penulisan kreatif bkkbn 2015

16
Tantangan Bonus Demografi sebagai Jembatan Emas Pertumbuhan Ekonomi : Mesin Pencetak Keuntungan atau Malapetaka bagi Ketenagakerjaan di Indonesia ? Sayembara Penulisan Kreatif BKKbN 2015 Penulis : Ade Putri Yulianti Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura

Upload: ade-putri-yulianti

Post on 09-Nov-2015

221 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

deput kece

TRANSCRIPT

Tantangan Bonus Demografi sebagai Jembatan Emas Pertumbuhan Ekonomi : Mesin Pencetak Keuntungan atau Malapetaka bagi Ketenagakerjaan di Indonesia ?

Sayembara Penulisan Kreatif BKKbN 2015

Penulis :Ade Putri YuliantiFakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura

Kalimantan Barat2015

Tantangan Bonus Demografi sebagai Jembatan Emas Pertumbuhan Ekonomi : Mesin Pencetak Keuntungan atau Malapetaka bagi Ketenagakerjaan di Indonesia ?Ade Putri YuliantiUniversitas Tanjungpura1. Latar BelakangJumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memproyeksikan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2035 mendatang berjumlah 305,6 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 28,6 persen dari tahun 2010 yang sebesar 237,6 juta jiwa.Pada tahun 2010, proporsi penduduk usia produktif adalah sebesar 66,5 persen. Proporsi ini terus meningkat mencapai 68,1 persen pada tahun 2028 sampai tahun 2031. Meningkatnya jumlah penduduk usia produktif menyebabkan menurunnya angka ketergantungan. Rasio ketergantungan penduduk Indonesia telah menurun sekitar 55 pada tahun 2000 dan akan terus turun sampai angka terendah pada 2020-2030 yang berkisar sekitar 45 per 100 penduduk. Artinya, tiap-tiap 100 orang penduduk usia produktif hanya menanggung 45 penduduk tidak produktif. Inilah yang disebut bonus demografi. Bagi saya, ini jendela kesempatan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekaligus peningkatan kesejahteraan bangsa Indonesia. Gambar 1. Jenjang Kemunculan Bonus Demografi di Indonesia

Bonus demografi sendiri merupakan masa transisi demografi, yaitu terjadinya penurunan tingkat kematian yang diikuti dengan penurunan tingkat kelahiran dan dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan penduduk usia produktif secara optimal. Dengan demikian, bonus demografi akan menjadi kesempatan besar jika banyaknya penduduk usia produktif seimbang dengan ketersediaan lapangan pekerjaan sehingga penduduk usia produktif tersebut dituntut untuk lebih potensial dan actual. Sehingga hal tersebut akan menjadi tugas besar bagi bangsa Indonesia untuk mempersiapkannya agar adanya bonus tersebut tidak menjadi suatu hal yang sia-sia namun nyata pemanfaatannya untuk kemajuan bangsa Indonesia.Bonus demografi merupakan jembatan emas bagi suatu bangsa jika mampu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Namun, apakah Indonesia siap memanfaatkan jendela kesempatan tersebut untuk memajukan bangsa? Tentu bukan hal yang mudah untuk memanfaatkan bonus tersebut agar tidak menjadi peluang yang sia-sia atau bahkan menjadi suatu malapetaka bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya untuk memanfaatkan kesempatan tersebut. Satu hal yang paling mendasar yakni dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar mempunyai ketrampilan yang berkualitas dan mampu terserap dalam dunia kerja. Bonus demografi akan termanfaatkan dengan baik jika pertumbuhan penduduk usia kerja yang merupakan pasokan tenaga kerja mendapatkan pekerjaan yang produktif, dan kemudian bisa menabung untuk diinvestasikan terhadap bangsa sehingga memicu pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan. Bangsa Indonesia, masih memiliki banyak waktu untuk menyiapkan penduduk usia produktif yang menjadi peran utama dalam pemanfaatan bonus demografi. Yakni dengan meningkatkan kualitas mereka melalui peningkatan pendidikan, ketrampilan dan kesehatan serta kemampuan bangsa dalam menyiapkan lapangan pekerjaan bagi para tenaga kerja tersebut sesuai dengan kemampuan, pendidikan dan ketrampilan yang dimiliki oleh angkatan kerja tersebut. Sehingga mereka mampu memperoleh pendapatan yang dapat menopang kehidupan dirinya sendiri dan keluarganya, utamanya yang masuk dalam kelompok usia non produktif yang menjadi tanggungan mereka. Jadi, untuk mendapatkan hasil yang maksimal, tidak hanya diperlukan kerja keras oleh satu pihak saja, melainkan seluruh komponen kehidupan.Namun, dalam mempersiapkan datangnya bonus demografi yang akan menjadi jendela kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian bangsa, selain diperlukan pendidikan dan kesehatan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja yang sesuai dengan kemampuan dan ketrampilan yang mereka miliki, pemerintah juga perlu menyediakan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dari tenaga kerja tersebut mulai dari sekarang. Namun kembali menjadi pertanyaan besar, siapkah bangsa Indonesia menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk usia produktif mendatang? Pertanyaan itu muncul sesuai dengan kondisi ketenagakerjaan bangsa Indonesia saat ini dengan tingkat pengangguran yang masih tinggi, dan tingkat kesejahteraan tenaga kerja yang masih rendah.Oleh karena itu, untuk memanfaatkan bonus demografi sangat diperlukan kebijakan guna mendorong menculnya wirausaha muda dan mampu memberdayakannya tenaga kerja dalam rangka mendukung pembangunan nasional. Dengan begitu, penduduk usia kerja mampu bekerja dan menciptakan lapangan pekerjaan. Selain itu, pemerintah juga perlu menjalankan kebijakan mengenai pemberdayaan perempuan agar dapat masuk dipasar kerja. Mereka yang memiliki ketrampilan, pengetahuan, kesehatan serta etos kerja akan mampu mengelola produktivitas. Sehingga terbentuk tabungan yang dapat dimanfaatkan untuk investasi bagi kemajuan Bangsa Indonesia. Tetapi usia produktif ini akan menjadi boomerang ketika usia produktif tidak dibekali kemampuan untuk bisa bertahan hidup dan mengembangkan diri yang pada akhirnya hanya akan menjadi beban pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja dan terciptanya angka pengangguran yang tinggi.

2. Analisis Sintesis (Solusi yang ditawarkan)Solusi yang ditawarkan terhadap masalah bonus demografi adalah dengan memanfaatkan bonus demografi dimana anak-anak harus dibentuk kualitasnya sejak sekarang. Pada tahun 2025 nanti anak-anak sudah dewasa dan termasuk dalam usia produktif. Oleh karena itu, mulai saat ini generasi muda harus mempersiapkan diri agar mampu bersaing meraih kesempatan kerja dan bersaing dengan negara-negara lain di seluruh dunia. Artinya mulai sekarang, anak-anak harus meningkatkan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual secara optimal. Indonesia tengah mengalami bonus demografi yang ditandai dengan banyaknya penduduk usia muda dan produktif. Bonus demografi itu harus segera dioptimalkan dengan investasi lebih besar pada pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karena itu mulai tahun 2011, Pemerintah melalui BKKBN telah meluncurkan program Perilaku Hidup Berwawasan Kependudukan (PHBK) guna mengantisipasi periode bonus demografi itu. PHBK diharapkan mampu mempercepat terwujudnya kesejahteraan hidup masyarakat yang adil, makmur, merata dan berkualitas. 4 ciri PHBK :1. Peduli terhadap manusia dan kebutuhan hidupnya2. Peduli terhadap pertumbuhan penduduk dan kehidupan ekonomi3. Peduli terhadap pertumbuhan penduduk dan kehidupan sosial, budaya dan agama4. Peduli terhadap pertumbuhan penduduk dan lingkungan hidup.Agar program PHBK mampu menjadi sebuah gerakan yang aktif dan efektif maka integrasi bersama program yang selama ini sudah dijalankan Bkkbn menjadi sangat penting. Terlebih lagi pada pemerintahan yang baru nanti akan dibentuk sebuah Kementerian Kependudukan yang harus selalu berkoordinasi dengan kementerian lainnya seperti kemenakertrans, kementerian agama, kementerian sosial, kemenko perekonomian, kementerian lingkungan dan kementerian pendidikan.Menurut proyeksi penduduk tahun 2035 berbasis sensus 2010 diketahui masa maksimum bonus demografi ini terjadi pada 2028, 2029, 2030 dan 2031. Selama itu, prosentase penduduk usia muda dan produktif mencapai 46.7 persen. Melihat dari proyeksi ini, Indonesia memiliki peluang hingga 2030, jadi selama 16 tahun mendatang, Indonesia harus investasi habis-habisan di SDM. Ada beberapa syarat agar bonus demografi bisa tercapai. Pertama, yakni suplai tenaga kerja produktif yang besar harus diimbangi dengan lapangan pekerjaan sehingga pendapatan perkapita naik dan bisa menabung yang akan meningkatkan tabungan nasional. Kedua, tabungan rumah tangga diinvestasikan untuk kegiatan produktif. Ketiga, jumlah anak sedikit memungkinkan perempuan memasuki pasar kerja, membantu peningkatan pendapatan. Keempat, anggaran yang sebelumnya dipakai untuk anak usia 0-15 tahun karena jumlah berkurang, bisa dialihkan untuk peningkatan sumber daya manusia untuk usia 15 tahun ke atas seperti untuk traning, pendidikan, dan upaya pemeliharaan kesehatan remaja terutama kesehatan reproduksi dan penanggulangan perilaku tidak sehat seperti alkohol, narkoba, rokok dan seks bebas. Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya, tetapi untuk menjadikan potensi nasional, perlu dipersiapkan dan selanjutnya dimanfaatkan bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Syarat agar bonus demografi dapat dimanfaatkan dengan baik, adalah dengan mempersiapkannya sejak perencanaan sampai dengan implementasinya di tingkat lapangan. Persiapan ini antara lain melalui :1. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat;2. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Pendidikan;3. Pengendalian Jumlah Penduduk;4. Kebijakan Ekonomi yang mendukung fleksibilitas tenaga kerja dan pasar, keterbukaan perdagangan dan saving nasional.Adapun metode yang kita gunakan dalam memecahkan masalah ketenagakerjaan di Indonesia adalah dengan mengidentifikasi satu masalah kemudian disusul dengan solusi pemecahannya, kemudian beralih ke permasalahan berikutnya hingga akhir masalah secara berurutan. Hal ini kita maksudkan untuk mempermudah pemahaman dan fokus kepada masalah yang kita paparkan.1. Masalah Pertama: Jumlah Angkatan Kerja yang BesarPemecahan masalahnya: Jumlah angkatan kerja yang besar disebabkan karena tingginya tingkat kelahiran atau pertubuhan penduduk. Solusi yang harus dilakukan pemerintah dalam menekan atau mengurangi tingginya tingkat pertumbuhan penduduk yaitu dengan memaksimalkan pelaksanaan program keluarga berencana (KB). Hal tersebut dilakukan dengan cara sosialisasi dan penyuluhan KB secara intens kepada masyarakat, khususnya kepada pasangan yang baru menikah, sehingga semakin tumbuh kesadaran masyarakat akan pentingnya program keluarga berencana. Hal ini juga bisa dilakukan dengan membatasi usia nikah sehingga dapat menekan terjadi pernikahan dini. Apabila program KB berjalan baik, maka jumlah angka pertumbuhan atau kelahiran akan menurun. Yang mengakibatkan angkatan kerja semakin berkurang. Apabila penurunan jumlah angkatan kerja yang berkurang ini diikuti dengan peningkatan jumlah lapangan kerja, maka jumlah penggangguran juga berkurang.2. Masalah Kedua: Kualitas Tenaga Kerja Relatif Rendah Penyebab rendahnya kualitas tenaga kerja di Indonesia diantaranya karena rendahnya pendidikan, kurikulum pendidikan yang tidak sesuai dengan pekerjaan yang tersedia, kurangnya pelatihan dan pemagangan kerja.Pemecahan masalahnya:a. Melakukan pelatihan kerja. Pelatihan kerja ini merupakan kegiatan pengembangan keahlian dan keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan dan persyaratan pekerjaan.b. Pemagangan. Pemagangan ini sebenarnya merupakan bagian dari pelatihan kerja, namun pemagangan ini langsung dilakukan di tempat kerja. Tujuan pemagangan adalah untuk memantapkan profesionalitas tenaga kerja. Hal ini dapat diterapkan di sekolah-sekolah khususnya sekolah kejuruan (SMK) seperti yang dilakukan saat ini.c. Meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat melalui pendidikan formal maupun nonformal. Melalui pendidikan formal, ini dapat dilakukan melalui program wajib belajar 9 tahun seperti saat ini di lakukan, membenahi kurikulum pendidikan untuk mendapatkan sistem pendidikan yang sesuai dengan bursa tenaga kerja, seperti membuka sekolah menengah kejuruan (SMK) di seluruh daerah. Sedangkan melalui pendidikan norformal dapat dilakukan dengan memberikan kursus-kursus atau pelatihan-pelatihan kerja, pelatihan kewirausahaan untuk membuka lapangan kerja baru, dan lain sebagainya.d. Membenahi upah dan gaji tenaga kerja. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para tenaga kerja sehingga memiliki efek yang positif pada peningkatan mutu dan produktivitas kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan cara diantaranya: meningkatkan upah minimum provinsi (UMP), mengikutkan pekerja dalam program asuransi jaminan sosial, meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan, dan perusahaan harus memenuhi hak-hak karyawan seperti hak cuti dan tunjangan hari raya.e. Peningkatan Gizi dan Kesehatan. Kualitas atau mutu tenaga kerja dapat juga dilakukan dengan program peningkatan gizi dan kesehatan. Dengan gizi yang baik, maka kesehatan tenaga kerja juga akan baik sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja.f. Masalah Ketiga: Persebaran Tenaga Kerja Tidak Merata Persebaran tenaga kerja tidak merata disebabkan karena terkonsentrasi (terpusat)nya penduduk Indonesia di Pulau Jawa. Hampir 60 % penduduk Indonesia berada di pulau Jawa. Kondisi ini dapat menimbulkan dampak semakin banyaknya jumlah pengangguran di pulau Jawa, sedangkan di luar pulau Jawa pembangunan akan terhambat karena kekurangan tenaga kerja untuk mengolah sumber daya yang ada.

Adapun Pemecahan Masalahnya:1) Mengadakan transmigrasi, yaitu usaha memeratakan penduduk dari daerah padat ke daerah yang masih sedikit penduduknya.2) Pemberdayaan tenaga kerja. Hal ini dilakukan dengan cara mengirim angkatan kerja dari daerah yang kelebihan tenaga kerja ke daerah yang kekurangan tenaga kerja.3) Pengembangan usaha sektor informal di daerah, seperti pengembangan usaha kerajinan. Misalnya, usaha batik, anyaman tikar atau kerajinan kayu.3. Masalah Keempat: Kesempatan Kerja Masih Terbatas Kesempatan kerja masih terbatas disebabkan karena jumlah angkatan kerja masih lebih besar dari peluang kerja atau kesempatan kerja yang tersedia. Pemecahan Masalahnya: Upaya mengatasi kesempatan atau peluang kerja ini dapat dilakukan dengan cara pengembangan industri padat karya yang mampu menyerap tenaga kerja yang besar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan penanaman modal dalam negeri.4. Masalah Kelima: Pengangguran Pemecahan Masalahnya: Masalah pengangguran ini disebabkan oleh keempat masalah yang disebutkan di atas, oleh karena itu pengangguran dapat di tekan atau diperkecil bila keempat masalah tersebut sudah dapat diatasi. Pengangguran selain disebabkan oleh keempat masalah yang ada, bisa juga terjadi karena sering terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan ketergantungan angkatan kerja pada lowongan pekerjaan yang disediakan oleh pemerintah dan perusahaan.

5. SimpulanMelihat peluang ini, bonus demografi memiliki peran penting untuk mengukur mampu tidaknya bangsa Indonesia dalam memanfaatkan adanya bonus demografi untuk memajukan bangsa, yang dimaksud disini adalah jika bangsa Indonesia berhasil memanfaatkan adanya bonus demografi dengan baik, maka akan dapat membawa Indonesia melesat lebih maju karena peningkatan perekonomian yang signifikan seperti negara-negara tetangga yang telah berhasil dalam hal pemanfaatan jendela kesempatan tersebut.Namun, apabila pemerintah tidak mempersiapkan perencanaan dan pemanfaatan dengan baik maka bisa jadi akan menjadi bencana bagi bangsa Indonesia. Sebab, sesudah itu rasio ketergantungan bangsa Indonesia akan meningkat lagi dengan peningkatan penduduk usia tua. Oleh sebab itu, agar bonus demografi ini menjadi suatu kesempatan yang berguna dalam peranannya untuk memajukan bangsa Indonesia, perlu adanya pemanfaatan secara optimal dengan perencanaan pembangunan yang berwawasan kependudukan karena penduduk sebagai aspek utama dalam proses pembangunan suatu bangsa.

DAFTAR PUSTAKAAdioetomo, Sri Moertiningsih. 2005. Bonus Demografi : Hubungan antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi. Jakarta : BKKBNBadan Pusat Statistik. 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Bank Dunia. 2009. Indonesia 2014 and Beyond : A Selective Look. Jakarta : Bank Dunia.Srihadi, Endang. 2012. Bonus Demografi : Jendela Kesempatan atau Jendela Bencana?, Update Indonesia 7(1): 2-8.

Sayembara Penulisan Kreatif BKKbN 2015Page 11