implementasi undang-undang nomor 41 tahun 2004...

86
IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF (Studi Pengelolaan Wakaf Produktif di Yayasan Yatim dan Dhuafa Al-Aulia Serua, Bojongsari-Depok) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah (S.sy) Oleh: INTAN PRATIWI 1111044100081 KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Upload: buihanh

Post on 02-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN

2004 TENTANG WAKAF

(Studi Pengelolaan Wakaf Produktif di Yayasan Yatim dan Dhuafa Al-Aulia

Serua, Bojongsari-Depok)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Syari’ah (S.sy)

Oleh:

INTAN PRATIWI

1111044100081

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 2: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN

2004 TENTANG WAKAF

(STUDI PENGELOLAAN WAKAF PRODUKTIF di YAYASAN YATIM DAN

DHUAFA AL-AULIA SERUA, BOJONGSARI DEPOK)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Syari’ah (S.sy)

Oleh

INTAN PRATIWI

NIM: 1111044100081

PEMBIMBING

Dr. H. Sumuran Harahap, M.Ag., MM., MH., M.Si

NIP: 195303261979031002

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 3: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh Gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini saya cantumkan sesuai

dengan ketentan yang berlaku di Universitas Islm Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau merupakan hasil

jiplakan atau plagiat dari karya orang lain, maka saya yang bersangkutan bersedia

meneriama sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta,

Penulis

Page 4: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN

2004 TENTANG WAKAF (Studi Pengelolaan Wakaf Produktif di Yayasan Yatim dan

Dhuaf Al-Aulia) Serua, Bojongsari-Depok. Telah diujikan dalam sidang munaqasyah

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 09 Juli 2015.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.sy)

pada Program Studi Peradilan Agama.

Jakarta, 13 Juli 2015

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Dr. Asep Saepudin Jahar, MA

NIP.196912161996031001

Disahkan oleh Tim Penguji Sidang Munaqasyah:

Ketua : Dr. Abdul Halim, MA (...................................)

NIP. 196706081994031005

Sekretaris : Arip Purkon, S.HI, MA. (..................................)

NIP. 197904272003121002

Pembimbing : Dr. Sumuran Harahap, M.Ag (....................................)

NIP. 195303261979031002

Penguji I : Prof. Dr.H. Salman Maggalatung (....................................)

NIP.195403031976111001

Penguji II : Dr. Asep Saepudin Jahar, MA (...................................)

NIP. 196912161996031001

Page 5: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

ABSTRAK

Intan Pratiwi.2015 Implementasi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

(Studi Pengelolaan Wakaf Produktif di Yayasan Yatim dan Dhuafa Al-Aulia) Serua Bojong

sari-Depok. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum. Program Studi Peradilan Agama/ Ahwal

Al-Syakhsiyyah. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Dr.

Sumuran Harahap, MM, M.Ag, MH, M.Si.

Kata Kunci: Pengelolaan Wakaf Produkti Di Yayasan Yatim dan Dhuafa Al-Aulia Serua

Bojongsari Depok.

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pengelolaan wakaf produktif di

Yayasan Yatim dan Dhuafa Al-Aulia Serua Bojongsari Depok. Pertanyaan utama yang ingin

dijawab dari judul tersebut adalah: (1). Bagaimana pengelolaan wakaf produktif di Yayasan

Yatim dan Dhuafa Al-Aulia dan (2) Apa saja yang menjadi Hambatan dan Tantangan dalam

pengelolaannya.

Temuan dalam penelitaian ini adalah Yayasan Yatim dan Dhuafa Al-Aulia didirikan

atas partisipasi para donatur dan masyarakat sehingga dari hasil partisipasi tersebut dibelikan

lahan tanah dan kemudian dibangun yayasan di atas lahan tanah tersebut. Pada tahun

pengurus membentuk wakaf produktif yang mana wakaf produktif tersebut dikelola dan

dikembangkan di lahan tanah wakaf yayasan Al-Aulia, wakaf produktif ini secara maksimal

sudah berjalan dengan baik sehingga mampu membangun kemandirian pendidikan dan

menyantuni anak yatim, dhuafa serta lansia sebagaimana peruntukan wakaf dalam Undang-

undang.

Penelitian ini penting untuk mengetahui apakah pelaksanaan Undang-undang Nomor

41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dapat berjalan dengan baik sesuai pada kenyataan atau fakta

yang terjadi di Yayasan Yatim dan Dhuafa Al-Aulia.

Page 6: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,

hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Shalawat serta salam

kita sanjungkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan

umatnya hingga akhir zaman.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis menyadari bahwa rintangan dan

hambatan yang terus menerus datang silih berganti. Berkat bantuan dan motivasi dari

berbagai pihak maka segala kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi dan tentunya

dengan izin Allah SWT, serta dengan wujud yang berbeda-beda dapat diminimalisir dengan

adanya nasihat dan dukungan yang diberikan oleh keluaga dan teman-teman penulis.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tiada terhingga

untuk semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil sehingga

terselesaikannya skripsi ini. Tentunya kepada:

1. Asep Saepudin Jahar, S.Ag, MA, Ph.D selaku Dekan fakultas syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta pembantu Dekan 1, II,

III Fakultas Syariah dan Hukum.

2. Dr. H. Abdul Halim, MA selaku Ketua program Studi Ahwal Assyakhsiyyah serta

Arif Purkon SH.I, MA. Selaku sekretaris Program Studi Ahwal Assyakhsiyyah yang

telah bekerja dengan masimal.

3. Dr. Sumuran Harahap, MM, M.Ag, MH, MS.I selaku pembimbing skripsi yang telah

banyak membimbing, memberikan pencerahan, motifasi semangat dan ilmunya

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu-ilmu yang

tidak ternilai harganya, seluruh staf dan karyawan perpustakaan fakultas Syaria dan

Page 7: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

Hukum, perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayattullah dan bagian tata usaha fakultas

Syaria yang telah memberikan pelayanan dengan baik.

5. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis yaitu ayahanda Drs. H. Asnawi Rais. SH.

dan Ibunda Irmawati yang telah memberikan motivasi dan arahan. Terimakasih untuk

kakanda Amir Mufti Syar’i S.pdi dan adik tersayang Muhammad Dzacky Aulia

Hikmatullah yang tidak pernah jenuh yang selalu memberikan doa, dukungan dan

semangat dengan penuh keikhlasan dan kesabaran yang tiada tara.

6. Penyemangat hidupku Muhammad Usman yang selama ini menyemangati jalannya

penulisan skripsi ini yang tidak kenal lelah untuk memberikan dukungan penuh

kepada penulis.

7. Sahabat-sahabatku yang terbaik Juniarti Harahap, Vemy Zauhara, Zahratul Kamilah,

Mundalifah, Ai siti Wasilah, Denis Silvia dan Devi Chairunissa, Fadly Khairuzahdi,

M. Ali Ashobuni, Savira Maharani, Lilis Sumiati, Epi yuliyanti, Robian Achmad, dan

Teman-teman KKN Bandhura 2014. yang telah memberikan masukan, saran, motivasi

dan menghibur penulis.

8. Teman-teman program studi Peradilan Agama angkatan 2011 dan Teman-teman

program studi Administrasi Keperdataan Islam yang telah memberikan saran dan

motivasi kepada penulis.

Page 8: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan banyak yang perlu

diperbaiki lebih dalam. Oleh karena itu, saran dan kritik penulis harapkan demi

kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan setiap pembaca pada umumnya serta menjadi amal baik di sisi Allah SWT.

Semoga setiap bantuan, doa, motivasi yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan

balasan dari Allah SWT.

Jakarta, 27 Juni 2015

penulis

Page 9: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI...................................................ii

LEMBAR PERNYATAAN..................................................................iii

ABSTRAK............................................................................................iv

KATA PENGANTAR...........................................................................v

DAFTAR ISI.........................................................................................vi

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.........................7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................8

D. Metode Penelitian......................................................10

E. Sistematika Penulisan................................................14

BAB II: TINJAUAN TEORITIS

A. Wakaf

1. Pengertian Wakaf dsn Dasar Hukum.................16

2. Sejara Wakaf......................................................22

3. Macam-macam Wakaf.......................................26

4. Syarat dan Rukun Wakaf...................................29

B. Wakaf Produktif

1. Konsep Wakaf Produktif...................................39

2. Macam-macam Wakaf Produktif.......................41

3. Sistem Manajemen pengelolaan.........................41

4. Strategi pengelolaan...........................................43

BAB III: GAMBARAN UMUM YAYASAN AL-AULIA

A. Sejarah Singkat............................................................45

B. Visi dan Misi..............................................................46

C. Struktur Kelembagaan...............................................52

BAB IV: HASIL PENELITIAN

A. Pengelolaan Wakaf Produktif

Yayasan Al-Aulia......................................................55

Page 10: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

B. Srategi Pemasaran.....................................................58

C. Pemanfaatan Hasil Wakaf.........................................60

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................63

B. Saran.........................................................................65

Page 11: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tanah sangat penting bagi kehidupan manusia karena fungsi dan

peranannya mencakup berbagai aspek sosial, ekonomi, politik maupun

budaya. Jumlah penduduk yang bertambah, sedangkan lahan tanah yang

sangat terbatas ditambah dengan perkembangan pembangunan sehingga

mengakibatkan fungsi tanah sanagat dominan karena lahan tanah tidak

sebanding dengan kebutuhan yang diperlukan.1 Oleh karena itu, masalah

pertanahan merupakan tanggung jawab secara nasional mewujudkan cara

pemanfaatkan penguasaan dan pemilikan tanah bagi kemakmuran rakyat

sebagaimana dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945 “Bumi, air dan kekayaan

alam yang terkadung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan

untuk sebesar-besarnya kepentingan rakyat.2

Tanah erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia,

sehingga orang pasti memerlukan tanah tidak hanya dalam kehidupan,

bahkan dalam beribadah pun manusia memerlukan tanah. Dalam

kehidupan manusia salah satu dari persolaan yang banyak dijumpai pada

masyarakat menyangkut persoalan mengenai sengkata tanah.3

1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2003), hal

12 2 Departemen Agama RI, Peraturan Perundangan, ( Jakarta: Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam,2006) hal. 63 3 Mudjiono, Politik Hukum Agraria, (Yogyakarta: Liberty, 1977), Cet. ke-1, hal 19

Page 12: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

2

Masalah tanah tersebut sangatlah kompleks, karena tanah

merupakan sumber daya dan faktor produksi yang utama, baik bagi

pembangunan maupun untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bagi

anggota masyarakat. Persoalan mengenai tanah dan solusinya dalam

kehidupan masyarakat sangat penting, karena tanah merupakan sumber

kehidupan bagi manusia sehingga manusia sangat tergantung pada tanah.

Tanah dapat dinilai pula suatu harta yang permanen, berbagai jenis

hak dapat melekat pada tanah, dengan perbedaan prosedur, syarat dan

ketentuan untuk memperoleh hak tersebut. Tanah dapat juga untuk

keperluan peribadatan dan keperluan suci lainnya. Indonesia sebagai

Negara yang sedang berkembang menyadari betapa pentingnya

permasalahan tentang tanah, dan berupaya untuk membuat aturan tentang

hukum agraria nasional yang bersandar pada hukum adat tentang tanah,

yang sederhana dan menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat

Indonesia dengan tidak mengabaikan unsur-unsur yang bersandar pada

hukum agama.4

Mengingat penting persoalan mengenai pertanahan yang

berdasarkan hukum agama, sudah diatur dalam ketentuan Pasal 49

Undang-undang Nomor. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

Pokok Agraria, sebagai berikut :

1. Hak milik tanah badan-badan keagamaan dan sosial sepanjang

dipergunakan untuk usaha dalam bidang keagamaan dan sosial,

4 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di Indonesia, hal. 12

Page 13: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

3

diakui dan dilindungi. Badan-badan tersebut dijamin pula akan

perolehan tanah yang cukup untuk banguanan dan usahanya dalam

bidang keagamaan dan sosial.

2. Untuk keperluan peribadatan dan keperluan suci lainnya sebagai

dimaksud dalam Pasal 14 dapat diberikan tanah yang dikuasai

langsung oleh Negara dengan hak pakai.

3. Perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan peraturan

Pemerintah.5

Kata wakaf berasal dari “waqafa” dengan makna berhenti atau

diam di tempat atau tetap berdiri atau penahanan. Sedangkan wakaf

menurut bahasa Arab berarti “al-Habsu”, yang berasal dari kata kerja

habasa,yahbisu,habsan, menjauhkan orang dari sesuatu atau

memenjarakan, kemudian kata ini berkembang menjadi “habasa” dan

berarti mewakafkan harta karena Allah SWT.6 Sedangkan dalam Pasal 1

ayat (1) Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, yang

dimaksud wakaf adalah perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan

sebagian harta benda miliknya, untuk dimanfaatkan selamanya atau dalam

jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan

ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.7

5 Departemen Agama RI, Peraturan Perundangan Perwakafan, (Jakarta: Direktorat

Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam,2006) hal. 79 6 Fuad Irfan al-Bustani, Munjid al-Lughah, (Beirut : dar al-Masriq), Cet. ke-21, hal.935

7 Departemen Agama RI, Peraturan Perundangan Perwakafan Undang-Undang No. 41

tahun 2004 tentang wakaf pasal 1 ayat (1), (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam,2006) hal. 2

Page 14: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

4

Dalam buku ke III Bab I Pasal 215 angka (1) Kompilasi Hukum

Islam menjelaskan bahasa wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau

kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian benda dari

miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan

ibadah atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam.8

Dari penjelasan di atas, bahwa yang dimaksud wakaf adalah

perbuatan seseorang atau badan hukum (Wakif) yang memisahkan

sebagian dari harta kekayaan yang berupa tanah milik dan melembagakan

untuk selama-lamanya untuk kepentingan peribadatan atau keperluan

umum lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam. Sehingga, dengan

adanya wakaf diperuntukkan untuk memfasilitasi sarana ibadah,

membantu fakir miskin serta anak-anak yang terlantar, yatim piatu,

beasiswa, pendidikan, kesehatan, kemajuan dan peningkatan ekonomi

umat dan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan

syariah dan peraturan Perundang-undangan.

Dilihat dari segi ekonomi dan pemberdayaan masyarakat, wakaf

masih kurang dapat dirasakan manfaatnya, ini terbukti selain masih

banyaknya umat Islam yang mewakafkan hartanya hanya untuk tempat

beribadah, dan juga masih banyak yang beranggapan bahwa wakaf

peruntukanya hanya tempat ibadah menandakan masih kurangnya

pemahaman masyrakat terhadap wakaf itu sendiri. Dan ini juga

dikarenakan anggapan indahnya tempat ibadah menjadi tolak ukur status

8 Kompilasi Hukum Islam

Page 15: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

5

sosial sebagian umat Islam. Kondisi muncul karena dalam pembinaan

yang berhubugan dengan wakaf para ulama, da’i, atau penceramah dewasa

ini berkisar hanya pada tempat ibadah saja.9

Wakaf sebagai bagian dari ajaran Islam tidak dijumpai secara

eksplisit dalam Al-Qur’an namun secara implisit terdapat ayat-ayat yang

memberikan petunjuk dan dapat dijadikan sebagai sumber dalil wakaf itu

sendiri. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur;an surat Ali

Imran ayat 92.

Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang

sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang

kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka

Sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. Al-Imran:92)

Dalam konteks wakaf di Indonesia, wakaf yang selama ini banyak

dipahami oleh masyarakat cenderung dan terbatas pada benda tidak

bergerak tanah dan bangunan. Padahal wakaf juga berupa benda bergerak

9 Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Penyelenggara Haji, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, (Jakarta, Departemen Agama RI : 2003), hal. 19.

Page 16: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

6

seperti wakaf kendaraan, wakaf uang, wakaf logam mulia, hak sewa, surat

berharga, wakaf hak kekayaan intelektual yang dimiliki seseorang.10

Wakaf tanah ini bagi sebagian masyarakat Indonesia, menempati

kedudukan penting dalam kehidupan mereka, terutama bagi masyarakat

pedesaan yang pekerjaan pokoknya bertani. Tanah juga tidak kalah

pentingnya di daerah perkotaan, baik untuk tempat pemukiman,

perkantoran, maupun sebagai lokasi usaha atau tempat bisnis. Naiknya

harga jual tanah ini disebabkan tanah tidak bertamabah populasi penduduk

semakin bertamabah serta pesatnya pembangunan di berbagai bidang

dewasa ini, sehingga muncul berbagai perbedaan. Dan perebutan dalam

bentuk tanah yang sudah diwakafkan keluarga karena tidak ada bukti

otentik atau sertifikat seringkali diambil oleh ahli warisnya.

Wakaf sebagai lembaga yang telah diatur dalam Islam, wakaf telah

dikenal dan dilaksanakan sejak agama Islam masuk ke Indonesia. Akan

tetapi data mengenai jumlah seluruh aset wakaf diseluruh Indonesia belum

diketahui secara akurat. Ini mengingat data-data tentang seluruh aset

wakaf di Indonesia tidak terkoordinir secara baik dan terpusat di institusi

profesional. Kemudian, aset wakaf tersebut belum dikelola secara

produktif, padahal bisa menjadi instrumen yang kontributif bagi upaya

peningkatan kualitas hidup umat Islam dan umat manusia. Dengan

demikian aset wakaf tersebut tidak likuid dan mati karena tidak

10

Adijani al-Alabij, Perwakafan Tanah di Indonesia, hal. 2. Dan lihat Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, Pasal 16

Page 17: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

7

termanfaatkan dengan baik. Bahkan banyak tanah wakaf yang belum dan

tidak bersertifikat sehingga menjadi objek sengketa untuk nantinya dijual

belikan dengan harga murah.

Oleh karena itu penulis melihat bahwa permaslahan ini menarik

untuk dikaji lebih mendalam dan melakukan penelitian, membahas dan

mencari solusinya dengan menuangkannya dalam bentuk Skripsi yang

berjudul : IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN

2004 (STUDI PENGELOLAAN WAKAF PRODUKTIF DI YAYASAN

AL-AULIA SERUA,BOJONGSARI-DEPOK).

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan kondisi tersebut, penulis merinci kedalam beberapa

identifikasi permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana sistem pengelolaan wakaf produktif dapat berjalan

dengan baik di yayasan ?

b. Apa yang mendasari yayasan tersebut sehingga tanah wakaf dapat

diproduktifkan ?

c. Bagaimana eksistensi dan kontribusi tanah wakaf di Yayasan

terhadap masyarakat ?

2. Pembatasan Masalah

Untuk mempersempit dan mempermudah penelitian serta

memperjelas pokok permasalahan yang akan dikaji dan dibahas dalam

Page 18: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

8

Skripsi ini, maka penulis membatasi masalah tersebut pada

Implementasi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf,

pada pasal 5, pasal 7, pasal 11, pasal 12, pasal 13, dan pasal 28 dan

diteliti pada Yayasan Yatim dan Dhuafa Al-Aulia di Serua Bojongsari

Depok.

3. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Bagaimana implementasi pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41

Tahun 2004 tentang Wakaf di Yayasan Yatim dan Dhuafa Al-

Aulia ?

b. Faktor apa yang menjadi hambatan dan solusi terhadap masalah-

masalah dalam pengelolaan wakaf produktif tersebut ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini:

a. Mengetahui pengelolaan wakaf produktif pada Yayasan Yatim

dan Dhuafa Al-Aulia

b. Mengetahui pengelolaan wakaf produkitif, hambatan, tantangan

dan solusinya

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini:

Page 19: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

9

a. Secara teoritis penelitian ini selain dilakukan untuk memperoleh

gelar sarjana (S-1), hasil penelitian ini juga dapat dijadikan

referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji dan

membahas lebih lanjut tentang Implementasi Undang-Undang

Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

b. Bagi penulis, menambah wawasan dan pemahaman tentang

pengelolaan wakaf produktif

c. Bagi akademis, untuk menambah literatur wakaf supaya lebih

dikembangkan sebaik mungkin.

d. Bagi masyarakat, untuk peningkatan kesejahteraan umat terutama

bagi masyarakat yang kurang mampu dan menambahkan

kepercayaan masyarakat untuk mewakafkan harta atau uang yang

dimiliki untuk kemaslahatan umat.

e. Bagi Yayasan Yatim dan Dhuafa Al-Aulia, untuk meningkatkan

pengelolaan terhadap wakaf tersebut sehingga berlanjut dan

berdayaguna.

D. Review Studi Terdahulu

Review hasil penelitian yang terdahulu yang berhubungan dan

sesuai dengan aspek-aspek dalam penelitian tentang wakaf produktif

sebagai berikut:

1. Badru Rochmat, 2010. Strategi Pengelolaan Wakaf Uang

Secara Produktif Pada Bitul Mal Muamalat. Dari hasil

penilitian tersebut disimpulkan bahwa peneliti lebih menekankan

Page 20: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

10

bagaimana strategi pengelolaan wakaf uang tersebut dengan

menguraikan indikator sebagai alat ukurnya. Penelitian ini sama

dengan penelitian penulis dengan tujuan memberikan penjelasan

kepada masyarakat tentang wakaf produktif tetapi berbeda pada

lembaga yang akan diteliti.

2. Idik Komarudin, 2010. Efektivitas Pengelolaan Dan

Pemberdayaan Wakaf Tunai Pada Tabungan Wakaf

Indonesia. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa

peneliti hanya menekankan kepada bagaimana wakaf tersebut

dapat berjalan dengan baik sesuai manfaatnya dengan ketentuan

yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang

Wakaf.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dilihat dari sudut pandang sifat yang dihimpun, penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan instrumen

penelitian lapangan (field research), dan penelitian kepustakaan yang

didasarkan pada suatu pembahasan degan menggunakan metode studi

kepustakaan (library research), yaitu metode yang dilakukan dengan

mengumpulkan data-data dan bahan-bahan penelitian melalui studi

kepustakaan yang diperoleh melalui kajian undang-undang dan

peraturan-peraturan yang ada di bawahnya serta bahan-bahan yang

Page 21: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

11

berhubungan dengan data-data penelitian.11

Sedangkan metode yang

digunakan dalam penelitian ini metode deskriptif, yakni metode yang

menggambarkan dan memberikan analisa terhadap kenyataan di

lapangan berupa kata-kata tertulis dari orang-orang atau pelaku yang

diamati.12

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian dalam skripsi ini yang dilakukan yaitu selain

dengan metode penulisan deskriptif dan juga menggunakan metode

pendekatan normatif-sosiologi, yaitu merupakan proses pengungkapan

kebenaran yang didasarkan pada penggunaan konsep-konsep dasar.

3. Kriteria dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang penulis gunakan:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung

dari subjek penelitian. Data penelitian ini diperoleh dari hasil

wawancara dan survei yang dilakukan penulis terhadap sebuah

lembaga yang akan diteliti.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan

mengadakan studi kepustakaan atas pembahasan yang

11

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,2006) hal. 20

12 Lexi J Maelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT.Remaja Karya,2002), Cet.

Ke-1, hal. 3

Page 22: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

12

berhubungan dengan masalah yang diajukan yang memberikan

penjelasan tentang bahan data primer.13

Data sekunder ini bersifat

pelengkap yang diperoleh dari lembaga yang ingin diteliti dan

tulisan-tulisan berbagai referensi pada saat kuliah serta sumber

lainnya yang relevan dengan penelitian ini, seperti jurnal yang

terkait dengan penelitian, surat kabar, majalah dan sumber tertulis

lainnya.

c. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh validitas data dalam penelitian ini,

penulis menggunakan beberapa instrumen pengumpulan data,

diantaranya sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mendapatkan

gambaran secara langsung tentang informasi yang

berhubungan dengan bentuk komunikasi yang dikembangkan.

Teknik observasi paling sesuai dengan penelitian sosial, karena

pengamatan dapat dilakukan dengan melihat kenyataan dan

mengamati secara dalam, lalu mencatat yang dianggap penting.

Penulis tidak hanya mencatat kejadian atau peristiwa, akan

tetapi juga mencatat segala sesuatu yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini yang diamati sesuai

13

Ipah Farihah, Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN jakarta dengan UIN Jakarta Press,2006), hal. 45

Page 23: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

13

dengan kebutuhan yaitu komunikasi, interaksi, pemenuhan

kebutuhan, dan pemecahan masalah.

b. Interview/ Wawancara

Interview atau wawancara adalah teknik pengumpulan

data dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh

pewawancara kepada responden, dan jawaban responden

dicatat serta direkam. Wawancara adalah teknik yang cukup

efektif dalam meneliti, karena akan dapat menggunakan lebih

dalam informasi dari partisipan, mengkrontuksi mengenai

orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perassaan, motivasi, dan

sebaginya.14

c. Dokumentasi

Dilakukan untuk pengumpulan data degan mencari

data mengenai variable yang berupa catatan, buku, surat

kabar, majalah, prasasti, notulen, dan sebagainya.

d. Teknis Analisa Data

Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber, baik primer maupun sekunder. Setelah

dipelajari dan ditelaah maka langkah penulis selanjutnya meruduksi data,

dengan jalan merangkum masalah yang penulis teliti. Dalam menganalisa

data penulis menggunakan pendekatan deskriptif analisis. Dianalisis secara

kualitatif dan dicari pemecahannya, kemudian disimpulkan dan digunakan

14

Lexi J Maelong, Metode Penelitian Kualitatif, hal. 135

Page 24: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

14

untuk menjawab permasalahan yang ada. Proses analisa data dengan

mendeskripsikan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

dan menghubungkan bagaimana implementasi Undang-Undang tersebut

terhadap studi pengelolaan wakaf di Yayasan Yatim dan Dhuafa Al-Aulia

agar diketahui implementasi Undang-Undang tersebut.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulis dalam Skripsi ini diklasifikasikan dalam lima

bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan.

Dalam bab pendahuluan ini terdiri dari latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, metodologi penelitian, review studi

terdahulu, sistematika penulisan.

BAB II Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41

Tahun 2004 Tentang Wakaf:

Dalam bab ini dibahas meliputi pengertian wakaf dan dasar

hukumnya, rukun dan syarat wakaf, macam-macam wakaf,

fungsi wakaf, dan tujuan wakaf, serta implementasi

Undang-undang wakaf dalam praktek pengelolaannya.

BAB III Profil Yayasan Yatim dan Dhuafa Al-aulia.

Bab ini merupakan inti dari Skripsi ini dan dibahas meliputi

sejarah singkat yayasan Al-Aulia, visi ialah kemampuan

Page 25: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

15

melihat pada inti persoalan, pandangan, wawasan, atau

angan-angan ataupun impian terhadap sesuatu yang sangat

indah dan mempesona sehinga diperlukan usaha keras untuk

mewujudkannya.

dan misi ialah tujuan utama yang harus dicapai atau

prioritas yang harus dicapai seringkali misi juga diartikan

sebagai pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan untuk

mewujudkan visi.15

Struktur kelembagaan yayasan Al-

Aulia, dan lainnya.

BAB IV Analisa Pembahasan.

Bab ini membahas bagaimana pengelolaan wakaf produktif

di yayasan Al-Aulia begitu juga di bahas tentang hambatan

dan tantangan dalam pengelolaannya.

BAB V Penutup.

Bab penutup ini merupakan bab akhir dari Skripsi. Bab ini

terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

15

Sumuran Harahap, Wakaf Uang dan Prospek Ekonominya di Indonesia, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2012) hal. 103

Page 26: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perwakafan Dalam Perspektif Fiqih

1. Pengertian Wakaf

Kata wakaf berasal dari bahasa Arab “waqafa”. Asal kata

“waqafa” berarti “menahan” atau “berhenti” atau diam ditempat atau tetap

berdiri. Kata “Waqafa-Yaqifu-Waqfan” sama artinya dengan “Habasa-

Tajbisu-Tahbisan”.1

Wakaf menurut etimologis yang bermakna menahan harta dan

memaanfaatkan hasilnya dijalan Allah atau ada juga yang bermaksud

menghentikan seperti telah disebutkan di atas. Makna disini,

menghentikan manfaat keuntungannya dan diganti untuk amal kebaikan

sesuai dengan tujuan wakaf. Menghentikan segala aktifitas yang pada

mulanya diperbolehkan terhadap harta (ain benda itu), seperti menjual,

mewariskan, menghibahkan, dan mentransaksikannya untuk keperluan

agama semata, bukan untuk keperluan si Wakif.

Para ahli fiqih berbeda pendapat dalam mendefinisikan wakaf,

sehingga mereka berbeda pula dalam memandang hakekat wakaf itu

sendiri. Berbagai pandangan dan pendapat tentang wakaf itu dapat dilihat

menurut istilah sebagai berikut:

1 Peter Salim MA. Standard Indonesian-English Dictionary, (Jakarta: Modern English

Press,1993) hal. 893

Page 27: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

17

a. Abu Hanifah

Wakaf adalah menahan benda atas milik orang yang

berwakaf dan mendermakan (mensedekahkan) manfaatnya untuk

tujuan kebaikan pada masa sekarang dan masa yang akan datang.2

b. Mazhab Malikiyah

Wakaf adalah penahanan suatu benda dari bertasarruf

(bertindak hukum seperti memperjual-belikannya) terhadap benda

yang dimiliki serta benda itu tetap dalam pemilikan si Wakif, dan

memproduktifkan hasilnya untuk keperluan kebaikan.3

c. Mazhab Syafi‟i dan Ahmad Hambal

Kedua mazhab ini berpendapat bahwa wakaf adalah

melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan Wakif. Setelah

sempurna prosedur perwakafan. Seperti perlakuan pemilik dengan

cara memindahlan kepemilikannya kepada yang lain, baik yang

diwakafkan tersebut tidak dapat diwarisi oleh ahli warisnya. Wakif

menyalurkan manfaat harta yang diwakafkannya kepada mauquf’alaih

(yang diberi wakaf) sebagai sedekah yang mengikat, dimana Wakif

tidak dapat melarang penyaluran sumbangannya tersebut. Apabila

2 Muhammad Mustafa Tsalabi, al-ahkam al-washaya wal awqaf, (Mesir: Dar al-

Ta’lif,2002) hal. 333 3 Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Ciputat Press, 2005) Cet. 1 hal.

9

Page 28: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

18

Wakif melarangnya, maka Qadli berhak memaksanya agar

memberikannya kepada mauquf alaih, karena itu mazhab Syafi‟i

mendefinisikan wakaf adalah Tidak melakukan suatu tindakan atas

suatu benda, yang berstatus sebagai milik Allah SWT, dengan

menyedekahkan manfaatnya kepada suatu kebijakan sosial, mazhab

ini juga berpendapat bahwa wakaf itu berupa penahanan harta

bertasarruf dan mensedeqahkan hasilnya serta berpindahnya

kepemilikan dari orang yang berwakaf kepada orang yang menerima

wakaf dan tidak boleh bertindak sehendak hati mauquf. Imam Syafi‟i

juga berpendapat bahwa wakaf ialah suatu ibadah yang disyariatkan.

Wakaf itu sah bila orang yang berwakaf itu (Wakif) telah menyatakan

lafadz, “saya wakafkan ini (waqaffu haza), sekalipun tanpa diputuskan

Hakim. Bila harta itu telah dijadikan harta wakaf, maka orang yang

berwakaf tidak berhak lagi atas benda itu, walaupum harta itu tetap

berada ditangannya.4

d. Mazhab Imamiyah

Mazhab Imamiyah dalam mendifinisikan wakaf sama dengan

mazhab Syafi‟i dan Imam Hambal namun berbeda dari segi

kepemilikan atas benda yang diwakafkan yaitu milik mauquf alaih

(yang diberi wakaf), meskipun mauquf alaih tidak berhak melakukan

4 Nazaruddin rahmat, Harta Wakaf, (Jakarta: Bulan Bintang 1964) hal. 19

Page 29: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

19

suatu tindakan atas benda wakaf tersebut, baik menjual atau

menghabisknnya.5

Selain definisi menurut fikih klasik, di Negara Indonesia

sendiri terdapat rumusan wakaf dan diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 wakaf adalah perbuatan hukum

seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari harta

kekayaannya yang berupa tanah milik dan melembagakannya untuk

selama-lamanya untuk kepentingan peribadatan atau keperluan

umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.6 Dan dalam Kompilasi

Hukum Islam (KHI), Pasal 215 ayat (1) wakaf adalah perbuatan

hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang

memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya

untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadah atau keperluan

umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.7 Sedangkan menurut

Undang-Undang Wakaf Nomor 41 Tahun 2004 dijelaskan, wakaf

adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan sebagian harta

benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau dalam jangka

waktu tertentu sesuai kepentingannya guna keperluan ibadah

dan/atau kesejahteraan umum menurut syari‟ah.

5 Departemen Agama RI, Pradigma baru wakaf di Indonesia,(Jakarta: Direktorat Jendral

Bimbingan Masyarakat Islam,2007) hal. 2-4 6 Peraturan Pemerintah nomor 28 1977 tentang perwakafan tanah milik, Pasal 1 ayat (1)

7 Kompilasi Hukum Islam (KHI), Tentang perwakafan, Pasal 215 ayat (5) dan Lihat juga

Undang-Undang nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf

Page 30: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

20

2. Dasar Hukum Dan Macam-macam Wakaf

1. Al-Qur‟an

Didalam Al-Qur‟an tidak disebutkan secara eksplisit

tentang wakaf. Al-Quran hanya menyebutkan dalam pengertian

umum, tentang wakaf. Para ulama fikih menjadikan ayat-ayat Al-

Quran sebagai dasar hukum wakaf dalam Islam, seperti ayat-ayat

Al-Quran yang membicarakan tentang kebaikan shadaqah, infak,

dan amal jariyah. Para ulama menafsirkan bahwa wakaf sudah

mecakup dalam cakupan ayat Al-Quran tersebut diantaranya:

Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang

sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta

yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan

Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.(QS. Al-

Imran:92)

Page 31: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

21

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah

kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan,

supaya kamu mendapat kemenangan. (QS. Al-Hajj:77)

Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-

orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah

serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh

bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat

gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan

Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.

(QS. Al-Baqarah:261)

2. Sunnah Rasulullah SAW

Al-Qur‟an tidak dituliskan suatu ayat atau katapun tentang

wakaf, dan secara eksplisit menjelaskan tentang wakaf dapat dilihat

dalam hadist Nabi Muhammad SAW dasar hukum wakaf dan

merupakan shadaqah jariyah. Adapun ketentuan dalam hadist yang

dijadikan hukum wakaf, sedekah, dan zakat diantaranya hadist:

Page 32: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

22

dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah SAW,

bersabda: “Apabila anak adam (manusia) meninggal dunia, maka

putuslah amalnya kecuali tiga perkara: Shadaqah jariyah, ilmu yang

bermanfaat, dan anak sholeh yang mendo‟akan kedua orang

tuanya.” (HR. Muslim).8

3. Sejarah Perwakafan

Manusia telah mengenal berbagai macam wakaf sejak terbentuknya

tatanan kehidupan bermasyarakat di muka bumi. Setiap masyarakat

menyediakan pelayanan umum yang dibutuhkan oleh manusia secara

keseluruhan atau kebanyakan anggota masyarakat. Tempat peribadatan

adalah salah satu contoh wakaf yang dikenal oleh manusia sejak dahulu

kala. Demikian juga mata air, jalan-jalan, dan tempat-tempat yang sering

digunakan masyarakat seperti lahan tanah dan bangunan yang sering

dipergunakan masyarakat, namun kepemilikannya bukan atas nama

pribadi, karena itu tidak ada seorangpun yang mempunyai hak penuh

untuk mengatur tempat ini, kecuali telah diberi mandat untuk

pengelolaannya.

Pengertian wakaf telah berkembang di kalangan sebagian

masyarakat. Pada masa Fir‟aun, masyarakat telah mengenal bentuk baru

wakaf yang tidak ada sebelumnya. Bentuk wakaf ini berupa tanah

pertanian yang diwakafkan oleh sebagian penguasa dan orang-orang kaya

8 Departemen Agama RI, Fikih Wakaf, (Jakarta: Proyek Peningkatan Zakat dan

Wakaf,2003) hal. 11-13

Page 33: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

23

untuk tujuan bercocok tanam dan hasilnya diberikan kepada para tokoh

spiritual yang pada saat itu dikenal sebagai dukun, baik dipergunakan

untuk kepentingan pribadi mereka, mendanai tempat peribadatan yang

berada di bawah pengawasannya atau diberikan kepada fikir miskin. Ini

merupakan wakaf untuk kepentingan agama, karena penyalurannya

dilakukan oleh para pemuka agama, akan tetapi berbeda dengan wakaf

yang dipergunakan untuk kepentingan syiar agama.9

1. Wakaf Di Zaman Islam

Al-Quran menyebutkan bahwa Ka‟bah merupakan tempat

ibadah yang pertama bagi manusia. Menurut pendapat sebagian

ulama yang mengatakan bahwa Ka‟bah dibangun oleh Nabi Adam

AS, dan kaidah-kaidahnya ditetapkan oleh Nabi Ibrahim AS dan

Nabi Ismail AS, serta dilestarikan oleh Nabi Muhammad SAW,

maka dengan demikian Ka‟bah merupakan wakaf. Wakaf pertama

yang dikenal oleh manusia dan dimanfaatkan untuk kepentingan

agama. Sedangkan menurut pendapat ulama yang lainnya

mengatakan bahwa Nabi Ibrahim yang membangun Ka‟bah, maka

Ka‟bah merupakan wakaf pertama kali dalam Islam, yaitu agama

Nabi Ibrahim yang benar, atau wakaf pertama untuk kepentingan

agama dan menegakkan tauhid. Wakaf di zaman Islam telah

dimulai bersamaan dengan dimulainya masa kenabian Muhammad

SAW di Madinah yang ditandai dengan pembangunan Masjid

9 Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta:Khalifa, 2007) hal. 3-4

Page 34: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

24

Quba yang dibangun atas dasar takwa sejak dari pertama dan

menjadi wakaf pertama dalam Islam untuk kepentingan agama.

Peristiwa ini terjadi setelah Nabi hijrah ke Madinah dan sebelum

pindah ke rumah pamannya yang berasal dari Bani Najjar.

Kemudian disusul dengan pembangunan masjid Nabawi yang

dibangun di atas tanah anak yatim dari Bani Najjar setelah dibeli

oleh Rasulullah SAW. Dengan demikian Rasulullah SAW telah

mewakafkan tanah untuk pembangunan masjid. Para sahabat juga

telah membantu beliau dalam menyelesaikan pembangunan ini,

termasuk pembuatan kamar- kamar bagi para istri beliau. Islam

adalah pengawas wakaf keluarga sebagaimana dinyatakan dalam

Ensiklopedia Amerika, dan tidak pernah dikenal sebelumnya dalam

Perundang-Undangan Negara Barat, kecuali pada abad ke-20.

Dengan demikian pula, maka wakaf sosial sebagimana yang

diperintahkan Nabi Muhammad SAW kepada Umar bin Khatab

berasal dari wahyu kenabian dan tidak mencontoh pelaksanaan

wakaf yang dipraktikkan oleh orang-orang Mesir kuno maupun

orang-orang Yunani dan Romawi. Sebab pengetahuan Rasulullah

tentang keadaan mereka secara detail sangat sedikit. 10

2. Wakaf Di Zaman Eropa Dan Amerika

Wakaf di Barat hanya ada dalam satu bentuk yang berupa

Gereja hingga awal abad ke-13. Karena saat itu di Jerman, Eropa

10

Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produkti, hal. 5-10

Page 35: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

25

Tengah, dan beberapa Negara lainnya telah muncul sebagi bentuk

wakaf sosial. Dalam peraturan Perundang-Undangan Barat, wakaf

telah disinyalir dalam Undang-Undang Inggris tentang kegiatan

sosial kemasyarakatan yang dikeluarkan pada tahun 1601, dimana

wakaf bisa diketahui dari definisi istilah yang mereka sebut sebagai

kegiatan sosial. Menurut Undang-Undang ini, kegiatan sosial

adalah kegiatan apapun yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang untuk memberi pelayanan atau bantuan kepada

pihak umum. Kegiatan seperti ini mendapat perlakuan istimewa

berkenaan dengan masalah perpajakan. Lebih detail dijelaskan

dalam peraturan Perundang-Undangan tersebut, bahwa kegiatan

sosial, rumah sakit, gereja dan lembaga pendidikan serta kegiatan

yang mempunyai manfaat sejenisnya. Undang-Undang dan

keistimewaan tersebut telah muncul sebelum terbentuknya

pemahaman kontemporer mengenai badan wakaf dalam

Perundang-Undangan Barat yang baru muncul pada abad ke-19.

Kemudian wakaf ini ini dikelola oleh sebuah badan wakaf yang

disebut Foundation. Kegiatan dan bentuknya sangat jelas dan yang

paling nampak adalah bahwa yayasan tersebut bersifat independen

dan non-pemerintah, non-profit, dan bertujuan untuk memberikan

pelayanan umum kepada masyarakat, baik berupa pelayanan

kesehatan, pendidikan maupun bimbingan dan penyuluhan agama.

Di Amerika, yayasan terbentuk ada dua corak pertama, yayasan

Page 36: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

26

sosial atau public fundation, dan kedua yayasan pribadi atau private

fundation.11

4. Macam-Macam Wakaf

Wakaf ditinjau dari segi peruntukkan dan kepada siapa wakaf itu

diberikan, maka wakaf dapat dibagi menjadi (2) macam:

1. Wakaf Ahli

Wakaf Ahli ialah wakaf yang ditunjukkan kepada orang-

orang tertentu, seseorang atau lebih, keluarga Wakif atau bukan.

Wakaf seperti ini juga disebut Wakaf Dzurri. Apabila ada seseorang

yang mewakafkan sebidang tanah kepada anaknya, lalu kepada

cucunya, wakafnya sah dan yang berhak mengambil manfaatnya yaitu

mereka yang ditunjuk dalam pernyataan wakaf. Wakaf jenis ini

(wakaf ahli/dzurri) terkadang disebut juga wakaf ‘alal aulad, yaitu

wakaf yang diperuntukan bagi kepentingan dan jaminan sosial dalam

lingkungan keluarga. Wakaf seperti ini bertujuan membela nasib

mereka. Dalam konsepsi hukum Islam, seseorang yang punya harta

yang hendak mewakafkan sebagian hartanya, sebaiknya lebih dahulu

melihat kepada sanak family. Bila ada di antara mereka yang sedang

membutuhkan pertolongannya. Maka wakaf lebih afdal diberikan

kepada mereka yang membutuhkan.12

11

Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, hal. 10 12

Abdul Halim,Hukum Perwakafan di Indonesia, hal. 25

Page 37: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

27

Dalam perkembangan selanjutnya, wakaf ahli untuk saat ini

dianggap kurang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan

umum, karena sering menimbulkan ketidak jelasan dalam pengelolaan

dan pemanfaatan wakaf oleh keluarga yang diserahi wakaf. Di

beberapa Negara tertentu seperti: Mesir, Turki, Maroko, dan Aljazair,

wakaf untuk keluarga (ahli) telah dihapuskan, karena pertimbangan

dari berbagai segi, tanah-tanah wakaf dalam bentuk ini dinilai tidak

produktif. Untuk itu, dalam pandangan KH. Ahmad Azhar Basyir,

MA, bahwa keberadaan jenis wakaf ahli ini sudah selayaknya ditinjau

kembali untuk dihapuskan.13

2. Wakaf Khairi

Wakaf Khairi ialah wakaf yang secara tegas untuk

kepentingan keagamaan atau kemasyarakatan (kebijakan umum),

seperti wakaf yang diserahkan untuk keperluan pembangunan masjid,

sekolah, jembatan, rumah sakit, panti asuhan yatim dan lain

sebagainya. Dalam tinjauan penggunaannya, wakaf jenis ini jauh lebih

banyak manfaatnya dibandingkan dengan jenis wakaf ahli, karena

tidak terbatas pada pihak-pihak yang mengambil manfaat. Dan jenis

wakaf inilah yang sesungguhnya paling sesuai dengan tujuan

perwakafan itu sendiri secara umum. Dalam jenis ini juga Wakif dapat

mengambil manfaat dari harta yang diwakafkan itu, seperti wakaf

13

Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf,(Jakarta: Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf,2003) hal. 14-18

Page 38: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

28

masjid maka si Wakif boleh beribadah di sana, atau mewakafkan

sumur maka si Wakif dapat pula mengambil air dari sumur tersebut

sebgaimana yang telah di lakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan

sahabat Utsman bin Affan. Secara substansinya, maka wakaf itulah

yang merupakan salah satu segi dari cara membelanjakannya harta

dijalan Allah SWT. Dan tentunya dilihat dari kegunaannya merupakan

salah satu sarana pembangunan, baik dibidang keagamaan, khususnya

peribadatan, perekonomian, kebudayaan, kesehatan, kemanan, dan

sebagainya.14

Wakaf Khairi ini juga pernah dilakuakan Umar bin Khatab

pada tanahnya yang berada di perkebunan Khaybar. Sebagaimana

yang terdapat dalam hadist yang diriwayatkan dari Ibnu Umar sebagai

berikut:

Dari Abdullah bin Umar bin Khatab, Umar bin Kahatab berkata

kepada Rasulullah SAW: “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku

memiliki sebidang tanah di Khaybar, yang aku belum pernah memiliki

tanah sebaik itu. Apa nasihat engkau kepadaku? Rasulullah

menjawab: “Jika engkau mau, wakafkanlah tanah itu, sedekahkan

14

Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf,(Jakarta: Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf,2003) hal. 14-18

Page 39: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

29

hasilnya. “Lalu Umar mewakafkan tanahnya yang ada di Khaybar”.

(HR. Bukhari Muslim)15

.

5. Syarat dan Rukun Wakaf

1. Wakif (Pemberi Wakaf)

Persyaratan seorang calon Wakif agar sah harus memiliki

kecakapan hukum atau kemalul ahliyah (legal competent) dalam

membelanjakan atau memanfaatkan hartanya, kecakapan bertindak

disini meliputi 4 (empat) kriteria:

a. Merdeka16

Wakaf yang dilakukan oleh seorang budak (hamba sahaya)

tidak sah, karena wakaf pengguguran hak milik dengan cara

memberikan hak milik itu kepada orang lain. Sedangkan hamba

sahaya tidak mempunyai hak milik, dirinya dan apa yang

dimilikinya kepunyaan tuannya. Namun demikian, Abu Zahrah

mengatakan bahwa para fuqha sepakat, budak itu boleh

mewakafkan hartanya apabila ada izin dari tuannya, karena ia

sebagai wakil darinya.

b. Berakal Sehat

15

Sumuran Harahap, Wakaf Uang dan Prospek Ekonominya di Indonesia, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2012) hal.1

16 Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf, (Jakarta: Proyek Pengembangan Zakat dan

Wakaf, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji,2006) hal. 22

Page 40: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

30

Wakaf yang dilakukan oleh orang gila tidak sah hukumnya,

sebab ia tidak berakal, tidak mumayyiz dan tidak cakap melakukan

akad serta tindakan lainnya. Demikian juga wakaf orang lemah

mental (idiot), berubah akal karena faktor usia, sakit atau

kecelakann, hukumnya tidak sah karena akalnya tidak sempurna

dan tidak cakap untuk menggugurkan hak miliknya.

c. Dewasa (Baligh)

Wakaf yang dilakukan oleh anak yang belum dewasa

(baligh) hukumnya tidak sah karena ia dipandang tidak cakap

melakukan akad dan tidak cakap pula untuk menggugurkan hak

miliknya.

d. Tidak Berada Di bawah Pengampuan (Boros/Lalai)

Orang yang berada dibawah pengampuan dipandang tidak

cakap untuk berbuat kebaikan (tabbaru), maka wakaf yang

dilakukan hukumnya tidak sah. Tetapi berdasarkan istishan, wakaf

orang yang berada di bawah pengampuan terhadap dirinya sendiri

selama hidupnya hukumnya sah. Karena tujuan dari pengampuan

untuk menjaga harta wakaf supaya tidak habis dibelanjakan untuk

sesuatu yang tidak benar, dan untuk menjaga dirinya agar tidak

menjadi beban orang lain.

2. Mauquf „alaih (Yang diberi Wakaf)

Page 41: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

31

Mauquf „Alaih tujuan wakaf (peruntukan wakaf). Wakaf harus

dimanfaatkan dalam batas-batas yang sesuai dan diperbolehkan syariat

Islam. Karena pada dasarnya, wakaf merupakan amal yang

mendekatkan diri manusia kepada Allah SWT. Karena itu mauquf

‘alaih diisyaratkan harus hadir sewaktu penyerahan wakaf, harus ahli

untuk memiliki harta yang diwakafkan, tidak orang yang durhaka

terhadap Allah SWT, dan orang yang menerima wakaf itu harus jelas

tidak diragui kebenarannya.17

3. Mauquf Bih (Harta Wakaf)

Benda yang dimanfaatkan disebut dengan mauquf bih. Seabagai

obyek wakaf, mauquf bih merupakan hal yang sangat penting dalam

perwakafan. Namun demikian, harta yang diwakafkan tersebut bisa

dipandang sah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Benda harus memiliki nilai guna, Benda yang dapat disimpan dan

halal digunakan dalam keadaan normal bukan dalam keadaan

darurat. Karena itu menurut mazhab Hanafi tidak sah mewakafkan

sesuatu yang hukan harta, seperti mewakafkan manfaat dari rumah

sewaan untuk ditempati.

b. Benda yang diwakafkan harus tertentu (diketahuai) ketika terjadi

akad wakaf. Harta yang akan diwakafkan harus diketahui dengan

17

Abdul Halim, Hukum Perwakafan Di Indonesia, hal.18

Page 42: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

32

yakin, sehingga tidak akan menimbulkan persengketaan. Karena itu

tidak sah mewakafkan yang tidak jelas seperti satu dari dau rumah.

c. Benda tetap atau bergerak yang dibenarkan untuk diwakafkan.

d. Benda yang diwakfkan benar telah menjadi milik sempurna (Al-

milik At-tamm) si Wakif ketika terjadi akad wakaf.18

e. Sighat (Ikrar Wakaf), Segala ucapan, tulisan atau isyarat dari orang

yang berakad untuk menyatakan kehendak dan menjelaskan apa

yang diinginkannya. Namun shigat wakaf cukup dengan ijab saja

dari Wakif tanpa memerlukan qabul dari mauquf ‘alaih. Begitu

juga qabul tidak menjadi syarat sahnya wakaf dan juga tidak

menjadi syarat untuk berhaknya mauquf ‘alaih memperoleh

manfaat harta wakaf, kecuali pada wakaf yang tidak tertentu.19

f. Nazhir (Pengelola Harta Wakaf), Nazhir adalah pihak yang

menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk dikelola dan

dikembangkan sesuai dengan peruntukkannya. Posisi Nazhir

sebagai pihak yang bertugas untuk memelihara dan mengurusi

harta wakaf mempunyai kedudukan sentral dalam perwakafan.

Sedemikian pentingnya kedudukan Nazhir dalam perwakafan,

sehingga berfungsi atau tidaknya wakaf bagai mauquf ‘alaih sangat

bergantung pada Nazhir. Meskipun demikian Nazhir tidak berarti

Nazhir mempunyai kekuasaan mutlak terhadap harta yang

18

Departemen Agama RI, Fikih Wakaf, (Jakarta: Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf,2003) hal.44

19 Departemen Agama RI, Fikih Wakaf, (Jakarta: Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf,

2006) hal. 55

Page 43: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

33

diamanahkan kepadanya. Seorang Nazhir haruslah memiliki

persyaratan sebagi berikut:

a. Syarat Moral

Paham tentang hukum wakaf dan zakat, infaq dan sedekah.

Baik dalam tinjauan syariah maupun perundang-undangan

Negara RI. Jujur, amanah, dan adil sehingga dapat dipercaya

dalam proses pengelolaan dan pentasharrufan kepada sasaran

wakaf.

b. Syarat Manajemen

Mempunyai kapabilitas yang baik dalam leadership,

mempunyai kecerdasan yang baik secara intelektual sosial dan

pemberdayaan.

c. Syarat Bisnis

Mempunyai keinginan, mempunyai pengalaman dan

mempunyai ketajaman melihat peluang usaha sebagimana

layaknya enterpreunership.20

B. Perundang-undangan Wakaf

1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tanggal 24 September 1960

tentang Dasar Pokok-Pokok Agraria. Pasal 49 ayat (1) memberikan

20

Departemen Agama RI, Pradigma Baru Wakaf Di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam,2006) hal. 49

Page 44: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

34

isyarat bahwa “Perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur

dengan peraturan pemerintah”.21

2. Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1961 tanggal 23 Maret Tahun

1961 tentang Pendaftaran Tanah, karena peraturan ini berlaku

umum, maka terkena juga didalamnya mengenai pendaftaran tanah

wakaf.

3. Peraturan Pemerintah No.30 Tahun 1963 tentang Penunjukan

Badan-Badan Hukum yang dapat mempunyai hak milik dan syarat-

syaratnya.

4. Peraturan Pemerintah No.28 tahun 1977 tanggal 17 Mei 1977

tentang Perwakafan Milik Tanah.

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.6 Tahun 1977 tanggal 26

november 1977 tentang Tata Pendaftaran Tanah Mengenai

Perwakafan Tanah Milik.

6. Peraturan Menteri Agama No.1 Tahun 1978 tentang Peraturan

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1977 tanggal 10

Januari 1978 tentang Perwakafan Tanah Milik.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.12 Tahun 1978 tanggal 3

agustus 1978 tentang Penambahan Ketentuan Megenai Biaya

Pendaftaran Tanah Badan-Badan Hukum Tertentu Pada Peraturan

Menteri Dalam Negeri No.2 Tahun 1978

21

Departemen Agama RI, Peraturan Perundangan Perwakafan, (Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2006) hal. 50

Page 45: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

35

8. Instruksi Bersama Menteri Agama dan Mentri Dalam Negeri No.1

Tahun 1978 tanggal 23 Januari 1978 Tentang Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan

Tanah Milik.

9. Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam,

No/Kep/D/75/787 tanggal 18 April 1978 tentang Formulir dan

Pelaksanaan Peraturan-Peraturan Tentang Perwakafan Tanah Milik.

10. Keputusan Menteri Agama No.73 Tahun 1978 tanggal 9 Agustus

1978 tentang Pendelegasian Wewenang Kepala-Kepala Kantor

Wilayah Negara Indonesia Untuk Mengangkat Atau

Memberhentikan Setiap Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan

Sebagai Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW).

11. Instruksi Menteri Agama No.3 Tahun 1979 tanggal 19 Juni 1979

tentang Pelaksanaan Keputusan Mentri Agama No.73 Tahun 1978

12. Surat Direktorat Jendra Bimbingan Islam dan Urusan Haji

No.D11/5/Ed/`4/980 tanggal 25 Juni 1980 tentang Pemakaian

Bermaterai Dengan Lampiran Surat Dirjen Pajak No.5-624/Pj.

331/1980 tanggal 29 Mei 1980 yang menentukan jenis formulir

wakaf nama yang bebas materai, dn jenis formulir nama yang

dikenal Bea Materai dan beberapa besar Bea Materainya.

13. Surat Direktorat Jenderal Bimbingan Mayarakat Islam dan Urusan

Haji No.D11/1981 tanggal 16 April 1961 Tentang Peruntukan

Pemberian Nomor Pada Formulir Perwakafan Tanah.

Page 46: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

36

14. Surat Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan

Haji No.D11/Ed/07/1981 Kepala Gurbenur, kepala Daerah Tingkat

1 diseluruh Indonesia, tentang Pendaftaran Perwakafan Tanah

Milik dan Permohonan Kegiatan Pembebasan Dari Semua

Pembebanan Biaya.22

15. Undang-Undang Republik Indonesia No.41 Tahun 2006 tentang

Wakaf23

16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.42 tahun 2006,

tentang Pelaksanaan Undang-Undang No.41 Tahun 2004 Tentang

Wakaf.24

C. Strategi Pengelolaan Dan Pengembangan Wakaf

1. Pengelolaan Wakaf Tradisional

Dalam Periode ini, wakaf masih ditempatkan sebagai ajaran yang

murni dimasukkan dalam kategori ibadah Madhanah (pokok), yaitu

kebanyakan benda-benda wakaf diperuntukkan untuk kepentingan

pembangunan fisik. Seperti masjid, mushollah, pesantren, kuburan,

yayasan dan sebagainya. Sehingga keberadaan wakaf belum

memberikan kontribusi sosial yang lebih luas karena hanya untuk

kepentingan yang bersifat konsumtif.25

22

Abdul Halim, Hukum Perwakafan Di Indonesia, hal. 83-85 23

Departemen Agama RI, Proses Lahirnya Undang-Undang No.41 Tahun 2006, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam,2006) hal. 272

24 Departemen Agama RI, Undang-Undang No.41 tahun 2004 tentang wakaf dan

peraturan pemerintah No.42 tahun 2006 tentang pelaksanaannya, (Jakrta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam,2007) hal. 109.110

25 Achmad Djunaidi dan Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif (Jakarta: Mitra

Press,2006) cet. III hal. 5

Page 47: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

37

2. Pengelolaan Wakaf Semi Profesional

Periode Semi Profesional adalah masa dimana pengelolaan wakaf

secara umum sama dengan periode tradisional, namun pada masa ini

sudah mulai dikembangkan pola pemberdayaan wakaf secara produktif,

meskipun belum maksimal. Sebagai contoh pembangunan masjid-

masjid yang letaknya strategis dengan menambah gedung untuk

pertemuan, pernikahan, seminar, dan acara lainnya. Seperti masjid

Sunda kelapa, masjid Pondok Indah, masjid At-taqwa Pasar Minggu,

masjid Ni‟matul Ittihad Pondok Pinang dan lain-lain. Selain hal tersebut

juga sudah mulai dikembangkannya pemberdayaan tanah-tanah wakaf

untuk bidang pertanian, pendirian usaha-usaha kecil seperti toko-toko

ritel, koperasi, penggilingan padi, usaha bengkel dan sebagainya yang

hasilnya untuk kepentingan pengembangan dibidang pendidikn (pondok

pesantren), meski pola pengelolaannya masih dikatakan tradisional.

Pola pemberdayaan wakaf seperti ini sudah dilakukan oleh pondok

pesantren Assalam Gontor, Ponorogo. Adapun secara khusus

mengembangkan wakaf untuk kesehatan dan pendidikan seperti yang

dilakukan oleh yayasan wakaf Sultan Agung, secara intensif terhadap

pengembangan pemikiran Islam modern seperti yang dilakukan oleh

yayasan wakaf Paramadina.26

3. Pengelolaan Wakaf Profesional

26

Achmad Djunaidi dan Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif, hal. 5-6

Page 48: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

38

Periode pengelolaan wakaf secara profesioanal ditandai dengan

pemberdayaan potensi masyarakat secara produktif, keprofesionalan

yang dilakukan meliputi aspek: Manajemen, SDM kenadziran, pola

kemitrausahaan, bentuk benda seperti uang, saham, dan surat berharga

lainnya, dukungan polotical will pemerintah secara penuh salah satunya

lahir Undang-Undang wakaf. Dalam mengelola wakaf secra

professsional paling tidak, ada tiga filosofi dasar yang ditekankan

ketika kita hendak memberdayakan wakaf secara produktif, pertama

pola manajemennya harus dalam bingkai “Proyek terintegrasi”, bukan

bagian dari biaya yang terpisah-pisah. Dengan bingkai proyek,

sesungguhnya dana wakaf akan dialokasikan untuk program-program

pemberdayaan dengan segala macam. Biaya yang terangkum

didalamnya. Kedua asas kesejahteraan Nazhir, sudah terlalu lama

Nazhir diposisikan kerja asal-asalan (dalam pengertiannya sisa waktu

dan bukan perhatian utama). Oleh karena itu saatnya kita menjadikan

Nazhir sebagai profesi yang memberikan harapan kepada lulusan

terbaik umat dan profesi yang memberikan kesejahteraan, bukan saja di

akhirat, tetapi juga di dunia. Dan Alhamdulillah, di Indonesia sesuai

dengan Undang-Undang No.41 tahun 2004 tentang Wakaf, pada pasal

disebutkan bahwa Nazhir mendapatkan 10% dari hasil bersih

pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf. Ketiga, Asas

transparasnsi dan accountabilitas dimana wakaf dan lembaga yang

dibentuknya harus melaporkan tiap tahun akan proses pengelolaan dana

Page 49: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

39

kepada umat dalam bentuk autited financial termasuk kewajaran dari

masing-masing pos biayanya.27

D. Konsep Wakaf Produktif

1. Pengertian Wakaf Produktif

Pengertian wakaf produktif, wakaf produktif adalah sebuah skema

pengelolaan donasi wakaf dari umat, yaitu dengan memproduktifkan

donasi tersebut, hingga mampu menghasilkan surplus yang berkelanjutan.

Donasi wakaf dapat berupa benda bergerak, seperti uang dan logam mulia,

maupun benda tidak bergerak seperti tanah dan bangunan. Surplus wakaf

produktif inilah yang menjadi sumber dana abadi bagi pembiayaan

kebutuhan umat, seperti pembiayaan pendidikan dan pelayanan kesehatan

yang berkualitas. Pada dasarnya wakaf itu produktif dalam arti harus

menghasilkan karena wakaf dapat memenuhi tujuannya jika telah

menghasilkan dimana hasilnya dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya

(mauquf alaih). Orang yang pertama melakukan perwakafan adalah Umar

bin Khatab yang mewakafkan sebidang kebun yang subur di Khaybar.

Kemudian kebun itu dikelola dan hasilnya untuk kepentingan masyarakat.

Tentu wakaf ini adalah wakaf produktif dalam arti mendatangkan aspek

ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya. Ironinya, di Indonesia sendiri,

masyarakat masih banyak yang berasumsi bahwa wakaf adalah lahan yang

27

Achmad Djumaidi dan Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif, hal.7-8

Page 50: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

40

tidak produktif bahkan mati yang perlu biaya dari masyarakat, seperti

kuburan, masjid dll.28

Wakaf produktif juga diartikan sebagai wakaf harta yang

digunakan untuk kepentingan produksi, baik dibidang pertanian,

perindustrian, perdagangan dan jasa yang manfaatnya bukan pada benda

wakaf secara langsung, tetapi dari keuntungan bersih hasil pengembangan

wakaf yang diberikan kepada orang-orang yang berhak sesuai dengan

tujuan wakaf. Disini wakaf produktif ialah untuk dapat menghasilkan

barang atau jasa kemudian dijual hasilnya dan hasilnya dipergunakan

sesuai dengan tujuan wakaf.29

2. Macam-macam Wakaf Produktif

a. Wakaf Uang

Wakaf uang dalam konteks Indonesia sebagai bangsa-

negara (nation state), bahwa salah satu kemajuan penting dan

merupakan prestasi Indonesia yang perlu dicatat yang sekaligus

membawa perubahan fundamental dan monumental

pembangunannya dibidang perwakafan.30

Wakaf uang yang berupa dirham dan dinar saat itu juga

diwakafkan untuk dua tujuan yang pertama, untuk dipinjamkan

kepada orang-orang yang membutuhkannya, kemudian setelah

28

Wahyu, Pengertian dan Macam-Macam Wakaf, Di akses pada Rabu, 6 Mei 2015 19.25 pada http//www.google.com.

29 Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, hal. 23

30 Sumuran Harahap, Wakaf Uang dan Prospek Ekonominya di Indonesia, (Jakarta: Mitra

Abadi press, 2012) hal. 7

Page 51: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

41

terpenuhi kebutuhannya uang tersebut dikembalikan lagi untuk

dipinjamkan kepada orang lain tanpa mengambil keuntungan berupa

apapun dari pinjaman ini. Kedua, wakaf uang untuk keperluan

produksi . Wakaf uang produktif ini telah ada sejak zaman sahabat

dan tabi’in.31

Wakaf uang tunai bagian dari objek wakaf selain tanah

maupun bangunan yang merupakan harta tidak bergerak. Wakaf

dalam bentuk uang tunai dibolehkan, dan dalam prakteknya sudah

dilaksanakan oleh umat Islam.

b. Wakaf Saham

Saham sebagai barang yang bergerak juga dipandang

mampu menstimulus hasil-hasil yang dapat didedikasikan untuk

umat, bahkan dengan modal yang besar, saham malah justru akan

memberi kontribusi yang cukup besar dibandingkan jenis

perdagangan yang lainnya.

3. Sistem Manajemen Pengelolaan Wakaf Produktif

Sistem manajeman pengelolaan wakaf produktif merupakan salah

satu aspek penting dalam pengembangan pradigma baru wakaf di

Indonesia. Untuk meningkatkan dan mengembangkan aspek

kemanfaatannya, tentu yang sangat berperan sentral adalah sistem

manajemen pengelolaan yang diterapkan. Pola manajemen pengelolaan

terhitung masih tradisioanal-konsumtif. Untuk itu, sebagai salah satu

31

Sumuran Harahap, Wakaf Uang dan Prospek Ekonominya di Indonesia, hal. 30

Page 52: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

42

elemen penting dalam pengembangan pradigma baru wakaf, sistem

manajemen pengelolaan wakaf harus dilaksanakan dengan lebih

profesioanal dan modern. Disebut profesional dan modern itu bisa

dilihat pada aspek pengelolaan sebagai berikut:

a. Kelembagaan

Untuk mengelola benda-benda wakaf secara produktif,

yang pertama-tama harus dilakukan adalah perlunya pembentukan

suatu badan atau lembaga yang khusus mengelola wakaf yang ada

dan bersifat nasional

b. Operasional Pengelolaan

Yang dimaksud dengan standar operasional pengelolaan

wakaf adalah batasan atau garis kebijakan dalam mengelola wakaf

agar menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat bagi kepentingan

masyarakat banyak.

c. Kehumasan

Dalam mengelola benda-benda wakaf, maka peran

kehumasan (pemasaran) dianggap menempati posisi penting.

Fungsi dari kehumasan itu sendiri dimaksudkan untuk memperkuat

image bahwa wakaf yang dikelola oleh Nazhir betul-betul dapat

dikembangkan, meyakinkan kepada calon Wakif yang masih ragu

Page 53: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

43

dalam mewakafkan harta bendanya, dan memperkenal aspek wakaf

yang tidak hanya berorientasi.32

4. Strategi Pengelolaan Wakaf Produktif

a. Peraturan Perundangan Perwakafan, sebelum lahir Undang-Undang

Nomor. 41 tahun 2004 tentang Wakaf, perwakafan di Indonesia

diatur dalam PP No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah

Milik dan tercover dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960

tentang Peraturan Pokok Agraria.33

b. Pembentukan Badan Wakaf Indonesia, untuk konteks wakaf di

Indonesia, lembaga wakaf secara khusus akan mengelola dana wakaf

dan beroperasi secara nasioanal itu berupa Badan Wakaf Indonesia

(BWI). Tugas dari lembaga ini antara lain mengkoordinir Nazhir

yang sudah ada atau mengelola secara mandiri terhadap harta wakaf

yang dipercayakan kepadanya, khusunya wakaf tunai.

c. Pembentukan Kemitra Usaha, untuk mendukung suatu keberhasilan

pengembangan aspek produktif dari dana wakaf tunai, perlu

diarahkan model pemanfaatan dana tersebut kepada sektor usaha

yang produktif dan lembaga usaha memiliki reputasi yang baik.

Salah satunya dengan membentuk dan menjalin kerjasama dengan

perusahaan modal ventura.

32

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pradigma Baru Wakaf di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2006) hal. 105-110

33 Departemmen Agam RI, Peraturan Perundangan Perwakafan, (Jakarta: Direktorat

Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2006) hal. 50

Page 54: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

44

d. Penerbit Sertifikat Wakaf Tunai, manfaat lain dari sertifikat wakaf

tunai ialah dapat mengubah kebiasaan lama, dimana kesempatan

wakaf itu seolah-olah hanya untuk orang kaya saja. Karena sertifikat

tunai seperti yang diterbitkan oleh Bank. Maka sertifikat tersebut

dapat dibeli oleh sebagian masyarakat muslim. Dipandang dari sisi

lain, maka penerbitan sertifikat wakaf tunai dapat diharapkan

menjadi rekontruksi sosial dan pembangunan, dimana mayoritas

penduduk dapat ikut berpartisipasi.34

34

Achmad Djunaidi dan Thobieb Al-Asyhar, hal. 89

Page 55: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

45

BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN YATIM DAN DHUAFA AL-AULIA

A. Sejarah Singkat Yayasan Yatim Dan Dhuafa Al-Aulia Tempat dan

Kedudukan

Yayasan AL-Aulia didirikan dengan Akta Notaris Marta Septi

Riana, SH. No. 01 tanggal 14 Maret 2005 berkedudukan di Jalan H. Nawi

Malik RT 03/02 No. 74 Kelurahan Serua Kecamatan Bojongsari Kota

Depok. Yayasan Al-Aulia didirikan dengan maksud dan tujuan

melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya diantaranya berupa

pembinaan dan penyantunan anak-anak yatim/piatu dan dhu’afa serta

membantu Pemerintah melaksanakan amanah Undang-Undang Dasar

Republik Indonesia khususnya dalam hal menangani fakir miskin dan anak

terlantar. Izin operasional yang dikeluarkan oleh Dinas Sosial Kota Depok

No. 062/1362/PKRS/2006 tanggal 10 Mei Tahun 2006 dan telah mendapat

pengesahan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Direktur Jendral Administrasi Hukum Umum pada tanggal 29 februari

2008.

Menurut penelitian yang dilakukan mengenai kondisi umum

pendidikan anak yatim dan dhu’afa dilingkungan Rt 01/03 Kelurahan

Serua Kecamatan Sawangan Kota Depok waktu itu sampai dengan

sekarang berganti menjadi Kecamatan Bojongsari terdapat 11 anak yatim

dhu’afa yang tidak tamat SD, 7 yatim dhu’afa tidak tamat SMP.

Page 56: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

46

Berdasarkan data tersebut maka didirikanlah Panti Asuhan Yatim dan

Dhuafa Al-Aulia.

B. Maksud dan Tujuan

Secara umum Yayasan didirikan dalam rangka membantu dan

mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) Yatim Piatu dan Dhu’afa

dalam rangka kemandirian melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan

tekhnologi (IPTEK), serta berketerampilan dan berakhlak mulia beriman

dan bertaqwa (IMTAQ).

C. Azas

Sosial keagamaan merujuk pada syariat Islam. Yayasan ini

berasaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dengan

menjunjug tinggi syariat Islam sebagai pedoman dan tujuan hidup serta

menjunjung tinggi pembangunan ilmu pengetahuan budaya-kesenian,

ekonomi politik secara islami berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.

D. Visi dan Misi Yayasan Yatim dan Dhu’afa Al-Aulia

a. Visi

1. Bahwa kesejahteraan hak semua manusia maka dianggap wajib

membela kaum lemah Yatim dan Dhu’afa

2. Bahwa zakat, infaq dan shodaqoh bagian dari kewajiban kaum

aghniya (orang kaya) untuk memberikan modal hidup kepada

mustahiq yatim dan dhu’afa.

Page 57: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

47

3. Bahwa kesejahteraan tercukupinya kebutuhan hidup lahir maupun

batin yang semua itu bisa dicapai dengan kondisi hati yang ikhlas,

ridha terhadap takdir.

4. Bahwa Yayasan Al-Aulia harus mampu menjadi

fasilitator/mediator antara kaum lemah Yatim Piatu dan Dhu’afa

dengan para aghniya (orang kaya).

5. Bahwa secara umum kemiskinan dapat berawal dari rendahnya

penguasaan ilmu pengetahuan dan ilmu agama, sebaliknya

kebodohan atau tidak berilmu pengetahuan akibat dari kemiskinan

karena tidak mampu memenuhi kebutuhan pendidikan.

6. Bahwa pengelolaan zakat, infaq dan shodaqoh dari umat oleh umat

untuk umat.

b. Misi

Dalam rangka memenuhi kebutuhan dan tuntutan visi di atas maka

dilakukanlah tindakan:

a. Membentuk Panti Asuhan Al-Aulia

b. Di bentuk tim kerja/ pengumpul (amilin) sebagai lembaga amil

zakat infaq dan shodaqoh yang bernaung di bawah kendali

manajemen Yayasan Kesejahteraan Umat Al-Aulia, berbadan

hukum.

c. Membentuk pusat pengembangan keterampilan anak

d. Pengembangan seni Islam (marawis, nasyid, gambus, hadroh

dll)

Page 58: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

48

e. Pengajian kitab kuning (salafi)

f. Penyantunan anak Yatim Piatu, Dhu’afa dan lansia secara

berkala

g. Melanjutkan pendidikan formal sampai dengan pendidikan

tinggi.

E. Struktur Kepengurusan

Yayasan ini dibangun dan dikembangkan berdasarkan Undang-

Undang Yayasan No. 28 Tahun 2004 dengan Susunan Organisasi

Yaysan sebagai berikut:

I. Dewan Penasehat

1. KH. Ma’ruf

2. KH. M. Saidih, M.Ag

3. KH. DR.Ahmad Damanhuri, LC

II. Dewan Pembina

1. Ketua : KH. Asnawi Rais, SH., MM.Pd

2. Anggota : Naat Atmaja

3. Anggota : Iskandar S.Ag

III. Pengawas

1. Ketua : Ma’ruf Rais

2. Anggota : Asep Abdurrohim S.Pd

IV. Pengurus

1. Ketua : Amir Mufti Syar’i S.Pdi

2. Sekretaris : Intan Pratiwi

Page 59: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

49

3. Bendahara : Ahmad Zabidi

V. Pelaksana Harian Bidang Panti Asuhan

1. Badru Tamam

VI. Pelaksana Harian Bidang Kewirausahaan

1. Dede Slamet Permana S.Si CHT

VII. Pelekasana Harian Bidang Penelitian dan Pembangunan

1. Rahmatullah, M.Pd

VIII. Pelaksana Harian Bidang HUMAS

1. Jarwo Susilo

2. Agus

3. Deni Kurniawan, SE

F. Program Umum

a. Pembinaan Yatim Piatu dan Dhu’afa melalui panti

b. Pemberdayaan ekonomi umat (UKM dan Koperasi) berdasarkan

ekonomi syariah

c. Pembuatan sarana dan pengembangan pusat keterampilan (skill center)

meliputi perbengkelan, lab komputer, home industri, handy craft,

jahit/bordir, kaligrafi dan bercocok tanam.

d. Pelatihan kesenian Islami (marawis, hadroh, nasyid islami dll)

e. Dzikir manaqib dan istighasah

f. Pengkajian kitab kuning

Jangka Pendek

1. Pemantapan kerja pengurus/ up grading

Page 60: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

50

2. Pemutakhiran data Yatim dan Dhu’afa

3. Pelaksanaan pendidikan formal sesuai dengan usia dan tigkat

Yatim/Dhu’afa

Jangka Menengah

1. Peningkatan prestasi belajar dan keterampilan Yatim/Dhuafa

2. Pemenuhan sarana komunikasi dan informatika meliputi:

a. Website

b. Media syiar/pembuatan radio FM

Jangka Panjang

1. Pembuatan sarana dan prsarana umum meliputi:

a. Asrama putra dan putri

b. Gedung serba guna (sanggar kreativitas dan skill center) anak

Yatim/Dhu’afa

2. Program beasiswa (sarjana) S1 Per 1 keluarga Yatim dan Dhu’afa

3. Program kewirausahaan yayasan

a. Herbal

b. Produksi dan distribusi air mineral bekerjasama dengan PT.

Desalite Esbang Jaya

c. Agen Pulsa bekerjasama dengan pondok Pesantren Barokatul

Qodiri Al-Baghdadi

d. Pembuatan mini market “Al-Aulia Mart”

Page 61: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

51

G. Alumni

1. Ikatan Alumni Al-Aulia (telah terbentuk)

2. Jumlah lulusan, sampai dengan tahun 2012 panti asauhan Al-Aulia

sudah mewisuda 12 orang dan sudah bekerja di instansi swasta dan

pemerintahan, pada tahun 2012 ini dua orang santri Al-Aulia Ahmad

Muzaki dan Dede Maulana mendapat beasiswa dari PT. Pertamina,

Tbk atas prestasi dibidang hifdzil qur’an (hafalan qur’an)

3. Pembinanaan karir dan profesi para alumnus, Yayasan Al-Aulia akan

terus memantau perkembangan karir dan profesi dan pengabdian

kepada masyarakat para alumnusnya.

H. Aset Yayasan Saat Ini

a. Prasarana

1. Yayasan ini telah memiliki wakaf seluas ± 360 M2.

2. Akses jalan masuk ± 150 M2.

b. Sarana

1. Gedung

a. Asrama putra 2 lantai.

b. Asrama putri, mushallah dan gedung serba guna 2 lantai

(sedang dalam tahap pembangunan 40% berjalan).

c. Mobiliar kantor.

d. Perangkat IT.

e. Ruangan untuk pengelolaan wakaf produktif.

Page 62: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

52

I. Struktur Organisasi

STRUKTUR PENGURUS

YAYASAN KESEJAHTERAAN UMAT

LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK “ AL-AULIA ”

SERUA BOJONGSARI KOTA DEPOK

PENDIRI

DEWAN PEMBINA

H. ASNAWI RAIS, M.Pd

NAAT ATMAJA

ISKANDAR, S.Ag

BENDAHARA

AHMAD ZABIDI

PENGAWAS

ASEP ABDURROHIM, S.Pd

MA’RUF RAIS

KETUA YAYASAN

AMIR MUFTI SY, S.PdI

SEKRETARIS

FAHMI DZILFIKRI

Page 63: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

53

J. Gambaran Umum Pengelolaan Wakaf Produktif di Yayasan Yatim

dan Dhu’afa Al-Aulia

1. Latar Belakang

Berdirinya wakaf produktif di yayasan ini bermula dari adanya

wakaf uang atau wakaf tunai dari para donatur. Pada tahun 2005,

donatur tersebut memberikan wakaf uang dan wakaf uang tersebut

dibelikan lahan tanah yang dibangun sebuah Yayasan Yatim dan

Dhu’afa. Pada tahun 2005 tersebut tepatnya tanggal 15 Maret 2005

Yayasan Yatim dan Dhua’afa Al-Aulia berdiri, dalam

perkembangannya yayasan Al-Aulia berkembang secara baik. Para

pengurus Yayasan Al-Aulia bersepakat untuk menggunakan lahan yang

ada di yayasan tersebut untuk diproduktifkan yang hasilnya nanti akan

digunakan untuk kepentingan anak asuh Yatim dan Dhu’afa dan juga

masyarakat sekitar yang sudah lanjut usia. Pada tahun 2009 yayasan

tersebut menggunakan lahan yang ada untuk kegiatan bercocok tanam,

kegiatan produksi makanan ringan dan pada tahun 2013 aula yayasan

tersebut digunakan untuk kegiatan TPA dan TPQ. Para pengurus

Yayasan Al-Aulia melihat proyek percontohan wakaf produktif yang

dilakukan dengan Kementerian Agama dengan tujuan memberikan

contoh kepada para Nazhir dalam mengelola harta wakaf agar harta

Page 64: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

54

wakaf tersebut bisa dikembangkan, bernilai ekonomis, dan

berkelanjutan sehingga lebih bermanfaat bagi umat.1

Tabel 1.1 Susunan Pengurus Wakaf Produktif Tahun 2009-

2015

1. Pembina KH. Asnawi Rais. SH., M.mpd

2. Pengelola/Nazhir Amir Mufti Syar’i. S.pdi

3. Sekretaris Intan Pratiwi

4. Sie. Keamanan Ma’ruf Rais

5. Sie. Humas Deni Kurniawan. SE

Sumber: Wawancara dengan pengurus dan Pengelola

Yayasan

1 Wawancara dengan Ketua Yayasan Yatim dan Dhuafa Al-Aulia., Rabu 13 Mei 2015

Page 65: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

55

BAB IV

Analisis Data

Pengelolaan Wakaf Produktif di Yayasan Yatim dan Dhu’afa Al-Aulia

A. Analisis Pengelolaan Wakaf Produktif di Yayasan Yatim dan Dhua’fa Al-

Aulia

Dalam perkembangannya wakaf produktif dewasa ini semakin

mendapatkan tempat, hal ini dikarenakan kemudahan yang didapatkan

melalui wakaf produktif dibanding wakaf klasik. Wakaf produktif atau

wakaf uang termasuk salah satu persoalan fiqh yang diperselisihkan oleh

para ulama klasik, akan tetapi persoalaan fiqh merupakan persoalaan yang

senantiasa berkembang dari waktu ke waktu dan Majelis Ulama Indonesia

(MUI) telah mengeluarkan fatwa tentang dibolehkannya wakaf uang

dengan syarat nilai pokok wakaf uang btersebut terjaga kelestariannya,

tidak boleh dijual, dihibahkan atau diwariskan.1

Sebagaimana yang terjadi di Yayasan Yatim dan Dhu’afa Al-

Aulia, dimana awal mula pendirian wakaf produktif merupakan wakaf

uang atau wakaf tunai dari para donatur, kemudian dari hasil wakaf uang

tersebut dibelikan lahan tanah oleh pengurus untuk dibangun sebuah

Yayasan Yatim dan Dhua’afa dan wakaf produktif tersebut dimulai sejak

tahun 2009. Dalam pengelolaan wakaf produktif di Yayasan Yatim dan

1 Wawancara dengan pengurus dan pengelola yayasan yatim dan dhu’afa Al-Aulia, 22-

Mei-2015, 15.20 Wib

Page 66: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

56

Dhu’afa Al-Aulia yang melihat pada proyek percontohan dari

Kementerian Agama RI dan BWI untuk mensosialisasikan konsep wakaf

produktif.

Dari hasil pengelolaan wakaf produktif di Yayasan Yatim dan

Dhu’afa Al-Aulia, sejak berdirinya sampai dengan sekarang sistem

pengelolaan cukup berjalan dengan baik terutama bagi kemandirian

pendidikan.

Melihat fakta di atas, pengelola yang bertanggung jawab dalam

sukses tidaknya pengelolaan wakaf produktif di Yayasan Yatim dan

Dhu’afa Al-Aulia. Pengelola berperan dalam pengelolaan dan

pengembangan wakaf tersebut sehingga benar-benar bisa produktif

sebagaimana tujuan wakaf untuk kepentingan ibadah dan kepentingan

masyarakat umum dan hasilnya dapat disalurkan sebagaimana peruntukan

wakaf yang dimaksud.

Seorang Nazhir yang berperan penting dalam pengelolaan wakaf

produktif ini seharusnya seorang yang benar-benar kompeten,

memppunyai pengetahuan, mempunyai kemampuan manajerial, dan

seorang enterpreuner sejati. Mengenai kriteria seorang Nazhir wakaf

seharusnya memahami betul lima fungsi manajemen, yaitu merancang,

mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Dari

kelima fungsi tersebut ada 2 fungsi manajemen yang menjadi penunjang

Page 67: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

57

dalam pengelolaan wakaf produktif yang menurut penulis belum

diperhatikan:

1. Perencanaan (planing), yaitu memikirkan apa yang akan dikerjakan

dengan sumber daya manusia yang dimiliki. Disini harusnya antara

Nazhir dan BWI bersama-sama memaksimalkan pengelolaan tanah

wakaf yang masih tersisa sehingga benar-benar dapat produktif dan

bernilai ekonomis, dan berkelanjutan.

2. Pengorganisasian (organizing), dilakukan dengan tujuan membagi

suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Hal

ini penting dimana melalui pengorganisasian yang jelas yaitu yang

berperan disini mestinya BWI dapat menjadi balance terhadap kinerja

Nazhir, sehingga Nazhir bisa amanah dalam melaksanakan tugasnya.

Berdasarkan analisis di atas menurut peneliti yang menjadi faktor

penghambat utama karena faktor sumber daya manusia. BWI seharusnya

berperan aktif berkerjasama dan membina para Nazhir untuk mewujudkan

tujuan awal proyek percontohan wakaf produktif ini. Badan Wakaf

Indonesia kurang ikut berperan dalam usaha pengelolaan dan

pengembangan wakaf produktif. Menurut peneliti seharusnya BWI sebagai

lembaga yang bertanggung jawab langsung terhadap proyek percontohan

wakaf ini dapat memaksimalkan peranannya dengan memperbaiki

permasalahan pendanaan terlebih dahulu, seperti untuk biaya

pembangunan lahan produktif dan memberikan pengawasan kepada

Nazhir yang bersangkutan dalam melaksanakan tugasnya sehingga lebih

Page 68: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

58

amanah dan profesional. Dengan cara tersebut bukan hal yang tidak

mungkin wakaf produktif di Yayasan Yatim dan Dhu’afa Al-Aulia ini

lebih cepat menghasilkan dan dirasakan manfaatnya sehingga hasilnya

dapat dipergunakan sesuai tujuan wakaf dan tanpa perlu mengalami

kerugian.

Pengelolaan wakaf produktif ini tidak lepas dari manajemen

pengelolaan wakaf itu sendiri, dalam pengelolaan wakaf produktif

manajemen pengelolaan sangat diperlukan mengingat wakaf dizaman

dahulu hanya bertitik pada bagaimana pelestarian dan keabadian benda

wakaf, maka dizaman sekarang wakaf sendiri menitik beratkan pada aspek

pemanfaatan yang lebih nyata tanpa kehilangan eksistensi benda wakaf itu

sendiri, dan harus diakui bahwa pola manajemen pengelolaan wakaf yang

selama ini berjalan masih menggunakan pola manajemen pengelolaan

yang terhitung masih tradisional-konsumtif, hal tersebut bisa diketahui

melalui kepemimpinannya, rekruitmen SDM Nazhir, Operasionalisasi

pemberdayaan, pola pemaanfaatan hasil, sistem kontrol dan penanggung

jawaban.2

B. Analisis Terhadap Strategi Pemasaran Wakaf Produktif di Yayasan Yatim

dan Dhu’afa

Strategi pengelolaan wakaf produktif di Yayasan Yatim dan

Dhu’afa Al-Aulia, lahan yayasan yang ada dipakai untuk kegiatan

2 Departemen Agama RI, Pradigma Baru Wakaf di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral

Bimbingan Masyarakat Islam, 2007) hal. 24

Page 69: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

59

bercocok tanam yang mana hasil dari bercocok tanam tersebut digunakan

untuk kepentingan anak asuh yang berada di yayasan tersebut. Dalam

pengelolaan wakaf produktif, pengurus juga menggunakan lahan yang ada

untuk memproduksi makanan ringan seperti kerupuk pangsit, keripik

singkong dan lain-lain, dan kegiatan belajar mengajar TPA/TPQ Al-Aulia.

Strategi pemasaran yang dilakukan yaitu dengan menawarkan atau

memasarkan produk yang ada contohnya makanan ringan dipasarkan atau

dijual ke warung sembako, rumah makan dan masyarakat sekitar yayasan.

Dalam proses belajar mengajar di TPA/TPQ Al-Aulia, dibantu oleh para

tutor atau guru, selain itu pengurus yayasan juga membantu proses belajar

mengajar dan pengurus juga memberikan informasi kepada para wali

murid agar wali murid dapat mengajak saudara, teman, sahabat dan

tetangga yang mempunyai anak usia dini untuk ikut bergabung di

TPA/TPQ Al-Aulia dengan begitu peserta didik di TPA/TPQ Al-Aulia

bertambah, hasil yang didapat dari iuran di TPA/TPQ Al-Aulia digunakan

untuk honor tutor atau guru, pembelian ATK seperti spidol dll, dan 2,5%

diberikan kepada kas yayasan. Pada strategi pemasaran, donatur juga ikut

memasarkan produk yang dihasilkan oleh Yayasan Yatim dan Dhu’afa Al-

Aulia.

Menurut peneliti sistem pemasaran yang sedang berjalan sudah

akan lebih baik lagi ketika dalam pemasarannya tidak hanya dipasarkan

kemasyarakat yang berada disekitar yayasan saja, memasarkan produk

kemayarakat luas lebih baik lagi sehingga dengan begitu Yayasan Yatim

Page 70: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

60

dan Dhu’afa Al-Aulia lebih dikenal keberadaannya oleh masyarakat umum

khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

C. Analisis Terhadap Pemanfaatan Hasil Pengelolaan Wakaf Produktif di

Yayasan Yatim dan Dhu’afa Al-Aulia

Peran lembaga wakaf tentunya sangat penting saat ini. Lembaga

pengelola wakaf di Indonesia terhitung cukup banyak, mulai dari Nazhir

tradisional sampai Nazhir yang sudah mulai mengarah pada pengelolaan

profesional. Nazhir wakaf yang cukup menonjol diperhitungkan dalam

kancah pengelolaan wakaf di Indonesia.

Pelaksanaan pengelolaan wakaf produktif tentunya tidak lepas dari

berbagai tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh pengelolanya.

Hambatan ini tentunya juga dirasakan pada pengelolaan wakaf produktif

di Yayasan Yatim dan Dhu’afa Al-Aulia. Karena kenyataannya sampai

tahun 2015 ini wakaf produktif yang dikelola oleh yayasan belum secara

maksimal, baru hanya sekedar mencakup pada pembiayaan operasional

untuk sekolah sebagamana tujuan atau peruntukan wakaf produktif ini

sejak awal. Apa yang didapat oleh yayasan sebagai hasil dari wakaf

produktif hanya mencukupi untuk biaya opersional seperti uang saku

sehari-hari untuk anak asuh yang berada di yayasan, biaya listrik, gaji

pengurus dan biaya lain yang terkait dengan pengelolaan wakaf produktif

tersebut.

Page 71: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

61

Berdasarkan hasil penelitian lapangan dapat disimpulkan mengapa

wakaf produktif di Yayasan Yatim dan Dhu’afa Al-Aulia belum bisa

berfungsi sebagaiman mestinya, alasan tersebut antara lain:

1. Faktor Sumber Daya Manusia

Faktor ini merupakan faktor utama dalam menentukan

sukses tidaknya proyek percontohan wakaf produktif ini,

namun tampaknya hal ini kurang begitu diperhatikan, sehingga

temua dilapangan bukannya menghasilkan justru pengelolaan

wakaf ini mengalami kerugian pada tahun 2012.

2. Faktor lokasi

Faktor lokasi menjadi hal yang cukup penting dalam

pengelolaan suatu wakaf produktif, saat ini aset yang dimiliki

yaysan belum cukup karena belum adanya ruangan skil center.

3. Faktor Keuangan (Permodalan)

Upaya pengembangan yang ingin dicapai oleh Nazhir

kurang dukungan modal. Sehingga dalam pengelolaannya

belum secara maksimal.

Berdasarkan analisis di atas, menurut peneliti Badan Wakaf Indonesia

(BWI) disini yang paling dituntut perannya antara lain melakukan pembinaan

kepada para Nazhir. BWI yang merupakan lembaga pengelola wakaf di Indonesia

berskala Nasional dan Internasional seharusnya lebih memaksimalkan perannya

Page 72: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

62

dengan mengadakan pelatihan terhadap Nazhir-Nazhir diseluruh Indonesia

mengenai pengelolaan wakaf secara produktif, sehingga diharapkan nantinya

dapat memotivasi para Nazhir dalam mengelola harta benda wakaf secara

pofesional dan amanah serta maksimal.

Disamping itu upaya tersebut, Badan Wakaf Indonesia yang juga berfungsi

sebagai pengkoordinir lembaga perwakafan harusnya memberikan dukungan

manajemen bagi pelaksanaan wakaf produktif, seperti:

a. Dukungan sumber daya manusia

b. Dukungan advokasi

c. Dukungan keungan

d. Dukungan pengawasan.

Page 73: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

63

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Pengelolaan wakaf produktif di Yayasan Yatim dan Dhu’afa Al-Aulia

mulai dioperasikan pada tahun 2009 ini merupakan hasil dari wakaf

uang tunai yang diberikan donatur kepada pengurus yang kemudian

oleh pengurus uang tersebut dibelikan lahan tanah untuk dibangun

sebuah Yayasan Yatim dan Dhu’afa. Dalam pengelolaan wakaf

produktif di Yayasan Yatim dan Dhu’afa Al-Aulia menggunakan lahan

dan Aula yang ada untuk berbagai macam kegiatan produktif

diantaranya lahan kosong disamping yayasan dipakai untuk bercocok

tanam, Aula dipakai untuk kegiatan belajar mengajar TPA/TPQ Al-

Aulia dan ruang kosong dipakai untuk ruang produksi makanan ringan.

Pengelolaan wakaf produktif ini berjalan dengan baik dan memberikan

hasil secara maksimal dalam kemandirian pendidikan terutama bagi

anak asuh yang berada didalam Yayasan maupun yang berada di luar

Yayasan

2. Pemanfaatan hasil wakaf produktif di Yayasan Yatim dan Dhu’afa Al-

Aulia selain tujuan utamanya sebagai proyek percontohan wakaf

produktif, ada juga tujuan lain yang ingin dicapai oleh yayasan yaitu

untuk kemajuan pendidikan. Namun melihat fakta yang ada, sampai

tahun 2015 ini belum secara maksimal dalam sistem pemanfaatan

Page 74: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

64

hasilnya hanya cukup untuk biaya operasional sekolah belum secara

keseluruhan. .

3. Manajemen pengelolaan wakaf produktif di Yayasan Al-Aulia ini

kurang memperhatikan pada pola sistem manajemen yang baik.

Dalam mengelola wakaf produktif harus dilihat pada 2 hal yaitu

pertama perencanaan (planing), memikirkan apa yang akan dikerjakan

dengan sumber yang dimiliki oleh yayasan. Seharusnya antara Nazhir

dengan BWI bersama-sama memaksimalkan pengelolaan tanah wakaf

yang masih tersisa sehingga benar-benar produktif dan bernilai

ekonomis dan berkelanjutan. Kedua dalam pengelolaan wakaf

produktif juga perlu diperhatikan pengorganisasian (organizing),

dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi

kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Hal ini penting dimana melalui

pengorganisasian yang jelas antara BWI dan kinerja Nazhir seimbang

atau balance sehingga Nazhir dapat amanah dalam melaksanakan

tugasnya.

B. Saran

1. Dalam pengelolaan wakaf pihak yang paling memegang peranan

penting dan strategis ialah Nazhir. BWI yang keberadaan dan tugas-

tugasnya disebutkan dalam pasal 49. Undang-Undang wakaf kiranya

perlu segera direalisasikan dengan program-program nyata yang

strategis. Misalnya dengan mengadakan pelatihan mengenai

pengelolaan wakaf produktif kepada Nazhir. Hal ini dimaksudkan

Page 75: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

65

agar Nazhir benar-benar oarang yang berkualitas, punyapengetahuan

kemampuan manajerial dan mempunyai kualifikasi khusus yang

dipersyaratkan oleh Badan Wakaf Indonesia. Pada prinsipnya yang

perlu segera diwujudkan adalah fungsi BWI secara nyata dan

maksimal.

2. Masyarakat disekitar perlu dilibatkan untuk ikut mengawasi dan

mengontrol pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf, baik

terhadap aspek administrasi maupun keuangan, pengawasan dari

masyarakat ini dapat lebih efektif, karena bersifat lokal. Dengan

masyarakat terjun langsung sebagai pengawas, bisa memunculkan niat

masyarakat untuk lebih gemar dalam berwakaf dan bersedekah dan

memberikan pengetahuan kepada masyarakat bagaimana pengelolann

wakaf di Yayasan Al-Aulia.

3. Penerapan sanksi tentang penyalahgunaan harta wakaf, seharusnya

lebih bersifat tegas, agar pengelolaan wakaf dapat berjalan

sebagaimana mestinya.

Page 76: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

66

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-karim dan Terjemahannya, Depag RI. 2006

Al-alabi, Adijani. Perwakafa Tanah di Indonesia. Jakarta: Rjawali Press, 2003

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

2006

Departemen Agama RI. Peraturan Perundangan. Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan

Masyarakat Islam. 2006

Departemen Agama RI. Pradigma Baru Wakaf di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam. 2007

Departemen Agama RI. Fiqih Wakaf. Jakarta Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf. 2003

Djunaidi Achmad dan Al-Asyhar Thobieb. Menuju Era Wakaf Produktif. Jakarta: Mitra

Abadi Press., Cet. III, 2006

Fuad Irfan, al-Bustari. Manjid Al-Lughah. Beirut: dar al-masriq

Farihah, Ipah. Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: UIN

Press. 2006

Harahap, Sumuran. Wakaf Uang dan Prospek Ekonominya di Indonesia. Jakarta: Mitra Abadi

Press. 2006

Halim, Abdul. Hukum Perwakafan di Indonesia. Jakarta: Ciputat Press 2006

Kompilasi Hukum Islam

Mudjiono. Politik Hukum Agraria. Yogyakarta: Liberty. 1977

Maelong, Lexi. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Karya. 2002

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik

Qahaf, Mudzir. Manajemen Wakaf Produktif. Jakarta: Khalifa. 2007

Page 77: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

67

Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf Direktorat Jenderal Mayarakat Islam Penyelenggara

Haji. 2003

Rachmat, Nazaruddin. Harta Wakaf. Jakarta: Bulan Bintang. 1964

Salim Peter. Standart Indonesia English Dictionary. Jakarta: Modern English Press. 1993

Tsalabi, Muhammad Mustafa. Al-Ahkam Al-Wa’haya wal Awqaf. Mesir: Dar al-Ta’lif. 2002

Wahyu’blogss. Pengertian dan Macam-Macam Wakaf. Diakses pada rabu 6 Mei 2015

Page 78: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria
Page 79: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria
Page 80: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria
Page 81: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

Narasumber : Amir Mufti, S.Pdi

Jabatan : Nazhir/ Pengelola Wakaf di Yaysan Yatim dan Dhuafa Al-Aulia

Lokasi wawancara : Yayasan Al-Aulia

Tanggal Wawancara : 10-Juli-2015

1. Sejak kapan yayasan yatim dan dhuafa Al-Aulia berdiri ?

Jawab: Yayasan yatim dan dhuafa Al-Aulia berdiri pada tanggal 14 Maret 2005, yayasan

berdiri atas partisipasi masyarakat dan para donatur yang saling membantu dalam

pembangun yayasan yatim dan dhuafa Al-Aulia. Yayasan Al-Aulia sebagai yayasan yang

menampung dan membantu para yatim, dhuafa, lansia dan fakir miskin.

2. Bagaimana pengelolaan wakaf produktif di Yayasan yatim dan dhuafa Al-Aulia?

Jawab: Yayasan Al-Aulia dalam mengelola dan mengembangkan wakaf produktif

didukung dengan beberapa pengurus dan bekerjasama dengan masyarakat sekitar.

Yayasan Al-Aulia menggunakan lahan wakaf yang ada untuk kegiatan produksi makanan

ringan, bercocok tanam, dan kegiatan belajar mengajar TPA/TPQ Al-Aulia. Ntuk

produksi makanan ringan dilakukan oleh kaum ibu-ibu sekitar yayasan dan dibantu

dengan santri perempuan yang tinggal diyayasan Al-Aulia, sedangkan untuk kegiatan

bercocok tanam dilakukan dengan santri laki-laki yang tinggal di yayasan Al-Aulia.

Mereka menenam berbagai macam tanaman seperti bunga dan lain-lain, yang mana bunga

tersebut akan dijual per poly bag. Untuk proses belajar mengajar di TPA/TPQ Al-Aulia

pengurus terjun langsung dalam kegiatannya dengan membantu para tutor yang ada.

Untuk jangka waktu panjang, yayasan Al-Aulia akan membuka usaha pengisian ulang air

mineral, minimarket Al-Aulia dan kios pulsa Al-Aulia.

3. Apa yang menjadi tantangan dan hambatan dalam pengelolaan wakaf produktif di

Yayasan yatim dan dhuafa Al-Aulia?

Page 82: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

Jawab: Dalam pengelolaan wakaf produktif tentunya banyak terjadi tantangan dan

hambatan, seperti pada sumber daya manusia, faktor ini merupakan faktor utama dalam

menentukan sukses tidaknya pengelolaan wakaf produktif ini. Faktor lokasi juga

mnentukan keberhasilan dari wakaf produktif ini, dalam pengelolaan suatu wakf

produktif lokasi wakaf produktif disini masih menggunakan lahan yayasan yang

seharusnya lebih baik lagi untuk lokasi wakaf produktif dipisahkan dan memiliki gedung

tersendiri.

4. Bagaimana solusi atau jalan keluar yang yayasan lakukan agar pengelolaan wakaf

produktif ini dapat berjalan secara maksimal dan berkepanjangan serta manfaatnya dapat

dirasakan?

Jawab: Solusi pertama adalah memperbaiki sistem pengelolaan wakaf yang tadinya

kurang maksimal dalam pengelolaannya menjadi maksimal dengan cara mengembangkan

harta wakaf yang ada dikelola kembali kemudian di produktifkan agar mampu memiliki

nilai jual yang ekonomis, dalam pengelolaan produksi makanan ringan lebih ditingkatkan

dalam produksi pangan dengan memasarkan produk ke wilayah yang lebih luas lagi.

5. Apakah ada program jangka panjang yayasan dalam pengelolaan wakaf produktif?

Jawab: Untuk jangka panjang yayasan Al-Aulia akan membuka usaha pengisian ulang air

mineral, minimarket Al-Aulia, dan kios pulsa. Akan tetapi untuk jangka panjang tersebut

belum bisa diwujudkan karena dalam pengelolaan wakaf produktif sekarang ini masih

banyak hambatan dan tantangan

Narasumber

Amir Mufti, S.Pdi

Page 83: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

Narasumber : H. Asnawi Rais, SH., M.mpd

Jabatan : Wakif

Lokasi wawancara : Yayasan Al-Aulia

Tanggal wawancara : 16 Mei 2015

1. Apa yang mendasari sehingga bapak memberikan wakaf uang pada saat itu?

Jawab: Saya memberikan atau mewakafkan uang pada saat itu tidak hanya sendiri,

melainkan mengajak dermawan yang hatinya tersentuh untuk menolong para yatim dan

fakir miskin agar dapat terus sekolah. Melihat pada kondisi lingkungan sekitar, banyak

anak-anak yang putus sekolah dikarenakan faktor ekonomi dan juga kurangnya pemahan

orang tua terhadap pendidikan.

2. Bagaimana solusi yang anda dan para dermawan lakukan yang pada saat itu melihat

langsung kondisi sekitar?

Jawab: Solusi yang kami berikan dan kami lakukan pada saat itu adalah dengan

mengumpulkan wakaf uang itu untuk kemudian di belikan lahan tanah yang di atas tanah

tersebut dibangun sebuah yayasan yatim dan dhuafa lalu dibentuk sistem kepungurusan

dan kemudian pengurus mengelola wakaf tersebut dengan meerapkan pengelolaan wakaf

secara produktif agar dapat berkembang dan dapat meningkatkan nilai ekonomi yang

kemudian hasilnya dapat dirasakan untuk kemandirian pendidikan dan juga kesejahteraan

umat sebagaimana peruntukan wakaf yang tercantum dalam Undang-undang.

3. Bagaimana proses pencarian dana agar wakaf produktif dapat terus berkembang tanpa

hambatan?

Page 84: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

Jawab: Pengurus dan pengelola wakaf dalam pencarian dana pada saat itu hingga

sekarang masih menggunakan dan memaanfaatkan infaq, sedeqah dan wakaf uang yang

diberikan oleh para donatur.

Narasumber

H. Asnawi Rais, SH, M.Mpd

Page 85: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

Narasumber : Nahwani

Jabatan : Alumni Yayasan Yatim dan dhuafa Al-Aulia tahun 2008-2009

Lokasi wawancara : Rumah narasumber

Tanggal wawancara : 10 Juli 2015

1. Sebagai alumni dari Yayasan Yatim dan dhuafa Al-Aulia, merasa sangat puasa atau

kurang maksimal dalam menerima manfaat dari wakaf produktif ini?

Jawab: Untuk masalah kepentingan sekolah memang sangat tercukupi karena adanya

bantuan dari para donatur dalam bentuk infaq dan shodaqoh, untuk uang saku dan

keperluan sehari-hari selama didalam yayasan masih kurang dirasakan manfaatnya.

2. Pada pengelolaan wakaf produktif apakah para anak asuh yang tinggal di dalam yayasan

ikut mengelola serta mengembangkannya atau tidak?

Jawab: Untuk pengelolaannya para anak asuh bahkan sampai sekarangpun yang sudah

menjadi alumni masih ikut berperan dan membantu dalam mengembangkan harta wakaf

ini agar terus berkembang dan menghasilkan surplus ekonomi yang mana hasilnya nanti

dapat di rasakan tidak hanya pada anak asuh yang berada di dalam yaysan tetapi juga

kepada para masyarakat umum disekitar yaysan.

3. Berikan skritik dan saran agar dengan kritik dan saran yang anda berikan dapat

menambah kinerja pengurus agar lebih memaksimalkan dalam pengembangan harta

wakaf !

Jawab: Kritik, seharusnya para pengurus serta pengelola dari wakaf produktif tersebut

lebih meningkatkan dan mengembangkan harta wakaf tersebut agar manfaatnya bisa

dirasakan terus oleh masyarakat umum dan khususnya bagi kemandirian pendidikan.

Saran saya, seharusnya pengelola melibatkan langsung masyarakat agar masyarakat

mengerti dan tau bagaimana harta wakaf tersebut dikelola, dikembangkan serta

Page 86: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30101/1/INTAN... · 1 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di ... hukum agraria

manfaatnya dapat dirasakan oleh umat dan nantinya akan melatih masyarakat untuk lebih

memudahkan dalam mewakafkan sebagian hartanya.

Narasumber

Nahwani