penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah...

140
Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) Agus Surono UNIVERSITAS AL-AZHAR INDONESIA FAKULTAS HUKUM 2013

Upload: vanlien

Post on 02-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan

Pemanfaatan Tanah (P4T)

Agus Surono

UNIVERSITAS AL-AZHAR INDONESIAFAKULTAS HUKUM

2013

Page 2: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)Agus Surono

PENGUASAAN, PEMILIKAN, PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH (P4T)Agus SuronoCet. 1 - Jakarta : Fakultas HukumUniversitas Al-Azhar Indonesia, 2013viii + 132 hlm. B5

ISBN 978-602-17732-6-0

Page 3: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Untuk yang tercintaOrang tuaku : Bapak Slamet Surani dan Ibu Nafiah

Istriku Sonyendah R.Anak-anakku : M. Rizqi Alfarizi R. dan M. Ridho Bayu Prakoso

Page 4: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

KATA PENGANTAR

Maha besar Allah SWT atas segala rahmat dan ijinNya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan buku ini. Buku ini merupakan hasil penelitian dan kajian yang mendalam tentang Pola Pengelolaan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah Adat/Ulayat di beberapa daerah. Semoga lahirnya buku ini dapat menjadi salah satu bahan bacaan bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya Hukum Pertanahan/Agraria.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian buku ini.

Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Ayahanda H. Slamet Surani yang selalu memanjatkan doa buat penulis dalam shalatnya dan secara khusus kepada Almarhumah Hj. Nafiah yang dengan tulus dan ikhlas semasa hidupnya selalu memperjuangkan pendidikan buat putera-puterinya, dan tidak henti-hentinya memanjatkan doa, penulis menghaturkan sembah sujud dan terimakasih yang sedalam-dalamnya. Semoga Allah senantiasa meridloi apa yang yang sudah Bapak dan Ibu upayakan dan ihtiarkan.

Kepada Mertua yang sudah penulis anggap sebagai orang tua sendiri, H. Soemarsono (Almarhum) yang telah banyak mendorong dan berdoa semasa hidupnya, serta Ibu Hj. Sri Suparsih yang senantiasa memberikan doa kepada penulis dan keluarga, penulis hanya bisa mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya.

Akhirnya ucapan terima kasih atas pengertian, dukungan dan doa penulis sampaikan kepada Istri tercinta Sonyendah Retnaningsih, SH., MH., yang saat ini juga sedang menempuh pendidikan S3 di Fakultas

Page 5: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Hukum Universitas Padjadjaran, serta anak-anak tercinta M. Rizqi Alfarizi Ramadhan dan M. Ridho Bayu Prakoso, yang senantiasa memberi dorongan semangat dan mengerti atas kesibukan penulis dalam menjalani profesinya sebagai dosen dan praktisi hukum ini.

Harapan penulis semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi kepentingan pengembangan Ilmu Hukum secara umum maupun kepentingan pengembangan Ilmu Hukum Agraria di Indonesia khususnya.

Penulis menyadari, bahwa masih banyak kekurangan disana-sini serta masih jauh untuk kategori sempurna, mengingat segala keterbatasan pada kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karenanya, segala kritik dan saran yang positif senantiasa penulis harapkan.

Jakarta, April 2013

Agus Surono

Page 6: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................... 1

B. Permasalahan ........................................................................ 6

C. Maksud dan Tujuan ............................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ................................................................ 8

BAB 2 KERANGKA TEORITIK

A. Teori Negara Kesejahteraan ................................................ 10

B. Teori Keadilan ....................................................................... 14

C. Teori Hukum Pembangunan .............................................. 16

BAB 3 METODE PENELITIAN

A. Kerangka Pikir Kajian .......................................................... 23

B. Pendekatan Penelitian .......................................................... 24

C. Metode Pengumpulan Data ................................................ 25

D. Analisa Data .......................................................................... 42

BAB 4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................. 43

B. Hasil Analisis Berdasarkan Data Sekunder Diluar

Lokasi Studi ........................................................................... 86

BAB 5 HASIL OLAHAN DATA SEMENTARA YANG SUDAH SELESAI DIOLAH

A. Analisis Sementara di Lokasi Pontianak

Page 7: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

BAB 6 PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 127

B. Saran ....................................................................................... 128

DAFTAR PUSTAKA

Page 8: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum
Page 9: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 1

Bab Satu

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah sebagaimana disebutkan dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh Negara untuk digunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Lebih lanjut hak menguasai Negara dijabarkan dalam UU Nomor 5 Tahun 1960 dan Undang-Undang lain seperti UU Nomor 11 Tahun 1967 dan UU Nomor 5 Tahun 1967, Hak menguasai Negara dijabarkan menjadi:

a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa;

b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa;

c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

Dari hak menguasai Negara inilah bersumber wewenang Negara untuk mengelola bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran

Page 10: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)2

rakyat. Namun kenyataannya pengelolaan tanah telah menimbulkan berbagai masalah. Tujuan “untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat” masih jauh dari yang diharapkan. Kebijakan pembangunan yang menitikberatkan pertumbuhan ekonomi yang mengakibatkan ketimpangan pemilikan penguasaan tanah. Tanah dalam Republik ini sebagian besar dikuasai oleh pengusaha-pengusaha konglomerasi. Demikian juga telah terjadi secara besar-besaran peralihan fungsi tanah pertanian dan non pertanian.

Sejak adanya perubahan paradigma pemerintahan setelah era reformasi hingga sekarang pelaksanaan usaha untuk mewujudkan kemakmuran rakyat dapat dilakukan melalui berbagai program seperti usaha pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UKMM), program revitalisasi pertanian maupun program pembaruan agraria nasional.

Masalah hak atas tanah ini sering kali dalam praktiknya menimbulkan berbagai persoalan, sehingga perlu dicari jalan keluar/solusi yang saling menguntungkan baik untuk kepentingan masyarakat maupun demi kepentingan Negara/umum.

Pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan administrasi pertanahan di Indonesia sebagaimana diamanatkan UUD 1945 Pasal 33 (3) dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) sampai saat ini masih banyak mendapat sorotan dari masyarakat, bahkan ada pihak-pihak tertentu yang mempunyai keinginan untuk merevisi UUPA tersebut. Pada sisi lain banyak pula pihak menilai bahwa substansi yang termuat dalam UUPA sebenarnya masih sangat relevan dengan perkembangan jaman dewasa ini, karena mereka beranggapan bahwa berbagai permasalahan pertanahan yang muncul ke permukaan semata-mata berada pada tataran implementasinya. Namun demikian, harus diakui bahwa pelaksanaan UUPA selama ini belumlah optimal memberikan kemakmuran yang

Page 11: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 3

sebesar-besarnya bagi masyarakat. Paling tidak terdapat tiga kondisi yang mencerminkan permasalahan utama pengelolaan bidang pertanahan.

Pertama, maraknya bermunculan kasus tentang konflik pertanahan. Sengketa/konflik pertanahanan ini dapat terjadi antara individu dengan individu, masyarakat dengan pihak swasta, swasta dengan swasta serta masyarakat dengan pemerintah. Termasuk juga di dalamnya sengketa terhadap tanah ulayat yang akan dimanfaatkan baik untuk kepentingan pertanian maupun untuk kepentingan perkebunan.

Kedua, masih terjadi ketimpangan struktur pemilikan dan penguasaan tanah. Ketimpangan struktur ini mencerminkan masih terdapat focus kepemilikan/penguasaan tanah hanya pada kelompok tertentu. Sehingga masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan manfaat atas tanah sebagai salah satu sumber kehidupan. Ketimpangan struktur kepemilikan dan penguasaan tanah ini juga terhadap keberadaan tanah ulayat, meskipun dalam berbagai peraturan perundang-undangan telah memberikan pengakuan terhadap hak atas tanah ulayat kepada masyarakat adat.

Ketiga, lemahnya jaminan kepastian hukum hak atas tanah, khususnya bagi masyarakat ekonomi lemah. Jaminanan kepastian hukum ini sangat diperlukan terutama bagi kalangan ekonomi lemah agar menghindari adanya kemungkinan peluang dilakukan penyerobotan oleh pihak lain yang lebih kuat secara ekonomi baik individu maupun swasta. Dalam rangka meningkatkan kepastian hukum maka sangat diperlukan kualitas pelayanan terutama dalam memberikan hak atas tanah. Perlunya jaminan kepastian hukum ini juga sangat penting, khususnya kepada tanah ulayat yang dapat dimanfaatkan oleh kepentingan masyarakat untuk meningkatkan taraf ekonominya.

Salah satu masalah yang terkait dengan masalah pertanahan adalah berkaitan dengan persoalan tanah adat/tanah ulayat. Masalah tanah

Page 12: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)4

dan masyarakat mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan tersebut beraspek hukum perdata yang terbukti dengan adanya hak kepunyaan bersama atas tanah yang ada diwilayah hukumnya, sedangkan dalam aspek hukum public berupa kewenangan untuk mengelola, mengatur penguasaan, pemeliharaan, dan peruntukan penggunaan tanah. Hubungan yang meliputi kedua bidang hukum itu disebut Hak Ulayat.1

Perwujudan ke dalam hak ulayat itu adalah pemanfaatan tanah ditujukan kepada pemenuhan kebutuhan warga masyarakat, dengan memungkinkan bagi setiap warganya memakai bagian tanah bersama itu untuk digarap guna memenuhi keperluan hidup pribadi dan keluarganya. Pengakuan hak individu warga atas tanah yang demikian itu hanyalah berlaku selama tanah itu digarap, dan pelaksanaannya harus disesuaikan dengan hak bersama tadi. Apabila hak menggarap itu tidak dimanfaatkan setelah melewati batas waktu tertentu maka hak itu lenyap dan kembali ke tangan masyarakat.

Dalam perwujudan keluar hak ulayat itu, orang asing atau orang luar masyarakat tanah milik bersama tadi, kecuali seizin masyarakat atau persekutuan dan harus pula memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Misalnya memberikan kepada persekutuan barang sesuatu yang disebut pengisi adat, sedangkan dalam Penjelasan angka 3 UUPA istilah itu disebut dengan recognitie. Dengan izin itu orang asing atau orang luar tersebut dimungkinkan membuka tanah untuk perladangan atau perkebunan, tetapi harus ditanami dengan tanaman yang tidak berumur panjang. Karena pada prinsipnya orang asing atau orang luar persekutuan tidak dibenarkan ikut memiliki tanah didalam wilayah persekutuan tersebut.2

1 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia. Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jilid 1 Hukum Tanah Nasional, cet. Ketiga, (Jakarta: Djambatan, 1994), hlm. 162.

2 Menurut Ter Haar dalam bukunya “Beginselen en stelsel van het adatrecht” (dalam Soepomo, 1993:46) dikatakan bahwa di seluruh kepulauan Indonesia pada tingkatan rakyat jelata, terdapat pergaulan hidup di dalam golongan-golongan yang bertingkah laku sebagai kesatuan terhadap dunia luar, lahir dan batin. Golongan itu mempunyai tata susunan yang tetap dan kekal, dan orang-orang segolongan masing-masing

Page 13: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 5

Keberadaan hukum adat mengenai tanah pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, berdasarkan Agrarische Wet 1870-55, hanyalah diakui sebagai hak memakai tanah domein Negara (erfelijk individueel gebruikrecht = hak memakai individual yang turun temurun), dan disebut onvrij lands domein (=tanah Negara tidak bebas) dalam administrasi pertanahannya. Mengenai hak ulayat tidak diakui sebagai lembaga hukum, karena digolongkan vrij kinds domein (=tanah Negara bebas). Selain itu, dan sebagai akibat dari ketentuan Pasal 131 dan Pasal 163 IS maka pada masa ini pula berlaku dualisme hukum tanah, yaitu Hukum Tanah Barat yang tertulis dan diatur dalam Buku II BW dan Hukum Tanah Indonesia (Hukum Tanah Adat) yang umumnya tidak tertulis.

Setelah Indonesia merdeka, masalah pertanahan untuk pertama kalinya dicantumkan dalam Pasal 3 ayat (3) UUD 1945. Karena kondisi Negara kurang kondusif, 15 tahun kemudian baru selesai dibuat UUPA yang bertujuan untuk mengunifiukasi hukum tanah. Dalam konsideran dari UUPA tersebut disebutkan bahwa hukum atnah agrarian nasional dinyatakan berdasarkan atas hukum tanah adat, maksudnya adalah bahwa dalam pembentukan Hukum Tanah Nasional, hukum adat berfungsi sebagai sumber utama. Dalam penjelasan Pasal 2 (1) UUPA dikatakan bahwa hak bangsa itu adalah semacam hak ulayat yang diangkat pada tingkatan paling atas, yaitu pada tingkatan mengenai seluruh wilayah negara. Pada hak bangsa itulah bersumber hak penguasaan atas tanah primer maupun sekunder termasuk hak tanggungan. Tetapi dalam Pasal 3 UUPA hak ulayat itu masih tetap diakui sepanjang kenyataannya masih ada dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.

Adanya ketimpangan pemilikan tanah, khususnya mengenai pemilikan dan pemanfaatan tanah adat maka diperlukan suatu program

mengalami kehidupan sewajarnya, hal menurut kodrat alam. Tidak ada satu orangpun dari mereka yang mempunyai pikiran akan kemungkinan pembubaran golongan itu. Golongan manusia tersebut mempunyai pula pengurus tersendiri dan mempunyai harta benda, milik keduniawian dan milik gaib. Golongan-golongan demikianlah yang bersifat persekutuan hidup.

Page 14: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)6

kebijakan di bidang pertanahan yang lebih menjamin perlindungan masyarakat dan benar-benar mewujudkan harapan masyarakat.

Untuk menangani dan membenahi persoalan pertanahan yang berkaitan dengan tanah adat tersebut di atas tentu diperlukan pemikiran-pemikiran dari banyak pihak, baik bersifat akademisi maupun praktisi yang diharapkan nantinya dapat membantu pimpinan merumuskan kebijakan pertanahan dalam bentuk kegiatan beruapa penelitian mengenai pola P4T masyarakat hukum adat dengan sasasran utama bagaimana merumuskannya dalam wilayah masyarakat hukum adat/ulayat dapat member kontribusi maksimal bagi keinginan politik pemerintah yaitu “tanah untuk kesejahteraan rakyat.”

Melalui penilitian ini akan dapat menghasilkan sebuah rekomendasi yang nantinya akan dituangkan dalam bentuk kebijakan di bidang pertanahan khususnya mengenai pola P4T masyarakat hukum adat agar mampu memberikan kontribusi yang nyata untuk mensejahterakan masyarakat adat khususnya dan masyarakat pada umumnya terutama terhadap kesempatan mereka untuk memanfaatkan tanah secara optimal.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan tersebut di atas harus mampu menjawab beberapa permasalahan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Bagaimana pola P4T terhadap tanah adat/ulayat yang ada pada saat ini?

2. Bagaimanakah kontribusi P4T pada tanah adat/ulayat terhadap kesejahteraan masyarakat?

3. Bagaimanakah konsep pola P4T yang efektif dan ideal dalam rangka

Page 15: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 7

mewujudkan kesejahteraan masyarakat?

4. Alternatif kebijakan apakah yang dapat dilakukan oleh Pemerintah terhadap pola P4T terhadap tanah adat/ulayat untuk mensejahterakan masyarakat?

C. Maksud dan Tujuan

Maksud penyelenggaraan kegiatan ini adalah untuk memperoleh masukan-masukan dalam pola P4T yang telah dilaksanakan di berbagai daerah yang dijadikan sebagai sampel penelitian guna menghasilkan rumusan kebijakan secara nasional berkaitan dengan pola P4T terhadap tanah adat/ulayat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Adapun yang menjadi tujuan kajian ini secara lebih khusus harus mampu menjawab beberapa permasalahan yang dikemukakan tersebut di atas yang meliputi:

1. Untuk mendapatkan informasi dan menganalisis tentang P4T terhadap tanah adat/ulayat yang ada saat ini.

2. Untuk mengkaji dan menganalisis tentang kontribusi P4T pada tanah adat/ulayat terhadap kesejahteraan masyarakat.

3. Untuk mengkaji dan menganalisis tentang pola P4T yang efektif dan ideal dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

4. Untuk mendapatkan informasi dan mengkaji tentang kemungkinan alternatif kebijakan yang dapat dilakukan oleh Pemerintah terhadap pola P4T terhadap tanah adat/ulayat untuk mensejahterakan masyarakat.

Page 16: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)8

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat dan memberikan kontribusi pemikiran:

Pertama, penelitian ini diharapkan, dari sudut teori dapat memberikan sumbangan pemikiran dan upaya mengembangkan ilmu pengetahuan hukum khususnya yang berkaitan dengan pola penguasaan, penggunaan, pemilikan dan pemanfaatan tanah adat/ulayat.

Kedua, dari sudut praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai pedoman oleh instansi BPN khususnya dalam memberikan masukan terhadap kebijakan yang akan diambil oleh BPN dalam pola penguasaan, penggunaan, pemilikan dan pemanfaatan tanah adat/ulayat.

Page 17: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 9

Bab Dua

KERANGKA TEORITIK

Penelitian ini pada dasarnya adalah dalam rangka sebagai alternatif

kebijakan pemerintah dalam kaitannya dengan pola penguasaan,

penggunaan, pemilikan dan pemanfaatan tanah adat/ulayat. Secara khusus

akan dicermati tentang pola penguasaan, penggunaan, pemilikan dan

pemanfaatan tanah adat/ulayat yang dapat diterapkan secara nasional di

beberapa daerah dengan disesuaikan dengan kondisi di daerah masing-

masing.

Upaya untuk melakukan penelitian “Penguasaan, Penggunaan,

Pemilikan Dan Pemanfaatan Tanah Adat/Ulayat” menggunakan beberapa

teori yang akan dipakai sebagai alat analisis penelitian. Beberapa teori

tersebut diantaranya teori Negara Kesejahteraan (welfare state), teori

Keadilan yang dikemukakan oleh Jeremy Bentham dan John Rawls, teori

hukum pembangunan dari Mochtar Kusumaatmadja.

Page 18: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)10

A. Teori Negara Kesejahteraan

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini digunakan untuk dapat

menjawab 3 (tiga) identifikasi masalah yang telah ditetapkan. Pilihan

berfikir yuridis dari salah satu teori tentang tujuan negara adalah Negara

Kesejahteraan (Welfare State). Konsep negara hukum yang semula

merupakan liberal berubah ke negara hukum yang menyelenggarakan

kesejahteraan rakyat.1 Menurut konsep Negara Kesejahteraan, tujuan

negara adalah untuk kesejahteraan umum. Negara dipandang hanya

merupakan alat untuk mencapai tujuan bersama kemakmuran dan

keadilan sosial bagi seluruh rakyat negara tersebut.2 Selain konsep

negara berdasar atas hukum (biasa disebut negara hukum), juga dikenal

konsep negara kesejahteraan (welfare state), yakni suatu konsep yang

menempatkan peran negara dalam setiap aspek kehidupan rakyatnya

demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat3. Sehubungan

dengan konsep negara kesejahteraan tersebut, maka negara yang

menganut konsep negara kesejahteraan dapat mengemban 4 (empat)

fungsi4 yaitu:

1. The State as provider (negara sebagai pelayan)

2. The State as regulator (negara sebagai pengatur)

3. The State as enterpreneur (negara sebagai wirausaha), and

4. The State as umpire (negara sebagai wasit).

1 Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, Gaya Media Pratama, Jakarta, 2000, hlm. 133.2 CST Kansil dan Christine ST. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia (1), Rineka Cipta, Jakarta,

1997, hlm. 20.3 Mustamin Dg. Matutu, ”Selayang Pandang (tentang) Perkembangan Tipe-Tipe Negara Modem, ”Pidato

Lustrum ke IV Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat Universitas Hasanuddin Ujung Pandang, 1972. hlm. 15.

4 W. Friedmann., The State and The Rule of Law In A Mixed Economy, London: Steven & Son, 1971, hlm. 5.

Page 19: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 11

Merujuk pada fungsi negara yang menganut konsep negara

kesejahteraan sebagaimana telah dikemukakan di atas, menyebabkan

negara memegang peranan penting. Guna memenuhi fungsinya

sebagai pelayan dan sebagai regulator, maka negara terlibat dan diberi

kewenangan untuk membuat peraturan dalam pengelolaan sumberdaya

hutan yang memberikan perlindungan kepada masyarakat lokal,

sehingga terwujud kesejahteraan rakyat sebagaimana yang tercantum

dalam Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 33 ayat (3). Oleh sebab itu,peranan

pemerintah dalam mendorong masyarakat agar lebih berdaya dalam

ikut mengelola dan memanfaatkan tanah adat/ulayat menjadi suatu hal

yang sangat penting. Negara mempunyai peran penting dalam mengatur

penguasaan, penggunaan, pemilikan dan pemanfaatan tanah adat/

ulayat dalam mewujudkan hak-hak masyarakat adat/lokal. Instrumen

penting yang dapat digunakan oleh negara dalam menyelenggarakan

fungsi reguleren termasuk dalam bidang agrarian khususnya terhadap

tanah adat/ulayat adalah undang-undang, dan ini merupakan aplikasi

dari asas legalitas dalam konsep negara berdasar atas hukum.

Teori Negara Kesejahteraan sangat mendukung suatu pola

penguasaan, penggunaan, pemilikan dan pemanfaatan tanah adat/ulayat

dalam mewujudkan hak masyarakat lokal, sehingga akan mendukung

terwujudnya kesejahteraan umum dan kemakmuran bagi seluruh rakyat

Indonesia melalui sektor agrarian yang dapat dimanfaatkan untuk

bidang pertanian, perkebunan maupun bidang lainnya.

Page 20: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)12

Konsep Negara Kesejahteraan dalam UUD 1945 pertama kali

diadop oleh Muhamad Hatta, 5 yang dapat dikemukakan berdasarkan

ketentuan Pasal 33 yang berbunyi:

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan.

(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang

menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat.

(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi

ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan

menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Pasal ini diatur dalam

Undang-Undang.

Kebijakan pengelolaan sumberdaya alam di Indonesia, termasuk

juga di dalamnya sumber daya agraria mengacu pada ideologi

penguasaan dan pemanfaatan sebagaimana tercermin dalam Pasal 33

ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi sebagai berikut:

5 Jimly Asshiddiqie, “Undang-Undang Dasar 1945: Konstitusi Negara Kesejahteraan dan Realitas Masa Depan”, Universitas Indonesia , Jakarta, 1998.

Page 21: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 13

“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk

kemakmuran rakyatnya”.

Berdasarkan ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa negara

menguasai kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, namun

penguasaan ini dibatasi yaitu harus dipergunakan untuk sebesarnya-

besarnya kemakmuran rakyat.6

Campur tangan Pemerintah tersebut di atas menunjukkan

bahwa Indonesia menganut konsep negara kesejahteraan (Welfare

State), sebagaimana dicetuskan oleh Beveridge.7 Selanjutnya, dalam

perkembangannya karena keterlibatan pemerintah dalam melaksanakan

fungsi-fungsinya dalam membuat regulasi dan mengawasi berbagai

aktivitas di masyarakat, timbul berbagai permasalahan yang terjadi

antara pemerintah dengan masyarakat di lapangan. Hal tersebut

digambarkan oleh Tocqueville seringkali menimbulkan konflik termasuk

juga di dalamnya konflik tenurial di suatu negara. Ia mengemukakan

bahwa: “Conflict, however bounded; controversy, however regulated-these are

features not incidental but essential to the operation of the political system”.8

Tujuan hukum dapat dikaji melalui tiga sudut pandang, masing-

masing:

Pertama, dari sudut pandang ilmu hukum positif normatif atau

yuridis dogmatik, dimana tujuan hukum dititikberatkan pada segi

6 Muchsan, Hukum Administrasi Negara dan Peradilan, Administrasi Negara di Indonesia, (Jakarta: Liberti, 2003), hlm.9.

7 Beveridge seorang anggota Parlemen Inggris dalam reportnya yang mengandung suatu program sosial, dengan perincian antara lain tentang meratakan pendapatan masyarakat, usulan kesejahteraan social, peluang kerja, pengawasan upah oleh Pemerintah dan usaha di bidang pendidikan. Muchtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan, (Bandung: PT. Alumni, 2002), hlm.82.

8 Tocqueville’s seperti dikutip Gianfranco Poggi, The Development of the Modern State, (New York: Stanford University Press, 1978), hlm. 111.

Page 22: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)14

kepastian hukumnya. Kedua, dari sudut pandang filsafat hukum,

dimana tujuan hukum dititikberatkan pada segi keadilan. Ketiga, dari

sudut pandang sosiologi hukum, tujuan hukum dititikberatkan pada

segi kemanfaatannya.9

B. Teori Keadilan

Disamping teori Negara Kesejahteraan, dipergunakan juga sebagai

pisau analisis adalah teori keadilan. Menurut ajaran utilitis dengan

tujuan kemanfaatannya, yang dikemukakan oleh Jeremy Bentham.

Menurut pandangan ini, tujuan hukum semata-mata adalah memberikan

kemanfaatan atau kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi sebanyak-

banyaknya warga masyarakat. Penangannya didasarkan pada filsafah

sosial bahwa setiap warga masyarakat mencari kebahagiaan, dan hukum

merupakan salah satu alatnya. Doktrin utilitis ini mennjurkan ‘the

greathes happiness principle’ (prinsip kebahagiaan yang semaksimal

mungkin). Tegasnya, menurut teori ini masyarakat yang ideal adalah

masyarakat yang mencoba memperbesar kebahagiaan dan memperkecil

ketidakbahagiaan atau masyarakat yang mencoba memberi kebahagiaan

yang sebesar mungkin kepada rakyat pada umumnya dan agar

ketidakbahagiaan diusahakan sedikit mungkin dirasakan oleh rakyat

pada umumnya.10

9 AchmadAli,MenguakTabirHukum,SuatuKajianFilosofisdanSosiologis, (Jakarta:PT.GunungAgung,2000), hlm.72.

10 Ibid., hlm.77.

Page 23: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 15

Selain pandangan teori keadilan sebagaimana yang dikemukakan oleh

Jeremy Bentham, dapat dikemukakan teori keadilan yang dikemukakan

oleh John Rawls. Menurut John Rawls, semua teori keadilan merupakan

teori tentang cara untuk menentukan kepentingan-kepentingan yang

berbeda dari semua warga masyarakat. Menurut konsep teori keadilan

utilitaris, cara yang adil mempersatukan kepentingan-kepentingan

manusia yang berbeda adalah dengan selalu mencoba memperbesar

kebahagiaan.

Menurut Rawls, bagaimanapun juga cara yang adil untuk

mempersatukan berbagai kepentingan yang berbeda adalah melalui

keseimbangan kepentingan-kepentingan tersebut tanpa memberikan

perhatian istimewa terhadap kepentingan itu sendiri. Teori ini sering

disebut ’justice as fairness ‘(keadilan sebagai kejujuran). Jadi yang

pokok adalah prinsip keadilan mana yang paling fair, itulah yang

harus dipedomani. Terdapat dua prinsip dasar keadilan. Prinsip yang

pertama, disebut kebebasan yang menyatakan bahwa setiap orang

berhak mempunyai kebebasan yang terbesar asal ia tidak menyakiti

orang lain. Tegasnya, menurut prinsip kebebasan ini, setiap orang harus

diberi kebebasan memilih menjadi pejabat kebebasan berbicara dan

berfikir kebebasan memiliki kekayaan, kebebasan dari penangkapan

tanpa alasan dan sebagainya.11

Prinsip keadilan yang kedua yang akan disetujui oleh semua orang

yang fair adalah bahwa ketidaksamaan sosial dan ekonomi harus

menolong seluruh masyarakat dan para pejabat tinggi harus terbuka

11 Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, Teori Keadilan Dasar-Dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan Kesejahteraan Sosial Dalam Negara, (yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 181 dan 203.

Page 24: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)16

bagi semuanya. Tegasnya, ketidaksamaan sosial dan ekonomi dianggap

tidak adil kecuali jika ketidaksamaan ini menolong seluruh masyarakat.12

Teori keadilan ini sangat relevan untuk menjawab bagaimana

seharusnya kebijakan pola penguasaan, penggunaan, pemilikan dan

pemanfaatan tanah adat/ulayat dapat mewujudkan hak masyarakat

adat/lokal secara adil. Karena esensi hak masyarakat adat/lokal dalam

pemanfaatan sumber daya agrarian khususnya terhadap tanah adat/

ulayat adalah adanya perlakuan yang adil untuk memanfaatkan dan

mengelola tanah adat/ulayat secara arif bijaksana dan berkesinambungan

untuk kepentingan masyarakat banyak dan kepentingan generasi yang

akan datang.

C. Teori Hukum Pembangunan

Friedman mengemukakan bahwa suatu sistem hukum terdiri dari

tiga unsur13: “Hukum sebagai suatu sistem pada pokoknya mempunyai

3 (elemen), yaitu (a) struktur system hukum (structure of legal system)

yang terdiri dari lembaga pembuat undang-undang (legislative),

institusi pengadilan dengan strukturnya lembaga kejaksaan dan badan

kepolisian negara, yang berfungsi sebagai aparat penegak hukum; (b)

subtansi sistem hukum (substance of legal) yang berupa norma-norma

hukum, peraturan-peraturan hukum, termasuk pola-pola perilaku

masyarakat yang berada di balik sistem hukum; dan (c) budaya

hukum masyarakat (legal culture) seperti nilai-nilai, ide-ide, harapan-

12 Ibid. 13 Lawrence W Friedman, American Law, ( New York: W.W. Norton & Company, 1984), hlm. 7.

Page 25: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 17

harapan dan kepercayaan-kepercayaan yang terwujud dalam perilaku

masyarakat dalam mempersepsikan hukum”.

Pendapat serupa juga dikemukakan dalam teori hukum

pembangunan dari Muchtar Kusumaatmadja. Berdasarkan kenyataan

kemasyarakatan dan situasi kultural di Indonesia serta kebutuhan

riil masyarakat Indonesia, Muchtar Kusumaatmadja merumuskan

landasan atau kerangka teoritis bagi pembangunan hukum nasional

dengan mengakomodasikan pandangan tentang hukum dari Eugen

Ehrlich dan teori hukum Roscou Pound, dan mengolahnya menjadi suatu

konsep hukum yang memandang hukum sebagai sarana pembaharuan,

disamping sarana untuk menjamin ketertiban dan kepastian hukum.14

Untuk memberikan landasan teoritis dalam memerankan hukum

sebagai sarana pembaharuan masyarakat serta membangun tatanan

hukum nasional yang akan mampu menjalankan peranan tersebut,

Muchtar Kusumaatmadja mengajukan konsepsi hukum yang tidak saja

merupakan keseluruhan azas-azas dan kaidah-kaidah yang mengatur

kehidupan manusia dalam masyarakat melainkan meliputi pula

lembaga-lembaga (institutions) dan proses-proses yang mewujudkan

berlakunya kaidah-kaidah itu dalam kenyataan.15

Dengan konsepsi hukum tersebut, tampak bahwa Muchtar

memandang tatanan hukum itu sebagai suatu sistem yang tersusun atas

3 (tiga) komponen (sub sistem) yaitu:16

14 Ibid, hlm. 7.15 Ibid.16 Ibid.

Page 26: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)18

a. Azas-azas dan kaidah hukum;

b. Kelembagaan hukum;

c. Proses perwujudan hukum.

Menurut Muchtar Kusumaatmadja, hukum merupakan sarana

pembaharuan masyarakat didasarkan atas anggapan bahwa adanya

keteraturan atau ketertiban dalam usaha pembangunan atau

pembaharuan itu merupakan sesuatu yang diinginkan atau bahkan

dipandang (mutlak) perlu.17

Anggapan lain yang terkandung dalam konsepsi hukum sebagai

sarana pembangunan adalah bahwa hukum dalam arti kaidah atau

peraturan hukum memang bias berfungsi sebagai alat (pengatur) atau

sarana pembangunan dalam arti merupakan arah kegiatan rumusan

kearah yang dikehendaki oleh pembangunan atau pembaharuan.18

Kedua fungsi tersebut diharapkan dapat dilakukan oleh hukum

disamping fungsinya yang tradisional yakni untuk menjamin adanya

kepastian dan ketertiban.19

Perubahan maupun ketertiban atau keteraturan merupakan tujuan

kembar dari masyarakat yang sedang membangun, hukum menjadi suatu

alat (sarana) yang tidak dapat diabaikan dalam proses pembangunan.20

Peranan hukum dalam pembangunan dimaksudkan agar

pembangunan tersebut dapat dicapai sesuai dengan yang telah

17 Muchtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan, (Bandung: PT. Alumni, 2002), hlm. 89.

18 Ibid.19 Ibid.20 Ibid, hlm. 89.

Page 27: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 19

ditetapkan. Hal ini berarti bahwa diperlukan seperangkat produk hukum

baik berwujud perundang-undangan maupun keputusan badan-badan

peradilan yang mampu menunjang pembangunan.21

Dalam tataran pelaksanaan kebijakan pola penguasaan, penggunaan,

pemilikan dan pemanfaatan tanah adat/ulayat harus dapat dijabarkan

lebih detail dan lebih lanjut dalam berbagai peraturan perundang-

perundangan.

Dalam kaitannya dengan pengurusan sumber daya agrarian

khususnya yang berkaitan dengan tanah adat/ulayat perlu adanya

good lands governance.22 Adapun syarat good lands governance antara lain:

Pertama, adanya transparansi hukum, kebijakan dan pelaksanaan; Kedua,

tersedianya mekanisme yang “legitimate” dalam proses akuntabilitas

publik; Ketiga, adanya mekanisme perencanaan, pelaksanaan dan

monitoring serta evaluasi yang partisipatif; Keempat, adanya mekanisme

demokratis dalam memperkuat daerah; Kelima, memperbaiki birokrasi

pusat yang tidak efektif dan efisien untuk perbaikan kinerja melalui

pengembangan institusi yang mengarah kepada peningkatan pelayanan

publik.23 Beberapa prasyarat di atas sudah sejalan dengan subtansi

Undang-Undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara

yang Bersih dan Bebas dari KKN.24

21 Otje Salman dan Anthon F. Susanto, Beberapa Aspek Sosiologi Hukum, (Bandung: PT. Alumni, 2004), hlm. 65.

22 ElfianEfendi,JanganMenungguKapalPecah,(Jakarta:LembagaPenerbitFakultasEkonomiUniversitasIndonesia, 2001), hlm.61.

23 Ibid., hlm. 61. 24 Pasal 3 Undang-Undang No.28 Tahun 1999, menyebutkan bahwa ada tujuan asas umum penyelenggaraan

negara, yaitu: Kesatu, kepastian hukum, Kedua, asas tertib penyelenggara negara, Ketiga, asas kepentingan umum, Keempat, asas keterbukaan.

Page 28: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)20

Pengelolaan tanah adat/ulayat adalah sistem pengelolaan tanah

adat/ulayat dalam rangka memberikan perlindungan sistem penyangga

kehidupan di kawasan tanah adat/ulayat yang dalam penelitian ini

digunakan khusus untuk lingkup penguasaan, penggunaan, pemilikan

dan pemanfaatan tanah adat/ulayat. Apabila pengelolan dan pemanfaatan

tanah adat/ulayat dapat menerapkan prinsip keadilan, maka akan dapat

meningkatkan perekonomian masyarakat. Artinya hak-hak masyarakat

adat/lokal dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya, sehingga cita-cita

konsep Negara kesejahteraan dapat terwujud. Sehingga diharapkan

penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

Pemerintah khususnya institusi BPN Pusat dalam mengambil kebijakan

yang berkaitan dengan pola penguasaan, penggunaan, pemilikan

dan pemanfaatan tanah adat/ulayat dan bagaimana mewujudkan hak

masyarakat lokal, terutama perlindungan dalam bentuk perbaikan atas

pengaturan perundang-undangan pada masa yang akan datang.

Untuk menghindarkan perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah

yang dipergunakan dalam penulisan disertasi ini, berikut ini definisi

operasional dari istilah-istilah tersebut.

1. Masyarakat Adat adalah kesatuan manusia yang tertentu, mempunyai

penguasa-penguasa danmempunyai kekayaan, yang berwujud dan

tidak berwujud, dimana para anggota kesatuan itu masing-masing

mengalami kehidupan dalam masyarakat sebagai hal yang wajar

menurut kodrat alam, dan tidak seorangpun di antara para anggota

mempunyai fikiran atau kecenderungan untuk membukakan ikatan

yang telah tumbuh itu, dalam arti melepaskannya untuk selama-

lamanya.25

25 Budi Riyanto, Bunga Rampai Hukum Kehutanan dan Sumber Daya Alam Menuju Smart Regulation, (Bogor: Lembaga Pengkajian Hukum Kehutanan dan Lingkungan, 2006), hlm.44.

Page 29: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 21

2. Masyarakat Lokal adalah masyarakat yang tinggal disekitar kawasan hutan yang dalam hal ini tinggal disekitar kawasan Taman Nasional yang mempunyai ciri-ciri sosial, ekonomi, budaya yang berbeda dari pengertian masyarakat hukum adat. Masyarakat lokal yaitu sekelompok penduduk asli yang tidak terikat lagi pada masyarakat adat dan pendatang yang berasal dari daerah lain yang sudah tinggal di kawasan tersebut selama lebih dari 10 tahun atau lahir di tempat tersebut, mempunyai hak untuk memanfaatkan hutan yang berada disekitar masyarakat tersebut tinggal.26

3. Konflik adalah sebagai perwujudan cara pandang antara berbagai pihak terhadap obyek yang sama. Titik berat konflik dalam penelitian ini adalah konflik kehutanan yang telah muncul kearena publik yang antara lain disebabkan oleh perambahan hutan, pencurian kayu illegal, masalah batas wilayah pengelolaan kawasan hutan, masalah kerusakan hutan, serta adanya peralihan fungsi kawasan hutan.27

4. Pembagian Kewenangan adalah pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya menimbulkan hubungan administrasi dan kewilayahan antar susunan pemerintahan.28

5. Hak Masyarakat Lokal adalah merupakan hak penduduk yang tinggal di sekitar kawasan hutan untuk memanfaatkan sumber daya alam dalam bentuk hak untuk menggarap tanah, memanfaatkan air dan mengambil hasil hutan untuk keperluan rumah tangga.

6. Hak Ulayat adalah hak kepemilikan bersama/komunal dari masyarakat hukum adat yang dikelola dengan cara gotong royong dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan bersama dan para warga

26 Saafroedin Bahar, Inventarisasi Dan Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat, (Jakarta: Komnas HAM, 2005), hlm.73.

27 Yuliana CahyaWulan, dkk,Analisa Konflik Sektor Kehutanan di Indonesia 1997-2006, (Bogor: CIFOR,2007), hlm.3.

28 Pasal 2 ayat (7) Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Page 30: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)22

masing-masing dan pemanfaatan tidak bertentang dengan undang-undang.29

7. Pengetahuan Tradisional adalah pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat lokal setempat dalam kaitannya dengan masalah konservasi sesuai pengethuan yang dimiliki secara turun temurun dalam mengelola sumber daya alam dengan senantiasa berpedoman pada kearifan tradisional/lokal.30

8. Zona Pemanfaatan Tradisonal adalah merupakan zona pemanfaatan kawasan hutan dengan memperhatikan kearifan lokal/tradisonal masyarakat sekitar kawasan hutan dalam kaitannya dengan pemanfaatan hutan dan masalah konservasi.31

9. Konservasi Tradisional adalah pengelolaan sumberdaya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya dengan memperhatikan nilai-nilai kearifan tradisonal masrakat sekitar kawasan hutan.32

10. Tanah Ulayat adalah tanah hak kemilikan bersama/komunal dari masyarakat hukum adat yang dikelola secara gotong royong dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan bersama dan para warga masing-masing dan pemanfaatan tidak bertentangan dengan undang-undang.33

11. Pemerintahan Desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Sedangkan perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat

desa lainnya.34

29 Pasal 3 Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Undang-Undang Pokok Agraria. 30 Budi Riyanto, Op. Cit, hlm.45. 31 Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan

Ekosistemnya. 32 Budi Riyanto, Op. Cit., hlm.47. 33 Ibid 34 Pasal 202 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Page 31: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 23

Bab Tiga

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Pikir Kajian

Dalam bab ini akan dijelaskan pendekatan dan metodologi yang

akan dijalankan oleh Konsultan dalam menangani Pekerjaan Penelitian

Pola Penguasaan, Penggunaan, Pemilikan Dan Pemanfaatan Tanah

Adat/Ulayat, yang secara garis besar tahapan pekerjaan sesuai yang

tercantum dalam kerangka acuan kerja adalah tahap persiapan

perencanaan/ perancangan, penyusunan gambar pra rencana,

penyusunan pengembangan perencanaan, pembuatan perhitungan

biaya kerja, rancangan detail, persiapan pelelangan, pelelangan,

evaluasi dan negosiasi, pengawasan berkala, dan tentunya dalam setiap

langkah yang akan diambil tetap mengadakan asistensi/ diskusi dengan

Pengguna Jasa.

Dalam penelitian tentang Pola P4T terhadap Tanah Ulayat, pertama

kali dilakukan pendekatan dengan melakukan proses inventarisasi

berbagai kebijakan pemerintah di bidang pertanahan baik yang

terdapat dalam UU No.5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok Agraria

Page 32: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)24

dan Ketentuan turunannya beserta UU lainnya yang terkait dengan

masalah tanah adat atau tanah ulayat, Peraturan Pemerintah Nomor 38

tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan. Untuk mencapai

tujuan pertama ini, dilakukan desk research dan evaluasi relevansi

dan tingkat kepentingan substansi pengaturan peraturan perundang-

undangan dan kebijakan yang berkaitan dengan pola penguasaan,

penggunaan, pemilikan dan pemanfaatan tanah adat/ulayat pada

saat ini untuk antisipasi pada masa yang akan datang. Desk research

kemudian diintegrasikan dengan hasil observasi dan survei lapangan,

serta pencocokan data untuk dapat dievaluasi pelaksanaan Pola P4T

dalam pengambilan kebijakan di pemerintahan daerah. Mengingat

kebijakan yang berpengaruh terhadap pola penguasaan, penggunaan,

pemilikan dan pemanfaatan tanah adat/ulayat di pemerintahn daerah,

maka secara umum kebijakan yang dievaluasi dikelompokkan dalam

tiga kategori, yaitu : (1) Relevansi, (2) Signifikansi, dan (3) Daya guna.

B. Pendekatan Penelitian

Dalam melaksanakan “ Penelitian Pola Penguasaan, Penggunaan,

Pemilikan Dan Pemanfaatan Tanah Adat/Ulayat”, diperlukan pendekatan

yuridis empiris/yuridis sosiologis. Pendekatan yuridis dilakukan untuk

memahami pengaturan pola penguasaan, penggunaan, pemilikan dan

pemanfaatan tanah adat/ulayat dan juga untuk mengetahui sinkronisasi

dan kontradiksi terhadap aturan-aturan yang berkaitan dengan masalah

tanah adat/ulayat dalam kerangka hukum tanah nasional. Pendekatan

sosiologis digunakan untuk mengidentifikasi hukum yang nyata-

nyata berlaku (secara implicit berlaku) dalam masyarakat mengenai

hak penguasaan, penggunaan, pemilikan dan pemanfaatan tanah

adat/ulayat. Penelitian ini juga didukung dengan pendekatan historis

Page 33: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 25

(sejarah) untuk mengungkap dan menjelaskan lembaga hukum terutama

masyarakat adat yang terkait dengan masalah tanah adat/ulayat.1

Agar proses pelaksanaan penelitian dapat mencapai tujuan yang

akan dicapai maka diperlukan enam langkah proses berpikir sistemik.

Langkah-langkah proses ini merupakan panduan umum saja yang

meliputi:

1. Identifikasi kondisi yang ada;

2. Identifikasi kebutuhan dan kondisi yang diinginkan;

3. Identifikasi permasalahan;

4. Analisis;

5. Penyusunan alternatif usulan kebijakan;

6. Memperkirakan dampak implementasi kebijakan.

C. Metode Pengumpulan Data

1. Metodologi Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan guna mengumpulkan

Literatur yang berkaitan dengan kebijakan, peraturan dan

perundangan terkait di bidang pola penguasaan, pemilikan,

penggunaan dan pemanfaatan tanah adat/ulayat. Atau bisa juga

diperoleh berdasarkan hasil studi sebelumnya untuk mendapatkan

gambaran menyeluruh dari kondisi yang terkait dengan perumahan

dan permukiman, termasuk permasalahan, kebutuhan maupun

harapan yang diinginkan .

1 Jufrina Rizal, dalam Hermayulis, “Penerapan Hukum Pertanahan dan Pengaruhnya Terhadap Keberadaan Pada Sistem Kekerabatan Patrilinial di Sumatera Barat”, (Disertasi Doktor Universitas Indonesia, Jakarta, 1991), hlm. 58.

Page 34: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)26

Pengumpulan data melalui data sekunder ini dikatagorikan sebagai penelitian sekunder, dimana penelitian sekunder merupakan pendekatan penelitian yang menggunakan data-data yang telah ada, selanjutnya dilakukan proses analisa dan interpretasi terhadap data-data tersebut sesuai dengan tujuan penelitian. Sebelum melaksanakan pengumpulan data sekunder tim studi harus benar-benar memahami sampai sejauh mana data-data sekunder ini dapat digunakan, untuk itu keuntungan dan kerugian penelitian sekunder berikut harus diketahui.

Metodologi umum dalam penelitian sekunder

a. Mencari dan mengumpulkan data.

b. Membuat agar unit pengukuran yang digunakan dapat dibandingkan (comparable).

c. Mengevaluasi data/ dokumen.

d. Menentukan kelengkapan data.

e. Melakukan analisa data.

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan. kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi. Dokumen dapat dibedakan menjadi dokumen primer, jika dokumen ini ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu peristiwa; dan dokumen sekunder, jika peristiwa dilaporkan kepada orang lain yang selanjutnya ditulis oleh orang ini. Dokumen dapat berupa buku harian, surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan kasus (case records) dalam pekerjaan sosial, dan dokumen lainnya. Akan tetapi, perlu diingat bahwa dokumen-dokumen ini ditulis tidak untuk tujuan penelitian sehingga penggunaannya memerlukan

kecermatan.

Page 35: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 27

Kegiatan studi literatur mengacu sumber-sumber yang meliputi :

a. Inventarisasi landasan hukum, peraturan dan perundang¬-

undangan serta kebijakan dan strategi Penguasaan, Penggunaan,

Pemilikan Dan Pemanfaatan Tanah Adat/Ulayat;

b. Data terkait dengan kondisi/situasi dan permasalahan-

permasalahan yang terjadi di lapangan yang terkait dengan

Penguasaan, Penggunaan, Pemilikan Dan Pemanfaatan Tanah

Adat/Ulayat ;

c. Data mengenai kondisi yang ada terkait dengan tugas dan

tanggung jawab Pemerintah dan masyarakat dalam kegiatan

Pola Penguasaan, Penggunaan, Pemilikan Dan Pemanfaatan

Tanah Adat/Ulayat;

d. Kondisi yang terjadi di lapnagan tentang Pola P4T terhadap

Tanah Adat/Ulayat saat ini;

e. Data dan informasi mengenai aspek teknologis, administratif

pertanahan, sosiologis dan ekonomis, terkait dengan Pola

Penguasaan, Penggunaan, Pemilikan Dan Pemanfaatan Tanah

Adat/Ulayat yang dilaksanakan saat ini.

Hasil deskripsi ringkas dari studi data sekunder tersebut

selanjutnya diasistensikan untuk mendapat masukan dari pengguna

jasa guna penyempurnaan langkah kerja lebih lanjut. Setelah dibahas

dibuatlah superimpossed untuk masing-masing permasalahan yang

dihadapi guna dilakukan verifikasi lapangan dengan penelitian

primer (survai primer). Hasil dari penelitian sekunder yang masih

berupa data akan dituangkan dalam laporan antara.

Page 36: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)28

2. Metodologi Pengumpulan Data Primer

Survey akan dilakukan guna pengumpulan data dikakukan

dengan cara wawancara ataupun kuesioner dengan nara sumber dari

masyarakat, instansi pemerintahan terkait dan juga dari kalangan

akademisi. Adapun kuesioner yang disebarkan untuk mendapatkan

data lapangan yang memadai menggunakan beberapa model yaitu

berupa pertanayaan yang akan dianalisis secara kualitatif dan

juga kuantitatif. Secara rinci kedua jenis kuesioner tersebut dapat

dikemukakan sebagai berikut:

a. Kuesioner Kajian Dengan Analisis Kuantitatif

Tabel. Matrik Pengumpulan Data

No Rumusan Masalah

Pengembangan Indikator Variabel Paremeter Ukur

1 Bagaimana karakteristik P4T tanah adat/ulayat dari aspek Penguasaan/pemilikan, penggunaan/pemanfaatan dan jenis hak atas tanah ?Delineasi Wilayahpenguasaanpengguanangeografis Administrasi)

A. Karakteristik P4T A-1. Penguasaan pemilikan ? Tanah adat/ulayat

Indidualisasi Tata cara perolehan hak dan kewajiban Subyek, Waktu, , sistem sewa, bagi hasil, garapan Peralihan/ Jual Beli, program pertanahan

Penuh/Utuh Tata cara perolehan hak dan kewajiban Subyek, Waktu, , sistem sewa, bagi hasil, garapan Peralihan/ Jual Beli, program pertanahan

Campuran Tata cara perolehan hak dan kewajiban Subyek, Waktu, , sistem sewa, bagi hasil, garapan Peralihan/ Jual Beli, program pertanahan

Page 37: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 29

A-2 Penggunaan pemanfaatan ?

Individualisasi Mayoritas jenis penggunaan/pemanfaatan tanah (Permukiman, Sawah, Tanah kering, kebun, dsb)

Penuh/Utuh Mayoritas jenis penggunaan/pemanfaatan tanah (Permukiman, Sawah, Tanah kering, kebun, dsb),

Campuran Mayoritas jenis penggunaan/pemanfaatan tanah (Permukiman, Sawah, Tanah kering, kebun, dsb)

2 Kontribusi P4T masyarakat adat/ulayat thd kesejahteraan ?

Asset tanah Penguasaan Sistem sewa, bagi hasil, garapan, jual beli

Pemilikan Individu, Kolektif/Bersama, Campuran

Penggunaan Permukiman, sawah, tanah kering, kebun

Pemanfaatan Permukiman, sawah, tanah kering, kebun

Akses Sosekbud Jalan penghubung Kondisi jalan penghubung (jalan rusak, baik, dsb)

Pemasaran Pemasaran melalui koperasi, kelompok masyarakat, tengkulak, dsb.

Perbankan Terdapat bank yang menyalurkan kredit di pedesaan (BPR, BRI, dsb)

Produksi Produksi pemanfaatan tanah adat bagi masyarakat (padi, polowijo, karet, dsb)

Akses Kelembagaan

Organisasi usaha Organisasi usaha meliputi (Koperasi, UKM, dsb)

3 Rumusan pola P4T yang efektif dan ideal

Efektif Peraturan Peraturan yang ada telah dilaksanakan

Page 38: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)30

Pelaksanaan Pelaksanaan peraturan sesuai dengan rumusan yang terdapat dalam ketentuan yang berlaku

Ideal Rumusan Rumusan memenuhi kaidah pembuatan peraturan yang baik

Perlindungan Melindungi kepentingan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan

PETUNJUK PENGISIAN

Mohon Bapak/Ibu/Saudara untuk memberikan tanda silang (X)

pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan pendapat atau

pilihan Bapak/Ibu/Sdr.

Keterangan Pilihan Jawaban

1 = STS (Sangat tidak Setuju) 3 = CS (Cukup

Setuju) 5 = SS (Sangat Setuju)

2 = TS (Tidak Setuju) 4 = S (Setuju)

Page 39: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 31

PERNYATAAN MENGENAI FAKTOR FAKTOR YANG

MENENTUKAN PERCEPATAN PENDAFTARAN DAN

SERTIPIKASI TANAH PERTAMA KALI

No Item-Item Pernyataan Yang Mempercepat PILIHAN JAWABAN

A

Karakteristik P4T

STS TS CS S SSPenguasaan/pemilikan Tanah adat/ulayat (individu, utuh/kolektif, campuran).

1.

Pola penguasaan/pemilikan tanah adat/ulayat saat ini lebih mengaraah kepada individualisasi.

1 2 3 4 5

2.

Pola penguasaan/pemilikan tanah adat/ulayat saat ini lebih mengarah kepada kolektif/bersama secara utuh?

1 2 3 4 5

.3.

Pola penguasaan/pemilikan tanah adat/ulayat lebih mengarah kepada pola penguasaan yang bersifat campuran.

1 2 3 4 5

4.

Tata cara perolehan hak dan kewajiban Subyek penguasaan/pemil ikan yang bersifat individual dapat melalui sistem sewa, bagi hasil, garapan, Jual Beli, program pertanahan.

5.

Tata cara perolehan hak dan kewajiban Subyek penguasaan/pemil ikan yang bersifat utuh (kolektif/bersama) dapat melalui sistem sewa, bagi hasil, garapan, Jual Beli, program pertanahan.

Page 40: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)32

6.

Tata cara perolehan hak dan kewajiban Subyek penguasaan/pemil ikan yang bersifat campuran dapat melalui sistem sewa, bagi hasil, garapan, Jual Beli, program pertanahan.

1 2 3 4 5

7.

Mayoritas jenis p e n g g u n a a n /pemanfaatan tanah yang bersifat individual untuk Permukiman, Sawah, Tanah kering, kebun, dsb.

8.

Mayoritas jenis p e n g g u n a a n /pemanfaatan tanah yang bersifat utuh/kolektif/bersama untuk Permukiman, Sawah, Tanah kering, kebun, dsb.

9.

Mayoritas jenis p e n g g u n a a n /pemanfaatan tanah yang bersifat campuran untuk Permukiman, Sawah, Tanah kering, kebun, dsb.

B.

Kontribusi P4T Masyarakat Adat/Ulayat Terhadap Kesejahteraan

STS TS CS S SSAset Tanah, Akses Sosekbud, Akases Kelembagaan terhadap kesejahteraan

5.

Kontribusi P4T terhadap kesejahteraan masyarakat ditentukan oleh Aset tanah yang dapat berupa sistem sewa, bagi hasil, garapan, jual beli.

1 2 3 4 5

Page 41: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 33

6.

Kontribusi P4T terhadap k e s e j a h t a e r a a n masyarakat ditentukan oleh kepemilikan tanah adat/ulayat yang bersifat Individu, Kolektif/Bersama, Campuran.

1 2 3 4 5

7

P e n g g u n a a n /pemanfaatan tanah adat/ulayat terhadap k e s e j a h t e r a a n masyarakat dapat berupa Permukiman, sawah, tanah kering, kebun.

1 2 3 4 5

8.

Akses sosekbud terhadap kesejahteraan masyarakat ditentukan oleh faktor jalan penghubung, pemasaran, perbankan dan produksi.

1 2 3 4 5

9

Akses sosekbud terhadap kesejahteraan masyarakat juga ditentukan oleh faktor-faktor selain faktor jalan penghubung, pemasaran, perbankan dan produksi.

1 2 3 4 5

12

Akses kelembagaan terhadap kesejahteraan masyarakat dapat berupa koperasi, UKM dan organisasi usaha lainnya.

1 2 3 4 5

C.

RUMUSAN POLA P4T YANG EFEKTIF DAN IDEAL STS TS CS S SS

Efektif

1.Peraturan yang ada terkait dengan Pola P4T telah memadai dan telah dilaksanakan dengan baik

2.Pelaksanaan peraturan yang berkaitan dengan pola P4T tidak terjadi penyimpangan

1 2 3 4 5

Page 42: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)34

3 1 2 3 4 5

STS TS CS S SSIdeal 1 2 3 4 5

1

Peraturan tentang Pola P4T memenuhi kaidah pembuatan peraturan perundang-undangan yang baik

2

Peraturan perundang-undangan tentang Pola P4T mampu memberikan perlindungan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.

1 2 3 4 5

3 1 2 3 4 5

b. Kuesioner Dengan Metode Analisis Kualitatif

Format metode kuesioner dengan metode analisis kualitatif

dalam penelitian pola penguasaan, penggunaan, pemilikan dan

pemanfaatan tanah adat/ulayat, dapat diuraikan sesuai format

sebagai berikut:

DAFTAR PERTANYAAN

1. Identitas

a. Nama :

b. Jenis Kelamin :

c. Pekerjaan :

d. Umur :

Page 43: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 35

e. Instansi :

f. Alamat :

2. Daftar Pertanyaan :

a. Apakah yang Bapak/Ibu/saudara ketahui tentang hak

atas tanah ulayat?

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

b. Permasalahan apa yang berkaitan dengan masalah hak

atas tanah ulayat yang sering kali terjadi? Apakah karena

pola penguasaan, penggunaan, pemilikan ataukah

pemanfaatan atas tanah ulayat?

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

c. Terhadap pilihan jawaban pada poin b yang dipilih

jelaskan alasan mengapa di Provinsi Bapak/Ibu/saudara

permasalahan tanah ulayat disebabkan oleh salah satu

faktor tersebut di atas?

....................................................................................................

Page 44: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)36

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

d. Diantara keempat permasalahan yang sering muncul

mengenai tanah ulayat di daerah Bapak/Ibu/saudara.

Mana permasalahan yang sering kali terjadi, apakah

mengenai pola penguasaan, penggunaan, pemilikan

ataukah pemanfaatan atas tanah ulayat? Jawaban dapat

disusun berdasarkan skala yang sering muncul dengan

disertai apa penyebabnya?

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

e. Apakah masalah tanah ulayat di Provinsi/Kabupaten di

wilayah kerja Bapak/Ibu terkait dengan beberapa faktor

di bawah ini seperti: masalah ketimpangan yang meliputi

faktor:

a) Fisik (lereng, tanah, bahan tambang, hutan,

perkebunan)

b) Sosial (infrastruktur pendidikan, sanitasi, jalan,

listrik, akses ke pemerintahan)

c) Ekonomi (pemasaran, perbankan, sarana transportasi)

Page 45: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 37

d) Faktor lainnya

.............................................................................................

.............................................................................................

.............................................................................................

.............................................................................................

.............................................................................................

f. Bagaimanakah interaksi antar wilayah yang

mempengaruhi masalah tanah ulayat di wilayah kerja

institusi Bapak/Ibu/saudara, apakah disebabkan oleh

beberapa faktor di bawah ini:

a) Masyarakat (profesi, pendidikan, kepadatan kep.

endudukan)

b) Komoditas (infrastruktur penyuluhan, inovasi

teknologi)

c) Ekologi (sumber air bersih, bencana alam, bahan

bakar)

d) Faktor-faktor lainnya

.............................................................................................

.............................................................................................

.............................................................................................

.............................................................................................

.............................................................................................

g. Apakah terdapat konflik/masalah tanah ulayat di wilayah

kerja Bapak/Ibu/saudara?

....................................................................................................

Page 46: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)38

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

h. Apakah tanah ulayat yang menjadi faktor penyebab

konflik/aset yang dikuasai/dimiliki terkait dengan hal-

hal dibawah ini seperti:

a) Tanah (luas, lokasi, kesuburan, status dll)

b) Sosial-ekonomi (tenaga kerja,pendidikan, pekerjaan,

pendapatan dlll,)

c) Sosial Budaya (interaksi masyarakat, organisasi dll)

.............................................................................................

.............................................................................................

.............................................................................................

.............................................................................................

.............................................................................................

i. Apakah tanah ulayat yang dijadikan sebagai obyek

konflik merupakan tanah yang diperoleh/dimanfaatkan

untuk kepentingan di bawah ini atau lainnya :

a) Kepemerintahan

b) Aksesibilitas, jalan dsb

c) Sarana Pendidikan

d) Sarana Produksi, Inovasi Teknologi dan Pemasaran

e) Sarana Perbankan

Page 47: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 39

f) Lainnya

.............................................................................................

.............................................................................................

.............................................................................................

.............................................................................................

.............................................................................................

j. Masalah/konflik tanah ulayat apakah yang sangat urgen

sekali untuk segera diselesaikan dan sebaliknya masalah/

konflik tanah apakah yang tidak terlalu penting untuk

segera diselesaikan?

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

k. Bagaimanakah cara masyarakat dalam menyelesaikan

konflik yang berkaitan dengan masalah tanah ulayat?

Apakah melalui cara musyawarah untuk mufakat,

mediasi ataukah melalui pengadilan?

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

Page 48: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)40

l. Bagaimanakah peran tokoh masyarakat/adat dalam menyelesaikan konflik penguasaan, pengelolaan, pemilikan dan pemanfaatan tanah ulayat yang terjadi di wilayah kerja institusi Bapak/Ibu?

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

m. Bagaimanakah peran Pemerintah Daerah di dalam menyelesaikan konflik penataan dan pemanfaatan tanah ulayat yang terjadi di wilayah kerja Bapak/Ibu?

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

n. Apakah terdapat Perda yang mengatur tentang tanah ulayat di Provinsi atau Kabupaten yang dijadikan landasan dalam pengelolaan, penguasaan, pemilikan dan pemanfaatan tanah ulayat?

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

Page 49: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 41

o. Bagaimanakah sebaiknya kebijakan yang seharusnya

diambil oleh Pemerintah baik pemerintah Pusat maupun

Pemerintah Daerah terhadap masalah yang berkaitan

dengan tanah ulayat?

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................

3. Responden dan Nara Sumber

Responden yang akan diambil dalam survey adalah masyarakat,

instansi pemerintahan terkait dan stake holder terkait, dimana

sample akan diambil baik dari pusat maupun dari daerah yang telah

ditentukan. Dimana daerah yang akan diambil samplenya adalah :

• Provinsi Sumatera Barat;

• Provinsi sumatera Selatan;

• Provinsi Kalimantan Barat;

• Provinsi Bali;

• Provinsi Nusat tenggara Timur;

• Provinsi Papua.

Penentuan kota definitif akan didiskusikan lebih lanjut dengan

pengguna jasa, dimana usulan awal dari konsultan adalah

mengusulkan lokasi-lokasi.

Page 50: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)42

D. Analisa Data

Analisis data sekunder dilakukan terhadap peraturan perundang-

undangan yang mempunyai korelasi dengan penguasaan, penggunaan,

pemilikan dan pemanfaatan tanah adat/ulayat. Dengan demikian

akan dapat diketahui sinkronisasi dan kontradiksi terhadap peraturan

yang terkait dengan tanah adat/ulayat dan bagaimana aplikasinya di

lapangan.

Sedangkan untuk data primer yang telah terkumpul melalui

observasi dan wawancara yang mendalam itu disaring terlebih dahulu,

baru kemudian dianalisis akan dianalisis dengan menggunakan untuk

mendiskripsikan terhadap masalah yang diteliti. Selanjutnya terhadap

data sekunder dan primer, juga dilakukan analisa data secara deskriptif

evaluatif dari studi kebijakan/peraturan dan hasil survey serta masukan

atau pendapat pakar instansi terkait dengan Pola Penguasaan,

Penggunaan, Pemilikan Dan Pemanfaatan Tanah Adat/Ulayat. Hasil

analisis data tersebut dibahas dengan bantuan teori-teori yang relevan

untuk mengantar pada kegiatan penyusunan model kebijakan yang

efektif.

Page 51: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 43

Bab Empat

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambaran umum lokasi penelitian ini dengan mengacu kepada

ruang lingkup kegiatan penelitian ini yang dapat dibedakan kedalam

materi penelitian dan wilayah penelitian yang dijadikan sebagai sampel

terutama daerah-daerah yang masih aksis dalam kaitannya dengan

masalah tanah adat/ulayat.

1. Materi Kegiatan Penelitian

Materi kegiatan difokuskan pada eksplorasi mengenai

keberadaan pola P4T terhadap tanah adat/ulayat dan kontribusinya

terhadap kesejahteraan masyarakat, serta mengkaji bahan-bahan

untuk menyusun rumusan konsep pengembangan kebijakan pola

P4T yang lebih efektif dan ideal pada masa depan.

Page 52: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)44

2. Wilayah Penelitian

Wilayah penelitian difokuskan di 6 (enam) daerah/provinsi

sebagai sampel yang mempunyai masyarakat hukum adat/ulayat

cukup kuat yang dipilih secara purposive random sampling, yaitu

Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Sumatera Selatan (Sumsel),

Kalimantan Barat (Kalbar), Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan

Provinsi Papua.

1. Sumatera SelatanLambang “Bersatu Teguh”

Peta Lokasi Sumatera Selatan

KoordinatDasar hukumTanggal pentingIbu kota PalembangGubernur Alex NoerdinLuas 113.339 km²Penduduk 6.275.945KepadatanKabupaten 11Kota 4Kecamatan 147Kelurahan/Desa 2693Suku Melayu (31%), Jawa (27%),

Komering (6%), Banyuasin (3%), Sunda (2%)[1]

Agama Islam (96%), Kristen (1,7%), Buddha (1,8%), Lain-lain (0,5%)

Bahasa Bahasa IndonesiaZona waktu WIB

Page 53: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 45

Sumatera Selatan adalah salah satu provinsi Indonesia

yang terletak di bagian selatan Pulau Sumatera. Provinsi ini

beribukota di Palembang. Secara geografis provinsi Sumatera

Selatan berbatasan dengan provinsi Jambi di utara, provinsi Kep.

Bangka-Belitung di timur, provinsi Lampung di selatan, dan

Provinsi Bengkulu di barat. Provinsi ini kaya akan sumber daya

alam, seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara. Selain itu ibu

kota provinsi Sumatera Selatan, Palembang, telah terkenal sejak

dahulu karena sempat menjadi ibu kota dari Kerajaan Sriwijaya.

Di samping itu, provinsi ini banyak memiliki tujuan wisata

yang menarik untuk dikunjungi seperti Sungai Musi, Jembatan

Ampera, Pulau Kemaro, Danau Ranau, Kota Pagaralam, dll.

Karena sejak dahulu telah menjadi pusat perdagangan, secara

tidak langsung ikut mempengaruhi kebudayaan masyarakatnya.

Makanan khas dari provinsi ini sangat beragam seperti pempek,

model, tekwan, pindang patin, pindang tulang, sambal jokjok,

berengkes, dan tempoyak.

a. Sejarah

Provinsi Sumatera Selatan sejak berabad yang lalu dikenal

juga dengan sebutan Bumi Sriwijaya; pada abad ke-7 hingga

abad ke-12 Masehi wilayah ini merupakan pusat kerajaan

Sriwijaya yang juga terkenal dengan kerajaan maritim terbesar

dan terkuat di Nusantara. Gaung dan pengaruhnya bahkan

sampai ke Madagaskar di Benua Afrika. Sejak abad ke-13

sampai abad ke-14, wilayah ini berada di bawah kekuasaan

Majapahit. Selanjutnya wilayah ini pernah menjadi daerah

Page 54: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)46

tak bertuan dan bersarangnya bajak laut dari Mancanegara

terutama dari negeri China.

Pada awal abad ke-15 berdirilah Kesultanan Palembang

yang berkuasa sampai datangnya Kolonialisme Barat, lalu

disusul oleh Jepang. Ketika masih berjaya, kerajaan Sriwijaya

juga menjadikan Palembang sebagai Kota Kerajaan.

Menurut Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan pada

1926 menyebutkan, pemukiman yang bernama Sriwijaya itu

didirikan pada tanggal 17 Juni 683 Masehi. Tanggal tersebut

kemudian menjadi hari jadi Kota Palembang yang diperingati

setiap tahunnya.

b. Kabupaten dan KotaNo. Kabupaten/Kota Ibu kota1 Kabupaten Banyuasin Pangkalan Balai2 Kabupaten Empat Lawang Tebing Tinggi3 Kabupaten Lahat Lahat4 Kabupaten Muara Enim Muara Enim5 Kabupaten Musi Banyuasin Sekayu

6 Kabupaten Musi Rawas Muara Beliti Baru

7 Kabupaten Ogan Ilir Indralaya

8 Kabupaten Ogan Komering Ilir Kota Kayu Agung

9 Kabupaten Ogan Komering Ulu Baturaja10 Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Muaradua11 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura12 Kota Lubuklinggau -13 Kota Pagar Alam -14 Kota Palembang -15 Kota Prabumulih -

Page 55: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 47

c. ProfilProvinsiSumateraSelatan

Sumatera Selatan terletak antar 1-4 derajat LS dan 102-

104 derajat BT. Wilayahnya berbatasan dengan Prop. Jambi

di sebelah utara, Prop. Lampung di sebelah Selatan, Prop.

Bangka Belitung di sebelah Timur dan Prop. Bengkulu di

sebelah Barat. Sumatera Selatan mempunyai luas wilayah

87.017 Km2( 8.701.742 Ha). terdiri dari 10 kabupaten

dan 4 Kota, dengan jumlah penduduk sebesar 6,6 juta

jiwa. Sebagian besar penduduk berprofesi sebagai petani

(perkebunan manupun tanaman bahan makanan).

Tabel

Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Sumatera Selatan

No Kota/ Kabupaten Luas (ha) Penduduk1 Palembang 37.403 1.304.2112 Prabumulih 42.162 128.2073 Pagaralam 57.916 113.7524 Lubuklinggau 41.980 171.2355 Musi Banyuasin 1.447.700 455.7396 Banyuasin 1.214.274 712.8137 Ogan Komering Ilir

(OKI)

1.957.141 1.000.152

8 Ogan Ilir * *9 Ogan Komering Ulu

(OKU)

1.617.665 1.112.854

10 OKU Timur * *11 OKU Selatan * *12 Musi Rawas 1.213.457 465.68213 Muara Enim 88.794 621.87614 Lahat 663.250 541.895

Jumlah 8.701.742 6.628.416

Page 56: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)48

Tingkat kesejahteraan penduduk yang tercermin melalui

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tercatat sebesar

66,00 atau berada pada rangking 16 dari seluruh Provinsi

di Indonesia. IPM tertinggi terdapat di Kota Palembang,

yaitu sebesar 71,20 dan terendah di Kabupaten Musi Rawas,

sebesar 62,00. Dari sisi ketenagakerjaan, sebagian besar

penduduk Sumsel (63,53 persen) bekerja di sektor pertanian,

terutama sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor

perkebunan. Sementara itu, angka pengangguran berada

pada kisaran 9-10 persen.

2. Kalimantan Barat

Lambang“Akcaya”

(Bahasa Indonesia: “Tak Kunjung Binasa”)

Peta Lokasi Sumatera Selatan

KoordinatDasar hukumTanggal penting 1 Januari 1957 (hari jadi)Ibu kota PontianakGubernur Drs. Cornelis MHLuas 146.807 km²Penduduk 4.073.304 (sensus 2004)KepadatanKabupaten 10Kota 2Kecamatan 136

Page 57: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 49

Kelurahan/Desa 1445Suku Dayak (35%) Sambas (12%), Tionghoa (9%),

Jawa (9%), Kendayan (8%), Melayu (8%)[1]

Agama Islam (57,6%), Katolik (24,1%), Protestan (10%), Buddha (6,4%), Hindu (0,2%), lain-lain (1,7%)

Bahasa Bahasa Indonesia, Bahasa Dayak, Bahasa melayu, Bahasa Tionghoa

Zona waktu WIB

Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia yang

terletak di Pulau Kalimantan, dan beribukotakan Pontianak.

Secara geografis, Provinsi Kalimantan Barat terletak di antara

108º BT hingga 114º BT, dan antara 2º6’ LU hingga 3º5’ LS. Luas

wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km² (7,53%

luas Indonesia). Merupakan provinsi terluas keempat setelah

Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.

Daerah Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang

dapat dijuluki propinsi “Seribu Sungai”. Julukan ini selaras

dengan kondisi geografis yang mempunyai ratusan sungai besar

dan kecil yang diantaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa

sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur

utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana

jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan.

Walaupun sebagian kecil wilayah Kalbar merupakan perairan

laut, akan tetapi Kalbar memiliki puluhan pulau besar dan kecil

(sebagian tidak berpenghuni) yang tersebar sepanjang Selat

Karimata dan Laut Natuna yang berbatasan dengan wilayah

Provinsi Riau. Jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Barat

menurut sensus tahun 2000 berjumlah 4.073.430 jiwa (1,85%

penduduk Indonesia).

Page 58: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)50

a. Sejarah

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda berdasarkan

Keputusan Gubernur Jenderal yang dimuat dalam STB

1938 No. 352, antara lain mengatur dan menetapkan bahwa

ibukota wilayah administratif Gouvernement Borneo

berkedudukan di Banjarmasin dibagi atas 2 Residentir,

salah satu diantaranya adalah Residentie Westerafdeeling

Van Borneo dengan ibukota Pontianak yang dipimpin oleh

seorang Residen.

Pada tanggal 1 Januari 1957 Kalimantan Barat resmi

menjadi provinsi yang berdiri sendiri di Pulau Kalimantan,

berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 1956 tanggal

7 Desember 1956. Undang-undang tersebut juga menjadi

dasar pembentukan dua provinsi lainnya di pulau terbesar

di Nusantara itu. Kedua provinsi itu adalah Kalimantan

Selatan dan Kalimantan Timur.

b. Kondisi Alam

Iklim di kalimantan barat beriklim tropik basah, curah

hujan merata sepanjang tahun dengan puncak hujan terjadi

pada bulan Januari dan Oktober suhu udara rata-rata antara

26,0 s/d 27,0.kelembapan rata-tara antara 80% s/d 90%

c. Sosial Kemasyarakatan

Suku Bangsa

Page 59: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 51

Daerah Kalimantan Barat dihuni oleh aneka ragam suku

bangsa. Suku bangsa mayoritasnya yaitu Dayak,Melayu

dan Tionghoa, yang jumlahnya melebihi 90% penduduk

Kalimantan Barat. Selain itu, terdapat juga suku-suku bangsa

lain, antara lain Bugis, Jawa, Madura, Minangkabau, Sunda,

Batak, dan lain-lain yang jumlahnya dibawah 10%.

• Suku Dayak : (1) Rumpun Iban, (2) Rumpun Darat, (3)

Rumpun Ot Danum, (4) Rumpun Punan, (5) Rumpun

Apo Kayan, terdiri atas :

1. Suku Iban

2. Suku Bidayuh

3. Suku Seberuang

4. Suku Mualang

5. Suku Kanayatn

6. Suku Mali

7. Suku Sekujam

8. Suku Sekubang

9. Suku Kantuk

10. Suku Ketungau

11. Suku Desa

12. Suku Hovongan

13. Suku Uheng Kereho

14. Suku Babak

15. Suku Badat

Page 60: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)52

16. Suku Barai

17. Suku Bangau

18. Suku Bukat

19. Suku Galik

20. Suku Gun

21. Suku Jangkang

22. Suku Kalis

23. Suku Kayan

24. Suku Kayanan

25. Suku Kede

26. Suku Keramai

27. Suku Klemantan

28. Suku Pos

29. Suku Punti

30. Suku Randuk

31. Suku Ribun

32. Suku Cempedek

33. Suku Dalam

34. Suku Darok

35. Suku Kopak

36. Suku Koyon

37. Suku Lara

38. Suku Senunang

39. Suku Sisang

40. Suku Sintang

Page 61: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 53

41. Suku Suhaid

42. Suku Sungkung

43. Suku Limbai

44. Suku Maloh

45. Suku Mayau

46. Suku Mentebak

47. Suku Menyangka

48. Suku Sanggau

49. Suku Sani

50. Suku Sekajang

51. Suku Selayang

52. Suku Selimpat

53. Suku Dusun

54. Suku Embaloh

55. Suku Empayuh

56. Suku Engkarong

57. Suku Ensanang

58. Suku Menyanya

59. Suku Merau

60. Suku Muara

61. Suku Muduh

62. Suku Muluk

63. Suku Ngabang

64. Suku Ngalampan

65. Suku Ngamukit

66. Suku Nganayat

Page 62: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)54

67. Suku Panu

68. Suku Pengkedang

69. Suku Pompang

70. Suku Senangkan

71. Suku Suruh

72. Suku Tabuas

73. Suku Taman

74. Suku Tingui

• Melayu lokal/Senganan dan suku lainnya

1. Suku Melayu

2. Suku Sambas

3. Suku Banjar

4. Suku Pesaguan

5. Suku Bugis

6. Suku Jawa

7. Suku Madura

8. Suku Minang

9. Suku Batak

10. dan lain-lain

• Tionghoa

1. Hakka

2. Tiochiu

3. dan lain-lain

Page 63: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 55

d. Bahasa

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang secara umum

dipakai oleh masyarakat di Kalimantan Barat. Selain itu,

terdapat pula bahasa-bahasa daerah yang juga banyak

dipakai seperti Bahasa Melayu, beragam jenis Bahasa Dayak,

Menurut penelitian Institut Dayakologi terdapat 188 dialek

yang dituturkan oleh suku Dayak dan Bahasa Tionghoa

seperti Tiochiu dan Khek/Hakka. Bahasa Melayu di kalbar

terdiri atas beberapa jenis, antara lain Bahasa Melayu

Pontianak, Bahasa Melayu Sanggau dan Bahasa Melayu

Sambas. Bahasa Melayu Pontianak sendiri memiliki logat

yang hampir mirip dengan bahas Melayu Malaysia dan

Melayu Riau.

e. Agama

Mayoritas penduduk Kalimantan Barat memeluk agama

Islam (57,6%),Katolik (24,1%), Protestan (10%), Buddha

(6,4%), Hindu (0,2%), dan lain-lain (1,7%).

f. Pendidikan

Perguruan Tinggi/Universitas di Kalimantan Barat

1. Universitas Tanjungpura

2. Politeknik Negeri Pontianak

3. STAIN Pontianak

Page 64: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)56

4. STMIK Pontianak

5. Politeknik Kesehatan

6. STKIP-PGRI Pontianak

7. Universitas Muhammadiyah

8. ASMI Pontianak

9. ABA Pontianak

10. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Dharma

11. Akademi Sekretari dan Manajemen Widya Dharma

12. Akademi Bahasa Asing Widya Dharma

13. Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Widya

Dharma

14. Politeknik Tonggak Equator (POLTEQ)

15. STIE Pontianak

16. Universitas Pancabakti

17. STIH Singkawang

18. Universitas Kapuas, Sintang

19. Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka

g. Pemerintahan

Ibu kota Kalimantan Barat adalah kota Pontianak

h. Kabupaten dan KotaNo. Kabupaten/Kota Ibu kota1 Kabupaten Bengkayang Bengkayang2 Kabupaten Kapuas Hulu Putussibau3 Kabupaten Kayong Utara Sukadana4 Kabupaten Ketapang Ketapang

Page 65: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 57

5 Kabupaten Kubu Raya Sungai Raya6 Kabupaten Landak Ngabang7 Kabupaten Melawi Nanga Pinoh8 Kabupaten Pontianak Mempawah9 Kabupaten Sambas Sambas

10 Kabupaten Sanggau Batang Tarang11 Kabupaten Sekadau Sekadau12 Kabupaten Sintang Sintang13 Kota Pontianak -14 Kota Singkawang -

3. Nusa Tenggara Timur

Lambang Peta Lokasi Sumatera Selatan

KoordinatDasar hukum UU 64/1958Tanggal pentingIbu kota KupangGubernur Frans Lebu RayaLuas 48.718,10 km²Penduduk 4.230.028 (2007)Kepadatan 87Kabupaten 15Kota 1Kecamatan 186Kelurahan/Desa 2.650Suku Atoni atau Dawan (21%), Manggarai (15%),

Sumba (13%), Lamaholot (5%), Belu (6%), Rote (5%), Lio (4%)[1]

Agama Katolik (53,9%), Protestan (33,8%), Islam (8,8%), Lainnya (3,5%)

Bahasa Bahasa IndonesiaZona waktu WITALagu daerah Moree

Page 66: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)58

Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara lain Flores, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Rote, Sabu, Adonara, Solor, Komodo dan Palue. Ibu kotanya terletak di Kupang, Timor Barat. Provinsi ini terdiri dari kurang lebih 550 pulau; tiga pulau utama di NTT adalah Flores, Sumba, dan Timor Barat. Provinsi ini menempati bagian barat pulau Timor. Sementara bagian timur pulau tersebut adalah bekas provinsi Indonesia yang ke-27, yaitu Timor Timur, yang merdeka menjadi negara Timor Leste pada tahun 2002.

a. Arti lambang

Berbentuk perisai dengan sudut lima dengan maksud, selain melambangkan makna perlindungan rakyat juga melambangkan Pancasila. Dalam perisai terBerkas: bintang, komodo, padi dan kapas, tombak dan pohon Beringin. Bintang melambangkan keagungan Tuhan yang Maha Esa, komodo (buaya darat) satu-satunya reptil prasejarah yang hingga kini masih lestari. Binatang purba ini merupakan reptil raksasa yang oleh dunia dinyatakan dilindungi karena jenis hewan ini hanya terdapat di NTT, tepatnya di pulau komodo. Banyak wisatawan dari seluruh dunia datang ke pulau ini hanya untuk melihat komodo. Padi-kapas melambangkan kemakmuran. Tombak melambangkan keagungan dan kejayaan. Sedangkan pohon beringin melambangkan persatuan dan kesatuan yang tetap terpelihara. Hari terbentuknya provinsi NTT dilukiskan melalui jumlah padi (14) dan tahun 1958 tertera langsung pada sudut bawah

lambang.

Page 67: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 59

b. Pemerintahan

Kabupaten dan KotaNo. Kabupaten/Kota Ibu kota1 Kabupaten Kupang Kupang2 Kabupaten Timor Tengah Selatan Soe3 Kabupaten Timor Tengah Utara Kefamenanu4 Kabupaten Belu Atambua5 Kabupaten Alor Kalabahi6 Kabupaten Flores Timur Larantuka7 Kabupaten Sikka Maumere8 Kabupaten Ende Ende9 Kabupaten Ngada Bajawa

10 Kabupaten Manggarai Ruteng11 Kabupaten Sumba Timur Waingapu12 Kabupaten Sumba Barat Waikabubak13 Kabupaten Lembata Lewoleba14 Kabupaten Rote Ndao Baa15 Kabupaten Manggarai Barat Labuan Bajo16 Kabupaten Nagekeo Mbay17 Kabupaten Sumba Tengah Waibakul18 Kabupaten Sumba Barat Daya Tambolaka19 Kabupaten Manggarai Timur Borong20 Kabupaten Sabu Raijua Seba21 Kota Kupang Kupang

PROFIL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Page 68: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)60

c. Letak dan Luas Wilayah

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di selatan

katulistiwa pada posisi 8” – 12” Lintang Selatan dan 118” –

125” Bujur Timur.

d. Batas-batas wilayah

• Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores

• Sebelah Selatan dengan Samudera Hindia

• Sebelah Timur dengan Negara Timor Leste

• Sebelah Barat dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat.

NTT merupakan wilayah kepulauan yang

terdiri dari 566 pulau, 246 pulau diantaranya sudah

mempunyai nama dan sisanya sampai saat ini belum

mempunyai nama. Diantara 246 pulau yang sudah

bernama terdapat 4 pulau besar: Flores, Sumba, Timor

dan Alor (FLOBAMORA) dan pulau-pulau kecil antara

lain: Adonara, Babi, Lomblen, Pamana Besar, Panga

Batang, Parmahan, Rusah, Samhila, Solor (masuk

wilayah Kabupaten Flotim/ Lembata), Pulau Batang,

Kisu, Lapang, Pura, Rusa, Trweng (Kabupaten Alor),

Pulau Dana, Doo, Landu Manifon, Manuk, Pamana,

Raijna, Rote, Sarvu, Semau (Kabupaten Kupang/ Rote

Ndao), Pulau Loren, Komodo, Rinca, Sebabi Sebayur

Kecil, Sebayur Besar Serayu Besar (Wilayah Kabupaten

Manggarai), Pulau Untelue (Kabupaten Ngada), Pulau

Halura (Kabupaten Sumba Timur, dll. Dari seluruh

Page 69: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 61

pulau yang ada, 46 pulau telah berpenghuni sedangkan

sisanya belum berpenghuni. Terdapat tiga pulau besar,

yaitu pulau Flores, Sumba dan Timor, selebihnya adalah

pulau-pulau kecil yang letaknya tersebar, komoditas

yang dimiliki sangat terbatas dan sangat dipengaruhi

oleh iklim. Luas wilayah daratan 47.349,9 km2 atau

2,49% luas Indonesia dan luas wilayah perairan ± 200.000

km2 diluar perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

(ZEEI).

Secara rinci luas wilayah menurut Kabupaten/ Kota

adalah sebagai berikut:

Hampir semua pulau di wilayah NTT terdiri dari

pegunungan dan perbukitan kapur. Dari sejumlah

gunung yang ada terdapat gunung berapi yang masih

aktif. Di pulau Flores, Sumba dan Timor terdapat

kawasan padang rumput (savana) dan stepa yang

luas. Pada beberapa kawasan padang rumput tersebut

dipotong oleh aliran sungai-sungai.

d. Jumlah Penduduk

Berikut ini adalah daftar jumlah penduduk yang ada pada

masing-masing kabupaten/ kota seluruh NTT berdasrkan

hasil registrasi penduduk tahun 1999 yaitu :

KABUPATEN/ KOTA Jumlah (orang)- Sumba Barat 399.580- Sumba Timur 203.525- Kupang 337.406- TTS 405.993

Page 70: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)62

- TTU 197.174- Belu 352.136- Alor 170.965- Lembata 99.458- Flores Timur 218.257- Sikka 280.841- Ende 241.826- Ngada 245.169- Manggarai 487.192- Kota Kupang 258.104- Rote Ndao 104.899- Manggarai Barat 186.209

Nusa Tenggara Timur 4.188.774

KABUPATEN

e. Kondisi Iklim

Wilayah Nusa Tenggara Timur beriklim kering yang dipengaruhi oleh angin musim. Periode musim kemarau lebih panjang, yaitu 7 bulan (Mei sampai dengan Nopember) sedangkan musim hujan hanya 5 bulan (Desember sampai dengan April). Suhu udara rata-rata 27,6 C, suhu maksimum rata-rata 290 C, dan suhu minimum rata-rata 26,1 C.

f. Keadaan Tanah

Apabila dilihat dari topografinya, maka wilayah NTT dapat dibagi atas 5 bagian besar, yaitu :

• Agak berombak dengan kemiringan 3-16 %.

• Agak bergelombang dengan kemiringan 17-26 %.

• Bergelombang dengan kemiringan 27-50 %.

• Berbukuti-bukit bergunung dengan kemiringan lebih besar dari 50 %.

• Dataran banjir dengan kemiringan 0-30 %.

Page 71: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 63

Keadaan topografi demikian mempunyai pengaruh

pula terhadap pola kehidupan penduduk, antara lain pola

pemukiman digunung-gunung, sehingga terdapat variasi

adat dan tipologi kehidupan yang sangat besar antara suatu

daerah dengan daerah lainnya.

4. Sumatera Barat

Lambang “Tuah Sakato”(Bahasa Minangkabau: Seia Sekata)

Peta Lokasi Sumatera Selatan

Koordinat 0°U-102° LS, 98°-102° BTDasar hukumTanggal pentingIbu kota PadangGubernur Gamawan Fauzi

Wakil: Marlis RahmanLuas 42.297,30 km²

Perairan 2,59%Penduduk 4.400.000 (2002)Kepadatan 104/km²Kabupaten 12Kota 7Kecamatan 147Kelurahan/Desa 877Suku Minangkabau (88%), Batak (4%), Jawa (4%),

Mentawai (1%)[1]

Agama Islam (98%), Kristen (1,6%), Hindu (0,0032%), Buddha (0,26%)

Bahasa Bahasa Minangkabau, Bahasa Melayu/ Bahasa Indonesia

Page 72: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)64

Zona waktu WIBLagu daerah Ayam Den Lapeh, Kampuang Nan Jauah di

Mato, Kambanglah Bungo, Minangkabau, Bareh Solok, Tinggalah Kampuang.

Sumatera Barat adalah sebuah provinsi yang terletak di

pulau Sumatra, Indonesia. Provinsi ini adalah provinsi terluas

kesebelas di Indonesia.

a. Kondisi dan sumber daya alam

Geografi

Danau Maninjau, salah satu danau di Sumatera Barat

Sumatera Barat berada di bagian barat tengah pulau

Sumatera dengan luas 42.297,30 km². Provinsi ini memiliki

dataran rendah di pantai barat, serta dataran tinggi vulkanik

yang dibentuk Bukit Barisan yang membentang dari barat

laut ke tenggara. Kepulauan Mentawai yang terletak di

Samudera Hindia termasuk dalam provinsi ini. Garis pantai

Sumatera Barat seluruhnya bersentuhan dengan Samudera

Hindia sepanjang 375 km. Danau yang berada di Sumatera

Barat adalah Maninjau (99,5 km²), Singkarak (130,1 km²),

Page 73: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 65

Diatas (31,5 km²), Dibawah (Dibaruh) (14,0 km²), Talang (5,0

km²).

Beberapa sungai besar di pulau Sumatera berhulu

di provinsi ini, yaitu Sungai Siak, Sungai Rokan, Sungai

Inderagiri (disebut sebagai Batang Kuantan di bagian

hulunya), Sungai Kampar dan Batang Hari. Semua sungai

ini bermuara di pantai timur Sumatera, di provinsi Riau dan

Jambi. Sungai-sungai yang bermuara di pantai barat pendek-

pendek. Beberapa di antaranya adalah Batang Anai, Batang

Arau, dan Batang Tarusan. Gunung-gunung di Sumatera

Barat adalah Marapi (2.891 m), Sago (2.271 m), Singgalang

(2.877 m), Tandikat (2.438 m), Talakmau (2.912 m), Talang

(2.572 m).

b. Keanekaragaman hayati

Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di

Indonesia yang kaya dengan sumber keanekaragaman

hayati. Sebagian besar wilayahnya masih merupakan hutan

alami dan dilindungi. Dalam hutan tropis di Sumatera Barat

dapat dijumpai berbagai spesies langka, misalnya: Rafflesia

arnoldii (bunga terbesar di dunia), Harimau Sumatra,

siamang, tapir, rusa, beruang, dan berbagai jenis burung dan

kupu-kupu.=poiu.

Terdapat dua Taman Nasional di provinsi ini: Taman

Nasional Siberut yang terdapat di Pulau Siberut (Kabupaten

Mentawai) dan Taman Nasional Kerinci Seblat. Taman

Nasional terakhir ini wilayahnya membentang di empat

Page 74: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)66

provinsi: Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatra

Selatan. Selain kedua Taman Nasional tersebut masih ada

beberapa cagar alam lainnya, yaitu Cagar Alam Rimbo Panti,

Cagar Alam Lembah Anai, Cagar Alam Batang Palupuh,

Cagar Alam Lembah Harau, Taman Raya Bung Hatta, dan

Cagar Alam Beringin Sakti.

c. Sumber daya alam

Batubara, Batu besi, Batu galena, Timah hitam, Seng,

Manganase, Emas, Batu kapur (Semen), Kelapa sawit,

Perikanan, Kakao.

d. Suku bangsa

Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku

Minangkabau. Di daerah Pasaman selain suku Minang

berdiam pula suku Batak Mandailing. Suku Mentawai

terdapat di Kepulauan Mentawai.

e. Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam keseharian ialah bahasa

daerah yaitu Bahasa Minangkabau yang memiliki beberapa

dialek, seperti dialek Bukittinggi, dialek Pariaman, dialek

Pesisir Selatan dan dialek Payakumbuh. Di daerah Pasaman

yang berbatasan dengan Sumatera Utara, dituturkan juga

Bahasa Batak dialek Mandailing, yang biasanya digunakan

suku Batak Mandailing. Sementara itu di daerah Mentawai

yang berupa kepulauan dan terletak beberapa puluh

Page 75: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 67

kilometer lepas pantai Sumatra Barat, bahasa yang digunakan

adalah Bahasa Mentawai.

f. Agama

Mayoritas penduduk Sumatra Barat beragama Islam.

Selain itu ada juga yang beragama Kristen di Kepulauan

Mentawai, serta Hindu dan Buddha yang pada umumnya

adalah para pendatang.

g. Pemerintahan

Daftar kabupaten dan kotaNo. Kabupaten/Kota Ibu kota1 Kabupaten Agam Lubuk Basung2 Kabupaten Dharmasraya Pulau Punjung

3 Kabupaten Kepulauan Mentawai Tuapejat

4 Kabupaten Lima Puluh Kota Sarilamak5 Kabupaten Padang Pariaman Parit Malintang6 Kabupaten Pasaman Lubuk Sikaping7 Kabupaten Pasaman Barat Simpang Empat8 Kabupaten Pesisir Selatan Painan9 Kabupaten Sijunjung Muaro Sijunjung

10 Kabupaten Solok Arosuka

11 Kabupaten Solok Selatan Padang Aro, Solok Selatan

12 Kabupaten Tanah Datar Batusangkar13 Kota Bukittinggi -14 Kota Padang -15 Kota Padangpanjang -16 Kota Pariaman -17 Kota Payakumbuh -18 Kota Sawahlunto -19 Kota Solok -

Page 76: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)68

PROFIL PROVINSI SUMATERA BARAT

Provinsi Sumatera Barat secara geografis terletak antara 0,45 LU dan 3,30 LS serta antara 98,36 dan 101,53 BT. Daerah ini diapit oleh Samudera Indonesia serta empat provinsi lain, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi dan Bengkulu. Provinsi Sumatera Barat terdiri dari 12 Kabupaten dan 7 kota dengan luas daratan sekitar 42.229,64 km2.

Jumlah penduduk Propinsi Sumatera Barat pada tahun 2004 sebanyak 4.528.242 jiwa. Berdasarkan data Kabupaten dan kota di Propinsi Sumatera Barat, jumlah penduduk terbanyak terdapat di kota Padang, yaitu 784.740 jiwa dan terendah di kota Padang Panjang, yaitu 44.699 jiwa.

Masyarakat Sumatera Barat sebagian besar terdiri dari suku Minangkabau dan penyandang budaya serta adat Minangkabau. Dalam bidang budaya, sinergi antara nilai-nilai adat dan agama, serta dengan nilai-nilai modern yang universal yang dilandasi oleh ilmu dan teknologi yang dikenal dengan ungkapan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Motto Sumatera Barat adalah “Tuah Sakato” yang berarti sepakat untuk melaksanakan hasil mufakat/musyawarah.

Page 77: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 69

5. Provinsi Bali

Lambang “Bali Dwipa Jaya”(Bahasa Kawi: “Pulau Bali Jaya”)

Peta Lokasi

Koordinat {{{koordinat}}}Dasar hukum {{{dasar hukum}}}Tanggal penting 14 Agustus 1959 (hari jadi)Ibu kota Denpasar (dahulu Singaraja)Gubernur Komjen Pol (Purn) I Made Mangku Pastika (2008-

2013)Luas 5.561 km²Penduduk 4.500.000 (+/-)Kepadatan 800 /km²Kabupaten 8Kota 1Kecamatan {{{kecamatan}}}Kelurahan/Desa {{{kelurahan}}}Suku Bali (89%), Jawa (7%), Baliaga (1%), Madura (1%)[1]

Agama Hindu (92,3%), Islam (5,7%), Lainnya (2%)Bahasa Bahasa Bali, Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, Bahasa

Sasak, Bahasa Madura, dll.Zona waktu WITA

Bali adalah sebuah pulau di Indonesia, sekaligus menjadi salah satu

provinsi Indonesia. Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok.

Ibukota provinsinya ialah Denpasar, yang terletak di bagian selatan

pulau ini. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu.

Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan

berbagai hasil seni-budayanya, khususnya bagi para wisatawan Jepang

dan Australia. Bali juga dikenal sebagai Pulau Dewata.

Page 78: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)70

a. Geografi

Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang

153 km dan selebar 112 km sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa.

Secara astronomis, Bali terletak di 8°25′23″ Lintang Selatan dan

115°14′55″ Lintang Timur yang mebuatnya beriklim tropis seperti

bagian Indonesia yang lain. Gunung Agung adalah titik tertinggi

di Bali setinggi 3.148 m. Gunung berapi ini terakhir meletus pada

Maret 1963. Gunung Batur juga salah satu gunung yang ada di

Bali. Sekitar 30.000 tahun yang lalu, Gunung Batur meletus dan

menghasilkan bencana yang dahsyat di bumi. Berbeda dengan di

bagian utara, bagian selatan Bali adalah dataran rendah yang dialiri

sungai-sungai.

Berdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali

terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan

diantara pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung berapi yaitu

Gunung Batur dan Gunung Agung serta gunung yang tidak berapi

yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas, dan Gunung Seraya. Adanya

pegunungan tersebut menyebabkan Daerah Bali secara Geografis

terbagi menjadi 2 (dua) bagian yang tidak sama yaitu Bali Utara

dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai, dan Bali

Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai. Kemiringan

lahan Pulau Bali terdiri dari lahan datar (0-2%) seluas 122.652 ha,

lahan bergelombang (2-15%) seluas 118.339 ha, lahan curam (15-

40%) seluas 190.486 ha, dan lahan sangat curam (>40%) seluas

132.189 ha. Provinsi Bali memiliki 4 (empat) buah danau yang

berlokasi di daerah pegunungan yaitu : Danau Beratan, Buyan,

Tamblingan dan Danau Batur.

Ibu kota Bali adalah Denpasar. Tempat-tempat penting lainnya

adalah Ubud sebagai pusat seni terletak di Kabupaten Gianyar;

sedangkan Kuta, Sanur, Seminyak, Jimbaran dan Nusa Dua adalah

Page 79: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 71

beberapa tempat yang menjadi tujuan pariwisata, baik wisata

pantai maupun tempat peristirahatan. Luas wilayah Provinsi Bali

adalah 5.636,66 km2 atau 0,29% luas wilayah Republik Indonesia.

Secara administratif Provinsi Bali terbagi atas 9 kabupaten/kota, 55

kecamatan dan 701 desa/kelurahan.

b. Sejarah

Sawah di sekitar puri Gunung Kawi, Tampaksiring, Bali.

Penghuni pertama pulau Bali diperkirakan datang pada

3000-2500 SM yang bermigrasi dari Asia. Peninggalan peralatan

batu dari masa tersebut ditemukan di desa Cekik yang terletak

di bagian barat pulau. Zaman prasejarah kemudian berakhir

dengan datangnya orang-orang Hindu dari India pada 100 SM.

Kebudayaan Bali kemudian mendapat pengaruh kuat kebudayaan

India, yang prosesnya semakin cepat setelah abad ke-1 Masehi.

Nama Balidwipa (pulau Bali) mulai ditemukan di berbagai

prasasti, diantaranya Prasasti Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri

Kesari Warmadewa pada 913 M dan menyebutkan kata Walidwipa.

Diperkirakan sekitar masa inilah sistem irigasi subak untuk

penanaman padi mulai dikembangkan. Beberapa tradisi keagamaan

dan budaya juga mulai berkembang pada masa itu. Kerajaan

Page 80: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)72

Majapahit (1293–1500 AD) yang beragama Hindu dan berpusat di

pulau Jawa, pernah mendirikan kerajaan bawahan di Bali sekitar

tahun 1343 M. Saat itu hampir seluruh nusantara beragama Hindu,

namun seiring datangnya Islam berdirilah kerajaan-kerajaan Islam

di nusantara yang antara lain menyebabkan keruntuhan Majapahit.

Banyak bangsawan, pendeta, artis, dan masyarakat Hindu lainnya

yang ketika itu menyingkir dari Pulau Jawa ke Bali.

Orang Eropa yang pertama kali menemukan Bali ialah

Cornelis de Houtman dari Belanda pada 1597, meskipun sebuah

kapal Portugis sebelumnya pernah terdampar dekat tanjung Bukit,

Jimbaran, pada 1585. Belanda lewat VOC pun mulai melaksanakan

penjajahannya di tanah Bali, akan tetapi terus mendapat perlawanan

sehingga sampai akhir kekuasaannya posisi mereka di Bali tidaklah

sekokoh posisi mereka di Jawa atau Maluku. Bermula dari wilayah

utara Bali, semenjak 1840-an kehadiran Belanda telah menjadi

permanen, yang awalnya dilakukan dengan mengadu-domba

berbagai penguasa Bali yang saling tidak mempercayai satu sama

lain. Belanda melakukan serangan besar lewat laut dan darat terhadap

daerah Sanur, dan disusul dengan daerah Denpasar. Pihak Bali yang

kalah dalam jumlah maupun persenjataan tidak ingin mengalami

malu karena menyerah, sehingga menyebabkan terjadinya perang

sampai mati atau puputan, yang melibatkan seluruh rakyat baik

pria maupun wanita termasuk rajanya. Diperkirakan sebanyak

4.000 orang tewas dalam peristiwa tersebut, meskipun Belanda

telah memerintahkan mereka untuk menyerah. Selanjutnya, para

gubernur Belanda yang memerintah hanya sedikit saja memberikan

pengaruhnya di pulau ini, sehingga pengendalian lokal terhadap

agama dan budaya umumnya tidak berubah.

Jepang menduduki Bali selama Perang Dunia II, dan saat itu

seorang perwira militer bernama I Gusti Ngurah Rai membentuk

Page 81: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 73

pasukan Bali ‘pejuang kemerdekaan’. Menyusul menyerahnya

Jepang di Pasifik pada bulan Agustus 1945, Belanda segera

kembali ke Indonesia (termasuk Bali) untuk menegakkan kembali

pemerintahan kolonialnya layaknya keadaan sebelum perang.

Hal ini ditentang oleh pasukan perlawanan Bali yang saat itu

menggunakan senjata Jepang.

Pada 20 November 1940, pecahlah pertempuran Puputan

Margarana yang terjadi di desa Marga, Kabupaten Tabanan,

Bali tengah. Kolonel I Gusti Ngurah Rai, yang berusia 29 tahun,

memimpin tentaranya dari wilayah timur Bali untuk melakukan

serangan sampai mati pada pasukan Belanda yang bersenjata

lengkap. Seluruh anggota batalion Bali tersebut tewas semuanya,

dan menjadikannya sebagai perlawanan militer Bali yang terakhir.

Pada tahun 1946 Belanda menjadikan Bali sebagai salah satu

dari 13 wilayah bagian dari Negara Indonesia Timur yang baru

diproklamasikan, yaitu sebagai salah satu negara saingan bagi

Republik Indonesia yang diproklamasikan dan dikepalai oleh

Sukarno dan Hatta. Bali kemudian juga dimasukkan ke dalam

Republik Indonesia Serikat ketika Belanda mengakui kemerdekaan

Indonesia pada 29 Desember 1949. Tahun 1950, secara resmi Bali

meninggalkan perserikatannya dengan Belanda dan secara hukum

menjadi sebuah propinsi dari Republik Indonesia.

Letusan Gunung Agung yang terjadi di tahun 1963, sempat

mengguncangkan perekonomian rakyat dan menyebabkan banyak

penduduk Bali bertransmigrasi ke berbagai wilayah lain di

Indonesia. Tahun 1965, seiring dengan gagalnya kudeta oleh G30S

terhadap pemerintah nasional di Jakarta, di Bali dan banyak daerah

lainnya terjadilah penumpasan terhadap anggota dan simpatisan

Partai Komunis Indonesia. Di Bali, diperkirakan lebih dari 100.000

orang terbunuh atau hilang. Meskipun demikian, kejadian-kejadian

Page 82: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)74

di masa awal Orde Baru tersebut sampai dengan saat ini belum

berhasil diungkapkan secara hukum.[2]

Serangan teroris telah terjadi pada 12 Oktober 2002, berupa

serangan Bom Bali 2002 di kawasan pariwisata Pantai Kuta,

menyebabkan sebanyak 202 orang tewas dan 209 orang lainnya

cedera. Serangan Bom Bali 2005 juga terjadi tiga tahun kemudian

di Kuta dan pantai Jimbaran. Kejadian-kejadian tersebut mendapat

liputan internasional yang luas karena sebagian besar korbannya

adalah wisatawan asing, dan menyebabkan industri pariwisata Bali

menghadapi tantangan berat beberapa tahun terakhir ini.

c. Demografi

Lahan sawah di Bali

Penduduk Bali kira-kira sejumlah 4 juta jiwa, dengan mayoritas

92,3% menganut agama Hindu. Agama lainnya adalah Islam,

Protestan, Katolik, dan Buddha. Selain dari sektor pariwisata,

penduduk Bali juga hidup dari pertanian dan perikanan. Sebagian

juga memilih menjadi seniman. Bahasa yang digunakan di Bali

adalah Bahasa Indonesia, Bali, dan Inggris khususnya bagi yang

bekerja di sektor pariwisata.

Page 83: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 75

Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling

luas pemakaiannya di Bali, dan sebagaimana penduduk Indonesia

lainnya, sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau

bahkan trilingual. Meskipun terdapat beberapa dialek dalam bahasa

Bali, umumnya masyarakat Bali menggunakan sebentuk bahasa

Bali pergaulan sebagai pilihan dalam berkomunikasi. Secara tradisi, penggunaan berbagai dialek bahasa Bali ditentukan berdasarkan sistem catur warna dalam agama Hindu Dharma; meskipun pelaksanaan tradisi tersebut cenderung berkurang. Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga (dan bahasa asing utama) bagi banyak masyarakat Bali, yang dipengaruhi oleh kebutuhan yang besar dari industri pariwisata. Para karyawan yang bekerja pada pusat-pusat informasi wisatawan di Bali, seringkali juga memahami beberapa bahasa asing dengan kompetensi yang cukup memadai.

d. Transportasi

Bali tidak memiliki jaringan rel kereta api namun jaringan jalan yang sangat baik tersedia khususnya ke daerah-daerah tujuan wisatawan. Sebagian besar penduduk memiliki kendaraan pribadi dan memilih menggunakannya karena moda transportasi umum tidak tersedia dengan baik, kecuali taksi. Jenis kendaraan umum di Bali antara lain:

• Dokar, kendaraan dengan menggunakan kuda sebagai penarik

• Ojek, taksi sepeda motor

• Bemo, melayani dalam dan antarkota

• Taksi

• Bus, melayani hubungan antarkota, pedesaan, dan antarprovinsi.

Bali terhubung dengan Pulau Jawa dengan layanan kapal feri yang menghubungkan Pelabuhan Gilimanuk dengan Pelabuhan

Page 84: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)76

Ketapang di Kabupaten Banyuwangi, yang lama tempuhnya sekitar 30 hingga 45 menit. Penyeberangan ke Pulau Lombok melalui Pelabuhan Padang Bay menuju Pelabuhan Lembar, yang memakan waktu sekitar empat jam. Transportasi udara dilayani oleh Bandara Internasional Ngurah Rai, dengan destinasi ke sejumlah kota besar di Indonesia, Australia, Singapura, Malaysia, Thailand, serta Jepang. Landas pacu dan pesawat terbang yang datang dan pergi

bisa terlihat dengan jelas dari pantai.

e. Pemerintahan

Peta topografi Pulau Bali

Daftar kabupaten dan kota di BaliNo. Kabupaten/Kota Ibu kota1 Kabupaten Badung Badung2 Kabupaten Bangli Bangli3 Kabupaten Buleleng Singaraja4 Kabupaten Gianyar Gianyar5 Kabupaten Jembrana Negara6 Kabupaten Karangasem Karangasem7 Kabupaten Klungkung Klungkung8 Kabupaten Tabanan Tabanan9 Kota Denpasar -

Page 85: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 77

6. Papua

Lambang Peta Lokasi

Peta Lokasi

KoordinatDasar hukumTanggal penting 1 Mei 1963 (direbut dari Belanda)Ibu kota JayapuraGubernur Barnabas SuebuLuas 309.934,4 km² (setelah pembentukan Papua

Barat)Penduduk 2,93 Juta (2002)Kepadatan 800/km²Kabupaten 27Kota 2Kecamatan 214Kelurahan/DesaSuku Papua (52%), Non Papua/Pendatang (48%)

(2002) • Papua: Suku Aitinyo, Suku Aefak, Suku

Asmat, Suku Agast, Suku Dani, Suku Ayamaru, Suku Mandacan, Suku Biak, Suku Serui

• Non-Papua/Pendatang: Suku Jawa, Suku Makassar, Suku Batak, Suku Manado

Agama Protestan (51,2%), Katolik (25,42%), Islam (23%), Budha (0,13%), Hindu (0,25%), lain-lain (1%)

Bahasa Bahasa Indonesia, dan 268 Bahasa DaerahZona waktu WIT

Page 86: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)78

Papua adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak

di bagian tengah Pulau Papua atau bagian paling timur West

New Guinea (Irian Jaya). Belahan timurnya merupakan negara

Papua Nugini atau East New Guinea. Provinsi Papua dulu

mencakup seluruh wilayah Papua bagian barat, sehingga sering

disebut sebagai Papua Barat terutama oleh Organisasi Papua

Merdeka (OPM), para nasionalis yang ingin memisahkan diri

dari Indonesia dan membentuk negara sendiri. Pada masa

pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal

sebagai Nugini Belanda (Nederlands Nieuw-Guinea atau Dutch

New Guinea). Setelah berada di bawah penguasaan Indonesia,

wilayah ini dikenal sebagai Provinsi Irian Barat sejak tahun

1969 hingga 1973. Namanya kemudian diganti menjadi Irian

Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan

emas Freeport, nama yang tetap digunakan secara resmi hingga

tahun 2002.

Nama provinsi ini diganti menjadi Papua sesuai UU No. 21

Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua. Pada tahun 2004,

disertai oleh berbagai protes, Papua dibagi menjadi dua provinsi

oleh pemerintah Indonesia; bagian timur tetap memakai nama

Papua sedangkan bagian baratnya menjadi Provinsi Irian Jaya

Barat (sekarang Papua Barat). Bagian timur inilah yang menjadi

wilayah Provinsi Papua pada saat ini. Kata Papua sendiri

berasal dari bahasa melayu yang berarti rambut keriting, sebuah

gambaran yang mengacu pada penampilan fisik suku-suku asli.

Page 87: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 79

a. Pemerintahan

Kabupaten dan KotaNo. Kabupaten/Kota Ibu kota1 Kabupaten Asmat Agats2 Kabupaten Biak Numfor Biak3 Kabupaten Boven Digoel Tanah Merah4 Kabupaten Deiyai Tigi5 Kabupaten Dogiyai Kigamani6 Kabupaten Intan Jaya Sugapa7 Kabupaten Jayapura Sentani8 Kabupaten Jayawijaya Wamena9 Kabupaten Keerom Waris

10 Kabupaten Kepulauan Yapen Serui11 Kabupaten Lanny Jaya Tiom12 Kabupaten Mamberamo Raya Burmeso13 Kabupaten Mamberamo Tengah Kobakma14 Kabupaten Mappi Kepi15 Kabupaten Merauke Merauke16 Kabupaten Mimika Timika17 Kabupaten Nabire Nabire18 Kabupaten Nduga Kenyam19 Kabupaten Paniai Enarotali20 Kabupaten Pegunungan Bintang Oksibil21 Kabupaten Puncak Ilaga22 Kabupaten Puncak Jaya Kotamulia23 Kabupaten Sarmi Sarmi24 Kabupaten Supiori Sorendiweri25 Kabupaten Tolikara Karubaga26 Kabupaten Waropen Botawa27 Kabupaten Yahukimo Sumohai28 Kabupaten Yalimo Elelim29 Kota Jayapura -

UU RI Tahun 2008 Nomor 6 adalah dasar hukum pembentukan

Kabupaten Nduga di Provinsi Papua, saat ini tidak terdapat

jurisdiksi Kabupaten Nduga Tengah.[1]

Page 88: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)80

b. GeografiLuas wilayah

Luas 420.540 km²Iklim

Curah hujan 1.800 – 3.000 mmSuhu udara 19-28°CKelembapan 80%

Batas WilayahUtara Samudera Pasifik

Selatan Samudera Indonesia, Australia

Barat Papua Barat, Kepulauan Maluku

Timur Papua Nugini

c. Kelompok suku asli di Papua

Peta menunjukkan kota-kota penting di Irjabar dan Papua

Kelompok suku asli di Papua terdiri dari 255 suku,

dengan bahasa yang masing-masing berbeda. Suku-suku

tersebut antara lain:

Page 89: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 81

• Ansus

• Amungme

• Asmat

• Ayamaru, mendiami daerah Sorong

• Bauzi

• Biak

• Dani

• Empur, mendiami daerah Kebar dan Amberbaken

• Hatam, mendiami daerah Ransiki dan Oransbari

• Iha

• Kamoro

• Mee, mendiami daerah pegunungan Paniai

• Meyakh, mendiami Kota Manokwari

• Moskona, mendiami daerah Merdei

• Nafri

• Sentani, mendiami sekitar danau Sentani

• Souk, mendiami daerah Anggi dan Menyambouw

• Waropen

• Wamesa

• Muyu

• Tobati

• Enggros

• Korowai

• Fuyu

Page 90: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)82

PROFIL PROVINSI PAPUA

Setelah penyerahan kekuasaan dari UNTEA (United

Nation Temporary Executive Authority) kepada Republik

Indonesia pada tanggal 1 Mei 1963 dan sebagai hasil

pelaksanaan PEPERA (Penentuan Pendapat Rakyat) yang

dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan Agustus 1969

maka Irian Barat ditetapkan sebagai bagian dari Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya berdasarkan

Undang-Undang No. 5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Pemerintahan maka oleh Pemerintah Pusat, daerah Irian

Jaya disejajarkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia.

Pada tahun 1999 dikeluarkanlah UU No 45 tahun 1999

tentang Pembentukan Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

yang kemudian menuai kontroversi karena dirasa tumpang

tindih dengan UU No 1 tahun 2001 tentang Otonomi

Khusus. Menurut UU tersebut maka kedua propinsi baru

itu diresmikan pada tanggal 12 Oktober 1999. Namun

pembentukan propinsi baru tersebut tidak segera terealisir

dan tertunda.Pada tahun 2003 gaung pembentukan propinsi

tersebut mulai terdengar lagi. Dan setelah 3 tahun 3 bulan

dan 13 hari dikeluarkanlah Inpres No 1 tahun 2003, tepatnya

pada tanggal 6 Februari 2003, mengenai aktifnya kembali

Propinsi Irian Jaya Barat yang pemerintahannya dibantu

oleh Tim Fasilitasi Pemkab Manokwari dan Tim Asistensi

Pusat yang diketuai langsung oleh Mendagri. Pembentukan

propinsi baru tersebut menuai protes dari pihak eksekutif

Page 91: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 83

dan legislatif Propinsi Papua yang ada sekarang. Sehingga di

masyarakat pun timbul kebingungan mengenai kesimpang

siuran pemerintahan tersebut. Pada tanggal 14 Juli 2003

pemerintahan di Propinsi Irian Jaya Barat resmi berjalan

dengan dibentuknya Muspida yang resmi berdasarkan

Keputusan Provinsi Irian Jaya Barat Nomor SK 821.12.02.

Selanjutnya perkembangan terakhir menunjukkan fakta

bahwa Propinsi Irian Jaya Barat semakin ditetapkan

eksistensinya dengan pelaksanaan pilkada Gubernur Irjabar,

dan terpilih sebagai Gubernur definitif yaitu Brigjen Mar

(Purn) Abraham Atururi dan sebagai Wakil Gubernur adalah

Rahimin Katjong.

Wilayah Kerja KBI Jayapura meliputi seluruh wilayah

Papua, yang terbagi atas 2 Provinsi dan 29 Kabupaten/Kota

yang masuk ke dalam 2 Provinsi tersebut. Kedua provinsi

tersebut adalah Provinsi Papua dengan ibu kota Jayapura

dan Provinsi Irian Jaya Barat dengan ibu kota Manokwari.

Wilayah Kerja KBI Jayapura, yaitu meliputi Papua dengan

luas wilayah sebesar 42,2juta Ha, dengan penduduk

berjumlah 2,469juta jiwa (BPS, 2003). Wilayah yang terbesar

adalah Kabupaten Merauke dengan luas 4,4juta Ha dan

yang terkecil adalah Kabupaten Supiori dengan luas 77ribu

Ha. Sementara wilayah yang memiliki jumlah penduduk

terbesar adalah wilayah Kota Jayapura yaitu sejumlah

185ribu jiwa, dan yang memiliki jumlah penduduk terkecil

adalah Kabupaten Supiori yaitu sebesar 12ribu jiwa.

Page 92: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)84

Kabupaten/ Kota Jumlah Kecamatan Luas (Ha)

Jumlah Penduduk

(jiwa)Kabupaten

1. Merauke 10 4,397,931 171,2332. Jayawijaya 15 1,268,006 222,9763. Jayapura 11 1,530,923 105,9674. Paniai 11 1,421,481 100,7995. Puncak Jaya 6 1,085,205 89,6126. Nabire 10 1,631,200 143,8867. Fak-fak 9 900,975 56,9588. Mimika 12 2,003,983 122,5729. Sorong 12 1,623,533 70,08110. Manokwari 11 1,419,069 153,60211. Yapen Waropen 5 313,072 62,14912. Biak Numfor 12 236,044 106,10713. Boven Digoel 6 2,847,068 38,45214. Mappi 6 2,763,235 68,49615. Asmat 7 1,897,616 67,58616. Yahukimo 3 1,577,056 108,51217. Pegunungan Bintang 6 1,690,840 53,91518. Tolikara 4 881,634 53,11619. Sarmi 8 2,590,173 43,22020. Keerom 5 936,453 44,77421. Kaimana 7 1,904,070 31,77122. Sorong Selatan 10 1,326,543 52,29923. Raja Ampat 7 881,953 29,24824. Teluk Bintuni 8 1,866,344 38,39825. Teluk Wondama 7 531,405 29,31726. Waropen 3 2,462,832 23,27927. Supiori - 77,456 12,119

Kota71. Jayapura 4 94,000 185,10272. Sorong 4 38,000 184,239

Jumlah 219 42,198,100 2,469,785

d. Geografi

Papua merupakan wilayah paling Timur di Indonesia,

dengan Jayapura sebagai ibukotanya. Pada bagian utara

Page 93: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 85

berbatasan dengan Samudera Pasifik, bagian selatan dengan

laut Arafura dan Samudera Indonesia dan pada bagian timur

berbatasan dengan negara Papua Nugini. Daerah-daerah di

wilayah Papua secara geografis berbeda satu dengan lainnya.

Pegunungan kapur yang tinggi berrelief curam, membentang

di sebagian besar wilayah Papua, dengan ketinggian

mencapai 3000 meter diatas permukaan laut. Deretan

pegunungan tersebut diapit oleh daerah aluvial landai,

yang terletak disisi utara (dataran Mamberamo), di bagian

selatan (kawasan Asmat) serta dataran rendah Inanwatan di

bagian barat. Sementara puncak tertinggi pegunungan yang

terdapat di Papua terletak di bagian timur, bernama Puncak

Jaya. Dengan ketinggian 4884 meter,Puncak Jaya (Cartenz

Pyramid) merupakan puncak tertinggi di Asia Tenggara,

didampingi oleh Puncak Trikora (4750 m), Mandala (4760 m)

dan Yamin (4595 m).

f. Iklim

Sebagai sebuah pulau besar dengan topografi berbukit-

bukit dan bergunung-gunung dan pengaruh letak geografis

dan anatomis, menyebabkan Papua memiliki iklim yang

bervariasi di tiap daerah meskipun secara umum beriklim

tropis. Sepanjang daerah pegunungan hujan turun hampir

sepanjang tahun dan di bagian belahan utara, musim

hujan pada umumnya lebih panjang daripada musim

kemarau. Sedangkan pada bagian tenggara musim kemarau

berlangsung lebih panjang.

Page 94: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)86

B. Hasil Analisis Berdasarkan Data Sekunder Diluar Lokasi Studi

Hasil penelitian sementara ini belum berdasarkan analisis terhadap

kuesioner yang telah dibagikan baik yang dengan menggunakan metode

analisis kualitatif maupun yang dengan menggunakan metode analisis

kuantitatif. Oleh sebab itu dalam hasil penelitian sementara didasarkan

pada beberapa Peraturan Daerah yang mengatur tentang masyarakat

adat dan juga tanah ulayat. Analisis terhadap Perda ini secara lebih

lengkap akan dikemukakan pada laporan akhir penelitian ini.

Masyarakat Hukum adat yang tersebar di wilayah Indonesia

mencapai 20.000 kelompok. Dari jumlah tersebut, yang baru terdata

oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia sebanyak 6300 kelompok di

wilayah Aceh, 700 kelompok di wilayah Sumatera dan 1000 kelompok

di wilayah Bali.1

Sebagai contoh, berikut ini dapat dikemukakan tiga Masyarakat

Hukum Adat yang telah disahkan dengan Peraturan Daerah (Perda)

atau Keputusan Bupati, yaitu Peraturan daerah (Perda) Kabupaten

Kampar Riau No. 12 tahun 1999 tentang Hak tanah layat, Peraturan

daerah (Perda) No. 32 Tahun 2001 tentang Perlindungan Atas Hak Ulayat

Masyarakat Baduy di Wilayah Banten, dan Keputusan Bupati Merangin

No. 287 Tahun 2003 tentang Pengukuhan Kawasan Bukit Tapanggang

sebagai Hutan Adat Masyarakat Hukum Adat Desa Guguk Kecamatan

Sungai Manau Kabupaten Merangin.2

1 S. James Anaya. Indigenous Peoples in International Law, (New York: Oxford University Press, 1994), hlm. 89. 2 HermanSlaats,ErmanRajagukguk,NurulIlmiyah,AkhmadSafik,MasalahTanahDiIndonesiaDariMasaKe

Masa, (Jakarta: Lembaga Studi Hukum dan Ekonomi, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007), hlm. 22.

Page 95: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 87

1. Pengaturan Hak Masyarakat Adat Kampar

Perlindungan masyarakat adat di Kabupaten Kampar Riau

dapat dilihat dalam Ketentuan Umum, Pasal 1 g Peraturan Daerah

Kabupaten Kampar Riau No. 12 Tahun Tahun 1999 tentang Hak

Tanah Ulayat menyatakan, bahwa Masyarakat Adat adalah suatu

kesatuan Masyarakat Hukum Adat yang memiliki harta ulayat

secara turun-temurun di daerah, berbentuk persukuan, nagari,

perbatinan, desa, kepenghuluan dan kampung. Selanjutnya Pasal

1 h menyatakan, bahwa Hak Tanah Ulayat merupakan salah satu

harta milik bersama suatu masyarakat adat, yang mencakup suatu

kesatuan wilayah berupa lahan pertanahan, tumbuhan yang hidup

secara liar dan binatang yang hidup liar diatasnya.

Sedangka Pasal 2 menyebutkan, bahwa:

1) Hak Tanah Ulayat dan Hak-Hak serupa dari masyarakat Hukum

Adat sepanjang hak serupa menurut kenyataannya masih ada,

harus sedemikian rupa menurut ketentuan Hukum Adat yang

berlaku di setiap tempat.

2) Fungsi Hak Tanah Ulayat adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan anggota persekutuan dan masyarakat yang

bersifat sosial dan ekonomis.

Selanjutnya Pasal menyatakan sesuai dengan maksu Pasal 2

Peraturan Daerah ini, dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Agar Tanah Ulayat menjadi produktif dapat diberikan hak pola

kemitraan pada Pihak Ketiga

b. Untuk memenuhi maksud ayat (1) pasal ini dilakukan

Page 96: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)88

musyawarah pemangku adat setempat dan anggota persekutuan

masyarakat adat sesuai dengan ketentuan Hukum Adat setempat.

c. Kesepakatan kedua belah pihak dibuat di hadapan Pejabat yang

berwenang untuk melakukan perjanjian-perjanjian sebagaimana

dimaksud pada point a di atas.

d. Perbuatan berupa mentelantarkan atau tidak memanfaatkan

Hak Tanah Ulayat berturut-turut selama 3 (tiga) tahun yang

dilakukan oleh pihak-pihak sebagaimana tercantum pada

pasal ini, dikenakan sanksi adat berdasarkan Hukum Adat

yang berlaku berupa pencabutan hak untuk penggunaan atau

pemanfaatan Hak Tanah Ulayat dan dapat diberikan sanksi

tambahan sesuai dengan Ketentuan Adat yang berlaku.

Selanjutnya Pasal 4 menyatakan bahwa Pemangku Adat

memegang atau menguasai Tanah Ulayat tidak dapat mengalihkan

atau melepaskan haknya kepada pihak lain kecuali telah ditentukan

bersama berdasarkan musyawarah persekutuan adat sesuai adat

istiadat setempat. Pasal 5 menjelaskan bahwa:

1) Kerapatan Adat merupakan satu-satunya lembaga

permusyawaratan tertinggi yang mengatur tentang penggunaan

dan atau pemanfaatan serta pemindahan kepemilikan Tanah

Ulayat.

2) Ketetapan Kerapatan Adat merupakan suatu hasil kesepakatan

musyawarah bersama seluruh anggota Kerapatan Adat.

3) Ketetapan Kerapatan adat sebagaimana tersebut pada ayat (2)

merupakan suatu ketentuan hukum yang mengikat bagi setiap

warga masyarakat adat.

Page 97: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 89

Dalam Pasal 6 ayat (1) Peraturan daerah ini menyatakan Hak

Penguasaan Tanah Ulayat dibuat atas nam Gelar pemangku Adat

yang berhak untuk itu sesuai dengan ketentuan Hukum Adat

setempat. Ayat (2) menyebutkan sertifikasi Hak Kepemilikan Tanah

Ulayat diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Selanjutnya ayat (1) menjelaskan tentang larangan untuk

memindahkan hak kepemilikan Tanah Ulayat kecuali untuk

kepentingan:

a. Pembangunan Daerah

b. Kehendak bersama seluruh warga masyarakat adat berdasarkan

ketentuan Hukum Adat yang berlaku.

Ayat (2) menyebutkan pengecualian sebagaimana tersebut pada

ayat (1), harus berdasarkan ketetapan Kerapatan Adat.

Pasal 10 menyebutkan fungsi Penghulu Suku adalah:

a. Membantu Pemerintah dalam bidang kemasyarakatan

b. Mengurus, mengatur urusan dalam Hukum Adat

c. Mengurus mengatur ketentuan dalam Hukum Adat, terhadap

hal-hal yang menyangkut tanah ulayat dalam persekutuan,

guna kepentingan keperdataan adat juga dalam hal adanya

persengketaan atau perkara adat.

d. Menjaga, memelihara dan memanfaatkan tanah ulayat untuk

kesejahteraan anggota persekutuan.

Selanjutnya Pasal 11 menyebutkan wewenang Penghulu Suku

adalah:

Page 98: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)90

a. Mengatur dan menetapkan pembagian Tanah Ulayat untuk

anggota persekutuan melalui musyawarah

b. Memberikan rekomendasi tertulis dalam hal adanya pengalihan

atau pelepasan Hak Ulayat kepada pihak ketiga berupa Hak

Guna Usaha atau hak pakai sesuai ketentuan adat setempat.

Bagi pemegang Hak Guna Usaha atau Hak Pakai , jika sampai

jangka waktunya, maka hak tanah tersebut kembali kepada Hak

Tanah Ulayat dan penggunaan selanjutnya harus dilakukan

berdasarkan persetujuan baru dari masyarakat Hukum Adat

yang bersangkutan, sesuai dengan ketentuan di dalam Peraturan

Menteri Agraria/Kepala badan pertanahan Nasional Nomor 5

Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat

Masyarakat Hukum adat, Pasal 4 ayat (2). Pengalihan atau

Pelepasan Hak Tanah Ulayat kepada anggota persekutuan adat

tetap memberlakukan ketentuan Hukum adat setempat.

c. Memberikan sanksi secara adat berupa pencabutan hak

menggarap, bila ternyata tanah tersebut ditelantarkan berturut-

turut selama 3 (tiga) tahun oleh anggota persekutuan.

d. Mendaftarkan Tanah Ulayat yang masih ada di kantor Pertanahan

Kabupaten Kampar.

Selanjutnya Pasal 14 ayat (1) menyatakan, bahwa pada saat mulai

berlakunya Peraturan daerah ini, terhadap seluruh Tanah Ulayat

yang dalam proses pengalihan kepemilikannya, akan ditertibkan

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan Hukum adat

yang berlaku. Ayat (2) menjelaskan, bahwa penerbitan sebagaimana

tercantum pada ayat (1), akan diselesaikan paling lambat selama

Page 99: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 91

3(tiga) tahun terhitung semenjak diberlakukannya Peraturan Daerah

ini, yang meliputi kegiatan-kegiatan:

a. Inventarisasi Tanah Ulayat masing-masing masyarakat adat di

daerah

b. Sertifikat dan atau pemutihan kepemilikan Tanah Ulayat

tersebut.

2. Pengaturan Masyarakat Adat Baduy

Perlindungan masyarakat lokal menurut Hukum Sdat Baduy

diwilayah Banten sudah diakui keberadaannya yang diatur dalam

Peraturan daerah (Perda) Kabupaten Lebak No. 32 Tahun 2001

tentang Perlindungan Atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy. Pasal

1 menyebutkan apa yang dimaksud Hak Ulayat, Tanah Ulayat,

Masyarakat Baduy, yaitu:

”Hak Ulayat adalah kewenangan yang menurut Hukum adat

dipunyai oleh Masyarakat Hukum Adat tertentu atas wilayah

tertentu yang merupakan lingkungan hidup para warganya untuk

mengambil manfaat dari sumber daya alam, termasuk tanah, dalam

wilayah tersebut, bagi kelangsungan hidup dan kehidupannya, yang

timbul dari hubungan secara lahiriah dan batiniah turun temurun

dan tidak terputus antara masyarakat Hukum Adat tersebut dengan

wilayah yang bersangkutan.”

Tanah Ulayat adalah bidang tanah yang diatasnya terdapat hak

ulayat dari suatu Masyarakat Hukum adat tertentu.

Masyarakat Baduy adalah masyarakat yang bertempat tinggal

di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Lebak yang mempunyai

Page 100: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)92

ciri kebudayaan dan adat istiadat yang berbeda dengan masyarakat

umum.”

Pasal 2 menyebutkan Hak Ulayat Masyarakat Baduy dibatasi

terhadap tanah-tanah di wilayah Desa Kanekes Kecamatan

Leuwidamar Kabupate Lebak yang diukur sesuai dengan peta

rekonstruksi dan dituangkan dalam Beriota Acara sebagai landasan

penetapan keputusan Bupati. Selanjutnya Pasal 4 menjelaskan,

bahwa segala peruntukan lahan terhadap Hak Ulayat Masyarakat

Baduy diserahkan sepenuhnya kepada Masyarakat baduy.

Pasal 5 menyebutkan, bahwa Hak Ulayat Masyarakat Baduy

tidak meliputi bidang-bidang tanah yang:

a. sudah dipunyai oleh perseorangan atau badan hukum dengan

sesuatu hak atas tanah menurut Undang_undang Pokok agraria;

b. Merupakan bidang-bidang tanah yang sudah diperoleh atau

dibebaskan oleh instansi Pemerintah, badan hukum atau

perseorangan sesuai dengan ketentuan dan tata cara yang

berlaku.

Selanjutnya Pasal 6 menyebutkan, bahwa Desa Kanekes sebagai

wilayah pemukiman masyarakat Baduy memiliki batas-batas Desa

sebagai berikut:

a. Utara:

1) Desa Bojongmenteng Kecamatan Leuwidamar.

2) Desa Cisimeut Kecamatan Leuwidamar.

3) Desa Nyagati Kecamatan Leuwidamar

Page 101: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 93

b. Barat:

1) Desa Parakanbeusi Kecamatan Bojongmanik.

2) Desa Keboncau Kecamatan Bojongmanik.

3) Desa Karangnunggal Kecamatan Bojongmanik.

c. Selatan:

1) Desa Cikate Kecamatan Cikaju

d. Timur:

1) Desa Karangcombang Kecamatan Muncang

2) Desa Cilebang Kecamatan Muncang

Pasal 7 menyebutkan wilayah Masyarakat Baduy yang berlokasi

di Desa Kanekes memiliki batas-batas alam sebagai berikut:

a. Utara: Kali Ciujung

b. Selatan: Kali Cidikit

c. Barat: Kali Cibarani;

d. Timur: Kali Cisimeut.

Kemudian Pasal 9 mengatur tentang Ketentuan Pidana. Ayat

(1) menyatakan setiap Masyarakat Luar Baduy yang melakukan

kegiatan mengganggu, merusak dan menggunakan lahan hak ulayat

Masyarakat Baduy diancam dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta

rupiah). Ayat (2) menyatakan, bahwa tindak pidana sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

Selanjutnya Pasal 11 menyatakan dalam rangka menghindari

perselisihan dan kesimpangsiuran hak ulayat Masyarakat baduy

Page 102: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)94

dari kepentingan perorangan serta sebagai wujud pengakuan hak

Masyarakat Hukum Adat, maka upaya persertifikatan wilayah

Baduy tidak diperkenankan.

3. Pengaturan Masyarakat Adat Merangin

Perlindungan masyarakat lokal di Kabupaten Merangin tentang

Hutan Adat dan Masyarakat adat diatur dalam Keputusan Bupati

Merangin No. 287 Tahun 2003 tentang pengukuhan Kawasan Bukit

Tapanggang sebagai Hutan Adat Masyarakat Hukum adat Desa

Guguk Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin, yang antara

lain memutuskan:

”Kawasan Bukit Tapanggang sebagai Hutan Adat Desa Guguk

dengan luas 690 Ha yang terletak antara 120o 12’00’’ BT-120o03’45’’

BT dan 02o10’00’’ LS-02o 12’20’’ LS’ mulai dari Titik satu di Muara

Sungai Tai dengan titik koordinat (02o10’06’’S, 102o02’59’’ BT) ke

Titik Dua di Muara Sungai Nilo dengan titik koordinat (02o14’47’’

LS, 102o03’42’’ BT) terus menelusuri Sungai Nilo ke Titik Tiga Muara

Sungai Jambun Jalan Logging dengan titik koordinat (02o11’58’’ LS,

102o03’29’’ BT) terus mengikuti jalan ke Logging kearah Barat sampai

ke titik Empat di Kilometer 68 Jalan Logging dengan titik koordinat

(02o12’12” LS, 102o01’ 58” BT) terus ke Titik Lima di Telun Muara

Sungai Keleman dengan titik koordinat (02o11’37” LS, 102o02’19”

BT) terus ke Titik Enam di Sungai Tai bercabang dua titik koordinat

(02o10’39” LS, 102o02’24” BT) ditarik sejajar dengan Sungai Tai

bercabang dua berjarak + 200 meter dari pinggir Sungai Tai sampai

bertemu kembali ke Titik Satu dengan koordinat (02o10’06”LS,

102o06” LS, 102o02’59” BT).”

Page 103: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 95

Hutan Adat Masyarakat Hukum Adat Desa Guguk sebagaimana

dimaksud dikelola oleh Masyarakat Adat Desa Guguk dengan

ketentuan Hukum Adat yang berlaku di Desa Guguk dan telah

dituangkan dalam Piagam Kesepakatan pemeliharaan dan

Pengelolaan Hutan Adat Desa Guguk Kecamatan sungai Manau

Kabupaten Merangin sebagaimana terlampir dalam keputusan ini

dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Dalam pengelolaan Hutan adat Desa Guguk sebagaimana

dimaksud di atas dilaksanakan oleh Kelompok Pengelola yang

ditetapkan dengan Keputusan Bersama Lembaga Adat Desa Guguk,

BPD dan Kepala Desa Guguk.

Pengelola wajib melaporkan pengelolaan Hutan Adat

sebagaimana dimaksud di atas kepada Bupati Merangin melalui

Camat Kecamatan Sungai Manau setiap tahunnya dengan tembusan

kepada Dinas Kehutanan dan pengembangan Sumberdaya

Hayati Kabupaten Merangin sebagai instansi yang melaksanakan

pengawasan terhadap pengelolaan Hutan Adat Desa Guguk.

Apabila Pengelolaan Hutan Adat Guguk menyimpang dari

aturan perundang-undangan yang berlaku ataupun bertentangan

dengan kepentingan nasional serta menyimpang dari Piagam

Kesekapatan sebagaimana dimaksud di atas maka keputusan ini

dapat dibatalkan.

Keberadaan masyarakat adat dalam Peraturan daerah (Perda)

menjadi sangat penting karena Pasal 203 ayat (3) dan Penjelasan Pasal

204 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah secara implisit menyebutkan, bahwa keberadaan Masyarakat

Hukum Adat diakui bila telah ditetapkan oleh Peraturan daerah.

Page 104: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)96

Apabila tidak ditetapkan dengan Peraturan daerah, maka mereka

hanya berstatus sebagai masyarakat Hukum Adat secara sosial dan

tidak memiliki kedudukan secara hukum.3

Di Sumatera Barat (Indonesia Bagian Barat), Rancangan

Peraturan Daerah provinsi mengenai pemanfaatan tanah ulayat

memunculkan kekhawatiran masyarakat. Menurut Direktur

Lembaga Bantuan Hukum Sumatera Barat, Peraturan daerah itu

nanti akan menghilangkan tanah-tanah ulayat yang sekarang ini

dikuasai oleh masyarakat adat.

Menurut Pemerintah Daerah Sumatera Barat, banyak investor

ingin menanam modalnya dibidang perkebunan. Namun mereka

ragu-ragu karena ketidakpastian pengaturan tanah ulayat dan cara

mendapatkan tanah ulayat tersebut.4

Sampai saat ini semenjak di undangkannya Peraturan Menteri

graria tersebut, baru empat kabupaten yang telah mengeluarkan

produk hukum Perda tentang Hak Ulayat Empat kabupaten

dimaksud adalah Kabupaten Lebak (Banten) dengan Perda Nomor

32 tahun 2001 tentang Perlindungan Hak Ulayat Masyarakat Baduy,

Surat Keputusan Bupati Bungo (Jambi) Nomor 1249 tahun 2002

tentang Pengukuhan Hutan Adat Desa Batu Kerbau Kecamatan

Pelepat Kabupaten Bungo, Surat Keputusan Bupati Merangin

(Jambi) Nomor 287 tahun 2003 tentang Pengukuhan Kawasan Bukit

Tapanggang Sebagai Hutan Adat Masyarakat Hukum Adat Desa

Guguk Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin dan Perda

Kabupaten Kampar (Riau) Nomor 12 tahun 1999 tentang Hak Tanah

Ulayat. Sedangkan sejumlah daerah lain pernah merencanakan atau

3 Herman Slaats, dkk, Op Cit., hlm.29. 4 Raperda Tanah Ulayat Cemaskan Masyarakat asli”, Media Indonesia, 7 Februari 2003, dalam Herman Slaats,

dkk, Ibid., hlm. 29.

Page 105: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 97

sedang melangsungkan inisiatif serupa, Propinsi Sumatera Barat

sempat menggodok Raperda tentang Pengaturan Pemanfaatan

Tanah Ulayat, Kabupaten Jayapura (Papua) pernah merancang

peraturan daerah tentang Perlindungan Terhadap Tanah-Tanah

Ulayat Masyarakat Kabupaten Jayapura. Kabupatan Pasir dan

Kapuas Hulu (Kalimantan Barat) masing-masing dalam proses

penyusunan raperda dan identifikasi hak ulayat. Seluruh perda

yang telah diundangkan dan sedang dalam pembahasan tersebut,

menempatkan Permenag/Kepala BPN No. 5/1999 sebagai dasar

hukum.

Pengorganisiran analisa ini tidak dibuat mengikuti kerangka

yang dimiliki oleh Raperda Hak Ulayat ini. Pembahasan akan

dilakukan dengan memilih sejumlah topik yang dianggap penting

berkenaan dengan substansi dan teknik perancangannya. Berikut

ulasan terhadap beberapa topik yang dianggap penting.

Sebagai contoh analisa adalah Raperda Kabupaten Pasir tentang

Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat. Pada bagian menimbang

huruf c dari raperda hak ulayat ini mengatur mengenai seluk beluk

hak ulayat defenisi, kriteria, cara mendapatkannya. Pengaturan

mengenai hal-hal itu kemudian difungsikan sebagai pedoman dalam

menyelesaikan masalah tanah ulayat. Namun, kesan seperti itu

langsung sirna ketika pasal 10 dan 11 raperda ini mengatakan bahwa

di wilayah pemerintahan Kabupayen Pasir tidak ada masyarakat

hukum adat dan hak ulayat. Bukankah Bagian Menimbang huruf c

raperda ini mengatakan bahwa pengaturan mengenai tanah ulayat

(salah satunya mengenai kriteria) hanyalah sebagai pedoman?

Seharusnya, kalau ia hanya berfungsi sebagai pedoman maka tidak

boleh sekaligus berfungsi sebagai peraturan yang menetapkan atau

Page 106: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)98

imperatif. Andai raperda ini diposisikan sebagai pedoman, maka

urusan menetapkan dan membuat peraturan-peraturan imperatif

diserahkan pada pengaturan lebih lanjut dari raperda ini. Pengaturan

lebih lanjutnya bisa dilakukan oleh perda lain atau oleh Keputusan

Bupati.

Dengan memilih sifat yang demikian, sebenarnya raperda

ini sudah menyimpang dari Permenang/Kepala BPN No. 5/199.

Kenapa demikian? Karena dengan tegas Permenag ini mengatakan

bahwa pengaturan lebih lanjut mengenai penelitian dan penentuan

masih adanya hak ulayat serta pencatatan keberadaan tanah ulayat,

akan diatur lebih lanjut dalam peraturan daerah (pasal 6). Bila

menggunakan tafsir gramatikal maka sangat jelas bahwa Permenag

ini memandatkan kepada Pemda untuk membuat pengaturan

lebih lanjut mengenai dua hal di atas di dalam perda. Perda

tersebut akan menjadi landasan yuridis bagi kegiatan penelitian

dan penentuan hak ulayat. Mandat semacam itu memang masuk

akal karena Permenag ini tidak mengatur lebih rinci mengenai

penelitian dan penentuan (prosedur/mekanisme penelitian,

mekanisme penyampaian keberatan, dll). Fungsinya hanya sebagai

pedoman. Dengan menyebutkan kriteria hak ulayat dan batasan

pemberlakukannya maka pengaturan lebih lanjut yang dibutuhkan

adalah bagaimana caranya menentukan (prosedur/mekanisme):

apakah kelompok masyarakat tertentu memang memiliki atau tidak

memiliki hak ulayat karena memenuhi atau tidak memenuhi kriteria

tertentu. Sebagai pedoman, Permenag ini telah merumuskan hal-hal

yang subtantif dan untuk menjalankannya yang diperlukan adalah

peraturan pelaksana (perda) yang mengatur hal-hal prosedural.

Page 107: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 99

Sementara itu, raperda hak ulayat secara sepihak telah

memutuskan bahwa di Kabupaten Pasir tidak satupun kelompok

masyarakat dan lembaga adat yang memenuhi kriteria masyarakat

hukum adat dan hak ulayat tanpa mengajukan argumen. Apa dasar

yang digunakan oleh raperda ini untuk sampai pada kesimpulan

semacam itu? Kuat dugaan bahwa yang dijadikan dasar adalah

penelitian yang dilakukan oleh Tim Universitas Hasanudin pada

tahun 2002. Tapi, bagaimana orang mengetahui hasil penelitian

tersebut bila ia tidak merupakan bagian yang integral dari raperda

ini. Bila penelitian tersebut menjadi dasar, bagaimana status

hukumnya? Apakah penelitian itu menjadi mengikat semua orang

yang ada di Kabupaten Pasir atau hanya salah satu rujukan?

Lagipula, mengapa penelitian itu dikatakan diselenggarakan oleh

Universitas Hasanudin? Bukankah menurut Permenag penelitian

dilakukan oleh pemerintah daerah bekerjasama dengan pihak lain,

bukan justru sebaliknya?

Tapi sulit juga untuk menyimpulkan bahwa keputusan untuk

mengatakan bahwa di Pasir tidak ada mayarakat hukum adat dan

hak ulayat didasarkan pada hasil penelitian tersebut. Kesimpulan

seperti itu didapat ketika raperda ini mengatakan bahwa di Pasir

tidak ada kelompok masyarakat dan lembaga adat karena tidak

memenuhi kriteria masyarakat hukum adat dan hak ulayat (pasal

10 dan pasal 11), bukan karena penelitian membuktikan demikian.

Jadi, bila dianalogkan dengan proses pemeriksaan sebuah perkara/

kasus di pengadilan maka raperda ini ‘mengadili’ bahwa di Pasir

dinyatakan tidak ada masyarakat hukum adat dan hak ulayat

tanpa proses/tahapan pembuktian. Dengan kata lain, Raperda ini

mendengar dirinya sendiri lalu membuat keputusan.

Page 108: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)100

Memilih gaya yang demikian membuat raperda ini bisa

dikategorikan menyimpangi prinsip hak untuk mengidentifikasi

diri sendiri (right to self-identification), yang dikenal dalam hukum

internasional. Misalnya dalam Framework Convention on National

Minorities (pasal 3) dan Kovenan Hak-Hak Sipil dan Politik (pasal

27). Hak ini bisa bisa dimiliki oleh perorangan maupun kelompok.

Bagi perorangan, diberikan hak untuk menentukan apakah dirinya

bagian dari masyarakat adat atau tidak. Sedangkan untuk kelompok

diberi hak untuk memelihara identitasnya termasuk identitas

kebiasaan, tradisi, bahasa dan agama. Di dalam Kovenan Hak-

Hak Sipil dalam Politik ditekankan bahwa penentuan keberadaan

sebuah kelompok didasarkan atas kriteria obyektif dan hak untuk

mengidentifikasi diri sendiri, bukan diserahkan kepada negara. 5

Bila merujuk pada kerangka normatif semacam itu maka apa

yang dilakukan oleh pemda dan tim peneliti dari Universitas

Hasanudin adalah sebuah kekeliruan besar. Pertama, bukan mereka

yang seharusnya melakukan identifikasi melainkan masyarakat

adat, dengan menggunakan kriteria yang dirumuskan dalam

Permenag/Kepala BPN No. 5/1999. Kedua, siapa yang ditemui oleh

Tim Peneliti Unhas di lapangan? Apakah orang atau kelompok

yang tepat, ataukah justru orang atau kelompok yang keliru? Kalau

yang ditemui adalah orang dan kelompok yang tepat, mengapa tiga

organisasi yang relatif reprentatif mewakili masyarakat adat di Pasir

justru bereaksi dengan kehadiran raperda ini?

Tanggal 31 Juli 2000 Bupati Pasir mengesahkan Perda Kabupaten Pasir

Nomor 3 tahun 2000 tentang Pemberdayaan, Pelestarian, Perlindungan

5 Peter Baehr, dkk, Instrumen Internasional Pokok Hak-Hak Asasi Manusia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001), Pasal 3 dan 27.

Page 109: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 101

dan Pengembangan Adat Istiadat dan Lembaga Adat, yang kemudian

diundangkan pada tanggal 8 Agustus 2000.

Sebagai bagian dari 13 paket Perda mengenai Pemerintahan Desa6,

perda ini mengakui bahwa di Pasir ada lembaga adat, wilayah adat,

hukum adat dan adat istiadat. Dengan asumsi seperti itu, perda ini

kemudian mengatur bagaimana kedudukan dan fungsi lembaga adat, hak

dan kewajibannya, sumber kekayaannya dan bagaimana ia diberdayakan,

dilestarikan, dikembangkan, dilindungi dan dipelihara.

Kendati mengatur hal yang relevan dengan materi muatan raperda hak

ulayat, anehnya perda No. 3/2000 ini tidak dijadikan sebagai salah satu dasar

hukum oleh raperda tersebut. Mengapa demikian? Agak sukar menemukan

penjelasan logis dari tindakan ini. Apakah lembaga adat dan adat istiadat

sesuatu yang berbeda dan terpisah dengan masyarakat hukum adat dan

hak ulayat? Apa bedanya istilah ‘wilayah adat’ yang disebutkan dalam

Perda No. 3/2000 dengan istilah ‘wilayah’ yang disebutkan dalam Raperda

Hak Ulayat7? Bagaimana mungkin pengakuan keberadaan lembaga adat

dan adat istiadat bisa berbeda dan terpisah dengan pengakuan masyarakat

hukum adat dan hak ulayat? Bukankah lembaga adat justru menjadi salah

satu unsur pemenuh dari masyarakat hukum adat dan hak ulayat?

Penggunaan syarat kumulatif agaknya menjadi alat penjelas yang

bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Raperda ini dengan tegas

mengatakan bahwa pemenuhan unsur masyarakat hukum adat dan kriteria

hak ulayat harus secara kumulatif. Artinya, seluruh unsur dan kriteria

6 Akibat UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (pasal ..) dan Peraturan Pemerintah No. 76 tahun 2001 tentang Pedoman Pengaturan Mengenai Pemerintahan Desa, banyak sekali Kabupaten yang berbondong-bondong membuat paket perda mengenai pemerintahan desa, yang jumlahnya berkisar antara 10 sampai 13 buah. Redaksi perda-perda yang mengatur hal itu sangat mirip satu sama lain untuk setiap kabupaten. Rupanya inilah yang memicu gelombang baru penyeragaman pemerintahan lokal pasca UU No. 5/1979, sekalipun di beberapa tempat digunakan istilah yang berbeda.

7 Dalam Perda No. 3/2000 wilayah adat didefenisikan sebagai wilayah kesatuan budaya setempat adat istiadat itu tumbuh, hidup dan berkembang sehingga menjadi penyanggah adat istiadat yang bersangkutan. Sedangkan istilah ‘wilayah’ dalam raperda hak ulayat dipakai sebagai salah satu unsur masyarakat hukum adat (pasal 3 ayat 1d).

Page 110: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)102

tersebut harus dipenuhi dengan sekaligus atau keseluruhan. Sekalipun

sebuah kelompok masyarakat memiliki lembaga adat atau wilayah adat,

namun tidak otomatis menjadi masyarakat hukum adat bila tidak memiliki

hukum adat dan kekayaan. Begitu juga sebaliknya, memiliki hukum adat

dan kekayaan belum bisa digolongkan sebagai masyarakat hukum adat bila

tidak memiliki lembaga adat dan wilayah adat.

Karena raperda ini tidak mengakui keberadaan masyarakat hukum adat

di Pasir, dengan sendirinya tidak ada hak ulayat di Pasir. Kenapa? Raperda

ini kelihatan cukup cerdik dalam soal ini. Dikatakan bahwa masyarakat

hukum adat adalah subyek hukum hak ulayat (pasal 6). Kalimat ini seolah-

olah mengatakan bahwa masyarakat hukum adat bukanlah satu-satunya

subyek hukum hak ulayat, tapi juga bisa kelompok masyarakat yang lain.

Benarkan demikian? Tafsir semacam itu bisa dianggap keliru dengan dua

alasan, yakni: Pertama, raperda ini dengan tegas mengatakan bahwa hak

ulayat hanya dimiliki oleh masyarakat hukum adat (pasal 1 angka 7).

Kedua, bila mengacu pada kriteria yang digunakan (pasal 7 ayat 1) maka

yang dimungkinkan memiliki hak ulayat hanyalah masyarakat hukum

adat karena persyaratan terikat oleh tatanan hukum adat (kriteria a dan

c). Kriteria semacam itu hanya bisa dipenuhi oleh masyarakat hukum adat.

Jadi, baik dilihat dari sisi defenisi dan kriteria, yang berhak menjadi subyek

hukum hak ulayat hanyalah masyarakat hukum adat. Jadi karena satu-

satunya subyek hukum hak ulayat adalah masyarakat adat dan di Pasir

tidak ada masyarakat hukum adat maka tidak ada hak ulayat di Pasir. Tidak

perlu susah-susah untuk memeriksa apakah masih ada hak ulayat di Pasir

yang memenuhi kriteria karena subyek hukumnya sendiri tidak ada. Cara

berfikir semacam ini bisa dilihat dengan telanjang dalam pasal 11 raperda

hak ulayat.

“Masyarakat hukum adat sebagai subyek hukum hak ulayat, dinyatakan

Page 111: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 103

sudah tidak ada lagi sebagaimana dimaksud pada pasal 10 Peraturan

Daerah ini, maka hak ulayat atas tanah, hutan dan perairan sebagai obyek,

dinyatakan sudah tidak ada lagi”.

Dengan tidak mencantumkan Perda No. 3/2000 sebagai dasar hukum,

raperda hak ulayat seolah-olah punya anggapan tidak memiliki hubungan

dengannya. Namun hal itu bisa saja dilihat sebagai kekeliruan. Mengapa?

Pertama, sejumlah istilah digunakan baik oleh raperda hak ulayat dan Perda

No. 3/2000. Misalnya, istilah lembaga adat, masyarakat hukum adat dan

hukum adat. Kedua, dua-duanya memiliki cakupan atau obyek pengaturan

yang sama. Oleh sebab itu, raperda hak ulayat mutlak menjadikan perda No.

3/2000 sebagai dasar hukum. Dengan logika itulah bisa dikatakan bahwa

raperda hak ulayat memang bertentangan (kontradiktif) dengan perda No.

3/2000 seperti yang dinyatakan dalam Pernyataan Sikap Bersama tentang

Raperda Kabupaten Pasir Mengenai Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat.

Kenapa dikatakan bertentangan?

Pertama, pendefinisian istilah ‘lembaga adat’. Dalam Perda No. 3/2000

lembaga adat didefenisikan sebagai organisasi kemasyarakatan, baik yang

sengaja dibentuk maupun yang secara wajar telah tumbuh dan berkembang di

dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan atau dalam suatu masyarakat

hukum adat tertentu dengan hukum dan hak atas harta kekayaan di dalam

wilayah hukum adat tersebut, serta berhak dan berwenang untuk mengatur,

mengurus dan menyelesaikan bebagai permasalahan kahidupan yang

berkaitan dengan dan mengacu pada adat istiadat dan hukum adat yang

berlaku. Sedangkan raperda hak ulayat mendefenisikannya sebagai lembaga

yang telah tumbuh dan berkembang dalam masyarakat untuk melakukan

kegiatan pelestarian adat istiadat, diakui dan dikukuhkan oleh Pemerintah

Kabupaten.

Page 112: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)104

Definisi yang dirumuskan oleh raperda hak ulayat mengerdilkan

sosok lembaga adat. Pertama, mendefenisikannya sebatas lembaga, bukan

organisasi kemasyarakatan. Kedua, menyempitkan kewenangan lembaga

adat sebatas melakukan pelestarian adat istiadat. Dan ketiga, meletakan

posisi lembaga adat subordinat di hadapan pemerintah daerah karena

terlebih dahulu harus mendapatkan pengakuan. Sebenarnya, lembaga adat

menurut perda No. 3/2000 hampir serupa dengan masyarakat hukum adat

yang dibayangkan oleh raperda hak ulayat. Itu sebabnya, raperda hak ulayat

menggunakan kata kelompok masyarakat dan lembaga adat pada posisi

yang sejajar (pasal 10). Ukuran bahwa lembaga adat nyaris serupa dengan

masyarakat hukum adat didasari oleh alasan bahwa unsur-unsur lembaga

adat hampir mirip dengan unsur masyarakat hukum adat. Menurut perda

No. 3/2000 lembaga adat memiliki: (1) sumber kekayaan (pasal 14 ayat

1): (2) memiliki wilayah adat (pasal 1 angka 10); dan (3) memiliki tugas

dan kewenangan untuk mengatur, mengurus dan menyelesaikan berbagai

permasalahan kehidupan (pasal 1 angka 10, pasal 6 ayat 2a, pasal 7 ayat

1c). Sedangkan menurut raperda hak ulayat unsur masyarakat hukum adat

adalah: (1) adanya kelompok masyarakat yang memiliki integritas, teratur

dan bertindak sebagai kesatuan yang terikat dan tunduk pada tatanan

hukum adatnya; (2) adanya struktur pemerintahan sendiri yang memiliki

kewenangan untuk mengadakan aturan-aturan yang diakui dan diataati

oleh warganya; (3) adanya kekayaan yang terpisah dengan kekayaan

masing-masing warganya; dan (4) adanya wilayah.

Kedua, berbeda dengan raperda hak ulayat, perda No. 3/2000 justru

mengakui adanya masyarakat hukum adat. Pasal 13 ayat (1) perda No.

3/2000 berbunyi:

“Penetapan wilayah adat yang dikuasai oleh masyarakat adat secara

tumurun-temurun mempunyai batas-batas yang jelas dan pasti, diakui

Page 113: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 105

oleh pemerintah dan dapat digunakan oleh masyarakat sesuai adat istiadat

dan kebiasaan yang berlaku.”

Maksud senada bisa didapatkan dalam pasal 1 angka 10 yang

mengatakan bahwa lembaga adat tumbuh dan berkembang di dalam

sejarah perkembangan masyarakat hukum adat tertentu. Dengan redaksi

semacam itu, karena perda No. 3/2000 mengakui lembaga adat, maka

dengan sendirinya Pemerintah Daerah dan DPRD Kabupaten Pasir telah

mengakui keberadaan masyarakat hukum adat lewat perda tersebut. Jadi

bisa disimpulkan bahwa dengan mengusulkan raperda hak ulayat artinya

pemda Pasir menganulir kebijakannya terdahulu yang mengakui adanya

masyarakat hukum adat di Pasir.

Barangkali, diantara sekian produk hukum daerah yang mencoba

melaksanakan lebih lanjut Permenag/Kepala BPN No. 5/1999, hanya

raperda hak ulayat yang difungsikan untuk mendeklarasikan

tiadanya masyarakat hukum adat dan hak ulayat. Berbeda dengan

raperda hak ulayat, inisiatif-inisiatif yang berlangsung di Kabupaten

Lebak, Kabupaten Bungo dan Kabupaten Merangin justru mengakui

masih adanya masyarakat hukum adat atau hak ulayat di daerah

masing-masing. Begitu juga dengan Kabupaten Kampar, kendati

mencoba mengendalikan hak tanah ulayat dan pemangku adat,

tapi tetap masih mengakui adanya tanah ulayat di Kabupaten

Kampar. Begitu juga dengan inisiatif di Propinsi Sumatera Barat dan

Kabupaten Jayapura, yang masih dalam status rancangan, sama-

sama mengakui kebaradaan masyarakat hukum adat dan tanah

ulayat.

Untuk memudahkan, perbedaan masing-masing Perda,

Keputusan Bupati dan rancangan Perda tersebut akan dperlihatkan

dalam bentuk tabel.

Page 114: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)106

Tabel 1. Perbandingan Inisiatif Kebijakan Pengakuan Hak Ulayat Raperda Pasir1

Perda Lebak Perda Kampar SK Bupati Bungo dan Merangin

Raperda Sumatera Barat2

Raperda Jayapura

Rauang Lingkup Pengaturan

Masyarakat Hukum Adat dan Hak Ulayat

Hak Ulayat Hak tanah Ulayat

Hutan Adat Tanah Ulayat Tanah Ulayat, Tanah Adat

Materi Pokok yang Diatur

Kriteria masyarakat hukum adat, subyek hak ulayat, kriteria dan obyek hak ulayat, penentuan keberadaan masyarakat hukum adat dan hak ulayat

Penetapan wilayah hak ulayat, bidang-bidang tanah yang dikecualikan dari hak ulayat, batas-batas hak ulayat masyarakat Baduy, ketentuan pidana, ketentuan penyidikan, larangan pensertifikatan hak ulayat masyarakat Baduy

Hak Tanah Ulayat (fungsi, larangan dalam penggunaan), Tata cara pemilikan dan penggunaan tanah ulayat, kerapatan adat, pemilikan tanah ulayat, pengawasan, tugas , wewenang dan fungsi kepala penghulu, mandat pembentukan Badan Penyelesaian Permasalahan dan Pemutihan Tanah Ulayat Daerah

Pengakuan terhadap hutan adat, batas, batas hutan adat, penggunaan hukum adat untuk mengelola hutan adat, kewajiban untuk melaporkan

Klasifikasi dan Kewenangan Penguasaan Tanah Ulayat, Kedudukan dan Fungsi Tanah Ulayat, Pemanfaatan dan Penggunaan Tanah Ulayat, Pendaftaran Tanah Ulayat, Penyelesaian Sengketa Tanah Ulayat, Penguasaan Kembali oleh Negara terhadap Tanah yang telah Berakhir masa berlaku hak atas tanahnya

Pelepasan Tanah Ulayat, Pemanfaatan Tanah Ulayat untuk Kegiatan Usaha, Kewajiban Bagi Perusahaan untuk Memberikan Kompensasi, Ganti Rugia atas Tanam-Tanaman, Kewajiban Membayar Pajak, Kenetuan Peralihan

Mengakui Hak Ulayat/Tdk Mengakui Hak Ulayat

Tidak Mengakui adanya masyarakat hukum adat dan hak ulayat di Pasir

Mengakui keberadaan hak ulayat Masyarakat Baduy

Mengakui Adanya Tanah Hak Ulayat Kampar

Mengakui Hutan Adat dan Masyarakat Hukum Adat

Mengakui adanya Tanah Ulayat di Sumbar

Mengakui adanya Hak Ulayat di Kabupaten Jayapura

Sumber: Perpustakaan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara tahun 2006

Di Kabupaten Kapuas Hulu (Kalbar) sejak November 2003

sampai saat ini tengah dilakukan proses identifikasi terhadap

lima kampung8 yang berada di Kabupaten tersebut dalam rangka

pengakuan hak ulayat/hak-hak adat lainnya. Identifikasi dilakukan

oleh sejumlah LSM lokal yakni Lembaga Bela Banua Talino (LBBT),

Yayasan Sistem Hutan Kerakyatan (SHK) Kalbar dan PPSDAK. Tim

identifikasi hanya bertugas melengkapi dan mengklarifikasi data-

data mengenai lima kampung tersebut, yang sebelumnya sudah

dikumpulkan. Identifikasi dilakukan dengan metode menggelar

diskusi kampung dan wawancara. Seluruh biaya penyelenggaraan

8 Kelima kampung tersebut adalah Sei-Utik, Pulan, Ungak, Langan dan Sei-Tebelian.

Page 115: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 107

identifikasi ditanggung oleh pemda Kapuas Hulu yang diambil

dari pos APBD. Menurut rencana, setelah identifikasi akan

dibentuk sebuah tim verifikasi yang bertugas memverifikasi data

yang didapatkan dari kegiatan identifikasi. Tim verfikasi akan

beranggotakan unsur akademisi, pemda dan LSM. Hasil tim verifikasi

akan dipergunakan sebagai dasar ntuk mengeluarkan pengakuan

terhadap lima kampung tersebut, lewat peraturan daerah.

Selain bermasalah dari segi proses, raperda hak ulayat juga

memiliki sejumlah catatan negatif dari sisi substansi. Materi raperda

ini menyalahi tuntutan yang dikehendaki oleh Permenag/Kepala BPN

No. 5/1999. Tanpa mengatur atau tanpa terlebih dahulu menerbitkan

ketentuan atau perda yang mengatur mengenai prosedur penelitian

dan penentuan hak ulayat, raperda ini langsung menyimpulkan

bahwa di Kabupaten Pasir tidak terdapat masyarakat hukum adat

dan hak ulayat, berdasarkan kriteria yang dibuatnya.

Raperda hak ulayat juga menabrak perda No. 3/2000 yang nyata-

nyata memiliki materi pengaturan yang relevan dengannya. Bukan

hanya menabrak, raperda hak ulayat justru menegasikan keberadaan

perda No. 3/2000 karena tidak mencantumkannya sebagai dasar

hukum. Selain melakukan penyempitan defenisi, raperda hak ulayat

juga bersebarangan dengan perda No. 3/2000 karena tidak mengakui

keberadaan masyarakat hukum adat dan hak ulayat, sementara

perda No. 3/2000 mengakuinya.

”Bila dibandingkan dengan inisiatif kebijakan di daerah lain,

raperda hak ulayat memilih jalan yang berbeda. Bila inisiatif

kebijakan lain mengenai hak ulayat dilandasi oleh semangat untuk

mengakui keberadaan hak ulayat, raperda hak ulayat memilih jalan

Page 116: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)108

sebaliknya. Tidak salah rasanya bila Pernyataan Sikap Bersama

menganggap raperda ini melawan semangat yang dipunyai UUD

1945 hasil amandemen dan UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan

Daerah. Sekedar menggenapi, raperda ini juga melakukan hal serupa

terhadap Tap. MPR No. IX/2001 tentang Pembaruan Agraria dan P

Page 117: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 109

Bab Lima

HASIL OLAHAN DATA SEMENTARA YANG SUDAH

SELESAI DIOLAH

Berikut disampaikan contoh olahan data berdasarkan penelitian

lapangan yang sudah diselesaikan. Hasil ini masih belum final karena masih

terdapat beberapa data kuesioner yang diolah secara kuantitatif dan juga

data hasil wawancara yang diolah secara kualitatif. Namun demikian yang

disampaikan dalam draft laporan akhir ini masih merupakan salah satu

contoh hasil olahan sementara. Sedangkan olahan data secara keseluruhan

akan diselesaikan sebelum akan dilaksanakannya FGD untuk mendapatkan

masukan dalam rangka penyelesaian laporan akhir yang sudah final.

A. Analisis Sementara di Lokasi Pontianak

KARAKTERISTIK P4T

Pola Penguasaan Tanah

Page 118: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)110

Berdasarkan hasil analisis [tabel frekuensi] terlihat bahwa lebih dari

50 responden setuju bahwa pola penguasaan tanah adat belakangan ini

lebih mengarah pada individualisasi. Sementara hanya 27% yang tidak

setuju dengan argumen sebaliknya.

Meskipun demikian lebih dari 60 persen responden kasus Pontianak

juga menyatakan bahwa pola penguasaan tanah adat saat ini masih

mengarah pada pola kolektif. Hanya 20% responden yang menyatakan

tidak setuju bila pola penguasaan tanah adat saat ini mengarah pada

pola kolektif.

Frequency Tablepenguasaan tanah individualisasi

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid tidak setuju 4 26.7 26.7 26.7

cukup setuju 2 13.3 13.3 40.0setuju 8 53.3 53.3 93.3sangat setuju 1 6.7 6.7 100.0Total 15 100.0 100.0

Page 119: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 111

penguasaan tanah secara utuh

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid tidak setuju 3 20.0 20.0 20.0

cukup setuju 2 13.3 13.3 33.3setuju 9 60.0 60.0 93.3sangat setuju 1 6.7 6.7 100.0Total 15 100.0 100.0

penguasaan tanah campuran

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid tidak setuju 1 6.7 6.7 6.7

cukup setuju 5 33.3 33.3 40.0setuju 8 53.3 53.3 93.3sangat setuju 1 6.7 6.7 100.0Total 15 100.0 100.0

Page 120: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)112

Tatacara Perolehan Tanah

Mayoritas responden pada dasarnya setuju bahwa tata cara perolah

tanah baik itu yang bersifat individu, kolektif, maupun campuran dapat

dilakukan melalui sistem-sistem yang berlaku yaitu dengan sewa, bagi

hasil, jual beli, garapan maupun program pertanahan. Lebih dari 68%

responden setuju bahwa pola penguasaan tanah adat secara individu

dapat dilakukan dengan system transaksi tanah yang umum. Sedangkan

59% responden setuju untuk tanah yang dikuasai secara kolektif.

Sementara itu 100% responden juga setuju bahwa tata cara perolehan

tanah yang bersifat campuran dapat dilakukan dengan system sewa,

garapan, bagi hasil, jual beli, dan program pertanahan.

Page 121: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 113

Frequency Tabletata cara penguasaan tanah individu dapat melalui sistem

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid abstain 5 33.3 33.3 33.3

cukup setuju 6 40.0 40.0 73.3setuju 3 20.0 20.0 93.3sangat setuju 1 6.7 6.7 100.0Total 15 100.0 100.0

tata cara penguasaan tanah kolektif dapat melalui sistem

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid abstain 5 33.3 33.3 33.3

tidak setuju 1 6.7 6.7 40.0cukup setuju 5 33.3 33.3 73.3setuju 2 13.3 13.3 86.7sangat setuju 2 13.3 13.3 100.0Total 15 100.0 100.0

Page 122: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)114

tata cara penguasaan tanah campuran dapat melalui sistem

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid cukup setuju 5 33.3 33.3 33.3

setuju 8 53.3 53.3 86.7sangat setuju 2 13.3 13.3 100.0Total 15 100.0 100.0

Page 123: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 115

Mayoritas Penggunaan Tanah

Sebagian besar responden juga setuju bahwa mayoritas penggunaan

lahan baik itu yang bersifat individual, kolektif, maupun, campuran

banyak digunakan untuk pemukiman, sawah, tanah, tanah kering,

maupun kebun.

Frequency Table

mayoritas penggunaan tanah individu untuk pemukiman dll

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid abstain 4 26.7 26.7 26.7

tidak setuju 1 6.7 6.7 33.3cukup setuju 2 13.3 13.3 46.7setuju 6 40.0 40.0 86.7sangat setuju 2 13.3 13.3 100.0Total 15 100.0 100.0

Page 124: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)116

mayoritas penggunaan tanah kolektif untuk pemukiman dll

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid abstain 4 26.7 26.7 26.7

cukup setuju 3 20.0 20.0 46.7setuju 6 40.0 40.0 86.7sangat setuju 2 13.3 13.3 100.0Total 15 100.0 100.0

mayoritas penggunaan tanah campuran untuk pemukiman dll

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid abstain 4 26.7 26.7 26.7

cukup setuju 3 20.0 20.0 46.7setuju 6 40.0 40.0 86.7sangat setuju 2 13.3 13.3 100.0Total 15 100.0 100.0

Page 125: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 117

KONTRIBUSI P4T

Jenis Aset dan Pola Pemilikan Tanah dan Kesejahteraan Masyarakat

Sebagian besar responden setuju bahwa jenis aset dan pola pemilikan

tanah juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Lebih dari

86% responden studi kasus Pontianak menyatakan bahwa kesejahteraan

masyarakat dapat ditentukan oleh jenis aset tanah yang dimilikinya.

Frequency Table

Kontribusi P4T terhadap kesejahteraan masy ditentukan oleh jenis aset tanah

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid cukup setuju 2 13.3 13.3 13.3

Setuju 9 60.0 60.0 73.3sangat setuju 4 26.7 26.7 100.0Total 15 100.0 100.0

Page 126: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)118

kontribusi P4T terhadap kesejahteraan masy ditentukan jenis kepemilikan

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid cukup setuju 2 13.3 13.3 13.3

Setuju 9 60.0 60.0 73.3sangat setuju 4 26.7 26.7 100.0Total 15 100.0 100.0

Page 127: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 119

Faktor Jalan Penghubung, Produksi, Bank, dan Pemasaran, dan Faktor

Lain yang mempengaruhi Akses Sosekbud terhadap Kesejahteraan

Masyarakat

Hampir seluruh responden setuju bahwa berbagai faktor-faktor

seperti jalan penghubung, produksi, bank, dan pemasaran, maupun

berbagai faktor lan akan mempengaruhi akses sosial, ekonomi, budaya

terhadap kesejahteraan masyarakat.

Frequency Table

faktor prod, pasar, bank mempengaruhi akses sosbud terhadap kesejahteraan masy

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid cukup setuju 3 20.0 20.0 20.0

setuju 8 53.3 53.3 73.3sangat setuju 4 26.7 26.7 100.0Total 15 100.0 100.0

Page 128: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)120

faktor selain prod, pasar, bank mempengaruhi akses sosbud terhadap kesejahteraan masy

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid cukup setuju 3 20.0 20.0 20.0

setuju 7 46.7 46.7 66.7sangat setuju 5 33.3 33.3 100.0Total 15 100.0 100.0

EFEKTIVITAS DAN IDEAL

Dapat terlihat pada tabel, bahwa mayoritas responden Pontianak

setuju bahwa peraturan yang ada saat ini telah cukup memadai dan

dilaksanakan dengan baik dan tanpa penyimpangan. Responden

juga setuju bila aturan-aturan P4T telah dianggap cukup memenuhi

kaidah peraturan perundang-undangan yang baik, sehingga dapat

memberikan perlindungan kepada masyarakat untuk meningkatkan

kesejahteraannya.

Page 129: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 121

Frequency Table

aturan efektif

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid tidak setuju 1 6.7 6.7 6.7

cukup setuju 4 26.7 26.7 33.3setuju 6 40.0 40.0 73.3sangat setuju 4 26.7 26.7 100.0Total 15 100.0 100.0

pelaksanaan efektif

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid tidak setuju 1 6.7 6.7 6.7

cukup setuju 4 26.7 26.7 33.3setuju 6 40.0 40.0 73.3sangat setuju 4 26.7 26.7 100.0Total 15 100.0 100.0

Page 130: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)122

ideal rumusan

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid cukup setuju 4 26.7 26.7 26.7

setuju 7 46.7 46.7 73.3sangat setuju 4 26.7 26.7 100.0Total 15 100.0 100.0

Page 131: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 123

ideal perlindungan

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid cukup setuju 4 26.7 26.7 26.7

setuju 7 46.7 46.7 73.3sangat setuju 4 26.7 26.7 100.0Total 15 100.0 100.0

KORELASI

Korelasi Antara Peraturan P4T yang Telah Memadai dan Kemampuan

Memberikan Perlindungan Pada Masyarakat

Hasil Pertama.

Analisis tabulasi silang menunjukkan bahwa 40% dari responden

yang setuju bahwa peraturan P4T telah telah memadai juga setuju

bahwa peraturan pola P4T mampu memberikan perlindungan kepada

masyarakat. Prosentase ini jauh lebih besar daripada responden yang

memiliki persepsi lainnya.

Page 132: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)124

Hasil Kedua.

Uji analisis namun demikian menunjukkan bahwa approx sig. 0,0

yang yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini mencirikan bahwa variable

bebas memiliki kemungkinan korelasi. Dalam bahasa lain hasil ini

menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap efektivitas

peraturan dapat digunakan untuk menilai apakah aturan pola P4T telah

memberikan perlindungan pada masyarakat.

CrosstabsCase Processing Summary

CasesValid Missing Total

N Percent N Percent N Percentaturan efektif * ideal

perlindungan15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

aturan efektif * ideal perlindungan Crosstabulationideal perlindungan

Totalcukup setuju setuju sangat setuju

aturan efektif

tidak setuju

Count 1 0 0 1% of Total 6.7% .0% .0% 6.7%

cukup setuju

Count 3 1 0 4% of Total 20.0% 6.7% .0% 26.7%

setuju Count 0 6 0 6% of Total .0% 40.0% .0% 40.0%

sangat setuju

Count 0 0 4 4% of Total .0% .0% 26.7% 26.7%

Total Count 4 7 4 15% of Total 26.7% 46.7% 26.7% 100.0%

Directional Measures

Value

Asymp. Std.

ErroraApprox.

TbApprox.

Sig.Ordinal by Ordinal

Somers’ d Symmetric .920 .055 10.355 .000aturan efektif Dependent

.958 .043 10.355 .000

ideal perlindungan Dependent

.885 .071 10.355 .000

a. Not assuming the null hypothesis.b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Page 133: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 125

Symmetric Measures

ValueAsymp.

Std. ErroraApprox.

TbApprox.

Sig.Ordinal by Ordinal Kendall’s tau-b .921 .055 10.355 .000

Kendall’s tau-c .920 .089 10.355 .000Gamma 1.000 .000 10.355 .000Spearman Correlation

.946 .048 10.481 .000c

Interval by Interval Pearson’s R .929 .034 9.047 .000c

N of Valid Cases 15a. Not assuming the null hypothesis.b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.c. Based on normal approximation.

Korelasi Antara Peraturan P4T yang Sesuai Dengan Kaidah Peraturan

Perundang-undangan yang Baik dan Penyimpangan Peraturan P4T

Yang Mungkin Terjadi

Hasil Pertama.

Seperti sebelumnya analisis tabulasi silang menunjukkan bahwa

40% dari responden yang setuju bahwa peraturan P4T telah telah

ideal memenuhi kaidah peraturan perundang-undangan juga setuju

bahwa peraturan pola P4T telah dilaksanakan dengan baik tanpan

penyimpangan. Prosentase ini jauh lebih besar daripada responden

yang memiliki persepsi lainnya.

Hasil Kedua.

Uji analisis namun demikian menunjukkan bahwa approx sig. 0,0 yang yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini mencirikan bahwa variabel bebas memiliki kemungkinan korelasi. Dalam bahasa lain hasil ini menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap adanya penyimpangan pelaksanaan peraturan pola P4T dapat digunakan untuk menilai apakah aturan pola P4T telah memenuhi kaidah peraturan perundang-undangan yang baik.

Page 134: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)126

CrosstabsCase Processing Summary

CasesValid Missing Total

N Percent N Percent N Percentpelaksanaan efektif * ideal rumusan

15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

pelaksanaan efektif * ideal rumusan Crosstabulationideal rumusan

Totalcukup setuju setuju

sangat setuju

pelaksanaan efektif

tidak setuju Count 1 0 0 1% of Total

6.7% .0% .0% 6.7%

cukup setuju Count 3 1 0 4% of Total

20.0% 6.7% .0% 26.7%

setuju Count 0 6 0 6% of Total

.0% 40.0% .0% 40.0%

sangat setuju Count 0 0 4 4% of Total

.0% .0% 26.7% 26.7%

Total Count 4 7 4 15% of Total

26.7% 46.7% 26.7% 100.0%

Symmetric Measures

ValueAsymp.

Std. Errora Approx. TbApprox.

Sig.Ordinal by Ordinal Kendall’s tau-b .921 .055 10.355 .000

Kendall’s tau-c .920 .089 10.355 .000Gamma 1.000 .000 10.355 .000Spearman Correlation

.946 .048 10.481 .000c

Interval by Interval Pearson’s R .929 .034 9.047 .000c

N of Valid Cases 15a. Not assuming the null hypothesis.b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.c. Based on normal approximation.

Page 135: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 127

Bab Enam

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab

sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan sementara sebagai berikut:

Pertama, berkaitan dengan pola P4T terhadap tanah adat/ulayat yang

ada pada saat ini, maka dapat disimpulkan sementara bahwa bahwa pola

P4T yang ada saat ini masih menggunakan sistem konvensional. Artinya

bahwa pola penggunaan, pengelolaan dan pemanfaatan tanah adat/

ulayat masih belum mampu untuk meningkatkan ekonomi masyarakat

adat secara komunal. Yang terjadi bahkan di beberapa daerah masih

bersifat parsial, khusunya apabila dilihat dari subyek yang dapat

menggunakan, mengelola dan memanfaatkannya.

Kedua, berkaitan dengan kontribusi P4T pada tanah adat/

ulayat terhadap kesejahteraan masyarakat. Mengingat penggunaan,

pengelolaan, dan pemanfaatan tanah ulayat masih bersifat konvensional

dan juga masih bersifat parsial, maka kontribusi pola P4T belum dapat

secara maksimal dapat mensejahterakan masyarakat.

Page 136: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)128

Ketiga, berkaitan dengan konsep pola P4T yang efektif dan ideal dalam

rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Mengenai kesimpulan

yang ketiga ini belum dapat disimpulkan secara komprehensif.

Namun demikian harapannya kedepan bahwa pola P4T tersebut harus

meninggalkan paradigm secara parsial dan konvensional, sehingga

lebih menyentuh hal mendasar yang sangat diperlukan oleh masyarakat

baik dilihat dari aspek akses dan akses terhadap tanah ulayat.

Keempat, berkaitan dengan alternatif kebijakan apakah yang

dapat dilakukan oleh Pemerintah terhadap pola P4T terhadap tanah

adat/ulayat untuk mensejahterakan masyarakat ini maka kebijakan

yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah bahwa P4T harus lebih

memperhatikan potensi masyarakat hukum adat yang tinggal di sekitar

kawasan tanah ulayat tersebut dalam berbagai perspektif seperti

ekonomi, social, budaya dan aspek lainnya. Kebijakan pemerintah ini

dapat dilakukan dengan lebih melibatkan masyarakat dan pemerintah

daerah untuk ikut terlibat dalam langkah yang nyata dalam penggunaan,

pengelolaan dan pemanfaatan terhadap tanah ulayat.

B. Saran

Adapun saran yang harus dilakukan dalam kaitannya dengan

kebijakan pola P4T dapat dikemukakan sebagai berikut:

Pertama, melakukan koordinasi secara nyata dengan pemerintah

daerah melalui beberapa paket program kegiatan yang terkait dengan

pola P4T.

Kedua, melibatkan masyarakat hukum adat secara nyata dalam

setiap program kebijakan yang diambil berkaitan dengan pola P4T.

Page 137: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 129

DAFTAR PUSTAKA

Adalsteinsson, Ragna dan Pall Thorhallson, “Article 27”, in Gudmundur Alfredsson and Asbjorn Eide (eds.), The Universal Declaration of human Rights: A Common Standard of Achievement, 1999.

Alfredsson, Gudmundur, “Treaties with Indigeneous Populations”, in Encyclopedia of International Law, vol 2, 1995.

_______, “Group Rights, Prefential Treatment and The Rule Law, “ paper presented to the Law & Society Trust Consultation on Group & Minority Rights, 1995.

Aditjondro, George Junus. Pola-Pola Gerakan lingkungan: Refleksi Untuk Menyelematkan Lingkungan Dari Ekspansi Modal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

_______, Korban-Korban Pembangunan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.Ali Kodra, Hadi S. dan Syaukani. Bumi Makin Panas Banjir Makin Luas,

Yayasan Nuansa Cendekia, Bandung, 2004.Bahri, Saiful. “Tangkahan Inisiatif Lokal Untuk Merakyatkan Taman

Nasional Gunung Leuser, “Makalah disampaikan pada “Shearde Learning”, Kawasan Ekowisata Tangkahan, Taman Nasional Gunung Leuser, Langkat Sumatera Utara, 13-12 Februari 2006.

Cahyat, A. Masyarakat Mengawasi Pembangunan Daerah: Bagaimana Agar Dapat Efektif?. Bogor: CIFOR, 2005.

______, Perubahan Perundangan Desentralisasi. Bogor: CIFOR, 2005.Cahya Wulan, Yuliana, dkk. Analisa Konflik sector kehutanan di Indonesia

1997-2003. Bogor: Center for International Forestry Research, 2004.Depsos RI, Profil Keberhasilan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil pada 12

Provinsi, Depsos RI, 2004.Depsos RI, Model pendekatan Sosial Budaya Dalam Penyiapan dan Pemantapan

Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil, Depsos RI, 2004.Fauzi, Noer dan I Nyoman Nurjaya, Sumber Daya Alam Untuk Rakyat:

Modul Lokakarya Penelitian Hukum Kritis-Partisipatif bagi Pendamping Hukum Rakyat, Jakarta: ELSAM, 2000.

Heroepoetri, Arimbi Julia Kalmirah dan Niken Sekar Palupi, Seri Konvensi Internasional Lingkungan: Konvensi Washington, Konvensi Keanekaragaman Hayati, Konvensi Perubahan Iklim, Jakarta: Wahana

Page 138: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)130

Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) bekerjasama dengan FH UNIKA Atmajaya, 1999.

H. Fuad, Faisal. dan Siti Maskanah. Inovasi Penyelesaian Sengketa Pengelolaan Sumber Daya Hutan, Pustaka LATIN, 2000.

Harahap, Bazar dkk,. Tanah Ulayat Dalam Sistem Pertanahan Nasional. Jakarta: Yayasan Peduli Pengembangan Daerah, 2005.

Hilary N. “Weaver, Indigenous Identity: What Is It, and Who Really Has It?” American Indian Quarterly/Spring 2001/vol. 25, No 2:244.

Kleden, Emil. Otonomi Komunitas Masyarakat Adat. Jakarta: AMAN, 2000.Kasim, Ifdhal. dan Johanes da Masenus Arus. Hak Ekonomi, Sosial, Budaya,

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), Jakarta, 2001.______, Instrumen Pokok Hak Asasi Manusia Internasional Bagi Aparatur Penegak

Hukum. Jakarta: Elsam, 2001.Kusuma, Hilman. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia. Bandung: CV. Mandar

Maju, 1992.Kusumaatmadja, Mochtar. Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan,

Bandung: PT. Alumni, 2002.Kleden, Emil, Sandra Moniaga, B. Steni. “ Sarasehan Tentang Taman

Nasional,” Diskusi dengan Tokoh Adat tentang Taman Nasional di Wisma Kenasih, Puncak Bogor, tanggal 31 Agustus 2005.

Kuncoro, Mudrajad. Otonomi Daerah dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004.

Malik, Ichsan. dkk. Menyeimbangkan Kekuatan: Pilihan Strategi Menyelesaikan konflik Atas Sumber Daya Alam, Jakarta: Yayasan Kemala, 2003.

Moelyono, Ilya. dkk, Memadukan Kepentingan Memenagkan Kehidupan, Bandung: Driya Media, 2003.

Mulyadi, Kartini dan Gunawan Widjaya, Hak-Hak Atas Tanah, Jakarta: Prenada Media, 2004.

Moh Askin. Penegakan Hukum Lingkungan dan Pembicaraan di DPR-RI. Jakarta: Yasrif Watampoene, 2003.

Moh. Koesnoe. Catatan-Catatan Terhadap Hukum Adat Dewasa Ini. Surabaya: Airlangga University Press, 1979.

Moniaga, Sandra. Hak Masyarakat Adat dan Masalah Serta Kelestarian Lingkungan Hidup di Indonesia. Jakarta: HUMA, 2003.

Marquardt, S., “International Law and Indigeneous peoples”, in International Journal on Group Rights 3, 1995.

Page 139: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) 131

Moniaga, Sandra,” Hak-hak Masyarakat Adat di Indonesia, Makalah Lokakarya Nasional IV HAM 1998 diselenggarakan oleh Komnas HAM, Departemen Luar Negeri dan The Australian Human Rights and Equal Opportunity Commission, Jakarta, 1 – 3 Desember 1998.

Moh. Yamin. Naskah Persiapan Undang-undang Dasar 1945. Jakarta: tanpa penerbit, 1959.

Parlindungan, A.P. Komentar Terhadap UUPA No.5 Tahun 1960. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,2000.

Riyatno, Budi. Selayang Pandang Pengelolaan Kawasan Hutan di Indonesia, Lembaga Pengkajian Hukum Kehutanan dan Lingkungan, Bogor, 2004.

______,. Pengaturan Hukum Adat di Indonesia, Lembaga Pengkajian Hukum Kehutanan dan Lingkungan, Bogor, 2004.

______,. Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, Sebuah Tinjauan Hukum Terhadap Debt for nature Swaps, Lembaga Pengkajian Kehutanan dan Lingkungan, Bogor, 2004.

Rahardo, Satjipto. Hukum Adat Dalam Negara Kesatuan Modern Republik Indonesia.

Rositah. Kemiskinan Masyarakat Sekitar Hutan dan Penanggulangannya. Bogor: CIFOR, 2005.

Rahardo, Satjipto.” Hukum Adat Dalam Negara Kesatuan Modern Republik Indonesia.”Makalah dalam Lokakarya Nasional Inventarisasi dan Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat, KOMNASHAM, DEPDAGRI dan MAHKAMAH KONSTITUSI, Jakarta 14-15 Juni 2005.

Republik Indonesia, Undang-Undang UU No.23 Tahun 1997. Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,

Republik Indonesia. Undang-Undang UU No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Republik Indonesia, Undang-Undang No.32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Republik, Indonesia, Undang-Undang UU No.39 tahun 1999. tentang Hak Asasi Manusia.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.Republik Indonesia, Undang-Undang No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus

Papua.Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah.Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1999 tentang

Pengusahaan Hutan dan Pemungutan Hasil Hutan Pada Hutan Produksi.

Page 140: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/990/1/Buku P4T_OK FINAL.pdf · c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)132

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Sangaji, Arianto.“Membaca Ulang Gerakan Masyarakat Adat di Sulawesi Tengah”, Jurnal Hukum Adat, 1995.

Susanti, Ari dkk, Proceeding Lokakarya Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat, Yogyakarta: Lembaga ARUPA, 2000.

Suporahardjo. Strategi dan Praktek Kolaborasi: Sebuah Tinjauan. Bogor: Pustaka LATIN, 2005.

______,. Manajemen Kolaborasi: Memahami Plurasisme Membangun Konsensus. Bogor: Pustaka LATIN, 2005.

_______, dkk. Inovasi Penyelesaian Sengketa Pengelolaan Sumber Daya Hutan. Bogor: Pustaka LATIN, 2000.

Soekanto, Soerjono.Hukum Adat Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 1983._______, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997.Sirait, Martua, Chip Fay, dan A. Kusworo.” Bagaimana Hak-hak Masyarakat

Hukum Adat Dalam Mengelola Sumber Daya Alam Diatur?.” Makalah Roundtable Discussion di Wisma PKBI, 20 Oktober 1999.

Tim Peneliti CIFOR, Analisa Konflik Kehutanan di Indonesia 1997-2003, CIFOR, 2004.

Tim Peneliti ARUPA. Proceeding Lokakarya Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat, Lembaga ARUPA, Yogyakarta, 2000.

Tim Fasilitator PILI dan CIFOR, “Prinsip Dalam Penyelesaian Konflik Dengan Mediasi,” makalah disampaikan pada acara Sheared Learning di Tangkahan, Taman Nasional gunung Leuser, 13-22 Februari, 2006.

Wignjosoebroto, Soetandyo. Hukum: Paradigma, Metode, dan Dinamika Masalahnya. Jakarta: ELSAM – HuMa, 2002.

______________.” Pembaharuan Hukum untuk Menggalang Kehidupan Masyarakat Indonesia Baru yang Berperikemanusiaan.” Makalah seminar Nasional “Menggalang Masyarakat Baru yang Berkemanusiaan”, diselenggarakan oleh Ikatan Sosiologi Indonesia, Bogor, 28 – 29 Agustus 2002.

Yulianti. Kopermas: Masyarakat Hukum Adat Sebagai Tameng Bagi Pihak Yang Berkepentingan. Bogor: CIFOR, 2005.