pengolahan dan pelaporan hasil penilaian

59
Modul 9 Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian Dra. Ida Lestari, M.Pd. A. MANFAAT DAN RELEVANSI Pada modul terdahulu, Anda telah belajar pengertian, prinsip, serta perencanaan alat pengumpulan data dalam rangka mengevaluasi hasil dan proses pembelajaran. Pengolahan hasil ujian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perencanaan dan proses pembelajaran pada umumnya sebab efektivitas kegiatan pembelajaran salah satunya diwarnai oleh efektivitas pengolahan hasil ujian itu sendiri. Kegiatan pembelajaran akan dipandang efektif jika didukung oleh kegiatan pengolahan hasil belajar yang efektif pula. Sayangnya, masih ada guru yang melakukan pengolahan hasil ujian secara asal-asalan, sekadar untuk bukti bahwa mereka mampu memberi nilai kepada murid-muridnya. Sehubungan dengan kegiatan pengolahan hasil ujian itu, ada tiga pekerjaan pokok yang seharusnya dilakukan guru, yaitu tahap koreksi, tahap pemberian nilai, dan tahap penentuan kedudukan siswa dalam kelompoknya. Ketiga pekerjaan ini sangat menuntut ketekunan dan kesadaran yang tinggi dari setiap guru selaku evaluator. Pada bagian modul ini, Anda akan belajar menganalisis data yang telah dikumpulkan dan menafsirkannya sesuai dengan tujuan penilaian. Salah satu tugas guru dalam evaluasi adalah melakukan analisis dan penafsiran terhadap hasil pengukuran ataupun penilaian. Pada Kegiatan Belajar 1, Anda akan belajar (a) pengertian pengolahan, (b) tujuan pengolahan, (c) prinsip pengolahan, (d) pendekatan pengolahan dan prosedur pengolahan nilai, (e) contoh penganalisisan dan penafsiran hasil penilaian yang berupa tes (esai ataupun objektif), serta (f) praktik penganalisisan dan penafsiran hasil penilaian berdasarkan ketuntasan. PENDAHULUAN

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

35 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

Modul 9

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

Dra. Ida Lestari, M.Pd.

A. MANFAAT DAN RELEVANSI

Pada modul terdahulu, Anda telah belajar pengertian, prinsip, serta

perencanaan alat pengumpulan data dalam rangka mengevaluasi hasil dan

proses pembelajaran. Pengolahan hasil ujian merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari perencanaan dan proses pembelajaran pada umumnya sebab

efektivitas kegiatan pembelajaran salah satunya diwarnai oleh efektivitas

pengolahan hasil ujian itu sendiri. Kegiatan pembelajaran akan dipandang

efektif jika didukung oleh kegiatan pengolahan hasil belajar yang efektif

pula. Sayangnya, masih ada guru yang melakukan pengolahan hasil ujian

secara asal-asalan, sekadar untuk bukti bahwa mereka mampu memberi nilai

kepada murid-muridnya.

Sehubungan dengan kegiatan pengolahan hasil ujian itu, ada tiga

pekerjaan pokok yang seharusnya dilakukan guru, yaitu tahap koreksi, tahap

pemberian nilai, dan tahap penentuan kedudukan siswa dalam kelompoknya.

Ketiga pekerjaan ini sangat menuntut ketekunan dan kesadaran yang tinggi

dari setiap guru selaku evaluator.

Pada bagian modul ini, Anda akan belajar menganalisis data yang telah

dikumpulkan dan menafsirkannya sesuai dengan tujuan penilaian. Salah satu

tugas guru dalam evaluasi adalah melakukan analisis dan penafsiran terhadap

hasil pengukuran ataupun penilaian. Pada Kegiatan Belajar 1, Anda akan

belajar (a) pengertian pengolahan, (b) tujuan pengolahan, (c) prinsip

pengolahan, (d) pendekatan pengolahan dan prosedur pengolahan nilai, (e)

contoh penganalisisan dan penafsiran hasil penilaian yang berupa tes (esai

ataupun objektif), serta (f) praktik penganalisisan dan penafsiran hasil

penilaian berdasarkan ketuntasan.

PENDAHULUAN

Page 2: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.2 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Pada Kegiatan Belajar 2, Anda akan belajar (a) tujuan dan prinsip

pelaporan, (b) pengolahan, serta (c) tujuan pengolahan.

Setelah mempelajari modul ini, secara umum Anda diharapkan dapat

berlatih mempraktikkan penyekoran dan penafsiran hasil penilaian. Secara

khusus, setelah mempelajari modul ini, diharapkan Anda mampu menguasai

hal-hal berikut.

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan, prinsip, dan pendekatan

pengolahan hasil (penentuan kualitas).

2. Mahasiswa mampu menjelaskan langkah penganalisisan dan penafsiran

hasil penilaian yang berupa tes (esai ataupun objektif), penilaian unjuk

kerja, portofolio, serta penilaian proses yang berupa deskripsi munculnya

perilaku.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dan prinsip pelaporan hasil

penilaian.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk-bentuk pelaporan hasil

penilaian.

B. DESKRIPSI/CAKUPAN MATERI MODUL

Modul ini penting dipelajari sebagai bekal untuk merencanakan

penyusunan alat penilaian menyimak. Modul ini penting dipelajari karena

dengan memahami prinsip penilaian menyimak, seorang guru dapat

menyusun alat penilaian menyimak secara tepat.

Materi yang akan Anda pelajari mencakup (1) konstruk kemampuan

menyimak dan sasaran penilaian menyimak serta (2) ragam kemampuan

menyimak dan alat penilaiannya.

C. SUSUNAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan pembelajaran terdiri atas lima tahap. Tahapan pembelajaran

dalam modul ini dilakukan dengan urutan berikut.

Kegiatan Belajar 1: pendekatan dalam penilaian kemampuan menyimak,

konstruk kemampuan menyimak, serta contoh penilaian

menyimak yang sesuai dengan konstruk dan yang tidak

sesuai dengan konstruk.

Page 3: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.3

Kegiatan Belajar 2: ragam tingkatan kemampuan menyimak contohnya alat

penilaian hasil dalam pembelajaran menyimak, alat

penilaian proses dalam penilaian menyimak

penilaiannya, serta perencanaan penilaian hasil dan

proses dalam pembelajaran menyimak.

Page 4: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.4 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

KEGIATAN BELAJAR 1

Pengolahan Hasil Penilaian

engolahan hasil ujian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

perencanaan dan proses pembelajaran pada umumnya. Bacalah dengan

saksama paparan berikut!

A. PENGERTIAN DAN TUJUAN PENGOLAHAN HASIL

PENILAIAN

Pengertian pengolahan adalah pemberian nilai dengan cara

menerjemahkan informasi deskriptif ke dalam angka atau simbol lain yang

menunjukkan kualitas kinerja siswa. Setelah diperoleh skor, kemudian diolah

dengan cara dibandingkan kriteria tertentu. Permendiknas Nomor 20 Tahun

2007 menyebutkan bahwa penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan

dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta

didik. Dengan demikian, ada dua substansi penting yang harus dicermati

pendidik dalam konteks penilaian, yaitu proses pengumpulan dan proses

pengolahan. Pengumpulan hasil belajar siswa dilakukan melalui ulangan,

baik ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,

maupun ulangan kenaikan kelas.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sebagian pendidik belum

melaksanakan proses pengumpulan dan pengolahan hasil belajar dengan baik

dan benar. Terdapat sinyalemen bahwa dalam proses pengumpulan dan

pengolahan hasil belajar siswa, pendidik tidak mencermati kompetensi dasar

dan indikator. Akibatnya, pendidik kesulitan dalam menyimpulkan

keberhasilan pencapaian kompetensi dasar. Oleh karena itu, diperlukan

desiminasi yang berkelanjutan berkaitan dengan penilaian hasil belajar

sehingga ada persamaan persepsi dan kesatuan langkah dalam

implementasinya. Oleh sebab itu, penilaian hasil belajar lebih merupakan

proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh pendidik untuk

memberikan keputusan tentang hasil belajar peserta didik berdasarkan

tahapan belajarnya. Dari proses ini, diperoleh potret/profil kemampuan

peserta didik dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan kompetensi

dasar yang tercantum dalam standar isi.

P

Page 5: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.5

Penilaian hasil belajar merupakan suatu proses yang dilakukan melalui

langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan

informasi, pengolahan, dan penggunaan informasi, baik untuk tindak lanjut

bagi perbaikan kualitas pembelajaran maupun untuk menentukan

keberhasilan belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar dilaksanakan

melalui berbagai teknik, seperti tes tertulis yang digunakan untuk mengukur

aspek kognitif, tes praktik untuk mengukur aspek keterampilan, dan

observasi atau pengamatan untuk menilai aspek afektif.

Tujuan pengolahan adalah mengomunikasikan makna informasi tentang

pembelajaran dan prestasi murid. Secara khusus, pengolahan nilai

mengandung empat tujuan dasar berikut (Airasian, 2001).

1. Administratif

Hasil pengolahan yang berupa nilai atau grade membantu menentukan

ranking kelas murid, kelulusan, dan apakah murid bisa naik ke kelas

selanjutnya atau tidak.

2. Informasional

Nilai dapat dipakai untuk menginformasikan kepada murid, orang tua,

dan pihak lain (seperti pengawas sekolah) tentang hasil kerja murid. Sebuah

grade atau nilai merepresentasikan penilaian guru terhadap seberapa baik

murid dalam memenuhi tujuan instruksional dan target pembelajaran.

3. Motivasional

Strategi yang baik adalah membantu murid agar termotivasi secara

intrinsik. Walaupun demikian, dalam dunia pendidikan tempat nilai

diberikan, banyak murid belajar keras karena mereka termotivasi secara

ekstrinsik, yakni ingin mendapat nilai tinggi dan takut nilai rendah.

4. Pedoman

Nilai membantu murid, orang tua, dan konselor untuk memilih kursus

dan level tugas yang tepat bagi murid. Nilai memberi informasi tentang

murid mana yang butuh bantuan khusus dan level pendidikan apa yang akan

tepat bagi murid.

Page 6: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.6 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

B. PRINSIP PENGOLAHAN HASIL PENILAIAN

Terdapat beberapa prinsip pengolahan hasil pengolahan. Bacalah prinsip

penilaian berikut dengan saksama.

1. Pengolahan Bersumber dari Beragam Bukti Belajar

Pengolahan hasil belajar perlu mempertimbangkan bukti belajar yang

berbeda-beda. Bukti belajar yang berbeda-beda diberi bobot yang sesuai.

Pemberian grade kategori tidak hanya untuk penilaian hasil, tetapi juga

penilaian proses (aspek afektif). Guru tidak boleh hanya mengolah kualitas

siswa berdasarkan ujian semata. Pertimbangan berbagai bukti belajar dan

pembobotannya dicontohkan berikut. Misalnya, digunakan sumber

pengolahan dari berbagai bukti belajar berikut dengan pembobotan tertentu.

Tes utama 20%

Ujian akhir 25%

Ulangan 20%

PR 5%

Laporan oral 10%

Proyek 20%

Banyak guru tidak menggunakan pekerjaan rumah sebagai komponen

untuk penilaian. Salah satu alasannya adalah ketika nilai murid tergantung

pada PR atau tugas lain yang dikerjakan di luar kelas, orang tuanya mungkin

ikut membantu atau bahkan mengerjakan sendiri tugas itu agar anaknya dapat

nilai yang bagus. Alasan lain adalah murid dengan lingkungan rumah yang

lebih baik akan lebih diuntungkan. Sebagaimana dengan aspek penilaian

kelas lainnya, penilaian Anda harus menyintesiskan informasi-informasi

untuk mendapatkan nilai murid. Jika seorang murid tidak mengerjakan

beberapa tugas, beberapa guru menurunkan nilai murid.

2. Keterbukaan Sistem Cara Pengolahan

Prinsip lain dalam pengolahan hasil adalah adanya keterbukaan sistem

yang digunakan pada pengolahan. Dengan keterbukaan cara pengolahan,

semua orang bisa mengontrol jika terdapat kesalahan.

Page 7: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.7

C. PENDEKATAN PADA PENETAPAN NILAI DAN KELULUSAN

HASIL BELAJAR

PAP (criterion referenced evaluation) mencoba menafsirkan hasil tes

yang diperoleh siswa dengan membandingkannya dengan patokan yang telah

ditetapkan. Patokan ini biasanya ditetapkan sebelum pembelajaran dimulai

dan digunakan sebagai “standar kelulusan”. Standar kelulusan ini di dalam

PAP bersifat ajek dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Oleh karena itu, PAP

ini dikenal pula dengan nama “standar mutlak”.

Berhubung standar penilaian ditentukan secara mutlak, banyaknya siswa

yang lulus dan memperoleh nilai tinggi akan mencerminkan prestasi siswa

sekaligus juga mencerminkan penguasaannya terhadap bahan pelajaran.

Sebagai konsekuensi logis penggunaan standar mutlak ini, sangat mungkin

terjadi bahwa sebagian besar siswa dalam satu kelompok lulus dengan nilai

tinggi, sebagian besar siswa tidak lulus karena nilainya di bawah standar

minimal, atau jumlah siswa yang mendapat nilai tinggi dan rendah mungkin

pula berimbang. Hasil pengolahan yang demikian jika digambarkan dalam

bentuk kurva akan berwujud kurva juling positif, kurva juling negatif, dan

kurva normal.

Penafsiran hasil tes yang mempergunakan PAP dilakukan dengan

membandingkan nilai hasil tes yang diperoleh siswa dengan patokan yang

telah ditetapkan sebelumnya. Akan tetapi, kriteria yang dipergunakan untuk

menetapkan besarnya patokan itu sendiri hingga kini belum ada kesepakatan.

Oleh karena itu, selama ini setiap lembaga/sekolah biasanya bersepakat untuk

membuat patokan yang akan diberlakukan di tempat masing-masing.

Pendekatan acuan patokan (PAP) pada umumnya digunakan untuk

menguji tingkat penguasaan bahan pelajaran. Pengujian tingkat penguasaan

bahan biasanya dilaksanakan pada pengajaran yang berorientasi pada tujuan

dan strategi belajar tuntas. Oleh karena itu, nilai seorang siswa yang

ditafsirkan dengan standar mutlak menunjukkan tingkat penguasaan riilnya

terhadap bahan pelajaran dan juga merupakan standar pencapaian indikator

sesuai dengan standar ketuntasan belajar.

Agar nilai yang diperoleh siswa dapat berfungsi seperti yang diharapkan,

yaitu mencerminkan tingkat penguasaan siswa, alat tes yang dipergunakan

harus dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi kelayakan, kesahihan,

maupun ketepercayaannya. Butir-butir tes yang disusun harus sesuai dengan

tujuan dan deskripsi bahan pelajaran yang diberikan. Pendekatan PAP

Page 8: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.8 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

memiliki beberapa kelebihan yang meliputi (1) hasil PAP merupakan umpan

balik yang dapat digunakan guru sebagai introspeksi tentang program

pembelajaran yang telah dilaksanakan, (2) hasil PAP dapat membantu guru

dalam pengambilan keputusan tentang perlu atau tidaknya penyajian ulang

topik/materi tertentu, serta (3) hasil PAP dapat pula membantu guru

merancang pelaksanaan program remedi.

PAN (norm referenced evaluation) dikenal pula dengan sebutan “standar

relatif” atau norma kelompok. Pendekatan ini menafsirkan hasil tes yang

diperoleh siswa dengan membandingkannya dengan hasil tes siswa lain

dalam kelompoknya. Alat pembanding itu ditentukan berdasarkan skor yang

diperoleh siswa dalam satu kelompok. Ini berarti standar kelulusan baru

dapat ditentukan setelah diperoleh skor siswa. Hal ini mengisyaratkan kepada

kita bahwa standar yang dibuat untuk kelompok tertentu tidak dapat

digunakan untuk kelompok lainnya. Begitu pula dengan standar yang

digunakan untuk hasil tes sebelumnya tidak dapat digunakan untuk hasil tes

sekarang atau yang akan datang. Jadi, setiap kali kita memperoleh data hasil

tes, kita dituntut untuk membuat norma baru. Jika dibandingkan antara norma

yang satu dan yang lainnya, mungkin saja akan ditemukan standar yang

sangat berbeda. Jika kelompok tertentu kebetulan siswanya pintar-pintar,

norma/standar kelulusannya akan tinggi. Sebaliknya, jika siswanya kurang

pintar, standar kelulusannya pun akan rendah. Itulah sebabnya pendekatan ini

disebut standar relatif.

Pendekatan PAN ini mendasarkan diri pada asumsi distribusi normal

walaupun kadar kenormalannya tidak selalu sama untuk tiap kelompok.

Dengan demikian, walau tiap-tiap kelompok sama-sama menghasilkan kurva

normal, mean kurva yang satu dengan kurva lainnya mungkin saja berbeda.

Sebagai konsekuensinya, seorang siswa yang memperoleh nilai tinggi dalam

suatu kelompok mungkin akan memperoleh nilai rendah jika ia dimasukkan

dalam kelompok lainnya. Demikian pula sebaliknya.

Konversi didasarkan pada mean dan standar deviasi (SD) yang dihitung

dari hasil tes yang diperoleh. Oleh karena itu, untuk membuat standar

penilaian atau pedoman konversi, terlebih dahulu kita harus menghitung

mean dan SD-nya. Jika dihubungkan dengan skala penilaian, pedoman

konversi untuk PAN dapat mempergunakan berbagai skala, misalnya skala

lima, sembilan, sepuluh, dan seratus.

Berbeda dengan PAP, PAN tidak dapat digunakan untuk mengukur

kadar pencapaian tujuan dan tingkat penguasaan bahan. PAN sering

Page 9: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.9

digunakan untuk fungsi prediktif serta meramalkan keberhasilan pendidikan

siswa di masa mendatang atau untuk menentukan peringkat/kedudukan siswa

dalam kelompok. Ada beberapa keunggulan yang dimiliki PAN yang

mencakup (1) hasil PAN dapat membuat guru bersikap positif dalam

memperlakukan siswa sebagai individu yang unik, (2) hasil PAN merupakan

informasi yang baik tentang kedudukan siswa dalam kelompoknya, serta (3)

PAN dapat digunakan untuk menyeleksi calon siswa yang dites secara ketat.

Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan

penilaian yang digunakan adalah penilaian yang mengacu pada kriteria atau

patokan. Dalam hal ini, prestasi peserta didik ditentukan oleh kriteria yang

telah ditetapkan untuk penguasaan suatu kompetensi. Meskipun demikian,

kadang-kadang dapat digunakan penilaian acuan norma untuk maksud khusus

tertentu sesuai dengan kegunaannya, seperti untuk memilih peserta didik

masuk rombongan belajar yang mana, untuk mengelompokkan peserta didik

dalam kegiatan belajar, serta untuk menyeleksi peserta didik yang mewakili

sekolah dalam lomba antarsekolah.

D. LANGKAH PENGOLAHAN HASIL PENILAIAN

Pada konteks pembelajaran berbasis kompetensi, kegiatan yang

dilakukan oleh pendidik pada tahap pengolahan adalah menganalisis hasil

penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu membandingkan hasil penilaian

masing-masing peserta didik dengan standar yang telah ditetapkan. Untuk

penilaian yang dilakukan oleh pendidik, hasil penilaian masing-masing

peserta didik dibandingkan dengan KKM. Analisis ini bermanfaat untuk

mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik serta

untuk memperbaiki pembelajaran.

Nilai merefleksikan penilaian guru. Ada tiga hal utama yang perlu

dipertanyakan guru dalam melakukan pengolahan. Tiga hal tersebut adalah

(1) apa standar perbandingan yang akan digunakan untuk grading, (2) apa

aspek kinerja murid yang akan digunakan untuk menetapkan nilai, serta (3)

bagaimana guru memberi bobot pada jenis bukti yang berbeda dalam

menentukan nilai.

Kinerja murid bisa diberi nilai melalui perbandingan dengan kinerja

murid lain atau dengan standar kinerja yang telah ditentukan sebelumnya.

Grading berdasarkan pada norma (norm-referenced) adalah sistem grading

berdasarkan perbandingan kinerja murid dengan murid lainnya dalam kelas

Page 10: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.10 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

atau kelas lainnya. Dalam sistem semacam ini, murid mendapatkan nilai

tinggi jika kinerjanya lebih baik ketimbang kinerja dari sebagian besar teman

sekelasnya dan murid mendapat nilai rendah jika kinerjanya lebih buruk.

Grading jenis ini biasanya disebut sebagai grading on the curve. Dalam

grading yang mengacu pada norma, skala grading menentukan persentase

murid yang mendapat nilai tertentu. Dalam kebanyakan kasus, skala dibuat

sehingga persentase murid terbesar akan mendapat nilai C.

Berikut ini pembagian nilai yang lazim dipakai: 15 persen A, 25 persen

B, 40 persen C, 15 persen D, dan 5 persen F. Dalam menentukan nilai,

instruktur atau pengajar sering melihat gap dalam range nilai. Jika enam

murid mendapat nilai 92 sampai 100 dan 10 murid mendapat 81 sampai 88

serta tidak ada nilai antara 88 dan 92; guru akan memberi nilai A untuk 92

sampai 100 dan B untuk 81—88. Grading berdasar norma ini telah dikritik

karena mengurangi motivasi murid, meningkatkan kecemasan mereka,

meningkatkan interaksi negatif di antara murid, dan menghambat

pembelajaran.

Ada pula membandingkan kinerja dengan standar yang telah ditentukan.

Grading berdasarkan kriteria berarti murid mendapat nilai tertentu untuk

level kinerja tertentu, terlepas dari perbandingan dengan hasil murid lainnya.

Sehubungan dengan kegiatan pengolahan hasil ujian itu, ada tiga

pekerjaan pokok yang seharusnya dilakukan guru, yaitu tahap koreksi, tahap

pemberian nilai, dan tahap penentuan kedudukan siswa dalam kelompoknya.

Ketiga pekerjaan ini sangat menuntut ketekunan dan kesadaran yang tinggi

dari setiap guru selaku evaluator.

Pada tahap koreksi, yang seharusnya dilakukan guru adalah membaca

lembar jawaban siswa dengan teliti untuk melihat apakah jawaban mereka

sudah sesuai dengan tuntutan kunci jawaban atau belum, kemudian memberi

skor pada setiap lembar jawaban yang sudah dibaca. Dalam kacamata

Arikunto (2005: 275), “Hampir semua guru tidak menyenangi pekerjaan

koreksi dan membuat catatan tentang hasil prestasi siswa. Pekerjaan itu

membutuhkan ketekunan dan ketelitian yang luar biasa dan menuntut banyak

energi.” Benarkah demikian? Jika ya, wajar kalau mutu pendidikan di negara

kita terpuruk. Apalagi kalau yang malas mengoreksi itu adalah guru bahasa

Indonesia sebab guru bahasa, terutama dalam pembelajaran mengarang,

betul-betul dituntut mampu memberikan balikan terhadap karangan siswa

sampai pada hal-hal yang sekecil-kecilnya, seperti masalah titik dan koma.

Cara paling sederhana dalam menetapkan skor mentah (row score)

adalah menjumlahkan semua skor jawaban betul dari setiap butir soal. Bagi

Page 11: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.11

siswa, skor ini belum dapat dianggap sebagai cerminan prestasi akademis

mereka. Oleh karena itu, menurut Arikunto (2005: 22), setiap guru

diwajibkan untuk mengubah skor itu menjadi skor berstandar 100.

Sesudah mengoreksi semua lembar jawaban siswa, pekerjaan selanjutnya

adalah melakukan pemberian nilai kepada siswa sesuai skor yang terdapat

pada setiap lembar jawaban yang sudah diperiksa. Pada tahap ini, skor

mentah dikonversikan menjadi nilai berstandar 100. Untuk mengonversikan

skor ke dalam nilai berstandar ini, guru terlebih dahulu perlu menetapkan

skor maksimum dari suatu ujian. Setelah itu menghitung nilai setiap siswa

dengan cara membagi skor perolehan dengan skor maksimum, kemudian

dikalikan 100%. Hasil perhitungan inilah yang kemudian ditetapkan sebagai

nilai masing-masing siswa.

Contoh A

Skor maksimum yang diharapkan dari suatu ujian adalah 40. Aya mendapat

skor 24. Ini berarti Aya sebenarnya hanya menguasai 60% 24

100%40

dari

tuntutan ketuntasan belajar.

Contoh B

Skor yang diperoleh Azam adalah 36. Sesuai proses pengubahan skor yang

dilakukan terhadap Aya, itu berarti Azam layak mendapat nilai 90

36100%

40

karena dia menguasai 90% dari tuntutan.

Dengan mencermati kedua contoh sebelumnya, kiranya Anda dapat

membedakan antara skor dan nilai. Bagi Aya, 24 adalah skor perolehan,

sedangkan nilai yang layak diterimanya adalah 60. Begitu pula dengan Azam,

dia berhak mendapat nilai 90 walaupun skor perolehannya hanya 36.

Tahapan terakhir dari proses pengolahan hasil ujian, yaitu tahap

penentuan kedudukan siswa dalam kelompok. Pada tahap ini, pekerjaan

guru adalah membandingkan prestasi seorang siswa dengan prestasi siswa

lain dalam kelompok/kelasnya. Ada beberapa cara yang biasa digunakan

orang dalam menentukan kedudukan siswa dalam kelompok, di antaranya

dengan (1) ranking sederhana/simple rank, (2) rangking persentase/percentile

rank, serta (3) standar deviasi dan dengan z-score. Sajian berikut hanya akan

menyajikan cara penentuan kedudukan siswa dengan standar deviasi. Untuk

Page 12: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.12 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

ini, biasanya para pakar evaluasi menggunakan PAP, PAN, dan gabungan

PAP dengan PAN.

Terdapat beberapa langkah dalam melakukan proses pengumpulan dan

pengolahan penilaian. Langkah tersebut meliputi (1) menginformasikan

silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan dan kriteria

penilaian pada awal semester; (2) mengembangkan indikator pencapaian KD

dan pemilihan teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus mata

pelajaran; (3) mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai

dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih; (4) melaksanakan tes,

pengamatan, penugasan, dan bentuk lain yang diperlukan; (5) mengolah hasil

penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar

peserta didik; (6) mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik

disertai balikan/komentar yang mendidik; (7) memanfaatkan hasil penilaian

untuk perbaikan pembelajaran; (8) melaporkan hasil penilaian mata pelajaran

pada setiap akhir semester kepada pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk

satu nilai prestasi belajar peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai

cerminan kompetensi utuh; serta (9) melaporkan hasil penilaian akhlak

kepada guru pendidikan agama dan hasil penilaian kepribadian kepada guru

pendidikan kewarganegaraan yang digunakan sebagai informasi untuk

menentukan nilai akhir semester akhlak dan kepribadian peserta didik dengan

kategori sangat baik, baik, atau kurang baik.

Menetapkan nilai hasil belajar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

menggunakan acuan patokan dan menggunakan acuan norma. Masing-

masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Oleh karena itu, sebaiknya

dipakai keduanya dengan cara bergantian. Perhitungan skor di atas masih

dalam bentuk skor mentah. Oleh karena itu, hasil perhitungannya perlu diolah

lagi guna menentukan nilai akhir. Setidaknya ada dua fungsi, yaitu

menentukan posisi dan prestasi atau nilai siswa dibandingkan dengan

kelompoknya. Untuk menentukan batas kelulusan setidaknya dapat dilakukan

dengan tiga cara, yaitu batas lulus aktual, batas lulus ideal, dan batas lulus

purposif.

1. Batas Lulus Aktual

Batas lulus aktual didasarkan pada nilai rata-rata aktual yang dicapai

oleh kelompok siswa. Yang perlu dihitung adalah nilai rata-rata dan standar

deviasinya. Skor yang dinyatakan lulus adalah skor di atas X + 0,25SD.

Page 13: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.13

2. Batas Lulus Ideal

Batas lulus ideal hampir sama dengan batas lulus aktual karena batas

lulus ideal juga menggunakan rata-rata dan simpangan baku. Bedanya, batas

lulus ideal rata-ratanya ditentukan setengah dari skor maksimum. Sementara

itu, simpangan baku sepertiga dari nilai rata-rata ideal.

3. Batas Lulus Purposif

Batas lulus purposif mengacu pada penilaian acuan patokan sehingga

tidak perlu menghitung nilai rata-rata dan simpangan bakunya. Nilai dibuat

berdasarkan kriteria tertentu yang sudah ditetapkan. Misalnya, batas

kelulusan adalah skor di atas 75% dari skor maksimum. Misalnya, nilai

maksimum mahasiswa di kelas 80 maka batas kelulusannya adalah 75% × 80

= 60. Jadi, mahasiswa yang dinyatakan lulus adalah yang nilainya lebih dari

60, sedangkan mahasiswa yang nilainya kurang dari 60 dinyatakan tidak

lulus.

Bacalah dengan saksama contoh pengolahan yang terdiri atas

pengoreksian dan pengolahan nilai.

a. Penyekoran lembar hasil pekerjaan siswa

Penyekoran tes objektif dilakukan dengan cara mencocokkan tiap butir

dengan kunci jawaban. Ada dua cara yang bisa dilakukan dalam memeriksa

lembar jawaban tes objektif. Lembar jawaban diperiksa per orang.

Maksudnya, setelah selesai memeriksa hasil si A dan diberi skor, lalu

memeriksa punya si B, lalu si C, dan seterusnya. Lembar jawaban diperiksa

nomor demi nomor. Misalnya, satu lokal terdiri atas 30 orang maka

pemeriksaan lembar jawaban dilakukan mulai nomor satu pada seluruh

lembar jawaban esai. Setelah selesai, dilanjutkan dengan nomor dua untuk

seluruh lembar jawaban mahasiswa, demikian seterusnya. Apabila

dibandingkan cara pertama dengan cara kedua, cara kedua lebih objektif.

Sementara itu, cara pertama lebih subjektif. Oleh karena itu, sebaiknya untuk

memperoleh hasil yang lebih objektif, gunakan cara kedua. Contoh

penyekoran tes objektif dan esai dipaparkan berikut.

Page 14: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.14 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

FORMAT 5.2 FORMAT LEMBAR KUNCI JAWABAN

Nama : ................................................

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

A B C D A B C D A B C D

1 21 41

2 22 42

3 23 43

4 24 44

5 25 45

6 26 46

7 27 47

8 28 48

9 29 49

10 30 50

11 31 51

12 32 52

13 33 53

14 34 54

15 35 55

16 36 56

17 37 57

18 38 58

19 39 59

20 40 60

Page 15: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.15

FORMAT 5.2 LEMBAR JAWABAN DAN KUNCI JAWABAN

Nama : ................................................

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila

Penyekoran tes objektif lebih mudah. Penyekoran tes objektif dilakukan

dengan menyekor tiap butir tes objektif dibandingkan kunci jawaban yang

ditentukan. Memeriksa tes bentuk esai lebih sulit dibandingkan dengan

bentuk tes objektif. Siapa pun yang menilai lembar jawaban tes objektif

hasilnya pasti sama. Sementara itu, memeriksa tes esai hasilnya bisa berbeda

kalau yang memeriksa orangnya berbeda sekalipun kriteria jawaban yang

tepat sudah ditetapkan. Itu sebabnya bentuk tes ini disebut dengan tes

subjektif. Untuk menghindari faktor subjektivitas, sebaiknya sebelum

memeriksa lembar jawaban dipersiapkan dulu kriteria/pedoman jawaban

yang benar.

A B C D A B C D A B C D

1 X 21 41

2 X 22 42

3 23 43

4 X 24 44

5 25 45

6 X 26 46

7 X 27 X 47

8 X 28 48

9 X 29 49

10 30 X 50

11 X 31 51

12 32 52

13 X 33 53

14 X 34 54

15 35 55

16 X 36 56

17 X 37 57

18 38 58

19 X 39 59

20 X 40 60

Page 16: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.16 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Pemberian skor dapat dipilih dari beberapa skala pengukuran, misalnya

skala 1—4, 1—10, dan 1—100. Sebaiknya, jangan memberikan skor nol.

Mulailah skoring dari angka 1. Semakin tinggi skala pengukuran yang

digunakan, hasilnya semakin halus dan akurat. Pemberian skor ini berlaku

sama untuk semua nomor soal. Setelah menetapkan skoring, langkah

selanjutnya adalah menetapkan pembobotan sesuai dengan tingkat kesukaran

soal. Sebaiknya, gunakan skala 1—10, misalnya soal yang mudah diberi

bobot 2, sedang bobotnya 3, dan soal yang sulit bobotnya 5.

Ada juga yang melakukan penilaian lembar jawaban tidak mengikuti

cara di atas, setiap soal langsung diberi bobot nilai tanpa mempertimbangkan

skala pengukuran sehingga skala pengukuran tiap item tidak sama. Proses

penetapan skornya adalah skor setiap item diperoleh dengan cara nilai setiap

item dikali bobot dan jumlahkan total nilai (skor kerja) setiap item, lalu

dibagi dengan skor ideal. Untuk lebih jelasnya, berikut akan diberikan contoh

perhitungan. Pemberian bobot dalam pengolahan lembar jawaban soal esai

sangat penting karena skor diberikan benar-benar atas dasar kemampuan.

Kenyataan juga menunjukkan bahwa setiap item tes tingkat kesukarannya

berbeda. Amati pedoman penyekoran tes esai berikut.

Balada Terbunuhnya Atmo Karpo

Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi

bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya

di pucuk-pucuk para

mengepit kuat-kuat lutut penunggang perampok

yang diburu

surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang

Segenap warga desa mengepung hutan itu

dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo

mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang

berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri.

Satu demi satu yang maju tersadap darahnya

penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka

- Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!

Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa

Majulah Joko Pandan! Di mana ia?

Page 17: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.17

Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa

Anak panah empat arah dan musuh tiga silang

Atmo Karpo masih tegak, luka tujuh liang

- Joko Pandan! Di mana ia?

Hanya padanya seorang kukandung dosa.

Bedah perutnya tapi masih setan ia!

menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala

- Joko Pandan! Di mana ia?

Hanya padanya seorang kukandung dosa.

Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan

segala menyibak, bagi derapnya kuda hitam

ridla dada, bagi derunya dendam yang tiba

Pada langkah pertama keduanya sama baja

Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo

Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka

Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka

pesta bulan, sorak-sorai, anggur darah.

Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang

Ia telah membunuh bapaknya.

karya WS Rendra

Soal

1) Tentukan tokoh pada puisi naratif tersebut!

2) Tentukan setting/latar terjadinya peristiwa pada puisi tersebut!

3) Simpulkan tema yang terdapat pada puisi tersebut!

4) Tentukan amanat yang terdapat pada puisi tersebut!

Page 18: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.18 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

PEDOMAN PENYEKORAN

No Rubrik penilaian Skor

1 Latar/setting ▪ Di hutan, di malam hari, dan suasananya ramai ▪ Di hutan, di malam hari ▪ Di hutan ▪ Menyimpang

25 10 5

2 Tokoh ▪ Atmo Karpo, Joko Pandan, dan warga desa ▪ Atmo Karpo dan Joko Pandan ▪ Atmo Karpo

25 10 5

3 Tema ▪ Joko Pandan membunuh Atmo Karpo yang notabene

adalah ayahnya sendiri ▪ Joko Pandan membunuh perampok ▪ Joko Pandan bertarung dengan perampok

25

10 5

4 Amanat ▪ Kita harus menegakkan keadilan walaupun dengan

keluarga kita sendiri ▪ Kita harus membunuh perampok ▪ kita tidak boleh merampok

25 10 5

Berdasarkan pedoman penyekoran tersebut, tentukan skor untuk siswa

yang memiliki jawaban berikut.

a. Tokoh dalam puisi tersebut adalah Joko Pandan.

b. Setting yang terjadi di sebuah jalan desa.

c. Joko Pandan melawan perampok.

d. Amanat yang terkandung adalah jangan merampok.

b. Pengolahan skor menjadi nilai

Setelah skor didapatkan, perlu diolah menjadi nilai. Dengan kata lain,

diperlukan konversi hasil skoring menjadi nilai akhir. Kesalahan sering

terjadi pada pemberian nilai akhir, yaitu hasil skoring dianggap sebuah nilai

akhir. Padahal, seharusnya hasil skoring tersebut harus dikonversi dulu

menjadi nilai akhir dalam bentuk skala yang sudah ditetapkan sebelumnya

dalam bentuk skala 1—4, skala 1—10, dan skala 1—100. Berikut akan

dibahas cara mengonversi hasil skor menjadi nilai akhir.

Cara konversi sederhana dapat dilakukan. Cara ini sangat sederhana dan

mengabaikan tingkat ketelitian dan keakuratan data. Tidak mustahil akan

terjadi kesalahan interpretasi karena cara ini mengabaikan tingkat varian

Page 19: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.19

kemampuan mahasiswa. Misalnya, kriteria yang digunakan dalam bentuk

persentase. Nilai 10 apabila mencapai angka 100%.

Konversi dengan menggunakan mean dan standar deviasi juga dapat

digunakan. Cara ini lebih akurat karena sudah mempertimbangkan tingkat

variansi hasil belajar sehingga nilai akhir sangat ditentukan oleh

kelompoknya. Apabila standar deviasinya kecil, interval nilainya juga kecil.

Sebaliknya, apabila standar deviasinya besar interval nilainya juga besar.

Konversi cara ini biasanya dilakukan untuk penilaian standar 10 dan standar

4 atau standar huruf. Kriteria yang digunakan untuk melakukan konversi skor

mentah menjadi standar 10 sebagai berikut.

M + 2,25 (SD) = 10

M + 1,75 (SD) = 9

M + 1,25 (SD) = 8

M + 0,75 (SD) = 7

M + 0,25 (SD) = 6

M – 0,25 (SD) = 5

M – 0,75 (SD) = 4

M – 1,25 (SD) = 3

M – 1,75 (SD) = 2

M – 0,25 (SD) = 1

Catatan : M = mean atau nilai rata-rata

SD = standar deviasi

Penetapan nilai akhir semester biasanya berdasarkan total nilai mandiri,

terstruktur, mid semester, dan semester. Setelah diperoleh totalnya, lalu

dikonversi menjadi huruf. Persoalan biasanya timbul saat menetapkan

interval nilai A, B, C, dan D. Untuk menetapkan interval, seharusnya dimulai

dari batas kelulusan. Misalnya, batas kelulusan adalah 60. Lebih dari atau

sama dengan 60 dinyatakan lulus. Kurang dari 60 tidak lulus. Maka itu,

perhitungan intervalnya adalah (a) hitung range skor tertinggi dengan skor

terendah, dalam hal ini skor tertinggi (H)100 terendah (L) 60, R = H – L =

100 – 60 = 40; (b) tetapkan banyak intervalnya, misalnya yang dinyatakan

lulus minimal C (nilai yang dinyatakan lulus adalah A, B, C berarti

banyaknya interval adalah 3); (c) menentukan rentang interval; dan (d)

membuat interval nilai.

Page 20: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.20 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Jika kita menginginkan nilai plus dan minus diperhitungkan, proses

penetapan intervalnya adalah (a) hitung range skor tertinggi dengan skor

terendah, dalam hal ini skor tertinggi (H)100 terendah (L) 60, R = H – L =

100 – 60 = 40; (b) tetapkan banyak intervalnya, misalnya yang dinyatakan

lulus minimal –C, nilai yang dinyatakan lulus adalah A+, A, A–, B+, B, B–,

C+, C, C–, itu berarti banyaknya interval adalah 9; (c) menentukan rentang

interval; dan (d) membuat interval nilai.

Dua contoh di atas menunjukkan bahwa semakin banyak interval yang

digunakan (menggunakan plus dan minus), nilai yang ditetapkan semakin

halus. Sebaliknya, semakin sedikit interval yang digunakan (tidak

menggunakan plus dan minus), nilai yang ditetapkan semakin kasar.

E. PENGOLAHAN DAN PENAFSIRAN HASIL ANALISIS BUTIR

Terdapat dua cara yang dapat digunakan dalam analisis butir

soal, yaitu analisis soal secara kualitatif dan kuantitatif. Kedua teknik ini

masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Oleh karena itu,

teknik terbaik adalah menggunakan keduanya (penggabungan). Analisis

butir soal dilakukan berkaitan dengan (1) menentukan soal-soal yang cacat

atau tidak berfungsi baik serta (2) meningkatkan kualitas alat penilaian.

Manfaat penting dari analisis butir adalah mengetahui bagian/butir soal

yang paling banyak belum dikuasai siswa, rata-rata siswa menguasai, dan

butir yang telah dikuasai sebagian besar siswa. Amati hasil berikut.

JENIS ULANGAN : KLS/PROG.: MATA PELAJARAN : TH. PEL. : KOMPETENSI DASAR :

NO NAMA SISWA L/P NIS Skor dan Nomor Soal Skor

Total 1 2 3 4 5

1 Adi Parmana Putra Kadek L 2991 1 0 1 1 0 3

2 Agus Ariadi Kadek L 2994 1 0 1 0 0 2

3 Agus Ciptawan Putu L 3033 0 1 1 1 1 4

4 Aria Kadek L 2728 1 0 0 0 1 2

5 Ayu Ketut Reptiliana P 3003 1 0 1 1 1 4 JML BENAR 4 1 4 3 3

JML PESERTA 5 5 5 5 5

TK. KESUKARAN 0.80 0.20 0.80 0.60 0.60

KRITERIA Md Sk Md Sd Sd

Page 21: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.21

Dari data tersebut, disimpulkan bahwa soal nomor 2 yang paling belum

dikuasai siswa. Indikator yang diukur pada soal nomor 1 dan 3 sudah sangat

dikuasai siswa. Skor tertinggi yang dicapai siswa 4 dan skor terendah yang

dicapai siswa 1. Data tersebut bermanfaat bagi guru untuk mengetahui bagian

materi mana yang perlu ditekankan lagi dan mana yang sudah cukup.

Analisis tingkat kesukaran soal bentuk uraian dicontohkan berikut.

NO NAMA SISWA L/P NIS Skor dan Nomor Soal Skor

Total 1 2 3 4 5

1 Adi Parmana Putra Kadek L 2991 8 4 1 8 1 22

2 Agus Ariadi Kadek L 2994 4 3 2 7 2 18

3 Agus Ciptawan Putu L 3033 6 2 1 6 2 17

4 Aria Kadek L 2728 3 3 0 4 1 11

5 Ayu Ketut Reptiliana P 3003 2 4 0 2 2 10 RERATA SKOR 4.60 3.20 0.80 5.40 1.60

SKOR MAKSIMAL 8 6 4 10 2

TK. KESUKARAN 0.58 0.53 0.20 0.54 0.80

KRITERIA Sd Sd Sk Sd Md

Dari data hasil tes uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator

yang diukur dengan soal nomor 3 belum dikuasai siswa. Indikator pada soal

nomor 5 dikuasai siswa dengan baik.

F. ANALISIS PENENTUAN KETUNTASAN SISWA

Setelah pelaksanaan ulangan, hasil ulangan diinformasikan kepada

peserta didik sebelum diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang

belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remedi. Untuk sampai

pada simpulan tersebut, diperlukan langkah pengolahan hasil belajar. Salah

satu teknik strategis yang cepat dan mudah diterapkan dalam menganalisis

hasil belajar siswa adalah menerapkan program Microsoft Excel.

Langkah-langkah pengolahan hasil belajar dengan Excel antara lain

adalah 1) menyusun format sesuai dengan jumlah indikator dan butir soal,

2) menentukan KKM untuk masing-masing indikator dan kompetensi dasar,

3) menerapkan beberapa formula, serta 4) memasukkan hasil belajar siswa.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah seorang siswa sudah

tuntas dalam kompetensi dasar tertentu. Prinsip penilaian yang berorientasi

pada ketuntasan hasil mengharuskan seorang pendidik mengolah hasil belajar

siswa untuk menyimpulkan tuntas tidaknya seorang siswa menguasai tujuan

Page 22: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.22 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

pembelajaran. Siswa yang belum tuntas dilakukan remedial, sedangkan yang

sudah tuntas dilakukan pengayaan.

Kegiatan yang dilakukan oleh pendidik pada tahap analisis adalah

menganalisis hasil penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu

membandingkan hasil penilaian masing-masing peserta didik dengan standar

yang telah ditetapkan. Untuk penilaian yang dilakukan oleh pendidik hasil

penilaian masing-masing peserta didik dibandingkan dengan KKM. Analisis

ini bermanfaat untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar

peserta didik serta untuk memperbaiki pembelajaran.

Langkah yang ditempuh untuk penentuan ketuntasan meliputi (a)

membandingkan hasil tes dengan kunci jawaban/pedoman, (b) menyekor tiap

aspek, (c) menjumlahkan skor perolehan siswa, (d) menentukan nilai siswa

(skor perolehan dibagi skor maksimal dikalikan seratus), dan (e)

membandingkan nilai akhir dengan KKM. Penjelasan tentang KKM

dipaparkan berikut. Bacalah dengan saksama.

1. Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar adalah tingkat ketercapaian kompetensi setelah

peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran yang diukur dengan

menggunakan kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria

ketuntasan minimal yang harus dicapai siswa pada setiap mata pelajaran.

2. Menyusun KKM

Panduan dalam menyusun KKM dipaparkan berikut.

a. KKM ditentukan oleh kesepakatan guru mata pelajaran berdasarkan hasil

analisis SWOT tentang kondisi siswa dan kondisi daya dukung

madrasah.

b. Nilai ketuntasan maksimal adalah 100.

c. KKM dapat ditentukan di bawah 75%, tetapi perlu terus dinaikkan dari

waktu ke waktu.

d. Jika siswa tidak tuntas, perlu diberi layanan remedial, sedangkan yang

sudah tuntas diberi pengayaan.

e. Kegiatan remedial adalah kegiatan pembelajaran yang diberikan untuk

membantu siswa yang belum mencapai KKM yang ditetapkan.

f. Remedial dilaksanakan setiap saat, baik pada jam efektif maupun jam

tidak efektif. Penilaian kegiatan remedial dapat melalui tes ataupun

penugasan.

Page 23: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.23

g. Nilai KKM dinyatakan dalam bilangan bulat 0—100.

h. Nilai KKM harus dicantumkan dalam laporan hasil belajar siswa

(LHBS).

3. Cara Menghitung KKM

KKM merupakan target ketuntasan minimal untuk setiap aspek penilaian

mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh masing-masing madrasah. Untuk

menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM), dihitung berdasarkan tiga

komponen, yaitu kompleksitas, daya dukung, dan intake. Karena semua

kompetensi dasar itu adalah esensial, pertimbangan hanya mencakup tiga

komponen tersebut.

Pada tingkat kesulitan dan kerumitan setiap KD yang harus dicapai oleh

siswa, terdapat tingkat kompleksitas tinggi apabila dalam pelaksanaannya

menuntut (i) SDM yang kompeten dan kreatif dalam melaksanakan

pembelajaran; (ii) waktu cukup lama karena perlu pengulangan; serta (iii)

perlu penalaran dan kecermatan yang tinggi dari siswa. Yang dimaksud

dengan kemampuan sumber daya pendukung, yaitu ketersediaan tenaga,

sarana dan prasarana pendidikan yang sangat dibutuhkan, BOP, manajemen

madrasah, serta kepedulian stakeholders madrasah.

KKM dapat dihitung dengan dua cara, yaitu dengan perhitungan kasar

menggunakan rentang nilai 1 sampai 3 dan secara lebih halus dengan

rentangan nilai dari 1 sampai 100 untuk setiap komponen yang dinilai dengan

menggunakan tabel penilaian sebagai berikut.

Tabel 9.1 Indikator dan Rentang Nilai Komponen KKM

No. Komponen Kategori penilaian

Rentang kasar Rentang halus

1. Kompleksitas Tinggi Sedang Rendah

1 2 3

54—60 65—80

81—100

2. Daya dukung Tinggi Sedang Rendah

3 2 1

81—100 65—80 54—60

3. Tingkat kemampuan rata-rata siswa (intake)

Tinggi Sedang Rendah

3 2 1

81—100 65—80 54—60

Page 24: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.24 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Misalnya, dengan menggunakan nilai rentang kasar, untuk pelajaran

matematika kompleksitasnya “tinggi” berarti nilainya 1, “daya dukung”

untuk melaksanakan pembelajaran matematika “tinggi”, dan intake dari nilai

rata-rata siswa “sedang”. Jika KD di dalam mata pelajaran memiliki kriteria

kompleksitas rendah, daya dukung tinggi, dan intake siswa sedang, nilai

KKM matematika adalah (3 + 3 + 2) : 9 × 100 = 88,9. Sementara itu, apabila

menggunakan nilai rentang halus untuk kompleksitas 58, daya dukung 96,

dan tingkat kemampuan 76; KKM untuk mata pelajaran matematika menjadi

(58 + 96 + 76) : 300 × 100 = 76,6. Apabila terdapat kesulitan dalam

menentukan kriteria penilaian pada setiap komponen itu, penentuan nilai

tersebut dapat didiskusikan dalam forum musyawarah guru mata pelajaran

(MGMP).

4. Informasi KKM pada Dokumen KTSP

Berdasarkan pertimbangan intake, kompleksitas mapel, dan daya dukung

yang dimiliki madrasah, semua mata pelajaran yang diajarkan di MTs-PSA

Al-Azhariyyah ditentukan oleh KKM sesuai dengan kondisi objektif

madrasah sebagaimana tertera pada Tabel 9.2. Kemudian, siswa yang belum

mencapai kriteria ketuntasan minimal dari masing-masing mata pelajaran

harus mengikuti program perbaikan (remedial) sampai mencapai ketuntasan

minimal.

Tabel 9.2 Kriteria Ketuntasan Minimal Mata Pelajaran

No. Mata Pelajaran KKM

KELAS VII

KKM KELAS

VIII

KKM KELAS

IX

1 Pendidikan Agama Islam

70

70

75 a. Alquran-Hadis Penguasaan konsep

Membaca dan menulis

Sikap beragama

b. Fikih Penguasaan konsep 70

70

70 Keterampilan

beribadah

Sikap beragama

c. Akidah Akhlak Penguasaan konsep 70

70

75 Keterampilan

Sikap beragama

d. Sejarah Penguasaan konsep 70 70 75

Page 25: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.25

Kebudayaan Islam

Sikap beragama

e. Bahasa Arab Mendengarkan 65

70

70 Berbicara

Membaca

Menulis

2. Pendidikan kewarganegaraan

Penguasaan konsep 70 70 70

Praktik

3. Bahasa dan sastra Indonesia

Mendengarkan 65

70

70 Berbicara

Membaca

Menulis

4. Bahasa Inggris Mendengarkan 62

63

65 Berbicara

Membaca

Menulis

5. Matematika Bilangan 62

63

64 Aljabar

Geometri dan pengukuran

Peluang dan statistik

6. Pengetahuan alam (sains)

Penguasaan konsep 65 68 70

Keterampilan sains

7. Pengetahuan sosial Penguasaan konsep 65 68 70

Keterampilan sosial

8. Kesenian Apresiasi 70 70 75

Kreasi

9. Pendidikan jasmani Permainan dan olahraga

70

73

75

Pengembangan

Uji diri dan senam

Pilihan

10. Keterampilan (TIK) Pengetahuan 70 70 75

Praktik

11. Mulok : bahasa daerah

Mendengarkan 65

70

70 Berbicara

Membaca

Menulis

Mulok : Penguasaan konsep 70

70

70 Keterampilan

Sikap beragama

Pengembangan diri tidak menggunakan KKM. Amati contoh penentuan

ketuntasan hasil belajar siswa berikut.

Page 26: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.26 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Setelah tes dilakukan, guru harus menganalisis ketuntasan belajar yang

diukur dengan hasil tes yang dilakukan guru untuk masing-masing tahapan

ujian yang dilakukan.

Tabel 9.3

Nama

Hasil penyekoran Kategori Penentuan ketuntasan

Asyanty 85 B (ada sedikit kesalahan penggunaan ejaan)

Tuntas (karena di atas KKM)

Sunarti 87 A (pemilihan dan pengembangan isi unik dan kreatif)

Tuntas (karena di atas KKM)

Arifin 65 D (pengembangan ide terbatas, kesalahan kepaduan, kesatuan, serta penggunaan kata dan tanda baca)

remedi (karena di bawah KKM)

Demian 60 D (pengembangan ide tidak ada, kesalahan kepaduan, kesatuan, serta penggunaan kata dan tanda baca)

Remedi

Ramly 80 B (sedikit kesalahan kepaduan dan kesatuan ide)

Tuntas

Sidin Ali 86 B Tuntas

Rusgianto 75 B Tuntas

Tukas Imaroh 80 B Tuntas

Emi Sola 87 A Tuntas

Keterangan

1. KKM bahasa Indonesia 70.

2. Keputusan/simpulan remedi jika nilai siswa di bawah 70 dan di atas 70

dikategorikan tuntas.

Analisis ketuntasan dilakukan untuk menentukan apakah peserta didik

telah berhasil menguasai suatu kompetensi mengacu pada indikator yang

telah dikembangkan. Penilaian dilakukan pada waktu pembelajaran atau

setelah pembelajaran berlangsung. Penilaian pencapaian sebuah indikator

dapat dijaring dengan berbagai jenis penilaian. Guru mendiagnosis hasil

ulangan harian peserta didik sebagai dasar untuk menentukan bentuk

kegiatan remedial. Kegiatan dapat berupa tatap muka dengan guru atau diberi

Page 27: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.27

kesempatan untuk belajar sendiri, kemudian dilakukan penilaian dengan cara

menjawab pertanyaan, membuat rangkuman pelajaran, atau mengerjakan

tugas pengumpulan data. Waktu remedial diatur berdasarkan kesepakatan

antara peserta didik dan guru serta dapat dilaksanakan di luar jam efektif.

Remedial hanya diberikan untuk KD yang belum tuntas.

Kriteria ketuntasan minimal (KKM) setiap kompetensi dasar (KD)

diberikan skor 0%—100%. KKM ideal pencapaian masing-masing KD

adalah lebih besar atau sama dengan 75%, tetapi sekolah dapat menetapkan

KKM di bawah KKM ideal dengan catatan harus ditingkatkan secara

bertahap hingga mencapai KKM ideal (misalnya mulai dari 50%).

Pertimbangan yang digunakan sekolah dalam menentukan KKM di

sekolahnya adalah tingkat kemampuan akademis rata-rata peserta didik dan

ketersediaan daya dukung guru serta sarana dan prasarana. Dalam setiap KD,

pencapaian KKM merupakan syarat bagi peserta didik untuk melanjutkan

mengikuti proses pembelajaran untuk KD berikutnya. Apabila perolehan nilai

peserta didik pada satu KD masih di bawah KKM, peserta didik yang

bersangkutan belum menuntaskan KD tersebut dan harus mengikuti remedial.

Nilai ulangan harian ini tidak harus diperhitungkan dalam penentuan nilai

rapor.

Hasil analisis kemudian dideskripsikan dan ditetapkan implikasi

kebijakannya. Misalnya, siapa-siapa saja yang belum tuntas;

ketidaktuntasannya tersebut pada indikator berapa di KD berapa; apa bentuk

program remedial yang harus diikutinya; berapa lama program itu

dilaksanakan; bagaimana bentuk penilai dari hasil kegiatan remedial yang

dilakukannya; dan seterusnya.

G. PENENTUAN KENAIKAN KELAS/KELULUSAN DAN

KRITERIA KENAIKAN KELAS DAN KELULUSAN

Rata-rata KKM juga dijadikan bahan pertimbangan siswa untuk naik

kelas. Kenaikan kelas diartikan sebagai proses pengambilan keputusan bagi

peserta didik untuk naik atau tidak naik dari suatu tingkat kelas ke tingkat

kelas berikutnya yang didasarkan pada perolehan kualifikasi dan kompetensi

tertentu sesuai dengan jenjang yang dipersyaratkan dan melalui suatu proses

penilaian atau evaluasi yang komprehensif. Penentuan kriteria kenaikan kelas

diatur dengan mengikuti aturan dari pusat dan juga ditambahkan sendiri oleh

madrasah.

Page 28: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.28 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Rambu-rambu dalam menentukan kenaikan kelas sebagai berikut.

1. Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas dan harus mengulang apabila

(a) tidak menuntaskan standar kompetensi dan kompetensi dasar lebih

dari empat mata pelajaran sampai pada batas akhir tahun pelajaran serta

(b) karena alasan yang kuat, misal karena gangguan kesehatan fisik,

emosi, atau mental, sehingga tidak mungkin berhasil dibantu mencapai

kompetensi yang ditargetkan.

2. Ketika mengulang di kelas yang sama, nilai peserta didik untuk semua

indikator, kompetensi dasar, dan standar kompetensi yang ketuntasan

belajar minimnya sudah dicapai minimal sama dengan yang dicapai pada

tahun sebelumnya.

Kriteria umum kelulusan didasarkan pada ketentuan PP Nomor 19 Tahun

2005 Pasal 72 ayat (1), yakni peserta didik dinyatakan lulus dari satuan

pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah dengan aturan berikut.

1. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran.

2. Memperoleh minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata

pelajaran kelompok, mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok

kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika,

serta kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.

3. Lulus ujian madrasah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu

pengetahuan dan teknologi.

4. Lulus ujian nasional.

5. Ketentuan formal lain yang dikeluarkan oleh pihak terkait berkenaan

dengan pelaksanaan ujian nasional akan menjadi acuan tambahan dalam

menentukan kriteria kelulusan.

Berdasarkan kriteria umum tersebut, madrasah menetapkan kriteria

kenaikan kelas/kelulusan dengan cara mengambil semua peraturan pusat dan

menambahkan hal-hal khusus dari madrasah. Dalam Box 05 berikut,

disajikan contoh peraturan kenaikan dan kelulusan pada dokumen KTSP

setelah ditambahkan hal-hal khusus sesuai dengan konteks madrasah.

Page 29: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.29

Tabel 9.4 Kriteria Kenaikan dan Kelulusan pada Sekolah X

Kriteria Kenaikan dan Kelulusan pada Sekolah X

1. Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila memenuhi syarat berikut.

a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada dua semester di kelas yang

diikuti.

b. Tidak terdapat nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada lebih dari

empat mata pelajaran pada semester yang diikuti.

c. Nilai minimal rata-rata 6,00 untuk mulok kepesantrenan.

d. Tidak ada nilai kurang dari 50,00 untuk salah satu atau lebih dari aspek penilaian

mata pelajaran.

e. Nilai rata-rata seluruh mata pelajaran pada semester itu lebih dari atau sama

dengan 6,00.

f. Memiliki nilai kepribadian minimal cukup untuk aspek kelakuan, kerajinan, kerapian,

dan kebersihan pada semester yang diikuti.

g. Memiliki nilai minimal cukup untuk aspek pengembangan diri yang diikuti.

h. Ketidakhadiran tanpa izin (alpa) maksimal 5% dari jumlah hari efektif (14 hari).

2. Peserta didik dinyatakan mengulang di jenjang kelas yang sama apabila terdapat hal

berikut.

a. Memiliki nilai di bawah kriteria ketuntasan belajar minimal (KKM) pada lebih dari

empat mata pelajaran.

b. Ada nilai kurang dari 50,00 untuk salah satu atau lebih dari aspek penilaian mata

pelajaran.

c. Nilai rata-rata seluruh mata pelajaran pada semester itu kurang dari 6,00.

d. Kepribadian dan pengembangan diri kurang dari cukup.

e. Karena alasan yang kuat, misalnya karena gangguan kesehatan fisik, emosi, dan

mental, sehingga tidak mungkin berhasil dibantu mencapai kompetensi yang

ditargetkan.

f. Ketidakhadiran tanpa izin (alpa) lebih dari 5% dari jumlah hari efektif (>14).

Penetapan kenaikan kelas dihitung berdasarkan pencapaian hasil belajar

semester ganjil dan genap pada satu tahun ajaran dengan ketentuan berikut.

1. Jika capaian hasil belajar pada semester ganjil dan genap nilai suatu

pelajaran tuntas, untuk mata pelajaran tersebut dinyatakan tuntas.

2. Jika capaian hasil belajar pada semester ganjil dan genap nilai suatu

pelajaran tidak tuntas, untuk mata pelajaran tersebut dinyatakan tidak

tuntas.

Page 30: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.30 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

3. Jika capaian hasil belajar mata pelajaran pada salah satu dari semester

ganjil dan genap tidak tuntas, ketuntasan mata pelajaran tersebut harus

dilakukan penghitungan pada mata pelajaran sebagai berikut.

a. Hitunglah nilai rata-rata capaian hasil belajar semester ganjil dan

genap pada mata pelajaran tersebut.

b. Hitunglah rata-rata KKM semester genap dan ganjil mata pelajaran

tersebut.

c. Jika nilai rata-rata capaian semester genap dan ganjil mata pelajaran

tersebut sama atau lebih besar dari rata-rata KKM, pelajaran tersebut

dinyatakan tuntas. Sebaliknya, apabila di bawahnya, dinyatakan

tidak tuntas seperti di bawah ini.

Tabel 9.5

Contoh Perhitungan yang Menunjukkan Tidak Tuntas

Semester KKM Nilai capaian hasil belajar

Ganjil 70 65

Genap 70 70

Rata-rata 70 67,5

Tabel 9.6

Contoh Perhitungan yang Menunjukkan Tuntas

Semester KKM Nilai capaian hasil belajar

Ganjil 70 65

Genap 70 85

Rata-Rata 70 75

Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 ayat (1), peserta didik

dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada satuan pendidikan dasar dan

menengah setelah

1. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;

2. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata

pelajaran kelompok, mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok

mata pelajaran dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, serta

kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan;

3. lulus ujian/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan

dan teknologi;

Page 31: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.31

Formula Predikat kelulusan

A B CNK

3

+ +=

Dengan keterangan sbb :

▪ NK = Nilai rata-rata kelulusan

▪ A = Rata-rata nilai rapor semester 1 sampai IV

▪ B =Rata-rata nilai ujian tingkat Madrasah

▪ C = Rata rata nilai ujian nasional

▪ Predikat kelulusan berdasarkan kategori sebagai berikut.

▪ NK Lebih besar atau sama dengan 8,5 : Sangat baik

▪ NK Lebih besar atau sama dengan 7,5 dan kurang dari 8,5 : Baik

▪ NK Kurang dari 7,5 : Cukup

Contoh :

▪ A = 8

▪ B = 8

▪ C = 7, maka 8 8 7 

NK   7,333

+ += =

4. lulus ujian nasional;

5. memenuhi standar kelulusan UN yang berlaku pada tahun pelajaran

berjalan.

a) memiliki nilai rata-rata minimal 5,00 untuk seluruh mata pelajaran

yang diujikan dengan tidak ada nilai di bawah 4,25;

b) memiliki nilai minimal 4,00 pada salah satu mata pelajaran dengan

nilai dua mata pelajaran lain minimal 6,00;

c) predikat kelulusan dihitung dengan menggunakan formula berikut.

Contoh Formula untuk Menetapkan Predikat Kelulusan (Tahun 2008)

Penentuan kelulusan tahun-tahun berikutnya mengikuti ketentuan

pemerintah yang berlaku pada tahun tersebut. Berikut pengolahan untuk

penentuan kenaikan kelas/kelulusan.

Ulhar + UTS + UAS + Tugas

Nilai rapor4

=

Page 32: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.32 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

1) Jelaskan langkah yang harus ditempuh untuk menentukan ketuntasan

hasil belajar siswa!

2) Bacalah hasil berikut dan tentukan ketuntasan tiap-tiap siswa jika KKM

80!

Nama Hasil Penyekoran Kategori Penentuan Ketuntasan

Asyanty 85 C (kesalahan penggunaan ejaan)

Tuntas (karena di atas KKM)

Sunarti 87 C (ada kesalahan pengembangan isi)

Tuntas (karena di atas KKM)

Arifin 65 D (pengembangan ide terbatas, kesalahan kepaduan, kesatuan, serta penggunaan kata dan tanda baca)

Remedi ( karena di bawah KKM)

Demian 60 D (pengembangan ide tidak ada, kesalahan kepaduan, kesatuan, serta penggunaan kata dan tanda baca)

Remedi

Ramly 80 B (sedikit kesalahan kepaduan dan kesatuan ide)

tuntas

Sidin Ali 70 Kesalahan kepaduan dan kesatuan ide

Tidak tuntas

Rusgianto 75 Kesalahan kepaduan dan kesatuan ide

Tidak tuntas

Tukas Imaroh 80 C Tuntas

Emi Sola 87 C Tuntas

Keterangan

KKM bahasa Indonesia 80

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,

kerjakanlah latihan berikut!

Page 33: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.33

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk mengukur keberhasilan Anda dalam menjawab soal pelatihan di

atas, coba Anda cocokkan dengan rambu-rambu jawaban berikut ini.

1) Prosedur yang harus ditempuh untuk menentukan ketuntasan hasil

penilaian yang berupa tes objektif sebagai berikut.

a. Melakukan penyekoran tiap butir berdasarkan kunci jawaban.

b. Menentukan skor perolehan siswa.

c. Menentukan nilai siswa dengan cara membagi skor perolehan

dengan skor maksimal dan dikalikan 100.

d. Membandingkan nilai siswa dengan KKM.

e. Menyimpulkan siswa yang tuntas dan tidak tuntas.

2) Penentuan ketuntasan dilakukan dengan membandingkan nilai yang

diperoleh siswa dengan KKM.

KKM bahasa Indonesia yang ditetapkan 80. Keputusan/simpulan remedi

jika nilai siswa di bawah 80 dan jika skor sama atau di atas 80

dikategorikan tuntas.

Jawaban dirangkum pada tabel berikut.

Pada standar penilaian, tugas menganalisis dan penafsiran hasil penilaian

dipaparkan pada tabel berikut.

Jenis-jenis Penilaian dan Tanggung Jawab

Penilai Jenis

penilaian

Pengumpul/ penganalisis analisis

libat

Ruang lingkup materi

Pendidik Ulangan harian (penilaian proses akhir KD)

Pendidik KD

Pendidik (koordinasi satuan pendidikan)

Ulangan tengah semester (penilaian akhir beberapa KD atau akhir sebuah SK)

Pendidik (internal/pengendalian mutu)

Beberapa KD atau SK

Ulangan akhir semester ganjil (komprehensif, seluruh kompetensi dalam satu semester)

Pendidik

Dapat berupa beberapa KD atau SK

Page 34: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.34 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Penilai Jenis

penilaian

Pengumpul/ penganalisis analisis

libat

Ruang lingkup materi

Ulangan kenaikan kelas/akhir semester genap

Pendidik SKL yang dipelajari pada tahun yang bersangkutan

Satuan pendidikan

- Ujian sekolah - Penilaian akhir

akhlak dan kepribadian

- Sekolah. (internal/pengendalian

mutu) - Rapat dewan pendidik

- Mata pelajaran kelompok iptek yang tidak diujikan dalam UN Aspek kognitif agama

dan akhlak mulia serta kewarganegaraan dan kepribadian

- Aspek afektif agama dan

akhlak mulia serta kewarganegaraan dan kepribadian

Pemerintah

Ujian nasional (UN)

Pemerintah Seluruh SKL ujian nasional

Prinsip pengolahan hasil ada dua, yaitu menggunakan berbagai

sumber bukti belajar dan menggunakan keterbukaan. Pengolahan hasil

penilaian bisa menggunakan pendekatan acuan patokan atau pendekatan

acuan norma. Pendekatan PAP memiliki beberapa kelebihan yang

meliputi (1) hasil PAP merupakan umpan balik yang dapat digunakan

guru sebagai introspeksi tentang program pembelajaran yang telah

dilaksanakan, (2) hasil PAP dapat membantu guru dalam pengambilan

keputusan tentang perlu atau tidaknya penyajian ulang topik/materi

tertentu, serta (3) hasil PAP dapat pula membantu guru merancang

pelaksanaan program remedi. Pendekatan acuan norma PAN (norm

referenced evaluation) dikenal pula dengan sebutan “standar relatif” atau

norma kelompok. Pendekatan ini menafsirkan hasil tes yang diperoleh

siswa dengan membandingkannya dengan hasil tes siswa lain dalam

kelompoknya. Alat pembanding itu ditentukan berdasarkan skor yang

diperoleh siswa dalam satu kelompok. Ini berarti standar kelulusan baru

dapat ditentukan setelah diperoleh skor siswa. Hal ini mengisyaratkan

kepada kita bahwa standar yang dibuat untuk kelompok tertentu tidak

dapat digunakan untuk kelompok lainnya. Begitu pula dengan standar

yang digunakan untuk hasil tes sebelumnya tidak dapat digunakan untuk

RANGKUMAN

Page 35: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.35

hasil tes sekarang atau yang akan datang. Jadi, setiap kali kita

memperoleh data hasil tes, kita dituntut untuk membuat norma baru.

Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan

pengolahan hasil yang digunakan adalah penilaian yang mengacu pada

kriteria atau patokan. Dalam hal ini, prestasi peserta didik ditentukan

oleh kriteria yang telah ditetapkan untuk penguasaan suatu kompetensi.

Meskipun demikian, kadang-kadang dapat digunakan penilaian acuan

norma untuk maksud khusus tertentu sesuai dengan kegunaannya, seperti

untuk memilih peserta didik masuk rombongan belajar yang mana, untuk

mengelompokkan peserta didik dalam kegiatan belajar, dan untuk

menyeleksi peserta didik yang mewakili sekolah dalam lomba

antarsekolah.

Prosedur yang harus ditempuh untuk menentukan ketuntasan

kompetensi dasar adalah (a) melakukan penyekoran berdasarkan kunci

jawaban/rambu penyekoran ataupun rubrik, (b) menentukan skor

perolehan siswa, (c) menentukan nilai siswa dengan cara membagi skor

perolehan dengan skor maksimal dan dikalikan 100%, (d)

membandingkan nilai siswa dengan KKM (kriteria ketuntasan minimal),

serta (e) menyimpulkan siswa yang tuntas dan tidak tuntas.

Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan

penilaian yang digunakan adalah penilaian yang mengacu pada kriteria

atau patokan. Dalam hal ini, prestasi peserta didik ditentukan oleh

kriteria yang telah ditetapkan untuk penguasaan suatu kompetensi.

Meskipun demikian, kadang-kadang dapat digunakan penilaian acuan

norma untuk maksud tertentu sesuai dengan kegunaannya, seperti untuk

memilih peserta didik masuk rombongan belajar yang mana, untuk

mengelompokkan peserta didik dalam kegiatan belajar, dan untuk

menyeleksi peserta didik yang mewakili sekolah dalam lomba

antarsekolah.

1) Prinsip pengolahan hasil penilaian adalah menggunakan ....

A. tes subjektif dan objektif

B. lembar pengamatan dan jurnal

C. berbagai sumber dan transparan

D. alat penilaian guru dan penilaian standar

TES FORMATIF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

Page 36: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.36 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

2) Simpulan pengolahan hasil analisis butir bagi perbaikan pembelajaran

adalah ....

A. mengetahui daya beda yang dapat membedakan siswa yang pandai

dan kurang pandai

B. mengetahui tingkat kesulitan suatu soal yang akan diberikan kepada

siswa

C. menentukan soal yang dibuang dan digunakan

D. menentukan bagian yang paling belum dikuasai sebagian besar

siswa

3) Manfaat analisis butir bagi siswa adalah ....

A. perbaikan pembelajaran

B. mengetahui kualitas soal

C. mengetahui daya beda soal

D. mengetahui soal yang direvisi dan yang tidak

4) Berikut ini prosedur yang harus ditempuh untuk menentukan ketuntasan

hasil penilaian yang berupa tes objektif, kecuali ....

A. melakukan penyekoran tiap butir berdasarkan kunci jawaban

B. menentukan rambu-rambu jawaban secara perinci (bobot tiap

rambu-rambu jawaban)

C. menentukan nilai siswa dengan cara membagi skor perolehan

dengan skor maksimal dan dikalikan 100

D. membandingkan nilai siswa dengan KKM

5) Berikut ini prinsip pengolahan hasil, kecuali ....

A. pengolahan produk tidak hanya secara kuantitatif, tetapi juga secara

kualitatif

B. pengolahan hasil tes esai menggunakan pedoman yang memiliki

interrater tinggi

C. pengolahan hasil tes objektif didahului dengan pencocokan kunci

D. pengolahan hasil unjuk kerja didahului dengan pencocokan kunci

6) Langkah awal pengolahan untuk menentukan ketuntasan siswa pada alat

penilaian unjuk kerja adalah ....

A. mencocokkan dengan kunci

B. menyekor per butir berdasarkan deskripsi skor pada rubrik

C. menjumlahkan skor total

D. membandingkan dengan KKM

Page 37: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.37

7) Analisis hasil penilaian oleh satuan pendidikan berupa kegiatan berikut,

kecuali ....

A. menentukan nilai akhir untuk setiap mata pelajaran yang diperoleh

dari akumulasi nilai ulangan tengah semester, ulangan akhir

semester, dan penugasan

B. menentukan nilai akhir akhlak dan kepribadian peserta didik

C. menetapkan dapat tidaknya peserta didik naik kelas berdasarkan

kriteria kenaikan kelas yang telah ditetapkan

D. menentukan tuntas tidaknya siswa pada kompetensi dasar tertentu

8) Pendekatan acuan patokan (PAP) memiliki beberapa kelebihan,

kecuali ....

A. hasil PAP merupakan umpan balik yang dapat digunakan perbaikan

program

B. hasil PAP dapat membantu guru dalam pengambilan keputusan

tentang pengulangan topik

C. hasil PAP dapat pula membantu guru merancang pelaksanaan

program remedi

D. hasil PAP bisa menyesuaikan dengan kelompok siswa yang dinilai

sehingga fleksibel

9) PAN (norm referenced evaluation) dikenal pula dengan sebutan

memiliki kelemahan, yaitu ....

A. tidak dapat digunakan untuk kelompok yang berjumlah besar

B. standar yang dibuat untuk kelompok tertentu tidak dapat digunakan

untuk kelompok lainnya

C. standar yang digunakan untuk hasil tes sebelumnya tidak dapat

digunakan untuk hasil tes sekarang

D. kelompok tertentu, kebetulan siswanya pintar-pintar, standar

kelulusannya akan tinggi

10) Hasil penilaian proses guru diserahkan kepada ....

A. guru mata pelajaran

B. waka kurikulum

C. satuan pendidikan

D. guru PKn

Page 38: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.38 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang

terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.

Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan

Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali

80 - 89% = baik

70 - 79% = cukup

< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat

meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,

Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang

belum dikuasai.

Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar

100%Jumlah Soal

Page 39: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.39

Kegiatan Belajar 2

Pelaporan Hasil Penilaian

roses pelaporan penilaian hasil belajar siswa merupakan suatu tahapan

dari serangkaian suatu proses pendidikan di sekolah yang harus dilewati.

Pada pelaksanaannya, pelaporan harus memperhatikan (a) konsisten dengan

pelaksanaan penilaian di sekolah, (b) memuat perincian hasil belajar siswa

berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian

yang bermanfaat bagi pengembangan siswa, (c) menjamin orang tua siswa

akan informasi permasalahan anaknya dalam belajar, (d) mengandung

berbagai cara atau strategi komunikasi, serta (e) memberikan informasi yang

benar, jelas, dan akurat yang menggambarkan hasil belajar dan proses belajar

siswa.

A. HAKIKAT, FUNGSI, DAN TUJUAN PELAPORAN

Laporan kemajuan hasil belajar siswa merupakan sarana komunikasi dan

hubungan kerja sama antara sekolah, siswa, dan orang tua siswa. Laporan

berfungsi sebagai akuntabilitas publik. KTSP dirancang dan dilaksanakan

dalam kerangka manajemen berbasis sekolah, yaitu peran serta masyarakat di

bidang pendidikan tidak hanya terbatas pada dukungan dana, tetapi juga di

bidang akademis. Unsur penting dalam manajemen berbasis sekolah adalah

partisipasi masyarakat, transparansi, dan akuntabilitas publik. Atas dasar itu,

laporan kemajuan hasil belajar peserta didik dibuat sebagai

pertanggungjawaban lembaga sekolah kepada orang tua/wali peserta didik,

komite sekolah, masyarakat, dan instansi terkait lainnya. Laporan kemajuan

hasil belajar peserta didik merupakan sarana komunikasi dan sarana kerja

sama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat yang bermanfaat, baik bagi

kemajuan belajar peserta didik maupun pengembangan sekolah. Secara garis besar, tujuan pelaporan hasil belajar siswa adalah (a)

memberikan informasi yang tepat dan jelas tentang kemajuan hasil belajar

siswa dalam kurun waktu tertentu; (b) memberikan umpan balik bagi siswa

dalam mengetahui kelebihan dan kekurangannya sehingga menimbulkan

motivasi untuk belajar; (c) menetapkan kemajuan hasil belajar siswa secara

individual dalam pencapaian kompetensi; dan (d) melibatkan peran serta

masyarakat dalam dunia pendidikan.

P

Page 40: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.40 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Penilaian hasil belajar pada pendidikan dasar dan menengah dilakukan

oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah yang berupa ulangan atau

ujian. Berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi pendidik, proses

pengumpulan penilaian yang lazim diterapkan adalah ulangan. Berbagai jenis

ulangan yang dilakukan oleh pendidik, di antaranya ulangan harian, ulangan

tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Hasil

beragam ujian tersebut perlu dilaporkan.

Tujuan dari penyelenggaraan ulangan antara lain adalah 1) mengukur

pencapaian kompetensi peserta didik, 2) memantau kemajuan, 3) melakukan

perbaikan pembelajaran, serta 4) menentukan keberhasilan belajar peserta

didik. Oleh karena itu, ulangan seyogianya dilakukan oleh pendidik secara

berkesinambungan karena bertujuan memantau proses dan kemajuan belajar

peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran.

Efektivitas dari balikan hasil penilaian tersebut perlu didokumentasikan guru.

B. PELAPORAN PENDIDIK, SATUAN PENDIDIKAN, DAN

PEMERINTAH

Sebelum membuat pelaporan hasil penilaian, pendidik melakukan

kegiatan yang meliputi (1) menghitung/menetapkan nilai mata pelajaran dari

berbagai macam penilaian (hasil ulangan harian, tugas-tugas, ulangan tengah

semester, dan ulangan akhir semester atau ulangan kenaikan kelas); (2)

melaporkan hasil penilaian mata pelajaran dari setiap peserta didik pada

setiap akhir semester kepada pimpinan satuan pendidikan melalui wali kelas

atau wakil bidang akademis dalam bentuk nilai prestasi belajar (meliputi

aspek pengetahuan, praktik, dan sikap) disertai deskripsi singkat sebagai

cerminan kompetensi yang utuh; (3) memberi masukan hasil penilaian akhlak

kepada guru pendidikan agama dan hasil penilaian kepribadian kepada guru

pendidikan kewarganegaraan sebagai informasi untuk menentukan nilai akhir

semester akhlak dan kepribadian peserta didik; serta (4) pendidik yang

menilai ujian praktik melaporkan hasil penilaiannya kepada pimpinan satuan

pendidikan melalui wakil pimpinan bidang akademik (kurikulum).

Aspek yang dilaporkan pendidik mencakup penilaian hasil dan penilaian

proses. Penilaian hasil mencakup semua kompetensi dasar yang terdapat pada

standar isi. Hasil belajar adalah kompetensi yang dicapai peserta didik setelah

melalui proses pembelajaran. Kompetensi adalah kemampuan dan

keterampilan yang terefleksi pada cara berpikir, bertindak, dan berperilaku.

Page 41: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.41

Kompetensi memiliki tiga domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Ketiganya menjadi objek penilaian hasil belajar. PP Nomor 19 Tahun 2005

Pasal 64 ayat (1) menjelaskan bahwa penilai hasil belajar dilakukan melalui

ulangan harian (UH), ulangan tengah semester, ulangan semester, dan

ulangan kenaikan kelas. Sekolah bisa menentukan berapa kali ulangan harian

(UH), misalnya dilakukan minimal dua kali dalam satu semester di samping

ulangan tengah semester dan ulangan semester. Pada masing-masing tahapan

tersebut, penilaian dilakukan lengkap untuk ketiga aspeknya.

Penilaian ranah kognitif mengacu pada kompetensi dasar dan indikator

yang dirumuskan guru berdasarkan pesan/amanat yang terkandung pada

setiap KD. Kompetensi dasar yang sudah tuntas pada ujian tahap pertama

(UH 1) tidak diujikan lagi pada ujian tahap kedua (med smt atau UH 2). Itu

artinya setiap guru telah merencanakan KD apa-apa saja yang diujikan pada

UH 1, di med semester, dan di UH 2, kemudian di ujian semester dapat diuji

kembali semua kompetensi pada semester tersebut.

Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005, peran penilaian proses dengan penilai

hasil belajar berposisi setara hanya dibatasi oleh tanda koma. Dalam dunia

pendidikan, tidak ada yang namanya hasil belajar apabila tidak melalui

proses belajar. Setiap guru harus melaksanakan penilaian proses setiap kali ia

melaksanakan kegiatan tatap muka. Aspek yang dinilai dalam penilaian

proses antara lain adalah keterlibatan siswa dalam proses yang artinya sejauh

mana siswa tersebut melibatkan diri, pikiran, perasaan, dan fisiknya dalam

mengikuti proses belajar. Kemudian juga dinilai aspek afektif (keaktifan dan

kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang ditemukan dalam proses

belajar). Hasil penilaian proses ini perlu dilaporkan kepada keluarga.

Pelaksanaan penilaian proses belajar dapat dilakukan melalui pengamatan

dan penilaian bukti autentik proses belajar. Jika melakukan penilaian melalui

pengamatan, fokus penilaian dilakukan terhadap keterlibatan anak dalam

proses belajar. Misalnya, jika ia tidak hadir, pasti nilainya tidak ada. Akan

tetapi, jika ia minta izin keluar sewaktu proses berlangsung atau mengerjakan

tugas lain sewaktu dalam proses pembelajaran, tentu keterlibatannya akan

sangat kurang. Mungkin juga fisiknya hadir, sementara pikirannya tidak atau

ia hadir, tetapi tidak mau terlibat dalam kegiatan proses. Kondisi-kondisi

seperti inilah yang dimaksud dengan keterlibatan dalam proses. Pada

penilaian proses, juga diamati aspek afektif siswa yang berupa keaktifan dan

kreativitas dalam proses, keberanian berpendapat, kritis, kerja sama, dan

tanggung jawab. Penilaian proses mengamati apakah siswa mau bertanya,

Page 42: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.42 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

kemudia jika ditanya, ia mau menjawab atau memiliki ide-ide yang brilian

dalam memecahkan masalah yang terjadi selama proses pembelajaran

berlangsung.

Penilaian proses dapat juga dilakukan melalui penilaian bukti autentik

proses pembelajaran. Banyak hal yang merupakan bukti autentik keterlibatan

aktif seorang peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, di

antaranya konstruk-konstruk pengetahuan yang dihasilkan peserta didik

selama ia mengikuti proses pembelajaran. Konstruk pengetahuan ini dapat

dilihat pada catatan, kesimpulan, bagan-bagan, simbol-simbol, dan konstruk

lainnya sebagai bukti keterlibatannya dalam proses. Dapat juga dijadikan

bukti autentik proses latihan-latihan selama proses, seperti kuis, game,

pelaksanaan tugas-tugas terstruktur, tugas-tugas tidak terstruktur, dan lain-

lainnya.

Aspek-aspek sikap yang dinilai disepakati dalam rapat dewan guru pada

setiap semesternya dapat berbeda berdasarkan kesepakatan. Demikian juga

dengan standar ketuntasannya ditetapkan berdasarkan kesepakatan dalam

rapat dewan guru. Penilaian afektif dilakukan melalui pengamatan oleh guru

setiap kali proses pembelajaran berlangsung, siapa yang harus melaporkan

dan kepada siapa hasil dilaporkan. Jenis laporan ditinjau dari segi pelaku

yang membuat laporan dicontohkan berikut. Amati paparan berikut.

Pelaporan hasil penilaian disajikan dalam bentuk profil hasil belajar

peserta didik. Pada tahap pelaporan hasil penilaian, pendidik melaporkan

hasil penilaian mata pelajaran dari setiap peserta didik pada setiap akhir

semester kepada pimpinan satuan pendidikan melalui wali kelas atau wakil

bidang akademik dalam bentuk satu nilai prestasi belajar sebagai cerminan

kompetensi utuh mata pelajaran dan dilengkapi dengan deskripsi singkat

serta memberi masukan hasil penilaian akhlak peserta didik kepada guru

pendidikan agama dan hasil penilaian kepribadian kepada guru pendidikan

kewarganegaraan sebagai informasi untuk menentukan nilai akhir semester

akhlak dan kepribadian peserta didik.

Pelaporan hasil penilaian oleh satuan pendidikan dilakukan dengan

kegiatan melaporkan hasil penilaian untuk semua mata pelajaran pada setiap

akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk laporan

hasil belajar (rapor). Bagi orang tua, laporan ini dapat dimanfaatkan untuk

membantu dan memotivasi anaknya untuk belajar. Satuan pendidikan juga

melaporkan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan lengkap dengan

nilai yang dicapai kepada orang tua/walinya. Satuan pendidikan juga

Page 43: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.43

melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan setiap tahun

kepada dinas pendidikan kabupaten/kota.

Pelaporan hasil penilaian oleh pemerintah dilakukan untuk memetakan

pendidikan di Indonesia. Pemerintah menyampaikan laporan hasil analisis

UN kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Kegiatan pelaporan hasil

penilaian diawali dengan melakukan interpretasi hasil penilaian meliputi

ulangan harian, tugas, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester,

selanjutnya menyusun laporan hasil penilaian. Laporan hasil penilaian

dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas publik.

C. PRINSIP PELAPORAN HASIL PENILAIAN

Nilai merupakan metode paling umum untuk memberikan informasi

kepada orang tua siswa tentang kinerja dan kemajuan anaknya di sekolah.

Pelaporan hasil penilaian perlu memenuhi prinsip-prinsip berikut.

1. Laporan Harus Bermakna

Laporan yang berupa nilai/skor memberikan informasi yang sangat

terbatas dan kurang bermakna. Skor dan nilai tidak banyak memberi

informasi spesifik tentang bagaimana pembelajaran siswa, motivasi,

kemampuan kerja sama, dan perilaku afektif siswa yang lain. Laporan

hendaknya bermakna dengan memberikan laporan hasil yang relatif utuh

tentang kognitif siswa dan aspek afektif siswa. Deskripsi catatan anekdot

perlu dianalisis untuk menyimpulkan perkembangan kemampuan membaca

peserta didik. Laporan perlu disertabalikan/komentar yang mendidik mengenai

kekuatan dan yang masih perlu ditingkatkan lagi. Laporan perlu memuat

informasi yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik dan keluarga untuk (a)

mengetahui kemajuan hasil belajar siswa; (b) mengetahui kompetensi yang

belum dan yang sudah dicapai siswa; (c) memotivasi diri untuk belajar lebih

baik; serta (d) memperbaiki strategi belajar siswa.

2. Laporan Berisi Proses dan Hasil Belajar

Laporan kemajuan belajar peserta didik harus berisi perincian hasil

belajar dan perincian aspek afektif yang merupakan gambaran keterlibatan

siswa dalam proses pembelajaran. Laporan dapat disajikan dalam data

kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif disajikan dalam angka (skor),

misalnya seorang peserta didik mendapat nilai enam pada mata pelajaran

matematika. Baik peserta didik maupun orang tua yang kurang memahami

Page 44: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.44 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

makna angka tersebut dapat berkonsultasi dengan guru dan melihat buku

nilai. Hal ini perlu dilakukan agar orang tua dapat menindaklanjuti apakah

anaknya perlu dibantu dalam bidang aritmetika, aljabar, geometri, statistika,

atau hal lain.

Agar peran serta masyarakat semakin meningkat, bentuk laporan harus

disajikan dalam bentuk yang lebih komunikatif (memuat catatan

guru/deskripsi) sehingga “profil” atau tingkat kemajuan belajar peserta didik

mudah terbaca dan dapat dipahami oleh orang tua atau pihak yang

berkepentingan (stakeholder). Dari laporan tersebut, orang tua dapat

mengidentifikasi kompetensi apa saja yang belum dikuasai anaknya.

Berdasarkan laporan tersebut, orang tua/wali dapat menentukan jenis bantuan

apa yang diperlukan anaknya, sedangkan di pihak anak, yang bersangkutan

dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya serta aspek mana yang

perlu ditingkatkan.

Isi laporan hasil hendaknya berisi jawaban akurat tentang penilaian hasil

dan penilaian proses. Isi laporan berisi jawaban atas pertanyaan (a)

bagaimana keadaan anak waktu belajar di sekolah secara akademis, fisik,

sosial, dan emosional; (b) sejauh mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di

sekolah; (c) kemampuan/kompetensi apa yang sudah dan belum dikuasai

dengan baik; serta (d) apa yang harus orang tua lakukan untuk membantu dan

mengembangkan anak lebih lanjut.

3. Laporan Dilakukan secara Kontinu

Prinsip pelaporan hasil penilaian adalah pelaksanaan pelaporan secara

kontinu. Pelaporan secara kontinu dimaksudkan untuk memberikan laporan

kemajuan (monitoring) mingguan, dua mingguan, atau bulanan. Laporan

tertulis ini mencakup kinerja siswa pada ulangan, kinerja proyek, laporan

lisan, motivasi, perilaku yang lain, serta saran kepada orang tua agar

membantu anaknya meningkatkan kinerja.

4. Laporan Disajikan Komunikatif

Bentuk laporan kemajuan siswa harus disajikan secara sederhana

sehingga mudah dibaca dan dipahami orang tua atau masyarakat,

komunikatif, serta menampilkan profil atau tingkat kemajuan siswa. Dengan

demikian, orang tua atau pihak yang berkepentingan (stakeholder) dengan

mudah mengidentifikasi kompetensi yang harus ditingkatkan. Laporan

pencapaian kemajuan belajar secara menyeluruh menggambarkan kualitas

Page 45: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.45

pribadi siswa sebagai internalisasi dan kristalisasi belajar melalui sebagian

kegiatan, baik intra maupun ekstrakurikuler, pada kurun waktu satu semester.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, informasi yang diberikan kepada orang

tua hendaknya (a) menggunakan bahasa yang mudah dipahami, (b)

menitikberatkan kekuatan dan apa yang telah dicapai anak, (c) memberikan

perhatian pada pengembangan dan pembelajaran anak, (d) berkaitan erat

dengan hasil belajar yang harus dicapai dalam kurikulum, (e) berisi informasi

tentang tingkat pencapaian hasil belajar. Hasil ulangan tengah semester,

hasil ulangan akhir semester, dan nilai tugas diakumulasi menjadi satu

nilai yang ditulis dalam rapor yang mencerminkan kompetensi utuh

peserta didik dalam mata pelajaran yang bersangkutan.

5. Laporan Harus Perinci dan Akurat

Pelaporan hasil belajar hendaknya memerinci hasil belajar peserta didik

berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Hal ini dikaitkan dengan penilaian

yang bermanfaat bagi pengembangan peserta didik. Pelaporan juga

memberikan informasi yang jelas, komprehensif, dan akurat. Pelaporan

menjamin informasi yang akurat dan tepat waktu bagi orang tua dan

secepatnya diketahui apabila anaknya bermasalah dalam belajar.

D. STRATEGI PELAPORAN KEMAJUAN DAN NILAI MURID KE

ORANG TUA

Nilai adalah metode paling umum untuk memberi informasi kepada

orang tua tentang kinerja dan kemajuan anaknya di kelas (Airasian, 2001).

Akan tetapi, nilai itu sendiri hanya memberi informasi yang terbatas, jarang

diberikan, tidak banyak memberi informasi spesifik tentang bagaimana

pembelajaran murid, serta jarang memuat informasi tentang motivasi murid,

kerja sama murid, dan perilaku murid di kelas. Karena keterbatasan ini,

dibutuhkan lebih dari nilai untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap

kepada orang tua murid. Bentuk dan strategi laporan hasil penilaian dapat

berupa kartu laporan, konferensi orang tua dan guru, serta laporan

hasil/portofolio elektronik.

Kartu Laporan

Kartu laporan (report card) adalah metode standar pelaporan kemajuan

dan nilai murid ke orang tuanya. Formulir penilaian pada kartu laporan ini

Page 46: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.46 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

bervariasi dari satu sekolah dengan sekolah lainnya dan dalam banyak kasus

dari satu level grade ke level lainnya. Beberapa kartu laporan memberikan

nilai dengan huruf (biasanya A, B, C, D, dan F, terkadang juga menggunakan

plus dan minus). Beberapa laporan menggunakan nilai angka (seperti nilai 91

untuk matematika, 85 untuk Inggris, dan sebagainya). Kartu laporan lainnya

menggunakan kategori lulus/gagal dalam satu mata pelajaran atau lebih. Ada

yang menggunakan daftar cek untuk menunjukkan keahlian dan sasaran yang

telah dicapai murid. Beberapa kartu laporan memuat kategori karakteristik

afektif, seperti usaha, kerja sama, dan perilaku. Banyak juga yang memberi

ruang untuk penulisan komentar dan saran dari guru.

Daftar cek keahlian dan sasaran terutama dipakai di sekolah dasar atau

taman kanak-kanak. Di level yang lebih tinggi atau menengah, biasanya

dipakai nilai huruf walaupun mungkin ditemani dengan informasi lain seperti

komentar tertulis. Di banyak sekolah, ada debat hangat tentang apa bentuk

grading yang seharusnya dipakai dan apa yang seharusnya dimasukkan

dalam kartu laporan.

a. Laporan kemajuan tertulis

Strategi pelaporan lainnya adalah memberi orang tua laporan kemajuan

dan prestasi murid mingguan, dua mingguan, atau bulanan (McMillan, 2001).

Laporan tertulis ini dapat memuat kinerja murid pada ujian dan ulangan,

proyek, laporan lisan, dan sebagainya. Laporan ini juga memuat informasi

tentang motivasi, kerja sama, perilaku, dan saran kepada orang tua tentang

cara membantu anak meningkatkan kinerjanya. Strategi bisa bersifat lisan

atau tertulis. Jika Anda punya cukup informasi untuk memberi nilai pada saat

itu, Anda bisa mempertimbangkannya dalam komunikasi tertulis.

b. Konferensi orang tua-guru

Konferensi atau pertemuan orang tua dengan guru adalah cara lain untuk

mengomunikasikan informasi tentang nilai dan penilaian. Konferensi seperti

itu merupakan sebuah kesempatan sekaligus tanggung jawab. Orang tua

punya hak untuk mengetahui keadaan anaknya di sekolah dan cara

meningkatkan prestasinya. Konferensi memberi peluang untuk memberi

informasi yang berguna bagi orang tua tentang bagaimana mereka bisa

menjadi mitra dalam membantu anak mereka belajar lebih efektif. Berikut

contoh bentuk laporan hasil penilaian.

Page 47: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.47

Page 48: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.48 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

E. PEMANFAATAN HASIL PENILAIAN/HASIL EVALUASI

Hasil evaluasi sangat banyak manfaatnya. Ini akan dirasakan terutama

sekali oleh para guru dan para peneliti yang menyadari betul pentingnya

peranan evaluasi dalam dunia pendidikan. Kecuali itu, siswa yang terlibat

langsung dalam kegiatan pembelajaran tentunya juga selalu menunggu-

nunggu bukti nyata dari hasil kerja keras mereka selama belajar pada jenjang

pendidikan tertentu. Begitu pula dengan para orang tua siswa yang sudah

memercayakan pendidikan anak-anak mereka kepada guru.

Oleh karena itu, jika seorang guru mampu melaporkan hasil evaluasi

belajar sesuai dengan kualitas riil para siswa, seyogianya dia harus bersyukur

karena sudah bekerja sebagaimana layaknya seorang guru profesional. Hasil

Page 49: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.49

evaluasi yang reliable yang dilaporkan guru kepada murid-muridnya melalui

buku rapor merupakan bukti konkret atas tanggung jawab profesionalnya.

Hasil evaluasi yang seperti ini tentunya akan sangat berterima di hati murid

dan para orang tua siswa. Inilah manfaat pertama dan utama dari hasil

evaluasi itu, yakni sebagai laporan pertanggungjawaban guru kepada siswa

dan orang tua murid, juga kepada kepala sekolah.

Kecuali sebagai laporan pertanggungjawaban, hasil evaluasi juga sangat

bermanfaat sebagai umpan balik guna mendapatkan masukan tentang

keberhasilan atau kegagalan program pembelajaran. Ini penting demi

perbaikan program pengajaran di masa yang akan datang. Jika hasil evaluasi

mengungkap fakta bahwa sebagian besar siswa ternyata gagal mengikuti

program pembelajaran, guru wajib merancang program remedial.

Untuk kepentingan yang lebih luas, hasil evaluasi pun dapat

dimanfaatkan sebagai sumber data bagi penelitian-penelitian di bidang

pendidikan. Keberagaman peserta didik dari aspek kemampuan, fasilitas,

motivasi, dan kondisi yang mengitari mereka dikaitkan dengan pembatasan

rentangan waktu satu semester atau satu tahun akan menjadi sulit untuk

mencapai ketuntasan ideal. Di lain hal, tiga komponen pembelajaran yang

menjadi tugas guru untuk melakukan penilaian, yaitu proses pembelajaran,

hasil pembelajaran, dan hasil perbaikan pembelajaran (PP Nomor 19 Tahun

2005 Pasal 64 ayat (1)) menuntut ditetapkannya kriteria ketuntasan minimal

(KKM). Untuk hasil belajar, ketuntasan itu bergerak antara 0 sampai dengan

100% (BNSP, 2006: 12).

Laporan kemajuan mingguan dan bulanan memberikan informasi kepada

keluarga atas hasil ketuntasan siswa. Setiap siswa yang belum tuntas

diberikan kesempatan mengikuti program remedial yang dirancang oleh guru

mata pelajaran untuk setiap kali tahapan ulangan harian. Siswa dinyatakan

tuntas dalam proses pembelajaran apabila ia mencapai KKM (misalnya

minimal mengikuti 80% dari kegiatan pembelajaran untuk mata pelajaran

bahasa Indonesia). Siswa yang tidak tuntas dalam mengikuti proses

pembelajaran tidak berhak untuk mengikuti penilaian hasil belajar (ujian).

Siswa yang tidak mengikuti kegiatan proses pembelajaran minimal 80%

karena alasan yang dibenarkan oleh peraturan sekolah harus mengganti

kegiatan proses pembelajarannya sebelum ia mengikuti tes hasil belajar

(Ujian). Laporan kemajuan melaporkan hasil dan kegiatan peserta didik yang

telah mencapai KKM berhak untuk mendapatkan pelayanan pengayaan

(enrichment). Peserta didik yang belum mencapai ketuntasan minimal wajib

mengikuti layanan perbaikan (remedial). Ada aturan yang perlu dipahami

tentang remedial. Misalnya, siswa yang telah dua kali mengikuti ujian

Page 50: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.50 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

ulangan setelah mengikuti program remedial yang dirancang guru untuk

indikator atau kompetensi dasar (KD) yang ia belum tuntas, siswa tersebut

dinyatakan tidak tuntas.

Tindak Lanjut Analisis Hasil Penilaian

Kegiatan yang dilakukan oleh pendidik pada tahap analisis adalah

menganalisis hasil penilaian ulangan harian menggunakan acuan kriteria

yang telah ditetapkan, yaitu KKM. Analisis ini bermanfaat untuk dua tujuan,

yaitu (1) untuk menentukan apakah peserta didik telah mencapai KKM dan

dapat melanjutkan mengikuti pembelajaran KD berikutnya atau peserta didik

belum mencapai KKM dan masih memerlukan analisis diagnostik oleh

pendidik sebagai dasar bagi pemberian remedial serta (2) untuk mendapatkan

umpan balik bagi pendidik dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran.

Selain itu, secara simultan pendidik juga menganalisis.

Analisis hasil penilaian juga dilakukan oleh satuan pendidikan. Kegiatan

analisis hasil penilaian oleh satuan pendidikan meliputi (a) menentukan nilai

akhir untuk setiap mata pelajaran yang diperoleh dari akumulasi nilai ulangan

tengah semester, ulangan akhir semester, dan penugasan. Bobot masing-

masing penilaian ditetapkan sekolah dan dapat bervariasi antarmata pelajaran

sesuai dengan karakteristik mata pelajaran; (b) melalui rapat dewan pendidik,

satuan pendidikan menentukan nilai akhir akhlak dan kepribadian peserta

didik (sangat baik, baik, dan kurang baik) berdasarkan hasil

penilaian/pengamatan guru yang dilaporkan oleh guru agama dan guru

kewarganegaraan; (c) melalui rapat dewan pendidik, satuan pendidikan

menetapkan dapat tidaknya peserta didik naik kelas berdasarkan kriteria

kenaikan kelas yang telah ditetapkan; (d) menganalisis hasil ujian sekolah

dengan membandingkan hasil ujian sekolah masing-masing peserta didik

dengan batas kelulusan ujian sekolah yang telah ditentukan; serta (e) melalui

rapat dewan pendidik, satuan pendidikan menetapkan peserta didik yang

lulus dari satuan pendidikan sesuai dengan kriteria kelulusan yang telah

ditetapkan.

Analisis hasil penilaian oleh pemerintah dilakukan pada hasil UN.

Kegiatan analisis hasil penilaian oleh pemerintah, yaitu menganalisis hasil

UN setiap satuan pendidikan untuk pemetaan mutu program atau satuan

pendidikan, pembinaan, dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan

untuk meningkatkan mutu pendidikan. Analisis hasil penilaian yang telah

dilakukan perlu ditindaklanjuti seperti berikut.

Page 51: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.51

1) Tindak lanjut oleh pendidik

Kegiatan yang dilakukan oleh pendidik sebagai tindak lanjut hasil

analisis meliputi

a) pelaksanaan program remedial untuk peserta didik yang belum

tuntas (nilai ulangan harian belum mencapai KKM) dan

memberikan kegiatan pengayaan bagi peserta didik yang telah tuntas

lebih awal;

b) pengadministrasian semua hasil penilaian yang telah dilaksanakan.

2) Tindak lanjut oleh satuan pendidikan

Kegiatan yang dilakukan oleh satuan pendidikan sebagai tindak lanjut

hasil analisis meliputi

a) menyiapkan laporan hasil belajar (rapor) peserta didik;

b) satuan pendidikan penyelenggara ujian menerbitkan ijazah bagi

peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan sesuai dengan

kriteria kelulusan.

3) Tindak lanjut oleh pemerintah

Tindak lanjut hasil penilaian yang dilakukan oleh pemerintah adalah

a) membuat peta mutu satuan pendidikan berdasarkan hasil UN;

b) menyusun peringkat hasil UN secara nasional, provinsi, dan

kabupaten/kota.

Kegiatan interpretasi hasil penilaian ulangan harian, tugas, ulangan

tengah semester, dan ulangan akhir semester dilanjutkan dengan menyusun

laporan hasil penilaian. Laporan hasil penilaian dilakukan sebagai bentuk

akuntabilitas publik. Komponen-komponen yang perlu diperhatikan dalam

menyusun hasil penilaian meliputi bentuk laporan, isi laporan, administrasi

dan pelaporan, leger, buku laporan (rapor), serta format administrasi yang

lain.

1) Jelaskan prinsip-prinsip membuat pelaporan hasil belajar!

2) Apa saja tindak lanjut pengolahan hasil yang harus dilakukan, baik oleh

guru maupun satuan pendidikan?

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,

kerjakanlah latihan berikut!

Page 52: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.52 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Pelaporan hasil penilaian perlu memenuhi prinsip berikut: (a) laporan

harus bermakna sehingga siswa mengetahui kemajuan hasil belajarnya

dan mengetahui kompetensi yang belum dan yang sudah dicapai siswa

untuk memotivasi diri belajar lebih baik atau memperbaiki strategi

belajarnya; (b) laporan berisi proses dan hasil belajar, baik disajikan

dalam data kuantitatif maupun kualitatif; (c) isi laporan hasil hendaknya

berisi jawaban akurat atas pertanyaan bagaimana keadaan anak waktu

belajar di sekolah secara akademis, fisik, sosial, dan emosional, sejauh

mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah, kompetensi apa

yang sudah dan belum dikuasai dengan baik, serta apa yang harus orang

tua lakukan untuk membantu dan mengembangkan anak lebih lanjut; (d)

laporan dilakukan secara kontinu; (e) laporan disajikan komunikatif dan

sederhana sehingga mudah dibaca dan dipahami orang tua atau

masyarakat serta menampilkan profil atau tingkat kemajuan siswa; serta

(f) laporan harus perinci dan akurat sehingga dapat memberikan

informasi yang jelas, komprehensif, dan akurat (keakuratan informasi

terjamin).

2) Pada tahap pelaporan hasil penilaian, pendidik melaporkan hasil

penilaian mata pelajaran dari setiap peserta didik pada setiap akhir

semester kepada pimpinan satuan pendidikan melalui wali kelas atau

wakil bidang akademik dalam bentuk satu nilai prestasi belajar sebagai

cerminan kompetensi utuh mata pelajaran dan dilengkapi dengan

deskripsi singkat serta memberi masukan hasil penilaian akhlak peserta

didik kepada guru pendidikan agama dan hasil penilaian kepribadian

kepada guru pendidikan kewarganegaraan sebagai informasi untuk

menentukan nilai akhir semester akhlak dan kepribadian peserta didik.

Pelaporan hasil penilaian oleh satuan pendidikan dilakukan dengan

kegiatan melaporkan hasil penilaian untuk semua mata pelajaran pada

setiap akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk

laporan hasil belajar (rapor). Bagi orang tua, laporan ini dapat

dimanfaatkan untuk membantu dan memotivasi anaknya untuk belajar.

Satuan pendidikan juga melaporkan kelulusan peserta didik dari satuan

pendidikan lengkap dengan nilai yang dicapai kepada orang tua/walinya.

Satuan pendidikan juga melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat

satuan pendidikan setiap tahun kepada dinas pendidikan kabupaten/ kota.

Page 53: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.53

Pelaporan hasil penilaian oleh pemerintah dilakukan untuk memetakan

pendidikan di Indonesia. Pemerintah menyampaikan laporan hasil

analisis UN kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Kegiatan

pelaporan hasil penilaian diawali dengan melakukan interpretasi hasil

penilaian yang meliputi ulangan harian, tugas, ulangan tengah semester,

dan ulangan akhir semester, selanjutnya menyusun laporan hasil

penilaian. Laporan hasil penilaian dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas

publik.

Laporan kemajuan hasil belajar siswa merupakan sarana komunikasi

dan hubungan kerja sama antara sekolah, siswa, dan orang tua siswa.

Laporan berfungsi sebagai akuntabilitas publik. Atas dasar itu, laporan

kemajuan hasil belajar peserta didik dibuat sebagai pertanggungjawaban

lembaga sekolah kepada orang tua/wali peserta didik, komite sekolah,

masyarakat, dan instansi terkait lainnya. Laporan kemajuan hasil belajar

peserta didik merupakan sarana komunikasi dan sarana kerja sama antara

sekolah, orang tua, dan masyarakat yang bermanfaat, baik bagi kemajuan

belajar peserta didik maupun pengembangan sekolah.

Tujuan pelaporan hasil belajar siswa adalah (a) memberikan

informasi yang tepat dan jelas tentang kemajuan hasil belajar siswa

dalam kurun waktu tertentu, (b) memberikan umpan balik bagi siswa

dalam mengetahui kelebihan dan kekurangannya sehingga menimbulkan

motivasi untuk belajar, (c) menetapkan kemajuan hasil belajar siswa

secara individual dalam pencapaian kompetensi, dan (d) melibatkan

peran serta masyarakat dalam dunia pendidikan. Aspek yang dilaporkan pendidik mencakup penilaian hasil dan

penilaian proses. Penilaian hasil mencakup semua kompetensi dasar

yang terdapat pada standar isi. Setiap guru harus melaksanakan penilaian

proses setiap kali ia melaksanakan kegiatan tatap muka. Aspek yang

dinilai dalam penilaian proses antara lain adalah keterlibatan siswa

dalam proses yang artinya sejauh mana siswa tersebut melibatkan diri,

pikiran, perasaan, dan fisiknya dalam mengikuti proses belajar. Sasaran

penilaian proses juga aspek afektif (keaktifan dan kreativitas siswa

dalam memecahkan masalah yang ditemukan dalam proses belajar).

Pelaksanaan penilai proses belajar dilakukan melalui pengamatan dan

penilaian bukti autentik proses belajar.

RANGKUMAN

Page 54: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.54 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Pelaporan hasil penilaian disajikan dalam bentuk profil hasil belajar

peserta didik. Pada tahap pelaporan hasil penilaian, pendidik melaporkan

hasil penilaian mata pelajaran dari setiap peserta didik pada setiap akhir

semester kepada pimpinan satuan pendidikan melalui wali kelas atau

wakil bidang akademik dalam bentuk satu nilai prestasi belajar sebagai

cerminan kompetensi utuh mata pelajaran dan dilengkapi dengan

deskripsi singkat serta memberi masukan hasil penilaian akhlak peserta

didik kepada guru pendidikan agama dan hasil penilaian kepribadian

kepada guru pendidikan kewarganegaraan sebagai informasi untuk

menentukan nilai akhir semester akhlak dan kepribadian peserta didik. Pelaporan hasil penilaian oleh satuan pendidikan dilakukan dengan

kegiatan melaporkan hasil penilaian untuk semua mata pelajaran pada

setiap akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk

laporan hasil belajar (rapor). Bagi orang tua, laporan ini dapat

dimanfaatkan untuk membantu dan memotivasi anaknya untuk belajar.

Satuan pendidikan juga melaporkan kelulusan peserta didik dari satuan

pendidikan lengkap dengan nilai yang dicapai kepada orang tua/walinya.

Satuan pendidikan juga melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat

satuan pendidikan setiap tahun kepada dinas pendidikan kabupaten/kota. Pelaporan hasil penilaian oleh pemerintah dilakukan untuk

memetakan pendidikan di Indonesia. Pemerintah menyampaikan laporan

hasil analisis UN kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Kegiatan

pelaporan hasil penilaian diawali dengan melakukan interpretasi hasil

penilaian yang meliputi ulangan harian, tugas, ulangan tengah semester,

dan ulangan akhir semester, selanjutnya menyusun laporan hasil

penilaian. Laporan hasil penilaian dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas

publik.

Pelaporan hasil penilaian perlu memenuhi prinsip berikut: (a)

laporan harus bermakna sehingga siswa mengetahui kemajuan hasil

belajarnya dan mengetahui kompetensi yang belum dan yang sudah

dicapai siswa untuk memotivasi diri belajar lebih baik atau memperbaiki

strategi belajarnya; (b) laporan berisi proses dan hasil belajar, baik

disajikan dalam data kuantitatif maupun kualitatif; (c) isi laporan hasil

hendaknya berisi jawaban akurat atas pertanyaan bagaimana keadaan

anak waktu belajar di sekolah secara akademis, fisik, sosial, dan

emosional, sejauh mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah,

kompetensi apa yang sudah dan belum dikuasai dengan baik, serta apa

yang harus orang tua lakukan untuk membantu dan mengembangkan

anak lebih lanjut; (c) laporan dilakukan secara kontinu; (d) laporan

disajikan komunikatif dan sederhana sehingga mudah dibaca dan

dipahami orang tua atau masyarakat dan menampilkan profil atau tingkat

kemajuan siswa; serta (e) laporan harus perinci dan akurat sehingga

Page 55: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.55

dapat memberikan informasi yang jelas, komprehensif, dan akurat

(keakuratan informasi terjamin). Bentuk dan strategi laporan hasil penilaian dapat berupa kartu

laporan, konferensi orang tua dan guru, serta laporan hasil/portofolio

elektronik.

1) Laporan kemajuan hasil belajar siswa berfungsi seperti berikut,

kecuali ....

A. merupakan sarana komunikasi antara sekolah dan stakeholder

B. menjalin hubungan kerja sama antara sekolah, siswa, dan orang tua

C. menjaga akuntabilitas publik dan pertanggungjawaban lembaga

D. melibatkan orang tua dan menentukan ketuntasan siswa (ketuntasan

siswa tidak ditentukan orang tua)

2) Laporan hasil belajar ditujukan kepada ....

A. sekolah dan guru-guru agar bisa ditindaklanjuti dengan baik

B. orang tua, komite sekolah, masyarakat, dan instansi terkait

C. para warga sekolah agar lebih terlibat lagi

D. pemerintah untuk memetakan mutu pendidikan

3) Tujuan pelaporan hasil belajar siswa adalah ....

A. menentukan kriteria ketuntasan minimal yang akan dijadikan kriteria

B. menentukan analisis tujuan sekolah agar sekolah lebih berkualitas

C. meningkatkan peran serta masyarakat dalam menindaklanjuti hasil

siswa

D. menempatkan siswa pada program yang sesuai dengan rencana

sekolah

4) Aspek yang dilaporkan pendidik mencakup penilaian hasil dan penilaian

proses. Penilaian hasil mencakup ....

A. semua kompetensi dasar yang terdapat pada standar isi

B. kerja sama siswa dalam diskusi

C. ketekunan dan kesungguhan siswa terlibat dalam pembelajaran

D. kekritisan siswa dalam menanggapi masalah-masalah yang muncul

TES FORMATIF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

Page 56: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.56 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

5) Setiap guru harus melaksanakan penilaian proses setiap kali ia

melaksanakan kegiatan tatap muka. Aspek yang dinilai dalam penilaian

proses adalah ....

A. langkah yang ditempuh dalam menyusun karya tulis

B. kemampuan menyusun surat lamaran dengan bahasa yang efektif

C. keterampilan menggunakan kata dalam pembuatan puisi

D. kemampuan berpidato dalam berbagai peristiwa

6) Pelaporan hasil penilaian disajikan dalam bentuk profil hasil belajar

peserta didik. Pada tahap pelaporan hasil penilaian, pendidik melaporkan

hasil penilaian mata pelajaran dari setiap peserta didik pada setiap akhir

semester kepada pimpinan satuan pendidikan melalui wali kelas atau

wakil bidang akademik dalam bentuk ....

A. satu nilai prestasi belajar sebagai cerminan kompetensi utuh mata

pelajaran dan dilengkapi dengan deskripsi singkat

B. teperinci penilaian menulis dan berbicara (produktif) secara terpadu

sebagai cermin keutuhan

C. teperinci penilaian membaca dan menyimak secara terpadu sebagai

cermin keutuhan prestasi

D. portofolio yang mencerminkan perkembangan kemampuan siswa

secara kontinu

7) Pelaporan hasil penilaian oleh satuan pendidikan dilakukan dalam

bentuk ....

A. kriteria ketuntasan minimal yang digunakan pada setiap akhir

semester

B. laporan hasil belajar (rapor) yang berisi informasi akurat hasil

belajar siswa

C. laporan kuantitatif yang berisi skor-skor siswa pada semua mata

pelajaran

D. laporan kualitatif yang berisi hasil remedi siswa atau pengayaan

8) Tindak lanjut hasil pengolahan oleh pendidik dipaparkan di bawah ini,

kecuali ....

A. pelaksanaan program remedial untuk peserta didik yang belum

tuntas

B. pengadministrasian semua hasil penilaian yang telah dilaksanakan

C. menyiapkan laporan hasil belajar (rapor) peserta didik

D. pelaksanaan pengayaan bagi siswa yang tuntas

Page 57: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.57

9) Pelaporan hasil penilaian perlu memenuhi prinsip berikut, kecuali ....

A. laporan harus bermakna sehingga siswa mengetahui kemajuan hasil

belajar siswa

B. berisi proses dan hasil belajar secara utuh

C. disajikan dalam bentuk data kuantitatif dan kualitatif

D. dicantumkan hasil remedi tiap mata pelajaran yang belum tuntas

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang

terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.

Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan

Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali

80 - 89% = baik

70 - 79% = cukup

< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat

mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS). Selamat! Jika masih di bawah 80%,

Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang

belum dikuasai.

Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar

100%Jumlah Soal

Page 58: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

9.58 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1

1) C. Prinsip pengolahan menggunakan berbagai sumber dan transparan,

sedangkan opsi lain prinsip penilaian bukan pengolahan.

2) D. Perbaikan pembelajaran berkaitan dengan pola kesulitan yang belum

dikuasai siswa.

3) D. Berkaitan dengan siswa, sedangkan opsi lain berkaitan dengan

tujuan analisis butir secara umum.

4) B. Langkah pengolahan skor objektif tidak menggunakan bobot tiap

kunci jawaban karena jawabannya pasti.

5) D. Hasil unjuk kerja bukan dengan pencocokan kunci, tetapi

pencocokan dengan deskriptor dalam lembar pengamatan.

6) B. Pengolahan unjuk kerja diawali dengan memberi skor per butir

berdasarkan deskripsi skor pada rubrik.

7) D. Menentukan ketuntasan kompetensi dasar adalah tugas guru.

8) D. Hanya opsi D yang bukan ciri pendekatan acuan kelompok dan

bukan ciri PAP.

9) A. Tidak termasuk kelemahan PAN karena jumlah siswa yang besar

tidak terkait dengan pendekatan pengolahan.

10) D. Menurut standar penilaian, hasil penilaian proses guru mata

pelajaran diserahkan kepada guru PKn.

Tes Formatif 2

1) D. Bukan fungsi laporan hasil belajar.

2) B. Semua stakeholder pendidikan, BUKAN hanya salah satu.

3) C. Yang lain tidak relevan dengan tujuan pelaporan.

4) A. Semua kompetensi dasar terdapat pada standar isi, opsi yang lain

termasuk proses.

5) A. Opsi yang lain hasil belajar, BUKAN proses.

6) A. Harus diwujudkan dengan satu nilai prestasi belajar.

7) C. Opsi yang lain bukan tugas satuan pendidikan.

8) C. Bukan tugas pendidik, tetapi tugas satuan pendidikan.

9) D. Bukan prinsip pelaporan.

Page 59: Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian

⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.59

Daftar Pustaka

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Panduan Penilaian Kelompok

Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

Kerlinger, Fred N. 1993. Asas-asas Penelitian Behavioral. Edisi ketiga, terj.

Simatupang, ed. H.J. Koesoemanto. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Mardapi, Dj., dan A. Ghofur. 2004. Pedoman Umum Pengembangan

Penilaian: Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA. Jakarta: Direktorat

Pendidikan Menengah Umum.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun

2007 tentang Standar Proses.

Tim Penyusun. 1993/1994. “Bahan Penataran Pengujian Pendidikan.”

Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengujian,

Balitbang Dikbud.