peningkatan kompetensi dasar belajar...
TRANSCRIPT
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
112 Unmas
Denpasar
PENINGKATAN KOMPETENSI DASAR BELAJAR MELALUI
PEMBELAJARAN KOLABORASI FOTOGRAFI BERPARTISIPASI
Dewa Ayu Puspawati, Sang Putu Kaler Surata dan Ni Wayan Ekayanti
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Mahasaraswati Denpasar
email: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan empat kompetensi dasar belajar (kepedulian,
sikap, keterampilan dan pengetahuan) melalui pembelajaran kolaborasi fotografi
berpartisipasi (KFB). Untuk itu telah dilakukan pembelajaran kaji tindak melalui kombinasi
kegiatan di dalam dan luar ruangan, yang melibatkan mahasiswa, guru dan siswa jenjang
pendidikan menengah. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, observasi dan
rubrik, sedangkan uji Chi-square, uji Mann Whitney U-test dan Spearman Rank-Correlation
digunakan untuk analisis data. Hasil penelitian menunjukkan model KFB secara nyata dapat
meningkatkan empat kompetensi dasar belajar siswa. Hal itu ditunjukkan dengan rata-rata
kompetensi kepedulian, sikap, keterampilan dan pengetahuan siswa kelompok eksperimen
lebih baik dibanding kelompok kontrol. Diskusi tentang implikasi hasil penelitian dipaparkan
dalam makalah ini.
Kata Kunci: kolaborasi fotografi berpartisipasi, kaji tindak, di dalam dan di luar ruangan.
ABSTRACT
The aim of this research is to enhance four basic competencies of learning namely
awareness, attitude, skill, and knowledge through collaborative participatoryphotography
learning (KFB). Thus, an action research was conducted by combining learning activities in
and outside classroom which involved student-teachers, teachers, and senior high school
students. Data were collected by using questionnaire, observation sheet, and rubric while
Chi-square Test, Mann Whitney U-test, and Spearman Rank-Correlation were used to
analyse the data. The result of the study shows that KFB model dramatically improved four
basic competencies of learning of the students. It was reflected in average score of
awareness, attitude, skill, and knowledge of students in the experimental group was higher
than those in the control group. Implication of the study is further discussed in the paper.
Keywords: collaborative participatory photography, action research, in and outside the
classroom.
PENDAHULUAN
Lebih dari dua dekade lalu, ahli ekologi Orr (1994) mengingatkan bahwa manusia
akan kehilangan identitas lokal tanpa pengetahuan yang mendalam tentang lingkungan sekitar
sebagai gudang penyimpanan makna, sejarah, pola hidup, pengobatan, rekreasi, dan sumber
dari materi, energi, makanan dan aksi kolektif. Saat ini merupakan waktu yang sangat
penting bagi manusia untuk menjalin kembali berhubungan dengan alam dan lingkungan
lokal (Vicker & Matthews, 2002). Oleh karena itu, penelitian dirancang untuk memanfaatkan
lokal sebagai sumber belajar (place-based learning) dalam merekayasa model pembelajaran
kolaborasi. Fokus kajian adalah subak, dan mahasiswa calon guru, yang didorong untuk
terlibat aktif dalam melakukan rekayasa pembelajaran kolaborasi berbasis integrasi antara
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
113 Unmas
Denpasar
sains modern dan etnosains. Subak adalah institusi tradisional dan religius pada tingkat
komunitas petani di Bali. Organisasi itu mengelola irigasi air yang diyakini berasal dari Dewi
(Tuhan dalam wujud sebagai wanita), dan danau sebagai sumberdaya milik bersama
(Lansing, 2006, Lansing & de Vet, 2012). Sebagai lanskap budaya yang paling terkenal di
Indonesia, subak bukan hanya bagian dari warisan lanskap tetapi juga merupakan
perencanaan pertanian yang egaliter, bersifat asosiasi petani yang otonomi yang mengelola
aliran irigasi ke teras sawah, dan juga mengkoordinasikan ritual pertanian (Lansing, 2006).
Subak juga merupakan ekspresi dari sistem berbasis tempat yang terintegrasi yang
menyediakan umpan balik sistem ekologi dan sosial (Suradisastra et al., 2002; Schoenfelder,
2003). Sementara itu Falk & Surata (2007; 2012) berargumentasi subak merupakan sistem
pendidikan dan pembelajaran yang kompleks, karena nilai penting subak lebih tinggi
dibanding karakter dan kesuksesan dalam mengelola situasi yang kompleks. Oleh karena itu,
subak bisa menjadi model pembelajaran yang dapat menghilangkan kesenjangan antara
belajar di kelas, dan kehidupan nyata, pekerjaan dan profesi terutama antara budaya dan
generasi muda.
Target utama dari pendidikan karakter adalah literasi (kemampuan
mengimplementasikan) empat kompetensi dasar pembelajaran, yakni peduli (learning to live
together), sikap (learning to be), terampil (learning to do), dan pemahaman (learning to
know). Sayangnya, walaupun pendidikan karakter sudah dicanangkan sejak beberapa tahun
lalu, tetapi sampai sekarang pendidikan formal di tanah air cenderung masih lebih
menekankan kepada isi, tidak cukup mengembangkan pemikiran kritis, dan berlangsung
dalam suasana yang kurang menyenangkan. Jika model pembelajaran konvensional seperti
itu tetap dipertahankan dapat dipastikan tujuan pendidikan nasional untuk menciptakan
generasi masa depan yang bukan hanya jujur, cerdas dan terampil, tetapi juga peduli pada
lingkungan (termasuk kebudayaan warisan nenek moyang mereka), tidak akan tercapai.
Koreksi dan inovasi pembelajaran harus segera dilakukan agar deviasi antara tujuan dan
realitas sistem pendidikan di sekolah tidak makin melebar. Penelitian ini menawarkan model
kaji tindak kolaborasi fotografi berpartisipasi (KFB) sebagai inovasi dalam pembelajaran
kolaborasi, yang mengarah kepada kompetensi, kemampuan berpikir secara mendalam,
penganalisis yang kritis dan kreatif, serta belajar sebagai proses yang menyenangkan. KFB
dikonstruksi berdasarkan konsep belajar dalam konteks sistem ekologi-sosial, belajar melalui
kolaborasi dan jejaring sosial, belajar secara lintas budaya, dan ekopedagogi (literasi ekologi-
sosial, literasi budaya, dan literasi teknologi) berbasis pada studi kasus di kawasan Lanskap
Budaya Subak Pulagan. Pembelajaran model kolaborasi fotografi berpartisipasi (KFB)
dirancang mengarah kepada pembelajaran untuk masa depan yang berkelanjutan, yang
terfokus pada peningkatan keterampilan siswa dalam mengantisipasi isu-isu keberlanjutan.
KFB melibatkan siswa sebagai partisipan aktif dalam penelitian dengan memberikan mereka
kamera dan kemudian mengundang mereka mengambil gambar terkait dengan berbagai aspek
kehidupan mereka. Foto kemudian digunakan sebagai subyek dalam wawancara untuk
mengeksplorasi gambar dan makna etnosains menurut mahasiswa dan siswa (Jorgenson &
Sullivan, 2010).KFB menjadikan pelajar sebagai partisipan yang aktif, yang selain bisa
merespon keperluan komunitas juga dapat mencapai sasaran akademik yang lebih jauh dari
siswa.
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
114 Unmas
Denpasar
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh pembelajaran fotografi
berpartisipasi terhadap empat kompetensi dasar belajar yang meliputi kepedulian, sikap,
keterampilan dan pemahaman.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra eksperiment dengan
rancangan penelitian one group pre-post-test only (Sugiyono, 2011). Penelitian dilaksanakan
diSMA Amarawati Tampaksiring Gianyar Bali, mulai Januari sampai Juni 2016. Penelitian
ini memanfaatkan lingkungan sekolah dan area lanskap subak Pulagan di Kabupaten Gianyar.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Amarawati Tampaksiring Gianyar
Bali. Dari populasi tersebut diambil sampel kelas dengan diundi secara sederhana sehingga
mendapatkan kelas X PMIA 3 sebagai kelas eksperimen dan X PMIA 1 sebagai kelas
kontrol. Variabel bebas pada penelitian ini adalah media pembelajaran KFBmelalui
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah minat belajar, sikap ilmiah, keterampilan proses sains, kemampuan berpikir
kritis,pengetahuan konseptual dan prosedural siswa.Data diambil dengan menggunakan
rubrik dan angket tertutup. Semua angket dan rubrik divalidasi terlebih dahulu, kemudian
dilakukan uji coba lapangan. Skala yang digunakan dalam instrumen penelitian yaitu skala
likert.Teknik analisis data menggunakan uji Chi-Square, Uji Mann Whitney U-testdan
Spearman Rank-Correlation.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam riset kolaborasi ini, penelitian difokuskan pada hasil kaji tindak. Hasil kaji
tindak menunjukkan terdapat peningkatan kompetensi belajar dalam ranah kognitif,
psikomotor dan sikap. Hasil kaji tindak juga mengarah kepada empat kompetensi dasar
belajar yang meliputi kepedulian, sikap, keterampilan dan pemahaman
Pembelajaran model KFB diinovasikan dengan memanfaatkan lanskap subak sebagai
laboratorium hidup. Siswa tidak hanya belajar didalam kelas, laboratorium atau dilingkungan
sekolah, namun langsung menggunakan lanskap Subak Pulagan sebagai tempat belajar. Ada
enam data yang menjadi fokus dalam penelitian, dimana keenam data tersebut telah
representatif terhadap hasil kaji tindak. Keenam data tersebut meliputi minat belajar, sikap
ilmiah, ketrampilan proses sains, kemampuan berpikir kritis, pengetahuan konseptual dan
kemampuan prosedural siswa.
Untuk minat belajar, diukur rata-rata rangking minat belajar biologi dari kelas
eksperimen dan kontrollalu dibandingkan. Diperoleh rata-rata rangking pada kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
115 Unmas
Denpasar
Gambar1. Histogram Perbandingan Jumlah Rata-rata Rangking Aspek Minat Belajar
Biologiantara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
Kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan kearifan lokal subak (etnosains) yang
dipadukan dengan sains modern (kamera) yang tertuang dalam KFB telah mampu
meningkatkan minat belajar biologi. Pembelajaran dilingkungan subak membuat siswa
senang karena dapat langsung menginvestigasi komponen-komponen dan interaksi yang
terdapat dilingkungan subak. Hal ini sesuai dengan penelitian Perry (2009) yang menjelaskan
bahwa penggunaan media KFB merupakan pembelajaran berbasis teknologi yang praktis,
sederhana, dan efektif untuk meningkatkan pemahaman serta mengembangkan interaksi
sosial siswa. Demikian juga penelitian Puspawati (2013) menunjukkan bahwapembelajaran
dengan media KFB dapat meningkatkan pemahaman para siswa. Dengan media KFB siswa
diberikan kesempatan untuk lebih mengememukakan pendapatnya mengenai hasil bidikan
kameranya sendiri. Setelah diuji dengan Mann Whitney U-tes diperoleh signifikansi
(p=0,000) pada jumlah skor keseluruhan angket minat belajar biologi. Hal ini menunjukkan
bahwa KFB mampu meningkatkan minat belajar siswa.
Selanjutnya masih menilai afektif siswa dengan menyoroti sikap ilmiah siswa saat
mengikuti pembelajaran biologi yang dilakukan di area lanskap Subak Pulagan. Penilaian
sikap ilmiah dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol selama siswa melakukan
kegiatan penelitian. Perbandingan terlihat pada setiap aspek sikap ilmiah yang dinilai dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar2. Perbandingan Sikap Ilmiah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Keterangan: KT (Ketelitian), KJ (Kejujuran), TJ (Tanggung Jawab), dan KS(Kerja Sama).
394,28429,87
267,26
462,64
279,81
370,39
178,74
352,7
Perhatian Relevansi Percaya diri Kepuasan
R
a
t
a
-
r
a
t
a
R
a
n
g
k
i
n
g
Aspek Minat Belajar Biologi
Eksperimen
Kontrol
144,5
125
139143,5
134,5
117,5
132 132
KT KJ TJ KS
Sk
or
Aspek Sikap Ilmiah
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
116 Unmas
Denpasar
Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah skor sikap ilmiah siswa kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal itu karena kelas eksperimen memiliki sikap
ilmiah lebih baik dengan diterapkannya KFB, dimana model ini merupakan strategi jitu bagi
pembelajaran Biologidi sekolah menengah karena dapat dilakukan secara luwes dan
memenuhi kebutuhan nyata guru dan siswa. Media KFB membuat siswa menjadi lebih aktif
dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran yang berdampakpada meningkatnya sikap ilmiah
siswa. Setelah dilakukan uji statistik Mann Whitney U-test pada jumlah skor penilaian sikap
ilmiah siswa diperoleh signifikansi (p = 0,000), yang berarti terdapat perbedaan sangat nyata
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Keterampilan proses sains (KPS) dan kemampuan berpikir kritis siswa digunakan
untuk mengukur ranah psikomotorik. Perbandingan terlihat pada setiap aspek KPS yang
dinilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, hal tersebut terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Histogram perbandingan jumlah skor aspek-aspek KPS siswa antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol
Keterangan: Meramalkan (MR), Menyusun Hipotesis (MH), Mengamati (MI),
Menggolongkan (MG), Mengajukan Pertanyaan (MP), Mengkomunikasikan (MK)
Pengaruh KFB terhadap KPS menyebabkan 7,5% siswa pada kelas eksperimen
berada pada kategori sangat baik. Sedangkan pada kelas kontrol tidak ada yang berada pada
kategori sangat baik. Perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol semakin diperkuat
dengan taraf signifikan (p=0,000) yang berarti ada perbedaan nyata antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol. KFBmembantu siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam mengumpulkan
informasi dengan menggunakan teknologi modern. Kegiatan mengamati dilakukan siswa di
area lanskap subak sebagai tempat untuk mencari data berupa foto. Saat mengamati siswa
mengidentifikasi lingkungan yang mereka amati, sehingga aspek ini memperoleh skor
tertinggi.
Pengukuran aspek psikomotor siswa juga dapat dilihat dari kemampuan berpikir
kritis yang dilakukan siswa dalam memecahkan permasalahan. Pemikiran ini kemudian
dituangkan kedalam KFB. Penilaian kemampuan berpikir kritis siswa dinilai sebelum siswa
membuat proyek yang berupa media KFB, yaitu pada saat siswa melakukan diskusi. Ditinjau
dari aspek-aspek penilaian kemampuan berpikir kritis siswa, pada saat melakukan pretest dan
74 74
8681
737979 79
104
88 91 92
75 76
9893 92
88
121 118
134125
116
128
MR MH MI MG MP MK
S
k
o
r
Aspek Keterampilan Proses Sains
Pre Kontrol Post Kontrol Pre Eksperimen Post Eksperimen
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
117 Unmas
Denpasar
postest terlihat skor kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, hal itu
dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Perbandingan aspek berpikir kritis kelas eksperimen dan kelas kontrol
Keterangan : kejelasan (K), relevansi (RL), berpikir logis (BL), dan kelengkapan informasi (KI)
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap keempat aspek kemampuan
berpikir kritis siswa, maka dapat diperoleh aspek yang mendapatkan skor tertinggi pada kelas
ekperimen yaitu aspek kejelasan (K), sedangkan pada kelas kontrol aspek yang memperoleh
nilai tertinggi yaitu aspek relevansi (RL). Perolehan skor dari keempat aspek kemampuan
berpikir kritis siswa diperkuat dengan hasil uji Mann Whitney U-test yang memperoleh
signifikansi (p=0,001), yang berarti terdapat perbedaan nyata antara kelas eksperimen dengan
kelas kontrol. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir yang dapat
menguji, menghubungkan dan mengevaluasi dari suatu masalah. Kemampuan berpikir kritis
dapat berkembang secara optimal pada siswa apabila siswa mampu mengelompokan,
mengorganisasikan, menganalisis informasi dan mengingat materi yang telah diberikan dan
menjadikannya sebuah ringkasan yang padat dan dapat mencakup keseluruhan dari isi materi.
Ranah kognitif siswa diukur dengan menggunakan tes pengetahuan konseptual dan
prosedural.Hasil analisis menunjukkan nilai signifikansi yaitu p=0,883>0,05 yang
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
saat diberikan pretest. Namun hasil posttest yang diuji menggunakan Mann Whitney U-test
menunjukkan (p=0,000), yang berarti ada perbedaan nyata. antara kelas eksperimen dengan
kelas kontrol. Hasil pengetahuan konseptual siswa disajikan pada Tabel 1
Tabel 1. Analisis Pengetahuan Konseptual Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
Pembelajaran kolaborasi fotografi berpartisipasi (KFB) dapat menganalisis
pengetahuan konseptual siswa karena siswa dikondisikan belajar pada suasana yang
menyenangkan sehingga proses transfer berlangsung dengan mudah. Analisis pengetahuan
konseptual siswa yang tinggi diperkuat dengan adanya tanggapan positif dari siswa mulai dari
NO Kelas Mean Rank
Pretest Posttest
1. Eksperimen 36,88 50,93
2. Kontrol 36,16 23,59
3. Signifikansi (p=0,883>0,01) (p=0,000<0,01)
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
118 Unmas
Denpasar
awal proses pembelajaran berlangsung sampai tahap presentasi. Saat evaluasi, siswa juga
memberikan kritikan dan saran untuk proses pembelajaran yang telah berlangsung.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Wibowo (2009) bahwa
pembelajaran di luar kelas (outdoor) merupakan salah satu alternatif pembelajaran IPA
(biologi) yang sesuai dengan semangat belajar IPA yaitu mencari tahu dan mengembangkan
keterampilan ilmiah siswa. Selain itu, melalui pembelajaran outdoor berbagai potensi siswa
memiliki peluang untuk berkembang lebih optimal karena adanya interaksi siswa dengan
lingkungan untuk mengaitkan teori yang diperoleh siswa saat pembelajaran dengan keadaan
nyata yang terjadi pada lingkungan sekitar. KFB merupakan model pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual, yaitu pembelajaran yang mengkaitkan materi pembelajaran dengan
konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga,
masyarakat, alam sekitar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jumadi (2003) bahwa
pembelajaran kontekstual meliputi tujuh komponen utama pembelajaran yakni:
kontruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menyelidiki (inquiry), belajar dari
masyarakat (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian
autentik (authentic assessment).KFB berpengaruh sangat nyata terhadap hasil analisis
pengetahuan konseptual siswa dengan nilai signifikansi uji Crosstab Chi-Square yang
menunjukkan adanya hubungan yang sangat nyata (p=0,000). Hal ini dikarenakan pada kelas
eksperimen siswa diberikan kesempatan untuk berinteraksi secara langsung dengan
lingkungan saat proses pembelajaran, sehingga memberikan pengalaman nyata kepada siswa
untuk membangun pengetahuannya sendiri (constructivism). Besarnya hubungan korelasi
antara KFB dengan hasil analisis pengetahuan konseptual siswa dilihat dari nilai koefisien
kontingensi sebesar (CC=0,485; p=0,000) yang menunjukkan adanya korelasi yang sangat
nyata. KFB mengkondisikan siswa dalam suasana piknik yang menyenangkan sehingga
proses transfer menjadi lebih cepat. Hal ini juga diungkapkan oleh Santyasa (2009) belajar
paling efektif terjadi dalam suasana bebas. Mengajar adalah melayani agar percepatan proses
pembelajaran diperoleh dalam suasana menggembirakan dengan istilah “Learning can be fun,
but learners can make it so”.Hal ini tentu lebih menyenangkan dibandingkan dengan kelas
kontrol yang hanya mendapatkan metode ceramah, yang menyebabkan proses transfer hanya
berjalan satu arah.
Ranah kognitif siswa juga diukur dengan pengetahuan prosedural, yang dinilai
menggunakan rubrik pengetahuan prosedural. Setelah dianalisis, hasil menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan nyata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol saat diberikan
pretest. Namun pada saat posttest, nilai kelas eksperimen memiliki perbedaan rentang yang
sangat jauh jika dibandingkan dengan nilai kelas kontrol. Setelah diuji dengan Mann Whitney
U-test, hasilnya menunjukkan (p=0,000), yang berarti bahwa analisis pengetahuan konseptual
siswa kelas eksperimen berbeda nyata dengan kelas kontrol.
Pengetahuan prosedural siswa tercermin dari hasil KFByang dirancangnya. Dalam
proses siswa menentukan kata kunci yang akan digunakan pada media KFB, siswa harus
mengingat konsep agar nantinya dapat menghubungkan antar konsep tersebut ke dalam siklus
sehingga analisis pengetahuan prosedural siswa akan terlihat dari hubungan kata kunci yang
saling dikait-kaitkan. Dalam hal ini siswa menerapkan pengetahuan yang dimilikinya untuk
mencari solusi dari permasalahan lingkungan yang ditemukan.
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
119 Unmas
Denpasar
Hasil diskusi kelompok terarah (DKT) menunjukkan pemanfaatan Subak dalam KFB
membuat siswa semakin aktif serta suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
Hasil pengamatan di lapangan, siswa terlihat antusias saat terjun ke Subak dalam rangka
pembuatan KFB, siswa terlihat senang namun tetap terfokus pada tugas kelompok masing-
masing. Hal ini kemungkinan karena siswa lebih senang mengamati objek langsung daripada
hanya belajar di kelas. Hasil temuan ini didukung oleh pendapat Daryanto (2011) yang
menyatakan bahwa dengan mengadakan kegiatan belajar yang dilaksanakan melalui
kunjungan ke suatu tempat di luar kelas, siswa akan memperoleh pengalaman langsung
sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna serta membangkitkan minat siswa untuk
menyelidiki suatu objek. Berdasarkan hasil DKT, siswa menyatakan bahwa dengan
penerapan KFB dalam kegiatan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, mudah
dimengerti, suasana pembelajaran mejadi lebih santai, dan lebih menarik. Hasil DKT sudah
memberi gambaran mengenai keungulan dari metode pembelajaran yang diterapkan.
Hasil yang dipaparkan diatas menunjukkan bahwa pembelajaran model kolaborasi
fotografi berpartisipasi (KFB) sudah memperlihatkan adanya peningkatan kompetensi belajar
dalam ranah kognitif, psikomotor dan sikap. Hasil kaji tindak juga mengarah kepada lima
ranah pencapaian pembelajaran sains, teknologi masyarakat, yakni ranah kognitif, ranah
afektif, ranah proses sains, ranah kreativitas, ranah hubungan dan aplikasi. Etnografi
berpartisipasi menunjukkan bahwa minat pelestarian ekosistem juga dapat terealisasikan
dengan model pembelajaran ini. Model KFB dirancang mengarah kepada pembelajaran untuk
masa depan yang berkelanjutan, yang terfokus pada peningkatan keterampilan siswa dalam
mengantisipasi isu-isu keberlanjutan yang dikonstruksi berdasarkan konsep belajar dalam
konteks sistem ekologi-sosial, belajar melalui kolaborasi dan jejaring sosial, belajar secara
lintas budaya, dan ekopedagogi (literasi ekologi-sosial, literasi budaya, dan literasi teknologi)
berbasis pada studi kasus di kawasan Lanskap Budaya Subak Pulagan.
SIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa KFB telah mampu meningkatkan
kompetensi siswa berdasarkan atas kaji tindak dan etnografi yang mencakup tiga ranah
pembelajaran yaitu ranah afektif, psikomotor dan kognitif. Ketiga ranah tersebut berbeda
sangat nyata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.Ranah afektif yang diwakili oleh
aspek minat belajar (p=0,000) dan sikap ilmiah (p=0,000); ranah psikomotor yang diwakili
aspek keterampilan proses sains (p=0,000) dan kemampuan berpikir kritis (p=0,000); ranah
kognitif yang diwakili oleh aspek kemampuan pengetahuan konseptual (p=0,000) dan
kemampuan prosedural (p=0,000).
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2011. Media pembelajaran. Bandung: Satu Nusa. Cetakan ke-1
Falk. I., and S.P.K. Surata. 2007. Real social capital in Bali: Is it difference from literature?
Rural Society: The Journal of Social Capital and Rural Society. 17(3):201-312.
Jumadi. (2003). Pembelajaran Kontekstual dan Implementasinya. FMIPA UNY. Yogyakarta.
[PDF Document]. Diunduh dari
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
120 Unmas
Denpasar
uact=8&ved=0CBsQFjAA&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles
%2Fpengabdian%2Fjumadi-mpd-dr%2Fpembelajaran-kontekstual.pdf Diakses pada
tanggal 12 Februari 2015.
Lansing. J. S. (2006). Perfect Order: Recognizing Complexity in Bali. Princeton: Princeton
University Press.
Lansing. J. S., and T. A. de Vet. 2012. The functional role of Balinese Water Temples.
Human Ecology, 40:453-467.
Orr. D. W., 1994. Earth in Mind: On education environment and the human prospect. Island
Press: Washington.
Perry, B. (2009). Creating a culture of community in online courses. Diunduh dari
http://auspace.athabascau.ca/handle/2149/2159. Pada tanggal 20 Februari 2015.
Puspawati, DA. 2013. Pembelajaran Berbasis Media KFB: Belajar Dari Potret Alam.
Diperoleh dari:
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&
ved=0CDkQFjAD&url=http%3A%2F%2Fjurnal.fkip.uns.ac.id%2Findex.php%2Fpro
sbio%2Farticle%2Fdownload%2F3062%2F2099&ei=BlsRU5elMsmIrQeN1ID4CA&
usg=AFQjCNGffLF-wLUmjcf_V1NJ0VFRorKS3Q. Diunduh tanggal 1 Maret 2015.
Santyasa, I. W. (2009). Metode Penelitian Pengembangan dan Teori Pengembangan
Modul.[PDF Document] Makalah disajikan dalam pelatihan bagi para guru TK, SD,
SMP, SMA, dan SMK di Kecamatan Nusa Penida kabupaten Klungkung, 12-14
Januari 2009. Diunduh dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=259419&val=7034&title=PENG
EMBANGAN%20MODUL%20IPA Diakses pada tanggal 04 April 2015.
Surata. S.P.K. 2008. Structure and process in facilitating community action in Bali.
Community Management of Biosecurity. Special Co-publication between Kritis
(Journal of Interdisciplinary Development Studies – Indonesia) and Learning
Communities (International Journal of Learning in Social Contexts – Australia). 75-
89.
Surata. S.P.K. Jayantini. I.G.A.S.R., and I. Falk. 2011. Local food ecoliteracy: Small, real,
local actions to promote education for sustainable development. Paper on
International Education Cooperation for Sustainable Development in the Contex of
Globalization: A Critical Appraisal. Seoul National University. Seoul. Korea.
Surata S.P.K., Widyana. I.K., and N. L. K. Martini. 2011. Accross Generation Ecoliteracy of
Local Food as a Model for Promoting Sustainable Living to the Youth. Paper
presented in Asian Pacific Regional Center of Expertise Conference. Yogyakarta.
Surata. S.P.K., Arnawa. I. K., dan I. G. A. S., Jayantini. 2012. Ekopedagogi: Pelibatan
mahasiswa calon guru dalam integrasi lansekap budaya subak dan MapPack ke dalam
kurikulum jenjang pendidikan dasar. Proceeding Seminar Nasional Cakrawala
Pendidikan Berkualitas. Direktorat Pendidik dan Tenaga Pendidik. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. 25-27
September 2012.