penyutradaraan program dokumenter televisi · penyutradaraan program dokumenter televisi “bumi...
TRANSCRIPT
PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI
“BUMI RAFFLESIA” DENGAN GAYA EXPOSITORY
KARYA SENI
untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana Strata 1
Program Studi Televisi
Disusun oleh :
ROBBY FACHRU ROZIE
NIM: 1010506032
JURUSAN TELEVISI
FAKULTAS SENI MEDIA REKAM
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2015
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI
“BUMI RAFFLESIA” DENGAN GAYA EXPOSITORY
KARYA SENI
untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana Strata 1
Program Studi Televisi
Disusun oleh :
ROBBY FACHRU ROZIE
NIM: 1010506032
JURUSAN TELEVISI
FAKULTAS SENI MEDIA REKAM
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2015
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Akhir Karya Seni ini telah diterima dan disahkan oleh tim penguji
Jurusan Televisi Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarta
pada tanggal
Dosen Pembimbing I
Drs. Alexandri Luthfi R., M.S.
NIP : 19580912 198601 1 001
Dosen Pembimbing II
Arif Sulistyono, M. Sn
NIP: 19760422 200501 1 002
Penguji Ahli/ Cognate
Latief Rakhman Hakim, M. Sn
NIP: 19795142 003121 001
Ketua Jurusan Televisi
Dyah Arum Retnowati, M. Sn
NIP: 19710430 199802 2 001
Mengetahui
Dekan Fakultas Seni Media Rekam
Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Drs. Alexandri Luthfi R., M.S.
NIP : 19580912 198601 1 001
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
SURAT PERNYATAAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama : Robby Fachru Rozie
NIM : 1010 5060 32
Demi kemajuan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Istitut
Seni Indonesia Yogyakarta Hak Bebas Royalty Non-Ekslusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul “Penyutradaraan Program
Dokumenter Televisi Bumi Rafflesia dengan Gaya Expository”, untuk disimpan
dan dipublikasikan oleh Institut Seni Indonesia Yogyakarta bagi kemajuan dan
keperluan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan
nama saya penulis atau pencipta.
Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Institut
Seni Indonesia Yogyakarta. Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas
pelanggaran hak, Cipta dalam karya ilmiah saya ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Yogyakarta
Pada tanggal : 7 Juli 2015
Yang menyatakan
( Robby Fachru Rozie )
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
iii
SURAT PERNYATAAN
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk kedua orang tua tercinta, Bapak Bripka. Pol.
Riduan B dan Ibu Elmawati yang telah memberikan semangat dan pengorbanan
untuk penulis dalam menjalani kehidupan.
Jalanlah Yang Jauh, Tapi Ingat Pulang Biar Kita Tahu
Seberapa Jauh Pandangan Kita dan Seberapa Jauh
Apa Yang Telah Kita Perbuat
Semuanya Mengajarkan Kita Agar Selalu Menunduk dan Memaknai Hidup.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
v
KATA PENGANTAR
Assallamua’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis limpahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya laporan Tugas Akhir karya seni
Program Dokumenter Televisi yang berjudul “Bumi Rafflesia” ini dapat
terselsaikan walaupun ada beberapa kendala yang menghambat dalam prosesnya.
Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar strata S-1, Jurusan Televisi, Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni
Indonesia Yogyakarta, dimana tidaklah dapat diselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Dengan rasa hormat pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Allah S.W.T
2. Nabi Muhammad SAW
3. Ayahanda Bripka Pol. Riduan. B.
4. Ibunda Elmawati.
5. Kakanda Afridel Ariyani dan Brigpol. Arie Afrialdi, S.H.
6. Bapak Drs. Alexandri Luthfi R., M.S selaku Dekan Fakultas Seni Media
Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan juga sebagai dosen
pembimbing I dalam menyelesaikan laporan karya seni ini
7. Bapak Arif Sulistyono, M. Sn selaku dosen pembimbing II.
8. Ibu Dyah Arum Retnowati, M.Sn selaku Ketua Jurusan Program Studi
Televisi Fakultas Seni Media Rekam Institut seni Indonesia Yogyakarta.
9. Bapak Latief Rakhman Hakim, M.Sn sebagai penguji ahli.
10. Ibu Raden Roro Ari Prasetyowati, S.H., LL.M selaku dosen wali.
11. Bapak Ir. Agus Susatya, Msc., Ph.D.
12. Sofian, Sip., M.Si.
13. Bapak Brigjend TNI (Purn) H. Iskandar Ramis, Sip., M.Si.
14. Bapak Drs. Agus Setyanto, M.Hum.
15. Bapak Holidin.
16. Bapak Ibnu.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................... iv
KATA PENGANTAR........................................................................................ v
DAFTAR ISI..................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................ix
DAFTAR TABEL...............................................................................................ix
DAFTAR SKEMA ............................................................................................. ix
DAFTAR CAPTURE .......................................................................................... x
DAFTAR FOTO .......... ......................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
ABSTRAK ....................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penciptaan............................................................. 1
B. Ide Penciptaan....................................................................... ......... 5
C. Tujuan Penciptaan.......................................................................... 7
D. Tinjauan Karya............................................................................... 8
BAB II OBJEK PENCIPTAAN DAN ANALISIS OBJEK
A. Objek Penciptaan.......................................................................... 12
B. Analisis Objek ................................................................................ 23
BAB III LANDASAN TEORI
A. Dokumenter................................................................................... 26
B. Kreatif............................................................................................ 30
C. Dokumenter Gaya Expository ........................................................ 31
D. Penyutradaraan............................................................................... 32
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Lambang Pemda Prov. Bengkulu .................................................................... 17
Gambar 2.2 Lambang Pemerintahan Kabupaten Bengkulu Tengah .................................... 18
Gambar 2.3 Lambang Pemerintahan Kabupaten Rejang Lebong.18
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Lokasi Rafflesia Arnoldi, R.Br yang ada di Provinsi Bengkulu........................... 15
DAFTAR SKEMA
3.1 Skema Standar Operasional Prosedur ............................................................................ 38
4.1 Skema Ide Penciptaan Karya ......................................................................................... 47
4.2 Skema Proses Kreatif ..................................................................................................... 48
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Editing script Program Dokumenter Televisi “Bumi Rafflesia”
Lampiran 2. Surat Penelitian
Lampiran 3. Form
Lampiran 4. Poster, cover dan label karya
Lampiran 5. Undangan screening, poster, dan katalog karya
Lampiran 6. Dokumentasi screening Karya Tugas Akhir
Lampiran 7. Surat peminjaman Ruangan Auvi
Lampiran 8. Surat keterangan pemutaran karya
Lampiran 9. Dokumentasi Produksi karya
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
x
DAFTAR CAPTURE
Capture : 1.1 Program Dokumenter Metro TV “Melawan Lupa” ......................................... 9
Capture : 1.2 Potongan gambar Program Metro TV “Melawan lupa” ................................ 10
Capture : 1.3 Potongan gambar pada “The Soul of Arat Sarerreiket” ................................ 10
Capture : 2.1. Peta sebaran populasi Rafflesia di Indonesia ................................................ 14
Capture : 5.1 (a, b, c, d, e, f, g, h, i) shot-shot opening dokumenter Bumi Rafflesia .......... 76
Capture : 5.2 Judul dokumenter Bumi Rafflesia sebelum segmen pertama ........................ 78
Capture : 5.2. Peta Indonesia Motion Graphic populasi Rafflesia di Indonesia .................. 79
Capture : 5.3. Peta Sumatera Motion Graphic .................................................................... 79
Capture : 5.4. Motion Graphic Peta populasi Rafflesia di Provinsi Bengkulu ................... 79
Capture : 5.5. Motion Graphic data Rafflesia pada tahun 2012 Provinsi Bengkulu ........... 79
Capture : 5.6.Wawancara narasumber Ketua Komunitas Peduli Puspa Langka ................ 81
Capture : 5.7.Narasumber seorang Peneliti Rafflesia .......................................................... 81
Capture : 5.7. Graphic Motion bertujuan informasi mekarnya Rafflesia ............................ 82
Capture : 5.8. Graphic Motion Media sosial ....................................................................... 82
Capture : 5.8. Insert gambar pada shot motif Rafflesia pada kain Batik Basurek ............... 83
Capture : 5.9. Insert gambar pada shot miniatur alat musik dol.......................................... 83
Capture : 5.10. Insert gambar pada shot kulit lantung ........................................................ 84
Capture : 5.11. Insert nama Rafflesia pada Instansi Rumah sakit swasta ........................... 84
Capture : 5.12. Motion Graphic beberapa lambang Instansi ............................................... 85
Capture : 5.11. Motion Graphic tentang pengertian lambang Bengkulu ............................ 85
Capture : 5.12. Narasumber seorang Sejarahwan dan Budayawan Bengkulu .................... 86
Capture : 5.13. Wawancara narasumber seorang tokoh masyarakat ................................... 87
Capture : 5.13. Insert Footage Pariwisata Pemerintahan Malaysia .................................... 88
Capture : 5.14. Insert motion graphic majalah Nawala ...................................................... 88
Capture : 5.15. Insert motion Graphic menginformasikan ikon Rafflesia .......................... 89
Capture : 5.16. Title sebagai mengarahkan informasi yang ada.......................................... 89
Capture : 5.17. Hutan lindung hujan tropis merupakan habitat Rafflesia ........................... 90
Capture : 5.18. Pengelolah Rafflesia Kabupaten mencari bakal bibit Rafflesia ................. 90
Capture : 5.19. Footage pengelola Rafflesia di Taba Penanjung ........................................ 91
Capture : 5.20. Motion graphic informasi pendukung lewat media cetak ......................... 91
Capture : 5.21. wawancara Holidin menggunakan set on location ..................................... 92
Capture : 5.22. Motion Graphic informasi banyaknya perambahan hutan ......................... 92
Capture : 5.23. Motion Graphic informasi media Rafflesia terancam punah ...................... 93
Capture : 5.22. Footage media televisi Barisan yang merupakan habitat Rafflesia ............ 93
Capture : 5.23. Motion Graphic Festival Bumi Rafflesia .................................................... 94
Capture : 5.24. Footage statement keras tidak adanya promosi Rafflesia dinas ................. 94
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
xi
DAFTAR FOTO
Foto. 2.1 Rafflesia Arnoldy Dok. Robby FR. 2014 ................................................ 19
Foto. 2.2 Rafflesia Gaduten Dok. KPPL Bengkulu. 2012 ..................................... 19
Foto. 2.3 Rafflesia Bengkuluensis Dok. KPPL Bengkulu. 2012 ............................ 20
Foto. 2.4 Rafflesia Hasselti Dok. KPPL Bengkulu. 2012 ...................................... 20
Foto. 2.5 Tugu Pers Nasional 2013 Sumber : Obor News. 2013 ........................... 21
Foto. 2.6 Batik Basurek Sumber : Antara News Bengkulu. 2013 .......................... 21
Foto. 2.7 Kerajinan Kulit Lantung Sumber : Batik Bengkulu. 2010 ..................... 21
Foto. 2.8 Rumah Sakit Rafflesia Dok. Eef Sjahranie. 2014 ................................... 22
Foto. 2.9 Rafflesia Arnoldy yang dihancurkan jawab ............................................ 22
Foto. 5.1 Pada saat produksi wawancara bersama Bapak Agus Susatya ............... 66
Foto. 5.2 Pada saat proses wawancara bersama Sofian ......................................... 66
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
viii
E. Sutradara Dokumenter................................................................... 33
F. Naskah Dokumenter...................................................................... 35
G. Tata Kamera................................................................................... 36
H. Tata Suara...................................................................................... 36
I. Tata Artistik................................................................................... 36
J. Editing ............................................................................................ 37
K. Struktur Penuturan Kronologis...................................................... 37
L. Departemen Produksi..................................................................... 38
BAB IV KONSEP KARYA
A. Konsep Estetika....................................................................................... 45
B. Desain Program.............................................................................. 53
C. Desain Produksi............................................................................. 54
D. Konsep Teknik............................................................................... 57
BAB V PERWUJUDAN DAN PEMBAHASAN KARYA
A. PROSES PERWUJUDAN............................................................. 61
B. PEMBAHASAN KARYA............................................................. 70
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 100
B. Saran.............................................................................................. 101
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 103
LAMPIRAN
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
vi
17. Ki Tanpo Aran dan mbak Aroh.
18. Pak Nanang Rakhmat Hidayat M.Sn.
19. Revaldi Novriansyah, Raden Arif Hidayat, Diky Patrian Budi, Tigor
Namora Sitorus, Ardin, Deky Yuza, Fredy Yoan, Syafran Ansyori, Beny
TVOne.
20. Kampuz Jalanan dan Topanerz Indonesia.
21. Rafflesia Motion dan Tanpa Batas Production.
22. Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu. (KPPL)
23. Markaz Ranger.
24. Bayu Angga Septian, Deden Ardiansyah, Ifan Rohimanto, Iham Pratoma,
Kimbul, Shuhaery Faiz, Yoga Dharma Saputra, Galih Wardani, Rahadian
Winursito, Amin Rosidi, Adib Yayuda, Adiyan Chandra, Fanto Novianto,
Mufti Rais, Riana, Novanda Fibrianti, Leo Prima, Taufik Hidayat,
Zulfikar.
25. Teman-teman seperjuangan Televisi 2010 dan seluruh angkatan Jurusan
Televisi Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
26. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah
banyak membantu dan memberikan dorongan dan semangat.
Akhir kata semoga karya Dokumenter “Bumi Rafflesia” ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi para praktisi, pengamat dokumenter dan tentunya
masyarakat untuk mendapatkan sebuah pelajaran yang segar dan menghibur
melalui media televisi. Adapun laporan ini semoga juga dapat bermanfaat bagi
yang membacanya.
Wassalam.
Yogyakarta, 11 Agustus 2015
Robby Fachru Rozie
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
xiii
ABSTRAK
Karya Tugas Akhir Penciptaan Program Televisi Dokumenter “Bumi
Rafflesia” Dengan Gaya Expository, merupakan sebuah karya program televisi
format dokumenter. Dokumenter adalah upaya menceritakan kembali sebuah
kejadian atau realiatas, menggunakan fakta dan data.
Program dokumenter yang berjudul “Bumi Rafflesia”. Program ini
memaparkan tentang Bunga Rafflesia yang dijadikan ikon dari Provinsi Bengkulu,
sehingga Bengkulu disebut dengan nama lain Bumi Rafflesia. Akan tetapi
Bengkulu sebagai Bumi Rafflesia kurang memperhatikan kelestarian Rafflesia,
sehingga Rafflesia terancam kepunahan di Buminya.
Program dokumenter ini diproduksi dengan penyutradaraan menggunakan
gaya expository. Gaya expository adalah gaya yang menampilkan informasi dan
pesan kepada penonton secara langsung. Expository menggunakan bentuk
wawancara yang memungkinkan orang lain (selain pembuat film) bisa
memberikan komentar, baik secara langsung atau dengan voice over dan juga
menggunakan archival footage seperti foto, film footage, gambar, dan sebagainya.
Expository menjadi arus besar dalam dokumenter televisi. Gaya ini dipilih dengan
pertimbangan bahwa dengan gaya tersebut program dokumenter “Bumi Rafflesia”
akan mudah dipahami oleh penikmatnya.
Kata Kunci: Dokumenter, Bumi Rafflesia, Expository
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia sangat terkenal dengan keindahan alamnya. Berbagai
keindahan alam yang mempesona serta ditambah dengan keberagaman flora dan
fauna membuat daya tarik tersendiri bagi wilayah provinsi yang ada di Indonesia.
Provinsi Bengkulu merupakan provinsi yang ke 26 di Indonesia memiliki berbagai
keindahan alam seperti tumbuh-tumbuhan yang unik, salah satunya adalah bunga
terbesar di dunia yang dikenal dengan nama Rafflesia Arnoldi.
“Padma Raksasa (Rafflesia Arnoldi) merupakan tumbuhan parasit obligat
yang terkenal karena memiliki bunga berukuran sangat besar di dunia. Ia
tumbuh di jaringan tumbuhan merambat (liana) Tetrastigma dan tidak
memiliki daun sehingga tidak mampu berfotosintesis. Penamaan bunga
raksasa ini tidak terlepas oleh sejarah penemuannya pertama kali pada tahun
1818 di hutan tropis Bengkulu (Sumatera) di suatu tempat dekat Sungai
Manna, Lubuk Tapi, Kabupaten Bengkulu Selatan, sehingga
Bengkulu dikenal di dunia sebagai The Land of Rafflesia atau Bumi
Rafflesia”. (Susatya, 2011:1).
Rafflesia sebenarnya pertama kali ditemukan oleh Louis Auguste Deschamp
yang saat itu sedang melakukan ekspedisi untuk mencari spesies tumbuhan di
pedalaman pulau jawa pada tahun 1797. Deschamp pertama kali menemukan di
pulau nusakambangan, setahun kemudian ketika ia pulang ke Perancis kapalnya
ditangkap oleh Inggris dan penemuanya dirampas. Hal ini mendorong para ahli
botani untuk mencari tahu keberadaan spesies itu, begitu juga Raffles yang saat itu
menduduki Jenderal Inggris di Bengkulu memerintahkan William Jack untuk
segera mendeskripsikan jenis yang ditemukan di Bengkulu Selatan.
Sejatinya Rafflesia yang ada di dunia terdiri dari 25 jenis dan tumbuh
menyebar di berbagai Negara di Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia dan
Filipina, dari 25 jenis tersebut 12 jenis diantaranya tumbuh di Indonesia. Provinsi
Bengkulu merupakan salah satu wilayah terbesar dalam persebaran Rafflesia di
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
2
Indonesia. Rafflesia yang ada di Bengkulu paling unik dibandingkan Rafflesia
yang ada di daerah maupun di Negara lain, karena di Bengkulu ditemukan paling
banyak jenisnya dan coraknya yaitu 4 jenis dan habitatnya paling aktif se-
Indonesia di hutan hujan tropis. Rafflesia merupakan salah satu bunga parasit
yang tidak memiliki akar, tidak berdaun dan tidak bertangkai, apabila mekar
memiliki diameter mencapai satu meter lebih dengan berat sekitar 11 kilogram.
Rafflesia Arnoldy mempunyai bunga tunggal terbesar di dunia, dari tumbuhan
berbunga.
Keberadaan bunga ini sering di salah artikan oleh masyarakat sebagai jenis
bunga bangkai, namun Rafflesia berbeda dengan bunga bangkai. Rafflesia dan
bunga bangkai merupakan jenis tanaman yang berbeda, Rafflesia adalah jenis
tumbuhan bunga parasit sedangkan bunga bangkai merupakan suweg raksasa. Ciri
utama yang membedakan Rafflesia dengan bunga bangkai dapat dilihat secara
fisik, Rafflesia berbentuk melebar, sedangkan bunga bangkai meninggi.
Rafflesia Arnoldi sangat terkenal karena merupakan bunga tunggal
yang paling besar di dunia dan mempunyai kisaran diameter antara 70-110
cm. Jenis ini mempunyai sebaran geografis yang paling luas, yaitu di
sepanjang barat sisi pegunungan bukit barisan dari Aceh di barat laut
sampai dengan Lampung di Tenggara. Dari data Depatemen Kehutanan
Indonesia, pada tahun 1997, laporan tentang keberadaan jenis ini terbanyak
datang dari Provinsi Bengkulu. (Susatya, 2011:37)
Bunga kebanggan ini juga merupakan ikon atau nama sebutan lain dari
Provinsi Bengkulu, setelah lepas dari Sumatera Selatan pada tahun 1968. Provinsi
Bengkulu resmi berdiri sendiri menjadi provinsi yang ke 26 di Indonesia,
pemerintah Provinsi Bengkulu mengesahkan lambang Pemerintah Provinsi
Bengkulu, yang memasukan bunga Rafflesia sebagai tumbuhan paling unik dan
istimewa yang berada di Provinsi Bengkulu.
Pemerintahan pusat dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia
No. 77 Tahun 2007 Tentang lambang daerah pada bab 3 tentang
kedudukan dan fungsi lambang, pada ayat 1 berbunyi Lambang daerah
berkedudukan sebagai tanda identitas daerah. (www.bpkp.go.id)
Rafflesia tidak hanya sebagai lambang pemerintahan, bangunan-bangunan
yang ada di kota maupun di kabupaten di Provinsi Bengkulu sangat kerap
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
3
menggunakan Rafflesia sebagai lambang seperti, persimpangan, tugu, gapura,
nama jalan, komunitas, hingga rumah sakit. Keberedaan Rafflesia sebagai ikon
Bengkulu, memberikan dampak positif dalam sektor pariwisata, karena dapat
menarik minat wisatawan untuk mengunjungi Bengkulu, terbukti dengan adanya
hutan lindung sebagai konservasi spesies Rafflesia. Hutan lindung ini berada di
jalan lintas sebelum menuju Kota Bengkulu, biasanya masyarakat sekitar hutan
menarik minat wisatawan dengan memasang pengumuman jika Rafflesia sedang
mekar, sementara kepedulian pemerintah terhadap keberadaan bunga tersebut
sangat kurang diperhatikan, sehingga masyarakat sekitar hutanlah yang menjaga
bunga tersebut. Masyarakat memagarinya dengan bambu ataupun kayu apabila
warga setempat menemukan bongkol atau bakal bunga Rafflesia yang akan
mekar, supaya bongkol tersebut dapat mekar dengan baik tanpa adanya gangguan
dari hewan liar yang dapat mengganggu proses pemekaran bunga tersebut.
Bengkulu sebagai Bumi Rafflesia belum banyak dikenal oleh masyarakat
luas, masih banyak masyarakat di Indonesia yang tidak tahu dengan keberadaan
Bengkulu sebagai Bumi Rafflesia, nama Rafflesia lebih banyak dikenal di Kota
hujan Bogor dibandingkan dengan Bengkulu. Padahal sejatinya Provinsi
Bengkulu-lah yang mempunyai Rafflesia yang paling besar di dunia, pertama kali
Rafflesia di deskripsikan, dan Bengkulu sebagai habitat paling produktif di
Indonesia, setiap bulan Rafflesia yang ada di Provinsi Bengkulu dapat dijumpai.
Bengkulu memiliki 4 jenis Rafflesia yang ada di dunia, dan memiliki
produktifitas yang tinggi terhadap pertumbuhan bunga Rafflesia sehingga
Bengkulu diberi nama sebagai Bumi Rafflesia, pada bulan Agustus 2013, terbesit
kabar bahwa sebutan Bengkulu sebagai Bumi Rafflesia tidak cocok dilekatkan
dengan Bengkulu, nama lain tersebut hendak diganti dengan sebutan Bumi
Fatmawati, dengan berbagai alasan berdasarkan sejarah nasional, Ibu Fatmawati
lebih dekat keterikatanya dengan Bengkulu karena Fatmawati salah satu tokoh
Nasional wanita yang berasal dari Bengkulu dan salah satu istri Presiden
Soekarno, serta Ibu Negara yang menjahit bendera merah putih pertama kali pada
waktu proklamasi 17 Agustus 1945 dari pada bunga Rafflesia yang ditemukan
oleh penjajah inggris.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
4
Beranjak dari permasalahan yang ada disekitar bunga Rafflesia ini dapat
menjadi objek yang sangat menarik dan inspiratif untuk diangkat menjadi film
dokumenter. Dokumenter ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat,
agar masyarakat dapat mengetahui jenis-jenis bunga Rafflesia di Bengkulu serta
menginformasikan keberadaan pentingnya Bunga Rafflesia sebagai ikon provinsi
sehingga Bengkulu disebut sebagai satu-satunya Bumi Rafflesia.
Dokumenter ini juga sebagai media yang baik untuk menyampaikan kepada
masyarakat dan dapat mengetengahkan permasalahan yang ada, sebab dokumenter
merupakan film yang mengetengahkan permasalahan dengan keadaan yang
sebenarnya. Dasar pembuatan film dokumenter adalah mempresentasikan realita
berupa perekaman gambar apa adanya, setiap adegan sifatnya alamiah atau
spontan, yang akan selalu berubah sehingga sulit untuk direkayasa atau atur.
Sutradara dokumenter sudah harus memiliki ide dan konsep yang jelas mengenai
apa yang akan disampaikan dan bagaimana menyampaikan secara logis dan
mampu memberi emosi dramatik, di samping itu sutradara harus memiliki sudut
pandang dan pengamatan yang kuat.
Untuk memberi sentuhan estetika pada film, ada empat topik utama
yang menjadi konsentarsi sutradara yakni, pendekatan, gaya, bentuk dan
struktur. Ini merupakan teori dasar yang dijadikan bahan ramuan sutradara
dalam menggarap film dengan baik. (Ayawaila, 2008: 98).
Dokumenter ini akan dikemas dengan menggunakan gaya expository,
dengan gaya expository, dokumenter Bumi Rafflesia akan mengajak penontonya
agar mengikuti alur dan memberikan pesan secara langsung dengan menampilkan
beberapa footage-footage gambar yang juga di dukung oleh statement narasumber
sebagai informasinya. Ada beberapa hal yang melatar belakangi dokumenter ini
menggunakan gaya expository, yaitu gaya expository lebih mudah mengarahkan
penontonya sehingga dokumenter expository dapat mudah dicerna. Pada
dokumenter Bumi Rafflesia ada beberapa informasi yang sulit dijelaskan dengan
kata-kata yang diutarakan narasumber, salah satu contoh seperti menerangkan
tentang habitat Rafflesia yang ada di Indonesia dan Bengkulu, sehingga dari
informasi yang dijelaskan dengan peta dapat memberikan informasi yang mudah
di cerna oleh masyarakat. Dokumenter dengan gaya expository dapat membantu
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
5
memberikan penekanan informasi secara langsung kepada penontonya lewat
gambar-gambar baik berupa stock shoot video, foto ataupun melalui motion
graphic, sehingga informasi yang disampaikan lewat dokumenter ini dapat
menginformasikan kepada penontonya dengan baik.
dokumenter ini menurut Gerzon R. Ayawaila “Gaya expository”
merupakan tipe pemaparan yang terhitung konvensional, umumnya merupakan
tipe format dokumenter televisi yang menggunakan narator sebagai penutur
tunggal, karena itu narasi atau narator disini disebut voice of God, karena aspek
subjektivitas narator” (Ayawaila, 2008:101). Pada dokumenter Bumi Rafflesia
informasi akan disampaikan lewat statement narasumber sebagai narator dalam
film, yang menjelaskan berbagai isi cerita yang didukung oleh beberapa footage
pendukung agar gaya expositotry dalam dokumenter ini dapat tersampaikan.
Expository menggunakan bentuk wawancara yang memungkinkan orang lain
(selain pembuat film) biasa memberikan komentar, baik secara langsung atau
dengan voice over dan juga menggunakan archival footage seperti foto, film
footage, gambar dan sebagainya. (Tanzil, 2010:8).
Bill Nichols Introduction to Documentary “ Expository
documentaries rely heavily on an informing logic carried by the spoken
word. In a reversal of the traditional emphasis in film, images serve a
supporting role”. (Nichols. 107:2001)
Bill Nichols Pengantar Dokumenter “Ekspositori Dokumenter sangat
bergantung pada logika dengan memberikan informasi yang dilakukan oleh
kata yang diucapkan. Di dalam pembalikan penekanan tradisonal dalam
film, gambar melayani peran pendukung” (Nichols. 107:2001)
Narasumber akan bercerita secara sambung menyambung dari narasumber
satu ke narsumber lainya yang akan menjelaskan alasan-alasan Bunga Rafflesia
menjadi lambang Provinsi Bengkulu dengan berlandaskan data-data yang ada
serta banyaknya perambahan hutan yang mengakibatkan Rafflesia di Bengkulu
menjadi punah.
B. Ide Penciptaan Karya
Proses penggalian ide, bisa muncul dari berbagai hal yang dialami, serta
mencari data atau riset, yaitu dari rasa ingin tahu penulis yang mendalam
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
6
mengenai Provinsi Bengkulu, yang mengangkat Rafflesia sebagai lambang atau
nama lain Bengkulu sebagai Bumi Rafflesia, mendorong penulis untuk membuat
sebuah film dokumenter, tidak adanya data-data konkrit yang menunjukan kapan
Bengkulu memiliki semboyan Bumi Rafflesia, data-data tersebut didapat dari
wawancara kepada narasumber yang berkompeten dibidangnya, menjelaskan hal-
hal yang mungkin dengan ikon Rafflesia di Provinsi Bengkulu. Berawal dari
berbagai permasalahan yang ada di seputaran bunga Rafflesia inilah tercetus ide
dalam pembuatan program dokumenter tersebut, bunga yang dikenal di dunia ini
banyak sekali problematik yang kerap terjadi, dokumenter ini akan menceritakan
Bengkulu sebagai Bumi Rafflesia dan eksploitasi Rafflesia terhadap lambang
Bengkulu.
Keberadaan Rafflesia sebagai nama lain dari sebutan Provinsi Bengkulu
merupakan salah satu hasil positif bagi pemerintah setempat, akan tetapi
Bengkulu memiliki jenis Rafflesia paling banyak di dunia ini kurang
dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mempromosikan atau mengenalkan
keberadaanya, hingga perkembangan Rafflesia kurang diperhatikan, bahkan
Rafflesia lebih dikenal di Kota Bogor dari pada di habitat aslinya. Ada beberapa
perambahan bunga Rafflesia yang ditemukan oleh salah satu komunitas peduli
puspa langka Provinsi Bengkulu, bunga Rafflesia hancur berantakan akibat
beberapa oknum orang yang tidak bertanggung jawab. Habitat Rafflesia juga
banyak yang rusak, sehingga kehidupan padma raksasa tersebut bisa saja mati dan
tidak dapat ditemukan lagi. Ada tiga alasan mengapa hal diatas bisa terjadi,
pertama tidak ada keuntungan finansial, dan pembinaan yang layak bagi pemilik
yang sebagian lahannya ditetapkan sebagai cagar alam, kedua penetapan cagar
alam berarti akan membatasi kegiatan pertanian bagi pemilik lahan dan yang
ketiga pemilik lahan akan berusaha menghilangkan Rafflesia dengan harapan
sumber kehidupanya dari lahan tidak lagi terganggu. Hal tersebut menuntun
penulis agar dapat membuat program dokumenter Bumi Rafflesia ini, dengan
menggali data, mencari informasi yang berkembang dari salah satu komunitas.
Agar Rafflesia tetap menggaung di Indonesia hingga dikenal di mata dunia,
khusunya Provinsi Bengkulu.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
7
Dokumenter dipilih karena menjadi salah satu media yang tepat untuk
memberikan informasi-informasi yang berisikan keberadaan Rafflesia di Provinsi
Bengkulu sehingga Provinsi Bengkulu memiliki nama lain sebagai Bumi
Rafflesia, yang disampaikan baik secara visual maupun data-data tertulis yang
memungkinkan untuk memperkuat informasi tentang Bengkulu sebagai Bumi
Rafflesia.
Bill Nichols seorang pengamat dan pengajar dokumenter dalam bukunya
yang berjudul Representing Reality merumuskan bahwa film dokumenter adalah
upaya menceritakan kembali sebuah kejadian atau realitas, menggunkan fakta dan
data. (Tanzil dkk, 2010: 1) Dengan begitu, melalui program dokumenter yang
akan dibuat, diharapkan fakta yang ada pada dokumenter Bumi Rafflesia ini dapat
memberikan informasi yang baik terhadap masyarakat luas khususnya Bengkulu
sehingga diharapkan ada tindak lanjut terhadap Rafflesia yang hampir punah baik
dari masyarakat maupun pemerintah daerah setempat, agar Rafflesia tidak hanya
sekedar nama belaka.
Dokumenter ini menggunakan struktur penuturan kronologis, pada struktur
ini akan dituturkan secara berurutan dari awal sampai akhir, yang berisikan
tentang pertama kali ditemukanya Rafflesia hingga Rafflesia dilambangkan
sebagai ikon provinsi hingga ancaman bunga Rafflesia di Bengkulu. Beberapa
narasumber akan bercerita yang berkaitan sebagai alur cerita film dokumenter ini,
serta memperkuat data yang ada yang saling menjelaskan isi dari dokumenter ini.
Kronologis yaitu peristiwa dituturkan secara berurutan dari awal hingga akhir.
Pada struktur ini, yang namanya waktu menetukan konstruksi. (Ayawaila.
92:2008)
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
a. Menginformasikan bahwa Rafflesia sebagai ikon Provinsi Bengkulu.
b. Mengajak masyarakat bersama-sama untuk menjaga kelestarian Rafflesia
agar tidak punah di Provinsi Bengkulu.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
8
c. Menciptakan program dokumenter yang tidak hanya memberikan nilai
informasi tetapi juga bermuatan pendidikan, bahwa Rafflesia ada di
Bengkulu.
2. Manfaat
a. Menumbuhkan rasa kecintaan terhadap puspa langka yang ada di Bengkulu,
khususnya bunga Rafflesia.
b. Mengajak masyarakat untuk mempertahankan ikon Bengkulu sebagai Bumi
Rafflesia.
D. Tinjauan Karya
Karya dokumenter ini tidak mengambil dari berbagai referensi karya yang
sudah ada, beberapa referensi karya sebagai penambah dan sumber inspirasi dan
acuan pada pembuatan karya ini. banyak karya-karya dokumenter televisi yang
dapat dijadikan referensi seperti halnya dari National Geographic dan Discovery
Channel dan karya-karya dari referensi film dokumenter lainnya yang menambah
hasanah referensi karya dari film tersebut.
1. Program Dokumenter Metro TV “Melawan Lupa”
Direktur Pemberitaan : Suryopratomo
Pemimpin Redaksi : Putra Nababan
Tahun Produksi : 2014
Capture : 1.1 Program Dokumenter Metro TV Melawan Lupa
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
9
Dokumenter yang mengangkat tentang para tokoh sejarah Indonesia ini di
pemimpin redaksi Metro TV Putra Nababan. Program dokumenter televisi
melawan lupa ini berisikan tentang berbagai peristiwa sejarah yang turut
membentuk mengenai sebuah entitas yang hari ini dikenal Indonesia. Tayangan
ini seperti judulnya sedikit banyak berupa menjadi narasi tanding atas apa-apa
selama ini mendefinisikan menjadi sejarah Nasional Indonesia, dengan
menyajikan narasi-narasi kecil dibalik peristiwa-peristiwa besar yang terjadi
melawan lupa, ditunjukan bagi siapa saja yang menolak lupa atas segala hal yang
pernah yang terjadi dalam hidup Indonesia, program dokumenter ini sebagai
referensi karya yang baik, ada beberapa referensi karya tersebut dapat menjadi
acuan yaitu penuturan narasumber sebagai jalan ceritanya, walaupun di
dokumenter “Melawan Lupa” sangat berbeda jenis dengan dokumenter Bumi
Rafflesia yang akan dibuat, sementara dokumenter Bumi Rafflesia mengenalkan
tentang awal munculnya nama Rafflesia sebagai nama lain Provinsi Bengkulu
dan secara umum Rafflesia yang ada di Indonesia, Ada beberapa referensi yang
dapat diambil dari dokumenter tersebut dari jalananya narasi menggunakan
statement narasumber sebagai pengait sebuah jalan cerita. Isi atau konten dalam
dokumenter melawan lupa juga menjadi referensi sebagai acuan dalam pembuatan
konten pada dokumenter Bumi Rafflesia.
Capture : 1.2 Potongan gambar Program Metro TV melawan lupa
2. “The Soul of Arat Sarerreiket”, 2011
Sutradara : Hairil Saleh
Tahun Produksi : 2011
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
10
Arat Sarereiket adalah bagian tidak terpisahkan dari kehidupan tradisional
orang Mentawai, pulau Siberut, Sumatera Barat. Pada film dokumenter ini
disutradara Hairil Saleh pada tahun 2011. Sutradara mendokumentasikan
kebudayaan Arat Sarereiket di Desa Madobag dan Desa Matotonan. Seiring
dengan perjalanan waktu dan pergantian generasi, bukan tidak mungkin
kebudayaan ini akan hilang selamanya dari bumi Nusantara.
Capture 1.3 Potongan gambar pada “The Soul of Arat Sarerreiket”
Dokumenter ini menggunakan gaya penceritaan yakni expository,
pemaparan oleh narator untuk menjelaskan apa yang ada pada visual film. Sama
halnya dengan dokumeter yang akan dibuat dengan gaya expository, akan tetapi
dokumenter ini tidak menggunakan narasi sebagai pengikat cerita, statement
narasumber yang akan menjadi narasi cerita serta didukung oleh beberapa data-
data skunder agar dapat menjelaskan. Referensi yang diambil pada dokumenter
“The Soul Of Arat Sarerreikat” yakni isi cerita yang menganggkat tentang
kehidupan masyarakat mentawai, sedangkan Bumi Rafflesia lebih mengeksplore
Rafflesia Bengkulu sebagai ikon provinsi sedangkan habitat dan populasi
Rafflesia di Bengkulu terancam kepunahanya. Walupun berbeda objek yang akan
diambil, isi cerita Bumi Rafflesia hampir sama dengan dokumenter “The Soul of
Arat Sarerreiket” dengan kebudayaanya.
3. “The Cove”
Sutradara : Louie Psihoyos
Tahun Produksi : 2009
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
11
Gambar : 1.1 Cover Dokumenter The Cove
“The Cove” merupakan salah satu dokumenter yang menceritakan tentang
kehidupan ikan lumba-lumba yang berada di laut Jepang. Lumba-lumba hewan
yang sangat dekat dengan manusia ini, dibunuh dan diambil dagingnya untuk
dikonsumsi sebagai makanan anak-anak disekolah, dengan kehidupan ikan lumba-
lumba yang semakin punah ini, tergerak hatinya seorang pemerhati hewan laut
membuat film dokumenter “The Cove” yang berdurasi 1 jam 30 menit ini. film ini
bergenre investigasi. Persamaan dalam film yang akan dibuat alur cerita sama-
sama menggunakan statement dari narasumber sebagai penghubung cerita, cara
pengambilan gambar pada film dokumenter “The Cove” dapat menjadi referensi
yang baik juga untuk diambil, pengambilan gambar yang tidak statis, dapat
memberikan informasi secara nyata.
Walaupun mengambil referensi dari karya lain dalam dokumenter ini tidak
akan sama persis dengan karya yang dijadikan referensi, cukup dengan referensi
tersebut memberikan inspirasi bagi pembuat film. Originalitas dari film
dokumenter yang akan dibuat dapat dilihat dari uraian perbedaan yang sudah
dijelaskan sebelumnya.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA