penguatan ranah psikomotorik bagi siswa...

80
PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA SEKOLAH DASAR

Upload: others

Post on 21-Aug-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

PENGUATAN RANAH

PSIKOMOTORIK BAGI SISWA SEKOLAH DASAR

Page 2: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa
Page 3: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK SISWA

SEKOLAH DASAR

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PERBUKUAN

PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN

2020

Page 4: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

ii

PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK SISWA SEKOLAH DASAR

Penulis:

Lucia Hermin Winingsih (Kontributor Utama)

Erni Hariyanti (Kontributor Anggota)

Lisna Sulinar Sari (Kontributor Anggota)

ISBN: 978-623-6044-00-1

Penyunting:

Ida Kintamani, M.Si

Tata Letak:

Erni Hariyanti

Desain Cover:

Genardi Atmadiredja, S.Sn., M.Sn.

Penerbit:

Pusat Penelitian Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Redaksi:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gedung E Lantai 19

Jalan Jenderal Sudirman-Senayan, Jakarta 10270

Telp. +6221-5736365

Faks. +6221-5741664

Website: https://puslitjakdikbud.kemdikbud.go.id

Email: [email protected]

Cetakan pertama, 2020

PERNYATAAN HAK CIPTA

© Puslitjakdikbud/Copyright@2020

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa

izin tertulis dari penerbit.

Page 5: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

iii

KATA SAMBUTAN

Untuk meningkatkan ranah psikomotorik siswa banyak kegiatan yang dapat

dilakukan di sekolah. Namun pada kenyataannya implementasi ranah

psikomotorik belum optimal hanya pada mata pelajaran pendidikan olahraga

dan kesehatan serta pada kegiatan ekstrakurikuler. Padahal ranah psikomotorik

ini penting bagi kesehatan jasmani dan rohani siswa yang berdampak pada

peningkatan keterampilan dan prestasi siswa.

Pusat Penelitian Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan dan

Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berupaya melaksanakan

kajian untuk mengetahui penguatan ranah psikomotorik siswa SD. Walaupun

belum sempurna diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk

mengembangkan ranah psikomotorik di sekolah khususnya dalam proses

pembelajaran siswa SD.

Kami menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada semua pihak yang

telah membantu terwujudnya Buku laporan Hasil Penelitian Ini.

Jakarta, Agustus 2020

Plt. Kepala Pusat

Irsyad Zamjani, Ph.D.

Page 6: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

iv

KATA PENGANTAR

Ranah psikomotorik adalah ranah yang menitikberatkan pada kemampuan

fisik dan kerja otot. Ranah ini membedakan antara ranah motorik kasar dan

motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang membutuhkan

keseimbangan dan koordinasi antaranggota tubuh dengan menggunakan otot-

otot besar dari sebagian atau seluruh anggota tubuh. Sementara motorik halus

berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan

koordinasi mata dan tangan. Syaraf motorik halus dapat dilatih dan

dikembangkan melalui kegiatan rangsangan secara rutin.

Kemampuan psikomotorik ini idealnya dikembangkan sejak usia dini, sejak

anak usia 0 sampai 8 tahun. Dalam sebagian rentang usia tersebut anak berada

pada jenjang pendidikan dasar (Sekolah Dasar). Pada saat ini, secara umum

dalam sistem pendidikan kita, guru dan orangtua lebih menekankan pada

ranah kognisi dan afeksi. Intervensi ranah psikomotorik diserahkan

sepenuhnya pada guru pendidikan jasmani/olahraga yang hanya bertemu siswa

dua jam pelajaran per minggu.

Dampak tumbuh kembang motorik yang tidak optimal pada tahapan ideal anak

ini dapat berakibat kurang baik pada kesehatan dan keterampilan anak pada

masa dewasa. Oleh karena itu, pertanyaan dalam kajian ini adalah bagaimana

sistem pembelajaran di sekolah dilakukan dalam mendukung atau merangsang

tumbuh kembang psikomotorik siswa.

Kajian ini dilakukan di tingkat SD karena pendidikan dasar merupakan tahap

yang sangat penting untuk meletakan dasar-dasar perkembangan, baik yang

meliputi kognisi, afeksi, dan psikomotorik. Kajian ini memfokuskan pada

aspek psikomotorik anak dalam kegiatan pendidikan di sekolah.

Agustus, 2020

Peneliti

Page 7: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

v

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN………………………………………………………. iii

KATA

PENGANTAR……………………………………………………...iiv

DAFTAR ISI………………………………………………………………...v

DAFTAR TABEL………………………………………………………….vii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..viii

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………... 1

A. Latar Belakang…………………………………………………………...1

B. Permasalahan………………………………………………………….. 11

C. Tujuan………………………………………………………………….. 12

D. Ruang Lingkup………………………………………………………… 12

BAB II LITERATUR REVIU TERKAIT RANAH

PSIKOMOTORIK…………………………………………………………13

A. Taksonomi Bloom……………………………………………………... 13

B. Psikomotorik Kasar dan Psikomotorik Halus…………………………. 24

C. Pengukuran Psikomotorik……………………………………………... 25

D. Pengaruh Aspek Psikomotorik terhadap Prestasi Siswa………………. 26

BAB III METODOLOGI…………………………………………………29

A. Metode…………………………………………………………………. 29

B. Populasi dan Sampel……………………………………………………29

C. Variabel dan Indikator…………………………………………………. 30

D. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………….. 30

E. Teknik Analisis Data…………………………………………………...

311

BAB IV HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN……………………….33

Page 8: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

vi

A. Pemetaan Kebijakan Pendidikan terkait Aspek Psikomotorik………… 33

1. Ranah Psikomotorik dalam Sistem Pendidikan di Empat Negara… 33

2. Ranah Psikomotorik dalam Regulasi di Indonesia………………... 39

B. Bentuk-bentuk Kegiatan terkait Aspek Psikomotorik…………………

444

1. Pemahaman Guru mengenai Ranah Psikomotorik………………... 44

2. Pelaksanaan/Implementasi Aspek Psikomotorik oleh Guru……… 45

3. Bentuk Penguatan Ranah Psikomotorik…………………………... 46

4. Inovasi Kegiatan yang Dilakukan oleh Guru………………………47

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……………………………………… 60

A. Simpulan……………………………………………………………….. 60

B. Saran……………………………………………………………………

611

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...

622

Page 9: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pemaha Anakman Guru Mengenai Aspek

Psikomotik

44

Tabel 4.2 Implementasi Guru Terkait Aspek Psikomotorik 45

Tabel 4.3 Bentuk Penguatan Aspek Psikomotorik 47

Tabel 4.4 Aktivitas Pada Jam Istirahat 49

Tabel 4.5 Akses Siswa Dari Rumah Ke Sekolah 50

Page 10: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Fungsi Otak Kiri dan Kanan 3

Gambar 2.1 Perkembangan Manusia 20

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir 32

Page 11: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Ujung

tombak dalam pendidikan adalah pendidik/guru, karena pendidik/guru yang

langsung berinteraksi kepada siswa dalam memberikan pembelajaran. Pasal 1,

Ayat (6), disebutkan bahwa “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang

berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara,

tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan

kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”.

Yang dimaksud dengan guru dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19, Tahun

2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008

tentang Guru, Pasal 1, Ayat (1) dijelaskan bahwa “Guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah”. (Republik Indonesia, 2017).

Guru berperan dalam membina dan mengembangkan pengetahuan,

keterampilan, kebiasaan, sikap, serta pemahaman peserta didik. Tugas seorang

guru sebagai seorang yang profesional memang berat, karena selain sebagai

seorang yang profesional, juga harus memiliki empat kompetensi, yaitu

kompetensi pedagogi, profesional, kepribadian, dan sosial. Seorang guru

dianggap berkompeten jika memiliki: (i) persyaratan pendidikan yang

memadai (minimal S1/D-IV), (ii) pribadi yang luhur, (iii) akhlak mulia, serta

(iv) memiliki sikap dan perilaku yang berdampak positif terhadap lingkungan

sosial sekitarnya. Seorang guru yang profesional mampu menghadapi dan

mengolah tantangan menjadi sesuatu yang bisa dimanfaatkan, memahami apa

yang diajarkan, dan menguasai bagaimana cara mengajarkannya.

Page 12: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

2

Dalam proses pembelajaran seorang guru harus dapat mentransformasikan

ilmu sesuai dengan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). KI dan

KD merupakan acuan yang harus dicapai peserta didik/siswa untuk memenuhi

standar kompetensi lulusan (SKL) yang terdapat dalam Undang-Undang

Nomor 20, Tahun 2003 Pasal 35 dan Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar

Kompetensi Lulusan (SKL) Pendidikan Dasar dan Menengah (Republik

Indonesia, 2003 dan Kemendikbud, 2016). SKL merupakan kualifikasi

kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan

peserta didik, yang harus dicapai dan dipenuhi oleh satuan pendidikan pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah. SKL terdiri atas kriteria kualifikasi

kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah

menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah. Setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah

memiliki kompetensi pada tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan

keterampilan.

Dalam Taksonomi Bloom (dalam Rahmahilma, 2017) juga dijelaskan bahwa

yang harus dicapai sebagai hasil belajar peserta didik adalah pencapaian tiga

ranah kecerdasan yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan

demikian, ketiga kapabilitas kecerdasan ini seharusnya dimiliki setiap siswa

dengan seimbang agar siswa tersebut dapat menjadi manusia berkualitas. Hal

ini sepertinya belum banyak disadari oleh guru dan orang tua. Guru dan

orangtua belum memahami sepenuhnya bahwa anak selain distimulus

kecerdasan kognitifnya, anak juga membutuhkan kedua kecerdasan lainnya

untuk menyeimbangkan fungsi otak kiri dan otak kanan, sebagaimana

diilustrasikan pada Gambar 1.1.

Page 13: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

3

Gambar 1.1 Fungsi Otak Kiri dan Kanan

Sumber: Williams dalam Haryadi (2015: 41)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), psikomotorik diartikan sebagai

suatu aktivitas fisik yang berhubungan dengan proses mental dan psikologi.

Psikomotorik berkaitan dengan tindakan dan ketrampilan, sepertilari,

melompat, melukis, dan sebagainya. Dalam dunia pendidikan, psikomotorik

terkandung dalam mata pelajaran praktik. Psikomotorik memiliki korelasi

dengan hasil belajar yang dicapai melalui manipulasi otot dan fisik.

Pada dasarnya ketiga aspek atau domain ini memiliki hubungan yang sangat

erat dan tidak dapat dipisahkan. Ranah kognitif mencakup kegiatan otak,

seperti kemampuan berpikir, mengingat, memecahkan masalah, dan evaluasi.

Sementara ranah afektif mencakup dengan sikap, nilai, perasaan, emosi, dan

minat. Sebaliknya, ranah psikomotor berhubungan dengan aktivitas fisik,

misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, menempel, menulis, dan

sebagainya. Pada intinya mata pelajaran yang menuntut kemampuan praktik

yang lebih menitikberatkan pada ranah psikomotor. Sementara itu, mata

pelajaran yang menuntut kemampuan teori lebih menitikberatkan pada ranah

kognitif, dan dalam keduanya itu selalu mengandung ranah afektif

(Kristiyanto, TT). Dari ketiga aspek kualifikasi yang harus dicapai tersebut,

sebagian besar guru masih sangat mementingkan dan menekankan pada aspek

kognitif (pengetahuan) dan afektif (sikap) siswa, sedangkan aspek

Page 14: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

4

psikomotorik belum dikembangkan secara optimal, hanya sebatas pada saat

belajar praktik. Selain itu, pengembangan aspek psikomotorik pada siswa

selama ini masih terbatas dilakukan melalui pembelajaran pendidikan jasmani

dan olahraga, yang diberikan selama 2 jam pelajaran per minggu. Terbatasnya

waktu yang ada untuk pendidikan jasmani menyebabkan guru pendidikan

jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang

motorik siswa secara individual.

Anak diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang dari delapan belas

tahun dan sedang berada dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan

khusus, baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Anak usia

sekolah dasar (SD) dapat diartikan sebagai anak yang berada dalam rentang

usia 6-12 tahun, di mana anak mulai memiliki lingkungan lain selain keluarga

(Supraptini, 2004 dalam Nur, 2016).

Masa-masa kelas rendah (6-8 tahun) siswa memiliki sifat-sifat khas seperti

disajikan berikut ini.

1. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan

jasmani dengan prestasi sekolah.

2. Adanya sikap yang cenderung untuk memenuhi peraturan-peraturan

permainan yang tradisional.

3. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.

4. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal itu

dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.

5. Ketka tidak dapat menyelesaikan suatu soal maka soal itu dianggapnya tidak

penting.

6. Pada masa ini anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik tanpa

mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik.

7. Hal-hal yang bersifat konkret lebih mudah dipahami ketimbang yang

abstrak.

8. Bagi anak usia ini, kehidupan adalah bermain sesuai yang dibutuhkan dan

dianggap serius serta tidak dapat membedakan secara jelas antara bermain

dengan bekerja.

Page 15: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

5

9. Kemampuan mengingat (memory) dan berbahasa berkembang sangat cepat

dan mengagumkan.

Ciri-ciri sifat anak pada masa kelas tinggi (9-12 tahun) di Sekolah Dasar (SD)

seperti disajikan berikut ini.

1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret; hal ini

menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-

pekerjaan yang praktis.

2. Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.

3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal atau mata

pelajaran khusus, para ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai

mulai menonjolnya faktor-faktor.

4. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang

dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi

keinginannya; setelah kira-kira umur 11,0 pada umumnya anak menghadapi

tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri.

5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang

tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah;

6. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya

untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak

tidak lagi terikat pada aturan permainan yang tradisional; mereka membuat

peraturan sendiri;

7. Peran manusia idola yang sempurna sehingga guru acapkali dianggap

sebagai manusia yang serba tahu.

Dalam tahap tumbuh kembang manusia dari lahir menuju dewasa, fase anak-

anak memiliki keistimewaan tersendiri yang biasa dikenal dengan masa

keemasan atau golden age (anak usia dini usia 0-6 tahun). Pada masa ini

merupakan masa terbentuknya pondasi sikap, perilaku, mental, serta

kecerdasan (spiritual, intelektual, emosional, kinestetik, seni, dan sosial).

Keistimewaan masa tumbuh kembang pada masa anak-anak ini dipahami oleh

sebagian besar guru dan orang tua, sehingga mereka berupaya untuk selalu

memaksimalkan potensi anak, dengan cara anak terus dilatih untuk

menonjolkan kecerdasannya melalui berbagai cara. Sesuai standar PAUD

Nasional tingkat capaian perkembangan anak usia 0-6 tahun yang harus

Page 16: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

6

dikembangkan, yaitu agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial

emosional, dan seni.

Menurut Hurlock (1980), fase perkembangan manusia sejak lahir hingga

meninggal terbagi dalam 10 periodesasi. Pada periodesasi kelima, yaitu masa

pertengahan dan akhir anak-anak (middle and late childhood), rentang usia

kira-kira enam hingga sebelas tahun, periode ini biasanya disebut dengan

tahun-tahun sekolah dasar. Pada masa ini, keterampilan-keterampilan

fundamental seperti membaca, menulis, dan berhitung telah dikuasai. Anak

juga secara formal berhubungan dengan dunia yang lebih luas termasuk

kebudayaan. Selain itu, prestasi menjadi tema yang lebih sentral dari dunia

anak dan pengendalian diri mulai meningkat (https://rhenniyhanasj.

wordpress.com/2014/05/25/). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

pada anak usia 6-11 tahun pembelajarannya sudah mencakup dan

mengembangkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Namun, fenomena yang banyak dijumpai di sekitar kita, dari berbagai

kecerdasan yang ada, guru dan orang tua cenderung lebih fokus pada

kecerdasan intelektual. Jika orang tua merasa intensitas dan kualitas

pendidikan anak di sekolah masih kurang maka orang tua akan menambahkan

melalui les privat atau bimbingan belajar. Paradigma ini memberikan kesan

bahwa keberhasilan anak sangat ditentukan oleh kecerdasan intelektual yang

mengarah ke ranah kognitif dan tes intelegensi (Haryadi, 2015). Hal ini

diperkuat dengan kebijakan di banyak sekolah di Indonesia yang masih

menerapkan sistem pendidikan konvensional, dengan kurikulum yang

menitikberatkan sebagian besar pada ranah kognitif. Kecerdasan afektif

melalui kurikulum 2013 (K-2013) saat ini sudah mulai mendapat perhatian

khusus melalui program Pendidikan Peningkatan Karakter (PPK). Sementara

itu, ranah kecerdasan yang masih kurang optimal dikembangkan, yaitu

kecerdasan psikomotorik.

Kemampuan motorik adalah kematangan otot dan syaraf dalam menunjang

aktivitas gerak anggota tubuh. Makin tinggi kemampuan perkembangan

motorik seseorang maka dimungkinkan daya kerjanya akan menjadi lebih

tinggi dan begitu juga sebaliknya. Menurut Hurlock (1980) perkembangan

motorik adalah perkembangan pengendalian gerak jasmaniah melalui kegiatan

pusat syaraf, urat syaraf dan otot terkoordinasi. Perkembangan motorik

menurut Sukadiyanto (1997:70) merupakan suatu kemampuan perkembangan

Page 17: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

7

seseorang dalam menampilkan kemampuan gerak yang lebih kompleks.

Sukadiyanto juga menyatakan lebih lanjut bahwa kemampuan perkembangan

motorik merupakan suatu kemampuan umum seseorang yang berkaitan dengan

penampilan berbagai keterampilan atau tugas gerak. Menurut Purnomo Ananto

(2000) dinyatakan bahwa motorik dapat diuraikan dengan kata seperti

otomatis, cepat dan akurat atau dengan kata lain titik beratnya adalah pada

ketelitian dan ketepatan. Simpulannya bahwa pola gerak merupakan

pengertian umum dan motorik merupakan gerak yang lebih khusus.

Anak-anak memiliki potensi yang besar dalam tumbuh kembangnya, baik

kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. Potensi tersebut akan berkembang

optimal apabila diberikan layanan berupa kesempatan melakukan kegiatan

motorik yang dilatih dan diarahkan atau digunakan sesuai dengan

perkembangan anak.

Besar kecilnya naluri bergerak bagi anak tidak selalu sama. Dorongan

bergerak tidak dapat diajarkan, tetapi merupakan pembawaan masing-masing.

Akan tetapi guru dapat memberikan kesempatan dan mengarahkan dorongan

bergerak itu, melalui pemberian permainan yang menarik perhatian. Guru juga

dapat menyalurkan dorongan bergerak ke arah yang bermanfaat.

Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan

perlakuan gerak yang sesuai dengan masa perkembangannya. Jadi, secara

anatomis, perkembangan akan terjadi pada struktur tubuh individu yang

berubah secara proporsional seiring dengan bertambahnya usia seseorang.

Status gizi yang kurang akan menghambat laju perkembangan yang dialami

individu, akibatnya proporsi struktur tubuh menjadi tidak sesuai dengan

usianya yang pada akhirnya semua itu akan berimplikasi pada perkembangan

aspek lain.

Faktor kebutuhan stimulasi atau rangsangan terhadap anak untuk

memperkenalkan suatu pengetahuan ataupun keterampilan baru ternyata

sangat penting dalam peningkatan kecerdasan anak. Salah satu bentuk

kecerdasan yang harus dikembangkan ialah stimulasi motorik, alasannya

perkembangan motorik anak sangat pesat. Perkembangan motorik terkait

dengan perkembangan fisik dan rasa percaya diri. Apabila pada usia tertentu

anak belum dapat melakukan gerak/motorik tertentu maka dikatakan anak

mengalami keterlambatan. Oleh sebab itu, stimulasi motorik harus

dikembangkan karena anak yang mendapat stimulasi terarah dan teratur akan

Page 18: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

8

lebih cepat berkembang jika dibandingkan dengan anak yang tidak/kurang

mendapatkan stimulasi.

Dengan demikian, sentuhan yang tepat untuk tumbuh kembang motorik anak

akan memberikan dampak positif pada perkembangan aspek-aspek lainnya

(kognisi, afeksi dan psikomotor). Perkembangan fisik berkaitan dengan adanya

pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada tubuh seseorang.

Perkembangan fisik mudah diamati dengan ditandai adanya perubahan pada

bentuk dan ukuran tubuh.

Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan

tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan syaraf, otot, otak dan

spinal cord. Perkembangan fisik motorik adalah perkembangan jasmani

melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Dengan

demikian, sebelum perkembangan gerak motorik mulai berproses maka anak

akan tetap tak berdaya (Suyadi, 2010). Gerak tersebut berasal dari

perkembangan reflex dan kegiatan yang telah ada sejak lahir. Perkembangan

motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmani melalui kegiatan

pusat syaraf (otak), urat syaraf dan otot yang terkoordinansi. Ketika motorik

bekerja, ketiga unsur tersebut (otak-syaraf-otot) melaksanakan perannya

secara “interkasi positif”, berarti bahwa unsur yang satu saling berkaitan,

saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur yang lain untuk mencapai

kondisi motoris yang sempurna keadaannya. Menurut Gallahue (dalam

Hendrayuda. 2018), motorik atau motor adalah faktor biologi dan mekanis

yang mempengaruhi gerak.

Gerakan merupakan unsur utama dalam pengembangan motorik anak, jika

anak banyak bergerak maka akan semakin banyak manfaat yang akan

diperoleh anak ketika anak makin terampil menguasai gerakan motorik halus

maupun motorik kasar, yang keduanya berfungsi sebagai rangsangan dalam

pengembangan intelegensia dan kesehatan. Kemampuan motorik kasar (gross

motor skills), yaitu kemampuan untuk mengontrol dan mengkoordinasikan

otot-otot besar dalam tubuh. Koordinasi ini mencakup otot di lengan dan di

lutut. Sebaliknya, kemampuan motorik halus (fine motor skills), yaitu gerakan

yang dilakukan hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan

dilakukan oleh otot-otot kecil serta membutuhkan koordinasi yang cermat.

Keterampilan motorik kasar diawali dengan bermain yang merupakan gerakan

kasar. Pada usia 3 tahun sesuai dengan tahap perkembangan, anak umumnya

Page 19: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

9

sudah menguasai sebagian besar keterampilan motorik kasar. Sementara itu,

keterampilan motorik halus baru mulai berkembang, yang diawali dengan

kegiatan yang amat sederhana, seperti memegang pensil, memegang sendok

dan mengaduk. Keterampilan motorik halus lebih lama pencapaiannya

daripada keterampilan motorik kasar, karena keterampilan motorik halus

membutuhkan kemampuan yang lebih sulit, misalnya konsentrasi, kontrol,

kehati-hatian dan koordinasi otot tubuh yang satu dengan yang lain. Seiring

dengan pertambahan usia anak, kepandaian anak akan kemampuan motorik

halusnya semakin berkembang dan maju pesat.

Berbagai negara menggunakan cara berbeda dalam merangsang tumbuh

kembang psikomotorik anak. Sebagai contoh, sistem pendidikan di Jepang

selain adanya pendidikan jasmani dan olahraga, juga mensyaratkan bahwa

seluruh siswa terlibat dalam kegiatan membersihkan sekolah, yang meliputi

menyapu kelas, mengelap meja kursi kelas, membersihkan toilet dan kamar

mandi dan mengepel lantai. Kegiatan ini dilakukan setelah kelas selesai dan

sebelum masuk pada kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan cleaning ini

melibatkan seluruh siswa dan guru dan dilakukan setiap hari secara

berkelompok. Kegiatan ini tidak hanya menyebabkan mereka bergerak dan

menggunakan fisik mereka, melainkan juga mendidik anak untuk bisa saling

bekerja sama dan menghargai pekerjaan sendiri dan pekerjaan orang lain.

Contoh lain, seperti yang ada pada SD di Australia. Pembelajaran jam pertama

pada sekolah tersebut, dikhususkan pada pemberian waktu pada anak untuk

bergerak bebas di lingkungan sekolah. Di sekolah telah disiapkan berbagai

sarana prasarana yang dapat dipergunakan anak untuk menyalurkan energi

geraknya, seperti untuk memanjat, bergantung, belajar keseimbangan dan lain-

lain. Semua peralatan tersebut telah disiapkan sekolah, di berbagai sudut

lingkungan sekolah. Dari kedua contoh tersebut di atas terlihat bahwa kedua

negara tersebut memberikan perhatian khusus pada perkembangan motorik

siswanya.

Sementara itu, di Indonesia ditengarai bahwa pemberian kesempatan tumbuh

kembang psikomotorik siswa, terutama siswa SD (dan SMP) kurang

mendapatkan porsi yang cukup. Ada mata pelajaran olahraga, namun secara

waktu hanya diberikan 2 jam per minggu per kelas, jadi hal ini dianggap kurang

untuk bisa merangsang psikomotorik atau aspek myelin (psikomotor) anak

secara maksimal. Hasil penelitian Hasan (2014), menunjukkan bahwa

hambatan pelaksanaan pembelajaran tematik di SD Negeri Wonosari IV

Page 20: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

10

berupa: 1) keterbatasan pemahaman guru tentang konsep perkembangan anak

usia SD dan karakteristiknya karena hanya diperoleh saat kuliah kependidikan

dan berdampak pada kurang optimalnya guru dalam melaksanakan

pembelajaran tematik sesuai perkembangan anak, 2) keterbatasan pengetahuan

guru mengenai pelaksanaan pembelajaran tematik, sehingga berdampak pada

ketidakmunculan beberapa karakteristik pembelajaran tematik, dan 3) faktor-

faktor yang menghambat pelaksanaan pembelajaran tematik adalah: a) guru

kurang disiplin waktu dalam hal melengkapi tugas administrasi guru, b) guru

belum begitu memahami tentang pengembangan pembelajaran tematik dalam

RPP, c) guru kesulitan dalam mengintegrasikan tema ke dalam jadwal yang

sudah ada, d) guru kesulitan mengelola proses pembelajaran siswa kelas

rendah karena kurang pemahaman dalam perkembangan anak usia SD, e) guru

tidak fokus terhadap materi yang diajarkan, f) guru belum bisa menilai siswa

secara menyeluruh dalam mengevaluasi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan

psikomotor.

Hasil penelitian dari Tukirno (2012), menunjukkan bahwa ditemukan kendala

dalam pelaksanaan mata pelajaran seni budaya bidang seni rupa. Dalam

persiapan antara lain kendala dalam merumuskan tujuan, menetapkan langkah

pembelajaran, menentukan metode dan media yang tepat. Pada pelaksanaan

pembelajaran masalah yang perlu diperhatikan adalah pengelolaan kelas,

pemberian motivasi dan penguatan. Hal yang perlu diperhatikan pada

pelaksanaan evaluasi, aspek penilaian pada karya siswa. Disarankan kepada

semua pihak untuk lebih menyiapkan diri terutama bagi lingkungan

pendidikan/sekolah agar persiapan sebelum pembelajaran benar-benar

disiapkan, pelaksanaanya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada dan

tentunya evaluasi benar-benar dilaksanakan sesuai kurikulum/aturan yang

berlaku.

Oleh sebab itu, guru SD dituntut untuk mampu mengimplikasikannya tugas-

tugas perkembangan ini dalam proses pembelajaran (Yusran dan Alfi, 2013).

Untuk itu, kajian ini menganalisis sejauh mana tumbuh kembang aspek

psikomotorik anak ini mendapat perlakuan di sekolah dan kendala-kendala apa

yang dialami di tingkat sekolah dalam menumbuhkembangkan aspek

psikomotorik anak.

Page 21: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

11

B. Permasalahan

Ada beberapa aspek yang mempengaruhi perkembangan seorang anak atau

siswa sekolah, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek

tersebut sangat penting dalam proses pendidikan untuk mencapai standar

perkembangan atau pertumbuhan anak. Untuk mendapatkan taraf

perkembangan dan pertumbuhan anak ketiga aspek tersebut sangat diperlukan,

dan saling mendukung satu sama lain. Tidak maksimalnya salah satu aspek

maka akan mempengaruhi aspek lain dalam pertumbuhan anak. Oleh karena

itu, sistem pendidikan akan berhasil baik bila memperhatikan aspek-aspek

tersebut secara berkesinambungan. Sistem pendidikan yang baik harus mampu

membangun dan mempersiapkan anak untuk mencapai standar aspek-aspek

tersebut.

Pada saat ini, secara umum dalam sistem pendidikan dan pembelajaran kita

belum menekankan pada aspek myelin (psikomotor), tetapi masih lebih

menekankan pada kognisi dan afeksi. Kurangnya pemahaman guru dan orang

tua akan pentingnya intervensi ranah psikomotorik, sehingga anak hanya

digenjot pada tambahan pelajaran dan pendidikan karakter. Intervensi ranah

psikomotorik diserahkan sepenuhnya pada guru penjas yang biasanya hanya 1

orang di setiap SD dan hanya bertemu siswa 2 jam pelajaran per minggu.

Tumbuh kembang psikomotorik sifatnya individual, dengan alokasi waktu

pelajaran yang diberikan, guru penjas tidak cukup waktu dan tenaga untuk

mengamati dan mencatat tumbuh kembang motorik setiap siswa. Padahal

keoptimalan tumbuh kembang psikomotorik merupakan aspek yang sangat

penting dalam tahap tumbuh kembang anak di usia 5-8 tahun atau selaras

dengan usia anak SD kelas awal. Dampak tumbuh kembang motorik yang tidak

optimal pada tahapan ini dapat berakibat kurang baik pada kesehatan dan

keterampilan anak pada masa dewasa. Oleh karena itu, pertanyaan dalam

kajian ini adalah bagaimana sistem pembelajaran di sekolah dilakukan dalam

mendukung atau merangsang tumbuh kembang psikomotorik siswa. Secara

khusus maka permasalahan yang diajukan ada dua, yaitu 1) Bagaimana

kebijakan pendidikan yang terkait dengan penguatan aspek psikomotorik anak

dan 2) Bagaimana bentuk-bentuk intervensi tumbuh kembang aspek

psikomotorik yang dilakukan guru di sekolah.

Page 22: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

12

C. Tujuan

Secara umum tujuan studi ini adalah untuk memberikan saran kebijakan terkait

dengan penguatan ranah psikomotorik (kemampuan myelin) anak SD dan

secara lebih khusus studi ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis dan memetakan kebijakan pendidikan yang terkait dengan

penguatan aspek psikomotorik anak.

2. Mengidentifikasi bentuk-bentuk intervensi tumbuh kembang aspek

psikomotorik yang dilakukan guru di sekolah.

D. Ruang Lingkup

Kajian ini dilakukan di tingkat SD karena pendidikan dasar merupakan tahap

yang sangat penting untuk meletakan dasar-dasar perkembangan, baik yang

meliputi kognisi, afeksi, dan psikomotorik. Kajian ini memfokuskan pada

aspek psikomotorik anak dalam kegiatan pendidikan di sekolah.

Page 23: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

13

BAB II

LITERATUR REVIU TERKAIT RANAH

PSIKOMOTORIK

A. Taksonomi Bloom

Konsep tentang kognitif, afektif dan psikomotorik ini dikenal dengan istilah

taksonomi Bloom (Benjamin Bloom, 1956), yaitu konsep mengenai 3 model

herarki yang digunakan untuk mengklasifikasikan perkembangan pendidikan

anak secara objektif. Hierarki tersebut terdiri dari aspek kognitif, aspek afektif,

dan aspek psikomotorik.

1. Aspek Kognitif

Aspek kognitif merupakan aspek utama dalam banyak kurikulum

pendidikan dan menjadi tolok ukur penilaian perkembangan anak. Kognitif

memiliki arti pengenalan, yang mengacu pada proses mengetahui maupun

kepada pengetahuan itu sendiri. Dengan kata lain, aspek kognitif

merupakan aspek yang berkaitan dengan nalar atau proses berfikir, yaitu

kemampuan dan aktivitas otak untuk mengembangkan kemampuan

rasional. Aspek kognitif mempunyai enam aspek. Pertama, pengetahuan

(knowledge). Aspek ini merupakan aspek yang mendasar yang merupakan

bagian dari aspek kognitif. Kognisi mengacu pada kemampuan untuk

mengenali dan mengingat materi-materi yang telah dipelajari mulai dari

hal sederhana hingga mengingat teori-teori yang memerlukan kedalaman

berfikir dan juga kemampuan mengingat konsep, proses, metode, serta

struktur. Kedua, pemahaman (comprehension.) Aspek ini lebih tinggi

dari aspek pengetahuan. Aspek ini mengacu pada kemampuan untuk

mendemosntrasikan fakta dan gagasan dengan mengelompokkan,

mengorganisir, membandingkan, memberi deskripsi, memahami dan

terutama memahami makna dari hal-hal yang telah dipelajari. Memahami

suatu hal yang telah dipelajari dalam bentuk translasi (mengubah bentuk),

intepretasi (menjelaskan atau merangkum), dan ekstrapolasi (memperluas

arti dari satu materi). Ketiga, penerapan (application). Tujuan dari aspek

ini adalah untuk menerapkan materi yang telah dipelajari dengan

menggunakan aturan serta prinsip dari materi tersebut dalam kondisi yang

Page 24: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

14

baru atau dalam kondisi nyata. Juga kemampuan menerapkan konsep

abstrak dan ide atau teori tertentu. Penerapan merupakan tingkat yang lebih

tinggi dari kedua aspek sebelumnya yaitu pengetahuan dan pemahaman.

Keempat, analisis (analysis). Menganalisis melibatkan pengujian dan

pemecahan informasi ke dalam beberapa bagian, menentukan bagaimana

satu bagian berhubungan dengan bagian lainnya, mengidentifikasi motif

atau penyebab dan membuat simpulan serta materi pendukung simpulan

tersebut. Tiga karakteristik yang ada dalam aspek analisis, yaitu analisa

elemen, analisa hubungan, dan analisa organisasi. Kelima, sintesis

(synthesis). Sintesis termasuk menjelaskan struktur atau pola yang tidak

terlihat sebelumnya dan juga mampu menjelaskan mengenai data atau

informasi yang didapat. Dengan kata lain, aspek sintesis meliputi

kemampuan menyatukan konsep atau komponen sehingga dapat

membentuk suatu struktur yang memiliki pola baru. Pada aspek ini

diperlukan sisi kreatif dari seseorang atau anak didik. Keenam, evaluasi

(evaluation). Adalah kemampuan untuk berpikir dan memberikan

penilaian serta pertimbangan dari nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.

Dengan kata lain, kemampuan menilai sesuatu untuk tujuan tertentu.

Evaluasi ini dilakukan berdasarkan kriteria internal dan eksternal.

2. Aspek Afektif

Aspek afeksi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan emosi seperti

penghargaan, nilai, perasaan, semangat, minat, dan sikap terhadap sesuatu

hal. Menurut Bloom, tahap afeksi meliputi lima hal. Pertama, penerimaan

(receiving/attending) Mengacu pada kemampuan untuk memperhatikan

dan merespon stimulasi yang tepat dan juga kemampuan untuk

menunjukkan atensi atau penghargaan terhadap orang lain. Dalam domain

atau ranah afektif, penerimaan merupakan hasil belajar yang paling

rendah. Contohnya, mendengarkan pendapat orang lain. Kedua, responsif

(responsive), yang berada satu tingkat di atas penerimaan dan ini akan

terlihat ketika siswa menjadi terlibat dan tertarik terhadap suatu materi.

Anak memiliki kemampuan berpartisipasi aktif dalam suatu pembelajaran

dan selalu memiliki motivasi untuk bereaksi dan mengambil tindakan.

Contoh, ikut berpartisipasi dalam diskusi kelas mengenai suatu pelajaran.

Ketiga, penilaian (value). Domain ini mengacu pada pentingnya nilai atau

keterikatan diri terhadap sesuatu, seperti penerimaan, penolakan atau tidak

menyatakan pendapat. Juga kemampuan untuk menyatakan mana hal yang

Page 25: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

15

baik dan yang kurang baik dari suatu kegiatan atau kejadian dan

mengekspresikannya ke dalam perilaku. Contoh, mengusulkan kegiatan

kelompok untuk suatu materi pelajaran. Keempat, organisasi

(organization). Tujuan dari ranah organisasi adalah penyatuan nilai, sikap

yang berbeda yang membuat anak lebih konsisten, membentuk sistem

nilai internalnya sendiri, dan menyelesaikan konflik yang timbul di

antaranya. Juga mengharmonisasikan berbagai perbedaan nilai yang ada

dan menyelaraskan berbagai perbedaan. Kelima, karakterisasi

(characterization). Acuan domain ini adalah karakter seseorang dan daya

hidupnya. Kesemua hal ini akan tercermin dalam sebuah tingkah laku

yang ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial, dan emosi.

Nilai-nilai telah berkembang sehingga tingkah laku lebih mudah untuk

diperkirakan.

3. Aspek Psikomotorik

Psikomotorik adalah domain yang meliputi perilaku gerakan dan

koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik

seseorang. Keterampilan yang akan berkembang jika sering dipraktikkan

ini dapat diukur berdasarkan jarak, kecepatan, ketepatan, teknik dan cara

pelaksanaan. Dalam aspek psikomotorik terdapat tujuh kategori mulai dari

yang terendah hingga tertinggi. Pertama, peniruan. Kategori ini terjadi

ketika anak bisa mengartikan rangsangan atau sensor menjadi suatu

gerakan motorik. Anak dapat mengamati suatu gerakan kemudian mulai

melakukan respons dengan yang diamati berupa gerakan meniru, bentuk

peniruan belum spesifik dan tidak sempurna. Kedua, kesiapan. Kesiapan

anak untuk bergerak meliputi aspek mental, fisik, dan emosional. Pada

tingkatan ini, anak menampilkan sesuatu hal menurut petunjuk yang

diberikan dan tidak hanya meniru. Anak juga menampilkan gerakan

pilihan yang dikuasainya melalui proses latihan dan menentukan

responsnya terhadap situasi tertentu. Ketiga, merupakan tahap awal dalam

proses pembelajaran gerakan kompleks yang meliputi imitasi, juga proses

gerakan percobaan. Keberhasilan dalam penampilan dicapai melalui

latihan yang terus menerus. Keempat, mekanisme. Merupakan tahap

menengah dalam mempelajari suatu kemampuan yang kompleks. Pada

tahap ini respon yang dipelajari sudah menjadi suatu kebiasaan dan

gerakan bisa dilakukan dengan keyakinan serta ketepatan tertentu.

Kelima, respon tampak kompleks. Ini merupakan tahap gerakan motorik

Page 26: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

16

yang terampil yang melibatkan pola gerakan kompleks. Kecakapan

gerakan diindikasikan dari penampilan yang akurat dan terkoordinasi

tinggi tetapi dengan tenaga yang minimal. Penilaian termasuk gerakan

yang mantap tanpa keraguan dan otomatis. Keenam, adaptasi. Pada tahap

ini, penguasaan motorik sudah memasuki bagian di mana anak dapat

memodifikasi dan menyesuaikan keterampilannya hingga dapat

berkembang dalam berbagai situasi berbeda. Ketujuh, penciptaan.

Artinya, menciptakan berbagai modifikasi dan pola gerakan baru untuk

menyesuaikan dengan tuntutan suatu situasi. Proses belajar menghasilkan

hal atau gerakan baru dengan menekankan pada kreativitas berdasarkan

kemampuan yang telah berkembang pesat.

4. Peranan Kognitif, Afektif dan Psikomotorik dalam Pendidikan

Selama ini, di sebagian besar kegiatan pendidikan kita, pengukuran

pencapaian materi pengajaran lebih banyak ditekankan pada hasil

pembelajaran sehingga lebih banyak menekankan pada aspek kognitif dan

kerap kali mengabaikan aspek lainnya. Oleh karena itu, sering kali

hasilnya tidak efektif, karena untuk dapat mencapai tingkat pengetahuan

atau perkembangan tertentu anak atau siswa, yang diperlukan justru

sebuah proses secara keseluruhan agar menghasilkan anak mempunyai

pertumbuhan secara menyeluruh. Anak tidak hanya mempunyai

pengetahuan yang tinggi melainkan juga mempunyai pemahaman lain

yang baik. Hal ini meliputi aspek afeksi dan psikomotorik anak.

Oleh karena itu, ketiga aspek atau domain ini sangat penting dalam

perkembangan atau tumbuh kembang seorang anak. Hal ini juga

mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak karena

ketiga aspek ini digunakan untuk mengukur keberhasilan proses

pembelajaran terhadap anak. Ketiga aspek ini akan digunakan untuk

mengevaluasi sejauh mana materi pendidikan dapat diserap oleh anak

dengan mengacu pada kategori-kategori di dalam tiga domain utama

tersebut. Ketiganya masing-masing memiliki fungsi berbeda untuk

mengetahui sejauh mana kemajuan proses belajar dan kemampuan anak

dalam menyerap materi pembelajaran tertentu dan juga sejauh mana

efektivitas metode pengajaran yang digunakan oleh guru atau oleh secara

lebih luas oleh sistem pendidikan.

Page 27: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

17

Ketiga aspek atau domain kognitif, afektif dan psikomotorik ini memiliki

hubungan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Sebelum sampai

pada aspek psikomotorik, terlebih dahulu anak akan mengalami tahap

kognitif dan afektif. Pada tahap penerimaan, anak terlebih dulu perlu

memiliki suatu perhatian untuk dapat menerima materi yang diberikan.

Dengan adanya perhatian maka akan mudah bagi anak untuk menerima

pengetahuan tersebut dan seterusnya.

Dalam setiap aspek afektif, terbukti memiliki aspek kognitif di dalamnya

untuk saling mendukung. Setelah anak melalui tahap kognitif dan afektif

maka ia akan siap untuk melanjutkan ke tahap psikomotorik berdasarkan

apa yang sudah dipelajarinya di kedua tahap sebelumnya.

5. Manfaat Mempelajari Aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotorik

Dengan menggunakan ketiga domain ini sebagai dasar untuk memberikan

pengajaran atau pendidikan kepada anak, hasilnya tidak hanya akan

membuat anak mengerti tentang konsep pelajaran secara menyeluruh

melainkan juga akan mengembangkan kemampuan emosional serta

motorik anak pada saat yang bersamaan. Aspek-aspek ini membantu para

pengajar dan pendidik untuk mengenali pada tahap mana kemampuan

masing-masing anak berada. Hal itu akan membantu para pendidik untuk

menciptakan instruksi yang mengarah pada kemampuan berpikir kritis

untuk masing-masing anak.

Pembelajaran tanpa mengenal konsep dasar atau kemampuan berpikir

kritis akan sulit untuk diterapkan dan pada akhirnya hanya akan

membiasakan seorang anak untuk mengenali teori tanpa mengerti dasar-

dasar dari pengetahuan yang dimilikinya dan pada akhirnya akan

membuatnya sulit untuk menerapkan pengetahuan tersebut dalam

berbagai situasi.

Contohnya, memiliki kemampuan berhitung akan sia-sia tanpa

kemampuan untuk mengetahui bagaimana, kapan, dan apa cara

mengaplikasikan hitungan tersebut dalam dunia nyata. Penerapan aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik akan membantu anak mengembangkan

kemampuan dirinya secara menyeluruh dan tidak sebagian saja.

Page 28: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

18

6. Tumbuh Kembang Anak Usia 6 – 12 Tahun

Pertumbuhan anak merupakan perubahan secara fisiologis sebagai hasil

dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung

secara normal pada anak yang sehat dan pada waktu yang normal.

Pertumbuhan merupakan proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan

tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif

secara berkesinambungan dan berkaitan dengan perubahan kuantitatif

yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Hasil

pertumbuhan antara lain bertambahnya ukuran kuantitatif badan anak,

seperti berat badan, panjang atau tinggi badan, dan kekuatannya, serta

perubahan yang semakin sempurna pada sistem jaringan syaraf dan

perubahan-perubahan struktur jasmani lainnya. Pertumbuhan dapat

disimpulkan sebagai proses perubahan dan pematangan fisik.

Sementara itu, perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif

yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman,

bekerja dalam suatu proses perubahan yang berkenaan dengan aspek-

aspek fisik dan psikis atau perubahan tingkah laku dan kemampuan

sepanjang proses perkembangan individu mulai dari massa konsepsi

sampai meninggal. Perkembangan bertujuan untuk memperoleh

penyesuaian diri terhadap lingkungan di mana ia hidup. Menurut Nuraini

(2014) perkembangan adalah “perubahan-perubahan yang dialami oleh

individu menuju tingkat kedewasaannya yang berlangsung secara

sistematis, progresif dan bersinambungan, baik mengenai fisik maupun

psikis”.

Perubahan dalam perkembangan memiliki sifat antara lain 1) sistematis,

berarti perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling kebergantungan

atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian fisik dan psikis dan

merupakan satu kesatuan; 2) progresif, berarti perubahan yang terjadi

bersifat maju, meningkat, dan mendalam (meluas) baik secara kuantitatif

(fisik) maupun kualitatif (psikis); 3) berkesinambungan, berarti perubahan

pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara berurutan atau

beraturan, dan 4) perkembangan mempunyai makna yang luas.

Perkembangan fisik anak usia SD meliputi pertumbuhan tinggi dan berat

badan. Perubahan proporsi antar bagian tubuh yang membentuk postur

tubuh, pertumbuhan tulang, gigi, otot, dan lemak. Pertumbuhan dan

Page 29: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

19

perkembangan fisik anak menentukan keterampilan anak bergerak.

Pertumbuhan dan perkembangan mempengaruhi cara memandang dirinya

sendiri dan orang lain yang berdampak dalam melakukan penyesuaian

dengan dirinya dan orang lain. Pertumbuhan dan perkembangan itu antara

lain seperti disajikan berikut ini.

a. Pertumbuhan Tinggi Badan, tinggi badan setiap anak berbeda-beda,

tetapi mengikuti pola yang sama, yaitu 1) anak usia 5 tahun memiliki

tinggi tubuh 2 kali dari tinggi/panjang tubuh saat lahir, setelah itu

melambat 7 cm setiap tahun, 2) anak usia 12 atau 13 tahun memiliki

tinggi badan sepanjang 150 cm, masih bertambah sampai usia 18 tahun

ketika mengakhiri masa remaja, dan 3) pada akhir usia SD dan anak

masuk masa puber, pertumbuhan anak laki-laki lebih lambat dari anak

perempuan. Namun, setelah itu, pertumbuhan laki-laki lebih cepat.

b. Perkembangan Berat Tubuh Peserta Didik, yaitu 1) untuk anak usia 5

tahun memiliki berat badan 5 kali setelah dilahirkan, 2) untuk anak

masa anak memiliki berat badan sekitar 35-40 kg, 3) anak usia 10-12

tahun merupakan awal/permulaan menginjak masa remaja.

Berdasarkan tipologi Sheldon (Hurlock, 1980), ada tiga kemungkinan

perubahan bentuk primer anak SD, yaitu 1) bentuk tubuh endomorph,

bentuk tumbuh tampak dari luar berbentuk gemuk dan berbadan besar,

2) bentuk tubuh mesomorph, bentuk tubuh kelihatannya kokoh, kuat,

dan lebih kekar, dan 3) berat tubuh ektomorf, bentuk tumbuh tampak

jangkung, dada pipih, lemah dan seperti tak berotot.

c. Pertumbuhan Tulang, Gigi, Otot dan Lemak, antara lain nampak pada

1) pertumbuhan tulang (jumlah dan komposisi) pada peserta didik usia

SD cenderung lambat dibandingkan anak awal dan remaja, 2)

pengerasan tulang dan tulang rawan menjadi tulang keras berlangsung

terus sampai akhir masa remaja, 3) pertumbuhan tulang terjadi tidak

serempak dan kecepatannya berbeda, tergantung pada hormon, gizi dan

zat mineral yang dikonsumsi, 4) pada dua tahun terakhir masa anak

akhir di mana terjadi periode lemak, terjadi pembengkokkan tulang

karena tulang belum/tidak cukup keras menompang berat badan, dan 5)

pergantian gigi susu menjadi gigi tetap terjadi pada peserta didik usia

SD menjadi peristiwa penting karena dapat mempengaruhi perilaku

anak, 6) perkembangan susunan syaraf pada otak dan tulang belakang

Page 30: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

20

mempengaruhi perkembangan indra dan berpikir anak yang berdampak

pada kemampuan anak dalam belajar.

Sebagian peserta didik usia SD juga mengalami perbedaan pada masa

awal remaja/puber, yang nampak pada 1) masa ini terjadi perubahan fisik

yang sangat pesat dalam ukuran tinggi, berat badan, proporsi tubuh, 2)

kematangan kelenjar dan hormon yang berkaitan dengan pertumbuhan

seksual, dan 3) mengalami ketidakseimbangan, terlalu memperhatikan

perubahan fisik, menarik diri dari pergaulan, perubahan minat/aktivitas

bermain, bersikap negatif/menentang, kurang percaya diri (PD) dan

sebagainya.

Perkembangan fisik peserta didik usia SD lebih lambat jika dibandingkan

dengan tingkat pertumbuhan masa masa bayi dan TK awal dan sesudah

masa puber dan remaja. Waktu pertumbuhan fisik tiap anak tidak sama,

ada yang berlangsung cepat, sedang atau lambat. Hal tersebut dipengaruhi

oleh banyak faktor, antara lain 1) pengaruh keluarga, 2) faktor keturunan,

3) faktor lingkungan , 4) jenis kelamin (anak laki-laki cenderung lebih

tinggi dan lebih berat jika dibandingkan dengan anak perempuan, kecuali

pada usia 12-15 tahun), 5) gizi dan kesehatan, dan 6) status sosial

ekonomi. Perkembangan manusia dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Perkembangan Manusia, Sumber: Dictio.id

Kualitas tumbuh kembang anak dalam kesehatan dipengaruhi oleh dua

faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam (internal) dan faktor yang

berasal dari luar (eksternal). Faktor internal terdiri dari enam hal seperti

disajikan berikut ini.

Page 31: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

21

1. Ras/etnik atau bangsa. Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika

tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.

2. Keluarga. Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh

tinggi, pendek, gemuk atau kurus.

3. Umur. Kecepatan pertumbuhan yang pesat terjadi pada masa prenatal,

tahun pertama kehidupan dan masa remaja.

4. Jenis kelamin. Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang

lebih cepat daripada laki-laki. Namun, setelah melewati masa

pubertas pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.

5. Genetik. Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak, yaitu

potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan

genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Salah satu

contohnya adalah tubuh kerdil.

6. Kelainan kromosom. Kelainan kromosom umumnya disertai dengan

kegagalan pertumbuhan dan perkembangan.

Faktor eksternal terdiri dari tiga hal, yaitu faktor prenatal, faktor

persalinan dan faktor pasca persalinan.

a. Faktor prenatal dipengaruhi oleh 9 hal, yaitu gizi, mekanis, toksin/zat

kimia, endokrin, radiasi, infeksi, kelainan imonologi, anoksia embrio,

dan psikologis ibu.

Gizi, nutrisi yang dikonsumsi ibu selama hamil akan mempengaruhi

pertumbuhan janin yang dikandungnya. Oleh karena itu, asupan nutrisi

pada saat hamil harus sangat diperhatikan. Pemenuhan zat gizi menurut

kaidah gizi seimbang patut dijalankan. Dalam setiap kali makan,

usahakan ibu hamil mendapat cukup asupan karbohidrat, protein,

lemak, vitamin dan mineral.

Mekanis, trauma dan posisi fetus yang abnormal dapat menyebabkan

kelainan kongenital seperti club foot, dislokasi panggul, falsi fasialis,

dan sebagainya.

Toksin/zat kimia, beberapa obat-obatan seperti aminopterin,

thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital palatoskisis.

Page 32: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

22

Endokrin, diabetes mellitus pada ibu hamil dapat menyebabkan

makrosomia, kardiomegali, hyperplasia adrenal.

Radiasi, paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan

kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental

dan deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata, kelainan

jantung.

Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (toksoplasma,

rubella, cytomegalo virus, herpes simpleks) dapat menyebabkan

kelainan pada janin, seperti katarak, bisu tuli, mikrosepali, retardasi

mental dan kelainan jantung kongenital.

Kelainan imunologi, eritoblastosis fetalis timbul karena perbedaan

golongan darah antara ibu dan janin sehingga ibu membentuk antibody

terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk ke

dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang

selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kern ikterus yang

akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.

Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta

menyebabkan pertumbuhan janin terganggu.

Psikologis ibu, pada kasus kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan

salah/ kekerasan mental pada ibu selama hamil serta gangguan

psikologis lainnya dapat mempengaruhi pertumbuhan janin.

2) Faktor persalinan, komplikasi yang terjadi pada saat proses persalinan

seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan

otak bayi.

3) Faktor pascapersalinan dipengaruhi oleh delapan hal, yaitu gizi,

penyakit kronis/kelainan congenital, lingkungan fisik dan kimia,

psikologis, endokrin, sosio ekonomi, lingkungan pengasuhan, dan

obat-obatan.

Gizi, untuk tumbuh dan berkembang secara optimal maka bayi dan

anak memerlukan gizi/nutrisi yang adekuat. Pada masa bayi, makanan

utamanya adalah air susu ibu (ASI). Berikan hak anak untuk

mendapatkan ASI eksklusif, yaitu hanya ASI sampai bayi berusia 6

bulan. Setelah itu, tambahkan makanan pendamping ASI (MP ASI),

Page 33: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

23

yang diberikan sesuai dengan usia anak. Pemberian MP ASI harus

diberikan secara bertahap sesuai dengan usia anak. Secara garis besar

pemberian MP ASI dibagi menjadi 2 tahapan, yaitu MP ASI untuk usia

6 bulan dan MP ASI untuk usia 9 bulan ke atas. Keduanya berbeda

dalam rasa dan teksturnya karena disesuaikan dengan perkembangan

dan kemampuan anak.

Penyakit kronis/kelainan congenital, penyakit-penyakit kronis seperti

tuberculosis, anemia serta kelainan kongenital seperti kelainan jantung

bawaan atau penyakit keturunan seperti thalasemia dapat

mengakibatkan gangguan pada proses pertumbuhan.

Lingkungan fisik dan kimia, lingkungan sering disebut milieu adalah

tempat anak hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar

anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya

sinar matahari, paparan sinar radio aktif, zat kimia tertentu (plumbum,

mercuri, rokok dan sebagainya) mempunyai dampak negatif terhadap

pertumbuhan anak.

Faktor psikologis yang dimaksud adalah bagaimana hubungan anak

dengan orang di sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh

orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan mengalami

hambatan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya.

Endokrin, gangguan hormon, seperti pada penyakit hipotiroid dapat

menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.

Sosio-ekonomi, kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan

makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan.

Keadaan seperti ini dapat menghambat proses pertumbuhan dan

perkembangan anak.

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi

tumbuh kembang anak.

Obat-obatan, pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat

pertumbuhan, demikian juga dengan pemakaian obat perangsang

terhadap susunan syaraf yang menyebabkan terhambatnya produksi

hormon pertumbuhan (Amalia dan Martinaman, 2017).

Page 34: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

24

Pertumbuhan fisik peserta didik usia SD yang beranjak matang maka

perkembangan motoriknya sudah dapat terkoordinasi dengan baik yang

mana, setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya.

Pada fase anak usia SD (7-12) tahun ditandai dengan gerak atau aktivitas

motorik yang lincah. Oleh karena itu, potensi yang ada pada anak usia SD

harus dikembangkan secara optimal. Pada anak usia SD merupakan masa

yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik,

baik halus maupun kasar.

Upaya-upaya yang dapat sekolah lakukan untuk memfasilitasi

perkembangan fisik-motorik secara fungsional, di antaranya adalah seperti

berikut ini.

1. Sekolah merancang pelajaran keterampilan yang bermanfaat bagi

perkembangan atau kehidupan anak seperti mengetik, menjahit,

merupa, atau kerajinan tangan lainnya.

2. Sekolah memberikan pelajaran senam atau olahraga kepada para siswa,

yang sejenisnya disesuaikan dengan usia siswa.

3. Sekolah perlu merekrut (mengangkat) guru-guru yang memiliki

keahlian dalam bidang-bidang tersebut diatas.

4. Sekolah menyediakan sarana untuk keberlangsungan penyelenggaraan

pelajaran tersebut (Nur, 2016).

B. Psikomotorik Kasar dan Psikomotorik Halus

Ranah psikomotorik adalah ranah yang menitikberatkan pada kemampuan

fisik dan kerja otot. Ranah ini membedakan antara ranah motorik kasar dan

motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang membutuhkan

keseimbangan dan koordinasi antaranggota tubuh dengan menggunakan otot-

otot besar dari sebagian atau seluruh anggota tubuh, di mana gerakan ini

dipengaruhi oleh usia, berat badan, dan perkembangan fisik anak. Gerakan-

gerakan yang menggunakan motorik kasar antara lain adalah berlari,

melompat, dan menendang.

Sementara itu, motorik halus berhubungan dengan keterampilan fisik yang

melibatkan otot kecil dan koordinasi mata dan tangan. Syaraf motorik halus

Page 35: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

25

dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan rangsangan secara rutin,

seperti bermain puzzle, menyusun balok, memasukkan benda ke dalam lubang

sesuai bentuknya, dan lain-lain. Kemampuan motorik halus setiap anak

berbeda-beda, baik dalam hal kekuatan maupun ketepatannya. Perbedaan ini

bisa dipengaruhi oleh pembawaan dan stimuli yang didapatkan anak.

C. Pengukuran Psikomotorik

Ada beberapa metode untuk mengukur tingkat perkembangan psikomotorik

anak. Dalam modul tentang evaluasi perkembangan motorik yang

dikembangkan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dikatakan bahwa

langkah evaluasi perkembangan motorik ini terbilang sulit dalam

pelaksanaannya. Perkembangan motorik tidak dapat diamati, sehingga

dikembangkan suatu cara agar mengukur pertambahan keterampilan pada satu

proses latihan dapat terlihat nyata? Hasil perkembangan motorik yang terlihat

dari keterampilan anak dapat dikumpulkan dalam waktu yang cukup panjang,

misalnya dalam satu bulan, satu semester bahkan satu tahun. Hasil

perkembangan tersebut dapat dipetakan dalam bentuk grafik. Jika anak

berhasil dalam perkembangan motoriknya maka grafik akan menunjukkan

garis menanjak, dan atau sebaliknya.

Dalam pengukuran perkembangan motorik perlu diperhatikan antara penilaian

yang berorientasi terhadap produk dan yang berorientasi terhadap proses.

Performa seorang anak yang dinilai dari jumlah lemparan bola yang berhasil

ditangkapnya dibandingkan dengan jumlah lemparan bola yang tidak berhasil

ditangkapnya, ini termasuk penilaian berorientasi produk. Teknik penilaian

yang berorientasi proses telah dikembangkan oleh Roberton dkk. di University

of Wisconsin didasarkan pada gagasan bahwa perkembangan pada komponen-

komponen tubuh yang berbeda, berlangsung pada saat yang berbeda-beda pula,

maka penilaian mengenai perkembangan motorik harus mencakup pendekatan

segmental atau komponen. Pendekatan komponen ini membutuhkan

pengidentifikasian karakteristik perkembangan bagian-bagian tubuh dalam

pelaksanaan suatu tugas” (Safrit, 1990:199). Untuk mampu melakukan

penilaian ini dibutuhkan pemahaman yang komprehensif mengenai tahapan-

tahapan perkembangan dalam periode waktu. Guru sangat membutuhkan

Page 36: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

26

kajian-kajian sebelum melakukan pengamatan mengenai definisi dari masing-

masing tahap perkembangan.

D. Pengaruh Aspek Psikomotorik terhadap Prestasi Siswa

Saat ini ada kecenderungan meningkatnya jumlah anak yang tidak aktif secara

fisik. Anak sekarang lebih sibuk dengan gadgetnya jika dibandingkan dengan

permainan yang melibatkan aktivitas fisik. Di sisi lain, pelajaran pendidikan

jasmani di sekolah hanya mendapat porsi 2 jam per minggu. Bahkan, tidak

dipungkiri, dalam menghadapi ujian nasional (UN), di banyak sekolah ada

kebijakan untuk mengurangi bahkan meniadakan jam pelajaran pendidikan

jasmani untuk digantikan mata pelajaran lain sebagai upaya meningkatkan

prestasi akademik siswa. Padahal sejumlah studi memperlihatkan adanya

hubungan positif antara prestasi akademik dengan aktivitas fisik (Ambardini,

2009).

Dasar pendidikan jasmani adalah gerak, beberapa penelitian (Ambardini,

2009) menyebutkan bahwa gerak memberi efek positif bagi tubuh, baik fisik

maupun mental, termasuk kemampuan kognitif dan emosional. Penelitian

CDC, 2006 (dikutip dari Ambardini, 2009) mengatakan bahwa anak yang tidak

aktif secara fisik cenderung tidak aktif pada masa dewasa. Kecenderungan ini

meningkatkan risiko obesitas yang berakibat meningkatnya prevalensi

penyakit kronik degeneratif, seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan jantung.

Menurut CDC, 2006, aktivitas fisik melalui pendidikan jasmani membantu

membentuk dan mempertahankan tulang dan otot yang sehat, membantu

mengontrol berat badan, membentuk otot dan mengurangi lemak, mengurangi

depresi, kecemasan, serta mencegah atau memperlambat hipertensi.

Senada dengan penelitian Carison et al, 2008 (dikutip dari Ambardini, 2009)

menunjukkan bahwa pendidikan jasmani berdampak positif terhadap prestasi

akademik siswa. Bahkan, pada siswa perempuan yang mendapat pendidikan

jasmani lebih banyak terdapat peningkatan nilai matematika dan membaca.

Riset Podulka, 2006 (dikutip dari Ambardini, 2009) memperlihatkan bahwa

program pendidikan jasmani yang didesain dengan baik dapat mendorong anak

untuk aktif secara fisik dan memberikan efek positif pada nilai akademis,

termasuk peningkatan konsentrasi, memperbaiki kemampuan matematika,

Page 37: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

27

membaca, dan menulis. Kondisi aerobik membantu fungsi memori. Aktivitas

fisik berpengaruh pada lobus frontalis, suatu area otak untuk konsentrasi

mental dan perencanaan. Selain itu juga dijelaskan bahwa mekanisme

meningkatnya prestasi akademik siswa sebagai hasil aktivitas fisik melalui

pendidikan jasmani di antaranya adalah melalui meningkatnya rentang

perhatian dan konsentrasi. Aktivitas fisik intensitas tinggi berkaitan erat

dengan meningkatnya prestasi akademis, sementara aktivitas fisik sedang tidak

berhubungan secara bermakna dengan prestasi akademis.

Bukti lain yang mendukung ditemukan oleh Dwyer et al, 2001 (dikutip dari

Ambardini, 2009) dalam studinya yang melibatkan siswa sekolah dasar sampai

sekolah menengah di Australia bahwa skor kebugaran jasmani berhubungan

secara bermakna dengan prestasi akademik.

Melalui pembelajaran motorik di SD akan berpengaruh terhadap beberapa

aspek kehidupan para siswa seperti: 1) melalui pembelajaran motorik anak

mendapatkan hiburan dan memperoleh kesenangan, 2) melalui pembelajaran

motorik anak dapat beranjak dari kondisi lemah menuju kondisi independen,

3) melalui pembelajaran motorik anak dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan, 4) melalui pembelajaran motorik akan menunjang keterampilan

anak dalam berbagai hal, dan 5) melalui pembelajaran motorik akan

mendorong anak bersikap mandiri, sehingga dapat menyelesaikan segala

persoalan yang dihadapinya (Decaprio, 2013, p.24, dikutip dari Sukadiyanto,

2014).

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh guru penjas SD terkait dengan

pembelajaran motorik sebagai berikut: 1) kurangnya pengalaman dan

kreativitas guru penjas dalam menyusun model pembelajaran motorik yang

variatif dan menarik, sehingga berpengaruh terhadap proses pembelajaran

yang masih bersifat konvensional, 2) kurangnya sarana prasarana yang tersedia

di SD serta minimnya kreativitas guru penjas SD dalam menyiapkan atau

memodifikasi peralatan olahraga yang digunakan dalam pembelajaran

motorik, dan 3) terbatasnya jumlah jam pelajaran pendidikan jasmani untuk

SD serta masih kurangnya kemampuan guru dalam mengelola kelas pada

pembelajaran motorik (Sukadiyanto, 2014).

Dalam makalahnya Ambardini, 2009 menyimpulkan bahwa pendidikan

jasmani yang berkualitas setiap hari menjadi esensial untuk proses belajar yang

optimal. Apabila kurikulum tidak memungkinkan untuk diubah maka sangat

Page 38: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

28

dianjurkan untuk membuat siswa aktif di kelas, yaitu dengan menyisipkan

aktivitas fisik dengan setting kelas pada mata pelajaran lain. Oleh karena

aktivitas fisik dapat meningkatkan fungsi kognitif melalui perbaikan

hippocampus yang berperan pada pembelajaran spasial, melalui plastisitas

sinaptik, dan neurogenesis (van Praag et al., 1999). Lebih jauh dijelaskan

bahwa aktivitas fisik berpengaruh baik pada fungsi kognitif karena dapat

meningkatkan kadar faktor pertumbuhan syaraf (nerve growth factor) yang

menyokong daya survival dan pertumbuhan jumlah sel-sel syaraf sehingga

pemiliknya semakin cerdas.

Page 39: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

29

BAB III

METODOLOGI

A. Metode

Kajian ini akan menggunakan dua metode, yaitu kuantitatif dan kualitatif atau

disebut metode campuran karena mengumpulkan dan menganalisis data

kuantitatif dalam penelitian yang sama. Metode kuantitatif meneliti data yang

bersifat numerik dan menggunakan alat statistik untuk menganalisis data yang

dikumpulkan sehingga memungkinan untuk pengukuran variabel

(https://penelitianilmiah.com/).

Metode kualitatif digunakan untuk menjaring data kuantitatif, seperti data

psikomotorik dan kebugaran siswa, data prestasi siswa, peningkatan tumbuh

kembang anak, dan data kegiatan fisik yang dilakukan oleh guru dan siswa

yang terkait dengan variabel pengembangan psikomotorik siswa.

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data kualitatif

ini dijaring dengan menggunakan focus group discussion (FGD) dan

wawancara. Verifikasi dan validasi data dilakukan dengan FGD dan meminta

mengumpulkan data ke beberapa SD di Kecamatan Tanah Abang, Jakarta

Pusat. Pengumpulan data dengan menggunakan angket. Pengumpulan data di

tingkat sekolah dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dan

data terkait bentuk-bentuk psikomotorik yang dilakukan di tingkat sekolah.

Responden atau informan adalah semua guru yang terdapat di SD sampel.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari satuan atau individu yang

karakteristiknya akan diteliti dan satuan tersebut disebut unit analisis. Unit

analisis dapat berupa orang atau institusi. Sampel adalah sebagian populasi

yang karakteristiknya akan diteliti. Untuk mendapatkan sample maka

digunakan teknik sampling. Teknik sampling adalah cara pengambilan sampel

dari populasi. Teknik ini diambil bila populasi bersifat homogen atau memiliki

karakter yang sama atau hampir sama. Untuk menghasilkan sampel yang

Page 40: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

30

sesuai maka dipilih sampel secara purposif atau judgemental sampling

(https://www.statistikian.com/2012/10/).

Berdasarkan pengertian tersebut maka populasi kajian ini adalah semua SD

pada kelas awal di Indonesia, sedangkan sampelnya adalah siswa kelas awal

pada SD yang diambil secara purposif sehingga diperoleh SD di Kecamatan

Tanah Abang, Jakarta Pusat, berjumlah 12 SD dengan kategori baik dan

sedang. Responden dalam kajian ini meliputi guru kelas, siswa, kepala sekolah,

guru yang terlibat dalam UKS, dokter OR/kesehatan jasmani, dan psikolog

keolahragaan.

C. Variabel dan Indikator

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan dalam kajian ini ada dua jenis, yaitu pengumpulan data

sekunder dan data primer. Pengumpulan data sekunder diawali dengan studi

dokumentasi terkait kemampuan atau tumbuh kembang psikomotorik siswa

dan mengumpulkan data di tingkat sekolah, seperti hasil pengukuran atau

penilaian kemampuan psikomotorik siswa. Sementara itu, data primer

dikumpulkan melalui observasi kegiatan guru dan siswa SD, FGD, mengisi

angket dan mengukur kemampuan psikomotorik siswa SD.

Page 41: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

31

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses sistematis untuk mengubah data yang

diperoleh dari kegiatan pengumpulan data sekunder dan data primer menjadi

informasi yang berguna untuk menyelesaikan masalah penelitian. Analisis data

meliputi tiga hal, yaitu persiapan, tabulasi, dan penerapan data sesuai dengan

metode penelitian. Analisis data sekunder menghubungkan variabel

kebugaran dan prestasi siswa dengan menggunakan korelasi, sedangkan

analisis data primer di lapangan menggunakan tiga hasil, yaitu dari isian

instrumen guru, isian instrumen siswa, dan hasil FGD. Data hasil FGD

digunakan dan dianalisis untuk menunjang data primer. Analisis data primer

dilakukan dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,

memilih mana yang penting dan yang dipelajari, dan membuat simpulan

sehingga mudah dipahami oleh orang lain.

● Diskusi (FGD)

● Data: data sekunder dan data hasil diskusi

● Responden/informan: birokrat (direktorat SD/kurikulum dan

pembelajaran, Puskur/kurikulum dan pembelajaran, Kemenpora), dokter

kesehatan jasmani/olahraga, Psikolog olahraga, kepala sekolah, dan guru

mata pelajaran/olahraga.

Page 42: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

32

Gambar 3.1: Kerangka Berpikir

Kurikulum 2013 Sarana Prasarana di

sekolah

Kemampuan dan

Pemahaman Guru Kelas

Siswa

berkualitas

secara

kognitif,

afektif dan

psikomotor

Ranah Kognitif: siswa

berpikir kreatif, kritis,

kolaboratif (abad 21)

Siswa

cerdas, berkarakter, aktif

Ranah Afektif: siswa

berkarakter melalui PPK

Ranah Psikomotor:

penjas 2 jpl/minggu, 1

guru penjas/sekolah

Pengukuran tumbuh kembang psikomotorik

Page 43: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

33

BAB IV

HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pemetaan Kebijakan Pendidikan terkait Aspek

Psikomotorik

Pemetaan kebijakan pendidikan terkait aspek psikomotorik disajikan pada

empat negara, yaitu Finlandia, Australia, Singapura, dan Jepang dibandingkan

dengan Indonesia.

1. Ranah Psikomotorik dalam Sistem Pendidikan di Empat Negara

Sistem pendidikan Finlandia saat ini dianggap sebagai salah satu sistem

pendidikan terbaik di dunia. Finlandia selalu menempati skor terbaik

dalam survei penilaian siswa internasional (PISA) yang dilakukan tiga

tahun sekali, karena Finlandia menduduki peringkat ke-13 untuk skor

matematika, peringkat ke-4 literasi baca, dan peringkat ke-5 untuk

sains. Jika dibandingkan dengan sekolah di Indonesia dan sekolah di

negara lain pada umumnya yang jam belajarnya dimulai pada pukul 7.00

sampai pukul 15.00, sekolah di Finlandia memiliki hari sekolah yang lebih

singkat. Sekolah di Finlandia juga tidak melakukan ulangan atau ujian

standar. Di Finlandia, sekolah biasanya dimulai pada pukul 9.00 dan

berakhir pada pukul 14.00-14.45. Finlandia hanya menerapkan 5 sesi

pembelajaran/5 jam pelajaran per hari. Setiap sesi berlangsung 45 menit

dan ada waktu istirahat selama 15 menit di setiap akhir sesi. Jadi, di

Finlandia jumlah istirahat per harinya adalah 75 menit.

Ketika anak mencapai usia 7 tahun, anak masuk dalam pendidikan

dasar. Pendidikan dasar yang dimaksud adalah setara dengan SD dan SMP

di Indonesia. Mereka menawarkan pendidikan struktur tunggal selama

sembilan tahun selama 190 hari per tahun. Dalam pembelajaran

pendidikan dasar, sekolah diberikan banyak ruang untuk merevisi dan

mengubah kurikulum sesuai kebutuhan siswa mereka yang unik. Tujuan

dari pendidikan dasar adalah "untuk mendukung pertumbuhan siswa

menuju kemanusiaan dan keanggotaan masyarakat yang bertanggung

jawab secara etis dan untuk memberi pengetahuan dan keterampilan yang

Page 44: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

34

dibutuhkan dalam kehidupan." Tujuan ini tercakup dalam panduan

pendidikan, yaitu tentang tes apa yang harus diberikan, cara mengevaluasi

kemajuan dan kebutuhan siswa, dan bahkan kemampuan untuk mengatur

jadwal harian dan mingguan.

Menurut Harefa (2018) ada satu yang unik dalam peraturan pendidikan

yang diterapkan oleh guru dan siswa di Finlandia. Pada umumnya aturan

mengerucut pada tiga hal, yaitu hormati diri sendiri, hormati orang lain,

dan hormati lingkungan. Ketiga aturan ini diterapkan kepada setiap siswa

dan dikembangkan di dalam Anchor Charts (aturan pokok), yang

bertujuan untuk membuat harapan-harapan kelas menjadi lebih jelas dari

hari ke hari dengan menerangkan setiap tindakan siswa demi tercapainya

tujuan tertentu, seperti mendengarkan dengan baik atau sesuai sasaran

utama strategi ini, menjaga lingkungan belajar yang tenang.

"Pendidikan dasar di Finlandia sangat menghargai anak-anak bermain

bebas dan melakukan hal-hal lain daripada hanya duduk di kelas," kata

Profesor Erno Lehtinen, guru besar pendidikan dari Universitas Turku

Finlandia. Pada awalnya berdasarkan pengamatan guru di salah satu

sekolah, sebagian besar siswa duduk pasif pada jam istirahatnya. Pada saat

guru meminta siswa untuk bangkit dan melakukan kerja mandiri, tampak

siswa merasa jengkel dan guru harus sedikit memaksa dengan menarik

beberapa siswa yang duduk di lantai untuk berdiri. Kondisi tidak aktif

sepanjang hari ini mengakibatkan anak-anak kehilangan manfaat yang

kaya dari gerak aktif secara fisik. Padahal penelitian telah menunjukkan

bahwa kegiatan fisik dapat menangkal obesitas, mengurangi risiko

penyakit kardiovaskuler, memperbaiki fungsi kognitif (seperti ingatan dan

perhatian), dan secara positif mempengaruhi kesehatan mental (Walker,

2015 dalam Walker 2017).

Pada Raport Finlandia 2014 Mengenai Kegiatan Fisik Untuk Anak-Anak

Dan Kaum Muda, anak-anak Finlandia mendapat nilai D untuk semua

tingkat kegiatan fisik. Penelitian Walker pada tahun 2013,

mengungkapkan bahwa hanya 50% siswa SD di Finlandia yang mampu

melakukan kegiatan fisik tingkatan sedang hingga berat selama satu jam

setiap harinya. Kondisi lebih buruk terjadi pada siswa sekolah menengah

yang hanya mencapai 17% (Walker, 2015 dalam Walker 2017).

Berdasarkan hasil penelitian ini, pemerintah berusaha keras membuat

Page 45: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

35

anak-anak aktif dalam satu hari melalui insiatif pemerintah yang disebut

Finnissh Schools on The Move (Sekolah Finlandia Bergerak). Program ini

diujicobakan di 45 sekolah pada 2010-2012. Pada akhir program

diujicobakan, dilakukan survei yang hasilnya adalah bahwa separuh dari

siswa SD dan sepertiga dari siswa sekolah menengah menunjukkan

adanya kegiatan fisik yang meningkat (Walker,2015, dikutip pada Walker,

2017).

Pendidikan dasar di Finlandia menerapkan konsep bermain lebih penting

daripada belajar. Kondisi ini membuat siswa baru yang pertama kali

masuk ke sekolah di Finlandia tidak perlu mengalami cultural shock, tidak

seperti yang terjadi pada siswa baru di tempat lainnya. Siswa baru di

Finlandia cenderung memamerkan pengalaman pertama di sekolah pada

orangtuanya, sekaligus tentang jam istirahat yang panjang. Demikian

santainya suasana sekolah di Finlandia, dari 60 menit waktu belajar

mengajar, selalu terselip 15 menit untuk beristirahat.

Finlandia juga menerapkan metode pembelajaran “permainan interaktif”

(joyfull learning) menjadi metode yang sangat dominan digunakan sejak

SD hingga strata SMA. Joyfull learning dinilai lebih efektif digunakan

karena akan meningkatkan motivasi, minat, dan hasil belajar siswa,

Dilansir dari laporan Big Think yang dipublikasikan World Economic

Forum (WEF) (Harususilo, Kompas 2019), sistem pendidikan Finlandia

dapat berfungsi dengan baik karena strukturnya ditopang oleh beberapa

prinsip utama, yaitu akses yang sama terhadap pendidikan dan siswa

diberi kebebasan memilih jalur pendidikan berdasarkan minat dan bakat.

Setyawan (2017) mencoba merangkum beberapa keunggulan dari

pendidikan di Finlandia yang dapat menginspirasi guru Indonesia adalah:

a. Istirahat setiap 45 menit sekali, sebagai salah satu keunikan sistem

pendidikan di Finlandia,

b. Tidak ada pekerjaan rumah (PR), Finlandia memiliki pandangan

bahwa aktivitas anak di luar jam sekolah adalah untuk aktivitas untuk

bersosialisasi dengan keluarga/masyarakat, aktivitas bermain, hingga

aktivitas untuk menerapkan keilmuannya,

c. Tidak ada ujian, karena Finlandia beranggapan bahwa penilaian

paling otentik adalah penilaian proses. Penilaian yang diberikan

Page 46: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

36

selama proses belajar berlangsung adalah assessment detail tentang

kemajuan dan kesulitan belajar siswa. Kebijakan guru mutlak tentang

kelayakan seorang siswa untuk bisa lanjut ke kelas/jenjang

selanjutnya,

d. Satu guru berbanding dengan dua belas siswa. Setiap rombongan

belajar hanya berisi 12 siswa dan diampu oleh seorang guru,

e. Sistem pendidikan di Finlandia cukup 5 sesi pembelajaran per hari,

f. Sekolah formal dimulai di usia 7 tahun, tidak ada pendidikan anak

usia dini di Finlandia,

g. Metode pembelajaran “Permainan Interaktif” (joyfull learning)

mendominasi hingga jenjang SMA. Metode ini dinilai lebih efektif

digunakan karena akan meningkatkan motivasi, minat, hingga hasil

belajar siswa,

h. Semua guru di Finlandia dibiayai negara untuk meraih gelar Master,

karena Finlandia mencanangkan bahwa guru harus berpendidikan S2.

Selain itu, yang berhak menjadi guru adalah para lulusan terbaik dari

kampus yang terbaik pula,

i. Biaya pendidikan sepenuhnya ditanggung negara,

j. Gaji guru tertinggi di Finlandia, karena profesi guru sangat dihargai,

k. Guru adalah pemegang kebijakan kurikulum. Guru satu dengan guru

lainnya bisa menerapkan kurikulum yang berbeda. Setiap guru

memiliki kewenangan penuh untuk menentukan, merancang, hingga

mengimplementasikan kurikulum sesuai dengan kehendaknya.

Kurikulum yang dirancang guru akan dibuat berdasarkan kondisi,

kebutuhan, hingga potensi siswa yang dipegang oleh setiap guru,

l. Tidak mengenal adanya “kompetisi”, karena semua siswa dianggap

sebagai ranking 1 atas potensi dan keahlian masing-masing,

m. Guru difasilitasi program pengembangan profesi keguruan setiap

pekan, guru setiap minggunya wajib mengikuti Program

Pengembangan Profesi Keguruan,

n. Metode pengajaran yang inovatif, guru sangat menguasai teknik dan

strategi pembelajaran, sedangkan inovasi pembelajaran adalah satu

Page 47: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

37

rahasia yang dilakukan mulai dari perencanaan, metode,

hingga media pembelajaran.

Pembelajaran di Australia, pada jam pertama pada sekolah tersebut,

dikhususkan pada pemberian waktu pada anak untuk bergerak bebas di

lingkungan sekolah. Di sekolah telah disiapkan berbagai sarana prasarana

yang dapat dipergunakan anak untuk menyalurkan energi geraknya,

seperti untuk memanjat, bergantung, belajar keseimbangan dan lain-lain.

Semua peralatan tersebut telah disiapkan sekolah, di berbagai sudut

lingkungan sekolah.

Sementara itu, di Singapura menerapkan penguatan aspek psikomotorik

melalui kegiatan ekstrakurikuler. Seluruh siswa di sekolah diharapkan

untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga, musik, seni,

dan lain-lain. Di samping itu, pemerintah Singapura juga memberi

perhatian yang besar kepada siswa yang mempunyai bakat olahraga dan

mendorong sehingga bermunculan juara-juara olahraga. Contoh lain

adalah Finlandia, yang secara khusus memberi perhatian khusus dengan

membuat gerakan The Finish School on the Move pada tahun 2010-2012,

yang berdampak pada pengurangan obesitas di kalangan remaja.

Kualitas pendidikan di Jepang memang tak perlu dipertanyakan, hal ini

terlihat dari berhasilnya Jepang dalam menghasilkan sumber daya

manusia yang berkualitas. Salah satu yang paling berperan dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah kurikulum

pendidikan di negara tersebut. Tidak hanya di Indonesia yang gemar

mengganti kurikulum pendidikan, demikian juga negara maju seperti

Jepang kerap mengganti kurikulum. Perubahan tersebut mau tidak mau

membawa dampak perubahan permintaan kualifikasi dan kompetensi

pendidik di Jepang.

Menurut Ahmad Sentosa dalam artikel berjudul Kurikulum dan

Kompetensi Guru di Jepang, Ia menjelaskan untuk level pendidikan taman

kanak-kanak (TK), di Jepang lebih cenderung merupakan lembaga

pengembangan dan pelatihan kebiasaan sehari-hari. Oleh karena itu,

pendidikan di TK bukanlah pengajaran, tatapi lebih tepat disebut

pendidikan.

Page 48: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

38

Untuk tingkat SD, sifat dan karakteristik kurikulum di Jepang hampir

sama dengan kurikulum SD di Indonesia. Hanya yang membedakan

adalah pada mata pelajaran kebiasaan hidup yang umumnya diajarkan di

kelas 1 dan 2. Tujuan utama diajarkan mata pelajaran ini adalah untuk

mengenalkan dan membiasakan anak-anak pada pola hidup mandiri.

Menurut mereka, daripada mengajarkan mata pelajaran IPA dan IPS,

Jepang lebih memilih memperkenalkan tata cara kehidupan sehari-hari

kepada anak-anak yang baru lulus dari tingkat TK yang lebih

memfokuskan kegiatan bermain daripada belajar di dalam kelas.

Pembelajaran utama seperti bahasa Jepang dan berhitung mempunyai

porsi yang lebih banyak jika dibandingkan dengan pelajaran lainnya.

Pelajaran moral diajarkan tidak secara khusus dalam mata pelajaran

tertentu, tetapi diajarkan oleh wali kelas sejam seminggu atau

diintegrasikan melalui pelajaran lain. Pendidikan moral sudah termasuk

pada pendidikan agama (Kristen, Budha, Shinto). Selain siswa disibukkan

dengan pendidikan akademik, pendidikan bersifat estetik berupa musik

dan menggambar juga diajarkan dalam porsi besar di kelas 1 dan 2. Untuk

pendidikan SMP, kurikulum menitikberatkan pada pendidikan bahasa

Jepang, Matematika, IPA dan IPS, sedangkan pendidikan bahasa asing

seperti Inggris dan Jerman tidak diwajibkan dan hanya bersifat pilihan

bagi siswa. Pelajaran bahasa Inggris baru dijadikan pelajaran wajib pada

level SMP pada kurikulum 2002. Adanya mata pelajaran pilihan seperti

bahasa Jepang, IPS, matematika, IPA, musik, art, pendidikan jasmani,

keterampilan, dan bahasa asing, merupakan pembeda khas antara

kurikulum pendidikan SMP di Jepang dan Indonesia. Selain itu,

pendidikan utama di Jepang juga dilengkapi dengan pendidikan

ekstrakurikuler seperti di Indonesia.

Jika dibandingkan antara kurikulum SD dan SMP, kurikulum SMA di

Jepang paling sering berubah. Pada tingkat ini sudah diadakan sistem

penjurusan seperti di Indonesia. Sifat khas kurikulum SMA adalah

kompleksnya pelajaran yang diajarkan. Contohnya pelajaran bahasa

Jepang yang mulai dikelompokkan menjadi literatur klasik dan modern.

Penjurusan dilakukan di kelas 3, jurusan yang ada meliputi IPA dan

budaya/sosial. tetapi seiring berjalannya waktu penjurusan mengalami

perkembangan karena banyaknya lulusan SMA yang memilih akademi

Page 49: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

39

yang terkait dengan teknik, pertanian, perikanan, kesejahteraan

masyarakat, dan lain lain.

Bukan hanya di Indonesia, banyak pro dan kontra tentang kurikulum

pendidikan, di Jepang pun kurikulum dilakukan secara top

down, bukan bottom up. Oleh karenanya banyak yang tidak dapat

diterapkan di sekolah secara optimal dan pada akhirnya mendapat protes

keras dari para guru. Di Jepang memperlakukan kegiatan belajar di luar

secara berkala, mereka mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan lahan

pertanian atau perkebunan untuk belajar memetik teh, jeruk dan menggali

umbi-umbian, bahkan sampai belajar menanam padi di sawah. Di lain

waktu, siswa secara berkelompok diajarkan cara menumpang kereta

(densha) untuk melatih kemandirian. Selain itu, diselingi kegiatan

wawancara dengan berbagai narasumber kemudian menjadi bahan untuk

presentasi di depan kelas.

Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas tidak hanya

bergantung pada sistem pendidikan itu sendiri, melainkan juga setiap

sistem dan orang di dalamnya seperti guru dan para pelajar pun harus ikut

mendukung dalam mencapai visi dan misi yang sama. Jadi, Jepang dalam

menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas pun tidak semata-

mata dengan hasil instant tetapi dengan proses yang hampir sama dengan

negara maju lain pada umumnya. Seperti yang dikatakan sebelumnya

proses kurikulum di Jepang pun tidak lepas dari kata bongkar pasang,

tetapi dengan loyalitas para pengajar dan tingkat kedisiplinan pelajar yang

akhirnya dapat menciptakan banyak SDM berkualitas. Selain itu, pelajar

dilarang keras menggunakan kendaraan motor sendiri ke sekolah dan

bangunan gedung sekolah dibuat modern, megah dan lengkap dengan

gedung olahraga, kolam renang dan lapangan yang luas. Namun, siswa

piket wajib membersihkan sekolah sebelum pulang ke rumah usai jam

pelajaran.

2. Ranah Psikomotorik dalam Regulasi di Indonesia

Ada 7 peraturan perundang-undangan yang memuat tentang aspek

psikomotorik, yaitu Undang-Undang Nomor 4, Tahun 1950, Undang-

Undang Nomor 20, Tahun 2003, Permendikbud Nomor 37, Tahun 2018.

Page 50: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

40

Permendikbud Nomor 24, Tahun 2014, Permendikbud Nomor 22, Tahun

2014, Silabus, dan Permendiknas Nomor 24, Tahun 2007. Masing-masing

peraturan tidak memberikan secara eksplisit aspek psikomotorik.

No. Aspek Temuan

1. Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1950,

Bab IV Pasal 9 tentang

Dasar-dasar

Pendidikan dan

Pengajaran di sekolah

Keselarasan antara tubuh dan perkembangan

jiwa merupakan usaha untuk membuat bangsa

Indonesia sehat lahir dan batin

2. Undang- Undang

Nomor 20, Tahun

2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional

Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan

sesuai dengan bakat, minat, standar SKL, dan

Kurikulum.

Kurikulum wajib memuat

keterampilan/kejuruan, pendidikan jasmani dan

olahraga.

3. Permendikbud Nomor

37, Tahun 2018

tentang Perubahan atas

Permendikbud Nomor

2,. Tahun 2016 tentang

Kompetensi Inti dan

Kompetensi Dasar.

Kompetensi Inti 4 (Keterampilan), kompetensi

dasar yang harus dikuasai siswa SD sudah

mencakup psikomotorik, namun tidak dijelaskan

secara implisit. Contoh yang tersurat:

● Kelas 1 KD nya mempraktikkan, melafalkan,

menyampaikan, mengemukakan,

menggunakan, dan melisankan puisi.

● Kelas 2, KD meliputi: menirukan,

melaporkan, menyajikan, membacakan,

menyampaikan, menulis, menceritakan.

● Kelas 3, KD mencakup: menyajikan,

meringkas, menjelaskan, dan memeragakan.

● Kelas 4 KD terdiri dari: menata, menyajikan,

melaporkan, mengomunikasikan, melisankan,

dan menyampaikan.

● Kelas 5, KD yaitu: menyajikan (hasil

identifikasi, klasifikasi informasi, ringkasan

dan konsep-konsep), memeragakan,

Page 51: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

41

No. Aspek Temuan

memaparkan, melisankan pantun, dan

membuat surat undangan.

● Kelas 6, KD nya meliputi: menyajikan

(simpulan, hasil penggalian informasi, haasil

pengaitan peristiwa), menyampai-kan (pidato,

informasi, hasil membandingkan dan

penjelasan), memaparkan informasi,

mengubah teks puisi, dan mengisi teks

formulir.

4. Permendikbud Nomor

24 Tahun 2014 tentang

Kompetensi Inti dan

Kompetensi Dasar

Pendidikan Jasmani,

olahraga, dan

Kesehatan SD/MI

Kompetensi Inti 4 (Keterampilan), KD nya lebih

banyak pada praktik yang masuk dalam ranah

psikomotorik. KD untuk:

● Kelas 1: mempraktikan gerak dasar

lokomotorik, nonlokomotor, pola gerak dasar

manipulatif, sikap tubuh, berbagai pola gerak

dominan, berbagai pengenalan aktivitas air),

dan menceritakan bagian-bagian tubuh.

● Kelas 2: mempraktikkan (variasi gerak dasar

lokomotorik, non lokomotorik, manipulatif,

prosedur bergerak secara seimbang, pola gerak

dominan, penggunaan variasi gerak dasar

lokomotorik dan nonlokomotorik),

menceritakan manfaat (pemanasan dan

pendinginan, cara menjaga kebersihan

lingkungan).

● Kelas 3: mempraktikkan (gerak kombinasi

dasar lokomotorik, kombinasi

nonlokomotorik, bergerak secara seimang,

kombinasi berbagai pola gerak dominan,

penggunaan kombinasi gerak dasar semuanya,

gerak dasar mengambang), menceritakan

bentuk dan manfaat istirahat, perlunya

memilih makanan bergizi dan jajanan sehat.

● Kelas 4, mencakup: mempraktikkan (variasi

gerak dasar, variasi pola dasar jalan, lari,

Page 52: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

42

No. Aspek Temuan

lompat dan lempar melalui

permainan/olahraga, berbagai aktivitas

kebugaran jasmani, variasi dan kombinasi

berbagai pola gerak dominan, variasi gerak

dasar langkah dan ayunan lengan, gerak dasar

satu gaya renang), mendemonstrasikan (cara

menanggulangi jenis cedera, perilaku terpuji

dalam pergaulan sehari-hari).

● Kelas 5, meliputi: mempraktikan kombinasi

gerak, mempraktikan (kombinasi gerak, gerak

dasar, kombinasi gerak dasar jalan, lari,

melompat dan lempar, variasi gerak dasar,

aktivitas latihan, kombinasi pola gerak

dominan, penggunaan kombinasi gerak dasar

langkah dan ayunan, salah satu gaya renang),

menerapkan konsep pemeliharaan diri dan

orang lain, serta memaparkan bahaya

merokok.

● Kelas 6, terdiri dari: mempraktikkan (variasi

dan kombinasi gerak, variasi dan kombinasi

gerak dasar, gerak dasar jalan, lari, lompat,

dan lempar, latihan kebugaran jasmani,

rangkaian tiga pola gerak dominan,

penggunaan variasi dan kombinasi gerak

dasar, keterampilan salah satu gaya renang),

dan memaparkan perlunya pemeliharaan

kebersihan.

5. Permendikbud Nomor

22, Tahun 2014

tentang Standar Proses

Sikap aktivitasnya mencakup: menerima,

menjalankan, menghargai, menghayati, dan

mengamalkan.

Pengetahuan aktivitasnya meliputi: mengingat,

memahami, menerapkan, menganalisis dan

mengevaluasi.

Keterampilan aktivitasnya mencakup:

mengamati, menanya, mencoba, menalar,

menyaji dan mencipta. Untuk keterampilan

Page 53: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

43

No. Aspek Temuan

aktivitas yang mengarah ke psikomotorik tidak

terlihat jelas.

6. Permendiknas Nomor

24, Tahun 2007

tentang Standar Sarana

Dan Prasarana

SD/MI, SMP/MTs,

dan SMA/MA

● Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai

area bermain, berolahraga, pendidikan

jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler.

● Tempat bermain/berolahraga yang berupa

ruang terbuka sebagian ditanami pohon

penghijauan.

● Tempat bermain/berolahraga diletakkan di

tempat yang tidak mengganggu proses

pembelajaran di kelas.

7. Silabus Pembelajaran tematik memuat mata pelajaran

dan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh

siswa, materi pelajaran dan kegiatan pelajaran.

Pada kegiatan pembelajaran banyak kegiatan

yang mengakomodir psikomotorik, tetapi tidak

dijelaskan secara eksplisit.

Beberapa regulasi dan peraturan perundangan tersebut di atas

menunjukkan adanya dukungan untuk mengimplementasikan dan

menguatkan aspek psikomotorik siswa di sekolah, yang secara implisit

termuat di dalam sebagian pasal-pasalnya. Implementasi aspek

psikomotorik tidak secara jelas diuraikan dalam bentuk-bentuk kegiatan

siswa yang melibatkan aktivitas fisik di kelas maupun di sekolah.

Penjelasan implementasi aspek psikomotorik dalam perundangan

membutuhkan kreativitas guru untuk mewujudkannya melalui metode

pembelajaran yang dipilihnya.

Sementara itu, berdasarkan pada tataran kebijakan terkait kompetensi

siswa maka kompetensi psikomotorik siswa yang harus dimiliki adalah

menunjukkan keterampilan berpikir dan bertindak, yaitu kreatif,

produktif, kritis, mandiri, kolaboratif dan komunikatif, dan dalam bahasa

yang jelas, sistematis, logis, dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam

Page 54: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

44

gerakan yang mencerminkan anak sehat dan tindakan yang mencerminkan

perilaku anak sesuai dengan tahap perkembangannya.

B. Bentuk-bentuk Kegiatan terkait Aspek Psikomotorik

Bagian ini menguraikan tentang implementasi kebijakan ranah psikomotorik

yang dilakukan di SD. Untuk itu, ada empat hal yang dijelaskan, yaitu: 1)

diawali dengan pemahaman guru mengenai psikomotorik, 2) implementasi

guru, 3) penguatan ranah psikomotorik yang dilakukan oleh guru, dan 4)

inovasi kegiatan yang dilakukan oleh guru sekolah sampel. Data dikumpulkan

melalui kuesioner dengan pertanyaan terbuka, sehingga jawaban guru sangat

beragam. Namun, dapat dikelompokkan dan hasilnya disajikan berikut ini.

1. Pemahaman Guru mengenai Ranah Psikomotorik

Pemahaman guru dirinci menjadi lima, yaitu kegiatan yang menekankan

olah/altvitas fisik, berhubungan dengan keterampilam/motorik,

kemampuan bertindah, keterampilan anak dalam menerima pelajaran dan

lain-lain.

Tabel 4.1. Pemahaman Guru mengenai Aspek Psikomotorik Anak

(N=164)

No. Pemahaman menurut Guru Frekuensi %

1. Kegiatan yang menekankan

olah/aktifitas fisik

87 53

2. Berhubungan dengan

ketrampilan/motorik

31 18.9

3. Kemampuan bertindak 10 6,1

4. Ketrampilan anak dalam menerima

pelajaran

9 5,4

5. Lain-lain 6 3,6

Page 55: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

45

Hampir semua guru sudah memahami tentang aspek psikomotorik anak,

meskipun disampaikan dengan kalimat berbeda tetapi intinya dikatakan

bahwa aspek psikomotorik anak adalah kegiatan yang menekankan

olah/aktivitas fisik yang dijawab oleh guru sebesar 87 orang atau 53,0%,

yang lain menjawab berhubungan dengan olah fisik, aktivitas fisik,

keterampilan/motorik sebesar 31 orang atau 18,9% dan kemampuan

bertindak dan keterampilan anak dalam menerima pelajaran dijawab oleh

sebagian kecil guru.

Namun, ada sebagian kecil guru yang beranggapan bahwa aspek

psikomotorik anak adalah keterampilan anak dalam menerima pelajaran,

yang tidak selalu berbentuk aktivitas fisik. Ada sebagian kecil guru yang

beranggapan bahwa aspek psikomotorik anak adalah keterampilan anak

dalam menerima pelajaran, yang tidak selalu berbentuk aktivitas fisik.

2. Pelaksanaan/Implementasi Aspek Psikomotorik oleh Guru

Pelaksanaan guru dirinci menjadi delapan, yaitu dalam berbagai model

pembelajaran, aktivitas fisik, praktikum, diskusi/tugas kelompok,

membuat produk, pelajaran berhubungan dengan kegiatan/keterampilan

motorik atau fisik, olahrga/gerak tubuh/jasmani, ice breaking, baris, piket,

gerak lagu, tepuk dan belajar sambil bermain, pengamatan/observasi kelas

dan lain-lain.

Pemahaman guru tentang psikomotorik dibuktikan dengan berbagai

bentuk implementasi guru terkait aspek psikomotorik di kelas.

Tabel 4.2. Implementasi Guru terkait aspek Psikomotorik (N=164)

No. Pelaksanaan Frekuensi %

1. Dalam berbagai model pembelajaran 28 17,1

2. Aktifitas fisik (seni, tari, pola, gambar) 21 12,8

3. Praktikum, diskusi/tugas kelompok,

membuat produk

19 11,6

4. Pelajaran berhubungan dengan

kegiatan/ ketrampilan motoric atau fisik

12 7,3

5. Olahraga/gerak tubuh/jasmani 14 8,5

Page 56: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

46

No. Pelaksanaan Frekuensi %

6. Ice breaking, baris, piket, gerak lagu,

tepuk dan belajar sambal bermain

18 18,6

7. Pengamatan/observasi kelas 8 4,9

8. Lain-lain 15 9,2

Berbagai bentuk kegiatan di kelas terkait aspek psikomotorik telah

dilakukan oleh guru, yang terbesar melalui pendekatan berbagai model

pembelajaran sebesar 28 orang atau 17,1% dan aktivitas fisik sebesar 21

orang atau 12,8%. Kondisi ini menjelaskan bahwa guru telah paham

sehingga mampu mengimplementasikan pembelajaran yang juga

memperkaya aspek psikomotorik anak.

Selain bentuk implementasi aspek psikomotorik yang termuat di Tabel

4.2, masih ada banyak bentuk implementasi yang dikemukakan guru

dalam rangka implementasi psikomotorik di kelas. Beberapa di antaranya

adalah kegiatan kreatif melibatkan gerak fisik dengan observasi;

melakukan tes pada siswa untuk mengukur pengetahuan keterampilan

sikap; membaca jus 'amma bersama; berlatih hadroh; dan lain-lain.

3. Bentuk Penguatan Ranah Psikomotorik

Bentuk penguatan yang dilakukan guru dirinci menjadi tujuh, yaitu

memberi pujian ke siswa, peragaan/contoh, menumbuhkan rasa percaya

diri, memberi tugas keterampilan, kegiatan di luar sekolah, mendorong

anak ikut ekstrakurikuler, dan lainnya.

Guru secara rutin melakukan penguatan aspek psikomotorik, beberapa

bentuk penguatan aspek psikomotorik yang banyak muncul pada jawaban

guru disajikan pada Tabel 4.3.sebagai berikut:

Page 57: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

47

Tabel 4.3. Bentuk Penguatan Aspek Psikomotorik (N=164)

No. Penguatan Frekuensi %

1. Memberi pujian ke siswa setelah

melakukan melakukan beragam

aktivitas fisik

67 40.9

2. Peragaan/contoh berulang baru praktek

bersama

20 12.2

3. Menumbuhkan rasa percaya diri 5 3

4. Memberi tugas ketrampilan dan latihan 16 9.7

5. Kegiatan di luar sekolah 5 3

6. Mendorong anak ikut ekstra kurikuler 4 2.4

7. Lainnya 20 12.2

Selain implementasi di kelas, guru juga melakukan penguatan pada aspek

psikomotorik anak dengan yang terbesar memberikan pujian pada siswa

yang melakukan beragam aktivitas fisik sebesar 67 orang atau 40,9%,

mengajak siswa melakukan aktivitas fisik dengan memberikan contoh

gerakan sebesar 20 guru atau 12,2 %, memberikan tugas

keterampilan/latihan sebesar 16 guru atau 9,7 %. Sedangkan

menumbuhkan rasa percaya diri, mendorong siswa mengikuti

ekstrakurikuler dan kegiatan di luar sekolah dijawab paling sedikit.

Selain bentuk-bentuk yang diuraikan dalam Tabel 4.3, guru juga

menguatkan aspek psikomotorik dengan kerja kelompok, main peran,

diskusi, permainan, observasi, eksperimen dalam proses pembelajaran;

mengulang secara berkala dan sering berlatih aktivitas pembelajaran

tersebut.

4. Inovasi Kegiatan yang Dilakukan oleh Guru

Berbagai inovasi bentuk pembelajaran yang dilakukan guru dalam

penguatan aspek psikomotorik seperti belajar dengan bernyanyi dan

menari, bermain games, role play, ice breaking di sela-sela belajar,

Page 58: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

48

demonstrasi. Inovasi pembelajaran dengan penguatan aspek psikomotorik

dapat mengurangi kebosanan belajar di kelas, menjadikan gerakan untuk

mencapai kebugaran dan terakhir bertujuan pada keoptimalan belajar.

Dengan demikian, aspek psikomotorik sangatlah penting karena

merupakan domain yang meliputi perilaku gerakan dan koordinasi

jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik seseorang, yang

mampu membantu siswa mengoptimalkan proses belajarnya. Gerakan

yang diajarkan sebagai keterampilan akan berkembang jika sering

dipraktikkan, sehingga peningkatannya dapat diukur berdasarkan jarak,

kecepatan, ketepatan, teknik dan cara pelaksanaan.

a. Aspek psikomotorik dalam Kurikulum 2013

Pendapat beberapa guru tentang aspek psikomotorik dalam kurikulum

2013 adalah bahwa:

● Aspek psikomotorik sudah termasuk dalam setiap kegiatan guru

bidang studi, pada mata pelajaran sesuai tema;

● Aspek psikomotorik masuk dalam penilaian yang dicatat pada

rapor K-13 secara sistematis

● Dalam K-13 proses pembelajaran mengajak siswa untuk aktif

bergerak dan mandiri dalam proses pembelajaran, contoh adalah

siswa dapat mencoba, mengolah dan menyajikan materi secara

konkrit; banyak berisi aktivitas fisik dan keterampilan seperti

diskusi; dan menggabungkan semua aspek, sehingga siswa harus

lebih aktif

● Aspek psikomotorik sudah terimplikasi pada pembelajaran dengan

pendekatan individu

b. Aktivitas siswa pada saat jam istirahat

Jawaban guru pada pertanyaan aktivitas siswa pada saat jam istirahat

ada tiga, yaitu diam di kelas, ke kantin, main di halaman/lapangan

sekolah dan lainnya.

Page 59: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

49

Tabel.4.4 Aktivitas pada jam istirahat (N=164)

No. Aktivitas pada jam istirahat Frekuensi %

1. Diam di kelas 1 6

2. Ke kantin 32 19.5

3. Main di halaman/lapangan sekolah 31 18.9

4. Lainnya 100 60

Aktivitas siswa pada saat jam istirahat terbesar berada pada pilihan

“lainnya” yaitu sebesar 100 orang atau 60,0%. Variasi jawaban guru

tentang aktivitas siswa pada saat jam istirahat pada pilihan “lainnya”

disajikan berikut ini.

● literasi pada istirahat kedua

● sebagian siswa ke kantin dan sebagian siswa bermain di halaman

● melanjutkan tugas guru atau berdiskusi dengan guru atau siswa

lain

● ke perpustakaan

● sebagian siswa makan bekal dari rumah, sebagian siswa membaca,

dan sebagian siswa bermain di halaman

● sebagian siswa ke kantin, sebagian siswa makan bekal di kelas,

sebagian siswa main di lapangan, dan sebagian siswa membaca di

perpustakaan

● sebagian siswa ke perpustakaan, dan sebagian siswa meneruskan

tugas keterampilan yg diberikan guru, serta berdiskusi

● sholat Dhuha

Variasi jawaban guru menunjukkan bahwa aktivitas siswanya

demikian beragam, tetapi sebagian besar siswa telah melakukan

aktivitas fisik pada saat jam istirahat, baik aktivitas fisik ringan

(berjalan ke kantin, ke perpustakaan) sampai aktivitas fisik sedang

(bermain di halaman sekolah). Sesuai usia tumbuh kembangnya, usia

Page 60: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

50

siswa SD memang sedang aktif bergerak. Guru hanya memberikan

dorongan atau ajakan untuk beberapa siswa yang kurang aktif

bergerak, agar meningkatkan aktivitasnya dengan melakukan

aktivitas fisik.

c. Akses siswa ke sekolah

Variasi jawaban guru tentang bagaimana akses siswa dari rumah ke

sekolah ada lima, yaitu jalan kaki, naik sepeda, diantar motor, diantar

mobil, dan lainnya disajikan berikut ini.

Tabel 4.5 Akses siswa dari rumah ke sekolah (N=164)

No. Akses siswa dari rumah ke sekolah Frekuensi %

1. Jalan kaki 51 31

2. Naik sepeda 3 2

3. Diantar motor 72 44

4. Diantar mobil 9 6

5. Lainnya 28 17

Table 4.5 menunjukkan bahwa berdasarkan jawaban guru,

transportasi yang paling banyak dipergunakan siswa untuk menuju ke

sekolah adalah diantar jemput motor, yaitu 72 orang atau 44%

merupakan jawaban paling banyak. Selanjutnya, adalah siswa ke

sekolah dengan berjalan kaki sebesar 51 orang atau 31%. Penjelasan

dari fenomena ini adalah sesuai jenjangnya, orang tua siswa biasanya

menentukan pilihan SD untuk anaknya adalah yang lokasinya

terdekat dari rumah, sehingga untuk menuju ke sekolah dapat

dijangkau dengan berjalan kaki dan atau diantar jemput dengan motor

untuk mempersingkat waktu transportasi. Hanya sedikit sekali siswa

yang diijinkan orang tuanya naik sepeda ke sekolah sebanyak 3 orang

atau 2%, karena alasan keselamatan di jalan.

Sebaran jawaban ini menunjukkan sebagian siswa kurang melakukan

aktivitas fisik pada saat melakukan akses pergi pulang sekolah, yaitu

dengan naik motor. Fenomena ini terjadi karena alasan waktu,

Page 61: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

51

keselamatan, kemacetan dan alasan lainnya di kota besar seperti di

Jakarta. Jawaban guru untuk pilihan jawaban “lainnya” adalah

kombinasi antara semua pilihan jawaban dengan jumlah siswa secara

merata, yaitu sebagian jalan kaki dan sebagian antar jemput motor.

d. Kegiatan rutin siswa sebelum masuk kelas

Guru menjelaskan bahwa siswa-siswanya biasanya melakukan

kegiatan rutin sebelum jam masuk kelas. Variasi kegiatannya adalah

sebagai berikut:

● mengucapkan salam pada guru, melakukan tugas piket kelas

sebelum jam masuk sekolah,

● berbaris di depan kelas, mengecek kerapian pakaian, dilanjutkan

menyanyikan lagu wajib dan lagu nasional bersama dan berdoa

bersama

● melakukan gerak pemanasan

● melakukan literasi selama 15 menit, atau tadarusan

● bermain di halaman sekolah dan jajan di kantin sebelum jam

masuk sekolah

● mengikuti pembiasaan yang berbeda setiap harinya

e. Kegiatan rutin siswa selesai jam sekolah

Seusai jam belajar, guru menjelaskan beberapa aktivitas rutin yang

biasa dilakukan siswanya dengan atau tanpa dipimpin guru adalah

sebagai berikut:

● bermain di lapangan, mengunjungi perpustakaan, atau mengikuti

ekstrakurikuler;

● istirahat makan siang di kelas atau di kantin;

● merapikan perlengkapan sekolah, berdoa bersama, mengucapkan

salam, dan guru mengantar dan melepas siswa ke pintu gerbang

sekolah;

● melakukan sholat dzuhur berjamaah;

● menyanyikan lagu wajib dan nasional;

Page 62: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

52

● tanya jawab dengan guru, berdoa bersama, dan membaca buku

selama 15 menit bersama atau mendengarkan satu siswa yg

bercerita;

● mengikuti penguatan pembelajaran, refleksi pembelajaran,

memberikan umpan balik, dan mendapat informasi rencana

kegiatan selanjutnya;

● merapihkan kelas;

● melakukan tepukan motivasi di kelas.

f. Penerapan piket kelas

Semua guru memberikan jawaban bahwa guru telah menerapkan

kebijakan piket di kelasnya, yaitu piket kebersihan dan piket absensi.

Kebijakan piket kelas ini dilakukan untuk tujuan melatih kedisiplinan,

melatih kemandirian, melatih tanggung jawab, melatih kerjamsama,

dan melatih keterampilan kerja pada siswa

g. Bentuk pembelajaran di luar kelas

Beberapa proses pembelajaran yang dilakukan di luar kelas menurut

guru adalah pada mata pelajaran atau materi tentang:

● Matematika,

● Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan;

● pengamatan dalam pelajaran tematik;

● mata pelajaran Bahasa Inggris khususnya membaca;

● pelajaran SDPA, praktik dalam mata pelajaran IPA dan IPS;

● praktik kerja kelompok

● praktik wudhu;

● membaca asmaul husna dan sholat dhuha bersama;

● melukis lingkungan sekolah;

● pengamatan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia;

● mengerjakan pekerjaan rumah;

Page 63: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

53

● permainan pada pelajaran muatan lokal yang berupa pendidikan

lingkungan dan budaya Jakarta (PLBJ);

● melakukan praktik mengukur lebar panjang lapangan, mengamati

lingkungan sekitar, mengelompok benda-benda di lingkungan

sekitar;

● melakukan wawancara pada warga sekolah;

● baca tulis Al Quran, dan latihan marawis;

● melatih wawasan siswa,

● melaksanakan pembelajaran di perpustakaan untuk tugas

membaca;

● belajar sambil bermain, mengenal lingkungan secara langsung.

h. Tidak ada pembelajaran di luar kelas

Alasan yang dikemukakan guru yang memilih jawaban tidak

melaksanakan pembelajaran di luar kelas adalah karena ada

kekhawatiran siswa menjadi mudah terganggu konsentrasinya dan

untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan pada siswa yang

hiperaktif. Akan tetapi pembelajaran di luar kelas tetap dilaksanakan

guru pada muatan pelajaran yang mengharuskan siswa melakukan

kegiatan di luar kelas.

i. Saat siswa tidak bersemangat

Tugas guru selain memberikan pembelajaran, guru juga wajib

menjaga dan mengelola kelas agar siswa tetap bersemangat saat

belajar di kelas. Menurut pengakuan guru, beberapa hal yang

dilakukan guru di kelas pada saat siswanya menunjukkan

performance yang kurang (semangat) saat belajar adalah sebagai

berikut:

● Mengajak siswa menyanyi bersama, melakukan olah tubuh dan

bercerita;

● Guru menarik perhatian siswa dengan membuat aktivitas lucu;

● Guru memberikan tugas dan memberi reward meski tugasnya

tidak berhasil;

Page 64: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

54

● Guru melakukan pendekatan secara personal, mencari tahu titik

permasalahan untuk mencari solusi;

● Guru mencari metode pembelajaran yang tidak membosankan;

● Guru mengajak siswa melakukan gerakan fisik ringan, tepuk

tangan, senam ringan, atau yel-yel untuk aktivitas ice breaking;

● Guru melakukan 3S (senyum salam sapa) pada siswa, kemudian

guru memberikan kepercayaan, kesempatan, tanggung jawab, dan

pujian untuk tugas-tugas yang diberikan;

● Guru menanyakan pada siswa secara individu, memotivasi, dan

atau mengajak bermain musik; dan atau mengadakan kuis;

● Guru melakukan konseling.

j. Variasi pembelajaran

Berbagai metode pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru di

kelas adalah sebagai berikut:

● ceramah, tanya jawab, bercerita, memberikan tugas baik secara

indvidu maupun kelompok, diskusi, demonstrasi, dan ceramah

saintifik dan interaktif

● pembelajaran metode snow ball

● karya wisata;

● mengajak siswa bernyanyi, melihat video, dan atau bermain yang

berhubungan dengan materi pelajaran;

● melakukan metode problem solving, yaitu diskusi untuk

memecahkan masalah;

● metode student centre dengan cara mengajak siswa untuk aktif,

bisa dilakukan sambil bernyanyi;

● sesekali menggunakan permainan kecil dalam pembelajaran;

● metode cooperative learning;

● metode discovery learning, mind mapping make a match;

● metode dengan menonton kuis;

Page 65: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

55

● metode dengan melakukan games dan eksperimen kepada siswa.

k. Guru Memotivasi Siswa untuk Bergerak pada Jam Istirahat

Variasi jawaban guru dalam memberikan motivasi siswa untuk

bergerak (aktif) pada saat jam istirahat adalah sebagai berikut:

● Menyarankan siswa bermain bersama teman, menginformasikan

bahwa waktu harus dipergunakan sebaik-baiknya;

● Agar siswa melakukan aktivitas untuk melepaskan lelah dengan

kegiatan menyenangkan;

● mendorong siswa untuk lebih kreatif;

● mengajak siswa untuk menghilangkan kejenuhan di dalam kelas,

agar pikiran lebih segar dalam belajar dengan bermain di luar

ruangan kelas;

● guru membawa siswa main ke lapangan;

● mendorong siswa agar energi tersalurkan dengan bermain, agar

siswa dapat lebih berkonsentrasi pada jam belajar berikutnya;

● guru mempuyai kebijakan siswa tidak boleh bermain di dalam

kelas, jam stirahat dianjurkan keluar kelas agar bisa bergerak

bebas;

● guru memberikan pemahaman siswa bahwa bergerak untuk

melakukan sosialisasi sesama teman;

● guru mengajak agar siswa dapat mengeluarkan kreativitasnya;

● guru memberikan pemahaman bahwa siswa butuh bermain dan

berinteraksi, solidaritas, kepedulian;

l. Guru Tidak Memotivasi Siswa Bergerak pada Jam Istirahat

Namun, tidak semua guru memberikan jawaban telah memotivasi

siswanya untuk bergerak pada saat jam istirahat. Alasan guru yang

menjawab tidak memotivasi siswanya untuk bergerak pada jam

istirahat adalah karena:

● siswa sudah bergerak dengan sendirinya;

● jam istirahat terbatas;

Page 66: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

56

● siswa lelah belajar dan jam istirahat adalah saat untuk siswa

melepaskan lelahnya;

● anak akan berkeringat dan kelelahan untuk mengikuti mata

pelajaran berikutnya;

● anak mudah terganggu konsentrasinya.

m. Fasilitasi Siswa untuk Bergerak di Dalam Kelas

Beberapa variasi jawaban guru untuk pertanyaan bagaimana cara guru

memfasilitasi siswa untuk bergerak di dalam kelas adalah sebagai

berikut:

● guru dan siswa melakukan gerak tubuh bersama di sela-sela KBM;

● gerakan diarahkan dalam bentuk bermain peran, menari,

menyanyi, main tradisional, praktik, dan bermain games;

● dalam rangka menumbuhkan semangat belajar di kelas, agar

pembelajaran tidak monoton/kaku/membosankan;

● membagi siswa dalam beberapa kelompok diskusi, dilanjutkan

dengan presentasi di depan kelas;

● dengan melakukan ice breaking, agar terjadi keseimbangan antara

kognitif dan motorik, mengkolaborasi motorik siswa dan

istirahatkan berpikir;

● dalam pembelajaran tematik di dalamnya terdapat materi

percakapan;

● melalui gerak tari SBDP;

● melalui pengaturan tempat duduk yang fleksibel.

n. Tidak Memotivasi Siswa Bergerak di Dalam Kelas

Alasan guru untuk tidak memberikan motivasi pada siswa bergerak di

kelas adalah karena kelas sempit atau ruangan kelas tidak memadai,

sehingga aktivitas pembelajaran menjadi kurang bebas.

o. Kegiatan Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Sekolah

Variasi berbagai kegiatan olahraga yang biasa dilakukan di sekolah

yang disampaikan guru adalah olahraga bola volly, bola kasti, fultsal,

Page 67: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

57

bulu tangkis, atletik, pencak silat, badminton, senam bersama, bola

basket, bela diri karate, panahan, berenang, dan berbagai permainan

olahraga pengembangan diri (lokomotor dan nonlokomotor)

p. Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah

Variasi tentang aktivitas ekstrakurikuler (ekskul) yang banyak

dilakukan di sekolah sebagaimana jawaban para guru adalah program

pramuka, program pengembangan diri, ekskul paduan suara, ekskul

silat, ekskul karate, ekskul futsal, ekskul basket, ekskul tae kwon do,

ekskul menari, ekskul renang, ekskul hasta kriya, ekskul line skate,

ekskul iqra, ekskul melukis, menggambar, marawis, dan program

UKS.

q. Permasalahan Siswa pada Bimbingan Konseling

Berbagai permasalahan siswa yang muncul di kelas atau sekolah pada

program bimbingan konseling sangat bervariasi. Variasi

permasalahan siswa menurut jawaban guru pada umumnya adalah

masalah kenakalan remaja, masalah siswa yang malas belajar, malas

mengerjakan tugas rumah, siswa sulit belajar, konflik antarsiswa,

siswa bicara tidak sopan, siswa tidak semangat belajar, siswa tidak

disiplin, siswa melakukan keisengan dengan temannya, siswa terlalu

aktif atau menunjukkan perilaku berlebihan, dan siswa sering datang

terlambat.

Permasalahan bimbingan konseling di jenjang SD adalah tidak

tersedia guru khusus Bimbingan Konseling. Proses bimbingan

konseling dilakukan oleh masing-masing guru kelas. Berbagai solusi

yang sudah dilakukan guru untuk menyelesaikan berbagai

permasalahan siswa yang ada dengan melakukan pendekatan secara

individu, memanggil orang tua untuk bekerja sama menyelesaikan

masalah, berdiskusi dengan kepala sekolah atau guru lain, minta

orang tua melakukan pendampingan, memberikan tambahan belajar

setelah selesai sekolah.

r. Cara Mengatasi Siswa yang Pasif

Variasi strategi guru dalam menghadapi masalah untuk mengatasi

siswa yang pasif adalah sebagai berikut:

Page 68: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

58

● Guru melakukan pendekatan siswa secara individu untuk

mengetahui permasalahan dan mencari solusi, kadang dengan cara

memanggil orang tua untuk mencari info tentang keluarga dan

melakukan pendampingan siswa;

● Guru menyapa, memberi arahan dan menasehati siswa secara

langsung agar aktif dalam pelajaran dan terus memberikan

motivasi siswa untuk belajar mandiri dan bekerja sama;

● Guru memberi pertanyaan untuk memancing siswa, minta siswa

ke depan kelas, dan memberikan reward atau pujian untuk siswa;

● Guru memberikan kegiatan atau tugas siswa untuk bicara;

● Guru mengajak dan memotivasi serta memfasilitasi kebutuhan

siswa;

● Guru memberikan perhatian lebih kepada siswa dan mengajak

siswa untuk lebih aktif

● Guru melakukan bimbingan konseling kepada siswa;

● Guru melakukan kerja sama dengan orang tua, melakukan

komunikasi dan mencarikan teman yang aktif, dan memberikan

apresiasi;

● Guru memberikan stimulus dan pendekatan ekstra kepada siswa

tersebut.

Temuan hasil survei secara umum guru telah memahami tentang

aspek psikomotorik dalam pembelajaran, sehingga guru telah

mengimplementasikannya di proses pembelajaran. Berbagai inovasi

pembelajaran dilakukan guru dalam penguatan aspek psikomotorik

seperti belajar dengan bernyanyi dan menari, bermain games, role

play, ice breaking di sela-sela belajar, demonstrasi. Inovasi ini

bertujuan untuk mengurangi kebosanan belajar di kelas, bergerak

untuk bugar dan terakhir bertujuan pada keoptimalan belajar.

Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa aktivitas fisik yang

dilakukan dengan tepat dapat membuat kondisi badan sehat dan

bugar. Kondisi badan yang sehat dan bugar mengoptimalkan paru-

paru untuk menghirup oksigen secara maksimal. Kecukupan oksigen

Page 69: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

59

di otak akibat paru-paru yang optimal dalam menghirup oksigen

menjadikan siswa lebih mudah berkonsentrasi termasuk konsentrasi

dalam belajar, sehingga proses belajar siswa menjadi optimal. Proses

belajar yang optimal dapat menyumbang kecerdasan yang

berimplikasi pada peningkatan prestasi belajar. Dengan demikian,

dapat dikatakan ada hubungan walaupun tidak secara langsung antara

aktivitas fisik dengan peningkatan prestasi belajar. Pendapat ini

sejalan dengan hasil penelitian Ambardini (2009) yang mengatakan

dalam abstraknya bahwa physical activity, especially aerobic activity,

increased neurotransmitter activity, blood flow to the brain, and

production BDNF (brain derived neurothropic factor). BDNF is

responsible for neuron’s creation, survival, and resistanceto damage

and stress, which is support learning. Dengan kata lain aktivitas fisik

berpengaruh baik pada fungsi kognitif karena dapat meningkatkan

kadar faktor pertumbuhan syaraf (nerve growth factor) yang

menyokong daya survival dan pertumbuhan jumlah sel-sel syaraf

sehingga pemiliknya semakin cerdas.

Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa aspek

psikomotorik sangatlah penting karena merupakan domain yang

meliputi perilaku gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan

motorik dan kemampuan fisik seseorang. Selain berimplikasi pada

kesehatan dan kebugaran, aspek psikomotorik menyebabkan

keterampilan akan berkembang jika sering dipraktikkan, dan

keterampilan ini dapat diukur berdasarkan jarak, kecepatan,

ketepatan, teknik dan cara pelaksanaan.

Page 70: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

60

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Keselarasan antara tubuh dan perkembangan jiwa merupakan usaha untuk

membuat bangsa Indonesia sehat lahir dan batin, untuk itu setiap anak berhak

mendapatkan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, standar SKL, dan

kurikulum. Permendikbud yang memuat tentang kurikulum 2013, aspek

psikomotorik tertuang dalam metode pembelajaran, terutama pada

pembelajaran tematik di Sekolah Dasar yang mendorong siswa untuk menjadi

aktif kreatif dan inovatif. Dalam pelaksanaan pembelajaran K-13 diimbangi

dengan aktivitas fisik, praktik dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan

keterampilan atau menghasilkan produk. Aspek psikomotorik juga termuat

dalam buku tema yang menggambarkan aktivitas anak sehari-hari. Dengan

demikian, secara kebijakan kurikulum aspek psikomotorik termuat dalam

SKL, SI, KI dan KD.

Pada tataran implementasi di sekolah, meskipun hampir semua guru responden

memahami tentang aspek psikomotorik anak, namun belum semua guru

mampu menterjemahkan kurikulum aspek psikomotorik dalam proses

pembelajaran. Alasan-alasan guru mengintegrasikan aspek psikomotorik pada

proses pembelajaran lebih kepada mengurangi kebosanan siswa dari

pembelajaran yang monoton (ceramah). Belum ada alasan guru melakukan

penguatan aspek pskomotorik sebagai kontribusi pada tingkat

kesehatan/kebugaran siswa.

Standar Proses disesuaikan sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan,

sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan

keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah

kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang

berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan,

menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui

aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,

mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya,

mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik kompetensi beserta

Page 71: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

61

perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar

proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu

(tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu

diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry

learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan

karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan

menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis

pemecahan masalah (project based learning).

B. Saran

Berikut adalah beberapa saran kebijakan yang diusulkan terkait dengan

peningkatan aspek atau ranah psikomotorik siswa SD

1. Tingkat regulasi lebih memperjelas dukungan aspek psikomotorik dan

pentingnya implementasi aspek psikomotorik di kelas. Adanya

pemahaman guru tentang pentingnya aktivitas fisik sebagai bagian dari

pembiasaan siswa.

2. Perlu ada gerakan nyata dari pusat untuk membiasakan siswa gemar

bergerak sejak dini, contohnya melakukan senam bersama setiap hari, atau

gerakan ice breaking di tengah proses pembelajaran. Gerakan ini bertujuan

untuk selalu menjaga kebugaran siswa agar lebih siap dan optimal dalam

mengikuti proses pembelajaran.

3. Dalam Permendikbud tentang sarana prasarana perlu adanya penambahan

sarana prasarana yang mendukung aktivitas fisik di sekolah, seperti

tersedianya alat-alat olahraga sederhana dan tersedia sarana yang

memfasilitasi aktivitas fisik seperti balok titian, siku gantung tekuk, bak

pasir dan lain-lain.

Page 72: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

62

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Tika, Martianman, Junaedi, 2017. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Pertumbuhan dan perkembangan Manusia,

https://www.dictio.id/t/faktor-faktor-apa-saja-yang-mempengaruhi-

pertumbuhan-dan-perkembangan-manusia/13149

Ambardini Rachmah Laksmi. 2009. Pendidikan Jasmani dan Prestasi

Akademik: Tinjauan Neurosains. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia

Vol 6, No 1 (2009) Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Ananto. Purnomo. 2000. Kesegaran Jasmani dan Kesehatan Mental: Jakarta:

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

Elizabeth B. Hurlock. 1980. Psikologi perkembangan: suatu pendekatan

sepanjang Rentang Kehidupan. Surabaya. Erlangga.

Harefa, Febriwan, 2018. Belajar Metode Pendidikan yang Digunakan oleh

Finlandia, https://www.kompasiana.com/iwan02/5ae961d7bde575124

545cd43/belajar-metode-pendidikan-yang-digunakan-oleh-negara-

finlandia?page=all#, diakses tanggal 16 April 2019.

Harususilo, Yohane Enggar, 2019. Tidak hanya Pendidikan, Finlandia Hebat

dalam 3 Hal Ini, https://edukasi.kompas.com/read/2019/04/

20/10300061/tidak-hanya-pendidikan-finlandia-hebat-dalam-3-hal-

ini-?page=all, diakses tanggal 20 Agustus 2019.

Haryadi. Toto. 2015. Melatih Kecerdasan Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik

Anak Sekolah Dasar Melalui Perancangan Game Simulasi

“Warungku”. Universitas Dian Nuswantoro. Semarang.

Hendrayuda Viktor. 2018. Pengembangan Model Pembelajaran Akuatik di

Sekolah Dasar Melalui Permainan Tradisional Lit-Litan. Semarang.

Universitas Negeri Semarang.

Herlambang, Satriya, 2016. Hubungan Kebugaran Jasmani Daya Tahan Paru

Jantung dengan Keaktifan Belajar Siswa Kelas V SDN Seneng di

Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunung Kidul, Tahun Ajaran

2015/2016. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan

Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

Page 73: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

63

Negeri Yogyakarta. https://eprints.uny.ac.id/37945/1/Satriya%

20Herlambang.pdf. Diakses tanggal 2 Desember 2019.

https://journal.uny.ac.id/index.php/jpji/article/view/432

https://journal.uny.ac.id/index.php/jolahraga/article/view/2625/2180

https://www.researchgate.net/publication/315751239_Melatih_Kecerdasan_

Kognitif_Afektif_dan_Psikomotorik_Anak_Sekolah_Dasar_Melalui_

Perancangan_Game_Simulasi_Warungku/link/58e20d4baca272059ab

08e6f/download

https://www.ekaikhsanudin.net/2014/06/standar-kompetensi-lulusan-

kurikulum.html

https://penelitianilmiah.com/macam-metode-penelitian/ diakses pada 15

Desember 2019.

https://www.statistikian.com/2012/10/pengertian-populasi-dan-sampel.html,

diakses pada 15 Desember 2019.

https://rhenniyhanasj.wordpress.com/2014/05/25/fase-fase-perkembangan-

manusia/, diakses 19 April 2019.

Ismail, Hasan. 2014. Identifikasi Hambatan Guru Pada Pelaksanaan

Pembelajaran Tematik Di SDN Wonosari IV Gunung Kidul, Skripsi

dalam

https://eprints.uny.ac.id/14413/1/SKRIPSI_Hasan%20Ismail.pdf,

diakses Tanggal 10 April 2019, 11.23 WIB.

Kemendikbud. 2014a. Permendikbud Nomor 21, Tahun 2014 tentang Standar

Isi.

Kemendikbud. 2014b. Permendikbud Nomor 22, Tahun 2014 tentang Standar

Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

Kemendikbud. 2014c. Permendikbud Nomor 24, Tahun 2014 tentang

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga,

dan Kesehatan SD/MI.

Kemendikbud. 2016. Permendikbud Nomor 20, Tahun 2016 tentang Standar

Kompetensi Lulusan (SKL).

Page 74: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

64

Kemendikbud. 2018. Permendikbud Nomor 37, Tahun 2018 tentang

Perubahan atas Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar.

Kemdiknas. 2007. Permendiknas Nomor 24, Tahun 2007 tentang Standar

Sarana dan Prasarana SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA.

Kementerian Kesehatan. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta:

Balitbangkes Kemenkes.

Kementerian Kesehatan, 2019. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) Tahun 2018. Jakarta: Balitbang, Kemenkes.

Kompas.com. 2012. Tingkat Obesitas di Indonesia dan Amerika Mirip.

https://lifestyle.kompas.com/read/2012/05/11/08083737/

Tingkat.Obesitas.di.Indonesia.dan.Amerika.Mirip, diakses 3

Desember 2019

Kristiyanto, Daud. Definisi Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik,

https://www.academia.edu/9127924/DEFINISI_KOGNITIF_AFEKTI

F_DAN_PSIKOMOTORIK, diakses 10042019.

Nakita, 2018. Masyarakat Indonesia Darurat Sedentary Cegah Dengan Rutin

Lakukan Aktivitas Fisik. https://nakita.grid.id/read/021254451/

masyarakat-indonesia-darurat-sedentari-cegah-dengan-rutin-lakukan-

aktivitas-fisik?page=all, diakses tanggal 2 Desember 2019.

Nur Sidiq, Muhammad, Khairun Nisa, Etika Husnul, Larasati, Islami, Nadya,

2016. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Sekolah,

https://www.academia.edu/30521156/Perkembangan_Anak_Usia_Sek

olah, diakses tanggal 16 April 2019.

Nuraini, Falasifah, 2014. Hakikat dan Karakteristik Perkembangan,

https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/35244849/HAKI

KAT_DAN_KARAKTERISTIK_PERKEMBANGAN.docx?AWSAc

cessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=1555292397&

Signature=FH%2FoCLvUpIoAw21d9f71FW%2BEMrY%3D, diakses

tanggal 15 April 2019.

Rahmahilma Syifa Aswa. 2017. Penggunaan Model Pembelajaran Discovery

Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Subtema

Keberagaman Budaya Bangsaku (Penelitian Tindakan Kelas Pada

Page 75: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

65

Siswa Kelas Iv Sdn Cibaduyut 148 Kecamatan Bojongloa Kidul Kota

Bandung Tahun Ajaran 2017/2018). Bandung. Universitas Pasundan.

Republik Indonesia. 1950. Undang-Undang Nomor 4, Tahun 1950, Bab IV

Pasal 9 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah. ok

Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 20, Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional.

Republik Indonesia, 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 67, Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar

Dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;

Republik Indonesia. 2017. Peraturan Pemerintah Nomor 19, Tahun 2017

tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008

tentang Guru.

Safrit, 1990. Evaluasi Perkembangan Motorik. Bandung. Universitas

Pendidikan Indonesia.

Setyawan, Ibnu Aji, 2017. Sistem Pendidikan di Finlandia: Inspirasi untuk

Guru Indonesia, https://gurudigital.id/sistem-pendidikan-di-finlandia-

inspirasi-untuk-guru-indonesia/, diakses tanggal 16 April 2019.

Silabus Contoh KTSP SDS Muhammadiyah Pandes 2011/2012.

Sukadiyanto. 2014. Pengembangan Model Pembelajaran Motorik Dengan

Pendekatan Bermain Menggunakan Agility Ladder Untuk Anak

Sekolah Dasar. Department of Sport Science, Graduate School of

Universitas Yogyakarta. Yogyakarta.

Suyadi, 2010. Perkembangan Motorik Kasar. Gerak Motorik Kasar

adalah Gerak Anggota Badan Secara Kasar Atau Keras. Purwokerto.

IAIN Purwokerto

Tukirno, 2012. Kesulitan-kesulitan dalam Pelaksanaan Pembelajaran Mata

Pelajaran Seni Budaya Dan Keterampilan Bidang Seni Rupa Di Kelas

V SDN Arjosari 01 Kecamatan Blimbing Tahun Ajaran 2011-2012,

http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelFB96745B56294

635656D807B1F42FE32.pdf, diakses tanggal 10 April 2019.

Van Praag et al., 1999. Running Enhances Neuurogenesis, Learning, and

Long-term Potentiation In Mice. Proceedings of the national Academy

Page 76: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

66

of Sciences (PNAS), Volume 96. Nomor 23. 9 November 1999.

https://www.pnas.org/content/pnas/96/23/13427.full.pdf, diakses

tanggal 20 April 2019.

Walker Timothy D., 2017. Teach Like Finland. Jakarta: Grasindo.

WHO, 2018. Global Action Plan on Physical Activity 2018-2030: More Active

People For a Healthier World.

Yusran, Zairi dan Alfi, Nuhasanah, 2013. Implikasi Pendidikan Bagi Anak

Usia SD,

https://www.academia.edu/5760820/Implikasi_Pendidikan_Bagi_Ana

k_Usia_SD, diakses 15 April 2019.

Page 77: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa
Page 78: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa
Page 79: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa
Page 80: PENGUATAN RANAH PSIKOMOTORIK BAGI SISWA ...repositori.kemdikbud.go.id/21362/1/Puslitjak_2020_39...jasmani (guru penjas) tidak mampu melakukan evaluasi tumbuh kembang motorik siswa

Pusat Penelitian Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020

Kajian Penelitian Penguatan Ranah Psikomotorik bertujuan: 1. Menganalisis dan memetakan kebijakan pendidikan yang terkait dengan penguatan aspek psikomotorik anak, dan 2. Mengidentifikasi bentuk-bentuk intervensi tumbuh kembang aspek psikomotorik yang dilakukan guru di sekolah. Kajian ini menggunakan metode campuran kuantitatif dan kualitatif. Hasil Temuan menunjukkan bahwa Permendikbud yang memuat tentang kurikulum 2013, aspek psikomotorik tertuang dalam metode pembelajaran, terutama pada pembelajaran tematik di Sekolah Dasar yang mendorong siswa untuk menjadi aktif kreatif dan inovatif. Dalam pelaksanaan pembelajaran K-13 diimbangi dengan aktivitas fisik, praktik dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan keterampilan atau menghasilkan produk. Aspek psikomotorik juga termuat dalam buku tema yang menggambarkan aktivitas anak sehari-hari. Dengan demikian, secara kebijakan kurikulum aspek psikomotorik termuat dalam SKL, SI, KI dan KD.

Pada tataran implementasi di sekolah, meskipun hampir semua guru responden memahami tentang aspek psikomotorik anak, namun belum semua guru mampu menterjemahkan kurikulum aspek psikomotorik dalam proses pembelajaran. Alasan-alasan guru mengintegrasikan aspek psikomotorik pada proses pembelajaran lebih kepada mengurangi kebosanan siswa dari pembelajaran yang monoton (ceramah). Belum ada alasan guru melakukan penguatan aspek pskomotorik sebagai kontribusi pada tingkat kesehatan/kebugaran siswa.

Standar Proses disesuaikan sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning) dan berbasis pemecahan masalah (project based learning).