penyutradaraan

7
2. Keyakinan dan Kebenaran Artistik Ada dua kebenaran dan keyakinan pada seni akting. Pertama,yang diciptakan secara otomatis dengan sendirinya dalam tingkatan fakta aktual dan kedua adalah merupakan tipe scenic yang dilahirkan dalam dunia imajinasi dan artistik.Untuk mencapai kebenaran artistik dan menyajikannya kembali dalam adegan, kita harus bisa masuk dan “ hidup dalam dunia imajiner” dalam dunia khayal baru. Apakah kamu sudah mengerti sejauhmana kamu harus mengidentifikasi detail-detail realistik, hingga sifat dari kebenaran aksi-aksimu dalam memainkan peran bisa meyakinkan? Jika kita ingin menghayati sebuah peran yang sudah pernah diciptakan, maka peran itu akan memberikan cara untuk mengingat segala rasa hati yang pernah kita alami sebelumnya. Jika tidak begitu, maka detik-detik paling dramatik dalam permainan seorang kator, akan lewat dalam sekejap mata dan tidak akan pernah muncul lagi. Penampilanmu sebagai aktor dalam sebuah film,haruslah alamiah meskipun dalam kehidupan imajiner. Untuk itu diperlukan kesabaran yang besar. Ia akan muncul dengan sendirinya setelah kamu melalui proses akting dan melakukan eksperimen untuk menyelami, menjelaskan dan merubah realitas kehidupan manusia sehari-hari menjadi kristal-kristal kebenaran artistik. 3. Ingatan Emosi Otak kita sering merekam peristiwa-peristiwa yang sangat emosional. Rekaman ini disimpan di dalam memori dan siap digunakan jika peristiwa emosional itu muncul kembali(ingatan emosi). Emosi itu bisa berupa apa saja. Perasaan benci, cinta,

Upload: hasanaharifin

Post on 07-Dec-2015

3 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

materi mata kuliah penyutradaraan

TRANSCRIPT

Page 1: Penyutradaraan

2. Keyakinan dan Kebenaran Artistik

Ada dua kebenaran dan keyakinan pada seni akting. Pertama,yang diciptakan secara

otomatis dengan sendirinya dalam tingkatan fakta aktual dan kedua adalah merupakan tipe

scenic yang dilahirkan dalam dunia imajinasi dan artistik.Untuk mencapai kebenaran artistik

dan menyajikannya kembali dalam adegan, kita harus bisa masuk dan “ hidup dalam dunia

imajiner” dalam dunia khayal baru. Apakah kamu sudah mengerti sejauhmana kamu harus

mengidentifikasi detail-detail realistik, hingga sifat dari kebenaran aksi-aksimu dalam

memainkan peran bisa meyakinkan? Jika kita ingin menghayati sebuah peran yang sudah

pernah diciptakan, maka peran itu akan memberikan cara untuk mengingat segala rasa hati

yang pernah kita alami sebelumnya. Jika tidak begitu, maka detik-detik paling dramatik

dalam permainan seorang kator, akan lewat dalam sekejap mata dan tidak akan pernah

muncul lagi. Penampilanmu sebagai aktor dalam sebuah film,haruslah alamiah meskipun

dalam kehidupan imajiner. Untuk itu diperlukan kesabaran yang besar. Ia akan muncul

dengan sendirinya setelah kamu melalui proses akting dan melakukan eksperimen untuk

menyelami, menjelaskan dan merubah realitas kehidupan manusia sehari-hari menjadi kristal-

kristal kebenaran artistik.

3. Ingatan Emosi

Otak kita sering merekam peristiwa-peristiwa yang sangat emosional. Rekaman ini

disimpan di dalam memori dan siap digunakan jika peristiwa emosional itu muncul

kembali(ingatan emosi). Emosi itu bisa berupa apa saja. Perasaan benci, cinta, menyebalkan

yang sangat mengesalkan atau bahkan kenangan indah bersama teman, kekasih, atau

keluarga. Apakah kenyataan emosi itu? Ingatann emosi berguna untuk menciptakan

hubungan yang lebih pribadi dengan si karakter.

Apakah yang mesti kamu lakukan dengan ingatan emosi?

Pertama, ingatan emosi digunakan untuk membuka hubungan dengan pengalaman si

karakter, tetapi si aktor harus melanjutkan lebih dari sekadar membuka hubungan

tersebut. Ia harus memperhatikan peristiwa si tokoh di dalam situasi yang diberikan

kepadanya (given – cicumtances). Untuk alasan ini, ingatan emosi hanya

dipergunakan sebagai alat pendukung latihan bukan untuk pertunjukan.

Kedua, bahkan dalam latihan, ingatan emosi yang kuat harus disadari dengan bebar

dan dipergunakan saat memainkan si tokoh. Jika ingatan emosi ini menguasai

Page 2: Penyutradaraan

kepekaan si tokoh, maka si aktor tidak akan bertingkah laku seperti diri sendiri dan ia

akan berada di luar suasana “ di sini dan sekarang”, terputus dari situasi yang

diberikan kepadanya dan kepada lawan main.

Ketiga, igatan emosi harus disugestikan oleh pengalaman dengan materi ingatan

emosi yang tidak dipaksakan. Mengalir tanpa beban begitu saja. Akhirnya, ingatan

emosi berguna jika si aktor sudah menguasainya, sudah matang untuk diolah dan

tidak merusak permainanmu.

4. Komuni atau hubungan batin

Mata adalah cerminan jiwa. Mata yang kosong adalah cermin batin yang kosong.

Sangat penting kiranya agar mata seorang aktor, harus membina sumber-sumber batin,

supaya dapat berhubungan dengan kehidupan jiwa manusia dalam perannya. Ia harus juga

mengadakan hubungan batin dengan aktor - aktor lain sesuai dengan tuntutan skenario.

5. Adaptasi

Sebuah cara manusiawi, baik lahir maupun batin yang dipergunakan untuk

menyesuaikan diri dengan berbagai macam hubungan jugasebagai media untuk mencapai

tujuan tertentu. Setiap perasaan yang kita ungkapkan, memerlukan bentuk penyesuaian

yang jelas dan khas pengungkpannya. Setipa macam komunikasi, seperti komunikasi

dalam kelompok, dengan objek imajiner, memerlukan penyesuaian yang tepat. Kita

mempergunakan kelima pancaindera kita dan semua unsur lahir batin kita untuk

berkomunikasi. Kita memancarkan sinar dan menerimanya. Kita menggunakan mata,

ekspresi wajah, suara dan intonasi, tangan, jari bahkan seluruh tubuh untuk beradaptasi

dan menyampaikan komunikasinya.

6. Kekuatan Inner – Art

Inner ( motif dalam) merangkul tiga poros kekuatan yakni pikiran, kemauan yang

terdapat diantara ketiganya. Ketiganya saling menopang dan salin, mendorong, hingga

akhirnya semuanya mampu bertindak pada saat yang sama dan dalam hubungan yang

erat. Jika kita mengerahkan pikiran kita untuk bertindak, maka dengan itu sekaligus kita

mengunggah kemauan dan perasaan kita. Hanya jika kekuatan – kekuatan ini bekerja

sama secara harmonis, kita dapat mencipta secara bebas. Pikiran, perasaan dan konsep

pengarang serta sutradara, diproses milik sang aktor sendiri. Aktor tidak hanya bertugas

untuk menyampaikan dialog dan presentasi akting saja hingga bisa mengerti. Namun

Page 3: Penyutradaraan

yang terpenting adalah keterlibatan penonton untuk bisa merasakan hubungan batinnya

dengan apa yang ia perankan.

7. Garis yang tak terputus

Arus pikiran, keinginan dan emosi akan timbul tenggelam jika seorang aktor tidak

menyelami dan tidak mampu memetakan cerita dan peran yang akan ia mainkan.Baru

setelah menyelami secara intens, pola itu lambat laut muncul sebagai suatu garis yang

sambung menyambung tidak terputus – putus atau sebuah kebetulan. Ketika memainkan

suatu tokoh, jika garis ini terputus, maka seorng aktor tidak akan mengerti lagi apa yang

ia ucapkan atau ia lakukan dan ia akan berhenti kemauan dan emosinya. Dan jika garis ini

bisa dipersatukan dengan garis apa yang telah terjadi, maka kamu akan menciptakan

sebuah garis utuh tak terputus – putus yang berjalan dari masa lampau, melewati masa

kini dan masuk ke masa depan.

Dari saat kamu bangun pagi sampai kamu mengatupkan mata untuk tidur pada malam

hari. Ibarat penggalan sekuen kehidupan seorang aktor dalam memainkan tokoh dalam

sebuah film.

8. Keadaan kreatif batiniah

Seorang aktor berlandaskan pada instrumen kreatif spiritual dan fisiknya. Pikiran,

kemauan dan perasaannya berpadu untuk menggerakkan unsur dalamnya. Mereka

melukiskan kehidupan dari khayalan yang berbentuk skenario, lalu membuat khayalan itu

lebih nyata dan sasaran – sasarannya lebih beralasan (reasonable). Semua ini membantu si

aktor dalam memainkan karakter sang tokoh, kebenarannya dan meyakinkannya pada

kemungkinan aktual dari apa yang terjadi dalam cerita itu. Ketiga pendorong ini

mengambil warna, nada, corak dan suasana unsur-unsur yang mereka kuasai. Isi

spiritualnya mereka serap, lalu mengeluarkan energi, kekuatan, kemauan, emosi dan

pikiran. Dari pencakokkan ini tumbuhlah secara lambat laun apa yang kita sebut unsur –

unsur kreatif yang bersemayam dalam tokoh dan isi cerita. Ia lantas menuju ke suatu titik

di kejauhan, kemana plot cerita itu mengalir. Mereka bergerak menuju sasaran kreatif,

didorong oleh kegelisahan batin, amnisi dan oleh gerakan yang merupakan bagian dari

watak – watak tokoh yang dimainkan. Inilah yang disebut dengan “ suasana kreatif

batiniah”.

Page 4: Penyutradaraan

9 Sasaran paling utama

Dalam sebuah cerita atau sebuah film,seluruh arus sasaran individual dan sasaran

kecil, semua pikiran imajinatif, perasaan dan tingkah laku seorang aktor, harus berpadu

untuk melaksanakan sasaran utama plot. Ikatan bersama ini harus terjalin kuat, hingga

detail yang paling berarti sekalipun akan berubah menjadi media kreatif dalam berakting.

Dorongan ke arah sasaran utama ini harus bersifat terus menerus dalam seluruh cerita.

Jika dorongan ini sumbernya bersifat fisikal saja, maka ia hanya akan memberikan

pengarahan yang hanya mendekati kebenaran pada cerita itu. Tapi jika ia bersifat

manusiawi dan diarahkan pada tujuan dasar cerita, maka ia akan menjadi urat nadi yang

menyalurkan ruh cerita lakon maupun para aktornya.

10. Di ambang pintu kesadaran

Semua persiapan ini melatih “ keadaan kreatif batiniah “ dan membantu kamu untuk

menemukan “ sasaran utama “ dan “ garis lurus aksi “. Ia menciptakan suatu psiko

tekhnik yang disadari dan pada akhirnya mencapai “ dunia bawah sadar “. Pikiran sadar

kita mengatur dan menanamkan semacam keteraturan ke dalam fenomena dunia luar yang

melindungi kita. Antara pengalaman sadar dan dunia bawah sadar tidak ada garis pemisah

yang jelas. Kesadaran kita seringkali menunjukkan ke arah di mana dunia bawah sadar

kita terus bekerja. Oleh karena itu, sasaran dasar psiko-tekhnik ialah untk membuat kamu

berada dalam keadaan kreatif di mana kreatif bawah-sadarmu berfungsi secara wajar.

Aktor harus memaksimalkan bahan kreatif bawah-sadar, karena itu ia mendapatkan

bentuk presentasi kreatif-artistik dalam aktingnya. Di tahap pertama, aktor mulai meraba-

raba untuk memainkan tokohnya, tanpa memahami apa yang terjadi di dalamnya, dalam

dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Jika ia sampai ke daerah bawah-sadar, maka

mata hatinya terbuka dan mulai sadar akan segalanya, bahkan detail-detail terkecilpun

dan semuanya memperoleh arti yang baru. Ia sadar akan rasa baru, konsepsi baru,

pengelihatan baru, sikap baru, baik dalam peran maupun dalam dirinya sendiri. Di balik

ambang pintu ini, kehidupan batin kita dengan sendirinya memperoleh bentuk yang

bersahaja dan penuh, kalau organis mengarahkan semua pusat peralatan kreatif kita.