per tamina
DESCRIPTION
pertaminaTRANSCRIPT
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Sejarah Singkat PT. PERTAMINA (Persero)
Bahan Bakar Minyak atau yang lebih dikenal dengan sebutan BBM, saat ini
sudah menjadi kebutuhan pokok bagi sebagian besar masyarakat. Tugas untuk
memenuhi kebutuhan BBM bagi masyarakat luas ini diserahkan kepada PT.
PERTAMINA (Persero). Hal ini didasari oleh UUD 1945 pasal 33 dan UU No. 22
Tahun 2001.
Dalam mengemban tugas tersebut, PERTAMINA mengoperasikan beberapa
kilang minyak di dalam negeri yaitu kilang Pangkalan Brandan, Dumai, Musi,
Cilacap, Balikpapan. Balongan dan Kasim dengan kapasitas total 1.027.300 BPSD.
Sasaran utama pengadaan dan penyaluran BBM dalam menunjang pembangunan
nasional adalah tersedianya BBM dalam jumlah yang cukup, kualitas yang
memenuhi spesifikasi, suplai yang berkesinambungan, terjamin dan ekonomis.
Menjamin suplai untuk selalu memenuhi kebutuhan BBM pada hakikatnya
merupakan tantangan yang berlanjut, karena peningkatan kapasitas pengolahan
minyak yang dimiliki PT. PERTAMINA (Persero) tidak berjalan seiring dengan
lonjakan konsumsi BBM yang dibutuhkan masyarakat.
Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber devisa yang memegang
peranan penting dalam pembangunan nasional. Usaha pengeboran minyak di
Indonesia pertama kali dilakukan oleh Jan Raerink pada tahun 1871 di Cibodas
dekat Majalengka (Jawa Barat), namun usaha tersebut mengalami kegagalan.
Kemudian dilanjutkan oleh Aeilo Jan Zykler yang melakukan pengeboran di Telaga
Tiga (Sumatera Utara) dan pada tanggal 15 Juni 1885 berhasil ditemukan sumber
minyak komersial yang pertama di Indonesia. Sejak itu berturut-turut ditemukan
sumber minyak bumi di Kruka (Jawa Timur) tahun 1887, Ledok Cepu (Jawa
Tengah) pada tahun 1901, Pamusian Tarakan tahun 1905 dan di Talang Akar
Pendopo (Sumatera Selatan) tahun 1921.
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
1
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Penemuan-penemuan dari penghasil minyak yang lain mendorong keinginan
maskapai perusahaan asing seperti Royal Deutsche Company, Shell, Stanvac,
Caltex dan maskapai-maskapai lainnya untuk turut serta dalam usaha pengeboran
minyak di Indonesia.
Setelah kemerdekaan Indonesia, terjadi beberapa perubahan pengelolaan
perusahaan minyak di Indonesia. Pada tanggal 10 Desember 1957, atas perintah
Mayjen Dr. Ibnu Soetowo, PT EMTSU dirubah menjadi PT Perusahaan Minyak
Nasional (PT PERMINA). Kemudian dengan PP No. 198/1961 PT PERMINA
dilebur menjadi PN PERMINA. Pada tanggal 20 Agustus 1968 berdasarkan PP No.
27/1968, PN PERMINA dan PN PERTAMINA dijadikan satu perusahaan yang
bernama Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (PN
PERTAMINA).
Sebagai landasan kerja baru lahirlah UU No. 8/1971 pada tanggal 15
September 1971. Sejak itu nama PN PERTAMINA diubah menjadi PT.
PERTAMINA (Persero) yang merupakan satu-satunya perusahaan minyak nasional
yang berwenang mengelola semua bentuk kegiatan di bidang industri perminyakan
di Indonesia. Saat ini PT. PERTAMINA (Persero) telah mempunyai tujuh buah
kilang, yaitu:
Tabel 1. 1 Kapasitas Produksi Kilang PT. PERTAMINA (Persero)
NAMA KILANG KAPASITASRU-I PANGKALAN BRANDANRU-II DUMAIRU-III PLAJURU-IV CILACAPRU-V BALIKPAPANRU-VI BALONGANRU-VII KASIM-SORONG
5.000 BPSD170.000 BPSD133.700 BPSD330.000 BPSD253.600 BPSD125.000 BPSD10.000 BPSD
TOTAL 1.027.300 BPSD
Sumber: PERTAMINA, 2007
Peranan PT. PERTAMINA (Persero) dalam pembangunan adalah:
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
2
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
1. Menyediakan dan menjamin pemenuhan akan kebutuhan BBM.
2. Sebagai sumber devisa negara.
3. Menyediakan kesempatan kerja sekaligus pelaksana alih teknologi dan
pengetahuan.
Ketika PERTAMINA membeli kilang minyak Sei Gerong dari PT Stanvac
tahun 1970, pada saat itu tumbuh tekad untuk melaksanakan kemandirian bangsa di
bidang energi dengan mengoperasikan kilang minyak sendiri untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri. Dalam mengoperasikan kilang-kilang dalam negeri,
PERTAMINA mendasari langkahnya pada tiga kebijakan utama yaitu kepastian
dalam pengadaan, pertimbangan ekonomi pengadaan, dan keluwesan pengadaan.
1.2. Logo, Slogan, Visi dan Misi Perusahaan
1.2.1 Logo dan Slogan Pertamina
Selama 37 tahun (20 agustus 1968 – 1 Desember 2005) orang mengenal logo
kuda laut sebagai identitas PERTAMINA. Perkiraan perubahan logo sudah dimulai
sejak 1976 setelah terjadi krisis PERTAMINA. Pemikiran tersebut dilanjutkan pada
tahun-tahun berikutnya dan diperkuat melalui Tim Restrukturisasi PERTAMINA
tahun 2000 (Tim Citra) termasuk kajian yang mendalam dan komprehensif sampai
pada pembuatan TOR dan perhitungan biaya. Akan tetapi, program tersebut tidak
sempat terlaksana karena adanya perubahan kebijakan ataupergantian direksi.
Wacana perubahan logo tetap berlangsung sampai dengan terbentuknya PT.
PERTAMINA (PERSERO) pada tahun 2003. Adapun pertimbangan pergantian
logo yaitu agar dapat membangun semangat baru, membangun perubahan corporate
cultre bagi seluruh pekerja, mendapatkan image yang lebih baik diantara global oil
dan gas companies serta mendorong daya saing perusahaan dalam menghadapi
perubahan-perubahan yang terjadi, antara lain :
1. Perubahan peran dan status hukum perusahaan menjadi perseroan.
2. Perubahan strategi perusahaan untuk menghadapi persaingan pasca
PSO dan semakin banyak terbentuknya entitas bisnis baru di bidang Hulu dan
Hilir.
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
3
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Slogan ALWAYS THERE yang diterjemahkan menjadi “SELALU HADIR
MELAYANI”. Dengan slogan ini diharapkan perilaku seluruh jajaran pekerja akan
berubah menjadi enterpreneur dan custumer oriented, terkait dengan persaingan
yang sedang dan akan dihadapi perusahaan.
Permohonan pendaftaran ciptaan logo baru telah disetujui dan dikeluarkan
oleh Direktur Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan
Rahasia Dagang, Departemen Hukum dan HAM dengan syarat pendaftaran ciptaan
No.0.8344 tanggal 10 Oktober 2005. Logo baru PERTAMINA sebagai identitas
perusahaan dikukuhkan dan diberlakukan terhitung mulai tanggal 10 Desember
2005. Selama masa transisi, lambang /tanda pengenal PERTAMINA masih dapat
/tetap dipergunakan.
Gambar 1. 1 Logo PT PERTAMINA (Persero)
Arti Logo :
1. Elemen logo membentuk huruf P yang secara keseluruhan merupakan
representasi bentuk panah, dimaksudkan sebagai PERTAMINA yang bergerak
maju dan progresif
2. Warna – warna yang berani menunjukkan langkah besar yang diambil
PERTAMINA dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan
dinamis dimana:
• Biru : mencerminkan handal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab
• Hijau : mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan
• Merah : mencerminkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam
menghadapi berbagai macam kesulitan
1.2.2. Logo dan Slogan RU-VI Balongan
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
4
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Unit Pengolahan VI Balongan di rancang untuk mengolah Crude dengan
kapasitas residu yang cukup besar sekitar 62% dari total feed. Unit Pengolahan VI
balongan memiliki ciri utama yaitu RCC yang terdiri atas dua alat utama adalah
reaktor dan regenerator. Oleh karena ciri utama tersebut, RU-VI Balongan
mengambil logo berbentuk reaktor dan regenerator. Logo dari RU-VI Balongan
dapat dilihat pada gambar 1.2.
Gambar 1.2 Logo PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan
Logo PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI memiliki makna sebagai berikut:
1. Lingkaran: Mencerminkan PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI
Balongan fokus ke bisnis inti dan sinergi.
2. Gambar : Konstruksi regenerator dan reactor di unit RCC yang mendai ciri
khas dari PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan.
3. Warna :
• Hijau : Berati selalu menjaga kelestarian lingkungan hidup
• Putih : Berati bersih, profesional, inivatif, dan diamis dalam setiap
tindakan yang berdasarkan kebenaran.
• Biru : Berati loyal kepada visi PT. Pertamina (persero).
• Kuning : Berarti keagungan PT. Pertamina (persero) RU-VI.
1.2.3. Visi dan Misi
Visi dan misi PERTAMINA RU VI Balongan adalah sebagai berikut:
Visi:
Menjadi kilang terunggul di Asia Pasifik 2015
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
5
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Misi:
• Mengolah minyak bumi untuk memproduksi BBM, non BBM secara tepat,
jumlah mutu, waktu, dan berorientasi laba serta berdaya saing tinggi untuk
memenuhi kebutuhan pasar.
• Mengoperasikan kilang yang berteknologi maju dan terpadu secara aman,
andal, efisien, serta berwawasan lingkungan.
• Mengelola aset RU VI Balongan secara profesional yang didukung oleh
sistem manajemen yang tangguh berdasarkan semangat kebersamaan,
keterbukaan, kepercayaan, dan prinsip bisnis yang saling menguntungkan.
1.3. Sejarah PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan
Dalam kaitannya dengan upaya mengamankan kebijakan nasional di bidang
energi tersebut, keberadaan kilang Balongan mempunyai makna yang besar, tidak
saja bagi PT. PERTAMINA (Persero) tetapi bagi bangsa dan negara. Di satu pihak
hal ini dapat meningkatkan kapasitas pengolahan di dalam negeri yang masih sangat
dibutuhkan, di lain pihak hal ini juga dapat mengatasi kendala sulitnya mengekspor
beberapa jenis minyak di dalam negeri dengan mengolahnya di kilang minyak di
dalam negeri.
Keberadaan kilang Balongan ini juga merupakan langkah proaktif PT.
PERTAMINA (Persero) untuk dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri yang
semakin hari semakin bertambah, khususnya untuk DKI Jakarta, Jawa Barat dan
sekitarnya. Dari studi kelayakan yang telah dilakukan, pembangunan kilang
Balongan diadakan dengan sasaran, antara lain:
Pemenuhan kebutuhan BBM dalam negeri, terutama Jakarta, Jawa
Barat dan sekitarnya.
Peningkatan nilai tambah dengan memanfaatkan peluang ekspor.
Memecahkan kesulitan pemasaran minyak mentah jenis Duri.
Pengembangan daerah.
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
6
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Daerah Balongan dipilih sebagai lokasi kilang dan proyek kilang yang
dinamakan Proyek EXOR (Export Oriented Refinery) I. Pemilihan Balongan
sebagai lokasi Proyek EXOR I didasari atas berbagai hal, yaitu:
1. Relatif dekat dengan konsumen BBM terbesar, yaitu Jakarta dan
Jawa Barat.
2. Telah tersedianya sarana penunjang yaitu: Depot UPMS III,
Terminal DOH-JBB (Jawa Bagian Barat), Conventional Buoy Mooring (CBM)
dan Single Buoy Mooring (SBM).
3. Dekat dengan sumber gas alam yaitu DOH-JBB (Jawa Bagian
Barat) dan BP.
4. Selaras dengan proyek pipanisasi BBM di Pulau Jawa.
5. Tersedianya lahan yang dibutuhkan yaitu bekas sawah yang kurang
produktif.
6. Tersedianya sarana infrastruktur.
Start Up kilang PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan dilaksanakan
pada bulan Oktober 1994, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24
Mei 1995. Peresmian ini sempat tertunda dari perencanaan sebelumnya (30 Januari
1995) dikarenakan unit Residue Catalytic Cracking (RCC) di kilang mengalami
kerusakan.
Unit RCC ini merupakan unit terpenting di kilang PT. PERTAMINA (Persero)
RU-VI Balongan, karena merupakan unit yang mengubah residu menjadi minyak
ringan yang lebih berharga. Kapasitas unit ini merupakan yang terbesar di dunia
untuk saat ini.
1.4. Lokasi dan Tata Letak PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan
Pabrik PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI didirikan di Balongan, yang
merupakan salah satu daerah kecamatan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Untuk penyiapan lahan kilang, yang semula sawah tadah hujan, diperlukan
pengurukan dengan pasir laut yang diambil dari pulau Gosong Tengah. Pulau ini
berjarak ±70 km arah bujur timur dari pantai Balongan. Kegiatan penimbunan ini
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
7
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
dikerjakan dalam waktu empat bulan. Transportasi pasir dari tempat penambangan
ke area penimbunan dilakukan dengan kapal yang selanjutnya dipompa ke arah
kilang.
Gambar 1.3 Lokasi PT. PERTAMINA RU VI Balongan
Sejak tahun 1970, minyak dan gas bumi dieksploitasi di daerah ini. Sebanyak
224 buah sumur berhasil digali dan yang berhasil diproduksi adalah sumur
Jatibarang, Cemara, Kandang Haur Barat, Kandang Haur Timur, Tugu Barat, dan
lepas pantai. Sedangkan produksi migasnya sebesar 239,65 MMSCFD disalurkan
ke PT. Krakatau Steel, PT. Pupuk Kujang, PT. Indocement, Semen Cibinong, dan
Palimanan. Depot UPPDN III sendiri baru dibangun pada tahun 1980 untuk
mensuplai kebutuhan bahan bakar di daerah Cirebon dan sekitarnya. Area kilang
terdiri dari:
• Sarana kilang : 250 ha daerah konstruksi kilang
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
8
KILANG UP VI DAN SEKITARNYA
KILANG UP VI
LPG MUNDU
HOP I
HOP 2
PT POLYTAMA
PT KIP
SPM
KOTA INDRAMAYU
DEPO PPDN
TERM.EP KRA
TERM.TRANSIT BALONGAN
L.Jawa
BUMI PATRA
Daerah Penyangga
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
: 200 ha daerah penyangga
• Sarana perumahan : 200 ha
Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis, lokasi ini cukup strategis dengan
adanya faktor pendukung, antara lain :
a. Bahan Baku
Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI
Balongan adalah:
1. Minyak mentah Duri, Riau (awalnya 80%, saat ini 50% feed).
2. Minyak mentah Minas, Dumai (awalnya 20%, saat ini 50% feed).
3. Gas alam dari Jawa Barat bagian timur sebesar 18 Million Metric Standard
Cubic Feet per Day (MMSCFD).
b. Air
Sumber air yang terdekat terletak di Waduk Salam Darma, Rejasari, kurang
lebih 65 km dari Balongan ke arah Subang. Pengangkutan dilakukan secara
pipanisasi dengan pipa berukuran 24 inci dan kecepatan operasi normal 1.100
m3 serta kecepatan maksimum 1.200 m3. Air tersebut berfungsi untuk steam
boiler, heat exchangers (sebagai pendingin), air minum, dan kebutuhan
perumahan. Dalam pemanfaatan air, kilang Balongan ini mengolah kembali air
buangan dengan sistem wasted water treatment, di mana air keluaran di-recycle
ke sistem ini. Secara spesifik tugas unit ini adalah memperbaiki kualitas effluent
parameter NH3, fenol, dan COD sesuai dengan persyaratan lingkungan.
c. Transportasi
Lokasi kilang RU-VI Balongan berdekatan dengan jalan raya dan lepas pantai
utara yang menghubungkan kota-kota besar sehingga memperlancar distribusi
hasil produksi, terutama untuk daerah Jakarta dan Jawa Barat. Marine facilities
adalah fasilitas yang berada di tengah laut untuk keperluan bongkar muat crude
oil dan produk kilang. Fasilitas ini terdiri dari area putar tangker, SBM, rambu
laut, dan jalur pipa minyak. Fasilitas untuk pembongkaran peralatan dan produk
(propylene) maupun pemuatan propylene dan LPG dilakukan dengan fasilitas
yang dinamakan jetty facilities.
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
9
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
d. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dipakai di PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan
terdiri dari dua golongan, yaitu golongan pertama, dipekerjakan pada proses
pendirian Kilang Balongan yang berupa tenaga kerja lokal non-skill sehingga
meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar, sedangkan golongan kedua, yang
dipekerjakan untuk proses pengoperasian, berupa tenaga kerja PT.
PERTAMINA (Persero) yang telah berpengalaman dari berbagai kilang minyak
di Indonesia.
1.5. Proyek dan Konstruksi PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan
Proyek kilang Balongan semula dinamakan EXOR-I. Kemudian setelah
beroperasi, menjadi kilang BBM PERTAMINA Balongan dan merupakan unit
pengolahan VI yang dimiliki PT. PERTAMINA (Persero). Teknologi proses yang
dipilih ditujukan untuk memroduksi premium, kerosin, dan solar sebanyak 72%
sedangkan sisanya berupa propylene, LPG, IDF, fuel oil, dan decant oil. Bahan
pembantu proses yang berupa bahan kimia dan katalis sebagian besar masih di
impor.
Kegiatan Engineering Procurement and Construction (EPC) dilakukan oleh
konsorsium yang terdiri dari JGC dan Foster Wheeler.Kegiatan EPC diatur dalam
EPC Agreement. Sebagai product offtaker (pembeli) adalah British Petroleum (BP).
Jangka waktu pelaksanaan adalah 51 bulan, yaitu sejak EPC Agreement
ditandatangani pada tanggal 1 September 1990 dan berakhir pada bulan November
1994.
1.6. Proyek Kilang Langit Biru Balongan
Dalam rangka mengantisipasi Program Indonesian MOGAS Unleaded
(MUL) yang merupakan Program Efektif 2003 maka dilaksanakan Program MUL
yang dicanangkan 1 Juli 2001 untuk wilayah Jabotabek dan Kilang Balongan
merupakan satu-satunya penghasil MOGAS Unleaded.
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
10
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Adapun dampak program MUL terhadap konfigurasi Kilang Pertamina
adalah:
- LOMC surplus (80 MBSD) masalah penjualan
- Penurunan produksi MOGAS
- Penurunan Import HOMC masalah pembelian
1.6.1 Kekuatan Hukum (Legal)
- LoI RI – IMF – Pb Phase – Out (LoI 1998 Butir 50 & 2000 Butir 93)
- Surat Men.LH / Ka. Bapedal no. B-722/BAPEDAL/04/2000 (tentang
Penghapusan Bensin Bertimbal)
- Persetujuan Mentamben (Ketua DKPP) no. 02/K/DKPP/2000
1.6.2 Pemilihan Lokasi di RU-VI Balongan
Bahan baku (naphta) didatangkan dari Kilang BPP, Dumai, dan Musi.
Lokasi semula di Kilang Musi (karena ada ekses naphta), akhirnya Kilang Balongan
di anggap lebih tepat dengan berbagai pertimbangan, yaitu :
a. Biaya angkut bahan baku (naphta) lebih murah
b. Konsumsi produk bensin mayoritas di Pulau Jawa
c. Pelabuhan laut (versus sungai Musi)
d. Kebutuhan tangki penampung bahan baku lebih rendah
e. Jaringan pipa ke Plumpang telah tersedia
f. Rencana pemasaran dan niaga membangun TTUB
g. Infrastruktur Pertamina serta masyarakat Indramayu dan sekitarnya.
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
11
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
1.7. Bahan Baku dan Produk PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan
1.7.1. Spesifikasi bahan baku
Bahan baku utama untuk kilang RU VI Balongan adalah minyak Duri (heavy
oil) sebanyak 50 % dan minyak Minas (light oil) sebesar 50 %. Operasi sekarang
berbeda dengan spesifikasi dari desain awal dengan komposisi 80 % minyak Duri
dan 20 % minyak Minas. Spesifikasi bahan baku dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Tabel 1.2 Spesifikasi Bahan Baku dari HTU
Analisis Satuan Wild naphtha GO HTU
Wild naphtha LCO HTU
0,719 0,866Kadar S ppm 2 N/ARVP psia N/A 1,5
Tabel 1.3 Spesifikasi Bahan Baku Crude Oil
Analisis SatuanSpesifikasi
Minas DurioAPI - 35,2 21,1Densitas G/ml 0,8485 0,924Viskositas pada,400°C500°C
cSt23,611,6
591272,4
Kadar S % wt 0,08 0,21Conradson Carbon
% wt 2,8 7,4
Pour point °C 36 34Aspal % wt 0,5 0,4Vanadium ppm wt < 1 1Nikel ppm wt 8 32Jumlah asam mg KOH / g < 0,05 1,19Garam lb / 1000 bbl 11 5Air % vol 0,6 0,3
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
12
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
1.7.2. Bahan Penunjang dan Aditif
a. Bahan Kimia
1. Soda Kaustik (NaOH)
Berfungsi untuk menetralisir dan menaikkan pH raw water, regenerasi
resin di proses condesate degasser, dan menyerap senyawa sulfur seperti
H2S, merkaptan, COS, dan CS2.
2. Anti Oksidan (C14H24N2)
Berfungsi untuk mencegah pembentukan gum (endapan yang
menggumpal) dalam produk naphta dan polygasoline. Pembentukan gum
dapat mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada filter atau karburator
pada mesin bahan bakar kendaraan atau mesin pengguna premium atau
polygasoline.
3. Corrosion Inhibitor
Adalah asam karboksilat hasil reaksi hidrokarbon alifatik dan aromatik
atau garam amina dari asam fosfat dengan penambahan solvent. Bahan ini
berfungsi untuk mencegah korosi pada overhead line (11-C-101),
sepanjang cooling water, dan mengurangi laju korosi di overhead system
flash rectifier dengan pembentukan filming.
4. Monoethanol Amine ((C2H4OH)NH2)
Berfungsi untuk menyerap senyawa COS dan CS2 serta senyawa sulfur
lainnya yang terdapat dalam fraksi C3.
5. Demulsifier
Merupakan senyawa campuran dengan berat molekul tinggi seperti
oxyalkilated resin dan amina dalam pelarut alkohol dan aromatik.
Berfungsi menghindari dan memecah emulsi minyak sehingga dapat
mempercepat pemisahan di desalter. Bahan kimia ini diinjeksikan ke
crude charge secara kontinyu pada sisi suction pump untuk membantu
pencampuran atau difusi bahan kimia ke dalam minyak.
6. Anti Foulant
Berfungsi untuk menghindari fouling di preheating system.
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
13
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
7. Wetting Agent
Merupakan senyawa campuran oxyalkilated alkanoamines dan alkylaryl
sulfonates dalam air, metanol, isopropanol. Wetting agent berfungsi
memecah minyak yang mengelilingi padatan dan memindahkan padatan
tersebut dari fase minyak ke fase cair sehingga mudah dipisahkan.
8. Sodium Nitrat (NaCO3)
Berfungsi menetralisir senyawa klorida yang dapat menyebabkan korosi
austentic stainless steel di permukaan tube heater.
9. Soda Ash (Na2CO3)
Berfungsi menetralisir senyawa klorida yang dapat menyebabkan korosi
austentic stainless steel di permukaan tube heater.
10. Trisodium Phosphate (Na3PO4)
Berfungsi untuk menghindari fouling dan mengatur pH.
11. Clorine (Cl2)
Berfungsi debagai disinfektan pada raw water dan mecegah terbentuknya
lumut atau kerak.
12. Sodium Phosphate Monohydrat (NaH2PO4.H2O)
Berfungsi untuk membantu penyerapan senyawa dasar nitrogen (amoniak)
dan entrainment solvent.
13. LPG odorant
Untuk memberi bau sebagai tanda kebocoran LPG.
b. Katalis, Adsorbent, dan Resin
1. Clay
Berfungsi untuk meningkatkan stabilitas warna pada fraksi kero.
2. S-19 Hydrocarbon Catalys
Dipergunakan pada reaksi penjenuhan olefin dan penghilangan belerang,
halida, nitrogen, dan logam.
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
14
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
1.7.3. Spesifikasi Produk
Produk yang dihasilkan oleh PERTAMINA RU VI Balongan antara lain
adalah :
a. Motor Gasoline
• Octane Number : 87 (min)
• Kandungan TEL, ml/USG : 0,54 (max)
• RVP pada 1000F, psi : 9
(max)
• Kandungan GUM : 4 (max)
• Kandungan Sulfur, % berat : 0,2
( max)
• Copper Strip Corrosion, 3 hr/122 0 F :
Number1 (max)
• Kandungan Markaptan, % berat : 0,015(max)
• Warna :
kuning
• Kandungan zat warna, gr/100USG : 0,5
(max)
b. Kerosene (minyak tanah)
• SG :
0,835(max)
• Smoke point, ml : 17
(min)
• Flash point, ABEL 0F : 100
(min)
• Kandungan sulfur, % berat : 0,2
(max)
• Copper Strip Corosion : Number 1
(max)
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
15
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
c. Industrial Diesel Fuel
• SG : 0,84-0,92
• Viskositas pada 1000F : 3,5-7,5
• Pour Point : 65 (max)
• Land sulfur, % berat : 1,5 (max)
• Conrodson Carbon Residu, % berat : 1,5 (max)
• Kandungan air : 0,25 (max)
• Sedimen, 5 berat : 0,02 (max)
• Kandungan abu, % berat : 0,02(max)
• Flash point PNCC, 0F : 154 (max)
d. Propylene
• Kemurnian, % mol Propylene : 99,6(min)
• Total paraffin, % mol : 0,4 (max)
• Kandungan metana, ppm : 20 (max)
• Kandungan etilen, ppm : 25(max)
• Kandungan etana, ppm : 300(max)
• Kandungan C4, ppm : 5 (max)
• Kandungan pentane, ppm : 10 (max)
• Asetilen, ppm : 5 (max)
• Meta asetilene, propadien, 1-3 butadiena, ppm: 2 (max)
• Total butena, ppm : 100(max)
• Pentane, ppm : 100(max)
• Hidrogen, ppm : 20 (max)
• Nitrogen, ppm : 100 (max)
• CO, ppm : 0,5 (max)
• CO2, ppm : 1 (min)
• O2, ppm : 1 (max)
• Kandungan air, ppm : 2,5 (max)
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
16
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
• Total sulfur, ppm : 1 (max)
• Amoniak, ppm : 5 (max)
e. LPG
• RVP, psig pada 100oF : 120 (max)
• Copper Strip Corrosion : Number 1
• Kandungan metana, % berat : -
• Kandungan : 0,2 (max)
• Kandungan C3 dan C4 : 97,5(max)
• Kandungan C5: 2,5 mercaptan ditambahkan : 50
ml/1000USG
• Land C6 dan yang lebih berat : -
f. Decant Oil dan Fuel Oil
• Viskositas pada 122 o F : 180 (max)
• Kandungan sulfur, % berat : 4 (max)
• Kandungan abu, % berat : 0,1 (max)
• Flash point, oC : 62
• Kandungan katalis, ppm : 30 (max)
• Sedimen, % berat : 0,15
• CCR, % berat : 18 (max)
Tabel 1.4 Produk PT PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan
Jenis Produk Kapasitas SatuanA BBM
Motor GasolineKeroseneAutomotive Diesel OilIndustrial Diesel OilDecant Oil dan Fuel Oil
57.5009.30029.6007.0008.500
BPSDBPSDBPSDBPSDBPSD
Non BBM
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
17
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
B
C
LPGPropyleneRef. Fuel Gas Sulfur
70060012530
Ton/hari Ton/hariTon/hariTon/hari
BBKPertamaxPertamax PlusHOMC
58010.00030.000
BPSDBPSDBPSD
1.8 Struktur Organisasi Perusahaan dan Jam Kerja
1.8.1 Jam Kerja
Berdasarkan jam kerja, karyawan dapat dibedakan atas, karyawan shift dan
karyawan regular.
a. Jam kerja shift
Jam kerja shift dilakukan secara bergilir, berlaku bagi karyawan yang terlibat
langsung dalam kegiatan produksi dan pengamanan pabrik. Jam kerja shift diatur
sebagai berikut :
Day shift : 08.00 – 16.00
Swing shift : 16.00 – 24.00
Night shift : 24.00 – 08.00
Karyawan shit terbagi atas 4 kelompok yaitu A,B,C dan D dimana jadwal kerja
dari masing-masing kelompok adalah bekerja selama 3 hari berturut-turut pada shift
yang sama dan setelah itu bergeser ke jam shift berikutnya untuk 3 hari selanjutnya,
setiap kelompok akan dapat libur selama 1 hari.
Contoh jadwal shiff pekerja kilang PERTAMINA UP VI Balongan dapat dilihat
pada tabel yang terlampir :
b. Jam kerja regular
Jam kerja regular ini berlaku bagi karyawan yang tidak terlibat langsung
dalam kegiatan produksi dan pengaman. Jam kerja ini berlaku bagi karyawan
tingkat staff ke atas. Jadwal kerja jam regular sebagai berikut :
Senin – Kamis : 07.00 – 16.00 WIB
Istirahat : 12.00 – 13.00 WIB
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
18
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Jum’at : 07.00 – 16.00 WIB
Istirahat : 11.00 – 13.00 WIB
Sabtu dan Minggu : Libur
1.8.2 Stuktur Organisasi Perusahaan
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU-VI Balongan mempunyai struktur
organisasi yang menerangkan hubungan kerja antar bagian yang satu dengan yang
lainnya dan juga mengatur hak dan kewajiban masing-masing bagian. Tujuan
dibuatnya struktur organisasi adalah untuk memperjelas dan mempertegas
kedudukan suatu bagian dalam menjalankan tugas sehingga akan mempermudah
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Maka biasanya struktur
organisasi dibuat sesuai dengan tujuan dari organisasi itu sendiri. Bagan organisasi
dapat dilihat dalam lampiran.
Masing-masing Bidang Unit Pengolahan VI Balongan mempunyai tugas dan
fungsi sebagai berikut:
a. Bidang Perencanaan dan Keekonomian
Berfungsi memonitor dan mengoordinir terlaksananya ketersediaan minyak
mentah menjadi produk BBM dan Non BBM. Bertanggungjawab dalam
memenuhi kebutuhan minyak secara aman bagi stok Nasional.
b. Bidang Enjiniring dan Pengembangan
Berfungsi mengevaluasi, menganalisa, serta melakukan penelitian dan
pengembangan untuk kehandalan operasi Kilang RU-VI dalam jangka panjang.
c. Bidang Keuangan
Berfungsi dalam pengelolaan pelaksanaan tata usaha keuangan dalam rangka
menunjang kegiatan operasional RU-VI. Bertanggungjawab atas terjaminnya
arus dana kegiatan keuangan secara keseluruhan untuk menunjang operasional
kilang.
d. Bidang Sumber Daya Manusia
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
19
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Berfungsi menunjang operasional dalam hal kesejahteraan karyawan RU-VI.
Bertanggungjawab atas kelancaran penerimaan upah, pengembangan karyawan,
dan terciptanya hubungan harmonis antara perusahaan dan karyawan.
e. Bidang Umum
Berfungsi menunjang kegiatan operasi meliputi pelayanan hukum, keamanan,
fasilitas kesehatan kepada karyawan dan keluarganya serta menjadi perantara
hubungan antara perusahaan dan masyarakat sekitar.
f. Bidang Jasa dan Sarana Umum
Berfungsi dalam pengelolaan, pengawasan, dan pengendalian atas penerimaan,
pengadaan, dan distribusi material yang dibutuhkan bagi keperluan kegiatan
operasional kilang. Bertanggungjawab atas terjaminnya ketersedian material,
jasa angkutan alat ringan dan berat, serta kelancaran pelayanan jasa perumahan
RU-VI.
g. Bidang Sistem Informasi dan Komunikasi
Berfungsi menelenggarakan komunikasi interal dan eksternal kilang sehingga
informasi yang diperlukan segera didapat. Bertanggungjawab atas kelancaran
komunikasi untuk memeperoleh informasi bagi pekerja di lingkungan PT
Pertmina.
h. Bidang LKKK
Berfungsi dalam penyelenggaraan kegiatan keselamatan kerja, pengendalian
kebakaran, dan pencemaran lingkungan. Bertangungjawab atas terciptanya
keadaan yang aman bagi tenaga kerja, sarana, lingkungan, dan kehandalan
operasi.
i. Bidang Kilang
Berfungsi melaksanakan kegiatan pengolahan minyak mentah menjadi produk
BBM dan Non BBM secara efektif dan efisien sesuai rencana kerja.
Bertanggungjawab atas operasional kilang.
j. Bidang Jasa Pemeliharaan Kilang
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
20
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Berungsi melaksanakan kegiatan pemeliharaan kilang, baik preventif maupun
curatif untuk kehandalan kilang secara efektif dan efisien sesuai rencana kerja.
Bertangungawab menjaga kehandalan kilang secara keseluruhan.
1.9 Keselamatan dan Kesejahteraan Kerja
PERTAMINA telah mengambil suatu kebijakan untuk selalu
memprioritaskan aspek LKKK dalam semua kegiatan MIGAS untuk mendukung
proses pembangunan nasional. PERTAMINA RU VI sangat mendukung dan ikut
berpartisipasi dalam program pencegahan kerugian baik terhadap karyawan, harta
benda perusahaan, terganggunya kegiatan operasi serta keamaan masyarakat
sekitarnya yang diakibatkan oleh kegiatan perusahaan.
Pelaksanaan tugas ini berlandaskan :
a. UU No. 1/1970
Mengenai keselamatan kerja dan karyawan yang di bawah koordinasi Depnaker.
b. UU No. 2/1951
Mengenai ganti rugi oleh Depnaker akibat kecelakaan kerja.
c. PP No. 11/1979
Mengenai persyaratan teknis pada kilang pengolahan untuk keselamatan kerja
yang dibawah koordinasi Dirjen MIGAS.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh LKKK RU VI untuk mendukung
program diatas terdiri dari 2 kegiatan :
1 Seksi keselamatan kerja, tugas- tugas yang dilakukan antara lain :
a. Mengatasi keselamatan jalannya operasi kilang.
b. Bertanggung jawab terhadap alat-alat keselamatan kerja.
c. Bertindak sebagai instruktur safety.
d. Membuat rencana kerja pencegahan kebakaran.
Adapun ketentuan-ketentuan yang diberlakukan demi keselamatan kerja antara
lain :
• Setiap personil yang memasuki pagar kilang PERTAMINA RU VI
diwajibkan memakai sepatu dan topi keselamatan.
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
21
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
• Alat-alat keselamatan yang digunakan harus mematuhi standar yang
diberlakukan di PERTAMINA RU VI.
• Dilarang bertindak dan bertingkah laku yang dapat menganggu peralatan
atau instalasi dalam kilang.
• Jika daerah tempat terjadinya keadaan yang dianggap membahayakan
agar menghentikan pekerjaan dan melaporkan kepada pengawas/petugas
PERTAMINA yang berwenang.
• Kamera dan jenis apapun tidak diijinkan dipakai didaerah pabrik tanpa
surat izin.
• Semua perkakas/peralatan yang dibawa masuk kedalam daerah kilang
harus mendapat pernyataan aman untuk dipergunakan dari Bidang
LKKK dan akan diberi label layak pakai yang disahkan oleh
bidang/bagian yang terkait.
2 Seksi penanggulangan kebakaran, administrasi dan latihan, tugasnya antara lain
:
a Membuat prosedur emergency agar penanggulangan berjalan dengan baik.
b Mengelola regu pemadam kebakaran agar selalu siap bila suatu waktu
diperlukan.
c Mengadakan pemeriksaan kehandalan alat-alat fire.
d Menyiapkan dan mengadakan pelatihan bagi karyawan dan kontraktor agar
lebih menyadari tentang keselamatan kerja.
e Membuat dan menyebarkan bulletin.
Dalam upaya pencegahan bahaya kebakaran, maka diberlakukan ketentuan-
ketentuan antara lain :
• Dilarang membawa korek api atau alat pembuat api jenis lainnya
kedalam kilang.
• Dilarang merokok didalam kilang kecuali pada tempat-tempat tertentu
yang telah dilindungi dengan Surat Izin Merokok.
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
22
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
• Dilarang menggunakan peralatan yang dapat mengeluarkan api atau
bunga api tanpa dilindungi Surat Izin Kerja Panas dari pejabat yang
berwenang.
• Apabila ada bunyi keadaan darurat atau diketahui adanya bahaya maka
semua kegiatan pekerjaan harus dihentikan termasuk kegiatan merokok.
Pekerja atau kontraktor menuju ketempat berkumpul yaitu tempat yang
ditandai plat 3 sisi yang berputar dan bendera berwarna hijau dengan
tulisan A (Assembly Point) atau M (Muster Point) berwarna putih.
• Tenaga kontraktor harus mampu mempergunakan Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) kebakaran tingkat pertama.
1.10. Penanganan Limbah
PT PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan menghasilkan berbagai macam
limbah, yang terdiri dari:
a. Limbah cair
b. Limbah gas
c. Limbah padat
1.10.1. Pengolahan Limbah Cair
Limbah yang dihasilkan industri minyak bumi umumnya mengandung logam-
logam berat maupun senyawa yang berbahaya. Selain logam berat, limbah, atau air
buangan industri, minyak bumi juga mengandung senyawa-senyawa hidrokarbon
yang sangat rawan terhadap bahaya kebakaran.
Dalam setiap kegiatan industri, air buangan yang keluar dari kawasan industri
minyak bumi harus diolah terlebih dahulu dalam unit pengolahan limbah, sehingga
air buangan yang telah diproses dapat memenuhi spesifikasi dan persyaratan yang
telah ditentukan oleh pemerintah. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibangun
unit Sewage dan Effluent Water Treatment di PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI
Balongan ini.
Secara garis besar effluent water treatment di PT. PERTAMINA (Persero) RU-
VI Balongan dibagi menjadi dua, yaitu treatment oily water dan treatment air
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
23
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
buangan proses. Treatment oily water dilakukan di rangkaian separator sedangkan
treatment air buangan proses dilakukan menggunakan lumpur aktif (activated
sludge) yang merupakan campuran dari koloni mikroba aerobik.
Desain awal dari unit WWT (Waste Water Treadment) adalah untuk mengolah
air buangan yang terbagi menjadi dua sistem pengolahan, yaitu:
Dissolved Air Floatation (DAF), untuk memisahkan kandungan padatan dan
minyak dari air yang berasal dari air buangan (oily water) ex process area dan
tank area.
Pada process ini yang diolah umumnya mempunyai kandungan minyak dan
solid yang tinggi tetapi mempunyai kandungan COD dan BOD yang rendah
Activated Sludge Unit (ASU), untuk mengolah secara kimia, Fisika dan
biologi air buangan dari unit proses terutama: Treated Water ex Unit Sour
Water Stripper (Unit 24) dan Desalter Effluent Water ex Unit Crude
Distillation (Unit 11). Air yang diolah umumnya mempunyai kandungan
ammonia, COD, BOD dan fenol sedangkankandungan minyak dan solid beasal
dari desalter effluent water.
Unit pengolah air buangan terdiri dari:
1. Air Floatation Sectin
Air hujan yang bercampur minyak dari unit proses dipisahkan oleh CPI
separator sedangkan air ballast dipisahkan di API separator kemudian mengalir
ke seksi ini secara gravitasi.
Campuran dari separator mengalir ke bak DAF Feed Pump dan
dipompakan ke bak floatation, sebagian campuran dipompakan ke pressurize
vessel. Dalam pressurize vessel udara dari plant air atau DAF compressor udara
dilarutkan dalam pressurize waste water. Bilamana pressurize waste water
dihembuskan ke pipa inlet floatation pada tekanan atmosfir, udara yang terlarut
disebarkan dalam bentuk gelembung dan minyak yang tersuspensi dalam waste
water terangkat ke permukaan air.
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
24
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Minyak yang mengapung diambil dengan skimmer dan dialirkan ke bak
floatation oil. Minyak di dalam bak floatation oil dipompakan ke tangki
recovery oil. Air bersih dari bak floatation mengalir ke bak impounding basin.
2. Activated Oil Sludge
Aliran proses penjernian air dengan CPI Separator dan aliran sanitary
dengan pompa dialirkan secara gravitasi ke seksi activated sluge. Air hasil
proses CPI dan filtrate dehydotator dicampurkan dalam bak proses effluent dan
campuran air ini dipompakan ke pit aeration pada operasi normal dan pada
emergency ke pit clarifier melalui rapid mixing pit dan Flocculation pit. Apabila
kualitas air off spec, maka air tersebut dikembalikan ke bak effluent sedikit demi
sedikit untuk dibersihkan dengan normal proses.
Ferri Chlorida (FeCl3) dan Caustic Soda (NaOH) diinjeksikan ke bak
flocculation. Air yang tersuspensi, minyak dan sulfide dalam air kotor
dihilangkan dalam unit ini. Lumpur yang mengendap dalam bak clarifier
dipompakan ke bak thickener.
Pemisahan permukaan dari bak clarifier dilakukan secara over flow ke bak
aeration. Air kotor dari sanitary mengalir secara langsung ke bak aeration.
Dalam bak aeration ditambahkan nutrient. Selain itu, untuk menciptakan
lingkungan aerobic bak ini dilengkapi pula dengan aerator.
Treatment dengan biological ini mengirangi dan menghilangkan benda-
benda organic (BOD dan COD). Setelah treatment dengan biological, air kotor
bersama lumpur dikirim ke bak aeration kembali, sebagai lumpur dikirim ke bak
thickener.
Pemisahan pemurnian air dari bak sedimentasi mengalir dari atas ke
Impounding Basin. Unit Sewage and Effluent Water Treatment dirancang untuk
system waste water treatment yang bertujuan memproses buangan seluruh
kegiatan dari unit proses dan area pertangkian dalam batas-batas effluent yang
ditetapkan air bersih. Kapasitas unit ini sebesar 600m3/jam dimana kecepatan
effluent didesain untuk penyesuaian kapasitas 180 mm/hari curah hujan di area
proses dan utilitas.
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
25
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Unit penjernian buangan air ini memiliki beberapa proses, yaitu:
• Proses fisik,
Pada proses ini diusahakan agar minyak maupun buangan padat dipisahkan
secara fisik. Setelah melalui proses fisik tersebut, kandungan minyak dalam
buangan air hanya diperbolehkan ±25 ppm.
• Proses kimia,
Proses ini dilakukan dengan menggunakan bahan penolong seperti koagulan,
flokulan, penetrasi, pengoksidasi dan sebagainya, yang dimaksudkan untuk
menetralkan zat kimia berbahaya dalam air limbah. Senyawa yang tidak
diinginkan diikat menjadi padat dalam bentuk endapan lumpur yang selanjutnya
dikeringkan.
• Proses mikrobiologi,
Proses mikrobiologi merupakan proses akhir dan berlangsung lama dan
hanya dapat mengolah senyawa yang sangat sedikit mengandung senyawa logam
berbahaya. Pada dasarnya proses ini memanfatkan mahluk hidup(mikroba) untuk
mengolah bahan organik.
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi.
Tujuannya untuk mengumpulkan dan memisahkan zat padat koloidal yang tidak
mengendap serta menstabikan senyawa-senyawa organic. Sebagai pengolahan
sekunder, penglahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan ynag paling
murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai
metode pengilahan limbah secara biologi debgan segala modifikasinya.
Proses ini dmaksudkan untuk mengolah buangan air proses yang mempunyai
kadar BOD 810 mg/l dan COD 1150 mg/l menjadi treated water yang memilii
kadar BOD 100 mg/l dan COD 150 mg/l dengan menggunakan lumpur aktif
(activated sludge). Lumpur aktif ini merupakan campuran dari koloni mikrobia
aerobic.
Konsep yang digunakan dalam proses pengolahan limbah secara biologi
adalah eksploitasi kemampuan mikroba dalammendegradasi senyawa-senyawa
polutan dalam air limbah. Pada proses degradasi, senyawa-senyawa tersebut
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
26
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
akan berubah menjadi senyawa-senyawa lain yang lebih seerhana dan tidak
berbahayabagi lingkungan. Hasil perubahan tersebut sangat tergantung pada
kondisi lingkungan saat berlangsungnya proses pengolahan limbah. Oleh karena
itu, eksolitasi kemampuan mikroba untuk mengubah senyawa polutan biasanya
dilakukan dengan cara mengoptimalkan kondisi lingkungan untuk pertumbuhan
mikroba sehingga tercapai efisiensi yang maksimum.
3. Dehydrator dan Incenerator section
Padatan berupa lumpur yang terkumpul dari floatation section dan activated
sludge ditampung pada sebuah bak. Selanjutnya lumpur tersebut dipisahkan
airnya dengan bantuan bahan kimia dan alat mekanis berupa i (alat yang bekerja
memisahkan cairan-padatan dan dengan memutarnya pada kecepatan tinggi).
Cairan hasil pemisahan centrifuge dialirkan melalui got terbuka menuju PEP
di seksi ASU, sedangkan padatanya disebut cake dan ditampung pada sebuah
tempat bernama Hopper (Cake Hopper). Proses selanjutnya adalah membakar
cake dalam sebuah alat pembakar atau incinerator menjadi gas dan abu pada
temperature tinggi (T=800ºC). Kapasitas desain dehydrator sebesar 5,5 m3/jam
da kapasitas pembakaran incinerator adalah 417 kg solid/jam.
1.10.2. Pengolahan Limbah Gas
Limbah gas dari kilang ini diolah di sulfur recovery unit dan sisanya dibakar di
incinerator (untuk gas berupa H2S dan CO) maupun flare (gas hidrokarbon).
1.10.3. Pengolahan Limbah Padat
Sludge merupakan suatu limbah yang dihasilkan dalam industri minyak yang
tidak dapat dibuang begitu saja ke alam bebas, karena akan mencemari lingkungan.
Pada sludge selain mengandung lumpur, pasir, dan air juga masih mengandung
hidrokarbon fraksi berat yang tidak dapat di-recovery ke dalam proses. Sludge ini
juga tidak dapat di buang ke lingkungan sebab tidak terurai secara alamiah dalam
waktu singkat.
Pemusnahan hidrokarbon perlu dilakukan untuk menghindari pencemaran
lingkungan. Dalam upaya tersebut, PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan
melakukannya dengan membakar sludge dalam suatu ruang pembakar (incinerator)
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
27
Laporan Praktek Kerja PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
pada temperature. Lumpur/pasir yang tidak terbakar dapat digunakan untuk landfill
atau dibuang di suatu area, sehingga pencemaran lingkungan dapat dihindari.
S1 Teknik KimiaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
28