peningkatan hasil belajar bahasa indonesia materi...
TRANSCRIPT
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI
TEKS NONFIKSI
MELALUI METODE TEAM GAME TOURNAMENT
PADA KELAS V MIN 1 SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Dosen pembimbing : Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M. Si.
Oleh :
Silvia Intan Anggraeni
23040 15 0101
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
ii
iii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI
TEKS NONFIKSI
MELALUI METODE TEAM GAME TOURNAMENT
PADA KELAS V MIN 1 SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Dosen pembimbing : Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M. Si.
Oleh :
Silvia Intan Anggraeni
23040 15 0101
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
iv
v
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN
PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Silvia Intan Anggraeni
NIM : 23040 15 0101
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
Judul : PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA
MATERI TEKS NONFIKSI MELALUI METODE TEAM
GAME TOURNAMENT PADA KELAS V MIN 1 SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah. Penulis menyetujui untuk dipulikasikan oleh perpustakaan IAIN
Salatiga tanpa menuntut konsekuensi apapun.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi
Salatiga, 6 Juli 2018
Yang menyatakan
Athna Maftuha
NIM: 111-14-258
vii
MOTTO
روا ر ما بقوم حتى ي غي ما بأن فسهم إن الله ل ي غي
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.S Ar – Ra’dayat 11)
“When you want to give up, Remember why you started”
Ketika kamu ingin menyerah, Ingatlah kenapa kamu memulainya. Kita lebih
banyak belajar dari kegagalan dari pada belajar dari keberhasilan, kita mengetahui
apa yang harus kita lakukan setelah tahu apa yang belum kita kerjakan. Karena
kegagalan yang sebenarnya bukanlah saat kita terjatuh, melainkan ketika kita
tidak mampu untuk bangkit. (Dr. Ibrahim Elfiky)
viii
PERSEMBAHAN
Segala puji syukur selalu penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, sholawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW. Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
1. Ayah saya Sunarto dan Ibu saya Siti Rahayu. Orang-orang yang selalu
menjadi penyemangat hidupku, Terima kasih atas do’a, kasih sayang dan
segala pengorbanannya,
2. Adikku yang paling aku sayangi, Brilliant Edo Bagaskara yang selalu
memberiku semangat,
3. Seluruh keluarga besarku mbah Ribi-Sudarmi,
4. Sahabatku di bangku kuliah Diana Tin Budiarti, Sindiari Puspika, Maulida
Isroiyah, serta Etik Winarsih yang selalu memberikan semangat,
5. Teman teman keluarga besar PGMI,
6. Teman teman Posko KKN Prigi Kedungjati
7. Teman teman organisasi Racana Kusuma Dilaga-Worosrikandi,
8. Brigsus Nagasandhi yang telah memberiku banyak pengalaman,
9. Keluarga keduaku PRABUSIMA Silas Papare-Mala Hayati yang sudah
saya anggap seperti keluarga,
10. Ibu Lilik Sriyanti yang senantiasa memberikan semangat serta
masukannya untuk menyeleseikan tugas akhir ini,
11. Seluruh Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya.
ix
KATA PENGANTAR
حيم الر حمن لر ا هللا بسم
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, nikmat, taufiq serta hidayahnya, sehingga saya dapat
menyeleseikan Skripsi ini yang merupakan syarat wajib yang harus dipenuhi guna
mendapatkan gelar kesarjanaanpada program studi PGMI IAIN Salatiga.
Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Agung
Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari zaman jahiliyah menuju
zaman islamiyah yang penuh dengan ilmu pengetahuan bekal hidup kita baik di
dunia maupun di akhirat kelak.
Atas rahmat Allah SWT dan melalui proses perjuangan yang cukup
panjang, maka skripsi dengan judul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR
BAHASA INDONESIA MATERI TEKS NONFIKSI MELALUI METODE
TEAM GAME TOURNAMENT PADA KELAS V MIN 1 SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019” dapat penulis seleseikan dengan baik, untuk
itu penulis mensyukuri atas rahmat yang telah diberikan-Nya. Penulis menyadari
bahwa dengan motivasi yang ada dalam diri penulis saja tidak akan terlaksana
penyusunan skripsi ini tanpa bantuan, saran, dan arahan dari berbagai pihak. Maka
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, khususnya kepada
yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M. Ag., selaku rektor IAIN Salatiga,
2. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan IAIN Salatiga,
3. Ibu Peni Susapti, M.Si selaku ketua program studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyyah IAIN Salatiga,
4. Ibu Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, kritikdan saran serta keikhlasan dan juga
x
kebijaksanaannya dalam meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini,
5. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf karyawan di lingkungan program
studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah,
6. Ibu Hj. Emy Ratnawati, S.Ag selaku kepala sekolah MIN 1 Semarang
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di
Madrasah yang beliau pimpin,
7. Bapak Amrih Widodo, S.Pd.I selaku guru kelas V MIN 1 Semarang,
8. Bapak/Ibu guru dan karyawan MIN 1 Semarang yang telah membantu
penulis dalam melakukan penelitian,
9. Siswa – siswi kelas V MIN 1 Semarang yang telah mendukung dan
membantu penulis dalam melakukan penelitian,
Atas jasa mereka, semoga amal mereka mendapat balasan yang baik serta
mendapat kesuksesan di dunia maupun di akhirat. Penulis juga mengharap kritik
serta saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini.
Mudah-mudahan sripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Salatiga, 1 Juli 2019
Penulis
Silvia Intan Anggraeni
NIM. 23040 15 0101
xi
ABSTRAK
Anggraeni, Silvia Intan. Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi
Teks Nonfiksi Melalui Metode Team Game Tournament pada Kelas V MIN 1 Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019. Skripsi Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam
Negeri Salatiga. Pembimbing : Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si.
Kata Kunci : hasil belajar, metode Team Game Tournament, teks nonfiksi.
Rendahnya hasil belajar siswa diduga karena materi yang sulit dipahami
dan guru menggunakan metode yang monoton sehingga hasil belajar siswa
menjadi rendah. Seiring dengan berkembangnya zaman yang semakin modern,
berbagai model dan metode pembelajaran pun semakin banyak dan bervariasi.
Salah satu pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu metode Team Game
Tournament (TGT). Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : Apakah metode Team Game Tournament dapat
meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia materi Teks Nonfiksi pada siswa
kelas V di MIN 1 Semarang?
Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
sebanyak dua putaran (siklus). Setiap siklus dilakukan dengan empat tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi. Subjek dari penelitian ini adalah
semua siswa kelas V MIN 1 Semarang dengan jumlah 21 siswa yang terdiri dari
10 laki – laki dan 11 perempuan. Data yang diperoleh yaitu berupa prestasi belajar
Bahasa Indonesia yang didapat dari tes dan lembar observasi kegiatan
pembelajaran. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, tes,
wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dan
kualitatif. Kajian ini menunjukan bahwa : Metode Team Game Tournament
(TGT) merupakan pembelajaran dengan cara penyajian, dimana siswa melakukan
permainan yang dirancang layaknya pertandingan agar siswa dapat terlibat
langsung dalam pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Team Game
Tournament dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia tentang materi Teks non Fiksi di kelas V MIN 1 Semarang. Hal ini
dapat dilihat dari prestasi belajar siswa yang mengalami peningkatan. Pra siklus
rata – rata siswa 66,19 (43%), pada siklus I menjadi 70,95 (62%), dan pada siklus
II menjadi 93,33 (90%).
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL..................................................................................................................i
HALAMAN BERLOGO.......................................................................................ii
HALAMAN JUDUL.............................................................................................iii
PERSETUJUAN PEMBIMING..........................................................................iv
PENGESAHAN KELULUSAN............................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............. Error! Bookmark not defined.
MOTTO ................................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
ABSTRAK ............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
D. Hipotesis Penelitian dan Indikator Keberhasilan ................................... 4
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5
F. Defisi Operasional ...................................................................................... 6
G. Metode Penelitian ....................................................................................... 8
xiii
H. Sistematika Penulisan .............................................................................. 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 13
A. Definisi Belajar ......................................................................................... 13
B. Metode Team Game Tournament (TGT) .............................................. 22
C. Bahasa Indonesia ...................................................................................... 27
D. Teks Nonfiksi ............................................................................................ 30
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ........................................................ 33
A. Gambaran Umum Penelitian .................................................................. 33
B. Deskripsi Pra Siklus ................................................................................. 37
C. Deskripsi Siklus I ..................................................................................... 37
D. Deskripsi Siklus II .................................................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 45
A. Analisis Data Pra Siklus .......................................................................... 45
B. Analisis Data Siklus I ............................................................................... 47
C. Analisis Data Siklus II ............................................................................. 49
D. Pembahasan .............................................................................................. 50
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 54
A. Kesimpulan ............................................................................................... 54
B. Saran.......................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Guru Dan Staf Karyawan (Sumber:Dokumentasi Sekolah).......34
Tabel 3.2 Daftar Nama Siswa Kelas V (Sumber:Dokumentasi Sekolah)..............35
Tabel 3.3 Langkah-langkah Pelaksanaan Siklus I..................................................39
Tabel 3.4 Langkah-langkah Pelaksanaan Siklus II................................................43
Tabel 4.1 Daftar Hasil Belajar Pra Siklus..............................................................46
Tabel 4.2 Daftar Hasil Belajar Siklus I..................................................................48
Tabel 4.3 Daftar Hasil Belajar Siklus II.................................................................50
Tabel 4.4 Daftar Hasil Belajar Keseluruhan Siklus...............................................51
Tabel 4.5 Nilai Rata-Rata Siswa............................................................................52
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Alur PTK Menurut Kemmis dan Taggart (dalam Suparti 2011).........9
Gambar 4.1 Prosentase Hasil Siklus......................................................................52
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I
Lampiran 2. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
Lampiran 3. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II
Lampiran 5. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
Lampiran 6. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
Lampiran 7. Foto Kegiatan Pembelajaran
Lampiran 8. Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran 9. Bukti Lulus Ujian Komprehensif
Lampiran 10. Bukti Lulus Semua Mata Kuliah
Lampiran 11. Surat Tugas Pembimbing
Lampiran 12. Lembar Konsultasi
Lampiran 13. Keterangan SKK
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa Indonesia di tingkat dasar (SD/MI) berdasarkan
kurikulum 2013 menganut pendekatan komunikatif (integratif-tematik).
Artinya, dalam implementasinya pembelajaran bahasa Indonesia harus lebih
menekankan pada aspek komunikasi dan aplikasi yang harus diajarkan adalah
bahasa sebagai alat komunikasi. Siswa diajak belajar berbahasa secara
komunikatif untuk bekal kecakapan hidupnya sehingga bahasa merupakan
suatu yang fungsional bagi kehidupan manusia.
Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja
dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau
pengetahuan baru sehingga memungkinkan terjadinya perubahan perilaku
seseorang yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam
bertindak (Susanto, 2013:5).
Guru dalam mendesain pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Guru bertanggung jawab untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan
kegiatan di dalam kelas. Siswa akan lebih berhasil dalam belajar apabila guru
memiliki kompetensi dan kualitas yang baik dalam melaksanakan
pembelajaran.
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan pada November 2018 di
MIN 1 Semarang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia masih rendah. Hal ini terbukti dengan adanya
hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas V MIN 1 Semarang yaitu
Bapak Amrih Widodo S.Pd.I. Hasil wawancara menunjukkan bahwa masih
banyak siswa yang mempunyai nilai ulangan Bahasa Indonesia di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari 21 siswa kelas V MIN 1 Semarang
yang memiliki nilai di atas KKM hanya 43% (9 siswa), sedangkan sebanyak
57% (12 siswa) mendapat nilai di bawah KKM.
2
Faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran
Bahasa Indonesia ini diduga karena kelas yang monoton sehingga banyak
siswa yang berbincang dengan teman sebangkunya. Selain itu pemberian
materi pembelajaran dari guru yang sulit dipahami juga merupakan faktor
dari tingginya nilai siswa yang tidak mencapai KKM. Guru saat
menyampaikan materi pembelajaran monoton, hanya ceramah saja sehingga
tidak dapat memfasilitasi gaya belajar siswa yang berbeda-beda. Selain itu
dengan cara penyampaian materi dengan ceramah terkesan sangat
membosankan sehingga tidak menarik perhatian siswa untuk mengikuti
pembelajaran. Banyak siswa yang bosan untuk menerima pembelajaran
karena tidak ada hal yang berbeda dari pembelajaran sebelumnya. Gaya
belajar siswa sangat beragam sehingga guru seharusnya dapat memfasilitasi
gaya belajar yang beragam tersebut, sehingga dapat mempengaruhi siswa
dalam memahami materi pembelajaran, jadi metode pembelajaran sebaiknya
dapat memfasilitasi semua jenis gaya belajar setiap siswa.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia dianggap banyak memakan metode
baca, sehingga banyak siswa merasa jenuh dengan materi pelajaran ini. Hal
ini sering kali terjadi karena guru hanya menggunakan metode ceramah dan
drill. Seharusnya materi ini bisa diajarkan dengan menggunakan metode atau
media yang lebih tepat misalnya dengan metode Team Game Tournament
(TGT) siwa akan lebih senang dan memahami isi bacaan yang dijelaskan.
Sebagai pengajar sebenarnya rumusannya sangat sederhana, ia
membantu dan membimbing siswa yang sedang berkembang untuk belajar,
belajar tentang sesuatu yang belum diketahuinya pengajar yang unggul yang
sesungguhnya akan selalu dikenang siswanya, karena dia demikian terampil
menyederhanakan suatu masalah yang pekik dan rumit, kemudian
menjelaskan (explaning) dengan gamblang prinsip-prinsip yang terkait
dengan penyelesaian masalah tersebut. Selanjutnya guru sebagai pengajar
yang unggul membantu para siswa pembelajar untuk mengembangkan cara-
cara belajarnya sendiri. Pada kenyataanya model pembelajaran seharunya
dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami pembelajaran, dan guru
3
sebagai pengajar selalu mencari ruang untuk menyelesaikan tugas
konvensionalnya, menerangkan (explaining), memberi informasi, bertanya
(asking), menunjukkan (explainer) harus selalu berusaha untuk meningkatkan
keterampilan dan kompetensinya sehingga sesuatu yang tampak sukar dan
kompleks menjadi lebih bermakna bagi siswa karena dia telah memperoleh
pemahaman (Mukhlasin, 2015:190).
TGT merupakan metode pembelajaran kooperatif untuk membantu
siswa mereview dan menguasai materi pelajaran. Slavin menemukan bahwa
TGT berhasil meningkatkan skill-skill dasar, pencapaian, interaksi positif
antar siswa, harga diri dan sikap penerimaan pada siswa-siswa lain yang
berbeda. Aktifitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran kooperatif metode TGT memungkinkan siswa belajar lebih
rileks (Huda, 2011). Sehingga dapat memfasilitasi berbagai macam gaya
belajar siswa yang berbeda-beda.
Permasalahan diatas harus dicari jalan keluarnya, sehingga dapat
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, aktif, kreatif, bisa bekerja
sama dan membangun daya pikir yang optimal. Penelitian ini akan dicobakan
dengan metode pembelajaran kooperatif model Team Game Tournament
(TGT). Berangkat dari permasalahan inilah penulis tertarik mengadakan
penelitian terhadap pengaruh metode Team Game Tournament (TGT) untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI. Maka penelitian ini diberi
judul: Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Teks Nonfiksi
Melalui Metode Team Game Tournament Pada Kelas V MIN 1 Semarang
Tahun Pelajaran 2018/2019.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut :
Apakah metode Team Game Tournament dapat meningkatkan hasil belajar
Bahasa Indonesia materi teks nonfiksi pada kelas V MIN 1 Semarang
tahun pelajaran 2018/2019?
4
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang
hendak dicapai adalah untuk mengetahui apakah dengan menggunakan
metode Team Game Tournament dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa
Indonesia materi teks nonfiksi kelas V MIN 1 Semarang tahun pelajaran
2018/2019.
D. Hipotesis Penelitian dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Kata hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti dibawah dan kata
“thesa” yang berarti kebenaran.
Untuk membuktikan benar atau salah maka perlu dibuktikan atau
dilakukan penelitian. Dalam pemelitian ini, rumusan hipotesisnya adalah
dengan menggunakan metode Team Game Tournament dapat
meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia materi peristiwa yang
terdapat pada teks nonfiksi pada siswa kelas V semester II MIN 1
Semarang tahun pelajaran 2018/2019.
2. Indikator Keberhasilan
Penggunaan metode Team Game Tournament dikatakan berhasil
apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator pemelajaran
yang peneliti paparkan sebagai berikut :
a. Secara Individu
Siswa mendapat nilai lebih dari KKM yang telah di tetapkan dari
sekolah ≥ 65 pada mata pelajaran bahasa Indonesia maetri teks
nonfiksi.
b. Secara Klasikal
Suatu kelas dapat dikatakn berhasil apabila dalam kelas tersebut
mencapai 85% siswa yang mencapai KKM.
5
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teortis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi
mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan metode pembelajaran Team
Game Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran Bahasa Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1. Meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Meningkatkan pemahaman siswa melalui metode Team Game
Tournament (TGT).
b. Bagi Guru
1. Meningkatkan kreatifitas guru dalam metode pembelajaran.
2. Memberikan tambahan variasi mengajar.
c. Bagi Sekolah
1. Memberikan sumbangan baik bagi sekolah untuk memperbaiki
proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar.
2. Sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia.
d. Bagi Peneliti
1. Mendapat pengalaman langsung dalam melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan model Team Game
Tournament (TGT).
2. Mendapat bekal sebagai calon guru untuk mengembangkan
keaktifan dan hasil belajar siswa.
6
F. Defisi Operasional
1. Hasil Belajar
Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan
lingkungannya (Ali Muhammad, 2004: 14). Perubahan perilaku dalam
proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi
tersebut umumnya berlangsung karena disengaja. Dengan demikian,
belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu.
Sebaliknya, apabila dalam proses belajar tidak terjadi perubahan dalam
diri individu maka belajar dikatakan tidak berhasil.
Hasil belajar merupakan hasil dari perubahan perilaku dalam
proses pembelajaran berupa nilai dari tes yang bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana proses belajar dan pembelajaran telah bekerja
secara efektif sehingga dapat digunkan sebagai indikator atau bahan
evaluasi bagi guru maupun murid.
Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah nilai atau hasil evaluasi pelajaran Bahasa Indonesia
yang diperoleh siswa setelah kegiatan belajar mengajar (KBM)
berlangsung.
2. Metode Team Game Tournament
Pembelajaran kooperatif metode TGT adalah salah satu metode yang
mudah digunakan atau diterapkan dalam suatu pembelajaran. Metode
pembelajaran ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya,
mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar
dan mendukung reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang
dirancang dalam pembelajaran kooperatif dengan metode TGT
memungkinkan siswa dapat belajar lebih releks di samping
menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat,
dan keterlibatan belajar.
Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin (1995) untuk
membantu siswa mereview dan menguasai materi pelajaran. Slavin
7
menemukan bahwa TGT berhasil meningkatkan skill-skill dasar,
pencapaian, interaksi positif antarsiswa, harga diri, dan sikap penerimaan
pada siswa-siswa lain yang berbeda.
Aktivitas belajar dengan mengunakan permainan metode Team Game
Tournament (TGT) dirancang dalam pembelajaran kooperatif
memungkinkan siswa dapat belajar dengan nyaman dan lebih releks
sehingga menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama,
persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. Diharapkan dengan
menggunakan metode TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V.
3. Teks Nonfiksi
Pengertian teks nonfiksi adalah karangan yang dibuat atas dasar fakta
atau hal yang benar-benar terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Nonfiksi
merupakan sebuah karangan yang dihasilkan dalam bentuk cerita nyata
atau cerita kehidupan sehari-hari yang dituliskan menjadi sebuah cerita.
Dengan kata lain nonfiksi merupakan karya yang bersifat faktual atau
peristiwa yang benar-benar terjadi.
Semua hal yang terkandug dalam buku nonfiksi adalah nyata dalam
kehidupan. Karangan nonfiksi yaitu karangan yang dibuat berdasarkan
fakta, realita, atau hal-hal yang benar-benar terjadi dalam kehidupan kita
sehari-hari. Tulisan nonfiksi biasanya berbentuk tulisan ilmiah, laporan,
artikel, feature, skripsi, tesis, desertasi, makalah, dan sebagainya.
Karangan nonfiksi berusaha mencapai taraf objektifitas yang tinggi, dan
mengunggah nalar (pikiran) pembaca.
Bahasa karangan nonfiksi bersifat denotatif. Arti kata denotatif itu
sendiri yaitu bermakna sebenarnya atau makna yang memang sesuai
dengan pengertian yang dikandung oleh kata tersebut. Karangan nonfiksi
bersifat denotatif yang dimaksudkan adalah karangan yang menunjukkan
pengertian terbatas sehingga tidak bermakna ganda, dan dihasilkan dalam
bentuk cerita nyata atau cerita kehidupan sehari-hari.
8
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), yakni penerapan metode Team Game Tournament
(TGT) pada perhitungan skala untuk meningkatkan hasil belajar.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yakni penelitian yang dilakukan oleh
guru kelas atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
merupakan penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang
dilaksanakan dalam ruang kelas dengan tujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Subjek Penelitian
a. Siswa kelas V MIN 1 Semarang Tahun Ajaran 2018/2019 dengan
jumlah 21 siswa yang terdiri atas 11 laki-laki dan 10 perempuan.
b. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru
kelas V MIN 1 Semarang
3. Langkah Langkah Penelitian
a. Perencanaan (Planning)
Tahap perencanaan merupakan bagian awal yang harus dilakukan
peneliti sebelum seluruh rangkaian kegiatan dilakukan. Kegiatan yang
dilakukan adalah:
1) Membuat skenario pembelajaran dengan penerapan metode
Team Game Tournament (TGT) (Silabus, dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran).
2) Menyusun soal evaluasi/post test.
3) Menyusun lembar pengamatan untuk guru dan siswa.
b. Tindakan (Action)
Pelaksanaan adalah menerapkan rencana pada tahap satu, yaitu
bertindak di kelas. Hendaknya perlu diingat bahwa pada tahap ini
tindakan memang harus sesuai dengan rencana, tetapi harus terkesan
alamiah dan tidak direkayasa. Hal ini akan berpengaruh dalam proses
9
refleksi pada tahap empat nanti dan agar hasilnya dapat disinkronkan
dengan maksut semula.
c. Pengamatan (Observation)
Pada tahap ini segala aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
diamati, dicatat, dinilai kemudian dianalisis untuk dijadikan umpan
balik. Pengamatan tersebut meliputi keaktifan dan inisiatif siswa
selama kegiatan pembelajaran.
d. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan kegiatan analisis, interpretasi, dan eksplanasi
terhadap semua informasi yang diperoleh dari observasi pelaksanaan
tindakan. Pada tahap refleksi meliputi:
1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran.
2) Evaluasi hasil observasi
3) Analisis hasil pembelajaran. Memperbaiki kelemahan siklus I
pada siklus II.
Hasil refleksi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan
tersebut, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru
pada tahap selanjutnya, yaitu siklus II dan seterusnya. Untuk lebih
jelasnya berikut adalah skema siklus penelitian PTK.
Skema Siklus Penelitian
Gambar 1.1 Alur PTK Menurut Kemmis dan Taggart (dalam Suparti 2011)
SIKLUS I
Refleksi Perencanaan
Tindakan
Pengamatan
SIKLUS II
Refleksi Perencanaan
Tindakan
Pengamatan
SIKLUS III ?
10
4. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
tindakan kelas yaitu observasi dan tes
a. Observasi
Observasi/pengamatan adalah proses pengambilan data dalam
penelitian ketika peneliti atau pengamat melihat situasi
penelitian. Peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua
hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan
berlangsung. Hal yang diamati adalah kegiatan guru dalam
pengelolaan kelas, aktifitas belajar siswa dalam pembelajaran.
Observasi digunakan untuk membuat kesimpulan terhadap
pelaksanaan siklus kemudian akan direfleksikan pada siklus
berikutnya.
b. Tes
Tes yang digunakan adalah tes tertulis untuk mendapatkan data
berupa nilai yang menggambarkan pencapaian target kompetensi
setelah melakukan proses belajar dengan menggunakan metode
Team Game Tournament (TGT) pada peristiwa yang terdapat
pada teks fiksi dan non fiksi. Tes bertujuan untuk mengukur hasil
belajar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pemberian atau pengumpulan bukti-bukti
dan keterangan (Poerwadarminta, 2006:299). Dokumentasi
digunakan untuk memperoleh bukti gambar siswa pada saat
mengikuti kegiatan belajar mengajar siswa kelas V MIN 1
Semarang tahun 2018/2019.
d. Wawancara
Tekhnik wawancara ini dilakukan kepada guru di sekolahan yang
akan di telitui untuk emperoleh data siswa dan juga data-data
tentang sekolahan.
11
5. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah diskriptif persentase. Data
yang di analisis meliputi rata-rata kelas, ketuntasan belajar individu, dan
ketuntasan belajar klasikal. Sesuai dengan rancangan penelitian yang
digunakan analisis data dilakukan dalam setiap siklusnya berdasarkan
hasil observasi yang tercatat dalam setiap siklusnya.
a. Ketuntasan individu
Batas minimal keberhasilan siswa berkaitan dengan upaya
meningkatkan hasil belajar (Hamdani, 2010: 146). Ada beberapa
alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan peserta didik
setelah mengikuti proses belajar mengajar, yaitu norma skala angka
dari 0-10 dan norma skala angka dari 0-100.
Angka terendah menyatakan kelulusan atau keberhasilan belajar
skala 0-10 adalah 5,5 sedangkan untuk skala 0-100 adalah 55 atau
60. Jika seorang peserta didik dapat menjawab lebih dari setengah
instrumen evaluasi dengan benar, maka ia dianggap telah memenuhi
target minimal keberhasilan belajar.
b. Ketuntasan klasikal
Ketuntasan belajar adalah kriteria minimal pembelajaran Bahasa
Indonesia yang menyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas
seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar. Ketuntasan
belajar dapat dicapai siswa apabila >75% secara individu >85%
secara keseluruhan objek penelitian.
P = X 100 % Keterangan: P = Jumlah nilai dalam persen
F = Frekuensi
N = Jumlah siswa
c. Rata-rata Kelas
Untuk menghitung rata-rata kelas pada tiap siklusnya peneliti
menjumlahkan nilai yang diperoleh oleh peserta didik, kemudian
membagi dengan jumlah siswa tersebut menggunakan rumus:
12
M = Keterangan: ∑X = Jumlah nilai siswa
N = Jumlah peserta didik
M = Nilai rata-rata kelas
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan skripsi yang
bertujuan untuk mempermudah jalan pikiran dan memenuhi secara
keseluruhan isi skripsi penelitian. Sistematika penulisan skripsi dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagian pendahuluan skripsi berisi: Judul Skripsi, abstrak, pengesahan,
motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar
grafik.
2. Bagian isi skripsi terdiri dari:
BAB I berisi Pendahuluan, pada bab pendahuluan terdiri dari
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, hipotesis tindakan dan indikator
keberhasilan, manfaat penelitian, definisi
operasional, metodelogi penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II berisi Kajian pustaka, pada bab ini penulis menemukan
landasan teori tiap-tiap variabel penelitian.
BAB III berisi Pelaksanaan penelitian, pada bab ini berisi tentang
gambaran umum MIN 1 Semarang dan pelaksanaan
penelitian.
BAB IV berisi Analisis hasil penelitian, dan pembahasan, pada bab
ini berisi hasil penelitian meliputi diskripsi dan per
siklus dan pembahasan
BAB V berisi Kesimpulan dan penutup, pada bab ini terdiri dari
kesimpulan dan saran.
3. Bagian akhir skripsi terdiri atas tentang daftar pustaka dan lampiran.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang menghasilkan
perubahan dalam diri seseorang yang bersifat positif dan aktif.
Pengertian belajar sendiri beraneka ragam tergantung sudut
pandangnya, yang penting perlu dipahami bahwa konsep belajar
merupakan aktivitas penting bagi manusia agar dapat berkembang.
Setiap keterampilan, pengetahuan dan semua aktivitas manusia
didominasi oleh akivitas belajar (Lilik Sriyanti, 2011:11).
Aktivitas belajar sudah ditemukan pada bayi, ditemukan pada
anak-anak, remaja hingga lansia. Aktivitas belajar terjadi di rumah, di
sekolah bahkan di semua tempat bisa terjadi proses belajar. Contoh
definisi belajar dikemukakan oleh Skinner dari aliran behavioristik
yang menyatakan belajar sebagai proses adaptasi yang berlangsung
secara progresif. Sementara Crow and Crow menyatakan belajar
adalah perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan,
dan berbagai sikap termasuk penemuan baru dalam mengerjakan
sesuatu usaha memecahkan rintngan, dan menyesuaikan dengan
situasi baru (Lilik Sriyanti, 2011:12).
Menurut Fudyartanto 2002 pengertian belajar adalah usaha
untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia
untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian
yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusi
menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan
memiliki tentang sesuatu (Baharuddin, 2015:15).
Belajar sebagai proses yang kompleks, juga dikemukakan oleh
Gredler (2011) dalam bukunya Learning and Intruction teori dan
Aplikasi. Ia mengatakan bahwa belajar (learning) adalah proses
14
multisegi yang biasanya dianggap sesuatu yang biasa saja oleh
individu sampai mereka mengalami kesulitan saat menghadapi tugas
yang kompleks. Akan tetapi, kapasitas belajar ini menjadi
karakteristik yang membedakan manusia dan makhluk lainnya. Hanya
manusia memiiki otak untuk berkembang baik, digunakan melakukan
tindakan yang memiliki tujuan. Diantara kemampuan itu adalah
mengidentifikasi objek, merancang tujuan, menyusun rencana,
mengorganisasikan sumber daya, dan monitor konsekuensi.
(Baharuddin, 2015:17). Berikut adalah pengertian belajar menurut
beberapa pakar dari Barat :
a. Gagne
Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi
ingatan memengaruhi siswa sehingga perbuatannya berubah dari
waktu ke waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu
sesudah ia mengalami situasi tadi (Purwanto, 2002: 84).
b. Hilgard dan Bower
Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang
terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, perubahan
tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan
respons pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat,
misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya (Purwanto,
2002: 84).
c. Morgan
Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku yang terjadi sebagai suatu basil dari latihan atau
pengalaman (Purwanto, 2002: 84).
2. Prinsip-Prinsip Belajar
Seseorang harus mempunyai prinsip-prinsip tertentu dalam
mengerjakan berbagai kegiatan dalam kehidupan sehari-hari, begitu
juga dengan belajar. Seharusnya peserta didik dapat terlibat secara
15
aktif dalam proses pembelajaran, minat yang harus ditingkatkan dan
dibimbing supaya tujuan instruksional dapat dicapai. Belajar juga
harus bisa memperkuat pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik.
Belajar perlu ada interaksi antara peserta didik dan lingkungan.
Prinsip-prinsip belajar yakni dalam belajar peserta didik harus
diusahakan berpartisipasi aktif, meningkatkan minat, dan
membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. Belajar harus
dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada
peserta didik untuk mencapai tujuan instruksional. Belajar perlu
lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan
kemampuan bereksplorasi dan belajar dengan efektif. Belajar perlu
ada interaksi peserta didik dengan lingkungannya (Riyanto, 2009:63).
Untuk menertibkan diri dalam belajar seseorang harus
mempunyai prinsip. Seperti yang diketahui prinsip belajar memang
kompleks, tetapi dapat juga dianalisis dan dirinci dalam bentuk-
bentuk prinsip atau azas belajar. Prinsip belajar meliputi suatu proses
aktif, dalam hal ini terjadi hubungan saling mempengaruhi secara
dinamis antara peserta didik dan lingkungan. Belajar harus memiliki
tujuan yang jelas bagi peserta didik. Belajar yang paling efektif
apabila didasari oleh dorongan motivasi yang murni dan bersumber
dari dalam diri peserta didik itu sendiri. Hambatan dan rintangan
dalam belajar memang selalu ada oleh karena itu peserta didik harus
sanggup menghadapi atau mengatasi secara tepat. Belajar memerlukan
bimbingan, baik itu dari guru atau panduan dari buku pelajaran itu
sendiri. Jenis belajar yang paling utama ialah belajar berpikir kritis,
daripada hanya pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis.
Cara belajar yang paling efektif adalah dalam pembentukan
penyelesaian masalah melalui kerja kelompok asalkan masalah
tersebut disadari bersama. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-
hal yang dipelajari, sehingga diperoleh pengertian-pengertian. Belajar
memerlukan latihan dan pengulangan, agar materi pelajaran yang
16
dipelajari dapat dikuasai. Belajar harus disertai dengan keinginan dan
kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan. Belajar dianggap berhasil
apabila si pelajar telah sanggup menerapkan dalam prakteknya.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-
prinsip belajar adalah peserta didik harus terlibat aktif sehingga dapat
memahami materi pelajaran sendiri. Adanya peningkatan minat dan
bimbingan untuk mencapai tujuan belajar. Dalam belajar harus ada
hubungan yang dinamis antara peserta didik dengan lingkungannya,
sehingga dapat memahami materi pelajaran yang terkait dengan hal-
hal yang kontekstual. Belajar perlu latihan dan pengulangan, sehingga
pemahaman yang diperoleh selalu diingat oleh peserta didik. Belajar
yang paling efektif adalah belajar yang berpikiran kritis, daripada
hanya menghafal materi.
3. Teori-Teori Belajar
Ada beberapa teori belajar yang dikemukakan para ahli. Berikut
ini adalah beberapa teori belajar yang mendukung pembelajaran
dalam sistem pendidikan.
a. Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif yang dikemukakan oleh Ausubel,
belajar akan menghasilkan manfaat bila peserta didik mencoba
menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang
dimilikinya. Menurut Ausubel, belajar bermakna merupakan
suatu proses menghubungkan informasi baru pada konsep-konsep
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Faktor
yang paling penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang
telah diketahui peserta didik (Trianto, 2007:25).
Dalam hal ini belajar akan bermanfaat jika ada hubungan
antara pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dengan apa yang
ditemukan dalam kehidupan seseorang tersebut. Jika seseorang
mendapatkan pengetahuan baru tanpa ada pengetahuan
sebelumnya, maka akan sulit untuk memahami pengetahuan baru
17
tersebut. Sebaliknya pengetahuan lama yang tidak dihubungkan
dengan pengetahuan baru maka tidak akan berkembang.
b. Teori Belajar kontruksivisme
Menurut Piaget, perkembangan kognitif seseorang melalui
beberapa tahapan, yaitu sensorimotor (sampai dengan usia 2
tahun), Concreteoperations (usia 2-11 tahun), dan formal–
operations (setelah usia 11 tahun). Pada tahap sensorimotor
pengetahuan yang diperoleh masih sangat terbatas sejalan dengan
perkembangan fisik dari anak tersebut. Pada tahap Concrete-
operations anak sudah mulai belajar simbol yang merupakan
representasi dari obyek tertentu. Anak mulai belajar
menghubungkan suatu obyek dengan simbol tertentu. Sedangkan
pada tahap formal–operations pengetahuan yang diperoleh anak
semakin kompleks, karena anak telah banyak perbendaharaan
kata dan memahami arti serta dapat mengasosiasikan dengan
kata-kata lainnya. Dalam tahap ini anak sudah dapat merangkum
atau mengkombinasikan dua konsep atau lebih untuk membentuk
suatu aturan.
Menurut Piaget pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan
penting untuk perkembangan pengetahuan yang dimiliki oleh
peserta didik (Trianto, 2007:14). Berdasarkan pendapat tersebut
dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif berkembang sesuai
dengan pertambahan usia sehingga dalam memberikan materi
pelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan usia individu
dan metode yang digunakan juga harus disesuaikan.
c. Teori Belajar Trail and Error
Dalam belajar menurut Thorndike melalui dua proses yakni
Trial and error (mencoba dan gagal), dalam hal ini Thorndike
mengembangkan hukum Law of effect, yaitu segala tingkah laku
manusia ditentukan oleh stimulus yang ada di lingkungan
18
sehingga menimbulkan respons secara refleks, dan stimulus yang
terjadi mempengaruhi perilaku selanjutnya (Baharudin, 2007:65).
Teori ini dapat dipahami bahwa sebuah tindakan jika
menghasilkan perubahan yang memuaskan maka ada
kemungkinan tindakan tersebut diulang kembali, namun jika
suatu tindakan menimbulkan ketidakpuasan maka tindakan
tersebut cenderung dihentikan. Begitu pula dalam belajar, jika
seseorang mempelajari suatu materi pelajaran dan merasa bahwa
materi pelajaran tersebut penting untuk dipelajari maka seseorang
tersebut akan mempelajari materi tersebut. Oleh sebab itu
pendidik harus membuat kondisi bahwa materi pelajaran yang
disampaikan merupakan materi yang penting, sehingga peserta
didik tertarik untuk belajar.
Berdasarkan beberapa teori belajar yang sudah dikemukakan,
seharusnya pendidik dapat menerapkan metode pembelajaran yang
sesuai, sehingga dapat meningkatkan pemahaman peserta didik.
Dalam hal ini materi pelajaran akan bermanfaat jika ada interaksi
antara pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimilikinya, maka
guru harus menerapkan metode yang dapat menerapkan pengetahuan
peserta didik, sehingga pengetahuan menjadi tidak abstrak.
Dalam teori belajar pengalaman sangat penting untuk
perkembangan pengetahuan, maka dalam penerapan metode
seharusnya lebih menekankan aspek melihat dan mengalami langsung
tentang materi pelajaran. Teori belajar yang lain adalah adanya
latihan, setelah mendapatkan pengetahuan seharusnya langsung ada
penerapan. Belajar seharusnya ada interaksi dan kerjasama antara
individu yang menjadi komponen proses pembelajaran, sehingga
saling bertukar informasi dan ide antar individu.
4. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Belajar merupakan suatu proses yang menimbulkan terjadinya
perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan kecakapan.
19
Menurut Purwanto (2002: 102), berhasil atau tidaknya perubahan
tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam Faktor yang dibedakan
menjadi dua golongan yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor yang ada pada diri organisme tersebut yang disebut faktor
internal atau individual. Faktor individual meliputi hal-hal berikut :
a) Faktor Kematangan atau Pertumbuhan
Faktor ini berhubungan erat dengan kematangan atau tingkat
pertumbuhan organ-organ tubuh manusia. Misalnya, anak
usia enam bulan dipaksa untuk belajar berjalan meskipun
dilatih dan dipaksa anak tersebut tidak akan mampu
melakukannya karena untuk dapat berjalan anak memerlukan
kematangan potensi-potensi jasmaniah maupun ruhaniahnya.
Contoh lain, siswa sekolah dasar atau sekolah menengah
pertama diajarkan ilmu filsafat. Pertumbuhan mental anak
seusia mereka belum matang untuk menerima pelajaran
tersebut. Kegiatan mengajarkan sesuatu baru dapat berhasil
jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkan, potensi-
potensi jasmani, dan ruhaninya telah matang.
b) Faktor kecerdasan atau inteligensi di samping faktor
kematangan, berhasil atau tidaknya seseorang mempelajari
sesuatu dipengaruhi oleh faktor kecerdasan. Misalnya, anak
umur empat belas tahun ke atas umumnya telah matang untuk
belajar ilmu pasti, tetapi pada kenyataannya tidak semua
anak-anak tersebut pandai dalam ilmu pasti. Demikian pula
dalam mempelajari mata pelajaran dan kecakapan-kecakapan
lainnya. Misalnya, tidak semua anak pandai berbahasa asing,
tidak semua anak pandai memasak, dan sebagainya.
c) Faktor latihan dan ulangan dengan rajin berlatih. Sering
melakukan hal yang berulang-ulang, kecakapan dan
pengetahuan yang dimiliki menjadi semakin dikuasai dan
makin mendalam. Selain itu, dengan seringnya berlatih, akan
20
timbul minat terhadap sesuatu yang dipelajari itu. Semakin
besar minat, semakin besar pula perhatiannya sehingga
memperbesar hasratnya untuk mempelajarinya. Sebaliknya,
tanpa latihan, pengalaman-pengalaman yang telah
dimilikinya dapat menjadi hilang atau berkurang.
d) Faktor motivasi diri merupakan pendorong untuk melakukan
sesuatu. Seseorang tidak akan mau berusaha mempelajari
sesuatu dengan sebaik-baiknya jika ia tidak mengetahui
pentingnya dan faedahnya dari hasil yang akan dicapai dari
belajar.
e) Faktor pribadi yaitu setiap manusia memiliki sifat
kepribadian masing-masing yang berbeda dengan manusia
lainnya. Ada orang yang mempunyai sifat keras hati, halus
perasaannya, berkemauan keras, tekun, dan sifat sebaliknya.
Sifat-sifat kepribadian tersebut turut berpengaruh dengan
hasil belajar yang dicapai. Termasuk ke dalam sifat-sifat
kepribadian ini adalah faktor fisik kesehatan dan kondissi
badan.
Faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor ekternal atau
sosial. Termasuk ke dalam faktor di eksternal atau faktor sosial antara
lain:
a) Faktor keluarga atau keadaan rumah tangga.
Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam turut
menentukan bagaimana dan sampai di mana belajar dialami
anak-anak. Ada keluarga yang memiliki cita-cita tinggi bagi
anak-anaknya, tetapi ada pula yang biasa-biasa saja. Ada
keluarga yang diliputi suasana tentram dan damai, tetapi ada
pula yang sebaliknya. Termasuk, dalam faktor keluarga yang
juga turut berperan adalah ada tidaknya atau ketersediaan
fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar.
21
b) Faktor guru dan cara mengajarnya.
Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan
yang dimiliki guru dan bagaiman cara guru mengajarkan
pengetahuan tersebut kepada peserta didiknya turut
menentukan hasil belajar yang akan dicapai. Faktor guru dan
cara mengajarnya berkaitan erat dengan ketersediaan alat-alat
pelajaran yang tersedia di sekolah. Sekolah yang memiliki
fasilitas yang diperlukan dalam belajar ditambah dengan guru
yang berkualitas akan mempermudah dan mempercepat
belajar anak-anak.
c) Faktor lingkungan dan kesempatan yang tersedia.
Seorang anak yang memiliki inteligensi yang baik, dari
keluarga yang baik, bersekolah di sekolah yang keadaan
guru-gurunya, dan fasilitasnya baik belum tentu pula dapat
belajar dengan baik. Ada faktor yang memengaruhi hasil
belajarnya, seperti kelelahan karena jarak rumah dan sekolah
cukup jauh, tidak ada kcsempatan karena sibuk bekerja, serta
pengaruh lingkungan yang buruk yang terjadi di luar
kemampuannya.
d) Faktor motivasi sosial.
Motivasi sosial dapat berasal dari orang tua yang selalu
mendorong anak untuk rajin belajar, motivasi dari sanak-
saudara, teman-teman sekolah, dan teman sepermainan. Pada
umumnya, motivasi semacam ini diterima anak tidak dengan
sengaja, bahkan tidak dengan sadar.
5. Hasil Belajar
Ada beberapa definisi hasil belajar yang dikemukakan oleh para
ahli pendidikan, antara lain menurut Kunandar yakni kemampuan
siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar
22
dalam suatu kompetensi dasar, hasil belajar bisa berbentuk
pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap (Kunandar, 2007:229).
Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperolehsiswa
setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu
proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh sesuatu
bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Guru dalam kegiatan
pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya menetapkan tujuan
belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah siswa yang berhasil
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional
(Susanto, 2013: 5).
Hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-
kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki siswa. Siswa yang
menguasai hasil belajar dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku
dalam bentuk penguasaan pengutahuan, keterampilan berpikir
maupun keterampilan motorik. Hasil belajar siswa di sekolah ini dapat
dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya
(Sukmadinata, 2011:102-103).
Hasil belajar merupakan hasil dari perubahan perilaku dalam
proses pembelajaran berupa nilai dari tes yang bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana proses belajar dan pembelajaran telah
bekerja secara efektif sehingga dapat digunkan sebagai indikator atau
bahan evaluasi bagi guru maupun murid. Dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai atau
hasil evaluasi pelajaran Bahasa Indonesia yang diperoleh siswa
setelah kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung.
B. Metode Team Game Tournament (TGT)
1. Pengertian Teams Games Tournament
Team Game Tournament yang dimaksud adalah untuk
memotivasi siswa saling memberi semangat dan membantu untuk
meningkatkan tim mereka mendapat juara atau penghargaan (Ibrahim,
2001:16). Team Game Tournament menurut peneliti maksudnya
23
adalah permainan yang dipertandingkan secara beregu atau
berkelompok. Secara umum TGT menggunakan tournament
akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan system skor kemajuan
individual, dimana para siswa berlomba sebagai wakil dari timnya
dengan anggota tim lainnya yang kinerja akademik sebelunya setara
seperti wakilnya. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir
materi pokok, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim
telah meksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan.
Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin (1995)
untuk membantu siswa mereview dan menguasai materi pelajaran.
Slavin menemukan bahwa TGT berhasil meningkatkan skill-skill
dasar, pencapaian, interaksi positif antar siswa, harga diri, dan sikap
penerimaan pada siswa-siswa lain yang berbeda.
Metode Teams Games Tournament (TGT) siswa mempelajari
materi di ruang kelas. Setiap siswa ditempatkan dalam satu kelompok
yang terdiri dari 3 orang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.
Komposisi ini dicatat dalam tabel khusus (tabel tumamen), yang
setiap minggunya harus diubah. Dalam TGT setiap anggota
ditugaskan untuk mempelajari materi teriebih dahulu bersama
anggota-anggota nya. Barulah mereka diuji secara individual melalui
game akademik. Nilai yang mereka peroleh dari game akan
menentukan skor kelompok mereka masing-masing (Huda, 2011:197).
Menurut Slavin pembelajaran terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu
tahapan penyajian kelas (classpresentation), belajar dalam kelompok
(team's), permainan (games), pertandingan (tournament), penghargaan
kelompok (team's recognition). berdasarkan apa yang di ungkapkan
oleh slavin maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memilih
ciri ciri sebagai berikut
a. Siswa bekerja dalam kelomok kelompok kecil
b. Games tournament
24
c. Penghargaan kelompok
Menurut Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan
dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim
mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk
kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi
pelajaran. Terkadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang
berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).
Permainan TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang
ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan
mengambil sebuah kartu yang diberi angka dan berusaha untuk
menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen
harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan
(kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Hal ini
dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi
skor bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam bentuk
turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian altematif atau dapat
pula sebagai review materi pembelajaran.
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang
beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan,
jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan
materi, guru memberikan LKS kepada setiap kelompok sebagai
bacaan siswa. Di awal permainan setiap kelompok juga dapat
diberikan tugas yang dikerjakan bersama-sama dengan anggota
kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak
mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelomok lain
bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya
sebelum mengajukan pertanyaannya tersebut kepada guru.
2. Prosedur Team Games Tournament (TGT)
Tahapan Pembelajaran Teams Games Tournament menurut Hamdani
(2011: 92-93) pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah
25
tahapan yaitu: penyajian kelas (class presentation), belajar dalam
kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament),
dan penghargaan kelompok (team recognition).
a. Penyajian kelas
Guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas di awal
pembelajaran, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung
atau ceramah dan diskusi yang dipimpin guru. Saat penyajian
kelas ini, siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami
materi yang disampaikan guru karena akan membantu siswa
bekerja lebih baik pada saat ketja kelompok dan pada saat
permainan, karena skor permainan akan menentukan skor
kelompok.
b. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai lima orang siswa.
Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama
teman sekelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan
anggota kelompok agar berkerja dengan baik dan optimal pada
saat game.
c. Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian atau
presentai di kelas dan pelaksanaan belajar kelompok. Kebanyakan
game terdiri dari pertanyaan-patanyaan sederhana bemomor.
Siswa yang menjawab benar penanyaan akan mendapat skor.
d. Tournament
Permainan ini setiap kelompok diminta untuk mengumpulkan poin
sebanyak-banyaknya. Mula-mula siswa dibagi menadi beberapa
kelompok. Setiap peserta terbagi menjadi kelompok yang
heterogen, dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras
atau etnik. Pada awal permainan sebaiknya guru menjelaskan
aturan permainan kepada siswa. Kemudian setiap kelompok
26
diminta mengajukan salah satu dari anggotanya untuk mengambil
urutan permainan. Urutan tersebut digunakan untuk urutan
pembaca soal.
Setiap anggota kelompok memiliki tugas sebagai pembaca
soal, penjawab soal, penulis jawaban, penulis soal dan pencatat
skor (setiap kelompok memiliki urutan pemain yang sama).
Penjawab soal ditempatkan di meja turnamen yang mengharuskan
dari mereka menjawab pertanyaan dari pembaca soal. Setiap
kelompok berganti posisi dengan prosedur yang sama. Jika
penjawab soal menjawab dengan jawaban yang benar maka
kelompok tersebu mendapatkan poin. Namun, apabila jawaban
tersebut salah maka dapat dilemparkan ke kelompok lawan.
Permainan dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa
setiap perserta harus mempunyai kesempatan yang sama. Pembaca
soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci
jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban
pada peserta lain.
e. Penghargaan Kelompok (team recognize)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-
masing kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila
rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Jika para siswa
menginginkan agar kelompok mereka memperoleh penghargaan,
mereka harus membantu teman sekelompoknya mempelajari
materi yang diberikan.
3. Kelebihan Team Game Tournament (TGT)
a. TGT tidak hanya membuat siswa yang cerdas (berkemampuan
akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi siswa
yang berkemampuan akademis rendah juga aktif dan mempunyai
peran yang penting dalam kelompoknya.
b. Akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai
sesama anggota kelompoknya.
27
c. Membuat siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran.
Guru menjanjikan sebuah penghargaan kepada siswa atau
kelompok terbaik dalam pembelajaran ini.
d. Siswa menjadi lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada
kegiatan permainan berupa tournament dalam model pcmbelajaran
TGT ini.
4. Kekurangan Team Game Tournament (TGT)
a. Bagi guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan
heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi
jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam
menentukan pembagian kelompok. Waktu yang sudah dihabiskan
untuk diskusi oleh siswa culcup banyak sehingga melewati waktu
yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru
mampu menguasai kelas secara meyeluruh.
b. Bagi siswa
Siswa berkemarnpuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan
penjelasan kepada siswa lainnya. Tugas guru adalah membimbing
dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi
agar dapat dan mampu memengaruhi pengetahuannya kepada
siswa yang lain.
C. Bahasa Indonesia
1. Esensi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pendidikan dasar atau sekolah dasar merupakan momentum
awal bagi anak untuk meningkatkan kemampuan dirinya. Dari bangku
sekolah dasarlah mereka mendapatkan imunitas belajar yang
kemudian menjadi kebiasaan-kebiasaan yang akan mereka lakukan di
kemudian hari. Sehingga peran seorang guru sangatlah penting untuk
dapat menanamkan kebiasaan baik bagi siswanya, bagaimana mereka
dituntut memiliki kompetensi-kompetensi yang kemudian dapat
meningkatkan kemampuan siswanya.
28
Salah satu keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh siswa
dari sekolah dasar ini adalah keterampilan berbahasa yang baik,
karena bahasa merupakan modal terpenting bagi manusia. Dalam
pengajaran bahasa indonesia, ada empat keterampilan berbahasa yang
harus dimiliki oleh siswa, keterampilan ini, antara lain:
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek
berbahasa ini saling terkait antara satu dengan yang lainnya.
Bagaimana seorang anak akan bisa menceritakan sesuatu setelah ia
membaca ataupun setelah ia mendengarkan. Begitu pun dengan
menulis. Menulis tidak lepas dari kemampuan menyimak, membaca
dan berbicara anak, sehingga keempat aspek ini harus senantiasa
diperhatikan untuk meningkatkan ksemampuan siswa.
2. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama di sekolah dasar tidak
akan terlepas dari empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan berbahasa bagi
manusia sangat diperlukan. Sebagai makhluk sosial, manusia
berinteraksi, berkomunikasi dengan manusia lain dengan
menggunakan bahasa sebagai media, baik berkomunikasi
menggunakan bahasa lisan, juga berkomunikasi menggunakan bahasa
tulis. Keterampilan berbahasa yang dilakukan manusia yang berupa
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis yang dimodali kekayaan
kosakata, yaitu aktivitas intelektual, karya otak manusia yang
berpendidikan. Kita mengetahui kemampuan manusia berbahasa
bukanlah instinct, tidak dibawa anak sejak lahir, melainkan manusia
dapat belajar bahasa sampai terampil berbahasa, mampu berbahasa
untuk kebutuhan berkomunikasi.
Penggunaan bahasa dalam interaksi dapat dibedakan menjadi
dua, yakni lisan dan tulisan. Agar individu dapat menggunakan bahasa
dalam suatu interaksi, maka ia harus memiliki kemampuan berbahasa.
Kemampuan itu digunakan untuk mengomunikasikan pesan. Pesan ini
29
dapat bempa ide (gagasan), keinginan, kemauan, perasaan, ataupun
interaksi. Menurut Indihadi (2006:7), ada lima faktor yang harus
dipadukan dalam berkomunikasi, sehingga pesan ini dapat dinyatakan
atau disampaikan, yaitu: struktur pengetahuan (schemata),
kebahasaan, strategi produktif, mekanisme psikofisik, dan konteks.
Kemampuan berbahasa lisan meliputi kemampuan berbicara dan
menyimak, sedangkan kemampuan bahasa tulisan meliputi
kemampuan membaca dan menulis. Pada saat manusia berkomunikasi
secara lisan, maka ide-ide, pikiran, gagasan, dan perasaan dituangkan
dalam bentuk kata dengan tujuan untuk dipahami oleh lawan
bicaranya. Demikian pula pada saat anak memasuki usia TK (taman
kanak-kanak) mereka dapat berkomunikasi dengan sesamanya dalam
kalimat berita, kalimat tanya, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk
kalimat lainnya. Pada usia ini, anak dianggap telah memiliki kosakata
yang cukup untuk mengungkapkan yang dipikirkan, dan
dirasakannya. Mereka lebih mengungkapkan dalam bentuk lisan
dibandingkan tulisan. Pola bahasa yang digunakannya masih
merupakan tiruan bahasa orang dewasa. Ketika anak memasuki usia
sekolah dasar, anak-anak akan terkondisikan untuk mempelaiari
bahasa tulis. Pada masa ini, anak dituntut untuk berpikir lebih dalam
lagi kemampuan berbahasa anak pun mengalami perkembangan.
Menulis sebagai keterampilan seseorang (individu)
mengomunikasikan pesan dalam sebuah tulisan. Keterampilan ini
berkaitan dengan kegiatan seseorang dalam memilih, memilah, dan
menyusun pesan untuk ditransaksikan melalui bahasa tulis. Menurut
Cahyani dan Hodiiak (2007: 127), pesan yang ditransaksikan itu dapat
berupa wujud ide (gagasan), kemampuan, keinginan, perasaan, atau
informasi. Selaniutnya, pesan tersebut dapat menjadi isi sebuah tulisan
yang ditransaksikain kepada pembaca. Melalui sebuah tulisan,
pembaca dapat memahami pesan yang ditransaksikan serta tujuan
penulisan.
30
3. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Susanto (2013: 245-245) menjelaskan tujuan Belajar bahasa Indonesia
di SD secara umum antara lain yaitu:
a. Agar siswa mampu menikmati dan memanfaaatkan karya sastra
untuk mengembangkan kepribadian.
b. Memperluas wawasan kehidupan.
c. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
Adapun tujuan khusus pengajaran bahasa Indonesia antara lain yaitu:
a. Memiliki kegemaran membaca.
b. Meningkatkan karya sastra untuk kepribadian.
c. Mempertajam kepekaan dan perasaan.
d. Memperluas wawasan kehidupannya.
e. Melatih keterampilan mendengar, berbicara, membaca, menulis.
Pada hakikatnya, pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan
Bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan. Menurut
Rechards, Platt, dan Weber dalam Solahudiin (2007) menguraikan
bahwa bahasa sering dikatakan mempunyai tiga fungsi utama yaitu:
a. Desktiptif, berfungsi untuk menyampaikan informasi faktual.
b. Ekspresif, berfungsi memberi informasi mengenai pembaca itu
sendiri, mengenai perasaannya, kesenangannya, prasangkanya,
dan pengalamanya yang telah lewat.
c. Sosial, berfungsi melestarikan hubungan sosial manusia.
D. Teks Nonfiksi
1. Pengertian Teks Nonfiksi
Pengertian teks nonfiksi adalah karangan yang dibuat atas dasar
fakta atau hal yang benar-benar terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Nonfiksi merupakan sebuah karangan yang dihasilkan dalam bentuk
cerita nyata atau cerita kehidupan sehari-hari yang dituliskan menjadi
sebuah cerita. Dengan kata lain nonfiksi merupakan karya yang
bersifat faktual atau peristiwa yang benar-benar terjadi (Mety, 2018).
31
Teks nonfiksi atau cerita nonfiksi merupakan sebuah karangan
yang berisikan kejadian-kejadian sebenarnya dan cerita nonfiksi ini
bersifat informatif. Buku nonfiksi yang dibuat membutuhkan adanya
pengamatan dan juga data, sehingga buku / cerita / isi yang ada
didalamnya dapat dipertanggungjawabkan. Bahasa dari cerita nonfiksi
yang biasanya digunakan menggunakan bahasa denotatif atau bahasa
yang sebenarnya, jadi para pembaca bisa langsung memahami maksud
dari cerita tersebut. Teks nonfiksi itu dibuat dengan berdasarkan
pengamatan dan data yang sebenarnya, maka buku nonfiksi sering
dijadikan sebagai sumber informasi oleh pembacanya.
Ciri-ciri nonfiksi
a. Memiliki ide yang ditulis secara jelas dan logis serta sistematis
b. Mengandung informasi yang sesuai dengan fakta
c. Penemuan baru atau penyempurnaan temuan yang sudah ada
d. Memotivasi rancangan dan pelaksanaan penelitian yang bertujuan
jelas
e. Penulis memberikan analisis dan interpretasi intelektual
Kaidah kebahasaan nonfiksi
a. Baku, terkesan resmi dan formal
b. Santai, terkesan santai dalam menuturkan cerita. Biasanya terjadi
di kehidupan sehari-hari
c. Tidak baku, kadang dicampur istilah asing seperti gadget,
handphone, dan lain sebagainya. yang belum termasuk kata
serapan atau terdapat pada KBBI asli pada katanya
2. Contoh cerita nonfiksi tentang pendidikan untuk anak-anak
Banyak cerita cerita yang muat teks nonfiksi untuk anak-anak,
remaja hingga dewasa, namun isi bobotnya disesuaikan dengan
kebutuhan para pembacanya. Cerita nonfiksi untuk anak-anak biasanya
isi bacaannya tidak terlalu panjang dan menggunakan bahasa bahasa
yang sederhana, sedangkan untuk bacaan dewasa pemilihan bahasanya
sudah kompleks. Beberapa contoh cerita nonfiksi tentang pendidikan
32
adalah biografi berbagai tokoh pahlawan atau tokoh inspiratif lainnya,
cerita-cerita sejarah, buku ilmu pengetahuan lain sebagainya yang
digunakan untuk belajar. Hanya saja untuk cerita nonfiksi anak-anak
dikemas dengan informasi-informasi yang lebih sederhana sesuai
dengan kebutuhannya.
Perbedaan antara cerita fiksi dan nonfiksi tentang pendidikan
adalah dalam cerita fiksi tentang pendidikan untuk anak-anak
diselipkan cerita-cerita yang tidak berdasarkan fakta atau imajinasi
belaka, namun meskipun ceritanya khayalan cerita fiksi tentang
pendidikan tetap bertujuan untuk pendidik. Sedangkan dalam cerita
nonfiksi semua bacaan adalah fakta sehingga bisa dijadikan sebagai
sumber informasi dan pengetahuan untuk menambah wawasan.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian cerita teks nonfiksi adalah
buku yang berisikan kejadian sebenarnya. Karangan nonfiksi adalah
karangan yang dibuat atas dasar fakta atau hal yang benar-benar terjadi
dalam kehidupan sehari-hari yang dituliskan menjadi sebuah cerita.
Nonfiksi juga menerapkan karya yang bersifat faktual atau peristiwa
yang benar-benar terjadi. Berbeda dengan cerita fiksi, pada cerita
nonfiksi teks yang disuguhkan adalah cerita-cerita bersifat informatif
atau dapat dikatakan dengan suatu berita.
33
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Penelitian
1. Gambaran umum MIN 1 Semarang
a. Lokasi penelitian
Alamat Penelitian : MIN 1 Semarang
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Materi Pokok : Teks Nonfiksi
Kelas/semester : V/I
b. Daftar guru dan staf karyawan MIN 1 Semarang
No. Nama Jabatan
1 Hj. Emy Ratnawati, S.Ag Kepala Madrasah
2 Hadi Ustadi, S.Ag Guru kelas V
3 Lestariyono, M.Pd.I Guru kelas IV
4 Hamidah, S.Pd.I Guru kelas I
5 Hanik Rofiqoh, M.Pd.I Guru kelas IV
6 Dra. Slamet, M.Pd.I Guru kelas II
7 Nurul Mar’ah, S.Pd.I Guru kelas II
8 Siti Aisyah, S.Pd.I Guru kelas III
9 Siti laelatul wakidah, S.Pd Guru kelas VI
10 Ngatirin, M.Pd.I Guru kelas VI
11 Amrih Widodo, S.Pd.I Guru kelas V
12 Siti Barokah, S.Ag Guru kelas II
13 Siti Musafaah, S.Pd.I Guru kelas V
14 Rita Ardianingsih, S.Pd. Guru kelas III
15 Yuniwati Wulandari, S.Pd.I Guru kelas I
16 Sri Widayanti Rohmah Susanti, S.Pd Guru kelas IV
17 Muhamad Maskum, S.Pd.I Guru kelas III
18 Suryantini, S.Pd.I Guru kelas VI
34
19 Juliyah, M.Pd.I Guru kelas I
20 Aji Agus Salim, S.Pd.I Guru mapel Agama
21 Luluk Aryani Isusilaning Tyas, M.Pd.I Guru mapel Agama
22 Ahmad Yasin, S.Pd.I Guru mapel Agama
23 Nur Isnaeni, S.Pd.I Guru mapel Agama
24 Nur Wibowo, S.Pd.I Guru mapel PJOK
25 Muhlisin Tukang Kebun
26 Agung Mulyanto Petugas Keamanan
27 Zaenal Arifin Penjaga Sekolah
28 Hikmah TU
29 Sri Wahyningsih Nahfa V Pustakawan
30 Wahyu Tri Lestari TU
Tabel 3.1 Daftar Guru Dan Staf Karyawan (Sumber:Dokumentasi Sekolah)
2. VISI dan MISI MIN 1 Semarang
a. VISI sekolah
Religius, Berakhlak Mulia, Berprestasi, dan Cinta Lingkungan
b. MISI sekolah
1. Menelenggarakan pendidikan madrasah yang berdasarkan nilai-
nilai Islam.
2. Memberikan layanan pendidikan yang profesional efektif dan
efisien.
3. Menjadikan madrasah berprestasi dalam bidang akademik dan non
akademik
4. Menjadikan ajaran agama sebagai pedoman hidup warga madrasah
5. Membudayakan karakter dan akhlak mulia menuju madrasah
hebat bermartabat.
6. Mewujudkan madrasah yang cinta lingkungan.
c. Tujuan
1. Mewujudkan lulusan madrasah yang bertaqwa dan berakhlak
mulia
35
2. Meningkatkan mutu layanan pendidikan di madrasah
3. Meningkatkan prestasi siswa dalam bidang akademik dan non
akademik.
4. Terwujudnya ajaran agama sebagai pedoman hidup warga
madrasah
5. Terwujudnya warga madrasah yang berkarakter dan berakhlak
mulia.
6. Terwujudnya lingkungan madrasah yang rindang, asri, bersih dan
nyaman.
3. Keadaan Siswa
No Nama Jenis Kelamin
1. Aisyah Nur Fatmawati Perempuan
2. Akto Reihan Laki-laki
3. Arini Salsabila Anjani Perempuan
4. Arkan Java Narendra Laki-laki
5. Chelsie Aulia Kirana Laki-laki
6. Cinta Nury Nugraheni Perempuan
7. Dinda Alya M S Perempuan
8. Dyah Nuriatul Husna Perempuan
9. Ezarsyah M A Perempuan
10. Fachri Ramadhani Yahya P Laki-laki
11. Febrian Billiano Setiawan Laki-laki
12. Irsyad Karunia Aditya Laki-laki
36
13. Jihan Helya Zahra Perempuan
14. Kayla Salma Fitria D Perempuan
15. Kaysa Salwa Fitria D Perempuan
16. Kusuma Arya Pratama Laki-laki
17. M. Abid Zuhal Hanafi Laki-laki
18. M. Faza Abdillah Laki-laki
19. Nofarini Khoirina Anam Perempuan
20. Ridho Putra P Laki-laki
21. Zaskia Nurul Aini Perempuan
Tabel 3.2 Daftar Nama Siswa Kelas V (Sumber:Dokumentasi Sekolah)
4. Kolaborator Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan jenis penelitian
kolaboratif. Guru kelas yang melakukan kegiatan proses pembelajaran
bersama siswa. Peneliti membantu guru dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran dan menyiapkan media pembelajaran yang
dibutuhkan serta melakukan pengamatan terhadap guru dan siswa
berkaitan dengan langkah-langkah proses pembelajaran dan pelaksanaan
pembelajaran melalui metode TGT.
5. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V
MIN 1 Semarang. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Penelitian
tersebut menggunakan jam mata pelajaran Bahasa Indonesia sesuai
dengan jadwal mata pelajaran MIN 1 Semarang. Waktu pelaksanaan
penelitian adalah sebagai berikut :
a. Pra siklus untuk observasi awal pada tanggal 12 November 2018.
b. Kegiatan siklus I dilaksanakan pada tanggal 13 April 2019.
37
c. Kegiatan siklus II dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2019.
B. Deskripsi Pra Siklus
Penelitian siklus ini dilakukan pada hari 12 November 2018 di kelas V
MIN 1 Semarang. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti,
metode yang diterapkan untuk mengajar terutama mata pelajaran Bahasa
Indonesia menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Dengan
diterapkannya metode tersebut proses pembelajaran cenderung pasif, hal ini
ditunjukan dengan sedikitnya siswa yang mengajukan pertanyaan karena
masih banyak siswa yang tidak fokus pada proses pembelajaran berlangsung,
anyak yang berbicara dengan teman sebangkunya. Banyak juga yang bermain
sendiri dengan temannya saat guru memberikan pertanyaan. Di akhir kegiatan
pembelajaran siswa diberikan soal evaluasi untuk mengukur tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi “Perjuangan Warga Lereng
Gunung Penanggungan Demi Air”. Dari hasil tersebut diketahui nilai siswa
yang tuntas atau mencapai KKM sebanyak 9 siswa dan 12 siswa nilainya
masih di bawah standar KKM.
C. Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilaksanakan peneliti pada tahap perencanaan tindakan
siklus I adalah sebagai berikut:
a. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata
pelajaran Bahasa Indonesia materi teks nonfiksi menggunakan
metode pembelajaran Team Game Tournament.
b. Peneliti membuat lembar kerja kelompok (LKK) yang akan
digunakan siswa saat proses pembelajaran
c. Peneliti menyiapkan media pembelajaran
d. Peneliti menyiapkan soal tes evaluasi
e. Peneliti menyiapkan lembar observasi keterampilan guru dalam
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.
38
f. Peneliti menyiapkan lembar observasi keterampilan guru dan
aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran.
2. Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas siklus I dilaksanakan pada tanggal 13 April
2019 pukul 10.00 sampai 11.15 WIB di ruang kelas V (C) MIN 1
Semarang dengan jumlah siswa sebanyak 21 siswa. Penelitian ini
berlangsung selama satu kali pertemuan (2 x 35 menit). Materi yang
diajarkan pada siklus I adalah memahami teks nonfiksi yang membahas
tentang beragam budaya di Indonesia salah satunya pada bacaan
“Pentingnya Menjaga Air Bersih”. Berikut adalah langkah-langkah
pelaksanaan siklus II:
No Kegiatan Waktu
I PENDAHULUAN
1. Guru mengucapkan salam, dan mengajak berdoa
2. Guru mengabsen siswa kehadiran siswa
3. Guru mempersiapkan siswa untuk belajar
4. Guru melakukan kegiatan apersepsi
II KEGIATAN INTI
A. MENGAMATI
5. Guru memperlihatkan gambar sebagai stimulus
6. Siswa saling berargumen mengenai gambar yang telah
ditampilkan
B. MENANYA
7. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
8. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya
C. MENCOBA
9. Siswa dibagi menadi 4 kelompok. Setiap kelomok terdiri
dari 5-6 orang siswa yang anggotanya heterogen, dilihat
dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik.
39
10. Guru menjelaskan aturan bermain TGT. Setiap
kelompok memiliki tugas masing-masing. 1 siswa
bertugas sebagai pembaca soal (jika mendapat giliran). 1
siswa maju ke depan kelas sebagai penjawab soal. 1
siswa bertugas sebagai penulis jawaban. 1 siswa sebagai
penulis soal. 1 siswa sebagai pencatat skor (setiap
kelompok memiliki urutan pemain yang sama).
11. Guru meminta siswa mengambil nomor urut. Kelompok
yang mendapat giliran pertama adalah kelompok yang
harus mengirimkan salah satu anggotanya sebagai
pembaca soal.
12. Guru mengatur permainan
13. Pembaca soal membacakan soal dan penjawab soal yang
berada di depan kelas sesegera mungkin untuk
menjawab pertanyaan dari pembaca soal.
14. Jika dapat menjawab soal dengan benar, maka kartu soal
disimpan sebagai bukti poin menjawab soal.
15. Setelah selesai siswa menghitung kartu dan skor mereka
dan diakumulasi dengan semua tim.
D. MENALAR
16. Guru memberikan penguatan dan kesempatan siswa
untuk bertanya mengenai hal-hal yang kurang jelas
17. Guru memberikan penilaian
E. MENGASOSIASI
18. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil
diskusi pembelajaran
19. Siswa diberikan soal untuk mengetahui hasil
ketercapaian materi
III PENUTUP
20. Guru memberikan motivasi kepada siswa
40
21. Guru mengajak siswa berdo’a dan membaca hamdallah
bersama-sama
Tabel 3.3 Langkah-langkah Pelaksanaan Siklus I
3. Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan peneliti secara langsung selama proses
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun.
Peneliti dalam melaksanakan pengamatan menggunakan dua lembar
observasi yaitu lembar kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan
RPP dan lembar aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran
menggunakan metode TGT. Hasil pengamatan berupa lembar observasi
akan dilampirkan pada lembar catatan lapangan.
4. Refleksi
Refleksi dilakukan peneliti terhadap hasil pelaksanaan pembelajaran
pada penelitian siklus I untuk mengetahui kelemahan kegiatan
pembelajaran yang yang dilakukan guru dengan siswa sehingga dapat
digunakan sebagai acuan melaksanakan perbaikan pada siklus berikutnya
untuk mencapai indikator keberhasilan belajar. Kelemahan-kelemahan
yang dihadapi Siklus I :
a. Terdapat siswa yang lesu kurang bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran.
b. Terdapat beberapa siswa yang masih bingung cara bermain TGT.
c. Terdapat siswa yang tidak mau maju menjawab soal karena malu
dengan lawan jenis dari kelompok lain.
d. Guru kurang memberikan umpan balik kepada siswa.
Peneliti bersama guru melakukan diskusi untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan yang dihadapi saat pelaksanaan pembelajaran
pada Siklus I. Hal ini dilakukan untuk merencanakan perbaikan. Rencana
perbaikan tersebut yaitu:
a. Guru membangkitkan rasa ingin tahu siswa sehingga siswa
bersemangat untuk mengikuti pembelajaran.
b. Guru lebih jelas dalam menjelaskan cara bermain TGT.
41
c. Guru lebih tegas untuk menyuruh siswa maju, jika memungkinkan
lawan dari penjawab soal adalah lawan yang sejenis.
d. Guru memberikan umpan balik kepada siswa.
Kelemahan-kelemahan yang telah peneliti paparkan merupakan
salah satu komponen yang menyebabkan indikator keberhasilan belum
tercapai, pada siklus I diharapkan melalui metode TGT pada
pembelajaran Bahasa Indonesia materi teks nonfiksi dapat meningkat.
D. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilaksanakan peneliti pada tahap perencanaan tindakan
siklus II adalah sebagai berikut:
a. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata
pelajaran Bahasa Indonesia materi teks nonfiksi menggunakan
metode pembelajaran Team Game Tournament.
b. Peneliti membuat lembar kerja kelompok (LKK) yang akan
digunakan siswa saat proses pembelajaran
c. Peneliti menyiapkan media pembelajaran
d. Peneliti menyiapkan soal tes evaluasi
e. Peneliti menyiapkan lembar observasi keterampilan guru dalam
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.
f. Peneliti menyiapkan lembar observasi keterampilan guru dan
aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran.
2. Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas siklus II dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2019
pukul 10.00 sampai 11.15 WIB di ruang kelas V (C) MIN 1 Semarang
dengan jumlah siswa sebanyak 21 siswa. Penelitian tindakan kelas ini
berlangsung selama satu kali pertemuan (2 x 35 menit). Materi yang
diajarkan pada siklus II adalah tentang memahami teks nonfiksi yang
membahas tentang “Festival Kuwung”. Berikut ini adalah langkah-
langkah pelaksanaan siklus II:
42
No Kegiatan Waktu
I PENDAHULUAN
1. Guru mengucapkan salam, dan mengajak berdoa
2. Guru mengabsen siswa kehadiran siswa
3. Guru mempersiapkan siswa untuk belajar
4. Guru melakukan kegiatan apersepsi
II KEGIATAN INTI
A. MENGAMATI
5. Guru memperlihatkan gambar sebagai stimulus
6. Siswa saling berargumen mengenai gambar yang telah
ditampilkan
B. MENANYA
7. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
8. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya
C. MENCOBA
9. Siswa dibagi menadi 4 kelompok. Setiap kelomok terdiri
dari 5-6 orang siswa yang anggotanya heterogen, dilihat
dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik.
10. Guru menjelaskan aturan bermain TGT. Setiap
kelompok memiliki tugas masing-masing. 1 siswa
bertugas sebagai pembaca soal (jika mendapat giliran). 1
siswa maju ke depan kelas sebagai penjawab soal. 1
siswa bertugas sebagai penulis jawaban. 1 siswa sebagai
penulis soal. 1 siswa sebagai pencatat skor (setiap
kelompok memiliki urutan pemain yang sama).
11. Guru meminta siswa mengambil nomor urut. Kelompok
yang mendapat giliran pertama adalah kelompok yang
harus mengirimkan salah satu anggotanya sebagai
pembaca soal.
12. Guru mengatur permainan
43
13. Pembaca soal membacakan soal dan penjawab soal yang
berada di depan kelas sesegera mungkin untuk
menjawab pertanyaan dari pembaca soal.
14. Jika Penjawab soal dapat menjawab soal dengan benar,
maka kartu soal disimpan sebagai bukti poin menjawab
soal.
15. Setelah selesai siswa menghitung kartu dan skor mereka
dan diakumulasi dengan semua tim.
D. MENALAR
16. Guru memberikan penguatan dan kesempatan siswa
untuk bertanya mengenai hal-hal yang kurang jelas
17. Guru memberikan penilaian
E. MENGASOSIASI
18. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil
diskusi pembelajaran
19. Siswa diberikan soal untuk mengetahui hasil
ketercapaian materi
III PENUTUP
20. Guru memberikan motivasi kepada siswa
21. Guru mengajak siswa berdo’a dan membaca hamdallah
bersama-sama
Tabel 3.4 Langkah-langkah Pelaksanaan Siklus II
3. Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan peneliti secara langsung selama proses
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun.
Peneliti dalam melaksanakan pengamatan menggunakan dua lembar
observasi yaitu lembar kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan
RPP dan lembar aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran
menggunakan metode TGT. Hasil pengamatan berupa lembar observasi
akan dilampirkan pada lembar catatan lapangan.
44
4. Refleksi
Refleksi yang dilakukan peneliti pada hasil pelaksanaan penelitian
siklus II menunjukkan bahwa pada siklus II sudah tidak ditemukan
kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran. Kelemahan-
kelemahan yang terjadi di Siklus I dapat diatasi pada Siklus II ini.
Penelitian dihentikan sampai siklus II karena hasil belajar siswa sudah
menunjukkan indikator ketuntasan klasikal yang diharapkan yaitu ≥ 85%
siswa tuntas belajar. Siswa yang Tidak Tuntas pada Siklus II akan
diberikan tindakan mandiri berupa latihan-latihan atau remidi yang
dipantau oleh guru sehingga diharapkan semua siswa dapat tuntas
belajar.
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data Pra Siklus
Penelitian pra siklus ini dilaksanakan pada 12 November 2019 selama
2 jam pelajaran (70 menit). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui keadaan siswa dalam proses pembelajaran sebelum menerapkan
metode Team Game Tournament (TGT) di kelas V MIN 1 Semarang. Pada
pembelajaran Bahasa Indonesia guru menggunakan metode ceramah dan
tanya jawab. Ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung pelajaran hanya
monoton dan terlihat membosankan sehingga masih banyak siswa yang pasif.
Setelah guru menerangkan materi, guru mulai melontarkan pertanyaan
sebagai umpan agar direspon oleh siswa. Setelah selesai bertanya jawab, guru
menyuruh siswa untuk mengungkapkan argumen mereka masing masing
tentang materi ”Perjuangan Warga Lereng Gunung Penanggungan Demi Air”
dengan menggunakan bahasa mereka masing-masing. Setelah siswa
berargumen mengenai materi tersebut guru memberikan soal evaluasi untuk
dikerjakan siswa secara individu. Data hasil tes siswa kelas V pada pra siklus
menunjukan tingkat kelulusan siswa masih rendah. Masih banyak nilai siswa
yang belum mencapai KKM. Data nilai tes Bahasa Indonesia siswa kelas V
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
No. Nama Nilai Keterangan
22. A N F 90 Tuntas
23. A R 75 Tuntas
24. A S A 40 Tidak Tuntas
25. A J N 80 Tuntas
26. C A K 50 Tidak Tuntas
27. C N N 35 Tidak Tuntas
28. A D M S 70 Tidak Tuntas
46
29. D N H 55 Tidak Tuntas
30. E M A 60 Tidak Tuntas
31. F R Y P 45 Tidak Tuntas
32. F B S 75 Tuntas
33. I K A 75 Tuntas
34. J H Z 40 Tidak Tuntas
35. K S F D 95 Tuntas
36. K S F D 70 Tidak Tuntas
37. K A P 65 Tidak Tuntas
38. M A Z H 85 Tuntas
39. M F Z 85 Tuntas
40. N A C A 65 Tidak Tuntas
41. R P P 85 Tuntas
42. Z N A 50 Tidak Tuntas
Total 1390
Rata Rata 66,19
Tabel 4.1 Daftar Hasil Belajar Pra Siklus
Keterangan :
Tuntas = 9 siswa
Tidak Tuntas = 12 siswa
Persentase ketuntasan dihitung berdasarkan rumus berikut:
P =
=
= 42, 8%
= 43% (Pembulatan)
Berdasarkan dari data pra siklus di atas, ternyata tingkat ketuntasan
belajar siswa masih rendah yaitu hanya 9 siswa yang tuntas (43%) dan masih
banyak siswa yang tidak tuntas yaitu sebanyak 12 siswa (57%) dengan nilai
47
rata – rata 66,19. Berdasarkan data yang telah diperoleh tersebut, selanjutnya
peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan
metode Team Game Tournament (TGT) dengan tujuan untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia mengenai materi
Teks Nonfiksi.
B. Analisis Data Siklus I
Penelitian Siklus I dilaksanakan pada Sabtu, 13 April 2019.
Pembelajaran berlangsung selama 70 menit (2 x 35 menit). Materi pokok
yang diajarkan pada siklus I adalah kebudayaan bangsa Indnesia yaitu
“Pentingnya Menjaga Air Bersih”. Hasil pengamatan yang peneliti lakukan
pada siklus I menunjukkan bahwa siswa terlihat bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode Team Game
Tournament (TGT), meskipun belum semua siswa aktif dalam mengikuti
pembelajaran. Nilai hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
No. Nama Nilai Keterangan
1. A N F 95 Tuntas
2. A R 80 Tuntas
3. A S A 55 Tidak Tuntas
4. A J N 80 Tuntas
5. C A K 50 Tidak Tuntas
6. C N N 45 Tidak Tuntas
7. A D M S 75 Tuntas
8. D N H 55 Tidak Tuntas
9. E M A 75 Tuntas
10. F R Y P 50 Tidak Tuntas
11. F B S 85 Tuntas
12. I K A 75 Tuntas
48
13. J H Z 40 Tidak Tuntas
14. K S F D 95 Tuntas
15. K S F D 75 Tuntas
16. K A P 65 Tidak Tuntas
17. M A Z H 85 Tuntas
18. M F Z 95 Tuntas
19. N A C A 75 Tuntas
20. R P P 85 Tuntas
21. Z N A 55 Tidak Tuntas
Total 1490
Rata Rata 70,95
Tabel 4.2 Daftar Hasil Belajar Siklus I
Keterangan :
Tuntas = 13 siswa
Tidak Tuntas = 8 siswa
Persentase ketuntasan dihitung berdasarkan rumus berikut:
P =
=
= 61, 9%
= 62% (Pembulatan)
Tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang dicapai siswa
pada siklus I mencapai 71%. Siswa yang tuntas belajar (mencapai KKM)
terdapat 13 siswa (62%), sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar (dibawah
KKM) 8 siswa (38%). Hasil belajar pada siklus I secara klasikal belum
berhasil karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 (nilai KKM) hanya
mencapai 62% dari jumlah siswa secara keseluruhan.
Hasil persentase belum mencapai indikator keberhasilan secara
klasikal yaitu 85% dari jumlah seluruh siswa, jadi harus dilaksanakan siklus
selanjutnya yaitu Siklus II pada waktu yang telah ditentukan.
49
C. Analisis Data Siklus II
Penelitian siklus II dilaksanakan pada Kamis, 9 Mei 2019.
Pembelajaran berlangsung selama 70 menit (2 x 35 menit). Materi pokok
yang diajarkan pada siklus II adalah “Festival Kuwung”. Hasil pengamatan
yang peneliti lakukan pada siklus II menunjukkan bahwa siswa terlihat
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode
Team Game Tournament (TGT), meskipun terdapat siswa yang masih malu-
malu dalam mengikuti pembelajaran. Nilai hasil belajar siswa pada siklus II
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
No. Nama Nilai Keterangan
1. A N F 100 Tuntas
2. A R 90 Tuntas
3. A S A 70 Tidak Tuntas
4. A J N 100 Tuntas
5. C A K 100 Tuntas
6. C N N 100 Tuntas
7. A D M S 80 Tuntas
8. D N H 80 Tuntas
9. E M A 100 Tuntas
10. F R Y P 60 Tidak Tuntas
11. F B S 100 Tuntas
12. I K A 90 Tuntas
13. J H Z 100 Tuntas
14. K S F D 100 Tuntas
15. K S F D 100 Tuntas
16. K A P 100 Tuntas
17. M A Z H 100 Tuntas
18. M F Z 95 Tuntas
50
19. N A C A 100 Tuntas
20. R P P 95 Tuntas
21. Z N A 100 Tuntas
Total 1960
Rata Rata 93,33
Tabel 4.3 Daftar Hasil Belajar Siklus II
Keterangan :
Tuntas = 19 siswa
Tidak Tuntas = 2 siswa
Persentase ketuntasan dihitung berdasarkan rumus berikut:
P =
=
= 90,47%
= 90% (Pembulatan)
Tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang dicapai siswa
pada siklus II mencapai 93,33. Siswa yang tuntas belajar (mencapai KKM)
terdapat 19 siswa (90%), sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar (dibawah
KKM) 2 siswa (10%). Siklus III menunjukkan bahwa hasil pembelajaran
sudah mencapai indikator ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu
85% dari jumlah siswa memperoleh nilai ≥ 65 (nilai KKM). Pembelajaran
pada siklus II dianggap berhasil sehingga penelitian dihentikan di siklus II.
D. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian berdasarkan analisis pengumpulan data
diperoleh rekapitulasi data hasil belajar siswa. Rekapitulasi hasil belajar siswa
dapat dilihat pada tabel berikut:
No Nama Nilai
Pra siklus Siklus I Siklus II
1. A N F 90 95 100
2. A R 75 80 90
51
3. A S A 40 55 70
4. A J N 80 80 100
5. C A K 50 50 100
6. C N N 35 45 100
7. A D M S 70 75 80
8. D N H 55 55 80
9. E M A 60 75 100
10. F R Y P 45 50 60
11. F B S 75 85 100
12. I K A 75 75 90
13. J H Z 40 40 100
14. K S F D 95 95 100
15. K S F D 70 75 100
16. K A P 65 65 100
17. M A Z H 85 85 100
18. M F Z 85 95 95
19. N A C A 65 75 100
20. R P P 85 85 95
21. Z N A 50 55 100
Total 1390 149 1960
Rata Rata 66,19 70,95 93,33
Tabel 4.4 Daftar Hasil Belajar Keseluruhan Siklus
Tabel tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa
setelah dilakukan tindakan. Hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan
pada setiap siklus merupakan bukti keberhasilan penggunaan metode Team
Game Tournament (TGT) pada proses pembelajaran. Data yang diperoleh
dari hasil belajar siswa pada pra siklus terdapat 9 siswa (43%) yang tuntas
52
dan 12 siswa (57%) yang tidak tuntas, dengan nilai rata-rata 66,19. Siklus I
terdapat 13 siswa (62%) yang tuntas belajar, sedangkan siswa yang tidak
tuntas belajar (dibawah KKM) 8 siswa (38%) dengan nilai rata-rata 71. Hasil
persentase belum mencapai indikator keberhasilan secara klasikal yang telah
ditetapkan, jadi penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan materi dan waktu
yang berbeda. Data ketuntasan hasil belajar siswa dapat dicermati pada tabel
dan grafik berikut ini :
No Rata-rata Kategori Jumlah Presentase
Pra 66,19 Tuntas 9 43%
Tidak Tuntas 12 57%
I 70,95 Tuntas 13 62%
Tidak Tuntas 8 38%
II 93,33 Tuntas 19 90%
Tidak Tuntas 2 10%
Tabel 4.5 Nilai Rata-Rata Siswa
Gambar 4.1 Prosentase Hasil Siklus
Grafik diatas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa setelah
menerapkan metode pembelajaran Team Game Tournament (TGT) telah
terjadi peningkatan dari pra siklus 43% siswa tuntas belajar, siklus I yaitu
62% siswa tuntas belajar, dan siklus II 90% siswa tuntas belajar. Peningkatan
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Prosentase Hasil Siklus
Nilai Tutas Nilai Tidak Tuntas
53
siswa tuntas belajar dari pra siklus ke siklus I meningkat sebanyak 19%, pada
siklus I ke siklus II dapat meningkat hingga 28%.
Keberhasilan penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya dari
Ananda Afroh Laila (2015) bahwa metode (TGT) dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Selain itu keberhasilan metode ini juga merujuk pada pendapat
dari Slavin yang mengemukakan bahwa Team Game Tournament (TGT)
berhasil meningkatkan skill-skill dasar, pencapaian, interaksi positif antar
siswa, harga diri, dan sikap penerimaan pada siswa-siswa lain yang berbeda.
Menurut Slavin Team Game Tournament (TGT) membantu siswa mereview
dan menguasai materi pelajaran dengan lebih mudah.
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat
menyimpulkan adanya peningkatan mengajar guru. Metode Team Game
Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi
teks nonfiksi pada siswa kelas V MIN 1 Semarang tahun 2019. Peningkatan
siswa yang tuntas belajar dari siklus I ke siklus II mencapai 28%. Hal ini
dapat dilihat dari perolehan ketuntasan hasil belajar siswa pada Siklus I 62%
siswa tuntas belajar, Siklus II 90% siswa tuntas belajar.
Tidak hanya keterampilan guru dalam menyajikan metode ini yang
mengalami peningkatan, namun siswa juga mulai memahami alur dari metode
Team Game Tournament (TGT). Pada siklus I banyak siswa yang merasa
kebingungan dengan metode Team Game Tournament (TGT), hingga di akhir
pembelajaran siklus I siswa mulai memahami bagaimana alur metode
tersebut. Sehingga pada siklus ke II siswa sudah paham bagaimana metode
Team Game Tournament (TGT) itu dilaksanakan.
B. Saran
Metode Team Game Tournament (TGT) telah terbukti dapat meningkatkan
prestasi belajar Bahasa Indonesia materi Teks Nonfiksi pada siswa kelas V
MIN 1 Semarang, maka peneliti sarankan hal – hal sebagai berikut
1. Bagi guru :
Guru sebaiknya menyiapkan materi, metode, media, dan sebagainya
dengan matang agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan
efektif dan siswa pun akan memperoleh prestasi belajar yang optimal.
Penggunaan lingkungan sekitar sebagai media sebaiknya dapat
dimanfaatkan oleh guru sehingga dapat menarik miat siswa dalam
pembelajaran. Guru seharusnya juga dapat berinovasi dengan menerapkan
berbagai model pembelajaran sehingga siswa dapat aktif dan tidak
monoton. Salah satunya yaitu dengan menggunakan metode Team Game
55
Tournament (TGT) agar siswa aktif dengan permainan yang sederhana
dan diharapkan pembelajaran dapat bermakna bagi siswa.
2. Bagi Sekolah :
Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana dalam melakukan
berbagai macam metode salah satunya metode Team Game Tournament
(TGT) untuk menghemat waktu pembelajaran.
3. Bagi peneliti :
Penelitian ini memiliki kekurangan yaitu peneliti harus bertindak sebagai
pengajar pada saat penelitian berlangsung dikarenakan membutuhkan
waktu yang lebih untuk mengoptimalkan berjalannya kegiatan belajar
mengajar.
56
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Hamalik, Oemar. 2015. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Huda, Miftahul. 2011. Model Model Pembelajaran dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mudikawati, Mety. 2018. Super Complete Kelas SD/MI. Depok: Magenta Media.
Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi
Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas.
Jakarta: Kencana.
Rusman. 2016. Pembelajaran Tematik Terpadu: Teori, Praktik dan Penilaian.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Sabri, Ahmad. 2010. Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching. Jakarta: PT
Ciputat Press.
Sriyanti, Lilik. 2011. Psikologi Belajar. Salatiga: STAIN Salatiga Press.
___________. 2009. Teori – Teori Belajar. STAIN Salatiga Press.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana Prenada Media Groub.
Susilo. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Sukses Ofseet.
57
Tampubulon, Saur. 2013. PTK Sebagai Pengembangan Profesi Pendidik dan
Keilmuan. Jakarta: Erlangga.
Thobroni. 2015. Belajar dan pembelajaran: Teori Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Trianto. 2007. Metode-Metode Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
LAMPIRAN-LAMPIAN
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : MIN 1 Semarang
Kelas / Semester : V / II
Tema : Lingkungan Sahabat Kita (Tema 8)
Sub Tema : Usaha Pelestarian Lingkungan (Sub Tema 3)
Pembelajaran ke : 1
Fokus Pembelajaran : Bahasa Indonesia
Alokasi waktu : 2 x 35 menit
I. Kompetensi Inti
KI 1 Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan
tetangganya.
KI 3 Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.
KI 4 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis
dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
II. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian
Muatan : Bahasa Indonesia
Kopetensi Dasar Indikator
3.8 Mengurikan urutan peristiwa atau
tindakan yang terdapat pada teks
nonfiksi
3.8.1 Membaca teks narasi
peristiwa atau tindakan yang
terdapat pada teks nonfiksi
4.8 menyajikan kembali peristiwa atau
tindakan dengan memperhatikan latar
cerita yang terdapat pada teks fiksi
4.8.1 Menceritakan kembali
peristiwa atau tindakan dengan
memperhatikan latar cerita
III. Tujuan Pembelajaran
a. Dengan kegiatan membaca teks nonfiksi siswa dapat menjelaskan isi
bacaan Pentingnya Menjaga Air Bersih dengan benar.
b. Dengan kegiatan mengamati cara menjaga kebersihan air di lingkungan
sekitar dengan benar, siswa dapat menceritakan cara menjaga kebersihan
air.
IV. Materi Pembelajaran
a. Cerita teks nonfiksi
b. Teks penjelajasan syarat air bersih
V. Strategi Pembelajaran
a. Inkuiri Sosial
b. Kooperative learning tipe Team Game Tournament (TGT)
VI. Metode Pembelajaran
a. Ceramah
b. Diskusi Kelompok
c. Tanya jawab
d. Short cut
VII. Media dan Sumber Pembelajaran
1. Media: Kartu soal, kartu urutan pemain, lembar skor, lembar soal, lembar
jawaban, papan tulis, tongkat tanda ingin menjawab.
2. Sumber Pembelajaran: buku paket siswa kelas 5 tema 8, bacaan yang
mendukung tentang materi pengolahan air.
VIII. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
No Kegiatan Waktu
I PENDAHULUAN
1. Guru mengucapkan salam, dan mengajak berdoa
2. Guru mengabsen siswa kehadiran siswa
3. Guru mempersiapkan siswa untuk belajar
4. Guru melakukan kegiatan apersepsi
II KEGIATAN INTI
A. MENGAMATI
5. Guru memperlihatkan gambar sebagai stimulus
6. Siswa saling berargumen mengenai gambar yang telah
ditampilkan
B. MENANYA
7. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
8. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya
C. MENCOBA
9. Siswa dibagi menadi 4 kelompok. Setiap kelomok terdiri dari 5-6
orang siswa yang anggotanya heterogen, dilihat dari prestasi
akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik.
10. Guru menjelaskan aturan bermain TGT. Setiap kelompok
memiliki tugas masing-masing. 1 siswa bertugas sebagai
pembaca soal (jika mendapat giliran). 1 siswa maju ke depan
kelas sebagai penjawab soal. 1 siswa bertugas sebagai penulis
jawaban. 1 siswa sebagai penulis soal. 1 siswa sebagai pencatat
skor (setiap kelompok memiliki urutan pemain yang sama).
11. Guru meminta siswa mengambil nomor urut. Kelompok yang
mendapat giliran pertama adalah kelompok yang harus
mengirimkan salah satu anggotanya sebagai pembaca soal.
12. Guru mengatur permainan
13. Pembaca soal membacakan soal dan penjawab soal yang berada
di depan kelas sesegera mungkin untuk menjawab pertanyaan
dari pembaca soal.
14. Jika Penjawab soal dapat menjawab soal dengan benar, maka
kartu soal disimpan sebagai bukti poin menjawab soal.
15. Setelah selesai siswa menghitung kartu dan skor mereka dan
diakumulasi dengan semua tim.
D. MENALAR
16. Guru memberikan penguatan dan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya mengenai hal-hal yang kurang jelas
17. Guru memberikan penilaian
E. MENGASOSIASI
18. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil diskusi
pembelajaran
19. Siswa diberikan soal untuk mengetahui hasil ketercapaian materi
III PENUTUP
20. Guru memberikan motivasi kepada siswa
21. Guru mengajak siswa berdo’a dan membaca hamdallah bersama.
IX. Penilaian
Tekhnik Penilaian
a. Penilaian Proses : Penilaian kinerja dan penilaian produk
b. Penilaian Sikap : Percaya diri, aktif, bekerja sama
c. Penilaian Hasil Belajar : tes tertulis pilihan ganda dan uraian
Syarat Air Bersih
Air merupakan kebutuhan dasar manusia karena sangat dibutuhkan
manusia. Saat ini, meski air banyak ditemukan di bumi, faktanya masih terjadi
krisis air bersih. Hampir setiap hari jumlah air bersih yang ada di bumi berkurang.
Penyebabnya sangat banyak, mulai dari pencemaran lingkungan, pembuangan
limbah pabrik, hingga pembuangan limbh rumah tangga. Yang sembarangan.
Pemakaian air yang setiap haritidak pernah berhenti membuat air bersih menjadi
semakin berkurang.
Air dapat dikatakan bersih sehingga layak untuk dikonsumsi dan di
gunakan oleh umat manusia tentunya mempunyai beberapa syarat. Adapun syarat
air bersih antara lain sebagai berikut.
1. Syarat Fisik
Air yang bersih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh,
tidak mengandung zat padat (terlarut) lebih dari atau sama dengan 1.000
mg/liter, serta tidak ada endapan dan suhunya antara 10-25 derajat Celcius.
2. Syarat Kimia
Air yang bersih tidak mengandung bahan kimia dan dapat meracuni tubuh
manusia, mengandung yodium dalam jumlah yang cukup dan normal,
kandungan zat kimia yang tidak terlalu berlebihan, dan derajat keasaman
atau pH dari air dalam batas normal, yakni 6,5 hingga 9,2.
3. Syarat Mikrobiologi
Air bersih tidak mengandung bakteri pantogen yang dapat menjadi
penyebab penyakit an tidak mengandung kuman penyakit, seperti disentri,
typus, dan penyakit lainnya.
Hemat Air
Air adalah sumber daya alam yang sangat penting bagi manusia. Manusia
sangat bergantung terhadap keberadaan air. Oleh karena itu sudah seharusnya kita
menjaga kebersiha air untuk melakukan penghematan. Berikut ini beberapa
langkah mudah yang dapat kita lakukan untuk menggunakan air dengan lebih
bijak.
1. Matikan Kran
Hal yang sering kalimembuat air banyak terbuang sia-sia adalah lupa
mematikan kran air. Oleh karena itu matikan kran apabila tidak digunakan.
2. Perbaiki kebocoran pipa air
Segera perbaiki pipa air yang bocor meskipun kebocoran hanya sedikit.
Pipa air bocor yang sudah diperbaiki dapat mengurangi terbuangnya air
bersih dengan sia-sia.
3. Mandi dengan shower (pancuran)
Mandi dengan menggunakan shower lebih hemat air dibandingkan mandi
dengan bak mandi (bathub) karena air yang digunakan lebih sedikit.
4. Bijak dalam mencuci pakaian
Ketika mencuci gunakan deterjen ecukupnya sehingga untuk membilas
membutuhkan air sedikit. Gunakan dengan hemat atau seperlunya untuk
mencuci.
5. Gunakan air kembali
Menggunakan air kembali (reuse water) merupakan salah satu bijak.
Misalnya menggunakan air bekas cucian beras untuk mnyiram tanaman.
A. Penilaian Sikap
No Nama Siswa
Perubahan Tingkah Laku
Percaya Diri Disiplin Bekerjasama
BT MT MB SM BT MT MB SM BT MT MB SM
1 Aisyah Nur Fatmawati
2 Akto Reihan
3 Arini Salsabila Anjani
4 Arkan Java Narendra
5 Chelsie Aulia Kirana
6 Cinta Nury Nugraheni
7 Dinda Alya M S
8 Dyah Nuriatul Husna
9 Ezarsyah M A
10 Fachri Ramadhani Yahya P
11 Febrian Billiano Setiawan
12 Irsyad Karunia Aditya
13 Jihan Helya Zahra
14 Kayla Salma Fitria D
15 Kaysa Salwa Fitria D
16 Kusuma Arya Pratama
17 M. Abid Zuhal Hanafi
18 M. Faza Abdillah
19 Nofarini Khoirina Anam
20 Ridho Putra P
21 Zaskia Nurul Aini
Keterangan : BT (Belum Terlihat) MT (Mulai Terlihat)
MB (Mulai Berkembang) SM (Sudah Membudaya)
B. Penilaian Keterampilan
No Nama Siswa Ketercapaian Kriteria
2 kriteria 3 kriteria 4 kriteria
1 Aisyah Nur Fatmawati
2 Akto Reihan
3 Arini Salsabila Anjani
4 Arkan Java Narendra
5 Chelsie Aulia Kirana
6 Cinta Nury Nugraheni
7 Dinda Alya M S
8 Dyah Nuriatul Husna
9 Ezarsyah M A
10 Fachri Ramadhani Yahya P
11 Febrian Billiano Setiawan
12 Irsyad Karunia Aditya
13 Jihan Helya Zahra
14 Kayla Salma Fitria D
15 Kaysa Salwa Fitria D
16 Kusuma Arya Pratama
17 M. Abid Zuhal Hanafi
18 M. Faza Abdillah
19 Nofarini Khoirina Anam
20 Ridho Putra P
21 Zaskia Nurul Aini
Keterangan Kriteria :
1. Memahami isi teks nonfiksi
2. Dapat menceritakan kembali isi teks nonfiksi
3. Mengetahui isi pokok teks nonfiksi
4. Mengetahui syarat syarat air bersih dalam teks nonfiksi
C. Penilaian Pengetahuan
1. Mengapa air bersih termasuk kebutuhan dasar bagi manusia?
2. Apa penyebab krisis air bersih?
3. Ada berapa syarat air bersih untuk layak di konsumsi? Sebutkan!
4. Sebutkan syarat air bersih secara fisik!
5. Bagaimana cara menjaga air bersih?
6. Sebutkan syarat air bersih secara kimia!
7. Sebutkan syarat air bersih secara mikrobiologi!
8. Berapa batas normal keasaman air bersih?
9. Apabila air terlihat jernih namun berbau menyengat apakah air tersebut
dapat dikonsimsi?
10. Bahaya apa saja jika kita mengkonsumsi air yang mengandung kuman
serta beracun?
Lampiran 2
HASIL OBSERVASI AKTIVITAS GURU
SIKLUS I
Nama Sekolah : MIN 1 Semarang
Guru : Amrih Widodo, S.Pd.I
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Materi Pokok : Teks Nonfiksi (Pentingnya Menjaga Air Bersih )
Kelas/ Semester : V/ II
Waktu Pelaksanaan : 13 April 2019 (Pukul 10.00 - 11.15 WIB)
No Aspek yang Diamati Skor
1 2 3 4
I PENDAHULUAN
1. Guru mengucapkan salam, mengajak berdoa dan
mengabsen siswa
2. Guru mempersiapkan siswa untuk belajar
3. Guru melakukan kegiatan apersepsi
II KEGIATAN INTI
A. MENGAMATI
4. Guru memperlihatkan gambar sebagai stimulus
5. Guru memberi kesempatan siswa berargumen
B. MENANYA
6. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
7. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya
C. MENCOBA
8. guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
9. Guru menjelaskan aturan bermain TGT
10. Guru mengatur permainan
11. Guru meminta 1 siswa dari setiap kelompok untuk
mewakili mengambil kartu urutan permainan dan
nama kelompok
12. Guru menyuruh perwakilan kelompok untuk maju
menjawab soal
13. Guru membimbing siswa dalam permainan TGT
D. MENALAR
14.
Guru memberikan penguatan dan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang kurang
jelas
15. Guru memberikan penilaian
E. MENGASOSIASI
16. Guru mengajak siswa bersama-sama menyimpulkan
hasil diskusi yang telah dilakukan
17. Guru memberikan soal untuk mengetahui hasil
ketercapaian materi
III PENUTUP
18. Guru memberikan motivasi kepada siswa
19. Guru mengajak semua siswa berdo’a dan membaca
hamdallah bersama-sama
Total Skor 5 12 9 20
Skor Akhir 46
Presentase 60,5%
Kualifikasi Cukup
Keterangan :
1. Kriteria Penilai
Skor Kriteria Penilaian
4 Pengelolaan Pembelajaran Guru Sangat Baik
3 Pengelolaan Pembelajaran Guru Baik
2 Pengelolaan Pembelajaran Guru Cukup Baik
1 Pengelolaan Pembelajaran Guru Kurang Baik
2. Kualifikasi Penilaian
Tingkat Keberhsilan Arti
85-100% Sangat Baik
65-84% Baik
55-64% Cukup
0-54% Kurang
3. Analisis Data
Presentase = ∑
∑
=
= 60,5%
Lampiran 3
HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
SIKLUS I
Nama Sekolah : MIN 1 Semarang
Guru : Amrih Widodo, S.Pd.I
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Materi Pokok : Teks Nonfiksi (Pentingnya Menjaga Air Bersih )
Kelas/ Semester : V/ II
Waktu Pelaksanaan : 13 April 2019 (Pukul 10.00 - 11.15 WIB)
No Nama Aspek Pengamatan
Total A B C D E F G H
1. A N F 2 3 1 2 4 3 3 3 21
2. A R 3 1 1 2 3 2 2 1 15
3. A S A 1 2 2 3 3 3 3 3 20
4. A J N 2 3 1 3 3 3 4 3 22
5. C A K 1 2 2 2 3 3 3 2 18
6. C N N 2 2 1 2 3 3 4 3 20
7. A D M S 3 3 2 3 3 3 3 2 22
8. D N H 2 2 3 2 3 3 3 3 21
9. E M A 2 3 3 4 3 2 1 3 21
10. F R Y P 1 2 2 2 3 3 2 3 18
11. F B S 2 3 3 2 3 3 3 3 22
12. I K A 3 3 2 3 3 3 3 3 23
13. J H Z 2 3 3 3 3 2 3 3 22
14. K S F D 3 2 2 3 3 3 3 3 22
15. K S F D 3 2 3 3 3 4 2 3 23
16. K A P 1 1 3 3 3 2 1 3 17
17. M A Z H 1 2 2 3 3 3 3 3 20
18. M F Z 2 3 3 2 3 3 2 3 21
19. N A C A 2 3 3 3 3 3 2 3 22
20. R P P 2 3 2 2 3 2 2 3 19
21. Z N A 2 2 1 2 3 1 1 2 14
Jumlah 42 50 45 54 64 57 53 58 432
Prsentase 66%
Kualifikasi Baik
Keteragan :
1. Aspek Pengamatan
Kode Katagori Aktivitas Indikator
A Visual Activities Kelancaran menemukan ide atau presentasi
dalam diskusi
B Oral Activities Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan
C Listening Activities Mendengarkan penjelasan dari guru
D Writing Activities Keaktivan siswa dalam menulis materi
E Drawing Activities Keaktivan siswa dalam mengerjakan tugas
F Motor Activities
Kemampuan siswa dalam menghimpun hasil
diskusi, bekerja sama sesama anggota dalam
kelompoknya
G Mental Activities Kekondusifan dan perhatian siswa dalam
pembelajaran dengan metode TGT
H Emotional Activities Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran
dengan metode TGT
2. Kriteria Penilaian
Skor Kriteria Penilaian
4 Pengelolaan Pembelajaran Siswa Sangat Baik
3 Pengelolaan Pembelajaran Siswa Baik
2 Pengelolaan Pembelajaran Siswa Cukup Baik
1 Pengelolaan Pembelajaran Siswa Kurang Baik
3. Kualifikasi Penilaan
Tingkat Keberhsilan Arti
85-100% Sangat Baik
65-84% Baik
55-64% Cukup
0-54% Kurang
4. Anasisis Data Aktivitas Siswa
Rata-rata = ∑
∑
=
= 20,5
= 21 (dibulatkan)
Presentase = ∑
∑
=
= 65,6%
= 66% (dibulatkan)
Lembar jawab siswa siklus I
Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : MIN 1 Semarang
Kelas / Semester : V / II
Tema : Lingkungan Sahabat Kita (Tema 8)
Sub Tema : Usaha Pelestarian Lingkungan (Sub Tema 3)
Pembelajaran ke : 6
Fokus Pembelajaran : Bahasa Indonesia
Alokasi waktu : 2 x 35 menit
I. Kompetensi Inti
KI 1 Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,
peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,
guru dan tetangganya.
KI 3 Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di
sekolah.
KI 4 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,
sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
II. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian
Muatan : Bahasa Indonesia
Kopetensi Dasar Indikator
3.8 Mengurikan urutan peristiwa atau
tindakan yang terdapat pada teks nonfiksi
3.8.1 Memahami teks narasi
Festival Kuwung
4.8 menyajikan kembali peristiwa atau
tindakan dengan memperhatikan latar cerita yang terdapat pada teks fiksi
4.8.1 Menceritakan kembali
isi dari teks Festival Kuwung
III. Tujuan Pembelajaran
a. Dengan kegiatan membaca teks nonfiksi siswa dapat menjelaskan isi
bacaan Festival Kuwung dengan benar.
b. Dengan kegiatan mengamati berbagai macam budaya di lingkungan
sekitar dengan benar, siswa dapat menceritakan beragam budaya di
Indonesia.
IV. Materi Pembelajaran
a. Cerita teks nonfiksi
b. Teks Festival Kuwung
V. Strategi Pembelajaran
a. Inkuiri Sosial
b. Kooperative learning tipe Team Game Tournament (TGT)
VI. Metode Pembelajaran
a. Ceramah
b. Diskusi Kelompok
c. Tanya jawab
d. Short cut
VII. Media dan Sumber Pembelajaran
a. Media: Kartu soal, kartu urutan pemain, lembar skor, lembar soal,
lembar jawaban, papan tulis, tongkat tanda ingin menjawab.
b. Sumber Pembelajaran: buku paket siswa kelas 5 tema 8, bacaan yang
mendukung tentang keragaman budaya di Indonesia.
VIII. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
No Kegiatan Waktu
I PENDAHULUAN
1. Guru mengucapkan salam, dan mengajak berdoa
2. Guru mengabsen siswa kehadiran siswa
3. Guru mempersiapkan siswa untuk belajar
4. Guru melakukan kegiatan apersepsi
II KEGIATAN INTI
A. MENGAMATI
5. Guru memperlihatkan gambar sebagai stimulus
6. Siswa saling berargumen mengenai gambar yang telah
ditampilkan
B. MENANYA
7. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
8. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya
C. MENCOBA
9.
Siswa dibagi menadi 4 kelompok. Setiap kelomok terdiri
dari 5-6 orang siswa yang anggotanya heterogen, dilihat
dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik.
10.
Guru menjelaskan aturan bermain TGT. Setiap kelompok
memiliki tugas masing-masing. 1 siswa bertugas sebagai
pembaca soal (jika mendapat giliran). 1 siswa maju ke
depan kelas sebagai penjawab soal. 1 siswa bertugas
sebagai penulis jawaban. 1 siswa sebagai penulis soal. 1
siswa sebagai pencatat skor (setiap kelompok memiliki
urutan pemain yang sama).
11.
Guru meminta siswa mengambil nomor urut. Kelompok
yang mendapat giliran pertama harus mengirimkan salah
satu anggotanya sebagai pembaca soal.
12. Guru mengatur permainan
13.
Pembaca soal membacakan soal dan penjawab soal yang
berada di depan kelas sesegera mungkin untuk menjawab
pertanyaan dari pembaca soal.
14. Jika Penjawab soal dapat menjawab soal dengan benar,
kartu soal disimpan sebagai bukti poin menjawab soal.
15. Setelah selesai siswa menghitung kartu dan skor mereka
dan diakumulasi dengan semua tim.
D. MENALAR
16. Guru memberikan penguatan dan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya mengenai hal-hal yang kurang jelas
17. Guru memberikan penilaian
E. MENGASOSIASI
18. Guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi pembelajaran
19. Siswa diberikan soal untuk mengetahui hasil ketercapaian
materi
III PENUTUP
20. Guru memberikan motivasi kepada siswa
21. Guru mengajak siswa berdo’a dan membaca hamdallah
bersama-sama
IX. Penilaian
Tekhnik Penilaian
d. Penilaian Proses : Penilaian kinerja dan penilaian produk
e. Penilaian Sikap : Percaya diri, aktif, bekerja sama
f. Penilaian Hasil Belajar : tes tertulis uraian
UNIKNYA KERAGAMAN BUDAYA INDONESIA DALAM
FESTIFAL KUWUNG 2016
Festival Kuwung merupakan acara seni dan budaya sekaligus pesta rakyat
yang paling ditunggu tunggu kehadirannya setiap tahun. Festival yang digelar
dalam rangka hari jadi Banyuwangi (Harjaba) ke 245 ini menyuguhkan beragam
tradisi daerah yang dikemas dalam Sebuah pertunjukan yang megah.
Rakyat Bunyuwangi berpesta, penampilan seluruh peserta mampu
mengundang decak kagum. Berbagai seni daerah tampil dengan sangat menarik
dan menghibur. Tidak hanya para penari dan aksi teatrikal yang tampil dengan
memikat, pawai mobil dengan aneka lampu yang menampilkan miniatur budaya
daerah juga mampu mencuri perhatian. Rutusan pendukung acara pun tampil
dalam balutan kostum yang atraktif. Ditambah iringan musik tradisional
sepanjang acara membuat suasana malam Banyuwangi begitu meriah.
Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
M.Y. Bramuda, Festival Kuwung 2016 mengangkat tema Kembang Setaman
Bumi Blambangan. Tema ini sebagai perlambang keharmonisan hidup
masyarakat Banyuwangi yang terdiri dari berbagai etnis dan latar belakang
budaya. "Di Banyuwangi sendiri beragam emis seperti suku Jawa, suku Using,
suku Bali, Etnis Madura, Etnis Tionghoa, Etnis Arab menjadi penduduk daerah
yang telah berpuluh tahun hidup berdampingan dalam kerukunan," katanya.
Festival Kuwung pun membingkai keragaman budaya beragam etnis dan
suku tersebut dalam rangkaian fragmen yang menarik. Pembukaan Kuwung
menyuguhkan Tradisi Saulak, Suku Mandar. Tradisi Saulak merupakan tradisi
pernikahan khas warga Mandar yang merupakan warga pesisir pantai. Berikutnya
pawai menampilkan etnis Jawa Mataraman membawakan fragmen berjudul
Cungkup Tapanrejo yang mengisahkan babat alas warga Jawa dalam memulai
kehidupan baru.
Selain itu, juga ada penampilan suku Using yang menampilkan Sarine
Kembang Bakung. Cerita ini menyisihkan kegigihan dan semangat masyarakat
desa dalam melestarikan budaya adat Using. Sementara itu pawai Etnis Madura
tampil dengan pakaian khas daerahnya. Para penampil membawakan Tari Topeng
dan fragmen yang mengisahkan mata pencaharian mereka sebagai petani kakao.
Etnis Bali menampilkan tradisi Melasti Bali Banyuwangi. Juga tidak ketinggalan
atraksi Ogoh Ogoh yang menjadi ciri khas perayaan Nyepi umat Hindu.
Etnis Tionghoa juga memeriahkan acara dengan menampilkan fragmen
bertema Liong Harmoni Tionghoa. Mereka menampilkan berbagai tarian dengan
kostum khasnya. Suasana semakin meriah dengan penampilan Barongsai.
Sebelumnya Festival Kuwung juga dimeriahkan oleh penampilan defile
perwakilan dari beberapa daerah, seperti kota Bogor, Kediri, Sleman,
Probolinggo hingga Sumbawa Barat yang menampilkan tari Kipas.
A. Penilaian Sikap
No Nama Siswa
Perubahan Tingkah Laku
Percaya Diri Disiplin Bekerjasama
BT MT MB SM BT MT MB SM BT MT MB SM
1 Aisyah Nur Fatmawati
2 Akto Reihan
3 Arini Salsabila Anjani
4 Arkan Java Narendra
5 Chelsie Aulia Kirana
6 Cinta Nury Nugraheni
7 Dinda Alya M S
8 Dyah Nuriatul Husna
9 Ezarsyah M A
10 Fachri Ramadhani Yahya P
11 Febrian Billiano Setiawan
12 Irsyad Karunia Aditya
13 Jihan Helya Zahra
14 Kayla Salma Fitria D
15 Kaysa Salwa Fitria D
16 Kusuma Arya Pratama
17 M. Abid Zuhal Hanafi
18 M. Faza Abdillah
19 Nofarini Khoirina Anam
20 Ridho Putra P
21 Zaskia Nurul Aini
Keterangan : BT (Belum Terlihat) MT (Mulai Terlihat)
MB (Mulai Berkembang) SM (Sudah Membudaya)
B. Penilaian Keterampilan
No Nama Siswa Ketercapaian Kriteria
2 kriteria 3 kriteria 4 kriteria
1 Aisyah Nur Fatmawati
2 Akto Reihan
3 Arini Salsabila Anjani
4 Arkan Java Narendra
5 Chelsie Aulia Kirana
6 Cinta Nury Nugraheni
7 Dinda Alya M S
8 Dyah Nuriatul Husna
9 Ezarsyah M A
10 Fachri Ramadhani Yahya P
11 Febrian Billiano Setiawan
12 Irsyad Karunia Aditya
13 Jihan Helya Zahra
14 Kayla Salma Fitria D
15 Kaysa Salwa Fitria D
16 Kusuma Arya Pratama
17 M. Abid Zuhal Hanafi
18 M. Faza Abdillah
19 Nofarini Khoirina Anam
20 Ridho Putra P
21 Zaskia Nurul Aini
Keterangan Kriteria :
1. Memahami isi teks nonfiksi
2. Dapat menceritakan kembali isi teks nonfiksi
3. Mengetahui isi pokok teks nonfiksi
4. Mengetahui apa itu festival kuwung dalam teks nonfiksi
C. Penilaian Pengetahuan
1. Apa judul bacaan tersebut ?
2. Apa itu Festival Kuwung ?
3. Apa tema dalam Festival Kuwung 2016 ?
4. Dimana Festival Kuwung itu berlangsung ?
5. Apa yang diperingati masyarakat saat perayaan Festival Kuwung ?
6. Dari etnis manakah tema Liong Harmoni Tionghoa ?
7. Apa saja yang dipersembahkan pada Festival Kuwung ?
8. Keberagaman apa saja yang ditampilkan pada teks tersebut ?
9. Bagaimana pendapatmu terhadap kegiatan Festival Kuwung ?
10. Adakah perayaan festival ditempatmu ? Sebutkan !
Lampiran 5
HASIL OBSERVASI AKTIVITAS GURU
SIKLUS II
Nama Sekolah : MIN 1 Semarang
Guru : Amrih Widodo, S.Pd.I
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Materi Pokok : Teks Nonfiksi (Festival Kuwung)
Kelas/ Semester : V/ II
Waktu Pelaksanaan : 9 Mei 2019 (Pukul 10.00 - 11.15 WIB)
No Aspek yang Diamati Skor
1 2 3 4
I PENDAHULUAN
1. Guru mengucapkan salam, mengajak berdoa dan
mengabsen siswa
2. Guru mempersiapkan siswa untuk belajar
3. Guru melakukan kegiatan apersepsi
II KEGIATAN INTI
A. MENGAMATI
4. Guru memperlihatkan gambar sebagai stimulus
5. Guru memberi kesempatan siswa berargumen
B. MENANYA
7. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
6. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya
C. MENCOBA
8. guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
9. Guru menjelaskan aturan bermain TGT
10. Guru mengatur permainan
11. Guru meminta 1 siswa dari setiap kelompok untuk
mewakili mengambil kartu urutan permainan dan
nama kelompok
12. Guru menyuruh perwakilan kelompok untuk maju
menjawab soal
13. Guru membimbing siswa dalam permainan TGT
D. MENALAR
14.
Guru memberikan penguatan dan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang kurang
jelas
15. Guru memberikan penilaian
E. MENGASOSIASI
16. Guru mengajak siswa bersama-sama menyimpulkan
hasil diskusi yang telah dilakukan
17. Guru memberikan soal untuk mengetahui hasil
ketercapaian materi
III PENUTUP
18. Guru memberikan motivasi kepada siswa
19. Guru mengajak semua siswa berdo’a dan membaca
hamdallah bersama-sama
Total Skor 18 52
Skor Akhir 70
Presentase 92%
Kualifikasi Sangat Baik
Keterangan:
1. Kriteria Penilai
Skor Kriteria Penilaian
4 Pengelolaan Pembelajaran Guru Sangat Baik
3 Pengelolaan Pembelajaran Guru Baik
2 Pengelolaan Pembelajaran Guru Cukup Baik
1 Pengelolaan Pembelajaran Guru Kurang Baik
2. Kualifikasi Penilaian
Tingkat Keberhsilan Arti
85-100% Sangat Baik
65-84% Baik
55-64% Cukup
0-54% Kurang
3. Analisis Data
Presentase = ∑
∑
=
= 92%
Lampiran 6
HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
SIKLUS II
Nama Sekolah : MIN 1 Semarang
Guru : Amrih Widodo, S.Pd.I
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Materi Pokok : Teks Nonfiksi (Festival Kuwung)
Kelas/ Semester : V/ II
Waktu Pelaksanaan : 9 Mei 2019 (Pukul 10.00 - 11.15 WIB)
No Nama Aspek Pengamatan
Total A B C D E F G H
43. A N F 4 4 2 3 4 4 3 3 27
44. A R 3 3 2 4 4 4 3 4 27
45. A S A 4 3 4 4 4 3 4 3 29
46. A J N 3 3 3 4 4 3 4 3 27
47. C A K 4 3 4 3 3 4 3 4 28
48. C N N 4 3 3 3 3 3 4 3 26
49. A D M S 4 4 2 4 4 3 3 2 26
50. D N H 4 3 4 3 4 4 3 3 28
51. E M A 4 4 4 4 3 3 3 3 28
52. F R Y P 4 3 3 3 3 3 4 3 26
53. F B S 4 4 3 3 3 3 4 3 27
54. I K A 4 3 3 4 3 3 3 3 26
55. J H Z 4 4 3 4 3 3 3 3 27
56. K S F D 3 4 3 4 3 3 3 4 27
57. K S F D 4 4 4 4 4 4 4 4 32
58. K A P 4 4 4 4 4 3 4 4 31
59. M A Z H 3 4 3 4 3 3 4 3 27
60. M F Z 4 4 4 3 3 3 3 3 27
61. N A C A 4 4 4 4 3 3 4 3 29
62. R P P 4 4 3 3 3 4 4 3 28
63. Z N A 4 3 3 3 3 4 4 4 28
Jumlah 80 75 68 75 71 70 74 68 581
Prsentase 87,5%
Kualifikasi Sangat Baik
Keteragan :
1. Aspek Pengamatan
Kode Katagori Aktivitas Indikator
A Visual Activities Kelancaran menemukan ide atau presentasi
dalam diskusi
B Oral Activities Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan
C Listening Activities Mendengarkan penjelasan dari guru
D Writing Activities Keaktivan siswa dalam menulis materi
E Drawing Activities Keaktivan siswa dalam mengerjakan tugas
F Motor Activities
Kemampuan siswa dalam menghimpun hasil
diskusi, bekerja sama sesama anggota dalam
kelompoknya
G Mental Activities Kekondusifan dan perhatian siswa dalam
pembelajaran dengan metode TGT
H Emotional Activities Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran
dengan metode TGT
2. Kriteria Penilaian
Skor Kriteria Penilaian
4 Pengelolaan Pembelajaran Siswa Sangat Baik
3 Pengelolaan Pembelajaran Siswa Baik
2 Pengelolaan Pembelajaran Siswa Cukup Baik
1 Pengelolaan Pembelajaran Siswa Kurang Baik
3. Kualifikasi Penilaan
Tingkat Keberhsilan Arti
85-100% Sangat Baik
65-84% Baik
55-64% Cukup
0-54% Kurang
4. Anasisis Data Aktivitas Siswa
Rata-rata = ∑
∑
=
= 27,6
= 28 (dibulatkan)
Presentase = ∑
∑
=
= 87,5%
Lembar jawab siswa siklus II
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
SATUAN KETERANGAN KEGIATAN
Nama : Silvia Intan Anggraeni Jurusan : PGMI
NIM : 23050150101 Dosen P.A. : Rasimin, S.Pd.I., M.Pd.
No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Sebagai Nilai
1.
OPAK IAIN Salatiga 2015
“Penguatan Nilai-nilai Islam
Indonesia Menuju Negara yang
Aman dan Damai
4 Agustus
2015 Peserta 3
2. Library User Education
(Pendidikan Pemustaka)
21 Agustus
2015 Peserta 3
3.
Pengakraban mahasiswa baru
PGMI “One Soul, One Fight, One
Goal Membujuk mahasiswa PGMI
yang Unggul dan Berkarakter”
5 September
2015 Peserta 3
4. UPTPB SIBA 2015 6
5. UPTPB SIBI 2015 6
6.
Seminar Nasional HMI
“Pembangunan Karakter Bangsa
Upaya Mewujukan Generasi Muda
yang Berbudaya untuk Indonesia
Bermartabat”
9 April 2016 Peserta 8
7.
Seminar Nasional Dema FTIK
“Budaya Sebagai Attitude
Pendidikan”
31 Mei 2016 Peserta 8
8.
Seminar Nasional
“Indonesia Budayaku Indonesia
Warisanku (Salatiga Kota Pusaka)”
2 Juni 2016 Peserta 8
9. Pendidikan Karakter dan Latihan 30 September Peserta 6
Calon Pramuka Pandega (PLCPP)
XXVI
– 2 Oktober
2016
10. Gladi Wira Brigsus (GWB) XXIII 28-31
Oktober 2016 Peserta 5
11. Pembrivetan dan Pelantikan
(VETIK) XXII
12-13
November
2016
Peserta 3
12.
Seminar Nasional Edupreneurship
“Strategi Marketing Kunci Sukses
Wirausaha”
13 November
2016 Peserta 8
13.
Surat Keputusa Komandan Brigsus
Diangkat Sebagai PANTER
Brigade Khusus Racana Kusuma
Dilaga-Woro Srikandhi Gudep
Kota Salatiga 02.237-02.238
16 November
2016 Peserta 3
14.
Pagelaran Pentas Seni Media
Pembelajaran Educatif PGMI
“Cipta Karya Media Pembelajaran
Educatif”
27 November
2016 Peserta 3
15.
Praktikum Mata Kuliah
(Mahasiswa Jurusan PAI, PGMI,
dan PGRA)
“Keren Itu Mahasiswa Kreatif,
Inoatif, Mandiri, dan Berani
Berwirausaha”
22 Desember
2016 Peserta 3
16. Gladi Pimpinan Pandega (GPP) 8-9 April
2017 Peserta 6
17.
Latihan Keprotkolan dan Master of
Ceremony “Membentuk dan
Menumbukan Pribadi Pramuka
19-20
Agustus 2017 Peserta 3
Pandega yang Sigap dan Dinamis”
18.
Penerimaan Seleksi Calon Brigsus
XXIV “Pijakan Awal Pembentukan
Mental, Intelektual, dan Karakter
Calon Anggota Brigsus Sebagai
Ujung Tombak Racana”
7-8 Oktober
2017 Satgas 6
19.
Pembrivetan dan Pelantikan
(VETIK) XXIV “Melalui
Pembrivetan dan Pelantikan
Mewujudkan Brigsus yang
Berdedikasi Sebagai Ujung
Tombak Racana”
11-12
Oktober 2017 Satgas 6
20. Jalan Sehat Festifal Budaya PGMI
“Bersama Kita Bisa”
15 November
2017 Peserta 3
21.
Seminar Nasional Dema FTIK
“Nilai-nilai Kebudayaan dalam
Pendidikan Islam Indonesia”
5 Mei 2018 Peserta 8
22.
Seminar Nasional “Santri Melawan
Hoax dan Tolak Politisasi SARA
Demi Tegaknya Pancasila dan
NKRI”
29 November
2018 Peserta 8
23. IMADE Salatiga “Pelatihan Bahasa
Inggris”
17 November
2018 Peserta 3
24.
Seminar On-Line “7 Trik Gila
Membaca (Bermakna) di Hadapan
Banyak Orang”
26 Januari
2019 Peserta 3
25.
OPAK Jurusan FTIK IAIN
Salatiga 2015“Integrasi Pendidikan
Karakter Mahasiswa Melalui
Kampus
13 Agustus
2015 Peserta 3