penyuluhan diare

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih ting Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan d tahun 2000 s/d 2010 terlihat keenderungan insidens naik. !ada tahun 2000 penyakit Diare #01/ 1000 penduduk,tahun 200# naik men$adi#%& /1000 penduduk, tahun 200' naik men$adi &2# /1000 penduduk dan tahun 2010 men$a &11/1000 penduduk. Ke$adian (uar )iasa *K()+ diare $uga masih sering ter$a dengan " yang masih tinggi. !ada tahun 200 ter$adi K() di ' Keamatan dengan $umlah kasus 1## orang, kematian 2# orang * " 2, & +. ahun 20 ter$adi K() di 2& Keamatan dengan $umlah kasus .% ' orang, dengan kemati 100 orang * " 1,%& +, sedangkan tahun 2010 ter$adi K() diare di ## keamatan dengan $umlah penderita &20& dengan kematian %# orang * " 1,%& .+. 1,2 !revalensi diare klinis adalah ,0 *rentang3 &,2 - 1 , +, tertingg !rovinsi 45D *1 , + dan terendah di DI 6ogyakarta *&,2 +. )eberapa prov mempunyai prevalensi diare klinis 7 *45D, Sumatera )arat, "iau, 8a9a )a 8a9a engah, )anten, 4usa enggara )arat, 4usa engara imur, Kalimanta 1

Upload: firda-potter

Post on 04-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

n

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDiare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.).1,2Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di Provinsi NAD (18,9%) dan terendah di DI Yogyakarta (4,2%). Beberapa provinsi mempunyai prevalensi diare klinis >9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua).1,2Bila dilihat per kelompok umur diare tersebar di semua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%. Sedangkan menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan perempuan hampir sama, yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan.1,2 Prevalensi diare lebih banyak di perdesaan dibandingkan perkotaan, yaitu sebesar 10% di perdesaan dan 7,4 % di perkotaan. Diare cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan rendah dan bekerja sebagai petani/nelayan dan buruh.1,2Salah satu langkah dalam pencapaian target MDGs (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat.2,3 Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5%. Sedangkan berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-3 setelah TB dan Pneumonia. Faktor perilaku kesadaran dan pengetahuan masyarakat, ketersediaan sumber air bersih, ketersediaan jamban keluarga dan jangkauan layanan kesehatan perlu dipertimbangkan juga sebagai faktor yang mempengaruhi kejadian luar biasa diare. Dilaporkan bahwa diare juga berkaitan erat dengan sanitasi, akses terhadap air bersih dan perilaku hidup sehat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat. Meningkatkan pengetahuan masyarakat termasuk pengetahuan tentang hygiene kesehatan dan perilaku cuci tangan yang benar, dapat mengurangi angka kesakitan Diare sebesar 45%.1,2Penyakit diare termasuk dalam dalam salah satu upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular di Puskesmas. Di Puskesmas Rawat Inap Cempaka, angka kejadian diare pada balita masih cukup tinggi, yaitu 380 kasus pada tahun 2014, sehingga perlunya dilakukan penyuluhan terhadap orangtua untuk waspada terhadap diare sehingga tidak terlambat dibawa ke pelayanan kesehatan.

1.2 TujuanTujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada orangtua mengenai gejala-gejala, tatalaksana dan pencegahan diare pada anak.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISIDiare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.4Jenis diare ada dua, yaitu Diare akut, Diare persisten atau Diare kronik. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, sementara Diare persisten atau diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.4

1. EPIDEMIOLOGISurvei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.).1,2Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di Provinsi NAD (18,9%) dan terendah di DI Yogyakarta (4,2%). Beberapa provinsi mempunyai prevalensi diare klinis >9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua).1,2Bila dilihat per kelompok umur diare tersebar di semua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%. Sedangkan menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan perempuan hampir sama, yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan.1,2 Prevalensi diare lebih banyak di perdesaan dibandingkan perkotaan, yaitu sebesar 10% di perdesaan dan 7,4 % di perkotaan. Diare cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan rendah dan bekerja sebagai petani/nelayan dan buruh.1,2

1. ETIOLOGISecara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan.4Terdapat 3 bahan dalam etiologi diare pada anak:51. Diare AkutDiare akut dapat disebabkan karena adanya bakteri, nonbakteri maupun adanya infeksi.1. Bakteri penyebab diare akut antara lain organisme Escherichia coli dan Salmonella serta Shigella. Diare akibat toksin Clostridium difficile dapat diberikan terapi antibiotik.1. Rotavirus merupakan penyebab diare nonbakteri (gastroenteritis) yang paling sering.1. Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (misal, infeksi traktus urinarius dan pernapasan atas), pemberian makan yang berlebihan, antibiotik, toksin yang teringesti, iriitable bowel syndrome, enterokolitis, dan intoleransi terhadap laktosa.1. Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab berikut ini:1. Sindrom malabsorpsi1. Defek anatomis1. Reaksi alergik1. Intoleransi laktosa1. Respons inflamasi1. Imunodefisiensi1. Gangguan motilitas1. Gangguan endokrin1. Parasit1. Diare nonspesifik kronis1. Faktor predisposisi diare antara lain, usia yang masih kecil, malnutrisi, penyakit kronis, penggunaan antibiotik, air yang terkontaminasi, sanitasi atau higiene buruk, pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak tepat.

1. MANIFESTASI KLINISAwalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan/atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir mulut dan bibir kering.6

Gambar 2.1. Status Dehidrasi1. PATOFISIOLOGIPatofisiologi bergantung pada penyebab diare :61. Enterotoksin bakteri menginvasi dan menghancurkan sel-sel epitel usus, menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel kripta mukosa.1. Penghancuran sel-sel mukosa vili oleh virus menyebabkan penurunan kapasitas untuk absorpsi cairan dan elektrolit karena area permukaan usus yang lebih kecil.1. Patofisiologi diare kronis bergantung pada penyebab utamanya. Lihat unit pembahasan penyakit seliaka sebagai contoh diare yang disebabkan oleh gangguan malabsorpsi.Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor psikologis, misalnya ketakutan atau jenis stres tertentu, yang diperantarai melalui stimulasi usus oleh saraf parasimpatis. Juga terdapat jenis diare yang ditandai oleh pengeluaran feses dalam jumlah sedikit tetapi sering. Penyebab diare jenis ini antara lain adalah kolitis ulserabutiv dan penyakit Crohn. Kedua penyakit ini memiliki komponen fisik dan psikogenik.7

1. TATALAKSANA

Gambar 2.2. 5 Lintas DiareLima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE):41. Berikan oralit2. Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut3. Teruskan ASI-makan4. Berikan antibiotik secara selektif5. Berikan nasihat pada ibu/keluarga

1. OralitOralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida(KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare. Oralit perlu diberikan segera bila anak diare, sampai diare berhenti.4

Cara pemberian oralit:4 Satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang (200 cc). Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air besar. Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang air besar.

Gambar 2.2. Komposisi Oralit

2. ZincZinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat.Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF menandatangani kebijakan bersama dalam hal pengobatan diare yaitu pemberian oralit dan Zinc selama 10-14 hari. Hal ini didasarkan pada penelitian selama 20 tahun (1980-2003) yang menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan pemberian oralit disertai zinc lebih efektif dan terbukti menurunkan angka kematian akibat diare pada anak-anak sampai 40%.4Pada saat diare, anak akan kehilangan zinc dalam tubuhnya. Pemberian Zinc mampu menggantikan kandungan Zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan mempercepat Ipenyembuhan diare. Zinc juga meningkatkan sistim kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah risiko terulangnya diare selama 2-3 bulan setelah anak sembuh dari diare. Berdasarkan studi WHO selama lebih dari 18 tahun, manfaat zinc sebagai pengobatan diare adalah mengurangi :1) Prevalensi diare sebesar 34%; (2) Insidens pneumonia sebesar 26%; (3)Durasi diare akut sebesar 20%; (4) Durasi diare persisten sebesar 24%, hingga; (5) Kegagalan terapi atau kematian akibat diare persisten sebesar 42%.4Kemampuan zinc untuk mencegah diare terkait dengan kemampuannya meningkatkan sistim kekebalan tubuh. Zinc merupakan mineral penting bagi tubuh. Lebih 300 enzim dalam tubuh yang bergantung pada zinc. Zinc juga dibutuhkan oleh berbagai organ tubuh, seperti kulit dan mukosa saluran cerna. Semua yang berperan dalam fungsi imun, membutuhkan zinc.4

Cara pemberian ZincZinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Pemberian zinc harus tetap dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan berulangnya diare pada 2 3 bulan ke depan.4Obat Zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30 detik. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan dosis sebagai berikut:4a. Balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg)/ harib. Balita umur 6 bulan: 1 tablet (20 mg)/ hari

Zinc diberikan dengan cara dilarutkan dalam satu sendok air matang atau ASI. Untuk anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah. Produk zinc paling banyak tersedia dalam bentuk tablet dispersible (tablet yang larut dalam air selama 30 detik), dengan komposisi utamanya zinc sulfat, acetate, atau gluconate yang setara dengan zinc elemental 20 mg. Zinc juga tersedia dalam bentuk sirup dan sirup kering untuk lebih mempermudah pemberian bagi anak di bawah 6 bulan. Rasa produk zinc bermacam macam dari rasa vanilla, mix fruit, jeruk, tutti frutti, dan lainnya untuk menekan rasa metal zinc agar anak lebih mudah meminumnya.4Efek samping zinc sangat jarang dilaporkan. Kalaupun ada, biasanya hanya muntah. Namun, pemberian zinc dalam dosis sebanyak 10-20 mg sesuai usia seperti dosis yang dianjurkan seharusnya tidak akan menyebabkan muntah. Zinc yang dilarutkan dengan baik akan menyamarkan rasa metalik dari zinc.4

3. ASIASI bukan merupakan penyebab diare. ASI justru dapat mencegah diare. Bayi dibawah 6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI untuk mencegah diare dan meningkatkan sistim imunitas tubuh bayi. Jika anak masih mendapatkan ASI, maka teruskan pemberian ASI sebanyak dia mau. Jika anak sudah makan, anak harus diberi makan seperti biasa dengan frekuensi lebih sering. Lakukan ini sampai dua minggu setelah anak berhenti.4diare. Jangan batasi makanan anak jika ia mau lebih banyak, karena lebih banyak makanan akan membantu mempercepat penyembuhan, pemulihan dan mencegah malnutrisi.4Untuk anak yang berusia kurang dari 2 tahun, anjurkan untuk mulai mengurangi susu formula dan menggantinya dengan ASI. Untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun, teruskan pemberian susu formula. Ingatkan ibu untuk memastikan anaknya mendapat oralit dan air matang.4

4. Antibiotik secara selektifTidak semua kasus diare memerlukan antibiotik. Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Ini sangat penting karena seringkali ketika diare, masyarakat langsung membeli antibiotik seperti Tetrasiklin atau Ampicillin. Selain tidak efektif, tindakan ini berbahaya, karena jika antibiotik tidak dihabiskan sesuai dosis akan menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik.4Selain bahaya resistensi kuman, pemberian antibiotik yang tidak tepat bisa membunuh flora normal yang justru dibutuhkan tubuh. Efek samping dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati dan diare yang disebabkan oleh antibiotik. Hal ini juga akan mengeluarkan biaya pengobatan yang seharusnya tidak diperlukan.4 Selain antibiotik, anti diare juga tidak boleh diberikan ketika anak terkena diare. Karena saat diare itu tubuh akan memberikan reaksi berupa peningkatan motilitas atau pergerakan usus untuk mengeluarkan kotoran atau racun. Perut akan terasa banyak gerakan dan berbunyi. Anti diare akan menghambat gerakan itu sehingga kotoran yang seharusnya dikeluarkan, justru dihambat keluar. Selain itu anti diare dapat menyebabkan komplikasi yang disebut prolapsus pada usus (terlipat/terjepit). Kondisi ini berbahaya karena memerlukan tindakan operasi. Oleh karena itu anti diare seharusnya tidak boleh diberikan.4

5. Nasihat pada ibu/pengasuhBerikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:4- Buang air besar cair lebih sering- Muntah berulang-ulang- Mengalami rasa haus yang nyata- Makan atau minum sedikit- Demam- Tinjanya berdarah- Tidak membaik dalam 3 hari

Penatalaksanaan Medis4I. Diare tanpa dehidrasiBila terdapat dua tanda atau lebih: Keadaan Umum baik, sadar Mata tidak cekung minum biasa, tidak haus Cubitan kulit perut / turgor kembali segera

Rencana Terapi AMenerangkan 5 langkah terapi diare di rumah1) Beri cairan lebih banyak dari biasanya Teruskan ASI lebih sering dan lebih lamaAnak yang mendapat ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan. Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan oralit atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang, dsb) Beri Oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan dilanjutkan sedikit demi sedikit. Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak. Anak harus diberi 6 bungkus oralit (200 ml) di rumah bila:Telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C.Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk.Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit.2) Beri obat zincBeri zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau asi.- umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari- umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari.3) Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan. Beri makanan kaya kalium seperti sari buah segar, pisang, air kelapa hijau. Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4 jam). Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2 minggu4) Antibiotik hanya diberikan sesuai indikasi. Misal: disenteri, kolera dll5) Nasihati ibu/ pengasuhUntuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila : berak cair lebih sering muntah berulang sangat haus makan dan minum sangat sedikit timbul demam berak berdarah tidak membaik dalam 3 hari

2. Diare dengan dehidrasi ringan/ sedangBila terdapat dua tanda atau lebih: Gelisah, rewel Mata cekung Ingin minum terus, ada rasa haus Cubitan kulit perut / turgor kembali lambat

Rencana Terapi B1) Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama di sarana kesehatan: Oralit yang diberikan = 75 ml x berat badan anak Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel di bawah ini:

Tabel 2.1. Dosis oralit Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah.2) Bujuk ibu untuk meneruskan ASI. Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air masak selama masa ini. Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan oralit3) Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut4) Amati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan oralit: Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan. Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas. Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah. Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau asi. Beri oralit sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah hilang.5) Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana terapi a, b atau c untuk melanjutkan terapi Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur. Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang, ulangi Rencana Terapi B. Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah. Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C6) Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam Terapi 3 jam di rumah. Berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan di rumah Jelaskan 5 langkah Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah

3. Diare dengan dehidrasi berat.Bila terdapat dua tanda atau lebih Lesu, lunglai / tidak sadar Mata cekung Malas minum Cubitan kulit perut / turgor kembali sangat lambat

Rencana Terapi C

Gambar 2.3. Alur Rencana Terapi C

1. KomplikasiSebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti:6 Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik). Renjatan hipovolemik. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram). Hipoglikemi Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.

1. PencegahanCara melakukan pencegahan Diare yang benar dan efektif:4,81. Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun2. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur3. Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air bersih yang cukup4. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar5. Buang air besar di jamban6. Membuang tinja bayi dengan benar7. Memberikan imunisasi campak.

BAB IIIPENUTUP

Diare masih merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di Indonesia yang menjadi salah satu penyebab kematian pada anak. Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian diare telah dikembangkan penanggulangan penyakit diare secara terencana dan sistematis melalui program Pemberantasan dan Penanggulangan Diare, dimana penyuluhan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 2007.

2. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Diare Di Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kesehatan. 2011. ISSN 2088-270x.

3. Adhani R. Pelaksanaan Milenium Development Goals (MDGs) Tujuan 4 dan 5 di Provinsi Kalimantan Selatan. Disampaikan pada Kongres Nasional XI Perinasia. Pekanbaru, 3-7 November, 2012.

4. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Buku Saku Lintas Diare. Departemen Kesehatan RI. 2011.

5. Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik; Alih Bahasa, Aifrina Hany. Jakarta: EGC.6. Hassan R, Alatas H. Ilmu kesehatan anak. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2000. hal 283-7.

7. Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC.

8. Dwipoerwantoro PG.Pengembangan rehidrasi perenteral pada tatalaksana diare akut dalam kumpulan makalah Kongres Nasional II BKGAI Juli 2008

1