peningkatan kemampuan ketrampilan membuat hiasan timbang melalui pembelajaran contextual teaching...

45
JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA Oleh : BADIATUL KHIKMAH NIM. 071044269 i

Upload: alim-sumarno

Post on 12-Aug-2015

529 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : BADIATUL KHIKMAH, http://ejournal.unesa.ac.id

TRANSCRIPT

Page 1: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

JURNAL

PENDIDIKAN LUAR BIASA

Oleh :

BADIATUL KHIKMAH

NIM. 071044269

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYAFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGANPROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

2012

i

Page 2: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Siswa Kelas III

SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

Badiatul Khikmah

Abstrak:Ketunarunguan menyebabkan hambatan dalam perkembangan intelegensi, kesulitan memahami/mengingat sesuatu dan lebih suka bekerja untuk hal-hal yang tidak membutuhkan pikiran. Ketrampilan vokasional di SLB.B diharapkan nantinya siswa mampu mengembangkan potensi yang ada. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah mengkaji hasil penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), mendeskripsikan dan meningkatkan kemampuan ketrampilan membuat hiasan timbang. Pelaksanaan di SLB.AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SDLB.B berjumlah 4 siswa. Metode penyimpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan tes. Tehnik analisis data dalam penelitian ini menggunakan presentase (%) untuk mendeskripsikan penerapan dan peningkatan belajar siswa.Temuan dalam penelitian ini sebagai berikut: terjadi peningkatan pada aktivitas dan hasil belajar anak dalam membuat hiasan timbang yang ditunjukkan dalam rata-rata skor ketrampilan membuat hiasan timbang dengan pola berbagai macam bentuk ikan, siswa sebelum dikenai tindakan 56%, setelah diberi tindakan menjadi 59,7% artinya naik 3,7% pada siklus I dan 75,5% pada siklus II berarti naik 19,5% dengan kategori baik. Sedangkan aktifitas siswa diperoleh hasil 61,4% pada siklus I dari 58,5% sebelum tindakan artinya naik 2,9% dan 76% pada siklus II berarti meningkat 13,5% dengan kategori baik.

Kata Kunci : Kemampuan membuat hiasan timbang, CTL

Abstract : Deafness can give bad effect for the development of intelligence. It also causes the difficulties to understand/memorize something. It can make the students like working in a field which only needs a little thought. Vocational skill at inclusive school B is expected to make the students are able to develop their talent. The purposes of the classroom action research are to examine the result of Contextual Teaching and Learning (CTL), to describe and to improve the ability to make playmate bright starts. It was conducted at inclusive school AB. Kemala Bhayangkari 2 Gresik. The subjects of this research were 4 students of the third grade at inclusive school B. The data collecting methods in this research were observation and test. Data analysis technique in this research was percentage (%) , it was used to describe the use of the CTL and the students improvement. The result of this research are an improvement of the students activities and an improvement of the students study result in making playmate bright start. It is proven by the average score of the ability to make playmate bright starts in many kinds of fish. Before the students were given the treatment, their scores are just 56%. Their scores become 59,7% after they are given treatment. It means that their scores increase 3,7% in the first eycle. The scores increase 19,5% and become 75,5% in the second eycle. The last score is categorized as “ good” . the students activity before they were given the treatment is 58,5% their scores increase 2,9% and become 61,4% after they are given the treatment in the first

1

Page 3: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

eycle. They scores 13,5% and become 76% in the second eycle. Their last score is categorized as “ good “.

Keywords : The ability to make playmate bright starts , CTL

Pendahuluan

Pendidikan kecakapan hidup meliputi beberapa keterampilan personal sosial,

vokasional dan akademik. Keterampilan vokasional di SLB.B diharapkan

nantinya siswa mampu mengembangkan potensi yang ada.Anak tuna rungu tidak

mampu mendengar. Ketunaannya membuat implikasi terhadap hal-hal yang khas

dan komplek, sehingga mempengaruhi pendidikan dan kehidupannya. Secara

nyata nampak dalam aspek bahasa, intelegensi, motorik dan sosialnya. Kerusakan

pendengaran mengakibatkan dampak-dampak yang saling terkait, diantaranya

anak tuna rungu tidak punya daya kreatifitas, kurang respon dan lebih suka

bekerja untuk hal-hal yang tidak membutuhkan pikiran. Sehingga mengakibatkan

terhambatnya perkembangan kecakapan hidup siswa.Minimnya penguasaan

bahasa anak tuna rungu yang dipengaruhi oleh gangguan pendengarannya, maka

anak tuna rungu menampakkan intelegensi yang rendah. Menurut pendapat

Cruiskshank yang dikutip Yuke R. Siregar (1988) menyatakan bahwa anak tuna

rungu sering memperlihatkan keterlambatan dalam belajar dan kadang-kadang

nampak terbelakang. Anak tuna rungu yang memiliki keterlambatan intelegensi

mengalami kesulitan untuk memahami dan mengingat sesuatu, sehingga ia lambat

dalam menuangkan ide-idenya.Dalam pendidikan keterampilan anak tuna rungu

anak kelas III SDLB.B semester I tahun 2011/2012 SLB.AB Kemala Bhayangkari

2 Gresik ada 60 % dari empat siswa mengalami kesulitan. Hal ini tergambar dari

hasil keterampilan membuat hiasan timbang yang kurang baik. Dalam

2

Page 4: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

keterampilan membuat hiasan timbang anak tuna rungu tidak mampu membentuk

pola gambar ikan dengan berbagai macam dan jenis bentuk ikan. Anak tuna rungu

dalam membuat bentuk pola ikan monoton, bentuk pola ikannya hanya sebatas

meniru dan mencontoh, tidak mampu menghubungkan bagian-bagian rangkaian

hiasan timbang, sehingga kurang bermakna dan bermanfaat.Pembelajaran

keterampilan di kelas III SDLB Kemala Bhayangkari 2 Gresik selama ini kegiatan

pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah, demonstrasi dan meniru contoh

sehingga siswa tidak dapat mengaitkan konsep dengan contoh riil dalam membuat

macam-macam bentuk pola ikan. Dalam pengembangan pembelajaran perlu

dipilih alternatif yaitu melalui langkah-langkah Contextual Teaching And

Learning (CTL). MenurutBaharuddin dan Wahyuni (2008:138) bahwa: secara

garis besar langkah penerapan Contextual Teaching And Learning ( CTL ) dalam

pembelajaran yaitu mengembangkan pemikiran anak lebih bermakna dengan cara

menemukan, mengkonstruksi sendiri pengalaman dan pengetahuan baru, kegiatan

inkuiri untuk semua topik, mengembangkan sifat keingintahuan siswa dengan cara

bertanya, belajar dalam kelompok, mengahadirkan model, melakukan refleksi

pada akhir pertemuan dan melakukan penilaian autentik.

Pembelajaran ketrampilan membuat hiasan timbang dengan standar kompetensi

pada kelas III semester I, bagian ketrampilan yaitu mengetahui benda yang di

gerakkan oleh angin. Adapun keunggulan Contextual Teaching And Learning

(CTL)siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat atau potensi dan

harapan melalui pelajaran ketrampilan membuat hiasan timbang. Siswa

mengaitkan pengalaman–pengalaman barunya dan mengetahui kegunaan hiasan

timbang serta dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3

Page 5: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

Dalam membuat ketrampilan hiasan timbang guru menyiapkan alat peraga sesuai

keperluan, memberikan contoh hasil ketrampilan yang sudah jadi dan siswa diajak

langsung ke tempat orang menjual ikan atau kolam ikan agar siswa bisa

menerapkan langsung pengalaman barunya.

Kajian Literatur

Dalam kajian pustaka membahas beberapa variabel yang berhubungan dengan

judul sesuai dengan teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan, hal ini

dimaksud guna memberikan landasan terhadap masalah yang diteliti.

Pengertian Kemampuan Keterampilan Membuat Hiasan Timbang .

Pendidikan seni, budaya dan keterampilan mempunyai kedudukan yang sangat

penting dalam pembentukan anak yang harmonis, artinya ada keseimbangan

antara kemampuan intelegensi, seni dan keterampilan. Keseimbangan ini sangat

dibutuhkan oleh anak-anak kelak saat mereka tumbuh dalam menghadapi

tantangan global yang sarat dengan perubahan Menurut Kamus Bahasa Indonesia

(2002 :1180), ketrampilan berasal dari kata dasar “Terampil” artinya cakap dalam

menyelesaikan tugas; mampu dan cekatan. “Ketrampilan” artinya kecakapan

untuk menyelesaikan tugas. Orientasi pembelajaran ketrampilan adalah

memfasilitasi pengalaman emosi, intelektual, fisik, sosial, estetika, artistik dan

kreativitas peserta didik dengan melalui apresiasi dan kreasi untuk menghasilkan

suatu karya/produk yang bermanfaat langsung bagi kehidupan peserta didik

(Depdiknas 2006/ Permen No. 22/2006).

Definisi keterampilan adalah kemampuan, bakat untuk melakukan sesuatu.

Keterampilam dalam menggunakan tangan dan tubuh yaitu ketangkasan,

keterampilan atau kekuatan. rcotent.com/translate_c?hl=id & langpair=…

4

Page 6: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

Ketrampilan suatu kecakapan hidup atau life skill untuk mempertahankan dan

mengembangkan hidup serta dapat membuat suatu karya yang dikerjakan untuk

menyelesaikan tugas yang diberikan guru dan berguna bagi siswa. Dalam

ketrampilan membuat hiasan timbang merupakan pembelajaran secara langsung

bagi peserta didik untuk membuat suatu karya yang bermanfaat dalam

kehidupan sehari-hari. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2002:1180), “hiasan”

artinya barang yang dipakai untuk menghiasi sesuatu; dinding-rumah, sedang

“timbang” artinya tidak berat sebelah, sama. Jadi hiasan timbang adalah suatu

karya/hiasan yang dipakai untuk diletakkan di rumah atau digantungkan pada

tempat tertentu sebagai hiasan sehingga tempat tersebut menjadi indah dan

mempunyai makna, seperti: gantungan hiasan di kamar bayi mempunyai

manfaat untuk merangsang motorik dan kecerdasan bayi. Tujuan Mata Pelajaran

Ketrampilan. Dalam kurikulum SDLB-B mata pelajaran seni, budaya dan

ketrampilan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan ketrampilan b.

Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan ketrampilan c.

Menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan ketrampilan d. Menampilkan

peran serta dalam seni budaya dan ketrampilan. Ruang Lingkup Ketrampilan di

SDLB-B diantaranya adalah Seni rupa, mencakup ketrampilan tangan dalam

menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak mencetak dan

sebagainya.

5

Page 7: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan dalam kemampuan

ketrampilan membuat hiasan timbang.

Adapun yang menyebabkan siswa kurang mampu dalam membuat suatu

ketrampilan adalah siswa tidak bisa memahami suatu konsep , sehingga kurang

mampu menuangkan ide-idenya ke dalam suatu bentuk karya. Menurut Lewtan

dan Mackey (1969:129), yang hasil penelitiannya menunjukkan : bahwa

keterbelakangan atau hambatan perkembangan kognisi anak tuli ada

hubungannya dengan kemiskinan bahasa mereka, oleh karena perolehan

informasi yang kurang menjadikan daya abtraksi dan eksplorasi ide-ide anak

tuna rungu mengalami hambatan pula.

pengembangan kreativitas siswa tidak hanya memperhatikan pengembangan

kemampuan berpikir kreatif tetapi juga memupuk sikap dan ciri-ciri kepribadian

kreatif. Ketrampilan membuat hiasan timbang memuntut kreativitas menjadi

suatu usaha yang lebih dari siswa. Hal ini ditandai bahwa kebanyakan siswa tuna

rungu enggan untuk berperan aktif, mereka hanya meniru dan monoton dalam

membuat suatu ketrampilan, serta kurang kreatif.

Cara meningkatkan kemampuan ketrampilan membuat hiasan timbang.

Tidak biasa dan kurangnya berkomunikasi itulah sehingga yang tumbuh

adalah rasa rendah diri , pemalu dan rasa takut salah. Padahal salah adalah

bagian dari belajar , tidak ada pembelajaran tanpa kesalahan, dan tidak pernah

salah adalah cirinya tidak belajar . dengan adanya kecakapan (life skiil) anak

tuna rungu akan terlatih dalam menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan

berkreasi ( kreativitas) melalui kegiatan eksplorasi, penalaran dan komunikasi.

6

Page 8: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

Menurut pendapat dari Buzan (2008:7) bahwa: tanpa pengulangan pelajaran atau

revisi yang efektif dalam satu hari saja akan lupa 80% pelajaran yang dipelajari .

Oleh karena itu , pemodelan merupakan hal yang harus dilakukan dalam

membuat suatu ketrampilan . Makin sering diulangi materi pelajaran akan

semakin dikuasai. Sejalan dengan pernyataan tersebut, pengulangan dan

pengamatan langsung ke tempat suatu kejadian juga merupakan hal yang harus

dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan ketrampilan siswa tuna rungu.

Melalui pembelajaran secara langsung akan berdampak pada daya imajinasi

siswa dalam mengolah pikirannya sehingga akan meningkatkan daya pikir dan

logika melalui pemberian latihan kepada siswa dalam membuat hiasan timbang.

Mereka akan berkreasi tanpa batas menghasilkan kelak dikemudian hari.

Pembelajaran Contextual Teaching And Learning ( CTL )

Belajar adalah proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami

konsep yang di kembangkan dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan

belajar mengajar ada kegiatan yang dilakukan guru dan siswa. Pembelajaran

merupakan kegiatan belajar mengajar ditinjau dari sudut kegiatan siswa berupa

pengalaman belajar siswa. Pembelajaran adalah pengorganisasian atau

penciptaan atau pengaturan suatu kondisi lingkungan sebaik-baiknya yang

memungkinkan terjadinya peristiwa belajar pada anak. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pembelajaran adalah penggunaan metode tertentu untuk

meningkatkan hasil belajar. Metode pembelajaran sebagai cara-cara untuk

mencapai hasil pembelajaran dan digunakan dalam kondisi tertentu untuk

mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.

7

Page 9: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

Pembelajaran Contextual Teaching And Learning ( CTL ) adalah suatu trategi

pembelajaran yang menekankan kepada proses kestabilan siswa secara penuh

untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan dihubungkannya dengan

situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya

dalam kehidupan mereka.

Nama lain dari Contextual Teaching And Learning ( CTL ) adalah

pendekatan kontekstual karena merupakan suatu konsep belajar di mana guru

menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya

dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan

konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa proses

pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa siswa. Belajar

dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke murid. Menurut Sagala

(2008 : 87 ) bahwa: Contextual Teaching And Learning ( CTL ) merupakan

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajakan

dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilkinya dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sebagai anggota masyarakat. Menurut Depdiknas (2003 : 5) bahawa:

Contextual Teaching And Learning ( CTL ) adalah konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia

nyata dan mendorong siswa dalam membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut

Baharuddin dan Wahyuni (2008:138) secara garis besar langkah penerapan

Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :a.

8

Page 10: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan

cara bekerja sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan

baru b. Melakukan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.c.

Kembangkan sifat keingintahuan siswa dengan cara bertanya.d. Ciptakan

masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).e.Menghadirkan model

sebagai contoh dalam pembelajaran. f.melakukan refleksi pada akhir pertemuan.

g.Melakukan penilaian outentik yang betul-betul menunjukkan kemampuan

siswa.

Siswa belajar dengan cara mengerjakan,menemukan dan mengkontruksi

sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru melalui observasi langsung dengan

dengan melihat ikan aslinya ke akuarium atau ke pejual ikan, guru memberikan

contoh cara-cara membuat berbagai macam bentuk bentuk pola ukan, melalui

pertanyaan guru/ mengarahkan siswa untuk menemukan materi yang

dipelajari ,guru mengkondisikan kelas menjadi beberapa kelompok, masing-

masing satu kelompok dua orang, menghadirkan model untuk mempermudah

siswa dalam membuat hiasan timbang dengan berbagai macam bentuk ikan,

melakukan tanya jawab secara secara langsung pada tiap akhir pertemuan dan

penilaian yang dilakukan secara terus - menerus selama kegiatan pembelajaran

berlangsung.

Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) .

Langkah-langkah penerapan Contexual Teaching and Learning dalam kelas

sebagai berikut:

a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara

bekerja, menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan

9

Page 11: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

baru. Siswa dilatih untuk memecahkan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan

bergulat dengan ide-ide dan kemudian mampu mengkonstruksinya. Dalam hal

ini, siswa akan membangun sendiri pengetahuannya melalui keterlibatan secara

observasi langsung melihat ikan di akuarium/penjual ikan di pasar serta dalam

proses pembelajaran.

b. Lakukan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.Merupakan

siklus proses dalam membangun pengetahuan atau konsep. Siklus inkuiri

meliputi observasi, tanya jawab, hipotesis,pengumpulan data,analisis data

kemudian di simpulkan . Proses pembelajaran di dasarkan pada penemuan dan

pencapaian melalui proses berpikir secara sistematis .Guru berperan untuk

mengoptimalkan kegiatan pada proses belajar sebagai motivator, fasilifator, dan

pengaruh. Guru merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat

menemukan sendiri materi yang harus dipahami.

c. Kembangkan sifat keingintahuan siswa dengan cara bertanya. Siswa bertanya

menunjukkan ada perhatian terhadap materi yang dipelajari dan ada upaya

untuk menemukan jawaban sebagai bentuk pengetahuan. Bagi guru, bertanya

adalah upaya mengaktifkan siswa, guru mendorong, membimbing, dan menilai

kemampuan berpikir siswa.

d. Ciptakan masyarakat belajar ( belajar dalam kelompok-kelompok ). Hasil

belajar yang diperoleh dengan sharing antar teman, antar kelompok, dan antar

yang tahu ke yang belum tahu. Siswa dibagi dalam kelompok –kelompok yang

anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu

memberitahu yang belum tahu, yang cepat mendorong teman yang lambat.

10

Page 12: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

e. Hadirkan model sebagai contoh dalam pembelajaran. Dalam sebuah

pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa di

tiru oleh siswa. Model dalam hal ini berupa cara mengoperasikan. atau guru

memberi contoh cara mengerjakan sesuatu.

f. Melakukan refleksi pada akhir pertemuan. Refleksi yaitu melihat kembali

atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk

mengidentifdikasi hal yang sudah atau belum di ketahui. Reflesi merupakan

respon terhadap kejadian, aktivitis atau pengalaman yang baru di terima.

g. Penilaian Autentik. Belajar di nilai tidak hanya dari hasil tetapi lebih pada

prosesnya dengan berbagai cara, menilai ketrampilan dan pengetahuan yang di

peroleh siswa. Penilaian autentik dilakukan selama dan sesudah proses

pembelajaran berlangsung. Bentuk kegiatan penilaian sebagai dasar untuk menilai

prestasi dan kompetensi siswa diantaranya demonstrasi dan karya siswa.

Keterkaitan antara kemampuan keterampilan membuat hiasan timbang

dengan Contextual Teaching And Learning ( CTL).

Teaching And Learning (CTL) adalah sebuah sistem yang menyeluruh.

Teaching And Learning (CTL) terdiri bagian-bagian yang saling terhubung. Jika

bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang

melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Seperti membuat

hiasan timbang atau gantung. Terdiri dari beberapa bagian-bagian. Contohnya

bahan-bahan untuk membuat hiasan timbang atau gantung yaitu benang, jarum,

kain planel, gunting, kapas, bila bambu, kerincing dan lem. Bahan-bahan tersebut

11

Page 13: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

bila secara terpisah kurang mempunyai makna akan tetapi ketika digunakan secara

bersama-sama menjadi hiasan timbang atau gantung dalam bentuk ikan maka

akan lebih bermakna dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.

Kelebihan dan kelemahan pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL).

Menurut Elaine B. Johnson kelebihan dan kelemahan dalam pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah :

a. Kelebihan Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu :

1). Memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan bakat atau Potensi

melalui ketrampilan membuat hiasan timbang 2).Siswa mengaitkan pengalaman –

pengalaman barunya mengetahui dan mengetahui kegunaan hiasan gantung serta

dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

b.Kelemahan Contextual Teaching and Learning (CTL).

1).Guru lebih insentif dalam membimbing. Karena dalam metode Contextual

Teaching and Learning (CTL) , guru tidak lagi berperan sebagai puast

informasi .Tugas guru adalah mengolah kelas sebagai sebuah tim yang bekerja

sama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa .

Kemampuan belajar seseoran akan di pengaruhi oleh tingkat perkembangan dan

keluar pengalaman yang dimilikinya.Bagi anak tuna rungu untuk

mengembangkan pengetahua ketrampilan membuat hiasan timbang dengan bentuk

ikan ,guru harus lebih intensif dalam membimbing agar siswa dapat membuat

macam-macam bentuk ikan dan memahami kegunaan hiasan timbang dalam

kehidupan sehari-hari.

12

Page 14: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

2).Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan

ide-idenya sendiri . Pada saat observasi melihat macam ikan siswa dapat

menerapkan pengalamannya membuat macam macam bentuk ikan sesuai dengan

pengalamannya dengan menggunakan strategi mereka sendiri . Dalam konteks ini

tentunya . guru memerlukan perhatian dan timbingan yang ekstra terhadap anak

tunarungu agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

Pengertian Tuna Rungu.

Tuna rungu adalah anak yang memiliki hambatan perkembangan indra

pendengaran, anak tuna rungu tidak dapat mendengar suara atau bunyi.

kemampuan berbicaranyapun kadang menjadi terganggu. Ketunaannnya membuat

implikasi terhadap hal-hal yang khas dan komplek . sehingga mempengaruhi

pendidikan dan kehidupannya. kerusakan pendengaran mengakibatkan dampak-

dampak yang saling terkait , diantaranya anak tunarungu tidak punya daya

kreativitas , kurang respon dan lebih suka bekerja untuk hal-hal yang tidak

membutuhkan pikiran , sehingga mengakibatkan terhambatnya perkembangan

kecakapan hidup. Menurut pendapat Lewton dan Mackey ( 1969:129), bahwa

keterbelakangan atau hambatan perkembangan kognisi anak tuli ada hubungannya

dengan kemiskinan bahasa . Oleh karena perolehan informasi kurang, menjadikan

daya abtraksi dan imajinasinya mengalami hambatan pula. Sehingga anak dalam

membuat hiasan timbang kurang kreatif , karena menuangkan ide-idenya.

Dampak dari ketunarunguan.

1. Dampak Ketunarunguan Terhadap Perkembangan Intelegensi .

Perkembangan intelegensi amat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa. Anak

tunarungu akan nampak mempunyai intelegensia yang rendah disebabkan

13

Page 15: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

karena kesulitan dalam memahami bahasa. Pandangan ini didukung oleh

pendapat Bacwin bahwa intelegensi rata-rata anak dengan gangguan

pendengaran lebih rendah daripada intelegensi anak normal, hal ini disebabkan

oleh gangguan bicaranya, oleh karena itu pada tes tanpa verbal didapatkan skor

yang mendekati normal.Sehingga mengalami kesulitan untuk memahami dan

mengingat sesuatu yang bersifat abstrak.

2. Dampak Ketunarunguan Terhadap Perkembangan Emosi .

Keterbatasan berkomunikasi pada anak tunarungu akan mengakibatkan rasa

terasing dari lingkungannya. Hal ini terbukti dari banyaknya keluarga dengan

anak tunarungu yang mengalami kesukaran untuk melibatkan diri anak dalam

keadaan dan kejadian sehari – hari supaya anak mengerti dan memahami apa

yan seharusnya diketahui dan dirasakan oleh orang lain. Beberapa temuan

penelitian menunjukkan bahwa banyak anak tunarungu yang beresiko terasing

dari pergaulan kehidupan luar. Keterasingan tersebut menimbulkan efek emosi

dan kepribadian negatif, antara lain egosentris, takut terhadap dunia luar,

tergantung pada orang lain, perhatian yang tidak mudah dialihkan, mudah

marah dan tersinggung.

3. Dampak Ketunarunguan Terhadap Perkembangan Sosial .

Manusia sebagai seorang individu dalam interaksi sosialnya akan selalu

menggunakan bahasa sebagai media untuk menjalin komunikasi. Sebagai

akibat gangguan dalam pendengarannya yang berdampak pada hambatan

berbahasa akan menjadikan hambatan pula bagi anak tunarungu dalam

interaksi sosialnya.

14

Page 16: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

Anak tunarungu seolah–olah terisolir dari lingkungannya karena adanya

kesalahpahaman antara masyarakat dengan anak tunarungu dimana

keduanya sama–sama memilki kesulitan untuk mengekspresikan bahasa dan

bicara. Masyarakat pada umumnya tidak mengerti bahasa anak tunarungu.

Karena anak tunarungu dalam berkomunikasi lebih banyak menggunakan

bahasa isyarat yang sebagian tidak begitu memahami bahasa tersebut.

Permasalahan yang dihadapi anak lainnya dapat diminimalkan melalui

kerjasama dengan beberapa orang yaitu orang tua, guru, dan masyarakat.

Mereka hendaknya berusaha memahami keadaan anak tunarungu yang sulit

berbahasa.

ketrampilan berbicara di tentukan oleh seberapa sering seseorang

mendengar orang lain berbicara.Menurut para pakar, perkembangan fungsi

berbahasa merupakan proses paling komplek diantara seluruh fase

perkembangan. Menurut (Hardiono Pusponegoro : 2003) fungsi berbahasa

seringkali menjadi indikator paling baik dari ada tidaknya gangguan

perkembangan intelek.Bersama-sama dengan perkembangan sensori

motorik,perkembangan fungsi bahasa akan menjadi fungsi perkembangan

sosial.

4. Dampak ketunarunguan terhadap fisik atau kesehatan.

Jalannya kaku dan agak membungkuk ( jika organ keseimbangan yang ada

pada telinga bagian dalam); gerak matanya lebih cepat, gerak tangannya

cepat/lincah dan pernafasannya pendek sedangkan kesehatannya pada

umumnya.

Hipotesis Tindakan

15

Page 17: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

Dalam penelitian tindakan kelas ini diketengahkan hipotesis tindakan sebagai

berikut. Kemampuan membuat hiasan timbang akan meningkat apabila

menggunakan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) bagi anak

kelas III SLB/B Kemala Bhayangkari 2 Gresik.

Metode Penelitian.

Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas [PTK]. Dilakukan untuk

mengatasi permasalahan di kelas.Hal ini sesuai dengan pendapat Uno,

Lamatenggo, dan Koni (2011:41) yang menyatakan bahwa: penelitian tindakan

kelas adalah penelitian yang dilakukan guru di dalam kelasnya sendiri melalui

refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya, sehingga proses

pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan hasil belajar siswa meningkat.

Proses PTK dimulai dari tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan

reflektif untuk memecahkan masalah demi peningkatan kualitas pembelajaran di

kelas. Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif. berpasangan antara fihak yang

melakukan penelitian dengan pihak yang mengamati proses jalannya

tindakan,Arikunto (2010:17). Cara ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi

unsur subjektifitas pengamat serta mutu kecermatan pengamatan yang dilakukan.

Adapun teman sejawat yang dijadikan kolabolator dengan Guru ketrampilan di

SDLB. SLB A.B Kemala Bhyangkari 2 Gresik.

Desain PTK Model Kemmis & Mc Taggart. Menurut model Kemmis & Mc

Taggart dalam Zainal Aqib ( 2009 : 13 ),desain pelaksanaan penelitian tindakan

kelas adalah sebagai berikut:

16

Page 18: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

Dengan desain sebagai berikut:

Gambar : 3.1 Spiral Tindakan Kelas (Adaptasi dari Hopkins, 1993:48 )

1. Perencanaan. Merencanakan tindakan dengan mempersiapkan perangkat

pembelajaran [ RPP,materi dan lembar penilaian] dan instrumen penelitian

[ lembar observasi aktivitas guru dan siswa ]

17

aksi

Observasi

Refleksi

Perencanaan Ulang

Refleksi

Observasi

aksi

Perencanaan Masalah

Identifikasi Masalah

Page 19: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

2. Tindakan /aksi. Melaksanakan tindakan yang disesuaikan dengan RPP yang

telah dibuat dan pelaksanaannya dilakukan dalam dua siklus masing-masing

siklus empat kali pertemuan.

3. pengamatan/Observasi. melakukan pengamatan dengan mengisi lembar

observasi siswa untuk mengukur tingkat aktivitas siswa dan hasil membuat

hiasan timbang dengan berbagai macam pola hiasan ikan.

4. Refleksi .Pada tahap ini dilakukan analisis apakah pelaksanaan tindakan yang

dilakukan telah sesuai dengan apa yang telah direncanakan, kemudian

menganalisis penyebabnya, lalu dibuat rencana tindakan revisi untuk

pengembangan selanjutnya.

Subjek Penelitian .Adapun lokasi dalam penelitian ini di SLB.AB Kemala

Bhayangkari 2 Gresik. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian

adalah siswa kelas III SDLB-B tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah empat

siswa.

Tehnik Pengumpulan Data. Sugiono ( 2011:308), menyatakan bahawa:

pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian,

karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data . Tehnik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan tes.

1. Observasi .Arifin, (2012:231) menyatakan bahwa:observasi merupakan tehnik

pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan

secara sistematis, logis, obyektif dan rasional mengenai berbagai fenomena

untuk mencapai tujuan tertentu. Dari data yang di peroleh pada pelaksanaan

18

Page 20: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

siklus 1 dan II dari pertemuan 1 sampai 4, maka peneliti melakukan analisis

data melalui 3 tahap yaitu:mereduksi data dengan menyeleksi,

menyederhanakan, mengelompokkan dan mengorganisasi data mentah

kemudian memaparkan data yaitu dengan menampilkan data yang telah di

reduksi dalam bentuk tabel maupun diskripsi. proses pengamatan ini, data

diperoleh tes ketrampilan membuat hiasan timbang dengan berbagai macam

bentuk ikan, observasi dan dokumentasi kegiatan. Hasil pengamatan digunakan

sebagai data kualitatif yang menilai keberhasilan penelitian secara proses.

2. Tes adalah serentetan atau latihan yang digunakan untuk mengukur

ketrampilan, pengetahuan, sikap, intelegensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok, Riyanto (2001:103). Tes dalam

penelitian ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam membuat

ketrampilan hiasan timbang dengan berbagai jenis bentuk ikan . Seperti : (a)

membuat pola; (b) menggunting pola; (c) mengisi kapas dan menjahit pola; (d)

menempel hiasan; (e) memasang benang dan kerincing.

Tehnik Analisa data hasil aktifitas dan hasil ketrampilan siswa terhadap

pembelajaran keterampilan membuat hiasan gantung melalui Contextual

Teaching And Learning (CTL) disajikan dalam bentuk skala huruf

( KS,K,C,B,BS). Analisa data yang dilakukan dengan menafsirkan nilai huruf

tersebut dalam kalimat yang bersifat kualitatif.

Hasil dan Pembahasan.

Berdasarkan hasil observasi dan analisis pada siklus I maka dapat diambil

kesimpulan. Siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan

metode Contextual Teaching and Learning (CTL). Perkembangan aktivitas siswa

19

Page 21: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

pada saat pembelajaran masih kurang yaitu 61.2%. Sebagian besar siswa kurang

antusias dalam mengikuti pembelajaran dan kurang mandiri. siswa dalam proses

pembelajaran masih belum berani menjawab pertanyaan guru, karena mereka

cenderung ragu sehingga terkesan pasif bila ditanyai guru dan siswa dalam

memberikan jawaban dinilai masih kurang tepat. Hal ini karena siswa tuna rungu

mengalami kesulitan dalam mengucapkan. Begitu juga tingkat pencapaian hasil

membuat hasil membuat Hiasan Timbang melalui penerapan Contextual Teaching

And Learning (CTL) masih tergolong rendah, yaitu pada pertemuan 1 sebesar 57

% dan pertemuan 4 sebesar 63 %. Keberhasilan yang dicapai masing-masing

siswa tuna rungu berbeda-beda seperti Al hanya mencapai 63 %, Ash hanya 58 %,

GN hanya 56 % dan FP mencapai 62 %. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru

ketrampilan. kedua anak yang nilainya di bawah 60 % membutuhkan perhatian

khusus juga butuh bimbingan dalam menggunakan alat/bahan yang belum terbiasa

sehingga siswa lebih terampil dalam menggunting memasukkan kapas, menempel

hiasan dan memasukkan benang dan memasang benang.Hasil observasi pada

siklus II terhadap aktifitas guru meningkat menjadi 73 % pada pertemuan pertama

dan 82 % pada pertemuan ke empat. Serangkaian tindakan pada pelaksanaan

kemampuan ketrampilan membuat hiasan timbang melalui Contextual Teaching

And Learning (CTL) telah dilakukan pemberian tindakan pada tiap-tiap siklus

menunjukkan hasil yang berbeda-beda, Penyampaian materi serta pemberian

bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dinilai sudah baik, terutama

keterlibatan siswa dalam pemanfaatan media baik sekali, sehingga pencapaian

aktifitas peneliti pada siklus II terjadi peningkatan dibandingkan dengan siklus I.

20

Page 22: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

Setelah mengkaji hasil penilaian terhadap pencapaian kemampuan ketrampilan

membuat hiasan timbang melalui Contextual Teaching And Learning (CTL) dapat

meningkatkan kemampuan membuat hiasan timbang dengan berbagai pola macam

bentuk ikan hias yang dengan kriteria penilaian yang harus dicapai sebesar 75 %.

Berdasarkan hasil observasi pada siklus 2 maka dapat disimpulkan bahwa suasana

pembelajaran yang aktif mulai tercipta, siswa aktif dalam menjawab pertanyaan

dan bertanya pada guru, termotivasi saat melihat pemodelan secara langsung yaitu

mengamati macam-macam bentuk ikan di kolam/akuarium serta saling kerjasama

dalam menyelesaikan tugas. Hal ini dikarenakan keberhasilan peneliti dalam

memberikan bimbingan dan pengelolaan kelas yang mengalami peningkatan.

Siswa antusias dalam membuat hiasan timbang dan lebih mandiri tidak

menggantungkan pada gurunya lagi. Bila aktifitas siswa dalam pembelajaran pada

pertemuan pertama 75 % pada pertemuan ke empat mengalami peningkatan

sebesar 76 %. Dari hasil pengamatan pada siklus II menunjukkan bahwa

ketrampilan membuat hiasan timbang dengan pola berbagai macam bentuk ikan

mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini dibuktikan hasil membuat hiasan

membuat pola bentuk ikan sudah kreatif, dalam membuat hiasan bentuk ikan

sudah tapi dan bervariasi macam bentuknya dan jumlah bentuk pola ikannya

sudah banyak serta dalam menggunakan alat seperti: gunting, benang, jarum, dll,

Tidak kaku lagi.Skor rata-rata yang diperoleh siswa tuna rungu pada siklus II

adalah 75 %.Pada pertemuan pertama dan meningkat pada pertemuan ke empat

sebesar 75.5 %.

Berdasarkan hasil temuan penelitian tentang keaktifan siswa dalam

pembelajaran ketrampilan membuat hiasan gantung dengan pola berbagai macam

21

Page 23: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

bentuk ikan siklus 1 menunjukkan adannya peningkatan keaktifan siswa dari

61,4 % menjadi 76 % atau terjadi peningkatan sebesar 14,6 %.

Temuan tersebut menunjukkan keaktifan siswa meningkat yang ditunjukkan

melalui keantusiasan siswa dalam proses mengamati berbagai macam bentuk

ikan. Hal ini dikarenakan siswa tunarungu lebih banyak belajar melalui visualnya

dan sesuai dengan pernyataan Sadjaah ( 2005 : 202) bahwa : pembelajaran pada

anak tunarungu harus dibantu dengan menggunakan media minimal gambar, oleh

karena melihat tulisan disertai dengan gambarnya akan lebih konkrit dan secara

visual dilihat secara nyata lebih melekat dalam ingatan, sehingga kognisi

ingatannya akan terlatih. Selain itu peneliti juga memodifikasi dan

menyederhanakan kalimat dalam materi benda – benda yang dapat bergerak

karena tiupan angin serta cara – cara membuat hiasan gantung agar dapat

dipahami oleh anak tunarungu, dengan begitu siswa menjadi lebih mudah

memahami. Hal ini dilakukan sesuai dengan pendapat Sumadi (1982: 11) yang

menyatakan bahwa: anak tunarungu sulit mengartikan ungkapan – ungkapan

bahasa yang mengandung arti kiasan/ abstrak. Peningktatan tersebut dikarenakan

adanya pemodelan yang dilakukan oleh peneliti pada setiap pertemuan. Kegiatan

tersebut dilakukan untuk memotivasi siswa agar tidak merasa ragu dalam

memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Hal ini sejalan

dengan pendapat Bunawan tentang teori natural yang mengatakan bahwa

pembelajaran yang bertolak dari pengalaman dan mengandalkan dorongan meniru

atau imitasi ternyata benar adanya dapat meningkatkan aktivitas siswa. Dipertegas

lagi oleh Bandura dan Walter ( Dalam Slameto, 2003) yang mengatakan bahwa:

tingkah laku baru dikuasai mula – mula dengan mengamati dan meniru suatu

22

Page 24: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

model atau contoh. Dalam kegiatan tersebut, siswa saling berebut untuk

menjawab pertanyaan karena adanya sitem reward yang diterapkan peneliti

sehingga dapat memotivasi keaktifan siswa. Dalam tahap pasca pembuatan hiasan

gantung siswa terlihat sangat senang dalam merangkai pola dan memajang hasil

karya mereka di tempat pemajangan. Pada tahap tersebut siswa terlihat

bersemangat dan termotivasi untuk menunjukkan hasil karyanya. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Darwawati, Endang dan Siti Purwati

(2009) yang menyatakan bahwa:kegiatan ekspose karya pribadi dapat

meningkatkan kepercayaan diri siswa. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti untuk

meningkatkan aktifitas dan kepercayaan diri siswa tunarungu dalam membuat

hiasan gantung. Pembelajaran ketrampilan membuat hiasan gantung dengan pola

berbagai macam bentuk ikan ditemukan keaktifan siswa tunatungu meningkat,

siswa juga lebih senang dan lebih bersemangat dalam belajar. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa teknik CTL dalam pembelajaran keterampilan membuat

hiasan gantung dengan pola berbagai macam bentuk ikan dapat meningkatkan

aktivitas siswa tunarungu kelas III SLB.AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik.

Selain dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran

keterampilan, teknik CTL juga dapat meningkatkan ketrampilan membuat hiasan

gantung siswa tunarungu. Hal ini dibuktikan dengan adanya hasil penilaian yang

menunjukkan ketrampilan siswa pada silkus 1 reratanya sebesar 59,7 %, pada

siklus 2 reratanya 75,5 %. Dari data yang diperoleh dapat dikatakan bahwa

ketrampilan membuat hiasan gantung siswa tunarungu meningkat dari siklus 1

menuju siklus 2 sebesar 15,8%. Peningkatan keterampilan ini disebabkan karena

teknik yang digunakan dalam pembelajaran menulis cerita sesuai dengan

23

Page 25: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

karakteristik siswa tunarungu. Anak gangguan pendengaran dijuluki sebagai insan

visual, oleh karena itu keseluruhan kegiatannya banyak ditopang oleh fungsi

visualnya ( Sadjaah, 2005: 24). Dengan karakteristik yang seperti itu, maka

diperlukan suatu teknik pembelajaran keterampilan yang inovatif untuk

memvisualisasikan materi pelajaran yang disampaikan untuk menghilangkan

kesan abstrak, sehingga materi pelajaran dapat tersampaikan secara efektif dan

efisien. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadjaah ( 2005 : 202)

bahwa :pembelajaran pada anak tunarungu harus dibantu dengan menggunakan

media minimal gambar, oleh karena melihat tulisan disertai dengan gambarnya

akan lebih konkrit dan secara visual dilihat secara nyata lebih melekat dalam

ingatan, sehingga kognisi ingatannya akan terlatih. Selain itu, dalam pembelajaran

keterampilanmembuat hiasan gantung melalui tehnik CTL, peneliti melakukan

pengulangan kegiatan dengan memberi contoh cara membuat hiasan timbang

dengan berbagai macam bentuk ikan. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih

memahami bagaimana cara membuat hiasan gantung dengan benar. Pengulangan

yang dilakukan peneliti sejalan dengan pendapat John Locke (1940) bahwa:

prinsip utama dalam belajar adalah pengulangan. Makin seringdiulangi,materi

pelajaran akan semakin dikuasai.Penerapan CTL yang digunakan dalam

pembelajaran keterampilan membuat hiasan gantung ini dengan demonstrasi

secara langsung.Pembelajaran keterampilan membuat hiasan gantung dengan

tehnik CTL ditemukan keterampilan siswa tunarungu meningkat, siswa juga

lebih senang dan lebih bersemangat dalam belajar. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa CTL dalam pembelajaran keterampilan membuat hiasan gantung

dengan pola berbagai macam bentuk ikan dapat meningkatkan ketrampilan siswa

24

Page 26: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

membuat macam –macam pola ikan, terampil dalam menggunakan alat dan lebih

memahami kegunaan jarum,gunting, benang serta siswa menjadi mandiri .

Simpulan dan Saran

Simpulan

Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran Kemampuan Keterampilan

Membuat Hiasan Timbang dengan pola berbagai macam bentuk ikan melalui

penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) menunjukkan adanya

peningkatan aktifitas siswa yang dibuktikan dengan rerata 58,5% pada pra

tindakan, 59 % pada siklus I pertemuan 1 dan 54 % pada pertemuan ke empat .

siklus II pertemuan pertama sebesar 75%, meningkat menjadi 79% pada

pertemuan ke empat . Dari data tersebut dapat disimpulkan adanya peningkatan

aktifitas siswa dari pra tindakan menuju siklus 1 sebesar 5,5 %, siklus 1 menuju

siklus 2 sebesar 14% .

Selain dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran

ketrampilan membuat hiasan timbang melalui penerapan Contextual Teaching

and Learning (CTL) juga dapat meningkatkan membuat hiasan timbang dengan

pola berbagai macam bentuk ikan siswa tunarungu. Hal ini dibuktikan dengan

adanya hasil penilaian siswa yang menunjukkan kemampuan membuat hiasan

timbang siswa pra tindakan 56%, pada silkus 1 reratanya sebesar 63%, dan pada

siklus 2 reratanya 79%. Dari data yang diperoleh dapat dikatakan

bahwaketrampilan membuat hiasan timbang siswa meningkat dari pratindakan

25

Page 27: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

menuju siklus 1 sebesar 7%. Kemudian pada siklus I menuju siklus II

mengalami peningkatan sebesar 16%.

Saran

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran

ketrampilan siswa tunarungu , khususnya siswa Sekolah Dasar Luar Biasa.

Sebaiknya penelitian ini dijadikan sebagai acuan meningkatkan

pembelajaran ketrampilan di rumah , sebagai tindak lanjut dari pembelajaran di

sekolah.

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu referensi dalam

pembelajaran ketrampilan membuat hiasan timbang melalui Contextual Teaching

and Learning (CTL) .

Pustaka Acuan

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Satuan Pendekatan Praktek. Jakarta.

Rineka Cipta.

Depdiknas. 2003. Pedoman Pelaksanaan Pengelolahan Pendidikan Berbasis Life

Skill di Sekolah Menengah Atas Khusus.

Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SDLB-B).

Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.

Johnson, Elaine B. 2009. Contextual Teaching and Learning (CTL). Terjemahan

Ibnu Setiawan dan Pengantar Prof. Dr. A. Chaedar Alwasilah, Bandung,

http://bandono.web.id/2009/03/07/menyusun-model-pembelajaran-contextual-

teaching-and-learning-ctl.ph

hhtp://yahoo.com/ hakekat anakluar biasa.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Pusat Bahasa. Departemen Pendidikan

Nasional. Jakarta. Balai Pustaka.

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual. Malang. UNM.

26

Page 28: Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Membuat Hiasan Timbang Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And  Learning (CTL) Siswa Kelas III SDLB. AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik

Permen Diknas. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah.

Sadjaah, E. dan Sukarjo. 1995. Bina Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung.

Depdiknas.

Sadjaah,E. 2005. Pendidikan Bahasa Bagi Anak Gangguan Pendengaran dalam

Keluarga. Jakarta.Depdiknas.

Somat dan Hernawati. 1996. Orthopedagogik Anak Tuna Rungu. Proyek Pendidikan Guru Departemen P dan K.

Sugiono 2011. Metode penelitian pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D Bandung : Alfabeta.

W. Gulo. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Munandar Utami,2009.Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.,Jakarta.Rineka Cipta

Wiriaatmadja Rochiati, 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas.Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.

PLPG,2012 .Buku Panduan Instruktur dan Panitia.Surabaya.UNESA.

27