penilaian resiko pipa gas bawah laut ujung pangkah...
TRANSCRIPT
28
Penilaian Resiko Pipa Gas Bawah Laut Ujung Pangkah-Gresik
Dengan Standard D�V RP F107
Ketut Buda Artana
Teknik Sistem Perkapalan FTK – ITS, Surabaya
Jl. Teknik Sipil Blok J-53 Surabaya 60111
Telp.:(031)5932350, Fax.:(031)5923411
E-mail: [email protected]
Diterima 21 Juli 2008; diterima terkoreksi 25 Nopember 2008; disetujui 06 Pebruari 2009
Abstract
This paper describes a case study on risk assessment of an export gas pipeline of Amerada
Hess (Indonesia – Pangkah) Limited due to anchor dropped based on D!V Recommended Practice
(RP) F107. The risk is assessed using risk matrix and careful attention is given according to the
decree of Ministry of Energy and Mineral Resources of Indonesia !o: 300.K/38/M.PE/1997.
Hazard likelihood is assessed by means of Event Tree Analysis (ETA) method and the consequences
are assessed for 5 (five) available pipe zones. The pipeline is evaluated whether or not within the
ALARP (As Low As Reasonably Practicable) condition. Attentiveness is given to zone III, in where
the pipeline can not be buried due to soil condition that makes trenching is not possible. It is found
that though the pipeline in zone III can not be buried, the risk imposed to the pipeline is still within
the acceptable region. The risk shifts to the ALARP condition when the pipeline is not protected by
concrete coating.
Keywords: pipeline, risk assessment, event tree analysis, D!V RP F107, risk matrix.
Kegagalan pada sistem transportasi
saluran pipa gas bawah laut dapat
mengakibatkan beberapa resiko yang dapat
membahayakan bagi manusia dan lingkungan
di sekitar saluran pipa apabila terjadi
kebocoran atau bahkan ledakan. Kegagalan
tersebut dapat disebabkan beberapa faktor,
antara lain kerusakan pada lapisan saluran
pipa, saluran pipa penyok (denting), terjadi
kebocoran (leaking),saluran pipa pecah/putus
(rupture), dan kegagalan lainnya [1].
Ed Clucky [2] telah melakukan kajian
tentang penilaian resiko untuk pipa gas
bawah air yang dipasang pada laut dalam.
Kajian resiko dilakukan untuk
membandingkan sistem transportasi gas yang
paling ekonomis dan aman dari beberapa
alternatif. Pipa gas terpilih sebagai alternatif
yang paling ekonomis, sekalipun memberi
tingkat resiko yang harus dikurangi dengan
beberapa upaya mitigasi seperti jarak
pemasangan antara block anchor yang lebih
dekat, ketebalan coating pipa dan upaya
mitigasi lainnya.
Kajian resiko pipa gas juga telah
menjadi fokus dalam sistem transportasi gas
di darat. Fandino [3] mengkaji resiko dan
pengaruh dari pipa gas di daerah yang
memiliki tidak terlalu banyak penduduk.
Kajian ini menunjukkan bahwa sekalipun
pengaruh terhadap manusia dengan
beroperasinya pipa gas relatif kecil, namun
demikian upaya mitigasi tetap perlu
dilakukan.
Beberapa kondisi operasi pipa gas
khusus yang tidak diatur oleh standar/code
telah juga mendapat perhatian serius. Glitney
[4] memberi beberapa pemanfaatan rumus
empiris dalam kajian resiko pipa gas.
Pemanfaatan program komputer untuk
mengestimasi tingkat deformasi pada pipa
gas akibat beban internal dan eksternal juga
diuraikan dengan jelas. Kajian resiko pipa
gas yang ada di anjungan terapung (FPSO)
juga telah banyak di kaji. Salah satunya
adalah kajian yang dilakukan oleh Overfield
dan Collins [5].
29 Jurnal Teknik Mesin, Volume 9, !omor 1, Januari 2009
Berdasarkan standar DNV RP F107 [6]
yang menjadi acuan pada paper ini, bahaya
(hazard) yang mungkin terjadi pada pipa gas
bawah laut adalah bahaya-bahaya yang
disebabkan karena kejatuhan jangkar kapal
(anchor drop), terseret jangkar (anchor drag),
tertimpa kapal (Ship Shunken), serta terseret
jaring (trawling activities).
Dengan standar tersebut, Risk
Assessment of Pipeline Protection yang
dipakai acuan dalam paper ini, tingkat resiko
ditentukan dalam risk profile matrix yang
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) daerah
yakni: (1) daerah dapat diterima, (2) daerah
ALARP, dan (3) daerah tidak dapat diterima,
seperti terlihat pada Gambar 1.
Daerah pada risk profile matrix yang
berwarna merah adalah daerah dimana resiko
tidak dapat diterima. Daerah ALARP (As
Low As Reasonably Practicable)
mengidentifikasikan daerah dimana resiko
dapat diterima, namun pengurangan dari
resiko harus diikuti dengan evaluasi Cost-
Benefit. Jika resiko berada di daerah tidak
dapat diterima, maka harus dilakukan
pengurangan resiko dengan [7]: mengurangi
frekuensi dari kejadian, mengurangi
konsekuensi dari kejadian, atau kombinasi
dari keduanya. Pengurangan frekuensi lebih
diprioritaskan dibandingkan dengan
pengurangan konsekuensi. Jika tingkat resiko
berada pada daerah yang dapat diterima,
maka sistem dapat dioperasikan lebih lanjut.
Daerah berwarna kuning adalah daerah
ALARP dan daerah berwarna hijau adalah
daerah resiko yang dapat diterima [6].
Paper ini memberikan diskripsi
bagaimana proses penilaian resiko pipa gas
bawah laut dengan menggunakan standar
DNV RP F107. Obyek bahasan adalah
saluran pipa gas bawah laut milik Amerada
Hess (Indonesia – Pangkah) Limited yang
terletak di lapangan gas Ujung Pangkah
(Wellhead Platform-WP) di dalam Blok
Pangkah sekitar 3 - 5 km timur laut perairan
Ujung Pangkah (sekitar 35 km ke arah barat
laut dari Surabaya) menuju tempat fasilitas
pengolahan gas (Onshore Processing
Facilities, OPF) yang terletak di kawasan
Industri Maspion di Desa Manyar,
Kecamatan Manyar seluas kurang lebih 8
hektar seperti terlihat pada Gambar 2. OPF
tersebut dapat menghasilkan 144 juta kaki
kubik gas per hari (MMSCFD) [9].
Saluran pipa tersebut dibagi menjadi 5
zone. Pada zone III, yaitu pada kilometer pos
(KP) 6,7 sampai 9,3, pipa gas bawah laut
tidak bisa ditanam karena kondisi dasar laut
yang keras dan berbatu. Kedalaman air pada
saluran pipa gas Amerada Hess pada zone III
ini adalah antara 7 sampai 13 m [9].
Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi No. 300.K/38/M.PE/1997 tentang
Keselamatan Kerja Pipa Penyalur Minyak
dan Gas Bumi mengatur bahwa dalam hal
kedalaman dasar laut kurang dari 13 meter,
maka pipa harus ditanam dengan kedalaman
sekurang-kurangnya 2 (dua) meter di bawah
Gambar 1. Risk Profile Matrix
Gambar 2. Posisi Pipa Hess Ujung Pangkah
Artana, Penilaian Resiko Pipa Gas Bawah Laut Ujung 30
dasar laut (seabed), serta dilengkapi dengan
pemberat agar pipa tidak tergeser atau
berpindah, atau disanggah dengan pipa
pancang [8, 10]. Dengan demikian, maka
pipa pada zone III ini tentunya tidak dapat
memenuhi ketentuan ini, karena tidak dapat
ditanam dan memiliki kedalaman kurang dari
13 meter.
Selanjutnya Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi No.
300.K/38/M.PE/1997 juga menyatakan
bahwa dalam hal terjadi perubahan kondisi
lingkungan pada jalur pipa, maka wajib
dilakukan analisa resiko untuk menetapkan
langkah pengamanan tambahan. Karena hal
tersebut, maka perlu dilakukan penilaian
terhadap tingkat resiko (risk level) dari pipa
di zone III tersebut dan perlu dikaji disain
sistem pengaman tambahan terhadap pipa
yang paling optimal.
ASUMSI DA� BATASA� MASALAH
Sebagaimana yang diuraikan
sebelumnya, obyek studi yang dibahas pada
paper ini adalah saluran pipa gas Amerada
Hess (Indonesia – Pangkah) Limited pada
Zone III saja, mengingat hanya pada zone ini
saja pipa tidak bisa ditanam. Paper ini juga
hanya menilai resiko terhadap pipa yang
diakibatkan oleh penurunan jangkar saja.
Dengan demikian resiko yang muncul akibat
kegagalan material serta pengelasan serta
kejadian alam (sunami, letusan volkanik, dll)
tidak dibahas. Standar yang digunakan
sebagai acuan adalah standar yang
dikeluarkan oleh Det !orskeVeritas, yaitu
DNV RP F107 (Risk Assessment of Pipeline
Protection).
Seperti terlihat pada Gambar 3, pipa
milik Hess ini berada di Selat Madura yang
memiliki kedalaman yang relatif rendah serta
lalu lintas kapal yang tinggi. Sekalipun
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut telah
menentukan alur kapal (shipping channel)
yang harus dilalui oleh kapal saat melintas di
selat ini, namun diasumsikan bahwa peluang
kapal keluar dari shipping channel ini adalah
10% (nilai ekstrim), sekalipun Lloyd’s
Register menentukan hanya 5% saja [11].
STA�DAR D�V RP F107
Risk assessment (penilaian resiko) pada
paper ini diartikan sebagai pendekatan
kuantitatif untuk menentukan tingkat resiko
suatu obyek yang direpresentasikan dalam
variabel frekuensi penyebab resiko dan
variabel konsekuensi jika resiko tersebut
terjadi. Penilaian terhadap tingkat resiko ini
yang kemudian akan dijadikan sebagai
pertimbangan dalam pengambilan keputusan,
termasuk pertimbangan ekonomi yang
muncul di dalamnya.
Gambar 3. Seabed profile
31 Jurnal Teknik Mesin, Volume 9, !omor 1, Januari 2009
Menurut Colin & Howat [7], resiko
dapat dirumuskan sebagai perkalian antara
probability/likelihood dan severity.
Risk = Probability × Severity (1)
Dimana resiko dapat diartikan sebagai
potensi terjadinya kerusakan atau kerugian
yang disebabkan adanya bahaya dan
kegagalan. Probabiity/likelihood yang
dimaskudkan disini adalah frekuensi
kemunculan bahaya (hazard) yang memberi
resiko, dan Severity adalah konsekuensi yang
meliputi besar/tingkat dari kerusakan,
kerugian, dan juga jumlah orang yang
dipengaruhi (terluka/meninggal) yang
ditimbulkan karena adanya bahaya.
DNV RP F107 merangking frekuensi
dan konsekuensi seperti terlihat berturut-turut
pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Kerusakan material pada saluran pipa
dikelompokkan sebagai berikut :
� Kerusakan minor (D1) : kerusakan yang
tidak membutuhkan perbaikan, dan juga
tidak menimbulkan pelepasan
hidrokarbon.
� Moderate damage (D2) : kerusakan yang
membutuhkan perbaikkan, tetapi tidak
menimbulkan pelepasan hidrokarbon.
� Major Damage (D3) : kerusakan yang
menimbulkan pelepasan hidrokarbon
atau air, dll.
Dalam kasus kerusakan yang
menyebabkan pelepasan hidrokarbon (D3),
klasifikasi pelepasan hidrokarbonnya dapat
diranking menjadi:
� !o Release (R0) : tidak ada pelepasan
gas hidrokarbon.
� Small Release (R1) : pelepasan dari
lubang yang kecil hingga menengah
pada dinding pipa.
� Major Release (R2) : pelepasan gas dari
saluran pipa yang pecah. Full rupture
akan menyebabkan pelepasan total dari
volume gas pada saluran pipa dan akan
berlanjut hingga saluran pipa diisolasi.
Tabel 1. Rangking frekuensi
�o Deskripsi Frek/thn
1 Frekuensi sangat rendah dimana kejadian dapat diabaikan < 10-5
2 Kejadian diperkirakan jarang terjadi 10-4 > 10-5
3 Kejadian secara individu tidak diperkirakan terjadi, tapi ketika diringkaskan
melebihi jumlah yang besar dari saluran pipa dipercaya akan terjadi sekali 10-3 > 10-4
4 Kejadian secara individu diperkirakan terjadi sekali selama usia saluran
pipa 10-2 > 10-3
5 Kejadian secara individu diperkirakan terjadi lebih dari sekali selama usia
saluran pipa > 10-2
Tabel 2. Rangking Konsekuensi
Rank
Dent /
Diametr
(%)
Impact
Energi Damage description
Conditional Probability
D1 D2 D3 R0 R1 R2
1 < 5 EE Minor damage 1 0 0 1 0 0
2 5 – 10 EE Major damage
0.1 0.8 0.1 0.9 0.1 0 Leakage anticipated
3 10 – 15 EE Major damage
0 0.75 0.25 0.75 0.2 0.05 Leakage and rupture anticipated
4 15 – 20 EE Major damage
0 0.25 0.75 0.25 0.5 0.25 Leakage and rupture anticipated
5 > 20 EE Rupture 0 0.1 0.9 0.1 0.2 0.7
Artana, Penilaian Resiko Pipa Gas Bawah Laut Ujung 32
Gambar 4 menunjukkan konsekuensi
yang diterima pipa yang dilapisi dengan
pelindung campuran beton (concrete coating)
saat kejatuhan jangkar. EE adalah energi
kinetik efektif jangkar pada saat membentur
lapisan saluran pipa. Ek adalah energi kinetik
yang dapat diredam lapisan concrete dan E
adalah besarnya energi yang diterima saluran
pipa akibat kejatuhan jangkar yang
menyebabkan saluran pipa mengalami
penyok (deformasi).
Energi yang dapat diredam lapisan pipa
(Concrete) adalah fungsi dari volume benda
dan crushing strength. Ini dapat diberikan
oleh persamaan 2.
Ek = Y b h xo (2)
dimana :
Y = Tekanan lapisan pipa (N/m2), sebesar 3 –
5 kali Cube Strength untuk berat jenis
lapisan normal, atau 5 – 7 kali Cube
Strength untuk berat jenis lapisan ringan.
Cube Strength sebesar 35 sampai 45
Mpa.
b = lebar dari luasan benda yang menubruk
lapisan pipa
h = panjang dari luasan benda yang
menubruk lapisan pipa
xo= tebal lapisan pipa
Setelah nilai Ek diperoleh, nilai ini akan
ditambahkan pada masing-masing batas
energi yang diterima saluran pipa pada
masing-masing rasio dent/diameter untuk
masing-masing rangking konsekuensi seperti
pada Tabel 2.
Energi yang dihasilkan jangkar saat
mengenai saluran pipa dapat dihitung sebagai
berikut. Langkah pertama adalah menghitung
kecepatan jatuhnya jangkar dengan
persamaan 3.
((mV)xρwater)xg= 2
2
1TDwater vAC ×××ρ (3)
dimana :
m = berat jangkar, (kg)
g = kecepatan gravitasi,(9.81 m/s2)
V = volume jangkar, (m3)
ρwater = berat jenis air laut,(1025 kg/m3)
CD = koefisien drag jangkar
A = proyeksi luas jangkar, (m2)
vT = kecepatan jatuh jangkar, (m/s)
Koefisien drag diberikan oleh DNV RP
F107 seperti terlihat pada Tabel 3. Energi
kinetik Efektif (EE) dari jangkar dapat
dihitung dengan persamaan 4.
EE= ET + EA= ( ) 2
2
1Ta vmm ×+ (4)
dimana :
ma = berat tambahan, (kg)
= ρwater x Ca x V
Ca = koefisien drag berat tambahan
Gambar 4. Pipa kejatuhan jangkar
Tabel 3. Koefisien Drag
�o Berat jangkar (ton) CD CA
1 <2 0.7 0.1
2 2 0.8 0.2
3 3 0.9 0.3
4 4 1 0.4
5 5 1.1 0.5
6 6 1.2 0.7
7 7 1.3 0.8
8 8 1.4 0.9
9 >8 1.5 1
33 Jurnal Teknik Mesin, Volume 9, !omor 1, Januari 2009
Perhitungan energi kinetik efektif
jangkar dapat dilakukan dengan
mengelompokkan jangkar berdasarkan
kelompok kapal, mengingat berat jangkar di
kapal adalah fungsi dari ukuran kapal.
A�ALISA DATA
Secara umum langkah-langkah
penilaian resiko saluran pipa gas dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Mengelompokkan kapal berdasarkan
data lalu lintas kapal di daerah yang di
analisa dan menentukan berat jangkar
berdasarkan kelompok yang dibuat.
2. Mengidentifikasi hazard yang mungkin
muncul.
3. Menentukan frekuensi kapal keluar dari
shipping channel.
4. Menentukan frekuensi kapal masuk
daerah CADZ (Critical Anchor Drop
Zone).
5. Menentukan frekuensi kapal
menjatuhkan jangkar di daerah CADZ.
6. Menentukan konsekuensi yang muncul
berdasarkan Tabel 2 dan persamaan 3.
7. Menentukan tingat resiko (risk level)
berdasarkan kelompok frekuensi dan
konsekuensi melalui risk profile matrix.
8. Membandingkan risk level dengan
acceptance criteria. Jika dapat diterima,
maka pipa dapat dioperasikan dengan
aman dan jika tidak dapat diterima maka
perlu dilakukan upaya untuk
menghindari/ mengurangi /mentransfer
resiko.
Data lalu lintas kapal yang berlayar di
sekitar zone III didekati dengan
menggunakan data kapal yang melintasi Selat
Madura, yakni kapal yang akan berlabuh atau
meninggalkan pelabuhan Tanjung Perak
(Tabel 4)[9].
Dimensi pipa gas yang terbentang dari
WP hingga OPF menggunakan pipa tipe API
5L X65 yang mempunyai yield strength
sebesar 448 Mpa terlihat pada Tabel 5. Pipa
bawah laut yang akan dianalisa dalam paper
ini adalah pipa di zone III. Pipa pada zone ini
dibagi menjadi 13 segmen, masing-masing
segmen memiliki panjang 200 meter.
Berdasarkan data lalu lintas kapal pada Tabel
4, maka kapal dapat dikelompokkan menurut
berat jangkarnya seperti terlihat pada Tabel 6.
PERHITU�GA� FREKUE�SI
Frekuensi munculnya hazard (anchor
drop) pada kasus ini dihitung dengan
menggunakan metoda Event Tree Analysis
[12]. Konsep yang dipergunakan adalah join
probability dimana peluang jangkar
mengenai pipa adalah gabungan antara
peluang kapal berada di CADZ, digabungkan
dengan peluang kapal akan menjatuhkan
jangkar serta peluang kapal dari kelompok
yang mana yang menjatuhkan jangkar.
CADZ adalah Critical Anchor Damage Zone,
yaitu daerah kritis untuk penurunan jangkar
kapal (dua kali lebar jangkar (objek)
ditambah diameter pipa terluar). Masing-
masing kelompok kapal yang dapat melintasi
pipa mempunyai peluang sebesar jumlah
kapal dalam kelompok tersebut dibagi total
jumlah kapal yang dapat melintasi segmen
saluran pipa tersebut. Tidak semua kapal
yang melintas di Selat Madura dapat
menjatuhkan jangkar di setiap segmen
saluran pipa zone III ini karena kedalaman
laut dari masing-masing segmen saluran pipa
zone III yang berbeda. Karena itu hanya
kapal yang memiliki tinggi sarat yang kurang
dari kedalaman air laut yang diperhitungkan
dari masing-masing segmen. Dalam
perkiraan frekuensi, kecepatan kapal, peluang
kapal menyimpang dari jalur pelayaran, dan
peluang kapal menjatuhkan jangkar
diasumsikan.
Asumsi ini sedapat mungkin didasarkan
pada engineering practice ataupun dari
beberapa referensi [9, 11]. Asumsi tersebut
divariasikan untuk mengetahui apakah variasi
tersebut berpengaruh besar (uji sensivitas)
terhadap perkiraan frekuensi. Asumsi
kecepatan kapal sebesar 5 knot, 7.5 knot, dan
10 knot. Asumsi peluang kapal menyimpang
dari jalur pelayaran sebesar 5%, 7.5%, dan
10%. Sedangkan asumsi peluang kapal
menjatuhkan jangkar sebesar 5%, 7.5%, dan
10%. Dari ketiga asumsi tersebut, maka
didapatkan 27 kombinasi asumsi yang harus
dievaluasi. Dari keduapuluhtujuh kombinasi
asumsi tersebut, semua kelompok kapal
berada pada rangking 1 (Frekuensi sangat
Artana, Penilaian Resiko Pipa Gas Bawah Laut Ujung 34
Tabel 4. Data Lalu Lintas Kapal Di Selat Madura Per Tahun
�o Tipe
Kapal Deskripsi Tipe Kapal
Frek/
thn Rute
Range
DWT
Berat
Jangkar
(ton)
Draft
(m)
1 PFS Passenger Ferry (Small) 2190 Madura – Surabaya 2000 1.29 0 - 5
2 PFM Passenger Ferry (Medium) 730 Madura - Surabaya -
Gresik 6000 2.46 0 - 5
3 PFL Passenger Ferry (Large) 730 International - Antar
Pulau 15000 4.05 0 - 5
4 SVS Supply Vessel (Small) 3650 Laut Jawa - Gresik -
Surabaya 1000 1.14 0 - 5
5 SVM Supply Vessel (Medium) 1825 Laut Jawa - Gresik -
Surabaya 15000 4.05 5 - 10
6 SVL Supply Vessel (Large) 1825 Laut Jawa - Gresik -
Surabaya 35000 6.45 > 10
7 TVM Oil Tanker Vessel
(Medium) 1095
Laut Jawa - PT
Petrokimia – sby 10000 3.54 5 - 10
8 TVL Oil Tanker Vessel (Large) 365 Laut Jawa - PT
Petrokimia – sby 30000 6 > 10
9 CTL Container (Large) 2920 Laut Jawa - Surabaya 35000 7.8 > 10
10 CTX Container (Extra Large) 730 Laut Jawa - Surabaya 70000 16.9 > 10
11 NVM Navy Vessel (Medium) 2920 Laut Jawa - Selat
Madura – Surabaya 20000 4.32 > 10
12 NVL Navy Vessel (Large) 730 Laut Jawa - Surabaya 30000 6 0 - 5
13 FVS Fishing Vessel (Small) 3650 Madura – Gresik <50 n/a 0 - 5
14 FVM Fishing Vessel (Medium) 10950 Madura - Gresik -
Surabaya 100 0.48 0 - 5
15 FVL Fishing Vessel (Large) 7300 Madura - Gresik -
Surabaya 200 0.48 0 - 5
16 TUG Tug Boats - Madura – Gresik 100 0.48 0 - 5
17 TNKP Tanker Primary 24 Laut Jawa - Maspion -
Surabaya 90000 33 > 10
18 TNKT Tanker Tug (3 per tanker) 72 Laut Jawa - Maspion -
Surabaya 1000 0.48 0 - 5
Tabel 5. Dimensi Pipa
�o Zone KP Diameter
(mm)
Ketebalan Pipa
(mm)
Ketebalan
Lapisan
(mm)
Berat Jenis
Lapisan
(Kg/m3)
1 I 0-3,5 457 16,8 30 2400
2 II 3,5-6,7 457 16,8 30 2400
3 III 6,7-9,3 457 16,8 30 2400
4 IVa 9,3-15 457 14,8 30 2400
5 IVb 15-24,2 457 14,8 30 3040
6 IVc 24,2-27,6 457 14,8 67 3040
7 Va 27,6-35 457 14,8 78 3040
8 Vb 35-38,4 457 14,8 39 3040
35 Jurnal Teknik Mesin, Volume 9, !omor 1, Januari 2009
rendah dimana kejadian dapat diabaikan, <
10-5), baik pada KP 6,7 – 6,9 dan KP 8,5 –
9,3 maupun pada KP 8,5 – 9,3.
Berikut ini adalah contoh perhitungan
perkiraan frekuensi dengan kombinasi asumsi
kecepatan kapal 5 knot, peluang kapal
menyimpang dari jalur pelayaran 10%, dan
peluang kapal menjatuhkan jangkar 10%,
dimana kombinasi asumsi tersebut
mempunyai hasil perkiraan frekuensi terbesar
daripada kombinasi asumsi yang lainnya.
Kelompok kapal yang dapat melewati
saluran pipa dan peluang dari masing-masing
kelompok kapal dari tiap segmen saluran
pipa ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 8
menunjukkan perhitungan peluang kapal
Tabel 6. Pengelompokan Kapal
�o Kelompok Kapal Berat Jangkar (Ton) Tipe Kapal Frek. Tahunan Jumlah
Kapal
1 A 0.48
FVM 10950
18322 FVL 7300
TNKT 72
2 B 1.14 SVS 3650 3650
3 C 1.29 PFS 2190 2190
4 D 2.46 PFM 730 730
5 E 3.54 TVM 1095 1095
6 F 4.05 PFL 730
2555 SVM 1825
7 G 4.32 NVM 2920 2920
8 H1
6 TVL 365
1095 H2 NVL 730
9 I 6.45 SVL 1825 1825
10 J 7.8 CTL 2920 2920
11 K 16.9 CTX 730 730
12 L 33 TNKP 24 24
JUMLAH 38056 38056
Tabel 7. Peluang Kelompok Kapal yang Menjatuhkan Jangkar
KP 6,7 - 6,9 dan KP 8,5 - 9,3 KP 6,9 - 8,5
Kelompok Jumlah
kapal Peluang Kelompok Jumlah kapal Peluang
A 18322 0.626 A 18322 0.563
B 3650 0.125 B 3650 0.112
C 2190 0.075 C 2190 0.067
D 730 0.025 D 730 0.022
E 1095 0.037 E 1095 0.034
F 2555 0.087 F 2555 0.078
H2 730 0.025 G 2920 0.090
Jumlah 29272 1 H 1095 0.034
Jumlah 32557 1
Artana, Penilaian Resiko Pipa Gas Bawah Laut Ujung 36
berada di CADZ. Peluang dari masing- masing kelompok kapal dari tiap segment
Tabel 8. Perhitungan Peluang Kapal di CADZ
�o Perhi-
tungan Persamaan Keterangan Satuan
KP 6.7-6.9
dan
KP 8.5-9.3
KP 6.9-8.5
1 A - Panjang saluran pipa meter 200 200
2 - - Kedalaman laut meter < 10 >10
3 B - Kecepatan kapal knot 5 5
m/s 2.57 2.57
4 C A / B Waktu kapal untuk melewati
saluran pipa s 77.82 77.82
5 - - Kelompok kapal yang lewat - A - F, H2 A – H
6 D - Jumlah kapal - 29272 32557
7 E C x D Total waktu kapal melewati saluran
pipa s 2277976.7 2533618.7
8 F - Diameter pipa m 0.457 0.457
9 G - Lebar jangkar terbesar m 2.09 2.09
10 H - Tebal lapisan pipa m 0.03 0.03
11 I F + 2G + 2H Lebar CADZ (Critical Anchor
Damage Zone) m 4.697 4.697
12 J - Lebar selat m 1000 1000
13 K I / J Peluang kapal di CADZ - 0.004697 0.004697
14 L E x K Total waktu kapal di CADZ per tahun
s 10699.6563 11900.4069
15 M Waktu dalam satu tahun s 31536000 31536000
16 N L / M Peluang kapal berada di CADZ tiap
tahun - 0.0003393 0.0003774
17 O - Peluang kapal menyimpang dari
shipping channel - 0.1 0.1
18 P N x O
Peluang kapal menyimpang dari
Shipping Channel dan berada di
CADZ
- 0.00003393 0.00003774
Tabel 9. Peluang Kelompok Kapal yang Menjatuhkan Jangkar
KP 6,7 - 6,9 dan KP 8,5 - 9,3 KP 6,9 - 8,5
Kelompok Jumlah
kapal Peluang Kelompok Jumlah kapal Peluang
A 18322 0.626 A 18322 0.563
B 3650 0.125 B 3650 0.112
C 2190 0.075 C 2190 0.067
D 730 0.025 D 730 0.022
E 1095 0.037 E 1095 0.034
F 2555 0.087 F 2555 0.078
H2 730 0.025 G 2920 0.090
Jumlah 29272 1 H 1095 0.034
Jumlah 32557 1
Comment [FM1]: Kenapa Table 7 dan Table 9 sama persis?
37 Jurnal Teknik Mesin, Volume 9, !omor 1, Januari 2009
saluran pipa ditunjukkan pada Tabel 9. Dari
perhitungan yang telah dilakukan, maka
dapat ditentukan frekuensi terjatuhnya
jangkar untuk masing-masing kelompok
kapal (berat jangkar) dengan menggunakan
event tree analysis. Gambar 5 menunjukkan
event tree analysis untuk perkiraan frekuensi
pada KP 6,7 – 6,9 dan KP 8,5 – 9,3.
Dari Event Tree Analysis yang telah
dibuat, maka perkiraan frekuensi dari
penurunan jangkar dari masing-masing
kelompok kapal setiap segment pipa didapat
rangking frekuensi kelompok kapal tersebut
sesuai tabel rangking frekuensi pada DNV
RP F107. Rangking dari masing-masing
kelompok kapal di tiap segmen saluran pipa
ditunjukkan pada Tabel 9.
PERHITU�GA� KO�SEKUE�SI
Besarnya energi tubrukan dari masing-
masing kategori (dent/diameter) tergantung
dari data pipa dan dapat dihitung dengan
persamaan (1), dimana σy (Yield strength) =
448 x 106 N/m
2, t = 16,8 mm, dan D = 457
mm. Sehingga pada tiap rasio dent/diameter
(%) dapat dihitung energi tubrukannya. Di
bawah ini adalah contoh perhitungan energi
tubrukan tiap dent/diameter (%).
Pada dent/diameter sebesar 5% :
( )232
1
3
2
1
05,0457,0108,16
457,0
6,18819
14,3216
××
××
×
××=
−
E
= 11258,74 Joule
= 11,26 kJ
Untuk dent/diameter yang lain dapat
dihitung dengan cara yang sama, hasil
perhitungan ditampilkan pada Tabel 10.
Besarnya energi yang dapat diserap
lapisan concrete untuk menahan energi
tubrukan benda adalah fungsi dari volume
benda yang menembus lapisan pipa dan
crushing Strength, hal tersebut ditunjukkan
pada persamaan (2), dimana Y = 3 x 35 MPa,
b = 387 mm, h = 241,7 mm, dan xo = 30 mm.
Besarnya energi yang dapat diserap lapisan
Gambar 5. Event Tree Analysis untuk Perkiraan frekuensi KP 6,7 – 6,9 dan KP 8,5 – 9,3
Tabel 10. Energi Tubrukan Tiap Dent/Diameter
�o Dent /
Diameter (%)
Energi
(Joule)
Energi
(Kj)
1 5 11258.74 11.26
2 10 31844.53 31.84
3 15 58502.13 58.50
4 20 90069.92 90.07
Artana, Penilaian Resiko Pipa Gas Bawah Laut Ujung 38
concrete untuk menahan energi tubrukan
jangkar adalah sebesar :
Ek = 105 . 106 x 0,387 x 0,2471 x 0,03
= 294644,39 Joule
= 294,6 kJ
Besarnya energi tubrukan yang dapat
menyebabkan saluran pipa penyok
ditampilkan pada Tabel 11 untuk masing-
masing dent/diameter. Dari perhitungan yang
telah dilakukan di atas, maka didapatkan
kategori konsekuensi yang ditunjukkan pada
Tabel 12.
Langkah selanjutnya adalah melakukan
perhitungan seberapa besar energi tubrukan
yang akan terjadi apabila jangkar dijatuhkan
mengenai saluran pipa untuk masing-masing
kelompok kapal. Untuk kelompok kapal A
dengan berat jangkar 0,48 ton dapat dihitung
dengan menghitung kecepatan jatuhnya
jangkar dengan persamaan (3), dimana m =
0,48 ton, g = 9.81 m/s2, V = 0,056 m
3, ρwater
= 1025 kg/m3, CD = 0,7, dan A = 0,348 m
2.
Sehingga :
((480–0,056)1025)9,81=
2348,07,01025
2
1Tv××××
didapat nilai VT2 sebesar 33,19.
Energy kinetik Efektif (EE) dari jangkar
dapat dihitung dengan persamaan (4).
ma = ρwater x Ca x V ;
= 1025 x 0,1 x 0,056
= 5,72 kg
Maka nilai energi kinetik efektif dari
jangkar dengan berat 0,48 ton didapat sebesar
:
EE = 0,5 (480 + 5,72) x 33,19
= 8060,52 Joule
= 8,06 kJ
Dengan cara yang sama, energi kinetik
efektif dari berat jangkar kelompok kapal
yang lain dapat dihitung. Kemudian dari hasil
perhitungan tersebut dapat dilihat kategori
konsekuensi dari masing-masing kelompok
kapal berdasarkan DNV RP F107. Besarnya
energi kinetik efektif dan kategori
konsekuensi dari masing-masing kelompok
kapal tersebut ditunjukkan ke dalam Tabel
14.
RISK MATRIX
Tabel 11. Energi Tubrukan
�o Dent /
Diameter (%)
Energi (kJ)
�o Coating Coating
1 5 11.26 1
2 10 31.84 2
3 15 58.50 3
4 20 90.07 4
Tabel 12. Rangkingan konsekuensi
Rank
Dent /
Diamet
(%)
Energi (kJ)
�o Coating Coating
1 <5 <11.26 < 305.9
2 5 - 10 11.26 -
31.84
305.9 -
326.49
3 10 - 15 31.84 - 58.5 326.49 -
353.15
4 15 - 20 58.5 - 90.07 353.15 -
384.71
5 > 20 > 90.07 > 384.71
Tabel 13. Koefisien Drag
�o Berat jangkar
(ton) CD Ca
1 <2 0.7 0.1
2 2 0.8 0.2
3 3 0.9 0.3
4 4 1 0.4
5 5 1.1 0.5
6 6 1.2 0.7
7 7 1.3 0.8
8 8 1.4 0.9
9 >8 1.5 1
39 Jurnal Teknik Mesin, Volume 9, !omor 1, Januari 2009
Dari hasil pengolahan data perkiraan
frekuensi dan konsekuensi, dapat dibuat Risk
Matrik dari setiap segment saluran pipa. Di
bawah ini adalah risk matrik dari setiap
segment saluran pipa tersebut.
Dari Risk Matrix di atas dapat diketahui
bahwa resiko akibat penurunan jangkar kapal
pada saluran pipa Amerada Hess zone III
pada waktu tanpa lapisan pipa (Concrete),
untuk saluran pipa KP 6,7 – 6,9 dan 8,5 – 9,3
kelompok kapal A, B, C, dan D berada pada
tingkat resiko dapat diterima, sedangkan
kelompok kapal E, F, dan H2 resiko berada
pada tingkat ALARP. Pada KP 6,9 -8,5
kelompok kapal A, B, C, dan D juga berada
pada tingkat resiko dapat diterima, sedangkan
kelompok kapal E, F, G, dan H resiko berada
pada tingkat ALARP.
Pada perkiraan resiko setelah saluran
pipa diberi lapisan concrete, untuk saluran
pipa KP 6,7 – 6,9 dan KP 8,5 – 9,3, semua
kelompok kapal, baik kelompok kapal A, B,
C, D, E, F, dan H2, resiko penurunan
jangkarnya berada pada tingkat yang dapat
diterima. Begitu pula pada saluran ppa KP
6,9 – 8,5, semua kelompok kapal, baik
kelompok kapal A, B, C, D, E, F, G, dan H,
resiko penurunan jangkarnya berada pada
tingkat yang dapat diterima.
Dari perhitungan yang telah dilakukan
dan Risk Matrik di atas, dapat disimpulkan
bahwa desain saluran pipa Amerada Hess
pada zone III termasuk desain pemberian
lapisan concrete telah tepat. Hal ini
Tabel 14. Energi Kinetik Efektif dan Rangking
Konsekuensi
�o Klmp
Kapal
Berat
Jangkar
(Ton)
EE
(kJ)
Rangking
�o
Coat Coat
1 A 0.48 8.06 1 1
2 B 1.14 25.38 2 1
3 C 1.29 30.04 2 1
4 D 2.46 62.87 4 1
5 E 3.54 92.63 5 1
6 F 4.05 100.20 5 1
7 G 4.32 110.18 5 1
8 H 6 145.67 5 1
Tanpa Lapisan
Tabel 15. KP 6,7 – 6,9 dan 8,5 – 9,3
Rangking Konsekuensi
1 2 3 4 5
Ran
gk
ing
Frek
uen
si 1
A B, C D E,F,
H2
2
3
4
5
Tabel 16. KP 6,7 – 8,5
Rangking Konsekuensi
1 2 3 4 5
Ran
gk
ing
Frek
uen
si 1 A B, C D
E,F,
G,H
2
3
4
5
Dengan Lapisan Concrete
Tabel 17. KP 6,7 – 6,9 dan 8,5 – 9,3
Rangking Konsekuensi
1 2 3 4 5
Ran
gk
ing F
rek
uen
si
1
A, B,
C, D,
E, F,
H2
2
3
4
5
Tabel 18. KP 6,7 – 8,5
Rangking Konsekuensi
1 2 3 4 5
Ran
gk
ing F
rek
uen
si
1
A, B,
C, D,
E, F,
G, H
2
3
4
5
Artana, Penilaian Resiko Pipa Gas Bawah Laut Ujung 40
didasarkan pada kenyataan bahwa desain
saluran pipa Amerada Hess pada zone III
telah dapat mengamankan resiko akibat
penurunan jangkar kapal pada tingkat yang
dapat diterima.
BIAYA PERLE�GKAPA�
PERLI�DU�GA� TAMBAHA�
Pada estimasi biaya perlengkapan
perlindungan tambahan untuk saluran pipa
Amerada Hess zone III ini, hanya sebatas
Tabel 19. Harga Bahan Pembuat Pre-Cast
�o Bahan Banyak Satuan ρρρρ
(kg/m3) Harga
Campuran per m3
beton (kg)
1 Semen 40 kg 3112 30.000 487
2 Pasir 1 m3 2733 115.000 577
3 Batu 1 m3 2677 165.000 1121
Tabel 21. Estimasi Biaya Pengadaan Barang Alternatif 2
�o Bahan Banyak Keterangan Harga Jumlah
1 Semen 5698 per 40 kg 30.000 170.940.000
2 Pasir 6458 per m3 115.000 742.670.000
3 Batu 196 per m3 165.000 32.340.000
4 Besi ulir 13mm 867 panjang 12 m 48.600 42.136.200
5 Besi 10 mm 1625 panjang 12 m 26.250 42.656.250
6 Geo bag 26000 Ukuran 1.45 x 1.3 225.500 5.863.000.000
Jumlah Rp 6.893.742.450
Tabel 20. Estimasi Biaya Pengadaan Barang Alternatif 1
�o Bahan Banyak Keterangan Harga Jumlah
1 Semen 24248 per 40 kg 30.000 727.440.000
2 Pasir 6780 per m3 115.000 779.700.000
3 Batu 834 per m3 165.000 137.610.000
4 Besi ulir 13mm 3034 panjang 12 m 48.600 147.452.400
5 Besi 10 mm 6500 panjang 12 m 26.250 170.625.000
6 Geo bag 7430 Ukuran 2.38 x 1.45 370.000 2.749.100.000
Jumlah Rp 4.711.927.400
Tabel 22. Estimasi Biaya Pengadaan Barang Alternatif 3
�o Bahan Banyak Keterangan Harga Jumlah
1 Semen 25196 per 40 kg 30.000 755.880.000
2 Pasir 6797 per m3 115.000 781.655.000
3 Batu 868 per m3 165.000 143.220.000
4 Besi ulir 13mm 4984 panjang 12 m 48.600 242.222.400
5 Besi 10 mm 13000 panjang 12 m 26.250 341.250.000
6 Geo bag 26000 Ukuran 1.45 x 1.3 225.500 5.863.000.000
Jumlah Rp 8.127.227.400
41 Jurnal Teknik Mesin, Volume 9, !omor 1, Januari 2009
pengadaan bahan saja. Biaya proses
pembuatan, pemasangan, dan perawatan
tidak diikutsertakan. Harga pembelian
pengadan bahan berdasarkan harga di
lapangan dari informasi yang didapat.
Gambar 6 menggambarkan 3 alternatif
metode perlengkapan perlindungan tambahan
yang akan diestimasi biaya pengadaan
bahannya.
Tabel 19 adalah tabel harga untuk
bahan pembuatan Pre-cast (beton) dan
kebutuhan campurannya per m3 yang
menggunakan semen Gresik tipe PPC
(Porland Pozzolan Cement) yang didapat dari
website PT. Semen Gresik (Persero) dengan
nilai mutu 500.
Jumlah kebutuhan bahan dan estimasi
harga pembelian barang untuk metode
perlengkapan perlindungan tambahan
alternatif 1 ditunjukkan dalam Tabel 20.
Jumlah kebutuhan bahan dan estimasi
harga pembelian barang untuk metode
perlengkapan perlindungan tambahan
alternatif 2 ditunjukkan dalam Tabel 21.
Jumlah kebutuhan bahan dan estimasi
harga pembelian barang untuk metode
perlengkapan perlindungan tambahan
alternatif 3 ditunjukkan dalam Tabel 22.
KESIMPULA� DA� SARA�
Beberapa hal yang dapat disimpulkan
pada studi ini adalah sebagai berikut: Tingkat
resiko pada saluran pipa Amerada Hess pada
zone III akibat penurunan jangkar kapal
berada pada tingkat yang dapat diterima.
Sehingga dapat direkomendasikan bahwa
saluran pipa Amerada Hess dapat
dioperasikan dengan resiko yang ada dari
penurunan jangkar walaupun saluran pipa
zone III tidak terpendam. Dari perhitungan
perkiraan frekuensi dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Kombinasi dari ketiga asumsi, yaitu :
- Kecepatan kapal 5 knot, 7.5 knot, dan
10 knot
- Peluang kapal menyimpang dari jalur
pelayaran 5%, 7.5%, dan 10%
- Peluang kapal akan menjatuhkan
jangkar 5%, 7.5%, dan 10%
Didapat 27 (dua puluh tujuh) kombinasi
asumsi dengan ranking perkiraan
frekuensi yang sama, yaitu ranking 1.
2. Ranking frekuensi mulai naik ke ranking
2, yaitu pada perkiraan frekuensi untuk
kelompok kapal A, jika asumsi
kecepatan kapal adalah 5 knot, peluang
kapal menyimpang dari jalur pelayaran
Gambar 6. Alternatif Metode Perlengkapan Perlindungan Tambahan
Artana, Penilaian Resiko Pipa Gas Bawah Laut Ujung 42
adalah 10%, dan peluang kapal
menjatuhkan jangkar adalah 50%.
Saran yang dapat diberikan berdasarkan studi
adalah sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan analisa resiko ulang
apabila diketahui pada masa yang akan
datang terdapat kapal yang memiliki
berat jangkar yang lebih besar dari
perhitungan yang telah dilakukan dapat
melewati saluran pipa Amerada Hess
zone III untuk memastikan tingkat resiko
dari penurunan jangkar kapal tersebut
dapat diterima atau tidak.
2. Dari analisa di atas terlihat bahwa pada
kasus pipa gas dengan concrete coating
memiliki resiko yang dapat diterima.
Namun demikian mengingat pipa pada
zone III yang tidak tertanam memiliki
kedalaman kurang dari 13M di beberapa
posisi, maka pada zone ini tetap
disarankan untuk melengkapi dengan
sistem pengamanan tambahan. Terdapat
banyak disain sistem pengamanan
tambahan dan tentunya adalah sistem
yang dipilih akan memberikan
perlindungan teknis yang memadai serta
biaya tambahan yang dapat diterima
(ekonomis). Biaya ini hendaknya
mengakomodasi bukan hanya biaya
investasi pengaman tambahan saja,
namun juga perlu dilakukan estimasi
biaya penginstalan dan perawatan untuk
mengetahui estimasi biaya keseluruhan
pembuatan metode perlengkapan
perlindungan tambahan untuk saluran
pipa Amerada Hess pada zone III yang
paling ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Roy H., 1996, An Introdution to
Offshore Pipelines, 2nd edition,
McGraw-Hill,Inc., New York.
[2] Clucky, E., April 2007, “Pipeline Risk
Assessment In Deep Sea Furrow
Regions”, Proc. Offshore Technology
Conference 18939, Houston Texas
USA, 165-175.
[3] Fandino, K., September 2001, “Risk
and Risk Impact Assessment of Natural
Gas Pipelines in Rural Highway” Proc.
Annual Conference of the
Transportation Association of Canada,
Halifax, Nova Scotia, Canada, 221-230.
[4] Glitney, K, October 2000, “Special
Problems in Pipeline Risk Assessment”,
Proc. International Pipeline
Conference, Calgary-Canada, 67-78.
[5] Overfield R. E. & Collins J. F.,
“Quantitative Risk Assessment As A
Design Tool: Recent FPSO
Experience”, Proc. SPE production &
facilities, Society of Petroleum
Engineers, Tokyo-Japan, 72-77.
[6] Det Norske Veritas (DNV) RP F107,
2001, Risk Assessment of Pipeline
Protection.
[7] Colin. S, Howat, C., 2002, Introduction
To Proces HAZARD Evaluation &
HAZARD and Operability Studies
(HazOp). Kurata Thermodinamics
Laboratory Department of
Chemicalland Petroleum Engineering
University of Kansas.
[8] Soegiono., 2007, Pipa Laut. Surabaya,
Airlangga University Press, Surabaya.
[9] FTK-ITS-Amerada Hess, 2006,
“Review On Risk Assessment And
Geohazard Assessment Of Gresik-
Maspion Pipeline”, Project Report.
[10] Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi Republik Indonesia Nomor
300.K/38/M.PE/1997 tentang
Keselamatan Kerja Pipa Penyalur
Minyak dan Gas Bumi
[11] Lloyd’s Register, 2005, “news and
events, news archive”, PR18.
[12] Kent, M. W., 2004, Pipeline Risk
Management Manual, 3rd Edition, Gulf
Pub Co.