penghitungan pajak dengan norma

39
Perpajakan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) PTKP ini berlaku bagi WPOP. Bagi WPOP Pria . Bagi WP sendiri Rp15.840.000 setahun Tambahan karena kawin Rp1.320.000 setahun Tambahan atas tanggungan Yang sah maks 3 orang @ Rp1.320.000 setahun Bagi WP Wanita Bujangan Bagi WP sendiri Rp15.840.000 setahun Tambahan atas tanggungan Yang sah maks 2 orang @ Rp1.320.000 setahun Bagi WP Wanita Kawin yg dapat menunjukkan surat keterangan dari Pemda serendah-rendahnya Camat bahwa suaminya tidak mempunyai penghasilan apapun . Bagi WP sendiri Rp15.840.000 setahun Tambahan karena kawin Rp1.320.000 setahun Tambahan atas tanggungan Yang sah maks 3 orang @ Rp1.320.000 setahun Bagi WP Wanita Kawin yg tidak dapat menunjukkan surat keterangan dari Pemda serendah-rendahnya Camat bahwa suaminya tidak mempunyai penghasilan apapun . Bagi WP sendiri Rp15.840.000 setahun Yang dimaksud dengan tanggungan yang sah adalah : Anak kandung, anak angkat dengan keputusan pengadilan, orang tua kandung dan mertua dengan catatan bahwa orang tua kandung atau mertua menjadi satu kartu keluarga dengan WP dan dapat menunjukkan surat keterangan dari Pemda serendah-rendahnya Camat bahwa orang tua atau mertuanya tersebut tidak mempunyai penghasilan apapun. PTKP berdasar keadaan pada awal tahun takwim. 1

Upload: novery-valentino

Post on 13-Aug-2015

173 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Tugas Pajak

TRANSCRIPT

Page 1: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PTKP ini berlaku bagi WPOP.Bagi WPOP Pria.Bagi WP sendiri Rp15.840.000 setahunTambahan karena kawin Rp1.320.000 setahunTambahan atas tanggunganYang sah maks 3 orang @ Rp1.320.000 setahun

Bagi WP Wanita BujanganBagi WP sendiri Rp15.840.000 setahunTambahan atas tanggunganYang sah maks 2 orang @ Rp1.320.000 setahun

Bagi WP Wanita Kawin yg dapat menunjukkan surat keterangan dari Pemda serendah-rendahnya Camat bahwa suaminya tidak mempunyai penghasilan apapun.Bagi WP sendiri Rp15.840.000 setahunTambahan karena kawin Rp1.320.000 setahunTambahan atas tanggunganYang sah maks 3 orang @ Rp1.320.000 setahun

Bagi WP Wanita Kawin yg tidak dapat menunjukkan surat keterangan dari Pemda serendah-rendahnya Camat bahwa suaminya tidak mempunyai penghasilan apapun.Bagi WP sendiri Rp15.840.000 setahun

Yang dimaksud dengan tanggungan yang sah adalah:Anak kandung, anak angkat dengan keputusan pengadilan, orang tua kandung dan mertua dengan catatan bahwa orang tua kandung atau mertua menjadi satu kartu keluarga dengan WP dan dapat menunjukkan surat keterangan dari Pemda serendah-rendahnya Camat bahwa orang tua atau mertuanya tersebut tidak mempunyai penghasilan apapun.PTKP berdasar keadaan pada awal tahun takwim.

1

Page 2: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

Penghasilan Wanita Kawin Seluruh penghasilan atau kerugian bagi wanita yang sudah kawin dianggap sebagai penghasilan atau kerugian SUAMINYA, kecuali:

1. penghasilan tersebut diperoleh dari satu pemberi kerja yang telah dipotong PPh pasal 21, dan

2. pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suaminya atau anggota keluarga lainnya.

Penghasilan Suami-Istri bisa dipisah apabila1. suami-istri hidup terpisah2. dikehendaki secara tertulis oleh suami-istri

berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.

Meskipun ada perjanjian pisah harta, dalam menghitung PPh, penghasilan neto suami-istri harus digabung dulu, kemudian dihitung pajaknya. Selanjutnya pajak terutang dialokasikan kepada suami-istri berdasarkan perbandingan penghasilan neto masing-masing.

2

Page 3: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO

Norma penghitungan adalah pedoman untuk menentukan besarnya peredaran bruto dan besarnya penghasilan neto yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak dengan berpedoman pada suatu pegangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan disempurnakan terus menerus. Norma penghitungan ada dua macam yaitu Norma Penghitungan Bruto dan Norma Penghitungan Neto. Norma Penghitungan Bruto merupakan pedoman untuk “menaksir” peredaran bruto. Penggunaan norma penghitungan bruto pada dasarnya dilakukan dalam hal-hal:1. Tidak terdapat dasar penghitungan yang lebih baik,

yaitu pembukuan atau catatan peredaran bruto yang lengkap, atau

2. Pembukuan atau catatan peredaran bruto WP ternyata diselenggarakan secara tidak benar.

Sementara itu Norma Penghitungan Neto adalah pedoman untuk “menaksir” laba/penghasilan neto usaha. Untuk dapat menerapkan Norma Penghitungan Neto, mutlak harus diketahui peredaran brutonya.Menurut pasal 28 UU RI No. 16 tahun 2000 tentang KUP dikatakan:Ayat (1) : Wajib pajak orang pribadi yang melakukan

kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan wajib menyelenggarakan pembukuan.

Ayat (2) : Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib melakukan pencatatan adalah wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang diperbolehkan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto. Hal ini diatur dalam pasal 14 UU RI No. 17 tahun 2000 tentang PPh ayat (2) YANG SUDAH DIUBAH, yang menyatakan:Wajib Pajak Orang Pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun tidak lebih dari Rp4.800.000.000 boleh menghitung penghasilan netonya dengan menggunakan Norma penghitungan Neto dengan syarat sekurang-

3

Page 4: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

kurangnya 3 bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan sudah memberitahukan kepada Dirjen Pajak.

Ayat (7) : Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya pajak terutang.

Ayat (9) : Pencatatan terdiri dari data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto atau penghasilan bruto.

Norma penghitungan penghasilan neto disusun sedemikian rupa berdasarkan hasil penelitian atau data lain, dengan memperhatikan perkembangan jaman dan situasi ekonomi. Norma Penghitungan Penghasilan Neto dinyatakan dalam angka prosentase yang dibuat dan disempurnakan terus menerus oleh Dirjen Pajak.

4

Page 5: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

KASUS PENERAPAN PTKP, PKP, NORMA PENGHITUNGAN DAN PENGHITUNGAN PPh BAGI WPOP (BUKAN PEGAWAI)

Hitunglah besarnya PTKP soal-soal berikut:1. TK/0, TK/1, TK/2, K/0, K/1, K/2, K/3, K/I/22. Amir pada tanggal 1/1/08 berstatus bujangan bekerja pada PT

Bima. Pada tanggal 10/5/08 ia kawin. Pada tanggal 12/8/09 istrinya melahirkan anak kembar. Berapa PTKP pegawai untuk tahun 08, 09, dan 10?

3. wati pada tanggal 1/1/08 berstatus bujangan bekerja pada PT Arya. Pada tanggal 1/2/08 kedua orang tuanya menjadi satu rumah dan satu kartu keluarga dengannya. Ada keterangan dari Camat setempat bahwa orang tuanya tidak mempunyai penghasilan apapun. Pada tanggal 1/2/09 ia kawin, suaminya seorang pegawai pada PT Karna. Pada tanggal 15/9/10 ia melahirkan seorang anak. Pada tanggal 3/3/11 suaminya kena PHK dan ada keterangan dari Camat setempat bahwa suaminya tidak mempunyai penghasilan apapun. Berapa PTKP pegawai untuk tahun 08, 09, 10, 11 dan 12?

Hitunglah berapa besarnya pajak terutang untuk kasus-kasus berikut ini.

Kasus 1Bapak A. kawin dengan 2 anak mempunyai usaha dagang hasil bumi. Peredaran bruto (penjualan) selama tahun 2010 sebesar Rp4.900.000.000,00, biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan sebesar Rp3.500.000.000,00. Dalam kasus ini, Bapak A. adalah wajib pajak orang pribadi yang mempunyai kegiatan usaha dengan perdedaran bruto lebih dari Rp4.800.000.000,00. Karena itu wajib menyelenggarakan pembukuan.

Kasus 2CV Jaya adalah sebuah perusahaan dagang hasil bumi. Peredaran bruto (penjualan) selama tahun 2010 sebesar Rp2.500.000.000,00, biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan sebesar Rp2.000.000.000,00. CV Jaya adalah “badan”. Oleh karena itu, walaupun peredaran brutonya kurang dari Rp4.800.000.000,00, CV Jaya wajib menyelenggarakan pembukuan.

5

Page 6: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

Kasus 3Bapak B kawin dengan 2 anak mempunyai usaha dagang hasil bumi. Peredaran bruto (penjualan) selama tahun 2010 sebesar Rp700.000.000,00, norma penghitungan untuk menghitung penghasilan neto (misalnya ditetapkan 30%). Bapak B adalah wajib pajak orang pribadi yang mempunyai kegiatan usaha dengan peredaran bruto tidak lebih dari Rp4.800.000.000,00. Karena itu Bapak B boleh hanya menyelenggarakan pencatatan dan menggunakan norma penghitungan neto untuk menghitung penghasilan kena pajak usahanya.

Kasus 4Bp Budi K/2 adalah pengusaha elektronik. Peredaran bruto th 2010 sebesar Rp3.000.000.000. beban usaha sesuai aturan pajak sebesar Rp2.500.000.000. Istri Budi pengusaha toko, tokonya memiliki peredaran bruto th 2010 sebesar Rp4.000.000.000. beban usaha sesuai aturan pajak sebesar Rp3.700.000.000. kedua usaha sudah diperbolehkan menggunakan norma penghitungan neto masing-masing adalah 30% dan 20%.

Kasus 5Misalkan dari kasus 4 di atas suami-istri telah memiliki perjanjian pisah harta. Selain total pajak hitung pula pajak mereka masing-masing.

Kasus 6Bp Ari pada tanggal 1-1-10 berstatus kawin tanpa anak, adalah seorang pengusaha elektronik. Peredaran bruto th 2010 sebesar Rp5.000.000.000. beban usaha sesuai aturan pajak sebesar Rp3.500.000.000. Istri Ari pengusaha toko, tokonya memiliki peredaran bruto th 2010 sebesar Rp6.000.000.000. beban usaha sesuai aturan pajak sebesar Rp4.700.000.000. Bila menggunakan norma penghitungan neto, norma masing-masing adalah 30% dan 20%. Pada tanggal 10-06-10 istrinya melahirkan seorang anak.

Kasus 7Misalkan dari kasus 6 di atas suami-istri telah memiliki perjanjian pisah harta. Selain total pajak hitung pula pajak mereka masing-masing.

6

Page 7: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

KOREKSI FISKALSetiap kali terjadi pengakuan pendapatan di satu sisi dan biaya di sisi

yang lain, apapun bentuknya, ada kemungkinan yang diakui oleh akuntansi dan pajak berbeda. Perbedaan-perbedaan yang terjadi dapat berupa perbedaan yang bersifat tetap ada pula perbedaan yang bersifat temporer. Perbedaan tetap misalnya masalah sumbangan. Sampai saat ini pihak pajak tidak mengakui biaya yang terjadi karena penyerahan sumbangan, di sisi lain akuntansi akan mengakui sumbangan sebagai unsur biaya. Perbedaan temporer misalnya terjadi dalam perhitungan depresiasi aktiva tetap, akuntansi umumnya menaksir umur aktiva tetap berdasar umur ekonomis, sementara pajak berdasar kelompok aktiva. Perbedaan-perbedaan tersebut akan mengakibatkan terjadinya koreksi fiskal. Koreksi fiskal ada dua macam yaitu koreksi fiskal positif dan negatif. Koreksi fiskal positif adalah koreksi terhadap perhitungan/perlakuan akuntansi yang berakibat menambah laba/penghasilan kena pajak, sedang koreksi fiskal negatif adalah koreksi terhadap perhitungan/perlakuan akuntansi yang berakibat mengurangi laba/penghasilan kena pajak.

PENGAKUAN PENDAPATAN DALAM PENJUALAN TUNAI, PENJUALAN KREDIT, DAN KONSINYASI

Penjualan tunai adalah penjualan yang pada saat penyerahan barang disertai dengan pembayaran. Perlakuan pengakuan atas penjualan tunai ini antara akuntansi keuangan dengan fiskal adalah sama. Pendapatan akan diakui pada saat terjadinya realisasi transaksi jual beli.

Penjualan kredit adalah transaksi penjualan yang pada saat penyerahan barang tidak diikuti dengan pembayaran. Pembayaran dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan antara penjual dengan pembeli. Perlakuan pengakuan pendapatan atas penjulan kredit ini baik akuntansi keuangan ataupun fiskal adalah sama. Pendapatan diakui saat penyerahan barang oleh penjual kepada pembeli.

Penjualan konsinyasi adalah penjualan atas barang yang dititipkan kepada komisioner. Untuk penjualan ini, perlakuan pengakuan pendapatan dilakukan setelah adanya laporan penjualan dari komisioner.

PENGAKUAN PENDAPATAN KONTRAK JANGKA PANJANGMetode-metode yang dapat diterapkan dalam pengakuan kontrak jangka

panjang adalah:1. Metode Kontrak Selesai

7

Page 8: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

Metode kontrak selesai adalah metode yang mengakui penghasilan saat pekerjaan kontak tersebut selesai. Metode ini tidak akan mengakui pendapatan setiap periode. Sedangkan biaya-biaya yang terjadi diakui sebagai biaya periode yang bersangkutan. Sehingga selama kontrak tersebut belum selesai maka setiap periode tersebut hanya akan mengakui kerugian. Karena konsep matching tidak terpenuhi dalam metode ini, maka fiskal tidak menggunakan metode ini sebagai alat pelaporan fiskal.

2. Metode Prosentase PenyelesaianMetode prosentase penyelesaian adalah metode yang secara

proporsional mengakui penghasilan sesuai dengan tingkat penyelesaiannya. Prosentase penyelesaian dapat ditentukan dengan 2 (dua) cara yaitu:a. Rasio biaya yang terjadi terhadap taksiran seluruh biaya

penyelesaian kontrak.b. Tingkat penyelesaian proyek berdasarkan penghitungan teknis.

Fiskal mensyaratkan pengakuan kontrak jangka panjang adalah menggunakan metode prosentase penyelesaian.

TUKAR MENUKAR HARTA (AKTIVA TETAP)Dalam hal terjadi tukar menukar harta, maka nilai perolehan harta

menurut ketentuan pajak adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.

Aktiva PT ABC Aktiva PT DEFNilai Buku Rp100.000.000,00 Rp110.000.000,00Harga Pasar Rp150.000.000,00 Rp170.000.000,00

PT ABC dan PT DEF saling menukarkan hartanya. Dalam kasus ini, PT ABC dan PT DEF mendapatkan keuntungan sebesar selisih dari kelebihan harga pasar dengan nilai buku. Keuntungan yang harus diakui menurut ketentuan pajak bagi PT ABC dan PT DEF:

PT ABC PT DEFHarga pasar Rp150.000.000,00 Rp170.000.000,00Harga buku Rp100.000.000,00 Rp110.000.000,00 Laba Rp 50.000.000,00 Rp 60.000.000,00

Laba tersebut terutang pajak, tidak peduli yang dipertukarkan aktiva sejenis atau tidak.

8

Page 9: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

PENGALIHAN HARTA KARENA HIBAH, BANTUAN ATAU SUMBANGAN, DAN WARISAN

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 17 tahun 2000, tidak semua hibah atau sumbangan merupakan penghasilan. Keuntungan yang terjadi karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan merupakan obyek pajak, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh menteri keuangan, sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.1. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat

yang diterima oleh badan amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan para penerima zakat yang berhak.

2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.

PENGALIHAN HARTA TERMASUK SETORAN TUNAI YANG DITERIMA OLEH BADAN SEBAGAI PENGGANTI PENYERTAAN MODAL

Penyertaan modal dapat berupa harta ataupun setoran tunai. Fiskal dalam hal ini menggunakan dasar nilai pasar dari harta yang dialihkan sebagai pengganti penyertaan modal.

Kasus 1:Wajib Pajak A menyerahkan sebuah kendaraan yang nilai bukunya

sebesar Rp75.000.000,00 kepada PT DEF sebagai pengganti penyertaan sahamnya dengan nilai nominal Rp60.000.000,00. Harga pasar saham tersebut pada saat transaksi adalah Rp85.000.000,00. Karena harga pasar saham sebesar Rp85.000.000,00 dipertukarkan dengan kendaraan, maka dapat disimpulkan bahwa harga pasar kendaraan juga Rp85.000.000,00.

9

Page 10: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

Wajib Pajak A harus melaporkan laba yang terutang pajak sebesar:Harga pasar kendaraan Rp85.000.000,00Nilai buku Rp75.000.000,00Laba Rp10.000.000,00

Sedangkan bagi PT DEF kelebihan harga pasar kendaraan di atas nilai nominal saham merupakan agio saham yang tidak dikenai pajak.

Kasus-2 Penghasilan dari Pengalihan Perusahaan (Likuidasi-Bagi yang Diambil Alih)Neraca PT XPer 31 Agustus 2010(dalam ribuan rupiah)

Aktiva Utang dan ModalKas 10.000,00 Utang 45.000,00Piutang 30.000,00Persediaan 40.000,00 Modal saham biasa 90.000,00Tanah 50.000,00 Laba ditahan 15.000,00Gedung 35.000,00Akumulasi Depresiasi (15.000,00)Total Aktiva 150.000,00 Jumlah utang & Modal 150.000,00

Jumlah aktiva 150.000,00Jumlah utang 45.000,00Kekayaan Bersih 105.000,00

Pada tanggal 31 Agustus 2010 PT X diambil alih oleh PT Z dengan nilai Rp160.000.000,00. Menurut ketentuan pajak, PT X mendapat laba sebesar Rp160.000.000,00 - Rp105.000.000,00 = Rp55.000.000,00. Laba ini terutang pajak.

TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWAHubungan istimewa adalah suatu keterikatan atau ketergantungan

antara wajib pajak. Keterikatan atau ketergantungan ini dapat berupa kepemilikan dan penyertaan modal ataupun penguasaan melalui manajemen ataupun penguasaan teknologi. Berdasarkan pasal 18 ayat 4 Undang-undang No. 17/2000, yang dimaksud dengan hubungan istimewa apabila:a. Wajib pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung

paling rendah 25% pada wajib pajak lain, atau hubungan antara wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% pada dua wajib pajak atau lebih, demikian pula hubungan antar dua wajib pajak atau lebih yang disebut terakhir.

10

Page 11: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

b. Wajib pajak menguasai wajib pajak lainnya atau dua atau lebih wajib pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung.

c. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus dan atau kesamping satu derajad. Transaksi yang terjadi karena hubungan istimewa menimbulkan suatu konsekuensi terhadap pelaporan pajak. Konsekuensi tersebut dapat berupa koreksi terhadap pendapatan ataupun biaya yang diakui dan dibebankan dalam periode yang bersangkutan. Transaksi hubungan istimewa dapat mengakibatkan kekurangwajaran terhadap harga jual dan pembebanan biaya. Hal ini terjadi karena dalam transaksi hubungan istimewa harga ataupun biaya yang dibebankan berbeda dengan harga ataupun biaya yang dibebankan jika transaksi tersebut tidak ada hubungan istimewa. Atau dengan kata lain, harga ataupun biaya yang dibebankan dalam transaksi hubungan istimewa tidak sesuai dengan harga wajarnya. Sehingga transaksi-transaksi demikian menimbulkan koreksi terhadap laporan pajak.

TRANSFER PRICINGTransfer pricing adalah penentuan harga sehubungan dengan

penyerahan barang, jasa, atau pengalihan teknologi antar perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa. Sehingga transfer pricing ini sering digunakan oleh WP yang memiliki hubungan istimewa untuk melakukan manipulasi terhadap pajak. Dirjen Pajak dalam hal ini melakukan antisipasi dengan pasal 18 ayat 3, 3a Undang-undang No. 17/2000, yang memberikan:1. Wewenang kepada Dirjen Pajak untuk menentukan kembali besarnya

penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa.

2. Melakukan perjanjian dengan wajib pajak dan bekerjasama dengan pihak otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.Peraturan perpajakan menekankan bahwa jumlah rupiah pendapatan

harus didasarkan harga pasar yang berlaku. Dengan demikian penjualan kepada pihak-pihak tertentu seperti anak perusahaan, cabang, dan lain-lain yang menggunakan harga khusus/transfer price dibawah harga pasar harus dikoreksi ke harga pasar.

Kasus-1Pada tahun 2010 PT A menjual 100 ton barang dagangan dengan harga pasar Rp100.000,00/ton dan menjual 10 ton barang kepada kantor cabang dengan harga Rp90.000,00/ton Jumlah penjualan menurut pembukuan

11

Page 12: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

100 ton x Rp 100.000,00 Rp 10.000.000,0010 ton x Rp90.000,00 (harga transfer) 900.000,00

Jumlah penjualan menurut pembukuan Rp 10.900.000,00Jumlah penjualan menurut pajak 110 ton x Rp100.000,00 Rp 11.000.000,00Dapat pula dinyatakan sebagai berikut:Jumlah penjualan menurut pembukuan Rp 10.900.000,00Koreksi fiskal positif (menambah penghasilan kena pajak) (Rp100.000,00-Rp90.000,00) x 10 ton 100.000,00

Jumlah penjualan menurut pajak Rp 11.000.000,00

Dalam kertas kerja penyusunan laporan laba rugi komersiil menuju laporan laba-rugi pajak koreksi fiskal dapat dinyatakan sebagai berikut:Keterangan Akuntansi KF Positif KF NegatifPendapatan/Penjualan/Penghasilan Bruto

10.900.000,00 100.000,00

KF: Koreksi Fiskal.

Kasus-2Pada tahun 2010 PT A menjual 100 ton barang dagangan dengan harga pasar Rp100.000,00/ton dan menjual 10 ton barang kepada perusahaan anak dengan harga 15 % lebih rendah dibanding harga pasar.

Menurut pembukuanPenjualan kepada umum : 100 ton x Rp100.000,00 Rp 10.000.000,00Penjualan kepada agen : 10 ton x Rp100.000,00 x 85% 850.000,00Total penjualan 10.850.000,00Menurut pajakPenjualan 110 ton x Rp100.000,00 Rp 11.000.000,00

Terjadi koreksi fiskal positif karena penjualan menurut pajak lebih besar disbanding menurut akuntansi.

Keterangan Akuntansi KF Positif KF NegatifPenjualan/peredaran bruto/penghasilan bruto

10.850.000,00 150.000,00

12

Page 13: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

Kasus-3Pada tahun 2010 PT A menjual 100 ton barang dagangan termasuk di dalamnya penjualan 10 ton kepada agen dengan harga 20 % lebih rendah dibanding harga pasar. Harga pasar per ton sebesar Rp100.000,00.Menurut pembukuanPenjualan kepada umum : 90 ton x Rp100.000,00 Rp 9.000.000,00Penjualan kepada agen : 10 ton x Rp100.000,00 x 80% 800.000,00

Total penjualan Rp 9.800.000,00Menurut pajakPenjualan 100 ton x Rp100.000,00 Rp 10.000.000,00

Dapat dinyatakan sebagai berikut:Keterangan Akuntansi KF Positif KF NegatifPenjualan/peredaran bruto/penghasilan bruto

9.800.000,00 200.000,00

Kasus-4 PT B memiliki sebuah kendaraan dengan harga perolehan Rp100.000.000,00Akumulasi depresiasi/penyusutan s/d 31-8-2010 80.000.000,00Nilai buku kendaraan 20.000.000,00

Kendaraan tersebut dijual ke kantor cabang dengan harga Rp20.000.000,00, bila dijual kepada umum harga pasarnya Rp30.000.000,00.Menurut pembukuan tidak diakui laba penjualan kendaraan, tetapi menurut pajak harus diakui laba penjualan kendaraan sebesar Rp30.000.000,00 - Rp20.000.000,00 = Rp10,000,000,00. Dapat dinyatakan sebagai berikut:

Keterangan Akuntansi KF Positif KF NegatifLaba Penjualan Kendaraan 0 10.000.000,00

PENGHASILAN DARI BUNGAPenghasilan dari bunga dibedakan menjadi dua yaitu bunga yang

diperoleh karena menyimpan uang di bank dan bunga yang diperoleh dari sumber lain, misalnya bunga karena memberi pinjaman pada kantor cabang. Bunga yang diperoleh dari Bank sudah dipotong PPh Final sebesar 20 %. Sehingga penghasilan bunga dari bank dikeluarkan dari perhitungan penghasilan keseluruhan agar tidak terkena pajak ganda. Misalkan PT D pada akhir tahun 2010 mendapat penghasilan bunga Rp800.000,00 dari sebuah bank (sudah dipotong PPh final 20%), maka perlakuannya adalah

Keterangan Akuntansi KF Positif KF Negatif

13

Page 14: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

Pendapatanbunga (neto) 800.000,00 800.000,00

Jenis bunga kedua adalah bunga yang diperoleh dari pihak non bank/lembaga keuangan, misalkan dari kantor cabang. Dalam hal ini kantor cabang tidak diwajibkan memotong PPh final atas bunga. Karena itu jumlah penghasilan bunga yang diperoleh harus temasuk ke dalam penghasilan keseluruhan. Misalkan PT D pada akhir tahun 2010 juga mendapat bunga dari kantor cabang sebesar Rp500.000,00. Jumlah ini belum terkena pajak, maka perlakuannya adalah:

Keterangan Akuntansi KF Positif KF NegatifPendapatan/penghasilan bunga 500.000,00 - -

PENGHASILAN DARI PENERIMAAN DIVIDENPenerimaan dividen atau pembagian laba atau apapun namanya, pada

prinsipnya adalah penghasilan yang harus dikenai pajak. Namun demikian ada dividen yang dikecualikan sebagai obyek pajak yaitu dividen atau pembagian laba yg diperoleh oleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, Koperasi, BUMN, BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:1. Dividen berasal dari laba ditahan2. Bagi perseroan terbatas, BUMN, BUMD, kepemilikan saham pada badan

usaha yang memberikan dividen, minimum 25 % dari modal yang disetor3. Harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut.

Kasus 1CV Karya memperoleh dividen dari PT Ardi sebesar Rp400.000,00.

Keterangan Akuntansi KF Positif KF NegatifPendapatan/penghasilan dividen 400.000,00 - -

Kasus 2PT Jaya adalah wajib pajak dalam negeri memiliki modal disetor

Rp100.000.000,00. Perusahaan membeli saham PT Rapi seharga Rp30.000.000,00. Dalam tahun 2010 PT Jaya mendapat dividen dari PT Rapi Rp1.000.000,00. PT Jaya mempunyai usaha pokok dalam perdagangan hasil bumi. Diperoleh keterangan bahwa PT Rapi dalam tahun 2010 memperoleh laba Rp7.000.000 dan membagi dividen total Rp4.000.000,00. Dalam kasus ini penghasilan dividen yang diterima oleh PT Jaya dikecualikan dari penghasilan karena memenuhi syarat di atas.

Keterangan Akuntansi KF Positif KF NegatifPendapatan/penghasilan dividen 1.000.000,00 1.000.000,00

14

Page 15: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

LABA SELISIH KURS MATA UANG ASINGBerdasar Undang-undang Republik Indonesia No. 17/2000 pasal 4

ayat 1 huruf (l) yang menyebutkan bahwa keuntungan karena selisih kurs mata uang asing merupakan obyek pajak penghasilan, maka wajib pajak diharuskan melaporkan jika dalam usahanya terdapat keuntungan karena selisih kurs mata uang asing. Perlakuan perpajakan tidak berbeda dengan perlakuan akuntansi dalam hal pengakuan laba selisih kurs mata uang asing.

Kasus:

Pada tanggal 1 Oktober 2010 PT A mengekspor barang ke Amerika senilai $15.000 termin n.2 bulan. Saat itu kurs US$1 = Rp8.000,00. Pada tgl 1 Desember 2010 PT A menerima pembayaran $15.000 saat itu kurs US$1 = Rp10.000,00. Dengan demikian pada 1 Desember 2010 PT A memperoleh laba selisih kurs sebesar US$10.000 x (Rp10.000,00-Rp8.000,00) = Rp30.000.000,00. Laba selisih kurs ini oleh PT A dilaporkan di laporan akuntansi dan laporan pajak, sehingga tidak terdapat koreksi fiskal atas penghasilan karena keuntungan selisih kurs mata uang asing.

Keterangan Akuntansi KF Positif KF NegatifLaba selisih kurs mata uang asing

30.000.000,00 0 0

PENGHASILAN DARI SELISIH LEBIH KARENA PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP

Selisih Lebih karena penilaian kembali aktiva tetap bagi akuntansi bukanlah pendapatan. Berdasar Undang-undang No. 17/2000 pasal 4 ayat 1 huruf (m) selisih lebih karena penilaian kembali aktiva merupakan obyek pajak penghasilan, sehingga harus dilaporkan dalam laporan pajak. Misalkan gedung dengan harga perolehan Rp100.000.000,00 sudah didepresiasi selama 20 tahun dengan akumulasi depresiasi Rp75.000.000,00, sehingga nilai bukunya Rp25.000.000,00 dinilai kembali menjadi Rp90.000.000,00. Dalam hal ini perusahaan dianggap memperoleh penghasilan sebesar selisih lebih antara nilai penilaian kembali dengan nilai bukunya, atau sebesar: Rp90.000.000,00 - Rp25.000.000,00 = Rp65.000.000,00. Sehingga selisih tersebut harus dilaporkan dalam laporan pajak.

Karena selisih tersebut tidak dilaporkan dalam laporan akuntansi tetapi harus dilaporkan dalam laporan pajak, maka terjadi koreksi fiskal sebagai berikut:

Keterangan Akuntansi KF Positif KF Negatif

15

Page 16: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

Pendapatan/penghasilan penilaian kembali AT

65.000.000,00

16

Page 17: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

PENGURANGAN BIAYA YANG DIPERBOLEHKAN MENURUT KETENTUAN FISKAL

Berdasar Undang-undang Republik Indonesia no 17/2000 pasal 6 ayat 1, besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) bagi wajib pajak dalam negeri dan BUT, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi:a. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,

termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalty, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali pajak penghasilan.

b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun.

c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.

e. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing.f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di

Indonesia.g. Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan.h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat:

1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial.

2. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada pengadilan negari atau Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan.

3. Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus4. Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak

dapat ditagih kepada Dirjen Pajak.5. yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan keputusan

Dirjen Pajak.i. Apabila terjadi kerugian, maka kerugian tersebut dapat dikompensasi

dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.

17

Page 18: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

Berdasar pasal 9 Undang-undang Republik Indonesia no. 17/2000, tentang biaya yang tidak diperkenankan mengurangi penghasilan bruto adalah:a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,

termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota.

c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, yang ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

e. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.

f. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 3 huruf a dan b, kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama Islam dan atau wajib pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.

g. Pajak Penghasilan.h. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib

pajak atau orang yang menjadi tanggungannya.i. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham.j. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi

pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.

18

Page 19: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

KOMPENSASI KERUGIAN

Menurut Undang-undang No. 17/2000 pasal 6 ayat 1 huruf (i) apabila penghasilan bruto setelah pengurangan biaya-biaya yang diperkenankan terjadi kerugian, maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya sampai dengan 5 (lima) tahun.

Kasus: PT A dalam tahun 20011 menderita rugi (fiskal) Rp1.200.000.000. Dalam 5 tahun berikutnya laba atau rugi fiskal yang diperoleh PT A adalah sebagai berikut:2002 laba 200.000.000,002003 rugi (300.000.000,00)2004 laba n i h i l2010 laba 100.000.000,002006 laba 800.000.000,00

Perhitungan kompensasi kerugian:2001 Rugi 1,200,000,0002002 Laba 200,000,000Sisa rugi 2001 1,000,000,0002003 Rugi (300,000,000)Sisa rugi 2001 1,000,000,0002004 Laba n i h i lSisa rugi 2001 1,000,000,0002010 Laba 100,000,000Sisa rugi 2001 900,000,0002006 Laba 800,000,000Sisa rugi 2001 100,000,000

BIAYA KERUGIAN PIUTANGDalam akuntansi keuangan dikenal 2 cara pencatatan kerugian

piutang, yaitu:1. Metode langsung2. Metode cadanganMetode langsung adalah satu metode pancatatan kerugian piutang yang langsung mengakui kerugian atas piutang yang tidak tertagih pada saat realisasi tak tertagih. Misalkan pada tahun 2010 terjadi piutang yang dihapus sebesar Rpxxx, maka jurnal yang dibuat adalah:

Biaya Kerugian Piutang xxxxPiutang dagang xxxx

19

Page 20: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

Metode cadangan adalah metode pencatatan kerugian piutang yang akan mengakui jumlah kerugian sebesar taksiran prosentase tertentu. Dengan metode cadangan, pada tahun terjadinya penjualan kredit harus diakui kerugian piutang sebesar taksiran tertentu, jurnal penyesuaian pada akhir tahun yang bersangkutan adalah:

Biaya Kerugian Piutang xxxxCadangan Kerugian Piutang xxxx

Sementara itu bila dikemudian hari terjadi piutang yang dihapus, jurnalnya adalah:

Cadangan Kerugian Piutang xxxxPiutang Dagang xxxx

Ketentuan pajak tidak mengenal adanya pengakuan kerugian piutang dengan menggunakan metode cadangan. Pajak akan mengakui piutang yang tidak tertagih sebesar realisasinya. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 17/2000 pasal 6 ayat 1 huruf h, piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dapat diakui sebagai biaya yang mengurangi penghasilan bruto, dengan syarat:a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi

komersial.b. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada pengadilan

negari atau Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan.

c. Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khususd. Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak

dapat ditagih kepada Dirjen Pajak.

Karena pajak tidak mengenal metode cadangan, maka jika wajib pajak badan menggunakan metode cadangan dalam pengakuan kerugian piutangnya, maka akan terjadi koreksi fiskal.

Kasus:PT X menerapkan metode cadangan dalam penentuan kerugian piutangnya. Besar cadangan kerugian piutang yang dibentuk adalah 2 % dari total penjualan kredit. Penjualan kredit tahun 2010 Rp 100.000.000,00. Pada tahun 2010 diketahui bahwa piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih sejumlah Rp1.000.000,00. Besarnya biaya kerugian piutang dalam laporan laba rugi akuntansi sejumlah Rp2.000.000. Karena fiskal hanya menggunakan metode

20

Page 21: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

langsung, maka terjadi koreksi atas pengakuan biaya kerugian piutang menurut akuntansi sejumlah Rp2.000.000,00 menjadi Rp1.000.000,00 sesuai dengan ketentuan pajak. Sehingga terjadi koreksi fiskal sebagai berikut:

Keterangan Akuntansi KF Positif KF NegatifBiaya Kerugian Piutang 2.000.000,00 1.000.000,00

HARGA POKOK PENJUALANMenurut Undang-undang Republik Indonesia No. 10/1994 pasal 10

ayat 6, persediaan dan pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan yang dilakukan secara rata-rata atau dengan cara mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama. Metode penghitungan harga pokok persediaan ini harus dilakukan secara konsisten. Apabila dalam pelaksanaannya, ternyata yang diterapkan dalam akuntansi menggunakan metode yang lain yang diperbolehkan berdasar standar akuntansi keuangan, sedangkan dalam pelaporan pajak harus menyajikan berdasar metode yang diperbolehkan dalam perpajakan, maka kondisi demikian mengakibatkan perlunya koreksi fiskal atas penghitungan harga pokok persediaan.

Kasus:PT A menggunakan metode masuk terakhir keluar pertama dalam penghitungan harga pokok persediaan. Persediaan yang tersedia awal tahun 2010 sejumlah 1.000 unit dengan harga Rp1.000,00 per unit, atau sebesar Rp1.000.000,00. Jika menggunakan metode masuk pertama keluar pertama nilai persediaan awal periode seharga Rp1.050,00 per unit, atau sebesar Rp1.050.000,00.

Pembelian selama tahun 2010:Kuantitas Harga/unit500 Rp1.200,00200 Rp1.250,00300 Rp1.300,00100 Rp1.400,00

Penjualan selama tahun 2010 sejumlah 1.900 unit.

Jika diasumsikan wajib pajak menggunakan metode fisik dalam mencatat persediaan, maka penghitungan persediaan akhir berdasar metode masuk terakhir keluar pertama adalah:

21

Page 22: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

Total persediaan tersedia untuk dijual:Persediaan awal periode 1.000 unitTotal pembelian 1.100 unit

2.100 unitPenjualan 1.900 unitJumlah persediaan akhir periode 200 unitPersediaan akhir 200 u x Rp1.000,00 = Rp200.000

Karena pajak mewajibkan menggunakan metode masuk pertama keluar pertama atau menggunakan metode rata-rata, maka nilai persediaan akhir berdasarkan penghitungan akuntansi tersebut harus disesuaikan dengan metode yang diperbolehkan menurut pajak. Asumsikan jika dipilih metode masuk pertama keluar pertama, maka nilai persediaan akhir periode adalah:

Kuantitas Harga/unit Total100 unit Rp1.300,00 Rp130.000,00100 unit Rp1.400,00 Rp140.000,00200 unit Rp270.000,00

Koreksi fiskal yang terjadi karena perbedaan penilaian persediaan tersebut adalah sebagai berikut:

Persediaan awal menurut pajak (MPKP/FIFO) 1.050.000,00Persediaan awal menurut akuntansi (MTKP/LIFO) 1.000.000,00Koreksi fiskal negatif 50.000,00

Persediaan akhir menurut pajak (MPKP/FIFO) 270.000,00Persediaan akhir menurut akuntansi (MTKP/LIFO) 200.000,00Koreksi fiskal positif 70.000,00

Rekening Akuntansi KF Positif KF NegatifHPPPersediaan (awal periode) Rp1.000.000,00 - 50.000,00Pembelian 1.380.000,00 - -

Barang Tersedia Dijual 2.380.000,00Persediaan (akhir periode) 200.000,00 70.000,00 -

HPP Rp2.180.000,00

PENYUSUTAN AKTIVA TETAP Penyusutan aktiva tetap merupakan salah satu biaya yang

diperbolehkan mengurangi penghasilan menurut undang-undang perpajakan. Penyusutan aktiva tetap diatur berdasar Undang-undang Republik Indonesia No. 17/2000 pasal 11 ayat 1 sampai dengan 11. Pada ayat 1 dan ayat 2

22

Page 23: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

disebutkan bahwa penyusutan dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut. Selain bangunan, penyusutan dapat juga dilakukan dalam bagian-bagian menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai buku, dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus, dengan syarat dilakukan secara taat asas. Dengan kata lain, penyusutan menurut ketentuan pajak dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode garis lurus atau metode saldo menurun ganda.

Dalam perpajakan, aktiva tetap yang disusut tidak mengenal adanya nilai sisa, sehingga penyusutan dengan metode garis lurus tidak berpedoman kepada harga perolehan yang dapat disusut (cost depreciable) tetapi berdasar harga perolehan. Berdasar Undang-undang no 17/2000 pasal 11 ayat 3 dan 4, penyusutan aktiva tetap dimulai sejak bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut. Wajib pajak juga diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan.

Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta berujud ditetapkan sebagai berikut:

Kelompok Harta Berujud Masa Manfaat Tarif PenyusutanGaris Lurus Saldo Menurun Ganda

I. Bukan bangunanKelompok 1 4 tahun 25 % 50 %Kelompok 2 8 tahun 12,5 % 25 %Kelompok 3 16 tahun 6,25 % 12,5 %Kelompok 4 20 tahun 5 % 10 %

II. BangunanPermanen 20 tahun 5 %Tidak permanen 10 tahun 10 %

Kasus:PT A memiliki sebuah kendaraan dengan harga Rp50.000.000,00 yang digunakan mulai tanggal 1 Juli 2010. Taksiran umur ekonomis kendaraan tersebut 5 tahun dengan nilai sisa Rp5.000.000,00. Berdasarkan aturan pajak, kendaraan tersebut termasuk dalam kelompok 1. Metode depresiasi yang digunakan untuk akuntansi adalah garis lurus, sedangkan pajak menggunakan saldo menurun ganda.

23

Page 24: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

Penghitungan penyusutan menurut akuntansi:Tahun Penghitungan Penyusutan2010 6/12 x {(50.000.000 – 5.000.000) / 5} 4.500.0002006 (50.000.000 – 5.000.000) / 5 9.000.0002007 (50.000.000 – 5.000.000) / 5 9.000.0002008 (50.000.000 – 5.000.000) / 5 9.000.0002009 (50.000.000 – 5.000.000) / 5 9.000.0002010 6/12 x {(50.000.000 – 5.000.000) / 5} 4.500.000

Penghitungan penyusutan menurut pajak:Tahun Penghitungan Penyusutan2010 6/12 x 50% x 50.000.000 12.500.0002006 6/12 x 50% x 50.000.000 12.500.000

6/12 x 50% x 25.000.000 6.250.00018.750.000

2007 6/12 x 50% x 25.000.000 6.250.0006/12 x 50% x 12.500.000 3.125.000

9.375.0002008 6/12 x 50% x 12.500.000 3.125.000

6/12 x 6.250.000 3.125.0006.250.000

2009 6/12 x 6.250.000 3.125.000Jika penyusutan pajak menggunakan metode garis lurus maka penghitungan yang dilakukan adalah:

Tahun Penghitungan Penyusutan2010 6/12 x 25% x 50.000.000 6.250.0002006 25% x 50.000.000 12.500.0002007 25% x 50.000.000 12.500.0002008 25% x 50.000.000 12.500.0002009 6/12 x 25% x 50.000.000 6.250.000

AMORTISASI AKTIVA TIDAK BERUJUD DAN AKTIVA SUMBER ALAM

Berdasar Undang-undang Republik Indonesia No. 17/2000 pasal 11A, amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berujud dan pengeluaran lainnya termasuk biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar atau dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif amortisasi atas pengeluaran tersebut atau atas nilai sisa

24

Page 25: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

buku dan pada akhir masa manfaat diamortisasi sekaligus dengan syarat dilakukan secara taat asas.

Untuk menghitung amortisasi, masa manfaat dan tarif amortisasi ditetapkan sebagai berikut:

Kelompok Harta Tak Berujud

Masa Manfaat Tarif Amortisasi berdasarkan metode

Garis Lurus Saldo Menurun GandaKelompok 1 4 tahun 25 % 50 %Kelompok 2 8 tahun 12,5 % 25 %Kelompok 3 16 tahun 6,25 % 12,5 %Kelompok 4 20 tahun 5 % 10 %

KASUS SOAL KOREKSI FISKAL

PT Perjuangan bergerak di bidang perdagangan umum, laporan laba rugi untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebagai berikut:

PT PERJUANGANLAPORAN LABA RUGI

Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2010PENJUALAN Rp960.000.000HARGA POKOK PENJUALAN

Persediaan awal 30.750.000Pembelian 437.000.000Ongkos angkut pembelian 28.400.000Barang tersedia untuk dijual 496.150.000Persediaan akhir 110.750.000

Harga Pokok penjualan Rp385.400.000LABA BRUTO Rp574.600.000BIAYA USAHA

Biaya gaji 125.000.000Biaya iklan 7.500.000Biaya perjalanan 15.000.000Penyusutan kendaraan 14.375.000Penyusutan inventaris kantor 6.000.000Penyusutan Gedung 28.750.000Biaya listrik 20.000.000Pajak bumi dan bangunan 5.000.000Biaya asuransi gedung 5.000.000Biaya telepon dan telegram 7.000.000

25

Page 26: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

Biaya pemeliharaan gedung 2.000.000Biaya macam-macam 20.000.000Biaya kerugian piutang 3.000.000

Jumlah biaya usaha Rp 239.625.000LABA USAHA Rp 334.975.000

Informasi untuk membuat koreksi fiskal1. Penjualan termasuk didalamnya penjualan kepada anak perusahaan

sebesar Rp20.000.000,00. Harga pasar jika dijual kepada langganan Rp35.000.000,00.

2. Biaya advertensi termasuk pemasangan iklan selama satu minggu untuk pengenalan produk baru sejumlah Rp3.000.000,00.

3. Biaya Gaji termasuk tunjangan kesehatan Rp5.000.000,00, iuran pensiun untuk pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya sudah disahkan oleh Menteri Keuangan Rp2.500.000,00, pembelian sembako untuk karyawan Rp17.500.000,00 dan bea siswa untuk pegawai yang sedang menjalankan pendidikan Rp10.000.000,00.

4. Biaya perjalanan termasuk jamuan makan untuk keluarga Rp2.000.000,00 dan pembayaran tiket pesawat untuk istri direktur yang menyertai perjalanan Rp750.000,00.

5. Perusahaan memiliki dua kelompok kendaraan. Kelompok I dibeli pada tanggal 1 Januari 2004 dengan cost Rp90.000.000,00. Umur ekonomis ditaksir 6 tahun dan nilai residu 15.000.000,00. Kelompok II dibeli tanggal 1 Oktober 2010 dengan cost 80.000.000,00 dan taksiran umur ekonomis 10 tahun dengan nilai residu Rp5.000.000,00. Penyusutan menggunakan metode garis lurus. Untuk kepentingan SPT menggunakan saldo menurun ganda.

6. Gedung dibeli bulan Oktober tahun 2003 merupakan bangunan permanen. Cost ketika itu sebesar Rp500.000.000,00. Umur ekonomis ditaksir selama 16 tahun dan disusut dengan menggunakan metode garis lurus dengan nilai residu 40.000.000,00

7. Inventaris kantor (harta kelompok II) dibeli pada tanggal 1 Juli 2004. Cost seluruhnya pada saat itu adalah Rp50.000.000,00. Umur ekonomis ditaksir 8 tahun dengan nilai residu Rp2.000.000,00. Penyusutan menggunakan metode garis lurus. Untuk kepentingan penyusunan SPT menggunakan saldo menurun ganda.

8. Kerugian piutang yang nyata-nyata terjadi tahun 2010 sebesar Rp2.600.000,00.

9. Biaya telepon termasuk didalamnya telepon rumah dinas para manajer Rp2.500.000,00.

10. Macam-macam biaya kantor termasuk di dalamnya:

26

Page 27: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

Biaya makan siang karyawan Rp2.000.000,00Sumbangan Rp3.000.000,00Biaya pembelian perlengkapan Rp5.000.000,00

11. Persediaan dihitung menggunakan metode LIFO. Persediaan awal menurut LIFO 1.500 unit @ RP20.500,00 sedangkan menurut FIFO 1.500 unit @ Rp19.000,00 Untuk penghitungan SPT menggunakan metode FIFO. Data pembelian dan penjualan:Pembelian Bulan April 4.000 Unit @ Rp20.000,00 Bulan Juni 5.000 Unit @ Rp21.000,00Bulan Agustus 6.000 Unit @ Rp22.000,00Bulan Oktober 5.000 Unit @ Rp24.000,00Penjualan selama tahun 2010 sebanyak 16.000 unit

Diminta:Hitunglah pajak penghasilan yang terutang PT Perjuangan

2010 (sertakan perhitungan yang diperlukan).

27

Page 28: Penghitungan Pajak Dengan Norma

Perpajakan

28