tugas mandiri ske 2 gondok

23
1 LI & LO 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi kelenjar Tiroid 1.1 Makroskopik 1.2 Mikroskopik 2. Memahami dan Menjelaskan faal dan biokim kelenjar Tiroid 2.1 sekresi 2.2 sintesis 2.3 faktor-faktor yang mempengaruhi 2.4 peran 2.5 pengangkutan dalam darah 2.6 mekanisme feedback 2.7 perubahan yang terjadi dalam tubuh terkait dengan hipotiroid dan hipertiroid 2.8 peranan iodium terhadap kelenjar tiroid 3. Memahami dan Menjelaskan Nodul Tiroid 3.1 definisi 3.2 etiologi 3.3 klasifikasi 3.4 patofisiologi 3.5 diagnosis 3.6 diagnosis banding 3.7 tatalaksana 3.8 komplikasi 3.9 pencegahan 3.10 prognosis 4. Memahami dan Menjelaskan pendapat islam tentang operasi dan cara menenangkan pasien LI & LO 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi kelenjar Tiroid 1.1 Makroskopik A. Berbentuk buah alpukat  puncak  sampai ke linea obliqua cartilaginis thyroidea  basis setinggi cincin trachea ke-4 atau ke-5 B. Organ yang sangat vascular C. Dibungkus oleh selubung dari lamina pretrachealis  melekatkan kelenjar dengan larynx & trachea D. Terdiri dari 2-3 lobus E. Lobus kiri dan kanan dihubu ngkan oleh isthmus F. Isthmus meluas lebih dari garis tengah di depan cincin trachea ke 2-4. G. Kadang terdapat Lobus pyramidalis ke atas isthmus, biasanya ke kiri garis tengah H. Pita fibrosa / muskular yang menghubungkan lob.pyramidalis & os.hyoideum  bl muskular m.levator glandulae thyroidea I. Struktur sekitar lobus: a. Anterolateral  m.sternothyroideus, venter superior m.omohyoideus, m.sternohyoideus, & tepi anterior m.sternocleidomastoideus  b. Posterolateral  vagina carotica dgna.carotis communis, v.jugularis interna, & n.vagus c. Medial  Larynx, trachea, m.constrictorpharyngis inferior & oesophagus d. Posterior  Gland. Parathyroidea inferior& superior J. Vaskularisasi: a. A.thyroidea superior cabang a.carotis externa  b. A.thyroidea inferior cabang truncus thyrocervicalis c. A.thyroidea mediacabang a.brachiocephalica atau arcus aorta d. V. thyroidea superior dan vv.thyroidea mediae mencurahkan isinya ke v.jugularis interna e. V.thyroidea inferior Menampung cabang2 dari isthmus & polus bawah kelenjar. Kedua sisi akan beranastomose saat berjalan turun di depan trachea. Bermuara ke v.brachiocephalica Sinistra K. Pembuluh Lymph Cairan lymph dicurahkan ke nl.cervicales profundi. Beberapa pembuluh lymph ke nl.paratracheales

Upload: winy-chamhada-ttaruda

Post on 10-Oct-2015

78 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

blok endokrin broo

TRANSCRIPT

LI & LO 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi kelenjar Tiroid1.1 Makroskopik1.2 Mikroskopik 2. Memahami dan Menjelaskan faal dan biokim kelenjar Tiroid 2.1 sekresi2.2 sintesis2.3 faktor-faktor yang mempengaruhi2.4 peran2.5 pengangkutan dalam darah2.6 mekanisme feedback2.7 perubahan yang terjadi dalam tubuh terkait dengan hipotiroid dan hipertiroid2.8 peranan iodium terhadap kelenjar tiroid3. Memahami dan Menjelaskan Nodul Tiroid3.1 definisi3.2 etiologi3.3 klasifikasi3.4 patofisiologi3.5 diagnosis3.6 diagnosis banding 3.7 tatalaksana3.8 komplikasi3.9 pencegahan3.10 prognosis4. Memahami dan Menjelaskan pendapat islam tentang operasi dan cara menenangkan pasien

LI & LO 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi kelenjar Tiroid1.1 MakroskopikA. Berbentuk buah alpukatpuncak sampai ke linea obliqua cartilaginis thyroideabasis setinggi cincin trachea ke-4 atau ke-5B. Organ yang sangat vascularC. Dibungkus oleh selubung dari lamina pretrachealis melekatkan kelenjar dengan larynx & tracheaD. Terdiri dari 2-3 lobus E. Lobus kiri dan kanan dihubungkan oleh isthmusF. Isthmus meluas lebih dari garis tengah di depan cincin trachea ke 2-4.G. Kadang terdapat Lobus pyramidalis ke atas isthmus, biasanya ke kiri garis tengah H. Pita fibrosa / muskular yang menghubungkan lob.pyramidalis & os.hyoideum bl muskular m.levator glandulae thyroideaI. Struktur sekitar lobus:a. Anterolateral m.sternothyroideus, venter superior m.omohyoideus, m.sternohyoideus, & tepi anterior m.sternocleidomastoideusb. Posterolateral vagina carotica dgna.carotis communis, v.jugularis interna, & n.vagusc. Medial Larynx, trachea, m.constrictorpharyngis inferior & oesophagusd. Posterior Gland. Parathyroidea inferior& superiorJ. Vaskularisasi:a. A.thyroidea superiorcabang a.carotis externab. A.thyroidea inferiorcabang truncus thyrocervicalisc. A.thyroidea mediacabang a.brachiocephalica atau arcus aortad. V. thyroidea superior dan vv.thyroidea mediae mencurahkan isinya ke v.jugularis internae. V.thyroidea inferiorMenampung cabang2 dari isthmus & polus bawah kelenjar. Kedua sisi akan beranastomose saat berjalan turun di depan trachea.Bermuara ke v.brachiocephalica SinistraK. Pembuluh LymphCairan lymph dicurahkan ke nl.cervicales profundi. Beberapa pembuluh lymph ke nl.paratracheales

1.2 Mikroskopik A. Terdapat ribuan folikel2 dg diameter bervariasi, yg lumennya mengandung substansi gelatinosa disebut COLLOIDColloid tdd glikoprotein tiroglobulinB. Warna colloid :a. Basofil : aktif, metabolisme tinggib. Asidofil : tdk aktif1. Sel Folikulara. Bentuk beragam : kuboidb. Hipoaktif : rendahc. Hiperaktif : tinggid. Berdiri di atas membrana basalise. Inti besar, vesikular, ditengah atau ke arah basalf. Sitoplasma : bergranul halus, basofil, bnyk mitokondriag. Dg ME : terlihat mikrovili h. Fungsi : mensintesis , iodinasi, absorbsi, dan digesti thyroglobulin

2. Sel Parafolikulara. Terletak diantara sel2 follicular (masih dlm membrana basalis)b. Inti eksentrisc. Sitoplasma : bnyk granula padat (terbungkus selaput)d. Mensekresi calsitonin

2. Memahami dan Menjelaskan faal dan biokim kelenjar Tiroid

2.1 SekresiPengeluaran hormon-hormon tiroid ke dalam sirkulasi sistemik memerlukan proses yang agak rumit karena dua alasan. Pertama, sebelum dikeluarkan, T4 dan T3tetap terikat ke molekul tiroglobulin. Kedua, hormon-hormon ini disimpan di tempatekstrasel pedalaman lumen folikel, sebelum dapat memasuki pembuluh darah yang berjalan di ruang interstisium, mereka harus diangkut menembus sel folikel. Prosessekresi hormon tiroid pada dasarnya melibatkan penggigitan sepotong koloid oleh selfolikel, sehingga molekul tiroglobulin terpecah menjadi bagian-bagiannya, danpeludahan T4 dan T3 bebas ke dalam darah. Apabila terdapat rangsangan yang sesuaiuntuk mengeluarakan hormon tiroid, sel-sel folikel memasukkkan sebagian darikompleks hormon-tiroglobulin dengan memfagositosis sekeping koloid. Di dalam sel, butir-butir koloid terbungkus membran menyatu dengan lisosom, yang enzim-enzimnyakemudian memisahkan hormon tiroid yang aktif secara biologis, T4 dan T3, sertaiodotirosin yang nonaktif, MIT dan DIT. Hormon-hormon tiroid, karena sangat lipofilik,dengan mudah melewati membran luar sel folikel dan masuk kedalam darah. MIT danDIT tidak memiliki nilai endokrin. Sel-sel folikel mengandung suatu enzim yang dengancepat mengeluarkan iodium dari MIT dan DIT, sehingga iodium yang dibebaskan dapatdidaur ulang untuk sintesis lebih banyak hormon. Enzim yang sangat spesifik ini akan mengeluarkan iodium hanya dari MIT dan DIT yang tidak berguna, bukan dari T4 danT3.Sekitar 90 % produk sekretorik yang dikeluarkan dari kelenjar tiroid adalah dalam bentuk T4, walaupun T3 memiliki aktivitas biologis sekitar empat kali lebih potendaripada T4. Namun sebagian besar T4 yang disekresikan kemudian diubah menjadi T3,atau diaktifkan, melalui proses pengeluaran satu iodium di hati dan ginjal. Sekitar 80%T3 dalam darah berasal dari sekresi T4 yang mengalami proses pengeluaran iodium di jaringan perifer. Dengan demikian T3 adalah bentuk hormon tiroid yang secara biologisaktif di tingkat sel, walaupun tiroid lebih banyak mengeluarkan T4

2.2 SintesisSemua langkah sintesis hormon tiroid berlangsung di molekul tiroglobulin di dalam koloid. Tiroglobulin itu sendiri dihasilkan ileh kompleks golgi atau retikulum endoplasma sel folikel tiroid. 1. Tirosin menyatu ke dalam molekul tiroglobulin sewaktu molekul besar ini diproduksi. Setelah diproduksi, tiroglobulin yang mengandung tirosin dikeluarkan dari sel folikel ke dalam koloid melalui eksositosis.(1)2. Tiroid menangkap iodium dari darah dan memindahkannya ke dalam koloid melalui suatu pompa iodium yang sangat aktif atau iodine-trapping-mechanism protein pembawa yang sangat kuat dan memerlukan energi yang terletak di membran luar sel folikel.(2)Hampir semua iodium di tubuh dipindahkan melawan gradien konsentrasinya ke kelenjar tiroid untuk mensintesis hormon tiroid.3. Di dalam koloid, iodium dengan cepat melekat ke sebuah tirosin di dalam molekul tiroglobulin. Perlekatan sebuah iodium ke tirosin menghasilkan monoiodotirosin(MIT).(3a)Perlekatan dua iodium ke tirosin menghasilkan diiodotirosin(DIT).(3b)4. Kemudian terjadi proses penggabungan untuk membentuk hormon tiroid. Penggabungan dua DIT (masing-masing mengandung 2 atom iodium) menghasilkan tetraiodotironin (T4 atau tiroksin)(4a). Penggabungan satu MIT dengan satu DIT menghasilkan triiodotironin atau T3(4b).Karena reaksi-reaksi ini berlangsung di dalam molekul tiroglobulin, semua produk tetap melekat ke protein besar tersebut. Hormon hormon tiroid tetap disimpan dalam bentuk ini di koloid sampai mereka dipecah dan disekresikan. Diperikarakan bahwa hormon tiroid yang secara normal disimpan di koloid cukup untuk memasok kebutuhan tubuh untuk beberapa bulan.2.3 faktor-faktor yang mempengaruhi1. HIPOTALAMUS : Sintesis dan pelepasan TRH Perangsangan : - Penurunan Ta dan T3 serum, dan T3 intraneuronal - Neurogenik : sekresi bergelombang dan irama sirkadian - Paparan terhadap dingin (hewan dan bayi baru lahir) - Katekolamin adrenergik-alfa - Vasopresin arginin Penghambatan : - Peningkatan Ta dan T3 serum, dan T3 intraneuronal - Penghambat adrenergik alfa - Tumor hipotalamus

2. HIPOFISIS ANTERIOR: Sintesis dan pelepasan TSH Perangsangan : - TRH - Penurunan T4 dan T3 serum, dan T3 intratirotrop - Penurunan aktivitas deiodinasi-5' tipe 2 - Estrogen : meningkatkan tempat pengikatan TRH Penghambatan: - Peningkatan T4 dan T3 serum, dan T3 intratirotrop - Peningkatan aktivitas deiodinase-5' Tipe 2 - Somatostatin - Dopamin, agonis dopamin : bromokriptin - Glukokortikoid - Penyakit-penyakit kronis - Tumor hipofisis

3. TIROID : Sintesis dan pelepasan hormon tiroid Perangsangan : - TSH - Antibodi perangsangan TSH-R Penghambatan : - Antibodi penghambat TSH-R - Kelebihan iodida - Terapi litium2.4 peranEfek Fisiologik Hormon Tiroid Efek transkripsional dari T3 secara karakteristik memperlihatkan suatu lag time berjam-jam atau berhari-hari untuk mencapai efek yang penuh. Aksi genomik ini menimbulkan sejumlah efek, termasuk efek pada pertumbuhan jaringan, pematangan otak, dan peningkatan produksi panas dan konsumsi oksigen yang sebagian disebabkan oleh peningkatan aktivitas dari Na+-K+ ATPase, produksi dari reseptor beta-adrenergik yang meningkat. Sejumlah aksi dari T3 tidak genomik, seperti penurunan dari deiodinase-5' tipe 2 hipofisis dan peningkatan dari transpor glukosa dan asam amino. Sejumlah efek spesifik dari hormon tiroid diringkaskan berikut ini.

1. Efek pada Perkembangan JaninSistem TSH tiroid dan hipofisis anterior mulai berfungsi pada janin manusia sekitar 11 minggu. Sebelum saat ini, tiroid janin tidak mengkonsentrasikan 12 I. Karena kandungan plasenta yang tinggi dari deiodinase-5 tipe 3, sebagian besar T3 dan T4 maternal diinaktivasi dalam plasenta, dan sangat sedikit sekali hormon bebas mencapai sirkulasi janin. Dengan demikian, janin sebagian besar tergantung pada sekresi tiroidnya sendiri. Walaupun sejumlah pertumbuhan janin terjadi tanpa adanya sekresi hormon tiroid janin, perkembangan otak dan pematangan skeletal jelas terganggu, menimbulkan kretinisme (retardasi mental dan dwarfisme/cebol).

2. Efek pada Konsumsi Oksigen, Produksi panas, dan Pembentukan Radikal BebasT3 meningkatkan konsumsi O2 dan produksi panas sebagian melalui stimulasi Na+-K+ ATPase dalam semua jaringan kecuali otak, lien, dan testis. Hal ini berperan pada peningkatan kecepatan metabolisme basal (keseluruhan konsumsi O2 hewan saat istirahat) dan peningkatan kepekaan terhadap panas pada hipertiroidisme. Hormon tiroid juga menurunkan kadar dismutase superoksida, menimbulkan peningkatan pembentukan radikal bebas anion superoksida. Hal ini dapat berperan pada timbulnya efek mengganggu darihipertiroidisme kronik.

3. Efek Kardiovaskular T3 merangsang transkripsi dari rantai berat miosin dan menghambat rantai berat miosin, memperbaiki kontraktilitas otot jantung. T3 juga meningkatkan transkripsi dari Ca2+ ATPase dalam retikulum sarkoplasmik, meningkatkankontraksi diastolik jantung; mengubah isoform dari gen Na+ -K+ ATPase gen; danmeningkatkan reseptor adrenergik-beta dan konsentrasi protein G. Dengandemikian, hormon tiroid mempunyai efek inotropik dan kronotropik yang nyataterhadap jantung. Hal ini merupakan penyebab dari keluaran jantung danpeningkatan nadi yang nyata pada hipertiroidisme dan kebalikannya padahipotiroidisme.

4. Efek Simpatik (simpatomimetik)Seperti dicatat di atas, hormon tiroid meningkatkan jumlah reseptor adrenergik-beta dalam otot jantung, otot skeletal, jaringan adiposa, dan limfosit. Mereka juga menurunkan reseptor adrenergik-alfa miokardial. Di samping itu; mereka juga dapat memperbesar aksi katekolamin pada tempat pascareseptor. Dengan demikian, kepekaan terhadap katekolamin meningkat dengan nyata pada hipertiroidisme, dan terapi dengan obat-obatan penyekat adrenergik-beta dapat sangat membantu dalam mengendalikan takikardia dan aritmia.

5. Efek PulmonarHormon tiroid mempertahankan dorongan hipoksia dan hiperkapne normal pada pusat pernapasan. Pada hipotiroidisme berat, terjadi hipoventilasi, kadangkadangmemerlukan ventilasi bantuan.

6. Efek HematopoetikPeningkatan kebutuhan selular akan O2 pada hipertiroidisme menyebabkan peningkatan produksi eritropoietin dan peningkatan eritropoiesis. Namun, volume darah biasanya tidak meningkat karena hemodilusi dan peningkatan penggantian eritrosit. Hormon tiroid meningkatkan kandungan 2,3-difosfogliserat eritrosit, memungkinkan peningkatan disosiasi O2 hemoglobin dan meningkatkan penyediaan O2 kepada jaringan. Keadaan yang sebaliknya terjadi pada hipotiroidisme.

7. Efek GastrointestinalHormon tiroid merangsang motilitas usus, yang dapat menimbuklan peningkatan motilitas dan diare pada hipertiroidisme dan memperlambat transit usus serta konstipasi pada hipotiroidisme. Hal ini juga menyumbang pada timbulnya penurunan berat badan yang sedang pada hipotiroidisme dan pertambahan berat pada hipotiroidisme.

8. Efek SkeletalHormon tiroid merangsang peningkatan penggantian tulang, meningkatkan resorpsi tulang, dan hingga tingkat yang lebih kecil, pembentukan tulang. Dengan demikian, hipertiroidisme dapat menimbulkan osteopenia yang bermakna, dan pada kasus berat, hiperkalsemia sedang, hiperkalsiuria, dan peningkatan ekskresi hidroksiprolin urin dan hubungan-silang pyridinium.

9. Efek NeuromuskularWalaupun hormon tiroid merangsang peningkatan sintesis dari banyak protein struktural, pada hipertiroidisme terdapat peningkatan penggantian protein dan kehilangan jaringan otot atau miopati. Hal ini dapat berkaitan dengan kreatinuria sontan. Terdapat juga suatu peningkatan kecepatan kontraksi dan relaksasi otot, secara klinik diamati adanya hiperefleksia atau hipertiroidisme-atau sebaliknya pada hipotiroidisme. Hormon tiroid penting untuk perkembangan dan fungsi normal dari susunan saraf pusat, dan hiperaktivitas pada hipertiroidisme serta kelambanan pada hipotiroidisme dapat mencolok.

10. Efek pada Lipid dan Metabolisme KarbohidratHipertiroidisme meningkatkan glukoneogenesis dan glikogenolisis hati demikian pula absorpsi glukosa usus. Dengan demikian, hipertiroidisme akan mengeksaserbasi diabetes melitus primer. Sintesis dan degradasi kolesterol keduanya meningkat oleh hormon tiroid. Efek yang terakhir ini sebagian besar disebabkan oleh suatu peningkatan dari reseptor low-density lipoprotein (LDL) hati, sehingga kadar kolesterol menurun dengan aktivitas tiroid yang berlebihan. Lipolisis juga meningkat, melepaskan asam lemak dan gliserol. Sebaliknya, kadar kolesterol meningkat pada hipotiroidisme.

11. Efek EndokrinHormon tiroid meningkatkan pergantian metabolik dari banyak hormon dan obat-obatan farmakologik. Contohnya, waktu-paruh dari kortisol adalah sekitar 100 menit pada orang normal, sekitar 50 menit pada pasien hipertiroid, sekitar 150 menit pada pasien hipotiroid. Kecepatan produksi kortisol akan meningkat pada pasien hipertiroid; dengan fungsi adrenal normal sehingga mempertahankan suatu kadar hormon sirkulasi yang normal. Namun, pada seorang pasien dengan insufisiensi adrenal, timbulnya hipertiroidisme atau terapi hormon tiroid dari hipotiroidisme dapat mengungkapkan adanya penyakit adrenal. Ovulasi dapatterganggu pada hipertiroidisme maupun hipotiroidisme, menimbulkan infertilitas, yang dapat dikoreksi dengan pemulihan keadaan eutiroid. Kadar prolaktin serum meningkat sekitar 40% pada pasien dengan hipotiroidisme, kemungkinan suatu manifestasi dari peningkatan pelepasan TRH; hal ini akan kembali normal dengan terapi T4.2.5 pengangkutan dalam darahSetelah dikeluarkan ke dalam darah, hormon tiroid yang sangat lipofilik secara cepat berikatan dengan beberapa protein plasma. Kurang dari 1% T3 dan kurang dari 0,1% T4 tetap berada dalam bentuk tidak terikat (bebas). Keadaan ini memang luar biasa mengingat bahwa hanya hormon bebas dari keseluruhan hormon tiroid memiliki akses ke sel sasaran dan mampu menimbulkan suatu efek.Terdapat 3 protein plasma yang penting dalam pengikatan hormon tiroid: TBG (Thyroxine-Binding Globulin) yang secara selektif mengikat 55% T4 dan 65% T3 yang ada di dalam darah. Albumin yang secara nonselektif mengikat banyak hormone lipofilik, termasuk 10% dari T4 dan 35% dari T3. TBPA (Thyroxine-Binding Prealbumin) yang mengikat sisa 35% T4.

Di dalam darah, sekitar 90% hormon tiroid dalam bentuk T4, walaupun T3 memiliki aktivitas biologis sekitar empat kali lebih poten daripada T4. Namun, sebagian besar T4 yang disekresikan kemudian dirubah menjadi T3, atau diaktifkan melalui proses pengeluaran satu yodium di hati dan ginjal. Sekitar 80% T3 dalam darah berasal dari sekresi T4 yang mengalami proses pengeluaran yodium di jaringan perifer. Dengan demikian, T3 adalah bentuk hormon tiroid yang secara biologis aktif di tingkat sel.

Hormon yang terikat dan yang bebas berada dalam keseimbangan yang reversibel. Hormon yang bebas merupakan fraksi yang aktif secara metabolik, sedangkan fraksi yang lebih banyak dan terikat pada protein tidak dapat mencapai jaringan sasaran.

Dari ketiga protein pengikat tiroksin, TBG merupakan protein pengikat yang paling spesifik. Selain itu, tiroksin mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap protein pengikat ini dibandingkan dengan triiodotironin. Akibatnya triiodotironin lebih mudah berpindah ke jaringan sasaran. Faktor ini yang merupakan alasan mengapa aktifitas metabolik triiodotironin lebih besar.

Perubahan konsentrasi TBG dapat menyebabkan perubahan kadar tiroksin total dalam sirkulasi. - Peningkatan TBG, seperti pada kehamilan, pemakaian pil kontrasepsi, hepatitis, sirosis primer kandung empedu dan karsinoma hepatoselular dapat mengakibatkan peningkatan kadar tiroksin yang terikat pada protein. - Sebaliknya, penurunan TBG, misalnya pada sindrom nefrotik, pemberian glukokortikoid dosis tinggi, androgen dan steroid anabolik dapat menyebabkan penurunan kadar tiroksin yang terikat pada protein.

Hormon-hormon thyroid diubah secara kimia sebelum diekskresi. Perubahan yang penting adalah deiodinasi yang bertanggung jawab atas ekskresi 70 % hormon yang disekresi. 30 % lainnya hilang dalam feses melalui ekskresi empedu sebagai glukuronida atau persenyawaan sulfat. Akibat deiodinasi, 80 % T4 dapat diubah menjadi 3,5,3-triiodotironin, sedangkan 20 % sisanya diubah menjadi reverse 3,3,5-triiodotironin (rT3) yang merupakan hormone metabolik yang tidak aktif.

2.6 mekanisme feedback

Feedback negatif :Jika konsentrasi T3 dan T4 yang disekresikan meningkat dari biasanya, maka akan terjadi feedback negatif kepada hipofisis anterior atau hipothalamus untuk mengurangi sekresi hormonnya yang akan menyebabkan pengurangan rangsangan terhadap kelenjar tiroid oleh TSH yang dihasilkan hipofisis anterior, sehingga produksi T3 dan T4 kembali normal.

Feedback positif :Jika konsentrasi T3 dan T4 yang disekresikan menurun dari biasanya, maka akan terjadi feedback positif kepada hipofisis anterior atau hipothalamus untuk mengurangi sekresi hormonnya yang akan menyebabkan pengurangan rangsangan terhadap kelenjar tiroid oleh TSH yang dihasilkan hipofisis anterior, sehingga produksi T3 dan T4 kembali normal.

2.7 perubahan yang terjadi dalam tubuh terkait dengan hipotiroid dan hipertiroidDisfungsi TiroidPenyebabKonsentrasi plasma hormone bersangkutanGondok

Hipotiroidisme Kegagalan primer kelenjar tiroid Sekunder akibat kegagalan hipotalamus atau hipofisis anterior Kekurangan iodium dalam makanan T3 dan T4, TSH

T3 dan T4, TRH dan atau TSH

T3 dan T4, TSH

Ya

Tidak

Ya

Hipertiroidisme Adanya immunoglobulin oerangsang tiroid (TSI) (penyakit grave) Seknder akibat kelebihan sekresi hipotalamus atau hipofisis anterior

Hipersekresi tumor tiroid T3 dan T4, TSH

T3 dan T4, TRH dan atau TSH

T3 dan T4, TSH Ya

Ya

Tidak

HIPOTIROIDISM1. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh kegagalan kelenjar tiroid atau kekurangan iodium, gondok timbul karena hormone tiroid dalam darah sirkulasi sedemikian rendah sehingga tidak ada inhibisi umpan balik negative ke hipofisis anterior dan dengan demikian sekresi TSH meningkat. Ingatlah bahwa TSH bekerja untuk meningkatkan ukuran dan jumlah sel folikel dan untuk meningkatkan kecepatan sekresi sel-sel tersebut. Jika sel-sel tiroid tidak mampu mengeluarkan hormone karena ketidakadaan enzim tertentu atau kekurangan iodium, memacu sel-sel ersebut mengeluarkan T3 dan T4 yang adekuat. Namun, TSH tetap dapat menyebabkan hipertrofi dan hyperplasia tiroid dengan konsekuensi pembesaran paradox kelenjar (yaitu gondok) walaupun kelenjar kurang berproduksi.2. Hipotiroidisme yang sekunder dari kegagalan hipotalamus atau hipofisis anterior tidak akan disertai oleh gondok karena rangsangan yang adekuat bagi kelenjar tiroid saja tidak ada, apalagi rangsangan yang berlebihan.HIPERTIROIDISME1. Pada penyakit grave, terjadi gondok disertai hipersekresi karena TSI merangsang pertumbuhan tiroid serta meningkatkan sekresi hormone tiroid. Karena kadar T3 dan T4 dalam darah sirkulasi yang tinggi menghambat hipofisis anterior , Sekresi TSH itu sendiri rendah. Pada semua kasus lain dengan gondok kadar TSH menigkat dan secara langsung merupakan penyebab pertumbuhan tiroid yang berlebihan2. Sekresi TSH yang berlebihan akibat defek hipotalamus atau hipofisis anterior jelas akan disertai oleh gondok karena terjadi stimulasi berlebihan terhadap pertumbuhan kelenjar tiroid. Karena kelenjar tiroid dalam hal ini juga mampu berespon terhadap kelebihan TSH dengan meningkatkan sekresi hormone terjadi hipertiroidisme disertai gondok.3. Hipertiroidisme yang terjadi akibat aktivitas berlebihan tiroid tanpa stimulasi berlebihan misalnya pada kasus tumor gondok yang tidak terkontrol tidak disertai oleh gondok. Sekresi spontan T3 dan T4 dalam jumlah berlebihan menghambat TSH sehingga tidak terjadi stimulasi untuk mendorong pertumbuhan kelenjar tiroid2.8 peranan iodium terhadap kelenjar tiroidIodium adalah adalah bahan dasar yang sangat penting dalam biosintesis hormon thyroid. Iodium yang dikonsumsi diubah menjadi iodida kemudian diabsorbsi. Kelenjar thyroid mengkonsentrasikan iodida dengan mentransport aktif iodida dari sirkulasi ke dalam koloid. Mekanisme transport tersebut dikenal dengan iodide trapping mechanism. Na+ dan I- ditransport dengan mekanisme cotransport ke dalam sel thyroid, kemudian Na+ dipompa interstisial oleh Na+-K+ATPase.Di dalam kelenjar thyroid, iodida mengalami oksidasi menjadi iodium.Iodium kemudian berikatan dengan molekul tirosin yang melekat ke tiroglobulin dan dimulailah sintesis hormon tiroid.Enzim yang berperan dalam oksidasi dan pengikatan iodida adalah thyroid peroksidase.Iodium adalah bahan mentah yang penting untuk sintesis hormon tiroid. Iodium yang terdapat dalam makanan diubah menjadi iodida dan diabsorpsi. Organ utama yang mengambil iodium adalah tiroid, yang menggunakannya untuk membuat hormon tiroid, dan ginjal, yang mengekskresikannya ke dalam urin. Sekitar 120 g/h masuk ke dalam tiroid pada tingkat sintesis dan sekresi hormon tiroid yang normal. Tiroid mensekresi 80 g/h iodium dalam bentuk T3 dan T4. Empat puluh mikrogram iodium per hari berdifusi ke dalam CES (cairan ekstrasel). T4 dan T4 yang disekresikan dimetabolisme dalam hati dan jaringan lain, yang akan melepaskan 60 g iodium per hari ke dalam CES. Beberapa turunan hormon tiorid diekskresikan melalui empedu, dan sebagian iodium didalamnya diserap ulang (sirkulasi enterohepatik), tetapi berat bersih kehilangan iodium dalam tinja sekitar 20 g/h. Jadi, jumlah total iodium yang masuk ke dalam CES adalah 500+40+60, atau 600 g/h; 20% dari iodium ini masuk ke dalam kelenjar tiroid, sementara 80% diekskresikan melalui urin3. Memahami dan Menjelaskan Nodul Tiroid3.1 DefinisiNodul tiroid merupakan bagian dari struma. Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid. Dapat berupa gangguan fungsi (eutiroidisme, hipertiroidisme, dan hipotiroidisme) atau perubahan susunan kelenjar dan morfologi nya. American Society for Study of Goiter membagi struma menjadi Struma Non Toxic Diffusa, Struma Non Toxic Nodusa, Struma Toxic Difussa, Struma Toxic Nodusa. Nodul tiroid merupakan stuma nodusa.Pertumbuhan abnormal yang membentuk benjolan pada kelenjar tiroid. Dapat terjadi pada setiap bagian dari kelenjar. Beberapa nodul bisa dirasakan cukup mudah, sedangkan yang lain dapat tersembunyi jauh di dalam jaringan tiroid atau terletak sangat rendah pada kelenjar di mana mereka sulit untuk merasa.Istilah nodul tiroid mengacu pada setiap pertumbuhan abnormal yang membentuk benjolan pada kelenjar tiroid.Selain istilah nodul tiroid sering digunakan istilah adenoma tiroid yang mempunyai arti suatu pertumbuhan jinak jaringan baru dari struktur kelenjar. Istilah nodul tidak spesesifik karena dapat berupa kista, karsinoma, lobul dari jaringan normal, atau lesi fokal lain yang berbeda dari jaringan normal.

3.2 EtiologiPrevalensi keganasan pada nodul tiroid berkisar 5-10%. Prevalensi ini dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, riwayat radiasi sinar pengion yang pernah diterima pasien, serta riwayat keganasan tiroid pada keluarga. Anak-anak di bawah usia 20 tahun dengan nodul tiroid dingin mempunyai risiko keganasan dua kali lipat dibandingkan usia dewasa. Kelompok usia di atas 60 tahun selain memiliki prevalensi keganasan lebih tinggi, juga mempunyai tingkat agresivitas penyakit yang lebih berat. Pada nodul tiroid jinak lebih sering terjadi pada wanita.Beberapa etiologi nodul tiroid yang sering adalah koloid, kista, tiroiditis limfositik, neoplasma jinak (Hurtle dan Folikulare), dan neoplasma ganas (papilare dan folikulare). Penyebab yang jarang adalah tiroiditis granulomatosa, infeksi (abses, tuberkulosis), dan neoplasma ganas (medulare, anaplastik, metastasis, dan limfoma).

Table 1. Penyebab hipotiroidisme primer (HP) dan hipotiroidisme skunder (HS)

Penyebab hipotiroidismePenyebabab hipotiroidismeHipotiroidisme sepintas

Sentral (HS)Primer HP(transient)

Lokalisasi hipofisis atau hipotalamus1 hipo atau agenesis kelenjar tiroid1 tiroiditis de Quervain

1 tumor, infiltrasi tumor2 destruksi kelenjar tiroid2 silent tiroiditis

2 nekrosis iskemik (sindrom sheehan pada hipofisis)3 atrofi (berdasar autoimun)3 tiroiditis postpartum

3 iatrogen (radiasi, operasi)4 dishormonogenesis sintesis hormon4 hipotiroidisme neonatal sepintas.

4 infeksi (sarcoidosis, histiosis)5 hipotiroidisme transien (sepintas)

3.3 KlasifikasiEutiroidismeEutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan hipofisis menghasilkan TSH dalam jumlah yang meningkat. Goiter atau struma semacam ini biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher yang jika terjadi secara berlebihan dapat mengakibatkan kompresi trakea.

Hipertiroidisme Sekresi TSH yang berlebihan akibat defek hipotalamus atau hipofisis anterior akan jelas menimbulkan gondok dan sekresi berlebihan T3 dan T4 karena stimulasi pertumbuhan tiroid yang berlebihan. Karena kelenjar tiroid dalam situasi ini juga mampu berespons terhadap kelebihan TSH disertai peningkatan sekresi hormone maka pada gondok ini terjadi hipertiroidisme.Penyakit graves terjadi gondok dengan hipersekresi karena LATS mendorong pertumbuhan tiroid. Tingginya kadar T3 dan T4 menghambat hipofisis anterior, maka sekresi TSH rendah. Pada semua kasus terjadi gondok, kadar TSH nya tinggi dan berperan langsung menyebabkan berlebihan tiroid.Hipertiroidisme yang karena aktivitas berlebihan hormone tiroid tanpa overstimulasi, missal karena tumor tiroid yang tak terkendali, tidak disertai oleh gondok. Sekresi spontan T3 dan T4 berlebihan akan menekan TSH sehingga tdk ada sinyal stimulatorik yang mendorong pertumbuhan tiroid.

HipotiroidismeHipotiroidisme akibat kegagalan hipotalamus atau hipofifis anterior tidak menyebabkan gondok karena kelenjar tiroid tidak dirangsang secara adekuat apalagi berlebihanHipotiroidisme yang disebabkan oleh kegagalan kelenjar tiroid atau kekurangan yodium, gondok akan terjadi karena kadara hormone tiroid dalam darah sedemikian rendah sehingga tidak terdapat inhibisi umpan balik negative di hipofisis anterior, dan karenanya sekresi TSH meningkat. TSH tidak mampu meninduksi sel-sel untuk mengeluarkan T3 dan T4 karena kurangnya enzim esensial dan yodium. Namun TSH dapat menyebabkan hipertrofi dan hyperplasia tiroid.

1. Klasifikasi berdasarkan jumlah nodul: nodul tunggal (soliter) atau multiple.2. Klasifikasi berdasarkan fungsinya: nodul hiperfungsi, hipofungsi, atau normal.3. Klasifikasi nodul tiroid berdasarkan etiologinya

Tabel 6. Klasifikasi Nodul Tiroid Berdasarkan Etiologinya

AdenomaKarsinoma

Adenoma makrofolikuler (koloid sederhana)Papiler (75%)

Adenoma mikrofolikuler (fetal)Folikuler (10%)

Adenoma embrional (trabekuler)Meduler (5-10%)

Adenoma sel Hurthle (oksifilik, onkositik)Anaplastik (5%)

Adenoma atipikLain-lain: Limfoma tiroid (5%)

Adenoma dengan papila

Signet-ring Adenoma

KistaLain-lain

Kista sederhanaInflamasi tiroid

Tumor kistik/padat (perdarahan, nekrorik) Tiroiditis akut

Tiroiditis limfosit kronik

Nodul KoloidPenyakit granulomatosa

Nodul dominan pada struma multinodusaGangguan pertumbuhan

Dermoid

Agnesis lobus tiroid unilateral (jarang)

1. HIPOTIROIDa. Definisi Hipotiroisme adalah suatu sindroma klinis akibat dari defisiensi hormontiroid, yang kemudian mengakibatkan perlambatan proses metabolik.Hipotiroidisme pada bayi dan anak-anak berakibat pertambatan pertumbuhandan perkembangan jelas dengan akibat yang menetap yang parah sepertiretardasi mental. Hipotiroidisme dengan awitan pada usia dewasa menyebabkanperlambatan umum organisme dengan deposisi glikoaminoglikan pada rongga intraselular, terutama pada otot dan kulit, yang menimbulkan gambaran klinismiksedema.Gejala hipotiroidisme pada orang dewasa kebanyakan reversibel dengan terapib. Etiologi

Penyakit H.Primer keruskan pada kelenjar tiroidPenyakit H.sentralA. sekunder kerusakan pada hipofisisB. tertier kerusakan pada hipotalamusc. Patogenesis Dalam keadaan normal, tiroid melepaskan 100-125 nmol tiroksin (T4) jumlah harian dan hanya sebagian kecil triiodothyronine (T3). Waktu paruh T4 adalah sekitar 7-10 hari. T4, prohormon, diubah menjadi T3, bentuk aktif dari hormon tiroid, di jaringan perifer dengan 5'-deiodination. Pada awal proses penyakit, mekanisme kompensasi mempertahankan tingkat T3. Penurunan produksi T4 menyebabkan peningkatan sekresi TSH oleh kelenjar hipofisis. TSH merangsang hipertrofi dan hiperplasia kelenjar tiroid dan tiroid T4-5'-deiodinase aktivitas. Hal ini, pada gilirannya, menyebabkan tiroid untuk melepaskan lebih banyak T3.Karena semua sel yang aktif secara metabolik memerlukan hormon tiroid, kekurangan hormon memiliki berbagai efek. Efek defisiensi hormon tiroid mempengaruhi semua jaringan tubuh, sehingga gejalanya bermacam-bermacam. Kelainan patologis yang paling khas adalah penumpukan glikosaminoglikan--kebanyakan asam hialuronat--pada jaringaninterstisial. Penumpukan zat hidrofilik dan peningkatan permeabilitas kapilerterhadap albumin ini bertanggung jawab terhadap terjadinya edema interstisial (myxadenomatous)yang paling jelas pada kulit, otot jantung dan otot bergaris. Penumpukkan ini tidakberhubungan dengan sintesis berlebih tapi berhubungan dengan penurunan destruksi glikoaminoglikan Perubahan myxedematous dalam hasil jantung pada kontraktilitas menurun, pembesaran jantung, efusi perikardial, penurunan denyut nadi, jantung dan penurunan output. Dalam saluran pencernaan, achlorhydria dan penurunan transit usus lambung dengan stasis dapat terjadi. Pubertas tertunda, anovulasi, ketidakteraturan menstruasi, dan infertilitas yang umum. Penurunan tiroid efek hormon dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol total dan low-density lipoprotein (LDL) kolesterol dan kemungkinan perubahan dalam high-density lipoprotein (HDL) kolesterol karena perubahan clearance metabolik. Selain itu, hipotiroidisme dapat menyebabkan peningkatan resistensi insulind. Klasifikasi 1. Hipotiroidisme Sentral1. 50% diakibatkan kegagalan hipofisis,biasainya diakibatkan oleh desakan tumor hipofisis. Urutan kegagalan hormon adalah : GnRH,ACTH,gormon hipofisis lain dan TSH2. Hipotiroidisme Primer1. Pascaoperasi Strumektomi/tiroidektomi subtotal M.Graves dapat mengakibatkan hipotiroidisme baik karena jumlah jaringan yang dibuang atau akibat autoimun yang mendasarinya2. Pascaradiasi Pemberian radioactive iodine menyebabkan 40-50% pasien hipotiroidisme dalam 10 tahun3. Tiroiditis subakut (De Quervain)Akibat adanya infeksi virus,hipotiroidisme terjadi sepintas pada saat penyembuhan

4. Tiroiditis Pasca PartumDitemukannya antibodi tiroid (anti-TPO dan anti TG) di trimester pertama kehamilan5. Tiroiditis Autoimun(Tiroiditis Hashimoto)Sel T-Helper CD4+ memicu pembentukan antibodi antitiroid (Antitiroglobulin ,antireseptor TSH dan antiperoksidase) serta pembentukan CD8+ sel sitotoksike. Manifestasi KlinisSpektrum gambaran klinik hipotiroidisme sangat lebar, mulai dari keluhan cepat lelah atau mudah lupa sampai gangguan kesadaran berat (koma miksedema). Dewasa ini sangat jarang ditemukan kasus-kasus dengan koma miksedema. Gejala yang sering dikeluhkan pada usia dewasa adalah cepat lelah, tidak tahan dingin, berat badan naik, konstipasi, gangguan siklus haid dan kejang otot. Pengaruh hipotiroidisme pada berbagai sistem organ dapat dilihat pada tabel .

Table 2. Signs and Symptoms of Hypothyroidism (Descending Order of Frequency)

SymptomsTiredness, weaknessDry skinFeeling coldHair lossDifficulty concentrating and poor memoryConstipationWeight gain with poor appetiteDyspneaHoarse voiceMenorrhagia (later oligomenorrhea or amenorrhea)ParesthesiaImpaired hearingSignsDry coarse skin; cool peripheral extremitiesPuffy face, hands, and feet (myxedema)Diffuse alopeciaBradycardiaPeripheral edemaDelayed tendon reflex relaxationCarpal tunnel syndromeSerous cavity effusions

A. Koma miksedema merupakan salah satu keadaan klinis hipotiroidisme yang jarang dijumpai dan merupakan merupakan keadaan yang kritis dan mengancam jiwa. Terjadi pada 5 pasien yang lama menderita hipotiroidisme berat tanpa pengobatan sehingga suatu saat mekanisme adaptasi tidak dapat lagi mempertahankan homeostasis tubuh. Koma miksedema ditegakkan dengan : 1. Tanda dan gejala klinis keadaan hipotiroidisme dekompensata. 2. Perubahan mental, letargi, tidur berkepanjangan (20 jam atau lebih). 3. Defek termoregulasi, hipotermia. 4. Terdapat faktor presipitasi : kedinginan, infeksi, obat-obatan (diuretik, tranguilizer, sedatif, analgetik), trauma, stroke, gagal jantung, perdarahan saluran cerna.B. Berikut ini adalah gejala yang lebih spesifik untuk tiroiditis Hashimoto:a. Merasa kenyang di tenggorokanb. Pembesaran yg menyakitkan pd tiroidc. kelelahand. Sakit leher, sakit tenggorokan, atau keduanyae. Demam ringanf. Diagnosis 1. AnamnesisTerdapat tiga pegangan klinis untuk mencurigai adanya hipotiroidisme, yaitu apabiladitemukan:1. Klinis keluhan-keluhan dan gejala fisik akibat defisiensi hormon tiroid.2. Tanda-tanda adanya keterpaparan atau defisiensi, pengobatan ataupun etiologi danrisiko penyakit yang dapat menjurus kepada kegagalan tiroid dan hipofisis.3. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit tiroiditisautoimun kronis.2. Pemeriksaan FisikGambaran klinis miksedema yang lengkap biasanya cukup jelas, tapi gejalagejaladan tanda-tanda hipotiroidisme ringan dapat sangat tidak jelas. Pasiendengan hipotiroidisme akan datang dengan gambaran tak lazim :C. neurastenia dengan gejala kram otot, parestesia, dan kelemahanD. anemiaE. gangguan fungsi reproduksi, termasuk infertilitas, keterlambatan pubertas atau menoragiaF. edema idiopatik, efusi pleurokardiaG. pertumbuhan terhambatH. obstipasiI. rinitis kronis atau suara parau karena edema mukosa nasal atau pita suaraJ. depresi berat yang terus berlanjut menjadi ketidakstabilan emosional atau bahkan jelas-jelas psikosa paranoid. Pada kasus seperti ini, pemeriksaan diagnostik akan memastikan atau menyingkirkan hipotiroid sebagai faktor penunjang.C. Pemeriksaan PenunjangUji fT4(N 2.2-5.3) dan TSH(N 0.5-5.0)1. Hipotiroidisme primer : penurunan kadar T4 sedangkan TSH serum meningkat2. Hipotiroidisme sentral : kadar T4 serum rendah, kadar TSH yang rendahatau normal. Untuk membedakan hipotiroidisme sekunder dengan tersier diperlukanpemeriksaan TRH. 3. Hipotiroidisme sub klinik: kadar TSH meningkat akan tetapi kadar FT4 normal Biasanya peningkatan kadar TSH pada hipotiroidisme subklinikberkisar antara 5-10 mU/L sehingga disebut juga hipotiroidisme ringan. Kadar T3 biasanya dalam batas normal, sehingga pemeriksaan kadar T3 serum tidak membantu untuk menegakkan diagnosis hipotiroidisme

Uji AutoantibodiAutoantibodi tiroid termasuk1) antibodi tiroglobulin (Tg Ab)2) (2) antibodiperoksidase tiroid (TPO Ab), semula disebut antibodi mikrosomal3) antibodi reseptor TSH, stimulasi (TSH-R Ab [stim] atau blocking (TSH-R Ab[blok]). a. Tg Ab dan TPO Ab telah diukur dengan hemaglutinasi, immunoassay terkait-enzim (ELISA), atau radioimmunoassay (RIA). b. Pada pihak lain, titer Tg Ab dan TPO Ab yang tinggi dengan RIA ditemukanada 97% pasien dengan penyakit Graves atau tiroiditis Hashimoto. c. Antiboditiroglobulin dan TPO Ab (AM Ab)a) seringkali tinggi pada awal perjalanan penyakit tiroiditis Hashimotodan menurun dengan berjalannya waktub) Titer antibodi Tg maupun TPO akan menurun denganperjalanan waktu setelah pemberian terapi T4 pada tiroiditis Hashimoto ataudengan terapi antitiroid ada penyakit Graves. c) Dapat diperiksa pada wanita hamil dengan hipotiroidismed. Antibodi perangsang reseptor tiroid (TSH-R Ab [Stim]) a) merupakan tandakhas penyakit Graves . Uji ini positif pada 90%pasien dengan penyakit Graves dan tak terdeteksi pada orang sehat atau pasiendengan tiroiditis Hashimoto (tanpa oftalmopati), goiter nontoksik, atau goiternodular toksika. Paling berguna untuk diagnosis penyakit Graves pada pasiendengan oftalmopati eutiroid atau dalam meramalkan penyakit Graves neonatalpada bayi dari ibu dengan penyakit Graves aktif atau di masa yang laluRadiologiPemindaian ultrasonografi dari leher dan tiroid dapat digunakan untuk mendeteksi nodul dan penyakit infiltratif. Hal ini sedikit digunakan dalam hipotiroidisme per se kecuali lesi anatomi sekunder dalam kelenjar menjadi perhatian klinis. Hashimoto tiroiditis biasanya dikaitkan dengan citra ultrasonografi heterogen. Hal ini dapat jarang dikaitkan dengan limfoma tiroid. Serial gambar dengan aspirasi jarum halus nodul mencurigakan mungkin berguna.

Yodium radioaktif serapan (Raiu) dan scanning tiroid tidak berguna dalam hipotiroidisme karena tes ini membutuhkan beberapa tingkat fungsi endogen dalam kelenjar hypofunctioning untuk memberikan informasi. Pasien dengan tiroiditis Hashimoto mungkin memiliki serapan awal yang relatif tinggi (setelah 4 jam) tetapi tidak memiliki penggandaan biasa serapan pada 24 jam konsisten dengan cacat organification.Pasien menjalani seluruh tubuh F18-fluorodeoxyglucose positron emission tomography (PET-FDG) untuk penyakit nonthyroid sering menunjukkan serapan tiroid yang signifikan sebagai temuan insidental. [11] Secara umum, serapan menyebar oleh tiroid pada FDG-PET dianggap sebagai temuan jinak dan khas dari tiroiditis dan / atau hipotiroidisme.BAJAH (FNAB)Nodul tiroid sering ditemukan secara tidak sengaja selama pemeriksaan fisik, dada radiografi, CT scan, atau MRI. Nodul tiroid dapat ditemukan pada pasien yang hipotiroid, eutiroid, atau hipertiroid. Aspirasi jarum halus (FNA) biopsi adalah prosedur pilihan untuk mengevaluasi nodul mencurigakan.Sekitar 5-6% dari nodul soliter ganas. Nodul mencurigakan adalah mereka yang lebih besar dari 1 cm diameter atau dengan fitur yang mencurigakan ditemukan pada sonogram (misalnya, margin tidak teratur, tempat pembuluh darah intranoduler, microcalcifications).Faktor risiko untuk nodul tiroid meliputi usia lebih dari 60 tahun, riwayat iradiasi kepala atau leher, atau riwayat keluarga kanker tiroid.Uji HistologiTiroiditis autoimun menyebabkan penurunan toko yodium intrathyroidal, omset yodium meningkat, dan organification rusak. Peradangan kronis dari kelenjar menyebabkan kerusakan progresif dari jaringan fungsional dengan infiltrasi luas oleh limfosit dan sel plasma dengan kelainan sel epitel. Dalam waktu, fibrosis padat dan folikel tiroid atrophic menggantikan hiperplasia limfositik awal dan vakuola. Kerusakan jaringan fungsional dan infiltrasi juga dapat disebabkan oleh pemerintahan sebelumnya dari radioiod, fibrosis bedah, metastasis, perubahan limfomatous, sarkoidosis, tuberkulosis, amiloidosis, cystinosis, talasemia, dan tiroiditis Riedel

g. Diagnosis BandingKarsinoma TiroidGondok asimetris dalam tiroiditis Hashimoto mungkin sulit untuk dibedakan dengan goiter multinodular atau karsinoma tiroid, di mana antibodi tiroid mungkin juga hadir. USG dapat digunakan untuk menunjukkan adanya lesi soliter atau goiter multinodular dibandingkan pembesaran tiroid heterogen khas tiroiditis Hashimoto. FNA biopsi berguna dalam penyelidikan nodul fokus. Nefrotik SindromPerubahan jaringan dari myxedema menyerupai edema dan bengkak wajah yang terjadi pada sindrom nefrotik, dan keduanya hipotiroidisme dan sindrom nefrotik yang berhubungan dengan anemia dan hiperkolesterolemia.h. Tatalaksana 1. Terapi LevotiroksinPosologi : Na-Levotiroksin dan L-T4FD : sintetik T4 sebagai replacement therapy untuk supresi TSH sampai batas normal (0.5-5.0) meningkatkan laju metabolik basal,penggunaan dan mobilisasi penyimpanan glikogen dan meningkatkan glukoneogenesisFK: a) Absorbsi : oral baik,sebelum makan (perut kosong)b) Bioavailabilitas: lebih baik sebelum makanc) Metabolisme : diubah menjadi bentuk aktif T3 di darah dan juga oleh hatid) Ekskresi : urine 50 % dan Feses 50%ES : a) Osteoporosisb) Aritmiac) Takikardid) Tremore) Keram Indikasi:a) Hipotiroid ringan-sedang-beratb) Hipotiroid subkilinisc) Koma Miksedema KI :a) HPS hormon tiroidb) IMAc) tirotoksikosis2. OperatifPembedahan diindikasikan untuk gondok besar yang kompromi fungsi tracheoesophageal, pembedahan jarang diperlukan pada pasien dengan hypothyroidism dan lebih umum dalam pengobatan hipertiroidisme.i. Komplikasi A. Koma miksedema : 1. Koma miksedema adalah stadium akhir dari hipotiroidisme yang tidak diobati. 2. Ditandai oleh kelemahan progresif, stupor, hipotermia, hipoventilasi, hipoglisemia, hiponatremia, intoksikasi air, syok dan meninggal. 3. dihubungkan dengan peningkatan penggunaan radioiodin untuk terapi penyakit Graves, dengan akibat hipotiroidisme permanen4. Pemeriksaan menunjukkan bradikardi dari hipotermia berat dengan suhu tubuh mencapai 24 C (75 F). 5. Pasien biasanya wanita tua gemuk dengan kulit kekuning-kuningan, suara parau, lidah besar, rambut tipis, mata membengkak, ileus dan refleks-refleks melambat. 6. Mungkin ada tanda-tanda penyakit-penyakit lain seperti pneumonia infark miokard, trombosis serebral atau perdarahan gastrointestinal.7. Petunjuk laboratorium dari diagnosis koma miksedema, termasuk serum "lactescent", karotin serum yang tinggi, kolesterol serum yang meningkat, dan protein cairan erebrospinalis yang meningkat. Efusi pleural, perikardial atau abdominal dengan kandungan protein tinggi bisa juga didapatkan. 8. Tes serum akanmenunjukkan FT4 yang rendah dan biasanya TSH yang sangat meningkat.9. Asupan iodin radioaktif tiroid adalah rendah dan antibodi antitiroid biasanya positif kuat, menunjukkan dasar tiroiditis EKG menunjukkan sinus bradikardi dan tegangan rendah.10. Patofisiologi koma miksedema menyangkut 3 aspek utama :a. retensi CO2 dan hipoksiab. ketidakseimbangan cairan dan elektrolitc. hipotermia.B. Miksedema dan Penyakit Jantung :Dahulu, terapi pasien denganmiksedema dan penyakit jantung, khususnya penyakit arteri koronaria, sangatsukar karena penggantian levotiroksin seringkali dihubungkan dengan eksaserbasiangina, gagal jantung, infark miokard. Namun karena sudah ada angioplastikoronaria dan bypass arteri koronaria, pasien dengan miksedema dan penyakitarteri koronaria dapat diterapi secara operatif dan terapi penggantian tiroksin yanglebih cepat dapat ditolerir.C. Hipotiroidisme dan Penyakit Neuropsikiatrik :Hipotiroidisme seringdisertai depresi, yang mungkin cukup parah. Lebih jarang lagi, pasien dapatmengalami kebingungan, paranoid, atau bahkan maniak ("myxedema madness"). Pasien memberikan responsterhadap terapi tunggal levotrioksin atau dikombinasi dengan obat-obatpsikofarmakologik. Efektivitas terapi pada pasien hipotiroid yang terganggumeningkatkan hipotesis bahwa penambahan T3atau T4 pada regimenpsikoterapeutik untuk pasien depresi, mungkin membantu pasien tanpamemperlihatkan penyakit tiroid. Penelitian lebih jauh harus dilakukan untukmenegakkan konsep ini sebagai terapi standar.j. PrognosisPerjalanan miksedema yang tidak diobati adalah penurunan keadaan secaralambat yang akhirnya menjadi koma miksedema dan kematian. Namun, denganterapi sesuai, prognosis jangka panjang sangat menggembirakan. Karena waktuparuh tiroksin yang panjang (7 hari), diperlukan waktu untuk mencapaikeseimbangan pada suatu dosis yang tetap. Jadi, perlu untuk memantau FT4 atauFT4I dan kadar TSH setiap 4-6 minggu sampai suatu keseimbangan normaltercapai. Setelah itu, FT4 dan TSH dapat dipantau sekali setahun. Dosis T4 harusditingkatkan kira-kira 25% selama kehamilan dan laktasi. Pasien lebih tuamemetabolisir T4 lebih lambat, dan dosis akan diturunkan sesuai dengan umur Pada suatu waktu angka mortalitas koma miksedema mencapai kira-kira80%. Prognosis telah sangat membaik dengan diketahuinya pentingnya respirasiyang dibantu secara mekanis dan penggunaan levotiroksin intravena. Pada saatini, hasilnya mungkin tergantung pada seberapa baiknya masalah penyakit dasardapat dikelola

3.4 PatofisiologiLingkungan, genetik dan proses autoimun dianggap merupakan faktor-faktor penting dalam patogenesis nodul thyroid. Namun masih belum dimengerti sepenuhnya proses perubahan atau pertumbuhan sel-sel Folikel Thyroid menjadi Nodul tiroid. Konsep yang selama ini dianut bahwa ( hormone perangsang thyroid ) TSH secara sinergistik bekerja dengan insulin dan/atau insulin like growth factor 1 dan memengang peranan penting dalam pengaturan pertumbuhan sel-sel thyroid perlu ditinjau kembali. Berbagai temuan akhir-akhir ini menunjukkan TSH mungkin hanya merupakan salah satu dari mata rantai di dalam suatu jejaring sinyal-sinyal yang kompleks yang memodulasi dan mengontrol stimulasi pertumbuhan dan fungsisel thyroid. Penelitian yang mendalam berikut implikasi klinik dari jejaring sinyal tersebut sangat diperlukan untuk memahami patogenesis nodul thyroid.Adenoma thyroid merupakan pertumbuhan baru monoklonal yang terbentuk sebagai respon terhadap suatu rangsangan. Faktor herediter tampaknya tidak memengang peranan penting. Nodul thyroid ditemukan empat kali lebih sering pada wanita di bandingkan pria, walaupun tidak ada bukti kuat keterkaitan antara estrogen dengan pertumbuhan sel. Adenomia thyroid tumbuh perlahan dan menetap selama bertahun-tahun; hal ini mungkin terkait dengan kenyataan bahwa sel tiroid dewasa biasanya membelah setiap delapan tahun. Kehamilan cenderung menyebabkan nodul bertambah besar dan menimbulkan pertumbuhan nodul baru. Kadang-kadang dapat terjadi perdarahan kedalam nodul menyebabkan pembesaran mendadak serta keluhan nyeri. Pada waktu terjadi perdarahan kedalam adenoma, bisa timbul tirotoksikosis selintas dengan peningkatan T4 dan penurunan penangkapan iodium (radiodiodine uptake). Regresi spontan adenoma dapat terjadi.Sekitar 10% adonema folikuler merupakan nodul yang hiperfungsi tampak sebagai nodul panas ( hot nodule) pada sidik thyroid yang menekan fungsi jaringan thyroid normal di sekitarnya dan disebut sebagai nodul thyroid autonom ( autonomously functioning nodule = AFTN). Nodul tersebut dapat menetap selama bertahun-tahun, beberapa diantaranya menyebabkan hiperthyroidisme subklinik (kadar T4 masih dalam batas normal tetapi kadar TSH tersupresi) atau berubah menjadi nodul autonom toksik terutama bila diameternya lebih dari 3 cm. Sebagian lagi akan mengalami nekrosis spontan. Sekitar 2% dari seluruh kasus tirotoksikosis disebabkan oleh nodul thyroid autonom toksik.

2. HIPERTIROID (TIROTOKSIKOSIS)a. Definisi Tirotoksikosis adalah sindroma klinis yang terjadi bila jaringan terpajanhormon tiroid beredar dalam kadar tinggi. Pada kebanyakan kasus, tiroksikosisdisebabkan hiperaktivitas kelenjar tiroid atau hipertiroidisme. Kadang-kadang,tirotoksikosis bisa disebabkan sebab-sebab lain seperti menelan hormon tiroidberlebihan atau sekresi hormon tiroid berlebihan dari tempat-tempat ektopikb. Klasifikasi Penyebab hipertiroid dibedakan dalam 2 klasifikasi, dimana pembagiannya berdasarkan pusat penyebab dari hipertiroid, yaitu organ yang paling berperan.1. Hipertiroid primer : jika terjadi hipertiroid karena berasal dari kelenjar tiroid itu sendiri, misalnya penyakit graves, hiperfungsional adenoma (plummer), toxic multinodular goiter1. Hipertiroid skunder : jika penyebab dari hipertiroid berasal dari luar kelenjar tiroid, misalnya tumor hipofisis/hypotalamus, pemberian hormon tiroid dalam jumlah banyak, pemasukan iodium yang berlebihan, serta penyakit mola hidatidosa pada wanita.1. Tidak berkaitan dengan hipertiroidisme: tiroiditis granulomatosa subakut(nyeri),tiroiditis limfositik subakut (tidak nyeri),struma ovarii (teratoma ovarium dengan tiroid ektopik) dan tirotoksikosis palsu (asupan tiroksin eksogen.c. Etiologi

Graves disesea. Penyakit Graves sekarang ini dipandang sebagai penyakit autoimun berkaitan dengan HLA DR3 dan CTLA-4 yang menghasilka autoantibodi[autoantibody thyroid-stimulating immunoglobulin (TSI), anti peroksidase tiroid (anti-TPO) dan antithyroglobulin (anti-TG) ]b. Terdapat predisposisi familial kuat pada sekitar 15% pasien Graves mempunyai keluarga dekat dengan kelainan sama dan kira-kira 50% keluarga pasien dengan penyakit Graves mempunyai autoantibodi tiroid yangberedar di darahc. Wanita terkena kira-kira 7 kali lebih banyak daripada pria.d. Penyakit ini dapat terjadi pada segala umur, dengan insiden puncak padakelompok umur 20-40 tahun.

Toxic multinodular goitera. Gondok multinodular toksik (Plummer penyakit) terjadi pada 15-20% dari pasien dengan tirotoksikosis. b. Kelainan ini terjadi pada pasien-pasien tua dengan goiter multinodular yang lama.c. Klinis pasien menunjukkan takikardi,kegagalan jantung atau aritmia dan kadang-kadang penurunan berat badan,nervous, tremor dan berkeringat. Oftalmopati sangatlah jarang.d. Pemeriksaan fisik memperlihatkan goitermultinodular yang dapat kecil atau cukup besar dan bahkan membesar sampaisubsternal. e. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan TSH tersupresi dan kadar T3serum yang sangat meningkat, dengan peningkatan kadar T4 serum yang tidakterlalu menyolok. f. Scan radioiodin menunjukkan nodul fungsional multipel pada kelenjar atau kadang-kadang penyebaran iodin radioaktif yang tidak teratur danbercak-bercak.g. Hipertiroidisme pada pasien-pasien depgan goiter multinodular sering dapat ditimbulkan dengan pemberian iodin (efek "jodbasedow" atau hipertiroidismeyang diinduksi oleh iodida). h. Beberapa adenoma tiroid tidak mengalami efek Wolff-Chaikoff dan tidak dapat beradaptasi terhadap muatan iodida.

Adenoma hiperfungsional (Plummer disease)a. Adenoma toksik disebabkan oleh adenoma folikuler tunggal hyperfunctioning tiroid. Adenoma fungional yang mensekresi T3 dan T4 berlebihan akanmenyebabkan hipertiroidisme. Pasien dengan adenoma tiroid akan toksik untuk sekitar 3-5% dari pasien yang tirotoksik.b. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya nodul berbatas jelas pada satu sisi dengan sangat sedikit jaringan tiroid pada sisi lain. c. Pemeriksaan laboratorium biasanya memperlihatkan TSH tersupresi dan kadar T3 serum yang sangat meningkat, dengan hanya peningkatan kadar tiroksin yang"border-line". d. Scan menunjukkan bahwa nodul ini "panas".e. Adenoma-adenomatoksik hampir selalu adalah adenoma folikuler dan hampir tidak pernah ganas f. Pasien yang khas adalah individu tua (biasanya lebih dari 40 tahun) yang mencatat pertumbuhan akhir-akhir ini dari nodul tiroid yang telah lama ada.

Tiroiditis subakut / kronisa. Keadaan ini akan dibicarakan pada bagian tersendiri, tetapi harus disebutkan di sini bahwa tiroiditis, baik subakut atau kronis dapat berupa perlepasan akut T4 dan T3 menimbulkan gejala-gejala tirotoksikosis dari ringan sampai berat. b. Penyakit-penyakit ini dapat dibedakan dari bentuk tirotoksikosis lain di mana ambilan radioiodin jelas tersupresi, dan biasanya gejala-gejala menghilang spontan dalam waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

Struma ovariia. Pada sindroma ini, teratoma ovarium mengandung jaringan tiroid yang menjadi hiperaktif.b. Terjadi gambaran tirotoksikosis ringan, seperti penurunan berat badan, takikardi, tetapi tidak didapatkan goiter atau tandatandamata. c. FT4 dan T3 serum sedikit naik, TSH serum tersupresi dan ambilanradioiodin di leher akan tidak ada sama sekali. d. Scan tubuh menunjukkan ambilanradioiodin pada pelvis. e. Penyakit ini dapat disembuhkan dengan pengangkatanteratoma.

d. Manifestasi klinis

Table 3. Signs and Symptoms of Thyrotoxicosis (Descending Order of Frequency)

SymptomsHyperactivity, irritability, dysphoriaHeat intolerance and sweatingPalpitationsFatigue and weaknessWeight loss with increased appetiteDiarrheaPolyuriaOligomenorrhea, loss of libidoSignsaTachycardia; atrial fibrillation in the elderlyTremorGoiterWarm, moist skinMuscle weakness, proximal myopathyLid retraction or lagGynecomastia

Graves diseaseTerdapat trias manifestasi Graves:1. Tirotoksikosis: pembesaran difus tiroid yang hiperfungsional2. Oftalmopati infiltratif: menyebabkan eksoftalmus pada 40% pasien3. Dermopati infiltratif lokal (miksedema pratibia) : pada sebagian kecil pasien

e. Patogenesis a. Sel T-helper intratiroid sel B sel plasma TSI diarahkan epitop dari reseptor thyroid-stimulating (TSH) hormon dan bertindak sebagai agonis reseptor TSH TSI mengikat reseptor TSH pada sel tiroid folikel tiroidcAMP mengaktifkan sintesis hormon (T3 dan T4) dan pelepasan dan pertumbuhan tiroid (hipertrofi) feedback mechanism penurunan TSH sedangkan TSI tidak dipengaruhi oleh feedback ini.b. Hasil dalam gambaran karakteristik Graves tirotoksikosis, dengan tiroid difus membesar, penyerapan yodium radioaktif yang sangat tinggi, dan kadar hormon tiroid yang berlebihan dibandingkan dengan tiroid sehat.

c. Patogenesis ophthalmopathy Graves terletak pada pengendapan glikosaminoglikan (GAG) di otot luar mata dan adiposa dan jaringan ikat dari orbit retro-, menyebabkan aktivasi sel-T. Antigen reseptor TSH dianggap mediator kunci dalam proses aktivasi sel T. Merokok merupakan faktor risiko yang signifikan untuk ophthalmopathy, meningkatkan kemungkinan itu sekitar 7 kali lipat. Pasien yang diobati dengan yodium radioaktif lebih mungkin untuk mengalami memburuknya ophthalmopathy mereka daripada pasien yang diobati dengan obat antitiroid atau operasi

f. Diagnosis

a) Diagnosis tirotoksikosis, umumnya dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik,pemeriksaan untuk menilai derajat tirotoksikosis maupun untuk pemantauan, maka pemeriksaan laoboratorium yang terbaik adalah kombinasi antara FT4 (kadar tiroksin bebas) dengan TSH (thyroid stimulating hormone). b) Kadar FT4 yang tinggi (normal 2,2 5,3 ng/dl) dan kadar TSH yang rendah (normal 0,5 5,0) menunjukkan adanya tirotoksikosis (hipertiroid). c) Oleh karena penyakit Graves merupakan penyakit autoimmum, maka pemeriksaan autoantibody seperti Tg Ab dan TPO Ab, namun sayang pemeriksaan tersebut juga memberikan nilai yang positif untuk penyakit autoimmune tiroid yang lain (Hashimoto).d) Pemeriksaan antibodi yang khas untuk Graves adalah TSH-R Ab (TSI). Pemeriksaan hormonal dan antibodi pada penderita penyakit tidak memerlukan persiapan khusus bagi penderita (tidak perlu berpuasa)Diagnosis bandingg. Tatalaksana1. Tirostatika (OAT- Obat Anti Tiroid)Tabel 4. Efek berbagai obat digunakan dalam pengelolaan tiroksikosisKelompok obatEfeknyaIndikasi

Obat anti tiroidPropiltiourasil (PTU)Metimazol (MMI)Karbimazol (CMZMMI)Anatagonis adrenergik Menghambat sintesis hormon tiroid dan berefek imunosupresif (PTU) juga menghambat konversi T4T3Pengobatanlini pertama pada graves. Obat jangka pendek prabedah / pra RA1

Adrenergic antagonisPropranololMetoprololAtenololNadololMengurangi dampak hormor tiroid pada jaringanObat tambahan kadang sebagai obat tunggal pada tirolditis

Bahan mengandung iodineKalium iodideSolusi LugolNatrium ipodatAsam iopanoatMenghambat keluarnya T4 dab T3Menghambat T4 dan T3 sertaProduksi T3 ekstratiroidalPersiapan tiroidektomi Para krisis tiroid Bukan untuk penggunaan rutin

Obat lainya Kalium perkloratLitium karbonatGlukokortikoidsMenghabat transpor yodium sintesis dan keluarnya hormon.Memperbaiki efek hormon dijaringan dan sifat imunologis.Bukan indikasi rutin Pada sub akut tiroiditis berat dan krisis tiroid.

2. TiroidektomiPrinsip umum: operasi baru dikerjakan kalau keadaan pasien eutiroid, klinis maupun biokimiawi. Plumerisasi diberikan 3 kali 5 tetes solusio lugol fortior 7-10 jam preoperatif, dengan maksud menginduksi involusi dan mengurangi vaskularitas tiroid. Operasi dilakukan dengan tiroidektomi subtotal dupleks mensisakan jaringan seujung ibu jari, atau lobektomi total termasuk ismus dan tiroidetomi subtotal lobus lain. Komplikasi masih terjadi di tangan ahli sekalipun, meskipun mortalitas rendah. Hipoparatiroidisme dapat permanen atau sepintas. Setiap pasien pascaoperasi perlu dipantau apakah terjadi remisi, hipotiroidisme atau residif. Operasi yang tidak dipersiapkan dengan baik membawa risiko terjadinya krisis tiroid dengan mortalitas amat tinggi. Di Swedia dari 308 kasus operasi, 91% mengalami tiroidektomi subtotal dan disisakan 2 gram jaringan, 9% tiroidektomi total, hipokalsemia berkepanjangan 3,1% dan hipoparatiroid permanen 1%, serta mortalitas 0%.

3. Yodium radioaktif (radio active iodium RAI)Untuk menghindari krisis tiroid lebih baik pasien disiapkan dengan OAT menjadi eutiroid, meskipun pengobatan tidak mempengaruhi hasil akhir pengobatan RAI. Dosis Rai berbeda: ada yang bertahap untuk membuat eutiroid tanpa hipotiroidisme, ada yang langsung dengan dosis besar untuk mencapai hipotiroidisme kemudian ditambah tiroksin sebagai substitusi. Kekhawatiran bahwa radiasi menyebabkan karsinoma, leukemia, tidak terbukti. Dan satu-satunya kontra indikasi ialahgraviditas. Komplikasi ringan, kadang terjadi tiroiditis sepintas. Di USA usia bukan merupakan masalah lagi, malahancut off-nya 17-20 tahun. 80% Graves diberi radioaktif, 70% sebagai pilihan pertama dan 10% karena gagal dengan cara lain. Mengenai efek terhadap optalmopati dikatakan masih kontroversial. Meskipun radioterapi berhasil tugas kita belum selesai, sebab kita masih harus memantau efek jangka panjangnya yaitu hipotiroidisme. Dalam observasi selama 3 tahun pasca-RAI, tidak ditemukan perburukan optalmopati (berdasarkan skor Herthel, OI, MRI,total muscle volumes[TMV]).Namun disarankan sebaiknya jangan hamil selama 6 bulan pascaradiasi. Setiap kasus RAI perlu dipantau kapan terjadinya hipotiroidisme (dengan TSH dan klinis).Tabel 5. Cara pengobatan, keuntunga, dan kerugian tatalaksanaCara PengobatanKeuntunganKerugian

Tirostatika(OAT)Tiroidektomi

YodiumRadioaktif(I131) Kemungkinan remisi jangka panjang tanpa hipotiroidisme Cukup banyak menjadi eutiroid Relatif cepat Relatif jarang residif Sederhana Jarang residif (tergantung dosis) Angka residif cukup tinggi Pengobatan jangka panjang dengan kontrol yang sering Dibutuhkan ketrampilan bedah Masih ada morbiditas 40% hipotiroid dalam 10 tahun Daya kerja obat lambat 50% hipotiroid pasca radiasi

Terapi eksophtalmusSelain itu pada eksoftalmus dapat diberikan terapi a.l. : istirahat dengan berbaring terlentang, kepala lebih tinggi; mencegah mata tidak kering dengan salep mata atau dengan larutan metil selulosa5%,untuk menghindari iritasi mata dengan penggunaankacamata hitam; dan tindakan operasi; dalam keadaan yang berat diberikan prednison tiap hari h. Komplikasi 1. Penyakit jantung tiroid (PJT) . Diagnosis ditegakkan bila terdapat tanda-tanda dekompensasi jantung (sesak, edem dll), hipertiroid dan pada pemeriksaan EKG maupun fisik didapatkan adanya atrium fibrilasi. 2. Krisis Tiroid (Thyroid Storm). Merupakan suatu keadaan akut berat yang dialami olehpenderita tiritoksikosis (life-threatening severity). Biasanya dipicu oleh faktor stress (infeksi berat, operasi dll). Gejala klinik yang khas adalah hiperpireksia, mengamuk dan tanda tanda-tanda hipertiroid berat yang terjadi secara tiba-tiba(adanya panasbadan, delirium, takikardi, dehidrasi berat dan dapat dicetuskan oleh antara lain : infeksi dan tindakan pembedahan) Prinsip pengelolaan hampir sama, yakni mengendalikan tirotoksikosis dan mengatasi komplikasi yang teijadi.3. Periodic paralysis thyrotocsicosis ( PPT). Terjadinya kelumpuhan secara tiba-tiba pada penderita hipertiroid dan biasanya hanya bersifat sementara. Dasar terjadinya komplikasi ini adalah adanya hipokalemi akibat kalium terlalu anyak masuk kedalam sel otot. Itulah sebabnya keluhan PPT umumnya terjadi setelah penderita makan (karbohidrat), oleh karena glukosa akan dimasukkan kedalam selh oleh insulin bersama-sama dengan kalium (K channel ATP-ase). Komplikasi akibat pengobatan. Komplikasi ini biasanya akibat overtreatment (hipotiroid) atau akibat ES obat (agranulositosis,hepatotoksik)i. Prognosis Pengendalian tirotoksikosis dimaksudkan untuk mempertahankan kadar FT4 dan THSs sesuai atau mendekati kadar orang normal. Pemeriksaan pemantauan biasanya dilakukan setiap 3 bulan atau bila ada tanda-tanda komplikasi pengobatan. Pemantauan terhadap fungsi hati dan darah rutin mutlak diperlukan pada penderita yang diberikan pengobatan dengan obat anti tiroid

3.5 DignosisAnamnesisUntuk memudahkan pendekatan diagnostik, berikut ini adalah kumpulan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisis yang mengarah pada nodul tiroid jinak, tanpa menghilangkan kemungkinan keganasan.Faktor menyarankan diagnosis ganas meliputi:a. Usia yang lebih muda dari 20 tahun atau lebih tua dari 70 tahunb. Pria c. Terkait gejala disfagia atau disfoniad. RIwayat iradiasi pada lehere. Riwayat sebelumnya karsinoma tiroidf. Padat, keras, atau nodul immobile(terfiksir/tidak bergerak)g. Kehadiran limfadenopati servikalFaktor menyarankan diagnosis jinak meliputi:a. Riwayat keluarga penyakit autoimun (misalnya, tiroiditis Hashimoto)b. Riwayat keluarga nodul tiroid jinak atau gondokc. Kehadiran disfungsi tiroid hormonal (misalnya, hipotiroidisme, hipertiroidisme)d. Sakit atau nyeri yang berhubungan dengan nodule. Lembut, halus, dan nodue mobile (tidak terfiksir/bergerak)Gejala utama :-Pembengkakan, mulai dari ukuran sebuah nodul kecil untuk sebuah benjolan besar, di bagian depan leher tepat di bawah Adams apple.-Perasaan sesak di daerah tenggorokan.-Kesulitan bernapas (sesak napas), batuk, mengi (karena kompresi batang tenggorokan).-Kesulitan menelan (karena kompresi dari esofagus).-Suara serak.-Distensi vena leher.-Pusing ketika lengan dibangkitkan di atas kepala-Kelainan fisik (asimetris leher)Dapat juga terdapat gejala lain, diantaranya :-Tingkat peningkatan denyut nadi-Detak jantung cepat-Diare, mual, muntah-Berkeringat tanpa latihan-Goncangan-Agitasi

Pemeriksaan fisis

Pemeriksaan diarahkan pada kemungkinan adanya keganasan. Pertumbuhan nodul yang cepat merupakan salah satu tanda keganasan, terutama jenis yang tidak berdiferensiasi. Tanda yang lain adalah konsistensi nodul keras dan melekat di jaringan sekitarnya, serta terdapat pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher. Pada tiroiditis, perabaan nodul nyeri dan berfluktuasi akibat adanya abses atau pus. Sementara jenis nodul tiroid lain biasanya tidak memberikan kelainan fisik kecuali benjolan leher.Temuan pada Pemeriksaan Fisik Pada tumor primer dapat berupa suatu nodul soliter atau multiple dengan konsistensi bervariasi dari kistik sampai dangan keras bergantung kepada jenis patologi anatomi (PA) nya. Perlu diketahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening regional. Disamping ini perlu dicari ada tidaknya benjolan pada kalvaria, tulang belakang, klavikula, sternum dll, serta tempat metastasis jauh lainnya yaitu di paru-paru, hati, ginjal dan otak.Pemeriksaan PenunjangLaboratorium

Langkah pertama adalah menentukan status fungsi tiroid pasien dengan memeriksa kadar TSH (sensitif) dan T4 bebas (Free T4 atau FT4). Pada keganasan tiroid, umumnya fungsi tiroid normal. Namun, perlu diingat bahwa abnormalitas fungsi tiroid tidak menghilangkan kemungkinan keganasan meskipun memang kecil.Pemeriksaan kadar antibodi antitiroid peroksidase dan antibodi antitiroglobulin penting untuk diagnosis tiroiditis kronik Hashimoto, terutama bila disertai peningkatan kadar TSH. Sering pada Hashimoto juga timbul nodul baik uni/bilateral sehingga pada tiroiditis kronik Hashimoto pun masih mungkin terdapat keganasan.Pemeriksaan kadar tiroglobulin serum untuk keganasan tiroid cukup sensitif tetapi tidak spesifik karena peningkatan kadar tiroglobulin juga ditemukan pada tiroiditis, penyakit Graves, dan adenoma tiroid. Pemeriksaan kadar tiroglobulin sangat baik untuk monitor kekambuhan karsinoma tiroid pascaterapi. Pada pasien dengan riwayat keluarga karsinoma tiroid medulare, tes genetik, dan pemeriksaan kadar kalsitonin perlu dikerjakan. Bila tidak ada kecurigaan ke arah karsinoma tiroid medulare atau neoplasia endokrin multipel II, pemeriksaan kalsitonin tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin.Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH)a. Gold Standardb. BAJAH merupakan metode yang sangat efektif untuk membedakan nodul jinak atau ganas.c. Hasil BAJAH dibagi empat kategori yaitu jinak, mencurigakan (adenoma folikular, Hurtle), ganas (karsinoma papilare, anaplastik, metastasis), dan tidak adekuat. d. Keterbatasan metode ini A. sering ditemukan hasil yang tidak adekuat sehingga tidak dapat dinilai. B. tidak mampu membedakan neoplasma sel folikular dan sel Hurtle adalah jinak atau ganas karena keduanya mirip. Keduanya bisa dibedakan dari ada atau tidak adanya invasi kapsul atau invasi vaskular pada pemeriksaan histopatologis sediaan dari operasi.e. Manfaat bimbingan USG(USG guidance FNAB)dapat menemukan nodul kecil dan tak teraba danmenargetkan daerah nodul kistik padat.f. Anestesi lokal digunakan pada kebijaksanaanpraktisi dan pasien.PencitraanPencitraan pada nodul tiroid tidak dapat menentukan jinak atau ganas, tetapi dapat membantu mengarahkan dugaan nodul tiroid tersebut cenderung jinak atau ganas. Modalitas yang sering dgunakan adalah sidik tiroid (scanning) dan USG. 1. Sidik tiroid dapat A. dilakukan dengan menggunakan dua macam isotop yaitu iodium radioaktif (I-123) dan teknetium perteknetat (Tc-99m). B. Skintigrafi menentukan aktivitas tiroid olehmengukur penyerapan yodium radioaktif.C. Indikasi: hanya pada pasien yanghipertiroid atau memiliki hasil FNA indeterminanta. Thyroid normala) Penyerapan di keduaLobus samab) Tidak fokus area yang meningkat ataupenurunan serapanb. Cold Nodule a) Hipofungsi nodul di lobus kirib) DD: kanker tiroid,adenoma jinak,kista(kolloid atau simpel)c. Hot Nodulea) Hiperfungsi nodul di lobus kananb) Nodul hyperfunctioning selalu jinakc) Mungkin memiliki fitur ganas pada biopsy d) adenoma autonom,tiroiditis foka

BaikBuruk

Anechoic/kistikHypoechoic/padat

Spongy/beronggaIregullar margins

Cincin vaskularisasiTervaskularisasi baik

mikrokalsifikasi

2. USG pada evaluasi awal nodul tiroid dilakukan untuk menentukan ukuran dan jumlah nodul, meskipun sebenarnya USG tidak dapat membedakan nodul jinak maupun ganas.Interpretasi USGTabel 7. Interpretasi USG

1. Baik: anechoic / kistikmassa, kemungkinan koloid (panah kuning)a. Hyperechoicdots dengan "comet-tailing "artefak, tampak massa koloid kental (panah merah muda)b. vena jugularis internal (panah biru)c. A.karotis communis (Bintang)2. Buruk: a. Batas tidak jelas/irregular margins (panah kuning)b. hypoechoic, tetapi non-kistikc. Banyak padatan microkalsifikasi (segitiga pink)Modalitas pencitraan yang lain seperti Computed Tomographic Scanning (CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) tidak dianjurkan pada evaluasi awal nodul tiroid karena di samping tidak memberikan keterangan berarti untuk diagnosis, juga sangat mahal. CTScan dan MRI baru diperlukan bila ingin mengetahui adanya perluasan struma substernal atau terdapat penekanan trakea.3.6 diagnosis banding Primary Thyroid cancer (5%)Benign adenomaColloid cystSimple thyroid cystMetastasis jauh (jarang)3.7 tatalaksanaA. Terapi supresi L-tiroksina. Murah dan mudah didapatb. Dapat menghambat pertumbuhan nodul dan bermanfaat pada nodul kecilc. Sasaran supresi TSH sampai 0.1-0.3d. Bila 6-12 terapi nodul tidak kecil FNAB ulang atau operasie. ES : penurunan densitas tulang,takiaritmiaB. Suntikan etanol perkutan (terapi sklerosing etanol)a. Mek kerja : dehidrasi selular,denaturasi protein dan nekrosis koagulatif pada jaringan tiroid dan infark hemoragik akibat trombosis vaskuler. Jaringan tiroid diganti jar.parut granulomatosab. Indikasi :nodul jinak atau kistikc. ES: nyeri hebat,rembesan alkohon ke jar.ekstratiroid ,reiko tirotoksikosis dan paralisis pita suaraC. Pembedahana. Hemitiroidektomi : hanya sebagian yang di angkat (nodul jinak )b. Tiroidektomi total : nodul ganas (bergantung pada hasil prognostik dan histopatologi)c. Penyulit : pendarahan,obstruksi trakea pasca bedah,gguan n.rekuren larygeus,hipotiroid,hipertiroid atau nodul kambuhD. Terapi Iodium radioaktif (I-131)a. Indikasi: nodul tiroid autonom,struma multindosa non-toksik atau nodul panas (fungsional) baik dalam keadaan eutiroid atau hipertiroidb. Mengurangi volum nodul tiroid serta memperbaiki keluhan dan gejala penekanan c. ES: tiroiditis radiasi dan disfungsi tiroid pasca-radiasi (hipertiroidisme selintas dan hipotiroidisme)E. Teapi laser dengan tuntunan USGa. Masih dalam tahap eksperimentalb. Menyebabkan nekrosis nodul tanpa atau sedikit kerusakan jaringan sekitarnyac. Tidak ada ES yang berarti

3.8 Komplikasi-Masalah menelan atau bernapas.-Nodul besar atau goiter multinodular - pembesaran kelenjar tiroid yang mengandung nodul yang berbeda beberapa - dapat mengganggu menelan atau bernapas.-Hyperthryoidism. Masalah dapat terjadi jika nodul atau gondok menghasilkan hormon tiroid, menyebabkan hipertiroidisme. Hipertiroidisme pada gilirannya dapat mengakibatkan penurunan berat badan yang tidak diinginkan, kelemahan otot, intoleransi panas, dan kecemasan atau lekas marah. Potensi komplikasi hipertiroidisme termasuk jantung terkait komplikasi, tulang lemah (osteoporosis), dan krisis tirotoksik, intensifikasi tiba-tiba dan berpotensi mengancam nyawa tanda-tanda dan gejala yang memerlukan perawatan medis segera.-Masalah yang terkait dengan kanker tiroid. -Jika nodul tiroid adalah kanker, operasi biasanya diperlukan. Umumnya, sebagian besar atau seluruh kelenjar tiroid Anda akan dihapus, setelah itu Anda akan perlu untuk mengambil terapi hormon tiroid pengganti untuk sisa hidup Anda. Kebanyakan kanker tiroid ditemukan lebih awal, meskipun, dan memiliki prognosis yang baik.

3.9 PencegahanPenggunaan yodium yang cukup, makan makanan yang banyak mengandung yodium, seperti ikan laut, ganggang-ganggangan dan sayuran hijau. Untuk penggunaan garam beryodium dalam masakan perlu diperhatikan. Garam yodium bisa ditambahkan setelah masakan matang, bukan saat sedang memasak sehingga yodium tidak rusak karena panas.

3.10 prognosisPrognosis bergantung pada :1. Tipe histopatologi2. Stadium klinik patologi3.Lamanya penyakit hingga terdiagnosis dan diberikan pengobatan4. Usia penderita

Secara umum prognosis jauh lebih buruk pada pasien lanjut usia dan pasien dengan invasi ke jaringan di luar tiroid atau metastasis jauh.3,10Prognosis pasien kanker tiroid stadium 1 sangat baik, dengan angka harapan hidup 20 tahun hampir 100 %. Dibandingkan dengan pasien pada stadium IV angka harapan hidup 5 tahunnya hanya 25 , memiliki angka harapan hidup 10 tahun 65% (sedang) jika terdiagnosis berada pada stadium 2, memiliki angka harapan hidup 10 tahun 50-45% (buruk) pada stadium 3.6Pada sebagian kecil karsinoma tiroid yang berdifferensiasi baik berkembang sangat cepat, untuk hal ini belum ada sistem staging terbaru yang cocok. Diantara tipe karsinoma tiroid, maka tipe karsinoma papiler mempunyai prognosis yang paling baik, prognosis pasien kanker tiroid folikuler diyakini lebih buruk dibandingkan tipe papiler, hal ini dikaitkan dengan tingginya metastase hematogen pada tipe ini.Namun demikian dalam pendekatan penatalaksanaan dan prognosis kedua tumor ini berada pada satu kelompok karsinoma tiroid berdiferensiasi baik. Karsinoma anaplastik memiliki prognosis terburuk, dengan rata-rata survival hanya 6 bulan setelah diagnosis ditegakkan

4. Memahami dan Menjelaskan pendapat islam tentang operasi dan cara menenangkan pasien Adapun dari sunnah maka ada beberapa hadits yang bisa dijadikan pijakan dalammenetapkan dibolehkannya operasi medis, di antaranya:

1.Hadits hijamah (berbekam)Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw berbekam di kepalanya. (HR. Al-Bukhari).Dari Jabir bahwa dia menjenguk orang sakit. Dia berkata,Aku tidak meninggalkan tempat ini sebelum kamu berbekam karena aku mendengar Rasulullah saw bersabda,Padanya terdapat kesembuhan.(HR. Al-Bukhari).Hadits tersebut menetapkannya disyariatkannya hijamah dan sudah dimaklumi bahwa hijamah dilakukan dengan membedah atau menyayat tempat tertentu pada tubuh untuk menyedot darah kotor dan membuangnya. Jadi disyariatkannya hijamah merupakan dasar dibolehkannya membedah tubuh untuk membuang penyakit atau penyebab penyakit.

2.Hadits Jabir bin AbdullahJabir bin Abdullah berkata,Rasulullah SAW mengirim seorang tabib kepada Ubay bin Kaab maka tabib tersebut memotong pembuluh darahnya dan menempelnya dengan besi panas (HR. Muslim).Dalam hadits ini Nabi SAW menyetujui apa yang dilakukan oleh tabib tersebut terhadap Ubay bin Kaab, dan apa yang dilakukan oleh tabib tersebut adalah salah satubentuk operasi medis yaitu pemotongan terhadap anggota tertentu. Kemudian dari sisi pertimbangan kebutuhan penderita kepada operasi yang tidaklepas dari dua kemungkinan yaitu menyelamatkan hidup dan menjaga kesehatan,pertimbangan yang dalam kondisi tertentu bisa mencapai tingkat dharurat maka tidak ada alasan yang rajih menolak operasi medis.Syariat Islam tidak melarang operasi medis secara mutlak dan tidak membolehkansecara mutlak, syariat meletakkan larangan pada tempatnya dan pembolehan padatempatnya, masing-masing diberi hak dan kadarnya .Jika operasi medis memenuhi syarat-syarat yang diletakkan syariat maka dibolehkankarena dalam kondisi ini target yang diharapkan yaitu kesembuhan dengan izin Allah bias diwujudkan, sebaliknya jika tim medis berpandangan bahwa operasi tidak bermanfaat, tidakmewujudkan sasarannya atau justru menambah penderitaan penderita maka dalam kondisiini syariat melarangnya.Inilah syarat-syarat dibolehkannya operasi medis yang diletakkan oleh fuqaha Islam dalam buku-buku mereka, syarat-syarat ini diambil dari dasar-dasar kaidah syariat.1.Hendaknya operasi medis disyariatkan2.Hendaknya penderita membutuhkannya.3.Hendaknya penderita mengizinkan.4.Hendaknya tim medis menguasai.5.Hendaknya peluang keberhasilan lebih besar.6.Hendaknya tidak ada cara lain yang lebih minim mudharatnya.7.Hendaknya operasi medis berakibat baik.8. Hendaknya operasi tidak berakibat lebih buruk daripada penyakit penderita

Cormack D.H. Introduction to Histology. Philadelphia, J.B. Lippincott Company, 1984:299-303

Feld S, Garcia M: AACE Clinical Practice Guidelines for the Diagnosis and Management of Thyroid Nodules. 1996.

Ganong W.F. 2008. Buku Ajar FIsiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Gunawan ,SG.(2007).Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta : Departement Farmakologi dan Terapeutik FKUI

Guyton, Hall. 2006. Text Book of Medical Physiology 11th edition. Philadelphia: Elsevier Soundres

Harrisons : Principles of Internal medicine, 18th

http://emedicine.medscape.com/article/127491-overview#showall

http://eradiology.bidmc.harvard.edu/LearningLab/central/Rogers.pdf

http://www.mayoclinic.com/health/thyroid-nodules/DS00491/DSECTION=treatments-and-drugs

http://penelitian.unair.ac.id/artikel_dosen_Management%20Hyperthyroid%20and%20Hypothyroid_3415_1107Junquiera L.C, Carneiro J, Kelley R.O. Basic Histology. 10th edition, Washington, Lange, 2003: 316-23

Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. Philadelphia: Elsevier Saunders. 2005

Leeson CR, Leeson TS, Paparo AA. 1996. Buku Ajar Histologi. Ed 5. Jakarta : EGC.

Lukitto P, Manoppo A, Azamris, et al. 2003. Protokol Penatalaksanaan Tumor/ Kanker Tiroid. Jakarta : Perhimpunan ahli bedah onkologi Indonesi

Murray,RK et al (2003). Biokimia Harper edisi 25.Jakarta.EGC

Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 1995. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Ed. 4. Jakarta : EGC.

Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia dari sel ke sel. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2001

Snell,RS.(2006).Anatomi Klinik untuk Mahasiswa kedokteran edisi 6. Jakarta.EGC

23