penyakit gondok di puskesmas nglegok kabupaten blitar

14

Click here to load reader

Upload: khoirum-mawarti

Post on 09-Jul-2016

223 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penyakit Gondok Di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar

PENYAKIT GONDOK DI PUSKESMAS PEMBANTU

KECAMATAN NGLEGOK KABUPATEN BLITAR

LAPORAN

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Endokrinologi Yang dibimbing oleh Ibu

susilowati dan Ibu Sri Rahayu

Oleh:

Kelompok 5/ HK

Khoirum Mawarti (120341421965)

Nazilatul Khoiroh (........................)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

Page 2: Penyakit Gondok Di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Penyakit gondok adalah kondisi pembesaran kelenjar gondok

(kelenjar tiroid) yang diakibatkan oleh meningkatnya aktivitas kelenjar tersebut dalam upaya meningkatkan produksi hormon tiroksin maupun triiodotironin. Secara morfologi penyakit ini dapat dikenali dari adanya benjolan di leher bagian depan bawah. Kelenjar gondok berupa kelenjar berbentuk kupu-kupu yang terdapat di leher. Kelenjar ini membentuk hormon tiroksin dan triiodotironin dari bahan baku iodium.

Iodium merupakan mineral yang terdapat di alam, baik di dalam tanah maupun air. Mineral ini merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Apabila makanan dan air yang dikonsumsi kurang mengandung iodium maka kelenjar tiroid akan bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hormon tiroksin tubuh sehingga lama- kelamaan akan terjadi pembesaran kelenjar tersebut, yang kita kenal sebagai penyakit gondok. Hormon tiroksin berperan penting dalam metabolism dan pertumbuhan, serta memacu perkembangan dan pematangan sistem saraf.

Penyakit gondok sudah sangat dikenal di kalangan masyarakat. Penyakit ini bukan penyakit menular dan sering dianggap sebagai penyakit yang tidak berbahaya karena tidak mengancam jiwa. Penanganan gondok lebih dikarenakan alasan estetika. Akan tetapi hasil penelitian medis menunjukkan bahwa penyakit gondok dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi janin (Sulistyowati et a1.,2000; Duarsa 2013; ), anak-anak (Satriono et a1.,2010), remaja (Budiman dan Sunnarno, 20A7) maupun orang dewasa.

Sehubturgan dengan itu, informasi mengenai gejala, penyebab dan konsekuensi penyakit gondok perlu diberikan kepada masyarakat wax pencegahan dan penangarumnya dapat dilakukan dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa penyebab penyakit gondok di kawasan Kecamatan Nglegok

Kabupaten Blitar?

1.3 Tujuan 1. Mengetahui penyebab penyakit gondok di kawasan Kecamatan Nglegok

Kabupaten Blitar

Page 3: Penyakit Gondok Di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar

BAB II

Kajian Pustaka

2.1 Definisi Gondok

Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya. Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia. Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia.

Gondok terjadi akibat kekurangan yodium yang dapat menghambat pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid sehingga terjadi pula penghambatan dalam pembentukan TSH oleh hipofisis anterior. Hal tersebut memungkinkan hipofisis mensekresikan TSH dalam jumlah yang berlebihan. TSH kemudian menyebabkan sel-sel tiroid mensekresikan tiroglobulin dalam jumlah yang besar (kolid) ke dalam folikel, dan kelenjar tumbuh makin lama makin bertambah besar. Akibat kekurangan yodium maka tidak terjadi peningkatan pembentukan T4 dan T3, ukuran folikel menjadi lebih besar dan kelenjar tiroid dapat bertambah berat sekitar 300-500 gram.

Selain itu struma dapat disebabkan kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tiroid, penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (goitrogenic agent), proses peradangan atau gangguan autoimun seperti penyakit Graves. Pembesaran yang didasari oleh suatu tumor atau neoplasma dan penghambatan sintesa hormon tiroid oleh obat-obatan misalnya thiocarbamide, sulfonylurea dan litium, gangguan metabolik misalnya struma kolid dan struma non toksik (struma endemik)

2.2 Klasifikasi Gondok

Berdasakan fisiologisnya struma dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Eutiroidisme

Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan kelenjar hipofisis menghasilkan TSH dalam jumlah yang meningkat. Goiter atau

Page 4: Penyakit Gondok Di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar

struma semacm ini biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher yang jika terjadi secara berlebihan dapat mengakibatkan kompresi trakea.

b. Hipotiroidisme

Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid sehingga sintesis dari hormon tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari kelenjar untuk mempertahankan kadar plasma yang cukup dari hormon. Beberapa pasien hipotiroidisme mempunyai kelenjar yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan/ablasi radioisotop atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang beredar dalam sirkulasi.

Gejala hipotiroidisme adalah penambahan berat badan, sensitif terhadap udara dingin, dementia, sulit berkonsentrasi, gerakan lamban, konstipasi, kulit kasar, rambut rontok, mensturasi berlebihan, pendengaran terganggu dan penurunan kemampuan bicara.

c. Hipertiroidisme

Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat didefenisikan sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya sejenis antibodi dalam darah yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya produksi hormon yang berlebihan tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi besar. Gejala hipertiroidisme berupa berat badan menurun, nafsu makan meningkat, keringat berlebihan, kelelahan, leboh suka udara dingin, sesak napas. Selain itu juga terdapat gejala jantung berdebar-debar, tremor pada tungkai bagian atas, mata melotot (eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok, dan atrofi otot.

2.3 Penyebab Penyakit Gondok

Penyakit gondok sangat erat kaitannya dengan kekurangan iodium. Hubungan antarapenyakit ini dengan kurangnya konsumsi iodium telah diketahui lebih dari 130 tahunyang lalu. Iodium merupakan bahan baku dalam pembentukan horrnon tiroksin dan triiodotironin. Iodium berinteraksi dengan protein yang disebut dengan thyroglobulin, dan cincin aromatik dari protein ter-iodinisasi. Dua dari molekul yang ter-iodinisasi tersebut berinteraksi, membentuk suatu unit tiroksin sedangkan dua molekul teriodinasi dan satu molekul teriodinasi membentuk triiodotironin. Unit aromatik ini kemudian lepaskan dan menghasilkan hormon tiroksin ataupun triiodotironin. Apabila ketersediaan iodium dalam tubuh rendah maka produksi kedua hormon dalam kelenjar tiroid juga rendah.

Page 5: Penyakit Gondok Di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar

Iodium merupakan unsur zal gz;i mikro yang sangat dibuhrhkan manusia, walaupun relatif sedikit (nonnal 100-150 p g/hari) untuk mensintesis honnon tiroksin (WHO, 2001). Hormon tiroksin berfrrngsi mengatur proses kimiawi yang terjadi pada sel-sel organ tubuh; berperan pada metabolisme umum (metabolisme: energi, lemak, protein, kalsium, vitamin A, kolesterol); sistem kardiovaskular; sistem pencernaan; sistem otot; susunan saraf pusat dan hormon pertumbuhan (Granner, 2003)

Asupan iodium dalam makanan sehari-hari kurang dari 50 pglhari dan berlangsung lama, akan menyebabkan kandungan iodium dalam intratiroid rendah, akibatnya hipotalamus merangsang pituari anterior mensekresi TSH, sehingga terjadi peningkatan TSH untuk merangsang kelenjar tiroid mensekresi T e, akibatnya timbul hipertrofi pada kelenjar tiroid, kelenjar gondok membesar (gondoken/goiter) dan hipotiroidisme. Dampak dari penurunan fungsi tiroid, bila terjadi pada ibu hamil maka akan melahirkan anak betin, ditandai dengan gangguan pertumbuhan fisik, bayi lahir dengan panjang dan berat badan lahir rendah, anak cebol (Hetzel, 1996). Di sisi lain, kekurangan iodium tersebut menyebabkan gangguan fungsi hormon tiroksin dalam metabolisme zat-zat gizi, menyebabkan embentukan organ dan fungsi organ-organ penting terganggu, akibatnya proses tumbuh kembang terganggu, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan fisik dan kretin (Grannspan, 2000). Pada bayi melahirkan BBLR dan PB Lahir rendah, pada balita anak menjadi cebol, dan pada anak ditandai dengan anak pendek/stunted pada usia masuk sekolah (Almatsier,2004).

Manusia memerlukan hormon tiroid untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Kekurangan hormon tiroid pada saat kandungan berakibat penunrnan mental dan daya pikir anak tersebut. Kekurangan hormon tiroid pada tingkat rendah pada orang dewasa mengakibatkan hypotiroidism, atau sering kita sebut dengan istilah gondok, dengan gejala-gejala seperti malas bergerak, kegemukan, dan kulit yang mengering. Menurut Hetzel (1996), besaran pengaruh GAKY merupakan fenomena gunung es dan kretin sebagai puncaknya menempati bagian seluas l-10%. Namun terdapat gangguan dalam jumlah lebih besar seperti gangguan perkembangan otak 5-30% dan hipotiroidisme 30-70%. Pengaruh kekurangan iodium terlihat sangat nyata pada perkembangan otak, yaitu selama golden period yaitu pada saat janin, bayi dan balita. Kretin merupakan dampak terberat pada anak yang timbul jika asupan iodium kurang dan 25 glhari dan berlangsung lama (asupan normal 100-199 g/hari). Kretin ditandai dengan keterbelakangan mental disertai satu atau lebih kelainan saraf seperti gangguan pendengaran, gangguuul sikap tubuh serta gangguan sikap tubuh dalam berdiri atau berjalan. Juga terjadinya gangguan pertumbuhan.

Page 6: Penyakit Gondok Di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar

Rendahnya kadar Iodium dalam tubuh disebabkan oleh rendahnya asupan Iodium dalam makanan ataupun minuman. Iodium yang kita dapatkan dari mengkonsumsi makanan dan minuman berada dalam bentuk ion iodium, dan besamya bergantung dari kadar iodium dalam tanah. Tanah dengan kadar iodium rendah mengakibatkan banyak pasien menderita penyakit gondok dan dapat ditanggulangi dengan mengkomsumsi garam yang ber-iodinisasi NaI (100mg iiodium per gram garam).

Page 7: Penyakit Gondok Di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar

BAB III

Data dan Pembahasan

3.1 Data

Data rekam medis di Puskesmas Pembantu Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar pada tahun 2011-2015 adalah: jumlah total sekitar 112 orang, 90 diantaranya adalah anak-anak usia 7-10 tahun sedangkan 22 orang sisanya adalah orang dewasa dengan kisaran usia 31-40 tahun .

3.2 Pembahasan

Rata-rata pasien gondok di puskesmas pembantu di Kecamatan Nglegok ini didiagnosis karena kekurangan yodium dalam asupan nutrisinya sehari-hari. Salah satu penyebab penyakit gondok atau goiter ini memang dikarenakan kekurangan yodium. Jika dilihata dari topografi daerah Nglegok ini memang merupakan daerah dataran tinggi (-+ 770 mdpl). Air didaerah dataran tinggi terutama didaerah kawasan pegunungan memang dikenal kurang memiliki kadar yodium (Budiman dan Sumarno, 2007).

Selain rendahnya kandungan Iodium dalam makanan, kekurangan Iodium dapat pula disebabkan oleh adanya zat yafig menghambat produksi atau penggunaan hormon tiroid. Zat semacam ini disebut zat goitrogenik. Pengaruh zat goitogenik akan menjadi nyata jika terjadi kekurangan iodium (Kartono, 2004). Berdasarkan sumbernya goitrogenik terdiri dari goitrogenik alami dan goitrogenik non alami. Goitrogenik alami seperti pada singkong, rebung, kot, ubi jalar, buncis besar, kacang-kacangan, bawang merah dan bawang putih. Sedangkan yang non alami seperti bahan polutan akibat kelebihan pupuk urea, pestisida dan bakteri coli (Thaha 2002). Berdasarkan mekanisme kerjanya zat goitrogenik alami dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu : 1) kelompok tiosianat atau senyawa mirip tiosianat yang bekerja menghambat mekanisme transport aktif iodium ke dalam kelenjar tiroid dan 2) kelompok tiourea yang bekerja menghambat proses organifikasi iodium dan penggabungan iodotirosin dalam pembentukan hormon tiroid aktif. Bahan makanan yang kaya sumber tiosianat antara lain ubi kuyo, hasil olah ubi kayu, lobak, kol, rebung, ubi jalar dan buncis besar. Bahan makanan yang mengandung tiourea contohnya sorgum, kacang-kacangan, kacang tanatr, bawang merah dan bawang putih. Bahan makanan goitrogen yang populer dan banyak dikonsumsi di banyak negara berkembang adalah singkong. Kadar sianida dalam singkong bervariasi sekitar 70 mg-400 mg/kg. Bila kadar sianida singkong sekitar 400 mglkg, singkong itu disebut singkong pahit, sedang blla 70 mglkg disebut singkong manis. Menurut FAO/WHO batas aman sianida adalah 10 mg/kg beratkering (Murdiana 2001).

Page 8: Penyakit Gondok Di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar

Hal tersebut sangat sesuai dengan kebiasaan masyarakat daerah Nglegok yang juga sangat sering mengkonsumsi ketela pohon atau ubi kayu.

Page 9: Penyakit Gondok Di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar

BAB IV

Kesimpulan

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, penyebab banyaknya kasus penyakit gondok di Puskesmas Pembantu Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar adalah: kurangnya konsumsi Yodium dalam asupan nutrisinya sehari-hari dan kebiasaan memakan ubi kayu yang notabene merupakan goitorenik alami.

Page 10: Penyakit Gondok Di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar

Daftar Pustaka

Brown R. Disorders of the thyroid gland in infancy, childhood dan adolescence. Didapat dari: URL: http://www. thyroidmanager.org/chapterl5fi5-text.htm#title0 Diakses tanggal 2 Septembet 2010.

Budiman B dan I. Sumarno . 2007. Hubungan antara konsumsi iodium dan gondok pada siswi berusia 15-17 tahun. (Jniversa Medica26e): g0-99

Djokomoelyanto R, H. Setyawan, M. Dramaix, S. Hadisaputro, T. soehartono, and F. Delange. 2001. The Thyromobil model for standardized evaluation of iodine deficiency disorder control in Indonesia. Thyraid ll:365-72.

Duars4 A.B. 2013. Perkembangan neurologik bayi dari umur 0 - 6 bulan dari ibu hamil dengan defisiensi Yodium yang mendapat kapsul yodiol pada trimrster I,II dan III di daerah gondok endemik kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Tesis.

Hetzel BS. Iodine deficiency disorder. Dalam: Garrow JS, James WPT, penyunting. Human nutrition dan dietetics. Edisi kesembilan. Edinburgh: Ctrurcrutt Livingstone;1994.

Lisdiana. 1998 Waspada Terhadap Kelebihan dan Kekurangan Gizi, Trubus Agriwidaya, Bandar Lampung

Notoatmodjo S. 1996. Ilmu Kesehatan Masyarakar, Rineka Cipta. Jakarta

Permaesih D, S. Latinulu, D. Kartono, and D Susanto. 2000. The profile of iodized.salt use in the district level in Indonesia. Gizi Indonesia 14:25-31

Porterfield S.P. and C.E. Hendrich. 1993. The role of thyroid hormone in prenatal and neonatal neurogical development-current perspective. Endocrine Review la(l):

Satriono, R., D. Daud dan Yulius. 2010. Pengaruh Pemberian Hormon Tiroksin Terhadap Intelligence Quotient pada Anak Sekolah yang Menderita Gondok di Daerah Endemik: Penelitian Terkontrol Acak Tersamar Ganda. Sari Pediatri 12 (2):124-127

Sulistyowati, N., J. Pradono, Y. Wiryawan dan Y. Meida. 2000. Prestasi belajar m,urid di tiga Sekolah Dasar di daerah gondok endemik di Kecamatan Kandangan, Propinsi Jawa Tengah. Medio Litbang KesehatanX(1):20-27

Page 11: Penyakit Gondok Di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar

Tangin N, dan R. 2000. Satriono Hubungan antara gondok dengan tingkat kecerdasan anak sekolah dasar di daerah gondok endemik. flesis l. Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar

WHO, 2001. Assesment of Iodine Deficiency Disorders and Elimination. Their WHO, World Bank, Ministry of Health-Indonesia. }A0l. Iodine deficiency in Indonesia-A detailed nationwide map of goiter prevalence. Malta. wHoa[{D101.4.