penyuluhan diare

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit infeksi . Salah satu penyakit infeksi pada balita adalah diare dan ISPA. Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuh balita yang masih lemah sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran virus penyebab diare. Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama pada balita. Menurut Parashar tahun 2007, di dunia terdapat 6 juta balita yang meninggal tiap tahunnya karena penyakit diare. Dimana sebagian kematian tersebut terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. 1 Hal yang bisa menyebabkan balita mudah terserang penyakit diare adalah perilaku hidup masyarakat yang kurang baik dan keadaan lingkungan yang buruk. Diare dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani secara serius karena tubuh balita sebagian besar terdiri dari air, sehingga bila terjadi diare sangat mudah terkena dehidrasi. Penyakit diare adalah penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh kelompok usia baik laki– laki maupun perempuan, tetapi penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat dengan angka kematian paling tinggi banyak terjadi pada bayi dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun

Upload: elveena-muthiriar

Post on 19-Jul-2016

69 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

DIare

TRANSCRIPT

Page 1: penyuluhan diare

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit

infeksi . Salah satu penyakit infeksi pada balita adalah diare dan ISPA. Diare lebih dominan

menyerang balita karena daya tahan tubuh balita yang masih lemah sehingga balita sangat rentan

terhadap penyebaran virus penyebab diare. Diare merupakan salah satu penyebab angka

kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama pada balita. Menurut Parashar tahun 2007,

di dunia terdapat 6 juta balita yang meninggal tiap tahunnya karena penyakit diare. Dimana

sebagian kematian tersebut terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia.1

Hal yang bisa menyebabkan balita mudah terserang penyakit diare adalah perilaku hidup

masyarakat yang kurang baik dan keadaan lingkungan yang buruk. Diare dapat berakibat fatal

apabila tidak ditangani secara serius karena tubuh balita sebagian besar terdiri dari air, sehingga

bila terjadi diare sangat mudah terkena dehidrasi. Penyakit diare adalah penyakit yang sangat

berbahaya dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh

kelompok usia baik laki– laki maupun perempuan, tetapi penyakit diare dengan tingkat dehidrasi

berat dengan angka kematian paling tinggi banyak terjadi pada bayi dan balita. Di negara

berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal

ini yang menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian. 2

Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

utama, hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan

banyak kematian terutama pada balita. Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun

cenderung meningkat, pada tahun 2006 jumlah kasus diare sebanyak 10.980 penderita dengan

jumlah kematian 277 (CFR 2,52%). Secara keseluruhan diperkirakan angka kejadian diare pada

balita berkisar antara 40 juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000 sampai dengan 400.000

balita. Pada survei tahun 2000 yang dilakukan oleh Depkes RI melalui Ditjen P2MPL di 10

provinsi didapatkan hasil bahwa dari 18.000 rumah tangga yang disurvei diambil sample

sebanyak 13.440 balita, dan kejadian diare pada balita yaitu 1,3 episode kejadian diare

pertahun.3

Page 2: penyuluhan diare

2

Faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya diare adalah lingkungan, praktik

penyapihan yang buruk dan malnutrisi. Diare dapat menyebar melalui praktik-praktik yang tidak

higienis seperti menyiapkan makanan dengan tangan yang belum dicuci, setelah buang air besar

atau membersihkan tinja seorang anak serta membiarkan seorang anak bermain di daerah dimana

ada tinja yang terkontaminasi bakteri penyebab diare,2

Perilaku ibu dalam menjaga kebersihan dan mengolah makanan sangat dipengaruhi oleh

pengetahuan tentang cara pengolahan dan penyiapan makanan yang sehat dan bersih.

Pengetahuan dan kesadaran orang tua terhadap masalah kesehatan balitanya tentu sangat penting

agar anak selalu dalam keadaan sehat dan terhindar dari berbagai penyakit, sedangkan yang

mengalami diare tidak jatuh pada kondisi yang lebih buruk. Sebagian besar angka kematian diare

ini diduga karena kurangnya pengetahauan masyarakat terutama ibu, mengenai upaya

pencegahan dan penanggulangan diare .4

MTBS merupakan suatu manajemen melalui pendekatan terintegrasi/terpadu dalam

tatalaksana balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi

penyakit, status gizi, status imunisasi maupun penanganan balita sakit tersebut dan konseling

yang diberikan.4MTBS mengintegrasikan perbaikan sistem kesehatan, manajemen kasus, praktek

kesehatan oleh keluarga dan masyarakat, dan hak anak.5 Penilaian balita sakit dengan MTBS

terdiri atas klasifikasi penyakit, identifikasi tindakan, pengobatan, perawatan di rumah dan kapan

kembali. Kegiatan MTBS memiliki tiga komponen khas yang menguntungkan, yaitu:

meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit, memperbaiki

sistem kesehatan, dan memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah

dan upaya pertolongan kasus balita sakit.4,5

1.2. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah penyuluhan ini adalah untuk mensosialisasikan dan

meningkatkan kesadaran penduduk Medan Amplas tentang pentingnya mengetahui diare,

mempererat hubungan dengan penduduk Medan Amplas dalam hal memberikan penyuluhan, dan

untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di

Puskesmas Amplas, Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ilmu Kedokteran Pencegahan,

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

Page 3: penyuluhan diare

3

1.3. Manfaat

Makalah penyuluhan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan

pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara umumnya agar

dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai diare.

Page 4: penyuluhan diare

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diare

Diare adalah buang air besar atau defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair

(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200

ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali

per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Diare akut yaitu

diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut world gastroenterology

organisation global guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang

cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari.2

2.2 Etiologi Diare Akut

Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit, virus),

keracunan makanan, efek obat-obatan, dan lain-lain.4

2.3 Patofisiologi

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofiologi, antara lain : 1) Osmolaritas intraluminal

yang meninggi, disebut diare osmotik ; 2) Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare

sekretorik ; 3) Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi ; 4) Malabsorbsi asam empedu ; 5)

Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit ; 6) Motilitas dan waktu

transit usus abnormal ; 7) Gangguan permeabilitas usus ; 8) Inflamasi dinding usus, disebut diare

inflamatorik.

Diare osmotik : diare tipe ini disebabkan oleh peningkatan tekanan osmotik intralumen

usus halus yang disebabkan oleh obat-obatan atau zat kimia yang hiperosmotik (MgSO4,

Mg(OH)2, malabsorbsi umum, dan defek dalam absorbsi mukosa usus misal pada defisiensi

disararidase, malabsorbsi glukosa/galaktosa.

Diare sekretorik : diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air maupun

elektrolit dari usus, menurunnya absorbsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan

diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun

dilakukan puasa makan/minum. Penyebab dari diare tipe ini antara lain karena efek enterotoksin

pada infeksi Vibrio cholerae, atau Escherichia coli, penyakit yang menghasilkan hormon

Page 5: penyuluhan diare

5

(VIPoma), reseksi ileum (gangguan absorbsi garam empedu), dan efek obat laksatif (dioctyl

sodium sulfosuksinat, dll).

Diare infeksi : infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut

kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas noninvasif (tidak merusak mukosa) dan invasif

(merusak mukosa). Bakteri noninvasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh

bakteri tersebut, yang disebut diare toksigenik. Misalnya enterotoksin yang dihasilkan oleh

bakteri Vibrio cholerae/eltor, yang mana enterotoksin yang dihasilkan merupakan protein yang

dapat menempel pada epitel usus, yang kemudian membentuk adenosin monofosfat siklik (AMF

siklik) di dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, ion

bikarbonat, dan kation natrium serta kalium. Mekanisme absorbsi ion natrium melalui

mekanisme pompa natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ion klorida (diikuti ion

bikarbonat, air, natrium, ion kalium) dapat dikompensasi oleh meningginya absorbsi ion natrium

(diiringi oleh air, ion kalium dan ion bikarbonat, klorida). Kompensasi ini dapat dicapai dengan

pemberian larutan glukosa yang diabsorbsi secara aktif oleh dinding sel usus.2

2.4 Patogenesis

Yang berperan pada terjadinya diare terutama karena infeksi yaitu faktor pejamu (host) dan

faktor kausal (agent). Faktor pejamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri

terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri dari faktor-faktor daya tangkis

atau lingkungan internal saluran cerna (keasaman lambung, motilitas usus, imunitas, dan juga

lingkungan mikroflora usus). Faktor kausal yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa,

kemampuan memproduksi toksin yang dapat mempengaruhi sekresi cairan usus halus, serta daya

lekat kuman. Patogenesis diare karena infeksi bakteri atau parasit terdiri atas: 6

● Diare karena bakteri non-invasif (enterotoksigenik).

● Diare karena bakteri/parasit invasif (enteroinvasif), antara lain enteroinvasif E.Coli

(EIEC), shigella, dll. Diare disebabkan karena kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan

ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif, cairan diarenya dapat tercamput lendir atau darah.

Penyebab parasit yang sering yaitu E.Histolitika dan G. Lamblia.

Page 6: penyuluhan diare

6

2.5. Tanda dan Gejala Klinis Diare

Telah disebutkan sebelumnya bahwa pada diare terjadi perubahan konsistensi tinja menjadi lebih

cair dan terjadi peningkatan frekuensi buang air. Pada bayi dan neonatus, diare didefinisikan

sebagai keluarnya massa tinja lebih dari 10 ml/kgBB/24 jam dan pada anak dan dewasa berarti

keluarnya massa tinja lebih dari 200 g. Karakteristik dari diare, meliputi konsistensi, warna,

volume dan frekuensi buang air, dapat menjadi petunjuk berharga dalam menentukan sumber

diare. Secara ringkas, karakteristik ini diperlihatkan pada Tabel 1 : 7

Tabel 2.1 : Hubungan Karakteristik Tinja dengan Sumber Diare (WHO, 2005)

Karakter Feses Usus Halus Usus Besar

Keadaan umum Cair Berdarah/ mukoid

Volume Besar Kecil

Darah Biasanya positif tapi

tak kasat mata

Biasanya terlihat secara kasat

mata

Keasaman <5,5 >5,5

Tes reduksi Dapat positif Negatif

Sel darah putih <5/lapang pandang

besar

>10/ lapang pandang besar

Sel darah putih

Serum

Normal Dapat leukositosis

Organisme Virus:

Rotavirus

Adenovirus

Calicivirus

Astrovirus

Norwalk virus

Bakteri Invasif:

E.Coli(enteroinvasif,enterohemor

rhagic)

Shigella species

Salmonella species

Campylobacter species

Yersinia species

Page 7: penyuluhan diare

7

Bakteri Enterotoksik:

E.coli

Clostridium

perfringens

Cholera

Vibrio

Parasit:

Giardia

Cryptosporidium

Aeromonas species

Bakteri Toksik:

Clostridium difficile

Parasit:

Entamoeba organisms

2.6. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.8

● Anamnesis

Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung pada penyebab

penyakit dasarnya. Keluhan yang terpenting adalah buang air besar dengan bentuk tinja cair atau

encer 3 kali atau lebih dalam 24 jam. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari.

Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral terbatas karena nausea dan muntah,

terutama pada anak kecil. Dehidrasi dapat bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat,

berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urin gelap, tidak mampu berkeringat, dan

perubahan ortostatik. Pada keadaan berat dapat mengarah ke gagal ginjal akut dan perubahan

status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala.

Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi atas tiga tingkatan:

- Dehidrasi ringan (hilang cairan 2 – 3% BB): gambaran klinisnya turgor kurang, suara

serak, pasien belum jatuh dalam presyok.

Page 8: penyuluhan diare

8

- Dehidrasi sedang (hilang cairan 5 – 8% BB): turgor buruk, suara serak, pasien jatuh

dalam presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam.

- Dehidrasi berat (hilang cairan 8 – 10% BB): tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran

menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis.

● Pemeriksaan fisik

Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam menentukan

beratnya diare dari pada menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan

memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperature tubuh, dan tanda

toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang penting. Adanya dan

kualitas bunyi usus dan adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan

”clue” bagi penentuan etiologi.

Pemeriksaan fisik harus memperhatikan : keadaan umum dan aktivitas pasien, tanda -

tanda vital (nadi, pernapasan, suhu, tekanan darah), berat badan aktual, tanda-tanda dehidrasi,

terutama pada anak: rewel (restlessness or irritability), letargi/penurunan kesadaran, Sunken eyes

(mata cekung secara mendadak), ubun-ubun besar cekung (sunken fontanel), mukosa bibir dan

orofaring kering, penurunan turgor kulit , terlihat kehausan atau sulit minum atau tidak bisa

minum, anoreksia, takikardia (fast weak pulse), oliguria, darah dalam tinja, tanda-tanda

malnutrisi berat, massa abdominal, distensi abdomen.

• Pemeriksaan Penunjang

Untuk diare yang berlangsung lebih dari beberapa hari atau diare dengan dehidrasi perlu

dilakukan pemeriksaan penunjang seperti dibawah ini.

1. Pemeriksaan darah tepi: kadar hemoglobin, hematokrit, hitung leukosit, hitung diferensial

leukosit. Penting untuk mengetahui berat ringannya hemokonsentrasi darah, dan respon

leukosit. Contohnya pada diare karena Salmonella dapat terjadi neutropenia. Pada diare

karena kuman yang bersifat invasif dapat terjadi shift to the left leukosit.

2. Elektrolit darah. Diperlukan untuk mengobservasi dampak diare terhadap kadar elektrolit

darah.

3. Ureum dan kreatinin. Diperlukan untuk memonitor adanya gagal ginjal akut.

Page 9: penyuluhan diare

9

4. Pemeriksaan tinja untuk mencari penyebab diare. Pada infeksi bakteri, ditemukan

leukosit pada tinja. Dapat pula ditemukan telur cacing maupun parasit dewasa. Dapat

pula dilakukan pengukuran toksin Closstridium difficile pada pasien yang telah

mendapatkan terapi antibiotik dalam jangka waktu tiga bulan terakhir. Tinja dengan pH

≤5,5 menunjukkan adanya intoleransi karbohidrat yang umumnya terjadi sekunder akibat

infeksi virus. Pada infeksi oleh organisme enteroinvasif, leukosit feses yang ditemukan

umumnya berupa neutrofil. Tidak ditemukannya netrofil tidak mengeliminasi

kemungkinan infeksi enteroinvasif, tetapi ditemukannya neutrofil feses mengeliminasi

kemungkinan infeksi organisme enterotoksin dan virus.

5. Apabila ditemukan leukosit pada feses, lakukan kultur feses untuk menentukan apakah

penyebab diare adalah Salmonella, Shigella, Campylobacter, atau Yersenia.

6. Pemeriksaan serologis untuk mencari amoeba.

7. Foto roentgen abdomen. Untuk melihat morfologi usus yang dapat membantu diagnosis.

8. Rektoskopi, sigmoideoskopi, dapat dipertimbangkan pada pasien dengan diare berdarah,

pasien diare akut persisten. Pada pasien AIDS, kolonoskopi dipertimbangkan karena ada

kemungkinan diare disebabkan oleh infeksi atau limfoma di area kolon kanan. Biopsy

mukosa sebaiknya dilakukan bila dalam pemeriksaan tampak inflamasi berat pada

mukosa.

9. Biopsi usus. Dilakukan pada diare kronik, atau untuk mencari etiologi diare pada AIDS.

2.7 Penanggulangan Diare di Indonesia

1. Kebijakan Pemerintah Tentang Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia

Kematian balita karena penyakit diare juga masih sangat tinggi di Indonesia, bahkan sejak tahun

2001 terlihat terjadi peningkatan angka kematian balita karena penyakit diare, dari data SKRT

2001 (13%), studi mortalitas 2005 (15,3%) dan Riskesdas 2007 (25,2%). Sama halnya dengan

kematian bayi karena diare juga meningkat, SKRT 2001 (9%), Studi mortalitas 2005 (9,1%) dan

Riskesdas 2007 (42%). Hal ini tentunya sangat disayangkan mengingat bahwa pengobatan diare

sebenarnya tidak terlalu sulit.

Page 10: penyuluhan diare

10

Sejak tahun 2007, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam KEPMENKES RI

No: 1216/MENKES/SK/XI/2001 Edisi ke-5 tahun 2007 memperbaharui tatalaksana diare sesuai

rekomendasi Joint Statement WHO/UNICEF tahun 2004 dan meluncurkan LINTAS DIARE

(Lima Langkah Tuntaskan Diare) sebagai salah satu strategi pengendalian penyakit diare di

Indonesia dengan mencantumkan penggunaan/pemberian ZINC dan ORALIT sebagai paduan

obat diare. Studi WHO membuktikan bahwa pemberian ZINC kepada penderita diare dapat

mengurangi prevalensi diare sebesar 34%, mengurangi jangka waktu diare akut sebesar 20%,

mengurangi jangka waktu diare persisten sebesar 24% dan dapat mencegah kegagalan terapi atau

kematian akibat terapi diare persisten sebesar 42%.

Kebijakan yang ditetapkan pemerintah untuk menurunkan angka kesakitan (morbiditas)

dan angkakematian (mortalitas) karena diare adalah:

• Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar, baik di sarana kesehatan maupun

masyarakat/rumah tangga

• Melaksanakan Surveilens epidemiologi & Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)

• Mengembangkan pedoman pengendalian penyakit diare

• Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengelolaan program yang

meliputi aspek managerial dan teknis medis

• Mengembangkan jejaring lintas program dan sektor

• Pembinaan teknis dan monitoring pelaksanaan pengendalian penyakit diare

• Melaksanakan evaluasi sebagai dasar perencanaan selanjutnya.

Strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan pemerintah adalah:

1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan melalui Lima

Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE)

2. Meningkatkan tatalaksana diare di tingkat rumah tangga yang tepat dan benar

3. Meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa

(KLB)

4. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif

5. Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi.

Page 11: penyuluhan diare

11

Tabel 1 : LINTAS DIARE dan Manfaatnya

LINTAS DIARE MANFAAT

Oralit Untuk mencegah dehidrasi

Zinc Mengurangi parahnya diare,

mengurangi durasi dan mencegah

berulangnya diare 2 sampai 3 bulan

ke depan.

Makan Teruskan pemberian ASI pada bayi

0 - 6 bulan. Balita > 6 bulan

berikan ASI dan MP-ASI.

Antibiotik selektif Antibiotik diberi hanya pada

penyakit kolera, diare berdarah.

Nasihat Segera kembali ke petugas

kesehatan jika menemukan tanda

bahaya.

2. 8 Prinsip Tatalaksana Diare

Berdasarkan hasil beberapa penelitian yang telah dilakukan selama sepuluh tahun terakhir bahwa

angka kematian balita karena diare masih sangat tinggi dibandingkan dengan kematian balita

karena penyebab penyakit lain. Juga terjadi kecenderungan peningkatan angka kematian balita

karena diare dari tahun ke tahun. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi

Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa DIARE masih

menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia.5

Kematian karena diare dapat dihindari jika diberikan: cairan rumah tangga, ORALIT,

ZINC, Makanan sesuai umur (saat diare dan selama masa penyembuhan) dan mengobati

penyakit penyerta. Prinsip tatalaksana diare adalah5:

a) Mencegah terjadinya dehidrasi

b) Mengobati dehidrasi (ORALIT)

c) Mempercepat kesembuhan (OBAT ZINC)

d) Memberi Makanan

e) Mengobati masalah lain

Page 12: penyuluhan diare

12

2.9 Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada diare akut adalah dehidrasi (dengan berbagai

derajat dari ringan hingga berat / syok), asidosis metabolik, hipokalemia, hiponatermia, dan

hipoglikemia.

2.10 Pencegahan

Diare mudah dicegah antara lain dengan cara5:

1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting:

a) sebelum makan,

b) setelah buang air besar,

c) sebelum memegang bayi,

d) setelah menceboki anak

e) sebelum menyiapkan makanan

2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merebus,

pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi

3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu,

lipas, dan lain-lain)

4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan

tangki septik.

Page 13: penyuluhan diare

13

BAB 3

KESIMPULAN

Diare termasuk penyakit yang merugikan karena menurunkan daya kerja dan daya

produksi masyarakat sehingga perlu dilanjutkan pemberantasannya.

Untuk pemberantasan yang baik, masih banyak yang perlu diselidiki dan pemberantasan,

meskipun dalam banyak hal ada persamaan, perlu diadakan modifikasi menurut keperluan di

daerah masing-masing, sehingga tidak selalu dapat dilakukan secara seragam.

Upaya penanggulangan diare akan mencapai hasil seperti yang diharapkan bila disertai

peran serta masyarakat. Ini berarti perlu adanya perubahan yang menyangkut sikap dan perilaku

masyarakat terhadap diare. Perubahan tersebut bisa terjadi bila setiap orang menaruh nilai yang

tinggi bahwa diare betul-betul merupakan suatu penyakit yang dapat mengganggu kesehatan

sehingga merugikan diri. Bila setiap penduduk di dalam dirinya terdapat kepercayaan yang

berdasarkan nilai tersebut, maka sikap dan atau perilakunya akan positip. Masyarakat akan

bersikap dan berperilaku mendukung upaya penanggulangan diare dengan perilaku bersih dan

sehat.

Untuk meningkatkan temuan kasus klinis diare diperlukan peningkatan kinerja surveilans

kasus antara lain dengan cara meningkatkan upaya penemuan dan konfirmasi kasus.Perlu

dilakukan peningkatan tatalaksana kasus klinis, menyediakan peralatan dan obat medis serta

anggaran operasional yang cukup.

Page 14: penyuluhan diare

14

DAFTAR PUSTAKA

1.Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007. Manajemen Terpadu Balita Sakit.

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Profil Data Kesehatan Indonesia

tahun 2010.

3. Surjono, Achmad. Endang DL, Alan R. Tumbelaka, et al. 1998. Studi pengembangan

Puskesmas Model Dalam Implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Dalam:

http://www.chnrl.net/publikasi/pdf/MTBS.pdf (Diakses 25 September 2014)

4. Soenarto, Yati. MTBS: Strategi Untuk Meningkatkan Derajat Kesehatan Anak.

Disampaikan pada Simposium Pediatri TEMILNAS 2009 Surakarta 01 Agustus 2009.

5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan, Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita, 2011

6. Simadibrata, Marcellus & Daldiyono, 2006. Diare Akut. In:Sudoyo, Aru W. Et al,

ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan

7. World Health Organization. Pocket book of hospital care for children, guidelines for

the management of common illnesses with limited resources. Geneva: World Health

Organization; 2005.

8. Mansjoer, A. 2006. Diare akut. Dalam : Sudoyo AW, dkk (ed). Buku ajar ilmu

penyakit dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan FKUI; 2006.