penyebab kemiskinan nelayan

9
Penyebab Kemiskinan Nelayan Masalah kemiskinan nelayan merupakan masalah yang bersifat multi dimensi sehingga untuk menyelesaikannya diperlukan sebuah solusi yang menyeluruh, dan bukan solusi secara parsial. Untuk kita, terlebih dahulu harus diketahui akar masalah yang menjadi penyebab terjadinya kemiskinan nelayan. Secara umum, kemiskinan masyarakat pesisir ditengarai disebabkan oleh tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat, antara lain kebutuhan akan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, inftastruktur. Di samping itu, kurangnya kesempatan berusaha, kurangnya akses terhadap informasi, teknologi dan permodalan, budaya dan gaya hidup yang cenderung boros, menyebabkan posisi tawar masyarakat miskin semakin lemah. Pada saat yang sama, kebijakan Pemerintah selama ini kurang berpihak pada masyarakat pesisir sebagat salah satu pemangku kepentingan di wilayah pesisir. 1. Kondisi Alam Kompleksnya permasalahan kemiskinan masyarakat nelayan terjadi disebabkan masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi ketidakpastian (uncertainty) dalam menjalankan usahanya. Musim paceklik yang selalu datang tiap tahunnya dan lamanya pun tidak dapat dipastikan akan semakin membuat masyarakat nelayan terus berada dalam lingkaran setan kemiskinan (vicious circle) setiap tahunnya. 2. Tingkat pendidikan nelayan Nelayan yang miskin umumnya belum banyak tersentuh teknologi modern, kualitas sumber daya manusia rendah dan tingkat produktivitas hasil tangkapannya juga sangat rendah. Tingkat pendidikan nelayan berbanding lurus dengan teknologi yang dapat dihasilkan oleh para nelayan, dalam hal ini teknologi di bidang penangkapan dan pengawetan ikan. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain disebabkan oleh bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan. Oleh karena itu, diperlukan teknologi pengawetan ikan yang baik.

Upload: sepatu-kusam

Post on 26-Oct-2015

730 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penyebab Kemiskinan Nelayan

Penyebab Kemiskinan Nelayan

Masalah kemiskinan nelayan merupakan masalah yang bersifat multi dimensi sehingga untuk menyelesaikannya diperlukan sebuah solusi yang menyeluruh, dan bukan solusi secara parsial. Untuk kita, terlebih dahulu harus diketahui akar masalah yang menjadi penyebab terjadinya kemiskinan nelayan.

Secara umum, kemiskinan masyarakat pesisir ditengarai disebabkan oleh tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat, antara lain kebutuhan akan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, inftastruktur. Di samping itu, kurangnya kesempatan berusaha, kurangnya akses terhadap informasi, teknologi dan permodalan, budaya dan gaya hidup yang cenderung boros, menyebabkan posisi tawar masyarakat miskin semakin lemah. Pada saat yang sama, kebijakan Pemerintah selama ini kurang berpihak pada masyarakat pesisir sebagat salah satu pemangku kepentingan di wilayah pesisir.

1. Kondisi Alam

Kompleksnya permasalahan kemiskinan masyarakat nelayan terjadi disebabkan masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi ketidakpastian (uncertainty) dalam menjalankan usahanya. Musim paceklik yang selalu datang tiap tahunnya dan lamanya pun tidak dapat dipastikan akan semakin membuat masyarakat nelayan terus berada dalam lingkaran setan kemiskinan (vicious circle) setiap tahunnya.

2. Tingkat pendidikan nelayan

Nelayan yang miskin umumnya belum banyak tersentuh teknologi modern, kualitas sumber daya manusia rendah dan tingkat produktivitas hasil tangkapannya juga sangat rendah. Tingkat pendidikan nelayan berbanding lurus dengan teknologi yang dapat dihasilkan oleh para nelayan, dalam hal ini teknologi di bidang penangkapan dan pengawetan ikan. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain disebabkan oleh bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan. Oleh karena itu, diperlukan teknologi pengawetan ikan yang baik. Selama ini, nelayan hanya menggunakan cara yang tradisional untuk mengawetkan ikan. Hal tersebut salah satunya disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan pengusaaan nelayan terhadap teknologi.

3. Pola kehidupan nelayan sendiri

Streotipe semisal boros dan malas oleh berbagai pihak sering dianggap menjadi penyebab kemiskian nelayan. Padahal kultur nelayan jika dicermati justru memiliki etos kerja yang handal. Bayangkan mereka pergi subuh pulang siang, kemudian menyempatkan waktunya pada waktu senggang untuk memperbaiki jaring. Memang ada sebagian nelayan yang mempunyai kebiasaan dan budaya boros dan hal tersebut menyebabkan posisi tawar masyarakat miskin semakin lemah

4.Program pemerintah yang tidak memihak nelayan

Page 2: Penyebab Kemiskinan Nelayan

Salah satunya adalah dengan adanya kenaikan BBM yang merupakan momok bagi nelayan, melihat tingginya ketergantungan mereka terutama pada jenis solar. Jika sampan bermesin ukuran 5-12 PK membutuhkan rata-rata 10 liter solar sekali melaut, maka setiap sampan akan mengelurakan biaya Rp.21.000 dalam kondisi harga normal atau di pangkalan sebesar Rp.2100. Tetapi pada umumnya nelayan membeli harga solar Rp.25.00-27.000, karena tergantung pada tingkatan agen yang bermain di lapangan. Semakin banyak agennya maka semakin panjanglah rantai pasarnya dan semakin tinggilah harga solar sampai ke tangan nelayan. Harga tersebut ‘terpaksa” dibeli, untuk bisa melanjutkan hidup dengan melaut, meskipun dengan kondisi pas-pasan.

Selain itu, proses pemangkasan kekuatan rakyat pada masa orde baru, masih terasakan dengan melemahnya kearifan-kearfian lokal. Dulu, tradisi jamu laut di Sumatera Utara masih efektif terutama dalam hal pelarangan penangkapan ikan pada musim tertentu. Biasanya setelah jamu laut, dilarang pergi melaut selama beberapa hari, dengan demikian ada waktu pemulihan sumber daya ikan . Tak heran kalau sehabis jamu laut, dipercaya ada berkah laut dengan hasil tangkapan yang banyak. Sayangnya, semuanya itu tidak lagi seutuhnya terjadi hari ini, karena jamu lautpun sudah mulai pudar, dan hanya menjadi ritus-ritus belaka. Potret kemiskinan struktural terjadi karena negara sejak lama mengabaikan potensi bahari yang kaya raya ini sehingga hanya dikuasai segelinitir orang termasuk sebagain besar oleh kapal-kapal asing.

Kondisi Nelayan Indonesia

Bank Dunia memperhitungkan bahwa 108,78 juta orang atau 49 persen dari total penduduk Indonesia dalam kondisi miskin dan rentan menjadi miskin. Kalangan tersebut hidup hanya kurang dari 2 dollar AS atau sekitar Rp. 19.000,– per hari. Badan Pusat Statistik (BPS), dengan perhitungan yang agak berbeda dari Bank dunia, mengumumkan angka kemiskinan di Indonesia ‘hanya’ sebesar 34,96 juta orang (15,42 persen). Angka tersebut diperoleh berdasarkan ukuran garis kemiskinan ditetapkan sebesar 1,55 dollar AS. Namun, terlepas dari perbedaan angka-angka tersebut, yang terpenting bagi kita adalah bukan memperdabatkan masalah banyaknya jumlah orang miskin di Indonesia, tapi bagaimana menemukan solusi untuk mengatasi masalah kemiskinan tersebut.

Dengan potensi yang demikian besar, kesejahteraan nelayan justru sangat minim dan identik

dengan kemiskinan. Sebagian besar (63,47 persen) penduduk miskin di Indonesia berada di

daerah pesisir dan pedesaan. Data statistik menunjukan bahwa upah riil harian yang diterima

seorang buruh tani (termasuk buruh nelayan) hanya sebesar Rp. 30.449,- per hari. Jauh lebih

rendah jika dibandingkan dengan upah nominal harian seorang buruh bangunan biasa (tukang

bukan mandor) Rp. 48.301,- per hari. Hal ini perlu menjadi perhatian mengingat ada keterkaitan

erat antara kemiskinan dan pengelolaan wilayah pesisir.

Page 3: Penyebab Kemiskinan Nelayan

Tekanan terhadap sumber daya pesisir sering diperberat oleh tingginya angka kemiskinan di

wilayah tersebut. Kemiskinan sering pula memicu sebuah lingkaran setan karena penduduk yang

miskin sering menjadi sebab rusaknya lingkungan pesisir, namun penduduk miskin pulalah yang

akan menanggung dampak dari kerusakan lingkungan. Dengan kondisi tersebut, tidak

mengherankan jika praktik perikanan yang merusak masih sering terjadi di wilayah pesisir.

Pendapatan mereka dari kegiatan pengeboman dan penangkapan ikan karang dengan cyanide

masih jauh lebih besar dari pendapatan mereka sebagai nelayan. Dengan besarnya perbedaan

pendapatan tersebut di atas, sulit untuk mengatasi masalah kerusakan ekosistem pesisir tanpa

memecahkan masalah kemiskinan yang terjadi di wilayah pesisir itu sendiri.

Factor social budaya ekonomi penyebab kemiskinan nelayanPenelitian mengenai faktor sisial, ekonomi, dan budaya penyebab kemiskinan masyarakat

nelayan di Desa Gebang Mekar, mendapat gambaran beberapa indikasi kemiskinan. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, dapat dikatakan bahwa kemiskinan nelayan merupakan masalah kronis dan kompleks. Permasalahan yang dihadapi untuk menanggulangi kemiskinan tersebut, bukan hanya terbatas pada hal-hal yang menyangkut pemahaman hubungan sebab akibat timbulnya kemiskinan, melainkan juga melibatkan preferensi nilai, budaya, dan politik. Oleh karena itu, upaya penanggulangan kemiskinan nelayan harus dilakukan secara terencana, terarah dan terpadu dengan melihat permasalahan kemiskinan dari berbagai faktor, baik faktor sosial, ekonomi, dan budaya maupun politik.

Cara mengatasi kemiskinan nelayanMasalah kemiskinan nelayan merupakan

masalah yang bersifat multidimensi sehingga untuk menyelesaikannya diperlukan solusi yang

menyeluruh, dan bukan solusi secara parsial (Suharto, 2005). Oleh karena itu, harus diketahui

akar masalah yang menjadi penyebab terjadinya kemiskinan pada nelayan. Terdapat beberapa

aspek yang menyebabkan terpeliharanya kemiskinan nelayan atau masyarakat pinggiran pantai,

diantaranya; Kebijakan pemerintah yang tidak memihak masyarakat miskin, banyak kebijakan

terkait penanggulangan kemiskinan bersifat top down dan selalu menjadikan masyarakat sebagai

objek, bukan subjek. Kondisi bergantung pada musim sangat berpengaruh pada tingkat

kesejahteraan nelayan, terkadang beberapa pekan nelayan tidak melaut dikarenakan musim yang

tidak menentu. Rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) dan peralatan yang digunakan nelayan

berpengaruh pada cara dalam menangkap ikan, keterbatasan dalam pemahaman akan teknologi,

menjadikan kualitas dan kuantitas tangkapan tidak mengalami perbaikan.

Page 4: Penyebab Kemiskinan Nelayan

Kondisi lain yang turut berkontribusi memperburuk tingkat kesejahteraan nelayan adalah

mengenai kebiasaan atau pola hidup. Tidak pantas jika kita menyebutkan nelayan pemalas,

karena jika dilihat dari daur hidup nelayan yang selalu bekerja keras. Namun kendalanya adalah

pola hidup konsumtif, dimana pada saat penghasilan banyak, tidak ditabung untuk persiapan

paceklik, melainkan dijadikan kesempatan untuk membeli kebutuhan sekunder. Namun ketika

paceklik, pada akhirnya berhutang, termasuk kepada lintah darat, yang justru semakin

memperberat kondisi.  Deskripsi diatas merupakan pusaran masalah yang terjadi pada

masyarakat nelayan umumnya di Indonesia.

Kemiskinan Nelayan Di antara Berjuta Ikan Perairan Indonesia

Luas perairan Indonesia, letak geografis maupun panjang pantainya, dapat dikatakan Indonesia memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Hampir dua pertiga dari luas wilayah Indonesia secara keseluruhan adalah perairan. Dengan Luas wilayah perairan Indonesia mencapai 3,1 juta km2, yang terdiri dari laut nusantara seluas 2,8 km2 dan 0,3 km2. apabila ditambah dengan perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) maka secara garis besar keseluruhan luas Perairan Indonesia mencapai 5,8 km2 .sedangkan pada panjang garis pantai Indonesia mencapai 81.000 km2 , hal ini menjadikan Indonesia sebagai Negara kedua setelah kanada yang memilki garis pantai terpanjang di dunia (Dahuri). Indonesia terkenal sebagai Negara maritim dengan letak wilayah yang terhimpit di antara dua samudera yaitu samudera pasifik dan samudera hindia, selain itu memilki tatanan geografi yang rumit dari topografi dasar lautnya. Dasar perairan Indonesia di beberapa tempat, terutama di kawasan barat sampai dengan timur menunjukkan kemajemukkan bentuknya. Seperti paparan, lereng, cekungan yang jeluk berupa basin dan palung. Sedangkan kenaikan dasar laut berupa punggung-punggung atau tanggul, terumbu karang, atoll, beting dan lain-lainnya.

Selain kekayaan perairan Indonesia yang beranekaragam bentuk, juga memiliki biota-biota perairan dari jenis hewan air avertebrata dan vertebrata yang ada di dasar laut maupun di permukaan laut, seperti keanekaragaman jenis ikan dengan jumlah spesies lebih dari seribu jenis yang ada. Hal ini yang menjadikan perairan Indonesia mempunyai satu nilai yang sangat berharga untuk devisa Negara, melihat potensi perairan tersebut yang sangat signifikan didalam perkembangannya sehingga pemerintah melakukan eksplorasi kelautan melalui kementerian Kelautan dan Perikanan.

6.3 Prinsip-Prinsip Dasar dalam Pengolahan wilayah Pesisir dan

Lautan Secara Terpadu

Sehubungan dengan karakteristik dan dinamika ekosisitem pesisir dan

Lautan , ada lima belas prinsip dasar (kaidah) yang patut diperhatikan dalam

Page 5: Penyebab Kemiskinan Nelayan

PWPLT. Kelima belas besar prinsip ini sebagian besar mengacu pada Clark (1992)

6.3.1 Prinsip 1

Wilayah adalah suatu sistem sumber daya (resource system) yang unik,yang memerlukan pendekatan khusus dalam merencanakan dan mengelola pembangunannya.

Ekosistem yang terdapat di wilayah pesisr,seperti hutann mangrove terumbu karang dan padang lamun,berbeda dengan ekosistem apapun yang ada di kawasan lahan atas(terrestrial).Ketiga ekosistem tersebut sangat produktif dan satu sama lain terkait secara ekologis.Oleh karenanya perencanaan dan pengolahan yang biasa di terapkan di daratan(lahan atas) maupun di laut,harus,di modifikasi atau di sesuaikan lebih dahulu sesuai dengan karakteristik dan dinamika wilayah pesisir.

Wilayah pesisir merupakan sistem alam yang sangat kompleks,beragam,dan dinamis.Dari sisi perencanaan,kebanyakan,komponem,peristiwa dan proses-proses ekonomi yang ada di wilayah pesisir,khususnya di wilayah perairan,tidak dapat diamati secara langsung dan sedikit sekali informasi tentang hal-hal tersebut.Contohnya adalah proses abrasi pantai,dan biota laut lainnya,nasib bahan pebcemar dalam laut,dan proses makan memakan antar organisme di dalam laut.Oleh karena itu,sekali lagi,bahwa pendekatan perencanaan dan pengolahan yang biasa di terapkan di ekosistem daratan.

Uraian berikut ini adalah contoh-contoh kegiatan pembangunan wilayah pesisir,yang memerlukan pendekatan perencanaan dan pengolahan khusus.

Perikanan laut merupakan sub-sektor yang memberikan kontribusi sangat besar bagi pembangunan ekonomi nasional maupun regional.Ikan merupakan komponem protein hewani terbesar dalam pemenuhann gizi bangsa indonesia.Saat ini rata-rata konsumsi ikan per kapita nasional 19 kg/tahun,sedankan produk peternakan hanya mencapai 8 kg/tahun.Padahal kita menyadari, bawa protein hewani sangat menentukan kesehatan dan kecerdasan seseorang.Selain itu sub-sektor ini juga menyerap sekitar 2 juta langsung(nelayan), dan sekitar 8 juta orang yang bekerja secara tidak langsung yaitu pada industri penunjangnya.Perolehan devisa sub-sektor ini juga cukup tinggi.Namun demikian,para perencana pengambil keputusan memandang sebelah mata terhadap sub-sektor perikanan laut.Hal ini terbukti dari kecilnya dana,sarana dan prasarana,dukungan lembaga keuangan,dan perlindungan habitat dari pencemaran,kerusakan habitat serta jenis kerusakan lingkungan lainnya.Barangkali ini merupakan rencan pembangunan dan pengambil keputusan di tanah air sebagian besar adalah orang daratan,yang menganggap kegiatan perikan di laut merupakan kegiatan begitu saja.

Permasalahan pelik lainnya adalah konflik kepentingan antara konsevasi dan pembangunan ekonomi,terutama yang menyangkut ekosistem alamiah(mangroves,terumbu karang,perairan

Page 6: Penyebab Kemiskinan Nelayan

pesisir,dan ekosistem lahan basah lainnya) menjadi lahan pertanian,pemukiman,kawasan industri,kota-kota pantai.Bagi kebanyakan kegiatan perencana pembangunan kegiatan ekonomi adalah wajar untuk mereklammasi ekosistem lahan basah yang terdapat dii kawasan pesisir untuk kepentingan pemukiman,dan peruntukan lainnya.Karena bagi,ekosistem lahan basah di nilai kecil sekali nilai ekonomisnya,atau bahkan di anggapnya sebagi lahan mubasir.Padahal,seperti yang terlihat pada gambar 6-3 bahwa ekosistem yang tinggi bagi kesinambungan pembangunan ekonomi maupun kelangsungan hidup manusia itu sendiri.

Contoh-contoh diatas memperlihatkan pada kita,bahwa sifat khas dari ekosistem wilayah pesisir mengharuskan kita untuk menerapkan pendekatan perencanaan yang khusus pula di wilayah ini.pendekatan sistem dan interdisiplin sangat diperlukan dalam mengola pemanfaatan sumber daya pesisir dan lautan secara berkelanjutan.

-Midgley, James, Pembangunan Sosial, Ditperta Depag RI, Jakarta, 2005.

-         Mulya Lubis, Todung. Bantuan Hukum dan Kemiskinan Struktrural. Jakarta : LP3ES, 1986.

Arumbiang, Kasihono. Kiat Mengentaskan Kemiskinan di Pedesaan Tanpa Menggunakan Dana

APBN. Aliansi Koperasi Pertanian Indonesia. Jakarta : Delima Rimbun, 2008.

Mulya Lubis, Todung. Bantuan Hukum dan Kemiskinan Struktrural. Jakarta : LP3ES, 1986.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Cetakan 38. Jakarta : PT. Grafindo Persada,

2005.