penguasaan konsep oleh siswa melalui metode...

182
PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA KONSEP SISTEM RESPIRASI ( Eksperimen di MTs Negeri Cipondoh Tangerang ) Oleh ZUBAIDAH 102016023875 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M

Upload: ngomien

Post on 03-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA MELALUI METODE

PROBLEM SOLVING PADA KONSEP SISTEM RESPIRASI

( Eksperimen di MTs Negeri Cipondoh Tangerang )

Oleh

ZUBAIDAH 102016023875

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M

LEMBAR PENGESAHAN

PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA MELALUI METODE PROBLEM

SOLVING PADA KONSEP SISTEM RESPIRASI

( Eksperimen di MTs Negeri Cipondoh Tangerang )

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

Zubaidah

NIM : 102016023875

Pembimbing

Ir. H. Mahmud M Siregar, M.Si

NIP. 19540310 198803 1001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H / 2010 M

LAMPIRAN

SURAT KETERANGAN Nomor :

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Sekolah MTs Negeri Cipondoh

Tangerang menerangkan bahwa :

Nama : Zubaidah

NIM : 102016023875

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 18 April 1980

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Program Studi : Pendidikan Biologi

Telah melakukan penelitian di MTs Negeri Cipondoh Tangerang pada

tanggal 3 Maret sampai tanggal 24 Maret 2007. Dalam rangka menyelesaikan

skripsi dengan judul : Penguasaan Konsep Siswa Melalui Metode Problem

Solving.

Demikian surat keterangan ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Tangerang, April 2007

Mengetahui,

a.n Wakil Kurikulum

Drs. Mukhodzin NIP.

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Penguasaan Konsep oleh Siswa Melalui Metode Problem

Solving Pada Konsep Sistem Respirasi yang disusun oleh : Zubaidah, NIM :

102016023875, telah diujikan pada tanggal 26 Agustus 2010 dan telah diterima dan

disahkan oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

HIdayatullah Jakarta. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) pada Jurusan Pendidikan IPA Program Studi

Biologi.

Jakarta, 17 September 2010

Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Jurusan Tanggal Tanda Tangan

Baiq Hana Susanti, M.Sc .......................... ............................

Nip. 19700209 200003 2 001

Sekertaris( Sekertaris Jurusan )

Nengsih Juanengsih, M.Pd ........................... ...........................

Nip. 19790510 200604 2 001

Penguji I

Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd ............................ ............................

Nip 19681228 200303 1 004

Penguji II

Ahmad Sofyan, M.Pd ............................ ...........................

Nip. 19650115 198703 1 020

Mengetahui Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Prof.Dr. Dede Rosyada,M.A Nip. 19571005 198703 1 003

LEMBAR UJI REFERENSI

Nama : ZUBAIDAH

NIM : 102016023875

Jurusan : Pendidikan IPA Biologi

Judul Skripsi : Penguasaaan Konsep Siswa Melalui Metode Problem solving.

No Judul dan Halaman Buku/Referensi Paraf

Pembimbing

1.

BAB I

Muhibin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004 ), cet. 3, h. 306

2. Lufri, Pembelajaran Berbasis Problem Solving yang di intervensi dengan Peta Konsep pada Mata Kuliah Perkembangan Hewan ( Padang : FPMIPA, 2000). h.25

3. Ibid, h.26

4. Ibid, h. 26-27

5. Aim Abdulkarim, Jurnal FKIP, Memahami Hakikat Berpikir,

(Cianjur : FKIP,2001), h.21

6. Wasis D. Dwiyogo, Jurnal Teknologi Pembelajaran : Teori dan Penelitin, (Malang : FIPUNM, 2000), No.2, h.74

7. Ibid, h. 74

8. Muhibin Syah, Opcit, h.123

9. Betty Marisi Turnip, Penguasaan Konsep IPA dan Pajanannya dalam interaksi kelas di SD Negeri Kotamadya Medan, (Medan : 2000), h.172

1. BAB II Binsar Panjaitan, Pengaruh Strategi Pemecahan Masalah dan Lokus Kendali Siswa terhadap Hasil Belajar dalam Pemecahan Masalah Matematika, ( Medan : IKIP, 2000 ), h. 40

2. Ahmadi Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Mikro Teaching, (Padang, PT. Ciputat Press, 200 ), h.3

3. Ibid, h. 3-16

4. Ibid, h. 52

5. Ibid, h. 53-67

6. Martinis Yamin, Stategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2005), h. 58-64

7. Ahmad Sabri, Op. Cit. h. 22-25

8. Nizlel Huda, Suatu Model Pengajaran untuk meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pada Mahasiswa D2-PGSD Prajabatan FKIP Universitas Jambi, Jurnal Gema Pendidikan, (Jambi : 2000), No.7, Tahun IV, h.29

9. Roland W Scholz & Barbara Fluckiger,Environmental Problem Solving Ability : Profiles In Aplication Documents Of Research Assistants, Journal Of Environmental Education; Summer97, Vol. 28 Issue 4, p37, 8p, 3 charts, 3 diagram, 2 graphs.

10. Agus Susanto dan Rusdi, Model Pendekatan Heuristik pada Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan, (Maret : 2006), Vol.4, No.1, hal.15

11. Michael E. Martinez, What Is Problem Solving ?, http://www-gse.uci.edu/doehome/Deftinfo/faculty/Martinez/Problem_Solving.html

12. Cassady, Problem Solving, http://www.bsu.edu/web/emmeyer/edpsy393/Problemsolving.html.

13. N. Sudirman, Ilmu pendidikan, (Bandung : Remaja Karya, 2000), h.146

14. Muhibin syah, Psikologi Belajar ,( Jakarta : Raja Grafindo persada, 2004 ), cet 3, h.127

15. Akbar Sutawidjaja, Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika, Jurnal Teknologi Pembelajaran, (Desember : 2000), Th. 6, No.3, h.145

16. J. Purmiassa Pical, Menyelesaikan Soal Cerita Matematika, Jurnal Pendidikan, (November : 2004), vol. 1, No.2, h. 161

http://www-gse.uci.edu/doehome/Deftinfo/faculty/Martinez/Problem_Solving.htmlhttp://www-gse.uci.edu/doehome/Deftinfo/faculty/Martinez/Problem_Solving.htmlhttp://www-gse.uci.edu/doehome/Deftinfo/faculty/Martinez/Problem_Solving.htmlhttp://www.bsu.edu/web/emmeyer/edpsy393/Problemsolving.htmlhttp://www.bsu.edu/web/emmeyer/edpsy393/Problemsolving.html

17. Nana Sudjana, Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Sinar Baru Algensindo, 2000), h. 85 86

18. Nizel Huda, Op. Cit, h.30

19. Akbar Sutawidjaja, Op.cit, h. 144

20. Ketut Sukarma, Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving dan Problem Posing untuk meningkatkan Aktivitas Siswa, Jurnal Kependidikan, (Mei : 2004), vol. 3, No.1, h. 49 50

21. Cassady, op.cit.

22. http:www.embracethefuture.org.au/youth/problem_solving.html.

23. Agus Susanto dan Rusdi, Op. cit, h.15

24. J. Purmiassa Pical, Op. cit, h. 162

25. Akbar Sutawijaya, Loc.Cit. h. 145

26. Sutarto, Buku Ajar Fisika (BAF) denga Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika (AFKF) Sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Mei, 2005), No.054, h. 327

27. Edogogia, Pengaruh Umpan Balik Evaluasi Formatif, (2004), vol.1, No.1, h.23

28. Betty Marisi Tunip, Penguasaan Konsep IPA dan Pajanannya dalam Interaksi Kelas di SD Negeri Kotamadya Medan, Jurnal Pendidikan, (Medan, 2000), h.173

29. Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), cet.3, h.23

30. Betty Marisi Tunip, Op. Cit., h.173

31. Teori-teori Belajar, (Erlangga : Bandung, 2000), h. 81-82

32. Ibid, h.83

33. Sutarto, Op. Cit, h.332

34. Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Ciputat : Gaung Persada Press, 2005 ), h. 27-29

35. Aim Abdulkarim, Memahami Hakikat Berpikir, Jurnal FKIP, (Cianjur : 2000), h.21

36. Ida Bagus Putu Aryana, Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif Pada Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaja, (Juli : 2006) No.3, Th. XXXIX, h. 498 - 499

37. Aim Abdulkarim, Op. cit, h.21-22

38. Ibid, hal. 25

39. Ibid, hal. 26

1.

BAB III Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 60

2. Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), Cet ke-13, h. 245

3. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2005), h.100

4. Ibid., h. 208

5. Ibid., h. 210

6. Ibid., h. 213

7. Ibid., h. 218

8. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2003 ) , h. 280-281

1.

BAB IV Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Mikro Teaching, (Padang, PT.Ciputat Prees, 2005), h.24

2. Sutarto, Buku Ajar Fisiika (BAF) dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika ( AFKF) Sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Mei, 2005), No.054,h.327

3. Ibid, h.332

4. Ahmad Sabri,Op.Cit, h.24

5. Muhibin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004 ), cet.3, h. 127

Pembimbing I

Ir. H. Mahmud M Siregar, M.Si NIP. 19540310 198803 1001

ABSTRAK

Zubaidah. Penguasaan Konsep Oleh Siswa Melalui Metode Problem Solving pada Konsep Sistem Respirasi. Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil penguasaan konsep oleh siswa antara penggunaan metode problem solving dengan metode ceramah. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3 Maret sampai 24 Maret 2007 yang bertempat di MTs Negeri Cipondoh Tangerang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Sampel diambil dengan teknik random sampling, dengan sampel 30 siswa untuk kelompok metode problem solving (X) dan 30 siswa untuk kelompok metode ceramah (Y). Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pembelajaran biologi dapat ditarik kesimpulan bahwa guru dalam mengajar masih menggunakan metode ekspositori yaitu menyampaikan pembelajaran secara klasikal, terutama menggunakan metode ceramah. Hal ini terlihat dari masih rendahnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran, penguasaan konsep dan masih rendahnya hasil belajar siswa pada semester 1. Pada penelitian ini siswa diberikan post-test sebelum menggunakan penggunaan metode problem solving dan pre-test sesudah penggunaan metode problem solving. Hal ini untuk mengetahui penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah perlakuan. Dalam metode problem solving terdapat 4 langkah. 4 langkah problem solving yaitu: perumusan masalah, pelaksanaan pemecahan masalah, membuat rencana penyelesaian, dan evaluasi. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Uji t diperoleh harga thitung < ttabel yaitu 1,24 < 2,01. Dari hasil tersebut memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa yang menggunakan metode problem solving dengan metode ceramah.

Kata Kunci : Metode Problem Solving, Penguasan Konsep Siswa.

i

ABSTRACT Zubaidah. Mastery of Concepts By Students Through Problem Solving Methods in Respiratory System Concept. Thesis, Department of Natural Science Education (Science), Biology Education Studies Program, Faculty of Science and Teacher Training Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta . This study aims to determine whether there are differences in the mastery of concepts by students between the use of problem solving methods with lecture method. The research was conducted on March 3 until March 24, 2007, which took place in Tangerang Cipondoh MTs. The method used in this study is an experiment. Samples were taken by random sampling technique, with a sample of 30 students for group problem solving method (X) and 30 students for lecture method group (Y). Based on the observation of biological learning can be concluded that the teacher in teaching are still using the expository method of delivering classical learning, especially using the lecture method. This is evident from the low student involvement in learning, mastery of concepts and the low student learning outcomes in semester 1. In this study, students are given post-test before using problem solving methods and use of pre-test after the use of problem solving methods. This is to know the students mastery of concepts before and after treatment. In method of problem solving there are 4 steps. 4 steps problem solving are : problem formulation, implementation problem solving, plan completion, and evaluation. Based on calculations using the test "t" is obtained tcount price

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT atas segala karunia, hidayah serta pertolongan-Nya sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan, dengan judul Penguasan Konsep Oleh Siswa Melalui Metode Problem

Solving (Sebuah Esperimen di MTs Negeri Cipondoh Tangerang pada bulan Maret

2007) pada Konsep Sistem Respirasi.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Srata

Satu ( S1) pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Berbagai kendala baik internal maupun eksternal merupakan suatu hambatan besar

yang harus penulis jalani, namun atas berkat karunia-Nya dan bantuan dari berbagai pihak,

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc Kepala Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat

menyelesaikan skripsi.

3. Bapak Ir.H. Mahmud M Siregar, M.Si Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak

memberikan bimbingan dan masukkan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Ahmad Sopyan, M.Pd Pembimbing Akademik

5. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang telah

memberikan ilmu dan bimbingannya selama ini.

6. Bapak H. Moehdiar, S.Ag Kepala Sekolah MTsN Cipondoh Tangerang yang telah

memberikan tempat kepada penulis untuk melaksanakan penelitian hingga selesai.

7. Bapak Drs. Mukhodzin Wakil Kepala Sekolah, serta semua dewan guru beserta para

staf MTsN Cipondoh Tangerang.

8. Ibu Rosmani, S.Pd Guru Bidang Studi Biologi serta siswa MTsN Cipondoh khususnya

kelas VIII C dan VIII D.

iii

9. Orang tua tercinta dan keluarga yang senantiasa selalu memberikan doa, dorongan, dan

motivasi sehingga penyusunan skripsi ini berjalan dengan lancar.

10. Suami tercinta yang selalu mendampingi, terima kasih atas waktu dan perhatiannya.

11. Teman-temanku : Sumi, Diana, Iyam, Almh. Mimi, Dida, Lilis, Intan, Heti, Yani dan

teman-teman Biologi angkatan 2002, terima kasih atas supportnya.

12. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

Tak ada kata yang dapat penulis ucapkan selain ucapan terima kasih yang sedalam-

dalamnya, semoga Allah SWT membalas dengan pahala yang lebih baik dan setimpal

kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

Jakarta, Agustus 2010

Penulis

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii

DAFTAR ISI.. v

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah........................................................................ 8

C. Pembatasan Masalah....................................................................... 8

D. Perumusan Masalah ........................................................................ 9

E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 9

F. Kegunan Hasil Penelitian................................................................ 9

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN

PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis............................................................................ 10

1. Hakikat Strategi Pembelajaran ................................................ 10

a. Pengertian Strategi Pembelajaran ...................................... 10

b. Komponen Strategi Pembelajaran .. 10

v

c. Hal Pokok dalam Strategi Pembelajaran ............................ 11

d. Pengertian Metode Pembelajaran ....................................... 12

e. Macam-Macam Metode Pembelajaran ............................... 12

f. Strategi Memilih Metode Pembelajaran 14

g. Pola-pola Belajar Siswa . 14

2. Hakikat Problem Solving.......................................................... 16

a. Pengertian Problem Solving ............................................... 16

b. Jenis Masalah ...................................................................... 19

c. Langkah Langkah Problem Solving ................................ 20

d. Pendekatan Pengajaran Problem Solving 23

e. Usaha Meningkatkan Kemampuan Problem Solving .. 24

f. Kelebihan Problem Solving... 26

g. Kelemahan Problem Solving. 26

h. Hasil Belajar Problem Solving 26

3. Hakikat Penguasaan Konsep .. . 27

a. Pengertian Konsep 27

b. Perolehan Konsep . 29

c. Analisis Konsep 29

d. Tingkat Tingkat Penguasaan Konsep . 31

e. Penguasaan Konsep 32

B. Penelitian yang Relevan.................................................................. 33

C. Kerangka Berpikir........................................................................... 34

D. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 37

vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian ............................................................................ 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................... 38

C. Metode dan Desain Penelitian ........................................................ 38

D. Teknik Pengambilan Sampel .......................................................... 39

E. Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 39

F. Prosedur Penelitian ......................................................................... 40

G. Instrumen Penelitian ....................................................................... 42

H. Uji coba Instrument Penelitian ....................................................... 43

I. Teknik Analisa Data ....................................................................... 48

J. Hipotesis Statistik 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi data ................................................................................. 52

B. Analisi Data .................................................................................... 57

C. Hasil Penelitian .. 60

D. Pembahasan..................................................................................... 61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 68

B. Saran .. ... 68

vii

DAFTAR PUSTAKA.... 69

LAMPIRAN . 72

viii

DAFTAR TABEL

1. Hasil Angket Belajar Siswa 7

2. Instrumen Test Hasil Belajar Biologi .......... 42

3. Analisi Uji Taraf Kesukaran . 47

4. Deskripsi Nilai Pre-test pengguasaan Konsep Sistem Respirasi

Kelompok Eksperimen . 53

5. Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Penguasaan Konsep Sistem

Respirasi Kelompok Eksperimen 53

6. Deskripsi Nilai Pre-test pengguasaan Konsep Sistem Respirasi Kelompok

Kontrol . 54

7. Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Penguasaan Konsep Sistem

Respirasi Kelompok Kontrol ... 54

8. Deskripsi Nilai Post-test pengguasaan Konsep Sistem Respirasi

Kelompok Eksperimen ... 55

9. Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Penguasaan Konsep Sistem

Respirasi Kelompok Eksperimen .. 56

10. Deskripsi Nilai Post-test pengguasaan Konsep Sistem Respirasi

Kelompok Kontrol . 56

11. Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Penguasaan Konsep Sistem

Respirasi Kelompok Kontrol . 57

12. Hasil Uji Normalitas .. 58

13. Hasil Uji Homogenitas .. 59

14. Kisi-Kisi Penulisan Soal Tes Hasil Belajar Biologi .. 85

15. Skor Uji Reliabilitas .. 92

16. Perhitungan UJi Coba Validitas Instrumen ... 94

17. Skor Instrumen yang Valid 95

18. Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi Nilai

Pre-test Kelompok Eksperimen (X) . 103

ix

19. Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Kelompok Eksperimen .. 104

20. Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi Nilai

Post-test Kelompok Eksperimen (X) .. 105

21. Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Kelompok Eksperimen .. 106

22. Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi Nilai

Pre-test Kelompok Kontrol (Y) .. 107

23. Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Kelompok Kontrol .. 108

24. Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi Nilai

Post-test Kelompok Kontrol (Y) . 109

25. Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Kelompok Kontrol . 110

26. Perhitungan Uji Normalitas Nilai Pre-test Kelompok X .... 112

27. Perhitungan Uji Normalitas Nilai Post-test Kelompok X ... 113

28. Perhitungan Uji Normalitas Nilai Pre-test Kelompok Y . 114

29. Perhitungan Uji Normalitas Nilai Post-test Kelompok Y 115

30. Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen .. 116

31. Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Kontrol 118

32. Perhitungan T-test pada Kelompok Eksperimen ... 120

33. Perhitungan T-test pada Kelompok Kontrol . 123

34. UJi Hipotesis .. 126

35. Lembar Observasi Penguasaan Konsep dan Pemecahan Masalah .... 128

36. Analisis Penguasaan Konsep . 130

37. Analisis Pemecahan Masalah 132

38. Model Pembelajaran Problem Solving Sistem Respirasi .. 133

39. Model Pembelajaran Metode Ceramah Sistem Respirasi . 141

x

DAFTAR GAMBAR

1. Langkah Problem Solving 22

2. Pendekatan Umum Problem Solving 22

3. Bagan Kerangka Berpikir . 36

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Angket Cara Belajar Siswa 72

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ................................................ 73

3. Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Biologi............................................ 85

4. Instrumen Uji Coba Hasil Belajar Biologi.................................................. 86

5. Kunci Jawaban Uji Coba Instrumen ........................................................... 91

6. Skor Uji Reliabilitas.................................................................................... 92

7. Perhitungan Validitas Uji Coba Instrumen ................................................. 93

8. Hasil Perhitungan Uji Coba Validitas Instrumen........................................ 94

9. Skor Instrumen Yang Valid ........................................................................ 95

10. Perhitungan Reliabilitas Hasil Uji Coba Instrumen 96

11. Instrumen Penelitian ................................................................................... 97

12. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian.......................................................... 100

13. Perhitungan Nilai dan Daftar Distribusi Frekuensi.................................... 102

14. Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Pre Test Kelompok Eksperimen (X).................................................. 103

15. Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi

Nilai Post Test Kelompok Eksperimen (X) ................................................ 105

16. Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Pre Test Kelompok Kontrol (Y) ........................................................ 107

17. Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi

Nilai Post Test Kelompok Kontrol (Y)....................................................... 109

18. Perhitungan Uji Normalitas ........................................................................ 111

19. Perhitungan Uji Normalitas Nilai Pre Test Kelompok X ........................... 112

xii

xiii

20. Perhitungan Uji Normalitas Nilai Post Test Kelompok X.......................... 113

21. Perhitungan Uji Normalitas Nilai Pre Test Kelompok Y .......................... 114

22. Perhitungan Uji Normalitas Nilai Post Test Kelompok Y.......................... 115

23. Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen............................... 116

24. Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Kontrol.. 118

25. Perhitungan t-test pada kelompok eksperimen 120

26. Perhitungan t-test pada kelompok Kontrol. 123

27. Uji Hipotesis ............................................................................................... 126

28. Perhitungan Uji-t. 127

29. Lembar Observasi Penguasaan Konsep dan Pemecahan Masalah.. 128

30. Analisis Penguasaan Konsep... 130

31. Analisis Pemecahan Masalah.. 132

32. Model Pembelajaran Problem Solving Sistem Respirasi 133

33. LKS Kelas Eksperimen Sistem Respirasi 136

34. Model Pembelajaran Metode Ceramah Sistem Respirasi 141

35. LKS Kelas Kontrol Sistem Respirasi.. 144

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Siswa merupakan obyek yang akan menerima pelajaran di sekolah.

Mutu dari pendidikan yang berjalan akan dicerminkan oleh adanya hasil

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). KBM ini ditentukan oleh berbagai faktor.

Faktor ini dikelompokan menjadi faktor internal dan eksternal.

Secara global, faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat

dibedakan menjadi tiga macam yaitu :

a. faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan kondisi siswa dan

rohani siswa.

b. faktor Eksternal (faktor diluar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar

siswa.

c. faktor Pendekatan belajar (Approach to learning), yakni jenis upaya

belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa

untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.1

Faktor di atas saling mempengaruhi. Jika ketiga faktor tersebut

terpenuhi maka proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik. Tetapi

dalam pelaksanaannya tidak mungkin terpenuhi semuanya. Salah satunya

adalah penggunaan metode pengajaran.

Kenyataan selama ini, pembelajaran masih banyak yang

menggunakan metode tradisional, yang lebih dikenal dengan metode ceramah.

Tek seperti dikutip dalam Lufri berpendapat bahwa kebanyakan anak didik

mengalami kebosanan dalam pendidikan sains, sebagian besar karena faktor

didaktik, termasuk metode pengajaran yang berpusat pada guru. Selanjutnya

Waidi dalam lufri menambahkan bahwa sistem pendidikan kita sekarang ini

umumnya menerapkan pola satu arah. Pengajaran seperti ini cenderung

1Muhibin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004 ), cet. 3, h. 306

1

2

menjadi dogmatis, dominan hafalan, dan memasung kreatifitas atau

kemerdekaan berpikir anak didik.2

Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran yang lebih didominasi

oleh guru dapat menyebabkan anak jadi tergantung dengan guru. Mereka tidak

dapat mengemukakan pendapat dan mengembangkan kreatifitas berfikir. Jika

hal ini berlarut-larut maka siswa tidak akan mengalami kemajuan dalam

belajar. Mereka akan selalu menerima apa yang disampaikan oleh guru

sehingga mereka menguasai suatu pelajaran hanya dengan hafalan belaka

tanpa memahami pelajaran tersebut. Hal ini tidak akan menjadi masalah bagi

siswa yang kuat dalam menghafal tapi bagi siswa yang tidak kuat hapalannya

akan menjadi masalah.

Belajar bukan hanya sekedar mengingat, melainkan lebih luas dari itu

yakni memahami dan hasil belajar bukan hanya penguasaan hasil latihan

melainkan perubahan tingkah laku. Sedangkan pengajar merupakan

penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.

Salah satu cara untuk meningkatkan keefektifan pengajaran adalah

memilih atau menetapkan strategi pengajaran yang sesuai dengan kondisi yang

diprediksi dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Seperti dikutip dalam Lufri, pembelajaran dalam bidang biologi akan

menjadi hidup dan menarik jika pembelajaran dapat menggerakkan atau

mengaktifkan daya pikir siswa. Pelajaran biologi akan membosankan jika

hanya disajikan dalam bentuk hafalan kata-kata atau istilah-istilah. Hal ini

didukung oleh hasil wawancara Mason dengan anak didik bahwa kebanyakan

mereka menganggap sains itu membosankan, karena merupakan daftar kata-

kata dan fakta, menakutkan, dan tidak relevan dengan kehidupan mereka.3

Biologi merupakan salah satu pelajaran yang sangat penting

kedudukannya karena menyangkut kehidupan tentang kehidupan termasuk di

dalamnya adalah tentang manusia itu sendiri. Sebenarnya tidak sulit dalam

mempelajari biologi, namun jika tidak digunakan metode belajar yang tepat ,

2Lufri, Pembelajaran Berbasis Problem Solving yang di intervensi dengan Peta Konsep pada Mata Kuliah Perkembangan Hewan ( Padang : FPMIPA, 2004). h.25

3 Ibid, h.26

3

pelajaran ini akan terasa sulit untuk dipelajari dikarenakan anggapan sebagai

pelajaran yang membosankan.

Pembelajaran yang melibatkan anak aktif berpikir adalah sangat

penting sehingga perlu dibudayakan, dan pembelajaran yang menyebabkan

anak pasif sudah seharusnya ditinggalkan atau paling tidak dikurangi. Menurut

teori kerucut belajar Dare dalam lufri, yang dikemukakakn oleh Woods,

pembelajaran yang membuat siswa pasif, kecenderungan mereka bisa

mengingat materi hanya 50%, tapi kalau pembelajaran yang menuntut siswa

aktif, kecenderungan mereka bisa mengingat materi yang telah dipelajari

sebanyak 70 % - 90 %.4

Pembelajaran yang mengikutsertakan siswa didalamnya akan sangat

bermakna bagi siswa itu dendiri. Siswa merasa menjadi bagian dari

pembelajaran dan ikut menemukan pengetahuan baru yang melibatkan

kemampuan berpikir mereka. Hal ini akan mempermudah siswa dalam

mengingat materi yang telah dipelajari. Jika siswa hanya berperan sebagai

pendengar saja dalam proses belajar mengajar akan menimbulkan kebosanan

dalam diri mereka. Mereka menganggap pelajaran itu tidak menarik untuk

diikuti.

Beberapa ahli psikologi setuju bahwa berpikir melibatkan suatu bentuk

aktivitas mental. Aktivitas tersebut dapat dijelaskan berdasarkan aktivitas yang

dilakukan pikiran ketika berpikir. Komponen operasi mental ini terdiri atas

dua bentuk umum, yaitu operasi kognitif dan metakognitif. Operasi kognitif

terdiri dari operasi-operasi yang digunakan untuk menemukan dan

membangun makna. Operasi metakognitif terdiri dari operasi yang digunakan

untuk mengarahkan dan mengontrol strategi dan keterampilan menemukan

atau membuat makna.5

Berfikir merupakan manipulasi operasi mental terhadap berbagai input

indera dan data yang dipanggil dalam memori untuk diolah, diformulasikan,

dan dinilai sehingga diperoleh suatu makna. Walaupun merupakan proses

4 Ibid, h. 26 5 Aim Abdulkarim, Jurnal FKIP, Memahami Hakikat Berpikir, (Cianjur : FKIP,2001),

h.21

4

yang kompleks, namun berpikir bukanlah proses yang misterius atau magis.

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa pikiran bekerja

untuk membuat makna sebagai produk berfikir. Setiap proses berpikir

melibatkan kombinasi atau gabunga operasi-operasi yang dirancang untuk

menghasilkan makna ( operasi kognitif ) dan untuk mengarahkan bagaimana

makna itu dihasilkan.

Hasil belajar pemecahan masalah merupakan kapabilitas yang paling

tinggi dalam keterampilan berpikir (thinking skills) dan keterampilan

intelektual. Dengan demikian tujuan pendidikan di sekolah bukan hanya

meningkatkan perolehan pengetahuan, akan tetapi harus dapat

mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, karena kemampuan

memecahkan masalah merupakan aktivitas mental yang paling tinggi.6

Jika kemampuan memecahkan masalah telah diperoleh, seseorang

tidak sekedar dapat menyelesaikan masalah serupa, akan tetapi diharpkan

dapat menyelesaikan masalah yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari.

Gagne seperti dikutip Wasis, menyatakan bahwa kapabilitas adalah

hasil belajar. Ia menyusun kategori kapabilitas belajar menjadi lima jenis,

yaitu : (1) informasi verbal, (2) keerampilan intelektual, (3) strategi kognitif,

(4) sikap, (5) keterampilan motorik. Kapabilitas pemecahan masalah berada

pada hierarki keterampilan intelektual.7

Keterampilan intelektual merupakan pusat perhatian yang penting

dalam kegiatan belajar di sekolah. Dengan keterampilan intelektual, individu

dapat merespon lingkungan belajarnya melalui simbol-simbol, misalnya

bahasa, angka, dan gambar.

Berdasarkan Gagne dan Bloom terdapat kesamaan pandangan bahwa

hasil belajar keterampilan intelektual merupakan suatu hierarki dari mulai

yang sederhana menuju ke kompleks. Kapabilitas belajar yang paling komplek

adalah pemecahan masalah. Karena kapabilitas ini memerlukan berbagai

prasyarat konsep dan kaidah sebagai sub-ordinat. Demikian pula dalam

6 Wasis D. Dwiyogo, Jurnal Teknologi Pembelajaran : Teori dan Penelitin, (Malang : FIPUNM, 2000), No.2, h.74

7 Ibid, h. 74

5

taksonomi Bloom, pada tingkat aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi

mengandung unsur pemecahan masalah.

Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan prilaku belajar terutama

yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Pada umumnya siswa yang

berfikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar pengertian

dalam menjawab pertanyaan bagaimana ( how ) dan mengapa ( why ).

Dalam berfikir rasional siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk

menentukan sebab akibat, menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan dan

bahkan juga menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis) dan ramalan-

ramalan. Dalam berfikir kritis, siswa dituntut menggunakan strategi kognitif

tertentu yang tepat untuk menguji kedalaman gagasan pemecahan masalah dan

mengatasi kesalahan atau kekurangan.8

Biologi sebagai salah satu mata pelajaran kelompok Sains mempunyai

karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Biologi memiliki

struktur keilmuwan dan metode pembelajaran tersendiri serta terdapatnya

produk-produk keilmuwan seperti konsep, teori, postulat dan lain-lain.

Pada kenyataannya, hasil belajar konsep siswa, masih rendah. Salah

satu di antaranya adalah penguasaan konsep, atau pemahaman yang salah bisa

terjadi karena kesempatan memformulasikan konsep, rendahnya asumsi awal

dan kesalahan deduksi.9

Berbagai informasi tentang penguasaan konsep Biologi diperlukan

sebagai dasar pengambilan keputusan untuk menentukan upaya apa yang

paling efisien yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penguasaan siswa

terhadap konsep Biologi.

Salah satu metode yang dapat digunakan pada mata pelajaran Biologi

adalah metode Problem Solving. Melalui proses problem solving ini, Edwards.

L Pizzini yakin bahwa para siswa akan menjadi pemikir yang handal dan

mandiri. Mereka dirangsang untuk menjadi seorang eksprorel, disainer,

pengembangan keputusan, dan sebagai komunikator.

8 Muhibin Syah, Opcit, h.123 9 Betty Marisi Turnip, Penguasaan Konsep IPA dan Pajanannya dalam interaksi kelas di

SD Negeri Kotamadya Medan, (Medan : 2000), h.172

6

Siswa-siswi di MTsN Cipondoh Tangerang kesulitan dalam

memahami konsep-konsep Biologi. Mereka lebih cenderung diberikan

konsep-konsep dengan pendekatan cara lama dimana guru menjelaskan

pelajaran sejelas-jelasnya dan siswa mencatat dan menghafalkan. Jadi konsep-

konsep yang diinginkan siswa adalah yang langsung diberikan guru tanpa

mereka sendiri yang menemukannya. Akibatnya siswa hanya sekedar

mengetahui konsep-konsep tersebut tanpa memahaminya secara mendalam,

menjelaskan keterkaitan konsep yang satu dengan yang lain.

Hal ini disebabkan karena metode yang digunakan dalam belajar masih

dalam metode tradisional yaitu ceramah sehingga siswa tidak mempunyai

kreatifitas berpikir dalam memecahkan masalah pelajaran Biologi. Sehingga

penguasaan konsep oleh siswa MtsN Cipondoh masih rendah. Hal ini dapat

dilihat dari hasil semester 1.

Berdasarkan angket yang diberikan kepada siswa didapatkan hasil

(Tabel 1) sebagai berikut : 69 % siswa kadang-kadang membaca buku Biologi

sebelum pelajaran biologi, 85,7 % siswa sering mengerjakan tugas yang

diberikan guru biologi dengan sebaik-baiknya, 47,6 % siswa kadang-kadang

tertarik memperhatikan penjelasan guru, 76,2 % siswa kadang-kadang

berdiskusi dengan teman-teman tentang pelajaran biologi, 71,4 % siswa sering

mencatat materi pelajaran biologi yang dijelaskan guru, 42,9 % siswa kadang-

kadang bersemangat mengikuti pelajaran biologi, 50 % siswa kadang-kadang

bertanya kepada guru bila tidak mengerti, 42,9 % siswa kadang-kadang

merasa senang jika tidak ada pelajaran biologi,73,8 % siswa sering mengikuti

kegiatan dalam pembelajaran biologi, dan sebanyak 71,4 % siswa kadang-

kadang kurang memperhatikan penjelasan guru biologi.

7

Table 1

Hasil Angket Cara Belajar siswa

No Pernyataan Sering Kadang-

Kadang

Tidak

Pernah

1 Membaca buku biologi sebelum pelajaran

biologi

26,2 % 69 % 4,8 %

2 Mengerjakan tugas yang diberikan guru

biologi dengan sebaik-baiknya

85,7 % 14,3 % -

3 Tertarik memperhatikan penjelasan guru 45,2 % 47,6 % 7,2 %

4 Berdiskusi dengan teman-teman tentang

pelajaran pelajaran biologi

14,3 % 76,2 % 9,5 %

5 Mencatat setiap materi biologi yang

dijelaskan guru

71,4 % 26,2 % 2,4 %

6 Bersemangat mengikuti pelajaran biologi 38,1 % 42,9 % 19 %

7 Bertanya kepada guru bila tidak mengerti 42,9 % 50 % 7,1 %

8 Merasa senang jika tidak ada pelajaran

biologi di kelas

19 % 42,9 % 38,1 %

9 Mengikuti setiap kegiatan dalam

pembelajaran biologi di kelas

73,8 % 16,7 % 9,5 %

10 Kurang memperhatikan penjelasan guru

biologi

14,3 % 71,4 % 14,3 %

Rata-rata 43,09% 45,72 % 11,19 %

Konsep di kelas 2 pada umumnya memerlukan penguasaan konsep.

Jika siswa salah mengartikan suatu konsep maka akan sangat fatal. Konsep

tersebut saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain. Misalnya

siswa tidak memahami fungsi dari darah maka mereka akan kesulitan untuk

memahami proses pencernaan dan respirasi. Fungsi darah adalah mengangkut

oksigen dan sari-sari makanan. Makanan dibakar oleh oksigen yang diperoleh

dari pernapasan. Hasil pembakaran ini akan menghasilkan energi yang

8

digunakan manusia untuk menjalankan aktifitasnya. Apabila siswa tidak

menguasai konsep tersebut maka siswa akan kesulitan untuk memahaminya.

Oleh sebab itu peneliti memilih konsep sistem respirasi pada penelitian

ini karena materi ini masih berhubungan dengan konsep sistem pencernaan

dan peredaran darah. Metode yang digunakan peneliti adalah problem

solving. Karena metode ini berorientasi pada kemampuan berfikir mencakup

kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada

kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk

menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang

dipelajari.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penguasaan konsep oleh

siswa dengan metode pembelajaran sangat berhubungan erat. Namun belum

diketahui seberapa besar hubungan itu, oleh sebab itu penulis bermaksud

melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan penguasaan konsep oleh

siswa melalui metode problem solving pada konsep sistem respirasi.

B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat

diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu :

1. Bagaimanakah penguasaan konsep oleh siswa terhadap pembelajaran

Biologi pada konsep sistem respirasi ?

2. Bagaimanakah metode problem solving mempengaruhi penguasaan

konsep siswa ?

3. Bagaimanakah pembelajaran Biologi dengan metode problem solving di

Mts N Cipondoh Tanggerang ?

C. Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dibatasi pada pengaruh

metode pembelajaran problem solving terhadap penguasaan konsep oleh

siswa pada konsep sistem respirasi.

9

D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

Bagaimanakah Pengaruh Penguasaan Konsep Sistem Respirasi oleh Siswa

melalui metode Problem Solving?

E. Tujuan Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :

a. Mengetahui bagaimana metode pengajaran problem solving dapat

mempengaruhi penguasaan konsep siswa.

b. Mengetahui penguasaan konsep siswa melalui metode problem solving.

c. Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa.

d. Mengetahui penguasaan konsep pembelajaran biologi di MTs N Cipondoh

F. Kegunaan Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a. Secara teoritis, dapat menambah khazanah pengetahuan dalam bidang

pendidikan.

b. Guru dapat menemukan metode pembelajaran yang sesuai dengan konsep

yang akan dipelajari.

c. Mengetahui pengaruh metode problem solving terhadap penguasaan

konsep siswa.

d. Meningkatkan penguasaan konsep Biologi pada siswa kelas VIII MTS N

Cipondoh Tangerang.

e. Informasi bagi penulis khususnya dan pada pembaca umumnya tentang

penguasaan konsep siswa melalui metode problem solving.

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis 1. Hakikat Strategi Pembelajaran

a. Pengertian Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran adalah gambaran komponen materi dan

prosedur atau cara yang digunakan untuk memudahkan siswa belajar.1

Dalam konteks pengajaran, strategi dimaksudkan sebagai daya

upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang

memungkinkan terjadinya proses mengajar, agar tujuan pembelajaran

berhasil guna. Guru dituntut memiliki kemampuan mengatur secara

umum komponen-komponen pembelajaran sedemikian rupa, sehingga

terjalin keterkaitan fungsi antar komponen pembelajaran dimaksud.

b. Komponen Strategi Pembelajaran Menurut Newman dan Logan sebagaimana dikutip Ahmad

Sabri, strategi meliputi empat masalah :

1) Mengidentifikasikan serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi

perubahan tingkah laku dan kepribadiaan peserta didik sesuai

dengan tujuan yang diharapkan.

2) Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi

dan pandangan hidup masyarakat.

3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik

pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif .

4) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan /

kriteria dan standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan

1 Binsar Panjaitan, Pengaruh Strategi Pemecahan Masalah dan Lokus Kendali Siswa

terhadap Hasil Belajar dalam Pemecahan Masalah Matematika, ( Medan : IKIP, 2000 ), h. 40

10

11

pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan

pembelajaran.2

c. Hal Pokok dalam Strategi Pembelajaran Dalam melaksanakan strategi pembelajaran, ada tiga hal pokok

yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu :

1) Tahapan mengajar

Terdiri dari tahapan pemula ( pra Instruksional ), tahapan

pengajaran ( Instruksional ), dan tahapan penilaian dan tindak

lanjut.3

2) Penggunaan model atau pendekatan mengajar

Beberapa model atau pendekatan mengajar diantaranya adalah :

Pendekatan Ekspositori / model informasi

Biasanya guru menyampaikan informasi mengenai bahan

pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara

lisan, yaitu dikenal dengan istilah kuliah / ceramah / lecture.

Pendekatan Inquiry / Discovery

Metode mengajar yang biasa digunakan adalah metode diskusi

dan pemberian tugas.

Pendekatan Interaksi Sosial

Metode mengajar yang biasa digunakan adalah diskusi,

problem solving, metode simulasi, bekerja kelompok dan

pendekatan lain ysng menunjang berkembangnya hubungan

sosial siswa.

Pendekatan tingkah laku ( Behavior Models )

Pendekatan-pendekatan tersebut digunakan pada tahapan

intruksional.4

2 Ahmadi Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Mikro Teaching, ( Padang, PT. Ciputat

Press, 2005 ), h.3 3 Ibid, h.3 4 Ibid, h.10

12

3) Penggunaan prinsip mengajar.

Prinsip mengajar yang digunakan disesuaikan dengan pendekatan

yang digunakan pada saat proses belajar mengajar.

Ketiga hal tersebut saling berhubungan tahapan mengajar

disesuaikan dengan pendekatan mengajar yang digunakan pada saat

proses belajar mengajar.

d. Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara-cara atau tehnik penyajian

bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan

bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok.5

Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi

pembelajaran. Metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk

menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan

kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.

e. Macam-Macam Metode Pembelajaran Beberapa metode pembelajaran diantaranya adalah :

1) Metode Ceramah ( Lecture )

Adalah metode yang dilakukan guru dalam menyampaikan bahan

pelajaran di dalam kelas. Interaksi guru dan siswa banyak

menggunakan bahasa lisan.

2) Metode Tanya Jawab

Adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya

komunikasi langsung yang bersifat two way traffic. Sebab pada

saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.

3) Metode Diskusi

Diskusi suatu kegiatan kelompok untuk memecahkan suatu

masalah dengan maksud untuk mendapatkan pengertian bersama

yang lebih teliti tentang sesuatu atau untuk merampungkan

keputusan bersama.

5 Ibid, h. 52

13

4) Metode Tugas Belajar dan Resitasi

Metode ini merangsang siswa aktif belajar baik secara individual

maupun secara kelompok.

5) Metode Kerja Kelompok

Mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang

sebagai satu kesatuan ( kelompok ) tersendiri atau dibagi atas

kelompok-kelompok kecil ( sub-sub kelompok ).

6) Metode Demontrasi dan Eksperimen

adalah metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses

terjadinya sesuatu.

7) Metode Sosiodrama dan Bermain Peran

Adalah metode mengajar dengan mendemontrasikan cara

bertingkah laku dalam hubungan sosial. Sedangkan bermain peran

menekankan permainan peranan di dalam mendemontrasikan

masalah-masalah sosial.

8) Metode Problem Solving

Metode ini bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga

merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam Problem Solving

dapat menggunakan metode-metode lainnya kepada menarik

kesimpulan.

9) Metode Sistem Regu ( Team Teaching )

Adalah suatu pengajaran yang dilaksanakan bersama oleh beberapa

orang.

10) Metode Latihan ( drill )

Pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan

atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari.

11) Metode Karya Wisata

Adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dan membawa siswa

mengunjungi objek yang akan dipelajari.6

6 Ibid, h. 53

14

Dalam proses pembelajaran biasanya digunakan lebih dari satu

macam metode. kadang-kadang di dalam proses pembelajaran guru kaku

dengan menggunakan satu atau dua metode, dan menterjemahkan metode

itu secara sempit dan menerapkan metode di kelas dengan metode yang

pernah ia baca. Metode pembelajaran merupakan cara menyampaikan,

menyajikan, memberi latihan, dan memberikan contoh pelajaran kepada

siswa. Dengan demikian metode dapat dikembangkan dari pengalaman.

Metode-metode dapat dipergunakan secara variatif, dalam arti kita tidak

boleh monoton dalam suatu metode.

f. Strategi Memilih Metode Pembelajaran Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan oleh pengajar

dalam memilih metode pembelajaran secara tepat dan akurat, adalah :

1) Tujuan Instruksional

2) Pengetahuan awal siswa

3) Bidang studi / pokok bahasan

4) Alokasi waktu dan sarana penunjang

5) Jumlah siswa.7

Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi

pembelajaran, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk

menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan

kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap

metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan

instruksional tertentu. Dalam memilih metode yang tepat, diperlukan

pertimbangan-pertimbangan agar proses belajar mengajar dapat

berjalan.

g. Pola-Pola Belajar Siswa Gagne seperti dikutip Ahmad Sabri mengolongkan pola-pola

belajar siswa ke dalam tujuh tipe dimana yang satu merupakan pra syarat

7Martimis Yamin, Strategi pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Gaung Persada

Press, 2005), h.58

15

bagi yang lainnya yang lebih tinggi tingkatannya. Tipe-tipe tersebut

adalah:

1) Signal Learning ( belajar isyarat )

Merupakan tipe yang paling dasar namun merupakan tingkat yang

harus dilalui untuk tipe belajar yang lebih tinggi. Signal Learning

dapat diartikan sebagai proses penguasaan pola-pola dasar prilaku

bersifat involuntary (tidak disengaja dan tidak disadari tujuannya )

2) Stimulus Respon Learning ( belajar merangsang tanggapan )

Belajar ini termasuk ke dalam instrumental Condition atau belajar

dengan trial dan eror.

3) Chaining ( mempertautkan ) dan 4 tipe Verbal Association

Kondisi yang diperlukan dalam berlangsungnya tipe belajar ini antara

lain secara internal anak sudah menguasai sejumlah satuan pola S-R.

baik psikomotorik maupun verbal. Selain itu prinsip kesinambungan,

pengulanggan, dan reinforment tetap penting bagi berlangsungnya

proses chaining dan association.

4) Discrimination Learning ( belajar membedakan )

Kondisi utama dalam proses belajar ini adalah siswa mempunyai

kemahiran melakukan chaining dan association serta pengalaman.

5) Concept Learning ( belajar pengertian )

Dengan berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari kesimpulan stimulus dan

objek-objeknya, ia membentuk suatu pengertian / konsep utama yang

diperlukan yaitu kemahiran deskriminasi dan proses kognitif

fundamental sebelumnya.

6) Rule Learning ( belajar membuat generalisasi, hukum dan kaidah )

Siswa belajar mengadakan kombinasi berbagai konsep dengan

mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal ( induktif, deduktif,

analysis, sintesis, asosiasi, diferensiasi, komparasi dan kausalitas ),

sehingga siswa dapat memberikan kesimpulan tertentu yang mungkin

selanjutnya dapat dipandang sebagai aturan.

16

7) Problem Solving ( belajar memecahkan masalah )

Pada tingkat ini, siswa belajar merumuskan dan memecahkan masalah,

memberikan respon terhadap rangsang yang menggambarkan /

membangkitkan situasi problematika, mempergunakan berbagai kaidah

yang dikuasainya.8

Guru dapat mengidentifikasi tahap belajar / tipe belajar yang telah

dijalaninya dengan proses pengidentifikasian hasil kegiatan mengajar yang

tercermin dalam perubahan prilaku, baik secara material- subtansial,

struktur fungsional, maupun secara behavioral.

2. Hakikat Problem Solving a. Pengertian Problem Solving

Secara umum pengertian masalah adalah suatu hambatan dalam

mencapai tujuan dan apabila tidak diatasi atau diselesaikan akan

mengganggu orang yang mempunyai masalah tersebut. Winkel seperti

dikutip Nizel Huda menyatakan bahwa masalah adalah suatu yang

menghambat, merintangi, mempersulit bagi orang dalam usahanya

mencapai sesuatu.9

Jadi suatu pertanyaan akan merupakan masalah jika seseorang

tidak mempunyai aturan / hukum tertentu yang segera dapat

digunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut.

Menurut Radfors dan Burton dalam Goldin suatu masalah

adalah suatu situasi dengan hasil akhir tidak dapat dengan segera

dicapai. Sedangkan menurut Newel dan Simon dalam Goldin,

seseorang berhadapan dengan suatu masalah apabila ia ingin sesuatu

dan tidak mengetahui dengan segera rangkaian tindakan yang dapat

dilakukan untuk mendapatkannya.

8 Ahmad Sabri, Op. Cit. h. 22 9 Nizlel Huda, Suatu Model Pengajaran untuk meningkatkan Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Pada Mahasiswa D2-PGSD Prajabatan FKIP Universitas Jambi, Jurnal Gema Pendidikan, (Jambi : 2000), No.7, Tahun IV, h.29

17

Masalah menurut Granham dan Oakhil seperti dikutip Roland W.

Scholz adalah:

A problem is charaterized by an intial state, a desired target state, and a

barrier that prevents an immediate, direct, or routine transition from the

initial to the target state. 10

Berdasarkan pendapat di atas sebuah masalah adalah sesuatu

yang mempunyai karakteristik kuat yang didalamnya terdapat target

yang harus diselesaikan dengan segera dan langsung melalui

perpindahan yang rutin sehingga target yang dimaksud dapat tercapai.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

masalah adalah suatu pertanyaan atau soal yang dihadapi siswa atau

dihadapkan kepada siswa dan sesuai dengan tingkat kognitifnya,

namun siswa tersebut tidak mempunyai aturan tertentu yang dapat

digunakan dengan segera untuk mendapatkan jawabannya.

Smith, menyatakan bahwa pengajaran yang baik mempunyai

dua tujuan pokok : (1) mengembangkan pemahaman yang mendalam

terhadap materi dan (2) meningkatkan keterampilan berpikir kritis.

Metode yang memerlukan kedua pengajaran tersebut adalah problem

solving.

Pemecahan masalah menurut Agus Susanta dan Rusdi adalah

suatu proses penerapan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman

sebelumnya pada situasi yang baru dan asing.11

Menurut Michael E. Martinez, problem solving adalah :

Problem Solving is the procces of moving toward a goal when the past to

that goal is uncertain. 12

10 Roland W Scholz & Barbara Fluckiger,Environmental Problem Solving Ability :

Profiles In Aplication Documents Of Research Assistants, Journal Of Environmental Education; Summer97, Vol. 28 Issue 4, p37, 8p, 3 charts, 3 diagram, 2 graphs.

11 Agus Susanta dan Rusdi, Model Pendekatan Heuristik pada Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan, (Maret : 2006), Vol.4, No.1, hal.15

12 Michael E. Martinez, What Is Problem Solving ?, http://www-gse.uci.edu/doehome/Deftinfo/faculty/Martinez/Problem_Solving.html.

http://www-gse.uci.edu/doehome/Deftinfo/faculty/Martinez/Problem_Solving.htmlhttp://www-gse.uci.edu/doehome/Deftinfo/faculty/Martinez/Problem_Solving.html

18

Menurut Martinez problem solving adalah suatu proses

perubahan tujuan kedepan ketika tujuan dimasa lalu tidak pasti. Jadi

problem solving merupakan suatu proses perubahan yang

menghendaki adanya perbaikan dan digunakan ketika sesuatu hal tidak

dapat diselesaikan.

Beberapa definisi Problem solving menurut Dr.Cassady adalah:

a. Problem solving is the ability to formulate new answers. Going

beyond the simple application of previously learned rules to create

a new solution.

b. Probem solving is also process in the which we perceive and

resolve a gap between a present situation and desired goal, whit the

path to the goal blocked by known or unknown obstacles.

c. Problem solving is the process of moving toward a goal when the

path to goal is uncertain. 13

Proses yang dimulai dengan masalah yang telah dibuat dan

diakhiri dengan penyelesaian menggunakan informasi yang diberikan.

Masalah tak harus ditutup ataupun mempunyai solusi tunggal, tetapi

dapat terbuka / dicoba diselesaikan dengan berbagai cara.

Metode problem solving menurut N. Sudirman adalah cara

penyajian bahan pengajaran yang menjadi masalah sebagai titik tolak

pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari

pemecahan atau jawaban oleh siswa.14

Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar

menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis,

logis, teratur dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh

kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah

secara rasional, luas, dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa dalam

13 Cassady, Problem Solving, http://www.bsu.edu/web/emmeyer/edpsy393/Problemsolving.html. 14 N. Sudirman, Ilmu pendidikan, (Bandung : Remaja Karya, 2000), h.146

http://www.bsu.edu/web/emmeyer/edpsy393/Problemsolving.html

19

menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta

insight (tilikan akal) amat diperlukan.15

Pengajaran dengan menggunakan metode problem solving ini,

juga dapat merangsang kemampuan berpikir secara kreatif dan

menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak melakukan

proses mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi

dalam mencari pemecahannya. Apabila guru mengajarkan problem

solving dengan menciptakan lingkungan kelas yang menyenangkan

dan mendukung, siswa dapat merasakan kepuasan mencari

penyelesaian yang kreatif dan benar dari problem problem dalam hal

ini problem Biologi.

b. Jenis Masalah Suydam seperti dikutip Akbar sutawidjaja memperoleh suatu

daftar ciri pemecahan masalah yang baik sebagai berikut : (a)

kemampuan memahami konsep-konsep dan istilah, (6) kemampuan

melihat kesamaan, perbedaan dan analogi, (c) kemampuan untuk

mengenali unsure-unsur kritis dan memilih data dan prosedur yang

benar, (d) kemampuan untuk melihat rincian yang tidak relevan, (8)

kemampuan untuk membuat estimasi dan analisis, (f) kemampuan

untuk memvisualkan dan menginterpretasi fakta kuantitatif / spasial

dan hubungan, (g) kemampuan membuat generalisasi berdasar pada

beberapa contoh, (h) kemampuan berpindah metode, (i) percaya diri

dan mempunyai skor rendah pada tes kecemasan.16

Hudoyo dan Sutawidjaja seperti dikutip J. Purmiassa Pical

menguraikan jenis masalah sebagai berikut :

1. Masalah translasi merupakan masalah dalam kehidupan sehari-hari

dan untuk menyelesaikannya perlu translasi dari bentuk verbal ke

15 Muhibin syah, Psikologi Belajar ,( Jakarta : Raja Grafindo persada, 2004 ), cet 3,

h.127 16 Akbar Sutawidjaja, Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika, Jurnal

Teknologi Pembelajaran, (Desember : 2000), Th. 6, No.3, h.145

20

bentuk matematika, dengan derajat translasi dari sederhana ke

kompleks.

2. Masalah aplikasi memberikan kesempatan bagi siswa

menyelesaikan masalah dengan menggunakan bermacam

keterampilan dan prosedur.

3. Masalah proses untuk menyusun langkah-langkah merumuskan

pola dan strategi khusus dalam menyelesaikan masalah.

4. Masalah teka teki dimaksudkan untuk rekreasi sebagai alat yang

bermanfaat mencapai tujuan afektif dalam pengajaran.17

c. Langkah Langkah Problem Solving Metode Problem Solving bukan hanya sekedar metode

mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam

problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai

dengan mencari data sampai menarik kesimpulan. Menurut Nana

Sudjana langkah-langkah metode ini adalah sebagai berikut :

1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan

2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk

memecahkan masalah tersebut.

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut.

4. Menarik kesimpulan.18

Polya dalam bukunya How To Solve It sepertri dikutip

Nizel Huda menguraikan secara rinci empat langkah dalam

memecahkan masalah yaitu : (1) memahami masalah, (2)

merencanakan atau mencari alternatif pemecahan, (3) melaksanakan

rencana atau perhitungan dan (4) memeriksa atau menguji kebenaran

perhitungan.19

17 J. Purmiassa Pical, Menyelesaikan Soal Cerita Matematika, Jurnal Pendidikan,

(November : 2004), vol. 1, No.2, h. 161 18 Nana Sudjana, Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Sinar Baru

Algensindo, 2000), h. 85 19 Nizel Huda, Op. Cit, h.30

21

Selanjutnya Bell seperti dikutip Akbar Sutawidjaja

mengemukakan bahwa menyelesaikan masalah biasanya melibatkan

empat langkah yaitu : (a) menyatakan masalah dalam bentuk yang

umum, (b) menyatakan kembali dalam definisi yang lebih operasional,

(c) merumuskan hipotesis dan prosedur yang dipilih yang merupakan

alat yang cocok untuk menyelesaikan masalah, (d) mentes hipotesis

dan melaksanakan prosedur untuk memperoleh penyelesaian atau

himpunan penyelesaian, dan (e) menentukan penyelesaian mana yang

sesuai atau benar tidaknya suatu penyelesaian.20

Sedangkan langkah-langkah pemecahan masalah yang

dikemukakan oleh Witting dan Williams seperti dikutip Ketut Sukarma

adalah : (1) merumuskan masalah, (2) pengolahan dan penyelesaian,

dan (3) mengevaluasi penyelesaian. Selanjutnya Ruseffendi

mengemukakan langkah-langkah pemecahan masalah adalah : (1)

menyatakan masalah dalam bentuk operasional, (2) menyusun

hipotesis alternatif dan prosedur kerja dalam memecahkan masalah, (3)

mengetes hipotesis dan melakukan kerja, dan (4) memeriksa

k i.21

Langkah

embal

problem solving dapat digambarkan melalui singkatan

solve the problem

L - Look back and evaluate the outcome. 22

IDEAL, yaitu :

I - Identify the problem

D - Define and reprensent the problem

E - Explore possible strategies to

A - Act on the chosen strategy

20 Akbar Sutawidjaja, Op.cit, h. 144 21 Ketut Sukarma, Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving dan Problem

Posing untuk meningkatkan Aktivitas Siswa, Jurnal Kependidikan, (Mei : 2004), vol. 3, No.1, h. 49 22 Cassady, op.cit.

22

Gambar 1. Langkah Problem Solving

umum problem solving juga dapat digambarkan

ebagai berikut : 23

No

s

Gambar 2. Pendekatan Umum Problem Solving

Identify the problem Represent the problem Select a strategy

Implement the problem Evaluate the Result

Pendekatan

s

Identify the problem

Generate solutions

Evaluante solution choose best

option action

Is

Pr So

oblem lved

Ye

Exit

Proses yang telah dikemukakan para ahli dalam memecahkan

masalah pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga langkah utama, yaitu

: (1) merepresentasikan masalah, (2) mencari berbagai alternatif solusi

tindakan berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki, dan (3) evaluasi

23 http:www.embracethefuture.org.au/youth/problem_solving.html.

23

atas solusi yang sudah dilakukan. Apabila masalah tersebut belum

terpecahkan, proses pemecahan masalah dapat kembali melakukan

prese

ti menyimpulkan bahwa langkah-

alam soal

ecahan

n prosedur

mengevaluasi langkah-langkah pengerjaan

d.

swa dalam membangun pemahaman yang

endal

l, menjelaskan ada tiga pendekatan dalam pemecahan

asalah, yaitu :

re ntasi masalah atau mencari solusi baru, demikian seterusnya.

Dari uraian diatas, peneli

langkah Problem Solving adalah :

1) Perumusan masalah yaitu mengidentifikasi unsur-unsur d

dan menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas.

2) Pelaksanaan pemecahan masalah yaitu pelaksanaan pem

yang sesuai dengan yang telah dibuat.

3) Membuat rencana penyelesaian yaitu pembentukan model,

membuat beberapa alternative pemecahan, dan menyusu

kerja untuk dipergunakan dalam memecahkan masalah.

4) Peninjauan kembali hasil pemecahan masalah yaitu interpretasi

jawaban melalui perwujudan kembali, memeriksa jawaban dan

permasalahannya dan

secara keseluruhan.

Pendekatan Pengajaran Problem Solving.

Ciri-ciri pendekatan pemecahan masalah menurut Cobe seperti

dikutip Agus Susanta dan Rusdi, guru memberikan masalah yang

cukup jelas, dan siswa mengklarifikasi, menginterpretasikan, dan

mencoba mengkonstruksi satu atau beberapa proses penyelesaiannya.

Dalam pendekatan pemecahan masalah guru sebagai fasilitator,

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah, dan bertukar

gagasan dengan siswa dalam proses pemecahannya, sehingga guru

berperan membantu siswa-si

m am dan prosesnya.24

Thomas Scroeder dan Frank Lester, Ir Kennedy seperti dikutip

J. Purmiassa Pica

m

24 Agus Susanta dan Rusdi, Op. cit, h.15

24

1.

nggunakan strategi yang bervariasi dan bersumber

2.

tuk memperkenalkan

aru.

3.

Anak diajak berpikir

unt

aiknya dipakai oleh guru, sebab akan

e. dur yang efektif bagi siswa

suatu

h pernyataan masalah sebagian untuk mencatat konsep yang

ganisasikan

antar siswa, masalah itu dipecahkan dengan menggunakan langkah-

Mengajarkan Pemecahan Masalah

Digunakan guru dengan cara menjelaskan suatu proses pemecahan

masalah dan me

dari buku teks.

Mengajarkan melalui pemecahan masalah

Guru menggambarkan situasi dunia nyata melalui proses

pemecahan masalah dan strateginya un

konsep-konsep dan kemampuan yang b

Mengajar melalui pemecahan masalah

Masalah dinilai tidak hanya sebagai suatu tujuan untuk belajar

tetapi sebagai alat untuk mengerjakannya.

uk memecahkan masalah secara logika.25

Dari ketiga pendekatan tersebut, pendekatan yang ketiga ini

merupakan pendekatan yang seb

memberikan hasil yang maksimal.

Usaha untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Barnet mengemukakan prose

untuk memahami masalah seperti berikut :

1) Bacalah pernyataan masalah secara lengkap untuk memperoleh

ide umum dari situasi dan memvisualisasikan situasi tersebut.

2) Bacala

sulit.

3) Bacalah pernyataan masalah untuk membantu mengor

langkah-langkah utama untuk kemungkinan pemecahan.

Menurut Akbar Sutawidjaja, cara lain untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah adalah dengan cara

guru menyampaikan materi baru. Materi baru dikemas dalam bentuk

masalah. Kemudian melalui diskusi antara guru dan siswa serta diskusi

25 J. Purmiassa Pical, Op. cit, h. 162

25

langkah di atas. Cara ini dikenal dengan nama belajar mengajar melalui

pemecahan masalah. 26

Stacey dan Southwell memberikan petunjuk untuk guru

dalam mengerjakan pemecahan masalah, yang garis besarnya sebagai

berikut :

1) Berikan suatu masalah yang dapat dinikmati dan dari pengalaman

yang menarik.

2) Adakalanya perlu ditunjukkan kepada siswa bagaimana mengerjakan

masalah itu dan arahkan perhatiaan mereka pada keterampilan

pemecahan masalah dan strategi yang dapat digunakan.

3) Anjurkan kepada siswa untuk menentukan suatu langkah permulaan,

sekalipun pendekatan mereka harus diperbaiki kemudian. Anjurkan

pula agar melihat kembali metode yang tidak berhasil dikerjakan dan

mencoba membandingkannya.

Oleh sebab itu, pemecahan suatu masalah jangan diajarkan

sebagai pengetahuan saja, melainkan harus menjadi alat bagi siswa untuk

selanjutnya dapat memecahkan sendiri masalah-masalah yang mungkin

dijumpainya sekarang maupun kelak di sekolah, rumah, maupun di

masyarakat.

Dengan demikian proses belajar yang tertinggi ini hanya dapat

berlangsung kalau proses-proses belajar fundalis lainnya telah dimiliki

dan dikuasai . Kepada anak didik hendaknya :

1) Diberikan stimulus ( rangsangan ) yang dapat menimbulkan situasi

bermasalah dalam diri anak didik.

2) Diberikan kesempatan untuk berlatih mencari alternative

pemecahannya.

3) Diberikan kesempatan untuk berlatih melaksanakan pemecahan dan

pembuktiannya.

26 Akbar Sutawijaya, Loc.Cit. h. 145

26

f. Kelebihan Problem Solving Beberapa kebaikan metode Problem Solving dibandingkan

metode lainnya berdasarkan uraian diatas, yaitu antara lain :

1) Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih

relevan dengan kehidupan.

2) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat

membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah

secara terampil.

3) Merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara

kreatif dan menyeluruh.

4) Metode Problem Solving bukan hanya sekedar metode mengajar

tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam

Problem Solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang

dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

g. Kelemahan Problem Solving Di samping beberapa kebaikan terdapat pula kelemahan

metode ini yang dapat disimpulkan dari uraian diatas. Diantaranya :

1) Kurangnya persiapan yang matang.

2) Kurangnya pengetahuan dan pengalaman guru.

3) Perumusan masalah yang kurang baik, sehingga batas-batas

masalah tidak jelas.

4) Anak-anak tidak terlatih atau tidak dipersiapkan untuk aktifitas-

aktifitas belajar yang semacam ini.

5) Metode ini dapat dilaksanakan apabila siswa telah berada pada

tingkat yang lebih tinggi dengan prestasi yang tinggi pula.

6) Metode ini perlu diwaspadai karena akan menimbulkan frustasi di

kalangan siswa, lantaran masing-masing siswa belum dapat

menemui solusinya dari proses yang dilakukannya.

h. Hasil Belajar Problem Solving Adapun hasil belajar dari penggunaan metode Problem Solving

ini antara lain :

27

1) Terbiasa untuk berfikir kritis, sistematis, logis, dan kreatif.

2) Siswa memperoleh pengalaman lebih banyak dalam upaya

menemukan cara-cara efektif dalam menyelesaikan masalah.

3) Siswa merasa memiliki keberanian untuk bertanya dan

mengemukakan ide serta gagasannya.

3. Hakikat Penguasaan Konsep a. Pengertian Konsep

Konsep menurut Sutarto adalah kategori yang diberikan pada

stimulus - stimulus lingkungan oleh karena itu dalam pengkonsepan

selalu ada kejadian (sebagai stimulus) dalam penyajian verbal, yang

sering disebut dengan gambaran mental, dengan ini pengonsepan

adalah hal yang tidak mudah.27

Dengan demikian dapat dipahami bahwa Biologi merupakan

ilmu yang tidak dapat dianggap mudah dan untuk mempermudah

penguasaannya perlu berpijak pada cara bagaimana mempermudah

dalam menguasai konsep-konsep yang ada dalam Biologi tersebut.

Carin mengemukakan bahwa konsep adalah gagasan yang

digeneralisasikan dari pengalaman-pengalaman tertentu yang relevan.

Atas gagasan Bruner tentang belajar konsep, Joyce mengemukakan

bahwa fokus dari belajar konsep adalah pada bagaimana subjek secara

bertahap memperoleh dan menggunakan informasi tentang suatu

konsep melalui pengkategorisasian (Categorizing), yaitu

mengidentifikasi dan menempatkan objek-objek atau kejadian-kejadian

ke dalam kelas-kelas berdasarkan kriteria tertentu.28

Berdasarkan aktivitas pengkategorisasian ini akan terjadi

pembentukan konsep, dan perolehan konsep.

27 Sutarto, Buku Ajar Fisika (BAF) dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika (AFKF)

Sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Mei, 2005), No.054, h. 327

28 Edogogia, Pengaruh Umpan Balik Evaluasi Formatif, (2004), vol.1, No.1, h.23

28

Konsep menurut Betty Marisi Tunip adalah kategori

pengalaman yang dirumuskan dalam bentuk ungkapan yang berisi

atribut dan label. Atribut ialah karakteristik pembeda yang dapat

dipakai untuk menentukan apakah sesuatu merupakan contoh bukan

contoh suatu konsep.29

Kemampuan memberikan contoh yang memiliki semua ciri

pembeda suatu konsep disebut contoh positif, sedangkan yang tidak

sesuai dengan ciri pembeda disebut contoh negatif. Pernyataan yang

tidak memuat semua ciri pembeda suatu konsep dianggap salah.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa atribut adalah kata kunci dalam

pengertian suatu konsep.

Dalam pendidikan sains, konsep (pengetahuan dasar) adalah

faktor yang mempengaruhi belajar, seperti dikatakan oleh Clipton dan

Slowaczek sebagaimana dikutip Muhibin Syah bahwa kemampuan

seseorang untuk memahami dan mengingat informasi penting

bergantung pada apa yang mereka telah ketahui dan bagaimana

pengetahuan tersebut diatur.30

Manurut Betty Marisi Tunip dilihat dari pengertian tentang

konsep, sebenarnya pengajaran IPA, pada tahapan tertentu merupakan

pembentukan, penarikan (generate) dan pengakumulasian konsep.

Kegiatan ini merupakan kegiatan intelek manusia. Kegiatan ini diawali

dari pengamatan terhadap fakta atau apa saja yang dialami dimana

hasil pengamatan di proses dengan persepsi (perception), penalaran

inductif (inductive reasoning) dan kepenemuan (inventiveness).31

Jadi dapat disimpulkan bahwa konsep adalah kategori

pengalaman yang diawali dari pengamatan terhadap fakta yang

dirumuskan dalam bentuk ungkapan kemudian diproses dengan

persepsi, penalaran induktif, dan kepenemuan.

29 Betty Marisi Tunip, Penguasaan Konsep IPA dan Pajanannya dalam Interaksi Kelas di

SD Negeri Kotamadya Medan, Jurnal Pendidikan, (Medan, 2000), h.173 30 Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), cet.3, h.23 31 Betty Marisi Tunip, Op. Cit., h.173

29

b. Perolehan Konsep Menurut Ausubel, konsep-konsep diperoleh dengan dua cara,

yaitu formasi konsep (Concept Formation) dan asimilasi konsep

(concept assimilation). Formasi konsep terutama merupakan bentuk

perolehan konsep-konsep sebelum anak-anak masuk sekolah. Formasi

konsep dapat disamakan dengan belajar konsep-konsep menurut

Gagne. Asimilasi konsep merupakan cara utama untuk memperoleh

konsep-konsep selama dan sesudah sekolah.

Formasi konsep merupakan proses induktif. Pembentukan

konsep mengikuti pola contoh / aturan atau pola eg-rule ( eg =

example = contoh ).32

Pada aturan ini anak yang belajar dihadapkan pada sejumlah

contoh-contoh dan non contoh dari konsep tertentu. Melalui proses

diskriminasi dan abtraksi, ia menetapkan suatu aturan yang

menentukan kriteria untuk konsep itu.

Untuk memperoleh konsep-konsep melalui proses asimilasi,

orang yang belajar harus sudah memperoleh definisi formal dari

konsep-konsep itu. Sesudah definisi dari konsep disajikan, konsep itu

dapat diilustrasikan dengan memberikan contoh-contoh atau deskripsi-

deskripsi verbal dari contoh-contoh. Ini biasanya disebut belajar

konsep sebagai aturan / contoh, atau rule-eg .33

Walaupun kedua bentuk belajar konsep ini efektif,

pembentukan konsep lebih memakan waktu daripada asimilasi konsep.

c. Analisis Konsep

Volker seperti dikutip Betty Marisi Tunip merekomendasikan

analisis konsep yang dikembangkan oleh Klausmeir- Frayer sebagai

analisis konsep yang baik mengukur penguasaan konsep. Analisis yang

dilakukan oleh Klausmeir Frayer mengungkapkan bahwa konsep

memiliki delapan dimensi yang berbeda-beda, yaitu : (1) nama konsep,

32 Teori-teori Belajar, (Erlangga : Bandung, 2000), h. 81-82 33 Ibid, h.83

30

(2) atribut kriteria , (3) atribut tidak relevan, (4) contoh konsep, (5)

bukan contoh, (6) definisi konsep, (7) koordinat konsep, (8) subordinat

konsep.34

Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan

untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran

bagi pencapaian konsep. Untuk melakukan analisisi konsep, guru

hendaknya memperhatikan hal-hal di bawah ini :

1) Nama konsep

Siswa dapat membentuk konsep-konsep tanpa memberi nama pada

konsep konsep itu, terutama pada tingkat kongkret dan tingkat

identitas.

2) Atribut-atribut kriteria dan variabel konsep

Atribut atribut criteria dari suatu konsep adalah cirri-ciri konsep

yang perlu untuk membedakan contoh-contoh dan noncontoh-

contoh, dan untuk menentukan apakah suatu objek baru merupakan

suatu contoh dari konsep.

Atribut-atribut variabel konsep adalah ciri-ciri yang mungkin

berbeda diantara contoh-contoh tanpa mempengaruhi inklusi dalam

kategori konsep itu. Guru-guru dapat mengubah-ubah atribut-

atribut ini dalam contoh-contoh yang digunakan dalam mengajar.

3) Definisi konsep

Kemampuan untuk menyatakan suatu definisi dari suatu konsep

dapat digunakan sebagai suatu kriteria bahwa siswa telah belajar

konsep itu.

4) Contoh-contoh dan noncontoh-contoh

Dengan membuat daftar dari atribut-atribut dari suatu konsep

pengembangan konsep-konsep dan nonkonsep-konsep dapat

diperlancar.

34 Betty Marisi Tunip, Loc.cit, h.174

31

5) Hubungan konsep pada konsep-konsep lain

Untuk sebagian besar konsep-konsep itu, kita dapat

mengembangkan suatu hierarki dari konsep-konsep yang

berhubungan yang memperhatikan bagaimana suatu konsep terkait

pada konsep-konsep lain.

d. Tingkat-tingkat Pencapaian Konsep Klausmeier seperti dikutip Sutarto menghipotesiskan, bahwa

ada empat tingkat pencapaian konsep, yaitu :

1. Tingkat konkret. Seseorang telah mencapai konsep pada tingkat

konkret, apabila orang itu telah mengenal suatu benda yang telah

dihadapi sebelumnya. Untuk mencapai konsep tingkat konkret,

siswa harus dapat memperhatikan benda itu, dan dapat

membedakan benda itu dari stimulus-stimulus yang ada di

lingkungannya. Selanjutnya ia harus menyajikan benda itu sebagai

suatu gambaran mental, dan menyimpan gambaran mental itu.

2. Tingkat Identitas. Pada tingkat ini individu telah dapat merespon

rangsangan baru berdasarkan konsep-konsep rangsangan sejenis

yang telah dikenal sebelumnya.

3. Tingkat klasifikatoris. Pada tingkat ini individu akan tampak telah

dapat mengenal kesetaraan dua atau lebih rangsangan yang berbeda

dari kelas yang sama, walaupun pada saat itu belum dapat

menentukan kriteria atribut atau menentukan nama konsep

rangsangan tersebut.

4. Tingkat formal. Pada tingkat ini individu sudah memiliki

kemampuan untuk menentukan atribut-atribut yang membatasi

konsep suatu rangsangan, dengan demikian pada tingkat ini mereka

mampu mengkonsep, mendeskriminasi, memberi nama atribut

atribut dan mengevaluasi rangsangan.35

Klausmeier menerapkan tingkatan-tingkatan ini hanya pada

konsep-konsep yang mempunyai lebih dari satu contoh, yang

35 Sutarto, Op. Cit, h.332

32

mempunyai contoh-contoh yang dapat diamati, atau wakil-wakil dari

contoh-contoh, dan konsep-konsep lain yang mungkin mempunyai

hanya sebagian dari kualitas-kualitas ini, jadi mungkin konsep-konsep

itu mengikuti pola pencapaian yang berbeda,. Tetapi, konsep-konsep

yang diajarkan di sekolah pada umumnya memenuhi persyaratan yang

dikemukakan oleh Klausmeir.

e. Penguasaan Konsep Menurut definisi konseptual, penguasaan konsep IPA adalah

kemampuan guru untuk mengatasi konsep-konsep dasar IPA pada

ranah kognitif sesuai dengan klasifikasi Bloom yaitu :

1. Tingkat pengetahuan ( knowledge )

Pada level ini menuntut siswa untuk mengingat ( recall ) informasi

yang telah diterima sebelumnya.

2. Tingkat pemahaman ( comprehension )

Kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk

menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan

kata-kata sendiri.

3. Tingkat penerapan ( application )

Kemampuan untuk menggunakan / menerapkan informasi yang

telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan

berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

4. Tingkat analisis ( analysis )

Kemampuan untuk mengidentifikasikan, memisahkan dan

membedakan komponen-komponen / elemen, suatu fakta, konsep,

pendapat asumsi, hipotesis / kesimplan, dan memeriksa setiap

komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi.

5. Tingkat sintesis (synthesis )

Kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan

berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga

terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.

33

6. Tingkat evaluasi (evaluation )

Mengharapkan siswa mampu membuat penilaian dan keputusan

tentang nilai suatu gagasan, metode, produk dengan menggunakan

kriteria tertentu.36

Definisi operasional penguasaan konsep IPA adalah yang

diukur melalui penguasaan kurikulum konsep IPA sesuai tingkatannya.

Penguasaan konsep merupakan penguasaan terhadap abstraksi

yang memiliki satu kelas atau objek-objek kejadian atau hubungan

yang mempunyai atribut yang sama. Menurut Piaget pertumbuhan

intelektual manusia terjadi karena adanya proses kontinu yang

menunjukkan equilibrium, sehingga akan tercapai tingkat

perkembangan intelektual yang lebih tinggi

Jadi penguasaan konsep meliputi keseluruhan suatu materi

karena satu dengan yang lainnya saling berhubungan.

B. Penelitian yang Relevan Berdasarkan teori yang ada, diduga pengaruh penguasaan konsep oleh

siswa dengan menggunakan metode problem solving akan mengalami

peningkatan atau menjadi lebih baik.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Agus Susanta dan

Rusdi, berdasarkan hasil pengamatan dan yang terjadi pada proses

penyelesaian masalah menunjukan bahwa siswa yang mampu menerapkan

langkah penyelesaian masalah, maka siswa tersebut juga mampu

menyelesaikan persoalan dengan sukses. Sebaliknya jika siswa kurang bisa

menerapkan langkah penyelesaian masalah , maka tidak begitu sukses

menyelesaikan masalah.37

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Nizel Huda, hasil belajar

yang diajar dengan menggunakan model pengajaran pemecahan masalah lebih

36 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Ciputat : Gaung

Persada Press, 2005 ), h. 27-29 37 Agus Susanta dan Rusdi, Loc.cit, h.21

34

baik daripada hasil belajar yang diajar tanpa menggunakan model pengajaran

pemecahan masalah. 38

Menurut hasil penelitian Naswan Suharsono, berdasarkan hasil analisis

varian satu jalur menunjukan bahwa pembelajaran pemecahan masalah

terbukti dapat meningkatkan kemampuan berpikir, baik pada taraf signifikansi

0,05 maupun 0,01.39

Menurut hasil penelitian Lufri, peningkatan kualitas pembelajaran melalui

aktifitas bekerja dan berpikir, seperti problem solving akan meningkatkan

interaksi, sikap dan perilaku maupun proses kognitif, yang akhirnya akan

dapat meningkatkan hasil belajar. 40

Menurut Betty Marisi Tunip, berdasarkan hasil penelitiannya bahwa guru

dalam mengajarkan konsep selalu memberitahu secara langsung beberapa

dimensi konsep tanpa menyuruh siswa untuk mencari dimensi lain. Bahkan

tidak jarang dijumpai bahwa guru selalu berpesan kepada siswa agar mereka

selalu menghafal konsep yang diajarkan. 41

C. Kerangka Berpikir Biol