penyediaan benih sumber vub melalui upbs di provinsi...
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR TAHUN
PENYEDIAAN BENIH SUMBER VUBMELALUI UPBS DI PROVINSI BENGKULU
WAHYU WIBAWA
KEMENTERIAN PERTANIANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU2014
No. Kode : 26/1801.025/011/Lapkir/2014
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat karunia-Nyalah Laporan Akhir Tahun 2014 Kegiatan penyediaan
dan percepatan penyebaran VUB melalui UPBS BPTP Bengkulu dapat
diselesaikan. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban
terhadap hasil pelaksanaan kegiatan mulai bulan Januari sampai dengan bulan
Desember tahun 2014.
Tujuan kegiatan UPBS pada tahun 2014 meliputi : 1) Menyediakan
benih sumber (logistik) Varietas Unggul Baru (VUB) padi spesifik lokasi untuk
lembaga perbenihan dan petani penangkar di Provinsi Bengkulu dengan target
produksi benih tahun 2014 sebanyak 20 ton benih (kelas FS dan SS),
2) Mempercepat proses penyebaran VUB spesifik lokasi melalui berbagai media
dan metode penyampaian informasi teknologi di Provinsi Bengkulu,
3) Mengevaluasi kinerja UPBS dan produktivitas petani penangkar di Provinsi
Bengkulu, 4) Memetakan penyebaran dan keberlanjutan VUB padi yang
dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Kepala BPTP Bengkulu
atas arahan-arahannya dalam kegiatan ini, demikian juga kepada rekan-rekan
BPTP Bengkulu yang telah memberikan sumbangan tenaga dan pemikiran
sehingga kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik. Harapan kami semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bengkulu, Desember 2014
Penanggung Jawab,
Ir. Wahyu Wibawa, MP. Ph.DNIP. 196904271998031001
2
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RDHP : Penyediaan Benih Sumber VUB MelaluiUPBS di Provinsi Bengkulu.
2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu
3. Alamat Unit Kerja : JL. Irian KM, 6,5 Bengkulu 38119
4. Sumber Dana : DIPA BPTP Bengkulu TA. 2014
5. Status Kegiatan (L/B) : L (lanjutan)
6. Penanggung Jawab
a. Nama : Ir. Wahyu Wibawa, MP. Ph.D
b. Pangkat/Golongan : Penata Tingkat 1/IIId
c. Jabatan Fungsional : Peneliti Muda
7. Lokasi : Provinsi Bengkulu
8. Agroekosistem : Lahan sawah dan lahan rawa
9. Tahun Mulai : 2011
10. Tahun Selesai : 2015
11. Output Tahunan : 1. Lembaga perbenihan (BBI, BBU) danpetani penangkar mendapatkanbenih sumber padi dari UPBS BPTPBengkulu secara tepat.
2. Varietas yang diproduksi oleh UPBSBPTP Bengkulu digunakan secaramasif oleh petani di ProvinsiBengkulu untuk meningkatkanproduktivitas dan produksi dalammewujudkan swasembada danswasembada berkelanjutan.
3. Informasi kinerja UPBS danproduktivitas petani penangkar diProvinsi Bengkulu.
4. Peta penyebarluasan danperkembangan penggunaan VUBpadi Balitbangtan.
12. Output Akhir : 1. Harmonisasi dan sinergi dari lembagaperbenihan (UPBS, BBI, BBU, UPTDPerbenihan, petani penangkar) dalampenyediaan benih unggul yangberkualitas bagi petani pengguna diProvinsi Bengkulu.
3
2. VUB berkualitas yang spesifik lokasidipahami dan diadopsi secara masifoleh petani dalam upaya peningkatanproduktivitas dan produksi tanaman.
3. Data base yang akurat tentangkebutuhan benih, lembagaperbenihan daerah (BBI, BBU,penangkar), penyebaran benih, danpeta pengembangan VUB spesifiklokasi di Provinsi Bengkulu.
4. UPBS menjadi lembaga penyediabenih sumber (logistik) yang mandiri,profesional dan mampu berkolaborasiaktif serta sinergis dengan lembagaperbenihan daerah.
13. Biaya : Rp. 300.000.000,- (Tiga Ratus JutaRupiah)
14. Biaya setelah revisi : Rp. 238.453.000- (Dua Ratus Tiga PuluhDelapan Juta Empat Ratus Lima PuluhTiga Ribu Rupiah) (Anggaran revisi).
Koordinator Program,
Ir. Wahyu Wibawa, MP. Ph.DNIP. 196904271998031001
Penanggung Jawab RDHP,
Ir. Wahyu Wibawa, MP. Ph.DNIP. 196904271998031001
Mengetahui,Kepala BB Pengkajian
Dr. Ir. Abdul Basit, M.SNIP. 196109291986031003
Kepala BPTP Bengkulu,
Dr. Ir. Dedi Sugandi, MPNIP. 195902061986031002
4
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................ ......... i
KATA PENGANTAR............................................................................... 1
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... 2
DAFTAR ISI......................................................................................... 4
DAFTAR TABEL.................................................................................... 5
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. 6
RINGKASAN ....................................................................................... 7
SUMMARY........................................................................................... 9
I PENDAHULUAN ............................................................................. 141.1 Latar Belakang....................................................................... 141.2 Dasar Pertimbangan............................................................... 151.3 Tujuan .................................................................................. 151.4 Keluaran yang Diharapkan ...................................................... 161.5 Perkiraan Manfaat dan Dampak .............................................. 17
II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 19
III PROSEDUR KERJA ......................................................................... 223.1 Lokasi Kegiatan dan Waktu..................................................... 223.2 Ruang Lingkup Kegiatan......................................................... 223.3 Bahan dan Alat ...................................................................... 223.4 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan ............................................... 23
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 284.1 Koordinasi Internal dan Antar Institusi...................................... 284.2 Produksi Benih Sumber .......................................................... 294.3 Percepatan Proses Adopsi VUB Spesifik Lokasi .......................... 404.4 Kinerja UPBS dan Produktivitas Petani Penangkar ...................... 424.5 Pemetaan Kebutuhan Benih, Varietas dan Sebaran
Varietas ................................................................................. 45
V KESIMPULAN ............................................................................... 50
VI KINERJA HASIL DISEMINASI .......................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... . 53
ANALISIS RESIKO................................................................................ 55
JADWAL KERJA.................................................................................... 57
PEMBIAYAAN ..................................................................................... 58
PERSONALIA ..................................................................................... 60
LAMPIRAN ..................................................................................... 61
5
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Varietas dan jumlah benih padi untuk kegiatan ProduksiBenih/UPBS Tahun 2014 ................................................................ 28
2. Petani kooperator, lokasi, dan sistem kerjasama investasi kegiatanproduksi benih/UPBS BPTP Bengkulu tahun 2014 ............................. 29
3. Produksi benih sumber UPBS BPTP Bengkulu dan lembaga perbenihanTahun 2014 di Provinsi Bengkulu ................................................... 35
4. Rekapitulasi produksi benih kelas benih FS dan SS UPBS BPTP Bengkulu danlembaga perbenihan tahun 2014 .................................................... 36
5. Stok dan distribusi benih padi kegiatan UPBS BPTP Bengkulutahun 2014 .................................................................................. 41
6. Keragaan lembaga perbenihan padi di Provinsi Bengkulu .................. 43
7. Varietas, luas lahan, petani kooperator dan kondisi pertanamankegiatan penangkaran UPBS tahun 2014.......................................... 45
8. Sasaran lembaga dan kebutuhan benih serta sebaran varietas padi diProvinsi Bengkulu tahun 2014 ........................................................ 47
9. Luas dan varietas kawasan pemantapan dan pengembangan padisawah serta luas dan kawasan pertumbuhan lahan kering diProvinsi Bengkulu tahun 2014 ........................................................ 48
10. Dominansi varietas padi di Provinsi Bengkulu tahun 2014 ................. 49
11. VUB padi yang adaptif di Provinsi Bengkulu ..................................... 51
12. Daftar resiko pelaksanaan kegiatan Produksi Benih/UPBStahun 2014 ................................................................................... 55
13. Daftar penanganan resiko dalam pelaksanaan kegiatan ProduksiBenih/UPBS tahun 2014................................................................. 56
14. Jadwal pelaksanaan kegiatan UPBS/Perbenihan Tahun 2014 ............. 57
15. Rencana anggaran belanja kegiatan UPBS/Perbenihan Tahun 2014 ... 58
17. Realisasi anggaran kegiatan UPBS/Perbenihan Tahun 2014............... 59
18. Tenaga pelaksana kegiatan UPBS/Perbenihan Tahun 2014................ 60
6
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Foto kegiatan penangkaran padi di Kabupaten Mukomuko ................ 61
2. Foto kegiatan penangkaran padi di Kabupaten Bengkulu Tengah....... 62
3. Foto kegiatan penangkaran padi di Kabupaten Kepahiang................. 63
4. Foto kegiatan penangkaran padi di Kota Bengkulu ........................... 64
5. Foto kegiatan penangkaran padi di Kabupaten Rejang Lebong........... 65
6. Foto kegiatan penangkaran padi di Kabupaten Bengkulu Utara .......... 66
7. Foto kegoatan penangkaran padi di Kabupaten Lebong..................... 67
7
RINGKASAN
1 Judul : Penyediaan Benih Sumber VUB Melalui UPBS diProvinsi Bengkulu.
2 Unit kerja : BPTP Bengkulu
3 Tujuan : Tahun 20141. Menyediakan benih sumber (logistik) Varietas
Unggul Baru (VUB) padi spesifik lokasi untuklembaga perbenihan dan petani penangkar diProvinsi Bengkulu dengan target produksibenih tahun 2014 sebanyak 20 ton benih(kelas FS dan SS).
2. Mempercepat proses penyebaran VUB spesifiklokasi melalui berbagai media dan metodepenyampaian informasi teknologi di ProvinsiBengkulu.
3. Mengevaluasi kinerja UPBS dan produktivitaspetani penangkar di Provinsi Bengkulu.
4. Memetakan penyebaran dan keberlanjutanVUB padi yang dikeluarkan oleh BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian(Balitbangtan).
Tahun 2015 :1. Menciptakan harmonisasi dan sinergi dari
lembaga perbenihan (UPBS, Balai Benih Induk(BBI), Balai Benih Utama (BBU), UnitPelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perbenihan,petani penangkar) dalam menyediakan benihunggul yang berkualitas bagi petani penggunadi Provinsi Bengkulu.
2. Petani memahami dan mengadopsipenggunaan VUB berkualitas yang spesifiklokasi dalam upaya peningkatan produktivitasdan produksi padi.
3. Menyusun data base yang akurat tentangkebutuhan benih, lembaga perbenihan daerah(BBI, BBU, penangkar), penyebaran benih,dan peta pengembangan VUB spesifik lokasi diProvinsi Bengkulu.
4. Membentuk UPBS sebagai penyedia benihsumber (logistik) yang mandiri, profesionaldan mampu berkolaborasi aktif serta sinergisdengan lembaga perbenihan daerah.
8
4 Keluaran : Tahun 2014 :1. Lembaga perbenihan (BBI, BBU) dan petani
penangkar mendapatkan benih sumber padidari UPBS BPTP Bengkulu secara tepat.
2. Varietas yang diproduksi oleh UPBS BPTPBengkulu digunakan secara masif oleh petanidi Provinsi Bengkulu untuk meningkatkanproduktivitas dan produksi dalam mewujudkanswasembada dan swasembada berkelanjutan.
3. Kinerja UPBS dan produktivitas petanipenangkar di Provinsi Bengkulu.
4. Peta penyebarluasan dan keberlanjutan VUBpadi Balitbangtan.
Tahun 2015 :1. Harmonisasi dan sinergi dari lembaga
perbenihan (UPBS, BBI, BBU, UPTDPerbenihan, petani penangkar) dalammenyediakan benih unggul yang berkualitasbagi petani pengguna di Provinsi Bengkulu.
2. VUB berkualitas yang spesifik lokasi dipahamidan diadopsi secara masif oleh petani dalamupaya peningkatan produktivitas dan produksitanaman pangan strategis (padi, jagung, dankedelai).
3. Data base yang akurat tentang kebutuhanbenih, lembaga perbenihan daerah (BBI, BBU,penangkar), penyebaran benih, dan petapengembangan VUB spesifik lokasi di ProvinsiBengkulu.
4. UPBS menjadi lembaga penyedia benihsumber (logistik) yang mandiri, profesionaldan mampu berkolaborasi aktif serta sinergisdengan lembaga perbenihan daerah.
5 Prosedur : Kegiatan Produksi Benih/UPBS dilaksanakan di ProvinsiBengkulu melalui penangkaran benih di lahan petanipenangkar dengan pengawalan teknologi sesuaidengan kondisi spesifik lokasi. Kegiatan ProduksiBenih/UPBS meliputi persiapan, pelaksanaan danevaluasi kegiatan. Persiapan kegiatan meliputipenyusunan dan perbaikan rencana kegiatan (RODHPdan juklak). Dan pelaksanaan kegiatan meliputi: (a)koordinasi internal dan antar institusi (dinas/instansiterkait di pusat dan daerah), (b) produksibenih/pelaksanaan penangkaran di lahan petanipenangkar, (c) pengawalan penangkaran, (d)pelaporan kegiatan. Sedangkan evaluasi kegiatandilakukan untuk mengetahui penyebaran varietasunggul kepada pengguna.
9
6 Capaian : 1. Pada tahun 2012 telah tersebar 17.962 kgbenih padi.
2. Pada tahun 2013 telah diproduksi benihvarietas unggul baru padi (Inpari, Inpara danInpago), jagung dan kedelai sebanyak 35,5ton padi (33,15 ton), jagung (1,95 ton) dankedelai (0,40 ton).
3. Dokumen alternatif rekomendasi peningkatankinerja lembaga perbenihan.
4. Peta terintegrasi (overlay) dari lokasipenangkar, lembaga perbenihan danpenyebaran VUB padi, jagung dan kedelai.
7 Manfaat : 1. Lembaga perbenihan di daerah termasuk petanipenangkar dapat dengan mudah mendapatkanbenih sumber dengan cepat dan tepat (jumlah,varietas, mutu, waktu, lokasi dan harga).
2. Petani dan lembaga perbenihan daerahmendapatkan bimbingan teknis budidaya,prosesing benih, dan bahkan dapatmenyaksikan langsung keunggulan varietasyang dikembangkan melalui berbagai kegiatandiseminasi (penangkaran dan temu lapang).
3. Petani mendapatkan varietas adaptif yangsudah teruji dengan potensi hasil tinggi dantoleran terhadap berbagai cekaman lingkunganbiotik dan abiotik, sehingga dapat mengurangiresiko kegagalan dalam usaha tani.
4. Benih yang spesifik agroekosistem (dataranrendah, dataran tinggi, lahan kering, lahanrawa, lahan masam, lahan alkalis, lahan sawahirigasi, tadah hujan) dapat disediakan secaratepat, sehingga para pengguna/petanimempunyai banyak pilihan atau alternatifteknologi spesifik.
5. Lembaga perbenihan di daerah dapatmelakukan pembenahan secara internal dalamrangka menjalankan tugas dan fungsi sebagailembaga penyedia benih berkualitas untukmasyarakat tani di Provinsi Bengkulu.
8 Dampak : 1. Adopsi terhadap benih berkualitas yang spesifiklokasi berdampak pada peningkatan produksidan produktivitas tanaman pangan di ProvinsiBengkulu. Peningkatan tersebut akanmenyebabkan meningkatnya pendapatanpetani. Peningkatan produktivitas dan produksipadi, jagung dan kedelai dapat mendukung danmewujudkan swasembada dan swasembadaberkelanjutan di Provinsi Bengkulu.
10
2. Produksi benih tidak hanya untuk memenuhikebutuhan di Provinsi Bengkulu, bahkan dapatdipasarkan di luar daerah sehingga perbenihanmenjadi kegiatan agribisnis yangmenguntungkan bagi petani dan masyarakatluas.
9 Jangka Waktu : 5 tahun (2011 -2015).
10
11
Biaya
Biaya setelah revisi
:
:
Rp. 300.000.000,- (Tiga Ratus Juta Rupiah )(Anggaran sebelum revisi).
Rp. 238.453.000,- (Dua Ratus Tiga Puluh DelapanJuta Empat Ratus Lima Puluh Tiga Rupiah)(Anggaran setelah revisi).
11
SUMMARY
1. Title : Breeding Seed Supplay Of New Inproved Varietiesby Management Unit For Breeding Seed inBengkulu Province
2. Institute : Bengkulu Assessment Institute For AgriculturalTechnology (AIAT)
3. Objectives : In 2014 :1. To supply breeding seed of new improvedvarieties of rice having good adaptation (location
specific) for breeding with productin target in2014 up to 20 tons of breeding seed(Fondation Seed and Stock Seed).
2. To accelerate adaption and spreading newimproved varieties in Bengkulu.
3. To evaluate Management Unit for BreedingSeed (UPBS) and productivity of rice breedersin Bengkulu Province.
4. To mapp spreading rice new improved varietyreleased by Agency for Agricultural Researchand Development (AARD).
In 2015 :1. To increase harmony and synergy among
breeding institution in supplying improved seedhaving high quality for farmers in BengkuluProvince.
2. Farmer understand and adap in using highquality of new improved varieties as an effortto increase rice productivity and production.
3. To compile accurate data base coneted withdemand of seed, seed production, spreadingnew improved varieties (map) in BengkuluProvince.
4. To build Managemnt Unit for Breeding Seed(UPBS). As profesional and self-supplier ofbreeding seed able to colaborate with regionalbreeding seed.
4. Output : In 2014 :1. Breeding institution and rice breeders get rice
breeding seed form UPBS exactly.2. Varieties produced by UPBS will be usel
broadly by farmers in Bengkulu Province toincrease rice productivity and production torealized rice self suficient.
12
3. Information conneeting with UPBSperformance and productivity of breeders inBengkulu Province.
4. Map of spreading and developing in using newimproved varieties of rice released by AARD.
In 2015 :1. Harmony and synergy among breeding
institution in supplying supperior seed havinghigh quality for farmers in Bengkulu Province.
2. New improved varieties have been understoodand adopted by farmers broadly in increasingrice productivity and production.
3. Accurate data base of seed demand, regionalbreeding institution, spreading seed, and mapof developing of site-specific of new improvedvarieties in Provinsi Bengkulu.
4. UPBS to be institution as professional and selfbreeding seed suplier and able to colaborateactively with regional breeding institution.
5 Methodology : UPBS will be conducted in Bengkulu Province byseed production on farmers filed with controlingquality from AIAT and certification institute. UPBSactivities consist of preparation, execation andevaluation. The preparation incluted activities ofarrangment of proposal (RODHP and Juklak) theexcetion activities consists of a). Coordinationamong internal and external institution. b). Seedproduction. c). Assistance for breeders.d). Reporting and evaluation.
6 Achievements : 1. In 2012, UPBS have distributed 17 962 kg ofseed rice produced by UPBS.
2. In 2013, UPBS have produced rice improvedvarieties og rice (Inpara, Inpari, Inpago),corn and soy bean.
3. Alternative recommandation to increaseperformance of breeding institution.
4. Map about address and location of breedersand breedingistitution in Bengkulu Province.
7. Benefits : 1. Regional breeding institutions includedbreeders can get breeding seed case easelyin exacely volume, variety, time, site, priceand quality.
2. Farmers and regional breeding institution getguidance in cultivation, and seed proccessingand they can see supperiorty of developed
13
varieties directly on the field through variousdisemination activities.
3. Farmers get adaptive varieties untuk highpotencial yield and tolerant for manykinds ofextreem environment.
4. Specific agroecosystem of seeds/varieties canbe supplied fastly and axactly.
5. Regional breeding institution can do internalimprovement as an efort to do duty andfanction as high quality of breeding institutionin Bengkulu Province.
8. Impact : 1. Adoption for supperior seed has impact increasing rice productivity and production inBengkulu Province. The increasing ofproductivity will cause increasing of farmersincome. This condition will support rice selfsuficient.
2. Seed production can be improved asagribusiness activity with profit oriented forfarmers and commonities.
9 Period : 5 years (2011 -2015).
10 Budget : Rp. 300.000.000,- (Three Hundred MillionsRupiah)
11 Budget after revision : Rp. 238.453.000,- (Two Hundred Thirty EihgtMillions and Four Hundred Fifty Three ThousandRupiah).
14
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BPTP sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan Litbang Pertanian
berkewajiban untuk mempercepat penyebarluasan varietas unggul yang
dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. Percepatan penyebarluasan varietas
dilakukan melalui pembentukan Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) di setiap
BPTP berdasarkan Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian Nomor
142/Kpts/OT.160/I/5/2011 tentang UPBS (Badan Litbang Pertanian, 2011).
UPBS merupakan salah satu kelembagaan internal di BPTP yang
dibentuk dalam rangka mengakomodasi perubahan lingkungan strategis dan
mengantisipasi kebutuhan benih sumber dari varietas unggul baru (VUB)
komoditas strategis yang diantaranya adalah padi, jagung dan kedelai (BBP2TP,
2013). Keberadaan UPBS diharapkan dapat menjamin pemenuhan 6 tepat
perbenihan yaitu tepat jumlah, tepat varietas, tepat mutu, tepat waktu, tepat
lokasi, dan tepat harga.
VUB merupakan salah satu inovasi teknologi Badan Litbang Pertanian
dalam peningkatan produktivitas dan produksi pangan (Saryoko, 2009). VUB
perlu dipromosikan dan diseminasikan dalam percepatan adopsi dan difusi
teknologi (Ruskandar, 2012). Hal ini dilakukan dalam rangka mewujudkan
swasembada dan swasembada pangan berkelanjutan.
UPBS dilembagakan sebagai bentuk tindakan reponsif atas lemahnya
kinerja kelembagaan perbenihan di daerah, kurangnya promosi dan diseminasi
VUB oleh Balai Besar Penelitian/Balit komoditas, minimnya stok dan logistik benih
VUB adaptif serta jauhnya rentang kendali antara produsen (sumber benih: Balai
Besar Penelitian dan Balit Komoditas) dan pengguna benih (BBI, BBU dan petani
penangkar). UPBS di BPTP mempunyai mandat untuk menghasilkan benih
sumber kelas FS dan SS dengan jumlah dan varietas yang disesuaikan dengan
kebutuhan, permintaan, preferensi serta karakteristik agroekosistem dan sosial
budaya setempat (BBP2TP, 2013).
Pada tahun 2014 UPBS BPTP Bengkulu mentargetkan untuk
memproduksi benih sumber untuk komoditas padi dengan total produksi benih
20 ton dengan kelas benih FS sebanyak 10 ton dan SS sebanyak 10 ton. VUB
15
padi yang akan diproduksi adalah Inpari, Inpara, Inpogo yang adaptif pada tipe
lahan sawah, rawa dan lahan kering.
1.2 Dasar Pertimbangan
1. Produktivitas padi di Provinsi Bengkulu masih relatif rendah yaitu 4,29 t/ha
(Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, 2012).
2. Tingkat kesadaran petani dalam memanfaatkan VUB spesifik lokasi masih
rendah. Hal ini dimungkinkan oleh kurangnya promosi, kampanye dan
diseminasi VUB spesifik lokasi serta lemahnya kinerja perbenihan dalam
penyediaan logistik VUB spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu.
3. Peningkatan produktivitas perlu didukung melalui penggunaan VUB padi.
Pada tahun 2013 UPBS BPTP Bengkulu mampu mendukung penyediaan
benih sumber VUB dengan produksi benih sebanyak 33,15 ton padi, maka
untuk tahun 2014 target produksi benih padi bisa ditingkatkan menjadi 42
ton namun karena adanya revisi anggaran target produksi tahun 2014
dirasionalkan menjadi 20 ton.
4. Penyebarluasan VUB spesifik lokasi dapat diwujudkan secara cepat dengan
cara mendekatkan teknologi kepada stakeholders (pengambil kebijakan) dan
petani pengguna. Keunggulan VUB dapat disebarluaskan kepada petani
maupun stakeholders melalui kegiatan demplot, penangkaran, temu lapang
dan temu usaha. VUB cepat diadopsi jika stakeholders dan petani yakin
bahwa VUB yang ditawarkan dapat meningkatkan produktivitas, kualitas
hasil serta pendapatan usahatani.
5. UPBS dapat berperan sebagai penyedia logistik benih dan agent dalam
mempromosikan/menyebarluaskan VUB Badan Litbang Pertanian.
6. Ketersediaan benih sumber spesifik lokasi untuk lembaga perbenihan di
daerah (BBI, BBU, UPTD Perbenihan) dan petani penangkar masih kurang
dan perlu disediakan secara tepat.
16
1.3 Tujuan
Tujuan kegiatan Produksi Benih UPBS pada tahun 2014 adalah:
1. Menyediakan benih sumber (logistik) VUB padi spesifik lokasi untuk lembaga
perbenihan dan petani penangkar di Provinsi Bengkulu dengan target
produksi benih tahun 2014 sebanyak 20 ton benih (kelas FS dan SS).
2. Mempercepat proses adopsi dan penyebaran VUB spesifik lokasi di Provinsi
Bengkulu melalui berbagai media dan metode penyampaian informasi
teknologi.
3. Mengevaluasi kinerja UPBS dan produktivitas petani penangkar di Provinsi
Bengkulu.
4. Memetakan penyebaran dan pengembangan VUB padi yang dikeluarkan oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).
Tujuan tahun 2015 adalah :
1. Menciptakan harmonisasi dan sinergi antar lembaga perbenihan (UPBS, BBI,
BBU, UPTD Perbenihan, petani penangkar) dalam menyediakan benih unggul
yang berkualitas bagi petani pengguna di Provinsi Bengkulu.
2. Petani memahami dan mengadopsi penggunaan VUB berkualitas yang
spesifik lokasi dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi padi.
3. Menyusun data base yang akurat tentang kebutuhan benih, lembaga
perbenihan daerah (BBI, BBU, penangkar), penyebaran benih, dan peta
pengembangan VUB spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu.
4. Membentuk UPBS sebagai penyedia benih sumber (logistik) yang mandiri,
profesional dan mampu berkolaborasi aktif serta sinergis dengan lembaga
perbenihan daerah.
1.4 Keluaran yang Diharapkan
Keluaran tahun 2014 :
1. Lembaga perbenihan (BBI, BBU) dan petani penangkar mendapatkan benih
sumber padi dari UPBS BPTP Bengkulu secara tepat.
2. Varietas yang diproduksi oleh UPBS BPTP Bengkulu digunakan secara masif
oleh petani di Provinsi Bengkulu untuk meningkatkan produktivitas dan
produksi dalam mewujudkan swasembada dan swasembada berkelanjutan.
17
3. Kinerja UPBS dan produktivitas petani penangkar di Provinsi Bengkulu.
4. Peta penyebarluasan dan keberlanjutan VUB padi Balitbangtan.
Keluaran Tahun 2015 :
1. Harmonisasi dan sinergi dari lembaga perbenihan (UPBS, BBI, BBU, UPTD
Perbenihan, petani penangkar) dalam menyediakan benih unggul yang
berkualitas bagi petani pengguna di Provinsi Bengkulu.
2. VUB berkualitas yang spesifik lokasi dipahami dan diadopsi secara masif oleh
petani dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan
strategis (padi, jagung, dan kedelai).
3. Data base yang akurat tentang kebutuhan benih, lembaga perbenihan
daerah (BBI, BBU, penangkar), penyebaran benih, dan peta pengembangan
VUB spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu.
4. UPBS menjadi lembaga penyedia benih sumber (logistik) yang mandiri,
profesional dan mampu berkolaborasi aktif serta sinergis dengan lembaga
perbenihan daerah.
1.5 Perkiraan Manfaat dan Dampak
Manfaat dari UPBS BPTP Bengkulu bagi stakeholders:
1. Lembaga perbenihan di daerah termasuk petani penangkar dapat dengan
mudah mendapatkan benih sumber dengan tepat jumlah, varietas, mutu,
waktu, lokasi dan harga.
2. Petani dan lembaga perbenihan daerah mendapatkan bimbingan teknis
budidaya, prosesing benih, dan bahkan dapat menyaksikan langsung
keunggulan varietas yang dikembangkan melalui berbagai kegiatan diseminasi
(penangkaran, temu lapang, media cetak dan elektronik).
3. Petani mendapatkan varietas adaptif yang sudah teruji dengan potensi hasil
tinggi dan toleran terhadap berbagai cekaman lingkungan biotik dan abiotik,
sehingga dapat mengurangi resiko kegagalan dalam usaha tani.
4. Benih yang spesifik agroekosistem (dataran rendah, dataran tinggi, lahan
kering, lahan rawa, lahan masam, lahan alkalis, lahan sawah irigasi, tadah
hujan) dapat disediakan secara tepat, sehingga para pengguna/petani
mempunyai banyak pilihan atau alternatif teknologi spesifik.
18
5. Lembaga perbenihan di daerah dapat melakukan pembenahan secara internal
dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi sebagai lembaga penyedia benih
berkualitas untuk masyarakat tani di Provinsi Bengkulu.
Dampak yang diharapkan dari UPBS BPTP Bengkulu diantaranya adalah:
1. Adopsi terhadap benih berkualitas yang spesifik lokasi berdampak pada
peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan di Provinsi
Bengkulu. Peningkatan tersebut akan menyebabkan meningkatnya
pendapatan petani. Peningkatan produktivitas dan produksi padi, jagung dan
kedelai dapat mendukung dan mewujudkan swasembada dan swasembada
berkelanjutan di Provinsi Bengkulu.
2. Produksi benih tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan di Provinsi
Bengkulu, bahkan dapat dipasarkan di luar daerah sehingga perbenihan
menjadi kegiatan agribisnis yang menguntungkan bagi petani dan
masyarakat luas.
19
II. TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi, responsif
terhadap pemupukan dan tahan hama penyakit utama disertai dengan perbaikan
irigasi dan teknik budidaya telah terbukti dapat meningkatkan produktivitas.
Swasembada beras pada tahun 1984 di Indonesia tidak terlepas dari introduksi
varietas unggul, perbaikan jaringan irigasi, teknik budidaya, dan rekayasa
kelembagaan melalui program Bimas, Inmas, Insus, dan Supra Insus (Nugraha et
al., 2007). Sistem perbenihan yang tangguh (produktif, efisien, berdaya saing,
dan berkelanjutan) sangat diperlukan untuk mendukung upaya peningkatan
penyediaan benih padi dan peningkatan produksi beras nasional.
Penggunaan benih unggul menunjukkan kontribusi terbesar terhadap
produksi dibandingkan dengan penerapan teknologi lainnya (Saryoko, 2009).
Disisi lain, nilai biaya benih hanya sekitar 5% dari total biaya input produksi padi
(Kementerian Pertanian, 2010). Bila dikaji lebih lanjut, penggunaan benih unggul
merupakan komponen intensifikasi pertanian yang paling mudah dilakukan untuk
mendukung peningkatan produksi tanaman.
Kesadaran petani dalam penggunaan benih unggul relatif masih
terbatas. Benih padi yang digunakan oleh masyarakat lebih dari 60 persen
berasal dari sektor informal yaitu berupa gabah yang disisihkan dari sebagian
hasil panen musim sebelumnya yang dilakukan berulang-ulang (Daradjat et al.,
2008).
Wahyuni (2011) menjelaskan bahwa sampai dengan tahun 2010 telah
dihasilkan lebih dari 200 varietas unggul padi oleh berbagai Lembaga Penelitian
di Indonesia, 85% diantaranya adalah hasil inovasi Badan Litbang Kementerian
Pertanian. Varietas yang paling luas ditanam adalah Ciherang dan Cigeulis.
Ketiga varietas di atas merupakan varietas-varietas yang sudah lama dilepas.
IR64 misalnya telah dilepas pada tahun 1986, Ciherang pada tahun 2000, dan
Cigeulis pada tahun 2002 (Suprihatno et al., 2010). VUB seperti Inpari, Inpara,
dan Inpago yang dilepas sejak tahun 2008 masih belum dominan di petani.
Lambatnya adopsi VUB padi dikarenakan informasi keberadaan benih sumber
masih lemah disamping ketersediaannya yang relatif masih terbatas (Wahyuni,
2011). Percepatan penyebaran informasi tentang varietas unggul baru padi
diperlukan. Keunggulan suatu varietas, baru dapat dirasakan manfaatnya dalam
20
peningkatan produksi dan mutu beras apabila tersedia benih dalam jumlah cukup
untuk ditanam oleh petani (Daradjat et al., 2008).
Petani di Bengkulu sudah mulai menggunakan varietas unggul berlabel
secara mandiri. Sebelumnya, penanaman varietas unggul dalam skala luas hanya
dilakukan jika ada bantuan benih dari pemerintah melalui berbagai program,
seperti subsidi benih, Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU), dan bantuan
benih unggul pada lahan display dan demfarm SL-PTT.
Menurut data BPS Provinsi Bengkulu (2013), luas panen padi sawah di
Bengkulu adalah 128.131 ha. Jika setiap hektar lahan sawah membutuhkan 25
kg benih, maka kebutuhan benih mencapai 3.203.275 kg atau sekitar 3,203
ton/tahun. Bantuan benih melalui BLBU dan SL-PTT di Bengkulu mencapai
519.305 kg, atau 16,21% dari kebutuhan benih total (Wibawa et al., 2013).
Untuk mendorong percepatan penggunaan benih bermutu, maka
diperlukan upaya penangkaran dan sertifikasi benih. Hal ini telah diatur oleh
Pemerintah dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang
Perbenihan Tanaman, Permentan Nomor 39/Permentan/05.140/8/2006 tentang
Produksi Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina, dan Peraturan Direktur Jenderal
Tanaman Pangan Nomor 01/KPTS/HK.310/C/I/2009 tentang Persyaratan dan
Tatacara Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan (Hanizar dan Barianto, 2011).
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat benih melalui pemeriksaan,
pengujian laboratorium dan pengawasan pemasangan label. Benih padi
dibedakan atas beberapa kelas yaitu benih penjenis (label kuning), benih dasar
(label putih), benih pokok (label ungu), dan benih sebar (label biru). Dari 10 kg
benih penjenis dapat dihasilkan 12.000 ton benih sebar untuk kebutuhan benih
padi seluas 480.000 ha (Irawan, 2011). Prosedur sertifikasi benih terdiri atas 5
tahapan yaitu permohonan sertifikasi, pemeriksaan lapangan, pengambilan
contoh benih, pengujian benih, dan pelabelan.
Sebagai suatu teknologi, penggunaan benih unggul mendapat respon
petani yang beragam dari petani yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Harini
(2003) melaporkan bahwa faktor yang mempengaruhi perubahan usahatani padi
diantaranya adalah tingkat pendidikan, luas kepemilikan lahan dan umur. Petani
tidak mudah mengganti suatu varietas ke varietas yang lain sebelum mereka
yakin akan keunggulannya (Ruskandar, 2012). Oleh karena itu perlu digiatkan
21
penyuluhan, demonstrasi varietas, ataupun bentuk diseminasi/promosi lain agar
informasi varietas cepat sampai di lahan petani baik melalui media cetak maupun
elektronik. VUB yang cocok dan diminati oleh petani seharusnya tersedia tepat
waktu. Keberadaan UPBS menjadi sangat penting dalam menunjang kegiatan
peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan.
22
III. PROSEDUR PELAKSANAAN
3.1 Lokasi kegiatan dan waktu
Kegiatan Produksi Benih/UPBS pada tahun 2014 dilaksanakan di Provinsi
Bengkulu diantaranya di Kabupaten Kepahiang, Rejang Lebong, Lebong,
Mukomuko, Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara dan Kota Bengkulu. Kegiatan
dilaksanakan pada bulan Januari–Desember 2014. Pemilihan lokasi didasarkan
pada beberapa kriteria yaitu (1) merupakan daerah sentra padi di masing-masing
kabupaten/kota, (2) Lahan sawah mudah dijangkau dan didukung irigasi yang
memadai melalui kerjasama dengan petani penangkar, (3) Bukan merupakan
daerah endemis hama dan penyakit utama padi.
3.2 Ruang Lingkup Kegiatan
UPBS merupakan kegiatan lanjutan yang dimulai dari tahun 2011. Ruang
lingkup kegiatan Produksi Benih/UPBS pada tahun 2014 meliputi (a) koordinasi
internal dan antar institusi, (b) pelaksanaan penangkaran di lahan petani
penangkar, (c) promosi dan sosialisasi benih sumber, (d) pemetaan dan
penyebarluasan VUB (e) penjaringan respon dan umpan balik dari stakeholders.
UPBS dilakukan secara rutin tiap tahun, kegiatan UPBS dilaksanakan di seluruh
kabupaten di Provinsi Bengkulu. Pada tahun 2015 diharapkan UPBS sudah
menjadi lembaga yang profesional serta mampu berperan aktif dan bersinergi
dengan lembaga perbenihan daerah. Produksi benih diutamakan untuk
kebutuhan benih sumber di Provinsi Bengkulu.
3.3 Bahan dan Alat
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
Produksi Benih/UPBS antara lain benih VUB padi (Inpari 6, Inpari 7, Inpari 10,
Inpari 13, Inpari 15 dan Inpari 20, Banyuasin, Inpara 2, Inpara 6, Inpago 8)
kelas BS dan FS, saprodi pupuk (pupuk ponska, urea), pestisida (herbisida,
insektisida, fungisida).
Selanjutnya alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
produksi benih/UPBS antara lain dryer, sealer, timbangan, pengukur kadar air,
karung untuk hasil panen, karung kemasan 20 kg, plastik kemasan 5 kg, tali,
gerobak dorong, lantai jemur dan elpiji.
23
3.4 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
3.4.1 Persiapan
Kegiatan persiapan meliputi penyusunan Rencana Operasional
Diseminasi Hasil Penelitian (RODHP) dan petunjuk pelaksananaan (Juklak).
RODHP dan juklak disusun bersama antara penanggung jawab dan anggota tim
kegiatan.
Penyusunan RODHP
RODHP disusun untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan di lapangan
sebagai penjabaran dari proposal/RDHP. RODHP lebih rinci memuat aspek
administrasi/keuangan dan kegiatan yang telah dilaksanakan.
Penyusunan Juklak
Kegiatan teknis di lapangan dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan (juklak)
kegiatan diseminasi yang berisi tahapan teknis kegiatan secara rinci di
lapangan.
3.4.2 Pelaksanaan kegiatan
Target produksi benih UPBS BPTP Bengkulu sebesar 20 ton benih padi
berlabel putih dan benih berlabel ungu. VUB yang ditangkarkan sebagai benih
sumber, diantaranya adalah Inpari 6, Inpari 7, Inpari 10, Inpari 13, Inpari 15 dan
Inpari 20, Banyuasin, Inpara 2, Inpara 6 dan Inpago 8 untuk mengantisipasi
permintaan benih padi yang cukup tinggi di Provinsi Bengkulu pada tahun 2014.
Untuk mencapai output tersebut diperlukan tahapan kegiatan sebagai
berikut:
1. Koordinasi internal dan antar institusi
Koordinasi internal dilaksanakan secara rutin dalam bentuk pertemuan
ataupun seminar di BPTP Bengkulu. Pertemuan dilaksanakan setiap bulan. Dalam
pertemuan ini dievaluasi kemajuan kegiatan, hambatan dan kendala, tingkat
serapan dana, pencapaian dan rencana tindak lanjut kegiatan UPBS.
Kegiatan UPBS dalam logistik benih di daerah bertujuan untuk
mendukung pemenuhan kebutuhan benih sumber di daerah. Dengan demikian
UPBS perlu berkoordinasi dengan Dinas maupun kelembagaan perbenihan
setempat antara lain BPSB, BBI, BBU, Instalasi Kebun Benih, Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD) Perbenihan, penangkar dan produsen benih. Kegiatan
24
koordinasi dilakukan pada tahap persiapan untuk perencanaan produksi benih
sumber sampai dengan tahap distribusi. Hal ini untuk menjamin bahwa benih
yang dihasilkan diketahui oleh lembaga perbenihan setempat dan sesuai dengan
kebutuhan maupun menampung aspirasi dari stakeholders. Oleh karena itu,
informasi produksi benih yang dihasilkan harus disebarluaskan, agar stakeholders
dan masyarakat mendapatkan informasi ketersediaan benih di UPBS.
Koordinasi antar institusi baik di tingkat regional (stakeholders) di provinsi
dan kabupaten maupun nasional. Koordinasi di tingkat regional, khususnya di
tingkat kabupaten dilakukan dalam bentuk kunjungan dan pemaparan kegiatan
kegiatan kepada stakeholders (Dinas Pertanian Kabupaten, Badan Pelaksana
Penyuluhan maupun BPSB Koordinator Wilayah Kabupaten). Koordinasi di tingkat
provinsi dilakukan ke Dinas Pertanian Provinsi, Bakorluh dan BPSB Provinsi).
Koordinasi di tingkat nasional dilakukan pada Balai Besar/Balit lingkup Badan
Litbang Pertanian yang merupakan sumber inovasi teknologi dan informasi (BB
Pengkajian, BB Padi dan Balitkabi).
Koordinasi dengan instituasi di tingkat provinsi dan kabupaten, khususnya
dengan pihak BPSB Provinsi maupun BPSB koordinator wilayah dilakukan selain
untuk mendapatkan informasi maupun data mengenai kondisi BBI dan BBU
(alamat, kapasitas produksi dan sarana) yang ada di Provinsi Bengkulu, juga
dilakukan untuk terlaksananya kegiatan sertifikasi benih padi.
2. Produksi benih sumber
Penentuan lokasi dan petani kooperator
Penentuan lokasi dan petani penangkar sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan kegiatan. Petani yang dipilih adalah petani yang kooperatif dan
bersedia untuk mengikuti semua petunjuk teknis yang telah ditentukan.
Budidaya , panen , prosesing dan sertifikasi benih
Pelaksanaan penangkaran difokuskan pada produksi benih sumber padi.
Untuk kegiatan produksi benih dimulai dengan budidaya yang meliputi kegiatan
persemaian, penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, pengairan, penyiangan
dan pengendendalian OPT, roughing, panen, pengeringan. Kemudian dilanjutkan
dengan kegiatan pengolahan benih, sertifikasi, dan penyimpanan serta
pengemasan.
25
3. Percepatan proses adopsi VUB Spesifik lokasi
Percepatan proses adopsi VUB spesifik lokasi dipercepat melalui
pembinaan petani penangkar, sosialisasi, promosi dan distribusi benih.
Diseminasi dan distribusi benih dilakukan melalui beberapa kegiatan yang
diantaranya adalah sosialisasi dan temu lapang. Supaya benih yang telah
dihasilkan dapat terdistribusi dengan baik kepada pengguna, maka dapat
dilakukan dengan promosi/ diseminasi dan (2) komersial.
Distribusi dengan kegiatan promosi/diseminasi
Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :
(1) Sosialisasi benih VUB kepada Dinas Pertanian (provinsi/kabupaten/kota),
Badan Koordinasi Penyuluhan (pada tingkat provinsi) atau Badan Pelaksana
Penyuluhan kabupaten/kota setempat.
(2) Melakukan promosi benih bersama dengan Dinas, penangkar dan masyarakat
dalam bentuk kunjungan lapang, panen bersama.
(3) Pemberian bantuan benih kepada petani melalui Dinas Pertanian
kabupaten/kota dan/atau Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian
kabupaten/kota.
(4) Temu lapang hasil kegiatan penangkaran.
(5) Pemberian bantuan benih VUB kepada penangkar benih
Distribusi benih secara komersial
Produksi benih yang dimanfaatkan secara komersial atau dijual, maka
hasil penjualan sepenuhnya disetorkan kepada kas negara sebagai pendapatan
negara bukan pajak (PNBP).
4. Menghimpun data kebutuhan benih, varietas dan sebaran varietas (mapping).
UPBS bertujuan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan benih sumber
di daerah. Data yang berkaitan dengan kebutuhan benih, varietas, dan
sebarannya sangat diperlukan agar benih yang diproduksi dapat dimanfaatkan
secara optimal. Data ini perlu dikumpulkan baik secara desk studi maupun
kunjungan ke lapangan. Di samping itu juga perlu dipetakan kebutuhan benih
dan varietas spesifik lokasi untuk mempermudah dalam perencanaan maupun
dalam penyusunan kebijakan (policy). Data-data pendukung ini dapat diperoleh
26
dari berbagai sumber diantaranya BPS, Dinas Pertanian, BPSB, Badan
Penyuluhan, BPP, PT Pertani, PT. SHS, penangkar dll. Data ini ditabulasikan,
dianalisis dan dipetakan.
3.4.3 Indikator pencapaian
Produksi benih padi.
Jumlah benih padi yang diproduksi dan disalurkan oleh UPBS BPTP Bengkulu.
Kemampuan UPBS dalam memenuhi kebutuhan benih sumber di Provinsi
Bengkulu.
Jumlah penangkar yang dibina.
Jumlah diseminasi dan publikasi yang dihasilkan.
Data informasi penyebaran VUB padi.
27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Koordinasi internal dan antar institusi
Koordinasi internal telah dilaksanakan secara rutin dalam bentuk
pertemuan tim dalam rencana pelaksanaan kegiatan UPBS BPTP Bengkulu tahun
2014. Pertemuan dilaksanakan setiap bulan. Dalam pertemuan ini dievaluasi
kemajuan kegiatan, hambatan dan kendala, tingkat serapan dana, pencapaian
dan rencana tindak lanjut kegiatan UPBS.
Koordinasi antar institusi di tingkat regional (stakeholders) di provinsi dan
kabupaten. Khususnya di tingkat kabupaten dilaksanakan dalam bentuk
kunjungan dan pemaparan kegiatan kepada stakeholders (Dinas Pertanian dan
Badan Pelaksana Penyuluhan maupun BPSB Koordinator Wilayah Penyuluhan
Kabupaten Mukomuko, Kepahiang, Rejang Lebong, Seluma, Bengkulu Utara,
Bengkulu Tengah, Bengkulu Selatan, Lebong, Kaur dan Kota Bengkulu).
Koordinasi dengan instituasi di tingkat provinsi dan kabupaten, khususnya
dengan pihak Dinas Pertanian dan BPSB provinsi maupun BPSB koordinator
wilayah dilakukan selain untuk mendapatkan informasi maupun data mengenai
kebutuhan benih, varietas dan sebaran varietas yang ada di Provinsi Bengkulu,
juga dilakukan untuk terlaksananya kegiatan sertifikasi benih padi.
Koordinasi di tingkat nasional telah dilakukan melalui pertemuan open
house UPBS Balitkabi Malang dan rangkaian kegiatan PENAS di Malang Jawa
Timur pada tanggal 8 Juni sampai dengan 12 Juni 2104, selain itu juga dilakukan
koordinasi pada Balai Besar pengkajian dalam rangka perbaikan proposal, RDHP
dan RODHP. Koordinasi tingkat nasional dilakukan juga pada Balai Besar Padi
dalam rangka mendapatkan informasi ketersediaan benih padi baik itu varietas
beserta deskripsinya, volume benih, maupun kelas benih yang dibutuhkan dalam
kegiatan produksi benih/UPBS BPTP Bengkulu tahun 2014, disajikan pada
Tabel 1.
Kegiatan koordinasi yang dilakukan pada tahap persiapan bertujuan untuk
perencanaan produksi benih sumber sampai dengan tahap distribusi. Hal ini
untuk menjamin bahwa benih yang dihasilkan diketahui oleh lembaga perbenihan
setempat dan sesuai dengan kebutuhan maupun menampung aspirasi dari
stakeholders. Oleh karena itu, informasi produksi benih yang dihasilkan harus
disebar luaskan, agar stakeholders dan masyarakat mendapatkan informasi
28
ketersediaan benih di UPBS. Jumlah dan varietas padi yang diintroduksi dari BB
Padi pada tahun 2014 disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Varietas dan jumlah benih padi untuk kegiatan Produksi Benih/UPBSTahun 2014.
No Varietas Jumlah (kg) Kelas benih
1 Inpari 7 25 Breeder Seed (BS)
2 Inpari 15 25 Breeder Seed (BS)
3 Inpari 20 25 Breeder Seed (BS)
4 Inpago 8 25 Breeder Seed (BS)
5 Inpara 6 25 Breeder Seed (BS)
6 Inpara 2 75 Breeder Seed (BS)
7 Banyu asin 5 Breeder Seed (BS)
8 Inpari 13 45 Breeder Seed (BS)
Jumlah 250
4.2. Produksi benih sumber
4.2.1. Penentuan lokasi dan petani kooperator
Pemilihan lokasi untuk perbanyakan benih harus memperhatikan prinsip
agronomik dan prinsip genetik. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan lokasi diantaranya adalah: kemudahan akses ke lokasi produksi
(kondisi jalan) dan kondisi fisik lahan. Lahan untuk produksi benih sebaiknya
adalah lahan bera atau bekas pertanaman varietas yang sama atau varietas lain
yang karakteristik pertumbuhannya berbeda nyata, kondisi lahan subur dengan
air irigasi dan saluran drainase yang baik dan bebas dari sisa-sisa
tanaman/varietas lain. Isolasi jarak minimal antara 2 varietas yang berbeda
adalah 3 meter. Apabila tidak memungkinkan, untuk memperoleh waktu
pembungaan yang berbeda bagi pertanaman produksi benih dari varietas yang
umurnya relatif sama perlu dilakukan isolasi waktu tanam sekitar 4 minggu.
BPTP Bengkulu tidak mempunyai kebun percobaan (KP), maka untuk
produksi benih sumber dilakukan kerjasama dengan petani penangkar.
Berdasarkan petunjuk teknis pelaksanaan UPBS, ada dua cara kerjasama dengan
petani kooperator yaitu dengan cara bagi hasil dan sewa lahan.
29
Produksi benih melalui mekanisme kerjasama bagi hasil dengan
petani/penangkar dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
(1) Melakukan identifikasi calon petani/penangkar dan identifikasi lahan calon
lokasi produksi yang bersedia bekerjasama (bermitra), pada tahapan ini ada
beberapa hal yang perlu dicermati, diantaranya adalah calon
petani/penangkar bersifat inovatif, kreatif, bersedia menerima dan
menerapkan informasi teknologi.
(2) Menyusun perjanjian atau kontrak, yang mengatur lingkup kegiatan, lokasi,
kontribusi masing-masing pihak dan sistem bagi hasil. Perjanjian
mencantumkan lingkup kegiatan, waktu, lokasi, dan teknis kegiatan.
BPTP Bengkulu tidak mempunyai kebun percobaan (KP), maka untuk
produksi benih sumber dilakukan di lahan petani dengan sistem investasi dan
sewa lahan. Sistem investasi adalah sistem kerjasama dengan perjanjian bahwa
petani memberikan hasil panen padi dalam bentuk gabah atau calon benih
kepada pihak UPBS BPTP Bengkulu sebesar biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi benih di lahan petani kooperator/penangkar. Harga disesuaikan dengan
harga gabah pada waktu panen. Untuk produksi benih padi dilakukan dengan
menggunakan sistem kerja sama investasi, karena sistem kerjasama bagi hasil
belum biasa dilakukan dan tidak ada kesepakatan. Sistem sewa lahan petani
belum dapat dilaksanakan karena sebagian besar petani menginginkan sewa
lahan yang cukup tinggi mencapai Rp. 25.000.000,-/tahun.
Lokasi dan petani penangkar dipilih berdasarkan kriteria : (1) Lokasi
strategis, (2) Kondisi lahan subur dan irigasi/drainase cukup, (3) Petani
kooperatif dan pernah menjadi penangkar benih. Kegiatan penyediaan benih
sumber VUB padi melalui UPBS di Provinsi Bengkulu di lakukan pada lahan sawah
irigasi petani penangkar seluas 25 ha. (Tabel 2).
Tabel 2. Petani penangkar dan lokasi kegiatan produksi benih/UPBS BPTPBengkulu tahun 2014.
Varietas KelasBenih
Luas(ha)
PetaniKooperator
Lokasi
Inpara 2 FS 1 Mulyansyah Desa Dusun Baru Kec. Pondok Kubang Kab.Bengkulu Tengah
Inpara 2 FS 1 Burhan Desa Dusun Baru Kec. Pondok Kubang Kab.Bengkulu Tengah
Inpari 13 FS 1 Kusworo Kel. Harapan Jaya Desa Peraduan Binjai Kec.Tebat Karai Kab. Kepahiang
Inpari 10 FS 1 Raki Kel. Harapan Jaya Desa Peraduan Binjai Kec.Tebat Karai Kab. Kepahiang
Inpari 10 FS 1 Suwadi Kel. Harapan Jaya Desa Peraduan Binjai Kec.Tebat Karai Kab. Kepahiang
Inpari 10 FS 1 Anita Kel. Harapan Jaya Desa Peraduan Binjai Kec.Tebat Karai Kab. Kepahiang
30
4.2.2. Budidaya , panen , prosesing dan sertifikasi benih padi
Budidaya
Varietas padi yang diproduksi adalah Inpara 2, Inpara 6, Banyuasin,
Inpari 7, Inpari 10, Inpari 13, Inpari 15, Inpari 20 dan Inpago 8. Teknik budidaya
penangkaran adalah sebagai berikut : 1) Sistem tanam legowo, 2) Tanam bibit
muda, 2-3 bibit/rumpun, 3) Pupuk dengan dosis 300 kg Ponska dan 200 kg Urea
per hektar, 4) Pengendalian OPT (gulma, hama, penyakit) dengan pendekatan
PHT.
Inpari 10 FS 1 Leli Kel. Harapan Jaya Desa Peraduan Binjai Kec.Tebat Karai Kab. Kepahiang
Inpari 10 FS 1 Aniar Kel. Harapan Jaya Desa Peraduan Binjai Kec.Tebat Karai Kab. Kepahiang
Inpari 10 FS 0,5 Jahari Kel. Harapan Jaya Desa Peraduan Binjai Kec.Tebat Karai Kab. Kepahiang
Inpari 10 FS 0,5 Mahadi Kel. Harapan Jaya Desa Peraduan Binjai Kec.Tebat Karai Kab. Kepahiang
Inpari 2 BS 1 Marleni KWT. Putri Tanjung Ds. Taba Teret Kec. TabaPenanjung Kab. Bengkulu Tengah
Inpara 2 BS 1 Ujang Kel. Perintis Makmur Ds. Bajak 1 Kec. TabaPenenjung Kab. Bengkulu Tengah
Inpari 7 BS 1 M. Yani Kel. Perintis Makmur Ds. Bajak 1 Kec. TabaPenenjung Kab. Bengkulu Tengah
Inpara 6 BS 1 Elon Kel. Embun Pagi Kel. Panorama Kec. Singaran PatiKota Bengkulu
Inpago 8 BS 1 Elon Kel. Embun Pagi Kel. Panorama Kec. Singaran PatiKota Bengkulu
Inpari 13 BS 0,75 Sahafudin Kel. Gambung Jaya Kel. Panorama Kec. SingaranPati Kota Bengkulu
Inpari 15 BS 0,75 Suparno Kel. Gambung Jaya Kel. Panorama Kec. SingaranPati Kota Bengkulu
Inpari 15 BS 0,25 Lukman Kel. Embun Pagi Kel. Panorama Kec. Singaran PatiKota Bengkulu
Inpari 20 BS 1 Iin Kel. Embun Pagi Kel. Panorama Kec. Singaran PatiKota Bengkulu
Banyu asin BS 0,25 Suparno Kel. Gambung Jaya Kel. Panorama Kec. SingaranPati Kota Bengkulu
Inpara 2 BS 1 Ngadimo Kel. Mekar Sari d. Tirta Mulya Kec. Air MajuntoKab. Mukomuko
Inpara 2 BS 1 Sugeng Kel. Mekar Sari d. Tirta Mulya Kec. Air MajuntoKab. Mukomuko
Inpari 6 FS 1 Ajad Kel. Setia Bersama Ds. Tanjung Agung Kec.Tanjung Agung Palik Kab. Bengkulu Utara
Inpari 6 FS 1 Ramdani Kel. Setia Bersama Ds. Tanjung Agung Kec.Tanjung Agung Palik Kab. Bengkulu Utara
Inpari 6 FS 1 Bambang Kel. Setia Bersama Ds. Tanjung Agung Kec.Tanjung Agung Palik Kab. Bengkulu Utara
Inapara 2 FS 1 Sofiyan Kel. Serasan Kel. Taba Penanjung Kec. TabaPenanjung Kab. Bengkulu Tengah
Inapara 2 FS 1 Busli Kel. Serasan Kel. Taba Penanjung Kec. TabaPenanjung Kab. Bengkulu Tengah
Inapara 2 FS 1 Saiful Kel. Serasan Kel. Taba Penanjung Kec. TabaPenanjung Kab. Bengkulu Tengah
Jumlah 25
31
Kondisi pertanaman varietas Inpara 2, Inpari 6, Inpari 13 dan Inpari 10
sudah panen dan varietas Inpara 6, Inpari 7, Banyuasin, Inpari 15, Inpago 8
masih dipertanaman serta Inpari 13 juga masih ada yang dipertanaman.
Roughing
Untuk produksi benih perlu dilakukan roughing. Roughing adalah
membuang tanaman tipe simpang (off type), campuran varietas lain (CVL) yang
memiliki ciri-ciri menyimpang dari varietas yang diperbanyak. Salah satu syarat
dari benih bermutu adalah memiliki tingkat kemurnian genetik yang tinggi.
Roughing perlu dilakukan dengan benar dan dimulai dari fase vegetatif sampai
siap panen. Tujuan dari pelaksanaan roughing adalah agar produksi benih
memiliki kemurnian genetik yang tinggi sesuai dengan deskripsinya. Roughing
dilakukan dengan petugas pengawas benih tanaman (PBT) bersama dengan
penangkar dan tim UPBS BPTP Bengkulu.
Roughing pada fase vegetatif awal ( 35 – 45 HST) dan fase akhir vegetatif(50-60 HST)
Tanaman yang tumbuh di luar jalur/barisan.
Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan awalnya menyimpang dari sebagian
besar rumpun-rumpun lain.
Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari sebagian besar
rumpun-rumpun lain.
Tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda dari sebagian
besar rumpun-rumpun lain.
Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok).
Panen dan Pasca Panen
Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis,
atau apabila 90-95% malai telah menguning. Sebelum panen harus dipenuhi
kondisi, persyaratan dan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Pertanaman untuk
produksi benih dapat dipanen apabila sudah dinyatakan lulus sertifikasi lapangan
oleh BPSB, 2) Sebelum dipanen, semua malai dari kegiatan rouging harus
dikeluarkan dari areal yang dipanen untuk menghindari tercampurnya calon
32
benih dengan malai sisa rouging, 3) disiapkan peralatan yang digunakan untuk
panen (sabit, karung, terpal, alat perontok atau thresher, karung, dan
tempat/alat pengering), 4) Alat-alat yang digunakan dibersihkan sebelum panen
dilakukan, 5) Dua baris tanaman yang paling pinggir dipanen terpisah dan gabah
dari tanaman tersebut tidak digunakan sebagai calon benih, 6) Panen dilakukan
dengan cara memotong batang tanaman di bagian tengah, kemudian bagian
tanaman yang dipanen dirontok dengan thresher, atau memotong batang
tanaman di bagian bawah dan bagian tanaman yang dipanen digebot,
7) Pengukuran kadar air biji atau benih pada saat tanaman dipanen
menggunakan moisture tester, 8) Calon benih kemudian dimasukkan ke dalam
karung dan diberi label: nama varietas, tanggal panen, asal pertanaman, dan
berat calon benih, lalu diangkut dan segera dikeringkan.
Salah satu variabel dari mutu fisiologis benih yang paling mendapat
perhatian petani adalah status vigor benih. Vigor benih diartikan sebagai
kemampuan benih untuk tumbuh cepat, serempak, dan berkembang menjadi
tanaman normal dalam kondisi lapang dengan kisaran yang lebih luas. Untuk itu
cara panen yang baik, perontokan, pembersihan, dan cara pengeringan gabah
akan menentukan mutu benih.
Kadar air merupakan faktor yang sangat penting dalam pasca panen
untuk benih. Kadar air benih pada saat panen berkisar antara 14 % sampai
dengan 21,23 %. Calon benih yang diangkut ke gudang UPBS BPTP Bengkulu
berjumlah 3.850 kg yang merupakan bagi hasil dengan sistem investasi. Calon
benih yang ada dipetani disarankan untuk diproses menjadi benih. Sebagian
besar petani belum mampu memproses benih dengan alasan minimnya sarana,
kebutuhan mendesak dan cukup rumit, pemasaran sulit.
Prosesing dan Sertifikasi
Kadar air benih perlu segera diturunkan dengan cara menjemur atau
menggunakan alat pengering karena calon benih umumnya masih mempunyai
kadar air yang tinggi sekitar 21,23 %. Penjemuran dilakukan dengan
menggunakan hamparan/alas di bagian bawah untuk mencegah suhu
penjemuran yang terlalu tinggi di bagian bawah hamparan. Kemudian dilakukan
pembalikan benih secara berkala dan hati-hati, pengukuran suhu pada hamparan
33
benih yang dijemur dan kadar air benih dilakukan setiap 2-3 jam sekali.
Pengeringan dilakukan hingga kadar air telah mencapai atau telah memenuhi
standar mutu benih bersertifikat (13% atau lebih rendah).
Permasalahan dalam penjemuran dengan cara alami dengan
mengandalkan cahaya matahari adalah sangat tergantung cuaca. Di Bengkulu
cuaca tidak menentu, sering terjadi mendung dan hujan sehingga proses
pengeringan lambat dan memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang banyak.
Apabila penjemuran dilakukan di petani resiko benih tercampur tinggi.
Prosesing meliputi pembersihan benih dan pemilahan (grading). Tujuan
pembersihan selain memisahkan benih dari kotoran (tanah, jerami, dan daun
padi yang terikut) juga untuk membuang benih hampa. Pembersihan benih
dalam skala kecil dapat dilakukan secara manual menggunakan nyiru (ditampi).
Untuk skala produksi yang lebih besar, penggunaan mesin pembersih benih (air
screen cleaner) untuk meningkatkan efisiensi prosesing. Beberapa hal yang perlu
dilakukan dalam prosesing benih mulai dari pengeringan sampai pemilahan,
terutama untuk menghindari benih tercampur dengan varietas lain, di antaranya
adalah:
Sebelum proses prosesing dimulai perlu disiapkan, dicek peralatan, dan
dibersihkan alat-alat yang digunakan, serta dipastikan peralatan berfungsi
dengan baik dan benar-benar bersih dari kotoran maupun sisa-sisa benih
lainnya.
Untuk menghindari terjadinya pencampuran antar varietas, benih dari satu
varietas diolah sampai selesai, kemudian baru dilakukan pengolahan untuk
varietas lainnya.
Menempatkan benih hasil pengolahan dalam karung yang baru dan diberi
label yang jelas di dalam dan diluar karung.
Mesin/alat pengolahan dibersihkan ulang dari sisa-sisa benih sebelumnya,
untuk pengolahan varietas yang lain. Hal ini perlu dilakukan untuk
menghindari terjadinya campuran dengan varietas lain.
Pengemasan
Pengemasan selain mempermudah penyaluran/transportasi, juga
bertujuan untuk melindungi benih selama penyimpanan, terutama dalam
34
mempertahankan mutu benih dan menghindari serangan hama dan penyakit.
Oleh karena itu, efektif tidaknya kemasan sangat ditentukan oleh
kemampuannya dalam mempertahankan kadar air benih, viabilitas benih, dan
serangan hama penyakit serta gudang selama penyimpanan.
Sementara pengolahan benih berlangsung atau setelah selesai
pengolahan sambil menunggu hasil uji laboratorium dan label selesai dicetak,
benih dikemas dalam karung plastik yang dilapisi dengan kantong plastik di
bagian dalamnya. Untuk tujuan komersial, benih dikemas dalam kantong plastik.
Pengemasan dilakukan setelah sampel benih dinyatakan lulus oleh BPSB melalui
uji laboratorium. Label benih dimasukkan ke dalam kemasan sebelum di-sealed.
Pengemasan dan pemasangan label benih tersebut dilakukan untuk menghindari
pemalsuan.
Penyimpanan
Kondisi penyimpanan yang baik adalah kondisi yang mampu
mempertahankan mutu benih selama periode simpan, bahkan lebih lama. Daya
simpan benih dipengaruhi oleh sifat genetik benih, mutu benih awal simpan, dan
kondisi ruang simpan. Oleh karena itu, hanya benih yang bermutu tinggi yang
layak disimpan. Kondisi ruang simpan yang nyata mempengaruhi daya simpan
benih adalah suhu dan kelembaban ruang penyimpanan.
Kondisi ruang simpan yang baik untuk benih-benih yang bersifat
ortodoks, termasuk padi, adalah pada kondisi kering dan dingin. Beberapa kaidah
yang berkaitan dengan penyimpanan benih adalah: (1) untuk setiap penurunan
1% kadar air atau 5,5°C suhu ruang simpan melipatgandakan daya simpan
benih. (2) ruang penyimpanan yang baik adalah apabila kelembaban relatif
(% RH) ditambah dengan suhu ruang simpan (°F) sama dengan 100. Untuk
memenuhi kondisi demikian, ruang simpan benih idealnya dilengkapi dengan AC
(air conditioner).
Setiap benih disimpan secara teratur dan setiap varietas terpisah dari
varietas lainnya. Penataan benih di gudang diatur serapi mungkin agar mudah
dikontrol, tidak mudah roboh, dan benih atau barang yang keluar masuk gudang
tidak terganggu dan mengganggu dibagian bawah tumpukan diberi balok kayu
agar benih tidak bersentuhan langsung dengan lantai ruang simpan.
35
Produksi benih padi yang dihasilkan dari kerjasama UPBS BPTP Bengkulu
dengan petani penangkar dan lembaga perbenihan (BBI/BBU) pada tahun 2014
adalah sebanyak 34,56 ton (Tabel 3).
Tabel 3. Produksi benih sumber UPBS BPTP Bengkulu dan lembaga perbenihantahun 2014 di Provinsi Bengkulu.
No Varietas
Produksi Total
UPBS Balai benih/PetaniProduksi
(Kg)KelasBenih
Jumlah(Kg) Varietas
KelasBenih
Jumlah(Kg)
1 Inpara 2 FS 30 - - 0 30
2 Inpari 10 FS 698 - - 0 698
3 Inpari 13 FS 25 - - 0 25
4 Inpari 20 SS 185 - - 0 185
Sisa 2013 (a) 938 - - 0 938
Benih bersertifikasi
5 Inpago 8 SS 550 Inpago 8 SS 800 1.350
6 Inpara 2 SS 900 Inpara 2 SS 1.562 2.462
7 Inpari 6 FS 450 Inpari 6 FS 2.060 2.510
8 Inpara 2 FS 1.080 Inpara 2 FS 4.334 5.414
9 Inpaari 7 FS 124 Inpaari 7 FS 500 624
10 Inpari 13 SS 778 Inpari 13 FS 3.000 3.778
11 Inpari 10 SS 294 Inpari 10 FS 1.628 1.922
12 Inpari 10 SS 0 Inpari 10 SS 10.000 10.000
Prod. 2014 (b) 4.176 23.884 28.060
Total Stok (a+b) 5.114 23.884 28.998
Calon Benih
13 Inpari 13 FS 400 Inpari 13 FS 900 1300
14 Inpari 15 FS 370 Inpari 15 FS 980 1350
15 Inpari 20 FS 400 Inpari 20 FS 850 1250
16 Inpago 8 FS 380 Inpago 8 FS 900 1280
17 Inpara 6 FS 200 Inpara 6 FS 400 600
18 Banyuasin FS 400 Banyuasin FS 320 720Produksi benih tahun2014 (c) 2.150 4.350 6.500Total Produksi (d)(a+b+c) 7.264 28.234 35.498
Stok 2013 (e) 938 0 938
Produksi 2014 (d-e) 6.326 28.234 34.560
Penangkaran dengan sistem investasi telah dilakukan pada lahan petani
seluas 25 ha. Produksi benih padi yang dihasilkan sebanyak 34,56 ton telah
melebihi target dari capaian pelaksanaan kegiatan penyediaan benih sumber VUB
padi melalui UPBS di Provinsi Bengkulu tahun 2014, dimana target capaian
produksi dari pelaksanaan kegiatan adalah sebanyak 20 ton.
36
Tabel 3 juga menunjukkan bahwa benih yang dihasilkan dan dikelola oleh
UPBS BPTP Bengkulu pada tahun 2014 adalah 6,33 ton yang terdiri dari 4,18 ton
benih yang sudah bersertifikasi/berlabel dan sebanyak 2,15 ton calon benih yang
masih dalam prosesing. Benih yang dikelola oleh petani penangkar dan lembaga
perbenihan (BBI/BBU) mencapai 28,23 ton, sehingga total produksi benih padi
dari kerjasama UPBS dengan petani penangkar dan lembaga perbenihan
mencapai 34,56 ton.
Produksi benih yang dikelola oleh UPBS BPTP Bengkulu hanya 6,33 ton,
hal ini terjadi karena dengan kesepakatan kerjasama yang dilakukan melalui
sistem investasi masih lemah dalam hal penentuan harga calon benih per
kilogram.
Berdasarkan kelas benih UPBS BPTP Bengkulu bekerjasama dengan
petani penangkar dan lembaga perbenihan (BBI/BBU) telah memproduksi benih
padi dengan kelas benih FS sebanyak 15,05 ton dan kelas benih SS sebanyak
19,51 ton (Tabel 4). Untuk kelas benih FS yang dikelola oleh UPBS BPTP
Bengkulu adalah sebanyak 3,81 ton dan kelas benih SS sebanyak 2,52,
sedangkan sebanyak 11,24 ton dengan kelas benih FS dan 16,99 ton dengan
kelas benih SS dikelola oleh petani penangkar dan lembaga perbenihan
(BBI/BBU).
Tabel 4. Rekapitulasi produksi benih sumber kelas benih FS dan SS UPBS BPTPBengkulu dan lembaga perbenihan tahun 2014.
No
Produksi Benih
Total(Kg)
UPBS Petani
Kelas Benih FS
VarietasKelasBenih Jumlah (Kg) Varietas
KelasBenih
Jumlah(Kg)
2013
1 Inpara 2 FS 30 30
2 Inpari 10 FS 698 698
3 Inpari 13 FS 25 25
Jumlah (1) 753 753
2014
4 Inpari 6 FS 450 Inpari 6 FS 2.060 2.510
Jumlah (2) 450 2.510
37
Benih sdh bersertifikasi
5 Inpara 2 FS 1.080 Inpara 2 FS 4.334 5.414
6 Inpari 7 FS 124 Inpaari 7 FS 500 624
Jumlah (3) 1.204 4.834 6.038
Kelas Benih SS
Calon Benih
7 Inpari 13 FS 400 Inpari 13 FS 900 1.300
8 Inpari 15 FS 370 Inpari 15 FS 980 1.350
9 Inpari 20 FS 400 Inpari 20 FS 850 1.250
10 Inpago 8 FS 380 Inpago 8 FS 900 1.280
11 Inpara 6 FS 200 Inpara 6 FS 400 600
12 Banyuasin FS 400 Banyuasin FS 320 720
Jumlah (4) 2.150 4.350 6.500
Jumlah FS (1+2+3+4) 4.557 11.224 15.801
Produksi Benih
No UPBS Petani Total(Kg)
Kelas Benih SS
VarietasKelasBenih Jumlah (Kg) Varietas
KelasBenih
Jumlah(Kg)
2013
1 Inpari 20 SS 185 185
Jumlah (1) 185
2014
2 Inpago 8 SS 550 Inpago 8 SS 800 1.350
3 Inpara 2 SS 900 Inpara 2 SS 1.562 2.462
4 Inpari 13 SS 778 Inpari 13 SS 3.000 3.778
5 Inpari 10 SS 294 Inpari 10 SS 1.628 1.922
6 Inpari 10 SS 0 Inpari 10 SS 10.000 10.000
Jumlah (2) 2522 16990 19512
Jumlah FS Tahun 2103 753 0 753
Jumlah SS Tahun 2013 185 0 185
Jumlah FS+SS Tahun 2013 938 0 938
Jumlah FS Tahun 2014 3804 11244 15048
Jumlah SS Tahun 2014 2522 16990 19512
Jumlah FS+SS Tahun 2014 6326 28234 34560
38
4.3. Percepatan proses adopsi VUB Spesifik lokasi
UPBS perannya tidak hanya memproduksi benih tetapi sekaligus sebagai
media diseminasi. Proses adopsi VUB spesifik lokasi dipercepat melalui
pembinaan petani penangkar, promosi, sosialisasi dan distribusi benih.
Selanjutnya untuk lebih memasyarakatkan VUB yang dihasilkan oleh UPBS maka
dilakukan serangkaian kegiatan promosi dan diseminasi melalui kegiatan temu
lapang.
Diseminasi melalui kegiatan temu lapang telah dilaksanakan pada bulan
Agustus 2014 di lokasi penangkaran Kabupaten Bengkulu Tengah. Hasil kegiatan
temu lapang bertujuan agar petani dan petugas dapat mengenal, mengetahui
dan memahami penyediaan dan percepatan penyebaran VUB padi melalui UPBS
BPTP Bengkulu.
Promosi bertujuan untuk menyebarluaskan informasi tentang
ketersediaan benih yang diproduksi oleh UPBS BPTP Bengkulu kepada
dinas/instansi lingkup pertanian tingkat provinsi dan kabupaten/kota, BUMN,
penangkar dan petani padi. Sosialisasi dilakukan melalui berbagai kegiatan
pertemuan (temu lapang dan sinkronisasi/koordinasi kegiatan dengan
stakeholder), penyebarluasan informasi dalam bentuk tercetak (leaflet dan buku
deskripsi varietas) serta website. Melalui berbagai kegiatan sosialisasi diharapkan
timbulnya sinergi kegiatan antar pelaku agribisnis (petani, badan usaha, dan
pemerintah) dalam mempercepat penyebarluasan penggunaan VUB tanaman
pangan di lahan petani.
Inovasi teknologi berpeluang untuk diadopsi oleh petani apabila teknologi
yang diintroduksikan memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Bermanfaat bagi petani secara nyata.
2. Lebih unggul dibandingkan dengan teknologi yang telah ada.
3. Bahan, sarana, alat mesin, modal dan tenaga untuk mengadopsi
teknologi tersedia.
4. Memberikan nilai tambah dan keuntungan ekonomi.
5. Meningkatkan efisiensi dalam berproduksi.
6. Bersifat ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan usaha pertanian
(Kartono, 2009).
Dari sisi petaninya sendiri, mereka juga mempertimbangkan beberapa
faktor sebelum mengadopsi teknologi. Faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh
petani diantaranya adalah:
39
1. Ketersediaan pasar hasil panen dengan harga pasar yang layak serta
keuntungan yang baik.
2. Kepastian diperolehnya hasil panen dengan resiko kegagalan yang
minimal.
3. Penerapan teknologi tidak sulit bagi petani.
4. Petani mampu menyediakan modal untuk mengadopsi teknologi.
5. Memberikan nilai tambah dan keuntungan nyata bagi petani.
VUB yang ditangkarkan oleh UPBS adalah varietas yang adaptif dan
spesifik lokasi. Penyebaran atau distribusi VUB melalui kegiatan penangkaran
UPBS dilakukan pada 10 kabupaten/kota pada umumnya dengan sistem promosi
dan komersial.
Distribusi dengan kegiatan promosi/diseminasi
Kegiatan yang dilakukan antara lain :
(1) Sosialisasi benih VUB kepada Dinas Pertanian (provinsi/kabupaten/kota),
Badan Koordinasi Penyuluhan (pada tingkat provinsi) atau Badan Pelaksana
Penyuluhan kabupaten/kota.
(2) Melakukan promosi benih bersama dengan Dinas, penangkar dan masyarakat
dalam bentuk kunjungan lapang, panen bersama.
(3) Pemberian bantuan benih kepada petani melalui Dinas Pertanian
kabupaten/kota dan/atau Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian
kabupaten/kota yang.
(4) Temu lapang hasil kegiatan penangkaran.
(5) Pemberian bantuan benih VUB kepada penangkar benih
Distribusi benih melalui kegiatan promosi/diseminasi dengan cara
pemberian bantuan benih kepada petani penangkar melalui 10 Dinas Pertanian
kabupaten/kota (Mukomumo, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Kepahiang,
Rejang Lebong, Lebong, Seluma, Bengkulu Selatan, Kaur dan Kota Bengkulu)
telah dilakukan saat pelaksanaan pekan agroinovasi pada BPTP Bengkulu tanggal
9 September 2014. Pada pelaksanaan pekan agroinovasi ini telah terdistibusi
benih padi sebanyak 500 kg dan masing-masing kabupaten/kota mendapat
50 kg.
40
Distribusi dengan kegiatan promosi/diseminasi
Produksi benih yang dimanfaatkan secara komersial atau dijual, maka
hasil penjualan sepenuhnya disetorkan kepada kas negara sebagai pendapatan
negara bukan pajak (PNBP). Distibusi benih secara komersial dilakukan sesuai
dengan peraturan pemerintah Nomor 48 Tahun 2012. Untuk kelas benih FS
didistribusikan dengan harga Rp. 9000/kg, kelas benih SS dengan harga Rp.
7000/kg.
Benih padi yang telah lulus sertifikasi dan telah berlabel pada tahun 2014
sebanyak 4,18 ton dan sisa stok benih tahun 2013 sebanyak 938 kg dikelola oleh
UPBS BPTP Bengkulu, sedangkan sebanyak 23,88 ton dikelola oleh petani
panangkar dan lembaga perbenihan (BBI/BBU). Hasil dari kegiatan tahun 2014
dan sisa stok dari kegiatan tahun 2013 yang dikelola oleh UPBS telah terdistribusi
secara komersial dan promosi sebanyak 3,09 ton, yang terdiri dari varietas
Inpara 2 (FS) sebanyak 280 kg, Inpari 10 (FS) sebanyak 698 kg, Inpari 13 (FS)
sebanyak 25 kg, Inpari 20 (SS) sebanyak 185 kg, Inpago 8 (SS) 550 kg, Inpara 2
(SS) sebanyak 900 kg dan Inpari 6 (FS) sebanyak 450 kg.
Sedangkan yang dikelola oleh petani penangkar dan lembaga perbenihan
sudah terdistribusi sebanyak 3,5 ton yaitu varietas Inpari 10 dengan kelas benih
SS. Dengan demikian dari hasil kegiatan penangkaran UPBS BPTP Bengkulu
dengan petani penangkar dan balai benih terdapat total stok benih padi
sebanyak 22,41 ton yaitu stok benih yang dikelola oleh UPBS BPTP Bengkulu
sebanyak 2,03 ton dan yang dikelolah oleh petani penangkar dan balai benih
sebanyak 20,38 ton (Tabel 5).
41
Tabel 5. Stok dan distribusi benih padi kegiatan penangkaran UPBS BPTP Bengkulu dan petani penangkar serta lembaga perbenihan tahun2014.
No Stok Benih Terdistribusi (Kg) Sisa Stok Benih (Kg) KeteranganVarietas Kelas
BenihVolume (Kg) UPBS Balai
Benih/PetaniJumlah
distribusiUPBS Balai
Benih/PetaniJumlah SisaStok Benih
UPBS BalaiBenih/Petani
JumlahStok Benih
1 Inpara 2 FS 30 0 30 30 30 0 0 02 Inpari 10 FS 698 0 698 698 698 0 0 03 Inpari 13 FS 25 0 25 25 25 0 0 04 Inpari 20 SS 185 0 185 185 185 0 0 0
Jumlah distribusi(1)
938 0 938 938 938 0 0 0 Dari sisastok benihtahun 2013
5 Inpago 8 SS 550 800 1.350 550 550 0 800 8006 Inpara 2 SS 900 1.562 2.462 900 900 0 1.562 1.5627 Inpari 6 FS 450 2.060 2.510 450 450 0 2.060 2.0608 Inpara 2 FS 1.080 4.334 5.414 250 250 830 4.334 5.1649 Inpaari 7 FS 124 500 624 124 500 62410 Inpari 13 SS 778 3.000 3.778 778 3.000 3.77811 Inpari 10 SS 294 1.628 1.922 294 1.628 1.92212 Inpari 10 SS 0 10.000 10.000 3.500 3.500 0 6.500 6.500
Jumlah stok benih 5.114 23.884 28.998Jumlah distribusi (2) 2.150 3.500 2.026 20.384 22.410Total distribusi (1+2) 3.088 3.500 6.588 2.026 20.384 22.410
42
4.4. Kinerja UPBS dan Produktivitas Petani Penangkar
Pada tahun 2014 UPBS bekerjasama dengan petani penangkar dan
lembaga perbenihan (BBI/BBU) mampu memproduksi benih padi sebanyak 34,56
ton benih, yang dikelola oleh UPBS BPTP Bengkulu sebanyak 6,33 ton,
sedangkan yang lainnya sebanyak 28,23 ton dikelola oleh petani penangkar dan
lembaga perbenihan (BBI/BBU) yang tersebar di seluruh Provinsi Bengkulu.
UPBS BPTP Bengkulu juga telah melakukan pembinaan terhadap 9
kelompok tani petani penangkar yang beranggotakan 550 orang di 7 kabupaten
(Kepahiang, Mukomuko, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Rejang Lebong,
Lebong dan Kota Bengkulu) dengan .
Selanjutnya UPBS BPTP Bengkulu juga telah melakukan suvey terhadap
lembaga perbenihan di Provinsi Bengkulu. Survey ini dilakukan untuk mengetahui
aktivitas, sapras, dan permasalahan peran dari lembaga perbenihan (BPSB, BBI,
BBU, penangkar). Berdasarkan hasil survey diketahui bahwa di Provinsi Bengkulu
ada 6 Kabupaten/kota yang memiliki Balai Benih Padi, keragaaan lembaga
perbenihan di Provinsi Bengkulu disajikan pada Tabel 6.
Empat kabupaten yang tidak memiliki lembaga perbenihan adalah
Kabupaten Seluma, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah dan Kepahiang. Bengkulu
Utara dan Seluma merupakan sentra produksi padi di Provinsi Bengkulu tetapi
tidak memiliki lembaga perbenihan. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengelolaan
perbenihan belum fokus, walaupun telah disadari bahwa benih merupakan salah
satu komponen teknologi yang mampu mengungkit produktivitas dan produksi
beras. Kondisi ini mungkin juga berkaitan dengan kebijakan ataupun regulasi
pemerintah pusat, terutama dalam pengadaan benih unggul berbantuan seperti
BLBU maupun benih bersubsidi. Regulasi penyaluran BLBU dan benih bersubsidi
membuat penangkar maupun lembaga perbenihan di daerah tidak bergairah,
dikaitkan dengan harga dan sasaran pasar yang kurang menguntungkan.
43
Tabel 6. Keragaan lembaga perbenihan padi di Provinsi Bengkulu
Lembaga Perbenihan KABUPATEN DAN ORDINAT SAWAH(HA)
PRODUKSI/TAHUN(TON)
SDM KELEMBAGAAN PERMASALAHAN
Balai Benih Induk (DinasPertanian Provinsi)
KepahiangS.03.37.284E.102.33.395Elevasi 574 m
2,00 4,00 13 Eselon III - Bangunan banyak yang sudah rusak- Peralatan prosesing terbatas- Saluran air irigasi rusak sehingga pemanfaatan lahan
tidak optimalBalai Benih Induk Mukomuko 2,00 4,00 1 Masih di bawah
Kabid. Pertanian- SDM sangat terbatas- Peralatan prosesing dan laboratorium minim- Sistem pengganggaran belum jelas- Kelembagaan masih di bawah Kabid. Produksi
Balai Benih Padi dan Palawija LebongS. 03.08.280E. 102.14.578Elevation 360 m
5,54 5,00 7 Eselon IV - SDM sangat terbatas- Perlu peningkatan kompetensi SDM, pelatihan sangat
terbatas- Peralatan prosesing dan laboratorium minim- Anggaran terbatas
Balai Benih Padi dan Palawija Rejang LebongS.03.27.112E.102.29.803Elevation 628 m
3,00 3,00 6 & 1 Eselon IV - Peralatan prosesing terbatas- Saluran air irigasi rusak sehingga pemanfaatan lahan
tidak optimal- Anggaran dan SDM terbatas
Balai Benih Pembantu Kota BengkuluS.03.27.111E.102.29.804Elevation 42 m
8,00 0,00 9 Masih di bawahKabid. Pertanian
- Peralatan prosesing dan laboratorium minim- Sistem pengganggaran belum jelas- Kelembagaan masih di bawah Kabid. Produksi- Anggaran tidak tersedia
Balai Benih Pembantu Bengkulu SelatanS.03.09.593E.102.10.131Elevation 36 m
5,00 5,00 3 Eselon IV - Peralatan prosesing terbatas- Perlu peningkatan kompetensi SDM, pelatihan sangat
terbatas- Saluran air irigasi rusak sehingga pemanfaatan lahan
tidak optimal- Anggaran dan SDM terbatas- SDM Terb
Balai Benih Utama Padi KaurS.04. 26.734E 102.54.305Elevation 14 m
1,5 1,50 3 Masih di bawahKabid. Pertanian
- Peralatan prosesing terbatas- Saluran air irigasi rusak sehingga pemanfaatan lahan
tidak optimal- Anggaran dan SDM terbatas
44
Tabel 6 menunjukkan bahwa lembaga perbenihan di Provinsi Bengkulu
masih belum tangguh dan sehat. Hal ini dikaitkan dengan produktifitas, efisiensi,
daya saing, dan berkelanjutan produksi belum tergambar secara jelas. Kondisi ini
juga memberikan gambaran bahwa lembaga perbenihan belum mendapatkan
perhatian yang cukup serius.
Jika dicermati dari segi agroekosistemnya, terutama ketinggian tempat
dari lokasi lembaga perbenihan posisinya berada pada kategori dataran rendah
hingga dataran menengah (14-628 m di atas permukaan laut, dpl). Varietas
spesifik lokasi yang adaptif juga perlu diketahui oleh pengelola lembaga
perbenihan agar dapat memilih varietas yang adaptif, tepat dan sesuai dengan
preferensi petaninya. Hal ini dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik
dan toleran terhadap cekaman lingkungan biotik dan abiotik sehingga dapat
mengurangi resiko kegagalan dan produktivitasnya tinggi. Ke depan lembaga
perbenihan daerah hendaknya tidak hanya berperan sebagai penyedia benih,
tetapi juga bersinergi dengan para penyuluh berupaya untuk mendiseminasikan
varietas-varietas yang dihasilkan agar ada akselerasi adopsi dan difusi antar
petani.
Dilihat dari aspek kelembagaannya, penamaan lembaga perbenihan di
tiap kabupaten berbeda-beda. Masing-masing lembaga perbenihan di Kabupaten
dan provinsi belum terjalin networking yang baik. Hal ini ditunjukkan dari asal
benih sumber dan promosinya yang juga belum berjalan dengan baik. Tiap
lembaga terkesan melaksanakan tupoksinya masing-masing tanpa atau dengan
kadar koordinasi dan integrasi yang minim.
Dari Tabel 6 juga terlihat dari aspek dari aspek luas lahan sawah yang
dimiliki oleh lembaga perbenihan juga vareatif mulai dari 1 sampai dengan 8 ha,
padahal ada ketentuan luas minimal yang dipersyaratkan untuk dapat mencapai
output dan kinerja lembaga perbenihan. Dengan luas lahan yang hanya 1 ha,
mungkin tidak efisien jika dibandingkan dengan jumlah ataupun investasi
infrastruktur, bangunan dan SDM. Sementara lembaga perbenihan dengan lahan
yang cukup luas, 8 ha misalnya, tidak mempunyai anggaran yang memadai
untuk operasional.
Peran lembaga perbenihan sebagai penyediaan benih padi dan
pengungkit peningkatan produksi beras secara regional maupun nasional perlu
dibangun dengan komitmen yang baik dari berbagai pihak.
45
Produktivitas petani penangkar pada pelaksanaan kegiatan UPBS berkisar
antara 4,3-7,8 ton ha (Tabel 7).
Tabel 7. Varietas, luas lahan, petani kooperator dan produktivitas kegiatanpenangkaran UPBS tahun 2014.
No Varietas KelasBenih
LuasLahan(ha)
PetaniKooperator
Lokasi Produktivitas(ton/ha)
1 Inpara 2 FS 1 Mulyansyah Desa Dusun Baru Kec.Pondok Kubang Kab.Bengkulu Tengah
5,5
2 Inpara 2 FS 1 Burhan Desa Dusun Baru Kec.Pondok Kubang Kab.Bengkulu Tengah
5,7
3 Inpari 13 FS 1 Kusworo Kel. Harapan Jaya DesaPeraduan Binjai Kec. TebatKarai Kab. Kepahiang
7,6
4 Inpari 10 FS 1 Raki Kel. Harapan Jaya DesaPeraduan Binjai Kec. TebatKarai Kab. Kepahiang
7,8
5 Inpari 10 FS 1 A. Suwadi Kel. Harapan Jaya DesaPeraduan Binjai Kec. TebatKarai Kab. Kepahiang
7,4
6 Inpari 10 FS 1 Anita Kel. Harapan Jaya DesaPeraduan Binjai Kec. TebatKarai Kab. Kepahiang
7,0
7 Inpari 10 FS 1 Leli Kel. Harapan Jaya DesaPeraduan Binjai Kec. TebatKarai Kab. Kepahiang
7,3
8 Inpari 10 FS 1 Aniar Kel. Harapan Jaya DesaPeraduan Binjai Kec. TebatKarai Kab. Kepahiang
7,3
9 Inpari 10 FS 0,5 Jahari Kel. Harapan Jaya DesaPeraduan Binjai Kec. TebatKarai Kab. Kepahiang
4,5
10 Inpari 10 FS 0,5 Mahadi Kel. Harapan Jaya DesaPeraduan Binjai Kec. TebatKarai Kab. Kepahiang
6,8
11 Inpari 2 BS 1 Marleni KWT. Putri Tanjung Ds.Taba Teret Kec. TabaPenanjung Kab. BengkuluTengah
4,5
12 Inpara 2 BS 1 Ujang Kel. Perintis Makmur Ds.Bajak 1 Kec. TabaPenenjung Kab. BengkuluTengah
4,3
13 Inpari 7 BS 1 M. Yani Kel. Perintis Makmur Ds.Bajak 1 Kec. TabaPenenjung Kab. BengkuluTengah
6,5
14 Inpara 6 BS 1 Elon Kel. Embun Pagi Kel.Panorama Kec. SingaranPati Kota Bengkulu
4,7
15 Inpago 8 BS 1 Elon Kel. Embun Pagi Kel.Panorama Kec. SingaranPati Kota Bengkulu
5,6
46
16 Inpari 13 BS 0,75 Sahafudin Kel. Gambung Jaya Kel.Panorama Kec. SingaranPati Kota Bengkulu
7,3
17 Inpari 15 BS 0,75 Suparno Kel. Gambung Jaya Kel.Panorama Kec. SingaranPati Kota Bengkulu
7,0
18 Inpari 15 BS 0,25 Lukman Kel. Embun Pagi Kel.Panorama Kec. SingaranPati Kota Bengkulu
7,2
19 Inpari 20 BS 1 Iin Kel. Embun Pagi Kel.Panorama Kec. SingaranPati Kota Bengkulu
6,8
20 Banyuasin BS 0,25 Suparno Kel. Gambung Jaya Kel.Panorama Kec. SingaranPati Kota Bengkulu
7,8
21 Inpara 2 BS 1 Ngadimo Kel. Mekar Sari Ds. TirtaMulya Kec. Air MajuntoKab. Mukomuko
7,6
22 Inpara 2 BS 1 Sugeng Kel. Jadi Makmur Ds. TirtaMulya Kec. Air MajuntoKab. Mukomuko
7,5
23 Inapri 6 BS 1 Ajad Kel. Setia Bersama Ds.Tanjung Agung Kec.Tanjung Agung Palik Kab.Bengkulu Utara
6,0
24 Inpari 6 FS 1 Ramdani Kel. Setia Bersama Ds.Tanjung Agung Kec.Tanjung Agung Palik Kab.Bengkulu Utara
-
24 Inpari 6 FS 1 Bambang Kel. Setia Bersama Ds.Tanjung Agung Kec.Tanjung Agung Palik Kab.Bengkulu Utara
-
25 Inpara 2 FS 1 Sofiyan Kel. Serasan Kel. TabaPenanjung Kec. TabaPenanjung Kab. BengkuluTengah
-
26 Inpara 2 FS 1 Busli Kel. Serasan Kel. TabaPenanjung Kec. TabaPenanjung Kab. BengkuluTengah
-
27 Inpara 2 FS 1 Saiful Kel. Serasan Kel. TabaPenanjung Kec. TabaPenanjung Kab. BengkuluTengah
-
Jumlah 25
Dari pelaksanaan kegiatan UPBS yang bersinergi dengan stakeholders,
petani penangkar, lembaga perbenihan pemerintah (BBI/BBU) terjadi
peningkatan produktivitas pada petani penangkar. Peningkatan produktivitas
mencapai 44,44 persen, dari produktivitas rata-rata 4,5 ton/ha meningkat
menjadi 6,5 ton/ha. Produktivitas petani penangkar yang masih rendah dari rata-
rata produktivitas disebabkan adanya serangan hama tikus pada saat
pertanaman. Selain itu kondisi iklim ekstrim yang terjadi di Provinsi Bengkulu
47
pada saat pelaksanaan kegiatan pertanaman juga mempengaruhi produktivitas
pada petani penangkar.
4.5. Pemetaan kebutuhan benih, varietas dan sebaran varietas
UPBS bertujuan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan benih sumber
di daerah. Data yang berkaitan dengan kebutuhan benih, varietas, dan
sebarannya sangat diperlukan agar benih yang diproduksi dapat dimanfaatkan
secara optimal. Data ini dikumpulkan secara desk study melalui sumber data
Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu diketahui bahwa luas tanam padi di Provinsi
Bengkulu untuk tahun 2014 adalah seluas 137.725 Ha dengan kebutuhan benih
padi sebanyak 3.442,93 ton (Tabel 8).
Tabel 8. Sasaran luas tanam dan kebutuhan benih serta sebaran varietas padi diProvinsi Bengkulu tahun 2014.
No Kabupaten/Kota
SasaranLuas
Tanam(Ha)
Kebutuhan
Benih(ton)
Sebaran Varietas
1 Bengkulu Utara 19.698 492.45 Cigeulis, Ciherang, Inpari 10
2 Bengkulu Selatan 16.076 401.90 Mikongga, Cigeulis, Ciherang,Silugonggo
3 Rejang Lebong 17.650 441.25 Cigeulis, Ciherang, IR-64,Inpari 15, Inpari 20
4 Kota Bengkulu 4.636 115.90 Cigeulis, Mikongga, Inpari 13
5 Muko-Muko 14.413 360.33 Ciliwung, Situbagendit,Mikongga, Ciherang, Inpara 2
6 Seluma 23.685 592.13 Inpara 2, Banyu asin, Ciherang,IR-64, Inpari 10
7 Kaur 11.860 296.25 Cigerang, Cigeulis, Mikongga,Cimelati, Inpari 13
8 Kepahiang 6.280 157.00 Mikongga, Cigeulis, Ciherang,Tumbaran, Harum, Inpari 10,Inpari 13
9 Lebong 12.164 304.10 Cigeulis, IR-64, Mira, Inpari 13,Inpari 20
10 Bengkulu Tengah 11.265 281.63 Cigeulis, Situbagendit, Inpari10, Inpari 13, Inpara 2
Jumlah 137.725 3.442.93
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu Tahun 2014.
48
Dari Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu juga diketahui bahwa untuk
mendukung peningkatan swasembada pangan Provinsi Bengkulu dilakukan
melalui pencapaian target kawasan pada tahun 2014 seluas 56.000 Ha untuk
kawasan pemantapan padi sawah yang tersebar di 10 kabupaten/kota, 9.000 Ha
untuk kawasan pertumbuhan padi lahan kering yang tersebar di 8 kabupaten,
6.000 Ha untuk kawasan pengembangan padi sawah yang tersebar di 6
kabupaten, dan 3.000 Ha untuk kawasan pengembangan jagung yang tersebar
di 3 kabupaten (Tabel 9). Dari data ini menunjukkan bahwa 2014, sekitar
60-70% dari luas areal tanam sudah mendapatkan program SL-PTT, dengan
benih bersubsidi.
Tabel 9. Luas dan varietas kawasan pemantapan dan pengembangan padi sawahserta luas dan kawasan pertumbuhan lahan kering di Provinsi Bengkulutahun 2014.
No Kabupaten
KawasanPemantapan padi
sawahPertumbuhan lahan
keringPengembangan
padi sawahLuas(Ha)
Varietas Luas(Ha)
Varietas Luas(Ha)
Varietas
1 BengkuluSelatan
6.000 Ciherang/Cigeulis/Mikongga
1.000 VUB
2 Kaur 6.000 Mikongga 1.000 Situbagendit3 Kota
Bengkulu2.000 Mikongga/
Cigeulis4 Rejang
Lebong7.000 Mikongga/
Cigeulis1.000 Situbagendit 1.000 Ciherang
/Cigeulis5 Bengkulu
Tengah4.000 Inpari 2.000 Situbagendit
6 Kepahiang 2.000 Mikongga/Cigeulis
1.000 Situbagendit
7 Lebong 7.000 Mikongga/Cigeulis
1.000 Situbagendit 1.000 VUB
8 BengkuluUtara
8.000 Mikongga/Cigeulis
1.000 Situbagendit 1.000 VUB
9 Seluma 9.000 Mikongga/Cigeulis
1.000 Inpago 1.000 Mikongga
10 Mukomuko 5.000 Mikongga 1.000 Situbagendit 1.000 VUBJumlah 56.000 9.000 6.000
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu Tahun 2014.
49
Di Provinsi Bengkulu padi non hibrida masih didominansi oleh varietas
Mekongga, Ciherang dan Cigeulis sedangkan untuk padi lahan kering didominansi
oleh Situbagendit dan Inpago (Tabel 10).
Tabel 10. Dominansi varietas padi di Provinsi Bengkulu tahun 2014.
No Kabupaten Varietas VarietasPadi Non Hibrida Padi Lahan Kering
1 Bengkulu Tengah Cigeulis, Ciherang, Mekongga,Inpara 2, Inpari 10
-
2 Kepahiang Cigeulis, Ciherang -
3 Rejang Lebong Cigeulis, Mekongga Situbagendit
4 Seluma Mekongga, Inpara 2, Inpari,Cigeulis
VUN
5 Kaur Cigeulis, Mekongga -
6 Mukomuko - -
7 Bengkulu Utara Inpari 13, Ciherang, IR-36, IR-64,PB 42, Cigeulis, Mekongga,Ciliwung
Situbagendit, Inpago 6
8 Bengkulu Selatan Inpari, Cigeulis, Mekongga -
9 Lebong Cigeulis, Ciherang, IR-64 -
10 Kota Bengkulu Mekongga, Cigeulis, Ciherang, IR-64, Bastari
Situbagendit, Inpago
Secara berangsur varietas Inpari 7, 13, 15, 20; Inpago 8; Inpara 2 dan
Banyuasin dapat diterima oleh petani di Provinsi Bengkulu melalui kegiatan
promosi/sosialisasi, pembinaan petani penangkar dan distribusi benih sumber
yang telah dilakukan.
50
V. KESIMPULAN
1. UPBS mampu menghasilkan benih sebanyak 34,56 ton dengan kelas benih
FS sebanyak 15,05 ton dan SS sebanyak 19,51 ton.
2. Varietas yang diproduksi oleh UPBS (Inpari 7, 13, 15, 20; Inpago 8; Inpara 2
dan Banyuasin) dikembangkan secara masif dan mampu memenuhi
kebutuhan benih sumber di Provinsi Bengkulu.
3. UPBS sudah bersinergi dengan stakeholders, petani penangkar, lembaga
perbenihan pemerintah dalam memproduksi dan menyebarluaskan VUB
sebanyak 34,56 ton dan produktivitas petani penangkar meningkat sebanyak
44,44 persen.
4. Varietas padi yang dominan di Provinsi Bengkulu adalah Mekongga, Cigeulis
dan Ciherang dan secara berangsur Inpari 7, 13, 15, 20; Inpago 8; Inpara 2
dan Banyuasin dapat diterima oleh petani di Provinsi Bengkulu.
51
VI. KINERJA HASIL DISEMINASI
Peningkatan produktivitas dan produksi padi di Provinsi Bengkulu perlu
didukung dengan penggunaan VUB yang bermutu. Untuk memenuhi dukungan
tersebut dapat dilakukan melalui kinerja hasil dari kegiatan diseminasi
penyediaan dan percepatan penyebaran VUB melalui UPBS sebagai pendukung
logistik benih sumber padi bagi lembaga perbenihan (BBI, BBU) dan petani
penangkar di Provinsi Bengkulu. Selanjutnya untuk mewujudkan swasembada
dan swasembada berkelanjutan juga perlu penggunaan VUB secara masif oleh
petani dalam skala yang luas.
Melalui kegiatan UPBS juga diketahui bahwa VUB padi yang direlease
Badan Litbang Pertanian adaptif di Provinsi Bengkulu. Komoditas padi yang
adaptif antara lain varietas Inpari 6, Inpari 10, Inpari 13, Inpago 8, Inpari 20,
Inpara 2 dan Banyuasin. Secara rinci varietas adaptif VUB spesifik lokasi di
Provinsi Bengkulu disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. VUB padi yang adaptif di Provinsi Bengkulu
Komoditas Varietas Lokasi/Kabupaten
Padi Inpari 6 Lebong, Rejang Lebong danBengkulu Utara
Inpari 10 Lebong, Bengkulu Tengah,Kepahiang dan Bengkulu Utara
Inpari 13 Lebong, Rejang Lebong danKepahiang
Inpari 20 Lebong, Kepahiang dan RejangLebong
Inpago 8 Rejang lebong
Inpara 2 Seluma, Bengkulu Tengah dan KotaBengkulu
Banyuasin Seluma dan Kota Bengkulu
Pada tahun 2010 sampai dengan 2011 UPBS masih pada tahap
memperkenalkan dan sosialisai. Pada tahun 2012 UPBS telah mampu
menyebarluaskan atau mendistribusikan benih padi sebanyak 17.962 kg. Pada
tahun 2013 UPBS telah mampu mendukung penyediaan benih sumber VUB baru
dengan produksi benih sebanyak 35,5 ton padi (33,15 ton), jagung (1,95 ton)
dan kedelai (0,40 ton) untuk mewujudkan 6 tepat (waktu, varietas, jumlah,
52
mutu, lokasi dan harga) perbenihan. Pada tahun 2013 juga UPBS mampu
menyediakan dokumen alternatif rekomendasi peningkatan kinerja lembaga
perbenihan dan peta terintegrasi (overlay) dari lokasi penangkar, lembaga
perbenihan dan penyebaran VUB padi, jagung dan kedelai.
Pada tahun 2014 UPBS berperan dalam upaya penyediaan dan
percepatan VUB yang direlease Badan Litbang, VUB padi (Inpari 7, 13, 15, 20;
Inpago 8; Inpara 2 dan Banyuasin). Selanjutnya UPBS bekerjasama dengan
petani penangkar dan lembaga perbernihan (BBI/BBU) telah menghasilkan benih
sebanyak 34,56 ton serta meningkatkan kapasitas SDM petani penangkar
terhadap 9 kelompok petani dari 7 kabupaten dengan luasan penangkaran 25 ha.
Dalam rangka percepatan adopsi VUB padi spesifik lokasi UPBS
bekerjasama dengan petani penangkar dan lembaga perbernihan (BBI/BBU)
telah terdistribusi benih sebanyak 6,09 ton dengan stok benih yang tersedia pada
UPBS BPTP Bengkulu dan petani penangkar serta lembaga perbenihan (BBI/BBU)
sebanyak 22,41 ton.
Dari hasil survey dan monitoring yang telah dilakukan secara desk study
pada lembaga perbenihan diketahui kebutuhan benih padi di Provinsi Bengkulu
mencapai 3.442 ton dan masih didominasi oleh varietas Mekongga, Cigeulis dan
Ciherang.
53
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2011. Keputusan Kepala Badan Litbang PertanianNomor 142/Kpts/OT.160/I/5/2011 tentang Unit Pengelola Benih Sumber.Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2013a. PetunjukTeknis UPBS. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan TeknologiPertanian. Bogor.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2013b. PetunjukTeknis Produksi Benih. Balai Besar Pengkajian dan PengembanganTeknologi Pertanian. Bogor.
BPS. 2011. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Padi SeluruhProvinsi. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?eng=0.
BPS Provinsi Bengkulu. 2011. Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Bengkulu Nomor43/11/17/Th. V, 1 November 2011. BPS Provinsi Bengkulu.
Daradjat, A.A., Agus S., A.K. Makarim, A. Hasanuddin. 2008. Padi – InovasiTeknologi Produksi. Buku 2. LIPI Press. Jakarta.
Hanizar, M. dan Barianto. 2011. Persyaratan dan Tatacara Sertifikasi Benih BinaTanaman Pangan. Makalah disampaikan dalam Temu LapangPenangkaran Padi di Kota Bengkulu tanggal 12 Desember 2011. BPSB-TPH Provinsi Bengkulu.
Harini, R. 2003. Tingkat Efisiensi Perubahan Usahatani Padi di KecamatanSeyegan. Majalah Geografi Indonesia 17(2): 81-94.
Irawan, B. 2011. Prosedur Penangkaran Benih Padi. Makalah disampaikan dalamSosialisasi Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Kegiatan Unit Pengelola BenihSumber (UPBS) di Kabupaten Bengkulu Utara tanggal 13 Desember 2011.BPSB-TPH Provinsi Bengkulu.
Ishak, A., Afrizon, Yahumri, Yesmawati, Y. Oktavia, dan T. Hidayat. 2011.Laporan Akhir Tahun Kegiatan, Balai Pengkajian Teknologi PertanianBengkulu. Bengkulu: Kementerian Pertanian..
Kementerian Pertanian. 2010. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun2010-2014. Jakarta: Kementerian Pertanian.
Manuwoto. 1992. Sinkronisasi Kebijakan dalam Perencanaan dan PelaksanaanPembangunan, Suatu Upaya Pencegahan Alih Fungsi Lahan. Dalam:Utomo, M., E. Rivai, dan A. Thahar (Ed.). Pembangunan danPengendalian Alih Fungsi Lahan. Bandar Lampung: Universitas Lampung.p. 45-57.
54
Nugraha, U.S, Sri Wahyuni, M.Y. Samaullah, dan A. Ruskandar. 2007. Perbenihandi Indonesia. Prosiding Hasil Penelitian Padi Tahun 2007. Balai BesarPenelitian Tanaman Padi. Subang – Jawa Barat.
Ruskandar, A. 2012. Varietas Unggul Baru Padi yang Banyak Ditunggu Petani.http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/st260706-1.pdf
Saryoko, A. 2009. Kajian Pendekatan Penanda Padi (Rice Check) di ProvinsiBanten. Widyariset 12(2):43-52.
Suprihatno, B., A.A. Daradjat, Satoto, Baehaki SE, Suprihanto, A. Setyono, S.D.Indrasari, IP Wardana, dan H. Sembiring. 2010. Deskripsi Varietas Padi.Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Subang – Jawa Barat.
Wahyuni, S. 2011. Teknik Produksi Benih Sumber Padi. Makalah disampaikandalam Workshop Evaluasi Kegiatan Pendampingan SL-PTT 2001 danKoordinasi UPBS 2012 tanggal 28-29 November 2011. Balai BesarPenelitian Tanaman Padi.
55
ANALISIS RESIKO
Analisis resiko diperlukan untuk mengetahui berbagai resiko yang
mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan diseminasi/pendampingan.
Dengan mengenal resiko, penyebab, dan dampaknya maka akan dapat disusun
strategi ataupun cara penanganan resiko baik secara antisipatif maupun
responsif (Tabel 12 dan 13).
Tabel 12. Daftar resiko pelaksanaan kegiatan Produksi Benih/UPBS tahun 2014.No Resiko Penyebab Dampak1 Kegagalan usaha
penangkaran (gagalpanen)
Ketidakpastian iklimdapat menyebabkanlanina (kekeringan)maupun El-nino(banjir/terendam)
Stok benih VUBberkurang
2 Penurunanproduktivitas yangsignifikan
Serangan hama danpenyakit utama untuktanaman padi (blast,tikus, BLB, burung,penggerek batang)
Stok benih sumberberkurang
3 Kerusakan fisik danfisiologis benih yangberakibat terhadaprendahnya dayakecambah dan vigor
Kurang siapnya saranadan prasarana pascapanen dan pengeringanserta cuaca yangekstrem (frekuensi curahhujan yang tinggi)
Calon benih tidaklulus sertifikasi
4 Benih tidakterdistribusi kepenangkar/stakeholders
- Musim tanam yangtidak tepat
- Varietas tidak diminatioleh penangkar
Penumpukan benihsumber (benihexpired).
56
Tabel 13. Daftar penanganan resiko dalam pelaksanaan kegiatan ProduksiBenih/UPBS tahun 2014.
No. Resiko Penyebab Penanganan1 Kegagalan usaha
penangkaran (gagalpanen)
Ketidakpastian iklimdapat menyebabkanlanina (kekeringan)maupun El-nino(banjir/terendam)
Pemilihan varietastoleran spesifiklokasi terhadapcekaman lingkunganabiotik
2 Penurunanproduktivitas yangsignifikan
Serangan hama danpenyakit utama untuktanaman padi (blast,tikus, BLB, burung,penggerek batang)
Pemilihan varietasspesifik lokasi yangtoleran cekamanlingkungan biotik
3 Kerusakan fisik danfisiologis benih yangberakibat terhadaprendahnya dayakecambah dan vigor
Kurang siapnya saranadan prasarana pascapanen dan pengeringanserta cuaca yangekstrem (frekuensi curahhujan yang tinggi)
Perbaikan saranadan prasarana pascapanen danprosesing benihyang high profil.
4 Benih tidakterdistribusi kepenangkar/stakeholders
distribusi benih lambatakibat musim tanamyang tidak tepat
- Melakukanpromosi dandiseminasi secaraintensif dankontinyu kepadastakeholders danpenangkar.
- Pemilihan varietasdidasarkan padapertimbanganteknis,agroekosistemdan preferensipengguna.
57
JADWAL KERJA
Kegiatan Penyediaan Benih Sumber VUB Melalui UPBS di Provinsi
Bengkulu dilaksanakan selama 12 bulan dengan jadwal kerja seperti yang
disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Jadwal pelaksanaan kegiatan UPBS/Perbenihan Tahun 2014.
No. UraianBulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 Persiapan, penyusunan RODHP &
Juklakxx
2 Koordinasi internal dan antarinstitusi
xx
3 Penentuan lokasi, petanikooperator
x x
4 Produksi benih di lapangan x X x X X X x X- Distribusi Benih x X- Penyemaian x X- Penanaman x X- Pemupukan X x x x- Pengairan x X X x- Penyiangan & Pengendalian OPT x X x X x x X- Rouging x x- Panen X X
5 Prosesing benih x X X X6 Sertifikasi x X X X7 Penyimpanan & Pengemasan x X X X8 Penempatan benih dlm gudang X X9 Promosi & Sosialisasi/Open House x X X10 Evaluasi kinerja UPBS &
produktivitas petani penangkarX X
11 Evaluasi penyebaran benih X X12 Penyampaian hasil/Pelaporan x x x X
58
PEMBIAYAAN
A. RENCANA ANGGARAN BELANJA (RAB)
Kegiatan Penyediaan Benih Sumber VUB melalui UPBS di Provinsi
Bengkulu tahun 2014 awalnya dibiayai dengan anggaran sebesar
Rp. 300.000.000,-. Namun karena ada kebijakan revisi anggaran maka anggaran
pembiayaan pelaksanaan kegiatan menjadi Rp. 238.453.000,- dengan rincian
pembiayaan seperti yang disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Rencana anggaran belanja kegiatan UPBS/Perbenihan tahun 2014.
No Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan(Rp.000)
Biaya(Rp.000)
1 Belanja Bahan 92.393 Benih, saprodi, dan bahan pendukung
kegiatan1 tahun 88.220 88.220
ATK, komputer suply dan pelaporan 1 tahun 2.237 2.237 Pencetakan bahan informasi 1 tahun 1.936 1.936
2 Honor yang terkait dengan Output Kegiatan 47.670 UHL Petani 1.140 OH 35 39.900 Honor prosesing benih 222 OH 35 7.770
3 Belanja Barang Non Operasional Lainnya 7.400 Pengiriman benih 1 paket 1.400 1.400 Analisa tanah - - - Biaya sertifikasi benih 1 keg 6.000 6.000
4 Belanja Sewa 4.000 Sewa kendaraan 4 kali 500 4.000 Sewa lahan - - -
5 Belanja Jasa Profesi 1.000 Nara sumber, pengarah, evaluator 2 OJ 500 1.000
6 Belanja Perjalanan Biasa 75.000 Perjalanan dalam rangka pelaksanaan
kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000 s/dRp. 5.000.000)
15 OP 5.000 75.000
7 Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota 330 Perjalanan dalam rangka pelaksanaan
kegiatan3 OH 110 330
8 Belanja Perjalanan Dinas Paket meeting LuarKota
10.660
Akomodasi dalam rangka rapat koordinasidengan stakeholder, open house, temulapang
3 OH 220 660
Perjalanan ke Luar Provinsi/pusat dalamrangka pelaksanaan kegiatan
2 OH 5.000 10.000
Jumlah 238.453
59
B. REALISASI ANGGARAN
Realisasi anggaran pada pelaksanaan kegiatan Penyediaan Benih
Sumber VUB melalui UPBS di Provinsi Bengkulu tahun 2014 mencapai 99,86 %
(Tabel 16).
Tabel 16. Realisasi anggaran kegiatan UPBS/Perbenihan tahun 2014.
No JenisPengeluaranRealisasiAnggaran
(Rp)
PersentaseKeuangan
(%)
PersentaseFisik (%)
1 Belanja Bahan Benih, saprodi, dan bahan pendukung
kegiatan88.219.000 99.99 100,00
ATK, komputer suply dan pelaporan 2.237.000 100,00 100,00 Pencetakan bahan informasi 1.936.000 100,00 100,00
Jumlah 92.392.000 100,00 100,002 Honor yang terkait dengan Output Kegiatan
UHL Petani 39.900.000 100,00 100,00 Honor prosesing benih 7.770.000 100,00 100,00
Jumlah 47.670.000 100,00 100,003 Belanja Barang Non Operasional Lainnya
Pengiriman benih 1.400.000 100,00 100,00 Biaya sertifikasi benih 6.000.000 100,00 100,00
Jumlah 7.400.000 100,00 100,004 Belanja Sewa
Sewa kendaraan 4.000.000 100,00 100,00Jumlah 4.000.000 100,00 100,00
5 Belanja Jasa Profesi
Nara sumber, pengarah, evaluator 1.000.000 100,00 100,00Jumlah 1.000.000 100,00 100,00
6 Belanja Perjalanan Biasa
Perjalanan dalam rangka pelaksanaankegiatan (berkisar antara Rp. 365.000 s/dRp. 5.000.000)
74.669.500 99,56 100,00
Jumlah 74.669.500 99,56 100,007 Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota
Perjalanan dalam rangka pelaksanaankegiatan
330.000 100,00 100,00
Jumlah 330.000 100,00 100,008 Belanja Perjalanan Dinas Paket meeting Luar
Kota Akomodasi dalam rangka rapat koordinasi
dengan stakeholder, open house, temulapang
650.000 98,48 100,00
Perjalanan ke Luar Provinsi/pusat dalamrangka pelaksanaan kegiatan
9.999.900 100,00 100,00
Jumlah 10.649.900 99,91 100,00Jumlah 238.111.400 99,86 100,00
60
PERSONALIA
Tenaga yang terlibat dalam kegiatan produksi benih/UPBS terdiri dari
peneliti, teknisi dan tenaga administrasi, dengan latar belakang pendidikan yang
beragam antara lain bidang agronomi, sosek, pasca panen dan administrasi
(Tabel 17).
Tabel 18. Tenaga pelaksana kegiatan UPBS/Perbenihan Tahun 2014.No Nama/NIP Jabatan
Fungsional/Bidang keahlian
Jabatandalam
Kegiatan
Uraian Tugas AlokasiWaktu(Jam/
minggu)1 Dr. Wahyu Wibawa, MP
19690427 199803 1 001Peneliti Muda/Agronomi
Penanggungjawab
1. Mengkoordinir anggota timdalam pelaksanaan kegiatan
2. Membuat perencanaan danmengevaluasi kegiatan
3. Melaporkan hasil kegiatankepada Kepala Balai secaraperiodik
15
2 Yesmawati, SP19760912 200912 2 001
PenelitiPertama/Sosek
Anggota tim 1. Membantu kegiatan teknis dilapangan
2. Menyusun juklak penangkaranpadi
3. Membantu kegiatanpenyimpanan dan pemasaranbenih
10
3 Yahumri, SP19790815 200501 1 003
PenelitiPertama/Agronomi
Anggota tim 1. Membantu kegiatan teknis dilapangan
2. Membantu pengolahan dataagronomi
3. Membantu kegiatan produksibenih
10
4 Tri Wahyuni, S.Si19790603 201101 1 007
Calon PenelitiPertanian/Kimia
Anggota tim 1. Membantu kegiatan teknis dilapangan
2. Membantu kegiatan prosesingdan pengendalian mutu benih
10
5 Ahyadi Jakfar19630921 199309 1 001
Administrasi Anggota tim 1. Membantu penyelesaianadministrasi kegiatan
2. Mencatat distribusi mutasistok benih di gudang UPBS
10
6 Hendri Suyanto19740401 200701 1 001
Teknisi Anggota tim 1. Membantu kegiatan teknis dilapangan
2. Membantu dalam kegiatanpenyimpanan dan pemasaranbenih
10
7 Yoyo19600907 198503 1 003
Teknisi Anggota tim 1. Membantu kegiatan teknis dilapangan
2. Membantu dalam kegiatanprosesing dan pengendalianbenih
10
8 Yanhar19630119 198903 1 001
Teknisi Anggota tim 1. Membantu kegiatan teknis dilapangan
2. Membantu dalam kegiatanproduksi benih
10
9 Amin Teknisi Anggota tim 1. Membantu kegiatan teknis dilapangan
2. Membantu dalam kegiatanprosesing dan pengendalianmutu benih
10
61
Lampiran 1. Foto kegiatan penangkaran padi di Kabupaten Mukomuko
Gambar 1. Tanaman padi varietas Inpara 2 pada saat umur 7 HST
Gambar 2. Kegiatan pemupukan pertama
Gambar 3. Vareitas Inpara 2 dengan sistem tanam legowo 4 : 1
62
Lampiran 2. Foto kegiatan penangkaran padi di Kabupaten Bengkulu Tengah
Gambar 1. Lokasi dan persemaian kegiatan penangkaran padidi Kab. Bengkulu Tengah
Gambar 2. Sistem tanam jajar legowo dan tegel kegiatan penangkatan padidi Kab. Bengkulu Tengah
63
Lampiran 3. Foto kegiatan penangkaran padi di Kabupaten Kepahiang
Gambar 1. Tanaman padi setelah pemupukan pertama
Gambar 3. Pertanaman padi varietas Inpari 13 danhasil panen dalam kondisi gabah kering panen
64
Lampiran 4. Foto kegiatan penangkaran padi di Kota Bengkulu
Gambar 1. Kegiatan pencabutan bibit yang siap tanam
Gambar 2. Lahan sawah yang siap ditanam padi
65
Lampiran 5. Foto kegiatan penangkaran padi di Kabupaten Rejang Lebong
Gambar 1. Produksi benih dengan sistem tanam jajar legowo 4 : 1
Gambar 2. Pelaksanaan roughing pada kegiatan penangkaran
66
Lampiran 6. Foto kegiatan penangkaran padi di Kabupaten Bengkulu Utara
Gambar 1. Kegiatan penangkaran pada lahan irigasi dengan sistem tanam jajar legowo 4 : 1
Gambar 2. Kondisi pertanaman pada saat berumur 85 HST