pengobatan dan pemeriksaan fisik

4
PENGOBATAN Pengobatan tuberculosis paru menggunakan obat antituberkulosis (OAT) dengan metode directly observed treatment shortcourse (DOTS). 1. Kategori 1 (2 HRZE/4 H3R3) untuk pasien TBC baru 2. Kategori II (2 HRZES/HRZE/5 H3R3E3) untuk pasien ulangan (pasien yang pengobatan kategori satunya gagal atau pasiennya kambuh) 3. Kategori III (2 HRZ/4 H3R3) untuk pasien baru dengan BTA (-), Ro (+) 4. Sisipan (HRZE) digunakan sebagai tambahan bila pada pemeriksaan akhir tahap intensif dari pengobatan dengan kategori 1 atau kategori 2 ditemukan BTA (+) Obat diminum sekaligus 1 (satu) jam sebelum makan pagi. KATEGORI 1 a. Tahap permulaan diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE): INH (H) : 300 mg-1 tablet Rifampisin (R) : 450 mg-1 kaplet Pirazinamid (Z) : 1500 mg-3 kaplet @ 500 mg Etambutol (E) : 750 mg-3 kaplet @250 mg Obat tersebut diminum setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali. b. Tahap lanjutan diberikan 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan (4 H3R3) : INH (H) : 600mg-2 tablet @ 300 mg Rifampisin (R) : 400 mg- 1 kaplet Obat tersebut diminum 3 kali dalam seminggu (intermiten) sebanyak 54 kali.

Upload: putricinthya

Post on 05-Sep-2015

228 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

pbl

TRANSCRIPT

PENGOBATANPengobatan tuberculosis paru menggunakan obat antituberkulosis (OAT) dengan metode directly observed treatment shortcourse (DOTS).1. Kategori 1 (2 HRZE/4 H3R3) untuk pasien TBC baru2. Kategori II (2 HRZES/HRZE/5 H3R3E3) untuk pasien ulangan (pasien yang pengobatan kategori satunya gagal atau pasiennya kambuh)3. Kategori III (2 HRZ/4 H3R3) untuk pasien baru dengan BTA (-), Ro (+)4. Sisipan (HRZE) digunakan sebagai tambahan bila pada pemeriksaan akhir tahap intensif dari pengobatan dengan kategori 1 atau kategori 2 ditemukan BTA (+)Obat diminum sekaligus 1 (satu) jam sebelum makan pagi.

KATEGORI 1a. Tahap permulaan diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE): INH (H) : 300 mg-1 tablet Rifampisin (R) : 450 mg-1 kaplet Pirazinamid (Z) : 1500 mg-3 kaplet @ 500 mg Etambutol (E) : 750 mg-3 kaplet @250 mgObat tersebut diminum setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali.b. Tahap lanjutan diberikan 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan (4 H3R3) : INH (H) : 600mg-2 tablet @ 300 mg Rifampisin (R) : 400 mg- 1 kapletObat tersebut diminum 3 kali dalam seminggu (intermiten) sebanyak 54 kali.

A. PEMERIKSAAN KLINIS

TB disebut juga The great immitator oleh karena gejalanya banyak mirip dengan penyakit lain. Pada pemeriksaan klinis dibagi atas pemeriksaan gejala klinis dan pemeriksaan jasmani.

1. Gejala klinis

Gejala-gejala klinis TB Paru dibagi menjadi 2 (dua) golongan yaitu:

a. Gejala respiratorik- Batuk; merupakan gejala yang paling dini dan paling sering dikeluhkan. Batuk timbul oleh karena bronkus sudah terlibat. Batuk-batuk yang berlangsung = 3minggu harus dipikirkan adanya tuberkulosis paru.- Batuk darah; darah yang dikeluarkan dapat berupa garis-garis, bercak-bercak atau bahkan dalam jumlah banyak. Batuk darah dapat juga terjadi pada bronkiektasis dan tumor paru.- Sesak napas; dijumpai jika proses penyakit sudah lanjut dan terdapat kerusakan paru yang cukup luas.- Nyeri dada; timbul apabila sistem persarafan yang terdapat di pleura sudah terlibat.

b. Gejala sistemik- Demam; merupakan gejala yang paling sering dijumpai, biasanya timbul pada sore dan malam hari.- Gejala sistemik lain seperti keringat malam, anoreksia, malaise, berat badan menurun serta nafsu makan menurun.

2. Pemeriksaan Jasmani

Pemeriksaan jasmani sangat tergantung pada luas lesi dan kelainan struktural paru yang terinfeksi. Pada permulaan penyakit sulit didapatkan kelainan pada pemeriksaan jasmani. Suara atau bising napas abnormal dapat berupa suara bronkial, amforik, ronki basah, suara napas melemah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.

Sedangkan limfadenitis yang disebabkan oleh M.tuberculosis dapat menyebabkan pembesaran kelenjar limfe dalam beberapa minggu atau bulan dan selalu disertai nyeri tekan pada nodul yang bersangkutan. Lesi umumnya terletak di sekitar perjalanan vena jugularis, belakang leher ataupun di daerah supra clavicula.Sumber: Widyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama