penyalahgunaan narkoba

Upload: andika-martanto

Post on 11-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

narkoba

TRANSCRIPT

  • 1

    KETENTUAN PIDANA TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA SERTA UPAYA PENCEGAHAN DAN

    PENANGGULANGANNYA

    Oleh

    Yurisal Deviton Aesong Manado, 2013

    A. PENDAHULUAN

    Meningkatkan derajat kesehatan sumber daya manusia Indonesia dalam

    rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat perlu dilakukan upaya peningkatan di

    bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan, antara lain dengan mengusahakan

    ketersediaan narkotika jenis tertentu yang sangat dibutuhkan sebagai obat serta

    melakukan pencegahan dan pemberantasan bahaya penyalahgunaan dan peredaran

    gelap narkotika dan prekursor narkotika. Narkotika di satu sisi merupakan obat

    atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan

    pengembangan ilmu pengetahuan dan di sisi lain dapat pula menimbulkan

    ketergantungan yang sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan

    tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan saksama.

    Narkotika diperlukan dalam dunia pengobatan, demikian juga untuk tujuan

    ilmu pengetahuan, dalam UndangUndang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika menentukan bahwa narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi, namun tidak semua jenis dan golongan narkotika dapat digunakan untuk kepentingan kesehatan terlebih untuk narkotika golongan I, yang dalam

  • 2

    jumlah terbatas pun hanya dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan

    ilmu pengetahuan dan teknologi.

    Disamping manfaatnya dalam dunia pengobatan, narkotika apabila

    disalahgunakan atau salah pemakaiannya dapat menimbulkan akibat yang

    membahayakan bagi kehidupan serta nilainilai kebudayaan, yang akhirnya dapat menjurus pada tindak pidana. Tindak pidana apapun bentuknya akan

    menyebabkan kerugian bagi individu, masyarakat, bangsa, maupun negara, karena

    setiap tindak pidana selalu dipandang bersifat melawan hukum, kecuali ada alasan

    pembenar (Mulyadi 2012).

    Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika juga telah merambah

    semua kelompok dan lapisan sosial ekonomi, kaya-miskin, kota-desa, kelompok

    usia, etnis, agama, serta telah mewabah menjadi penyakit masyarakat yang

    pandemic, tidak ada satupun negara, bangsa, suku bangsa, masyarakat, kelompok

    usia, kelompok agama, yang imun terhadap ancaman penyalahgunaan dan

    peredaran gelap narkotika (BNN).

    Tahun ke tahun pertumbuhan, perkembangan dan peredaran gelap

    narkotika ini semakin hebat saja, sepertinya tidak ada satu negarapun yang tidak

    mampu diterobos oleh barang haram ini.

    Dewasa ini dikalangan remaja melakukan penggunaan narkotika secara

    ilegal yang disebut penyalahgunaan narkotika. Penyalahgunaan narkotika di

    kalangan remaja erat hubunganya dengan kenakalan remaja itu sendiri, yang

    berakibat tidak saja merugikan si pemakai tetapi juga bagi masyarakat dan

    lingkungan. Bahaya penyalahgunaan narkotika ini telah pada tingkatan yang

  • 3

    sangat memprihatinkan bila tidak ditanggulangi secara serius, terutama apabila

    dikaitkan dengan generasi muda (para remaja), dan kenakalan remaja itu sendiri

    (Widjaya 1985).

    Kejahatan narkotika merupakan kejahatan yang memiliki ciriciri khusus antara lain kejahatan terorganisir (organizer crime), kejahatan internasional

    (international crime), mobilitas tinggi, dukungan dana yang besar, pemanfaatan

    kemajuan teknologi, tindak pidana atau kejahatan tanpa adanya aduan dari korban

    pelapor (victim less), jaringan dengan sindikat sel terputus, dengan berbagai

    macam modus operandi.

    Penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika, telah banyak

    dilakukan oleh aparat penegak hukum dan telah banyak mendapat putusan hakim,

    dengan demikian, penegakan hukum ini diharapkan mampu menjadi faktor

    penangkal terhadap merebaknya perdagangan gelap serta peredaran gelap

    narkotika, namun dalam kenyataannya justru semakin intensif dilakukan

    penegakan hukum, semakin meningkat pula peredaran serta perdagangan gelap

    narkotika tersebut.

    Ketentuan Perundang-undangan yang mengatur masalah narkotika telah

    disusun dan diberlakukan, namun demikian kejahatan yang menyangkut narkotika

    ini belum dapat diredakan, dalam beberapa kasus-kasus telah banyak bandar-

    bandar dan pengedar narkotika tertangkap dan mendapat sanksi berat, namun

    pelaku yang lain seperti tidak mengacuhkan bahkan lebih cenderung untuk

    memperluas daerah operasinya (Kaligis&Associates 2002).

    B. PERUMUSAN MASALAH

  • 4

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, dapat

    dirumuskan beberapa permasalahan pokok dalam penulisan ini, yaitu:

    1. Apa ketentuan pidana terhadap penyalahgunaan narkotika ?

    2. Bagaimana upaya hukum dalam pencegahan serta penanggulangan

    penyalahgunaan narkotika di Indonesia?

    C. METODE PENELITIAN

    Metode merupakan cara yang utama yang digunakan untuk mencapai

    suatu tujuan, untuk mencapai tingkat ketelitian, jumlah dan jenis yang dihadapi

    (Surakhmat 1982).

    Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif (yuridis

    normatif) dengan mendasarkan pada sumber data sekunder yang terdiri dari bahan

    hukum primer, sekunder dan tersier (Soekanto&Mamudji 2004).

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian hukum ini

    yaitu melalui studi kepustakaan/studi dokumen (Soekanto 1986). Teknik

    pengolahan dan analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini

    ialah teknik analisis data kualitatif (Sugiyono 2005). Sebagai suatu penelitian

    hukum normatif, untuk memperjelas analisis ilmiah terhadap bahan hukum,

    penelitian ini menggunakan pendekatan perundangundangan (Ibrahim 2008). D. TINJAUAN PUSTAKA

    1. Pengertian Narkotika

    Istilah narkotika dewasa ini, sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di

    dunia khususnya di indonesia sendiri. Narkotika pada umumnya mencerminkan

    sesuatu yang kurang baik akibat penyalahgunaanya, narkotika sebenarnya hanya

  • 5

    digunakan untuk kepentingan pengobatan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan

    dan teknologi.

    Pengertian narkotika secara umum ialah suatu zat yang dapat menimbulkan perubahan perasaan, suasana pengamatan atau penglihatan karena

    zat tersebut mempengaruhi susunan saraf pusat (Satgas Luhpen Mabes Polri 2001).

    Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefisitkan narkotika/narkotik

    sebagai obat untuk menenangkan saraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau merangsang (seperti opium, dan ganja).

    Kata Narkotika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata narke yang

    artinya terbius hingga tidak terasa apaapa. Menurut kamus Encyclopedia Americana dapat dijumpai pengertian narkotika sebagai a drug that dulls the sense, relievs pain, includes sleep, and can produce addiction in varying

    degrees, dan drug diartikan sebagai a chemical agent that is used therapeutically to treat disease. More broadly, a drug may be define as any chemical agent affects living protoplasm.

    Sudarto menerjemahkan pengertian di atas, bahwa narkotika merupakan suatu bahan yang mengumpulkan rasa, menghilangkan rasa nyeri, dan sebagainya,

    dan drugs yang semula berarti jamu yang berasal dari bahan tetumbuhan yang

    dikeringkan, kemudian pengertiannya diperluas adalah obat pada umumnya yang

    juga meliputi obatobat yang dibuat secara sintetis. Sekarang istilah drugs digunakan secara sempit lagi, khususnya diartikan sebagai bahan yang psikoaktif

    yang digunakan diluar pengobatan (Sudarto 2010).

  • 6

    2. Dampak Penyalahgunaan Narkotika

    Penyalahgunaan narkotika umumnya sudah kehilangan harga diri dan

    perasaan, jadi tidak ada dunia lain kecuali narkotika. Segala usaha akan dilakukan

    demi mendapatkan narkotika, pada tingkat permulaan pemakai narkotika akan

    menghabiskan apa yang ia miliki, kemudian meningkat pada milik keluarga dan

    akhirnya milik orang lain atau masyarakat dengan cara yang paling mudah untuk

    mendapatkan uang yaitu dengan melakukan tindak kriminal seperti mencuri,

    memeras, membunuh, menodong, merampok, melacur, dan sebagainya.

    Penyalahgunaan narkotika, merupakan tempat pelarian yang populer bagi

    remaja nakal, frustasi dan tidak puas akan kondisi yang ada di sekelilingnya.

    Apabila sudah terjerumus kedalam penyalahgunaan narkotika, maka tindakan dan

    perbuatan yang dilakukan cenderung berbentuk pelanggaran terhadap normanorma yang berlaku.

    Segala tindakan dan perbuatanya sudah tidak dapat dikontrol lagi karena

    hilangnya perasaan sebagai pengontrol nafsu yang berakibat mudah marah,

    emosional, bahkan mudah tersinggung serta berani melawan setiap orang yang

    disangka memusuhinya.

    Bersifat sangat agresif dan mudah tersinggung serta suka marah yang

    berakibat terjadinya perselisihan dan percekcokan dengan orang lain yang pada

    akhirnya akan menyulut terjadinya perkelahian (Bahan Ajar).

    Terhadap Perekonomian :

  • 7

    a) Apabila jumlah penyalahgunaan narkotika mencapai 1% (satu persen)

    dari penduduk Indonesia, maka terdapat 2,2 juta jiwa yang positif

    menggunakan narkotika.

    b) Apabila setiap penyalahgunaan narkotika membutuhkan biaya berobat

    dan dirawat selama enam bulan dan ratarata Rp. 5 juta per bulan, maka ekonomi nasional akan terbebani sebesar Rp. 66 Tryliun dalam 6 bulan.

    Angka tersebut belum termasuk biaya sosial akibat putus sekolah dan

    putus kerja.

    c) Menurut beberapa pemerhati menyatakan bahwa Jumlah peredara narkotika dan obat-obat terlarang lainnya semakin hari semakin

    meningkat merayap keseluruh tanah air, ke desa-desa mengimbas tidak

    hanya kepada generasi muda bahkan kepada anak-anak sekolah dasar.

    Apabila ada 5 (lima) juta orang yang terjerat oleh jaringan narkotika,

    dan mengalami ketergantungan yang berkelanjutan, dan sekiranya

    seorang pecandu mengeluarkan Rp 200.000,- per hari, maka

    pengeluaran bangsa ini untuk menghancurkan diri sendiri berjumlah Rp

    1 Trilyun per hari atau Rp 365 Trilyun per tahun (Soekedy 2002).

    E. PEMBAHASAN

    1. Ketentuan Pidana Terhadap Penyalahgunaan Narkotika

    Secara garis besar ketentuan pidana dalam Undangundang Nomor 35 Tahun 2009 terhadap perbuatan-perbuatan tersebut, yaitu sebagai berikut :

    a. Penanam :

  • 8

    Menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau

    menyediakan narkotika golongan I, golongan II dan golongan III, dikenakan

    ketentuan pidana :

    1) Golongan I. Diancam pidana paling singkat empat tahun dan paling

    lama seumur hidup, denda paling sedikit delapan ratus juta rupiah dan

    paling banyak delapan miliar rupiah dalam bentuk tanaman dan bukan

    tanaman, apabila beratnya melebihi satu kilogram atau melebihi lima

    batang pohon (dalam bentuk tanaman) dan melebihi lima gram (bukan

    tanaman), maka denda maksimum ditambah sepertiga (Pasal 111 dan

    112).

    2) Golongan II. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat tiga tahun

    dan paling lama lima belas tahun, denda paling sedikit enam ratus juta

    rupiah dan paling banyak lima miliar rupiah, apabila beratnya melebihi

    lima gram, maka pidana denda maksimum ditambah sepertiga (Pasal

    117).

    3) Golongan III. Dipidana penjara paling singkat dua tahun dan paling

    lama sepuluh tahun. Denda paling sedikit empat ratus juta rupiah dan

    paling banyak tiga miliar rupiah, apabila beratnya melebihi lima gram,

    maka pidana denda maksimum ditambah sepertiga (Pasal 122).

    b. Pengedar :

    Membawa, mengirim, mengangkut atau mentransito, menawarkan untuk

    dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar

  • 9

    atau menyerahkan narkotika golongan I, golonga II, dan golongan III. Dikenakan

    ketentuan pidana :

    1) Golongan I. Diancam pidana penjara paling singkat empat tahun dan

    maksimum pidana penjara seumur hidup atau pidana mati. Denda paling

    sedikit delapan ratus juta rupiah dan paling banyak sepuluh miliar

    rupiah, apabila beratnya melebihi satu kilogram atau melibihi lima

    batang pohon (untuk tanaman) dan melebihi lima gram (bukan

    tanaman), maka pidana denda maksimum ditambah sepertiga (Pasal 114

    dan 115).

    2) Golongan II. Diancam pidana penjara paling singkat tiga tahun dan

    maksimum pidana penjara seumur hidup atau pidana mati. Denda paling

    sedikit enam ratus juta rupiah dan paling banyak delapan miliar rupiah.

    Apabila beratnya melebihi lima gram, maka pidana denda maksimum

    ditambah sepertiga (Pasal 119 dan 120).

    3) Golongan III. Diancam dengan pidana penjara paling singkat dua tahun

    dan paling lama lima belas tahun. Denda paling sedikit enam ratus juta

    rupiah dan paling banyak lima miliar rupiah. Apabila beratnya melebihi

    lima gram, maka pidana denda maksimum ditambah sepertiga (Pasal

    124 dan 125).

    c. Sebagai Produsen.

    Memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan narkotika

    golongan I, golongan II, dan golongan III, dikenakan dengan pidana :

  • 10

    1) Golongan I. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat lima tahun

    dan maksimum pidana penjara seumur hidup atau pidana mati. Pidana

    denda paling sedikit satu miliar rupiah dan paling banyak sepuluh miliar

    rupiah. Apabila beratnya melebihi satu kilogram atau melebihi lima

    batang pohon (dalam bentuk tanaman) dan melebihi lima gram (dalam

    bentuk bukan tanaman), maka pidana dengan maksimum ditambah

    sepertiga (Pasal 113).

    2) Golongan II. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat empat

    tahun dan maksimum pidana penjara seumur hidup atau pidana mati.

    Denda paling sedikit delapan ratus juta rupiah dan paling banyak

    delapan miliar rupiah. Apabila beratnya melebihi lima gram, maka

    pidana denda maksimum ditambah sepertiga (Pasal 118).

    3) Golongan III. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat tiga tahun

    dan paling lama sepuluh tahun. Pidana denda paling sedikit enam ratus

    juta rupiah dan paling banyak lima miliar rupiah. Apabila beratnya

    melebihi lima gram, maka pidana denda maksimum ditambah sepertiga

    (Pasal 123).

    d. Pengguna.

    Menggunakan narkotika golongan I, golongan II, atau golongan III

    terhadap orang lain atau memberikan narkotika golongan I, golongan II, atau

    golongan III untuk digunakan orang lain. Diancam dengan pidana :

    1) Golongan I. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat lima tahun

    dan maksimum pidana penjara seumur hidup atau pidana mati. Denda

  • 11

    paling sedikit satu miliar rupiah, dan paling banyak sepuluh miliar

    rupiah. Apabila mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen,

    maka pidana denda maksimum ditambah sepertiga (Pasal 116).

    2) Golongan II. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat empat

    tahun dan maksimum pidana penjara seumur hidup atau pidana mati.

    Apabila mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen, maka

    pidana denda maksimum ditambah sepertiga (Pasal 121).

    3) Golongan III. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat tiga

    tahun dan paling lama lima belas tahun. Dengan paling sedikit enam

    ratus juta rupiah dan paling banyak lima miliar rupiah. Apabila

    mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen, maka pidana

    denda maksimum ditambah sepertiga (Pasal 126).

    e. Prekusor Narkotika.

    Memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan. Memproduksi,

    mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan. Menawarkan untuk dijual, menjual,

    membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau

    menyerahkan. Membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito prekursor

    narkotika untuk pembuatan narkotika. Dipidana dengan pidana penjara paling

    singkat empat tahun dan paling lama dua puluh tahun. Denda paling banyak lima

    miliar rupiah (Pasal 129).

    2. Upaya Hukum Dalam Pencegahan Dan Penanggulangan Masalah

    Narkotika

  • 12

    Berdasarkan faktor penyebab penyalahgunaan narkotika pada bab

    sebelumnya, menunjukkan bahwa penyalahgunaan narkotika terjadi akibat dari

    interaksi antara berbagai faktor, antara lain, individu, kepribadian, dan sosial,

    maka pencegahan penyalahgunaan narkotika merupakan tindakan antisipatif yang

    meliputi, pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tertier, yang

    dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut :

    a. Pencegahan primer, ditujukan kepada individu, kelompok, komunitas atau

    masyarakat luas, yang belum nampak tanda-tanda adanya kasus

    penyalahgunaan narkotika, meliputi kegiatan alternatif untuk menghindarkan

    individu, kelompok atau komunitas dari penyalahgunaan narkotika, serta

    memperkuat kemampuannya untuk menolak narkotika.

    b. Pencegahan sekunder, ditujukan kepada individu, kelompok, komunitas atau

    masyarakat luas yang rentan terhadap atau telah menunjukkan adanya gejala

    kasus penyalahgunaan narkotika, melalui pendidikan dan konseling kepada

    mereka yang sudah mencoba-coba menggunakan narkotika, agar mereka

    menghentikannya dan mengikuti perilaku yang lebih sehat.

    c. Pencegahan tertier, merupakan pencegahan yang ditujukan kepada mereka

    yang sudah menjadi pengguna biasa (habitual) atau yang telah menderita

    ketergantungan, melalui pelayanan perawatan dan pemulihan dan pelayanan

    untuk menjaga agar tidak kambuh.

    Berdasarkan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009, peran serta

    masyarakat, antara lain :

  • 13

    1) Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan

    serta membantu pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan

    peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika (Pasal 104).

    2) Masyarakat mempunyai hak dan tanggung jawab dalam upaya pencegahan

    dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

    prekursor narkotika (Pasal 105).

    3) Hak masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan

    penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika

    diwujudkan dalam bentuk :

    a) Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah

    terjadi tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika.

    b) Memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh, dan memberikan

    informasi tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana narkotika

    dan prekursor narkotika kepada penegak hukum atau Badan Narkotika

    Nasional (BNN) yang menangani perkara tindak pidana narkotika dan

    prekursor narkotika.

    c) Menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada

    penegak hukum atau BNN yang menangani perkara tindak pidana

    narkotika dan prekursor narkotika.

    d) Memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya yang

    diberikan kepada penegak hukum atau BNN.

  • 14

    e) Memperoleh perlindungan hukum pada saat yang bersangkutan

    melaksanakan haknya atau diminta hadir dalam proses peradilan.

    (Pasal 106)

    4) Masyarakat dapat melaporkan kepada pejabat yang berwenang atau BNN

    jika mengetahui adanya penyalahgunaan atau peredaran gelap narkotika

    dan prekursor narkotika (Pasal 107).

    F. PENUTUP

    Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dalam penulisan ini ialah, sebagai

    berikut :

    1. Ketentuan pidana terhadap penyalahgunaan Narkotika, merupakan ancaman

    pidana bagi pelaku tindak pidana narkotika berdasarkan Undang-undang

    Nomor 35 Tahun 2009, Pasal 111 sampai dengan Pasal 148, yang digolongkan

    bagi penanam, pengguna, pengedar dan produsen, dengan ancaman pidana

    maksimum pidana mati, atau pidana penjara seumur hidup serta pidana denda

    maksimum sepuluh miliar rupiah.

    2. Upaya hukum pencegahan dan penanggulangan permasalahan narkotika

    merupakan tindakan antisipatif yang meliputi pencegahan primer, pencegahan

    sekunder dan pencegahan tertier dengan beberapa pola pencegahan dan

    penanggulangan yang dapat dilakukan oleh semua pihak dan lapisan

    masyarakat, antara lain baik dari pemerintah dalam hal ini Polri, dosen dan

    guru dalam lingkungan kampus dan sekolah, orang tua, serta seluruh

    masyarakat.

  • 15

    DAFTAR PUSTAKA

    A.W. Widjaya, Masalah Kenakalan Remaja Dan Penyalahgunaan Narkotika, Penerbit Armico, Bandung, 1985.

    Badan Narkotika Nasional, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, Modul Pelatihan Tokoh Pemuda Sebagai Fasilitator Penyuluh, Pusat Dukungan Pencegahan Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional, Jakarta, 2005.

    Indonesia, Undang undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (UU Narkotika) Jo Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika dan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika.

    Http://cybermed.cbn.net.id/jenisnarkoba2.asp, Diakses pada tanggal 19 November 2009.

    Johny Ibrahim, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, Cet. IV, Banyumedia, Malang, 2008.

    Lilik Mulyadi, Bunga Rampai Hukum Pidana Umum dan Khusus, Penerbit PT. Alumni, Bandung, 2012.

    O.C. Kaligis and Associates, Narkoba dan Peradilannya di Indonesia, Reformasi Hukum Pidana Melalui Perundangan dan Peradilan, Penerbit PT. Alumni. Bandung, 2002.

    Satgas Luhpen Narkoba Mabes Polri, Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba, Penerbit PT. Tempo Scan Pacifik Tbk, Jakarta, 2001.

    Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.

    Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Cet ke - 3, UI Press, Jakarta, 1986.

    Soekedy, Menyiram Bara Narkoba, Penerbit PT. Dyatama Milenia, Jakarta, 2002.

    Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Penerbit CV. Alvabeta, Bandung, 2005.

    Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Cetakan Kedua, Penerbit PT. Alumni, Bandung, 2010.

    Tim pengajar, Hukum Tindak Pidana Khusus, Bahan Ajar, Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi, Manado, 2007.

    Winarno Surakhmat, Pengantar Penelitian Ilmiah, Transito, Yogyakarta, 1982.