penyutradaraan
DESCRIPTION
materi mata kuliah penyutradaraanTRANSCRIPT
2. Keyakinan dan Kebenaran Artistik
Ada dua kebenaran dan keyakinan pada seni akting. Pertama,yang diciptakan secara
otomatis dengan sendirinya dalam tingkatan fakta aktual dan kedua adalah merupakan tipe
scenic yang dilahirkan dalam dunia imajinasi dan artistik.Untuk mencapai kebenaran artistik
dan menyajikannya kembali dalam adegan, kita harus bisa masuk dan “ hidup dalam dunia
imajiner” dalam dunia khayal baru. Apakah kamu sudah mengerti sejauhmana kamu harus
mengidentifikasi detail-detail realistik, hingga sifat dari kebenaran aksi-aksimu dalam
memainkan peran bisa meyakinkan? Jika kita ingin menghayati sebuah peran yang sudah
pernah diciptakan, maka peran itu akan memberikan cara untuk mengingat segala rasa hati
yang pernah kita alami sebelumnya. Jika tidak begitu, maka detik-detik paling dramatik
dalam permainan seorang kator, akan lewat dalam sekejap mata dan tidak akan pernah
muncul lagi. Penampilanmu sebagai aktor dalam sebuah film,haruslah alamiah meskipun
dalam kehidupan imajiner. Untuk itu diperlukan kesabaran yang besar. Ia akan muncul
dengan sendirinya setelah kamu melalui proses akting dan melakukan eksperimen untuk
menyelami, menjelaskan dan merubah realitas kehidupan manusia sehari-hari menjadi kristal-
kristal kebenaran artistik.
3. Ingatan Emosi
Otak kita sering merekam peristiwa-peristiwa yang sangat emosional. Rekaman ini
disimpan di dalam memori dan siap digunakan jika peristiwa emosional itu muncul
kembali(ingatan emosi). Emosi itu bisa berupa apa saja. Perasaan benci, cinta, menyebalkan
yang sangat mengesalkan atau bahkan kenangan indah bersama teman, kekasih, atau
keluarga. Apakah kenyataan emosi itu? Ingatann emosi berguna untuk menciptakan
hubungan yang lebih pribadi dengan si karakter.
Apakah yang mesti kamu lakukan dengan ingatan emosi?
Pertama, ingatan emosi digunakan untuk membuka hubungan dengan pengalaman si
karakter, tetapi si aktor harus melanjutkan lebih dari sekadar membuka hubungan
tersebut. Ia harus memperhatikan peristiwa si tokoh di dalam situasi yang diberikan
kepadanya (given – cicumtances). Untuk alasan ini, ingatan emosi hanya
dipergunakan sebagai alat pendukung latihan bukan untuk pertunjukan.
Kedua, bahkan dalam latihan, ingatan emosi yang kuat harus disadari dengan bebar
dan dipergunakan saat memainkan si tokoh. Jika ingatan emosi ini menguasai
kepekaan si tokoh, maka si aktor tidak akan bertingkah laku seperti diri sendiri dan ia
akan berada di luar suasana “ di sini dan sekarang”, terputus dari situasi yang
diberikan kepadanya dan kepada lawan main.
Ketiga, igatan emosi harus disugestikan oleh pengalaman dengan materi ingatan
emosi yang tidak dipaksakan. Mengalir tanpa beban begitu saja. Akhirnya, ingatan
emosi berguna jika si aktor sudah menguasainya, sudah matang untuk diolah dan
tidak merusak permainanmu.
4. Komuni atau hubungan batin
Mata adalah cerminan jiwa. Mata yang kosong adalah cermin batin yang kosong.
Sangat penting kiranya agar mata seorang aktor, harus membina sumber-sumber batin,
supaya dapat berhubungan dengan kehidupan jiwa manusia dalam perannya. Ia harus juga
mengadakan hubungan batin dengan aktor - aktor lain sesuai dengan tuntutan skenario.
5. Adaptasi
Sebuah cara manusiawi, baik lahir maupun batin yang dipergunakan untuk
menyesuaikan diri dengan berbagai macam hubungan jugasebagai media untuk mencapai
tujuan tertentu. Setiap perasaan yang kita ungkapkan, memerlukan bentuk penyesuaian
yang jelas dan khas pengungkpannya. Setipa macam komunikasi, seperti komunikasi
dalam kelompok, dengan objek imajiner, memerlukan penyesuaian yang tepat. Kita
mempergunakan kelima pancaindera kita dan semua unsur lahir batin kita untuk
berkomunikasi. Kita memancarkan sinar dan menerimanya. Kita menggunakan mata,
ekspresi wajah, suara dan intonasi, tangan, jari bahkan seluruh tubuh untuk beradaptasi
dan menyampaikan komunikasinya.
6. Kekuatan Inner – Art
Inner ( motif dalam) merangkul tiga poros kekuatan yakni pikiran, kemauan yang
terdapat diantara ketiganya. Ketiganya saling menopang dan salin, mendorong, hingga
akhirnya semuanya mampu bertindak pada saat yang sama dan dalam hubungan yang
erat. Jika kita mengerahkan pikiran kita untuk bertindak, maka dengan itu sekaligus kita
mengunggah kemauan dan perasaan kita. Hanya jika kekuatan – kekuatan ini bekerja
sama secara harmonis, kita dapat mencipta secara bebas. Pikiran, perasaan dan konsep
pengarang serta sutradara, diproses milik sang aktor sendiri. Aktor tidak hanya bertugas
untuk menyampaikan dialog dan presentasi akting saja hingga bisa mengerti. Namun
yang terpenting adalah keterlibatan penonton untuk bisa merasakan hubungan batinnya
dengan apa yang ia perankan.
7. Garis yang tak terputus
Arus pikiran, keinginan dan emosi akan timbul tenggelam jika seorang aktor tidak
menyelami dan tidak mampu memetakan cerita dan peran yang akan ia mainkan.Baru
setelah menyelami secara intens, pola itu lambat laut muncul sebagai suatu garis yang
sambung menyambung tidak terputus – putus atau sebuah kebetulan. Ketika memainkan
suatu tokoh, jika garis ini terputus, maka seorng aktor tidak akan mengerti lagi apa yang
ia ucapkan atau ia lakukan dan ia akan berhenti kemauan dan emosinya. Dan jika garis ini
bisa dipersatukan dengan garis apa yang telah terjadi, maka kamu akan menciptakan
sebuah garis utuh tak terputus – putus yang berjalan dari masa lampau, melewati masa
kini dan masuk ke masa depan.
Dari saat kamu bangun pagi sampai kamu mengatupkan mata untuk tidur pada malam
hari. Ibarat penggalan sekuen kehidupan seorang aktor dalam memainkan tokoh dalam
sebuah film.
8. Keadaan kreatif batiniah
Seorang aktor berlandaskan pada instrumen kreatif spiritual dan fisiknya. Pikiran,
kemauan dan perasaannya berpadu untuk menggerakkan unsur dalamnya. Mereka
melukiskan kehidupan dari khayalan yang berbentuk skenario, lalu membuat khayalan itu
lebih nyata dan sasaran – sasarannya lebih beralasan (reasonable). Semua ini membantu si
aktor dalam memainkan karakter sang tokoh, kebenarannya dan meyakinkannya pada
kemungkinan aktual dari apa yang terjadi dalam cerita itu. Ketiga pendorong ini
mengambil warna, nada, corak dan suasana unsur-unsur yang mereka kuasai. Isi
spiritualnya mereka serap, lalu mengeluarkan energi, kekuatan, kemauan, emosi dan
pikiran. Dari pencakokkan ini tumbuhlah secara lambat laun apa yang kita sebut unsur –
unsur kreatif yang bersemayam dalam tokoh dan isi cerita. Ia lantas menuju ke suatu titik
di kejauhan, kemana plot cerita itu mengalir. Mereka bergerak menuju sasaran kreatif,
didorong oleh kegelisahan batin, amnisi dan oleh gerakan yang merupakan bagian dari
watak – watak tokoh yang dimainkan. Inilah yang disebut dengan “ suasana kreatif
batiniah”.
9 Sasaran paling utama
Dalam sebuah cerita atau sebuah film,seluruh arus sasaran individual dan sasaran
kecil, semua pikiran imajinatif, perasaan dan tingkah laku seorang aktor, harus berpadu
untuk melaksanakan sasaran utama plot. Ikatan bersama ini harus terjalin kuat, hingga
detail yang paling berarti sekalipun akan berubah menjadi media kreatif dalam berakting.
Dorongan ke arah sasaran utama ini harus bersifat terus menerus dalam seluruh cerita.
Jika dorongan ini sumbernya bersifat fisikal saja, maka ia hanya akan memberikan
pengarahan yang hanya mendekati kebenaran pada cerita itu. Tapi jika ia bersifat
manusiawi dan diarahkan pada tujuan dasar cerita, maka ia akan menjadi urat nadi yang
menyalurkan ruh cerita lakon maupun para aktornya.
10. Di ambang pintu kesadaran
Semua persiapan ini melatih “ keadaan kreatif batiniah “ dan membantu kamu untuk
menemukan “ sasaran utama “ dan “ garis lurus aksi “. Ia menciptakan suatu psiko
tekhnik yang disadari dan pada akhirnya mencapai “ dunia bawah sadar “. Pikiran sadar
kita mengatur dan menanamkan semacam keteraturan ke dalam fenomena dunia luar yang
melindungi kita. Antara pengalaman sadar dan dunia bawah sadar tidak ada garis pemisah
yang jelas. Kesadaran kita seringkali menunjukkan ke arah di mana dunia bawah sadar
kita terus bekerja. Oleh karena itu, sasaran dasar psiko-tekhnik ialah untk membuat kamu
berada dalam keadaan kreatif di mana kreatif bawah-sadarmu berfungsi secara wajar.
Aktor harus memaksimalkan bahan kreatif bawah-sadar, karena itu ia mendapatkan
bentuk presentasi kreatif-artistik dalam aktingnya. Di tahap pertama, aktor mulai meraba-
raba untuk memainkan tokohnya, tanpa memahami apa yang terjadi di dalamnya, dalam
dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Jika ia sampai ke daerah bawah-sadar, maka
mata hatinya terbuka dan mulai sadar akan segalanya, bahkan detail-detail terkecilpun
dan semuanya memperoleh arti yang baru. Ia sadar akan rasa baru, konsepsi baru,
pengelihatan baru, sikap baru, baik dalam peran maupun dalam dirinya sendiri. Di balik
ambang pintu ini, kehidupan batin kita dengan sendirinya memperoleh bentuk yang
bersahaja dan penuh, kalau organis mengarahkan semua pusat peralatan kreatif kita.