pengukuran waterpass

Upload: sehastra

Post on 13-Oct-2015

689 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 1

    PENGUKURAN WATERPASS

    A. DASAR TEORI

    Waterpass adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau menentukan

    sebuah benda atau garis dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal maupun

    horizontal. Ada banyak jenis alat waterpass yang digunakan dalam pertukangan,

    tapi jenis yang paling sering dipergunakan adalah waterpass panjang 120 cm yang

    terbuat dari bahan kayu dengan tepi kuningan, dimana alat ini terdapat dua buah

    alat pengecek kedataran baik untuk vertikal maupun horizontal yang terbuat dari

    kaca dimana didalamnya terdapat gelembung cairan, dan pada posisi pinggir alat

    terdapat garisan pembagi yang dapat dipergunakan sebagai alat ukur panjang.

    Hasil-hasil dari pengukuran waterpass di antaranya digunakan untuk

    perencanaan jalan, jalan kereta api, saluran, penentuan letak bangunan gedung yang

    didasarkan atas elevasi tanah yang ada, perhitungan urugan dan galian tanah,

    penelitian terhadap saluran-saluran yang sudah ada, dan lain-lain.

    Dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering digunakan, yaitu

    :

    Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum

    dianggap sama dengan garis unting-unting.

    Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada setiap

    titik. Bidang horisontal berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut.

    Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk

    ketinggian, misalnya permukaan laut rata-rata.

    Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang

    datum.

    Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya

    terhadap datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah

    sekelilingnya.

    Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu

    teropong horisontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horisontal adalah

    nivo, yang berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya.

    Dalam menggunakan alat ukur waterpass harus dipenuhi syarat-syarat sbb :

  • 2

    Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.

    Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I.

    Benang silang horisontal harus tegak lurus sumbu I.

    Pada penggunaan alat ukur waterpass selalu harus disertai dengan rambu

    ukur (baak). Yang terpenting dari rambu ukur ini adalah pembagian skalanya harus

    betul-betul teliti untuk dapat menghasilkan pengukuran yang baik. Di samping itu

    cara memegangnya pun harus betul-betul tegak (vertikal). Agar letak rambu ukur

    berdiri dengan tegak, maka dapat digunakan nivo rambu . Jika nivo rambu ini tidak

    tersedia, dapat pula dengan cara menggoyangkan rambu ukur secara perlahan-lahan

    ke depan, kemudian ke belakang, kemudian pengamat mencatat hasil pembacaan

    rambu ukur yang minimum. Cara ini tidak cocok bila rambu ukur yang digunakan

    beralas berbentuk persegi.

    Pada saat pembacaan rambu ukur harus selalu diperhatikan bahwa :

    2BT = BA + BB

    Adapun : BT = Bacaan benang tengah waterpass

    BA = Bacaan benang atas waterpass

    BB = Bacaan benang bawah waterpass

    Bila hal diatas tidak terpenuhi, maka kemungkinan salah pembacaan atau

    pembagian skala pada rambu ukur tersebut tidak benar.

    Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ada dua macam pengukuran waterpass

    yang dilaksanakan, yaitu :

    1. Pengukuran Waterpass Memanjang

    Pengukuran waterpass memanjang adalah suatu metode pengukuran

    untuk menentukan beda tinggi antara dua buah titik di permukaan bumi yang

    letaknya berjauhan, atau dengan kata lain untuk mendapatkanketinggian titik-

    titik utama yang telah diorientasikan di permukaan bumi denganmembagi

    jarak antara titik secara berantai atau menjadi slag-slag yang kecil

    secaramemanjang yang ditempuh dalam satu hari pergi-pulang.Hal-hal yang

    perlu diperhatikan dalam pengukuran sipat datar / waterpass memanjang,

    antara lain:

  • 3

    1. Menghilangkan kesalahan nol skala rambu yaitu dengan menentukan

    slaggenap dalam satu seksi pengukuran beda tinggi (pengukuran

    pergi- pulang).

    2. Kalibrasi alat sebelum melakukan pengukuran

    3. Usahakan jarak dari alat ke rambu belakang sama dengan dari alat

    kerambu muka, untuk mengantisipasi adanya garis bidik tidak sejajar

    garisarah nivo.

    Gunakan nivo rambu agar rambu ukur benar-benar tegak.

    2. Pengukuran Waterpass Melintang

    Pengukuran Waterpass melintang adalah untuk menentukan elevasi

    titik-titik dengan bantuan tinggi garis bidik yang diketahuidari keadaan beda

    tinggi tanah yang tegak lurus di suatu titik tertentu terhadapgaris rencana

    (sumbu proyek) yang didapat dari hasil pengukuran sipat datar

    profilmemanjang.Profil melintang dibuat tegak lurus dengan sumbu proyek

    dan padatempat-tempat penting. Jarak antara profil melintang pada garis

    proyek melengkung atau belokan, maka jaraknya dibuat lebih rapat daripada

    jarak terhadap garis proyek yang lurus. Profil melintang harus dibuat di titik

    awal danakhir garis proyek melengkung, dan untuk profil ke kiri dan ke

    kanannya dibuatlebih panjang dari profil yang lain.

    Rumus-rumus yang digunakan dalam pengukuran waterpass adalah :

    a. Pengukuran Waterpas Memanjang

    Beda tinggi antara titik A dan B adalah :

    hP1P2 = BTP1 BTP2

    Adapun : hP1P2 = beda tinggi antara titik P1 dan P2

    BTP1 = bacaan benang tengah di titik P1

    BTP2 = bacaan benang tengah di titik P2

    Jarak antara A dengan P1 adalah :

    do = 100 (BAP1 BBP1)

    Adapun : dAP = jarak antara titik A dan P

    BAA = bacaan benang atas di titik A

    BBA = bacaan benang bawah di titik A

  • 4

    Dalam pengukuran waterpass memanjang, pesawat diletakkan di tengah-

    tengah titik yang akan diukur. Hal ini untuk meniadakan kesalahan akibat tidak

    sejajarnya kedudukan sumbu teropong dengan garis arah nivo.

    b. Pengukuran Waterpass Melintang

    Beda tinggi antara titik 1 dan 2 adalah :

    h12 = BT1 BT2

    Adapun : h12 = beda tinggi antara titik 1 dan titik 2

    BT1 = bacaan benang tengah di titik 1

    BT2 = bacaan benang tengah di titik 2

    Beda tinggi antara titik 1 dan titik P adalah :

    h1P = BT1 TP

    Adapun : h1P = beda tinggi antara titik 1 dan titik P

    BT1 = bacaan benang tengah di titik 1

    TP = tinggi pesawat

    Alat ukur waterpas dapat di golongkan ke dalam beberapa jenis, yakni :

    a. Type semua tetap (dumpy level), dimana teropong dengan nivo menjadi

    satu, penyetelan kedudukan teropong di lakukan dengan tiga sekrup

    pengatur.

    b. Type nivo refreksi (wye level), dimana teropong dapat di putar pada

    sumbu memanjangnya.

    c. Type semua tetap dengan sekrup pengungkit (dumpy tilting level), pada

    jenis ini sumbu teropong dapat di setel dengan menggunakan sekrup

    pengungkit (tilting screw).

    d. Type otomatis (automatic level), Pada jenis ini kedudukan sumbu

    teropong akan horizontal secara otomatis karena di dalamnya di

    lengkapi dengan prisma-prisma yang di gantungkan pada plat baja.

    e. Hand level, dimana alat ini hanya terdiri dari teropong yang di lengkapi

    dengan nivo, sedangkan cara menggunakannya cukup di pegang dengan

    tangan.

  • 5

    B. Syarat-Syarat Pemakaian Waterpass

    Adapun syarat-syarat pemakaian alat waterpass pada umumnya adalah:

    a. Syarat dinamis:

    1. Sumbu I vertical

    b. Syarat statis, antara lain :

    1. Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo

    2. Garis arah nivo tegak lurus sumbu I

    3. Garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu I

    Urutan persyaratan statis memang demikian. Namun agar pengaturannya lebih

    sistematis dan tidak berulang-ulang, urutan pengaturannya dibalik dari poin 3 ke 1.

    1. Mengatur Garis Mendatar Diafragma Tegak Lurus Sumbu I

    Pada umumnya garis mendatar diafragma (benang silang mendatar) telah

    dibuat tegak lurus sumbu I oleh pabrik yang memproduksi alat ukur.

    2. Mengatur Garis Arah Nivo Tegak Lurus Sumbu I

    Pada alat ukur waterpass tipe semua tetap tanpa skrup ungkit, syarat ini

    penting sekali. Namun pada alat dengan skrup ungkir, syarat ini agak sedikit

    longgar karena apabila ada sedikit pergeseran nivo dalam pengukuran, dapat

    diseimbangkan dengan skrup ungkir ini. Adapun maksud dari persyaratan ini

    adalah apabila sumbu I telah dibuat vertikal, kemana pun teropong diputar,

  • 6

    gelembung nivo akan tetap seimbang. Ini berarti garis bidik selalu mendatar

    karena garis bidik telah dibuat sejajar dengan garis arah nivo.

    3. Membuat Garis Bidik Sejajar Garis Arah Nivo

    Pada alat ukur waterpass, yang diperlukan adalah garis bidik mendatar.

    Untuk mengetahui apakah garis bidik sudah betul-betul mendatar atau belum,

    digunakan nivo tabung. Jika gelembung nivo seimbang, garis arah nivo pasti

    mendatar. Dengan demikian, jika kita bisa membuat garis bidik sejajar dengan

    garis arah nivo, garis arah nivo pasti mendatar.

    Jarak bidik optimum waterpass berkisar antara 40-60 m. Berikut contoh

    pengukuran dengan alat ukur waterpass.

    Apabila alat didirikan di antara dua buah rambu, maka antara dua buah

    rambu dinamakan slag yang terdiri dari bidikan ke rambu muka dan rambu

    belakang. Selain garis bidik atau benang tengah (BT), teropong juga dilengkapi

    dengan benang stadia yaitu benang atas (BA) dan benang bawah (BB). Selain untuk

    pengukuran jarak optis, pembacaan BA dan BB juga sebagai kontrol pembacaan

    BT di mana seharusnya pembacaan 2BT=BA+BB

    Apabila jarak antara dua buah titik yang akan diukur beda tingginya relatif

    jauh, maka dilakukan pengukuran berantai. Pada metode ini, pengukuran tak dapat

    dilakukan dengan satu kali berdiri alat. Oleh karena itu antara dua buah titik kontrol

    yang berurutan dibuat beberapa slag dengan titik-titik bantu dan pengukurannya

    dibuat secara berantai (differential lavelling).

    Seperti halnya pengukuran jarak dan sudut, pengukuran beda tinggi juga tidak

    cukup dilakukan dengan sekali jalan, tetapi dibuat pengukuran pergi pulang, yang

    pelaksanaannya dapat dilakukan dalam satu hari (dinamakan seksi), serta dimulai

    dan diakhiri pada titik tetao. Gabungan beberapa seksi dinamakan trayek.

  • 7

    Persamaan yang berlaku dalam sipat datar :

    a. Waterpas terbuka : h akhir h awal......................................... (II. p)

    b. Waterpas tertutup : 0 (II. q)

    Gambar 2.6. Penentuan beda tinggi dengan sipat datar

    Keterangan gambar :

    A dan B : titik di atas permukaan bumi yang akan diukur Beda tingginya

    a dan b : bacaan atau tinggi garis mendatar di titik A dan B

    Ha dan Hb : ketinggian titik A dan B di atas bidang referensi

    hAB : beda tinggi antara titik A dan B

    C. Tujuan Pengukuran Sipat Datar

    Tujuan Intruksional Umum

    Mahasiswa mampu memahami, mendeskripsikan, dan mengaplikasikan berbagai

    metode pengukuran beda tinggi dengan pesawat penyipat datar pada praktik

    pengukuran dan pemetaan ilmu ukur tanah.

    Tujuan Instruksi Khusus

    1. Mahasiswa mampu melakukan survei ke lapangan berkenaan dengan tugas

    yang diberikan.

    2. Mahasiswa dapat menentukan letak patok-patok pengukuran dan

    pengkondisian dalam jumlah slag yang genap.

    3. Mahasiswa mampu mematok rencana pematokan itu di lapangan.

    4. Mahasiswa mampu mengetengahkan gelembung nivo dengan cara

    menggerakkan 2 skrup kaki kiap ke dalam atau keluar saja, dan

    menggerakkan 2 sekrup kaki kiap ke kanan atau ke kiri saja, dilakukan secara

    interaktif sehingga gelembung nivo itu benar-benar di tengah dianggap bahwa

    garis bidik sejajar dengan gelembung nivo.

  • 8

    5. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran kesalahan garis bidik dengan

    kedudukan alat pada stand 1 dan stand 2, di mana rumus kesalahan garis bidik

    adalah (benang tengah belakang stand 1 benang tengah muka 1) - (benang

    tengah belakang stand 2 - benang tengah muka stand 2) (jarak belakang stand

    1 - jarak muka stand 1) - (jarak belakang stand 2 - jarak muka stand 2).

    6. Mahasiswa mampu mendirikan alat pada slag 1 dan slag-slag selanjutnya

    yang letaknya kira-kira di tengah antara dua rambu serta mampu membaca

    benang atas, tengah, dan bawah rambu belakang, benang atas, tengah, dan

    bawah rambu muka dan jarak muka dan jarak belakang.

    D. Bagian-Bagian Dari Waterpass

    Ada berbagai macam peralatan sipat datar yang dugunakan dalam pengukuran,

    antara lain sebagai berikut :

    1. Waterpass

    Waterpass ini dipasangkan di atas kaki tiga dan pandangan dilakukan

    melalui teropong. Ada beberapa macam bagian-bagian dari waterpass,

    antara lain:

    2. Lup

    Lensa yang bisa disetel menjadi alat pengamat melakukan pembidikan. Lup

    tersebut diputar agar salib sumbu bidik berada dalam fokus.

    3. Teropong

    Tabung yang menjaga agar semua lensa dan gigi fokus berada pada posisinya

    yang benar.

    4. Penahan sinar

    Sebuah tudung metal atau plastik yang dipasang di atas lensa obyektif untuk

    melindungi lensa tersebut dari kerusakan dan untuk mengurangi silau pada

    waktu level digunakan.

    5. Tombol fokus

    Sebuah tombol pengatur yang memfokuskan level sacara internal terhadap

    target yang dikehendaki.

    6. Sekrup-sekrup level

  • 9

    Sekrup-sekrup pengatur yang dipaki untuk mendatangkan level.

    7. Alas

    Alas tipis berukuran 3 x 8 yang mengikat alat pada tripod.

    8. Unting-unting, kait dan rantai

    Kait dan rantai ditempatkan tepat di tengah-tengah di bawah level,

    tempat unting-unting digantung bila sudut pandang akan diputar.

    9. Sumbu yang dapat digeser-geser

    Sebuah alat yang dimaksudkan untuk memungkinkan ditempatkannya

    sumbu alat tepat di atas suatu titik tertentu.

    10. Nama dan nomor seri plat.

    11. Sekrup tengensial horizontal.

    Sebuah sekrup pengatur untuk memperkirakan kelurusan antara salib sumbu

    bidik dan sasaran bidang horizontal.

    12 Tabung nivo.

    Sebuah tabung gelas bergraduasi yang berisi cairan yang sejajar dengan

    garis bidik teropong.

    13. Kaki tiga

    Kaki tiga digunakan untuk menyangga alas waterpass dan menjaganya tetap

    stabil selama pengamatan. Kaki tiga ini mempunyai dua baut yaitu baut

    pertama digunakan untuk menentukan sambungan kaki dengan kepala

    sedangkan baut kedua digunakan untuk penyetelan kekerasan penggerak

    engsel antara kaki tiga dengan kepalanya.

    14. Mistar ukur / rambu ukur

    Mistar ukur adalah sebuah pita ukur yang ditopang vertikal dan digunakan

    untuk mengukur jarak vertikal antara garis bidik dan sebuah titik tertentu

    yang berada di atas atau di bawah garis bidik tadi.

    Rambu ini terbuat dari bahan kayu atau aluminium. Panjangnya 3 meter

    (ada yang 4 dan 5 meter). Yang penting dari rambu ukur ini adalah pembagian

    skalanya harus betul-betul teliti untuk dapat menghasilkan pengukuran yang baik.

    Di samping itu cara memegangnya harus benar-benar tegak (vertikal).

    E. Kelemahan dan kelebihan waterpass

  • 10

    A Kelebihan Waterpass

    1) Memiliki ketelitian yang cukup tinggi

    2) Mampu melakukan pengukuran beda tinggi secara lebih cepat

    3) Centering lebih cepat karena hanya centering untuk nivo kotak

    B Kelemahan Waterpass

    1) Gerakan teropong sipat datar terbatsr sehingga kurang mampu

    membidik area curam.

    F. Kesalahan Pada Pengukuran

    Kesalahan pada pengukuran dengan Waterpass pada umumnya bersumber

    pada surveyor, alat maupun alam;

    A Kesalahan Surveyor:

    Kekeliruan dalam membaca angka pada rambu dapat diatasi dengan

    membaca ketiga benang diafragma.

    B Kekeliruan penulis dalam mencatat data ukur.

    Karena kesalahan pemegang rambu waktu menempatkan rambu di atas

    titik sasaran.

    C Kesalahan Alat:

    Karena garis bidik tidak sejajar dengan garis arah nivo.Hal ini dapat

    dihindarkan dengan menempatkan alat di tengah-tengah rambu belakang

    dan rambu muka (dp = dm) atau usahakan jumlah jarak rambu belakang =

    jumlah jarak muka.

    D Kesalahan karena Garis Nol Skala dan kemiringan Rambu.

    Misalnya letak garis nol skala pada rambu A dan B tidak betul,maka

    hasil pembacaan pada rambu A harus di koreksi Ka dan pada rambu B

    sebesar Kb.Misalnya dalam keadaan rambu tegak pembacaan akan

    menunjukanangka a, sedangkan pembacaan pada waktu rambu miring

    sebesar . Dari penelitian pengaruh miringnya rambu tidak dapat

    dihilangkan sehingga agar mendapatkan hasil beda tinggi yang lebih baik

    haruslah di gunakan nivo rambu yang baik.

    E Kesalahan Akibat Alam:

  • 11

    Akibat refraksi cahaya, Sinar cahaya yang datang dari rambu ke alat

    penyipat datar karena melaluilapisan-lapisan udara yang berbeda baik

    kepadatan, tekanan maupun suhunya maka sinar yang datang bukanlah lurus

    melainan melengkung. Misalkan pembacaan rambu karena melengkungya

    sinar adalah b dan m. Pembacaan seharusnya yang mendatar adalah b dan

    m. Agar mendapatkan harga b dan m yang mendatar maka harus di beri

    koreksi sebesar bb dan mm sehingga beda tinggi : tab =b a =(b + b b)

    -(m + m m) = (b m) + (b b + m m) Bila (b b mm) = 0 atau b b

    = m m, maka tab = b m. b b akan sama dengan m m bilajarak dari alat

    penyipat datar ke rambu belakang sama dengan jarak ke rambu muka (db =

    dm) Dengan demikian pengaruh refraksasi dapat di hilangkan bila

    jarakbelakang sama dengan jarak muka atau jumlah jarak belakang sama

    dengan jumlah jarak muka.

    F Kesalahan akibat lengkungan Bumi

    Sesuai dengan prinsip dasar pengukuran beda tinggi, maka beda

    tinggi antara titik A dan B sama denagn jarak antara bidang nivo melalui

    titik A dan bidang nivo yang melalui b. Pengaruh kelengkngan bumi pada

    rambu belakang adalah bb sedangkan pada rambu muka adalah mm.

    G Kesalahan akibat masuknya statif Sipat Datar terlalu dalam ke tanah

    Alat penyipat datar selama pengukuran mungkin saja bergerak kesamping

    ataupun ke bawah, sehingga gelembung nivo pada alat penyipatdatar tidak

    di tengah lagi, dengan demikian garis bidik tidak mendatar lagi.Meskipun

    demikian alat penyipat datar dapat saja bergerak ke dalam tanahtetapi

    gelembung nivo tetap di tengah. Masuknya statip penyipat datar kedalam

    tanah akan memberi pengaruh pada hasil pengukuran. Pengaruh masuknya

    statip penyipat datar ke dalam tanah dapat di hilangkan dengan cara

    pengukuran sebagai berikut:

    - Baca rambu belakang, kemudian rambu muka,

    - Alat penyipat datar di pindah,

    - Baca rambu muka, kemudian rambu belakang.

    H Kesalahan karena panasnya sinar matahari dan getaran udara

  • 12

    Alat penyipat datar apabila selalu kena sinar matahari maka

    akan menimbulkan perubahan pada gelembung nivo sehingga akan

    mengakibatkan kesalahan pada hasil pengukuran. Untuk menghindari hal

    tersebut pada waktu pengukuran alat penyipat datar harus di lindungi

    dengan payung. Pengaruh getaran udara ini dapat di hindari dengan

    melakukan pengukuran pada waktu lapisan udara tenang yaitu waktu pagi

    dan sore.

    I Ketelitian Leveling

    Ketelitian levelling dari suatu waterpass ditentukan oleh suatu bilangan

    yang menyatakan kesalahan menengah untuk tiap kilometer waterpassing

    tunggal. Kesalahan menengah ini dapat dihitung dari:

    J Selisih antara pengukuran pergi dan pulang per-seksi

    K Selisih antara pengukuran pergi dan pulang per-trayek

    L Kesalahan penutup wp-keliling

    Kesalahan menengah dari hasil pengukuran yang di peroleh dari pukul

    rata pengukuran pergi dan pulang adalah:

    Untuk waterpassing teliti harga m hendaknya di bawah 1

    mm, untuk waterpassing lainnya m terletak antara 1 dan 3 mm. Kesalahan

    menengah dari

    satu selisih antara 2 pengukuran tersebut adalah :

    mS = 22

    Selisih antara waterpassing pergi dan pulang yang di perbolehkan adalah

    3 m S (3 kali kesalahan menengah adalah batas-batas toleransi. Menurut

    ilmu

    hitung kemungkinan, selisih di atas 3 m S terjadi satu kali di antara 370

    pengamatan. Karena kans ini begitu kecil, maka dalam praktek di anggap

    selisih

    lebih besar dari 3 m S tidak terjadi).

    G. PENGUKURAN JARAK DAN BEDA TINGGI SECARA OPTIS

    Dalam pengukuran jarak dilapangan dibutuhkan alat alat sbb :

    a. Meteran

  • 13

    b. pen ukur / jallon

    c. pesawat waterpass dengan dibantu rambu ukur / baak ukur

    1. Cara melakukan pengukuran jarak

    Pertama tama dua orang dalam satu kelompok menentukan titik A dan B

    sejauh yang diinginkan, kemudian diberi tanda yang tidak mudah hilang / terhapus

    oleh apapun, misal : jallon, pen ukur, dsb. Setelah itu titik nolk dari meteran itu

    diletakkan / diimpitkan di titik A, meteran ditarik dan di rentangkan ( usahakan

    meteran tidak terhalang apapun dan datar ) sampai ke titik B. Sehingga dapat

    diketahui berapa jarak titik A ketitik B tersebut.

    Atau dapat juga di tuliskan dengan rumus :

    d = (BA BB ) x 100

    Dimana :

    d = jarak ( m )

    BA = Benang atas

    BB = Benang bawah

    2. Cara mengukur beda tinggi

    Cara untuk mengukur beda tinggi antara titik BM ke A. Bila pesawat

    waterpass telah memenuhi syarat, maka pesawat diletakkan di tengah tengah titik

    BM dan A. Setelah itu pesawat dihadapkan ke titik BM dan kita tembak / baca BA,

    BT, & Bbnya, kemudian dinamakan bacaan belakang. Selanjutnya pesawat diputar

    searah jarum jam di arahkan ke titik A, sehingga didapatkan bacaan Ba, BT, & BB

    dan dinamakan bacaan muka. Kemudian dilakukan ke titik selanjutnya dengan cara

    yang sama.

    Atau secara umum dikatakan bahwa untuk mencari beda tinggi antara 2 titik

    adalah pembacaan benang tengah belakang dikurangi dengan dengan pembacaan

    benang tengah muka. Atau dapat ditulis dengan rumus :

    H = BTblk BTmk

    Dimana :

    H = Beda tinggi ( m )

    BTblk = Benang tengah belakang

  • 14

    BTmk = Benang tengah muka

    3. Pengukuran Watepass Berantai ( Differential Levelling )

    Misalkan jarak yang akan kita ukur terlalu jauh jaraknya, maka dilakukan

    pengukuran berantai, yang artinya sendiri adalh berkelanjutan. Dengan cara

    membagi menjadi beberapa titik seperti A,B,C,D,E,F,dsb. Selanjutnya dengan jarak

    antara dua titik tersebut tidak terlalu dekat dan juga jangan terlalu jauh. Seperti

    gambar dibawah ini.

    Pengukuran diatas dilakukan satu kali saja atau disebut dengan pengukuran

    pergi. Sedangkan untuk mendapatkan ketelitian harus dilakukan pengukuran dari

    titik terakhir kembali ketitik semula atau disebut pengukuran pulang. Dapat pula

    dilakukan berkali kali untuk mendapatkan ketelitian yang maksimal.

    4. Pengukuran Waterpass Profil.

    Pengukuran ini adalah irisan arah melintang dari pengukuran memanjang

    dan biasanya digunakan dalam pengukuran jalan raya, saluran, irigasi, atau jalan

    kereta api, dll.

    Untuk pengukuran profil alat diletakkan di satu titik untuk mengukur beberapa titik

    titik pada satu tampang profil yang menunjukkan tinggi rendah permukaan.

    Sehingga untuk menentukan beda tinggi untuk pengukuran profil melintang,

    dituliskan dengan rumus :

    H = TP BT

    Dimana :

    H = Beda tinggi ( m )

    TP = Tinggi pesawat

    BT = Benang tengah

    5. Ketelitian / Kesalahan Dalam Pengukuran Waterpass

    Dalam pengukuran sering kali terjadi kesalahan yang mungkin terjadi pada

    saat pengukuran. Kesalahan ada 3 macam, yaitu : kesalahan akibat fakror alat,

    kesalahan akibat faktor manusia, dan kesalahan akibat faktor alam.

    Kesalahan akibat faktor alat :

  • 15

    Kaki statif rusak

    - Nivo untuk mendatarkan permukaan rusak, dll

    Kesalahan akibat faktor manusia :

    - Kesalahan dalam pembacaan rambu

    Kesalahan dalam menegakkan rambu

    Kesalahan dalam mencatat / menghitung

    Kesalahan dalam mengatur nivo, dll

    Kesalahan akibat faktor alam :

    - Kesalahan akibat pengaruh cuaca

    - Kesalahan akibat gempa bumi, dll

    Untuk menetapkan apakah hasil pengukuran ini dapat dipakai atau tidak,

    maka diberi suatu nilai toleransi kesalahan dalam pengukuran. Toleransi adalah

    suatu kesalahan maksimum yang masih dapat dijinkan, sehingga dari hasil

    pengukuran dapat ditetapkan dua alternatif :

    Kesalahan > toleransi, maka hasil pengukuran ditolak

    Kesalahan < toleransi, maka hasil pengukuran diterima

    Kesalahan yang diijinkan dirumuskan sebagai :

    S = C L mm

    Dimana :

    S = Kesalahan dalam mm

    C = Konstanta yang terganggu dari tingkat ( orde ) pengukuran

    L = Jarak pengukuran dalam Kilometer

    ORDE BELANDA AMERIKA

    I

    II

    III

    S < 3 L mm

    S < 6 L mm

    S < 12 L mm

    S < 4 L mm

    S < 8.4 L mm

    S < 12 L mm

    PENENTUAN TITIK IKAT DAN TITIK DETAIL

    A Cara menentukan titik ikat

  • 16

    Pertama tama dua orang dalam satu tim mencari titik titik untuk

    pengukuran yang akan diukur dengan jarak tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat

    antara 2 titik tersebut, kemudian kita ukur jaraknya sampai batas terakhir

    pengukuran.

    B Cara menentukan titik detail

    Titik detail tersebut adalah potongan melintang dari pengukuran

    memanjang. Cara mencari titik detail yaitu kita tentukan beda tinggi rendah dari

    potongan melintang tersebut., misalkan : potongan jalan raya, sungai, taman, dll.

    Hal ini harus dilakukan secara hati hati supaya mendapatkan ketelitian yang

    maksimal.

    PELAKSANAAN PENGUKURAN.

    Cara pelaksanaan pengukuran di lapangan :

    a. Pertama tama melakukan pengecekan alat alat, seperti :

    - Pesawat waterpass dan kaki statif

    - Rambu ukur / baak ukur

    - Patok / paku paying

    - Alat mencatat dan dash board

    - Payung

    b. Penyetelan alat

    Sebelum dipakai, pesawat harus di stel terlebih dahulu, seperti :

    - Pasang kaki statif terlrbih dahulu dan usahakan posisi dari kaki

    tersebut datar.

    - Pesawat di letakkan diatas statif dengan memutar sekrup

    pengunci yang ada di kaki statif tersebut

    - Setel nivonya dan usahakan pas di tengah tengah supaya

    mendapatkan hasil ketelitian yang maksimal. Untuk menyetel

    nivo dapat menggerakkan sekrup yang ada pada pesawat atau

    dengan cara lain yaitu dengan menggerakkan kaki statif naik

    turun.

  • 17

    - Usahakan teropong menghadap titik pertama yang akan kita

    tembak / baca dengan sudut 0 dan setelah menembak titik

    tersebut, maka pesawat diputar searah jarum jam sehingga

    membentuk sudut 180 .

    c. Cara Pengukuran :

    - Kita tempatkan dua rambu ukur pada titik yang telah ditentukan

    sebelumnya, kemudian taruh baak ukur ketitik mula mula,

    misalkan titik BM ke titik A. Ukur kedua jarak tersebut.

    - Kita tempatkan pesawat di tengah tengah antara titik BM dan

    titik A.

    - Pesawat kita arahkan ke titik BM kemudian kita baca BA, BT

    ,dan BB dan bacaan tersebut diberi nama bacaan belakang.

    Selanjutnya pesawat diputar searah jarum jam ke titik A

    kemudian dibaca BA, BT, dan BB dan dinamakan bacaan muka.

    - Untuk pengukuran melintang, pesawat kita letakkan pada titik A.

    Kemudian kita letakkan beberapa rambu pada beberapa tempat

    dengan arah yang sama dan mengikuti arah melintang dari titik

    titik arah memanjang.

    - Setelah itu pesawat kita pindahkan ke tengah tengah antara titik

    A dan titik B. Kemudian pesawat kita arahkan ke titik A

    kemudian kita baca BA, BT, dan BB dan dinamakan bacaan

    belakang. Seterusnya pesawat kita putar dengan searah jarum jam

    ke titik B kemudian di baca BA, BT, dan BB dan dinamakan

    bacaan muka.

    - Pesawat kita pindahkan ke titik B untuk pengukuran melintang

    dengan cara yang sam seprti diatas.

    - Selanjutnya pesawat di pindahkan lagi ketitik selanjutnya untuk

    pengukuran memanjang dengan cara yang sama seperti diatas.

    Setelah itu dilanjutkan dengan pengukuran melintang. Begitu

    seterusnya sampai titik terakhir dan dilanjutkan dengan

    pengukuran memanjang pulang.

  • 18

    - Diadakan perhitungan, sehingga beda tinggi dan jarak serta

    elevasi dapat ditentukan dengan rumus yang ada.