peningkatan keaktifan dan hasil belajar ipa …eprints.ums.ac.id/28256/26/naskah_publikasi.pdf ·...

13
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE PRILEKSI PADA SISWA KELAS V SD N II PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2013/2014 Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Disusun Oleh: ISNA MUHAMMAD FATHONI A510090062 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Upload: hoangdien

Post on 29-Apr-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA …eprints.ums.ac.id/28256/26/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · Karena metode prileksi akan memposisikan siswa untuk aktif dalam proses kegiatan

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE

PRILEKSI PADA SISWA KELAS V SD N II

PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

TAHUN 2013/2014

Naskah PublikasiUntuk memenuhi sebagian persyaratan

Guna mencapai derajatSarjana S-1

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh:

ISNA MUHAMMAD FATHONI

A510090062

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 2: PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA …eprints.ums.ac.id/28256/26/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · Karena metode prileksi akan memposisikan siswa untuk aktif dalam proses kegiatan
Page 3: PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA …eprints.ums.ac.id/28256/26/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · Karena metode prileksi akan memposisikan siswa untuk aktif dalam proses kegiatan

1

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI

METODE PRILEKSI PADA SISWA KELAS V SD N II

PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

TAHUN 2013/2014

ISNA MUHAMMAD FATHONI

A 510090062

ABSTRAK

Tujuan penelitian tindakan kelas ini untuk meningkatkan keaktifan dan hasilbelajar IPA melalui metode prileksi pada siswa kelas V SD N II PracimantoroWonogiri 2013/2014. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenisPenelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahunpelajaran 2013/2014, dilakukan dengan 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapyaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis dan refleksi. Prosespembelajaran dengan menggunakan metode prileksi. Subjek penelitian ini adalahguru dan siswa kelas V SD N II Pracimantoro 2013/2014 yang berjumlah 27siswa. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis data kualitatif. Hasilpenelitian menunjukkan nilai rata-rata keaktifan siswa pada siklus I, 68,03 ataumencapai kriteria keaktifan cukup. Sebanyak 8 siswa (30,77%) mencapai kriteriakeaktifan baik. Pada siklus II meningkat menjadi 80,10, atau mencapai kriteriabaik sebanyak 25 siswa (96,15%). Sementara itu, untuk rata-rata hasil belajarsiswa pada siklus I, 62,36 atau belum mencapai ketuntasan. Ketuntasan padasiklus I sebanyak 8 siswa (30,77%). Pada siklus II rata-rata hasil belajar siswameningkat menjadi 74,81 dengan ketuntasan sebanyak 22 siswa (84,61%).Penelitian ini menyimpulkan bahwa peningkatan keaktifan dan hasil belajar IPAmelalui metode prileksi pada siswa kelas V SD N II Pracimantoro Wonogiri2013/2014 dengan 2 siklus mampu mencapai nilai rata-rata hingga 74,81 denganprosentase ketuntasan sebanyak 22 siswa (84,61%) untuk hasil belajar siswa.Nilai rata-rata keaktifan mencapai 80,10 atau kriteria BAIK dengan prosentasekeaktifan hingga sebanyak 25 siswa (96,15%) untuk keaktifan siswa.

Kata kunci : keaktifan, hasil belajar, metode prileksi, IPA

PENDAHULUAN

SD N II Pracimantoro Wonogiri merupakan sekolah dasar yang terletak di

desa Sedayu kecamatan Pracimantoro kabupaten Wonogiri. Sekolah Dasar yang

berada di daerah pedesaan ini masih belum mampu secara maksimal

melaksanakan pembelajaran di kelas. Secara umum, keaktifan siswa selama

mengikuti proses pembelajaran masih rendah. Keaktifan siswa pada saat

Page 4: PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA …eprints.ums.ac.id/28256/26/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · Karena metode prileksi akan memposisikan siswa untuk aktif dalam proses kegiatan

2

pembelajaran IPA di kelas V SD N II Pracimantoro ini juga masih rendah.

Sebagaimana yang telah disampaikan walikelas V, bapak Fendi pada wawancara

awal mengenai keaktifan siswa dan pelaksanaan pembelajaran. Rendahnya

keaktifan siswa terlihat pada sikap siswa yang kurang memperhatikan guru saat

menyampaian materi, reaksi siswa setelah menerima materi pembelajaran lebih

cenderung pasif dan masih kurang percaya diri untuk mengemukakan pendapat

seperti bertanya, mengungkapkan pendapat dan menyanggah. Kebanyakan siswa

di kelas V di SD N II Pracimantoro lebih cenderung pendiam ketika proses

pembelajaran. Hal ini terjadi karena metode yang dipilih oleh guru kelas V dalam

melaksanakan pembelajaran menggunkan metode ceramah konvensional.

Sehingga membuat para siswa cenderung pasif dan cepat bosan dalam mengikuti

pembelajaran. Hal seperti itu juga dapat mengakibatkan rendahnya hasil belajar

siswa di awal semester I 2013/2014 ini.

Faktor penting yang perlu diperhatikan untuk mencapai keberhasilan

pembelajaran salah satunya adalah metode pembelajaran. Moh. Sholeh Hamid

(2011: 208) menyatakan bahwa salah satu komponen pembelajaran adalah

metode, metode pembelajaran interaktif adalah penjabaran dari pola kolaboratif,

yang menuntut adanya kerja sama dan interaksi antara para siswa dalam

membahas suatu materi pelajaran bersama dengan guru di dalam kelas. Metode

adalah cara umum yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran (Surtikanti

dan Joko Santoso, 2008: 31). Maka metode pembelajaran merupakan cara atau

jalan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pemilihan serta penggunaan metode

pembelajaran yang tepat akan memberikan motovasi, membangkitkan motif,

minat atau gairah belajar siswa. Penggunaan metode pembelajaran secara tepat

oleh guru juga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang penuh tangung

jawab, setiap siswa aktif mengemukakan pendapat dengan lantang, berpegang

pada prinsip ilmu. Sehingga siswa akan mampu secara optimal untuk aktif

mengikuti proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang tepat juga akan

menciptakan suasana yang bersemangat bagi para siswa dari aspek ekstrinsik. Hal

itu dapat mendorong para siswa untuk terus bersemangat dalam mengikuti

pembelajaran hingga akhir semester. Ciri-ciri metode pembelajaran yang baik

Page 5: PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA …eprints.ums.ac.id/28256/26/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · Karena metode prileksi akan memposisikan siswa untuk aktif dalam proses kegiatan

3

yaitu mampu memposisikan siswa sebagai subyek pembelajaran. Artinya siswa

bisa aktif dalam mengikuti pembelajaran karena dalam suatu metode

pembelajaran yang telah direncanakan menempatkan siswa untuk dapat

mengoptimalkan kemampuan belajarnya sesuai tingkat kemampuannya masing-

masing. Metode pembelajaran yang baik juga harus dapat memberikan dorongan

pada siswa untuk bentidak aktif dalam proses belajar. Karena apapun yang

dipelajari siswa, dialah yang harus belajar. Metode itu juga memberikan

tanggungjawab pada siswa yang akan meningkatkan motivasinya dalam belajar.

Memberikan penguatan langsung dan penguasaan yang sempurna disetiap langkah

atau tahap yang dilakukan selama proses belajar.

Deskripsi permasalahan tersebut di atas menunjukkan bahwa pada

pembelajaran IPA kelas V di SD N II Pracimantoro Wonogiri membutuhkan

metode pembelajaran yang tidak hanya ceramah. Metode yang dapat

meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Memposisikan siswa

tidak hanya sebagi objek, tetapi juga sekaligus subyek pembelajaran. Sehingga

nantinya, dengan metode pembelajaran ini akan dapat meningkatkan pula hasil

belajar siswa. Maka dari itu, penelitian ini penting dan akan memberikan alternatif

solusi untuk membantu memecahkan permasalahan tersebut. Karena dalam

penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode pembelajaran belajar aktif

(active learning) untuk memberikan solusi dari permasalahan tersebut.

Surtikanti dan Joko Santoso (2011: 63) menyatakan bahwa belajar aktif

merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui

cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri. Kemampuan belajar

mandiri merupakan tujuan akhir dari belajar aktif. Untuk dapat mencapai hal

tersebut, kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar bermakna bagi

siswa. Belajar yang bermakna terjadi apabila siswa berperan secara aktif dalam

proses belajar. Metode prileksi, merupakan metode yang baik sekali digunakan

untuk mengurangi kelemahan-kelemahan metode ceramah (S. Ulihbukit Ign,

1981: 32). Karena metode prileksi akan memposisikan siswa untuk aktif dalam

proses kegiatan pembelajaran.

Page 6: PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA …eprints.ums.ac.id/28256/26/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · Karena metode prileksi akan memposisikan siswa untuk aktif dalam proses kegiatan

4

S. Ulihbukit Ign (1981: 32) menjelaskan bahwa metode prileksi adalah

suatu cara penyajian pelajaran dengan menggunakan bahasa lisan, menyuruh para

pelajar mendiskusikan, menganalisa, membanding-bandingkan dan akhirnya

menarik kesimpulan dari apa yang disajikan untuk mencapai tujuan pengajaran.

Bahasa lisan dalam metode prileksi ini berfungsi untuk menerangkan,

menjelaskan, mengomentari (mengkritik dan memuji) isi bahan pelajaran.

Sehingga aktifitas pelajar yang tampak pada suatu pembelajaran yang

menggunakan metode prileksi adalah mendengarkan uraian serta mengerjakan

tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Jalannya pembelajaran dengan penerapan

metode prileksi adalah sebagai berikut:

1. Dengan tidak ada interrupsi/ hambatan apapun juga, guru membacakan

sesuatu passage (bahan tertulis) yang sebelumnya telah dibacakan atau

dipelajari oleh pelajar. Pada waktu guru membacakan materi pelajaran

pelajar harus mendengarkan dengan penuh perhatian dan berusaha

menangkap isi bahan materi yang dibacakan oleh guru.

2. Selanjutnya guru mengulangi membacakan bagian-bagian penting dari

passage materi, diteruskan memperluas pembicaraan tentang bagian-

bagian penting tadi misalnya menghubung-hubungkan antara bagian-

bagian materi pelajaran atau menghubung-hubungkan dengan bahan-

bahan lain.

3. Menganalisa bagian-bagian materi secara lisan. Dalam langkah ini

termasuk pula menguraikan bagian-bagian yang dianggap penting dari

materi pelajaran yang disampaikan.

4. Pelajar disuruh mendiskusikan materi pelajaran ini, pelajar-pelajar

dikelompokkan menjadi beberapa kelompok diskusi. Kelompok-

kelompok diskusi ini dikompetisikan satu dengan yang lain.

5. Membandingkan pendapat-pendapat orang lain atau kutipan-kutipan

tertentu dengan bahan yang sedang dipelajari.

6. Membuat kesimpulan dari bahan yang dipelajari. Dalam membuat

kesimpulan ini hendaknya pelajar lebih aktif daripada guru.

Page 7: PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA …eprints.ums.ac.id/28256/26/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · Karena metode prileksi akan memposisikan siswa untuk aktif dalam proses kegiatan

5

Kelebihan yang dimiliki metode prileksi diantaranya: (1) Siswa dan guru

sama-sama aktif.; (2) Baik untuk mengurangi kelemahan-kelemahan metode

ceramah.; (3) Pelajar aktif dalam mendengarkan, menangkap isi pelajaran,

menganalisa, mendiskusikan dan akhirnya menarik kesimpulan-kesimpulan

tertentu.; (4) Menimbulkan kompetisi yang sehat antar siswa.; (5) Menimbulkan

keberanian pada diri siswa untuk menyampaikan pendapatnya. Sehingga dengan

menggunakan metode prileksi pada suatu pembelajaran IPA akan mampu

meningkatkan keaktifan siswa. Penguasaan yang sempurna pada setiap langkah

selama pembelajaran yang menggunakan metode prileksi juga akan sebanding

dengan penguasaan materi yang diperoleh siswa. Sehingga akan didapatkan

peningkatan hasil belajar siswa di kelas V SD N II Pracimantoro.

Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini secara nyata adalah untuk

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA melalui penerapan metode prileksi

pada siswa kelas V di SD Negeri II Pracimantoro Wonogiri Tahun 2013/2014.

Permasalahan-permasalahan yang ada pada proses pembelajaran IPA di kelas V

yang berkaitan dengan keaktifan siswa dan juga hasil belajar siswa sebagaimana

di atas akan dikurangi dan dihilangkan. Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan

menggunakan metode prileksi pada penelitian tindakan kelas ini akan menjadi

alternatif solusi dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas V.

Peningkatan keaktifan siswa dengan menggunakan metode prileksi dalam

penelitian ini akan dilakukan sampai pada kriteria keaktifan yang baik dan

mencapai 80%. Sedangkan untuk hasil belajar siswa akan ditingkatkan status

siswa yang mencapai ketuntasan belajar hingga mencapai 80%. Penelitian

tindakan kelas ini juga dapat memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman

bagi guru untuk mencoba dan menggunakan metode prileksi dalam proses

kegiatan belajar mengajar. Memberikan alternatif solusi untuk guru, bagaimana

mengingkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang kemudian juga

berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.

Pada akhirnya dengan penelitian tindakan kelas ini, guru akan menjadi tahu

bahwa dengan metode prileksi akan meningkatkan keaktifan dan hasil belajar

siswa. Sehingga akan membantu meningkatkan layanan profesional guru dalam

Page 8: PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA …eprints.ums.ac.id/28256/26/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · Karena metode prileksi akan memposisikan siswa untuk aktif dalam proses kegiatan

6

menangani proses belajar mengajar. Mengembangkan kemampuan-keterampilan

guru untuk menghadapi masalah aktual di kelasnya dan mampu mengambil

keputusan yang tepat untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar. Serta

menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru sebgai pendidik (Depdikbud,

1999: 10). Dengan begitu akan terbentuk siswa yang lebih percaya diri, suka

bekerjasama, dan mandiri. Dan guru yang lebih profesional sebagai tenaga

pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan bermakna.

METODE PENELITIAN

Tempat atau setting lokasi penelitian tindakan kelas ini adalah di SD N II

Pracimantoro Wonogiri. Sekolah dasar yang terletak di dusun sawahan, desa

sedayu, kecamatan pracimantoro ini sudah berdiri sejak tahun 1947. Terdaftar

sebagai sekolah negeri di desa sedayu dengan nomor statistik sekolah

101112916008 dan memiliki luas tanah 2.805 m2 serta luas bangunan 432 m2.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini pada awal semester I tahun ajaran

2013/2014. Dilakukan pada hari kamis, 19 dan 26 september 2013 di kelas V SD

N II Pracimantoro dengan jumlah siswa 27 yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan

15 siswa perempuan.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang memggunakan

prosedur pelaksanaan menurut Kemmis & Mc Taggart. Model Kemmis dan Mc

Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh

Kurt Lewin. Akan tetapi, komponen acting (tindakan) dengan observing

(pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan karena implementasi antara

keduanya merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua

kegiatan tersebut harus dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu

berlangsungnya suatu tindakan begitu pula observasi harus dilaksanakan. Menurut

model Kemmis & Mc Taggart, pelaksanaan penelitian tindakan mencakup empat

langkah.

1. Merumuskan masalah dan merencanakan tindakan.

2. Melaksanakan tindakan dan pengamatan/monitoring.

3. Merefleksi hasil pengamatan.

Page 9: PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA …eprints.ums.ac.id/28256/26/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · Karena metode prileksi akan memposisikan siswa untuk aktif dalam proses kegiatan

7

4. Mengubah/merevisi perencanaan untuk pengembangan selanjutnya.

Secara diagramatis, langkah-langkah PTK menurut Kemmis & Mc Taggart yaitu,

(1) perencanaan tindakan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (acting), (3)

pengamatan (observing), (4) refleksi (reflecting) (Herawati Susilo, Husnul

Chotimah dan Yuyun Dwita Sari, 2009: 12-13).

Pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan

beberapa teknik diantaranya 1.) teknik observasi yang digunakan untuk

mengamati keaktifan siswa. Yaitu dengan menggunakan lembar observasi, 2.)

teknik dokumentasi yang digunkan untuk mencari data mengenai informasi

tertulis tentang data siswa dan profil sekolah, 3.) teknik tes yang digunakan untuk

mencari data mengenai hasil belajar siswa. Alat yang digunakan dalam teknik tes

ini berupa soal tes yang terdiri dari soal pilihan ganda, isian dan kuis. dan 4.)

teknik wawancara yang digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dari

data observasi.

H.E. Mulyasa (2009: 69), menjelaskan bahwa beberapa pedoman atau

instrumen penelitian yang dapat digunakan dalam PTK, antara lain sebagai

berikut.

a. Tes: instrumen untuk mengumpulkan data prestasi belajar peserta didik,

baik melalui tes lisan, tertulis, maupun perbuatan.

b. Skala sikap: instrumen untuk mengukur kecenderungan sikap peserta

didik terhadap pembelajaran yang diikuti.

c. Observasi: instrumen yang mengadakan pengamatan terhadap aktivitas

dan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran, baik di kelas maupun

di luar kelas.

d. Wawancara: instrumrn untuk mengumpulkan data lisan dari sumber data

atau subjek penelitian secara langsung.

e. Studi dokumentasi: instrumen untuk mengumpulkan data tentang

peristiwa atau kejadian-kejadian masa lalu yang telah didokumentasikan.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik

observasi, dokumentasi, tes dan wawancara. Teknik observasi digunakan untuk

mengamati guru dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran IPA dengan

Page 10: PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA …eprints.ums.ac.id/28256/26/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · Karena metode prileksi akan memposisikan siswa untuk aktif dalam proses kegiatan

8

metode prileksi. Teknik dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai

informasi tertulis mengenai data siswa yang meliputi nama siswa, daftar nilai

siswa, identitas atau profil sekolah dan foto selama proses penelitian tindakan

kelas. Teknik tes digunakan untuk mencari data mengenai hasil belajar IPA siswa

atau nilai siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan metode prileksi.

Teknik wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk memperkuat dan

memperjelas data yang diperoleh melalui teknik observasi. Dalam mengumpulkan

data-data maka digunakan beberapa instrumen seperti lembar observasi, soal tes

yang terdiri dari tes pilihan ganda dan tes isian, serta lembar wawancara.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini

yaitu dengan menggunakan teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif. Analisis

data kuantitatif dilakukan penyusunan pengumpulan hasil perhitungan rerata.

Perhitungan rerata nilai keaktifan dan hasil tes atau hasil belajar siswa. Analisis

data kualitatif dengan alur kegiatan analisis dimulai dari reduksi data yaitu

menyederhanakan, mengelompokkan data mentah dari lapangan menjadi data

yang bermakna dan diolah untuk bahan evaluasi, yaitu data yang diperoleh data

observasi, wawancara dan dokumentasi. Penyajian data yaitu tahap penyajian data

dalam bentuk tek naratif sehingga lebih jelas dan mudah dipahami tentang proses

dan hasil tindakan yang dilakukan. Penarikan kesimpulan yaitu tahap untuk

menyimpulkan intisari dari sajian data yang telah terorganisasikan dalam bentuk

pernyataan yang singkat,padat dan bermakna.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan dari hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh data mengenai

rata-rata nilai keaktifan dan hasil belajar siswa pada siklus I masih belum

mencapai indikator pencapaian yang telah ditetapkan. Data yang diperoleh pada

siklus I yakni, nilai rata-rata keaktifan siswa mencapai pada kriteria cukup dengan

notasi angka 68,03, sebanyak 8 siswa (30,77%) yang mencapai kriteria keaktifan

baik. Hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 62,36 dengan ketuntasan

sebanyak 8 siswa (30,77%). Pada siklus II data yang diperoleh yakni, nilai rata-

rata keaktifan siswa mencapai pada kriteria baik dengan notasi angka 80,10

Page 11: PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA …eprints.ums.ac.id/28256/26/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · Karena metode prileksi akan memposisikan siswa untuk aktif dalam proses kegiatan

9

sebanyak 25 siswa (96,15%). Sedangkan rata-rata hasil belajar siswa 74, 81

dengan ketuntasan sebanyak 22 siswa (84,61%).

Data akhir yang diperoleh pada siklus II dengan pencapai rata-rata keaktifan

siswa masuk kriteria baik dengan notasi angka 80,10 sebanyak 25 siswa atau

96,15% dan rata-rata hasil belajar siswa mencapai 74,81 dengan ketuntasan

sebanyak 22 siswa atau 84,61%. Hal itu menunjukkan bahwa ada peningkatan

keaktifan dan hasil belajar siswa pada pelaksanaan penelitian ini. Pada

pelaksanaan siklus I dengan hasil rata-rata keaktifan 68,03 atau kriteria cukup dan

rata-rata hasil belajar siswa mencapai 62,36 dengan sebanyak 8 siswa yang tuntas.

Kemudian setelah dilaksanakan siklus yang ke II tejadi peningkatan yang baik.

Keaktifan siswa pada siklus II meningkat menjadi kriteria baik (80,10) dengan

prosentase mencapai 96,15%. Artinya sebanyak 25 siswa telah mengikuti proses

pembelajaran IPA dengan kriteria keaktifan yang baik. Peningkatan nilai

keaktifan siswa juga berbanding lurus dengan hasil belajar siswa yang juga

mengalami peningkatan. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II meningkat

yang pada siklus I mencapai 62,36 menjadi 74,81 dengan ketuntasan 84,61%.

Artinya sebanyak 22 siswa mencapai ketuntasan pada siklus II, yang tadinya

hanya 8 siswa yang mencapai ketuntasan. Hasil yang dicapai pada siklus II

sekaligus telah mencapai dan melebihi indikator pencapaian yang telah ditetapkan

dalam penelitian tindakan kelas ini. Walaupun pada siklus II penggunan metode

prileksi pada pembelajaran IPA telah berhasil untuk meningkatkan keaktifan dan

hasil belajar siswa. Pada pelaksanaan siklus I ditemukan kondisi-kondisi yang

membuat nilai rata-rata keaktifan dan hasil belajar siswa masih belum mencapai

indikator pencapaian yang ditetapkan. Adapun kondisi-kondisi yang ditemukan

selama pelaksanaan siklus I yang mengakibatkan pencapaian nilai keaktifan dan

hasil belajar siswa belum mampu mencapai indikator yang ditetapkan adalah

karena masih didapati siswa yang kurang aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran. Masih ada siswa yang kurang berani atau sungkan untuk

mengemukakan pendapatnya dalam proses diskusi kelompok. Adanya siswa yang

terlalu medominasi di suatu kelompok diskusi. Masih kurangnya kerjasama antar

anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas kelompok. Kurangnya kepahaman

Page 12: PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA …eprints.ums.ac.id/28256/26/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · Karena metode prileksi akan memposisikan siswa untuk aktif dalam proses kegiatan

10

siswa dengan materi yang telah disampaikan. Kondisi-kondisi tersebutlah yang

membuat nilai keaktifan dan hasil belajar siswa pada siklus I masih kurang

memuaskan dan belum mampu mencapai indikator pencapaian yang ditetapkan.

Selain itu, penggunaan metode prileksi dalam proses pembelajaran di kelas V SD

N II Pracimantoro ini masih dirasa baru oleh para siswa. Sehingga membutuhkan

pengenalan bagi mereka untuk lebih bisa meningkatkan lagi nilai keaktifan dan

hasil belajar para siswa dalam proses pembelajaran yang menggunakan metode

prileksi.

Maka setelah dilakukan analisis dan refleksi pada hasil yang diperoleh dari

pelaksanaan siklus I dilaksanakan siklus II dengan memperhatikan dan

memperbaiki kekurangan-kekurangan selama pelaksanaan siklus I. Akhirnya

sebagaimana terlihat pada hasil yang diperoleh dari siklus II. Penggunaan metode

prileksi pada pembelajaran IPA kelas V SD N II Pracimantoro mampu

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Peningkatan keaktifan dan hasil

belajar siswa pada siklus II telah berhasil melebihi indikator pencapaian yang

ditetapkan. Keaktifan siswa dengan kriteria baik berhasil mencapai 96,15% dan

hasil rata-rata belajar siswa 74,81 dengan ketuntasan mencapai 84,61%. Maka

dengan hasil penelitian ini peningkatan kekatifan dan hasil belajar IPA melalui

metode prileksi siswa kelas V SD N II Pracimantoro tahun 2013/2014 telah

berhasil. Penggunaan metode prileksi dalam pembelajaran IPA dapat dijadikan

alternatif solusi untuk membantu guru dalam upaya meningkatkan keaktifan dan

hasil belajar siswa.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada

semester I tahun pelajaran 2013/2014 di kelas V SD N II Pracimantoro dapat

disimpulkan bahwa, penggunaan metode prileksi dalam pembelajaran IPA materi

alat pencernaan manusia dan pembuatan makanan pada tumbuhan mampu

meningkatkan rata-rata keaktifan siswa mencapai kriteria baik. Yaitu dalam nilai

notasi angka 80,10 dan prosentase keaktifan baik mencapai 96,15%. Dan mampu

meningkatkan rata-rata hasil belajar siswa mencapai 74,81 dengan prosentase

Page 13: PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA …eprints.ums.ac.id/28256/26/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · Karena metode prileksi akan memposisikan siswa untuk aktif dalam proses kegiatan

11

ketuntasan 84,61%. Dan penelitian tindakan kelas ini telah berhasil memperbaiki

proses pembelajaran IPA di kelas V.

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1999. Bahan Pelatihan Penelitian Tindakan. Jakarta: Depdikbud,

Dirjen Dikdasmen, Dikmenum.

Hamid, Moh. Sholeh. 2011. Metode Edutainment. Jogjakarta: DIVA Press

Ign. S. Ulihbukit Karo-Karo, dkk. 1981. Metodologi Pengajaran. Salatiga: CV

Saudara.

Mulyasa, H.E. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. REMAJA

ROSDAKARYA

Surtikanti dan Joko Santoso. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: Badan

Penerbit-FKIP UMS

Samino, dkk. 2012. Layanan Bimbingan Belajar. Solo: Fairuz Media.

Susilo, Herawati, Chotimah Husnul dan Yuyun Dwita Sari. 2009. Penelitian

Tindakan Kelas Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesian Guru dan

Calon Guru. Malang: Bayumedia Publishing.