penyidikan sebagai bentuk kewenangan kepolisian dalam penegakan hukum

18
PENYIDIKAN SEBAGAI BENTUK KEWENANGAN KEPOLISIAN DALAM PENEGAKAN HUKUM Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia ialah negara Hukum.Penggalan kalimat tersebut tertera jelas pada Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945,dimana kalimat tersebut mengartikan secara luas bahwa Indonesia adalah negara yang menganut paham Negara Hukum (Rechtsstaat) dan bukan Negara Kekuasaan (Manhstaat).Dalam konsep negara Hukum tersebut,diidealkan bahwa yang sepatutnya dijadikan panglima dalam dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum, dan bukan bidang lainnya.Dalam sejarah modern, gagasan Negara Hukum itu sendiri berawal dari dibangun dengan mengembangkan perangkat hukum sebagai sistem yang fungsional dan berkeadilan,dengan menata konsep Rechtsstaat tersebut melalui rule of law yang dibungkus dalam bingkai Criminal Justice System di negara ini. Atas dasar tersebut,Indonesia sebagai Negara Hukum memiliki beberapa macam hukum untuk mengatur setiap tindakan warga negaranya,diantaranya adalah Hukum

Upload: blackeagel

Post on 17-Jan-2016

15 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Artikel kepolisian

TRANSCRIPT

Page 1: Penyidikan Sebagai Bentuk Kewenangan Kepolisian Dalam Penegakan Hukum

PENYIDIKAN SEBAGAI BENTUK KEWENANGAN

KEPOLISIAN DALAM PENEGAKAN HUKUM

Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia ialah negara Hukum.Penggalan kalimat tersebut tertera

jelas pada Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945,dimana kalimat tersebut

mengartikan secara luas bahwa Indonesia adalah negara yang menganut paham

Negara Hukum (Rechtsstaat) dan bukan Negara Kekuasaan (Manhstaat).Dalam

konsep negara Hukum tersebut,diidealkan bahwa yang sepatutnya dijadikan

panglima dalam dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum, dan bukan

bidang lainnya.Dalam sejarah modern, gagasan Negara Hukum itu sendiri berawal

dari dibangun dengan mengembangkan perangkat hukum sebagai sistem yang

fungsional dan berkeadilan,dengan menata konsep Rechtsstaat tersebut melalui

rule of law yang dibungkus dalam bingkai Criminal Justice System di negara ini.

Atas dasar tersebut,Indonesia sebagai Negara Hukum memiliki beberapa

macam hukum untuk mengatur setiap tindakan warga negaranya,diantaranya

adalah Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana. Kedua hukum ini memiliki

hubungan yang sangat erat karena pada hakekatnya Hukum Acara Pidana

termasuk didalam pengertian hukum Pidana itu sendiri.Hanya saja Hukum Acara

Pidana atau yang juga dikenal sebagai Hukum Pidana Formal lebih tertuju pada

ketentuan yang mengatur bagaimana negara melalui alat-alatnya melaksanakan

hak nya untuk mem-pidana dan menjatuhkan pidana.Sedangkan konsep Hukum

Pidana (materiil) lebih tertuju pada peraturan hukum yang menunjukkan

perbuatan mana yang seharusnya dikenakan pidana dan pidana apa yang dapat

dijatuhkan kepada pelaku tindak pidana tersebut.

Page 2: Penyidikan Sebagai Bentuk Kewenangan Kepolisian Dalam Penegakan Hukum

Pada prinsipnya, hukum dibuat untuk memberikan pelayanan kepada

warga negara dengan tujuan terciptanya sebuah ketertiban, keamanan,

kesejahteraan dan rasa keadilan yang sebenarnya. Namun demikian, walaupun

hukum dibuat dengan sifat yang mengikat setiap warga negara yang tidak

mematuhi nya,bentuk-bentuk penyimpangan dan pelanggaran itu tetap saja

terjadi.Menghadapi hal ini,tentunya negara harus mensikapi dengan tindakan

tegas dalam wujud penegakan hukum itu sendiri. Salah satu hal yang dilakukan

oleh negara adalah mengeluarkan Undang-undang Nomor 81 tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana (KUHAP).Dan didalam KUHAP itu sendiri dikatakan

bahwa tujuan Hukum Acara Pidana adalah “untuk mencari dan mendapatkan atau

setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, yaitu kebenaran yang selengkap-

lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara

pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang

dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta

pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti

bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu

dapat dipersalahkan”.Salah satu proses yang mengawali tindakan hukum tersebut

adalah penyidikan dan dengan dilaksanakannya proses penyidikan maka sebuah

perbuatan atau tindakan itu dapat dikatakan sebagai sebuah tindak pidana atau

tindak kejahatan ataupun tidak dapat.

Sesuai dengan UU No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia,menjadikan Polri sebagai alat Negara penegak hukum,penjaga

keamanan dan ketertiban masyarakat serta sebagai pengayom,pelindung dan

pelayan masyarakat.Hal tersebut tentu menjadi tantangan tugas bagi Polri, karena

satu sisi dibutuhkan keahlian manajerial pada aspek manajemen yang berkaitan

erat dengan masalah-masalah pelaksanaan koordinasi dan disisi lain dituntut

penguasaan tentang penyidikan yang ruang geraknya senantiasa dibatasi oleh

ketentuan hukum yang berlaku.Tindakan penyidikan yang dilakukan oleh

Kepolisian ini sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan Hukum Pidana dan

Hukum Acara Pidana itu sendiri,hal ini dikarenakan proses penyidikan merupakan

langkah awal dalam proses penegakan hukum yang dilakukan oleh aktor-aktor

penegakan hukum di Indonesia.Berbagai contoh kasus yang terjadi belakangan

Page 3: Penyidikan Sebagai Bentuk Kewenangan Kepolisian Dalam Penegakan Hukum

ini,menunjukkan bagaimana proses peradilan Pidana yang berjalan dengan tidak

baik karena disebabkan berbagai kesalahan dan kekurangan-kekurangan penyidik

Polri dalam melakukan fungsi penyidikan.Proses penyidikan memang tidak bisa

dianggap remeh dan mudah,karena hal ini menyangkut pada dapat atau tidaknya

sebuah tindakan dikatakan memenuhi unsur-unsur kejahatan sehingga pelaku

dapat dikenakan hukuman sebagaimana mestinya.Profesionalisme seorang

penyidik polri untuk melaksanakan tugasnya secara cepat,akuntebel dan

transparan,menjadi salah satu jalan untuk menjawab keraguan masyarakat

terhadap kinerja Polri yang terus menerus disorot.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang dan pemaparan mengenai posisi penyidikan dalam Hukum

Acara Pidana, penulis mencoba merumuskan permasalahan yang dapat

diangkat dalam penulisan ini,yakni :

Bagaimana kondisi penyidikan yang dilakukan oleh Polri saat ini ?

Bagaimana bentuk Penyidikan Polri yang diharapkan masyarakat?

Page 4: Penyidikan Sebagai Bentuk Kewenangan Kepolisian Dalam Penegakan Hukum

BAB II

KONDISI PENYIDIKAN POLRI SAAT INI

Sistem peradilan pidana atau criminal justice system merupakan salah satu

kegiatan yang dilaksanakan oleh sub sistem-sistem Peradilan sebagai lembaga

penegakan hukum didalam melaksanakan tugas,fungsi dan perannya dalam

penegakkan hukum (law enforcement) yang dapat menjamin rasa keadilan

masyarakat,melindungi kepentingan negara,sehingga tercipta kepastian hukum

dan menghargai hak asasi manusia.Terkait dengan sistem peradilan pidana

diIndonesia,penegakan hukum atau law enforcement yang dilaksanakan oleh alat

negara penegak hukum dapat diklasifikasikan menjadi empat tahapan, yakni

penyidikan, penuntutan, peradilan dan pelaksanaan putusan. Penyidikan sebagai

tahapan pertama dimulai dari diadakannya penyelidikan, penindakan,

pemeriksaan, sampai dengan penyerahan berkas perkara dan barang bukti.

Sesuai dengan Pasal 1 ayat 2 KUHAP dikatakan bahwa penyidikan adalah

serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam

undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti

itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan

tersangkanya. Penyidik dalam hal ini adalah pejabat polisi negara Republik

Indonesia atau pejabat pegawai negri sipil yang diberi wewenang khusus oleh

undang-undang untuk melakukan penyidikan.(Pasal 1 ayat 1 KUHAP) Karena

kewajibannya tersebut,penyidik memiliki wewenang untuk :

1. Menerima laporan pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;

2. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;

3. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri

tersangka;

4. Melakukan penangkapan,penahanan,penggeledahan,dan penyitaan;

5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

6. Mengambil sidik jari dan memotret seorang;

7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

8. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara;

Page 5: Penyidikan Sebagai Bentuk Kewenangan Kepolisian Dalam Penegakan Hukum

9. Mengadakan penghentian penyidikan;

10. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

”Tindakan lain” seperti yang dimaksud dalam pasal 7 ayat j KUHAP

adalah :

1. Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum,dalam hal ini tentu saja

hukum perundangan yang berlaku di negara Indonesia.

2. Selaras dengan kewajiban hukum yang menharuskan dilakukannya tindakan

jabatan (Pasal 50 KUHP).

3. Tindakan itu harus patut dan masuk akal dan termasuk dalam lingkungan

jabatannya (Pasal 49 KUHP)

4. Atas pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan memaksa (Pasal 48

KUHP) Menghormati Hak Asasi Manusia.

Sesuai undang-undang no.2 tahun 2002 yang menyatakan bahwa

pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi

kepolisian yg meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,

penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat

dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku alat negara yang

dibantu oleh masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Hal ini

tentu saja menuntut kinerja tinggi dari Polri sebagai pihak yang bersentuhan

langsung dengan masyarakat dalam pelaksanaan hukum di negara ini.Begitu

sering kita mendengar anekdot dikalangan masyarakat yang menyatakan bahwa; ”

lapor ke Polisi kehilangan ayam sama saja dengan kehilangan sapi” , anekdot ini

tidak tercipta serta merta dimasyarakat, hal ini adalah buah dari kebiasaan yang

sudah terbudaya menjadi sebuah kukltur di tubuh Polri. Situasi ini diperparah pula

dengan begitu banyaknya kasus-kasus yang ditangani oleh polisi yang tidak atau

belum bisa terungkap seperti kasus pembunuhan aktivis HAM munir, kasus salah

tangkap di Jombang, kasus korupsi di pelbagai daerah, atau juga kasus-kasus lain

yang penangannya dirasa sangat lama oleh masyarakat. Bukan hanya

itu,masyarakat juga sangat menyorot masalah rekruitment anggota Polri yang

memerlukan biaya yang sangat besar,karena adanya oknum-oknum yang

melakukan pungli atau uang pelicin agar seseorang bisa diterima disebuah

lembaga pendidikan Polri.

Page 6: Penyidikan Sebagai Bentuk Kewenangan Kepolisian Dalam Penegakan Hukum

Memang hal tersebut tidak dapat kita lihat dari satu sisi masyarakat

saja,dalam bertugas kadangkala polisi juga menemukan kendala-kendala yang

dapat membuat terhambatnya penanganan suatu perkara pidana.Ada beberapa

faktor yang dirasa penulis menyebabkan hal ini terjadi,diantaranya :

Kualitas SDM Polri yang tidak memenuhi mutu standar guna memiliki

kualitas tinggi dalam mengemban tugas sebagai penegak hukum.Hal ini banyak

dipengaruhi oleh sistem rekruitment yang dipengaruhi pihak lain,dalam hal ini

pihak luar,sehingga menyebabkan tidak transparannya proses rekruitmen itu

sendiri.

1. Sarana prasarana yang walaupun terdengar klasik namun pada kenyataannya

memang memberikan pengaruh terhadap kinerja polisi.Untuk sebuah

peralatan olah TKP saja sebuah polsek tidak mempunyai peralatan

selengkap yang dimiliki polda,imbasnya tentu saja penyidik polsek terkesan

malas-malasan untuk bekerja.

2. Masih adanya oknum-oknum penyidik polri yang masih mengharapkan

imbalan dari pihak yang terkait dengan sebuah kasus pidana agar dapat

memperoleh keringanan-keringanan tertentu dari pihak polisi.Ulah para

oknum ini tentu saja dapat dinilai sebagai salah satu bentuk penyalahgunaan

wewenang yang dimiliki penyidik.

3. Faktor-faktor diatas tentu saja menurunkan citra penyidik Polri sebagai

penegak hukum yang diharapkan dapat memberikan rasa aman bagi

masyarakat.Masyarakat pada umumnya mengharapkan sosok penegak

hukum yang benar-benar dapat menciptakan keadilan bagi mereka.

Page 7: Penyidikan Sebagai Bentuk Kewenangan Kepolisian Dalam Penegakan Hukum

BAB III

KONDISI YANG DIHARAPKAN SERTA UPAYA YANG PERLU

DILAKUKAN PENYIDIK POLRI

Berbagai keluhan yang tertuju pada pihak korps baju coklat ini,tentu saja

tidak dapat diabaikan begitu saja.Jika ingin menancapkan eksistensinya Polri

memang harus benar-benar berbenah diri.Polri harus mampu merubah

pandangan,serta kultur budaya yang dirasa tidak pas. Ambil contoh tentang

penanganan sebuah kasus tindak pidana, mulai dari penerimaan laporan

pengaduan penyidik harus memberikan pelayanan yang optimal kepada korban

sebuah tindak pidana. Termasuk transparansi proses penyidikan yang harus bisa

dilaksanakan secara cepat dan tepat. Jangan ada lagi ulah-ulah oknum yang selalu

mengharapkan imbalan dari masyarakat pada setiap penanganan kasus,tidak ada

lagi masyarakat yang bertanya-tanya kapan kasus tindak pidana yang mereka

alami bisa terungkap,apalagi penanganan kasus yang justru malah memihak

pelakunya lantaran pelaku tersebut menjajikan sejumlah uang kepada penyidik.

Ini tentu saja sangat bertentangan dengan tugas pokok polisi sebagai pelayan,

pelindung, dan pengayom masyarakat.

Guna menjawab tuntutan masyarakat yang seiring perkembangan waktu

semakin terus bertambah, Polri umumnya dan penyidik polri khususnya harus

segera mengambil langkah-langkah cepat dan tepat. Langkah tersebut bukan tidak

pernah dilakukan, dari tahun ketahun sesungguhnya Polri terus menerus berbenah

diri, namun belum mencapai taraf yang maksimal dan seperti apa yang diharapkan

masyarakat pada umumnya. Sesuai dengan kebijakan Kapolri

Jenderal.Pol.Bambang Hendarso Danuri di awal kepemimpinannya, yang

menyatakan bahwa perlu adanya transformasi budaya ditubuh Polri.Dengan

berpedoman pada Grand Strategy Polri (2005-2010) yang berupa pencanangan

trust building, partnership building, dan strive for excellent.

Diawal 2009 ini, Polri mencanangkan sebuah program akselerasi untuk

mencapai sasaran Polri 2005-2009 yang bernama Quick Wins, program ini terdiri

dari :

Page 8: Penyidikan Sebagai Bentuk Kewenangan Kepolisian Dalam Penegakan Hukum

Quick Response yakni peningkatkan kecepatan polisi dalam merespon laporan

dari masyakarat, hal ini dengan peluncuran pelayanan Polri melalui saluran

telphone 112.

Transparansi Pelayanan SIM, STNK dan BPKB, arah nya ialah pada penerbitan

SIM, STNK dan BPKB adalah bagian dari pelayanan di bidang registrasi dan

identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor.

Transparansi Proses Penyidikan Tindak Pidana ,hal ini dilaksanakan melalui

Pemberian Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP),

dimana hal ini merupakan bentuk kepedulian dan tanggung jawab penyidik

terhadap masyarakat yang merupaka sarana komunikasi atas segala tindakan-

tindakan penyidikan yang telah dilakukan dan dilaporkan kepada pihak pelapor.

Transparansi Recruitmen Personel, untuk menjawab tantangan tugas Polri yang

semakin kompleks dan global. Hal yang paling penting untuk dicermati seorang

penyidik polisi adalah Transparasi proses penyidikan tindak pidana, hal ini

disebabkan karena terlalu banyak nya laporan atau pun komplain dari masyarakat

mengenai masalah penyidikan polri.Realisasi yang ingin dicapai tentu saja

mengarah pada sosok penyidik yang mampu dan dapat melaksanakan proses

penyidikan dengan cepat dan profesional.

Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) dimulai

dari penerimaan proses laporan pengaduan dari masyarakat sampai dengan

selesainya penanganan berkas oleh seorang penyidik. Kaitannya dengan SP2HP

ini penyidik harus mampu memberikan laporan kepada korban tindak pidana

sesuai dengan kategori kasus yang dihadapi, yakni :

Tahap pertama, setelah penerimaan sebuah Laporan Polisi dalam jangka

waktu 3 hari harus sudah ada perkembangan tentang kasus yang diadukan tersebut

dengan mencantumkan:

Keterangan yang menyatakan bahwa Laporan Polisi telah diterima dan akan

segera ditindak lanjuti. Satuan atau unit serta penyidik yang menangani kasus

tersebut disertai contact number dari penyidik tersebut agar pihak pelaporan dapat

langsung menanyakan perkembangan kasus pidananya.

Tahap kedua, tahapan ini adalah bagian dari penyelidikan dari sebuah

kasus pidana,ini pun dibuat sesuai dengan kategori tindak pidana tersebut,yakni :

Page 9: Penyidikan Sebagai Bentuk Kewenangan Kepolisian Dalam Penegakan Hukum

Kasus ringan/sedang,penanganan penyelidikan harus memberikan laporan

perkembangan hasil penyelidikan pada hari ke-15. Kasus sulit, sangat sulit,

penanganan penyelidikan harus memberikan laporan perkembangan hasil

penyelidikan pada hari ke-15 dan hari ke-30.

Tahap ketiga, yakni tahapan penyidikan mengenai kasus tindak pidana

dengan kategori sebagai berikut :

a. Kasus ringan, penanganan penyidikannya memberikan laporan

perkembangan sampai dengan selesai dalam waktu 30 hari.

b. Kasus mudah, penanganan penyidikannya memberikan laporan

perkembangan sampai dengan selesai dalam waktu 60 hari.

c. Kasus sulit, penanganan penyidikannya memberikan laporan

perkembangan sampai dengan selesai dalam waktu 90 hari.

d. Kasus sangat sulit, penanganan penyidikannya memberikan laporan

perkembangan sampai dengan selesai dalam waktu 120 hari.

Tahap keempat, yakni tahapan penyelesaian berkas perkara. Tahap ini

merupakan tahap paling terakhir terkait penyelesaian proses penyidikan oleh

anggota Polri,dan ditutup dengan pemberkasan guna segera dikirimkan ke pihak

Penuntut Umum sesuai dengan KUHAP.

Page 10: Penyidikan Sebagai Bentuk Kewenangan Kepolisian Dalam Penegakan Hukum

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan adanya pandangan yang menganggap kurang maksimalnya

kinerja penyidik Polri dan dari hasil pembahasan program kerja yang dibentuk

melalui kebijakan oleh pimpinan Polri,maka penulis berusaha untuk membuat

sebuah learning point yang dapat kita tarik menjadi beberapa kesimpulan,

diantaranya:

1. Mayarakat masih belum cukup puas dengan kinerja yang dihasilkan oleh

penyidik Polri dalam menangani sebuah kasus Tindak Pidana.

2. Masyarakat menginginkan penanganan kasus Tindak Pidana yang transparan

dan cepat,sehingga masyarakat korban kejahatan Pidana akan mendapat suatu

keadilan bukan malah dirugikan karena ulah oknum penyidik.

3. Dalam menangani sebuah kasus Tindak Pidana penyidik Polri terkadang

masih menemui kendala seperti kurangnya sarana dan prasarana serta masih

adanya intervensi dari pihak lain terhadap penyelesaian sebuah kasus Tindak

Pidana.

4. Dengan adanya kebijakan Kapolri mengenai Quick Wins,terutama pada point

transparansi penyidikan berupa pemberian SP2HP terhadap korban Tindak

Pidana maka diharapkan korban tindak pidana dapat mengetahui

perkembangan kasus yang dihadapinya mulai dari awal

pelaporan,perkembangan kemajuannya,sampai dengan dikirimkannya berkas

perkara kepada penuntut umum ada tahap 2.

5. Upaya-upaya yang dilakukan dengan berpedoman pada Grand Strategy Polri

dalam melaksanakan pembenahan di tubuh Polri secara struktural dan

terorganisir dengan rapih melalui program-program percepatan yang telah

dilakukan.

Page 11: Penyidikan Sebagai Bentuk Kewenangan Kepolisian Dalam Penegakan Hukum

B. Saran

1. Kebijakan-kebijakan yang telah dibuat harus dilaksanakan disertai dengan

pengawasan dari tingkat paling atas hingga tingkat paling bawah, dengan

harapan kebijakan tersebut dapat terlaksana dengan baik.

2. Harus adanya tindakan yang tegas yang diberikan kepada oknum penyidik

yang tidak bisa melaksanakan tugasnya secara profesional, terutama pada

oknum penyidik yang masih mengharapkan imbalan dari pihak-pihak yang

terkait dengan kasus tindak pidana.

3. Perlunya peningkatan sarana dan prasarana guna menunjang tugas Polri,

termasuk peningkatan taraf pendapatan anggota (gaji anggota).