penilaian efektivitas pengelolaan kawasan …

66
PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASIDENGAN MANAGEMENTEFFECTIVENESS TRACKING TOOLS (METT)DI CAGAR ALAM SIBOLANGIT BKSDA BIDANG SATU SKRIPSI Oleh: MUHARUDIN AHMAD 131201047 Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan di Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASIDENGAN MANAGEMENTEFFECTIVENESS

TRACKING TOOLS (METT)DI CAGAR ALAM SIBOLANGIT BKSDA BIDANG SATU

SKRIPSI

Oleh:

MUHARUDIN AHMAD

131201047

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana kehutanan di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

Universitas Sumatera Utara

Page 2: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahun saya juga tidak terdapat

karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,

kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam

daftar pustaka.

Medan, Januari 2019 Muharudin ahmad 131201047

Materai 6000

Universitas Sumatera Utara

Page 3: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

Universitas Sumatera Utara

Page 4: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

ABSTRAK

MUHARUDIN AHMAD: Penilaian Efektivitas Kawasan Konservasi Dengan Management Effectiveness Tracking Tools Di Cagar Alam Sibolangit, Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang di bimbing Oleh: PINDI PATANA

Cagar Alam Sibolangit memiliki potensi dan kepentingan pelestarian yang tinggi,namun upaya perlindungan bagi kawasan tersebut banyak mengalami hambatan yang berasal dari keterbatasan pengelolan kawasan dan pemanfaatan sumber daya hayati oleh masyarakat yang bermukim disekitar Cagar Alam Sibolangit. Penelitian ini berusaha membangun sistem perlindungan di Cagar Alam Sibolangit agar dapat terjaga kelestarian dan fungsi dari cagar alam tersebut.Namun, belum ada penelitian tentang Penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi di Cagar Alam Sibolangit. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat efektivitas dari pengelolaan kawasan konservasi yang dikelola oleh BKSDA Sumatera Utara di Cagar Alam Sibolangit, Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus 2017 dengan metode METT,observasi, dan wawancara terhadap pengelola kawasan Cagar Alam. Data dianalisis secara deskriptif dan tabulasi.

Penilaian efektivitas pada kawasan konservasi di Cagar Alam Sibolangit Cukup Efektif, dimana terdapat 62% hasil dari skor keseluruhan yang didapatkan dari total skor METT 48 dibagi dengan Nilai Ideal 77 dan dikali dengan 100% Sehingga rentang katagorinya adalah Cukup efektif(34 % - 66,9 %). Peningkatan nilai efektivitas pengelolaan Cagar Alam Sibolangit mengindikasikan bahwa pengelolaan yang dilakukan di Cagar Alam Sibolangit sudah dilakukan cukup efektif dari hasil sebelumnya. Namun peningkatan ini justru menjadi tantangan agar pengelola Cagar Alam Sibolangit dapat mempertahankan dan meningkatkan lagi strategi yang diambil agar pengelolaan dapat berjalan lebih efektif. Kata Kunci: Cagar Alam Sibolangit, Penilaian, dan METT

Universitas Sumatera Utara

Page 5: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

ABSTRACT

MUHARUDIN AHMAD: Effectiveness Assessment Conservation Area With Management Effectiveness Tracking Tools in Sibolangit Nature Reserve, Sibolangit District, Deli Serdang. Supervised by PINDI PATANA Sibolangit Nature Reserve has the potential and importance of high conservation, but the protection efforts for the area are experiencing many obstacles that arise from the limitations of the management of the area and the utilization of biological resources by the people living around the Sibolngit Nature Reserve. This study seeks to establish a protection system in the Sibolangit Nature Reserve so that preservation and function can be maintained. However, there has been no research on the assessment of the effectiveness of conservation area management in the Sibolangit Nature Reserve. This study aims to measure the level of effectiveness of the management of conservation areas managed by the North Sumatra BKSDA in the Sibolangit Nature Reserve, Sibolangit District, Deli Serdang Regency. This research was conducted in July to August 2017 with the METT method, observation, and interviews with the Nature Reserve area manager. Data were analyzed descriptively and tabulated.

The effectiveness of the conservation area in Sibolangit Nature Reserve is quite effective, where there are 62% of the results of the overall score obtained from the total METT 48 score divided by the Ideal Value 77 and multiplied by 100%So the category range is 34% - 66.9%. The increase in the effectiveness of the management of Sibolangit Nature Reserve indicates that the management carried out in the Sibolangit Nature Reserve has been carried out quite effectively from previous results. However, this increase has become a challenge so that the management of Sibolangit Nature Reserve can maintain and improve the strategies taken so that management can run more effectively. Key words: Sibolangit Nature Reserve,Assesment,METT

Universitas Sumatera Utara

Page 6: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Perbaungan, Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Lahir pada

tanggal 02 Juni 1995 dari Ayah alm. Syafruddin dan Ibu almh. Jumiati. Penulis adalah anak

Pertama dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 108293 Perbaungan, Kecamatan

Perbaungan,Kab. Serdang Bedagai, Sumatera Utara. pada tahun 2007, Sekolah Menengah

Pertama di SMP Negeri 1 Perbaungan, Sumatera Utara pada tahun 2010, Sekolah Menengah

Atas di SMA Negeri 1 Perbaungan, Sumatera Utara pada tahun 2013. Pada tahun 2013

penulis lulus seleksi masuk perguruan tinggi negeri di Universitas Sumatera Utara (USU)

melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih

Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan.

Penulis menjadi Asisten Hasil Hutan Non Kayu (HHNK) tahun 2015, Penulis

mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Hutan Pendidikan AEK

NAULI Kabupaten Simalungun pada tahun 2015.Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 12

hari.Penulis juga melaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Sumatera Riang Lestari

(SRL) cabang dari RAPP, Pekan Baru pada tahun 2017 selama satu bulan. Penulis melakukan

penelitian di Cagar Alam Sibolangit, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang dengan

judul “Penilaian Efektivitas Kawasan Konservasi dengan metode Management Efectiveness

Tracking Tools (METT) di Cagar Alam Sibolangit Bidang (Studi Kasus: Cagar Alama

Sibolangit Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang”.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Penilaian Efektivitas Kawasan Konservasi dengan Management Efectiveness

Tracking Tools (METT) di Cagar Alam Sibolangit Bidang (Studi Kasus: Cagar Alam

Sibolangit Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang sebagai syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Kehutanan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Pindi

Patana S.Hut., M.Sc selaku ketua pembimbing yang telah membimbing dan memberikan

berbagai masukan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan

terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis bapak alm.Syafruddin dan ibu

almh. Jumiati dan wali orang tua saya bapak Ramlan Harahap dan Ibu Nur Sa’adah yang

telah mengajari saya, semangat, dan, serta doa selama ini. Kakak dan adik terkasih Taufiq

Ramadhan, Muhammad Farhan, Ria Juwita, Reno, Putri Andaria, Iful, Heri, Raja, dan Ivo

Syafitri yang telah meluangkan waktu untuk tetap memberi dukungan, semangat serta doa.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak-pihak

yang membantu penyelesaian skripsi ini. Secara khusus untuk tim fasilitator ibu Fitri Noor

CH, bapak Hotben Siregar, masyarakat desa Sibolangit dan rekan-rekan tim penelitian.

Kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan,

serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.Semoga skripsi ini bermanfaat.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ................................................................................................. i

ABSTRACT ................................................................................................ ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. iii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iv

DAFTAR ISI................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ........................................................................................ 1 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3 Manfaat Penelitian ................................................................................. 3 TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Konservasi ............................................................................ 4 Pengertian Efektivitas ............................................................................. 6 Metode Manegement Effectiveness Tracking Tools (METT) ................. 7 Evaluasi Efektivitas Pengelolaan ............................................................ 8 Kawasan Pelestarian Alam .................................................................... 9 Kawasan Suaka Alam ............................................................................. 9 Cagar Alam ............................................................................................ 10 Letak dan Luas Cagar Alam Sibolangit .................................................. 11 Keadaan Fisik Cagar Alam Sibolangit .................................................... 11 Flora dan Fauna Cagar Alam Sibolangit ................................................. 12

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 13 Jenis Penelitian .................................................................................... 13 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 14 Alat dan Bahan ....................................................................................... 15 Analisis Data .......................................................................................... 15 Pengumpulan Data ................................................................................. 19

Universitas Sumatera Utara

Page 9: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Efektifitas Pengelolaan ......................................................... . 21 Aspek Konteks ..................................................................................... . 22 Aspek Perencanaan ............................................................................... . 23 Aspek Masukan (INPUT) ..................................................................... . 24 Aspek Proses (Process) ........................................................................ . 25 Aspek Pengeluaran (Output). ............................................................... . 27 Hasil Akhir /Keluaran (Outcome)… .................................................... . 28 Nilai METT Kawasan Konservasi di Cagar Alam Sibolangit ............. . 28

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .................................................................................................... 32 Saran .............................................................................................................. 32 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 33

LAMPIRAN .................................................................................................. 35

Universitas Sumatera Utara

Page 10: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

DAFTAR GAMBAR No. ..... Hal 1. Peta Lokasi Penelitian ............................................................................. 13

2. Kerangka Kerja Evaluasi Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan ... 17

3. Ancaman kawasan konservasi Cagar Alam Sibolangit ........................... 28

Universitas Sumatera Utara

Page 11: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

DAFTAR TABEL No. Hal 1. Kriteria dari Elemen Penilaian yang di evaluasi .................................... 18

2. Rangkuman Nilai Efektivitas Pengelolaan Cagar Alam Sibolangit ....... 19

3. Katagori Tingkat Efektivitas .................................................................. 19

4. Penilaian Efektivitas Pengelolaan Cagar Alam Sibolangit .................... 21

5. Ringkasan penilaian Cagar Alam Sibolangit ........................................ 22

6. Fasilitas dan aktivitas kegiatan diCagar Alam Sibolangit ...................... 27

Universitas Sumatera Utara

Page 12: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal 1. Kemajuan Situs Kawasan Konservasi ....................................................... 35

2. Penilaian efektivitas Cagar Alam Sibolangit ............................................ 34 3. Perhitungan masing-masing Aspek. .......................................................... 52

4. Data kawasan konservasi .......................................................................... 53

Universitas Sumatera Utara

Page 13: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia sangat kaya akan berbagai sumber daya alam, termasuk

keanekaragamanhayati yang terkandung di dalamnya. Sumber daya alam yang

tersebar di berbagai wilayahIndonesia tersebut disadari suatu ketika akan habis

dan punah jika pengelolaannyadilakukan secara tidak lestari dan berkelanjutan.

Permaslahan pengelolaan sumber daya alam menjadi sangat penting dalam

pembangunan ekonomi pada masa kini dan masa yang akan datang. Di lain pihak

sumber daya alam tersebut banyak mengalami kerusakan-kerusakan terutama

berkaitan dengan ciri-ciri eksploitasinya guna mencapai tujuan bisnis dan

ekonomi.

Kawasan Suaka Alam merupakan salah satu bentuk Protected area yang

ditetapkan untuk tujuan perlindungan ekosistem dan pengembangan wisata.

Karena Kawasan Suaka Alam merupakan salah satu bentuk Protected area, maka

selain perlindungan ekosistem dan pemanfaatannya, satu hal yang harus dipegang

dan senantiasa diingat sebagai misi pokok oleh pengelola kawasan konservasi

adalah pengelolaan biodiversity (keanekaragaman hayati) dan ekosistemnya.

Berdasarkan UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi sumberdaya alam

hayati dan ekosistemnya, cagar alam adalah kawasan suaka alam karena keadaan

alam mempunyai Kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekositem

tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.

Data statistik kawasan konservasi yang terdapat di Sumatera Utara

memliki luas 114.025 hektar.Kawasan konservasi tersebut terdiri dari 9 unit cagar

alam seluas 12.467 hektar, suaka marga satwa 4 unit seluas 85.522 hektar, taman

Universitas Sumatera Utara

Page 14: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

wisata alam 6 unit Seluas 3.505 hektar, taman suaka alam2 unit seluas 4.150

hektar, taman buru 1 unit seluas 8.350 hektar (KLHK, 2012).

Pengelolaan kawasan konservasipada praktiknya menghadapi

berbagaimacam tantangan yaitu tantangan yang bersifat eksternal berupa

perebutan ruang dan aset ekonomi, perambahan, illegal logging, perburuan satwa

liar, kebakaran hutan, tetapi juga ada yang bersifat internal dalam pengelolalaan

kawasannya seperti: sistem perencanaan, tata batas dan pemangkuan kawasan,

leadership dan manajemen (BKSDA, Sumatera Utara, 2011).

Berbagai macam tantangan dalam pengelolaan baik bersifat eksternal

maupun internal, ditambah dengan pengelolaan yang tidak dibawah satu unit

manajemen khusus seperti taman nasional mengakibatkan pengelolaan kawasan

Cagar Alam dan taman wisata alam tertinggal dibandingkan dengan pengelolaan

taman nasional. Pembentukan unit pengelola yang khusus mengelola kawasan

suaka alam dan taman wisata alam tentu akan sangat mahal dan membebani

anggaran negara, karena hampir seluruh fasilitas sumber daya manusia dan

aktifitas kegiatan akan dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara

(APBN).

Kondisi dan realitas kawasan Cagar Alam menuntut upaya pengelolaan

yang lebih terarah dan berkesinambungan serta lebih mendayagunakan potensi

sumber daya alam yang ada untuk kepentingan kelestarian kawasan tersebut

sehingga untuk mengetahui efektivitas pengelolaan Cagar Alam Sibolangit perlu

dilakukan penilaian dengan menggunakan metode Management Effectiveness

Tracking Tools (METT).

Universitas Sumatera Utara

Page 15: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk melihat Efektivitas pengelolaan

kawasan konservasi berdasarkan nilai penting pada setiap siklus pengelolaan yang

dapat mempengaruhi efektivitas pengelolaan dikawasan Cagar Alam Sibolangit.

Manfaat Penelitian

1. Mendapatkan gambaran tentang pengelolaan kawasan konservasi Cagar Alam

Sibolangit dan sebagaisumberinformasiilmiah .

2. Sebagai bahan evaluasi terhadap pengelolaan kawasan konservasi di Cagar

Alam Sibolangit.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian konservasi

Konservasi adalah suatu upaya atau tindakan untuk menjaga keberadaan

sesuatu secara terus menerus dan berkesinambungan baik mutu maupun

jumlah.titik tolak konservasi sumberdaya alam hayati bersumber dari strategi

konservasi dunia yang pada tahun 1980 diumumkan di Indonesia (bersama 30

negara lain) oleh empat orang menteri: Menteri Pertanian, Menteri Penerangan,

Menteri RISTEK dan Menteri PPLH, yang mengandung tiga aspek yaitu

Perlindungan sistem penyangga kehidupan, Pengawetan/pelestarian aneka ragam

genetik yang ada, Pemanfaatan spesies flora dan fauna (Hadi,2015).

Konservasi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk melestarikan

atau melindungi alam. Konservasi (conservation) adalah pelestarian atau

perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris conservation,

yang artinya pelestarian atau perlindungan. Sedangkan menurut ilmu lingkungan,

konservasi dapat diartikan adalah sebagai berikut:

1. Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi, atau distribusi

yang berakibat pada pengurangan konsumsi energi di lain pihak menyediakan

jasa yang sama tingkatannya

2. Upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungandan

sumber daya alam (fisik)Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil

sepanjang reaksi kimia atau transformasi fisik

3. Upaya suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan;

4. Suatu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilayah dapat dikelola,

Universitas Sumatera Utara

Page 17: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

5. sementara keanekaragaman genetik dari spesies dapat berlangsung

denganmempertahankan lingkungan alaminya (Joko, 2017)

Tujuan konservasi yaitu mewujudkan kelestarian sumberdaya alam hayati

serta keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya

peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia, melestarikan

kemampuan dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara

serasi dan seimbang. Selain itu, konservasi merupakan salah satu upaya untuk

mempertahankan kelestarian satwa. Tanpa konservasi akan menyebabkan

rusaknya habitat alami satwa. Rusaknya habitat alami ini telah menyebabkan

konflik manusia dan satwa. Konflik antara manusia dan satwa akan merugikan

kedua belah pihak, manusia rugi karena kehilangan satwa bahkannyawasedangkan

satwa rugi karena akan menjadi sasaran balas dendam manusia

(Siregar, 2009).

Menurutketentuan UU No.5 Tahun 1990 tentangkonservasi

sumber dayaalamhayatidanekosistem yang

mengenaikawasankonservasidanklasifikasinyasebagaiberikut :

1. Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di

daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan

pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekositemnya yang

juga mempunyai fungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan, yang

mencakup kawasan cagar alam dan kawasan suaka marga satwa.

2. Sedangkan kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas

tertentu,baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi

perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman

Universitas Sumatera Utara

Page 18: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam

hayati dan ekosistemnya mencakup kawasan taman nasional, kawasan taman

wisata alam,kawasan taman hutan raya dan taman buru (Dephut,2011).

Menurut PP No.28 Tahun 2011 tentangpengelolaankawasansuakaalam

kawasanpelestarianalammenyatakanbahwa untuk pengelolaan kawasan suaka

alam dan kawasan pelestarian alam perlumembagi kawasan dalam zona atau

blokwilayah kerja pengelolaan kawasansehingga pengelolaan dapat dilakukan

secara maksimal dan dalam rangkamelaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2),

Pasal 17 ayat (3), Pasal 29 ayat (2),Pasal 31, Pasal 32, Pasal 35, dan Pasal 37

Undang-Undang Nomor 5 Tahun1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayatidan Ekosistemnya,telah diundangkan Peraturan Pemerintah Nomor 68

Tahun 1998 tentang kawasan Suaka Alam dan kawasan Pelestarian Alam,bahwa

pengelolaankawasan Suaka Alam dan kawasan Pelestarian Alam saat ini

belum mampumengadopsi kebutuhan di masyarakat yang menyangkut perubahan

lingkunganstrategis baik nasional maupun internasional.

Pengertian Efektivitas

Secara etimologi kata efektivitas berasal dari kata efektif, dalam bahasa

inggris effectiveness yang telah mengintervensi kedalam bahasa Indonesia dan

memiliki makna”berhasil”. Menurut kamus besar Indonesia (2008:352) efektivitas

adalah kefektifan, yaitu keberhasilan suatu usaha, tindakan.sedangkan bahasa

belanda effectief memiliki makna berhasil guna. Sedangkan efektivitas

pengelolaan seacara tata bahasa diartikan sebagai keberhasilgunaan pengelolaan,

hal ini berkenan dengan keberhasilan pelaksanaan pengelolaan itu sendiri, sejauh

Universitas Sumatera Utara

Page 19: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

mana pengelolaan atau manajemen itu berjalan optimal dan efisien atau tepat

sasaran.

MetodeManagement Effectiveness Tracking Tools (METT)

METT awalnya merupakan perangkat yang didesain untuk digunakan

pengelolaan kawasan konservasi secara mandiri (salf assesment). Namun

demikian dalam perkembangan yang dirasakan perlu melibatkan pihak-pihak yang

terkait dengan pengeloaan untuk memberikan hasil yang lebih akurat dan objektif

(KLHK, 2015).

Prosespenggunaanmetode METT terdiridaripenilaian ancaman

danpenilaian elemen-elemen dari evaluasi. Elemen-elemen yang dinilai

meliputikonteks,perencanan, input, proses, output, dan hasil akhir.Metode METT

merupakanmetode penilaian secara cepatberdasarkan pendapatahli.

Karakteristikmetode penilaian ini yaitu cepat, murah dan mudah, dilaksanakan

melalui kuisioner dan wawancara kepada pengelola kawasan yang menggunakan

sistemscoring, dapat melacakperkembangan setiap waktu (Wardhana, 2015).

Metode Management effectiveness Tracking Tools (METT) ialah salah

satu metodepengukuran efektivitaspengelolaan kawasan konservasiyangbisa

digunakan pada semua kawasan konservasi. Pengukuran efektivitasdilihat pada

unsur-unsur pengelolaan yang berakhir pada hasil akhir yang ingin dicapai dalam

tujuan pengelolaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

Evaluasi Efektivitas Pengelolaan

Evaluasi efektivitas pengelolaan adalah hal yang mutlak diperlukan untuk

mengetahui apakah kegiatan yang dilakukan telah berjalan sesuai dengan prinsip

prinsip yang mendasari pengelolaan sehingga tujuan dapat dicapai atau tidak

(Ilman, 2008).

Evaluasi efektivitas pengelolaan kawasankonservasi diartikan sebagai

suatu kajian untuk mengetahui sebaik apa kawasan konservasi dikelola, terutama

yang berkaitan dengan perlindungan sumberdaya dan pencapaian tujuan

pengelolaan.Evaluasi efektivitas pengelolaan dapat diartikan sebagai upaya

memantau kegiatan atau unsur-unsur dari pengelolaan sehingga dapat diketahui

kendala atau hal-hal yang menghambat proses pencapaian tujuan. Kegiatan

evaluasi dapat mengarahkan suatu pengelolaan agar bisa lebih efektif dan efisien

dalam mencapai tujuan (Wardhana, 2015).

Penilaian efektivitas pengelolaan merupakan sebuah evaluasi yang

dilakukan untuk melihat sejah mana pengelolaan telah dilakukan dalam kerangka

mancapai tujuan yang ditetapkan. Dimana hasil evaluasi diharapkan dapat

memberikan masukan mengenai perbaikan yang perlu dilakukan. Mengukur

efektivitas pengelolaan bukanlah suatu hal yang sangat sederhana, karena

efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan tergantung pada

siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila dipandang dari sudut

produktivitas, maka seorang manajer produksi memberikan pemahaman bahwa

efektivitas berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa. Tingkat

efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang

telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika

Universitas Sumatera Utara

Page 21: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga

menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal

itu dikatakan tidak efektif(KLHK, 2015).

Penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi juga mendukung

terlaksananya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan kawasan konservasi

kepada publik pelaksanaan penilaian melibatkan berbagai pihak termasuk

perwakilan masyarakat sekitar, yang memungkinkan mereka mengetahui

kegiatan-kegiatan pengelolaaan yang telah dilakukan, efektivitas penggunaan

anggaran Negara untuk kepentingan pengelolaan, serta memberikan masukan

dalam proses penilaian. Akuntabilitas dan transparansi penting untuk menggalang

dukungan dan partisipasi para pihak, terutama masyarakat disekitar kawasan

konservasi ( KLHK, 2015).

Kawasan Pelestarian Alam

Kawasan Pelestarian Alam selanjutnya disingkat KPA adalah kawasan

dengan ciri khas tertentu, baik didaratan maupun di perairan yang mempunyai

fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan

keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya . Kawasan pelestarian alam terdiri dari

taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam.

Kawasan Suaka Alam

Kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun diperairan yang

mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman

tumbuhan dan satwa serta ekosistenya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem

Universitas Sumatera Utara

Page 22: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

penyangga kehidupan. Kawasan Suaka Alam terdiri dari Cagar Alam dan Suaka

Margasatwa.

1) Cagar Alam adalah kawasan suaka alam karena keadaan alamnya mempunyai,

kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang

perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Di dalam

cagar alam dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan pendidikan dan kegiatan lain yang

menunjang budidaya. Kegiatan penunjang budidaya dapat dilaksanakan dalam

bentuk penggunaan plasma nutfah (unsur – unsur gen yang menetukan sifat

kebaikan suatu jenis) untuk keperluan pemuliaan jenis dan penangkaran.

2) Suaka margastwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas

berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk

kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya, di

dalam suaka margasatwa dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan

penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan wisata terbatas

kegiatan lainnya yang menunjang budidaya (BKSDA Sumatera Utara, 2011).

Cagar Alam

Kawasan Cagar Alam adalah kawasan Suaka Alam yang karena

keadaanalamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau

ekosistemtertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya

berlangsungsecara alami. Adapun kriteria untuk penunjukan dan penetapan

sebagai kawasan cagar alam:

1. Mempunyai keanekargaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe ekosistem

2. Mewakili formasi biota tertentu dan unit-unit penyusunnya

Universitas Sumatera Utara

Page 23: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

3. Mempunyai kondisi alam,baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan

tidak atau diganggu manusia

4. Mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu agar menunjang

pengelolaan yang efektif dan menjamin keberlangsungan proses ekologis

secara alami

5. Mempunyai ciri khas potensi dan dapat merupakan contoh ekosistem yang

keberadaannya memerlukan upaya konservasi

6. Mempunyai komunitas tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya yang

langkah atau yang keberadaannya yang terancam punah (Posman, 2007).

Letak Dan Luas Cagar Alam Sibolangit

Cagar Alam Sibolangit terbentang antara 98036’36” – 98036’56’’ BT dan

3018’39’ LU yang secara administratif berada di Desa Sibolangit, Kecamatan

Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Cagar alam seluas 95,15 ha ini berbatasan

dengan wilayah pertanian, hutan desa dan areal penggunaan lain.Bagian utara

Cagar Alam Sibolangit berbatasan dengan wilayah desa Sembahe dan desa Batu

Mbelin.Bagian timur Cagar Alam Sibolangit berbatasan dengan wilayah dusun

Lau Bengkiewan, desa batu Mbelin dan wilayah desa sibolangit,dibagian selatan

berbatasan dengan TWA Sibolangit dan wilayah desa Sibolangit,dibagian barat

berbatasan dengan hutan desa sibolangit dan wilayah desa sembahe.

Keadaan Fisik Cagar Alam Sibolangit

Topografi Cagar Alam Sibolangit, mulai dari agak landai sampai tebing

curam. Secara umum Cagar Alam Sibolangit merupakan wilayah tebing

yangcuram danhanya memeliki wilayah landai. Hal ini karna wilayah landai ini

Universitas Sumatera Utara

Page 24: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

telah dijadikan Taman Wisata Alam Sibolangit. Tanah dicagar alam sebagian

besar termasuk jenis tanah andosol dan asosiasi andosol dengan podsolik merah

kuning yang tertutup humus tebal. Bahan induk berasal dari gunung berapi berupa

tuffintermedier dengan keasaman tanah 4.5 – 5.6 tingkat kesetabilan tanah

ditempatini sangatlah rendah sehingga sering terjadi longsor (Rahmawati, 2004).

Flora dan Fauna di Kawasan Cagar Alam Sibolangit

Flora yang tumbuh di Cagar Alam Sibolangit dan Taman Wisata Alam

Sibolangit merupakan jenis asli. Antara tahun 1914 dan 1924, J.A.Lorzing

mencatat beberapa tanaman asli yang ada seperti meranti (Shorea sp),30 jenis

Ficus, 20 jenis kecing (Quercus sp), kenanga, kulit manis, manggis, dan

Artocarpus sp (Rahmawati, 2004).

Fauna yang sering dijumpai adalah kera (Macaca fasicularis), lutung

(Presbytis sp), burung kutilang (Pcnonotus aurigaster), elang

bido(SpilornisCheela), kacer, srigunting (Dicrurus sp), Rangkong (Famili

bucerotidae), dan hewan lainnya seperti:babi hutan (Sus scrofa), kancil, kuskus,

ular phyton (Pyton reticulatus), kadal (Mabayu multifasciatus), biawak (Paranus

salvator), dan jenis lainnya(BKSDA Sumatera Utara, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Page 25: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di Cagar Alam Sibolangit BKSDA Bidang 1,

Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitan ini dilakukan

pada Bulan Juli-Agustus 2017.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan kajian deskriptif-korelasional untuk

menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta serta hubungan antara

fenomena yang diteliti. Fakta-fakta yang terjadi dilapangan diklasifikasikan dan

Universitas Sumatera Utara

Page 26: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

dicatat sebagai variable-variabel yang memiliki nilai berupa skala kuantitatif

(Nazir, 2001).

Metode penlitian ini menggunakan informasi dari kawasan Cagar Alam

Sibolangit dan Pemilihan kawasan konservasi dari kawasan Cagar Alam

Sibolangit dikarenakan adanya fungsi pemanfaatan secara berkelanjutan dan

Fungsi-fungsi lain yang di emban menurut UU No 5 Tahun 1990 adalah

perlindungan sistem penyangga kehidupan dan pengawetan keanekaragaman

hayati. Pengumpulan fakta dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan

variable yang telah ditentukan sebelumnya menggunakan kuesioner METT yang

dikembangkan oleh World Wildlife Fund For Nature (WWF) dan di terapakan

oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia (KLHK).

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Cagar Alam Sibolangit merupakan Kebun Raya (Botanical Garden)

Sibolangit yang dibangun oleh Tuan J.A. Lorzing sebagai dari Cabang Kebun

Raya Bogor, selanjutnya kebun raya diubah menjadi cagar alam. Kelompok hutan

sibolangit melalui SK.Z.B. NO.85/PK tanggal 24 mei 1934 seluas 115 hektar.

Berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian No.36/Kpts/Um/1980 tanggal 2

september 1980 tentang perubahan status sebagian cagar alam sibolangit seluas +

24,85 Ha menjadi Hutan Wisata atau Taman Wisata. Penduduk desa Sibolangit

kurang lebih 1.469 orang dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 349 KK

dengan luas desa kurang lebih 2,8 km2. Suku yang ada di desa Sibolangit

didominasi oleh suku karo dan suku lain yang ada meliputi suku Batak dan Jawa.

Aksesibilitas untuk mencapai kawasan ini sangat mudah, pencapaian lokasi dari

ibukota provinsi Sumatera Utara Medan- pancur Batu- Sembahe-Cagar Alam

Universitas Sumatera Utara

Page 27: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

Sibolangit dilakukan melalui jalur darat dengan jarak 45km dan waktu tempuh

lebih kurang 45 menit perjalanan (BKSDA Sumatera Utara,2011).

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya perangkat komputer

dengan sistem operasi MS Windows, software MS Office, MS Exel dan Sofware

Minitab 14 untuk analisis data serta kamera sebagai alat dokumentasi. Adapun

bahan yang digunakan adalah peta lokasi penelitian, serta digunakan tabulasi dari

metode METT(Management Effectiveness Tracking Tools) untuk mengetahui

tingkat efektivitas pengelolaan (Hockings dkk, 2007).

Analisis Data

Tingkat efektivitas pengelolaan konservasi di Cagar Alam Sibolangit

diukur dengan menggunakan metode Management Effectiveness Tracking Tools

(METT). Metode METT sebetulnya menggunakan pemikiran-pemikiran dasar

Hocking (2006) dalam penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi.

Metode ini dilakukan dengan memberi skor kriteria-kriteria dari elemen penilaian

(konteks, perencanan, input, proses, output, dan hasil akhir).

METT merupakan perangkat yang didesain untuk digunakan pengelola

kawasan konservasi secara mandiri. Namun demikian dalam perkembangannya

dirasakan perlu melibatkan pihak-pihak lain yang terkait dengan pengelolaan

untuk memberikan hasil yang lebih akurat dan obyektif.Penilaian efektivitas harus

menjadi bagian dari siklus manajemen yang efekitf, yang terkait dengan nilai,

tujuan, dan kebijakan yang ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

Adapun prinsip-prinsip yang perlu dipedomani dalam melakukan prsoses

penilaian dalam metode METT sebagai berikut:

1. Obyektif, hasil penilaian diharapkan menggambarkan kondisi fakta

pengelolaan yang ada.

2. Transparan, proses dan hasil penilaian dapat diakses oleh pihak-pihak yang

berkepentingan dalam pengelolaan suatu kawasan konservasi.

3. Partisipatif, proses penilaian dilakukan dengan melibatkan pihak-pihak yang

berkepentingan baik internal maupun eksternal. Pihak-pihak yang terlibat

dalam proses penilaian, mulai dari petugas lapangan pengelola kawasan

konservasi hingga staff kantor (balai/bidang/seksi).

4. Regular, mengingat penilaian digunakan untuk memantau progress

pengelolaan sehingga penilaian dilakukan secara regular setiap priode waktu

tertentu.

5. Intropeksi, proses penilaian ini dimaksudkan sebagai salah satu cara

pengelolan untuk melihat kembali progress pengelolan yang dilakukan.

6. Independen, penilaian efektivitas pengelolaan digunakan murni untuk

kepentingan pengelolaan, sehingga bebas dari kepentingan lainnya.

Penilaian efektivitas merupakan evaluasi yang harus diintegrasikan kedalam

budaya dan proses manajemen untuk meningkatkan manajemen jangka panjang.

Proses penilaian dilkukan melalui sebuah forum diskusi terbuka. Diskusi dipimpin

oleh seorang fasilitator yang memahami tentang proses penilaian efektivitas

pengelolan. Untuk mendapatkan persentase tingkat Efektivitas pengelolaan yaitu

dari total nilai (rata-rata skor) dibagi dengan total nilai ideal (nilai 99). Secara

matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 29: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

Z = 𝒓𝒓𝒓𝒓𝑷𝑷𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿%

Ket. :

Z= Tingkat Efektivitas

rs= Total nilai (rata-rata skor) yang diperoleh

P= Total nilai ideal (KLHK, 2015).

The International Union for Conservasition of Nation (IUCN) telah

menyediakan kerangka kerja penilaian efektivitas pengelolaan secara umum yang

diharapkan menjadi panduan.Perangkat-perangkat penilaian yang dikembangkan

di dunia seperti contoh pada Gambar 2.

Gambar 2. Kerangka kerja Evaluasi Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan (IUCN, 2006).

Format pertanyaan pada Management Effecitveness tracking Tools

(METT) terdiri dari 3 bagian. Masing-masing bagian terdiri dari lembar data

yaitu:

1. Lembar data pelaporan kemajuan situs kawasan konservasi Lampiran 1. Berisi

detail penilaian dan informasi dasar tentang kawasan seperti nama, luas, dan

lokasi kawasan konservasi dan lain-lain.

2. Lembar data Ancaman kawasan konservasi Lampiran 2. merupakan daftar

generik jenis-jenis ancaman yang dihadapi oleh kawasan. Pada lembar ini

Universitas Sumatera Utara

Page 30: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

penilaian diminta untuk mengidentifikasi ancaman dan tingkat dampaknya

terhadap kawasan konservasi.

3. lembar penilaian efektivitas kawasan konservasi terdiri dari 30 pertanyaan

yang menggambarkan 6 aspek pengelolaan yaitu Konteks, Perencanaan, Input,

Proses, Output, dan Outcome. Pertanyaan pada bagian pertama ini kemudian

diintegrasikan dengan tujuan pengelolaan, untuk sejauh mana pengelolaan

kawasan konservasi.

Tahapan dalam penilaian Management effectiveness Tracking Tools (METT)

disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria Penilaian Elemen yang di Evaluasi.

Penilaiankawasan konservasi perlu dilakukan terhadap aspek-aspek utama

yangberperan penting dalam siklus pengelolaan. Adapunaspek-aspek

penilaiandikelompokkan dalam 6 aspek utama, yaitu:

1. Pemahaman kontekskawasan konservasi yaitu berupa nilai-nilai penting yang

dimiliki oleh kawasan, ancaman-ancaman yang dihadapi, peluang-peluang

yang tersedia, dan para pihak yang terlibat.

2. Perencanaan (Planning) terhadap pengelolaan kawasan, meliputi desain

(bentuk, luas, dan lokasi), perumusan visi, tujuan, dan target untuk pelestarian

nilai-nilai penting dan mengurangi tekanan.

Elemen evaluasi

Context Sampai dimana kita?

Planning Dimana kita berada?

Input Apa yang kita butuhkan?

Process Bagai mana kita menjalani?

Output Apa hasilnya?

Outcome Apa yang telah kita capai?

Kriteria -Ancaman -Kerentanan -Kebijakan Nasional -Kemitraan

-Peraturan & kebijakan KK -Design sistem kk -Rencana pengelolaan

-Sumber daya yang tersedia di pengelola -sumber daya yang tersedia dilapangan

-kesesuaian proses pengelolaan

-hasil pengelolaan produk & jasa

-Dampak Pengelolaan terhadap tujuan pengelolaan

Universitas Sumatera Utara

Page 31: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

3. Alokasi sumberdaya (input), yang meliputi personil/staf; alokasi anggaran

yang tersedia; dan peralatan pendukung pengelolaan.

4. Kegiatan-kegiatan pengelolaan yang dilakukan sesuai dengan standar yang

bisa di terima (proses).

5. produk dan jasa (output) yang di hasilkan sesuai yang di rencanakan.es

6. Dampak atau outcome yang dicapai, dalam hal ini di sesuaikan dengan tujuan

pengelolaan.

Tabel 2. Rangkuman Nilai Efektivitas Pengelolaan Cagar Alam Sibolangit Rangkuman Nilai

Nilai Yang di Peroleh

Kemungkinan Nilai Total METT

Kemungkinan Nilai Total yang Disesuaikan

Persentase

Nilai Total Konteks 3

Nilai Total Perencanaan

15

Nilai Total Input 18

Nilai Total Proses 33

Nilai Total Output 3

Nilai Total Outcome 4

Total 76 100%

Nilai efektivitas pengelolaan dapat dibagi dalam tiga kategori efektif, cukup

efektif dan kurang efektif yang dapat dilihat pada Tebel 3.

Tabel 3. Katagori Tingkat Efektivitas Tingkat efektivitas Katagori

0 % -33,9 % 34 % -66,9 % 67 % -100 %

Kurangefektif Cukup efektif

Efektif Sumber: Nuralam, 2015

Universitas Sumatera Utara

Page 32: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

Pengumpulan Data

A. Data Primer

Dataprimeryang dikumpulkan pada penelitian ini berupa informasi yang di

dapatkan oleh Staff Balai KSDA Sumut dalam isian kuisoner METT dan

keterangan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian baik

diperoleh melalui Pengamatan langsung kelapangan dengan mempertimbangkan

pengetahuan dan keahlian responden terhadap kondisi kawasan. Responden dalam

penelitian ini yaitu Kepala Balai KSDA Sumut atau Kepala Seksi Konservasi

Wilayah yang mengelola manejemen mikro sebuah kawasan konservasi, staff

lapangan dan fasilitator. Kualifikasi individu yang menduduki posisi tersebut

antara lain:

1. Masa kerja rata-rata 10 tahun dengan pangkat III b atau III C.

2. Berada diposisi senior dalam daftar urut kepangkatan.

3. Jika perlu telah lulus dalam kursus dasar konservasi dan kursus pengelolaan

konservasi.

4. Jika perlu telah lulus dalam diklat Pembina administrasi menengah dan

madya.

5. Pernah menjadi pejabat eselon dibawahnya, termasuk pejabat pelaksana harian

maupun pelaksana tugas.

B. Data Sekunder

Data Sekunder berupa gambaran umum lokasi penelitian dan data

mengenai kawasan konservasi yang diperoleh dari studi pustaka, jurnal dan

terbitan lainnya yang mendukung penelitian, untuk melengkapi data primer yang

telah diambil di lapangan.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penilaian Efektivitas Pengelolaan

Hasil penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasipada lokasi

Cagar Alam Sibolangit dilakukan dengan menggunakan MetodeManagement

Effectiveness Tracking Tools (METT) secara umum dapat di klasifikasikan

kedalam katagori efektif, cukup efektif dan kurang efektif.

Data hasil perhitungan METT di Cagar Alam Sibolangit menunjukan

bahwa penilaian efektivitas pengelolaan cagar alam dapat dilihat dari penilaian

kriteria masing-masingtercantum pada Tabel 4.

Tabel 4. Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan Cagar Alam Sibolangit Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.

Aspek No

Pertanyaan Kriteria Nilai skor Nilai maks Persentase (%)

Konteks 1 Status hukum 3 3 Sub total 3 3 100%

Perencanaan 2 3 4 5 6

Peraturan kawasan Tujuan kawasan Desain kawasan Rpjp Penggunaan lahan & air

2 1 3 1 2

3 3 3 3 3

Sub total 9 15 60% Input 7

8 9 10 11 12

Penegakan hukum Inventarisasi SDA Jumlah pegawai Pelatihan Pegawai Anggaran Kapasitas anggaran

2 2 3 1 1 2

3 3 3 3 3 3

Sub total 13 18 72% Proses 13

14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

perlengkapan Pengukuhan Sistem perlindungan Riset Pengelolaan SDA Pengelolaan anggaran Pemeliharaan perlengkapan Pendidikan & penyadaran Pemerintah & swasta disekitar Masyarakat adat Masyarakat lokal Monitoring & evaluasi Operator wisata komersil Pungutan

2 3 1 2 1 1 2 2 1 0 2 2 0 0

3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 3 3 0 0

Sub total 19 33 56% Output 27

28 29

RPJPen Fasilitas pengunjung Keuntungan ekonomis

1 0 0

3

Sub total 1 3 33% Outcome 30. Kondisi nilai nilai 3 4

Sub total 3 4 75%

Universitas Sumatera Utara

Page 34: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

Cara perhitungan hasil persentase aspek dan nilai akhir terletak di

lampiran 3. Nilai masing-masing aspek METT terhadap efektivitas pengelolaan

Cagar Alam Sibolangit secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Ringkasan Nilai METT pada Kawasan Cagar Alam Sibolangit

Nilai aspek (a) Nilai maks METT

Nilai yang diperoleh Persentase (%) Keterangan

Nilai total konteks 3 3 100% Efektif Cukup Efektif Efektif Cukup Efektif Cukup Efektif Efektif

Nilai total perencanaan 15 9 60% Nilai total masukan 18 13 72% Nilai total proses 33 19 56% Nilai total output 3 1 33% Nilai total outcome 4 3 75%

Total 76 48 Persentase tertinggi pada nilai METT CAgar Alam Sibolangit terdapat

pada aspek konteks (100%), sedangkan nilai terendah terdapat pada aspek output

(33%). Penjelasan dari masing-masing kriteria nilai disajikan pada uraian dibawah

ini.

Konteks

Nilai aspek konteks memiliki nilai 3 dengan persentase maksimal (100%).

Artinya pada aspek konteks tidak ada keraguan tentang kawasan konservasi

dengan rentang katagori efektif (67%-100%). Nilai skor METT pada aspek

konteks adalah 3.sedangkan nilai maksimal METT adalah 3. Artinya sudah tidak

ada keraguan dalam menilai aspek ini.

Aspek konteks dalam METT hanya mencakup status hukum. Pada zaman

Belanda Kawasan Cagar Alam Sibolangit sudah memiliki status hukum yang telah

ditetapkan dengan keluarnya SK.ZB No.37/38 tahun 1938 dengan luas 95.15

hektar. Pada tahun 1980 muncul SK Menteri Pertanian No.636/kpts/um/9/1980

menyatakan untuk menambah kawasan Cagar Alam Sibolangit menjadi hutan

Universitas Sumatera Utara

Page 35: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

wisata atau taman Wisata Alam Sibolangit dengan luas +24,85 hektar, selanjutnya

pada tahun 2014 Sk tersebut di perbaharui oleh Menteri Kehutanan dengan SK

Menhut No.197/II/2014 menyatakan tentang Cagar Alam Sibolangit dan Taman

Wisata Alam seluas +120 hektar.

Menurut Sulaiman (2018), secara umum kebijakan dan hukum yang

berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam tidak dapat dipisahkan dengan

pengelolaan kawasan konservasi. Oleh karena kawasan konservasi merupakan

bagian dari sumber daya alam, maka kebijakan dan hukum konservasi pun pada

dasarnya merupakan bagian dari kebijakan dan hukum pengelolaan sumber daya

alam.

Perencanaan

Persentase aspek perencanaan (62%) dan nilai skor METT yang didapat

adalah 9 dari skor maksimal yaitu 15. Sedangkan kriteria yang terdapat dalam

aspek perencanaan yaitu tujuan kawasan, peraturan kawasan, desain kawasan,

rencana pengelolaan jangka panjang (RPJP) dan penggunaan lahan dan air.

Aspek perencanaan terdapat nilai kriteria terendah yaitu tujuan kawasan

dan Rencana pengelolaan jangka panjang (RPJP) dengan nilai skor 1. Artinya

kawasan konservasi ini telah memiliki tujuan pengelola yang telah disepakati

tetapi tidak dikelola dengan tujuannya.Sedangkan rencana pengelolaan (RP)

sudah disusun dan memuat tujuan pengelolaan secara spesifik, namun kegiatan

tidak memacu pada tujuan yang ditetapkan. Dalam rencana pengelolaan sebagian

telah dilaksanakan dan RPJP telah di implementasikan. Sedangkan nilai tertinggi

pada desain kawasan dengan nilai 3. Artinya desain kawasan pada Cagar Alam

Sibolangit relatif memadai namun perlu ditingkatkan antara lain melalui upaya

Universitas Sumatera Utara

Page 36: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

konektifitas dengan kawasan lain dan adanya areal penyangga yang merupakan

perluasan habitat yang ada.

Kawasan konservasi Cagar Alam Sibolangit memiliki perencanaan yang

sedang yaitu peraturan kawasan dan penggunaan lahan dan air dengan nilai 2.

Artinya pada peraturan kawasan konservasi Cagar Alam Sibolangit sudah

memiliki peraturan yang mengendalikan penggunaan lahan dan air terkait

berdasarkan SK.356/KSDAE.SET.KSA.09/2016. Tetapi pada hal ini masih ada

beberapa kelemahan dikarenakan kawasan konservasi masih sebagian atau belum

sepenuhnya memiliki perencanaan yang efektif dengan rincian katagori cukup

efektif (34% -66.9%).

Masukan (Input)

Persentase aspek masukan (72%). Artinya kawasan konservasi Cagar

Alam Sibolangit sudah memiliki kapasitas sumber daya yang sangat efektif

dengan katagori (67% -100%). Nilai skor yang didapat 13 sedangkan nilai

maksimal METT adalah 18. Aspek masukan (Input) mencakup penegakan hukum,

inventarisasi sumber daya alam, jumlah pegawai, staff terlatih, anggaran dan

kepastian anggaran.

Nilai yang terendah terdapat pada kriteria pelatihan pegawai dan anggaran

dengan nilai skor 1. Artinya pengelolaan kawasan Cagar Alam Sibolangit masih

perlu menambahkan pegawai yang sudah terlatih. Pengelola kawasan konservasi

Cagar Alam Sibolangit masih memiliki jumlah dan tingkat keahlian staff yang

masih kurang dan belum terlatih dari 5 orang hanya 1 yang memiliki kualifikasi,

tetapi 4 orang lagi belum memiliki kualifikasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

Mengenai anggaran tersedia tidak mencukupi kebutuhan pengelolaan dan

menimbulkan kendala serius dalam kapasitas pengelolaan, Sedangkan nilai

tertinggi yaitu jumlah pegawai dengan nilai 3. Artinya pegawai cukup dalam

fungsi dan jumlah. Saat ini jumlah pegawai 5 orang pegawai PNS, 2orang

admin,5Polhut. Maka saaat ini jumlah pegawai sudah cukup untuk lebih

memaksimalkan pengelolaan cagar alam sibolangit sehingga pengelolaan tersebut

dapat terkontrol dengan baik (BKSDA, 2011).

Menurut Sukardi (2007), Suatu organisasi harus mempunyai daya dukung

dari berbagai aspek khususnya dalam pendanaan dan sumber daya manusia agar

kinerjanya optimal. Daya dukung dalam pengelolaan Cagar Alam Sibolngit saat

ini relatif rendah, sehingga agar pengelolaannya lebih efektif maka perlu adanya

peningkatan daya dukung baik berupa pendanaan maupun sumberdaya manusia.

Jika kedua daya dukung tersebut dapat dipenuhi maka nilai rendah yang didapat

bisa meningkat yang otomatis akan meningkatkan nilai efektivitas pengelolaan di

kawasan konservasi Cagar Alam Sibolangit.

Proses (Process)

Aspek proses yang perlu dinilai mencakup pengukuhan, sistem

perlindungan, riset, pengelolaan sumber daya alam, pengelolaan anggaran,

pemeliharaan perlengkapan, pendidikan dan penyadaran, pemerintah dan swasta,

masyarakat adat/tradisional, operator wisata, dan pungutan. Penilaian aspek

proses yang perlu dilihat bagaimana manajemen pengelolaan kawasan konservasi

di Cagar Alam Sibolangit dapat berjalan dengan efektif, cukup efektif atau kurang

efektif.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

Persentase aspek proses (56%).Komponen proses dalam pengelolaan

kawasan konservasi diatas adalah cukup efektif dalam menunjang tercapainya

tujuan-tujuan pengelolaan. Kawasan konservasi ini dilihat dari nilai yang didapat

dalam kriteria penilaian dimana nilai total dari proses pengelolaan Cagar Alam

Sibolangit mendapatkan nilai 19 dari nilai maksimal METT yaitu 33.

Nilai skor pada aspek proses yang terendah mencakup sistem

perlindungan, pengelolaan SDA, pengelolaan anggaran, serta pemerintah dan

swasta disekitar kawasan dengan skor nilai 1. Artinya sangat sedikit persyaratan

untuk pengelolaan aktif habitat, spesies, proses-proses ekologis dan nilai-nilai

budaya yang kritis tengah dilakukan.

Pengukuhan batas kawasan konservasi memiliki skor tertinggi yaitu 3

sangat baik. Hal ini di karenakan pengukuhan kawasan konservasi adalah

rangkaian kegiatan penunjukan, penataan batas, pemetaan dan penetapan kawasan

hutan dengan tujuan memberikan hukum atas status, fungsi letak batas. Maka

dapat dilihat pengukuhan batas kawasan konservasi sudah diketahui oleh otoritas

pengelolaan dan penduduk lokal atau pengguna lahan yang bertetangga dan

dikukuhkan dengan tepat. Sedangkan nilai sedang dalam aspek ini meliputi

perlengkapan, pengelolaan SDA, pemeliharaan perlengkpan, pendidikan dan

penyadaran, masyarakat lokal dan monitoring serta evaluasi dengan nilai skor 2.

Artinya pengelolaan yang dilakukan sudah jelas tetapi sebagian masih harus

memenuhi kebutuhan dan perlu ditingkatkan.

Adapun kekuatan dalam aspek proses meliputi kegiatan pengelolaan

sumber daya, anggaran, pendidikan dan pengetahuan, masyarakat lokal, serta

kegiatan monitoring dan evaluasi yang telah dilaksanakan dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

Masyarakat sekitar diharapkan menjadi pelaku dan pendukung kegiataan

pengelolaan Cagar Alam Sibolangit, sehingga keberadaan Cagar Alam Sibolangit

tidak menjadi konflik, memberikan peluang terhadap peningkatan ekonomi yang

pada akhirnya akan memberikan dampak pada kelestarian Cagar Alam Sibolangit.

Pengeluaran (Output)

Aspek pengeluaran dalam METT mencakup rencana kerja pengelolaan

jangka pendek (RPJP) yang memiliki skor 1. Hal ini dikarenakan kawasan

konservasi Cagar Alam Sibolangit memiliki rencana kerja jangka pendek yang

sudah tersusun dengan jelas tapi masih sebagian di implementasikan. Aspek

pengeluaran (output) mendapatkan nilai persentase 33% dengan rentang katagori

(34%- 66,9%) adalah cukup efektif.

Kawasan konservasi Cagar Alam Sibolangit memiliki fasilitas dan

kegiatan yang dapat dilihat di Tabel 5.

Tabel 5. Fasilitas dan aktivitas kegiatan di Cagar Alam Sibolangit

No Fasilitas di kawasan Cagar Alam Sibolangit Kegiatan rutin di kawasan

1. Tempat parkir -Sosialisasi 2. Sarana MCK -Kerja sama dengan mitra 3. Jalan Treal -Mengontrol dan mensurve 4. Tempat berteduh / Canopy -patroli 5. Tempat berkemah

Sumber: Data Primer

Keberadaan Cagar Alam Sibolangit harus terus di jaga dengan melakukan

kegiatan-kegiatan tersebut seperti patroli rutin yang dilakukan oleh Polisi Hutan

(POLHUT) dan satuan Polisi Hutan Reaksi Cepat (SPORC).Satuan ini bertugas

untuk melakukan tindakan pengamanan, kegiatan Intelijen, operasi penanganan

tumbuhan dan satwa liar, operasi mandiri Polhut, operasi gabungan antara aparat

Universitas Sumatera Utara

Page 40: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

terkait seperti kepolisian dan TNI, serta kegiatan penanganan kasus tindak pidana

kehutanan (Tipihut).

Hasil Akhir (Outcome)

Aspek hasil akhir dalam METT mencakup kondisi nilai-nilai yang ada

pada kawasan Cagar Alam Sibolangit memperoleh skor 3, sedangkan nilai

maksimal METT adalah 4 , Nilai persentase sebesar (75%) yang artinya kegiatan

penelitian dan pengelolaan di Cagar Alam Sibolangit ini memberikan keuntungan

ekonomis untuk masyarakat setempat. Keuntungan lain untuk

pemerintahankawasan ini dapat dikenal oleh masyarakat lokal maupun non lokal,

dan juga kondisi nilai-nilai ekologis tetap terjaga oleh pengelola maupun

pengunjung sehingga kawasan lebih baik, sehingga nilai-nilai keanekaragaman

hayati, ekologis atau budaya relatif utuh dan pengelolaan dapat dilakukan secara

berkelanjutan.

Ancaman Yang Ada Di Cagar Alam Sibolangit

Hasil dari penilaian efektivitas menggunakan metode METT bahwa masih

ada ancaman konservasi dalam pengelolaan Cagar Alam Sibolangit dengan

tingkat katagori, tinggi, sedang, rendah dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Ancaman Kawasan Konservasi di Sibolangit.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

Gambar diatas menunjukan adanya masalah spesies tumbuhan invasif

yang mengganggutumbuhan lain yang dapat mengakibatkan musnahnya

tumbuhan asli yang ada di Cagar Alam Sibolangit. Potensi vegetasi tidak jauh

beda dengan yang ada di kawasan Taman Wisata Alam Sibolangit, yang

didominasi oleh pohon-pohon besar seperti angsana (Pterocarpus indicus),

nyemplung (Clophyllum inophillum), Meranti (Shorea sp), juga terdapat jenis

tanaman palem, pinang, dan durian hutan.

Tanaman yang bukan asli daerah ini misalnya sono kembang, angsana

dan kelenjar (Samanea saman). Berdasarkan catatan Tn.Lorzing jenis tanaman

asli Sibolangit tahun 1914-1934 meliputi Meranti (Shorea sp), 30 spesies ficus, 20

jenis kecing (Quercus sp), kenanga, kulit manis, manggis dan Artocapus sp.

Tumbuhan semak yang ada di antaranya philodendron sp yang

merupakan anggota dari genus Anthurium famili Araceae. Tumbuhan semak

lainnya adalah berbagai jenis paku-pakuan, talas, hutan rumput, serta berbagai

macam jamur. Dalam kawasan ini juga di temui adanya berbagai jenis tanaman

obat-obatan dan taman hias yang potensial (BKSDA Sumut, 2011)

Menurut Adi (2014) Selama beberapa tahun terakhir, hampir seluruh

kawasan konservasi sudah terinfeksi ada yang serius, sangat serius.Namun, ada

pula yang masih biasa.Yang paling serius terjadi di Taman Nasional Baluran

Jatim karena disana sekitar 7.000 hektar kawasan sudah dikuasai oleh tanaman

invasif, yakni akasia. Bukan hanya kawasan konservasi, sejumlah hutan dan hutan

produksi pun mengalami hal serupa beberapa kawasan konservasi yang terinfeksi

serius misalnya Taman Nasional Bukit Barisan, Taman Nasional Gunung Gede

Pangrango, Taman Nasional Ujung Kulon, dan Taman Nasional Baluran. Di

Universitas Sumatera Utara

Page 42: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, sebagian kawasannya sudah terinvasi

oleh tanaman konyal (semacam markisa yang merambat). Luasnya belum bisa

dipastikan karena keberadaan tanaman ini berpencar.Di kawasan konservasi ini,

sekitar 35 spesies invasif telah menyerang dan mulai menguasai kawasan

konservasi.

Hasil METT Kawasan Cagar Alam Sibolangit

Hasil perhitungan ke enam aspek nilai akhir METT diperoleh adalah 62%.

Maka pengelolaan Cagar Alam termasuk dalam rentang kategori yang Cukup

efektif (34% - 66.9%). Cara perhitungan dapat dilihat dalam Lampiran 3.

Penggunaan METT sebagai alat untuk membantu penilaian kawasan

konservasi telah banyak dilakukan di dunia. Salah satu contohnya adalah

penilaian efektivitas di Negara Tanzania khususnya di wilayah hutan Usambaras

Timur yang terdiri dari Sembilan kawasan hutan. Berdasarkan hasil penilaian

dengan menggunakan metode METT didapat hasil bervariasi dari Sembilan

kawasan hutan tersebut. Nilai paling rendah sebesar 58% dan yang paling tinggi

sebesar 79%. Di Indonesia, pada tahun 2009 Taman Nasional Gunung Gede

Pangrango melakukan penilaian efektivitas pengelolaan kawasan menggunakan

metode METT (Management Effectivenes Tracking Tools). Berdasarkan hasil

METT didapat ancaman terbesar dalam pengelolaan Taman Nasional Gunung

Gede Pangrango adalah kegiatan rekreasi dan wisata, vandalisme, kegiatan

merusak kawasan lindung, sampah dan sampah padat, kehilangan species

keystone (predator puncak, penyerbuk, dll) dan tanaman invasive /asing. Dari

hasil penilaian didapat hasil sebesar 76% yang termasuk dalam kategori efektif

dalam pengelolaan. Balai Besar KSDA Jawa Timur juga pernah menggunakan

Universitas Sumatera Utara

Page 43: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

metode ini dalam rangka pembinaan PEH dan Penyuluh Kehutanan pada tahun

2011. Namun demikian metode METT tersebut masih sebatas simulasi pada saat

pembinaan PEH dan penyuluh. Alangkah lebih baiknya jika hasil pelatihan METT

tersebut diimplementasikan di masing-masing kawasan konservasi sehingga bisa

diketahui efektivitas pengelolaannya. Dengan diketahuinya efektivitas

pengelolaan maka pengelola akan mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang

perlu dilakukan perbaikan kedepannya sehingga pengelolaannya menjadi efektif

dan efisien dan dapat mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan.(BKSDA Jatim, 2016).

Peningkatan nilai efektivitas pengelolaan Cagar Alam Sibolangit

mengindikasikan bahwa pengelolaan yang dilakukan di Cagar Alam Sibolangit

sudah dilakukan cukup efektif.Namun peningkatan ini justru menjadi tantangan

agar pengelola Cagar Alam Sibolangit dapat mempertahankan dan meningkatkan

lagi strategi yang diambil agar pengelolaan dapat berjalan lebih efektif.

Hasil dari penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi Cagar

Alam Sibolangit akan menjadi bahan informasi yang berguna bagi pihak-pihak

yang ingin membantu pengelolaan kawasan konservasi termasuk pemegang IPPA,

perguruan tinggi, lembaga penelitian, LSM, pemerintah daerah,dan pihak lainnya

(Triadi,dkk. 2014).

Universitas Sumatera Utara

Page 44: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Tingkat efektivitas pengelolaan CagarAlam Sibolangit dengan

menggunakan METT dalam tingkat kategori cukup efektif dengan nilai hasil

62% karena didukung dari setiap aspek.

2. Nilai persentase setiap aspek yang memiliki nilai tertinggi yaitu aspek

konteks dengan nilai persentase 100% sedangkan nilai terendah terdapat

pada aspek pengeluaran dengan nilai persentase 33%.

3. Ancaman pada kawasan konservasi Cagar alam Sibolangit yang tertinggi

berupa jenis ancaman spesies Samanea saman.

Saran

1. Melakukan evaluasi pengelolaan secara rutin dengan menggunakan skema

siklus pengelolaan proyek METT sebagai kerangka kerja efektivitas.

2. Perlu ditingkatkan sosialisasi akan pentingnya menjaga dan merawat SDA

yang ada.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai evaluasi pengelolaan

Cagar Alam Sibolangit dan Taman Wisata Sibolangit serta dampaknya

terhadap masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

DAFTAR PUSTAKA

Adi. 2018.Keanekaragaman Tumbuhan Invasif Di Kawasan Taman Hutan Raya Sultan Thaha Saifuddin, Jambi.Media Konservasi Vol.23 No 1 [Diakses 5 Oktober 2018].

Anugrah. 2008. Konservasi dan nilai Warisan Budaya. Jurnal Universitas Negri

Semarang.http://uripsantoso.wordpress.com. Indonesia Jurnal Of Conservation vol. 1 No 1. [Diakses 20 Agustus 2018].

BKSDA Sumut. 2011. Buku Informasi Kawasan Konservasi. DIPA. Medan.

DirjenKSDAE. 2015. Panduan Penilaian Efektivitas Kawasan Konservasi

Indonesia. Jakarta.

Departemen Kehutanan. 1990. Undang-Undang No.5 Tentang Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

Departemen Kehutanan. 1993. Laporan tahunan 1992 / 1993. Balai

Konservasi Sumber Daya Alam 1.Departemen Kehutanan Provinsi Sumatera Utara. Medan

Hadi, M. 2015. Konservasi Sumber daya Alam Dan Pengelolaan Lingkungan

Program studi Biologi. Fakultas Mipa. Universitas Diponegoro. Semarang.

Hocking, dkk. 2007.The Management Effectiveness Tracking Tool : Reporting

Progress at Protected Area Sites: Second Edition.WWF International.Switzerland.text book.

Ilman, M. 2008. Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Lahan Basah

Pesisir Indonesia. ThesisPascasarjana Institut PertanianBogor.http://repository.ipb.ac.id/handle/[Diakses 28April 2017].

IUCN. 2006. Kerangka Kerja Penilaian Management Effectiveness Tracking Tools .Buku. IUCN Publications Unit. Cambridge. Joko. 2017. Mengukur Efektifitas Pengelolaan dengan Membandingkan Antara

Rencana ditentukan Dengan Hasil Nyata.Manejemen. Yogyakrta. KLHK. 2015. Pedoman Penilaian Efektivitas Pemgelolaan Kawasan Alam dan

Kawasan Pelestarian Alam.Direktorat Jendral Konservasi Sumberdaya Alam Dan Ekosistem. Jakarta.

Moh.Nazir. 2014. Metode Penelitian . PT.Ghalia Indonesia. Jakarta

Universitas Sumatera Utara

Page 46: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

Nuralam. 2015. Evaluasi Efektivitas Pengeloaan Taman Wisata Alam BatuPutih

dan dampaknya terhadapPendapatan Masyarakat. Jurnal EMBA.3:660

Pemerintah Republik Indonesia. 2011. Peraturan pemerintah No.28 Tentang Pengelolan Kawasan Suaka Alam dan Pelesatarian Alam. Jakarta.

Posman. 2007. Pengelolaan Kawasan Konservasi. Disertasi. Universitas Gadjah

Mada. Yogyakarta.

Rahmawati.2004. Informasi kawasan Konservasi di Hutan Cagar Alam Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Risdiyansyah.2014. Studi Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

di Pulau Condong Darat Desa Rangai Kecamatan Ketibung Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal sylva lestari. VOL.2.1.

Siregar, P. 2009. Konservasi sebagai Upaya Mencegah Konflik Manusia-Satwa.

Jurnal Urip Santoso. http:uripsantoso.wordpress.com. Sjamsulbachri. 2004. Akuntansi Manajemen.Edisi Pertama. Bandung: Kencana

Utama. Sukardi. 2007. Analisis Pemberdayaan Resort Cinta Raja Seksi Konservasi

wilayah IV Besitang Taman Nasional Gunung Leuser. Jurnal Hutan dan Masyarakat, II(1) 2007: pp 188-198.

Triadi,dkk.2014. Strategi pengelolaan Taman Wisata Alam Gunung Baung.

BBKSDA Jatim: Surabaya. Wardhana,D. 2015. Mengenal Metode Penilaian Efektivis Pengelolaan

kawasankonservasi.Artikel.http://ksdasulsel.org/kawasan/164.Mengenal metode penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi.

[Diakses maret 2017]. Wartaputra. 1990.Konservasi Sumber daya Alam Dan Pengelolaan Lingkungan

Program studi Biologi. Fakultas Mipa. Universitas Diponegoro.Semarang.

World wildlife Fund. 2004. Management Effektiviness Assesment of National

Parks Using WWF’s. Methodology. Indonesia. Wikipedia, 2008.Geografi Cagar Alam Sibolangit.http:www.wikipedia.com/.

(Diakses 8 juli 2018).

Universitas Sumatera Utara

Page 47: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

LAMPIRAN 1. Kemajuan situs Kawasan Konservasi

Nasional: Internasional (silakan lengkapi pula lembar) :

Negara x Swasta Lainnya

5

v Staf Kaw. Konservasi

vLSM

Donors Lainnya

Total:

Inti:Buffer:Transisi

Nama: Detil:Nama: Detil:Nama: Detil:Nama: Detil:Nama: Detil:Nama: Detil:

Muharudin Ahmad

24 Juli 2017Cagar Alam (CA) SIBOLANGIT

Tuliskan penunjukkan lain (misal: ASEAN Heritage, Natura 2000) dan informasi pendukung lainnya dibawah

UNESCO Man and Biosphere Reserves (see: www.unesco.org/mab/wnbrs.shtml)

Tujuan Pengelolaan 3

Tuliskan dua tujuan primer pengelolaan kawasan Apakah nilai utama penetapan kawasan konservasi

CI-I

Tujuan Pengelolaan 2 Daerah tangkapan air (catchment area)

Jumlah orang yang terlibat dalam menyelesaikan penilaianTermasuk (contreng kotak)

Dana proyek atau tambahan lainAPBDDana (operasional) rutin

Tujuan Pengelolaan 1 Monumen alam (nature monument)

Anggaran Tahunan (US$) – tanpa anggaran gaji staf DIPA UPT (tidak spesifik)

Nama Kawasan KonservasiKode situs WDPA (dapat ditemukan di www.unep-wcmc.org/wdpa):

Masyarakat

Permanen:

Tanggal penetapan 25-Feb-14

Jumlah Staf

Balai Besar KSDA Sumatera Utara95,15 Ha

Temporer :

Pelaporan Kemajuan Situs kawasan konservasi: Lembar Data 1

Penetapan SK 197/Mmenhut-III/2014

Luas kawasan konservasi

Lokasi kawasan konservasi (provinsi dan jika dimungkinkan juga peta acuan)

Otoritas Manajemen

Detil Kepemilikan (Silakan di contreng)

Kategori IUCN:

Negara INDONESIAKec. Sibolangit Kab. Deli Serdang Prov. Sumatera Utara

Nama, Afiliasi dan detil kontak penanggung jawab penyelesaian METT (email, etc)Tanggal pelaksanaan penilaian

Pemenuhan tiga fungsi MAP (dukungan konservasi, pembangunan dan logistik)

Kriteria penetapan (misal: criteria i sampai x)

Kriteria penetapan (misal: criteria i sampai x)

Ramsar site (see: www.wetlands.org/RSDB/)

Koordinat geografis Luas situsNama situsTanggal Terdaftar

Pernyataan Nilai Penting Universal

Koordinat geografis Luas situs

Alasan Penetapan (lihat Lembar Informasi Ramsar)

Nama situsTanggal Terdaftar

Pengelola Kaw. Konservasi Masy.Lokal

Tanggal terdaftar

Informasi tentang Penetapan InternasionalSitus Warisan Dunia UNESCO (lihat: whc.unesco.org/en/list)

Staf Lembaga Kaw. Konservasi. lain Ahli dari luar

Nama situs Luas Kawasan Koordinat Geografis

Harap dicatat jika penilaian dilakukan dengan asosiasi dengan projek tertentu, atas nama suatu organisasi atau donor

Universitas Sumatera Utara

Page 48: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

Isu Kriteria

Skor: Pilih satu dari tiap

pertanyaan

Komentar / Penjelasan

Langkah Kedepan skor MAX

Q

1. Status Hukum Kawasan Konservasi

Kawasan Konservasi ini tidak pernah ditetapkan secara hukum 0

SK Menteri pertanian No.636/kpts/um/9/1980 dan SK Menhut 2014 dan adanya SK Menhut No.197/-II/2014.

3

3

Tidak ada KK seperti ini di Indonesia Apakah kawasan konservasi ini memiliki status hukum?

Ada kesepakatan bahwa kawasan konservasi tersebut harus ditegaskan secara umum tetapi prosesnya belum dimulai 1

Tidak ada KK seperti ini di Indonesia Context Kawasan konservasi tersebut dalam proses penetapan status hukum tetapi

prosesnya belum selesai (termasuk situs yang ditetapkan dalam konvensi internasional, seperti Ramsar, atau hukum lokal/tradisional seperti kawasan konservasi masyarakat, yang belum memiliki status hukum atau perjanjian nasional)

2

Tidak ada KK seperti ini di Indonesia Kawasan konservasi tersebut telah memiliki status hukum formal

3 x

Seluruh KK di Indonesia telah memiliki status hukum formal, baik itu penunjukan

parsial melalui SK Menhut/Menhutbun/Mentan/Gubernur Jenderal Hindia Belanda (staatsblat) ataupun SK Penunjukan Provinsi.

2. Peraturan kawasan konservasi

Tidak ada peraturan yang mengatur penggunaan lahan dan kegiatan di kawasan konservasi 0

sudah adanya peraturan ruang terkait berdasarkan SK.356/KSDAE.SET/KSA.0/9/2016

2

3

Di Indonesia sudah ada peraturan mengenai kegiatan dan penggunaan lahan di KK. Sehingga tidak mungkin disi 0

Apakah ada peraturan yang memadai untuk mengendaikan penggunaan lahan dan kegiatan

Ada beberapa peraturan yang mengendalikan penggunaan lahan dan kegiatan di kawasan konservasitetapi masih ada kekurangan-kekurangan besar

1

Di Indonesia sudah ada peraturan mengenai kegiatan dan penggunaan lahan di KK. Sehingga tidak mungkin disi 1

Planning Ada peraturan yang mengendalikan penggunaan lahan dan kegiatan di kawasan konservasitetapi masih ada beberapa kelemahan atau gap 2 X

Lampiran 2. Penilaian Efektivitas Kawasan Konservasi Cagar Alam Sibolangit

Universitas Sumatera Utara

Page 49: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

Apabila penataan Zonasi atau blok pengelolaan belum disahkan Terdapat peraturan untuk mengendalikan penggunaan lahan dan kegiatan yang

tidak sesuai didalam kawasan konservasidan memberikan dasar yang sangat baik bagi pengelolaan 3

Apabila Penataan kawasan (zonasi/blok) telah disahkan. 3.Penegakan Peraturan Pegawai tidak memiliki kapasitas/sumberdaya yang efektif untuk menegakkan

peraturan perundangan terkait kawasan konservasi 0 sudah tercatat saat ini pegawai memiliki kapasitas yang cukup untuk menegakan peraturan.tedapat staff polhut.

2

3

Tidak ada staf/Resort yang khusus mengurus kawasan yang dinilai Dapatkah pegawai (cth. mereka yang bertanggung jawab mengelola situs) menegakkan peraturan kawasan konservasi dengan cukup baik?

Terdapat kekurangan besar dalam kapasitas/sumberdaya pegawai untuk menegakkan peraturan perundangan terkait kawasan konservasi (cth. kekurangan kemampuan, tidak ada anggaran patrol, kurang dukungan kelembagaan)

1

Terdapat staf/Polhut, namun anggaran patroli tidak tersedia, tidak terdapat prosedur yang jelas dalam penegakan hukum di lembaga pengelola

Input Pegawai memiliki kapasitas/sumberdaya yang memadai untuk menegakkan peraturan perundangan terkait kawasan konservasi tetapi masih ada kekurangan

2 x

Terdapat staf/Polhut/PPNS. Anggaran patroli tersedia namun belum secara spesifik menegaskan untuk patroli di kawasan yang dikelola. Penegakan hukum dimaksud tidak selalu untuk yustisia, namun juga termasuk di dalamnya kegiatan sosialisasi peraturan

Pegawai memiliki kapasitas/sumberdaya yang sangat baik untuk menegakkan peraturan perundangan terkait kawasan konservasi 3

Terdapat staf/Polhut/PPNS beserta anggaran patrolinya / pendukung lainnya. Terdapat prosedur yang jelas dalam penegakan hukum di lembaga pengelola

4.Tujuan utama dari kawasan konservasi

Belum ada tujuan yang disepakati untuk kawasan konservasi ini

0

Rencana pengelolaan sudah disusun tapi belum disahkan

Balai BBKSDA melakukan percepatan pengesahan dokumen rencana pengelolaan

1

3

Belum menyusun Rencana Pengelolaan (RP) yang memuat tujuan pengelolaan secara spesifik

Apakah pengelolaan dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah disepakati atau tercantum dalam mandat pengeloaan?

Kawasan konservasi ini telah memiliki tujuan yang disepakati, tetapi tidak dikelola sesuai tujuan-tujuan ini 1 1

Universitas Sumatera Utara

Page 50: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

Rencana Pengelolaan (RP) sudah disusun dan memuat tujuan pengelolaan secara spesifik, namun kegiatan tidak mengacu pada tujuan yang ditetapkan

Planning Kawasan konservasi ini telah memiliki tujuan yang disepakati, tetapi pengelolaan yang dilakukan hanya memenuhi beberapa tujuan tersebut 2

Kegiatan esensial sesuai tujuan pengelolaan yang direncanakan dalam RP sebagian telah dilaksanakan

Kawasan konservasi ini telah memiliki tujuan yang disepakati dan pengelolaan telah memenuhi semua tujuan tersebut 3

Semua kegiatan essenial untuk mencapai tujuan pengelolaan dalam RP telah dilakukan

5. Desain kawasan konservasi Desain kawasan konservasiyang tidak memadai berarti pencapaian tujuan utama kawasan konservasiyang sangat sulit 0

Tujuan dari CA Sibolangit untuk pengawetan dan perlindungan tegakan hutan hujan tropis.

3

3

Apakah kawasan konservasimemiliki luasan dan bentuk yang tepat untuk melindungi spesies, habitat, proses-proses ekologis dan tangkapan air sesuai kepentingan konservasi kuncinya?

Kawasan tidak memadai dari sisi luas; bentuk; dan lokasi untuk upaya konservasi tujuan pengelolaan.

Desain kawasan konservasiyang tidak memadai berarti pencapaian tujuan utama yang sulit tetapi beberapa kegiatan mitigasi tengah dilakukan (cth perjanjian dengan pemilik lahan yang bertetangga untuk koridor satwa atau pengenalan manajemen DAS yang sesuai)

1

Planning Kawasan tidak memadai namun ada upaya membangun kesepakatan dengan pemangku lahan sekitarnya untuk konservasi tujuan pengelolaan sebagai contoh perjanjian dengan pemilik lahan yang bertetangga untuk koridor satwa atau pengenalan manajemen DAS yang sesuai.

Desain kawasan konservasitidak signifikan menghalangi pencapaian tujuan, tetapi perlu ditingkatkan (cth. terkait dengan proses-proses ekologis skala besar yang terjadi) 2

Desain kawasan relative memadai namun perlu ditingkatkan antara lain melalui upaya konektifitas dengan kawasan konservasi lain; adanya areal penyangga yang merupakan perluasan habitat yang ada, dll

Desain kawasan konservasimembantu pencapaian tujuannya; desain memadai untuk konservasi spesies dan habitat; dan menjaga proses-proses ekologis seperti aliran permukaan dan bawah tanah pada skala DAS, pola gangguan alam, dll

3 x

Universitas Sumatera Utara

Page 51: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

Kawasan memadai baik secara luas, lokasi dan bentuknya sehingga tidak menghalangi pencapaian tujuan

6. Pengukuhan (demarkasi) batas kawasan konservasi

Batas kawasan konservasi tidak diketahui oleh otoritas pengelolaan atau penduduk setempat/pengguna lahan yang bertetangga 0

3

3

Petugas dan masyarakat tidak mengetahui batas kawasan Apakah batas kawasan diketahui dan dikukuhkan?

Batas kawasan konservasi diketahui oleh otoritas pengelolaan tetapi tidak diketahui oleh penduduk setempat/pengguna lahan yang bertetangga 1

Hanya petugas yang mengetahui batas kawasan Batas kawasan konservasi diketahui oleh otoritas pengelolaan dan penduduk

local/pengguna lahan yang bertetangga tetapi tidak dikukuhkan dengan tepat 2

Process Petugas dan masyarakat mengetahui batas kawasan namun tidak tepat (tidak sesuai antara di peta dan di lapangan atau sebagian kawasan belum diterima oleh masyarakat)

Batas kawasan konservasi diketahui oleh otoritas pengelolaan dan penduduk local/pengguna lahan yang bertetangga dan di kukuhkan dengan tepat 3 x

Tata batas sudah temu gelang dan terdapat BA Tata Batas yang ditanda tangani para pihak. Dibuktikan dengan tidak adanya komplain terkait pal batas

7. Rencana pengelolaan (Rencana Pengelolaan jangka Panjang/RPJP)

Tidak ada rencana pengelolaan untuk Kawasan Konservasi ini

0

Masih draft RP tetapi blm disah kan oleh pusat

Segera follow up pengesahan RP

1

3

RP belum disusun Apakah ada rencana pengelolaan (RPJP) dan apakah rencana tersebut tengah diimplementasikan?

Rencana pengelolaan tengah disiapkan atau telah disiapkan tetapi belum diimplementasikan 1 x

Cukup jelas

Rencana pengelolaan telah ada tetapi baru sebagian yang diimplementasikan karena kendala pendanaan atau masalah lain 2

Planning Rencana Pengelolaa Jangka Panjang (RP) telah disahkan dan sebagian kegiatan penting telah dilakukan (tercantum dalam alokasi budget pengelola atau hibah)

Rencana pengelolaan telah ada dan tengah diimplementasikan

3

Kegiatan esensial dalam Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RP) telah

dilakukan (tercantum pada alokasi budget pengelola atau didanai melalui kerjasama (MoU) dengan pihak lain (Pemda/LSM/NGO/Universitas/private sector)

Universitas Sumatera Utara

Page 52: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

Nilai tambahan: Planning 7a. Proses perencanaan Proses perencanaan memberikan kesempatan yang cukup bagi parapihak untuk

mempengaruhi rencana pengelolaan 1 0 0

Konsultasi publik terhadap RP dengan melibatkan para pihak 7b. Proses perencanaan Terdapat jadwal dan proses review periodik dan updating rencana pengelolaan

1 0

0 Terdapat rencana review/evaluasi RP. Apabila RP telah disusun sesuai dengan PP Nomor 28 tahun 2011 dengan periode 10 tahun

7c. Proses perencanaan Hasil dari monitoring, riset dan evaluasi secara rutin dimasukkan kedalam perencanaan 1

0 0 Cukup jelas

8. Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (RPJPn)

Tidak ada Rencana Pengelolaan Jangka Pendek 0

Rencana pengelolaan sudah disusun tapi belum disahkan

segera menyusun RPHJ pendek

1

3

Kawasan tidak memiliki Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (RPJPn) Apakah ada Rencana Pengelolaan Jangka Pendek dan apakah rencana tersebut tengah diimplementasikan?

Terdapat Rencana Pengelolaan Jangka Pendek tetapi baru beberapa kegiatan yang telah diimplementasikan 1 X

Kawasan memiliki Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (RPJPn) dan telah diimplementasikan sebagian

Terdapat Rencana Pengelolaan Jangka Pendek dan banyak kegiatan telah diimplementasikan 2

Planning/Outputs Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (RPJPn) sebagian besar telah diimplementasikan

Terdapat Rencana Pengelolaan Jangka Pendek dan semua kegiatan telah diimplementasikan 3

Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (RPJPn) diimplementasikan seluruhnya 9. Inventarisasi sumberdaya Terdapat sedikit informasi yang tersedia tentang habitat, spesies dan nilai budaya

yang kritis dalam kawasan konservasi 0 Data time series blm ada

Memperbanyak penelitian/study tentang keanekaragaman hayati di KK

2

3

Belum pernah dilakukan inventarisasi potensi atau survey potensi kawasan Apakah anda telah memiliki cukup informasi untuk mengelola kawasan ini?

Informasi tentang habitat, spesies, proses ekologi dan nilai budaya yang kritis dari kawasan konservasitidak memadai untuk mendukung perencanaan dan pembuatan keputusan 1

Inventarisasi/survey potensi/monitoring kawasan dilakukan namun belum mengarah untuk kepada tujuan pengelolaan

Universitas Sumatera Utara

Page 53: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

Informasi tentang habitat, spesies, proses ekologi dan nilai budaya yang kritis dari kawasan konservasitelah memadai untuk sebagian besar area kunci perencanaan dan pembuatan keputusan 2 x

Input Inventarisasi/survey potensi/monitoring kawasan dilakukan terhadap aspek-aspek fitur utama kawasan

Informasi habitat, spesies, proses ekologi dan nilai budaya yang kritis dari kawasan konservasitelah memadai untuk mendukung semua area perencanaan dan pengambilan keputusan 3

Kegiatan Inventarisasi/survey potensi/monitoring kawasan dilakukan pada semua fitur-fitur kawasan dan teritegrasi dalam Sistem Informasi Manajemen (SIM)

10. Sistem perlindungan Sistem perlindungan (patrol, perijinan, dll) tidak ada atau tidak efektif mengendalikan akses/penggunaan sumberdaya 0

Masih open akses dan belum terkontrol

Menerapkan sistem SMART patrol dengan baik. Penguatan patroli pengamanan dan monitoring kawasan

1

3

Tidak terdapat sistem perlindungan yang dibangun. Pernah dilakukan patroli kawasan dan belum ada sistem pemanfaatan

Apakah system telah memadai untuk mengendalikan akses/penggunaan sumberdaya di dalam Kawasan Konservasi?

Sistem perlindungan hanya efektif sebagian dalam mengendalikan akses/penggunaan sumberdaya 1 x

Misal sistem baru diterapkan sebagian (hanya patroli saja namun belum ada sistem pemanfaatan)

Sistem perlindungan secara moderat efektif mengendalikan akses/penggunaan sumberdaya 2

Process/Outcome Terdapat kegiatan patroli, protap patroli dan pengurusan SIMAKSI namun hanya pada sebagian kawasan

Sistem perlindungan sebagian besar atau seluruhnya efektif dalam mengendalikan akses/penggunaan sumberdaya

3

Sistem patroli, pengurusan SIMAKSI hingga kerjasama pemanfaatan HHBK sudah berjalan, terdapat protapnya. Terdapat sistem patroli yang baik dan menjangkau wiilayah yang rawan.

11. Riset Tidak ada survey atau riset di kawasan konservasi 0 penelitian sudah variatif.namun belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan

Hasil survey didokumentasikan dengan baik dan digunakan sebagai

2

3

Belum ada penelitian atau survey kawasan Apakah ada riset yang dilakukan secara terprogram untuk mendukung pengelolaan? Apakah kegiatan riset

Ada sedikit survey dan riset tetapi tidak diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pengelolaankawasan konservasi 1

Universitas Sumatera Utara

Page 54: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

berkontribusi pada pengelolaan kawasan konservasi? Riset mencakup kegiatan penelitian baik yang dilakukan oleh pengelola ataupun pihak lain.

pengelolaan kawasan

rekomendasi pengelolaan kawasan

Penelitian masih belum variatif (objek masih homogen). Data yang dihasilkan masih berupa cuplikan-cuplikan data dan belum memenuhi kebutuhan pengelolaan kawasan

Ada cukup survey dan riset tetapi tidak diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pengelolaankawasan konservasi 2 x

Penelitian sudah variatif (objek penelitian beragam/heterogen). Ada database namun belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan pengelolaan kawasan

Riset dan survey mencakup kegiatan penelitian baik yang dilakukan oleh pengelola ataupun pihak lain.

Ada program survey dan riset yang komprehensif dan terintegrasi yang sesuai dengan kebutuhan pengelolaan

3

Terdapat roadmap atau research need untuk kawasan (kebutuhan kebutuhan kawasan, kebutuhan penelitian tertuang dalam RP) – Ada database dan pemutakhiran data

12. Pengelolaan sumberdaya Pengelolaan sumberdaya tidak dilakukan 0 Lebih banyak kegiatan dilakukan di TWA Sibolangit yang berbatasan dengan CA Sibolangit (Baru monitoring dan evaluasi dalam smart patrol)

1

3

Kawasan tidak/belum dikelola. Hanya ada aktifitas pengamanan Apakah pengelolaan sumberdaya secara aktif tengah dilakukan?

Sangat sedikit persyaratan untuk pengelolaan aktif habitat, spesies, proses-proses ekologis dan nilai-nilai budaya yang kritis tengah dilakukan. Kebutuhan untuk pengelolaan habitat, spesies dan proses ekologis dan nilai budaya 1 X

Pengelolaan terhadap ftur utama masih minimal. Kegiatan terkait tujuan pengelolaan sangat terbatas

Process Banyak persyaratan pengelolaan intensif habitat, spesies, proses-proses ekologis dan nilai-nilai budaya yang kritis tengah dilakukan tetapi beberapa isu kunci belum diperhatikan 2

Pengelolaan terhadap fitur utama kawasan sudah dilakukan, tetapi belum mencakup penyelesaian permasalahn terhadap fitur utama. Kegiatan terkait tujuan pengelolaan telah dilakukan

Persyaratan pengelolaan aktif habitat, spesies, proses-proses ekologis dan nilai-nilai 3

Universitas Sumatera Utara

Page 55: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

budaya yang kritis secara subtansial atau sepenuhnya tengah dilaksanakan Pengelolaan terhadap fitur utama dan fitur kawasan lainnya sudah dilakukan

termasuk upaya mangatasi permasalahan untuk mencapai tujuan pengelolaan

13. Jumlah pegawai Tidak ada pegawai 0

saat ini jumlah pegawai 5 orang pegawai PNS dari balai KSDA Sumut , 2 orang admin 25 orang manggala agni dan 5 polhut.

3

3

Pegawai yang dimaksud adalah yang bertugas di kawasan yang dinilai. Untuk UPT BKSDA adalah petugas resort

Apakah sudah ada cukup pegawai untuk mengelola Kawasan Konservasi

Jumlah pegawai tidak mencukupi untuk kegiatan pengelolaan yang penting

1

Pegawai belum cukup, baik jumlah dan fungsi (pengelolaan yang penting : tenaga administrasi dan teknis)

Inputs Jumlah pegawai dibawah tingkat optimum untuk kegiatan pengelolaan kritis 2

Pegawai cukup secara fungsi (tenaga administrasi dan teknis) namun jumlahnya

kurang

Jumlat pegawai sudah mencukupi kebutuhan pengelolaan kawasan konservasi 3 X Pegawai cukup secara fungsi dan jumlah 14. Pelatihan Pegawai Pegawai kurang memiliki keahlian yang diperlukan untuk pengelolaan kawasan

konservasi 0

Dari lima orang hanya 1 orang yang memiliki kualifikasi, tetapi 4 orang lagi belum memiliki kualifikasi

Memberikan pelatihan kepada s taff terkait pengelolaan kawasan yang diperlukan

1

3

Tidak ada staf/petugas yang mempunyai keahlian sesuai dengan kebutuhan pengelolaan

Apakah pegawai cukup terlatih untuk memenuhi tujuan pengelolaan?

Staf terlatih dan keahlian pegawai relatif rendah untuk kebutuhan kawasan konservasi

1 X

Jumlah dan tingkat keahlian staf kurang dan belum sesuai dengan tujuan pengelolaan

Staf terlatih dan keahlian pegawai memadai, tetapi perlu ditingkatkan untuk sepenuhnya mencapai tujuan pengelolaan 2

Inputs/Process Jumlah dan tingkat keahlian staf memadai namum perlu ditingkatkan sesuai tujuan pengelolaan

Staf terlatih dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pengelolaan kawasan konservasi. Staf terlatih dan keahliannya sesuai dengan kebutuhan pengelolaan kawasan konservasi

3

Universitas Sumatera Utara

Page 56: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

Keahlian staf beragam dari mulai administrasi perkantoran hingga teknis sesuai tujuan pengelolaan. Misal. Kawasan dengan tujuan pengelolaan pelestarian kupu-kupu, memiliki staf yang memahami identifikasi kupu-kupu

15. Anggaran saat ini Tidak ada anggaran untuk pengelolaan kawasan konservasi 0 Hanya ada kegiatan patroli dan monitoring

Menambah anggaran terutama untuk patroli

1

3

Sudah jelas Apakah anggaran saat ini sudah mencukupi?

Anggaran yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan pengelolaan dan menimbulkan kendala serius dalam kapasitas untuk mengelola 1 X

Sudah jelas Inputs Anggaran yang tersedia mencukupi tetapi perlu ditingkatkan untuk sepenuhnya

mencapai pengelolaan yang efektif 2

Sudah jelas Anggaran yang tersedia mencukupi dan memenuhi seluruh kebutuhan

pengelolaan kawasan konservasi 3

Sudah jelas 16. Kepastian anggaran Tidak ada kepastian anggaran untuk kawasan konservasidan pengelolaan

sepenuhnya tergantung pada pihak luar atau pendanaan sangat tidak pasti 0 terdapat alokasi anggaran pengelolaan untuk kawasan (APBN maupun non APBN)

Kepastian anggaran per kawasan

2

3

Tidak ada anggaran spesifik untuk pengelolaan kawasan Apakah ada kepastian anggaran?

Ada sedikit kepastian anggaran dan kawasan konservasitidak dapat berfungsi secara memadai tanpa bantuan dana pihak luar 1

hanya ada alokasi anggaran pengamanan untuk kawasan Ada cukup kepastian anggaran inti (core budget) untuk kegiatan regular kawasan

konservasitetapi banyak inovasi dan inisiatif yang tergantung pendanaan dari luar 2 X

Inputs Terdapat alokasi anggaran pengelolaan untuk kawasan, (APBN maupun non APBN)

Ada kepastian anggaran untuk Kawasan Konservasi dan pemenuhan pengelolaan 3

Ada alokasi anggaran (APBN/non APBN) yang mencukupi untuk pelaksanaan

kegiatan dalam pengelolaan sesuai tujuan

17. Pengelolaan anggaran Pengelolaan anggaran tidak baik dan secara signifikan mengurangi efektifitas pengelolaan 0

Biaya hanya terfokus untuk patroli dan monitoring,

Peningkatan pengelolaan anggaran

1 3 Misalnya, anggaran yang turun terlambat pada tahun berjalan

Apakah anggaran dikelola Pengelolaan anggaran kurang baik dan mengurangi efektifitas 1 X

Universitas Sumatera Utara

Page 57: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

untuk memenuhi kebutuhan pengelolaan yang penting?

Anggaran tidak membiayai kegiatan pengelolaan prioritas belum terfokus pada pengeolahan data time series.

Pengelolaan anggaran sudah memadai tetapi perlu ditingkatkan 2

Process anggaran yang ada digunakan untuk membiayai kegiatan sesuai dengan tujuan

pengelolaan

Pengelolaan anggaran sangat baik dan memenuhi kebutuhan pengelolaan 3 Anggaran sesuai dengan rencana kegiatan pada RP 18. Perlengkapan Terdapat sedikit atau tidak ada perlengkapan dan fasilitas untuk memenuhi

kebutuhan pengelolaan 0 terdapat perlengkapan lapangan,mobilisasi fasilitas pelayanan, bangunanpengelola untuk kawasan pengelola yang memadai

Menambah perlengkapan utk pengelolaan KK

2

3

Tidak ada perlengkapan Apakah perlengkapan yang ada telah memenuhi kebutuhan pengelolaan?

Terdapat beberapa perlengkapan dan fasilitas tetapi tidak memadai untuk sebagian besar kebutuhan pengelolaan 1

Terdapat perlengkapan namun masih sangat kurang untuk pengelolan Input Terdapat perlengkapan dan fasilitas tetapi masih ada kekurangan yang

menghambat pengelolaan 2 x

Perlengkapan yang ada belum sepenuhnya memadai/ minimal untuk mendukung pencapaian tujuan pengelolaan

Perlengkapan dan fasilitas yang ada telah memadai

3

Terdapat perlengkapan (perlengkapan lapangan, mobilisasi, fasilitas pelayanan,

bangunan pengelola) yang memadai untuk mendukung pengelolaan - pengecualian untuk kawasan dengan luasan kecil (<10 hektar), sarana digabung dengan kawasan lainnya.

19. Pemeliharaan perlengkapan

Ada sedikit atau tidak ada pemeliharaan untuk perlengkapan dan fasilitas 0

pemeliharaan perlengkapan dan fasilitas dilakukan pada saat tertentu saja.

2

3

Tidak ada pemeliharaan Apakah perlengkapan yang ada dipelihara secara memadai?

Ada pemeliharaan yang bersifat ad hoc untuk perlengkapan dan fasilitas 1

Pemeliharaan dilakukan secara insidentil Process Ada pemeliharaan dasar untuk perlengkapan dan fasilitas 2 X Pemeliharaan dilakukan pada perlengkapan dan fasilitas penting Perlengkapan dan fasilitas dipelihara secara memadai 3

Universitas Sumatera Utara

Page 58: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

semua perlengkapan dan fasilitas dipelihara dan berfungsi dengan baik 20. Pendidikan dan penyadaran

Tidak ada program pendidikan dan penyadaran 0

Kegiatan penyadaran dan pendidikan lbih banyak dilakukan di TWA Sibolangit

2

3

Sudah jelas Apakah ada perencanaan program pendidikan dan penyadaran untuk memenuhi tujuan dan kebutuhan pengelolaan?

Ada program pendidikan dan penyadaran yang terbatas dan bersifat ad hoc

1

Kegiatan bersifat tidak terprogram dan insidental Process Ada program pendidikan dan penyadaran tetapi hanya sebagian memenuhi

kebutuhan dan perlu ditingkatkan 2 X

Kegiatan terprogram namun dinilai kurang secara kuantitas Terdapat program pendidikan dan penyadaran yang memadai dan sepenuhnya

dilaksanakan 3

Terprogram dan dilaksanakan dengan cukup 21. Perencanaan penggunaan lahan dan air

Perencanaan penggunaan lahan dan air yang berdekatan tidak memperhatikan kebutuhan kawasan konservasi dan kegiatan/kebijakan yang merugikan kelangsungan kawasan

0

sabagian RTRW mendukung fungsi kawasan

2

3

Apakah perencanaan penggunaan lahan dan air mempertimbangkan Kawasan Konservasi dan membantu pencapaian tujuan Kawasan Konservasi?

Pemanfaatan air di luar kawasan konservasi berekosistem rawa/gambut yang berlebihan dan membuat rawa menjadi kering dan rentan kebakaran. Pembangunan di luar yang membuat kawasan terisolasi atau tidak terkoneksi dengan KK Lainnya

Perencanaan penggunaan lahan dan air yang berdekatan tidak memperhatikan kebutuhan kawasan konservasi, tetapi kegiatan yang ada tidak merugikan kelangsungan kawasan 1

RTRWkurang mendukung fungsi kawasan Contoh : pemanfaatan air di luar kawasan konservasi yang terletak di hulu

Planning Perencanaan penggunaan lahan dan air yang berdekatan sebagian memperhatikan kebutuhan jangka panjang kawasan konservasi 2 x

RTRW sebagian mendukung fungsi kawasan. Perencanaan penggunaan lahan dan air yang berdekatan sepenuhnya

memperhatikan kebutuhan jangka panjang kawasan konservasi 3

Universitas Sumatera Utara

Page 59: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

RTRW sesuai kaidah. Pembangunan di sekitar kawasan telah memadukan dengan kawasan konservasi, misal menyediakan konektifitas dengan KK lain, menyediakan buffer/penyangga kawasan, pengelolaan mempertimbangkan sistem DAS yang ada dll.

Nilai tambahan: Perencanaan lahan dan air 21a: Perencanaan lahan dan air untuk konservasi habitat

Perencanaan dan pengelolaan di dalam DAS atau lanskap (bentang lahan) lokasi kawasan konservasimemasukkan provisi untuk kondisi lingkungan yang memadai (cth. volume, kualitas dan waktu aliran air, tingkat polusi air, dll) untuk menjaga habitat yang relevan

1

0

0 Lansekap yang didalamnya terdapat KK sudah mempertimbangkan daya dukung lingkungan yang memadai untuk menjamin keberlangsungan habitat-habitat penting Contoh : kawasan di hilir, perencanaan di hulu harus mempertimbangkan potensi polusi air ke dalam kawasan

21b: Perencanaan lahan dan air untuk keterhubungan (konektifitas)

Pengelolaan koridor penghubung kawasan konservasimemberikan jalur bagi satwa liar menuju habitat kunci diluar kawasan konservasi (cth. memungkinkan ikan bermigrasi antara lokasi pemijahan air tawar dan laut atau memungkinkan migrasi satwa)

1

0 0

Apakah koridor sebagai jalur penghubung satwa berfungsi dengan baik. 21c: Perencanaan lahan dan air untuk jasa-jasa ekosistem dan konservasi spesies

"Perencanaan menjawab kebutuhan khusus ekosistem dan/atau kebutuhan spesies tertentu pada skala ekosistem (cth. volume, kualitas dan waktu aliran air tawar untuk kelangsungan spesies tertentu, pengelolaan api untuk menjaga habitat savana, dll)” 1

0 0

Apakah pembangunan di sekitar kawasan konservasi ,mempengaruhi ketersediaan dan kualitas air di dalam kawasan.

22. Pemerintah dan swasta di sekitar

Tidak ada komunikasi antara pengelola kawasan dan otoritas/pengelolalahan dan air di sekitar 0

Kerjasama dengan YEL hanya orangutan saja. Tapi kontribusi untuk pengelolaan CA tidak ada, hanya ada kepada

1

3

Sudah jelas Apakah ada kerjasama dengan pengguna lahan dan air di sekitar?

Ada komunikasi antara pengelola kawasan dan otoritas/pengguna lahan dan air disekitar tetapi hanya sedikit atau tidak ada kerjasama

1 X

Sudah jelas

Universitas Sumatera Utara

Page 60: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

Process Ada komunikasi antara pengelolakawasan dan otoritas/pengguna lahan dan air disekitar, tetapi hanya ada kerjasama terbatas 2

masyarakat.

Kerjasama pemanfaatan/penggunaan di luar kawasan Ada komunikasi regular antara pengelola kawasan dan otoritas/pengguna lahan

dan air disekitar, dan ada kerjasama subtantif dalam pengelolaan kawasan konservasi 3

Kerjasama antara pengelola dengan mitra disertai dengan forum penguat. Misal, terdapat forum pengelolaan seperti mitra Kutai, Gedepahala, dll

23. Masyarakat adat dan Masyarakat Asli/tradisional

Masyarakat adat dan masyarakat aseli/tradisional tidak dapat memberikan masukan dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan kawasan konservasi 0

0

0

Sudah jelas Apakah masyarakat adat dan masyarakat aseli/tradisional yang tinggal atau secara regular menggunakan kawasan konservasi dapat memberikan masukan dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan kawasan konservasi?

Masyarakat adat dan masyarakat aseli/tradisional dapat memberikan sedikit masukan dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan kawasan konservasitetapi tidak secara langsung berperan dalam pengelolaan

1

Masyarakat adat terlibat dalam konsultasi publik dalam penyususn RP dan zonasi/blok

Process Masyarakat adat dan masyarakat aseli/tradisional secara langsung berkontribusi terhadap beberapa pengambilan keputusan yang relevant terkait pengelolaan kawasan konservasi tetapi keterlibatan mereka perlu ditingkatkan 2

masyarakat adat dapat terlibat dalam penentuan sebagaian arah pengelolaan, missal zonasi/blok, jenis dan arah kegiatan dalam RP,kegiatan-kegiatan dalam zona/blok tradisonal.

Masyarakat adat dan masyarakat aseli/tradisional secara langsung berpartisipasi dalam semua pengambilan keputusan yang relevan terkait pengelolaan kawasan konservasi, cth. Co-management 3

Sudah jelas. 24. Masyarakat lokal Masyarakat lokal tidak dapat memberikan masukan dalam pengambilan

keputusan terkait dengan pengelolaan kawasan konservasi 0 masyarakat lokal terlibat dalam

1 3

Universitas Sumatera Utara

Page 61: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

Sudah jelas konsultasi publik dalam penyusunan rencana pengelolaan

Apakah masyarakat lokal yang tinggal ada berdekatan dengan kawasan konservasi dapat memberikan masukan?

Masyarakat lokal dapat sedikit memberikan masukan dalam diskusi terkait pengelolaan kawasan konservasi tetapi tidak memiliki peran langsung dalam pengelolaan 1 x

Masyarakat lokal terlibat dalam konsultasi publik dalam penyusunan RP dan zonasi/blok

Masyarakat lokal secara langsung berkontribusi terhadap beberapa pengambilan keputusan yang relevan terkait pengelolaan kawasan konservasi tetapi keterlibatan mereka dapat ditingkatkan 2

Process masyarakat lokal dapat terlibat dalam penentuan sebagaian arah pengelolaan, missal zonasi/blok, jenis dan arah kegiatan dalam RP,kegiatan-kegiatan dalam zona/blok tradisonal.

Masyarakat lokal secara langsung berpartisipasi terhadap semua pengambilan keputusan yang relevan terkait pengelolaan kawasan konservasi, cth co-manajemen 3

sudah jelas Nilai tambahan: Masyarakat lokal 24 a. Dampak terhadap masyarakat

Terdapat komunikasi dan kepercayaan yang terbuka antara masyarakat lokal dan/atau tradisional, para pihak dan pengelola kawasan konservasi 1

0 0

Ada forum reguler 24b. Dampak terhadap masyarakat

Terdapat program untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat 1 X

sudah jelas.program KKN-PPM

1 1 Sudah jelas

24c. Dampak terhadap masyarakat

Masyarakat lokal dan/atau tradisional secara aktif mendukung kawasan konservasi 1

0 0

Terdapat peraturan daerah/peraturan desa, adat istiadat (aktif) yang mendukung kelestarian kawasan

25. Keuntungan ekonomis Kawasan konservasitidak memberikan keuntungan ekonomis secara langsung bagi masyarakat lokal 0

Kawasan Suaka Alam tidak wajib mengisi, namun boleh mengisi seperti contohnya : CA Pulau Anak

0

0 Apakah KKmemberikan keuntungan ekonomis bagi masyarakat lokal, cth pendapatan, pekerjaan, pembayaran jasa lingkungan?

Sudah jelas Potensi keuntungan ekonomis secara langsung sudah diketahui dan direncanakan untuk direalisasikan 1

Pemanfaatan wisata alam atau jasa lingkungan

Universitas Sumatera Utara

Page 62: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

Terdapat aliran keuntungan ekonomi bagi masyarakat lokal 2 Krakatau, CA Pangandaran, CA Sempu, CA Padang Luway, CA Danau Besar, dll.

Outcomes Keuntungan ekonomi pada masyarakat masih bersifat sampingan Kawasan konservasi memberikan keuntungan ekonomi utama kepada

masyarakat lokal 3

Sebagai mata pencaharian utama masyarakat lokal bergantung pada kegiatan di dalam KK

26. Monitoring dan evaluasi Tidak ada monitoring dan evaluasi di kawasan konservasi 0 monev dilaksanakan secara reguler

Perlu dipergunakan untuk rekomendasi pengelolaan kawasan

2

3

Sudah jelas Apakah monitoring kegiatan pengelolaan mempengaruhi kinerja?

Terdapat kegiatan monitoring and evaluasi secara ad hoc, tetapi tidak ada strategi dan/atau kumpulan hasil secara regular 1

Monev dilakukan secara insidental Planning/Process Terdapat sistem monitoring dan evaluasi yang disepakati dan dilaksanakan tetapi

hasilnya tidak memberikan umpan balik pada pengelolaan 2 x

Monev dilaksanakan secara reguler Terdapat sistem monitoring dan evaluasi yang baik, dilaksanakan dengan baik

dan digunakan dalam manajemen adaptif 3

Dilaksanakan secara reguler dan adaptifKegiatan monitoring & evaluasi misalnya METT, SMART Patrol atau RBM

27. Fasilitas pengunjung Tidak ada fasilitas dan pelayanan bagi pengunjung meskipun kebutuhannya telah teridentifikasi 0

Kawasan Suaka Alam tidak wajib ada

0

0

Sudah jelas Apakah fasilitas pengunjung memadai?

Fasilitas dan pelayanan bagi pengunjung tidak memadai untuk tingkat kunjungan saat ini 1

Misal hanya ada papan informasi/papan penunjuk Fasilitas dan pelayanan bagi pengunjung cukup memadai untuk tingkat kunjungan

saat ini tetapi perlu ditingkatkan 2

KSA tidak wajib mengisi Terdapat papan informasi, papan petunjuk, gerbang dan ruang informasi Fasilitas dan pelayanan bagi pengunjung sangat baik untuk tingkat kunjungan saat

ini 3

Outputs Fasilitas lengkap (sanitasi, keselamatan, aksesibilitas, informasi, kenyamanan pengunjung)

Universitas Sumatera Utara

Page 63: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

28. Operator wisata komersil Sedikit/tidak ada hubungan antara pengelola kawasan dengan operator wisata yang menggunakan Kawasan Konservasi 0

KSA tidak wajib mengisi

0

0

Sudah jelas Apakah operator wisata komersil berkontribusi pada pengelolaan kawasan konservasi?

Terdapat hubungan antara pengelola kawasan dengan operator wisata tetapi sangat terbatas pada urusan administrasi atau peraturan

1

Terdapat operator luar KSA tidak wajib mengisi Terdapat kerjasama terbatas antara pengelola kawasan dengan operator wisata

untuk meningkatkan pengalaman pengunjung dan menjaga nilai-nilai kawasan konservasi 2

Terdapat IUPJWA Process Terdapat kerjasama yang baik antara pengelola kawasan dan operator wisata

untuk meningkatkan pengalaman pengunjung dan menjaga nilai-nilai kawasan konservasi 3

Kerjasama menyangkut penambahan pengalaman/edukasi pengunjung dalam konservasi

29. Pungutan (PNBP atau pungutan lain)

Meskipun secara teori pungutan diterapkan, tetapi pungutan tersebut tidak dikumpulkan 0

KSA tidak wajib mengisi

0

0

PNBP tidak dipungut di wilayah yang sudah ditetapkan dalam PP No 12/2014 Jika pungutan (cth. Biaya masuk atau denda) diterapkan apakah akan membantu pengelolaan KK?

Pungutan dikumpulkan, tetapi tidak ada kontribusi pada Kawasan Konservasi atau lingkungan sekitarnya

1

Pungutan hanya PNBP KSA tidak wajib mengisi Pungutan dikumpulkan, dan memberikan sedikit kontribusi pada Kawasan

Konservasi dan lingkungan sekitarnya 2

Ada mekanisme pungutan lain selain PNBP yang berkontribusi kepada kawasan/lingkungan sekitarnya

Inputs/Process Pungutan dikumpulkan dan memberikan kontribusi yang substansial untuk KK dan lingkungan sekitarnya 3

Belum ada mekanismenya di Indonesia 30. Kondisi nilai-nilai Banyak nilai-nilai keanekaragaman hayati, ekologis atau budaya yang penting 0 Saat ini jarang meningkatkn 2 3

Universitas Sumatera Utara

Page 64: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

sangat menurun/berkurang menjumpai rangkong dibanding 10 tahun belakangan

survey dan upaya perlindungan satwa

Bagamana kondisi dari nilai-nilai penting kawasan konservasi bila dibandingkan dengan saat penunjukan kawasan?

Tujuan pengelolaan pada saat penunjukan sudah punah Misal : Apabila badak jawa di TN Ujung Kulon punah

Beberapa nilai-nilai keanekaragaman hayati, ekologis atau budaya telah sangat menurun/berkurang

1

Misal : populasi badak sumatera di TNKS yang telah punah, namun masih ada fitur utama pengelolaan lain yang masih ada (harimau sumatera dll)

Outcomes Beberapa nilai-nilai keanekaragaman hayati, ekologis atau budaya sebagian menurun/berkurangtetapi nilai-nilai yang paling penting tidak terkena dampak secara signifikan 2 x

Fitur-fitur kawasan berkurang, tetapi fitur utama masih ada Nilai-nilai keanekaragaman hayati, ekologis atau budaya relatif utuh

3

Sudah jelas

Data berasal dari hasil monitoring. Mandat kelola utama harus ada datanya. Hasil monitoring bisa oleh mitra atau hasil riset

Universitas Sumatera Utara

Page 65: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

TAHU 2014PERI S-I Semester :

No Tanggal Luas (Ha) No Tanggal Luas (Ha) Pengesah No Tanggal Inti Rimba Pemanfaatan Lainnya No Tanggal Periode

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191 Balai Besar CA. Dolok Sibual Buali Mentan No.215/Kpts/Um/4/82 08 April 1982 5,000.00 SK.3590/Menhut-VII/KUH/2014 2 Mei 2014 5,012.00 - - - - - - - SK.123/IV-SET/2013 12 April 2013 2013-20222 KSDA CA. Dolok Sipirok Mentan No. 226/Kpts/Um/4/1982 4 Agustus 1982 6,970.00 SK.4183/Menhut-VII/KUH/2014 10 Juni 2014 7,208.53 - - - - - - - - Desember 20042005-20243 Simatera CA. Dolok Saut ZB No. 36 th 1924 04 Pebruari 1924 39.00 - - - - - - - - - - - Desember 20042005-20244 Utara CA. Batu Gajah ZB No. 24 th 1924 18 April 1924 0.80 - - - - - - - - - - - - -5 CA. Batu Ginurit ZB No.390 th 1934 19 Oktober 1934 0.50 - - - - - - - - - - - - -6 CA. Liang Balik ZB No.221 tahun 1934 11 Januari 1934 0.31 -7 CA. Dolok Tinggi Raja ZB No. 24 tahun 1924 18 April 1924 167.00 Menhut SK.93/Menhut-II/2014 24 Jan 2014 202.40 - - - - - - - SK.135/IV-SET/2014 20 Juni 2014 2014-20238 CA. Martelu Purba Menhut 471/Kpts-II/93 2 September 1993 195.00 - - - 5 Maret 2007 2006-20259 CA. Sibolangit ZB.37/38 tahun 1938 10 Maret 1938 95.15 Menhut SK.197/Menhut-II/2014 35 Feb 2014 120(95,15) -

10 SM. Barumun Menhut No.70/Kpts-II/1989 6 Februari 1989 40,330.00 SK.3888/Menhut-VII/KUH/2014 13 Mei 2014 36,260.91 - SK.125/IV-SET/2013 12 April 2013 2013-2022

11 SM. Dolok Surungan Mentan No. 43/Kpts/Um/2/1974 2 Feb 1974 23,800.00 SK.5349/Menhut-VII/KUH/201411 Agustus 2014, selisih luas : 2356,84 Ha

21,443.16 - - Desember 20042005-2024

12 SM. Siranggas Menhut No.71/Kpts-II/1989 6 Februari 1989 5,657.00 SK.3591/Menhut-VII/KUH/2014 2 Mei 2014 5,612.93 - SK.64/IV-SET/2012 16 April 2012 2011-2020

13 SM. Karang Gading Langkat Timur Laut

Menpan No.811/Kpts/Um/11/19805 November 1980 15,765.00 SK.5348/Menhut-VII/KUH/2014 11 Agust 2014 4,685.10 SK.118/IV-SET/2013 12 April 2013 2010-2019

14 TWA. Sibolangit SK. Mentan No.636/Kpts/Um/9/1982 September 1980 24.85 Menhut SK.197/Menhut-II/2014 35 Feb 2014 120 (24,85) Sudah SK.121/IV-SET/2013 12 April 2013 2013 - 2022

15 TWA. Lau Debuk DebukMentan 320/Kpts/Um/5/1980 jo SK Mentan No.611/Kpts-Um/8/1982

9 Mei 1980 7.00 - Proses SK.120/IV-SET/2013 12 April 2013 2013-2022

16 TWA. Deleng Lancuk Menhut 68/Kpts-II/1989 6 Februari 1989 435.00 - Proses SK.166/IV-SET/2013 19 April 2013 2013-202217 TWA. Sicike Cike Menhut No.78/Kpts-II/1989 7 Februari 1989 575.00 SK.4184/Menhut-VII/KUH/2014 10 Juni 2014 531.02 sudah SK.57/IV-SET/2012 2 April 2012 2011-202018 TWA. Sijaba Hutaginjang Menhut 592/Kpts-II/93 5 Oktober 1993 500.00 - - -19 TWA. Holiaday Resort Menhut 695/Kpts-II/1990 27 November 199 1,963.75 SK.3913/Menhut-VII/KUH/2014 14 Mei 2014 2,100.42 - -20 TB. Pulau Pini Menhut 347/Kpts-II/1996 5 Agsustus 1996 8,350.00 - Proses -

21 SA. Lubuk RayaMenhut SK.44/Menhut-II/2005 Jo SK.579/Menhut-II/2014

24 Juni 2014 3,050.00 SK.3590/Menhut-VII/KUH/2014 2 Mei 2014 2,982.17 - -

22 SA. Sei LeidongMenhut SK.44/Menhut-II/2005 Jo SK.579/Menhut-II/2014

24 Juni 2014 1,100.00 - - -

TABEL 1. DATA KAWASAN KONSERVASI

No Satuan Kerja Nama dan Fungsi Kawasan

SK Kawasan Zonasi/Blok Rencana PengelolaanPenunjukan Penetapan SK Penataan Zonasi/Blok Luas Zonasi/Blok SK. PENGESAHAN

Universitas Sumatera Utara

Page 66: PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN …

LAMPIRAN 3. Penjelasan Masing- Masing aspek METT

Penjelasan terhadap efektivitas pengelolaan Cagar Alam Sibolangit dengan rumus sebagai berikut :

PersentaseAspek = 𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑷𝑷𝑵𝑵𝒓𝒓𝑵𝑵𝒓𝒓𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵

𝑴𝑴𝑵𝑵𝑵𝑵𝒓𝒓𝑵𝑵𝑴𝑴𝑴𝑴𝑴𝑴𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝒓𝒓𝑵𝑵𝒓𝒓𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝒙𝒙𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿%

Aspek Konteks =3

3𝑋𝑋100% = 100% (EFEKTIF)

Aspek Perencanaan = 8

15𝑋𝑋100% = 60% (CUKUP EFEKTIF)

Aspek Input = 13

18𝑋𝑋100% = 72% (EFEKTIF)

Aspek Proses = 19

33𝑋𝑋100% = 56% (CUKUP EFEKTIF)

Aspek Output = 1

3𝑋𝑋100% = 33% (CUKUP EFEKTIF)

Aspek Outcome = 3

4𝑋𝑋100% = 75% (EFEKTIF)

Nilai Akhir Efektivitas = 𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑻𝑻𝑵𝑵𝑵𝑵𝒓𝒓𝑴𝑴𝑵𝑵𝑵𝑵𝒓𝒓𝑵𝑵𝑴𝑴𝑴𝑴𝑴𝑴𝑻𝑻𝑵𝑵𝑵𝑵𝒓𝒓

𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿% Nilai Akhir Efektivitas METT = 𝟒𝟒𝟒𝟒

𝟕𝟕𝟕𝟕𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿% = 62% (CUKUP EFEKTIF)

Universitas Sumatera Utara