsip Abuya dalam mengajar, biar sedikit asal betul-betul paham dari pada

banyak tapi tak ada yang dipaham. Abuya juga berprinsip bahwa setiap murid

yang belajar sesuatu tentang agama harus mampu mengamalkan ilmunya

dalam sikap dan perilakunya sehari hari.

Dari sini banyak orang yang senang belajar kepada Abuya KH.

Abdurrahman Nawi. Orang yang pernah mengikuti pelajarannya pun tertarik

untuk selalu mengikutinya. Karna itu, di luar pesantren Al-Awwabin, Abuya

mempunyai pengajian rutin di beberapa masjid dan majlis ta‟lim, selain juga

Page 66: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

52

mengajar tetap kitab Fathul Mu‟in pada Radio Asy-Syafi‟iyyah sejak tahun

1982. Pengajian tetap yang sampai sekarang masih berjalan antara lain:

a. MT. Al-Awwabin, Tebet Barat, untuk kaum ibu (senin malam), untuk

para guru (sabtu pagi) dan untuk kaum bapak (minggu pagi).

b. MT. Al-Ikhwan, Jl. Tawes, Tebet Barat.

c. MT. Al-Istiqomah, Pondok Kopi, Jakarta Timur.

d. MT. Nurul Iman, Lampiri, Pondok Kelapa, Jakarta Timur.

e. MT. Al-Barokah, Pinang Ranti, Jakarta Timur.

f. MT. Darus Shalihin, Kebon Tebu.

g. MT. Baitur Rahmah, Cawang Kapling, Jakrta Timur.

h. MT. Guru Salma, Jatinegara, Jakarta Timur.

i. MT. An-Nur, Bekasi .

j. MT. Tanjung Barat, Jakarta Selatan.

k. MT. Darus Sa‟adah, Jeruk Purut, Cilandak, Jakarta Selatan.

l. MT. Subulus Salam, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Pengajian atau ta‟lim tersebut biasanya dilaksanakan sekali seminggu,

ada yang dilakuakan sehabis sholat Shubuh (Tanjung Barat), ada yang di waktu

pagi (07.00-09.00 WIB), ada yang di waktu siang (10.00-12.00 WIB), ada yang

sore hari sehabis sholat „Ashar, dan kebanyakan dilakukan sehabis sholat

Magrib (18.30-19.30 WIB). Setiap pengajian diikuti oleh peserta-peserta yang

tetap, dari kalangan kaum bapak, ustadz dan pemuda, serta sebagian juga ada

kaum ibu. Sebagian besar peserta adalah penduduk asli Betawi, tetapi tidak

sedikit juga orang Sunda, Jawa maupun Sumatra dan Sulawesi.

Selain pengajian yang dilakukan secara tetap, Abuya juga sering di

undang untuk pengajian-pengajian umum diberbagai wilayah seJABOTABEK.

Abuya sejak tahun 1984 juga menjadi salah seorang khatib di masjid

Baiturrahim Istana Negara. Abuya juga pernah dan sebagian masih aktif dalam

kegiatan organisasi dakwah. Sebelum sibuk dalam kegiatan pesantren, Abuya

pernah menjabat sebagai ketua NU Cabang Jakarta Selatan, dan mengikuti

Muktamar NU di Surabaya (1971) serta Muktamar NU di Semarang (1979).

Sejak tahun 1989 menjadi guru tetap pada pengajian bulanan PBNU Jl. Kramat

Page 67: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

53

Raya Jakarta. Abuya juga pernah menjabat sebagai kordinator dakwah majlis

ta‟lim pusat umat Islam At-Thohiriyah (1971-1978), dan ketua umum ikatan

majlis ta‟lim kaum bapak (IMTI), Depok (1984-1988).

Yang menjadi kelebihan Abuya KH. Abdurahman Nawi dibandingkan

kyai lain, bahwa dia tidak hanya mengajar dan berdakwah secara langsung,

tetapi juga menulis kitab. Hingga sekarang tercatat ada 12 buah kitab yang

telah ditulis dan diterbitkan dalam bahasa Melayu dengan tulisan Arab, yaitu :

a. Al-Amtsilah at-Tashrifiyyah, tentang sharaf

b. Ilmu Nahwu Melayu, tentang ilmu nahwu

c. Sullamul al‟Ibad, tentang akidah (tauhid)

d. Tujuh Kaifiyat, tuntunan shalat-shalat sunnah

e. Tiga Kaifiyat, tuntunan shalat khusuf dll

f. Mutiara Ramadhan,tuntunan puasa dan ibadah Ramadhan

g. Pedoman Ziarah Kubur

h. Pedoman Penyembelihan Qurban dan Aqiqah

i. Pelajaran Ilmu Tajwid, tentang tajwid

j. Risalah Tahajjud, tuntunan shalat tahajjud

k. Miskatul Anwar Fi Haflati An Nabi Al-Mukhtar, tentang maulid

l. Terjemah Tanqihul Qoul.

Motivasi menulis kitab-kiab tersebut adalah untuk membantu umat Islam

secara luas bagaimana ilmu dan cara menjalankan ibadah-ibadah dengan benar.

Abuya merasa bahwa tidak semua orang bisa membaca dan mempelajari kitab-

kitab fiqh berbahasa Arab, karenanya dia menulis kitab bahasa Melayu yang

disusun dengan cara yang mudah, lengkap dan praktis agar setiap orang mudah

paham dan bisa mengamalkannya. Kitab-kitab yang ditulis memang

kebanyakan tentang tuntutan ibadah praktis selain juga tentang nahwu dan

sharaf. Dan kitab-kitab karangan Abuya KH. Abdurrahman Nawi hingga kini

banyak diminati umat Islam, karena juga dibaca dan diajarkan oleh para

ustadz-ustadzah di wilayah JABOTABEK.117

117 Ibid., h. 4-6

Page 68: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

54

3. Paham Keagamaan dan Keahliannya

Abuya KH. Abdurrahman Nawi adalah seorang ulama yang secara jelas

mengikuti paham agama yang dianut mayoritas umat Islam di Indonesia, yaitu

dalam bidang fiqh mengikuti madzhab Syafi‟i, dalam akidah mengikuti Abul

Hasan Al-Asy‟ari dan dalam tasawuf mengikuti Imam Al-Ghazali. Baginya,

paham yang sering disebut sebagai Ahlussunnah wal Jama‟ah itulah yang telah

diajarkan oleh para ulama pendahulu dan diajarkan melalui kitab-kitab yang

mu‟tabar, tidak diragukan. Abuya menegaskan bahwa kita tidak perlu mencari-

cari model sendiri, tinggal ikut dan mengamalkan. Apalagi bagi orang awam,

masyarakat luas, mereka tak mungkin mencari sendiri paham-paham yang

harus diyakini. Mereka yang tidak tahu bahasa Arab dan tak mampu membaca

kitab-kitab itu perlu mengikuti dan mempraktekkan ajaran-ajaran agama yang

sudah jadi. Semua yang telah dijalankan dalam masyarakat adalah hasil didikan

para ulama yang harus dijaga dan dilestarikan, tak perlu dirubah-rubah lagi.

Kalau ada hal-hal baru, tugas para ulama adalah untuk mencari dan

merumuskan hukumnya dengan merujuk kepada kitab-kitab yang sudah ada.

Dalam mengajar fiqh, Abuya memakai kitab pegangan Taqrib (Fathul

Qarib) dan Fathul Mu‟in karangan Al-Malibary, dua kitab fiqh yang populer di

kalangan pesantren dan bermadzhab Syafi‟i. Abuya menjelaskan apa yang ada

dalam kitab tersebut secara detail, dan terkadang menambah keterangan dengan

mengacu pada kitab-kitab lain yang sealiran, seperti I‟anatut Thalibin. Dalam

mengajar tauhid, Abuya lebih banyak memakai pegangan kitab Tijan Durar

atau Jawahirul Kalamiyah, kitab tentang tauhid yang mengacu pada aliran

Asy‟ariyah yang banyak diikuti oleh umat Islam Indonesia. Abuya

menekankan pola pemahaman keimanan dengan dasar dalil naqly (Al-qur‟an

dan Hadist) maupun aqly yang lazim dipahami kalangan Ahlussunnah wal

Jama‟ah. Begitu juga dalam tasawuf, Abuya memakai pegangan kitab Maraqil

Ubudiyah atau Nasahaih ad-Diniyah yang mengacu pada ajaran tasawuf Imam

Al-Ghazali.

Bahkan jika diperhatikan lebih jauh, Abuya Kyai Abdurrahman Nawi

tidak saja mengikuti paham dan aliran dasar yang umum dianut kalangan

Page 69: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

55

Ahlussunnah wal Jama‟ah, tetapi mengamalkan berbagai amaliyah keagamaan

yang telah menjadi tradisi dalam mayoritas masyarakat Indonesia, seperti

mengirim doa dan tahlil, membaca Barzanji dan Burdah serta wirid doa-doa

tertentu.

Dalam kitab Mutiara Ramadhan, Abuya bukan saja menjelaskan shalat

tarawih 20 roka‟at, tetapi juga menunjukkan lebih teknis bacaan setiap roka‟at

dalam istilah “Kayfiyah Khatmil Qur‟an” menurut ijazah Habib Husain al-

Haddad. dengan menjelaskan datangnya lailatul qadar bisa dihitung berdasar

hari awal Ramadhan. Abuya juga menunjukkan bacaan-bacaan selingan pada

shalat Tarawih dan Witir dalam bulan Ramadhan. Selain itu Abuya juga

menambahkan beberapa qashidah (syair bahasa Arab) antara lain gubahan

Habib Abdullah bin Husein Thahir serta Habib Ahmad bin Muhammad al-

Muhdhar, yang baik untuk perpisahan langsung oleh guru.

Beberapa kitab Abuya yang lain juga memuat tentang tuntunan amaliyah

keagamaan semacam ini, yaitu Pedoman Ziarah Kubur, Tiga Kayfiyat dan

Tujuh Kayfiyat. Abuya menjelaskan dasar hukum, hikmah/faidah serta tatacara

(syarat dan rukun) dari amaliyah ziarah kubur, beberapa shalat sunnah seperti

shalat Awwabin, Tasbih, Birrul Walidain dll. Amaliyah-amaliyah tersebut oleh

sebagian ulama (kalangan pembaharu) di pertanyakan hukumnya, sementara

dikalangan ulama yang ahli tasawuf merupakan amal keutamaan yang sunnah.

Bagaimana pandangan Abuya terhadap paham dan aliran keagamaan

yang tidak dianutnya? Abuya memandang paham dan aliran keagamaan di luar

Ahlussunnah wal Jama‟ah yang dia ikuti merupakan bagian dari agama Islam

juga. Asal paham dari aliran serta madzhab tersebut tetap bersumber dari Al-

qur‟an dan Sunnah Rasul. Yang penting menurut Abuya, janganlah antara

golongan-golongan itu saling menyalahkan, saling menghina dan melecehkan.

Karena kita semua bersaudara.

Abuya KH. Abdurrahman Nawi dikenal keahliannya dalam ilmu nahwu

dan sharaf. Dalam mengajarkan ilmu nahwu untuk kalangan khusus para guru

(ustadz) atau santri senior biasanya dia memakai kitab pegangan Ibnu‟Aqil,

syarah Alfiyah Ibnu Malik, kitab yang tinggi dan mendalam dalam ilmu nahwu.

Page 70: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

56

Tetapi dalam menjelaskan suatu masalah, Abuya tidak hanya mengacu pada

salah satu kitab, tetapi menjelaskannya dengan uraian yang luas dan lengkap,

baik berdasar kitab-kitab salaf maupun yang baru seperti Syudzurudz Dzahab,

Mughnil Labib, Nahwul Wadhih dan Qawa‟idul Lughah. Untuk para murid

yang pemula dia akan menyajikan pelajaran dengan sistematikanya sendiri

yang dipandang lebih praktis, yang diambil dari penguasaannya terhadap kitab-

kitab tersebut. Bahkan untuk mereka, pada tahun 1960 Buya telah menulis

kitab khusus berjudul Ilmu Nahwu Melayu. Dan selain penguasaan terhadap

ilmu nahwu dan sharaf yang bersifat teoritis, Abuya juga banyak

mendalaminya dalam penguasaan bahasa Arab, baik lisan maupun tulisan.

Bahkan Abuya juga banyak menguasai syi‟ir (nushush adabiyah) yang sering

menghiasi pembicaraan dan pengajarannya. Keahliannya dalam bidang ini

dibuktikan pula dengan ditunjuknya Abuya sebagai pengajar ilmu nahwu dan

sharaf dalam Ma‟had „Aly Darul Arqom Perguruan Asy-Syafi‟iyyah,

Jatiwaringin, tahun 1983-1985.

Abuya KH. Abdurrahman Nawi juga dikenal sebagai ahli di bidang fiqh,

sebagaimana terlihat dari semua pengajiannya mengkaji fiqh, di samping

tauhid dan tasawuf. Sebagaimana disebut di atas, dia sejak 1982 mengajar

Fathul Mu‟in dalam ta‟lim angkasa radio Asy-Syafi‟iyyah, Jakarta.118

B. Pondok Pesantren Al-Awwabin

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Awwabin

Pada tahun 1962, Abuya KH. Abdurrahman Nawi mengadakan pengajian

kitab-kitab kuning yang bersifat non-formal yang bertempat diruang paviliun

rumahnya. Pengajian ini diberi nama As-Salafiah dengan harapan para jama‟ah

dapat mengikuti jejak salafus shaleh (orang-orang terdahulu yang shaleh) dan

pengajian ini bertempat di kampung Tebet yang sekarang Tebet Barat VI H,

Jakarta Selatan. Pengajian tersebut diikuti oleh banyak kalangan, mulai dari

orang tua, remaja, dan orang-orang dewasa yang datang dari berbagai tempat,

diantarnya: Kebayaoran Lama, Kebayoran Baru, Kebon Baru, Pengadegan,

118 Ibid., h. 6-8

Page 71: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

57

Bukit Duri, Kampung Melayu, Karang Tengah, Bekasi, dan para pemuda

setempat.

Pengajian atau majlis ta‟lim yang telah dibuka kian terus berkembang

hingga pada tahun 1976 Abuya telah mampu membuka cabang-cabangnya

diberbagai tempat, baik itu di mushola-mushola atupun di masjid-masjid yang

mendapat dukungan dari kalangan masyarakat luas, ulama, dan umum. Namun,

yang namanya perjuangan tidak lepas dari tantangan dan cobaan, karena majlis

ta‟lim yang beliau bina tersebut mengalami pasang surut,dan memang sudah

menjadi sunnatullah.

Dari pengajian itulah berkembang pemikiran untuk mendirikan

pendidikan formal, guna menolong masyarakat dari belenggu kebodohan

dalam bidang ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum. Pada

tahun 1976 Abuya KH. Abdurrahman Nawi mengajak jama‟ah majlis ta‟lim

dan kenalan dekatnya untuk membangun gedung sekolah permanen dua tingkat

di atas tanah milik pribadinya yang berlokasi di Jalan Tebet Barat VI H,

Jakarta Selatan dengan luas tanah seluas 300 m2 ditambah dengan kavling

mushola yang meupakan wakaf dari almarhum orang tua beliau.

Akhirnya pada tahun 1979, tepatnya pada hari minggu diresmikanlah

bangunan itu oleh KH. Idham Chalid. Peresmian tersebut sekaligus dengan

peresmian pergantian nama dari As-Salafiah menjadi Al-Awwabin. Dan pada

tahun itu pula mulailah penerimaan murid baru untuk tahun ajaran 1979/1980.

Kemudian dari tahun ke tahun pendidikan itu berjalan dengan pesat hingga

sampai tahun 1982/1983. Mengingat banyaknya calon santri yang berminat

mukin di pesantren Al-Awwabin Tebet, Sedangkan kapasitas tempat yang ada

tidak menampung dan dilahan sekitarnya telah padat ditempati rumah-rumah

penduduk, serta tidak mungkin lagi memperluas lokasi disekitar pesantren Al-

Awwabin Tebet. Maka dengan demikian terpaksa Abuya KH. Abdurrahman

Nawi mengambil kebijaksanaan untuk mencari lokasi yang tepat bagi

pendidikan. Maka dengan izin Allah, Abuya sebagai pimpinan umum pondok

pesantren Al-Awwabin mendapatkan lokasi yang tepat dan beliau

membebaskan sebidang tanah yang terletak di kampung. Sengon, Kelurahan

Page 72: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

58

Pancoran Mas, Depok yang dijadikan cabang pondok pesantren Al-Awwabin I

dengan luas tanah sekitar 4200m2 dengan harga Rp.20.000/m

2.

Abuya KH. Abdurrahman Nawi sengaja mengambil tempat di daerah

Depok mengingat di daerah ini masih kurang sekali lembaga pendidikan Islam

apalagi pondok pesantren. Sedangkan lembaga pendidikan Islam khususnya

pondok pesantren sangat di butuhkan sekali oleh kaum muslimin untuk

memberantas kebodohan dan mempersiapkan generasi Islam yang memahami

serta menggali hukum-hukum Islam dari kitab-kitab kuning.

Pada pertengahan tahun 1982/1983 dimulai peletakan batu pertama yang

disaksikan oleh ribuan umat muslim yang terdiri dari para ulama, habaib, dan

para pejabat pemerintahan setempat. Akhir tahun 1982 masuk tahun 1983 telah

selesai bangunan lima lokal dan satu asrama, pada saat itu pula diresmikan oleh

KH. Idham Chalid dan pejabat pemerintah setempat serta dinyatakan

kedudukan pondok pesantren Al-Awwabin cabang Depok. Pada tahun

1983/1984 mulai menerima murid baru untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah

(MTs), Madrasah Aliyah (MA), dan mukim (untuk para santri mukim). Pondok

pesantren Al-Awwabin merupakan pondok pesantren pertama dikota Depok

untuk wilayah Pancoran Mas.

Tahun demi tahun pondok pesanten Al-Awwabin semakin berkembang.

Pada tahun 1987/1988 kembali membuka Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga

sampai pada tahun ajaran 1991/1992 telah sampai pada kelas IV MI. Asal usul

santri pondok pesantren berasal dari wilayah antara lain Jambi, Kalimantan,

Padang, Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi dan masyarakat sekitar pondok

pesantren itu sendiri.

Abuya KH. Abdurrahman Nawi bercita-cita ingin mengembangkan

pesantren dengan membuka pondok pesantren di berbagai tempat dengan

tujuan memelihara syiar Islam. Perkembangan selanjutnya, Abuya

mengembangkan dakwah beliau dengan mendirikan pondok pesantren yang

masih satu kota/wilayah Depok, yaitu di Jalan H. Sulaiman No. 12 desa Perigi,

Kelurahan Bedahan Kecamatan Sawangan, Depok. Awal sejarahnya bermula

ketika beliau ingin mendirikan pondok pesantren Al-Awwabin cabang II di

Page 73: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

59

daerah Sasak Panjang, Bojong Gede, Bogor (5 km dari Bedahan). Karena di

Sasak Panjang sudah ada pondok pesantren yang didirikan oleh H. Jaini,

akhirnya Abuya KH. Abdurrahman Nawi mencari tempat yang lain dengan

maksud melebarkan dakwah Islam. Setelah beliau mencari-cari lokasi,

akhirnya beliau mendapatkan lahan untuk membangun pondoknya di desa

Perigi, Kelurahan Bedahan Kecamatan Sawangan, Depok. Beliau

membebaskan tanah tersebut pada tahun 1989 seluas 1600 m2 dan kemudian

berkembang sampai sekarang manjadi seluas 2,5 ha.

Pada tahun 1989 pesantren Al-Awwabin mulai membangun sekolah dan

asrama. Untuk pembukaan tahun ajaran pertama pada tahun 1993 untuk tingkat

Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) juga mukim (bagi

para santri yang mukim). Pondok pesantren Al-Awwabin II cabang Bedahan,

diperuntukan bagi santriwati saja, dan pembangunan pesantren ini akan terus

dikembangkan. Harapan Abuya KH. Abdurrahman Nawi adalah semoga

pondok pesantren Al-Awwabin akan terus melebarkan sayapnya dengan

membuka pondok pesantren di berbagai tempat dan wilayah untuk memelihara

syiar Islam. Sejak saat itulah kegiatan kepesantrenan berjalan secara rutin.

Adapun kegiatan rutin di pesantren tersebut bertujuan untuk membentuk

pribadi santri yang memiliki kecakapan mental, spiritual dan intelektual.

Di samping itu juga kegiatan rutin tersebut membekali para santri dengan

beberapa keterampilan baik dalam bidang teknologi, keorganisaasian dan

ketangkasan dalam menyampaikan gagasan dimuka umum yang semuanya itu

dibutuhkan kelak ketika terjun kedalam masyarakat. Dimana dengan harapan

bagi santri dikemudian hari menjadi kader-kader dakwah di tengah-tengah

masyarakat yang melanjutkan tongkat estafet perjuangan dan peran Abuya

dalam syiar Islam.

2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi atau struktur kepengurusan di pondok pesantren Al-

Awwabin adalah sebagai berikut:

a. Pimpinan umum : Abuya KH. Abdurrahman Nawi

b. Wakil pimpinan umum : Ust. Drs. H. Ahmad Muchtar

Page 74: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

60

c. Sekretaris : Ustz. Hj. Zakiyah

d. Bendahara : Ustz. Hj. Busyroh

e. Pimpinan bidang pendidikan : Ust. Drs. H. Ahmad Muchtar

f. Pimpinan bidang pesantren I : Ust. Drs. H.Fatchurrahman, MA

g. Pimpinan bidang pesantren II : Ustz. Diana Rahman

Stuktur organisasi dan pengurusan pondok pesantren Al-Awwabin dari

dulu hingga sekarang tidak ada batas waktu penjabatan jadi tetap sama

pemegang jabatannya.

3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Al-Awwabin

a. Visi Pondok Pesantren Al-Awwabin

Visi dari pondok pesantren Al-Awwabin adalah menjadi pondok

pesantren progresif dan berkualitas dambaan umat pilihan masyarakat. Hal

ini dikarenakan pondok pesantren Al-Awwabin merupakan pondok

pesantren progresif dalam arti pondok pesantren yang berkelanjutan untuk

memberikan pola pendidikan agama maupun umum yang berlandaskan

IMTAQ (iman dan takwa).

b. Misi Pondok pesantren Al-Awwabin

Misi dari pondok pesantren Al-awwabin itu sendiri antara lain:

1) Pola pendidikan yang Islami.

2) Ikut memperoses dalam meningkatkan jumlah ragam spesialis

keilmuan, institut-institut sosial dan fungsional antar lain: penguasan

bahasa Arab, penguasan metode dakwah, penguasaan ilmu-ilmu

agama, penguasaan ilmu-ilmu sosial.

3) Menyiapkan generasi Islam yang bewawasanIPTEKberlandaskan

IMTAQ dan membentuk generasi Islam yang aktif, kreatif, dan

inovatif.

4) Menumbuh kembangkan semangat berprestasi baik dalam bidang

akademis maupun non-akademis.119

119 Profil Pondok Pesantren Al-Awwabin(Depok: Pondok Pesantren Al-Awwabin).

Page 75: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

61

C. Peran Abuya KH. Abdurrahman Nawi

Pengembangan masyarakat yang bermuara pada peningkatan tarap hidup

dan kesejahteraan masyarakat dengan pendekatan kebutuhan dan permasalahan

masyarakat sebagai subyek atau obyek, sedangkan kebutuhan masyarakat itu

selalu berkembang dan permasalahan masyarakat pun hampir tidak pernah absen

di semua lapisan masyarakat, baik secara moril mau pun materil.

Dengan adanya pesantren sebagai lembaga pendidikan dan lembaga sosial

keagamaan yang pengasuhnya juga menjadi pemimpin umat dan menjadi sumber

rujukan umat dalam memberikan legitimasi terhadap tindakan warganya, sudah

barang tentu mempunyai dasar pijakan yang bersifat keagamaan dalam melakukan

tindakannya, terutama jika itu dianggap ''baru" oleh masyarakatnya. Hal tersebut,

karena watak pimpinan keagamaan dan masyarakat pendukungnya yang fiqih

oriented selalu meletakkan kegiatan yang dilakukan dalam pola hitam-putih atau

salah-benar menuntut hukum Islam.120

Salah satu kegiatan yang dianggap baru menurut kalangan masyarakat

pesantren adalah pengembangan masyarakat, setidaknya kalau dilihat secara

kultural dari misi utama pesantren, serta porsi kegiatannya secara global, dalam

bidang pendidikan. Sedangkan pengembangan masyarakat, meskipun selama ini

sudah dilakukan, hanya bersifat sporadis. Kegiatan pengembangan masyarakat

belum dilakukan pesantren secara kelembagaan, di samping tanpa disertai visi

yang jelas, serta perangkat pendukungnya yang memadai.

Perbedaan watak antara pendidikan non formal (pesantren) dan formal

(sekolah) terlihat secara jelas. Diantara yang menonjol adalah Pesantren sebagai

lembaga tafaqquh fiddin, sebagai lembaga tarbiyah, sebagai lembaga sosial

sebagai gerakan kebudayaan.

Pesantren di samping merupakan lembaga pendidikan dan keilmuan, ia

sekaligus juga merupakan lembaga moral. Ilmu di pesantren mengacu pada

pembentukan moral dan akhlaq karimah. Seluruh proses belajar para santri

berpusat pada pengenalan, pengakuan, kesadaran, dan keagungan Allah SWT dan

120 Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqh Sosial, (Yogyakarta: LkiS, 2004), h. 350

Page 76: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

62

akhlaq karimah yang terkait secara dialektis, kohesif dan terus menerus dengan

seluruh mekanisme belajar para santri.

Peran Abuya di pondok pesantren Al-Awwabin Depok yang dapat dilihat

dalam dua bentuk, yang pertama adalah dalam bentuk kelembagaan dan yang

kedua adalah dalam bentuk ide serta gagasan beliau yang berkaitan dengan

pengembangan pendidikan Islam. Semua ini adalah bukti baku peran Abuya

dalam mengembangkan pendidikan Islam dan sebagai wadah untuk menyalurkan,

merealisasikan ide dan gagasan beliau yang akan dibahas dibawah ini serta

sebagai bukti kecerdasan beliau dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dalam

keseimbangan pendidikan, karena dua lembaga tersebut mempunyai perbedaan

yang amat jelas dan keduanya dibutuhkan oleh masyarakat.

1. Kelembagaan

Dalam kelembagaan ini Abuya menjadi seorang pendiri sekaligus

pimpinan umum di pondok pesantren Al-Awwabin Depok, dan dalam

mengembangkan pendidikan Islam ini Abuya telah mendirikan dua buah

lembaga pendidikan, yakni lembaga pendidikan formal (sekolah) maupun

lembaga pendidikan non formal (pondok).

a. Lembaga Pendidikan Formal

Jenjang pendidikan formal yang diadakan di pondok pesantren Al-

Awwabin I oleh Abuya mulai dari tingkat MI (Madsarah Ibtidaiyyah),

MTs (Madrasah Tsanawiyah), dan MA (Madrasah Aliyah). Berbeda

halnya dengan Al-Awwabin I, Al-Awwabin II selaku cabang hanya

menyediakan jenjang pendidikan dari tingkat MTs hingga MA.

Al-Awwabin I sebagai pusat bertempat di Jl. Raya Sawangan No. 21

Kecamatan Pancoran Mas, kota Depok, sedangkan Al-Awwabin II yang

merupakan cabang dari Al-Awwabin I bertempat di Jl. H. Sulaiman No.

12 Kecamatan Sawangan, kota Depok.

Berikut daftar siswa yang menuntut ilmu di pondok pesantren Al-

Awwabin:

Page 77: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

63

Tabel 4.1

Daftar Siswa pondok pesantren Al-Awwabin I Tahun 2016/2017

No. Kelas Jumlah Siswa

1. I 9

2. II 23

3. III 23

4. IV 12

5. V 25

6. VI 19

Jumlah Seluruh Siswa 109

No. Kelas Rombel Laki-laki Perempuan Jumlah

1. VII 2 23 35 58

2. VIII 2 27 22 49

3. IX 2 38 22 60

4. X 2 25 20 45

5. XI 2 24 28 52

6. XII 1 38

Jumlah Seluruh Siswa 302

Sumber: Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan pondok pesantren Al-Awwabin, 2016.

Pada tabel diatas terjadi perbedaan jumlah siswa antara kelas satu dengan kelas yang lainnya hal

ini terjadi karena mereka berada di dalam tingkatan kelas yang berbeda, dan mereka masuk ke

pondok pesantren Al-Awwabin untuk menuntut ilmu pada tahun ajaran yang berbeda pula. Untuk

kelas 1-6 diperuntukkan untuk tingkat MI, untuk kelas 7-9 diperuntukkan tingkat MTs, dan kelas

10-12 diperuntukkan untuk tingkat MA.

Page 78: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

64

Tabel 4.2

Daftar Siswa pondok pesantren Al-Awwabin II Tahun 2016/2017

No. Kelas Rombel Perempuan Jumlah

1. VII 1 27 27

2. VIII 1 25 25

3. IX 1 42 42

4. X 1 25 25

5. XI 1 25 25

6. XII 1 23 23

Jumlah Seluruh Siswa 167

Sumber: Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan pondok pesantren Al-Awwabin, 2016.

Pada tabel diatas terjadi perbedaan jumlah siswa antara kelas satu dengan kelas yang lainnya hal

ini terjadi karena mereka berada di dalam tingkatan kelas yang berbeda, dan mereka masuk ke

pondok pesantren Al-Awwabin untuk menuntut ilmu pada tahun ajaran yang berbeda pula.

Pemisahan kelas antara laki-laki dengan perempuan ini bertujuan

untuk pembelajaran kepada para murid agar mereka tidak berbicara atau

bercengkrama dengan lawan jenis yang bukan mahromnya, hal ini

dilakukan agar terbiasa sedari kecil untuk tidak memiliki kedekatan yang

lebih kepada lawan jenis yang bukan mahromnya (pacaran), dan agar

mereka lebih fokus dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh para

guru. Sedangkan di sekolah Al-Awwabin II hanya diprioritaskan untuk

perempuan saja.

Pada tahun 1999 MTs Al-Awwabin mendapat predikat

DISAMAKAN, kemudian pada tahun 2007 predikat ini pun berubah

menjadi Akreditasi B, dan terakhir pada tahun 2011 MTs Al-Awwabin

meraih predikat yang lebih baik yaitu Akreditasi A. Sedangkan untuk

tingkat MA yang sebelumnya berstatus DIAKUI pada tahun 2012

mendapat predikat Akreditasi A. Kurikulum yang digunakan oleh

Page 79: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

65

sekolah mengikuti kurikulum yang telah ditetapkan oleh

pemerintah,diantaranya adalah kurikulum KBK, KTSP dan K13.

Di sekolah ini selain disediakan untuk para murid yang bermukim

(santri), tetapi disediakan pula untuk mereka para murid yang pulang

pergi. Hal ini dilakukan dengan harapan agar murid yang pulang pergi

pun dapat mempelajari pelajaran agama Islam secara baik, dengan

diiringi materi pelajaran agama yang lengkap. Salah satu program

keislaman yang dimasukkan dalam mata pelajaran adalah ilmu nahwu.

Ilmu nahwu menjadi salah satu muatan lokal untuk setiap tingkatan kelas

baik MTs, maupun MA.

Sarana dan prasarana di sekolah ini sudah terbilang lengkap, seperti

adanya lab komputer, lab IPA, kantin, perpustakaan, tempat ibadah,

tempat olah raga, dan ruang OSIS. Ekstrakulikuler yang ditawarkan

sekolah pun cukup menarik minat para murid, seperti: drum band,

marawis, pramuka, muhadhoroh (pengkaderan muballigh), BTQ (baca

tulis qur‟an), bulu tangkis, basket, futsal, paskibra, dan kaligrafi. Hal ini

diadakan demi mengasah kreatifitas serta keaktifan murid dan juga

sebagai sarana untuk mencari bakat yang dimiliki para murid.121

b. Lembaga Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal yang dibentuk Abuya yakni dengan

mendirikan pondok pesantren Al-Awwabin yang beliau pimpin sendiri,

adapun kegiatan belajar mengajar yang beliau lakukan di pesantren ini

diselenggarakan setiap hari, kecuali pada waktu tertentu ketika kegiatan

belajar mengajar itu berada di luar kegiatan pesantren. Waktu-waktu

yang ditetapkan oleh Abuya dalam pelaksaan kegiatan belajar ini yakni

seusai sholat subuh dari pada pukul 05.30 sampai 06,15, dilanjutkan

sehabis sholat ashar pukul 16.15 sampai 17. 15 dan terakhir pada malam

hari pukul 19.00 sampai 20.15.

121 Abdul Syukur, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Wawancara Pribadi, 11

Oktober 2016.

Page 80: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

66

Untuk pendidikan pesantren Abuya mengklasifikasi kitab untuk para

santri sesuai dengan tingkat kemampuan dan kelas mereka. Adapun

pembagian tingkatan kelas ini Abuya mengadopsi sistem yang berada di

pendidikan formal yakni:

1) Tingkatan Ula (MI)

Untuk tingkat ini belum begitu banyak diberikan materi kitab

yang sulit, mengingat usia pada tingkatan ini masih terbilang usia

anak-anak yang masih ingin bermain. Dalam mensiasati hal

demikian Abuya lebih menekankan mereka untuk menghafal

tidak dengan memberikan pelajaran-pelajaran yang sulit untuk

mereka serap.Karena menurut Abuya usia seperti ini adalah usia

emas untuk menghafal pelajaran dengan harapan apa yang telah

mereka hafal pada tingkatan Ula ini terus mereka ingat hingga

mereka dewasa. Adapun daftar rincian pelajaran yang dipelajari

pada tingkatan Ula ini sebagai berikut:

Tabel 4.3

Daftar Rincian Mata Pelajaran Santri MI Tahun 2016/2017

Hari Waktu

Pagi Sore Malam

Senin Tahfidz Qur‟an Tahfidz Mahfuzhat Tahfidz Al-Qur‟an

Selasa Tahfidz Qur‟an Khot Fiqih

Rabu Tahfidz Qur‟an Tahfidz Mahfuzhat Ubudiyyah

Kamis Mahfuzhat Tahfidz Sharaf Yasin & Tahlil

Jumat Tauhid Tahfidz Mahfuzhat Al-Qur‟an

Sabtu Tahfidz Qur‟an Al-Qur‟an Muhadhoroh

Minggu Bhs. Arab Tahfidz Sharaf Tajwid

Sumber: Musyrif Tholabah (Pimpinan Bidang Pesantren) pondok pesantren Al-Awwabin, 2016.

Pada tabel diatas mata pelajaran yang menggunakan kata “Tahfidz” adalah pelajaran menghafal,

yaitu santri menghafal pelajaran tersebut dengan cara sistem setoran yang nantinya akan dicatat di

kitab mereka masing-masing dan diberi paraf oleh ustad yang mengajarkan mereka. Kemudian mata

Page 81: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

67

pelajaran yang tidak menggunakan kata “Tahfidz” selain mata pelajaran Yasin, Ratib dan

Muhadhoroh adalah pelajaran yang berisikan materi-materi yang diajarkan dan diterangkan oleh

ustad yang mengajarkan mereka, dengan metode Bandongan (Halaqoh) yaitu dimana ustad

membacakan dan menerangkan isi kitab tersebut, sedangkan santri mendengarkan dan mencatat

akan penjelasan yang dianggap perlu oleh mereka.

2) Tingkatan Wustho (MTs)

Pada tingkatan ini dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu

Fashlul Awwal (1 MTs), Fashlul Tsani (2 MTs), dan Fashlul

Tsalis (3 MTs). Mata pelajaran yang diajarkan pun berbeda sesuai

dengan tingkatan kelas mereka.

Pada Fashlul Awwal, sistem kitab yang diberikan masih

menggunakan kitab yang berharokat/bersyakal yang dibacakan

dan diartikan oleh para guru yang mengajar. Santri hanya

menyimak dan mencatat apa yang telah disampaikan guru serta

menghafal beberapa kitab yang menjadi dasar dalam

pengembangan kitab selanjutnya. Adapun daftar rincian pelajaran

yang dipelajari pada Fashlul Awwal ini sebagai berikut:

Tabel 4.4

Daftar Rincian Mata Pelajaran Santri 1 MTs Tahun 2016/2017

Hari Waktu

Pagi Sore Malam

Senin Tahfidz Nahwul Wadhi Tauhid & Akhlaq Tahfidz Qur‟an

Selasa Tahfidz nahwul Wadhi Mattan Safinah Tahfidz Mahfudzat

Rabu Nahwu Melayu Khulasoh Tahfidz Mahfudzat

Kamis Tahfidz Qur‟an Akhlaq Yasin & Ratib

Jumat Khot Bhs.arab Sharaf

Sabtu Bhs.arab Ubudiyah Muhadoroh

Minggu Mufrodat Qowaid Nahwiyah Tajwid

Sumber: Musyrif Tholabah (Pimpinan Bidang Pesantren) pondok pesantren Al-Awwabin, 2016.

Page 82: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

68

Pada tabel diatas mata pelajaran yang menggunakan kata “Tahfidz” adalah pelajaran menghafal,

yaitu santri menghafal pelajaran tersebut dengan cara sistem setoran yang nantinya akan dicatat di

kitab mereka masing-masing dan diberi paraf oleh ustad yang mengajarkan mereka. Kemudian mata

pelajaran yang tidak menggunakan kata “Tahfidz” selain mata pelajaran Yasin, Ratib dan

Muhadhoroh adalah pelajaran yang berisikan materi-materi yang diajarkan dan diterangkan oleh

ustad yang mengajarkan mereka, dengan metode Bandongan (Halaqoh) yaitu dimana ustad

membacakan dan menerangkan isi kitab tersebut, sedangkan santri mendengarkan dan mencatat

akan penjelasan yang dianggap perlu oleh mereka.

Kemudian pada Faslul Tsani, mulai dikenalkan pelajaran

kitab-kitab nahwu dan sharaf sebagai dasar tata cara membaca

kitab yang berbahasa Arab. Mengingat bahwa sumber ilmu Islam

berpacu kepada Al-qur‟an dan hadits yang tidak mungkin

dipahami kecuali dengan bekal kedua cabang ilmu tersebut.

Adapun daftar rincian pelajaran yang dipelajari pada Fashlul

Tsani ini sebagai berikut:

Tabel 4.5

Daftar Rincian Mata Pelajaran Santri 2 MTs Tahun 2016/2017

Sumber: Musyrif Tholabah (Pimpinan Bidang Pesantren) pondok pesantren Al-Awwabin, 2016.

Pada tabel diatas mata pelajaran yang menggunakan kata “Tahfidz” adalah pelajaran menghafal,

yaitu santri menghafal pelajaran tersebut dengan cara sistem setoran yang nantinya akan dicatat di

kitab mereka masing-masing dan diberi paraf oleh ustad yang mengajarkan mereka. Kemudian mata

pelajaran yang tidak menggunakan kata “Tahfidz” selain mata pelajaran Yasin, Ratib dan

Hari Waktu

Pagi Sore Malam

Senin Tahfidz Nahwul Wadhi Khulasoh Tahfidz Qur‟an

Selasa Tasrif Mahfudzat Sharaf

Rabu Tauhid & Akhlaq Nahwul Wadhi Qiroatul Qur‟an

Kamis Jurumiyah Mattan Safinah Yasin & Ratib

Jumat I‟rob Akhlak & Tauhid Bhs.arab

Sabtu Tahfidz mahufdzat Mattan Jurumiyyah Muhadoroh

Minggu Mufrodat Qowaid Nahwiyah Tajwid

Page 83: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

69

Muhadhoroh adalah pelajaran yang berisikan materi-materi yang diajarkan dan diterangkan oleh

ustad yang mengajarkan mereka, dengan metode Bandongan (Halaqoh) yaitu dimana ustad

membacakan dan menerangkan isi kitab tersebut, sedangkan santri mendengarkan dan mencatat

akan penjelasan yang dianggap perlu oleh mereka.

Selanjutnya pada tingkatan wusto yang terakhir yaitu Faslul

Tsalis, sudah mulai menggunakan sebagian kitab klasik tanpa

harokat. Kemudian pada saat proses pembelajarannya pun santri

sudah sedikit-sedikit menerapkan teori ilmu nahwu dan sharaf

yang mereka sudah pelajari dan mereka hafal di kelas

sebelumnya. Dengan cara memberi syakal sendiri pada kitab

mereka kemudian belajar menjelaskan hukum pada baris kalimat

menurut kaidah ilmu nahwu dan sharaf.

Adapun daftar rincian pelajaran yang dipelajari pada Fashlul

Tsalis ini sebagai berikut:

Tabel 4.6

Daftar Rincian Mata Pelajaran Santri 3 MTs Tahun 2016/2017

Hari Waktu

Pagi Sore Malam

Senin Tauhid &Akhlaq I‟rob & I‟lal Tahfidz Qur‟an

Selasa Nadzom Imriti Nahwul Wadhi Nahwul Wadhi

Rabu Muhktasor Jiddan Khulasoh Tahfidz Qur‟an

Kamis Tasrif Khat Yasin & Ratib

Jumat I‟lal & I‟rob Lughotu Takotub Tahfidz Nahwul Wadhi

Sabtu Kaylani & Tahfidz Imriti Safinah & Imriti Muhadoroh

Minggu Mufrodat Qowaid Nahwiyah Tajwid

Sumber: Musyrif Tholabah (Pimpinan Bidang Pesantren) pondok pesantren Al-Awwabin, 2016.

Pada tabel diatas mata pelajaran yang menggunakan kata “Tahfidz” adalah pelajaran menghafal,

yaitu santri menghafal pelajaran tersebut dengan cara sistem setoran yang nantinya akan dicatat di

kitab mereka masing-masing dan diberi paraf oleh ustad yang mengajarkan mereka. Kemudian

mata pelajaran yang tidak menggunakan kata “Tahfidz” selain mata pelajaran Yasin, Ratib dan

Muhadhoroh adalah pelajaran yang berisikan materi-materi yang diajarkan dan diterangkan oleh

Page 84: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

70

ustad yang mengajarkan mereka, dengan metode Bandongan (Halaqoh) yaitu dimana ustad

membacakan dan menerangkan isi kitab tersebut, sedangkan santri mendengarkan dan mencatat

akan penjelasan yang dianggap perlu oleh mereka.

3) Tingkatan Ulya (MA)

Pada tingkatan ini pun dibagi kedalam tiga kelas sama halnya

dengan tingkat Wusto, perbedaannya yaitu kelas pada tingkat ini

adalah kelas lanjutan dari tingkatan sebelumnya, yakni Fashlul

Robi‟ (1 MA), Fashlul Khomis (2 MA), dan Fashlul Sadis (3

MA). Jadi apabila ada santri yang baru masuk kelas 1 MA di

sekolah tidak bisa mengikuti pelajaran yang ada di kelas 1 MA

dalam pengajian. Akan tetapi diadakan tes terlebih dahulu demi

kesamarataan kompetensi yang dimiliki santri, jika memang santri

baru ini belum mempunyai bekal sama sekali, mereka pun wajib

mengikuti kelas dasar yaitu Fashlul Awwal.

Pada Fashlul Robi‟, proses pembelajarannya sudah banyak

menggunakan kitab tanpa harokat. Para santri pun diharapkan

sudah mampu mengetahui kaidah-kaidah ilmu nahwu dan sharaf

dalam membaca dan menterjemahkan kitab mereka.

Adapun daftar rincian pelajaran yang dipelajari pada Fashlul

Robi‟ ini sebagai berikut:

Tabel 4.7

Daftar Rincian Mata Pelajaran Santri 1 MA Tahun 2016/2017

Hari Waktu

Pagi Sore Malam

Senin I‟lal & I‟rob Kawakib Qiroah Arrasidah

Selasa Kaylani Nahwul Wadhi & Tijan Tahfidz Lubabul Hadits

Rabu Annasoih Mattan takrib Akhlaq

Kamis Muhktasar Jiddan Muhktasar Jiddan Yasin & Ratib

Jumat Tanqihul Qoul Khulasoh Khat

Sabtu Kaylani Tahfidz Jurumiyah Muhadoroh

Page 85: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

71

Minggu Mufrodat Qowaid Nahwiyah Tajwid

Sumber: Musyrif Tholabah (Pimpinan Bidang Pesantren) pondok pesantren Al-Awwabin, 2016.

Pada tabel diatas mata pelajaran yang menggunakan kata “Tahfidz” adalah pelajaran menghafal,

yaitu santri menghafal pelajaran tersebut dengan cara sistem setoran yang nantinya akan dicatat di

kitab mereka masing-masing dan diberi paraf oleh ustad yang mengajarkan mereka. Kemudian mata

pelajaran yang tidak menggunakan kata “Tahfidz” selain mata pelajaran Yasin, Ratib dan

Muhadhoroh adalah pelajaran yang berisikan materi-materi yang diajarkan dan diterangkan oleh

ustad yang mengajarkan mereka, dengan metode Bandongan (Halaqoh) yaitu dimana ustad

membacakan dan menerangkan isi kitab tersebut, sedangkan santri mendengarkan dan mencatat

akan penjelasan yang dianggap perlu oleh mereka.

Selanjutnya pada Fashlul Khomis dan Fashlul Sadis, kitab

yang digunakan sudah pengembangan dari kitab-kitab

sebelumnya serta mengkaji cabang ilmu yang tidak ada pada

kelas sebelumnya dengan maksud mengenalkan bukan

menguasai. Dengan bermodalkan pengetahuan ilmu alat yang

cukup mumpuni, maka tak begitu sulit bagi para santri Fashlul

Khomis dan Fashlul Sadis untuk menelaah ilmu yang berada di

dalam kitab yang mereka pelajari. Serta pada tahapan ini, santri

dapat belajar langsung dengan Abuya KH. Abdurrahman Nawi

sebagai guru besar pondok pesantren Al-Awwabin. Dengan cara

santri membaca kitab mereka secara mandiri yang dibimbing oleh

Abuya.

Adapun daftar rincian pelajaran yang dipelajari pada Fashlul

Khomis dan Fashlul Sadis ini sebagai berikut:

Tabel 4.8

Daftar Rincian Mata Pelajaran Santri 2 MA Tahun 2016/2017

Hari Waktu

Pagi Sore Malam

Senin Bulughul Maram Tijan Tahfidz Nahwul Wadhi

Selasa Qiroah Arrasidah Fathul Qorib Mudzakaroh

Page 86: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

72

Rabu Diniyah Mabadi Awwaliyah Nurul Yaqin

Kamis Fathul muin Tahfidz Qur‟an Yasin & Ratib

Jumat Tahfidz Al-fiyah Tafsir Khat

Sabtu Balagoh Tasrif Muhadoroh

Minggu At-tibbyan Qowaid Nahwiyah Tajwid

Sumber: Musyrif Tholabah (Pimpinan Bidang Pesantren) pondok pesantren Al-Awwabin, 2016.

Pada tabel diatas mata pelajaran yang menggunakan kata “Tahfidz” adalah pelajaran menghafal,

yaitu santri menghafal pelajaran tersebut dengan cara sistem setoran yang nantinya akan dicatat di

kitab mereka masing-masing dan diberi paraf oleh ustad yang mengajarkan mereka. Kemudian mata

pelajaran yang tidak menggunakan kata “Tahfidz” selain mata pelajaran Yasin, Ratib dan

Muhadhoroh adalah pelajaran yang berisikan materi-materi yang diajarkan dan diterangkan oleh

ustad yang mengajarkan mereka, dengan metode Bandongan (Halaqoh) yaitu dimana ustad

membacakan dan menerangkan isi kitab tersebut, sedangkan santri mendengarkan dan mencatat

akan penjelasan yang dianggap perlu oleh mereka.

Tabel 4.9

Daftar Rincian Mata Pelajaran Santri 3 MA Tahun 2016/2017

Hari Waktu

Pagi Sore Malam

Senin Bulugul Marom Mantiq Tahfidz Jurumiyyah

Selasa Minhatul Mugits Muhktasor Jiddan Tahfidz Al-fiyyah

Rabu Ta‟limu taallim Bulugul Marom Husunul Hamidiyah

Kamis Fathul Muin Tahfidz Qur‟an Yasin & Tahlil

Jumat Mabadi Awwaliyah Tafsir Khat

Sabtu Tasrif At-tibyan Muhadoroh

Minggu IlmuArud Qowaid Nahwiyah Al-Qur‟an

Sumber: Musyrif Tholabah (Pimpinan Bidang Pesantren) pondok pesantren Al-Awwabin, 2016.

Pada tabel diatas mata pelajaran yang menggunakan kata “Tahfidz” adalah pelajaran menghafal,

yaitu santri menghafal pelajaran tersebut dengan cara sistem setoran yang nantinya akan dicatat di

kitab mereka masing-masing dan diberi paraf oleh ustad yang mengajarkan mereka. Kemudian mata

pelajaran yang tidak menggunakan kata “Tahfidz” selain mata pelajaran Yasin, Ratib dan

Muhadhoroh adalah pelajaran yang berisikan materi-materi yang diajarkan dan diterangkan oleh

Page 87: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

73

ustad yang mengajarkan mereka, dengan metode Bandongan (Halaqoh) yaitu dimana ustad

membacakan dan menerangkan isi kitab tersebut, sedangkan santri mendengarkan dan mencatat

akan penjelasan yang dianggap perlu oleh mereka.

Daftar pelajaran diatas menunjukkan bahwasanya Abuya KH.

Abdurrahman Nawi memiliki peran yang penting dalam mengembangkan

pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok, dengan meletakan

pelajaran sesuai dengan porsi tingkat perkembangan dan kemampuan

para santri, hal ini dapat membantu dan memudahkan para santri dalam

mengetahui ilmu keislaman secara bertahap.122

2. Ide dan Gasasan

Dalam mengembangkan pendidikan Islam, tentunya diperlukan sebuah

visi dan misi yang melahirkan beberapa ide dan gagasan agar pendidikan

Islam semakin maju dan tujuan pendidikan Islam terealisasikan dengan baik.

Dengan adanya pola pengembangan tersebut, santri tidak hanya paham akan

ilmu agama, melainkan santri juga memiliki keterampilan yang apik.

Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan yang bernuansa Islami

karena para santri tidak hanya dituntut untuk mampu memainkan peran

mereka dalam dunia dakwah, melainkan santri juga mampu bertahan hidup di

dalam arus tuntutan zaman. Ide dan gagasan beliau tersebut adalah bukti

bahwa beliau menyadari bahwa pesantren adalah miniatur dari kehidupan

kecil bagi kehidupan bermasyarakat secara luas. Ide dan gagasan Abuya KH.

Abdurrahman Nawi dalam mengembangkan pendidikan Islam ini antara lain:

a. Membentuk Organisasi Santri

Yaitu dengan membentuk organisasi santri seperti IKSAD dan

OPPTA. IKSAD (Ikatan Santri Al-Awwabin Depok) dan OPPTA

(Organisasi Perempuan Pesantren Terpadu Al-Awwabin) ini dibentuk

pada tahun 1993 dengan tujuan untuk melatih para santri dalam

bersosialisasi, kerjasama antara satu dengan yang lainnya dan melatih

mereka dalam menyelesaikan masalah. Adapun Visi dan Misinya adalah

122 Fathurrahman, Musyrif Tholabah (Pimpinan Bidang Pesantren), Wawancara Pribadi, 01

Oktober 2016.

Page 88: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

74

sebagai organisasi yang berorientasi pada pemberdayaan potensi, bakat,

dan minat santri Al-Awwabin, sehingga pada gilirannya mampu

melahirkan kontribusi berarti bagi pengembangan dan kemajuan pondok

pesantren pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Berikut

merupakan struktural organisasi IKSAD dan OPPTA:

IKSAD Masa Abdi 2016-2017

Ketua : Muhammad Adam Kholid

Wakil Ketua : Ahmad Hudzaifi Adnan

Sekretaris : Nur Akbaruddin Aziz

Bendahara : Muhammad Maula Rahman

Seksi Pendidikan : Erri Luthfi T.W

Seksi Dakwah : M. Wildan Hadziq

Seksi Kesenian : M. Dimas Sholahuddin

Seksi Kesehatan : Wisnu Hariyadi

Seksi Keamanan : Syukri Ramadhani

Seksi Humas& Keperpustakaan : Miftah Sururi

Seksi Ubudiyah : Subhan Muyassir

Seksi Kebersihan : Ujang Afan Maulana

Seksi Olahraga : Ghazy Muhammad Syamil

OPPTA Masa Abdi 2016-2017

Ketua : Rizka Amelia

Wakil Ketua : Annisa Trimelinda

Sekretaris : Siti Sarah Chairunnida

Bendahara : Nur Khofifah

Seksi Pendidikan : Sahlatul Ula

Seksi Dakwah : Qhotrun Nada

Seksi Keamanan : Tsubaitul Fitria

Seksi Olahraga : Karimah Vie H

Seksi Humas : Catur Amelia K

Seksi Ubudiyah : Khoirunnisa

Page 89: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

75

Seksi Kebersihan : Nurul Apriyani

Sedangkan untuk para alumni Abuya pun membentuk organisasi

yang diberi nama IKAAD. IKAAD (Ikatan Alumni Al-Awwabin Depok)

ini didirikan pada tahun 2003 dengan tujuan sebagai wadah untuk

menjalin interaksi lintas generasi dan silaturahmi alumni pesantren Al-

Awwabin, hal ini dilakukan untuk memperkuat hubungan antara murid

dan guru. Adapun struktural organisasi IKAAD sebagai berikut:

IKAAD Masa Abdi 2014-2017

Ketua : Ust. Zulcham Mushlihun, S.S.I

Wakil Ketua : Ust. Abdurrahman, S.pd

Sekretaris : Ahmad Munir, S.Sy

: Yuda Narito

Bendahara : Faizah Salsabila

: Qurrotul Uyun

Divisi Kaderisasi : M. Haidir Al-karomi

Divisi Litbang dan Intelektual : Zaim Najibuddin Rahman

Divisi Humas : Agus Khairuddin, S.Ag

Divisi Ekonomi : Lukman Hakim

Divisi Pengembangan Minat,

Bakat & Hobi Alumni : Charry Dwi Manfaat

Program-program IKAAD yang telah diadakan pun cukup menarik

perhatian alumni khususnya dan masyarakat luas secara umum,

diantaranya seperti: mengadakan pengajian alumni mingguan yang

dipimpin oleh musyrif (lurah pondok) KH. Fathurrahman, MA.,

mengadakan penngajian bulanan alumni yang dipimpin langsung oleh

Abuya KH. Abdurrahman Nawi serta guru-guru yang lain, mengadakan

acara tahunan yang dilakukan secara rutin yaitu santunan yatim dan

muharroman untuk para santri, mengadakan pelatihan perhitungan awal

bulan hijriah serta pengijazahan hadits musalsal yang di pimpin oleh

Prof. Dr. Yusuf Hidayat, MA. Hal ini bertujuan untuk mewadahi para

Page 90: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

76

alumni khususnya dan masyarakat luas secara umum untuk meneruskan

pendidikan agama dan mempertahankan akidah ahlussunnah wal jamaah

yang sangat dijunjung oleh beliau.123

b. Mendirikan Saluran Radio Islam

Abuya tidak menutup mata melihat perkembangan teknologi yang

mempengaruhi pergerakan masyarakat dalam menimba ilmu agama yang

sudah berbeda pada era globalisasi seperti sekarang ini maka beliau

berkeinginan untuk mensyiarkan agama Islam lebih jauh lagi dengan

membangun sebuah saluran radio, mengingat saluran radio ini bisa

diakses oleh siapapun dan kapanpun orang mau. Saluran radio ini

merupakan bentuk usaha yang dilakukan Abuya untuk memperluas serta

memperkembangkan pendidikan Islam sampai ke masyarakat.

Saluran radio ini diberi nama RIDA FM (Radio Islamic Dakwah Al-

Awwabin) dengan gelombang 98,5 FM sebagai sarana penyiaran dakwah

Islam. Rida ini dibangun pada tanggal 9 Agustus 2007, Kata rida diambil

dari bahasa Arab yang berarti, “selendang”. Selendang ini memiliki

beberapa fungsi diantara mampu menutupi serta melindungi tubuh kita

ketika kondisi panas maupun hujan, dan mampu memperindah diri kita

dalam berbusana. Begitu pun yang diharapkan oleh Abuya, semoga

RIDA FM menjadi benteng akidah yang mampu membekali dan

menangkal paham-paham yang melenceng untuk umat Islam.

Di dalam membangun RIDA ini, niat Abuya murni untuk

menyebarkan agama Islam lebih jauh lagi sehingga mereka yang berada

diplosok pun mampu mengkaji tentang agama Islam lewat saluran radio.

Hal ini dibuktikan dengan tiadanya iklan komersil yang diselipkan di

radio ini, yang ada hanya pengajian santri yang di pimpin langsung oleh

Abuya dan guru-guru lainnya, lagu-lagu Islami, dan ceramah-ceramah

agama yang mampu mengejukkan hati.

Adanya saluran radio ini pun dapat dimanfaatkan untuk melatih

kemampuan para santri dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan

123 Zulcham Mushlihun, Pembina IKSAD, Wawancara Pribadi, 21 Oktober 2016.

Page 91: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

77

baik kepada orang lain agar mereka terbiasa menggunakan tata bahasa

yang sopan dan teratur serta memberikan pengalaman kepada para santri

tentang dunia penyiaran.

Respon masyarakat pun sangat baik mengingat sudah sangat sedikit

media yang mensyiarkan agama Islam dengan seutuhnya pada saat ini.

Program-program yang diadakan RIDA ini mampu mencuri hati para

penikmatnya, seperti: jumpa fans RIDA yang diadakan tiap bulan,

silaturahmi rutin kerumah Abuya KH. Abdurrahman Nawi, ziarah ke

para wali nusantara, serta pengajian subuh gabungan.124

c. Mengasah Bakat Santri

Dalam mengasah bakat para santri ini, Abuya memfasilitasinya

dengan mengadakan kesenian marawis, hadroh, qosidah rebana, tari

saman, seni kaligrafi, dan tahsin Al-qur‟an. Manfaat dari pengasahan

bakat ini adalah agar santri memiliki ragam kesibukan, tentu kesibukan

yang dimaksud disini adalah agar santri memiliki ragam kegiatan yang

bermanfaat, mengingat banyaknya kenakalan yang dilakukan remaja

serta bosannya mereka dalam belajar menjadi salah satu penyebabnya

adalah kurang terkontrolnya waktu luang mereka sehingga mereka

memanfaatkan waktu luang tersebut untuk kegiatan yang kurang

bermanfaat.

Berbeda dengan program kegiatan-kegiatan yang lain, program

kegiatan tahsin Al-qur‟an terbilang program baru. Program ini pertama

kali diadakan pada tahun 2011 dan masih terlaksana hingga sekarang.

Hal ini diadakan untuk membekali santri dengan bacaan Al-qur‟an yang

bagus sehingga seminimal-minimalnya mereka mampu mengajarkan Al-

qur‟an bahkan mampu mendirikan semacam TPA. Selain itu agar

membiasakan para santri untuk membaca Al-qur‟an dengan tajwid dan

makharijul huruf yang benar. Sebagaimana sesuai dengan firman Allah

SWT:

124 Abdul Rasid, Anak Abuya & Kepala Penyiar RIDA FM, Wawancara Pribadi, 06 Oktober

2016.

Page 92: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

78

(٤)امل زم ل:لي ت ر ت آن ر ق ال ل ت ر و

Artinya: “Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan”. (Q.S.

Al-Muzammil:4)

Pengasahan bakat ini perlu digali agar santri mampu

mengembangkan potensi yang mereka miliki. Usaha lain yang dilakukan

Abuya dalam pengasahan bakat ini adalah mengikut sertakan para santri

dalam berbagai macam lomba. Salah satunya adalah lomba festival

marawis, terbukti para santri pun mampu menjuarai lomba ini

diantaranya:

1) Juara 1 marawis se-JABODETABEK, pondok pesantren Qotrun

Nada pada tahun 2008.

2) Juara 1 marawis tingkat umum se-Jakarta Selatan, yayasan Islam

Annuriyah pada tahun 2006.

3) Juara 1 marawis ABBAD 06, ikatan jurusan bahasa Arab, FIB

Universitas Indonesia.

4) Juara 1 marawis se-windu, pondok pesantren Qotrun Nada, pada

tahun 1425 H.

5) Juara 1 marawis pekan raya bahasa dan seni Arab, BEM J PBA

FITK UIN Jakarta, pada tahun 2006.

6) Juara 1 festival marawis gebyar muharrom, pondok pesantren Al-

Hidayah pada tahun 2005.

7) Juara 1 marawis pekan muharrom 1428 H, PHBI dan Sie. bidang

sosial yayasan masjid Ar-rahman Depok 2007.

8) Juara 1 festival marawis, WAPRES RI CUP VI dan Fauzi Bowo

CUP pekan nasional, pada tahun 2006.

9) Juara 2 festival marawis pondok pesantren Al-Karimiyah Depok,

pada tahun 2006.

10) Juara 1 festival marawis se-JABODETABEK di Blok M, pada

tahun 2009.

Page 93: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

79

Manfaat dari mengikut sertakan para santri adalah untuk memotivasi

dan memberikan semangat berkompetisi yang sesuai dengan nilai-nilai

Islam. Hal ini menunjukkan bahwa peran Abuya dalam mengasah serta

mengembangkan bakat keterampilan santri amatlah baik, karena Islam

tidak hanya mengajarkan tentang agama saja, tetapi juga tentang seni dan

keterampilan.125

d. Menekankan Pemahaman Kitab Kuning

Dalam menekankan pemahaman kitab kuning Abuya memfasilitasi

para santri dengan mengintruksikan kepada para guru serta pengabdi

untuk memberikan jam tambahan. Jam tambahan yang dimaksud adalah

memberikan pengajian diluar jadwal pengajian yang sudah terjadwalkan

untuk kelas masing-masing.

Kitab yang digunakan dalam pengajian tambahan ini pun sesuai

dengan kemauan dan kebutuhan para santri. Jadi santri secara kolektif

membagi kelompok masing-masing untuk memilih kitab yang mereka

inginkan. Hal ini didasari karena melihat bahwa ilmu pengetahuan yang

dimiliki oleh seseorang tidak dapat berkembang kecuali dengan

mengulang-ngulang (muroja‟ah) dan mendiskusikannya kembali

(muthola‟ah).

Berkenaan dengan hal tersebut Abuya sering kali memberikan

motivasi kepada santri dengan mengutip perkataan ulama yaitu:

أ ل ف ،السب ق ح ر ف ر ار الت ك

Artinya: “Belajar satu kali, mengulang-ngulang seribu kali”.

Bukan hanya dengan memberikan pengajian tambahan, penekanan

akan pemahaman kitab pun dilakukan dengan cara mewajibkan para

santri menghafal beberapa kitab tertentu yang telah dipilih oleh Abuya,

diantara:

125 Ahmad Hafidz Kamil, Guru Pesantren Al-Awwabin Depok, Wawancara Pribadi, 16

Oktober 2016.

Page 94: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

80

1) Fashlul Awwal:

a) Menghafal 60 kaidah nahwu dalam kitab Nahwul Wadhih

b) Menghafal 100 hadits dalam kitab Mahfuzhat

c) Menghafal surah-surah yang berada pada juz 30 Al-qur‟an

2) Fashlul Tsani:

a) Menghafal 90 kaidah nahwu dalam kitab Nahwul Wadhih

b) Menghafal 150 hadits dalam kitab Mahfuzhat

c) Menghafal 7 bab dalam kitab matan jurumiyah

d) Menghafal surah-surah yang berada pada juz 29 Al-qur‟an

3) Fashlul Tsalis:

a) Menghafal 150 kaidah nahwu dalam kitab Nahwul Wadhih

b) Menghafal 200 hadits dalam kitab Mahfuzhat

c) Menghafal 14 bab dalam kitab matan jurumiyah

d) Menghafal surah Yasin, Al-waqi‟ah, Ar-rahman dan Al-jumu‟ah

e) Menghafal100 bait nahwu dalam kitab Nazhom Imriti

4) Fahlul Robi‟

a) Menghafal 181 kaidah nahwu dalam kitab Nahwul Wadhih

b) Menghafal20 bab hadits dalam kitab Tanqihul Qoul

c) Menghafal 21 bab dalam kitab matan jurumiyah

d) Menghafal seluruh bait nahwu dalam kitab Nazhom Imriti

5) Fahlul Khomis

a) Menghafal 200 bait nahwu dalam kitab Nazhom Alfiyyah

b) Menghafal 40 bab hadits dalam kitab Tanqihul Qoul

c) Menghafal seluruh bait nahwu dalam kitab Nazhom Aqidatul

Awwam

6) Fahlul Sadis

a) Menghafal 400 bait nahwu dalam kitab Nazhom Alfiyyah

b) Menghafal 40 hadits dalam kitab Arbain Nawawi

Semua ini dilakukan karena Abuya melihat sudah minimnya orang-

orang yang mau mengkaji secara mendalam maupun menghafal keilmuan

Islam yang dapat menjadi bekal hidup mereka dan banyaknya para ulama

Page 95: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

81

yang telah meninggal dunia, sehingga penyebaran agama Islam tidak

seperti dahulu kala.126

e. Mengadakan Pelatihan Muballigh (Muhadhoroh)

Pada pelatihan ini, santri diajarkan teknik bagaimana cara mengatur

pola bahasa, gestur tubuh serta cara berpaikan ketika ingin berpidato

maupun ketika ingin memberikan mauizhoh hasanah (nasihat), di sebuah

podium maupun di tempat majlis ilmu.

Pelatihan muballigh ini pun memiliki tujuan agar ilmu-ilmu yang

telah di dapat oleh para santri mampu dikembangkan dan disampaikan

dengan baik kepada masyarakat.Jika dalam berpidato memiliki tujuan

untuk memberitahukan sesuatu kepada para pendengar, maka pembicara

mengharapkan para pendengar paham dan mengerti apa yang telah

disampaikan oleh pembicara. Pidato dengan tujuan seperti ini harus lebih

mengutaman isi pidato yang disampaikan. Jadi, naskah pidato harus

benar-benar dipersiapkan secara matang agar setelah selesai pidato para

pendengar memahami dan mengerti makna hal yang telah dijelaskan.

Adapun pelaksanaanya diadakan secara rutin setiap minggu

sebanyak satu kali yakni pada malam minggu dengan menggunakan tiga

bahasa yaitu bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Indonesia.

Metode yang diajarkan pada pelatihan muballigh ini dengan

mengelompokkan para santri yang diketuai oleh santri Fashlul Khomis

dan dibimbing oleh para pengabdi pondok. Hal ini bertujuan untuk

memberikan pembelajaran kepada santri yang sudah terbilang senior

dalam mengatur dan memberikan materi yang telah mereka dapatkan

selama menimba ilmu di pondok pesantren Al-Awwabin sesuai dengan

tema yang telah ditentukan oleh pembina muhadhoroh.

Melalui kegiatan muhadhoroh ini para santri dilatih untuk berbicara

menyampaikan ceramah di depan teman-temann1ya yang lain secara

bergantian lanyaknya seorang dai yang sedang berdakwah.Sebelumnya

mereka telah dibekali teknik-teknik berdakwah dan menyampaikan

126 Ahmad Hafidz Kamil, Ibid.,

Page 96: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

82

pesan-pesan dakwah tersebut dengan maksud agar mereka memiliki

keberaniaan untuk berbicara didepan umum (public speaking). 127

f. Membuat Rapor dan Ijazah Pesantren

Peran terakhir Abuya yang dapat dipaparkan oleh penulis adalah

membuat rapor dan ijazah pesantren. Bermula dari keinginan Abuya

untuk memiliki alat dalam mengukur kemampuan dan untuk

meningkatkan kualitas para santri, maka diadakanlah ujian pesantren

yang dikenal dengan sebutan Imtihan.

Sistem Imtihan ini diadopsi dari sistem yang berada di sekolah

formal pada umumnya yaitu dengan mengadakan ujian dalam setahun

dua kali (semester ganjil dan genap). Begitupun dengan Imtihan diadakan

dua kali dalam setahun yang diberi nama Imtihan Nishfu Sanah dan

Imtihan Nihai.

Imtihan ini pertama kali diadakan pada tahun 1999 sekaligus

pertama kalinya Abuya mengadakan rapor pesantren. Karena menurut

Abuya kemampuan dan hasil kerja para santri dalam menuntut ilmu perlu

diapresiasi.Berbeda halnya dengan rapor sekolah, rapor pesantren ini

sama sekali murni berisikan tentang mata pelajaran agama yang mereka

pelajari dalam satu semester tidak ada pelajaran umum didalamnya. Dari

rapor ini para wali murid dapat mengetahui sejauh mana prestasi yang

telah diraih oleh anak mereka.

Pada tahun setelahnya barulah diadakan ijazah pesantren. Ijazah

pesantren ini diadakan sebagai bukti kelulusan yang diterima para santri

secara sah di pondok pesantren Al-Awwabin, dan pada tahun ini pula

pertama kalinya diadakan prosesi wisuda. Wisuda sendiri diadakan

sebagai suatu proses pelantikan kelulusan santri yang telah menempuh

masa belajar selama di pondok pesantren Al-Awwabin.128

127 Fathurrahman, Musyrif Tholabah (Pimpinan Bidang Pesantren), Wawancara Pribadi, 01

Oktober 2016.

128

Ibid.,

Page 97: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

83

Semua peranan ini adalah bukti perjuangan Abuya dalam mengembangkan

pendidikan Islam serta untuk memajukan pondok pesantren Al-Awwabin itu

sendiri. dengan berbekal pelatihan muballigh, berorganisasi, kesenian Islam,

pemahan kitab yang cukup mumpuni para santri diharapkan mampu menjadi

contoh yang baik ketika mereka berada di lingkungan masyarakat mereka nanti,

serta dibarengi bekal pendidikan teknologi yang cukup memadai para santri pun

diharapkan mampu menjadi sosok figur yang tidak ketinggalan oleh era

globalisasi.

Hal ini yang sedang dijalankan serta digalakkan oleh Abuya KH.

Abdurrahman Nawi sehingga pondok pesantren Al-Awwabin dapat berkembang

dari kondisi yang tidak memiliki apa-apa, menjadi pesantren yang terbilang besar

karena mempunyai dua buah cabang dan sebuah saluran radio sendiri. Tidak

hanya sampai disini Abuya pun terus berusaha memberikan pengajaran yang

intensif kepada para santri demi mempertahankan akidah ahlussunnah wal jamaah

yang telah beliau dapatkan dari guru-gurunya.

Abuya pun menginginkan dengan adanya pondok pesantren Al-Awwabin

Abuya memiliki harapan yang amad besar yaitu semoga Al-Awwabin menjadi

salah satu pesantren yang mampu mempruduksi ulama maupun orang-orang yang

taat kepada syariat Allah dan rasul-Nya, dan menjadi salah satu amal baik disisi

Allah.

Page 98: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

84

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari seluruh uraian yang telah di bahas pada bab sebelumnya, maka dalam

bab ini penulis akan menarik kesimpulan secara umum tentang “Peran Abuya KH.

Abdurrahman Nawi Dalam Mengembangkan Pendidikan Islam Di Pondok

Pesantren Al-Awwabin Depok” yang telah penulis teliti. Adapun kesimpulannya,

sebagai berikut:

1. Peran Abuya KH. Abdurrahman Nawi adalah membangun lembaga

pendidikan Islamdan menjadi seorang inovator dalam memberikan ide serta

gagasan yang dapat diterapkan di pondok pesantren Al-Awwabin Depok.

2. Dalam membangun lembaga pendidikan Islam beliau membangun pendidikan

formal (sekolah) dan non formal (pondok). Adanya lembaga pendidikan

formal dan non formal ini dimaksudkan agar peserta didik tidak hanya cerdas

dalam sisi keagamaan, namun peserta didik pun cerdas dalam ilmu umum dan

teknologi yang sedang berkembang sekarang ini. Sedangkan dalam hal ide

dan gagasan, beliau melakukan beberapa inovasi seperti: membentuk

organisasi santri, mendirikan saluran radio Islam, mengasah bakat santri,

menekankan pemahaman kitab kuning, mengadakan pelatihan muballigh

(muhadhoroh) serta, membuat rapor dan ijazah pesantren. Semua ini beliau

terapkan di pondok pesantren Al-Awwabin bertujuan agar para santri dapat

berkembang menjadi sosok multi talenta yang berakhlakul karimah, sehingga

ketika mereka terjun ke masyarakat nanti mereka tidak canggung dan mampu

membimbing masyarakat agar selalu berada di jalan syariat agama Islam.

B. Saran

Setelah penulis menguraikan hal-hal tentang Peran Abuya KH. Abdurrahman

Nawi Dalam Mengembangkan Pendidikan Islam Di Pondok Pesantren Al-

Page 99: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

85

Awwabin Depok. Maka, saran yang dapat penulis kemukakan agar sekiranya bisa

bermanfaat, antara lain sebagai berikut:

1. Pondok pesantren Al-Awwabin diharapkan agar selalu konsisten dalam

meningkatkan kualitas para santri serta meningkatkan sarana dan pra sarana

yang lebih baik, mengingat Abuya merupakan ulama sepuh yang sudah tidak

banyak berkiprah dalam mengembangkan pondok pesantren seperti dahulu

kala.

2. Kepada para santri untuk selalu mendengarkan nasihat para guru yang telah

mengajarkan kalian,khususnya Abuya, karena seberapa banyak pun ilmu

yang didapatkan, apabila tidak mau mengikuti nasihat dan petuah guru, ilmu

diraih itu tidak akan menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi ilmu yang

barokah.

Page 100: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

86

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosehan & Andi Bahruddin Malik (eds), Peran dan Fungsi Ulama

Pendidikan, Jakarta: Proyek Pengkajian dan Pengembangan Lektur

Pendidikan Agama, 2003.

Arief, Armai, Reformulasi Pendidikan Islam, Jakarta: CRDS Press, 2005.

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994.

Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di

Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014.

Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,

Jakarta: LP3ES, 1984.

Efendi, Nur, Menejemen Perubahan di Pondok Pesantren, Yogyakarta: Teras,

2014.

Ekosusilo, Mudyo, Dasar-dasar Pendidikan, Semarang, Effahar, 1990.

Fathurrahman, Musyrif Tholabah (Pimpinan Bidang Pesantren), Wawancara

Pribadi, 01 Oktober 2016.

Ghazali, M. Bahri, Pesantren Berwawasan Lingkungan, Jakarta: CV. Prasasti,

2002.

Hafidhuddin, Didin, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani Press, 1998.

Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 1996.

HM, Afif & Haidlor Ali Ahmad (eds), Bunga Rampai Pendidikan Agama dan

Keagamaan, Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2005.

Jalaluddin& Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 1996.

Juwaini, Jazuli, Revitalisasi Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bening Citrakreasi

Indonesia, 2011.

Page 101: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

87

Kamil,Ahmad Hafidz, Guru Pesantren Al-Awwabin Depok, Wawancara Pribadi,

16 Oktober 2016.

Kawiyan (ed), Berdakwah Tanpa Kenal Lelah, Biografi KH. Abdurrahman Nawi.

Khaeroni, Peran Sosial Santri dan Abangan, Jakarta: Penamadani, 2007.

Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-husna,

1988.

Mahfudh, Sahal,Nuansa Fiqh Sosial, Yogyakarta: LkiS, 2004.

Mahmud, Model-model Pembelajaran di Pesantren, Ciputat: Media Nusantara,

2006.

M. Basyuni, Muhammad, Revitalisasi Spirit Pesantren;Gagasan, Kiprah, dan

Refleksi, Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat

Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2006.

Minarti, Sri, Ilmu Pendidikan Islam Fakta Teoriti-Filosofis & Aplikatif-Normatif,

Jakarta: Amzah, 2013.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2010.

Mu‟in, Fatchul, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik & Praktik, Jogjakarta:

Ar-ruzz Media, 2011.

Munawwaroh & Tanenji, Djunaidatul, Filsafat Pendidikan Islam, Ciputat: UIN

Jakarta Press, 2003.

Mushlihun, Zulcham, Pembina IKSAD, Wawancara Pribadi, 21 Oktober 2016.

Nafi‟, M. Dian, dkk., Praksis Pembelajaran Pesantren,. Yogyakarta: PT. LkiS

Pelangi Aksara, 2007.

Nasution, Teknologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1994.

Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Syarif Hidayatullah Jakarta 2015.

Page 102: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

88

Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2011.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Qomar, Mujamil, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga, 2008.

......., Menggagas Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2015.

Rasid, Abdul, Anak Abuya & Kepala Penyiar RIDA FM, Wawancara Pribadi, 06

Oktober 2016.

Sabri, M. Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005.

Sagala, Syaful, Etika dan Moralitas Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenadamedia

Group, 2013.

Said Aqiel Siradj, dkk., Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan

Transformasi Pesantren, Bandung: Pustaka Hidayah, 1999.

Sarwono, Sarlito Wirawan, Teori-teori Psikologi Sosial, Jakarta: CV. Rajawali,

1984.

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2006.

Soyomukti, Nurani, Teori-teori Pendidikan, Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2010.

Suharto, Toto, Filsafat Pendidikan Islam Menguatkan Epistimologi Islam dalam

Pendidikan, Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2014.

Sutrisno & Muhyidin Albarobis, Pendidikan Islam Berbasis Problem Sosial,

Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012.

Suwartono, Dasar-dasar Metodologi Peneltian, Yogyakarta: ANDI, 2014.

Syukur, Abdul, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Wawancara Pribadi,

11 Oktober 2016.

Page 103: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

89

Taneko, Soleman B., Struktur dan Proses Sosial, Suatu Pengantar Sosiologi

Pembangunan, Jakarta: Rajawali, 1990.

Tatang, Ilmu Pendidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012.

Thoha, Zainal Arifin, Runtuhnya Singgasana Kiai. Yogyakarta: KUTUB, 2003.

Tim Penulis Rumah Kitab, Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren,

Jakarta: Renebook, 2014.

Umar, Nasaruddin, Rethingking Pesantren, Jakarta: PT Elex Media Komputindo,

2014.

Wahjosumijo, Kepemimpinan Kepada Sekolah, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2007.

Yusuf, Muri, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian

Gabungan, Jakarta: Prenadamedia, 2014.

Zuchdi, Darmiyati, Humanisasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.

Page 104: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

Lampiran I

Pedoman Wawancara

Nama : Drs. KH. Fathurrahman, MA

Jabatan : Musyrif Tholabah (Pimpinan Bidang Pesantren)

Tempat Wawancara : Masjid Al-Awwabin

Tanggal Wawancara : 01 Oktober 2016

1. Pada waktu kapan saja kegiatan belajar di pesantren dilaksanakan?

Waktu-waktu yang ditetapkan oleh Abuya dalam pelaksaan kegiatan

belajar ini yakni seusai sholat subuh dari pada pukul 05.30 sampai 06,15,

dilanjutkan sehabis sholat ashar pukul 16.15 sampai 17. 15 dan terakhir

pada malam hari pukul 19.00 sampai 20.15.

2. Mata pelajaran apa saja yang telah dipelajari para santri?

Untuk tingkat Ula (MI)

Hari Waktu

Pagi Sore Malam

Senin Tahfidz Qur‟an Mahfuzhat Al-Qur‟an

Selasa Tahfidz Qur‟an Khot Fiqih

Rabu Tahfidz Qur‟an Mahfuzhat Ubudiyyah

Kamis Mahfuzhat Shorof Yasin & Tahlil

Jumat Tauhid Mahfuzhat Al-Qur‟an

Sabtu Tahfidz Qur‟an Al-Qur‟an Muhadhoroh

Minggu Bhs. Arab Shorof Tajwid

Page 105: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

Untuk tingkat Wustho (Mts)

- 1 MTs

Hari Waktu

Pagi Sore Malam

Senin Tahfidz Nahwul Wadhi Tauhid & Akhlaq Tahfidz Qur‟an

Selasa Tahfidz nahwul Wadhi Mattan Safinah Tahfidz Mahfudzat

Rabu Nahwu Melayu Khulasoh Tahfidz Mahfudzat

Kamis Tahfidz Qur‟an Akhlaq Yasin & Ratib

Jumat Khot Bhs.arab Shorof

Sabtu Bhs.arab Ubudiyah Muhadoroh

Minggu Mufrodat Qowaid Nahwiyah Tajwid

- 2 Mts

- 3 MTs

Hari Waktu

Pagi Sore Malam

Senin Tauhid &Akhlaq I‟rob & I‟lal Tahfidz Qur‟an

Selasa Nadzom Imriti Nahwul Wadhi Nahwul Wadhi

Hari Waktu

Pagi Sore Malam

Senin Tahfidz Nahwul Wadhi Khulasoh Tahfidz Qur‟an

Selasa Tasrif Mahfudzat Shorof

Rabu Tauhid & Akhlaq Nahwul Wadhi Qiroatul Qur‟an

Kamis Jurumiyah Mattan Safinah Yasin & Ratib

Jumat I‟rob Akhlak & Tauhid Bhs.arab

Sabtu Tahfidz mahufdzat Mattan Jurumiyyah Muhadoroh

Minggu Mufrodat Qowaid Nahwiyah Tajwid

Page 106: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

Rabu Muhktasor Jiddan Khulasoh Tahfidz Qur‟an

Kamis Tasrif Khat Yasin & Ratib

Jumat I‟lal & I‟rob Lughotu Takotub Tahfidz Nahwul Wadhi

Sabtu Kaylani & Tahfidz Imriti Safinah & Imriti Muhadoroh

Minggu Mufrodat Qowaid Nahwiyah Tajwid

Untuk tingkat Ulya (MA)

- 1 MA

Hari Waktu

Pagi Sore Malam

Senin I‟lal & I‟rob Kawakib Qiroah Arrasidah

Selasa Kaylani Nahwul Wadhi & Tijan Tahfidz Lubabul Hadits

Rabu Annasoih Mattan takrib Akhlaq

Kamis Muhktasar Jiddan Muhktasar Jiddan Yasin & Ratib

Jumat Tanqihul Qoul Khulasoh Khat

Sabtu Kaylani Tahfidz Jurumiyah Muhadoroh

Minggu Mufrodat Qowaid Nahwiyah Tajwid

- 2 MA

Hari Waktu

Pagi Sore Malam

Senin Bulughul Maram Tijan Tahfidz Nahwul Wadhi

Selasa Qiroah Arrasidah Fathul Qorib Mudzakaroh

Rabu Diniyah Mabadi Awwaliyah Nurul Yaqin

Kamis Fathul muin Tahfidz Qur‟an Yasin & Ratib

Jumat Al-fiyah Tafsir Khat

Sabtu Balagoh Tasrif Muhadoroh

Minggu At-tibbyan Qowaid Nahwiyah Tajwid

Page 107: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

- 3 MA

Hari Waktu

Pagi Sore Malam

Senin Bulugul Marom Mantiq Tahfidz Jurumiyyah

Selasa Minhatul Mugits Muhktasor Jiddan Tahfidz Al-fiyyah

Rabu Ta‟limu taallim Bulugul Marom Husunul Hamidiyah

Kamis Fathul Muin Tahfidz Qur‟an Yasin & Tahlil

Jumat Mabadi Awwaliyah Tafsir Khat

Sabtu Tasrif At-tibyan Muhadoroh

Minggu ilmuArud Qowaid Nahwiyah Al-Qur‟an

3. Pada waktu kapan saja pelatihan muhadhoroh ini dilaksanakan?

Pelatihan muballigh (muhadhoroh) ini dilaksanakan secara rutin

setiap minggu sebanyak satu kali yaitu pada malam minggu dengan

menggunakan tiga bahasa yaitu Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa

Indonesia.

4. Apa tujuan diadakannya pelatihan muballigh (muhadhoroh)?

Pelatihan muballigh ini memiliki tujuan agar ilmu-ilmu yang telah di

dapat oleh para santri mampu dikembangkan dan disampaikan dengan baik

kepada masyarakat.

5. Bagaimana metode pembelajaran pelatihan muballigh ini?

Metode yang diajarkan pada pelatihan muballigh ini dengan

mengelompokkan para santri yang diketuai oleh santri Fashlul Khomis dan

dibimbing oleh para pengabdi pondok. Hal ini bertujuan untuk

memberikan pembelajaran kepada santri yang sudah terbilang senior

dalam mengatur dan memberikan materi yang telah mereka dapatkan

selama menimba ilmu di pondok pesantren Al-Awwabin sesuai dengan

tema yang telah ditentukan oleh pembina muhadhoroh.

Page 108: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

6. Pada tahun berapa pertama kali diadakan rapor serta ijazah pesantren?

Untuk rapor ini diadakan pertama kali pada tahun 1999 sekaligus

pertama kalinya diadakan ujian pesantren (Imtihan), kemudian setahun

setelahnya barulah diadakan ijazah pesantren dan pada tahun ini juga

diadakan prosesi wisuda untuk melepas para santri yang dinyatakan lulus

dalam menuntut ilmu di pondok pesantren Al-Awwabin.

7. Apa tujuan diadakan rapor serta ijazah pesantren ini?

Tujuan diadakannya rapor adalah sebagai media bagi para wali

murid dapat mengetahui sejauh mana prestasi yang telah diraih oleh anak

mereka. sedangkan diadakannya ijazah adalah sebagai bukti kelulusan

yang sah kepada para santri secara tertulis karena menurut Abuya

kemampuan dan hasil kerja para santri dalam menuntut ilmu perlu

diapresiasi.

Page 109: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

Pedoman Wawancara

Nama : Ust. Abdul Rasyid

Jabatan : Anak Abuya & Kepala Penyiar RIDA FM

Tempat Wawancara : Ruang Aula Pondok Pesantren AL-Awwabin II

Tanggal Wawancara : 06 Oktober 2016

1. Latar belakang didirikannya RIDA FM?

Abuya tidak menutup mata melihat perkembangan teknologi yang

mempengaruhi pergerakan masyarakat dalam menimba ilmu agama yang

sudah berbeda pada era globalisasi seperti sekarang ini maka beliau

berkeinginan untuk mensyiarkan agama Islam lebih jauh lagi dengan

membangun sebuah saluran radio, mengingat saluran radio ini bisa diakses

oleh siapapun dan kapanpun orang mau. Saluran radio ini merupakan

bentuk usaha yang dilakukan Abuya untuk memperluas serta

memperkembangkan pendidikan Islam sampai ke masyarakat.

2. Pada tanggal berapa RIDA FM didirikan?

Rida dibangun pada tanggal 9 Agustus 2007, Kata rida diambil dari

bahasa Arab yang berarti, “selendang”.

3. Apakah ada manfaatnya untuk para santri?

Ada, dengan cara mengikutsertakan santri dalam menyiarkan salah

satu program acara rida tentang pengajian santri ini memberi manfaat

diantaranya: melatih para santri dalam berkomunikasi dan berinteraksi

dengan baik kepada orang lain dan memberikan pengalaman sendiri

kepada para santri dalam dunia penyiaran.

Page 110: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

1. Bagaimana respon masyarakat dengan hadirnya RIDA FM di tengah-

tengah mereka?

Respon masyarakat tentang kehadiran RIDA sangat baik mengingat

sudah sangat sedikit media yang mensyiarkan agama Islam dengan

seutuhnya pada saat ini.

2. Program apa saja yang telah diadakan oleh RIDA FM?

Program yang telah diadakan RIDA selain program-program acara

dalam penyiaran program lain yang berkaitan dengan para penggemar

RIDA seperti: jumpa fans RIDA yang diadakan tiap bulan, silaturahmi

rutin kerumah Abuya KH. Abdurrahman Nawi, ziarah ke para wali

nusantara, serta pengajian subuh gabungan.

3. Apa saja konten yang disiarkan oleh RIDA FM?

Yang menjadi konten atau isi yang disiarkan RIDA seluruhnya

kegiatan yang berbau Islami tidak ada campur tangan iklan komersil

sedikitun maupun hal-hal yang berbau duniawi, diantara acara yang

disiarkan RIDA antara lain: pengajian santri yang dipimpin langsung oleh

Abuya KH. Abdurrahman Nawi, lagu-lagu Islami, dan ceramah-ceramah

agama yang mampu mengejukkan hati.

Depok, 06 Oktober 2016

Interviewer Interviewee

Page 111: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

Pedoman Wawancara

Nama : Ust. Abdul Syukur, S.Ag

Jabatan : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan

Tempat Wawancara : Ruang Kantor Guru

Tanggal Wawancara : 11 Oktober 2016

1. Pada tahun berapa Sekolah Al-Awwabin diresmikan?

Pada pertengahan tahun 1982/1983 dimulai peletakan batu pertama

yang disaksikan oleh ribuan umat muslim yang terdiri dari para ulama,

habaib, dan para pejabat pemerintahan setempat. Akhir tahun 1982 masuk

tahun 1983 telah selesai bangunan lima lokal dan satu asrama, pada saat

itu pula diresmikan oleh KH. Idham Chalid dan pejabat pemerintah

setempat serta dinyatakan kedudukan pondok pesantren Al-Awwabin

cabang Depok. Pada tahun 1983/1984 mulai menerima murid baru untuk

tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), dan mukim

(untuk para santri mukim). Pondok pesantren Al-Awwabin merupakan

pondok pesantren pertama dikota Depok untuk wilayah Pancoran Mas.

Tahun demi tahun pondok pesanten Al-Awwabin semakin berkembang.

Pada tahun 1987/1988 kembali membuka Madrasah Ibtidaiyah (MI)

hingga sampai pada tahun ajaran 1991/1992 telah sampai pada kelas IV

MI.

Sedangkan untuk Al-Awwabin II Pada tahun 1989 mulai

membangun sekolah dan asrama. Untuk pembukaan tahun ajaran pertama

pada tahun 1993 untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan

Madrasah Aliyah (MA) juga mukim (bagi para santri yang mukim).

Page 112: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

2. Kurikulum apa yang digunakan di sekolah ini?

Kurikulum yang digunakan oleh sekolah mengikuti kurikulum yang

telah ditetapkan oleh pemerintah. Diantaranya adalah kurikulum KBK,

KTSP dan K13.

3. Ada berapakah Jumlah Siswa yang menuntut Ilmu di sini?

Untuk Al-Awwabin I ada 411 siswa dengan rincian:

a. Siswa MI ada 109

b. Siswa MTs ada 167

c. Siswa MA ada 135

Sedangkan Al-Awwabin II ada 167 siswa dengan rincian:

a. Siswa MTs ada 94

b. Siswa MA ada 73

4. Apa saja kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di sekolah Al-Awwabin?

Ekstrakulikuler yang diadakan sekolah untuk mengisi kegiatan para

siswa diluar kegiatan belajar mengajar antara lain: drum band, marawis,

pramuka, muhadhoroh (pengkaderan muballigh), BTQ (baca tulis qur‟an),

bulu tangkis, basket, futsal, paskibra, dan kaligrafi.

5. Ada berapakah jumlah lokal kelas serta apa saja sarana pra sarana di

sekolah ini?

Untuk lokal sekolah Al-Awwabin I memiliki 18 lokal kelas, yaitu 6

lokal untuk MI, 6 lokal untuk MTs dan 6 lokal lagi untuk MA, adapun Al-

Awwabin dua hanya memiliki 6 lokal kelas, 3 untuk MTs dan 3 lagi untuk

MA.

Selain lokal kelas dan kantor sarana pra sarana di Al-Awwabin yang

lain diantaranya adalah: lab komputer, lab IPA, kantin, perpustakaan,

tempat ibadah, tempat olah raga, dan ruang OSIS.

6. Pada tahun berapa Al-Awwabin mendapatkan predikat Akreditasi?

Pada tahun 1999 MTs Al-Awwabin mendapat predikat

DISAMAKAN, kemudian pada tahun 2007 predikat ini pun berubah

menjadi Akreditasi B, dan terakhir pada tahun 2011 MTs Al-Awwabin

meraih predikat yang lebih baik yaitu Akreditasi A. Sedangkan untuk

Page 113: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

tingkat MA yang sebelumnya berstatus DIAKUI pada tahun 2012

mendapat predikat Akreditasi A. Kurikulum yang digunakan oleh sekolah

mengikuti kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Diantaranya

adalah kurikulum KBK, KTSP dan K13.

Depok 11 Oktober 2016

Interviewer

Page 114: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

Pedoman Wawancara

Nama : Ust. Ahmad Hafidz Kamil, S.Ag

Jabatan : Guru Pesantren Al-Awwabin Depok

Tempat Wawancara : Serambi Masjid Al-Awwabin

Tanggal Wawancara : 16 Oktober 2016

1. Kegiatan apa saja yang Abuya lakukan untuk mengasah bakat para santri?

Diantaranya adalah: mengadakan kesenian marawis, hadroh, qosidah

rebana, tari saman, seni kaligrafi, dan tahsin Al-qur‟an. Kegiatan ini

bagaikan kegiatan ekstrakulikuler yang diadakan oleh sekolah,

perbedaannya kegiatan ini dikhususkan kepada para santri yang bermukim

di Al-Awwabin untuk mengisi kegiatan kosong mereka ketika kegiatan

pengajian sedang tidak berlangsung.

2. Apa manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut?

Manfaat dari pengasahan bakat ini adalah agar santri memiliki ragam

kesibukan, tentu kesibukan yang dimaksud disini adalah agar santri

memiliki ragam kegiatan yang bermanfaat, mengingat banyaknya

kenakalan yang dilakukan remaja serta bosannya mereka dalam belajar

menjadi salah satu penyebabnya adalah kurang terkontrolnya waktu luang

mereka sehingga mereka memanfaatkan waktu luang tersebut untuk

kegiatan yang kurang bermanfaat.

3. Prestasi apakah yang pernah diraih para santri?

Dari banyaknya kegiatan tambahan ini para santri paling sering

menjuarai lomba marawis, karena memang Abuya sendiri sangat suka dan

senang dengan kesenian Islam dan akhirnya belaiu pun agak sedikit

menggalakkan akan marawis ini. Hasilnya para santri pernah menjuarai

beberapa lomba diantaranya:

Page 115: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

1. Juara 1 marawis se-JABODETABEK, pondok pesantren Qotrun

Nada pada tahun 2008.

2. Juara 1 marawis tingkat umum se-Jakarta Selatan, yayasan Islam

Annuriyah pada tahun 2006.

3. Juara 1 marawis ABBAD 06, ikatan jurusan bahasa Arab, FIB

Universitas Indonesia.

4. Juara 1 marawis se-windu, pondok pesantren Qotrun Nada, pada

tahun 1425 H.

5. Juara 1 marawis pekan raya bahasa dan seni Arab, BEM J PBA

FITK UIN Jakarta, pada tahun 2006.

6. Juara 1 festival marawis gebyar muharrom, pondok pesantren Al-

Hidayah pada tahun 2005.

7. Juara 1 marawis pekan muharrom 1428 H, PHBI dan Sie. bidang

sosial yayasan masjid Ar-rahman Depok 2007.

8. Juara 1 festival marawis, WAPRES RI CUP VI dan Fauzi Bowo

CUP pekan nasional, pada tahun 2006.

9. Juara 2 festival marawis pondok pesantren Al-Karimiyah Depok,

pada tahun 2006.

10. Juara 1 festival marawis se-JABODETABEK di Blok M, pada

tahun 2009.

Dan masih banyak lagi kejuaraan marawis yang pernah diraih para

santri, tetapi yang paling membanggakan adalah ketika para santri pernah

menjuarai festival marawis di Blok M pada tahun 2009 karena team

marawis Al-Awwabin mampu menjadi juara 1 dari kurang lebih 110

peserta yang ikut dalam kompetisi itu.

4. Apa yang dilakukan Abuya dalam menekankan pemahaman kitab para

santri?

Dalam menekankan pemahaman kitab kuning Abuya memfasilitasi

para santri dengan mengintruksikan kepada para guru serta pengabdi untuk

memberikan jam tambahan. Jam tambahan yang dimaksud adalah

Page 116: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

memberikan pengajian diluar jadwal pengajian yang sudah terjadwalkan

untuk kelas masing-masing.

5. Apa yang melatar belakangi Abuya dalam menekankan pemahaman kitab

untuk para santri?

Abuya melihat sudah minimnya orang-orang yang mau mengkaji

secara mendalam maupun menghafal keilmuan Islam yang dapat menjadi

bekal hidup mereka dan banyaknya para ulama yang telah meninggal

dunia, sehingga penyebaran agama Islam tidak seperti dahulu kala.

Depok, 16 Oktober 2016

Page 117: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

Pedoman Wawancara

Nama : Ust. Zulcham Mushlihun S.S.I

Jabatan : Pembina IKSAD

Tempat Wawancara : Ruang Kantor IKSAD

Tanggal Wawancara : 21 Oktober 2016

1. Pada tahun berapa IKSAD dan OPPTA dibentuk?

Pada tahun 1993 IKSAD dan OPPTA dibentuk, dengan tujuan untuk

melatih para santri dalam bersosialisasi, kerjasama antara satu dengan

yang lainnya dan melatih mereka dalam menyelesaikan masalah.

2. Apa Visi dan Misi organisasi Tersebut?

Visi dan Misinya adalah sebagai organisasi yang berorientasi pada

pemberdayaan potensi, bakat, dan minat santri Al-Awwabin, sehingga

pada gilirannya mampu melahirkan kontribusi berarti bagi pengembangan

dan kemajuan pondok pesantren pada khususnya dan masyarakat luas pada

umumnya.

3. Pada tahun berapa IKAAD dibentuk?

Berbeda dengan IKSAD dan OPPTA untuk IKAAD sendiri dibentuk

sepuluh tahun setelah kedua organisasi santri tersebut terbentuk. Pada

tahun 2003 IKSAD resmi dibentuk oleh Abuya untuk menjadi organisasi

para alumni yang pernah menuntut ilmu di pondok pesantren Al-Awwabin

baik mereka yang hanya menuntut ilmu hingga jenjang MA maupun

mereka yang hanya sampai tingkat MTs, menurut Abuya mereka tetaplah

bagian dari keluarga alumni Al-Awwabin.

4. Apa tujuan IKAAD dibentuk?

Tujuan IKAAD ini dibentuk adalah sebagai wadah untuk menjalin

interaksi lintas generasi dan silaturahmi alumni pesantren Al-Awwabin

kepada guru-guru yang telah mengajarkan mereka ketika menutut ilmu di

pondok pesantren Al-Awwabin.

Page 118: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

5. Program kegiatan apa saja yang telah dilakukan IKAAD?

Diantara kegiatan yang telah diselenggarakan oleh IKAAD seperti:

mengadakan pengajian alumni mingguan yang dipimpin oleh musyrif

(lurah pondok) KH. Fathurrahman, MA., mengadakan penngajian bulanan

alumni yang dipimpin langsung oleh Abuya KH. Abdurrahman Nawi serta

guru-guru yang lain, mengadakan acara tahunan yang dilakukan secara

rutin yaitu santunan yatim dan muharroman untuk para santri, mengadakan

pelatihan perhitungan awal bulan hijriah serta pengijazahan hadits

musalsal yang di pimpin oleh Prof. Dr. Yusuf Hidayat, MA.

6. Bagaimana Stuktur Organisasi IKSAD, OPPTA dan IKAAD?

Untuk IKSAD dan OPPTA masa jabatan mereka dalam satu periode

adalah 1 tahun dan selalu berganti tiap tahunnya dengan kepengurusan

yang baru. Adapun kepengurusan IKSAD dan OPPTA pada masa abdi

2016-2017 adalah:

IKSAD Masa Abdi 2016-2017

Ketua : Muhammad Adam Kholid

Wakil Ketua : Ahmad Hudzaifi Adnan

Sekretaris : Nur Akbaruddin Aziz

Bendahara : Muhammad Maula Rahman

Seksi Pendidikan : Erri Luthfi T.W

Seksi Dakwah : M. Wildan Hadziq

Seksi Kesenian : M. Dimas Sholahuddin

Seksi Kesehatan : Wisnu Hariyadi

Seksi Keamanan : Syukri Ramadhani

Seksi Humas& Keperpustakaan : Miftah Sururi

Seksi Ubudiyah : Subhan Muyassir

Seksi Kebersihan : Ujang Afan Maulana

Seksi Olahraga : Ghazy Muhammad Syamil

OPPTA Masa Abdi 2016-2017

Page 119: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

Ketua : Rizka Amelia

Wakil Ketua : Annisa Trimelinda

Sekretaris : Siti Sarah Chairunnida

Bendahara : Nur Khofifah

Seksi Pendidikan : Sahlatul Ula

Seksi Dakwah : Qhotrun Nada

Seksi Keamanan : Tsubaitul Fitria

Seksi Olahraga : Karimah Vie H

Seksi Humas : Catur Amelia K

Seksi Ubudiyah : Khoirunnisa

Seksi Kebersihan : Nurul Apriyani

Sedangkan untuk IKAAD sendiri masa abdi jabatan dalam 1 periode

adalah 2-3 tahun, adapun struktur kepungurusan IKAAD untuk masa abdi

2014-2017 adalah:

Ketua : Ust. Zulcham Mushlihun, S.S.I

Wakil Ketua : Ust. Abdurrahman, S.pd

Sekretaris : Ahmad Munir, S.Sy

: Yuda Narito

Bendahara : Faizah Salsabila

: Qurrotul Uyun

Divisi Kaderisasi : M. Haidir Al-karomi

Divisi Litbang dan Intelektual : Zaim Najibuddin Rahman

Divisi Humas : Agus Khairuddin, S.Ag

Divisi Ekonomi : Lukman Hakim

Divisi PMB & Hobi Alumni : Charry Dwi Manfaat

Page 120: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

Lampiran 2

Foto Abuya KH. Abdurrahman Nawi dan Abuya Muhtadi bin Abuya Dimyati

Banten, semoga Allah selalu memberikan kesehatan agar mereka terus

mensyiarkan agama Islam.

Page 121: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

Foto KH. Fathurrahman, MA, Musyrif Tholabah (Pimpinan Bidang Pesantren)

pesantren Al-Awwabin. Semoga Allah selalu memberikan kesabaran kepada

beliau dalam membina para santri.

Foto Ust. Ahmad Hafidz Kamil, S.Ag, seorang guru Al-Awwabin yang telah

mengabdikan diri kepada Abuya selama 20 tahun.

Page 122: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

Foto team hajir marawis pondok pesantren Al-Awwabin serta piala yang pernah

diraihnya

Page 123: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

Foto Ijazah yang dikeluarkan pesantren, rapot pesantren dan kegiatan ujian

pesantren (Imtihan).

Page 124: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

Foto Plang, Sekolah, serta Asrama Putra dan Putri Pondok Pesantren Al-Awwabin

Depok.

Page 125: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

Foto tower pemancar saluran radio Al-Awwabin, dan foto kegiatan pelatihan

dakwah (muhadhoroh) para santri. Kegiatan ini sangat penting agar para santri

tidak canggung ketika berbicara di depan umum.

Page 126: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang

Foto kegiatan pengajian santri dan masjid yang sering kali digunakan para santri

dalam mempelajari ilmu-ilmu agama Islam. Semoga Allah menjadikan mereka

penerus para ulama dan memperjuangkan agama Islam pada masa mereka nanti.

Page 127: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang
Page 128: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang
Page 129: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang
Page 130: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang
Page 131: PERAN ABUYA KH. ABDURRAHMAN NAWI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33716/1/Dengan... · pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin Depok. Peran Abuya yang