pengumpulan datapenyajian data bab...

16
Pengumpulan Data Penyajian Data Penarikan Kesimpulan Reduksi Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada tanggal 15 Januari 2014, pengaturan tentang desa mengalami perubahan secara signifikan. Dari sisi regulasi desa atau dengan sebutan nama lain desa/desa adat telah diatur secara khusus, dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang juga lebih menempatkan desa sebagai fokus dari desentralisasi. Desa-desa di Indonesia akan mengalami reposisi dan pendekatan baru dalam pelaksanaan pembangunan dan tata kelola pemerintahannya. Pada hakikatnya Undang-Undang Desa memiliki visi dan rekayasa yang memberikan kewenangan luas kepada desa di bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa. Undang-Undang Desa juga memberi jaminan yang lebih pasti bahwa setiap desa akan menerima dana dari pemerintah melalui anggaran negara dan daerah yang jumlahnya berlipat, jauh diatas jumlah yang selama ini tersedia dalam anggaran desa. Kebijakan ini memiliki konsekuensi terhadap proses pengelolaannya yang seharusnya dilaksanakan secara profesional, efektif dan efisien, serta akuntabel yang didasarkan pada prinsip-prinsip manajemen publik yang baik agar terhindarkan dari resiko terjadinya penyimpangan, penyelewengan dan korupsi. Sejalan dengan visi Pemerintah untuk “Membangun Indonesia dari Pinggiran dalam Kerangka NKRI”, dialokasikan dana yang lebih besar pada APBNP 2015 untuk memperkuat pembangunan desa. Pengalokasian Dana Desa 1

Upload: dodung

Post on 11-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pengumpulan DataPenyajian DataPenarikan KesimpulanReduksi DataBAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

pada tanggal 15 Januari 2014, pengaturan tentang desa mengalami perubahan

secara signifikan. Dari sisi regulasi desa atau dengan sebutan nama lain desa/desa

adat telah diatur secara khusus, dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah yang juga lebih menempatkan desa sebagai fokus

dari desentralisasi. Desa-desa di Indonesia akan mengalami reposisi dan

pendekatan baru dalam pelaksanaan pembangunan dan tata kelola

pemerintahannya. Pada hakikatnya Undang-Undang Desa memiliki visi dan

rekayasa yang memberikan kewenangan luas kepada desa di bidang

penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan

kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa.

Undang-Undang Desa juga memberi jaminan yang lebih pasti bahwa setiap

desa akan menerima dana dari pemerintah melalui anggaran negara dan daerah

yang jumlahnya berlipat, jauh diatas jumlah yang selama ini tersedia dalam

anggaran desa. Kebijakan ini memiliki konsekuensi terhadap proses

pengelolaannya yang seharusnya dilaksanakan secara profesional, efektif dan

efisien, serta akuntabel yang didasarkan pada prinsip-prinsip manajemen publik

yang baik agar terhindarkan dari resiko terjadinya penyimpangan, penyelewengan

dan korupsi.

Sejalan dengan visi Pemerintah untuk “Membangun Indonesia dari

Pinggiran dalam Kerangka NKRI”, dialokasikan dana yang lebih besar pada

APBNP 2015 untuk memperkuat pembangunan desa. Pengalokasian Dana Desa

1

2

dilakukan dengan menggunakan alokasi yang dibagi secara merata dan alokasi

yang dibagi berdasarkan jumlah penduduk, luas wilayah, angka kemiskinan, dan

tingkat kesulitan geografis.

Pemerintah pusat dan DPR memiliki komitmen yang kuat terkait kebijakan

ini, yang dibuktikan dengan telah disetujuinya anggaran dana desa sejumlah Rp.

20,7 triliun dalam APBN-P 2015 yang akan disalurkan ke 74.093 desa1di seluruh

Indonesia. Pemerintah menargetkan agar anggaran tersebut dapat segera

tersalurkan secara merata ke seluruh desa-desa dan dapat dikelola dengan baik

oleh pemerintah desa terkait demi meningkatkan pembangunan di desa,

pemberdayaan masyarakat dan kemasyarakatan.

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa dan Desa Adat yang ditransfer

melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan

untuk membiayai penyelenggaran pemerintahan, pembangunan, serta

pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. Fokus penting dari penyaluran

dana ini lebih terkait pada implementasi pengalokasian Dana Desa agar bisa

sesempurna gagasan para inisiatornya. Skenario awal Dana Desa ini diberikan

dengan mengganti program pemerintah yang dulunya disebut PNPM Mekanisme

Penyaluran Dana Desa Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 tentang Desa, Pemerintah akan mengalokasikan Dana Desa melalui

mekanisme transfer kepada Kabupaten/Kota. Berdasarkan alokasi dana tersebut,

maka tiap Kabupaten/Kota mengalokasikannya kepada setiap desa berdasarkan

11 Jumlah desa mengacu pada Permendagri no. 39 tahun 2015 tentang kode dan data wilayah administrasi pemerintah

3

jumlah desa dengan memperhatikan jumlah penduduk (30%), luas wilayah (20%),

dan angka kemiskinan (50%)2. Hasil perhitungan tersebut disesuaikan juga dengan

tingkat kesulitan geografis masing-masing desa. Alokasi anggaran sebagaimana

dimaksud di atas, bersumber dari belanja pusat dengan mengefektifkan program

yang berbasis desa secara merata dan berkeadilan.

Ada 420 Kabupaten/Kota atau 96,77% dari seluruh Kabupaten/Kota se-

Indonesia yang seharusnya menerima transfer Dana Desa pada Tahap I, namun

ada 14 Kabupaten/Kota yang belum menerima alokasi Dana Desa dari pemerintah

pusat karena memang belum menyerahkan Peraturan Bupati/Walikota sebagai

syarat utama transfer Dana Desa3. Kabupaten/Kota yang belum menerima transfer

dana desa tahap I adalah Kabupaten Kepahiang (Bengkulu), Kabupaten

Majalengka (Jawa Barat), Kota Batu (Jawa Timur), Kabupaten Konawe

Kepulauan (Sulawesi Tenggara), Kabupaten Merauke, Kabupaten

Paniai, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten

Supiori, Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Mamberamo Puncak,

Kabupaten Puncak (Papua), dan Kabupaten Teluk Bintuni (Papua Barat). Sampai

batas waktu terakhir 30 juni 2015, daerah-daerah tersebut diketahui belum

menyerahkan peraturan Bupati/Walikota tentang Dana Desa sebagai syarat

transfer dana desa.

22 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN

33 http://nasional.republika.co.id/download tanggal 9 September 2015 jam 14.20 WIB

4

Sejak digulirnya pengalokasian Dana Desa tahap I pada bulan April 2015,

Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat menerima total anggaran Dana

Desa Sebesar Rp. 10.451.885.4444. Dana Desa yang sudah diterima Pemerintah

Kabupaten/Kota tersebut belum semuanya dicairkan ke rekening kas desa-desa di

wilayah Kabupaten Sumbawa Barat. Salah satu penyebabnya adalah karena

beberapa pemerintah desa belum menyerahkan draft RAPBDes untuk diajukan ke

pemerintah kabupaten/kota sebagai syarat utama pencairan Dana Desa dari Kas

Umum Daerah ke Rekening Kas Desa seehingga sampai saat ini Dana Desa yang

bersumber dari APBN tersebut masih tertahan di Kas Umum Daerah.

Salah satu desa di Kecamatan Brang Rea yang berada di wilayah Kabupaten

Sumbawa Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat yang menjadi perhatian peneliti

untuk meneliti tentang bagaimana pengelolaan Dana Desa tahun anggaran 2015

yang dilakukan oleh pemerintah desa yaitu Desa Sapugara-Bree.

Desa Sapugara-Bree akan menerima bantuan Dana Desa sebesar Rp.

315.487.387 yang dicairkan dalam III tahap yaitu: tahap I 40% (Rp. 125.950.000)

pada bulan April, tahap II 40% (Rp. 125.437.387) pada bulan Agustus, dan tahap

III 20% (Rp.64.100.000) pada bulan Oktober5.

Mengingat masih maraknya korupsi di daerah, dengan variatifnya

karakteristik desa, kompetensi aparatur dan regulasi yang relatif baru diduga

terdapat cukup banyak potensi korupsi dalam tiap tahapan penyaluran Dana Desa,

44 Rincian Dana Desa per kabupaten/kota 2015 PDF, diakses tanggal 12 september 2015 jam 13.31 WIB

55 Hasil wawancara dengan Sekretaris Desa (SekDes) Desa Sapugara-Bree pada tanggal 11 juli 2015

5

mulai dari proses perencanaan hingga tahap monitoring dan evaluasi. Apabila

melihat jumlah anggaran yang diberikan kepada desa melalui Dana Desa yang

jumlahnya bervariatif diterima oleh tiap-tiap desa tersebut yaitu hingga mencapai

Rp. 1 miliar untuk setiap desa, maka muncul pertanyaan apakah desa beserta

elemen yang ada akan mampu melaksanakan pengelolaan anggaran tersebut

secara baik?

Hal ini mengingat bahwa desa yang dulunya sebelum melaksanakan

pembangunan hanya mendapat bantuan keuangan yang terbatas dan

pengelolaannya masih sangat sederhana. Akan tetapi setelah Dana Desa

ditetapkan sebagai angggaran belanja pemerintah pusat seperti sekarang ini, desa

mendapatkan alokasi anggaran yang cukup besar dan pengelolaannya dilakukan

secara mandiri, sehingga keraguan terhadap kemampuan desa secara internal

untuk mengelola Dana Desa tersebut perlu dipertanyakan.

Adapun mengenai keterbatasan yang dimaksud tersebut, Wasistiono dan tahir

(2006:96) menyatakan bahwa, unsur kelemahan yang dimiliki oleh pemerintahan

desa pada umumnya yaitu: (1) Kualitas sumber daya aparatur yang dimiliki desa

pada umumnya masih rendah, (2) Belum sempurnanya kebijakan pengaturan

tentang organisasi pemerintah desa, (3) Rendahnya kemampuan perencanaan

ditingkat desa, sering berakibat pada kurangnya sinkronisasi antara output

(hasil/keluaran) implementasi kebijakan dengan kebutuhan dari masyarakat yang

merupakan input dari kebijakan, (4) Sarana dan prasarana penunjang operasional

administrasi pemerintah masih sangat terbatas, selain mengganggu efisiensi dan

efektivitas pelaksanaan pekerjaan, juga berpotensi menurunkan motivasi aparat

6

pelaksana, sehingga pada akhirnya menghambat pencapaian tujuan, tugas dan

pekerjaan.

Sudah banyak kasus korupsi yang terjadi dalam proses pendistribusian

anggaran pusat ke daerah (misal: kasus korupsi dalam Bansos, dana BOS dan

DAK Pendidikan) tentunya perlu disiapkan mekanisme dan peraturan yang jelas

untuk mencegah hal tersebut terjadi dalam pemberian anggara Dana Desa ini. Saat

ini kelengkapan regulasi dalam pengelolaan Dana Desa juga ditenggarai masih

minim, berubah-ubah, dan dirasakan sangat rumit oleh beberapa kepala desa di

beberapa daerah.

Selain Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, regulasi yang ada

yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-

Undang Desa, Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 yang kemudian

diubah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Dana Desa

yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan Permendagri

Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Keputusan Bersama

Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, Dan Menteri Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi Nomor 49 Tahun 2015 tentang Percepatan

Penyaluran, Pengelolaan Dan Penggunaan Dana Desa Tahun 2015, Peraturan

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun

2015 tentang Penentapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015.

Dari uraian penjelasan di atas, menarik peneliti untuk mengetahui lebih lanjut

mengenai proses pengelolaan Dana Desa yang bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam pelaksanaan pemerintahan desa di

7

Desa Sapugara-Bree Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat Nusa

Tenggara Barat. Sehingga judul dalam penelitian ini yaitu “Pengelolaan Dana

Desa Yang Bersumber Dari APBN”. (studi di Desa Sapugara-Bree

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat).

B. Rumusan Masalah

Dari masalah-masalah yang melatarbelakangi di atas maka dalam hal ini

penyusun merumuskan masalah sebagai berikut:

Bagaimana Pengelolaan Dana Desa Yang Bersumber Dari APBN yang

dilakukan oleh Pemerintah Desa Sapugara-Bree Kecamatan Brang Rea Kabupaten

Sumbawa Barat?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian adalah menjawab apa yang ada dalam rumusan

masalah, adalah:

Untuk Bagaimana Pengelolaan Dana Desa Yang Bersumber Dari APBN yang

dilakukan oleh Pemerintah Desa Sapugara-Bree Kecamatan Brang Rea Kabupaten

Sumbawa Barat.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Dapat dijadikan wacana dan referensi bagi para akademisi baik mahasiswa

Ilmu Pemerintahan dan mahasiswa lainnya.

b. Sebagai bahan peningkatan wawasan dan dan ilmu pengetahuan tentang

bagaimana pengelolaan Dana Desa yang bersumber dari APBN.

2. Secara Praktis

8

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan menyumbangkan

pemikiran kepada Pemerintah Desa Sapugara-Bree Kecamatan Brang Rea

Kabupaten Sumbawa Barat sebagai salah satu pertimbangan dalam pelaksanaan

kebijakan pengelolaan Dana Desa yang bersumber dari APBN, serta sebagai

bahan pembanding atau lanjutan atas penelitian yang serupa

E. Definisi Konseptual

Definisi konseptual menguraikan tentang beberapa istilah atau

konsep yang terkait pada penelitian yang dilakukan. Adapun konsep-konsep yang

dibuat dalam penelitian ini agar terfokus sesuai dengan tujuan yang dicapai oleh

peneliti, sehingga batasan-batasannya tidak keluar dari konteksnya adalah sebagai

berikut:

1. Pengelolaan Keuangan Desa

Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai

dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan

dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Dana Desa yang di transfer ke desa

melalui rekening kas umum desa adalah sepenuhnya menjadi pendapatan desa

yang masuk ke APBDes. APBDes dikelola oleh Kepala Desa selaku pemegang

kekuasaan pengelolaan keuangan desa yang karena jabatannya mempunyai

kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan desa dibantu

oleh Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) yang berasal dari

unsur perangkat desa untuk melaksanakan pengelolaan keuangan desa dan peran

Sekretaris Desa yang bertindak sebagai koordinator pelaksanaan pengelolaan

9

keuangan. Keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel,

partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran6.

2. Dana Desa

Penetapan definisi, pengalokasian dan mekanisme transfer untuk Dana Desa

ini diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 60 tahun 2014 tentang Dana Desa

yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Berdasarkan PP

No. 60 tahun 2014, Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer

melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota dan

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan

pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 ini kemudian direvisi kembali

menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015. Substansi yang dirubah

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 ke Peraturan Pemerintah

Nomor 22 Tahun 2015 adalah pada formula alokasi atau pembagian Dana Desa

dari pusat ke kabupaten dan dari kabupaten ke desa.

Dana Desa adalah dana bantuan yang dialokasikan kepada Pemerintah Desa

yang digunakan untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat, kelembagaan

dan prasarana desa yang diperlukan serta diprioritaskan oleh masyarakat, yang

pemanfaatan dan administrasi pengelolaannya dilakukan dan dipertanggung

jawabkan oleh Kepala Desa. Maksud pemberian Dana Desa adalah sebagai

66 Salinan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa

10

bantuan stimulan atau dana perangsang untuk mendorong dalam membiayai

program Pemerintah Desa yang ditunjang dengan partisipasi swadaya gotong-

royong masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan

pemberdayaan masyarakat.

Tujuan pemberian Dana Desa antara lain meliputi7:

a. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan

pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai dengan

kewenangannya.

b. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara

partisipatif sesuai dengan potensi yang dimiliki.

c. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan

berusaha bagi masyarakat desa serta dalam rangka pengembangan

kegiatan sosial ekonomi masyarakat.

d. Mendorong peningkatan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat.

Dana Desa yang dianggarkan oleh pemerintah pusat secara nasional dalam

APBN setiap tahun harus dapat dikelola secara tertib, taat pada ketentuan

peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan

bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan serta

mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat setempat.

F. Definisi Operasional

77 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN

11

Definisi operasional merupakan suatu definisi yang diberikan peneliti sendiri

dan menjelaskan bagaimana peneliti itu mengukur variabel-variabel yang terdapat

dalam penelitiannya dengan menggunakan pendekatan beberapa indikator antara

lain sebagai berikut: Pengalokasian Dana Desa oleh pemerintah pusat yang

diberikan setiap tahun kepada desa-desa dan ditetapkan di dalam APBN adalah

diprioritaskan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan,

pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. Kinerja Pemerintah Desa

Sapugara-Bree Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat dalam

Pengelolaan Dana Desa yang bersumber dari APBN:

1. Penunjukan Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) oleh Kepala Desa

2. Penyusunan rencana kegiatan pengelolaan anggaran

3. Pelaksanaan rencana kegiatan pengelolaan anggaran

4. Pelaporan penggunaan anggaran

G. Metode Penelitian

Untuk mencapai suatu tujuan maka metode merupakan salah satu bagian

yang terpenting dalam penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan approach (pendekatan) kualitatif, merupakan

penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara holistic-

kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri

peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan

cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna

12

(perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Jenis penelitian

deskriptif, dimana peneliti berusaha untuk menggambarkan atau mengumpulkan

informasi mengnai status atau gejala yang ada. Peneliti berusaha untuk

mengumpulkan informasi mengenai proses pengelolaan Dana Desa yang

bersumber dari APBN mulai dari tahap awal yaitu pencairan Dana Desa sampai

tahap akhir yaitu pelaporan penggunaan Dana Desa.

2. Sumber Data

a. Primer

Yaitu melakukan dengan teknik wawancara langsung kepada pihak yang

terkait yaitu Sekretaris Desa sebagai ketua Tim Pelaksana Kegiatan

(TPK) pengelolaan Dana Desa yang bersumber dari APBN dan seluruh

lapisan masyarakat yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam

pelaksaan pengelolaan Dana Desa di Desa Sapugara-Bree Kecamatan

Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat.

b. Sekunder

Yaitu teknik mencari data melalui sumber informasi yang ada seperti,

buku-buku, internet, majalah, koran, artikel, jurnal, dan sumber-sumber

data lainnya yang berkaitan dengan Pengelolaan Dana Desa yang

bersumber dari APBN di Desa-Desa beberapa daerah di Indonesia.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

13

Yaitu metode pengumpulan data dengan jalan pengamatan dan

pencatatan secara langsung dengan sistematis terhadap fenomena-

fenomena yang diselidiki. Dalam observasi penelitian ini dengan tujuan

langsung turun ke Desa Sapugara-Bree Kecamatan Brang Rea kabupaten

Sumbawa Barat dan untuk melihat proses pelaksanaan kegiatan dan

menganalisa kebijakan-kebijakan yang diambil dalam pengelolaan

anggaran tersebut guna memperoleh data lengkap dari pihak-pihak yang

terkait.

b. Wawancara

Wawancara digunakan untuk memperoleh beberapa jenis data dengan

teknik komunikasi secara langsung. Wawancara ini dilakukan dengan

acuan catatan-catatan mengenai pokok masalah yang akan ditanyakan.

Sasaran wawancara yaitu dengan pihak-pihak yang terlibat dalam

pengelolaan Dana Desa yang bersumber dari APBN di Desa Sapugara-

Bree Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi sebagai data skunder

dilakukan dengan cara mencari buku-buku atau referensi dokumen-

dokumen obyek penelitian khususnya tentang pengelolaan Dana Desa

yang bersumber dari APBN.

4. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang

situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Karena sebagai subyek mampu

14

memberikan informasi yang seluas-luasnya, maka dalam penelitian ini

peneliti sangat berhati-hati dalam menentukan informan, agar mendapatkan

informasi yang valid dan lengkap. Untuk mendapatkan informasi penyusun

memilih subyek sebagai berikut:

a. Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Dana Desa yang bersumber dari

APBN Desa Sapugara-Bree Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa

Barat

b. Masyarakat Desa Sapugara-Bree Kecamatan Brang Rea Kabupaten

Sumbawa Barat

5. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Sapugara-Bree Kecamatan Brang

Rea Kabupaten Sumbawa Barat.

6. Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan peneliti adalah

teknik analisa data secara kualitatif, yaitu dengan cara mengumpulkan

berbagai sumber informasi dan data kemudian digeneralisasikan. Analisis

data merupakan langkah terakhir sebelum didapatkan satu kesimpulan. Oleh

karena itu teknik analisis data diperlukan dalam penelitian guna memperoleh

gambaran yang jelas dan terperinci tentang objek yang diteliti. Dalam

penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan

analisis deskriptif.

Setelah data dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif selanjutnya

akan membahas permasalahan sampai pada penarikan kesimpulan. Dalam

15

penelitian ini menggunakan analisis kualitatif model tersebut interaktif yang

dikemukakan oleh Miles dan Haberman melalui empat tahapan.

Gambar 1.1Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif

Sumber: Miles dan Haberman (Sugiyono, 2010:183)

Miles dan Habeman (1984) menyatakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan dengan cara interaktif dan berlangsung

secara terus menerus sampai tuntas, hingga sampai pada data yang jenuh.

Aktivitas dalam analisis data yaitu pengumpulan data, reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Keterangan:

a. Pengumpulan Data

Kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperoleh

dari subyek penelitian yang ada relevansinya dengan perumusan

16

masalah dan tujuan penelitian. Dalam pengumpulan data ini peneliti

mengumpulkan data yang terkait dengan judul penelitian.

b. Reduksi Data

Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada

penyederhanaan, keabstrakan dan transformasi data awal yang muncul

dari catatan dilapangan. Peneliti mengedit data dengan cara memilih

bagian data untuk dikode, dipakai dan yang diringkas serta

dimasukkan dalam kategori yang diteliti. Reduksi data dilakukan

secara terus menerus selama penelitian dilakukan.

c. Penyajian Data

Sekumpulan data yang diorganisir sehingga dapat memberi deskripsi

menuju penarikan kesimpulan. Penyajian data harus mempunyai

relevansi yang kuat dengan perumusan masalah secara keseluruhan

dan disajikan secara sistematis.

d. Penarikan Kesimpulan

Proses penarikan kesimpulan merupakan bagian penting dari kegiatan

penelitian karena merupakan kesimpulan dari penelitian. Proses

penarikan kesimpulan ini bermaksud untuk menganalisis, mencari

makna dari data yang ada sehingga dapat ditemukan dlam penelitian

yang telah dilakukan.