penyusunan apbn yang tidak sesuai prioritas

18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maraknya kasus penyelewengan alokasi APBN beberapa waktu ke belakang telah menimbulkan citra buruk bagi pelaksanaan penganggaran di Indonesia. Banyak terjadi penyelewengan uang negara oleh pejabat berwenang. Kasus penyelewengan dana pengadaan Alquran oleh Kementerian Agama adalah salah satu contohnya. Salah satu penyebab terjadinya penyelewengan tersebut adalah anggaran berlebih yang mengalir ke Kementerian Agama akibat penyusunan APBN yang tidak sesuai prioritas. Ada sektor yang mendapat banyak anggaran, tetapi ada juga yang kekurangan anggaran APBN. Oleh karena itu, penyusunan APBN menjadi sangat penting dan harus dibuat dengan skala prioritas yang sesuai. Hal ini bertujuan agar tidak ada kelebihan maupun kekurangan dana pada semua sektor di Indonesia. Untuk itu, kami mengangkat masalah penganggaran APBN ini dalam makalah kami agar masyarakat mengetahui bagaimana seharusnya pengalokasian penganggaran APBN yang tepat. Dengan begitu diharapkan masyarakat dapat memantau kondisi keuangan di negaranya. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian, fungsi, dan tujuan penyusunan APBN? 2. Apa pentingnya APBN? 3. Bagaimana pentingnya alokasi APBN yang sesuai dengan prioritas? 1

Upload: puput-trisnayanti-inanto-putri

Post on 27-Dec-2015

140 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Makalah ini membahas tentang penyusunan APBN yang tidak sesuai dengan prioritas

TRANSCRIPT

Page 1: Penyusunan APBN yang Tidak Sesuai Prioritas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Maraknya kasus penyelewengan alokasi APBN beberapa waktu ke belakang telah

menimbulkan citra buruk bagi pelaksanaan penganggaran di Indonesia. Banyak terjadi

penyelewengan uang negara oleh pejabat berwenang. Kasus penyelewengan dana

pengadaan Alquran oleh Kementerian Agama adalah salah satu contohnya. Salah satu

penyebab terjadinya penyelewengan tersebut adalah anggaran berlebih yang mengalir

ke Kementerian Agama akibat penyusunan APBN yang tidak sesuai prioritas. Ada

sektor yang mendapat banyak anggaran, tetapi ada juga yang kekurangan anggaran

APBN. Oleh karena itu, penyusunan APBN menjadi sangat penting dan harus dibuat

dengan skala prioritas yang sesuai. Hal ini bertujuan agar tidak ada kelebihan maupun

kekurangan dana pada semua sektor di Indonesia.

Untuk itu, kami mengangkat masalah penganggaran APBN ini dalam makalah

kami agar masyarakat mengetahui bagaimana seharusnya pengalokasian penganggaran

APBN yang tepat. Dengan begitu diharapkan masyarakat dapat memantau kondisi

keuangan di negaranya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian, fungsi, dan tujuan penyusunan APBN?

2. Apa pentingnya APBN?

3. Bagaimana pentingnya alokasi APBN yang sesuai dengan prioritas?

4. Apakah ada penganggaran APBN yang tidak sesuai prioritas?

5. Bagaimana cara menyusun APBN yang sesuai dengan skala prioritas?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui APBN secara umum beserta fungsi dan tujuan penyusunannya.

2. Untuk mengetahui pentingnya APBN.

3. Untuk mengetahui pentingnya alokasi APBN sesuai dengan skala prioritas.

4. Untuk mengetahui adanya penganggaran APBN yang tidak sesuai prioritas.

5. Untuk mengetahui cara penyusunan APBN yang sesuai dengan skala prioritas.

1

Page 2: Penyusunan APBN yang Tidak Sesuai Prioritas

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Penyusunan APBN

2.1.1 Pengertian APBN

APBN adalah suatu daftar yang secara sistematis memuat sumber-sumber

penerimaan negara dan alokasi pengeluaran negara dalam jangka waktu tertentu

(biasanya satu tahun). Periode penyusunan dan pelaksanaan APBN di Indonesia

dimulai dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember tahun yang sama, yang

selanjutnya dikenal dengan sebutan tahun anggaran.

2.1.2 Fungsi APBN

Sebagai realisasi pelaksanaan pembangunan jangka pendek (satu tahun),

pemerintah pusat menetapkan APBN. Oleh karena itu, APBN mempunyai

beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut.

a. Fungsi Stabilisasi

Sebagai pedoman agar segala tindakan penerimaan dan pengeluaran

keuangan negara teratur dan terkendali, pemerintah pusat menetapkan

APBN. Hal ini bertujuan agar program pembangunan sesuai dengan aturan

yang telah digariskan di dalam APBN sehingga dapat mempermudah

pencapaian sasaran yang telah ditentukan. Dengan disusunnya APBN,

diharapkan pemerintah pusat dapat menjaga kestabilan arus uang dan arus

barang sehingga dapat mencegah terjadinya inflasi yang tinggi maupun

deflasi yang akan mengakibatkan kelesuan perekonomian (resesi).

b. Fungsi Alokasi

Dalam APBN ditentukan besar anggaran pengeluaran di setiap bidang.

Dengan demikian, melalui APBN, dapat diketahui besar alokasi penempatan

dana yang diperlukan untuk setiap sektor pembangunan, departemen, atau

lembaga. Melalui APBN pula, dapat diketahui sasaran dan prioritas

pembangunan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah pusat dalam tahun

anggaran bersangkutan.

c. Fungsi Distribusi

Pendapatan negara yang dihimpun dari berbagai sumber penerimaan akan

digunakan kembali untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara di

2

Page 3: Penyusunan APBN yang Tidak Sesuai Prioritas

berbagai sektor pembangunan dan departemen. Penggunaan dana keuangan

negara tersebut tidak boleh hanya terpusat di satu sektor, departemen, atau

daerah, tetapi harus merata ke seluruh sektor departemen, serta ke seluruh

pelosok daerah, baik desa maupun kota.

d. Fungsi Regulasi

Sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dan pengendali tingkat inflasi,

pemerintah pusat menetapkan APBN. Hal ini disebabkan jumlah penerimaan

dan pengeluaran pemerintah digunakan untuk peningkatan pertumbuhan

ekonomi negara dan masyarakat. Besar dan kecilnya alokasi dana APBN

yang digunakan berpengaruh terhadap pengendalian inflasi.

2.1.3  Tujuan Penyusunan APBN

Setiap tahun pemerintah pusat menyusun APBN. Tujuan penyusunan

APBN adalah sebagai pedoman pengeluaran dan penerimaan negara agar terjadi

keseimbangan yang dinamis, dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan

kenegaraan demi tercapainya peningkatan produksi, peningkatan kesempatan

kerja, dan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pada akhirnya, semua itu

ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur, baik material maupun

spiritual bedasarkan Pancasila dan UUD 1945.

2.2 Pentingnya APBN

APBN sebagai bentuk kebijakan fiskal pemerintah akan berpengaruh terhadap

perekonomian nasional. Karena melalui APBN dapat diketahui arah, tujuan serta

prioritas pembangunan yang sedang dan akan dilaksanakan oleh pemerintah. Menurut

pengamat Ekonomi, Sjahrir, anggaran pemerintah (APBN) sangat memengaruhi

kondisi perekonomian tidak hanya di Negara berkembang seperti Indonesia, tetapi juga

di negara-negara maju lainnya.

APBN memiliki pengaruh yang besar terhadap sektor lain, seperti sektor moneter,

neraca pembayaran, dan sektor produksi.

a. Sektor Moneter

Pengaruh APBN di sektor moneter jelas besar, mengingat anggaran negara

merupakan salah satu komponen dari uang primer. Perubahan dalam komponen

tersebut akan memengaruhi jumlah uang yang beredar di masyarakat.

b. Neraca Pembayaran

Pengaruh APBN juga mempengaruhi neraca pembayaran karena beberapa hal yaitu:

3

Page 4: Penyusunan APBN yang Tidak Sesuai Prioritas

- Sebagai komponen penerimaan negara berasal dari penerimaan sektor migas

yaitu sebagian besar dari hasil penjualan migas masuk ke kas Negara.

- Defisit APBN dan transaksi berjalan ditutupi oleh utang luar negeri. Sebagai

konsekuensinnya, sebagian komponen pengeluaran rutin digunakan untuk

pembayaran kembali utang dan bunganya.

- Komponen penerimaan pemerintah mengandung sisi impor yang besar,

misalnya bantuan proyek yang merupakan sumber untuk menutupi defisit

APBN.

c. Sektor Produksi

Bagi sektor produksi, pengaruh APBN terlihat dari penerapan kebijakan

penerimaan pajak dan pengeluaran pemerintah. Pemerintah yang menempuh

kebijakan anggaran defisit (dalam arti pengeluaran pemerintah direncanakan lebih

besar daripada penerimaan pemerintah), akan menambah pengeluaran pemerintah

(antara lain dalam bentuk subsidi). Kedua hal ini akan meningkatkan pendapatan

dan daya beli masyarakat. Akibatnya permintaan masyarakat akan barang dan jasa

cenderung meningkat. Peningkatan permintaan akan mendorong sektor dunia usaha

untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Adanya peningkatan kapasitas produksi

dalam jangka panjang akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Penyusunan APBN dapat berdampak pada peningkatan pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan pendapatan dan menghemat pengeluaran.

Adapun pengaruh APBN terhadap perekonomian masyarakat antara lain:

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, maksudnya dapat mengetahui

besarnya GNP (Gross National Product) dari tahun ke tahun.

2. Menciptakan kestabilan keuangan atau moneter negara, karena dapat mengatur

jumlah uang yang beredar di masyarakat.

3. Menimbulkan investasi masyarakat, karena dapat mengembangkan industri-

industri dalam negeri.

4. Memperlancar distribusi pendapatan, maksudnya dapat mengetahui sumber

penerimaan dan penggunaan untuk belanja pegawai dan belanja barang, serta

yang lainnya.

5. Memperluas kesempatan kerja, karena terdapat pembangunan proyek-proyek

negara dan investasi negara, sehingga dapat membuka lapangan kerja yang baru

dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4

Page 5: Penyusunan APBN yang Tidak Sesuai Prioritas

APBN memang memiliki peran yang penting dan strategis. APBN dapat

menggambarkan rencana dan tujuan pembangunan sebuah negara minimal dalam satu

ke depan. APBN juga sering dijadikan acuan oleh para investor dan pelaku pasar untuk

menganalisis prospek perekonomian setahun ke depan. Selain itu, perencanaan

pendapatan dan belanja negara juga tersurat dalam APBN.

2.3 Pentingnya Alokasi APBN Sesuai dengan Skala Prioritas

Sejalan dengan amanat UU No.17/2003, diterapkan anggaran berbasis kinerja

(performance-based budgeting) di sektor publik agar penggunaan anggaran bisa dinilai

kemanfaatan dan kegunaannya bagi masyarakat. Sebagaimana dipahami, selama ini kita

menerapkan traditional budgeting atau dikenal pula sebagai line-item budgeting. Line-

item budgeting ini mempunyai sejumlah karakteristik penting, antara lain tujuan

utamanya adalah untuk melakukan kontrol keuangan, penetapannya melalui pendekatan

incremental (kenaikan bertahap), dan tidak jarang dalam praktiknya memakai

“kemampuan menghabiskan atau menyerap anggaran” sebagai salah satu indikator

penting untuk mengukur keberhasilan organisasi. Kelemahan lainnya terkait dengan

karakteristik penetapan anggaran dengan pendekatan incremental, yaitu menetapkan

rencana anggaran dengan cara menaikkan jumlah tertentu pada jumlah anggaran yang

lalu atau sedang berjalan. Melalui pendekatan ini, analisis yang mendalam tentang

tingkat keberhasilan setiap program tidak dilakukan. Akibatnya adalah tidak tersedia

informasi yang logis dan rasional tentang rencana alokasi anggaran tahun yang akan

datang. Apa yang sering terjadi dalam praktiknya adalah perilaku birokrat yang selalu

berusaha untuk menghabiskan anggaran tanpa terkait dengan hasil dan kualitasnya.

Sebagai respons terhadap permasalahan sistem anggaran line-item di atas, UU No.

17/2003 mengintrodusir sistem anggaran berbasis kinerja (performance based

budgeting). Anggaran kinerja memakai output measurement sebagai indicator kinerja

organisasi. Sebagai ilustrasi, dalam penentuan alokasi anggaran untuk pendidikan

dasar, maka didasarkan pada output yang ingin dicapai: berapa banyak murid SD yang

akan terdidik dalam satu tahun anggaran? Berapa persentase kelulusan murid SD yang

ditargetkan? Berapa tinggi nilai rata-rata rapor dan nilai ujian akhir nasional yang

ditargetkan? Dan seterusnya. Tujuan dari penetapan output measurement yang

dikaitkan dengan biaya adalah untuk dapat mengukur tingkat efisiensi dan efektifitas.

Alokasi APBN yang sesuai dengan prioritas dinilai sangat penting karena

berkaitan dengan tingkat efisiensi dan efektifitas dari biaya yang dikeluarkan untuk

5

Page 6: Penyusunan APBN yang Tidak Sesuai Prioritas

tujuan-tujuan tertentu. Jika alokasi APBN sudah sesuai dengan skala prioritas, akan

timbul rasa adil yang berarti tiap-tiap sektor mendapatkan jatah sesuai dengan porsinya

masing-masing.

APBN memiliki beberapa fungsi yang di antaranya; pertama, fungsi alokasi untuk

menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya,

serta meningkatkan efisiensi. Kedua, fungsi distribusi dimana kebijakan anggaran harus

memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Ketiga, berfungsi sebagai alat untuk

memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian. Jika APBN

tidak mengalokasikan dana sesuai dengan prioritas kebutuhan negara ini, tentu saja

fungsi-fungsi yang telah disebutkan tidak dapat dicapai. Perlu dibuat skala prioritas

mengenai sektor-sektor yang ada, contohnya, karena negara Indonesia merupakan

negara agraris, sektor pertanian perlu dikembangkan lagi, sehingga anggaran untuk

sektor pertanian perlu ditingkatkan. Jika alokasi APBN sudah sesuai dengan porsi yang

dibutuhkan oleh masing-masing sektor maka dana yang dikeluarkan untuk membiayai

sektor tersebut tidak akan terbuang sia-sia atau dihabiskan tanpa memberikan suatu

hasil yang berarti.

2.4 Penganggaran APBN Tidak Sesuai Prioritas

2.4.1 Penganggaran Diprioritaskan bagi Pos-pos yang Kurang Produktif

Prioritas penganggaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

telah menjadi perbincangan banyak pihak, banyak yang mengatakan bahwa telah

terjadi kekeliruan dalam penganggaran APBN. Penganggaran APBN dinilai tidak

memiliki skala prioritas karena di satu sisi mengalokasikan dana yang besar untuk

pos-pos yang kurang produktif sementara di sisi lain menyisakan sedikit porsi

untuk pos-pos yang memberi kontribusi besar bagi pembangunan. Prioritas

tertinggi alokasi anggaran ternyata dianggap bukan untuk kebutuhan primer

masyarakat. Misalnya soal alokasi anggaran untuk Kementerian Agama,

meningkat gila-gilaan dibandingkan tahun lalu, padahal penganggaran untuk hal-

hal yang mendasar saja masih kurang. Mulai dari kebutuhan pangan, infrastruktur

yang membuka isolasi pedesaan, transportasi umum, pembenahan sistem

pertanian, pendidikan, kesehatan, mesti membutuhkan biaya yang sangat besar.

Tetapi alih-alih kepada kebutuhan dasar masyarakat, alokasi anggaran

Kementerian Agama di APBN 2014 merupakan tertinggi ke-lima setelah

Kementerian Pertahanan (Rp83,5 Triliun), Kementerian Pekerjaan Umum

6

Page 7: Penyusunan APBN yang Tidak Sesuai Prioritas

(Rp83,3 Triliun), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Rp79,7 Triliun),

Kepolisian (Rp47,1 Triliun). Alokasi untuk Kementerian Agama mencapai

Rp45,4 Triliun. Ini jauh lebih tinggi dari alokasi anggaran untuk Kementerian

Pertanian, misalnya, yang ‘hanya’ sebesar Rp16,4 Triliun. Padahal Kementerian

Agama, berdasarkan indeks integritas yang dibuat oleh KPK, termasuk

Kementerian yang terkorup (2011). Sementara untuk tahun ini, KPK juga

menyebutkan bahwa Kementerian (secara umum) adalah lembaga yang terkorup

dibandingkan lembaga-lembaga lain.

Tentu kita juga masih ingat dengan korupsi penyediaan Al Quran. Begitu

juga dengan pengelolaan haji, dimana disinyalir biaya haji Indonesia masih

termasuk yang termahal, dengan jumlah jamaah sebanyak ini (kuota terbesar se-

dunia). Alokasi yang besar APBN untuk Kementerian Agama digunakan untuk

perbaikan 15 fasilitas haji di Arab Saudi, merekrut 1500 petugas untuk Komite

Manajemen Haji dan beasiswa. Dan yang parahnya, ternyata alokasi terbesar

anggaran itu adalah untuk gaji (Rp22,5 Triliun), yang kedua untuk belanja barang

(yang sangat rawan  korupsi) sebesar Rp10,6 Triliun, dan Rp11, 5 Triliun untuk

bantuan sosial. Yang penting diketahui, seharusnya Kementerian Agama tidak

perlu menyerap alokasi anggaran sebesar ini.  Lembaga-lembaga bantuan sosial

berlatar agama, seperti lembaga zakat sudah begitu banyak bertebaran di

Indonesia. Seharusnya tugas Kementerian Agama mensinergiskan lembaga

semacam ini, mengaudit dan membuat lembaga-lembaga charity ini punya daya

dukung yang tajam bagi penyelesaian masalah sosial di Indonesia.

Yang paling miris, terhadap alokasi APBN ini Kementerian Agama

mendapat jatah hampir 3 kali lipat lebih tinggi dari Kementerian Pertanian.

Padahal daya saing produk pertanian Indonesia tentu sangat bergantung kepada

keseriusan pemerintah membangun sistem pertanian. Dan itu butuh dana yang

tidak sedikit. Tetapi sekali lagi, sayang, alokasinya malah diprioritaskan terhadap

pos-pos yang kurang produktif.

Pengamat ekonomi Yanuar Rizky mengungkapkan, penyusunan APBN

akan selalu tidak tepat sasaran bila politik anggaran juga tidak berubah. Sampai

saat ini pemerintah tidak memiliki prioritas terkait kebutuhan pembangunan dan

pendidikan di Indonesia. Menurut dia, penyusunan anggaran oleh pemerintah

kebanyakan tidak terprogram sehingga terlihat asal-asalan.

7

Page 8: Penyusunan APBN yang Tidak Sesuai Prioritas

Pembangunan infrastruktur dan sektor pendidikan sangat berkaitan erat

karena keduanya sama-sama membutuhkan sumber daya manusia (SDM).

Alokasi penyusunan APBN ini makin memprihatinkan karena diperparah oleh

mental dan perilaku pejabat negara yang terlalu boros. Ditambah lagi kelakuan

pejabat negara yang tidak pro-rakyat.

Menurut pengamat ekonomi dari Indonesia Development of Economics and

Finances (INDEF), alokasi APBN tidak tepat sasaran karena salah satu sektor

yang dapat mengurangi jumlah pengangguran dan dapat membuka lapangan

pekerjaaan baru seperti sektor pertanian tidak mendapatkan alokasi anggaran

yang besar. Pemerintah hanya menganggarkan sebesar Rp20 triliun atau 4,7%

dari jumlah keseluruhan APBN. Penganggaran kecil seperti ini nantinya akan

menimbulkan masalah baru, seperti contohnya krisis pangan.

2.4.2 Habis untuk Belanja Pegawai

Dari APBN yang Rp1.300 triliun itu, sebanyak 50% nya untuk belanja

pegawai, sama halnya dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

yang hampir 90% nya adalah untuk belanja pegawai. Dari total APBD hanya Rp

60 triliun yang dianggarkan untuk infrastruktur, belum lagi jika dikaitkan dengan

masalah korupsi yang pastinya akan mengurangi jumlah 60 triliun

2.4.3 Tidak Sinkron

Selama ini alokasi anggaran tidak optimal dalam menggerakkan

perekonomian rakyat karena sejumlah program pemerintah pusat dan daerah serta

program antarinstansi di pemerintah pusat tidak sinkron. Selain itu juga terjadi

ketidaksinkronan untuk masalah mitigasi dan penanggulan bencana. Meski

sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah rawan bencana, namun

alokasi dana untuk mitigasi dan penanggulangan bencana di APBN hanya

berkisar Rp7 triliun atau hanya sekitar 0,38 persen dari total belanja APBN 2014

yang mencapai Rp1.842 triliun, padahal seharusnya alokasi anggaran untuk

mitigasi dan penanganan bencana menjadi prioritas karena sebagian besar

wilayah Indonesia termasuk daerah rawan bencana, terlebih pengelolaan bencana

masuk dalam daftar 11 prioritas pembangunan nasional pemerintah.

Angka Rp7 triliun itu terlihat lebih sebagai bentuk formalitas pemenuhan

tuntutan isu bencana yang memang sedang hangat di masyarakat daripada sebagai

bentuk kesadaran pemerintah akan bahaya bencana, padahal Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana telah meletakkan

8

Page 9: Penyusunan APBN yang Tidak Sesuai Prioritas

tanggung jawab pada pundak Pemerintah untuk penyelenggaraan penanggulangan

bencana diantaranya perlindungan masyarakat dari dampak bencana, pemulihan

kondisi dari dampak bencana, dan pengalokasian anggaran penanggulangan

bencana dalam APBN. Anggaran tersebut diperuntukkan untuk kegiatan-kegiatan

tahap prabencana (pengurangan risiko bencana), saat tanggap darurat bencana,

dan pascabencana (rehabilitasi dan rekonstruksi).

2.5 Penyusunan APBN yang Sesuai dengan Skala Prioritas

Untuk menyusun APBN sesuai dengan skala prioritas, ada beberapa prinsip yang

perlu diperhatikan seperti berikut.

- Prinsip anggaran berimbang, yaitu sisi penerimaan sama dengan sisi pengeluaran,

defisit anggaran ditutup bukan dengan mencetak uang baru, melainkan dengan

pinjaman luar negeri.

- Prinsip dinamis

1.  Anggaran dinamis absolut, yaitu peningkatan jumlah tabungan pemerintah

dari tahun ke tahun sehingga kemampuan menggali sumber dalam negeri bagi

pembiayaan pembangunan dapat tercapai

2. Anggaran dinamis relatif, yaitu semakin kecilnya persentase ketergantungan

pembiayaan terhadap pinjaman luar negeri

- Prinsip fungsional, yaitu pinjaman luar negeri hanya untuk membiayai

pengeluaran pembangunan, bukan untuk membiayai pengeluaran rutin. Semakin

dinamis anggaran dalam pengertian relatif, semakin baik tingkat fungsionalitas

terhadap pinjaman luar negeri.

Selain prinsip-prinsip di atas, dalam penyusunan APBN terdapat beberapa asas

yang digunakan agar alokasi APBN dapat sesuai dengan skala prioritas, yaitu:

- Asas kemandirian, artinya pembiayaan negara didasarkan atas kemampuan

negara, sedangkan pinjaman luar negeri hanya sebagai pelengkap

- Asas penghematan atau peningkatan efisiensi dan produktivitas

- Asas penajaman prioritas pembangunan, artinya mengutamakan pembiayaan yang

lebih bermanfaat.

9

Page 10: Penyusunan APBN yang Tidak Sesuai Prioritas

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

APBN adalah suatu daftar yang secara sistematis memuat sumber-sumber

penerimaan negara dan alokasi pengeluaran negara dalam jangka waktu tertentu. APBN

mempunyai beberapa fungsi yaitu fungsi stabilisasi, fungsi alokasi, fungsi distribusi,

dan fungsi regulasi. Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman pengeluaran

dan penerimaan negara agar terjadi keseimbangan yang dinamis, dalam rangka

melaksanakan kegiatan-kegiatan kenegaraan demi tercapainya peningkatan produksi,

peningkatan kesempatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.

Penyusunan APBN dapat berdampak pada peningkatan pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan pendapatan dan penghematan

pengeluaran. Alokasi APBN yang sesuai dengan prioritas dinilai sangat penting karena

berkaitan dengan tingkat efisiensi dan efektifitas dari biaya yang dikeluarkan untuk

tujuan-tujuan tertentu. Jika alokasi APBN sudah sesuai dengan skala prioritas, akan

timbul rasa adil yang berarti tiap-tiap sektor mendapatkan jatah sesuai dengan porsinya

masing-masing.

Dalam praktiknya, ditemukan penganggaran APBN yang tidak sesuai prioritas di

antaranya penganggaran diprioritaskan bagi pos-pos yang kurang produktif, anggaran

habis untuk belanja pegawai, dan alokasi dana yang tidak sinkron untuk

penanggulangan bencana. Untuk mengatasi hal ini, APBN harus disusun berdasarkan

skala prioritas dengan memperhatikan prinsip-prinsip dan asas-asas penyusunan APBN.

10

Page 11: Penyusunan APBN yang Tidak Sesuai Prioritas

DAFTAR PUSTAKA

Suminto. 2004. ”Pengelolaan APBN dalam Sistem Manajemen Keuangan Negara”. Dalam

Makalah Budget in Brief. Jakarta: Ditjen Anggaran, Depkeu.

http://adiwidia.wordpress.com/tag/ekonomi/

http://pengantarilmuekonomimakro.blogspot.com/2013/05/pengertian-fungsi-serta-tujuan-

apbn-dan.html

http://m.kompasiana.com/post/read/603126/1/ada-yang-aneh-mengenai-alokasi-Kementerian-

agama-di-apbn-2014

http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2013/10/28/ada-yang-aneh-mengenai-alokasi-

Kementerian-agama-di-apbn-2014-603126.html

http://www.ollydondokambey.com/index.php/3015-ekonom-penyusunan-apbn-tidak-tepat-

sasaran

https://www.ipotnews.com/m/article.php?

jdl=APBN_Tidak_Punya_Skala_Prioritas_&level2=newsandopinion&level3=&level4=OTH

ERS&id=1772562

http://www.fraksipks.or.id/content/anggaran-mitigasi-dan-penanggulangan-bencana-belum-

jadi-prioritas

11