pengolahan limbah cair industri.doc

16
TUGAS KULIAH FARMASI INDUSTRI “PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI” Disusun oleh: Kelas A Kelompok 3 1. Andrea Ariel Rondonuwu 2014001289 2. Angga Saputra Yasir 2014001290 3. Anggi Anggara Kusumah 2014001291 4. Annisa Widyaningrum 2014001197 5. Ardiyanti Puspitasari 2014001198 6. Ari Chahya Mandayanti 2014001199 7. Ari Marina Anjani 2014001200 FAKULTAS FARMASI PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

Upload: ardiyanti-puspitasari

Post on 15-Sep-2015

337 views

Category:

Documents


32 download

TRANSCRIPT

TUGAS KULIAH FARMASI INDUSTRI

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI

Disusun oleh:Kelas A

Kelompok 3

1. Andrea Ariel Rondonuwu 2014001289

2. Angga Saputra Yasir

2014001290

3. Anggi Anggara Kusumah 20140012914. Annisa Widyaningrum

2014001197

5. Ardiyanti Puspitasari

2014001198

6. Ari Chahya Mandayanti 2014001199

7. Ari Marina Anjani

2014001200FAKULTAS FARMASI

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS PANCASILA

JAKARTA 2015BAB I

PENDAHULUANPembangunan industri farmasi merupakan salah satu wujud pembangunan bidang kesehatan yang memiliki peran strategis dalam pengadaan obat- obatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Selain peranannya dalam pembangunan di bidang kesehatan tersebut, kegiatan industri farmasi juga memiliki potensi untuk menimbulkan berbagai dampak trhadap lingkungan, baik terhadap aspek fisik, kimiawi, biologis serta aspek sosial- ekonomi- budaya. Menyadari bahwa setiap kegiatan pembangunan akan menimbulkan dampak, baik dampak yang positif maupun yang negatif, maka di sinilah arti penting pembangunan berwawasan lingkungan di mana dampak negatif yang mungkin timbul harus dikurangi sekecil mungkin sedangkan dampak positif yang dihasilkan, seperti membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar baik secara langsung maupun tidak langsung, meningkatkan pendapatan asli daerah melalui pajak serta meningkatkan roda ekonomi di daerah sekitar lokasi industri, dan lain- lain harus dikembangkan semaksimal mungkin.

Ekosistem di mana manusia dan sumber daya alam berada di dalamnya harus dijaga kelestariannya agar sumber daya yang dimanfaatkan tidak rusak dan kemampuannya tetap berkesinambungan. Dengan menciptakan hubungan yang serasi antar lingkungan dan kegiatan manusia dalam pembangunan, maka pembangunan akan dapat terus berlanjut (sustainable development) tanpa harus merugikan generasi yang akan datang. Salah satu prinsip umum pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang mempertahankan ketersediaan sumber daya alam dan memanfaatkannya untuk kesejahteraan masyarakat, baik di masa sekarang maupun masa datang. Untuk dapat menunjang pembangunan yang berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan umat manusia tersebut maka perlu dilakukan upaya- upaya pengelolaan lingkungan, agar tetap lestari dan bermanfaat bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Pengelolaan lingkungan adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pembangunan lingkungan. Kegiatan- kegiatan industri, sebagaimana industri farmasi, memiliki potensi pencemaran lingkungan baik di udara, air maupun tanah akibat pembuangan limbah cair, padat maupun gas yang berupa asap, partikel debu dan gangguan suara/ kebisingan. Dengan timbulnya pencemaran tersebut, maka kualitas lingkungan akan turun sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi sesuai dengan peruntukannya. Akibat dari penurunan kualitas lingkungan tersebut, dapat mempengaruhi kehidupan manusia atau makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, pengendalian pencemaran sebagai salah satu upaya pengendalian lingkungan menjadi sangat penting dan harus dilaksanakan terutama menyongsong era globalisasi dan perdagangan bebas yang sudah di depan mata saat ini. BAB IIA. Limbah Cair IndustriLimbah cair industri adalah buangan hasil proses/ sisa dari suatu kegiatan/ usaha yang berwujud cair dimana kehadirannya pada suatu saat dan tempat tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomis sehingga cenderung untuk dibuang. B. Sumber PencemaranPencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya sesuatu ke dalam air yang menyebabkan air tersebut menurun kualitasnya atau tidak sesuai dengan peruntukkanya. Limbah cair di industri farmasi antara lain berasal dari:

Bekas cucian peralatan produksi, laboratorium, laundry dan rumah tangga

Kamar mandi dan WC

Bekas reagensia di laboratoriumC. Upaya Pengelolaan Lingkungan1. Pembuatan saluran drainase sesuai dengan sumber limbah:

Saluran air hujan langsung dialirkan ke selokan umum dan dibuat sumur resapan.

Saluran dari kamar mandi/ WC dialirkan ke septic tank.

Saluran dari tempat pencucian produksi dan laboratorium dialirkan ke IPAL.

2. Membuat IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)

3. Khusus untuk limbah cair yang berasal dari golongan beta lactam: sebelum dicampur dengan limbah non -lactam, ditambahkan NaOH untuk memecah cincin -lactam.

D. Pemantauan 1. Kualitas badan air permukaan inlet dan outlet saluran limbah, meliputi, kadar COD, BOD5, pH, TSS, N total serta parameter lain termasuk indikator biologi dan mikrobiologi.

2. Kualitas badan sungai sebelum dan sesudah outlet IPAL.

E. Sistem Pengolahan Air LimbahTujuan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) adalah untuk menurunkan kadar zat pencemar yang terkandung dalam air limbah sehingga memenuhi persyaratan baku mutu yang telah ditetapkan.

Dalam proses pengolahan air limbah bagaimanapun adalah hal yang tidak mungkin untuk menghilangkan secara absolut adanya zat tercemar tersebut. Oleh karenanya tujuan pengolahan limbah memang hanya ditujukan untuk menurunkan kadar at pencemar sampai pada batas (ambang) baku mutu yang diperbolehkan.Dalam pengolahan limbah cair, terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Karakteristik dari Limbah

Karakteristik sangat berbeda antara industri satu dengan industri lainnya. Misalnya limbah cair industri farmasi memiliki kandungan COD dan BOD serta kadal fenol yang tinggi, tetapi kadar limbah logamnya rendah dengan debit air limbah yang tinggi dengan debit air limbah yang kecil. Bahkan dalam satu jenis industripun memiliki kharakteristik limbah yang berbeda-beda. Karakteristik limbah industri farmasi yang memproduksi antibiotik golongan beta laktam akan berbeda dengan karakteristik limbah cair dari industri farmasi yang hanya memproduksi vitamin.

Oleh karenanya, agar memperoleh gambaran spesifik tentang karakteristik dari limbah yang akan diolah maka harus dilakukan pengamatan atau survey dari limbah yang dihasilkan oleh industri farmasi tersebut.

2. Kemampuan Badan Air (assimilative capacity)

Pengolahan limbah cair sangat tergantung dari kemampuan badan air (misalnya sungai, kali dan lain-lain) untuk menerima beban yang berupa limbah tanpa mengakibatkan pencemaran. kemampuan ini sangat berbeda-beda tergantung air berbagai faktor, misalnya debit badan air, kealaman, faktor klimatologi, dan lain-lain. Semakin kecil polutan berarti semakin besar pula assimilative capacity dari badan air tersebut.

3. Peraturan Tentang Limbah yang Berlaku

Peraturan mengenai Batu Mutu Lingkungan dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah lain. Hal ini terkait dengan karakteristik daerah yang bersangkutan. Daerah Yogyakarta, misalnya Baku Mutu Lingkungan yang berbeda dengan daerah-daerah industri seperti DKI Jakarta. Peraturan-peraturan tersebut disesuaikan dengan peruntukan (beneficial use) dari badan air yang bersangkutan.

Gambar 2-1. Contoh pengelolaan limbah cair dengan instalasi pengolahan air limbah (IPAL)

Keterangan:

I. Penampungan awal dan filtrasi II. Bak netralisasiIII. Bak koagulasi dan flokulasi

IV. Bak filtrasi

V. Bak aerasi

VI. Bak sedimentasi

VII. Bak penampung air dan bio indicator

Gambar 2-2. Pengelolaan limbah cair PT. Kimia Farma Plant Bandung dengan IPALF. Pengolahan Limbah Cair

Pada prinsipnya terdapat tiga cara penolahan limbah cair, yaitu:

1. Pengolahan Limbah Primer

Tujuan pengolahan limbah pada tahap ini adalah menghilangkan buangan yang tidak larut. Terdapat 4 tahap, yaitu:

a. Screening

Pada tahan ini berisi usaha- usaha untuk mengurangi atau menghilangkan bahan buangan yang besar, seperti sampah, plastik, botol bekas, kayu, barang rongsokan dan sisa- sisa lain yang berukuran besar. Untuk menghilangkan limbah ini dapat dibuat saringan dengan menggunakan kasa atau ijuk.b. Canal Longitudinal

Benda- benda yang masih dapat melewati saringan kasa besi atau ijuk (misalnya pasir) diendapkan dengan menggunakan semacam kanal yang bagian bawahnya dibuat agak melebar (canal longitudinal). Benda- benda yang mengendap dibagian bawah kanal tersebut selanjutnya dapat diambil pada waktu- waktu tertentu secara periodik.

c. Penghilang lemak, minyak dan sejenisnya

Tahap ini mempunyai prinsip bahwa lemak, minyak dan sejenisnya memiliki berat jenis yang lebih kecil dari air sehingga akan mengapung di bagian atas air. Untuk menghilangkan jenis kotoran ini, air limbah dialirkan ke kolam yang berukuran relatif luas dan memiliki aliran rendah dan tenang. Kotoran lemak, minyak dan sejenisnya selanjutnya secara periodik dan kontinyu diambil secara mekanis.d. Menghilangkan zat padat tersuspensi

Pada tahap ini dilakukan cara mengalirkan limbah cair ke dalam suatu saluran yang dilengkapi dengan penyaring- penyaring dari kasa yang diperuntukkan untuk menyaring zat yang tersuspensi.

2. Pengolahan limbah sekunder

Prinsip pengolahan limbah pada tahap ini adalah untuk menghilangkan kontaminan- kontaminan lain yang tidak terproses pada pengolahan primer. Secara garis besar kontaminan yang dapat dihilangkan dibedakan dalam 3 macam, yaitu padatan tersuspensi (solid suspended), senyawa- senyawa organik terlarut dan senyawa- senyawa anorganik terlarut. Terdapat beberapa cara untuk menghilangkan kontaminan- kontaminan ini, di antaranya adalah dengan cara filtrasi sederhana, penambahan suatu koagulator, penambahan arang aktif, serta penambahan bahan-bahan kimia dengan bahan- bahan floculant.

3. Pengolahan limbah tersier

Prinsip pengolahan pada tahap ini adalah untuk menurunkan COD dan BOD serta menambah oksigen terlarut (dissolved oxygen/ DO). Terdapat beberapa metode, baik secara fisik, biologis maupun mekanis- biologis. Secara fisik penambahan oksigen terlarut dilakukan dengan menyemburkan udara bebas ke dalam air limbah pada bak/ kolam aerasi secara terus- menerus (kontinyu). Secara biologis dilakukan dengan cara menggunakan activated sludge, di mana limbah dialirkan ke dalam bak/ kolam penampungan, yang berisi mikroorganisme yang akan merubah zat- zat organik menjadi biomassa (energi) dan gas CO2. Sedangkan pengolahan secara mekanis- biologis dapat dilakukan dengan menyemprotkan air limbah ke permukaan benda padat (misalnya lantai beton) yang diberi mokroorganisme. Selanjutnya untuk menghilangkan logam berat, dapat dilakukan dengan penambahan Ca(OH)2 yang lebih dikenal dengan lime treatment. Dengan cara ini, logam berat akan mengendap sebagai garam atau hidroksida atau sebagai co-presipitant pada endapan CaCO3. Selanjutnya, air limbah yang telah diolah dialirkan ke bak/ kolam penampungan akhir di mana pada kola mini diberikan ikan atau tanaman air sebagai indikator biologis. G. ISO 14000 SeriesISO 1400 series merupakan seperangkat standar internasional bidang managemen lingkungan yang dimaksudkan untuk membantu organisasi diseluruh dunia dalam meningkatkan efektifitas kegiatan pengelolaan lingkungannnya. Perumusan standar ISO 14000 series diprakarsai oleh dunia usaha (terutama oleh kalangan industri) sebagai kontribusi terhadap pencapaian Pembangunan Berkelanjutan yang disepakati dalam KTT Bumi di Rio de Janeiro tahun 1992. Wakil pihak pemerintah, dunia usaha dan pihak lain yang berkepentingan terlibat dalam perumusan standar tersebut.

ISO 14000 Series mencakup beberapa kelompok perangkat pengelolaan lingkungan, antara lain: Sistem managemen lingkungan, Audit lingkungan, evaluasi Kinerja Lingkungan, Ekolabel dan Kajian Daur Hidup.

Secara lengkap ISO 14000 terdiri dari beberapa seri yaitu:

ISO 14001, merupakan standar penerapan ISO 14000

ISO 14004, merupakan dokumen yang berisi petunjuk-petunjuk yang menerangkan pelaksanaan ISO 14004 secara detail

ISO 14010, berkaitan dengan prinsip-prinsip umum dari audit lingkungan.

ISO 14020 series, (ISO 14020-14025), berkaitan dengan ecolabelling.

ISO 14030, berkaitan dengan penilaian lingkungan pasca produksi (post-production assessment).

ISO 14040 series (ISO 14040-14044), berkaitan dengan perencanaan pra-produksi dan penetapan pengelolaan lingkungan.

ISO 14050, berkaitan dengan syarat dan definisi.Sistem managemen lingkungan (SML)/ISO 14001

Standar ISO 14001 atau sistem managemen lingkungan (SML) adalah satu-satunya standar ISO seri 14000 yang dapat dijadikan persyaratan sertifikasi. ISO 14001 memuat beberapa komponen dan proses berjalannya system managemen terhadap aspek lingkungan dari kegiatan, produk atau jasa suatu organisasi dan/atau perusahaan. Suatu organisasi dan/atau perusahaan yang menerapkan SML, mengikuti standar ISO 14001 kepada lembaga sertifikasi yang terakreditasi. Lembaga sertifikasi selanjutnya akan mengevaluasi kesesuaian SML organisasi dan/atau perusahaan yang bersangkutan dengan standar ISO 14001 dan juga efektifitas pelaksanaan SML tersebut.PUSTAKA Priyambodo B. Manajemen Farmasi Industri. Global Pustaka Utama Yogyakarta. Edisi I. Halaman 289-308. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14314/1/09E02323.pdf Diakses 9 Juni 2015. Halaman 45.Saluran pembuangan

Limbah dari produksi

II

VII VI V VI III

I

Bak Destruksi

( Laktam)

11