penghayatan spiritual dan pembangunan di balik...

30
129 Bab 6 PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK KEKERABATAN KRISTIANI erbagai upacara adat yang diwariskan tradisi menghubungkan komunitas religius dengan masa lampau mistisnya (Mircea Eliade 1959 dalam Susanto 1987:44). Ternyata, agama juga memiliki fungsi yang sama, yaitu merupakan sarana sebuah komunitas religius agar dapat tetap berhubungan dengan masa lampau mistisnya. Agama mempunyai fungsi membangkitkan kesadaran dari seluruh anggota komunitas akan adanya suatu dunia yang lain. Suatu dunia yang lain itu berpusat dan bersumber pada Yang Kudus, suatu yang transenden dan imanen. Kenyataannya, kekerabatan lahir ketika sekelompok orang merasa dekat satu sama lain karena menyembah Wujud Tertinggi yang sama. Dengan demikian, agama berperan juga dalam menciptakan kekerabatan di kalangan penganutnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa agama sebagai lembaga kemasyarakatan berperan besar dalam penghayatan spiritual masyarakat (Daeng 1985, Putnam 2000, Fukuyama 2001, Shenk 2001, Brown and Brown 2003). Seluruh warga Mondo sudah dibaptis secara kristiani dan selama enambelas B

Upload: votruc

Post on 02-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

129

Bab 6

PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN

DI BALIK KEKERABATAN KRISTIANI

erbagai upacara adat yang diwariskan tradisi menghubungkan komunitas religius dengan masa lampau mistisnya (Mircea Eliade

1959 dalam Susanto 1987:44). Ternyata, agama juga memiliki fungsi yang sama, yaitu merupakan sarana sebuah komunitas religius agar dapat tetap berhubungan dengan masa lampau mistisnya. Agama mempunyai fungsi membangkitkan kesadaran dari seluruh anggota komunitas akan adanya suatu dunia yang lain. Suatu dunia yang lain itu berpusat dan bersumber pada Yang Kudus, suatu yang transenden dan imanen. Kenyataannya, kekerabatan lahir ketika sekelompok orang merasa dekat satu sama lain karena menyembah Wujud Tertinggi yang sama. Dengan demikian, agama berperan juga dalam menciptakan kekerabatan di kalangan penganutnya.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa agama sebagai lembaga kemasyarakatan berperan besar dalam penghayatan spiritual masyarakat (Daeng 1985, Putnam 2000, Fukuyama 2001, Shenk 2001, Brown and Brown 2003). Seluruh warga Mondo sudah dibaptis secara kristiani dan selama enambelas

B

Page 2: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

130

tahun terakhir penghayatan spiritualitas kristiani juga semakin menguat di Mondo. Oleh karena itu, penelitian mengenai modal spiritual di Mondo tak dapat dilepaskan dari hubungan umat Mondo dengan Gereja dan kehidupan kristiani mereka.

Pada tahun 1995, Monika Setia, ibu dari Stefanus Syukur sakit keras. Sakitnya demikian parah sehingga harus dibawa ke rumah sakit di Cancar, sekitar 71 km ke arah barat Mondo. Padahal, pada tahun itu Mondo masih dikelilingi hutan lebat sehingga tidak ada kendaraan apapun yang dapat mencapai Mondo. Oleh karena itu, dapat dibayangkan sakit Ende Tia, demikian nama panggilan Monika Setia, cukup parah karena terpaksa dibawa ke rumah sakit sejauh itu. Stefanus kala itu dalam keadaan sangat bingung dan panik, selain mengkhawatirkan kondisi ibunya, juga memikirkan masalah biaya. Di saat yang sama, putera sulungnya Feri baru saja memulai kuliah tahun pertamanya di Universitas Udayana Bali. Sementara adik bungsunya Alfonsius masih kuliah di Kupang.

Situasi semakin tidak menyenangkan karena keluarga besar Stefanus waktu itu tidak mau membantu sama sekali. Alasannya adalah karena menurut mereka Stefanus sudah tidak lagi teguh memimpin upacara adat sesuai dengan adat istiadat. Dalam keadaan seperti itu, Kornelia, istri Stefanus mengajak warga Mondo untuk doa bersama-sama secara kristiani di rumahnya. Dalam doa itu seorang pria mendapatkan visiun adanya pohon yang meranggas hingga kering kerontang namun kemudian menghijau kembali. Pria itu yakin Ende Tia akan sembuh. Setelah berdoa, Kornelia melihat ke arah meja dan ada Kitab Suci yang terbuka di atasnya. Ketika mendekat, matanya tertumbuk pada ayat berikut:

"Pergilah dan katakanlah kepada Hizkia: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu. Sesungguhnya Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi.” (Yes. 38:5)

Membaca ayat tersebut hati Kornelia sangat tergetar karena percaya bahwa Tuhan mendengarkan doanya. Ternyata, iman Kornelia terjawab karena tak lama kemudian Ende Tia sudah kembali ke Mondo dalam keadaan sehat dan berada di tengah-tengah mereka kembali. Hal yang sulit dijelaskan adalah bahwa kemudian Ende Tia meninggal tahun 2010, tepat 15 tahun kemudian sebagaimana Sabda Tuhan yang dibaca Kornelia. Itulah sebabnya ketika Ende Tia jatuh sakit lagi di tahun 2010, seluruh keluarga segera berkumpul karena mereka tahu masa itu akan menjadi saat-saat terakhir Ende Tia.

Page 3: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

131

Masyarakat Mondo hidup dalam kekerabatan kristiani. Istilah kekerabatan ini dipakai karena terlihat adanya hubungan kekeluargaan di kalangan warga Mondo yang seratus prosen kristiani. Biasanya kata kekerabatan memang berlaku untuk sekelompok orang yang memiliki hubungan darah secara genealogis ataupun memiliki hubungan karena perkawinan. Akan tetapi, ternyata istilah kekerabatan dapat juga dikenakan kepada sekelompok orang yang merasa dekat satu sama lain karena identitas yang sama ataupun karakter umum yang sama (Encarta Dictionaries, Ardictionary, The Free Dictionary). Oleh karena itu, dalam tulisan ini istilah kekerabatan tidak dibatasi oleh hubungan genealogis atau karena perkawinan saja tetapi bisa juga dalam arti yang lebih luas. Berikut ini akan digambarkan kekerabatan kristiani di Mondo dan bagaimana pada akhirnya nilai-nilai komunal dan ksatria yang terungkap dalam kekerabatan kristiani itu mewarnai pembangunan.

UMAT MONDO DAN GEREJA

Dalam sebuah wawancara, Mgr. Hubert Leteng, Pr selaku Uskup Ruteng mengatakan bahwa masyarakat Manggarai dan umat Gereja Katolik sama-sama komunal. Dari segi adat, kelompok masyarakat tradisional itu sudah ada sejak dahulu. Gereja kemudian hadir untuk menyempurnakan kelompok-kelompok tradisional, dalam arti memberikan wajah baru terhadap komunalitas yang sudah ada. Lewat spiritualitas kristiani, kekerabatan telah menembus ikatan hubungan darah dan ikatan perkawinan, karena kini semua adalah satu keluarga sebagai saudara seiman.

Kekerabatan kristiani di Mondo tampak jelas dalam kegiatan doa bersama yang diadakan secara rutin dan melibatkan seluruh warga kampung. Dalam kesempatan itu, mereka mengalami kebersamaan dalam doa dan saling mendoakan. Selain itu, ada juga saat-saat mereka dapat mengungkapkan beban persoalan hidupnya, saling berbagi cerita mengenai karya Tuhan dalam hidup mereka, atau membicarakan masalah-masalah yang harus dihadapi bersama sebagai warga kampung, misalnya soal air bersih, jalan yang belum juga diaspal, dan sebagainya. Semua itu semakin mempersatukan mereka dalam sebuah kekerabatan. Salah satu pertemuan doa yang mengesankan terjadi pada bulan Oktober 2009. Doa rosario setiap hari selama bulan Mei dan Oktober merupakan program paroki dan kebiasaan umat di Manggarai sejak dahulu. Sebagai bagian dari umat paroki, umat Mondo pun melakukan doa rosario setiap hari di bulan Oktober 2009 tersebut.

Page 4: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

132

Ketika itu hari sudah gelap dan waktu menunjukkan hampir pk. 19.00. Maka dengan bergegas kami menuju rumah yang akan dipakai untuk rosario bersama. Kami berjalan beramai-ramai menyusuri jalan setapak kampung yang gelap karena belum ada listrik di sana. Rumah yang mendapatkan giliran untuk dipakai doa rosario warga saat itu adalah rumah Agus Kantur, salah seorang keturunan langsung dari Nggulung. Ketika sampai di rumah tersebut, hal yang cukup mengejutkan adalah adanya banyak sekali anak-anak yang ikut berkumpul di sana. Rumah dipenuhi umat yang datang untuk rosario malam itu, menurut pengurus ada sekitar 36 KK, yaitu seluruh warga yang termasuk anggota Kelompok Basis (Kombas) Mondo 1. Rupanya seperti itulah yang terjadi setiap malam, dengan setia para warga berkumpul untuk rosario bersama selama bulan Oktober yang menjadi bulan Maria ini. Semuanya keluar dari rumah masing-masing untuk berkumpul di sana, mulai dari anak kecil sampai lansia. Semua berdoa dengan khidmat, bahkan termasuk anak-anak kecil yang memimpin setiap doa Salam Maria sambil memegang lilin secara bergantian. Hal yang sama terjadi pula di Mondo 2 dan Mondo 3. Dalam doa bersama itu, saya diminta untuk memberikan renungan. Feri Sehadung duduk di samping saya untuk membantu menerjemahkan. Namun, ternyata sebagian besar umat yang hadir mengerti apa yang saya sampaikan karena cukup banyak yang lancar berbahasa Indonesia.

Usai rosario, Feri melakukan sebuah ritual adat Manggarai yang disebut Kepok, untuk menyerahkan saya kepada warga Kampung Mondo. Feri, sebagai putra sulung Tua Adat Kampung Mondo, memperkenalkan saya sebagai temannya yang mau melakukan penelitian di Kampung Mondo. Secara resmi ia menyerahkan saya kepada warga, dan meminta warga untuk menjaga saya dan melayani saya sebaik-baiknya.

“Bahkan koreng sekecil apa pun jangan sampai terjadi atas dia,” kata Feri dalam bahasa Manggarai.

Saat itu, Feri yang mengenakan peci dan kain khas Manggarai menyerahkan sebotol arak yang disambut oleh salah seorang Tua Adat.90

90 Tu’a Adat yang menerima kepok ketika itu adalah Agus Kantur, cucu dari Lulus, jadi masih merupakan anggota keluarga yang dituakan dari Panga Waling.

Page 5: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

133

Setelah kepok dilakukan, kami pun disajikan minuman hangat dan makanan ringan. Kebanyakan di antara mereka mulai menghisap rokoknya sehingga ruangan penuh dengan asap rokok. Sambil menikmati yang disajikan, para warga pun menceritakan berbagai pengalaman yang dialaminya sebagai penduduk Kampung Mondo. Hampir semua cerita mereka memprihatinkan, namun yang mengesankan adalah mereka menceritakan semua penderitaan itu sambil tertawa lebar-lebar seolah sedang mengisahkan cerita jenaka. Acara berakhir sekitar pk. 22.00 dan setelah itu kami pun pulang ke tempat kediaman masing-masing.

Dalam kehidupan beragama ini, perilaku sosial masyarakat tampak bersifat resiprokal. Setiap orang berusaha menyempatkan diri untuk hadir dalam doa bersama yang diadakan secara bergilir dari rumah ke rumah, agar saat diadakan di rumahnya tetangga-tetangga lain juga hadir. Ada sebuah fenomena yang menunjukkan hal ini dengan jelas. Suatu hari seorang bapak protes kepada

Esok harinya, ketika waktu masih menunjukkan pk. 6.00 pagi, seorang ibu datang minta didoakan karena penyakit yang dideritanya. Dan ternyata, di waktu sepagi itu, sudah mengantri dua orang bapak yang membawa anaknya masing-masing untuk didoakan. Bapak pertama membawa anaknya yang berusia 6 tahun, namun belum bisa berbicara dan agak seperti anak autis yang sulit kontak dengan orang lain. Bapak kedua membawa anak gadisnya yang bisu dan tuli karena demam tinggi yang dialaminya ketika masih kecil. Setelah mendoakan, saya pun pamit masuk kamar untuk doa pribadi.

Tak sengaja selama saya berada di kamar, saya mendengar para bapak yang mengobrol memperbincangkan renungan yang saya sampaikan pada malam sebelumnya. Mereka membahas semua dari awal sampai akhir secara runtun dan tepat. Mendengar pembicaraan mereka saya pun terkesima, bagaimana mereka bisa mengingat semua yang diberikan itu dengan baik? Entah mereka itu sangat pandai sehingga bisa mengingat semuanya, atau jiwa mereka sangat subur sehingga bisa meresapkan setiap kabar gembira dengan baiknya. Padahal, ketika saya memberikan renungan tidak seorang pun dari mereka yang mencatat. Yang jelas, kekhidmatan mereka dalam berdoa bersama, kepercayaan mereka memohon bantuan doa bagi yang sakit, dan ingatan mereka yang kuat akan firman yang disampaikan, memberikan sedikit gambaran mengenai kedalaman spiritual kristiani umat Mondo.

Page 6: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

134

Ketua Kombas, mengapa rumahnya tak pernah dipakai untuk doa bersama. Dengan segera Ketua Kombas pun menjawab, tidak mungkin mengadakan doa bersama di rumahnya karena ia sendiri tidak pernah datang kalau ada acara doa bersama. Keluarga bapak tersebut merupakan satu-satunya KK di Mondo 1 yang tak pernah ikut acara doa bersama. Menurut pengakuannya, ia terlalu lelah karena sudah bekerja sepanjang hari; sebuah alasan yang sulit diterima karena semua warga Mondo juga bekerja sepanjang hari. Ditambahkan lagi oleh Ketua Kombas, ia sengaja tidak mau menjadwalkan doa bersama di rumahnya karena kuatir orang-orang tidak mau hadir jika doa bersama dilaksanakan di rumahnya. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa menjaga reputasi adalah penting bagi warga Mondo. Sebaliknya, mereka juga memerhatikan rekam jejak reputasi dari sesamanya.

Gambar 12 Warga Mondo yang memenuhi gereja Stasi Longko

(Sumber: H.A. Tjondro Sugianto 2009)

KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS DI MONDO

Sekilas KTM Komunitas Tritunggal Mahakudus yang biasa disingkat dengan KTM

didirikan oleh Rm. Yohanes Indrakusuma, O.Carm pada tanggal 11 Januari 1987 di Malang, Jawa Timur. KTM merupakan komunitas awam yang ingin menghayati hidup kristiani dalam misteri Bapa, Putera, dan Roh Kudus berdasarkan inspirasi komunitas kristiani pada masa Gereja Awali (bdk. Kis.

Page 7: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

135

2:41-47). Pengalaman akan Roh Kudus menjadi kekuatan mereka untuk menyadari keagungan misteri Tritunggal Mahakudus. Adapun spiritualitas KTM merupakan perpaduan yang sempurna dari dua spiritualitas besar yang ada dalam Gereja Katolik, yaitu Spiritualitas Karmel dan Pembaharuan Hidup dalam Roh. Dengan demikian, setiap anggota KTM memulai hidup barunya lewat pencurahan Roh Kudus, dan bertumbuh dalam kehidupan rohani melalui lorong-lorong kontemplatif Karmel. Dalam pelayanannya, setiap anggota KTM terbuka pada karisma-karisma Roh Kudus yang menolong mereka untuk dapat membantu umat menyadari kehadiran Tuhan.

Awalnya, anggota KTM hanya terdiri dari mereka yang tinggal di daerah Malang, Surabaya, dan sekitarnya. Namun, sekarang di tahun 2011 anggota KTM telah berjumlah lebih dari 14 ribu orang yang tersebar di sebagian besar provinsi yang ada di Indonesia. Selain itu, di luar negeri anggota KTM juga tersebar di Singapura, Malaysia, Australia, Belanda, Jerman, Belgia, dan Amerika Serikat. Walaupun tersebar di berbagai tempat, komunitas ini hidup sebagai satu keluarga besar di bawah satu pimpinan dan satu penggembalaan.

Kelompok terkecil dari KTM disebut dengan sel. Jadi, KTM terdiri dari ribuan sel yang ada di berbagai tempat. Masing-masing sel dipimpin oleh seorang pelayan sel. Beberapa sel dilayani oleh Dewan Pelayan Wilayah. Beberapa wilayah kemudian dilayani oleh Dewan Pelayan Distrik. Beberapa distrik dilayani oleh Pelayan Provinsi. Seluruh provinsi dan distrik yang ada dilayani oleh Dewan Pelayan Umum. Untuk dapat bertumbuh baik dalam hidup rohani maupun pelayanan, KTM dibimbing oleh seorang Gembala, dalam hal ini Rm. Yohanes sendiri sebagai pendirinya. Dalam menjalankan tugasnya sebagai gembala KTM, Rm. Yohanes dibantu oleh beberapa orang yang ditunjuknya sebagai Tim Gembala. Adapun yang menjadi Pelayan Umum KTM saat ini adalah Gerardus R. Budi Santoso, seorang anggota KTM dari Bandung.

Di Kampung Mondo terdapat 5 sel dewasa, 1 sel muda-mudi, dan KTM anak-anak yang berjumlah sekitar 120 anak. Seluruh sel ini masuk dalam Wilayah Mondo, Distrik Borong. Pelayan Wilayah KTM Mondo adalah Stefanus Syukur, yang saat ini juga menjabat sebagai Tu’a Golo. Perlu dicatat, kedudukan Pelayan dalam KTM ini adalah berdasarkan pemilihan anggota dan tidak bersifat tetap. Dengan perkataan lain, Stefanus menjadi Pelayan Wilayah KTM di Mondo karena dipilih oleh warga, namun setelah masa jabatannya selesai kedudukannya harus diganti oleh orang lain. Wilayah Mondo berada dalam Distrik Borong dengan Pelayan Distriknya bernama Sofia Setia.

Page 8: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

136

Sejarah pembentukan KTM berawal dari kedatangan seorang biarawan di tahun 2005. Arsenius Viccar, CSE, demikianlah nama frater91 tersebut, sedang melaksanakan masa Tahun Orientasi Pastoral di Paroki Borong. Arsenius adalah seorang biarawan yang berasal dari Serikat CSE92. Berdasarkan bimbingan Pastor Paroki, terjunlah ia ke stasi-stasi dan memasuki kampung demi kampung untuk membina iman umat. Ketika tiba di Kampung Mondo, ia merasakan adanya kesamaan spiritualitas antara dirinya dengan umat di Mondo. Maka, gayung pun bersambut hangat, ajakan Arsenius agar warga Mondo menjadi anggota KTM disetujui dengan antusias.

Bagan 7 Struktur Organisasi KTM

Keterangan : DPU: Dewan Pelayan Umum DPP: Dewan Pelayan Provinsi DPD: Dewan Pelayan Distrik DPW: Dewan Pelayan Wilayah

91 Kini frater tersebut telah ditahbiskan menjadi imam. 92 CSE merupakan singkatan dari Carmelitae Sancti Eliae.

Tim Gembala Gembala

DPU

DPPDPP

FLORES

DPD DPD DPD DPD DPDBORONG

DPW DPW DPW DPW MONDO

Sel Dewasa

Sel Muda-mudi

Sel anak-anak

DPP

Page 9: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

137

Mengapa bisa ada kesamaan spiritualitas antara Arsenius dan warga Mondo? Dengan tenang Stefanus menuturkan riwayat hidup rohaninya sebagai berikut,

Putri Karmel, CSE, dan KTM adalah tiga komunitas kakak beradik karena didirikan oleh pendiri yang sama, yaitu Rm. Yohanes Indrakusuma, O.Carm. Ada banyak kesamaan di antara ketiga komunitas tersebut, baik spiritualitasnya, visi misi, semboyan hidup, karisma pelayanan, dan sebagainya. Perbedaannya, Putri Karmel menjalani itu semua sebagai seorang biarawati, CSE sebagai seorang biarawan, dan KTM sebagai awam. Oleh karena itu, tak mengherankan ketika Arsenius datang ke Mondo seperti berjumpa dengan keluarganya sendiri karena kehidupan spiritual warga Mondo sudah dipengaruhi oleh para suster Putri Karmel sejak tahun 1994.

“Dalam hati saya merasa, Tuhan itu cinta orang sini ya, padahal kami bukan orang sekolah, Suster, tapi Tuhan bikin kami ini punya agama. Orang di sini cepat sekali menanggapi Tuhan,” ucap Stefanus penuh syukur.

“Bagaimana Bapak bisa menularkan hal ini ke penduduk sekampung?”

“Tidak tahu lagi, é...”

“Sebagian orang sini memang sudah ingin melaksanakan upacara adat dengan cara kristiani. Kalau berdoa kita juga bukan hanya doa Bapa Kami saja tetapi

“Saya dibaptis Katolik sudah lama, tetapi saya baru menjadi Katolik sesungguhnya tahun 1994.”

“Mengapa demikian?”

“Dulu saya beragama biasa saja, tidak ada penghayatan apa-apa. Suatu hari di tahun 1994, ada yang mengajak saya pergi ikut konvensi keagamaan di Ruteng. Katanya, konvensi itu juga akan dibimbing oleh pastor-pastor dari Jawa. Maka tanpa keraguan saya bangun pagi-pagi dan berangkat ke Ruteng untuk mengikuti konvensi. Sesampainya di sana, saya melihat cara berdoa mereka agak lain. Hampir semua acara dipimpin oleh para suster, ternyata mereka itu Suster Putri Karmel. Saat itulah saya merasakan betapa indahnya Tuhan mengundang saya untuk bersama Dia di tempat itu. Hati saya berkobar-kobar, pokoknya saya mau ikut, saya mau ikut terus, tidak mau tertinggal. Lalu datanglah Fr. Arsen, memperkenalkan KTM, betul-betul cocok sekali.”

Page 10: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

138

kita bisa berbicara apa saja dengan Tuhan. Jadi, tetap pelihara tradisi namun berdoanya kepada Tuhan.”

“Apakah semua warga Mondo setuju dengan cara Bapak?”

“Tidak semua juga. Yang pasti seluruh anggota KTM lebih senang berdoa langsung kepada Tuhan, tidak lagi kepada arwah-arwah dan tidak lagi membuat persembahan di compang. Tapi, masih ada juga beberapa yang memegang teguh adat istiadat, jadi mereka membuat upacara adat sendiri dalam keluarga mereka. Kita tidak bisa memaksa orang. Saya beritahu kepada seluruh anggota KTM supaya ingat bahwa kita ini bukan hidup dalam biara, jadi tidak boleh mengasingkan diri dari orang lain. Kita ini hidup dalam masyarakat, ada yang religius ada yang tidak, marilah kita ambil bagian dalam semuanya,” ucap Stefanus bijaksana.

Di tahun 2007 datanglah Elisa Maria, CSE yang juga sedang menjalankan Tahun Orientasi Pastoral di Paroki Borong. Sebagaimana pendahulunya Arsenius, Elisa juga turun ke kampung-kampung untuk membantu pembinaan umat.

“Fr. Elisa93 dulu rajin sekali ke Mondo sini walau seringkali harus berjalan kaki pulang pergi,” cerita seorang anggota KTM.

“Ya, kami semua sangat senang kalau Frater datang karena Frater memberikan bimbingan rohani yang memperkaya iman kami,” tambah yang lain.

Para anggota KTM berkumpul untuk berdoa bersama tiga kali seminggu. Setiap pertemuan memakan waktu sekitar 2 jam. Biasanya semua hadir, kecuali jika berhalangan dan terpaksa sekali tidak bisa datang. Walaupun frekuensinya demikian sering, tidak seorang pun yang mengeluh, bahkan memandang doa bersama itu sebagai sebuah kebutuhan dalam hidupnya. Namun, pada akhir tahun 2009 datanglah pembina KTM dari pusat dan mengajarkan mereka untuk berkumpul dan berdoa bersama seminggu sekali saja. Awalnya mereka merasa berat karena frekuensinya dikurangi, namun mereka taat dan sekarang tetap berjalan dengan baik. Ketekunan mereka dalam doa, hubungan persaudaraan yang erat terjalin di antara mereka, dan kesetiaan mereka sebagai anggota KTM inilah yang rupanya menyentuh hati anggota KTM di tempat lain yang lebih mampu dalam hal ekonomi. Mendengar kabar tentang kemiskinan mereka, mengalirlah bantuan untuk mereka dari KTM Singapura, Belanda, Jakarta, Semarang, dan Magelang.

93 Sekarang ia sudah ditahbiskan menjadi imam, sehingga bukan seorang frater lagi.

Page 11: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

139

“Bagaimanapun mereka adalah anggota keluarga besar kita juga,” ucap Eric Wijaya salah seorang anggota KTM Jakarta yang berpartisipasi memberikan sumbangan untuk warga Mondo.

“Kami memang sengaja menyisihkan uang untuk bisa membantu saudara-saudari kami sesama anggota KTM yang kurang mampu,” ungkap Leny, seorang anggota KTM Singapura.

“Kami mengadakan semacam Malam Dana, khusus untuk saudara-saudari kita anggota KTM yang miskin. Puji Tuhan, dana yang terkumpul cukup banyak,” kata Irene Kamdhani anggota KTM Belanda.

“Suster, saya titip kaos KTM untuk semua anggota KTM di Mondo, ya?” pinta Bu Ang seorang anggota KTM Semarang.

“Ini seratus ransel batik untuk anak-anak Mondo sekolah,” ucap Bu Anton seorang anggota KTM Magelang.

Demikianlah walau KTM merupakan sebuah komunitas rohaniah, ternyata ada pula efek jasmaniahnya yang dapat dinikmati oleh masyarakat Mondo. Program babi bergulir, penyediaan sarana air bersih, bahkan sampai pembagian kaos KTM dan tas sekolah secara gratis mereka peroleh karena keberadaan mereka sebagai anggota keluarga besar KTM. Walaupun demikian, perlu dicatat bahwa semua bantuan KTM ini juga melibatkan Gereja lokal, dalam hal ini pihak keuskupan dan paroki. Biasanya, bantuan dari luar itu dilaporkan dulu ke Pastor Paroki, kemudian pastor paroki inilah yang membantu mewujudkan bantuan tersebut hingga sampai ke kampung dan dapat dinikmati oleh umat.

Ajaran KTM

Para anggota KTM di Mondo selalu berkumpul secara rutin untuk berdoa dan mendengarkan pengajaran bersama. Mau tak mau, ajaran demi ajaran KTM meresap di hati dan mewarnai perilaku sosial mereka. Berikut ini akan disimak beberapa ajaran dalam KTM yang akhirnya mewarnai komunitas pembangun yang terbentuk di Mondo.

Anggota KTM mempunyai semboyan hidup Vivit Dominus in Cuius Conspectu Sto, yang artinya Allah hidup, dan aku berdiri di hadapan-Nya. Lewat semboyan ini, setiap anggota KTM diundang untuk hidup di hadirat Allah sepanjang hari. Hidup di hadirat Allah ini dipraktikkan dengan senantiasa

Page 12: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

140

menyadari kehadiran Allah yang bersemayam di dalam hati, alam semesta, sesama, dan peristiwa hidup sehari-hari. Kesetiaan hidup di hadirat Allah ini akan menolong setiap anggota KTM untuk mencapai cita-cita hidupnya. Ada dua cita-cita hidup yang ingin dikejar oleh setiap anggota KTM, pertama, mempersembahkan hati yang suci murni kepada Allah tanpa noda dosa aktual. Kedua, yang sebetulnya merupakan konsekuensi dari yang pertama, sudah sejak di dunia ini mengalami prarasa surgawi. Kedua cita-cita ini akan menghantar anggota KTM kepada tujuan akhir hidupnya, yaitu persatuan cintakasih dengan Allah.94

Ketika seseorang hidup di hadirat Allah, sulit baginya untuk melakukan dosa secara sengaja, karena seolah-olah ia hendak melukai Tuhan yang dicintainya, yang ia sadari ada di hadapan-Nya. Inilah yang terjadi dengan Stefanus. Ia merasa tidak sanggup lagi untuk melakukan berbagai upacara adat dengan memanggil arwah-arwah leluhur maupun melakukan penyembahan kepada leluhur. Dengan demikian, ia memutuskan untuk menghapus semua upacara adat level kampung yang berkaitan dengan penyembahan leluhur tersebut. Dampak positifnya, terjadi penghematan yang luar biasa di Kampung Mondo. Untuk sebuah upacara adat dibutuhkan binatang-binatang kurban seperti kerbau, babi, dan ayam. Sebagai catatan, untuk upacara adat Penti, dibutuhkan kerbau besar yang harganya sekitar 10 hingga 12 juta rupiah. Adapun babi yang besar bisa mencapai harga 6 juta rupiah. Belum lagi perlu disiapkan pula santapan untuk acara makan-makan seluruh warga kampung. Biaya masih perlu dikeluarkan juga untuk penyewaan generator karena belum ada listrik di Mondo, membangun tenda, dan sebagainya. Keputusan Stefanus menghapus upacara adat ini berarti penghematan puluhan juta rupiah setiap tahunnya. Hal inilah yang membedakan Mondo dengan kampung-kampung lain yang masih mempertahankan upacara adat sesuai dengan cara yang diwariskan leluhur. Walaupun memakan biaya besar, kampung-kampung lain masih tetap setia menjalankannya karena takut terkena kutukan leluhur. Setidaknya, sikap Mondo yang satu ini sudah menunjukkan ia lebih maju dibandingkan kampung-kampung lain jika dilihat dari perspektif pembangunan.

Persatuan cintakasih antara jiwa dengan Allah yang ditanamkan KTM terungkap dalam hidup persaudaraan dengan sesama.

94 Pengajaran ini diambil dari Buku Program Pembinaan Anggota Tahap I KTM yang ditulis oleh Rm Yohanes Indrakusuma dan Tim Gembala KTM.

Page 13: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

141

Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya (1 Yoh. 4:20-21) .

Salah satu bagian dari Doa Penyerahan yang didoakan oleh seluruh anggota KTM berbunyi:

Berkatilah kami, agar kami dapat menghayati semangat dan cara hidup yang telah Kaunyatakan melalui Bapak Pendiri kami serta melaksanakan cinta persaudaraan yang tulus ikhlas dalam kehidupan sehari-hari. (Doa Penyerahan PKarm, CSE, KTM)

Hidup dalam suasana cintakasih persaudaraan ini semakin menguatkan nilai komunal yang sebetulnya sudah tertanam di Mondo. Nilai komunal inilah yang mewarnai kekerabatan di Mondo, yang saling memandang saudara satu sama lain karena memiliki identitas yang sama, yaitu kristiani. Keberadaan mereka yang hidup dalam semangat kekeluargaan dan saling berbagi mengingatkan pada komunitas Gereja Awali yang diceritakan dalam Kitab Suci. Hal ini wajar karena bentuk komunitas Gereja Awalilah yang menginspirasikan pembentukan KTM pada saat pendiriannya. Tak mengherankan, melibatkan partisipasi warga untuk menggerakkan pembangunan seperti pembangunan jalan dan pembuatan sarana air bersih menjadi hal yang tidak terlalu sulit di Mondo.

Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. (Kis. 2:44-47)

Adapun nilai cintakasih kristiani dengan mudah diterjemahkan dengan sikap ksatria oleh orang Mondo, karena sudah sejak lama mereka menerapkan nilai-nilai keksatriaan dalam hidup mereka sehari-hari. Ada sebuah kalimat dalam Doa Penyerahan KTM yang menunjukkan nilai cintakasih ini juga mengandung nilai-nilai keksatriaan yang menyalurkan cintakasih, yaitu:

Pakailah kami sebagai saluran cintakasih-Mu kepada sesama, serta alat-Mu yang peka dan rela guna terlaksananya kehendak dan rencana keselamatan-Mu di dunia ini. (Doa Penyerahan PKarm, CSE, KTM)

Adapun Visi dan Misi KTM menunjukkan bahwa selain anggotanya diajak untuk mengalami persatuan dengan Tuhan, juga membawa orang lain kepada pengalaman yang sama. Dalam hal inilah anggota KTM membawa

Page 14: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

142

kabar baik kepada sesama. Bagi orang Mondo, membawa kabar baik tidak semata dengan mengajarkan Injil tetapi lebih lewat sikap ksatria dalam hidup sehari-hari. Hal ini terungkap dalam sharing-sharing warga ketika doa bersama. Adapun bunyi dari Visi dan Misi KTM adalah sebagai berikut:

Sudah dalam dunia ini mengalami dan menghayati sendiri kehadiran Allah yang penuh kasih dan menyelamatkan, hingga sampai kepada persatuan cintakasih, serta membawa orang lain kepada pengalaman yang sama. (PPAT I KTM)

Melalui kontemplasi, jiwa dengan bimbingan Roh Kudus mengalami kehadiran Allah yang nyata dengan segala kekudusan-Nya. Roh Kudus yang berkarya di dalam jiwa yang kontemplatif memurnikan dari hari ke hari sehingga jiwa menjadi lebih ilahi daripada manusiawi karena partisipasi (Bilaniuk 1982:46, Yohanes Salib 2009). Pada saat itu, jiwa dituntun untuk memasuki persatuan cintakasih dengan Allah yang adalah kasih (bdk. 1Yoh.4:16) sehingga akhirnya jiwa berkobar-kobar karena dipenuhi dengan kerinduan untuk membawa orang lain kepada pengalaman yang sama pula. Oleh karena itu, apa yang menjadi misi dari anggota KTM adalah membawa orang lain kepada pengalaman akan kasih Allah tersebut.

Gambar 13 Para anggota KTM Mondo dalam doa bersama

(Sumber: H.A. Tjondro Sugianto 2010)

Semakin hari, setiap orang yang mengalami kasih Allah semakin merasakan persaudaraan yang diikat oleh cintakasih Allah sehingga mereka menjadi sebuah komunitas yang komunal. Pengalaman awal akan kasih Allah ini biasanya dialami oleh setiap anggota KTM dalam acara pencurahan Roh

Page 15: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

143

Kudus di dalam retret. Setelah itu, mereka dibimbing untuk memasuki lorong-lorong hidup doa di jalan Karmel.95 Memang, tak dapat dijamin bahwa setiap warga Mondo hafal dengan semua pengajaran KTM. Namun, seorang Bapa Gereja, St. Agustinus, mengatakan “Mencintailah, dan berbuatlah sesuka hatimu.” Dengan perkataan lain, hendak disampaikan bahwa jiwa boleh melupakan semua ajaran, namun selama ada cintakasih di hatinya, maka Roh Kudus yang adalah Roh Cintakasih akan membimbingnya kepada persatuan dengan Allah. Roh Kudus akan menghantar manusia dari kodrat manusiawinya ke tingkat adikodrati sehingga mampu melakukan perbuatan-perbuatan adikodrati pula. Dalam hal inilah kekudusan Allah terpancar lewat sebuah komunitas kontemplatif yang dihidupkan oleh norma-norma cintakasih.

Walaupun hidup dalam suasana doa yang kental, warga Mondo adalah warga pekerja. Di dalam KTM ada sebuah peraturan yang berkaitan dengan prioritas hidup. Prioritas pertama bagi seorang anggota KTM adalah Tuhan. Hal ini diujudkan dengan kesetiaan membina hidup doa pribadi dan membaca Kitab Suci. Prioritas kedua adalah keluarga, dalam arti setiap anggota KTM harus lebih mementingkan keluarga dibandingkan hal lainnya. Prioritas ketiga adalah pekerjaan dan prioritas terakhir barulah pelayanan. Banyak yang berpikir menjadi seorang aktivis Gereja harus siap untuk kehilangan banyak waktu bagi keluarga dan pekerjaan karena sibuk pelayanan. Sebaliknya, di KTM justru diajarkan sebaliknya, jangan sampai pelayanan mengorbankan keluarga dan pekerjaan. Dengan demikian, warga Mondo menyadari bahwa bekerja untuk mencari uang demi mencukupi kebutuhan nafkah keluarga bukan sekedar penting tetapi juga merupakan panggilan. Ada semacam peraturan di Mondo untuk tidak berkumpul doa bersama di hari Senin, karena Senin merupakan hari pasar di Borong. Banyak warga yang turun ke Borong setiap Senin untuk menjual hasil kebun ataupun untuk keperluan lainnya. Demikianlah pengajaran-pengajaran KTM mau tak mau telah mewarnai tidak saja kehidupan spiritual warga Mondo namun juga kehidupan sosial mereka.

95 Jalan Karmel dalam hal ini maksudnya adalah Spiritualitas Karmel. Dalam Gereja Katolik ada banyak sekali kongregasi yang antara lain dibedakan menurut spiritualitasnya, misalnya Fransiskan, Dominikan, Benediktin, dan lain-lain.

Page 16: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

144

Gambar 14 Rm. Yohanes Indrakusuma, O.Carm, Pendiri Putri Karmel, CSE, dan KTM (Sumber: H.A. Tjondro Sugianto 2008)

PERANAN GEREJA DALAM PEMBANGUNAN DI MONDO

“Penyelamatan itu bersifat holistik,” demikian ucap Mgr. Hubert Leteng, Pr. yang ditahbiskan sebagai Uskup Ruteng pada tanggal 10 April 2010. “Siapa saja berkewajiban untuk melaksanakan pembangunan yang seutuhnya. Namun, kita semua mempunyai banyak keterbatasan,” lanjutnya arif. “Oleh karena itu, ada sebuah pembagian tugas. Tugas Gereja adalah lebih kepada pembangunan spiritual dengan cara sesuai perkembangan dan tuntutan zaman. Sekalipun suatu hari terjun ke dalam pembangunan jasmani, tujuan akhirnya selalu untuk pembangunan rohani. Jadi, dalam pembangunan fisik, peran Gereja hanya sebatas partisipasi ataupun memberikan dukungan dan bantuan; bukan berarti harus turun langsung ke lapangan.”

Sepanjang peziarahan Gereja Katolik di Manggarai, sejarah mencatat betapa banyaknya imam yang terjun langsung ke kancah pembangunan. Namun, ungkapan Bapak Uskup memberikan sebuah catatan penting, bahwa walau kontribusi peranan Gereja cukup besar dalam pembangunan, tujuan akhirnya selalu untuk pembangunan spiritual, atau setidaknya, karena alasan spiritual. Catatan penting yang kedua, sampai kapan pun Gereja tidak pernah

Page 17: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

145

berniat menggantikan peran pemerintah dalam pembangunan. Setiap institusi memiliki panggilan dan kewajibannya masing-masing dalam mengabdikan diri bagi masyarakat. Berikut ini akan diceritakan beberapa bantuan Gereja bagi warga Mondo.

Tahun 1968 terjadi kemarau panjang yang meliputi seluruh Manggarai. Para petani kecewa karena panennya gagal, dan ternak pun tak dapat diharapkan karena sulitnya pangan dan air untuk hewan-hewan tersebut. Peka akan kondisi kritis ini, Misi memberikan bantuan bulgur, yaitu makanan ternak yang biasa dipakai di Eropa.

“Waktu itu kami mendapatkan 20 kg setiap keluarga,” cerita seorang bapak warga Mondo.

“Bulgur itu dibungkus dalam kantong kain, kami tiap keluarga mendapatkan 1 sak,” tambah seorang bapak yang lain.

Pada tahun 1969, kembali warga Mondo mendapatkan bantuan dari Rm. Yoseph Krisma, SVD, seorang imam yang bekerja di Paroki Sita.

“Dulu Romonya sendiri datang ke Mondo dan membagikan kami barang miskin,” cerita seorang bapak.

“Apa itu barang miskin?”

“Macam-macam, ada baju, ada celana panjang, ada pakaian untuk anak-anak,” jawab bapak tersebut.

“Dulu Romonya sendiri yang membagikan, lho,” tambah yang lain.

“Selain itu, Rm. Daem, SVD dari Belgia juga membagikan kami barang miskin,” ujar seorang bapak sambil mengingat-ingat wajah sang imam yang sudah tiada.

“Lho, dia itu kan bukan Pastor Paroki di sini, kok bisa memberikan bantuan untuk Mondo?” penulis mencoba memancing.

Namun, jawaban yang diperoleh cukup mencengangkan,

“Memang kenapa, Suster? Kan sama-sama Katolik?” jawab mereka heran mengapa penulis bertanya seperti itu.

Dari jawaban mereka dapat disimpulkan bahwa kekerabatan kristiani mereka telah menembus batas-batas wilayah administratif, klan, tali perkawinan, dan berbagai pengkotakan lainnya.

Page 18: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

146

Selain itu, dewasa ini warga juga merasakan manfaatnya himbauan dari Pastor Paroki yang seringkali mendorong mereka untuk menanam tanaman jangka panjang, terutama kayu.

“Waktu itu Rm. Beny mendorong setiap rumah untuk menanam kayu. Katanya untuk masa depan dan anak-anak,” cerita seorang bapak.

“Ya, tapi Romo hanya mendorong saja, tidak memberi bibit,” sambar seorang bapak bergurau.

“Tapi, saya puji anak muda Mondo zaman sekarang, tiap orang menanam ratusan kayu!” kata seorang bapak bangga.

“Kalau dulu kita sudah mengenal kayu, pasti seluruh padang Mondo ini sudah habis kita tanami kayu,” ujar seorang bapak tua sedikit menyesal.

Berikut ini beberapa contoh pembangunan di Mondo yang terjadi karena kiprah Gereja.

Penyediaan Sarana Air Bersih Lama

Tahun 1993 merupakan tahun yang membahagiakan bagi warga Kampung Mondo. Pater Wasser, SVD bersama timnya memberikan bantuan pengadaan sarana air bersih untuk beberapa desa, termasuk Desa Golo Kantar tempat Mondo berada. Sebelumnya masyarakat Mondo tidak pernah mengkonsumsi air bersih. Oleh karena itu, kehadiran Pater Wasser yang memberikan bantuan penyediaan sarana air bersih untuk masyarakat di Borong, termasuk Mondo, merupakan pertolongan yang sangat menggembirakan.

Warga Mondo bersama dengan warga desa dari kampung-kampung lain bergotong royong menggali tanah untuk menanam pipa, dan memegang peranan penting dalam pembuatan bak penampungan di Kampung Jengok, tetangga Kampung Mondo. Sayangnya, dana tidak cukup untuk membeli pipa yang dapat menyambungkan langsung dari bak penampungan di Jengok sampai ke Kampung Mondo. Warga Mondo sendiripun tidak memiliki uang sebanyak itu. Akhirnya, karena keterbatasan dana, dibuatlah cabang saluran pipa dari Kampung Longko menuju Mondo sehingga warga Mondo akhirnya mendapatkan air bersih. Dengan demikian, pipa air bersih yang ada di Mondo bukan berasal langsung dari bak penampungan melainkan cabang dari pipa yang membentang di Longko.

Page 19: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

147

Sayangnya, air bersih tersebut hanya dapat dinikmati hingga tahun 2000. Manajemen pengelolaan air yang kurang baik, banyaknya kebocoran pipa, ditambah lagi letak Kampung Mondo yang jauh lebih tinggi dibandingkan Kampung Longko, mengembalikan Kampung Mondo ke keadaan semula, kering tanpa air. Kembali penduduknya harus turun ke sungai untuk memenuhi seluruh kebutuhan sehari-harinya, dan dengan pasrah menerima saja air sungai yang kurang bersih itu.

Penyediaan Sarana Air Bersih Baru

Penyediaan Dana

Pada bulan November 2009, Eric Wijaya anggota Dewan Pelayan Umum KTM datang mengunjungi saudara-saudarinya anggota KTM di Mondo. Melihat kemiskinan mereka, Eric pun tersentuh dan ingin memberikan sesuatu yang dapat membantu mereka.

“Sebetulnya yang paling kami butuhkan adalah air,” ujar seorang bapak.

“Kalau diberi bantuan ternak, kami memang senang, tapi kalau tidak ada air percuma juga, nanti ternaknya mati. Sedangkan kalau diberi bantuan bibit tanaman, dengan apa harus kami siram?” tambah seorang bapak yang lain.

Jelaslah bahwa saat itu yang paling didambakan masyarakat Mondo adalah air bersih. Sayangnya, dana yang diperlukan sangat besar, mengandalkan bantuan dana dari Eric Wijaya saja tidak cukup.

Awalnya, masyarakat Mondo mencoba meminta bantuan pemerintah daerah. Maka, proposal pun dibuat, dan dengan bantuan Rm. Roling, Pr proposal tersebut diajukan kepada Ketua DPRD, John Nahas. Tanpa banyak keberatan John Nahas segera menyetujui proposal tersebut karena sadar betapa signifikannya air bagi kehidupan orang banyak. Namun, sebagai legislatif, John Nahas hanya dapat menyampaikan proposal tersebut ke pihak eksekutif agar dapat dieksekusi. Sayangnya, proposal tersebut kemudian tak mendapatkan reaksi apa pun dari pihak pemerintah daerah. Setelah melakukan wawancara dengan Bupati, barulah diketahui bahwa pemerintah daerah sedang berusaha mempersiapkan program penyediaan air bersih jangka panjang untuk seluruh kabupaten. Hanya saja, masih dibutuhkan waktu yang cukup lama.

Akhirnya, kerinduan masyarakat Mondo akan air menemukan jalan keluarnya. Di bulan Februari 2010 anggota KTM dari Belanda sepakat

Page 20: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

148

mengumpulkan uang untuk mereka atas dorongan Rm. Yohanes Indrakusuma, O.Carm., pendiri KTM. Sebetulnya, sudah lama mereka ingin mengumpulkan dana bantuan, namun belum tahu hendak disalurkan ke mana. Atas saran Rm. Yohanes, mereka pun setuju untuk menyalurkan bagi masyarakat Mondo. Kemudian tak lama setelah itu, anggota Persekutuan Doa Emaus Jakarta pun sepakat memberikan bantuan dana bagi mereka. Bahkan, para imam juga tak ketinggalan menyisihkan uang sakunya untuk warga Mondo. Rm. Leksi, Pr menyumbang sejumlah uang untuk membeli 3 rit pasir, sementara Rm. Roling, Pr menyumbang sejumlah uang untuk membeli puluhan karung semen. Maka, terkumpullah uang yang cukup untuk membangun sarana air bersih bagi masyarakat Mondo. Dengan penuh perhatian, Rm. Beny Jaya, Pr memberikan bantuannya lewat bimbingan yang sangat berarti bagi masyarakat Mondo. Selain itu, bantuan teknis juga ditawarkan oleh Stefanus Banggur, asisten ahli Pater Wasser yang banyak berkecimpung dalam pembangunan penyediaan air bersih. Stefanus Banggur inilah yang memberikan pengajaran teknis kepada warga Mondo bagaimana cara membangun bak penampungan, menanam dan menyambung pipa, membuat titik-titik keran, dan sebagainya. Bahkan, RAB96-nya pun dibuatkan oleh Stefanus Banggur. Tak ketinggalan, anggota KTM di Ruteng yang mempunyai toko bangunan97 ikut membantu mengadakan bahan-bahan dengan harga terjangkau. Sedangkan untuk transportasi penghantaran bahan-bahan bangunan dari Ruteng ke Mondo, seorang suster Putri Karmel yang tugas di Ruteng meminta bantuan sebuah toko palawija98 yang segera meminjamkan truknya secara cuma-cuma untuk bolak-bolak ke Mondo.

Semua bantuan ini, dipandang warga Mondo sebagai bantuan dari Gereja. Walau sumbernya bermacam-macam, namun semua yang mengulurkan pertolongannya merupakan anggota keluarga besar dari Gereja yang sama. Dalam hal inilah umat di Mondo merasakan kuatnya kekerabatan kristiani yang tak terpisahkan oleh jarak yang jauh. Kekerabatan yang mengandung unsur komunal dan ksatria pula lewat kepeduliannya kepada saudaranya yang lebih berkekurangan.

96 RAB merupakan singkatan dari Rancangan Anggaran Biaya. 97 Nama tokonya adalah TOKO RIA. 98 Nama toko palawija tersebut adalah KELIMUTU.

Page 21: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

149

Persiapan Kerja

Setelah mendapatkan kepastian dana, Rm. Beny Jaya, Pr selaku Pastor Paroki memberikan petunjuknya kepada masyarakat Mondo mengenai langkah-langkah yang harus diambil sehubungan dengan pembangunan tersebut. Pertama, Rm. Beny menyarankan masyarakat untuk menghubungi Kepala Desa dan mendapatkan izin resmi tertulis darinya. Hal ini penting untuk menjaga jangan sampai pipa-pipa tersebut diganggu gugat kemudian hari karena dianggap tidak ada izin. Kedua, Tu’a Adat Mondo perlu melakukan pendekatan ke warga Kampung Jengok99 yang tanahnya akan dilalui pipa-pipa untuk Kampung Mondo. Selain itu, Rm. Beny juga memberikan beberapa nasihat teknis untuk pembuatan bak penampungan di Mondo.

Maka, semua nasihat Rm. Beny inipun dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh warga Mondo. Menghadap Kepala Desa sebetulnya merupakan hal yang cukup mendebarkan bagi mereka. Peristiwa demonstrasi tahun 1999 karena merasa dianaktirikan oleh Kepala Desa masih berbekas bagi mereka. Hingga saat itu, tahun 2010, jabatan Kepala Desa masih dipegang oleh orang yang sama. Lebih-lebih selama menjabat sebagai Kepala Desa, belum pernah sekalipun ia menginjakkan kakinya ke Kampung Mondo. Ada semacam perang dingin antara Kepala Desa dengan penduduk Mondo. Maukah ia memberikan izinnya bagi rakyat Mondo agar dapat membangun sarana penyediaan air bersih?

“Kami datang kepok ke rumahnya,” cerita Stefanus. “Setelah itu, kami ceritakan apa yang menjadi maksud kedatangan kami.”

“Ternyata, sambutannya baik sekali,” sambung Alfonsius, adik bungsu Stefanus. “Kami sendiri terkejut dengan sikapnya yang ramah dan pengertian.”

“Kepala Desa berkata bahwa sebetulnya ia sudah lama memikirkan kebutuhan air masyarakat Mondo, tetapi uang dari mana? Maka, saya katakan kepadanya bahwa kini kami sudah memiliki cukup uang dan mau meminta izinnya untuk membangun sarana penyediaan air bersih,” cerita Stefanus. “Beliau segera merestui maksud kita ini.”

Langkah selanjutnya setelah mendapatkan restu dari Kepala Desa, Stefanus pun mengumpulkan warganya untuk berembuk bersama. Hari itu jatuh pada tanggal 14 Maret 2010, sekitar pk. 15.00, warga mulai berdatangan

99 Kampung Jengok adalah kampung yang bertetanggaan dengan Mondo, namun sudah berada di dusun yang berbeda, yaitu Dusun Lodos.

Page 22: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

150

memasuki rumah Tu’a Golo. Mereka yang diundang petang itu adalah perwakilan dari Panga, RT, RW, Kombas, dan siapa saja yang bisa hadir saat itu. Dengan segera rumah Stefanus penuh sesak dipadati oleh sekitar 70 laki-laki dan perempuan. Semuanya duduk melingkar sesuai dengan adat Manggarai yang biasa dikenal dengan istilah Lonto Léok. Setelah berkumpul semua, Stefanus membuka pertemuan dan menyampaikan rencananya tentang pembangunan penyediaan sarana air bersih. Agenda yang akan dibicarakan dalam pertemuan itu ada tiga hal, pertama, membicarakan tentang pembangunan yang bersifat swadaya; kedua, membahas penetapan survai jalur pipa; dan yang ketiga, menyusun panitia pembangunan. Dalam pertemuan itu setiap orang bebas berbicara dan mengemukakan pendapatnya sehingga suasana hangat dan ramai.

Dalam agenda yang pertama, warga Mondo dengan antusias menyatakan kesiapan dan kesanggupannya untuk melakukan pembangunan secara swadaya. Keswadayaan mereka terwujud dalam bentuk tenaga kerja yang seratus persen dilakukan oleh warga Mondo sendiri tanpa mengharapkan upah. Selain itu, warga juga sepakat mereka akan swadaya mengadakan pasir, batu, dan air untuk pembangunan. Untuk itu, mereka akan mengumpulkan sejumlah uang untuk dapat membeli pasir dan air100 tersebut. Setiap KK dikenakan iuran minimal Rp. 10.000,- sehingga diperkirakan akan terkumpul uang sekitar Rp. 1.000.000,- .

“Nanti kita semua turun untuk menggali, kita kerja sepanjang hari,” seru seorang bapak.

“Kami ibu-ibu juga siap, tidak usah kuatir pokoknya pasti ada makanan dan minuman,” jawab Kornelia, istri Stefanus dengan tanggap.

Agenda selanjutnya adalah membahas survai jalur pipa. Pertemuan cukup seru karena masing-masing mengungkapkan pendapatnya, mulai dari yang optimis sampai yang pesimis; bahkan yang kedengarannya aneh sekalipun.

“Kalau jalur pipa melewati lapangan rumput, nanti lapangan rusak. Tapi tidak apa-apa, memang dari dulu juga Mondo tidak pernah melahirkan pemain sepak bola terkenal,” ujar seorang bapak dengan wajah sungguh-sungguh, sementara yang lain pun mendengarkan dengan serius tanpa ada yang tertawa sedikit pun.

Setelah berbicara panjang lebar, akhirnya diputuskanlah untuk mengadakan survai bersama-sama pada tanggal 17 Maret 2010. Sebelum itu, diputuskan juga 100 Air yang mereka beli digunakan untuk mengaduk semen dan keperluan pembangunan lainnya. Biasanya berupa air kali yang diangkut dengan truk.

Page 23: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

151

bahwa Tu’a Golo perlu melakukan pendekatan ke Tu’a Golo di Kampung Jengok agar warganya mengizinkan tanah mereka dilalui jalur pipa yang akan menghantar air ke Mondo.

“Mereka akan senang kalau tanahnya dilalui pipa-pipa kita; harga tanahnya pasti jadi mahal karena sekarang ada airnya,” cetus seorang bapak optimis.

“Tapi kan pipa-pipa itu akan melalui juga kebun-kebun mereka. Bagaimana kalau kebun mereka sampai rusak gara-gara kita tanam pipa?” tanya seorang lain pesimis.

Di agenda yang ketiga, warga mulai berembuk mengenai kepanitiaan. Setelah berbincang bersama, disepakati Ketua Panitia pembangunan adalah Stefanus Syukur. Wakil I terpilih Frans Sales Edi, Wakil II adalah Yos Nandus. Selain itu, dipilih juga Alfonsius Dasung sebagai sekretaris dan Blasius Camu sebagai bendahara. Di penghujung rapat, Stefanus menetapkan jadwal kerja bersama, yaitu survai pada tanggal 17 Maret 2010, dan penggalian jalur pipa dimulai pada tanggal 24 Maret 2010.

Tanpa membuang waktu, keesokan harinya Stefanus bersama rekan panitia lainnya mendatangi Tu’a Golo di Kampung Jengok. Lagi-lagi, mereka melakukan kepok. Kedatangan mereka disambut baik, dan warga Jengok bahkan ikut bergembira karena saudaranya warga Mondo akhirnya bisa memulai pembangunan sarana penyediaan air bersih. Kegembiraan warga Jengok ini bisa dimengerti karena mayoritas masyarakatnya adalah orang Kantar, yaitu anak rona dari Panga Waling yang tinggal di Mondo. Dengan demikian, antara warga Jengok dan warga Mondo ada ikatan kekerabatan yang cukup dalam. Kekerabatan ini tidak hanya sebatas di bibir saja namun ditunjukkan lewat kerelaan mereka membiarkan halaman tanah dan kebunnya digali beramai-ramai oleh orang Mondo.

Bergotong Royong Membangun

Untuk melakukan survai jalur pipa sebetulnya cukup dilakukan oleh beberapa orang saja. Namun, kenyataannya pada tanggal 17 Maret 2010 berkumpullah 92 orang siap melakukan survai bersama-sama. Tugas mereka saat itu adalah memilih jalur yang terbaik untuk menanam pipa dari bak penampungan di Kampung Jengok sampai ujung Kampung Mondo, sekaligus mengukur jarak agar dapat diketahui jumlah pipa yang dibutuhkan. Pagi-pagi mereka sudah berangkat dan berkumpul di bak penampungan Jengok. Dari

Page 24: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

152

sana, mulailah mereka menentukan jalur dengan menyusuri Kampung Jengok hingga Mondo. Jalur yang terpilih sepanjang 5,6 km menyusuri sepanjang Kampung Jengok, kemudian melintasi bagian tengah lapangan Kampung Jengok, menyeberangi sungai kecil yang mereka sebut Kali Mati, dan melintasi pula bagian tengah lapangan Kampung Mondo.

Gambar 15 Warga Mondo berjalan beramai-ramai untuk menggali saluran pipa (Sumber: H.A. Tjondro Sugianto 2010)

Penggalian jalur pipa dimulai beberapa hari kemudian. Rabu pagi, 24

Maret 2010, udara cerah memayungi Kampung Mondo yang memang sudah lama sekali tidak hujan. Satu persatu warga Mondo keluar dari kehangatan rumahnya, dan berjalan melintasi kampung serta padang rumput menuju bak penampungan di Jengok. Setiap orang membawa peralatan untuk menggali tanah, ada yang membawa sekop bahkan ada juga yang membawa semacam sabit. Sesampainya di lokasi, mereka segera membentuk barisan panjang sekali dan mulai menggali tanah di hadapannya untuk jalur pipa. Semua bekerja dengan semangat, bahkan tampak beberapa perempuan ikut menggali pula.

“Perempuan-perempuan itu adalah para jamal, Suster,” ujar seorang bapak.

“Apa maksudnya jamal?”

“Janda malaysia,” seru beberapa orang sambil tertawa.

“Mereka ini adalah para istri yang suaminya bekerja di Malaysia. Berhubung suaminya tidak bisa ikut kerja bakti, maka istri-istrinya mewakili. Padahal, saya sudah bilang tidak apa-apa, kita semua bisa mengerti. Tapi mereka tidak enak

Page 25: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

153

kalau tidak ambil bagian. Jadi, setiap rumah ada perwakilannya di sini,” jelas Stefanus panjang lebar.

Ketika waktu menunjukkan sekitar pk. 10.00, para pekerja pun meletakkan seluruh perkakas yang dipegangnya dan duduk meriung beristirahat. Ketika itu mereka sudah berada di depan rumah-rumah warga Kampung Jengok. Dengan sigap para ibu mengeluarkan kopi panas dan pisang rebus.

“Wah, ibu-ibu bawa makanan dan minuman ini dari Mondokah?” tanya penulis.

“Tidak Suster, mereka masak air di rumahnya warga Jengok.”

Ternyata warga Jengok bukan saja merelakan tanahnya digali dan kampungnya dipenuhi orang Mondo, bahkan juga meminjamkan rumahnya kepada para ibu dari Mondo untuk masak-memasak. Ketika sedang beristirahat bersama, ada juga warga Jengok yang bergabung dan ikut mengobrol dengan warga Mondo.

“Yang paling sulit dua hari lagi, Suster. Karena diperkirakan kami sudah sampai di tengah hutan. Di sana jauh dari rumah mana-mana, terpaksa makanan dan minuman digotong dari Mondo.”

Demikianlah warga bekerja dengan penuh semangat sepanjang hari, diselingi istirahat bersama untuk minum dan makan siang.

Tanpa terasa jalur pipa sepanjang bak penampungan di Jengok sampai ujung Kampung Mondo telah tergali. Usaha ini memakan waktu beberapa hari karena bukan saja jaraknya yang cukup panjang namun juga medannya yang tidak terlalu mudah. Langkah selanjutnya yang mereka lakukan adalah melakukan penggalian jalur pipa sepanjang Kampung Mondo. Hal ini dilakukan beberapa hari kemudian setelah penggalian pertama usai.

Page 26: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

154

Gambar 16 Warga Mondo menggali saluran pipa air bersih

(Sumber: H.A. Tjondro Sugianto, 2010)

Usai penggalian jalur pipa, mulailah warga Mondo berkonsentrasi membangun bak penampungan di ujung kampung. Dengan sabar Stefanus Banggur, sang teknisi, menjelaskan bagaimana bak itu harus dibangun. Bernardus Lajang, Tu’a Panga Pau, dengan seksama mendengarkan penjelasan teknis tersebut. Masyarakat Mondo telah mengangkatnya sebagai kepala tukang, karena dialah yang paling trampil dan berpengalaman dalam berbagai pekerjaan yang berkaitan dengan bangunan. Rm. Roling yang ikut mendengarkan penjelasan tersebut cukup kagum kepada Bernardus yang hampir tidak pernah sekolah sehingga nyaris tidak dapat membaca dan menulis. Namun, ketika berbicara masalah teknis dengan Stefanus Banggur yang sarjana teknik lulusan sebuah perguruan tinggi di Jawa, tampak tidak ada kesulitan sama sekali. Ketika bak terbangun, Stefanus Banggur pun menyatakan rasa salutnya karena rakyat Mondo dapat membangun sesuai dengan petunjuknya secara sempurna. Padahal, ketika pembangunan dijalankan, Stefanus Banggur tak ada di tempat. Adapun bak penampungan ini dibangun di halaman rumah seorang warga Mondo yang berada di ujung utara Kampung Mondo. Valentinus Dan, demikianlah nama pemilik lahan yang merelakan tanahnya dipakai untuk membangun bak tersebut. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan di kemudian hari, telah dibuat surat pernyataan yang isinya Valentinus Dan

Page 27: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

155

merelakan tanahnya dan bahwa tanah tersebut tidak sedang dalam status sengketa. Surat itu ditandatangani Valentinus dan Stefanus sebagai Tu’a Golo.

Langkah selanjutnya adalah menggali pipa lama yang pernah tertanam di Mondo pada masa bantuan Pater Wasser, dan menginventaris pipa mana saja yang masih dapat dipakai. Pekerjaan ini cukup melelahkan karena pipa-pipa tersebut ditanam pada kedalaman 6 meter.

“Karena dulu kan Mondo padang rumput melulu. Jadi takutnya pipa cepat rusak kalau tidak ditanam dalam-dalam, maklum kami dulu itu suka bakar padang rumput untuk membuka ladang,” ujar seorang bapak memberikan penjelasan.

Namun, kenyataannya sebagian besar pipa-pipa lama tersebut sudah rusak karena karat dan tidak layak pakai lagi. Oleh karena itu, didatangkanlah pipa-pipa baru untuk ditanam sepanjang Kampung Mondo. Saat penulis meninggalkan lokasi penelitian, pembangunan baru sampai di tahap ini. Rencana selanjutnya setelah menanam pipa sepanjang Kampung Mondo, mereka akan membuat sepuluh titik keran di sepanjang kampung. Dengan demikian, setiap titik keran dapat melayani kira-kira sepuluh rumah. Untuk penentuan posisi titik keran dan cara membuatnya, lagi-lagi Stefanus Banggur, sang teknisi, turun tangan menolong mereka. Stefanus Banggur sendiri sebetulnya berasal dari Poco Ranaka, yang ironisnya, di kampungnya sendiri pun belum ada air bersih walau ia sudah terlibat dalam pembangunan sarana air bersih di banyak tempat. Kira-kira bulan Juli 2010, ada kabar dari Mondo bahwa mereka telah menuntaskan pembangunan penyediaan sarana air bersih tersebut dan mengirimkan beberapa foto.

Page 28: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

156

Gambar 17 Bak air bersih yang dibuat rakyat Mondo (Sumber: L. Roling Mujur, Pr 2010)

Program Babi Bergulir

Pada bulan Februari 2009, para anggota KTM Singapura menyumbangkan dana kepada KTM Distrik Borong sebesar duapuluh juta rupiah. Sumbangan ini diterima dengan gembira karena sebagian besar anggota KTM Distrik Borong hidup dalam kemiskinan. Dengan bimbingan dan persetujuan pastor paroki, pengurus distrik pun membeli banyak babi dan dibagikan ke anggota KTM yang miskin. Maka, diadakanlah program babi bergulir. Caranya, babi-babi tersebut diberikan kepada keluarga yang termiskin dan mereka bertanggung jawab untuk memelihara babi yang mereka terima. Setelah babi tersebut beranak, mereka wajib memberikan sebagian anak babinya kepada tetangga KTM lainnya yang miskin. Demikianlah seterusnya sehingga diharapkan bantuan ini dapat membantu meningkatkan ekonomi anggota KTM yang kurang mampu.

Kampung Mondo menerima bantuan 15 ekor babi saat itu. Maka, diberikanlah kelimabelas ekor babi itu kepada 15 keluarga KTM termiskin di Mondo. Keluarga-keluarga tersebut harus memelihara babi itu dengan baik hingga beranak. Sayangnya, musim hujan tahun 2009 tidak juga kunjung datang sehingga kemarau berkepanjangan menguasai Mondo. Biasanya untuk

Page 29: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

157

memberikan makanan babi dibutuhkan air untuk merendam semua makanan tersebut, setidaknya, demikianlah kebiasaan masyarakat Manggarai memberi makan babi-babi peliharaan mereka. Padahal, air sulit didapat di Mondo. Masyarakat harus turun dulu ke sungai untuk memperoleh air bagi kehidupan sehari-harinya. Di musim hujan, mereka membuat bak penampung sederhana menggunakan kain terpal, sehingga air lebih mudah diperoleh. Namun di musim kemarau, jangankan air untuk babi, untuk manusianya saja sulit. Akibatnya, pada bulan April 2010 sudah ada 3 ekor babi yang mati. Walaupun demikian, sudah ada pula yang beranak, namun masih terlalu kecil untuk diberikan kepada tetangganya. Rencananya, anak babi tersebut akan diberikan kepada tetangga setelah disapih oleh induknya.

Apakah program ini meningkatkan ekonomi masyarakat Mondo masih belum dapat dibuktikan, karena mereka belum “memanen” babi-babi tersebut. Yang jelas, program itu memberikan ketentraman tersendiri di hati mereka, bahwa mereka tidak berjuang sendirian. Ada anggota kerabat mereka di Singapura yang tak pernah mereka lihat wajahnya, namun memiliki kepedulian yang besar terhadap kesulitan hidup mereka.

Gambar 18 Babi-babi yang siap digulirkan (Sumber: Beny Jaya, Pr 2010)

Page 30: PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/7/D_902008002_BAB VI.pdf · warga Mondo untuk doa bersamasama secar-a kristiani di rumahnya

158

Pada bulan Desember 2010, Gereja101 memberikan bantuan pula dalam bentuk Program Babi Bergulir bagi rakyat Mondo. Saat itu air bersih sudah mengalir di Mondo sehingga berternak menjadi lebih mudah bagi masyarakat. Babi yang diberikan adalah Babi Batam yang biasa melahirkan minimal satu kali setahun, kadang bahkan bisa sampai dua kali setahun. Sekali melahirkan biasanya minimal lima ekor anak babi. Sistem kontrolnya, warga miskin dibagi dalam kelompok-kelompok, satu kelompok terdiri dari lima orang. Setiap kelompok mendapatkan satu ekor babi betina dan satu ekor babi jantan. Selama tiga tahun, kelompok wajib membayar ke kevikepan dalam bentuk satu ekor anak babi. Setelah tiga tahun, induk dan semua anak babi menjadi milik masyarakat, sementara babi jantan harus dikembalikan ke kevikepan untuk diberikan kepada kelompok lainnya. Syarat untuk mengikuti program ini, selain kurang mampu dalam hal ekonomi juga menjadi anggota koperasi perempuan. Anggota koperasi perempuan yang bernama Gerak Tedeng dan dikelola oleh Kevikepan Manggarai Timur ini pada bulan Desember 2010 berjumlah sekitar 300 orang, 100 di antaranya berasal dari Mondo dan sekitarnya. Syarat lainnya adalah warga harus membuat kandang semen untuk babi agar lebih mudah dibersihkan. Umumnya babi kurang sehat dan sulit beranak jika hidup di tempat yang dekat dengan kotorannya. Para ahli mengatakan kotoran babi mengandung gas yang tinggi sehingga tidak baik untuk kesehatan babi. Untuk membuat kandang ini, Gereja meminjamkan 2 sak semen untuk setiap keluarga dan harus dikembalikan 2 sak utuh setahun kemudian.

101 Gereja yang dimaksud di sini adalah Kevikepan Manggarai Timur yang dikepalai oleh Rm. Beny Jaya, Pr sebagai Kepala Vikep.