makalah limbah cair

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi industri telah memberikan sumbangan bagi perekonomian Indonesia melalui barang produk dan jasa yang dihasilkan. Dimana jumlah industri untuk menghasilkan berbagai macam produk dan memenuhi kebutuhan manusia saat ini semakin tinggi. Selain menghasilkan produk yang dapat digunakan oleh manusia, kegiatan produksi ini juga menghasilkan produk lain yang belum begitu banyak dimanfaatkan yaitu limbah. Seiring dengan peningkatan industri, ini juga akan terjadi peningkatan jumlah limbah. Situs huffingtonpost.com (Huffpost Green, Amerika), 31 Agustus 2012, menetapkan sembilan tempat paling tercemar di seluruh dunia yaitu Kota Los Angeles, Kota Linfen di China, Delta Niger di Nigeria, London, Kota Dzerzhinsk di Rusia, Kota Phoenix di AS, Kota La Oroya di Peru, Danau Karachay di Rusia dan sungai Citarum (Bandung) di Indonesia. Dari kesembilan tempat tersebut salah satunya industri pertambangan dan peleburan Logam telah mengkontaminasi La Oroya, Peru. Lebih dari 35.000 warga La Oroya telah terdampak oleh timbal, seng, tembaga dan polusi belerang dioksida dari pertambangan logam dan limbah perusahaan. Menurut Majalah Time, 99 % anak-anak di kota pertambangan memiliki kadar darah yang melampaui ambang batas normal.

Upload: siti-kamariah-muhammad-idrus

Post on 13-Feb-2015

527 views

Category:

Documents


64 download

DESCRIPTION

tentang pengolahan limbah cair pada industri kosmetik

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Limbah Cair

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Potensi industri telah memberikan sumbangan bagi perekonomian

Indonesia melalui barang produk dan jasa yang dihasilkan. Dimana jumlah

industri untuk menghasilkan berbagai macam produk dan memenuhi kebutuhan

manusia saat ini semakin tinggi. Selain menghasilkan produk yang dapat

digunakan oleh manusia, kegiatan produksi ini juga menghasilkan produk lain

yang belum begitu banyak dimanfaatkan yaitu limbah. Seiring dengan

peningkatan industri, ini juga akan terjadi peningkatan jumlah limbah.

Situs huffingtonpost.com (Huffpost Green, Amerika), 31 Agustus 2012,

menetapkan sembilan tempat paling tercemar di seluruh dunia yaitu Kota Los

Angeles, Kota Linfen di China, Delta Niger di Nigeria, London, Kota Dzerzhinsk

di Rusia, Kota Phoenix di AS, Kota La Oroya di Peru, Danau Karachay di Rusia

dan sungai Citarum (Bandung) di Indonesia.

Dari kesembilan tempat tersebut salah satunya industri pertambangan dan

peleburan Logam telah mengkontaminasi La Oroya, Peru. Lebih dari 35.000

warga La Oroya telah terdampak oleh timbal, seng, tembaga dan polusi

belerang dioksida dari pertambangan logam dan limbah perusahaan. Menurut

Majalah Time, 99 % anak-anak di kota pertambangan memiliki kadar darah

yang melampaui ambang batas normal. Sejak 1922, kota di Pegunungan

Andes Peru ini telah tercemar oleh industri pertambangan.

Di Indonesia terdapat sungai Citarum yang pencemaran limbahnya

terparah. Ketua Komunitas Elingan Citarum, Deni Riswandana mengungkapkan,

di kawasan Majalaya, sedikitnya terdata 139 indutri tekstil dan tenun yang

membuang limbahnya langsung ke aliran Citarum, dan sekitar 1.500 industri

yang berada di sekitar Daerah aliran Sungai Citarum , menyumbang 2.800 ton

limbah untuk tiap harinya yang semuanya merupakan limbah cair kimia bahan

bahaya beracun (B3).

Page 2: Makalah Limbah Cair

Selain sungai Citarum, sejumlah industri yang beroperasi di Kota Bekasi

masih bermasalah dalam hal pengelolaan limbah cair. Badan Pengendalian

Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bekasi mencatat sekitar 60 persen industri

membuang limbah cair yang melampaui ambang baku mutu. Sungai Ciujung

yang terletak di serak banten juga masih menjadi tempat favorit untuk mencuci

pakaian dan mandi, padahal sungai ini menjadi tempat pengelolaan limbah cair

yang dibuang langsung dari PT Indah kiat.

Dari berbagai macam industri yang menghasilkan limbah, keberadaan

limbah yang bersumber dari industri kosmetik juga cukup mengkhawatirkan.

Industri kosmetik, saat ini lebih terfokus pada upaya untuk melakukan efisiensi

seiring makin melambungnya biaya produksi. Sehingga mau tak mau akan

menomorduakan persoalan pembuangan limbahnya. Apalagi pengolahan

limbah memerlukan biaya tinggi. Padahal limbah industri kosmetik sangat

potensial sebagai penyebab terjadinya pencemaran. Dalam hal ini pemerintah

harus mengawasi pembuangan limbah industri dengan sungguh-sungguh.

Pelaku industri harus melakukan cara-cara pencegahan pencemaran

lingkungan dengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat pencegahan

pencemaran, melakukan proses daur ulang dan yang terpenting harus

melakukan pengolahan limbah industri guna menghilangkan bahan pencemaran

atau paling tidak meminimalkan bahan pencemaran hingga batas yang

diperbolehkan.

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan ini yaitu untuk mengetahui teknik pengolahan limbah

cair pada industri kosmetik.

Page 3: Makalah Limbah Cair

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

1. Limbah Cair

Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang

berwujud cair (PP No. 82 tahun 2001). Limbah cair atau air limbah adalah

sisa dari suatu hasil usaha dan auatu kegiatan yang berwujud cair yang

dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan.

Menurut Sugiharto (1987) air limbah (waste water) adalah kotoran dari

masyarakat, rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air

permukaan serta buangan lainnya.

Begitupun dengan Metcalf & Eddy (2003) mendefinisikan limbah

berdasarkan titik sumbernya sebagai kombinasi cairan hasil buangan rumah

tangga (pemukiman), instansi perusahaan, pertokoan dan industri dengan air

tanah, air permukaan, dan air hujan.

Sedangkan baku mutu limbah cair adalah ukuran batas atau kadar unsur

pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam limbah cair yang akan

dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha atau kegiatan.

2. Pengolahan Limbah

Pengolahan limbah cair dalam proses produksi adalah dimaksudkan untuk

meminimalkan limbah yang terjadi, volume limbah minimal dengan

konsentrasi dan toksisitas yang juga minimal. Terdapat juga pengolahan

limbah cair setelah proses produksi yang dimaksudkan untuk menghilangkan

atau menurunkan kadar bahan pencemar yang terkandung di dalamnya

sehingga limbah cair tersebut memenuhi syarat untuk dapat dibuang.

Dengan demikian dalam pengolahan limbah cair untuk mendapatkan hasil

yang efektif dan efisien perlu dilakukan langkah-langkah pengelolaan yang

dilaksanakan secara terpadu dengan dimulai dengan upaya minimisasi

Page 4: Makalah Limbah Cair

limbah (waste minimization), pengolahan limbah (waste treatment), hingga

pembuangan limbah produksi (disposal).

B. Jenis-Jenis Air Limbah

Air limbah berasal dari dua jenis sumber yaitu air limbah rumah tangga dan

air limbah industri. Secara umum di dalam limbah rumah tangga tidak

terkandung zat-zat berbahaya, sedangkan di dalam limbah industri harus

dibedakan antara limbah yang mengandung zat-zat yang berbahaya dan harus

dilakukan penanganan khusus tahap awal sehingga kandungannya bisa di

minimalisasi terlebih dahulu sebelum dialirkan ke lingkungan, karena zat-zat

berbahaya tersebut bisa mematikan fungsi mikro organisme yang berfungsi

menguraikan senyawa-senyawa di dalam air limbah. Sebagian zat-zat

berbahaya bahkan kalau dialirkan ke sawage plant hanya melewatinya tanpa

terjadi perubahan yang berarti, misalnya logam berat. Penanganan limbah

industri tahap awal ini biasanya dilakukan secara kimiawin dengan

menambahkan zat-zat kimia yang bisa mengeliminasi yang bersifat kotoran

umum. zat-zat yang berbahaya.

C. Baku Mutu Limbah CairPeraturan tentang baku mutu limbah cair bagi kawasan industri sudah

ditetapkan pemerintah, berdasarkan surat keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup no: 03/MENLH/1998 tanggal 15-Januari-1998. Dalam

keputusan tersebut dijelaskan bahwa batas maksimum limbah cair yang

diperbolehkan dibuang ke lingkungan hidup dari suatu Kawasan Industri tertera

pada tabel di bawah:

Page 5: Makalah Limbah Cair

Tabel 1

Ketentuan Baku Mutu Limbah Cair

Parameter Kadar Maximun (mg/l)

Beban Pencemaran

Maximum

(kg/hari.Ha)

BOD 50 4,3

COD 100 8,6

TSS 200 17,2

pH 6,0 – 9,0

Debit limbah cair maksimum

1liter per detik per hektar lahan kawasan yang terpakai

Keterangan :

a. COD, (Chemical Oxygen Demand), atau kebutuhan oksigen kimia untuk

reaksi oksidasi terhadap bahan buangan di dalam air.

b. BOD (Biological Oxygen Demand), atau kebutuhan oksigen biologis untuk

memecah bahan buangan di dalam air oleh mikroorganisme.

c. TSS (Total Suspended Solid) TSS adalah jumlah berat dalam mg/liter

kering lumpur yang ada dalam limbah setelah mengalami penyaringan

dengan membran berukuran 0,45 mikron (Sugiharto: 1987)

D. Teknik Pengolahan Limbah

Teknologi pengolahan limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian

lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan limbah domestik maupun

industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh

masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai

dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan. Berbagai teknik

pengolahan limbah untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan

dikembangkan selama ini.

Page 6: Makalah Limbah Cair

Teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara

umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan; pengolahan kimia, pengolahan

fisika dan pengolahan biologis. Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga

metode pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau

secara kombinasi.

1. Pengolahan Limbah Secara Fisika

Pengolahan secara fisika dilakukan pada limbah cair dengan kandungan

bahan limbah yang dapat dipisahkan secara mekanis langsung tanpa

penambahan bahan kimia atau melalui penghancuran secara biologis. Pada

umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan,

diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah

mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu.

Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk

menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi

yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses

pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini

adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam

bak pengendap.

Proses filtrasi dalam pengolahan air buangan biasanya dilakukan untuk

mendahului proses adsobrsi atau proses revers osmosis, untuk menyisihkan

sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu

proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses

osmosis. Proses adsorbsi biasanya menggunakan karbon aktif, dilakukan

untuk menyisihkan senyawa aromatik (fenol) dan senyawa organik terlarut

lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan

tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk

unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk

menggunakan kembali air yang diolah.

Page 7: Makalah Limbah Cair

2. Pengolahan Limbah Secara Kimia

Pengolahan limbah cair secara kimia merupakan proses pengolahan

limbah dimana penguraian atau pemisahan bahan yang tidak diinginkan

berlangsung dengan adanya mekanisme reaksi kimia (penambahan bahan

kimia ke dalam proses). Prinsip yang digunakan untuk mengolah limbah cair

secara kimia adalah menambahkan bahan kimia (koagulan) yang dapat

mengikat bahan pencemar yang dikandung air limbah, kemudian

memisahkannya (mengendapkan atau mengapungkan). Kekeruhan dalam air

limbah dapat dihilangkan melalui penambahan atau pembubuhan sejenis

bahan kimia yang disebut flokulan. Pada umumnya bahan seperti aluminium

sulfat (tawas), fero sulfat, poli amonium khlorida atau poli elektrolit organik

dapat digunakan sebagai flokulan.

Pengolahan limbah cair secara kimia biasanya dilakukan untuk

menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid),

logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun dengan menambahkan

bahan kimia tertentu yang dibutuhkan. Menurut Nurika (2006), proses

pemisahan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui

perubahan sifat bahan yang semula tak dapat diendapkan menjadi mudah

diendapkan baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga

berlangsung sebagai hasil dari reaksi oksidasi.

Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan

menambahkan elektrolit yang mempunyai muatan berlawanan dengan

muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga

dapat diendapkan. Pemisahan logam berat dan fosfor dilakukan dengan

menambahkan larutan alkali sehingga terbentuk endapan logam-logam

tersebut atau endapan hidroksiapatit. Penyisihan bahan-bahan organik

beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan

dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permenganat, aerasi,

ozon hydrogen peroksida.

Page 8: Makalah Limbah Cair

3. Pengolahan Limbah Secara Biologis

Pengolahan seacra biologis merupakan sistem pengolahan yang

didasarkan pada aktivitas mikroorganisme dalam kondisi aerobik atau

anaerobik ataupun penggunaan organisme air untuk untuk mengabsorbsi

senyawa kimia dalam limbah cair. Secara ringkasnya, pengolahan biologis

adalh pengolahan air limbah dengan memanfaatkan microorganism/bakteri

untuk mendegradasi polutan organik. Dalam sistem pengolahan limbah cair,

pengolahan biologis dikategorikan sebagai pengolahan tahap kedua

(secondary treatment), melanjutkan sistem pengolahan secara fisik sebagai

pengolahan tahap pertama (primary treatment).

Tujuan utama pengolahan ini adalah untuk menghilangkan zat padat

organik terlarut yang biodegradable berbeda dengan ssistem pengolahan

sebelumnyayang lebih ditujukan untuk menghilangkan zat padat tersuspensi.

Berdasarkan metode pengolahan di atas, pengolahan limbah cair pada

dasarnya dikelompokkan menjadi 3 tahap, yaitu :

a. Pengolahan primer

Pengolahan primer bertujuan membuang bahan – bahan padatan yang

mengendap atau mengapung. Pada dasarnya pengolahan primer terdiri dari

tahap – tahap untuk memisahkan air dari limbah padatan dengan

membiarkan padatan tersebut mengendap atau memisahkan bagian –

bagian padatan yang mengapung. Pengolahan primer ini dapat

menghilangkan sebagian BOD dan padatan tersuspensi serta sebagian

komponen organik. Proses pengolahan primer limbah cair ini biasanya

belum memadai dan masih diperlukan proses pengolahan selanjutnya.

b. Pengolahan sekunder

Pengolahan sekunder limbah cair merupakan proses dekomposisi

bahan-bahan padatan secara biologis. Penerapan yang efektif akan dapat

Page 9: Makalah Limbah Cair

menghilangkan sebagian besar padatan tersuspensi dan BOD. Ada dua

proses pada pengolahan sekunder, yaitu :

1) Penyaring trikle

Penyaring trikle menggunakan lapisan batu dan kerikil dimana

limbah cair dialirkan melalui lapisan ini secara lambat. Dengan

bantuan bakteri yang berkembang pada batu dan kerikil akan

mengkonsumsi sebagian besar bahan – bahan organik.

2) Lumpur aktif

Kecepatan aktivitas bakteri dapat ditingkatkan dengan cara

memasukkan udara dan lumpur yang mengandung bakteri ke

dalam tangki sehingga lebih banyak mengalami kontak dengan

limbah cair yang telah diolah pada proses pengolahan primer.

Selama proses ini limbah organik dipecah menjadi senyawa –

senyawa yang lebih sederhana oleh bakteri yang terdapat di dalam

lumpur aktif.

c. Pengolahan tersier

Proses pengolahan primer dan sekunder limbah cair dapat menurunkan

BOD air dan meghilangkan bakteri yang berbahaya. Akan tetapi proses

tersebut tidak dapat menghilangkan komponen organik dan anorganik

terlarut. Oleh karena itu perlu dilengkapi dengan pengolahan tersier.

E. Bahaya Limbah Cair

Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkunngan

hidup sekitarnya, mengingat bahwa banyak penyakit yang dapat ditularkan

melalui air limbah. Akibat kontak dengan limbah cair atau terpajan oleh zat

pencemar maka dampak kesehatan yang timbul bervariasi dari ringan, sedang

sampai berat bahkan sampai menimbulkan kematian, tergantung dari dosis dan

waktu pemajanan.

Page 10: Makalah Limbah Cair

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai

aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap

pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu

lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar

terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk

hidup, tumbuhan atau benda lainnya. (Bruce Mitchell: 2000)

Limbah yang bersumber dari industri kosmetik cukup mengkhawatirkan.

Bahan beracun dan berbahaya banyak digunakan sebagai bahan baku industri

kosmetik. Beracun dan berbahaya dari limbah ditunjukkan oleh sifat fisik dan kimia

bahan itu sendiri, baik dari jumlah maupun kualitasnya. Jenis limbah yang sering

dihasilkan dari industri kosmetik adalah sejenis minyak atsiri, minyak lemak, dan air

buangan yang mengandung logam. Beberapa kriteria berbahaya dan beracun telah

ditetapkan antara lain mudah terbakar, mudah meledak, korosif, oksidator dan

reduktor, iritasi bukan radioaktif, mutagenik, patogenik, mudah membusuk dan lain-

lain. Dalam jumlah tertentu dengan kadar tertentu, kehadirannya dapat merusakkan

kesehatan bahkan mematikan manusia atau kehidupan lainnya sehingga perlu

ditetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam lingkungan pada waktu tertentu.

Contoh pengolahan limbah kosmetik di Indonesia yaitu pengolahan limbah

PT. Procter & Gamble (P&G). PT. P&G didirikan oleh William Procter, seorang

pembuat lilin, dan James Gamble, seorang pembuat sabun. Pada tanggal 24

Agustus 1837, Procter & Gamble didirikan. Tanggal inilah yang kemudian diperingati

sebagai hari jadi P&G pada tiap tahunnya. Procter & Gamble Co (P & G) merupakan

perusahaan multinasional yang berpusat di USA, bergerak dalam bidang industri

personal car, health care dan household cleaner. P & G memiliki sekitar 54 merek

yang dipasarkan ke seluruh dunia.

Page 11: Makalah Limbah Cair

Sementara itu PT. Procter & Gamble Indonesia (PT. P & G Indonesia) berdiri

pada 1989, perusahaan ini menangani distribusi sebagian produk P & G untuk

pemasaran di seluruh Indonesia seperti Oral B merek produk pasta dan pemutih

gigi, Downy merek pelembut pakaian, Head & Shoulders merek shampoo anti-

ketombe dan kondisioner, Olay merek produk perawatan kulit wanita, Pampers

merek popok sekali pakai, Pantene merek produk perawatan rambut, Rejoice Merek

Produk Perawatan rambut yang hanya dipasarkan di wilayah Asia. Pabrik ini

berlokasi di Karawang, Jawa Barat akan dilengkapi dengan fasilitas modern untuk

memproduksi produk yang nantinya akan menyuplai produk P&G di pasar kawasan

ASEAN. Pabrik ini juga akan menjadi pabrik pertama di Indonesia yang menerima

sertifikasi LEED (Leadership in Energy & Environmental Design), yaitu sistem

sertifikasi internasional yang diberikan oleh Green Building Council Amerika Serikat

kepada bangunan yang memenuhi sejumlah kriteria ramah lingkungan.

Mengenai limbah hasil produksi PT. P&G, limbah cair dari PT. P&G terutama

mengandung bahan organik yang tinggi yang berasal dari produksi shampo (80 %

dari total limbah). Sistem pengolahan limbah cair PT P&G dilakukan secara

kombinasi fisik-kimia-biologis. Pengolahan kimia yang digunakan adalah proses

koagulasil flokulasi, sedangkan proses biologis yang digunakan adalah proses

lumpur aktif (activated sludge).

Teknik Pengolahan Limbah Cair PT. P&G (Procter & Gamble)

1. Pengolahan kimia

Pengolahan limbah industri kosmetik yang berupa logam berat dan sisa

pelarut toksik secara kimia dilakukan dengan pengikatan bahan kimia

menggunakan partikel koloid. Penyisihan bahan tersebut dilakukan melalui

perubahan sifat bahan tersebut, yaitu tak mudah diendapkan (flokulasi-

koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi ,dan juga

berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi. Pengendapan bahan tersuspensi

yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang

mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi

netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan.

Page 12: Makalah Limbah Cair

Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan

membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk

endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit.

Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk

hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum

diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi

menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau

Na2S2O5).

Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada

konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor

(Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida. Pengolahan

kimia produk P&G dengan proses koagulasi/flokulasi menggunakan bahan

kimia Na2CO3 untuk pengaturan pH, PAC sebagai koagulan, dan polimer

anionik sebagai koagulan pembantu. Berdasarkan percobaan yang

dilakukan, didapatkan dosis optimum koagulan yang digunakan, yaitu

Na2CO3 sebesar 600 ppm, PAC sebesar 4000 ppm, dan polimer anionik

sebesar 1.5 ppm. Efisiensi yang diperoleh adalah zat padat tersuspensi (SS)

tebesar 80,3% dan COD sebesar 80,8%.

Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan

pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal

karena memerlukan bahan kimia. Hasil pengolahan limbah B3 dari industri

kosmetik ini harus di buang . Salah satunya dengan metode injection well.

Sumur injeksi atau sumur dalam (deep well injection) digunakan di Amerika

Serikat sebagai salah satu tempat pembuangan limbah B3 cair (liquid

hazardous wastes). Pembuangan limbah ke sumur dalam merupakan suatu

usaha membuang limbah B3 ke dalam formasi geologi yang berada jauh di

bawah permukaan bumi yang memiliki kemampuan mengikat limbah, sama

halnya formasi tersebut memiliki kemampuan menyimpan cadangan minyak

dan gas bumi.

Page 13: Makalah Limbah Cair

Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pemilihan tempat ialah

struktur dan kestabilan geologi serta hidrogeologi wilayah setempat. Limbah

B3 diinjeksikan dalam suatu formasi berpori yang berada jauh di bawah

lapisan yang mengandung air tanah. Di antara lapisan tersebut harus

terdapat lapisan impermeable seperti shale atau tanah liat yang cukup tebal

sehingga cairan limbah tidak dapat bermigrasi. Kedalaman sumur ini sekitar

0,5 hingga 2 mil dari permukaan tanah.

2. Pengolahan Biologis

Pengolahan limbah secara biologi dapat dilakukan dengan metode lumpur

aktif. Pengolahan sistem lumpur aktif adalah metode pemprosesan limbah

dengan mempelajari proses dekomposisi secara mikrobiologis yang dikenal

dengan biodegradasi oleh mikroorganisme pengurai. Lumpur akan

mengandung berbagai jenis mikroorganisme heterotrofik termasuk bakteri

yang memiliki peran penting dalam proses pembersihan secara biologis.

Bakteri dapat memanfaatkan bahan terlarut maupun yang tersuspensi dalam

air sebagai energi .Bakteri tersuspensi dalam lumpur digunakan untuk

mengolah limbah secara mikrobiologis dapat dikembangkan dengan

pembibitan (seeding) lumpur yang berasal dari ekosistem alam yang

terkontaminasi, tercemar, maupun dari ekosistem alami yang memiliki sifat-

sifat khas ataupun ekstrim.

Pegolahan biologis baik dengan proses lumpur aktif maupun gabungan

proses anaerob-aerob dalam reaktor tipe fixed film dilakukan dengan

menggunakan tiga variasi waktu tinggal (detention time), yaitu 24 jam, 48 jam,

dan 72 jam. Pengolahan limbah cair dengan proses anaerob dan aerob dalam

reaktor tipe fixed film (AAFBR) dengan waktu tinggal 24 jam dapat

menurunkan COD maksimum sebesar 34,94%, dengan waktu tinggal 48 jam

sebesar 75,34%, sedangkan dengan waktu tinggal 72 jam sebesar 81,53%.

Sedangkan proses lumpur aktif dengan waktu tinggal 24 jam dapat

menurunkan COD maksimum sebesar 52,01%, dengan waktu tinggal 48 jam

sebesar 68,29%, dan dengan waktu tinggal 72 jam sebesar 76,22%.

Page 14: Makalah Limbah Cair

Berdasarkan pengamatan, terlihat bahwa persentase penyisihan COD pada

proses aerob cenderung menurun dengan bertambahnya waktu tinggal.

Sebaliknya dengan proses anaerob, persentase penyisihan COD pada proses

aerob semakin meningkat dengan bertambahnya waktu tinggal.

3. Pengolahan Fisika

Dalam industri kosmetik, limbah cair secara umum diolah secara fisika

dengan cara pengendapan purifikasi sehingga dihasilkan air yang terpurifikasi

yang dapat direcycle untuk kegiatan yang lain. Namun dalam industri kosmetik

terdapat limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang biasanya berupa

logam-logam berat dan sisa-sisa pelarut yang bersifat toksik.

Untuk bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak

mengganggu proses pengolahan berikutnya digunakan proses floatasi.

Floatasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan

tersuspensi atau pemekatan lumpur endapan dengan memberikan aliran

udara ke atas. Proses filtrasi dalam pengolahan air buangan biasanya

dilakukan untuk mendahului proses adsobrsi atau proses revers osmosis,

untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar

tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang

dipergunakan dalam proses osmosis. Proses adsorbsi biasanya menggunakan

karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (fenol) dan

senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan

kembali air buangan tersebut.

Yang perlu diperhatikan bahwa tenyata efisiensi pengolahan Iimbah cair

dengan proses koagulasi/flokulasi (proses fisik kimia), proses lumpur aktif dan

proses anaerob-aerob (proses fisik-biologi) yang dilakukan secara terpisah

belum dapat menurunkan beban COD sampai memenuhi baku mutu limbah

yang berlaku. Untuk memperoleh efisiensi pengolahan yang dapat

menurunkan beban COD sampai memenuhi baku mutu maka dilakukan

penggabungan terhadap ketiga proses.

Page 15: Makalah Limbah Cair

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud

cair (PP No. 82 tahun 2001). Air limbah berasal dari dua jenis sumber yaitu

air limbah rumah tangga dan air limbah industri. Secara umum limbah yang

dihasilkan dari rumah tangga tidak terlalu banyak menggandung zat-zat yang

beracun, akan tetapi limbah yang dihasilkan oleh industri mengandung

beberapa zat-zat yang apabila tidak di olah terlebih dahulu maka akan dapat

mencemari lingkungan sekitar.

Teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara

umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan; pengolahan kimia, pengolahan

fisika dan pengolahan biologis.

Contoh pengolahan limbah kosmetik di Indonesia yaitu pengolahan limbah

PT. Procter & Gamble (P&G).

limbah cair dari PT. P&G terutama mengandung bahan organik yang tinggi

yang berasal dari produksi shampo (80 % dari total limbah). Sistem

pengolahan limbah cair PT P&G dilakukan secara kombinasi fisik-kimia-

biologis. Pengolahan kimia yang digunakan adalah proses koagulasil

flokulasi, sedangkan proses biologis yang digunakan adalah proses lumpur

aktif (activated sludge).

B. Saran

Dalam mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai

aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap

pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu

lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar

terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk

hidup, tumbuhan atau benda lainnya.