penyelesaian sengketa perwakafan di · pdf filehukum yang berlaku belum membentuk satu system...

26
1 PENYELESAIAN SENGKETA PERWAKAFAN DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM NASIONAL* Disampaikan oleh : Drs.H.Anshoruddin,S.H.,M.A. Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Agama Kalimantan Barat A. Pendahuluan Dalam membentuk satu sistem Hukum Nasional diperlukan usaha yang serius dan terus menerus. Sebab dalam kenyataannya, bahwa sebagian besar hukum yang berlaku belum membentuk satu system karena adanya pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 yang menyebutkan : "Segala badan Negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut UndangUndang Dasar ini" Akibatnya adalah, bahwa tata hukum kita masih beragam, misalnya: 1. Ada Hukum Barat dari zaman penjajahan yang individualistik 2. Ada Hukum Adat yang bersifat komunal dan 3. Ada Hukum Islam yang religius. Hukum Islam sebagai sumber hukum nasionalmenurut sejarahnya, sebelum penjajahan Belanda datang ke Indonesia mereka mengira Indonesia (Hindia Belanda) masih berupa hutan belantara, hanya dihuni satwa dan tidak ada hukum didalamnya. Padahal kenyataannya, sudah ada hukum yang berlaku, yaitu hukum Islam. Islam telah diterima oieh bangsa Indonesia jauh sebelum penjajah datang ke Indonesia. Ada yang mengatakan Islam masuk ke Indonesia pada abad I Hijriyah ada pula yang mengatakan pada abad ke-7 Hijriah atau abad ke-13 Masehai. Yang jelas Islam datang sekaligus hukum Islam telah diikuti dan dilaksanakan oleh pemeluknya di Indonesia. Fakta sejarah menunjukkan pada pertengahan abad ke 14 Masehi telah muncul seorang ahli agama dan hukum Islam dari Samudra Pasai, yaitu Sultan Malik Zahir. Bahkan pada zaman itu, para ahli hukum Kerajaan Malaka datang ke Samudra Pasai untuk memecahkan permasalahanpermasalahan hukum.

Upload: truonghanh

Post on 03-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

1

PENYELESAIAN SENGKETA PERWAKAFAN DI INDONESIA

DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM NASIONAL*

Disampaikan oleh : Drs.H.Anshoruddin,S.H.,M.A.

Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Agama Kalimantan Barat

A. Pendahuluan

Dalam membentuk satu sistem Hukum Nasional diperlukan usaha yang

serius dan terus menerus. Sebab dalam kenyataannya, bahwa sebagian besar

hukum yang berlaku belum membentuk satu system karena adanya pasal II

Aturan Peralihan UUD 1945 yang menyebutkan : "Segala badan Negara dan

peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru

menurut UndangUndang Dasar ini" Akibatnya adalah, bahwa tata hukum kita

masih beragam, misalnya:

1. Ada Hukum Barat dari zaman penjajahan yang individualistik

2. Ada Hukum Adat yang bersifat komunal dan

3. Ada Hukum Islam yang religius.

Hukum Islam sebagai sumber hukum nasionalmenurut sejarahnya,

sebelum penjajahan Belanda datang ke Indonesia mereka mengira Indonesia

(Hindia Belanda) masih berupa hutan belantara, hanya dihuni satwa dan tidak

ada hukum didalamnya. Padahal kenyataannya, sudah ada hukum yang

berlaku, yaitu hukum Islam.

Islam telah diterima oieh bangsa Indonesia jauh sebelum penjajah datang

ke Indonesia. Ada yang mengatakan Islam masuk ke Indonesia pada abad I

Hijriyah ada pula yang mengatakan pada abad ke-7 Hijriah atau abad ke-13

Masehai. Yang jelas Islam datang sekaligus hukum Islam telah diikuti dan

dilaksanakan oleh pemeluknya di Indonesia.

Fakta sejarah menunjukkan pada pertengahan abad ke 14 Masehi telah

muncul seorang ahli agama dan hukum Islam dari Samudra Pasai, yaitu Sultan

Malik Zahir. Bahkan pada zaman itu, para ahli hukum Kerajaan Malaka datang

ke Samudra Pasai untuk memecahkan permasalahanpermasalahan hukum.

2

Ada juga ahli Hukum Islam, Nuruddin Ar-Raniri menulis sebuah buku

yang berjudul as Sirath al-Mustaqim pada tahun 1628. juga pada abad ke 16

Masehi sudah muncul kerajaan-kerajaan Islam, seperti Mataram, Banten dan

Cirebon yang lambat laun bisa mengislamkan penduduknya.

Bahkan kenyataan lain telah diakui oleh Belanda, setelah melihat banyak

pemberontakan terhadap penjajahannya. Perang Diponegoro yang begitu

dahsyat ternyata merupakan perlawanan untuk menegakkan Hukum Islam. Hal

ini terkuak dari memori seorang Letnan Kolonel Belanda pada masa Perang

Diponegoro yang mengisahkan bahwa tujuan perlawanan orang jawa

terhadap Belanda sebenarnya adalah agar hukam Islam berlaku untuk

orang Jawa (Belanda menyebut Perang Diponegoro sebagai Perang Jawa).

Tapi sebenarnya, sejak VOC, Belanda sudah mengakui Hukum Islam di

Indonesia. Adanya Regerings Reglemen, mulai tahun 1855 Belanda

mempertegas pengakuannya terhadap Hukum Islam di Indonesia. Apalagi

diperkuat dengan teori Receptio in Complexu oleh Lodewijk Willem Christian van

den Berg. Meskipun pada akhirnya ada penyimpangan, namun teori tersebut

telah menyatakan bahwa Hukum Islam berlaku untuk keseluruhan umat

Islam.

Meskipun pada mulanya kedatangan Belanda tidak ada kaitannya dengan

agama, namun dalam perkembangannya demi kepentingan penjajahan, tidak

bisa dihindari terjadi pergesekan dengan masalah hukum penduduk pribumi.

Dengan berlakunya hukum adat bagi bangsa Indonesia dan hukum agama bagi

pemeluknya muncul beberapa teori, seperti teoriReceptio in Complexu,

Receptie, Receptie Exit, Receptio A Contrario dan Eksistensia.

B. Penyelesaian Sengketa Menurut Hukum Islam Dan Sudah Menjadi Hukum

Nasional .-

Penyelesaian sengketa perwakafan telah diatur dalam Pasal 62 Undang

Undang Nomor 41 Tahun 2004 yang berbunyi :

- Ayat (1) Penyelesaian sengketa perwakafan ditempuh melalui musyawarah

untuk mencapai mufakat.

3

- Ayat (2) Apabila penyelesaian sengketa sebagaimana pada ayat (1) tidak

berhasil, sengketa dapat diselesaaikan melalui mediasi, arbitrase, atau

pengadilan.

Pada penjelasan Pasal 62 ayat (2) Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004

dijelaskan, yang dimaksud dengan mediasi adalah penyelesaian sengketa

dengan bantuan mediator yang disepakati oleh para pihak yang bersengketa.

Dalam hal mediasi tidak berhasil menyelesaikan sengketa, maka sengketa

tersebut dapat dibawa kepada badan arbitrase syariah. Dalam hal badan

arbitrase syariah tidak berhasil menyelesaikan sengketa, maka sengketa tersebut

dapat dibawa ke pengadilan agama dan/atau mahkamah syariah.

Berdasarkan Pasal 62 Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004 dan Penjelasan

Pasal 62 ayat (2) Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004, maka penyelesaian

sengketa perwakafan menurut Hukum Islam Yang sudah menjadi Hukum

Nasional adalah :

- Musyawarah untuk mencapai mufakat.

- Mediasi.

- Arbitrase.

- Pengadilan.

بـين الناس أن إن الله يأمركم أن تـؤدوا األمانات إلى أهلها وإذا حكمتم

)58(تحكموا بالعدل إن الله نعما يعظكم به إن الله كان سميعا بصيرا

النساء

: أمر اهللا بالعدل فى آيات كثيرة) وإذا حكمتم بـين الناس أن تحكموا بالعدل (

كونوا قـوامين «وقوله » اعدلوا هو أقـرب للتـقوى«منها هذه اآلية، ومنها

نـهما بالعدل وأقسطوا إن الله يحب «وقوله » بالقسط فأصلحوا بـيـ

4

منها الوالية العامة والقضاء وتحكيم : والحكم بين الناس له طرق» المقسطين

.اصةالمتخاصمين لشخص فى قضية خ

:والحكم بالعدل يحتاج إلى أمور

فهم الدعوى من المدعى والجواب من المدعى عليه، ليعرف موضوع ) 1

.التنازع والتخاصم بأدلته من الخصمين

.خلو الحاكم من التحيز والميل إلى أحد الخصمين) 2

معرفة الحاكم الحكم الذي شرعه اهللا ليفصل بين الناس على مثاله من ) 3

.و السنة أو إجماع األمةالكتاب أ

.تولية القادرين على القيام بأعباء األحكام) 4

وقد أمر المسلمون بالعدل فى األحكام واألقوال واألفعال واألخالق، قال

-)تفسير المراغى ( .» وإذا قـلتم فاعدلوا ولو كان ذا قـربى«تعالى

Penyelasaian sengketa perwakafan menurut hukum Islam adalah melalui

: al sulh (perdamaian), tahkim (arbitrase) dan wilayat al qhada (pengadilan).

Sedangkan penyelesaian sengketa perwafakan menurut hukum nasional adalah

dengan melalui : musyawarah untuk mufakat (perdamaian), mediasi, Arbitrase /

BASYARNAS dan melalui Peradilan Agama.

Penyelasaian sengketa perwakafan menurut hukum Islam , sekarang

sudah terintegrasi dalam hukum positif / hukum nasional ;

C. Ruang Lingkup Kewenangan Pengadilan Agama

Ketentuan pasal 49 UU RI No. 7 Th. 1989 Tentang Peradilan Agama telah

diubah dengan UU No. 3 Th 2006, sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pengadilan Agamabertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan

menyelesaikan perkara tingkat pertama antara orang-orang yang beragama

islam dibidang :

5

a. Perkawinan;

b. Waris;

c. Wasiat;

d. Hibah;

e. Wakaf;

f. Zakat;

g. Infaq;

h. Shadaqah; dan

i. Ekonomi Syari’ah

Huruf e:

Yang dimaksud dengan “Wakaf” adalah perbuatan hukum seseorang atau

sekelompok orang (wakif) untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian

harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya untuk jangka waktu

tertentu sesuai dengan kepentinganya guna keperluan ibadah dan atau

kesejahteraan umum menurut syari’ah.

Wewenang Peradilan Agama dalam masalah perwakapan tanah ini,

meliputi masalah-masalah :

a. Wakaf , Wakif, Ikrar , Nadzir dan Saksi . Kewenangan dibidang ini

menyangkut sah tidaknya perebuatan mewakafkan , yaitu yang

menyangkut benda yang diwakafkan , wakif , ikrar , saksi dan nadzir .

Didalam hal ini perselisihan banyak didorong oleh factor yang

mendorong seseorang untuk tidak mengakui adanya ikrar wakaf atau

untuk menarik kembali tanah ( harta ) yang telah diwakafkan baik oleh

wakif atau oleh ahli warisnya . Faktor pendorongnya anata lain :

1. Makin langkanya tanah

2. Makin tingginya harga

3. Menipisnya kesadaran beragama

4. Wakif mewakafkan seluruh atau sebahagian besar dari

hartanya , sehingga dengan demikian keturunannya merasa

kehilangan sumber rezeki dan menjadi terlantar kehidupannya

, akibatnya tidak mustahil dijumpai ahli waris yang

mengingkari adanya ikrar wakaf dari orang tuanya dan tidak

mau menyerahkan tanah wakaf kepada Nadzir atau sama

sekali tidak melaporkan .

6

5. Sikap serakah dari ahli waris atau sama sekali tidak tahu

adanya ikrar wakap karena tidak diberitahu oleh orang tuanya

.-

b. Bayyinah ( alat bukti administrasi tanah wakaf ), seperti Akta Ikrar

Wakaf, Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf, Sertifikat Tanah Wakaf dan

hal-hal lain yang berhubungan dengan pencatatan dan pendaftaran

perwakafan dan tanah wakaf dan termasik Bayyinah adalah Saksi .-

c. Pengelolaan dan pemanfaatan hasil wakaf , seperti penyimpangan

penggunaan harta wakaf oleh Nadzir dan lain-lain

Kewenangan Pengadilan Agama dalam menyelesaikan masalah

perselisihan/ sengketa wakaf juga diatur dalam PP No. 28 Tahun 1977

Pasal 12 dan PERMENAG No. 1 Tahun 1978 Pasal 17 .-

D. Dasar Hukum Acara Peradilan Agama

Hukum acara yang berlaku bagi lingkungan peradilan Agama ditentukan

oleh pasal 54 UU No. 7 Tahun 1989 jo UU No. 3 Th. 2006 yang berbunyi

:“Hukum acara yang berlaku pada Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan

Agama adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada pengadilan dalam

lingkungan peradilan umum, kecuali yang telah diatur secara khusu dalam

Undang-undang ini “.

Berdasarkan dari telaahan berbagai Yurisprudensi yang ada, bahwa

orang yang berhak mengajukan perkara sengketa wakaf itu adalah :

a. Wakif atau Keluarganya ( Ahli Warisnya )

b. Wakaf ( yang pelaksanaannya dilakukan oleh Nadzir )

c. Secara bersama-sama Wakif ( Ahli Warisnya ) dan Wakaf ( Nadzir )

d. Orang lain yang merasa berkepentingan dengan perwakafan tersebut

e. Nadzir atau anak keturunannya .

Mereka yang tersebut diatas didalam mengajukan perkaranya ke

Pengadilan Agama berkedudukan sebagai Penggugat, sedangkan

lawannya berkedudukan sebagai Tergugat .

E. Tata Cara Mengajukan Perkara Perwakafan Tanah di Pengadilan Agama.

Dalam hal Penggugat mengajukan gugatan perwakafan tanah , maka

gugatan tersebut harus diajukan kepada Ketua Pengadilan Agama yang

mewilayahi tanah wakaf atau tempat terjadinya perwakapan tanah tersebut .-

7

Gugatan tersebut dapat diajukan secara tertulis atau lisan , yang harus

memuat antara lain ;

a. Identitas Penggugat

b. Identitas Tergugat

c. Posita ( Dasar- dasar gugatan ) , dan

d. Petitum ( Isi Tuntutan atau apa yang dituntut atau apa yang dimohonkan .

Kewenangan Pengadilan Agama dalam menyelesaikan masalah perselisihan/

sengketa wakaf juga diatur dalam PP No. 28 Tahun 1977 Pasal 12 dan

PERMENAG No. 1 Tahun 1978 Pasal 17.

Dalam menggunakan saksi dalam masalah sengketa wakaf diutamakanSaksi

yang sesuai dengan keriteria dibahaw ini :

Saksi mata (Ps.168-172 HIR/165-179 RBg)

Saksi adalah orang yang melihat, mendengar dan mengetahui fakta secara

langsung dengan pancainderanya;

Saksi harus memenuhi syarat formil dan materiil;

Bukti saksi mempunyai kekuatan pembuktian bebas, tidak mengikat, dan

tidak memaksa;

Hakim dapat mengesampingkan kesaksian jika bertentangan dengan alat

lain yang lebih kuat atau bertentangan dengan akal sehat.

Dasar hukum bukti saksi :

- Pasal 139-152 HIR/165-179 RBg.

- Pasal 164, 169-172 HIR/Pasal 306-309 RBg.

Syarat formil bukti saksi:

- Orang yang cakapuntukmenjadisaksi;

- Orang yang tidak dilarang untuk menjadi saksi oleh undang-undang; (Pasal

145 ayat (1) HIR/172 ayat (1) RBg. Pasal 76 ayat (1) UU. No. 1989 yang

sudah diubah dengan UU. No. 3/2006 dan UU. No. 50/2009 dan

Yurisprudensi);

- Keterangan disampaikan di depan persidangan pengadilan;

8

- Diperiksa satu persatu, maksudnya ketika memeriksa saksi A, saksi lainnya

harus diluar sidang; (Pasal 144 ayat (1) HIR/171 ayat (1) RBg.);

- Mengucapkan sumpah; (Pasal 147 HIR/175 RBg.).

Syarat materiil bukti saksi:

- Minimal harus 2 ( dua ) orang saksi; (Pasal 169 HIR/Pasal 306 RBg.);

- Keterangan saksi atas dasar pengetahuan berupa melihat sendiri,

mendengar sendiri, mengalami sendiri fakta peristiwa yang diterangkan;

(Pasal 171 ayat (2) HIR./Pasal …)

- Saksi harus menjelaskan alas an atau latar belakang pengetahuannya,

bagaimana sampai ia dapat mengetahui fakta peristiwa yang

diterangkannya; (Pasal 171 ayat (1)/Pasal …)

- Keterangan saksi satu dengan lainnya harus bersesuaian. (Pasal 170 dan

172 HIR./Pasal 307 dan 309 RBg./Pasal 1905 KUHPerdata).

Kekuatan hukum bukti saksi:

- Nilai pembuktiannya bebas.

Saksi Istifadhah;

Saksi istifadhah adalah saksi yang mengetahui sesuatu fakta secara tidak

langsung melainkan diperoleh dari orang lain yang mengetahuinya secara

langsung;

Testimonium de auditu;

Saksi istifadhoh tidak memiliki kekuatan pembuktian sempurna;

Dapat dipergunakan untuk menyusun bukti persangkaan.

Apakah ada peluang syahadah istifadhah dalam penyelesaian sengketa

wakaf?

:الحكم باالستفاضة

9

هي االشتهار الذي : هي درجة بـين التـواتر واآلحاد، فاالستفاضة

نـهم يـتحدث به الناس، وقد قسم الحنفية األخبار إلى ثالثة . وفاض بـيـ

آحاد وتـواتر، واستفاضة، وجعلوا المستفيض مرتـبة بـين . أقسام

.المرتـبتـين

التي تـنفي التـهمة عن أن االستفاضة طريق من طرق العلم : والمقصود

طرق ( .الشاهد والحاكم، وهي أقـوى من شهادة اثـنـين مقبولين

)170.ص,الحكمية

1ج . كتاب األنوار . ( ومھما تشھد الشھود بما سمعوا ثبت الوقف )438. ص

Kaidah Ishtishab

األ صل بقاء ما كان على ما كان

Artinya: pada dasarnya sesuatu itu tetap pada keadaan semula;

Suatu keadaan (fakta) secara hukum dinilai sebagai keadaan semula (tetap

seperti semula), kecuali ada bukti yang menunjukkan telah terjadi

perubahan;

Istishab berarti melestarikan keadaan hukum sebagaimana keadaan

semula.

10

CONTOH :Putusan PA Lhoksukon Aceh, No. 1/P/1990 / PA

LSK- Tgl.21 Pebruari 1990 H/ 25 Rajab 1410 H, Dalam

Petitumnya Sbb:

1. Mengabulkan Gugatan Penggugat

2. Menetapkan bahwa Tanah Kebun Sengketa , adalah tanah

kebun Wakaf untuk masyarakat Desa Tanjung Ara ,Lhoksukon

Aceh.

3. Memerintahkan Tergugat untuk mengembalikan tanah kebun

tersebut kepada masyarakat Desa Tanjung Ara, Lhoksukon

Aceh.

4. Memerintahkan Tergugat untuk membayar biaya perkara.

5. Mohon Keputusan yang seadil-adilnya .

Catatan ;

- Ternyata saksi- saksi Penggugat sejumlah 5 ( lima )

Orang semuanya saksi ISTIFADHOH ( Testimonium de

auditu ).-

- Telah terjadi perubahan peruntukan atau penggunaan

lain dari pada yang dimaksud dalam ikrar wakaf .( tidak

memenuhi pasal 11 PP RI No.28 Tahun 1977 Ttg

Perwakafan Tanah Milik )

Diktum Amar Putusan PA Lhoksukon Aceh, No. 1/P/1990 /

PA LSK- Tgl.21 Pebruari 1990 H/ 25 Rajab 1410 H, Sbb:

1. Mengabulkan Gugatan Penggugat Sebahagiaan .

2. Menetapkan bahwa tanah terperkara ( Sengketa ) adalah

Tanah Wakaf Ampon , Ubit , Katijah dan Tulot untuk

masyarakat Desa Tanjung Ara, Lhoksukon , Aceh .

11

3. Menghukum Tergugat untuk menyerahkan tanah Wakaf

kepada Penggugat demi kepentingan kemaslahatan ummat

islam di desa Tanjung Ara , Lhoksukon Aceh .-

4. Menolak Gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya.

5. Memerintahkan Tergugat untuk membayar biaya perkara yang

hingga kini diperhitungkan sebesar Rp 25.000,- ( dua puluh lima

ribu rupiah )

- Putusan PA Lhoksukon Aceh, No. 1/P/1990 / PA LSK- Tgl.21

Pebruari 1990 H/ 25 Rajab 1410 H

- Putusan Tingat Banding No.30 Tahun 1991Tg.26 Mei 1992

- Putusan Kasasi ( MA RI ) No. 131 K/AG/1992 Tgl. 30 Januari

1993.- ( Putusan PA dikuatkan )

-

F. Contoh Putusan Pengadilan Agama mengenai Penyelesaian Perselisihan

Perwakapafan Tanah :

Contoh :

Putusan Pengadilan Agama Surabaya Nomor: 3862/PDT.G/2010/PA.Sby Tentang Pembatalan Ikrar Wakaf

Perkara gugatan dalam sengketa wakaf antara lain terjadi di Pengadilan

Agama Surabaya. Perkara tersebut terdaftar di Pengadilan Agama Surabaya

dengan registrasi Nomor: 3862/Pdt.G/2010/PA.Sby tentang sengketa wakaf.

Posisi kasus dalam putusan Nomor: 3862/Pdt.G/2010/PA.Sby dengan

dibatalkannya Akta Ikrar Wakaf Nomor: BA.03.1/99/III/2009 tanggal 17 Maret

2009 dan Ikrar Wakaf tanggal 17 Maret 2009 dan Surat Pengesahan nadzir

Nomor: BA.03.1/99/III/2009 tanggal 17 Maret 2009 yang dibuat Kantor Urusan

Agama Kecamatan Tambaksari.

Duduk perkara terjadinya wakaf ini dimulai dengan niat mulia waqif

(Almarhum KH. Ardjo Usman) pada tahun 1926 mewakafkan sebidang tanah

yang terletak di Jln. Kedungsroko Gg. V No. 15; 17; dan 19, Kelurahan

Pacarkembang, Kecamatan Tambaksari, Surabaya seluas 800 M2 (delapan

12

ratus meter persegi), sebagaimana tercantum dalam (Petok D No. 107, persil 21

D,II) dengan batas-batas:1

1. Sebelah timur : Jalan Kedungsroko Gg. IV

2. Sebelah barat : Rumah bapak Mat jaheng

3. Sebelah utara : Rumah bapak Ghufron

4. Sebelah selatan : Jalan Kedung Sroko Gg. V

Adapun asal usul tanah yang akan diwakafkan ini adalah tanah milik

si waqif (KH. Ardjo Usman) sendiri, berdasarkan petok D No. 107 persil 21 D.II

dimaksudkan untuk ‚Madrasah PUI yang dikelola (nadzir) oleh badan hukumyaitu

‚Yayasan Taman Pendidikan Mahfudz Samsulhadi,‛ di bawah naungan ‚Lembaga

Pendidikan PUI Sebagai ketua umum bapak Iswaf Purnawirawan ABRI (Alm),

Drs. Abd. Syakur Towil (Alm), dan H. Mochammad Toha, S.H.

Pada tahun 1969, saat itu ketua yayasan Drs. Abd. Syakur Towil

selaku nadzir tanah wakaf tersebut, mendidirikan gedung baru ‚Sekolahan

Dipenegoro‛ (terdiri dari TK, SD, SMP, SMA dan SMK) yang mulanya terdiri dari

gedung semi permanen, bagian dinding bawah tembok dan dinding bagian atas

terdiri dari papan, serta merubah nama yayasan yang semula bernama

‚Yayasan Taman Pendidikan Mahfudz Samsulhadi,‛ menjadi ‚Yayasan

Pendidikan Diponegoro.

Dalam perjalanan berikutnya, pada tahun 2000 digantikan oleh H.

Mochammad Toha, S.H. Pada tanggal 17 Maret 2009, H. Mochammad Toha,

S.H datang ke Kantor Urusan Agama Tambaksari, untuk mengurus Akta Wakaf

dengan menggunakan waqif baru (cucu pewa<kif) tanpa persetujuan semua

ahli waris yang ada, serta mengalihkan pemanfaatan wakaf tersebut dari

‚Madrasah PUI dirubah menjadi ‚Sekolah Diponegoro.

Atas latar belakang tersebut dari pihak Husein Malik Trijanto (ahli waris

dari wakif) merasa dirugikan atas terbitnya Akta Ikrar Wakaf Nomor:

BA.03.1/99/III/2009 tanggal 17 Maret 2009 dan Ikrar Wakaf tanggal 17 Maret

1 Pengadilan Agama Surabaya, Berkas Putusan Perkara Sengketa Wakaf, Nomor:

3862/Pdt.G/2010/PA.Sby.

13

2009 dan Surat Pengesahan nadzir No:BA.03.1/99/III/2009 tanggal 17 Maret

2009 yang dibuat Kantor Urusan Agama Kecamatan Tambaksari Surabaya.

Husein Malik Trijanto (Penggugat/Tergugat IntervensiI) mengajukan

gugatan sengketa wakaf melalui kuasa hukumnya, terhadap H. Mochammad

Toha, S.H (Tergugat I/Tergugat Intervensi II) selaku nadzir, Kepala Kantor

Urusan Agama (KUA) Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya (Tergugat II

/Tergugat Intervensi III) selaku Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, Nurul Afifah

(Turut Tergugat/turut tergugat Intervensi).

Pada saat Pembuktian, Pengurus Besar PUI telah masuk sebagai

Intervensi (Interveinent) telah memberi Surat Kuasa Khusus Kepada Pengurus

Cabang PUI Kota Surabaya .

Setelah PB PUI masuk sebagai Intervienent, Majelis Hakim telah

berupaya menasehati para pihak, upaya damai dan menasehati para pihak

agar perkara ini diselesaikan secara damai, atau musyawarah kekeluargaan,

mengingat para pihak adalah masih sama-sama warga PUI, ternyata para pihak

bersiteguh denganpendiriannya masing-masing, tidak bersedia damai dan agar

perkaranya tetap dilanjutkan sampai putusan akhir.

Alhasil, Pengadilan Agama Surabaya memutus perkara tersebut dengan

membatalkan Akta Ikrar Wakaf Nomor: BA.03.1/99/III/2009 tanggal 17 Maret

2009 dan Ikrar Wakaf tanggal 17 Maret 2009 dan Surat Pengesahan Nadzir

Nomor: BA.03.1/99/III/2009 tanggal 17 Maret 2009 yang dibuat Kantor Urusan

Agama Kecamatan Tambaksari Surabaya. Kemudian putusan tersebut dikuatkan

lagi pada tingkat selanjutnya, yaitu putusan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya

dengan Nomor: 332/Pdt.G/2011/PTA.Sby.

Dasar Dan Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perkara No:

3862/PDT.G/2010/PA.Sby Tentang Pembatalan Akta Ikrar Wakaf.

Adapun dasar pertimbangan hakim Pengadilan Agama Surabaya dengan

membatalkan Akta Ikrar Wakaf Nomor: BA.03.1/99/III/2009 tanggal 17 Maret

2009 dan Ikrar Wakaf tanggal 17 Maret 2009 dan Surat Pengesahan nadzir

Nomor: BA.03.1/99/III/2009 tanggal 17 Maret 2009 yang dibuat Kantor Urusan

Agama Kecamatan Tambaksari, adalah sebagai berikut:

14

Bahwa Majelis terlebih dahulu mempertimbangkan bahwa rukun hukum

perwakafan sesuai dengan undang-undang yang berlaku di Indonesia,

maupun hukum syar’i terdiri dari:

1. Orang yang berwakaf (wakif) yaitu pemilik harta benda yang diwakafkan.

2. Harta benda yang diwakafkan (Mauquf bih).

3. Tujuan wakaf yang disebut Mauquf ‘alaihi

4. Persyaratan wakaf dari waqif yang disebut Shighat atau Ikrar Wakaf.

5. Yang menerima harta wakaf sebagaimana tujuan wakaf (nadzir)

Menimbang, bahwa majelis hakim setelah mendengar keterangan

penggugat dan para tergugat serta penggugat intervensi, setelah membaca dan

mempelajari bukti-bukti tulis, dan setelah memeriksa obyek sengketa serta

memeriksa dokumen atau buku tanah di Kantor Kelurahan Pacarkembang,

Kecamatan Tambaksari, Kota Surabaya telah menemukan fakta-fakta hukum

yang akan diuraikan dalam pertimbangan dibawah ini:

Menimbang, bahwa dari uraian rukun wakaf sebagaimana tersebut diatas,

Majelis akan menjelaskan syarat-syarat wakif: sebagaimana pasal 7 dan pasal 8

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Undang-Undang Wakaf. Bahwa

dalam pasal 7 tentang waqif meliputi. a. perseorangan, b. Organesasi, c. Badan

Hukum. Dan pasal 8 persyaratan waqif adalah

a. Dewasa.

b. Berakal sehat ;

c. Tidak berhalangan melakukan perbuatan hukum;

d. Pemilik sah harta benda wakaf.

Menimbang, bahwa penggugat dalam gugatannya tentang tuntutan hak

pengembalian Harta wakaf berupa tanah (mauquf bih) yang sekarang telah

dikuasai oleh pihak tergugat I, yang semula tanah wakaf dari waqif (KH.

Ardjo Usman). Dan tujuan wakaf (mauquf alaih) adalah bertujuan untuk

pendidikan Madrasah Islamiyah PUI. Dan pernyataan Wakaf Shighat atau ikrar

Wakaf dilakukan oleh waqif sendiri KH. Ardjo Usman diperuntukkan Tempat

Pendidikan (Sekolahan Madrasah Islamiyah PUI ) yang semula bernama

Yayasan Pendidikan Machfudz Syamsulhadi. Namun dalam perjalanan

berikutnya tergugat I telah merubah menjadi Yayasan Pendidikan

15

Diponegoro yang telah dilakukan oleh pendahulu Tergugat I bernama Bapak

Abd. Syakur Thowil, dilanjutkan oleh Tergugat I dengan diubah menjadi Yayasan

Pendidikan

Diponegoro (terdiri dari TK, SD, SMP dan SMA dan SMK) dan Yayasan

Pendidikan tersebut telah memutuskan hubungan dengan LP. PUI. Bahkan

tergugat I, telah menggunakan Nurul Afifah (turut tergugat) sebagai ahli waris

buyut/cicit (KH. Ardjo Usman) untuk memproses penerbitan Ikrar Wakaf yang

ditunjuk selaku waqif oleh tergugat I, dan tergugat I sendiri menjadi nadzir

sebagaimana Ikrar wakaf yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Urusan Agama

Kecamatan Tambaksari, sebagaimana bukti (P-8, P-9, P10 dan P-11, P-12

)maka penggugat atas sikap dan langkah yang ditempuh oleh tergugat I

tersebut, dianggap telah menyalahi hukum Syari’ah Islam dan perundang-

undangan yang berlaku. Maka Penggugat mohon kepada Pengadilan Agama

Surabaya agar ikrar wakaf dan Akta wakaf, dan pengesahan nadzir tanah

wakaf tersebut dibatalkan dan agar obyek sengketa wakaf tersebut untuk

dikembalikan kepada ahli waris.

Menimbang, bahwa atas gugatan dari Penggugat tersebut, Tergugat telah

menjawab dan menolak gugatan Penggugat, yang petitum penolakan Tergugat

bahwa Wakaf tidak boleh diwariskan dan dihibahkan kepada ahli waris. Dan

Tergugat membenarkan bahwa obyek tanah wakaf benar dari KH. Ardjo

Usman.

Menimbang, bahwa Penggugat atas tuntutan dalam sengketa wakaf,

karena pihak Tergugat I, melibatkan adik kandung Penggugat bernama Nurul

Afifah, dijadikan waqif dalam akta wakaf. Karena Penggugat adalah saudara

kandung dari pihak Turut Tergugat. Langkah yang ditempuh oleh pihak

Tergugat I adalah dianggap telah menyalahi hukum syar’at Islam. Sebab

tanah obyek sengketa wakaf telah diwakafkan oleh KH. Ardjo Usman untuk

Sekolahan Madrasah Islamiyah PUI, sebagaimana bukti (P-13).

Menimbang, bahwa Penggugat mengajukan gugatan wakaf ini dengan

mendalilkan, bahwa Tergugat I telah memproses tanah wakaf yang telah

dilakukan oleh waqif KH. Ardjo Usman dalam surat pernyataannya sebagaimana

bukti (P-13) diperuntukkan untuk Pendidikan Madarsah Islamiyah PUI. Oleh

pihak Tergugat I disalahgunakan tujuan wakaf dalam ikrar yang dikeluarkan

16

oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Tambaksari yang dipergunakan

untuk sarana dan tempat Pendidikan Yayasan Pendidikan Diponegoro.

Dimana Yayasan Diponegoro adalah semula dari Yayasan Pendidikan Machfudz

Samsul Hadi yang mana pendidikan tersebut berada dalam naungan Lembaga

Pendidikan PUI Cabang Surabaya. Yang selanjutnya beralih nama Yayasan

Pendidikan Diponegoro sejak tahun 1989 dimana yayasan Pendidikan tersebut

melepaskan diri dari Lembaga PendidikanPUI .

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta dan pertimbangan tersebut diatas,

Tergugat I telah mengalihkan fungsi dan tujuan wakaf adalah sudah keluar

dari Lembaga Pendidikan PUI bahkan simbol-simbol dan lambang Lembaga PUI

telah tidak dipergunakan oleh Tergugat I sebagai pengelola dan sebagai Ketua

Yayasan Pendidikan Diponegoro saat ini, dengan demikian Penggugat beralasan

bahwa Tergugat I telah melanggar Pernyataan Wakaf yang dikehendaki oleh

waqif K.H. Ardjo Usman, sebagaimana bunyi pernyataan wakaf Untuk

Madrasah PUI. Terbukti telah disimpangi dan dilanggar .

Bahwa waqif adalah K.H. Ardjo Usman, bermaksud melepaskan harta

miliknya berupa tanah yang berada di wilayah Kedungsroko Kelurahan

Pacarkembang, adalah bertujuan dan dimaksudkan untuk ‚Sekolahan Madrasah

PUI‛. Oleh karena itu Majelis berpendapat sebagaimana bukti tertulis ( P-13 )

adalah Tergugat I telah melanggar dan menyalahi tujuan wakaf yang

dikehendaki oleh waqif (KH.Ardjo Usman), yang sekarang telah dialihkan

menjadi Yayasan Pendidikan Diponegoro, yang telah melepaskan dari

naungan Lembaga Pendidikan PUI

Menimbang, bahwa dalam hal upaya Tergugat membuat dan memproses

Akta Ikrar Wakaf yang dikeluarkan oleh Pejabat Pembuat Akta Wakaf (PPAIW)

dari Kantor Urusan Agama Kecamatan Tambasari Surabaya, dengan wa<qif

yang baru bernama NURUL AFIFAH, selaku Cicit/buyut KH. Ardjo Usman

tersebut Majelis Hakim berpendapat: Bahwa berdasarkan bukti (P-8, P-9, P.10)

dan (T-3, T4 dan T-5) langkah yang ditempuh oleh Tergugat I yang

menggunakan NURUL AFIFAH sebagai wa<qif mendapat tantangan keras

oleh Penggugat selaku ahli waris lainnya dari KH. Ardjo Usman dan mohon

Akta Ikrar Wakaf tersebut dinyatakan tidak sah dan harus dibatalkan Ikrar Wakaf,

Akta Ikrar Wakaf, dan Pengesahan nadzir tersebut. Bahwa yang mempunyai

17

tanah adalah KH. Ardjo Usman bukan NURUL AFIFAH. Oleh karena itu

Majelis Hakim berdasarkan Kaidah Fiqhiyah yang diambil alih Majelis Hakim

sebagai pendapat Hakim dalam perkara ini yang berbunyi sebagai berikut:

االصل بقاء ما كان على ما كان

‚Bahwa pada dasarnya berlakunya hukum itu sesuai dengan hukum asalnya

keberadaannya‛ (Kaidah fiqhiyah).

Dengan demikian tentang hukum wakaf dalam kasus perkara ini yang

berlaku adalah hukum wakaf yang telah dinyatakan oleh KH. Ardjo Usman,

belum pernah dicabut atau dibatalkan, dengan demikian Majelis berpendapat

Pernyataan Wakaf yang dilakukan KH. Ardjo Usman masih melekat dan berlaku.

Sebagaimana pasal 40 (huruf e) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004

Tentang Wakaf menyatakan: Harta benda Wakaf yang sudah diwakafkan

dilarang :

a. Dijadikan jaminan;

b. Disita;

c. Dihibahkan;

d. Dijual

e. Diwariskan;

f. Ditukar; atau

g. Dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya.

Oleh karena itu gugatan tentang Pengembalian obyek tersebut kepadaAhli

Waris harus ditolak.

Menimbang, bahwa dalam hal gugatan Penggugat poin (8) dalam petitum,

agar Tergugat menyerahkan obyek wakaf tersebut dalam keadaan kosong

seperti sediakala dengan membongkar gedung bangunan sekolah yang dikuasai

oleh Tergugat I. Tergugat dalam hal ini telah menjawab bahwa tanah dari

KH.Ardjo Usman dan bangunan sekolah telah dibangun oleh Yayasan

Diponegoro tersebut adalah tempat pendidikan dan untuk ummat.

Menimbang, bahwa dalam hal gugatan Penggugat agar Tergugat

menyerahkan obyek sengketa dalam keadaan kosong kepada Penggugat,

18

Majelis Hakim berpendapat bahwa pembanguan gedung sekolah tersebut adalah

dibangun dan atas biaya dari dana Masyarakat, dari Shadaqah dan infaq

masyarakat, ditambah dengan dana bantuan APBD sebagaimana keterangan

saksi-saksi Tergugat, Maka Hakim berdasarkan fakta tersebut yang oleh karena

dana berasal dari shadaqah dan infaq dari masyarakat berlaku hukum Syar’i.

Jika dibongkar atau dimusnahkan akan bertentangan niat para penyandang dana

dan donator yang bersedekah dan berinfak. Sebagaimana petunjuk Firman Allah

dalam al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 195:

یحب ھلكة وأحسنوا إن ٱ� وال تلقوا بأیدیكم إلى ٱلت وأنفقوا في سبیل ٱ�

١٩٥محسنین ٱل

195. Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu

menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena

sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik

Dan petunjuk Kaidah Ushul Fiqh yang artinya:

درأ المفاسد أولى من جلب المصالح

‚Menghindarkan kerusakan harus diutamakan untuk mendapatkan

kemaslahatan‛

Oleh karena itu, gugatan penyerahan obyek sengketa wakaf tersebut

dalam keadaan kosong atau dibongkar tidak beralasan hukum dan tidak

patut untukdipertimbangkan. Justru akan menimbulkan masalah baru dan

membawa mudlarat dan mafsadat dikemudian hari. Maka gugatan penyerahan

obyek wakaf dalam keadaan kosong atau pembongkaran gedung Sekolah

tersebut bertentangan hukum hukum Syar’I maka gugatan dalam hal ini harus

ditolak

Catatan Perhatian :Dari kasus tersebut diatas maka diperlukan

Sebagai berikut:

1. PPAIW sebagai pejabat yang berwenang membuat Akta Ikrar Wakaf dan

melaksanakan pendaftaran sertifikat tanah wakaf seharusnya teliti dalam

19

melaksanakan kewajibannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

mengenai perwakafan tanah. Pemahaman pendafataran tanah wakaf

khususnya seharusnya lebih ditingkatkan terhadap sumber daya manusia

PPAIWnya itu sendiri untuk meminimalisir kelalaian pendafataran tanah wakaf

dari pihak PPAIW.

2. Pemerintah seharusnya membuat peraturan yang jelas dan rinci terhadap

sanksi administratif bagi PPAIW yang melakukan pelanggaran dalam

pendaftaran tanah wakaf. Pemerintah juga seharusnya menugaskan BWI

dalam hal pembinaan dan pengawasan terhadap tanggung jawab PPAIW

dalan pendaftaran tanah wakaf tidak sebatas pembinaan dan pengawasan

terhadap nazhir saja.

3. Bagi masyarakat yang hendak melakukan perbuatan wakaf yang mulia ini,

diharuskan untuk membuat Akta Ikrar Wakaf (bagi Wakif yang masih hidup)

dan didaftarkan di Kantor Pertanahan setempat sesuai dengan Peraturan-

peraturan yang berlaku. Dan obyek wakaf yang belum ada AIW dan belum

bersertifikat, sedangkan Wakif sudah meninggal, maka bisa melakukan Isbat

Wakaf ke Pengadilan Agama setempat dan dibuatkan Akta Pengganti Ikrar

Wakaf. Hal ini diharapkan agar tidak ada lagi kasus sengketa dikemudian

hari, sehingga tanah wakaf tersebut bermanfaat bagi kepentingan umum.

CONTOH ;

Putusan Pengadilan Agama Semarang Nomor: 1521 /Pdt.G/2008/PA.Sm

Tentang Penarikan Kembali Harta Wakaf Oleh Ahli Waris.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum, Majelis Hakim

Pengadilan Agama Semarang memutus perkara tersebut sebagai berikut :

1. Mengabulkan gugatan para Penggugat untuk sebagian;

20

2. Menyatakan Para Penggugat adalah para pemberi jariyah untuk fasilitas masjid

yang terletak diatas sebidang tanah hak milik Verponding Indonesia No.

308/245 dan 309/244 seluas lebih kurang 100 m² adalah sebesar Rp 297.450,-

(dua ratus sembilan puluh tujuh juta empat ratus lima puluh ribu rupiah;

3. Menyatakan harta warisan yang berasal dari harta bersama dengan istrinya

dan telah bercampur dengan harta jariyah senilai Rp 297.450.000,- (dua ratus

sembilan puluh tujuh juta empat ratus lima puluh ribu rupiah);

4. Menghukum Para Tergugat secara tanggung rentang untuk mengeluarkan

harta jariyah (Wakaf) senilai Rp 297.450.000,- (dua ratus sembilan puluh tujuh

juta empat ratus lima puluh ribu rupiah) yang melekat dengan harata warisan

sebagaimana diktum angka 3 (tiga) tersebut sebelum dilakukan pelelangan

oleh Para Tergugat dan menyerahkan kepada Para Penggugat;

5. Memerintah kepada Para Penggugat dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan

setelah menerima uang jariyah senilai Rp 297.450.000,- (dua ratus sembilan

puluh tujuh juta empat ratus lima puluh ribu rupiah) tersebut untuk mewakafkan

kembali kepada masjid atau musholla baik yang sudah ada atau yang akan

dibangun baru yang digunakan untuk kegiatan ibadah sosial keagamaan

sesuai dengan fungsi dan tujuan pemberian pemberi jariyah (wakaf) sesuai

peraturan berlaku;

6. Menolak untuk yang selain dan selebihnya;

7. Menghukum para Tergugat secara tanggung rentang untuk membayar biaya

perkara yang timbul akaibat perkara ini sebesar Rp 3.861.000,- (tiga juta

delapan ratus enam puluh satu ribu rupiah);

Demikian putusan ini dijatuhkan di Semarang pada Senin tanggal 18

Januari 2010 Masehi bertepatan tanggal 02 Shafar 1431 Hijriyah oleh kami Drs.

NURMANSYAH,SH.,MH. Sebagai Hakim Ketua Majlis, MOH. ICHWAN,SH. Dan

21

Drs. WAHYUDI,SH.,MSI masing-masing sebagai Hakim Anggota dan dibantu

MIFTAH, SH. sebagai Panitera Pengganti, Putusan diucapkan oleh Ketua Majlis

tersebut dalam sidang terbuka untuk umum yang dihadiri oleh Penggugat dan

Tergugat.

Dasar Pertimbangan Para Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Agama

Semarang

Nomor: 1521/Pdt.G/2008/PA.Sm.

Adapun dasar pertimbangan para hakim terhadap putusan Pengadilan

Agama Semarang Nomor: 1521/Pdt.G/2008/PA.Sm tentang penarikan kembali

harta wakaf oleh warga dari ahli waris adalah sebagai berikut :

1. Gugatan yang diajukan para penggugat merupakan gugatan atas putusan

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan sedang dalam proses

eksekusi, maka guagatan ini merupakan Derden Verzet;

2. Pada dasarnya verzet merupakan perlawanan terhadap suatu putusan yang

telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang diajukan paling lambat

sebelum eksekusi selesai dilaksanakan dan didasarkan atas adanya hak

milik atau paling tidak pemegang hak berdasar hukum perjanjian (vide ps.

195 ayat 6 HIR atau ps. 378 Rv.) meskipun gugatan bukan dijadikan atas

hak sebagaimana tersebut diatas akan tetapi gugatan ini mengenai amal

jariyah/wakaf yang terkandung hak Allah atas kepemilkikannya dan

menyangkut keadilan masyarakat, berdasarkan pasal 49 huruf e UU No.

3 Tahun 2006 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama oleh karenanya Pengadilan Agama berwenang memeriksa dan

mengadili perkara aquo;

22

3. Para Tergugat telah mengajukan eksepsi yang pada pokoknya Para

Tergugat mengatakan bahwa gugatan Penggugat kabur dan salah alamat

dengan alasan sebagai berikut :

a. Gugatan para Penggugat yang terdaftar dalam register perkara No.

1521/Pdt.G/2008/PA.Sm sangat mengada-ada, tidak jelas dan kabur

dan jelas-jelas bermaksud membuat persoalan yang sudah sangat jelas

menjadi bias, apalagi di dalam posita maupun petitum gugatan Para

Penggugat dengan jelas menyatakan bahawa dasar diajukannya

gugatan Penggugat adalah Putusan perkara Jo. No.

987/Pdt.G/2003/PA.Sm No. 88/Pdt.G/2005/PTA.Sm Jo.

No.194K/AG/2006 yang telah berkekuatan hukum tetap dan telah

dieksekusi oleh Pengadilan Agama Semarang;

b. Para Tergugat tidak pernah memerintahkan ataupun meminta bantuan

untuk dalam bentuk apapun untuk perbaikan maupun kelengkapan

sarana maupun prasarana masjid diatas tanah warisan tersebut kepada

Para Penggugat, sehingga apabila Para Penggugat memohon agar

dilakukan pemisahan dan mengeluarkan harta jariyah yang pernah

diberikan oleh Para Penggugat untuk memakmurkan masjid adalah hal

yang sangat lucu mengada-ada dan tidak berdasar, karena Para

Tergugat sama sekali tidak pernah ada sangkut paut dengan para

penggugat mengenai hal tersebut, karena tanah warisan peninggalan

ayah Para Tergugat belum dan tidak pernah diwakafkan, jadi apabila

ada pihak-pihak lain yang merasa dirugikan maupun kecewa karena

pernah ikut memberikan kontribusi berupa apapun terhadap tanah

warisan yang diatasnya berdiri bangunan masjid tersebut, kami

persilahkan untuk meminta pertanggung jawaban kepada pihak-pihak

yang pernah meminta ataupun menerima amal jariyah tersebut secara

pribadi dan bukan kepada Para Tergugat;

23

c. Gugatan Para Penggugat tidak lengkap, kabur dan salah alamat

sebagaimana terurai pada posita 8 gugatan Para Penggugat, karena

tidak pernah menyebutkan secara spesifik siapa pihak-pihak yang telah

memobilisasi dana untuk pembangunan masjid dan siapa pula pihak-

pihak yang bertangung jawab menerima dan mengelola untuk

pembangunan masjid tersebut , karena Para Tergugat (klien kami) tidak

pernah berhubungan dengan Para Penggugat untuk persoalan-

persoalan yang berkaitan dengan pembangunan masjid;

4.Terhadap hal ini majlis akan memepertimbangkan sebagai berikut :

a. mengenai gugatan kabur, dalam gugatan Para Penggugat secara

tegas menyebutkan bahwa terhadap harta warisan yang didalamnya

terdapat bangunan masjid dimana pada lingkungan sekitar masjid

terdapat fasilitas masjid yang digunakan untuk kepentingan masjid

guna ibadah sosial keagamaan bagi masyarkat/jama’ah yang dibangun

dengan amal jariyah yang dikumpulkan oleh dan dari

masyarakat/jama’ah, sehingga disana telah bercampur dengan harta

jariyah oleh karenanya oleh para penggugat harta jariyah tersebut

untuk dipisahkan dengan harta warisan. Majlis telah menilai gugatan

tersebut telah jelas duduk masalahnya dan arah serta tujuannya,

oleh karena keberatan para tergugat harus ditolak.

b. Para Tergugat yang disebutkan dalam surat gugatan merupakan

seluruh ahli waris hidup yang mendapat bagian dari harta warisan

sebagaimana tercantum dalam putusan Nomor

987/Pdt.G/2008/PA.Sm, oleh karena itu gugatan sudah tepat, maka

keberatan para tergugat haruslah ditolak.

Bahwa penarikan tanah wakaf oleh ahli warisnya ini, menurut Imam Syafi’i

yang disetujui oleh Imam Malik dan Imam Ahmad, bahwa wakaf itu suatu amal

24

ibadah yang disyari’atkan dan dia telah menjadi hukum lazim dengan sebutan

lafadz, walaupun tidak diputuskan oleh Hakim dan hilang pemilikan wakif

walaupun benda wakaf masih ada di tangannya. Harta benda wakaf itu secara

otomatis menjadi milik Allah, walaupun harta benda wakaf tersebut masih dalam

ampuan wakif. Jadi, penarikan tanah wakaf oleh wakif atau bahkan oleh warisnya

hukumnya haram secara mutlak.

Bahwa Barang wakaf kepemilikannya terlepas dari hak milik wakif (orang

yang mewakafkan) dan tidak pula pindah menjadi milik orang-orang atau badan-

badan yang menjadi tujuan wakaf (mauquf ‘alaih) namun menjadi hak Allah,

siapapun tidak boleh memiliki atas barang wakaf tersebut.

Sebagaimana sebuah hadits :

“Artinya : Dari Abi Hurairah, bahwasannya Rasulullah bersabda:

“(Seluruh pahala) perbuatan manusia terputus apabila telah meninggal,

kecuali tiga perkara : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak

sholeh yang mendo’akannya.” (HR. Muslim).

G. Penutup :

Penyelasaian sengketa perwakafan menurut hukum Islam adalah melalui :

al sulh (perdamaian), tahkim (arbitrase) dan wilayat al qhada (pengadilan).

Sedangkan penyelesaian sengketa perwafakan menurut hukum nasional adalah

dengan melalui : musyawarah untuk mufakat (perdamaian), mediasi, Arbitrase /

BASYARNAS dan melalui Peradilan Agama.

Penyelasaian sengketa perwakafan menurut hukum Islam , sekarang

sudah terintegrasi dalam hukum positif / hukum nasional ;

Semoga bermanfaat .

Pontianak , Selasa 27 September 2016 M

25 Dzulhijjah 1437 H

25

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Manan dan M Fauzan, POKO-POKOK HUKUM PERDATA WEWENANG

PERADILAN AGAMA ,Rajawali Pers, Jakarta, 2001.

Anshoruddin, HUKUM PEMBUKTIAN MENURUT HUKUM ACARA ISLAM DAN

HUKUM POSITIF, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004.

Mahmud Syaltout, Perbandingan Madzhab Dalam Masalah Fiqih, Jakarta : Bulan

Bintang 1996.

Abdul Manan, Drs.H. SH,SIP.M.Hum, Hukum Islam Dalam Berbagai Wacana,

Penerbit Pustaka Bangsa, Jakarta, 2003.

Abdurrahman, Beberapa Aspek Tentang Pembangunan Hukum Nasional, PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung, 1995.

Bustanul Arifin, Prof.Dr.H. SH, Transformasi Hukum Islam Ke Hukum Nasional,

Yayasan Al-Hikmah, Jakarta, 2001.

Depag RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Lingkungan Peradilan

Agama, Jakarta, 2001.

Juhaya s. Praja, Filsafat Hukum Islam, LPMM Universitas Islam Bandung, Bandung,

1995..

Taufiq Hamami ,Drs.,S.H. Perwakafan Tanah Milik Dalam Politik Hukum Agraria

Nasianal ;Tatanusa , Jakarta 2003 .-

UU No.5 Tahun 1960 ttg Pokok-Pokok Agraria

UU No.41 Tahun 2004 ttg Wakaf

UU No.7 Tahun 1989 ttg Peradilan Agama

PP No.28 Tahun 1977 ttg Perwakafan Tanah Milik

PP No.42 Tahun 2006 ttg Pelaksanaan UU No.41 tahun 2004 ttg Wakaf

PMA No.1 Tahun 1978 ttg Pelaksanaan PP No.28 Tahun 1977 ttg Perwakafan Tanah

Milik

Peraturan Perundang-undangan lain yg terkait

26

Putusan Pengadilan Agama Surabaya Nomor: 3862/PDT.G/2010/PA.Sby Tentang

Pembatalan Ikrar Wakaf

Putusan Pengadilan Agama Semarang Nomor: 1521 /Pdt.G/2008/PA.Sm Tentang

Penarikan Kembali Harta Wakaf Oleh Ahli Waris.

Tafsir Al MaroghiOleh Mushthofa Al Maroighi

Thuruqul Hukmiyyah Oleh Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah

*Disampaikan dihadapan Pengurus Masjid , Majlis Ta’lim dan Pengelola

Pondok Pesantren Se KALBAR ,berkaitan dengan kergiatan Kanwil Kemenag

Kalbar : Sosialisasi ttg Wakaf ,Selasa 27 September 2016 .,