peningkatan kinerja hubungan balok-kolom …konteks.id/p/06-070.pdf · mengaplikasikan rpc pada...

10

Click here to load reader

Upload: vodung

Post on 06-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENINGKATAN KINERJA HUBUNGAN BALOK-KOLOM …konteks.id/p/06-070.pdf · mengaplikasikan RPC pada struktur Jembatan untuk pejalan kaki dan sepeda di ... Perkembangan Beton ... Fakta

KoNTekS 6 S-39

Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012

PENINGKATAN KINERJA HUBUNGAN BALOK-KOLOM EKSTERIOR

DENGAN MENGAPLIKASIKAN REACTIVE POWDER CONCRETE

DIBAWAH BEBAN LATERAL SIKLIK

Pio Ranap Tua Naibaho1, Bambang Budiono

2, Awal Surono

3 dan Ivindra Pane

4

1Mahasiswa Program Doktor, Program Studi Teknik Sipil, FTSL, ITB, Jl.Ganesa No.10 Bandung 40132,

Staff Pengajar, Program Studi Teknik Sipil, FT, Universitas Tama Jagakarsa,

Jl. TB. Simatupang No.152 Tanjung Barat, Jakarta Selatan 12530

Email: [email protected] 2 Staft Pengajar KK-Struktur, Program Studi Teknik Sipil, FTSL, ITB, Jl. Ganesa No.10 Bandung 40132

Email: [email protected] 3 Staft Pengajar KK-Struktur, Program Studi Teknik Sipil, FTSL, ITB, Jl. Ganesa No.10 Bandung 40132

Email : [email protected] 4 Staft Pengajar KK-Struktur, Program Studi Teknik Sipil, FTSL, ITB, Jl. Ganesa No.10 Bandung 40132

Email : ivpane@ si.itb.ac.id

ABSTRAK

Reactive Powder Concrete (RPC) adalah jenis beton baru yang memiliki kuat tekan ultra tinggi.

Komponen penyusun RPC adalah powder sangat halus yang memiliki kandungan silika tinggi.

Hal ini bertujuan untuk menyempurnakan reaksi yang terjadi pada beton dan meningkatkan

homogenitas beton. RPC terdiri dari semen, silica fume, kuarsa dengan diameter maksimum 300

µm, superplasticizer dan steel fibre untuk meningkatkan daktilitas. RPC direncanakan memiliki

kuat tekan minimal 100 MPa dan daktilitas tinggi. RPC memiliki peluang yang sangat besar

untuk material konstruksi di Indonesia mengingat tersedianya material yang dibutuhkan

terutama kuarsa. Penelitian ini bertujuan mempelajari perilaku hubungan balok-kolom eksterior

dengan mengaplikasikan Reactive Powder Concrete dibawah beban siklik. Penelitian terdiri atas

penelitian analisis numerik dengan metode elemen hingga. Benda uji dengan ukuran kolom 300

mm x 300 mm dan balok 200 mm x 300 mm. Hasil yang diharapkan dari penelitian analisis

numerik (software ANSYS), untuk merepresentasikan sifat-sifat distribusi tegangan. Analisis

numerik dalam penelitian ini menggunakan diskrit non-linier.

Kata kunci: Hubungan balok-kolom, eksterior, Reactive Powder Concrete, lateral siklik,

distribusi tegangan.

1. PENDAHULUAN

Sebagian besar kondisi geografis Indonesia terletak di daerah yang rawan gempa. Oleh karena besaran dan

waktu terjadinya gempa tidak dapat diprediksi sebelumnya, maka struktur bangunan harus direncanakan

dengan daktilitas yang memadai untuk mampu berdeformasi secara inelastis pada saat terjadi gempa kuat.

Hierarki keruntuhan elemen struktur harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan

disipasi energi yang maksimal.

Salah satu terobosan baru dalam bidang teknologi material beton adalah Reactive Powder Concrete (RPC).

Material ini pertama kali dikembangkan pada awal tahun 1990-an oleh para peneliti di Laboratorium

Henningston, Durham dan Richardson (HDR) pada Perusahaan Bouygues S.A di Paris, Perancis.

Selanjutnya Pierre Claude Aitcin, Direktur Sains Beton Canada di Universitas Sherbrooke,

mengaplikasikan RPC pada struktur Jembatan untuk pejalan kaki dan sepeda di Sherbrooke, Quebec,

Canada. RPC mempunyai karakteristik berupa kuat tekan, daktilitas, dan durabilitas yang sangat tinggi.

Properties yang telah dihasilkan di Laboratorium HDR Bouygues berupa kuat tekan yang mencapai 200 –

800 MPa (Richard, 1996), modulus elastisitas antara 50 dan 75 GPa, serta daktilitas dengan regangan

ultimit sebesar 0,007. Energi fraktur RPC yang diperkuat dengan serat baja (steel fibers) dapat mencapai 40

kJ/m2 (Bonneau et.al, 1996). Shah 1996 mengklasifikasikan beton dengan kuat tekan diatas 200 MPa

sebagai Ultra High Strength Concrete (UHSC), sehingga dengan kualifikasi yang telah dihasilkan di

laboratorium HDR tersebut, RPC dapat digolongkan sebagai Ultra High Performance Concrete (UHPC).

Pada struktur bangunan sambungan balok-kolom (beam-column joint) merupakan bagian yang kritis dari

bangunan. Sambungan balok-kolom tersebut memiliki keterbatasan kapasitas dalam menerima beban.

Ketika beban yang bekerja pada saat gempa melebihi kapasitas joint, maka bagian joint tersebut menjadi

Page 2: PENINGKATAN KINERJA HUBUNGAN BALOK-KOLOM …konteks.id/p/06-070.pdf · mengaplikasikan RPC pada struktur Jembatan untuk pejalan kaki dan sepeda di ... Perkembangan Beton ... Fakta

Struktur

S-40 KoNTekS 6

Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012

rusak. Perbaikan joint yang rusak menjadi sukar untuk dilaksanakan, dan tentunya hal ini harus dicegah,

sehingga sambungan balok-kolom harus didisain tahan terhadap gaya gempa.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Beton

Sejak jaman batu, material penyusun beton dipakai dalam bidang konstruksi, dan terus berkembang sesuai

dengan perkembangan manusia dan peradaban. Fakta sejarah menunjukkan banyak bangunan peninggalan

sejarah yang terbuat dari batuan yang berperekat, baik yang menggunakan kapur, batu kapur merah atau

bahan lain sebagai perekatnya. Perkembangan ini terus berlanjut sampai pada penemuan semen, yang

merupakan material pokok dalam konstruksi beton sebagai pemikul beban.

Perkembangan beton sebagai bahan struktural juga terus berkembang dengan semakin banyaknya

kebutuhan konstruksi. Tahun 1950-an beton sebagai pemikul beban struktural sudah mencapai kekuatan 35

MPa. Penelitian tentang kekuatan beton ini terus berkembang. Pada tahun 1960-an di Amerika sudah

diroduksi secara missal beton dengan kekuatan antara 41-52 MPa. Hal ini terus berlanjut sampai pada awal

tahun 1970-an sudah dapat diproduksi beton dengan kuat tekan 62 MPa. Pada akhir tahun 1980-an kuat

tekan yang dapat dibuat mencapai 138 MPa dan pada akhir abad ini kuat tekan 172-207 MPa sudah dapat

diproduksi secara missal dengan sistem precast.

Berdasarkan kekuatan beton, beton dikelompokkan sebagai berikut:

a. Beton normal, kuat tekan yang dicapai kurang dari 45 MPa.

b. Beton mutu tinggi (High Strength Concrete/ HSC) yang memiliki kuat tekan 45-90 MPa.

c. Beton mutu sangat tinggi (Ultra High Strength Concrete/ UHSC) yang memiliki kuat tekan diatas 90

MPa.

d. Reactive Powder Concrete (RPC), ini merupakan marga baru dalam kelompok beton yang sedikit

berbeda dengan ketiga beton sebelumnya, kekuatan yang dimiliki antara 200-800 MPa.

Prinsip Pengembangan Reactive Powder Concrete

Reactive Powder Concrete adalah mortar yang terbuat dari material yang memiliki kehalusan tertentu yang

diharapkan akan terjadi reaksi lanjutan antara bahan penyusunnya sehingga didapatkan kuat tekan yang

lebih tinggi. Agregat yang dipergunakan memiliki ukuran butiran terbesar 300 µm dengan kuat tekan yang

diperoleh berkisar 200-800 MPa. Kuat tekan yang diperoleh sangat bergantung pada komposisi campuran

dan curing yang dilakukan.

Ada beberapa prinsip yang menjadi dasar dikembangkannya RPC, yaitu:

a. Memperbaiki homogenitas campuran. Pada dasarnya beton merupakan material yang heterogen yang

terdiri dari beberapa unsur penyusun yang berbeda jenis dan ukuran butiran aggregat. Pada RPC

homogenitas campuran diperbaiki dengan mengganti aggregate kasar dan aggregate halus dengan

kuarsa yang ukuran butirannya lebih kecil dari 300 µm.

b. Meningkatkan kerapatan kepadatan kering. Pengembangan kepadatan yang utama adalah pengurangan

kadar air, tetapi kadar air menentukan kemudahan pengerjaan beton. Pada beton normal kepadatan

dapat ditingkatkan dengan penambahan partikel pengisi seperti fly ash, silicafume dan penggunaan

superplastizicer. Penggunaan partikel pengisi seperti silicafume yang optimal 25 % dari berat semen.

Cara lain untuk meningkatkan kepadatan kering adalah dengan memberikan tekanan pada beton segar

selama waktu setting, dengan tujuan untuk meminimalkan gelembung-gelembung udara, menghindari

adanya air yang terjebak di dalam beton serta mengurangi terjadinya susut beton selama setting time.

Dengan memberi tekanan ini akan meningkatkan kepadatan sebesar 5-6 %.

c. Memperbaiki mikro struktur. Reaksi Pozzolonic dari silicafume, yang akan menambah terbentuknya

CSH, dapat diaktifkan oleh pengaturan suhu, maka untuk mendapatkan kuat tekan yang tinggi pada

RPC digunakan curing dengan suhu tinggi. Pada RPC 200, curing yang digunakan adalah curing

dengan suhu lebih dari 90o C selama 2 hari, yang akan meningkatkan pozzolonic sebesar 30 %, sedang

untuk RPC 800 digunakan suhu di atas 250o C.

d. Meningkatkan daktilitas. Semakin tinggi kuat tekan beton, pada umumnya akan mengalami keruntuhan

getas. Hal ini sangat tidak diinginkan, karena akan sangat berbahaya. Pada RPC, untuk mengimbangi

kuat tekan yang ada dengan penambahan fiber steel. Penambahan fiber steel juga akan meningkatkan

kuat lentur hingga 50-102 MPa dan energy fraktur antara 10.000-40.000 J/m2. Hal ini sangat tergantung

pada curing yang dilakukan, sedang jumlah fiber steel yang ditambahkan pada campuran 2-6 % dari

jumlah volume beton.

Page 3: PENINGKATAN KINERJA HUBUNGAN BALOK-KOLOM …konteks.id/p/06-070.pdf · mengaplikasikan RPC pada struktur Jembatan untuk pejalan kaki dan sepeda di ... Perkembangan Beton ... Fakta

Struktur

KoNTekS 6 S-41

Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012

Panel Join Balok dan Kolom Perencanaan join balok-kolom (beam-column joint) pada struktur beton bertulang pada daerah yang rawan

gempa, menurut Park & Paulay harus didasarkan pada hal-hal sebagail berikut:

a. Kekuatan panel join balok-kolom tidak boleh kurang dari gaya yang berpotensi menimbulkan sendi

plastis pada balok. Hal ini dapat mengeliminasi keperluan perbaikan pada bagian yang sulit dijangkau

serta dapat menjamin terjadinya disipasi energi oleh mekanisme join, yang akan mengalami degradasi

(penurunan) kekakuan akibat beban siklik inelastis.

b. Kapasitas kekuatan kolom tidak boleh berkurang karena adanya degradasi kekuatan dari panel join

balok-kolom. Pada gempa kecil dan sedang, panel join balok-kolom diharapkan masih dapat

memberikan perilaku elastis.

c. Ketahanan panel join balok-kolom harus mampu untuk berdeformasi dan menyalurkan gaya geser dari

rangka struktur.

d. Kapasitas kekuatan kolom tidak boleh berkurang karena adanya degradasi kekuatan dari panel join

balok-kolom. Pada gempa kecil dan sedang, panel join balok-kolom diharapkan masih dapat

memberikan perilaku elastis.

e. Penulangan join yang diperlukan tidak menimbulkan kerumitan dalam pelaksanaan pembuatannya.

Dalam riset ini yang ditinjau adalah join eksterior dari bangunan gedung. Untuk memahami perilaku join

pada saat bekerja gaya gempa, maka harus dipelajari mekanisme gaya-gaya yang bekerja pada join

eksterior. Adapun gaya-gaya dalam dari balok dan kolom yang bertemu pada panel join balok-kolom

tersebut akan menghasilkan gaya geser join dan berbagai jenis tegangan, baik dalam arah horizontal

maupun vertikal yang dapat mengakibatkan retak diagonal pada panel join yang selanjutnya akan

mengakibatkan keruntuhan karena dilampauinya kekuatan geser dan lekatannya. Untuk memperjelas

mekanisme gaya-gaya yang bekerja pada join eksterior balok-kolom dengan satu balok dapat dilihat pada

Gambar 1 dan Gambar 2 dengan menggunakan keseimbangan momen pada pusat join yaitu di titik C, maka

akan diperoleh hasilnya, yaitu :

���� =�.���.

�.��� (1)

Gambar 1 Gaya-gaya pada join balok-kolom eksterior

Selanjutnya dari hubungan keseimbangan gaya-gaya yang bekerja pada inti join (core joint), seperti pada

Gambar 1, maka akan diperoleh gaya geser horizontal sebesar :

��� = � − ���� (2)

Berdasarkan kesemimbangan gaya-gaya, maka diperoleh gaya geser vertical pada join (Vjv), yaitu:

��� = �" − � ′� + �′� (3)

Page 4: PENINGKATAN KINERJA HUBUNGAN BALOK-KOLOM …konteks.id/p/06-070.pdf · mengaplikasikan RPC pada struktur Jembatan untuk pejalan kaki dan sepeda di ... Perkembangan Beton ... Fakta

Struktur

S-42 KoNTekS 6

Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012

��� = � ′ − � ′� + �′� − �� (4)

Perkembangan Riset RPC

Richard, P. and Cheyrezy, M. H. (1994): Memberikan definisi tentang RPC. RPC dibagi 2 jenis yakni RPC

200 dan RPC 800. RPC 200 menggunakan material semen type V dengan agregat pasir kuarsa halus dengan

ukuran 150 – 300 �m, micro silica, steel fiber dengan panjang 12,5 mm dan diameter 180 �m dan

komposisi secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1. Pelaksanaan pencampuran dengan konvensional

demikian juga untuk pemadatan digunakan vibrator, sedang curing yang dilakukan ada 2 yaitu curing biasa

dan curing air panas antara suhu 80-90o

C. Sifat mekanik yang dihasilkan ditabelkan pada tabel 2. RPC 200

dapat direkomendasikan untuk pemakaian beton prestress tanpa tulangan pasif. Sedang untuk pemakaian

elemen struktur penerima tekan seperti kolom tidak perlu menggunakan prestressing dan sudah diuji untuk

balok prestress dengan panjang 10 m tanpa tulangan. Sedang RPC 800 lebih diutamakan untuk elemen yang

kecil dan sedang untuk skala prepabrikasi, yang secara material sama dengan RPC 200, hanya steel fiber

diganti dengan stainless steel microfiber dengan panjang kurang dari 3 mm dan curing yang dilakukan Dry-

Curing dengan suhu 250o C. Dengan adanya penambahan steel fiber akan meningkatkan energi fraktur

hingga 40.000 J/m3 untuk beton normal. Untuk komposisi campuran dan sifat mekanik dapat dilihat pada

Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1 Komposisi campuran menurut Richard, P. and Cheyrezy, M. H.

Material (kg/m3) RPC 200 RPC 800

Semen type V 955 1000

Pasir kuarsa halus (150 - 400 �m) 1051 500

Silika fume (18 m2/g) 229 230

Presipitated silica (35 m2/g) 10 -

Ground Quartz (4 �m) - 390

Superplasticizer (polyacrylate) 13 18

Steel fibers 191 630

Total air 153 180

Tabel 2 Sifat mekanik dari Richard, P. and Cheyrezy, M. H.

Sifat Mekanik RPC 200 RPC 800

Kuat tekan silinder 170-230 MPa 490-680 MPa

Kuat lentur 25-60 MPa 45-102 MPa

Energi Fraktur 15.000-40.000 J/m2 1.200-2.000 J/m

2

Modulus Young’s 54-60 GPa 65-75 GPa

3. METODOLOGI

Kajian Numerik

Kajian numerik merupakan tahap perancangan konsep pemodelan, yang bertujuan untuk meneliti

parameter-parameter yang dianggap berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku dan kinerja dari

HBK. Perilaku HBK yang akan ditinjau adalah respon dalam menahan beban yang bekerja, yang dalam hal

ini adalah beban siklik. Selanjutnya, kinerja dari HBK yang dimaksud adalah kemampuan HBK yang

ditinjau dari besaran-besaran tertentu, seperti besarnya gaya luar (dalam hal ini beban siklik) yang

mampu direduksi oleh HBK, kemampuan disipasi energi, dan besarnya perpindahan yang terjadi pada

struktur.

Pendekatan dengan metode elemen hingga digunakan untuk meneliti beberapa parameter yang dianggap

berpengaruh terhadap kinerja HBK. Dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan software

ANSYS yang mampu mengakomodasi perilaku HBK.

Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam studi numerik adalah sebagai berikut:

Pre Processor. Dalam tahap ini akan dilakukan pemodelan geometri dari sistem beam-column joint,

mendefinisikan material, mendefinisikan jenis elemen, diskritisasi, pemodelan properti material, memberikan

pembebanan dan penentuan kondisi batas.

Solution.Dalam tahap ini dilakukan penentuan jenis analisa yang diinginkan dan kontrolnya. Untuk

selanjutnya mengeluarkan hasil-hasil eksekusi yang telah dimasukkan (input) ke dalam komputer.

Post Processor. Pada tahap ini dilakukan pembacaan hasil-hasil sesuai yang diinginkan, seperti: distribusi

tegangan, distribusi regangan, perpindahan, dan hasil-hasil lain yang dianggap perlu.

Hasil. Pada tahap ini dilakukan pemilihan parameter yang dianggap signifikan yang mempengaruhi

Page 5: PENINGKATAN KINERJA HUBUNGAN BALOK-KOLOM …konteks.id/p/06-070.pdf · mengaplikasikan RPC pada struktur Jembatan untuk pejalan kaki dan sepeda di ... Perkembangan Beton ... Fakta

Struktur

KoNTekS 6 S-43

Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012

perilaku dan kinerja dari beam-column joint.

Validasi secara eksperimental. Tahap pengujian dan validasi terhadap hasil studi numerik yang telah

dilakukan.

Gambar 2 Bagan Alir Kajian Numerik

Benda Uji

600

220

220

600

220

1720300

360

600

250

379

300

750

750

220

500

400

300

850

Gambar 3 Setting

Page 6: PENINGKATAN KINERJA HUBUNGAN BALOK-KOLOM …konteks.id/p/06-070.pdf · mengaplikasikan RPC pada struktur Jembatan untuk pejalan kaki dan sepeda di ... Perkembangan Beton ... Fakta

Struktur

S-44 KoNTekS 6

Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012

1000

515

300

300

20

20

1515

850

365

Gambar 4 Model

Pelaksanaan Pengujian

Pengujian dilakukan dengan mangasumsikan fc’=100 MPa (Reactive Powder Concret/RPC)

Setelah benda uji balok-kolom siap uji, benda uji tersebut diletakkan pada loading frame lengkap dengan

instrumen pembebanannya. Yang dimaksud dengan pembebanan siklik dengan sistem quasi-static reversed

cyclic loading adalah pembebanan statik secara inkremental pada arah tertentu, arah ke kanan untuk kondisi

pembebanan tekan dan arah ke kiri untuk kondisi pembebanan tarik. Adapun urutan pembebanan untuk

masing-masing benda uji dapat dilihat seperti pada Gambar 5. Dalam penelitian ini, untuk tahap awal

pembebanan, hanya dilakukan satu siklus pembebanan elastik. Besarnya pembebanan diambil 75 % dari

perkiraan beban leleh yang dihitung secara teoritis, dengan pertimbangan untuk mencegah terjadinya

keruntuhan awal dari balok yang tidak diinginkan apabila dipakai beban elastis penuh. Sistem ini yang

dinamakan sistem pembebanan load control.

Dari tahap pembebanan awal ini diperloleh perkiraan besar lendutan yang mengakibatkan tulangan tarik

mulai leleh �1, pada tingkat daktilitas 1, yaitu 1/0,75 dari rata-rata perpindahan lateral positif dan negatif

yang diukur pada puncak dua siklus pertama.

Tahap berikutnya menerapkan tahap pembebanan tingkat daktilitas 2 dan daktilitas 4 (masing-masing 2

siklus) dengan menggunakan acuan perpindahan pada pembebanan awal sebagai kontrol, sistem ini juga

disebut sistem displacement control.

Beban diberikan sebesar 75 % Py pada kondisi tekan sampai diperoleh lendutan �tkn-1, selanjutnya

unloading sampai kondisi beban tarik diperoleh �trk-1. Hal ini dikerjakan sampai diperoleh �tkn-2 dan �trk-2

pada siklus kedua pembebanan, hingga masing-masing kondisi pembebanan diperoleh �rata-rata.

Page 7: PENINGKATAN KINERJA HUBUNGAN BALOK-KOLOM …konteks.id/p/06-070.pdf · mengaplikasikan RPC pada struktur Jembatan untuk pejalan kaki dan sepeda di ... Perkembangan Beton ... Fakta

Struktur

KoNTekS 6

Universitas Trisakti, Jakarta 1-

4. HASIL

Pengujian Lateral Siklis

G

Dari gambar 6, terlihat bahwa pada

ditahan sebelum mencapai keruntuhan.

-2 November 2012

Gambar 5 Siklik Loading

Gambar 6 Hubungan Beban Lateral-Perpindahan

Dari gambar 6, terlihat bahwa pada model 2 beban lebih besar dan lendutan masih lebih besar yang dapat

ditahan sebelum mencapai keruntuhan.

S-45

model 2 beban lebih besar dan lendutan masih lebih besar yang dapat

Page 8: PENINGKATAN KINERJA HUBUNGAN BALOK-KOLOM …konteks.id/p/06-070.pdf · mengaplikasikan RPC pada struktur Jembatan untuk pejalan kaki dan sepeda di ... Perkembangan Beton ... Fakta

Struktur

S-46 KoNTekS 6

Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012

Gambar 7 Kondisi Runtuh

Dari gambar 7, pada model 1 keruntuhan terjadi pada load step 17, sedangkan pada model-2 keruntuhan

terjadi pada load step 19. Jadi ada peningkatan 2 load step untuk mendapatkan keruntuhan debandingkan

dengan model 1.

5. KESIMPULAN

Pemberian pelat baja pada bagian belakang hubungan balok-kolom dapat memberikan hasil kekuatan,

daktilitas serta indeks efektif pengekangan yang lebih baik bila dibandingkan dengan yang biasa (tanpa

pelat)

Terjadi penambahan kekuatan dengan bertambahnya beban yang bisa ditahan sampai runtuh, perpindahan

juga bertambah besar sehingga model kedua lebih daktail.

DAFTAR PUSTAKA

ACI 318-08, (2008), Building Codes Requirement for Structural Concrete and Commentary, ACI

Committee.

Aitcin, P.C., (2008), Binder for durable and sustainable concrete, (Modern Concrete Technology Series),

ISBN 0-203-94048-2, Taylor & Francis Group, London and New York.

ASCE 7-05, (2005), Minimum Design Loads for Buildings and Other Structures, ASCE.

ASTM, Concrete and Aggregates (2005), Annual Book of ASTM Standards Volume 04.02, American

Society for Testing and Materials.

Bonneau, Oliver., Poulin, Claude., Dugat, Jerome, Richard, Pierre, Aitcin, Pierre Claude., (April 1996),

Reactive Powder Concretes : From Theory to Practice. Concrete International.

Bonneau, oliver, Lachemi, Mohamed, Dallaire, Eric, Dugat, Jerome, Aitcin, Pierre Claude, (July-Agustus

1997), Machanical Propertis and Durability of Two Industrial Reactive Powder Concrete, ACI

Material Journal.

Page 9: PENINGKATAN KINERJA HUBUNGAN BALOK-KOLOM …konteks.id/p/06-070.pdf · mengaplikasikan RPC pada struktur Jembatan untuk pejalan kaki dan sepeda di ... Perkembangan Beton ... Fakta

Struktur

KoNTekS 6 S-47

Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012

Brandt, A. M., Cement-Based Composite : Material Mechanic Properties and Performance, E & FN

SPON.

Collepardi, S., Coppalla, L., Troli, R., Collepardi, M., Mechanical Properties of Modified Reactive Powder

Concrete.

Dallaire, E., Aitcin, P.C., and Lachemi, M., (1998), High-Performance Powder, Civil Engineering.

Dugat, J., Roux, N., Bernier, G., (May 1996), Mechanical Properties of Reactive Powder Concrete,

Material and Struktur vol29.

Iskandar, (2007), Evaluasi Perilaku Sambungan Kolom Komposit Baja-Beton dan balok Beton Bertulang

dengan Pembebanan Siklik Statis, Thesis, ITB.

Istiqomah, (2002), Studi Eksperimental Reactive Powder Concrete (RPC), Thesis, ITB.

Klieger, Paul., Lamond. Joseph F., Significance of Tests and Properties of Concrete and Concrete-Making

Material, ASTM STP 169 C.

Mac Gregor, James dan Wight, James, K. (2005), Reinforced Concrete Mechanic and Design Fourth

Edition, Prentice Hall, New Jersey.

Neville, A. M., (1996), Properties of Concrete, Pittman Publishing Ltd. London.

O’neil, Edward Francis., Dauriac., Christophe evian., Gillilang, Scatt Keith., (1996), Developmen of

Reactive Powder Concrete (RPC) Product in United State Contruction Market, High Strength

Concrete An International of Press publication, Editor John A. Bickling ACI

Park, R and Paulay, T. (1975), Reinforced concrete Structures, John Wiley, Canada.

Paulay, T., dan Park, R. (1984), Joints in Reinforced Concrete Frames Design for Earthquake Resistance,

Rhjh esearch Report, Departement of Civil Engineering University of Cantebury Christchurch New

Zealand.

Relim Report 11, Interfacial Transition Zone in Concrete, Edited By J. C. Maso.

Richard, P., Cheyrezy, M. H., (1994), Reactive Powder Concrete with High Ductility and 200 – 800 MPa

Compressi Strength, Concrete Technology : Past, Present, Future, Sp 144, American Concrete

Institute, Detroit.

Roux, N., Andrade, C., Sanjuan, M. A., (Pebruari 1996), Experimental Study of Durability of Reactive

Powder Concretes, Journal of Material in Civil Engineering.

Russell, H. G., High Strength Concrete, ACI Compilation.

SNI 03-2847-2002. (2002), Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.

SNI 03-1726-2002. (2002), Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung.

Uchikawa, Hiroshi., Characterization and Material Design of High Strenght Concrete with Superior Work

Ability, Cement Technology.

Wahyudi, Tatang., Japril, (1996), Pasir Kuarsa, Direktorat Jenderal Pertambangan Teknologi Mineral.

Page 10: PENINGKATAN KINERJA HUBUNGAN BALOK-KOLOM …konteks.id/p/06-070.pdf · mengaplikasikan RPC pada struktur Jembatan untuk pejalan kaki dan sepeda di ... Perkembangan Beton ... Fakta

Struktur

S-48 KoNTekS 6

Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012