peningkatan pronounciation

148
i PENGGUNAAN METODE AUDIO-LINGUAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK PENINGKATKAN PRONUNCIATION SISWA KELAS IV A MI SUNAN KALIJOGO MALANG SKRIPSI Oleh: DHEWI MASITHOH ADMAWATI 07140036 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Juli, 2009

Upload: sayid-sidik

Post on 05-Jul-2015

11.090 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peningkatan Pronounciation

i

PENGGUNAAN METODE AUDIO-LINGUAL DALAM

PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK

PENINGKATKAN PRONUNCIATION

SISWA KELAS IV A MI SUNAN KALIJOGO MALANG

SKRIPSI

Oleh:

DHEWI MASITHOH ADMAWATI 07140036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

Juli, 2009

Page 2: Peningkatan Pronounciation

ii

PENGGUNAAN METODE AUDIO-LINGUAL DALAM

PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK

PENINGKATKAN PRONUNCIATION

SISWA KELAS IV A MI SUNAN KALIJOGO MALANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana

Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan (S .Pd)

Oleh:

DHEWI MASITHOH ADMAWATI 07140036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKLULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

Juli, 2009

Page 3: Peningkatan Pronounciation

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGGUNAAN METODE AUDIO-LINGUAL DALAM

PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK

PENINGKATKAN PRONUNCIATION

SISWA KELAS IV A MI SUNAN KALIJOGO MALANG

SKRIPSI

Oleh:

DHEWI MASITHOH ADMAWATI 07140036

Telah Disetujui Pada Tanggal: 27 Juli 2009

Dosen pembimbing

Dr. H. Nur Ali, M.Pd NIP. 150 289 265

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Dra. Hj. Sulalah, M. Ag NIP. 150 267 279

Page 4: Peningkatan Pronounciation

iv

HALAMAN PENGESAHAN

PENGGUNAAN METODE AUDIO-LINGUAL DALAM

PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK

PENINGKATKAN PRONUNCIATION

SISWA KELAS IV A MI SUNAN KALIJOGO MALANG

SKRIPSI

Dipersiapkan dan disusun oleh Dhewi Masithoh Admawati (07140036)

telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 7 Agustus 2009 dengan nilai A

Dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Panitia Ujian Ketua Sidang, M. Walid, M.A : ___________________ NIP. Sekretaris Sidang, Dr. H. Nur Ali, M.Pd : ___________________ NIP. 150 289 265 Pembimbing, Dr. H. Nur Ali, M.Pd : ___________________ NIP. 150 289 265 Penguji Utama, Dr. Wahid Murni, M.Pd., Ak. NIP.

Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik IbrahimMalang

Dr. M. Zainuddin, MA NIP.150 275 502

Page 5: Peningkatan Pronounciation

v

PERSEMBAHAN

(Acknowledgement)

First of all, I praise to Allah the Almighty for the blessing and mercy given to me during my study and in completing this final project.

Secondly, I would be grateful to My great parents

Bpk. Mustamar and Ibu Siti Zainab for their praying. My beloved family Those who always give great encouragement to me

in accomplishing this final project.

For my beloved sister Syie, thanks for always be with me in every single time. Thanks for being my best friend.

Teh Nung, Oneng, Silvi, Gendut, Mbk Nuril, Mbak Bintan and all of member

of Sabilurrosyad Islamic Boarding I Love you all.

I would like to express my sincere gratitude to Dr. Nur Ali, M.Pd as my advisor for giving me

guidance and help to finish this final project and who has spent countless hours correcting

this final project in order to make it better. I also thank the examiners who have spent their time to examine me and correct my final project.

I also would like to extent my deep thanks to the principal of MI Sunan Kalijaga

and all the teachers who have helped me in conducting this study.

My special thanks to all lectures of the who have taught me since the first year of my study.

My gratitude goes to many people who have contributed their ideas

and time in completing my final project.

Finally, none or nothing is perfect and neither is this final project. Any correction, comments, and critics for the improvement of this final project are

always open-heartedly welcomed.

Malang,

The Writer

Page 6: Peningkatan Pronounciation

vi

MOTTO

ة�د��ا� �� ��ها ���ا��

39 "Menguasai metode itu lebih penting daripada sekedar

memahami teori"1

(Dr. Athiyah Al-Abrosy dalam Tarbiyah wa Ta'lim)

1 Mahmud Yunus dan Muhammad Qosim Bakir, Tarbiyah wa ta'lim, Gontor: Darussalam press

Page 7: Peningkatan Pronounciation

vii

Dr. H. Nur Ali, M.Pd Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang ------------------------------------------- NOTA DINAS PEMBIMBING Hal : Skripsi Dhewi Masihtoh Admawati Malang, 27 Juli 2009 Lamp. : 4 (Empat) Eksemplar Kepada Yth. Dekan Fakltas Tarbiyah UIN Malang di Malang Assalaamu’alaikum W. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut dibawah ni: Nama : Dhewi Masithoh Admawati NIM : 07140036 Jurusan : PGMI

Judul Skripsi :Penggunaan Metode Audio Lingual Dalam Pembelajaran

Bahasa Inggris Untuk Peningkatan Pronunciation Siswa

Kelas IV MI Sunan Kalijogo Malang

Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak

diajukan untuk diujikan.

Demikian, mohon dimaklumi adanya.

Wassalaamu’alaikum Wr.Wb

Pembimbing,

Dr. H. Nur Ali, M. Pd

Page 8: Peningkatan Pronounciation

viii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang penetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau ditebitkan oleh orang lain, kecali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.

Malang, 24 Juni 2009

Yang menyatakan.

Dhewi Masithoh Admawati

Page 9: Peningkatan Pronounciation

ix

KATA PENGANTAR

����א�א����א���������א�א����א���������א�א����א���������א�א����א�����Assalamu alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Ilahi Rabbi yang telah memberi

Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi dengan judul

Penggunaan Metode Audio Lingual Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Untuk

Peningkatan Pronunciation Siswa Kelas IV MI Sunan Kalijogo Malang ini dapat

penulis selesaikan tanpa halangan yang berarti.

Untaian shalawat serta salam semoga selalu mengalir kepada junjungan

kita, nabi Muhammad SAW, berkat pengorbanan dan kasih beliau, kita semua

bisa merasakan indahnya hidup di bawah naungan agama yang damai, yaitu

agama Islam.

Penulisan ini diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

program Strata Satu (S1) Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidiyah

Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Selain itu,

penulisan ini juga disusun sebagai bentuk partisipasi penulis dalam

mengembangkan hasanah keilmuan dan perwujudan ilmu yang telah didapat

selama menjadi mahasiswa.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari peran dan dukungan beberapa

pihak terkait yang telah banyak memberikan motivasi dan bantuan. Oleh karena

itu, rangkaian ungkapan terima kasih penulis sampaikan yang sedalam-dalamnya

kepada :

1. Bapak Mustamar dan Ibu Siti Zainab yang senantiasa mendoakan, membina,

mendidik, mengarahkan dan memberikan kepercayaan kepada putrinya untuk

Page 10: Peningkatan Pronounciation

x

menuntut ilmu dengan harapan menjadi manusia yang berguna bagi agama

dan bangsa, dan serta semua keluarga yang sangat saya cintai dan saya

banggakan.

2. KH. Marzuki Mustamar, M.Ag beserta keluarga selaku pembimbing, guru,

dan kakak, serta guru spiritualku

3. Bapak Prof. H. Imam Suprayogo, MA. Selaku Rektor Universitas Islam

Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

4. Bapak Dr. M. Zainuddin, MA. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas

Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

5. Ibu Dra. Hj. Sulalah, M.Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru

Universitas Islam Negeri Malang

6. Bapak Dr. Nur Ali, M.Pd Selaku Dosen Pembimbing, yang telah

mencurahkan tenaga untuk memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

7. Ibu Supriati, S.Pd selaku kepala sekolah MI Sunan Kalijogo Malang.

8. Bapak Zainuddin, S.Pd.I, selaku guru bahasa Inggris kelas IV MI Sunan

Kalijogo

9. Untuk orang-orang yang selalu ada dalam hatiku, hidupku dan hari-hariku

(Aji, Rosy, Silvi, Neng, Bintan, Uphy, Fuad, Halum, PGMI 05' Community,

para penghuni Sabeel El-Rosyad, dan yang tak bisa tersebut satu persatu)

kalian adalah babak penting yang penuh warna dalam episode hidupku ,

maturnuwun

Page 11: Peningkatan Pronounciation

xi

10. Almamaterku dan seluruh penghuninya. Semoga ilmu yang ku dapat

bermanfaat di dunia dan akhirat.

Semoga Allah SWT akan selalu melimpahkan rahmat dan balasan yang

tiada tara kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya

skripsi ini. Penulis hanya bisa berdoa semoga amal ibadah kalian diterima oleh

Allah SWT sebagai amal yang mulia. Amin.

Penulis menyadari penuh dengan kelemahan yang dimilikinnya, sehingga

dalam menyelesaikan skripsi ini masih terdapat banyak kesalahan dan

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan akan adanya saran dan kritik

dari semua kalangan guna menyempurnakan penulisan ini. Akhirnya, mudah-

mudahan penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua, lebih-lebih kepada

penulis. Amiin.

Malang, 27 Juli 2009

Penulis

Dhewi Masithoh Admawati NIM. 07140036

Page 12: Peningkatan Pronounciation

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Penulisan tansliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman

transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158 tahun 1987 dan No. 0543 b/ u/ 1987 yang

secara garis besar dapt diuraikan sebagai berikut:

A. Huruf

q = ق z = ز a = ا

k = ك s = س b = ب

l = ل sy = ش t = ت

m = م sh = ص ts = ث

n = ن dl = ض j = ج

w = و th = ط h = ح

zh * = h = ظ kh = خ

, = ى ‘ = ع d = د

y = ي gh = غ dz = ذ

f = ف r = ر

B. Vokal Panjang

Vokal (a) panjang = ậ

Vokal (i) panjang = i

Vokal (u) panjang = u

C. Vokal Diftong

u = أ� aw =أ�

i =إي ay =أي

Page 13: Peningkatan Pronounciation

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Profil MI Sunan Kalijogo ............................................................ 58 Tabel 4.2 : Sarana dan prasarana MI Sunan Kalijogo ................................... 59 Tabel 4.3 : Tanggapan siswa terhadap penerapan metode Audio-Lingual ... 82

Page 14: Peningkatan Pronounciation

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1: ..................................................................................................... 44

Page 15: Peningkatan Pronounciation

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Lampiran 2: Daftar nilai siswa Lampiran.3: Dokumentasi kegiatan pembelajaran Lampiran 4: Lembar observasi proses KBM dengan responden guru mata pelajaran Lampiran 5: Lembar Dialog Lampiran 6: Lembar Bukti Konsultasi Lampiran 7: Surat Keterangan Akan Mengajukan Penelitian Lampiran 8: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Page 16: Peningkatan Pronounciation

xvi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PENGAJUAN .................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v

MOTTO ................................................................................................................. vi

NOTA DINAS PEMBIMBING ............................................................................ vii

HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN .................................................. xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xvi

ABSTRAK ........................................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 10

C. Tujuan dan kegunaan Penelitian ............................................................. 10

D. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 12

E. Definisi Istilah ......................................................................................... 12

F. Sistematika Pembahasan ......................................................................... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................... 15

A. Pengertian Pembelajaran Bahasa Inggris ................................................ 15

B. Pengertian Metode Pembelajaran Bahasa Inggris ................................... 17

C. Pembelajaran Bahasa Inggris kelas IV SD/MI........................................ 18

D. Pengertian metode Audio-Lingual ......................................................... 22

E. Sejarah Metode Audio-Lingual .............................................................. 23

Page 17: Peningkatan Pronounciation

xvii

F. Teknik Pengajaran yang Digunakan dalam Metode Audio-Lingual ...... 25

G. Penerapan Metode Audio-Lingual .......................................................... 29

1. Langkah-langkah Pembelajaran dalam Metode Audio-Lingual ........ 29

2. Evaluasi Metode Audio-Lingual ......................................................... 31

H. Kelebihan dan Kekurangan Metode Audio-Lingual .............................. 31

I. Lingkup Pengajaran Pronunciation ....................................................... 34

a. Sounds/bunyi ................................................................................... 34

b. Ritme dan Penekanan ....................................................................... 35

c. Intonasi ............................................................................................. 35

J. Tujuan Pembelajaran Pronunciation ...................................................... 36

K. Pembelajaran Bahasa Perspektif Islam .................................................. 37

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 40

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian............................................................. 40

B. Kehadiran Peneliti di Lapangan .............................................................. 48

C. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 49

D. Sumber Data dan Jenis Data ................................................................... 49

E. Instrumen Penelitian................................................................................ 50

F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 51

G. Analisis Data ........................................................................................... 52

H. Pengecekan Keabsahan Data................................................................... 54

I. Tahapan Penelitian .................................................................................. 54

a. Rencana Tindakan ............................................................................ 55

b. Pelaksanaan Tindakan ......................................................................... 56

c. Observasi ............................................................................................. 56

d. Refleksi ............................................................................................... 57

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN ...................................................... 59

A. Latar Belakang Obyek Penelitian............................................................ 59

1. Sejarah Singkat Berdirinya MI Sunan Kalijogo ................................. 59

2. Visi Misi MI Sunan Kalijogo ............................................................. 59

3. Lokasi MI Sunan Kalijogo ................................................................. 61

4. Profil MI Sunan Kalijogo .................................................................... 61

Page 18: Peningkatan Pronounciation

xviii

5. Sarana dan Prasarana MI Sunan Kalojogo .......................................... 62

B. Paparan Hasil Penelitian ......................................................................... 62

1. Siklus I .............................................................................................. 64

2. Paparan Data Siklus I ..................................................................... 64

3. Siklus II ........................................................................................... 76

4. Paparan Data Siklus II ....................................................................... 76

BAB V PEMBAHASAN ...................................................................................... 88

BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 96

A. Kesimpulan ............................................................................................. 96

B. Saran ........................................................................................................ 98

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 19: Peningkatan Pronounciation

xix

ABSTRAK

Dhewi, Masithoh Admawati. 07140036. Penggunaan Metode Audio Lingual dalam Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Peningkatan Pronunciation Siswa Kelas IV MI Sunan Kalijogo Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing, Dr. H. Nur Ali, M.Pd Kata Kunci: Metode Audio-Lingual, Peningkatan Pronunciation

Pronunciation merupakan suatu bentuk pembelajaran yang penting dilakukan dalam pengajaran bahasa Inggris. Berbeda dengan bahasa Indonesia, pengajaran bahasa Inggris memiliki fonem (bunyi kata) dan pelafalan yang sedikit sulit untuk diajarkan anak-anak. Oleh karena itulah, pembelajaran pronunciation perlu diberikan sejak dini. Dengan mempelajari pronunciation siswa akan mengetahui bagaimana pengucapan (how to pronounce) sebuah kata yang benar. Hal ini dimaksudkan untuk membuat anak mengerti bagaimana cara mengucapan kata dalam bahasa asing (Inggris) untuk menghindari kesalahan berbicara atau membaca. Begitu pentingnya pronunciation dalam bahasa Inggris adalah karena salah pelafalan kata dalam bahasa Inggris dapat berakibat fatal. Salah dalam melafalkan satu huruf konsonan atau huruf vokal saja dalam suatu kata dapat membuat perbedaan kata yang akan berakibat pada kesalahan makna yang dimaksud. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan metode yang tepat. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode Audio-Lingual. Yakni, sebuah metode pengajaran bahasa Inggris yang lahir dari teori behavior phsycology yang menekankan drill dalam pelaksanaannya. Hal tersebut sesuai dengan pembelajaran pronunciation yang pada dasarnya membutuhkan lebih banyak latihan-latihan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Penelitian ini dilaksanakan di MI Sunan kalijogo Malang, dengan objek penelitian siswa kelas IV A. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini secara umum adalah untuk mendeskripsikan proses peningkatan kemampuan pronunciation dengan menggunakan metode Audio-Lingual pada siswa kelas IV A MI Sunan Kalijogo Malang. Sedangkan secara khusus tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah; 1) Mendeskripsikan proses perencanaan pembelajaran pronunciation dengan menggunakan metode Audio-Lingual pada siswa kelas IV A MI Sunan Kalijogo; 2) Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran pronunciation dengan menggunakan metode Audio-Lingual pada siswa Kelas IV A MI Sunan Kalijogo, dan 3) Mendeskripsikan evaluasi pembelajaran pronunciation dengan menggunakan metode Audio-Lingual pada siswa Kelas IV A MI Sunan Kalijogo.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research). Adapun penelitian ini terbatas pada penggunaan metode Audio-Lingual dalam pembelajaran bahasa Inggris untuk meningkatkan pronunciation siswa yang pada akhirnya diharapkan mampu memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang penggunaan metode Audio-Lingual bagi guru dan pembaca. Penelitian ini dibagi menjadi empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Untuk mengetahui peningkatan pronunciation siswa dengan metode Audio-Lingual, peneliti melakukan pre test dan post test pada siswa kelas IV A MI Sunan Kalijogo yang berjumlah 23 siswa. Penelitian ini terdiri dari dua siklus dan empat kali pertemuan. Pre test dilakukan sebelum siswa diberi tindakan. Adapun post test

Page 20: Peningkatan Pronounciation

xx

dilakukan ketika siswa sudah diberi tindakan. Hasilnya membuktikan bahwa nilai post test siswa lebih baik daripada nilai pre test siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari perbandingan rata-rata kelas sebelum dan setelah post test. Dari segi vowel (vokal) mengalami peningkatan sebesar 40%, consonant (konsonan) sebesar 34,9%, rhythm and word stress (ritma dan penekanan kata) 28,03%, intonation (intonasi) 37,7% dan fluency (kelancaran) sebesar 32,02%.

Page 21: Peningkatan Pronounciation

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pergeseran paradigma dalam pendidikan yang semula terpusat menjadi

desentralisasi membawa konsekuensi dalam pengelolaan, pendidikan khususnya

ditingkat sekolah. Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32

tahun 2004 tentang otonomi daerah yang secara langsung berpengaruh terhadap

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan. Kebijakan tersebut dapat

dimaknai sebagai pemberian otonom yang seluas-luasnya kepada sekolah dalam

mengelola sekolah, termasuk di dalam berinovasi dalam pengembangan

kurikulum dan model-model pembelajaran. Kondisi ini sesuai dengan perubahan

kurikulum yang sedang dibuat pemerintah, yakni kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP). Perubahan kurikulum tersebut untuk meningkatkan kualitas

mutu pendidikan. Mencermati dari kondisi rendahnya mutu pendidikan, maka

peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan sesuatu yang sangat mutlak

untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Salah satu wahana untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan, sehingga kualitas

pendidikan harus senantiasa ditingkatkan.2

Berbicara tentang bahasa, berarti berbicara tentang alat komunikasi. Kita

tidak dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa bahasa. Jika kita tidak mengerti

bahasa Inggris, maka hampir dapat dipastikan kita akan tertinggal. Bahasa Inggris

2 E. Mulyasa. Media dan Laboratorium dalam Pendidikan. (Jakarta: Proyek

Pengembangan, 2003), Pendidikan Guru (P3G) Pdan K

Page 22: Peningkatan Pronounciation

2

adalah suatu bahasa yang sangat penting dalam dunia internasional khususnya di

era globalisasi sekarang ini.

Bahasa Inggris sebagai suatu bahasa yang digunakan dalam masyarakat

globlal dapat dipergunakan sebagai media komunikasi dengan orang lain dari

berbagai negara. Selain itu, dengan menguasai bahasa Inggris maka orang akan

dengan mudah masuk dan dapat mengakses dunia informasi dan teknologi.

Dengan pengenalan bahasa Inggris di sekolah dasar maka siswa akan mengenal

dan mengetahui bahasa tersebut lebih awal. Oleh karena itu mereka akan

mempunyai pengetahuan dasar yang lebih baik sebelum melanjutkan ke tingkat

pendidikan yang lebih tinggi. Alasan yang terakhir adalah bagi orang tua dan guru

dapat memberikan bekal bagi siswa bahwa dengan menguasai bahasa Inggris

maka bisa memberikan kesempatan yang lebih terbuka untuk mengembangkan

diri guna memperoleh kesempatan yang lebih baik menghadapi persaingan

lapangan kerja dan karir di masa yang akan datang.

Menurut Pennycook bahasa Inggris telah menjadi suatu alat yang sangat

menentukan bagi kelanjutan pendidikan, pekerjaan serta status sosial masyarakat.3

Selain itu, menurut Depdiknas Bahasa memiliki peran sentral dalam

perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan

penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran

bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya , budayanya, dan

budaya lain. Selain itu pembelajaran bahasa juga membantu peserta didik mampu

3 Pennycook, A, “English in the World/The World in English”. In J. Tollefson (Ed),

Power and Inequality in Language Education (Cambridge: Cambridge University Press, 1995), hlm. 40

Page 23: Peningkatan Pronounciation

3

mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat dan

mengemukakan serta menggunakan kemampuan analisis dan imajinaif yang ada

dalam dirinya.4

Di dalam al-Qur'an juga dijelaskan tentang pentingnya mempelajari bahasa

lain. Adapun ayat yang menunjukkan tentang hal tersebut adalah:

# ¨Lym #sŒ Î) x�n=t/ t ÷ t/ Èø £‰¡¡9 $# y‰y uρ ∅ÏΒ $ yϑÎγ ÏΡρߊ $ YΒöθ s% āω tβρߊ% s3tƒ tβθ ßγ s)ø�tƒ Zω öθ s% ∩⊂∪

Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan[891]. "5

Maksud dari ayat tersebut adalah mereka (kaum yang dijumpai Iskandar

Dzulkarnain) tidak bisa memahami bahasa orang lain, karena bahasa mereka

amat jauh bedanya dari bahasa yang lain, dan merekapun tidak dapat

menerangkan maksud mereka dengan jelas karena kekurangan kecerdasan

mereka.6 Ayat tersebut menceritakan tentang kisah perjalanan Iskandar

Dzulkarnain ke sebuah tempat yang pada tempat tersebut terdapat suatu kaum

yang hampir tidak mengerti pembicaraan.

Adapun pelajaran yang dapat diambil dari ayat tersebut adalah

bahwasanya mempelajari bahasa sangat penting. Hal tersebut dikarenakan

manusia adalah makhluk homo socius yang juga butuh berinteraksi dengan

manusia lainnya, baik balam batasan regional maupun internasional

4 Depdiknas, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Seklah Dasar dan Madrasah

Ibtidaiyah ( Jakarta: CV. Timur Putra Mandiri, 2006), hlm. 402 5 Al-Qur'an Digital, Surat Al-Kahfi, ayat 93 6 Ibid

Page 24: Peningkatan Pronounciation

4

Dari beberapa ulasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya

menguasai bahasa sangatlah penting. Begitu pentingnya Menguasai bahasa Inggris

dengan baik akan sangat membantu siswa dalam meningkatkan pengetahuan dan

keintelektualan mereka, karena dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali

dijumpai berbagai buku dan media sumber informasi yang dicetak dengan

menggunakan bahasa Inggris. Untuk itulah MI Sunan Kalijogo ingin membantu

anak didiknya untuk mempelajari bahasa Inggris dengan memberikan berbagai

metode guna meningkatkan kemampuan berbahasa mereka sejak dini.

Akan tetapi dilihat dari hasil pra research, yang diperoleh peneliti dari

hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Inggris kelas IV A MI Sunan

Kalijogo, dalam usahanya memberikan pendidikan yang terbaik bagi siswanya,

khususnya dalam mata pelajaran bahasa Inggris masih mereka masih sering

mengalami kesulitan. Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan guru bahasa

Inggris kelas IV A berikut ini:

" Begini mbak, kalau untuk pelajaran bahasa Inggris memang kadang kami masih sering mengalami kesulitan. Mungkin kalau dalam hal mengartikan atau menerjemahkan anak-anak sudah terbiasa. Tapi kalau membaca sebagian besar masih banyak yang kurang benar melafalkannya atau kurang fasih. Paling-paling ya beberapa anak saja yang bisa, yang memang dasarnya sudah pinter. Saya itu bingung gitu lo mbak, te di apakno iki7. Wong saya juga bukan lulusan bahasa Inggris dan bukan lulusan PGSD yang memang diajari secara khusus gitu lo mbak. Jadi ya saya pakai metode menerjemahkan itu."8

7 Jawa:Mau diapakan, pen 8 Wawancara peneliti dengan Bpk. Zainuddin, guru mata pelajaran bahasa Inggris Kelas

IVMI Sunan Kalijogo, (24 April 2009, jam 09.15 WIB, di kantor)

Page 25: Peningkatan Pronounciation

5

Dari petikan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa yang

menjadi kendala dalam pembelajaran bahasa Inggris kelas IV A adalah bidang

pelafalan kata (pronunciation). Sebagaimana diketahui bahwa dalam bahasa

Inggris bentuk tulisan sangatlah berbeda dengan pelafalannya. Untuk itu, dalam

mempelajari keragaman kemampuan siswa, diharapkan seorang guru dapat

menggunakan metode pengajaran bahasa Inggris seefisien dan seefektif mungkin.

Berpijak pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang otonomi

daerah yang akhirnya memberi dampak positif bagi sekolah dengan pemberian

otonom yang seluas-luasnya kepada sekolah dalam mengelola sekolah, termasuk

didalam berinovasi dalam pengembangan kurikulum dan model-model

pembelajaran, maka seorang guru diharapkan lebih kreatif dalam memilih metode

agar siswa tertarik dengan materi yang diajarkan. Sehingga, siswa juga akan

merasa lebih mudah dalam memahami dan menguasai materi pelajaran yang di

sajikan. Richards mengatakan “Method in language teaching is designed to

provide a detailed account of major twentieth-century trends in language

teaching”9

Berdasar pada penelitian terdahulu tentang pembelajaran bahasa asing di

tingkat SD/MI, peneliti tertarik untuk menerapkan metode Audio-Lingual untuk

peningkatan pronunciation siswa Kelas IV A MI Sunan Kalijogo Malang. Adapun

beberapa penelitian tersebut antara lain adalah:

1. Improving Students' Pronunciation Using Audiovisual Aids (Avas) At

The Fifth Year Of Sd Al-Azhar Syifa Budi Solo In 2007/2008 Academic

9 J.C Richards, Approaches And Method in Language Teaching , (New york: Cambridge

University Press, 1986), hlm. 89

Page 26: Peningkatan Pronounciation

6

Year, oleh Anggar Wulandari

Penelitian tersebut dilaksanakan untuk meningkatkan pronunciation

siswa dengan menggunakan Audiovisual Aids (Avas). Adapun hasil

dari penelitian ini adalah bahwa siswa mempunyai respon positif

terhadap penerapan Audiovisual Aids (Avas). Para siswa terlihat

menikmati dan tertarik dengan penerapan Audiovisual Aids (Avas) dan

kemampuan siswa dalam pronunciation meningkat khususnya dalam hal

word stress.10

2. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bahasa Inggris Dengan Media CD

Interaktif di SDN 02 Selokaton Kec. Gondangrejo kab. Karanganyar,

oleh Fahru.

Penelitian ini menitikberatkan pada peranan bahasa Inggris yang sangat

besar dalam kehidupan mendatang, namun dewasa ini mata pelajaran

bahasa Inggris masih sulit dipelajari siswa, terutama siswa Sekolah

Dasar. Sebagai peneliti sekaligus guru Bahasa Inggris di Sekolah Dasar

Negeri 02 Selokaton, menemukan fakta nyata bahwa hasil nilai mata

pelajaran Bahasa Inggris siswa masih rendah. Kurangnya minat untuk

belajar Bahasa Inggris mengakibatkan rendahnya nilai siswa. Sebagian

siswa masih menganggap bahwa Bahasa Inggris itu sulit dan tidak

menyenangkan. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti melakukan

tindakan kelas dengan media CD interaktif dalam proses pembelajaran

10 Anggar Wulandari, Improving Students' Pronunciation Using Audiovisual Aids (Avas)

At The Fifth Year Of Sd Al-Azhar Syifa Budi Solo In 2007/2008 Academic Year, Skripsi. (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008), hlm. xii

Page 27: Peningkatan Pronounciation

7

di Sekolah Dasar Negeri 02 Selokaton. Adapun hasil dari penelitian

tersebut adalah bahwa model pembelajaran dengan media CD interaktif

dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran Bahasa

Inggris pada siswa Sekolah Dasar Negeri 02 Selokaton Kec.

Gondangrejo Kab. Karanganyar.11

3. Pemanfaatan Multimedia untuk menstimulus Imajinasi Penyusunan

Kalimat Posesive Pronouns, oleh Anik Sri Mulyani dkk.

Penelitian tersebut dilaksanakan di SDI Binakheir pada semester II.

Penelitian tersebut membahas tentang pemanfaatan multimedia untuk

menstimulus imajinasi penyusunan kalimat posessive pronouns. Dalam

pelaksanaannya tim peneliti menggunakan Microsoft Power Point

sebagai media dalam pembelajaran kalimat posessive pronouns. Adapun

hasil dari penelitian tersebut adalah tim peneliti menemukan peningkatan

sebesar 67% pada siswa setelah diberi tindakan. Selain itu, penggunaan

permainan juga dapat menstimuli imajinasi siswa agar mereka mampu

membuat kalimat sendiri, hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan

kalimat yang dapat dibuat siswa, dari empat kalimat menjadi delapan

kalimat.12

Adapun letak persamaan penelitian ini dengan ketiga penelitian di atas

adalah terletak pada objek penelitian, yaitu tindakan kelas ini diterapkan pada

11 Fahru, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bahasa Inggris Dengan Media CD

Interaktif di SDN 02 Selokaton Kec. Gondangrejo kab. Karanganyar, Blog. 2008 (http://www.Fahrublogger.blogspot.com, diakses pada tanggal 28 Maret 2009)

12 Anik Sri Mulyani dkk, Pemanfaatan Multimedia Untuk Menstimulus Imajinasi Penyusunan Kalimat Posesive Pronouns. Jurnal Pendidikan Inovatif, Jurnal JPI. No 1 Volume 4 Januari 2009

Page 28: Peningkatan Pronounciation

8

siswa tingkat dasar. Selain itu juga pada mata pelajaran yang dijadikan objek

penelitian (bahasa Inggris). Sedangkan perbedaannya terletak pada metode yang

digunakan dan ranah yang diteliti (ranah penelitian ini adalah pronunciation).13

Metode Audio-Lingual merupakan metode yang menggunakan drill

dengan menekankan repetition (pengulangan) dalam pelaksanaannya. Zuhairini

dkk menguraikan tentang kelebihan drill adalah : (1) Dalam waktu relatif singkat,

cepat dapat diperoleh penguasaan dan keterampilan yang diharapkan (2) Para

murid akan memiliki pengetahuan siap (3) Akan menanamkan pada anak-anak

kebisaaan belajar secara rutin dan disiplin.14

Sebagaimana diketahui tujuan suatu proses pembelajaran adalah untuk

meningkatkan dan mencapai suatu peningkatan prestasi. Dalam suatu proses

belajar mengajar, aspek yang sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut

adalah peran aktif atau partisipasi antara guru dan siswa. Partisipasi antara

keduanya sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang

diinginkan. Hal ini dapat diartikan bahwa dalam suatu proses belajar mengajar

harus ada keterlibatan antara guru dan siswa. Proses belajar merupakan hal yang

sangat penting, dimana proses tersebut terjadi di dalam pemikiran siswa.

Keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar merupakan suatu

implementasi dari keaktifan siswa dalam proses tersebut tentu saja disamping

menerima materi pelajaran dari guru. Dalam metode Audio-Lingual ini siswa

dapat berperan aktif dengan cara melakukan aktifitas yang dapat mendukung

13 Ranah yang diteliti dalam penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu poin 1.

Akan tetapi terdapat perbedaan, yaitu pada metode yang digunakan. 14 Zuhairini, dkk. Metodik Khusus Pendidikan Agama. (Suarabaya: Usaha Nasional,

1983), hlm. 107

Page 29: Peningkatan Pronounciation

9

proses belajar diantaranya dengan cara latihan dialog, dramatisasi dialog,

membaca berulang-ulang materi pelajaran untuk melancarkan pelafalan

(pronunciation) siswa, melaksanakan tugas-tugas yang diperintahkan guru atau

mencari sumber-sumber materi lain yang sekiranya dapat membantu mereka

dalam memahami materi pelajaran dan lain-lain. Hal tersebut dapat membuat

siswa dilibatkan dalam proses belajar mengajar baik secara fisik maupaun mental.

Selain itu keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar merupakan

suatu hal yang sangat menentukan dalam pencapaian prestasi belajar siswa

tersebut. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin siswa terlibat dalam proses

belajar mengajar, maka semakin besar pula pencapaian prestasi belajar akan

didapat oleh siswa. Hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai hal tersebut

adalah tentu saja usaha yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa

yang dalam hal ini adalah proses pembelajaran sebagai dasar suatu aktivitas.

Suatu kemjuan tidak akan diperoleh tanpa suatu usaha yang bermakna. Usaha

benar-benar diperlukan dalam hal peningkatan prestasi belajar siswa. Dengan

demikian maka penelitian ini merupakan “action research” yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan pronunciation siswa dengan tetap melibatkan siswa

dalam proses pembelajaran bahasa Inggris dengan metode Audio-Lingual pada

kelas IV di MI Sunan Kalijogo Malang.

Berkaitan dengan fenomena di atas peneliti tertarik untuk meneliti

penerapan dari salah satu metode pembelajaran bahasa yaitu The Audio-Lingual

Method, sebagai upaya untuk membantu siswa mempelajari English

pronunciation dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Metode ini memiliki fokus

Page 30: Peningkatan Pronounciation

10

tujuan yaitu latihan pronunciation yang benar dalam suatu bahasa, khususnya

bahasa Inggris. Oleh karena itu peneliti akan meneliti pengaruh penerapan metode

ini dalam meningkatkan kemampuan pronunciation siswa. Penelitian ini akan

dilakukan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul

“Penerapan Metode Audio-Lingual untuk Peningkatkan Kemampuan

Pronunciaton Siswa dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas IV di MI Sunan

Kalijogo Malang”

B. Rumusan Masalah

Adupun pokok permasalahan yang akan dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses perencanaan pembelajaran pronunciation dengan

menggunakan metode Audio-Lingual pada siswa Kelas IV A MI Sunan

Kalijogo?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran pronunciation dengan

menggunakan metode Audio-Lingual pada siswa Kelas IV A MI Sunan

Kalijogo?

3. Bagaimanakah evaluasi pembelajaran pronunciation dengan menggunakan

metode Audio-Lingual pada siswa Kelas IV A MI Sunan Kalijogo?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses

peningkatan kemampuan pronunciation dengan menggunakan metode Audio-

Lingual pada siswa kelas IV A MI Sunan Kalijogo.

Sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan proses perencanaan pembelajaran pronunciation dengan

Page 31: Peningkatan Pronounciation

11

menggunakan metode Audio-Lingual pada siswa kelas IV A MI Sunan

Kalijogo

2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran pronunciation dengan

menggunakan metode Audio-Lingual pada siswa Kelas IV A MI Sunan

Kalijogo

3. Mendeskripsikan evaluasi pembelajaran pronunciation dengan

menggunakan metode Audio-Lingual pada siswa Kelas IV A MI Sunan

Kalijogo.

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Lembaga

Penerapan metode Audio-Lingual ini diharapkan dapat dijadikan motivasi

untuk menerapkan model atau metode yang lebih bervariasi bagi pengajar

2. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Diharapkan penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan

varian metode pengajaran bahasa Inggris

3. Bagi Peneliti

Dengan menerapkan metode Audio-Lingual ini sebagai subjek penelitian,

maka diharapkan dapat menjadikan pengalaman yang berharga bagi

peneliti untuk dapat diterapkan di dunia pendidikan

4. Bagi siswa

Memberikan warna dan suasana baru dalam belajar di kelas sehingga

siswa merasa senang dan tidak mudah bosan. Siswa juga termotivasi untuk

menggali kreatifitas dan wawasannya sendiri.

Page 32: Peningkatan Pronounciation

12

5. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah saatu pertimbangan guru

mata pelajaran bahasa Inggris dalam menentukan model pembelajaran

yang bervariasi dalam proses belajar mengajar yang efektif

6. Bagi masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dikembangkan sebagai bentuk

pengabdian kepada masyarakat, khususnya guru SD, untuk mencoba

menerapkan pembelajaran metode Audio-Lingual yang bisa diterapkan

pada semua mata pelajaran.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Oleh karena dalam mata pelajaran bahasa Inggris banyak kompetensi dasar

yang harus dikuasai, yaitu reading, speaking, linstening dan writing, maka

dalam penelitian ini hanya akan mengkaji pronunciation yang merupakan

faktor yang sangat penting dalam dua dari empat kompetensi dasar di atas,

yaitu reading dan speaking.

Hockett mengungkapkan “Enough vocabulary to make such drills

possible”15 maka, agar penerapan metode Audio-Lingual lebih efektif maka

kosa kata yang akan dipakai juga dibatasi pada kosa kata yang sering dipakai

sehari-hari.

E. Definisi Operasional

Untuk memudahkan dan menghindari kemungkinan terjadinya kekeliruan

atau kesalahpahaman dalam menafsirkan pengertian atau makna dari judul

15 Richards and Rodgers Op . Cit, hlm. 42

Page 33: Peningkatan Pronounciation

13

penelitian ini, maka peneliti memberikan penegasan istilah sebagai berikut:

1. Audio-Lingual adalah sebuah metode pembelajaran bahasa yang dalam

prakteknya ditekankan pada drill dan repetisi (pengulangan).

2. Pronunciation adalah cara dimana sebuah bahasa, kata dan suara

diucapkan.

F. Sistematika Pembahasan

Agar penelitian ini sistematis, maka digunakan sistematika sebagai

berikut:

Bab I berupa pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, ruang lingkup penelitian,

definisi istilah dan sistematika pembahasan.

Bab II berupa kajian pustaka yang meliputi pengertian metode

pengajaran bahasa Inggris, pengertian metode pembelajaran bahasa Inggris,

sejarah metode Audio-Lingual, pengertian metode Audio-Lingual, teknik

pengajaran dengan menggunakan metode Audio-Lingual, penerapan metode

Audio-Lingual, kelebihan dan kekurangan metode Audio-Lingual, lingkup

pengajaran pronunciation, tujuan pembelajaran pronunciation.

Bab III berupa metodologi penelitian yang meliputi pendekatan dan

jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data dan jenis

data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data,

pengecekan keabsahan temuan, tahap-tahap penelitian.

Bab IV berupa paparan data dan laporan hasil penelitian yang meliputi

latar belakang objek, siklus 1dan 2

Page 34: Peningkatan Pronounciation

14

Bab V berupa pembahasan.

Bab VI berupa penutup,yang berisi kesimpulan dan saran-saran.

Page 35: Peningkatan Pronounciation

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pembelajaran Bahasa Inggris

Dalam Undang-undang Guru dan Dosen disebutkan bahwa pembelajaran

adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar.16 Di sisi lain Wittrock dikutip Good dan Brophy

mendefinisikan:

”Learning is the term we use to describe the process involve in changing through experience. It is the process of acquiring relatively permanent change in understanding, attitude, knowledge, information, ability, and skill experience”

Sedangkan menurut Sagala pembelajaran adalah membelajarkan siswa

menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama

keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah

antara guru dengan murid peserta didik17

Jika dilihat dari beberapa definisi di atas pembelajaran mempunyai arti

yang hampir sama dengan pengajaran. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar

supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai

sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi

perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang

siswa. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu

16 Tim Redaksi Fokus Media, Undang-undang Guru dan Dosen, (Bandung: Fokus

Media, 2008), hlm.61 17 Syaiful, Sagala, Konsep dan Makna Pembelajarann (Bandung: CV. Alfabeta, 2005),

hlm. 61

Page 36: Peningkatan Pronounciation

16

pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menunjukkan adanya interaksi

antara guru dengan peserta didik.

Adapun pembelajaran yang efektif ditandai dengan berlangsungnya proses

belajar dalam diri siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar jika

dalam dirinya terjadi perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari

tidak bisa menjadi bisa dan sebagainya. Dalam pembelajaran, hasil belajar dapat

dilihat secara langsung. Oleh karena itu, agar kemampuan siswa dapat dikontrol

dan berkembang semaksimal mungkin dalam proses belajar di kelas, maka

program pembelajaran tersebut harus dirancang terlebih dahulu oleh para guru

dengan memperhatikan berbagai prinsip pembelajaran yang telah diuji

keunggulannya.

Pendidikan Bahasa Inggris di SD/MI itu sendiri dimaksudkan untuk

mengembangkan kemampuan berbahasa yang digunakan untuk menyertai

tindakan atau language accompaying action. Bahasa Inggris digunakan untuk

interaksi yang bersifat “here and now”. Topik pembicaraannya berkisar pada hal-

hal yang ada dalam konteks situasi.18

Sebagaimana diketahui, bahasa Inggris merupakan alat komunikasi secara

lisan dan tulis. Sedangkan berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan

informasi, pikiran, perasaan dan mengembangkan ilmu pengetahuan,teknologi dan

budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah

kemampuan berwacana yaitu kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks

lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa yaitu;

18 Fahru, Op. Cit

Page 37: Peningkatan Pronounciation

17

reading, listening, writing, dan speaking. Ke empat keterampilan inilah yang

digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan

bermasyarakat.

B. Pengertian Metode Pembelajaran Bahasa Inggris

Method is approaches to designing language program and material reflect

a commitment to finding more efficient and more effective ways of teaching

language.19 Jadi, metode dalam pembelajaran bahasa Inggris merupakan proses

penyajian pelajaran atau materi bahasa untuk menemukan suatu cara yang lebih

efisien dan efektif dalam proses pengajaran bahasa Inggris.

Metode pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah apa yang dimaksud

oleh tujuan pembelajaran itu sendiri. Semua situasi pembelajaran yang

berlangsung baik maksimal maupun kurang maksimal- mencakup beberapa aspek,

yaitu: a) pemilihan bahan, b) peningkatan bahan dan c) cara-cara penyajian materi

pembelajaran serta cara-cara pengulangan materi tersebut.20 Sedangkan menurut

sebagian ahli metode adalah penentuan bahan yang akan diajarkan, adapula yang

mengatakan cara-cara penyajian bahan.21

Dari beberapa definisi yang telah disebutkan bisa diambil kesimpulan

bahwa pengertian dari metode pembelajaran bahasa adalah cara yang digunakan

untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa itu sendiri yang kesemuanya

dilandaskan pada sistem tertentu. Adapun metode mencakup beberapa faktor,

19 Richards and Rodgers Op . Cit, 15 20 Mas Shofa, Hakikat Metode Pembelajaran Bahasa (http://massofa.wordpress.com, diakses pada tanggal 28 Maret 2009) 21 Ibid

Page 38: Peningkatan Pronounciation

18

yaitu penentuan bahan pembelajaran, penentuan urutan bahan, cara-cara

penyajian, dan sebagainya.

Dalam proses pengajaran di kelas memang dibutuhkan pendayagunaan

metode-metode yang telah terbukti keefektifannya, dengan begitu siswa akan

lebih termotivasi dalam mempelajarinya.

C. Pembelajaran Bahasa Inggris Kelas IV SD/MI

Bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran yang tergolong dalam

muatan lokal, yang mana substansi muatan lokal tersebut ditentukan oleh sekolah.

Sekolah dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap

semester atau dua mata pelajaran muatan lokal dalam satu tahun.

Sebagaimana disebutkan dalam Model Kurikulum tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) SD dan MI, Bahasa Inggris merupakan salah satu mata

pelajaran muatan lokal yang wajib diselenggarakan bagi semua siswa kelas I

hingga kelas VI. Sedangkan alokasi waktu yang diperlukan adalah 2 jam

pelajaran.22

Pembelajaran bahasa Inggris kelas IV SD maupun MI mempunyai Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Pada kelas IV semester 1 dan semester 2,

Standar Kompetensinya adalah:

1. Memahami instruksi sangat sederhana dengan tindakan dalam konteks

kelas (mendengarkan).

2. Mengungkapkan instruksi dan informasi sangat sederhana dalam

konteks kelas (berbicara).

15 Karsidi, Model Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD dan MI, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2007), hlm. 14

Page 39: Peningkatan Pronounciation

19

3. Memahami tulisan bahasa Inggris sangat sederhana dalam konteks

kelas (membaca).

4. Mengeja dan menyalin tulisan bahasa Inggris sangat sederhana dalam

konteks kelas (menulis).

Kompetensi Dasar pada semester I adalah:23

a. Mendengarkan

1. Merespon dengan melakukan tindakan sesuai instruksi secara

berterima dalam konteks kelas.

2. Merespon instruksi sangat sederhana secara verbal dalam konteks

kelas.

b. Berbicara

1. Peserta didik mampu bercakap-cakap untuk menyertai tindakan

yang melibatkan tindak tutur mengenalkan diri, memberi

salam/sapaan, memberi salam perpisahan dan memberi aba-aba.

2. Peserta didik mampu bercakap-cakap untuk meminta/memberi

jasa/barang yang melibatkan tindak tutur memberi bantuan,

meminta barang dan memberi barang.

3. Peserta didik mampu bercakap-cakap untuk meminta/memberi

informasi yang melibatkan tindak tutur berterima kasih, meminta

maaf, memberi maaf, melarang, memuji, dan mengajak.

4. Peserta didik mampu mengungkapkan kesantunan yang melibatkan

ungkapan thank you, sorry, please, dan excuse me.

23 Rita Kurniawan dan Naning Partini, Speed Up English 4 (Jakarta: Yudhistira, 2006),

hlm. iv.

Page 40: Peningkatan Pronounciation

20

c. Membaca

1. Peserta didik mampu membaca nyaring dengan melafalkan alfabet

dan ucapan yang tepat yang melibatkan kata, frasa, dan kalimat

sangat sederhana.

2. Memahami kalimat dan pesan tertulis sangat sederhana.

d. Menulis

1. Mengeja ujaran bahasa Inggris sangat sederhana secara tepat dan

berterima dengan tanda baca yang benar yang melibatkan kata,

frasa dan kalimat sangat sederhana.

2. Menyalin tulisan bahasa Inggris sangat sederhana secara tepat dan

berterima seperti: ucapan selamat dan pesan tertulis.

Pada semester II, Kompetensi Dasar yang dijadikan patokan adalah:

a. Mendengarkan

1. Merespon dengan melakukan tindakan sesuai instruksi secara

berterima dalam konteks kelas.

2. Merespon instruksi sangat sederhana secara verbal dalam konteks

kelas

b. Berbicara

1. Peserta didik mampu menirukan ujaran dalam ungkapan sangat

sederhana secara berterima.

2. Peserta didik mampu bercakap-cakap untuk menyertai tindakan

yang melibatkan tindak tutur memberi contoh melakukan sesuatu

dan memberi aba-aba.

Page 41: Peningkatan Pronounciation

21

3. Peserta didik mampu bercakap-cakap untuk meminta/memberi

jasa/barang yang melibatkan tindak tutur meminta bantuan,

meminta barang, dan memberi barang.

4. Peserta didik mampu bercakap-cakap untuk meminta/memberi

informasi yang melibatkan tindak tutur meminta ijin, memberi ijin,

menyetujui, tidak menyetujui, menyangkal, dan meminta kejelasan.

5. Peserta didik mampu mengungkapkan kesantunan yang melibatkan

ungkapan thank you, sorry, please, dan excuse me.

c. Membaca

1. Peserta didik mampu membaca nyaring dengan melafalkan alfabet

dan ucapan yang tepat yang melibatkan kata, frasa, dan kalimat

sangat sederhana.

2. Memahami kalimat dan pesan tertulis sangat sederhana.

d. Menulis

1. Peserta didik mampu mengeja ujaran bahasa Inggris sangat

sederhana dengan tanda baca yang benar yang melibatkan kata,

frasa, dan kalimat sangat sederhana.

2. Peserta mampu menyalin tulisan bahasa Inggris sangat sederhana

dengan tepat seperti: ucapan selamat dan notices.

Berdasarkan empat standar kompetensi yang telah ditetapkan tersebut,

maka seyogyanya pembelajaran yang berlangsung di kelas dapat mengakomodir

keempat keterampilan tersebut. Karena keempat keterampilan tersebut saling

berkaitan dan saling berpengaruh. Dalam pembelajaran bahasa Inggris di kelas,

Page 42: Peningkatan Pronounciation

22

guru dapat melakukan beberapa kegiatan yang mengakomodir beberapa

keterampilan secara langsung. Sebagai contoh saat guru meminta peserta didik

untuk mendengarkan instruksi dari guru untuk melafalkan kata-kata dalam bahasa

Inggris, guru selain melakukan aktivitas listening juga telah membuat siswa

berbicara, melafalkan, dan membaca. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakuka

secara bersama-sama.

D. Pengertian Metode Audio-Lingual

Pada dasarnya metode Audio-Lingual hampir sama dengan metode

lainnya. Adapun metode yang muncul sebelum metode ini adalah metode Direct

(Direct Method).

The Audio-Lingual method is the method which focuses in repetition some

words to memorize.24

Audio-Lingual method is a method which use drills and pattern practice

in teaching language.25 Adapun Jill Kerper Mora dari San Diego University

menyebutkan:

"This method26 is based on the principles of behavior psychology. It adapted many of the principles and procedures of the Direct Method, in part as a reaction to the lack of speaking skills of the Reading Approach"27

Metode Audio-Lingual ini merupakan sebuah metode yang

pelaksanaannya terfokus pada kegiatan latihan, drill, menghafal kosa kata, dialog,

24 Diane Larsen and Freeman, Techniques and Principles in Language Teaching,

(Oxford: Oford University Press, 1986), hlm. 31 25 Richards,.Op. Cit., hlm. 44 26 Audio-Lingual Method 27 Jill Kreper Mora, Second-Language Teaching Method (http://www.edweb.sdsu.edu,

diakses pada tanggal 20 Februari 2009)

Page 43: Peningkatan Pronounciation

23

teks bacaan. Adapun dalam praktiknya siswa diajak belajar (dalam hal ini bahasa

Inggris secara langsung) tanpa harus mendatangkan native language.

Dasar dan prosedur pengajaran dalam metode ini juga banyak diambil dari

metode yang telah ada sebelumnya yaitu metode langsung (Direct Method). Selain

itu, tujuan Audio-Lingual pun juga tidak berbeda dengan Direct Method yaitu

untuk menciptakan kompetensi komunikatif dalam diri siswa.

Sebagaimana diketahui, pengucapan (pronunciation), susunan serta aspek-

aspek lain antara bahasa asing dan bahasa ibu sangatlah berbeda. Oleh karenanya,

dalam pembelajaran bahasa asing (dalam hal ini bahasa Inggris) para siswa

diharuskan mengucapkan dan atau membaca berulang-ulang kata demi kata yang

diberikan oleh guru agar sebisa mungkin tidak terpengaruh dengan bahasa ibu.

Pengulangan-pengulangan yang dilakukan lama-kelamaan akan menjadi sebuah

kebiasaan (habit). Begitu juga dalam hal melafalkan kata-kata bahasa asing

(bahasa Inggris), jika hal tersebut sudah menjadi kebiasaan, siswa akan secara

otomatis dan refleks dapat melakukannya. Sehingga dalam pelaksanaannya, agar

usaha tersebut dapat berjalan lancar maka diperlukan memerlukan keseriusan baik

dari guru maupun siswa.

E. Sejarah Metode Audio-Lingual

Metode Audio-Lingual merupakan sebuah metode yang sudah

berkembang selama Perang Dunia II berlangsung.28 Keikutsertaan Amerika

dalam perang dunia II telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

pengajaran bahasa Inggris di negara tersebut. Untuk membekali pemerintah

28 Diane Larsen and Freeman, Op. Cit., hlm. 31

Page 44: Peningkatan Pronounciation

24

Amerika dengan personel yang fasih berbahasa Jerman, Prancis, Italia, China,

Jepang, Melayu dan bahasa lainnya penerjemah, asisten code-room, dan pengalih

bahasa dibutuhkan sebuah training khusus program bahasa. Pemerintah

menugaskan universitas-universitas di Amerika untuk mengembangkan bahasa

asing bagi personel militer Amerika. Demikian hingga akhirnya Army

Specialized Training Program (ASTP) didirikan pada tahun 1942. pada awal tahun

1943 sebanyak 55 universitas terlibat dalam program ini. 29

Metode yang juga dikenal sebagai Army method ini berkembang sebagi

reaksi terhadap metode Grammar-Translation dalam pengajaran bahasa asing.

Metode Grammar-Translation ini sebelumnya telah dipakai selama seribu tahun,

tetapi membutuhkan waktu yang sangat lama bagi pembelajar untuk dapat

berbicara dengan bahasa asing yang ditargetkan. Kira-kira sejak 1947-1967

pendekatan Audio-Lingual telah menjadi metode pengajaran bahasa asing yang

dominan di Amerika. Dengan metode yang lebih inovatif, metode Audio-Lingual

ini mampu mencapai kompetensi komunikatif lebih cepat. Teori ini berdasar pada

teori behavioristik yang dikembangkan Skinner.30

Sebagaimana diketahui bahwa kaum behavioris yakin bahwa belajar

bahasa pada hakikatnya adalah masalah pembisaaan dan pembentukan kebisaaan.

Dengan pola pikir bahwa dalam proses pembelajaran yang penting adalah

stimulus dan respons dan adanya penguatan. Oleh sebab itu, dalam dunia

pembelajaran bahasa teori itu melahirkan pendekatan Audio-Lingual yang banyak

29 Richards and Rodgers, Op . Cit., hlm. 44 30 Susan Kifutu, Background and Characteristics of the Audio-Lingual Method

(http://www.tcnj.edu, diakses pada tanggal 21 Februari 2009)

Page 45: Peningkatan Pronounciation

25

memberikan pengulangan. Mereka yakin jika belajar bahasa itu dilakukan dengan

pengulangan, maka kompetensi berbahasa itu akan dapat diperoleh.

Aliran behaviorisme menjelaskan pengertian tingkah laku melalui aksi dan

reaksi atau yang biasa kita kenal dengan istilah stimulus dan response; stimulus

yang berbeda menghasilkan responsi yang berbeda pula. Adapun hubungan antara

stimulus tertentu dengan responsi tertentu disebut kebiasaan atau habit.

Watson, seorang tokoh aliran psikologi behaviorisme klasik pernah

mengemukakan bahwasanya stimulus dapat mendatangkan responsi, maka dapat

disimpulkan jika stimulus terjadi secara tetap maka responsi pun terlatih dan

diarahkan tetap akhirnya dapat terjadi secara bersifat otomatis.

Dalam metode Audio-Lingual yang didasarkan pada teori behavioristik

yang digunakan dalam penelitian ini, peran guru sangat dominan karena gurulah

yang memilih bentuk stimulus, memberikan punishment dan reward, memberikan

penguatan dan menentukan jenisnya, dan guru juga yang memilih materi, dan cara

mengajarkannya.

F. Teknik Pengajaran yang Digunakan dalam Metode Audio-Lingual

Teknik pengajaran yang digunakan dalam metode Audio-Lingual adalah

sebagai berikut:31

a. Menghafal Dialog (Dialog Memorization)

Dalam teknik ini siswa menghafalkan dialog atau percakapan pendek

antara dua orang pada awal pelajaran. Dalam praktiknya siswa

memerankan satu orang peran dalam dialog, sedangkan guru

31 Diane Larsen and Freeman , Op. Cit., 45-47

Page 46: Peningkatan Pronounciation

26

memerankan tokoh pasangannya. Setelah siswa belajar percakapan atau

dialog dari satu tokoh, guru dan siswa berganti peran. Kemudian siswa

menghafalkan dialog baru. Cara lainnya yang bisa digunakan adalah

dengan membagi siswa menjadi dua kelompok. Masing-masing

kelompok memerankan satu peran dan menghafalkan dialog tersebut.

Setelah masing-masing kelompok mampu menghafalkan dialog, mereka

diminta untuk untuk berganti peran. Setelah seluruh siswa hafal dialog,

guru meminta siswa untuk mempraktikkan dialog secara berpasangan di

depan kelas.

b. Backward Bulld-up (Expansion) Drill

Drill digunakan ketika siswa mengalami kesulitan dalam menghafalkan

dialog panjang. Caranya adalah guru membagi dialog panjangmenjadi

beberapa potong bagian. Guru pertmama kali memberikan contoh

kemudian siswa menirukan bagian kalimat (bisaanya pada frasa akhir).

Contoh:

Guru : It is a beautiful scenery

Guru : It is a beautiful ………

Siswa : It is a beautiful scenery

c. Repetition Drill

Siswa diminta untuk menirukan guru seakurat dan secepat mungkin.

Contoh :

Guru : This is the seventh month

Page 47: Peningkatan Pronounciation

27

Siswa : This is the seventh month

d. Chain Drill

Drill ini dilakukan dengan cara meminta siswa untuk duduk melingkar

di dalam ruangan, kemudian satu persatu siswa bertanya dan menjawab

pertanyaan. Guru memulai drill ini dengan dengan menyapa atau

bertanya pada salah satu siswa. Kemudian siswa tersebut menjawab

pertanyaan tadi, kemudian ia bertanya pada teman di sampingnya.

Siswa yang ditanya tadi kemudian menjawab dan bertanya lagi kepada

teman di sampingnya, begitu seterusnya.

e. Single Slot Subtitution

Guru membaca satu baris dari dialog, kemudian siswa mengucapkan

satu kata atau kelompok kata. Siswa diminta untuk menirukan dengan

cara memasukkan kata atau kelompok kata tersebut secara tepat ke

dalam bait dialog tadi.

Contoh:

Guru : I know Him. (Hardly)

Siswa : I hardly know him

f. Multiple Slot Subtitution Drill

Drill ini sama dengan drill single slot substitution, tapi lebih luas.

Tidak hanya satu bait dialog, akan tetapi satu dialog penuh.

Page 48: Peningkatan Pronounciation

28

g. Transformational Drill

Guru memberi siswa kalimat, kemudian siswa diminta untuk merubah

kalimat tersebut menjadi bentuk yang berbeda seperti: interrogatif,

negatif, positif, pasif, imperative dan sebagainya.

h. Question and Answer Drill

Drill model ini melatih siswa menajwab pertanyaan dengan tepat.

i. Use Minimal Pairs

Guru menggunakan pasangan kata yang berbeda satu bunyi, misal: ship

dan sheep. Siswa diminta untuk menemukan perbedaan dua kata

tersebut, kemudian berlatih untuk mengucapkan kata tersebut dengan

benar.

j. Complete the Dialog

Beberapa kata dalam sebuah dialog dihapus, kemudian siswa diminta

untuk melengkapi dialog tersebut

k. Grammar Game

Game ini mirip dengan game supermarket alphabet, didesain untuk

melatih grammar siswa dalam suatu konteks. Dengan begitu siswa bisa

mengekspresikan dirinya sendiri, walaupun dalam porsi yang terbatas.

Dari berbagai teknik yang disebutkan di atas dapat disimpulkan dalam

pelaksanaan metode Audio-Lingual seorang guru akan memberi contoh

tentang model yang benar, dalam hal ini melafalkan ( pronounce) dan

bagaimana melafalkan (how to pronounce ) sebuah kalimat dan siswa harus

menirukan. Kemudian dalam kesempatan lain guru akan melanjutkan dengan

Page 49: Peningkatan Pronounciation

29

mengenalkan kata-kata baru dengan struktur kata yang sama. Pokok dari

metode ini dan kaitannya dengan pembelajaran pronunciation adalah

bagaimana melatih siswa untuk terus berlatih melafalkan dengan benar sampai

mereka dapat melakukannya secara spontan. Oleh karena itu seperti telah

dijelaskan di awal, siswa hanya diberi kosakata secukupnya (khususnya yang

sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari) agar pelaksanaan metode ini

dapat berjalan dengan lancar.

G. Penerapan Metode Audio-Lingual

Metode Audio-Lingual sangat mengutamakan drill. Metode ini muncul

karena terlalu lamanya waktu yang ditempuh dalam bahasa dan target.

Padahal,untuk kepentingan tertentu, perlu penguasaan bahasa dengan cepat

misalnya perang, kunjungan dan seterusnya. Dalam Audio-Lingual yang

berdasarkan pendekatan struktural itu, bahasa yang diajarkan dicurahkan pada

lafal kata dan pelatihan berkali-kali secara intensif pada pola-pola kalimat.

Guru dapat memaksa siswa untuk mengulang sampai tanpa kesalahan.

1. Langkah-langkah Pembelajaran dalam Metode Audio-Lingual

Di dalam metode Audio-Lingual terdapat beberapa langkah yang biasa

dilakukan dalam proses pembelajaran. Adapun langkah-langkah tersebut

antara lain adalah:

Adapun langkah-langkah yang bisaa dilakukan adalah:

a. Penyajian teks dialog atau teks pendek yang dibacakan guru

berulang-ulang dan siswa menyimak tanpa melihat teks yang

dibaca.

Page 50: Peningkatan Pronounciation

30

b. Peniruan dan penghafalan teks itu secara serentak dan siswa

menghafalkannya.

c. Penyajian kalimat dilatih dengan pengulangan.

d. Dramatisasi dialog atau teks yang dilatihkan kemudian siswa

memperagakan di depan kelas.

e. Pembentukan kalimat lain yang sesuai dengan yang dilatihkan.32

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya metode ini memberikan

perhatian utama kepada kegiatan latihan, drill, menghafal kosa kata, dialog,

teks bacaan, dan pada sisi lain lebih mengutamakan bentuk luar bahasa (pola,

struktur, kaidah) dari pada kandungan isinya, dan mengutamakan kesahihan

dan akurasi dari kemampuan siswa untuk berinteraksi dan berkomunikasi.

Penerapan metode ini hampir sama dengan penerapan pengajaran bahasa

pertama pada anak-anak, anak-anak menguasai bahasa ibunya melalui

peniruan. Peniruan itu biasanya diikuti oleh pujian atau perbaikan. Melalui

kegiatan itulah anak-anak mengembangkan pengetahuannya mengenai

struktur, pola kebiasaan bahasa ibunya. Maka hal yang sama juga dapat

diberlakukan dalam pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing. Melalui cara

peniruan dan penguatan, para siswa mengidentifikasi hubungan antara

stimulus dan responsi yang merupakan kebiasaan dalam berbahasa kedua atau

bahasa asing.

32 Suyatno, Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra, (Surabaya: Penerbit ISC, 2004)

hlm. 35

Page 51: Peningkatan Pronounciation

31

2. Evaluasi Metode Audio-Lingual

Sebagaimana telah dijelaskan di awal bahwasanya penelitian ini

dikhususkan pada pembahasan penggunaan metode Audio-Lingual dalam

pembelajaran pronunciation.

Adapun dalam metode Audio-Lingual sendiri tidak disebutkan secara jelas

tentang evaluasinya. Satu hal yang dikemukakan adalah jika diselenggarakan

tes maka masing-masing pertanyaan akan difokuskan pada point apa yang

dipelajari pada saat itu33 (adapun dalam hal ini adalah pronunciation).

Dalam penelitian ini peneliti memberikan oral test untuk mengukur

peningkatan pronunciation siswa. Selain itu, karena penelitian ini

dimaksudkan untuk mengetahui peningakatan pronunciation siswa maka

peneliti akan melakukan penilaian pada kemampuan untuk melafalkan (skill

to pronounce). Adapaun hal-hal yang dinilai meliputi sounds

(mendiskriminasikan bunyi), ritme dan penekanan (rythm and word stress),

intonasi (intonation) dan kelancaran (fluency).

H. Kelebihan dan Kekurangan Metode Audio-Lingual

Metode Audio-Lingual memiliki kelebihan dan juga memiliki kekurangan

di sisi lainnya. Adapun kelebihan dari metode ini antara lain adalah:34

a. Audio-Lingual mungkin merupakan teori pengajaran bahasa pertama yang

secara terbuka mengklaim terbentuk dari gabungan linguistik dan

psikologi.

33 Diane Larsen and Freeman , Op. Cit., hlm. 44-45 34 http://blog.hjenglish.com/yococo/articles/473032.html, diakses tanggal 6 April 2009

Page 52: Peningkatan Pronounciation

32

b. Metode Audio-Lingual mencoba membuat pembelajaran bahasa menjadi

lebih mudah diakses oleh pembelajar dalam jumlah besar (kelas besar).

Hal tersebut menyebabkan partisipasi pembelajar melalui teknik drill dapat

dimaksimalkan.

c. Secara positif drill dapat membantu siswa dalam mengembangkan

kemampuan oralnya.

d. Teknik pengajaran dalam metode Audio-Lingual dengan menggunakan

tape recording dan laboratorium bahasa menawarkan latihan kecakapan

berbicara dan mendengar yang merupakan hal paling penting dalam

pembelajaran bahasa. Pola-pola drill memberikan siswa lebih banyak

latihan.

e. Metode Audio-Lingual mengembangkan kemampuan berbahasa ke dalam

"peralatan pedagogig" yaitu mendengar (menyimak), membaca dan

menulis. Metode Audio-Lingual secara spesifik memperkenalkan desain

teknik pendengaran (listening) dan latihan oral (speaking). Hal tersebut

menunjukkan kesuksesan dalam mengembangkan pemahaman aural

(listening) dan kelancaran berbicara (speaking).

Sedangkan kekurangan dalam metode Audio-Lingual antara lain adalah:

a. Teknik yang digunakan dalam metode Audio-Lingual seperti drill,

penghafalan, dan lain sebagainya mungkin bisa membuat bahasa

menjadi sebuah kelakuan (kebisaaan), tetapi hal tersebut tidak

menghaslikan kompetensi yang diharapkan.

b. Dengan metode Audio-Lingual mungkin guru akan mengeluhkan

Page 53: Peningkatan Pronounciation

33

tentang banyaknya waktu yang dibutuhkan (lama), dan para siswa

akan mengeluh tentang kebosanan yang disebabkan oleh pola drill

yang terus-menerus digunakan.

c. Peran dan keaktifan guru merupakan hal yang penting dalam

metode Audio-Lingual, jadi guru lebih banyak mendominasi

kelas.35

Adapun menurut Roestiyah kelemahan suatu metode atau teknik

pembelajaran yang menggunakan drill adalah sebagai berikut:

a. Sering terjadi cara-cara atau gerak yang tidak dapat berubah, karena

merupakan cara yang telah dibakukan, maka hal tersebut dapat

menghambat bakat dan inisiatif siswa.

b. Para siswa tidak boleh menggunakan cara lain atau cara menurut

pikirannya sendiri.

c. Keterampilan yang diperoleh siswa umumnya juga menetap/paati, yang

akan merupakan kebiasaan kaku/keterampilan yang salah.

d. Suatu latihan yang dijalankan dengan cara tertentu yang telah dianggap

baik dan tepat; sehingga tidak boleh diubah; mengakibatkan

keterampilan yang diperoleh siswa umumnya juga menetap/pasti, yang

akan merupakan kebiasaan yang kaku; atau keterampilan yang salah.

Sehingga, jika situasi berubah siswa akan sukar sekali menyesuaikan diri

atau tidak bisa mengubah caranya latihan untuk mengatasi keadaan yang

35 Ibid

Page 54: Peningkatan Pronounciation

34

lain itu.36

Masih menurut Roestiyah, agar latihan tersebut dapat berhasil,

instruktur perlu memilki cara/teknik lain yang menunjang teknik latihan

tersebut, sehingga kelemahannya bisa disempurnakan/dilengkapi dengan

teknik lain.37

I. Lingkup Pengajaran Pronunciation38

Pronunciation merupakan suatu bentuk pembelajaran yang penting

dilakukan dalam pengajaran bahasa Inggris. Berbeda dengan bahasa

Indonesia, pengajaran bahasa Inggris memiliki fonem (bunyi kata) dan

pelafalan yang sedikit sulit untuk diajarkan anak-anak. Oleh karena itulah,

pembelajaran pronunciation perlu diberikan sejak dini.

Dalam kamus Oxford dijelaskan bahwasanya pronunciation adalah

cara di mana sebuah bahasa, kata atau suara diucapkan. Sebagaimana

disebutkan "pronunciation: way in which a language or a particular word or

sounds is spoken".

Adapun lingkup pengajaran pronunciation terdiri dari tiga pokok

bahasan, yaitu:39

a. Sounds/bunyi

Sangatlah penting bagi seorang pembelajar bahasa untuk mampu

mengidentifikasi dan mendefinisikan bunyi suatu bahasa dengan

36 Roestiyah NK, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 126-

127 37 Ibid, hlm. 127 38 Penny Ur, A Course in Language Teaching, (New York: Cambridge University Press,

1996), hlm. 47 39 Ibid,hlm. 47-49

Page 55: Peningkatan Pronounciation

35

menulisnya menggunakan simbol fonetik. Dalam bahasa Inggris simbol

yang digunakan ini berbeda tergantung pada aksen (British, Australian,

atau American). Adapun komponen dari sounds ini adalah Vowels dan

consonants yang merupakan segmental features.

b. Ritme dan Penekanan

Ritme perkataan bahasa Inggris ditentukan atau bergantung pada

kesatuan tone (kata atau kelompok kata yang memuat satu pokok suku

kata yang ditekan). Contoh kata PEter, come HERE, please! Bisa dibagi

menjadi dua kesatuan tone, yaitu: Peter come dan come here, please!

Dimana penekanan yang pertama pada kata Peter dan yang kedua pada

here.

c. Intonasi

Intonasi adalah naik dan turunnya tone. Intonasi ini akan sangat

mempengaruhi makna. Misal kata Fire! Yang jika dibaca dengan

intonasi naik bisa dimaknai “ada api atau kebakaran” sedangkan jika

dibaca dengan intonasi menurun bisa dimaknai sebagai pertanyaan “ada

api?”

Kemampuan untuk mengidentifikasi dan membedakan bunyi (sounds)

merupakan kemampuan dasar dalam bahasa Inggris yang harus dimiliki setiap

pembelajar, terutama pada materi speaking dan listening. Hal tersebut

dikarenakan dengan kemampuan membedakan fonem dalam bahasa Inggris

akan membantu mereka (para pembelajar) untuk membantunya lebih cepat

memahami apa yang mereka simak /dengar.

Page 56: Peningkatan Pronounciation

36

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran pronunciation

adalah kemampuan mengidentifikasi bunyi (sounds) ritme dan penekanan

(rhythm and stress). Dalam hal ini guru sebaiknya memastikan

pengucapannya dengan melihat kamus dan melihat kata yang mendapat

tekanan sebelum menyampaikan materi kepada siswa.

Adapun intonasi dapat dibagi menjadi dua macam yaitu (a) rising

intonation (intonasi naik) yang biasanya digunakan dalam kalimat tanya

dengan yes/no question dan ungkapan bernada “ketidakpastian” atau

“keheranan”. (b) falling intonation (intonasi turun) digunakan dalam

pernyataan biasa dan Wh-question.40

Intonasi merupakan hal yang tidak kalah penting dalam pembelajaran

pronunciation. Hal ini dikarenakan intonasi dalam sebuah kalimat dapat

memperjelas kalimat yang dimaksud seseorang ketika sedang terjadi

komunikasi. Karena terkadang berbeda intonasi sudah beda pula maknanya.

J. Tujuan Pembelajaran Pronunciation

Menurut Ur tujuan pembelajaran pronunciation adalah agar siswa

mampu mengucapkan sebuah kata seperti aksen seorang native, tetapi secara

sederhana agar pembelajar bahasa bisa mengucapkan kata dengan cukup

akurat agar bisa lebih mudah dipahami oleh lawan bicara. Hal tersebut

dikarenakan aksen sempurna sangatlah sulit bagi pembelajar bahasa.41

40 Sari Karmina, dkk, Untuk Anak Usia Dini (Bahan Ajar), ( Semarang: PGPAUD

Universitas Negeri Semarang, 2008)

41 Penny Ur., Op. Cit., hlm. 52

Page 57: Peningkatan Pronounciation

37

Dengan mempelajari pronunciation siswa akan mengetahui

bagaimana pengucapan (how to pronounce) sebuah kata yang benar. Hal ini

dimaksudkan untuk membuat anak mengerti bagaimana cara mengucapan kata

dalam bahasa asing (Inggris) untuk menghindari kesalahan berbicara atau

membaca.

Selain itu pembelajaran pronunciation juga perlu diberikan lebih dini

dalam pembelajaran bahasa Inggris. Hal tersebut dimaksudkan agar anak tidak

menerima konsep pengucapan yang salah. Sehingga, kelak ketika mereka

telah sampai pada tingkat penggunaan bahasa lebih lanjut yaitu sebagai alat

komunikasi, maka kecenderungan untuk terjadinya miskomunikasi dapat

diminimalisir. Hal tersebut dikarenakan miskomunikasi dapat berakibat fatal

pada hubungan personal ataupun hubungan yang lainnya.

Begitu pentingnya pronunciation dalam bahasa Inggris adalah karena

salah pelafalan kata dalam bahasa Inggris dapat berakibat fatal. Salah dalam

melafalkan satu huruf konsonan atau huruf vokal saja dalam suatu kata dapat

membuat perbedaan kata yang akan berakibat pada kesalahan makna yang

dimaksud.

K. Pembelajaran Bahasa dalam Perspektif Islam

٤٢) <5= ا��5روا* ا:� ( �;:��89 6�و 47��ا 6ا345ا

Hadits nabi di atas menjelaskan bahwasanya menuntut ilmu sangatlah

penting, walupun harus menempuh jarak ribuan mil. Sebagaimana hadits nabi

di atas, beliau menganjurkan untuk menuntut ilmu walau harus ke negeri

42 Syeikh Ahmad Al-Hasyimi, Muhtarul Ahadits, (Surabaya: Al- Haromain, 2005)

Page 58: Peningkatan Pronounciation

38

China. Kaitannya dengan dengan bahasa adalah bahwa seseorang yang hendak

menuntut ilmu ke negara lain, tentunya harus menguasai budaya daerah

tersebut. Salah satunya adalah menguasai bahasanya.

Terlepas dari itu semua, kehidupan dan budaya modern sudah mulai

melanda dunia pendidikan kita. Hal tersebut merupakan sebuah tantangan

yang perlu dihadapi dengan penuh kehati-hatian oleh para orang tua dan guru

dalam mendidik anak dan anak didik mereka. Apabila tidak dicermati dengan

seksama, maka persaingan yang tidak sehat, kehidupan yang hedonis dan

matrealis tidak dapat dielakkan akan terjadi. Hal yang paling membahayakan

adalah kenyataan bahwa mereka akan hidup jauh dari tuntunan ajaran agama.

Padahal dalam hidup ini tiada yang lebih penting kecuali selalu hidup dalam

tuntunan dan ridha Allah.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam sistem pendidikan yang

ada pada saat ini perlu diadakan pengintegrasian anara ilmu pengetahuan,

nilai-nilai agama dan etika. Diharapkan dengan pengintegrasian tersebut dapat

melahirkan generasi bangsa yang menguasai dan mampu menerapkan ilmu

pengetahuan dan teknologi, mempunyai kematangan profesional, sekaligus

tetap hidup sesuai dengan nilai-nilai agama Islam yang mulia.

Menurut Muhaimin, sistem pendidikan seperti yang dimaksud di atas

dapat dilakukan apabila para guru memahami keterkaitan nilai-nilai keimanan

dan ketakwaan dengan mata pelajaran/bidang studi yang dibinanya. Dalam

konteks ini ada dua permasalahan yang dihadapi oleh para guru, yaitu: 1) para

guru harus menguasai bidang ilmunya; dan 2) para guru harus harus mampu

Page 59: Peningkatan Pronounciation

39

menerjemahkan bidang ilmu tersebut dengan nilai-nilai keimanan dan

ketakwaan yang terkandung dalam ajaran agama Islam, dengan jalan

mengambil hikmah bagi kehidupan dari setiap pokok bahasan (nilai

spiritualnya).43

Dalam pembelajaran bahasa asing khususnya di tingkat dasar, dalam

hal ini bahasa Inggris, juga dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai agama.

Pada saat mengajar guru mengajar guru dapat memasukkan ajaran islam

dalam proses pembelajaran tanpa harus keluar dari prinsip-prinsip

pembelajaran bahasa. Sebagai contoh, pada saat membuka dan menutup

pelajaran dengan membaca doa sederhana dengan membaca terjemahnya

dalam bahasa Inggris, selain itu masih banyak cara yang dapat dilakukan.

Dengan begitu, selain mempelajari bahasa Inggris tanpa disadari mereka juga

belajar hal-hal yang berkaitan dengan agama.

43 Rina Sari, Pembelajaran Bahasa Inggris Pendekatan Qur'ani, (Malang: UIN Press,

2007)

Page 60: Peningkatan Pronounciation

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Peneilitian kualitatif adalah penelitian yang datanya adalah data kualitatif,

umumnya dalam bentuk narasi atau gambar-gambar. Mungkin saja pada

penelitian kualitatif ada data berupa angka-angka tetapi sebenarnya angka-angka

tersebut hanya menjelaskan sesuatu.44 Seperti jumlah tenaga kependidikan

sekolah, siswa-siswi, dan lain-lain yang berkenaan dengan peroses penelitian.

Penelitian kualitatif merupakan studi lapangan, Peneliti mengumpulkan data

dalam rentang waktu yang cukup lama dalam suatu lingkungan tertentu dari

sejumlah individu. Kesimpulan-kesimpulan dalam penelitian ini harus ditarik

dalam konteks keterpaduan dalam setting tersebut.45

Sedangkan penelitian deskriptif (descriptive research) yaitu suatu bentuk

penelitian yang paling dasar ditujukan untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik yang bersifat alamiah

ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktifitas, karakteristik,

perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaaannya dengan fenomena lain.46

44 Ronny, Kountur, D. M. S, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis,

(Jakarta: PPM, 2005), hlm. 16 45 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya,

2006), hlm. 96 46 Ibid., hlm. 72

Page 61: Peningkatan Pronounciation

41

Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan

pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan sesuatu apa adanya.47

Dengan demikian yang dimaksud dengan penelitian deskriptif kualitatif

adalah penelitian dengan cara memaparkan dan menguraikan secara detail hasil

data penelitian yang berasal dari lapangan. Peneliti menggunakan rancangan

deskriptif kualitatif karena dengan rancangan tersebut, maka penelitian yang

dilakukan dilapangan akan lebih mudah dipaparkan.

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dalam

penelitian Billie M Cunningham Issues in Accounting Education berjudul “Using

action research to improve learning and the classroom learning environment”

disebutkan bahwa hasil/kesimpulan dari penelitian tersebut adalah (1) action

research digunakan untuk meningkatkan belajar di kelas dan belajar lingkungan

sekitar, (2) action research membantu guru mengatasi masalah di kelas, ada siswa

menjadi aktif dan tidak bosan, dan (3) untuk menambah keterampilan guru,

menambah strategi belajar dan kemudian untuk mengevaluasi interaksi antara

guru dan siswa.48

Kemmis menjelaskan bahwa penelitian tindakan adalah sebuah bentuk

inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu

(termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionaitas dan keadilan dari a)

Kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka b) Pemahaman mereka mengenai

47 Ibid., hlm. 73 48 Billie MCunningham, Using Action Research and The Classroom Learning

Environment. Issues in Accounting Education Journal. Sarasota Vol. 23 Feb 2008

Page 62: Peningkatan Pronounciation

42

kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) Situasi yang yang

memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini.49

Di sisi lain Ebbut mengemukakan penelitian tindakan adalah kajian

sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok

guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan

refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Sedangkan Elliot

melihat penelitian tindakan sebagai kajian dari sebuah situasi sosial dengan

kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut.50

Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif, kolaboratif dalam

arti dilakukan dengan kerjasama antara peneliti dengan guru mata pelajaran.

Sedangkan secara partisipatif tim ini (guru dan peneliti) akan bekerjasama mulai

tahap orientasi dilanjutkan dengan menyusun perencanaan berikut persiapan-

persiapan yang diperlukan, pelaksanaan tindakan dalam siklus pertama, diskusi-

diskusi yang bersifat analitik dilakukan sesudah pelaksanaan tindakan, kemudian

melakukan refleksi atas semua kegiatan yang telah berlangsung dalam siklus

pertama, untuk kemudian merencanakan tahap tahap modifikasi, koreksi atau

pembetulan ataupun penyempurnaan pembelajaran dalam siklus kedua, dan

seterusnya.51

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai penyaji pembelajaran,

sehingga mitra peneliti (guru dan pengamat lain) yang akan bertindak sebagai

observer perlu mendapatkan pemahaman (choaching) terlebih dahulu untuk

49 Rochiati Wiraatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Rosdakarya,

2007), hlm. 12 50 Ibid, hlm. 12 51 Ibid, hlm. 99-100

Page 63: Peningkatan Pronounciation

43

membuat catatan lapangan dengan lengkap dan terutama tentang aspek-aspek

pembelajaran yang perlu mendapat perhatian karena menjadi focus permasalahan

yang diteliti.

Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang

penelitian tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang harus

dipenuhi apabila berniat akan melakukan penelitian tindakan kelas. Adapun

prinsip-prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut:52

a. Kegiatan nyata dan situasi rutin

Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi

rutin. Hal tersebut dikarenakan jika penelitian dilakukan dalam situasi

lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi alinya,

atau dengan kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar.

b. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja

Penelitian tindakan didasarkan status dasar sebuah filosofi bahwa

setiap manusia tidak suka atas hal-hal statis, tetapi selalu menginginkan

sesuatu yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini

dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya

hanya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih

baik yang datang susul menyusul. Dengan kata lain dilakukan bukan

karena ada paksaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi harus atas

dasar sukarela, dengan senang hati, karena menunggu hasilnya yang

diharapkan lebih baik dari hasil yang lalu dan dirasakan belum

52 Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007),

hlm. 6-8

Page 64: Peningkatan Pronounciation

44

memuaskan sehingga perlu ditingkatkan. Guru melakukan penelitian

tindakan karena telah menyadari adanya kekurangan pada dirinya,

artinya pada kinerja yang dilakukan, dan sesudah itu tentunya ingin

melakukan perbaikan.

c. SWOT sebagai dasar berpijak

Penelitian tindakan harus dimulai dengan melakukan analisis

SWOT, terdiri atas unsur-unsur S-Strength (kekuatan), W-Weakness

(kelemahan), O-Opportunity (kesempatan), T-Threat (ancaman). Empat

hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa

yang dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal tersebut, penelitian

tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan antara

kondisi yang ada pada gurudan juga pada siswa. Tentu saja pekerjaan

guru dan juga pada siswa. Tentu saja pekerjaan guru sebelum

menentukan jenis tindakan yang akan dicobakan, memerlukan pemikiran

yang matang.

d. Upaya empiris dan sistemik

Prinsip ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga. Dengan telah

dilakukannya analisis SWOT, berarti telah mengikuti prinsip empiris

(terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur

yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang

sedang digarap.

Page 65: Peningkatan Pronounciation

45

e. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan

Dalam bahasa Inggris smart berarti cerdas. Akan tetapi dalam

proses perencanaan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf

bermakna.

Adapun makna dari masing-masing huruf adalah sebagai berikut:

1. S - Specific, khusus, tidak terlalu umum.

2. M - Managable, dapat dikelola, dilaksanakan

3. A - Acceptable, dapat diterima lingkungan atau

Achievable, dapat dicapai, dijangkau

4. R - Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan

5. T - Time-bound, diikat oleh waktu, terencana

Page 66: Peningkatan Pronounciation

46

Gambar (1) Alur Kerja PTK Model Spiral dari Kemmis dan Mc. Taggart

Adapun rancangan (desain) PTK yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah model spiral dari Kemmis dan Mc. Taggart (1988). Alur (langkah)

pelaksanaan tindakan dimaksud dapat dilihat pada gambar di atas.

PLAN

REVISED PLAN

AC

T

OBSERVE R

EF

LE

CT

AC

T

OBSERVE

RE

FL

EC

T

Page 67: Peningkatan Pronounciation

47

Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc.

Taggart di atas pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian

dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan,

pengamatan dan refleksi. Keempat komponen tersebut dipandang sebagai sebuah

siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ialah putaran suatu

kegiatan yang terdiri dari perenanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Jika alur Kemmis dan Mc. Taggart tersebut diikuti, maka peneliti pada

tahap pertama menyusun rencana skenario tentang apa yang telah dilakukan, dan

perilaku apa yang diharapkan terjadi pada siswa sebagai reaksi atas tindakan yang

akan dilakukan, dalam hal ini penggunaan metode Audio-Lingual dapat

meningkatkan pronunciation siswa Kelas IV A MI Sunan Kalijogo Malang. Di

dalam skenario tesebut disebutkan pula fasilitas yang diperlukan, sarana

pendukung proses pembelajaran, alat, serta cara merekam perilaku selama proses

berlangsung.

Pada tahap kedua, peneliti melaksanakan rencana tindakan sesuai skenario.

Terkait dengan tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti, maka rencana

tindakan meliputi: perencanaan satuan pelajaran dan strategi pembelajaran, tes

pengecekan kemampuan awal siswa, panduan evaluasi, panduan instrument

penelitian, dan pedoman observasi.

Pelaksanaan tindakan meliputi pelaksanaan rencana yang telah disiapkan.

Adapun tindakan yang dilakukan adalah dengan teknik Audio-Lingual yang terdiri

dari penyajian materi dan Tanya jawab antara siswa dengan guru. Pada saat proses

Page 68: Peningkatan Pronounciation

48

berlangsung, peneliti mengamati atau mengobservasi perubahan perilaku yang

diduga sebagai reaksi atau tanggapan terhadap tindakan yang diberikan.

Tahap ketiga pada alur daur tersebut adalah monitoring atau pemantauan.

Pada tahap monitoring, tindakan yang dilakukan adalah mengobsevasi proses

pembelajaran dengan menggunakan check list observasi. Adapun hal yang

diobservasi adalah peningkatan pronunciation siswa. Observasi dilakukan oleh

peneliti sendiri dengan menggunakan membuat catatan (field note) yang

didasarkan pada pedoman observasi.

Tahap keempat adalah refleksi. Dengan refleksi ini peneliti dapat

melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukannya. Hasil observasi

dianalisis dan dipergunakan untuk evaluasi terhadap prosedur, proses, serta hasil

tindakan. Jika ternyata belum memuaskan, maka perlu ada perancangan ulang

untuk diperbaiki, dimodifikasi, dan jika perlu, disusun skenario baru jika sama

sekali tidak memuaskan.53

B. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrument (yang dibantu

juga dengan instrument lain) sekaligus sebagai pengumpul data. Selain itu, dalam

hal ini peneliti juga berperan sebagai partisipan sekaligus pengamat penuh yang

kehadirannya telah diketahui statusnya (sebagai peneliti) oleh subjek atau

informan.

53 Rochiati Wiraatmadja, Op. Cit., hlm. 66

Page 69: Peningkatan Pronounciation

49

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV A MI Sunan Kalijogo yang

berlokasi di desa Ndesan Karang Besuki. Kelas VI A terdiri dari 26 siswa,

masing-masing 11 putera dan 15 puteri. Mata pelajaran Bahasa Inggris

dilaksanakan sekali dalam satu minggu (2 jam pelajaran) dan berduarasi 40 menit

setiap per jam pelajaran. Adapun waktu pelaksanaan penelitian disesuaikan

dengan jam pelajaran Bahasa Inggris pada kelas yang dijadikan objek penelitian.

D. Sumber Data dan Jenis Data

Terkait dengan penelitian ini yang akan dijadikan sebagai sumber data

adalah siswa-siswi Kelas IV A MI Sunan Kalijogo Malang. Siswa-siswi tersebut

adalah obyek yang dikenai tindakan dan juga aktif dalam kegiatan yang

dilakukan. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik penelitian tindakan kelas

yang bersifat emansipatoris dan memberikan kebebasan berpikir berargumen pada

siswa, dan mendorong guru untuk bereksperimen, meneliti, dan menggunakan

kearifan dalam mengambil keputusan atau judgement.54 Data penelitian ini

mencakup:

1. Skor tes siswa yang dilakukan pada setiap akhir tindakan.

2. Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktifitas siswa

pada saat pembelajaran Bahasa Inggris berlangsung.

Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, kumpulan, pencatatan

lapangan, dan dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan pengguanaan metode

Audio-Lingual dalam pembelajaran Bahasa Inggris untuk peningkatan

54 Ibid, hlm. 25

Page 70: Peningkatan Pronounciation

50

kemampuan pronunciation siswa kelas IV A MI Sunan Kalijogo Malang. Data

yang diperoleh dari penelitian tindakan ini ada yang bersifat kualitatif dan

kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif dari: (1) dokumentasi, (2) observasi, (3)

interview, sedangkan data yang bersifat kuantitatif berasal dari evaluasi, pretest

dan post test.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini kehadiran peneliti dilapangan menjadi syarat utama,

peneliti mengumpulkan data-data dalam latar ilmiah, di mana peneliti bertindak

sebagai instrument kunci. Selain itu, peneliti juga berperan sebagai perencana dan

pelaksana tindakan yang terlibat langsung dalam pelaksanaan penelitian tindakan

kelas, pengumpul dan penganalisis data dan pada akhirnya ia menjadi pelopor

hasil penelitian. Dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada peneliti

yang berperan sebagai alat pengumpul data. Instrument pendukung lainnya

adalah:

1. Pedoman observasi untuk menggali data tentang suasana kelas pada saat

pembelajaran sedang berlangsung juga keantusiasan siswa dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran.

2. Pedoman wawancara untuk menggali data tentang tanggapan mahasiswa

terhadap metode pembelajaran yang telah dilaksanakan (hal ini

dikhususkan pada beberapa siswa tertentu), untuk memperoleh informasi

yang lebih mendalam.

3. Tes yang digunakan untuk menggali data kuantitatif berupa hasil skor

tes.

Page 71: Peningkatan Pronounciation

51

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini, maka

peneliti menggunakan beberapa metode yang antara lain sebagai berikut:

a. Metode wawancara/ Interview

Percakapan dengan maksud tertentu, yakni percakapan itu

dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara (Interviewer) yang

menggunakan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu.55 Metode wawancara/ Interview ini

digunakan untuk mengumpulkan data dengan komunikasi dan mengajukan

pertanyaan yang disusun sedemikian rupa untuk dijawab oleh responden.56

b. Metode Observasi

Metode observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki.57

c. Metode Dokumentasi

Adalah metode pengumpulan data dengan cara mencari data atau

informasi, yang sudah dicatat atau dipublikasikan dalam beberapa

dokumen yang ada, seperti dalam buku induk, surat-surat keterangan dan

lain-lainnya. Arikunto berpendapat bahwa metode dokumentasi yaitu

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,

55 Lexy J. Moleong Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung:

Rosdakarya, 2005), hlm. 186 56 Suharsimi Arikunto Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek) Edisi Revisi V

(Jakarta: Rhineka Cipta: 2002) hlm. 128 57 Marzuki, Metodelogi Riset fakultas Ekonomi UII Yogyakarta 2000 hlm 58

Page 72: Peningkatan Pronounciation

52

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya.58

Metode ini digunakan untuk melengkapi kekurangan dari data-data yang

diperoleh diantaranya mengenai latar belakang obyek penelitian.

d. Pengukuran Tes Hasil Belajar

Pengukuran tes hasil belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui peningkatan pronunciation siswa. Tes tersebut sebagai salah

satu rangkaian kegiatan dalam penggunaan metode Audio-Lingual dalam

pembelajaran.

Tes yang dimaksud meliputi pre tes, yang akan digunakan untuk

mengetahui kemampuan pronunciation siswa sebelum pemberian

tindakan. Selain itu juga dilakukan tes akhir (post test) pada setiap akhir

tindakan, hasil tes ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana

peningkatan pronunciation siswa.

G. Analisis Data

Data yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan dianalisis untuk

memastikan bahwa dengan penggunaan metode Audio-Lingual dapat

meningkatkan pronunciation siswa. Data yang bersifat kualitatif yang terdiri

dari hasil observasi dan dokumentasi dianalisis secara kualitatif pula.

Teknik analisis data terdiri dari tiga tahap pokok, yaitu reduksi data,

paparan data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data merupakan proses

pemilihan data yang relevan, penting, bermakna, dan dan data yang tidak

berguna untuk menjelaskan tentang apa yang menjadi sasaran analisis.

58 Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm 234.

Page 73: Peningkatan Pronounciation

53

Langkah yang dilakukan adalah menyederhanakan dengan membuat jalan

fokus, klasifikasi dan abstraksi data kasar menjadi data yang yang bermakna

untuk dianalisis. Data yang sudah direduksi selanjutnya disajikan dengan cara

mendeskripsikan dalam bentuk paparan data yang memungkinkan untuk ditarik

kesimpulan. Akhir dari kegiatan analisis adalah penarikan kesimpulan.

Kesimpulan merupakan intisari dari analisis yang memberikan pernyataan

tentang dampak dari penelitian kelas.

Sedangkan data yang dikumpulkan berupa angka atau data kuantitatif,

cukup dengan menggunakan analisis deskriptif dan sajian visual. Sajian

tersebut untuk menggambarkan bahwa dengan tindakan yang dilakukan dapat

menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan, dan atau perubahan ke arah yang

lebih baik jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.

Page 74: Peningkatan Pronounciation

54

Untuk mengetahui perubahan hasil tindakan, jenis data yang bersifat

kuantitatif yang didapatkan dari hasil evaluasi dianalisis menggunakan

rumus59:

P = Post rate – Base rate x 100%

Base rate

Keterangan:

P = Prosentase Peningkatan

Post rate = Nilai rata-rata sesudah tindakan

Base rate = Nilai rata-rata sebelum tindakan

H. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk pengecekan keabsahan data dalam penelitian tindakan kelas ini

peneliti menggunakan triangulasi, yaitu cara pengecekan keabsahan di luar data

sebagai pembanding.

Triangulasi merupakan teknik memeriksakan kebenaran data yang

diperoleh kepada pihak-pihak lainnya yang dapat dipercaya.60 Adapun teknik

triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber,

yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi

yang diperoleh melalui waktu yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

Mengecek data yang diperoleh dari informan (guru bahasa Inggris kelas IV A

59 Hamzah. B. Uno, Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengaar Yang

Kreatif dan Efektif (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 73 60 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akkbar, Metode Penlitian Sosial, (Jakarta: PT.

Bumi Aksara), hlm. 88

Page 75: Peningkatan Pronounciation

55

MI Sunan Kalijogo), kemudian data tersebut dicek kembali dengan bertanya

pada informan lain (siswa kelas IV A untuk mengetahui pernah tidaknya

metode Audio-Lingual diterapkan pada pembelajaran pronunciation)

I. Tahap-tahap Penelitian

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa penelitian ini

merupakan jenis penelitian tindakan. Tahap penelitian ini mengikuti model yang

dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart, berupa siklus spiral yang meliputi

kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi yang

membentuk siklus demi siklus sampai tuntas penelitian.

a. Rencana Tindakan

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan seberapa besar

pengaruh efektifitas metode Pembelajaran Audio-Lingual dalam

meningkatkan kemampuan pronunciation siswa dalam mata pelajaran

bahasa Inggris sebagai upaya untuk mendapat hasil yang maksimal, maka

dirumuskan skenario, persiapan, sampai pada evaluasi.

Adapun langkah-langkah yang harus dipersiapkan dalam Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) ini adalah:

1. Observasi

2. Konsultasi dengan guru pamong

3. Penerapan metode Audio-Lingual dalam kegiatan belajar-mengajar

4. Evaluasi

Page 76: Peningkatan Pronounciation

56

Secara rinci pelaksanaan metode pengajaran model Audio-Lingual

adalah sebagai berikut:

1. Guru menjelaskan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh

siswa

2. Pre-test untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pronunciation

siswa

3. Memberikan penjelasan tentang metode Audio-Lingual

4. Penyampaian materi dengan menggunakan metode expansion drill

5. Penyampaian materi dengan menggunakan metode repetition drill

6. Penyampaian materi dengan menggunakan metode chain drill

7. Pelaksanaan post-test

8. Evaluasi dan pembahasan soal post-test

b. Pelaksanaan Tindakan

Implementasi (pelaksanaan tindakan) merupakan tahap

pelaksanaan dari rencana yang telah dibuat, sebagaimana terlampir.61

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengamat sekaligus guru yang

bertindak sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran.

c. Observasi

Pengamatan dilakukan ketika proses pembelajaran terjadi bersama

waktunya dengan implementasi tindakan. Adapun obyek yang diamati

adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi indikator kebrhasilan atau

61 Wahid Murni, Penelitian Tindakan Kelas, (Malang: UM Press, 2008), hlm. 75

Page 77: Peningkatan Pronounciation

57

ketidakberhasilan sebagaimana yang dituangkan dalam bagian

perencanaan.

1. Data Penelitian

Penelitian ini merupakan rancangan PTK dengan melibatkan

data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa deskripsi

suasana kelas pada saat pembelajaran berlangsung dan keantusiasan

siswa dalam mengikuti program pembelajaran. Sedangkan data

kuantitatif berupa hasil skor tes.

2. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data-data yang akurat dan agar data yang

diperoleh tidak hilang, maka peneliti melakukan perekaman dengan

cara membuat catatan dari hasil data yang duperoleh selama

penelitian. Teknik perekaman yang dilakukan adalah dengan

membuat catatan berdasarkan perkembangan siswa setiap hari

setelah pembelajaran dengan metode Audio-Lingual dengan cara

melihat hasil tes.

3. Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas IV A MI

Sunan Kalijogo yang berjumlah 26 orang, khususnya data tentang

tanggapan mereka terhadap proses pembelajaran yang telah

dilaksanakan dan data tentang hasil tes belajar mereka. Adapun

untuk keperluan tertentu sebagai cirri penelitian kualitatif untuk

Page 78: Peningkatan Pronounciation

58

menggali makna dari peristiwa yang ingin diungkap maka dipilih

beberapa siswa untuk dijadikan sampel.

d. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan menganalisis hasil pengamatan untuk

menentukan sudah sejauh mana pengembangan strategi yang sedang

dikembangkan telah berhasil memecahkan masalah dan apabila belum

berhasil, faktor apa saja yang menjadi penghambat kekurangberhasilan

tersebut.62

Pada tahap ini kegiatan difokuskan pada upaya untuk menganalisis,

mensintesis, memaknai, menjelaskan dan menyimpulkan. Karena

penelitian ini dilakukan secara mandiri. Maka kegiatan analisis dan

refleksi menjadi tanggung jawab peneliti. Namun demikian, dalam

kegiatan analisis dan refleksi ini peneliti akan melibatkan siswa yang di

ambil secara acak untuk mendiskusikan tentang kekurangan yang ada

selama proses pembelajaran, kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dan

rencana pembelajaran selanjutnya.

Adapun indikator kerja yang digunakan untuk menentukan

keberhasilan pelaksanaan metode pengajaran adalah dua criteria yaitu: 1)

Indikator kualitatif berupa keantusiasan siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran, dan 2) Indikator kuantitatif berupa banyak skor ujian yang

diperoleh siswa yang kemudian dibandingkan dengan batas minimal lulus

(Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran Bahasa Inggris.

62 Ibid., hlm. 78

Page 79: Peningkatan Pronounciation

59

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN

Uraian berikut ini adalah salah satu upaya untuk mendeskripsikan hasil

penelitian yang telah dilaksanakan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1

Mei- 12 Juni 2009.

A. Latar Belakang Obyek Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya MI Sunan Kalijaga Malang

Yayasan Pendidikan Islam Sunan Kalijaga merupakan sebuah Yayasan

Pendidikan yang terdiri atas Roudhtul Athfal (RA) Madrasah Ibtida'iyah dan

Madrasah Tsanawiyah. Yayasan yang terletak di Karangbtesuki ini didirikan

pada tanggal 28 Juni 1967 di atas tanah waqaf milik:

A. H. Moehammad Dasoeki

B. Thoyib Hidayah

C. H. Muhammad Djuma'in Muslich

D. H. Muchamad Qosim Aly

E. Warimoen Lutfi

F. H. Muhammad Toyib.

2. Visi Misi MI Sunan Kalijogo

Yayasan Sunan Kalijogo merupakan sebuah yayasan yang mempunyai

dedikasi tinggi terhadap agama Islam dan Negara Indonesia. Hal tersebut

dapat dilihat dari visi misi Yayasan Sunan Kalijogo. Berikut adalah visi dari

yayasan Sunan Kalijogo:

Page 80: Peningkatan Pronounciation

60

1. Meningkatkan dan memperluas kehidupan beragama bagi umat Islam

dengan tidak mengurangi arti pentingnya dasar dan tujuan Negara

Republik Indonesia.

2. Ikut menunjang dan memperlancar pembangunan Masyarakat Indonesia

dalam bidang pendidikan mental spiritual.

Adapun misi dari Yayasan Pendidikan Islam Sunan Kalijaga ini adalah

siap mengantarkan siswa siswi menjadi anak yang sholih dan sholihah yang

berwawasan Imtaq dan Iptek.

Yayasan Pendidikan Islam MI Sunan Kalijaga ini merupakan sekolah

dengan akreditasi B. Adapun kepala sekolah yang menjabat pada saat ini

adalah adalah Ibu Supriati, S.Pd.

Dari waktu ke waktu MI Sunan Kalijogo semakin menunjukkan kualitas

dan mutunya. Dengan semakin bertambahnya usia MI Sunan Kalijogo sedikit-

demi sedikit mulai bebrbenah menjadi sebuah lembaga pendidikan yang patut

diperhitungkan.

Untuk mendukung bakat dan keativitas siswa-siswinya, Yayasan

Pendidikan MI Sunan Kalijaga memfasilitasi beberapa kegiatan ekstra seperti

pramuka, banjari, dan drum band. Sedang untuk meningkatkan kualitas

kemampuan agama siswa, MI sunan kalijaga juga menggalakkan sholat dhuha

dan sholat dhuhur berjamaah bagi siswa-siswanya serta program qiro'ati

tuntas.

Page 81: Peningkatan Pronounciation

61

3. Lokasi MI Sunan Kalijaga

MI Sunan Kalijaga terletak di Jalan Candi III D No. 442 Desa

Karangbesuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Secara lebih rinci letak

geografis MI Sunan Kalijaga Malang adalah:

Sebelah Barat : Desa Badut

Sebelah Timur :Desa Klaseman

Sebelah Utara : Desa Sumbersari

Sebelah Selatan : Desa Mergan

4. Profil MI Sunan Kalijogo

Untuk mengetahui lebih jelas tentang MI Sunan Kalijogo dapat dilihat

pada profil sekolah MI Sunan Kalijogo dalam tabel berikut ini:

Tabel 1

Profil MI Sunan Kalijogo

No Identitas Sekolah

1 Nama Sekolah MI Sunan Kalijogo

2 Nomor Statistik Sekolah 112357305009

3 Propinsi Jawa Timur

4 Otoda Kota Malang

5 Kecamatan Sukun

6 Desa/Kelurahan Karangbesuki

8 Kode Pos 65146

9 Telepon (0341) 574822

10 Status Sekolah Swasta

11 Akriditasi B

12 Organisasi Penyelenggara Yayasan

Page 82: Peningkatan Pronounciation

62

5. Sarana dan Prasarana di MI Sunan Kalijaga Malang

Tabel 2

Sarana dan prasarana MI Sunan Kalijogo

No Jenis Bangunan Jumlah

1. Ruang kelas 9

2. Kantor (ruang guru) 1

3. Laboratorium computer 1

4. Perpustakaan 1

5 UKS 1

6 Koperasi sekolah 1

B. Paparan Hasil Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti mengadakan

pertemuan dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran Bahasa Inggris

kelas IV A MI Sunan Kalijaga Malang. Dalam pertemuan itu, peneliti

menyampaikan tujuannya yaitu hendak melakukan penelitian dengan

mengambil obyek kelas IV A. kemudian peneliti dan guru mata pelajaran

bahasa Inggris kelas IV A berdiskusi mengenai rencana penilitian yang akan

dilaksanakan

Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu berdiskusi dengan

guru mata pelajaran Bahasa Inggris kelas IV A tentang tingkat kemampuan

belajar bahasa Inggris siswa kelas IV A MI Sunan Kalijaga Malang. Hal

tersebut akan dijadikan tolok ukur dalam pembelajaran pronunciation yang

akan dilaksanakan.

Page 83: Peningkatan Pronounciation

63

Melihat judul peneliti dan uraian singkat tentang teknik-teknik

pembelajaran yang akan digunakan peneliti, guru Bahasa Inggris kelas IVA

MI Sunan Kalijaga Malang memberikan tanggapan bahwa pembelajaran

pronuncition yang juga sangat berpengaruh dalam materi speaking dan

listening tersebut sama sekali belum pernah diterapkan. Selama ini Ia

melaksanakan kegiatan pembelajaran memakai metode ceramah. Ia

mengungkapkan bahwa selama ini kemampuan siswa dalam materi

pronunciation memang belum maksimal. Mendengarkan penjelasan peneliti

tentang penerapan metode Audio-Lingual dalam meningkatkan kemampuan

pronunciation siswa guru pun terlihat antusias. Guru Bahasa Inggris tersebut

menawarkan bantuan dengan mengatakan, "Saya akan membantu sebisa

saya."

Adapun kriteria keberhasilan yang akan menjadi acuan peneliti apabila

metode Audio-Lingual ini diterapkan adalah

1. Apabila sebagian besar siswa kelas IV A MI Sunan Kalijaga mampu

mencapai indikator-indikator yang ditetapkan peneliti samapai batas

dinyatakan baik.

2. Apabila terdapat peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa antara

sebelum dilaksanakan tindakan dengan sesudah dilaksanakan tindakan.

3. Tingkat kefasihan dan kelancaran pelafalan. Hasil belajar siswa dalam

tingkat kefasihan dan kelancaran pelafalan ini akan dibandingkan dengan

KKM mata pelajaran Bahasa Inggris yang ditetapkan MI Sunan Kalijaga.

Page 84: Peningkatan Pronounciation

64

Sebagai tindak lanjut sebelum terjun secara langsung dalam pelaksanaan

KBM, terlebih dahulu peneliti membuat perencanaan yang secara prosedural

perencanaan tersebut dapat dilihat pada poin-poin berikut ini:

a. Diskusi dengan kepala sekolah untuk memilih kelas yang akan

menjadi objek penelitian.

b. Diskusi dengan guru mata pelajaran bahasa Inggris kelas IV A tentang

metode yang akan digunakan.

c. Guru mata pelajaran membantu peneliti dalam melaksanakan KBM.

d. Membuat perencanaan pembelajaran meliputi perencanaan satuan

pelajaran.

e. Membuat lembar observasi

1. Siklus Penelitian

A. Siklus I

1. Paparan Data Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Setelah dilakukan diskusi dengan guru mata pelajaran, dan

guru menyetujui dilaksanakannya penelitian maka peneliti

membuat perencanaan pembelajaran bahasa Inggris yang

ditekankan pada pembelajaran pronunciation.

Secara garis besar yang dilakukan peneliti pada tahap

perencanaan siklus pertama adalah sebagai berikut:

1. Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

Page 85: Peningkatan Pronounciation

65

2. Menentukan target yang akan dicapai. Adapun target yang akan

dicapai siswa pada siklus I adalah:

a. Mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam

pronunciation.

b. Men-drill pronunciation siswa dengan metode Audio-

Lingual.

c. Meningkatkan pronunciation siswa.

3. Peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan

kegiatan pembelajaran seperti sumber belajar dan media

pembelajaran.

4. Peneliti mempersiapkan alat observasi dan penilaian sebagai

alat pengukur kemampuan pronunciation siswa.

Adapun penerapan dari rancangan tersebut adalah sebagai

berikut:

Langkah I (Awal)

a. Secara singkat peneliti menjelaskan pelajaran yang akan

dipelajari pada hari itu

b. Secara singkat peneliti menyampaikan tujuan dari

pembelajaran tersebut

Langkah II (Inti)

a. Peneliti yang juga bertindak sebagai guru membacakan dialog

b. Guru melaksanakan pre tes

Page 86: Peningkatan Pronounciation

66

c. Guru meminta siswa untuk berpasang-pasangan dengan teman

sebangkunya (work in pairs)

d. Guru men-drill siswa dengan menggunakan metode Audio-

Lingual

e. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk mempelajari

dialog yang telah dibagikan dan menghafalkannya.

f. Guru meminta masing-masing pasangan untuk mempraktikkan

dialog di depan kelas

g. Guru melakukan penilaian pada siswa yang mempraktikkan

dialog didepan kelas

Langkah III (Penutup)

a. Guru memberi motivasi belajar bagi siswa, agar lebih giat lagi

dalam mempelajari materi yang telah disampaikan. Sehingga

pada pertemuan berikutnya siswa tidak akan mengalami

kesulitan

b. Evaluasi bersama

b. Pelaksanaan Tindakan

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 1 dan 8 Mei 2009. Siklus I

dibagi menjadi dua tahap. Pertemuan pertama berisi tentang; 1)

penjelasan tentang metode Audio-Lingual yang akan digunakan; 2)

pre tes. Sedangkan pertemuan kedua berisi tentang pendrillan siswa

dengan menggunakan metode Audio-Lingual.

Page 87: Peningkatan Pronounciation

67

Siklus I Pertemuan ke- 1

Siklus I pertemuan ke- 1 dilaksanakan pada tanggal 1 Mei

2009. Peneliti membuka pelajaran dengan sebuah permainan

singkat untuk merangsang motivasi siswa. Setelah dirasa cukup,

peneliti mulai menjelaskan bahwa materi yang akan dipelajari hari

itu akan ditekankan pada pronunciation-nya dengan menggunakan

metode Audio-Lingual serta menyampaikan tujuan mempelajari

materi tersebut.. Kegiatan selanjutnya adalah secara singkat

peneliti menjelaskan tentang metode Audio-Lingual yang akan

digunakan serta menjelaskan pentingnya menguasai pronunciation.

Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama, siklus

pertama adalah pre test. Sebelum melaksanakan pre test, terlebih

dahulu memberikan lembaran dialog pada siswa, kemudian peneliti

memberi contoh bagaimana membaca dialog dengan baik dan

benar

Setelah dirasa cukup, kemudian peneliti meminta siswa untuk

berpasang-pasangan dengan teman sebangkunya dan memberi

waktu secukupnya untuk mempelajari dan menghafal dialog.

Sampai pada waktu yang telah ditentukan, masing-masing

pasangan dipanggil untuk mempraktikkan dialog di depan kelas.

Selama itu peneliti malakukan penilaian. Penilaian tersebut

didasarkan pada beberapa kriteria penialaian pronunciation seperti

yang telah dijelaskan dalam bab III.

Page 88: Peningkatan Pronounciation

68

Siklus I Pertemuan ke- 2

Siklus I pertemuan ke-2 dilaksanakan pada tanggal 8 mei

2009. Pada siklus I pertemuan ke- 2 ini peneliti mulai men-drill

siswa dengan menggunakan metode Audio-Lingual untuk

meningkatkan kemampuan pronunciation.

Di awal pelajaran peneliti membagikan lembar dialog untuk

siswa. Sebagaimana pada pertemuan pertama, peneliti meminta

siswa untuk berpasang-pasangan dengan teman sebangkunya.

Peneliti mulai melakukan drill pada siswa dengan metode Audio-

Lingual untuk meningkatkan kemampuan pronunciation siswa.

Pada pertemuan ke- 2 ini peneliti memberi kesempatan

kepada siswa untuk bertanya tentang kata-kata yang sulit untuk

dilafalkan. Adapun untuk meminimalisir kegaduhan di kelas

peneliti memberi peringatan bahwa bagi siswa yang membuat

gaduh akan dicatat dan dikurangi nilainya.

Setelah dilakukan drill siswa diberi kesempatan untuk

mempelajari kembali dialognya dan menghafalkannya bersama

pasangannya. Ketika dirasa cukup, guru mulai memnaggil tiap-tiap

pasangan untuk mempraktikkan dialog di depan kelas. Sementara

masing-masing pasangan siswa mempraktikkan dialog di depan

kelas peneliti melakukan penilaian.

Page 89: Peningkatan Pronounciation

69

c. Observasi

Secara umum pelaksanaan siklus I berjalan sesuai dengan

rencana pembelajaran yang telah ditetapkan. Peneliti membacakan

dialog, kemudian meminta siswa untuk mempelajari dan

menghafalkan dan mempraktikkan di depan kelas..

Berdasarkan hasil observasi peneliti pada saat awal

pertemuan (pre tes) siswa tampak memperhatikan. Terbukti pada

saat peneliti memberikan penjelasan tentang metode Audio-

Lingual yang akan digunakan tidak ada siswa yang bermain sendiri

, berbincang-bincang dengan temannya atau melakukan aktifitas

lain. Akan tetapi beberapa waktu kemudian siswa mulai ramai. Ada

yang menggambar ada juga yang berbincang-bincang dengan

temannya. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti

menggunakan permainan kecil untuk mengembalikan perhatian

siswa.

Pada awal pertemuan tersebut memang banyak siswa yang

kurang semangat mengikuti pelajaran. Terlihat dari sebagian besar

siswa yang bermalas-malasan. Hal tersebut dikarenakan mereka

belum sepenuhnya mampu mengikuti pelajaran. Beberapa siswa

berani mengungkapkan pendapatnya tentang pembelajaran pada

hari tersebut. Salah seorang siswa bernama Farhan menyampaikan

bahwa ia mengalami kesulitan ketika menjalani pre tes. Hal

tersebut dikarenakan kurangnya latihan yang juga diiyakan teman-

Page 90: Peningkatan Pronounciation

70

temannya. Kemudian peneliti menyampaikan bahwa pada

pertemuan selanjutnya akan diterapkan metode Audio-Lingual

yang memberikan lebih banyak waktu untuk melatih dialognya.

Berdasarkan observasi peneliti, kemampuan pronunciation

siswa masih tergolong rendah, bahkan pada beberapa siswa untuk

hal-hal yang bersifat common (umum) pun siswa masih sering

melakukan kesalahan. Sebagai contoh kecil kata "he" (dia laki-

laki) yang seharusnya dibaca "hi" tetap di baca "he" dan lain

sebagainya.

Pada pertemuan pertama tersebut nilai pre tes siswa masih

tergolong rendah, walaupun nilai beberapa siswa sudah melebihi

KKM yang di tetapkan MI Sunan Kalijjogo yakni 55 untuk mata

pelajaran bahasa Inggris. Bahkan beberapa siswa masih ada yang

mendapatkan nilai 40 dari nilai tertinggi yang ditetapkan peneliti

yaitu 80.

Hasil evaluasi kemampuan pronunciation siswa pada

pertemuan I (pre tes) siklus I dilihat dari segi diskriminasi bunyi

adalah; 8 siswa (34,7%) siswa memperoleh nilai 40, 8 siswa

(34,7%) memperoleh nilai 50, 6 orang siswa (26,08%) memperoleh

nilai 60 dan hanya 1 orang siswa (4,3%) yang memperoleh nilai

70. Adapun nilai rata-rata kelas dari diskriminasi bunyi dari segi

vowels adalah 50. Dari segi consonant diperoleh rata-rata kelas

sebesar 56,08, dengan rincian; 4 siswa (17,4%) memperoleh nilai

Page 91: Peningkatan Pronounciation

71

50, 10 siswa (43,4%) memperoleh nilai 60, 7 siswa (30,4%)

memperoleh niai 70 dan 2 siswa (8,6%) memperoleh nilai

sempurna 80.

Dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress)

didapat rata-rata kelas sebesar 57,3. Dengan rincian 2 siswa (8,7%)

memperoleh nilai 40, 6 siswa (26,9%) memperoleh nilai 50, 11

siswa (47,8%) memperoleh nilai 60 dan 4 siswa (17,4%)

memperoleh nilai 70.

Hasil evaluasi dari segi intonasi (intonation) diperoleh rata-

rata kelas sebesar 53,04. Adapun rinciannya; 7 siswa (30,4%)

memperoleh nilai 40, 4 siswa (17,4%) memperoleh nilai 50, 10

siswa (43,4%) memperoleh nilai 60 dan 2 siswa (8,7%)

memperoleh nilai 70.

Adapun hasil evaluasi dari segi kelancaran (fluency)

diperoleh rata-rata kelas sebesar 53,9. Rinciannya adalah; 8 siswa

(34,7%) memperoleh nilai 40, 3 siswa (13,04%) memperoleh nilai

50, 7 siswa (30,4%) memperoleh nilai 60 dan 5 siswa (21,7%)

memperoleh nilai 70.

Setelah melakukan evaluasi pada pertemuan ke-1, pada

pertemuan ke-2 siklus I, yaitu tanggal 8 Mei 2009 peneliti mulai

melakukan perubahan metode, yaitu dari klasik ke drill.

Sebagaimana diketahui pada pertemuan ke-1 siswa mengeluhkan

kurang bisa membaca dialog dengan lafal yang baik dan benar

Page 92: Peningkatan Pronounciation

72

dikarenakan kurangnya latihan. Oleh karena itu, pada pertemuan

ke-2 peneliti mulai melakukan drill pada siswa.

Pada pertemuan ke-2 tersebut, siswa juga terlihat lebih

antusias mengikuti kegiata pembelajaran. Selain karena peneliti

telah merubah metode yang digunakan, peneliti juga berjanji akan

memberikan reward pada siswa yang nilainya terbaik pada

pertemuan terahir.

Hasil evaluasi kemampuan pronunciation siswa pada

pertemuan ke-2 setelah dilakukan pen-drillan juga mengalami

peningkatan. Berikut adalah rincian nilai pronunciation siswa pada

pertemuan ke-2 siklus I. Dilihat dari diskriminasi bunyi (segi

vowels) diperoleh data; 4 siswa (17,4%) siswa memperoleh nilai

40, 7 siswa (30,4%) memperoleh nilai 50, 8 orang siswa (34,7%)

memperoleh nilai 60 dan 4 orang siswa (17,4%) yang memperoleh

nilai 70. Adapun nilai rata-rata kelas dari diskriminasi bunyi yang

dilihat dari segi vowels adalah 54,7. nilai rat-rata ini mengalami

sedikit peningkatan dari pertemuan ke-1. Peningkatan tersebut

dapat diketahui melalui hasil perhitungan;

P= 54,7-50 x 100% 50

= 9,4%

dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa pada pertemuan ke-

2 nilai diskriminasi bunyi siswa dilihat dari segi vowel-nya

mengalami peningkatan sebesar 9,4%.

Page 93: Peningkatan Pronounciation

73

Adapun dari segi consonant diperoleh rata-rata kelas sebesar

65,2, dengan rincian; 1 siswa (4,3%) memperoleh nilai 50, 6 siswa

(26,9%) memperoleh nilai 60, 14 siswa (60,8%) memperoleh niai

70 dan 2 siswa (8,6%) memperoleh nilai sempurna 80.

Berdasarkan data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pada

pertemuan kedua nilai diskriminasi bunyi siswa dilihat dari segi

consonant juga mengalami peningkatan, yang dapat dilihat dari

perhitungan berikut:

P= 65,2-56,08 x 100% 56,08

= 16,2%

dari perhitungan tersebut dapat diketahui terdapat peningkatan

sebesar 16,2%. Selain itu juga sudah didapati lagi siswa yang

memperoleh nilai dibawah 50.

Dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress)

didapat peningkatan dari rata-rata kelas sebesar 57,3 pada

pertemuan ke 1 menjadi 65,2. Dengan rincian 2 siswa (8,7%)

memperoleh nilai 50, 8 siswa (34,7%) memperoleh nilai 60, 12

siswa (52,1%) memperoleh nilai 70 dan 1 siswa (4,3%)

memperoleh nilai 80.

Page 94: Peningkatan Pronounciation

74

Dari data tersebut dapat dilihat adanya peningkatan nilai

pronunciation siswa dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm

and word stress). Adapun perhitungannya adalah:

P= 65,2-57,3 x 100% 57,3

= 13,7%

Hasil evaluasi pertemuan ke-2 siklus I dari segi intonasi

(intonation) diperoleh rata-rata kelas yang sebelumnya 53,04

menjadi 63,4. Adapun rinciannya; 4 siswa (17,4%) memperoleh

nilai 50, 10 siswa (43,4%) memperoleh nilai 60, 6 siswa (26,08%)

memperoleh nilai 70 dan 3 siswa (13,04%) memperoleh nilai 80.

Peningkatannya dapat diketahui melalui perhitungan berikut:

P= 63,4-53,04 x 100% 53,04

= 19,5%

Adapun hasil evaluasi dari segi kelancaran (fluency) yang

pada pertemuan sebelumnya diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar

53,9 meningkat menjadi 63,4. Rinciannya adalah; 8 siswa (34,7%)

memperoleh nilai 50, 5 siswa (21,7%) memperoleh nilai 60, 4

siswa (17,4%) memperoleh nilai 70 dan 6 siswa (26,08%)

memperoleh nilai 80. Hasil persentase peningkatannya dapat

dilihat dari perhitungan berikut;

P= 63,4-53,9 x 100% 53,9

= 17, 6%

Page 95: Peningkatan Pronounciation

75

Adapun penabulasian nilai pronunciation siswa pada siklus I dapat

dilihat pada lampiran 2.

Jadi dapat disimpulkan setelah diberikan tindakan pada

pertemuan kedua, siswa mengalami peningkatan dalam

kemampuan pronunciation-nya.

d. Refleksi

Secara umum pelaksanaan siklus I berjalan sesuai dengan

rencana. Sebagaimana tujuan peneliti menggunakan metode Audio-

Lingual yaitu untuk meningkatkan pronunciation siswa dalam

pembelajaran bahasa Inggris, maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwasanya dengan penggunaan metode Audio-Lingual ini mampu

meningkatkan pronunciation siswa. Walaupun rata-rata nilai siswa

setelah tindakan meningkat dan sudah melebihi batas KKM yang

ditentukan sekolah, namun hasil tersebut masih perlu ditingkatkan.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, terdapat

beberapa fakta yang diperoleh, yaitu:

1.Pada pertemuan ke-1 (pre test) siswa masih terlihat kurang focus

terhadap materi.

2.Nilai pronunciation siswa pada saat pre test masih rendah, masih

banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM yang

ditentukan sekolah.

3.Pada pertemuan ke-2, peneliti menggunakan permainan kecil

untuk memusatkan kembali perhatian siswa, dan untuk

Page 96: Peningkatan Pronounciation

76

mengondisikan kelas penleiti meminta memberi peringatan bagi

siswa yang membuat keributan akan dicatan dan dikurangi

nilainya. Dengan begitu suasana kelas menjadi lebih kondusif.

4.Setelah diberi tindakan pada pertemuan ke-2 nilai pronunciation

siswa meningkat.

B. Siklus II

1. Paparan Data Siklus II

a. Perencanaan Tindakan

Pada siklus II ini peneliti tetap menggunakan metode Audio-

Lingual. Selain itu peneliti juga menggunakan pelaksanaan

tindakan serta hasil yang dicapai pada siklus I sebagai acuan untuk

pelaksanaan Siklus II. Setelah dilakukan refleksi, tindakan yang

perlu dilakukan pada siklus II adalah men-drill siswa dengan lebih

intensif untuk meningkatkan kemampuan pronunciation siswa.

Selain itu juga mempertahankan kekondusifan kelas dengan cara

memberi peringatan pada siswa bahawa bagi siswa yang

melakukan keributan akan dicatat dan dikurangi nilainya. Karena

cara tersebut efektif untuk diterapkan dikelas IV A.

Secara garis besar yang dilakukan peneliti pada tahap

perencanaan siklus pertama adalah sebagai berikut:

1. Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

2. Menentukan target yang akan dicapai. Adapun target yang akan

dicapai siswa pada siklus I adalah:.

Page 97: Peningkatan Pronounciation

77

a. Men-drill pronunciation siswa menggunakan metode

Audio-Lingual dengan lebih intensif.

b. Meningkatkan pronunciation siswa.

3. Peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan

kegiatan pembelajaran seperti sumber belajar dan media

pembelajaran.

4. Peneliti mempersiapkan alat observasi dan penilaian sebagai

alat pengukur kemampuan pronunciation siswa.

Adapun penerapan dari rancangan tersebut adalah sebagai

berikut:

Langkah I (Awal)

a. Secara singkat peneliti menjelaskan pelajaran yang akan

dipelajari pada hari itu

b. Secara singkat peneliti menyampaikan tujuan dari

pembelajaran tersebut

Langkah II (Inti)

a. Guru meminta siswa untuk berpasang-pasangan dengan teman

sebangkunya (work in pairs)

b. Guru men-drill siswa dengan menggunakan metode Audio-

Lingual

c. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk mempelajari

dialog yang telah dibagikan dan menghafalkannya.

Page 98: Peningkatan Pronounciation

78

h. Guru meminta masing-masing pasangan untuk mempraktikkan

dialog di depan kelas

i. Guru melakukan penilaian pada saat siswa mempraktikkan

dialog didepan kelas.

Langkah III (Penutup)

a. Peneliti memberi motivasi kepada siswa untuk terus belajar.

b. Evaluasi bersama

c. Pada pertemuan terahir, peneliti mengumumkan siswa yang

nilainya terbaik dan berhak mendapatkan reward

Untuk mengetahui sejauh mana pencapaian siswa dalam

pronunciation, maka perlu dilaksanakan evaluasi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Siklus II dilaksanakan pada tanggal 22 dan 29 Mei 2009.

Siklus II dibagi menjadi dua tahap. Pertemuan pertama berisi

tentang pen-drillan siswa dengan metode Audio-Lingual,

pertemuan ke-dua berisi post test.

Siklus II, pertemuan ke-1

Siklus II pertemuan ke-1 dilaksanakan pada tanggal 22 mei

2009. Pada siklus II pertemuan ke- 1 ini peneliti melakukan drill

terhadap siswa dengan menggunakan metode Audio-Lingual lebih

intensifif lagi. Dengan begitu para siswa akan mendapatkan banyak

latihan.

Page 99: Peningkatan Pronounciation

79

Sebagaimana pertemuan-pertemuan sebelumnya, di awal

pelajaran peneliti membagikan lembar dialog untuk siswa.

Kemudian peneliti meminta siswa untuk berpasang-pasangan

dengan teman sebangkunya. Setelah semua terkondisikan peneliti

mulai melakukan drill pada siswa dengan metode Audio-Lingual

untuk meningkatkan kemampuan pronunciation siswa.

Dalam pertemuan ke-1 siklus II ini peneliti juga memberi

kesempatan lebih kepada siswa untuk bertanya tentang kata-kata

yang sulit untuk dilafalkan. Adapun untuk meminimalisir

kegaduhan di kelas peneliti menggunakan cara yang dipakai pada

siklus I yaitu memberi peringatan bahwa bagi siswa yang membuat

gaduh akan dicatat dan dikurangi nilainya.

Setelah dilakukan pen-drillan siswa diberi kesempatan untuk

mempelajari kembali dialognya dan menghafalkannya bersama

pasangannya. Ketika dirasa cukup, guru mulai memnaggil tiap-tiap

pasangan untuk mempraktikkan dialog di depan kelas. Sementara

masing-masing pasangan siswa mempraktikkan dialog di depan

kelas peneliti melakukan penilaian.

Siklus II, pertemuan ke-2 (post test)

Pembelajaran pada siklus 2 pertemuan ke-2 dilaksanakan

pada tanggal 29 Mei 2009. Setelah melihat peningkatan nilai siswa

pada 2 pertemuan sebelumnya, peneliti memutuskan untuk

melaksanakan post test pada siklus II pertemuan ke-2 ini.

Page 100: Peningkatan Pronounciation

80

Adapun dialog yang digunakan untuk post test adalah dialog

yang dipakai pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Sebelum

melaksanakan post test terlebih dahulu peneliti mempraktikkan

dialog di depan kelas. Baru kemudian peneliti memanggil masing-

masing pasangan siswa untuk melakukan post test dengan

membaca dialog di depan kelas.

Pada post test tersebut terlihat bahwa kemampuan siswa

meningkat. Hal tersebut dikarenakan siswa yang semakin terbiasa

melatih dialognya (pembiasaan) akhirnya mereka secara spontan

dapat melakukannya (kebiasaannya sudah terbentuk).

c. Observasi

Secara umum pelaksanaan siklus II berjalan sesuai dengan

rencana pembelajaran yang telah ditetapkan. Peneliti membacakan

dialog, kemudian meminta siswa untuk mempelajari dan

menghafalkan dan mempraktikkan di depan kelas..

Berdasarkan hasil observasi peneliti pada pertemuan ke-1

siklus II ini suasana kelas sudah dapat dikatakan kondusif. Sudah

tidak tampak lagi siswa tidak memperhatikan, tidak fokus dan lain

sebagainya. Kalaupun ada, hal tersebut hanya terjadi beberapa saat

kemudian keadaan sudah kondusif kembali.

Dari observasi peneliti pula dapat disimpulkan bahwa

kemampuan proonunciation siswa sudah mengalami banyak

peningkatan, kesalahan-kesalahan pelafalan sudah tidak banyak

Page 101: Peningkatan Pronounciation

81

terjadi. Pada pertemuan ke-2 ini nilai siswa juga banyak yang

menglami peningkatan.

Hasil evaluasi kemampuan pronunciation siswa pada

pertemuan ke-1 siklus II dilihat dari segi diskriminasi bunyi

adalah; 9 siswa (39,1%) siswa memperoleh nilai 60, 11 siswa

(47,8%) memperoleh nilai 70, 3 orang siswa (13,04%) memperoleh

nilai 80. Adapun nilai rata-rata kelas dari diskriminasi bunyi dari

segi vowels adalah 67,3 meningkat dari rata-rata awal sebelum

tindakan sebesar 50. Persentase peningkatannya dapat dilihat pada

perhitumham berikut;

P= 67,3-50 x 100% 50

= 34,6%

Dari segi consonant diperoleh rata-rata kelas sebesar 72,1,

dengan rincian; 2 siswa (8,6%) memperoleh nilai 60, 14 siswa

(60,8%) memperoleh nilai 70 dan 7 siswa (30,4%) memperoleh

niai 80. Adapun persentase peningkatannya dapat dilihat pada

perhitungan berikut;

P= 72,1-56,08 x 100% 56,08

= 28,5%

Dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress)

didapat rata-rata kelas sebesar 68,5. Dengan rincian 4 siswa

(17,4%) memperoleh nilai 60, 10 siswa (43,4%) memperoleh nilai

Page 102: Peningkatan Pronounciation

82

70, 9 siswa (39,1%) memperoleh nilai 80. Persentase

peningkatannya dapat dilihat pada perhitungan berikut;

P= 68,5-57,3 x 100% 57,3

= 19,5%

Hasil evaluasi dari segi intonasi (intonation) diperoleh rata-

rata kelas sebesar 70,4. Adapun rinciannya; 8 siswa (34,7%)

memperoleh nilai 60, 6 siswa (26,08%) memperoleh nilai 70, 9

siswa (39,1%) memperoleh nilai 80. Persentase peningkatannya

dapat dilihat pada perhitungan berikut;

P= 70,4-53,04 x 100% 53,04

= 32,7%

Adapun hasil evaluasi dari segi kelancaran (fluency)

diperoleh rata-rata kelas sebesar 68,6. Rinciannya adalah; 2 siswa

(8,6%) memperoleh nilai 50, 8 siswa (34,7%) memperoleh nilai 60,

4 siswa (17,3%) memperoleh nilai 70 dan 9 siswa (39,1%)

memperoleh nilai 80. Persentase peningkatannya dapat dilihat pada

perhitungan berikut;

P= 68,6-53,9 x 100% 53,9

= 27,2%

Page 103: Peningkatan Pronounciation

83

Pada pertemuan ke-2 siklus II, sebagaimana telah dijelaskan

di atas peneliti melaksanakan post test. Pada post test tersebut para

siswa mengalami peningkatan yang cukup besar. Jumlah siswa

yang melakukan kesalahan pelafalan juga semakin sedikit.

Adapun hasil evaluasi kemampuan pronunciation siswa pada

pertemuan ke-2 setelah dilakukan pen-drillan pada 2 pertemuan

sebelumnya adalah sebagai berikut;. dilihat dari diskriminasi bunyi

(segi vowels) diperoleh data; 7 siswa (30,4%) siswa memperoleh

nilai 60, 9 siswa (39,1%) memperoleh nilai 70, 7 orang siswa

(30,4%) memperoleh nilai 80. Adapun nilai rata-rata kelas pada

pelaksanaan post test diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi

vowels adalah 70.. Adapun peningkatannya dapat diketahui melalui

hasil perhitungan;

P= 70-50 x 100% 50

= 40%.

Adapun dari segi consonant diperoleh rata-rata kelas sebesar

75,2, dengan rincian; 11 siswa (47,8%) memperoleh nilai 70, 12

siswa (52,1%) memperoleh nilai 80. Peningkatan nilai siswa dalam

diskriminasi bunyi dari segi consonant, yang dapat dilihat dari

perhitungan berikut:

P= 75,2-56,08 x 100% 56,08

= 34,09%

Page 104: Peningkatan Pronounciation

84

Dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress)

didapat rata-rata kelas sebesar 73,4. Dengan rincian 3 siswa

(13,04%) memperoleh nilai 60, 9 siswa (39,1%) memperoleh nilai

70, 11 siswa (47,8%) memperoleh nilai sempurna 80. Adapun

persentase peningkatannya dapat dihitung sebagai berikut:

P= 73,4-57,3 x 100% 57,3

= 28,09%

Hasil evaluasi pertemuan ke-2 siklus II dari segi intonasi

(intonation) diperoleh rata-rata 73,04. Adapun rinciannya; 4 siswa

(17,4%) memperoleh nilai 60, 8 siswa (34,7%) memperoleh nilai

70, 11 siswa (47,8%) memperoleh nilai 80. Persentase

peningkatannya dapat diketahui melalui perhitungan berikut:

P= 73,04-53,04 x 100% 53,04

= 37,7%

Adapun hasil evaluasi dari segi kelancaran (fluency)

diperoleh nilai rata-rata sebesar 71,7. Rinciannya adalah; 8 siswa

(34,7%) memperoleh nilai 60, 3 siswa (13,04%) memperoleh nilai

70, 9 siswa (39,1%) memperoleh nilai 80. Hasil persentase

peningkatannya dapat dilihat dari perhitungan berikut;

P= 71,7-53,9 x 100% 53,9

= 33,02%

Page 105: Peningkatan Pronounciation

85

Adapun penabulasian nilai pronunciation siswa pada siklus II

dapat dilihat pada lampiran 2.

Jadi dapat disimpulkan setelah diberikan tindakan pada

pertemuan kedua, siswa mengalami peningkatan dalam

kemampuan pronunciation-nya.

Setelah semua siswa menyelesaikan post test, peneliti

meminta pendapat siswa tentang cara pembelajaran pronunciation

dengan menggunakan metode Audio-Lingual. Yang telah

dilaksanakan. Peneliti memberikan lembaran yang berisi

pertanyaan tentang bagaimana pendapat siswa tentang penerapan

metode Audio-Lingual yang telah dilaksanakan dengan pilihan

jawaban sangat senang, senang, kurang senang, tidak senang

beserta alasannya.

Adapun tanggapan siswa terhadap penerapan metode

Audio-Lingual ntuk meningkatkan pronunciation siswa dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3

Tanggapan siswa terhadap penerapan

metode Audio-Lingual

No Jawaban Frekwensi % 1 Sangat senang 15 65,2 2 Senang 5 21,7 3 Kurang senang 3 13,04 4 Tidak senang - -

Jumlah 23 99,94 (dibulatkan 100)

Page 106: Peningkatan Pronounciation

86

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah

siswa yang sangat senang sebanyak 15 (65,2%), yang senang

sebanyak 5 (21,7%) siswa, yang kurang senang sebanyak 3

(13,04%) siswa dan yang tidak senang sebanyak 0 (0%) tidak ada.

Beberapa alasan siswa yang menyatakan sangat senang dan

senang terhadap penerapan metode Audio-Lingual adalah; 1)

karena metode ini banyak latihannya, jadi kalau sering berlatih jadi

mudah belajarnya; 2) karena pak guru jarang sekali mengajari cara

membaca bacaan bahasa Inggris; 3) karena kalau kami ramai bu

guru selalu mengajak bermain, .....

Sedangkan alasan siswa yang tidak senang terhadap

penerapan metode Audio-Lingual ini adalah; 1) karena bahasa

Inggris itu sulit; 2) karena saya tidak suka bahasa Inggris.

Adapun tanggapan dari guru bahasa Inggris yang diperoleh

dari hasil wawancara adalah sebagai berikut:

" Metode Audio-Lingual yang sampean pakai ini bagus untuk melatih kemampuan membaca dan berbicara siswa, khususnya pelafalan siswa dalam bahasa Inggris. Selain itu juga dapat nambah referensi saya dalam mengajar. Soalnya selama ini saya lebih banyak menggunakan metode menerjemahkan, jadi anak-anak lebih sering saya minta untuk mencari artinya kalimat ini apa, bacaan ini apa dan sebagainya"63 Melihat peningkatan nilai siswa yang dicapai pada setiap

siklus yang pada akhirnya dapat mencapai batas KKM yang telah

ditentukan serta tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan

63 Wawancara peneliti dengan Bpk. Zainuddin, guru mata pelajaran bahasa Inggris Kelas

IVMI Sunan Kalijogo, (29 Mei 2009, setelah pelajaran usai, di ruang kelas IV A)

Page 107: Peningkatan Pronounciation

87

metode Audio-Lingual, maka dapat disimpulkan bahwa metode

Audio-Lingual terbukti efektif meningkatkan pronunciation siswa.

d. Refleksi

Secara keseluruhan penerapan metode Audio-Lingual untuk

meningkatkan pronunciation siswa sudah berjalan sesuai rencana.

Sejak dilaksanakan pre test sampai pada pertemuan terahir dapat

disimpulkan bahwa setelah siswa diberi tindakan dengan metode

Audio-Lingual kemampuan pronunciation siswa meningkat, yang

diindikasikan dengang nilai sisw yang meningkat pula.

Dengan demikian, peneliti memandang tidak perlu dilakukan tindakan

selanjutnya dan mengakhiri penelitian di kelas IV A MI Sunan Kalijogo.

Page 108: Peningkatan Pronounciation

88

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus, yang bertujuan untuk

mengetahui apakah dengan penggunaan metode Audio-Lingual dapat

meningkatkan pronunciation siswa kelas IV A MI Sunan Kalijogo Malang.

Adapun variabel yang diamati pada tindakan kelas tersebut adalah Audio-Lingual

dan peningkatan pronunciation. Adapun indikator peningkatan pronunciation

siswa ditunjukkan dengan peningkatan nilai siswa pada setiap siklus.

Sementara sumber belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Buku

Fokus Jatim “English SD 4B”, yang juga didukung buku-buku lain, kamus Inggris

Indonesia, Lembar dialog, kurikulum dan standar kompetensi mata pelajaran

umum. Untuk mengetahui hasil pembelajaran dipersiapkan instrumen penilaian

individu, pedoman wawancara, dan angket siswa.

Sebelum penilitian dimulai terlebih dahulu peneliti melakukan wawancara

dengan guru mata pelajaran bahasa Inggris kelas IV A MI Sunan Kalijogo untuk

mengetahui tingkat kemampuan pronunciation siswa. Setelah itu baru peneliti

memulai penelitian.

Siklus pertama dimulai dengan pre tes. Pada saat pelaksanaan pre test dapat

diketahui bahwa siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Hal tersebut terlihat ketika peneliti mulai menjelaskan materi, para siswa yang

pada mulanya terlihat memperhatikan lama-kelamaan mulai gaduh. Selain itu juga

Page 109: Peningkatan Pronounciation

89

terlihat dari respon balik siswa terhadap materi yang disampaikan guru, siswa

terlihat tidak fokus ada juga yang bercanda dengan temannya serta bermain

sendiri.

Berdasarkan tanya jawab siswa dengan peneliti, maka dapat disimpulkan

bahwasanya siswa bersikap tidak kooperatif karena mereka merasa belum

sepenuhnya mengerti tentang materi yang disampaikan. Mereka merasa belum

bisa mempraktikkan dialog dengan lafal yang baik dan benar karena kurangnya

latihan. Para siswa percaya dengan lebih banyak latihan mereka akan lebih mudah

mempraktiikkan dialog yang diberikan peneliti. Dari sinilah diperlukan adanya

perubahan metode dari metode yang tidak menggunakan drill menuju metode

yang mengedepankan drill, sehinggga para siswa akan mendapatkan banyak

latihan. Sebagaimana kaum behavioris yang meyakini bahwa belajar bahasa pada

hakikatnya adalah masalah pembiasaan dan pembentukan kebiasaan, maka jika

siswa terbiasa melakukan pembiasaan (dengan latihan berulang-ulang) maka

akhirnya pembiasaan itu akan terbentuk (menjadi sebuah kebiasaan).

Setelah melihat hasil evaluasi pada pertemuan ke-1, peneliti mulai

menerapkan metode Audio-Lingual pada pertemuan ke-2. Peneliti mulai men-drill

siswa dengan metode Audio-Lingual. Siswa mulai menunjukkan semangatnya

mempelajari dialog dengan pronunciation yang baik dan benar. Metode Audio-

Lingual yang digunakan sudah mulai tampak dapat diterima siswa. Meskipun

masih ada beberapa siswa yang lamban menerimanya, namun secara umum

penerapan metode ini sudah mulai tampak keberhasilannya.

Page 110: Peningkatan Pronounciation

90

Secara kuantitatif juga menunjukkan bahwa kemampuan pronunciation

siswa pada saat pre tes masih tergolong rendah. Hal itu dapat dilihat dari hasil pre

test siswa. Banyak nilai pre test siswa yang berada di bawah kriteria ketuntasan

minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran bahasa Inggris,

yaitu 55.

Dari kategori diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi vowels jumlah siswa

yang memenuhi KKM hanya 7 siswa (30,4%). Sedangkan sebanyak 16 siswa

(69,5%) masih belum memenuhi KKM.

Adapun dari kategori diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi consonant

jumlah siswa yang memenuhi KKM adalah 19 siswa (82,6%). Jumlah ini lebih

baik daripada perolehan nilai dari segi vowels. Sedangkan sisanya 4 siswa (17,4%)

dinyatakan belum memenuhi KKM.

Dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress) jumlah siswa

yang memenuhi standar KKM sekolah untuk mata pelajaran bahasa Inggris

sebanyak 15 siswa (65,2%). Selain itu ada 8 siswa (34,7%) yang belum memenuhi

KKM.

Hasil evaluasi dari segi intonasi (intonation) terdapat 12 siswa (52,1%) yang

memenuhi KKM. Disamping itu ada 11 siswa (47,8%) yang dinyatakan tidak

memenuhi KKM

Adapun hasil evaluasi dari segi kelancaran (fluency), jumlah siswa yang

dinyatakan memenuhi standar KKM sebanyak 12 siswa (52,1%). Sedangkan di

sisi lain sebanyak 11 siswa (47,8%) dinyatakan belum memenuhi KKM yang

ditetapkan.

Page 111: Peningkatan Pronounciation

91

Dari rincian nilai siswa di atas dapat dilihat bahwa dari empat kiteria yang

dinilai, yaitu diskriminasi bunyi (vowels dan consonant), rhytm dan word stress,

intonasi (intonation) dan kelancaran (fluency), siswa mendapatkan nilai terendah

pada kriteria diskriminasi bunyi khususnya dari segi vowels. Karena pada kriteria

ini jumlah siswa yang dinyatakan memenuhi KKM hanya 7 siswa (30,4%).

Sedangkan sebaliknya dari segi consonant jumlah siswa yang dinyatakan

memunuhi KKM sebanyak 19 siswa (82,6%).

Hasil evaluasi yang diperoleh peneliti pada pertemuan ke-1 tersebut

dijadikan acuan pada pertemuan ke-2. Pada pertemuan ke-2 ini peneliti mulai

melakukan pen-drillan pada siswa, selain itu peneliti juga menstimuli siswa agar

lebih semangat lagi dengan memberi reward pada pertemuan terahir bagi siswa

yang memperoleh nilai terbaik. Rupanya kedua hal tersebut cukup ampuh untuk

membangkitkan semangat siswa. Terlihat nilai siswa mengalami peningkatan pada

pertemuan ke-2 ini.

Dari kategori diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi vowels jumlah siswa

yang memenuhi KKM pada pertemuan ke-1 hanya 7 siswa (30,4%), pada

pertemuan ke-2 ini meningkat menjadi 12 siswa (52,1%). Sedangkan jumlah

siswa yang masih belum memenuhi KKM yang awalnya 16 siswa berkurang

menjadi 11 siswa (47,8%). Persentase peningkatan pada segi vowels pada

pertemuan ke-2 adalah sebesar 9,4%.

Adapun dari kategori diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi consonant,

pada pertemuan ke-1 jumlah siswa yang dinyatakan memenuhi KKM adalah 19

siswa (82,6%). Pada pertemuan ke-2 jumlah itu naik drastis menjadi 22 siswa

Page 112: Peningkatan Pronounciation

92

(95,6%) . Jadi jumlah siswa yang dinyatakan tidak memenuhi KKM hanya 1

siswa (4,3%) saja. Adapun persentase peningkatannya adalah sebesar 16,2%.

Dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress) juga

mengalami peningkatan. Pada pertemuan ke-1 jumlah siswa yang dinyatakan

memenuhi standar KKM sekolah untuk mata pelajaran bahasa Inggris sebanyak

15 siswa (65,2%). Pada pertemuan ke-2 ini mengalami peningkatan yaitu

sebanyak 21 siswa (91,3%). Sedangkan jumlah siswa yang dinyatakan tidak

memenuhi KKM mengalami penurunan yaitu dari 8 siswa (34,7%) menjadi 2

siswa (8,6%). Persentase peningkatannya setelah tindakan adalah sebesar 13,7%

Hasil evaluasi dari segi intonasi (intonation) yang pada pertemuan ke-1

terdapat 12 siswa (52,1%) yang memenuhi KKM, pada pertemuan ke-2 meningkat

menjadi 19 siswa (82,6%). 4 siswa (47,8%) lainnya dinyatakan tidak memenuhi

KKM . Adapun persentase peningkatannya adalah sebesar 19,5%.

Adapun hasil evaluasi dari segi kelancaran (fluency), jumlah siswa yang

dinyatakan memenuhi standar KKM yang pada pertemuan ke-1 sebanyak 12

siswa (52,1%) pada pertemuan ke-2 meningkat menjadi 15 siswa (65,2%).

Sedangkan jumlah siswa yang dinyatakan belum memenuhi KKM yang

sebelumnya berjumlah 11 siswa (47,8%) setelah dilakukan tindakan pada

pertemuan ke-2 jumlahnya menurun menjadi 8 siswa (34,7%) dan persentase

peningkatannya sebesar 17,6%.

Dari hasil observasi peneliti selama pembelajaran di kelas serta hasil tes

pada pertemuan ke-1 dan 2 siklus I, menunjukkan terdapatnya peningkatan pada

kemampuan pronunciation siswa. Untuk itu pada pertemuan ke-1 siklus II,

Page 113: Peningkatan Pronounciation

93

peneliti lebih mengintensifkan lagi pen-dillan terhadap siswa dengan metode

Audio-Lingual dan ternyata langkah tersebut efektif. Hal tersebut terbukti dengan

peningkatan nilai siswa pada pertemuan ke-1 siklus II ini.

Dari kategori diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi vowels jumlah siswa

yang memenuhi KKM pada pertemuan ke-2 siklus I sebanyak 12 siswa (52,1%),

pada siklus II pertemuan ke-1 jumlah itu meningkat menjadi 23 siswa (100%).

Dengan begitu, pada segi vowels sudah tidak ada siswa yang nilainya di bawah

KKM yang ditetapkan. Persentase peningkatan pada segi vowels pada pertemuan

ke-1 siklus II meningkat 34,6% dari pre test.

Adapun dari kategori diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi consonant,

pada pertemuan ke-2 siklus I jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 19 siswa

(82,6%), pada pertemuan ke-1 siklus II meningkat menjadi 23 siswa (100%). Jadi

jumlah siswa yang dinyatakan tidak memenuhi KKM sudah tidak ada. Adapun

persentase peningkatannya adalah sebesar 28,5% dari pre test.

Dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress) juga

mengalami peningkatan. Pada pertemuan ke-2 siklus I jumlah siswa yang

dinyatakan memenuhi KKM sebanyak 21 siswa (91,3%). Pada pertemuan ke-1

siklus II meningkat menjadi 23 siswa (100%). Adapun Persentase peningkatannya

adalah sebesar 19,5% dari pre tes.

Hasil evaluasi dari segi intonasi (intonation) yang pada pertemuan ke-2

siklus I terdapat 19 siswa (82,6%) yang memenuhi KKM, pada pertemuan ke-1

siklus II meningkat menjadi 23 siswa (100%). Adapun persentase peningkatannya

adalah sebesar 32,7% dari pre test.

Page 114: Peningkatan Pronounciation

94

Adapun hasil evaluasi dari segi kelancaran (fluency), jumlah siswa yang

dinyatakan memenuhi standar KKM yang pada pertemuan ke-2 siklus II sebanyak

15 siswa (65,2%). Pada pertemuan ke-1 siklus II ini meningkat menjadi 21 siswa

(91,3%). Sedangkan jumlah siswa yang dinyatakan belum memenuhi KKM yang

sebelumnya berjumlah 8 siswa (34,7%) pada pertemuan ke I siklus II ini menjadi

2 siswa (8,6%). Adapun persentase peningkatannya adalah sebesar 27,2% dari pre

test.

Setelah melihat hasil tes siswa pada pertemuan-pertemuan sebelumnya

peneliti memutuskan untuk melaksanakan post test pada siswa. Post test tersebut

dilaksanakan bukannya tanpa pertimbangan, akan tetapi post test tersebut setelah

melihat kemampuan pronunciation siswa meningkat (yang diindikasikan dengan

meningkatnya nilai siswa). Pada post test tersebut para siswa mengalami

peningkatan yang cukup besar. Jumlah siswa yang melakukan kesalahan pelafalan

juga semakin sedikit. Dalam post test ini juga sudah tidak siswa yang nilainya di

bawah KKM yang telah ditetapkan.

Dari kategori diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi vowels jumlah siswa

yang memenuhi KKM pada post test sebanyak 23 siswa (100%), yang berarti

sudah tidak ada lagi siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM yang

ditetapkan. Persentase peningkatan pada segi vowels pada pertemuan post test ini

adalah 40% dari pre test.

Adapun dari kategori diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi consonant,

pada post tes ini jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 23 siswa (100%).

Adapun persentase peningkatannya adalah sebesar 34,09% dari pre test.

Page 115: Peningkatan Pronounciation

95

Dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress) juga

mengalami peningkatan. Pada post test jumlah siswa yang dinyatakan memenuhi

KKM sebanyak 23 siswa (100%). Adapun Persentase peningkatannya adalah

sebesar 28,03% dari pre tes.

Hasil evaluasi dari segi intonasi (intonation) yang pada post test, jumlah

siswa yang nilainya memenuhi KKM sebanyak 23 siswa (100%). Adapun

persentase peningkatannya adalah sebesar 37,7% dari pre test.

Sedangkan hasil evaluasi dari segi kelancaran (fluency), jumlah siswa yang

dinyatakan memenuhi standar KKM yang pada post test sebanyak 23 siswa

(100%), dan siswa yang dinyatakan tidak memenuhi KKM tidak ada. Adapun

persentase peningkatannya adalah sebesar 33,02% dari pre test.

Dengan demikian, dari data-data hasil penelitian yang telah dipaparkan di

atas terbukti bahwa dengan penggunaan metode Audio-Lingual dapat

meningkatkan pronunciation siswa kelas IV A MI Sunan Kalijogo dengan

indikator keberhasilan sebagai berikut:

1. Selama pembelajaran berlangsung siswa tampak senang dan antusias.

Walaupun pada pertemuan pertama siswa kurang antusias akan tetapi

pada petemuan selanjutnya hal tersebut dapat diatasi.

2. Hasil (nilai) yang diperoleh siswa lebih baik atau meningkat dari hasil

yang diperoleh sebelumnya.

3. Siswa menjadi lebih aktif berlatih untuk mendapatkan nilai yang lebih

baik.

Page 116: Peningkatan Pronounciation

96

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa:

1. Perencanaan penggunaan metode Audio-Lingual dalam pembelajaran

bahasa Inggris untuk peningkatan pronunciation siswa kelas IV A MI

Sunan Kalijogo Malang adalah sebagai berikut; sebelum melaksanakan

penelitian terlebih dahulu peneliti berkonsultasi dengan guru mata

pelajaran bahasa Inggri kelas IV A Sunan Kalijogo Malang untuk

memperoleh kesepakatan kesepakatan dengan guru mata pelajaran bahwa

peneliti akan menggunakan metode Audio-Lingual. Adapun secara umum,

perencanaan penggunaan metode Audio-Lingual dalam pembelajaran

bahasa Inggris untuk peningkatan pronunciation siswa kelas IV A MI

Sunan Kalijogo Malang pada siklus I dan II adalah sebagai berikut:

a. Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

b. Menentukan target yang akan dicapai;

- Mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam pronunciation

(dengan melaksanakan pre test)

- Mendrill pronunciation siswa dengan metode Audio-Lingual

- Meningkatkan pronunciation siswa

- Melaksanakan post test

- Melaksanakan evaluasi

- Memberi reward pada siswa yang memperoleh nilai terbaik

Page 117: Peningkatan Pronounciation

97

c. Peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan

pembelajaran seperti sumber belajar dan media pembelajaran.

d. Peneliti mempersiapkan alat observasi dan penilaian sebagai alat

pengukur kemampuan pronunciation siswa.

2. Pelaksanaan penggunaan metode Audio-llingual dalam pembelajaran

bahasa Inggris untuk peningkatan pronunciation siswa kelas IV A MI

Sunan Kalijogo Malang, secara umum berjalan lancar dan sesuai rencana.

Walaupun pada pertemuan pertama suasana kelas dapat dikatakan tidak

cukup kondusif, akan tetapi pada pertemuan-pertemuan selanjutnya hal

tersebut dapat diatasi. Hal tersebut dikarenakan siswa sudah dapat

beradaptasi dengan metode baru yang sedang diterapkan (metode Audio-

Lingual). Adapun untuk memusatkan kembali perhatian siswa dan untuk

mengondisikan kelas peneliti membuat permainan kecil, selain itu peneliti

juga memberi peringatan bagi siswa yang yang membuat keributan akan

dikurangi nilainya. Dengan begitu, suasana kelas menjadi lebh kondusif.

Peneliti juga memberikan reward pada siswa yang nilainya terbaik pada

akhir pertemuan.

3. Dalam penelitian ini, evaluasi dilakukan pada setiap akhir pertemuan.

Adapun bentuknya berupa tes unjuk kerja (performance), yang nilainya

akan dibandingkan dengan KKM yang ditetapkan sekolah, yakni 55.

Setelah diperoleh rata-rata kelas, peneliti menggunakan rumus persentase

peningkatan sebagaimana telah dijelaskan pada bab III untuk mengetahui

peningkatan nilai sisiwa. Dalam beberapa kali evaluasi di lapangan

Page 118: Peningkatan Pronounciation

98

menunjukkan bahwa terdapat peningkatan dalam setiap pertemuan, dari

siklus I sampai siklus II. Adapun peningkatannya; dari segi vowel terdapat

peningkatan sebesar 40%, consonant 34%, rhythm and word stress

28,03%, intonation 37%, dan fluency sebesar 32,02%. Dengan begitu

dapat disimpulkan bahwasanya penggunaan metode Audio-Lingual dapat

meningkatkan pronunciation siswa kelas IV A MI Sunan Kalijogo

Malang. Indikator peningkatannya adalah; selama pembelajaran

berlangsung siswa tampak senang dan antusias; hasil (nilai) yang

diperoleh siswa lebih baik atau meningkat dari hasil yang diperoleh

sebelumnya, pada akhir post test, sudah tidak terdapat siswa yang

memperoleh nilai dibawah KKM yang sudah ditentukan; siswa mejadi

lebih aktif berlatih untuk mendapatkan nilai yang lebih baik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang membuktikan bahwa metode Audio-

Lingual dapat meningkatkan pronunciation siswa, maka peneliti mengajukan

saran agar dapat dijadikan bahan pertimbangan dari berbagai pihak sebagai

berikut:

1. Bagi Guru

Audio-Lingual merupakan sebuah metode pengajaran alternatif yang

baik untuk diaplikasikan pada siswa kelas IV A MI Sunan Kalijogo

untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang pronunciation.

Page 119: Peningkatan Pronounciation

99

2. Bagi Siswa

Metode Audio-Lingual merupakan sebuah metode yang

mengutamakan drill. Sehingga porsi yang diberikan untuk berlatih

lebih banyak. Karena itulah, metode ini sangat bagus untuk

mempelajari pronunciation yang pada dasarnya membutuhkan lathan

extra.

3. Bagi Peneliti

Memberikan wawasan dan pengalaman praktis di bidang penelitian

sebagai bekal untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional

Page 120: Peningkatan Pronounciation

1

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur'an Digital

Al-Hasyimi, Syekh Ahmad. Muhtarul Ahadits. Surabaya: Al-Haromain

Arikunto, Suharsimi dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi

Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian suatu Tindakan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek)

Edisi Revisi V. Jakarta: Rhineka Cipta B. Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar

Mengajar yang Kreatif dan efektif. Jakarta: Bumi Aksara Billie, MCunningham. 2008. Using Action Research and The Classroom Learning

Environment. Issues in Accounting Education Journal. Sarasota: Feb 2008. Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur'an dan Terjemahannya, Bandung: J-ART

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Seklah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: CV. Timur Putra Mandiri

Fahru. 2008. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bahasa Inggris Dengan Media

CD Interaktif di SDN 02 Selokaton Kec. Gondangrejo kab. Karanganyar. Blog. http://www.Fahrublogger.blogspot.com, diakses pada tanggal 28 Maret 2009

Karmina, Sari dkk. 2008. Untuk Anak Usia Dini (Bahan Ajar). Semarang:

PGPAUD Universitas Negeri Semarang Karsidi. 2007. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Solo: PT.

Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Kifutu, Susan, Background and Characteristics of the Audio-Lingual Method,

http://www.tcnj.edu diakses pada tanggal 21 Februari 2009 Kountur, Ronny, 2005. D. M. S, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi Dan

Tesis. Jakarta: PPM Kurniawan, Rita dkk. 2006. Speed Up English. Jakarta: Yudhistira

Page 121: Peningkatan Pronounciation

2

Larsen, Diane and Freeman. 1986. Techniques and Principles in Language Teaching. Oxford: Oford University Press

Marzuki. 2000. Metodelogi Riset fakultas Ekonomi UII Yogyakarta

Moleong, Lexy J. 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Rosdakarya

Mulyani, Anik Sri. Januari 2009. Pemanfaatan Multimedia untuk Menstimulus Imajinasi Penyusunan Kalimat Posessive Pronouns. Jurnal Pendidikan Inovatif. Jurnal JPI No. 1 Volume 4

Mulyasa, E. 2003. Media dan Laboratorium dalam Pendidikan. Jakarta: Proyek

Pengembangan Pendidikan Guru (P3G) dan P dan K, 2003) Murni, Wahid. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UM Press

NK, Roestiyah, 2001. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Pennycook, A. 1995. “English in the World/The World in English”. In J. Tollefson (Ed), Power and Inequality in Language Education. Cambridge: Cambridge University Press

Richards. 1986. Approaches And Method in Language Teaching. New York:

Cambridge University Press Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfa

Beta

Sari, Rina. 2007. Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Qur'ani. Malang: UIN

Press

Sujiono, Anas. 1991. Pengantar statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Rosdakarya

Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: Penerbit ISC

Ur, Penny. 1996. A Course in Language Teaching. New York: Cambridge University Press

Usman, Husaini dkk. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Page 122: Peningkatan Pronounciation

3

Wiraatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:

Rosdakarya

Wulandari, Anggar. 2008. Improving Students' Pronunciation Using Audiovisual (Avas) At The Fifth Year of SD Al-Azhar Syifa Budi Solo In 2007/2008 Academic Year. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jill Kreper Mora, Second-Language Teaching Method

(http://www.edweb.sdsu.edu, diakses pada tanggal 20 Februari 2009 Zuhairini, dkk. 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha

Nasional

________. 2006. http://blog.hjenglish.com/ , diakses tanggal 6 April 2009

Page 123: Peningkatan Pronounciation

LAMPIRAN 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS I, PERTEMUAN I

Nama Sekolah : MI Sunan Kalijogo

Mata Pelajaran : Bahasa Inggris

Kelas/Semester : IV/II

Alokasi Waktu : 2x35 menit

I. Standar Kompetensi

Mengugkapkan instruksi dan informasi sangat sederhana dalam konteks

kelas.

II. Kompetensi Dasar

Peserta didik mampu menirukan ujaran dalam ungkapan sangat sederhana

secara berterima.

III. Indikator

1. Siswa mampu menirukan ujaran-ujaran yang disampaikan oleh guru

dengan baik dan benar

2. Siswa mampu mengungkapkan kembali ujaran-ujaran yang telah

disampaikan guru dengan baik dan benar

3. Siswa mampu mempraktikkan percakapan sederhana dengan lafal yang

baik dan benar

Page 124: Peningkatan Pronounciation

IV. Tujuan pembelajaran

Setelah mempelajari pelajaran ini diharapkan siswa diharapkan dapat:

1. Menirukan ujaran-ujaran yang disampaikan oleh guru dengan baik dan

benar

2. Mengungkapkan kembali ujaran-ujaran yang telah disampaikan guru

dengan baik dan benar

3. Mempraktikkan percakapan sederhana dengan lafal yang baik dan benar

V. Materi Pembelajaran

Clothes and colours

VI. Metode Pembelajaran

1. Metode Audio-Lingual

2. Metode Demonstrasi

VII. Kegiatan Pembelajaran

A. Kegiatan Awal (Apersepsi)

a) Salam, guru memperkenalkan diri kepada siswa menanyakan kabar

serta memberi motivasi belajar kepada siswa.

b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

c) Guru bertanya tentang pelajaran pada pertemuan sebelumnya

kemudian mengaitkankannya dengan materi yang akan dipelajari.

Page 125: Peningkatan Pronounciation

B. Kegiatan Inti

1. Guru membagikan lembaran dialog kepada siswa.

2. Guru membacakan dialog yang telah dibagikan secara keseluruhan.

3. Siswa membaca dialog bersama-sama

4. Guru meminta siswa untuk membaca dan mempraktikkan dialog yang

telah diberikan di depan kelas dengan teman sebangkunya.

5. Guru mencatat hasil pretest

C. Kegiatan Akhir

1. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk betanya tentang

materi yang telah dibahas dan belum yang dipahami.

2. Guru memberitahukan kepada siswa tentang materi yang akan

dpelajari pada pertemuan selanjutnya.

3. Guru mengakhiri pelajaran dengan salam.

VIII. Sumber belajar

a) Buku Fokus Jatim “English SD 4B”

b) Lembar dialog

c) Kurikulum dan standar kompetensi mata pelajaran umum

IX. Penilaian

Tes unjuk kerja (performance)

Page 126: Peningkatan Pronounciation

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS I, PERTEMUAN II

Nama Sekolah : MI Sunan Kalijogo

Mata Pelajaran : Bahasa Inggris

Kelas/Semester : IV/II

Alokasi Waktu : 2x35 menit

I. Standar Kompetensi

Mengugkapkan instruksi dan informasi sangat sederhana dalam konteks

kelas.

II. Kompetensi Dasar

Peserta didik mampu menirukan ujaran dalam ungkapan sangat sederhana

secara berterima.

III. Indikator

1. Siswa mampu menirukan ujaran-ujaran yang disampaikan oleh guru

dengan baik dan benar

2. Siswa mampu mengungkapkan kembali ujaran-ujaran yang telah

disampaikan guru dengan baik dan benar

3. Siswa mampu mempraktikkan percakapan sederhana dengan lafal yang

baik dan benar

IV. Tujuan pembelajaran

Setelah mempelajari pelajaran ini diharapkan siswa diharapkan dapat:

Page 127: Peningkatan Pronounciation

1. Menirukan ujaran-ujaran yang disampaikan oleh guru dengan baik dan

benar

2. Mengungkapkan kembali ujaran-ujaran yang telah disampaikan guru

dengan baik dan benar

3. Mempraktikkan percakapan sederhana dengan lafal yang baik dan benar

V. Materi Pembelajaran

Clothes and colours

VI. Metode Pembelajaran

1. Metode Audio-Lingual

2. Metode Demonstrasi

VII. Kegiatan Pembelajaran

A. Kegiatan Awal (Apersepsi)

1. Salam, guru menanyakan kabar serta memberi motivasi belajar kepada

siswa.

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

3. Guru bertanya tentang pelajaran pada pertemuan sebelumnya

kemudian mengaitkankannya dengan materi yang akan dipelajari.

B. Kegiatan Inti

1. Guru membagikan lembaran dialog kepada masing-masing siswa.

2. Guru membacakan dialog yang telah dibagikan.

3. Siswa mendengarkan dan mengulang (listen and repeat) dialog yang

dibacakan guru.

Page 128: Peningkatan Pronounciation

4. Guru men-drill siswa dengan dialog tersebut.

5. Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan teman sebangkunya.

(work in pairs)

6. Siswa berlatih dialog sampai mereka hafal dialognya.

7. masing-masing pasangan mempraktikkan dialog di depan kelas.

C. Kegiatan Akhir

1. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk betanya tentang

materi yang telah dibahas dan belum yang dipahami.

2. Guru memberitahukan kepada siswa tentang materi yang akan

dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

3. Guru mengakhiri pelajaran dengan salam.

VIII. Sumber belajar

a) Buku Fokus Jatim “English SD 4B”

b) Lembar dialog

c) Kurikulum dan standar kompetensi mata pelajaran umum

IX. Penilaian

Tes unjuk kerja (performance)

Page 129: Peningkatan Pronounciation

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS II, PERTEMUAN I

Nama Sekolah : MI Sunan Kalijogo

Mata Pelajaran : Bahasa Inggris

Kelas/Semester : IV/II

Alokasi Waktu : 2x35 menit

I. Standar Kompetensi

Mengugkapkan instruksi dan informasi sangat sederhana dalam konteks

kelas.

II. Kompetensi Dasar

Peserta didik mampu menirukan ujaran dalam ungkapan sangat sederhana

secara berterima.

III. Indikator

1. Siswa mampu menirukan ujaran-ujaran yang disampaikan oleh guru

dengan baik dan benar

2. Siswa mampu mengungkapkan kembali ujaran-ujaran yang telah

disampaikan guru dengan baik dan benar

3. Siswa mampu mempraktikkan percakapan sederhana dengan lafal yang

baik dan benar

IV. Tujuan pembelajaran

Setelah mempelajari pelajaran ini diharapkan siswa diharapkan dapat:

Page 130: Peningkatan Pronounciation

1. Menirukan ujaran-ujaran yang disampaikan oleh guru dengan baik dan

benar.

2. Mengungkapkan kembali ujaran-ujaran yang telah disampaikan guru

dengan baik dan benar.

3. Mempraktikkan percakapan sederhana dengan lafal yang baik dan benar.

V. Materi Pembelajaran

Clothes and colours

VI. Metode Pembelajaran

1. Metode Audio-Lingual

2. Metode Demonstrasi

VII. Kegiatan Pembelajaran

A. Kegiatan Awal (Apersepsi)

1. Salam, guru menanyakan kabar serta memberi motivasi belajar kepada

siswa.

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

3. Guru bertanya tentang pelajaran pada pertemuan sebelumnya

kemudian mengaitkankannya dengan materi yang akan dipelajari.

B. Kegiatan Inti

1. Guru membacakan dialog secara keseluruhan dan siswa

mendengarkan.

2. Guru membacakan dialog kalimat demi kalimat kemudian siswa

menirukan.

Page 131: Peningkatan Pronounciation

3. Guru men-drill siswa dengan dialog tersebut.

4. Siswa membaca dialg secara keseluruhan.

5. Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan teman sebangkunya.

(work in pairs)

6. Masing-masing pasangan mempraktikkan dialog di depan kelas..

C. Kegiatan Akhir

1. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk betanya tentang

materi yang telah dibahas dan belum yang dipahami.

2. Guru memberitahukan kepada siswa tentang post test yang akan

dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.

3. Guru mengakhiri pelajaran dengan salam.

VIII. Sumber belajar

a) Buku Fokus Jatim “English SD 4B”

b) Gambar tentang macam-macam jenis pakaian dan warna

c) Lembar dialog

d) Kurikulum dan standar kompetensi mata pelajaran umum

IX. Penilaian

Tes unjuk kerja (performance)

Page 132: Peningkatan Pronounciation

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS II, PERTEMUAN II

Nama Sekolah : MI Sunan Kalijogo

Mata Pelajaran : Bahasa Inggris

Kelas/Semester : IV/II

Alokasi Waktu : 2x35 menit

I. Standar Kompetensi

Mengugkapkan instruksi dan informasi sangat sederhana dalam konteks

kelas.

II. Kompetensi Dasar

Peserta didik mampu menirukan ujaran dalam ungkapan sangat sederhana

secara berterima.

III. Indikator

1. Siswa mampu menirukan ujaran-ujaran yang disampaikan oleh guru

dengan baik dan benar

2. Siswa mampu mengungkapkan kembali ujaran-ujaran yang telah

disampaikan guru dengan baik dan benar

3. Siswa mampu mempraktikkan percakapan sederhana dengan lafal yang

baik dan benar

Page 133: Peningkatan Pronounciation

IV. Tujuan pembelajaran

Setelah mempelajari pelajaran ini diharapkan siswa diharapkan dapat:

1. Menirukan ujaran-ujaran yang disampaikan oleh guru dengan baik dan

benar.

2. Mengungkapkan kembali ujaran-ujaran yang telah disampaikan guru

dengan baik dan benar.

3. Mempraktikkan percakapan sederhana dengan lafal yang baik dan benar.

V. Materi Pembelajaran

Clothes and colours

VI. Metode Pembelajaran

1. Metode Audio-Lingual

2. Metode Demonstrasi

VII. Kegiatan Pembelajaran

A. Kegiatan Awal (Apersepsi)

1. Salam, guru menanyakan kabar serta memberi motivasi belajar kepada

siswa.

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

3. Guru bertanya tentang pelajaran pada pertemuan sebelumnya

kemudian mengaitkankannya dengan materi yang akan dipelajari.

B. Kegiatan Inti

1. Guru membagikan lembaran dialog.

Page 134: Peningkatan Pronounciation

2. Guru membacakan dialog secara keseluruhan dan siswa

mendengarkan.

3. Guru membacakan dialog kalimat demi kalimat kemudian siswa

menirukan.

4. Guru men-drill siswa dengan dialog tersebut.

5. Siswa membaca dialog secara keseluruhan.

6. Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan teman sebangkunya.

(work in pairs)

7. Masing-masing pasangan mempraktikkan dialog di depan kelas

C. Kegiatan Akhir

1. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk betanya tentang

materi yang telah dibahas dan belum yang dipahami.

2. Guru memberitahukan kepada siswa tentang post test yang akan

dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.

3. Guru mengakhiri pelajaran dengan salam.

VIII. Sumber belajar

a) Buku Fokus Jatim “English SD 4B”

b) Gambar tentang macam-macam jenis pakaian dan warna

c) Lembar dialog

d) Kurikulum dan standar kompetensi mata pelajaran umum

IX. Penilaian

Tes unjuk kerja (performance)

Page 135: Peningkatan Pronounciation

Lampiran 2

Lembar nilai pronunciation siswa dilihat dari diskriminasi bunyi

No

Nama Siklus I Siklus II Pertemuan

ke-1 (pre tes) Pertemuan

ke-2 Pertemuan

ke-1 (pre tes) Pertemuan ke-2 (pos tes)

Vowel (vokal)

Consonant

(konsonan)

Vowel (vokal)

Consonant

(konsonan)

Vowel (vokal)

Consonant

(konsonan)

Vowel (vokal)

Consonant

(konsonan)

1 Andika Arif

50 60 50 70 70 70 70 80

2 Baharudin Yusuf

50 60 50 70 70 70 70 70

3 Citra Arum

40 60 40 60 60 70 70 70

4 Debby Maurin

50 70 60 70 70 80 80 80

5 Dewi Indra

40 60 40 60 60 60 60 70

6 Evita K 60 60 60 70 70 70 70 80 7 Ibnul

Adrian 60 70 60 70 70 80 80 80

8 Icha Sahwita

40 50 40 60 60 70 60 70

9 Ismatul Q 40 50 40 50 60 70 60 70 10

Khoirul Roziqin

50 70 60 70 70 70 70 80

11

Khoirun Nisa

50 60 60 60 60 70 70 80

12

Krisna Efendi

60 70 70 70 70 80 80 80

13

M. Alwi Sihab

40 50 40 60 60 60 60 70

14

M. Farhan 70 80 70 80 80 80 80 80

15

M. Maulana Idris

60 80 70 80 80 80 80 80

16

Nafisaturrohmah

50 70 60 70 70 70 70 70

1 Nur Laila 50 70 60 70 70 80 80 80

Page 136: Peningkatan Pronounciation

7 A 18

Putra Fanda

40 50 50 70 60 70 60 70

19

Roni Setiawan

60 60 60 70 70 70 70 70

20

Satriya Kurnia

40 60 50 70 60 70 60 70

21

Siti Nasekhotul K

40 60 50 60 60 70 60 70

22

Yoga Pratama

50 60 50 70 70 70 70 80

23

Yusuf Bakhtiar

60 70 70 70 80 80 80 80

∑ Nilai 1150

1290 1260

1500 1550

1660 1610

1730

∑ Nilai Rata-rata

50 56,08 54,7 65,2 67,3 72,1 70 75,2

∑ Siswa Tuntas

7 19 12 22 23 23 23 23

∑ Siswa Tidak Tuntas

16 4 11 1 0 0 23 23

Persentase nilai vowel P = Post rate-Base rate x 100% Base rate = 70-50 x100% 53,9 = 40% Persentase nilai consonant P = Post rate-Base rate x 100% Base rate = 75,2-56,08 x100% 56,08 = 34,09%

Page 137: Peningkatan Pronounciation

Lembar nilai pronunciation siswa dilihat dari segi intonasi No Nama NILAI

Siklus I Siklus II Pre test

Pertemuan ke-2

Pertemuan ke-1

Post test

1 Andika Arif 60 70 80 80 2 Baharudin Yusuf 50 60 70 70 3 Citra Arum 50 60 60 70 4 Debby Maurin 60 70 80 80 5 Dewi Indra 40 60 70 70 6 Evita K 60 60 80 80 7 Ibnul Adrian 70 70 80 80 8 Icha Sahwita 40 60 60 70 9 Ismatul Q 40 50 60 60 10 Khoirul Roziqin 60 70 70 80 11 Khoirun Nisa 60 60 80 80 12 Krisna Efendi 60 70 80 80 13 M. Alwi Sihab 40 50 60 60 14 M. Farhan 70 80 80 80 15 M. Maulana

Idris 60 80 80 80

16 Nafisaturrohmah 50 60 70 70 17 Nur Laila A 60 70 70 80 18 Putra Fanda 50 60 60 70 19 Roni Setiawan 40 60 60 70 20 Satriya Kurnia 40 50 60 60 21 Siti Nasekhotul 40 50 60 60 22 Yoga Pratama 60 60 70 70 23 Yusuf Bakhtiar 60 80 80 80 ∑ Nilai 1220 1460 1620 1680 ∑ Nilai Rata-rata 53,04 63,4 70,4 73,04 ∑ Siswa Tuntas 12 19 23 23 ∑ Siswa Tidak Tuntas

11 4 0 0

P = Post rate-Base rate x 100% Base rate = 73,04-53,04 x100% 53,04 = 37,7%

Page 138: Peningkatan Pronounciation

Lembar nilai pronunciation siswa dilihat dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress) No Nama NILAI

Siklus I Siklus II Pre test

Pertemuan ke-2

Pertemuan ke-1

Post test

1 Andika Arif 60 60 70 80 2 Baharudin Yusuf 50 60 60 60 3 Citra Arum 50 60 70 70 4 Debby Maurin 60 70 80 80 5 Dewi Indra 40 50 60 60 6 Evita K 60 70 70 80 7 Ibnul Adrian 70 70 80 80 8 Icha Sahwita 60 60 70 70 9 Ismatul Q 60 60 70 70 10 Khoirul Roziqin 70 70 80 80 11 Khoirun Nisa 70 70 80 80 12 Krisna Efendi 60 70 80 80 13 M. Alwi Sihab 40 50 60 60 14 M. Farhan 60 70 80 80 15 M. Maulana

Idris 70 70 80 80

16 Nafisaturrohmah 50 70 70 70 17 Nur Laila A 60 60 70 70 18 Putra Fanda 50 70 70 70 19 Roni Setiawan 50 60 70 70 20 Satriya Kurnia 50 60 60 70 21 Siti Nasekhotul 60 70 70 70 22 Yoga Pratama 60 70 80 80 23 Yusuf Bakhtiar 60 80 80 80 ∑ Nilai 1320 1500 1580 1690 ∑ Nilai Rata-rata 57,3 65,2 68,5 73,4 ∑ Siswa Tuntas 15 21 23 23 ∑ Siswa Tidak Tuntas

8 2 0 0

P = Post rate-Base rate x 100% Base rate = 73,4-57,3 x100% 57,3 = 28,09%

Page 139: Peningkatan Pronounciation

Lembar nilai pronunciation siswa dilihat dari segi kelancaran (fluency) No Nama NILAI

Siklus I Siklus II Pre test

Pertemuan ke-2

Pertemuan ke-1

Post test

1 Andika Arif 60 60 70 80 2 Baharudin Yusuf 40 60 70 70 3 Citra Arum 40 50 60 60 4 Debby Maurin 60 80 80 80 5 Dewi Indra 50 60 60 60 6 Evita K 60 70 80 80 7 Ibnul Adrian 70 80 80 80 8 Icha Sahwita 40 50 50 60 9 Ismatul Q 50 50 60 60 10 Khoirul Roziqin 60 60 70 80 11 Khoirun Nisa 60 70 70 80 12 Krisna Efendi 70 80 80 80 13 M. Alwi Sihab 40 50 50 60 14 M. Farhan 70 80 80 80 15 M. Maulana

Idris 70 80 80 80

16 Nafisaturrohmah 40 50 60 60 17 Nur Laila A 60 70 80 80 18 Putra Fanda 40 50 60 60 19 Roni Setiawan 50 50 60 60 20 Satriya Kurnia 40 50 60 70 21 Siti Nasekhotul 40 60 60 70 22 Yoga Pratama 60 70 80 80 23 Yusuf Bakhtiar 70 80 80 80 ∑ Nilai 1240 1460 1580 1650 ∑ Nilai Rata-rata 53,9 63,4 68,6 71,7 ∑ Siswa Tuntas 12 15 21 23 ∑ Siswa Tidak Tuntas

11 8 2 0

P = Post rate-Base rate x 100% Base rate = 71,7-53,9 x100% 53,9 = 33,02%

Page 140: Peningkatan Pronounciation

Lampiran 4

Lembar Observasi

Proses Kegiatan Belajar Mengajar (Responden Guru Mata Pelajaran)

Materi : Clothes and Colours

Kelas : IV A

Hari/Tanggal :

No Kegiatan 4 3 2 1

1 Apersepsi

2 Penyampaian materi

3 Pengorganisasian materi pelajaran

dengan penerapan metode Audio-Lingual

(melakukan komponen-komponen Audio-

Lingual):

- Drilling

- Repetition (pengulangan)

- Pembentukan kebiasaan (habit

forming)

- Refleksi

5 Pengelolaan kelas

7 Memberikan penguatan dan penghargaan

individu

8 Kemampuan melakukan evaluasi

9 Menyimpulkan materi pelajaran

10 Menutup pelajaran

Keterangan:

4= Sangat baik

3= Baik

2= Cukup

1= Kurang

Page 141: Peningkatan Pronounciation

LEMBAR DIALOG

Dialog Pretest dan Pertemuan ke-2 (Siklus I)

Yoga : Good morning Laila

Laila : Good morning Yoga

Yoga : You look so beautiful today

Laila : Oh, thank you

Yoga : Is that your new sweater?

Laila : Yes, it is.

Yoga : What a nice sweater!

Laila : Thank you Yoga

Yoga : Now, where you will go?

Laila : I will go to super market with my sister

Yoga : What will you buy?

Laila : I will buy a black t-shirt

Yoga : Ok, be careful Laila

Laila : Thank You Yoga

Dialog II (Pertemuan ke-1, Siklus II)

Citra : Hello Debby!

Debby : Hello Citra!

Citra : Citra, do you wear school uniform to school?

Debby : Yes, I do

Citra : What colour is your school uniform?

Debby : It is red and white. What about you?

Citra : I wear school uniform too

Debby : What colour is it?

Page 142: Peningkatan Pronounciation

Citra : It is green and white

Debby : How about sport? What do you wear for doing sport?

Citra : I wear T-shirt

Debby : What time is it now?

Citra : It is quarter to seven

Debby : It is time to go to school

Dialog untuk post test (pertemuan II, suklus II)

Dialog I

Yoga : Good morning Laila

Laila : Good morning Yoga

Yoga : You look so beautiful today

Laila : Oh, thank you

Yoga : Is that your new sweater?

Laila : Yes, it is.

Yoga : What a nice sweater!

Laila : Thank you Yoga

Yoga : Now, where you will go?

Laila : I will go to super market with my sister

Yoga : What will you buy?

Laila : I will buy a black t-shirt

Yoga : Ok, be careful Laila

Laila : Thank You Yoga

Dialog II

Page 143: Peningkatan Pronounciation

Citra : Hello Debby!

Debby : Hello Citra!

Citra : Citra, do you wear school uniform to school?

Debby : Yes, I do

Citra : What colour is your school uniform?

Debby : It is red and white. What about you?

Citra : I wear school uniform too

Debby : What colour is it?

Citra : It is green and white

Debby : How about sport? What do you wear for doing sport?

Citra : I wear T-shirt

Debby : What time is it now?

Citra : It is quarter to seven

Debby : It is time to go to school

Dialog II

Citra : Hello Debby!

Debby : Hello Citra!

Citra : Citra, do you wear school uniform to school?

Debby : Yes, I do

Citra : What colour is your school uniform?

Debby : It is red and white. What about you?

Citra : I wear school uniform too

Debby : What colour is it?

Citra : It is green and white

Debby : How about sport? What do you wear for doing sport?

Page 144: Peningkatan Pronounciation

Citra : I wear T-shirt

Debby : What time is it now?

Citra : It is quarter to seven

Debby : It is time to go to school

Page 145: Peningkatan Pronounciation

Lampiran 3 Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran

Page 146: Peningkatan Pronounciation

DEPARTEMEN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH

IBTIDAIYYAH

Jl. Gajayana 50 Malang Telp. (0341) 551354 Fax. (0341) 572553

BUKTI KONSULTASI PEMBIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Dhewi Masithoh Admawati NIM/Jurusan : 07140036/ Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah Dosen Pembimbing : Dr. Nur Ali, M.Pd Judul Skripsi : Penggunaan Metode Audio-Lingual Dalam Pembelajaran

Bahasa Inggris Untuk Peningkatan Pronunciation Bahasa Inggris Siswa Kelas IV A MI Sunan Kalijogo Malang

No

.

Tanggal Hal yang Dikonsultasikan Tanda

Tangan

1 13 Januari Proposal

2 19 Maret 2009 Bab I, II, III

3 4 Juni 2009 Revisi Bab I, II, III

4 24 Juli 2009 Bab IV, V, VI

5 25 Juli 2009 Revisi Bab IV, V, VI

6 27 Juli 2009 ACC Bab I, II, III, IV, V, VI

7 12 Agustus 2009 ACC Skripsi

Malang, 12 Agustus 2009

Dekan,

Dekan Fakultas Tarbiyah,

Dr. M. Zainuddin, M.A NIP. 150 275 502

Page 147: Peningkatan Pronounciation

MADRASAH IBTIDIYAH "SUNAN KALIJOGO"

STATUS: TERAKREDITASI B NSM: 112357305009

Sekretariat: Jl. Candi III D/422 Karangbesuki � (0341) 574822 Malang (65146)

http://www.misunankalijogo.blogspot.com, Email:[email protected]

SURAT KETERANGAN MELAKSANAKAN PENELITIAN

Nomor: 40/MI-SK/VI/09

Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama Lengkap : Supriati S.Pd Jabatan : Kepala Sekolah MI Sunan Kalijogo

Alamat : Sekretariat: Jl. Candi III D/422 Karangbesuki Malang

Menerangkan dengan sebenarnya, bahwa

Nama Lengkap : Dhewi Masithoh Admawati NIM : 07140036 Fakultas : Tarbiyah Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

: Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

Bulan : Maret s/d Juni Benar-benar telah melakukan penelitian dengan judul Penerapan Metode Audio-Lingual untuk Meningkatkan Kemampuan Pronunciaton Siswa dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas IV di MI Sunan Kalijaga Malang. Demikian surat keterangan ini dibuat sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Malang, 15 Juni 2009 Kepala Sekolah

MI Sunan Kalijogo Supriati, S.Pd

Page 148: Peningkatan Pronounciation

DEPARTEMEN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH

Jl. Gajayana 50 Malang Telp. (0341) 551354 Fax. (0341) 572553

Nomor : Un. 3.1/TL.00/362/2009 Malang, 23 Maret 2009 Lampiran : 1 Berkas Perihal : Penelitian Kepada Yth. Kepala MI Sunan Kalijogo Malang

di- Malang Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan ini kami mengaharap dengan hormat, agar mahasiswa di

bawah ini: Nama : Dhewi Masithoh Admawati NIM : 07140036 Semester/th. Ak : 2009 Judul Skripsi : Penggunaan Metode Audio-Lingual dalam

Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Peningkatan Pronunciation Siswa Kelas IVA MI Sunan Kalijogo Malang

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir/menyusun skripsinya yang bersangkutan mohon diberikan izin/kesempatan untuk mengadakan penelitian di lembaga/instansi yang menjadi wewenang Bapak/Ibu. Demikian atas perkenan dan kerjasama Bapak/ibu disampaikan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Dekan Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghoni NIP. 150 004 2031