penyakit jantung korner dan ggk

8
PENYAKIT JANTUNG KORONER A. Definisi Penyakit jantung koroner dalam suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyakit jantung koroner diakibatkan oleh penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah koroner. Penyempitan atau penyumbutan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri (Yenrina, Krisnatuti, 1999). Penyakit jantung koroner ( PJK ) merupakan problema kesehatan utama di negara maju. Di Indonesia telah terjadi pergeseran kejadian Penyakit Jantung dan pembuluh darah dari urutan ke-l0 tahun 1980 menjadi urutan ke-8 tahun 1986. Sedangkan penyebab kematian tetap menduduki peringkat ke-3. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya Penyakit Jantung Koroner sehingga usaha pencegahan harus bentuk multifaktorial juga. Pencegahan harus diusahakan sedapat mungkin dengan cara pengendalian faktor faktor resiko PJK dan merupakan hal yang cukup penting dalam usaha pencegahan PJK, baik primer maupun sekunder. Pencegahan primer lebih ditujukan pada mereka yang sehat tetapi mempunyai resiko tinggi, sedangkan sekunder merupakan upaya memburuknya penyakit yang secara klinis telah diderita (Djohan Anwar, 2004). B. Epidemiologi

Upload: zulhida-yuni

Post on 18-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

TTTT

TRANSCRIPT

PENYAKIT JANTUNG KORONERA. Definisi Penyakit jantung koroner dalam suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyakit jantung koroner diakibatkan oleh penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah koroner. Penyempitan atau penyumbutan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri (Yenrina, Krisnatuti, 1999). Penyakit jantung koroner ( PJK ) merupakan problema kesehatan utama di negara maju. Di Indonesia telah terjadi pergeseran kejadian Penyakit Jantung dan pembuluh darah dari urutan ke-l0 tahun 1980 menjadi urutan ke-8 tahun 1986. Sedangkan penyebab kematian tetap menduduki peringkat ke-3. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya Penyakit Jantung Koroner sehingga usaha pencegahan harus bentuk multifaktorial juga. Pencegahan harus diusahakan sedapat mungkin dengan cara pengendalian faktor faktor resiko PJK dan merupakan hal yang cukup penting dalam usaha pencegahan PJK, baik primer maupun sekunder. Pencegahan primer lebih ditujukan pada mereka yang sehat tetapi mempunyai resiko tinggi, sedangkan sekunder merupakan upaya memburuknya penyakit yang secara klinis telah diderita (Djohan Anwar, 2004).B. EpidemiologiPenyakit kardiovaskular adalah penyebab mortalitas tertinggi di dunia, dimana di laporkan sebanyak 30%dari mortalitas global. Pada tahun 2010 penyakit kardiovaskuler telah memyebabkan kematian kira-kira sekitar 18 juta orang, dan 80% terdapat pada Negara berkembang seperti Indonesia. Data statistic menunjukan bahwa pada tahun 1992 presentasi penyakit jantung coroner di Indonesia adalah 16.5% dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 26-4% (Raharjo, 2011). Pada tahun 2002 dilaporkan angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung mencapai 220.372 (WHO,2005). Pada tahun 2005, penyakit kardiovaskuler telah menyumbangkan kematian sebesar 28% dari seluruh kematian yang terjadi di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2008).Dari total kematian di dunia tahun 2002 pada penyakit kardiovaskuler yang mencapai 16,7 juta, kematian akibat PJK menduduki peringkat terbanyak yang menyumbang kematian, yaitu 7,2 juta dengan perincian pada masyarakat usia 15 59 adalah sebesar 1,332 juta, dan pada masyarakat usia 60 tahun ke atas 5,825 juta dimana jumlah pasien pria sebanyak 6% dan pasien wanita sebanyak 5,3%. (WHO, 2005).

C. PENYEBAB JANTUNG KORONERArteriosklerosis merupakan penyebab tersering terjadinya penyakit jantung cororner (PJK). Arteriosklerosis dapat terjadi karena adanya penimbunan lemak di lumen arteria koronaria sehinga secara progressif mempersempit lumen tersebut dan apabila hal ini terus berlanjut akan menyebabkan arteri kesulitan untuk berdilatasi. Dengan demikian suplai oksigen akan terganggu sehinga memebahayakan miokardium yang terletak dibawah lesi (Silvia lauren, 2006).D. Faktor Resiko Penyakit Jantung KoronerBerdasarkan penelitian-penelitian epidemiologis prospektif, misalnya penelitian Framingham, Multiple Risk Factors Interventions Trial dan Minister Heart Study (PROCAM), diketahui bahwa faktor risiko seseorang untuk menderita PJK ditentukan melalui interaksi dua atau lebih faktor risiko, yaitu :1. Faktor yang tidak dapat dikendalikan (nonmodifiable risk factors). a. Keturunanb. Umur, makin tua risiko makin besar.c. Jenis kelamin, pria mempunyai risiko lebih tinggi dari pada wanita (wanitarisikonya meningkat sesudah menopouse).2. Faktor yang dapat dikendalikan (modifiable risk factors) a. hiperlipidaemia.b. Tekanan darah tinggi (hipertensi).c. Merokokd. Penyakit Diabates Mellituse. Stresf. Kelebihan berat badan dan obesitasg. olahraga (Imam,2004).

GAGAL GINJAL KRONISA. DefinisiGagal Ginjal Kronis (GGK) adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal secara irreversible (tidak dapat pulih kembali) berlangsung lama berharap dan bersifat progresif (Harnawati, 2008).Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan irreversibel. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah. Kerusakan ginjal ini mengakibatkan masalah pada kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh jadi mudah lelah dan lemas sehingga kualitas hidup pasien menurun (Brunner & Suddarth, 2001). Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of the National Kidney Foundation (NKF) pada tahun 2009, mendefenisikan gagal ginjal kronis sebagai suatu kerusakan ginjal dimana nilai dari GFR nya kurang dari 60 mL/min/1.73 m2 selama tiga bulan atau lebihPada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan oleh nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah..The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) mengklasifikasikan gagal ginjal kronis sebagai berikut:Stadium 1: kerusakan masih normal (GFR >90 mL/min/1.73 m2)Stadium 2: ringan (GFR 60-89 mL/min/1.73 m2)Stadium 3: sedang (GFR 30-59 mL/min/1.73 m2)Stadium 4: gagal berat (GFR 15-29 mL/min/1.73 m2)Stadium 5: gagal ginjal terminal (GFR