penulisan hukum (skripsi) fitria pristihartanti nim
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PEMBELAAN PENASIHAT HUKUM PADA PERKARA KECELAKAAN
LALU LINTAS DENGAN TERDAKWA LANJAR SRIYANTO
( STUDI KASUS DI LAW FIRM MUHAMMAD TAUFIQ, S.H,M.H
& PARTNERS SURAKARTA )
Penulisan Hukum (Skripsi)
Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum
Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
FITRIA PRISTIHARTANTI
NIM : E0006129
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PEMBELAAN PENASIHAT HUKUM PADA PERKARA KECELAKAAN
LALU LINTAS DENGAN TERDAKWA LANJAR SRIYANTO
( STUDI KASUS DI LAW FIRM MUHAMMAD TAUFIQ, S.H,M.H
& PARTNERS SURAKARTA )
Penulisan Hukum (Skripsi)
Disusun Oleh :
FITRIA PRISTIHARTANTI
NIM : E0006129
Disetujui untuk dipertahankan
Dosen Pembimbing
EDY HERDYANTO , S.H., M.H. NIP. 195706291985031002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum (Skripsi)
PEMBELAAN PENASIHAT HUKUM PADA PERKARA KECELAKAAN
LALU LINTAS DENGAN TERDAKWA LANJAR SRIYANTO
( STUDI KASUS DI LAW FIRM MUHAMMAD TAUFIQ, S.H,M.H
& PARTNERS SURAKARTA )
Disusun Oleh :
FITRIA PRISTIHARTANTI
NIM : E0006129
Telah diterima dan disahkan olah Tim Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada :
Hari :
Tanggal :
TIM PENGUJI
1. Kristiyadi, S.H, M.Hum__ : ......................................................
Ketua
2. Bambang Santoso, S.H, M.Hum : ......................................................
Sekretaris
3. Edy Herdyanto, S.H, M.H : ......................................................
Anggota
MENGETAHUI
Dekan,
Moh. Jamin, S.H., M.Hum
NIP. 19610930 198601 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : FITRIA PRISTIHARTANTI
Nim : E0006129
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :
PEMBELAAN PENASIHAT HUKUM PADA PERKARA KECELAKAAN
LALU LINTAS DENGAN TERDAKWA LANJAR SRIYANTO ( STUDI
KASUS DI LAW FIRM MUHAMMAD TAUFIQ, S.H,M.H & PARTNERS
SURAKARTA )
adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan
hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditujukan dalam daftar pustaka. Apabila
dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya
peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, Januari 2011
Yang Membuat Pernyataan
FITRIA PRISTIHARTANTI
NIM. E0006129
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
FITRIA PRISTIHARTANTI, E.0006129. 2011. PEMBELAAN PENASIHAT HUKUM PADA PERKARA KECELAKAAN LALU LINTAS DENGAN TERDAKWA LANJAR SRIYANTO (STUDI KASUS DI LAW FIRM MUHAMMAD TAUFIQ, S.H, M.H & PARTNERS SURAKARTA), Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
Penelitian hukum ini bertujuan untuk mengetahui tentang pembelaan Penasihat Hukum pada perkara kecelakaan lalu lintas dengan Terdakwa Lanjar Sriyanto yang dilakukan baik di dalam persidangan maupun di luar persidangan , dasar hukum dari pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa serta teknik-teknik pembelaan hukum yang digunakan oleh Penasihat Hukum pada saat perkara Terdakwa menjalani proses pemeriksaan di peradilan tingkat pertama di Pengadilan Negeri, yakni tepatnya di Pengadilan Negeri Karanganyar. Serta mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi oleh Penasihat Hukum Terdakwa sehubungan dengan perkara klien yang ditanganinya yakni Terdakwa Lanjar Sriyanto.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif dengan pendekatan studi kasus (case approach). Sumber data yang Penulis gunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan Penulis, yakni dengan cara wawancara dan studi pustaka. Sedangkan analisis data yang digunakan Penulis adalah Interactive Model Of Analysis.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diketahui bahwa dalam melakukan upaya pembelaan di dalam persidangan Penasihat Hukum Terdakwa mempunyai dasar hukum pembelaan dan teknik pembelaan tersendiri, sedangkan untuk pembelaan yang dilakukan di luar persidangan, Penasihat Hukum Terdakwa juga menggunakan teknik pembelaan yang sesuai dengan kebutuhan bantuan hukum Terdakwa yang menjadi kliennya. Teknik pembelaan yang digunakan Penasihat Hukum Terdakwa di dalam persidangan tentu berbeda dengan teknik pembelaan yang digunakan di luar persidangan dimana teknik pembelaan di luar persidangan menggunakan peran legal media. Hambatan yang dihadapi oleh Penasihat Hukum Terdakwa hanya bersifat non teknis saja sehingga mudah dalam mendapatkan pemecahannya.
Saran yang dapat diberikan dalam permasalahan tersebut adalah dalam melakukan pembelaan hukum untuk kepentingan Terdakwa hendaknya dipertahankan secara konsisten semangat dan atensinya terhadap kaum miskin yang berperkara di pengadilan dengan memberi bantuan hukum dan pendampingan sebagai Penasihat Hukum secara maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT FITRIA PRISTIHARTANTI, E.0006129. 2011. LEGAL ADVISER DEFENCE IN TRAFFIC ACCIDENT LAW SUIT WITH LANJAR SRIYANTO ACCUSED (CASE STUDY IN LAW FIRM MUHAMMAD TAUFIQ, S.H, M.H & PARTNERS SURAKARTA). Faculty of Law, Sebelas Maret University. The purposes of this law research is to know about Legal Adviser defence in traffic accident law suit with Lanjar Sriyanto Accused which had done in the trial either out of the trial, law principles of the accused Legal Adviser defence and also law defence technics are used by Legal Adviser that the accused moment of law suit to tread inquiry process in first layer court that is in the Karanganyar State Court. And also to know the obstacles which regarded by Legal Adviser of the Accused that’s connected with client law suit his handled that is Lanjar Sriyanto Accused. The methode of this law research is emphirys law based research with descriptive characteristic with case appoarch approximation. The data base that Writer used is primary and secondary data base. The technics of data’s gathering used by Writer are interview and library study. Even though the data’s analysis used by Writer is interractive model of analysis. Based on law research result and examination is knowed that in doing expendient in the trial defence, Legal Adviser of the accused have legal principles in defense and have tehnics a part, wheter for defense in used to out of trial, legal advised of the accused also use defence technic’s to macth with reqursited the accused of law further which be their client. the defence technic’s which used by legal advised in the trial of course very deferent with the defense technic’s which used in out of the trial , in out of trial Legal Adviser use legal media as publicity. The obstacles that regarded by legal adviser of the accused only to have character of non tehcnis and it will be easy to get solution. The suggestion that’s can given on this legal problem is doing of legal defence possibly Legal Adviser must be to stand in the breach for doing of legal defence for the Accused by consistent of spirit and attention for marginal people which to be involved in law suit with give legal assist and legal advice as the Legal Adviser with maximal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah atas segala limpahan rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis memperoleh kekuatan untuk menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pembelaan Penasihat Hukum Pada Perkara Kecelakaan Lalu
Lintas Dengan Terdakwa Lanjar Sriyanto (Studi Kasus Di Law Firm Muhammad.
Taufiq, S.H, M.H & Partners Surakarta)”.
Penulisan hukum ini diajukan untuk melengkapi tugas-tugas serta untuk
memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar sarjana di Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidaklah berlebihan bahwa penulisan hukum ini
Penulis kerjakan dengan ketekunan dan telah mencurahkan segala kemampuan yang
ada, namun karya ilmiah ini sangat sederhana dan mungkin masih banyak
kekurangan-kekurangan. Untuk itu Penulis mohon maaf apabila dalam penulisan
hukum ini banyak kekurangan serta Penulis mohon saran dan kritik yang membangun
dari pembaca sekalian.
Dalam penyusunan penulisan hukum ini, Penulis tidak dapat menyelesaikan
dari awal sampai akhir tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, Penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut :
1. Ibu Sri Kiswanti dan Bapak Suharman. Terima kasih Penulis ucapkan atas doa,
harapan, nasihat dan semangat yang diberikan. Ayah dan Ibu terbaik bagi
Penulis.
2. Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum UNS yang
telah memberikan ijin dan kesempatan kepada Penulis untuk menyelesaikan
penulisan hukum ini.
3. Bapak Edi Herdyanto, S.H, M.H, selaku Ketua Bagian Hukum Acara yang telah
membantu dalam penulisan hukum ini sekaligus selaku pembimbing penulisan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
hukum yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk
memberikan bimbingan dan arahan bagi tersusunnya penulisan hukum ini.
4. Bapak Yudo Taruno M, S.H, M.Hum, selaku Pembimbing Akademik yang telah
membimbing Penulis selama proses perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Muhammad Taufiq, S.H, M.H selaku pemilik Law Firm Muhammad
Taufiq, S.H, M.H & Partners Surakarta yang telah memberikan data penelitian
untuk penulisan hukum ini, beserta Mbak Ria Ratnasari selaku sekretaris dan
Mas Kelik selaku staff yang telah membantu Penulis dalam memperoleh data
penelitian.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu
pengetahuannya kepada Penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam penulisan
hukum ini, serta Bapak dan Ibu staf karyawan Fakultas Hukum UNS yang telah
berperan dalam kelancaran kegiatan proses belajar mengajar di Fakultas Hukum
UNS.
7. Adikku, Olla Dyah Mayerzan dan Fadhil Riskyanto yang selalu menemani dan
membantu di saat Penulis kesulitan mengerjakan skripsi.
8. Kanda Made Putera Sanjaya yang telah mendukung dan memberi semangat
kepada Penulis. “U are so special in my live”. Bagi dunia kau terlahir seseorang,
namun bagi seseorang kaulah dunianya. Terima kasih atas kebaikan hatimu
dengan meminjami Penulis Laptop mini HP kepunyaanmu yang bisa Penulis
gunakan dalam menyimpan data penelitian dan membantu mencari data dengan
wi-fi. Kasihku menyertaimu senantiasa.
9. Terkhusus untuk Om Nono terkasih, tanpamu Penulis tidak bisa kuliah. Masa-
masa indah menjadi semakin berarti dan membuat hari-hari menjadi semakin
berwarna karena kau selalu mendukung Penulis. Engkaulah pamanku yang
selalu mendanaiku dalam mengeprint skripsi.
10. Sahabat terbaik Penulis, Kikie Permanasari dan Indah Tri Ratna “Chicho”, yang
selalu ada disaat Penulis ingin berbagi cerita dan selalu menemani selama masa-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
masa perkuliahan, menolong dan menyemangati Penulis untuk segera
menyelesaikan penulisan hukum ini. Tidak lupa semua teman-teman terbaik
Penulis di Fakultas Hukum UNS, yang tak dapat Penulis sebutkan satu persatu
yang sudah dengan senang hati membantu memberikan informasi kepada
Penulis dan meluangkan waktunya dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.
Tanpa kalian aku bukan apa-apa.
11. Bapak Anthonius Antuk Wibowo dan Ibu Hana Kristia Nawang Wibowo,
Gembala Sidang Jemaat GBI RHEMA Surakarta, yang senantiasa membimbing
jiwa dan iman Penulis, menambah semangat tatkala Penulis lemah dan tiada
berdaya dalam menghadapi berbagai kesulitan dalam mengerjakan skripsi.
12. Yayasan Berita Hidup Indonesia dan KINDER NOT HILFE (KNH) Germany
selaku yayasan sosial yang telah mensponsori pendidikan Penulis dari TK
sehingga Penulis bisa terus sekolah hingga ke jenjang Perguruan Tinggi. Terima
kasih atas dukungan doa dan dana yang diberikan. Tanpamu Penulis tidak bisa
kuliah.
13. Orang Tua Asuh Sponsor Penulis terkasih yang saat ini berada di Jerman.
Apalah arti sebuah nama jika tanpa nama pun, kau selalu mencurahkan segala
yang terbaik untuk biaya sekolah dan biaya kuliah yang Penulis perlukan. Dan
sejujurnya Penulis ingin sekali mengetahui nama orang tua asuh sponsor yang
selama ini Penulis tidak mengetahuinya.
14. Kepala Departemen Pengembangan Masyarakat Berita Hidup Indonesia, Bapak
Wusana Hutama Wardhana, beserta staffnya Ibu Dina Paulus, S.Th, M.Th,
Bapak Stevanus Sugito, Bapak Boekit serta mantan Kepala Departemen
Pengembangan Masyarakat Berita Hidup Bapak Etika Saragih, S.Th, M.Pd ,
mantan staff Ibu Eli Mei A, yang telah mendukung, menyemangati Penulis
untuk mengerjakan yang terbaik dalam prestasi akademis, and Mr. David Lu
from AMG Philipina (KNH Philipina), thank you because my world is brighter
because of foster father like you. Tuhan Yesus Memberkati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
15. Ibu Eunike Sutinah, Bapak Nurwadi, Bapak Joel Yadi Jeremieh selaku guru
pembimbing dan pengasuh di Day Care Centre Berita Hidup Mojosongo 28007
yang telah member Penulis kesempatan untuk mengajar anak-anak asuh dari
keluarga kurang mampu dan belajar dalam segala hal. Terima kasih atas
dukungan doa yang ibu Eunike berikan sehingga Penulis bisa menyelesaikan
penulisan hukum ini. Tuhan Memberkati.
16. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu dalam menyelesaikan penyusunan penulisan hukum (Skripsi) ini,
terima kasih yang setulusnya.
Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan yang Penulis miliki, maka
dalam penulisan hukum ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang menunjang bagi kesempurnaan penulisan hukum
ini.
Semoga penulisan hukum ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan, almamater, masyarakat serta pihak-pihak yang memerlukan,
sehingga tidak menjadi suatu karya yang sia-sia nantinya.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
E. Metode Penelitian ....................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan ................................................................. 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori ........................................................................... 16
1. Tinjauan tentang Penasihat Hukum ...................................... 16
a. Pengertian Penasihat Hukum ........................................ 16
b. Kedudukan Penasihat Hukum……………………………… 17
c. Fungsi Penasihat Hukum…………………………………….. 18
d. Hak-Hak dan Kewajiban Penasihat Hukum………….. … 20
e. Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma……………………… 24
f. Hubungan Penasihat Hukum Dengan Klien………………. 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
2. Tinjauan tentang Pembelaan Penasihat Hukum
Dalam Hukum Acara Pidana........................................................... 34
3. Tinjauan tentang Terdakwa ............................................................. 36
4. Tinjauan tentang Teori-Teori Pemidanaan................................. 40
a. Teori Absolut................................................................................... 40
b. Teori Relatif..................................................................................... 41
c. Teori Gabungan ............................................................................. 42
B. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 44
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………. 47
1. Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar
Sriyanto ...................................................................................................... 50
A. Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa di Dalam
Persidangan ....................................................................................... 50
1. Dasar Hukum Pembelaan Penasihat
Hukum Terdakwa ................................................................... 51
2. Teknik Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa........... 59
B Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa di Luar
Persidangan ....................................................................................... 64
2. Hambatan yang Dihadapi Penasihat Hukum Terdakwa
dan Cara Mengatasinya ......................................................................... 69
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................... 71
B. Saran ……………………………………………………………………….75
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara hukum. Prinsip ini selanjutnya secara tegas
dituangkan dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945 amandemen ketiga yang menegaskan bahwa
Indonesia adalah negara hukum. Dalam negara hukum, negara mengakui
dan melindungi hak asasi manusia setiap individu tanpa membedakan latar
belakangnya, sehingga semua orang memiliki hak untuk diperlakukan
sama di hadapan hukum (equality before the law). Menurut Jimly
Asshiddiqie, idealnya dalam negara hukum (rechtsstaat) negara mengakui
dan melindungi hak asasi manusia setiap individu. Dalam suatu negara
hukum semua orang harus diperlakukan sama di hadapan hukum (equality
before the law). Persamaan di hadapan hukum harus diimbangi juga
dengan persamaan perlakuan (equal treatment). Pengakuan negara
terhadap hak individu ini tersirat di dalam persamaan kedudukan di
hadapan hukum bagi semua orang (Jimly Asshiddiqie, 2008 : 3).
Hukumlah yang menjadi pedoman bagi masyarakat Indonesia bertindak
dalam segala segi kehidupannya.
“Sebagai negara hukum, Indonesia berusaha untuk menegakkan supremasi hukum, dimana segala persoalan harus ditangani sesuai dengan hukum yang berlaku. Demikian juga apabila terjadi pertentangan individu dalam masyarakat yang juga melanggar ketentuan dalam aturan hukum atau yang sering juga disebut dengan kejahatan. Dilihat secara sosio kriminologis kejahatan adalah suatu gejala normal dalam setiap masyarakat, bagaimanapun bentuknya masyarakat itu, dimana saja dan kapan saja” (Djoko Prakoso, 1988 : 18).
Salah satu pelanggaran hukum yang banyak terjadi di Indonesia
adalah pelanggaran hukum lalu lintas. Banyak dari pelanggaran tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
diajukan ke muka pengadilan tetapi banyak juga yang diselesaikan secara
“damai” di tempat kejadian perkara pelanggaran. Peristiwa dalam lalu
lintas bukan hanya semacam pelaggaran saja, akan tetapi dapat pula
terjadi tindak pidana kejahatan yang salah satunya mengakibatkan matinya
nyawa orang lain entah itu karena sengaja (tabrak lari) atau pun tidak
sengaja (http://www.detiknews.com/read/2010/01/11/164410/1276051/10/
polisi-karanganyar-penanganan-kasus-lanjar-sesuai prosedur> [20 Juni
2010 pukul 14.24]).
Pidana kejahatan dalam berlalu lintas, khususnya yang tidak
disengaja dialami oleh Lanjar Sriyanto. Dalam hal ini Lanjar Sriyanto
mengalami kecelakaan yang mengakibatkan istrinya meninggal dunia
sehingga Lanjar dianggap sebagai tersangka atas kematian istrinya. Kasus
bermula saat Lanjar bersama istrinya (korban Saptaningsih) dan seorang
anaknya (Samto Warih Waluyo) berboncengan menggunakan sepeda
motor lalu tertabrak mobil. Istri Lanjar Sriyanto tewas dan anaknya luka-
luka, sehingga polisi memperkarakan Lanjar Sriyanto dengan tuduhan
berbuat lalai hingga menghilangkan nyawa orang lain, padahal Lanjar
Sriyanto sendiripun juga menjadi korban. Setelah Penyidik mendapatkan
bukti-bukti yang cukup, diketahui bahwa yang menjadi penyebab
meninggalnya istri Lanjar Sriyanto ( korban Saptaningsih) adalah di tabrak
mobil roda empat (Suzuki Panter) yang melaju dari arah berlawanan,
bukan dari jatuhnya korban ke aspal jalan raya. Hal tersebut di kuatkan
oleh Visum Et Repertum nomor: VER/ 14/X/ 2009 tanggal 16 Oktober
2009 atas nama Saptaningsih, yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. C.
Kunto Aji TS, dokter pada Rumah Sakit TNI AU Lanud. Adi Soemarmo
Surakarta. Lanjar Sriyanto kemudian ditetapkan sebagai Tersangka atas
tewasnya istri dalam kecelakaan di jalan Colomadu-Solo, desa Gajahan,
Colomadu, Karanganyar, September 2009 silam. Anehnya, Lanjar
Sriyanto yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas justru ditetapkan
sebagai Tersangka dan ditahan karena didakwa melanggar Pasal 359
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
KUHP yakni berbuat lalai yang menyebabkan kematian seseorang.
Sementara pengemudi mobil Suzuki Panther yang telah menabrak korban
tidak ikut terseret dalam kasus hukum tersebut.
Kasus Lanjar Sriyanto merupakan gambaran dari sisi masyarakat
yang memiliki nilai kehidupan kelas bawah yang artinya dari segala aspek
kehidupannya baik dalam aspek hukum, ekonomi, sosial dan pendidikan
tidak tercukupi dengan baik. Lanjar Sriyanto saat dihadapkan ke depan
persidangan, dia tidak memiliki pengatahuan apa-apa mengenai hukum
dan bagaimana menghadapi hukum itu sendiri. Masyarakat yang tidak
mengerti hukum seperti Lanjar Sriyanto merupakan komoditi yang sangat
“empuk” bagi oknum-oknum penegak hukum yang tidak bertanggung
jawab. “Pendukung Lanjar menuding peradilan kasus yang menewaskan
istri Lanjar, Saptaningsih, itu sarat manipulasi. Mereka bahkan menuding
para jaksa sebagai mafia peradilan” (metrotvnewscom tanggal 19 Februari
2010).
Kasus Lanjar Sriyanto diatas tidak sesuai dengan apa yang
tercantum dalam pasal 28 D ayat 1, yang berbunyi : “Setiap orang berhak
atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Kasus yang menimpa
Lanjar Sriyanto tersebut adalah salah satu contoh dari ketidakadilan
hukum di Indonesia. Peristiwa tersebut menjadikan negara Indonesia saat
ini salah satu negara yang dianggap telah banyak melakukan pelanggaran
hukum dan HAM pada masa era reformasi.
Kasus kecelakaan lalu lintas yang menimpa Terdakwa Lanjar
Sriyanto tersebut menyita banyak perhatian publik, dugaan adanya mafia
peradilan yang dilakukan oleh oknum Polres Karanganyar dan Kajaksaan
Karanganyar kian terekpose di media massa. Kasus unik inilah yang
membuat Muhammad Taufiq, S.H, M.H selaku pemilik Law Firm
Muhammad Taufiq, S.H, M.H& Partners Surakarta beserta tim bersedia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
menjadi Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto secara Probono
(cuma-cuma) (www.hukumonline.com-pernyataan-pengacara-lanjar-pers-
>5 Agustus 2010 pukul 17.43]).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, Penulis tertarik untuk
mengkaji lebih dalam tentang pembelaan hukum yang dilakukan oleh
Penasihat Hukum Lanjar Sriyanto baik di dalam persidangan dan di luar
persidangan beserta dasar hukum pembelaan hukum yang digunakan serta
berbagai hambatan yang dihadapi oleh Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar
Sriyanto sehubungan dengan perkara pidana kliennya, dalam penelitian
hukum dengan judul : ”PEMBELAAN PENASIHAT HUKUM PADA
PERKARA KECELAKAAN LALU LINTAS DENGAN TERDAKWA
LANJAR SRIYANTO ( STUDI KASUS DI LAW FIRM MUHAMMAD
TAUFIQ, S.H, M.H & PARTNERS SURAKARTA )’’.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk
mempermudah penulis dalam membatasi masalah yang akan diteliti
sehingga tujuan dan sasaran yang akan dicapai menjadi jelas, terarah dan
mendapatkan hasil yang diharapkan. Berdasarkan latar belakang yang
dikemukakan sebelumnya, Penulis merumuskan permasalahan untuk
dikaji lebih rinci. Adapun beberapa masalah yang akan dibahas dalam
penelitian hukum ini adalah sebagai berikut:
1) Bagaimana pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto
baik di dalam persidangan dan di luar persidangan pada saat perkara
diperiksa di pengadilan tingkat pertama yakni di Pengadilan Negeri ?
2) Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi Penasihat Hukum
Terdakwa Lanjar Sriyanto sehubungan dengan perkara hukum klien
yang ditanganinya serta bagaimana cara mengatasinya ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
C. Tujuan Penelitian
Dalam suatu kegiatan penelitian tentunya harus mempunyai tujuan-
tujuan tertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberi arah dalam
melangkah sesuai dengan maksud penelitian sehingga dari penelitian yang
dilakukan dapat memberikan data yang akurat sehingga dapat memberikan
manfaat dan mampu menyelesaikan masalah. Berdasarkan landasan
tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan :
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk memperoleh gambaran jelas tentang bagaimana pembelaan
yang dilakukan oleh Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto
baik di dalam persidangan maupun di luar persidangan pada saat
perkara diperiksa di pengadilan tingkat pertama yakni di
Pengadilan Negeri, guna mengetahui dasar hukum pembelaan
Penasihat Hukum di dalam persidangan serta teknik-teknik
pembelaan apa yang digunakan.
b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi
Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto sehubungan dengan
perkara pidana klien yang ditanganinya serta bagaimana cara
mengatasinya.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama dalam
menyusun karya ilmiah untuk memenuhi persyaratan yang
diwajibkan dalam meraih gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Untuk menambah, memperluas, mengembangkan pengetahuan dan
pengalaman penulis serta pemahaman aspek hukum di dalam teori
dan praktek lapangan hukum yang sangat berarti bagi Penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat diambil
manfaatnya, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk memberi sumbangan pikiran dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada
khususnya.
b. Untuk mendalami teori-teori yang telah Penulis peroleh selama
menjalani kuliah strata satu di Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta serta memberikan landasan untuk
penelitian lebih lanjut.
c. Salah satu usaha memperbanyak wawasan dan pengalaman
serta menambah pengetahuan tentang Hukum Acara pidana,
Hukum Pembuktian serta Hukum Acara Pidana Khusus.
d. Sebagai bahan untuk mengadakan penelitian yang sejenis
berikutnya, disamping itu sebagai pedoman bagi penelitian yang
lain.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan jawaban atas masalah yang menjadi pokok bahasan
dalam penelitian.
b. Untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir
dinamis sekaligus untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.
c. Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan Penulis dalam bidang hukum
sebagai bekal untuk terjun ke dalam masyarakat nantinya.
d. Hasil penulisan ini diharapkan dapat membantu dan memberi
masukan serta tambahan pengetahuan bagi para pihak yang
terkait dengan masalah yang diteliti, dan berguna bagi para pihak
yang berminat pada masalah yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
E. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian.
Mengacu pada perumusan masalah, maka penelitian ini
termasuk penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris
merupakan penelitian-penelitian yang berupa studi-studi empiris yang
bertujuan menemukan teori-teori mengenai proses terjadinya dan
mengenai proses bekerjanya hukum dalam masyarakat (Joko Purwono,
1993:17-18). Dalam penelitian ini, Penulis meneliti mengenai
pembelaan Penasihat Hukum pada kasus kecelakaan lalu lintas dengan
Terdakwa Lanjar Sriyanto yang ditangani oleh Muhammad Taufiq,
S.H, M.H, selaku pemilik Law Firm Muhammad Taufiq, S.H, M.H &
Patners, Advocates & Counsellors at Law Surakarta, Yossy Eka
Rahmanto, S.H sebagai advokat yang berkantor di Law Firm
Muhammad Taufiq, S.H, M.H & Partners Surakarta dan Budhi
Kuswanto, S.H, yang berkantor di “AKASYAF” Law Firm, Sumber,
Surakarta. Namun Penulis hanya melakukan penelitian di Law Firm
Muhammad Taufiq, S.H, M.H & Patners, Advocates & Counsellors at
Law karena di kantor advokat inilah 2 Penasihat Hukum Terdakwa
Lanjar Sriyanto yakni Muhammad Taufiq, S.H, M.H, dan Yossy Eka
Rahmanto, S.H berkantor dan sekaligus semua data dan berkas-berkas
pembelaan disimpan di kantor tersebut.
2. Sifat Penelitian
Dalam penelitian hukum ini, sifat penelitian yang
digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu
penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti
mungkin tentang manusia, keadaan, atau gejala-gejala lainnya.
Maksudnya adalah terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa,
agar dapat memperkuat teori-teori lama, atau di dalam kerangka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
menyusun teori-teori baru. Dari pengertian tersebut dapat diartikan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan objek atau subjek yang
diteliti pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya. Jadi dari pengertian tersebut Penulis berusaha
untuk melukiskan mengenai pembelaan hukum yang dilakukan oleh
Penasihat Hukum untuk membela kepentingan kliennya pada kasus
kecelakaan lalu lintas dengan Terdakwa Lanjar Sriyanto.
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum
ini bersifat kualitatif, yaitu pendekatan kasus (case approach) yang
digunakan oleh Penulis dengan mendasarkan pada data-data yang
dinyatakan oleh nara sumber secara lisan atau tertulis, dan juga
perilakunya yang nyata, diteliti, dipelajari sebagai suatu yang utuh.
4. Jenis Data
Dalam penelitian hukum, data yang digunakan dapat dibedakan
antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan bahan-
bahan kepustakaan. Data yang diperoleh secara langsung dari
masyarakat dinamakan data primer (data dasar), sedangkan yang
diperoleh dari bahan-bahan pustaka lazimnya dinamakan data
sekunder, (Soerjono Soekanto, 2001:12). Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data Primer.
Merupakan data atau fakta-fakta yang diperoleh langsung melalui
penelitian di lapangan termasuk keterangan dari responden yang
berhubungan dengan obyek penelitian dan praktek yang dapat
dilihat serta berhubungan dengan objek penelitian. Adapun yang
termasuk dalam data primer dalam penelitian ini adalah hasil
wawancara terhadap advokat dari Law Firm Muhammad Taufiq,
S.H, M.H & Partners Surakarta sebagai Penasihat Hukum dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Terdakwa Lanjar Sriyanto, sehingga diharapkan dapat memperoleh
hasil yang sebenarnya dari obyek yang diteliti.
b. Data Sekunder
Merupakan data yang tidak secara langsung diperoleh dari lokasi
penelitian, atau keterangan-keterangan yang secara tidak langsung
diperoleh tetapi cara diperolehnya melalui studi pustaka, buku-
buku literatur, surat kabar, dokumen-dokumen, peraturan
perundang-undangan, dan sumber-sumber tertulis lainnya yang
berkaitan dengan penelitian hukum ini.
5. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Law Firm Muhammad
Taufiq, S.H, M.H & Patners, Advocates & Counsellors at Law yang
beralamat di Jalan Dr. Rajiman Nomor 452 D Surakarta (Jalan
Songgorunggi Nomor 17 A, Surakarta), dimana 2 Penasihat Hukum
Terdakwa Lanjar Sriyanto yakni Muhammad Taufiq, S.H, M.H, dan
Yossy Eka Rahmanto, S.H berkantor dan sekaligus semua data dan
berkas-berkas pembelaan disimpan di kantor tersebut.
6. Sumber Data
Sumber data adalah tempat dimana penelitian ini diperoleh.
Berdasarkan jenis data, maka dapat ditentukan sumber data yang
digunakan untuk penelitian, sehingga untuk memperoleh data dan
informasi yang berkaitan dengan arah penelitian ini, sumber data yang
penulis gunakan adalah:
a. Sumber data primer.
Sumber data primer merupakan sumber data yang terkait langsung
dengan permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi
sumber data primer adalah wawancara langsung dengan tim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
advokat dari Law Firm Muhammad Taufiq, S.H, M.H & Partners
Surakarta sebagai Penasihat Hukum dari Terdakwa Lanjar
Sriyanto.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data yang secara tidak
langsung memberikan keterangan dan bersifat melengkapi sumber
data primer. Dalam hal ini yang menjadi sumber data sekunder
adalah buku-buku ilmiah, peraturan perundang-undangan, surat
kabar, dokumen-dokumen, dan sumber-sumber yang lain yang
mendukung penelitian. Adapun sumber data sekunder dalam
penelitian ini dapat digolongkan menjadi 3 bagian :
1) Bahan hukum primer
Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang
bersifat mengikat (Soerjono Soekanto, 2001:13). Dalam hal
ini adalah Undang-Undang Dasar 1945, Kitab Undang-
undang Hukum Pidana (KUHP), Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP), Undang-Undang Nomor
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan,
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat,
Kode Etik Advokat serta Peraturan Pemerintah Nomor 83
Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian
Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma dan Putusan Pengadilan
Negeri Karanganyar Nomor 249/Pid.B/2009/PN.Kray atas
nama Lanjar Sriyanto tertanggal 04 Maret 2010.
2) Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang
memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer
(Soerjono Soekanto, 2001:13). Bahan hukum sekunder ini
meliputi : jurnal-jurnal hukum, buku-buku mengenai hukum
acara pidana, hukum pidana, informasi dalam surat kabar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
penulis peroleh dari perpustakaan pusat dan perpustakaan
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, dan lain
sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
3) Bahan hukum tertier
Bahan hukum tertier adalah bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
sekunder (Soerjono Soekanto, 2001:13). Bahan hukum tersier
seperti Kamus Umum Bahasa Indonesia, Kamus Hukum dan
Ensiklopedia.
7. Teknik Pengumpulan Data
Dalam rangka mendapatkan data yang tepat, penulis
menggunakan tekhnik pengumpulan data, sebagai berikut:
a. Interview (wawancara)
Wawancara adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka, ketika
seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan
dengan masalah yang penelitian kepada seorang responden.
(Amiruddin, 2006 : 82). Jenis wawancara dalam penelitian ini
adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu dengan menggunakan
catatan-catatan dan kerangka pertanyaan yang telah ditentukan
pokok permasalahannya, namun masih dimungkinkan adanya
variasi pengujian dan kebebasan dalam memberikan pertanyaan
dengan mendasarkan pada situasi yang ada sehingga dapat digali
secara mendalam mengenai suatu masalah yang peneliti lakukan.
Wawancara langsung dilakukan terhadap narasumber, yaitu para
Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto selaku advokat yang
berkantor di Law Firm Muhammad Taufiq, S.H, M.H & Partners
Surakarta.
b. Studi Kepustakaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Studi Kepustakaan yaitu cara memperoleh data dengan
mempelajari data dan menganalisa atas keseluruhan isi pustaka
dengan mengkaitkan pada permasalahan yang ada. Adapun pustaka
yang menjadi acuan adalah buku-buku/literatur, kamus hukum,
peraturan perundang-undangan, maupun dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan permasalahan dalam penulisan hukum ini.
F. Tehnik Analisis Data
Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil
penelitian menjadi suatu laporan. Analisis data adalah proses
pengorganisasian dan pengurutan data dalam pola, kategori, dan uraian
dasar, sehingga akan dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy J. Moleong,
2002:183). Teknik analisis data merupakan suatu uraian tentang cara-cara
analisis, yaitu dengan kegiatan mengumpulkan data kemudian diadakan
pengeditan terlebih dahulu, untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan
analisis yang sifatnya kualitatif. Dalam kaitannya untuk mencari jawaban
masalah penelitian, penulis mempergunakan model analisis interaktif
(interactive model of analysis). Analisis dalam penelitian kualitatif ini
terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu: reduksi data, sajian data, dan
penarikan simpulan dengan verifikasinya (H.B. Sutopo, 2002 : 91).
Selain itu dilakukan pula suatu proses antara tahap-tahap tersebut sehingga
yang terkumpul berhubungan satu sama lain secara otomatis dan
sistematis. Kegiatan tersebut terus-menerus, diulang-ulang sehingga
membentuk siklus yang memungkinkan menghasilkan kesimpulan akhir
yang memadai. Untuk lebih jelasnya teknik analisa data tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
(HB. Sutopo, Metoda Penelitian Hukum Kualitatif, 2002:13)
Keterangan :
a. Sistematika Pengumpulan Data
Merupakan proses pengumpulan data yang berupa data primer
yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui penelitian
dilapangan berupa hasil wawancara, informasi, keterangan, dan
sikap atau perilaku serta segala hal yang berhubungan dengan
pembelaan Penasihat Hukum maupun teknik-teknik pembelaan
hukum yang digunakan dalam perkara pidana kecelakaan lalu lintas
yang menimpa kliennya yakni Terdakwa Lanjar Sriyanto. Selain itu
digunakan pula data sekunder berupa peraturan perundang-
undangan, literatur, jurnal hukum, serta ensiklopedi untuk
menunjang kebutuhan data yang diperlukan Penulis.
b. Reduksi Data
Merupakan proses pemulihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transportasi data kasar yang
muncul dari catatan tertulis di lapangan. Kegiatan reduksi data
PENGUMPULAN DATA
PENYAJIAN DATA
PENARIKAN KESIMPULAN
REDUKSI DATA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
berupa menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu dan mengorganisasi data.
c. Sajian Data
Sajian data merupakan suatu rakitan informasi deskripsi dalam
bentuk narasi yang memungkinkan dilakukannya penarikan
kesimpulan penelitian.
d. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi
Penarikan kesimpulan ini dilakukan setelah memahami arti dari
berbagai hal yang meliputi berbagai hal yang ditemui dengan
melakukan pencatatan-pencatatan peraturan, pernyataan-pernyataan,
konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat.
Dengan model analisis ini maka Penulis harus bergerak diantara
empat sumbu kumparan itu selama pengumpulan data. Aktivitas yang
dilakukan dengan proses itu akan didapat yang benar-benar mewakili dan
sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Setelah analisis data selesai,
maka hasilnya akan disajikan secara deskriptif, yaitu dengan jalan
menjelaskan apa adanya sesuai dengan masalah yang diteliti dan data
yang diperoleh. Setelah semua data dikumpulkan, kemudian Penulis
mengambil kesimpulan dan langkah tersebut tidak harus urut tetapi
berhubungan terus menerus sehingga membuat siklus (H.B.Sutopo,
2002:94).
G. Sistematika Penulisan Hukum
Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh yang sesuai
dengan aturan baru dalam penulisan karya ilmiah, maka Penulis
menyiapkan suatu sistematika dalam penyusunan penulisan hukum.
Adapun sistematika penulisan hukum terdiri dari 4 (empat) bab, dimana
tiap-tiap bab terbagi atas sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian ini.
sistematika dalam penulisan hukum ini sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab I dalam penulisan hukum ini terdiri dari Sub Bab Latar
Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian dan Metode Penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka dalam penulisan hukum ini adalah berisi
mengenai Tinjauan Tentang Penasihat Hukum, Tinjauan
Tentang Pembelaan Dalam Hukum Acara Pidana
Indonesia, Tinjauan Tentang Tindak Pidana Yang
Diakibatkan Oleh Pelanggaran Lalu Lintas, Tinjauan
Tentang Terdakwa dan Tinjauan Tentang Teori-Teori
Pemidanaan.
BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjawab pertanyaan yang telah disusun oleh
penulis dalam perumusan masalah. Bab ini memuat
berbagai pembelaan yang digunakan Penasihat Hukum
Terdakwa Lanjar Sriyanto serta dasar hukum pembelaannya
termasuk teknik-teknik pembelaan yang digunakan
Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto baik di dalam
persidangan maupun upaya lain di luar persidangan serta
cara-cara yang dipakai untuk mengatasi hambatan yang
timbul yang dihadapi Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar
Sriyanto sehubungan dengan perkara pidana klien yang
ditanganinya.
BAB IV: PENUTUP
Bab ini memuat simpulan dan saran hasil penelitian dan
pembahasan.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi sumber-sumber pustaka dan bacaan dalam penulisan hukum ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Tentang Penasihat Hukum
a. Pengertian Penasihat Hukum
Dalam Pasal 1 angka 13 Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) disebutkan “Penasihat Hukum adalah seorang yang
memenuhi syarat yang ditentukan oleh atau berdasar Undang-Undang
untuk memberi bantuan hukum atau jasa hukum” sedangkan
pengertian dari jasa hukum adalah jasa yang diberikan Advokat berupa
memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa,
mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum
lain untuk kepentingan hukum Klien, termasuk di dalamnya untuk
kepentingan dirinya sendiri. Menurut Mardjono Reksodipuro, Advokat
diambil dari kata Belanda advocaat yang diartikan sebagai seorang
penasihat dalam perkara hukum, baik di dalam maupun di luar
pengadilan (Mardjono Reksodipuro, 2010:25).
Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003
Tentang Advokat maka Undang-Undang inilah yang menjadi acuan,
sehingga definisi Penasihat Hukum adalah seseorang atau mereka yang
melakukan pekerjaan jasa bantuan hukum termasuk konsultan hukum
yang menjalankan pekerjaannya baik dilakukan di luar pengadilan dan
atau di dalam pengadilan bagi Klien sebagai mata pencahariannya
(Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat). Beberapa
definisi lagi mengenai pengertian Penasihat Hukum, antara lain:
1) Penasihat Hukum adalah seorang yang memenuhi syarat yang
ditentukan oleh atau berdasarkan Undang-Undang untuk memberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
bantuan hukum (Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 12, 2002:
143)
2) Penasihat Hukum (Advokat atau Pembela Perkara) adalah ahli
hukum yang memberi bantuan hukum dengan nasihat ataupun
langsung memberikan pembelaan kepada orang yang tersangkut
perkara di dalam persidangan. Jadi selaku pembela ia dapat
berpekara baik di dalam maupun di luar peradilan. (Ensiklopedi
Nasional Indonesia Jilid 14, 2004:205).
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang digunakan di
Indonesia sebenarnya istilah yang baku dipakai adalah Penasihat
Hukum. Oleh sebab itu dari beberapa definisi yang dipaparkan di atas
mengenai Advokat (Penasihat Hukum), istilah yang Penulis pakai
dalam penulisan hukum ini adalah Penasihat Hukum.
b. Kedudukan Penasihat Hukum
Penasihat Hukum merupakan pengawal konstitusi dan hak asai
manusia, sehingga dalam menjalankan fungsinya mempunyai
kedudukan sebagai berikut :
1) Sebagai Penasihat Hukum (legal adviser)
Kedudukan Penasihat Hukum dapat terlihat dalam pemeriksaan
Tersangka oleh penyidik. pada tahap pemeriksaan ini hak dan
wewenang Penasihat Hukum sangat dibatasi, yakni hanya boleh
berhubungan dan berbicara dengan Tersangka atau Terdakwa,
namun tidak dibenarkan mengajukan interupsi terhadaap
pertanyaan penyidik. meskipun demikian apabila Tersangka atau
Terdakwa menghadapi kesulitan yang bersifat yuridis sebelum
Tersangka atau Terdakwa memberikan keterangan atas pertanyaan
penyidik dapat berkonsultasi lebih dulu dengan Penasihat
Hukumnya. Dalam keadaan demikian penasihat hukum dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
memberikan bantuan hukum, namun terbatas pada pemberian
nasihat dalam persoalan hukum belaka.
2) Sebagai Pembela (pleite atau pleader)
Jika dalam pemeriksaan pendahuluan hak dan wewenang Penasihat
Hukum terbatas maka dalam pemeriksaan di sidang pengadilan
tidak lagi terbatas sebab pada tahap ini Penasihat Hukum dapat
menggunakan haknya seperti yang dimiliki oleh jaksa, misal hak
bertanya jawab, hak mengajukan pembuktian (termasuk saksi a
charge), surat surat dan alat bukti lainnya, dan hak mengajukan
pembelaan (pledoi).
3) Sebagai Penegak Hukum
Kedudukan Penasihat Hukum sebagai penegak hukum dapat
dikatakan demikian karena di samping kewajibannya menegakkan
hukum tapi juga karena adanya surat keputusan Mahkamah Agung
Nomor 1291/5/1990 yang menetapkan bahwa kedudukan
Penasihat Hukum adalah sejajar dengan alat penegak hukum
lainnya. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2003 tentang Advokat maka jelas sudah posisi Penasihat
Hukumkhususnya Penasihat Hukum yang telah berpredikat mereka
telah memiliki status sebagai penegak hukum, bebas dan mandiri
yang dijamin oleh hukum dan peraturan perUndang-Undangan,
(Ropaun Rambe, 2001:30).
c. Fungsi Penasihat Hukum
Secara garis besar fungsi Penasihat Hukum antara lain sebagai
berikut:
a. Sebagai pengawal konstitusi dan hak asasi manusia; b. Memperjuangkan hak asasi manusia; c. Melaksanakan Kode Etik Advokat; d. Memegang teguh sumpah Advokat dalam rangka
menegakkan hukum, keadilan dan kebenaran;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
e. Menjunjung tinggi serta mengutamakan idealisme (nilai keadilan,kebenaran dan moralitas);
f. Melindungi dan memelihara kemandirian, kebebasan, derajat dan martabat Advokat;
g. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan Advokat terhadap masyarakat dengan cara belajar terus-menerus (continuous legal education) untuk memperluas wawasan dan ilmu hukum;
h. Menangani perkara-perkara sesuai dengan kode etik Advokat, baik secara nasional maupun secara internasional;
i. Mencegah penyalahgunaan keahlian dan pengetahuan yang merugikan masyarakat dengan cara mengawasi pelaksanaan etika profesi Advokat melalui Dewan Kehormatan Asosiasi Advokat;
j. Memelihara kepribadian Advokat karena profesi Advokat yang terhormat (officium nobile);
k. Menjaga hubungan baik dengan Klien maupun dengan teman sejawat;
l. Memelihara persatuan dan kesatuan Advokat agar sesuai dengan maksud dan tujuan organisasi Advokat;
m. Memberi pelayanan hukum (legal services), nasehat hukum (legal advice), konsultan hukum (legal consultation), pendapat hukum (legal opinion), informasi hukum (legal information) dan menyusun kontrak-kontrak (legal drafting);
n. Membela kepentingan Klien (litigasi) dan mewakili Klien di muka pengadilan (legal representation);
o. Memberikan bantuan hukum dengan Cuma-Cuma kepada masyarakat yang lemah dan tidak mampu (melaksanakan Probono publico), (Daniel S.Lev, 2001:89-98).
Kendati keberadaan dan fungsi Penasihat Hukum sudah
berkembang sebagaimana dikemukakan, peraturan perUndang-
Undangan yang mengatur institusi Advokat sampai saat dibentuknya
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat masih
berdasarkan pada peraturan perUndang-Undangan peninggalan jaman
kolonial, seperti ditemukan dalam Reglement op de Rechterlijke
Organisatie en het Beleid der Justitie in Indonesie (Stb. 1847: 23 jo
Stb 1848:57) Pasal 185 sampai Pasal 192 dengan segala perubahan dan
penambahannya kemudian, Bepalingen betreffende het kostuum der
Rechterlijke Ambtenaren dat der Advokaten, procureurs en
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Dewuwaarders (Stb 1848: 8), Bevoegdheid department hoofd in
burgelijke zaken van land (Stb 1910 : 446 jo. Stb 1922: 523) dan
Vetegenwoordiging van de land in rechten (K.B.S. 1922: 522),
(PERADI, 2007:21).
d. Hak-Hak Dan Kewajiban Penasihat Hukum
Penasihat Hukum dalam membela perkara hukum Kliennya
melekat segala kewajiban dan hak-haknya. Penasihat Hukum
mempunyai hak-hak dalam melakukan pembelaan dan diatur dalam
Pasal 69-73 KUHAP dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Hak untuk mendampingi Klien selama proses penyelidikan dan penyidikan.
2. Penasihat Hukum berhak menghubungi Tersangka atau Terdakwa sejak saat ditangkap atau ditahan pada semua tingkat pemeriksaan menurut tata cara yang ditentukan (Pasal 69 KUHAP).
3. Penasihat Hukum berhak menghubungi dan berbicara dengan Tersangka atau Terdakwa pada setiap tingkat pemeriksaan dan setiap waktu untuk kepentingan pembelaan perkaranya (Pasal 70 KUHAP).
4. Penasihat Hukum, sesuai dengan tingkat pemeriksaan, dalam berhubungan dengan Tersangka atau Terdakwa diawasi oleh penyidik, penuntut umum atau petugas lembaga pemasyarakatan tanpa mendengar isi pembicaraan (Pasal 71 KUHAP).
5. Penasihat Hukum berhak mendapat turunan berita acara pemeriksaan untuk kepentingan pernbelaannya dari pejabat yang bersangkutan (Pasal 72).
6. Tersangka atau Terdakwa setiap kali dikehendaki olehnya Penasihat Hukum berhak mengirim dan menerima surat (Pasal 73 KUHAP).
7. Hak untuk maju di muka pengadilan. 8. Hak atas kebebasab dan perlindungan dalam
menjalankan fungsinya. 9. Hak untuk ikut menentukan kebijakan dalam sistem
peradilan. 10. Hak untuk mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan penanganan perkara. 11. Hak untuk menjalankan pengawasan terhadap proses
peradilan dan perilaku aparat penegak hukum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
12. Hak untuk mewakili Klien dalam pelaksanaan putusan hakin.
13. Hak untuk menjalankan fungsi arbitrase dan mediasi dalam penyelesaian sengketa di luar pengadilan.
14. Hak atas rahasia jabatan, (Rusli Muhammad, 2006:68-70).
Menurut Ropaun Rambe, selain hak-hak Penasihat Hukum di atas,
hak-hak Penasihat Hukum dapat ditambah lagi menjadi :
1. Hak retensi agar diindahkan sepanjang tidak merugikan orang lain.
2. Honorarium dalam batas kelayakan sesuai kemampuan Klien
(Ropaun Rambe, 2001:59).
Hubungan hak antara Penasihat Hukum dengan Terdakwa dapat
diperinci sebagai berikut:
1. Hak Penasihat Hukum untuk: a. Menghubungi Terdakwa dalam semua tingkat
pemeriksaan. b. Hak berbicara dengan Terdakwa pada semua tingkat
pemeriksaan. c. Hak menghubungi dan berbicara tersebut dapat
dilakukan Penasihat Hukum pada setiap saat demi kepentingan pembelaannya.
Dari ketentuan Pasal 69 dan 70 hak Penasihat Hukum menghubungi dan berbicara dengan Terdakwa telah dapat dilakukan sejak pemeriksaan penyidikan, penangkapan atau penahanan. Tidak lagi seperti ketentuan HIR yang hanya member hak bagi Penasihat Hukum menghubungi dan Berbicara kepada Terdakwa setelah sampai pada taraf pemeriksaan proses peradilan.
2. Setiap hubungan dan pembicaraan antara Penasihat Hukum dengan Terdakwa: a. Dilakukan secara bebas tanpa pengawasan dari pejabat
penyidik atau petugas Rutan selama pemeriksaan perkara dalam tingkat penyidikan atau penuntutan.
b. Peringatan atas hubungan pembicara boleh dilakukan oleh pejabat yang bersangkutan apabila terdapat bukti bahwa hubungan pembicaraan tersebut telah disalahgunakan oleh Penasihat Hukum.
c. Apabila peringatan tersebut tidak diindahkan oleh Penasihat Hukum, dalam arti masih tetap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
menyalahgunakan haknya, barulah hubungan pembicaraan “diawasi” oleh pejabat yang bersangkutan.
d. Apabila setelah diawasipun ternyata Penasihat Hukum masih tetap menyalahgunakan haknya maka hubungan pembicaraan tersebut “disaksikan” oleh pejabat yang bersangkutan.
e. Apabila setelah disaksikanpun ternyata masih dilakukan penyalahgunaan oleh Penasihat Hukum, hubungan selanjutnya “dilarang”.
f. Dalam keadaan hubungan pembicaraan antara Penasihat Hukum berada dalam keadaan diawasi sebagaimana yang dimaksud Pasal 70 ayat 3 maka Pasal 71 ayat 1 menentukan: hubungan pembicaraan tersebut diawasi; tanpa mendengar isi pembicaraan (within sight but not whitin hearing).
g. Jika kejahatan yang didakwakan terhadap Terdakwa merupakan kejahatan tersebut keamanan negara, pejabat yang bersangkutan akan melihat dan mendengar isi pembicaraan antara Terdakwa dengan Penasihat Hukum. Dalam hal ini pejabat yang bersangkutan berkedudukan sebagai (within sight and within hearing) hubungan pembicaraan Terdakwa dengan Penasihat Hukum (Pasal 71 ayat 2).
3. Hak Penasihat Hukum mengikuti jalannya pemeriksaan penyidikan (Pasal 115) KUHAP memberi hak kepada Terdakwa untuk memberikan bantuan sejak saat dilakukan terhadap pemeriksaan penyidikan. Untuk itu, sesuai dengan ketentuan Pasal 115 Undang-Undang telah mengatur sampai dimana dan bagaimana tata cara hubungan tersebut. Namun demikian, untuk melihat secara keseluruhan hak Penasihat Hukum tersebut adalah bersifat: a. Fakultatif, dalam arti hak itu tidak dapat dipaksakannya
kepada pejabat penyidik. Semata-mata tergantung pada kehendak dan pendapat penyidik, apakah dia akan memperbolehkan atau tidak Penasihat Hukum mengikuti jalannya pemeriksaan penyidikan.
b. Pasif, dalam arti kehadiran Penasihat Hukum mengikuti jalannya pemeriksaan penyidikan hanya “ melihat dan mendengar (within sight and within wearing)” isi dan jalannya pemeriksaan. Tetapi tidak boleh campur tangan dan ambil bagian memberikan nasihat pada pemeriksaan penyidikan yang sedang berlangsung.
c. Sifat pasif ini semakin dibatas dalam hal pemeriksaan yang berkenaan dengan kejahatan terhadap keamanan negara. Dalam pemeriksaan yang demikian: Penasihat Hukum dapat hadir mengikuti pemeriksaan. Tapi hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
melihat tanpa mendengan jalannya pemeriksaan (Pasal 115 ayat 2).
d. Penasihat Hukum berhak mendapat turunan berita acara pemeriksaan. Guna kepentingan pembelaan. Turunan berita acara dimaksud baru diberikan jika ada permintaan dari Penasihat Hukum.
e. Penasihat Hukum berhak: 1. Mengirim surat kepada Terdakwa. 2. Menerima surat dari Terdakwa. 3. Hal itu dilakukan pada setiap waktu yang
dikehendakinya. f. Larangan membatasi hak kebebasan hubungan
Penasihat Hukum dengan Tedakwa terhitung sejak: 1. Setelah perkara dilimpahkan oleh Penuntut Umum
kepada Pengadilan Negeri untuk disidangkan. 2. Tembusannya disampaikan kepada Terdakwa atau
Penasihat Hukumnya, (M. Yahya Harahap, 2002:112-117).
Penasihat Hukum dalam menjalankan fungsi profesinya serta
dalam melakukan pembelaan terhadap perkara hukum Kliennya, selain
mempunyai berbagai hak hukum, Penasihat Hukum disertai pula
dengan kewajiban-kewajiban hukum. Kewajiban Penasihat Hukum
antara lain sebagai berikut
1. Melindungi kepentingan hukum Kliennya. Apabila seorang Penasihat Hukum telah menerima kuasa dari seorang Klien dalam suatu urusan kriminal kewajibannya adalah melindungi Klien itu. perlindungan Penasihat Hukumterhadap Kliennya ini tidak saja di siding pengadilan dimana Kliennya itu berhadapan dengan hakim dan penuntut umum tetapi juga pada saat Kliennya diproses pada tingkat pemerikasaan pendahuluan oleh penyidik. Kewajiban melindungi Klien ini agar Klien tersebut terhindar dari kemungkinan adanya tindakan sewenang-wenang khususnya dari penyidik dan terkadang menjurus pada intimidasi dan kekerasan.
2. Kewajiban untuk memenuhi kualifikasi sebagai Advokat atau Penasihat Hukum.
3. Menghormati institusi dan proses peradilan. 4. Kewajiban untuk mentaati hukum acara (Daniel S. Lev: 2001:45-47).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Menurut Ropaun Rambe, selain kewajiban seperti yang
dicantumkan di atas, seorang Penasihat Hukum yang profesional
mempunyai kewajiban-kewajiban sebagai berikut :
1. Mendahulukan Kepentingan Klien daripada kepentingan pribadi.
2. Harus mengutamakan penyelesaian perkara dengan damai. 3. Tidak memberikan keterangan yang menyesatkan tentang
perkara. 4. Tidak menjanjikan perkara menang yang ditanganinya. 5. Tidak membatasi kebebasan seseorang terhadap orang lain. 6. Tidak menyangkut-pautkan perkara yang satu dengan
lainnya. 7. Tidak membeda-bedakan Klien yang miskin dan yang kaya
dalam memberikan bantuan hukum. 8. Menjaga kehormatan profesi dan harkat martabat diri. 9. Mengutamakan Hukum Adat sebagai sumber hukum,
(Ropaun Rambe, 2001:59).
e. Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma
Penasihat Hukum dalam kedudukannya sebagai sutau profesi
yang mulia atau lebih dikenal dengan istilah officium nobile
berdasarkan Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003
Tentang Advokat berbunyi “Advokat wajib memberikan bantuan
hukum secara Cuma-Cuma kepada pencari keadilan yang tidak
mampu”. Selain menangani perkara dengan menetapkan suatu legal
fee atau honorarium, Penasihat Hukum juga memiliki kewajiban dalam
memberikan bantuan hukum untuk kaum miskin dan buta huruf.
Perolehan pembelaan dari seorang Penasihat Hukum atau pembela
umum (access to legal counsel) adalah hak asasi manusia yang sangat
mendasar bagi setiap orang dan oleh karena itu merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh keadilan bagi semua orang (justice for all).
(public defender) sebagai pekerja di lembaga bantuan hukum (legal aid
institute) untuk membela kepentingannya dalam suatu perkara hukum.
Tidak adil kiranya bilamana orang yang mampu saja yang dapat
memperoleh pembelaan oleh Penasihat Hukum dalam menghadapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
masalah hukum. Sedangkan fakir miskin tidak memperoleh pembelaan
hanya karena tidak sanggup membayar uang jasa (fee) seorang
Penasihat Hukum yang tidak terjangkau oleh mereka. Kalau ini sampai
terjadi maka asas persamaan di hadapan hukum tidak tercapai (Aminah
Humairoh, 2010:8).
Secara ideal dapat dijelaskan bahwa bantuan hukum merupakan
tanggung jawab sosial dari Penasihat Hukum. Oleh sebab itu Penasihat
Hukum dituntut agar dapat mengalokasikan waktu dan juga sumber
daya yang dimilikinya untuk orang miskin yang membutuhkan bantuan
hukum secara Cuma-Cuma atau Probono, (Amnesty International,
1998:22). Pemberian bantuan hukum oleh Penasihat Hukum bukan
hanya dipandang sebagai suatu kewajiban an sich namun harus
dipandang pula sebagai bagian dari kontribusi dan tanggung jawab
sosial (social contribution and social liability) dalam kaitannya dengan
peran dan fungsi sosial dari profesi Penasihat Hukum. Adanya
Peraturan Pemerintah (PP) No.83 tahun 2008 Tentang Persyaratan Dan
Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum secara Cuma-Cuma yang
merupakan pelaksanaan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2003 tentang Advokat yang mengisyaratkan Penasihat Hukum wajib
memberikan bantuan hukum secara Cuma-Cuma kepada pencari
keadilan yang tidak mampu. Selain itu fakir miskin yang frustrasi dan
tidak puas karena tidak memperoleh pembelaan dari organisasi
bantuan hukum akan mudah terperangkap dalam suatu gejolak sosial
(social upheaval) antara lain melakukan kekerasan, huru-hara, dan
pelanggaran hukum sebagaimana dinyatakan Von Briesen sebagai
berikut (Dicey A.V, 1959:56) :
Legal aid was vital because it keeps the poor satisfied, because it establishes and protects their rights; it produces better workingmen and better workingwomen, better house servants; it antagonizes the tendency toward communism; it is the best argument against the socialist who cries that the poor have no rights which the rich are bound to respec,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
(Dicey A.V, 1959: 56).
(Bantuan hukum mempunyai peranan yang sangat penting untuk melindungi kaum miskin dari, karena hal ini menjamin dan melindungi hak-hak mereka; baik untuk pekerja/buruh laki-laki maupun pekerja/ buruh perempuan, mendapat penghidupan rumah tangga yang lebih baik; hal ini bertolak belakang dari tendensi komunis; bahwa pahan yang terbaik adalah sosialis dimana membawa kaum miskin tidak mempunyai hak-hak untuk meningkatkan penghidupan, (A.V Dicey, 1959: 56).
Melihat kepada kondisi sekarang, fakir miskin belum dapat
memperoleh bantuan hukum secara memadai, walaupun pada tahun
2003 Undang-Undang Advokat telah diundangkan (http://www.mail-
archive.com/cikeas @yahoogroups .com /msg22404.html diakses 5
September 2010 pukul 12.15 WIB). Undang-Undang Advokat ini
memang mengakui bantuan hukum sebagai suatu kewajiban Penasihat
Hukum, namun tidak menguraikan lebih lanjut apa yang dimaksud
dengan bantuan hukum dan bagaimana memperolehnya. Selama ini
adalah adanya kesemrawutan dalam konsep bantuan hukum dalam
bentuk ada kantor-kantor Advokat yang mengaku sebagai lembaga
bantuan hukum tetapi sebenarnya berpraktik komersial dan memungut
fee, yang menyimpang dari konsep pro bono publico yang sebenarnya
merupakan kewajiban dari Advokat. Selain kantor Advokat mengaku
sebagai organisasi bantuan hukum juga ada organisasi bantuan hukum
yang berpraktik komersial dengan memungut fee untuk pemberian jasa
kepada Kliennya dan bukan diberikan kepada fakir miskin secara pro
bono publico (Ari Yusuf Amir, 2008:34).
Pada tanggal 31 Desember 2008 lalu pemerintah telah
mensahkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 83 Tahun 2008 Tentang
Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-
Cuma. Peraturan Pemerintah ini merupakan pelaksanaan Pasal 22
Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
mengisyaratan Penasihat Hukum wajib memberikan bantuan hukum
secara Cuma-Cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu.
Kurang lebih 5 tahun masyarakat dan Penasihat Hukum menunggu
Peraturan Pemerintah ini, karena dalam kurun waktu itu sebagian
Penasihat Hukum masih engan memberikan bantuan hukum secara
probono (Cuma-Cuma) ini. Tepatnya 6 bulan semenjak Peraturan
Pemerintah ini di sahkan atau sekitar tanggal 31 Juni 2009 seluruh
Penasihat Hukum sudah wajib mejalankan fungsi sosialnya, tanpa
alasan apapun kecuali ada hal lain yang ditentukan oleh Undang-
Undang Advokat atau kode etik Advokat,
(http://www.legalitas.org/content/ implementasi-bantuan-hukum-dan-
permasalahannya-peraturan-pemerintah-nomor-83-tahun-2008>[1
Oktober 2010 pukul 16.44 WIB]).
Bantuan hukum pada dasarnya adalah hak dari semua orang yang
diperoleh tanpa bayar/Cuma-Cuma (Probono publicio) (Peraturan
Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma). Termasuk bagi
masyarakat yang tidak mampu ketika ia berhadapan dengan hukum.
Hal ini dijamin dalam UUD RI 1945 Pasal 34 ayat 1 yang berbunyi
“fakir miskin dan anak telantar dipelihara oleh negara”. Bantuan
hukum itu sifatnya membela kepentingan masyarakat terlepas dari latar
belakang, etnisitas, asal-usul, keturunan, warna kulit, ideologi,
keyakinan politik, kaya miskin, agama, dan kelompok orang yang
dibelanya. Tidak sedikit individu maupun kelompok masyarakat tidak
mampu sebagai pencari keadilan “kecewa” kepada hukum karena
keadilan yang ia cari tidak didapatkannya hanya karena ia tidak
mampu membayar jasa Penasihat Hukum dalam rangka menangani
dan menyelesaikan masalah hukumnya. Dengan dikeluarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 tentang Persyaratan Dan Tata Cara
Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma dan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
perwujudan pelaksanaan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2003 Tentang Advokat, maka warga masyarakat yang tidak mampu
secara ekonomis tidak perlu lagi khawatir tatkala ia berurusan dengan
hukum dan bagaimana cara menyelesaikannya baik didalam maupun
diluar pengadilan karena dalam Peraturan Pemerintah tersebut telah
terjamin hak untuk mendapat bantuan hukum Cuma-Cuma (tanpa
bayar) dari Penasihat Hukum, jika Penasihat Hukum menolak maka
akan mendapat sanksi, misalnya diberhentikan menjadikan Penasihat
Hukum, (Rianda Seprasia, 2008:2). Bantuan hukum Cuma-Cuma bagi
masyarakat menurut Pasal 1 (3) Peraturan Pemerintah Nomor 83
Tahun 2008 adalah jasa hukum yang diberikan Penasihat Hukum tanpa
menerima pembayaran honorarium meliputi pemberian konsultasi
hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan
melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan pencari keadilan
yang tidak mampu.
Profesi Penasihat Hukum seringkali mengalami hambatan
dituduh oleh masayarakat dengan cap buruk karena ideologinya yang
sejalan dengan Terdakwa yang dibelanya, dianggap menghisap Klien
secara materi, serta adanya pandangan bahwa seorang Advokat sering
kali membantu Klien dalam melakukan tindak pidana. Sebagai contoh
dalam pembelaan masalah tindak pidana pencucian uang terkadang
seorang Advokat dianggap membantu Klien memindahkan hasil tindak
pidana melalui pembayaran jasa hukum atau legal fee. Adapun
beberapa alasan Penasihat Hukum melakukan bantuan hukum atau jasa
hukum secara Probono (Cuma-Cuma) adalah sebagai berikut :
1. Didasari oleh tanggungjawab moral dan pertimbngan kemanusiaan.
2. Disebabkan oleh kondisi ekonomi Klien yaitu bahwa Klien tidak mampu atau akan menemui kesulitan jika harus memenuhi legal fee.
3. Ditunjuk oleh pengadilan lewat prosedur formal yang berlaku untuk mewakili Tersangka atau Terdakwa perkara pidana yang secara ekonomis tidak mampu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
4. Dilandasi alasan demi kepentingan hukum, yaitu pandangan bahwa setiap orang yang terlibat suatu perkara berhak untuk mendapatkan bantuan hukum sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundng-undngan yang berlaku.
5. Didasari oleh tuntutan profesi yang memang memiliki aspek sosial, yakni ikut menjamin tersedianya akses setiap masyarakat untuk mendapatkan bantuan hukum, serta tuntutan profesi untuk tidk membeda-bedakan Klien yang diwakili.
6. Bekerja atau pernah bekerja di lembaga-lembaga bantuan hukum.
7. Ditunjuk oleh organisasi Advokat yang menaunginya dalam merealisasikan program yang telah ditentukan oleh organisasi
8. Ditugaskan oleh kantor tempat Penasihat Hukum yang bersangkutan bekerja sebagai bagian dari kebijakan, (Daniel S.Lev, 2001:132).
f Hubungan Penasihat Hukum Dengan Klien
Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat
pengertian Klien adalah orang/ subyek hukum yang dengan
memberikan kuasa diberikan bantuan hukum oleh Penasihat Hukum
atau oleh mereka yang menjalankan fungsi Penasihat Hukum. Klien
merupakan orang, badan hukum atau lembaga lain yang menerima jasa
dan atau bantuan hukum dari Penasihat Hukum. Penasihat Hukum
disebut juga sebagai officer of the court. Advokat sebagai officer of the
court pastilah mempunyai hubungan dengan Kliennya, sehingga
terdapat dua konsekuensi yuridis, sebagai berikut :
1. Pengadilan akan memantau bahkan memaksakan agar Penasihat
Hukum selalu tunduk pada ketentuan Undang-Undang atau
berperilaku yang patut dan pantas terhadap Kliennya.
2. Karena Penasihat Hukum harus membela Kliennya semaksimal
mungkin, maka Penasihat Hukum harus hati-hati dan tunduk
sepenuhnya kepada aturan hukum yang berlaku, (Daniel S.L ev,
2001:55).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Berdasarkan uraian di atas tersebut maka hubungan antara
Penasihat Hukum dengan Klien dapat dinyatakan sebagai berikut :
1. Penasihat Hukum dalam perkara-perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian dengan jalan damai;
2. Penasihat Hukum tidak dibenarkan memberikan keterangan yang dapat menyesatkan Klien mengenai perkara yang sedang diurusnya;
3. Penasihat Hukum tidak dibenarkan menjamin kepada Kliennya bahwa perkara yang ditanganinya akan menang;
4. Dalam menentukan besarnya honorarium Penasihat Hukum wajib mempertimbangkan kemampuan Klien;
5. Penasihat Hukum tidak dibenarkan membebani Klien dengan biaya-biaya yang tidak perlu;
6. Penasihat Hukum dalam mengurus perkara Cuma-Cuma harus memberikan perhatian yang sama seperti terhadap perkara yang mana ia menerima uang jasa;
7. Penasihat Hukum harus menolak mengurus perkara yang menurut keyakinannya tidak ada dasar hukumnya;
8. Penasihat Hukum wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan oleh Klien secara kepercayaan dan wajib tetap menjaga rahasia itu setelah berakhirnya hubungan antara Penasihat Hukum dan Klien itu;
9. Penasihat Hukum tidak dibenarkan melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat yang tidak menguntungkan posisi Klien atau pada saat tugas itu akan dapat menimbulkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki lagi bagi Klien yang bersangkutan;
10. Penasihat Hukum yang mengurus kepentingan bersama dari dua pihak atau lebih harus mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan-kepentingan tersebut, apabila dikemudian hari timbul pertentangan kepentingan antara pihak-pihak yang bersangkutan;
11. Hak retensi Penasihat Hukum terhadap Klien diakui sepanjang tidak akan menimbulkan kerugian kepentingan Klien, (Ropaun Rambe, 2001:45-46).
Menjaga dan mempertahankan hubungan baik dengan Klien adalah
tugas utama dari seorang Penasihat Hukum hal ini disebabkan di
samping Klien merupakan sumber penghasilan juga karena profesi
Penasihat Hukum merupakan jasa. kepercayaan dari Klien dalam
menegakkan hukum dan keadilan menjadi sangat penting supaya
kepercayaan yang diberikan oleh Klien terhadap Penasihat Hukum itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
hilang bahkan disalahgunakan, oleh karena Klien diabaikan
kepentingannya. Terdapat tiga teori dalam hubungan antara Penasihat
Hukum dan Klien yakni antara lain :
a. Teori Pengabdian Paling Lemah Seorang Penasihat Hukum tidak boleh melakukan tindakan
tertentu untuk Kliennya yang menurut pertimbangannya, tindakan tersebut tidak layak, tidak sesuai dengan hati nurani atau tidak adil.
b. Teori Pengabdian Individual (Individual preference level) Diserahkan pada pertimbangan Penasihat Hukum tersebut
apakah dia mau melakukan tindakan tertentu untuk Kliennya yang menurut pertimbangannya, tindakan tersebut tidak layak, tidak sesuai dengan hati nurani, atau tidak adil. Jadi tidak ada keharusan untuk melakukannya.
c. Teori Pengabdian Total (total commitment) Mengharuskan Penasihat Hukum tersebut untuk melakukan
tindakan tertentu untuk Kliennya meskipun menurut pertimbangannya tindakan tersebut tidak layak, tidak sesuai dengan hati nurani, atau tidak adil. Dalam hal ini ada keharusan bagi Penasihat Hukum tersebut untuk melakukan tindakan seperti itu, seperti dalam membela Kliennya Penasihat Hukum tidak boleh melanggar aturan hukum yang berlaku, tidak boleh melanggar prinsip moral serta tidak boleh merugikan kepentingan orang lain, (PERADI, 2007:35).
Penasihat Hukum disamping bertugas menjaga dan
mempertahankan hubungan baik dengan Klien, hal yang tidak kalah
pentingnya adalah Penasihat Hukum berkewajiban menjaga
kerahasiaan perkara Klien (rahasia pekerjaan). Rahasia pekerjaan jika
wajib simpan rahasia pekerjaan dalam hal apapun dan bagaimanapun
wajib menyimpan rahasianya, maka rahasia pekerjaan itu rahasia
mutlak (absolut). Sebaliknya rahasia relatif (nisbi) adalah jika wajib
simpan rahasia pekerjaan itu harus membuka rahasianya dan harus
dikorbankan kepentingan yang lebih besar daripada kepentingan Klien
yang dilindungi oleh rahasia itu. Kerahasiaan hubungan antara
Penasihat Hukum dan Kliennya adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
a. Hubungan Fiduciaries Yang menerbitkan fiduciary duties termasuk duty of
loyality dari Advokat terhadap Kliennya. b. Hubungan keagenan Dalam hal ini Penasihat Hukum dianggap sebagai agen dari
Kliennya sehingga dia harus melindungi kepentingan dari prinsipalnya (Kliennya).
c. Hubungan Pemberian Kuasa Dalam hal ini Penasihat Hukum sebagai penerima kuasa
tidak boleh bertindak merugikan kepentingan kuasa. d. Hukum Pembuktian Oleh Penasihat Hukum fakta/data yang didapat dari
Kliennya tidak boleh digunakan sebagai alat bukti di pengadilan, (PERADI, 2007:68).
2. Tinjauan Tentang Pembelaan Penasihat Hukum Dalam Hukum Acara
Pidana Indonesia
Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (Ensiklopedi Nasional
Indonesia, 2002:66), pengertian pembelaan Penasihat Hukum adalah usaha
untuk membela perkara pidana yang menimpa Klien yang dilakukan oleh
Penasihat Hukum, baik di dalam persidangan maupun di luar persidangan.
Sedangkan teknik pembelaan adalah cara-cara atau strategi-strategi membela
yang digunakan oleh Penasihat Hukum. Selanjutnya, untuk Penasihat
Hukum yang akan mendampingi Terdakwa, haruslah memenuhi ketentuan
dalam Undang-Undang untuk memberikan bantuan hukum. Merujuk pada
Pasal 1 angka 13 KUHAP, Penasihat Hukum adalah seorang yang
memenuhi syarat yang ditentukan oleh atau berdasar Undang-Undang untuk
memberi bantuan hukum. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.
18 Tahun 2003 tentang Advokat, Penasihat Hukum adalah orang yang
berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan
yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini.
Dari rumusan Pasal tersebut jelas bahwa jika seseorang ingin menjadi
Penasihat Hukum sebagaimana dirumuskan dalam KUHAP, haruslah
merupakan Penasihat Hukum. Sebagaimana yang tercantum di dalam dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
hukum sebagai berikut: HIR (Het Herziene Indonesisch Reglemen, Staatblad
Tahun 1941 No. 44), Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana (KUHAP), Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 tentang
Advokat. Wujud bantuan hukum bagi Terdakwa di dalam persidangan
adalah pembuatan eksepsi, pledoi dan duplik. Pembelaan yang dilakukan
oleh Penasihat Hukum meliputi kegiatan-kegiatan antara lain
a. Memberikan konsultasi terhadap permasalahan dan kepentingan hukum Klien.
b. Menyusun perjanjian dan atau mewakili Klien dalam melakukan perjanjian dengan pihak lain.
c. Mendampingi Klien yang diperiksa, ditangkap atau ditahan oleh aparat penegak hukum baik atas tuduhan melakukan tindak pidana atau tidak.
d. Mempersiapkan pembelaan dan dokumen hukum lain yang digunakan dalam proses peradailan.
e. Mempersiapkan instrumen-instrumen hukum untuk melakukan tindakan hukun atau memenuhi prosedur hukum tertentu bagi kepentingan hukum Klien.
f. Mewakili dan membela kepentingan hukum Klien di dalam maupun di luar pengadilan atau tribunal, (Ropaun Rambe, 2001:96).
Seorang Penasihat Hukum membela hak dan kepentingan Kliennya
dalam batas-batas yang dibenarkan hukum, untuk itu ia dibayar sebagai
imbalan jasanya. Namun dalam hal Terdakwa tidak mampu (miskin), ada
juga Advokat yang bersedia membela secara Cuma-Cuma (Pasal 56
KUHAP) (Kuswindiarti, 2009:5). Pasal 56 KUHAP mewajibkan setiap
Penasihat Hukum yang ditunjuk untuk memberikan bantuannya secara
Cuma-Cuma . Prasyarat tersebut dibuat sejalan dengan prinsip keenam dari
The Basic Principles on The of The Lawyers, Articles 14 (3) (d) dari
International Convenants on Civil and Political Rights, dan Articles 6 (3)
The European Convention, yang menyatakan bahwa negara wajib
menyediakan bantuan hukum secara Cuma-Cuma terhadap Tersangka atau
Terdakwa dalam suatu perkara pidana. Apabila ditemukan 2 keadaan.
Pertama apabila Tersangka atau Terdakwa tidak memiliki dana yang
memadai untuk membayar jasa seorang Penasihat Hukum, kedua apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
demi kepentingan keadilan perlu ditunjuk seorang Penasihat Hukum (Daniel
S. Lev,2001:88).
Menurut Soenarto Soerodibroto merujuk dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) mengatakan bahwa guna kepentingan
pembelaan, Tersangka atau Terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari
seorang atau lebih Penasihat Hukum selama dalam waktu dan pada setiap
tingkat pemeriksaan, menurut tatacara yang ditentukan dalam Undang-
Undang ini (Pasal 54 KUHAP) dan untuk mendapatkan Penasihat Hukum
tersebut, Tersangka atau Terdakwa berhak memilih sendiri Penasihat
Hukumnya (Pasal 55 KUHAP), (Soenarto Soerodibroto,2003: 49). Apabila
Terdakwa merasa mampu untuk melakukan pembelaan terhadap dirinya
dalam setiap tingkat pemeriksaan dan dia memenuhi ketentuan Undang-
Undang Advokat untuk beracara di dalam pengadilan, maka dia dapat saja
mewakili dirinya sendiri. Hal ini tidak berlaku bila Terdakwa didakwa
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman
pidana lima belas tahun atau lebih. Bila hal ini terjadi, pejabat yang
bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib
menunjuk Penasihat Hukum bagi mereka (Pasal 56 KUHAP) (M. Yahya
Harahap, 2002:93).
3. Tinjauan Tentang Tindak Pidana Yang Diakibatkan Oleh Pelanggaran
Lalu Lintas
Menurut aturan hukum formal yakni yang tercantum dalam KUHP,
tiap-tiap tindak pidana dari pelanggaran lalu lintas dapat dikenai dakwaan
sesuai dalam Pasal-Pasal dalam KUHP. Apabila dalam suatu kecelakaan
menimbulkan korban meninggal atau luka ataupun cacat maka pengemudi
kendaraan bermotor dapat dikenai tuntutan pidana. Pengemudi kendaraan
bermotor yang terkena tuntutan pidana adalah yang terlibat di dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
peristiwa-peristiwa pidana sebagaimana diatur dalam KUHP yakni pada
Pasal-Pasal :
Pasal 338 yang berbunyi: “barangsiapa dengan sengaja menghilangkan
jiwa orang lain, dihukum penjara paling lama lima belas tahun”. Kejahatan
ini dinamakan pembunuhan (doodslag), yang berarti diperlukan perbuatan
yang mengakibatkan kematian orang lain sedangkan kematian itu bersifat
disengaja artinya dimaksud termasuk dalam niatnya. Sebaliknya
pembunuhan itu harus dilakukan segera sesudah timbul maksud untuk
membunuh itu.
Pasal 340 yang berbunyi “barangsiapa dengan sengaja dan dengan
direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain dihukum karena
pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman mati atau penjara
seumur hidup atau penjara paling lama 20 tahun”. Kejahatan ini dinamakan
pembunuhan dengan direncanakan terlebih dahulu. Direncanakan lebih
dahulu (voorbedachte rade) berarti antara timbulnya maksud untuk
membunuh dengan waktu pelaksanaannya itu masih ada tempo bagi pelaku
untuk dengan tenang memikirkan, missal dengan cara bagaimanakah
pembunuhan itu akan dilaksanakan. Tempo ini tidak boleh terlalu sempit
akan tetapi juga tidak terlalu lama yang terpenting pelaku dapat dengan
tenang memikirkan yang sebenarnya pelaku dapat membatalkan niatnya
untuk membunuh.
Pasal 359 yang berbunyi: “barang siapa karena kesalahannya
(kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu
tahun”. Mati disini tidak dimaksud sama sekali oleh Terdakwa, akan tetapi
kematian tersebut hanya merupakan akibat dari kurang hati-hati atau
lalainya Terdakwa (delik culpa). Karena salahnya berarti kurang hati-hati,
lalai lupa, amat kurang perhatian.
Pasal 360 ayat 1 yang berbunyi: “barang siapa karena kesalahannya
menyebabkan orang luka berat dihukum dengan hukuman penjara paling
lama lima tahun atau hukuman kurungan paling lama satu tahun”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Pasal 360 ayat 2 berbunyi: “barang siapa karena kesalahannya menyebabkan
orang luka berat di hukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima
tahun atau hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun”. Akibat yang
ditimbulkan dalam Pasal ini adalah luka berat, luka yang menyebabkan jatuh
sakit atau terhalang pekerjaannya sehari-hari, serta karena salahnya (kurang
hati-hatinya) menyebabkan orang luka ringan.
Pasal 492 yang berbunyi : “Barangsiapa yang sedang mabuk, baik di
tempat umum merintangi jalan atau mengganggu ketertiban, baik
mengancam keamanan orang lain maupun suatu perbuatan yang harus
dijalankan dengan hati-hati benar supaya tidak terjadi bahaya bagi jiwa atau
kesehatan orang lain dihukum kurungan paling lama enam hari”. Supaya
dapat dikenakan Pasal ini harus dibuktikan bahwa (Penjelasan KUHP pada
Pasal 492) :
a. Orang itu mabuk (bukan kelihatan mabuk). Mabuk berarti kebanyakan
minum minuman keras sehingga tidak dapat menguasai lagi salah satu
panca inderanya atau anggota badannya.
b. Ditempat umum, tidak saja di jalan umum atau jalan raya tetapi juga di
tempat-tempat yang dapat dikunjungi banyak orang.
c. Merintangi lalu lintas dan mengganggu ketertiban umum, (Soerjono
Soekanto, 2004:58).
4. Tinjauan Tentang Terdakwa
Menurut Ensikopedi Nasional Indonesia (Ensikopedi Nasional
Indonesia, 2004: 175) Terdakwa adalah seorang Tersangka yang dituntut,
diperiksa di sidang pengadilan pidana. Segera setelah penuntutan dimulai,
dalam tuntutan atau pemanggilan Terdakwa ke muka sidang, jaksa
menyebut nama, nama kecil, tempat tinggal, tanggal lahir, pekerjaan dan
alamat pekerjan Terdakwa. Seorang Terdakwa memiliki hak untuk diadili
di sidang yang terbuka untuk umum. Apabila seorang Terdakwa
melakukan beberapa tindak pidana dalam daerah hukum berbagai
pengadilan negeri, tiap-tiap pengadilan negeri memiliki wewenang untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
mengadili perkara pidana yang dilakukannya. Selain itu pengertian
Terdakwa tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana butir
15, sebagai berikut : “Terdakwa adalah seorang Tersangka yang dituntut,
diperiksa dan diadili di sidang pengadilan”. Dalam KUHAP pengaturan
tentang hak-hak Terdakwa yang dijamin dan diatur dalam Pasal 50-68
yakni:
a. Hak Tersangka untuk segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya dapat diajukan kepada penuntut umum (Pasal 50 ayat 1).
b. Hak Tersangka untuk segera dimajukan perkaranya ke pengadilan oleh penuntut umum (Pasal 50 ayat 2).
c. Hak Tersangka untuk segera diadili oleh pengadilan (Pasal 50 ayat (3).
d. Hak Tersangka untuk diberitau dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti tentang apa yang disangkakan kepadanya pada waktu pemeriksaan dimulai (Pasal 51 huruf a).
e. Hak Terdakwa untuk diberitau dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti tentang apa yang didakwakan kepadanya (Pasal 51 huruf b).
f. Hak Tersangka atau Terdakwa untuk memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik atau hakim (Pasal 52).
g. Hak Tersangka atau Terdakwa untuk mendapat bantuan juru bahasa pada tingkat penyidikan dan pengadilan (Pasal 53 ayat 1).
h. Hak Tersangka atau Terdakwa untuk mendapat bantuan hukum dari penasehat hukum pada setiap tingkat pemeriksaan (Pasal 54).
i. Hak Tersangka atau Terdakwa untuk memilih sendiri penasehat hukumnya (Pasal 55).
j. Hak Tersangka atau Terdakwa untuk mendapat bantuan hukum secara Cuma-Cuma (Pasal 56 ayat 2).
k. Hak Tersangka atau Terdakwa yang dikenakan penahanan untuk menghubungi penasehat hukumnya (Pasal 57 ayat 1).
l. Hak Tersangka atau Terdakwa yang dikenakan penahanan untuk menghubungi dokter pribadinya guna kepentingan kesehatannya (Pasal 58).
m. Hak Tersangka atau Terdakwa untuk mendapat pemberitahuan tentang penahanan atas dirinya oleh pejabat yang berwenang pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan kepada keluarganya atau orang lain yang serumah dengan Tersangka atau Terdakwa ataupun orang lain yang bantuannya dibutuhkan oleh Tersangka atau Terdakwa untuk mendapatkan bantuan hukum atau jaminan bagi penaguhannya (Pasal 59).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
n. Hak Tersangka atau Terdakwa untuk menghubungi dan menerima kunjungan dari pihak yang mempunyai hubungan kekeluargaan atau lainnya dengan Tersangka atau Terdakwa guna mendapatkan jaminan bagi penangguhan penahanan ataupun untuk usaha mendapatkan bantuan hukum (Pasal 60).
o. Hak Tersangka atau Terdakwa untuk secara langsung atau dengan perantara penasehat hukumnya menghubungi dan menerima kunjungan sanak keluarganya dalam hal yang tidak ada hubungannya dengan perkara Tersangka atau Terdakwa untuk kepentingan pekerjaan atau untuk kepentingan kekeluargaan (Pasal 61).
p. Hak Tersangka atau Terdakwa untuk mengirim surat kepada penasehat hukumnya, dan menerima surat dari penasehat hukumnya dan sanak keluarga setiap kali yang diperlakukan olehnya, untuk keperluan itu bagi Tersangka atau Terdakwa disediakan alat tulis menulis (Pasal 62 ayat 1).
q. Surat menyurat antara Tersangka atau Terdakwa dengan penasehat hukumnya atau sanak keluarganya tidak diperiksa oleh penyidik, penuntut hukum, hakim atau pejabat rumah tahanan negara kecuali jika terdapat cukup alasan untuk diduga bahwa surat menyurat itu disalah gunakan (Pasal 62 ayat 2).
r. Dalam hal surat untuk Tersangka atau Terdakwa itu ditilik atau diperiksa oleh penyidik, penuntut hukum, hakim atau pejabat rumah tahanan negara, hal ini diberitahukan kepada Tersangka atau Terdakwa dan surat tersebut dikirim kembali kepada pengirimnya setelah dibubuhi cap yang berbunyi ”telah ditilik” (Pasal 62 ayat 3).
s. Hak Tersangka atau Terdakwa untuk menghubungi dan menerima kunjungan dari rohaniwan (Pasal 63).
t. Hak Tersangka atau Terdakwa untuk diadili di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum (Pasal 64).
u. Hak Tersangka atau Terdakwa untuk mengusahakan dan mengajukan saksi atau seseorang yang memiliki keahlian khusus guna memberikan keterangan yang menguntungkan bagi dirinya (Pasal 65).
v. Hak Tersangka atau Terdakwa untuk tidak dibebani kewajiban pembuktian (Pasal 66).
w. Hak Tersangka untuk minta banding terhadap putusan pengadilan tingkat pertama kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan hukum dan putusan pengadilan dalam acara tepat (Pasal 67).
x. Hak Tersangka atau Terdakwa untuk menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi sebagaimana diatur dalam Pasal 95 dan selanjutnya (Pasal 68), (R. Soesilo, 2007:55-66).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Menurut KUHAP yang mengakui dan menempatkan Tersangka
dalam posisi his entity dan dignity as a human being yang harus
diberlakukan sesuai dengan nilai luhur kemanusiaan (Aminah
Humairoh,2010:8). Persamaan dihadapan hukum atau equality before the
law adalah salah satu asas terpenting dalam hukum modern. Asas ini
menjadi salah satu sendi doktrin Rule of Law yang juga menyebar pada
negara-negara berkembang seperti Indonesia. Perundang-undangan
Indonesia mengadopsi asas ini sejak masa kolonial lewat Burgelijke
Wetboek (KUHPerdata) dan Wetboek van Koophandel voor Indonesie
(KUHDagang) pada 30 April 1847 melalui Stb. 1847 No. 23. Tapi pada
masa kolonial itu, asas ini tidak sepenuhnya diterapkan karena politik
pluralisme hukum yang memberi ruang berbeda bagi hukum Islam dan
hukum adat disamping hukum kolonial (Aristo Pangaribuan, 2010: 2). Hak
asasi manusia dijadikan sebagai landasan pokok yang menjiwai KUHAP
Indonesia.dengan asas “equal before the law” yakni asas praduga tidak
bersalah, maka hak asasi seorang Terdakwa harus dihormati dan dijunjung
tinggi sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai seorang manusia.
Terdakwa harus diperlakukan sebagai “subyek”, tidak boleh dipaksa untuk
menerangkan suatu hal baik pada tahap pemeriksaan pendahuluan oleh
pihak Kepolisian atau Penyidik maupun pada tahap prapenuntutan oleh
pihak Kejaksaan atau Penuntut Umum ataupun pada tahap pemeriksaan di
depan persidangan oleh Hakim. Dalam pelaksanaan penegakan hukum,
HAM yang melekat pada diri manusia tidak boleh dikurangi hak-hak
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Persamaan hak dan kedudukan serta kewajiban dihadapan hukum.
b. Praduga tak bersalah.
c. Hak mempersiapkan pembelaan secara dini.
d. Penangkapan atau penahanan harus didasarkan bukti permulaan yang
cukup (http://bengkuluutara.wordpress.com/2009/05/12/pelanggaran-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
hak-Tersangka-Terdakwa-dan-terpidana-dalam-sistem-peradilan-
pidana/>]24 Agustus 2010 pukul 14.22).
Persamaan di hadapan hukum (equality before the law) dijamin
dalam sistem hukum Indonesia sebagai pengakuan hak individu
(individual right). Apabila tidak ada persamaan di hadapan hukum maka
sebenarnya hak individu itu sama sekali tidak ada. Persamaan di hadapan
hukum tidak mengenal pengecualian seperti jabatan, kedudukan, latar
belakang, asal-usul, immunitas, strata sosial-ekonomi, kaya-miskin, ras,
etnik, warna kulit, keturunan, budaya dan lain-lain (Aminah Humairoh,
2010: 15).
5. Tinjauan Tentang Teori-Teori Pemidanaan
Ada berbagai macam pendapat mengenai teori pemidanaan, namun
yang banyak itu dikelompokkan menjadi 3 golongan besar, yakni:
a. Teori Absolut/ Teori Retributif/ Teori Pembalasan (vergeldings
theorien)
Dasar pijakan teori ini adalah pembalasan. Pidana dijatuhkan
semata-mata karena orang telah melakukan suatu kejahatan atau
tindak pidana (quia peccatum est). Inilah dasar pembenar dari
penjatuhan penderitaan berupa pidana itu pada penjahat. negara
berhak menjatuhkan pidana ialah karena penjahat tersebut telah
melakukan penyerangan dan perkosaan pada hak dan kepentingan
hukum (pribadi, masyarakat atau negara yang telah dilindungi).
Maka oleh karenanya ia harus diberikan pidana yang setimpal
dengan perbuatannya (berupa kejahatan) yang dilakukannya.
Penjatuhan pidana yang pada dasarnya penderitaan pada penjahat
dibenarkan karena penjahat telah membuat penderitaan bagi orang
lain. Setiap kejahatan tidak boleh tidak harus diikuti oleh pidana bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
pembuatnya. Tidak dilihat akibat-akibat apa yang dapat timbul dari
penjatuhan pidana itu, tidak memperhatikan masa ke depan baik
terhadap diri penjahat maupun masyarakat. Menjatuhkan pidana
tidak dimaksudkan untuk mencapai sesuatu yang praktis, tetapi
bermaksud satu-satunya penderitaan bagi penjahat. Tindakan
pembalasan di dalam penjatuhan pidana mempunyai 2 arah, yaitu:
1. Ditujukan kepada penjahatnya (sudut subyektif dari
pembalasan).
2. Ditujukan untuk memenuhi kepuasan dari perasaan dendam
dikalangan masyarakat (sudut obyektif dari pembalasan).
Bila seseorang melakukan kejahatan, ada kepentingan hukum yang
terlanggar. Akibat yang timbul, tiada lain berupa suatu penderitaan
baik fisik maupun psikis ialah berupa perasaan tidak senang, sakit hati,
amarah, tidak puas, terganggunya ketentraman batin. Timbulnya
perasaan seperti ini bukan saja bagi korban langsung tetapi juga pada
masyarakat pada umumnya. Untuk memuaskan dan atau
menghilangkan penderitaan seperti ini (sudut subyektif), maka kepada
pelaku kejahatan harus diberikan pembalasan yang setimpal (sudut
obyektif), yakni berupa pidana yang tidak lain adalah suatu
penderitaan pula. Oleh sebab itulah dapat dikatakan bahwa teori
pembalasan ini sebenarnya mengejar kepuasan hati baik korban dan
keluarganya maupun masyarakat pada umumnya.
b. Teori Relatif atau Tujuan (Utilitarian/ doel theorien)
Penjatuhan pidana tidak untuk memuaskan tuntutan absolut
(pembalasan) dari keadilan, tetapi pembalasan itu sebagai sarana
untuk melindungi kepentingan masyarakat, teori itu disebut :
1. Teori perlindungan masyarakat (the theory of social defence) ;
atau
2. Teori reduktif (untuk mengurangi frekuensi kejahatan) ;atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
3. Teori tujuan (utilitarian theory), pengimbalan mempunyai tujuan
tertentu yang bermanfaat.
Pidana dijatuhkan bukan quia peccatum est (orang berbuat
kejahatan) melainkan ne peccetur (agar orang tidak melakukan
kejahatan). Teori ini melihat pemidanaan dari segi manfaat atau
kegunaannya dimana yang dilihat adalah situasi atau keadaan yang
ingin dihasilkan dengan dijatuhkannya pidana itu. Di satu pihak,
pemidanaan dimaksudkan untuk memperbaiki sikap atau tingkah
laku terpidana dan di pihak lain pemidanaan itu juga dimaksudkan
untuk mencegah orang lain dari kemungkinan melakukan perbuatan
yang serupa. Pandangan ini dikatakan berorientasi ke depan
(forward-looking) dan sekaligus mempunyai sifat pencegahan
(detterence). Menurut ahli hukum Seneca yang menganut teori ini
berpendapat bahwa: Nemo prudens punit quia peccatum est, sed ne
peccetur No reasonable man punishes because there has been a
wrong doing, but in order that there should be no wrong doing , (The
US Department of State publication, Rights of the People: Individual
Freedom and the Bill of Rights and Rights of the Accused,
2008:1).
c. Teori Gabungan (multifungsi/ vernegings theorien)
Pembalasan sebagai asas pidana dan beratnya pidana tidak boleh
melampaui pembalasan yang adil. Dalam ajaran ini diperhitungkan
adanya pembalasan, prevensi general, serta perbaikan sebagai tujuan
pidana. Penganut teori ini antara lain Pellegrino Rossi, Binding,
Merkel, Kohler, Richard Schmid dan Beling. Ciri dari teori gabungan
ini antara lain:
1. Pembalasan bertujuan membuat pelaku menderita
2. Prevensi dilakukan untuk merehabilitasi pelaku kejahatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
3. Hasil utama melindungi masyarakat dan melindungi hak pelaku
kejahatan berdasar hak asasi manusia.
Teori gabungan ini mengakui restorative justice dimana pelaku
harus mengembalikan keadaan pada kondisi semula, keadilan bukan
saja menjatuhkan sanksi namun memperhatikan keadilan bagi
korban> (http://donxsaturniev.blogspot.com/2010/08/teori-teori-
pemidanaan .html>11 November 2010 pukul 20.11 WIB). Restorative
justice mengembalikan konflik kepada pihak-pihak yang paling
terkena pengaruh yaitu korban, pelaku dan “kepentingan komunitas”
mereka dan memberikan keutamaan pada kepentingan-kepentingan
mereka. Restorative justice juga menekankan pada hak asasi manusia
dan kebutuhan untuk mengenali dampak dari ketidakadilan sosial dan
dalam cara-cara yang sederhana untuk mengembalikan mereka
daripada secara sederhana memberikan pelaku keadilan formal atau
hukum dan korban tidak mendapatkan keadilan apapun. Kemudian
restorative justice juga mengupayakan untuk merestore keamanan
korban, penghormatan pribadi, martabat, dan yang lebih penting
adalah sense of control. Secara rinci restorative model mempunyai
beberapa karakteristik yaitu:
1. Kejahatan dirumuskan sebagai pelanggaran seorang terhadap orang lain dan diakui sebagai konflik;
2. Titik perhatian pada pemecahan masalah pertanggungjawaban dan kewajiban pada masa depan;
3. Sifat normatif dibangun atas dasar dialog dan negosiasi; 4. Restitusi sebagai sarana perbaikan para pihak,
rekonsiliasi dan restorasi sebagai tujuan utama; 5. Keadilan dirumuskan sebagai hubungan-hubungan hak,
dinilai atas dasar hasil; 6. Sasaran perhatian pada perbaikan kerugian sosial; 7. Masyarakat merupakan fasilitator di dalam proses
restoratif; 8. Peran korban dan pelaku tindak pidana diakui, baik
dalam masalah maupun penyelesaian hak-hak dan kebutuhan korban. Pelaku tindak pidana didorong untuk bertanggung jawab;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
9. Pertanggungjawaban pelaku dirumuskan sebagai dampak pemahaman terhadap perbuatan dan untuk membantu memutuskan yang terbaik;
10. Tindak pidana dipahami dalam konteks menyeluruh, moral, sosial dan ekonomis; dan
11. Stigma dapat dihapus melalui tindakan restoratif, (http://alienjustitia.blogspot.com/p/ perkembangan-teori-pemidanaan .html>11 November 2010 pukul 20.21 WIB).
B. Kerangka Pemikiran
1. Bagan Kerangka Pemikiran
Tindak Pidana Kecelakaan Lalu Lintas Lanjar Sriyanto
Hak-Hak Terdakwa
KUHAP Pasal 50 – Pasal 68
Mendapat Bantuan Hukum dari
Penasihat Hukum
Undang-Undang Nomor.18 Tahun 2003
Tentang Advokat
Pembelaan Penasihat Hukum
Di dalam persidangan
Dasar hukum ? Teknik Pembelaan ? Hambatan ?
Di luar persidangan
Teknik Pembelaan ? Hambatan ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2. Keterangan Kerangka Pemikiran
Peristiwa dalam lalu lintas bukan hanya semacam pelaggaran saja,
akan tetapi dapat pula terjadi tindak pidana kejahatan yang salah satunya
mengakibatkan matinya nyawa orang lain entah itu karena sengaja
(tabrak lari) atau pun tidak sengaja (alpa). Pidana kejahatan dalam berlalu
lintas, khususnya yang tidak disengaja dialami oleh Lanjar Sriyanto.
Dalam hal ini Lanjar Sriyanto mengalami kecelakaan yang
mengakibatkan istrinya meninggal dunia sehingga Lanjar Sriyanto
dianggap sebagai Tersangka atas hilangnya nyawa istrinya, hingga ia
ditetapkan sebagai Terdakwa.
Lanjar Sriyanto merupakan gambaran dari sisi masyarakat yang
memiliki nilai kehidupan kelas bawah yang artinya dari segala aspek
kehidupannya baik dalam aspek hukum, ekonomi, sosial dan pendidikan
tidak tercukupi dengan baik. Sehingga ketika Lanjar dihadapkan ke
depan persidangan, dia tidak memiliki pengatahuan apa-apa mengenai
hukum dan bagaimana menghadapi hukum itu sendiri. Namun merujuk
pada Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Pasal 54
KUHAP mengatakan bahwa sekalipun sesorang sudah ditetapkan sebagai
Terdakwa, namun ia mempunyai hak-hak yang dilindungi oleh Undang-
Undang. Guna kepentingan pembelaan, Tersangka atau Terdakwa berhak
mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih Penasihat Hukum
selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan. Serta
berdasarkan Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003
Tentang Advokat berbunyi; Advokat wajib memberikan bantuan hukum
secara Cuma-Cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Selain
menangani perkara dengan menetapkan suatu legal fee atau honorarium,
Penasihat Hukum juga memiliki kewajiban dalam memberikan bantuan
hukum untuk kaum miskin dan buta huruf. Secara ideal dapat dijelaskan
bahwa bantuan hukum merupakan tanggung jawab sosial dari. Penasihat
Hukum Oleh sebab itu maka Penasihat Hukum dituntut agar dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
mengalokasikan waktu dan juga sumber daya yang dimilikinya untuk
orang miskin yang membutuhkan bantuan hukum secara Cuma-Cuma
atau Probono. Karena Terdakwa Lanjar Sriyanto termasuk dalam WNI
yang tidak mampu kondisi ekonominya serta layak dibantu perkara
hukumnya, maka perkara ini mendapat perhatian dari Advokat yang
berkantor di Law Firm Muhammad Taufiq, S.H, M.H & Partners
Surakarta.
Berdasarkan Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2003 Tentang Advokat serta pada Pasal 69-73 KUHAP maka Penasihat
Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto membela hak hukum dan kepentingan
Kliennya dalam batas-batas yang dibenarkan hukum. Namun karena
Terdakwa Lanjar Sriyanto tidak mampu (miskin) Penasihat Hukum
Terdakwa bersedia memberikan bantuan hukum atau jasa hukum serta
membela perkara pidana Terdakwa secara Cuma-Cuma (Probono).
Dalam hal ini Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto melakukan
pembelaan terhadap perkara Kliennya, baik di dalam pengadilan maupun
di luar pengadilan dalam pemeriksaan perkara tingkat pertama yakni di
Pengadilan Negeri Karanganyar. Dalam melakukan pembelaan untuk
kepentingan Kliennya, tentulah seorang Penasihat Hukum mempunyai
teknik-teknik pembelaan tersendiri serta mempunyai dasar hukum dari
pembelaannya. Akan tetapi dalam melakukan pembelaan terhadap
Kliennya, dalam hal ini Terdakwa Lanjar Sriyanto, Penasihat Hukum
akan menghadapi berbagai hambatan-hambatan serta bagaimana cara atau
teknik pembelaan hukum dari Penasihat Hukum itu sendiri baik di dalam
pengadilan dan di luar pengadilan, dalam menangani hambatan yang
muncul sehubungan dengan perkara pidana kecelakaan lalu lintas yang
menimpa Kliennya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Penulis laksanakan dengan
mengambil tempat di Kantor Advokat Muhammad Taufiq, S.H, M.H, S.H,
M.H & Partners, Advocates & Counsellors at Law Surakarta maka diketahui
dengan lengkap data mengenai Terdakwa, yakni :
Identitas Terdakwa
Nama : Lanjar Sriyanto
Tempat dan Tanggal lahir : Sleman, 05 Juli 1974
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia,
Tempat tinggal : Dusun Dadapan Lor RT.07 RW. 12,
Desa Kaliroto, Berbah, Kab. Sleman
atau Desa Jajar RT 03 RW 06, Kec.
Laweyan, Kota Surakarta;
Agama : Islam,
Pekerjaan : Buruh
Terdakwa ditahan oleh Penuntut umum sejak tanggal 09 Desember 2009
sampai dengan tanggal 28 Desember 2009 dan ditahan oleh Hakim
Pengadilan Negeri Karangayar sejak tanggal 17 Desember 2009 sampai
tanggal 15 Januari 2010. Terdakwa sejak persidangan ketiga didampingi
oleh tim Penasihat Hukum yang beranggotakan Muhammad Taufiq, S.H,
M.H, Yossy Eka Rahmanto, S.H, dari Kantor Advokat Muhammad
Taufiq, S.H, M.H, S.H, M.H & Partners, Advocates & Counsellors at Law
Surakarta dan Budhi Kuswanto, S.H dari Kantor Advokat “AKASYAF”
Law Firm, Sumber, Surakarta.
KASUS POSISI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Pada hari Senin, 21 September 2009 Terdakwa Lanjar Sriyanto
mengendarai sepeda motor Yamaha No. Pol AD-5630-U dari Colomadu
menuju Solo atau dari arah barat menuju timur dengan kecepatan tinggi +
60 km/jam berjalan searah di belakang kendaraan Suzuki Carry, saat itu
keadaan lalu lintas ramai. Terdakwa tidak mengurangi kecepatan sepeda
motornya dan berjalan dalam jarak yang terlalu dekat dengan kendaraan
yang ada di depannya, sehingga saat pengemudi Carry di depannya
mengerem kendaraan, Terdakwa Lanjar Sriyanto tidak dapat
mengendalikan sepeda motornya lalu menabrak kendaraan Suzuki Carry
dari arah belakang, kemudian sepeda motor Yamaha No. Pol AD-5630-U
yang dikendarai Terdakwa dan pemboncengnya (anak Terdakwa bernama
Samto Warih Waluyo) terjatuh sedangkan pembonceng lainnya yakni istri
Terdakwa (yang bernama Saptaningsih) terjatuh/ terpental ke arah selatan
as jalan dan tertabrak oleh kendaraan Isuzu Panther No. Pol AE-1639-JA
yang berjalan dari arah berlawanan pada jalur di sebelah selatan as jalan.
Akibat kejadian tersebut, pembonceng sepeda motor Yamaha No. Pol AD-
5630-U atas nama Saptaningsih (perempuan, umur 37 tahun) mengalami
luka dan meninggal dunia di tempat kejadian (hal tersebut di kuatkan oleh
Visum Et Repertum nomor: VER/ 14/X/ 2009 tanggal 16 Oktober 2009
atas nama Saptaningsih, yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. C. Kunto
Aji TS, dokter pada Rumah Sakit TNI AU Lanud. Adi Soemarmo,
Surakarta).
Berdasarkan surat tuntutan Jaksa Penuntut Umum tertanggal 25
Februari 2010 dengan Nomor Register Perkara: PDM-
178/KNYAR/Ep.1/119, Terdakwa Lanjar Sriyanto oleh Jaksa Penuntut
Umum dikenai Tuntutan Pidana sebagai berikut :
1) Menyatakan Terdakwa Lanjar Sriyanto terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana karena kealpaannya
menyebabkan matinya orang lain dan karena kealpaannya
menyebabkan orang lain luka sedemikian rupa sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
berhalangan menjalankan pekerjaan untuk sementara waktu,
sebagaimana dalam dakwaan Kesatu Pasal 359 KUHP: “barang
siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang
lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
atau pidana kurungan paling lama satu tahun”, dan dakwaan
Kedua Pasal 360 ayat 2 KUHP: “barang siapa karena
kesalahannya menyebabkan orang luka berat di hukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau hukuman
kurungan selama-lamanya satu tahun.”;
2) Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Lanjar Sriyanto dengan
pidana penjara selama 1 bulan (satu) bulan 7 (tujuh) hari dikurangi
selama Terdakwa berada dalam tahanan;
3) Menyatakan barang bukti berupa:
1 unit sepeda motor Yamaha No. Pol AD-5630-U;
1 lembar STNK sepeda motor Yamaha No. Pol AD-5630-U;
1 lembar SIM C Umum atas nama Lanjar Sriyanto;
Dikembalikan kepada Terdakwa Lanjar Sriyanto;
4) Menetapkan agar Terdakwa Lanjar Sriyanto dibebani membayar
biaya perkara sebesar rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah).
Pembelaan yang dilakukan oleh Penasihat Hukum dalam memberikan
bantuan hukum terhadap Terdakwa adalah pada saat diluar persidangan sampai
selesainya persidangan. Pembelaan yang dilakukan oleh Penasihat Hukum
terhadap Terdakwa untuk mencegah adanya penyalah gunaan wewenang dari
aparat penegak hukum, untuk menghindarinya Penasihat Hukum diperlukan untuk
mendampingi tersangka atau terdakwa dari tingkat penyidikan, penuntutan dan
dalam pemeriksaan dipengadilan. Dengan adanya Penasihat Hukum pada tingkat
penyidikan sampai dengan pemeriksaan dipengadilan, hak – hak Tersangka atau
Terdakwa akan terjamin dan terlindungi sebagaimana diatur dalam KUHAP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
1. Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto
Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto dilakukan di
pengadilan tingkat pertama yakni di Pengadilan Negeri Karanganyar dan di
pengadilan tingkat kedua yakni di Pengadilan Tinggi Semarang. Pembelaan
Penasihat Hukum Terdakwa di Pengadilan Tinggi Semarang dilakukan
karena Jaksa Penuntut Umum tidak menerima terhadap putusan hakim
Pengadilan Negeri Karanganyar, sehingga mengajukan upaya hukum
banding.. Agar penelitian ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan maka
Penulis memberikan batasan masalah yaitu membahas mengenai upaya
pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto dalam lingkup
periksaan perkara di pengadilan tingkat pertama yakni di Pengadilan Negeri
Karanganyar.
A. Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto
di Dalam Persidangan
Wujud bantuan hukum bagi Terdakwa Lanjar Sriyanto di dalam
persidangan adalah dengan mengajukan pembelaan (pledoi) dan
berbagai bentuk pendampingan terhadap Terdakwa selama menjalani
proses pemeriksaan di dalam persidangan serta mengajukan saksi-saksi
yang meringankan Terdakwa Lanjar Sriyanto. Pembuatan Eksepsi tidak
dilakukan oleh Penasihat Hukum Terdakwa di dasarkan pada alasan
bahwa Terdakwa Lanjar Sriyanto menyatakan telah mengerti atas
dakwaan Jaksa Penuntut Umum dan tidak mengajukan eksepsi.
Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto mempunyai sikap een
objektieve beoordeling van een subjektieve positie artinya sikap
Penasihat hukum di dalam persidangan harus selalu bersandar pada
kepentingan Terdakwa, namun harus tetap bersikap obyektif. harus
menggunakan ukuran obyektif dalam upaya meringankan bahkan
membebaskan Terdakwa. Penasihat Hukum Terdakwa melakukan upaya
pembelaan pada saat Terdakwa menjalani sidang yang ketiga dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
sebelum sidang yang ketiga ini Terdakwa Lanjar Sriyanto bertindak atas
nama dirinya sendiri ( bertindak tanpa didampingi oleh Penasihat
Hukum). Di dalam pengadilan, Advokat merupakan salah satu unsur
peradilan demi terciptanya proses peradilan yang bebas dan tidak
memihak serta berjalannya prinsip due process of law. .
Kapasitas Penasihat Hukum saat memeriksa Tersangka dimuka
sidang pengadilan bersifat aktif, artinya kehadirannya dapat
menggunakan hak-haknya sama seperti hakim dan jaksa penuntut umum
yaitu hak bertanya jawab, cross examination, hak untuk mengajukan
pembuktian (saksi dan surat/alat bukti lain) dan pledoi (penasehat hukum
sebagai procurator/pembela). Betapa sulit posisi Penasihat Hukum
dalam perkara pidana, dimana harus memadukan antara keharusan
memihak Terdakwa dengan penilaian yang subyektif terhadap peristiwa-
peristiwa di persidangan karena ”erhische legiminatik” oleh karena
profesionalisme seorang Advokat sangat dibutuhkan (www.mail-
archive.com/cikeas @yahoogroups .com /msg22404.html, 5 September
2010 pukul 12.15 WIB).
1. DASAR HUKUM PEMBELAAN PENASIHAT HUKUM
TERDAKWA
Berdasarkan fakta peristiwa, fakta hukum, dan fakta yang
terdapat di dalam persidangan maka Penasihat Hukum Terdakwa
menyusun berkas Pembelaan/ Pledoi, sehingga diketahui dasar
hukum pembelaan yang digunakan oleh Penasihat Hukum Terdakwa
Lanjar Sriyanto, yakni :
a) Berdasarkan fakta peristiwa dan fakta yuridisnya.
Berdasarkan fakta peristiwa yang telah dipelajari oleh
Penasihat Hukum Terdakwa maka disusunlah pembelaan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
bentuk Pledoi yang dibacakan dalam persidangan.pada hari
Kamis tanggal 25 Februari 2010. Sebagaimana yang didakwakan
Jaksa Penunutut Umum kepada Terdakwa, dimana Terdakwa
didakwa dengan dakwaan kumulatif, yaitu:
i) Dakwaan Kesatu: melanggar Pasal 359 KUHP.
ii) Dakwaan Kedua: melanggar Pasal 360 ayat (2) KUHP.
Selanjutnya dalam pledoi, agar dapat diketahui bersalah
atau tidaknya Terdakwa, maka Penasihat Hukum Terdakwa
melakukan analisis hukum terhadap dakwaan Jaksa Penuntut
Umum tersebut. Analisis hukum yang dilakukan oleh Penasihat
Hukum Terdakwa pada intinya berisi tentang keberatan Tim
Penasehat Hukum Terdakwa atas tuntutan Jaksa Penuntut Umum
yakni :
1. Dakwaan Error in Persona
Berdasarkan uraian Dakwaan Kesatu Jaksa Penuntut
Umum disebutkan bahwa “….korban Saptaningsih terjatuh/
terpental ke arah selatan as jalan dan tertabrak oleh
kendaraan Isuzu Panther No. Pol AE-1639-JA yang
berjalan dari arah berlawanan pada jalurnya di sebelah
selatan as jalan”. “Mobil Panther mempunyai peranan
dalam kecelakaan ini yaitu sebagai yang menabrak
sehingga menyebabkan matinya seseorang”.
2. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum kabur, tidak jelas dan
tidak cermat (Obscuur Libel).
Bahwa dalam surat dakwaan yang dibuat oleh Jaksa
Penuntut Umum adalah tidak jelas dan kabur. Hal ini
dikarenakan : Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP
menentukan syarat tentang isi surat dakwaan ialah “harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
berupa uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai
tindak pidana yang didakwakan dengan menyebut waktu
dan tempat tindak pidana dilakukan”. Bahwa yang
dimaksud dengan cermat, jelas dan lengkap tidak saja
menyebut seluruh unsur beserta dasar hukum (Pasal) dari
peraturan perundangan pidana yang didakwakan, melainkan
juga menyebut secara cermat, jelas, dan lengkap tentang
unsur-unsur tindak pidana pasal yang didakwakan yang
harus jelas pula cara tindak pidana dilakukan oleh
Terdakwa dan kaitannya atau hubungannya dengan
peristiwa atau kejadian nyata yang didakwakan.
Dalam dakwaannya Jaksa Penuntut Umum tidak
menjelaskan mengenai “unsur karena salahnya
menyebabkan matinya orang” sebagaimana yang
disyaratkan dalam Pasal 359 KUHP. Padahal dalam kasus
ini unsur kesalahan tidak ada pada diri Terdakwa.
Mengingat, dalam teori hukum pidana ada prinsip aktual
dan faktual, yaitu siapa yang secara langsung menabrak itu
yang menjadi Terdakwa. Dalam kasus ini, di dalam
dakwaan Jaksa Penuntut Umum justru menguraikan bahwa
“….korban Saptaningsih terjatuh/ terpental ke arah selatan
as jalan dan tertabrak oleh kendaraan Isuzu Panther No. Pol
AE-1639-JA yang berjalan dari arah berlawanan pada
jalurnya di sebelah selatan as jalan”. Hal ini tentu
menunjukkan bahwa Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
kabur, tidak jelas dan tidak cermat (Obscuur Libel).Unsur
barang siapa dalam kasus ini seharusnya bukan dialamatkan
kepada Terdakwa. Melainkan, adalah sopir mobil Panther
yang manabrak korban, sehingga menyebabkan matinya
korban. Unsur karena salahnya menyebabkan matinya
orang”, jelas tidak tepat jika dialamatkan kepada Terdakwa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Mengingat, tidak ada hubungan kausalitas kekuranghati-
hatian Terdakwa dengan penyebab matinya korban
Saptaningsih. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
“Unsur-unsur Pasal 359 KUHP” adalah tidak terbukti.
3. Mengenai Unsur-unsur Dalam Dakwaan Kedua yang
menyatakan bahwa Terdakwa didakwa dalam dakwaan
Kedua sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 360
ayat (2) KUHP.
Dalam hal ini, karena salahnya (kurang hati-hatinya)
menyebabkan orang luka ringan (tidak ziek dan tidak
terhalang pekerjaan sehari-hari), tidak dikenakan pasal ini
(R.Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, Penerbit Politeia, Tahun 1976). Berdasarkan
Fakta Persidangan dan Keterangan Ahli dr. Rory Hartono
menyatakan bahwa Visum et Repertum atas nama korban
Samto Warih Waluyo termasuk derajat ringan. Dalam hal
ini, derajat luka ditentukan dari luasnya luka, apakah luka
tersebut mengganggu aktivitasnya atau tidak, dan
memerlukan rawat inap atau tidak.
Berdasarkan fakta persidangan diketahui dengan
jelas menyatakan bahwa korban Samto Warih Waluyo
(anak Terdakwa) tidak menjalani rawat inap, melainkan
hanya diberikan pengobatan pada dahi dan bibir untuk
selanjutnya di bawa pulang ke rumah dan juga tidak
sampai menghalangi aktivitas sehari-hari korban Samto
Warih Waluyo (anak Terdakwa). Oleh karena itu, sesuai
dengan fakta persidangan tersebut jelas menunjukkan
bahwa korban Samto hanya mengalami luka ringan.
Berdasarkan pendapat R.Soesilo di atas, bahwa karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
salahnya (kurang hati-hatinya) menyebabkan orang luka
ringan (tidak ziek dan tidak terhalang pekerjaan sehari-
hari), tidak dikenakan pasal ini. Dengan demikian “Unsur-
unsur Pasal 360 ayat (2) KUHP” adalah tidak terbukti dan
tidak dapat digunakan untuk menjerat Terdakwa.
4. Dalam kasus ini menurut pendapat Penasihat Hukum
Terdakwa, korban meninggal (Saptaningsih) bukan karena
kecelakaan tunggal, sehingga Terdakwa harus
mempertanggungjawabkan kesalahannya. Melainkan, ada
kecelakaan lain yang menyebabkan matinya korban. Hal
ini sesuai dengan keterangan saksi Karyanto selaku
Penyidik dalam kecelakaan ini, yang menyatakan bahwa
“Mobil Panther mempunyai peranan dalam kecelakaan ini
yaitu sebagai yang menabrak sehingga menyebabkan
matinya seseorang”.
Sehubungan dengan pledoi yang disampaikan oleh
Penasihat Hukum Terdakwa seperti yang dipaparkan di atas
maka Penasihat Hukum Terdakwa memohon kepada Majelis
Hakim yang memeriksa perkara untuk menjatuhkan putusan
sebagai berikut :
a. Menyatakan bahwa Terdakwa Lanjar Sriyanto tidak
terbukti kesalahannya secara sah dan meyakinkan
melakukan tindak pidana baik pada dakwaan Kesatu dan
Dakwaan Kedua.
b. Membebaskan Terdakwa Lanjar Sriyanto dari semua
tuntutan hukum (Vrijspraak) atau setidak-tidaknya
melepaskan Terdakwa Lanjar Sriyanto dari semua tuntutan
hukum (Ontslaag Van Alle Rechtsvervolging);
c. Memulihkan hak-hak Terdakwa dalam kemampuan,
kedudukan, dan harkat serta martabatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
d. Membebankan segala biaya yang timbul dalam perkara ini
kepada negara.
b) Mengkombinasikan pembelaannya (pledoi) dengan pendapat
pakar , ahli hukum dan teori-teori hukum (doktrin).
Pendapat pakar dan ahli hukum serta teori-teori hukum.
yang digunakan oleh Penasihat Hukum yaitu sebagai berikut :
1. Menurut R. Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Penerbit Politeia, dijelaskan bahwa mati orang disini tidak dimaksud sama sekali oleh Terdakwa. Akan tetapi, kematian tersebut hanya merupakan akibat daripada kurang hati-hati atau lalainya Terdakwa (delik culpa). Dalam hal ini, yang dimaksud karena salahnya adalah kurang hati-hati, lalai, lupa, amat kurang perhatian. Berdasarkan fakta persidangan diketahui bahwa sebelum kecelakaan terjadi, kondisi sepeda motor saat itu adalah normal dengan kecepatan 50-60 km/jam dan karena Mobil Suzuki Carry secara mendadak mengurangi lajunya tanpa ada tanda dari lampu stopper mobil, maka terjadilah tabrakan tersebut. Padahal, Terdakwa Sriyanto sudah mengerem dengan sekuat tenaga. Akan tetapi, tidak bisa menghentikan laju motor yang oleng dan akhirnya bemper motornya menabrak mobil Carry (mengenai bemper belakang). Hal ini tentu menunjukkan bahwa Terdakwa sudah sangat berhati-hati pada saat kecelakaan tersebut terjadi. Hal yang patut menjadi pertanyaan di sini adalah penyebab matinya korban. Apakah karena kecelakaan tunggal, sehingga Terdakwa harus mempertanggungjawabkan kesalahannya ataukah ada kecelakaan lain yang menyebabkan matinya korban? Hal ini sangat penting untuk membuktikan unsur “karena salahnya menyebabkan matinya orang”, sehingga orang yang dimintai pertanggungjawaban adalah orang yang tepat dan bukan orang yang dikorbankan akibat rekayasa hukum yang tidak memiliki akses keadilan.
2. Bahwa menurut Guru Besar Sosiologi Hukum Universitas
Diponegoro, Profesor Satjipto Rahardjo (Alm), menyatakan: Hukum bukan teks semata, tetapi terkait alam pikiran dan nurani manusia yang menjalankan (Harian KOMPAS, 19/12/2008). “Seorang Hakim dapat berbeda pendapat dengan polisi dan jaksa, dalam mengambil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
keputusan. Berhukum itu tak hanya berbasis teks, tetapi juga akal sehat dan nurani”. Berhukum berdasarkan book-rule amat tidak cukup dan dibutuhkan berhukum dengan nurani (Harian Kompas, Senin 08/06/2009).
3. Bahwa menurut Mantan Hakim Agung, Bismar Siregar
selalu mengatakan, ”Saya akan mendahulukan keadilan daripada hukum”. Dasar seorang hakim dalam mengambil putusan adalah ”Demi Keadilan”, bukan demi hukum semata. (Buku: Hukum Hakim dan Keadilan Tuhan, Penerbit: Gema Insani, Jakarta, 1995, hal. 19-20).
4. Bahwa menurut Ketua Mahkamah Konstitusi, Profesor
Moh. Mahfud, MD, menyatakan: Penegakan hukum harus mengutamakan rasa keadilan dan berlandaskan hari nurani. Karena itu, ketika penerapan peraturan hukum (formal) tidak menunjukkan rasa keadilan dan hati nurani, peraturan itu dapat dilanggar. ”Saat proses hukum secara formalitas sudah diterapkan dengan benar, tetapi dalam penerapannya ternyata juga melanggar keadilan, hati nurani, dan hak asasi manusia maka hakim harus memproritaskan keputusan berdasarkan keadilan, hati nurani, dan hak asasi manusia”. Inilah yang disebut dengan keadilan subtantif bukan normatif-legalistik formalistik (Harian KOMPAS, Kamis, 07/01/2010, hal. 2).
5. Bahwa menurut Ahli hukum pidana dari Universitas
Indonesia, Profesor Indriyanto Seno Aji, berpendapat dalam kasus ini: korban tak layak dan tak bisa dijadikan terdakwa. ”Ia justru korban. Jika majelis hakim yang mengadilinya cermat, saat dakwaan dibacakan, hakim sudah bisa menyatakan dakwaan harus dibatalkan karena kabur dan tidak cermat,”. Oleh karena kasusnya terlanjur berjalan di pengadilan, hakim harus membebaskan Terdakwa. Sebagai gantinya, pengemudi mobil Panther itu yang harus dijadikan terdakwa, sebab dalam hukum pidana ada prinsip aktual dan faktual, siapa yang secara langsung menabrak itu yang menjadi terdakwa (Harian KOMPAS, Senin, 11/01/2010, hal. 1).
6. Bahwa menurut Ahli hukum pidana dari Universitas
Indonesia yang lain, Dr. Rudi Satrio, berpendapat dalam kasus ini: langkah yang dilakukan polisi dinilai kurang tepat. “Sebetulnya kesalahan tidak ada, karena istrinya tewas ditindas sama orang lain (Mobil Isuzu Panther). Kepada suami tersebut (terdakwa Lanjar) tidak dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
dipertanggungjawabkan karena dia juga jadi korban dalam kasus ini”. Dia bukan penyebab kematian istrinya (Harian SOLOPOS, Rabu, 13/01/2010 hal. 8), (Putusan PN. Kra. No. 249/Pid.B/2009).
c) Berdasarkan kasus posisi dan keterangan yang diberikan oleh
Terdakwa Lanjar Sriyanto yang oleh Penasihat Hukum
Terdakwa diminta menuturkan fakta peristiwa dan kronologi
dari kecelakaan lalu lintas yang dialaminya dengan terbuka dan
sejujur-jujurnya yang didapat ketika menjalani pemeriksaan di
persidangan.
d) Mendasarkan pembelaannya pada teori pemidanaan gabungan
dan teori restorative justice.
Teori Gabungan (multifungsi/ vernegings theorien) yang
bercirikan bahwa pembalasan sebagai asas pidana dan beratnya
pidana tidak boleh melampaui pembalasan yang adil. Dalam
ajaran ini diperhitungkan adanya pembalasan, prevensi general,
serta perbaikan sebagai tujuan pidana. Teori Gabungan
mengakui restorative justice yang lebih memihak kepada
pengembalian kedudukan seorang Terdakwa dalam hak-haknya
sebagai seorang manusia yang perlu dilindungi hak-hak
asasinya. “The role of the lawyer is considered central to
protecting the rights of a person accused of a crime, but the
lawyer standing alone would be of little use were it not for the
bundle of codified rights that are there for the accused person's
protection (Precedent and Analogy in Legal Reasoning,
Stanford Encyclopedia Of Philosophy, First published Tue 20
Jun, 2006”, yang berarti peran Penasihat Hukum dianggap
pusat untuk melindungi hak-hak orang yang dituduh
melakukan kejahatan, tetapi Penasihat Hukum sendiri akan
digunakan kecil itu tidak untuk hak dikodifikasikan yang ada
untuk perlindungan kepada seorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Terdakwa, (Precedent and Analogy in Legal Reasoning,
Stanford Encyclopedia Of Philosophy, cetakan pertama pada
Selasa tanggal 20 Juni tahun 2006).
Dalam perkara kecelakaan lalu lintas yang dihadapi oleh
Terdakwa Lanjar Sriyanto, Penasihat Hukum Terdakwa
mengutamakan teori ini dengan alasan restorative justice dapat
mengembalikan konflik kepada pihak-pihak yang paling
terkena pengaruh yaitu korban, dalam hal ini adalah Terdakwa
Lanjar Sriyanto. Tidak semua orang yang melakukan kejahatan
harus dihukum.,bukan hanya dalam lingkup hukum pidana saja
tetapi juga ada nuansa hukum perdata. Hukum bukan hanya
milik negara dan korban juga berhak mendapat keringanan
hukuman dari negara. Teori restorative justice juga menaungi
bahwa tujuan hukum itu sendiri bersifat Progesif (Teori Hukum
Progesif), yakni sanksi hukum yang diberikan kepada
Terdakwa Lanjar Sriyanto berfungsi untuk memulihkan serta
pembelaan hukum menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
2. TEKNIK PEMBELAAN PENASIHAT HUKUM TERDAKWA
Sebelum melakukan pembelaan hukum untuk kepentingan
kliennya, Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto minimal harus
memahami 3 hal yang paling mendasar yaitu :
a) Tujuan atau target seorang Advokat (Penasihat Hukum) melakukan
pembelaan adalah meringankan kepentingan hukum klien.
Melakukan pembelaan hukum bukanlah membela perbuatan klien
yang bersalah namun membela hukumnya, bagaimana membela
hukum atas orang yang telah melakukan kejahatan.
b) Kronologi (alur peristiwa).mencakup apa dan bagaimana peristiwa
tersebut terjadi, siapa saja (pihak-pihak) yang terlibat dalam
peristiwa hukum tersebut. Masing-masing diuraikan secara jelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
kedudukan para pihak dalam peristiwa hukum tersebut, sehingga
dapat ditarik dan ditentukan hubungan kausalitasnya (hubungan
sebab akibat).
c) Aspek hukum (bidang hukum) apa yang berlaku dalam perkara
hukum yang sedang dihadapi kliennya.
A precedent is the decision on the law in a case before a court or some similar legal decision-maker such as a tribunal. Paradigmatically in Common Law legal systems a judicial decision is given in a judgment which has five aspects to it: 1. a recitation of the facts of the case, i.e., an account of what
happened; 2. an identification of the legal issue—the disputed question of
law—which the court is being asked to resolve; 3. the reasoning over the appropriate resolution of that issue; 4. the ruling resolving the issue put before the court, e.g. that in
these circumstances the defendant has breached a contract, or does not owe the plaintiff a duty of care, or holds the property on trust for a third party, or made a decision contrary to natural justice; and
5. the result or outcome of the case, i.e., which party succeeded in the action; which follows from (d), (Precedent and Analogy in Legal Reasoning, Stanford Encyclopedia Of Philosophy, First published Tue 20 Jun, 2006).
Teknik pembelaan yang digunakan oleh Penasihat Hukum
Terdakwa di dalam persidangan yakni :
1) Meminta Terdakwa Lanjar Sriyanto memberikan keterangan dan
bertutur kata yang sebenarnya di dalam persidangan yang terbuka
untuk umum, mengingat Terdakwa Lanjar Sriyanto adalah warga
negara Indonesia yang buta hukum. Pihak Penasihat Hukum dapat
mengetahui kebenaran materiil dari perkara pidana kecelakaan lalu
lintas yang menimpa Kliennya dengan terlebih dahulu minimal
mendengar cerita Terdakwa Lanjar Sriyanto. Hal ini berguna
sebagai bahan pembelaan di persidangan yang berikutnya.
2) Penasihat Hukum Terdakwa menginvestigasi sendiri Terdakwa
Lanjar Sriyanto di dalam sidang yang terbuka untuk umum dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bertalian dengan materi
pembelaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh Penasihat
Hukum tidak mengandung unsur yang dapat membuat Terdakwa
mengalami trauma psikis, (mengingat akibat yang ditimbulkan dari
perkara pidana Kliennya menyebabkan istrinya meninggal dunia),
pertanyaan diberikan dengan santun dan bertutur ramah.
3) Berusaha menciptakan suasana persidangan yang kondusif bagi
Terdakwa Lanjar Sriyanto dalam pemeriksaan perkara dengan
mengajukan interupsi apabila dirasa oleh Penasihat Hukum
Terdakwa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat
memojokkan atau menjerat Kliennya, baik kepada Majelis Hakim
dan kepada Jaksa Penuntut Umum.
4) Menterjemahkan serta membantu Terdakwa bertutur kata dengan
bahasa Indonesia yang baku dalam memberikan keterangan selama
proses pemeriksaan di persidangan, mengingat Terdakwa sangat
kesulitan dalam berbahasa Indonesia dan lebih fasih menggunakan
bahasa jawa yang tidak semua orang di dalam persidangan
mengerti, termasuk oleh Ketua Majelis Hakim yang berasal dari luar
pulau Jawa.
5) Mengajukan saksi-saksi yang meringankan Terdakwa. Saksi-saksi
yang digunakan oleh Penasihat Hukum Terdakwa yakni :
a. Saksi Aiptu Karyanto ( petugas penyidik yang mengambil
keterangan dari saksi-saksi yang diajukan oleh Jaksa Penuntut
Umum).
b. Saksi Pandi Widodo (pemilik mobil Isuzu Panther).
c. Dokter Christian Kunto Aji Tunjung .S sebagai saksi ahli
(dokter umum di RS. TNI AU Adi Soemarmo yang membuat
Visum Et Repertum atas nama korban Saptaningsih dan korban
Samto Warih Waluyo).
d. Saksi Sudaryono, S.H, M. Hum sebagai saksi ahli (dosen
Hukum Pidana di Universitas Muhammadiyah Surakarta).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
e. Dokter Rorry Hartono sebagai saksi ahli (dokter forensik di
RSUD. dr. Moewardi Surakarta).
6) Menjaga komunikasi dengan Terdakwa saat Terdakwa
diperintahkan oleh Hakim Ketua untuk duduk di sebelah kursi yang
disediakan dengan Penasihat Hukum pada waktu agenda
pemeriksaan saksi-saksi. Komunikasi ini bertujuan untuk
mendapatkan kepastian jawaban untuk menguatkan materi
pembelaan di persidangan serta dapat memberikan rasa aman dan
terlindungi hak-hak hukumnya ketika Penasihat Hukum Terdakwa
dan Terdakwa duduk bersebelahan (menguatkan psikis Terdakwa
dalam menghadapi jalannya persidangan supaya lebih siap dan tidak
takut).
The right to be heard would be, in many cases, of little avail if it did not comprehend the right to be heard by counsel. Even the intelligent and educated layman has small and sometimes no skill in the science of the law.. If charged with crime, he is incapable, generally, of determining for himself whether the indictment is good or bad. He is unfamiliar with the rules of evidence. Left without the aid of counsel he may be out on trial without a proper charge, and convicted upon incompetent evidence, or evidence irrelevant to the issue or otherwise inadmissible. He lacks both the skill and knowledge adequately to prepare his defense, even though he have a perfect one. He requires the guiding hand of counsel at every step in the proceedings against him. Without it, though he be not guilty, he faces the danger of conviction because he does not know how to establish his innocence. If that be true of men of intelligence, how much more true is it of the ignorant and illiterate, or those of feeble intellect, Justice Oliver Justice George Sutherland, in Powell v. Alabama (1932)
(Hak untuk didengar akan, dalam banyak kasus, dari sedikit gunanya jika tidak memahami hak untuk didengar oleh Advokat (Penasihat Hukum). Bahkan cerdas dan dididik awam telah kecil dan kadang-kadang tidak ada keahlian dalam ilmu huku. Jika dituntut dengan kejahatan, ia tidak mampu, umumnya, untuk menentukan sendiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
apakah surat dakwaan yang baik atau buruk. Dia terbiasa dengan aturan bukti. Waktu tanpa bantuan Advokat (Penasihat Hukum) ia mungkin akan keluar diadili tanpa biaya yang tepat, dan dihukum pada bukti kompeten, atau bukti tidak relevan untuk mengeluarkan atau tidak dapat diterima. Dia kurang baik keterampilan dan pengetahuan memadai untuk mempersiapkan pembelaannya, Tanpa itu, meskipun ia tidak bersalah, ia menghadapi bahaya keyakinan karena dia tidak tahu bagaimana membangun tidak bersalah. meskipun ia memiliki satu yang sempurna. Ia memerlukan bimbingan tangan nasihat pada setiap langkah dalam proses terhadap dia. Kalau itu benar dari orang-orang intelijen, berapa banyak lagi yang benar adalah hal itu dari bodoh dan buta huruf, atau orang-orang intelek lemah. Hakim Pengadilan Oliver Sutherland George, dalam Powell v. Alabama (1932), Artikel ini diambil dari publikasi US Department of State, Hak Rakyat: Kebebasan dan Bill of Rights. Individu, 23 Juni 2008 4).
Mengingat Terdakwa Lanjar Sriyanto adalah pencari keadilan
yang tidak mampu secara ekonomi maka pembelaan Penasihat Hukum
Terdakwa selama menjalani pemeriksaan perkara di pengadilan tingkat
pertama yakni di pengadilan Negeri Karanganyar dilakukan dengan
Probono (Cuma-Cuma). Pembelaan yang dilakukan oleh tim Penasihat
Hukum yang beranggotakan Muhammad Taufiq, S.H, M.H, Yossy Eka
Rahmanto, S.H, dan Budhi Kuswanto, S.H, sudah sesuai dengan Pasal
22 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat
berbunyi “Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-
cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu” serta sudah
melaksanakan dengan baik Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008
tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara
Cuma-Cuma.
Upaya pembelaan yang dilakukan oleh Penasihat Hukum
Terdakwa Lanjar Sriyanto di pengadilan tingkat pertama yakni di
Pengadilan Negeri Karanganyar membuahkan hasil. Berdasarkan
putusan majelis hakim Pengadilan Negeri Karanganyar yang memeriksa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
perkara Terdakwa Lanjar Sriyanto, yakni Putusan Nomor
249/Pid.B/2009/PN.Kray menjatuhkan putusan kepada Terdakwa
Lanjar Sriyanto sebagai berikut :
1) Menyatakan Terdakwa Lanjar Sriyanto telah terbukti secara sah
dan menyakinkan melakukan tindak pidana karena kealpaannya
menyebabkan orang lain mati dan luka sedemikian rupa sehingga
menjadi sakit untuk sementara waktu, akan tetapi tidak dapat
dipersalahkan dan tidak dijatuhi pidana karena tindak pidana
tersebut dilakukan atas dasar keadaan memaksa;
2) Memerintahkan agar barang bukti berupa :
1 unit sepeda motor Yamaha No. Pol AD-5630-U;
1 lembar STNK sepeda motor Yamaha No. Pol AD-5630-U;dan
1 lembar SIM C Umum atas nama Lanjar Sriyanto;
Dikembalikan kepada Terdakwa Lanjar Sriyanto;
3) Membebankan biaya perkara kepada negara.
B. Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto
di Luar Persidangan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Penasihat Hukum Terdakwa
Lanjar Sriyanto yaitu Bapak Muhammad Taufiq, S.H, M.H dalam
melakukan upaya pembelaan terhadap Terdakwa ada teknik-teknik
pembelaan tertentu yang membedakan pihaknya dengan Penasihat
Hukum lainnya dan menjadi ciri khusus bagi pihaknya dalam melakukan
upaya pembelaan terhadap kliennya. Pada saat menerima klien ada
beberapa hal yang harus diperhatikan (termasuk oleh Terdakwa Lanjar
Sriyanto sebagai kliennya) yakni pada saat klien datang yang harus
diketahui oleh Penasihat Hukum. Dalam upaya melakukan pembelaan
hukum untuk kepentingan kliennya, Advokat (Penasihat Hukum)
Terdakwa Lanjar Sriyanto mempunyai manajemen pembelaan perkara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
tersendiri, yang mana sering disebut dengan manajemen kasus.
Sedangkan teknik pembelaan adalah cara-cara atau strategi-strategi
membela yang digunakan oleh Penasihat Hukum (Advokat). Manajemen
kasus adalah manajemen yang berisi tentang bagaimana Advokat
(Penasihat Hukum) Lanjar Sriyantodan menangani suatu perkara atau
kasus yang menimpa kliennya. .Proses manajemen pembelaan perkara
hukum klien meliputi:
1. Identitasnya ( identifikasi identitas seorang klien ), mencakup :
a. Nama ( terkait dengan subyek hukum );
b. Alamat (bedakan antara domisili hukum dan tempat kediaman).
c. Domisili hukum yakni alamat yang dipilih bila seseorang
berurusan dengan hukum. Tempat kediaman berarti tempat yang
secara tetap (residen). Baik domisili maupun tempat kediaman
berkaitan dengan kasus posisi. Serangkaian identitas dan
kronologis membentuk kasus posisi. Hal-hal yang harus ada
dalam membuat dan merumuskan kasus posisi adalah:
1) Identitas para pihak
2) Kronologis dari peristiwa hukum
3) Permasalahan yang harus diselesaikan menurut hukum
4) Solusi atau legal opinion dari sudut pandang profesi
hukum.
2. Keperluannya
Dalam hal ini keperluan klien pastilah membutuhkan jasa hukum.
Dalam teknik menerima klien, harus diluruskan permsalahan apa yang
menimpa diri klien, sehingga uraian atau cerita yang diberikan oleh
klien sesuai dengan yang di alami oleh klien. Teknik ini digunakan
untuk menghindari uraian yang panjang lebar dan tidak diperlukan
dan bersifat membatasi, guna mendapatkan data yang lengkap, jelas
dan efektif. Klien diminta untuk menuliskan kasus posisi yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
membutuhkan jasa hukum pada selembar kertas yang berisi
kronologis peristiwa hukum yang dialaminya.
Teknik pembelaan yang digunakan oleh Penasihat Hukum
Terdakwa pada saat di luar persidangan di tingkat Pengadilan Negeri
antara lain :
1) Mengajukan permohonan penangguhan penahanan atas nama
Terdakwa Lanjar Sriyanto pada saat Terdakwa menjadi tahanan
oleh Kejaksaan. Hal ini sesuai dengan Pasal 31 ayat 1 KUHAP
yang menyatakan bahwa ”atas permintaan Tersangka atau
Terdakwa, Penyidik atau Penuntut Umum atau Hakim, sesuai
dengan kewenangan masing-masing, dapat mengadakan
penangguhan penahanan dengan atau tanpa jaminan uang atau
jaminan orang berdasarkan syarat yang ditentukan”, (R. Soesilo,
2007:40). Dalam perkara Terdakwa Lanjar Sriyanto, Penasihat
Hukum Terdakwa menangguhkan masa tahanan yang sedang
dijalani Terdakwa. Maksudnya adalah Terdakwa Lanjar
Sriyanto yang pada saat itu berstatus sebagai tahanan yang resmi
dan sah masih ada dan belum habis, namun pelaksanaan
penahannan yang masih harus dijalani Terdakwa Lanjar
Sriyanto DITANGGUHKAN sekalipun masa penahanan yang
diperintahkan kepadanya belum habis. Dengan adanya
penangguhan penahanan, Terdakwa Lanjar Sriyanto dikeluarkan
dari tahanan pada saat masa tahanan yang sah dan resmi masih
berjalan.
Dalam tingkat pemeriksaan di Kejaksaan, pembelaan yangdapat dilakukan oleh Penasihat Hukum adalah permohonanpenangguhan penahanan dan ditingkat kejaksaan ini Penasihat Hukum harus dengan cermat dan teliti melihat surat dakwaan dari jaksapenuntut umum, setelah mengetahui surat dakwaan tersebut penasihathukum mempersiapkan teknis dan strategi pembelaan berdasarkan pada surat dakwaan jaksa penuntut umum, (Kuswindiarti, 2009:5).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
2) Mengadakan meeting antar Advokat (yakni dengan Tim
Penasihat Hukum) Terdakwa Lanjar Sriyanto yang
beranggotakan 3 orang advokat yakni Muhammad Taufiq, S.H,
M.H, Yossy Eka Rahmanto, S.H, dan Budhi Kuswanto, S.H,
dengan agenda menganalisis kasus hukum Terdakwa Lanjar
Sriyanto, mengungkap kronologi dari peristiwa hukum yang
menimpa kliennya yakni Terdakwa Lanjar Sriyanto.
3) Sebelum sidang dimulai, Tim Penasihat Hukum berada dalam
satu ruangan khusus dengan Terdakwa Lanjar Sriyanto untuk
mempersiapkan mental dan membicarakan beberapa hal yang
dipandang perlu oleh Penasihat Hukum mengenai agenda sidang
yang akan dijalani oleh Terdakwa pada hari itu.
4) Menyusun jadwal kerja (time schedule), mengorganisasikan
waktu untuk menentukan solusi atas problem yang dihadapi,
melengkapi berkas-berkas pembelaan, melengkapi bukti-bukti,
menyusun jadwal sidang, agenda sidang, meeting dan
pembagian materi pembelaan hukumnya.
5) Semacam merekonstruksi perkara yakni melakukan reka ulang
terhadap perkara hukum klien menurut versi Penasihat Hukum .
6) Mendasarkan pada hukum-hukum yang terkait menurut Berita
Acara Pemeriksaan dan fakta-fakta peristiwa. Mencari saksi-
saksi, mengolah Berita Acara Pemeriksaan tentang perkara itu
dan menganalisa dan mendiskusi antar Advokat (Penasihat
Hukum).
7) Mengadakan latihan pembelaan, pembagian teknik pembacaan
pembelaan untuk digunakan dalam melakukan upaya pembelaan
di dalam persidangan. yang terdiri dari artikulasi melakukan
pembelaan, notasi pembacaan surat pembelaan, mengadakan
meeting untuk mematangkan latihan pembelaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
8) Memberikan komentar-komentarnya dan bersedia untuk
diwawancarai para wartawan yang meliput jalannya
pemeriksaan di tingkat Pengadilan Negeri secara transparan dan
sebenar-benarnya.
9) Membuat Legal Opinion untuk dimuat (dipublikasikan) di
media masa. LO dengan standar akademis. Mengelola isu
hukum seputar kasus yang dihadapi oleh kliennya yakni
Terdakwa Lanjar Sriyanto untuk dimuat di media masa cetak
(atau yang lebih dikenal dengan sebutan legal media). Peran
legal media sangatlah penting dan dapat dikatakan merupakan
menjadi titik pusat dari pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa.
Media berfungsi mentransformasikan kebenaran fakta-fakta dan
bukti-bukti dan mensugesti hakim untuk memutus perkara
Terdakwa Lanjar Sriyanto menurut keinginan masyarakat.
Masyarakat yang menilai hukuman apa yang pantas untuk
Terdakwa Lanjar Sriyanto. Hal ini disebabkan legal media yang
dibuat oleh Penasihat Hukum Terdakwa dalam bentuk Legal
Opinion (LO) yang disebarluaskan dan dicetak secara masa oleh
media masa seakan-akan berperan mengorganisasi masa
(masyarakat) untuk turut membela perkara hukum Terdakwa
sehingga berakibat dapat menjustifikasi hakim dan seakan-akan
mengarahkan hakim untuk menjatuhkan putusan kepada
Terdakwa seperti yang dikehendaki oleh Penasihat Hukum
Terdakwa. Memanfaatkan media untuk mendukung pembelaan
Penasihat Hukum Terdakwa secara kasar mengarahkan hakim
untuk meringankan hukuman terhadap Terdakwa Lanjar
Sriyanto.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
2. HAMBATAN PEMBELAAN PENASIHAT HUKUM TERDAKWA
LANJAR SRIYANTO DAN CARA MENGATASINYA
Hambatan yang dialami oleh Tim Penasihat Hukum Terdakwa
Lanjar Sriyanto yakni Muhammad Taufiq, S.H, M.H, Yossy Eka Rahmanto,
S.H, dan Budhi Kuswanto, S.H, didapat setelah penulis melakukan wawancara
dengan Bapak Muhammad Taufiq, S.H, M.H, selaku pemilik dari Law Firm
Kantor Advokat Muhammad Taufiq, S.H, M.H & Partners, Advocates &
Counsellors at Law yang beralamat di Jalan Dr. Rajiman Nomor 452 D
Surakarta (Jalan Songgorunggi Nomor 17 A, Surakarta), yang berkapasitas
sebagai Penasihat Hukum dari Terdakwa Lanjar Sriyanto. Hambatan yang
dihadapi Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto hanya kepada FAKTOR
NON TEKNIS saja, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Antar Penasihat Hukum ada yang berbeda kantor yakni Bapak Budhi
Kuswanto, S.H, tidak sekantor dengan Bapak Muhammad Taufiq, S.H,
M.H dan Bapak Yossy Eka Rahmanto, S.H, sehingga terkadang kurang
koordinasi dan kerjasama yang maksimal. Hambatan ini disiasati dengan
perencanaan meeting secara matang dan on time (tepat waktu) sebagai
solusi serta memperbanyak komunikasi melalui berbagai sarana alat
komunikasi.
b. Kesulitan dalam mendatangkan saksi ahli, terutama saksi ahli dalam
bidang kedokteran yakni saksi ahli dr. Christian Kunto Aji Tunjung S,
sebagai dokter umum di RS. TNI AU Adi Soemarmo yang membuat
Visum Et Repertum atas nama korban Saptaningsih (istri Terdakwa Lanjar
Sriyanto yang tewas dalam kecelakaan lalu lintas) dan Samto Warih
Waluyo (Putra Terdakwa Lanjar Sriyanto (luka-luka akibat kecelaan lalu
lintas) serta dr. Rorry Hartono selaku ahli forensik di RSUD dr. Moewardi
Surakarta, karena faktor kesibukan dan jarak.Solusi untuk hambatan ini
adalah Penasihat Hukum Terdakwa selalu berkomunikasi dan melakukan
negosiasi supaya bisa datang menjadi saksi ahli di dalam persidangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
dalam waktu yang sudah ditentukan oleh Penasihat Hukum Terdakwa
menurut agenda sidang.
c. Mengatasi bahwa Terdakwa Lanjar Sriyanto adalah klien yang kurang
mampu sehingga perlu diberikan bantuan hukum secara probono (Cuma-
Cuma) adalah Penasihat Hukum Terdakwa melakukan subsidi silang, yang
mana ada beberapa klien dari Penasihat Hukum Terdakwa dalam perkara
lain yang ditanganinya yang mampu secara materi dan dapat membayar
fee seperti yang dikendaki oleh Penasihat Hukum yang mana oleh
Penasihat Hukum uang tersebut disubsidikan kepada perkara Terdakwa
Lanjar Sriyanto. serta biaya dari tabungan pribadi (biaya sendiri) untuk
membiayai pengeluaran rutin Penasihat Hukum Terdakwa yakni fotokopi
berkas-berkas, transportasi, uang makan, dan keperluan lain yang
dibutuhkan selama melakukan upaya pembelaan hukum terhadap
Terdakwa Lanjar Sriyanto.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang permasalahan yang Penulis
kaji, Penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto yang
beranggotakan Muhammad Taufiq, S.H, M.H, Yossy Eka Rahmanto,
S.H, dan Budhi Kuswanto, S.H, yang dilakukan di tingkat peradilan
tingkat pertama yakni ketika perkara diperiksa di Pengadilan Negeri
Karanganyar dimana mempunyai 2 cakupan pembelaan yakni pembelaan
di dalam persidangan dan di luar persidangan, dapat diambil 2
kesimpulan, yakni :
a. Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa yang dilakukan di dalam
persidangan.
Wujud bantuan hukum bagi Terdakwa Lanjar Sriyanto di dalam
persidangan adalah dengan mengajukan pembelaan (pledoi) dan
berbagai bentuk pendampingan terhadap Terdakwa selama menjalani
proses pemeriksaan di dalam persidangan serta mengajukan saksi-
saksi yang meringankan Terdakwa Lanjar Sriyanto. Pembuatan
Eksepsi tidak dilakukan oleh Penasihat Hukum Terdakwa di
dasarkan pada alasan bahwa Terdakwa Lanjar Sriyanto menyatakan
telah mengerti atas dakwaan Jaksa Penuntut Umum dan tidak
mengajukan eksepsi Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa yang
dilakukan di dalam persidangan di dasarkan pada pertama fakta
peristiwa dan fakta yuridisnya; kedua mengkombinasikan
pembelaannya (pledoi) dengan pendapat pakar , ahli hukum dan
teori-teori hukum (doktrin); ketiga berdasarkan kasus posisi dan
keterangan yang diberikan oleh Terdakwa Lanjar Sriyanto yang oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Penasihat Hukum Terdakwa diminta menuturkan fakta peristiwa dan
kronologi dari kecelakaan lalu lintas yang dialaminya dengan terbuka
dan sejujur-jujurnya yang didapat ketika menjalani pemeriksaan di
persidangan; keempat mendasarkan pembelaannya pada teori
pemidanaan gabungan dan teori restorative justice.
Teknik pembelaan yang digunakan oleh Penasihat Hukum
Terdakwa antara lain: pertama meminta Terdakwa Lanjar Sriyanto
memberikan keterangan dan bertutur kata yang sebenarnya di dalam
persidangan yang terbuka untuk umum; kedua Penasihat Hukum
Terdakwa menginvestigasi sendiri Terdakwa Lanjar Sriyanto di
dalam sidang yang terbuka untuk umum dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang bertalian dengan materi pembelaan;
ketiga berusaha menciptakan suasana persidangan yang kondusif
bagi Terdakwa Lanjar Sriyanto dalam pemeriksaan perkara dengan
mengajukan interupsi apabila dirasa oleh Penasihat Hukum
Terdakwa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat
memojokkan atau menjerat Kliennya, baik kepada Majelis Hakim
dan kepada Jaksa Penuntut Umum; keempat menterjemahkan serta
membantu Terdakwa bertutur kata dengan bahasa Indonesia yang
baku dalam memberikan keterangan selama proses pemeriksaan di
persidangan, mengingat Terdakwa sangat kesulitan dalam berbahasa
Indonesia dan lebih fasih menggunakan bahasa jawa yang tidak
semua orang di dalam persidangan mengerti; kelima mengajukan
saksi-saksi yang meringankan Terdakwa. Saksi-saksi yang
digunakan oleh Penasihat Hukum Terdakwa; dan keenam menjaga
komunikasi dengan Terdakwa saat Terdakwa diperintahkan oleh
Hakim Ketua untuk duduk di sebelah kursi yang disediakan dengan
Penasihat Hukum pada waktu agenda pemeriksaan saksi-saksi
Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa selama menjalani
pemeriksaan perkara di pengadilan tingkat pertama yakni di
pengadilan Negeri Karanganyar dilakukan dengan Probono (Cuma-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Cuma). Pembelaan yang dilakukan oleh tim Penasihat Hukum yang
beranggotakan Muhammad Taufiq, S.H, M.H, Yossy Eka Rahmanto,
S.H, dan Budhi Kuswanto, S.H, sudah sesuai dengan Pasal 22 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat
berbunyi “Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-
cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu” serta sudah
melaksanakan dengan baik Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun
2008 tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum
Secara Cuma-Cuma.
b. Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa yang dilakukan di luar
persidangan mempunyai teknik pembelaan tersendiri. teknik-teknik
tersebut yakni pertama mengajukan permohonan penangguhan
penahanan atas nama Terdakwa Lanjar Sriyanto pada saat Terdakwa
menjadi tahanan oleh Kejaksaan; kedua mengadakan meeting antar
Advokat (yakni dengan Tim Penasihat Hukum dengan agenda
menganalisis kasus hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto, mengungkap
kronologi dari peristiwa hukum yang menimpa kliennya yakni Terdakwa
Lanjar Sriyanto; ketiga sebelum sidang dimulai, Tim Penasihat Hukum
berada dalam satu ruangan khusus dengan Terdakwa Lanjar Sriyanto
untuk mempersiapkan mental dan membicarakan beberapa hal yang
dipandang perlu oleh Penasihat Hukum; keempat menyusun jadwal
kerja (time schedule), mengorganisasikan waktu untuk menentukan
solusi atas problem yang dihadapi, melengkapi berkas-berkas
pembelaan, melengkapi bukti-bukti, menyusun jadwal sidang, agenda
sidang, meeting dan pembagian materi pembelaan hukumnya; kelima
semacam merekonstruksi perkara yakni melakukan reka ulang terhadap
perkara hukum klien menurut versi Penasihat Hukum Terdakwa
(Advokat) sendiri; keenam mendasarkan pada hukum-hukum yang
terkait menurut Berita Acara Pemeriksaan dan fakta-fakta peristiwa.
Mencari saksi-saksi, mengolah Berita Acara Pemeriksaan tentang
perkara itu dan menganalisa dan mendiskusi antar Advokat (Penasihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Hukum); ketujuh mengadakan latihan pembelaan, pembagian teknik
pembacaan pembelaan untuk digunakan dalam melakukan upaya
pembelaan di dalam persidangan. yang terdiri dari artikulasi melakukan
pembelaan, notasi pembacaan surat pembelaan, mengadakan meeting
untuk mematangkan latihan pembelaan; kedelapan memberikan
komentar-komentarnya dan bersedia untuk diwawancarai para wartawan
yang meliput jalannya pemeriksaan di tingkat Pengadilan Negeri secara
transparan dan sebenar-benarnya; serta yang kesembilan adalah
membuat Legal Opinion untuk dimuat (dipublikasikan) di media masa
sehingga dapat menjadi Legal Media, yakni memanfaatkan peran media
masa, yang seakan-akan berperan mengorganisasi masa (masyarakat)
untuk turut membela perkara hukum Terdakwa sehingga berakibat dapat
menjustifikasi hakim dan seakan-akan mengarahkan hakim untuk
menjatuhkan putusan kepada Terdakwa seperti yang dikehendaki oleh
Penasihat Hukum Terdakwa.
2. Hambatan-hambatan yanga dihadapi oleh Penasihat Hukum Terdakwa
Lanjar Sriyanto hanya bersifat non teknis antara lain yang pertama antar
Penasihat Hukum ada yang berbeda kantor yakni Bapak Budhi Kuswanto,
S.H, tidak sekantor dengan Bapak Muhammad Taufiq, S.H, M.H dan
Bapak Yossy Eka Rahmanto, S.H, sehingga terkadang kurang koordinasi
dan kerjasama yang maksimal; kedua kesulitan dalam mendatangkan
saksi ahli; dan ketiga mengatasi bahwa Terdakwa Lanjar Sriyanto adalah
klien yang kurang mampu sehingga perlu diberikan bantuan hukum secara
probono (Cuma-Cuma) adalah Penasihat Hukum Terdakwa melakukan
subsidi silang serta menggunakan biaya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Menurut analisis Penulis
Hak Terdakwa Lanjar Sriyanto yang tidak terpenuhi adalah Terdakwa
tidak bebas dalam memilih dan menentukan Penasihat Hukumnya
sendiri karena faktor ekonomi Sedangkan Kewajiban Penasihat Hukum
yang tidak terpenuhi adalah menerima honorarium, karena bantuan
hukum yang diberikan bersifat Probono Walaupun bersifat Probono
namun bantuan hukum yang diberikan memiliki kualitas, terbukti Hakim
memutus Terdakwa Lanjar Sriyanto bebas.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ada beberapa saran-saran
yang ingin penulis sampaikan terkait dengan permasalahan yang Penulis kaji.
Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut :
Dalam memberikan bantuan hukum secara Probono (Cuma-Cuma) hendaknya
dipertahankan oleh Penasihat Hukum secara konsisten dalam hal semangat
dan atensinya terhadap kaum miskin yang berperkara di pengadilan dengan
memberi pendampingan sebagai Penasihat Hukum secara maksimal, bukan
hanya terhadap perkara Terdakwa Lanjar Sriyanto saja tetapi terhadap kaum
miskin lainnya yang membutuhkan keadilan hukum.