fungsi kepolisian dalam penyidikan tindak pidana …

114
FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN BARANG DAN JASA DI KOTA MAKASSAR TESIS BESSE SUKMAWATI YUSUF MANGANNI NIM : 4616101048 Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Magister Hukum PROGRAM STUDI ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR 2019

Upload: others

Post on 27-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN

TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN BARANG

DAN JASA DI KOTA MAKASSAR

TESIS

BESSE SUKMAWATI YUSUF MANGANNI

NIM : 4616101048

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Magister Hukum

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2019

Page 2: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

ii

Page 3: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

iii

Page 4: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

iv

Page 5: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

v

ABSTRAK

BESSE SUKMAWATI Y. M, 4816101048. Fungsi Kepolisian Dalam

Penyidikan Tindak Pidana Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa Di Kota

Makassar. (Dibimbing Oleh Marwan Mas dan Abdul Salam Siku).

Fungsi Polri Dalam Penyidikan Tindak Pidana Korupsi Pengadaan Barang

dan Jasa Pemerintah di Kota Makassar (dibimbing oleh Said Karim dan Amir

Ilyas). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tentang peranan

Kepolisian dalam penyidikan tindak pidana korupsi pengadaan barang dan jasa

pemerintah di Kota Makassar. Penelitian ini adalah penelitian normatif empiris.

Penelitian ini dilakukan di Kota Makassar (Polres Pelabuhan Makassar,

Polrestabes Makassar dan Polda Sulsel).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Polri sebagai salah satu insitusi yang

diberikan wewenang oleh Undang-undang untuk melakukan penyelidikan dan

penyidikan kasus tindak pidana korupsi termasuk dalam kasus korupsi pengadaan

barang dan jasa pemerintah berdasarkan pada peraturan yaitu Pasal 1 angka 4 jo

angka 5 KUHAP, Pasal 1 angka 1 jo angka 2 KUHAP, Pasal 14 ayat (1) huruf

f dan Pasal 14 ayat (1) huruf g Undang-undang No.2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian. Penyidik Polri mengalami kendala-kendala dalam proses penyidikan

tindak pidana korupsi pengadaan barang dan jasa pemerintah di Kota Makassar,

yaitu pertama adanya perbedaan perhitungan awal kerugian negara antara pihak

BPKP dan pihak Kepolisian yang melakukan proses penyidikan. Yang kedua

adalah ketika berkas perkara dilimpahkan ke Kejaksaan, Jaksa menganggap

bahwa kerugian keuangan negara yang nilainya kecil perlu dipertimbangkan

untuk tidak ditindaklanjuti atau berlaku asas restorative justice.

Kata Kunci :Polisi, Penyidikan, Korupsi Pengadaan Barang/Jasa.

Page 6: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

vi

ABSTRACT

BESSE SUKMAWATI Y. M, 4816101048. The function of the police in

investigating corruption in the procurement og goods and services in the city of

Makassar. (Supervised By Marwan Mas dan Abdul Salam Siku).

The role of Police in Investigation of Corruption Procurement in

Makassar City Government (supervised by Karim Said and Amir Ilyas). This study

aims to identify and understand the role of the Police in the investigation of

corruption of government procurement of goods and services in Makassar. This

research is empirical normative. This research was conducted in the city of

Makassar (Regional Police of south Sulawesi and Makassar city police).

The results showed that the Police as one of the institutions authorized by

law to conduct an investigation and the investigation of cases of corruption,

including in the case of corruption in the procurement of goods and services the

government based on the rule that Article 1 paragraph 4 in conjunction with

paragraph 5 of the Criminal Procedure Code, Article 1 point 1 in conjunction

with item 2 Code of Criminal Procedure, Article 14 paragraph (1) f and Article

14 paragraph (1) letter g of Act 2 of 2002 on the Police. Police investigators

experienced constraints in the process of investigation of corruption of

government procurement of goods and services in Makassar, the first for the

initial calculation of the difference between the state losses BPKP and the police

are doing the investigation. The second is when the case file handed over to the

Attorney, the Attorney considers that the financial losses that the country needs to

be considered for a small value were not followed up or apply the principles of

restorative justice.

Keywords: Police, Investigation, Corruption Procurement of Goods / Services

Page 7: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayahNya sehingga Tesis Ini dapat terselesaikan

guna memenuhi sebagian pesyaratan mendapatkan gelar Magister Hukum dengan

judul “Fungsi Polri Dalam Penyidikan Tindak Pidana Korupsi Pengadaan

Barang Dan Jasa Di Kota Makassar” Sholawat serta salam semoga tetap

terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga beliau, para sahabat beliau

dan orang-orang yang mengikuti ajaran beliau sampai akhir zaman nanti.

Walaupun penulis mengalami berbagai hambatan akibat terbatasnya

kemampuan, namun berkat motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya

hambatan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada terhormat:

1. Kedua orangtua tercinta. Ayahanda H. Yusuf Hamzah B,A dan Ibunda Hj.

Asmak Manganni S.Pd, Terima kasih Penulis haturkan atas segala dukungan,

bmbingan, dan limpahan kasih sayang kepada penulis selama ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Saleh Pallu, M.Eng, selaku Rektor

Universitas Bosowa ;

3. Bapak Dr. Muhlis Ruslan, S.E., M.Si, selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Bosowa ;

4. Bapak Dr. Baso Madiong, S.H., M.H, selaku Ketua Program Studi Magister

Ilmu Hukum Universitas Bosowa;

Page 8: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

viii

5. Bapak Prof. Marwan Mas, S.H., M.H, selaku Dosen Pembimbing I yang tidak

pernah bosan dan lelah dalam membimbing, guna menyelesaikan Tesis ini ;

6. Bapak Dr. H. Abdul Salam Siku, S.H., M.H,. selaku Dosen Pembimbing II

yang selalu memberikan masukan, saran dan petunjuk dalam proses

menyelesaikan Tesis ini ;

7. Semua Bapak dan Ibu Dosen Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum

Universitas Bosowa yang telah mengajarkan dan memberikan banyak ilmu

dengan tulus. Semoga Ilmu yang di berikan dapat bermanfaat di dunia dan

akhirat

8. Seluruh Staff Program Pascasarjana Universitas Bosowa tanpa terkecuali yang

telah banyak memberikan kemudahan kepada penulis terutama dalam hal

administrasi akademik.

9. Rekan-rekan Mahasiswa Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum yang

telah membantu dan mendorong kami dalam penyelesaian Tesis ini.

10. Kepada Semua Pihak yang tidak sempat saya sebutkan namanya, saya

mengucapkan banyak-banyak terima kasih atas motivasi dan bantuannya

sehinga terselesainya Proposal Tesis ini dengan baik.

Penulis hanya dapat berdoa semoga semua amal baiknya mendapatkan

imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan Tesis ini, masih banyak kekurangan dan banyak mengalami kendala,

oleh karena itu bimbingan, arahan, kritikan dan saran dari berbagai pihak yang

bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati.

Page 9: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

ix

Semoga Tesis ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan juga bagi

pembaca umumnya serta mampu menjadi referensi untuk teman-teman yang lain

dalam penyusunan Hasil penelitian dikemudian hari. Atas bimbingan serta

petunjuk yang telah diberikan dari berbagai pihak akan memperoleh imbalan yang

setimpal dari ALLAH SWT.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Makassar, Februari 2019

Besse Sukmawati Y.M

Page 10: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ........................................................... iii

ABSTRAK..................................................................................................... iv

ABSTRACT ....................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................... 8

D. Manfaat Penelitian................................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 9

A. Tindak Pidana Korupsi ......................................................................... 9

1. Pengertian Tindak Pidana ................................................................. 9

2. Pengertian Tindak Pidana Korupsi .................................................... 11

3. Unsur-unsur Tindak Pidana Korupsi ................................................. 17

4. Jenis-jenis Tindak Pidana Korupsi ..................................................... 22

5. Ciri-ciri Tindak Pidana Korupsi ......................................................... 23

6. Penyebab Tindak pidana Korupsi ...................................................... 24

B. Pengadaan Barang dan Jasa ...................................................................... 41

Page 11: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

xi

1. Pengertian Umum .............................................................................. 41

2. Ruang Lingkup Pengadaan Barang dan Jasa ....................................... 43

3. Organ Dalam Pengadaan Barang dan Jasa .......................................... 44

4. Prinsip pengadaan Barang dan Jasa........................................................ 50

5. Cara Pemilihan Seleksi Penyedia Jasa ................................................... 50

C. Kepolisian Republik Indonesia .................................................... ……… 51

1. Pengertian Kepolisian .......................................................................... 51

2. Tugas dan Fungsi Kepolisian ............................................................... 53

3. Pengertian Penyidikan ......................................................................... 55

4. Penyidikan tindak pidana Korupsi Oleh Kepolisian ............................. 59

D. Kerangka Pikir ...................................................................................... 62

E. Defenisi Operasional ............................................................................. 63

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 64

A. Lokasi Penelitian ................................................................................. 64

B. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 64

C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 64

D. Analisis Data ......................................................................................... 67

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ............................... 69

A. Peran Polri dalam Penyidikan Tindak Pidana Korupsi Pengadaan Barang

dan Jasa Pemerintah di Kota Makassar ................................................. 69

B. Data Penyelidikan dan Penyidikan Dugaan Perkara Tindak Pidana Korupsi

Terhadap Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah di Kota Makassar .... 75

C. Faktor Penghambat Dalam Penyidikan Tindak Pidana Korupsi Pengadaan

Page 12: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

xii

Barang dan Jasa Pemerintah di Kota Makassar ...................................... 82

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 90

A. Kesimpulan ........................................................................................... 90

B. Saran ..................................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 94

Page 13: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengadaan barang dan jasa pada dasarnya adalah cara pemerintah”

berbelanja” untuk keperluan rumah tangganya sendiri, untuk penyediaan

fasilitas publik, pelayanan kepada masyarakat maupun diserahkan kepada

masyarakat. Istilah pengadaan barang dan jasa (procurement) sebagaimana

terurai dalam handbook curbing corruption in public procurement-

Transparency International.

Mencakup penjelasan dari tahap persiapan, penentuan dan pelaksanaan

atau administrasi untuk pengadaan barang lingkup pekerjaan atau jasa lainnya

juga tak hanya terbatas pada pemilihan rekanan proyek dengan bagian

pembelian (purchasing) atau perjanjianresmi kedua belah pihak saja, tetapi

mencakup seluruh proses sejak awal perencanaan, persiapan, perijinan,

penentuan pemenang tender hingga tahap pelaksanaan dan proses administrasi

dalam pengadaan barang, pekerjaan atau jasa seperti jasa konsultasi teknis jasa

konsultasi keuangan, jasa konsultasi hukum dan jasa lainnya.

Salah satu tujuan pengadaan adalah mendapat harga terbaik yang

dimaksudkan disini adalah harga serendah-rendahnya ataupun sepadan untuk

kualitas barang/jasa yang dibutuhkan baik dari kualitas, kepastian waktu

memperolehnya maupun volumenya dengan prinsip-prinsip efisien, efektif,

transparan, terbuka bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel.

Page 14: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

2

Kesadaran semua pihak baik pejabat pembuat komitmen,

panitia/pejabat pengadaan barang dan jasa, penyedia jasa dan semua yang

terlibat dalam pengadaan barang dan jasa agar lebih transparan layak untuk

diapresiasi karena akan mengantar tercapainya cita-cita pengadaan barang dan

jasa pemerintah yang efisien, efektif, transparan, terbuka bersaing, adil/tidak

diskriminatif dan akuntabel.

Pengadaan barang dan jasa harus dilakukan secara kredibel melalui

pengaturan yang baik dan proses tertentu, independen dan tidak memihak serta

menjamin terjadinya interaksi ekonomi dan sosial antara para pihak terkait

secara adil, transparan, professional, dan akuntabel. Pengadaan yang kredibel

juga mencegah persaingan usaha yang tidak sehat dikalangan pelaku usaha

dan mengandung unsur-unsur pencegahan korupsi, kolusi dan nepotisme

(KKN) antara pemerintah dengan pelaku usaha.

Sejarah pengadaan barang dan jasa pemerintah sejak dahulu hingga

sekarang telah menjadi lahan yang empuk bagi orang-orang yang ingin

mendapatkan keuntungan yang besar dengan cara yang mudah oleh karena

cukup dengan bermodalkan kemampuan “ KKN” dengan oknum pejabat

pemerintah dan bersedia membagi “ keuntungan”. Hal ini terbukti dari angka

penyidikan dan penuntutan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh

Kepolisian, Kejaksaan maupun KPK masih didominasi oleh kasus-kasus

korupsi yang terjadi dalam bidang pengadaan barang dan jasa pemerintah

Beberapa bentuk perbuatan yang digunakan sebagai sarana melakukan

tindak pidana korupsi dibidang pengadaan antara lain bentuk penyuapan

Page 15: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

3

(bribery), pemerasan (extortion), pemalsuan (fraud), penyalahgunaan

kekuasaan(abuse of discretion), nepotisme, pilih kasih, sumbangan illegal atau

janji-janji, dan mark-up merupakan jenis-jenis kecurangan dalam pengadaan

barang dan jasa pemerintah

Didalam Pasal 9 dan Pasal 10 Keppres No.80/2003 tentang Pedoman

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Pasal 12 ayat (2) Perpres No.70

Tahun 2012 tentangPerubahankeduaatasperaturanpresidenNomor 54 Tahun

2010 TentangPengadaanbarang / jasapemerintah disebutkan mengenai

ketentuan penandatanganan fakta integritas tersebut tentunya bertujuan untuk

memberikan keyakinan kepada public bahwa proses pengadaan barang dan

jasa di lingkungan pemerintah dapat berjalan lancar dan transparan. Pertama,

mendukung sektor public untuk dapat menghasilkan barang dan jasa pada

harga bersaing tanpa adanya korupsi yang menyebabkan penyimpangan harga

dalam pengadaan barang dan jasa. Kedua, mendukung pihak penyedia

pelayanan dari swasta agar dapat diperlakukan secara transparan, dapat

diperkirakan, dan dengan cara adil agar dapat terhindar dari adanya upaya

“suap” untuk mendapatkan kontrak dan hal ini pada akhirnya akan dapat

mengurangi biaya-biaya dan meningkatkan daya saing.

Berdasarkan Pasal 118 ayat (1) huruf a Perpres RI No.70 Tahun 2012

tentangPerubahankeduaatasperaturanpresidenNomor 54 Tahun 2010

TentangPengadaanbarang / jasapemerintah, yang melarang penyedia jasa

mempengaruhi ULP/ Pejabat Pengadaan/pihak lain yang berwenang dalam

bentuk dan cara apapun, baik langsung maupun tidak langsung guna

Page 16: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

4

memenuhikeinginannya yang bertentangan dengan ketentuan dan prosedur

yang telah ditetapkan dalam dokumen pengadaan/kontrak danatau ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 22 Undang-undang (UU) Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Pelaku Usaha dilarang

bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan

pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha

tidak sehat.

Korupsi pengadaan barang dan jasa pemerintah bukan saja melibatkan

pelaksana teknis dibawah tetapi telah melibatkan atasan pelaksana teknis

pengadaan barang dan jasa tersebut. Dalam pemberitaan banyak Kepala

Daerah, Sekretaris Daerah, pengguna anggaran yang terlibat kasus korupsi

pengadaan barang dan jasa dengan memberi disposisi atau pesan ataupun

perintah untuk memenangkan penyedia jasa tertentu.

Fungsi atasan yang seharusnya memberikan pengawasan malah telah

jauh mencampuri urusan panitia pengadaan, panitia/pejabat pengadaan atau

panitia penerima hasil pekerjaan. Fungsi pengguna anggaran yang seharusnya

dapat menetapkan pejabat pembuat komitmen dan pejabat/panitia pengadaan

lebih memilih orang-orang yang gampang diatur daripada orang-orang yang

memiliki integritas.

Perbuatan-perbuatan tersebut telah menjadi kebiasaan dan kesepakatan

yang tidak tertulis antara rekanan selaku penyedia barang/jasa dengan

pihakinstnasi/badan/lembaga pemerintah selaku pengguna barang/jasa

Page 17: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

5

sehinggadalam pelaksanaannya untuk tujuan memperkaya diri sendiri atau

orang lain atau korporasi mereka yang terlibat dalam proses pengadaan

barang/jasa melakukan pengaturan lelang dan persengkongkolan sehingga

rambu-rambu yang mengatur tentang pengadaan barang dan jasa tidak ditaati

karena semua pihak yang terlibat sudah diatur sejak tahap perencanaan.

Kesalahan dalam proses pengadaan barang dan jasa tidak selalu dapat

diartikan melakukan tindak pidana korupsi. Pengadaan yang dimulai dengan

satu keinginan atau niat untuk semata-mata mencapai tujuan pengadaan (tidak

untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain) pasti terhindar dari tuduhan

korupsi. Niat seperti itu masih tidak menghilangkan kemungkinan terjadinya

kesalahan dalam proses pengadaan

Kecurangan-kecurangan dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah

atau yang lebih dikenal masyarakat dengan istilah “ proyek” bukan hanya

terjadi pada saat lelang saja namun terkadang korupsi ini dimulai sejak

perencanaan. Kalangan profesi dan praktisi pengadaan sangat memaklumi

bahwa proses pelelangan bukanlah proses yang sederhana sehingga dituntut

dilaksanakan oleh Personil yang kredibel, memiliki integritas, motivasi,

kompetensi memadai dan kinerja yang baik.

Tuntutan yang tidak terpenuhi maka kemudian seringkali proses

penunjukan langsung (PL) menjadi sangat disukai karena prosesnya menjadi

sangat mudah, semua bisa diatur, semua kekurangan yang ada dapat

dinegosiasikan. Bahkan kalaupun pelelangan diumumkan secara terbuka

Page 18: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

6

seringkali peserta dikumpulkan untuk diatur siapa yang akan dimenangkan

(lelang secara arisan).

Proses penunjukan langsung atau lelang arisan tersebut akan

menyebabkan tujuan pengadaan, yaitu mendapatkan penawaran yang terbaik

tidak tercapai, termasuk sesungguhnya tidakmudahnya mempertanggung

jawabkan hasil pengadaan dan harga. Proses penunjukan langsung ini mudah

ditunggangi oleh kepentingan untuk memperkaya diri.

Sehingga tujuan pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah

mendapatkan barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan (volume, mutu, waktu

dll) dengan harga yang terbaik agar sasaran kinerja kegiatan atau organisasi

tidak tercapai. Meningkatnya pembangunan sarana dan prasarana di Kota

Makassar, membuat rentan terjadi praktek korupsi dalam pengadaan barang

dan jasa bagi pemerintah. Terilhat dalam temuan BPKP Perwakilan Sulsel

mengemukakan kasus korupsi yang terjadi di Kota Makassar masih di

dominasi masalah pengadaan barang dan jasa, setidaknya tercatat sekitar 80%

kasus korupsi pengadaan barang dan jasa.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

menulis tesis dengan judul “ Peranan Polri Dalam Penyidikan Tindak Pidana

Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Kota Makassar.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut :

Page 19: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

7

1. Bagaimanakah peranan Polri dalam penyidikan tindak pidana korupsi

pengadaan barang dan jasa di Kota Makassar?

2. Apakah yang menjadi faktor penghambat dalam penyidikan tindak pidana

korupsi pengadaan barang dan jasa di Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian yang terdapat dalam rumusan masalah di atas,

maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis dan menjelaskan peranan Polri dalam penyidikan

tindak pidana korupsi pengadaan barang dan jasa di Kota Makassar.

2. Untuk menganalisis dan menjelaskan faktor penghambat dalam penyidikan

tindak pidana korupsi pengadaan barang dan jasa di Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis

maupun praktis, sebagai berikut :

1. Secara teoritis, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih

lanjut untuk menghasilkan berbagai konsep ilmiah yang akan

memberikan sumbangan dalam upaya pemberantasan tindak pidana

korupsi di bidang pengadaan barang dan jasa serta dapat dijadikan

sebagai bahan dasar untuk penelitian lanjutan yang lebih luas.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dan

masukan bagi upaya pemberantasan tindak pidana korupsi pengadaan

barang dan jasa.

Page 20: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

8

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KE RANGKA PIKIR

A. Tindak Pidana Korupsi

1. Pengertian Tindak Pidana

Dalam memberikan pembahasan mengenai defenisi apa yang

dimaksud dengan tindak pidana,penulis akan mencoba memberikan

penguraian serta pemahaman awal tentang apa sebenarnya yang

dimaksud dengan tindak pidana itu sendiri, dari berbagai Istilah

tindak pidana berasal dari bahasa Belanda strafbaar feit, juga delik

dari bahasa Latin Delictum. Dalam ilmu hukum Pidana masalah

tindak pidana merupakan bagian yang paling pokok dan sangat

penting karena berbagai masalah dalam hukum pidana mempunyai

hubungan yang sangat erat satu sama lain dalam persoalan tindak

pidana,sehingga dalam memberikan pengertian tentang tindak pidana

adalah hal yang bersifat penting sekali (Moeljatno, 1987 : 38).

Adapun pengertian tentang tindak pidana dapat dikemukakan

sebagai berikut :

a. Hermien Hadiati Koeswadji( 1994:28 ) memberikan defenisi

tentang tindak Pidana itu sendiri sebagai perbuatan Pidana.

Defenisi yang dikemukakan oleh ahli hukum tersebut pada

dasarnya mengacu pada rumusan Undang-undang Dasar 1951

Nomor 1 Pasal 5 Ayat (3 b) sebagai berikut:

Page 21: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

9

“Hukum materil sipil untuk sementara waktu materil Pidana

sipil, yang sampai kini berlaku untuk kaula-kaula daerah

swapraja dan orang-orang dahulu diadili oleh pengadilan adat,

tetap berlaku untuk kaula-kaula dan orang-orang itu, dengan

pengetian bahwa suatu perbuatan yang menurut hukum yang

hidup harus dianggap perbuatan Pidana akan tetapi tiada

bandingannya dengan KUHP sipil, maka dianggap diancam

dengan hukuman”.

b. Moeljatno (Koeswadji,1994:29) tentang tindak Pidana, beliau

mengatakan :

Dari segi berbagai perkataan untuk menjalin, yang sekarang

masih bersaing ialah antara digunakannya “tindak Pidana” dan

“perbuatan Pidana” disini yang paling dipilih yang terakhir, oleh

karena perkataan “perbuatan” sudah lazim dipakai sedangkan

“tindak” tidak lazim,yang lazim adalah “tindakan”. Lagipula

bagi mereka yang memilih “tindak Pidana”.

c. Enschede (Koeswadji, 1999:29) merumuskan tentang tindak

pidana sebagai:

Tindak pidana adalah suatu perbuatan manusia,yang termasuk

dalam perumusan delik, melawan hukum dan kesalahan yang

dapat dicelakan padanya.

Dari ketiga pendapat pakar hukum di atas dapatlah

disimpulkan bahwa mereka cenderung menggunakan istilah

Page 22: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

10

perbuatan yang dilarang atau tidak boleh dilakukan karena akan

mendapat ancaman pidana.

2. Pengertian Tindak Pidana Korupsi

Menurut Marwan Mas(2014 : 5) Pemberentasan korupsi salah satu

agenda reformasi dibidang hukum sebagaimana ditegaskan dalam Ketetapan

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (disingakat Tap MPR)

Nomor XI/MPR/1998 tentang penlengaraan negara yang bersih dan bebas

korupsi, kolusi da nepotisme. Tap MPR sebagai ketentuan yang mengikat para

penyelenggara negara dan kalangan pengusaha. Begitu pula hakim sebagai

benteng terakhir penegakan korupsi, diharapkan memerankan fungsinya sebagai

pengadil yang betul-betul bijak dengan memperhatikan aspirasi warga

masyarakat dalam memeriksa dan memutuskan perkara korupsi, reformasi

hukum merupakan elemen penting dalam memberantas korupsi untuk

memulihkan kepercayaan public (dalam negeri maupun internasional) terhadap

supremasi hukumdan lembaga-lembaga penegak hukum. Fenomena yang

tampak saat ini jika berbicara hukum dan penegak hukum umumnya warga

masyarakat pesimis, mencibir, atau bahkan sisnis. Hanya kepolisian yang cepat

menungkap jaringan terorisme di Indonesia dan KPK yang berani menjerat

menteri Kabinet Indonesia Bersatu Kedua dalam pemerintahan Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono (SBY) 2004-2014, ketua umum partai politik, anggota

DPR, anggota kepolisian, kejaksaan, advokat, dan hakim. Langkah penegakan

hokum yang tidak memandang status dan kedudukan harus dijadikan rujukan

oleh kepolisian dan kejaksaan dalam memberantas korupsi.

Page 23: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

11

Definisi korupsi sangat beragam, tergantung pada latar belakang disiplin

ilmu orang yang mendefinisikannya.Oleh karena itu, definisi korupsi manurut

sosiolog, ilmuwan politik, ekonomi, ilmuwan hukum, birokrat dan lain-lain bisa

berbeda.Mereka mempunyai sudut pandang tersendiri dalam mendefinisikan

korupsi, sesuai dengan bidang masing-masing. Uniknya, tidak semua

Ensiklopedi maupun kamus yang dianggap sebagai referensi utama oleh berbagai

kalangan tidak mencantumkan entri corruption.

Berdasarkan hal tersebut, korupsi merupakan suatu tindakan

pengkhianatan terhadap amanah.Dalam konteks ini termasuklahperilaku

penyogokan atau penyuapan, memberikan upah tertentu untuk melindungi

diri dari hukum, nepotisme, dan lain-lain.

Menurut(Chaeruddin, Dinar, 2008 : 45), karakteristik korupsi adalah

sebagai berikut: (1). Korupsi selalu melibatkan lebih dari satu orang. (2)

Secara keseluruhan, korupsi melibatkan rahasia di antara mereka yang

terlibat. (3) Korupsi mempunyai unsur tanggung jawab bersama dan

keuntungan bersama. (4) Pelaku korupsi biasanya berusaha

mengkamuflasekan perbuatannya dengan justifikasi dari aspek hukum dan

perundang-undangan. Mereka tidak berani secara terbuka berkonfrontasi

dengan hukum. (5). Orang yang terlibat dalam korupsi adalah mereka yang

menginginkan keputusan yang pasti, dan ia mampu mempengaruhi keputusan

tersebut. (6). Perbuatan korupsi melibatkan penipuan atau muslihat. (7).

Korupsi melibatkan kontradiksi dua fungsi pelakunya, sebagai pemegang

Page 24: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

12

jabatan publik dan sebagai individu. (8). Korupsi mengutamakan kepentingan

diri sendiri dan mengabaikan kewajiban tugas.

Terdapat empat tipe korupsi sebagaimana dikemukakan dalam

(Ermansjah Djaja, 2009, 23) yang sangat berkaitan erat dengan kekuasaan,

yaitu Political bribery, Political kickbacks, Election fraud, dan Corrupt

compaign practices.

Pengertian dari korupsi secara harfiah menurut John M.Echols dan

Hassan Shaddily, dalam Ermansjah Djaja berarti jahat atau busuk, sedangkan

menurut Gurnar Myrdal dalam Ermansjah Djaja yang menggunakan istilah

korupsi dalam arti luas, yaitu :

To include not only all forms of improper or selfish enxercise of power

and influence attached to a public office or the special position one

occupies in the public life but also the activity of the bribers.

Korupsi tersebut meliputi kegiatan-kegiatan yang tidak patut yang

berkaitan dengan kekuasaan, aktivitas-aktivitas pemerintahan, atau usaha-

usaha tertentu untuk memperoleh kedudukan secara tidak patut, serta kegiatan

lainnya seperti penyogokan.

Lebih tegas lagi apa yang dikemukakan oleh Gunnar Myrdal dalam

(Andi Hamzah, 2007 : 7-8) sebagai berikut :

“The problem is of vital concern to the government of South Asia,

because the habitual practice of bribery and dishonesty pavers the

way for an authoritarian regime which justifies itself by the

disclosures of corruption has regularly been advance as a main

justification for military take overs.”

Masalah itu merupakan suatu yang penting bagi pemerintah di Asia

Selatan karena kebiasaan melakukan penyuapan dan ketidakjujuran membuka

jalan membongkar korupsi dan tindakan –tindakan penghukuman terhadap

Page 25: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

13

pelanggar. Pemberantasan korupsi biasanya dijadikan pembenar utama

terhadap kup militer.

Menurut (Baharuddin Lopa 2001 :7), pengertian korupsi adalah :

”Korupsi adalah suatu tindak pidana yang berhubungan dengan

penyuapan, manipulasi, dan perbuatan-perbuatan lainnya sebagai

perbuatan melawan hukum yang merugikan atau dapat merugikan

keuangan negara atau perekonomian negara, merugikan

kesejahteraan atau kepentingan rakyat umum”.

Menurut ( Laden Marpaun 1992 :149 ), Korupsi adalah :

“Defenisi yang dikemukakan oleh beliau hampir sama dengan

rumusan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 sebagai berikut :

Korupsi adalah perbuatan seseorang yang merugikan keuangan

negara dan membuat aparat pemerintah tidak efektif, bersih, dan

berwibawa”.

Dalam hukum positif anti korupsi khususnya dalam Pasal 1 angka 1

Bab Ketentuan Umum Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002disebutkan

tentang pengertian tindak pidana korupsi :

“Tindak pidana korupsi adalah tindak pidana sebagaimana

dimaksud dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah

dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan

atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi”.

Ibarat penyakit, korupsi di Indonesia telah berkembang dalam tiga

tahap yaitu elitis, endemic, dan sistemik. Pada tahap elitis, korupsi masih

menjadi patologi sosial yang khas dilingkungan para elit/ pejabat. Pada

tahap endemic, korupsi mewabah menjangkau lapisan masyarakat luas.

Lalu ditahap sistemik, korupsi mewabah menjangkau lapisan masyarakat

luas.

Page 26: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

14

Kemudian pada tahap yang kritis, ketika korupsi menjadi sistemik,

setiap individu di dalam sistem terjangkit yang serupa. Perbuatan korupsi

merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi

masyarakat, sehingga tidak dapat lagi digolongkan sebagai kejahatan biasa

(ordinary crimes) melainkan telah menjadi kejahatan luar biasa (extra

ordinary crimes), sehingga dalam upaya pemberantasannya tidak lagi

dapat dilakukan “secara biasa”, tetapi “dituntut” cara-cara yang luar biasa

(extra ordinary enfocement).

Tindak pidana korupsi di Indonesia yang telah digolongkan sebagai

kejahatan luar biasa atau extra ordinary crimes, menurut (Romli

Atmasasmitha, 2002 : 25)dikarenakan :

1) Masalah korupsi di Indonesia sudah berurat berakar dalam kehidupan kita

berbangsa dan bernegara, dan ternyata salah satu program kabinet gotong

royong adalah penegakan hukum secara konsisten dan pemberantasan

KKN.

2) Masalah korupsi pada tingkat dunia diakui merupakan kejahatan yang

sangat kompleks, bersifat sistemik dan meluas dan sudah merupakan suatu

binatang gurita yang mencengkram seluruh tatanan sosial dan

pemerintahan.

Melihat korupsi semakin merajalela dengan berbagai modus

operandinya, menurut Baharuddin Lopa, mencegah korupsi tidaklah begitu

sulit kalau kita secara sadar untuk menempatkan kepentingan umum

(kepentingan rakyat banyak) di atas kepentingan pribadi atau golongan.

Page 27: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

15

Hal Ini perlu ditekankan sebab betapa pun sempurnanya peraturan,

kalau ada niat untuk melakukan korupsi tetap ada di hati para pihak yang

ingin korup, korupsi tetap akan terjadi karena faktor mental itulah yang

sangat menentukan.

3. Unsur-unsur Tindak Pidana Korupsi

Menurut Marwan Mas(2014 : 44) pentingnya pemahaman terhadap

pengertian unsur-unsur tindak pidana, meskipun bersifat teoretis,tetapi dalam

praktik sangat penting dan menentukan bagi keberhasilan pembuktian di

depan siding pengadilan. Pengertian unsur-unsur tindak pidana dapat

diketahui dari doktrin (pendapat ahli hukum), dari yurisprudensi, bahkan

sering diurai dalam rumusan pasal undang-undang yang pada hakikatnya

memberikan penafsiran terhadap rumusan undang-undang yang semula tidak

jelas atau terjadi perubahan makna karena perkembangan kehidupan sosial

masyarakat. Dari situlah para pelaksana hukum dapat memudahkan menarik

kesimpulan yang akan digunakan dalam menerapkan peraturan perundang-

undangan.

Pentingnya bagi jaksa penuntut umum untuk mengetahui dan

memahami pengertian unsur-unsur tindak pidana karena hal berikut.

a. Mengarahkan jalannya penyidikan atau pemeriksaan dalam sidang pengadilan

secara objektif. Dengan demikian, dalil yang digunakan dalam pembuktian

akan dapat dipertanggung jawabkan secara objektif karena berlandaskan pada

teori ilmiah.

b. Untuk memudahkan menyusun surat dakwaan secara jelas dan cermat.

Page 28: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

16

c. Setidaknya akan memudahkan menguraikan perbuatan terdakwa yang

menggambarkan unsur tindak pidana yang didakwakan, apakah sesuai dengan

pengertian atau penafsiran dari teori, doktrin, dan yurisprudensi.

d. Dapat memudahkan dalam mengajukan pertanyaan kepada saksi, ahli, atau

terdakwa dengan sasaran mengugkapkan fakta yang terungkap dalam sidang

pengadilan sesuai dengan unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan.

e. Berguna pada pembuktian suatu alat bukti, sekaligus membuktikan unsur

tindak pidana yang didakwakan. Misalnya, pada suatu alat bukti yang hanya

berguna untuk menentukan pembuktian satu unsur tindak pidana, tetapi tidak

digunakan untuk seluruh unsur tindak pidana.

Jaksa penuntut umum harus menyusun requisitoir, yaitu pada saat uraian

penerapan fakta perbuatan kepada unsur-unsur tindak pidana yang

didakwakan. Hal tersebut biasa diuraikan dalam analisis hukum, sehingga

pengertian unsur tindak pidana yang dianut dalam doktrin, yurisprudensi, atau

melalui penafsiran hukum, harus benar-benar diuraikan sejelas-jelasnya

karena hal tersebut menjadi dasar atau dalil berargumentasi dalam membuat

tuntutan hukum.

Unsur-unsur tindak pidana korupsi sebenarnya dapat dilihat dari

pengertian korupsi atau rumusan delik yang ditegaskan dalam UU Korupsi.

Beberapa pengertian dan unsur-unsur korupsi yang terdapat dalam UU

Korupsi Tahun 2001 adalah sebagai berikut.

a. Perbuatan seseorang atau badan hukum melawan hukum.

b. Perbuatan tersebut menyalahgunakan wewenang.

Page 29: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

17

c. Dengan maksud untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain.

d. Tindakan tersebut merugikan negara atau perekonomian negara atau patut

diduga merugikan keuangan dan perekonomian negara.

e. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau

penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau

penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam

jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya.

f. Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena

atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban,

dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya.

g. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk

mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili.

h. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri

sidang pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau

pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan

kepada pengadilan untuk diadili.

i. Adanya perbuatan curang atau sengaja membiarkan terjadinya perbuatan

curang tersebut.

j. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan

menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara

waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang

disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga

Page 30: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

18

tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam

melakukan perbuatan tersebut.

k. Sengaja menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak

dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk

meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat yang berwenang, yang

dikuasai karena jabatannya dan membiarkan orang lain menghilangkan,

menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta,

surat, atau daftar tersebut.

l. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji

padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut

diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan

jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau

janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya.

Pembuat undang-undang begitu tegas mengatur unsur-unsur korupsi

dalam UU Korupsi, agar memudahkan bagi penegak hukum dalam

menerapkannya. Setiap perbuatan seseorang atau korporasi yang memenuhi

kriteria rumusan dan unsur-unsur korupsi akan dikenakan sanksi sesuai

dengan pasal-pasal UU Korupsi yang dilanggar. Di sinilah pentingnya bagi

penyidik, penuntut umum, advokat, dan hakim untuk tidak sekadar

mengetahui pengertian dan unsur-unsur korupsi, tetapi juga harus

memahaminya dengan baik. Sebab tidak terpenuhinya unsur suatu tindak

pidana, memungkinkan terdakwa dapat bebas dari segala tuntutan hukum.

Artinya, pengetahuan dan pemahaman terhadap teori hukum, wawasan

Page 31: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

19

hukum yang luas, serta perkembangan kehidupan sosial masyarakat,

setidaknya dapat membantu pelaksana hukum dalam mengungkap korupsi.

Mengacu kepada definisi dari masing-masing pasal maka penulis

menguraikan unsur-unsur dari Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yaitu (Ermansyah Djajah

2008 : 23) :

a. Setiap orang termasuk pegawai negeri, orang yang menerima gaji atau upah

dari keuangan negara atau daerah; orang yang menerima gaji atau upah dari

suatu korporasi yang menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah,

orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang mempergunakan

modal atau fasilitas dari negara atau masyarakat. Selain pengertian

sebagaimana tersebut di atas termasuk setiap orang adalah orang perorangan

atau termasuk korporasi.

b. Secara melawan hukum adalah melawan hukum atau tidak, sesuai dengan

ketentuan-ketentuan baik secara formal maupun material, meskipun perbuatan

tersebut tidak diatur dalam peraturan-peraturan maupun perundang-undangan.

Selain dari itu juga termasuk tindakan-tindakan yang melawan prosedur dan

ketentuan dalam sebuah instansi, perusahaan yang telah ditetapkan oleh yang

berkompeten dalam organisasi tersebut. Kemudian menyangkut penjelasan

Pasal 2 ayat (1) Undang-undang No.31 Tahun 1999. Mahkamah Konstitusi,

dalam putusannya No.003/PUU-IV/2006 berpendapat “ tidak sesuai dengan

perlindungan dan jaminan kepastian hukum karena ukuran kepatutan yang

Page 32: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

20

memenuhi syarat moralitas dan rasa keadilan berbeda antara satu daerah

dengan daerah yang lain, sehingga bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1)

UUD 1945. Dantidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.

c. Melakukan perbuatan adalah sebagaimana yang diatur dalam Pasal 15 Undang-

undang No. 31 tahun 1999, yaitu berupa upaya percobaan, pembantuan, atau

permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana korupsi. Jadi walaupun

belum terbukti telah melakukan suatu tindakan pidana korupsi, namun jika

dapat dibuktikan telah ada upaya percobaan, maka juga telah memenuhi unsur

dari melakukan perbuatan.

d. Memperkaya diri, atau orang lain atau suatu korporasi adalah memberikan

manfaat kepada pelaku tindak pidana korupsi, baik berupa pribadi, atau orang

lain atau suatu korporasi. Bentuk manfaat yang diperoleh karena memperkaya

diri adalah, terutama berupa uang atau bentuk-bentuk harta lainnya seperti

surat-surat berharga atau bentuk-bentuk asset berharga lainnya, termasuk di

dalamnya memberikan keuntungan kepada suatu korporasi yang diperoleh

dengan cara melawan hukum. Dalam hal yang berkaitan dengan korporasi,

juga termasuk memperkaya diri dari pengurus-pengurus atau orang-orang yang

memiliki hubungan kerja atau hubungan-hubungan lainnya.

e. Dapat merugikan keuangan negara adalah sesuai dengan peletakan kata dapat

sebelum kata-kata merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,

menunjukkan bahwa tindak pidana korupsi merupakan delik formil, yaitu

adanya tindak pidana korupsi adalah cukup dengan adanya unsur-unsur

Page 33: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

21

perbuatan yang telah dirumuskan bukan dengan timbulnya akibat dari sebuah

perbuatan, dalam hal ini adalah kerugian negara.

Kemudian dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ada penambahan beberapa item yang

digolongkan tindak pidana korupsi, yaitu mulai Pasal 5 sampai dengan Pasal

12. Pada Pasal 5 misalnya memuat ketentuan tentang penyuapan terhadap

pegawai negeri atau penyelenggara negara, pasal 6 tentang penyuapan

terhadap hakim dan advokat. Pasal 7 memuat tentang kecurangan dalam

pengadaan barang atau pembangunan, dan seterusnya.

Unsur-unsur Tindak Pidana Korupsi sebagaimana dimaksud dalam

Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 adalah:

a. Pelaku (subjek), sesuai dengan Pasal 2 ayat (1). Unsur ini dapat dihubungkan

dengan Pasal 20 ayat (1) sampai (7), yaitu:

1) Dalam hal tindak pidana korupsi oleh atau atas suatu korporasi, maka

tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap korporasi dan atau

pengurusnya.

2) Tindakan pidana korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana

tersebut dilakukan oleh orang-orang baik berdasarkan hubungan kerja

maupun berdasarkan hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi

tersebut baik sendiri maupun bersama-sama.

3) Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi, maka

korporasi tersebut diwakili oleh pengurus.

Page 34: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

22

4) Pengurus yang mewakili korporasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)

dapat diwakili oleh orang lain.

5) Hakim dapat memerintah supaya pengurus korporasi menghadap sendiri di

pengadilan dan dapat pula memerintah supaya pengurus tersebut dibawa ke

sidang pengadilan.

6) Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, maka panggilan

untuk menghadap dan penyerahan surat panggilan tersebut disampaikan

kepada pengurus di tempat tinggal pengurus atau di tempat pengurus

berkantor.

7) Pidana pokok yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi hanya pidana denda

dengan ketentuan maksimum pidana ditambah 1/3 (satu pertiga).

a. Melawan hukum baik formil maupun materiil.

b. Memperkaya diri sendiri, orang lain atau korporasi.

c. Dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara.

d. Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat

dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.

Kemudian unsur-unsur dari tindak pidana korupsi, sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yaitu:

a. Setiap orang adalah orang perseorangan atau termasuk korporasi, yang

mempunyai kewenangan dalam jabatan baik jabatan struktural maupun

dalam jabatan fungsional dan lain-lain jabatan, yang bersifat penentu dalam

Page 35: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

23

menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan kewenangan yang melekat pada

pejabat tersebut;

b. Menguntungkan diri sendiri, orang lain atau korporasi, dalam rumusan

menguntungkan diri sendiri, dalam praktik menurut penulis sangat sulit

dibuktikan oleh penuntut umum, oleh karena pelaku tindak pidana jabatan

hanya mempertanggungjawabkan di depan hukum terhadap adanya

penyimpangan atau penyalahgunaan jabatan, sebab hanya merupakan akibat

dari penyalahgunaan jabatan sehingga orang lain atau korporasi yang

diuntungkan. Orang lain atau korporasi yang diuntungkan tidak mempunyai

kedudukan atau kewenangan jabatan, oleh karena itu dalam dakwaan

penuntut umum selalu mencantumkan Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP agar

mengikat berbuatan pidana antara pemangku jabatan dengan peserta yang

diuntungkan;

c. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya

karena jabatan atau kedudukan, didalam rumusan unsur ini, merupakan

bentuk/wujud dari“perbuatan melawan hukum” baik secara formil maupun

dalam arti materil sebagaimana unsur yang diatur dalam Pasal 2 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

pidana korupsi, sesuai putusan Mahkamah Agung RI No.572 K/Pid/2003

dalam perkara Akbar Tanjung;

d. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, adalah dari tindakan

pelaku tindak pidana penyalahgunaan kewenangan jabatan sehingga timbul

Page 36: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

24

akbibat kerugian Negara yang dapat dihitung berdasarkan prinsip-prinsip

akuntansi;

4. Jenis-jenis Tindak Pidana Korupsi

Adapun menurut (Ermasnyah Djajah, 2008 : 8), korupsi didefinisikan

menjadi 4 (empat) jenis, yaitu sebagai berikut :

a. Discretionery corruption, ialah korupsi yang dilakukan karena adanya

kebebasan dalam menentukan kebijaksanaan, sekalipun nampaknya

bersifat sah, bukanlah praktik-praktik yang dapat diterima oleh para

anggota organisasi;

b. Illegal corruption, ialah suatu jenis tindakan yang bermaksud

mengacaukan bahasa atau maksud-maksud hukum, peraturan dan

regulasi tertentu;

c. Mercenery corruption ialah jenis tindak pidana korupsi yang dimaksud

untuk memperoleh keuntungan pribadi, melalui penyalahgunaan

wewenang dan kekuasaan, dan

d. Ideological corruption, ialah jenis korupsi illegal maupun discretionary

yang dimaksudkan untuk mengejar tujuan kelompok.

5. Ciri-ciri Tindak Pidana Korupsi

Menurut Alatas, tindak pidana korupsi mengandung ciri-ciri sebagai

berikut :

a. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari 1 (satu) orang;

b. Korupsi pada umumnya melibatkan kerahasiaan, kecuali dimana ia telah

begitu merajalela dan berurat akar sehingga individu yang berkuasa atau

Page 37: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

25

mereka yang berada dalam lingkungannya tidak kuasa untuk

menyembunyikan perbuatan mereka;

c. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik yang

tidak senantiasa berupa uang;

d. Koruptor berusaha menyelubungi perbuatan mereka dengan berlindung

dibalik pembenaran hukum;

e. Mereka yang terlibat dalam korupsi menginginkan berbagai keputusan

yang tegas dan mampu mempengaruhi keputusan itu;

f. Korupsi adalah bentuk suatu pengkhianatan;

g. Setiap perilaku korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari

mereka yang melakukan perbuatan itu;

h. Korupsi melanggar norma-norma tugas dan pertanggungjawabkan dalam

tatanan masyarakat. Ia didasarkan atas niat kesengajaan untuk

menempatkan kepentingan umum dibawah kepentingan khusus.

6. Penyebab dan Akibat Terjadinya Tindak Pidana Korupsi

a. Penyebab Tindak Pidana Korupsi

Menurut Marwan Mas (2014:8) praktik korupsi tidak hanya

melanda negara-negara berkembang, tetapi juga negara-negara maju,

seperti amerika serikat, hanya saja korupsi di negara-negara maju tidak

separah dengan korupsi di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Instrument dan supremasi hokum pada negara-negara maju dalam

memberantas korupsi, betul-betul berjalan sebagaiman mestinya karena

adanya keseriusan apparat hukumnya yang didukung oleh kemauan

Page 38: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

26

politik (political will) kepala pemerintahan. Kenyataan sebaliknya di

Indonesia, suburnya praktik korupsi terutama saat orde baru yang

dilanjutkan di era reformasi, kurang menyentuh perhatian pemerintah

(eksekutif) dan wakil rakyat yang ada di parlemen (legislatif). Secara

historical-struktural, suburnya perilaku korupsi di Indonesia yang

tampaknya sudah membudaya karena terjadi di hamper semua lini

kehidupan masyarakat, merupakan warisan dari zaman colonial. Adanya

paham kapitalisme telah melahirkan imperialism dan kolonilalisme

berupa penjajahan negara atas negara. Penjajahan yang berlangsung

begitu lama menyebabkan terjadinya pengaburan nilai-nilai social yang

dianut dalam masyarakat pribumi. Akibatnya, terjadi distorsi atas nilai-

nilai social masyarakat, yang kemudian berimplikasi pada dekadensi

moral masyarakat secara sistemik dan berulang-ulang. Pada akhirnya,

tidak dapat dihindari terbentuknya pola piker dan emosional secara

sistematis yang melahirkan norma baru dalam masyarakat yang disebut

kapitalistik.

Semakin merajalela dan meratanya korupsi di seluruh sendi

kehidupan di Indonesia karena; (Ermansjah Djaja, 2008 : 24)

8) Kurangnya Idealisme Keteladanan Pemangku JabatanDari sekian

banyak pemangku jabatan yang duduk di kursi pesakitan, untuk

mempertanggungjawabkan segala perbuatannya yang menyimpang dari

kewenangan yang dianugrahkan kepadanya berdasarkan sumpah/janji

jabatan, penyebabnya adalah “tidak mempunyai idealisme keteladanan”

Page 39: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

27

yang kuat, jika pemangku jabatan tersebut mau bercermin kepada

pemangku jabatan yang bersih.Contohnya salah satu putra bangsa

Indonesia, baik terpublikasi maupun secara umum diketahui oleh

masyarakat luas seorang sosok Baharuddin Lopa yang memiliki

idealisme keteladanan, yang mengandalkan keyakinan 90,9%

memikirkan akhirat, sehingga ada perasaan takut dengan “sumpah

jabatan” dalam prinsip hidupnya, tidak merasa takut dengan badan

pengawas manusia melainkan takut kepada Tuhan Yang Maha Esa jika

mencederai anugrah yang diberikan padanya sebagai pemangku jabatan.

Ada beberapa fakta yang dapat ditiru bagi pemangku jabatan dari

sikap idealisme keteladanan Baharuddin Lopa antara lain, ketika

memangku jabatan sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi Provinsi Sulawesi

Selatan, dua orang bawahannya yang bernama Morra Bilu dan Arifin

Sallatu berinisiatif membeli kursi tamu untuk digunakan di rumah

jabatan Baharuddin Lopa yang sumber dana pembeliannya berasal dari

sisa anggaran rutin kantor Kejaksaan, pada akhirnya kursi tamu tersebut

dikembalikan kepada penjualnya dan harganya dikembalikan ke Kas

Negara sebesar nilai anggaran rutin Kejaksaan yang menjadi saldo kas.

Kemudian adik bungsu dari Baharuddin Lopa yang bernama Arif Lopa,

sementara mengikuti testing calon hakim di Jakartadengan membawa

nomor test untuk tujuan agar dibantu meloloskan, namun yang terjadi

nomor test tersebut disobek oleh Baharuddin Lopa selanjutnya

menyampaikan kepada panitia penyelenggara test calon hakim agar tidak

Page 40: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

28

meloloskan adiknya, dengan alasan tidak memenuhi kriteria menjadi

seorang hakim.

Lengkap tidaknya peraturan perundang-undangan bukan menjadi

alasan untuk menentukan baik buruknya pengelolaan keuangan negara.

Sepanjang adanya itikad baik dari pimpinan untuk membenahi

pengelolaan keuangan suatu institusi walaupun peraturan perundang-

undangan tidak lengkap dan tidak memadai akan selalu membuahkan

perbaikan. Karena itikad baik adalah modal dasar yang dilandasi oleh

asas-asas dan prinsip-prinsip yang telah diterima secara universal oleh

masyarakat dalam pergaulan hidup. Begitupula asas-asas dan prinsip-

prinsip dalam pengelolaan keuangan negara tidak seluruhnya telah diatur

dalam peraturan perundang-undangan, tetapi lebih banyak tercipta dan

diperaktekkan dalam pengelolaan keuangan publik dan diterima serta

dijadikan tolak ukur/kriteria dalam pengelolaan keuangan pulik/negara.

9) Pengaruh Keluarga

Indikasi dimulainya korupsi, cenderung datangnya dari pihak

keluarga dekat dari pemangku jabatan, disebabkan karena adanya faktor

balas jasa atau keseganan kedudukan sosial yang menghendaki suatu

keinginan memanfaatkan kesempatan selama priode masa jabatan

tertentu. Dengan berbagai macam permintaan, baik berupa perbaikan

struktural jabatan maupun sebagai broker proyek. Pengaruh utama

cenderung bersumber dari Isteri/Suami dan anak dari pemangku jabatan

yang sangat berpengaruh untuk di jadikan jembatan penghubung yang

Page 41: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

29

lebih awal mendapat upeti dari pengusaha yang akan mengajukan

penawaran proyek.

10) Sumber Daya Manusia (SDM)

Dalam era reformasi terdapat beberapa kepala daerah duduk di

kursi pesakitan dengan modus operandi perkara penyalahgunaan jabatan,

disebabkan atas pilihan rakyat yang didasarkan pada materi, ada yang

disebut serangan fajar untuk mempengaruhi masyarakat atas pemilihan

keesokan harinya sehingga cenderung masyarakat wajib pilih tidak lagi

melihat pemimpin yang benar-benar mempunyai latar belakang

pengalaman kepemimpinan dalam mengatur keuangan negara atau

daerah, melainkan dari kandidat mana mendapatkan materi.Dari

kenyataan yang dihadapi bangsa Indonesia seiring dengan reformasi,

peletakan pertama pemimpin bangsa Indonesia, dimulai dengan

dominasi politik yang luar biasa sehingga seluruh rakyat Indonesia

terkeco dan melupakan bahwa negara kesatuan republik Indonesia

adalah negara hukum, bukan negara kekuasan. Dengan terpilihnya

pasangan presiden dan wakil Republik Indonesia pertama reformasi,

dalam kenyataannyaditurunkan secara paksa atau mundur secara suka

rela,kemudiansecara otomatis diganti oleh wakilnya yang hanya dibekali

latar belakang pendidikan politik, dengan cara menampilkan foto Bung

Karno untuk mempengaruhi bangsa Indonesia, namun juga tidak mampu

bertahan untuk bersaing dalam periode berikutnya yang ditandai dengan

dua kali gagal dalam pemilihan presiden, karena bangsa indonesia mulai

Page 42: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

30

menyadaripentingnya sumber daya manusia (SDM) yang berwawasan

luas, cerdas dan berpendidikan tinggi, negarawan, sehingga dapat

memenuhi kriteria sebagai pemimpin bangsa. Dari kenyataan yang

dihadapi bangsa Indonesia kemudian menjadi contoh kebawah dalam

pemilihan kepala daerah, sampai saat ini pemilukada cenderung kandidat

yang terpilih berasal dari pengusaha berpasangan dengan birokrasi atau

sebaliknya birokrasi berpasangan dengan pengusaha.Bahkan di salah

satu Kabupaten, Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat Bupati yang

terpilih adalah pimpinan preman yang mempunyai basis pendukung

berjumlah besar.Untuk menentukan pemimpin yang berkualitas

tergantung dari sumber daya manusianya yang ditunjang dengan faktor

utama adalah pendidikan yang berlatar belakang ilmu hukum dan politik,

agar dapat lebih memahami tugas dan tanggungjawabnya serta dapat

memberi contoh pemahaman norma-norma hukum kepada bawahannya

didalam melaksanakan tugas dan fungsi penyelenggaraan negara/daerah,

inisiatif kebijakan berjalan lancar karena memahami segala tindakan

yang mempunyai akibat hukum, mudah menghindari perbuatan korupsi,

dapat melindungi hak-hak negara/daerah dan masyarakat. Kebocoran

keuangan negara disebabkan karena pemegang kekuasaan umum dalam

menentukan kebijakan menjadi terbalik, cenderung bawahan yang

menjadi penentu kebijakan dengan modal paraf, atasan tinggal tanda

tangan, karena tidak mampu untuk menguji kembali konsideran

Page 43: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

31

dokumen yang disodorkan, atau kebijakan bergantung pada bagian

hukum dalam suatu instansi pemerintah.

Menurut penasehat Komisi Pemberantasan Korupsi Abdullah

Hehamahua, berdasarkan kajian dan pengalaman setidaknya ada delapan

penyebab terjadinya korupsi di Indonesia:

1) Sistem Penyelenggaraan Negara yang Keliru

Sebagai negara yang baru merdeka atau negara yang baru

berkembang, seharusnya prioritas pembangunan di bidang pendidikan.

Tetapi, selama puluhan tahun, mulai dari Orde Lama, Orde Baru sampai

dengan Reformasi ini, pembangunan difokuskan di bidang ekonomi,

Padahal disetiap negara yang baru merdeka, terbatas dalam memiliki

SDM, uang, management dan teknologi. Konsekwensinya, semuanya

didatangkan dari luar negeri yang pada gilirannya, menghasilkan

penyebab korupsi yang kedua, yaitu:

2) Kompensasi PNS yang Rendah

Wajar saja negara yang baru tidak memiliki uang yang cukup

untuk membayar kompensasi yang tinggi kepada pegawainya. sehingga

secara fisik dan kultural melahirkan pola konsumerisme, sehingga

sekitar 90 % PNS melakukan KKN. Baik berupa korupsi waktu,

melakukan kegiatan pungli maupun mark up kecil-kecilan demi

menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran pribadi/keluarga.

3) Pejabat yang Serakah

Page 44: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

32

Pola hidup konsumerisme yang dilahirkan oleh sistem

pembangunan seperti di atas mendorong pejabat ingin menjadi kaya

secara Instant. Lahirnya sikap serakah di mana pejabat

menyalahgunakan wewenang dan jabatannya, melakukan mark up

proyek-proyek pembangunan, bahkan berbisnis dengan pengusaha, baik

dalam bentuk menjadi komisaris maupun salah seorang shere holder dari

perusahaan tersebut.

4) Law Enforcement Tidak Berjalan

Disebabkan para pejabat serakah dan PNS-nya KKN karena gaji

yang tidak cukup, maka boleh dibilang penegakan hukum tidak berjalan

hampir di seluruh lini kehidupan baik di instansi pemerintahan maupun

di lembaga kemasyarakatan karena segala sesuatu diukur dengan uang.

Lahirnya kebiasaan plesetan kata-kata KUHP (Kasih Uang Habis

Perkara). Tin (Ten persen). Ketuhanan Yang Maha Esa (Keuangan Yang

Maha Kuasa), dan sebagainya.

5) Hukuman yang Ringan terhadap Koruptor

DisebabkanLaw Enforcement Tidak Berjalan di mana aparat

penegak hukum bisa dibayar, mulai dari polisi, jaksa, hakim dan

pengacara, maka hukuman yang dijatuhkan oleh para koruptor sangat

ringan sehingga tidak menimbulkan efek jerah bagi koruptor. Bahkan

tidak menimbulkan rasa takut dalam masyarakat sehingga pejabat dan

pengusaha tetap melakukan proses KKN.

6) Pengawasan yang Tidak Efektif

Page 45: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

33

Dalam sistem management yang modern selalu ada instrument

yang disebut internal control yang bersifat in build dalam setiap unit

kerja, sehingga sekecil apapun penyimpangan akan terdeteksi sejak dini

dan secara otomatis pula dilakukan perbaikan. Internal kontrol disetiap

unit tidak berfungsi karena pejabat atau pegawai terkait ber-KKN.

Konon, untuk mengatasinya dibentuklah Irjen dan Bawasda yang

bertugas melakukan internal audit. Malangnya, sistem besar yang

disebutkan di butir 1 di atas tidak mengalami perubahan, sehingga Irjen

dan Bawasda pun turut bergotong royong dalam menyuburkan KKN.

7) Tidak Ada Keteladanan Pemimpin

Ketika resesi ekonomi (1997), keadaan perekonomian Indonesia

sedikit lebih baik dari Thailand. Namun, pemimpin di Thailand memberi

contoh kepada rakyatnya dalam pola hidup sederhana dan satunya kata

dengan perbuatan, sehingga lahir dukungan moral dan material dari

anggota masyarakat dan pengusaha. Dalam waktu relatif singkat,

Thailand telah mengalami recovery teladan, maka bukan saja

perekonomian Negara yang belum recovery bahkan tatanan kehidupan

berbangsa dan bernegara makin mendekati jurang kehancuran.

8) Budaya Masyarakat yang Kondusif KKN

Dalam Negara agraris seperti Indonesia, masyarakat cenderung

paternalistik. Dengan demikian, mereka turut melakukan KKN dalam

urusan sehari-hari, mengurus KTP, SIM, STNK, PBB, SPP, pendaftaran

anak ke sekolah atau universitas, melamar kerja, dan lain-lain – karena

Page 46: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

34

meniru apa yang dilakukan oleh pejabat, elit politik, toko masyarakat,

pemuka agama, yang oleh masyarakat diyakini sebagai perbuatan yang

tidak salah”.

Demikian juga oleh. Masyarakat Transparansi Internasional (MTI)

menemukan sepuluh pilar penyebab korupsi di Indonesia, yaitu sebagai

berikut:

1) Absennya kemauan politik pemerintah.

2) Amburadulnya sistem administrasi umum dan keuangan pemerintah.

3) Dominannya peranan militer dalam bidang politik.

4) Politisasi birokrasi.

5) Tidak independennya lembaga pengawas.

6) Kurang berpungsinya parlemen.

7) Lemahnya kekuatan masyarakat sipil.

8) Kurang bebasnya media massa.

9) Oportunismenya sektor swasta.

Selain itu beberapa pendapat pakar lain tentang penyebab korupsi

di antaranya dari Klitgaar, Andi Hamzah, Baharuddin Lopa, World bank,

menyatakan bahwa penyebab korupsi adalah hal berikut: diskresi

pegawai publik yang terlalu besar, rendahnya akuntabilitas publik,

lemahnya kepemimpinan, gaji pegawai publik di bawah kebutuhan

hidup, kemiskinan, moral rendah atau disiplin rendah. Disamping itu,

juga sifat konsumtif, pengawasan dalam organisasi kurang, atasan

memberi contoh, kesempatan yang tersedia, pengawasan ekstern lemah,

Page 47: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

35

lembaga legislatif lemah, budaya memberi upeti, permisif (serba

membolehkan), tidak mau tahu, keserakahan, dan lemahnya penegakan

hukum. Di sisi lain juga probabilitas ditangkap dan dihukum,

konsekuensi (biaya) akibat ditangkap atau dihukum lebih rendah dari

pada keuntungan yang diperoleh, orang yang di tempat “basah” mesti

menghidupi pegawai di atas atau di bawahnya, untuk duduk di tempat

“basah” atau mendapat jabatan pegawai mesti membayar (korupsi untuk

cost of recovery), lingkungan tidak kondusif, para pegawai publik mesti

menjadi sumber dana organisasi, kondisi masyarakat yang lemah tidak

terorganisasi untuk melawan korupsi.

b. Akibat Terjadinya Tindak Pidana Korupsi

Suracmin, Suhandi Cahaya (2011; 83-87) akibat dari tindak

pidana korupsi sangat luas dan mengakar. Beberapa pakar

menggambarkannya di bawah ini (Andi Hamzah, 2007 : 7-8) :

1) Pendapat Sumitro Djojohadikusumo

a) Kebocoran mencapai 30 %

Di depan Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI)

November 1993 di Surabaya. Begawan Ekonomi Indonesia. Sumitro

menyebutkan bahwa dana pembangunan selama Pelita V (1989 -1993)

mengalami kebocoran sekitar 30% dari total investasi. Jumlah tersebut

adalah sekitar Rp12 triliun. Dalam hal ini yang dimaksud kebocoran

adalah pemborosan (inefisiensi ekonomi) atas penggunaan sumber daya

Page 48: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

36

ekonomi. Hanya saja, tidak seorangpun bisa menunjuk apa saja sumber

pemborosan itu.

Menurut Sumitri, ada beberapa penyebab kebocoran. Pertama,

karena investasi yang ditanamkan dalam infrastruktur dengan masa

pengembalian cukup lama. Kedua, lemahnya penggarapan dan

perawatan proyek investasi. Ketiga, adanya penyimpangan dan

penyelewengan.

b) ICOR Indonesia Tertinggi di ASEAN

Kurang efisiensinya perekonomian Indonesia dapat dilihat dari

angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yaitu angka

menunjukkan perbandingan antara jumlah investasi yang diperlukan

untuk menghasilkan suatu output. Lebih lanjut Sumitro, pada saat

memberikan sambutan dalam acara reuni Alumni FEUI dalam rangka

memperingati 45 tahun FEUI di Balai Sidang Senayan. Jakarta,

menyatakan bahwa tingkat produktivitas Indonesia masih rendah. Hal

tersebut disebabkan karena ICOR Indonesia masih sekitar 5 dan angka

tersebut adalah yang paling tinggi di lingkungan ASEAN yang sekitar

3,4 ASEAN memerlukan 5 unit investasi. Sumitro juga

mengkhawatirkan bahwa apabila perekonomian tidak di efisienkan,

maka utang luar negeri akan terus meningkat karena sumber dalam

negeri yang terbatas tidak cukup untuk menutup kebutuhan investasi

yang tinggi.

Page 49: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

37

Sebagai perbandingan untuk menunjukkan bahwa perekonomian

Indonesia masih perlu diefisienkan dapat dilihat dari Filipina yang

perekonomiannya cukup lesu, memiliki ICOR sebesar 3,5.

2) Pendapat CIBA mengenai Dampak Penyimpangan Anggaran.

a) Menurunnya Kualitas Pelayanan Publik

Penyimpangan anggaran seperti korupsi dan penyalah gunaan

peruntukan mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap

kualitas pelayanan publik. Pemberian suap biasanya diambil dari bagian

dana proyek, sehingga anggaran riil yang digunakan untuk proyek

menjadi berada di bawah angka semestinya. Hal ini tentu berpengaruh

terhadap kualitas hasil dari pelaksanaan proyek. Contoh lainnya,

masyarakat miskin sulit memperoleh layanan kesehatan yang layak

sementarapejabat publik mendapatkan fasilitas asuransi di luar jumlah

yang wajar.

b) Terenggutnya Hak-Hak Dasar Warga Negara

Hak untuk hidup layak, hak untuk mengakses sumber daya, dan

hak-hak dasar lainnya, tidak dapat dipenuhi oleh negara. Penyebabnya

antara lain, karena banyaknya uang negara yang seharusnya bisa

digunakan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, justru lari

ke kantong-kantong pribadi.

c) Rusaknya Sendi-Sendi Prinsip Dari Sistem Pengelolaan Keuangan

Negara

Page 50: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

38

Undang-Undang termasuk konstitusi lainnya yang semestinya

dijadikan acuan dalam pengelolaan keuangan negara, justru diabaikan

prinsip-prinsip anggaran yang baik, seperti partisipasi, akuntabilitas,

disiplin, efektif dan efisien, serta memenuhi asas kepatutan yang

semuanya itu merupakan sendi prinsip pengelolaan keuangan negara

dilanggar tanpa Tedeng aling-aling.

d) Terjadinya Pemerintahan Boneka

Pemerintah tidak lagi memiliki kemerdekaan untuk menyuarakan

hati nurani rakyat. Kondisi tersebut terjadi sebagai konsekwensi dari

uang suap yang telah diterima. Akibatnya, mereka harus mengambil

keputusan sesuai dengan pesanan para pelaku penyuapan. Dalam kondisi

seperti itu, tidak ada tempat bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam

pengambilan keputusan. Bahkan nasibnya pun tidak menjadi bahan

pertimbangan bagi kebijakan.

e) Meningkatnya Kesenjangan Sosial

Kesenjangan sosial yang telah ada menjadi lebih kuat, bahkan

semakin parah karena kelompok miskin dan marginal tidak pernah

mendapatkan akses terhadap anggaran secara layak termasuk mengontrol

proses, karena ketiadaan ruang bagi transparansi dan partisipasi.

f) Hilangnya Kepercayaan Investor

Banyaknya korupsi dan tidak adanya kepastian hukum, telah

menyebabkan banyak investor merasa enggan menanamkan modalnya di

Indonesia. Bahkan investor yang ada pun hengkang. Akibatnya, di

Page 51: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

39

samping iklim pertumbuhan ekonomi menjadi kurang kondusif, juga

meningkatnya angka pengangguran.

g) Terjadinya Degradasi Moral dan Etos Kerja

Memperoleh uang tanpa kerja keras telah mengakibatkan si pelaku

korupsi terbuai dan terpacu untuk bekerja keras. Bahkan, dalam

beberapa kasus yang ekstrim uang “panas” yang diperoleh tersebut

dihabiskan pula dengan mudah di meja judi, minum-minuman keras atau

narkoba.

3) Pendapat Evi Hartanti

a) Berkurangnya Kepercayaan Terhadap Pemerintah

Akibat pejabat pemerintah melakukan korupsi mengakibatkan

kurangnya kepercayaan terhadap pemerintah tersebut. Di samping itu,

negara lain juga lebih mempercayai negara yang pejabatnya bersih dari

korupsi, baik kerja sama di bidang politik, ekonomi, ataupun dalam

bidang lainnya. Hal ini akan mengakibatkan pembangunan ekonomi

serta mengganggu stabilitas perekonomian negara dan stabilitas politik.

b) Berkurangnya Kewibawaan Pemerintah dalam Masyarakat

Apabila banyak dari pejabat pemerintah yang melakukan

penyelewengan keuangan negara, masyarakat akan bersikap apatis

terhadap segala anjuran dan tindakan pemerintah. Sifat apatis

masyarakat tersebut mengakibatkan ketahanan nasional akan rapuh dan

mengganggu stabilitas keamanan negara. Hal ini pernah terjadi pada

tahun 1998 yang lalu, masyarakat sudah tidak mempercayai lagi

Page 52: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

40

pemerintah dan menuntut agar presiden Soeharto mundur dari

jabatannya karena dinilai tidak lagi mengemban amanat rakyat dan

melakukan berbagai tindakan yang melawan hukum menurut kacamata

masyaraka.

c) Menyusutnya Pendapatan Negara

Penerimaan negara untuk pembangunan didapatkan dari dua

sektor, yaitu dari pungutan bea dan penerimaan pajak. Pendapatan

negara dapat berkurang apabila tidak diselamatkan dari penyelundupan

dan penyelewengan oleh oknum pejabat pemerintah pada sektor-sektor

penerimaan negara tersebut.

d) Rapuhnya Keamanan dan Ketahanan Negara

Keamanan dan ketahanan negara akan menjadi rapuh apabila para

pejabat pemerintah mudah disuap karena kekuatan asing yang hendak

memaksakan idiologi atau pengaruhnya terhadap bangsa Indonesia akan

menggunakan penyuapan sebagai suatu sarana untuk mewujudkan cita-

citanya. Pengaruh korupsi juga dapat mengakibatkan berkurangnya

loyalitas masyarakat terhadap negara.

e) Perusakan Mental pribadi

Seseorang yang sering melakukan penyelewengan dan

menyalahgunakan wewenang mentalnya akan menjadi rusak. Hal ini

mengakibatkan segala sesuatu dihitung dengan materi dan akan

melupakan segala yang menjadi tugasnya serta hanya melakukan

tindakan atau perbuatan yang bertujuan untuk menguntungkan dirinya

Page 53: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

41

ataupun orang lain yang dekat dengan dirinya. Yang lebih berbahaya

lagi, jika tindakan korupsi ini ditiru atau dicontoh oleh generasi muda

Indonesia. Apabila hal tersebut terjadi maka cita-cita bangsa untuk

mewujudkan masyarakat adil dan makmur semakin sulit untuk dicapai.

f) Hukum tidak Lagi Dihormati

Negara kita merupakan negara hukum di mana segala sesuatu

harus didasarkan pada hukum. Tanggung jawab dalam hal ini bukan

hanya terletak pada penegak hukum saja namun juga pada seluruh warga

negara Indonesia. Cita-cita untuk menggapai tertib hukum tidak akan

terwujud apabila para penegak hukum melakukan tindakan korupsi

sehingga hukum tidak dapat ditegakkan, serta tidak diindahkan oleh

masyarakat.

B. Pengadaan Barang dan Jasa

1. Pengertian Umum

Aspek hukum dalam pengadaan barang dan jasa perlu dipahami,

karena pemahaman terhadap aspek hukum akan dapat mewujudkan

penegakan prinsip-prinsip dasar sesuai kerangka peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Pemahaman terhadap aspek hukum juga akan

mengetahui bahaya dan kelemahan dalam pelaksanaan pengadaan

barang dan jasa sektor public, ditinjau dari kerangka aturan perundang-

undangan yang akan berguna untuk lebih mengefisienkan dan

mengefektifkan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa sektor publik

(Ikak.G Triatomo, 2011 : 1).

Page 54: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

42

Pengertian umum dalam Perpres RI No.70 tahun 2012 tentang

perubahan kedua Perpres RI no. 54 Tahun 2010 yang mencabut Kepres

RI No.80 Tahun 2003 dan perubahannya berbunyi dalam Pasal 1

berbunyi :

a. Pengadaan barang/jasa pemerintah yang selanjutnya disebut dengan

pengadaan barang/jasa adalah kegiatan untuk memperoleh

barang/jasa oleh kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat

daerah/insitusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan

kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk

memperoleh barang/jasa.

b. Pengguna barang/jasa adalah pejabat pemegang kewenangan

penggunaan barang dan/atau jasa milik negara/daerah di masing-

masing K/L/D/I.

c. Lembaga kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah yang

selanjutnya disingkat LKPP adalah lembaga pemerintah yang

bertugas mengembangkan dan merumuskan kebijakan pengadaan

barang/jasa sebagaimana dimaksud dalam peraturan Presiden

Nomor 106 Tahun 2007 tentang LKPP.

d. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalahPejabat

pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian/

Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Pejabat yang

disamakan pada Institusi lain Pengguna APBN/APBD.

Page 55: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

43

e. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah

pejabat yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN atau

ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD.

f. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah

pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa.

g. Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULPadalah unit

organisasi pemerintah yang berfungsi melaksanakan Pengadaan

Barang/Jasa di K/L/D/I yang bersifat permanen,dapat berdiri sendiri

atau melekat pada unit yang sudah ada.

h. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan

yang menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/ Jasa

Konsultansi/Jasa Lainnya.

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pengadaan barang dan jasa menurut Pasal 2 Perpres

RI No.70 tahun 2012 tentang perubahan kedua Perpres RI No. 54 Tahun

2010, meliputi :

a. Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan K/L/D/I yang pembiayaannya

baik sebagian atau seluruhnya bersumber dari APBN/APBD;

b. Pengadaan Barang/Jasa untuk investasi di lingkunganBank

Indonesia, Badan Hukum Milik Negara dan Badan UsahaMilik

Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang pembiayaannya sebagian

atau seluruhnya dibebankan pada APBN/APBD.

Page 56: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

44

Pengadaan barang/jasa pemerintah menurut Pasal 4 Perpres No.54

Tahun 2010 yang telah diperbaharui dengan Perpres No. 70 tahun 2012 ,

meliputi :

a. Barang;

b. Pekerjaan Konstruksi;

c. Jasa Konsultansi; dan

d. Jasa Lainnya.

3. Organ dan Wewenang/Tugas dalam Pengadaan Barang dan Jasa

Pemerintah.

a. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA, dalam Pasal 8,

Perpres No. 54 Tahun 2010 yang telah di perbaharuai dengan

Perpres No.70 tahun 2012 tentang perubahan kedua perpres No. 54

Tahun 2010

1) Menetapkan Rencana Umum Pengadaan;

2) Mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan paling

kurang di websiteK/L/D/I;

3) Menetapkan PPK;

4) Menetapkan Pejabat Pengadaan;

5) Menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan

6) Menetapkan :

a) Pemenang pada Pelelangan atau penyedia pada Penunjukan Langsung untuk

paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai

diatas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau

Page 57: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

45

b) Pemenang pada Seleksi atau penyedia pada Penunjukan Langsung untuk

paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai diatas Rp10.000.000.000,00

(sepuluh miliar rupiah).

7) Mengawasi pelaksanaan anggaran;

8) Menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

9) Menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan ULP/ Pejabat Pengadaan,

dalam hal terjadi perbedaan pendapat; dan;

10) mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh Dokumen Pengadaan

Barang/Jasa.

Selain tugas pokok dan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), dalam hal diperlukan,PA dapat:

1) menetapkan tim teknis; dan/atau

2) menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan Pengadaan melalui

Sayembara/Kontes.

b. Kuasa Pengguna Anggaran pada Pasal 10, KPA memiliki kewenangan sesuai

pelimpahan oleh PA.

c. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK pada Pasal 11 ayat

(1) dan (2)Perpres No.70 tahun 2012 tentang perubahan kedua perpres No. 54

Tahun 2010.PPK memiliki tugas pokok dan wewenang sebagai berikut :

1) menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang meliputi:

a) spesifikasi teknis Barang/Jasa;

b) Harga Perkiraan Sendiri (HPS); dan

Page 58: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

46

c) rancangan Kontrak.

2) menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;

3) menyetujui bukti pembelian atau menandatangani Kuitansi/Surat Perintah

Kerja (SPK)/surat perjanjian:

4) melaksanakan Kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa;

5) mengendalikan pelaksanaan Kontrak;

6) melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Pengadaan Barang/Jasa kepada

PA/KPA;

7) menyerahkan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA

dengan Berita Acara Penyerahan;

8) melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan

hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap triwulan; dan

9) menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa.

Selain tugas pokok dan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dalam hal diperlukan, PPK dapat:

1) Mengusulkan kepada PA/KPA:

a) Perubahan paket pekerjaan; dan/atau

b) Perubahan jadwal kegiatan pengadaan;

2) Menetapkan tim pendukung;

3) Menetapkan tim atau tenaga ahli pemberi penjelasan teknis untuk membantu

pelaksanaan tugas ULP; dan

Page 59: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

47

4) Menetapkan besaran Uang Muka yang akan dibayarkan kepadaPenyedia

Barang/Jasa.

d. Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP, tugas pokok dan

kewenangan pada meliputi :

1) Menyusun rencana pemilihan Penyedia Barang/Jasa;

2) Menetapkan Dokumen Pengadaan;

3) Menetapkan besaran nominal Jaminan Penawaran;

4) Mengumumkan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di websiteK/L/D/I

masing-masing dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta

menyampaikan ke LPSE untuk diumumkan dalam Portal Pengadaan Nasional

5) Menilai kualifikasi Penyedia Barang/Jasa melalui prakualifikasi atau

pascakualifikasi;

6) Melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran yang

masuk;

7) Khusus untuk ULP:

a) Menjawab sanggahan;

b) Menetapkan PenyediaBarang/Jasa untuk: Pelelangan atau Penunjukan

Langsung untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/ Jasa Lainnya

yang bernilai paling tinggi Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah);

atau Seleksi atau Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa

Konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar

rupiah);

Page 60: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

48

c) Menyerahkan salinan Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa kepada

PPK;

d) Menyimpan dokumen asli pemilihan Penyedia Barang/Jasa;

8) Khusus Pejabat Pengadaan:

a) Menetapkan Penyedia Barang/Jasa untuk:

i) Penunjukan Langsung atau Pengadaan Langsung untuk paket Pengadaan

Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi Rp

200.000.000,00 (duaratus juta rupiah); dan/atau

ii) Penunjukan Langsung atau Pengadaan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa

Konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah);

b) menyampaikan hasil Pemilihan dan salinan Dokumen Pemilihan Penyedia

Barang/Jasa kepada PPK;

c) menyerahkan dokumen asli pemilihan Penyedia Barang/Jasa kepada

PA/KPA; dan

d) membuat laporan mengenai proses Pengadaan Pengadaan kepada PA/KPA.

9) memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan Pengadaan

Barang/Jasa kepada PA/KPA.

Tugas pokok dan kewewenangan ULP meliputi :

1) memimpin dan mengoordinasikan seluruh kegiatan ULP;

2) menyusun program kerja dan anggaran ULP;

3) mengawasi seluruh kegiatan pengadaan barang/ jasa di ULP dan melaporkan

apabila ada penyimpangan dan/atau indikasi penyimpangan;

Page 61: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

49

4) membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan Pengadaan

Barang/Jasa kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan

Institusi;

5) melaksanakan pengembangan dan pembinaan Sumber Daya Manusia ULP;

6) menugaskan/menempatkan/memindahkan anggota Kelompok Kerja sesuai

dengan beban kerja masingmasing Kelompok Kerja ULP; dan

7) mengusulkan pemberhentian anggota Kelompok Kerja yang ditugaskan di

ULP kepada PA/KPA/Kepala Daerah, apabila terbukti melakukan

pelanggaran peraturan perundang-undangan dan/atau KKN.

Selain tugas pokok dan kewewenangan ULP/Pejabat Pengadaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dalam hal diperlukan ULP/Pejabat

Pengadaan dapat mengusulkan kepada PPK:

1) perubahan HPS; dan/atau

2) perubahan spesifikasi teknis pekerjaan.

3. Prinsip Pengadaan Barang dan Jasa

Sebagaimana Dimaksud DalamPasal 5 Perpres RI No. 70 Tahun 12

tentang perubahan kedua Perpres RI No. 54 Tentang Pengadaan Barang / Jasa

Pemerintah yakni :

a. efisien;

b. efektif;

c. transparan;

d. terbuka;

Page 62: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

50

e. bersaing;

f. adil/tidak diskriminatif;

g. dan akuntabel.

4. Pemilihan Seleksi Penyedia barang atau pekerjaan kontruksi atau jasa

lainnya.

Sebagaimana Dimaksud DalamPasal 35 Perpres RI No. 70 Tahun 12

tentang perubahan kedua Perpres RI No. 54 Tentang Pengadaan Barang / Jasa

Pemerintah yakni :

a. Pemilihan penyedia barang dilakukan dengan :

1) Pelelangan umum;

2) Pelelangan terbatas;

3) Pelelangan Sederhana;

4) Penunjukan langsung;

5) Pengadaan langsung; atau

6) Kontes.

b. Pemilihan penyedia pekerjaan kontruksi dilakukan dengan :

1) Pelelangan umum;

2) Pelelangan terbatas;

3) Pemilihan Langsung;

4) Penunjukan Langsung; atu

5) Pengadaan Langsung

c. Pemilihan Penyedia Jasa Lainnya dilakukan dengan

1) Pelelangan umum;

Page 63: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

51

2) Pelelangan terbatas;

3) Penunjukan langsung;

4) Pengadaan Langsung

5) Sayembara

d. Kontes/sayembara dilakukan khusus untuk pemilihan penyedia barang/jasa

lainnya yang merupakan hasil industry kreatif, inovatif dan budaya dalam

negeri.

C. Kepolisian Negara Republik Indonesia

1 . Pengertian Kepolisian

Kata polis berasal dari bahasa Yunani “ Politeia” yang berarti

seluruh pemerintahan negara kota. Di Negara Belanda pada zaman

dahulu istilah polisi dikenal melalui konsep catur praja dan Van

Vollenhonen yang membagi pemerintahan menjadi 4 (empat) bagian,

yaitu Bestuur, Politie, Rechtspraak, dan Regelling (E. Utrech, 1953 : 5).

Dengan demikian polities dalam pengertian ini sudah dipisahkan dari

Bestuur dan merupakan bagian pemerintahan tersendiri. Pada pengertian ini

polisi termasuk organ-organ pemerintahan yang mempunyai wewenang

melakukan pengawasan terhadap kewajiban-kewajiban.

Menurut Charles Reith, dalam bukunya The Blind Eye Of

Historymengemukakan pengertian polisi dengan terjemahan kedalam bahasa

Indonesia sebagai tiap-tiap usaha untuk memperbaiki atau menertibkan

susunan kehidupan masyarakat. Didalam Encyclopedia and social science

dikemukakan bahwa pengertian polisi meliputi bidang fungsi, tugas yang

Page 64: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

52

luas, yang digunakan untuk menjelaskan berbagai aspek daripada pengawasan

keseharian umum (STR John May Lam, 1986 : 4).

Dalam Kamus Bahasa Indonesia W.J.S Poerwodarmita dikemukakan

bahwa istilah polisi mengandung pengertian merupakan badan pemerintahan

yang bertugas memelihara keamananan dan ketertiban umum, dan merupakan

pegawai negeri yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban umum.

Dalam pengertian ini, istilah polisi mengandung 2 (dua) pengertian ini makna

polisi tugas dan sebagai organnya.

Polisi adalah aparat penegak hukum dan menjaga kamtibmas yang

setiap saat harus berhubungan dengan masyarakat luas. Dalam hubungan

dengan masyarakat itu polisi mengharapkan kesadaran hukum dan sikap tertib

dari masyarakat. Sebaliknya, masyarakat menghendaki agar kepolisian selalu

bijaksana dan cepat dalam bertindak serta senantiasa berpegang teguh pada

hukum tanpa mengabaikan kepentingan dan perasaan masyarakat.

Kata Polri adalah singkatan dari Polisi Republik Indonesia. Sekarang

yang dikatakan polisi adalah badan pemerintahan yang bertugas memelihara

keamanan dan ketertiban umum. Pembentukan Kepolisian Negara Republik

Indonesia atau yang lazim disebut POLRI yaitu berdasarkan UU Republik

Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolsian Negara Republik

Indonesia yang selanjutnya disebut UU Kepolisian. Dalam Pasal 1 ayat (1)

UU No.2 tahun 2002 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Kepolisian

adalah segala hal-ikhwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Page 65: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

53

2. Tugas dan Fungsi Kepolisian

a. Tugas

Sebagaimana dalam Bab III UU No.2 Tahun 2002 tentang Tugas

dan Wewenang, dinyatakan bahwa tugas pokok Kepolisian Negara

Republik Indonesia adalah :

1) Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

2) Menegakkan hukum;

3) Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat.

Pasal 14 ayat (1) UU Nomor 2 Tahun 2002, menyatakan bahwa

dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepolisian Negara Republik

Indonesia bertugas :

1) Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap

kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;

2) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban,

dan kelancaran lalu lintas di jalan;

3) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.

Kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap

hukum dan peraturan perundang-undangan;

4) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

5) Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

Page 66: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

54

6) Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap

kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk

pengamanan swakarsa;

7) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana

sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan

lainnya;

8) Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,

laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas

kepolisian;

9) Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan

lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk

memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi Hak

Asasi Manusia;

10) Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum

ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

11) Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan

kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta

12) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

b. Fungsi

Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang

berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,

menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan

Page 67: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

55

pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam

negeri.

Sebagaimana penetapan Pasal 2 UU No.2 Tahun 2002 bahwa “ fungsi

kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan Negara yaitu dalam hal

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum,

perlindungan, dan pelayanan kepada masyarakat.”

Selain fungsi tersebut, terdapat juga tujuan pembentukan Kepolisian

Negara Republik Indonesia sebagaimana terdapat pada Pasal 4 UU No.2

Tahun 2002, yaitu mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib

dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan

pelayanan kepada masyarakat serta terbinanya ketenteraman masyarakat

dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Pasal 3 UU No.2 Tahun 2002 mengatur tentang pengembang fungsi

Kepolisian, dimana kepolisian dalam melaksanakan fungsinya dibantu oleh:

1) Kepolisian khusus;

2) Penyidik pegawai Negeri Sipil; dan/atau

3) Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.

Ketiga pengemban fungsi kepolisian tersebut dalam melaksanakan

fungsi kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi

dasar hukumnya masing-masing.

Guna mengefektifkan pelaksanaan tugas dan fungsinya, Kepolisian

Negara Republik Indonesia diberi wewenang yang diatur dalam UU No.2

Tahun 2002, Pasal 15, yaitu :

Page 68: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

56

Ayat (1)

1) Menerima laporan dan/atau pengaduan;

2) Membantu menyelesaikan perselesihan warga maasyarakat yang dapat

membantu ketertiban umum;

3) Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;

4) Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam

persatuan dan kesatuan bangsa;

5) Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan

administrative kepolisian;

6) Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian

dalam rangka pencegahan;

7) Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

8) Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;

9) Mencari keterangan dan barang bukti;

10) Menyelenggarakan pusat informasi kriminal nasional;

11) Mengeluarkan surat izin dan/ atau surat keterangan yang diperlukan dalam

rangka pelayanan masyarakat;

12) Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan

pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;

13) Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

Ayat (2)

Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan

perundang-undangan lainnya berwenang :

Page 69: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

57

1) Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan

masyarakat lainnya;

2) Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor;

3) Memberikan surat izin kendaraan bermotor;

4) Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;

5) Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak dan

senjata tajam;

6) Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan

usaha di bidang jasa pengamanan;

7) Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan

petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian;

8) Melakukan kerjasama dengan kepolisian Negara lain dalam menyidik dan

memberantas kejahatan internasional;

9) Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang

berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi dengan instansi terkait;

10) Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian

internasional;

11) Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas

kepolisian.

Dalam rangka penyelenggaraan tugas dibidang proses pidana

sebagaimana diatur dalam Pasal 16 ayat (1) UU No.2 Tahun 2002, Kepolisian

Negara Republik Indonesia berwenang untuk :

1) Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;

Page 70: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

58

2) Melarang setiap orang meninggalkan dan/atau memasuki tempat kejadian

perkara untuk kepentingan penyidikan;

3) Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka

penyidikan;

4) Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa

tanda pengenal diri;

5) Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

6) Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

7) Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara;

8) Mengadakan penghentian penyidikan;

9) Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;

10) Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi dalam

keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang

yang disangka melakukan tindak pidana;

11) Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri

sipil serta menerima hasil penyidikan, penyidik pegawai negeri sipil untuk

diserahkan kepada penuntut umum;

12) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

Dalam penyelenggaraan tugas dan wewenangnya, pihak kepolisian

harus senantiasa memperhatikan peraturan perundang-undangan, serta kode

etik profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan juga bertindak

berdasarkan norma hukum dan mengindahkan norma agama, kesopanan,

Page 71: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

59

kesusilaan, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia, sebagaimana diatur

dalam Pasal 18-19 UU No.2 Tahun 2002.

3. Penyidikan Tindak Pidana Korupsi Oleh Kepolisian

Pada umumnya pemeriksaan terkait kasus tindak pidana korupsi

dilakukan karena adanya informasi awal mengenai adanya penyimpangan

yang mengakibatkan kerugian keuangan/kekayaan negara dan/atau

perekonomian negara atau kasus tidak lancarnya pelaksanaan pembangunan.

Khusus untuk post audit, informasi awal terutama bersumber dari surat

persetujuan penunjukkan pemenang dan dokumen kontrak.

Untuk melakukan pemeriksaan terhadap instansi/proyek, ditunjuk suatu

tim pemeriksa yang biasanya terdiri dari seorang ketua dan dua orang

anggota. Ketua tim ini bertanggung jawab atas pelaksanaan pemeriksaan

terhadap instansi/proyek tersebut degan membuat audit program dan

membagi pekerjaan kepada anggotanya. Pokok-pokok program telah tersedia

dalam buku tata cara pemeriksaan yang disusun untuk seluruh aparat

pengawasan fungsional.

Apabila dalam pemeriksaan terdapat temuan-temuan yang

memberikan indikasi adanya kerugian negara maka pemeriksaan harus

diperluas dan diperdalam sehingga dapat diketahui secara pasti berapa

kerugian negara. Temuan-temuan yang diperoleh oleh tim segera dilaporkan

kepada pengawas pemeriksa untuk diteruskan langsung ke Kepala Perwakilan

BPKP yang bersangkutan. Kepala Perwakilan BPKP akan

mempertimbangkan perlu tidaknya segera dilaporkan kepada Kepala

Page 72: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

60

Kepolisian setempat untuk dilakukan penyidikan bersamaan dengan

pemeriksa yang sedang dilakukan.

Penyidikan secara cepat ini perlu dilakukan untuk menghindarkan

bukti-bukti dan penyelesaian secepatnya. Berlakunya Undang-undang Nomor

8 Tahun 1981tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),

terjadilah perubahan yang fundamental dalam hukum acara pidana.

Perubahan fundamental tersebut antara lain di bidang penyidikan. Pada waktu

HIR (Het Herziene Inlandasch Reglement) masih berlaku, penyidikan dapat

dilakukan oleh banyak instansi.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, terdapat ketentuan dengan pengaturan

secara khusus terkait tahap penyidikan jika dibandingkan dengan yang

terdapat dalam KUHAP. Hal ini dapat dilihat pada Pasal 25 hingga Pasal 33

serta Pasal 39 yang terdapat di dalam Bab IV mengenai penyidikan,

penuntutan dan pemeriksaan di siding pengadilan, diantaranya :

Pasal 25:

“ Penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di siding pengadilan dalam

tindak pidana korupsi harus didahulukan dari perkara lain guna

pemyelesaian secepatnya.”

Pasal26 :

“ Penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di siding pengadilan

terhadap tindak pidana korupsi, dilakukan berdasarkan hukum acara

pidana yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini.”

Penjelasan Pasal 26 :

Page 73: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

61

“ Kewenangan penyidik dalam pasal ini termasuk wewenang untuk

melakukan penyadapan (wiretapping).”

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 26 dan penjelasannya dapat

disimpulkan, segala sesuatu yang terkait dengan penyidikan yang diatur

dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi jika terdapat pengaturan yang sama didalam KUHAP, maka

pengaturan Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

dengan demikian berarti berlaku asas lex specialis derogate legi generalis.

Pasal 30 :

“ Penyidik behak membuka, memeriksa, dan menyita surat dan

kiriman melalui pos, telekomunikasi atau alat lainnya yang dicurigai

mempunyai hubungan dengan perkara tindak pidana korupsi yang sedang

diperiksa.”

Penjelasan Pasal 30:

“ Ketentuan ini dimaksudkan untuk member kewenangan kepada

penyidik dalam rangka mempercepat proses penyidikan yang pada

dasarnya di dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana untuk

membuka, memeriksa, atau menyita surat harus memperoleh izin terlebih

dahulu dari Ketua Pengadilan Negeri.”

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan dari rumusan masalah, tujuan penelitian, dan tinjauan

pustaka yang dikemukakan sebelumnya bahwa pengadaan barang dan jasa di

tiap insitusi pemerintahan menjadi lahan empuk praktik korupsi. Tidak

transparannya sistem pengadaan barang dan jasa di sebuah instansi, membuat

pihak-pihak tak bertanggungjawab dengan leluasa menggerogoti anggaran.

Page 74: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

62

Polri dalam melakukan penyidikan tindak pidana korupsi pengadaan barang

dan jasa mengalami berbagai hambatan.

Secara garis besar kerangka pikir tersebut dapat dilihat, seperti bagan

sebagai berikut :

Keterangan

X : Variabel Bebas (Independent Variable)

Y : Variabel Terikat (Dependent Variable)

Undang-undang RI No. 2 Tahun 2002 Undang-undang RI No.8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana.

Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2001 atas perubahan Undang-Undang RI Nomor

31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Perpres RI No. 54 Tahun 2010Tentang Pengadaan barang / jasa pemerintah

Perpres RI No. 16 Tahun 2018 tentang pengadadan barang / jasa Pemerintah

Terwujudnya Peranan Polri dalam Penyidikan

Tindak Pidana Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa

Secara Optimal.

Kewenangan dan Peran PolriDalam

Penyidikan Tindak Pidana Korupsi

Faktor Penghambat dalam penyidikan

tindak pidana korupsi pengadaan

barang dan jasa

X1 X2

DASAR HUKUM

Y

Page 75: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

63

BAB III

METODEPENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat sosial yaitu

hukumpenelitian empiris dengan menggunakan pendekatan Undang-undang

terhadap penjelasan peristiwa Pencucian uang yang terjadi di Indonesia (Peter

Mahmud Marzuki, 2005:93-94)

B. Lokasi Penelitian

Penulis akan melakukan penelitian di Kantor Polres Pelabuhan

Makassar dan Kantor Instansi Pemerintah yang terkait.

C. Jadwal Penelitian

Proposal Penelitian akan dilaksanakan pada rentang waktu bulan Juni

2018 sampai dengan bulan Juli 2018. Adapun Jadwal Kegiatan Pokok adalah

Sebagai Berikut :

Page 76: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

64

No Kegiatan Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan √

Konsultasi Judul √

Pengajuan Judul √

Penerbitan SK

Judul dan

Pembimbing

2 Pelaksanaan √

Penyusunan

Proposal

Bimbingan

Penulisan Tesis

Konsultasi,

Koreksi dan

Revisi Penulisan

Tesis

3 Tahap Akhir √

Pendaftaran

Ujian Proposal

Tesis

Ujian Proposal

Tesis

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Page 77: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

65

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

data primer dan data sekunder, adapun sumbernya diperoleh melalui cara

sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer bersumber dari pihak kepolisian dan pihak instansi

pemerintah.Pengambilan data primer tersebut dilakukan dengan

sosiologis/empiris, yakni melalui wawancara langsung dengan

narasumber.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sumbernya diperoleh dari kajian

kepustakaan, referensi-referensi hukum, jurnal ilmiah hukum, peraturan

perundang-undangan dibidang hukum, dokumen bahan hukum yang

diperoleh dari Polda Sulselbar.

E. Definisi Operasional

1. Pada penelitian hukum, penulis menetapkan defenisi operasional sebagai

berikut :

2. Peranan adalah aspek dinamis dari suatu kedudukan, artinya apabila

seseorang badan telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai

kedudukannya, maka seseorang / badan tersebut menjalankan suatu

peranan.

Page 78: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

66

3. Tindak Pidana Korupsi adalah setiap perbuatan yang melawan hukum

dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi

yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

4. Kepolisian Republik Indonesia adalah alat negara yang berperan dalam

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum,

serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

5. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut

cara yang diatur dalam undang – undang ini untuk mencari serta

mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang

tindakan pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

6. Penyidik adalah pejabat penegak hukum yang diberi kewenangan khusus

oleh Undang-undang untuk melakukan penyidikan.

7. Pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan

barang/jasa yang dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan

secara swakelola maupun oleh penyedia barang/jasa.

8. Barang adalah benda-benda yang berwujud, yang digunakan masyarakat

untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk menghasilkan benda lain yang

akan memenuhi kebutuhan masyarakat.

9. Jasa adalah suatu barang yang tidak berwujud, tetapi dapat memberikan

kepuasan dan memenuhi kebutuhan masyarakat.

Page 79: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

67

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian hukum ini,

terdiri dari :

1. Teknik yang digunakan untuk pengumpulan sumber data primer, yaitu

dengan wawancara kepada responden, informan, dan narasumber.

2. Teknik yang digunakan untuk pengumpulan sumber data sekunder

yaitu dengan studi documenter. Studi dikumenter merupakan studi

yang mengkaji dan mengumpulkan bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

G. Analisis Data

Analisis yang digunakan adalah metode kualitatif yaitu, data yang

diperoleh dari datasekunder yang berupa bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder, dan bahan hukum tersierakan disajikan secara deskriptif

terhadap variabel yang ada yaitu, menjelaskan,

menguraikan,menggambarkan sesuai dengan permasalahan yang ada.

Page 80: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

68

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Peranan Polri Dalam Penyidikan Tindak Pidana Korupsi Pengadaan

Barang dan Jasa Pemerintah di Kota Makassar.

Korupsi merupakan satu diantara sekian banyak persoalan yang

menghambat pembangunan di Indonesia, berkaitan dengan upaya

pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang adil didalam kemakmuran

dan makmur dalam keadilan. Perbuatan korupsi nyata telah merugikan

keuangan dan perekonomian negara. Biaya yang semestinya digunakan

untuk mendukung jalannya pembangunan telah diselewengkan untuk

kepentingan pribadi maupun golongan. Hal tersebut tentunya menghambat

terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan

Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Oleh karenanya itu, pemberantasan tindak pidana korupsi perlu

ditingkatkan secara professional, intensif, dan berkesinambungan karena

korupsi telah merugikan keuangan negara, perekonomian negara, dan

menghambat pembangunan nasional.

Dalam proses peradilan tindak pidana korupsi yang paling utama

adalah pada proses penyidikan. Di Indonesia, insitusi yang diberi wewenang

oleh undang-undang untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus

korupsi adalah Kepolisian, Kejaksaan, dan Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK). Dilibatkannya beberapa institusi dalam penanggulangan tindak

pidana korupsi disebabkan korupsi sudah masuk dalam kategori extra

Page 81: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

69

ordinary crime, sehingga penanggulangannya pun tentunya harus extra

ordinary (luar biasa).

Terkait institusi Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri),

landasan hukum yang menjadi dasar bagi institusi Polri untuk melakukan

penyelidikan dan penyidikan tindak pidana korupsi adalah:

1. Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Sejatinya, KUHAP tidak mengatur secara khusus kewenangan

Polri untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana

korupsi, mengingat KUHAP hanya mengatur kewenangan penyelidikan

dan penyidikan Polri secara umum terhadap semua tindak pidana yang

terjadi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kecuali undang-

undang menentukan sebaliknya. Namun demikian, ketentuan tersebut

kiranya dapat menjadi dasar bagi Polri untuk melakukan penyelidikan

dan penyidikan tindak pidana korupsi. Adapun ketentuan yang dimaksud

adalah:

1) Dalam Pasal 1 angka 4 jo. angka 5, disebutkan penyelidik adalah pejabat

polisi Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-

undang ini untuk melakukan penyelidikan, sedangkan penyelidikan

berdasarkan Pasal 1 angka 5 yaitu serangkaian tindakan penyelidik untuk

mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak

pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan

menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.

Page 82: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

70

2) Dalam Pasal 1 angka 1 jo. angka 2, disebutkan bahwa penyidik adalah

pejabat polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri

sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk

melakukan penyidikan. Selanjutnya, Pasal 1 angka 2 menyatakan

penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut

cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta

mengumpulkan bukti yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

Sekalipun dalam ketentuan di atas tidak secara eksplisit disebutkan

pejabat Polri berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus

korupsi namun secara implisit terkandung makna bahwa polisi

berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua

tindak pidana, termasuk tindak pidana korupsi.

2. Undang-undang Republik Indonesia No. 31 Tahun 1999 yang telah

dirubah dan diperbaharui dengan Undang-undang RI No. 20 Tahun

2001 Tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi.

Dalam undang undang RI No. 31 Tahun 1999, Bab IV yang

membahas tentang Penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang

Pengadilan, dibahas pada Pasal 26 undang-undang tersebut bahwa

Penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap

tindak pidana korupsi, dilakukan berdasarkan hukum acara pidana yang

berlaku kecuali di tentukan dalam undang-undang Ini. hal tersebut berarti

dalam melakukan penyidikan tindak pidana korupsi acara yang

digunakan adalah acara KUHAP yang mana Dalam Pasal 1 angka 4 jo.

angka 5, disebutkan penyelidik adalah pejabat polisi Negara Republik

Page 83: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

71

Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk

melakukan penyelidikan dan Dalam Pasal 1 angka 1 jo. angka 2,

disebutkan bahwa penyidik adalah pejabat polisi Negara Republik

Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi

wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.

3. Undang-undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia

Sama halnya dengan ketentuan dalam KUHAP, dalam Undang-

undang No. 2 Tahun 2002, tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia, tidak ada satu pasal pun yang secara tegas menyebutkan

wewenang polisi untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus

korupsi. Ketentuan yang ada hanya menyatakan secara umum

kewenangan polisi untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan semua

tindak pidana. Hal ini dapat dilihat pada Pasal 14 ayat (1) huruf f yang

menyebutkan: “Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia

bertugas: melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak

pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-

undangan lainnya.

Penjelasan Pasal 14 ayat (1) huruf g menyatakan: Ketentuan

undang-undang Hukum Acara Pidana memberikan peranan utama kepada

Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam penyelidikan dan

penyidikan sehingga secara umum diberi kewenangan untuk melakukan

penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana. Namun

Page 84: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

72

demikian, hal tersebut tetap memperhatikan dan tidak mengurangi

kewenangan yang dimiliki oleh penyidik lainnya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang menjadi dasar hukumnya masing-masing.

Dengan mengacu pada kedua undang-undang di atas, nampak

jelas bahwa dalam kasus korupsi, kedudukan aparat Polri adalah sebagai

aparat penyelidik dan penyidik, untuk selanjutnya dari tindakan tersebut

diserahkan kepada aparat kejaksaaan sebagai institusi Penuntut, yang

mana dalam kasus korupsi pun kejaksaan dapat memainkan perananan

sebagai penyelidik dan penyidik.

Salah satu lahan korupsi yang paling subur adalah sektor

pengadaan barang dan jasa. Data Indonesia Procurment Watch (IPW)

sejak tahun 2013 sampai dengan 2017 menunjukan bahwa setiap

tahunnya hampir 60% pengeluaran belanja negara, digunakan untuk

pengadaan barang dan jasa. Hasil pantauan dari IPW juga menemukan

tingkat “kebocoran” disektor pengadaan barang dan jasa mencapa 10% -

50%. Hasil pantauan dari IPW ini belum termasuk anggaran yang

dikelola oleh BUMN, parastatal, kontraktor kemitraan dan anggaran

Pemerintah Daerah.

Terkait peran Polri dalam penegakan hukum pengadaan barang

dan jasa pemerintah, beberapa tugas dan kewenangan yang diberikan

berdasarkan KUHAP dan Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah:

1. Menerima laporan dan/atau pengaduan terkait adanya kasus korupsi;

2. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;

Page 85: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

73

3. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian

perkara untuk kepentingan penyidikan;

4. Membawa atau menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka

penyidikan;

5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

6. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau

saksi;

7. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungan dengan

pemeriksaan;

8. Mengadakan penghentian penyidikan;

9. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum.

10. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung

jawab.

Mengingat wewenang sebagaimana disebutkan di atas potensial

untuk disalahgunaan serta dalam rangka menjungjung tinggi supremasi

hukum serta hak asasi manusia, maka penyidik diwajibkan untuk

membuat berita acara pelaksanaan tindakan sebagaimana disyaratkan

oleh KUHAP, yaitu:

1. Pemeriksaan tersangka;

2. Penangkapan;

3. Penahanan;

4. Pengeledahan;

5. Pemasukan rumah;

6. Penyitaan benda;

7. Pemeriksaan surat;

8. Pemeriksaan ditempat kejadian;

9. Pelaksanaan penetapan dan putusan pengadilan;

10. Pelaksanaan tindakan lain sesuai ketentuan KUHAP.

Tindak pidana korupsi dibidang pengadaan barang dan jasa

pemerintah masih mendominasi. Modus suap dalam rangka

memenangkan tender proyek kerap terjadi, bahkan para kalangan pejabat

selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) kerap terseret menjadi

tersangka akibat adanya kongkalikong dalam pemenangan proyek yang

nilainya miliaran rupiah.

Page 86: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

74

B. Data Penyelidikan dan Penyidikan dugaan perkara tindak pidana

korupsi Terhadap Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Kota

Makassar

Berdasarkan hasil wawancara dan telaah dokumen, yang

diperoleh oleh peneliti temukan tahapan-tahapan pengadaan barang dan

jasa pemerintah yang rawan penyelewengan pada setiap tahapan

pengadaan barang dan jasa pemerintah, dapat digambarkan dalam bentuk

tabel sebagai berikut :

Tabel 4.1.

Tahapan Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah

Beserta Modus Penyimpangannya

1 Perencanaan

Pengadaan

Penggelembungan anggaran, rencana pengadaan yang

diarahkan, rekayasa pemaketan untuk KKN, dll.

2 Pembentukan

Panitia Lelang

Panitia tidak transparan, integritas, panitia lelang

lemah,memihak, tidak independen, dsb.

3 Pra Kualifikasi

Perusahaan

Dokumen administrasi tidak memenuhi syarat, dokumen

administrasi “aspal”, legalisasi dokumen tidak dilakukan,

evaluasi tidak sesuai kriteria, dll.

4 Penyusunan

Dokumen Lelang

Spesifikasi yang diarahkan, rekayasa kriteria evaluasi,

dokumen lelang non standar, dokumen lelang yang tidak

lengkap, dsb.

5 Pengumuman

Lelang

Pengumuman lelang yang semu atau fiktif, pengumumang

lelang tidak lengkap, jangka waktu pengumuman terlalu

singkat, dll.

6 Pengambilan

Dokumen lelang

Dokumen lelang yang diserahkan inkosisten, waktu

pendistribusian dokumen terbatas, lokasi pengambilan

dokumen sulit dicari, dll.

Page 87: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

75

7 Penyusunan Harga

Perkiraan Sendiri

(HPS)

Gambaran nilai HPS ditutup, penggelembungan harga (mark

up) atau KKN, penentuan estimasi harga tidak sesuai aturan,

dll.

8 Penjelasan

(Aanwijzing)

Pree-bid meeting yang terbatas informasi dan deskripsi

terbatas, penjelasan yang kontroversial, dsb.

9 Penyerahan dan

Pembukaan

Penawaran

Relokasi tempat, penyerahan dokumen penawaran,

penerimaan dokumen penawaran yang terlambat,

penyerahan dokumen fiktif

10 Evaluasi

Penawaran

Kriteria evaluasi yang cacat, penggantian dokumen

penawaran, evaluasi yang tertutup dan tersembunyi,

pengumuman yang tidak sesuai ketentuan, dsb

11 Pengumuman

Calon Pemenang

Pengumuman yang terbatas, tanggal pengumuman yang

ditunda, pengumuman yang tidak sesuai dengan ketentuan,

dsb.

12 Sanggahaan

Peserta Lelang

Tidak seluruh sanggahan ditanggapi, substansi sanggahan

tidak di tanggapi atau dijawab, sanggahan untuk

menghindari tuduhan tender “diatur”, dll.

13 Penunjukan

Pemenang lelang

Surat penunjukan tidak lengkap, surat penunjukan yang

sengaja ditunda terbit, surat penunjukan yang dikeluarkan

dengan terburu-buru, surat penunjukan yang tidak sah, dll

14 Tanda Tangan

Kontrak

Penandatangan kontrak yang ditunda-tunda, penandatangan

kontrak secara tertutup, tidak sah, dsb

15 Penyerahan

Barang/Jasa

Volume yang tidak sama, mutu/kualitas aspek lebih rendah

dari spesifikasi teknik, mutu/kualitas pekerjaan tidak sama

dengan spesifikasi teknik, contrac change order, dll.

Berdasarkan Tabel 4.1. mengenai proses tahapan dalam pengadaan

barang dan jasa pemerintah dapat dilihat beberapa modus penyimpangan

dalam prosesnya, dimulai dari proes perencanaan pengadaan barang dan

Page 88: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

76

jasa pemerintah sampai pada proses terakhir penyerahan barang dan jasa

pemerintah.

Pengadaan barang dan jasa memang sangat rawan dengan

penyelewengan. Tindakan korupsi pengadaan barang dan jasa yang

dilakukan pada masa perencanaan, seperti mengadakan kegiatan yang

sebenarnya tidak dibutuhkan atau mengatur agar pemenang tender adalah

perusahaan tertentu merupakan modus awal terjadinya tindak pidana

korupsi.

Berdasarkan hasil wawancara dan telaah dokumen, beberapa kasus

korupsi pengadaan barang dan jasa pemerintah yang ditangani oleh Polda

Sulselbar, Polrestabes Makassar dan Polres Pelabuhan Makassar.

Tabel 4.2.

Data Penanganan Kasus Dugaan Tindak Pidana Korupsi Pengadaan Barang

dan Jasa Pemerintah Kota Makassaryang Ditangani oleh Polda

Sulsel,Polrestabes makassar dan Polres Pelabuhan Makassar ta 2015 - 2018

NO LP /LI/PENGADUAN URAIAN KETARANGAN

1 2 4 5

1 LP / 04 / I / 2015

Tanggal 22 Januari 2015

Pengadaan IPAL dan alat

Simulaor di Politeknik Ilmu

Pelayaran Makassar yang tidak

sesuai dengan spesifikasi

Polda Sulsel

2 LPA / 182 / XI / 2016/

SPKT, Tanggal 27 Nop

2016

Dugaan TPK Pengadaan

peralatan laboratorium TA.

2012 dengan nilai kontrak Rp.

38.456.451.000 yang

bersumber dari APBN.

Polda Sulsel

3

LPA / 15 / VII / 2016 / SPK

tangal 28 Juli 2016

Dugaan TPK Rumah Potong

Hewan bersumber dari APBD

Kota Makassar TA 2014

Polda Sulsel

Page 89: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

77

4 LPA / 15 / II / 2016 / Polda

Sulsel / Ditkrimsus tanggal

29 Pebruari 2016

Dugaan TPK Pengembangan

Usaha pada RPH Kota

Makassar

Polda Sulsel

5 12 / III /2017 / POLDA

SULSEL tanggal 10 / 03 /

2017

Pengadaan tanah kampus 2

PNUP

Polda Sulsel

6 20 / VIII /2017 / POLDA

SULSEL tanggal 08 / 08 /

2017

Gantirugi tanah Negara Polda Sulsel

7 LP / 02 / II / 2018

Tanggal 9-2-2018

Tindak pidana korupsi

anggaran upt pada dinas

pendidikan dan kebuyaan kota

makassar 2015 yang

mengakibatkan kerugian

negara rp. 323.000.000.’

Polrestabes Makassar

8 LP / 31 / VIII/2016,

Tanggal 12 Desember

2016

Pengadaan tanah untuk

pembangunan kampus 2

PNUP

Polrestabes Makassar

9 LP / 12 / III / 2016 /

POLDA SULSEL

tanggal 10-03-2016

Selaku PPK pada pengadaan

tanah untuk pembangunan

kampus 2pnup telah

melanggar prosedur yang

mengakibatkan pembayaran

pada orang yang tidak berhak

menerima ganti rugi.

Polrestabes Makassar

10 LP / 041 / REG / GMPR /

SR-KLF / 16

Tanggal 08-8-2016

Adanya dugaan pungutan liar

di SMKN 4 Makassar bagi

siswa baru membayar Rp.

500.000, bentuk tidak jelas

Polrestabes Makassar

Page 90: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

78

pembayaran pakaian seragam

Rp. 700.000.

11 LI / 59 / VI / 2016

Tanggal 27-6-2016

Tersangka membuat surat

diduga Fiktif sehingga

mengakibatkan kerugian

negara Tahun Angkatan 2012.

Polrestabes Makassar

12 LP / 10 / VIII / 2012

Tanggal 10-8-2017

OTT

Polrestabes Makassar

13 LP / 02 / II / 2018

Tanggal 9-2-2018

Tindak pidana korupsi

anggaran upt pada dinas

pendidikan dan kebuyaan kota

makassar 2015 yang

mengakibatkan kerugian

negara rp. 323.000.000.’

Polrestabes Makassar

14 LP / 105 / VIII / 2015/

SULSEL RESPEL

MAKASSAR, tanggal 22

April 2015

Pengadaan Instalasi

Pembuangan Air Limbah

(IPAL) Dinas kesehatan Kota

Makassar yang sesuai dengan

Spesifikasi

Polres Pelabuhan Makassar

15 LI / 45 / VI / 2016,

Tanggal 12 Juni 2016

Dugaan Penyalahgunaan

wewenang dalam pekerjaan

Rehabilitasi Fungsional PPI

Paotere Makassar Tahun

Anggaran 2014

Polres Pelabuhan Makassar

16 LI / 102 / X / 2016

Tanggal 13 Oktober 2016

Dugaan terjadinya Perkara

Tindak Pidana Korupsi dalam

pendistribusian Beras Miskin

(Raskin) di Pulau Kodingareng

kec. Ujung Tanah Kota

Polres Pelabuhan Makassar

Page 91: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

79

Makassar

17 LI / 72 / VI / 2016/

Reskrim/Tipikor, Tanggal

22 Juni 2016

Dugaan TP Korupsi dalam

Pengadaan Kapal INKAMINA

Tahun 2011

Polres Pelabuhan Makassar

18 LI / 06 / I / 2017/

Reskrim/Tipikor, Tanggal

23 Januari 2017

Pekerjaan Single Cold Storage

di PPI Paotere Dinas

Perikanan Kota Makassar yang

tidak sesuai dengan spesifikasi

Polres Pelabuhan Makassar

19 LP / 33 / V / 2016/

SULSEL RESPEL

MAKASSAR, tanggal 30

Mei 2016

Dugaan TPK rehab Kantor

Otoritas Pelabuahn

Polres Pelabuhan Makassar

20 R-LI / 05 / III / 2016,

tanggal 14 Maret 2016

Dugaan TPK pengadaan

Container Crane dan RTG

Polres Pelabuhan Makassar

21 R-LI / 15 / VIII / 2016,

Tanggal 5 Agustus 2016

Dugaan TPK pembangunan

Dermaga Parkir Kapal Paotere

Polres Pelabuhan Makassar

22 LP / 65 / IX / 2017

Tanggal 15 September

2017

Dugaan Penyalahgunaan Dana

Infrastruktur INDI (PNPM)

dan dana kotaku di Pulau

Barrang Lompo

Polres Pelabuhan Makassar

23 LI / 18 / II / 2018

Tanggal 8 Februari 2018

Dugaan TP Korupsi dalam

pekerjaan Rekontruksi jalan

prontek dan pekerjaan Jalan

VVIP

Polres Pelabuhan Makassar

24 LI / 20 / II / 2018

Tanggal 27 Februari 2018

Dugaan Tindak Pidana

Korupsi dalam pekerjaan

Replacemen Rambu suap

Polres Pelabuhan Makassar

Page 92: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

80

Tabel 4.3.

Jumlah Penyidik dan penyidik Pembantu Kepolisian yang

melakukanPenyelidikan dan PenyidikanTindak Pidana Korupsi Kota

Makassar

25 LI / 43 / IV / 2018

Tanggal 04 April 2018

Dugaan Penyimpangan dalam

pekerjaan pembangunan jalan

kampus Baru PIP Kota

Makassar

Polres Pelabuhan Makassar

26 LI / 57 / VI / 2018

Tanggal 4 Juni 2018

Dugaan Tindak Pidana

Korupsi dalam pekerjaan

pembangunan Puskesmas

Pembantu Barang Caddi

Tahun 2016

Polres Pelabuhan Makassar

Page 93: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

81

NO SATUAN

RILL DSPP (daftar susunan personil)

Keterangan PENYIDIK

PENYIDIK

PEMBANTU PENYIDIK

PENYIDIK

PEMBANTU

1 POLDA SULSEL

8 10 12 20

Kurang 4 Penyidik

dan 10 Penyidik

pembantu

2 POLRESTABES

MAKASSAR 1 5 3 10

Kurang 2 Penyidik

dan 5 Penyidik

pembantu

3 POLRES

PELABUHAN

MAKASSAR

1 3 2 8

Kurang 1 Penyidik

dan 5 Penyidik

pembantu

Ket. Khusus POLDA SULSEL Melakukan penyidikan kasus korupsi di Provinsi SULSEL dan

ProvinsiSULBAR.

Page 94: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

82

C. Faktor Penghambat Dalam Penyidikan Tindak Pidana Korupsi

Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Di Kota Makassar.

Pengadaan barang dan jasa merupakan suatu aktivitas dari pemerintah

dalam hal pengadaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

sehubungan dengan fungsinya sebagai pelayan masyarakat. Pengadaan

barang dan jasa yang melalui proses tender dimaksudkan untuk diperoleh

barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan, baik itu dari

segi kualitas maupun kuantitas dengan harga yang lebih bersaing dan juga

barang dan jasa tersebut dapat diperoleh sesuai dengan waktu yang telah

ditetapkan dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan (effisien dan effektif)

serta karena keterbatasan akan keahlian dan ketrampilan specifik (Expert

Skills) dari pegawai pemerintah merupakan alasan juga dilakukan tender.

Dalam melaksanakan penanganan perkara oleh Penyidik dan penyidik

pembantu pada polres pelabuhan makassar, Polrestabes Makassar dan polda

Sulawesi sampai dengan tahun 2018 masih menggunakan Perpres 54 Tahun

2010 yang mengalami perubahan sebanyak empat kali yakni Perpres 35

Tahun 2011, Perpres 70 Tahun 2012, Perpres 172 Tahun 2014 dan Perpres 4

Tahun 2015 hal tersebut melihat bahwa pelaksanaan dari pada Perpres No. 16

Tahun 2018 baru dilaksanakan pada bulan juli 2018.

Untuk pengadaan barang dan jasa, ada sejumlah metode yang menurut

perpres 54 Tahun 2010 boleh dipergunakan, yakni: metode lelang, metode

pemilihan langsung, metode penunjukan langsung, metode swakelola dan

metode seleksi dengan persaingan. Dalam perpes 54 Tahun 2010 dan

Page 95: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

83

perubahannya, juga dikenal beberapa tahapan yang harus dilalui berkaitan

dengan pengadaan barangdan jasa. Namun ironisnya, dari beberapa tahapan

semua tahapannya sering terjadi penyimpangan-penyimpangan yang

menyebabkan marak terjadinya korupsi disektor pengadaaan barang dan jasa

(lihat table 4.1.).

Selain penyimpanan-penyimpangan tersebut, suap dan pemerasan

menjadi modus paling dominan yang terjadi dalam setiap tahapan. Hal ini

disebabkan karena nyatanya pembayaran ilegal untuk memenangi kontrak

dan konsesi besar secara umum telah menjadi ajang bisnis para pejabat tinggi

dan kontraktor.Penyuapan dan pemerasan dalam proses pengadaan barang

dan jasa dapat dideskripsikan sebagai mekanisme saling menukar sumber

daya kekuasaan dan uang. Untuk itu, memandang korupsi pengadaan barang

dan jasa tidak serta-merta hanya dianggap sebagai gejala penyimpangan yang

dilakukan oleh aparatur birokrasi belaka, melainkanharus dipandang sebagai

bagian dari memperoleh sumber daya politik dan sumber daya ekonomi.

Tabel 4.4.

Matriks Perbedaan Antara Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan perubahannya, dengan Perpres 16

Tahun 2018 tentang pengadaan Barang / jasa pemerintah

NO TOPIK PERBEDAAN KET

1. Lebih

Sederhana

Perpres PBJ No. 16 Tahun 2018 memiliki 15 Bab

dengan 98 pasal, lebih sederhana dibandingkan

Perpres No. 54 Tahun 2010 beserta perubahannya

yang memiliki 19 Bab dengan 139 Pasal. Selain

jumlah pasalnya yang lebih sedikit, Perpres PBJ

Baru juga akan menghilangkan bagian penjelasan

dan menggantinya dengan penjelasan norma-

Page 96: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

84

norma pengadaan. Hal-hal yang bersifat

prosedural, pelaksanaan tugas dan fungsi

organisasi akan diatur lebih lanjut dalam peraturan

Kepala LKPP dan peraturan kementerian sektoral

lainnya.

2. Agen

Pengadaan

Dalam Perpres 16 Tahun 2018 diperkenalkan

Agen Pengadaan yaitu Perorangan, Badan Usaha

atau UKPBJ (ULP) yang akan melaksanakan

sebagian atau seluruh proses pengadaan

barang/jasa yang dipercayakan oleh K/L/D/I.

Mekanisme penentuan Agen Pengadaan dapat

dilakukan melalui proses swakelola bilamana

pelakananya adalah UKPBJ K/L/D/I atau melalui

proses pemilhan bilamana dilakukan oleh

perorangan atau badan usaha.

Agen Pengadaan akan menjadi solusi untuk

pengadaan yang bersifat kompleks atau tidak biasa

dilaksakan oleh suatu satker, sementara satker

tersebut tidak memiliki personil yang memiliki

kemampuan untuk melaksanakan proses

pengadaan sendiri.

3 Swakelola

Tipe Baru

Bila pada Perpres No. 54 Tahun 2010 beserta

perubahannya kita mengenai 3 tipe swakelola,

maka pada Perpres PBJ no. 16 Tahun 2018

dikenal dengan 4 tipe swakelola. Tipe keempat

yang menjadi tambahan adalah Swakelola yang

dilakukan oleh organisasi masyarakat seperti

ICW, dll.

4. Layanan

Penyelesaian

Sengketa

Kontrak

Melihat banyaknya masalah kontrak yang tidak

terselesaikan, bahkan sering berujung ke

pengadilan atau arbitrase yang mahal, maka LKPP

memberikan respon dengan membentuk Layanan

Page 97: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

85

Pengadaan Penyelesaian Sengketa Kontrak yang akan diatur

lebih rinci didalam Perpres PBJ Baru. Layanan ini

diharapkan menjadi solusi untuk menyelesaikan

masalah pelaksanaan kontrak sehingga tidak perlu

harus diselesaikan di pengadilan

5. Perubahan

Istilah

Perpres PBJ Baru akan memperkenalkan istilah

baru dan juga mengubah istilah lama sebagai

penyesuaian dengan perkembangan dunia

pengadaan. Istilah baru tersebut diantaranya

adalah Lelang menjadi Tender, ULP menjadi

UKPBJ, Pokja ULP menjadi Pokja Pemilihan dan

K/L/D/I menjadi K/L/SKPD

6. Otonomi BLU

Untuk Mengatur

Pengadaan

Sendiri

Perpres PBJ Baru akan menekankan bahwa

BUMN/BUMD dan BLU Penuh untuk mengatur

tatacara pengadaan sendiri yang lebih sesuai

dengan karakteristik lembaga. Fleksilitas ini

dalam rangka untuk meningkatkan efisiensi dan

efektifitas pengadaan di BUMN/BUMD dan BLU

Namun demikian, hendaknya BUMN/BUMD dan

BLU dalam menyusun tatacara pengadaannya

tidak terjebak sekedar mengubah batasan

pengadaan langsung dan lelang dan secara

substansi tidak memiliki perbedaan yang

signifikan dengan Perpres Pengadaan Pemerintah

7. ULP menjadi

UKPBJ

Istilah ULP atau Unit Layanan Pengadaan yang

merupakan nama generic untuk menunjukan

organisasi pengadaan di K/L/D/I akan diubah

menjadi Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa.

8. Batas

Pengadaan

Langsung

Batas pengadaan langsung untuk jasa konsultansi

akan berubah dari Rp.50 juta menjadi Rp.100 juta,

sedangkan untuk pengadaan

barang/konstruksi/jasa lainnya tetap dinilai sampai

dengan Rp.200 juta

9. Jaminan

Penawaran

Jaminan penawaran yang dihapus oleh Perpres

No. 4 Tahun 2015 kembali akan diberlakukan

khusus untuk pengadaan konstruksi untuk

pengadaan diatas Rp.10 Milyar

Page 98: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

86

10. Jenis Kontrak Jenis kontrak akan disederhanakan menjadi dua

jenis pengaturan saja, yaitu untuk

barang/konstruksi/jasa lainnya hanya akan diatur

kontrak lumpsum, harga satuan, gabungan, terima

jadi (turnkey) dan kontrak payung (framework

contract). Sedangkan untuk konsultansi terdiri dari

kontrak keluaran (lumpsum), waktu penugasan

(time base) dan Kontrak Payung.

Berdasarkan hasil wawancara dengan IPDA RIDWAN, SH kanit

Tipikor Polres Pelabuhan Makassarmengatakan bahwa dalam pelaksanaan

penyidikan dan penyelidikan terkait dengan perkara korupsi yang ditangani

selama ini masih berpedoman kepada Perpres 54 Tahun 2010 yang telah

dirubah sebanyak empat kali hal tersebut berdasarkan ketentuan pasal 89

Perpres 16 Tahun 2018 tentang pengadaan barang / jasa pemerintah, untuk

pekerjaan persiapan yang dilaksanakan sebelum 1 juli 2018 tetap berpedoman

kepada Perpres 54 Tahun 2010 dan perubahannya.

Menurut IPDA RIDWAN, SH, ada beberapa kendala yang kami

temukan dalam melakukan proses penyidikan kasus tindak pidana korupsi

pengadaan barang dan jasa pemerintah di Kota Makassar, yakni :

Dalam Dugaan Tindak Pidana Korupsi Rehabilitasi Kantor Otoritas Pelabuhan

Makassar berdasarkan laporan informasi Nomor : R –LI / 02 / II / 2016,

Tanggal 22 Februari 2016 dan telah dibuatkan Laporan Polisi Nomor : LP / 33

/ V / 2016/ SULSEL RESPEL MAKASSAR, tanggal 30 Mei 2016, atas nama

tersangka tersangka Sdr. “A” selaku PPK, Sdr. “TN”selaku Pemenang

Lelangdan Sdr. “AL” selaku Sub Kontrak, adapun kendala dari penanganan

kasus tersebut adalah :

Page 99: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

87

1. Pihak BPKP PERWAKILAN SULAWESI SELATAN yang

melaksanakan Audit inversigasi dan perhitungan kerugian Negara yang

hanya melakukan perhitungan terhadap Kuantitas pekerjaan tanpa

memperhitungkan kwalitas barang yang di gunakan sehingga hasil

temuan kerugian negara hanya Rp. 5.005.909,12. Sebelumnya

berdasarkan hasil telaah BPKP Perwakilan Sulawesi Selatandiperoleh

temuan Rp.85.460.962.94,- disamping itu BPKP Perwakilan Sulawesi

Selatantidak menghitung Fee yang diserahkan oleh Sub Kontrak kepada

pemenang Lelang Rp. 25.000.000, serta pihak BPKP Perwakilan Sulawesi

Selatan tidak bersedia melakukan audit Ulang atau Audit tambahan.

2. Adanya pengembalian berkas perkara (P18) dan petunjuk (P19) dari

cabang kejaksaan negeri makassar pelabuhan yang berpendapat bahwa

kerugian Negara akibat dari pekerjaan sangat kecil yang mana

berpedoman kepada surat Edaran Jaksa Agung No. 1113 tertanggal 18

Mei 2010 kepada seluruh kejaksaan tinggi yang berisi imbauan kepada

jajaran kejaksaan agar dalam kasus dugaan korupsi, kasus koruptor yang

dengan kesadarannya telah mengembalikan ”kerugian keuangan negara”

yang nilainya kecil, perlu dipertimbangkan untuk tidak ditindaklanjuti

atau berlaku asas restorative justice.

Senada dengan Keterangan IPTU MUH SALEH, SE kanit Tipikor

Polrestabes Makassar menyampaikan bahwa dalam penanganan salah satu

Dugaan Tindak Pidana Korupsi oleh Polrestabes Makassar atas pengadaan

tanah untuk pembangunan kampus II YPUP yang telah melanggar

Page 100: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

88

prosedur yang mengakibatkan pembayaran pada orang yang tidak berhak

menerima ganti rugi yang mana telah menetapkan dua tersangka, BPKP

Perwakilan Sulawesi Selatan kembali dinilai lamban dalam melakukan

perhitungan kerugian Negara dan dalam melakukan Perhitungan Kerugian

Negara banyak berbeda dengan keterangan ahli yang telah di ajukan oleh

penyidik sehingga sehingga kasus tersebut belum rampung untuk diajukan

ke jaksa ponuntut umum.

Menurut KOMPOL SUPRIANTO, S.IKKasubdit IVTipikorPolda

Sulsel menyampaikan bahwa hal kendala yang hadapi oleh unit tipikor di

setiap Polres jajaran Polda Sulsel adalah Lambannya BPKP Perwakilan

Sulawesi Selatan dalam melakukan Audit Investigasi dan Perhitungan

kerugian Negara.

Disamping itu kendala lain Menurut KOMPOL SUPRIANTO,

S.IKyakni kurangnya pelaporan oleh masyarakat atas terjadinya suatu

tindak pidana korupsi meskipun peran masyarakat tersebut telah tertuang

pada pasal 41 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Dari hasil wawancara yang peneliti telah lakukan, ditemukan bahwa

kendala-kendala atau faktor penghambat dalam proses penyidikan tindak

pidana korupsi pengadaan barang dan jasa pemerintah di Kota Makassar

adalah adanya perbedaan perhitungan antara pihak BPKP Perwakilan

Sulawesi Selatandan saksi ahli yang dihadirkan oleh pihak Kepolisian

dalam proses penyidikan. Penyidik Polri berdasarkan hasil penyidikan dan

Page 101: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

89

keterangan ahli serta alat bukti telah menemukan dugaan adanya kerugian

Negara yang kemudian meminta untuk melakukan perhitungan Kwalitas

dan kuantitas, namun oleh pihak BPKP Perwakilan Sulawesi

Selatanmelakukan perhitungan kuantitasnya saja sehingga temuan

kerugian Negara tergolong kecil. selain itu pihak BPKP Perwakilan

Sulawesi Selatan dinilai lamban dalam dalam melakukan audit Investigasi

serta adanya aturan kedalam BPKP Perwakilan Sulawesi Selatan yang

tidak membenarkan untuk dilakukan perhitungan ulang.

Selain itu pula hampir tidak adanya pelaporan oleh lembaga dan

masyarakat atas terjadinya tindak pidana korupsi serta jumlah personil

penyidik dan penyidik pembantu yang diberikan wewenang untuk

melakukan penyidikan dan penyelidikan Korupsi di kota makassar (table

3) terlihat masih sangat kurang dan belum memenuhi DSPP (daftar

susunan personil dan peralatan) sehingga berakibatkan kurang efektifnya

dalam melaksanakan penyelidikan dan penyidikan.

Hal lain yang juga turut menjadi kendala dalam proses penyidikan

yang dilakukan oleh penyidik Polri adalah ketika berkas perkara

dilimpahkan ke Kejaksaan, namun oleh Jaksa menganggap bahwa

kerugian keuangan negara yang nilainya kecil perlu dipertimbangkan

untuk tidak ditindaklanjuti atau berlaku asas restorative justice. Hal

tersebut berpedoman pada surat Edaran Jaksa Agung bertanggal 18 Mei

2010 kepada seluruh Kejaksaan Tinggi. padahal telah secara gamblang di

bahas dalam Undang-undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Tindak

Page 102: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

90

pidana Korupsi pada pasal 4 yakni Pengembalian kerugian keuangan

Negara atau perekonomian negara tidak menghapuskan pidananya pelaku

tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dan pasal 3.

Page 103: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

91

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bertolak dari perumusan masalah dan uraian hasil penelitian dan

analisa yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka dalam tesis ini

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Peluang besar terjadinya tindak pidana korupsi adalah di bidang

pengadaan barang dan jasa pemerintah, mulai dari tahap perencanaan

pengadaan sampai pada tahap penyerahan barang dan jasa pemerintah.

Di Indonesia, salah satu insitusi yang diberikan wewenang oleh

Undang-undang untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus

tindak pidana korupsi termasuk dalam kasus korupsi pengadaan barang

dan jasa pemerintah adalah Kepolisian. Hal ini berdasarkan pada Pasal

1 angka 4 jo angka 5 KUHAP, Pasal 1 angka 1 jo angka 2 KUHAP,

Pasal 14 ayat (1) huruf f dan Pasal 14 ayat (1) huruf g Undang-undang

No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian.

2. Penyidik Polri menemukan kendala-kendala dalam proses penyidikan

tindak pidana korupsi pengadaan barang dan jasa pemerintah di Kota

Makassar, yakni :

a. Adanya perbedaan perhitungan antara pihak BPKP Perwakilan

Sulawesi Selatan dan saksi ahli yang dihadirkan oleh pihak

Kepolisian yang melakukan proses penyidikan serta Lambanya

Page 104: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

92

BPKP Perwakilan Sulawesi Selatan dalam melakukan audit

infestigasi dan perhitungan kerugian Negara dan adanya aturan

kedalam yang tidak memperbolehkan dilakukannya perhitungan

ulang.

b. Masih belum sesuainya penyidik dan penyidik pembantu yang

diberikan wewenang untuk melakukan penyidikan dan

penyelidikan korupsi di kota Makassar dengan Daftar susunan

personil dan peralatan (DSPP).

c. Hampir tidak adanya pelaporan tindak pidana korupsi oleh

masyarakat Kota Makassar.

d. Hal lain yang juga turut menjadi kendala dalam proses penyidikan

yang dilakukan oleh penyidik Polri adalah ketika berkas perkara

dilimpahkan ke Kejaksaan, namun oleh Jaksa menganggap bahwa

kerugian keuangan negara yang nilainya kecil perlu

dipertimbangkan untuk tidak ditindaklanjuti atau berlaku asas

restorative justice. Hal tersebut berpedoman pada surat Edaran

Jaksa Agung bertanggal 18 Mei 2010 kepada seluruh Kejaksaan

Tinggi.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan Peranan Polri Dalam Penyidikan Tindak

Pidana Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Kota Makassar, Sebagai saran

dan rekomendasi dalam penulisan ini, penulis mempunyai pandangan sebagai

berikut :

Page 105: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

93

1. Untuk mengoptimalkan proses penegakan hukum terhadap kasus

korupsi pengadaan barang dan jasa pemerintah dalam proses

penyidikan, diharapkan agar Polri memiliki tim audit internal didalam

insitusinya. Hal ini juga dimaksudkan untuk mencegah perbedaan

analisa audit kerugian negara oleh pihak BPKP Perwakilan Sulawesi

Selatan serta percepatan pemberantasan korupsi, selain itu perlunya

dilakukan penambahan personil penyidik dan penyidik pembantu di

setiap struktur komando (Polda dan Polresta/Polres).

2. Polri diharapkan melakukan Sosialisasi intensif ke masyarakat tentang

pentingnya informasi terjadinya tindak pidana korupsi serta koordinasi

sehat kepada Penuntut / kejaksaan guna menyelesaiakan dan

mempercepat kasus tindak pidana korupsi yang ditangani.

3. Korupsi dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah akan terus

mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun sebagai

akibat dari lemahnya sistem pengawasan yang ada. Oleh karena itu,

untuk mengatasinya diperlukan penguatan sistem pengawasan internal

dan eksternal, salah satunya melalui pengembangan sistem e-

procurement dan e-announcement, dimana semua proses

pelaksanaan pengadaan akan diinformasikan secara transparan dan

fair melalui pemanfaatan teknologi informasi, mulai dari

pengumuman rencana pengadaan, pengumuman lelang, peserta lelang,

dan pengumumam pemenang lelang, sehingga pihak-pihak terkait

dapat turut mengawasinya

Page 106: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

94

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ali, Achmad, 2008, Menguak Realitas Hukum, Kencana; Jakarta.

, 1998, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum,

Yarsif, Watampone, Jakarta.

, 2008, Menguak Tabir Hukum Edisi Kedua, Ghalia

Indonesia, Bogor Selatan.

Adji, Indriyanto Seno, 2009. Kebijakan Aparatur Negara dan Hukum Pidana

Korupsi dan Hukum Pidana. Jakarta : CV.Diadit Media,

Jakarta.

Adji, Indriyanto Seno dan Juan Felix Tampubolon.2001. Perkara HM Soeharto.

Multi Mediametri.

Adji, Oemar Seno. 1984. Hukum-Hakim Pidana. Cet.II. Jakarta: Erlangga.

, 1985. Hukum Pidana Pembangunan. Cet.I. Jakarta:

Erlangga.

, 1989. KUHAP sekarang.Cet.II. Jakarta: Erlangga.

Arief Barda Namawi, 2007, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Pidana

Dalam Penanggulangan Kejahatan, Kencana, Jakarta.

Amiruddin, 2010, Kompsi Dalam Pengadaan Barang dan Jasa, Gentar

Publishing, Yogyakarta.

Chaeruddin Dinar dkk, 2008, Strategi Pencegahan dan Penegakan Hukum

Tindak Pidana Korupsi, Aditama Bandung.

Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan humas, 2009 Buku Panduan Bagi KPPN

dan Bendahara Pemerintah Sebagai

Pemotong/Pemungut Pajak-pajak Negara. Jakarta:

Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan.

Indonesia Procerement Watch, 2005 Tool Kit Anti Korupsi Dalam Pengadaan

Barang dan Jasa Pemerintah, Jakarta : Indonesia

Procerement Watch.

Page 107: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

95

Hamzah, Andi, 2007, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional

dan Internasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hartanti, Evi, 2007, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta.

Jan Remmelink, 2003, Hukum Pidana. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kristiana, Yudi, 2006, Independensi Kejaksaan Dalam Penyidikan Korupsi,

Citra Aditya Bakti, Bandung.

Prodjodikoro,Wirjono, 1989, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Eresco,

Bandung.

Sutedi, Adrian, 2008, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagai

Permasalahannya, Sinar Grafika; Jakarta.

Wiyono, R.2008, Pembahasan Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi, Sinar Grafika; Jakarta.

Kuncoro, Agus, 2010, Cara Benar, Mudah dan Jitu Menang Tender Pengadaan

Barang dan Jasa Pemerintah, PT. Wahyu Media; Jakarta.

Amirudin, 2010 Korupsi Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa, Genta Publishing,

Yogyakarta.

Surachimin, 2011 Strategi dan Teknik Korupsi (mengetahui untuk mencegah),

Sinar Grafika; Jakarta.

Adolf Warouw. 1978. Pembinaan llmu Hukum Ekonomi Di PerguruanTinggi.,

Departemen Kehakiman. Badan Pembinaan

HukumNasional, Universitas Indonesia. Pusat Studi

Hukum dan Ekonomi.

PERUNDANG-UNDANGAN

Umbara, Citra 2002, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun

2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3

Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara”, Bandung.

UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan pemberantasan tindak

pidana pencucian uang.

UU RI No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3209)

Page 108: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

96

UU RINomor 20 Tahun 2001 atas perubahan UU RI No. 31 tahun 199 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

PERATURAN PEMERINTAH

PP RI No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang Undang Hukum

Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1983 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3250)

KEPMEN DAN PERKAP:

PeraturanKepalaKepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2009

tentangPengawasan dan

PengendalianPenangananPerkaraPidana di

LingkunganKepolisian Negara Republik Indonesia (Berita

Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 429).

PeraturanKepalaKepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2009

tentangPengawasan dan

PengendalianPenangananPerkaraPidana di

LingkunganKepolisian Negara Republik Indonesia (Berita

Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 429)

Kep. Menkeh. RI. No. M. 0l.PW.07.03 Tahun 1982

TentangPedomanPelaksanaan KUHAP

Kep. Menkeh. RI. No. M. 14.07.03. tahun 1983 Tentang Tambahan Pedoman

Pelaksanaan KUHAP

Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksaan Pengadaan Barang

dan Jasa Pemerintah.

Perpres RI No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang / Jasa pemerintah.

Perpres RI No. 35 Tahun 2011 tentang perubahan atas Perpres RI No. 54 Tahun

2010 tentang Pengadaan Barang / Jasa pemerintah.

Perpres RI No.70 Tahun 2012 tentang perubahan ke dua atas Perpres RI No. 54

Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang / Jasa

pemerintah.

Perpres RI No. 172 Tanum 2014 Tentang perubahan ke tiga atas Perpres RI No.

54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang / Jasa

pemerintah.

Page 109: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

97

Website :

Damang, SH,AliranUtilitarianisme, http://www.Negarahukum.com/hukum/aliran-

utilitarianisme.html, 2011, diakses Tanggal 05 April 2015

Pukul16.23 Wita

Deden Habibi AH Alfathimy, Sistem Negara Modern, 2010www. scribd.

com/doc/39960334/Sistem-Negara-Modem+ sistem+

negara+ moder, diakses Tanggal 6 April 2015Pukul 16.33

Wita

Page 110: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

98

LAMPIRAN 1

Page 111: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

99

LAMPIRAN 2

Page 112: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

100

LAMPIRAN 3

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

1. Faktor-Faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi pengadaan

barang dan jasa di kota Makassar ?

2. Upaya kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana korupsi pengadaan

barang dan jasa di kota Makassar?

3. Hambatan atau kendala kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana

korupsi pengadaan barang dan jasa di kota makassar?

4. Adakah penurunan atau peningkatan tindak pidana korupsi pengadaan barang

dan jasa di kota Makassar setiap tahunnya?

5. Sebutkan hukuman apa yang di dapatkan bagi pelaku tindak pidana korupsi

pengadaan barang dan jasa di kota makassar?

6. Apa yang di lakukan Penyidik polri untuk optimalisasi dalam memberantas

tindak pidana korupsi pengadaan barang dan jasa di kota makassar?

Page 113: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

101

LAMPIRAN 4

FOTO PENELITIAN

Page 114: FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA …

102

LAMPIRAN 5

BIODATA PENULIS

IDENTITAS PRIBADI

Nama : BESSE SUKMAWATI. Y.M.

JenisKelamin : Perempuan

Tempat/ TglLahir : Palopo, 1April 1994

Pekerjaan : AnggotaPolri

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

No HP : 085244304331

E-Mail : [email protected]

Alamat : Jl. Toa Daeng V No. 5. Makassar

ORANG TUA

Nama Ayah : H. Yusuf Hamzah, BA

Pekerjaan : Pelaut

Umur : 63 Tahun

Alamat : Jl. Anggrek Blok BB, No. 6. Palopo

Nama Ibu : Hj. AsmakManggani, S.Pd

Pekerjaan : A.S.N

Umur : 50 Tahun

Alamat : Jl. Anggrek Blok BB, No. 6. Palopo

RIWAYAT PENDIDIKAN

SD : SD 75Surutanga Palopo(2000-2006)

SMP : SMP Negeri 03Palopo(2006-2009)

SMA : SMA Negeri 04 Palopo(2009-2012)

Perguruan Tinggi : UniversitasSatria Makassar

S1 IlmuHukum (2013-2016)

UniversitasBosowa Makassar

S2 Ilmu Hukum (2017-2019)