penyelesaian sengketa dalam kontrak tambang emas …

22
PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK TAMBANG EMAS MELALUI ARBITRASE Dominicus Mere Praktisi Pertambangan Korespondensi: [email protected] Abstrak Artikel ini membahas mengenai penyelesaian sengketa dalam kontrak tambang emas melalui arbitrase. UU No. 4 Tahun 2009 menentukan bahwa setiap sengketa yang muncul dalam pelaksanaan izin pertambangan diselesaikan melalui pengadilan dan arbitrase dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam pembahasan ini penulis berpendapat bahwa pilihan penyelesaian sengketa melalui arbitrase adalah pilihan yang tepat ketimbang pilihan litigasi di pengadilan. Hal tersebut dikarenakan arbitrasi memiliki beberapa kelebihan seperti proses penyelesaian sengketa lebih cepat, hasil kesepakatan yang bersifat “win-win solution”, serta jaminan kerahasiaan sengketa dari sorotan publik. Berdasarkan kelebihan- kelebihan tersebut, arbitrase dinilai lebih tepat untuk diterapkan dalam sengketa kontrak tambang emas di Indonesia. Kata-kata Kunci: Arbitrase; Sengketa; Kontrak Tambang Emas. Abstract This article discusses the settlement of disputes in the gold mining contract through arbitration. Law Number 4 of 2009 specifies that any disputes that arise in the implementation of mining license should be resolved through arbitration in domestic courts and in accordance with the provisions of the legislation. In this paper the author argues that choosing arbitration as a dispute resolution mechanism is more proper than choosing court litigation. That is because arbitration has several advantages such as faster dispute resolution process, the “win-win” nature, as well as the guarantee of confidentiality from public scrutiny. Based on these advantages, arbitration is considered more appropriate to be applied in gold mining contract disputes in Indonesia. Key Words: Arbitration; Dispute; Gold Mining Contract. 159 brought to you by CORE View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk provided by Portal Jurnal Elektronik Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK TAMBANG EMAS …

PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK TAMBANGEMAS MELALUI ARBITRASE

Dominicus MerePraktisi Pertambangan

Korespondensi: [email protected]

Abstrak

Artikel ini membahas mengenai penyelesaian sengketa dalam kontrak tambang emasmelalui arbitrase. UU No. 4 Tahun 2009 menentukan bahwa setiap sengketa yang munculdalam pelaksanaan izin pertambangan diselesaikan melalui pengadilan dan arbitrase dalamnegeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam pembahasan inipenulis berpendapat bahwa pilihan penyelesaian sengketa melalui arbitrase adalah pilihanyang tepat ketimbang pilihan litigasi di pengadilan. Hal tersebut dikarenakan arbitrasimemiliki beberapa kelebihan seperti proses penyelesaian sengketa lebih cepat, hasilkesepakatan yang bersifat “win-win solution”, serta jaminan kerahasiaan sengketa darisorotan publik. Berdasarkan kelebihan- kelebihan tersebut, arbitrase dinilai lebih tepatuntuk diterapkan dalam sengketa kontrak tambang emas di Indonesia.

Kata-kata Kunci: Arbitrase; Sengketa; Kontrak Tambang Emas.

Abstract

This article discusses the settlement of disputes in the gold mining contract througharbitration. Law Number 4 of 2009 specifies that any disputes that arise in theimplementation of mining license should be resolved through arbitration in domestic courtsand in accordance with the provisions of the legislation. In this paper the author arguesthat choosing arbitration as a dispute resolution mechanism is more proper than choosingcourt litigation. That is because arbitration has several advantages such as faster disputeresolution process, the “win-win” nature, as well as the guarantee of confidentiality frompublic scrutiny. Based on these advantages, arbitration is considered more appropriate tobe applied in gold mining contract disputes in Indonesia.

Key Words: Arbitration; Dispute; Gold Mining Contract.

159

brought to you by COREView metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

provided by Portal Jurnal Elektronik Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)

Page 2: PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK TAMBANG EMAS …

PENDAHULUAN

Setiap manusia mempunyaiberbagai macam kepentingan yangberupa suatu tuntutan baikperseorangan maupun kelompok yangdiharapkan untuk dapat dipenuhi.Dalam upaya untuk memenuhikepentingan tersebut manusiamembutuhkan bantuan dari manusialain. Hal ini dapat dipahami karenaselain sebagai makhluk individu, makamanusia adalah makhluk sosial yangselalu membutuhkan bantuan dankehadiran manusia lain dalamkehidupan bermasyarakat.1

Salah satu perwujudan dari adanyahubungan antar manusia dilaksanakanmelalui kontrak atau perjanjian. Kontrakatau perjanjian dilaksanakan olehmanusia dalam interaksinya baik secarasadar maupun tanpa disadari. Kontrakatau perjanjian di sini memilikipengertian suatu peristiwa di manaseorang berjanji kepada orang lain ataudi mana dua orang itu saling berjanjiuntuk melaksanakan sesuatu hal.2

Kontrak atau perjanjian tersebutmenerbitkan perikatan antara dua orangyang membuatnya.

Adapun pengertian kontrak atauperjanjian diatur dalam Pasal 1313 KitabUndang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang menentukan bahwa suatukontrak atau perjanjian adalah suatuperbuatan dengan mana satu orang atau

lebih mengikatkan dirinya terhadap satuorang lain atau lebih. Berdasarkanrumusan tersebut, maka suatu kontrakatau perjanjian adalah:

1. Suatu perbuatan;2. Antara sekurang-kurangnya dua

orang;3. Perbuatan tersebut melahirkan

perikatan di antara pihak-pihakyang berjanji.3

Menurut asas konsensualisme,suatu kontrak atau perjanjian lahir padadetik tercapainya kesepakatan ataupersetujuan antara kedua belah pihak.Sepakat adalah suatu persesuaianpaham dan kehendak antara dua pihaktersebut, apa yang dikehendaki olehpihak yang satu adalah juga yangdikehendaki oleh pihak yang lain,meskipun tidak sejurus tetapi secaratimbal balik.4

Suatu kontrak atau perjanjian harusmemenuhi syarat sahnya kontrak atauperjanjian, yaitu kata sepakat,kecakapan, hal tertentu dan suatu sebabyang halal, sebagaimana ditentukandalam Pasal 1320 KUH Perdata dandengan dipenuhinya empat syaratsahnya perjanjian tersebut, maka suatukontrak atau perjanjian menjadi sah danmengikat secara hukum bagi para pihakyang membuatnya.5

Menurut Pasal 1315 KUH Perdata,pada umumnya tiada seorang pun dapat

160

1 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar (Liberty 1991) 1.2 Subekti, Hukum Perjanjian (Intermasa 1998) 1.3 Kartini Mulyadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian (PT. Raja Grafindo

Persada 2004) 7.4 Subekti, Op.Cit. 26.5 Suharnoko, Hukum Perjanjian, Teori dan Analisa Kasus (Prenada Media 2005) .

REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 2

Page 3: PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK TAMBANG EMAS …

2015] PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK TAMBANG

mengikatkan diri atas nama sendiri ataumeminta ditetapkannya suatu janji,melainkan untuk dirinya sendiri. Asastersebut dinamakan asas kepribadian.Memang sudah semestinya, perikatanhukum yang dilahirkan oleh suatukontrak atau perjanjian hanya mengikatorang-orang yang mengadakan kontrakatau perjanjian itu sendiri dan tidakmengikat orang-orang lain. Suatukontrak atau perjanjian hanyameletakkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban antara para pihak yangmembuatnya. Orang-orang lain adalahpihak ketiga yang tidak mempunyaisangkut paut dengan kontrak atauperjanjian tersebut.6

Selanjutnya Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata menentukan bahwa kontrakatau perjanjian harus dilaksanakandengan itikad baik. Rumusan tersebutmemberikan arti bahwa sebagai sesuatuyang disepakati dan disetujui oleh parapihak, atau prestasi, harus dihormatisepenuhnya, sesuai dengan kehendakpara pihak pada saat kontrak atauperjanjian ditutup. Namun demikianadakalanya tidaklah mudah untukmenjelaskan dan menguraikan kembalikehendak para pihak, terlebih lagi jikapihak yang terkait dengan kontrak atauperjanjian tersebut sudah tidak ada lagi,adalah suatu badan hukum yang parapengurusnya pada saat kontrak atauperjanjian dibuat tidak lagi menjabat,ataupun dalam hal terjadi pengingkaranterhadap kontrak atau perjanjiantersebut oleh salah satu pihak dalamkontrak atau perjanjian. Dalam keadaan

yang demikian, maka selain dapatdibuktikan dengan bukti tertulis atauadanya keberadaan saksi yang turutmenyaksikan keadaan pada saatditutupnya kontrak atau perjanjian,maka pelaksanaan atau pemenuhanprestasi dalam perikatan sulit sekalidapat dipaksakan.7

Hal kedua yang mendasarikeberadaan Pasal 1338 KUH Perdatadengan rumusan itikad baik adalahbahwa suatu kontrak atau perjanjianyang dibuat hendaknya dari sejakkontrak atau perjanjian ditutup, kontrakatau perjanjian tersebut sama sekalitidak dimaksudkan untuk merugikankepentingan debitor maupun kreditor,maupun pihak lain atau pihak ketigalainnya di luar kontrak atau perjanjian.Sebagaimana diketahui bahwa dalamsuatu masyarakat modern, berbagaibentuk kontrak atau perjanjianmerupakan suatu kebutuhan bagimereka karena melalui kontrak atauperjanjian, baik secara lisan maupunsecara tertulis, kebutuhan tiap-tiapindividu manusia dalam interaksinyadengan manusia lain dapat terpenuhi.

Fokus tulisan ini adalahpenyelesaian sengketa dalam kontraktambang emas melalui arbitrase.Pengaturan kontrak dalam implementasikerjasama tambang emas mengacu padaUndang-Undang Nomor 4 Tahun 2009tentang Pertambangan Mineral danBatubara (UU No. 4 Tahun 2009).Pengaturan tersebut sejalan denganPasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar

161

6 Subekti, Op.Cit. 29.7 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Op.Cit. 80.

Page 4: PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK TAMBANG EMAS …

Negara Republik Indonesia Tahun 1945(UUD NRI 1945) yang menentukanbahwa bahan tambang merupakansalah satu sumber daya alam yangdikuasai oleh negara dan harus dapatdimanfaatkan secara optimal untuksebesar-besarnya kemakmuran rakyat.Oleh karena itu, sektor pertambanganmerupakan salah satu sektor yangmemegang peranan penting dalammenunjang pembangunan nasional.Atas dasar itu maka permasalahan yangsecara spesifik ingin dibahas adalah:Pertama, pengaturan kontrak dalamimplementasi kerjasama tambang emas.Kedua, hambatan yang dihadapi dalampenyelesaian konflik kontrak tambangemas. Ketiga, arbitrase sebagaimekanisme penyelesaian sengketakontrak tambang emas.

PEMBAHASAN

Pengaturan Kontrak dalamImplementasi Kerjasama TambangEmas

Pertambangan di Indonesia dimulaiberabad-abad lalu. Namunpertambangan komersial baru dimulaipada zaman penjajahan Belanda, diawalidengan pertambangan batubara diPengaron-Kalimantan Timur (1849) danpertambangan timah di Pulau Bilitun(1850). Sementara pertambangan emasmodern dimulai pada tahun 1899 diBengkulu–Sumatera. Pada awal abadke-20, pertambangan-pertambanganemas mulai dilakukan di lokasi-lokasilainnya di Pulau Sumatera. Pada tahun1928, Belanda mulai melakukanpenambangan Bauksit di Pulau Bintan

dan tahun 1935 mulai menambang nikeldi Pomalaa-Sulawesi.

Setelah masa Perang Dunia II (1950-1966), produksi pertambanganIndonesia mengalami penurunan. Barumenjelang tahun 1967, pemerintahIndonesia merumuskan kontrak karya(KK). KK pertama diberikan kepada PT.Freeport Sulphure (sekarang PT.Freeport Indonesia). Berdasarkan jenismineralnya, pertambangan di Indonesiaterbagi menjadi tiga kategori, yaitu:

a. Pertambangan Golongan A, meliputimineral-mineral strategis seperti:minyak, gas alam, bitumen, aspal,natural wax, antrasit, batu bara,uranium dan bahan radioaktiflainnya, nikel dan cobalt.

b. Pertambangan Golongan B, meliputimineral-mineral vital, seperti: emas,perak, intan, tembaga, bauksit,timbal, seng dan besi.

c. Pertambangan Golongan C,umumnya mineral-mineral yangdianggap memiliki tingkatkepentingan lebih rendah daripadakedua golongan pertambanganlainnya. Antara lain meliputiberbagai jenis batu, limestone, danlain-lain.

Eksploitasi mineral golongan Adilakukan Perusahaan Negara, sedangperusahaan asing hanya dapat terlibatsebagai partner. Sementara eksploitasimineral golongan B dapat dilakukanbaik oleh perusahaan asing maupunIndonesia. Eksploitasi mineral golonganC dapat dilakukan oleh perusahaanIndonesia maupun perusahaanperorangan.

162 REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 2

Page 5: PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK TAMBANG EMAS …

2015] PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK TAMBANG

Adapun pelaku pertambangan diIndonesia dapat dikategorikan menjaditiga, yaitu Negara, Kontraktor danPemegang KP (Kuasa Pertambangan).Selanjutnya beberapa isu-isu pentingpermasalahan pada pertambangan,adalah ketidakpastian kebijakan,penambangan liar, konflik denganmasyarakat lokal, konflik sektorpertambangan dengan sektor lainnya.

Bahan tambang merupakan salahsatu sumber daya alam yang dikuasaioleh negara dan harus dapatdimanfaatkan secara optimal untuksebesar-besarnya kemakmuran rakyat(amanat UUD NRI 1945 Pasal 33 ayat3). Oleh karena itu, sektorpertambangan merupakan salah satusektor yang memegang peranan pentingdalam menunjang pembangunannasional. Indonesia mempunyai potensiberbagai jenis bahan tambang, baiklogam, non logam, batuan bahankonstruksi dan industri, batu bara,panas bumi maupun minyak dan gasbumi yang cukup melimpah.Pendayagunaan secara bijak segala jenisbahan tambang tersebut dapatmeningkatkan pendapatan danperekonomian nasional ataupun daerah.

Setiap kegiatan penambanganhampir dipastikan akan menimbulkandampak terhadap lingkungan, baikbersifat positif maupun bersifat negatif.Dampak positif kegiatan penambanganantara lain meningkatkan kesempatankerja, meningkatkan roda perekonomiansektor dan sub sektor lain di sekitarnya,dan menambah penghasilan negaramaupun daerah dalam bentuk pajak,

retribusi ataupun royalti. Namundemikian, kegiatan penambangan yangtidak berwawasan atau tidakmempertimbangkan keseimbangan dandaya dukung lingkungan serta tidakdikelola dengan baik dapatmenimbulkan dampak negatif terhadaplingkungan. Dampak negatif tersebutantara lain terjadinya gerakan tanahyang dapat menelan korban baik hartabenda maupun nyawa, hilangnya daerahresapan air di daerah perbukitan,rusaknya bentang alam, pelumpuran kedalam sungai yang dampaknya biassampai ke hilir, meningkatkan intensitaserosi di daerah perbukitan, jalan-jalanyang dilalui kendaraan pengangkutbahan tambang menjadi rusak,mengganggu kondisi air tanah, danterjadinya kubangan-kubangan besaryang terisi air, terutama bila penggaliandi daerah pedataran, sertamempengaruhi kehidupan sosialpenduduk di sekitar lokasipenambangan. Oleh karena itu, untukmenghindari berbagai dampak negatiftersebut, maka pengelolaanpertambangan yang berwawasanlingkungan mutlak harus dilakukan.

Kegiatan pertambangan dapatdiartikan sebagai suatu tahapankegiatan yang diawali denganpenyelidikan umum, eksplorasi, studikelayakan, konstruksi, penambangan(termasuk bila ada pengolahan danpemurnian), pengangkutan/penjualandan diakhiri dengan rehabilitasi lahanpasca tambang. Pengelolaanpertambangan adalah suatu upaya yangdilakukan baik secara teknis maupunnon teknis agar kegiatan pertambangan

163

Page 6: PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK TAMBANG EMAS …

tersebut tidak menimbulkanpermasalahan, baik terhadap kegiatanpertambangan itu sendiri maupunterhadap lingkungan. Pengelolaanpertambangan sering hanya dilakukanpada saat penambangan saja. Hal inidapat dimengerti, karena pada tahapinilah dinilai paling banyak atau seringmenimbulkan permasalahan apabilatidak dikelola dengan baik dan benar.Persepsi yang demikian kurang tepat.Pengelolaan pertambangan sebaiknyadilakukan sejak awal hingga akhirtahapan seperti tersebut di atas. Bahkanuntuk mengantisipasi terjadinyapermasalahan, maka sebelum suatudeposit bahan tambang ditambang,perlu dilakukan kajian terlebih dahuluapakah deposit tersebut layak untukditambang ditinjau dari berbagai aspek.Dengan demikian pengelolaanpertambangan secara garis besar perludilakukan pada 3 (tiga) jenis tahapankegiatan, yaitu kegiatan awal berupapenentuan kelayakan penambangan,kegiatan kedua pada saat penambangan(eksploitasi), dan kegiatan ketiga/terakhir pada saat reklamasi lahanpasca penambangan.

Sudah lebih dari lima tahun UU No.4 Tahun 2009 diundangkan, undang-undang ini masih menyisakan banyaktanda tanya. Salah satunya di bidangpenyelesaian sengketa pertambangan.Satu-satunya pasal yang mengaturmengenai penyelesaian sengketa adalahPasal 154 UU No. 4 Tahun 2009 yangberbunyi: “Setiap sengketa yang munculdalam pelaksanaan IUP, IPR, atau IUPKdiselesaikan melalui pengadilan danarbitrase dalam negeri sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.” Pada Penjelasan atas Pasaltersebut dinyatakan: Cukup jelas.Bermasalahkah aturan tersebut, yangmemuat ketentuan mengenaipenyelesaian sengketa di dalam negeri?

Dalam lapangan hukum bisnis, padadasarnya ada dua cara penyelesaiansengketa, yaitu di dalam dan di luarpengadilan. Di dalam pengadilan, sepertidalam perkara perdata atau tata usahanegara pada umumnya, hakim berfungsisebagai penengah di antara penggugatdan tergugat. Lain halnya jikadiselesaikan di luar pengadilan, banyakyang dapat dilakukan, beberapa diantaranya negosiasi, mediasi, konsiliasi,dan arbitrase. Keempatnya lebih jauhdiatur oleh Undang-Undang Nomor 30Tahun 1999 tentang Arbitrase danAlternatif Penyelesaian Sengketa (UU No.30 Tahun 1999).

Tidak menjadi persoalan seandainyapengadilan merupakan satu-satunyajalur untuk penyelesaian sengketa,karena – dengan mekanisme teranyardari UU No. 4 tahun 2009 – sengketayang mungkin terjadi adalah soalkeputusan mengenai izin pertambangan(IUP, IPR, dan IUPK) yang tak lain adalahranah dari Pengadilan Tata UsahaNegara (PTUN). Sudah barang tentuperkara terkait tata usaha negara iniharus diadili di dalam negeri.Seandainya pun bukan kompetensi dariPTUN, maka yang paling mungkinterjadi perkara pertambangan akanmasuk ke peradilan perdata yang tentusaja dilaksanakan di dalam negeri.

164 REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 2

Page 7: PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK TAMBANG EMAS …

2015] PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK TAMBANG

Namun, hampir tidak mungkinsemua perkara diselesaikan melalui jalurpengadilan, terlebih lagi pertambanganadalah salah satu sektor bisnis yangmenarik perhatian. Sengketapertambangan acap kali diselesaikanmelalui penyelesaian sengketa di luarpengadilan khususnya arbitrase.Memang, sekali lagi, denganditerapkannya rezim perizinan dalamusaha pertambangan, sengketa tatausaha negara-lah yang mungkin akansering terjadi, misalnya dalam halpencabutan izin. Tidak semua sengketadalam pelaksanaan IUP, IPR, dan IUPKmerupakan lingkup kompetensi absolutdari PTUN. Dengan begitu, penyelesaiansengketa di luar pengadilan menjadipilihan. Dari berbagai pilihanpenyelesaian sengketa, arbitrase kerapmengemuka menjadi pilihan para pihak.

Arbitrase, dalam dunia bisnis seringmenjadi pilihan dalam menyelesaiansengketa. Dalam beberapa perkara,khususnya yang high profile,kerahasiaan (confidentiality) seringmenjadi persoalan. Arbitrase menjadipilihan karena baik jalannyapemeriksaan perkara maupunputusannya bersifat konfidensial. Dalamdunia bisnis kepastian adalah segala-galanya. Arbitrase juga dianggap lebihmemberi kepastian karena sifatputusannya yang final dan mengikat(final and binding), tanpa ada prosesbanding, kasasi dan PK, dan mengikatpara pihak yang bersengketa. Padaintinya, arbitrase, ke depannya,kemungkinan besar akan terus menjadipilihan banyak pelaku usaha, salahsatunya di bidang pertambangan.

Melihat prospek arbitrase yangdemikian, bermasalahkah Pasal 154 UUNo. 4 Tahun 2009? Bisa jadi. Salah satupoin penting dari arbitrase adalahkebebasan berkontrak. Pada dasarnyaarbitrase adalah kesepakatan di antarapara pihak. Bagaimana seandainya parapihak dalam perjanjian arbitrasemenentukan bahwa tempat arbitrase diluar negeri? Kemungkinan ini sangatbesar terjadi mengingat banyak investordalam industri pertambangan adalahanak perusahaan dari perusahaanasing.

Industri pertambangan adalahbagian dari sistem besar penanamanmodal asing di Indonesia. Denganbegitu, sengketa dalam bisnispertambangan mungkin sekali jugaterkait dengan sengketa di bidanginvestasi. Indonesia telah menjadi pihakdalam Convention on the Settlement ofInvestment Disputes between States andNational of Other States. Dalam konvensitersebut, sengketa investasidilaksanakan di ICSID (InternationalCenter of the Settlement of InvestmentDisputes). Bagaimana jika para pihakdalam sengketa pelaksanaan IUP, IPR,dan IUPK memutuskan untukmenyelesaikan sengketa di ICSID, tetapiPasal 154 UU No. 4 Tahun 2009menyatakan arbitrase harusdilaksanakan di dalam negeri? Denganbegitu muncul pertanyaan: Sejauhapakah Pasal 154 UU Nomor 4 Tahun2009 tersebut berlaku? Imperatif ataufakultatif?

165

Page 8: PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK TAMBANG EMAS …

Substansi pasal tersebut mungkinakan mengundang perdebatan panjang.Untuk lebih efisien, bukankah lebih baikjika pasal itu tidak ada, seperti pada duaundang-undang pertambangansebelumnya. Barangkali dua undang-undang sebelum UU No. 4 Tahun 2009tidak mutlak menerapkan rezimperizinan. Akan tetapi, bukankah tanpaPasal 154 tersebut – jika terjadi sengketasoal keputusan pejabat tata usahanegara, gubernur atau bupati/walikotamengenai izin pertambangan –penyelesaian sengketa akan tetapmenggunakan forum PTUN. Kiranya,jika pun tidak dicabut, perlu dibuataturan pelaksanaan dari Pasal 154 UUNo. 4 Tahun 2009 ini karena akanmenimbulkan ketidakjelasan dalampenyelesaian sengketa pertambangan diIndonesia.

Hambatan yang Dihadapi dalamPenyelesaian Konflik KontrakTambang Emas

Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945menegaskan bahwa bumi, air, dankekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dandipergunakan untuk sebesar-besarkemakmuran rakyat. Mengingat mineraldan batubara sebagai kekayaan alamyang terkandung di dalam bumimerupakan sumber daya alam yang takterbarukan, pengelolaannya perludilakukan seoptimal mungkin, efisien,transparan, berkelanjutan danberwawasan lingkungan, sertaberkeadilan agar memperoleh manfaatsebesar-besar bagi kemakmuran rakyatsecara berkelanjutan.

Guna memenuhi ketentuan Pasal 33ayat (3) UUD NRI 1945 tersebut, telahditerbitkan Undang-Undang Nomor 11Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan (UU No.11 Tahun 1967). Undang-undangtersebut selama lebih kurang empatdasawarsa sejak diberlakukannya telahdapat memberikan sumbangan yangpenting bagi pembangunan nasionalsebelum kemudian digantikan oleh UUNo. 4 Tahun 2009.

Dalam perkembangan lebih lanjut,undang-undang tersebut yang materimuatannya bersifat sentralistik sudahtidak sesuai dengan perkembangansituasi sekarang dan tantangan di masadepan. Di samping itu, pembangunanpertambangan harus menyesuaikan diridengan perubahan lingkungan strategis,baik bersifat nasional maupuninternasional. Tantangan utama yangdihadapi oleh pertambangan mineraldan batubara adalah pengaruhglobalisasi yang mendorongdemokratisasi, otonomi daerah, hakasasi manusia, lingkungan hidup,perkembangan teknologi dan informasi,hak atas kekayaan intelektual sertatuntutan peningkatan peran swasta danmasyarakat.

Untuk menghadapi tantanganlingkungan strategis dan menjawabsejumlah permasalahan tersebut, perludisusun peraturan perundang-undangan baru di bidang pertambanganmineral dan batubara yang dapatmemberikan landasan hukum bagilangkah-langkah pembaruan danpenataan kembali kegiatan pengelolaan

166 REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 2

Page 9: PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK TAMBANG EMAS …

2015] PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK TAMBANG

dan pengusahaan pertambanganmineral dan batubara.

UU No. 4 Tahun 2009 mengandungpokok-pokok pikiran sebagai berikut:

a. Mineral dan batubara sebagaisumber daya yang tak terbarukandikuasai oleh negara danpengembangan sertapendayagunaannya dilaksanakanoleh Pemerintah dan pemerintahdaerah bersama dengan pelakuusaha.

b. Pemerintah selanjutnya memberikankesempatan kepada badan usahayang berbadan hukum Indonesia,koperasi, perseorangan, maupunmasyarakat setempat untukmelakukan pengusahaan mineraldari batubara berdasarkan izin, yangsejalan dengan otonomi daerah,diberikan oleh Pemerintah dan/ataupemerintah daerah sesuai dengankewenangannya masing-masing.

c. Dalam rangka penyelenggaraandesentralisasi dan otonomi daerah,pengelolaan pertambangan mineraldan batubara dilaksanakanberdasarkan prinsip eksternalitas,akuntabilitas, dan efisiensi yangmelibatkan Pemerintah danpemerintah daerah.

d. Usaha pertambangan harusmemberi manfaat ekonomi dansosial yang sebesar-besar bagikesejahteraan rakyat Indonesia.

e. Usaha pertambangan harus dapatmempercepat pengembanganwilayah dan mendorong kegiatanekonomi masyarakat/pengusahakecil dan menengah serta

mendorong tumbuhnya industripenunjang pertambangan.

f. Dalam rangka terciptanyapembangunan berkelanjutan,kegiatan usaha pertambangan harusdilaksanakan denganmemperhatikan prinsip lingkunganhidup, transparansi, dan partisipasimasyarakat.

Kenyataan tidak berkorelasinyaantara berlimpahnya kekayaanIndonesia dengan kesejahteraanrakyatnya merupakan anomali. Darianomali itu, sampai pada sebuahkesimpulan, yakni pasti ada sesuatuyang salah dalam pengelolaan kekayaanbahan galian di Indonesia. Namun dimana letak kesalahan itu terjadi? Halini memerlukan kejujuran dan kearifanuntuk menjawabnya. Melalui, kejujurandan kearifan diyakini dapat melahirkansebuah jawaban solutif, gunamenghindari kesalahan itu tidakterulang kembali.

Terdapat beberapa kesalahan yangtelah dilakukan bangsa ini dalammelakukan pengelolaan kekayaansumber daya bahan galian. Kesalahanitu, apabila dituntut bersifat kompleksdan sistematis. Kompleksitas dansistematisnya kesalahan dimaksud,karena berawal dari kebijakan yangdibuat dalam melaksanakanpengelolaan dan pengusahaan bahangalian selama ini. Secara garis besar,kesalahan tersebut dapatdikelompokkan menjadi 3 kelompokbesar, yaitu:

a. Kesalahan pemaknaan atas esensiPasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945

167

Page 10: PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK TAMBANG EMAS …

tentang hak menguasai negara atasbahan galian;

b. Kelemahan landasan yuridis formaltentang pengelolaan danpengusahaan bahan galian.Kelemahan ini berkaitan erat dengankesalahan pemaknaan atas esensiPasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945 diatas. Sebagaimana diketahui,landasan hukum kegiatan usahapertambangan yang berlakusebelumnya yaitu UU No. 11 Tahun1967, tidak mempunyaikeberpihakan sama sekali terhadaprakyat.

c. Keserakahan pelaku kegiatan usahapertambangan dan oknumpemerintah. Ini terjadi danberlangsung berpuluh-puluh tahunlamanya, didorong dan disebabkanoleh doa faktor di atas. Para oknumpelaku usaha dan pemerintahdengan jeli memanfaatkankesalahan pemaknaan dankelemahan peraturan perundang-undangan untuk mengerukkekayaan sumber daya bahangalian, hanya demi kepentingannyasendiri.

Kesalahan pemaknaan atas esensiPasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945,kelemahan pengaturan pertambangandan keserakahan yang ditengaraidilakukan pelaku usaha pertambangandan oknum pemerintah, berpadumenjadi satu kesatuan utuh, sehinggamembuat persoalan pengelolaan danpengusahaan bahan galian tidak sebataskecilnya hasil yang diterima negara danbangsa ini, tetapi juga telah mendorong

berbagai kenyataan pahit,terkorbankannya kepentingan rakyatsetempat khususnya dan negara padaumumnya.

Di lain pihak, ternyata pemerintahdalam praktiknya tidak mempunyaidaya paksa terhadap pelaku kegiatanusaha pertambangan yang nakal,malahan ada kecenderungan selalumengalah pada kepentingan investor.Kecenderungan tersebut, dapat dilihatdari fakta-fakta sebagai berikut:

a. Lemahnya posisi pemerintah dalammelakukan negosiasi pengelolaandan pengusahaan bahan galian, haltersebut berimplikasi pada kecilnyabagian yang dapat diterima negaraatas hasil bahan galian yangdieksploitasi;

b. Munculnya beberapa paketkebijakan yang memanjakaninvestor pertambangan, sepertiinsentif atau keringanan pajak,bebas bea masuk barang danperalatan produksi, dan lain-lain;

c. Kebebasan investor untukmelakukan penjualan produk bahangalian yang dihasilkan dalam bentukbijih (batu), bukan produk yang telahmengalami pengolahan danpemurnian;

d. Tidak adanya kebijakan yangberpihak untuk kepentingannasional secara nyata, misalnyakebijakan yang melarang eksporbahan galian dalam bentuk bijih.

Kesalahan, kelemahan, dan fakta-fakta di atas, merupakan penyebabutama tidak maksimalnya manfaat yangdapat diambil atas bahan galian yang

168 REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 2

Page 11: PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK TAMBANG EMAS …

2015] PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK TAMBANG

telah berhasil dieksploitasi. Sehinggadari kesalahan, dan kelemahan itupulalah, sangat memungkinkanterjadinya berbagai bentuk manipulasidata yang berujung pada kerugiannegara. Bentuk-bentuk manipulasitersebut, di antaranya:

a. Manipulasi jumlah cadangan danproduksi tambang, manipulasidalam konteks ini sesungguhnyasangat konvensional, tetapi karenamasuknya berbagai kepentingan,maka manipulasi itu terus terjadi.

b. Manipulasi kadar bahan galian,karena dengan cara menurunkankadar bahan galian, akanberpengaruh pada harga jual, danharga jual mempengaruhi formulasinilai pajak dan penerimaan negarabukan pajak bahan galian yangharus dibayar kepada negara.

Perjalanan dan penantian panjangatas kondisi pengelolaan danpengusahaan bahan galian yang terjadiselama ini, untuk sementara cukupterobati, sejalan dengan telah lahirnyaUU No. 4 Tahun 2009 tentangPertambangan Mineral dan Batubara.Secara substansi Undang-undang inicukup mengakomodasi gejolak dankegelisahan sebagian warga bangsa ini,tinggal menunggu pada tataranimplementasinya. Bentuk-bentukakomodasi dimaksud adalahtercantumnya beberapa aturan yangsecara yuridis mempunyaikeberpihakan, baik terhadapkepentingan rakyat setempat maupunkepentingan nasional, yaitu:

a. Diakomodasinya pertambanganrakyat secara proporsional;

b. Adanya fungsi pengendalian negara/pemerintah dalam pengelolaan danpengusahaan bahan galian;

c. Pendelegasian pengelolaan danpengusahaan bahan galiandilakukan secara fair, yaitu melaluimekanisme lelang;

d. Kewenangan masing-masing wilayahadministratif atas pengelolaan bahangalian diatur dengan jelas.

Saat ini yang menjadi sorotaninternasional terhadap Indonesia adalahmasalah pertambangan dan kerusakanyang ditimbulkannya pada kehidupanmanusia dan lingkungan sekitar.Perhatian internasional itu tentu sajaberalasan mengingat praktik hukum diIndonesia masih menunjukkan adanyakelemahan dalam pemberian perizinan,pengelolaan, pengawasan danpenegakan hukum pertambanganterhadap berbagai aspek pelanggaranhukum yang ditimbulkannya. Padahalpersoalan mengenai pemanfaatan,pengelolaan serta pelestarian sumberdaya alam telah menjadi isu pentinginternasional dengan disepakatinyaberbagai deklarasi, antara lain DeklarasiStocholm, Deklarasi Nairobi, DeklarasiJohannesburg, Deklarasi Rio De Jeneiro,termasuk The Earth Charter.

Sorotan internasional terhadappraktik eksplorasi pertambangan diIndonesia sangat beralasan, mengingatkerusakan yang dimunculkan terhadapkelestarian alam dari eksplorasipertambangan sangat berdampak luasbagi kelangsungan kehidupan manusia.Pertambangan sebagai suatu kegiatan

169

Page 12: PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK TAMBANG EMAS …

usaha yang sangat tua di dunia banyakmeninggalkan dampak bagi kehidupanmanusia. Sedangkan di Indonesiasendiri pertambangan secara tradisionalsudah ada sejak zaman sebelumpenjajahan Belanda. Baru setelahmasuknya penjajah di Indonesiapertambangan dilakukan secaramodern. Demikian pula masa sekarangini pertambangan mineral dan batu baradilakukan dengan terbuka. Artinya tidakdilakukan secara tertutup, yaitu denganmenggunakan terowongan. Melainkandilakukan secara terbuka dengan caramenggali permukaan tanah.

Ketidakpastian kebijakanmengakibatkan tidak adanya jaminanhukum dan kebijakan yang dapatmenarik para investor asing untukmenanamkan modal di Indonesia.Menurut Pricewaterwaterhouse Coopers(PwC), dalam laporan Indonesian MiningIndustry Survey 2002,kekurangpercayaan investor terlihat daripenurunan eksplorasi dan kelayakan,serta pengeluaran untuk pengembangandan aktiva. Tahun 2001, pengeluaranmenurun 42% dibanding tahun 2000,sedangkan pengeluaran untuk aktivadan pengembangan tahun 2001 hanya15% dibanding rata-rata pengeluaranperiode 1996-1999. Pengeluaran untukeksplorasi dan kelayakan tahun 2001menurun dari rata-rata pengeluarantahun 1996-1999, sebesar US$ 434,3juta menjadi US$ 37,9.

Penambangan liar disebabkan olehlemahnya penerapan hukum dankurang baiknya sistem perekonomian,sehingga mendorong masyarakat

mencari mata pencaharian yang cepatmenghasilkan. Salah satu bentukpenambangan liar yang seringdibicarakan adalah PETI (PertambanganEmas Tanpa Ijin). Pertambangan sepertiini banyak ditemui di pedalamanKalimantan. Di sana masyarakatsetempat mendulang emas di sepanjangtepian sungai dengan peralatantradisional. Salah satu sungai yangramai oleh pertambangan emasmasyarakat adalah Sungai Kahayan.Kegiatan PETI berdampak cukup serius,seperti pendangkalan sungai,terganggunya alur pelayaran kapal olehpasir gusung, pencemaran air sungaioleh merkuri, dan berkurangnya sumberprotein bagi masyarakat (ikan).

Pada saat produksi, terdapatbeberapa potensi konflik, sepertikesenjangan sosial ekonomi, perbedaansosial budaya, serta munculnya rantaisosial akibat munculnya klusterkegiatan ekonomi beresiko sosial tinggi(premanisme, lokalisasi, dll). Sementara,pada saat pasca pertambangan,terdapat beberapa potensi konflik,seperti pengangguran, klaim terhadaplahan pasca pertambangan, munculnyapertambangan rakyat, dan sisa aktivitassosial.

Dalam hal konflik sektorpertambangan dengan sektor lainnyamisalnya konflik dalam penataan danpemanfaatan ruang, pelestarianlingkungan, serta konflik pertambangandengan sektor kehutanan dalampenggunaan lahan hutan lindung untukkegiatan pertambangan. Penyebab

170 REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 2

Page 13: PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK TAMBANG EMAS …

2015] PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK TAMBANG

konflik sektor pertambangan dengansektor lain, antara karena:

a. Sulitnya Mengakomodasi KegiatanPertambangan ke dalam PenataanRuang

Hal ini dilatarbelakangi oleh adanyaterminologi land use dan land coverdalam penataan ruang. Land use(penggunaan lahan) merupakan alokasilahan berdasarkan fungsinya, sepertipermukiman, pertanian, perkebunan,perdagangan, dan sebagainya.Sementara land cover merupakanalokasi lahan berdasarkan tutupanlahannya, seperti sawah, semak, lahanterbangun, lahan terbuka, dansebagainya. Pertambangan tidaktermasuk ke dalam keduanya, karenakegiatan sektor pertambangan barudapat berlangsung jika ditemukankandungan potensi mineral dipermukaan tanah pada kedalamantertentu. Meskipun diketahui memilikikandungan potensi mineral, belum tentudapat dieksploitasi seluruhnya, karenaterkait dengan besaran dan nilaiekonomis kandungan mineral tersebut.Proses penetapan kawasanpertambangan yang membutuhkanlahan di atas permukaan tanahmembutuhkan waktu lebih lamadibandingkan dengan proses penataanruang itu sendiri.

b. Sering Dituduh sebagai ’BiangKeladi’ Kerusakan Lingkungan

Kerusakan akibat pertambangan dapatterjadi selama kegiatan pertambanganmaupun pasca pertambangan. Dampaklingkungan sangat terkait denganteknologi dan teknik pertambangan yang

digunakan. Sementara teknologi danteknik pertambangan tergantung padajenis mineral yang ditambang dankedalaman bahan tambang, misalnyapenambangan batubara dilakukandengan sistem tambang terbuka, sistemdumping (suatu cara penambanganbatubara dengan mengupas permukaantanah). Beberapa permasalahanlingkungan yang terjadi akibat kegiatanpertambangan, antara lain masalahtailing, hilangnya biodiversity akibatpembukaan lahan bagi kegiatanpertambangan, adanya air asamtambang.

c. Tumpang Tindih PemanfaatanRuang dengan Lahan Kehutanan

Hutan merupakan ekosistem alamitempat senyawa-senyawa organikmengalami pembusukan danpenimbunan secara alami. Setelahcukup lama, materi-materi organiktersebut membusuk, akhirnyatertimbun karena terdesak lapisanmateri organik baru. Itu sebabnya hutanmerupakan tempat yang sangatmungkin mengandung banyak bahanmineral organik, yang potensial untukdijadikan sebagai bahan tambang.

Saat ini pertambangan seringdilakukan di daerah terpencil, bahkandi kawasan hutan lindung. MenurutTEMPO Interaktif (4 Maret 2003),terdapat 22 perusahaan tambangberoperasi di kawasan hutan lindungdan sempat ditutup. Total investasi 22perusahaan tersebut mencapai US$ 12,2miliar (Rp 160 triliun). Kegiatanpertambangan dinilai akan merusak

171

Page 14: PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK TAMBANG EMAS …

ekosistem hutan lindung, yang berfungsisebagai kawasan konservasi alam.

Dalam suatu kegiatan penambanganbiasanya terdiri dari beberapa tahapan,yaitu tahap persiapan, tahap eksploitasidan terakhir, yang merupakan bagiantak terpisahkan, adalah tahapreklamasi/rehabilitasi lahan pascapenambangan.

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan biasanya didahuluidengan kegiatan pengangkutan berbagaijenis peralatan tambang, termasukbahan-bahan bangunan untukpembuatan perkantoran, gudang,perumahan (jika ada) dan fasilitas-fasilitas tambang yang lain, pembukaanlahan (land-clearing), dan selanjutnyaadalah pembuatan/pembukaan jalantambang. Dalam hal pengangkutanperalatan tambang dan bahan-bahanbangunan, yang perlu diperhatikanadalah jalan yang akan dilalui. Perludiperhitungkan berapa meter lebar jalan,jalan apakah melewati jembatan(bagaimana kondisinya), apakahmelewati pemukiman penduduk, berapafrekuensi lalu-lalang dan jenis maupuntonase truk pengangkut, dansebagainya. Hal-hal tersebut perludiperhitungkan secara matang agartidak terjadi dampak negatif terhadaplingkungan di sepanjang jalan yang akandilalui, baik terhadap manusia maupunfisik alam itu sendiri. Beberapa contohdampak negatif yang dapat ditimbulkanoleh adanya kegiatan pengangkutan iniapabila tidak dikelola dengan baik,antara lain adalah jalan menjadi rusak(banyak lubang, becek di musim hujan),

kecelakaan lalu-lintas (karena jalanterlalu sempit, atau kondisi jembatankurang memenuhi syarat), debubertebaran yang dapat menimbulkangangguan kesehatan (karena jalanberupa tanah dan dilalui kendaraanpada musim kemarau), dan ganggunankebisingan.

Pada kegiatan pembukaan lahanperlu diperhatikan kemiringan dankestabilan lereng, bahaya erosi dansedimentasi (karena penebanganpepohonan, terutama saat musimhujan), serta hindari penempatan hasilpembukaan lahan terhadap sistemdrainase alam yang ada. Demikian pulapada saat pembuatan jalan tambang.

Lokasi pembuatan fasilitas tambang,seperti perkantoran, gudang, danperumahan perlu memperhatikankondisi tanah/batuan dan kemiringanlerengnya. Sedapat mungkin hindarilokasi yang berlereng terjal dankemungkinan rawan longsor. Jikadiperlukan pembuatan kolampengendapan, letakkan pada lokasi yangsifat batuannya kedap air, misalnya batulempung, dan tidak pada batuan yangbanyak kekar-kekarnya. Hal ini untukmenghindari terjadinya kebocoran. Bilakondisi batuan tidak memungkinkan,maka kolam pengendapan bisa dibuatdari beton, walaupun memerlukantambahan biaya.

b. Tahap Eksploitasi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap iniutamanya berupa penambangan/penggalian bahan tambang dengan jenisdan keterdapatan bahan tambang yang

172 REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 2

Page 15: PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK TAMBANG EMAS …

2015] PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK TAMBANG

51

berbeda-beda. Dengan demikian teknik/tata cara penambangannya berbeda-beda pula. Bahan tambang yangterdapat di daerah perbukitan,walaupun jenisnya sama, misalnyapasir, teknik penambangannya akanberbeda dengan deposit pasir yangterdapat di daerah pedataran, apalagiyang terdapat di dalam alur sungai.Tulisan ini tidak akan membahasberbagai teknik penambangan tersebut,tetapi akan dibahas secara umumtentang hal-hal apa saja yang perludiperhatikan pada tahap eksploitasidalam kaitannya dengan pengelolaanpertambangan yang berwawasanlingkungan. Hal-hal yang perludiperhatikan antara lain sebagai berikut:

1) Jenis, sebaran dan susunanperlapisan batuan yang terdapat disekitar deposit bahan tambang,termasuk ketebalan lapisan tanahpenutup.

2) Sifat fisik dan keteknikan tanah/batuan.

3) Kondisi hidrogeologi (kedalamanmuka air tanah dangkal dan/dalam,pola aliran air tanah, sifat fisika dankimia air tanah dan air permukaan,letak mata air dan besaran debitnya,letak dan pola aliran sungai berikutperuntukannya, sistem drainasealam).

4) Topografi/kemiringan lereng.5) Kebencanaan geologi (kerawanan

gerakan tanah, bahaya letusangunung api, banjir, kegempaan).

6) Kandungan unsus-unsur mineralyang terdapat dalam batuan yangterdapat di sekitar deposit bahantambang, misalnya pirit

Dengan mengetahui dan kemudianmemperhitungkan seluruh data-datatersebut, maka dapat ditentukan teknikpenambangan yang sesuai, sehinggadampak negatif terhadap lingkunganakibat kegiatan penambangan dapatdihindari atau ditekan sekecil mungkin.

c. Tahap Reklamasi

Kegiatan reklamasi tidak harusmenunggu sampai seluruh kegiatanpenambangan berakhir, terutama padalahan penambangan yang luas.Reklamasi sebaiknya dilakukan secepatmungkin pada lahan bekaspenambangan yang telah selesaidieksploitasi, walaupun kegiatanpenambangan tersebut secarakeseluruhan belum selesai karena masihterdapat deposit bahan tambang yangbelum ditambang. Sasaran akhir darireklamasi adalah untuk memperbaikilahan bekas tambang agar kondisinyaaman, stabil dan tidak mudah tererosisehingga dapat dimanfaatkan kembali.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalampengelolaan lingkungan pada tahapreklamasi adalah sebagai berikut:

1) Rencana reklamasi sebaiknyadipersiapkan sebelum pelaksanaanpenambangan

2) Luas areal yang direklamasi samadengan luas areal penambangan

3) Memindahkan dan menempatkantanah pucuk pada tempat tertentudan mengatur sedemikian rupauntuk keperluan revegetasi

4) Mengembalikan/memperbaiki poladrainase alam yang rusak

5) Menghi langkan/memperkec i lkandungan (kadar) bahan beracun

173

Page 16: PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK TAMBANG EMAS …

(jika ada) sampai ke tingkat yangaman sebelum dibuang ke suatutempat pembuangan

6) Mengembalikan lahan sepertisemula atau sesuai dengan tujuanpenggunaan

7) Memperkecil erosi selama dansetelah proses reklamasi

8) Memindahkan seluruh peralatanyang sudah tidak digunakan lagi ketempat yang dianggap aman

9) Permukaan tanah yang padat harusdigemburkan, atau ditanami dengantanaman pionir yang akarnyamampu menembus tanah yangkeras

10) Jenis tanaman yang akandipergunakan untuk revegetasiharus sesuai dengan rencanarehabilitasi (dapat berkonsultasidahulu dengan dinas terkait)

11) Mencegah masuknya hama dangulma yang berbahaya

12) Memantau dan mengelola arealreklamasi sesuai dengan kondisiyang diharapkan.

Dalam beberapa kasus, lahan bekaspenambangan tidak harus seluruhnyadirevegetasi, namun dapatdimanfaatkan untuk tujuan lain, sepertimisalnya menjadi kolam persediaan air,padang golf, perumahan, dansebagainya apabila dinilai lebihbermanfaat atau sesuai dengan rencanatata ruang. Oleh karena itu, sebelummerencanakan reklamasi, sebaiknyaberkonsultasi dahulu denganpemerintah daerah setempat, pemiliklahan atau instansi terkait lainnya.

Arbitrase sebagai Pilihan untukPenyelesaian Sengketa

Penyelesaian sengketa dapatdilakukan melalui 2 (dua) proses. Prosespenyelesaian sengketa tertua melaluiproses litigasi di dalam pengadilan,kemudian berkembang prosespenyelesaian sengketa melaluikerjasama (kooperatif) di luarpengadilan. Proses litigasi menghasilkankesepakatan yang bersifat adversarialyang belum mampu merangkulkepentingan bersama, cenderungmenimbulkan masalah baru, lambatdalam penyelesaiannya, membutuhkanbiaya yang mahal, tidak responsif, danmenimbulkan permusuhan di antarapihak yang bersengketa. Sebaliknyamelalui proses di luar pengadilanmenghasilkan kesepakatan yang bersifat“win-win solution”, dijamin kerahasiaansengketa para pihak, dihindarikelambatan yang diakibatkan karena halprosedural dan administratif,menyelesaikan masalah secarakomprehensif dalam kebersamaan, dantetap menjaga hubungan baik. Satu-satunya kelebihan proses non litigasi inisifat kerahasiaannya, karena prosespersidangan dan bahkan hasilkeputusannya pun tidak dipublikasikan.

Penyelesaian sengketa di luarpengadilan ini umumnya dinamakandengan Alternatif Penyelesaian Sengketa(APS) atau Alternative Dispute Resolution(ADR). Ada yang mengatakan kalauAlternative Dispute Resolution (ADR) inimerupakan siklus gelombang ketigapenyelesaian sengketa bisnis.Penyelesaian sengketa bisnis pada era

174 REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 2

Page 17: PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK TAMBANG EMAS …

2015] PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK TAMBANG

globalisasi dengan ciri “moving quickly”,menuntut cara-cara yang “informalprocedure and be put in motion quickly”.8

Penyelesaian sengketa alternatif,yaitu penyelesaian sengketa di luarpengadilan, telah berkembang sejaklama di timur dan kemudian mendapatsambutan yang sama di barat, walaupundengan alasan yang berlainan.Penyelesaian sengketa alternatif di timurdidasarkan pada alasan untuk menjagaharmoni, di mana setiap sengketadiselesaikan secara kekeluargaan.Pengadilan bukan tempat yang tepatuntuk orang bisnis menyelesaikansengketa mereka yang selalu menjagahubungan baik. Pengadilan adalahtempat orang-orang nakal yangmelanggar ketertiban. Alasan budayamenyebabkan negosiasi, mediasi,konsiliasi dan arbitrase berkembang ditimur, terutama di antara bangsa-bangsa yang mempunyai akar kepadaajaran Confucius. Penyelesaian sengketaalternatif yang berkembang di barat,terutama karena alasan efisiensi, untukmenghemat waktu dan biaya. Prosespengadilan yang panjang, acapkalimelelahkan dari Pengadilan TingkatPertama sampai Mahkamah Agung danmemakan biaya yang besar.

Di samping itu sedikitnya ada tigaalasan lain yang mendasar mengapakaum bisnis lebih menyukaipenyelesaian sengketa yang timbul diantara mereka diselesaikan di luarpengadilan, yaitu: Pertama, penyelesaian

sengketa di pengadilan adalah terbuka,kaum bisnis lebih menyukai sengketamereka diselesaikan tertutup, tanpadiketahui publik. Kedua, orang-orangbisnis menganggap hakim tidak selaluahli berkaitan dengan sengketa yangtimbul, sedangkan dalam mediasi,konsiliasi, dan arbitrase mereka dapatmemilih mediator, konsiliator atauarbiter yang ahli. Ketiga, penyelesaiansengketa di pengadilan akan mencaripihak mana yang salah dan yang benar,sedangkan putusan penyelesaiansengketa di luar pengadilan akan dicapaimelalui kompromi.9 Kunci dari segalakeberhasilan penyelesaian sengketa diluar pengadilan adalah kehendak keduabelah pihak sendiri untukmenyelesaikan sengketa yang timbul diantara mereka. Kehendak bersama iniyang paling menentukan.

Sengketa itu normal, alamiah,kadang-kadang tidak dapatdihindarkan, karena tiap-tiap kitaadalah unik, memiliki kepentingan yangberbeda dan nilai yang berbeda. Bila kitamemandang sengketa sebagai suatuyang buruk, kita akan terusberpandangan bahwa sengketa tersebutadalah negatif. Ketakutan akanmenolong kita dengan dua cara. Ia akanmemberi sekumpulan energi yang kitaperlukan untuk memusatkan pikiranuntuk bagaimana mengatasi sengketayang timbul dan ketakutan juga akanmengingatkan kita bahwa lawan jugamerasa ketakutan yang sama seperti

8 M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Menegenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian Sengketa(PT Citra Aditya Bakti 1997) 280-281.

9 Erman Rajagukguk, Penyelesaian Sengketa Alternatif: Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi, Arbitrase(Fakultas Hukum Universitas Indonesia 2005) 1.

175

Page 18: PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK TAMBANG EMAS …

yang kita rasakan. Akhirnya, melakukanpendekatan kerjasama untukmengakhiri sengketa tidaklah berartikita pihak yang kalah.10

Bila sengketa timbul, pertama-tamayang harus kita lakukan adalah ambilwaktu untuk berpikir dan memusatkanpikiran (fokus) kepada sengketa yangterjadi. Sejauh mana sengketa itu timbulkarena kita merasa diperlakukan tidakadil, walaupun kita telah berusahasekuat mungkin menghindarinya.Sengketa telah terjadi, kita harusmenerima realitas tersebut dan melihatdiri kita sendiri, bakat dan kekuatanyang ada pada kita, untukmenyelesaikan sengketa tersebut.Langkah selanjutnya kita harusmembuka mata dan hati untukmengusahakan sebisa mungkinmenyelesaikan sengketa tersebutdengan adil. Langkah ini termasuktindakan selanjutnya, bertemu denganpihak lawan, menyusun perencanaan.Akhirnya, visualisasi sengketa yang adadan dengan bakat serta kepintaran yangada pada kita, mencari jalan untukmenyelesaikannya.11

Abraham Lincoln, satu setengahabad yang lalu, sudah mengatakanuntuk menghindarkan litigasi(penyelesaian melalui pengadilan).Walaupun ia mengatakan bahwa litigasitersebut tetap penting dan jalan yangtepat untuk menyelesaikan sengketa, dimana diperlukan penemuan hukumyang baru untuk suatu hal yang penting,

namun ia bisa disalahgunakan dalamsuatu masyarakat yang menuntuthaknya melalui pengadilan. Litigasitersebut menghabiskan waktu danuang, belum lagi risiko kalah danperasaan tertekan menghadapi prosesyang panjang.12

Oleh karenanya kita harusmenyusun rencana lapangan yangpraktis untuk menghadapi danmelakukan negosiasi, mediasi, arbitraseatau litigasi. Yang terakhir ini hanyadilakukan bila dikehendaki pihak lawan.

a. Tetapkan batas waktu (deadline)untuk menghindarkan sengketaberlarut-larut.

b. Atur pertemuan dengan pihak lawanuntuk mengetahui dari tanganpertama tentang apa yangdisengketakan. Pertemuan iniberguna untuk mendapatkaninformasi yang diperlukan untukmempersiapkan strategi negosiasi.

c. Susun strategi negosiasi untukmencapai target yang kita inginkandan konsesi yang dapat kita berikankepada lawan, berikut alasan-alasanatau pembenaran usul-usul yangkita sampaikan dalam prosesnegosiasi.

d. Buatlah kontak pendahuluandengan pihak lawan untukmenghindarkan pengharapan yangberlawanan dan mengajukanrencana dasar untuk pertemuannegosiasi.

10 Thomas E. Crowley, Settle It Out of Court (John Willey & Sons 1994) 22-24.11 Ibid. 27-32.12 Ibid.

176 REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 2

Page 19: PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK TAMBANG EMAS …

2015] PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK TAMBANG

e. Lakukan negosiasi langsung denganpihak lawan memakai pendekatanyang bersahabat (collaborativeapproach).

f. Dalam hal negosiasi mengalamikegagalan, gunakan metodepenyelesaian sengketa yang lainseperti mediasi, arbitrase ataulitigasi (bila dikehendaki pihaklawan).

ADR sebagai salah satu cara untukmenyelesaikan sengketa sudahsemenjak lama dikenal dalam berbagaikepercayaan dan kebudayaan. Berbagaifakta telah menunjukkan bahwa pdadasarnya mediasi bukan merupakansuatu metode yang asing dalam upayamenyelesaikan sengketa di tengahmasyarakat. Hanya saja kontekspendekatan dan caranya yang lebihdisesuaikan dengan budaya hukum(legal culture)13 setempat. Pengertianlegal culture dimaksud adalah “people’sattitudes toward law and the legalsystem-their beliefs, values, ideas andexpectations. In other words, it is that partof the general culture which concerns thelegal system”. Seperti dalam masyarakatCina tradisional secara sadar, merekamenerima ikatan-ikatan moral lebihdikarenakan pengaruh sanksi sosialdaripada karena dipaksakan olehhukum. Oleh karenanya clan, gilda dankelompok terkemuka (gentry) menjadi

institusi hukum yang informal dalammenyelesaikan sengketa antara mereka.Kepala clan, gilda dan tokoh masyarakatmenjadi pengarah (mediator) dalamsengketa-sengketa yang timbul. Olehkarena itu, sangat masuk akal jikamasyarakat Cina cenderung engganmenyelesaikan sengketa mereka dihadapan pengadilan, karena hubunganyang harmonis, bukan konflik,mendapatkan tempat yang tinggi dimasyarakat.14

Tradisi Jepang bersamaan denganCina dan negara-negara Asia Timurlainnya yang sangat dipengaruhi olehfilosofi Confucian, memiliki kulturkonsiliatori (conciliatory culture) di manamediasi atau konsiliasi sudah sejak lamadiakui sebagai mekanisme yang lebihcocok untuk menyelesaikan sengketa.Hal ini sejalan dengan kultur Jepangyang menekankan keharmonisan, yangpada gilirannya mempengaruhi sikapuntuk mengutamakan mediasi dankonsolidasi, bukan litigasi.15

Sejarah gerakan Alternative DisputeResolution dimulai ketika pada tahun1976 Ketua Mahkamah Agung WarrenBurger mempelopori ide ini pada suatukonferensi di Saint Paul, MennesotaAmerika Serikat.16 Ide ini disambuthangat oleh kaum akademisi, praktisidan masyarakat.17 Hal ini

13 Lawrence Friedman, American Law: An Introduction (W.W. Norton & Company 1984) 4.14 Chung-Li Chang, The Chinese Century: On Their Role in 19th Century Chinese Society (University

of Washington Press 1955) 63. Lihat juga Kimberly K. Kovach, Mediation (Thompson West 2003)17.

15 Yasunobu Sato, ‘The Japanese Model of Dispute Processing’ (Proceeding of the RoundtableMeeting, Law and Socio-Economic Change in Asia II, Bangkok, 2001) 152.

16 Jacqualine M. Nolan-Haley, Alternative Dispute Resolution in a Nutshell (West Publishing Co.1992) 5.

17 Ibid. 2.

177

Page 20: PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK TAMBANG EMAS …

dilatarbelakangi oleh berbagai faktorgerakan reformasi pada awal tahun1970, dimana saat itu banyak pengamatdalam bidang hukum dan masyarakatakademisi mulai merasakan adanyakeprihatinan yang serius mengenai efeknegatif yang semakin meningkat darilitigasi di pengadilan. Akhirnya ABA(American Bar Association)merealisasikan rencana itu danselanjutnya menambahkan Komite ADRpada organisasi mereka diikuti denganmasuknya kurikulum ADR pada sekolahhukum di Amerika dan juga padasekolah ekonomi.18 Dengan demikian,proses litigasi merupakan pilihanterakhir menyelesaikan sengketa,sebelumnya dilakukan perundingan diantara para pihak yang bersengketa,baik secara langsung maupun denganmenunjuk kuasa hukumnya, gunamenghasilkan kesepakatan bersamayang menguntungkan kedua belahpihak. Jika proses perundingan ini tidakmenghasilkan kesepakatan, baru parapihak akan menyerahkan kepadaarbitrase atau pengadilan untukmenyelesaikan atau memutuskannya.

Legislasi yang dilaksanakan padatahun 1960 memang menjamin adanyaperlindungan terhadap individu darihak-hak konsumen sampai hak sipil,namun perjuangan untuk mendapatkanhak-hak tersebut melalui sistem hukumlitigasi tidaklah mudah dan cukupkompleks. Oleh karena itu, masyarakatmulai mencari alternatif lain dari pada

adjudikasi pengadilan, di sampingterjadinya penumpukan perkara ataucourt congestion, biaya proses peradilanyang tinggi dan waktu menunggu dipengadilan yang lama, telah menjadicara hidup bagi orang Amerika untukmenyelesaikan sengketa dan kemudianmulai memilih sistem ADR bauk secarasukarela (voluntarily) maupun tidaksukarela (involuntarily).19 Sekarang ini,lembaga ADR yang sudah beroperasidengan baik. Lembaga ADR komersialyang independen sudah tersebar hampirdi seluruh negara bagian dengan stafyang siap memberikan pelayanankepada masyarakat yangmembutuhkan. Para negosiator,mediator maupun arbitratornya terdiridari pengacara, praktisi hukum,pensiunan hakim, maupun para ahlidengan berbagai bidang disiplin ilmu.

Bagi kalangan masyarakat baratyang litigous minded (sedikit-sedikitberperkara) konsep ADR ini merupakaninovasi baru. Berbeda denganmasyarakat timur, pendekatan ala ADRadalah sebuah konsep yang dianggapbagian yang sudah lama ada darikebudayaan mereka dalam kontekspenyelesaian suatu konflik.20 Sehinggakemungkinan pemikiran untukmengikutsertakan konsep ADR inidalam sistem hukum nasionalnya akanlebih mudah. Masyarakat timur yangheterogen sudah terbiasa untukmengambil keputusan ataupunmenyelesaikan sengketa dengan jalan

18 Ibid. 6.19 Ibid. 4.20 Gary Goodpaster, A Guide to Mediation and Negotiation (Transnational Press Inc. 1977) Chapter

16.

178 REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 2

Page 21: PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK TAMBANG EMAS …

2015] PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK TAMBANG

bermusyawarah. Dialog, musyawarahserta usaha pengakomodasian terhadapkepentingan semua pihak sebenarnyaadalah inti dari konsep proses ADR ini.Konsep inilah yang kemudian diarahkanuntuk menjadi cara menyelesaikansengketa tetapi dengan menggunakanprinsip legalitas yang menjadi bagiandari sistem hukum.

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan dapatdisimpulkan beberapa hal sebagaiberikut. Pertama, sengketa dalampelaksanaan kontrak kerja samatambang emas adalah kondisi yang tidakterelakkan karena potensi perbedaankepentingan yang ada. Kedua, potensiterjadinya sengketa tersebut perludiantisipasi melalui mekanismepenyelesaian sengketa yang memadai.Ketiga, arbitrase adalah pilihan yangtepat sebagai mekanisme penyelesaiansengketa untuk menyelesaikan sengketadalam kontrak tambang emas diIndonesia.

DAFTAR BACAAN

Buku

Chang, Chung-Li, The Chinese Century:On Their Role in 19th Century ChineseSociety (University of WashingtonPress 1955).

Crowley, Thomas E., Settle It Out of Court(John Willey & Sons 1994).

Friedman, Lawrence, American Law: AnIntroduction (W.W. Norton &Company 1984).

Goodpaster, Gary, A Guide to Mediationand Negotiation (Transnational PressInc. 1977).

Harahap, M. Yahya, Beberapa TinjauanMenegenai Sistem Peradilan danPenyelesaian Sengketa (PT CitraAditya Bakti 1997).

Kovach, Kimberly K., Mediation(Thompson West 2003).

Mertokusumo, Sudikno, MengenalHukum, Suatu Pengantar (Liberty1991).

Mulyadi, Kartini, dan Gunawan Widjaja,Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian(PT. Raja Grafindo Persada 2004).

Nolan-Haley, Jacqualine M., AlternativeDispute Resolution in a Nutshell (WestPublishing Co. 1992).

Rajagukguk, Erman, PenyelesaianSengketa Alternatif: Negosiasi,Mediasi, Konsiliasi, Arbitrase(Fakultas Hukum UniversitasIndonesia 2005).

Subekti, Hukum Perjanjian (Intermasa1998).

Suharnoko, Hukum Perjanjian, Teori danAnalisa Kasus (Prenada Media 2005).

Makalah Seminar

Yasunobu Sato, ‘The Japanese Model ofDispute Processing’ (Proceeding ofthe Roundtable Meeting, Law andSocio-Economic Change in Asia II,Bangkok, 2001).

179

Page 22: PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK TAMBANG EMAS …

180 REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 2