peningkatan kemampuan membaca pemahaman … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan...

89
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING COMPOSITION (CIRC) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BEJI KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh YULIANA ASTUTI NIM K7106049 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: vuongkhanh

Post on 11-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIPE COOPERATIVE

INTEGRATED READING COMPOSITION (CIRC) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BEJI KECAMATAN

ANDONG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Oleh YULIANA ASTUTI

NIM K7106049

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

Page 2: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa mempunyai peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan

emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari

semua bidang studi. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh

karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik

dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis. Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai

alat komunikasi. Seseorang belajar bahasa karena didorong oleh kebutuhan untuk

berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Oleh karena itu sejak dini anak diajarkan dan

diarahkan agar mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar untuk

dapat berkomunikasi dalam berbagai situasi melalui bahasa baik secara lisan maupun

tulis.

Sasaran dari pembelajaran bahasa Indonesia adalah siswa terampil dalam

menggunakan bahasa (Subana dan Sunarti, 2009: 267). Pembelajaran bahasa Indonesia di

Sekolah Dasar (SD) mempunyai tujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi

secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar

peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut: (1) berkomunikasi secara efektif

dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tertulis, (2)

menghargai bahasa dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan

dan bahasa negara, (3) memahami bahasa Indonesia dan menggunakanya dengan tepat

dan kreatif untuk berbagai tujuan, (4) menggunakan bahasa Indonesia untuk

meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosianal dan sosial, (5)

menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus

budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (6)

menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan

intelektual manusia Indonesia (Depdiknas, 2007: 6).

Untuk dapat mengembangkan pembelajaran bahasa dan mencapai hasil yang

maksimal guru harus dapat menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan

Page 3: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

kualitas dan hasil pembelajaran. Penggunaan tipe model pembelajaran yang tepat akan

meningkatkan efektifitas dan kualitas dalam pembelajaran.

Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran keterampilan berbahasa

yang meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat

aspek tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Membaca

merupakan salah satu keterampilan reseptif yang memerlukan pemahaman dari pembaca.

Membaca adalah salah satu komunikasi tulis yang tidak hanya sekedar melafalkan huruf

atau lambang bunyi, tetapi juga memahami dan memberikan tanggapan terhadap apa

yang telah dibacanya. Membaca merupakan keterkaitan antara aktivitas fisik dan mental.

Secara fisik membaca memerlukan indera visual dan secara mental membaca

memerlukan intensif dan daya ingat.

Pembelajaran membaca di SD menjadi bagian penting dari pembelajaran

bahasa Indonesia (Syafi’ie dalam Hairuddin 2007: 3.23). Kemampuan membaca selalu

ada dalam setiap tema pembelajaran. Hal tersebut membuktikan pentingnya penguasaan

kemampuan membaca karena kemampuan membaca merupakan salah satu standar

kemampuan bahasa dan sastra Indonesia yang harus dicapai pada semua jenjang,

termasuk di jenjang Sekolah Dasar. Melalui kemampuan membaca tersebut diharapkan

siswa mampu membaca dan memahami teks bacaan dengan ketepatan yang memadai.

Kemampuan membaca menjadi dasar utama tidak saja bagi pengajaran bahasa sendiri,

tetapi juga bagi pengajaran mata pelajaran lain.

Kemampuan membaca bagi seorang siswa sangat penting karena merupakan

salah satu dasar untuk memahami dan menambah pengetahuan mata pelajaran yang lain.

Oleh karena itu anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar (Lerner

dalam Mulyono 2003: 200). Burns dalam Farida Rahim (2008: 1) mengemukakan bahwa

kemampuan membaca merupakan sesuatu yang sangat penting dalam suatu masyarakat

terpelajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus-menerus, dan anak-anak yang

melihat tingginya nilai membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar

dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan

membaca. Dengan demikian pembelajaran membaca mempunyai kedudukan yang

strategis dalam pendidikan dan pengajaran.

Meskipun tujuan akhir dari membaca adalah memahami isi bacaan, tujuan

tersebut ternyata tidak semua siswa dapat mencapainya. Banyak anak yang dapat

membaca dengan lancar tetapi tidak memahami isi bacaan tersebut (Mulyono 2003: 201).

Membaca pemahaman merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa berbahasa

yang harus dikuasai oleh siswa kelas V SD. Melalui kegiatan inilah siswa memperoleh

berbagai informasi secara aktif reseptif. Dengan memiliki kemampuan membaca

Page 4: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

pemahaman yang tinggi, siswa dapat memperoleh berbagai informasi dalam waktu yang

relatif singkat. Di kelas V SD kemampuan membaca pemhaman siswa ditandai dengan

kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan berdasrkan teks dan menceritakan

kembali isi bacaan.

Di SD Negeri Beji, kemampuan siswa kelas V dalam membaca khususnya

membaca pemahaman masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru,

rendahnya kemampuan siswa dalam membaca ditandai dengan kurangnya siswa dalam

memahami bacaan. Hal ini terlihat ketika siswa ditanya mengenai apa dan bagaimana

cerita yang dibacanya siswa bingung dalam menjawab dan harus membaca kembali apa

yang telah dibaca. Menurut pengamatan yang dilakukan guru dalam pembelajaran

membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali cerita yang

dibaca secara runtut, 40% yang mampu menyimpulkan isi bacaan dan hanya 25% yang

mampu mengajukan pertanyaan dari bacaan tersebut. Sedangkan jika diberi tes

pemahaman, dari siswa yang berjumlah 30 siswa hanya 16 siswa yang mendapatkan nilai

diatas 60. Artinya baru 53% dari siswa yang menguasai bahan pembelajaran dan nilainya

diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat

kemampuan membaca pemahaman siswa masih rendah.

Rendahnya kemampuan siswa dalam membaca pemahaman disebabkan karena

beberapa faktor baik itu faktor dari guru maupun siswa sendiri. Salah satu faktor

penyebab rendahnya tingkat membaca pemahaman adalah metode yang digunakan guru

masih konvensional. Dalam pembelajaran membaca pemahaman biasanya siswa

diberikan bacaan yang kemudian disuruh membaca dalam hati dilanjutkan dengan

menjawab pertanyaan–pertanyaan berkaitan dengan bacaan yang diberikan. Sehingga

tidak jarang siswa menjadi bosan dan kurang memperhatikan. Apabila salah satu siswa

diminta membaca, siswa lain banyak yang gaduh bermain sehingga apa yang dibaca

siswa kurang disimak. Guru hanya menyuruh siswa membaca sendiri tanpa adanya

pengamatan dari guru, dan guru terkadang tidak ikut membaca. Akibatnya siswa kurang

bersungguh-sungguh ketika disuruh membaca sendiri bahkan ada juga siswa yang

membacanya hanya sekilas saja.

Salah satu tipe model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran

membaca pemahaman adalah model pembelajaran tipe Cooperative Integreted Reading

Page 5: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

Composition (CIRC). Model pembelajaran tipe CIRC adalah model pembelajaran yang

dirancang khusus untuk pembelajaran membaca, menulis dan seni berbahasa. Rahim

(2008: 35) mengatakan bahwa “pendekatan pembelajaran kooperatif yang lebih cocok

dengan pembelajaran membaca ialah metode Cooperative Integrated Reading

Composition (CIRC)”. Menurut Slavin (1995), tujuan utama CIRC khususnya dalam

menggunakan tim kooperatif ialah membantu siswa belajar membaca pemahaman yang

luas untuk kelas-kelas tinggi SD. Model pembelajaran tipe CIRC ini mengintegrasikan

antara pembelajaran membaca dan menulis secara bersamaan, sehingga tepat dengan

karakteristik pembelajaran bahasa Indonesia yaitu terpadu. Selain itu model pembelajaran

tipe CIRC ini bersifat kooperatif dimana dapat meningkatkan kerjasama antar siswa

sehingga semua siswa diarahkan untuk bekerja dan waktu pembelajaran menjadi lebih

efektif.

Model pembelajaran tipe CIRC terdiri dari tiga unsur penting yaitu kegiatan

dasar terkait, pengajaran langsung pelajaran memahami bacaaan dan seni berbahasa

menulis terpadu. Dalam model pembelajaran tipe CIRC siswa bekerjasama dalam

kelompok untuk mencari ide pokok, pikiran utama dan hal-hal yang berkaitan dengan

teks bacaan. Dalam model pembelajaran tipe CIRC ini salah satu siswa membacakan

cerita untuk kelompok, kemudian mengerjakan tugas kelompok bersama-sama dan

mempresentasikan hasilnya ke depan kelas. Hasil penelitian tentang pembelajaran

struktur cerita mengidentifikasikan bahwa CIRC bisa meningkatkan hasil belajar siswa

yang rendah dan meringkas unsur-unsur cerita dimana kedua kegiatan ini untuk

meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa (Rahim, 2008: 35). Sehingga

model pembelajaran tipe CIRC sesuai untuk pembelajaran membaca pemahaman.

Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman peneliti merasa perlu mengadakan penelitian mengenai Peningkatan

Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Model Pembelajaran Tipe Cooperative

Integrated Reading Composition (CIRC) Pada Siswa Kelas V semester II SD Negeri Beji

Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/ 2010.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka

rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:

Page 6: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

1. Apakah penggunaan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading

Composition (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca

pemahaman pada siswa kelas V SD Negeri Beji ?

2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading

Composition (CIRC) dalam pembelajaran membaca pemahaman pada siswa kelas V

SD negeri Beji?

3. Hambatan apakah yang dihadapi dalam pembelajaran membaca pemahaman melalui

model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) pada

siswa kelas V SD Negeri Beji?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman melalui model pembelajaran

tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) siswa kelas V SD Negeri

Beji.

2. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading

Composition ( CIRC) dalam pembelajaran membaca pemahaman pada siswa kelas V

SD Negeri Beji.

3. Mengatasi hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran membaca pemahaman melalui

penggunaan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition

(CIRC) pada siswa kelas V SD Negeri Beji.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran mengenai

perbaikan metode pembelajaran pada umumnya, dan penggunaan model pembelajaran

tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) pada khususnya dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V SD.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan refleksi dan perbaikan bagi pengembangan

dan peningkatan hasil pencapaian tujuan pembelajaran.

2. Manfaat praktis

Page 7: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

a. Bagi guru

1) Memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.

2) Memberikan pengalaman langsung bagi guru khususnya peneliti yang terlibat

dalam memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan metode yang lebih

inovatif dalam pembelajaran bahasa indonesia.

3) Meningkatnya profesionalisme guru.

b. Bagi siswa

1) Meningkatnya motivasi siswa dalam membaca pemahaman.

2) Meningkatnya keaktifan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman.

3) Meningkatnya kemampuan siswa dalam membaca pemahaman.

c. Bagi Sekolah

1) Akan mendapatkan siswa yang berkualitas dan berprestasi dalam pelaksanaan

pembelajaran sehingga meningkatnya mutu siswa dan sekolah sesuai dengan

tuntunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

2) Meningkatnya kualitas pembelajaran yang dapat membawa nama baik sekolah

Page 8: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Hakekat Kemampuan Membaca Pemahaman

a. Pengertian Kemampuan

Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang

dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.

Kemampuan adalah kecakapan atau potensi menguasai hal tertentu (Robbins

dalam http:/jiunkpe/s1/eman/2008/). Robbins menjelaskan bahwa kemampuan terdiri atas

kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Selain itu, Davis juga mengungkapkan

bahwa kemampuan terdiri dari kemampuan potensi IQ dan kemampuan reality yaitu

pengetahuan dan keterampilan (hhtp:/jiunkpe/s1/eman/2008/).

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan

adalah kecakapan atau kesanggupan seseorang dalam melakukan suatu hal tertentu.

b. Membaca

1) Pengertian membaca

Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari,

karena membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat

untuk memperluas pengetahuan bahasa seseorang. Membaca adalah “suatu proses yang

dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh informasi, yang ingin

disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis” (Tarigan, 1979: 7).

Membaca adalah suatu alat komunikasi antara penulis dan pembaca tulisan. Membaca

adalah proses aktif dari pikiran yang dilakukan melalui mata terhadap bacaan. Dalam

kegiatan membaca, pembaca memproses informasi dari teks yang dibaca untuk

memperoleh makna.

Membaca adalah proses melisankan dan atau memahami bacaan atau sumber

tertulis untuk memperoleh pesan atau gagasan yang ingin disampaikan penulisnya

(http://wyw1d.wordpress.com/). Membaca pada hakekatnya adalah ”suatu proses yang

Page 9: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

dilakukan oleh pembaca untuk membangun makna dari suatu pesan yang disampaikan

melalui tulisan” (http://tarjo2009.blogspot.com/).

Dilain pihak, Gibbon dalam Tarigan (1993: 70-71) mendefinisikan membaca

sebagai proses memperoleh makna dari cetakan. Kegiatan membaca bukan sekedar

aktivitas yang bersifat pasif dan reseptif saja, melainkan mengehendaki pembaca untuk

aktif berpikir. Untuk memperoleh makna dari teks, pembaca harus menyertakan latar

belakang bidang pengetahuannya, topik, dan pemahaman terhadap sistem bahasa itu

sendiri. Tanpa hal-hal tersebut selembar teks tidak berarti apa-apa bagi pembaca.

Membaca pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang melibatkan berbagai

hal. Membaca tidak hanya sekedar melafalkan tulisan tetapi juga melibatkan aktivitas

visual dan juga pikiran. Sebagai proses visual membaca merupakan proses

menerjemahkan simbol tulis atau huruf ke dalam kata-kata lisan. Sebagai proses

berpikir, membaca mencakup aspek pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi,

membaca kritis dan pemahaman kreatif (Rahim, 2008: 2). Hal senada juga

diungkapkan oleh Slamet (2008: 72) bahwa kegiatan membaca terkait dengan: (1)

pengenalan huruf, (2) bunyi dan huruf, (3) makna atau maksud, dan (4) pemahaman

terhadap makna atau maksud berdasarkan konteks wacana. Sedangkan Klein dalam

Rahim (2008: 3) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup (1) membaca

sebagai suatu proses, (2) membaca adalah strategis, dan (3) membaca merupakan

interaktif.

Membaca sebagai suatu proses adalah informasi dari teks dan pengetahuan

yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna.

Rosenbalt dalam Cuero (2008) mengungkapkan bahwa:

“how a reader responds to the text with use of a continumm. One end of the continuum consist of the efferent response where the “ meaning results from an abstracting-out and analytic structuring of the ideas, information, directions, conclusions to be retained, used, or acted after reading event. According to Rosenbalt, the efferent response to the text is predominately public due to the reader’s focus on the more literal and conventional aspects of meaning”.

Pendapat diatas jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah: bagaimana

seorang pembaca bereaksi terhadap teks dengan menggunakan suatu rangkaian. Suatu

rangkaian tersebut terdiri dari menanggapi maksud/arti diakibatkan oleh suatu abstrak

Page 10: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

luar dan struktur analitik yang menyangkut gagasan, informasi, arah, kesimpulan,

menggunakan, atau bertindak setelah pembacaan peristiwa. Menurut Rosenbalt, tujuan

menjawab teks secara umum mendominasi dalam kaitan dengan fokus pembaca pada

aspek maksud/arti yang konvensional dan harfiah.

Pressley (2000) mengatakan bahwa “Reading is often thought of as a

hierarchy of skills, from processing of individual letters and their associated sounds to

word recognition to text processing competencies” (www.readingonline.org). Apabila

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: membaca sering

disebut sebagai keterampilan sesungguhnya dari seorang individu dalam memproses

huruf dan bunyi yang dihubungkan ke dalam pengenalan kata dan kemampuan untuk

memproses suatu teks.

Membaca merupakan suatu strategis yaitu pembaca yang efektif

menggunakan berbagai strategi untuk membaca yang sesuai dengan teks dan konteks

dalam rangka membangun makna ketika membaca. Strategi atau metode ini bisa

bervariasi tergantung dengan jenis teks dan tujuan membaca. Sedangkan membaca

adalah interaktif yaitu keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks.

Orang yang senang membaca teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan

yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami sehingga

terjadi interaksi antara pembaca dan teks.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa membaca adalah proses

interaksi antara pembaca dengan teks bacaan. Pembaca berusaha memahami isi bacaan

berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kompetensi kebahasaannya. Dalam proses

pemahaman bacaan tersebut, pembaca pada umumnya membuat ramalan-ramalan

berdasarkan sistem semantik, sintaksis, grafologis, dan konteks situasi yang kemudian

diperkuat atau ditolak sesuai dengan isi bacaan yang diperoleh.

2) Tujuan Membaca

Seseorang melakukan aktivitas membaca pasti mempunyai tujuan atau alasan

mengapa ia membaca. Secara garis besar kegiatan membaca mempunyai dua maksud

utama, yaitu:

Page 11: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

(1) tujuan behavioral, dan (2) tujuan ekspresif. Tujuan behavioral biasanya diarahkan pada kegiatan membaca untuk memahami makna kata, keterampilan-keterampilan studi dan pemahaman. Sedangkan tujuan ekspresif terkandung dalam kegiatan-kegiatan membaca pengarahan diri sendiri, membaca penafsiran dan membaca kreatif ( Tarigan 1994: 3).

Secara umum tujuan seseorang membaca adalah: (1) mendapatkan informasi,

(2) memperoleh pemahaman, (3) memperoleh kesenangan. Secara khusus, tujuan

seseorang membaca adalah: (1) memperoleh informasi faktual, (2) memperoleh

keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, (3) memberikan penilaian

kritis terhadap karya tulis seseorang, (4) memperoleh kenikmatan emosi, dan (5)

mengisi waktu luang (Nurhadi dalam http://wyw1d.wordpress.com/).

Hal menarik juga diungkapkan oleh Nurhadi bahwa ”tujuan membaca akan

mempengaruhi pemerolehan pemahaman bacaan”. Artinya, semakin kuat tujuan

seorang dalam membaca maka semakin tinggi pula kemampuan orang itu dalam

memahami bacaanya. Sedangkan tujuan membaca menurut Rahim (2008: 11) adalah

sebagai berikut:

(1) kesenangan, (2) menyempurnakan bacaan nyaring, (3) menggunakan strategi tertentu, (4) memperbaharui pengetahuan tentang suatu topik, (5) mengaitkan informasi unuk laporan lisan atau tertulis, (6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, (7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, (8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, dan (9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

3) Aspek Membaca

Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan

serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainya. Secara garis besar terdapat dua aspek

penting dalam membaca yaitu:

a) Keterampilan yang bersifat mekanis yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah. Aspek ini meliputi: (1) pengenalan bentuk huruf, (2) pengenalan unsur-unsur kebahasaan (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain), (3) pengenalan hubungan/koresponden pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis), dan (4) kecepatan membaca bertaraf lambat.

b) Keterampilan yang bersifat intensif yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi. Aspek ini mencakup: (1) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal), (2) memahami signifikansi atau makna (maksud, tujuan pengarang, keadaan budaya, reaksi pembaca), (3) evaluasi dan penilaian (isi, bentuk), (4)

Page 12: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan (Tarigan 1979: 11). Selain aspek diatas, Burns dalam Rahim ( 2008: 11) mengemukakan bahwa

proses membaca terdiri atas sembilan aspek yaitu:

a) Aspek sensori

Proses membaca dimulai dari sensori visual yang diperoleh dari huruf atau kata

melalui indra penglihatan. Anak belajar membedakan secara visual di antara

simbol-simbol grafis yang digunakan untuk mempresentasikan bahasa lisan.

b) Aspek perseptual

Aspek perseptual yang dimaksud adalah aktivitas mengenal suatu kata sampai

pada makna berdasrkan pengalaman yang lalu. Pembaca satu dengan yang lain

dalam memberikan persepsi suatu teks mungkin tidak sama. Meskipun membaca

teks yang sama, mungkin mereka memberikan makna yang berbeda.

c) Aspek urutan

Aspek urutan dalam proses membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian

tulisan yang tersusun secara linear, yang umumnya tampil pada satu halaman dari

kiri ke kanan atau dari atas ke bawah.

d) Aspek pengalaman

Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca. Seseorang yang

mempunyai pengalaman banyak akan mempunyai kesempatan yang lebih luas

dalam mengembangkan pemahaman kosakata.

e) Aspek pikiran

Membaca merupakan proses berfikir. Untuk dapat memahami bacaan, pembaca

terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya melalui

proses asosiasi. Kemudian membuat simpulan dengan menghubungkan isi yang

terdapat dalam materi bacaan. Oleh karena itu ia harus berfikir logis, sistematis

dan kreatif.

f) Aspek pembelajaran

Untuk meningkatkan kemampuan membaca, guru dapat membimbing siswa

melalui pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang

memungkinkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berfikirnya.

Page 13: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

g) Aspek asosiasi

Aspek asosiasi dalam membaca adalah mengenal hubungan antara simbol dengan

bunyi bahasa dan makna. Tanpa adanya kedua kemampuan asosiasi tersebut siswa

tidak mungkin dapat memahami suatu teks yang ia baca.

h) Aspek sikap

Aspek sikap merupakan kegiatan membaca yang berkenaan dengn kegiatan

memusatkan perhatian, membangkitkan kegemaran membaca, dan menumbuhkan

motivasi ketika sedang membaca.

i) Aspek gagasan

Aspek pemberian gagasan dapat dimulai dengan penggunaan sensori dan

perseptual deng latar belakang pengalaman dan tanggapn afektif serta

membangun makna teks yang dibaca secara pribadi.

4) Kemampuan Membaca

Kemampuan membaca adalah kemampuan seseorang dalam menemukan

informasi dari setiap bacaan. Kemampuan membaca merupakan proses kognitif.

Meskipun pada taraf penerimaan lambang-lambang tulisan diperlukan kemampuan

gerakan mata, kebanyakan kegiatan dalam membaca adalah kegitan pikiran dan

penalaran. Tampubolon ( 2008: 7) menyatakan bahwa kemampuan membaca adalah

pemahaman isi secara keseluruhan.

Kathleen Kitao dan Kenji Kitao mengemukakan tentang kemampuan-

kemampuan yang berhubungan dengan kegiatan membaca sebagai berikut:

(1) menghubungkan simbol-simbol grafis dengan bunyi dan kata, (2) memahami hubungan antara penggalan informasi dalam sebuah kalimat, termasuk elemen dari struktur kalimat, negasi atau yang tersirat, (3) menarik kesimpulan dari makna kata-kata dari akar kata dan imbuhannya, (4) menarik kesimpulan dari makna kata-kata dari konteksnya, (5) memahami preposisi, (6) memahami hubungan antar bagian teks, yang ditandai dengan sejumlah istilah, seperti istilah leksikal (sinonim, pengulangan, d1l) referensi anaphora (kata ganti orang) dan kata sambung, (7) memahami hubungan temporal danan spatial (8) memahami hubungan-hubungan seperti sebab-akibat; generalisasi dan contoh; persamaan; perbandingan; dan opini dan dukungan, (9) mengantisipasi apa yang akan terjadi, (10) mengidentifikasi pikiran utama dan pikiran-pikiran pendukung, (11) memahami gaya bahasa dan alegori, (12) memahami kesimpulan, (13) skimming (memahami keseluruhan ide dari sebuah wacana),

Page 14: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

(14) scanning (mencari informasi tertentu), (15) membaca kritis, dan (17) Menerapkan berbagai macam strategi membaca sesuai dengan jenis wacana dan tujuan membaca.( http://nengwika.wordpress.com) Nurhadi mengemukakan kemampuan yang berhubungan dengan membaca

sebagai berikut: (1) kemampuan menafsirkan ide pokok paragraf, (2) kemampuan

menafsirkan gagasan utama gagasan, (3) kemampuan menafsirkan ide penunjang, (4)

kemampuan membedakan fakta-fakta atau detail bacaan, (5) kemampuan memahamai

secar kritis hubungan sebab akibat, (6) kemampuan memahami secara kritis unsur-

unsur perbandingan (http://nengwika.wordpress.com).

5) Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca

Kemampuan membaca setiap orang tidaklah sama. Kemampuan membaca

tersebut ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:

a) Kompetensi kebahasaan, yaitu hal-hal yang diketahui oleh pembaca tentang bahasa

yan digunakan penulis. Meliputi tata bahasa, kosakata, ejaan, dan tanda baca.

b) Kemampuan mata adalah keterampilan mata mengadakan gerakan-gerakan membaca yang efisien. Gerakan yang dimaksud adalah jangkauan penglihatan, jangkauan pemahaman.

c) Penentuan informasi fokus. Menentukan lebih dahulu informasi yang akan

diperoleh dari bacaan sebelum memulai membaca umumnya dapat meningkatkan

efisiensi membaca.

d) Teknik dan metode membaca, yaitu cara yang digunakan untuk menemukan

informasi dari bacaan dengan efektif dan efisien.

e) Fleksibilitas membaca, yaitu kemampuan menyesuaikan strategi membaca (teknik,

metode, dan gaya membaca) dengan kondisi baca.

f) Kebiasaan membaca, kebiasaan membaca yang dimaksud adalah minat dan

keterampilan membaca yang baik dan efisien ( Tampubolon, 2008: 241-243).

Selain faktor diatas, menurut Lamb dan Arnold dalam Rahim (2008: 16)

faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca adalah sebagai berikut:

a) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, perkembangan neurologis dan alat

kelamin. Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran dan alat penglihatan bisa

Page 15: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Kelelahan juga merupakan kondisi

yang tidak menguntungkan bagi anak untu belajar membaca.

b) Faktor intelektual

Rubin dalam Rahim (2008: 17) mengemukakan bahwa banyak hasil penelitian yang

memperlihatkan tidak semua siswa yang mempunyai kemampuan intelegensi tinggi

menjadi pembaca yang baik. Secara umum, intelegensi anak tidak dapat dijadikan

satu-satunya ukuran keberhasilan membaca. Masih ada faktor yang lain seperti cara

mengajar guru, prosedur dan kemampuan guru sendiri.

c) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan mencakup latar belakang pengalaman siswa dirumah dan faktor

sosial ekonomi keluarga siswa.

d) Faktor psikologi

Faktor lain yang juga mempengaruhi kemampuan membaca anak adalah faktor

psikologis. Faktor psikologis ini mencakup (1) motivasi, (2) minat, dan (3)

kematangan sosial, emosi dan penyesuaian diri.

6) Jenis - jenis Membaca

Ada beberapa jenis membaca, menurut tataranya kegiatan membaca terutama

di Sekolah Dasar dapat dibagi dua, yaitu:

a). Membaca permulaan

Membaca permulaan biasa dilakukan di kelas satu dan 2 SD yang

mempertimbangkan atau mementingkan kelancaran.

b). Membaca lanjut

Membaca lanjut ini dilaksanakan mulai dari kelas tiga sampai dengan perguruan

tinggi. Dalam membaca lanjut yang dipentingkan bukan hanya kelancaran tetapi

juga pemahaman dan penerapan dalam praktek sehari-hari sesuai dengan situasi

dan kondisi ( Suyatmi, 1996: 39).

Sedangkan Tarigan (1979: 12) mengklasifikasikan jenis-jenis membaca

sebagai berikut:

a). Membaca nyaring

Page 16: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

Membaca nyaring adalah membaca dengn menggunakan suara sehingga orang lain

bisa mendengar apa yang kita baca.

b). Membaca dalam hati

(1) Membaca ekstensif

Membaca ekstensif terdiri atas membaca survei, membaca sekilas dan membaca

dangkal.

(2) Membaca Intensif

(a) Membaca telaah isi

Membaca telaah isi terdiri dari membaca teliti, membaca pemahaman,

membaca kritis dan membaca ide-ide.

(b) Membaca telaah bahasa

Membaca telaah bahasa terdiri atas membaca bahasa dan membaca sastra.

Menurut tujuanya, membaca dibagi menjadi tujuh yaitu:

a). Membaca intensif adalah salah satu jenis membaca yang dilakukan dengan hati-hati dan teliti dengan titik berat untuk memahami isi keseluruhan bacaan sampai pada hal yang sekecil-kecilnya.

b). Membaca kritis adalah perbuatan membaca untuk menggali fakta yang dituangkan dalam bacaan dan memberikan penilaian terhadap fakta itu.

c). Membaca cepat adalah salah satu jenis membaca yang menitik beratkan pada kecepatan menangkap gagasan pokok bacaan dengan tepat dalam waktu yang relatif singkat.

d). Membaca indah adalah salah satu jenis membaca yang menitikberatkan pada penggunaan segi keindahan yang terdapat dalam suatu karya sastra.

e). Membaca teknik adalah salah satu jenis membaca yang menitikberatkan pada keterampila dan ketepatan melafalkan fonem, kata, melagukan kalimat, pemenggalan kata dan kalimat. Dengan kata lain membaca kalimat dengan lancar dan tepat tanpa adanya cacat baca.

f). Membaca untuk keperluan praktis adalah salah satu jenis membaca dengan tujuan untuk memahami hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari secra cepat dan tepat.

g). Membaca untuk keperluan studi adalah salah satu jenis membaca yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu guna menambah pengetahuan (Suyatmi, 1996: 58)

c. Membaca Pemahaman

1) Pengertian Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman adalah memahami secara langsung apa yang ada dalam

teks bacaan tersebut dan memahami informasi yang tidak secara langsung dalam teks

(http: one.indoskripsi.com/). Membaca pemahaman adalah proses pemikiran yang

kompleks untuk membangun sejumlah pengetahuan. Yant Mujiyanto dalam Siti

Page 17: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

Khuzaimatun (2009: 11) mengatakan bahwa membaca pemahaman adalah membaca

yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman ide-ide naskah dari ide pokok sampai

ke ide-ide penjelas dan dari hal-hal yang global sampai ke hal-hal yang rinci. Tarigan

(1994: 9), menyebutkan bahwa kegiatan membaca ialah memahami pola-pola bahasa

dari gambaran tertulisnya. Seseorang yang melakukan kegiatan membaca pemahaman

harus menguasai bahasa serta tulisan agar memahami isi bacaan tersebut. Membaca

pemahaman merupakan suatu kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah

memahami bacaan secara tepat dan cepat (http://wyw1d.wordpress.com/)

Pemahaman atau komprehensi merupakan kemampuan membaca untuk

mengerti ide pokok, detail yang penting, dan seluruh pengertian. Girgin (2006)

mengatakan bahwa:

“Reading comprehension is the process of combining the cue systems of the language, namely, syntax, semantics, pragmatics and graphophnonics with the prior knowledge and experiences. If readers have a purpose to read and if the material interests them, they involve their background knowledge in the process, too, which facilitates reading comprehension”.

Menurut pendapat Girgin diatas membaca pemahaman adalah suatu proses

yang mengkombinasikan isyarat atau sistem bahasa yang meliputi sintaksis, semantik

dan grafem serta pengalaman sebelumnya. Jika seseorang pembaca mempunyai tujuan

dan melibatkan pengetahuan yang telah mereka miliki maka seseorang tersebut akan

lebih mudah dalam membaca pemahaman.

Pemahaman merupakan hal yang penting dalam membaca karena dengan

pemahaman kita dapat mengetahui informasi dari bacaan secara keseluruhan.

Pemahaman sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan pembaca. Pembaca

yang mempunyai pengetahuan yang dan penglaman yang lebih luas berpeluang lebih

besar untuk dapat mengembangkan pemahaman kata dan konsep daripada yang lainya (

Burns dalam Slamet, 2008: 72). Selanjutnya keterampilan membaca pun dapat

meningkat. Jadi dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah suatu

kemampuan membaca untuk memahami isi atau informasi dari suatu bacaan dengan

tepat.

2) Tujuan Membaca Pemahaman

Tujuan yang ingin dicapai melalui membaca pemahaman, yaitu: a) mengenal

ide pokok suatu bacaan, b) mengenal detail atau bagian yang penting, c) meramalkan

Page 18: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

hasil, d) mengikuti petunjuk, e) mengenal organisasi dari karangan, dan f) membaca

kritis (http://one.indoskripsi.com/).

Tujuan membaca pemahaman juga dipaparkan oleh Tarigan (1993: 37) yaitu:

a) menemukan ide pokok, b) memilih butir-butir penting, c) mengikuti petunjuk-petunjuk, d) menentukan organisasi bahan bacaan, e) menemukan citra visual dan citra lainya, f) menarik simpulan, g) menduga makna dan merangkaikan dampaknya, h) menyusun rangkuman, dan i) membedakan fakta dari pendapat. Sedangkan tujuan dari pengajaran membaca pemahaman adalah: (1) siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai isi wacana yang diberikan, (2) siswa dapat meringkas isi wacana berdasrkan paragraf yang ada, (3) siswa dapat meringkas isi keseluruhan paragraf di dalam wacana tersebut, dan (4) siswa dapat mengungkapkan kembali isi wacana dengan kata-kata sendiri secara sistematis dan tepat (Suyatmi, 1996: 68).

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan membaca

pemahaman adalah membaca secara detail dengan menekankan pada pengenalan ide

pokok, pemahaman kata, kalimat, pengembangan kosakata, dan juga pemahaman

keseluruhan isi wacana. Selain itu siswa juga diharapkan dapat menceritakan kembali

apa yang telah dibaca serta menjawab pertanyaan berkaitan dengan isi bacaan.

3) Tingkat Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman menurut Hairuddin dkk, (2008) terdiri dari empat

tingkatan yaitu:

a) Pemahaman Literal

Pemahaman terhadap apa yang dikatakan atau disebutkan penulis dalam teks

bacaan. Pemahaman ini diperoleh dengan memahami arti kata, kalimat dan paragraf

dalam konteks bacaan itu seperti apa adanya. Dalam pemahaman literal ini yang

terjadi hanya mengenal dengan mengingat apa yang tertulis dalam bacaan. Untuk

membangun pemahaman literal, pembaca dapat menggunakan kata tanya apa, siapa,

kapan, bagaimana, mengapa.

b) Pemahaman Interpretatif

Membaca interpretatif merupakan kegiatan membaca yang berusaha memahami apa

yang dimaksudkan oleh penulis dalam teks bacaan. Kegiatan ini lebih dalam lagi

Page 19: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

bila dibandingkan dengan membaca literal karena dalam membaca literal pembaca

hanya mengenal apa yang tersurat saja, tetapi dalam membaca interpretatif,

pembaca ingin juga mengetahui apa yang disampaikan penulis secara tersirat.

Menurut Syafi’ie (1999: 36) pemahaman interpretatif harus didahului pemahaman

literal yang aktivitasnya berupa: menarik kesimpulan, membuat generalisasi,

memahami hubungan sebab-akibat, membuat perbandingan-perbandingan,

menemukan hubungan baru antara fakta-fakta yang disebutkan dalam bacaan.

c) Pemahaman Kritis Membaca kritis merupakan membaca yang bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu teks bacaan dengan jalan melibatkan diri sebaik-baiknya ke dalam teks bacaan itu.

d) Pemahaman Kreatif

Membaca kreatif merupakan tingkatan membaca pemahaman pada level yang

paling tinggi. Pembaca dalam level ini harus berpikir kritis dan harus menggunakan

imajinasinya. Dalam membaca kreatif, pembaca memanfaatkan hasil membacanya

untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan emosionalnya. Kemampuan itu

akan bisa memperkaya pengetahuan-pengetahuan, pengalaman dan meningkatkan

ketajaman daya nalarnya sehingga pembaca bisa menghasilkan gagasan-gagasan

baru.

Berdasarkan kajian diatas, membaca pemahaman pada penelitian ini

menekankan pada pemahaman literal yaitu pemahaman terhadap apa yang dikatakan

atau disebut penulis dalam teks bacaan.

4) Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman

Menurut McLaughlin dan Allen (2002) dalam Farida Rahim (2008: 3)

mengemukakan prinsip-prinsip membaca pemahaman adalah:

a) Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial.

Anak-anak terus membangun makna baru pada dasar pengetahuan sebelumnya

yang mereka miliki untuk proses komunikasi (Cox dalam Rahim, 2008: 4). Maksud

dari konsep ini adalah belajar terjadi apabila informasi baru diintregasikan dengan

apa yang telah diketahui sebelumnya. Seorang anak yang mempunyai lebih banyak

pengalaman suatu topik tertentu akan lebih mudah untuk mamahami dan

mempelajari apa yang dibacanya.

Page 20: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

b) Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu

perkembangan pemahaman.

Keseimbangan kemahiraksaraan memberikan kedudukan yang sama antara

membaca dan menulis. Selain itu juga mengenal dimensi afektif dan kognitif

berkaitan dengan tulisan.

c) Guru membaca yang profesional (unggul) mempengaruhi belajar siswa.

Peranan guru dalam proses membaca siswa diantaranya adalah menciptakan

pengalamn yang memperkenalkan dan memperluas kemmapuan siswa dalam

memahami suatu teks. Sehingga guru harus melaksanakan pembelajaran langsung,

memodelkan, membantu, memfasilitasi, dan mengikutsertakan dalam belajar.

d) Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam

proses membaca.

Siswa belajar pentingnya membaca, menulis dan berpikir kritis untuk keefektifan

belajar mandiri. Pembaca yang baik adalah pembaca yang berpartisipasi aktif dalam

proses membaca. Mereka mempunyai tujuan dan menggunkan strategi tertentu

untuk mempermudah membangun makna.

e) Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.

Siswa perlu mengenal teks dengan tingkat kesukaran yang berbeda. Guru harus

memberikan dukungan yang penuh sesuai dengan tingkat kesukaran membaca

tersebut tergantung pada tujuan dan setting pengajaran.

f) Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai

tingkat kelas.

Siswa perlu membaca teks dari tingkat yang berbeda. Apabila tingkat teks akan

digunakan, guru hendaknya memberikan bantuan untuk memperluas dan

meningkatkan kemampuan siswa.

g) Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca.

Kosakata yang dimilki siswa mempengaruhi tingkat pemahaman membaca.

Pengajaran membaca bagi siswa sebaiknya bermakna bagi siswa, mencakup makna

kata dari bacaan dan menetukan suatu strategi untuk menentukan makna kata yang

belum diketahui oleh siswa.

h) Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman.

Keterlibatan pembaca berinteraksi dengan cetakan membangun pemahaman

berdasarkan pada hubungan antara pengetahuan sebelumnya dengan inforamsi yang

baru diterima.

Page 21: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

i) Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan.

Siswa yang mengalami strategi pemahaman langsung dapat meningkatkan

pemahaman teks tentang topik yang baru. Mengaitkan antara keterampilan atau

kemampuan dan strategi bisa membuat siswa lebih mudah memahami pemahaman.

j) Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman.

Menilai kemampuan dan kemajuan siswa sangat penting karena memungkinkan

guru untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajaran.

Selain itu dapat digunkan untuk merencanakan pengajaran yang tepat dan

mengevaluasi keefektifan strategi mengajar.

5) Aspek Membaca Pemahaman

Dalam membaca ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Sejumlah aspek

dalam membaca pemahaman menurut Kamidjan (1996), adalah: (a) mempunyai

kosakata yang banyak, (b) mempunyai kemampuan menafsirkan makna kata, frasa,

kalimat dan wacana, (c) memiliki kemampuan menangkap ide pokok dan ide

penunjang, (d) memiliki kemampuan menangkap garis besar dan rincian, (e) memiliki

kemampuan menangkap urutan peristiwa dalam bacaan (http: wyw1d.wordpress.com).

6) Tahapan Membaca Pemahaman

Dalam kegiatan membaca pemahaman meliputi beberapa tahapan, yaitu: (1)

menentukan tujuan, (2) memilih bahan, (3) menentukan cara penyajian (mengajarkan),

(4) menentukan hal-hal yang akan dilatih (tema), dan (5) evaluasi

(http://one.indoskripsi.com/).

Penentuan tujuan dari membaca pemahaman akan membuat aktivitas

membaca menjadi lebih terarah. Apakah tujuan yang ingin dicapai mencari hiburan,

untuk keperluan studi atau yang lain. Bahan bacaan hendaknya disesuaikan dengan

tujuan membaca. Cara penyajian atau pengajaran dalam membaca pemahaman dapat

menentukan seseorang dalam memahami isi bacaan. Kemudian ditentukan apa yang

akan dicari dari bacaan tersebut, hal ini akan mempermudah dalam memahami bacaan.

Tahap yang terakhir adalah evaluasi, evaluasi ini digunkan untuk mengetahui sejauh

mana pembaca memahami apa yang telah dibaca.

Page 22: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

d. Kemampuan Membaca Pemahaman

Berdasarkan kajian tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

kemampuan membaca pemahaman adalah kesanggupan seseorang untuk menangkap

informasi atau ide-ide yang disampaikan oleh penulis melalui bacaan sehingga ia dapat

menginterpretasikan ide-ide yang ditemukan, baik makna yang tersirat maupun tersurat

dari teks tersebut.

Kemampuan siswa dalam kemampuan membaca pemahaman ditandai dengan:

(1) kemampuan siswa dalam menangkap isi wacana baik tersirat maupun tersurat, (2)

kemampuan menceritakan kembali isi wacana dengan bahasa atau kata-kata sendiri, (3)

kemampuan menemukan pokok pikiran setiap paragraf, (4) kemampuan menemukan ide

atau pengertian pokok wacana.

2. Hakekat Model Pembelajaran Tipe Cooperative Integrated Reading Composition

(CIRC)

a. Model Pembelajaran

1) Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Winataputra dalam Sugiyanto (2008: 7) mengungkapkan bahwa

model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan suatu pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar

dalam membuat rencana dan melakukan kegiatan pembelajaran.

Joyce (Isjoni, 2009: 50) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah

suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pola atau pedoman dalam

merencanakan pembelajaran dalam tutorial dan dalam menentukan suatu perangkat

termasuk buku-buku, film, komputer, kurikulum.

Toeti Sukamto dan Udin Saripudin (Anton Sukarno, 2006:144) menjelaskan

bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dalam

mencapai tujuan belajar dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang,

pembelajar, dan pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.

Page 23: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah suatu rancangan atau prosedur yang sistematis yang dapat

digunakan sebagai panduan dalam merencanakan pembelajaran dengan

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu.

2) Ciri-ciri Model Pembelajaran

Kardi dan Nur (Arief grahadi Jayantio, 2009: 10) menyatakan bahwa model-

model pembelajaran mempunyai ciri-ciri khusus, antara lain:

(a) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pengembangnya.

(b) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar dalam mencapai

tujuan pembelajaran.

(c) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat diterapkan

dengan sukses.

(d) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

3) Hal Yang Diperhatikan Dalam Memilih Model Pembelajaran

Sugiyanto (2008: 8) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang perlu

dipertimbangkan dalam memilih model pembelajaran yaitu: 1) tujuan pembelajaran

2) sifat bahan 3) kondisi siswa 4) ketersediaan sarana prasarana belajar.

Killen (2008: 8) menjelaskan ada beberapa prinsip dalam memilih strategi

pembelajaran yakni: berorientasi pada tujuan, mendorong aktivitas siswa,

memperhatikan aspek individual siswa, mendorong proses interaksi, menantang siswa

dalam berpikir, menimbulkan inspirasi untuk berbuat dan menguji, menimbulkan

proses belajar yang menyenangkan, dan memberikan motivasi siswa dalam belajar.

4) Macam-macam Model Pembelajaran

Joice dan Weil (Anton Sukarno, 2007: 145) membagi model pembelajaran

dalam empat orientasi yaitu: orientasi informasi, orientasi interaksi sosial, orientasi

pribadi, dan orientasi modifikasi tingkah laku.

Sedangkan Sugiyanto (2008: 7) menjelaskan bahwa ada beberapa model

atau strategi pembelajaran dalam mengoptimalkan hasil belajar siswa antara lain:

Page 24: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

(a) Model pembelajaran kontekstual

Merupakan konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk

menghubungkan materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya

dalam kehidupan sehari-harinya.

(b) Model pembelajaran kooperatif

Model kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus

pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan.

(c) Model pembelajaran kuantum

Model ini merupakan ramuan dari berbagai teori pandangan psikologi

kognitif dan pemrograman neurologi yang mengandung konsep-konsep teori otak

kiri/kanan, teori otak truine pilihan modalitas, teori kecerdasan ganda, pendidikan

holistik, belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol, dan

simulasi/permainan.

(d) Model pembelajaran terpadu

Model pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari,

menggali, menemukan konsep serta prinsip secara holistik dengan memadukan

beberapa pokok bahasan.

(e) Model pembelajaran berbasis masalah

Model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran

berbasis masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa belajar

untuk berpikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri.

b. Model Pembelajaran Tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC)

Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) adalah salah satu tipe

model pembelajaran kooperatif yang mengintregasikan antara pengajaran membaca dan

menulis. Tujuan utama dari penggunaan model pembelajaran tipe CIRC adalah

menggunakan tim-tim kooperatif untuk membantu para siswa mempelajari kemampuan

memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas (Slavin, 2008: 203).

Page 25: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif, dalam kelompok 2-6 orang. Sintaksnya adalah membentuk kelompok, guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil diskusi kelompok, dan yang terakhir adalah refleksi dari pembelajaran (http://www.ed.gov/pubs/EPTW/eptw4/eptw4c.html).

“Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) is a comprehensive program for teaching reading and writing/language arts. It has three principle elements: story-related activities, direct instruction in reading comprehension, and integrated language arts/writing. In CIRC, teachers use anthologies basal readers and/or novels, much as they would in traditional reading programs. Students are assigned to teams composed of pairs of students from the same or different reading groups. Students work in pairs on a series of cognitively engaging activities, including reading to each other; predicting how stories will end; summarizing stories to each other; writing responses to stories; and practicing spelling, decoding, and vocabulary. Students work in teams to understand the main idea and master other comprehension skills. During language arts periods, students also write drafts, revise and edit one another's work, and prepare to "publish" their writing” (http://www.ed.gov/pubs).

Jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berarti Cooperative Integrated

Reading Composition (CIRC) adalah suatu program menyeluruh untuk pengajaran

membaca dan seni seni menulis. CIRC mempunyai tiga elemen penting yaitu: aktivitas

terkait dengan cerita, mengarahkan instruksi dalam pengertian pembacaan, dan

mengintegrasikan bahasa secara tertulis. Di dalam CIRC, para guru menggunakan

kumpulan puisi roman atau cerita, seperti/ketika mereka di dalam program pembacaan

tradisional. Para siswa ditugaskan ke regu yang terdiri atas para siswa dari kelompok

pembacaan berbeda atau yang sama. Para siswa bekerja berpasangan pada satu rangkaian

secara teori melibatkan aktivitas, termasuk membacakan untuk satu sama lain,

penggambaran kesimpulan bagaimana cerita akan berakhir, peringkasan cerita ke satu

sama lain, penulisan menjawab cerita, dan praktek mengeja, memecahkan kode, dan

kosakata. Para siswa bekerja di dalam regu untuk memahami gagasan yang utama dan

ketrampilan pemahaman yang lain. Selama periode seni bahasa, para siswa juga menulis

rancangan, meninjau kembali dan mengedit pekerjaan satu sama lain, dan bersiap-siap

untuk " menerbitkan" apa yang mereka mereka tulis.

Page 26: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

Pengembangan model pembelajaran tipe CIRC dilaksanakan untuk mengatasi

permasalahan membaca, menulis dan pembelajaran sastra tradisional. Prinsip

pengembangan model pembelajaran tipe CIRC didasarkan pada beberapa alasan yaitu:

1) Tindak lanjut. Salah satu fokus utama aktivitas CIRC menentukan isi cerita adalah

membuat agar lebih efektif melalui waktu tindak lanjut. Siswa akan termotivasi

bekerja dengan yang lain dengan menggunakan kooperatif reward dimana mereka

mendapat sertifikat atau mereka saling mengenal anggota kelompoknya.

2) Membaca oral. Salah satu tujuan program CIRC adalah untuk meningkatkan

keuntungan siswa membaca dengan suara keras dan mendapat umpan balik dari

kegiatan membacanya dalam kelompok dan dari latihan merespon satu sama lain

dalam membaca.

3) Keterampilan membaca komprehensif. Tujuan utama CIRC adalah menggunakan

kelompok koperatif untuk membantu siswa untuk mengaplikasikan lebih luas

keterampilan membaca komprehensif. Dalam tindak lanjut, siswa bekerja secara

berpasangan untuk mengidentifikasi lima kritikan setiap teks cerita: karakter, seting,

masalah, solusi awal dan solusi akhir.

Salah satu fokus dari kegiatan CIRC sebagai cerita dasar adalah membuat

penggunaan waktu tindak lanjut menjadi lebih efektif. Para siswa yang bekerja di dalam

tim-tim kooperatif dari kegiatan-kegiatan ini, yang dikoordinasikan dengan pengajaran

kelompok membaca supaya dapat memenuhi tujuan dalam bidang lain seperti

pemahaman membaca, kosakata, dan membuat kesimpulan.

CIRC terdiri dari 3 prinsip elemen yaitu: aktivitas mencari hubungan dasar,

pembelajaran langsung dalam membaca komprehensif serta bahasa sastra dan menulis

terpadu. Sonia Casal menyatakan bahwa “Key features of CIRC are heteregenous groups

with different reading to each other, predicting, spelling and

vocabulary“(http://gretajournal.com/wordpress/wp). Apabila diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia ialah: kunci utama CIRC adalah kelompok dengan golongan yang

heterogen yang saling membacakan satu sama lain, meramalkan, mengeja dan kosa kata.

Slavin (2010: 31) menyatakan bahwa:

“All but one of the cooperative learning studies evaluated Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC), which involves students in well-structured

Page 27: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

cooperative groups within they help each other master and aply metacognitive learning strategis. CIRC was the basic for middle school reading programs called Student Team Reading and The Reading Edge”.

Menurut pendapat Slavin diatas salah satu dari evaluasi pembelajaran kooperatif adalah

Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) yang melibatkan para siswa dalam

susunan yang baik, yang mana mereka saling membantu satu sama lain dan menerapakan

strategi pembelajaran metakognitif. CIRC adalah adalah dasar untuk program membaca

sekolah tingkat menengah yang disebut dengan Kelompok Membaca Siswa dan

Membaca Tepi.

Komponen utama CIRC menurut Slavin (2008: 205) terdiri dari:

1) Kelompok membaca. Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 2 - 4

orang siswa sesuai dengan tingkat kemampuan membacanya.

2) Tim. Siswa disusun berpasangan (atau berempat) di dalam kelompok, kemudian saling

berinteraksi dengan kelompok serta saling membantu antara kelompok tinggi dan

kelompok rendah.

3) Kegiatan yang berhubungan dengan cerita. Dalam hal ini siswa menggunakan novel.

Urutan aktivitas ini meliputi: partner reading (saling koreksi), tata bahasa cerita dan

menulis hubungan cerita, mencari kata-kata sulit, makna kata, rangkuman cerita dan

pengejaan.

4) Pemeriksaan tugas bersama teman sejawat.

5) Tes. Setelah akhir kegiatan siswa diberi tes pemahaman terhadap cerita yang telah

dibaca. Pada tes ini siswa bekerja secara individu.

6) Pembelajaran langsung di dalam membaca komprehensif.

7) Seni berbahasa dan menulis terintregasi. Setelah membaca siswa dapat menuangkanya

ke dalam bentuk tulisan.

8) Membaca mandiri dan buku laporan. Para siswa diminta membaca buku di rumah dan

keesokan harinya membuat laporan tentang apa yang dibacanya. Membaca mandiri

dan buku laporan ini sebagai salah satu pengaganti pekerjaan rumah.

Kegiatan model pembelajaran tipe CIRC tidak berbeda dengan kegiatan belajar

model pembelajaran kooperatif sebelumnya, seperti tahap-tahap pembelajaran yang

Page 28: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

terdapat pada model Investigasi Kelompok. Tahap pembelajaranya adalah sebagai

berikut:

Tahap 1: Mengidentifikasi Topik dan Mengorganisasikan ke dalam masing-masing

kelompok kerja.

Siswa membaca cepat berbagai sumber, mengajukan topik dan

mengkategorikan saran-saran. Siswa bergabung dalam kelompok yang sedang

mempelajari topik yang mereka pilih. Komposisi kelompok didasarkan pada

minat dan bersifat heterogen. Guru membantu dalam mengumpulkan

informasi dan memfasilitasi organisasi.

Tahap 2: Merencanakan Kegiatan Kelompok

Siswa membuat perencanaan bersama: Apa yang akan kita kaji? Bagaimana

kita mengkaji? Siapa yang melakukannya? (pembagian kerja) dan Apa tujuan

atau maksud kita menyelidiki topik ini?

Tahap 3: Melaksanakan Pembelajaran

Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data-data dan mencapai

kesimpulan. Masing-masing anggota kelompok berkontribusi terhadap usaha

kelompok. Siswa saling menukarkan, mendiskusikan, menjelaskan dan

mensistesiskan gagasan-gagasan.

Tahap 4: Mempersiapkan Laporan Akhir

Para anggota kelompok menentukan hal-hal yang sangat penting dari pesan

pembelajaran yang telah dipelajari.

Para anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan

bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.

Para wakil kelompok membentuk steering committee untuk

mengkoordinasikan rencana-rancana untuk presentasi.

Tahap 5: Menyajikan Laporan Akhir

Presentasi dilakukan terhadap seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.

Presentasi harus melibatkan khalayak(audience) secara aktif.

Khalayak mengevaluasi kejelasan dan daya tarik presentasi menurut kriteria-

kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh kelas.

Tahap 6: Evaluasi

Page 29: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

Siswa saling tukar umpan balik tentang topik, tentang hasil bacaan, dan

tentang pengalaman-pengalaman afektif mereka tentang bacaan tersebut.

Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran yang telah

berlangsung.

Dalam penilaian siswa mendapatkan nilai pribadi dan nilai kelompok. Mereka

saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk tes dan kemudian masing-masing

mengerjakan tes sendiri dan menilai nilai pribadi ( Lie, 2010: 88).

Sedangkan menurut Agus Supriyono (2009: 45) langkah pembelajaran dengan

model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) adalah

sebagai berikut:

1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen

2) Guru memberikan wacana / kliping sesuai dengan topik pembelajaran

3) Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi

tanggapan terhadap wacana/ kliping dan ditulis pada lembar kertas

4) Mempresentasikan / membacakan hasil kelompok

5) Guru membuat kesimpulan bersama

6) Penutup

c.Langkah-langkah Penggunaan Model Pembelajaran Tipe Cooperative Integrated

Reading Composition (CIRC) dalam Membaca Pemahaman

Langkah kegiatan CIRC dalam pembelajaran membaca pemahaman adalah

sebagai berikut:

1) Guru menerangkan secara singkat mengenai pembelajaran membaca pemahaman.

2) Guru menyampaikan judul teks bacaan sesuai topik pembelajaran

3) Siswa memprediksi awal mengenai cerita.

4) Guru membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok secara heterogen

5) Guru membagikan teks cerita

6) Guru menginformasikan kepada tiap kelompok mengenai langkah pembelajaran

CIRC yang akan dilaksanakan.

Page 30: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

7) Setiap kelompok ada yang membacakan untuk kelompoknya bacaan yang telah

dibagikan

8) Seiap kelompok membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan teks bacaan seperti

ide pokok, pikiran utama dan lain-lain yang berkaitan dengan teks.

Kemmudian mereka menuliskan hasilnya secara tertulis pada kertas.

9) Guru berkeliling mengawasi kerja kelompok.

10) Secara bergiliran, wakil dari setiap kelompok membacakan hasil diskusinya di depan

kelas

11) Kelompok yang lain memberikan tanggapan dan guru memberikan umpan balik serta

atas materi yang telah dipresentasikan siswa secara singkat.

12) Guru memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria

penghargaan terhadap kelompok yang berhasil dengan baik.

13) Pada akhir kegiatan guru bisa memberikan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman

siswa.

B. Penelitian Relevan

Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah:

a. Penelitian yang dilakukan Suwarto, Tesis UNS “Upaya Meningkatkan Kemampuan

Membaca dan Menulis Permulaan Dengan Metode Kooperatif Intregasi Membaca

dan Komposisi (CIRC)” (PTK pada Siswa Kelas I SD Negeri Eromoko Kecamatan

Eromoko Kabupaten Wonogiri).

Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penggunaan metode Kooperatif

Intregasi Membaca Komposisi (CIRC) dapat meningkatkan proses pembelajaran

membaca menulis permulaan, baik pada siswa maupun guru.. Hal ini dapat dilihat

dari ketuntasan pembelajaran pada siklus I sebanyak 53,38%, siklus II sebanyak

71,43%, dan siklus III sebanyak 100%.

b. Penelitian oleh Siti Khuzaimatun, Skripsi FKIP UNS 2009. Upaya Meningkatkan

Kemampuan Membaca Pemahaman Dengan Metode SQ3R Pada Siswa Kelas X.3

SMA Negeri 1 Sumberlawang. Berdasarkan hasil penelitian terjadi peningkatan

kemampuan membaca pemahaman pada siklus I 32,5%, siklus II 60%, dan siklus III

87,5%.

Page 31: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

C. Kerangka Berfikir

Pada kondisi awal terdapat beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam

memahami apa yang telah dibaca, yaitu pada saat membaca pemahaman. Hal ini terjadi

karena dirasa guru kurang inovatif dalam melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu

diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan

membaca pemahaman siswa. Diantara berbagai tipe model pembelajaran, model

pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) adalah suatu tipe

model pembelajaran yang diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan

membaca pemahaman pada siswa. Melalui model pembelajaran tipe Cooperative

Integrated Reading Composition (CIRC) dapat membawa siswa menjadi lebih tertarik

dan berminat untuk belajar membaca pemahaman. Dan melalui model pembelajaran tipe

CIRC ini diharapkan pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa dan akhirnya

kemampuan membaca pemahaman pun akan meningkat.

Gambar 1: Bagan Kerangka Berfikir

Guru belum menggunakan model pembelajaran tipe

CIRC

Dalam pembelajaran guru menggunakan model

pembelajaran tipe CIRC

Penggunaan model pembelajaran tipe CIRC

dapat meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Kondisi Awal

Tindakan

Kondisi Akhir

Kemampuan membaca

pemahaman masih rendah

Page 32: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

D. Hipotesis

Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :

Penggunaan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition

(CIRC) dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD

Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010.

Page 33: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten

Boyolali. Alasan yang mendasari penelitian dilaksanakan di SD Negeri Beji, yaitu:

a. Pembelajaran dengan CIRC belum pernah diteliti di SD Negeri Beji

b. Penghematan waktu dan biaya, karena lokasi penelitian dekat dengan tempat tinggal

peneliti.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai tahap persiapan hingga pelaporan hasil pengembangan akan

dilakukan selama 6 bulan, yakni mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Juni 2010.

Tahap perencanaan dilaksanakan bulan Januari dan tahap pelaksanaan dimulai bulan

Maret, dengan jadwal pada tabel:

Tabel 1 : Jadwal Kegiatan Penelitian

No Jenis Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni

1 Penyusunan proposal

XXX

2 Seminar proposal

X

3 Perbaikan proposal

XX

4 Perizinan XX

5 Penyusunan RPP

X

6 Pelaksanaan penelitian

XXX

7 Anlisis data XX

8 Penyusunan hasil laporan

XX

Page 34: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

9 Revisi hasil laporan dan ujian

XX

10 Penggandaan, pengiriman laporan

XX

Adapun rincian pelaksanaan tindakan siklus I sampai siklus III dilakukan

sebagai berikut:

a. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 15 sampai dengan 17 April 2010.

b. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 20 sampai dengan 22 April 2010.

c. Siklus III dilaksanakan pada tanggal 23 sampai dengan 25 April 2010.

B. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri

Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali yang berjumlah 30 siswa. Dengan rincian

siswa laki-laki 20 siswa dan siswa perempuan 10 siswa.

C. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas dengan bentuk metode

yang digunakan adalah deskriftif kualitatif. Karena data yang dipergunakan adalah

data yang diperoleh dan dikumpulkan langsung tercatat dari kegiatan lapangan.

2. Strategi Penelitian

Strategi yang dipilih dalam penelitian ini adalah strategi tindakan kelas model spiral

Kemmis dan Taggart dalam Rochiati (2009: 66). Setiap siklus ditempuh melalui empat

fase yaitu: perencanaan (plan), tindakan (act), observasi (observe), dan refleksi

(reflect).

Perencanaan

Tindakan Refleksi

Page 35: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

Gambar 2: Model strategi penelitian

C. Sumber Data

Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam

penelitian ini diperoleh dari data kualitatif. Informasi data ini akan digali dari berbagai

macam sumber data. Adapun sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini

antara lain:

1. Informasi data dari nara sumber yaitu guru dan siswa kelas V SD Negeri Beji.

2. Arsip nilai ulangan siswa

3. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe

Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC)

D.Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang dipergunakan adalah:

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk memantau proses dan dampak pembelajaran yang

diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan efisien.

Observasi dipusatkan pada proses dan hasil tindakan pembelajaran beserta peristiwa-

Observasi

Observasi

Refleksi Perencanaan

Ulang

Tindakan

Page 36: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

peristiwa yang melingkupinya. Dilihat dari jenis pelaksanaanya obsevasi dibedakan

menjadi empat yaitu: (1) observasi terbuka yaitu tidak menggunakan lembar observasi

melainkan hanya kertas kosong untuk merekam apa yang diamati, (2) observasi terfokus

yaitu observasi yang secara khusus ditujukan untuk ,mengamati aspek-aspek tertentu dari

pembelajaran, (3) observasi terstuktur, dan (4) observasi sistematik yang lebih rinci dari

observasi terstruktur dalam kategori dat yang diamati. Langkah-langkah observasi

meliputi perencanaan, pelaksanaan observasi kelas dan pembahasan balikan (Wardani

dan Kuswaya, 2008: 2.26). Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengamati

kegiatan yang dilakukan guru dan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman,

sebelum tindakan maupun setelah tindakan yang sedang berlangsung di kelas. Melalui

observasi ini diharapkan gejala ketidakberhasilan maupun kekeliruan dalam perencanaan

tindakan dapat diketahui lebih awal sehingga dapat dilakukan perbaikan atau modifikasi

perencanaan tindakan sebelum berjalan lebih lanjut.

2. Tes

Tes adalah suatu alat yang digunakan oleh pengajar untuk memperoleh

informasi tentang keberhasilan peserta didik dalam memahami suatu materi yang telah

diberikan oleh pengajar (Iskandarwassid 2008: 180). Tes ini dilakukan untuk mengetahui

kemampuan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam membaca

pemahaman. Dengan diketahui hasil tes ini maka peneliti dapat merencanakan kegiatan

yang akan dilakukan agar dapat memperbaiki proses pembelajaran. Selain itu tes

digunakan untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan pelaksanaan tindakan

berupa tes kemampuan membaca pemahaman.

3. Wawancara

Wawancara adalah percakapan tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu

pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan yang diwawancarai (yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu) Moloeng dalam Slamet dan Suwarto (2007: 34). Wawancara

dapat dilakukan untuk mengungkapkan pendapat siswa tentang pembelajaran. Dalam hal

ini wawancara dapat terjadi antara guru dan siswa, pengamat dan siswa, serta siswa dan

siswa. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada guru kelas V dan siswa kelas V

SD Negeri Beji untuk mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan dan

kemampuan membaca pemahaman sebelum pembelajaran dengan penerapan model

pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC).

4. Metode Dokumentasi

Digunakan untuk memperoleh data-data yang diperlukan. Dokumen merupakan

bahan tertulis atau film yang digunakan sebagai sumber data. Dokumentasi yang

Page 37: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

digunakan dapat berupa nama responden penelitian dan dokumen lain yang diperlukan,

misalnya hasil pekerjaan siswa, daftar nilai, foto pembelajaran dan lain-lain.

E.Validitas Data

Di dalam suatu penelitian diperlukan adanya validitas data, maksudnya adalah

semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur

atau diteliti. Di dalam penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakan triangulasi

data dan triangulasi metode.

Adapun yang dimaksud ketiga hal tersebut adalah:

1. Validitas isi adalah validitas yang berhubungan dengan kemampuan instrumen untuk

menggambarkan atau melukiskan secara tepat domain perilaku yang akan diukur.

Dalam penelitian ini untuk mengukur kemampuan membaca pemhaman siswa kelas

V SD Negeri Beji digunakan instrumen tes yang sesuai dengan materi membaca

pemahaman yang harus dikuasai siswa.

2. Trianggulasi data

Trianggulasi data atau yang sering disebut trianggulasi sumber adalah data atau

informasi yang diperoleh selalu dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi

lain, baik dari segi koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda. Dalam

mengumpulkan data, peneliti wajib menggunakan beragam sumber data yang

tersedia. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenaranya bila

digali dari beberapa sumber data yang berbeda (Slamet dan Suwarto 2007: 54).

Dalam penelitian ini dicapai dengan cara data hasil wawancara dengan siswa dan

guru kelas V SD Negeri SD Negeri Beji serta membandingkan data hasil evaluasi

kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V sebelum tindakan dengan data hasil

evaluasi kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V setelah dilakukan tindakan.

3. Trianggulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis

dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Dalam trianggulasi

metode ini yang ditekankan adalah penggunaan teknik atau metode pengumpulan data

yang berbeda dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data

yang sama untuk menguji kemantapan informasinya (Slamet dan Suwarto 2008: 54).

Peneliti bisa menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi

Page 38: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

kemudian dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan

hasilnya diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik

dokumentasi pada pelaku kegiatan. Dari data yang diperoleh dari yang diperoleh

lewat beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya

dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya. Dalam

penelitian ini dicapai dengan cara membandingkan data hasil observasi kegiatan

pembelajaran siswa kelas V SD Negeri Beji dengan data hasil wawancara dengan

siswa dan guru kelas V SD Negeri Beji serta membandingkan data hasil evaluasi

kemampuan membaca siswa kelas V SD Negeri Beji.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif interaktif. Tahapan yang terdapat pada analisis interaktif yaitu reduksi data,

sajian data dan penarikan kesimpulan. Adapun yang dimaksud dengan ketiga hal tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data

Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi. Reduksi

data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan dan

pengabstraksian data mentah menjadi informan yang bermakna. Reduksi data

merupakan suatu bentuk analisis yang menajmakan, menggolongkan, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengn cara sedemikian rupa

sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Sajian data

Setelah data direduksi langkah selanjutnya yaitu diadakan penyajian data.

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan

adnya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data adalah proses

penampilan data secara sederhana dalam bentuk paparan naratif, representatasi

tabular termasuk format matriks, representasi grafis, dan sebagainya.

3. Penyimpulan

Data-data dari hasil penelitian setelah direduksi, disajikan langkah terakhir

adalah kesimpulan. Penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dan sajian data

Page 39: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

yang telah terorganisasi tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan/ atau formula

yang singkat dan padat, tetapi mengandung pengertian yang luas.

E. Indikator Kinerja

Rumusan kinerja penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan kemampuan

membaca pemahaman siswa, yaitu memperoleh nilai minimal 60 (KKM). Penelitian

tindakan kelas ini berhasil jika 75% siswa mendapatkan nilai ≥ 60.

H. Prosedur Penelitian

Dalam pelaksanaan PTK ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk

siklus yang tercakup empat kegiatan, yaitu rencana, tindakan, observasi, evaluasi, dan

refleksi. Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran yang dalam satu

siklus ada 2 kali pertemuan yang masing-masing pertemuan 2 x 35 menit.

1. Rancangan Siklus I

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Adapun langkah yang dilakukan pada tahap perencanaan tindakan ini adalah:

1) Merencanakan pembelajaran CIRC yang akan diterapkan dalam pembelajaran.

2) Menyusun rencana pembelajaran untuk pembelajaran membaca pemahaman

3) Membuat media dan menentukan sumber belajar yang akan digunakan

4) Membuat format observasi dan penilaian yang akan digunakan

5) Menyusun tes yang akan diberikan kepada siswa

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1) Guru menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe CIRC yang telah

direncanakan pada pembelajaran membaca pemahaman. Dengan langkah-langkah

pembelajaranya sebagai berikut:

Kegiatan Awal

(a) Apersepsi berkaitan dengan materi yang akan dipelajari

(b) Motivasi, menginformasikan manfaat rajin membaca

(c) Tujuan, menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai secara sederhana

kepada siswa

Inti Pembelajaran

Page 40: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

(a) Guru menjelaskan secara singkat mengenai membaca pemahaman

(b) Guru membagikan teks bacaan kepada siswa

(c) Guru membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok secara heterogen

(d) Guru menginformasikan kepada tiap kelompok mengenai langkah pembelajaran

CIRC yang akan dilaksanakan.

(e) Setiap kelompok ada yang membacakan untuk kelompoknya bacaan yang telah

dibagikan

(f) Setiap kelompok membahas tentang hal-hal atau isi yang berkaitan dan

terkandung dalam teks bacaan

(g) Secara bergiliran, wakil dari setiap kelompok membacakan hasil diskusinya di

depan kelas

(h) Kelompok yang lain memberikan tanggapan dan guru memberikan umpan balik

serta atas materi yang telah dipresentasikan siswa secara singkat.

(i) Guru memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria

penghargaan terhadap kelompok yang berhasil dengan baik.

(j) Siswa mengerjakan tes evaluasi untuk mengetahui tingkat membaca pemahaman

siswa.

Kegiatan Akhir

(a) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang terjadi.

(b) Guru melakukan refleksi pada siswa bahwa membaca dengan model

pembelajaran tipe CIRC membuat siswa lebih mudah memahami bacaan.

(c) Guru menugasi siswa di rumah melakukan latihan membaca pemahaman

Dalam siklus pertama ini pada pertemuan pertama dilaksanakan dengan

materi mengidentifikasi isi cerita. Pada pertemuan kedua dengan materi menceritakan

isi cerita yang telah dibaca.

2) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan model pembelajaran tipe CIRC.

3) Memantau perkembangan kemampuan membaca pemahaman pada anak.

c. Tahap Observasi

Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas

guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah

disiapkan peneliti.Selain itu, untuk memperoleh data yang akurat, peneliti juga

Page 41: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

melakukan angket para siswa mengenai poin-poin tertentu yang dirasa perlu diberikan

pada siswa untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.

d. Tahap Refleksi

Dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa dan hasil observasi.

Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran.

Berdasarkan hasil analisis tersebut akan diperoleh kesimpulan fase mana yang perlu

diperbaiki atau disempurnakan dan fase mana yang telah memenuhi target. Kualitas

proses pembelajaran dinyatakan mengalami perbaikan apabila capaian pada indikator

keberhasilan yang telah ditetapkan tidak atau kurang sesuai dengan target.

2. Rancangan Siklus II

Pada siklus kedua dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus pertama. Pada

siklus ini perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai pada tindakan

dalam siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan materi pembelajaran

membaca pemahaman. Tahap pada siklus kedua ini adalah:

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:

1) Mengidentifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan

masalah.

2) Merencanakan pembelajaran CIRC yang akan diterapkan dalam pembelajaran.

3) Menyusun rencana pembelajaran untuk pembelajaran membaca pemahaman

4) Menentukan sumber belajar yang akan digunakan

5) Membuat format observasi dan penilaian yang akan digunakan

6) Menyusun tes yang akan diberikan kepada siswa

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1) Melaksanakan tidakan sesuai dengan perencanaan yang telah direncanakan

berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.

2) Guru menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe CIRC yang telah

direncanakan pada pembelajaran membaca pemahaman.

3) Memantau perkembangan kemampuan membaca pemahaman siswa

c.Tahap Observasi

Page 42: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas

guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah

disiapkan peneliti. Selain itu, untuk memperoleh data yang akurat, peneliti juga

melakukan angket para siswa mengenai poin-poin tertentu yang dirasa perlu diberikan

pada siswa untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.

d. Tahap Refleksi

Dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa, hasil observasi serta

angket. Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran.

Berdasarkan hasil analisis tersebut akan diperoleh kesimpulan fase mana yang perlu

diperbaiki atau disempurnakan dan fase mana yang telah memenuhi target. Kualitas

proses pembelajaran dinyatakan mengalami perbaikan apabila capaian pada indikator

keberhasilan yang telah ditetapkan tidak atau kurang sesuai dengan target.

3. Rancangan Siklus III

Pada siklus ketiga ini perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah

dicapai pada tindakan dalam siklus II sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan

materi pembelajaran membaca pemahaman. Tahap pada siklus kedua ini adalah:

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:

1) Mengidentifikasi masalah pada siklus II dan menetapkan alternatif pemecahan

masalah.

2) Merencanakan pembelajaran CIRC yang akan diterapkan dalam pembelajaran.

3) Menyusun rencana pembelajaran untuk pembelajaran membaca pemahaman

4) Membuat media dan menentukan sumber belajar yang akan digunakan

5) Membuat format observasi dan penilaian yang akan digunakan

6) Menyusun tes yang akan diberikan kepada siswa

b. Tahap pelaksanaan Tindakan

1) Melaksanakan sesuai sesuai dengan rencana perbaikan yang telah direncanakan

berdasarkan hasil refleksi pada siklus II

2) Guru menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe CIRC yang telah

direncanakan pada pembelajaran membaca pemahaman.

Page 43: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

3) Memantau perkembangan kemampuan membaca pemahaman siswa

c. Tahap Observasi

Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas

guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah

disiapkan peneliti. Selain itu, untuk memperoleh data yang akurat, peneliti juga

melakukan angket para siswa mengenai poin-poin tertentu yang dirasa perlu diberikan

pada siswa untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.

d. Tahap Refleksi

Dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa, hasil observasi

serta angket. Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan hasil

pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tersebut akan diperoleh kesimpulan fase mana

yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan fase mana yang telah memenuhi target.

Kualitas proses pembelajaran dinyatakan mengalami perbaikan apabila capaian pada

indikator keberhasilan yang telah ditetapkan tidak atau kurang sesuai dengan target.

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Pelaksanaan

Perencanaan Observasi

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan Observasi

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan Observasi

Page 44: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

Gambar 3. Bagan siklus pelaksanaan tindakan

Refleksi

Page 45: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1.Tinjaun Historis Sekolah Dasar Negeri Beji

Sekolah Dasar Negeri Beji kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Propinsi

Jawa Tengah berdiri pada tahun 1951 ijin operasional penggunaannya dikeluarkan oleh

Kepala Jawatan Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah dengan surat

keputusan No. SR/ KEP/ PPK 61621, tanggal 1 Januari 1951. Sejak berdiri status SDN

Beji adalah Sekolah Dasar Negeri dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS)

10.10.30916007. Saat ini SDN Beji merupakan salah satu SD di gugus Sudirman Cabang

Dinas Pendidikan dan Olahraga Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

Sejak awal berdirinya SD ini yakni tahun 1951 sampai sekarang telah mengalami

beberapa pergantian Kepala Sekolah. Kepala yang menjabat saat ini adalah Bapak

Suwarno Ama. Pd. Pergantian Kepala Sekolah dilakukan melalui prosedur yang benar

sesuai dengan peraturan yang ada. SD Negeri Beji telah terakreditasi dengan nilai B. Hal

ini mendorong pihak sekolah untuk berusaha dalam meningkatkan kinerja dalam rangka

mencapai tujuan pembelajaran yang telah diharapkan.

2.Letak Goegrafi Sekolah Dasar Negeri Beji

Secara geografis, letak SD Negeri Beji berada di desa Beji, kecamatan Andong,

kabupaten Boyolali. SD Negeri Beji berada di antara pemukiman penduduk dekat dengan

komplek Balai Desa Beji. Lokasinya sangat strategis tidak jauh dari pusat kecamatan dan

berada di lintasan jalur utama antar desa, sehingga memberikan banyak keuntungan bagi

SD ini, diantaranya adalah memberikan kemudahan bagi sekolah dalam melaksanakan

tugas kedinasan dan tersedia berbagai sumber belajar yang dapat digunakan secara

langsung untuk proses pembelajaran sehingga menarik minat siswa untuk belajar.

3.Keadaan Personil Sekolah Dasar Negeri Beji

SD Negeri Beji kecamatan Andong kabupaten Boyolali pada tahun 2009/ 2010

dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah dan memiliki 7 guru yang telah berstatus Pegawai

Page 46: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

Negeri Sipil (PNS) dan 1 orang tenaga pengajar dan 1 pegawai perpustakaan yang masih

Wiyata Bakti. Semua personel telah melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik

sesuai dengan tanggungjawabnya. Dengan jumlah guru yang memadai maka proses

belajar mengajar juga dapat berjalan dengan lancar. Dengan kelancaran proses

pembelajaran tersebut seharusnya para siswa SD Beji dapat meraih prestasi yang baik

baik secara akademik maupun non akademik. Bukan hanya guru dan Kepala sekolah

yang bertanggungjawab dalam membimbing siswa namun peran orang tua dan

masyarakat juga sangat penting. Hal ini telah diwujudkan di SD Negeri Beji dalam wadah

Paguyuban Orang Tua Siswa dan Komite sekolah. Keberhasilan pendidikan siswa

merupakan tanggungjawab bersama sehingga harus ada kerjasama yang baik dari semua

pihak.

4.Keadaan sarana dan Prasarana Sekolah Dasar Negeri Beji

Bangunan gedung SDN Beji berdiri di atas tanah seluas 2400 meter persegi,

dengan luas bangunan 695 meter persegi. Bangunan yang ada adalah 6 ruang kelas, 1

gudang, 1 rumah dinas, 1 kantin sekolah, 1 ruang guru dan Kepala Sekolah, UKS,

perpustakaan, ruang olahraga, dapur dan 5 kamar mandi atau toilet. Selain mempunyai

beberapa ruangan, SDN Beji juga mempunyai halaman yang sangat luas yang biasanya

digunakan untuk pembelajaran olahraga, upacara dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler

yang diadakan oleh sekolah serta tempat bermain bagi para siswa ketika jam istirahat.

Taman sekolah juga tertata secara rapi sehingga memberikan suasana nyaman bagi para

siswa dalam mengikuti pembelajaran ketika di luar ruangan.

5.Keadaan Siswa Sekolah Dasar Negeri Beji

Jumlah seluruh siswa di SDN Beji pada tahun 2009/2010 adalah 181 siswa yang

terdiri dari 94 siswa laki-laki dan 87 siswa perempuan. Siswa terbagi dalam 6 kelas

yakni kelas I sebanyak 31 siswa, kelas II sebanyak 31 siswa, kelas III sebanyak 32 siswa,

kelas IV sebanyak 29 siswa, kelas V sebanyak 30 siswa dan kelas VI sebanyak 28 siswa.

Siswa berasal dari berbagai latar belakang sosial yang berbeda-beda. Sebagian besar

orang tua siswa bekerja sebagai petani dan buruh yang pendidikannya masih terhitung

rendah.

Berdasarkan data yang ada bahwa rata-rata pendidikan orang tua siswa masih

rendah maka pihak sekolah terdorong untuk memberikan pendidikan dan pengajaran

Page 47: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

semaksimal mungkin karena orang tua siswa kurang begitu memperhatikan

perkembangan anaknya dalam belajar. Sebagian dari mereka hanya menyerahkan

pendidikan anak-anaknya pada pihak sekolah. Hal ini dapat membuat terhambatnya

perkembangan prestasi siswa terutama dalam kebiasaan membaca. Siswa-siswa banyak

menemui kesulitan karena mereka menganggap bahwa membaca itu membosankan dan

membuat siswa menjadi mengantuk. Keadaan seperti ini terjadi pada siswa kelas V SDN

Beji pada materi membaca pemahaman.

B. Deskripsi Sebelum Tindakan

Dalam kondisi awal atau sebelum diadakanya tindakan, metode yang digunakan

guru dalam pembelajaran membaca pemahaman yaitu dengan menggunakan metode

konvensional. Dalam metode ini, guru menyuruh siswa membuka buku yang akan dibaca

pada halaman tertentu, kemudian siswa disuruh membaca sendiri dan langsung

mengerjakan soal yang berkaitan dengan bacaan tanpa adanya pembahasan isi bacaan.

Peneliti menemukan banyak siswa yang kesulitan memahami isi bacaan,

terutama jika disuruh menceritakan kembali isi cerita. Kesulitan siswa dalam memahami

isi bacaan menyebabkan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman masih rendah.

Kesulitan siswa terlihat pada saat menjawab pertanyaan berkaitan isi bacaan dan

menceritakan kembali isi cerita banyak yang masih keliru.

Siswa masih menemui kesulitan karena guru belum mengupayakan metode

pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca

pemahaman, sehingga kemampuan membaca pemahaman siswa masih rendah Selain itu

kurangnya kosakata yang dimilki siswa membuat siswa kesulitan memahami atau

menafsirkan isi bacaan. Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya 14 siswa atau sekitar

46,67% siswa yang nilainya belum dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

yaitu 60. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka peneliti mengadakan penelitian di kelas

V dengan menerapkan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading

Composition (CIRC) yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca

pemahaman.

Agar lebih jelas maka kondisi awal hasil belajar membaca pemahaman dapat

dilihat dari tabel dan grafik di bawah ini:

Page 48: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

Tabel 2. Nilai Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Beji Sebelum Dilakukan Tindakan

Tabel 3. Data Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SDN Beji Pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan

No. Interval Frekuensi % Kategori

1 10-21 5 16.6 Kurang sekali

2 22-33 2 6.6 Kurang

No. Subyek

Nilai No. Subyek

Nilai

1 40 16 70

2 10 17 70

3 20 18 70

4 20 19 80

5 60 20 60

6 50 21 50

7 60 22 30

8 80 23 30

9 70 24 80

10 70 25 50

11 70 26 50

12 20 27 80

13 80 28 70

14 60 29 20

15 50 30 50

Page 49: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

3 34-46 1 3.3 Hampir cukup

4 47-58 6 20 Cukup

5 59-70 11 36.6 Lebih dari cukup

6 71-82 5 16.6 Baik

Jumlah 30 100

Dari tabel nilai membaca pemahaman pada siswa kelas V SD Negeri Beji

sebelum diadakan tindakan melalui penerapan model pembelajaran tipe CIRC, dapat

disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

0

2

4

6

8

10

12

Nilai Membaca Pemahaman

Jum

lah

Sis

wa

10,0-21

22-33

34-46

47-58

59-70

71-82

Gambar 4. Grafik Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Beji Sebelum Dilakukan Tindakan

C. Deskripsi Tindakan

Dalam deskripsi tindakan ini dibahas mengenai beberapa hal yaitu siklus I,

siklus II, dan siklus III

1. Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 15-17 April 2010 yang diikuti oleh siswa

kelas V sebanyak 30 siswa. Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh seorang observer

Page 50: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

yaitu guru kelas V yang bernama Martani. Adapun kegiatan siklus I ini adalah sebagai

berikut:

a. Perencanaan

Berdasarkan informasi yang diperoleh sebagai data awal siswa sebagai subyek

penelitian sebanyak 14 siswa dari 30 siswa mendapatkan nilai membaca pemahaman

dibawah 60 sehingga belum mencapai ketuntasan minimal yang ditetapkan guru yaitu 60.

Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan guru kemampuan membaca pemahaman

siswa masih rendah. Oleh karena itu perlu diadakan pembelajaran dengan model

pembelajaran tipe CIRC untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca

pemahaman.

Pada tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan beberapa hal antara lain:

1) Mengidentifikasi masalah belajar siswa terutama dalam proses pembelajaran membaca

pemahaman.

2) Mengkaji materi pembelajaran membaca kelas V semester II dengan indikator:

menjawab pertanyaan berdasarkan teks bacaan dan menjelaskan kembali isi teks yang

telah dibacanya.

3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

4) Merancang pelaksanaan kegiatan serta mempersiapkan sarana dan prasarana yang

digunakan untuk pembelajaran membaca pemahaman yang berupa: menyiapkan buku

teks, menyiapkan tes formatif untuk penilaian hasil belajar. Dalam merancang

kegiatan berkoordinasi dengan guru kelas V sebagai observer.

5) Menyiapkan lembar observasi dan penilaian yang akan digunakan dalam pembelajaran

membaca pemahaman.

b. Pelaksanaan

Setelah rencana tindakan dibuat, peneliti segera melakukan tindakan penelitian

dengan melakukan proses pembelajaran bahasa Indonesia membaca pemahaman sesuai

dengan tahapan model pembelajaran tipe CIRC untuk meningkatkan kemampuan dan

hasil belajar siswa.

1) Pertemuan pertama

Page 51: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

Pada pertemuan pertama, pelajaran membaca yang diajarkan yaitu membaca

cerita anak dengan indikator dapat menjawab pertanyaan berdasarkan teks bacaan.

Sebagai kegiatan awal guru mengkondisikan kelas dan melakukan apersepsi.

Pada kegiatan inti guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok, setiap

kelompok beranggotakan 4 siswa dan ada 2 kelompok yang anggotanya 5 siswa. Guru

membagikan media teks bacaan dengan judul ”Burung yang Malang”. Guru menjelaskan

langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran tipe CIRC. Guru meminta

satu dari setiap anggota kelompok untuk membacakan teks bacaan di dalam

kelompoknya. Sedangkan anggota kelompok yang lain menyimak.

Setelah itu, setiap kelompok diminta mengidentifikasikan isi cerita, mulai dari

tokoh, tempat terjadinya cerita, dan jenis cerita. Setelah berdiskusi, perwakilan setiap

kelompok diminta maju ke depan untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru

memberikan penghargaan kepada kelompok yang hasilnya paling baik berupa tepuk

tangan bersama dan bendera kertas. Siswa mengerjakan evaluasi secara individu untuk

mengetahui tingkat pemahaman siswa.

Sebagai kegiatan akhir guru memberikan penguatan materi dan membuat

kesimpulan bersama dengan siswa.

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan kedua guru memberikan pembelajaran dengan materi yang

sama namun indikatornya berbeda. Pada pertemuan kedua ini indikatornya yaitu

menceritakan kembali isi cerita yang telah dibaca ke dalam beberapa kalimat.

Sebagai kegiatan awal guru melakukan apersepsi tentang materi yang telah

dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan tujuan memberikan penguatan dan

mengingat kembali pada pelajaran yang telah dilaksanakan.

Pada kegiatan inti guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok seperti

kelompok pada pertemuan pertama. Kemudian guru memberikan wacana ”Burung yang

Malang”. Siswa bekerja dalam langkah model pembelajaran tipe CIRC. Salah satu

anggota kelompok membacakan wacana kepada anggota kelompoknya. Tugas dari

anggota kelompok adalah mencari isi cerita setiap paragraf. Setelah selesai, siswa

perwakilan kelompok maju ke depan menyampaikan hasil diskusi. Guru memberikan

penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik dengan kertas yang berbentuk bintang.

Page 52: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

Kemudian siswa mengerjakan evaluasi secara individu untuk mengetahui tingkat

pemahaman siswa.

Pada kegiatan akhir guru memberikan penguatan materi dan kesimpulan serta

tugas rumah sebagai tindak lanjut dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.

c. Observasi

Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran tipe CIRC, yang dilaksanakan dengan

menggunkan alat bantu berupa lembar observasi dan perekaman dengan kamera.

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe CIRC pada Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Serta untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh model pembelajaran tipe CIRC dalam meningkatkan kemampuan

membaca pemahaman di kelas V.

Oleh karena itu, pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas siswa atau

proses yang terjadi dalam proses pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru

dalam melaksanakan pembelajaran termasuk suasana kelas pada saat proses pembelajaran

berlangsung.

1) Pertemuan pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pembelajaran membaca dengan indikator

menjawab pertanyaan berdasarkan teks bacaan. Hasil observasi pada pertemuan pertama

adalah sebagai berikut:

(a) Kegiatan Siswa

Siswa kurang memperhatikan apersepsi guru, ada 7 tujuh siswa yang pasif. Pada

saat pembentukan kelompok siswa masih bingung dan ramai, dan ada beberapa siswa

yang tidak menerima anggota kelompok yang diberikan. Siswa kurang memahami

langkah diskusi yang diberikan, aktivitas keaktifan kelompok kurang terlihat dan

sebagian besar masih individual pada kelompok. Ketika salah satu siswa membacakan

cerita dalam kelompoknya, banyak anggota kelompok yang tidak menyimak dan

Page 53: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

bercakap-cakap bermain sendiri. Saat mengerjakan tugas kelompok, ada siswa yang

mengerjakanya individu saja, kerjasama dan toleransi siswa kurang khususnya pada

siswa yang merasa paling pandai diantara anggota kelompoknya. Pada saat disuruh maju

presentasi kelompok siswa masih malu-malu dan harus ditunjuk oleh guru. Kata-kata

sukar yang artinya belum dimengerti oleh siswa membuat siswa keliru menafsirkan isi

cerita.

Siswa belum menunjukkan sikap antusias terhadap aktivitas guru. Pada saat

melakukan tugas individu, masih banyak siswa yang saling bertanya dengan temanya.

(b) Kegiatan Guru

Apersepsi yang diberikan untuk meningkatkan motivasi kurang menarik dan

melibatkan siswa sehingga terlihat beberapa siswa yang masih pasif dan kurang

memperhatikan. Guru kurang mampu mengendalikan kelas ketika pembagian kelompok,

sehingga kelas menjadi ramai dan gaduh. Guru menggunakan berbagai sumber belajar.

Penggunan waktu masih kurang baik, karena lebih dari jam pelajaran yang seharusnya.

Memotivasi individu dan kelompok. Memperhatikan dan mengawasi jalanya diskusi

setiap kelompok. Setelah siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok, guru

memberikan tanggapan dan umpan balik terhadap siswa serta telah memberikan

penghargaan bagi kelompok yang kerjanya baik.

Pada saat evaluasi secara individu, siswa masih tetap duduk di dalam kelompok.

Sehingga banyak siswa yang saling bertanya.

2) Pertemuan kedua

Pertemuan kedua ini dilaksanakan dengan indikator menceritakan kembali teks

bacaan yang telah dibaca kedalam beberapa kalimat.

(a) Kegiatan Siswa

Sebagian besar siswa cukup memperhatikan apersepsi guru, tetapi masih terlihat 7

siswa yang pasif dan kurang memperhatikan. Siswa masih ramai pada saat berkumpul

dengan kelompoknya, dan ada 2 siswa yang masih belum menerima anggota kelompok

yang diberikan. Siswa sudah mulai memahami langkah diskusi yang diberikan, tetapi

kerjasama dalam mengerjakan tugas kelompok masih kurang dan terlihat sebagian besar

pengerjaan tugas masih individual pada kelompok. Pada saat dibacakan cerita mayoritas

siswa sudah memperhatikan, tetapi masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan.

Page 54: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

Siswa mengerjakan dengan baik tugas individu, namun pada tugas kelompok masih ada

yang dikerjakan oleh satu orang saja. Siswa belum menunjukkan sikap antusias terhadap

aktifitas guru dan saat presentasi kelompok sudah ada kelompok yang langsung maju

presentasi tanpa ditunjuk. Namun, itu baru sebgian kelompok sedangkan sebagian

kelompok yang lain masih menunggu giliran untuk ditunjuk. Siswa mengeluh teks bacaan

yang diberikan masih dianggap sulit bagi siswa.

(b) Kegiatan Guru

Sudah melakukan apersepsi dengan cukup baik. Guru mampu mengendalikan

kelas ketika pembagian kelompok. Guru menggunakan berbagai sumber belajar.

Penggunan waktu masih kurang baik, karena melebihi dari jam pelajaran yang

seharusnya. Penuh perhatian terhadap siswa. Memotivasi individu dan kelompok. Sudah

menggunakan media pembelajaran. Sudah melakukan penilaian proses. Sudah melakukan

penilaian hasil belajar. Sudah memberikan tindak lanjut.

d. Analisis dan Refleksi

Hasil siklus I yang didapat dari hasil observasi, penilaian proses dan penilaian

hasil pemahaman isi bacaan melalui tes kemudian dianalisis dan direfleksi sebagai

langkah pengambilan tindakan pada siklus berikutnya. Adapun hasilnya adalah:

1) Dalam membentuk kelompok guru tidak menjelaskan kepada siswa dasar penetapan

kelompok sebaiknya diberikan penjelasan alasan penetapan kelompok, sehingga siswa

banyak yang menolak. Untuk siklus berikutnya sebaiknya guru memberikan penjelasan

dasar pembentukan kelompok.

2) Siswa ramai ketika bergabung dengan kelompoknya. Pada siklus berikutnya sebaiknya

guru lebih mengendalikan untuk segera berkumpul dengan kelompok masing-masing.

3) Dalam kelompok, guru meminta satu siswa membacakan teks untuk kelompoknya dan

yang lain menyimak. Tetapi, banyak anggota kelompok yang tidak menyimak dan

hanya bermain sendiri. Pada siklus berikutnya, sebaiknya pembacaan teks dilakukan

bergiliran oleh semua anggota dalam kelompok sehingga siswa benar-benar menyimak

dan memperhatikan.

Page 55: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

4) Siswa mengeluh teks bacaan yang diberikan guru dianggap sulit dan rumit. Untuk

siklus berikutnya, sebaiknya guru memberikan teks cerita yang tidak telalu panjang dan

lebih mudah.

5) Kata-kata sukar yang belum diketahui siswa membuat siswa keliru menafsirkan cerita.

Pada siklus selanjutnya sebaiknya guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya

dan menjelaskan arti kata-kata yang masih dianggap sukar oleh siswa.

6) Pada saat kelompok melakukan presentasi, kelompok lain banyak ramai dan tidak

memperhatikan. Untuk siklus berikutnya, sebaiknya guru meminta setiap kelompok

untuk memberikan tanggapan terhadap kelompok yang sedang presentasi di depan

kelas.

7) Guru memberikan tugas di luar jam untuk melatih pemahaman siswa. Tetapi, hasilnya

belum memuaskan dan banyak siswa yang tidak mengerjakan. Untuk siklus berikutnya,

guru supaya meminta apa yang telah dibaca siswa dilaporkan dalam bentuk tertulis.

Dari hasil penilaian kemampuan membaca pemahaman pada siklus I dapat dilihat

pada interval nilai dan kualitas frekuensi dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4. Data Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri

Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 Siklus I.

No. Subyek Nilai No. Subyek Nilai

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

53 32 32 32 55 55 58 90 77

16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.

82 79 72 84 74 79 65 62 84

Page 56: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

10. 11. 12. 13. 14. 15.

72 82 45 90 77 59

25. 26. 27. 28. 29. 30.

77 75 87 72 45 72

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai tertinggi dari hasil kemampuan

membaca pemahaman oleh siswa adalah 90 dan nilai terendah adalah 32. Kemudian hasil

perhitungan mean nilai rata-rata 67, 27 dengan kategori nilai cukup.

fx

X = ∑

N

= 2018

30

= 67,27

Keterangan:

∑ f x = Jumlah skor seluruh siswa

N = Jumlah siswa

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Membaca Pemahaman pada Kompetensi

Dasar Membaca Siswa Kelas V SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 Siklus I.

No. Interval Frekuensi % Kategori

1 32-41 3 10 Kurang sekali

2 42-51 2 6.6 Kurang

3 52-61 5 16.6 Hampir cukup

4 62-71 2 6.6 Cukup

5 72-81 11 36.6 Lebih dari cukup

Page 57: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

Apabila disajikan dalm bentuk grafik hasilnya sebagai berikut:

0

2

4

6

8

10

12

Nilai Membaca Pemahaman

Jum

lah S

isw

a

32-41

42-51

52-61

62-71

72-81

82-91

Gambar 5. Grafik Nilai Membaca Pemahaman Siswa kelas V SD Negeri Beji Siklus

I

Dari data interval nilai kemampuan membaca siswa kelas V SD Negeri Beji,

kualitas baik sebanyak 7 siswa atau 23,6%, kualitas lebih dari cukup 11 siswa atau

36,6%, kualitas cukup sebanyak 2 siswa atau 6,6 %, kualitas hampir cukup sebanyak 5

siswa atau 16,6%, kualitas kurang sebanyak 2 siswa atau 6,6 %, dan kualitas kurang

sekali sebanyak 3 siswa atau 10%.

6 82-91 7 23.6 Baik

Jumlah 30 100

Page 58: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

Dari hasil kemampuan membaca pemahaman siklus I menunjukkan 3 siswa

mendapatkan nilai 32, 2 siswa mendapatkan nilai 45, 1 siswa mendapatkan nilai 53, 2

siswa mendapatkan nilai 55, 1 siswa mendapatkan nilai 58, 1 siswa mendapatkan nilai 59,

1 siswa mendapatkan nilai 62, 1 siswa mendapatkan nilai 65, 4 siswa mendapatkan nilai

72, 1 siswa mendapatkan nilai 72, 1 siswa mendapatkan nilai 75, 4 siswa mendapatkan

nilai 77, 2 siswa mendapatkan nilai 79, 2 siswa mendapatkan nilai 82, 2 siswa

mendapatkan nilai 84, dan 2 siswa mendapatkan nilai 90.

Berdasarkan indikator kinerja yang ditetapkan, peneliti dikatakan berhasil bila

prestasi belajar siswa secara individu menunjukkan sekurang-kurangnya 60 dan klasikal

menunjukkan 75%. Jadi kesimpulanya hasil penelitian siklus I belum dapat dikatakan

berhasil, sebab jumlah siswa secara individu yang mendapatkan nilai sekurang-

kurangnya 60 belum mencapai 75% meskipun secara klasikal nilai rata-rata siswa

dikategorikan cukup. Adapun perhitungan ketuntasan belajar pada siklus I adalah sebagai

berikut:

n

r% = x 100%

N

20

= x 100%

30

= 66,67%

Keterangan:

n = Jumlah siswa yang mendapat nilai sekurang-kurangnya 60

N = Jumlah siswa

Berdasarkan perhitungan di atas, kelas V SD Negeri Beji masih belum tuntas

karena baru 66,67% siswa yang mendapatkan nilai di atas ketuntasan. Sedangkan 33,33%

siswa masih mendapatkan nilai di bawah ketuntasan yaitu kurang dari 60.

Secara lebih rinci perkembangan peningkatan kemampuan membaca pemahaman

dengan model pembelajaran tipe CIRC pada siswa kelas V dapat dijelaskan pada tabel

berikut:

Page 59: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

Tabel 6. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Beji Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus I

No Rata-rata sebelum tindakan Rata-rata setelah tindakan siklus I

Keterangan

1 54,00 67,27 Meningkat

Tabel 7. Prosentase Siswa yang Memperoleh Nilai ≥ 60 sebelum dan sesudah tindakan

siklus I

Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 60

Prosentase No

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Keterangan

16 20 53,33% 66,67% Meningkat

Untuk lebih jelasnya perbandingan nilai antara pra siklus dengan siklus I

disajikan dalam bentuk grafik berikut:

0

2

4

6

8

10

12

1,0-10 11,0-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90

Nilai Membaca Pemahaman

Jum

lah

Sisw

a

Pra Siklus

Siklus I

Gambar 6. Grafik Perbandingan Nilai Membaca Pemahaman Pra Siklus dan Siklus I

Berdasarkan hasil analisis siklus di atas, maka penulis memutuskan untuk

mengadakan pembelajaran perbaikan dengan model pembelajaran tipe CIRC pada siklus

ke II.

2. Siklus II

Pada siklus I hasil pembelajaran membaca pemahaman dengan kompetensi dasar

membaca cerita anak dan indikator menjawab pertanyaan serta menceritakan kembali isi

Page 60: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

cerita yang telah dibaca belum tuntas. Oleh karena itu, kegiatan penelitian tindakan kelas

ini dilanjutkan ke siklus II dengan harapan pada siklus II dapat memperbaiki kelemahan-

kelemahan pada siklus I sehingga tujuan meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman dengan menggunakan model pembelajaran tipe CIRC dapat terwujud.

Kegiatan penelitian tindakan pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 20-22April

2010 yang diikuti oleh 30 siswa. Alokasi waktu yang digunakan yaitu 2x 35 menit.

Kegiatan dari siklus II ini adalah sabagai berikut:

a.Perencanaan

Pada siklus II, tahap perencanaanya adalah sebagai berikut:

1) Melanjutkan tindakan sebelumnya melalui proses belajar mengajar pada kompetensi

membaca cerita anak dan dengan indikator menjawab pertanyaan dan menceritakan

kembali isi cerita yang telah dibaca.

2) Membuat rencana pembelajaran yang telah direview pada tahap pembelajaran

membaca dilaksanakan. Pada siklus kedua ini perbaikan rencana pembelajaran yang

akan dilaksanakan adalah penggantian teks bacaan yang lebih pendek, pembacaan

teks cerita dalam kelompok dilakukan secara bergiliran dan memberikan waktu

kepada siswa untuk bertanya mengenai kata-kata yang masih dianggap sukar.

Mempersiapkan sarana dan prasarana untuk melakukan proses pembelajaran melalui

model pembelajaran tipe CIRC yang meliputi : penyusunan indikator pencapaian

hasil belajar, mempersiapkan materi pembelajaran, mempersiapkan strategi dan

instrumen pembelajaran dan lembar tes hasil belajar. Selain itu juga melakukan

koordinasi kembali dengan guru kelas V sebagai observer.

b.Pelaksanaan

Setelah rencana tindakan dibuat, peneliti melakukan tindakan penelitian sebagai

berikut:

1) Pertemuan pertama

Pertemuan pertama dilaksanaan pada hari Senin tanggal 20 April 2010, jam

pelajaran pertama dan kedua. Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama,

mengabsen siswa serta mengkondisikan kelas dan memberikan apersepsi mengingat

pelajaran sebelumnya.

Page 61: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

Pada kegiatan inti guru melaksanakan proses pembelajaran membaca

pemahaman dengan kompetensi membaca cerita anak dan indikator menjawab

pertanyaan berdasarkan teks yang telah dibaca. Pada pertemuan ini, teks cerita yang

diberikan yaitu ”Pak Lebai yang Malang”. Guru membagi siswa dalam kelompok.

Lima kelompok beranggotakan 4 siswa, dan 2 kelompok beranggotakan 5 siswa. Guru

menginformasikan kepada siswa langkah pembelajaran CIRC dan adanya penilaian

untuk kelompok. Siswa diminta membacakan cerita kepada anggota kelompoknya

secara bergiliran. Setiap kelompok diminta mengidentifikasikan isi hal-hal yang

berkaitan dengan cerita. Setelah selesai perwakilan kelompok diminta maju ke depan

mempresentasikan hasilnya. Pada saat ada perwakilan kelompok yang maju, kelompok

lain diminta memberikan tanggapan. Guru memberikan penghargaan bagi kelompok

dengan kinerja yang terbaik. Setelah selesai presentasi, siswa diminta duduk ke tempat

duduk masing-masing. Guru memberikan evaluasi untuk dikerjakan secara individu.

Setelah selesai siswa diminta mengumpulkan hasilnya.

Pada kegiatan akhir, guru memberikan penguatan materi dan tanya jawab secara

klasikal mengenai cerita.

2) Pertemuan kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 22 April 2010. Materi

yang diberikan sama pada pertemuan pertama dengan indikator menceritakan kembali

isi cerita yang telah dibaca kedalam beberapa kalimat.

Pada kegiatan awal, guru memberikan apersepsi untuk menggali pengetahuan

siswa dan motivasi kepada siswa.

Guru memberikan materi singkat tentang cara menceritakan kembali isi cerita.

Guru meminta siswa berkumpul dengan anggota kelompok seperta pada pertemuan

pertama, sehingga ada tujuh kelompok. Guru membagikan teks cerita kepada siswa.

Guru mengingatkan kepada siswa tentang langkah pembelajaran model pembelajaran

tipe CIRC. Siswa bekerja dalam langkah model pembelajaran tipe CIRC. Siswa saling

membacakan cerita kepada anggota kelompoknya secara bergiliran. Setiap kelompok

diminta mencari isi setiap paragraf dalam cerita. Setelah selesai perwakilan kelompok

maju mempresentasikan hasil kelompok. Kelompok lain memberikan tanggapan. Guru

Page 62: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

memberikan penghargaan bagi kelompok yang terbaik. Setelah selesai siswa diminta

kembali duduk ke tempat duduknya masing-masing.

Pada kegiatan akhir, guru memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat

pemahaman siswa. Setelah selesai siswa mengumpulkan hasil pekerjaanya. Guru

memberikan kesimpulan dan refleksi serta memberikan tugas rumah.

c. Observasi

Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran tipe CIRC, yang dilaksanakan dengan

menggunkan alat bantu berupa lembar observasi dan perekaman dengan kamera.

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe CIRC pada Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Serta untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh perbaikan siklus I yang dilaksanakan dalam meningkatkan kemampuan

membaca pemahaman di kelas V SD Negeri Beji.

Oleh karena itu, pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas siswa atau

proses yang terjadi dalam proses pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru

dalam melaksanakan pembelajaran termasuk suasana kelas pada saat proses pembelajaran

berlangsung.

1) Pertemuan pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pembelajaran membaca dengan indikator

menjawab pertanyaan berdasarkan teks bacaan. Hasil observasi pada pertemuan pertama

adalah sebagai berikut:

(a) Kegiatan Siswa

Siswa mulai aktif memperhatikan apersepsi guru, ada 2 siswa yang berbicara

sendiri. Pada saat pembentukan kelompok siswa langsung bergabung dengan anggotanya

meskipun masih ada beberapa yang ramai, dan ada 2 siswa yang masih tidak menerima

anggota kelompok yang diberikan. Siswa mulai memahami langkah diskusi yang

diberikan, aktivitas kelompok sudah terlihat tetapi masih ada 5 siswa yang individual

pada kelompok. Pada saat membacakan cerita dalam kelompoknya secara bergiliran,

Page 63: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

mayoritas siswa sudah menyimak dan memperhatikan. Namun masih ada siswa yang

tidak memperhatikan dan bermain sendiri, sehingga ketika tiba giliranya membaca ia

tidak siap. Saat mengerjakan tugas kelompok, masih ada kelompok yang mengerjakanya

individu saja. Siswa sudah mulai mengerti tujuan kerjasama dalam kelompok dan

toleransi antar anggota kelompok sudah cukup baik. Pada saat mengerjakan tugas

individu, siswa mengerjakan sendiri-sendiri.

(b) Kegiatan Guru

Apersepsi yang diberikan untuk meningkatkan motivasi sudah menarik dan

melibatkan siswa sehingga terlihat adanya timbal balik antara guru dan siswa. Pada saat

pembagian kelompok, guru sudah mengendalikan siswa dengan baik sehingga tidak

terjadi kegaduhan meskipun ada beberapa yang ramai tetapi hal itu masih dalam batas

kewajaran. Guru menggunakan berbagai sumber belajar. Penggunan waktu sudah cukup

baik. Memotivasi individu dan kelompok. Memperhatikan dan mengawasi jalanya

diskusi setiap kelompok. Setelah siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok, guru

memberikan tanggapan dan umpan balik terhadap siswa serta telah memberikan

penghargaan bagi kelompok yang kerjanya baik.

Setelah evaluasi individu, guru membacakan beberapa hasil pekerjaan siswa dan

memberikan masukan serta penguatan materi.

2) Pertemuan kedua

Pertemuan kedua ini dilaksanakan dengan indikator menceritakan kembali teks

bacaan yang telah dibaca kedalam beberapa kalimat.

(a) Kegiatan Siswa

Siswa aktif memperhatikan apersepsi guru, saat tanya jawab banyak siswa yang

mengangkat tangan tetapi masih terlihat 4 siswa yang pasif. Siswa bersemangat ketika

disuruh berkelompok dan tidak ramai lagi. Sikap individual siswa dalam kelompok sudah

tidak terlihat lagi, mereka langsung bekerja dan suasana cukup tenang. Pada saat

dibacakan cerita mayoritas siswa sudah memperhatikan, tetapi masih ada 3 siswa yang

tidak memperhatikan. Tugas kelompok sudah dikerjakan bersama-sama, tetapi ada 1

kelompok yang masih kurang bisa menerima pendapat teman dalam anggota

Page 64: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

kelompoknya. Hal ini mengakibatkan kelompok tersebut menjadi sedikit ramai dan

menjadi perhatian kelompok lain.

(b) Kegiatan Guru

Sudah melakukan apersepsi dengan cukup baik. Guru mampu mengendalikan kelas

ketika pembagian kelompok. Guru menggunakan berbagai sumber belajar. Penggunan

waktu sudah baik, sesuai dengan jam pelajaran yang seharusnya. Penuh perhatian

terhadap siswa. Memotivasi individu dan kelompok. Sudah menggunakan media

pembelajaran. Sudah melakukan penilaian proses. Sudah melakukan penilaian hasil

belajar. Sudah memberikan tindak lanjut.

d. Analisis dan refleksi

Hasil siklus II yang didapat dari hasil observasi, penilaian proses dan penilaian hasil

pemahaman isi bacaan melalui tes kemudian dianalisis dan direfleksi sebagai langkah

pengambilan tindakan pada siklus berikutnya. Adapun hasilnya adalah:

(1) Siswa masih ada yang ramai ketika bergabung dengan kelompoknya. Pada siklus

berikutnya sebaiknya guru lebih mengendalikan untuk segera berkumpul dengan

kelompok masing-masing.

(2) Dalam kelompok, guru meminta siswa bergiliran membacakan teks untuk

kelompoknya dan yang lain menyimak. Mayoritas siswa sudah memperhatikan

namun masih ada siswa yang bermain sendiri dan tidak siap ketika tiba giliranya.

(3) Pada saat kelompok melakukan presentasi, kelompok lain banyak ramai dan tidak

memperhatikan. Untuk siklus berikutnya, sebaiknya guru meminta setiap kelompok

untuk memberikan tanggapan terhadap kelompok yang sedang presentasi di depan

kelas.

(4) Siswa merasa bosan dengan kelompok yang sama pada siklus I dan II. Untuk

selanjutnya sebaiknya dilakukan pergantian anggota kelompok yang baru.

Dari hasil penilaian kemampuan membaca pemahaman pada siklus II dapat dilihat

pada interval nilai dan kualitas frekuensi dalam tabel di bawah ini:

Tabel 8. Data Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 Siklus II.

Page 65: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

No. Subyek Nilai No. Subyek Nilai

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

53 35 45 58 58 79 93 89 82 65 87 74 100 85 74

16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.

76 94 76 92 85 76 92 84 94 75 82 86 95 55 89

Dari tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa nilai tertinggi dari hasil kemampuan

membaca pemahaman oleh siswa adalah 100 dan nilai terendah adalah 35. Kemudian

hasil perhitungan mean nilai rata-rata 77,76 dengan kategori nilai cukup.

fx

X = ∑

N

= 2339

30

= 77,76

Keterangan:

∑ f x = Jumlah skor seluruh siswa N = Jumlah siswa

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Membaca Pemahaman pada Kompetensi Dasar Membaca Siswa Kelas V SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 Siklus II.

No. Interval Frekuensi Prosentase

(%)

Kategori

1 31-40 1 3,33 Kurang sekali

2 41-50 1 3,33 Kurang

3 51-60 4 13,33 Hampir cukup

Page 66: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

4 61-70 1 3,33 Cukup

5 71-80 7 23,33 Lebih dari cukup

6 81-90 9 30 Baik

7 91-100 7 23,33 Baik Sekali

Jumlah 30 100

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Nilai Membaca Pemahaman

Jum

lah

Sis

wa

31-40

41-50

51-60

61-70

71-80

81-90

91-100

Gambar 7. Grafik Nilai Membaca Pemahaman Siswa kelas V SD Negeri Beji Siklus II

Dari data interval nilai kemampuan membaca siswa kelas V SD Negeri Beji,

kualitas baik sekali sebanyak 7 siswa atau 23,33% kualitas baik sebanyak 9siswa atau

30%, kualitas lebih dari cukup 7 siswa atau 23,33% kualitas cukup sebanyak 1 siswa atau

3,33 %, kualitas hampir cukup sebanyak 4 siswa atau 13,33%, kualitas kurang sebanyak

1 siswa atau 3,33 %, dan kualitas kurang sekali sebanyak 1 siswa atau 3,33%.

Dari hasil kemampuan membaca pemahaman siklus I menunjukkan 1 siswa

mendapatkan nilai 35, 1 siswa mendapatkan nilai 45, 1 siswa mendapatkan nilai 53, 1

siswa mendapatkan nilai 55, 1 siswa mendapatkan nilai 58, 1 siswa mendapatkan nilai 65,

1 siswa mendapatkan nilai 68, 2 siswa mendapatkan nilai 74, 4 siswa mendapatkan nilai

76, 1 siswa mendapatkan nilai 79, 2 siswa mendapatkan nilai 82, 1 siswa mendapatkan

nilai 84, 2 siswa mendapatkan nilai 85, 1 siswa mendapatkan nilai 89, 2 siswa

mendapatkan nilai 92, 1 siswa mendapatkan nilai 93, 2 siswa mendapatkan nilai 94, 1

siswa mendapatkan nilai 95 dan 1 siswa mendapatkan nilai 100.

Page 67: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

Berdasarkan indikator kinerja yang ditetapkan, peneliti dikatakan berhasil bila

prestasi belajar siswa secara individu menunjukkan sekurang-kurangnya 60 dan klasikal

menunjukkan 75%. Jadi kesimpulanya hasil penelitian siklus II sudah dapat dikatakan

berhasil, sebab jumlah siswa secara individu yang mendapatkan nilai sekurang-

kurangnya 60 sudah mencapai 75% dan secara klasikal nilai rata-rata siswa

dikategorikan lebih dari cukup. Adapun perhitungan ketuntasan belajar pada siklus II

adalah sebagai berikut:

n

r% = x 100%

N

24

= x 100%

30

= 80%

Keterangan:

n = Jumlah siswa yang mendapat nilai sekurang-kurangnya 60

N = Jumlah siswa

Berdasarkan perhitungan di atas, kelas V SD Negeri Beji sudah dapat dikatakan

tuntas karena 80% siswa telah mendapatkan nilai di atas ketuntasan, dan hanya 20%

siswa masih mendapatkan nilai di bawah ketuntasan yaitu kurang dari 60.

Untuk mengetahui perkembangan peningkatan kemampuan membaca

pemahaman dengan metode CIRC pada siswa kelas V dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Rekapitulasi nilai rata-rata membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Beji sebelum dan sesudah tindakan Siklus I-II

No Rata-rata sebelum tindakan

Rata-rata siklus I

Rata-rata siklus II

Keterangan

1 54,00 67,27 77,76 Meningkat

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata kemampuan membaca

pemahaman dengan model pembelajaran tipe CIRC mengalami peningkatan. Nilai rata-

Page 68: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

rata sebelum tindakan hanya 54, nilai rata-rata pada siklus I adalah 67,27, dan nilai rata-

rata pada siklus II adalah 77,76.

Tabel 11. Prosentase siswa yang memperoleh nilai lebih dari ≥ 60 sebelum dan sesudah tindakan siklus I-II

Jumlah siswa yang

memperoleh nilai ≥ 60 Prosentase No

Sebelum Siklus I

Siklus II

Sebelum Siklus I

Siklus II

Keterangan

1 16 20 24 53,33% 66,67% 80% Meningkat

Dari tabel dapat dijelaskan bahwa prosentase siswa yang mendapatkan nilai

kurang dari 60,00 menurun dan prosentase siswa yang menapatkan nilai lebih dari 60,00

mengalami peningkatan. Prosentase jumlah siswa yang mendapatkan nilai lebih dari

60,00 adalah sebagai berikut: sebelum tindakan 53,33%, pada siklus pertama 66,67%,

dan pada siklus kedua 80%. Jika disajikan dalam bentuk grafik perbandingan nilai antara

Siklus I dan Siklus II adalah sebagai berikut:

0

2

4

6

8

10

12

1,0-10 11,0-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100

Nilai Membaca Pemahaman

Jum

lah S

isw

a

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Gambar 8. Grafik Perbandingan Ketuntasan Nilai Membaca Pemahaman Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Oleh karena itu, pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan model

pembelajaran tipe CIRC sudah dapat dinyatakan berhasil karena sudah mencapai

Page 69: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

indikator yang telah ditentukan. Namun untuk pemantapan maka dilanjutkan ke siklus

berikutnya.

3. Siklus III

Pada siklus II hasil pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas V SD

Negeri Beji dengan indikator menjawab pertanyaan dan menceritakan kembali isi teks

berdasarkan bacaan yang dibaca mayoritas telah mencapai ketuntasan belajarnya karena

telah mendapatkan nilai diatas standar ketuntasan minimal yaitu 60. Namun masih ada 6

siswa yang nilainya kurang dari 60. Oleh karena itu perlu diadakan perbaikan dan

pemantapan pada siklus III ini. Dalam siklus III ini, dilaksanakan pada tanggal 23-25

April 2010 dengan alokasi waktu masing-masing pertemuan 2x35 menit. Adapun

tindakan yang dilaksanakan pada siklus III ini adalah:

a .Perencanaan

Sebelum tindakan pembelajaran pada siklus III peneliti menyusun perencanaan-

perencanaan pembelajaran diantaranya menyusun rencana pembelajaran, menyiapkan

lembar observasi dan menyiapkan media. Perencanaan siklus III dengan pembelajaran

melalui model pembelajaran tipe CIRC direncanakan pergantian anggota kelompok dan

cerita untuk menghindari kejenuhan siswa dan proses pembacaan teks cerita dilakukan

secara berpasangan dalam anggota kelompok.

b Pelakasanaan

Pelaksanaan siklus III ini guru melaksanakan proses kegiatan pembelajaran

memabaca pemahaman dengan menerapkan model pembelajaran tipe CIRC sesuai

dengan perencaanaan yang telah dibuat. Adapun kegiatan pembelajaran tersebut adalah

sebagai berikut:

1) Pertemuan pertama

Pada pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 23 April 2010 Pertemuan pertama

ini dilaksanakan pembelajaran membaca pemahaman dengan indikator menjawab

pertanyaan berdasarkan isi teks cerita.

Sebelum pembelajaran dimulai guru menyuruh salah satu siswa untuk memimpin

doa, kemudian dilanjutkan dengan presensi. Guru mengajak siswa menyanyikan lagu ”

Page 70: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

Naik Delman” untuk membangkitkan motivasi. Pada saat apersepsi guru melakukan

tanya jawab dengan siswa tentang cerita yang pernah dibaca siswa serta menyampaikan

tujuan pembelajaran dengan singkat.

Pada kegiatan inti, guru membagi siswa menjadi 7 kelompok. Lima kelompok

beranggotakan 4 orang dan 2 kelompok beranggotakan 5 orang. Kelompok ini berbeda

dengan kelompok pada siklus I dan kedua. Selanjutnya guru membagikan teks cerita

berjudul ”Seruni” kepada setiap anggota kelompok. Guru mengingatkan kembali langkah

kerja CIRC yang harus dilakukan siswa. Pada pertemuan ini dalam satu kelompok dibagi

menjadi 2 bagian dimana setiap bagian beranggotakan 2 atau 3 anggota. Setiap bagian

kelompok salah satunya membacakan cerita dan berdiskusi tentang cerita yang dibagikan

dengan pasanganya. Baru setelah selesai, didiskusikan kembali dengan pasangan

kelompok lain dalam 1 kelompok sehingga didapatkan jawaban yang diinginkan. Setelah

itu, diadakan presentasi kelompok. Guru dan kelompok lain memberikan tangapan.

Dalam kegiatan akhir guru memberikan evaluasi secara individu. Serta

memberikan pemantapan materi. dan refleksi.

2) Pertemuan kedua

Pertemuan II dilakasanakan pada tanggal 25 April 2010 dan dengan indikator

menceritakan kembali cerita yang telah dibaca.

Pada kegiatan awal diawali dengan doa, mengabsen dan memberikan apersepsi

pelajaran yang telah lalu, kemudian menyamapaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

Kegiatan inti diawali dengan guru meminta siswa berkelompok seperti pada

pertemuan I. Selanjutnya guru membagikan teks cerita berjudul ”Seruni” kepada setiap

anggota kelompok. Guru mengingatkan kembali langkah kerja CIRC yang harus

dilakukan siswa. Pada pertemuan ini dalam satu kelompok dibagi menjadi 2 bagian

dimana setiap bagian beranggotakan 2 atau 3 anggota. Setiap bagian kelompok salah

satunya membacakan cerita dan berdiskusi tentang cerita yang dibagikan dengan

pasanganya. Pada pertemuan kedua ini yang dibahas adalah pokok pikiran dalam setiap

paragraf pada cerita. Setelah selesai membaca guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk menanyakan kata-kata yang dianggap sukar atau yang belum dikaetahui.

Siswa mencari pokok pikiran setiap paragraf. Setelah selesai siswa mempresentasikan

hasilnya ke depan kelas. Siswa dan kelompok memberikan tanggapan terhadap

Page 71: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

presentasi yang dilakukan temanya. Siswa dan kelompok yang hasilnya paling baik diberi

penghargaan berupa sertifikat.

Pada kegiatan akhir guru memberikan evaluasi individu untuk mengetahui tingkat

pemahaman siswa dan pemantapan materi serta refleksi terhadap pembelajaran yang telah

berlangsung.

c Observasi

Pada tahap ini peneliti bersama observer mengadakan pengamatan berkaitan

dengan tindakan penelitian. Pengamatan yang dilaksanakan ada dua yaitu pengamatan

siswa dan pengamatan guru pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran mulai dari

kegiatan awal samapai dengan kegiatan akhir.

1) Pertemuan pertama

(a) Kegiatan Siswa

Pada pertemuan pertama siklus ketiga ini siswa sudah aktif dalam

pembelajaran baik pada saat kegiatan awal sampai kegiatan akhir. Meskipun masih ada

beberapa siswa yang keaktifanya kurang tetapi hal ini dapat dimaklumi. Perhatian siswa

terhadap pembelajaran cukup baik. Pada saat pembentukan kelompok, siswa sudah

tidak ramai lagi dan langsung bergabung dengan anggota kelompok yang telah

ditentukan. Siswa sudah melaksanakan langkah-langkah kegiatan CIRC seperti yang

dijelaskan oleh guru. Kerjasama dalam kelompok sudah baik. Sifat individual siswa

dalam kelompok sudah tidak terlihat, bahkan mereka selalu berupaya untuk lebih cepat

mengerjakan dari kelompok lain. Ketika presentasi kelompok, mayoritas siswa tunjuk

jari ingin maju ke depan terlebih dulu. Para siswa ingin mendapatkan penghargaan yang

terbaik. Pada saat mengerjakan tugas individu, mereka cukup tenang dan dikerjakan

sungguh-sungguh sendiri.

(b) Kegiatan Guru

Pada saat kegiatan awal maupun inti, guru bisa membuat suasana kelas menjadi

hidup. Apersepsi yang ditampilkan menarik bagi siswa.

Pada saat kegiatan inti, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti, hal ini membuat siswa lebih mudah

Page 72: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

dalam mengikuti pembelajaran dan memahami teks bacaan yang diberikan. Guru selalu

mengawasi dan memberikan motivasi serta bagi tiap anggota kelompok. Pengelolaan

kelas yang dilakukan cukup baik. Mobilitas guru juga tidak hanya di depan tetapi ke

seluruh bagian. Guru juga memberikan masukan dan tanggapan pada saat kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya. Pemberian tes akhir sudah cukup baik, begitu pula

dengn pemantapan materi dan refleksi juga sudah sangat baik.

2) Pertemuan kedua

(a) Kegiatan Siswa

Pada pertemuan kedua siklus ketiga ini siswa terlihat sangat aktif dalam

pembelajaran. Keaktifan mereka terlihat pada saat kegiatan awal inti maupun akhir.

Ada beberpa yang terlihat kurang aktif, namun hal tersebut dapat dimaklumi karena

siswa tersebut termasuk dalam kategori siswa yang lamban. Pada saat pembentukan

kelompok, siswa sudah tidak ramai lagi dan langsung bergabung dengan anggota

kelompok yang telah ditentukan. Siswa sudah melaksanakan langkah-langkah

kegiatan CIRC seperti yang dijelaskan oleh guru. Siswa bekerja cukup aktif dalam

kelompoknya. Sifat individual siswa dalam kelompok sudah tidak terlihat, bahkan

mereka selalu berupaya untuk lebih cepat mengerjakan dari kelompok lain. Ketika

presentasi kelompok, mayoritas siswa tunjuk jari ingin maju ke depan terlebih dulu,

bahkan ada siswa yang ingin maju terus meskipun ia sudah maju presentasi

sebelumnya. Para siswa terlihat antusias ingin mendapatkan penghargaan yang

terbaik baik untuk dirinya maupun kelompok. Pada saat mengerjakan tugas individu,

mereka cukup tenang dan dikerjakan sungguh-sungguh sendiri.

(b) Kegiatan Guru

Pada saat kegiatan awal maupun inti, guru bisa membuat suasana kelas menjadi

hidup. Apersepsi yang ditampilkan menarik bagi siswa.

Pada saat kegiatan inti, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti, hal ini membuat siswa lebih mudah

dalam mengikuti pembelajaran dan memahami teks bacaan yang diberikan. Guru selalu

mengawasi dan memberikan motivasi serta bagi tiap anggota kelompok. Pengelolaan

kelas yang dilakukan cukup baik. Mobilitas guru juga tidak hanya di depan tetapi ke

seluruh bagian. Guru juga memberikan masukan dan tanggapan pada saat kelompok

Page 73: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

mempresentasikan hasil kerjanya. Penghargaan yang diberikan guru mampu

meningkatkan motivasi dan semangat siswa dalam pembelajaran. Pemberian tes akhir

sudah cukup baik, begitu pula dengn pemantapan materi dan refleksi juga sudah sangat

baik.

d Analisis dan Refleksi

Hasil siklus III yang didapat dari hasil observasi, penilaian proses dan penilaian

hasil pemahaman isi bacaan melalui tes kemudian dianalisis dan direfleksi sebagai

langkah pengambilan tindakan berikutnya. Adapun hasilnya adalah:

1) Hasil belajar atau kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan model

pembelajaran tipe CIRC lebih meningkat dibandingkan dengan siklus II.

2) Selama proses pembelajaran berlangsung keaktifan dan keantusiasan siswa sangat

tinggi. Hal ini dapat dilihat ketika anak berebut ingin maju saat mempresentasikan

hasil kerja kelompok. Pada saat kerja kelompok siswa juga terlihat berusaha

mengerjakan lebih cepat dari kelompok lain.

3) Masih ada siswa yang hasil kemampuan membaca pemahamannya kurang baik. Siswa

ini daya pikirnya masih rendah dan termasuk anak yang lambat belajar.

4) Penghargaan dan motivasi yang diberikan oleh guru sudah cukup merata dan bagus,

namun untuk anak yang tingkat membacanya masih kurang guru harus memberikan

perhatian atau waktu yang lebih. Karena membaca merupakan modal dasar untuk

menyerap pelajaran selanjutnya.

5) Dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru telah sesuai dengan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Hanya pada pertemuan II

guru kelebihan waktu 10 menit. Hal ini dikarenakan guru memberikan penghargaan

kepada siswa atas kinerja individu maupun kelompok.

Dari hasil evaluasi dan penilaian kemampuan membaca pemahaman siswa kelas

V SD Negeri Beji pada siklus III dapat dilihat pada interval nilai dan kualitas frekuensi

dalam tabel di bawah ini:

Tabel 12. Data Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 Siklus III.

No. Subyek Nilai No. Subyek Nilai

Page 74: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11. 12. 13. 14. 15.

53 35 55 61 70 76 85 100 89 100 100 74 100 84 74

16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.

94 94 92 88 97 80 87 80 84 90 90 97 97 70 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai tertinggi dari hasil kemampuan

membaca pemahaman oleh siswa adalah 100 dan nilai terendah adalah 35. Kemudian

hasil perhitungan mean nilai rata-rata 83,2 dengan kategori nilai lebih dari cukup.

fx

X = ∑

N

= 2496

30

= 83,2

Keterangan:

∑ f x = Jumlah skor seluruh siswa

N = Jumlah siswa

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Membaca Pemahaman pada Kompetensi

Dasar Membaca Siswa Kelas V SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 Siklus III.

No. Interval Frekuensi Prosentase (%)

Kategori

1 31-40 1 3,33 Kurang sekali

2 41-50 0 0 Kurang

3 51-60 2 6,67 Hampir cukup

Page 75: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

4 61-70 3 10 Cukup

5 71-80 5 16,67 Lebih dari cukup

6 81-90 8 26,67 Baik

7 91-100 11 36,67 Baik Sekali

Jumlah 30 100

Apabila dibuat dalam bentuk grafik adalah sebagai berikut:

0

2

4

6

8

10

12

Nilai Membaca Pemahaman

Jum

lah

Sis

wa

31-40

41-50

51-60

61-70

71-80

81-90

91-100

Gambar 9: Grafik Nilai Membaca Pemahaman Siswa kelas V SD Negeri Beji Siklus III

Dari data interval nilai kemampuan membaca siswa kelas V SD Negeri Beji,

kualitas baik sekali sebanyak 11 siswa atau 36,67%, kualitas baik sebanyak 8 siswa atau

26,67%, kualitas lebih dari cukup 5 siswa atau 16,67%, kualitas cukup sebanyak 3 siswa

atau 10 %, kualitas hampir cukup sebanyak 2 siswa atau 6,67%, kualitas kurang tidak

ada dan kualitas kurang sekali sebanyak 1 siswa atau 3,33%.

Dari hasil kemampuan membaca pemahaman siklus I menunjukkan 1 siswa

mendapatkan nilai 35, 1 siswa mendapatkan nilai 45, 1 siswa mendapatkan nilai 53, 1

siswa mendapatkan nilai 55, 1 siswa mendapatkan nilai 58, 1 siswa mendapatkan nilai 65,

1 siswa mendapatkan nilai 68, 2 siswa mendapatkan nilai 74, 4 siswa mendapatkan nilai

76, 1 siswa mendapatkan nilai 79, 2 siswa mendapatkan nilai 82, 1siswa mendapatkan

nilai 84, 2 siswa mendapatkan nilai 85, 1 siswa mendapatkan nilai 89, 2 siswa

Page 76: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

mendapatkan nilai 92, 1 siswa mendapatkan nilai 93, 2 siswa mendapatkan nilai 94, 1

siswa mendapatkan nilai 97 dan 5 siswa mendapatkan nilai 100.

Berdasarkan indikator kinerja yang ditetapkan, peneliti dikatakan berhasil bila

prestasi belajar siswa secara individu menunjukkan sekurang-kurangnya 60 dan klasikal

menunjukkan 75%. Jadi kesimpulanya hasil penelitian siklus III sudah dapat dikatakan

berhasil, sebab jumlah siswa secara individu yang mendapatkan nilai sekurang-

kurangnya 60 sudah mencapai 75% dan secara klasikal nilai rata-rata siswa

dikategorikan lebih dari cukup. Adapun perhitungan ketuntasan belajar pada siklus III

adalah sebagai berikut:

n

r% = x 100%

N

27

= x 100%

30

= 90%

Keterangan:

n = Jumlah siswa yang mendapat nilai sekurang-kurangnya 60

N = Jumlah siswa

Setelah melakukan tindakan penelitian dari siklus I sampai siklus III maka dapat

disimpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Beji

mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 14. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri

Beji Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus I-III.

No Rata-rata sebelum tindakan

Rata-rata siklus I

Rata-rata siklus II

Rata-rata siklus III

Keterangan

1 54,00 67,27 77,76 83,2 Meningkat

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata kemampuan membaca

pemahaman dengan model pembelajaran tipe CIRC mengalami peningkatan. Nilai rata-

Page 77: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

rata sebelum tindakan hanya 54, nilai rata-rata pada siklus I adalah 67,27, nilai rata-rata

pada siklus II adalah 77,76 dan nilai rata-rata pada siklus III adalah 83,2.

Tabel 15. Prosentase Siswa yang Memperoleh Nilai ≥ 60 Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus I-III.

Jumlah siswa yang

memperoleh nilai ≥ 60 Prosentase No

Sebelum I II III Sebelum I II III

Keterangan

1 16 20 24 27 53,33% 66,67% 80% 90% Meningkat

Dari tabel dapat dijelaskan bahwa prosentase siswa yang mendapatkan nilai

kurang dari 60,00 menurun dan prosentase siswa yang menapatkan nilai lebih dari 60,00

mengalami peningkatan. Prosentase jumlah siswa yang mendapatkan nilai lebih dari

60,00 adalah sebagai berikut: sebelum tindakan 53,33%, pada siklus pertama 66,67%,

pada siklus kedua 80%, dan pada siklus ketiga 90%. Jika disajikan dalam bentuk grafik,

perbandingan nilai membaca pemahaman antara pra siklus, siklus I, siklus II dan siklus

III adalah sebagai berikut:

0

2

4

6

8

10

12

1,0-10 11,0-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100

Nilai Membaca Pemahaman

Jum

lah S

isw

a

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Page 78: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

Gambar 10. Grafik Perbandingan Nilai Membaca Pemahaman Pra Siklus, Siklus I, Siklus

II dan Siklus III

D. Temuan dan Hasil Tindakan

Data yang berhasil dikumpulkan dianalisis berdasarkan hasil temuan yang dikaji

sesuai dengn rumusan masalah yang selanjutnya dikaitkan dengan teori yang ada.

Proses analisis data ditujukan untuk menemukan suatu hasil atau hal apa saja

yang terjadi di lokasi penelitian, sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan dari

penelitian tersebut yang pada akhirnya peneliti dapat mengambil pelajaran dan

memberikan masukan kepada pihak yang terkait di dalamnya.

1. Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Model Pembelajaran

Tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC)

a. Hasil Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran

Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah siswa lebih aktif dalam

memperhatikan penjelasan dari guru, siswa lebih aktif dalam mengerjakan tugas-tugas

dari guru, keberanian siswa untuk bertanya dan menyampaikan pendapat meningkat,

siswa mulai dapat mengembangkan keterampilan dalam melaksanakan diskusi,

kreativitas dan inisiatif siswa berkembang, dan siswa lebih aktif dalam mengikuti

proses pembelajaran sehingga timbul kemauan untuk menerapkan hasil dan

pemahaman siswa terhadap materipun meningkat. Adapun hasilnya sebagai berikut:

Tabel. 16: Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas V SDN Beji Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi Membaca Pemahaman

Jumlah Prosentase (%)

I II III I

II III

No

Kategori

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 Sangat

kurang 4 2 1 0 0 0 13,3 6,6 3,3 0 0 0

2 Kurang 6 5 4 4 3 3 20 16,6 13,3 13,3 10 10

3 Cukup 14 13 4 3 3 2 46,6 43,3 13,3 10 10 6,6

4 Baik 6 10 19 19 18 18 20 33,3 63,3 63,3 60 60

Page 79: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

5 Sangat baik

0 0 2 4 5 7 0 0 6,6 13,3 16,6 23,3

Berdasarkan hasil olahan observasi dari pengamatan di atas dapat kita lihat

prosentase hasil aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi membaca

pemahaman dengan menerapkan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated

Reading Composition (CIRC) secara individual dan kelompok, dari siklus I sampai

dengan siklus III mengalami peningkatan aktivitas yang cukup baik. Peningkatan

aktivitas ini mengakibatkan peningkatan hasil evaluasi belajar siswa sehingga

kemampuan membaca pemahaman mengalami peningkatan.

b. Hasil Evaluasi Belajar

Hasil evaluasi belajar mengalami peningkatan dibuktikan dengan adanya

peningkatan kemampuan membaca pemahaman dengan hasil yang disajikan dalam

bentuk rata-rata nilai dan ketuntasan belajar. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:

1) Sebelum Tindakan

Rata-rata nilai adalah 54,00

Nilai lebih dari 60,00 adalah 16 siswa

Nilai kurang dari 60,00 adalah 14 siswa

2) Siklus I

Rata-rata nilai adalah 67,27

Nilai lebih dari 60,00 adalah 20 siswa

Nilai kurang dari 60,00 adalah 10 siswa

3) Siklus II

Rata-rata nilai adalah 77,67

Nilai lebih dari 60,00 adalah 24 siswa

Nilai kurang dari 60,00 adalah 6 siswa

4) Siklus III

Rata-rata nilai adalah 83,2

Nilai lebih dari 60,00 adalah 27 siswa

Nilai kurang dari 60,00 adalah 3 siswa

Page 80: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

Dari hasil evaluasi yang dilaksanakan terbukti adanya peningkatan kemampuan

membaca pemahaman antara sebelum tindakan, siklus I, siklus II, dan siklus III terus

adanya peningkatan yang signifikan. Akan tetapi kenyataan di lapangan, pembelajaran

membaca pemahaman dengan model pembelajaran tipe CIRC mengalami beberpa

hambatan.

2. Penerapan Model Pembelajaran Tipe Cooperative Integrated Reading

Composition (CIRC) Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman.

Pelaksanaan membaca pemahaman dengan model pembelajaran tipe

Cooperative Intregated Reading Composition (CIRC) yang dilaksanakan di SD Negeri

Beji kecamatan Andong kabupaten Boyolali merupakan suatu pembelajaran dari

rangkaian kurikulum SD Negeri Beji yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

siswa dalam membaca pemahaman.

Adapun penerapan model pembelajaran tipe CIRC yang dilaksanakan pada

siklus I adalah sebagai berikut:

a. Guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok. Lima kelompok beranggotakan 4

siswa dan 2 kelompok beranggotakan 5 siswa.

b. Setiap kelompok mendapatkan satu lembar teks cerita.

c. Guru memberitahukan tugas masing-masing kelompok dan langkah kegiatan.

d. Setiap kelompok, ada satu siswa yang membacakan cerita untuk anggota

kelompoknya, sedangkan anggota kelompok yang lain menyimak.

e. Siswa dalam kelompok berdisiskusi tentang tugas yang diberikan yaitu hal-hal yang

berkaitan dengan cerita.

f. Perwakilan kelompok menyampaikan hasilnya ke depan kelas

g. Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang hasilnya paling baik.

Penerapan model pembelajaran tipe CIRC yang dilaksanakan pada siklus II

adalah sebagai berikut:

a. Guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok. Lima kelompok beranggotakan 4

siswa dan 2 kelompok beranggotakan 5 siswa.

b. Setiap kelompok mendapatkan satu lembar teks cerita.

c. Guru memberitahukan tugas masing-masing kelompok dan langkah kegiatan.

Page 81: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

d. Setiap kelompok, siswa bergiliran membacakan cerita untuk anggota kelompoknya,

sedangkan anggota kelompok yang lain yang tidak membaca menyimak.

e. Siswa dalam kelompok berdiskusi tentang tugas yang diberikan yaitu hal-hal yang

berkaitan dengan cerita.

f. Perwakilan kelompok menyampaikan hasilnya ke depan kelas.

g. Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang hasilnya paling baik.

Penerapan model pembelajaran tipe CIRC yang dilaksanakan pada siklus III

adalah sebagai berikut:

a. Guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok. Lima kelompok beranggotakan 4

siswa dan 2 kelompok beranggotakan 5 siswa. Pada siklus III ini anggota

kelompoknya berbeda dengan siklus I dan II.

b. Setiap kelompok mendapatkan dua lembar teks cerita.

c. Guru memberitahukan tugas masing-masing kelompok dan langkah kegiatan.

d. Setiap kelompok, siswa berpasangan 2 atau 3 saling membacakan cerita untuk anggota

pasangannya, sedangkan anggota yang tidak membaca menyimak.

e. Siswa dalam kelompok pasangan berdisiskusi tentang tugas yang diberikan yaitu hal-

hal yang berkaitan dengan cerita.

f. Pasangan-pasangan dalam kelompok mendiskusikan hasil kerja dalam pasangan

mereka, sehingga diambil jawaban yang menurut mereka benar.

g. Perwakilan kelompok menyampaikan hasilnya ke depan kelas

h. Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang hasilnya paling baik.

3. Hambatan-hambatan Dalam Penelitian

Hambatan-hambatan yang ditemui dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Siklus I

1) Ketika pembagian kelompok, siswa yang tidak terbiasa dengan pembelajaran

kelompok mengalami kesulitan dan memerlukan waktu untuk penyesuaian.

2) Sikap individual siswa dalam kelompok masih tinggi, sehingga berakibat kurangnya

kerjasama dalam kelompok.

3) Pada saat dibacakan cerita, siswa yang tidak membaca mayoritas tidak menyimak

tetapi malah ramai sendiri.

Page 82: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

4) Teks yang terlalu panjang membuat siswa sedikit kesulitan memahami isi bacaan.

5) Kata-kata sukar atau yang asing bagi siswa membuat siswa keliru menafsirkan isi

bacaan.

b. Siklus II

1) Siswa merasa bosan dengan kelompok yang sama pada siklus I dan siklus II.

2) Pada saat dibacakan cerita, meskipun pembacaan sudah dilakukan secara bergiliran

masih ada siswa yang tidak siap saat tiba giliranya untuk membaca karena tidak

memperhatikan.

3) Perbendaharaan kata yang sedikit dan kata-kata yang belum dimengerti oleh siswa,

membuat siswa kesulitan memahami isi bacaan.

c. Siklus III

Untuk siklus ketiga ini dapat dikatakan sudah tidak ada hambatan dalam

pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated

Reading Composition (CIRC). Siswa sudah terbiasa dengan aktivitas belajar

kelompok sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

Adapun cara untuk mengatasi hambatan-hambatan selama proses pembelajaran

tersebut adalah:

a. Siklus I

1) Menjelaskan kepada siswa alasan pemilihan anggota kelompok.

2) Menjelaskan bahwa aktivitas dalam kelompok juga dinilai.

3) Pembacaan cerita dilakukan secara bergiliran dengan anggota kelompok yang lain.

4) Teks yang diberikan dipilih yang lebih pendek dan mudah dimengerti siswa.

5) Guru memberikan kesempatan siswa untuk menanyakan kata-kata yang masih

dianggap sukar dan menjelaskan arti kata tersebut kepada siswa.

b. Siklus II

1) Mengadakan pergantian kelompok dengan anggota yang berbeda dari kelompok

sebelumnya.

2) Pembacaan cerita dilakukan secara berpasangan dan bergiliran dalam satu

kelompok, sehingga siswa lebih memperhatikan. Selain itu siswa diminta

mengoreksi pembacaan cerita siswa yang lain.

Page 83: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

3) Guru memberikan penjelasan mengenai kata-kata yang masih dianggap asing bagi

siswa.

Page 84: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus

tersebut di atas, ternyata hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya. Dengan

menerapkan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition

(CIRC) dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD

Negeri Beji kecamatan Andong kabupaten Boyolali tahun ajaran 2009/2010. Hal ini

terbukti pada siklus I nilai rata-rata kelas 67,27, siklus II nilai rata-rata kelas meningkat

menjadi 77,76, dan siklus III nilai rata-rata kelas menjadi 83,2. Dengan demikian

penerapan metode pembelajaran tipe CIRC dapat dilaksanakan untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran membaca di kelas V sehingga dapat meningkatkan kemampuan

membaca pemahaman siswa.

Adapun langkah penerapan model pembelajaran tipe CIRC yang dilaksanakan

adalah sebagai berikut: (1) guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok, 5 kelompok

beranggotakan 4 siswa dan 2 kelompok beranggotakan 5 siswa, (2) setiap kelompok

mendapatkan teks cerita, (3) guru memberitahukan tugas masing-masing kelompok dan

langkah kegiatan, (4) setiap kelompok ada satu siswa yang membacakan cerita untuk

anggota kelompoknya, sedangkan anggota kelompok yang lain menyimak dan

pembacaan teks ini dapat dilakukan secara bergiliran atau berpasangan, (6) siswa dalam

kelompok berdisskusi tentang tugas yang diberikan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan

cerita, (7) perwakilan kelompok menyampaikan hasilnya ke depan kelas sedangkan

kelompok yang lain menanggapi, (8) guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang

hasilnya paling baik, dan (9) setelah selesai siswa mengerjakan evaluasi secara individu.

Hambatan-hambatan yang ditemui dalam penerapan model pembelajaran tipe

CIRC ini adalah sebagai berikut: (1) ketika pembagian kelompok, siswa yang tidak

terbiasa dengan pembelajaran kelompok mengalami kesulitan dan memerlukan waktu

untuk penyesuaian, (2) pada saat dibacakan cerita, siswa yang tidak membaca mayoritas

tidak menyimak tetapi malah ramai sendiri, (3) teks yang terlalu panjang membuat siswa

sedikit kesulitan memahami isi bacaan, (4) kata-kata sukar yang belum dimengerti siswa

Page 85: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

membuat siswa sulit memahami isi bacaan, dan (5) siswa kurang memperhatikan pada

saat perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok.

Cara untuk mengatasi hambatan atau kendala yang terjadi selama proses

pembelajaran melalui model pembelajaran tipe CIRC adalah sebagai berikut: (1)

membiasakan siswa untuk segera berkelompok dan memberikan penjelasan, (2)

pembacaan teks dilakukan bergiliran dan siswa diminta mengoreksi pembacaan teks yang

dilakukan siswa lain, (3) teks yang diberikan dipilih yang lebih pendek dan lebih mudah

dipahami siswa, (4) guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan memberikan

penjelasan mengenai kata-kata sukar yang belum dimengerti siswa, dan (5) menyuruh

siswa memberikan tanggapan dan memberikan pertanyaan terhadap presentasi yang

dilakukan temanya.

B. Implikasi

Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated

Reading Composition (CIRC) dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia

kompetensi dasar membaca. Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti model

pembelajaran tipe CIRC dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa.

Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian

sebagai berikut:

1. Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan model pembelajaran yang tepat

dengan model pembelajaran tipe CIRC untuk meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman pada pelajaran bahasa Indonesa kompetensi membaca khususnya dan

pelajaran lain pada umumnya.

2. Mendorong siswa untuk memiliki keberanian dalam mengungkapkan pendapat dan

mengembangkan kreativitas serta inisiatifnya untuk menunjang proses

pembelajaran.

3. Menunjukkan pentingnya menerapkan model pembelajaran yang bervariasi dan

inovatif, salah satunya adalah model pembelajaran tipe CIRC yang terbukti dapat

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga terjalin hubungan yang

hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru.

Page 86: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

C. Saran

Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa saran

yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:

1. Bagi Sekolah

Hendaknya sekolah mengupayakan pelatihan bagi guru untuk dapat mendukung

pelaksanaan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan

harapan.

2. Bagi Guru

a. Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan merancang

proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga siswa menjadi lebih tertarik

dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif dan bermakna. Hal ini membuat

siswa tidak mudah bosan dan tetap termotivasi untuk mengikuti proses

pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman konsep pada

materi pelajaran.

b. Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated

Reading Composition (CIRC) pada mata pelajaran yang lain tidak hanya pada

pembelajaran membaca saja.

3. Bagi Siswa

Siswa harus lebih mengembangkan inisiatif, kreativitas, keaktifan, motivasi

belajar dan mengembangkan keberanian menyampaikan gagasan dalam proses

pembelajaran untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan prestasi belajar.

4. Bagi Peneliti Lain

Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih

cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan dengan

pembelajaran kooperatif tipe CIRC guna melengkapi kekurangan yang ada serta

sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan siswa yang belum

tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Page 87: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

Agus Supriyono. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anita Lie. 2010. Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-

ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Anton Sukarno. 2006. Pelayanan dan Model Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar. Surakarta: UNS Press

2007. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/ MI. Jakarta. Cuero, K.K. 2008. Venturing into Unknown Territory: Using Aesthetic Representation to

Understanding Reading Comprehension. International Journal of Education & the Arts. Volume 9 Number 1.

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). 1995.

http://www.ed.gov/pubs/EPTW/eptw4/eptw4c.html diakses 23 desember 2009 DP. Tampubolon. 2008. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien.

Bandung: Angkasa.

Farida Rahim. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hairuddin dkk. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Direktorat Pendidikan Tinggi. Henry Guntur Tarigan. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa 1994. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa. I G A K Wardani & Kusmaya Wihardit. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Isjoni. 2009. Cooperatif Learning. Bandung: Alfabeta Iskandarwassid & Dadang Suhendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:

Remaja Rosdakarya. Pressley, Michael. 2000. Comprehension Instruction: What Makes Sense Now, What

Might Make Sense Soon. Kamil, Monsethal& Bar volume III. http: readingonline.org diakses tanggal 17 Januari 2010.

Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Page 88: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

Rahmat Widodo. 2009. Pembelajaran Membaca di SD. http://wyw1d.wordpress.com/. Diakses tanggal 22 Desember 2009.

Rochiati Wiriaatmadja. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan praktik. Terjemahan Nurlita. Bandung: Nusa Media.

2010. Effective Reading Programs for the Elementry Grades: A Best-Evidence Synthesis. Johns Hopkins University School of Education’s Center Siti Khuzaimatun. 2009. Peningkatan Membaca Pemahaman dengan Metode SQ3R

Siswa Kelas X SMA N 1 Sumberlawang. Skripsi: UNS Sonia Casal. Cooperative Learning in CLIL Contexts: Ways to improve Students,

Competences in the foreign Language Clasroom. (Sevilla-Spain Universidad Pablo de Olavide).

St. Y Slamet. 2008. Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Sekolah Dasar.

Surakarta: UNS Press. 2008. Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press St. Y Slamet & Suwarto. 2007. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif.

Suarakarta: UNS Press.

Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13

Suwarto. 2009. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca dan Menulis Permulaan

Dengan Metode Kooperatif Integrasi Membaca dan Komposisi (CIRC). Tesis : UNS.

Suyatmi. 1996. Membaca I. Surakarta: UNS. Girgin, Umit. 2006. Evaluation Of Turkish Hearing Impaired Students’ Reading

Comprehension With The Miscue Analysis Inventory. Journal Of Special Education. Vol 21 No.3

(http://endonusa.wordpress.com). Diakses tanggal 14 Desember 2010

http://ulyssesonline.com/. Pembelajaran Bahasa Indonesia. diakses tanggal 15 Desember

2009

Page 89: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali

http://one.indoskripsi.com/. Korelasi Antara Kebiasaan Membaca Dengan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kealas XI SMA Taman Islam Bogor. diakses 12 Desember 2009

http:/jiunkpe/s1/eman/2008/. Definisi Kemampuan. Diakses tanggal 16 Desember 2009